ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI … · Kelompok Tani Harapan Mekar dengan...
Transcript of ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI … · Kelompok Tani Harapan Mekar dengan...
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI
PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
(Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor,
Jawa Barat)
Oleh
ELEAZAR DODO S
H24103017
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
(Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat)
Skripsi Sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Oleh ELEAZAR DODO S
H24103017
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK KAMBING MELALUI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
(Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor Jawa Barat)
Skripsi Sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas akhir
untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Oleh
ELEAZAR DODO S H24103017
Menyetujui, Bogor, September 2007
Ir. Mimin Aminah, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal ujian: 31 Agustus 2007 Tanggal lulus :
ABSTRAK
ELEAZAR DODO S. H24103017. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif (Studi Kasus : Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Jawa Barat). Di bawah bimbingan MIMIN AMINAH.
Peluang usaha ternak kambing di kota Bogor, khususnya usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar, sangat terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan akan kambing di kota Bogor mencapai 12.635 ekor pada tahun 2006, sedangkan produksi kambing yang tercatat pada tahun 2006 hanya mencapai 1.356 ekor (Dinas Agribisnis, 2007).
Dengan banyaknya peternak kambing yang mencapai 76 kelompok, menunjukkan bahwa persaingan dalam industri peternakan kambing ini sangat ketat (Dinas Agribisnis, 2007). Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada kelompok agar dapat memunculkan keunggulan kompetitif dalam bersaing dengan para kompetitor. Sebelum pengembangan usaha diimplementasikan, terlebih dahulu perlu diadakan penelitian tentang apakah usaha yang akan dirintis tersebut layak diimplementasikan atau tidak, yaitu melalui penelitian aksi partisipatif.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan aspek non finansial perluasan kandang, menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing tanpa menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat, menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat, serta menganalisis tingkat kepekaan kelayakan finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar.
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara secara individu ataupun secara berkelompok dengan menggunakan teknik Focus Group Discusion (FGD). Data sekunder diperoleh dari studi literatur, seperti buku-buku, internet, dan bahan-bahan pelatihan
Hasil analisis non-finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000 (< 0,005). Sedangkan pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 (> 0,005). Hasil analisis finansial pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan, yaitu nilai NPV Rp 18.817.579,-, nilai PI 2.23, nilai IRR 41,6% dan nilai PBP 2,4 tahun. Pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan, usaha tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 17.897.667,-) nilai PI (0,12), nilai IRR (51,7%) dan nilai PBP 28 tahun. Demikian pula pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan, usaha ini tidak layak dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 13.917.391), nilai PI 0,13, nilai IRR (31,7%) dan nilai PBP 14 tahun. Hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak menunjukkan bahwa usaha ini dapat layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau sama dengan 8%.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan atas semua berkat yang diberikanNya sehingga
penulis berhasil menyelesaikan skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ternak
Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif (Studi Kasus : Kelompok Tani
Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Jawa Barat) yang merupakan salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Ir. Mimin Aminah, MM selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan,
arahan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
2. Ibu Nesti dan Pak Eko selaku tim dosen PAR yang banyak memberikan
masukan dan kritikan selama penyusunan skripsi ini.
3. Erlin Yuliarti, STP, Msi dan Prof Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEa
yang telah menjadi Dosen Penguji pada Ujian Sidang penulis.
4. Ir. Jono M Munandar, selaku Ketua Departemen Manajemen atas bantuan
yang diberikan kepada penulis dan Erlin Yuliarti, STP, MSi selaku sekretaris
Departemen Manajemen.
5. Pak Agus, Mas Yayan, dan Mas Anto selaku pihak CIFOR yang banyak
memberikan pengarahan selama di lapangan dan sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Buat keluargaku yang ada di Lampung Bapak, Mama, dan adikku Elis yang
selalu mendukung dan memberikan semangat serta doa dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Buat Sri Rezeki Sianturi, kekasihku yang selalu setia menemani dan
memberikan semangat serta doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman pelayananku di komisi kesenian PMK Renata, David H, David
S, Mia, Agus, Greth, Robin (Santa Band) dan semuanya yang mungkin belum
disebutkan atas semua dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
v
9. Teman-teman seperjuanganku di Manajemen 40 Dedi, Soni, Gala, Eko, Made,
Hilman, Adit, Gema, Mia, Uci, Nela dan yang lainnya atas semua
dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman kostku Jujung dan Sintesa yang selalu membantu dan
memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, September 2007
Penulis
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 06 Juni 1985 sebagai anak pertama
dari dua bersaudara, pasangan Bharada S. dan Anny Magdalena
Pada tahun 1990 penulis memulai studinya di TK. Baptis Elim Jakarta Barat
dan lulus tahun 1991. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Baptis
Elim Jakarta Barat dan lulus tahun 1997, kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SLTP Immanuel Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2000,
kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 2 Bandar Lampung
dan lulus tahun 2003.
Pada tahun 2003 penulis diterima di Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Program Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Semasa kuliah penulis aktif mengikuti kegiatan
kemahasiswaan di Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Selain itu, penulis juga
pernah menjabat sebagai ketua Persekutuan Fakultas Ekonomi dan Manajemen
selama satu tahun.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP................................................................................. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….…… ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x
I. PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang………………………………………………… 1 1.2. Perumusan Masalah………………………………………..….. 3 1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………… 4 1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………..… 5 2.1. Analisis Kelayakan Usaha…………………………………...... 5
2.1.1. Aspek Pemasaran……………………………………….. 5 2.1.2. Aspek Teknis dan Teknologi…………………….…....… 5 2.1.3. Aspek Manajemen…………………………………….… 6 2.1.4. Aspek Finansial……………………………………….… 7
2.2. Usaha Kecil dan Menengah …………………………………... 8 2.3. Usaha Ternak Kambing…………………………………….…. 8 2.3.1. Pakan Ternak………………………………………….. 9 2.4. Penelitian Aksi Partisipatif…………………………………..… 9 2.4.1. Enam Belas Prinsip Penelitian Aksi Partisipatif……..... 9 2.4.2. Metode PAR…………………………………………… 12 2.5. Penelitian Terdahulu…………………………………………… 12
III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………. 15 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian………………………………... 15 3.2. Tahapan Penelitian Aksi Partisipatif…………………………... 16 3.3. Lokasi dan Waktu Peneltian…………………………………… 19 3.4. Jenis dan Sumber Data………………………………………… 19 3.5. Pengolahan dan Analisis Data…………………………………. 19 3.5.1. Analisis Pendapatan Usaha……………………………. 21 3.5.2. Analisis Kriteria Investasi……………………………… 21 3.5.3. Analisis Sensitivitas……………………………………. 24 3.6. Asumsi-Asumsi Penelitian……………………………………… 24
vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 26 4.1. Proses Penelitian Aksi Partisipatif………….…………………. 26
4.2. Gambaran Umum Usaha.....................................……………..... 29 4.2.1. Lokasi Usaha.....................…………………………….… 29 4.2.2. Sejarah Usaha...........................................................……. 30 4.2.3. Karakteristik Responden................................................... 31
4.3. Analisis Kelayakan Usaha...................……………………….… 31 4.7.1. Aspek Pemasaran................................................................ 31 4.7.2. Aspek Teknis....................................................................... 34 4.7.3. Aspek Manajemen................................................................ 42 4.7.4. Aspek Finansial.................................................................... 45
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 62 1. Kesimpulan.......................................................................................... 62 2. Saran.................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 64 LAMPIRAN................................................................................................... 67
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Proses PAR usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar…………………………………............................. 67
2. Tingkat suku bunga deposito berjangka RP/US$ pada 31 juli 2007 (% per tahun).………………………………………… 70 3. Analisis regresi terhadap dua perlakuan pakan yang berbeda...... 71 4. Rencana kebutuhan dana usaha ternak kambing Kelompok Tani
Harapan Mekar (tanpa konsentrat) ……………………………….... 72 5. Rencana kebutuhan dana usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan)……………….... 73 6. Rencana kebutuhan dana usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 2x penjualan)………………... 74 7. Permodalan dan rencana penerimaan usaha ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar (tanpa konsentrat)……………....... 75 8. Permodalan dan rencana penerimaan usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan).. 76 9. Permodalan dan rencana penerimaan usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan).. 77 10. Rekapitulasi cash flow biaya operasional usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (tanpa konsentrat)…… 78 11. Rekapitulasi cash flow biaya operasional usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 1x penjualan)...................................................... 79 12. Rekapitulasi cash flow biaya operasional usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar (dengan konsentrat, 2x penjualan)...................................................... 80 13. Perhitungan biaya penyusutan asset……………………………...... 81 14. Analisis cashflow usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar................................................................................... 82 15. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 6%................................. 83 16. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 7%................................. 83 17. Analisis sensitivitas penurunan harga jual 8%................................. 83 18. Perhitungan profit margin (tanpa konsentrat, komersial)............... 84
xi
19. Perhitungan profit margin (tanpa konsentrat, semi-komersial)...... 84 20. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 1x penjualan, komersial).......................................................................................... 85 21. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 1x penjualan, semi-komersial)................................................................................ 85 22. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 2x penjualan, komersial)......................................................................................... 86 23. Perhitungan profit margin (dengan konsentrat, 2x penjualan, semi-komersial)............................................................................... 86
ix
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian…………………………………........ 15
2. Proses berulang-ulang penelitian aksi partisipatif………………….. 16
3. Tahapan penelitian aksi partisipatif………………………………….. 20
4. Saluran pemasaran usaha ternak kambing kelompok tani harapan
mekar………………………………………………………………….. 33
5. Tahap-tahap proses produksi………………………………………… 35
6. Layout kandang ternak sebelum diperluas…………………………. 35
7. Layout kandang ternak setelah diperluas………………………...... 36
8. Bagan organisasi usaha ternak kambing…………………………… 43
viii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Struktur dan bagan organisasi………………………………………. 7
2. Profil responden………………………………………………………. 32
3. Proyeksi kebutuhan alat dan bahan baku usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar………………………………………… 41 4. Proyeksi kebutuhan dana usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar………………………………………………………… 47 5. Rincian biaya tetap usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar…………………………………………………………………... 49 6. Rincian biaya variabel usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar………………………………………………………… 50 7. Nilai kriteria investasi usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar....................................................................................... 55 8. Hasil analisis sensitivitas penurunan harga jual usaha ternak kambing kelompok tani harapan mekar …………………………… 60
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi berkepanjangan yang diikuti dengan bangkrutnya sebagian besar
usaha skala besar telah menggugah kesadaran para pengambil kebijakan, politisi, peneliti,
akademisi, pengamat, dan berbagai kalangan masyarakat lainnya terhadap arti penting
perekonomian rakyat atau usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian
nasional. Menurut Partomo dan Soedjono (2004), pada masa krisis yang berkepanjangan,
UKM dapat bertahan dan mempunyai potensi untuk berkembang. Dalam Kajian
Stabilitas Keuangan 1 (2004) juga disebutkan bahwa UKM terbukti lebih tahan dalam
menghadapi krisis dibandingkan dengan usaha besar.
