Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

25
106 ANALISIS KESALAHAN UNGKAPAN BERI-TERIMA BAHASA JEPANG TERHADAP MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI MANADO Nama : Johnly Harly Tangkilisan Nim : 019686 Abstrak Ungkapan beri-terima di dalam bahasa Jepang adalah ungkapan yang menyatakan tindakan beri maupun terima barang dan jasa yang di dalamnya terkandung leksikal kata kerja beri-terima. Faktor utama pada saat menyatakan ungkapan ini terletak pada pemakaian kata kerja, tetapi tidak serta-merta dengan mengerti kata kerjanya kita dapat menyatakannnya dengan baik. Di lain pihak pemakaian kata kerjanya sangat tergantung kepada kehadiran pronomina persona (persona pertama, kedua, dan ketiga) dari pemberi dan penerima. Itu sebabnya, di dalam menyatakan ungkapan ini kedudukan leksikal kata kerja dan persona harus dapat dipahami dengan baik di samping faktor lain yang ada seperti performansi berbahasa dan lain-lain. Analisis kesalahan adalah suatu proses kerja yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa. Kegiatan analisis kesalahan yang dilakukan oleh guru, sesungguhnya memberikan manfaat tertentu untuk proses ke depan. Menurut Pateda (1989:35) analisis kesalahan dapat membantu guru untuk mengetahui jenis kesalahan yang dibuat pembelajar yaitu daerah kesalahan, sifat kesalahan, sumber serta penyebab kesalahan. Temuan-temuan terhadap kesalahan tersebut dapat menjadi umpan balik dalam pengevaluasian, perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran. Apabila pengajar telah menemukan aneka ragam kesalahan maka pengajar dapat mengubah metode dan teknik pengajaran yang dia gunakan sebelumnya, dan dapat menekan aspek bahasa yang perlu diperjelas atau membuat rencana pengajaran remedi. Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut yaitu; (a) Bagaiamana kesalahan dan kekeliruan yang dibuat oleh para pembelajar dalam menyusun ungkapan beri-terima barang/jasa bahasa Jepang dengan memperhitungkan aspek gramatikal dan kontekstual pertuturan. (b)

Transcript of Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

Page 1: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

106

ANALISIS KESALAHAN UNGKAPAN BERI-TERIMA BAHASA

JEPANG TERHADAP MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI MANADO

Nama : Johnly Harly Tangkilisan

Nim : 019686

Abstrak

Ungkapan beri-terima di dalam bahasa Jepang adalah ungkapan yang

menyatakan tindakan beri maupun terima barang dan jasa yang di dalamnya

terkandung leksikal kata kerja beri-terima. Faktor utama pada saat menyatakan

ungkapan ini terletak pada pemakaian kata kerja, tetapi tidak serta-merta dengan

mengerti kata kerjanya kita dapat menyatakannnya dengan baik. Di lain pihak

pemakaian kata kerjanya sangat tergantung kepada kehadiran pronomina persona

(persona pertama, kedua, dan ketiga) dari pemberi dan penerima. Itu sebabnya,

di dalam menyatakan ungkapan ini kedudukan leksikal kata kerja dan persona

harus dapat dipahami dengan baik di samping faktor lain yang ada seperti

performansi berbahasa dan lain-lain.

Analisis kesalahan adalah suatu proses kerja yang biasanya digunakan oleh

para peneliti dan guru bahasa. Kegiatan analisis kesalahan yang dilakukan oleh

guru, sesungguhnya memberikan manfaat tertentu untuk proses ke depan.

Menurut Pateda (1989:35) analisis kesalahan dapat membantu guru untuk

mengetahui jenis kesalahan yang dibuat pembelajar yaitu daerah kesalahan, sifat

kesalahan, sumber serta penyebab kesalahan. Temuan-temuan terhadap kesalahan

tersebut dapat menjadi umpan balik dalam pengevaluasian, perencanaan

penyusunan materi dan strategi pengajaran. Apabila pengajar telah menemukan

aneka ragam kesalahan maka pengajar dapat mengubah metode dan teknik

pengajaran yang dia gunakan sebelumnya, dan dapat menekan aspek bahasa yang

perlu diperjelas atau membuat rencana pengajaran remedi.

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut yaitu; (a)

Bagaiamana kesalahan dan kekeliruan yang dibuat oleh para pembelajar dalam

menyusun ungkapan beri-terima barang/jasa bahasa Jepang dengan

memperhitungkan aspek gramatikal dan kontekstual pertuturan. (b)

Page 2: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

107

Kecenderungan kesalahan dan kekeliruan yang dibuat oleh pembelajar. (c)

Tendensi terjadinya kesalahan berbahasa dalam ungkapan ini.

Mencermati rumusan masalah yang dibuat di atas maka tujuan penelitian ini,

yakni; (a) Memperoleh gambaran mengenai kesalahan dan kekeliruan

penggunaan gramatikal pada tataran leksikal kata kerja. (b) Memperoleh

gambaran mengenai kesalahan dan kekeliruan penempatan gramatikal pada

tataran pronomina persona. (c) Memperoleh gambaran mengenai terjadinya

interferensi ke dalam bentuk kalimat pasif. (d) Memperoleh gambaran mengenai

kekeliruan dalam pertuturan secara kontekstual. (e) Memperoleh informasi

mengenai tendensi terjadinya kesalahan secara umum.

1. Gambaran Umum mengenai Ungkapan Beri-terima Bahasa Jepang

Dalam buku Atarashii Nihongogaku Nyuumon karangan Iori (2001:115)

dijelaskan bahwa ungkapan beri-terima adalah ungkapan yang di dalamnya

terkandung kata kerja beri-terima. Iori mengklasifikasikan jenis kata kerja beri-

terima yang digunakan dalam ungkapan beri-terima ke dalam dua bagian yaitu

hikeigokei atau bentuk kurang hormat dan keigokei atau bentuk hormat. Kata kerja

beri-terima yang termasuk hikeigokei seperti yaru, ageru, kureru, morau

sedangkan yang termasuk keigokei seperti sashiageru, kudasaru, itadaku. Uraian

ini akan mengingatkan kita akan seorang Jepang yakni Yoshida yang

mengungkapkan pandangan tidak jauh berbeda dengan apa yang sudah diutarakan

oleh Isao tadi. Yoshida (1990:202) mengungkapkan bahwa ketiga kata kerja yaitu

kelompok keigokei merupakan pasangan bentuk hormat dari ketiga kata kerja

kelompok hikeigokei yang digunakan dalam menyatakan rasa hormat karena

perbedaan status, kedudukan, atau umur.

