ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

114
ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA PALEMBANG SKRIPSI Oleh : AYU WANDIRA 11 22 0007 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA PALEMBANG 2015

Transcript of ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

Page 1: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

KOTA PALEMBANG

SKRIPSI

Oleh : AYU WANDIRA

11 22 0007 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA

PALEMBANG 2015

Page 2: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

i

ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (BAPPEDA)

KOTA PALEMBANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas IBA Palembang

Oleh : AYU WANDIRA

11 22 0007 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA

PALEMBANG 2015

Page 3: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

ii

SKRIPSI

ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA PALEMBANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :

AYU WANDIRA 11 22 0007

MANAJEMEN

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Pada Tanggal : 27 Januari 2015

Dan Dinyatakan Memenuhi Syarat

TIM PENGUJI

Ketua : Rahmi Aryanti, SE., ME ....................................

Anggota : R.Y. Effendi, SE., M.Si ....................................

Anggota : Dwi Eka Novianty, SE., MM ....................................

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

R. Y. Effendi, SE., M.Si.

Page 4: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

iii

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS IBA

PALEMBANG

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : AYU WANDIRA Npm : 11 22 0007 Program Studi : MANAJEMEN Mata Kuliah Pokok : MANAJEMEN KEUANGAN Judul Skripsi : ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA P ADA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA PALEMBANG

Tanggal Persetujuan : 27 Januari 2015

PEMBIMBING SKRIPSI

Ketua Anggota

Rahmi Aryanti, SE., ME. R. Y. Effendi, SE., M.Si.

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

R. Y. Effendi, SE., M.Si.

Page 5: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : AYU WANDIRA

TempatTanggalLahir : Palembang, 28 Agustus 1990

Program Studi : Manajemen

NPM : 11 22 0007

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interprestasi serta pernyataan dalam pembahasan dan

kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan

sumbernya, adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta

pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.

2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas IBA maupun di perguruan tinggi

lainnya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari

ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui

pengajuan karya ilmiah ini.

Palembang, Januari 2015

Yang Membuat Pernyataan,

AYU WANDIRA

NPM 11 22 0007

Page 6: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

v

Motto : “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku

bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang Agung”.

(Q.S. At-Taubah : 9:129)

Dengan segala kerendahan hati

Ku persembahkan skripsi ini kepada :

Ibuku Nur’aini dan Alm. Ewong Sarwan tercinta

Saudara-saudaraku : Untung, Solihin, Indra dan Lia tersayang

Ipar-iparku : Ayuk Ita, Via dan Revi

Keponakan-keponakanku : Reta, Indri, Fauzan, Tiara dan Fadel

Para pendidikku yang ku hormati

Sahabat-sahabatku yang ku sayangi

Seseorang yang kelak akan menjadi penentram hidupku

Dan almamater

Page 7: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Karena atas nikmat dan rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang”.

Skripsi ini merupakan tugas dan kewajiban guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun

penulis juga menyadari masih terdapat banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dan

untuk itu kiranya pembaca dapat memaklumi kekurangan tersebut.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan,

bimbingan, petunjuk, nasehat yang tak terhingga dari awal sampai selesainya skripsi ini.kepada :

- Ibu Dr. Ir. Karlin Agustina, M.Si selaku Rektor Universitas IBA Palembang.

- Bapak Ir. Edi Romza, MP selaku Wakil Rektor I Universitas IBA Palembang.

- Bapak Hadli, SE, M.Si selaku Wakil Rektor III Universitas IBA Palembang.

- Bapak R.Y. Effendi, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas IBA Palembang

yang juga merupakan Pembimbing Akademik serta selaku sebagai Anggota Pembimbing

dalam penyusunan skripsi ini.

- Ibu Rahmi Aryanti, SE, ME Ketua Pembimbing dalam penulisan skripsi serta sebagai Ketua

Program Studi Manajemen yang telah memberikan masukan-masukan dan saran atas

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

- Ibu Dwi Eka Novianty, SE, MM selaku Penelaah yang telah memberikan waktu dan saran

serta nasehat dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

Page 8: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

vii

- Bapak dan Ibu Dosen Univeristas IBA yang saya banggakan yang telah banyak sekali

memberikan ilmu, wawasan, nasehat, pengalaman, pengamalan. Hatur nuhun untuk semua

dosen-dosen tercintaku. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan kebahagiaan

dalam hidup kalian. Aamiin.

- Ibu Ir. Siti Zahara, MT selaku Dosen Fakultas Teknik Universitas IBA Palembang.

Terimakasih bu Yaya atas segala support-supportnya.

- Pak Amir, Mbak Rina, Bunda Rose, Mbak Huri, Pak Nasir, Ibu Wiwin, Pak Yansen dan

semua staff di Univeristas IBA Palembang yang gak bisa disebut satu satu. Hatur nuhun.

- Ibu Hj. Ir. Hardayani, MT yang telah banyak memberikan motivasi dan nasehat pada

penulis. Terima kasih ibu cantik.

- Bapak Ir. M SAPRI, HN. Dipl. HE selaku kepala Bappeda Kota Palembang yang dengan

sangat mensupport penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

- Bapak Ir. A. Syawali, MM selaku Sekretaris Bappeda Kota Palembang.

- Ibu Misdiana Kesuma, SE, M.Si selaku Kasubbid Data Bappeda Kota Palembang. Terima

kasih umi.

- Ibu Eka Sriwidianti, S.Pi, M.Si selaku Kasubbag Umum Bappeda Kota Palembang. Terima

kasih banyak buk untuk saran-saran yang telah diberikan.

- Ibu Hj. Puspawaty, ST, M.Si selaku Kasubbag Keuangan Bappeda Kota Palembang. Terima

kasih buk untuk wawancara dan sharingnya.

- Keluarga bapak Ir. H. Lukman Hakim yang menjadi penyemangat penulis setelah ayah

tiada. Terima kasih bapak dan keluarga.

- Semua teman-teman di kantor Bappeda Kota Palembang. Big thanks all. Senang selalu

menjadi bagian penting dalam satuan instansi ini. Terimakasih banyak untuk semuanya.

Page 9: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

viii

- Yuk Yenni dan team di Kepegawaian, Yuk Rika, Yuk Ari, Yuk Meta, dan team di

Keuangan. Pak Fir, Yuk Ria, Chitta, Yuk Gus Kak Rudi, dan team di Bidang Monev. Pak

Muzakkir, Om Bai, Yuk Evi, Kak Reza, Kak Iin, Sayid dan team di Bidang PKP. Mas Nur,

Yuk Tuti, Yuk Citra, Mbak Empa untuk bantuan dan supportnya, Yuk Lia DS untuk

supportnya, Yuk Lia Bunda Fardan, Yuk Puput, dan team di Bidang Renstra. Pak Zul, Ibu

Zur, Om Ipung, Yuk Lenny, Yuk Debo, Yuk Valent. Kak Arief, Yuk Hesty dan team di

Bidang PA. Pak Erlan, Yuk Yosi, Yuk Via, Kak Wewen, Yuk Heni, Yuk Desi dan team di

Sekretariat. Juga untuk Yuk Lia Egamo, Kak Serry dan semua teman-teman untuk semua

motivasi dan semangatnya.

- Kedua orang tuaku yang selalu menjadi penopangku. Terima kasih tak terhinggaku untukmu

bidadari hidupku, ibuku sayang, ini juga untukmu ayah. Salam sayang dan rinduku.

- My Inspiration. Muhammad SAW. Buat sahabat-sahabat seperjuangkanku di Universitas

IBA Palembang, khususnya anak-anak Manajemen. Dari Manajemen Keuangan, Pemasaran,

dan SDM (Solihin, Andi, Indah, Ary, Ivone, Vera, Yanti, Edwar, Zai, Ramin, Mbak Sri,

Agustina, Raju, Kak Yersi, dan semua-semuanya. Untuk Irfan Septiaji terima kasih untuk

support dan doanya. Untuk anak-anak SpentilanAngkatan 2006. Anak-anak The Ngakaak

dan SMK PGRI 1 Angkatan 2009, temen-temen ODOJ 2859, Cliquers Palembang.

Terimakasih juga untuk Hastio Pipandani untuk bala bantuannya. Kak Amri, Kak Liezky.

Mbak Ani, Rita, Nita, Eka, Firman, Bessek dan semua anak-anak ekonomi Angkatan 2011.

Hal terindah bisa mengenal kalian di Universitas IBA Palembang, semoga kebersamaan kita

tak terhenti sampai disini.

- Dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah banyak

membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

ix

Penulis menyadari bahwa skripsi ini secara teknis maupun materi masih jauh dari

sempurna sebagai suatu bentuk karya ilmiah, mengingat keterbasan kemampuan, serta

pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih minim. Meskipun demikian penulis yakin

bahwa tulisan ini akan dapat memberikan kontribusi positif bagi pembaca. Penulis juga

mengharapkan kritik dan saran guna perkembangan ilmu pengetahuan.

Akhir kata dengan segala kerendahan hari, semoga hasil karya tulis ini dapat bermanfaat dan

berguna untuk kita semua.Aamiin.

Palembang, Januari 2015

Penulis

Page 11: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

x

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA PALEMBANG

Oleh :

Ayu Wandira

Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan :

Rahmi Ayanti, SE. ME Sebagai Ketua

R.Y. Effendi, SE. M.Si

Sebagai Anggota

Anggaran belanja merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian

jangka pendek yang efektif dalam organisasi.Suatu anggaran operasi biasanya meliputi

waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan.Belanja dalam

Laporan Realisasi Anggaran merupakan hal yang sangat vital dalam pemerintahan.Penilaian

kinerja anggaran diketahui setelah penggunaan dan penyerapan anggaran itu sendiri pada

kegiatan-kegiatan yang ada pada instansi. Kinerja anggaran sendiri dapat disimpulkan secara

efektif dan efisien setelah melewati serangkaian kriterianya berdasarkan analisis dan rasio

yang digunakan dalam penelitian.

Dari Analisis Varians Belanja pada tahun 2008 adalah 89,12%, tahun 2009 adalah

48,13%, tahun 2010 adalah 76,54%, tahun 2011 adalah 69,67% dan tahun 2012 adalah

62,44%. Dari Analisis Pertumbuhan belanja pada tahun 2008-2009 adalah 49,5%, pada tahun

2009-2010 adalah 19,93%, pada tahun 2010-2011 adalah 34,04% dan pada tahun 2011-2012

adalah 5,95. Dari Analisis Keserasian Belanja serta Analisis Efektivitas dan Efisiensi

diharapkan agar semakin meningkatkan kinerja dalam pengelola anggaran belanja daerah.

Dengan kinerja yang baik maka efektivitas, produktivitas dan efisiensi belanja juga akan

semakin baik. Dalam hal efisiensi belanja Bappeda agar lebih mantap dalam meningkatkan

pertumbuhan optimal anggaran belanja yang wajar dari tahun sekarang sampai seterusnya.

Kata kunci : Anggaran Belanja, Penilaian Kinerja, Efektivitas dan Efisiensi.

Page 12: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

xi

ABSTRACT

ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA PALEMBANG

By :

Ayu Wandira

This thesis under the guidance:

Rahmi Ayanti, SE. ME As a Chairman

R.Y. Effendi, SE. M.Si

For Members

The budget is an important tool for planning and control of short-term effective in the

organization. An operating budget usually includes the time of the year and declare income

and expenses are planned. Shopping in Budget Realization Report is very vital in the

government. Known budget performance assessment after use and absorption itself on

existing activities in the institution. The performance of the budget itself can be concluded

effectively and efficiently after passing a series of criteria based on the analysis and ratios

used in the study.

Analysis of Variance of Expenditure in 2008 was 89.12%, in 2009 was 48.13%, in

2010 was 76.54%, in 2011 was 69.67% and 62.44% in 2012 is. From the analysis of spending

growth in 2008-2009 was 49.5%, in 2009-2010 was 19.93%, in 2010-2011 was 34.04% and

in 2011-2012 was 5.95. Harmony of Expenditure Analysis and Analysis of Effectiveness and

Efficiency expected to further improve the performance of the managers of local budget.

With good performance, the effectiveness, productivity and efficiency of expenditure will

also be good. In terms of expenditure efficiency BAPPEDA to be more steady in promoting

optimal growth reasonable budget of the current year onwards.

Keywords : Budget Expenditure, Assessment Performance, Effectivitiveness and Efficiency

Page 13: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ......................................................................................... i Halaman Pengesahan ............................................................................... ii Halaman Persetujuan Skripsi .................................................................... iii Halaman Pernyataan ………………………………………………….. .. iv Halaman Motto dan Persembahan …………………………………… ... v Kata Pengantar ………………………………………………………… . vi Abstrak ………………………………………………………………… . x Daftar Isi ……………………………………………………………….. xii Daftar Tabel …………………………………………………………… . xiv Daftar Gambar ………………………………………………………… . xv BAB.I PENDAHULUAN ................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………... 6 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………… 7 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7 1.5 Kerangka Pemikiran........................................................................... 8

1.1.1 Penelitian Sebelumnya …………………………. ............ 8 1.1.2 Pengertian Kinerja Anggaran ………………….. ............. 10 1.1.3 Pengertian Anggaran Belanja .......................................... 11

BAB.II LANDASAN TEORI .............................................................. 13

2.1 Pengertian Manajemen Keuangan .................................................. 13 2.2 Pengertian Analisis …………………………………… ................ 13 2.3 Pengertian Kinerja ……………………………………. ................ 17 2.4 Pengertian Anggaran ………………………………….. ............... 18 2.5 Pengertian Belanja ……………………………………… ............. 23 2.6 Pengertian Efektivitas ………………………………… ................ 27 2.7 Pengertian Efisien …………………………………….. ................ 28 2.8 Analisis Kinerja Pendapatan ……………………………. ............ 28 2.9 Prinsip-prinsip Penganggaran …………………………. ............... 31 2.10 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah …………………… ............ 33 2.11 Belanja Langsung ………………………………………. ............. 34

2.11.1 Belanja Pegawai ............................................................. 35 2.11.2 Belanja Barang dan Jasa ............................................ 36 2.11.3 Belanja Modal ………………………………… ........ 42

2.12Belanja Tidak Langsung ………………………. ............................. 43 2.12.1. Belanja Pegawai ………………………………………. 44 2.12.2. Belanja Bunga ………………………………………. .. 45

Page 14: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

xiii

2.12.3. Belanja Subsidi ……………………………………… . 45 2.12.4. Belanja Hibah ………………………………………… 45 2.12.5. Belanja Bantuan Sosial ………………………………. 46 2.12.6. Belanja Bagi Hasil ……………………………………. 46 2.12.7. Belanja Bantuan Keuangan …………………………… 46 2.12.8. Belanja Tidak Terduga ……………………………… .. 47

2.13 Surplus/Defisit …………………………………………………. .. 48 2.14 Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA) Tahun Berjalan ……………….. 49

BAB.III METODE PENELITIAN ........................ ............................... 50

3.1 Objek Penelitian ............................................................................ 50 3.2 Desain Penelitian ........................................................................... 50 3.3 Operasional Variabel …………………………………………….. 51 3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 52

3.5 Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 53 3.6 Metode Analisis ……………………………………………….. .. 53

3.6.1. Analisis Varians Belanja …………………………….. ... 54 3.6.2. Analisis Pertumbuhan Belanja ………………………… 55 3.6.3. Analisis Keserasian Belanja …………………………. ... 55 3.6.3.1. Rasio Belanja Tidak Langsung …………………. ....... 55 3.6.3.2. Rasio Belanja Langsung ……………………...... ........ 56 3.6.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja …….... 56

BAB.IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........... .......... 58