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk mengembangkan UKM di
berbagai bidang. Salah satu sektor UKM yang berkembang di Indonesia adalah
berasal dari sektor pertanian. Peternakan sebagai salah satu subsektor pertanian
memainkan peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian dan perekonomian
Indonesia. Peranan sub sektor peternakan dalam bidang pertanian cukup besar dan
menempati posisi kedua terbesar setelah tanaman bahan makanan.
(http://www.bapedajabar.go.id).
Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang akrab dengan sistem usaha
tani di pedesaan. Hal ini dikarenakan, ukuran tubuhnya tidak terlalu besar,
perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak per kelahiran sering lebih
dari satu ekor, jarak antarkelahiran pendek, dan pertumbuhannya cepat. Selain itu,
kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan kondisi agroekosistem suatu
tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling buruk, kambing masih dapat bertahan
hidup (Sarwono, 2002).
Pada tahun 2001 populasi kambing di Indonesia adalah sebesar 12,5 juta ekor.
Populasi ini terus-menerus mengalami peningkatan hingga mencapai 13,2 juta ekor
pada tahun 2005 (http://www.bps.go.id). Tingkat konsumsi akan kambing secara
nasional terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah kambing yang
dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) dan di Luar Rumah Potong Hewan (LRPH)
2
yang dilaporkan pada tahun 2001 – 2005 adalah berturut-turut sebesar 548.451 ekor,
562.845 ekor, 574.258 ekor, 590.827 ekor, dan 606.384 ekor (http://www.bps.go.id).
Perkembangan populasi kambing Jawa Barat tahun 2001 sampai dengan 2006
berturut-turut sebanyak 922.633 ekor, 878.043 ekor, 930.066 ekor, 1.144.102 ekor,
999.267 ekor, dan 1.148.547 ekor. Bila dikaitkan dengan kapasitas tampung yang
dimiliki Jawa Barat untuk pengembangan domba dan kambing masih dapat
menampung sebanyak 8.718.685 ekor sehingga sangat besar peluangnya untuk terus
dikembangkan (http://www.disnak.jabar.go.id).
Peluang usaha ternak kambing di kota Bogor, khususnya usaha ternak
kambing Kelompok Tani Harapan Mekar, sangat terbuka lebar. Hal ini dapat dilihat
dari kebutuhan akan kambing di kota Bogor mencapai 12.635 ekor pada tahun 2006,
sedangkan produksi kambing yang tercatat pada tahun 2006 hanya mencapai 1.356
ekor (Dinas Agribisnis, 2007).
Dengan banyaknya peternak kambing yang mencapai 76 kelompok,
menunjukkan bahwa persaingan dalam industri peternakan kambing ini sangat ketat
(Dinas Agribisnis, 2007). Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pengembangan
usaha pada kelompok agar dapat memunculkan keunggulan kompetitif dalam
bersaing dengan para kompetitor.
Sebelum pengembangan usaha diimplementasikan, terlebih dahulu perlu
diadakan penelitian tentang apakah usaha yang akan dirintis tersebut layak
diimplementasikan atau tidak. Untuk itulah penulis bersama-sama kelompok
menyusun suatu analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha ini dilakukan
terhadap aspek finansial dan aspek non finansial, meliputi aspek pasar, teknis, dan
manajemen yang saling terkait satu sama lainnya dalam menentukan keberhasilan
usaha yang akan dijalankan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Aksi
Partisipatif atau Participatory Action Research (PAR). Dalam Penelitian Aksi
Partisipatif Kelompok Tani Harapan Mekar tidak dijadikan sebagai obyek penelitian
tetapi sebagai pelaku utama bersama-sama dengan peneliti dalam melakukan proses
penyusunan analisis kelayakan usaha. Melalui penelitian ini maka diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengidentifikasi dari setiap masalah
3
yang ada dan mencari solusi untuk meyelesaikan masalah tersebut. Dengan begitu,
maka usaha ternak kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini diharapkan
dapat lebih berkembang.
1.2. Perumusan Masalah
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Formulasi Strategi Usaha
Ternak Kambing Melalui Pendekatan Participatory Action Research (PAR) di
Kelompok tani Harapan Mekar, Desa Situgede, Bogor oleh Laksana Bayu Utama.
Dari hasil penelitian Formulasi Strategi Usaha Ternak Kambing Melalui Pendekatan
Participatory Action Research (PAR) tersebut didapat bahwa strategi terbaik untuk
pengembangan usaha Kelompok Tani Harapan Mekar adalah strategi perluasan
kandang. Oleh karena itu untuk mengukur tingkat kelayakan usaha baik dari aspek
finansial maupun non-finansial, diperlukan suatu analisis kelayakan usaha terhadap
strategi perluasan kandang tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perumusan masalah yang diteliti,
adalah:
1. Apakah kelayakan aspek non finansial perluasan kandang ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar dapat diimplementasikan?
2. Apakah kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok
Tani Harapan Mekar tanpa menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat
dapat diimplementasikan?
3. Apakah kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing Kelompok
Tani Harapan Mekar dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat
dapat diimplementasikan?
4. Apakah tingkat kepekaan kelayakan finansial perluasan kandang ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar dapat diimplementasikan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan aspek non finansial perluasan kandang ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar
4
2. Menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar tanpa menggunakan pakan tambahan berupa
konsentrat
3. Menganalisis kelayakan aspek finansial perluasan kandang ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar dengan menggunakan pakan tambahan berupa
konsentrat
4. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan finansial perluasan kandang ternak
kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
1.4. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi usaha dan menjadi
pedoman dalam merencanakan usaha yang akan dilakukan diwaktu mendatang
2. Sebagai bahan informasi baik bagi masyarakat sekitar dan juga bagi pihak-pihak
yang ingin menekuni usaha ternak kambing
3. Bagi penulis, sebagai bentuk aplikasi ilmu yang didapatkan selama di bangku
kuliah dan sebagai media pengembangan kemampuan dalam mengamati,
mengumpulkan data, menganalisis dan melaporkan ke dalam suatu bentuk ilmiah
tentang keadaan usaha suatu usaha peternakan yang dilakukan secara bersama-
sama dengan masyarakat (partisipatif).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisis Kelayakan Usaha
Suatu bisnis atau usaha merupakan seluruh kegiatan yang
diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang
perniagaan dalam rangka memperbaiki standar dan kualitas hidupnya (Umar,
1997). Menurut Umar dalam Nasir (2002), secara umum studi kelayakan
usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha, yang
biasanya merupakan usaha investasi untuk dilaksanakan. Maksud layak (atau
tidaknya) disini adalah prakiraan bahwa usaha akan dapat (atau tidak dapat)
menghasilkan keuntungan yang layak bila sudah dioperasionalkan. Husnan
dan Suwarsono dalam Solehan (2002) mengemukakan bahwa studi kelayakan
proyek atau usaha adalah penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek
atau usaha dilaksanakan dengan berhasil.
Menurut Umar (1997), secara umum terdapat beberapa aspek
persiapan perencanaan suatu usaha yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan antara lain: (1) Aspek pemasaran, (2) Aspek teknis dan
teknologi, (3) Aspek sumber daya manusia, (4) Aspek Manajemen, dan (5)
Aspek Finansial.
2.1.1. Aspek Pemasaran
Menurut Umar (1997), pemasaran adalah kegiatan usaha yang
bertujuan untuk menjual barang/jasa yang diproduksi ke pasar. Analisis
kelayakan aspek ini yang utama adalah:
a. Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya.
b. Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap,
perilaku, serta keputusan mereka atas produk.
c. Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan
dilaksanakan.
2.1.2. Aspek Teknis dan Teknologi
Studi aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan
apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan
dilaksanakan (Umar, 1997). Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan
6
dalam aspek teknis adalah lokasi proyek, skala operasi, kriteria pemilihan
mesin dan perlengkapan, proses produksi dan layout pabrik, dan ketepatan
jenis teknologi (Husnan dan Suwarsono dalam Solehan, 2002). Menurut
Ibrahim dalam Solehan (2002), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
aspek teknis dan teknologi adalah lokasi usaha yang direncanakan, sumber
bahan baku, jenis teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, serta jenis
dan jumlah investasi yang diperlukan disamping membuat rencana produksi
selama umur ekonomis proyek.
2.1.3. Aspek Manajemen
Menurut Rangkuti (2005), keterangan yang jelas dan terperinci
mengenai kondisi manajemen sangat penting di dalam rencana bisnis. Untuk
itu kita perlu menjelaskan struktur organisasi serta siapa saja yang terlibat
dalam bisnis tersebut, berikut kualifikasi mereka. Penjelasan secara
mendetail dalam aspek manajemen ini setidaknya meliputi strutur
organisasi, penjelasan mengenai keahlian dan jumlah pekerjaan yang
dipekerjakan, penjelasan mengenai sistem penggajian dan bonus serta
tunjangan lain untuk kesejahteraan karyawan, dan alokasi pekerjaan.
Menurut Husnan dan Suwarsono dalam Solehan (2002), hal-hal
yang dipelajari dalam menyusun rencana tentang pengelolaan operasi
proyek/usaha ini, yaitu bentuk badan usaha, jenis pekerjaan yang diperlukan,
persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan, struktur
organisasi, dan pencarian tenaga kerja.
a. Struktur Organisasi
Menurut Hasibuan (2003), Organisasi adalah suatu sistem
perserikatan formal dari dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu. Secara singkat struktur dan bagan organisasi
dikemukakan pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Struktur dan Bagan Organisasi
Struktur Organisasi Bagan Organisasi
1. Organisasi Lini
2. Organisasi Lini dan Staf
3. Organisasi Fungsional
4. Organisasi Lini, Staf, dan
Fungsional
5. Organisasi Komite
Berbentuk segitiga vertikal
atau horizontal
Berbentuk kerucut vertikal atau
horizontal
Berbentuk setengah lingkaran
atau lingkaran
Berbentuk oval atau lonjong
telur
Sumber:Hasibuan, 2003
b. Deskripsi Pekerjaan
Menurut Hasibuan (2003), deskripsi atau uraian pekerjaan adalah
informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi
pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu
jabatan tertentu dalam organisasi.
2.1.4. Aspek Finansial
Dari sisi finansial atau keuangan, suatu usaha dikatakan sehat,
apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi
kewajiban finansialnya (Umar, 1997). Kegiatan pada aspek keuangan
(finansial) ini, antara lain perhitungan perkiraan jumlah dana yang
diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta
tetap proyek/usaha. Juga, dipelajari mengenai struktur pembiayaan yang
menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan
lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dari modal sendiri. Pembuatan
hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan
rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan. Kegiatan aspek
keuangan ini dilakukan setelah aspek lain selesai dilaksanakan.
