Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

52
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015. SALINAN

description

Permendagri

Transcript of Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

Page 1: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

MENTERI DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIANOMOR 37 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATANDAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (2)Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan PeraturanMenteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang PedomanPenyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahTahun Anggaran 2015;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimanatelah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang PerubahanKedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4916);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNANANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUNANGGARAN 2015.

SALINAN

Page 2: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

- 2 -

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkatAPBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yangdibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, danditetapkan dengan peraturan daerah.

2. Pedoman Penyusunan APBD adalah pokok-pokok kebijakan sebagaipetunjuk dan arah bagi pemerintah daerah dalam penyusunan,pembahasan dan penetapan APBD.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi dan PemerintahKabupaten/Kota.

4. Kepala Daerah adalah Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pasal 2

(1) Pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015, meliputi:

a. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan KebijakanPemerintah;

b. Prinsip Penyusunan APBD;c. Kebijakan Penyusunan APBD;d. Teknis Penyusunan APBD; dane. Hal-hal Khusus Lainnya.

(2) Uraian pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Dalam Negeri inidiundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 19 Mei 2014.MENTERI DALAM NEGERI,

REPUBLIK INDONESIAttd

GAMAWAN FAUZI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 21 Mei 2014.MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,ttd

AMIR SYAMSUDINBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 680.

Salinan Sesuai Dengan AslinyaKEPALA BIRO HUKUM,

ZUDAN ARIF FAKRULLOHPembina Utama Muda (IV/c)NIP. 19690824 199903 1 001

Page 3: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

- 3 -

Page 4: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

1

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIANOMOR 37 TAHUN 2014TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATANDAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015

I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dengan Kebijakan Pemerintah

Dalam Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang RencanaKerja Pemerintah Tahun 2015 dijelaskan bahwa tema Rencana KerjaPemerintah (RKP) Tahun 2015 adalah “Melanjutkan Reformasi bagiPercepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”, dengan sasaran yangharus dicapai pada Tahun 2015, adalah:

1. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan untuk tumbuh sekitar 5,8 persen;

2. Inflasi ditargetkan pada kisaran 3,0 persen sampai dengan 5,0 persen;3. Jumlah penduduk miskin berkisar antara 9,0 persen sampai dengan 10,0persen;

4. Tingkat pengangguran terbuka diperkirakan sebesar 5,5 persen sampaidengan 5,7 persen.

Berdasarkan tema dan sasaran tersebut di atas, dalam RKP Tahun2015 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentangPedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana KerjaPemerintah Daerah Tahun 2015 terdapat 9 (sembilan) bidang pembangunansesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, dengan isu-isu strategispada masing-masing bidang sebagai berikut:

1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

a. Pengendalian Jumlah Penduduk;

b. Reformasi Pembangunan Kesehatan:

1) Sistem Jaminan Sosial Nasional (demand and supply);

2) Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

c. Reformasi Pembangunan Pendidikan;

d. Sinergi Percepatan.

2. Bidang Ekonomi

a. Transformasi Sektor Industri Dalam Arti Luas;

b. Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja;

c. Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi;

d. Peningkatan Efisiensi Sistem Logistik dan Distribusi;

e. Reformasi Keuangan Negara.

3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Page 5: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-2-

4. Bidang Sarana dan Prasarana

a. Peningkatan Ketahanan Air;

b. Penguatan Konektivitas Nasional:

1) Keseimbangan Pembangunan Antar Wilayah;

2) Pendorong Pertumbuhan Ekonomi;

3) Pembangunan Transportasi Massal Perkotaan.

c. Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur Pelayanan Dasar:

1) Peningkatan Rasio Elektrifikasi Nasional;

2) Peningkatan Akses Air Minum dan Sanitasi;

3) Penataan Perumahan/Permukiman.

5. Bidang Politik

a. Konsolidasi Demokrasi.

6. Bidang Pertahanan dan Keamanan

a. Percepatan Pembangunan MEF dan Almatsus POLRI denganPemberdayaan Industri Pertahanan;

b. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan Dalam Negeri.

7. Bidang Hukum dan Aparatur

a. Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Publik;

b. Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang

a. Pembangunan Daerah Tertinggal dan Perbatasan;

b. Pengelolaan Risiko Bencana;

c. Sinergi Pembangunan Perdesaan.

9. Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan

a. Perkuatan Ketahanan Pangan;

b. Peningkatan Ketahanan Energi;

c. Percepatan Pembangunan Kelautan;

d. Peningkatan Keekonomian Keanekaragaman Hayati dan KualitasLingkungan Hidup.

Untuk itu, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harusmendukung tercapainya sasaran dan bidang-bidang pembangunan nasionaltersebut sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing daerah,mengingat keberhasilan pencapaian sasaran dan bidang-bidangpembangunan nasional dimaksud sangat tergantung pada sinkronisasikebijakan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antarapemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan pemerintah provinsiyang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Page 6: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-3-

Sinkronisasi kebijakan pemerintah daerah dan pemerintah lebih lanjutdituangkan dalam rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancanganPrioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang disepakati bersamaantara pemerintah daerah dan DPRD sebagai dasar dalam penyusunanRancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015. KUAdan PPAS pemerintah provinsi Tahun 2015 berpedoman pada RKPD provinsiTahun 2015 yang telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2015,sedangkan KUA dan PPAS pemerintah kabupaten/kota berpedoman padaRKPD kabupaten/kota Tahun 2015 yang telah disinkronisasikan denganRKP Tahun 2015 dan RKPD provinsi Tahun 2015.

Hasil sinkronisasi kebijakan tersebut dicantumkan pada PPAS sesuaiPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam bentukTabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 1

Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dalamRancangan Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 danRancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun

Anggaran 2015 dengan Bidang-Bidang Pembangunan Nasional

NoBidang-BidangPembangunan

Nasional

Uraian Alokasi Anggaran Belanja DalamRancangan APBD

Program

BelanjaPegawai,Bunga,Subsidi,Hibah,

BantuanSosial, Bagi

Hasil,Bantuan

Keuangan,Belanja Tidak

Terduga

Program(Rp)

BelanjaPegawai,Bunga,Subsidi,Hibah,

BantuanSosial, Bagi

Hasil,Bantuan

Keuangan,Belanja Tidak

Terduga(Rp)

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7=5+6

1. Bidang SosialBudaya danKehidupanBeragama,meliputi urusanpemerintahandaerah:

a. ....;b. ....;c. dst ....

Page 7: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-4-

Keterangan:

1. Kolom 2 diisi dengan urusan pemerintahan daerah, baik urusan wajibmaupun urusan pilihan, yang disesuaikan dengan masing-masing bidangpembangunan nasional;

2. Kolom 3 diisi dengan nama program pada urusan pemerintahan daerahtertentu yang target kinerjanya terkait dengan bidang-bidang pembangunannasional;

3. Kolom 4 diisi dengan jenis belanja pada kelompok belanja tidak langsungyang terkait dengan urusan pemerintahan daerah dan bidang-bidangpembangunan nasional;

4. Kolom 5 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 3;

5. Kolom 6 diisi dengan alokasi anggaran belanja tersebut pada kolom 4; dan

6. Kolom 7 diisi dengan jumlah antara kolom 5 dan kolom 6.

2.

3.

4.

5.

6.

Bidang Ekonomi,meliputi urusanpemerintahandaerah:

a. ....;b. ....;c. dst ....

Bidang IlmuPengetahuan danTeknologi, meliputiurusanpemerintahandaerah:

a. ....;b. ....;c. dst ....

Bidang Sarana danPrasarana,meliputi urusanpemerintahandaerah:

a. ....;b. ....;c. dst ....

Bidang ...............,meliputi urusanpemerintahandaerah:

a. ....;b. ....;c. dst ....

dst .....

Page 8: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-5-

Tabel 2

Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam RancanganPeraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah

tentang Penjabaran APBD dengan Prioritas Provinsi

No. Prioritas Provinsi

Anggaran Belanja DalamRancangan APBD

Jumlah

Belanja LangsungBelanja Tidak

Langsung

1 2 3 4 5=3+4

1.

2.

3.

4.

dst

Keterangan:

1. Kolom 2 diisi dengan prioritas provinsi;

2. Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jumlah anggaran belanja langsung dantidak langsung sesuai prioritas provinsi yang didasarkan pada urusanpemerintahan kabupaten/kota; dan

3. Kolom 5 diisi dengan jumlah antara kolom 3 dan kolom 4.

II. Prinsip Penyusunan APBD

Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 didasarkan prinsip sebagaiberikut:

1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerahberdasarkan urusan dan kewenangannya;

2. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkandalam peraturan perundang-undangan;

3. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui danmendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;

4. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat;

5. Memperhatikan asas keadilan dan kepatutan; dan

6. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebihtinggi dan peraturan daerah lainnya.

III. Kebijakan Penyusunan APBD

Kebijakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah dalampenyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 terkait dengan pendapatandaerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah adalah sebagai berikut:

Page 9: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-6-

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran2015 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memilikikepastian serta dasar hukum penerimaannya.

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PADmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:

a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerahyang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah danPeraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentangRetribusi Pengendalian Lalu Lintas dan RetribusiPerpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

b) Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2015 yangberpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah danretribusi daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah danretribusi daerah tahun sebelumnya.

c) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotorpaling sedikit 10% (sepuluh persen), termasuk yangdibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untukmendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan sertapeningkatan moda dan sarana transportasi umumsebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagianprovinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan palingsedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanankesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparatyang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalansebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalansebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

f) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dialokasikanuntuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampaknegatif dari perpanjangan IMTA, dan kegiatan pengembangankeahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal dan diaturdalam peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalamPasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.

Page 10: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-7-

g) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasilklaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)yang diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)atau Unit Kerja pada SKPD yang belum menerapkan PolaPengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), dianggarkan pada akun pendapatan, kelompokpendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyekpendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatanRetribusi Pelayanan Kesehatan.

2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan memperhatikan rasionalitas denganmemperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan danmemperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/ataumanfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, denganberpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.

Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaankekayaan daerah yang dipisahkan:

a) Bagi perusahaan daerah yang menjalankan fungsipemupukan laba (profit oriented) adalah mampumenghasilkan keuntungan atau deviden dalam rangkameningkatkan PAD; dan

b) Bagi perusahaan daerah yang menjalankan fungsikemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampumeningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalamrangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:

a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salahsatu bentuk investasi jangka panjang non permanen,dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenisLain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan DanaBergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dariKelompok Masyarakat Penerima.

b) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan,dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenisLain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro DanaCadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro DanaCadangan sesuai peruntukannya.

c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintahdaerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomaniPeraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentangPengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JaminanKesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah danSurat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ

Page 11: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-8-

tanggal 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaran,Pelaksanaan dan Penatausahaan serta PertanggungjawabanDana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP MilikPemerintah Daerah.

b. Dana Perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari danaperimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):

a) Pendapatan DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi danBangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan dan Perdesaan,DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) dan DBH-Cukai HasilTembakau (DBH-CHT) dianggarkan sesuai Peraturan MenteriKeuangan mengenai Perkiraan Alokasi DBH-Pajak TahunAnggaran 2015.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belumditetapkan, penganggaran pendapatan dari DBH-Pajakdidasarkan pada:

(1) Realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tiga) tahun terakhiryaitu Tahun Anggaran 2013, Tahun Anggaran 2012 danTahun Anggaran 2011; atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan tentang perkiraanalokasi DBH-Pajak di luar DBH-CHT ditetapkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikanalokasi DBH-Pajak dimaksud pada peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkandalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukanPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkankualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaanlingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukaidan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukaiillegal) sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yangdijabarkan dengan keputusan gubernur.

b) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA),yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Umum,DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, danDBH-Panas Bumi dianggarkan sesuai Peraturan MenteriKeuangan mengenai Perkiraan Alokasi DBH-SDA TahunAnggaran 2015.

Page 12: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-9-

Apabila Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belumditetapkan, penganggaran pendapatan dari DBH-SDAdidasarkan pada:

(1) Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 (tiga) tahun terakhir,yaitu Tahun Anggaran 2013, Tahun Anggaran 2012 danTahun Anggaran 2011, dengan mengantisipasikemungkinan tidak stabilnya harga dan hasil produksi(lifting) minyak bumi dan gas bumi Tahun Anggaran 2015;atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan tentang PerkiraanAlokasi DBH-SDA di luar Dana Reboisasi yang merupakanbagian dari DBH-Kehutanan ditetapkan setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DBH-SDAdimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBDTahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2015.

Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA di luar perkiraanalokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2015 seperti pendapatankurang salur tahun-tahun sebelumnya atau selisihpendapatan Tahun Anggaran 2014, maka pendapatan lebihtersebut juga dianggarkan dalam peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkandalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukanPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

Dalam rangka optimalisasi penggunaan DBH-DR tahun-tahunanggaran sebelumnya yang belum dimanfaatkan dan/ataumasih ada di rekening kas umum daerah sampai akhir TahunAnggaran 2014, pemerintah daerah menganggarkan kembalidalam APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 untukmenunjang program dan kegiatan yang terkait denganrehabilitasi hutan dan lahan dengan berpedoman padaperaturan perundang-undangan.

Pendapatan yang berasal dari DBH-Migas wajib dialokasikanuntuk menambah anggaran pendidikan dasar yangbesarannya sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang DanaPerimbangan.

c) Pendapatan DBH-Pajak dan DBH-SDA untuk daerah indukdan daerah otonom baru karena pemekaran, didasarkan padainformasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenai DaftarPerkiraan Alokasi Transfer ke Daerah Tahun Anggaran 2015

Page 13: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-10-

dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):

DAU dialokasikan sesuai Peraturan Presiden tentang DanaAlokasi Umum Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota TahunAnggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan, makapenganggaran DAU didasarkan pada:

a) Alokasi DAU daerah provinsi, kabupaten dan kota TahunAnggaran 2015 yang diinformasikan secara resmi olehKementerian Keuangan; atau

b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN) Tahun Anggaran 2015 disetujui bersama antaraPemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia(DPR-RI).

Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi olehKementerian Keuangan atau Surat Edaran Menteri Keuangandimaksud belum diterbitkan, maka penganggaran DAU tersebutdidasarkan pada alokasi DAU Tahun Anggaran 2014.

Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi olehKementerian Keuangan atau Surat Edaran Menteri Keuangantersebut diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBDTahun Anggaran 2015 ditetapkan, maka pemerintah daerahharus menyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada peraturandaerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

3) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):

a) DAK dianggarkan sesuai Peraturan Menteri Keuangan tentangAlokasi DAK Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belumditetapkan, maka penganggaran DAK didasarkan pada:

(1) Alokasi DAK daerah provinsi dan kabupaten/kota TahunAnggaran 2015 yang diinformasikan secara resmi olehKementerian Keuangan; atau

(2) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah RancanganUndang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2015disetujui bersama antara Pemerintah dan DPR-RI.

Penyediaan dana pendamping atau sebutan lainnya hanyadiperkenankan untuk kegiatan yang telah diwajibkan olehperaturan perundang-undangan, seperti DAK sebagaimanadiamanatkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,

Page 14: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-11-

penerimaan hibah dan bantuan luar negeri sepanjangmempersyaratkan dana pendamping dari APBD sebagaimanadiatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012tentang Hibah Daerah.

b) Daerah penerima DAK Tahun Anggaran 2015 dapatmelakukan optimalisasi penggunaan DAK denganmerencanakan dan menganggarkan kembali kegiatan DAKTahun Anggaran 2015 dalam APBD Tahun Anggaran 2015untuk kegiatan DAK bidang yang sama dengan mengacu padapetunjuk teknis yang telah ditetapkan sepanjang akumulasinilai kontrak kegiatan bidang DAK tersebut lebih kecil daripagu bidang DAK tersebut, sesuai maksud Pasal 26 PeraturanMenteri Keuangan Nomor 183/PMK.07/2013 tentangPelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer keDaerah.

Sisa DAK yaitu dana DAK yang telah disalurkan pemerintahkepada pemerintah daerah dan tidak seluruhnya habisdigunakan, sedangkan target kinerja kegiatan DAK sudahtercapai dan/atau target kinerja kegiatan DAK belumtercapai, dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2015dengan ketentuan:

(1) Apabila target kinerja kegiatan DAK sudah tercapai, sisaDAK dimaksud dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran2015 untuk menambah volume/target capaian programdan kegiatan pada bidang DAK yang sama dan/atauuntuk mendanai kegiatan pada bidang DAK tertentusesuai prioritas nasional dengan menggunakan petunjukteknis tahun anggaran sebelumnya atau petunjuk teknisTahun Anggaran 2015.

(2) Dalam hal target kinerja kegiatan DAK belum tercapai,sisa DAK dimaksud dianggarkan dalam APBD TahunAnggaran 2015 untuk mendanai kegiatan yang sesuaipada bidang DAK yang sama sesuai prioritas nasionaldengan menggunakan petunjuk teknis tahun anggaransebelumnya.

Kegiatan yang dibiayai dari sisa DAK harus selesai dan dapatdimanfaatkan pada akhir tahun anggaran berkenaan.

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-LainPendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

1) Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)dialokasikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

Page 15: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-12-

mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan OperasionalSekolah Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belumditetapkan, penganggaraan dana BOS tersebut didasarkan padaalokasi dana BOS Tahun Anggaran 2014.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan,maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana BOSdimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD TahunAnggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2015.

2) Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) dialokasikan sesuaidengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umumdan Alokasi Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil DaerahTahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belumditetapkan, penganggaraan TPG tersebut didasarkan pada alokasiTPG Tahun Anggaran 2014 dengan memperhatikan realisasiTahun Anggaran 2013.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan,maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi TPGdimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD TahunAnggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2015.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkansetelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasiDana Otonomi Khusus dimaksud pada peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalamLRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015.

3) Penganggaran Dana Otonomi Khusus dialokasikan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum danAlokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2015.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belum ditetapkan,maka penganggaran Dana Otonomi Khusus tersebut didasarkanpada alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2014 denganmemperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2013.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkansetelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi

Page 16: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-13-

Dana Otonomi Khusus dimaksud pada peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalamLRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015.

4) Pendapatan Pemerintah Aceh yang bersumber dari Dana OtonomiKhusus atau sebesar 2% (dua persen) dari pagu Dana AlokasiUmum Nasional Tahun 2015, penggunaannya agar ditujukanuntuk membiayai pembangunan terutama pembangunan danpemeliharaan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat,pengentasan kemiskinan, serta pendanaan pendidikan, sosial, dankesehatan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-UndangNomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

5) Pendapatan Pemerintah Aceh dari tambahan DBH-Minyak danGas Bumi yaitu bagian dari pertambangan minyak sebesar 55%(lima puluh lima persen) dan bagian pertambangan gas bumisebesar 40% (empat puluh persen) sebagaimana dimaksud Pasal181 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006, paling sedikit 30%(tiga puluh persen) dialokasikan untuk membiayai pendidikan diAceh dan paling banyak 70% (tujuh puluh persen) dialokasikanuntuk membiayai program pembangunan yang disepakati bersamaantara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.Program pembangunan yang sudah disepakati bersama dimaksuddilaksanakan oleh Pemerintah Aceh.

6) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat sertaKabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Papua Barat yangbersumber dari Dana Otonomi Khusus atau sebesar 2% (duapersen) dari pagu Dana Alokasi Umum Nasional Tahun 2015,harus digunakan terutama untuk pembiayaan pendidikan dankesehatan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-UndangNomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi ProvinsiPapua.

7) Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat sertaPemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Papua danPapua Barat dalam rangka otonomi khusus yang bersumber dariDBH-SDA Pertambangan Minyak Bumi dan Pertambangan GasAlam sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) dialokasikanuntuk biaya pendidikan dan sekurang-kurangnya 15% (lima belaspersen) untuk kesehatan dan perbaikan gizi, sebagaimanadiamanatkan dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 21 Tahun2001.

