Perka BAPETEN 8 Tahun 2011 (Bahan Tayang).pdf

57
Perka BAPETEN 8 Tahun 2011 tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik dan intervensional Balai Diklat BAPETEN

Transcript of Perka BAPETEN 8 Tahun 2011 (Bahan Tayang).pdf

Perka BAPETEN 8 Tahun 2011 tentang keselamatan radiasi dalam

penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik dan

intervensional

Balai Diklat BAPETEN

SISTEMATIKA PERKA BAB I. KETENTUAN UMUM: Pasal 1,2,3,4

BAB II. PERSYARATAN IZIN: Pasal 5,6,7,8,9

BAB III. PERSYARATAN KESELAMATAN RADIASI

BAB IV. INTERVENSI: Pasal 62,63

BAB V. REKAMAN DAN LAPORAN: Psl 64,65,66,67,68

BAB VI. KETENTUAN PERALIHAN: Psl 69,70,71,72,73,74

BAB VII. KETENTUAN PENUTUP: Pasal 75,76

PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X (Ps.2)

DIAGNOSTIK

INTERVENSIONAL

PENUNJANG RADIOTERAPI

PENUNJANG KEDOKTERAN NUKLIR:

PESWAT SINAR-X CT-SCAN

JENIS PESAWAT SINAR-X DIAGNOSTIK (Ps.3)

Terpasang Tetap

Mobile: ruangan & mobile station

Tomografi

Pengukur Densitas Tulang

Penunjang ESWL: C-Arm & Konvensional

C-Arm Penunjang Bedah

Mamografi: ruangan & mobile station

Kedokteran Gigi: Intraoral Konvensional, Intraoral Digital, Ekstraoral Konvensional, Ekstraoral Digital dan CBCT-Scan

Fluoroskofi

CT-Scan

JENIS PESAWAT SINAR-X INTERVENSIONAL (Ps.3)

Fluoroskofi, CT-SCAN Fluoroskofi, C-ARM/U-ARM Angiografi, dan CT-SCAN Angiografi

Simulator, CT-SCAN untuk Simulator, CT-SCAN Simulator, dan C-ARM untuk Brakiterapi

JENIS PESAWAT SINAR-X PENUNJANG RADIOTERAPI (Ps.3)

BAB II. PERSYARATAN IZIN Identitas (KTP/KITAS/Paspor)

FC Akta Badan Hukum FC Izin lain (SK Domisili, NPWP, IUT, Pelayanan Kesehatan, Surat Pengangkatan sbg Pimpinan RS) Lokasi Penggunaan

FC Spesifikasi sesuai SNI/Standar lain

Denah Ruangan (ukuran, bahan dan tebal dinding)

Lap Verifikasi KR (uji fungsi dan pengukuran paparan)

FC Ijazah seluruh personil

FC SIB PPR Medik II

FC Pemantauan Kesehatan PR

FC permohonan layanan dosis/hasil evaluasi

FC kalibrasi dosimeter utk fluoroskofi dan intervensional

Program Proteksi dan KR

BAB II. PERSYARATAN IZIN

Format dan isi program proteksi dan keselamatan radiasi tercantum dlm Lampiran I PerKa BAPETEN ini (Ps. 6).

Ketentuan lebih lanjut spek psw sinar-X dan/atau sertifikat pengujian tabung diatur dg PerKa BAPETEN tersendiri (Ps.7).

Izin dpt diperpanjang sesuai dg jangka waktu izin.

Pemohon utk memperoleh perpanjangan izin hrs mengajukan permohonan perpanjangan izin scr tertulis dgn mengisi formulir, melengkapi dan menyampaikan dokumen persyaratan izin kpd Ka BAPETEN.

PERSYARATAN IZIN TAMBAHAN JIKA PR PINDAHAN (Ps.9)

Hasil evaluasi pemantauan dosis perorangan selama bekerja

Dokumen hasil pemantauan kesehatan terakhir PR

Surat keterangan berhenti bekerja

BAB III. PERSYARATAN KESELAMATAN RADIASI (Bag Kesatu: Umum)

Persyaratan Manajemen

Persyaratan Proteksi Radiasi

Persyaratan Teknik

Verifikasi Keselamatan

Bag Kedua: Persyaratan Manajemen

Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi: Pemegang izin dan personil

Personil: dokter radiologi/kompeten, Tenaga ahli, Fisikawan Medis, PPR, Radiografer

Pelatihan Proteksi Radiasi

Paragraf 1: PJ Keselamatan Radiasi (Psl. 12) Personil

Dokter Spesialis Radiologi atau Dokter berkompeten

Dokter Gigi Spesialis Radiologi atau Dokter Gigi berkompeten

Tenaga Ahli dan/atau Fisikawan Medis

Petugas Proteksi Radiasi

Radiografer atau Operator Kedokteran Gigi

Tanggung Jawab Pemegang Izin (Psl. 12)