8
2.2. Usaha Kecil dan Menengah
Menurut Partomo dan Soejoedono (2004), pengertian tentang usaha
kecil menengah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan
negara tersebut. Mengenai pengertian atau definisi usaha kecil ternyata sangat
bervariasi, di satu negara berlainan dengan negara lainnya. Dalam definisi
tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja
dan aspek pengelompokkan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang
diserap dalam gugusan/kelompok perusahaan tersebut (range of the member
of employees) misalnya usaha kecil di United Kingdom adalah suatu usaha bila
jumlah karyawannya antara 1-200 orang; di Jepang antara 1-300 orang; di
USA antara 1-500 orang.
Dengan berkembangnya perekonomian nasional, maka pada tahun
1991 Departemen Perindustrian RI melakukan penyesuaian rumusan
pengelompokkan industri, yaitu industri kecil dan kerajinan didefinisikan
sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan
jumlah aset kurang dari Rp. 600 juta di luar nilai tanah dan bangunan yang
digunakannya. Sedangkan Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari
investasi, di luar tanah dan bangunan sebesar Rp. 600 juta bagi pengertian
industri kecil. Sedangkan INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha
menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih Rp. 200 juta
sampai maksimal Rp. 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha) (Partomo dan Soejoedono, 2004).
2.3. Usaha Ternak Kambing
Menurut Sarwono (2003), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak
kambing sangat nyata. Besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga
petani bisa mencapai 14-25% dari total pendapatan keluarga. Bagi petani kecil
atau buruh yang memiliki tanah garapan, ternak kambing menempati fungsi
yang cukup penting terutama sebagai tabungan yang dapat dijual sewaktu-
waktu bila membutuhkan uang. Dengan demikian, ternak ini cocok
dikembangkan di daerah pedesaan dengan pemilikan lahan yang relatif sempit.
Di Indonesia, manfaat ekonomi kambing terutama daging dan kulitnya,
sedangkan bulunya relatif masih terbatas. Daging kambing ini lebih empuk
9
daripada daging kerbau ataupun daging sapid an seratnya lebih halus sehingga
relatif lebih disukai masyarakat. Kambing merupakan salah satu jenis ternak
yang dipelihara oleh masyarakat, karena memiliki berbagai keunggulan, antara
lain (Sosroamidjojo dalam Kusumawardhani, 2004) :
a. Sebagai tabungan, sewaktu-waktu mudah dijual jika perlu,
b. lekas berkembang biak, karena beranak lebih dari satu ekor dalam satu
kalimelahirkan dan dalam setahun dapat dua kali beranak,
c. modal yang diperlukan relatif kecil
d. kandang dan pemeliharaannya relatif sederhana, serta relatif tidak
membutuhkan tempat dan tenaga yang besar.
2.3.1. Pakan Ternak
Menurut Sarwono (2002), jumlah pakan hijauan yang diberikan pada
kambing dewasa adalah 10% dari bobot badannya. Sedangkan jumlah
konsentrat yang diberikan adalah sebanyak 3% bobot badan. (Sitorus dkk.,
1998).
2.4. Penelitian Aksi Partisipatif
Penelitian aksi partisipatif (Participatory Action Research atau PAR)
lebih merupakan pendekatan para aktivist, yang bekerja untuk memperkuat
komunitas lokal, atau yang diwakilinya, untuk memanipulasi struktur
kekuasaan yang lebih tinggi (Bahan Pelatihan “Leadership Program for IPB
Student”, Vila Parenca, Bogor, 13-16 Februari 2007).
2.4.1. Enam Belas Prinsip Penelitian Aksi Partisipatif
Enam belas prinsip Penelitian Aksi Partisipatif ini disusun untuk 3er
Encuentro Mundial Investigation Participatva (Pertemuan Negara Dunia
Ketiga mengenai Penelitian Partisipatif), Managua, Nicaragua, 3-9
September 1989. Prinsip-prinsip tersebut merepresentasikan sebuah refleksi
dan penyempurnaan penting dari praxis penelitian aksi partisipatif, oleh
seorang praktisi terkemuka, selama tahun 80-an (Robin McTaggart dalam
bahan Pelatihan dan Lokakarya “Penelitian Aksi Partisipatif dalam Proses
Kebijakan Pengelolaan dan Pengaturan Hutan”, Citeko, Bogor, 29 Juni – 2
Juli 2004 ).
10
Enam Belas Prinsip Penelitian Aksi Partisipatif:
1. Penelitian aksi partisipatif adalah sebuah pendekatan untuk memperbaiki
praktek sosial dengan jalan merubahnya dan belajar dari konsekuensi
perubahan tersebut.
2. Penelitian aksi partisipatif bergantung kepada partisipasi nyata yang
dilakukan melalui sebuah tahapan berkesinambungan dari perencanaan,
aksi (implementasi rencana), pengamatan (secara sistematis), refleksi
dan kemudian menyusun rencana kembali dan seterusnya memutari
lingkaran siklus kembali.
3. Penelitian aksi partisipatif adalah suatu bentuk kerjasama (kolaborasi).
4. Penelitian aksi partisipatif membangun komunitas yang memiliki sikap
kritis-diri dari orang-orang yang berpartisipasi dan berkolaborasi dalam
proses penelitian yang meliputi perencanaan, aksi pengamatan dan
refleksi.
5. Penelitian aksi partisipatif adalah sebuah proses belajar yang sistematis,
dimana orang-orang bertindak secara terarah dengan tetap terbuka
terhadap datangnya kejutan dan tanggap terhadap berbagai kesempatan.
6. Penelitian aksi partisipatif melibatkan orang-orang dalam membangun
teori mengenai kebiasaan sendiri. Proses ini mendorong untuk memiliki
sifat ingin tahu dan memahami hubungan antara situasi, aksi dan
konsekuensi dalam kehidupan mereka sendiri.
7. Penelitian aksi partisipatif mengharuskan orang-orang menempatkan
praktek, ide-ide dan asumsi mengenai institusi untuk diuji dengan
mengumpulkan bukti yang meyakinkan sebagai bahan pembenaran.
8. Penelitian aksi partisipatif tidak hanya meliputi kegiatan membuat
catatan yang mendeskripsikan apa yang terjadi se-akurat mungkin, tetapi
juga mengumpulkan dan menganalisis sejumlah keputusan/penilaian,
reaksi dan sikap terhadap apa yang terjadi.
9. Penelitian aksi partisipatif melibatkan partisipan dalam memahami
pengalaman mereka sendiri secara obyektif. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat sebuah jurnal pribadi dimana partisipan mencatat
kemajuan dan refleksinya terhadap dua rangkaian (sejajar) proses
11
belajar: (a) mengenai praktek itu sendiri (bagaimana praktek individu
dan kolektif dibangun) dan (b) mengenai peoses mempelajari suatu
praktek (bagaimana kegiatan penelitian aksi berjalan).
10. Penelitian aksi partisipatif adalah sebuah proses politik, karena
melibatkan orang-orang dalam membuat perubahan yang akan
mempengaruhi pihak lain. Karena alasan itu, terkadang muncul
resistensi (penolakan) terhadap perubahan, baik itu oleh partisipan
maupun pihak lain.
11. Penelitian aksi partisipatif menyangkut analisis kritis atau situasi yang
terstruktur (proyek, program, sistem).
12. Penelitian aksi partisipatif dimulai dengan hal kecil dengan melakukan
perubahan-perubahan skala kecil yang dapat dikelola dan dikendalikan
oleh individu, dan kemudian mengarah pada pola-pola yang lebih luas.
13. Penelitian aksi partisipatif dimulai dengan siklus kecil perencanaan, aksi,
pengamatan dan refleksi yang dapat membantu menjelaskan isu-isu, ide-
ide dan asumsi dengan lebih jelas sehingga terlibat untuk mengajukan
pertanyaan yang lebih memiliki kekuatan seiring dengan berjalannya
kegiatan.
14. Penelitian aksi partisipatif dimulai dengan kelompok kecil pihak-pihak
yang berkolaborasi tetapi dengan memperluas komunitas peneliti aksi
partisipatif, sehingga secara bertahap mengikutsertakan lebih banyak
pihak yang terlibat dan yang mendapat dampak dari kegiatan yang
dilakukan.
15. Penelitian aksi partisipatif memperbolahkan dan mengharuskan
partisipan membuat catatan dari perubahan yang dicapai mengenai
perubahan aktivitas dan praktek, bahasa dan wacana, hubungan sosial
dan bentuk organisasi.
16. Penelitian aksi partisipatif memperbolehkan dan mengharuskan
partisipan memberikan sebuah alasan yang memberikan justifikasi kerja
sosial (pendidikan) mereka kepada yang lain.
12
2.4.2. Metode PAR
Metode PAR yang digunakan dalam penelitian adalah teknik-
teknik Participatory Rural Appraisal (PRA). Menurut Djohani (1996),
teknik-teknik PRA adalah alat-alat untuk melakukan kajian (keadaan) desa.
Teknik-teknik PRA yang digunakan adalah :
1. Teknik Penelusuran Sejarah Desa, adalah suatu teknik yang mengkaji
suatu keadaan dari waktu ke waktu (waktu tidak dibatasi). Jenis
informasi yang dibutuhkan adalah informasi umum, asal-usul desa,
perkembangan masyarakat termasuk pertanian.
2. Teknik Jadwal Sehari, adalah teknik yang mengkaji suatu keadaan dari
waktu ke waktu dalam satu hari. Jenis informasi yang dibutuhkan adalah
pola kegiatan keluarga terutama keluarga petani.
3. Teknik Pembuatan Bagan Alur, adalah teknik untuk mengkaji suatu
sistem tertentu. Jenis informasinya adalah alur produksi pertanian dan
pemasaran hasil atau sistem pengelolaan air di desa.
4. Teknik Kajian Mata Pencaharian, adalah teknik untuk mengkaji mata
pencaharian desa yang diurutkan berdasar yang paling utama/banyak
dilakukan masyarakat. Jenis informasinya adalah mata pencaharian
utama masyarakat, dan potensi pengembangan usaha.
5. Teknik Pembuatan Bagan Urutan, adalah teknik serba guna untuk
mengurutkan berbagai hal yang akan diprioritaskan. Jenis informasinya
adalah pilihan teknologi dan tanaman baru, pilihan prioritas masalah atau
prioritas kegiatan.
6. Teknik Wawancara Keluarga Petani. Teknik ini biasanya tidak dilakukan
untuk wawancara dalam kelompok. Jenis informasinya meliputi
pendapatan, sumber daya yang dimiliki, dan sebagainya.
