ANALISIS PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA …
Transcript of ANALISIS PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA …
ANALISIS PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SOPPENG
SKRIPSI
OLEH RESKI S
NIM 105711119816
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
i
ANALISIS PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SOPPENG
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelsaikan studi pada
program studi starata 1 Ekonomi Pembangunan
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
ii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulilah kepada Allah SWT atas terselesaikanya
skripsi ini dengan baik dan lancar dengan judul “Analisis Pengaruh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten
Soppeng”
Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk kedua orang tua saya. Ibu dan
ayah telah melalui banyak perjuangan dan rasa sakit. Tapi saya berjanji tidak
akan membiarkan semuai itu sia-sia. Terimah kasih untuk semua cinta yang Ibu
dan Ayah berikan kepada saya selama ini, terimah kasih selalu menjaga saya
dalam doa-doa ayah dan ibu serta selalu membiarkan saya mengejar mimpi
saya, terimah kasih telah menjadi orang tua yang sempurna.
MOTTO HIDUP
Hiduplah Seolah-olah setiap hari adalah hari terakhirmu. Maka kamu akan
menghargai setiap waktu yang ada dalam hidup
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti di berikan kepada hamba-Nya. Shalawat
dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai penulis skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Soppeng”.
Skripsi yang buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terimah kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Sudirman dan ibu Hasna yang senantiasa
memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang, dan doa yang tulus.
Dan juga untuk saudaraku-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukungdan
memberikan semangat hinggaakhir studi ini. Dan keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang mereka berikan kepada penulis
menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusuanan skripsi ini tidak kan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terimah kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
vii
1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Drs. H,Sanusi AM, SE., M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
Skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyususnan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang
tidak sedikit bantuanya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Teman-teman kelas EP16F atas kebersamaanya selama ini dan tidak sedikit
bantuanya kepada penulis.
10. Terimah kasih untuk Asmiati, Asmaul Husna, Selviati dan Erwin Cahyo
Djoenarso yang telah mendukung dan memberikan arahan dan banyak
membantu untuk penyelesaian skripsi ini
viii
11. Terima kasih juga untuk adik sepupuku Abd.Rahman yang membantu saya
dalam penelitian sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik.
12. Terimah kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan
dukunganya sehingga penulis dapat merangpungkan penulisan Skripsi ini.
Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamnya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikanya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaiku Wr.Wb
Makassar 07 November 2020
Reski S
ix
ABSTRAK
Reski S, Tahun 2020. ”Analisis Pengaruh Anggaran Pendapatan Dan Belanja Dearah (APBD) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Soppeng”, Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Sanusi A.M dan Pembimbing II Ismail Rasulong.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pengaruh AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Soppeng. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif data yang di olah adalah data sekunder yakni nilai data APBD dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng tahun 2015-2019.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa secara simultan APBD berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Soppeng. Hal ini di buktikan nilai signifikan lebih besar dari probabilitas (0,065 > 0,05).
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, APBD
x
ABSTRACT
Reski S, 2020. “Analysis of the Effect of Regional Revenue and Expenditure Budget (APBD) on Economic Growth in Soppeng Regency”, Thesis, Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Supervisor I Sanusi A.M and Advisor II Ismail Rasulong.
This study aims to determine the analysis of the effect of the Regional Budget (APBD) on Economic Growth in Soppeng Regency. The type of research used in this research is quantitative research, the data processed is secondary data, namely the value of APBD data and Economic Growth of Soppeng Regency in 2015-2019.
The results showed that simultaneously the APBD positive effect and no significant effect on economic growth in Soppeng Regency. This is evidenced by a significant value greater than the probability (0.065> 0.05).
Keywords: Economic Growth, APBD
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ...............................................................................................................
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ..................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumuan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
A. Pengertian Perumbuhan Ekonomi .................................................... 5
B. Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah ...................................... 15
C. Karakteristik dan Fungsi APBD ........................................................ 17
D. Tinjauan Empiris .............................................................................. 18
E. Kerangka Konsep ............................................................................ 23
xii
F. Hipotesis.......................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 25
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 25
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 26
E. Teknik Analisis................................................................................. 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 30
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 30
B. Penyajian Data ................................................................................ 35
C. Hasil Analisis Data ........................................................................... 39
D. Pembahasan dan Hasil .................................................................... 45
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 47
A. Kesimpulan ..................................................................................... 47
B. Saran .............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
LAMPIRAN ........................................................................................................ 51
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris .......................................................................... 19
Tabel 4.1 Produk Domestik Ragional Bruto Kabupaten Soppeng ................ 36
Tabel 4.2 APBD Kabupaten Soppeng .......................................................... 38
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 40
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana .............................................. 42
Tabel 4.5 Hasil Uji Kofisien Determinasi ...................................................... 43
Tabel 4.6 Hasil Uji Persial ........................................................................... 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep..................................................... ...23
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Soppeng ...................................................... 31
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas ................................................................ 39
Gambar 4.3 Hasil Heteroskedastisitas ....................................................... 41
1
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah bentuk
pengelolaan keungan daerah yang di tetapkan setiap tahun dengan peraturan
daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
rencana keungan tahunan pemerintah daerah yang sudah disetujui oleh
DPRD. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terdiri dari
pendapatan daerah,belanja daerah,dan pembiayaan daerah.
Kebijakan otonomi daerah yang mulai diberlakukan melalui UU Nomor 22
dan Nomor 25 tahun 1999 dan disempurnakan oleh UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keungan Antara Pusat dan Daerah membawa perubahan
mendasar kepada semua bidang pembangunan dan hubungan keungan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dengan tujuan agara
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fisikal semakin baik. (Depkeu
RI, 2008). Namun, karena sering keterlambatan pengesahan APBD, sekalipun
pemerintah pusat telah berulang kali menhimbau di ujung setiap setiap akhir
tahun anggaran yang berdampak terhadap pembangunan pada tahun
berikutnya terhambat dan penyerapan anggaran tidak bias maksimal akan
berimbas buruk juga pada realisasi pembangunan di daerah. Maka dari itu
pada ujung pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono-Boediono dilsahkan
undang-undang baru tentang pemerintah daerah yaitu UU Nomor 23 Tahun
2014. (KPPO)
2
Tujuan pelaksanaan otonomi daerah sesuai undang-undang nomor 22
tahun 1999 yang di perbaharui dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004
merupakan upaya memberdayakan dan meningkatkan kemampuan
perekonomian daerah, menciptakan system pembiayaan daerah yang adil,
proposional, rasional, trasparan, partisipasif, bertanggung jawab dan pasti
serta mewujudkan system perimbangan keungan yang harmonis antara
pemerintah pusat dan daerah. (Raharjo, 2011)
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 74 Tahun 2011 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 244 Tahun 2010 mengenai
Alokasi Sementara Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Tahun
Anggaran 2011, daerah mendapat kesempatan untuk mengurus dan
mengelola sendiri Pajak Bumi dan Bangunan sebagai sumber Pendapatan
Asli Daerah. Pengelolaan PBB secara mandiri diharapkan dapat memberikan
kontribusi optimal terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada
kekhususan daerah yang bersangkutan (endogenus development), dengan
menggnakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya
daya fisik secara lokal (daerah).Orientasi ini mengarah kepada pengambilan
keputusan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam
pembangunan untuk menciptakan kerja baru dan merangsang penigkatan
kegiatan ekonomi.Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai
tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masyarakat daerah.Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah
daerah dan masyarakatnya terus secara bersama-sama mengambil inisiatif
3
pembangunan daerah.Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi
masyrakatnya dan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk
merancang dan membangun perekonomian daerah. (Licolin, 2004)
Menurut Keynes (2003), pemerintah perlu berperan dalam
perekonomian. Dari berbagai kebijakan yang dapat diambil Keynes lebih
sering mengandalkan kebijakan fiskal. Dengan kebijakan fiskal pemerintah
dapat mempengaruhi jalannya perekonomian. Langkah itu di lakukan dengan
menyuntikan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek yang
mampu menyerap tenaga kerja. Kebijakan ini sangat mampu dalam
meningkatkan output dan meberantas pengangguran terutama dalam situasi
sumber daya belum di manfaatkan secara penuh.
Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi
daerah adalah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran masyarakat. Disamping itu,
melalui otonomi yang luas daerah diharapkan mampu meningkatkan daya
saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah Terhadap pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Soppeng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Apakah
4
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Soppeng ?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
terhadap pertumbuhan ekonomidi Kabupaten Soppeng.”
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antar lain :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat tentang
pemahamanatas penganggaran daerah (APBD) yang berfokus pada
partisipasi masyarakat pada perencanaan pembangunan di Kabupaten
Soppeng.
2. Manfaat Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi Pemerintah dan Masyarakat di Kabupaten Soppeng tentang
pentingnya melibatkan masyarakat dalam pembangunan untuk
mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat.
3. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi peneliti
selanjutnyaterutama pada bidang penelitian yang sama.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari negara atau daerah yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.Kenaikan kapasitas itu
sendiri di tentukan atau memungkinkan oleh adanya kemajuan atau
penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan
ideologis terhadap berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.Kenaikan
kapasitas itu sendiri di temukan atau memungkinkan oleh adanya kemajuan
atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan
ideologis terhadap berbagai tuntunan keadaan yang ada.Masing-masing
ketiga komponen pokok dari definisi ini sangat penting untuk diketahui
terlebih dahulu. Yaitu: 1) Kenaikan output secara berkesinambungan adalah
menifestasi atau perwujudan dari pada yang disebut sebagai pertumbuhan
ekonomi, sedangkan kemampuan penyediaan berbagai jenis barang itu
sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economi manurity) disuatu
Negara yang bersangkutan, 2) perkembangan teknologi merupakan dasar
prakondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara
berkesinambungan, ini ada lah suatu kondisi yang di perluhkan, tetap tidak
cukup itu saja (jadi disamping kemajuan teknologi masih di prlukan factor-
faktor lain, 3) guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkadang di
dalam teknologi baru, maka perlu diadakan serangkaian kelembagaan, sikap,
dan 5ocial5r. (Todaro, 1989).
6
Pertumbuhan ekonomi merupakan target yang ingin dicapai oleh
perekonomian dalam jangka panjang dan semaksimal mungkin konsisten
dengan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
Pertumbuhan ekonomii dapat menerangkan dan sekaligus
mengukur prestasi perkembangan suatu perekonomian, secara menyeluruh,
hal ini dapat diasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan membawa
kepada peluang dan pemerataan ekonomi yang lebih besar.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan stabil diharapkan akan
memberikan dampak positif baik secara langsung maupun tidak langsung
bagi variabel ekonomi lainnya. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi
yang diharapkan, pemerintah di masing-masing negara mempunyai
beberapa komponen kebijakan yang bisa digunakan untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai. Salah satunya adalah melalui
kebijakan perdagangan internasional
Dalam analisis yan panjang lebar mengemukakan enam
karasteristik atau proses pertumbuhan ekonomi yang biasa di temui hampir
semua Negara yang sekarang maju sebagai berikut : 1) tingkat pertumbuhan
output perkapita dan dan pertumbuhan penduduk, 2) tingkat kenaikan total
produktivitas factor yang tinggi, 3) tingkat trasformasi 6ocial6ral ekonomi
yang tinggi, 4) tingkat trasformasi 6ocial dan ideology yang tinggi, 5) Adanya
kecenderungan Negara-negara yang mulai atau yang sudah maju
perekonomian untuk berusaha menambah bagian-bagian lainya sebagai
daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru, 6) terbatasnya
penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian
penduduk dunia. (Todaro, 1989)
7
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Adam Smith.
Teori Adam Smith beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi
sebenarnya bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan
adanya pertambahan penduduk maka akan terdapat pertambahan
output atau hasil. Menurutnya rasio antara jumlah pekerja dengan
lahan yang tersedia akan menimbulkan penurunan marginal produk
sehingga akan menimbulkan upah riil. Teori Adam Smith ini tertuang
dalam bukunya yang berjudul An Inquiry Into the Nature and Causes
of the Wealth of Nations
b. David Ricardo.
Ricardo berpendapat bahwa faktor pertumbuhan penduduk
yang semakin besar sampai menjadi dua kali lipat pada suatu saat
akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan tenaga
kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun. Upah tersebut hanya
dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup minimum sehingga
perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state). Teori
David Ricardo ini dituangkan dalam bukunya yang berjudul The
Principles of Political and Taxation.
c. Keynes
Teori ini di pelopori oleh John Maynard Keynes yang
menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan
kesempatan kerja terutama di tentukan oleh permintaan agregat.
Konsep-konsep Keynes menujukkan bahwa pemerintah berperan
besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran pasar
8
sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang di
butuhkan masyarakat, dan bahkan sering menimbulkan stability,
inequity, dan efesiensi. Bila perekonomian sering di hadapkan pada
ketidakstabilan jelas akan menghambat pertumbuhan ekonomi
jangka panjang.
d. Model Input-Output Leontief
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran
dan hubungan antar industri. Perencanaan pertumbuhan ekonomi
dapat dilakukan secara konsisten karena dapat diketahui gambaran
hubungan aliran input-output antar industri. Hubungan tersebut diukur
dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah
dianggap konstan tak berubah .
e. Model Pertumbuhan Lewis
Model ini merupakan model yang khusus menerangkan
kasus Negara sedang berkembang yang mempunyai banyak
penduduk. Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan
penduduk disektor pertanian ke sektor modern kapitalis industri yang
dibiayai dari surplus keuntungan.
f. Robert Solow
Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi
merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia,
akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output.
Adapun pertumbuhan penduduk dapat berdampak positif dan dapat
berdampak negatif. Oleh karenanya, menurut Robert Solow
9
pertambahan penduduk harus dimanfaatkan sebagai sumber daya
yangpositif.
g. Harrord Domar
Teori ini beranggapan bahwa modal harus dipakai secara
efektif, karena pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh
peranan pembentukan modal tersebut. Teori ini juga membahas
tentang pendapatan nasional dan kesempatan kerja.
Pertumbuhan suatu sektor tergantung pada stok barang modal
pertenaga kerja, tingkat keahlian tenaga kerja dan perubahan
teknologi serta skala ekonomi yang pada gilirannya akan
menentukan keunggulan komparatif suatu sektor.
2. Ciri-ciri Pertumbuhan Ekonomi
Adapun keenam ciri – ciri pertumbuhan ekonomi modern tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Laju pertumbuhan penduduk dan produk perkapita.
Pertumbuhan ekonomi modern sebagaimana terungkap dari
pengalaman negara maju sejak akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19,
ditandai dengan kenaikan produk perkapita yang tinggi dibarengi
dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat.
b. Peningkatan produktifitas.
Pertumbuhan ekonomi terlihat dari semakin meningkatnya laju produk
perkapita terutama adanya perbaikan kualitas input yang
meningkatkan efesiensi dan produktifitas per unit input. Hal ini dapat
dilihat dari semaikn besarnya masukan sumber tenaga kerja dan
modal atau semakin meningkatnya efesiensi, atau kedua-duanya.
10
Kenaikan efesiensi berarti penggunaan output yang lebih besar untuk
setiap unit input.
c. Laju perubahan struktur yang tinggi.
Perubahan struktural dalam pertumbuhan ekonomi mencakup
peralihan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industri ke
jasa, perubahan dari skala unit–unit produksi dan peralihan dari
perusahaan perorangan menjadi perusahaan berbadan hukum serta
perubahan status kerja buruh.
d. Urbanisasi.
Pertumbuhan ekonomi ditandai pula dengan semakin banyaknya
penduduk di negara maju yang berpindah dari daerah pedesaan
kedaerah perkotan.
e. Ekspansi negara maju.
Pertumbuhan negara maju kebanyakan tidak sama pada beberapa
bangsa. Pertumbuhan ekonomi modern terjadi lebih awal dari pada
bangsa lain. Hal ini sebagian besar disebabkan perbedaan latar
belakang sejarah masa lalu.
f. Arus barang, modal dan orang antar bangsa.