Menyediakan, melaksanakan, mendokumentasikan Program proteksi dan Keselamatan Radiasi

Memverifikasi scr sistematis bahwa hanya personil berkompetensi yang bekerja

Menyelenggarakan pelatihan Proteksi Radiasi

Menyelenggarakan pemantauan kesehatan bagi Pekerja Radiasi

Menyediakan perlengkapan Proteksi Radiasi

Melaporkan kepada ka. Bapeten terkait pelaksanaan program proteksi dan KR, dan verifikasi keselamatan

Paragraf 2: Personil

Pemegang izin harus menyediakan personil sesuai dgn jenis pswt dan tujuan (Ps. 13)

Personil yg menggunakan psw terpasang tetap, mobile, tomografi, densitas tulang, penunjang ESWL, C-Arm penunjang bedah: dokter spesialis rad/berkompeten, PPR, Radiografer (Ps. 14)

Personil yg menggunakan psw mammografi, CT-scan, fluoroskofi, C-Arm/U-Arm Angiografi, CT-scan Angiografi, CT-scan fluoroskofi, Simulator, C-Arm Brakiterapi: dokter spes. rad/berkompeten, tenaga ahli/fisikawan medis, PPR, Radiografer (Ps. 15)

Tenaga ahli dpt bekerja paruh waktu/ purna waktu

Personil yg bekerja utk pemeriksaan Gigi (Pasal 16)

Personil yg menggunakan psw untuk pemeriksaan gigi: dokter spesialis rad gigi/berkompeten, PPR, Radiografer/operator psw gigi.

Operator psw gigi harus mendapatkan sertifikasi sesuai ketentuan IKARGI

Pesawat gigi yg digunakan di RS, praktek dokter bersama dan lembaga pendidikan harus dioperasikan oleh Radiografer

Tugas dan Tanggung Jawab Dokter Radiologi/kompeten (Psl. 17)

Menjamin pelaksanaan seluruh aspek keselamatan pasien

Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis/intervensional dg mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya

Mengoperasikan pesawat sinar-X fluoroskofi

Menjamin paparan pasien serendah mungkin utk mendapatkan citra radiografi yg seoptimal mungkin dg pertimbangan tingkat panduan paparan medik Menetapkan prosedur diagnosis dan intervensional bersama fisikawan medis dan/atau radiografer

Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis

Menyediakan kriteria pemeriksaan wanita hamil, anak2, dan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi

Paragraf 2: Personil: Tenaga Ahli (Ps. 18)

Kualifikasi Tenaga Ahli (Qualified Expert) hrs memiliki latar belakang pendidikan plg kurang S2 fisika medik.

Tenaga Ahli (Qualified Expert)) memiliki tugas dan tanggung jawab:

a. meninjau ulang program proteksi & KR; dan

b. memberikan pertimbangan berdasarkan aspek Keselamatan Radiasi, praktik rekayasa yg teruji, dan kajian keselamatan scr komprehensif utk peningkatan layanan Rad Diagnostik dan Intervensional kpd Pemegang Izin.

Tugas dan Tanggung Jawab Dokter Spesialis Ked Gigi (Psl. 19)

Menjamin pelaksanaan seluruh aspek keselamatan pasien

Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis/intervensional dg mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya

Menjamin paparan pasien serendah mungkin utk mendapatkan citra radiografi yg seoptimal mungkin dg pertimbangan tingkat panduan paparan medik

Menetapkan prosedur diagnosis mengevaluasi Kecelakaan Radiasi dari sudut pandang klinis; dan

Menyediakan kriteria pemeriksaan wanita hamil, anak2, dan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi

Paragraf 2: Personil: Fisikawan Medis (Ps. 20)

Kualifikasi Fisikawan Medis min S1 fisika medik/setara.

berpartisipasi dlm meninjau ulang scr terus menerus keberadaan SDM, peralatan, prosedur, & perlengkapan Proteksi Radiasi;

menyelenggarakan uji kesesuaian psw sinar-X bila instalasi tsb memiliki peralatan yg memadai;

melakukan perhitungan dosis terutama utk menentukan Dosis janin pd wanita hamil;

merencanakan, melaksanakan, & supervisi prosedur jaminan mutu bila dimungkinkan;

berpartisipasi dlm investigasi & evaluasi Kecelakaan Radiasi;

berpartisipasi pd penyusunan & pelaksanaan program pelatihan Proteksi Radiasi; dan

bersama Dokter Spesialis Rad & Radiografer, memastikan kriteria penerimaan mutu hasil pencitraan & justifikasi Dosis pasien.