Yoshida (1990:202) mengutarakan bahwa di dalam menyatakan ungkapan

beri-terima faktor utama di dalam memilih kata kerjanya adalah gramatikal orang

atau kata ganti orang yakni orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga dari si

pemberi dan si penerima. Horikawa (1993:53) memberikan batasan pemikiran

mengenai apa yang dimaksud dengan kata ganti orang yakni;

Page 3: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

108

“Ninshodaimeshi wa, aru hanashi no baai de, hanashite ga jibun

to no kankei ni oite hito (hanashite wo fukumete) wo sashiarawasu

kotoba deatte,……… ninshoudaimeishi niwa, hanashite ga

hanashi no naka de, hanashite jishin wo sashishimesu no ni

mochiiru daiichi ninshou (jishou to mo iu) to, aite wo

sashishimesu no ni dainininshou (taishou to mo iu) to, daisansha

wo sashishimesu no ni mochiiru daisanninshou (tashou to mo iu)

yo ga aru.”

Pendapat di atas tadi memberikan gambaran bahwa pemahaman ungkapan

beri-terima juga akan mendapat pengaruh selain dari pemakaian kata kerja beri-

terima, juga kata ganti persona yang melibatkan penggunaan aspek linguistik

maupun sosiolinguistik (kontekstual pertuturan).

1.1 Kata Kerja Beri-terima

1.1.1 Yaru

Brown (1987:140) mengatakan bahwa, “Yaru is normally used in

refering to giving something to an animal or an inanimate object in certain

it can be used to mean that someone gives something to a family member,

a very close friend, a relative, or child.” Dapat disimpulkan bahwa kata

kerja yaru dipakai bila si penerima lebih rendah statusnya dari si pemberi

atau biasanya dipakai dalam lingkungan keluarga. Selain itu dapat dipakai

pula pada hewan atau tumbuhan. Matsumura (1989:2249) menambahkan,

“Tanin ni mono wo ataeru. Douto matawa sore ika no hito ni mono wo

ataeru. Tooku ni iru hito ni shinamono ya tegami, uta wo okuru.”

Berdasarkan pandangan di atas berikut dapat lihat contoh kalimat yang

memakai kata kerja yaru:

1. Mago ni kozukai wo yaru.

(memberikan uang jajan kepada cucu)

2. Inu ni esa wo yaru.

([saya] memberikan makanan kepada anjing)

3. Ueki ni mizu wo yaru.

([saya] menyiram tanaman)

Page 4: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

109

Kata kerja yaru dapat berfungsi sebagai kata kerja bantu dalam

ungkapan beri-terima. Seperti yang diungkapkan oleh Matsumura

(1989:2449) bahwa fungsi dan pembentukannya adalah “(hojodoushi)

doushi no renyoukei ni setsuzokujoshi [-te] {matawa [-de]} no soeta

katachi ni tsuku. Nanraka no dousa no hoka ni taishite okonau i wo

arawasu. Hanashitejishin ga tsuyoi kimochi de nageyariteki ni iihanatsu i

wo arawasu.” Jadi pada dasarnya, konjugasi bentuk [-te] kata kerja lain

dengan yaru [-te yaru] dipakai untuk menyatakan suatu perbuatan atau

tindakan terhadap orang lain (apakah teman, anak kecil, atau pada hewan

dan tumbuhan), misalnya:

4. Shoutaijo wo kaite yaru.

([saya] akan menuliskan surat undangan [untuk-nya])

5. Tegami no henji wo kakanaide, hotteoite yatta.

(Tidak usah menjawab suratnya, biarkan saja)

1.1.2 Ageru

Brown (1987:140) mengatakan bahwa, “ageru--- means someone gives

something to an equal or to an interior.“ Sedangkan secara leksikal

Matsumura (1989:31) mengatakan bahwa, “ageru, [ataeru] [yaru] no teinei

na iikata.” Dapat dikatakan bahwa kata kerja ini lebih sopan dari kata kerja

sebelumnya yaitu yaru dan dipakai bila diri sendiri atau orang lain

memberi sesuatu kepada pihak lain yang sederajat, misalnya:

6. Kono hon, anata ni agemasu.

(Buku ini akan [saya] berikan kepada kamu)

Di samping itu, kata kerja ini dapat berfungsi sebagai kata kerja bantu.

Matsumura (1989:31) menegaskan bahwa, “(hojoudoshi) doushi no

renyoukei ni setsuzokujoshi [-te] no tsuita katachi ni tsuku. Aite ni taishite,

Page 5: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

110

onkei tonaru youna dousa wo suru koto wo, dousasha no tachiba kara iu.

Kore wa [-te yaru] to kotonari, ukete ni taisuru karui kei i ga ippanteki

dearu.” Pendek kata, seseorang melakukan suatu tindakan (yang

merupakan jasanya) untuk kepentingan teman atau lawan bicaranya.

Secara kontekstual ini berbeda dengan bentuk [-te yaru] di mana pelaku

hanya memandang enteng si penerima jasa, misalnya:

7. Tanakasan wa okadasan ni hon wo agemashita.

(Tn. Tanaka memberikan buku kepada Nn. Okada)

1.1.3 Kureru

Matsumura (1989:729) mengatakan bahwa, “Kureru, tanin ga hanashite

matawa wadai no jinbutsu ni mono wo ataeru.” Hal ini lebih diperjelas

oleh pendapat Brown (1987:141) yang mengatakan bahwa, “Kureru---

means an equal or an inferior gives something to the speaker or his

immediate family or group.” Jadi kata kerja ini dipakai bila pihak lain

memberi sesuatu kepada figur yang menjadi pembicaraan (orang dalam

kelompok si pembicara) atau si pembicara itu sendiri, misalnya:

8. Kare ga boku ni hon wo kureta.

(Dia memberi sebuah buku kepada saya)

Seperti fungsi kata kerja sebelumnya, [kureru] juga dapat berfungsi

sebagai kata kerja bantu. Dalam hal ini pihak lain melakukan suatu

tindakan yang menguntungkan bagi figur yang menjadi pokok

pembicaraan (orang yang ada dalam kelompok si pembicara) atau si

pembicara itu sendiri. Matsumura (1989:729) mengatakan bahwa,

“Kureru, (hojodoushi) doushi no renyoukei ni joshi [-te] ga tsuita katachi

ni tsuite, sono dousasha ga hanashite matawa wadai no jinbutsu no tame ni

nanraka no dousa wo suru koto wo arawasu.