Arus barang modal dan orang antar bangsa akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan
ekonomi juga merupakan tingkat kenaikan PDB atau PNB riil pada
suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
11
Pada umumnya pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan
perbandingan “Gross Domestic Product” (GDP) atau“Product Domestic
Regional Bruto” (PDRB) untuk daerah dan “Gross National Product”
(GNP) untuk skala nasional. (Djoyohadikusumo Dalam Irma, 2000, 26).
3. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Adapun faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi
adalah sebagai berikut :
a. Barang modal
Agar ekonomi bertumbuh, stok barang modal harus ditambah. Karena
itu, salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi adalah
menangi faktor-faktor yang memepengaruhi tingkat investasi. Yang
harus diingat adalah pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan
jikainvestasi neto lebih besar daripada nol. Sebab, jika investasi neto
sama dengan nol, perekonomian hanya dapat berproduksi pada
tingkat sebelumnnya. Akan lebih baik lagi, jika penambahan kuantitas
barang modal juga disertai peningkatan kualitas.
b. Tenaga kerja
Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap
peningkatan output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa
banyak penambahan tenaga kerja akan terus meningkatkan output. hal
itu sangat terdantung dari seberapa cepat terjadinya The Law of
Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses
TLDR sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi produksi. Selama ada
12
sinergi antara tenaga kerja dan teknologi, penambahan tenaga kerja
akan memacu pertumbuhan ekonomi.
c. Teknologi
Hampir dapat dipastikan bahwa penggunaan teknologi yang semakin
tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari
peningkatan output. Namun, akan ada imbang korban antara
kemajuan teknologi dan kesempatan kerja. Lebih dari itu, kemajuan
teknologi telah makin memperbesar ketimpangan ekonomi antar
bangsa, utamanya bangsa-bangsa maju (Barat dan Jepang) serta
dunia ketiga atau (NSB).
d. Uang
Dalam perekonomian modern, uang memegang peranan dan fungsi
sentral. Uang bagi perekonomian ibarat darah dalam tubuh manusia.
Tidak mengherankan makin banyak uang yang digunakan dalam
proses produksi, makin besar output yang dihasilkan. Tetapi dengan
jumlah uang yang sama, dapat dihasilkan output yang lebih besar jika
penggunaannya efisien. Uang akan sangat memberi kontribusi bagi
pertumbuhan ekonomi, selama pengunaannya sangat efisien. Tingkat
efisiensi penggunaan uang juga sangat ditentukan oleh tingkat efisiensi
sistem perbankan.
e. Manajemen
Manajemen adalah peralatan yang sangat dibutuhkan untuk kemudian
mengelola perekonomian modern, terutama bagi perekonomianyang
sangat mengandalkan mekanisme pasar. Sistem manajemen yang
baik, terkadang jauh lebih berguna disbanding barang modal yang
13
banyak, uang yang berlimpah dan teknologi tinggi. Ada perekonomian
yang tidak terlalu mengandalkan teknologi yang tinggi, namun berkat
manajemen yang baik, mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.
f. Kewirausahaan (entrepreneurship)
Kewirausahaan cukup didefenisikan sebagai kemampuan dan
keberanian mengambil resiko guna memperoleh keuntungan.
Keberanian itu bukan asal-asalan. Para pengusaha mempunyai
perkiraan yang cukup matang bahwa inputs yang dikombinasikan akan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, atau
menjadi barang dan jasa, yang akan dibutuhkan masyarakat.
Kemampuan mengkombinasikan inputs ini dapat disebut dengan
kemampuan inovasi.
g. Informasi
Syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumber daya ekonomi
yang efisien adalah adanya informasi yang sempurna dan seimbang
(perfect and simetric information). Kegagalan pasar merupakan akibat
tidak terpenuhnya asumsi ini. Tuntutan gerakan reformasi Indonesia
berupa transparansi dan kebebasan informasi (pers), dilihat dari teori
ekonomi, dapat dibenarkan. Sebab, makin banyak, makin benar dan
makin seimbang arus informasi, para pelaku ekonomi dapat
mengambil keputusan dengan lebih cepat dan lebih baik
4. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi
Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan
alat ukur yang tepat, beberapa alat ukur ekonomi antara lain yaitu :
14
(Nugaraheni dan Kristanto, 2014)
a. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Ragional Bruto
(PDRB), perekonomian dalam satu tahun yang dinyatakan dalam
harga pasar.Baik PDB atau PDRB merupakan yang global fisiknya,
dan bukan alat ukur ekonomi yang tepat, karena belum dapat di
cerminkan kesejahteraan penduduk sesungguhnya, padahal
sesungguhnya kesejahteraan yang harus dinikmati oleh setiap
penduduk negara atau daerah yang bersangkutan.
b. Produk Domestik Perkapita/ pendapatan perkapita
Produk Domestik Bruto Perkapita atau Produk Ragional Bruto
(PDRB) perkapita pada skala daerah dapat digunakan sebagai
pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih cepat
mencerminkan kesejahteraan penduduk di suatu Negara dari pada nilai
PDB atau PDRB saja, produk domestic bruto perkapita baik tingkat
nasional maupun PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk
di Negara manapun di daerah yang bersangkutan, atau dapat di sebut
juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.
Menurut BPS, Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu daerah tertentu. PDRB bisa juga didefinisikan sebagai
jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi.Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa dikatakan bahwa
PDRB adalah jumlah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang
15
dihasilkan dari semua kegiatan perekonomian di seluruh wilayah dalam
periode tahun tertentu, yang pada umumnya dalam waktu satu tahun.
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah( APBD )
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan cermin dari
pilihan-pilihan ekonomis dan sosial masyarakat suatu daerah. Untuk
menjalankan peran yang dimandatkan masyarakat untuk menjadikan pilihan-
pilihan tersebut. Pemerintah daerah harus melaksanakan fungsi pertama,
pengumpulan sumber daya dan mencukupi dengan cara tepat, dan kedua,
pengalokasian dan penggunaan sumber daya tersebut secara terponsif
efesien dan efektif. Fungsi pertama berkaitan dengan isi penerimaan
(pendapatan) dari APBD sedangkan fungsi kedua dari sisi pengeluaran
(belanja). (Nadaek, 2003).
Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas menjalankan mandat
dari rakyat membutuhkaan biaya yang besar.Untuk pembiayaan tersebut
pemerintah daerah mempunyai beberapa sumber penerimaan daerah yang di
tuangkan dalam anggaran. Anggaran yang di buat akan mencerminkan politik
pengeluaran pemerintah yang rasional baik secara kuantitatif maupun
kualitatif sehingga akan terlihat kinerja pemerintah sebegai berikut.
(Mardiasmo,2003) :
1. Adanya pertanggungjawaban pemungutan pajak dan pemungutan lain-
lain olehpemerintah misalnya untuk memperlancar ekonomi.
2. Adanya hubungan yang erat antara fasilitas pengunaan dana dan
penarikannya
16
3. Adanya pola pengeluaran pemerintah yang dapat di pakai sebagai
pertimbangandalam menentukan pola tingkat distribusi penghasilan
dalam ekonomi.
Ada pula beberapa pengertian mengenai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) antara lain :
1. Rencana keungan tahunan Pemerintah Daerah yang di bahas dan di
setujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan ditetapkan dengan peraturan Daerah. (Undang-Undang,
2004).
2. Rencana operasional Keungan Pemerintah Daerah, dimana disatu pihak
menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna
membiayaikegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun
anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan peneriman
dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-
pengeluaran tertentu. Definisi APBD mengandung unsur untuk rencana
operasional daerah, yang menggambarkan adanya aktivitas atau
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan damana aktivitas tersebut diuraikan
secara rinci, adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal
untuk menutupi biaya-biaya yang ada merupakan batas maksimal
pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan,dituangkan dalam
bentuk angka, jenis kegiatan, dan jenis proyek, dan juga untuk keperluan
satu tahunanggaran. (Mamesah, 1995).