2.5. Penelitian Terdahulu
Sukmawati (1991) melakukan penelitian tentang pendugaan produksi
dan analisis kelayakan finansial usaha penggemukan kambing kacang dengan
menggunakan ransum percobaan. Penelitian bertujuan untuk: (1) menduga
fungsi produksi penggemukan kambing ; (2) mengetahui biaya dan
pendapatan yang akan dicapai; (3) mempelajari kelayakan finansial suatu
13
model usaha penggemukan kambing. Hasil pendugaan fungsi Cobb-Douglas
menunjukkan bahwa proses produksi usaha penggemukan kambing kacang
dengan menggunakan ransum percobaan perlakuan R1 berada pada tahap
kenaikan hasil dengan laju yang berkurang (decreasing return to scale). Hasil
analisis kelayakan finansial pada model I mempunyai NPV Rp 81.553,10,-
dengan IRR 39%, sedangkan penggemukan model II mempunyai NPV Rp
2.558.407,- dengan IRR tak hingga. Pengujian model I dan model II tersebut
menunjukkan kedua model layak secara finansial. Hasil analisis kepekaan
menunjukkan bahwa model I sangat peka terhadap perubahan harga jual
kambing dan kenaikan harga konsentrat dibanding model II. Sedang model II
peka terhadap penurunan harga jual kambing, namun tetap layak dilaksanakan.
Ratnawati (2002) melakukan penelitian tentang kajian kelayakan
finansial pengembangan usaha peternakan sapi dan kambing perah di
pesantren Darul Fallah, Ciampea, Bogor. Hasil analisis pada keragaan usaha
Peternakan Darul Falah menunjukkan dua hal penting dalam teknis produksi.
Pertama, pengelolaan sapi perah dijadikan satu dengan kambing perah
sehingga tidak ada perincian biaya yang timbul dari masing-masing usaha.
Kedua, produktifitas ternak masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata jumlah
produksi per hari sapi perah 7-9 liter dan kambing perah 0,75-1,5 liter. Hasil
analisis pada pasar menunjukkan bahwa susu sapi dan kambing memiliki
prospek pasar yang bagus. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial, rencana
perluasan skala usaha sapi perah layak diusahakan pada tingkat diskonto 13%
dan usaha menjadi tidak layak ketika tingkat diskontonya 18%. Sedangkan
pada usaha ternak kambing perah layak diusahakan pada baik pada tingkat
diskonto 13% maupun 18%. Hasil analisis sensitifitas pada kenaikan harga
pakan 30%, kenaikan harga ternak sebesar 20%, dan penurunan harga jual
susu sebesar 15% membuat usaha ternak sapi perah tidak layak. Sedangkan
pada pengembangan usaha kambing perah tidak layak untuk dilakukan hanya
ketika terjadi penurunan harga susu sebesar 15% pada tingkat diskonto 18%.
Ahmad (2002) melakukan penelitian tentang analisa usaha ternak
kambing perah dan pemasaran susu kambing di Pusat Pelatihan Pertanian dan
Pedesaan Swadaya (P4S) Citra Rasa, Bogor. Tujuan dari penelitian
14
menganalisis tingkat pendapatan dan aliran kas usaha ternak kambing perah
dengan dua metode penanganan anak kambing yang berbeda, yaitu
memelihara semua anak yang lahir selama pengusahaan ternak, dan menjual
semua anak kambing yang lahir selama pemeliharaan ternak kambing perah.
Nilai NPV dari pengusahaan ternak yang memelihara semua anak yang
dihasilkan pada tingkat diskonto 16 % adalah Rp 560.151.929,-. Sedangkan
NPV pada tingkat diskonto 20 % adalah Rp 414.872.987,-. Nilai IRR pada
pengusahaan adalah sebesar 39 %. Net B/C yang dihasilkan pada tingkat
bunga 16% dan 20 % adalah 1,59 dan 1,45. Lalu, nilai NPV pada pengusahaan
dengan menjual semua anak adalah Rp 277.500.080,- pada tingkat diskonto 16
% dan Rp 204.620.206,- pada tingkat diskonto 20 %. Nilai IRR adalah 37 %,
dan nilai nett B/C pada tingkat bunga 16 dan 20 % adalah 1,35 dan 1,27.
Perbedaan mendasar dari penelitian yang dilakukan secara
partisipatif pada ketiga penelitian tersebut adalah pada proses penelitian.
Proses penelitian partisipatif dilakukan secara bottom up. Hal ini berarti fokus
penelitian bukan hanya berdasarkan pada hasil akhir yang akan dicapai, tetapi
juga memperhatikan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat.
Dengan kata lain, penelitian ini dapat memperkuat, mengembangkan, dan
memperbaiki hal-hal yang tidak terdeteksi pada penelitian sebelumnya.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Melalui pembelajaran secara partisipatif ditemukan suatu masalah
dimana untuk beberapa tahun ke depan maka kapasitas kandang yang ada
sekarang pada kelompok tidak mencukupi untuk menampung jumlah kambing
pada beberapa tahun ke depan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu
pembelajaran mengenai penyusunan suatu analisis kelayakan usaha. Tujuan
dari analisis kelayakan usaha ini adalah untuk mengetahui apakah perluasan
kandang ini layak dijalankan atau tidak. Apabila layak maka perluasan
kandang dilanjutkan dan apabila tidak maka dibutuhkan kembali proses
identifikasi masalah utama untuk menemukan masalah apa yang paling utama
untuk dibuat suatu analisis kelayakan usaha (Gambar 1).
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Perluasan Kandang
Usaha Ternak Kambing • Gambaran Usaha • Visi, Misi dan Tujuan • Perumusan Masalah
Analisis Kelayakan Usaha
Tidak Layak Layak
Perluasan Kandang dilanjutkan
Pengumpulan Data
16
3.2. Tahapan Penelitian Aksi Partisipatif
Secara umum proses Penelitian Aksi Partisipatif merupakan proses
yang terjadi berulang-ulang yang didalamnya terjadi proses-proses seperti
perencanaan, aksi dan refleksi (Gambar 2). Proses ini dimulai dengan
pengamatan untuk mengidentifikasikan dari masalah-masalah yang ada. Hasil
pengamatan kemudian diangkat sebagai faktor yang penting untuk
dipertimbangkan dalam perencanaan, diikuti dengan tindakan/aksi nyata
untuk mencapai tujuan, lalu dilakukan refleksi/evaluasi kembali untuk
dijadikan bahan pembelajaran dalam perencanaan dan aksi selanjutnya sampai
terjadinya suatu perubahan di masa mendatang. Proses tersebut terjadi secara
berulang-ulang.
saat ini masa mendatang
pengamatan refleksi refleksi
Gambar 2. Proses Berulang-ulang Penelitian Aksi Partisipatif
Berikut merupakan tahapan penelitian aksi partisipatif di lapangan
yang didalamnya terdapat proses-proses yang disebutkan di atas. Tahapan-
tahapan tersebut (Gambar 3), yaitu:
3.2.1. Sosialisasi dan Identifikasi Potensi
a. Sosialisasi
Tujuan dari kegiatan sosialisasi ini adalah untuk memberitahukan
maksud kedatangan mahasiswa datang ke desa. Selain itu tujuan dari
kegiatan ini adalah membangun hubungan yang baik antara mahasiswa
dan masyarakat, sehingga adanya suatu kepercayaan dari masyarakat
kepada mahasiswa. Dengan begitu proses penelitian aksi partisipatif ini
dapat berjalan dengan baik. Metode atau teknik yang digunakan adalah
dengan menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD).
pere
ncan
aan
pere
ncan
aan
aksi
aksi
17
b. Identifikasi Potensi
Tujuan dari proses identifikasi potensi ini adalah untuk mengetahui
usaha-usaha apa saja yang terdapat di desa dan usaha apa yang paling
memiliki potensi untuk nantinya dikembangkan. Metode yang digunakan
adalah teknik wawancara baik secara individu maupun secara
berkelompok.
3.2.2. Pemilihan Kelompok Tani
Tujuan dari proses ini adalah untuk memilih salah satu usaha yang
dianggap paling berpotensi untuk dikembangkan nantinya. Dalam proses ini
maka didapati bahwa usaha yang dipilih adalah usaha ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar. Proses pemilihan ini dilakukan melalui
diskusi dengan tim fasilitator dan juga dengan adanya arahan dari para dosen
pembimbing di lapangan.
3.2.3. Kesepakatan dengan Kelompok Tani
Tujuan dari proses ini adalah unutk membuat kesepakatan antara
mahasiswa dan Kelompok Tani Harapan Mekar bahwa usahanya terpilih
untuk proses PAR ini. Selain itu, proses ini bertujuan untuk menyamakan
jadwal untuk pertemuan berikutnya dalam proses pendampingan atau
fasilitasi. Teknik yang digunakan adalah teknik FGD.
3.2.4. Identifikasi Masalah
a. Visi, Misi, dan Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar dapat diketahui akan ke arah
mana usaha ini tersebut dibawa atau dikembangkan. Oleh karena itu sangat
perlu dibangun suatu harapan secara bersama-sama tentang usaha tersebut.
Karena tidak dapat dilakukan apa-apa kalau tidak ada harapan yang akan
dicapai. Metode atau teknik-teknik yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah teknik future scenario atau teknik untuk membuat skenario
kegiatan di masa depan.
18
b. Gambaran Kegiatan Usaha
Dari kegiatan ini dapat dilihat bagaimana usaha ternak kambing ini
selama ini dijalankan. Tujuan dilakukannya kegiatan ini agar mahasiswa
dan masyarakat/petani dapat belajar secara bersama-sama apakah
usahanya selama ini sudah baik atau masih memiliki kekurangan. Metode
atau teknik-teknik yang digunakan adalah teknik sejarah usaha dan teknik
analisis waktu pola aktivitas harian.
Teknik sejarah usaha digunakan untuk dapat mengetahui kapan
usaha itu berdiri, bagaimana perkembangan keuangan perusahaan selama
ini dan apa saja kendala-kendala usaha selama ini. Sedangkan teknik
analisis waktu pola aktivitas harian digunakan untuk mengetahui berapa
waktu yang digunakan oleh petani untuk dia bertani dan beternak
kambing.
c. Perumusan masalah
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para masyarakat/petani dapat
mengetahui secara pasti satu persatu masalah yang ada dalam usahanya,
dan juga sebagai bahan untuk menyusun suatu rencana usaha ke depan.
Metode atau teknik yang digunakan untuk merumuskan masalah
ini adalah teknik pohon masalah dimana dengan teknik ini dapat bersama-
sama belajar mengurutkan masalah dari yang paling kelihatan sampai
akar-akar permasalahan yang tidak kelihatan. Teknik ini digunakan untuk
memprioritaskan masalah dari yang paling besar sampai paling kecil.