Page 6: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

111

Hal senada diutarakan Yukiko (1998:252) bahwa bentuk [-te kureru],

“hanashite (matawa hanashite no gawa no hito) no tame ni dareka ga

nanika no koui wo suru to iu koto wo, koui wo suru hito wo shugo ni shite

noberu hyougen. Sonohito ga jibun kara susunde koui wo shita toki ni

tsukau.” Pada dasarnya tindakan yang diberi adalah sesuatu yang menjadi

keuntungan bagi si penerima, misalnya:

9. John ga bokura wo shokuji ni yonde kureta.

(John mengajak kita untuk makan)

1.1.4 Morau

Brown (1987:141) mengatakan “Morau----means receive. The

honorific form of morau is omorai ni naru, but it is better to avoid this

form. The humble form, itadaku, is used when someone receives

something form a superior. Lebih spesifik lagi pendapat dari Matsumura

(1989:2413) bahwa, “Morau, hoka kara atararete jibun no mono tosuru.”

Kata kerja morau dipakai apabila penerima memperoleh sesuatu dari pihak

teman atau luar yang memiliki status sederajat atau di bawahnya,

misalnya:

10. Okadasan wa Itousan ni hon wo moraimashita.

(Nn. Okada menerima buku dari Sdr. Ito)

Fungsi dan pembentukan kata kerja ini sama dengan kata kerja

sebelumnya yaitu sebagai kata kerja bantu dengan mengikuti pola [-te]

kata kerja lain ditambah morau [-te morau]. Seperti yang diungkapkan

pula oleh Matsumura (1989:2413) bahwa,

“Morau, (hojodoushi) doushi no renyoukei ni joshi [-te/-de] wo

soeta katachi ni tsuku. Tanin no koui ni yori, matawa jibun kara

irai shite okonawareta koui ni yotte mizukara ga rieki wo ukeru i

wo arawasu. Mata tanni irai shite tanin ni koui wo saseru i wo

arawasu---jibun no koui ni yori matawa tanin no irai ni yotte jibun

no okonatta koui ga tanin nirieki wo motarasu i wo arawasu.”

Page 7: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

112

Dalam hal ini, bentuk [-te morau] untuk menyatakan suatu perbuatan

(kebaikan) dari pihak luar terhadap si pembicara (pihak luar pula) yang

memang diharapkan (penerima), misalnya:

11. Uekisan ni niwa no teire wo shite morau.

(Ueki mendekorasikan halaman rumah saya)

1.1.5 Sashiageru

Matsumura (1989:969) mengatakan bahwa, “Sashiageru, [ataeru] [yaru]

no kenjogo. Kentei suru. Ukete wo uyamau kimochi wo komete iu go.”

Kata kerja sashiageru dipakai apabila si pembicara atau si pemberi merasa

hormat kepada si penerima. Hal serupa diutarakan oleh Brown (1987:140)

bahwa, “Sashiageru----means someone gives something to a superior. It

can also be used in place of ageru to make one‟s speech more polite.”

Contoh:

12. Watashi wa sensei ni omiyage wo sashiagemashita.

(Saya memberikan oleh-oleh kepada Pak guru)

Kata kerja ini dapat berfungsi pula sebagai kata kerja bantu. Di mana

kata kerja ini ditempelkan pada kata kerja lain bentuk [-te]. Yukiko

(1998:253) mengatakan bahwa bentuk [-te sashiageru], adalah “Hoka no

hito no tame ni hanashite (matawa hanashite nogawa no hito) ga nanika no

koui wo suru koto wo arawasu. Koui woukeru noga meue ka teido no

shitakunai hito no baai ni tsukau koto ga ooku……..”

Pada dasarnya pemakaian kata kerja [–te sashiageru] untuk menyatakan

suatu pemberian jasa (tindakan kebaikan) terhadap teman atau pihak luar

yang dirasa perlu dihormati. Oleh karena itu pemaikaian kata kerja ini

akan lebih sopan tinimbang [ageru]. Contoh:

Page 8: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

113

13. Gaijin ni kanji wo yonde sashiagemashita.

(Saya membacakan kanji untuk orang asing)

1.1.6 Kudasaru

Brown (1987:141) menjelaskan bahwa, “Kudasaru----means a superior

gives something to the speaker or his immediate family or group it can

also be used in place kureru to make one‟s speech more polite.” Menurut

Matsumura (1989:697) “Kudasaru, [ataeru] [kureru] no sonkeigo; otae ni

naru.” Kata kerja ini dapat digunakan tatkala si pembicara (orang yang ada

dalam kelompok si pembicara) diberi sesuatu oleh pihak teman atau pihak

luar. Dalam hal ini, si penerima lebih rendah statusnya dari pada si

pemberi atau karena si penerima bermaksud merendahkan diri (memiliki

rasa hormat) terhadap si pemberi.

14. Sensei ga kanjijiten wo kudasatta yo.

(Pak guru memberi saya kamus kanji lo!)

Kata kerja ini dapat berfungsi pula sebagai kata kerja bantu. Yukiko

(1998:249) menegaskan bahwa “hanashite aruiwa hanashite gawa no hito

no tame ni, dareka ga nanika no koui wo suru to iu koto wo, koui wo suru

hito wo shugo ni shite noberu hyogen. Koui wo suru hito ga hanashite yori

meue matawa amari shitashikunai kankei no toki ni tsukau.”

Fungsi dan pembentukannya adalah pihak luar menyatakan suatu

perbuatan yang menguntungkan bagi pembicara (orang dalam kelompok si

pembicara) sebagai si penerima jasa. Dalam hal ini si penerima dengan si

pemberi memiliki hubungan yang tidak terlalu akrab atau karena ada

perbedaan status. Contoh:

15. Yamadasan ga wazawaza uchimade kite kudasaru koto ni natta.

(Yamada sudah menetapkan datang ke rumah)

Page 9: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

114

1.1.7 Itadaku

Matsumura (1989:132) mengatakan bahwa, “Itadaku, [morau] no

kenjogo. Meue no hito kara hinshin wo morau koto ya onkei to naru you

na dousa wo uketeiru koto wo, ukete wo hikumete iu iikata.” Dalam

pemakaian kata kerja ini, si penerima bermaksud merendahkan diri atau

karena sesuatu yang diperoleh dari pihak yang lebih tinggi statusnya.

16. Buchou ni nengajou wo itadaitan desu.

(Saya memperoleh kartu ucapan selamat Tahun Baru dari Bos)

Kata kerja ini dapat berfungsi sebagai kata kerja bantu. Di mana kata

kerja ini akan ditempelkan pada bentuk [-te] kata kerja lain atau dalam

bentuk [-te itadaku]. Yukiko (1998:243) mengatakan bahwa, bentuk [-te

itadaku], [….te morau] no kenjogo. Dare ka ga hanashite aruiwa hanashite

gawa no hito no tame ni aru koui wo suru to iu ami wo arawasu. Futsuu,

onkei wo uketa to iu kimochi ga fukumareru.”

