ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA PENDAPATAN …
Transcript of ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA PENDAPATAN …
ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA PENDAPATAN BELANJA DESA (APBDes) YANG BERSUMBER DANA DESA (DD)
TAHUN 2017 UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PULO
BANDRING KECAMATAN PULO BANDRING KABUPATEN ASAHAN
T E S I S
Oleh
BUDI ARDHYA UTAMA 147024040
SEKOLAH PASCASARJANA MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2019
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN BELANJA PENDAPATAN DESA (APBDes) YANG BERSUMBER DANA DESA (DD) TAHUN 2017
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PULO BANDRING KEC.PULO BANDRING
KABUPATEN ASAHAN
TESIS
Oleh
BUDI ARDHYA UTAMA 147024040
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal: 16Agustus 2019
PANITIA PENGUJI : Ketua : Prof. Dr.R.Hamdani Harahap, M.Si
Anggota : 1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., Msi.
2. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si.
3. Faisal Andri Mahrawa, S.IP., M.Si
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DESA (APBDes) YANG BERSUMBER DANA DESA (DD) TAHUN 2017 UNTUK PEMBERDAYAAN DI DESA PULO BANDRING KECAMATAN PULO
BANDRING KABUPATEN ASAHAN.
ABSTRAK
Srategi Pemberdayaan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama di desa. Melalui penggunaan APBDes bersumber Dana Desa yang telah diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah desa, disinyalir dapat membawa perubahan yang signifikan terhadap masyarakat desa, antara lain adanya pembangunan yang merata di tingkat desa dan mengurangi angka kemiskinan terutama di pedesaan serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Mardikanto dan Soebiato (2012: 28), bahwa pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat, antara lain dalam arti: 1) perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan; 2) perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan); 3) kemerdekaan dari segala bentuk penindasan; 4) terjaminnya keamanan; 5) terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran. Selanjutnya, Subejo dan Narimo (2004) mengartikan proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan sosial.Undang-Undang Desa telah menempatkandesa sebagai ujung tombak pembangunandan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Desa diberikan kewenangan dan sumber danayang memadai agar dapat mengelola potensiyang dimilikinya guna meningkatkan ekonomidan kesejahtaraan masyarakat. Setiap tahunPemerintah Pusat telah menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untukdiberikan kepada Desa. Desa Pulo Bandring berdasarkan Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBdes) Semester kedua tahun 2017, Desa Pulo Bandring menerimah Dana Desa (DD) sebesar Rp.776.849.000, ADD sebesar Rp.613.395.000, Dan PHB sebesar Rp.15.553.200 total transfer dana Pusat Rp 1.405.797.200.Program penting yang harus dilaksanakan dalam pembangunan desa melalui Penggunaan APBDes yang bersumber Dana Desa (DD) adalah program pemberdayaan masyarakat sebenarnya. Program tersebut yang diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Program pemberdayaan yang dimaksud di desa adalah pemberdayaan masyarakat desa, sebagai upaya yang dapat mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Kata kunci: Pemberdayaan, AnggaranPendapatandanBelanjaDesa (APBDes), Dana Desa
(DD).
Universitas Sumatera Utara
ANALYSIS ON THE USE OF APBDes (VILLAGE BUDGET) FROM DD (VILLAGE FUNDS) IN 2007 FOR EMPOWERMENT AT PULO
BANDRING VILLAGE, PULO BANDRING SUBDISTRICT, ASAHAN REGENCY
ABSTRACT
Empowerment strategy is intended to make people, especially villagers, prosperous. APBDes (village budget) from DD (village funds) granted by the central government is expected to give significant change to villagers such as equal development and the decrease in poverty in villages which will eventually realize social justice for all Indonesian people. Mardikanto and Soebiato (2012: 28) point out that empowerment means improvement individual or people’s life quality or welfare such as 1) economic improvement, especially food security, 2) social welfare improvement (education and health), 3) freedom from all kinds of opression, 4) security, and 5) human rights that are free from fear and worries. Subejo and Narimo (2004) point out that the process of people empowerment is intended to facilitate local people to plan, to decide, and to manage local resources through collective action and networking so that they will eventually have economical, ecological, and social capacity and independency. Law on Village has put a village as the spearhead of development and the increase in people’s welfare. Villages are given authority and adequate funds to manage their potency for increasing their economy and welfare. The central government allocates a large amount of DD each year. Based on the Report of the Implementation of APBDes in Semester Two of 2017, Pulo Bandring Village received DD of IDR.776,849,000, ADD of IDR.613,395,000,and PHB of IDR.15,553,200 so that the total allocation of the transfer was IDR. 1,405,797,200. The important program which has to be implemented in village development through APBDes from DD is people’s real empowerment. This program is regulated in Law No. 6/2014 on Village. The purpose of villagers’ empowerment is to develop independency and prosperity by increasing knowledge, attitude, skill, behavior, capacity, and awareness and to use resources through policy, program, activity, and accompaniment which are in accordance with the essence of the problems and the priority of villagers’ needs. Keywords: Empowerment, APBDes (Village Budget), DD (Village Funds)
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini. Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak
memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr.Ir, Runtung Sitepu, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dekan Dr. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si , Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai pembimbing yang
banyak memberi masukan tentang penulisan ilmiah dalam penulisan tesis ini.
3. Bapak. Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku ketua Program Setudi Magister Studi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Serta Sebagai Anggota Komisi Penguji
yang banyak mengarahkan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
4. BapakProf. Dr.R.Hamdani Harahap, M.Si, selaku Seketaris Program Studi Magister
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku
Ketua KomisiPembimbing dan penguji yang banyak sekali memberikan masukan dan
kemudahan dalam menyelesaikan Tesis ini.
5. Bapak Faisal Andri Mahrawa, S.IP.,M.Si. selaku anggota penguji.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh akademis dan Biro Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh Sahabat Angkatan 2008/2009, Angkatan 2012/13 dan angkatan 30 2015/2015
Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Trimakasih buat seluruh keluarga tercinta yang selalu setia memberi support dan dukungan
yang tidak hentinya.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca.
Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.
Medan, Agustus 2011
Penulis,
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Budi Ardhya Utama
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempatg/Tgl.Lahir : Tinjowan/19 Mei 1976
Agama : Islam
Alamat : Jln.Sei. Belutu No.107 Medan Kel.Medan Baru
Perkerjaan : Dosen
Riwayat Pendidikan
1. SD.Nengri 013857 Kisaran Barat Kab.Asahan Lulus tahun 1991
2. SMP Negri 1 Kisaran Kab.Asahan Lulus tahun 1994
3. SMU Negri 1 Kisaran Kab.Asahan Lulus tahun 1997
4. S1 FISIP UMSU/Prodi IKS Lulus tahun 2002
5. S-2 Magister setudi Pembangunan USU Lulus tahun 1991
Riwayat Perkerjaan
1. Dosen FISIP UMSU Tahun 2008 s/d Sekarang
2. Dosen STIHMA Kisaran Tahun 2004 s/d 2006
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................. 10
2.1 Konsep Pembangunan ............................................................................... 10
2.1.1 Pembangunan Nasional ................................................................. 10
2.1.2 Pembangunan Desa ....................................................................... 12
2.1.3 Pembangunan Di Era Desentralisasi ............................................. 14
2.2 Anggaran pendapatan dan dana Belanja Desa (APBDes) ......................... 17
2.2.1 Pengertian APBDes ....................................................................... 17
2.2.1.1 Manfaat anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 19
2.2.1.2 Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran APBDes ............. 20
2..2.1.3 Prisip-prinsip Pengnggaran Desa ..................................... 22
2.3 Dana Desa (DD) ........................................................................................ 23
2.3.1 Pengertian Dana Desa (DD) .......................................................... 23
2.3.2 Prinsip dan Prioritas Penggunaan Dana Desa (DD)…………….. 26
2.3.3 Prioritas Dana Desa ………………........................................ 29
2.4 Pemberdayaan Masyarakat .................................................................. ... 30
2.4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat .......................................... 30
2.4.2 Prinsip Pemberdayaan ................................................................... 34
2.5 Penelitian terdahulu ................................................................................... 41
2.6 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 42
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN................................................... 45
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 45
3.2 Lokasidan Waktu Penelitian ..................................................................... 46
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 46
3.4 Informan Penelitian .................................................................................. 46
3.5 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 47
3.6 Teknik Pengelolahan dan Analisis Data ................................................... 49
BAB IVHASIL PENELITIAN.......................................................... 50
4.1 Diskripsi Data Profile Desa Pulo Bandring .............................................. 50
4.1.1Sejarah Desa Pulo Bandring ............................................................... 50
a. Asal Usul Sejarah Desa ............................................................... 50
b. Sejarah Pemerintahan Desa ......................................................... 51
4.1.2Kondisi Demografi Desa ............................................................... .. 51
a. Letak dan Luas Desa .................................................................. . 51
b. Peruntukan dan Manfaat Lahan .................................................. 52
c. Kepemilkan lahan......................................................................... 53
d. Keadaan Tanah........................................................................... .. 53
4.1.3 Struktur Desa .............................................................................. 54
4.1.4 Keadaan Sosial Desa .................................................................. 55
4.1.5 Sarana dan Prasarana Desa ......................................................... 60
4.1.6 Sumber Daya Alam Desa ............................................................ 60
4.1.7 Sumber Daya Manusia ................................................................ 61
4.1.8 Sumber Daya Pembangunan ....................................................... 62
4.1.9 Sumber Daya Sosial Budaya ....................................................... 63
4.1.10 Kondisi Ekonomi ....................................................................... 63
4.1.11 Visi dan Misi Desa Pulo Bandring ............................................ 63
4.2 Deskripsi Realisasi dan Penggunaan Dana DesaTahun 2017 .................. 66
4.2.1 Realisasi Dana Desa 2017 ............................................................ ........... 66
4.2.2 Penggunaan Anggaran Dana Desa2017 ...................................... ............. 67
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa .............................. ........... 67
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa .................................... ............ 67
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan ........................................... ............ 67
d. Bidang Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat ......................... .................... 68
Universitas Sumatera Utara
4.3 Temuan Penelitian dan pembahasan ......................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 81
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. ........ 81
5.2 Saran ........................................................................................................... ..... 82
DAFTAR PUSTAKA 84
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 36
Gambar 4.1 Distribusi jumlah penduduk berdasarkan Dusun di Desa Pulo
Bandring Kab. Asahan ............................................................. 46
Gambar 4.2 Distribusi Penduduk berdasarkan Jenjang Pendidikan di Desa
Pulo Bandring Kab. Asahan ..................................................... 47
Gambar 4.3 Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Desa Pulo
Bandring Kab. Asahan ............................................................. 48
Gambar 4.4 Distribusi Masyarakat berdasarkan kepemilikan Hewan Ternak
di Desa Pulo Bandring Kab. Asahan ........................................ 49
Gambar 4.5 Distribusi penduduk berdasarkan Jenis kelami ........................ 49
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRA-LAPIARAN
Kuesioner Penelitian ........................................................................................... 87
Dokumentasi Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat …………………………… 85
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari sistem sentralisasi menuju
sistem desentralisasi menyebabkan terbukanya ruang bagi desa untuk mengurus dan
mengatur rumah tangganya, sesuai dengan karakteristik desa masing-masing. Peluang itu
tertuang dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Berdasarkan itu
pemerintah harus lebih fleksibel, untuk menjalankan sistem penyelenggaraan pemerintahan
khususnya pemerintahan desa.
Sistem penyelenggaraan pemerintahan desa, harus dijalankan sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan masyarakat. Sebagai upaya untuk mengimplementasikan Undang-Undang
Desa yang secara langsung mengatur tentang pembangunan desa. Perkembangan dan
kemajuan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa juga harus dilandasi dengan nilai-nilai
yang dapat meningkatkan dan memperkuat kemampuan pelayanan dan potensi desa.
Pencapaian kemandirian pelayanan pemerintahan desa harus mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta desa yang berdaya saing di berbagai sektor.
Kelahiran Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa, menjadi topik
perbincangan diberbagai diskusi publik, media, maupunkeseharian masyarakat luas.
Optimisme tumbuhmeski tidak semua pihak menatap Undang-undang desa dengan
pemahaman yang sama. Sebagian melihatnya sebagai tonggak dimulainya pendalaman
demokrasi pada aras lokal, dan yang lainnya menganggap Undang-Undang Desa sebagai
jalan membangun kemandiriandesadan ekonomi masyarakat desa.
Namun implementasi Undang-Undang Desa Nomor 6 tahun 2014 hendaknya
mampu menjawab persoalan yang ada.Terutama tentang masalah pedesaan seperti; tidak
Universitas Sumatera Utara
meratanya pembangunan nasional sampai ke desa-desa yang terpencil, ketergantungan
pemerintahan desa terhadap pemerintahan pusat dan daerah, lemahnya kinerja dan kualitas
sumber daya manusia/SDM (aparatur desa) dan kepala desa, kurangnya kemampuan
pemerintah desa untuk memanfaatkan potensi sumber daya baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia untuk pembangunan desa, rendahnya pelayanan di pemerintahan desa,
minimnya anggaran desa untuk pembangunan desa, kurangnya kemandirian pemerintah desa
dan lembaga desa serta masyarakat untuk membangun desa, dan butuhnya pemberdayaan dan
masih minim pendampingan di desa dengan pola pemberdayaan kemitraan yang partisipatif.
Maka, sudah sepatutnya pembangunan desa mengkolaborasikan konsep dari bawah
dan dari atas (Bottom-Up and Top-Down Approach), dalam merumuskan suatu program
pembangunan desa. Dengan demikian, pemerintah harus dapat melihat bagaimana respon
masyarakat terhadap program yang sedang dicanangkan. Pemerintah berperan sebagai
motivator, fasilitator, dan mediator dalam proses perumusan, pelaksanaan, pembiayaan dan
melakukan evaluasi terhadap program pembangunan desa.
Pentingnya keberhasilan pembangunan desa juga harus didukung semua aspek
termasuk masalah pembiayaan. Melalui implementasi Undang-Undang tentang Desa yang
mengatur pengalokasian dana desa yang bertujuan untuk melaksanakan pembangunan desa
dengan melahirkan program-program yang dapat menciptakan kreativitas dan kemandirian
desa sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Mardikanto dan Soebiato (2012: 28), bahwa pemberdayaan mengandung arti
perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat, antara lain dalam
arti: 1) perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan; 2) perbaikan kesejahteraan sosial
(pendidikan dan kesehatan); 3) kemerdekaan dari segala bentuk penindasan; 4) terjaminnya
keamanan; 5) terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran.
Selanjutnya, Subejo dan Narimo (2004) mengartikan proses pemberdayaan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumber daya lokal yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara
ekonomi, ekologi dan sosial.
Srategi Pemberdayaan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama di desa.
Melalui penggunaan Dana Desa yang telah diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah desa, disinyalir dapat membawa perubahan yang signifikan terhadap masyarakat
desa, antara lain adanya pembangunan yang merata di tingkat desa dan mengurangi angka
kemiskinan terutama di pedesaan serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Guna terciptanya pembangunan yang berkeadilan sosial, maka konsep pemberdayaan
saat ini perlu dikaji dan lebih ditingkatkan sebagai program yang langsung dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat desa. Namun program pemberdayaan desa juga punya tantangan
berat, dalam mewujudkan tujuannya. Hambatan-hambatan tersebut justru muncul, tatkala
dalam mengimplementasikan pengunaan dana desa yang telah diatur dalam Undang-undang
desa.
Program penting yang harus dilaksanakan dalam pembangunan desa melalui
Penggunaan APBDes yang bersumber Dana Desa (DD) adalah program pemberdayaan
masyarakat sebenarnya. Program tersebut yang diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa. Program pemberdayaan yang dimaksud di desa adalah pemberdayaan
masyarakat desa, sebagai upaya yang dapat mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran,
serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan dan
pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.