3. Rencana kegiatan daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan
menunjukkan adanya sumber penerimaan yang merupakan targetminimal
17
dan biaya yang merupakan batas maksimal untuk suatu priode anggaran.
(Halim, 2002)
C. Karakteristik dan Fungsi APBD.
1. Karakteristik APBD
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersama Kepala Daerah.
b. Pendekatan yang di pakai dalam penyususnan anggaran adalah
pendekatan tradisional (line item) yaitu anggaran yang disusun
berdasarkan jenis penerimaan dan jenis pengeluaran. Oleh karena itu,
setiap baris dalam APBD menunjukkan tiap jenis penerimaan dan
pengeluaran. Penggunaan pendekatan ini bertujuan untuk melakukan
pengendalian atau pengeluran. Pendekatan ini merupakan pendekatan
yang paling tradisional (tertua) diantara berbagai pendekatan
penyususnan anggaran.
Karakteristik APBD menurut Abdul Halim ( 2002 ) antara lain :
a. Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terdiri atas
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeriksaan, penyusunan
dan penetapan perhitungan APBD. Penyusunan dan perhitungan APBD
merupakan pertanggungjawaban APBD.
b. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan dan tahap penyusunan dan
tahap penentuan APBD, pengendalian dan pemeriksaan /audit bersifat
keungan. Hal ini tampak pada pengawasan pendapatan daerah dan
pengawasan pengeluaran daerah.
c. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan 3
unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundangan yang
18
berlaku, unsur kehematan dan efesiensi, dan unsur hasil program (untuk
proyek-proyek daerah).
d. Sistem akutansi keungan daerah menggunakan tata buku anggaran
yaitu anggaran dan pembukuan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
2. Fungsi APBD
Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 33 Tahun 2004, pasal 66 ayat
3 APBD mempunyai fungsi utama sebagai berikut :
a. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
dasar untuk melaksanakan prndapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
b. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman bagi menejemen dalam merencanakan kegiatan
pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan, mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelanggaraan
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan.
d. Fungsi Alokasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah harusdi
serahkan untuk mengurangi penganggaran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efesiensi dan efektifitas perekonomian.
e. Fungsi distribusi, mengandung arti bahwa kebutuhan anggaran
daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.
D. Tinjauan Empiris
Hasil penemuan dari penelitian-penelitian terdahulu dapat memberikan
wawasan ilmu pengetahuan yang sangat luas mengenai variabel-variabel
19
yang terkait dengan analisis pengaruh anggran pendapatan dan belanja
daerah (APBD) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Soppeng .
Adapun hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Tinjauan Empiris
NO Nama
(Tahun) Judul
Alat
analisis Hasil Penelitian
1
Nurul Imamah (2018)
Dampak Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi : Pendekatan Persamaan Simulat
Statistika Deskriptif dan Regresi Simulatan Panel
Belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini sesuai dengan rekomendasi Hartati, (2012); Marta Pascual dan Santiago Elfarez-Garcla (2006); Jamzani Sodik (2007); Wibisana,(2014); Budianto, (Amelia, 2013); (Adrian 2013); namun berlawanan dengan hasil temuan Agus Bagiyanto, 92015); Febian (2014). masing-masing daeraah realatif sama.
2 Muhammad Yasin, Dkk (2017)
Analisis Pengaruh Struktur APBD Terhadap Kinerja Keungan Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten dan Kota se-Jawa Timur
Uji Statistik Penelitian ini menguji Analisis stuktur APBD terhadap kinerja keungan daerah dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten dan sekota jawa timur. PAD terhadap Kinerja keungan daerah di kabupaten dan se-kota jawa timur adalah tidak signifikan dengan t-statistik sebesar 1.747 (<1,96). Nilai original sampel estimate adalah negatif yaitu sebesar -0.392 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara PAD terhadap Kinerja keungan daerah adalah negatif.
3 T Nurhidayah dan P Hendikawati
Pengaruh Realisasi APBD
Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan yang di peroleh dari penelitian ini
20
(2018) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan dengan Statistical Mediation Analisi
adalah terdapat pengruh langsung positif PAD dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai kofisien jalur PAD sebesar 0,28 dan nilai kofisien jalur DAK sebesar 0,38 sedangkan DAU dan belanja pembangunan tidak berpengaruh langsung positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten kota di jawa tengah. variable / variabel perantara. Pengaruh tidak langsung PAD, DAU, dan DAK terhadap kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi berturut-turut sebesar 0,01;-0,01 dan 0,00.
4 Adrika Fardisa Maskuna, Dkk (2018)
Analisis Pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Terhadap Kinerja Keungan Pemerintah Derah Kota Blitar Tahun 2011-2015
Regresi linear berganda
Pada tahn 2011 derajat desentralisasi sebesar 10,35%, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 10,68% akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan dimana desentralisasinya sebesar 10,21%. Sementara tahun 2014-2015 kembali mengalami peningkatan menjadi 12,54% pada tahun 2014 dan 13,00% pada tahun 2015. Secara keseluruhan rata-rata derajat desentralisasi dari tahun 2011-2015 sebesar 11,36% yang artinya kontribusi pendapatan asli daerah dari total pendapatan deerah masih kurang.
5 Debby Ch, Dkk (2017)
Analisis Dampak Anggaran Pendapatan dan Belanja
Regresi Variabel Independen
Dari kota manado Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap
21
Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Pengangguran di Sulawesi Utara
pertumbuhan ekonomi penurunan angka kemiskinan serta penurunan tingkat pengangguran. Meskipun olokasi anggaran terus meningkatini belum memberi pengaruh yang signifikan dikarenakan perekonomian dimanado kian berkembang dan kian tingginya peranan sektor swasta dalam perekonomian.
6 Septi Rindawati dan Marjoyo (2017)
Responsibilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bengkulu
Regresi linear berganda
Berdasarkan hasil pembahaan menyebabkan rendahnya respontabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dari Wali kota bengkulu di pengaruhi . ekspoloitasi sumber daya alam secara lebih adil, mengembangkan keahlian teknik sumber daya manusia dalam menggali potensi sumber daya alam yang lebih efektif dan efisien..
7 Bahrun Assidiqi (2014)
Analisis Kinerja Keungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Klaten Thun 2008-2012
Regresi Linear Berganda
Dilihat dari Rasio Ketergantungan Keuangan 100Kabupaten Klaten selama 2008-2012 menunjukkanbahwa Kabupaten Klaten masih tergantung kepada pemerintah pusat ditunjukkan dengan angka ketergantungan mencapai 90,44%. .
8 Indra Susila ,
Dkk (2015) Pengaruh Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Terhadappertumbuhan Ekonomi DiProvinsi Sumatera
regresi Linear berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat uji regresi linier berganda dan hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa belanja rutin tidak berpengaruh terhadap petumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
22
Barat (2014) 2mengalami peningkatan.
9 Reza Monanda Berutu (2009)
Pengaruh APBD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten dairi
Analisis Linear Berganda
Penelitian ini merupakan sebuah studi empiris yang dilakukan terhadap pengaruh realisasi APBD terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 1997- 2011. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat uji regresi linier berganda dan hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa belanja APBD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Pemerintah Daerah yang memiliki belanja pembangunan tinggi maka pengeluaran untuk pembangunan perekonomian juga semakin tinggi.
10 Mayang Sari Nasution (2018)
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Modal (Studi Kasus Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Kabupaten Deli Serdang)
Analisis LinearBerganda
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah terhadap anggaran belanja modal. Berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel Pendapatan asli daerah terhadap belanja modal sebesar 0,885, hal ini menunjukkan bahwa besar kontribusi pendapatan asli daerah terhadap belanja modal adalah sebesar 88,5% sedangkan sisanya sebesar 11,55% variansi belanja modal dipengaruhi oleh faktor lain di luar pendapatan asli daerah. Penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial pendapatan asli daerah
23
berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal daerah kabupaten Deli Serdang.