3.2.5. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data ini dilakukan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan guna keperluan analisis kelayakan usaha. Teknik yang
digunakan adalah teknik wawancara baik secara individu maupun secara
berkelompok dengan teknik FGD.
3.2.6. Analisis Kelayakan Usaha
Proses terakhir dalam penelitian ini adalah secara bersama-sama
dengan masyarakat menyusun suatu analisis kelayakan usaha untuk dapat
mengukur kelayakan atau tidak layaknya usaha yang didampingi untuk
19
proses pengembangan lebih lanjut. Selain itu, hal ini berguna untuk menarik
investor mau mendanai usaha ternak kambing pada Kelompok Tani Harapan
Mekar tersebut. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik
wawancara secara individu maupun kelompok.
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Harapan Mekar.
Kelompok Tani Harapan Mekar terletak di Kelurahan Situgede, Bogor Barat,
Bogor, Jawa Barat. Waktu penelitian lapangan adalah Maret – Juni 2007.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dengan cara wawancara secara individu ataupun secara
berkelompok dengan menggunakan teknik FGD dengan ketua kelompok tani
dan beberapa anggota kelompok tani, dan data sekunder diperoleh dari studi
literatur, seperti buku-buku, internet, bahan-bahan pelatihan, dan lain-lain.
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
(deskriptif) digunakan untuk mengetahui aspek pemasaran, teknis, dan
manajemen. Aspek pemasaran meliputi target pasar, peluang pasar, dan
bauran pemasaran. Sedangkan aspek teknis meliputi tahapan proses produksi,
fasilitas produksi dan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi
tersebut. Aspek manajemen meliputi perijinan, status kepemilikan, struktur
organisasi, deskripsi pekerjaan, dan sistem kompensasi. Analisis kualitatif ini
dilakukan secara partisipatif dengan masyarakat/petani. Sedangkan aspek
finansial dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis
pendapatan usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis ini dilakukan secara
individu oleh peneliti dengan komputer program Excel.
20
Gambar 3. Tahapan Penelitian Aksi Partisipatif
Pemilihan Kelompok
Sosialisasi dan Identifikasi Potensi Desa
Visi, Misi dan Tujuan Gambaran Kondisi Usaha Perumusan Masalah
Identifikasi Masalah Usaha
Analisis Kelayakan
Layak Tidak Layak
Perluasan Kandang dilanjutkan
Aspek Pemasaran Aspek Teknis Aspek Aspek Finansial
Kesepakatan dengan Kelompok
Perluasan Kandang
Pengumpulan Data
21
3.5.1. Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha
dalam kurun waktu satu tahun.
a. Analisis Pendapatan (Keuntungan Satu Tahun)
Analisis Pendapatan bertujuan mengetahui besar keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dilakukan (Hernanto dalam Efayanti, 2006).
Rumus :
Penerimaan = TR – TC
TR = Total Revenue atau penerimaan total
TC = Total Cost atau biaya total
Kriteria :
Bila nilai TR > TC : usaha menguntungkan
Bila nilai TR < TC : usaha rugi
b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)
Analisis ini digunakan untuk menguji sejauhmana hasil yang
diperoleh dari usaha tertentu selama satu tahun (Hernanto dalam Efayanti,
2006).
Rumus :
TR
R/C =
TC
Kriteria :
Bila nilai R/C > 1 : usaha menguntungkan
Bila nilai R/C < 1 : usaha rugi.
3.5.2. Analisis kriteria Investasi
a. Net Present Value
Net Present Value adalah selisih antara Present Value dari investasi
dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas
operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk
menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan
(Umar, 1997).
22
Rumus :
∑= +
−=
n
tttt
iCB
NPV1 )1(
dimana :
NPV = Nilai bersih sekarang
Bt = Manfaat pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
i = Tingkat diskonto (%)
n = Umur usaha (tahun)
Kriteria :
1. NPV > 0, maka usaha layak dan dapat dilaksanakan
2. NPV = 0, maka usaha tidak untung dan tidak rugi, terserah kepada
penilaian subjektif pengambil keputusan.
3. NPV < 0, maka usaha tidak layak, karena manfaat lebih kecil dari
biaya dan lebih baik tidak dilaksanakan.
b. Profitability Index
Pemakaian metode profitability index (PI) ini adalah dengan
menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value)
dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan dating
dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah
dilaksanakan. Jadi, PI dapat dihitung dengan membansingkan antara PV
kas masuk dengan PV kas keluar (Umar, 1997).
Rumus:
PV Kas Masuk PI =
PV Kas Keluar
Kriteria:
1. jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan
2. jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan
23
c. Internal Rate of Return
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang,
atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 1997).
Rumus :
)( 2121
11 ii
NPVNPVNPViIRR −−
+=
dimana :
IRR = Tingkat internal hasil (%)
NPV1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif
NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif
i1 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif
i2 = Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif
Kriteria :
Investasi layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang
ditentukan dan sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang
berlaku maka investasi tidak layak.
d. Payback Period
Payback Period adalah suatu periode yang dilakukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas (cash flow), dengan kata lain payback period
merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow yang
hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 1997).
Rumus :
Nilai Investasi PBP = x 1 tahun
Kas Masuk Bersih Kriteria :
Jika PBP lebih pendek waktunya dari maximum PBP, maka usulan
investasi dapat diterima.
24
3.5.3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat kembali suatu analisis
agar dapat dilihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang
berubah-ubah (Gittinger dan Asler dalam Solehan, 2002). Analisis
sensitivitas mencoba melihat kembali realitas analisis suatu proyek yang
didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi atau rencana suatu proyek sangat
dipengaruhi oleh unsur-unsur ketidakpastian mengenai apa yang terjadi. Di
bidang pertanian, ada 4 macam analisis sensitivitas yang perlu diperhatikan,
yaitu harga, keterlambatan pelaksanaan, biaya yang terlalu besar, dan hasil.
3.6. Asumsi-Asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah:
a. Umur dari usaha adalah 5 tahun didasarkan pada umur teknis dari kandang
ternak
b. Tingkat inflasi yang digunakan adalah 6% per tahun, yaitu berdasarkan
ramalan tingkat inflasi Bank Indonesia (http://www.keuangan-
pribadi.com). Besarnya penerimaan dan seluruh biaya akan meningkat
setiap tahunnya sebesar tingkat inflasi.
c. Harga bakalan adalah Rp 19.000,-/kg (http:\www.pikiran-rakyat.com).
d. Harga jual kambing untuk perluasan kandang dengan satu kali penjualan
adalah Rp 25.000,-/kg, yaitu perkiraan harga pada tahun mendatang
berdasarkan pada peningkatan harga pada tahun terakhir. Harga jual
kambing pada dua tahun terakhir adalah Rp 20.000,- dan Rp 22.500,- per
kg.
e. Bakalan yang digunakan adalah bakalan dengan usia antara 4-6 bulan
dengan bobot rata-rata 12 kg.
f. Perkiraan bobot jual kambing tanpa menggunakan konsentrat adalah 23,04
kg, dengan pertambahan bobot badan 0,046 kg per harinya (Yusuf dkk.,
2001). Sedangkan perkiraan bobot jual kambing dengan menggunakan
konsentrat adalah 26,16 kg, dengan pertambahan bobot badan 0,059 kg per
harinya (Sitorus dkk., 1997).
25
g. Tingkat kematian kambing setiap tahunnya adalah 1,67%. Nilai ini didapat
dari perbandingan antara jumlah kambing yang mati (1 ekor) dan jumlah
ternak kambing (60 ekor) pada kelompok selama 2 tahun usaha berjalan.
h. Konsentrat yang diberikan untuk perluasan kandang dengan menggunakan
pakan konsentrat adalah 0,525 kg per harinya, yaitu 3% dari bobot rata-
rata kambing selama penggemukan (Sitorus dkk., 1997). Lama
penggemukan adalah 8 bulan. Harga hijauan dan konsentrat adalah Rp Rp
350,-, dan Rp 1250,-/kg, yaitu berdasarkan harga yang terdapat pada
laboratorium industri makanan ternak, Fakultas Peternakan, IPB.
i. Investasi awal dilakukan pada tahun ke-0 sebelum usaha berproduksi,
berupa lahan, kandang ternak dan perlengkapan-perlengkapan usaha
seperti cangkul, garpu, sabit, keranjang, lampu.
j. Pinjaman dilakukan pada tahun ke-0 dengan pembayaran mulai tahun ke-1
selama 5 tahun pembayaran, dengan perbandingan antara modal sendiri
dan pinjaman adalah 35% untuk modal sendiri dan 65% untuk pinjaman
k. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 6,25%, yaitu suku bunga
deposito berjangka Bank BRI pada bulan Juli 2007 (http:\web.bisnis.com).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Penelitian Aksi Partisipatif
Hal pertama yang perlu dilakukan ketika kita telah turun di lokasi
penelitian (desa) adalah mensosialisasikan maksud dan tujuan kita datang ke
desa secara jelas kepada para aparat dan masyarakat dari desa yang
bersangkutan, contohnya kepada kepala desa dan aparat-aparat lain yang
berkepentingan di desa. Tujuan dari proses sosialisasi ini adalah agar
kedatangan kita dapat diterima dengan baik oleh masyarakat desa sehingga
proses penelitian/pendampingan pun dapat dilakukan (Gambar 4). Kendala-
kendala yang ditemui dalam proses ini adalah terkadang sulit untuk
membangun sebuah trust dalam diri masyarakat kepada peneliti. Pembelajaran
yang dapat diperoleh adalah ternyata tidak mudah untuk berkomunikasi
dengan masyarakat dan juga perlu adanya lebih kekreatifan dalam hal
berkomunikasi terutama untuk membangun trust yang baik dalam diri
masyarakat. Strategi yang dilakukan adalah perlu lebih banyak lagi melatih
cara berkomunikasi kita terutama untuk berkomunikasi dengan masyarakat.