Undang-Undang Desa telah menempatkandesa sebagai ujung tombak
pembangunandan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Desa diberikan kewenangan dan
Universitas Sumatera Utara
sumber danayang memadai agar dapat mengelola potensiyang dimilikinya guna
meningkatkan ekonomidan kesejahtaraan masyarakat. Setiap tahunPemerintah Pusat telah
menganggarkan Dana Desa yang cukup besar untukdiberikan kepada Desa. Pada tahun 2015,
Dana Desa dianggarkan sebesarRp20,7 triliun, dengan rata-rata setiap desa mendapatkan
alokasi sebesarRp280 juta. Pada tahun 2016, Dana Desa meningkat menjadi Rp46,98
triliundengan rata-rata setiap desa sebesar Rp 628 juta, dan di tahun 2017 kembalimeningkat
menjadi Rp 60 Triliun dengan rata-rata setiap desa sebesar Rp800juta.
Seluruh desa yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara, sejak tahun 2016
telah mengimplementasi Penggunaan Dana Desa (DD) ini pada pembangunan desa.
Penggunaan Dana Desa pada tahun 2017 di Provinsi Sumatera Utara yang telah disalurkan
kepada 5.418 desa yang ada di seluruh Kabupaten sebesar Rp 3.293.282.206.000. Salah satu
desa yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang telah dapat mengimplementasikan
penggunaan Dana Desa adalah Desa Pulo Bandring
Desa Pulo Bandring berdasarkan Laporan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Desa (APBdes) Semester kedua tahun 2017, Desa Pulo Bandring menerimah Dana
Desa (DD) sebesar Rp.776.849.000, ADD sebesar Rp.613.395.000, Dan PHB sebesar
Rp.15.553.200 total transfer dana Pusat Rp 1.405.797.200.
Data sementara Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes)
Semester ke II Anggaran 2017 Desa Pulo Bandring Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten
Asahan, adalah sebagai berikut :
No BIDANG/KEGIATAN JUMLAH
1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp 352.887.412.00
2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa Rp 628.393.483.00
3. Bidang Pembinaan Masyarakat Rp 158.199.000.00
4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp 181.415.505.00
Sumber: Berdasarkan BukuAnggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes)
Universitas Sumatera Utara
Dana Desa (DD) tahun 20017 yang rencana penggunaannya disalurkan untuk
pemberdayaan masyarakat, akan dapat diimplementasikan di Desa Pulo Bandring Kabupaten
Asahan yaitu dalam bentuk program sebagi berikut;
NO Kegiatan Jumlah
1 Pelatihan Salon Kecantikan Rp 40.000.000,-
2 Sosialisasi Penyalahgunaan Narkoba Rp 13.258.890,-
3 Pengadaan untuk Klub Sepak Bola Rp 5.000.000,-
4 Pelatihan Budidaya Ikan Air Tawar Rp 25.000.000,-
5 Pelatihan Budidaya Lada Perdu Rp 14.020.000,-
6 BUMDES Rp 91.452.300,-
Sumber: Berdasarkan Buku Pertanggung Jawaban Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes)
APBDes yang bersumber Dana Desa (DD) yang telah diterima oleh Desa Pulo
Bandring ini telah disalurkan kepada setiap program pembangunan desa termasuk program
pemberdayaan masyarakat desa dalam bentuk peningkatan SDM melalui pelatihan. Program
ini juga menjadi program yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat
di Desa Pulo Bandring, namun masih juga beberapa hambatan dalam mengimplementasikan
program ini yang akhirnya mengakibatkan tidak optimalnya hasil yang diharapkan dalam
penggunaan APBdes yang bersumber Dana Desa ini.
Salah satu yang menjadi bukti nyata dalam penggunaan APBdes bersumber Dana
Desa di Desa Pulo Bandring ini adalah pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).
Adanya BUMDES ini diharapkan dapat mewujudkan tujuan Penggunaan APBDes Yang
Bersumber Dana Desa (DD) untuk Pemberdayaan Masyaraka, penggunaan dana desa ini
sudah sesuai dengan kebijakan yang mengatur tentang dana desa, yaitu Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu adanya kajian yang lebih mendalam
untuk mengetahui penggunaan APBdes yang bersumber Dana Desa (DD) tahun 2017 untuk
pemberdayaan masayarakat di Desa Pulo Bandring. Sebagai upaya kajian dalam pelaksanaan
program pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Pulo
Bandring Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan. Dengan demikian, maka penelitian
ini berjudul;
“Analisis Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) Yang
Bersumber Dana Desa (DD) Tahun 2017 Untuk Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Pulo
Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan”
1.2 Perumusan Masalah
Dengan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana Penggunaan APBDesyang Bersumber Dana Desa (DD)Tahun 2017 untuk
pemberdayaan yang di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan,
sudah berjalan dengan baikah?
2. Apakah penggunaan APBDesyang bersumber Dana Desa (DD)Tahun 2017 untuk
pemberdayaan di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan, sudah
digunakan sesuai aturan dan legalitas yang ada?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan yaitu:
1. Mengetahui Penggunaan APBDesyang bersumber Dana Desa (DD)Tahun 2017 untuk
pemberdayaan masayaraka di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten
Asahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengetahui bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat, setelah adanya Penggunaan
APBDes yang bersumber Dana Desa (DD) Tahun 2017di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo
Bandring Kabupaten Asahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran sistematika pada penjabaran dan
penjelasan proses penggunaan APBDes yang Bersumber Dana Desa (DD) Tahun
2017 untuk pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan. Adapun manfaat
penelitian ini sebagai berikut;
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur ilmiah yang dapat dijadikan
bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari ilmu ilmu sosial
dan ilmu politik, khususnya mengenai Penggunaan APBDes yang Bersumber
Dana Desa (DD) Tahun 2017untuk Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pulo
Bandringdengan konsep Pemberdayaan masyarakat Desa.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Bagi peneliti: dapat menambah pengalaman dan wawasan mengenai penggunaan
APBDesyang Bersumber Dana Desa (DD) Tahun 2017 untuk Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Pulo Bandring.
b. Bagi pemerintah Desa: menjadi masukan mengenai penggunaan APBDes untuk
kesejahteraan masyarakat Desa, dan sebagai dasar membuat kebijakan terkait
Universitas Sumatera Utara
pemanfaatan APBDesyang bersumber Dana Desa (DD) Tahun 2017 untuk
pemberdayaan masyarakat. Kemudian pemerintah desa di desa Pulo Bandring,
mendapatkan proses gambaran konsep pemberdayaan masyarakat desa secara baik
dan ilmiah.
c. Bagi masyarakat: menambah pengetahuan masyarakat desa mengenai pemanfaatan
APBDes yang bersumber Dana Desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Konsep Pembangunan
2.1.1 Pembangunan Nasional
Pembanguanan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK serta
perhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya mengacu pada kepribadian
bangsa dan niali-nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang
berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, serta kukuh kekuatan moral dan etikanya.
Tujuan Pembanguan Nasional itu sendiri adalah sebagai usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia. Pembangunan Nasional yang sedang dilaksanakan
sekarang ini diarahkan kepada terwujudnya suatu masyarakat adil dan makmur, baik material
maupun spiritual.
Masyarakat yang adil dan makmur masih jauh dari jangkauan pembangunan
nasional. Oleh karena itu, masih diperlukan usaha-usaha disegala bidang yang bertujuan
untuk meningkatkan dan menyukseskan kegiatan pembangunan selanjutnya. Uraian ini tidak
bermkasud untik menyatakan kapan masyarakat adil dan makmur itu dapat diwujudkan,
karena pada dasarnya tidak seorangpun yang dapat memastikan hal itu akan terjadi, tetapi
yang lebih penting bahwa kegiatan pembangunan itu harus dilaksanakan secara berencana,
sadar, terus menerus menuju sasaran akhir.
Peran aktif Pemerintah dalam mendorong dan melaksankan pembangunan nasioanal
dilakukan melalui perumusan, penetapan, pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan
pembangunan adalah arah kegiatan yang ditetapkan dalam rangka memecahkan suatu
permasalahan nasional. Dengan perencanaan pembangunan yang dimaksud agar
pembangunan dapat terlaksana secara berencana yaitu secara sadar, teratur, sistematis, dan
Universitas Sumatera Utara
berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional yang telah dijabarkan
oleh Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS), perlu adanya kordinasi dengan
badan pengawasan pembangunan untuk melihat sejauh mana kegiatan yang dilaksanakan
apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.
Pembangunan nasional mencakup hal-hal yang bersifat lahiriah maupun batiniah
yang selaras, serasi, dan seimbang. Itulah sebabnya pembangunan nasional bertujuan untuk
mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya, yakni sejahtera lahir dan
batin. Pembanguan yang bersifat lahiriah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan hajat
hidup fisik manusia, missalnya sandang, pangan, gedung perkantoran, pengairan, sarana dan
prasarana, transfortasi dan sebagainya.
Sedangkan contoh pembangunan yang bersifat batiniah adalah pembangunan sarana
dan prasarana ibadah, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Usaha dan pembangunan
nasioal memang dapat memberikan, dampak positif bagi kehidupan bangsa dan Negara.
Namun tidak dapat di hindari kemungkinan timbulnya dampak negatif karena proses
pembangunan dan perubahan.
2.1.2 Pembangunan Desa
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang
berwenang untuk mengaturdan mengurus urusan pemerintahan, dan kepentingan masyarakat
berdasarkan; prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau, hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam system pemerintahan NKRI.
Dalam pelaksanaan pembangunan Desa, berbagai regulasi turunan undang-undang
telah diterbitkan untuk mengatur berbagai hal agar pembangunan desa dapat berjalan
sebagaimana amanat Undang-Undang Desa. Regulasi tersebut tertuang di dalam berbagai
tingkatan, dimulai dari peraturan pemerintah, peraturan menteri terkait (Peraturan Menteri
Keuangan, Peraturan Menteri Dalam Negeri, dan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Universitas Sumatera Utara
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi), hingga peraturan pelengkap yang diterbitkan oleh
daerah. Agarber bagai peraturan pelaksanaan UU Desa tersebut dapat diimplementasikan
dengan baik, maka perlu dilakukan penyelarasan dalam penyusunan kebijakan di masing-
masing kementerian, yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi,
dan akuntabilitas pemanfaatan Dana Desa. Untuk itu, Pemerintah merancang Keputusan
Bersama (SKB) 4 Menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Rancangan SKB 4 Menteri tersebut antara lain memuat
penguatan peran dan sinergi antar kementerian dalam perencanaan, penganggaran,
pengalokasian, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, penguatan supervisi kepada pemda
kabupaten/kota, dan desa.
Dasar Peraturan pembangunan Desa antara lain; UU 6/2014 tentang Desa, PP 47/2015
tentang Perubahan atas PP 43/2014 ttg Peraturan Pelaksanaan UU 6/2014, PP 8/2016 ttg
Perubahan Kedua atas PP 60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, PP
47/2015 tentang Perubahan atas PP 43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 6/2014
tentang Desa, Permendagri No. 111/2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa,
Permendagri No. 112/2014 tentang Pemilihan Kepala Desa, Permendagri No. 113/2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Permendagri No. 114/2014 Tentang Pedoman
Pembangunan Desa, Permendes No.1/205 tentang Pedoman Kewenangan Lokal Berskala
Desa, Permendes No.2/2015 tentang Musyawarah Desa Permendes No.3/2015 tentang
Pendampingan Desa Permendes No.4/2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan,dan
Pembubaran BUMDes , Permendes No.19/2017 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa TA
2018, Perka LKPP no 13/2013 tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa
sebagaimana diubah Perka LKPP no 22/2015, PP 8/2016 tentang Perubahan Kedua atas PP
60/2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, PMK Nomor 257/PMK.07/2015
Universitas Sumatera Utara
tentang Tata Cara Penundaan dan/atau Pemotongan Dana Perimbangan terhadap Daerah
Yang Tidak Memenuhi Alokasi Dana Desa (ADD), PMK Nomor 49/PMK.07/2016 tentang
Tatacara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa,
PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 112/PMK.07/2017
Desa merupakan representasi dari kesatuan masyarakat hukum terkecil yang telah
ada dan tumbuh berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat Indonesia dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai
wujud pengakuan Negara terhadap Desa, khususnya dalam rangka memperjelas fungsi dan
kewenangan desa, serta memperkuat kedudukan desa dan masyarakat desa sebagai subyek
pembangunan, diperlukan kebijakan penataan dan pengaturan mengenai desa yang
diwujudkan dengan lahirnya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Saat ini Pemerintah Indonesia melalui nawacita berkomitmen untuk membangun
Indonesia dari pinggiran, di antaranya dengan meningkatkan pembangunan di desa dengan
Program Dana Desa, dan ini bukan hanya yang pertama di Indonesia, namun juga yang
perdana dan terbesar di seluruh dunia.
2.1.3 Pembangunan di Era Desentralisasi
Pengalaman pembangunan di Indonesia yang dijalankan selama beberapa puluh
tahun dengan menggunakan pola sentratistik terbukti memiliki banyak kekurangan, terutama
dalam memberdayakan masyarakat dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku dalam
pembangunan, dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya, sehingga
berkembanglah otonomi daerah di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1999. Hakikat otonomi
adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh dan berkembang dari rakyat,
diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat, sehingga dalam program
Universitas Sumatera Utara
pembangunan masyarakat tidak lagi dianggap sebagai objek dari pembangunan, tetapi
menjadi subjek/pelaku dari pembangunan (Sumaryadi dalam Jusman (2016).
Meskipun tujuan utama yang hendak dicapai dari pembangunan adalah
meningkarkan taraf hidup dan menciptakan masyarakat sejahtera secara fisik, mental maupun
sosial, namun pendekatan yang digunakan dalam pembangunan harus senantiasa
mengutamakan proses dari pada hasil. Pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan
pembangunan yang memanusiakan manusia. Dalam pandangan ini pelibatan masyarakat
dalam pembangunan lebih mengarah kepada bentuk partisipasi, bukan dalam bentuk
mobilisasi, Partisipasi masyarakat dalam perumusan program membuat masyarakat tidak
semata-mata berkedudukan sebagai konsumen program, tetapi juga sebagai produsen karena
telah ikut serta terlibat dalam proses pembuatan dan perumusannya, sehingga masyarakat
merasa ikut memiliki program tersebut dan mempunyai tanggung jawab bagi keberhasilannya
serta memiliki motivasi yang lebih bagi partisipasi pada tahap-tahap berikutnya (Soetomo
dalam Jusman, 2016).
Pembangunan partisipatoris harus dimulai dari orang-orang yang paling mengetahui
sistem kehidupan mereka sendiri karena pada pendekatan ini mereka harus senantiasa menilai
dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dan memberikan
sarana yang perlu bagi mereka supaya dapat mengembangkan diri, untuk itu diperlukan suatu
perombakan dalam seluruh praktik dan pemikiran serta pola-pola bantuan pembangunan yang
telah ada (Buch-Hansen dalam Sumaryadi, 2005).
Dalam era otonomi sekarang ini, pembangunan kini telah dimulai dari level
pemerintahan terendah, yakni desa. Pembangunan desa perlu menjadi prioritas mengingat
desa memiliki karakteristik permasalahan yang selalu membelit desa dan cenderung telah
meniadi stigma bagi desa, misalnya: Perfama, Desa memiliki APBDes yang kecil dan sumber
pendapatannya sangat tergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. Kedua, kesejahteraan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat desa rendah sehingga susah bagi desa mempunyai Pendapatan Asli Desa
(PADesa) yang tinggi. Ketiga, masalah itu diikuti oleh rendahnya dana operasional desa
untuk menjalankan pelayanan. Keempat, Tidak kalah penting, bahwa banyak program
pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya sebagian kecil yang melibatkan masyarakat
(Bambang, Budayana dalam Jusman (2016).