Pendek kata, bentuk ini dipakai apabila si pembicara (seseorang)

mendapat perlakuan jasa (tindakan kebaikan) dari pihak luar (teman) yang

lebih tinggi statusnya. Dengan kata lain, si penerima bermaksud

merendahkan diri karena sesuatu yang diharapkan dia akan atau telah

peroleh. Contoh:

17. Watashi wa kono e wo sensei kara homete itadakimashita yo.

(Saya mendapat pujian dari Pak guru oleh karena gambar ini)

Di luar ketujuh kata kerja di atas (misalnya; [ataeru], [ukeru] dan lain-

lain) tidak dapat digunakan dalam ungkapan beri-terima bahasa Jepang. Di

samping itu kata kerja yang diuraikan di atas tidak dapat dikonjugasikan

ke dalam bentuk pasif (ukemi) karena beberapa di antaranya memiliki

kesesuaian dalam kalimat pasif. [Yaru], [ageru], [sashiageru] ada

kesesuaian dengan kalimat aktif, [morau], [itadaku] ada kesesuaian dengan

Page 10: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

115

kalimat pasif, sedangkan [kureru], [kudasaru] memiliki kesesuaian baik

kalimat aktif maupun pasif (Iori, 2001:120).

1.2 Pronomina Persona dalam Ungkapan Beri-terima

Secara fundamental, pronomina persona dalam bahasa Jepang merupakan

satu hal yang cukup substansial dalam setiap ungkapan. Artinya, dalam satu

kalimat, kepada siapa dan apa isi percakapan itu, perlu dipertimbangkan,

agar baik si pembicara maupun pendengar saling berterima. Hal ini berarti

eksistensi kata ganti persona dalam satu ungkapan secara struktural maupun

kontekstual sangat berpengaruh. Kondisi seperti ini dikandung dalam

ungkapan beri-terima bahasa Jepang.

Sebelum melihat keterkaitannya dengan ungkapan beri-terima ada baiknya

jika melihat beberapa pandangan umum mengenai pronomina persona ini dari

beberapa ahli bahasa. Menurut Horikawa (1993:53) kata ganti persona adalah

kata yang menunjukkan orang, di mana pembicara ada dalam hubungan

dengan pribadi yang ada dalam suatu cerita. Hal itu kadang tidak ditunjukkan

secara nyata. Matsumura (1989:1454) mengatakan bahwa, “Bunpou de,

gengo shutai ga hanashite ka kikite ka, matawa sore igai no daisan ninshou

(tashou) no sanshu ga aru. Nihongo dewa, ippanteki ni daimeishi no bunrui ni

kore wo mochii, sanshu no hoka ni futeishou wo tateru.”

Berkenaan dengan hal di atas, Horikawa (1993:53) menjelaskan lagi

bahwa, orang yang muncul dan menunjukkan si pembicara adalah persona

pertama. Orang yang muncul dan menunjukkan teman atau lawan bicara

adalah persona kedua. Sedangkan orang yang muncul dan menunjukkan

orang ketiga adalah persona ketiga.

Pada persona ketiga, Horikawa masih membagi lagi dalam empat

kelompok, yaitu pertama kelompok kinshou atau persona yang muncul dan

menunjukkan orang yang ada hubungan dekat dengan si pembicara. Kedua,

kelompok chuushou atau persona yang muncul dan menunjukkan orang yang

memiliki hubungan dengan teman atau lawan bicara. Ketiga, kelompok

enshou atau persona yang muncul dan menunjukkan hubungan yang tidak

Page 11: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

116

dapat dijelaskan apakah dekat dengan lawan bicara atau si pembicara.

Sedangkan keempat, kelompok futeishou atau persona yang muncul dan

menunjukkan hubungan yang tidak dapat diberikan posisi seperti kelompok-

kelompok sebelumnya.

Alfonso dan Niimi (1977:321) memberi pemahaman secara bersahaja

bahwa masyarakat Jepang sering menggunakan pronomina persona yang

umumnya dibedakan atas tiga kategori persona, yakni persona pertama,

persona kedua, dan persona ketiga. Orang yang masuk dalam persona

pertama adalah diri saya sendiri, keluarga saya, teman saya, kelompok saya.

Orang yang masuk dalam persona kedua adalah diri anda, keluarga anda,

teman anda, kelompok anda. Sedangkan orang yang masuk dalam persona

ketiga adalah orang yang dikenal baik atau pada dasarnya orang yang ada di

luar si pembicara dan si pendengar.

Pemaparan pronomina persona seperti di atas akan memberikan

keterangan kepada proses realisasi ungkapan beri-terima bahasa Jepang.

Dalam ungkapan ini pemilihan kata kerja sangat tergantung pada kehadiran

personanya. Itulah sebabnya seperti yang sudah disebutkan oleh Yoshida

(1990:202) bahwa di dalam menyatakan ungkapan beri-terima faktor utama

dalam memilih kata kerja adalah gramatikal „orang‟. Gramatikal orang yang

dimaksudkan adalah pronomina persona yaitu, persona pertama, persona

kedua, dan orang ketiga dari pemberi dan penerima.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, pronomina persona yang dalam

kaitannya dengan realisasi ungkapan beri-terima dapat penulis simpulkan

dalam tabel sebagai berikut:

Page 12: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

117

Tabel 1:

Batasan Pronomina Persona dalam Ungkapan Beri-terima

POSISI

PRONOMINA PERSONA

PERSONA

PERTAMA

Watashi, boku, jibun, ore,

watashitachi, bokutachi,

jibuntachi, oretachi, wareware,

dan lain-lain.

Orang-orang yang ada di dalam

kelompok sendiri, misalnya;

keluarga, grup, dan lain-lain.

PERSONA

KEDUA

Anta, anta, kimi, omae,

anatagata, antatachi, kimitachi,

omaetachi, dan lain-lain.

Orang-orang yang ada di dalam

kelompok teman, misalnya; keluarga

teman, grup teman dan lain-lain.

Pemakaian nama teman, misalnya;

Johnsan,dan lain-lain.

PERSONA

KETIGA

Anokata, kare, kanojo,

anohitotachi, karera, kanojotachi,

dan lain-lain.

Orang-orang dalam kaitannya tidak

dapat diposisikan seperti di atas.

