Perka BAPETEN (terkait ketenaganukliran) No 6 Tahun 2019 ...
ANALISIS KESELAMA T AN P ADA MOD A OPERASI …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
Transcript of ANALISIS KESELAMA T AN P ADA MOD A OPERASI …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
Seminar Tahllnan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga NlIklir - Jakarta. II Desemher 2003
ANALISIS KESELAMA T AN PADA MOD A OPERASIKONVEKSI ALAM REAKTOR RSG-GAS
ISSN 1693 - 7902
Endiah Puji Hastuti, Tukiran SurbaktiPusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset (P2TRR) - BAT AN
ABSTRAKANALISIS KESELAMATAN PADA MODA OPERASI KONVEKSI ALAM
REAKTOR RSG-GAS. Untuk memenuhi keperluan eksperimen fisika teras, RSGGAS dioperasikan tanpa mengoperasikan pompa pendingin primer. Keselamatanpengoperasian reaktor dengan moda pendinginan konveksi alam telah dianalisis.Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan secara teknis bahwapengoperasian reaktor memenuhi marjin keselamatan dan tidak melanggar peraturanperijinan. Analisis dilakukan dari tiga aspek keselamatan yaitu perhitungantermohidrolika pendinginan konveksi alam menggunakan paket program NA TCON,insersi reaktivitas menggunakan POKDYN dan dengan mempertimbangkan bataskondisi operasi RSG-GAS. Hasil analisis termohidrolika menunjukkan bahwa RSGGAS dapat dioperasikan hingga mencapai daya 757,74 KW tanpa mengoperasikanpendingin primer, dimana pengoperasian dibatasi hingga 300 KW. Hasil analisiskeselamatan pada insersi reaktivitas pa~a daya awal 1 watt dengan daya maksimum 300KW tercapai pada detik ke 29, pada saat itu reaktivitas teras 0,1403 $/detik denganperioda sebesar 0,45 detik. Apabila dibandingkan dengan batas alarm maupun batasproteksi reaktor maka dapat dibuktikan bahwa penyisipan reaktivitas pada daya rendahini tidak menunjukkan terlampauinya batas proteksiKata kunci : konveksi alam, NATCON, POKDYN, batas operasi
ABSTRACTSAFETY ANALYSIS OF THE NATURAL CONVECTION OPERATION MODE
OF THE RSG-GAS REACTOR. For the purpose of core physics experiment, theRSG-GAS can be operated without primary coolant. The reactor operation safety usingfree convection mode has been analyzed. The purpose of analysis is to prove that therector operation fulfill the safety margin and not pass the safety limit, as technically.The analysis was done by doing 3 safety aspects, namely, free convection thermalhydraulic analysis using NATCON, POKDYN and consider to the RSG-GAS limitingcondition operation (LCO). The result of analysis showed that the RSG-GAS could beoperated until 757.74 KW without primary coolant. Whereas the limit power is 300KW. The safety analysis by doing reactivity insertion at power level of 1 W, the reactorwill reach the maximum power of 300 KW at 29 second and that time the core reactivityis 0.1403 $/s and period is about 0.45 second. If it is compared to alarm limit andreactor protection limit, so it can be proved that reactivity insertion at low power levelshowed that not passed the reactor protection limit.Keywords: Free convection, NATCON, POKDYN, operation limit.
307
Seminar Tahunan Pengawasan Pcmanfaatan Tenaga Nuklir • Jakarta, II Dcsember 2003 ISSN 1693 - 7902
PENDAHULUAN
Sesuai dengan Laporan Analisis Keselamatan (LAK) RSG-GAS, terdapat 4
(empat) moda pengoperasian reaktor. Salah satu diantaranya adalah Moda operasi 2,
moda ini digunakan pada start-up dan operasi daya rendah, dimana reaktor dioperasikan
pada ~ 1% dari daya nominal (300KW), term asuk kondisi kritis dan subkritis.
Pada eksperimen Fisika Teras seperti kalibrasi batang kendali diperlukan moda
pendinginan konveksi alam agar diperoleh kondisi yang diinginkan yaitu tidak adanya
umpan balik reaktivitas suhu. Demikian pula pada pengukuran fluks neutron
menggunakan keping (jail) atau kawat (wire), dipersyaratkan tidak diijinkan adanya
aliran agar keping atau kawat tidak hanyut terbawa aliran pendingin. Untuk itu
diperlukan jaminan keselamatan yang diperoleh dari serangkaian analisis perhitungan
yang perlu dimasukkan ke dalam Laporan Analisis Keselamatan RSG-GAS. Analisis
keselamatan penerapan Moda pendinginan konveksi alam (moda 2) terhadap operasi
reaktor selain dilakukan dengan analisis perhitungan juga dengan memperhitungkan
batasan pengoperasian reaktor.
Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu perlu ditentukan jenis kecelakaan
yang mungkin dapat terjadi pada Moda operasi ini. Kondisi kritis yang dapat memicu
terjadinya kecelakaan antara lain adalah:
1. Terjadinya onset of nucleate boiling
2. Kenaikan daya reaktor akibat insersi reaktivitas pada daya rendah
3. Perioda reaktor karena kenaikan daya yang cepat.
Ruang lingkup analisis dibatasi terhadap karakteristika termohidrolika elemen
bakar dan pendingin, dinamika reaktor akibat insersi reaktivitas dan batasan spesifikasi
teknis dari pengoperasian reaktor. Analisis termohidrolika dilakukan terhadap Moda
pendinginan konveksi alam pada kondisi tunak (steady state) menggunakan program
perhitungan NA TCON, yaitu perhitungan perpindahan panas pada elemen bakar
berbentuk pelat dengan moda pendinginan konveksi alamo Sedangkan dinamika reaktor
tanpa pendingin pada kondisi transien dilakukan dengan paket perhitungan POKDYN,
yaitu perhitungan dinamika reaktor akibat insersi reaktivitas menggunakan teori point
kinetik. Seluruh data perhitungan menggunakan data bahan bakar silisida dengan
tingkat muat 2,96 g U/cc.
308
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desclllbcr 2003
TEOR!
ISSN 1693 -7902
Program Perhitungan NATCON dan Fenomena Pendinginan Konveksi Alam
Program perhitungan NA TCON dikembangkan untuk menganalisis termohidrolik
dalam keadaan tunak dari EB jenis pelat pada reaktor riset yang didinginkan seeara
konveksi alam(l). Batas maksimum pengoperasian daya reaktor pada sistem pendinginan
konveksi alam adalah suhu terjadinya awal pendidihan inti (ONB=Onset of Nucleate
Boiling). Program tersebut antara lain akan menghitung gaya apung, gaya gesek,
keeepatan pendingin, koefisien perpindahan panas, suhu kelongsong, suhu bahan bakar
dan suhu dinding dimana terjadi awal pendidihan inti berdasarkan korelasi Bergles
Rohsenow. Air pendingin mengalir mengambil panas yang dibangkitkan oleh bahan
bakar dengan arah aliran dari bawah ke atas karena adanya perbedaan rapat massa
dalam air pendingin. Gaya apung yang dihasilkan diimbangi dalam arah yang
berlawanan oleh gaya gesek yang dihasilkan dari aliran air pendingin yang mempunyai
densitas tertentu. Gaya apung dan gaya gesek tersebut ditunjukkan oleh persamaan (1)
dan (2) di bawah ini.
(1)
dengan:
Pc == rapat massa rerata dari kolom air yang terpanasi, dirumuskan sebagai:
I Lc
= - fpc(x) dxLc 0
Pc (2)
PAMB == rapat massa dari pendingin dalam tangki reaktor, Jg/cm31;
Ac == luas tampang lintang kanal pendingin, Icm21;
Lc == panjang kolom air yang terpanasi dari kanal pending in, leml.
Gaya apung menyebabkan suatu aliran yang dihambat oleh gaya gesekan yang
menghasilkan suatu penurunan tekanan. Keeepatan dari aliran akan mencapai suatu
harga tertentu yang disebut keeepatan terminal di mana gaya apung tepat setimbang atau
diimbangi oleh gaya gesek. Gaya gesek ini dapat dinyatakan sebagai :
FF
309
(3)
Scminar Tahunan Pcngawasan Pcmanfaatall Tcnaga Nuklir - Jakarta. II Dcscmbcr 2003
dengan:
ISSN 1693 - 7902
p == rapat massa dari pendingin di lokasi yang ditunjukkan, Ig/em31;
f== faktor gesekan;
v
== keeepatan aliran di inlet, lemldetikl;
g
== pereepatan gravitasi, lemldet21; d.h.i. diambil harga g = 9,80665 m1det2;
6zi
== tinggi kenaikan dari noda dalam kanal pendingin, leml;
DH
== garis tengah atau diameter hidrolik dari kanal pendingin, leml.