Selanjutnya, lahirnya Undang-Undang Nomor 6 tentang Desa merupakan babak baru
dalam tata pemerintahan yang memberikan kewenangan dan kepercayaan lebih besar pada
pemerintahan desa untuk melaksanakan pembangunan, Selain itu, UU Desa sekaligus
merupakan penegasan bahwa desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. UU Desa membawa misi utama bahwa
negara wajib melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan
demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan
pemerintahan. Pembangunan desa akan berdampak positif bagi upaya penanggulangan
kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, pembangunan
sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal dan pemanfaatan sumberdaya
alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
2.2.1 Pengertian APBDes
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 pasal 1 ayat (12),menyatakan bahwa:
“APBN adalah suatu rencana keuangan tahunan Negara yang ditetapkan berdasarkan
Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pada ayat selanjutnya (ayat 13) dinyatakan bahwa APBD adalah suatu rencana
keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah”.
Universitas Sumatera Utara
Wahjudin Sumpeno (2011:211), Anggaran Pendapatan dan Belanja Desamerupakan
bagian integral dari perangkat kebijakan pembangunan dan rumah tangga desa. Dalam
mendukung pelaksanaan pembangunan di desa diperlukan kepastian biaya dari berbagai
sumber baik pemerintah, swasta maupun masyarakat setempat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah suatu daftar terperinci mengenai
penerimaan desa yang ditetapkan dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun sekali.
Menurut Tim P3M-OTDA dalam buku karangan Wahjudin Sumpeno (2011:212) yang
berjudul “ Perencanaan Desa Terpadu”, menjelaskan secara rinci pengertian APBDes sebagai
berikut:
a. APBDes merupakan rencana tahunan desa yang dituangkan dalam
bentuk angka-angka yang mencerminkan berbagai kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan desa.
b. APBDes terdiri dari bagian penerimaan dan bagian pengeluaran desa
dalamsatu tahun anggaran, mulai Januari s/d Desember.
c. APBDes ditetapkan dengan Perdes oleh BPD bersama Kepala Desa
selambat-lambatnya setelah satu bulan ditetapkan APBD Kabupaten.
d. Pengelolaan APBDes dilaksanakan oleh Bendaharawan Desa yang
diangkatoleh Kepala Desa atas persetujuan BPD.
e. Pengelolaan APBDes dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa
kepada masyarakat melalui BPD selambat-lambatnya tiga bulan setelah
berakhirnya tahun anggaran.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, APBDes merupakan suatu
rencana keuangan tahunan desa yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa yang
mengandung prakiraan sumber pendapatan dan belanja untuk mendukung kebutuhan program
pembangunan desa yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 72 Tahun 2005, sumber sumber
pendapatan desa meliputi:
a. Pendapatan Asli Desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan
desa,hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain
pendapatan desa yang sah.
b. Bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian
diperuntukkan bagi desa.
c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang di terima
oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10% (sepuluh per
seratus),yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang
merupakan alokasi dana desa.
d. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah.
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang mengikat.
2.2.1.1 Manfaat Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
APBDes pada dasarnya disusun untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pembangunan dengan mengenali secara mendalam sumber-sumber dana dan pengeluaran
atau belanja rutin pembangunan desa. Melalui APBDes, pemerintahdan masyarakat secara
jelas dapat menentukan skala prioritas dan operasionalisasi pembangunan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Sumpeno, 2011:213).
Secara rinci manfaat penyusunan APBDes diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
a. APBDes sebagai panduan bagi pemerintah desa dalam menentukan strategi
operasional kegiatan berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan dana
pendukung.
b. Indikator dalam menentukan jumlah dan besarnya pungutan
yangdibebankan kepada masyarakat secara proporsional.
c. Bahan pertimbangan dalam menggali sumber pendapatan lain di luar
pendapatan asli desa, seperti melalui pinjaman atau jenis usaha lain.
d. Memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk
menyelenggarakan administrasi keuangan desa sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan.
e. Memberikan arahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa
sekaligus sebagai sarana untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan pemerintah desa.
f. Gambaran mengenai arah kebijakan pembangunan pemerintah desa setiap
tahun anggaran.
g. Memberi isi terhadap model penyelenggaraan pemerintah desa dalam
mewujudkan good governance.
h. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui perencanaan
pembangunan dan pembiayaan secara komprehensif.
2.2.1.2 Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Berikut ini diuraikan langkah langkah penyusunan APBDes yang dikutip dari Tim
P3M-OTDA (2002):
a. Penyusunan Rancangan APBDes
1. Disusun dan diajukan oleh Kepala Desa dan atau BPD
Universitas Sumatera Utara
2. Sebaiknya di konsultasikan kepada elemen masyarakat, misalnya melalui dialog, rapat
dengar pendapat, dll.
3. Hasil konsultasi digunakan untuk menyempurnakan materi RAPBDes.
4. RAPBDes yang telah disempurnakan dan diajukan dalam rapat pembahasan dan
penetapan APBDes.
b. Pembahasan RAPBDes
1. Sebelum disampaikan dalam rapat BPD, naskah RAPBDes harus sudah diterima oleh
anggota BPD dan Pemerintah Desa (Selambat-lambatnya7x24 jam sebelumnya).
2. RAPBDes usulan Kepala Desa disampaikan kepada pimpinan BPDdengan surat
Pengantar dari Kepala Desa. RAPBDes usulan anggotaBPD disampaikan secara
tertulis (surat pengantar) dari pengusul kepada pimpinan BPD.
3. RAPBDes yang telah disampaikan kepada pimpinan BPD, selanjutnya didisposisikan
kepada sekretaris BPD untuk diberi nomor.
4. RAPBDes yang telah mendapatkan nomor, di umumkan dalam Rapat Paripurna
bahwa RAPBDes telah diperbanyak dan dibagikan kepada semua anggota
BPD/Komisi.
5. Penjelasan RAPBDes dari pihak pengusul (Pemdes atau para pengusuldari anggota
BPD).
6. Pemandangan umum dari anggota BPD dan Pemerintah Desa.
7. Pembahasan dalam komisi bersama Pemerintah Desa dan atau pengusul.
8. Pendapat komisi sebagai tahapan menuju pengambilan keputusan.
c. Persetujuan dan Pengundangan APBDes
1. Apabila RAPBDes tidak disetujui, maka dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3x24
jam sebelum rapat pembahasan kedua, RAPBDes harus sudah disempurnakan.
Universitas Sumatera Utara
2. Apabila RAPBDes yang disempurnakan tersebut belum disetujui, makadi upayakan
melalui pendekatan (loby) beberapa pihak yang belum menyetujui.
3. RAPBDes yang telah disetujui BPD, harus sudah sudah disampaikan kepada
pemerintah desa, misalnya selambat-lambatnya 7 hari setelah rapat BPD untuk
ditandatangani atau disahkan menjadi APBDes oleh Kepala Desa.
4. Apabila RAPBDes yang diajukan oleh Kepala Desa dan atau sebagian anggota BPD
tidak mendapat persetujuan BPD, maka pemerintah desa dapat menggunakan
APBDes tahun lalu.
d. Peraturan Pelaksanaan APBDes
1. Kepala Desa dapat menetapkan kebijakan pelaksanaan APBDes yang dituangkan
dalam keputusan Kepala Desa.
2. Keputusan Kepala Desa tersebut harus disampaikan kepada BPD dengantembusan
Bupati dan Camat selambat-lambatnya 15 hari setelah ditetapkan untuk keperluan
pengawasan.
2.2.3 Prinsip-prinsip Penganggaran Desa
Sukasmanto (2004:73) menjelaskan proses penganggaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut:
a. Transparansi
Keterbukaan pemerintah desa kepada masyarakat mengenai berbagai kebijakan atau
program yang ditetapkan dalam rangka pembangunan desa.
b. Akuntabilitas
Menyangkut kemampuan pemerintah desa dalam mempertangung jawabkan kegiatan
yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah pembangunan dan pemerintah desa.
c. Partisipasi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Menyangkut kemampuan pemerintah desa untuk membuka peluang bagi seluruh
komponen masyarakat untuk terlibat dan berperan serta dalam proses pembangunan desa.
d. Penyelenggaraan pemerintah yang efektif
Menyangkut ketertiban masyarakat dalam penyusunan APB-Desa.
e. Pemerintah tanggap terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat
Menyangkut kepekaan pemerintah terhadap permasalahan yang ada dalam kehidupan
masyarakat dan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat.
f. Professional
Menyangkut keahlian yang harus di miliki oleh seorang aparatur sesuai dengan
jabatannya.
2.3 Dana Desa (DD)
2.3.1 Pengertian Dana Desa (DD)
Perbedaan Dana Desa Dengan Alokasi Dana Desa Terletak pada Sumber Dananya.
Dana Desa Bersumber Dari APBN Sedangkan Alokasi Dana Desa Bersumber dari APBD.
Dana Desaadalah dana APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD
kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk ; pelaksanaan pembangunan; dan pemberdayaan
masyarakat desa. Dana Desa dalam APBN ditentukan 10% dari dan di luar Dana Transfer
Daerah secara bertahap. Dana Desa dihitung berdasarkan jumlah desa dan dialokasikan
dengan memperhatikan:1. Jumlah Penduduk, 2. Angka Kemiskinan,3. Luas Wilayah, dan
Tingkat Kesulitan Geografis. Tujuan Dana Desa: 1. meningkatkan pelayanan publik di desa,
2. mengentaskan kemiskinan, 3. memajukan perekonomian desa, 4. mengatasi kesenjangan
pembangunan antardesa , serta 5. memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari
pembangunan Landasan Hukum; UU No.6 Tahun2014 tentang Desa.
Berdasarkan hasil evaluasi tiga tahun pelaksanaannya, Dana Desa terbukti telah
menghasilkan sarana/prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat, antara lain berupa
terbangunnya lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan desa; 914 ribu meter jembatan; 22.616 unit
sambungan air bersih; 2.201 unit tambatan perahu; 14.957 unit PAUD; 4.004 unit Polindes;
Universitas Sumatera Utara
19.485 unit sumur; 3.106 pasar desa; 103.405 unit drainase dan irigasi; 10.964 unit Posyandu;
dan 1.338 unit embung dalam periode 2015-2016. Selain itu, desa juga punya kesempatan
untuk mengembangkan ekonomi masyarakat, melalui pelatihan dan pemasaran kerajinan
masyarakat, pengembangan usaha peternakan dan perikanan, dan pengembangan kawasan
wisata melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Kunci sukses untuk mensejahterakan
masyarakat dalam membangun desa adalah kuatnya sentuhan inisiasi, inovasi, kreasi dan
kerjasama antara aparat desa dengan masyarakat dalam mewujudkan apa yang menjadi cita-
cita bersama.
Hasil evaluasi penggunaan Dana Desa selama dua tahun terakhir juga menunjukkan
bahwa Dana Desa telah berhasil meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang
ditunjukkan, antara lain dengan menurunnya rasio ketimpangan perdesaan dari 0,34 pada
tahun 2014 menjadi 0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah penduduk miskin perdesaan dari
17,7 juta tahun 2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017 dan, adanya penurunan persentase
penduduk miskin perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi 13,93% di tahun 2017.
Pencapaian ini akan dapat ditingkatkanlagi di tahun-tahun mendatang dengan pengelolaan
Dana Desa yang baik. Hal yang penting yang dapat diterapkan dalam pengelolaan Dana Desa
dengan melibatkan masyarakat adalah perlunya melakukan kegiatan dengan pola swakelola,
menggunakan tenaga kerja setempat, dan memanfaatkan bahan baku lokal yang ada di desa.
Dengan pola swakelola, berarti diupayakan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan tersebut
dilakukan secara mandiri oleh Desa, sehingga uang yang digunakan untuk pembangunan
tersebut tidak akan mengalir keluar desa. Dengan menggunakan tenaga kerja setempat,
diharapkan pelaksanaan kegiatan tersebut bisa menyerap tenaga kerja dan memberikan
pendapatan bagi mereka yang bekerja. Sementara penggunaan bahan baku lokal diharapkan
akan memberikan penghasilan kepada masyarakat yang memiliki bahan baku tersebut.
Pencapaian Dana Desa selama ini masih memerlukan penyempurnaan. Tugas kita untuk
Universitas Sumatera Utara
merencanakan, mengelola, dan mengawal Dana Desa kedepan akan semakin berat.
Pemerintah senantiasa berupaya agar Dana Desa bias semakin berpihak pada masyarakat
miskin. Selain itu, regulasi yang disusun pun menghasilkan sistem pengelolaan Dana Desa
yang efektif, efisien, dan akuntabel, sehingga tujuan Pemerintah melalui pengalokasian Dana
Desa dapat terwujud. Untuk itu, diperlukan penguatan kapasitas kelembagaan dan sumber
daya manusia, baik aparatur pemerintah desa, masyarakat, maupun tenaga pendampingan
desa serta perbaikan transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan dalam pengelolaan Dana
Desa dan keuangan desa.
2.3.2 Prinsip dan Prioritas Penggunaan Dana Desa (DD)
Penggunaan dana desa diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49 Tahun
2016 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi
dana desa pada pasal 21 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93 tahun 2015, dana desa
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan
masyarakat, dan kemasyarakatan. Dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan.
Penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan Prioritas penggunaan dana desa yang ditetapkan oleh menteri desa pembangunan
daerah tertinggal dan transmigrasi. Pada pasal 22 dinyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
yang dibiayai oleh dana desa berpedoman pada pedoman umum penggunaan dana desa
sebagaimana dimaksud pada pasal 21 ayat (4) dan pedoman teknis yang diterbitkan oleh
Bupati/Walikota. Kepala Desa bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan Desa, termasuk
didalamnya adalah yang bersumber dari dana desa. Disamping Dana Desa yang bersumber
dari APBN, terdapat 6 (enam) sumber pendapatan atau keuangan Desa lainnya, yaitu:
a. Pendapatan Asli Desa (PADesa)
b. Dana Desa (DD) bersuber APBN Dan Alaokasi Dana Desa Bersumber APBD
Universitas Sumatera Utara
c. Dana Bagi Hasil Pajak
d. Retribusi Daerah (DBH-PRD) yang bersumber dari APBD, Bantuan keuangan
pemerintah (pusat-daerah)
e. Hibah Pihak Ketiga
f. Pendapatan lain-lain yang Sah.
Menurut Sutoro Eko, Keuangan Desa termasuk didalamnya Dana Desa dikelola oleh
Tim Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa (TPTPKD), yaitu perangkat Desa yang
terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan, dan Bendahara Desa, yang masing-
masing memiliki kewenangan, tugas dan tanggungjawab yang berbeda, sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113/2015 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa. Hal ini dilakukan guna menjamin pengendalian keuangan Desa tidak berada dalam
“satu tangan”, tetapi berada dalam satu tim, dengan sistem kelola yang diharapkan dapat
menjamin dari terjadinya penyimpangan.
Prioritas penggunaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Desa Nomor 21 tahun 2016 sebagai turunan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014
juncto Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2014, hanya ada pada bidang pembangunan
Desa dan bidang pemberdayaan masyarakat. Regulasi ini hanya bersifat memberi arah,
koridor dan pedoman bagi Desa.
Sejalan dengan sasaran pembangunan wilayah perdesaan dalam RPJMN 2015-2019,
maka penggunaan dana desa perlu dirahkan untuk mendukung pengentasan desa tertinggal
demi terwujudnya kemandirian desa.
Penggunaan Dana Desa pada dasarnya merupakan hak Pemerintah Desa sesuai
dengan kewenangan dan prioritas kebutuhan masyarakat desa setempat dengan tetap
Universitas Sumatera Utara
mengedepankan prinsip keadilan. Namun demikian, dalam rangka mengawal dan
memastikan capaian sasaran pembangunan desa, Pemerintah menetapkan pinsip penggunaan
dana desa.