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan susunan yang diatur dalam rangka
menjelaskan variabel yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti harus “konsisten”
dalam memakainya, dari uraian di atas maka dapat di simpulkan bahwa
peranan kerangka konseptual dalam penelitian adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan di teliti atau
diukur melalui penelitian yang dilaksanakan. Kerangka konsep di harapkan
akan memberikan gamabaran dan mengarahkan asumsi mengenai variabel
yang akan di teliti.
.
Gambar 2.1
Kerangka konsep Penelitian
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah melihat adanya pengaruh
anggaran pendapatan dan belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.
PEMDA KAB. SOPPENG
APBD KAB. SOPPENG
ALOKASI ANGGARAN
UNTUK SARANA DAN
PRASARANA EKONOMI
PERTUMBUHAN EKONOMI
24
Dimana di dalamnya pemerintah daerah berperan penting dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD atas
asas otonomi, sejalan dengan rencana kerja pemerintah daerah sebagai
landasan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dasar pengelolaan anggaran dalam
kurun waktu satu tahun yang kemudian di realisasikan untuk pembangunan
daerah dalam sarana dan prasarana ekonomi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dalam upaya dalam memenuhi kewajiban daerah yang di
wujudkan dalam pentuk pelayanan daerah, pendidikan, fasilitas sosial, kesehatan
dan fasilitas umum yang layak untuk masyarakat. Untuk itu pemerintah dalam hal
ini berperan penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyrakat agar
masyarakat dapat merasakan fasilitas-fasilitas daerah dengan sebaimana
mestinya, Untuk mewujudkannya pemerintah dan DPRD diharapkan mampu
mengalokasikan anggaran pendapatan dan belanja daerah sebagaimana
mestinya agar segala sarana dan prasarana ekonomi dalam daerah dapat
berjalan dengan baik Dalam penelitian ini akan di paparkan tentang adanya
keterkaitan antara APBD dengan pertumbuhan ekonomi.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara pada suatu penelitian.Adapun
hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah,diduga bahwa
anggaran pendapatan dan belanja daerah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Soppeng.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan penelitian
yang menganalisis data-data secara kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah di tetapkan kemudian menginterpretasikan hasil
nalasisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan.(Sugiono, 2014).
Dalam penelitian kuantitatif memiliki beberapa pendekatan, diantaranya:
pendekatan deskriptif, tindakan, eksperient dan expose facto. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuntitatif
deskriptif.Penelitian deskriptif dalah suatu metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya.Penelitian ini
juga sering disebut non-eksperimen karena peneliti tidak melakukan kontrol
dan manipulasi variabel penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Soppengdengan mengambil data
pada Bandan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Badan
Pusat Statistik (BPS) Jl. Salotungo No. 127, 90812, Kabupaten Soppeng.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian di rencanakan bulan September sampai
November 2020.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian.Populasi dari
penelitian ini adalah laporan keungan tahunan Anggaran Pendapatan dan
26
Belanja Daerah dari semua sector pembangunan di Kab.Soppeng.Sedangkan
sampelnya adalah hanya jumlah amggaran yang dialokasikan pada sektor
ekonomi saja, atau anggaran untuk sarana dan prasarana ekonomi.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah,non probability
sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang memberi peluang atau memberi
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk terpilih
menjadi sampel.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keungan tahunan pada periode 2015-2019.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan teknik
dokumentasi suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik.Teknik ini digunakan untuk memperoleh data laporan tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dari tahun 2015-2019.
E. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
komparatif, yaitu mencatat jumlah PDRB ( Produk Domistik Bruto ) dari tahun
– tahun tertentu dibandingkan dengan jumlah tahun - tahun sebelumnya,
sehingga nampak adanya peningkata jumlah PDRB atau peningkatana/
pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun, yang dipengaruhi oleh adanya
APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Derah) yang juga mengalami
perobahan dari tahun ketahun.
Selain dalam bentuk angka-angka, juga dihitung dalam bentuk
persentase ( % ) sehingga mudah menafsirkan berapa besar peningkatan
27
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Soppeng dari tahun ke tahun dalam
bentuk perentase ( % ).
No
Variabel Indikator
1 APBD (X) Rasio = Nilai tahun sekarang - Nilai tahun sebelumnya
Nilai tahun sebelumnya
2 Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Pertumbuhan = PDBt - PDBt-1 X100% PDBt-1
1. Uji Asumsi Klasik
Agar pengujian hipotesis berdasarkan model analisis tidak gagal
atau bahkan menyesuaikan, maka perlu di gunakan uji asumsi klasik :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian dan sebaiknya dilakukan sebelum
data diolah berdasarkan model model penelitian.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan periode t sebelumnya. Jika terjadi korelasi
maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Cara yang digunakan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi pada
penelitian ini yaitu menggunakan uji runs test. Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam uji runs test, yaitu :
1). Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < dari 0,05 maka terdapat gejala
28
autokorelasi.
2). Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > dari 0,05 maka tidak terdapat gejala
autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas di tunjukkan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu
pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap maka di sebut homokedatisitas dan jika
berbeda di sebut heteroskedastisitas.
2. Regresi Linear Sederhana
Regresi Linear sederhana merupakn metode yang digunakan untuk
mengukur besarnya variabel terikat dan mempediksi variabel terikat dengan
menggunakan variabel bebas. Metode regresi liniar di maksudkan untuk
mempengaruhi seberapa besar tingkat pengaruh antara variabel bebas
(independent) dengan variabel terikat (dependent). Metode ini juga bisa
digunakan sebagai ramalan, sehingga dapat di perkirakan antara baik atau
buruknya suatu variabel X terhadap naik turunya suatu tingkat variabel Y,
begitu pun sebaliknya .Rumus regresi linear sederhana.
Y = α+ βx+e
Y = Pertumbuhan Ekonomi (%)
a = konstanta
b = Kofesien Regresi
x = APBD
e = error
29
3. Uji Statistik
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (goodness of fit), yang dinotasikan dengan
R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi. Determinan
(R2) mencerminkan kemampuan variabel dependen. Nilai R2
menunjukan seberapa besar pengaruh proporsi dari total variasi variabel
tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel penjelasnya. Semakin
tinggi nilai R2 menunjukan seberapa besar proporsi dari total variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel dependen.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t merupakan suatu pengujian yang betujuan untuk mengetahui
apakah masing - masing koefisien regresi berganda signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen
lainnya konstan. Langkah - langkah yang ditempuh dalam pengujian
adalah menyusun hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternative
(Ha).dengan taraf nyata (α) yang biasadigunakan adalah 5% atau 0,05.
Pengambilan kesimpulannya adalah dengan melihat nilai sig α (5%)
dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika sig > 0,05 maka H0 diterima.
2) Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kondisi Geografis
Kabupaten Soppeng merupakan daerah daratan dan perbukitan
dengan luas wilayah tercatat 1.500 Km². Dengan luas daratan 700 Km²
berada pada ketinggian rata-rata kurang lebih 60 M diatas permukaan laut.
Kabupaten Soppeng terletak di Depresiasi Sungai WalanaE, yang
terdiri dari dataran seluas ±700 Km2berada pada ketinggian rata–rata ±60
Meter dari permukaan air laut dan perbukitan seluas ±800 Km2berada
pada ketinggian rata–rata 200 Meter dari permukaan air laut. Ibukota
Kabupaten Soppeng yaitu Kota Watansoppeng berada pada ketinggian
rata –rata 120 dari permukaan air laut.
Kabupaten Soppeng dibagi menjadi 8 kecamatan terdiri dari
49 desa, 21 kelurahan, 124 dusun, dan 39 lingkungan. Kabupaten Soppeng
terletak antara 4006’ Lintang Selatan dan 4032’ Lintang Selatan dan antara
119041’ 18” Bujur Timur - 120006’ 13” Bujur Timur dengan batas wilayah :
Sebelah Utara dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Wajo,
Sebelah Timur dengan Kabupaten Wajo dan Bone Timur,
Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bone dan,
Sebelah Barat dengan Kabupaten Barru.