Tugas dan Tanggung Jawab PPR (Psl. 21) a. membuat & memutakhirkan program proteksi & KR;

b. memantau aspek operasional program proteksi dan KR;

c. memastikan ketersediaan & kelayakan perlengkapan

d. meninjau scr sistematik & periodik, program pemantauan di semua tempat di mana psw sinar-X digunakan;

e. memberikan konsultasi yg terkait dg proteksi & KR;

f. berpartisipasi dlm mendesain fasilitas Radiologi;

g. memelihara Rekaman;

h. mengidentifikasi kebutuhan & mengorganisasi pelatihan;

i. melaksanakan latihan penanggulangan & pencarian fakta dlm hal Paparan Darurat; j. melaporkan kepada PI setiap kejadian kegagalan operasi yg berpotensi menimbulkan Kecelakaan Radiasi; dan

k. menyiapkan laporan tertulis pelaksanaan program proteksi & KR, dan verifikasikeselamatan.

Paragraf 2: Personil: Radiografer dan Operator (Ps. 22)

Kualifikasi Radiografer harus plg kurang D-III Radiologi.

Kualifikasi Operator Psw Sinar-X Ked Gigi hrs memiliki plg kurang SLTA/setara & telah mendapat pelatihan khusus dlm pengoperasian Psw Sinar-X Ked Gigi.

Radiografer dan Operator Psw Sinar-X Ked Gigi memiliki tugas dan tanggung jawab:

a. memberikan proteksi thd pasien, dirinya sendiri, & masy di sekitar rg psw sinar-X;

b. menerapkan teknik & prosedur yg tepat utk meminimalkan paparan pasien; dan

c. melakukan kegiatan pengolahan film di kamar gelap.

Paragraf 3: Pelatihan Proteksi & Kes. Radiasi (Ps. 23)

Pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi harus diselenggarakan oleh pemegang izin.

Pelatihan mencakup: a. peraturan perUU ketenaganukliran; b. Sumber radiasi dlm pemanfaatan tenaga nuklir; c. Efek biologi radiasi d. Satuan dan besaran radiasi e. Prinsip proteksi dan keselamatan radiasi f. Alat ukur radiasi g. Tindakan dalam keadaan darurat

Pelatihan untuk PPR diatur dalam Perka BAPETEN

Bagian Ketiga: Persyaratan Proteksi (Ps. 24)

Justifikasi penggunaan pesawat sinar-X

Limitasi Dosis

Penerapan Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi

Persyaratan proteksi radiasi harus diterapkan pada tahap perencanaan, desain, dan penggunaan fasilitas di instalasi Radiologi Diagnostik dan Intervensional

Paragraf 1: Justifikasi Penggunaan

Justifikasi penggunaan psw berdasar pertimbangan manfaat yg diperoleh jauh lebih besar dp resiko bahaya radiasi yg ditimbulkan (Ps. 25)

Justifikasi pemberian paparan kpd pasien harus diberikan oleh dokter atau dokter gigi dlm btk surat rujukan atau konsultasi (Ps. 26)

Pemeriksaan radiologi utk keperluan pekerjaan, legal, atau asuransi kesehatan tanpa indikasi klinis tidak diperbolehkan, kecuali untuk: memberi informasi penting mengenaikesehatan seseorang atau proses pembuktian atas terjadinya suatu pelanggaran hukum (Ps. 27)

Pemeriksaan radiologi atas permohonan dokter atau dokter gigi yg dikonsultasikan dg organisasi profesi kesehatan yg terkait (Ps. 27)

Paragraf 1: Justifikasi Penggunaan

Pemeriksaan massal scr selektif thd kelompok populasi dg menggunakan psw sinar-X hanya diperbolehkan apabila manfaat yg diperoleh org perseorangan yg diperiksa atau bagi populasi scr keseluruhan, lebih besar dr resiko yg ditentukan oleh Dokter Radiologi /Berkompeten(Ps. 28)

Pesawat sinar-X Mamografi tidak boleh digunakan untuk pemeriksaan payudara apabila tidak ada indikasi klinis, kecuali untuk: (Ps. 29):

perempuan di atas 40 (empatpuluh) tahun dg pertimbangan bahwa manfaat yg diperoleh lebih besar dp risiko

perempuan di bawah 40 (empatpuluh) tahun dan memiliki sejarah faktor risiko yg tidak semestinya, diantaranya memiliki sejarah karsinoma payudara dlm keluarga terdekat.(Ps. 29)

Paragraf 2: Limitasi Dosis

Limitasi dosis harus mengacu Nilai Batas Dosis dan tidak boleh dilampaui dalam kondisi operasi normal, Nilai Batas Dosis berlaku untuk Pekerja Radiasi dan anggota masyarakat, Nilai Batas Dosis tidak berlaku untuk pasien dan pendamping pasien (Ps. 30)

Nilai Batas Dosis utk PR tidak boleh melampaui: dosis efektif 20 mSv pertahun rata2 selama 5 th berturut-turut, dosis efektif 50 mSv dlm 1 th tertentu, dosis ekuivalen utk lensa mata 150 mSv dlm 1 th, dan dosis ekuivalen utk tangan dan kaki atau kulit 500 mSv dlm 1 th.(Ps. 31)