Apa saja prinsip penggunaan Dana Desa?, Ada 7 Prinsip Penggunaan Dana Desa,
dari tujuh prinsip itu dapat diuraikan sebagai berikut;
a. Keadilan adalah Mengutamakan hak dan kepentingan seluruh warga Desa tanpa
membeda-bedakan.
b. Kebutuhan Prioritas adalah Mendahulukan kepentingan Desa yang lebih mendesak,
melebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian besar
masyarakat Desa
c. Kewenangan Desa adalah Mengutamakan kewenangan hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala Desa.
d. Partisipatif adalah Mengutamakan prakarsa dan kreatifitas Masyarakat.
e. Swakelola dan berbasis sumber daya Desa adalah Mengutamakan pelaksanaan secara
mandiri dengan pendayagunaan sumberdaya alam Desa, mengutamakan tenaga, pikiran
dan keterampilan warga Desa dan kearifan lokal.
f. Tipologi Desa adalah Mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik geografis,
sosiologis, antropologis, ekonomi, dan ekologi Desa yang khas, serta perubahan atau
perkembangan dan kemajuan Desa,
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Prioritas Dana Desa
Apa yang menjadi arah prioritas pembangunan pada pemggunaan dana desa Pada
tahun 2018?. Sesuai Sesuai Permendes Nomor 19 Tahun 2017, ada dua arah prioritas
pembangunan untuk dijalan dalam penggunaan Dana Desa (DD) , Arah pembangunannya sebagai
berikut:
a. Pembangunan Desa diarahkan untuk Pengadaan, Pembangunan, Pengembangan, dan
Pemeliharaan sarana dan prasarana desa; Sosial pelayanan dasar; Usaha ekonomi
desa; Lingkungan Hidup; dan lainnya.
b. Pemberdayaan Masyarakat Desa diarahkan untuk; Peningkatan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan Desa;
Pengembangan kapasitas dan ketahanan masyarakat Desa, dengan memperhatikan
sasaran sebagai berikut;
1. Pengembangan sistem informasi Desa;
2. Dukungan pengelolaan kegiatan pelayanan sosial dasar;
3. Dukungan Permodalan dan pengelolaan usaha ekonomi produktif;
4. Dukungan pengelolaan usaha ekonomi;
5. Dukungan pengelolaan pelestarian lingkungan hidup;
6. Pengembangan kerjasama antar Desa dan kerjasama Desa dengan pihak lain.
7. Dukungan menghadapi dan menangani bencana alam dan KLB lainnya,;
8. Kegiatan-kegiatan bidang kegiatan lainnya;
Apakah diperbolehkan menggunakan Dana Desa untuk kegiatan yang bukan menjadi
prioritas penggunaan Dana Desa? diperbolehkan sepanjang merupakan: kegiatan prioritas
desa, yang sangat dibutuhkan masyarakat desa, sesuai dengan urusan dan kewenangan desa,
serta sudah disepakati dalam musyawarah desa. Kemudian apakah Dana Desa boleh
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan Kepala Desa serta Perangkat Desa? Tidak
boleh karena gaji dan tunjangan kepala desa serta perangkat desa sudah dipenuhi dari Alokasi
Dana Desa (ADD).
2.4 Pemberdayaan Masyarakat
2.4.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pengertian pemberdayaan masyarakat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI, 2008) adalah proses, cara, membuat, mernberdayakan dari kata daya yaitu
kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan untuk bertindak.
Menurut Mardikato dan Soebianto (2012: 27) istilah pemberdayaan upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka
memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontro1 lingkunganya agar dapat
memenuhi keinginan-keinginanya, termasuk aksesbilitasnya terhadap sumberdaya yang
terkait dengan pekerjaanya, aktivitas sosialnya, dan lain-lain.
Pemberdayaan berarti suatu upaya atau kekuatan yang dilakukan oleh individu atau
masyarakat agar masyarakat dapat berdaya guna dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ke
arah yang lebih sejahtera. World Bank 2001 dalam Mardikato dan Soebianto (2012:27)
mengartikan pemberdayaan yaitu upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan
kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau
menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasanya, serta kemampuan dan keberanian untuk
memilih (choice) sesuatu (konsep, metoda, produk, tindakan, dan lain-lain) yang terbaik bagi
pribadi, keluarga, dan masyarakatnya. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat
merupakan proses meningkatkan kemampuan dan sikap kemandirian masyarakat.
Berkenaan dengan pengertian pemberdayaan masyarakat, Winarni dalam Ambar
Teguh (2004: 79) mengungkapkan bahwa pemberdayaan meliputi tiga hal, yaitu
pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya
Universitas Sumatera Utara
kemandirian. Bertolak dari pendapat ini, berarti pemberdayaan tidak saja terjadi pada
masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada masyarakat yang memiliki
daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan hingga mencapai kemandirian.
Menurut Rusmiyati (2011:16) menyatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu cara
rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai kehidupannya atau
pemberdayaan dianggap sebuah proses menjadikan orang yang cukup kuat untuk
berpartisipasi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga yang mempengaruhi kehidupanya.
Sedangkan menurut Ambar Teguh (2004: 77) pemberdayaan dapat dimaknai sebagai
suatu proses menuju berdaya atau proses pemberian daya/ kekuatan/kemampuan. dan atau
proses pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang mempunyai daya kepada
pihak yang tidak atau kurang berdaya. Pemberdayaan rnenurut Suparjan dan Hempri (2003:
43), mengatakan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua arti yaitu to give or
authority dan to give to or enable. Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna
memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain.
Sedangkan dalam pengertian kedua, pemberdayaan diartikan dalam sebagai upaya untuk
memberi kemampuan atau keberdayaan. Konsep pemberdayaan menurut Sunit (2008: 9)
berkaitan dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep berdaya dan tidak
berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan menguasai potensi dan
sumber kesejahteraan sosial.
Pemberdayaan masyarakat merupakan aspek pembangunan, hakikat pembangunan
nasional menurut Prijono dalam Wulandari (2014), adalah pembangunan manusia seutuhnya
dan masyarakat seutuhnya, dengan kata lain memberdayakan masyarakat mengandung makna
mengembangkan, memandirikan. menswadayakan. dan memperkuat posisi tawar menawar
masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekanan di setiap bidang dan sektor
kehidupan. Di samping itu, juga mengandung arti melindungi dan membela dengan berpihak
Universitas Sumatera Utara
pada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan ekploitasi
atas yang lemah.
Menurut Sudjana (2001: 256) pentingnya pembangunan masyarakat yang
menitikberatkan sektor ekonomi ialah agar masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan
penduduk melalui pertumbuhan sektor ini, tanpa mengabaikan peranan sektor-sektor lainya,
dan sekaligus dapat menurunkan tingkat kemiskinan penduduk.
Disimpulkan bahwa konsep dasar pemberdayaan pada dasarnya yaitu upaya suatu
kelompok masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian sehingga
masyarakat dapat mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki dalam rangka tujuan hidup
yang lebih sejahtera. Pemberdayaan yang di inginkan oleh masyarakat adalah pemberdayaan
yang bisa membangun masyarakat ke arah lebih sesuai dengan tujuan pemberdayaan.
Menurut Usman (2010:31), usaha memberdayakan masyarakat desa serta
menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan menjadi fenomena yasng sernakin kompleks,
pembangunan pedesaan dalam perkembanganya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan
produksi pertanian. Pembangunan pedesaan juga tidak hanya cukup implementasi program
peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi
kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya dengan spektrum kegiatan yang
menyentuh pemenuhan berbagai kebutuhan sehingga masyarakat dapat mandiri, percaya diri,
dan tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu strukural yang membuat hidup sengsara.
Dalam pemberdayaan perlu dipikirkan siapa raja yang akan menjadi sasaran
pemberdayaan, Sasaran pemberdayaan yang dimaksud yaitu siapa yang akan menjadi
kelompok atau masyarakat yang akan di berdayakan. Menurut Schumacer dalam Ambar
(2004:90), memiliki pandangan pemberdayaan sebagai suatu bagian dari masyarakat miskin
dengan tidak harus menghilangkan ketimpangan struktural terlebih dahulu. Masyarakat
miskin sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun. Disamping itu NGO (Non-
Universitas Sumatera Utara
Govermental Organinization) merupakan agen yang memiliki posisi penting, karena
dipandang lebih bersifat wiraswasta, berpengalaman dan lebih inovatif dibanding pemerintah,
Pemaknaan pemberdayaan selanjutnya seiring dengan konsep good govermance. Konsep ini
mengetengahkan tiga pilar yang harus dipertemukan dalam proses pemberdayaan masyarakat.
Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta, dan masyarakat yang hendaknya menjalin
kemitraan yang selaras.
2.4.2 Prinsip Pemberdayaan
Pemberdayaan sendiri memiliki prinsip-prinsip dalam prosesnya, prinsip
pemberdayaan menurut Mathews dalam Mardikanto dan Soebianto (2012:105) menyatakan
bahwa "Prinsip adalah suatu pernyataan tentang Kebijakan yang dijadikan pedoman dalam
pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten".Karena itu, prinsip
akan berlaku umum, dapat diterima secara umum dan telah diyakini kebenarannya dari
berbagai pengamatan dalam kondisi yang beragam. Meskipun prinsip biasanya diterapkan
dalam dunia akademis, Leagans dalam Mardikanto dan Soebianto (2012: 105) menilai bahwa
setiap penyuluh/fasilitator dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada
prinsip-prinsip pemberdayaan.
Prinsip pemberdayaan menurut Cahyono dalam Wulandari (20140, mengemukakan
prinsip-prinsip pemberdayaan adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan yang dilaksanakan harus bersifat lokal
2. Lebih rnengutamakan aksi sosial
3. Menggunakan pendekatan organisasi komunitas atau kemasyarakatan local
4. Adanya kesamaan kedudukan dalam hubungan kerja
5. Menggunakan pendekatan partisipasif, para anggota kelompok sebagai subjek bukan
objek
6. Usaha kesejahteraan sosial untuk keadilan
Universitas Sumatera Utara
Jadi prinsip pemberdayaan masyarakat didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan
peraturan yang berlaku di masyarakat tersebut, dilandasi oleh nilai dan norma yang berlaku
pada masyarakat tersebut dan harus mampu menggerakan pasrtisipasi masyarakat agar lebih
berdaya. Dalam memberdayakan masyarakat dibutuhkan tahap pemberdayaan yans jelas dan
terarah. Menurut Suparjan & Hempri S (2003: 44) dalam rangka pemberdayaan masyarakat
ada beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:
1. Meningkatkan kesadaran kritis atau posisi masyarakat dalam struktur sosial politik, Hal
ini berangkat dari asumsi bahwa surnber keniiskinan berasal dari konstruksi sosial yang
ada pada masyarakat itu sendiri.
2. Kesadaran kritis yang muncul diharapkan membuat masyarakat mampu membuat
argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi serta sekaligus membuat pemutusan
terhadap hal tersebut
3. Peningkatan kapasitas masyarakat. Dalam konteks ini perlu dipahami, bahwa masalah
kemiskinan bukan sekedar persoalan kesejahetraan sosial tetapi berkaitan dengan faktor
politik, ekonomi sosial budaya dan keamanan.
4. Pemberdayaan juga perlu meningkatkan dengan pembangunan sosial budaya masyarakat.
Sedangkan Menurut Ambar Teguh S (2004: 83), bahwa pemberdayaan tidak bersifat
selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian
dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jauh. Dilihat dari pendapat tersebut
berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri.
Sebagaimana disampaikan diatas bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan
masyarakat akan berlangsung secara bertahap.
Menurut Ambar Teguh S (2004: 83), tahap-tahap yang harus dilalui tersebut meliputi:
1. Tahap penyadaran dan pembentukan prilaku menuju prilaku sadar dan peduli sehingga
merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan ketrampilan
agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil
peran di dalam pembangunan.
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan sehingga
terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan pada kemandirian.
Tahap pertama atau tahap penyadaran dan pembentukan prilaku merupakan tahap
persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini pihak
pemberdaya/actor/pelaku pemberdaya berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat
memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Apa yang diintervensi
dalam masyarakat sesungguhnya lebih pada kemampuan afektifnya untuk mencapai
kesadaran konatif yang diharapkan. Sentuhan penyadaran akan lebih membuka keinginan dan
kesadaran masyarakat akan kondisinya saat itu, dan dengan demikian akan dapat merangsang
kesadaran Mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan
yang lebih baik.
Sentuhan akan rasa ini akan membawa kesadaran masyarakat bertumbuh, kemudian
merangsang semangat kehangkitan mereka untuk meningkatkan kemampuan diri dan
lingkungan. Dengan adanya semangat tersebut diharapkan akan dapat menghantarkan
masyarakat untuk sampai pada kesadaran dan kemauan untuk belajar. Dengan demikian
masyarakat semakin terbuka dan merasa membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan untuk
memperbaiki kondisi.
Pada tahap kedua yaitu proses transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan
dapat berlangsung baik, penuh semangat dan berjalan efektif, jika tahap pertama telah
terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses beajar tentang pengetahuan dan kecakapan-
ketrampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut.
Keadaan ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan dan menguasai kecakapan
Universitas Sumatera Utara
ketrampilan dasar yangmereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat hanya dapat memberikan
peran partisipasi pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut atau objek
pembangunan saja, belum mampu menjadi subjek dalam pembangunan.
Tahap ketiga adalah merupakan tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan
kecakapan-kerampilan yang diperlukan. supaya mereka dapat membentuk kemampuan
kemandirian. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam
membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan inovasi-inovasi di dalam
lingkunganya. Apabila masyarakat telah mencapai tahap ketiga ini maka masvarakat dapat
secara mandiri melakukan pembangunan, Dalam konsep pembangunan masyarakat dalam
kondisi seperti ini seringkali didudukan sebagai subjek pembangunan atau pemeran utama_
Pemerintah tinggal menjadi fasilitatornva saja.
Sejalan dengan pendapat Sumodiningrat dalam Ambar Teguh (2004: 84) maka
masyarakat yang sudah mandiri tidak dapat dibiarkan begitu saja. Masyarakat tersebut tetap
memerlukan perlindungan. supaya dengan kemandirian yang dimiliki dapat melakukan dan
mengambil tindakan nyata dalam pembangunan. Disamping itu kemandirian mereka perlu
dilindungi supaya dapat terpupuk dan terpelihara dengan baik, dan selanjutnya dapat
membentuk kedewasaan sikap masyarakat.
Dalam pemberdayan masyarakat diperlukan aspek-aspek untuk memberdayakan
masyarakat. aspek yang diperlukan dalam memberdayakan masyarakat menurut Suparjan &
Hempri (2003: 49), yang perlu menjadi inti dasar pemberdayaan yaitu:
1. Klarifikasi, pengakuan dan perlindungan terhadap posisi masyarakat selaku konsumen
produk-produk kebijaksanaan, pemerintahan, dan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah.
2. Klarifikasi, pengakuan dan perlindungan terhadap hak dan kewajiban masyarakat
untuk menyampaikan aspirasinya melalui lembaga/media yang dipandang efektif
Universitas Sumatera Utara
3. Klarifikasi, pengakuan peningkatan dan perlindungan terhadap bargaining power
masyarakat yang diperlukan dalam rangka memperjuangkanaspirasinya tersebut
melalui berbagai lembaga dan media yang dipandang efektif oleh masvarakat.
4. Klarilikasi, pengakuan pemenuhan dan perlindungan terhadap hak masyarakat untuk
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup agar mampu berperan di dalam
perubahan sosial yang semakin cepat di masa depan.
Jadi kesimpulanya, pengertian pemberdayaan masyarakat adalah proses pemberian
daya atau kekuatan (power) terhadap perilaku dan potensi individu atau masyarakat, serta
pengorganisasian kelompok masyarakat oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri atas
dasar partisipasi. Pemberdayaan tersebut bertujuan agar masyarakat dapat memiliki inisiatif
untuk melaksanakan berbagai kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan di sekitarnya agar
dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas serta kondisi diri sendiri menjadi lebih baik.
Pemberdayaan memiliki tujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dan dapat
memperbaiki segala aspek, dalam arti memiliki potensi agar mampu menyelesaikan masalah-
masalah yang rnereka hadapi dan sanggup memenuhi kebutuhanva dengan tidak
menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar baik pemerintah maupun non
pemerintah.