4.1 Gambaran Umum Bappeda Kota Palembang ……………………… 58 4.1.1. Sejarah Singkat Bappeda Kota Palembang ……………… 58 4.1.2. Visi dan Misi Bappeda Kota Palembang ………………... 60 4.1.3. Tujuan dan Sasaran Bappeda Kota Palembang …………. 60 4.1.4. Struktur Organisasi Bappeda Kota Palembang ………….. 61 4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kota Palembang ……. 62 4.1.6. Aspek Penunjang …………………………………………. 72 4.2 Penilaian Kinerja Anggaran ………………………………………… 74 4.2.1. Analisis Varians Belanja …………………………………. 74 4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja …………………………… 77 4.2.3. Analisis Keserasian Belanja ……………………………… 78 4.2.3.1. Analisis Belanja Tidak Langsung …………………. 79 4.2.3.2. Analisis Belanja Langsung ………………………… 80 4.2.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja ……….. 84 4.2.4.1. Perhitungan Efektivitas ……………………………. 85 4. 2.4.2. Perhitungan Efisiensi ……………………………… 88 BAB.V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 91

4.1 Kesimpulan ....................................................................... 91 4.2 Saran ................................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 99

Page 15: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman Tabel 1.1. Anggaran dan Realisasi Belanja Tahun 2008-2012 .................... 3 3.3. Operasional Variabel .................................................................. 51 4.1.6.1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………... 73 4.1.6.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan …………. 73 4.2. Rekapitulasi Anggaran Belanja Tahun 2008-2012 ……………. 74 4.2.1. Analisis Varians Belanja ………………………………………. 75 4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja ………………………………. .. 78 4.2.3. Analisis Keserasian Belanja …………………………………… 78 4.2.3.1. Analisis Belanja Tidak Langsung …………………………… .. 79 4.2.3.2. Analisis Belanja Langsung …………………………………… 81 4.2.3.3. Analisis Belanja Tidak Langsung dan Langsung ……………… 82 4.2.4. Ukuran Kriteria Efektivitas ……………………………………. 84 4.2.4. Ukuran Kriteria Efisiensi ……………………………………. .. 85 4.2.4.1. Analisis Rasio Efektivitas …………………………………… .. 86 4.2.4.2. Analisis Rasio Efisiensi ……………………………………… . 88

Page 16: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 1.5. Paradigma Penelitian ................................................................. 9 4.1.5. Struktur Organisasi .................................................................... 72

Page 17: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan adanya tuntutan akan tata pemerintahan yang baik (good

governance) dan reformasi pengelolaan sektor publik yang ditandai dengan

munculnya pengaturan baru dari masyarakat kearah yang lebih baik (new public

management), dengan tiga prinsip utamanya yaitu profesional, transparansi dan

akuntabilitas. Pengukuran kinerja pada instansi pemerintah merupakan alat

manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan penilaian

sampai dimana keberhasilan dan tingkat kemajuan dari sebuah sistema kerja

pemerintahan akan terlihat berhasil atau tidak dan telah sesuai dengan visi dan

misi pemerintah atau belum.

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pelimpahan

sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan

urusan rumah tangga sendiri dalam pemerintah daerah diharapkan mampu

memberikan motivasi untuk lebih mengembangkan potensi-potensi yang ada

untuk melaksanakan pemerintahan secara terpadu agar setiap pembangunan yang

ada sesuai dengan prioritas dan mampu meningkatkan kemampuan masyarakat.

Dalam Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Daerah, Instansi

pemerintah adalah sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku, meliputi

Page 18: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

2

Kementerian Koordinator/Kementerian Negara/Departemen/Lembaga Pemerintah

Non Departemen, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, Pemerintah Kabupaten

serta Lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan

dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian

jangka pendek yang efektif dalam organisasi.Suatu anggaran operasi biasanya

meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang

direncanakan untuk tahun itu.Dengan anggaran manajemen dapat menentukan

efektifitas dan efisiensi suatu operasi dengan membandingkan antara anggaran

dengan hasil aktual (realisasi terkini) yang dicapai.

APBD dapat dijadikan tolak ukur dalam penilaian kinerja keuangan

pemerintah daerah.Dalam rangka pertanggungjawabkan publik, Pemerintah

daerah harus melakukan optimalisasi anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat yang dimaksudkan untuk optimalisasi anggaran.Dalam hal ini

kesemua aspek dari struktur otonomi daerah yang harus disusun harus berorientasi

pada pencapaian tingkat kinerja secara ekonomi, efisiensi dan dan efektivitas

(value for money).

Untuk menilai tingkat efektivitas dan efisiensi dari penggunaan anggaran

yang dilakukan oleh pemerintah tidak dapat langsung dinyatakan dalam bentuk

baik atau tidaknya, karena penilaian kinerja yang ada pada pemerintahan tidaklah

Page 19: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

3

sama dengan penilaian kinerja pada perusahaan atau bentuk lainnya dari

perusahaan-perusahaan yang memperoleh laba dalam pelaksanaan teknisnya.

Bappeda Kota Palembang merupakan lembaga teknis yang berperan dalam

proses perencanaan pembangunan dalam aspek terbentuknya. Dalam hal ini

sangatlah penting bagi Bappeda dalam melalukan berbagai penetapan analisis

dalam penggunaan anggaran dan juga belanja yang ada pada instansinya. Dalam

hal ini kesemua aspek yang ada dalam proses pengambilan keputusan dalam

proses dan pedoman pembentukan penyusunan anggaran dan belanja daerah agar

terlaksana keefisienan dan keefektifan penggunaan anggaran yang ada yang telah

dianggarkan. Dalam penilaian kinerja anggaran dapat dilihat dari seberapa jauh

anggaran yang ada dan berapa realisasi yang akan disesuaikan dengan kebutuhan

penyelenggaraan belanja pada instansi selama masa tahun anggaran satu tahun

tersebut. Anggaran digunakan sebagai alat untuk merancang program kerja atau

langkah-langkah yang akan dilakukan setiap aktivitas dapat terarah dan terkontrol

dengan baik.

Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Belanja selama periode 2008-2012

Tahun Anggaran Realisasi

2008 17.460.043.040 15.403.353.083

2009 16.226.856.287,97 6.959.649.140

2010 11.253.242.795 8.242.949.983

2011 15.820.245.925,68 11.316.975.562

2012 2.481.947.000 2.138.078.006

Data perkiraan belanja periode tahun 2018-2012

Page 20: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

4

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa dalam tiap tahun penggunaan anggaran

pasa instansi khususnya Bappeda Kota Palembang selalu mengalami pasang surut

atau dapat dikatakan tidak tetap.Selalu ada perubahan yang menarik ketika kita

melakukan analisis. Dalam hal ini perubahan dan pertumbuhan dari penggunaan

anggaran merupakan salah satu aspek penting dalam penilaian kinerja yang ada

pada instansi.Dari pertumbuhan penggunaan anggaran dan realisasi dapat

menjelaskan sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari penyerapan penggunaan

anggaran pada pembiayaan kegiatan yang ada dalam periode satu tahun anggaran.

Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran ekonomi,

efisiensi, dan efektivitas (value for money) organisasi adalah bagaimana

membandingkan input dengan output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang

memuaskan jika output yang dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar.

Solusi praktis atas masalah tersebut adalah dengancara membandingkan input

finansial (biaya) dengan output nonfinansial, misalnya biaya unit (unit cost

statistics). Dimana dimaksudkan berfungsi sebagai benang merah untuk mengukur

kinerja.Unit-unit kerja pemerintah diharapkan dapat menghasilkan sejumlah biaya

unit yang spesifik untuk unit kerjanya.(Mardiasmo:2009).

Keterkaitan antara Anggaran dan Realisasi memberikan gambaran

bagaimana sebuah instansi dapat dikatakan efektif atau tidak dalam pengambilan

keputusan pengganggaran dan pembiayaan tata laksana kegiatan isntansi selama

satu tahun anggaran tersebut.Dengan alat ukur berupa analisis yang ada

didasarkan pada penggambaran yang mendukung analisa kinerja anggaran

Page 21: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

5

belanja.Untuk mengetahui secara langsung besarnya varians anggaran belanja

dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk nominal atau

persentasenya berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) belanja yang

disajikanakan terlihat sejauh mana kefeektifan dan penyerapan anggaran untuk

aktivitas instasi selama satu tahun anggaran tersebut.Pengukuran kinerja anggaran

ini dapat menggunakan Analisis Varians Belanja.

Untuk mengetahui seberapa besar anggaran dan realisasi terwujud dalam

suatu instansi dapat dilihat melalui seberapa jauh pemenuhan pada belanja

kegiatan yang digunakan oleh instasi. Misalnya dengan melihat pertumbuhan

masing-masing belanja, apakah pertumbuhan tersebut rasional dan dapat

dipertanggungjawabkan dengan baik atau tidak. Pengukuran kinerjanya dapat

menggunakan Analisis Pertumbuhan Belanja.

Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan

Analisis Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan

antar belanja.Salah satunya adalah dengan menilai Rasio Belanja Tidak Langsung

terhadap Total Belanja, Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja dan Rasio

Pegawai terhadap Total Belanja.Analisis ini dilakukan untuk mengetahui

keseimbangan antarbelanja yang menggambarkan bagaimana pemerintah daerah

memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal.

Untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan

pemerintah berupa angka efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif.

Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan Rasio

Page 22: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

6

Efektivitas dan Efisiensi Belanja.Pengukuran kinerja anggaran yang difungsikan

untuk menunjukkan produktivitas dan efektivitas belanja daerah yang digunakan

oleh instansi.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang

merupakan lembaga teknis daerah yang berfungsi sebagai unsur penunjang

pemerintah daerah.Salah satu tugas yang dilakukan oleh Bappeda dalam

melakukan kegiatan pemerintah yang salah satunya terkait tentang pengurusan

Anggaran Belanja. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota

Palembang dalam hal ini telah dan akan berupaya sebaik mungkin untuk

menyesuaikan adanya perubahan-perubahan kondisi dan pengembangan dalam

penyusunan anggaran belanja tetapi tidak dengan mengabaikan pengukuran

kinerja anggaran baik secara mikro dan makro serta pengukuran kinerja anggaran

standar biaya.Karena terdapat beberapa hambatan yang menjadikan sistem dari

penganggaran anggaran belanja sendiri menjadi kurang efektif karena terkadang

yang menjadi acuan penganggaran ada yang belum bisa dikelola pada proses

perencanaan anggaran itu sendiri. Berdasarkan sebagian besar uraian diatas maka

penulis tertarik melaksanakan penelitian dan mengambil judul: “ANALISIS

KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BAPPEDA KOTA

PALEMBANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada Bappeda Kota

Palembang?

Page 23: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

7

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada

Bappeda Kota Palembang?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara :

1. Secara Praktis bagi instansi yaitu :

- Dapat memberikan saran dalam menentukan kebijaksanaan yang

akan diambil dalam menentukan anggaran pada tahun yang akan

datang dan mampu untuk menganalisis kelayakan suatu

penyusunan anggaran yang telah ditetapkan. Juga dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan

pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam pengelolaan anggaran

pendapatan dan belanja negara.

2. Secara Teoritis yaitu :

- Dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan

penelitian dengan topik yang sama serta memberikan referensi bagi

peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya mengenai Analisis Kinerja Anggaran Belanja.

Page 24: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

8

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1. Penelitian Sebelumnya

Menurut Penelitian yang berkaitan dengan analisis kinerja anggaran telah

diteliti secara luas seperti penelitian mengenai penerapan konsep value for money

pada pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah dilakukan Nugrahan

(2007), Hal yang sama ditunjukkan dengan penelitian mengenai penerapan value

for money dalam menilai kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Ogan Ilir

yang telah dilakukan Yunita (2008), Penelitian mengenai Analisis Kinerja

Keuangan Pada PT. PLN (Persero) Cabang Jambi Malta (2010), Penelitian

mengenai Pengaruh Pengganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas

pengendalian yang telah dilakukan oleh Asmoko (2006). Menurut Husna

Marliana, Sri Rahayu, Yudi (2012) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Jambi dengan judul Analisis Kinerja Anggaran Pada Satker Balai

Taman Nasional Berbak Jambi, dimana dari sejumlah dana anggaran digunakan

lebih besar pada pengunaan belanja non aparatur daripada belanja aparatur yang

dapat dikatakan penggunaan kinerja belum terlalu efektif. Menurut Agus Firnando

(2012) Universitas Tridinanti Palembang yang memberikan kesimpulan Rencana

kerja BAPPEDA Tahun 2012 adalah penjabaran rencana strategis BAPPEDA

tahun 2012-2016 dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Kota Pagar Alam Tahun 2012-2016 yang merupakan bahan acuan dan pedoman

bagi pelaksanaan kegiatan BAPPEDA.

Page 25: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

9

Tabel 1.5. Paradigma Penelitian

Penilaian Kinerja Anggaran

Penilaian kinerja anggaran diketahui setelah penggunaan dan penyerapan

anggaran itu sendiri pada kegiatan-kegiatan yang ada pada instansi. Kinerja

anggaran sendiri dapat disimpulkan secara efektif dan efisien setelah melewati

serangkaian kriterianya berdasarkan analisis dan rasio yang akan digunakan

Anggaran dan Realisasi Belanja Bappeda Kota Palembang

Rumusan masalah : Bagaimana Kinerja Anggaran Belanja yang ada pada

Bappeda Kota Palembang? Apakah telah menggunakan anggaran belanja daerah secara ekonomis, efisien, dan

efektif (value for money) ?

Penilaian kinerja anggaran dilakukan dengan menggunakan analisis kinerja anggaran belanja sebagai berikut :

1. Analisis Varians Belanja 2. Analisis Pertumbuhan Belanja

3. Analisis Keserasian Belanja. Terdiri dari : (Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja dan Rasio

Belanja Langsung terhadap Total Belanja) 4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja

Hasil Analisis : Anggaran Belanja Daerah telah dilakukan secara

Ekonomis, Efisien dan Efektif.

Page 26: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

10

penulis dalam melakukan penelitian. Pembahasan yang ada mengacu pada teori

dan disesuaikan dengan keadaan yang ada pada instansi tempat penulis melakukan

penelitian.

1.5.2. Pengertian Kinerja Anggaran

Kinerja anggaran diartikan dalam tiga hal : sesuatu yang ingin dicapai,

prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan anggaran dalam pemenuhan belanja

dan realisasinya dalam Pokok–pokok Perencanaan Pembangunan Daerah.

Setidaknya ada unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang

dapat menjadikan pemakaian anggaran dan belanja menjadi semakin efektif dan

efisien. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan dari pendapat

(Mahmudi:2010) yang terdiri dari :

1. Analisis Varians Belanja

2. Analisis Pertumbuhan Belanja.

3. Analisis Keserasian Belanja, terdiri dari :

a. Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja

b. Analisis Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja

4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja.

Untuk menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan

daerahnya dapat menggunakan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah

ditetapkan dan dilaksanakan, yaitu dengan membandingkan capaian hasil pada

periode saat ini dan pada periode lainnya di tahun sebelumnya untuk mengetahui

kecenderungan yang terjadi.Dengan analisa ini pemerintah dapat menilai

Page 27: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

11

kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi

daerah, mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan

daerah,mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah dalam membelanjakan

pendapatan daerahnya, dan dapat mengukur kontribusi masing-masing sumber

pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.(Abdul Halim : 2007).

1.5.3. PengertianAnggaran Belanja

Anggaran belanja merupakan pagu anggaran belanja yang disediakan

untuk membiayai program dan kegiatan selama satu tahun anggaran.(Herry

Kamaroesid:2013). Belanja pada sektor publik umumnya terkait dengan

penganggaran yaitu menunjukkan jumlah uang yang telah dikeluarkan selama satu

tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan disusun untuk mencerminkan

pola-pola kebijakan, prioritas–prioritas dan program–program pembangunan

untuk setiap tahun anggaran. Anggaran belanja pembangunan disusun atas dasar

perkiraan penerimaan negara dan tabungan pemerintah serta penerimaan

pembangunan. (Suparmoko:2000).

Anggaran publik merupakan alat perencanaan sekaligus alat pengendalian.

Dimana berfungsi sebagai alat perencanaan yang mengindikasikan target yang

harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan Anggaran sebagai alat pengendalian

yang mengindikasikan alokasi sumber dana publik yang disetujui legislatif untuk

dibelanjakan. Melalui data rekening belanja yang terdapat dalam anggaran belanja

lembaga/organisasi pemerintah, akan dilihat apakah anggaran yang telah dibuat

dapat berperan sebagai pengendali terhadap pelaksanaan kegiatan pemerintah.