8) Penganggaran Dana Tambahan Infrastruktur dalam rangkaOtonomi Khusus Provinsi Papua dan Papua Barat dialokasikansesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai PedomanUmum dan Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur TahunAnggaran 2015.

Page 17: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-14-

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belumditetapkan, maka penganggaran Dana Tambahan Infrastrukturdidasarkan pada:

a) Alokasi Dana Tambahan Infrastruktur Tahun Anggaran 2015yang diinformasikan secara resmi oleh Kementerian Keuangan;atau

b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2015 disetujuibersama antara Pemerintah dan DPR-RI.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan,maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DanaTambahan Infrastruktur dimaksud pada peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalamLRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015.

9) Pendapatan Provinsi Papua dan Papua Barat yang bersumber dariDana Tambahan Infrastruktur dalam rangka otonomi khusus yangbesarnya ditetapkan antara Pemerintah dan DPR-RI berdasarkanusulan Provinsi pada setiap tahun anggaran supaya digunakanterutama untuk pembiayaan Pembangunan Infrastruktur. Hal inidimaksudkan agar sekurang-kurangnya dalam 25 (dua puluhlima) tahun seluruh kota-kota Provinsi, Kabupaten/Kota, Distrikatau pusat-pusat penduduk lainnya terhubungkan dengantransportasi darat, laut atau udara yang berkualitas, sehinggaProvinsi Papua dan Papua Barat dapat melakukan aktivitasekonominya secara baik dan menguntungkan sebagai bagian darisistem perekonomian nasional dan global, sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001.

10) Penganggaran Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah IstimewaYogyakarta (DIY) dialokasikan sesuai dengan Peraturan MenteriKeuangan mengenai Dana Keistimewaan Daerah IstimewaYogyakarta Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan dimaksud belumditetapkan, maka penganggaran Dana KeistimewaanPemerintahan DIY didasarkan pada:

a) Alokasi Dana Keistimewaan Pemerintahan DIY TahunAnggaran 2015 yang diinformasikan secara resmi olehKementerian Keuangan; atau

b) Surat Edaran Menteri Keuangan setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaran 2015 disetujuibersama antara Pemerintah dan DPR-RI.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan atau informasi resmi olehKementerian Keuangan atau Surat Edaran Menteri Keuangan

Page 18: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-15-

tersebut diterbitkan setelah peraturan daerah tentang APBDTahun Anggaran 2015 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Keistimewaan Pemerintahan DIYdimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD TahunAnggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRA apabila tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

Pendapatan Pemerintah DIY yang bersumber dari DanaKeistimewaan DIY, penggunaannya ditujukan untukmelaksanakan urusan keistimewaan yang ditetapkan denganPeraturan Daerah Istimewa dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DaerahIstimewa Yogyakarta.

11) Penganggaran Dana Insentif Daerah (DID) dialokasikan sesuaidengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umumdan Alokasi Dana Insentif Daerah Tahun Anggaran 2015.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan,maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DIDdimaksud pada peraturan daerah tentang Perubahan APBD TahunAnggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintahdaerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran2015.

12) Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yangbersumber dari APBN dalam rangka membiayai penyelenggaraanpemerintahan, pembangunan serta pemberdayaan masyarakat,dan kemasyarakatan sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1)huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014tentang Desa, dianggarkan dalam APBD pemerintahkabupaten/kota Tahun Anggaran 2015 dengan mempedomaniperaturan perundang-undangan yang mengatur mengenai alokasiAPBN yang diperuntukan bagi desa dan desa adat.

13) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Umum danAlokasi Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2015.

Apabila Peraturan Menteri Keuangan tersebut diterbitkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan,maka pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi DanaTransfer lainnya dimaksud pada peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalamLRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015.

Pendapatan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersumberdari dana transfer lainnya, penggunaannya harus berpedomanpada masing-masing Peraturan/Petunjuk Teknis yang melandasipenerimaan dana transfer lainnya dimaksud.

Page 19: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-16-

14) Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dariBagi Hasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsididasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah daripemerintah provinsi Tahun Anggaran 2015. Dalam hal penetapanAPBD kabupaten/kota Tahun Anggaran 2015 mendahuluipenetapan APBD provinsi Tahun Anggaran 2015,penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil PajakDaerah Tahun Anggaran 2014 dengan memperhatikan realisasiBagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2013, sedangkan bagianpemerintah kabupaten/kota yang belum direalisasikan olehpemerintah provinsi akibat pelampauan target Tahun Anggaran2014, ditampung dalam peraturan daerah tentang PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD TahunAnggaran 2015.

15) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan, baikyang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterima daripemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota lainnyadianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjang sudahdianggarkan dalam APBD pemberi bantuan.

Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuankeuangan tersebut diterima setelah peraturan daerah tentangAPBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan, maka pemerintah daerahharus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan dimaksud padaperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal bantuan keuangan tersebut diterima setelah penetapanperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2015, maka bantuan keuangan tersebut ditampung dalam LRApemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota penerimabantuan.

16) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber dari pemerintah,pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baik dari badan,lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri, kelompokmasyarakat maupun perorangan yang tidak mengikat dan tidakmempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangankewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah, dianggarkan dalamAPBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud.

Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber daripemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjianhibah antara Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selakupemberi dengan Kepala Daerah/pejabat yang diberi kuasa selakupenerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumberdari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antara

Page 20: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-17-

pihak ketiga selaku pemberi dengan Kepala Daerah/pejabat yangdiberi kuasa selaku penerima.

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekeningberkenaan.

17) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbangan pihakketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri,kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikatdan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran atau pengurangankewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan, dianggarkandalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud.

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekeningberkenaan.

18) Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat daripemerintah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan Dana Darurat.

2. Belanja Daerah

Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusanpemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi danpemerintah kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusanpilihan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untukmelindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalamupaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentukpeningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosialdan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminansosial. Pelaksanaan urusan wajib dimaksud berdasarkan StandarPelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.

Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja,baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupunprogram dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkanakuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas danefisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harusmemberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasilangsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatandimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan targetkinerjanya.

Page 21: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-18-

a. Belanja Tidak Langsung

Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

1) Belanja Pegawai

a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai NegeriSipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturanperundang-undangan serta memperhitungkan rencanakenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gajiketiga belas.

b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhanpengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun2015.

c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gajiberkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasipegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnyamaksimum 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah belanjapegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.

d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRDserta PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2015dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-UndangNomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara JaminanSosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah denganPeraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang PerubahanAtas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentangJaminan Kesehatan.

Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untukpengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatanbagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan danAnggota DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraanjaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidakdiperkenankan dianggarkan dalam APBD.

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dankematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinandan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD denganmempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004,Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan PemerintahNomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan AtasPeraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentangPenyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja danPeraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentangPenahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

Page 22: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-19-

f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harusmemperhatikan kemampuan keuangan daerah denganpersetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuankriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturankepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah danRetribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan PemanfaatanInsentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilanguru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2015melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBDpada jenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek danrincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.

2) Belanja Bunga

Bagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bungapinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangkapanjang supaya dianggarkan pembayarannya dalam APBD TahunAnggaran 2015.

3) Belanja Subsidi

Pemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepadaperusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayananpublik, antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaanKewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation). BelanjaSubsidi tersebut hanya diberikan kepada perusahaan/lembagatertentu agar harga jual dari hasil produksinya terjangkau olehmasyarakat yang daya belinya terbatas. Perusahaan/lembagatertentu yang diberi subsidi tersebut menghasilkan produk yangmerupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orangbanyak.

Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBD TahunAnggaran 2015, perusahaan/lembaga penerima subsidi harusterlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuanpemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negarasebagaimana diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21Tahun 2011.

Page 23: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-20-

4) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumberdari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telahdisesuaikan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan BantuanSosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan BantuanSosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan perundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial.

5) Belanja Bagi Hasil Pajak

a) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumberdari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintahkabupaten/kota harus mempedomani Undang-Undang Nomor28 Tahun 2009. Tata cara penganggaran dana bagi hasiltersebut harus memperhitungkan rencana pendapatan pajakdaerah pada Tahun Anggaran 2015, sedangkan pelampauantarget Tahun Anggaran 2014 yang belum direalisasikan kepadapemerintah kabupaten/kota ditampung dalam PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015 atau dicantumkan dalam LRAbagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2015.

b) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat(3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintahkabupaten/kota menganggarkan belanja Bagi Hasil PajakDaerah dan Retribusi Daerah kepada pemerintah desa palingsedikit 10% (sepuluh per seratus) dari pajak daerah danretribusi daerah kabupaten/kota.

c) Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan Bagi Hasil PajakDaerah dari pemerintah provinsi untuk pemerintahkabupaten/kota dan pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah danRetribusi Daerah dari pemerintah kabupaten/kota untukpemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke dalam daftarnama pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa selakupenerima sebagai rincian obyek penerima bagi hasil pajakdaerah dan retribusi daerah sesuai kode rekening berkenaan.

6) Belanja Bantuan Keuangan

a) Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapatmenganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerahlainnya yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasikesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusanpemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananyadan/atau menerima manfaat dari pemberian bantuan

Page 24: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-21-

keuangan tersebut, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah.

Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum danbersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umumdigunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal denganmenggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah,jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayahyang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuankeuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantucapaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerimabantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yangmenjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuankeuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu olehpemberi bantuan.

b) Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan padajenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuankeuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja namapartai politik penerima bantuan keuangan. Besaranpenganggaran bantuan keuangan kepada partai politikberpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, danLaporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan KeuanganPartai Politik sebagaimana telah diubah dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, danLaporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan KeuanganPartai Politik.

c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat(2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintahkabupaten/kota menganggarkan alokasi dana untuk desa dandesa adat yang diterima dari APBN dalam jenis belanja bantuankeuangan kepada pemerintah desa dalam APBDkabupaten/kota Tahun Anggaran 2015 untuk membiayaipenyelenggaraan pemerintahan, pembangunan sertapemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

Selain itu, pemerintah kabupaten/kota menganggarkan AlokasiDana Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenis belanjabantuan keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit 10%(sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang diterimaoleh kabupaten/kota dalam APBD Tahun Anggaran 2015setelah dikurangi DAK sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat(4) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

Page 25: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-22-

Selanjutnya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kotamemberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintahdesa, sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf eUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

d) Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuankeuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikandaftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuankeuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangansesuai kode rekening berkenaan.