Di dalam pemberdayaan terdapat proses pendidikan, upaya pendidikan merupakan
aktifitas yang kompleks. yang melibatkan sejumllah komponen pendidikan yang saling
berinteraksi atau interdepensi satu sama lain. Apabila upaya pendidikan hendak dilaksanakan
secara terencana dan teratur, maka berbagai komponen dan saling hubungannya perlu
dikenali, dikaji dan dikembangkan sehingga mekanisme kerja komponen-komponen itu
secaramenyeluruh dan terpadu, akan dapat menumbuhkan hasil yang optimal. Oleh karena
itu. pengkajian tentang upaya pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai arti penting.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dwi Siswoyo (2007: 80) Tiga komponen central dalam upaya pendidikan
adalah peserta didik, pendidik dan tujuan pendidikan. Dalam proses pendidikan terjadi
interaksi antar peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pendidikan. Proses
pemberdayaan yang di berikan melalui kegiatan pelatihan memiliki komponen yang sama
seperti komponen pendidikan, karena pada dasarnya pemberdayaan merupakan usaha
memberikan dorongan atau daya berupa pengetahuan atau pendidikan kepada masyarakat
agar berdaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen-komponen pendidikan
yang vital adalah tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, isi pendidikan, metode
pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pcndidikan.
Komponen yang dimiliki dalam pemberdayaan melalui bentuk pelatihan ini memiliki
tujuan mernberikan ketrampilan, pengetahuan, nilai, sikap, motivasi dan mensejahterakan
masyarakat agar kehidupannya menjadi lebih baik secara ekonomi, sosial, budaya dan
terlepas dari masalah kemiskinan. Peserta didik yang dimaksud yaitu masyarakat yang
menjadi sasaran dan dibelajarkan sebagai warga belajar, selanjutnya pendidik yaitu
pengelola, isi pendidikan berupa pelatihan ketrampilan yang didalamnya terdapat materi
berupa pelatihan pembuatan sapu Gelagah dengan jadwal yang telah terperinci, pemasaran
dan evaluasi, metode yang dipakai dalam pelatihan yaitu melalui musyawarah dengan
masyarakat.
2.5 Penelitian Terdahulu Yang Relevan Dengan Judul Tesis ini.
Penelitian yang di lakukan oleh Ray Septianis Kartika (2012), judul "Partisipasi
Masyarakat Dalarn Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) Di Desa Tegeswetan dan Desa
Jangkrikan Kecamatan Kepil Kabupaten Wotiosobo". Hasil penelitian menyebutkan bahwa
Masyarakat Desa Tegeswetan dan Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan berinisiatif besar
untuk berkontribusi dalam pengelolaan ADD, Tidak hanya dalam perencanaan, pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
maupun pengawasan, tetapi yang lebih penting adalah kesadaran masyarakat untuk terlibat
dalam membangun desa merupakan solusi untuk memajukan petimbangunan desa.
Penelitian yang di lakukan oleh Suwandi (2015), judui "Panisipasi Masyarakat Dalam
Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kantor Desa Suka Damai KecamatanMuara
Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. “ Hasil penelitian menunjukka bahwa partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Suka Damai Kecamatan
Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara masih kurang. Hal tersebut dapat dililiat dari
hasil wawancara yaitu kurangnya sosialisasi dari aparat pemerintah kepada masyarakat
sehingga masih banyak masyarakat yang tidak tahu akan adanya suatu kegiatan Alokasi Dana
Desa dan juga kurangnya kesadaran masyarakat akan peran mereka dalam meningkatkan
pembangunan desa.
Sejalan dengan penelitian di atas, La Ode Jusman (2016) judul “Studi lmplementasi
Kebijakan Alokasi Dana Desa Dalam Menunjang Pembangunan Perdesaan di Desa Koroe
Onowa Kecamatan Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi ”Hasil penelitian menunjukan bahwa
secara umum implementasi kebijakan ADD di Desa Koroe Onowa dari aspek proses rnasih
kurang baik. Padatahap perencanaan, tingkat partisipasi masyarakat masih sangat rendah.
Pada tahap pelaksanaan, porsi pengalokasian anggaran belum sesuai ketentuan sehingga
masyarakat selaku sasaran kebijakan masih kurang mendapatkan manfaat kebijakan.
Pada tahap pertanggungjawaban, pihak penyusun laporan pertanggungjawaban belum
sesuai ketentuan dan tidak ada evaluasi kegiatan bersama masyarakat. Faktor pendukung
implementasi kebijakan adalah sikap pelaksana yang cukup memaharni dan mendukung
implernentasi kebijakan. Sedangkan faktor penghambat adalah lemahnya komunikasi antar
tim pelaksana dengan masyarakat desa, rendahnya kualitas sumberdaya, kurangnya
profesionalisme kerja pelaksana, tidak efektifnya fungsi Badan Permusyawaratan Desa serta
rendahnya tingkat partisipasi dan pengawasan oleh masyarakat desa.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Pemikiran
Pelaksanaan proyek tidak akan berjalan lancar apabila tidak ada dukungan dari
masyarakat. Dukungan masyarakat disini diartikan sebagai masukan-masukan input yang
berasal dari masyarakat yang menjadi sasaran implementasi kebijakan. Dukungan rnasyarakat
ini dapat diwujudkan sebagai keteriibatan/partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan di desa. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung
keberhasilan pernbangunan, dilain pihak juga dapat dikatakan bahwa pembangunan berhasil
kalau dapat meningkatkan kapasitas masyarakat, termasuk dalam berpartisipasi.Disisi lain,
masyarakat mempunyai persepsi dan harapan tertentu ketika ada suatu program yang masuk
didaerahnya.
Diberlakukannya kebijakan DD, maka harapan masyarakat akan terwujudnya
pembangunan desa yang mampu meningkatkan kualitas hidup dankesejahteraanya. Lebih
jauh lagi dengan adanya kebijakan DD melalui pendekatan pemberdayaannya diharapkan
tercipta suatu perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial
dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Kemudian harapan-harapan tersebut akan sesuai atau tidak dengan realitasnya setelah
masyarakat menerima dan melaksanakan proyek rnelalui kegiatan-kegiatan
pemberdayaannya. Realitas itulah yang memunculkan persepsi bagi masyarakat sebagai
sasaran kebijakan terkait kemanfaatan implemetitasi kebijakan DD untuk pemberdayaan
kelompok tani di Desa Pulo Bandreng Kecamatan Pulo Bandreng Kabupaten Asahan. Untuk
lebih jelasnya, lihat gambar kerangka pemikiran dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
PENGGUNAAN APBDes
PEMBANGUNAN DESA
PROGRAM
PEMBERDAYAAN
PELAKSANAAN PENGAWASAN PERENCANAAN
TERWUJUDNYA MASYARAKAT YANG
MANDIRI DAN SEJAHTERA
Gambar. 2.1 Kerangka Pemikirian
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.7 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberikan
gambaran atau penjelasan tentang penggunaan APBDesyang bersumber Dana Desa (DD)
Tahun 2017dalam pemberdayaan masyarakat desa di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring
Kabupaten Asahan. Menurut Sukmadinata (2011: 60) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas
sosial. sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran secara individual maupun kelompok.
Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Menurut Nazir dalam
Prastowo (2011:186) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang
digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Adapun pengertian metode kualitatif menurut Bog dan Taylor dalam Moleong
(2011:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Data tersebut berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Penelitian ini
berupaya mendeskripsikan Penggunaan APBDes yang bersumber Dana Desa (DD) Tahun
2017untuk Pemberdayaan masyarakat di Desa Pulo Bandring Kec. Pulo Bandring Kabupaten
Asahan.
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten
Asahan, pada bulan Maret sampai dengan Juni2019.
3.9 Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang, digunakan dalam penelitian ini meliputi dua jenis yaitu data primer
dan sekunder, yang sumbernya masing-masing sebagai berikut:
1. Data Primer, di peroleh dari sumber yang akan di wawancarai, yaitu
Universitas Sumatera Utara
a. Pemerintahan Desa Pulo Bandring yang meliputi Kepala Desa, Sekretaris, Bendahara
Desa dan pengurus Badan Perwakilan Desa.
b. Masyarakat Desa Pulo Bandring (Pengguna Jasa), yang dalam hal ini diambil dari
para kepala keluarga.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari Kantor Desa Pulo Bandring berupa
keterangan-keterangan serta laporan-laporan atau dokumentasi kegiatan yang telah
dilaksanakan yang menjadi sumber penelitian yang berkaitan dengan penggunaan
APBDesPulo Bandringtahun Anggaran 2017.
3.10 lnforman Penelitian
Menurut Lotland dalam Moleong (2011:157) menjelaskan bahwa sumber data
utama dalam penelitian kuatitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama merupakan kata-
kata dan tindakan orang-orang yang menjadi subyek penelitian yang selanjutnya
diamati atau diwawancarai. Subjek penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat
yang diikut sertakan dalam pemberdayaan di Desa Pulo Bandring. Pemilihan subjek
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugivono (2011:85)
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Jumlah subjek penelitian ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan informasi yang
diperlukan. Pemilihan subjek ini dirnaksudkan untuk mendapatkan sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui
kebenarannya.
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Desa, Ketua
BPD dan Kepala Dusun di Desa Pulo Bandrengsebagai pelaksana dan penanggung
jawab kebijakan dalam menggunakan Dana Desa (DD) Tahun 2017 di Desa Pulo
Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
Universitas Sumatera Utara
3.11 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan jenis
penelitian lapangan. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara turun langsung kelapangan
yang telah ditentukan yaitu Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan,
untuk mendapatkan data dalam penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data yang
ditempuh :
1. Observasi
Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara sistematis dengan prosedur yang standar (Arikunto. 2013). Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan yang bertujuan
untuk memperoleh data tentang penggunaan Dana Desa di Desa Pulo
Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Dalam kegiatan
wawancara terjadi hubungan dua orang atau lebih. Dimana keduanya
berperilaku sesuai dengan status dan peranan mereka masing-masing (Zuriah,
2009). Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan secara langsung informasi yang diperlukan dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada para responden untuk dijawab. Adapun yang
menjadi responden untuk diwawancarai adalah Kepala Desa, Ketua BPD,
Kepala Dusun Desa Pulo Bandring dan masyarakat.
3. Dokumentasi
Menurut Nasir (2009), menyebutkan dokumentasi adalah pengumpulan data
melalui peninggalan data tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termaksud
Universitas Sumatera Utara
juga buku-buku tentang pendapat, teori, hukurn dan lain-lainyang
berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi adalah sebuah metode
mengumpulkan bahan-bahan dalam bentuk dokumen yang relevan
berdasarkan tema penelitian. Metode ini membantu penulis dalam untuk
mendapatkan data yang berbentuk dokumen.
3.12 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono. 2013).
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa data yang telah didapatkan di lapangan
kemudian diolah sesuai dengan keperluan dari penelitian baik ditabulasi ataupun diberi kode
sesuai kebutuhan. Data yang didapatkan dari observasi disiapkan untuk rnenganalisa hasil
dari data terkumpul melalui wawancara dan data yang didapatkan dari wawancara diolah
untuk menambah bahan dari paparan hasil penelitian.
Setiap data yang didapatkan dilapangan dikerucutkan sesuai dengan kebutuhan
penelitian dalam penelitian ini. Seluruh temuan dideskripsikan sesuai dengan rumusan
masalah yang telah dirumuskan. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan,
peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan
yang merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan. Pola di atas dilakukan untuk
mengetahui hasil penelitian tentang penggunaan APBdes yang bersumber Dana Desa (DD)
Tahun 2017 untuk pemberdayaan masyarakat Di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring
Kabupaten Asahan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Diskripsi Data Profil Desa Pulo Bandring
4.1.1 Sejarah Desa Pulo Bandring
a. Asal Usul Sejarah Desa
Desa Pulo Bandring Berasal dari nama Pulau Bading, Bading berasal
dari bahasa Batak yang merupakan nama hewan sejenis Kura-kura kecil
pemakan tanaman padi masyarakat pada waktu itu, Hewan Bading tersebut
sangat menganggu tanaman padi yang jumlahnya sangat banyak dan mewabah,
karena banyaknya Hewan Bading tersebut dan Hewan Hewan tersebut hidupnya
berkumpul dan membentuk seperti Pulau sehingga masyarakat menyebut Desa
tersebut Desa Pulau Bading, namun karena semangkin banyaknya pertambahan
penduduk sebutan Bading menjadi Banding (Pulau Bandring ) tetapi setelah ada
nya pemekaran Desa yang sebelumnya Desa Pulau Banding ini berada di
wilayah Desa Sidomulyo, nama Pulau Banding ini menjadi Desa Pulau
Bandring dan dasar pembentukan Perda No 2 Tahun 2008 tentang
pembentukan dan penataan Kecamatan dalam Daerah Kabupaten Asahan.
Dari data sejarah cerita diatas tersebut maka desa Pulo bandring mulai
disebut desa Pulo Bandring, dan berkembang sampai sekarang.
Universitas Sumatera Utara
b. Sejarah Pemerintahan Desa
NAMA-NAMA KEPALA DESA SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA DESA
No Periode Nama Kepala Desa Keterangan
1 1995 Asnan (Alm) Kepala Desa Pertama 2 2000 Irwanto Kepala Desa Kedua 3 2012 Hoga Irianto Pejabat 4 2012 Syahrial (Alm) Kepala desa Ketiga 5 2013 Asmawani Pejabat 6 2016 Hermansyah Manurung Kepala Desa Keempat
4.1.2 Kondisi Demografi Desa
a. Letak dan Luas Desa
Desa Pulo Bandring terbentuk atas 8 Dusun, memiliki luas wilayah
ha atau Km2, dengan perincian sebagai berikut :
1. Dusun I : 24,21 Ha
2. Dusun II : 26,45 Ha
3. Dusun III : 8,63 Ha
4. Dusun IV : 41,08 Ha
5. Dusun V : 26,63 Ha
6. Dusun VI : 201,48Ha
7. Dusun VII : 163,97Ha
8. Dusun VIII : 49,04 Ha
Universitas Sumatera Utara
Desa Pulo Bandring masuk dalam wilayah Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten
Asahan, dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten
Batubara, Sebelah Timur berbatas dengan Desa Sidomulyo, Sebelah Selatanberbatas dengan
Kisaran Barat, dan Desa SukadamaiSebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Batubara.
Desa Pulo Bandring berada pada Ketinggian antara ± 20 M- 22 M diatas permukaan Laut.
b. Peruntukan dan Manfaat Lahan
Sebagian besar lahan yang ada di Desa Pulo Bandring dimanfaatkan oleh
penduduk untuk kegiatan Perkebunan dan pemukiman. Secara rinci
pemanfaatan lahan di Desa Pulo Bandring dapat terlihat pada tabel 1 berikut
Tabel 1
Luas Lahan menurut Peruntukan di Desa Pulo Bandring
No Peruntukan Lahan Luas (Ha/M) Presentase (%)
1 Perkebunan Masyarakat 0 0
2 PT. BSP 100 0,10
3 Perkebunan 389,1
4 Perumahan/ Pemukiman 149,39
5 Kolam/ Perikanan 0 0
6 Hutan 0 0
7 Perkantoran/ Sarana Sosial
a. 1 Kantor/ Balai Desa b. 1 Poskesdes c. 0 Unit Gereja
0,5
Universitas Sumatera Utara
d. 4 Unit Musholla e. 1 Unit SDN f. 0 Unit SDS g. 1 Lapangan Olahraga h. 0 Pasar Desa i. Jalan Umum/ Jalan Dusun j. Saluran Irigasi Tersier k. Saluran Irigasi Pembuang l. 0. Unit SMPN m. 0 Unit SMPS n. 0 Unit SMAN o. 0 Unit SMAS
20,358
TOTAL
c. Kepemilikan lahan
Status kepemilikan lahan di Desa Pulo Bandring terbagi dalam tiga bagian
yaitu :
1) Milik Rakyat = 541.49 Ha
2) Milik Desa = Ha
3) Milik Pemerintah = 0.08 Ha
d. Keadaan Tanah
Tanah di Desa Pulo Bandring merupakan daerah dataran yang
berada di Dusun I s/d VIII , dengan demikian sebagian besar lahan di
Desa Pulo Bandring cocok untuk lahan Pertanian seperti : coklat, karet,
dan kepala sawit.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Struktur Desa
Pembagian wilayah Desa Pulo Bandring dibagi menjadi 8 (delapan) dusun masing-
masing dusun tidak ada pembagian wilayah secara khusus, jadi di setiap dusun memiliki
wilayah perkebunan. Setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun.