Page 28: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

12

Dalam hal ini banyak hal yang mesti pemerintah lakukan untuk terus memperbaiki

sistem dan cara kinerja dalam pemerintah, tidak hanya perbaikan infrastruktur tapi

juga pelayanan publik. Perubahan adanya kenaikan terhadap penggunaan

anggaran belanja yang ada tiap tahunnya diharapkan juga dapat memperbaiki dan

terpenuhinya berbagai kepentingan yang dilakukan pemerintah sebagai program

untuk kepentingan masyarakat.

Page 29: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

13

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Manajemen Keuangan.

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur, menurut

(Hasibuan:2006). Pengaturan dilakukan oleh proses dan diatur berdasarkan

urutan dari fungsi-fungsi dari manajemen dalam mencapai tujuan. Manajemen

merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Manajemen

Keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan,

pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh

suatu organisasi/perusahaan/instansi pemerintahan.

2.2 Pengertian Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah Penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya);

Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan; Penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu

untuk mengetahui zat bagiannya dan sebagainya, penjabaran sesudah dikaji

sebaik-baiknya; pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan

kebenarannya.

Page 30: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

14

Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada

umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan

moneter. Anggaran ini merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang

menterjemahkan berbagai program ke dalam rencana keuangan tahunan yang

lebih konkret. Usulan anggaran pada umumnya telah lebih terlebih dahulu di

telaah oleh pejabat yang lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggaran formal.

Penyusunan anggaran pada organisasi sektor publik dapat membantu mewujudkan

akuntabilitas. Berdasarkan anggaran yang telah ditetapkan, masyarakat secara

tidak langsung dapat melakukan pengawasan atau pengendalian.(Mahsun:2012).

Menurut (Mahsun:2006), Analisis selisih anggaran adalah teknik

pengukuran kinerja tradisional yang membandingkan antara anggaran dengan

realisasi tanpa melihat keberhasilan program pengukuran kinerja ditekankan pada

input, yaitu jika terjadinya overspending dan underspending. Analisis prestasi

dalam hal ini adalah kinerja keuangan dari pemerintahan daerah itu sendiri yang

dapat didasarkan pada kemandirian dan kemampuannya untuk memperoleh,

memiliki, memelihara dan memanfaatkan ketebatasan sumber-sumber ekonomis

daerah untuk pemenuhan seluas-luasnya kebutuhan masyarakat di daerah.

Analisis Varians (selisih) anggaran pendapatan.Analisis varians anggaran

pendapatan dilakukan dengan cara menghitungselisih antara realisasi pendapatan

dengan yang dianggarkan. Dalam analisis selisih anggaran pendapatan, hal utama

yang perlu dilakukan oleh pembaca laporan adalah:

Page 31: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

15

1. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik

secara nominal maupun persentase.

2. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi atau dianggap wajar

3. Menilai signifikan tidaknya selisih tersebut jika dilihat daritotal

pendapatan

4. Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.

Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara

realisasi belanja dengan anggaran.Analisis varians cukup sederhana namun dapat

memberikan informasi yang sangat berarti. Hal penting yang harus diperhatikan

dalam analisis varians ini adalah :

1. Apakah selisih tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan berapa tingkat

selisih yang kita ketahui?

2. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak ?

Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik

apabila mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan.

Sebaliknya apabila realisasi pendapatan dibawah jumlah yang dianggarkan, maka

hal itu dinilai kurang baik. Apabila target pendapatan dapat dicapai bahkan

terlampaui, maka hal itu tidak terlalu mengejutkan karena memang seharusnya

demikian. Tetapi jika target pendapatan tidak tercapai, hal ini butuh penelaahan

lebih lanjut terkait dengan penyebab tidak tercapainya target.

Pengukuran kinerja anggaran juga dapat dilihat dengan menggunakan

Analisis Pertumbuhan Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan

Page 32: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

16

belanja dari tahun ke tahun positif atau negatif.Pada umumnya belanja memiliki

kecenderungan selalu naik.Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan

penyesuaian terhadap inflasi yang ada dan perkembangan yang ada pada faktor

makro ekonomi.

Pengukuran kinerja anggaran lainnya dapat dilihat dengan menggunakan

Analisis Keserasian Belanja yang bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan

antar belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi,

alokasi dan stabilisasi. Agar fungsi anggaran tersebut berjalan dengan baik, maka

pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja yang optimal.Salah

satunya adalah dengan menilai rasio operasi dan modal terhadap total belanja.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan antar belanja yang

menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada

belanja secara optimal.

Rasio efektivitas dan efisiensi belanja merupakan perbandingan antara

realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini di gunakan

untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah,

berupa angka efisiensi ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif. Artinya tidak ada

standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita hanya dapat mengatakan

bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih efisien dibandingkan

tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio

efisiensinya kurang dari seratus persen (100%). Sebaliknya jika melebihi seratus

persen (100%)maka mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran.

Page 33: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

17

2.3 Pengertian Kinerja

Kinerja dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama

periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan.

Menurut (Halim:2004) “Kinerja keuangan daerah adalah :

“Merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat

kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah”.

Menurut (Bastian:2006) “Kinerja adalah:

“Gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan

dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.Indikator

kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat

pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan”.

Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung,

yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Untuk

dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu indikator-indikatornya sebagai

berikut :

1. Sistem perencanaan dan pengendalian

2. Spesifikasi teknis dan standardisasi

3. Kompetensi teknis dan profesionalisme

4. Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar

5. Mekanisme sumber daya manusia

Sedangkan peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :

1. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

2. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan

3. Sebagai masukan untuk menentukan skema insentif manajerial

Page 34: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

18

4. Memungkinkan pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan

5. Untuk menunjukkan standar kinerja

6. Untuk menunjukkan efektivitas

7. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya

yang paling baik untuk mencapai target sasaran, dan

8. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial

untuk dilakukan penghematan biaya.

2.4 Pengertian Anggaran

Anggaran dianggap sistem yang otonom, karena mempunyai sasaran dan

tahap-tahapan yang kesemuanya memiliki tahapan pertanggungjawaban.

Anggaran adalah rencana manajemen dengan anggapan bahwa penyusun

anggaran akan mengambil langkah-langkah positif untuk merealisasikan anggaran

yang telah disusun. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena

merupakan perencanaan awal dalam realisasi (plan for action) yang memfasilitasi

tercapainya kegiatan pemerintahan yang apabila dalam anggaran tersebut tidak

efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan

yang telah disusun.

Menurut (Mardiasmo:2009) Anggaran merupakan pernyataan mengenai

estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang

dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau

metode untuk mempersiapkan suatu anggaran.

Proses penyusunan anggaran sektor publik umumnya disesuiakan dengan

peraturan lembaga yang lebih tinggi yang didasarkan pada Undang-undang nomor

Page 35: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

19

33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah, sehingga lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu Undang-undang

nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara, yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan

Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Pusat. Kemudian keluar peraturan baru

yaitu Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah dan Permendagri nomor 13 tahun 2006 (saat ini telah diubah dengan

Permendagri nomor 59 tahun 2007) tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, yang akan menggantikan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29

tahun 2002.

Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu proses

dalam meningkatkan manfaat sumber daya input untuk pencapaian hasil

(outcome) dan keluaran(output) melalui key performance indicators (KPI) yang

terkait dengan 3 (tiga) hal, yaitu pengukuran kinerja, pengukuran biaya untuk

menghasilkan penggunaan informasi kinerja outcome dan output serta penilaian

keefektifan dan efisiensi belanja dengan berbagai alat analisis.

Dengan tujuan alokasi dana yang digunakan untuk membiayai berbagai

program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar dirasakan

masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik. (Peraturan

Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005).Berikut dapat dijadikan bahan penilaian pada

Page 36: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

20

kinerja anggaran.Menurut (Mulyadi:2001) ada beberapa karakteristik anggaran

antara lain:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan keuangan

lainnya.

2. Umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun.

3. Berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa

manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai

sasaran yang ditetapkan anggaran.

4. Usulan anggaran di review dan disetujui oleh pihak yang berwenang

lebih tinggi dari penyusunan anggaran.

5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi

tertentu.

6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan

anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang

penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk

membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat

berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan

datang.

Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :

1. Anggaran disusun berdasarkan program

2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat

pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi.

Page 37: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

21

3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen

penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi :

1. Fungsi Perencanaan

2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi

3. Fungsi Motivasi

4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi

5. Fungsi Pembelajaran

Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan

dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil kerja atau

outcome dari pengalokasian biaya yang didasarkan pada kegiatan atau program

kerja yang akan dilaksanakan. Dalam implementasinya, anggaran berbasis kinerja

juga menekankan pada penggunaan dana yang dialokasikan secara ekonomis,

efektif dan efisien. Dengan kata lain anggaran berbasis kinerja merupakan sistem

penganggaran yang mengkaitkan alokasi anggaran yang diklasifikan berdasarkan

kegiatan atau program kerja dengan hasil kerja.

Dengan demikian struktur anggaran yang disusun dengan pendekatan

kinerja merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan dan pembiayaan

yang dirinci menurut kegiatan atau program kerja yang akan dilaksanakan setiap

unit kerja dan jenis belanja. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam periode

tahun anggaran tertentu, sementara belanja adalah semua pengeluaran dalam

Page 38: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

22

periode tahun anggaran yang sama. Sedangkan pembiayaan adalah transaksi

keuangan dalam bentuk pengeluaran pendapatan untuk kegiatan belanja.

Pengembangan indikator keberhasilan menggunakan kriteria :

1. Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan

sasaran unit kerja, program atau kegiatan.

2. Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.

3. Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,

penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.

4. Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan

perbedaan kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.

5. Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat

diverifikasi.

Beberapa hambatan dapat diketahui dengan :

1. Realisasi penyerapan belanja daerah termasuk belanja modal

dipengaruhi oleh bagaimana pola perencanaan dan penganggaran di

daerah, mekanisme transfer dan pelaksanaan program/kegiatan di

daerah.

2. Dalam proses perencanaan anggaran di daerah, permasalahan yang

sering dihadapi adalah adanya perbedaan program-program prioritas

antara pihak eksekutif dengan DPRD dalam pembahasan Rancangan

Peraturan Daerah (Raperda) APBD antara pemerintah daerah dengan

legislatif.

Page 39: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

23

3. Realisasi belanja modal di daerah pada akhir tahun anggaran

seringkali masih di bawah target atau lebih rendah dibandingkan

dengan anggarannya. Hal ini ditengarai karena beberapa hal yaitu:

a. Terkadang peraturan daerah mempunyai kecenderungan untuk

melakukan perubahan APBD sekitar bulan Agustus-September

tahun anggaran berjalan, setelah diketahuinya hasil audit atas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun sebelumnya

sehingga dapat mengetahui secara pasti berapa besarnya Sisa

Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya.

b. Adanya pelampauan pendapatan, besarnya angka SiLPA dan

penetapan perubahan APBD menjelang akhir tahun anggaran

berjalan mengakibatkan waktu yang tersisa untuk menyesuaikan

belanja dan merealisasikannya terbatas sehingga menyebabkan

rendahnya penyerapan dan rendahnya kualitas penyelesaian

kegiatan.

2.5 Pengertian Belanja

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 angka 14:

Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih. PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas

Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun

anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali

oleh pemerintah.

Page 40: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

24

Belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah:

“Merupakan semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah

yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran

bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh

pemerintah. Dan kembali dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 menyebutkan bahwa “Belanja adalah

kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih”. Yang dapat disimpulkan bahwa transaksi belanja akan

menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah Belanja Negara dalam

APBN”.

Pada ketentuan Pasal 36 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 36 tersebut

menjelaskan, Belanja menurut kelompok belanja sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat 2 terdiri dari Belanja tidak langsung dan Belanja langsung.

Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak

terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.Sedangkan

kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.Dalam rangka perhitungan

SAB, anggaran belanja Unit Kerja dikelompokkan menjadi Belanja Langsung dan

Belanja Tidak Langsung.

Dari karakteristik diatas dapat diketahui bahwa anggaran menjadi alat yang

penting bagi manajemen dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai alat untuk

membantu pencapaian tujuan, anggaran dapat diandalkan karena dibuat

berdasarkan analisa data-data tahun yang lalu dan proyeksi tahun yang akan

datang.

Page 41: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

25

Karakteristik anggaran yang baik menurut (Dwi Mariani:2006) :

1. Anggaran disusun berdasarkan program

2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban

yang dibentuk dalam organisasi.

3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Fungsi anggaran menurut (Sony Yuwono:2005) Sebagai sebuah instrumen

penting dalam proses manajemen, anggaran memiliki fungsi :

1. Fungsi Perencanaan

2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi

3. Fungsi Motivasi

4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi

5. Fungsi Pembelajaran

Dalam implementasinya, anggaran berbasis kinerja juga menekankan pada

penggunaan dana yang dialokasikan secara ekonomis, efektif dan efisien. Dengan

kata lain anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang

mengkaitkan alokasi anggaran yang diklasifikan berdasarkan kegiatan atau

program kerja dengan hasil kerja. Dengan demikian struktur anggaran yang

disusun dengan pendekatan kinerja merupakan satu kesatuan yang terdiri dari

pendapatan dan pembiayaan yang dirinci menurut kegiatan atau program kerja

yang akan dilaksanakan setiap unit kerja dan jenis belanja. Pendapatan adalah

semua penerimaan dalam periode tahun anggaran tertentu, sementara belanja

adalah semua pengeluaran dalam periode tahun anggaran yang sama. Sedangkan

Page 42: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

26

pembiayaan adalah transaksi keuangan dalam bentuk pengeluaran pendapatan

untuk kegiatan belanja.

Pengembangan indikator keberhasilan dapat menggunakan kriteria :

1. Relevan, secara logis dan langsung berhubungan dengan tujuan dan

sasaran unit kerja, program atau kegiatan.

2. Mudah dipahami, dapat di komunikasikan dengan jelas.

3. Konsisten, digunakan secara seragam dalam perencanaan,

penganggaran, sistem akuntansi dan pelaporan.

4. Dapat dibandingkan, dapat menunjukkan perkembangan dan perbedaan

kinerja dari program atau kegiatan yang sejenis.

5. Andal (reliable) diperoleh dari sistem data yang terkendali dan dapat

diverifikasi.

Yang menjadi hambatan dapat diketahui dengan melihat :

1. Realisasi penyerapan belanja daerah termasuk belanja modal

dipengaruhi oleh bagaimana pola perencanaan dan penganggaran di

daerah, mekanisme transfer dan pelaksanaan program/kegiatan di

daerah.

2. Dalam proses perencanaan anggaran di daerah, permasalahan yang

sering dihadapi adalah adanya perbedaan program-program prioritas

antara pihak eksekutif dengan DPRD dalam pembahasan Raperda

APBD antara pemerintah daerah dengan legislatif.

Page 43: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

27

3. Realisasi belanja modal di daerah pada akhir tahun anggaran seringkali

masih di bawah target atau lebih rendah dibandingkan dengan

anggarannya. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu:

a. Terkadang peraturan daerah mempunyai kecenderungan untuk

melakukan perubahan APBD sekitar bulan Agustus–September tahun

anggaran berjalan, setelah diketahuinya hasil audit atas Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun sebelumnya sehingga

dapat mengetahui secara pasti berapa besarnya SiLPA tahun

sebelumnya.

b. Adanya pelampauan pendapatan, besarnya angka SiLPA dan

penetapan perubahan APBD menjelang akhir tahun anggaran berjalan

mengakibatkan waktu yang tersisa untuk menyesuaikan belanja dan

merealisasikannya terbatas sehingga menyebabkan rendahnya

penyerapan dan rendahnya kualitas penyelesaian kegiatan.

2.6 Efektivitas

Menurut(Mardiasmo:2009)efektivitas adalah:

“Pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target

kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran

dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional

dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran

akhir kebijakan (spending wisely).