7) Belanja Tidak Terduga

Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasionaldengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2014 dankemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapatdiprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintahdaerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanaikegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadiberulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana,penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, yang tidaktertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada TahunAnggaran 2015, termasuk pengembalian atas kelebihanpenerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

b. Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan programdan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untukpelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dariurusan wajib dan urusan pilihan. Penganggaran belanja langsungdituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaatcapaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakatdalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dankeberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik.Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatanmempedomani SPM yang telah ditetapkan, Analisis StandarBelanja (ASB), dan standar satuan harga. ASB dan standar satuanharga ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan digunakansebagai dasar penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD.

Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agarmengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usahamikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikanprinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitaskemampuan teknis.

Page 26: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-23-

2) Belanja Pegawai

Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSDmemperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalampencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengankebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangkamencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan haltersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSDdibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwakeberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benarmemiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitaspelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikanpemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuantersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif Pemungutan PajakDaerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut padaa.1).g). Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya kedalam jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium danrincian obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaranhonorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkandengan keputusan kepala daerah.

3) Belanja Barang dan Jasa

a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatandianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa denganmenambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru sertabesarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihakketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangkapemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaanatau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebutdianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai koderekening berkenaan.

c) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengankebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas danfungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan sertamemperhitungkan estimasi sisa persediaan barang TahunAnggaran 2014.

d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakirmiskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-UndangNomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun2011, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentangPenerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan PeraturanPresiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana diubah denganPeraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidakmenjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melaluiBPJS yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat

Page 27: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-24-

menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan padaSKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanankesehatan.

e) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasiJaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan TingkatPertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belummenerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan PresidenNomor 32 Tahun 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JaminanKesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan danDukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik PemerintahDaerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.

f) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik NamaKendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikanpada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3)Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuaidengan masing-masing peraturan daerah.

g) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihakketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa.

Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepadapihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaandimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasayang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakatditambah seluruh belanja yang terkait denganpengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siapdiserahkan.

h) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangkakunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinasdalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukansecara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi sertamemperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksudsehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintahdaerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkansesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaranperjalanan dinas luar negeri berpedoman pada InstruksiPresiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas LuarNegeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri BagiPejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Dalam Negeri,Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD.

i) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangandaerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus

Page 28: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-25-

memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riilatau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagai berikut:

1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai denganbiaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikanuntuk Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati,Walikota/Wakil Walikota dan Pimpinan DPRD Provinsi;

2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakanfasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepadayang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota tempattujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan dinasdan dibayarkan secara lumpsum.

4) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secaralumpsum.

Standar satuan harga perjalanan dinas ditetapkan denganKeputusan Kepala Daerah, dengan mempedomani besaransatuan biaya yang berlaku dalam APBN sebagaimana diaturdengan peraturan perundang-undangan.

j) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yangmengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanjaperjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan dinasdimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yangditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

k) Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan,bimbingan teknis atau sejenisnya yang terkait denganpengembangan sumber daya manusia Pimpinan dan AnggotaDPRD serta pejabat/staf pemerintah daerah, yang tempatpenyelenggaraannya di luar daerah harus dilakukan sangatselektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dankompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari kehadirandalam pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atausejenisnya guna pencapaian efektifitas penggunaan anggarandaerah. Dalam rangka orientasi dan pendalaman tugasPimpinan dan Anggota DPRD Provinsi dan DPRDKabupaten/Kota agar berpedoman pada Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang PedomanOrientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi danDPRD Kabupaten/Kota sebagaimana diubah dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2013 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan PendalamanTugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Page 29: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-26-

l) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat,pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnyadiprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah,seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milikpemerintah daerah.

m) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang beradadalam penguasaannya mempedomani Pasal 46 ayat (1)Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentangPengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Pasal 48Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

4) Belanja Modal

a) Pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanjamodal pada APBD Tahun Anggaran 2015 untuk pembangunandan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait denganpeningkatan pelayanan kepada masyarakat.

b) Penganggaran untuk pengadaan kebutuhan barang milikdaerah dan pemeliharaan barang milik daerah menggunakandasar perencanaan kebutuhan dan pemeliharaan barang milikdaerah sebagaimana diatur dalam Pasal 9 PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 2014 dan Pasal 7 PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007. Selanjutnya,untuk pengadaan barang milik daerah juga memperhatikanstandar sarana dan prasarana kerja berdasarkan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentangStandarisasi Sarana dan Prasarana Kerja PemerintahanDaerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 tentang Perubahan AtasPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 tentangStandarisasi Sarana dan Prasarana Kerja PemerintahanDaerah.

Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung danbangunan milik daerah mempedomani Peraturan PresidenNomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan BangunanGedung Negara.

c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umummempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi PembangunanUntuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah denganPeraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang PerubahanAtas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentangPenyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan UntukKepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan BiayaPendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Page 30: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-27-

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang BersumberDari APBD.

d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaranyang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujudyang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulanuntuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Nilai asettetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal sebesarharga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkaitdengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebutsiap digunakan, sesuai maksud Pasal 53 ayat (1) dan ayat (2)Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

5) Surplus/Defisit APBD

a) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaranpendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.

b) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaan surplustersebut diutamakan untuk pembayaran pokok utang,penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjamankepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/ataupendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaanbelanja peningkatan jaminan sosial tersebut diwujudkandalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasarmasyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secarafungsional terkait dengan tugasnya melaksanakan programdan kegiatan tersebut.

c) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerahmenetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisittersebut, yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggarantahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasilpenjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaanpinjaman, dan/atau penerimaan kembali pemberian pinjamanatau penerimaan piutang.

d) Pemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batasmaksimal defisit APBD Tahun Anggaran 2015 yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisitAPBD kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangansetiap semester Tahun Anggaran 2015. Pelanggaran terhadapketentuan dimaksud, dapat dilakukan penundaan ataspenyaluran dana perimbangan.

3. Pembiayaan Daerah

a. Penerimaan Pembiayaan

1) Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran TahunSebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada penghitungan yang

Page 31: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-28-

cermat dan rasional dengan mempertimbangkan perkiraanrealisasi anggaran Tahun Anggaran 2014 dalam rangkamenghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada TahunAnggaran 2015 yang tidak dapat didanai akibat tidak tercapainyaSiLPA yang direncanakan. Selanjutnya SiLPA dimaksud harusdiuraikan pada obyek dan rincian obyek sumber SiLPA TahunAnggaran 2014, sebagaimana contoh format sebagai berikut:

Tabel 3

Uraian SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya

Kode Rekening Uraian Jumlah(Rp)

x x x SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnyax x x 01 Pelampauan Penerimaan PADx x x 01 01 Pajak Daerahx x x 01 02 Retribusi Daerahx x x 01 03 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkanx x x 01 04 Lain-lain PAD Yang Sah

x x x 02 Pelampauan Penerimaan Dana Perimbanganx x x 02 01 Bagi Hasil Pajakx x x 02 02 Bagi Hasil SDAx x x 02 03 dst .....

x x x 03 Pelampauan Penerimaan Lain-lain PD Yang Sahx x x 03 01 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khususx x x 03 02 dst .....

x x x 04 Sisa Penghematan Belanja atau Akibat Lainnyax x x 04 01 Belanja pegawai dari Belanja Tidak Langsungx x x 04 02 Belanja pegawai dari Belanja Langsungx x x 04 03 Belanja Barang dan Jasax x x 04 04 Belanja Modalx x x 04 05 Belanja Bungax x x 04 06 Belanja Subsidix x x 04 07 Belanja Hibahx x x 04 08 Belanja Bantuan Sosialx x x 04 09 Belanja Bagi Hasilx x x 04 10 Belanja Bantuan Keuanganx x x 04 11 Belanja Tidak Terdugax x x 04 12 Dst....

x x x 05 Dst....x x x 05 01 ....x x x 05 02 Dst....

x x x 06 Sisa Belanja DAKx x x 06 01 DAK Bidang Pendidikanx x x 06 02 DAK Bidang Kesehatanx x x 06 03 DAK Bidang Infrastrukturx x x 06 04 Dst....

x x x 07 Sisa Belanja Dana Bagi Hasilx x x 07 01 Dana Bagi Hasil PBBx x x 07 02 Dana Bagi Hasil PPhx x x 07 03 Dana Bagi Hasil SDA Iuran Hak Pengusaha Hutan

Page 32: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-29-

2) Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yangbersumber dari pencairan dana cadangan, waktu pencairan danbesarannya sesuai peraturan daerah tentang pembentukan danacadangan.

3) Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBD padaakun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah,jenis penerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyekdana bergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompokmasyarakat penerima.

4) Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapatmelakukan pinjaman daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang pinjaman daerah. Bagi pemerintah provinsidan pemerintah kabupaten/kota yang berencana untukmelakukan pinjaman daerah harus dianggarkan terlebih dahuludalam rancangan peraturan daerah tentang APBD tahunanggaran berkenaan sesuai Pasal 35 ayat (3) PeraturanPemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.