Fluks panas yang terjadi pada awal pendidihan inti dinyatakan dengan persamaan
(4) dari korelasi Bergles- Rohsenov
(4)
di mana fluks panas (q/A) dinyatakan dalam Btu/(jam·ft2), tekanan p dinyatakan
dalam lbrfem2 abs. (mutlak), dan suhu T dinyatakan dalam of. Fenomena awal
terjadinya pendidihan inti ditunjukkan oleh Gambar 1(2). Pendidihan titik telah terjadi
pada saat ONB, apabila pad a saat itu fluks panas ditambah, maka akan terjadi fraksi
void di dalam kanal pendingin dimana hal ini dapat memieu terjadinya instabilitas
aliran.
108
J07N
E 106
~ ~..~><105=> r:::
<:()::r:l04
!03J02
0.2
10 100
Excess temperature T••.- Tsal' (QC)
Gambar 1. Profil aliran sebagai fungsi fluks panas
310
1000
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003
Insersi Reaktivitas Menggunakan Program POKDYN
ISSN 1693 - 7902
Program POKDYN ditulis dalam bahasa FORTRAN yang terdiri dari Main
Program, Subrutin POKS, Subrutin POKIN, dan Function REAC yang menggunakan
persamaan kinetika titik untuk menyelesaikan perhitungan kondisi transien dari segi
neutronik dan kecelakaan karena penyisipan reaktivitas(3). Persamaan kinetika titik yang
digunakan ditunjukkan dalam persamaan(5)
~ =[P(t~-fJ]P(t)+*AjCj +Sp (5)
dengan :
P = daya reaktor
j3 = fraksi neutron kasip
A = fraksi neutron kasip kelompok ke -j
q = parameter proporsional untuk konsentrasi prekursor neutron kasip
Sp = kuat sumber neutron
~ = konstanta peluruhan konsentrasi prekursor neutron kasip kelompok ke jA = waktu generasi neutron serempak
Peks= reaktivitas eksternal yang disebabkan oleh pergerakan batang kendali
Ptb = reaktivitas umpan balik
Ptot = reaktivitas transien total
Reaktivitas awal daya transien menyinggung respon sistem reaktor nuklir dalam
perubahan Peks(t) pada berbagai tingkat daya. Efek lain yang menyebabkan perubahan
reaktivitas adalah karena adanya perubahan daya.
Batas Operasi
Pada pengoperasian reaktor menggunakan moda pendinginan konveksi alam
diberlakukan batas kondisi operasi sebagai berikut (4) :
1. Daya maksimum sebesar 1% dari daya nominal atau 300 KW.
2. Alarm karena perioda, 10 detik, batas scram, 15 detik.
3. Bridging untuk kenaikan daya di atas 300 KW.
311
Seminar Tahunan Pengawasan Pcmant'aatan Tenaga Nuklir • Jakarta, 11 Desember 2003
TAT A KERJAIPEMODELAN
ISSN 1693 - 7902
1. Perhitungan termohidrolika RSG-GAS dengan moda pendinginan konveksi
alamo
Pendinginan konveksi alam pada kondisi tun~k dilakukan dengan menggunakan
program NA TCON. Perhitungan dilakukan untuk elemen bakar silisida dengan
tingkat muat 2,96 g Dice. Parameter termohidrolika dan daya reaktor maksimum
dengan batasan terjadinya awal pendidihan inti dilakukan dengan menggunakan
opsi perhitungan daya otomatis. Daya maksimum yang' merupakan batas
keselamatan pengoperasian reaktor tercapai, apabila mulai terjadi ONB.