Page 44: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

28

2.7 Efisiensi

Menurut(Mardiasmo:2009) efisiensi adalah:

“Berhubungan erat dengan konsep produktifitas. Pengukuran efisiensi

dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara ouput yang

dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan

operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja

tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang

serendah–rendahnya (spending well). Indikator efisiensi menggambarkan

hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu unit organisasi

(misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang dihasilkan”.

2.8 Analisis Kinerja Pendapatan

Analisis terhadap kinerja pendapatan daerah secara umum terlihat dari

realisasi pendapatan dan anggarannya.Apabila realisasi melampaui anggaran

(target) maka kinerja dapat dinilai dengan baik. Penilaian kinerja pendapatan pada

dasarnya tidak cukup hanya melihat apakah realisasi pendapatan daerah telah

melampaui target anggaran, namun perlu dilihat lebih lanjut komponen

pendapatan apa yang paling berpengaruh.

Menurut (Soleh dan Rochmansjah:2009)adalah:

“Anggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem anggaran yang

mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kerja atau output dari

perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.”

Menurut(Halim dan Iqbal:2012) Penganggaran berbasis kinerja adalah:

“Metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap

pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan

Page 45: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

29

hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari

keluaran tersebut.”

Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode

penganggaran yang digunakan adalah metode tradisional cara penyusunan

anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus

dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan

pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya

tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan

efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya

keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran

tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam

perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai

suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari

pelayanan yaitu Anggaran Berbasis Kinerja.

Menurut (Soleh dan Rochmansjah:2009) : “Anggaran berbasis kinerja

adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian

hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang

ditetapkan.”

Sedangkan menurut (Halim dan Iqbal:2012) :

“Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi

manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-

kegiatan dengan memberikan keluaran tersebut.”

Page 46: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

30

Manfaat yang diperoleh dari anggaran berbasis kinerja :

1. Bagi Masyarakat

Sebagai pernyataan pembangunan yang dinyatakan pemerintah daerah

untuk menjawab setiap kebutuhan, tuntutan atau aspirasi masyarakat

(public issues) guna mencapai kesejahteraan masyarakat.Kebutuhan

masyarakat tak terbatas sedangkan sumberdaya yang tersedia terbatas.

2. Bagi Kepala Daerah selaku Manajemen

Sebagai alat manajemen untuk mengendalikan dan mengarahkan setiap

aktivitas dalam pemerintah daerah agar senantiasa mengacu kepada

rencana yang dibuat.

3. Bagi Aparatur dan Satuan Kerja

Sebagai sarana untuk mendorong setiap satuan kerja untuk lebih selektif

dalam merencanakan aktivitas berdasarkan skala prioritas daerah, tugas

pokok dan fungsi, tujuan serta sasaran, serta terjaminnya sinkronisasi

aktivitas dan terhindarnya tumpang tindih aktivitas.

4. Bagi Stakeholder yang diwakili oleh DPRD

Sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban tentang keberhasilan

dan kegagalan pelaksanaan misi pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan, serta menerangkan kinerja yang telat

dilaksanakan.

Tujuan petunjuk teknis efektivitas penganggaran dalam pedoman

penyusunan anggaran oleh Pemerintah Daerah yang dikeluarkan oleh Kepala

Daerah adalah sebagai berikut:

Page 47: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

31

a. Menyeragamkan format formulir-formulir yang digunakan.

b. Menyamakan pernyataan indikator kinerja dan cara pengukurannya dengan

pedoman yang sudah ada.

c. Menyesuaikan dengan target kinerja dan pagu anggaran yang sudah

ditetapkansebelumnya untuk setiap satuan kerja (agency).

d. Menguraikan rincian belanja (input) berdasarkan analisis standar belanja

(ASB) dan satuan harga barang dan jasa yang telah ditetapkan dengan

peraturan kepala daerah.

e. Menghindari terjadinya duplikasi nama program dan kegiatan dalam satu

SKPD dan antar-SKPD.

f. Memudahkan penilaian kelayakan usulan atau RKA-SKPD oleh Tim

Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).

2.9 Prinsip-Prinsip Penganggaran

Prinsip prinsip Pelaksanaan Anggaran menurut (Herry Kamaroseid:2013)

Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai

berikut :

1. Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang

disyaratkan;

2. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana , program/kegiatan,

serta fungsi setiap kementerian/lembaga/pemerintah daerah;

3. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri;

Page 48: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

32

4. Belanja atas beban anggaran belanja negara dilakukan berdasarkan atas

hak dan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh pembayaran;

5. Jumlah dana yang dimuat dalam anggaran belanja negara merupakan batas

tertinggi untuk tiap-tiap pengeluaran.

Menurut pendapat lain juga dijelaskan prinsip-prinsip anggaran yaitu :

1. Transparansi dan akuntabilitas.

Anggaran APBN/D harus dapat menyajikan informasi yang jelas

mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat

dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Oleh karena itu,

anggota masyarakat berhak mengetahui proses anggaran dalam

menyalurkan aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat.

2. Disiplin anggaran.

Pendapatan yang direncanakan harus dapat terukur secara rasional dan

dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang

dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja dan didukung

dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang

cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan/proyek yang

belum/tidak tersedia anggarannya.

3. Keadilan anggaran.

Pemerintah pusat/daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya

secara adil tanpa diskriminasi sehingga dapat dinikmati oleh seluruh

kelompok masyarakat dalam pemberian pelayanan.

Page 49: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

33

4. Efisiensi dan efektifitas anggaran.

Setiap kegiatan yang direncanakan harus efektif dalam pencapaian

kinerjanya dan efisien dalam pengalokasian dananya.

5. Disusun dengan pendekatan kinerja.

Anggaran disusun dengan mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja

(output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah

ditetapkan. Hasil kerjanya harus sebanding atau lebih besar dari biaya atau

input yang telah ditetapkan.

2.10 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Dalam pengelolaan keuangan terdapat adanya azas umum pengelolaan

keuangan daerah, yang diterapkan dalam Permendagri Nomor 21 tahun 2011

perubahan kedua atas Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, asas umum ini yaitu : Keuangan daerah dikelola secara tertib,

taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transaparan,

dan bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan dan

manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam

suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun

ditetapkan dengan peraturan daerah.

Belanja Daerah menurut Permendagri Nomor 25 Tahun 2009 adalah

semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan

yang meliputi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja daerah

disusun dengan pendekatan prestasi dalam penyusunan agar pemerintah daerah

Page 50: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

34

berupaya menetapkan target capaian yang menjadi kewenangannya. Selain itu

diupayakan agar belanja langsung mendapat alokasi yang lebih besar dari belanja

tidak langsung, dan belanja modal mendapat porsi alokasi yang lebih besar dari

belanja pegawai atau belanja barang dan jasa.

2.11 Belanja Langsung

Belanja langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 merupakan

belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program

dan kegiatan.Yang termasuk dalam Belanja Langsung dalam lingkup Bappeda

Kota Palembang adalahbelanja pegawai, belanja barang dan jasa belanja modal

(belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja

jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja asset tetap lainnya).

Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk

pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan

urusan pilihan.Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program

dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh

masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan

keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik.Penyusunan anggaran

belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani Standar Pelayanan

Minimum (SPM) yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB), dan

standar satuan harga.ASB dan standar satuan harga ditetapkan dengan keputusan-

kepala daerah dan digunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran-

Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dan Rencana Kerja Anggaran-

Pejabat Pembuat Komitmen Daerah (RKA- PPKD).

Page 51: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

35

Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar mengutamakan

produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi

kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan

kualitas kemampuan teknis.

2.11.1. Belanja Pegawai

Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran

honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran

dan rasionalitas dalam pencapaian sasara program dan kegiatan sesuai dengan

kebutuhan dan waktu dan pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target

kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian honorarium

bagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan hanya kontribusi nyata terhadap

efektivitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian

Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuan tersebut pada a.1).f) dan

Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi sesuai ketentuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya

ke dalam jenis belanja pegawai, objek belanja honorarium dan rincian objek

belanjahonorarium PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan

keputusan kepala daerah.

Belanja pegawai dalam kelompok belanja langsung tersebut dimaksudkan

untuk pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan

pemerintahan daerah. Belanja jenis ini antara lain untuk menampung honorarium

panitia pengadaan dan administrasi pembelian/pembangunan untuk memperoleh

setiap aset yang dianggarkan pada belanja modal sebagaimana dianggarkan pada

Page 52: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

36

belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa. Belanja barang dan jasa

digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya

kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan

program dankegiatan pemerintahan daerah.

2.11.2. Belanja Barang dan Jasa

Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja barang dan jasa

digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya

kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan

program. Belanja barang dan jasa bersifat rutin karena terjadi terus-menerus.

Belanja barang dan jasa mencakup :

1. Penyediaan jasa surat menyurat

2. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

3. Penyediaan jasa administrasi keuangan

4. Penyediaan jasa kebersihan kantor

5. Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja

6. Penyediaan alat tulis kantor

7. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

8. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

9. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

10. Penyediaan peralatan rumah tangga

11. Penyediaan bahan bacaan dan peralihan perundang-undangan

12. Penyediaan makanan dan minuman

13. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

Page 53: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

37

14. Penyediaan jasa pendukung administrasi dan teknis perkantoran

15. Penyediaan jasa jarkompusda

16. Rapat-rapat koordinasi dan kolsultasi antar instansi

17. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi pemerintahan.

Belanja barang dikelompokkan ke dalam 3 kategori belanja yaitu :

1. Belanja pengadaan barang dan jasa, belanja barang dan jasa yang

tidak memenuhi kapitalisasi dikategorikan ke dalam belanja barang

operasional dan belanja barang non operasional.

2. Belanja pemeliharaan, yaitu belanja yang dikeluarkan dan tidak

menambah dan memperpanjang masa manfaat dan/atau

kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomi di masa yang

akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau

peningkatan standar kinerja, tetap dikategorikan sebagai belanja

pemeliharaan.

3. Belanja perjalanan, yaitu belanja perjalanan yang dikeluarkan tidak

untuk tujuan perolehan aset tetap.

Dalam BukuSistem Administrasi Anggaran Negara (Herry

Kamaroesid:2013) menyebutkan bahwa Belanja Barang dan Jasa terdiri

dari :

a. Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada

jenis Belanja Barang dan Jasa dengan menambahkan objek dan rincian

objek belanja baru serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala

daerah.

Page 54: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

38

b. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat

hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan

yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi

belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai

kode rekening berkenaan.

c. Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan

nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah

pegawaidan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa

persediaan barang Tahun Anggaran 2014.

d. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan

orang tidak mampu sesuai dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun

2004, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah

Nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan

Kesehatan dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimana

diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013, yang tidak

menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang

bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat menganggarkannya

dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan

kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.

e. Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasi Jaminan

Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

Milik Pemerintah Daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD

mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014, Peraturan

Page 55: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

39

Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana

Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan pada FKTP

Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri

Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.

f. Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama

Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada masing-

masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 28

Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan masing-masing peraturan

daerah.

g. Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak

ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan dimaksud dianggarkan

sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan diserahkan kepada

pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait dengan

pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap diserahkan.

h. Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja

dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan

dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya

dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas

dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah

daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan sesuai

peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran perjalanan dinas

luar negeri berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005

tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam

Page 56: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

40

Negeri Nomor 11 tahun 2011 tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri

Bagi Pejabat/Pegawai dilingkungan Kementerian Dalam Negeri,

PemerintahDaerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD.

i. Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan daerah,

penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek

pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya untuk

hal-hal sebagai berikut :

1. Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil.

Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untuk Gubernur/Wakil

Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota dan

Pimpinan DPRD Provinsi.

2. Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil.Dalam hal

pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas hotel atau

tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan diberikan

biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel

di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanan

dinas dan dibayarkan secara lumpsum.

3. Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara

lumpsum.Standar satuan harga perjalanan dinas ditetapkan dengan

Keputusan Kepala Daerah, dengan mempedomani besaran satuan

biaya yang berlaku dalam APBN sebagaimana diatur dengan

peraturan perundang-undangan.

Page 57: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

41

j. Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang mengikutsertakan non

PNSD diperhitungkan dalam belanja perjalanan dinas. Tata cara

penganggaran perjalanan dinas dimaksud mengacu pada ketentuan

perjalanan dinas yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

k. Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan, bimbingan

teknis atau sejenisnya yang terkait dengan pengembangan sumber daya

manusia, Pimpinan dan Anggota DPRD serta pejabat/staf pemerintah

daerah, yang tempat penyelenggaraannya di luar daerah harus dilakukan

sangat selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dan

kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari kehadiran dalam

pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya guna

pencapaian efektifitas penggunaan anggaran daerah. Dalam rangka

orientasi dan pendalaman tugas Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi

dan DPRD Kabupaten/Kota agar berpedoman pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan

Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34

Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 56 Tahun 2011 tentang Pedoman Orientasi dan Pendalaman Tugas

Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

l. Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan

pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk

Page 58: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

42

menggunakan fasilitas asset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang

sudah tersedia milik pemerintah daerah.

m. Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang berada dalam

penguasaannya mempedomani Pasal 46 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

dan Pasal 48 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

tentang Pedoman teknis Pengelolaan barang Milik Daerah.

2.11.3.Belanja Modal

Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau

menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu

periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap atau asset

lainnya yang ditetapkan pemerintah. Dalam pembukuan nilai perolehan asset

dihitung semua pendanaan yang dibutuhkan dari perencanaan pengadaaan,

pelaksanaan hingga asset tersebut siap untuk digunakan. Asset tetap/tetap lainnya

tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja

atau dipergunakan oleh masyarakat/publik tercatat sebagai registrasi asset K/L

terkait dan bukan untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat/pemerintah

daerah.Belanja modal ini terdiri Belanja Modal Tanah, Belanja modal peralatan

dan mesin, Belanja modal gedung dan bangunan, Belanja modal jalan, irigasi dan

jaringan, Belanja modal lainnya, Belanja penambahan nilai asset tetap/asset

lainnya serta Belanja modal Badan Layanan Umum (BLU).

Page 59: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

43

Komponen pembiayaan belanja barang dan belanja modal. Hampir

sebagian besar belanja pemerintah yang dialokasi dalam APBN dilaksanakan

melalui proses pengadaan barang dan jasa, seperti belanja barang, belanja modal,

sebagian belanja bantuan sosial, dan belanja hibah. Sebagaimana dijelaskan diatas

bahwa seluruh komponen pembiayan terkait dengan belanja barang terutama

belanja modal dapat dialokasikan pada saat penyusunan anggaran Daftar Isian

Pelaksana Anggaran(DIPA).

Dengan demikian pada saat penyusunan anggaran dapat dialokasikan

seluruh pengeluaran terkait dengan belanja barang dan modal tersebut. Seluruh

pengeluaran terkait dengan belanja barang dan jasa yang termasuk kategori

belanja barang dialokasikan kedalam belanja barang, sedangkan seluruh

pengeluaran yang terkait dengan belanja aset tetap dan aset lainnya yang termasuk

kategori belanja modal dialokasikan kedalam belanja modal.

2.12 Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan

pelaksaan program dan kegiatan.

1. Belanja pegawai;

2. Belanja bunga;

3. Belanja subsidi;

4. Belanja hibah;

5. Belanja bantuan sosial;

6. Belanja bagi hasil;

7. Bantuan keuangan; dan

Page 60: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

44

8. Belanja tidak terduga.

Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait secara langsung

dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Artinya, ada atau tidak adanya

kegiatan tidak mempengaruhi pengeluaran atas belanja-belanja tidak langsung.

Belanja tidak langsung seperti ini biasa dikenal dengan “fixed east” yang

junlahnya relatif tetap dari tahun ketahun terhadap variabilitas program/kegiatan.

Adapun karakteristik belanja tidak langsung antara lain sebagai berikut :

1. Dianggarkan setiap bulan dalam setahun (bukan untuk setiap

program/kegiatan) oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

2. Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit untuk diukur atau sulit

dibandingkan secara langsung dengan output program/kegiatan.