Untuk pinjaman jangka menengah sesuai Pasal 13 ayat (4)Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 digunakan untukmembiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkanpenerimaan, sedangkan pinjaman jangka panjang yangbersumber dari pemerintah, pemerintah daerah lain, lembagakeuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank sesuai Pasal14 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasaranadan/atau sarana dalam rangka pelayanan publik yang:

x x x 07 04 Dana Bagi Hasil SDA Sumber Daya Hutanx x x 07 05 Dana Bagi Hasil DRx x x 07 06 Dst....

x x x 08 Sisa Belanja Dana Penyesuaianx x x 08 01 Dana Penyesuaian BOSx x x 08 02 Dana Penyesuaian Tambahan Penghasilan Guru

PNSDx x x 08 03 Dana Penyesuaian Tunjangan Profesi Guru PNSDx x x 08 04 Dana Penyesuaian Tunjangan Sertifikasi Guru

PNSDx x x 08 05 Dana Penyesuaian DIDx x x 08 06 Dst....

x x x 09 Sisa Belanja Dana Otonomi Khususx x x 09 01 Dana Otonomi Khusus Acehx x x 09 02 Dana Otonomi Khusus Papuax x x 09 03 Dana Otonomi Khusus Papua Baratx x x 09 04 Dst....

x x x 10 Sisa Belanja Dana Tambahan Infrastrukturx x x 10 01 Dana Tambahan Infrastruktur Papuax x x 10 02 Dana Tambahan Infrastruktur Papua Barat

x x x 11 Dst.....

Page 33: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-30-

a. menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatan bagiAPBD yang berkaitan dengan pembangunan prasarana dansarana tersebut;

b. menghasilkan penerimaan tidak langsung berupapenghematan terhadap belanja APBD yang seharusnyadikeluarkan apabila kegiatan tersebut tidak dilaksanakan;dan/atau

c. memberikan manfaat ekonomi dan sosial.

b. Pengeluaran Pembiayaan

1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerahdapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanendalam bentuk dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Daerah. Dana bergulir dalam APBD dianggarkan padaakun pembiayaan, kelompok pengeluaran pembiayaan daerah,jenis penyertaan modal/investasi pemerintah daerah, obyek danabergulir dan rincian obyek dana bergulir kepada kelompokmasyarakat penerima.

2) Penyertaan modal pemerintah daerah pada badan usaha miliknegara/daerah dan/atau badan usaha lainnya ditetapkandengan peraturan daerah tentang penyertaan modal. Penyertaanmodal dalam rangka pemenuhan kewajiban yang telah tercantumdalam peraturan daerah tentang penyertaan modal pada tahunsebelumnya, tidak perlu diterbitkan peraturan daerah tersendirisepanjang jumlah anggaran penyertaan modal tersebut belummelebihi jumlah penyertaan modal yang telah ditetapkan padaperaturan daerah tentang penyertaan modal.

Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlahpenyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yang telahditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modaldimaksud, pemerintah daerah melakukan perubahan peraturandaerah tentang penyertaan modal tersebut.

3) Pemerintah daerah dapat menambah modal yang disetordan/atau melakukan penambahan penyertaan modal padaBadan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuat strukturpermodalan, sehingga BUMD dimaksud dapat lebih berkompetisi,tumbuh dan berkembang. Khusus untuk BUMD sektorperbankan, pemerintah daerah dapat melakukan penambahanpenyertaan modal dimaksud guna menambah modal intisebagaimana dipersyaratkan Bank Indonesia dan untukmemenuhi Capital Adequacy Ratio (CAR).

4) Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan bagi UsahaMikro Kecil dan Menengah (UMKM), pemerintah daerah dapatmelakukan penyertaan modal dan/atau penambahan modal

Page 34: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-31-

kepada bank perkreditan rakyat milik pemerintah daerah sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

5) Dalam rangka mendukung pencapaian target MilleniumDevelopment Goal’s (MDG’s) Tahun 2025 yaitu cakupanpelayanan air perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80%(delapan puluh persen) dan di wilayah perdesaan sebanyak 60%(enam puluh persen), pemerintah daerah perlu memperkuatstruktur permodalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).Penguatan struktur permodalan tersebut dilakukan denganmenambah penyertaan modal pemerintah daerah yang antaralain bersumber dari pemanfaatan bagian laba bersih PDAM.Penyertaan Modal dimaksud dilakukan untuk penambahan,peningkatan, perluasan prasarana dan sarana sistem penyediaanair minum, serta peningkatan kualitas dan pengembangancakupan pelayanan. Selain itu, pemerintah daerah dapatmelakukan penambahan penyertaan modal guna meningkatkankualitas, kuantitas dan kapasitas pelayanan air minum kepadamasyarakat untuk mencapai MDG’s dengan berpedoman padaperaturan perundang-undangan.

6) Untuk menganggarkan dana cadangan, pemerintah daerah harusmenetapkan terlebih dahulu peraturan daerah tentangpembentukan dana cadangan yang mengatur tujuanpembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akandibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan danacadangan yang harus dianggarkan, dengan mempedomani Pasal122 dan Pasal 123 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005serta Pasal 63 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

7) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaransebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2)Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

c. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan

1) Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA)Tahun Anggaran 2015 bersaldo nol.

2) Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBDmenghasilkan SILPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerahharus memanfaatkannya untuk penambahan program dankegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dankegiatan yang telah dianggarkan, dan/atau pengeluaranpembiayaan.

Page 35: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-32-

3) Dalam hal perhitungan SILPA Tahun Berjalan negatif, pemerintahdaerah melakukan pengurangan bahkan penghapusanpengeluaran pembiayaan yang bukan merupakan kewajibandaerah, pengurangan program dan kegiatan yang kurangprioritas dan/atau pengurangan volume program dankegiatannya.

IV. Teknis Penyusunan APBD

Dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2015, pemerintah daerah danDPRD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penetapan APBD harus tepat waktu, yaitu paling lambat tanggal 31Desember 2014 sebagaimana diatur dalam Pasal 116 ayat (2)Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 21 Tahun 2011. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintahdaerah harus memenuhi jadwal proses penyusunan APBD, mulai daripenyusunan dan penyampaian rancangan KUA dan rancangan PPASkepada DPRD untuk dibahas dan disepakati bersama paling lambatakhir bulan Juli 2014. Selanjutnya KUA dan PPAS yang telahdisepakati bersama akan menjadi dasar bagi pemerintah daerah untukmenyusun, menyampaikan dan membahas rancangan APBD TahunAnggaran 2015 antara pemerintah daerah dengan DPRD sampaidengan tercapainya persetujuan bersama antara kepala daerah denganDPRD terhadap rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, palinglambat tanggal 30 Nopember 2014, sebagaimana diatur dalamketentuan Pasal 105 ayat (3c) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011,dengan tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut:

Tabel 4

Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan APBD

No. URAIAN WAKTU LAMA

1. Penyusunan RKPD Akhir bulan Mei

2. Penyampaian Rancangan KUAdan Rancangan PPAS olehKetua TAPD kepada kepaladaerah

Minggu I bulanJuni

1 minggu

3. Penyampaian Rancangan KUAdan Rancangan PPAS olehkepala daerah kepada DPRD

Pertengahan bulanJuni

6 minggu

4. Kesepakatan antara kepaladaerah dan DPRD atasRancangan KUA danRancangan PPAS

Akhir bulan Juli

5. Penerbitan Surat Edaran Awal bulan 8 minggu

Page 36: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-33-

kepala daerah perihalPedoman penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD

Agustus

6. Penyusunan danpembahasan RKA-SKPD danRKA-PPKD serta penyusunanRancangan Perda tentangAPBD

Awal bulanAgustus sampaidengan akhirbulan September

7. Penyampaian RancanganPerda tentang APBD kepadaDPRD

Minggu I bulanOktober

2 bulan

8. Pengambilan persetujuanbersama DPRD dan kepaladaerah

Paling lambat 1(satu) bulansebelum tahunanggaran yangbersangkutan

9. Menyampaikan RancanganPerda tentang APBD danRancangan Perkada tentangPenjabaran APBD kepadaMDN/Gub untuk dievaluasi

3 hari kerja setelahpersetujuanbersama

10. Hasil evaluasi RancanganPerda tentang APBD danRancangan Perkada tentangPenjabaran APBD

Paling lama 15hari kerja setelahRancangan Perdatentang APBD danRancanganPerkada tentangPenjabaran APBDditerima olehMDN/Gub

11. Penyempurnaan RancanganPerda tentang APBD sesuaihasil evaluasi yang ditetapkandengan keputusan pimpinanDPRD tentangpenyempurnaan RancanganPerda tentang APBD

Paling lambat 7hari kerja (sejakditerimakeputusan hasilevaluasi)

12. Penyampaian keputusanDPRD tentangpenyempurnaan RancanganPerda tentang APBD kepadaMDN/Gub

3 hari kerja setelahkeputusanpimpinan DPRDditetapkan

13. Penetapan Perda tentangAPBD dan Perkada tentangPenjabaran APBD sesuaidengan hasil evaluasi

Paling lambatakhir Desember(31 Desember)

14. Penyampaian Perda tentangAPBD dan Perkada tentangPenjabaran APBD kepadaMDN/Gub

Paling lambat 7hari kerja setelahPerda dan Perkadaditetapkan

Page 37: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-34-

2. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancanganKUA/KUPA dan rancangan PPAS/PPAS Perubahan, kepala daerahharus menyampaikan rancangan KUA/KUPA dan rancanganPPAS/PPAS Perubahan tersebut kepada DPRD dalam waktu yangbersamaan, yang selanjutnya hasil pembahasan kedua dokumentersebut disepakati bersama antara kepala daerah dengan DPRD padawaktu yang bersamaan, sehingga keterpaduan substansi KUA/KUPAdan PPAS/PPAS Perubahan dalam proses penyusunan RancanganAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 akan lebih efektif.

3. Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, substansi KUA/KUPAmencakup hal-hal yang sifatnya kebijakan umum dan tidakmenjelaskan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang sifatnyakebijakan umum, seperti: (a) Gambaran kondisi ekonomi makrotermasuk perkembangan indikator ekonomi makro daerah; (b) Asumsidasar penyusunan Rancangan APBD/Perubahan APBD TahunAnggaran 2015 termasuk laju inflasi, pertumbuhan PDRB dan asumsilainnya terkait dengan kondisi ekonomi daerah; (c) Kebijakanpendapatan daerah yang menggambarkan prakiraan rencana sumberdan besaran pendapatan daerah untuk Tahun Anggaran 2015 sertastrategi pencapaiannya; (d) Kebijakan belanja daerah yangmencerminkan program dan langkah kebijakan dalam upayapeningkatan pembangunan daerah yang merupakan manifestasi darisinkronisasi kebijakan antara pemerintah daerah dan pemerintah sertastrategi pencapaiannya; (e) Kebijakan pembiayaan yangmenggambarkan sisi defisit dan surplus anggaran daerah sebagaiantisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangkamenyikapi tuntutan pembangunan daerah serta strategipencapaiannya.