2. Perhitungan insersi reaktivitas
Perhitungan ini menyimulasikan keadaan terjadinya kecelakaan reaktivitas pada
saat pengoperasian reaktor dengan moda pendinginan konveksi alamo
Kecelakaan dimodelkan dengan memberikan reaktivitas positif akibat penarikan
batang kendali, dengan memperhitungkan waktu tunda (delay time) antara sinyal
dan jatuhnya batang kendali sebesar 0,5 detik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Pcndinginan Konvcksi Alam
Hasil perhitungan parameter termohidrolik pada sistem pendinginan konveksi
alam pad a beberapa tingkat daya, dengan bahan bakar oksida dan silisida dirangkum
dalam Tabel 1. Seperti telah dijelaskan di atas, batas keselamatan daya pada moda
pendinginan konveksi alam dilakukan dengan menggunakan opsi perhitungan daya
otomatis, dimana daya maksimum yang diijinkan dari analisis perhitungan ini adalah
tercapainya suhu awal pendidihan inti (JONB=Onset of Nucleate Boiling). Perhitungan
dimulai dari pembangkitan daya sebesar 10 KW tanpa mengoperasikan pendingin
primer dan sekunder, kemudian diikuti dengan kenaikan pembangkitan daya setiap 100
KW hingga mencapai daya maksimum. Terjadinya aliran pendingin yang bergerak dari
bawah ke atas murni berasal dari beda densitas yang disebabkan karena beda suhu
pendingin yang menerima panas dari elemen bakar. Kecepatan alir air pendingin terjadi
apabila gaya apung (FB) dapat mengatasi atau lebih besar dibanding gaya gesek (FF)'
312
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693 - 7902
Gaya yang mengakibatkan bergeraknya air pendingin ini akan naik secara linier sesuai
dengan daya yang dibangkitkan (lihat Tabel 1).
Tabel 1. HasH Perhitungan Parameter Termohidrolilm Pada Moda Pendinginan
Konveksi alam
Daya Reaktor 300 KW757,74 KW
Jenis Elemen Bakar
silisidasilisida
Q" per plat, KW
0,89932,2713
~TONB,DC
40,320,00
FB,PA
45,211773,8156
V, Cm/det.
5,4199,059
Flow rate, Kg/det.
0,00730,0154
Tin, DC
44,544,5
Tout, DC
67,485,9
Tkelongsong, DC
85,26126,38
Tbahan bakar, DC
85,33126,57
Kec. Massa, Kg/niTdet
53,6989,74
Daya maksimum dicapai ketika ~TONB= ODC, daya reaktor maksimum yang
diijinkan pada sistem pendinginan konveksi alam adalah sebesar 757,74 KW, dengan
kecepatan pendingin sebesar 9,059 cm/detik (5,6). Terjadinya perubahan kemampuan
pembangkitan daya reaktor pada sistem pendinginan konveksi alam ini diperkirakan
berasal dari perubahan konduktivitas bahan bakar silisida.
Kecepatan maksimum aliran pendingin di dalam EB sebesar 9,059 cm/detik ini
berasal dari beda densitas pendingin dari nodal aksial bawah hingga nodal berikut di
atasnya, besar bilangan Re adalah antara 741,6 hingga 1312,0. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pada sistem pendinginan konveksi alam, pengambilan panas yang
dibangkitkan teras RSG- GAS masih terjadi secara aliran laminar.
Akibat dari tidak adanya pengambilan panas secara paksa maka suhu kelongsong
mendekati suhu bahan bakar. Suhu yang hampir sarna ini menunjukkan kemampuan
pengambilan panas yang lebih lambat pada sistem pendinginan konveksi alam
dibanding sistem pendinginan konveksi paksa. Akibat kelambatan ini maka dapat
dikatakan suhu terakumulasi pada kelongsong dan selanjutnya akan menyebabkan
313
Scminar Tahllnan I'cngawasan I'cmanfaatan Tcnaga NlIklir - Jakarta. 11 Dcscmhcr 2003 ISSN 1693 - 7902
tercapainya suhu awal pendidihan inti. Suhu maksimum kelongsong dan bahan bakar
berkisar antara 126,35°C hingga 127,33°C.
Tingkat pengoperasian daya reaktor pada moda pendinginan konveksi alam ini
mencapai 757,74 KW tidak mengubah marjin pengoperasian daya reaktor pada sistem
pendinginan konveksi alam karena adanya pembatasan daya sebesar 1% dari daya
nominal atau sebesar 300 kW. Hasil analisis keselamatan menunjukkan bahwa RSG
GAS mampu dioperasikan di atas batas kondisi operasi yang ditentukan. Profil suhu
sepanjang elemen bakar daya 757,74 KW pada kondisi tunak dapat dilihat pada
Gambar 1.