31
Gambar4.1
Peta Kabupaten Soppeng
2. Keadaan Iklim
Temparatur udara di Kabupaten Soppeng berada pada sekitar 240 -
300. Keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang. Sesuai
dengan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten
Soppeng diketahui bahwa temperatur udara di Kabupaten Soppeng berada
pada sekitar 24oC sampai dengan 30oC.Keadaan angin berada pada
kecepatan lemah sampai sedangsedangkan curah hujan( rainfall ) rata-rata
180mm dan hari hujan (daily rainfall ) 15Hari.
3. Keadaan Penduduk
Berdasarkan data Kabupaten Soppeng Dalam Angka, jumlah
penduduk Kabupaten Soppeng pada tahun 2019 tercatat sebanyak
226.770 jiwa yang terdiri lakilaki 106.788 jiwa dan perempuan 119.982
32
jiwa.Penduduk tersebut tersebar si seluruh Desa/ Kelurahan dalam wilayah
Kabupaten Soppeng dengan kepadatan 154 jiwa/km2.
Penyebaran penduduk Kabupaten Soppeng dirinci menurut
kecamatan, menujukkan bahwa penduduk terkonsentrasi di wilayah
kacamatan Marioriwawo yaitu sekitar 45.037 jiwa dari total jumlah
penduduk, disusul oleh kacamatan Lalabata dengan jumlah penduduk
44.839 jiwa dari total jumlah penduduk, kemudian kacamatan Lilirilau
sekitar 38.688 jiwa dari total jumlah penduduk, dan yang terendah
kacamatan citta dengan jumlah peenduduk 8.113 jiwa dari total penduduk.
Ditinjau dari kepadatan penduduk per km2 kecamatan terpadat
adalah kecamatan Liliriaja yaitu 284,11 jiwa/km2 dan yang terjarang
penduduknya adalah kecamatan Marioriawa sekitar 88,01 jiwa/km2.
4. Kondisi Sosisial Ekonomi
a. Pendidikan
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu
daerah adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas merajut pada amanat UUD 1945 beserta Amandemenya
(Pasal 31 ayat 2), maka melalui jalur pendidikan pemerintah secara
konsisten berupaya meningkatkan SDM di Kabupaten Soppeng. Salah
satu indikator yang dapat melihat keberhasilan bidang pendidikan
adalah tingkat buta huruf. Makin rendah presentase penduduk yang buta
huruf menunjukkan keberhasilan program perndidikan, sebaliknya
semakin tinggi presentase penduduk yang buta huruf mengindikasikan
kurang berhasilnya tingkat pendidikan.
33
Dikabupaten Soppeng jumlah sarana pendidikan terdiri dari SD
Negeri sebanyak 256 buah dan swasta 2 buah,SLTP Negeri sebanyak
31 buah dan swasta 7 buah,SMU negeri sebanyak 8 buah dan swasta 4
buah, SMK Negeri 5 buah dan swasta 3 bua, MI Negeri 1 buah dan
swasta 20 buah, MTs Negeri sebanyak 1 buah serta Madrasah Aliyah
Negeri 2 buah dan swasta sebanyak 4 buah.
b. Kesehatan
Tingkat kemajuan suatu daerah dapat tercermin dari banyaknya
fasilitas kesehatan di daerah tersebut. Jumlah fasilitas yanga da di
kabupaten soppeng adalah satu buah ruamah sakit, puskesmas 17
induk, 45 puskesmas pemantu. Rumah sakit ini terletak di Malaka,
sedangkan puskesmas dan pustu tersebar di berbagai kacamatan.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Status kesehatan dan gizi
masyarakat di kabupaten soppeng terus di tingkatkan.melalui perluasan
akses penduduk terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Selain itu kinerja upaya
peningkatan kesehatan di kabupaten soppeng juga dapat di lihat dari
meningkatanya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
meningkatnya cakupan kunjungan keempat (K4), meningkatnya
cakupan imunisasi lengkap anak balita, meningkatnya cakupan jaminan
kesehatan masyarakat dan lain sebagainaya.
34
5. Kondisi Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu tolak ukur
keberhasialan pembangunan di daerah. Ada berbagai indikator untuk
mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu daerah
diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur ekonomi,
tingkat pendapatan perkapita, (PDRB), dan lain sebagainaya.
Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan
berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung
menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah
indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang
telah di capai dan berguna untuk menentukan arah pembangunan di
masa yang akan datang.
Pertumbuhan ekonomi dapat di gunakan untuk mengukur
kinerja dari pelaksanaan suatu proses pembangunan, sehingga
pembangunan yang berhasil salah satunya di tentukan oleh tingkat
pertumbuhan ekonomi yang stabil. Melalui pertumbuhan ekonomi, dapat
di ketahui adanya peningkatan skala produksi barang dan jasa dalam
aktivitas ekonomi masyaratat. Pertumbuhan ekonomi hendaknya selalu
tercermin dalam pembangunan yang di laksanakan secara selaras,
serasi, dan seimbang dimana ada ada saling keterkaitan dan saling
menunjang antara satu sektor dengan sektor lainya.
Pertumbuhan ekonomi daerah turut di pengaruhi oleh kondisi
perekonomian secara regional dan naional. Adanya krisis ekonomi
global yang berdampak pada perekonomian nasional sedikit banyak
berdampak pada pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi
35
kabupaaten soppeng dapat di ketahui dari perkembangan 9 sektor
usaha yakni pertanian, pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, listrik, gas dan air bersih, kontruksi, perdagangan, hotel dan
restoran, angkutan dan komunikasi, keungan persewaan dan jasa
perusahaan,
Pertumbuhan ekonomi kabupaten Soppeng di fokuskan pada
pengembangunan pertanian khusunya sub sektor tanaman bahan
makanan dan peternakan di samping sektor perdagangan.
Struktur peekonomian kabupaten Soppeng di dominasi oleh
sektor pertanian sebagai sektor andalan. Oleh karena itu sektor
pertanian tetap akan menjadi perhatian utama dalam memperkuat
struktur perekonomian daerah, di samping sektor lainya seperti
peternakan. Sebagai wilayah yang berbasis pertanian, pengembangan
agribisnis dan agroindustri memang merupakan pilihan yang tepat.
Untuk pengembangan agribisnis dan agroindustri pemerintah daerah
secara bertahp melakukan peningkatan infrastruktur sumber daya
manusia, kelembagaan ekonomi, dan mengupayakan terciptnya iklim
usaha yang kondusif serta pembuatan regulasi yang jelas.
B. Penyajian Data
1. Deskripsi Variabel
a. Perumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan adanya
peningkatan pendapatan yang terjadi karena peningkatan produksi
pada barang dan jasa. Adanya peningkatan pendapatan ini tidak
berkaitan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, dan bisa
36
dinilai dari peningkatan output, teknologi yang makin berkembang, dan
inovasi pada bidang sosial. Pertumbuhan ekonomi juga memiliki arti
suatu proses perubahan ekonomi yang terjadi pada perekonomian
negara dalam kurun waktu tertentu menuju keadaan ekonomi yang
lebih baik. Umumnya, pertumbuhan ekonomi ini identik dengan
kenaikan kapasitas produksi yang direalisasikan dengan adanya
kenaikan pendapatan nasional.
Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga
Konstan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng Periode 2015-2019.
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten soppeng, Tahun
2020.
Produk Dometik Ragiona Bruto (PDRB), dIaanggap sesuatu yang
penting karena memiliki banyak manfaat yang menggambarkan
kemajuan dan perkembangan ekonomi, keunggulan, dan kelemahan
diberbagai sektor dalam struktur perekonomian dan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas
dasar konstan) yang berhasil diciptakan pada tahun tertentu
dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya, penggunaan atas dasar
harga konstan ini dimaksudkan untuk mengihndari pengaruh perubahan
No Tahun PDRB (juta Rupiah) Laju
Pertumbuhan (%)
1 2015 5.131.715,87 5,11
2 2016 5.549.501,32 8,11
3 2017 6.007.455,72 8,29
4 2018 6.494.392,43 8,11
5 2019 6.993.513,10 7,69
37
harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan perubahan riil
ekonomi.