Setelah kita membangun suatu hubungan yang baik dalam
masyarakat barulah kita dapat memulai mengidentifikasi potensi-potensi
apakah yang terdapat di dalam desa Situgede meliputi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan usaha-usaha yang sedang berkembang. Proses ini
dilakukan dengan wawancara dengan para pihak-pihak yang terkait seperti
ketua kelompok tani atau aparat-aparat desa yang ada. Kendala yang dihadapi
dalam proses ini adalah sulitnya mendapatkan fakta-fakta atau data-data yang
akurat dikarenakan data yang diperoleh dari pendapat masyarakat lebih
bersifat subjektif dan perkiraan. Pembelajaran yang diperoleh adalah
mahasiswa perlu kembali belajar untuk mengggali informasi umum tentang
potensi ekonomi desa
Proses selanjutnya setelah proses sosialisasi dan identifikasi potensi
adalah memilih salah satu UKM ataupun kelompok yang dianggap paling
berpotensi untuk didampingi. Hal ini tentunya tidak lepas dari arahan dosen-
dosen pembimbing yang ada. Kendala yang dihadapi adalah sedikitnya waktu
27
yang ada untuk menentukan pilihan dan juga alternatif pilihan yang ada relatif
sedikit untuk dipilih. Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa harus
cermat dalam memilih kelompok mana yang nantinya akan didampingi atau
diberdayakan. Tentunya hal ini sangat diperlukan pendapat dari tim fasilitator
dan juga bimbingan dari dosen pembimbing selama di lapangan atau di desa.
Setelah mengidentifikasi potensi yang ada dan memilih salah satu
Kelompok Tani yang ada barulah kita membuat suatu kesepakatan dengan
ketua dan para anggota kelompok bahwa usaha dari kelompok tersebut akan
didampingi. Setelah adanya kesepakatan dari kelompok untuk didampinginya
usaha dari kelompok tersebut, maka selanjutnya dapat dibuat suatu jadwal
kegiatan atau pertemuan secara bersama-sama selama dua atau tiga bulan guna
adanya pendampingan tersebut. Kendala yang dihadapi dalam proses ini
adalah sulitnya untuk mengumpulkan beberapa anggota kelompok yang
cenderung pasif atau kurang menanggapi program ini dengan baik dan juga
sulitnya menyamakan jadwal antara mahasiswa dan anggota kelompok yang
ada. Hal ini dirasakan juga pada awalnya dalam Kelompok Tani Harapan
Mekar. Hal tersebut oleh karena kelompok cenderung berpendapat bahwa
sesuatu kegiatan tidak berguna jika tidak ada sesuatu materi yang didapat.
Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa belajar untuk membangun
komunikasi yang baik dengan petani, sehingga didapatinya kesepakatan untuk
proses pendampingan lebih lanjut terhadap usaha tersebut dan mengatur
jadwal pertemuan berikutnya.
Setelah menentukan jadwal pertemuan hal selanjutnya yang perlu
dilakukan menanyakan apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan dari usaha
yang dilakukan oleh kelompok tersebut atau apa yang menjadi harapan ke
depan dari usaha yang dilakukannya selama ini. Kendala yang didapati dalam
membangun suatu harapan ini terutama dalam usaha ternak kambing dalam
Kelompok Tani Harapan Mekar adalah usaha ini dianggap sebagai usaha
sampingan dari usaha utama, yaitu bertani, sehingga apa yang diperoleh saat
ini dari usaha ternak kambing tersebut sudah dianggap cukup. Strategi yang
dilakukan untuk menghadapi sikap tersebut adalah mencoba membawa
beberapa anggota kelompok untuk melakukan suatu studi banding
28
(Benchmarking) kepada usaha peternakan yang sudah besar dan mapan, yaitu
pada Ternak Domba Sehat Dompet Duafa Republika, Cinagara, Sukabumi.
Hal ini dilakukan untuk dapat membangun suatu keinginan agar usahanya
dapat menjadi lebih besar dan menyadarkan bahwa ternyata usaha ternak
kambing tersebut memiliki prospek yang baik ke depannya.
Proses selanjutnya mencari informasi mengenai gambaran kegiatan
usaha dari Kelompok Tani Harapan Mekar. Dari kegiatan ini kita dapat
melihat bagaimana usaha ternak kambing ini selama ini dijalankan. Tujuan
dilakukannya kegiatan ini agar peneliti dan masyarakat/petani dapat belajar
secara bersama-sama, apakah usahanya selama ini sudah baik atau masih
memiliki kekurangan. Kendala yang dihadapi sama dengan proses sebelumnya
dimana para anggota cenderung pasif selama proses fasilitasi. Pembelajaran
yang diperoleh adalah mahasiswa belajar tentang teknis budidaya kambing
dan memperoleh sharing teori dengan pengalaman anggota kelompok yang
sangat berharga.
Setelah mengetahui apa yang diharapkan oleh masyarakat/petani dan
mengetahui bagaimana gambaran usahanya selama ini, maka yang selanjutnya
dilakukan adalah secara bersama-sama merumuskan masalah tersebut.
Kendala yang dihadapi adalah sama dengan proses kegiatan sebelumnya, yaitu
usaha ini dianggap sebagai usaha sampingan sehingga merasa nyaman dengan
usahanya selama ini dan merasa tidak memiliki kekurangan atau masalah
dalam menjalankan usahanya. Strategi yang dilakukan juga sama yaitu dengan
melakukan studi banding terhadap peternakan yang lebih besar sehingga
disadari masih memiliki kekurangan dan masalah-masalah dalam usahanya
selama ini. Pembelajaran yang diperoleh adalah mahasiswa belajar
memfasilitasi dan merumuskan masalah utama yang harus diselesaikan
bersama-sama dengan kelompok.
Sebelum menganalisis kelayakan usaha tentunya dibutuhkan
beberapa data-data yang relevan mengenai usaha. Untuk itu diperlukan proses
pengumpulan data. Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara baik secara individu maupun secara
berkelompok dengan teknik FGD. Dalam Proses ini kendala yang dihadapi
29
adalah sulitnya menyamakan waktu antara ketua kelompok dan juga kepada
anggota-anggota kelompok yang ada akibat kesibukannya di sawah untuk
bertani. Oleh karena itu untuk mengatasinya selama di lapangan lebih banyak
proses wawancara dilakukan secara individu dibandingkan secara
berkelompok. Pembelajaran yang diperoleh dalam proses ini adalah
mahasiswa belajar untuk melakukan wawancara ataupun FGD untuk
memperoleh data guna keperluan analisis kelayakan.
Proses terakhir dalam penelitian ini adalah secara bersama-sama
dengan masyarakat menyusun suatu analisis kelayakan usaha untuk dapat
mengukur kelayakan atau tidak layaknya usaha yang didampingi untuk proses
pengembangan lebih lanjut. Selain itu, hal ini berguna untuk menarik investor
mau mendanai usaha ternak kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar
tersebut. Akan tetapi ada beberapa analisis yang dilakukan individu oleh
peneliti seperti analisis kelayakan finansial. Walaupun demikian hasil dari
pengolahan yang ada akan diberitahukan kepada petani, sehingga dapat juga
menjadi bahan perbaikan untuk menjalankan usaha ternak kambing Kelompok
Tani Harapan Mekar. Secara lebih jelas proses dari penelitian aksi pertisipatif
ini dapat dilihat dalam Lampiran 1.
4.2. Gambaran Umum Usaha
4.2.1. Lokasi Usaha
Usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini
didirikan di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor.
Lokasi ini dipilih kerena kondisi sumber daya alam di wilayah Situgede
mendukung kelompok untuk melakukan usaha ternak kambing.
a. Letak dan Batas-batas Kelurahan
Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini
terletak pada Batas wilayah Kelurahan Situgede di sebelah utara adalah
Kecamatan Kemang, sebelah selatan adalah Desa Balumbang Jaya,
sebelah barat adalah Desa Cikarawang, dan sebelah timur adalah
Kelurahan Bubulak.
30
Jarak dari Kelurahan ke Ibukota Kecamatan adalah 4 km yang
dapat ditempuh dalam waktu 15 menit, sedangkan jarak dari Kelurahan ke
Ibukota Kota Bogor adalah 8 km yang dapat ditempuh dalam waktu 30
menit, dan jarak dari Kelurahan ke ibukota Propinsi adalah 250 km.
Kondisi jalan yang menghubungkan Kelurahan dengan Kecamatan lain
maupun dengan Ibukota Kota Bogor cukup baik. Alat transportasi yang
dapat digunakan berupa kendaraan roda empat baik berupa mobil, mini
bus maupun truk, dan kendaraan roda dua. Kendaraan umum roda empat
yang melintas di Kelurahan Situgede setiap hari dan menghubungkan
Kelurahan dengan pusat Kota Bogor adalah Angkutan Perkotaan (angkot)
dengan biaya Rp. 2.000,00. Dengan melihat jarak, kondisi jalan, alat dan
biaya transportasi, akses untuk ke luar dari Kelurahan menuju pusat Kota
Bogor dan akses informasi termasuk mudah dijangkau.
b. Keadaan Geografis
Topografi Kelurahan Situgede didominasi oleh dataran yaitu
seluas 232,47 ha. Letak ketinggian Kelurahan dari permukaan laut adalah
250 m dpl. Kondisi lahan tergolong subur dan hampir tidak ada erosi pada
lahan. Curah hujan rata-rata 3219-4671 mm/tahun dan suhu rata-rata 24,9-
25,8ºC.
Luas Kelurahan Situgede adalah 232,47 ha. Berdasarkan
pengalokasiannya, lahan tersebut digunakan untuk bermacam kepentingan
yang sebagian besar atau bahkan hampir setengahnya (45,31 %) digunakan
untuk persawahan (Monografi Desa Situgede tahun 2004 dalam Herdiansyah,
2005).
4.2.2. Sejarah Usaha
Penelusuran sejarah usaha dalam penelitian aksi partisipatif ini
dilakukan dalam rangka untuk mengetahui latar belakang pembentukan
usaha ternak kambing, perubahan-perubahan yang terjadi selama usaha
berjalan, kegiatan apa yang telah dan belum dilakukan kelompok dalam
menjalankan usaha ternak dan permasalahan yang terjadi selama kegiatan
usaha ini berlangsung.
31
Dari hasil teknik penelusuran sejarah usaha dalam diskusi anggota
kelompok diperoleh bahwa berdirinya usaha ternak kambing pada
Kelompok Tani Harapan Mekar ini diawali oleh adanya pemberian hibah
oleh pemerintah kepada kelompok berupa empat ekor sapi seharga Rp
12.800.000,- juta pada tahun 2003. Karena ketidakjelasan dalam proses
pengelolaan yang ada di lapangan, maka bukan keuntungan yang didapat
melainkan kerugian Rp 9.600.000,-. Jumlah sapi yang ada tinggal dua ekor.
Berdasarkan pengalaman tersebut maka ketua kelompok
mengambil keputusan untuk menggunakan dana yang tersisa tersebut Rp
9.600.000,- untuk dijadikan sebuah usaha ternak kambing pada tahun 2005.
Dari dana yang ada tersebut, dana Rp 2.600.000,- dialokasikan untuk
pembuatan kandang dan sisanya dialokasikan untuk pembelian bakalan
sebanyak 20 ekor dan perawatan kandang selama usaha berjalan.
4.2.3. Karakteristik Responden
Jumlah anggota yang dijadikan responden adalah tiga orang.