3. Variabilitas jumlah setiap jenis belanja tidak langsung oleh target

kinerja atau tingkat pencapaian yang diterapkan dari program/kegiatan

tertentu.

2.12.1. Belanja Pegawai

Merupakan belanja yang digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah

dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.Juga merupakan

belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya

yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan

anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah

Page 61: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

45

serta penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam belanja pegawai.

2.12.2. Belanja Bunga

Digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung

atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian

pinjaman jangka pendek, menengah, dan panjang.

2.12.3. Belanja Subsidi

Digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada

perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat

terjangkau oleh masyarakat banyak. Pengeluaran atau alokasi anggaran yang

diberikan pemerintah kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah atau pihak

ketiga lainnya yang memproduksi , menjual, mengekspor, atau mengimpor barang

dan atau jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa

sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja ini antara lain

digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui perusahaan

negara dan atau perusahaan swasta. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam

kegiatan dari Bagian Anggaran.

2.12.4. Belanja Hibah

Digunakan untuk menganggarkan pembelian hibah dalam bentuk uang,

barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan

kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan

Page 62: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

46

peruntukannya. Pengeluaran pemerintah berupa transfer yang secara spesifik telah

ditetapkan peruntukannya bersifat sukarela, tidak wajib, tidak mengikat, tidak

perlu dibayar kembali dan tidak terus-menerus dilakukan dengan naskah

perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah kepada pemerintah negara

lain, organisasi internasional, dan pemerintah daerah dengan pengalihan hak

dalam bentuk uang, barang atau jasa. Termasuk dalam belanja hibah adalah

pinjaman dan atau hibah luar negeri yang diterus hibahkan ke daerah.

2.12.5. Belanja Bantuan Sosial

Digunakan untuk menganggarkan pemberian dalam bentuk uang dan/atau

barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan

oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat

dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi

dan atau kesejahteraan masyarakat.

2.12.6. Belanja Bagi Hasil Digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari

pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota

kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada

pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2.12.7. Belanja Bantuan Keuangan

Digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umum

atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada

Page 63: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

47

pemerintah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa

dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan

kemampuan keuangan.

2.12.8. Belanja Tidak Terduga

Merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak

diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial

yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan

penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Pengeluaran

negara untuk pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak masuk dalam

kategori belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja pembayaran

utang, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat

mendesak dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Pentingnya klasifikasi belanja :

1. Memformulasikan kebijakan dan mengidentifikasi alokasi sumber daya

sektor-sektor.

2. Mengidentifikasi capaian kegiatan pemerintah melalui penilaian kinerja

pemerintah.

3. Membangun akuntabilitas atas ketaatan dalam pelaksanaan anggaran

terhadap otorisasi yang diberikan oleh legislatif.

Page 64: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

48

Tujuan klasifikasi belanja :

1. Untuk kepentingan manajerial difungsikan sebagai bentuk penyajian

laporan yang sesuai dengan kebutuhan para penggunanya dan untuk

administrasi dan akuntansi anggaran;

2. Untuk pertanggungjawaban difungsikan sebagai bentuk penyajian Laporan

Realisasi Anggaran (LRA), dengan menyandingkan antara anggaran dan

realisasinya.

2.13 Surplus/Defisit APBD

a. Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara pendapatan daerah

dengan anggaran belanja daerah.

b. Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaan surplus tersebut

diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal

(investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah

pusat/pemerintah daerah lain dan atau pendanaan belanja peningkatan

jaminan sosial. Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial tersebut

diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar

masyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional

terkait dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan tersebut.

c. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerah menetapkan

penerimaan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut, yang

bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran

sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan

Page 65: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

49

daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan atau penerimaan

kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.

d. Pemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batas maksimal

defisit APBD Tahun Anggaran 2015 yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester Tahun

Anggaran 2015.Pelanggaran terhadap ketentuan dimaksud, dapat

dilakukan penundaan atas penyaluran dan perimbangan.

2.14 . Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA) Tahun Berjalan

1. Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SiLPA)

Tahun Anggaran 2015 bersaldo nol.

2. Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBD menghasilkan

SiLPA tahun berjalan positif, pemerintah daerah harus

memanfaatkannya untuk penambahan program dan kegiatan prioritas

yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang telah

dianggarkan, dan atau pengeluaran pembiayaan.

3. Dalam hal perhitungan SiLPA tahun berjalan negatif, pemerintah

daerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran

pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan

program dan kegiatan yang kurang prioritas dan atau pengurangan

volume program dan kegiatannya.

Page 66: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

50

BAB III

METODE PENELITIAN

4.1 Objek Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar hasil penelitian dan

pembahasan pada skripsi ini tidak menyimpang dari permasalahan yang ada.

Objek Penelitian yang menjadi pusat penelitian adalah Analisis Kinerja Anggaran

Belanja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palembang.

Penelitian dilakukan pada kantor Bappeda Kota Palembang yang beralamat di

Jalan Merdeka Nomor 74 Palembang.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian dapat diartikan sebagai rencana dan struktur dari objek

penelitian yang akan penulis ambil. Disini variabel yang ada akan dijabarkan

sesuai dengan objek penelitian dan dihubungkan dengan penjelasan rinci tentang

keseluruhan mulai dari perumusan masalah, tujuan, gambaran umum instansi,

batasan variabel, penghitungan analisis sampai penggabungan data yang ada pada

instansi yang penulis gambarkan dalam karya tulis ini.

Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan

pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode

deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok

manusia, suatu obyek, suatu kondisi dan suatu sistem pemikiran serta peristiwa

yang akan terjadi (Antara:2008).

Page 67: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

51

Tujuan dari suatu penelitian deskriptif adalah untuk membuat eksploratif

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antara berbagai gejala yang akan diteliti. Metode ini

bertujuan untuk mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data yang dapat

memberikan gambaran yang jelas atas objek yang diteliti, untuk kemudian di

proses dan dianalisis untuk kemudian menarik kesimpulan.

4.3 Operasionalisasi Variabel

Menurut (Mahmudi:2010) batasan operasional yang dapat dijadikan tolak

ukur suatu kinerja anggaran terdiri dari beberapa analisis. Batasan Operasional

Variabel yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

No. Analisis Kinerja

Pengertian Rumus Ket.

1. Analisis Varians Belanja (Selisih Belanja)

Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Berdasarkanlaporan realisasi anggaran kinerja pemerintah daerah dinilai baik apabila jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang mengindikasikan dianggarkan maka hal ini adanya kinerja yang kurang baik.

AVB = Analisis Varians Belanja RB = Realisasi Belanja AB = Anggaran Belanja

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Merupakan analisis untuk mengetahui pertumbuhan belanja dari tahun ke tahun positif atau negatif yang umumnya memiliki kecenderungan selalu naik.Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi yang ada dan perkembangan yang ada pada faktor makro ekonomi.

PB = Pertumbuhan Belanja Thnt / Thnt-1= tahun pada saat ini / tahun sebelumnya B = Belanja RB = Realisasi Belanja

AVB = RB - AB

PB Thnt B Thnt - B Thnt-1x100% = RB Thnt-1

Page 68: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

52

3. Analisis Keserasian Belanja

bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan antar belanja. Salah satunya adalah dengan menilai Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja dan Rasio Belanja Langsung terhadap Total Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan antar belanja yang menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan dananya pada belanja secara optimal.

TB = Total Belanja TBTL = Total Belanja Tidak Langsung TBL= Total Belanja Langsung

4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja

(Menurut Mahsun : 2009) Untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah berupa angka efisiensi yang tidak bersifat absolut, tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik, hanya dapat mengatakan tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih efisien dibandingkan tahun lalu. Pemerintah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran.

R = Rasio AB = Anggaran Belanja RAB = Realisasi Anggaran Belanja RABL = Realisasi Anggaran Belanja Langsung

4.4 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sifatnya penulis menggunakan dua jenis data sebagai berikut :

1. Data Kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung atau data yang

dapat berupa angka-angka, dalam hal ini data yang digunakan adalah

data yang berasal daribuku dan lampiran Laporan Pertanggungjawaban

(LKPJ)periode lima tahun (tahun 2008 sampai 2012) dan data dari

buku APBD tahun 2008 sampai dengan 2012.

TB = TBTL x 100% TB

R = RAB x 100% AB

TB = TBL x 100% TB

R = RABL x 100% RAB

Page 69: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

53

2. Data Kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung atau data

yang bersifat kualitatif, berupa perkembangan perubahan peraturan-

peraturan tentang sistem keuangan yang ada pada instansi yang

bersangkutan.Dalam hal ini berupa dokumen-dokumen anggaran

belanja yang ada pada instansi tempat penulis melakukan penelitian.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Penelitian dengan menggunakan data sekunder.

Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan berasal dari buku

perda-perda tentang keuangan daerah yang menjadi aturan, sebagian

berasal dari laporan-laporan keuangan secara umum, sedikit sejarah

dari instansi ini yang juga mendukung penelitian ini.

2. Dokumentasi.

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai berupa dokumen,

catatan, transkrip, buku, media internet, majalah dan sebagainya.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai informasi

khususnya untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dalam

observasi dan wawancara.

3.6 Metode Analisis

Menurut (Mahmudi:2010) menyatakan berdasarkan Metode analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang didasarkan pada Laporan

Page 70: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

54

Realisasi Anggaran (LRA) yakni dengan konsep anggaran khususnya analisis

belanja kita dapat membuat analisis anggaran antara lain dengan :

1. Analisis Varians Belanja

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

3. Analisis Keserasian Belanja, terdiri dari :

a. Analisis Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja

b. Analisis Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja

4. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja

3.6.1. Analisis Varians Belanja

Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja

dengan anggaran yang berfungsi untuk mengetahui efisiensi penggunaan anggaran

belanja yang digunakan selama tahun anggaran tersebut.Terdapat ketentuan

bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh

dilakukan pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik

kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan.

Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara

realisasi belanja dengan anggaran. Dalam belanja daerah terdapat ketentuan

bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh

dilakukan pemerintah daerah.Berdasarkan laporan realisasi anggaran dan belanja

ditinjau dari Analisis Varians bisa ditanyakan dalam bentuk nominalnya atau

Page 71: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

55

presentasenya.Menurut (Mardiasmo : 2009)Rumus pengukuran kinerjanya

sebagai berikut :

Analisis Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

3.6.2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

pertumbuhan realisasi anggaran belanja yang signifikan selama periode

penggunaan anggaran dari tahun ke tahun bersifat positif atau negatif dalam

pengertian sudah efisien atau belum serapan dalam penggunaan anggaran yang

ada pada instansi untuk membiayai semua kegiatan-kegiatannya.

Rumus pengukuran kinerjanya sebagai berikut :

Pertumbuhan Belanja Thnt= Belanja Thnt Belanja Thnt-1 100%

Realisasi Belanja Thnt-1

3.6.3. Analisis Keserasian Belanja

Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui keseimbangan

antara semua belanja yang ada terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat

distribusi.alokasi dan stabilisasi.Agar fungsi anggaran anggaran tersebut

pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja. Analisis ini antara lain :

3.6.3.1. Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja

Merupakan analisis yang membandingkan belanja tidak langsung pada

tiap-tiap fungsi terhadap total belanja dalam APBD.

Page 72: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

56

Rumusnya yaitu :

Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung x 100%

Total Belanja

3.6.3.2. Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja

Merupakan perbandingan antara total belanja langsung dengan total

belanja yang ada pada realisasi yang sebenarnya. Menginformasikan mengenai

porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk belanja operasi. Merupakan belanja

yang manfaatnya habis di konsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga belanja

operasi sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin dan berulang.

Rumusnya yaitu :

Rasio Belanja= Total Belanja Langsung x 100%

Total Belanja

3.6.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja

Merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.

Digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan

pemerintah.Angka yang dihasilkan dari rasio ini tidak bersifat absolut, tetapi

relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio ini. Kita

hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini belanja pemerintah daerah relatif lebih

efisien dibandingkan tahun lalu. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan

efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%.Sebaliknya jika

Page 73: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

57

melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran.Rumus

pengukuran kinerjanya menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus Pengukuran Efektivitas :

Rasio =Realisasi Anggaran Belanja 100%

Anggaran Belanja

(Mahsun : 2009)

Rumus Pengukuran Efisiensi :

(Mahsun : 2009)

Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung x 100%

Realisasi Anggaran Belanja

Page 74: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bappeda Kota Palembang

4.1.1. Sejarah Singkat Bappeda Kota Palembang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang

dibentuk sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185

Tahun 1980 tanggal 24 Agustus 1980 tentang Pedoman organisasi dan tata kerja

perencanaan pembangunan daerah kota Palembang. Pasal 107 keputusan menteri

tersebut menyebutkan bahwa pembentukan organisasi daerah tata kerja Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah

Nomor 1 pasal 107. Keputusan Menteri tersebut telah diperbarui dengan Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, sedangkan pedoman

organisasi perangkat daerah, perlu menetapkan pembentukan, kedudukan, tugas

pokok, fungsi dan struktur lembaga teknis.

Sebagai wakil Pemerintah Daerah Kota Palembang dalam pelaksanaan

perencanaan, Bappeda Kota Palembang dituntut untuk dapat menyelenggarakan

pemerintahan yang baik (good governance) guna mewujudkan aspirasi

masyarakat dalam pembangunan Kota Palembang sehingga mencapai tujuan dan

cita-cita bersama menjadikan Palembang Kota Internasional Tahun 2013. Dalam

rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban

yang tepat, jelas, terukur dan legitimasi, sehingga penyelenggaraan pemerintahan

Page 75: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

59

dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih

dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, sebagai perwujudan

pertanggungjawaban keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka setiap SKPD termasuk

Bappeda Kota Palembang berkewajiban menyampaikan Laporan Akutabilitas

Kinerja (LAKIP) yang dicerminkan dari hasil pencapaian kinerja berdasarkan visi,

misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Keputusan Menteri menyebutkan bahwa pembentukan organisasi dan tata

kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang susunan

organisasi dan tata kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kota Palembang. Dan kemudian diperbarui lagi dengan Peraturan Daerah Kota

Palembang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan juga Peraturan Walikota Palembang

Nomor 51 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Lembaga

Teknis Daerah Kota Palembang.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Palembang,

Sumatera Selatan terletak di Jalan Merdeka Nomor 74 Palembang yang

berdekatan di depan kantor Walikota Palembang. Badan Perencanaan

Pembangunan (Bappeda) Kota Palembang sebagai Unsur Pelaksana Pemerintah

Daerah dibidang Perencanaan Pembangunan Daerah, mengemban tugas dan

Page 76: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

60

tanggaung jawab agar proses perencanaan pembangunan di Kota Palembang

berjalan dengan baik dengan menerapkan prinsip-prinsip Koordinasi, Integrasi,

Sinkronisasi dan Simplikasi sehingga memberikan kontribusi kepada pencapaian

visi dan misi pembangunan daerah.

4.1.2. Visi dan Misi Bappeda Kota Palembang

Visi adalah cara pandang jauh kedepan kemana instansi pemrintah akan

dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi merupakan suatu gambaran

yang menantang tentang masa depan yang diinginkan oleh instansi pemerintah

atau organisasi. Visi dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan

dalam waktu tertentu, menentukan sikap dan tindakan sebagai tolak ukur

keberhasilan melaksanakan tugas.

Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi

dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah

ditetapkan. Adapun Bappeda Kota Palembang memiliki dua misi, yaitu :

1. Meningkatkan sinkronisasi perencanaan pembangunan daerah

2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan layanan perencanaan

pembangunan daerah

4.1.3. Tujuan dan Sasaran Bappeda Kota Palembang

Tujuan adalah penjabaran Visi yang lebih spesifik dan terukur sebagai

upaya mewjudkan Visi dan Misi. Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah

Page 77: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

61

dikemukakan diatas, maka disusun tujuan dengan mempertimbangkan FPK, maka

disusun tujuan sebagai berikut :

1. Terciptanya dokumen perencanaan daerah yang handal

2. Terwujudnya aparatur perencana yang professional

Sebagai dasar dari tujuan dapat ditentukan sasaran sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah

2. Meningkatnya kualitas perencanaan penataan ruang

3. Meningkatnya kualitas perencanaan pengembangan wilayah

4. Tersedianya data/informasi/statistik daerah yang mutakhir

5. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana aparatur perencana

6. Meningkatnya kualitas aparatur perencana

4.1.4. Struktur Organisasi Bappeda Kota Palembang

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor

10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah, susunan organisasi Bappeda Kota Palembang adalah

sebagai berikut :

a. Kepala Badan

b. Sekretas/Sekretariat, membawahi :

1. Sub Bagian Umum

2. Sub Bagian Keuangan

3. Sub Bagian Kepegawaian

Page 78: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

62

c. Bidang Perencanaan Program dan Anggaran, membawahi :

1. Sub Bidang Perencanaan Program

2. Sub Bidang Perencanaan Anggaran

d. Bidang Pendataan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, membawahi :

1. Sub Bidang Pendataan

2. Sub Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

e. Bidang Perencanaan Strategis dan Tata Ruang, membawahi :

1. Sub Bidang Perencanaan Strategis

2. Sub Bidang Perencanaan Tata Rung

f. Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan, membawahi :

1. Sub Bidang Penelitian

2. Sub Bidang Kerjasama Pembangunan

g. Kelompok Jabatan Fungsional,

4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kota Palembang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 10 Tahun 2008

tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga teknis

Daerah, tugas pokok dan fungsi Bappeda Kota Palembang adalah sebagai berikut :

- Pasal 9 : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

perencanaan pemerintah daerah.

- Pasal 10 : untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 badan Perencanaan Pembangunan mempunyai fungsi :

Page 79: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

63

a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan

daerah

d. Pelakasanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Berdasarkan Peraturan Walikota Palembang Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Lembaga Teknis Daerah Kota

Palembang, adapun tupoksinya adalah sebagai berikut :

1. Kepala Badan.

2. Sekretariat, membawahi :

1. Sub Bagian Umum.

2. Sub Bagian Kepegawaian.

3. Sub Bagian Keuangan.

3. Bidang Pendataan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, membawahi :

1. Sub Bidang Pendataan.

2. Sub Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan.

4. Bidang Perencanaan Program dan Anggaran, membawahi :

1. Sub Bidang Perencanaan Program.

2. Sub Bidang Perencanaan Anggaran.

Page 80: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

64

5. Bidang Perencanaan Strategis dan Tata Ruang, membawahi :

1. Sub Bidang Perencanaan Strategis.

2. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang.

6. Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan, membawahi :

1. Sub Bidang Penelitian.

2. Sub Bidang Kerjasama Pembangunan.

7. Kelompok Jabatan Fungsional.

Adapun berdasarkan Peraturan Walikota Palembang Nomor 51 Tahun 2009

tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Lembaga Teknis Daerah Kota

Palembang, tupoksi Bappeda dijabarkan lagi ke dalam uraian tugas sebagai

berikut:

1. Kepala Badan

Tugas pokok Kepala Bappeda adalah Melaksanakan penyusunan dan

pelaksanaan kegiatan dibidang perencanaan pembangunan daerah sesuai

dengan kebijakan yang digariskan oleh Walikota berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan petunjuk

pelaksanaannya. Dengan fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis perencanan pembangunan daerah

b. Pelaksanaan koordinasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan

c. Pembinaan, pengaturan dan pengendalian pelaksanaan tugas dibidang

perencanaan pembangunan daerah

Page 81: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

65

d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan administrasi

yang meliputi pengelolaan surat-menyurat, kepegawaian, keuangan

perlengkapan dan kerumahtanggaan serta mengkoordinasikan penyusunan

program dan penyelenggaraan tugas-tugas bidang secara terpadu. Untuk

melaksanakan tugas diatas, Sekretariat mempunyai fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis dibidang ketatausahaan

b. Pelaksanaan urusan administrasi surat-menyurat dan kearsipan

c. Pengelolaan urusan keuangan

d. Pengelolaan urusan administrasi kepegawaian

e. Pengelolaan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan

f. Pengkoordinasian penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-

tugas bidang secara terpadu

g. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.1. Sub Bagian Umum

Membantu Sekretaris Bappeda dalam melaksanakan pekerjaan

administrasi umum.Untuk melaksanakan tugas diatas, Sub Bagian Umum

mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang umum.

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang umum.

c. Pengawasan dan pengendalian dibidang umum.

Page 82: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

66

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain

dibidang umum.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

2.2. Sub Bagian Kepegawaian

Tugas pokoknya adalah melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian,

menyusun rencana kebutuhan dan pengembangan pegawai. Dengan fungsi

sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang

kepegawaian.

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang kepegawaian.

c. Pengawasan dan pengendalian dibidang kepegawaian.

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain

dibidang kepegawaian.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

2.3. Sub Bagian Keuangan

Tugas pokoknya adalah melaksanakan penyusunan anggaran semester dan

tahunan Bappeda, pengelolaan dan pengendalian keuangan, pembukuan dan

administrasi perbendaharaan. Dengan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang keuangan.

Page 83: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

67

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang keuangan.

c. Pengawasan dan pengendalian dibidang keuangan.

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain

dibidang keuangan.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

3. Bidang Pendataan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan. Terdiri dari dua

Sub Bidang yaitu Sub Bidang Pendataan dan Sub Bidang Monitoring,

Evaluasi dan Pelaporan.

Tugas Pokok :

1. Melaksanakan sebagian tugas badan meliputi pengelolaan data dan

informasi pembangunan, memberikan pelayanan kepada masyarakat

dan pihak-pihak lain yang membutuhkan data dan informasi

pembangunan.

2. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan

daerah, memantau pelaksanaannya.

3. Melakukan pengumpulan, pengolahan data analisa data pembangunan

dalam rangka mengevaluasi keberhasilan program-program kegiatan

pembangunan.Dengan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang pendataan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Page 84: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

68

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang pendataan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan.

c. Pengawasan dan pengendalian dibidang pendataan, monitoring,

evaluasi dan pelaporan.

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain

dibidang pendataan, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

4. Bidang Perencanaan Program dan Anggaran. Terdiri dari dua Sub

Bidang yaitu Sub Bidang Perencanaan ProgramdanSub Bidang Perencanaan

Anggaran.

Tugas Pokok

1. Melaksanakan sebagian tugas kepala badan dalam melaksanakan dan

mengkoordinasikan hasil musyawarah perencanaan pembangunan,

menyusun rencana kerja pemerintah daerah dan kebijakan umum

APBD sebagai pedoman dalam penyusunan RAPBD.

2. Melaksanakan sebagian tugas bidang perencanaan program dalam

melaksanakan kegiatan koordinasi musyawarah perencanaan

pembangunan ditingkat kota dan menyusun rencana kerja pemerintah

daerah.

3. Melaksanakan sebagian tugas bidang perencanaan anggaran dalam

melaksanakan kegiatan penyusunan kebijakan umum APBD (KUA)

Page 85: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

69

dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) serta penyusunan

Kebijakan Umum Perubahan Anggaran (KUPA) dan Prioritas Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan. Dengan fungsi sebagai

berikut :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang

perencanaan program dan anggaran.

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang perencanaan

program dan anggaran.

c. Pengawasan dan pengendalian dibidang perencanaan program dan

anggaran.

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain

dibidang perencanaan program dan anggaran.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

5. Bidang Perencanaan Strategis dan Tata Ruang. Terdiri dari dua Sub

Bidang yaitu Sub Bidang Perencanaan Strategisdan Sub Bidang

Perencanaan Tata Ruang.

Tugas Pokok

1. Melaksanakan sebagian tugas badan dalam mengkaji, menyusun dan

mengkoordinasikan kegiatan perencanaan pembangunan daerah yang

Page 86: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

70

berkaitan dengan perencanaan jangka menengah dan panjang serta

perencanaan tata ruang.

2. Melaksanakan sebagian tugas bidang perencanaan strategis dalam

menyusun, menginventarisasi dan menelaah tentang aspirasi

masyarakat yang berkaitan dengan pembangunan daerah untuk

digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan rencana strategis

pembangunan daerah.

3. Melaksanakan sebagian tugas bidang tata ruang dalam

menginventarisasi dan menelaah potensi sumber daya alam dan sumber

daya manusia yangakan digunakan sebagai landasan dalam

penyusunan tata ruang guna menunjang rencana strategis Kota

Palembang.Dengan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang

perencanaan strategis dan tata ruang.

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang perencanaan

strategis dan tata ruang.

c. Pengawasan dan pengendalian dibidang perencanaan strategis dan tata

ruang.

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain

dibidang perencanaan strategis dan tata ruang.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Page 87: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

71

6. Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan. Terdiri dari dua Sub

Bidang yaitu Sub Bidang Penelitian dan Kerjasama Pembangunan.

Tugas Pokok

1. Melaksanakan sebagian tugas badan dalam melaksanakan koordinasi

dalam rangka keselarasan dan keterpaduan pembangunan, penyusunan

rancangan program kerjasama dengan pihak dalam negeri dan luar

negeri, membina peran serta masyarakat dalam pembangunan.

2. Melaksanakan tugas dan mengkoordinasikan kegiatan penelitian

dibidang ekonomi, sosial budaya serta fisik dan prasarana dalam

rangka perencanaan pembangunan daerah dan menyiapkan bahan

perumusan kebijakan kegiatan penelitian untuk pembangunan di

daerah. Dengan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis dibidang penelitian

dan kerjasama pembangunan.

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis dibidang penelitian dan

kerjasama pembangunan.

c. Pengawasan dan pengendalian dibidang penelitian dan kerjasama

pembangunan.

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/instansi lain

dibidang penelitian dan kerjasama pembangunan.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Page 88: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

4.1.6. Aspek Penunjang

Untuk mendukung tugas pokok dan

saat ini BAPPEDA Kota Palembang memiliki pegawai sejuml

atas 42 PNSD, dan 18 Non PNSD

sisi kualitas maupun kuantitas masih perlu ditingkatkan, mengingat tantan

dinamika pembangunan yang semakin kompleks seiring dengan perkem

kota yang sangat pesat.

Tabel 4.1.5. Struktur Organisasi

Aspek Penunjang

Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi BAPPEDA Kota Palembang,

saat ini BAPPEDA Kota Palembang memiliki pegawai sejumlah 60 orang terdiri

2 PNSD, dan 18 Non PNSD sampai saat ini keberadaan karyawan baik dari

sisi kualitas maupun kuantitas masih perlu ditingkatkan, mengingat tantan

dinamika pembangunan yang semakin kompleks seiring dengan perkem

72

fungsi BAPPEDA Kota Palembang,

orang terdiri

sampai saat ini keberadaan karyawan baik dari

sisi kualitas maupun kuantitas masih perlu ditingkatkan, mengingat tantangan dan

dinamika pembangunan yang semakin kompleks seiring dengan perkembangan

Page 89: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

73

Adapun komposisi PNS berdasarkan kualifikasi pendidikan, pendidikan

penjenjangan, pangkat dan golongan dapat dilihat pada beberapa tabel berikut.

Tabel 4.1.6.1 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

(Per Desember 2014)

No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah

Pria Wanita 1 S3 - - 2 Pasca Sarjana (S2) 8 9 3 Sarjana (S1) 8 13 4 Diploma - 1 5 SMA/SMK - 2 6 SMP 1 - 7 SD - - Total 17 25

Sumber: Daftar Urut Kepangkatan PNS, BAPPEDA Kota Palembang

Tabel 4.1.6.2 Komposisi Pegawai Menurut Pangkat / Golongan Ruang

No. Pangkat/Golongan Ruang Jumlah

Pria Wanita 1 Pembina Utama Madya 1 - 2 Pembina Tingkat I (IV/b) 1 1 3 Pembina (IV/a) 3 3 4 Penata Tingkat I (III/d) 4 6 5 Penata (III/c) - 3 6 Penata Muda Tingkat I (III/b) 6 7 7 Penata Muda (III/a) 4 8 Pengatur Tingkat I (II/d) - 1 9 Pengatur (II/c) - - 10 Pengatur Muda Tingkat I (II/b) 1 - 11 Pengatur Muda (II/a) - - 12 Juru Tingkat I (I/d) - - 13 Juru (I/c) - - 14 Juru Muda Tingkat I (I/b) 1 - 15 Juru Muda (I/a) - - 16 CPNS - - Total 17 25

Sumber: Daftar Urut Kepangkatan PNS, per Desember 2014 BAPPEDA Kota Palembang

Page 90: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

74

4.2. Penilaian Kinerja Berdasarkan Penggunaan Analisis Varians Belanja

4.2.1. Analisis Varians Belanja

Merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi

belanja dengan anggaran yang ada pada tahun anggaran yang tersedia di

Tahun Anggaran tersebut.Rumus yang digunakan :

Analisis Varians Belanja = Realisasi - Anggaran

Tabel 4.2. Rekapitulasi Anggaran Belanja Daerah

Bappeda Kota Palembang Periode Tahun 2008-2012

Tahun Anggaran Realisasi Belanja Tidak

Langsung

Belanja

Langsung

2008 18.995.030.050 16.927.448.842 3.696.804.700 13.230.644.142

2009 17.794.812.537,97 8.565.090.792 2.032.020.350 6.533.070.442

2010 13.083.590.795 10.014.794.746 2.232.150.400 7.782.644.340

2011 19.268.407.925,68 13.424.059.670 3.103.050. 300 10.321.009.370

2012 21.860.186.000 13.649.720.221 3.485.321.100 10.164.399.121

Data Perkiraan Anggaran Bappeda Kota Palembang

Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Varians Belanja dengan

berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :

Page 91: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

75

Tabel 4.2.1. Tabel Analisis Varians Belanja

Tahun Anggaran 2008-2012

Tahun Anggaran

Realisasi Anggaran Selisih perbandingan (%)

2008 16.927.448.842 18.995.030.050 2.067.581.208 89,12

2009 8.565.090.792 17.794.812.537,97 9.229.721.745,97 48,13

2010 10.014.794.746 13.083.590.795 3.068.796.049 76,54

2011 13.424.059.670 19.268.407.925,68 5.844.348.255,68 69,67

2012 13.649.720.221 21.860.186.000 8.210.465.779 62,44

Data Hasil Olahan

Dengan pembahasan:

Di Tahun 2008 penyerapan penggunaan anggaran yang tersirat pada tabel

varians belanja diatas adalah sekitar Rp. 2.067.581.208 atau sekitar 89,12% yang

menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas dan kegiatan yang dilakukan oleh

instansi terserap sepenuhnya pada pembiayaan yang berjalan selama satu periode

tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam hal ini menyisakan perbandingan

persentase sekitar 10,88% dari penyerapan anggaran yang ada dalam realisasi

anggaran belanja pada instansi.

Di Tahun 2009 berdasarkan tabel varians belanja diatas penyerapan

penggunaan anggaran belanja berada pada posisi penggunaan sekitar Rp.

9.229.721.745,97 atau sekitar 48,13% dimana penyerapan pembiayaan tidak sampai

lima puluh persen. Terdapat selisih perbandingan persentasenya sebesar 51,87%

dari total realisasi anggaran yang ada di tahun 2008.

Page 92: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

76

Di Tahun 2010 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians

belanja adalah sekitar Rp. 3.068.796.049atau sekitar76,54%. Dalam hal ini ada

pengurangan tingkat selisih sekitar 23,46% dari realisasi anggaran yang

ditetapkan pada tahun anggaran 2010. Terlihat kenaikan penggunaan anggaran

dari tahun sebelumnya jika memperhatikan pada tahun sebelumnya.

Di Tahun 2011 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians

belanja adalah sekitar Rp. 5.844.348.255,68 atau sekitar 69,67% dan jika kembali

melihat analisisnya kembali mengalami penurunan pemakaian anggaran.