Pemakaian nama persona ketiga,

misalnya; Smith-san, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka kedudukan kata

kerja dan pronomina persona dalam ungkapan beri-terima bahasa Jepang

dapat disimpulkan sebagai berikut ini;

1. Kata kerja yaru, ageru, sashiageru digunakan apabila pelakunya

adalah;

a. p.1 (atasan/sederajat/bawahan) menyatakan satu barang atau

jasa kepada p.2 (bawahan/sederajat/atasan)

b. p.1 (atasan/sederajat/bawahan/) menyatakan satu barang atau

jasa kepada p.3 (bawahan/sederajat/atasan)

c. p.2 (atasan/sederajat/bawahan) menyatakan satu barang atau

jasa kepada p.3 (bawahan/sederajat/atasan)

d. p.3 (atasan/sederajat/bawahan) menyatakan satu barang atau

jasa kepada p.3 (bawahan/sederajat/atasan)

Pola kalimat yang dapat digunakan, adalah;

…………ga…………ni…………wo yaru/ageru/sashiageru

…………ga…………ni…………wo ~te yaru/~teageru/~tesashiageru

2. Kata kerja morau, itadaku digunakan apabila pelakunya adalah;

a. p.1 (atasan/sederajat, bawahan) dinyatakan satu barang atau

jasa oleh p.2 (bawahan, sederajat/atasan)

Page 13: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

118

b. p.1 (atasan/sederajat, bawahan) dinyatakan satu barang atau

jasa dari p.3 (bawahan, sederajat/atasan)

c. p.2 (atasan/sederajat, bawahan) dinyatakan satu barang atau

jasa oleh p.3 (bawahan, sederajar/atasan)

d. p.3 (atasan/sederajat, bawahan) dinyatakan satu barang atau

jasa oleh p.3 (bawahan, sederajat/atasan)

Pola kalimat yang dapat digunakan, adalah;

…………ga…………ni/kara……….wo morau/itadaku

…………ga…………ni/kara……….wo ~te morau/~te itadaku

3. Kata kerja kureru, kudasaru digunakan apabila pelakunya adalah;

a. p.3 (bawahan, sederajat/atasan) menyatakan satu barang atau

jasa kepada p.1 (atasan/sederajat, bawahan)

b. p.3 (bawahan, sederajat/atasan) menyatakan satu barang atau

jasa kepada p.1 (atasan/sederajat, bawahan)

c. p.3 (bawahan, sederajat/atasan) menyatakan satu barang atau

jasa kepada p.2 (atasan/sederajat, bawahan)

Pola kalimat yang dapat digunakan adalah;

………….ga………….ni…………..wo kureru/kudasaru

………….ga………….ni…………..wo ~te kureru/~te kudasaru

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa di dalam bahasa Jepang

satu hal yang substansial adalah bagaimana menyatakan ekspresi yang

sewajarnya (perbedaan status) kepada lawan bicara agar saling terima.

Tanimichi (1997:17) mengatakan bahwa dalam bahasa Jepang sangat penting

menempatkan ekspresi secara psikologi pada siapa dan keadaan yang

bagaimana kita bicara. Oleh karena itu, sangat wajar jika realisasi ungkapan

ini dibuat dengan mempertimbangkan (apakah kata ganti persona atau kata

kerja) sebaik mungkin.

Tetapi, menurut Tomita (1991: 189) bahwa dalam bahasa Jepang jika kita

berbicara kepada pihak luar (orang lain) mengenai yang terjadi dalam

lingkungan keluarga sendiri, biasanya tidak perlu memakai bentuk sopan.

Misalnya ada pertanyaan demikian;

Page 14: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

119

18. Anata wa imoutosan ni nani wo agemashita ka?

(Kamu memberi apa kepada adikmu?)

Maka sebaiknya dijawab:

19. Watashi wa imouto ni hon wo yarimashita.

(Saya memberi sebuah buku untuk adik saya)

Dalam ungkapan beri-terima antara kata kerja yaru dan ageru, kata kerja

ageru lebih mengandung makna yang sopan tinimbang kata kerja yaru.

Logika pengungkapan beri-terima baik barang maupun jasa (tindakan

kebaikan) pada dasarnya sama, hanya objeknya yang berbeda. Beri-terima

barang yang menjadi objek adalah barangnya. Sedangkan beri-terima

jasa/tindakan kebaikan, yang menjadi objek (langsung) adalah tindakan.

Penyataan beri-terima jasa dengan pola [~te kata kerja beri-terima] adalah

satu pola pembentukan kata kerja beri-terima sebagai kata kerja bantu. Tetapi,

ada pula pernyataan dengan beberapa kata kerja lain tanpa kemunculan kata

kerja beri-terima yaitu (kasu, kau, uru dan sebagainya) yang menghadirkan

dua valensi di dalamnya (pemberi dan penerima). Meski demikian, tidak

berarti kata kerja tersebut akan luput dari pola [~te kata kerja beri-terima] jika

dalam pernyataan ada sesuatu yang berpindah tangan atau ada satu tindakan

jasa terjadi (Tomita, 1992:189).

1.3 Istilah Kesalahan Berbahasa

Istilah kesalahan menurut Parera (1993:74) adalah kesalahan yang

berlatarkan pengetahuan tentang bahasa yang memang sudah susah, dan

kesalahan itu dilakukan berulang-ulang karena pengetahuan tentang kaidah

bahasa yang sudah tidak benar. Sedangkan istilah kekeliruan menurut Corder

(1981:10) adalah, “ It will be usefull therefore here after to refer to the

systematic errors of performance as mistake.” Kesalahan yang terjadi

mengarah kepada kesalahan sistem performansi dan itu merupakan suatu

Page 15: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

120

kekeliruan. Tarigan dan Jago Tarigan (1990:75-76) memberikan ciri-ciri

kekeliruan itu sendiri sebagai berikut;

1) penyebab kekeliruan umumnya faktor performansi, yang meliputi

keterbatasan mengingat sesuatu atau lupa, keliru melafalkan fonem,

urutan kata, tekanan kata, atau kalimat

2) kekeliruan bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran

linguistik

3) kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh para pembelajar

apabila mereka lebih sadar, waspada atau memusatkan perhatian

4) kekeliruan tidak berlangsung lama

Adapun ciri-ciri kesalahan (error) dapat dipaparkan sebagai berikut;

1) penyebab kesalahan adalah faktor kompetensi. Artinya, pembelajar

memang belum menguasai sistem linguistik bahasa yang

digunakannya

2) kesalahan biasanya terjadi secara konsisten

3) perbaikan biasanya dilakukan oleh pengajar, misalnya melalui latihan,

praktek dan sebagainya

4) kesalahan berlangsung lama apabila tidak langsung ditindak lanjuti,

dilakukan usaha eleminasi atau diperbaiki

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka dapat ditarik satu

kesimpulan sederhana mengenai pengertian kesalahan (error) dan kekeliruan

(mistake) ke dalam satu formulasi tabel di bawah ini;

Tabel 2:

Kategori Pengertian error dan mistake

No Kategori Kesalahan

(Error)

Kekeliruan

(Mistake)

1 Sumber Kompetensi Performansi

2 Sifat Sistematis Tidak Sistematis

3 Sistem Linguistik Belum Dikuasai Sudah Dikuasai

4 Jangka Waktu Cukup Lama Sementara

5 Dampak/Hasil Penyimpangan Penyimpangan

6 Proses Eleminasi Dibantu Guru Siswa Sendiri

Page 16: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

121

Kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi artinya pembelajar memang

belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan

biasanya terjadi secara konsisten, secara sistematis. Kesalahan tersebut dapat

berlangsung lama apabila tidak segera diperbaiki. Proses perbaikan biasanya

dilakukan oleh pihak guru, misalnya melakukan pengajaran remedi, latihan,

praktek dan sebagainya. Bila tahap pemahaman pembelajar terhadap sistem

bahasa semakin meningkat, maka kesalahan yang akan terjadi akan semakin

berkurang.