Nilai Batas Dosis utk anggota masyarakat tidak boleh melampaui: dosis efektif 1 mSv dlm 1 tahun, dosis ekuivalen utk lensa mata 15 mSv dlm 1 th, dan dosis ekuivalen utk kulit 50 mSv dlm 1 th.(Ps. 32)

Paragraf 2: Limitasi Dosis

Utk memastikan Nilai Batas Dosis tdk terlampaui, PI harus: menyelenggarakan pemantauan Paparan Radiasi dg surveymeter, melakukan pemantauan dosis personil dg film badge/TLD badge dan dosimeter perorangan yg sdh dikalibrasi, menyediakan perlengkapan prot. radiasi (Ps. 33)

Dosimeter perorangan pembacaan langsung hrs disediakan PI utk PR plg kurang 2 buah yg menggunakan psw sinar-X intervensional dan C-Arm penunjang bedah (Ps. 34)

Perlengkapan Prot.Rad hrs disediakan PI utk setiap PR dan hrs sesuai dg SNI atau standar lain yg tertelusur yg diterbitkan lembaga akreditasi atau sertifikat pabrikan, meliputi pemantau dosis perorangan (FB atau TLD) dan protektif radiasi (apron, tabir Pb, kacamata Pb, sarung tangan Pb, pelindung tiroid Pb, pelindung ovarium, dan/atau pelindung gonad Pb), hrs digunakan setiap PR.(Ps. 35)

Paragraf 3: Penerapan Optimisasi Proteksi

Penerapan optimisasi proteksi dan keselamaran radiasi hrs diupayakan agar PR , pasien dan masyarakat menerima paparan radiasi serendah mungkin serta dilaksanakan melalui prinsip i: pembatas dosis utk PR dan masyarakat, dan tingkat panduan paparan medik pasien(Ps. 36)

Pembatas dosis hrs ditetapkan PI ½ NBD/thn utk PR 10 mSv/thn atau 0,2 mSv/minggu dan utk masyarakat 0,5 mSv/thn atau 0,01 mSv/minggu. (ps.37)

Pembatas dosis hrs ditetapkan PI utk pendamping pasien shg tdk melebihi 2 mSv selama pemeriksaan pasien dan hrs menerapkan optimisasi proteksi (Ps. 38):

Setiap PR hrs mencegah pengulangan paparan (Ps.39).

Tingkat panduan paparan medik diterapkan utk radiografi dan fluoroskofi, dapat dilampaui asalkan ada justifikasi sesuai kebutuhan klinis.(Ps. 40)

Bagian Keempat: Persyaratan Teknik(Ps. 41)

Persyaratan teknik meliputi:

Pesawat sinar-X

Peralatan penunjang pesawat sinar-X dan

Bangunan fasilitas

Paragraf 1: Pesawat sinar-X PI hanya boleh menggunakan pesawat sinar-X yg memenuhi SNI atau standar lain yg tertelusur yg diterbitkan lembaga akreditasi atau sertifikat pabrikan, pesawat sinar-X terdiri atas komponen: tabung, pembangkit tegangan tinggi, panel kontrol, dan/atau perangkat lunak.(Ps. 42)

Pesawat sinar-X utk pemeriksaan umum scr rutin hrs mempunyai spesifikasi: daya generator plg rendah 5 kW, kuat arus tabung plg rendah 50 mA, dan teg tabung dpt dioperasikan hingga 100 kV (Ps. 43)

Spesifikasi kuat arus tabung plg rendah 50 mA tdk berlaku utk ked gigi, mamografi, fluoroskofi &densitas tulang (Ps. 43)

Spesifikasi teg tabung hingga 100 kV tdk berlaku utk ked gigi, mamografi &densitas tulang (dpt C-arm digital)(Ps. 43)

Paragraf 1: Pesawat sinar-X Pesawat Sinar-X Ked Gigi Intraoral hrs dilengkapi konus. Konus hanya boleh digunakan dg spek: (Ps. 44)

a. pjg konus tdk boleh kurang 20 cm utk tegangan operasi di atas 60 kV;

b. pjg konus tdk boleh krg 10 cm utk tegangan 60 kV; dan

c. diameter konus tdk boleh lebih 6 cm.

Psw Sinar-X Fluoroskopi hrs dilengkapi dg sistem pencitraan, plg kurang meliputi: a. clossed circuit television (CCTV); atau b. charge coupled device (CCD) (Ps. 45).

Paragraf 1: Pesawat sinar-X

Psw Sinar-X Mobile hanya boleh digunakan utk pemeriksaan rutin di: a. instalasi gawat darurat; b. instalasi perawatan intensif; c. ruang radiologi apabila Pesawat Sinar-X Terpasang Tetap mengalami kerusakan; d. mobile station; e. klinik; f. puskesmas; atau g. praktek dokter. (Pasal 46)

Penggunaan Psw Sinar-X Mobile dlm mobile station persyaratan ukuran rg mobile station hrs sesuai Lampiran IV PerKa BAPETEN ini.