Jumlah Perangkat Desa sebanyak 6 Orang, terdiri dari :
a. Kepala Desa : Hermansyah Manurung
b. Sekretaris Desa : Asmawani
c. Bendahara Desa : Fintia Sari Manurung
d. Kaur Keuangan : Sutinem
e. Kaur Perencanaan : Sri Wahyuni
f. Kaur Tata Usaha dan Umum : Seni Wati
g. Kasi Kesra : Sutinah
h. Kasi Pemerintahan : Arliansyah
i. Kasi Pelayanan : Lismawati Sitorus
j. Kepala Dusun I : Suriadi
k. Kepala Dusun II : Warianto
l. Kepala Dusun III : Sumardi
m. Kepala dusun IV : Adenan
n. Kepala Dusun V : Irwanto
o. Kepala Dusun VI : Misbin
p. Kepala Dusun VII : Syaparuddin
q. Kepala Dusun VIII : Mujianto
r. Ketua LPM : M Yusuf
Universitas Sumatera Utara
Badan Perwakilan Desa sebanyak 9 orang Terdiri dari :
a. Ketua : Supriadi b. Sekretaris : Mayar Darmadi c. Anggota :1. Suhardi
2. Sunardi 3. Riswan 4. Amat Riadi 5. Legino 6. Heriawan 7. Paisal Ansari
4.1.4 Keadaan Sosial Desa
Penduduk Desa Dusun Pulo Bandring berasal dari berbagai daerah yang berbeda-
beda, dimana mayoritas punduduk yang paling dominan berasal dari Suku Jawa sehingga
tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah
dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Dusun Pulo Bandring dan hal tersebut secara
efektif dapat menghindari adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat.
Desa Dusun Pulo Bandring mempunyai jumlah penduduk 3.177 Jiwa, yang
terdiri dari laki-laki 1.625 Jiwa, perempuan 1.552 Jiwa dan KK yang terdiri dalam 8
(delapan) dusun, dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah Penduduk :
Universitas Sumatera Utara
0
100
200
300
400
500
600
Distribusi Jum
Tingkat
Distribus
Berdasarka
penduduk t
t Pendidikan
Distribus
si jumlah p
an gambar 4
terbanyak, d
n :
si Pendudu
I II
514
404
mlah Pendu
Distribusi
penduduk b
4.1 di atas, d
dan dusun II
uk berdasar
III IV
332396
uduk berdas
17%
26%
Penduduk
Gambaberdasarka
Asah
diketahui ba
II memiliki
Gambarkan Jenjan
Kab. As
V V
6 429 41
sarkan Dusu
2%berdasarka
ar 4.1 an Dusun dan
ahwa dusun
penduduk p
ar 4.2 ng Pendidi
sahan
I VII V
11357
24%
31%
an Jenjang P
di Desa Pulo
un
VIII
334
I memiliki
paling sedik
o Bandringg Kab.
jumlah
kit.
ikan di Des
Pendidikan
Pra
SD
SLT
SLT
Sa
a Sekolah
D
TP
TA
rjana
sa Pulo Banndring
Universitas Sumatera Utara
Bersadarkan pada gambar 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa 31% masyarakat
berpendidikan SD, dan hanya 2% masyarakat Desa Pulo Bandring yang berpendidikan
Sarjana. Selebihnya berpendidikan SLTP 17%, SLTA sebanyak 26%, dan Pra Sekolah
sebanyak 24%.
Mata pencaharian/Pekerjaan :
Karyawan Perkebunan, 920
PNS, 15ABRI, 5Wiraswasta, 30
Petani, 960
Tukang, 10Guru, 12
Pensiun, 50 Pedagang, 250Jasa, 25
Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan
Gambar 4.3 Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan di Desa Pulo Bandring Kab. Asahan
Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Desa Pulo
Bandring bermata pencaharian sebagai karyawan perkebunan dan petani, hanya sebagian
kecil saja masyarakat yang bekerja sebagai pedagang, guru, ABRI, PNS, dan penyedia jasa.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Pulo Bandring Kecamatan
Pulo Bandring. Adalah sebagai berikut :
Kepemilikan Ternak :
Unggas76%
Kambing12%
Sapi11%
Kerbau1%
Distribusi Kepemilikan Hewan Ternak
Gambar 4.4 Distribusi Masyarakat berdasarkan kepemilikan Hewan Ternak di Desa Pulo
Bandring Kab. Asahan
Berdasarkan gambar 4.4 di atas, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Pulo
Bandring sebagian besar (76%) memiliki ternak Unggas, kambing 12%, sapi 11% dan
kerbau 1%.
Universitas Sumatera Utara
Komposisi penduduk Desa Pulo Bandring berdasarkan jenis kelamin terlihat
pada grafik berikut :
Gambar 4.5
271
210
160191
223 238
183149
243
194172
205 206173 174 185
I II III IV V VI VII VIII
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
LAKI‐LAKI
PEREMPUAN
Distribusi penduduk berdasarkan Jenis kelamin
Berdasarkan gambar 4.5 di atas, dapat diketahui distribusi penduduk berdasarkan jenis
kelamin di setiap dusun. Dusun I terdapat 271 orang laki-laki, dan 243 perempuan, dusun II
terdapat 210 orang laki-laki dan perempuan 194 orang, dusun III terdapat 160 orang laki-laki
dan 172 orang perempuan, dusun IV terdapat 191 orang laki-laki dan 205 orang perempuan,
dusun V terdapat 223 orang laki-laki dan 206 orang perempuan, dusun VI terdapat 238 orang
laki-laki dan 173 orang perempuan, dusun VII terdapat 183 orang laki-laki dan 174 orang
perempuan, dan dusun VIII terdapat 149 orang laki-laki dan 185 orang perempuan.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5 Sarana dan Prasarana Desa
Kondisi sarana dan prasarana umum desa Pulo Bandring secara garis besar
adalah sebagai berikut :
No Sarana/ Prasarana Jumlah/
Volume 1 Balai Desa 1 Unit 2 Kantor Desa 1 Unit 3 Pustu Tdk ada 4 Puskesdes 1 Unit 5 Posyandu 4 Unit 6 Gereja Tdk ada 7 Mesjid 4 Unit 8 Musholla 4 Unit 9 Pos Kamling 1 Unit 10 Taman Kanak-kanak 1 Unit 11 Pos Polisi Tdk ada 12 SD Negeri 1 Unit 13 SLTP Negeri Tdk ada 14 SLTA Negeri Tdk ada 15 Madrasah Diniah Awallyah Tdk ada 16 Cek Dam Tdk ada 17 Tempat Pemakaman Umum 1 ha 18 Sungai 2 sungai 17 Jalan ber aspal 4.198 M 18 Jalan Rabat Beton 640 M 19 Jalan Berbatu / Tanah 16.230 M 20 Jembatan Besar 9 Unit 21 Jembatan Kecil 23 Unit
4.1.6 Sumber Daya Alam Desa
Sumber daya alam yang tersedia di Desa Pulo Bandring adalah potensi desa yang
menjadi asset utama desa yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat desa untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat dalam mendukung sektor pembanguna, kesejkahteraan masyarakat
maupun peningkatan ekonomi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4.1.7 Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Desa Pulo Bandring merupakan hal
pokok yang wajib dimiliki oleh desa guna mendukung program-program baik desa,
pemerintah Pusat maupun Daerah yang dimana dalam menentukan suatu keberhasilan
pembangunan adalah Sumber Daya Manusia yang kuat.
Sumber Daya Manusia Desa Pulo Bandring tahun 2017
No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan
1 Penduduk dan Keluarga a. Jumlah Penduduk Laki-laki 1.552 Orang b. Jumlah Penduduk Perempuan 1.625 Orang c. Jumlah Keluarga 921 Keluarga 2 Sumber penghasilan utama
penduduk
a. Pertanian, Perikanan, Perkebunan 41,1 Ha b. Pembangunan dan Penggalian 0 Ha c. Industri Pengolahan (Pabrik,
kerajinan, dll) 0 Ha
d. Perdagangan besar/eceran 20 KK e. f. Jasa 17 Orang 3 Tenaga Kerja berdasarkan latar
belakang pendidikan
a. Lulusan S-1 keatas 67 Orang b. Lulusan SLTA 826 Orang c. Lulusan SLTP 538 Orang
No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan 1 Pasir Urug 0 M3 2 Lahan Tambang/Galian 0 M3 3 Lahan Persawahan 0 Ha 4 Hutan 0 Ha 5 Sungai 2 Buah 6 Tanaman Perkebunan Karet dan Sawit
(BSP) 100 Ha
7 Air Terjun 0 bh
Universitas Sumatera Utara
No Uraian Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Satuan
d. Lulusan SD 997 Orang e. Tidak tamat SD/ tidak sekolah 30 Orang
4.1.8 Sumber Daya Pembangunan
Secara umum Sumber Daya Pembangunan yang ada di Desa Pulo Bandring
merupakan hasil dari kerja keras pemerintah desa, bangunan pemerintah Daerah,
Pusat dan Provinsi dalam upaya memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat
Desa sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
yang menjadikan desa sebagai tongak pembangunan Nasional.
Berikut Daftar Sumber daya Pembangunan yang dimiliki Desa :
No Uraian Sumber Daya Pembangunan Jumlah Satuan 1 Aset prasarana umum a. Jalan 3000 M b. Jembatan 23 Unit 2 Aset Prasarana Pendidikan a. Gedung Paud 1 Unit b. Gedung TK 0 c. Gedung SD 0 d. Gedung SLTP 0 e. Gedung SLTA 0 3 Aset prasarana kesehatan a. Posyandu 4 Unit b. Polindes 0 Unit c. MCK 0 d. Sarana Air Bersih 2 Unit 4 Aset prasarana ekonomi a. Pasar Desa 0 b. Tempat Pelelangan Ikan 0 5 Kelompok Usaha Ekonomi Produktif a. Jumlah Kelompok Usaha (termasuk
SPP) 25 Klpk
b. Jumlah Kelompok Usaha yang sehat (termasuk SPP)
0 Klp
6 Aset berupa modal a. Total aset produktif b. Total pinjaman di masyarakat
Universitas Sumatera Utara
4.1.9 Sumber Daya Sosial Budaya
Masyarakat Desa Pulo Bandring memiliki seni dan budaya yang dileastarikan
hingga saat ini. Adapun seni dan udaya yang ada di Desa Banring adalah sebagai
berikut;
No Uraian Sumber Daya Sosial Budaya Jumlah Satuan
1 Budaya Seni Tari - Desa 2 Pengajian Ibu Adzhiniyah 400 Orang 3 Perwiritan kaum ibu dan bapak 160 0rang
4.1.10 Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat Desa Pulo Bandring secara kasat mata terlihat
jelas perbedaannya antara rumah tangga yang berkategori miskin, sangat miskin,
sedang dan kaya. Hal ini disebabkan karena mata pencahariannya di sektor-sektor
usaha yang berbeda-beda pula, sebagian besar di sektor non formal seperti buruh
bangunan, pekerja pabrik, pengrajin batu bata, dan sebagian kecil di sektor formal
seperti PNS, Honorer, Guru, Tenaga medis dll.
4.1.11 Visi dan Misi Desa Pulo Bandreng
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan
yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa.
Adapun Visi dari Desa Pulo Bandring yaitu:
”Terwujudnya Masyarakat Desa Pulo Bandring yang Tertib
Administrasi, Religius, Kreatif, Aman, dan Mandiri”.
Selain penyusunan visi, juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu
pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa tersebut. Visi berada
di atas misi. Pernyataan visi kemudian dijabarkan ke dalam misi agar dapat di
operasionalkan/dikerjakan. Sebagaimana penyusunan visi, misipun dalam penyusunannya
Universitas Sumatera Utara
menggunakan pendekatan partisipatif dan pertimbangan potensi dan kebutuhan Desa Pulo
Bandring, sebagaimana proses yang dilakukan maka misi Desa Pulo Bandring adalah:
1. Tertib Administrasi adalah membuat pelayanan prima di dalam pemerintahan Desa
Pulo Bandring dengan baik dan membantu meringankan kepengurusan
masyarakat secara Gratis, sebatas rekomendasi, Surat pengantar dan tanda tangan
kepala desa seperti :
a. Rekomendasi surat Nikah
b. Surat Proning (Izin Keramaian) dari Desa
c. Surat Keterangan Izin Usaha
d. Surat Keterangan Tidak Mampu
e. Surat Keterangan Pindah
f. Surat Keterangan Domisili
g. Surat Silang Sengketa yang dikeluarkan oleh Desa
h. Surat Keterangan lainnya yang ditandatangani oleh Kepala Desa
2. Religius
Membuat Program :
a. Jum’at berinfaq
b. Mendirikan taman pendidikan Al-Qur’an (TPA)
c. Memberdayakan pemuda pemudi untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
3. Kreatif
a. Mencari peluang dan berkomunikasi dengan pihak lain demi pembangunan
desa pulo bandring.
b. Menciptakan lapangan pekerjaan untuk menambah pendapatan masyarakat
desa Pulo Bandring sesuai sumber daya alam di Desa.
4. Aman
Universitas Sumatera Utara
Meningkatkan kebersamaan masyarakat (warga desa) untuk
bermasyarakat dalam membentuk sistem keamanan lingkungan
(SISKAMLING) guna untuk menciptakan lingkungan desa yang aman dan
tentram.
5. Mandiri
Menciptakan peluang usaha untuk menambah inkam pendapatan
masyarakat Desa Pulo Bandring.Menggerakkan budaya gotong
royong.Mengikut sertakan partisipasi dalam Pembangunan Desa Pulo
Bandring. Meningkatkan kebersamaan dalam kegiatan pembangunan yang
telah terealisasi setiap tahunnya, sesuai dengan yang direncanakan dalam
Rencana Peambanguna Jangka Menengah (RPJM) Desa berdasarkan
musyawarah.
Untuk mencapai hasil yang konsisten dengan visi dan misi yang
telah ditetapkan, diperlukan suatu strategi organisasi yang menjelaskan
pemikiran-pemikiran secara konseptual, analitis, realistis, rasional dan
komprehensif tentang berbagai langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Rencana strategis merupakan
penetapan serangkaian keputusan dan kegiatan dalam perumusan dan
implementasi strategi-strategi yang dirancang untuk mencapai tujuan desa.
Penentuan cara apa dan bagaimana untuk mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan. Terdiri dari serangkaian alternatif yang akan dipilih untuk
dijadikan kebijakan. Strategi yang ditempuh dapat bersifat mengembangkan
kemampuan atau input yang ada, menstabilkan kondisi dan situasi yang ada
agar dapat berjalan dengan baik, melakukan penghematan, mengoptimalkan
sumber daya yang ada dan sebagainya.
4.2 Deskripsi Realisasi dan Penggunaan APBDes Tahun 2017 Untuk Pemberdayaan
Masyarakat
4.2.1 Realisasi APBDes 2017
Pada Tahun 2017 Realiasasi pendapatan Desa Pulo Bandring sebesar Rp1.405.797.200,- (Satu Miliar Empat Ratus LimaJuta Tujuh Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Dua Ratus Rupiah). Realisasi pendapatan desa yang melebihidari target yang ditetapkan
Universitas Sumatera Utara
dalam RKP Desa Tahun 2017terdiri dari pendapatan desa yang bersumber dari Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong.