Kekeliruan disebabkan oleh faktor performansi, keterbatasan dalam

mengingat sesuatu atau faktor kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam

melafalkan bunyi, urutan kata, struktur kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan

ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik.

Kekeliruan yang terjadi di pihak pembelajar biasanya dapat diperbaiki oleh

pembelajar itu sendiri misalnya, lebih mawas diri, sadar dan peka terhadap

bahasa yang dipelajarinya. Pembelajar sebenarnya sudah mengetahui aspek-

aspek penggunaan bahasanya, tapi karena faktor performansi yang tak

dikendalikan sehingga tak luput pula dari kekeliruan.

3. Metodologi

3.1 Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dalam rangka

menjelaskan sesuatu yang terjadi pada masa sekarang. Metode deskriptif

menurut Surakhmad (1984:140) memusatkan diri pada pemecahan masalah

yang aktual, data disusun, dijelaskan kemudian dianalisis. Wasito (1997:10)

mempertegas bahwa, penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya merupakan

penyingkapan fakta.

Sifat penelitian deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

eksploratif. Alasan yang sesuai dengan tuntutan penggunaan metode ini,

adalah; (a) Masalah yang diteliti adalah masalah yang sedang dihadapi pada

situasi sekarang, yakni kesalahan pengungkapan beri-terima bahasa Jepang

Page 17: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

122

oleh pembelajar. (b) Berkenaan dengan tujuan penelitian yang diangkat,

yakni memperoleh gambaran mengenai kesalahan pembelajar dalam ungkapan

tersebut. (c) Melalui langkah-langkah penelitian yang meliputi pengumpulan

data, klasifikasi data, analisis data, dan penarikan kesimpulan.

3.2 Teknik

Adapun jenis intrumen penelitian yang dibuat berdasarkan tujuan

penelitian dan hasil kajian dari sumber-sumber kepustakaan yang dianggap

relevan dalam mendapatkan informasi atau data yang akurat yaitu; Tes

Tertulis dan Angket.

4. Temuan Penelitian

Berdasarkan data kesalahan pada bagian terdahulu, maka kesalahan-kesalahan

yang dibuat oleh pembelajar diformulasikan melalui satu klarifikasi kesalahan

dalam kategorisasi yakni kesalahan penggunaan gramatikal pada tataran leksikal

kata kerja (kategori I), pada tataran leksikal kata ganti persona (kategori II),

pengungkapan secara kontekstual (kategori III), dan interferensi bentuk pasif

(kategori IV).

Lewat informasi yang diperoleh di lapangan, kesalahan yang ditemui dalam

ungkapan beri-terima tidak hanya pada kategori-kategori tersebut juga pada

tataran lain seperti pada penggunaan kata bantu (pada bagian ini tidak dibahas)

dan lain-lain.

Sebagai representasi temuan penelitian, di bawah ini adalah jenis kesalahan

yang dibuat pembelajar berdasarkan kategorisasi;

4.1. Kategori I

Contoh kesalahan:

1. Johnsan wa anata ni hon wo agemashita ne?!

(lihat 1)

2. Watashi wa anata ni hon wo kudasaru.

(lihat 8)

3. Kono ningyou wa, sensei ga agemashita.

Page 18: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

123

(lihat 18)

4. Kono Mayumisan wa watashi ni yakimeshi wo tsukutte yarimasu.

(lihat 27)

5. Sensei wa Takashi ni kashite kudasaimashita.

(lihat 32)

6. Shachou wa watashi ni uta wo utatte ageru.

(lihat 62)

Pada kalimat 1, kesalahan pada penggunaan leksikal kata kerja ageru. Sebab

penyampaian makna di sini adalah Johnsan sebagai si pemberi [(p.3) figur yang

ada di luar dari pembicara dan pendengar] memberi sesuatu kepada pihak lawan

bicara atau pendengar [(p.2) sebagai penerima] sehingga dengan tidak musti

melanggar kaidah maka penggunaan leksikal yang benar adalah kureru atau

kudasaru. Pada kalimat 2, merupakan kesalahan juga pada pemakaian leksikal

kata kerja. Secara logika tidak dapat diterima aturan gramatika bahasa Jepang, di

mana makna yang akan disampaikan di sini adalah watashi sebagai penerima (p.1)

diberi sesuatu oleh pemberi/pendengar (p.2) atau lawan bicara. Oleh karena itu

dengan tidak harus merubah makna sesungguhnya penggunaan kata kerja yang

baik pada kalimat tersebut adalah ageru atau sashiageru.

Kalimat 3, adalah kalimat yang melanggar kaidah gramatika bahasa Jepang

pada penggunaan leksikal kata kerja. Hal ini merupakan pertimbangan dari

penyampaian makna yang sebenarnya di mana watashi sebagai pembicara (p.1)

sekaligus bertindak sebagai penerima dari sensei sebagai pemberi [(p.3) figur

yang berada di luar pembicara dan pendengar]. Sehingga untuk memenuhi kaidah

gramatikalnya maka pada kalimat tersebut sangat tepat jika penggunaan kata

kerjanya adalah kudasaru. Kalimat 4, kesalahan ditunjukkan oleh penggunaan

kata kerja bantu beri-terima. Dalam pengungkapan beri-terima barang,

pengungkapan beri-terima jasa (tindakan kebaikan) juga mengikuti kaidah

gramatikal yang sama. Jadi, makna yang akan disampaikan di sini adalah (p.3)

sebagai pemberi (bertindak sesuatu kebaikan) terhadap (p.1) sebagai penerima

maka tidak dapat memakai kata kerja ageru atau yaru. Dalam hal ini harus

menggunakan kata kerja kureru atau kudasaru.

Page 19: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

124

Kalimat 5, secara kaidah, penggunaan leksikal kata kerja beri-terimanya keliru.

Sebab penyampaian maknanya adalah sensei (p.3) bertindak sebagai pemberi jasa

kebaikan terhadap Takashi (p.3) sebagai penerima jasa kebaikan [berada di luar

hubungan pembicara (p.1) dan pendengar (p.2)]. Sehingga pada kalimat tersebut

haruslah menggunakan leksikal kata kerja ageru. Sedangkan pada kalimat 6, ini,

sama halnya pada kasus sebelumnya (lihat 60), di mana penerima merupakan

pokok pembicaraan dalam ungkapan tersebut sehingga jelas bahwa dalam

ungkapan tersebut tidak dapat menggunakan leksikal kata kerja ageru atau

sejenisnya. Dalam hal ini akan menggunakan leksikal kata kerja kudasaru.