1-----50000
N 45000E 40000
~ 35000
-; 30000
~ 25000
~ 20000IJI 15000"5 10000U. 5000
oo 15 30 45
Jarak Aksial (em)
160
140
. 120
'·100 Uo·80 -;
~60 ~
en40
·20
o
60
- Fluks pns. Silisida
-t- Tpendingin silisida
-+- Tkelongsong silisida
-- Tbahan bakar silisida
Gambar 2. Karakteristika Termohidrolika Elemen Bakar RSG-GAS Kondisi
Tunak Pada Moda pendinginan konveksi alam
Analisis Kcselamatan Akibat Penyisipan Reaktivitas
Untuk menganalisis kecelakan reaktivitas teras RSG-GAS berdasarkan insersi
reaktivitas, dilakukan skenario kecelakaan dengan mengangkat semua batang kendali
reaktor secara simultan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan paket program
komputer. Program yang digunakan dalam analisis ini adalah program perhitungan
POKDYN. Dalam perhitungan ini akan dianalisis karakteristik teras RSG-GAS akibat
perubahan daya karena penyisipan reaktivitas, tanpa memperhitungkan umpan balik
reaktivitas bahan bakar dan moderator (7,8). Perhitungan dilakukan secara transien,
314
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tcnaga Nuklir - Jakarta. II Dcscmhcr 2003 ISSN 1693 - 7902
daya sejak keadaan setimbang hingga terjadinya keadaan transien akibat gangguan
reaktivitas diamati sebagai fungsi waktu. Dalam perhitungan ini dapat diamati
perubahan daya terhadap waktu hingga mencapai daya maksimum dan reaktor
terpancung.
Analisis dilakukan dengan memodelkan terjadinya kecelakaan reaktivitas sebesar
0,0273$/detik akibat penarikan batang kendali pada daya rendah yaitu 1 watt, waktu
tunda antara sinyal dan trip adalah 0,5 detik. Dalam perhitungan ini dianggap tidak ada
aliran pendingin dan simulasi dilakukan pada trip daya 300 KW.
Hasil analisis keselamatan pada insersi reaktivitas pada daya awal 1 watt dengan
daya maksimum 300 KW, tercapai pada detik ke 29, pada saat itu reaktivitas teras
mencapai 0,00098224 i1k/k atau 0,1403 $/detik. Apabila dibandingkan dengan batas
alarm maupun batas proteksi reaktor maka dapat dibuktikan bahwa penyisipan
reaktivitas pada daya rendah ini tidak menunjukkan terlampauinya batas proteksi.
Aspck Kesclamatan Opcrasi
Pengoperasian suatu sistem reaktor maupun pengoperasian reaktor dengan
berbagai moda memiliki prosedur pengoperasian masing-masing. Dari aspek
pengoperasian reaktor, pengoperasian moda pendinginan konveksi alam ini harus
dilakukan dengan batasan dan prosedur pendinginan konveksi alam dimana pompa
pendingin primer tidak dioperasikan, yaitu reaktor dioperasikan dengan daya maksimum
sebesar 1% dari daya nominal atau 300 KW. Tingkat pengoperasian daya ini jauh
dibawah kemampuan hasil analisis keselamatan. Pada daya 300 KW, suhu kelongsong
dan bahan bakar hampir sarna yaitu sebesar ± 85°C, sedangkan suhu pending in adalah
53,7°C. Suhu ini beradajauh di bawah suhu awal pendidihan inti.
Alarm karena perioda (perub1han fluks neutron sebagai fungsi waktu) sebesar 10
detik akan membatasi penarikan batang kendali, tanpa sengaja. Sedangkan batas scram
adalah 15 detik. Human error pada pengoperasian reaktor moda pendinginan konveksi
alam, diantisipasi dengan mengunci penaikan level daya yang lebih tinggi (Bridging),
untuk kenaikan daya di atas 300 KW.
315
Seminar Tahullan Pengawasan PemallfaatanTenagaNuklir-Jakarta.11 Oesember 2003
KESIMPULAN
ISSN 1693 - 7902
Dari analisis keselamatan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan moda
pendinginan konveksi alam tanpa mengoperasikan pompa pendingin primer pada daya
maksimum 300 KW kondisi steady state tidak mencapai suhu pendidihan inti.
Pendidihan inti baru terjadi pada daya 757,74 KW. Kenaikan kemampuan tingkat
pengoperasian daya reaktor ini tidak mengubah marjin pengoperasian daya reaktor pada
sistem pendinginan konveksi alam karena adanya pembatasan daya sebesar 1% dari
daya nominal atau sebesar 300 kW.