4. Substansi PPAS/PPAS Perubahan mencerminkan prioritaspembangunan daerah yang dikaitkan dengan sasaran yang ingindicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait. Prioritasprogram dari masing-masing SKPD provinsi disesuaikan denganurusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telahdisinkronisasikan dengan 9 (sembilan) bidang-bidang pembangunan,yaitu: (1) Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama; (2) BidangEkonomi; (3) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (4) BidangSarana dan Prasarana; (5) Bidang Politik; (6) Bidang Pertahanan danKeamanan; (7) Bidang Hukum dan Aparatur; (8) Bidang Wilayah danTat Ruang; dan (9) Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan yangtercantum dalam RKP Tahun 2015, sedangkan prioritas program darimasing-masing SKPD kabupaten/kota selain disesuaikan denganurusan pemerintahan daerah yang ditangani dan telahdisinkronisasikan dengan 9 (sembilan) bidang-bidang pembangunantersebut di atas, juga telah disinkronisasikan dengan prioritas programprovinsi yang tercantum dalam RKPD provinsi Tahun 2015.

Page 38: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-35-

PPAS/PPAS Perubahan selain menggambarkan pagu anggaransementara untuk belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuansosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga,serta pembiayaan, juga menggambarkan pagu anggaran sementara dimasing-masing SKPD berdasarkan program dan kegiatan prioritasdalam RKPD. Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitifsetelah rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBDdisetujui bersama antara kepala daerah dengan DPRD serta rancanganPeraturan Daerah tentang APBD/Perubahan APBD tersebut ditetapkanoleh kepala daerah menjadi Peraturan Daerah tentangAPBD/Perubahan APBD.

5. Berdasarkan KUA dan PPAS yang telah disepakati bersama antarakepala daerah dan DPRD, kepala daerah menerbitkan Surat Edarantentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh SKPD danRKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).Surat Edaran dimaksud mencakup prioritas pembangunan daerah,program dan kegiatan sesuai dengan indikator, tolok ukur dan targetkinerja dari masing-masing program dan kegiatan, alokasi plafonanggaran sementara untuk setiap program dan kegiatan SKPD, bataswaktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dilampiri dokumenKUA, PPAS, kode rekening APBD, format RKA-SKPD dan RKA-PPKD,ASB dan standar satuan harga.

6. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaranbelanja tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai,tambahan penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRDdianggarkan juga Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD),rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatanSKPD.

7. RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari danaperimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, belanjatidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanjahibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuankeuangan dan belanja tidak terduga, rincian penerimaan pembiayaandan pengeluaran pembiayaan.

8. RKA-SKPD dan RKA-PPKD digunakan sebagai dasar penyusunanrancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD danperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD/Perubahan APBD.

Dalam kolom penjelasan pada peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD/Perubahan APBD dicantumkan lokasi kegiatanuntuk kelompok belanja langsung.

Khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari DBHDana Reboisasi (DBH-DR), DAK, Dana Penyesuaian dan OtonomiKhusus, Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, PinjamanDaerah serta sumber pendanaan lainnya yang kegiatannya telahditentukan, juga dicantumkan sumber pendanaannya.

Page 39: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-36-

Selain itu, untuk penganggaran kegiatan tahun jamak agardicantumkan jangka waktu pelaksanaannya sesuai nota kesepakatanantara kepala daerah dan DPRD dalam kolom penjelasan padaperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluanpendanaan keadaan darurat dan keperluan mendesak, pemerintahdaerah harus mencantumkan kriteria belanja untuk keadaan daruratdan keperluan mendesak dalam peraturan daerah tentangAPBD/Perubahan APBD, sebagaimana diamanatkan dalam PenjelasanPasal 81 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

9. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas APBD,pemerintah daerah agar mengembangkan substansi Lampiran IRingkasan Penjabaran APBD yang semula hanya diuraikan sampaidengan ringkasan jenis pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuaidengan Pasal 102 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun2011, menjadi sampai dengan ringkasan obyek dan rincian obyekpendapatan, belanja dan pembiayaan.

10. Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBD telahdisampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD paling lambat Minggu Ibulan Oktober 2014, sedangkan pembahasan rancangan peraturandaerah tentang APBD dimaksud belum selesai sampai dengan tanggal30 Nopember 2014, maka kepala daerah menyusun rancanganperaturan kepala daerah tentang APBD untuk mendapatkanpengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi APBD Provinsi danGubernur bagi APBD Kabupaten/Kota sesuai Pasal 107 ayat (3)Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 21 Tahun 2011.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD harusmemperhatikan:

a. Anggaran belanja daerah dibatasi maksimum sama dengananggaran belanja daerah dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran2014 atau APBD Tahun Anggaran 2014 apabila tidak adaPerubahan APBD Tahun Anggaran 2014;

b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifatmengikat dan belanja yang bersifat wajib untuk terjaminnyakelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat sesuaidengan kebutuhan Tahun Anggaran 2015; dan

c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanyadiperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk kenaikangaji dan tunjangan PNSD serta penyediaan dana pendamping atasprogram dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanjabagi hasil pajak dan retribusi daerah yang mengalami kenaikan

Page 40: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-37-

akibat adanya kenaikan target pendapatan daerah dari pajak danretribusi dimaksud dari Tahun Anggaran 2015.

11. Dalam rangka percepatan penetapan peraturan daerah tentangperubahan APBD Tahun Anggaran 2015, proses pembahasanrancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD TahunAnggaran 2015 dapat dilakukan setelah penyampaian laporan realisasisemester pertama, namun persetujuan bersama antara pemerintahdaerah dan DPRD atas Raperda dimaksud dilakukan setelahpersetujuan bersama atas rancangan peraturan daerah tentangpertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2014.

Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadaprancangan peraturan daerah tentang Perubahan APBD TahunAnggaran 2015 ditetapkan paling lambat akhir bulan September 2015,dengan tahapan penyusunan dan jadwal sebagai berikut:

Tabel 5

Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan Perubahan APBD

No. URAIAN WAKTU LAMA

1. Penyampaian Rancangan KUPAdan Rancangan PPASPerubahan oleh Ketua TAPDkepada kepala daerah

Paling lambatminggu I bulanAgustus

2. Kesepakatan antara kepaladaerah dan DPRD atasRancangan KUPA danRancangan PPAS Perubahan

Paling lambatminggu II bulanAgustus

1 minggu

3. Penerbitan Surat Edaran kepaladaerah perihal Pedomanpenyusunan RKA-SKPD, RKA-PPKD dan DPPA-SKPD/PPKDserta Penyusunan RancanganPerda tentang Perubahan APBDdan Rancangan Perkada tentangPenjabaran Perubahan APBD

Paling lambatminggu I bulanSeptember

3 minggu

4. Penyampaian Rancangan Perdatentang Perubahan APBD kepadaDPRD

Paling lambatminggu II bulanSeptember

3 minggu

5. Pengambilan persetujuanbersama DPRD dan kepaladaerah

Paling lambat 3bulan sebelumtahun anggaranberakhir

6. Menyampaikan Rancangan Perdatentang Perubahan APBD danRancangan Perkada tentangPenjabaran Perubahan APBDkepada MDN/Gubernur untukdievaluasi

3 hari kerjasetelahpersetujuanbersama

Page 41: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-38-

7. Hasil evaluasi Rancangan Perdatentang Perubahan APBD danRancangan Perkada tentangPenjabaran Perubahan APBD

Paling lama 15hari kerja setelahRancangan PerdatentangPerubahan APBDdan RancanganPerkada tentangPenjabaranPerubahan APBDditerima olehMDN/Gub

8. Penyempurnaan RancanganPerda tentang Perubahan APBDsesuai hasil evaluasi yangditetapkan dengan keputusanpimpinan DPRD tentangpenyempurnaan RancanganPerda tentang Perubahan APBD

Paling lambat 7hari kerja (sejakditerimakeputusan hasilevaluasi)

7 hari kerja

9. Penyampaian keputusan DPRDtentang penyempurnaanRancangan Perda tentangPerubahan APBD kepadaMDN/Gub

3 hari kerjasetelahkeputusanpimpinan DPRDditetapkan

10. Penetapan Perda tentangPerubahan APBD dan Perkadatentang Penjabaran PerubahanAPBD sesuai dengan hasilevaluasi

11. Penyempurnaan RancanganPerda tentang Perubahan APBDsesuai hasil evaluasi yangditetapkan dengan keputusanpimpinan DPRD tentangpenyempurnaan RancanganPerda tentang Perubahan APBD

Paling lambat 7hari kerja (sejakditerimakeputusan hasilevaluasi)

12. Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015, pemerintah daerahdilarang untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanjalangsung dan jenis belanja bantuan keuangan yang bersifat khususkepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa padakelompok belanja tidak langsung, apabila dari aspek waktu dantahapan pelaksanaan kegiatan serta bantuan keuangan yang bersifatkhusus tersebut diperkirakan tidak selesai sampai dengan akhir TahunAnggaran 2015.

13. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, wakil kepala daerahmenyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD/PerubahanAPBD kepada DPRD dan menandatangani persetujuan bersamaterhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBDTahun Anggaran 2015.