Pada tabel 4.1 di atas pada tahun 2015 laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,11%, pada tahun 2016 mengalami laju pertumbuhan
yang sama sebesar 8,11%, pada tahun 2017 juga mengalami kenaikan
yang tidak terlalu besar yakni 8,29%, pada tahun 2018 mengalami
penurunan kembali sebesar 8,11%. Akan tetapi pada tahun 2019 laju
pertumbuhan ekonomi pengalami penurunan dengan nilai PDRB yaitu
6.993.513,10 dengan laju pertumbuhan sebesar 7,69%. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Soppeng akan berdampak pada PDRB.
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan yang
digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan
kesejahteraan di masyarakat di daerah. APBD merupakan instrumen
kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah yang di setujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Anggaran daerah juga digunakan
sebagai alat untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran
pada kurun waktu satu tahun sealain itu untuk membantu pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan serta otoritas pengeluaran-
pengeluaran yang akan datang untuk melihat seberapa banyak
pendapatan dan belanja daerah dalam waktu satu tahun tersebut. Untuk
melihat perkembangan APBD di Kabupaten Soppeng yang terealisasi
selama periode tahun 2015-2019. Dapat di lihat sesuai tabel yang di
sajikan dibawah ini
38
Tabel 4.2 Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Soppeng tahun 2015-2019.
No Tahun APBD (juta rupiah) APBD (%)
1 2015 1,019,713,497,247.00 10,70
2 2016 1,236,893,800,959.00 5,74
3 2017 1,131,991,996,848.00 2,13
4 2018 1,116,687,367,171.00 0,84
5 2019 1,177,973,927,583.00 1,33
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kabupaten Soppeng Tahun 2020
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
rencana keungan tahunan pemerintah daerah yang di setujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Anggran Pendapatan dan
Belanja Daeah (APBD) di tetapkan dengan peraturan daerah. Tahun
anggaran APBD meliputi masa satu tahun.
Berdasarkan data di atas selama 5 tahun yaitu 2015-2019 APBD
Kabupaten Soppeng pada tahun 2015 sebesar 1,019,713,497,247.00
dan pada tahun 2016 mengalami kenaikan masing-masing sebesar
1,236,893,800,959.00 dan pada tahun 2017 mengalami penurunan
kembali 1,131,991,996,848.00, di tahun selanjutnya yang paling
mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu tahun 2018 sebesar
1,116,687,367,171.00 dan pada tahun 2019 mengalami kenaikan dari
tahun 2018 namun tdk terlalu berbeda jauh yaitu sebeasar
1,177,973,927,583.00.
Bila di lihat dari jumlah APBD dari tahun 2015-2019 yang
mengalami kenaikan yang cukup besar hanya pada tahun 2016 saja,
39
sedangkan pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan yang sangat
drastis.
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah salah satu syarat dalam menggunakan
analisis regresi linear sederhana.. Adapun cara yang digunakan antara lain
sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah model, regresi
variabelnya berdistribusi normal atau tidak, Uji Normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau
residual memiliki distribusi normal.model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Berikut ini hasil
uji normalitas.
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalita
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020.
40
Berdasarkan gambar 4.2 di atas bahwa data berdistribusi normal karena
titik-titik mengikuti garis diagonal.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada
periode t dengan kesalahan periode t sebelumnya. Jika terjadi korelasi
maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Cara yang digunakan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi
pada penelitian ini yaitu menggunakan uji runs test. Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam uji runs test, yaitu :
1) Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < dari 0,05 maka terdapat gejala
autokorelasi.
2) Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > dari 0,05 maka tidak terdapat gejala
autokorelasi.
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020.
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,26268
Cases < Test Value 2
Cases >= Test Value 3
Total Cases 5
Number of Runs 3
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
a. Median
41
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai Asymp Sig (2-
tailed) sebesar 1,000 > 0,05, maka dapat di simpulkan bahwa tidak
terdapat gejala atau masalah autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas, dapat dilihat dengan menggunakan uji scatterplot.
Dengan kriteria pengujian yaitu apabila penyebaran titik-titik data tidak
berpola, titik-titik data menyebar diatas dan dibawah dan titik-titik data
tidak mengumpul maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber :Data sekunder setelah diolah, 2020.
42
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas hasil uji heteroskedastisitas
menujukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk
suatu pola tertentu, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0
pada sumbu Y. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga layak dipakai dalam
penelitian.
2. Hasil Regresi Sederhana
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang di
timbulkan oleh nilai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah( APBD) di
Kabupaten Soppeng yang akan di analisis dengan menggunakan model
analisis regresi linear sederhana yang akan diolah melalui aplikasi SPSS
23. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil akhir sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Regresi Sederhana
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020.
Berdasarkan uji Regresi linear sedrhana pada tabel 4.6 diketahui
constant (α) sebsar 8,604 sedangkan nilai APBD sebesar 0,275 sehingga
persamaan regresinya dapat ditulis :
Y= α + βx + e
Y = 8,604 + 0,275 x
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8,604 ,538 15,990 ,001
APBD ,275 ,097 ,854 ,844 ,065 1,000 1,000
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
43
Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Dari persamaan regresi diketahui bahwa nilai konstanta = 8,604
berarti jika tidak ada pengaruh variable APBD maka nilai Y sebesar
8,604.
2) Dari hasil penelitian variable APBD (X) bernilai positif (0,275). Artinya
bahwa setiap kenaikan 1 % APBD maka pertumbuhan ekonomi
mengalami penurun sebesar 0,275%.
3. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan
masalah dalam penelitian. Uji hipotesis terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Uji Kofisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1. Semakin besar nilai
R2(mendekatisemakin baik hasil untuk model regresi tersebut.
Tabel 4.5
Hasil Uji Kofisien Determinasi
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,854a ,729 ,639 ,80081
a. Predictors: (Constant), APBD
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
44
Berdasarkan tabel 4.5 Dari hasil output SPSS di atas, didapatkan
nilai Adjusted R Square sebesar 0,729% yang artinya pengaruh
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) sebesar 72,9%.
Sedangkan sisanya 27,1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.
b. Uji Parsial (uji t)
Uji ini dilakukan dengan cara pengujian variabel-variabel
independen secara parsial (individu), digunakan untuk mengetahui
signifikan dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap
variabel dependen. Dasar pengambilan keputusan :
1) Berdasarkan nilai signifikasi (Sig.)
a) Jika nilai Signifikasi < Probabilitas 0,05 maka ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat atau hipotesis diterima.
b) Jika nilai signifikasi > probabilitas 0,05 maka tidak ada
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau
hipotesis ditolak.
2) Berdasarkan perbandingan nilai t_hitung dengan t_tabel
a) Jika nilai t_hitung > t_tabel maka ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat atau hipotesis diterima.
b) Jika nilai t_hitung < t_tabel maka tidak ada pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat atau hipotesis ditolak.
45
Tabel 4.6
Hasil Uji Persial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8,604 ,538 15,990 ,001
APBD ,275 ,097 ,854 ,844 ,065
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : Data sekunder setelah diolah, 2020.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tidak
berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Soppeng. Ini dibuktikan dari hasil olah data dimana
koefisien variabel APBD sebesar 0,275 dengan nilai signifikansi 0,065
lebih besar dari 0,005 (0,065 > 0,005) dibuktikan pula dari nilai t hitung
0,844 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,353. Berdasarkan nilai
perbandingan t hitung dengan t tabel, hasil yang di tunjukkan pada nilai
t hitung lebih besar dari nilai probabilitas 0,05.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara rinci maka
hasil pengujian Analisis Pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Soppeng sebagai
berikut :
APBD berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Soppeng. Ini dibuktikan dari hasil olah
data dimana koefisien variabel APBD sebesar 0,275 dengan nilai signifikansi
0,065 lebih besar dari 0,005 (0,065 > 0,005), dibuktikan pula dari nilai t
hitung 0,844 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,353. Berdasarkan nilai
46
perbandingan t hitung dengan t tabel, hasil yang di tunjukkan pada nilai t
hitung lebih besar dari nilai probabilitas 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, berbeda dengan
hasil penelitian Reza Monanda Berutu (2009) dengan judul penelitian
Pengaruh APBD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Dairi
dimana hasil analisisnya bahwa nilai APBD berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten dairi. Hal ini sesuai
dengan Teori pertumbuhan yang di kemukakan oleh Keynes menujukkan
bahwa pemerintah berperan besar dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Peran pasar sepertinya sulit untuk menjamin ketersediaan barang
yang di butuhkan masyarakat, dan bahkan sering menimbulkan stability,
inequity, dan efesiensi. Bila perekonomian sering di hadapkan pada
ketidakstabilan jelas akan menghambat pertumbuhan ekonomi jangka
panjang.
Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan maka
semakin cepat perekonomian akan tumbuh. Dalam teori ini di tunjukkan
bahwa di butuhkan investasi-investasi baru untuk tambahan stok modal agar
dapat menumbuhkan perekonomian dan untuk kemajuan daerah itu sendiri .
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian maka kesimpulan dari penelitian ini adalah
APBD berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Soppeng . Ini di buktikan dari hasil olah data dimana
kofisien variabel APBD sebesar 0,275 dengan nilai signifikansi 0,065 lebih
besar dari 0,005 (0,065 > 0,005), dibuktikan pula dari nilai t hitung 0,844 lebih
kecil dari t tabel (0,844< 2,353). Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi
peningkatan pada nilai APBD maka belum tentu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
B. Saran
1. Pemerintah Kabupaten Soppeng di harapkan dapat menggali lagi
potensi-potensi Pendapatan Asli Daerahnya Sendiri salah satu alternatif
sumber penerimaan utama sehingga dapat meningkatkan penerimaan
daerah tanpa terlalu bergantung banyak dengan pemerintah pusat dan
Pemerintah Kabupaten Soppeng harus lebih bijaksana dalam
penyusunan pengeluran daerah.
2. Bagi masyarakat khusus petani agar bekerja sama dengan pemerintah
setempat dalam membuat kebijakan-kebijakan dan penyusunan strategi
agar meningkatkan sektor pertanian yang kontribusinya cukup besar
dalam perekonomian. Selain itu pemerintah harus membuat kebijakan-
kebijakan yang mendorong peningkatan sektor-sektor lainya maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Soppeng.
48
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan
melibatkan variabel-variabel lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini
sehingga dapat memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan terutama
dalam kajian ilmu ilmu ekonomi dan menambah tahun pengamatan tidak
hanya 5 tahun agar dapat memberikan gambaran hasil penelitian yang
maksimal.
49
DAFTAR PUSTAKA
Assidiqi, Bahrun. 2014. Analisis Kinerja Keungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2008-2012. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Adisasmita, Raharjo, 2013. Teori-teori Pembangunan Ekonomi (Pertumbuhan
Ekonomi dan Perubahan Wilayah), Yogyakarta: Graha Ilmu. Berutu, M. R. 2009. Pengaruh APBD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Kabupaten Dairi. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul. 2002. AkutansinKeungan Daerah, Seri Akutansi Sektor Publik,
Edisi Pertama. Jakarta: selemba Empat. Imamah, N. 2018. Dampak Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi:
Pendekatan Persamaan Simultan. Jurnal Akuntansi & Ekonomi Fe.Un Pgri Kediri.Vol.3, No. 2.
KBBI Online. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia (http: //www. depsos. go.
id/diakses pada tanggal 1 Desember 2016). Mamesah, D. J. 1995. Sistem Administrasi Keungan Daerah. Jakarta : PT.
Gramedia Pusat Utama. Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Menejemen, Jakarta :
Selemba Empat. Mardiasmo. 2002. Akutansi Sektor Publik.Yogyakarta : Andi Ofset.
Mardiasmo. 2003. Reformasi Pengelolaan Keungan Daerah. Makalah Seminar
Nasional MEP. UGM.Yogyakarta. Maskuna, A. F., Djaelani, A. K., & ABS, M. K. 2017. Analisis Pengaruh Anggaran
Pendapatan Dan Belanjadaerah (Apbd) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Blitar Tahun 2011-2015. Jurnal.
Marjoyo, & Rindawati, S. 2017. Respontabilitas Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bengkulu. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Bengkulu.Vol. 19, No. 2.
Nadaek, Ruslina. 2003. Analisis Rasio Keungan APBD untuk menilai kinerja
pemerintah daerah.Skripsi Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta.(Tidak di publikasikan).
50
Nurhidayah, T., & Hendikawati, P. 2018. Pengaruh Realisasi APBD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan dengan Statistical Mediation Analysis.
Nasution, S. M. 2018. Pengaruh Pedapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Modal ( Studi Kasus Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Deli Serdang). Jurnal Jurusan Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No.33 Tahun2004 tentang Perimbangan keungan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah. Penerbit citra Umbara: Bandung.
Rotinsulu, D. Ch., Tenda, A. R., & Leonufina, L. M. 2011. Analisis Dampak
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Derah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan Dan Pengagguran Di Sulawesi Utara.
Raharjo, A. 2011.Pembiayaan Pembangunan Daerah. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta, h.147. Suliyanto, 2011. Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan
SPSS.Yogyakarta: ANDI Yogyakarta. Susila, I., Yolamalinda, & Hidayat, R. 2014. Pengaruh Realisasi Anggaran
Pendapatan Dan BelanjaDaerah (Apbd) Terhadappertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.2005. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Todaro, Michael P. 1989. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta :
Erlangga. Wahyudi, S. T. 2016. Konsep dan Penerapan Ekonomitrika Menggunakan E-
Views.Depok : Raja Grafindo Persada. Yasin, M., Riyadi, S., & Ingga, I. 2017. Analisis Pengaruh Struktur Apbd
Terhadap Kinerja Keuangan Daerah Dan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupatendan Kota se-Jawa Timur. Jurnal Ekonomi & Bisnis. Vol. 2, No.2.
51
L
A
M
P
I
R
A
N
52
Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga Konstan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Soppeng Periode 2015-2019
Tabel 4.2 Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah KabupateSoppeng tahun 2015-2019.
No Tahun PDRB (juta
Rupiah) Laju Pertumbuhan
(%)
1 2015 5.131.715,87 5,11
2 2016 5.549.501,32 8,11
3 2017 6.007.455,72 8,29
4 2018 6.494.392,43 8,11
5 2019 6.993.513,10 7,69
No Tahun APBD (juta rupiah) APBD (%)
1 2015 1,019,713,497,247.00 10,70
2 2016 1,236,893,800,959.00 5,74
3 2017 1,131,991,996,848.00 2,13
4 2018 1,116,687,367,171.00 0,84
5 2019 1,177,973,927,583.00 1,33
53
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,26268
Cases < Test Value 2
Cases >= Test Value 3
Total Cases 5
Number of Runs 3
Z ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
a. Median
54
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.4
Hasil Uji Regresi Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8,604 ,538 15,990 ,001
APBD ,275 ,097 ,854 ,844 ,065 1,000 1,000
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
55
Tabel 4.5 Hasil Uji Determinasi ( R2)
Tabel 4.6 Hasil Uji Persial ( Uji t)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,854a ,729 ,639 ,80081
a. Predictors: (Constant), APBD
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8,604 ,538 15,990 ,001
APBD ,275 ,097 ,854 ,844 ,065
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi
56
57
BIOGRAFI
Reski S, Dilahirkan di Kabupaten Soppeng tepatnya di
Desa Batu-Batu Kecamatan Marioriawa pada hari
senin tanggal 22 September 1997. Anak pertama dari
dua bersaudara pasangan dari Sudirman dan Hasna
.Peneliti menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar
di SD Negeri 244 Lawo di Kecamatan Lalabata pada
tahun 2010. Pada tahun itu juga peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5
Watansoppeng Kecamatan Lalabata dan tamat pad tahun 2013. Kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Watansoppeng pada
tahun 2013 dan selesai pada tahun 2016. Pada tahun 2016 peneliti melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas Muhammadiyah
Makassar (UNISMUH) Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Program Studi
Ekonomi Pembangunan.