Berikut Gambaran realisasi pendapatan desa Pulo Bandring tahun 2017 :
No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp)
1. Pendapatan Asli Desa
a. Hasil Usaha - -
b. Swadaya,
Partisipasi dan Gotong Royong
- -
c. Lain-lain
Pendapatan Asli Desa yang sah
- -
2. Pendapatan Transfer
a. Dana Desa 776.849.000,- 776.849.000,-
b. Bagian dari hasil pajak &retribusi daerah kabupaten/ kota
15.553.200,- 15.553.200,-
c. Alokasi Dana Desa
613.395.000,- 613.395.000,-
d. Bantuan Keuangan
- -
e. Bantuan Provinsi
- -
f. Bantuan
Kabupaten / Kota
- -
3. Pendapatan Lain lain
a. Hibah dan Sumbangan dari pihak ke-3 yang tidak mengikat
- -
b. Lain-lain
Pendapatan Desa yang sah
- -
JUMLAH 1.405.797.200,- 1.405.797.200
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Penggunaan Anaggaran Dana Desa 2017
a. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
NO URAIAN KEGIATAN JUMLAH ANGGARAN (Rp) 1 Penghasilan Tetap dan Tunjangan 314.486.512 2 Operasional Perkantoran 34.650.900 3 Operasional BPD 3.750.000
b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa
Pelaksanaan Pembangunan Desa yang terlaksana TA. 2017 adalah Rp 628.393.483 dijelaskan dibawah ini :
NO URAIAN KEGIATAN JUMLAH ANGGARAN
1 Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Fisik Kantor 75.266.983
2 Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Fisik Sosial 9.332.200
3 Kegiatan Pembangunan sarana sanitasi dan Kebersihan 543.794.300
c. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
Kegiatan bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa yang dilaksanakan TA. 2017 dengan jumlah Rp156.399.000 adalah sebagai berikut :
d . BNO
URAIAN KEGIATAN JUMLAH ANGGARAN (Rp)
1 Kegiatan pembinaan Keamanan dan Ketertiban 4.250.000
2 Kegiatan Pembinaan Pemuda dan Olahraga 1.500.000
3 Kegiatan Pembinaan organisasi Perempuan/PKK 79.374.000
4 Kegiatan Pembinaan Kerukunan umat beragama 70.075.000
5 Kegiatan Pendidikan Anak usia Dini 1.200.000
Universitas Sumatera Utara
d. Bidang Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan bidang Pemberdayaan masyarakat Desa yang dilaksanakan TA. 2017 dengan jumlah Rp53.258.890adalah sebagai berikut :
NO URAIAN KEGIATAN JUMLAH ANGGARAN (Rp)
1 Pelatihan Salon Kecantikan 40.000.0002 Sosialisasi Penyalahgunaan Narkoba 13.258.890
Jumlah 53.258.890
4.3 Temuan Penelitian dan Pembahasan
Menurut Lotland dalam Moleong (2011:157) menjelaskan bahwa sumber data utama
dalam penelitian kuatitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama merupakan kata-kata dan tindakan orang-
orang yang menjadi subyek penelitian yang selanjutnya diamati atau diwawancarai.
Subjek penelitian ini adalah program pemberdayaan masyarakat yang mengikut sertakan
masyarakat di Desa Pulo Bandring. Pemilihan subjek dengan menggunakan teknik purposive
sampling.
Menurut Sugivono (2011:85) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Jumlah subjek penelitian ditentukan oleh pertimbangan-
pertimbangan informasi yang diperlukan. Pemilihan subjek ini dirnaksudkan untuk
mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang
diperoleh dapat diakui kebenarannya.
Berdasarkan hasil wawancara penggalian data dengan beberapa informan serta nara sumber
di peroleh data sebagai berikut:
a. Penggunaan APBDes yang Bersumber Dana Desa Tahun 2017 untuk Pemberdayaan
masyarakat di Desa Pulo Bandring Kecamatan Pulo Bandring Kab.Asahan
Universitas Sumatera Utara
Di dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bahwa desa
memiliki kewenangan yang meliputi kewenangan dibidang penyelenggaraan pemerintahan
desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa.
Dapat disimpulkan bahwa desa dapat mengatur keuangannya sendiri termasuk menerima
penggunaan dana desa untuk pembangunan desa itu sendiri.
Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melaui pemenuhan kebutuhan
dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
Hakekat pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf
hidup masyarakat. Disamping itu pemerintah desa merupakan suatu startegi pembangunan
yang memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dinikmati oleh rakyatnya
dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tercapainya stabilitas keamanan wilayah
yang sehat dan dinamis.
Penganggaran dari Dana Desa menjadi salah satu sumber Pendapatan Belanja Desa
(APBDes), keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, piñata usahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa.
Penggunaan Dana Desa merupakan subsistem dari Anggaran Pendapatan dan belanja
Desa (APBDes) serta keuangan negara dan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penggunaan APBDes yang bersumber
Dana Desa Tahun 2017 Untuk Pemberdayaan diperlukan suatu standar pengaturan yang
Universitas Sumatera Utara
dimulai dari aspek perencanaan dan penganggaran maupun aspek pelaksanaan,
penatausahaan keuangan desa dan pertanggung jawaban keuangan desa.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono. 2013
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari narasumber diperolehgambaran
bahwa kepala desa sudah mengetahui secara garis besar apa yang di maksud dengan
penggunaan dana desa. Hal ini sesuai dengan apa yang nyatakan oleh Kepala Desa Pulo
Bandring yaitu”
“Penggunaan dana desa yaitu program pembanguanan desa yang menggunakan
anngaran Pusat yang terkumpul menjadi Anggaran Pendapatan Belanja desa (APDes) untk
meningklatkan keseejahteraan masyarakat desa yang bisa dalam bentuk Pemberdayaan
masyarakat, sesuai peraturan yang berlaku”.
Kemudian perangkat desa pulo Bandring juga mengungkapkan tentang penggunaan
dana yaitu:
“Penggunakan dana desa adalah keuangan desa yang bersumber APBN sesuai
dengan APBDes, mulai dari menyusun anggaran, melaksanakan dan melaporkan kepada
Bupati melalui Camat”.
Selanjutnya penulis menyusun pertanyaan lagi yaitu:
Penggunaan Dana Desa harus disusun dengan peraturan yang berlaku dengan cara
transparan, sehingga dalam pengelolaannya tidak menimbulkan pro dan kontra di antara
masyarakat. Untuk itu ada beberapa keterangan dari informan mengenai penggunaan Dana
Desa untuk pemeberdayaan masyarakat desa, berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris
Desa Pulo Bandring, antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Untuk mengungkapkan keuangan desa mohon ma’af, kami belum bissa memberikan
keterangan mengenai dana desa yang di gunakan dalam pemberdayaan masyarakat, yg
menggunakan keuangan desa bersumber dari pemerintah pusat, kita serahkan sepenuhnya
kepada leading sektornya yaitu bendahara atau kaur keuangan, kita jelas semua bentuk
pengeluaran kita berusaha untuk satu pintu, agar semuanya jelas dan bisa terevaluasi,
terkondisikan, semua bentuk pemasukan maupun pengeluaran kita harapkan lewat satu
pintu”.
Dari penggunaan Dana Desa memang dengan peraturan yang berlaku, akan tetapi
dalam transparansinya pihak desa Pulo Bandring tertutup dengan sistem keuangan desa.
Selanjutnya menurut keterangan staff keuangan desa:
“penggunaan dana Desa Desa dapat disalurkan dengan baik, untuk penggunaannya
kami realisassikan sesuai dengan sistem peraturan yang ada dan juga di laporkan mengenai
keuangan desa kepada Pemerintah Daerah”.
Supaya terciptanya penggunaan Dana desa yang baik maka juga di butuhkan tenaga
yang benar-benar berkompetensi di bidang manajemen, salah satunya adalah pelatihan
terhadap perangkat desa dan staff karyawan. Seperti keterangan Kepala desa Pulo Bandring
di bawah ini:
“Penggunaan APBDes Yang Bersumber Dana Desa Tahun 2107 untuk
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pulo Bandring sudah berjalan dengan baik dan benar,
oleh karenanya tidak ada hambatan dalam peelaksanaannya”.
Kemudian keterangan dari staff tata usaha desa:
“Saya masih baru bisa untuk mengoperasionalkan komputer, untuk memasukan data-
data kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam aplikasi komputer, saya memerlukan waktu
yang lumayan lama, pengetahuan saya sedikit tentang Komputer , sehingga banyak data dan
Universitas Sumatera Utara
dokumentasi kami yang belum tersimpan secara baik dengan pernagkat Komputer serta
internet”.
Dari keterangan tersebut bahwa kepala desa dan staff kurang menguasai ilmu
teknologi. Penyimpanan data dalam komputer supaya dalam pekerjaannya bisa efektif dan
efesien, hal ini menyangkut dalam urusan manajemen sumber daya manusiaanya.
Anggaran pendapatan dan belanja desa adalah pertanggung jawaban dari pemegang
manajemen desa untuk memberikan informasi tentang segala aktivitas dan kegiatan desa
kepada masyarakat dan pemerintah atas pengelolaan dana desa dan pelaksanaan berupa
rencana-rencana program yang dibiayai dengan uang desa. Dalam APBDes berisi
pendapatan, belanja dan pembiayaan desa.
Peraturan desa mengenai anggaran APBDes merupakan salah satu produk hukum
lokal yang secara rutin wajib dilaporkan dan direalisasikan oleh pemerintahan desa dalam
waktu satu tahun sekali. APBDes merupakan pembiayaan utama untuk membangun desa
menjadi lebih maju dan baik lagi. Pembiayaan dalam meningkatkan desa dan mengubah desa
menjadi lebih maju melalui anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) yang
bersumber dari PADes, bagi hasil pajak Kabupaten/kota, ADD, DD serta Bantuan keuangan
pemerintah, pihak ketiga, dan Hibah. Program pembangunan tahunan desa diturunkan dari
program pembangunan jangka menengah desa (lima tahun), yang disebut Rencana
Pembangunan Jangkah Menengah Desa (RPJMDesa).
Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005) tujuan pemberdayaan
masyarakat pada dasarnya adalah membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan
integral dari masyarakat yang lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil dan memberdayakan
kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih
Universitas Sumatera Utara
mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta
dalam pengembangan masyarakat..
Berdasarkan teori pemberdayaan masyarakat oleh Widjaja (2004) yang menjelaskan
bahwa cara dalam memberdayakan masyarakat terutama di pedesaan tidak cukup hanya
dengan upaya meningkatan produktifitas, pemberian kesempatan usaha yang sama atau
memberi modal saja, akan tetapi harus diikuti pula dengan perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat. Menanggapi pemberdayakan masyarakat tersebut, Desa Pulo Bandring
mengalokasikan dana APBDes yang bersumber DD untuk pemberdayaan masyarakat
dijalankan melalui bidang peningkatan sosial dan ekonomi masyarakat yaitu dengan
peningkatan peranan wanita melalui perwujudan kesetaraan gender dan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa. Dalam mendorong peningkatan sosial dan ekonomi
masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan dari PKK, yang bertujuan
meningkatkan pendapatan keluarga dengan kemandirian. Fenomena dilapangan
menunjukkan, masih terdapat kesenjangan gender dalam bidang politik dimana tidak adanya
keterlibatan perempuan dalam pemerintahan pada desa Pulo Bandring.
b. Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Setelah Adanya Penggunaan APBDes yang
Bersumber Dana Desa Tahun 2017 di Desa Pulo Bandring Kec. Pulo Bandring
Kabupaten Asahan.
Menurut Lotland dalam Moleong (2011:157) menjelaskan bahwa sumber data
utama dalam penelitian kuatitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data utama merupakan kata-kata dan
tindakan orang-orang yang menjadi subyek penelitian yang selanjutnya diamati atau
diwawancarai.
Bentuk pemberdayaan yang dilakukan pemerintah Desa Pulo Bandring adalah dengan
melatih ibu-ibu berwirausaha dibidang kecantikan (salon kecantikan). Pemberdayaan di
Universitas Sumatera Utara
bidang kecantikan diberikan karena kegiatan tersebut dirasa cocok dengan karakteristik
masyarakat desa Pulo Bandring. (Dokumen kegiatan terlampir).
Bentuk yang lain pemberdayaan dilakukan dengan kegiatan sosialisasi pencegahan
penyalahgunaan narkoba serta soaialisasi Budidaya lada perdu di balai desa. (Dokumen
kegiatan terlampir).
Hasil wawancara dengan informan mengenai pemberdayaan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia sebagai berikut:
Pemerintah desa melakukan progam pemberdayaan melalui Dana Desa. Dana
tersebut di gunakan sebagai berikut:
“Untuk pemberdayaan masyarakat Desa Pulo Bnadreng sudah melakukan
pemberdayaan Masyarakat, Dana Desa tahun 2017 gunakan untuk Pelatihan salon
kecantikan dan Sosilisasi Penyalahgunaan Narkoba”.
Dari pemaparan tadi bahwa Desa Pulo Bandreng sudah melaksanakan pemberdayaan
masyarakat yang melalui Penggunaan APBDes yang bersumber Dana Desa (DD).
“Sepengatuhan saya, Dana Desa itu untuk dapat digunakan untuk pembangunan
Sumber daya Manusia (SDM), maka pembangunan SDM diarahkan kepada masyarakat yang
memerlukan dan tepat sasaran, kegiatan bisa berupa Pelatiahan dan pembinaan Pemuda,
Petani dan lain-lain, setau saya pembagiannya untuk pembangunan fisik 50 s/d 70% dan
masyarakat 30% s/d 50 % tergantung kesediaan dana yang di dapat dari Dana Desa ”.
Kemudian keterangan dari warga yang mengikuti Pelatihan salon kecantikan :
“pelatihan pemeberdayaan terkait pelatihan Salon kecantikan , saya menjadi
mempunyai keahlian di bidang salaon, sehingga kedepan saya bisa bekerja di salan dan akan
mendapat hasil tambahan buat saya dalam kehidupan ini”.
Universitas Sumatera Utara
Dari keterangan hasil wawancara di atas bahwa untuk pembangunan SDM
diutamakan, sedangkan masyarakat Desa Pulo Bandring masih tergolong masyarakat
ekonominya di bawah rata-rata, artinya angka kemiskinan masih banyak.
Menurut Prasojo (2003) ada berbagai macam bentuk pemberdayaan untuk
mensejahterakan masyarakt, antara lain: pemberdayaan pendidikan, pemberdayaan bidang
politik, bidang hukum, bidang sosial, bidang budaya, bidang ekologi dan pemberdayaan
bidang spiritua
Berdasarkan bentuk pemberdayaan masyarakat oleh Ife dalam Suharto (2005) yang
menjelaskan bahwa bentuk pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan
kemampuan menjangkau, mengunakan dan mempenggaruhi pranata-pranata masyarakat,
seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.
Pada bidang pemberdayaan masyarakat, penggunaan APBDEs yang bersumber
Dana Desa untuk peningkatan ketrampilan masyarakat yaitu Pelatiahan. Dalam
pemanfaatannya pemberdayaan pelatihan salon sebenarnya sudah sesuai dalam peningkatan
kualitas pelatihan. Hal tersebut sesuai dengan tingkat masyarakat Desa Pulo Bandring masih
tergolong masyarakat ekonominya di bawah rata-rata, artinya angka kemiskinan masih
banyak sehingga masyarakat dapat membuka usaha atau lapangan pekerjaan sehingga dapat
membantu perekonomian masyarakat.