Apabila kepala daerah berhalangan sementara, kepala daerahmendelegasikan kepada wakil kepala daerah untuk menyampaikan

Page 42: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-39-

rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD TahunAnggaran 2015 kepada DPRD dan menandatangani persetujuanbersama terhadap rancangan peraturan daerah tentangAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah berhalangan tetapatau sementara, pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabatyang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerahberwenang untuk menyampaikan rancangan peraturan daerah tentangAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 kepada DPRD danmenandatangani persetujuan bersama terhadap rancangan peraturandaerah tentang APBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

14. Dalam hal Pimpinan DPRD berhalangan tetap atau sementara, pejabatyang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selakupenjabat/pelaksana tugas pimpinan sementara DPRD berwenanguntuk menandatangani persetujuan bersama terhadap rancanganAPBD/Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

15. Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturandaerah tentang Perubahan APBD sebelum ditetapkan menjadiperaturan daerah harus dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal185, Pasal 186, dan Pasal 188 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah, jo. Pasal 110, Pasal 111, Pasal 173,Pasal 174 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

16. Badan Anggaran DPRD bersama-sama TAPD harus melakukanpenyempurnaan atas rancangan peraturan daerah tentang APBD atauperubahan APBD berdasarkan hasil evaluasi terhadap rancanganperaturan daerah tentang APBD atau perubahan APBD paling lama 7(tujuh) hari kerja setelah hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri diterimaoleh Gubernur untuk APBD provinsi dan hasil evaluasi Gubernurditerima oleh Bupati/Walikota untuk APBD kabupaten/kota. Hasilpenyempurnaan tersebut ditetapkan dalam Keputusan PimpinanDPRD, dan menjadi dasar penetapan peraturan daerah tentang APBDatau perubahan APBD. Keputusan Pimpinan DPRD dimaksud bersifatfinal dan dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya, sesuai maksudPasal 114 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

V. Hal-Hal Khusus Lainnya

Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2015, selainmemperhatikan kebijakan dan teknis penyusunan APBD, jugamemperhatikan hal-hal khusus, antara lain sebagai berikut:

1. Penyelesaian permasalahan mengenai pemungutan Pajak Bumi danBangunan Perdesaan dan Perkotaan mempedomani Peraturan

Page 43: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-40-

Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri Nomor15/PMK.07/2014 dan Nomor 10 Tahun 2014 tentang TahapanPersiapan dan Pelaksanaan Pengalihan Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan Sebagai Pajak.

2. Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk dan Akta Catatan Sipil tidak diperkenankan untukdianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2015 sesuai maksud Pasal79A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang AdministrasiKependudukan diatur bahwa pengurusan dan penerbitan dokumenkependudukan tidak dipungut biaya. Berkaitan dengan hal tersebut,pemerintah daerah harus segera menyesuaikan peraturan daerahdimaksud sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.

3. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, pemerintah daerahsecara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikananggaran fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluhpersen) dari belanja daerah, sesuai amanat peraturan perundang-undangan, termasuk dana BOS yang bersumber dari APBD.

4. Untuk meningkatkan efektifitas penyusunan anggaran BOS TahunAnggaran 2015, pemerintah daerah perlu memperhatikan bahwa danaBOS yang bersumber dari APBN diperuntukkan bagi penyelenggaraansatuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajarsembilan tahun. Untuk dana BOS yang bersumber dari APBD,penganggarannya dalam bentuk program dan kegiatan sertapenggunaannya dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerahsecara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikananggaran kesehatan minimal 10% (sepuluh persen) dari total belanjaAPBD di luar gaji, sesuai amanat Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Penjelasan Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009menegaskan bahwa bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari 10%(sepuluh persen) agar tidak menurunkan jumlah alokasinya dan bagidaerah yang belum mempunyai kemampuan agar dilaksanakan secarabertahap.

6. Dalam rangka menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah padadaerah otonom baru, pemerintah provinsi dan/atau pemerintahkabupaten/kota induk melakukan pembinaan secara intensif melaluifasilitasi penyusunan Rancangan APBD, dan dukungan pendanaanmelalui pemberian hibah/bantuan keuangan yang besarnyasebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Penyediaan dana hibah/bantuan keuangan bagi daerah otonom baruoleh pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota indukdilakukan setiap tahun dalam APBD sesuai dengan amanat undang-

Page 44: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-41-

undang tentang pembentukan daerah otonom baru yangbersangkutan. Pemberian hibah dimaksud harus mempedomaniperaturan perundang-undangan mengenai hibah daerah.

Sambil menunggu pembentukan DPRD, penyusunan APBD TahunAnggaran 2015 bagi provinsi/kabupaten/kota yang baru dibentukmempedomani Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120 dan Pasal121 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

7. Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapadaerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara lebihefektif dan efisien, pemerintah daerah dapat menganggarkan programdan kegiatan melalui pola kerjasama antar daerah denganmempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentangTata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk TeknisTata Cara Kerjasama Daerah serta peraturan perundang-undanganlainnya. Apabila pemerintah daerah membentuk badan kerjasama,maka masing-masing pemerintah daerah menganggarkan dalam APBDdalam bentuk belanja hibah kepada badan kerjasama denganmempedomani peraturan perundang-undangan mengenai hibahdaerah.

Dalam hal pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan badanusaha dalam penyediaan infrastruktur mempedomani PeraturanPresiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah DalamPenyediaan Infrastruktur sebagaimana diubah beberapa kali terakhirdengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2013 tentang PerubahanKetiga Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentangKerjasama Pemerintah Dalam Penyediaan Infrastruktur.

8. Dalam rangka mendukung efektivitas implementasi programpenanggulangan kemiskinan melalui Program Nasional PemberdayaanMasyarakat (PNPM) Perdesaan dan Perkotaan, pemerintah daerahharus menyediakan dana pendamping yang bersumber dari APBD dandianggarkan pada jenis belanja bantuan sosial sesuai PeraturanMenteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang PedomanPendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah Untuk PenanggulanganKemiskinan.

9. Belanja Tidak Terduga yang akan digunakan untuk mendanai tanggapdarurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial sertakebutuhan mendesak lainnya, seperti penanganan konflik sosial sesuaiamanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang PenangananKonflik Sosial dan penanganan gangguan keamanan dalam negerisesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014, dilakukandengan cara:

Page 45: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-42-

a. Kepala Daerah menetapkan kegiatan yang akan didanai dari belanjatidak terduga dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukankepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusandimaksud ditetapkan;

b. Atas dasar keputusan kepala daerah tersebut, pimpinaninstansi/lembaga yang akan bertanggungjawab terhadappelaksanaan kegiatan mengajukan usulan kebutuhan;

c. Kepala Daerah dapat mengambil kebijakan percepatan pencairandana belanja tidak terduga untuk mendanai penanganan tanggapdarurat yang mekanisme pemberian dan pertanggungjawabannyadiatur dengan peraturan kepala daerah sebagaimana dimaksudPasal 134 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; dan

d. Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melalui belanjatidak terduga dilakukan dengan pergeseran anggaran dari belanjatidak terduga ke belanja SKPD berkenaan dan/atau belanja PPKD.

10. Penyediaan anggaran untuk penanggulangan bencana alam/bencanasosial dan/atau pemberian bantuan kepada daerah lain dalam rangkapenanggulangan bencana alam/bencana sosial dapat memanfaatkansaldo anggaran yang tersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APBDtahun anggaran sebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseranBelanja Tidak Terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulangatas program dan kegiatan yang kurang mendesak, denganmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:a. Penyediaan anggaran untuk mobilisasi tenaga medis dan obat-

obatan, logistik/sandang dan pangan diformulasikan kedalam RKA-SKPD yang secara fungsional terkait dengan pelaksanaan kegiatandimaksud;

b. Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yang akandisalurkan kepada provinsi/kabupaten/kota yang dilanda bencanaalam/bencana sosial dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan.Sambil menunggu Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015,kegiatan atau pemberian bantuan keuangan tersebut di atas dapatdilaksanakan dengan cara melakukan perubahan peraturan kepaladaerah tentang Penjabaran APBD, untuk selanjutnya ditampungdalam peraturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2015. Apabila penyediaan anggaran untuk kegiatan atau bantuankeuangan dilakukan setelah Perubahan APBD agar dicantumkandalam LRA; dan

c. Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa LebihPerhitungan APBD Tahun Anggaran sebelumnya dan/atau denganmelakukan penggeseran Belanja Tidak Terduga untuk bantuanpenanggulangan bencana alam/bencana sosial diberitahukankepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan.

Page 46: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-43-

11. Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DBH-DR, DAK,Dana BOS, Dana Otonomi Khusus, Dana Infrastruktur untuk ProvinsiPapua dan Papua Barat, Dana Insentif Daerah, Dana Darurat, dandana transfer lainnya yang sudah jelas peruntukannya sertapelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/atau mendesaklainnya yang belum cukup tersedia dan/atau belum dianggarkandalam APBD, dapat dilaksanakan mendahului penetapan peraturandaerah tentang Perubahan APBD dengan cara:

a. Menetapkan peraturan kepala daerah tentang perubahanpenjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD;

b. Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagai dasarpelaksanaan kegiatan;

c. Ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD, ataudicantumkan dalam LRA, apabila pemerintah daerah telahmenetapkan perubahan APBD atau tidak melakukan perubahanAPBD.

12. Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRDdisediakan sarana dan anggaran sesuai dengan kebutuhan danmemperhatikan kemampuan APBD, sebagaimana dimaksud dalamPasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentangPedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD. Penyediaan saranameliputi ruang kantor pada sekretariat DPRD, kelengkapan kantor,tidak termasuk sarana mobilitas, sedangkan penyediaan anggaranuntuk sekretariat fraksi meliputi kebutuhan belanja untuk alat tuliskantor dan makan minum bagi rapat fraksi yang diselenggarakan dilingkungan kantor sekretariat fraksi.

13. Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan dalamrangka menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumahjabatan/rumah dinas bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimanamaksud Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentangKedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.Suami dan/atau istri yang menduduki jabatan sebagai Pimpinandan/atau Anggota DPRD pada DPRD yang sama hanya diberikan salahsatu tunjangan perumahan. Bagi Pimpinan dan Anggota DPRD yangsuami atau istrinya menjabat sebagai Kepala Daerah/Wakil KepalaDaerah pada tingkatan daerah yang sama tidak diberikan tunjanganperumahan.

14. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disediakan masing-masing rumah jabatan beserta perlengkapan dan biaya pemeliharaan.Dalam hal pemerintah daerah belum menyediakan rumah jabatankepala daerah/wakil kepala daerah, pemerintah daerah dapatmenyediakan anggaran sewa rumah untuk dijadikan rumah jabatan

Page 47: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-44-

yang memenuhi standar rumah jabatan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

15. Dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara ditegaskan bahwa SKPD atau Unit Kerja padaSKPD yang memiliki spesifikasi teknis di bidang layanan umum danmemenuhi persyaratan yang ditentukan, diberikan fleksibilitas dalampola pengelolaan keuangannya. Untuk menerapkan Pola PengelolaanKeuangan-BLUD (PPK-BLUD) diatur lebih lanjut dengan peraturankepala daerah yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Dalam penerapan PPK-BLUD, pemerintah daerah memperhatikanantara lain sebagai berikut:

a. Bagi Rumah Sakit Daerah (RSD) yang belum menerapkan PPK-BLUD, agar pemerintah daerah segera melakukan langkah-langkahuntuk mempercepat penerapan PPK-BLUD pada RSD tersebut. Halini sesuai dengan amanat Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 20 ayat (3)Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

b. Bagi SKPD atau unit kerja pada SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD, agar:

1) Penyusunan RKA dalam APBD menggunakan format RencanaBisnis dan Anggaran (RBA);

2) Tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA, mengikutitahapan dan jadwal proses penyusunan APBD.

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, khususnyadalam Pasal 11 ayat (3a), SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang telahmenerapkan PPK-BLUD, pagu anggaran BLUD dalam RancanganPeraturan Daerah tentang APBD yang sumber dananya berasal daripendapatan dan surplus BLUD, dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu)kegiatan, 1 (satu) output dan jenis belanja.

16. Dalam rangka efektifitas pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan danPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentangPenerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual padaPemerintah Daerah, pemerintah daerah mengalokasikan anggarandalam APBD Tahun Anggaran 2015 untuk mendanai kegiatanpeningkatan dan pengembangan sumber daya manusia, danpeningkatan serta pengembangan infrastruktur lainnya.

17. Pendanaan untuk organisasi cabang olahraga profesional tidakdianggarkan dalam APBD karena menjadi tanggung jawab indukorganisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga profesionalyang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 29 ayat (2)Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem KeolahragaanNasional, bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga profesional

Page 48: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-45-

dilakukan oleh induk organisasi cabang olahraga dan/atau organisasiolahraga profesional. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005, didefinisikan bahwa cabang olahragaprofesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperolehpendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan ataskemahiran berolahraga.

18. Penganggaran program “Peningkatan pelayanan kedinasan kepaladaerah/wakil kepala daerah” mengacu pada Lampiran A.VII PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 21 Tahun 2011.

19. Penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan lanjutan yang tidak selesaipada Tahun Anggaran 2014 dengan menggunakan DokumenPelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD) mempedomaniPasal 138 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan memperhatikanhal-hal sebagai berikut:

a. Pendanaan kegiatan lanjutan menggunakan SiLPA Tahun Anggaran2014.

b. Dituangkan ke dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran LanjutanSKPD (DPAL-SKPD) Tahun Anggaran 2015 sesuai DokumenPelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD)Tahun Anggaran 2014 dengan berpedoman pada format LampiranB.III Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

c. DPAL-SKPD disahkan oleh PPKD sebagai dasar pelaksanaananggaran dan dalam rangka penyelesaian pekerjaan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Untuk penetapan jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL-SKPD masing-masing dilakukan sebagai berikut:

1) Penelitian terhadap penyebab keterlambatan penyelesaianpekerjaan, sepanjang penyebabnya di luar kelalaian PenyediaBarang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa, kegiatan tersebutdapat di DPAL-kan.

Apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkankelalaian Penyedia Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasamaka tidak dapat di-DPAL-kan, sehingga kegiatan yang belumdilaksanakan dianggarkan kembali sesuai ketentuan yangberlaku.

2) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL setelah terlebihdahulu dilakukan pengujian terhadap:

Page 49: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-46-

a) Sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/atau belumditerbitkan SP2D Tahun Anggaran 2014 atas kegiatan yangbersangkutan;

b) Sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2D TahunAnggaran 2014; dan

c) SP2D yang belum diuangkan.

e. Penganggaran beban belanja atas pelaksanaan kegiatan lanjutanyang telah dituangkan dalam DPAL-SKPD dimaksud, agarditampung kembali di dalam perubahan APBD Tahun Anggaran2015 pada anggaran belanja langsung SKPD berkenaan.

f. Kegiatan yang dapat dibuatkan DPAL harus memenuhi kriteriabahwa kegiatan tersebut tidak selesai sesuai dengan jadwal yangditetapkan dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan/kontrak,akibat di luar kendali penyedia barang/jasa dan penggunabarang/jasa (force majeure).

20. Dalam hal pemerintah daerah mempunyai kewajiban kepada pihakketiga terkait dengan pekerjaan yang telah selesai pada tahunanggaran sebelumnya, maka harus dianggarkan kembali pada akunbelanja dalam APBD Tahun Anggaran 2015 sesuai kode rekeningberkenaan. Tata cara penganggaran dimaksud terlebih dahulumelakukan perubahan atas peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2015, dan diberitahukan kepadaPimpinan DPRD untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerahtentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015.

21. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk menganggarkan belanjatali asih kepada PNSD dan penawaran kepada PNSD yang pensiun dinidengan uang pesangon, mengingat tidak memiliki dasar hukum yangmelandasinya.

22. Dalam rangka pengawasan penyerapan anggaran daerah oleh TimEvaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) pada UnitKerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan(UKP4), pemerintah daerah dapat menganggarkan kegiatan yangmendukung efektifitas kerja Tim Koordinasi Pengawasan danPenyerapan Anggaran Daerah.

23. Pendanaan kegiatan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah Tahun 2015 dianggarkan pada jenis belanja hibah daripemerintah daerah kepada KPU Provinsi/Kabupaten/Kota danBawaslu Provinsi/Panwaslu Kabupaten/Kota sesuai dengankebutuhan dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan BelanjaPemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor57 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 44 Tahun 2007.

Page 50: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-47-

Khusus kegiatan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur sertaBupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota, yangdiselenggarakan bersamaan dalam daerah yang sama, dilakukanpendanaan bersama antara pemerintah provinsi dan pemerintahkabupaten/kota, dengan mempedomani Pasal 8, Pasal 8A dan Pasal 8BPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007, sebagaimanadiubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun2009.

Dalam hal tahapan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerahdilaksanakan dalam 2 (dua) tahun anggaran, maka belanja hibahPemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam APBD TahunAnggaran 2015 dapat digunakan untuk mendanai serangkaiantahapan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sampaidengan berakhirnya kegiatan Pemilihan Kepala Daerah dan WakilKepala Daerah dimaksud, sepanjang belanja hibah tersebut telahdisalurkan kepada KPU Provinsi/Kabupaten/Kota dan BawasluProvinsi/Panwaslu Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan.

Pendanaan kebutuhan pengamanan dan penanganan kasuspelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerahdianggarkan dalam bentuk hibah atau program dan kegiatan padaSKPD yang secara fungsional terkait sesuai peraturan perundang-undangan.

24. Pemerintah kabupaten/kota menganggarkan biaya pemilihan KepalaDesa dalam APBD Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2015 untukpengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lainnya,honorarium panitia, dan biaya pelantikan sesuai amanat Pasal 34 ayat(6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

25. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menganggarkandalam APBD Tahun Anggaran 2015 dalam rangka pembinaan danpengawasan pemerintahan desa sebagaimana diatur dalam Pasal 112,Pasal 114 dan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

26. Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan kegiatandalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015 dengan kebijakannasional, antara lain:

a. Pencapaian MDG’s, seperti: kesetaraan gender, penanggulanganHIV/AIDS dan malaria sebagaimana diamanatkan dalam InstruksiPresiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yangBerkeadilan; Terkait dengan upaya percepatan pengarusutamaangender melalui perencanaan dan penganggaran responsif gender,pemerintah daerah agar mempedomani Surat Edaran MenteriNegara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS,Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri NegaraPemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor:270/M.PPN/11/2012, Nomor: SE-33/MK.02/2012, Nomor:

Page 51: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-48-

050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011 tentang StrategiNasional Percepatan Pengarusutamaan Gender (PUG) melaluiPerencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG);

b. Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usiasebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, serta program rehabilitasidan perlindungan sosial penyandang cacat;

c. Dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi Tim PenggerakPemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)provinsi/kabupaten/kota dengan mempedomani Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang PemberdayaanMasyarakat Melalui Gerakan Pemberdayan dan KesejahteraanKeluarga;

d. Pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan kawasanperbatasan bagi provinsi dan kabupaten yang berbatasan dengannegara tetangga sesuai amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun2008 tentang Wilayah Negara;

e. Penguatan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah sebagaimana diaturdalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang TataCara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta KedudukanKeuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi,sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas danWewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai WakilPemerintah di Wilayah Provinsi;

f. Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatankualitas pelayanan publik mempedomani amanat Undang-UndangNomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 78 Tahun 2012 tentang Tata Kearsipan diLingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;

g. Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila dan pendidikanwawasan kebangsaan dengan mempedomani Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 29 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 71 Tahun 2012;

h. Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sebagaimanadiamanatkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentangPenanganan Gangguan Dalam Negeri di Daerah;

i. Tunjangan PNSD yang bertugas pada unit kerja yang mempunyaitugas dan fungsi terkait dengan pengamanan persandiansebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun2008 tentang Tunjangan Pengamanan Persandian;

j. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasis NIKsecara Nasional dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 23

Page 52: Pedoman Penyusunan Anggaran Belanja Daerah

-49-

Tahun 2006, sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor24 Tahun 2013, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan PemerintahNomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor23 Tahun 2006, Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentangPersyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan PencatatanSipil dan peraturan perundang-undangan lainnya; dan

k. Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan aksesinformasi secara transparan, cepat, tepat dan sederhana denganmempedomani Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentangKeterbukaan Informasi Publik;

MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

GAMAWAN FAUZI

Salinan Sesuai Dengan AslinyaKEPALA BIRO HUKUM,

ZUDAN ARIF FAKRULLOHPembina Utama Muda (IV/c)NIP. 19690824 199903 1 001