Penurunan sebesar 30,33% dari penggunaan total realisasi anggaran yang ada.

Di Tahun 2012 penyerapan penggunaan anggaran berdasarkan varians

belanja adalah sekitar Rp. 8.210.465.779atau sekitar 62,44% kembali mengalami

kenaikan efisiensi penggunaan anggaran namun tidak melampaui nilai dua tahun

sebelumnya yakni dengan selisih sebesar 27,22% dari total keseluruhan anggaran

yang ada.

Melihat dari semua perubahan dari tahun ke tahun dapat dikatakan

penyerapan penggunaan anggaran dapat dikatakan efisisien walaupun sebenarnya

tidak cukup memuaskan jika melihat dari segi keuangannya yang mengalami

penurunan penggunaan sepenuhnya anggaran untuk keperluan pembiayaan

kegiatan yang dilakukan oleh instansi, namun demikian pada dasarnya kinerja

anggaran yang ada dapat dikatakan baik, karena adanya penghematan anggaran.

Pembiayaan dari penggunaan anggaran yang lebih akan menjadi SiLPA dalam

pembiayaan di tahun berikutnya.Penurunan penggunaan anggaran terjadi karena

pembelanjaan yang tidak sepenuhnya memakai anggaran yang ada karena masih

Page 93: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

77

terdapat SiLPA dari tahun sebelumnya. Penurunan yang cukup banyak dan perlu

perbaikan di masa yang akan datang, terutama dalam memenuhi pembiayaan-

pembiayaan yang akan menjadi prioritas instansi.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa selisih yang cukup signifikan dari

anggaran yang ada sangat dimungkinkan terjadinya kelemahan dalam

perencanaan anggaran sehingga perkiraan dalam penggunaan pembiayaan yang

menjadi prioritas dari instansi kurang tepat atau program yang sudah ada belun

terlaksana dengan maksimal. Dalam hal ini penyerapan anggaran tidak mencapai

efisiensi yang baik. Pada intinya kesemua sisa yang ada tersebut bisa disalurkan

ke pos-pos belanja lainnya yang masih kurang. Kinerja pemerintah akan

terindikasi tidak baik jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang

dianggarkan, maka dari itu sebaiknya pemerintah dapat mengoptimalkan kinerja

instansinya agar dapat dikatakan baik dengan melakukan efisiensi terhadap

pengeluaran pembiayaan instansinya.

4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Merupakan pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui belanja

dari tahun ke tahun positif atau negatif.Rumus pengukuran kinerjanya

menggunakan rumus sebagai berikut :

Pertumbuhan Belanja Thnt= Rea.Belanja Thnt - Rea.Belanja Thnt-1x100%

Rea. Belanja Thn t-1

Perhitungan dengan menggunakan rumus Pertumbuhan Belanja dengan

berdasarkan tabel 4.2. maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :

Page 94: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

78

Tabel Kesimpulan 4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Tahun Anggaran 2008-2012

Uraian 2008-2009 2009-2010 2010-2011 2011-2012

Realisasi Belanja Tahun t-1 16.972.448.842 8.565.090.792 10.014.794.746 13.424.059.670

Realisasi Belanja Tahun t 8.565.090.792 10.014.794.746 13.424.059.670 13.649.720.221

Kenaikan/penurunan 8.407.358.050 1.449.703.954 3.409.264.924 225.660.670

(%) 49,5 19,93 34,04 5,9

Data Hasil Olahan

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja

mengalami penurunan sebesar Rp. 8.407.358.050,- dengan persentase sebesar

49,5% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2008.

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja

mengalami penurunan sebesar Rp. 1.449.703.954,- dengan persentase sebesar

19,93% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2009.

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja

mengalami penurunan sebesar Rp. 3.409.264.924,- dengan persentase sebesar

34,04% dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2010.

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa pada Pertumbuhan Anggaran Belanja

mengalami penurunan sebesar Rp. 225.660.670,- dengan persentase sebesar 5,9%

dari Pagu Anggaran yang tersedia pada realisasi belanja di tahun 2011.

4.2.3. Analisis Keserasian Belanja

Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui keseimbangan

antara semua belanja yang ada terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat

Page 95: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

79

distribusi, alokasi dan stabilisasi. Untuk mengetahui keserasian belanja

pemerintah daerah dapat menggunakan Analisis ini, dalam total belanja jika

belanja langsung lebih besar dari pada belanja langusng dianggap tidak baik,

demikian juga sebaliknya. Jika Belanja Pegawai ≥50% dalam Total Belanja,

maka dapat dikatakan anggaran belanja tidak baik, demikian pula sebaliknya.

Analisis ini antara lain :

1. Analisis Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja

Merupakan analisis yang membandingkan belanja tiap-tiap fungsi belanja

tidak langsung terhadap total belanja dalam APBD. Rumus yang dapat digunakan

adalah :

Rasio Belanja = Total Belanja Tidak Langsung x 100%

Total Belanja

Perhitungan dengan mnggunakan rumus Analisis Belanja Tidak Langsung

terhadap Total Belanja berdasarkan tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai

berikut :

Tabel Kesimpulan 1.

Analisis Belanja Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja Tahun Anggaran 2008-2012

Tahun Anggaran Total Belanja Tidak

Langsung Total Belanja Rasio (%)

2008 3.696.804.700 16.927.448.842 21,84

2009 2.032.020.350 8.565.090.792 23,73

2010 2.232.150.400 10.014.794.746 22,28

2011 3.103.050.300 13.424.059.670 23,12

2012 3.485.321.100 13.649.720.221 25,54

Data Hasil Olahan

Page 96: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

80

Dapat dilihat jika perubahan dan struktur total belanja tidak langsung tidak

begitu banyak mengalami perubahan dan kenaikan. Perubahan rasio terlihat tidak

begitu jauh. Kenaikan yang ada pada Total Belanja Tidak Langsung pertahunnya

dapat dikatakan dari tahun 2008 ke sampai dengan tahun 2012 tidak tetap, selalu

ada perubahan pertahunnya. Begitu juga dengan Total Belanja yang digunakan.

Penurunan Total Belanja yang paling banyak terjadipada tahun 2009 dimana Total

Belanja tahun 2009 hanya sebesar Rp. 8.565.090.792,- sangat berbeda jauh pada

tahun 2008 yang bernilai Rp. 16.927.448.842,- dan pada tahun berikutnya (2010)

terjadi kenaikan sebesar Rp. 10.014.794.746,- kenaikan terjadi pula pada tahun

2011sebesar Rp. 13.424.059.670,- dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yang

tidak begitu jauh diikuti dengan pergerakan Total Belanja Tidak Langsung yang

tidak begitu signifikan dalam kenaikan pada penggunaan anggarannya.

2. Analisis Belanja Langsung terhadap Total Belanja

Menginformasikan mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk

belanja langsung yang digunakan oleh instansi.Rumusnya yaitu :

Rasio =Total Belanja Langsung x 100%

Total Belanja

Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Belanja Langsung

terhadap Total Belanja dengan berdasarkan tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan

sebagai berikut :

Page 97: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

81

Tabel Kesimpulan 4.2.3.2. Analisis Belanja Langsung terhadap Total Belanja

Tahun Anggaran 2008-2012

Tahun Anggaran Total Belanja Langsung Total Belanja Rasio (%)

2008 13.230.644.142 16.927.448.842 78,16

2009 6.533.070.442 8.565.090.792 76,27

2010 7.782.644.340 10.014.794.746 77,71

2011 10.321.009.370 13.424.059.670 76,88

2012 10.164.399.121 13.649.720.221 74,46

Data Hasil Olahan

Berdasarkan tabel, di tahun 2008 rasio yang ditunjukkan pada hasil analisis

menunjukkan pada angka 78,16% dari total anggaran Rp. 16.927.448.842,- pada

tahun 2009 menunjukkan angka persentase sebesar 76,27% dari total anggaran

Rp. 8.565.090.792,- pada tahun 2010 menunjukkan angka persentase sebesar

77,71% dari total anggaran Rp. 10.014.794.746,- pada tahun 2011 menunjukkan

angka persentase sebesar 76,88% dari total anggaran Rp. 13.424.059.670,- dan

pada tahun 2012 menunjukkan angka persentase sebesar 74,46% dari total

anggaran Rp. 13.649.720.221,-

Page 98: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

82

Tabel Kesimpulan 4.2.3.3. Rasio Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung

Tahun Anggaran 2008-2012

Tahun Anggaran

Rasio Belanja Tidak Langsung

Rasio Belanja Langsung

Total (%)

2008 21,84 78,16 100

2009 23,73 76,27 100

2010 22,28 77,71 100

2011 23,12 76,88 100

2012 25,54 74,46 100

Data hasil olahan

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2008 sampai dengan

2012 penggunaan anggaran terfokus pada belanja langsung. Belanja langsung ini

terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang

terdiri dari komponen (belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja gedung

dan bangunan, belanja untuk jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja asset tetap

lainnya) yang kesemuanya diatur dan dilaksanakan berdasarkan aturan dan

pedoman ketetapan dari pemerintahan yang berlaku.

Di tahun 2008 penggunaan pada alokasi pembiayaan belanja langsung

sekitar 78,16% atau sekitar Rp. 13.230.644.142,-dengan total persentase untuk

belanja tidak langsung sebesar 21,84% atau sekitar Rp. 3.696.804.700,- dari total

anggaran belanja dalam APBD.

Di tahun 2009 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami penurunan

menjadi 76,27% atau sebesar Rp. 8.565.090.792,- yang diikuti dengan penurunan

anggaran, sedangkan untuk alokasi belanja tidak langsung alokasi persentasenya

Page 99: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

83

sebesar 23,73% atau sekitar Rp. 2.032.020.350,- dari total anggaran belanja dalam

APBD.

Di tahun 2010 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami kenaikan

sebesar 77,71% atau sekitar Rp. 7.782.644.340,-diikuti dengan kenaikan

anggaran, sedangkan untuk alokasi belanja tidak langsungnya berada pada

persentase 22,28% atau sekitar Rp. 2.232.150.400,- dari total anggaran belanja

dalam APBD.

Di tahun 2011 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami penurunan

dari tahun sebelumnya menjadi 76,88% atau sekitar Rp. 10.321.009.370,- namun

diikuti dengan kenaikan anggaran, sedangkan untuk alokasi belanja tidak

langsungnya berada pada persentase 23,12% atau sekitar Rp. 3.103.050.300,- dari

total anggaran belanja dalam APBD.

Di tahun 2012 penggunaan alokasi belanja langsung mengalami penurunan

dari tahun sebelumnya berada pada persentase 74,46% atau sekitar Rp.

10.164.399.121,- namun diikuti dengan kenaikan anggaran, sedangkan untuk

alokasi belanja tidak langsungnya berada pada persentase sebesar 25,54% atau

sekitar Rp. 3.485.321.100,- dari total anggaran belanja dalam APBD.

Untuk penggunaan pada pembiayaan belanja tidak langsung sudah

menjadi urusan tetap yang harus disegerakan untuk pembiayaan selama periode

anggaran pertahunnya karena belanja ini tidak berhubungan langsung dengan

kegiatan belanja langsung. Berdasarkan analisis menunjukkan persentase belanja

langsung lebih tinggi dari persentase belanja tidak langsung, berarti dalam

Page 100: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

84

penggunaan anggarannya Bappeda dalam hal ini dapat dikatakan sudah cukup

baik dalam pembagian pembiayaan kegiatan-kegiatan instansinya.

4.2.4. Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja

Merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.

Digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan

pemerintah. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 tahun 1996,

kriteria efektivitas belanja sebagai berikut :

Persentase Kinerja Keuangan Kriteria

Lebih dari 100% Sangat efektif

90 – 100% Efektif

80 – 90% Cukup efektif

60 – 80% Kurang efektif

Dibawah 60% Tidak efektif

Tingkat Efektivitas diukur dengan cara membandingkan realisasi anggaran

belanja dengan target anggaran belanja.Rumus pengukuran kinerjanya

menggunakan rumus sebagai berikut :(Mahsun : 2009).

Rasio =Realisasi Anggaran Belanja x100%

Anggaran Belanja

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327

tahun1996, kriteria efisiensi belanja sebagai berikut :

Page 101: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

85

Persentase Kinerja Keuangan Kriteria

Lebih dari 100% Tidak efisien

90 – 100% Kurang efisien

80 – 90% Cukup efisien

60 – 80% Efisien

Dibawah 60% Sangat efisien

Tingkat Efisiensi diukur dengan cara membandingkan realisasi anggaran

belanja langsung dengan total realisasi anggaran belanja. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut :

Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung x 100%

Realisasi Anggaran Belanja

4.2.4.1. Perhitungan Efektivitas

Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Rasio Efektivitas

dengan berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :

Rasio = Realisasi Anggaran Belanja x 100%

Anggaran Belanja

Page 102: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

86

Tabel kesimpulan 4.2.4.1. Analisis Rasio Efektivitas

Tahun Anggaran Realisasi Rasio

Efektivitas (%)

2008 18.995.030.050 16.927.448.842 89,12

2009 17.794.812.537,97 8.565.090.792 48,13

2010 13.083.590.795 10.014.794.746 76,55

2011 19.268.407.925,68 13.424.059.670 69,67

2012 21.860.186.000 13.649.720.221 62,44

Data hasil olahan

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa selama periode tahun anggaran

2008-2012, tingkat efektivitas anggaran yang ada pada instansi Bappeda Kota

Palembang terus mengalami fluktuasi. Yang artinya terdapat beberapa kenaikan

dan penurunan yang cukup siginifikan, terutama dalam penganggaran dan

perwujudan dari realisasi anggaran itu sendiri. Banyak hal yang memang menajdi

tolak ukurnya untuk penetapan anggaran jika menilik lebih jauh dari struktur

APBD yang ditetapkan pada masa periode tahun anggaran tersebut.

Di tahun 2008 tingkat efektivitas dari anggaran belanja berada pada

persentase 89,12% yang mnunjukkan angka kisaran Rp. 16.927.448.842,- pada

tahun ini anggaran yang ada dapat dikatakan cukup efektif.

Mengalami penurunan pada tahun 2009 sekitar 40,99% dengan persentase

hanya sekitar 48,13% yang berada pada kisaran Rp. 8.565.090.792,- penurunan

terbanyak yang pernah dialami oleh instansi, di tahun ini dapat penggunaan

Page 103: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

87

anggaran dapat dikatakan tidak efektif karena kurang terserapnya penggunaan

anggaran.

Di tahun 2010 tingkat efektivitas anggaran belanja yang ada berada pada

posisi persentase. 76,55% yang menunjukkan angka kisaran Rp. 10.014.794.746,-.

Dari penggunaan anggaran ini dapat dikatakan masih kurang efektif untuk

penggunaan anggaran karena kenaikannya hanya sekitar 28,42% namun sudah

diikuti dengan kenaikan pada realisasi anggaran yang ada pada tahun tersebut.

Pada tahun 2011 penggunaan anggaran belanja pada kisaran persentase

sekitar 69,67% dengan kisaran Rp. 13.424.059.670,- penurunan juga terjadi di

tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya yakni sekitar 6,88% penurunan ini tidak

diikuti oleh penurunan realisasi anggaran, karena realisasi dari anggran

mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010. Meskipun begitu penggunaan

anggaran yang ada masih dikatakan belum cukup efektif dalam membiayai

kegiatan-kegiatan pemerintahan.

Di tahun 2012 penggunaan anggaran juga mengalami penurunan

penggunaan namun dibarengi dengan kenaikan sedikit dari realisasi anggaran

yang ada. Penggunaan anggaran pada tahun 2012 berada pada persentase 62,44%

yang memunjukkan angka kisaran Rp. 13.649.720.221,- penurunannya sekitar

7,23% dari tahun sebelumnya. Kembali dapat dikatakan bahwa penggunaan

anggaran yang ada masih belum cukup efektif dalam penyerapan pembiayaan-

pembiayaan yang dalam instansi.

Efektivitas yang ditunjukkan berdasarkan perhitungan dan kriteria yang

ditetapkan memiliki tingkat yang berbeda-beda dalam periode tahun-tahunnya.