Orang-orang tersebut mengerti secara rinci sejarah usaha ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar dan memiliki pengetahuan yang baik
tentang beternak kambing yang diperoleh melalui pengalaman selama
beternak (Tabel 2).
Tabel 2. Profil Responden
No. Nama Umur Pendidikan Keterangan
1 Iwan setiawan 61 Sarjana Ketua Kelompok
2 Adi 55 SD Pengelola
3 Jai 48 SD Pengelola
Sumber : Data Primer, 2007
4.3. Analisis Kelayakan Usaha
4.3.1. Aspek Pemasaran
a. Lokasi dan Sasaran Konsumen
Karena sifat usaha selama ini yang hanya sebagai usaha
sampingan maka yang menjadi lokasi dan target pemasaran dari usaha ini
32
masih terbatas pada sekitar pada lingkungan kelurahan Situgede dan
sekitar daerah di Kota Bogor. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua
kelompok yaitu Pak Encep, selama ini kegiatan pemasaran hanya
dilakukan pada saat hari raya Idul adha.
Kegiatan pemasaran yang dilakukan adalah menjual kambing
langsung ditempat usaha. Konsumen yang ingin membeli kambing dapat
langsung datang ke tempat usaha, dikarenakan tempat usaha yang strategis
dan mudah dijangkau.
b. Peluang Pasar
Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok didapati bahwa
selama dua tahun usaha ini berjalan jumlah permintaan terhadap kambing
pada Kelompok Tani Harapan Mekar pada tahun pertama mencapai
kurang lebih 30 ekor. Pada tahun tersebut jumlah ternak yang ada adalah
20 ekor.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa peluang
pasar pada usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar cukup
tinggi dan masih terbuka lebar. Akan tetapi, tingginya peluang pasar
selama ini belum dapat didukung dengan pengadaan ternak pada saat
proses penjualan. Oleh karena, itu perluasan kandang ini dapat dijadikan
salah satu solusi untuk menghadapi masalah tersebut.
c. Bauran Pemasaran
Produk
Jumlah kambing yang ada pada kelompok sekarang adalah 40
ekor dan pada tahun berikutnya akan diperbanyak menjadi 90 ekor. Dalam
masalah bobot, kambing yang dimiliki oleh Kelompok Tani ini sudah
tergolong baik dan layak untuk dijual. Akan tetapi dalam perawatannya,
kambing-kambing yang ada kurang diberikan perawatan secara intensif.
Perawatan-perawatan tersebut seperti memandikan kambing
secara teratur, yaitu dalam satu bulan minimal dua kali. Perawatan yang
lain, antara lain menjaga kebersihan kandang ternak itu sendiri dan
33
memberikan vitamin ataupun obat-obatan kepada ternak. Perawatan
terhadap kambing ini mempengaruhi penampilan dari kambing saat dijual.
Dari pengamatan selama di lapangan, didapati bahwa perawatan-
perawatan tersebut kurang diperhatikan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi
kandang yang jarang dibersihkan dan juga kambing hanya dimandikan
sebulan sekali. Jadi, walaupun secara bobot kondisi kambing sudah dapat
dikatakan baik, akan lebih lagi jika kebersihan dari kambing dan kandang
diperhatikan.
Harga
Harga jual kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar
terakhir tahun 2006 berkisar Rp 550.000,- hingga Rp 700.000,- tergantung
dari kondisi dan bobot kambing. Harga pasar yang berlaku di Bogor
berdasarkan Bursa Hewan Kurban PUSLITBANGNAK Tahun 2006/1426
H dalam adalah berkisar Rp 600.000,- ribu hingga Rp 1.300.000,-.
Berdasarkan Informasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
harga jual kambing pada Kelompok Tani Harapan Mekar masih tergolong
rendah. Harga jual ini sangat dipengaruhi oleh bobot kambing dan
penampilan kambing saat dijual. Bobot kambing dan penampilan kambing
ini sangat dipengaruhi oleh perawatan terhadap kambing itu sendiri.
Distribusi
Saluran pemasaran yang terjadi dalam kegiatan pemasaran usaha
ternak kambing ini adalah proses penjualan langsung kepada konsumen
akhir. Dalam saluran ini, penjualan dilakukan tanpa melalui tengkulak
ataupun saluran pemasaran yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat Idul
Adha banyak sekali konsumen yang ingin membeli kambing (Gambar 4).
Gambar 4. Saluran Pemasaran Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar.
Keunggulan dari proses penjualan langsung ini adalah kelompok
dapat menekan biaya-biaya penjualan seperti untuk transportasi dan
pengangkutan. Hal ini dikarenakan dalam proses penjualan, konsumen
Kelompok Tani Konsumen
34
langsung datang kepada kelompok tani untuk membeli sekaligus
mengangkut kambing yang ada. Selain itu dengan tidak adanya perantara,
maka harga jual kambing relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penjualan melalui tengkulak ataupun perantara.
Namun proses pemasaran dengan menggunakan saluran
penjualan langsung ke konsumen ini juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan itu, antara lain kelompok kurang mengetahui tentang
bagaimana informasi-informasi pasar seperti informasi mengenai harga
penjualan. Dengan saluran pemasaran seperti, ini harga jual yang relatif
sama dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, dengan saluran pemasaran
seperti ini kelompok kurang dapat memperluas pasar kambing yang ada.
Promosi
Dalam hal promosi selama ini hanya dilakukan dari mulut ke
mulut, sehingga dalam kegiatan promosi ini kelompok tidak mengeluarkan
biaya sama sekali.
4.3.2. Aspek Teknis
Aspek ini berhubungan dengan input dan output atau tahap-tahap
produksi yang digunakan dalam usaha ternak kambing pada kelompok,
fasilitas, bahan baku, dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan
proses produksi.
a. Tahap Produksi
Tahap-tahap proses produksi usaha ternak kambing yang dilakukan
oleh Kelompok Tani Harapan Mekar adalah pembuatan kandang ternak,
pembelian bakalan, penggemukan dan pemanenan atau penjualan (Gambar
5).
35
Gambar 5. Tahap-Tahap Proses Produksi
(i) Tahap Pembuatan Kandang Ternak
Luas kandang pada tahun pertama dan kedua adalah seluas
52,5 m2 dengan ukuran panjang 17,5 m, lebar 3 m dan tinggi kandang
dari permukaan tanah 0,8 m. Kandang ini dibangun di atas lahan seluas
200 m2. Kapasitas dari kandang ini sendiri mampu menampung 40 ekor
kambing, dengan rincian 1,5 m x 0,8 m untuk setiap ekor kambingnya
dan di tengah-tengah kandang sendiri terdapat jalan dengan lebar 0,5 m
yang digunakan untuk jalan bagi ternak sendiri dan bagi para peternak.
Selain itu di sekeliling kandang terdapat tempat pakan
dengan ukuran dasar selebar 25 cm, tinggi 50 cm, lebar bagian atas 50
cm dan panjang yang disesuaikan dengan panjang dan lebar kandang.
Untuk lebih jelas mengenai kandang yang ada sebelum dilakukan
perluasan, yaitu pada tahun pertama dan kedua tersebut dapat dilihat
pada Gambar 6 dan 7.
Gambar 6. Layout Kandang Ternak Sebelum Diperluas.
40 m
5 m
17,5 m
Tahap Pembuatan Kandang Ternak
Tahap Pemanenan
Tahap Penggemukan
Tahap Pembelian Bakalan
1m
0,5
m
1m
0,8 m
3 m
36
Pada tahun ketiga jumlah ternak akan melebihi kapasitas dari
kandang yang ada. Oleh karena itu, pada tahun ketiga kandang yang ada
akan diperluas, sehingga kapasitasnya menjadi 90 ekor kambing. Ukuran
kandang yang sebelumnya seluas 52,5 m2 akan diperluas menjadi seluas
108 m2 dengan ukuran panjang 36 m, lebar 3 m dan tinggi 1,5 m. Luas
dari perluasan kandang itu sendiri adalah 80 m2. Ukuran kandang tiap
ekornya tetap sama, yaitu 1,5 m x 0,8 m. Ukuran dari tempat pakan juga
sama dengan panjang yang menyesuaikan dengan panjang kandang.
Layout dari perluasan kandang itu sendiri dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 7. Layout Kandang Ternak Setelah Diperluas.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan kandang ternak
ini antara lain paku, bambu, kayu, atap kirai, semen, batu dan pasir.
Uraian untuk bahan-bahan pembuatan kandang adalah:
a. Paku : 5 kg
b. Bambu : 80 buah
c. Kayu : 40 buah kayu ukuran 6”x12” dan
15 buah kayu ukuran 5”x10”
d. Atap kirai : 400 buah
e. Semen : 2 sak
f. Batu : 0,5 m3
g. Pasir : 0,5 m3
36 m
3 m
40 m
5 m
0,8 m
1 m
0,
5m
1m
37
(ii) Tahap Pengadaan Bakalan
Untuk melakukan usaha penggemukan kambing ini diperlukan
bakalan kambing itu sendiri. Hasil FGD dan benchmarking
menunjukkan bahwa pemilihan bakalan merupakan salah satu faktor
keberhasilan usaha penggemukan, bibit yang baik untuk usaha
penggemukan adalah berumur 4-6 bulan. Hal itu berdasarkan pada waktu
penggemukan itu sendiri yang dilakukan selama satu tahun. Dengan
begitu ketika kambing dipanen umurnya tidak terlalu muda ataupun
terlalu tua.
Bakalan kambing ini langsung dibeli dari pasar kambing yang
ada di daerah Ciampea, Bogor. Bakalan yang dipilih adalah kambing-
kambing dengan usia 4-6 bulan, memiliki penampakan yang bersih dan
yang pasti tidak memiliki penyakit ataupun cacat secara fisik. Proses
pembelian dilakukan dengan langsung datang ke pasar kambing yang
ada dan mengangkutnya dengan kendaraan pribadi milik ketua
kelompok. Jumlah bakalan yang dibutuhkan untuk perluasan kandang ini
adalah 90 ekor kambing.
(iii) Tahap Penggemukan
Tahap penggemukan ini meliputi proses-proses seperti
memberikan pakan dan obat-obatan, memandikan kambing,
membersihkan dan merawat kandang. Proses dari penggemukan ini
dilakukan selama 8 bulan.
Pakan yang diberikan selama ini adalah hanya hijau-hijauan.
Akan tetapi dalam aspek finansial perluasan kandang ini, peneliti ingin
melihat bagaimana kelayakan usaha ternak kambing ini jika pakan yang
diberikan menggunakan tambahan berupa konsentrat. Untuk perhitungan
tersebut, dalam aspek teknis akan dihitung berapa besar dari koefisien
teknis dari penggemukan dan bagaimana perbedaan koefisien terhadap
kedua perlakuan pakan tersebut.