Sedangkan dari hasil analisis kecelakaan reaktivitas teras RSG-GAS berbahan bakar
silisida dengan tingkat muat 2,96 g U/cc dengan menggunakan program POKDYN dapat
disimpulkan bahwa insersi reaktivitas pada saat start-up dengan qaya awal 1 W marjin
keselamatan pada model kecelakaan tersebut masih mencukupi.
Secara keseluruhan dapat dinyatakan bahwa penggunaan moda pendinginan
konveksi alam terhadap operasi reaktor RSG-GAS berbahan bakar silisida RSG-GAS
dengan tingkat muat 2,96 gU/cc tidak melampaui batas keselamatan.
DAFT AR PUS}' AKA
1. R. S. SMITH dan W. L. WOODRUFF, A Computer Code, NATCON, for The
Analyses of Steady-State Thermal-Hydraulics and Safety Margins in Plat-Type
Research Reactors Cooled by Natural Convection, ANL/RERTR/TM-12,
Argonne National Laboratory, 9700 South Cass Avenue, Argonne, Illinois, 1988.
2. M.M. EL-WAKIL, Nuclear Heat Transport, The American Nuclear Society La
Grange Park, Illinois.
3. OM PAL SINGH,et.al., POKDYN: A Point Dynamics Code with Reactivity Feed
Back Through Dynamics Power Coefficient of Reactivity, Project: IAEA-PPTN,
No. INS 104 1018/3,1987.
4. BATAN, Safety Analysis Report of the Indonesian Multipurpose Reactor GA
Siwabessy, Rev.8, Maret 1999.
5. ENDIAH PUJI HASTUTI and MASANORI KAMINAGA Thermal Hydraulic
Transient Accident Analysis of The RSG-GAS Silicide Core Design by Using
EUREKA-2/RR Code, JAERI-Report, 1998
316
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Dcscmbcr 2003 ISSN 1693 - 7902
6. ENDIAH PUJI HASTUTI, SURIAN PINEM, Pengkajian Keselamatan Konversi
Teras Rsg-Gas Menggunakan Bahan Bakar Silisida Densitas 2,96 G Vice,
Laporan PK Silisida, P2TRR-BATAN, 2002
7. TUKlRAN.S., Analisis lnsersi Reaktivitas Teras RSG-GAS Berbahan Bakar
Silisida, Prosiding Seminar Keselamatan PLTN dan Fasilitas Nuklir, Bandung 14
15 November 2001.
8. SURIAN PINEM, TAGOR MALEM SEMBIRING, Analisis Sensitivitas Ekskursi
Daya Reaktor RSG-GAS Akibat Insersi Reaktivitas, Prosiding Seminar ke-7
Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir, Bandung 19 Februari
2002.
DISKUSI
Pertanyaan (A.R. Antariksawan, P2TKN - BATAN)
1. Disebutkan suhu awal pendidihan inti tercapai pada daya 757,54 Kw. Apakah ini
berarti dikalikan dulu temperatur pendidihan inti, kemudian daya divariasikan
hingga menemukan temperatur tersebut?
2. Tabel 1 tertulis TONB, °c menurut saya harus diubah untuk menunJukan bahwa
yang maksud selisih terhadap TONB (misalnya : !::::.. TONB)
3. Apakah natural cireulationflaf (NCF) sudah dimodelkan? Perlu diingat bahwa efek
hidranlah NCF akan disignifikan?
Jawaban (Endiah Puji Astuti, P2TRR - BATAN)
I. Daya tersebut dicapai ketika !::::.. TONB mencapai 0 °c.
2. Benar, seharusnya !::::.. TONB.
3. Program NA TCON tidak memodelkan NCF, analisis hanya dilakukan pada kanal
tunggal.
317
Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 - 7902
Pertanyaan (Azizul Khakim, PKRe - BAP ETEN)
1. TONB < T pendingin sudah terjadi ONE.
2. 0,1403 $/detik, laju penyisipan reaktivitas?
3. Mana profil parameter teras saat transien RIA?
Jawaban (Endiah Puji Astuti, P2TRR - BATAN)
1. Yang dimaksud adalah 6. TONB.
2. 0,1403 $/detik adalah reaktifitas teras reaktor akibat penarikan batang kendali pada
daya 300 kw.
3. Program POKDYN hanya menghitung dinamika teras reaktor sebagai reaktifitas,
program ini tidak dikopel dengan leokohidralika dengan profil terse but tidak ada.
318