4.2 Kategori II

Contoh kesalahan:

7. Watashi wa Johnsan ni hon wo kuremashita.

(lihat 77)

8. Machisensei wa Keikosan ni tabemono wo katte agemasu.

(lihat 85)

9. Watashi wa chichi ni shatsu wo katte moraimasu.

(lihat 86)

Kalimat 7, menunjukkan satu kekeliruan pada penggunaan leksikal kata kerja,

tetapi tanpa memperhitungkan eksistensinya maka kesalahan disebabkan oleh

karena penempatan persona yang tidak relevan. Ada sebagian kasus pada contoh-

contoh sejenisnya di atas yang dapat terpahami oleh karena tidak ditemukan

penyalahgunaan kaidah gramatika bahasa Jepang yang mengaturnya tetapi dengan

satu konsekuensi terjadi peralihan makna seperti pada kalimat 8, dan 9.

Penyampaian makna sesungguhnya pada 8, Keiko (p.3) bertindak sebagai pemberi

jasa dan Machisensei (p.3) sebagai penerima jasa yang keduanya ada di luar

pembicara (p.1) dan pendengar (p.2). Sedangkan pada 9, bertindak sebagai

penerima jasa adalah chichi [(p.3) figur yang ada di dalam kelompok pembicara

(p.1)] dan sebagai pemberi jasa adalah watashi [(p.1) sebagai pembicara]. Jadi

pada dasarnya keberadaan penerima dan pemberi pada kalimat terdahulu

dipertukarkan dan akan merefleksikan makna yang diharapkan.

Page 20: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

125

4.3 Kategori III

Contoh kesalahan:

10. Watashi (kohai) wa anata (senpai) ni kono hana wo agemasu.

(lihat 110)

11. Takashisan wa Profesor ni hon wo kashite moraimashita.

(lihat 113)

12.Watashi wa (watashi no) ojiisan ni shinbun wo yonde sashiagemasu.

(lihat 118)

Kalimat 10 merupakan ilustrasi bagian pertama no. 3a) di mana pemberi

(kohai) adalah bawahan dari penerima (senpai). Jadi dalam bahasa Jepang

keadaan seperti itu selayaknya pemberi menggunakan bahasa halus terhadap

penerima. Sebaliknya pada kalimat 11, (ilustrasi percakapan no 7b dalam

instrumen penelitian) menyatakan satu keadaan di mana pemberi maupun

penerima jasa yang berada di luar pembicara dan pendengar. Dan dalam hal ini

penerima jasa lebih rendah statusnya dari pada pemberi jasa, demikian pula

keberadaan pembicara sederajat dengan penerima jasa. Jadi, alangkah baiknya

kalau pembicara menyatakan ungkapan beri-terima sesuai dengan keadaan

perkara itu terjadi (terutama di dalam melihat kedudukan pemberi dan penerima).

Lain halnya pada contoh kesalahan kalimat 12, (ilustrasi percakapan no 9b)

pemberi bertindak sebagai pembicara kepada penerima yang lebih tinggi status

tapi figur pemberi merupakan anggota keluarga/kelompok penerima, maka dalam

bahasa Jepang sebaiknya tidak menggunakan bentuk halus meskipun dalam

situasi di mana pemberi (sebagai pembicara) menyatakan ungkapan tersebut

kepada figur (di luar dari penerima) yang sederajat. Tapi bila penerima (yang

lebih tinggi status dari pemberi) adalah anggota keluarga atau kelompok lawan

bicara pendengar, maka harus memakai bentuk halus.

4.4 Kategori IV

Contoh kesalahan:

13. Watashi wa sensei ni hon wo kasarete itadakimashita.

Page 21: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

126

(lihat 133)

14. Anata wa Mayumisan kara yakimeshi wo tsukutte moraremasu.

(lihat 130)

15. Anata wa Mayumisan ni yakimeshi wo tsukuraremashita.

(lihat 129)

Pada kalimat 13, kesalahan pengungkapan terlihat bukan pada penggunaan

kata kerja beri-terima, tetapi pada kata kerja lain (bentuk [~te]) yang

dikonjugasikan ke dalam bentuk pasif. Sebaliknya pada kalimat 14, kesalahan

pengungkapan terlihat pada penggunaan kata kerja beri-terima yang oleh sebagian

responden dikonjugasikan ke dalam bentuk pasif. Sedangkan pada kalimat 15,

secara gramatika tidak menunjukkan suatu kesalahan, tetapi menunjukkan satu

situasi yang berbeda dengan kaidah ungkapan beri-terima. Kalimat 15, merupakan

kalimat pasif kata kerja yang ditunjukkan oleh konjugasi kata kerja tsukuru. Pada

kalimat 15, meskipun secara gramatika bahasa Jepang dapat dipahami, tetapi

dalam keadaan beri-terima jasa (kebaikan), maka kalimat tersebut tidak harus

terlepas dari kaidah bahasa yang mengaturnya. Pada kalimat tersebut menyatakan

suatu tindakan yang mana terhadap tindakan pemberi, itu bukan suatu hal yang

diharapkan oleh penerima (mungkin menjadi satu halangan/gangguan bagi

penerima).

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dan setelah dianalisa, kesalahan-

kesalahan mencolok yang sering dibuat oleh para pembelajar pada tataran

penggunaan leksikal kata kerja beri-terima yang mengakibatkan kesalahan secara

gramatika maupun makna. Dominasi kesalahan penggunaan leksikal kata kerja

beri-terima pada umumnya pada kata kerja ageru, sashiageru dan kureru,

kudasaru. Hal ini dikarenakan kata kerja tersebut saling berkonfrontasi

penggunaannya di dalam kalimat (walaupun mengandung makna sama).

Kesalahan semacam ini menjadi satu kasus tata bahasa dependensi atau

dependency grammar yaitu satu teori gramatikal yang memperlakukan kata kerja

sebagai unit yang perlu diperhatikan. Kesalahan gramatikal pada penempatan kata

ganti persona dalam ungkapan ini pada umumnya juga akibat konfrontasi kata

kerja tadi, di samping itu kesalahan penempatan persona mengakibatkan

Page 22: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

127

kesalahan makna yang membawa pada satu proses salah kaprah. Kesalahan

semacam ini menjadi satu kasus tata bahasa transformasi yakni deskripsi kaidah-

kaidah yang mengatur secara kompetensi diharapkan dapat mengenali kesalahan

performansi agar dapat memahami penyampaian makna yang sesungguhnya.