Psw Sinar-X Portabel dilarang digunakan utk

pemeriksaan rutin (Ps. 47).

Paragraf 1: Pesawat sinar-X

Ketentuan rg mobile station & ketentuan pelarangan psw Sinar-X Portabel dpt dikecualikan utk penggunaan pd: a. daerah Terpencil; b. daerah bencana; c. daerah konflik; dan d. pemeriksaan massal (mass screening) bagi masyarakat yg diduga terjangkit penyakit menular dan hanya boleh dilakukan instansi pemerintah (Ps. 48)

Psw Sinar-X Ked Gigi Portabel dilarang digunakan utk pemeriksaan rutin. pemeriksaan dental victim identification kepentingan forensik, Psw Sinar-X Ked Gigi Portabel boleh digunakan dg memperhatikan KR (Ps. 49).

Psw Sinar-X Fluoroskopi tanpa tabir penguat citra & Mass Chest Survey (MCS) dilarang digunakan (Ps. 50)

Paragraf 1: Pesawat sinar-X

Pswt Sinar-X hrs dioperasikan Radiografer, kecuali Psw Sinar-X Fluoroskopi . Pengoperasian Psw Sinar-X Mammografi, Radiografer diutamakan perempuan.(Ps. 51)

Psw Sinar-X Fluoroskopi hrs dioperasikan Dokter Spesialis Radiologi/Dokter yg Berkompeten (Ps. 52).

Citra Radiografi yg dihasilkan psw sinar-X hrs diinterpretasi Dokter Spesialis Radiologi/Dokter yg Berkompeten (Ps. 53).

Citra Radiografi yg dihasilkan psw sinar-X ked gigi hrs diinterpretasi Dokter Gigi Spesialis Radi Ked Gigi, Dokter Gigi yg Berkompeten, atau Dokter Spesialis Radiologi.untuk proyeksi periapikal dpt diinterpretasi dokter gigi (Ps. 54).

Paragraf 2: Peralatan Penunjang Psw sinar-X

Pemegang Izin hanya boleh menggunakan peralatan penunjang pesawat sinar-X yang memenuhi ketentuan Standar Nasional indonesia (SNI) atau standar lain yang tertelusur yang diterbitkan oleh lembaga akreditasi atausertifikat yang dikeluarkan oleh pabrikan (Pasal 55)

Peralatan penunjang pesawat sinar-X paling

kurang terdiri atas komponen: a. tiang penyangga tabung, b. kolimator, dan c. instrumentasi tegangan (Pasal 55)

Paragraf 3: Bangunan Fasilitas

Disain bangunan fasilitas pesawat sinar-X hrs memenuhi persyaratan: pembatas dosis PR utk perisai pd dinding ruangan dan/atau pintu yg berbatasan lgs dg rg kerja PR, pembatas dosis masy utk perisai pd dinding ruangan dan/atau pintu yg berbatasan lgs dg akses masy (Ps. 56)

Setiap perencanaan fasilitas psw sinar-X hrs memperhitungkan beban kerja max, faktor guna penahan radiasi, & faktor penempatan daerah sekitar fasilitas. Serta kemungkinan perubahan di masa mendatang dlm setiap parameter/semua parameter yg meliputi penambahan teg tabung, beban kerja, modifikasi teknis yg mungkin memerlukan tambahan pesawat sinar-X, dan bertambahnya tingkat penempatan daerah sekitar fasilitas. (Pasal 57)

Paragraf 3: Bangunan Fasilitas

Fasilitas psw sinar-X plg kurang hrs memenuhi persyaratan:

ukuran ruang psw sinar-X & mobile station hrs sesuai dg spesifikasi teknik psw sinar-X dr pabrik/rekomendasi standar internasional,

jendela ruang plg krg terletak pd ketinggian 2 m dr lantai,

dinding ruang dr bata merah ketebalan 25 cm/beton dg kerapatan jenis 2,2 g/cm3 ketebalan 20 cm/setara dg 2 mm Pb, dan pintu ruang hrs dilapisi Pb dg ketebalan tertentu.

Kamar gelap atau alat pengolahan film, ruang tunggu pasien, ruang ganti pakaian, dan tanda Radiasi, poster peringatan bahaya Radiasi, dan lampu merah (Ps. 57)

Bagian Kelima: Verifikasi Keselamatan (Ps. 58)

Verifikasi keselamatan harus dilakukan melalui:

pemantauan Paparan Radiasi

uji kesesuaian pesawat sinar-X; dan

identifikasi terjadinya paparan potensial.

Verifikasi keselamatan harus dicatat di dalam logbook.

Paragraf 1: Pemantauan Paparan Radiasi (Ps. 59)

Pemantauan Paparan Radiasi harus dilakukan oleh Pemegang Izin terhadap: a. fasilitas yg baru dimiliki sebelum digunakan; dan b. fasilitas yg mengalami perubahan.