Page 104: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

88

Kurang dan tidak efektifnya penggunaan anggaran disebabkan oleh realisasi

anggaran yang ditetapkan masih jauh dari taget yang ditetapkan.Yang terendah

adalah pada tahun 2010 karena realisasi anggarannya masih terlalu jauh

perbedaannya.Dan sebagian lagi karena adanya kegiatan yang belum maksimal

untuk segera dilaksanakan pada periode tahun tersebut.Kegiatannya teranggarkan

namun belum terealisasi dengan baik, tapi untuk kegiatan-kegiatan lainnya

mereka mengatakan sudah melakukan program-program tersebut dengan baik dan

dapat dikatakan efektif.

4.2.4.2. Perhitungan Efisiensi Perhitungan dengan menggunakan rumus Analisis Rasio Efisiensi

dengan berdasarkan pada tabel 4.2.maka di dapat kesimpulan sebagai berikut :

Rasio = Realisasi Anggaran Belanja Langsung x 100%

Realisasi Anggaran Belanja

Tabel Kesimpulan 4.2.4.2 Analisis Rasio Efisiensi

Tahun Anggaran Belanja Langsung Rasio

Efisiensi (%)

2008 18.995.030.050 13.230.644.142 69,63

2009 17.794.812.537,97 6.533.070.442 36,72

2010 13.083.590.795 7.782.644.340 59,48

2011 19.268.407.925,68 10.321.009.370 53,56

2012 21.860.186.000 10.164.399.121 46,49

Data hasil olahan

Page 105: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

89

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 tingkat

efisiensi penggunaan anggaran berada pada persentase 69,63% dengan

penggunaan anggaran sekitar Rp. 13.230.644.142,- dari total anggaran yang ada.

Dapat dikatakan jika penggunaan anggaran pada tahun 2008 efisien.

Pada tahun 2009 tingkat efisiensi menurun jika menilik dari angka

persentase di tahun sebelumnya. Penggunaan anggaran berada pada persentase

36,72% dengan penggunaan sekitar Rp. 6.533.070.442,- dari total anggaran yang

ada. Penurunan ini dapat dimaknai lebih baik karena dapat dikatakan jika

berdasarkan kriteria yang ada dalam peraturan perundang-undangan adalah

penggunaan anggaran yang sangat efisien pada tahun ini.

Di tahun 2010 tingkat efisiensi meningkat jika melihat angka persentase

dari tahun sebelumnya. Di tahun ini persentasenya sebesar 59,48% dengan

penggunaan anggaran sekitar Rp. 7.782. 644.340,- dari total anggaran yang ada.

Penggunaan anggaran yang mengalami kenaikan masih dalam batas yang baik,

artinya penggunaan anggaran masih dapat dikatakan sangat efisien di tahun ini.

Di tahun 2011 tingkat efisiensi menurun dilihat dari angka persentase di

tahun sebelumnya. Angka persentasenya sekitar 53,56% dengan penggunaan

anggaran sekitar Rp. 10. 321.009.370,- dari total anggaran yang ada. Penggunaan

anggaran di tahun ini masih merupakan anggaran yang bisa dikatakan sangat

efisien dalam penggunaannya.

Di tahun 2012 tingkat efisiensi menurun dilihat dari angka persentase

tahun sebelumnya. Angka persentasenya sekitar 46,49% dengan penggunaan

Page 106: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

90

anggaran sekitar Rp. 10.164.399.121,- dari total anggaran yang ada. Penggunaan

anggaran ini masih dalam kriteria yang sangat efisien.

Efisiensi yang dilakukan oleh Bappeda Kota Palembang sudah sangat baik

dari tahun 2008 sampai dengan 2012.Efisiensi ditentukan oleh ketepatan

menggunakan anggaran pada program-program prioritas yang kesemuanya

dimasukkan ke dalam anggaran belanja langsung. Kegiatan-kegiatan tersebut

terdiri dari :

1. Program pelayanan administrasi perkantoran

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

3. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

4. Program pengembangan data dan informasi

5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja

dan keuangan

6. Program kerjasama pembangunan

7. Program koordinasi penanggulangan kemiskinan

8. Program perencanaan tata ruang

9. Program perencanaan teknis tata ruang kawasan

10. Program perencanan pembangunan daerah

Dengan demikian, Bappeda Kota Palembang telah berhasil memenuhi

tingkat efisiensi anggaran belanja melalui program-program yang ada dan telah

dijalankan. Ada beberapa kegiatan dan program yang memang sedang dalam

proses pemrograman yang akan kembali dimasukkan dan akan dijadikan prioritas

program-program unggulan kembali.

Page 107: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

91

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari Analisis Varians Belanja dapat diketahui bahwa kinerja anggaran

belanja pada Bappeda Kota Palembang dari Tahun Anggaran 2008 sampai

dengan 2012 menunjukkan kinerja yang baik karena ada hasil negatif yang

menunjukkan bahwa adanya penghematan penggunaan realisasi anggaran.

Selisih realisasi belanja dengan yang dianggarkan yang cukup signifikan

bisa memberikan dua kemungkinan, pertama hal itu menunjukan adanya

edisiensi anggaran. Kedua justru sebaliknya, jika terjadi selisih kurang

maka sangat memungkinkan telah terjadi kelemahan dalam perencanaan

anggaran sehingga estimasi belanjanya kurang tepat, atau tidak terserapnya

anggaran tersebut bisa jadi disebabkan karena ada program dan kegiatan

yang tidak dilaksanakan eksekutif padahal sudah diamanatkan dalam

anggaran.DPRD perlu melakukan penelusuran dan konfirmasi langsung

dengan pihak eksekutif sehingga bisa menilai apakah selisih tersebut

menunjukan kinerja anggaran yang baik atau hanya karena anggaran yang

ditetapkan kurang efisien.

2. Pada Analisis Pertumbuhan Belanja dari tahun 2008 sampai dengan 2012

terus mengalami perubahan, naik dan turunnya dilihat dari segi angka

persentase namun tingkat belanja yang dianggarkan tiap tahunnya

mengalami kenaikan yang dapat diperhitungkan. Dari hasil Analisis

Page 108: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

92

Pertumbuhan Belanja Tahun Anggaran 2008/2009, Tahun Anggaran

2009/2010, tahun 2010/2011, Tahun Anggaran 2011/2012 menunjukkan

adanya pertumbuhan belanja yang cukup efisien. Pada Tahun 2008/2009

adalah sebesar (49,5% atau 50%) Tahun 2009/2010 adalah sebesar (19,9%

atau 20%) Tahun 2010/2011 adalah sebesar (39,1% atau 40%) dan Tahun

2011/2012 adalah sebesar (5,9% atau 6%).Masing-masing Tahun

Anggaran memiliki tingkat penyerapan anggarannya masing sesuai dengan

kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas kegiatan-kegiatan pembangunan.

3. Dari hasil perhitungan Analisis Keserasian Belanja, maka dapat

disimpulkan bahwa dari lima periode tahun anggaran tersebut dapat

dikatakan sudah baik, karena dianggap berhasil menggunakan penyerapan

anggaran belanja yang difokuskan pada belanja langsung yang merupakan

belanja yang di prioritaskan pada program-program pembangunan dan

pelayanan publik dari pada penggunaan pada pembiayaan belanja tidak

langsung. Berdasarkan Analisis Belanja Tidak Langsung Analisis Belanja

Langsung dapat dilihat jika masing-masing belanja yang dilakukan

pemerintah cukup mempertimbangkan asas publik, dimana dalam

penggunaannya lebih menekankan ke pelayanan publik sebagai target

penyaluran pembiayaan anggarannya.

4. Dari hasil perhitungan Analisis Rasio Efektivitas dan Efisiensi Belanja,

maka dapat dilihat mulai Tahun Anggaran 2008 sampai dengan 2012

Bappeda sudah mencoba melakukan penggunaan anggaran yang sebaik

mungkin walaupun penghematan anggaran yang dilakukan sering naik

Page 109: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

93

berfluktuasi. Dapat dilihat Pada Tahun 2008 sebesar 89,12% yang artinya

cukup efektif. Pada Tahun 2009 sebesar 48,13% yang artinya tidak efektif.

Pada Tahun 2010 sebesar 76,55% yang.artinya kurang efektif. Pada Tahun

2011 sebesar 69,67% yang artinya cukup efektif dan pada Tahun 2012

sebesar 62,44% yang artinya kembali belum cukup efektif.

5. Untuk penilaian Analisis Rasio Efisiensi Belanja dapat dikatakan bahwa

Bappeda sudah sangat baik dalam mengelola setiap penggunaan

anggarannya. Karena berdasarkan kriteria dan hasil perhitungan tersebut

sudah memantapkan posisinya, misalnya pada tahun 2008 pada persentase

69,63%. Tahun 2009 pada persentase 36,72%. Tahun 2010 pada

persentase 59,48%. Pada tahun 2011 pada persentase 53,56%. Dan pada

tahun 2012 pada persentase 46,49%.

Secara umum hasil kinerja anggaran belanja Bappeda Kota Palembang

berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran pada Tahun Aggaran 2008 sampai

dengan 2012 sudah cukup baik, berkaitan dengan Analisis Varians Belanja dan

Pertumbuhan Belanja. Berdasarkan Analisis Keserasian Belanja dan Analisis

Efektivitas dan Efisiensi Belanja dapat dikatakan jika Bappeda sudah berhasil

dalam menjalankan kinerja anggarannya dengan baik dan efisien. Walaupun ada

beberapa program kegiatan yang belum terlaksana secara optimal, namun

Bappeda Kota Palembang dalam hal ini mengupayakan agar program yang

dicanangkan di tahun yang akan datang akan menjadi program yang akan

dilaksanakan dengan porsi prioritas utama.

Page 110: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

94

Penyerapan anggaran yang dilakukan memiliki dua sisi.Negatif dan

positif.Negatif karena bernilai buruk yang artinya pemerintah tidak optimal dalam

menetapkan dan memanfaatkan anggaran yang ditetapkan dengan penuh

tanggungjawab sedangkan bernilai positif karena baik yang artinya adanya

penghematan yang dilakukan pemerintah untuk selanjutnya dapat kembali

digunakan pada tahun anggaran selanjutnya.

5.2 Saran

Saran bagi instansi Bappeda Kota Palembang adalah :

1. Dari segi perencanaan penganggaran, diharapkan sisi negatif yang

dimaksudkan dengan adanya penghematan angg aran untuk biaya

pemenuhan pada pembiayaan agar penghematan yang dilakukan dapat

memberikan efek yang lebih baik dalam periode tahun berikutnya. Dalam

analisis ini penghematan perencanaan anggaran harus dilaksanakan

dengan memperhatikan kebijakan antara realisasi dan anggaran,

hendaknya juga memperhatikan situasi dan kondisi agar anggaran yang

ada dan sudah disusun dapat direalisasikan dengan baik.

2. Dari segi Pertumbuhan belanja berdasarkan periode tersebut memberikan

gambaran bahwa angka persentase yang ditunjukkan dari hasil perhitungan

bisa saja dijadikan acuan untuk penyusunan anggaran agar lebih baik lagi

di periode tahun anggaran selanjutnya.

3. Dari analisis keserasian belanja dapat disarankan, dengan adanya

penggunaan anggaran yang sudah dikatakan sangat baik agar dapat

Page 111: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

95

dipertahankan agar tetap baik dalam penggunaan dan penyerapan anggaran

belanja yang dilakukan oleh instansi.

4. Penggunaan anggaran belanja daerah yang telah dilakukan berdasarkan

alat analisis menunjukkan bahwa penyerapan kinerja anggaran yang ada

pada Bappeda Kota Palembang sudah memenuhi syarat efisiensi yaitu

penggunaan dana yang minimum untuk mencapai hasil yang maksimum,

terutama bagi perencanaan dan pembangunan daerah.

5. Bagi Bappeda agar semakin meningkatkan kinerja dalam pengelola

anggaran belanja daerah secara khusus dan APBD secara umum. Dengan

kinerja yang baik maka efektivitas, produktivitas dan efisiensi belanja juga

akan semakin baik. Terutama dalam meningkatkan kinerja anggaran agar

optimalisasi yang diinginkan segera terlaksana sesuai visi dan misi

Bappeda Kota Palembang. Dalam hal efisiensi belanja Bappeda agar lebih

mantap dalam meningkatkan pertumbuhan optimal anggaran belanja yang

wajar dari tahun sekarang sampai seterusnya.

Pada Analisis pembiayaan dilakukan untuk pola anggaran pemerintah daerah.

Selain itu juga dapat digunakan untuk membaca kebijakan anggaran pemerintah

daerah. Salah satu pos yang paling penting dalam pembiayaan ini adalah Sisa

Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). Makin besarnya SiLPA yang diperolah

dari suatu anggaran dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya

penyajiaan suatu rencana anggaran. Dengan melihat kinerja pendapatan, kinerja

belanja dan kinerja pembiayaan maka dapat dinilai adanya kinerja APBD secara

umum. jika semua kinerja tersebut menunjukan pencapaian angka yang sudah

Page 112: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

96

ditargetkan, maka dikatakan kinerja anggaran APBD adalah efektif dan

penyerapan pada anggaran bisa dimanfaatkan dengan efisien dalam pembiayaan

kegiatan instansi.

Page 113: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

97

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Anggaran (Oktober:2013). Ketentuan Pasal 36 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Halim, Abdul dan Ibnu Mujid. 2009. Problem Desentralisasi dan Perimbangan

Keuangan Pemerintahan Pusat- Daerah, Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah. Sekolah Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta

Kamaroesid, Herry.2013. Sistem Administrasi Anggaran Negara Mitra Wacana

Media.UPMI. Medan Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UUP STIM YKPN.

Yogyakarta. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Andi Yogyakarta.

Pedoman Peraturan Perundang-undangan tentang Keuangan Daerah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

Safrida dan Sasongko Catur. 2010. Anggaran. Salemba Empat. Jakarta.

Sunardiana.2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengauhi Efektifitas Pelaksanaan Anggaran.Tesiswindhianto,Wahyu.2011 Good Governance Dalam Pelaksanaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat. Tesis

Tim Penyusun Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, 2013. Modul Belanja

Daerah – KursusKeuanganDaerah (KKD) 2013. Jakarta. Tim Redaksi Cv. Tamita Utama, 2011. Standar Akuntansi Pemerintah Tahun

2010. Jakarta. Yamin Sofyan Dkk, 2011, Regresi Dan Korelasi Dalam Genggaman Anda, Edisi

Pertama, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.

Centre For Development Of Accountancy And Finance Http://Www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/Web-Content-List.Asp?Contentid=633. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.

E-Jurnal Binar Akuntansi Vol. 1 No. 1, September 2012. Diakses tanggal 9

September 2014.

Page 114: ANALISIS KINERJA ANGGARAN BELANJA PADA BADAN …

98

Http://File.Upi.Edu/Direktori/Proceeding/Upiupsi/2010/Book3/ImplementasiAnggaranBerbasisKinerjaDalamManajemenLembagaPendidikan.Pdf. Diaksestanggal10September2014.

Http://Library.Gunadarma.Ac.Id//Repository/View/3748235/Analisis-Kinerja-

Anggaran-Pendapatan-Dan-Belanja-Daerah-Kota-Depok-Tahun-Anggaran-2006-2010.Html/

Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/9556/1/10e00382.Pdf Diakses 07januari 2014. Http://Www.Academia.Edu/6217474/Anggaran_Berbasis_Kinerja

Https://Www.Academia.Edu/6072178/Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Minahasa Selatan Oleh Ariel Sharon Sumenge

Http://Www.Palembang.Go.Id/Tampung/Dokumen/Bappeda2014/Rkpd.Pdf

Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 oleh : Yayat Achdiat Ketua Program Studi Magister Manajemen Bisnis SPs-UPI. Diakses tanggal 24 September 2014.

Yuwono, Sony. 2005. Centre For Development Of Accountancy And Finance

Http://www.Anggaran.Depkeu.Go.Id/Web-contentList.Asp?Contentid=633. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.