Kesalahan penggunaan secara kontekstual pada bagian ini bukanlah merupakan

satu kesalahan tata bahasa sehingga tidak menjadi satu kasus tata bahasa,

melainkan satu kasus mengenai perlakuan pemakai bahasa terhadap bahasa yang

dipakainya dalam berkomunikasi. Artinya kasus tersebut akan memperlihatkan

satu performansi berbahasa seseorang dalam hal ini para pembelajar bahasa

Jepang Unima yaitu sampai sejauh mana pembelajar memperlakukan bahasa yang

sedang dipelajari. Kesalahan lain yang terjadi dalam ungkapan beri-terima adalah

terjadinya interferensi ke dalam bentuk pasif. Kesalahan ini menjadi satu kasus

tata bahasa pada tataran pembentukan leksikal kata kerja menurut kaidahnya.

Dengan kata lain, kapan leksikal kata kerja dapat dikonjugasikan ke dalam bentuk

tertentu sesuai dengan kaidah yang diharapkan bahasa terebut bukan aturan yang

diharapkan oleh pemakai bahasa.

Dalam setiap tataran sistem gramatika terdapat tagmen yang memperlihatkan

hubungan antara fungsi gramatikal dan kelas-kelas butir linguistik yang dapat

mengisi fungsi tersebut. Tagmen yang dimaksud adalah unit atau kesatuan yang di

dalamnya terdapat suatu hubungan antara fungsi gramatikal. Misalnya dalam

ungkapan beri-terima fungsi subjek, objek, dan predikat (kata kerja) dalam

realisasinya harus diperhatikan.

Setelah menyimak hasil temuan yang ada, pada bagian ini akan membahas

tendensi atau latar belakang kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa Jepang

semester IV Universitas Negeri Manado. Di samping itu melakukan diagnosa

tendensi kesalahan yang terjadi tersebut berdasarkan hubungannya dengan

pemahaman(A), kesadaran(B), dan persepsi(B) pembelajar melalui data penelitian

yang diformulasikan ke dalam tabel berikut ini:

Page 23: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

128

Tabel 3:

Pemahaman(A), Kesadaran(B), dan Persepsi(C)

Pembelajar Secara Umum

A

Setuju (a) Ragu (b) Tidak (c)

1 35 - -

2 26 7 2

3 32 3 -

4 15 17 3

5 8 19 8

B Setuju (a) Ragu (b) Tidak (c)

1 21 13 10

2 29 5 1

3 23 10 2

4 28 4 3

5 29 6 -

C Setuju (a) Ragu (b) Tidak (c)

1 16 16 3

2 24 10 1

3 21 12 2

4 9 16 10

5 12 15 8

6 34 1 -

Berdasarkan analisis kesalahan dan informasi yang berhubungan dengan

pemahaman, kesadaran dan persepsi para pembelajar terhadap realisasi ungkapan

beri-terima bahasa Jepang, maka secara garis besar kesalahan yang sering

dilakukan pembelajar adalah…

a) Dalam situasi orang ketiga menyatakan suatu tindakan kepada orang

pertama dengan pola [(watashi ni) ~te ageru]

b) Dalam pengunaan kata kerja kau, perlu diperhatikan bahwa kata kerja ini

juga membutuhkan kata kerja bantu di mana ada perlakuan jasa yang

dinyatakan oleh valensinya.

c) Pengungkapan situasai pada pola [~te yaru, ~te ageru, ~te sashiageru].

d) Bentuk [(watashi wa) ~te morau] dan [(watashi ni) ~te kureru] adalah

sama, tapi dalam situasi (watashi) sebagai penerima sering dipertukarkan.

e) Pengungkapan situasi pada pola [~te morau] dan [~te itadaku].

Page 24: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

129

f) Dalam situasi orang pertama memberi satu jasa kepada orang ketiga,

pembelajar cenderung menggunakan pola [p3 ga watashi ni nanika wo

shite moratta] dari pada pola [watashi ga p3 ni nanika wo shite ageta].

g) Bentuk [(watashi ni) ~te kudasaru] dan [(watashi wa) ~te itadaku] adalah

sama, tapi dalam situasi (watashi) sebagai penerima sering dipertukarkan.

h) Pengungkapan situasi pada pola [~te kureru] dan [~te kudasaru].

i) Dalam situasi beri-terima jasa pembelajar mengkonjugasikan kata kerja

yang mengikuti kata kerja bantu beri-terima ke dalam bentuk pasif.

Misalnya; kasu kasareru, tsukuru tsukurareru.

j) Dalam pola seperti [subjek ga objek ni barang/jasa wo ~te kata kerja beri-

terima] kedudukan subjek dan objek sering dipertukarkan sehingga

muncul kesalahan pada penempatan persona.

5. Saran

Sebagai tindaklanjut dari penelitian ini perlu dilakukan terapi untuk

memperbaiki kesalahan yang masih sering terjadi. Terapi yang dimaksudkan

berupa pengajaran remedial yang dapat mengacu pada usaha eleminasi dalam

mengurangi tingkat kekeliruan pembelajar dalam belajar. Akan tetapi terhadap

kesalahan yang ditemukan, penulis mengusulkan kepada para pelaksana di dalam

kelas baik yang mengajar maupun yang belajar, agar melakukan hal-hal sebagai

berikut;

a). Mencoba memformulasikan bagian kaidah bahasa yang

diperkirakan sulit diterima pembelajar.

b). Mengemukakan kaidah gramatika berikut penjelasannya yang baik

dan benar.

c). Memberikan latihan untuk mendeskriminasikan bagian-bagian

yang berkonfrontasi dalam bahasa yang dipelajari.

d). Dapat membedakan aspek atau unsur penggunaan bahasa yang

dipelajari dengan bahasa yang ada di dalam lingkungan pergaulan.

Page 25: Analisis Kesalahan Ungkapan Beri-Terima Bahasa Jepang -Sipnosis Tesis- (Harly Tangkilisan

130

e). Menghindari sikap spekulatif (sikap tanpa pertimbangan unsur-

unsur penggunaan bahasa yang mengatur) dalam pengungkapan

bahasa yang hanya membawa pada kesalahan.

f). Secara umum perlu meningkatkan efektifitas pengajaran dan

pembelajaran mata kuliah struktur bahasa.

Hal-hal di atas perlu dilakukan sebagai ancang-ancang dalam kegiatan belajar-

mengajar di dalam kelas. Karena dengan diketahuinya jenis kesalahan, maka

pengajar dapat memberikan bobot materi yang penting kepada pengajarannya.

Sedangkan bagi pembelajar dapat menyadari bahwa apa yang dipelajarinya

sebagai satu bagian bahasa yang sifatnya tidak temporer.