Pemantauan Paparan Radiasi harus dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi pada: a. ruang kendali pesawat sinar-X; b. ruang di sekitar pesawat sinar-X; dan c. personil yang sedang melaksanakan prosedur fluoroskopi.

Paragraf 2: Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X (Ps. 60)

Paragraf 3: Identifikasi Paparan Potensial dan Paparan Darurat (Ps. 61)

Uji kesesuaian pesawat sinar-X harus dilakukan oleh Pemegang Izin, Ketentuan mengenai uji kesesuaian pesawat sinar-X diatur dlm PerKa BAPETEN tersendiri.

Identifikasi terjadinya Paparan Potensial dilakukan dg mempertimbangkan kemungkinan kecelakaan sumber atau suatu kejadian atau rangkaian kejadian yg mungkin terjadi akibat kegagalan peralatan atau kesalahan operasional.Paparan Potensial dapat menjadi Paparan Darurat.

BAB IV: INTERVENSI (Ps. 62) Pemegang Izin wajib melakukan Intervensi thd Paparan Darurat melalui tindakan protektif dan remedial berdasarkan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat.

Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat plg kurang meliputi: identifikasi thd penyebab terjadinya Paparan Darurat; personil yg melaksanakan Intervensi; sistem koordinasi antar penyelenggara KR dlm melaksanakan Intervensi; penanggulangan Paparan Darurat; dan pelaporan.

Penanggulangan Paparan Darurat plg kurang meliputi: tindakan protektif utk mencegah terulangnya Paparan Darurat (plg kurang melalui: uji kesesuaian dan perbaikan psw sinar-X; dan/atau

perbaikan perangkat lunak) penanganan dan pemulihan pasien/pekerja yg mendapat Paparan Radiasi berlebih.

Rencana penanggulangan keadaan darurat hrs disusun dlm program proteksi dan KR sesuai Lampiran I

BAB IV: INTERVENSI (Ps. 63) Pemegang Izin harus melaksanakan pencarian

fakta segera setelah terjadinya Paparan Darurat. Pencarian fakta meliputi:

a. analisis penyebab kejadian;

b. perhitungan atau kajian Dosis yg diterima; dan

c. tindakan korektif yg diperlukan utk mencegah terulangnya kejadian serupa.

Hasil pencarian fakta harus dicatat di dalam logbook.

BAB V: REKAMAN DAN LAPORAN (Ps. 64)

Pemegang Izin hrs membuat, memelihara dan menyimpan Rekaman yg terkait dg proteksi dan KR meliputi:

a. data inventarisasi psw sinar-X;

b. catatan dosis yg diterima personil setiap bulan;

c. hasil pemantauan laju Pap Radi di t4 kerja &lingkungan;

d. uji kesesuaian pesawat sinar-X;

e. kalibrasi dosimeter perorangan pembacaan langsung;

f. hasil pencarian fakta akibat Kecelakaan Radiasi;

g. penggantian komponen pesawat sinar-X;

h. Pelatihan (personil, tgl dan durasi, topik, FC sertifikat/srt)

i. hasil pemantauan kesehatan personil.

Rekaman hrs dicantumkan dlm program proteksi dan KR.

BAB V: REKAMAN DAN LAPORAN

Data inventarisasi pesawat sinar-X plg krg meliputi: komp. & spektek psw sinar-X; dan penggantian tab sinar-X (Ps.65)

Laporan meliputi lap pelaksanaan: program proteksi & KR, verifikasi keselamatan; dan Intervensi thd Paparan darurat (Ps.66)

Laporan hrs disampaikan scr tertulis PI kpd Ka. BAPETEN (Ps.67)

Lap tertulis plg krg meliputi: hasil pemantauan Dosis utk Rad Intervensional; hasil uji kesesuaian psw sinar-X; dan perbaikan dan/atau penggantian komponen pesawat sinar-X (panel kontrol; filter; kolimator; dan lampu kolimator).

BAB V: REKAMAN DAN LAPORAN

Laporan tertulis hasil pemantauan dosis utk Rad Intervensional hrs dilaporkan kpd Ka BAPETEN plg krg sekali dlm 1 thn.(Ps.67)

Laporan tertulis hasil uji kesesuaian dan perbaikan dan/atau penggantian komponen psw sinar-X diatur dg PerKa Bapeten tersendiri.

Laporan pelaksanaan Intervensi thd Paparan Darurat hrs disampaikan scr tertulis PI kpd Ka BAPETEN plg lama 3 hr kerja sejak pelaksanaan Intervensi thd Paparan Darurat selesai di lakukan(Ps.68)

Laporan tertulis plg krg berisi hasil pelaksanaan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat.

BAB VI: KETENTUAN PERALIHAN

Ketentuan mengenai Radiografer wajib dipenuhi PI plg lama 2 thn sejak tgl berlakunya PerKa BAPETEN ini.(Ps.69)

PI, sebelum memiliki Radiografer selama jangka waktu dpt menunjuk Operator yg memiliki kompetensi bid Radiologi.