Upaya pemerintah desa lainnya dalam memberdayakan masyarakat yaitu
mengalokasikan dana untuk Pembinaan Kemasyarakatan Desa. Pada pemanfaatannya
penggunaan anggaran sebenarnya sudah tepat yaitu untuk Kegiatan pembinaan Keamanan
dan Ketertiban, Pembinaan Pemuda dan Olahraga Pembinaan organisasi Perempuan/PKK,
Pembinaan Kerukunan umat beragama dan Pendidikan Anak usia Dini.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari pemberdayaan ini adalah perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik
melalui pembinaan kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya kepala desa menggunakan
konsep kesadaran dan kemauan dari dalam masyarakat itu sendiri untuk berubah menjadi
lebih baik. Pembinaan ini memiliki cakupan yang cukup banyak, akan tetapi yang jelas
pembinaan mengandung arti pemberdayaan masyarakat yaitu mengubah sesuatu sehingga
menjadi baru dan memiliki nilai yang lebih tinggi dan juga mengandung makna sebagai
pembaruan, yaitu usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan,
menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.
c. Pengawasan dan Pembinaan evalusi serta pertanggung jawaban berjalannya
Pemberdayaan masyarakat di Desa Pulo Bandring Kecamatan Pulo Bandring.
Pernyataan Bapak Kepala Desa:
”Pengawasan dan Pembinaan evalusi serta pertanggung jawaban sudah dijalankan,
tetapi untuk tanggalnya belum bisa dipastikan, yang jelas dalam jangka waktu 3 bln sekali
dilakukan evaluasi, juga di ketahui oleh masyarakat supaya masyarakat jelas dengan
penggunaan Dana Desa”
Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Kepala Desa
Pulo Bandring. Penulis mengamati bahwa dalam pelaksanaan di setiap melaksanakan
kegiatan Pemberdayaan dalam satu tahunnya sudah melibatkan masyarakat dengan adanya
musyawarah, serta dana yang di kelola juga tertib di laporkan di Kecamatan dan Pemerintah
daerah.
Undang-Undang Desa memandatkan bahwa penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat Desa dilakukan dengan memberikan pendampingan dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan pembangunan Desa. Pengawasan Desa dilakukan secara
Universitas Sumatera Utara
berjenjang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan Desa pada level Desa secara teknis
dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah Kabupaten/Kota dan dapat dibantu oleh
tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa dan/atau pihak ketiga,
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pengawasan dilakukan terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan agar
dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan dan aturan yang
berlaku berdasarkan terdahap pelaksanaan fisik maupun pengelolaan keuangan. Pengawasan
pengelolaan DD secara fungsional yakni pengawasan oleh aparat pengawas atau satuan
organisasi pemerintah.
Pengawasan secara melekat yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung
melalui struktur organisasi, bagan organisasi dengan rentang kendali yang tegas dengan
pembagian tugas dan fungsi beserta uraian tugas pekerjaan yang jelas.
Bukti berjalanya pelakasanaan pengawasan selama satu tahun sekali di ungkapkan
oleh perangkat Desa Pulo Bandring:
“Pengawasan kegiatan pemberdayaan Desa pulo Bandreng dimulai dari 1 Januari
2017 sampai 31 Desember2017 dan setiap per tiga bulanya kita lakukan evaluasi juga
melibatkan masyarakat, dan selanjutnya kita buat laporan kedalam pertanggung jawaban
realisi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa tahun anggaran 2017”.
Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Kepala Desa
Pulo Bandring. Penulis mengamati bahwa dalam pelaksanaan di setiap melaksanakan
kegiatan Pemberdayaan dalan satu tahun dan melibatkan masyarakat dengan adanya
musyawarah, serta dana yang di kelola juga tertib di laporkan di Kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian di ungkapkan menurut Kepala Desa Pulo Bandring, bahwa:
“Untuk sumber daya manusia di Desa Pulo Bandring semua perangkat dan semua
staff harus bisa menguasai komputer, perangkat dan staff di sarankan mempunyai laptop
sendiri, di kantor juga menyediakan komputer untuk setiap perangkat dan dan staff, di kantor
ada tiga (3) komputer dan 2 printer”.
Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala desa Pulo Bandring, perangkat dan staff
memperoleh kewenangan dalam pelatihan dan menguasai ilmu teknologi, seperti yang di
ungkapkan oleh staff Desa Pulo Bandreng di bawah ini:
“Iya, kami semua di wajibkan untuk menguasai ilmu teknologi dan juga ilmu-ilmu di
bidangnya masing- masing, sehingga segala pekerjaan di kantor maupun di lapangan bisa
terlaksana dengan baik dan benar”
Keterangan hasil wawancara tadi sesuai dengan yang diutarakan oleh Kepala Desa
dan staff Desa Pulo Bandring. Untuk perbandingan tingkat ekonomi dan usaha mikro kecil
menengah di Desa Pulo Bandring seperti keterangan dari Bapak Kepala Desa di bawah ini:
“Untuk kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah di Desa Pulo Bandring sudah
mandiri, banyak dari setiap kepala keluarga yng mendirikan industri batu bata, untuk
sebagagian masyarakat yang kurang dalam permodalan kami bantu dengan adanya dana
simpan pinjam dai lembaga Badan Usaha Milik Desa”
Artinya dalam pembangunan desa kebijakan pemerintah Desa Pulo Bandring, dengan
asas keadilan maka penggunaan APBdes yang bersumber Dana Desa di gunakan dengan
pemerataan, pembangunan fisik dan juga pemberdayaan masyarakat. Sehingga masyarakat
dan pembangunan fisik desa yaitu pembaharuan jalan, paving dan juga irigasi ini berjalan
seimbang. Masyarakatnya terbantu dan akses penggunaan fasilitas umum juga terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, bahwa
pertanggungjawaban disampaikan dalam bentuk pelaporan hasil pelaksanaan pengelolaan
DD. Pelaporan dilakukan setiap bulan (Laporan Berkala) dan setiap akhir tahun (SPJ) dan
dilaksanakan secara struktural dari Kepala Desa kepada Camat, kemudian oleh Camat
diteruskan Kepada Bupati. Namun dalam pelaksanaannya, pertanggungjawaban DD pada
Desa Pulo Bandring hanya dilakukan hanya 3 kali dalam tahun yakni pada saat untuk
pencairan DD tahap selanjutnya dan tahun selanjutnya bahkan pada awal di implementasikan
program DD pertanggungjawaban hanya dilakukan pada akhir tahun
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dana desa, sebagai pendapatan utama dalam APBDes yang bersumber Dana Desa
dianggarkan dari transfer APBN menjadi item yang penting dalam berjalan-nya program
Penggunaan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat. Dibalik nominal dana desa yang
cukup besar dan keadaan desa yang berada dalam struktur formal pemerintahan paling bawah
tentu tidak dapat lepas dari berbagai permasalahan.
Penelitian denganAnalisis Penggunaan APBDes yang bersumber Dana Desa Tahun
2017 Untuk Pemberdayaan Masyarakat, diharapkan mampu memberikan kesimpulan serta
saran dan dapat dijadikan sebagai rekomendari bagi pihak terkait. Penelitian ini menekankan
pada analisis PenggunaanAPBDes yang bersumber Dana Desa Untuk Pemberdayaan
Masyarakatdari asas-asas tata kelola keuangan desa yaitu legal, akuntabel, transparan, serta
partisipatif. Berdasarkan penelitian menganalisis Penggunaan APBDes Yang bersumber
Dana Desa Tahun 2017 Untuk Pemberdayaan Masyarakatdi Desa Pulo Bandring Kecamatan
Pulo Bandring Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Secara umum Analisis Penggunaan Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakatdi Desa
Pulo Bandring sudah dapat dikatakan baik karena memenuhi semua indikator yang
digunakan dalam penelitian ini. Namun pemenuhan tersebut belum berada pada titik yang
optimum dan masih dapat dikembangkan lagi kedepannya terutama dalam hal pembuatan
dan sosialisasi mengenai SOP pemberdayaan Masyarakat kepada masyarakat.
2. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan pemerintah Desa Pulo Bandring adalah dengan
melatih ibu-ibu berwirausaha dibidang kecantikan (salon kecantikan). Pemberdayaan di
Universitas Sumatera Utara
bidang kecantikan diberikan karena kegiatan tersebut dirasa cocok dengan karakteristik
masyarakat desa Pulo Bandring.
3. Pelaksanaan di setiap melaksanakan kegiatan Pemberdayaan dalam satu tahunnya sudah
melibatkan masyarakat dengan adanya musyawarah, serta dana yang di kelola juga tertib
di laporkan di Kecamatan dan Pemerintah daerah.
5.2 Saran
Dari temuan yang didapatkan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran dan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Pemerintah desa sebaiknya segera menjalin kerjasama dengan LSM (NGO) maupun
media masa guna mempercepat penyebaran informasi mengenai konsep pemberdayaan
masyarakat yang baik kepada masyarakat desa pada masyarakat untuk lebih tepat sasaran
dan transparansi program pemberdayaan yg dijalankan.
2. Pemerintah desa perlu merumuskan mekanisme pengaduan oleh masyarakat dalam format
peraturan desa guna memberikan jaminan pada masyarakat atas hak dalam ikut serta
mengawasi berjalanya pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan dana desa.
3. Pemerintah desa sebaiknya mendorong peningkatan pemanfaatan website sebagai pusat
informasi desa terutama dalam pemberdayaan masyarakat desa desa mengingat website
merupakan media penyebaran informasi yang paling murah dan mudah dijangkau oleh
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
KUESIONER PENELITIAN
Judul : Analisis Penggunaan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) Yang
Bersumber Dana Desa (DD) Tahun 2017 Untuk Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Pulo
Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan
Dengan Hormat,
Dalam Rangka Penelitian untuk penyusunan tugas akhir (Tesis) pada Program Magister Studi
PembangunanIlmuSosialdanIlmuPolitikUniversitas SumateraUtara,Bersama ini Penulis
Mohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr bersedia menjadi Responden dalam Penelitian yang Penulis
lakukan. Adapun cara penulis memperoleh data adalah dengan cara menyebar Kuesioner
kepada responden, Kuesioner ini ditujukan kepada Ka. Desa danPerangkat Desa serta
Masyarakat yang berada di Desa Pulo Bandring Kec.Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
Penulis Ucapkan Terima kasih banyak atas Partisipasi Bapak/Ibu.Sdr, Semoga Penelitian
yang Penulis lakukan ini dapat memberikan manfaat untuk Penulis, Universitas dan
Pemerintahan Desa Tempat Penulis Melakukan Penelitian
Hormat
BUDI ARDHYA UTAMA
Universitas Sumatera Utara
Berikut cara pengisian Kuesioner ini.
Beri tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dengan memilih keadaan yang
sebenarnya, terhadap Lima (5) pilihan yang semuanya merupakan jawaban benar
STS : Sangat Tidak Setuju (1) S : Setuju (4)
TS : Tidak Setuju (2) SS : Sangat Setuju (5)
N : Netral (3)
Profil Responden
Nama Responden :..........................................................
Jenis Kelamin :..........................................................
Usia :..........................................................
Pendidikan Terakhir :
( ) SD
( ) SMP
Status
Perkerjaan
( ) SMA ( ) S1
( ) D3 ( ) S2 ( ) S3
:..........................................................
:..........................................................
Tertanda Responden
Universitas Sumatera Utara
POIN PENYATAAN TERKAIT ANALISIS PENGUNAAN DANA DESA
UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
No.
Pernyatan
Skala 1
2
3
4
5
1. Kesejahteraan masyarakat menjadi perhatian utama dalam penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
2. Informasi selalu diberikan kepada masyarakat dalam penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
3. Dampak penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4. Pendapat masyarakat (publik) apakah dapat menjadi tekanan perubahan tentang penggunaan dana desa untuk tahun‐tahun berikutnya.
5. Menjalankan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat dengan prinsif‐prinsif ,transparan dan akuntabel sangat diperlukan pada saat ini.
6. Pemerintah desa sudah melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat (publik) terkait penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
7. Peran aktif masyarakat (publik) sangat penting dalam penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
8. Pemerintah desa ataupun BPD selalu mengundang masyarakat (publiK) pada setiap rapat tentang penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
POIN PENYATAAN TERKAIT PELAKSANAAN PENGUNAAN DANA DESA UNTUK PEMBERDAYAAN
No.
Pernyatan
Skala 1
2
3
4
5
1. Akses terbuka luas dalam memperoleh informasi tentang penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
2. Melaksanakan Nilai‐nilai permusyawaratan dan permufakatan proses kekeluargaan dan kegotong royongan, dalam pelaksanaan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
3. Peran aktif masyarakat (publik) sangat penting dalam penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
4. Semua fasilitas pemberdayaan masyarakat menggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
5. Masayarakat desa seharus mendorong tercipta keamanan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
6. Masayarakat desa seharus selalu berpartisifasi dalam berbagai kegiatan desa guna pengawasan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
(Õ) POIN PENYATAAN TERKAIT PERTANGGUNGJAWABAN (EVALUASI) PENGUNAAN DANA DESA UNTUK PEMBERDAYAAN
No.
Pernyatan
Skala 1
2
3
4
5
1. Masyarakat (publik) selalu mengawasi proses dan pertanggung jawaban terkait penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
2. Pertanggungjawaban penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat kepada masyarakat sangat penting,njuga pertangungjawaban kepada pemerintah daerah serta pusat.
3. Pengumuman kebijakan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat mudah didapatkan oleh masyarakat (Publik) .
4. Informasi penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat. yang di sosialisasikan ke publik sudah sangat sesuai dengan peraturan dan perundang‐undangan yang ada.
5. Melakukan pelaporan pertanggungjawaban penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat. kepada pemerintah daerah (Bupati) sangat penting.
6. Perkembangan sistem informasi dan tegnologi selalu digunakan pemerintah desa untuk pelaporan penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.desa kepada pemerintah daerah dan masyarakat (publik).
7. Peeran aktif masyarakat (publik) sangat penting dalam proses pertanggungjawaban penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
8. Masyarakat (publik) seharus mendapat perlakuan yang sama oleh pemerintah desa, dalam pemberian informasi penggunaan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
WAWANCARA
A. Wawancara dengan kepala Desa beserta perangkat Desa Desa Pulau Bandreng
Kec.Pulau Bandreng Kab. Asahan
1. Berapa Dana Desa total yang turun dari pemerintah pusat dan di Alokasikan
untuk apa saja dana tersebut? Dan beri penjelasanya…….
2. Apakah ada dana desa yang di gunakan untuk pemberdayaan masyarakat?
3. Bagaimana proses pengelolaan Dana Desa untuk pemberdayaan masyarakat?
4. Bagaimana perencanaan dan pengawasan dalam penyaluran dana desa untuk
pemberdayaaan masyarakat?
5. Apakah ada kendala dalam menggunakan Dana desa untuk pemberdayaan
masyarakat? Jealaskan……
6. Apakah ada maanfaat bagi kesejahteraan masyarakat penggunaan Dana desa
untuk pemberdayaan masyarakat
7. Bagaimana bentuk pertanggung jawaban mengenai pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat terkait penggunaan Dana desa ?
B. Wawancara dengan Masyarakat Desa Pulau Bandreng Kec.Pulau Bandreng Kab.
Asahan
1. Bagaimana transparansi dana mengenai penggunaan Dana Desa untuk
pemberdayaan masyarakat?
2. Untuk partisipasi masyaraka dalam peenggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan
Masyarakat, bagaimana menurut anda ?
3. Apakah dalam penggunaan Dana Desa untuk pemberdayaan melibatkan
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Lembara Lampiran Dokumen Kegiatan Pemberdayaan
a. Kegiatan Pemberdayaan Perempuan Dengan Pelatihan Salon Kecantikan di Desa Pulo Bandring dengan penggunaan Anggaran APBDes yang bersumber dari dana desa Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
Peserta Kegiatan Pemberdayaan Perempuan Dengan Pelatihan Salon Kecantikan di Desa Pulo Bandring dengan Penggunaan Anggara APBDes yang bersumber dari Dana Desa Tahun 2017.
Universitas Sumatera Utara
b. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Dengan Kegiatan Sosialisasi Pencegahan
Narkaoba di Desa Pulo Bandring dengan penggunaan Anggaran APBDes yang
bersumber dari dana desa Tahun 2017
Universitas Sumatera Utara