Ketentuan Radiografer atau Operator Psw Sinar-X Ked Gigi dlm Penggunaan psw sinar-X pemeriksaan bid ked gigi wajib dipenuhi PI plg lama 2 thn sejak tgl berlakunya PerKa BAPETEN ini.(Ps.70)

PI, sebelum memiliki Radiografer/Operator Psw Sinar-X Ked Gigi dlm Penggunaan psw sinar-X pemeriksaan bid ked gigi selama jangka waktu dpt menunjuk personil yg memiliki kompetensi dlm pengoperasian Psw Sinar-X Ked Gigi..

BAB VI: KETENTUAN PERALIHAN Ketentuan mengenai Fisikawan Medis wajib dipenuhi PI plg lama 3 thn sejak tgl berlakunya PerKa BAPETEN ini.(Ps.71)

PI, sebelum memiliki Físika Medis selama jangka waktu dpt menunjuk sarjana fisika atau yg setara yg telah memiliki kompetensi fisika medik klinik.

Ketentuan mengenai persyaratan ukuran mobile station hrs dipenuhi plg lama 3 thn sejak tgl berlakunya PerKa BAPETEN ini.(Ps.72)

Ketentuan mengenai pelarangan Penggunaan Psw Sinar-X Portabel utk pemeriksaan umum scr rutin berlaku 3 thn sejak tgl berlakunya PerKa BAPETEN ini (Ps. 73).

PI setelah tdk menggunakan lagi Psw Sinar-X Portabel, hrs melakukan tindakan pemusnahan/pembesituaan.

BAB VI: KETENTUAN PERALIHAN PI hrs mengajukan permohonan penetapan penghentian kegiatan kpd Ka BAPETEN plg lama 5 hr kerja sejak tindakan dilaksanakan.(Ps.73)

Permohonan penetapan penghentian kegiatan hrs disertai dg bukti pelaksanaan kegiatan.

PI wajib memenuhi spek Psw Sinar-X plg lama 3 thn sejak tgl berlakunya PerKa BAPETEN ini.(Ps.74)

PI setelah tdk menggunakan lagi Psw Sinar-X, hrs melakukan tindakan pemusnahan/pembesituaan.

PI hrs mengajukan permohonan penetapan penghentian kegiatan kpd Ka BAPETEN plg lama 5 hr kerja sejak tindakan dilaksanakan.

Permohonan penetapan penghentian kegiatan hrs disertai dg bukti pelaksanaan kegiatan.

BAB VI: KETENTUAN PENUTUP

Pada saat PerKa BAPETEN ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 01P/Ka-BAPETEN/I-03 ttg Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (Ps. 75)

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan (Ps. 76).

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala BAPETEN ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 639

LAMPIRAN I: PROGRAM PROTEKSI & KR

Program proteksi dan KR adalah salah satu persyaratan izin, dokumen yg dinamis, sangat terbuka utk dimutakhirkan scr periodik. Pemutakhiran dilakukan baik atas inisiatif PI sendiri maupun melalui masukan yg disampaikan BAPETEN.

Tujuan utama program proteksi dan KR adalah menunjukkan tanggung jwb Pemegang Izin melalui penerapan struktur manajemen, kebijakan, dan prosedur yg sesuai dg sifat dan tingkat risiko. Ketika inspeksi dilakukan di suatu fasilitas, dokumen program proteksi dan KR menjadi salah satu topik diskusi antara tim inspeksi dg Pemegang Izin, PPR dan praktisi medik.

LAMPIRAN I: SISTIMATIKA PROGRAM PROTEKSI & KR

BAB I. PENDAHULUAN (Latar Belakang, Tujuan, Ruang Lingkup, dan Definisi)

BAB II. PENYELENGGARA PROTEKSI DAN KR ((Struktur Organisasi (jika dlm btk organisasi), Tanggung Jawab, dan Pelatihan)) BAB III. DESKRIPSI FASILITAS, PESAWAT SINAR-X DAN PERALATAN PENUNJANG, DAN PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI (Deskripsi Fasilitas, Deskripsi psw sinar-X dan Peralatan Penunjang, Deskripsi

Pembagian Daerah Kerja, dan Deskripsi Perlengkapan Proteksi Radiasi)

BAB IV. PROSEDUR PROTEKSI DAN KR ((Proteksi dan KR dlm Operasi Normal (Pengoperasian Psw Sinar-X, Proteksi dan KR utk Personil, Proteksi dan KR utk Pasien, Proteksi dan KR utk Pendamping Pasien), Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat))

BAB V. REKAMAN DAN LAPORAN (Keadaan Operasi Normal, Keadaan Darurat)

LAMPIRAN II: PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI

A. Peralatan Protektif Radiasi: Apron setara dg 0,2 mm Pb/0,25 mm Pb utk psw sinar-X Rad Diagnostik, dan 0,35 mm Pb/0,5 mm Pb utk psw sinar-X Rad Intervensional. Tebal kesetaran timah hitam hrs diberi tanda scr permanen dan jelas pada apron tsb.

Pelindung gonad setara dg 0,2 mm Pb/0,25 mm Pb utk psw sinar-X Rad Diagnostik, dan 0,35 mm Pb/0,5 mm Pb utk psw sinar-X Rad Intervensional. Tebal kesetaran Pb hrs diberi tanda scr permanen dan jelas pada apron tsb. Proteksi ini hrs dgn ukuran dan bentuk yg sesuai utk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.

Pelindung tiroid yg terbuat dari bahan setara dg 1 mm Pb.

LAMPIRAN II: PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI

A. Peralatan Protektif Radiasi: Sarung tangan

proteksi yg digunakan utk fluoroskopi hrs memberikan kesetaraan atenuasi plg kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini hrs dpt melindungi scr keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.

Kaca mata terbuat dari bahan setara 1 mm Pb.

Tabir Radiografer hrs dilapisi bahan setara 1 mm Pb. Ukuran tabir sbb: tinggi 2 m, dan lebar 1 m, dilengkapi kaca intip Pb setara 1 mm Pb.

LAMPIRAN II: PERLENGKAPAN PROTEKSI RADIASI

B. Peralatan Pemantau Dosis Perorangan: Film badge yg disediakan BPFK - Departemen Kesehatan/PTKMR - Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Termoluminisensi Dosimeter (TLD) yg disediakan BPFK - Departemen Kesehatan/PTKMR - Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Peralatan dosimeter perorangan pembacaan langsungsecara analog atau digital.

C. Peralatan Pemantau Paparan Radiasi seperti survey meter tdk dipersyaratkan utk psw sinar-X Rad Diagnostik tetapi utk psw sinar-X Rad Intervensional sebaiknya tersedia survey meter.

LAMPIRAN III: Tingkat Panduan Dosis Radiografi

No. Jenis Pemeriksaan Posisi Dosis Permukaan Masuk per Radiografi (mGy)

1. Lumbal (Lumbal Spine) AP LAT LSJ

10 30 40

2. Abdomen, Intravenous Urography, dan Cholecystography

AP 10

3. Pelvis AP 10

4. Sendi Panggul (Hip Joint) AP 10

5. Paru (Chest) PA LAT

0,4 1,5

6. Torakal (Thoracic Spine) AP LAT

7 20

7. Gigi (Dental) Periapical AP

7 5

8. Kepala (Skull) PA LAT

5 3

LAMPIRAN III: Tingkat Panduan Dosis CT-Scan

No. Jenis Pemeriksaan Dosis rata-rata multiple scan (mGy)

1. Kepala 50

2. Lumbal 35

3. Abdomen 25

LAMPIRAN III: Tingkat Panduan Dosis Mammografi

Dosis glandular rata-rata untuk setiap proyeksi cranio-caudal*

1 mGy ( tanpa grid )

3 mGy ( dengan grid )

No. Cara Pengoperasian Laju Dosis Permukaan Kulit (mGy/menit)

1. Normal 25

2. Tingkat Tinggi 100

LAMPIRAN III: Tingkat Panduan Dosis Fluoroskofi

LAMPIRAN IV: Ukuran Ruang Psw Sinar-X

No. Jenis Pesawat Sinar-X Ukuran Minimum Ruangan: panjang (m) x lebar (m) x tinggi (m)

1. Terpasang Tetap, Mobile dlm ruangan, tdk termasuk IGD dan ICU, Tomografi, Pengukur Densitas Tulang, C-Arm Penunjang Bedah, C-Arm Brakhiterapi.

4x 3 x 2,8

2. Mamografi 3 x 3 x 2,8

3. Intraoral Konvesional , Intraoral Digital 2 x 2 x 2,8

4. Ekstraoral Konvesional, Ekstraoral Digital

3x 2 x 2,8

5. CBCT-Scan 3 x 3 x 2,8

6. Fluoroskopi, Penunjang ESWL, CT-Scan, CT-Scan Fluoroskopi, C-Arm/U-Arm Angiografi, CT-Scan Angiografi, Simulator, CT-Scan untuk Simulator, CT-Scan Simulator

6x 4x 2,8

LAMPIRAN IV: Ukuran Mobile Station

No. Jenis Pesawat Sinar-X UkuranMobile Station:

1. Pesawat Sinar-X Mobile dalam Mobile Station

Sesuai spesifikasi teknik dari pabrik atau ketentuan standar internasional

2. Pesawat Sinar-X Mobile dalam Mobile Station

LAMPIRAN V: Tanda radiasi & Poster Peringatan Bahaya Radiasi

”WANITA HAMIL ATAU DIDUGA HAMIL HARUS MEMBERITAHU DOKTER ATAU RADIOGRAFER”

”AWAS SINAR-X”, dan ”PERHATIAN: AWAS SINAR-X”