Berdasarkan hasil studi lapang, pemberian pakan yang baik
dilakukan sekitar puklul 07.00, pukul 13.00, dan pukul 17.00 dengan
porsi terbanyak. Jumlah hijau-hijauan yang diberikan adalah 10% dari
38
bobot kambing setiap harinya. Hijau-hijauan ini sendiri didapat dari
lingkungan sekitar dimana mayoritas lahan yang ada di Situgede adalah
persawahan dan memiliki tanah yang subur, sehingga akan sangat mudah
untuk mendapatkan hijau-hijauan.
Untuk konsentrat, jumlah yang diberikan adalah 3% dari bobot
kambing rata-rata. Selain itu kambing juga perlu diberikan obat-obatan
yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Obat yang biasa diberikan
adalah obat cacing dan vitamin B. Proses pemberian pakan dan obat-
obatan ini merupakan proses yang sangat mempengaruhi keberhasilan
dari penggemukan kambing.
Selain diberikan pakan dan obat-obatan, kambing juga perlu
dibersihkan atau dimandikan minimal dua kali dalam sebulan. Dengan
terjaganya kebersihan kambing, maka kambing akan lebih cenderung
terbebas dari berbagai macam penyakit. Pembersihan dan perawatan
kandang pun juga diperlukan untuk menghindarkan kambing dari
berbagai macam penyakit.
(iv) Tahap Pemanenan/Penjualan Ternak
Setelah melalui tahap penggemukan maka kambing sudah
memiliki usia yang layak (1 tahun) dan siap dijual kepada konsumen
pada saat Idul Adha. Proses penjualan dilakukan langsung kepada
konsumen yang datang ke lokasi usaha yaitu di desa Situgede. Harga
jual pun bervariasi tergantung dari besar, bobot dan penampakan dari
kambing itu sendiri.
b. Fasilitas Produksi
Selain daripada tahapan-tahapan produksi yang telah disebutkan
di atas, hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam aspek teknis adalah
fasilitas yang digunakan selama proses produksi tersebut. Fasilitas
produksi dikelompokkan menjadi dua, yaitu sarana dan prasarana. Sarana
produksi yang digunakan adalah cangkul, garpu, sabit, keranjang, dan
lampu. Prasarana yang digunakan yaitu lahan, dan listrik.
Uraian sarana yang dibutuhkan selama produksi berlangsung
adalah:
39
Cangkul
Cangkul digunakan untuk mencangkul tanah yang ada di sekitar
kandang, sehingga posisi kandang selalu dalam keadaan baik. Cangkul
juga untuk proses penanaman tanaman pakan bagi ternak. Cangkul yang
digunakan adalah 2 unit dengan umur teknis 3 tahun.
Garpu
Garpu digunakan untuk memberikan pakan dan merapikan
rumput yang terdapat pada tempat pakan. Jumlah garpu yang digunakan
adalah 1 unit. Umur teknis dari garpu adalah 3 tahun.
Sabit
Sabit digunakan untuk membersihkan tanaman liar di sekitar
kandang, dan juga untuk mengambil rumput untuk pakan bagi ternak.
Jumlah sabit yang digunakan adalah 1 unit. Umur teknis dari sabit adalah
3 tahun.
Keranjang
Keranjang digunakan sebagai tempat untuk mengangkut pakan
yang diambil dari lahan untuk proses pemberian pakan. Jumlah keranjang
yang digunakan adalah 4 unit. Umur teknis dari keranjang adalah 3 tahun.
Lampu
Lampu digunakan sebagai sarana penerangan bagi kandang.
Jumlah lampu yang digunakan adalah 2 unit. Umur teknis dari lampu
adalah 2 tahun.
Uraian prasarana yang dibutuhkan selama produksi berlangsung
adalah :
Listrik
Listrik digunakan agar lampu pada kandang dapat digunakan
guna penerangan pada kandang.
c. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan selama proses produksi, yaitu
bakalan kambing. Kambing ini merupakan bahan baku utama dalam
40
proses produksi. Selama proses perluasan kandang jumlah bakalan yang
dibutuhkan adalah 90 ekor.
Untuk lebih jelas mengenai alat dan bahan baku yang dibutuhkan
dalam proses perluasan kandang selama lima tahun dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Alat dan Bahan Baku Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
Tahun
0 1 2 3 4 5 No Uraian
Unit
1 Cangkul 2 - - 2 - -
2 Garpu 2 - - 2 - -
3 Sabit 2 - - 2 - -
4 Keranjang 2 - - 2 - -
5 Lampu 2 - 2 - 2 -
6 Bakalan - 90 90 90 90 90
Sumber : Data Primer, 2007
Berdasarkan Tabel 3 di atas, maka dapat dilihat bahwa fasilitas
berupa sarana produksi seperti cangkul, garpu, sabit, keranjang, dan
lampu dibutuhkan mulai tahun ke-0, yaitu sebelum proses produksi
dijalankan. Sedangkan untuk bahan baku berupa bakalan dibutuhkan
adalah 90 ekor setiap tahunnya.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam usaha ternak Kelompok Tani Harapan
Mekar berjumlah 4 orang. Berdasarkan hasil FGD pemilihan tenaga
kerja ini dilakukan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan, yaitu
ditekankan pada faktor tanggung jawab dan kedisiplinan. Usaha ini
dikelola dengan sistem manajemen yang sangat sederhana, sehingga
lebih mudah dalam pengawasan kegiatan operasional.
41
Rata-rata pengelola memiliki tingkat pendidikan rendah (lulus
SD) dan pengetahuan beternak didapatkan langsung dari pengalaman
selama ini merawat hewan ternak, sehingga proses perawatan yang
dibutuhkan tidak dilakukan. Akan tetapi, pengelola yang berjumlah
empat orang ini memiliki tanggung jawab yang tinggi dan memiliki
keinginan maju. Hal tersebut dapat dilihat dari keinginannya untuk
belajar tentang bagaimana cara beternak kambing yang baik, yaitu
melakukan studi banding dengan peternakan yang sudah baik dan maju
di daerah Cinagara.
Kekurangan yang ada pada aspek tenaga kerja ini adalah
intensitas waktu yang lebih banyak dihabiskan untuk bertani
dibandingkan dengan mengelola ternak yang ada. Hal ini dapat dilihat
dari hasil teknik jadwal sehari. Dari teknik ini didapat jumlah waktu
yang dihabiskan pengelola untuk beternak adalah 1,5 jam, sedangkan
jumlah waktu untuk bertani adalah 10,5 jam.
e. Koefisien Teknis
Perhitungan koefisien teknis ini dilakukan dengan
menggunakan analisis regresi. Analisis ini dilakukan untuk melihat
variabel input apa yang paling berpengaruh terhadap hasil (output), dan
mengukur besar koefisien teknis dari variabel input tersebut.
Dalam hal ini, variabel input yang paling berpengaruh adalah
pakan, sedangkan variabel output adalah bobot badan kambing.
Pemberian pakan akan dibandingkan dengan dua perlakuan, yaitu
perlakuan pemberian pakan tanpa tambahan konsentrat dan dengan
tambahan konsentrat. Pemberian pakan dilakukan selama 8 bulan.
Pada perlakuan pertama penambahan bobot badan diasumsikan
0,046 kg per hari atau 1,38 kg per bulan (Yusuf dkk., 2001). Sedangkan
pada perlakuan kedua diasumsikan penambahan bobot badan adalah
0,059 kg per hari atau 1,77 kg per bulan (Sitorus dkk., 1998).
Hasil dari analisis regresi perlakuan tanpa menggunakan
konsentrat menunjukkan bahwa pemberian pakan hijauan akan
memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap penambahan
42
bobot badan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien pakan hijauan
10 dan nilai p value 0,000. Karena nilai p value yang kurang dari 0,05
maka pakan hijauan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan bobot
badan (Lampiran 3).
Hasil dari analisis regresi perlakuan dengan menggunakan
konsentrat menunjukkan bahwa pemberian pakan konsentrat tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan jika dibandingkan dengan pakan.
Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien pakan konsentrat 4,56 dan
nilai p value 0,147. Karena nilai p value yang lebih besar dari 0,05, maka
pakan konsentrat tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
bobot badan. Sedangkan nilai koefisien pakan hijauan, yaitu 8,52 dengan
p value 0,000 (Lampiran 3).
Data tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan pertama,
setiap penambahan pakan hijauan sebanyak 1 kg akan menyebabkan
peningkatan bobot badan 10 kg. Sedangkan pada perlakuan 2
menunjukkan penambahan pakan hijauan dan konsentrat sebanyak 1 kg
akan menyebabkan peningkatan bobot badan 8,52 dan 4,56 kg.
4.3.3. Aspek Manajemen
Dalam aspek manajemen ini hal-hal yang dianalisis antara lain
tentang masalah perijinan/aspek legalitas, kepemilikan, struktur organisasi
dan deskripsi pekerjaan
a. Perijinan
Usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini
adalah usaha yang berbentuk kelompok. Tujuan utama dari usaha ini
sendiri bukan pada profitabilitas perseorangan melainkan lebih kepada
pemberdayaan masyarakat ataupun anggota kelompok tani. Usaha ini
sangat membantu masyarakat, terutama sebagai penghasilan tambahan
setiap tahunnya.
Oleh karena sifatnya yang bersifat pemberdayaan bagi
masyarakat atau anggota kelompok tani yang ada, usaha ini belum
memiliki perijinan bersifat legal, seperti Surat Ijin Tempat Usaha (SITU)
dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), namun secara keseluruhan
43
kelompok tidak memiliki kendala dalam melaksanakan kegiatan usaha
ternak kambing tersebut.
b. Kepemilikan
Usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar ini
merupakan sebuah usaha yang dimiliki oleh kelompok dengan modal hasil
hibah pemerintah berupa 4 ekor sapi pada tahun 2003. Keuntungan dari
penjualan kambing itu sendiri setengahnya diperuntukkan pengelola dan
setengahnya untuk menambah bakalan kambing yang ada. Oleh karena itu
usaha ternak Kelompok Tani Harapan Mekar ini merupakan usaha yang
dimiliki oleh kelompok sepenuhnya dan diperuntukkan kembali untuk
kelompok.
c. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara secara individu dan kelompok
didapati bahwa struktur organisasi yang terdapat usaha ternak kambing ini
berbentuk organisasi lini. Hal tersebut dapat dilihat dari sistem
kepemimpinan tunggal oleh Pek Encep sebagai pimpinan dari usaha ternak
kambing ini Secara jelas bagan struktur organisasi ini dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar 8. Bagan Organisasi Usaha Ternak Kambing
Pada struktur organisasi berbentuk lini tersebut di atas, pimpinan
atau ketua kelompok langsung berhubungan dengan tenaga operasional
yang juga merupakan anggota kelompoknya. Ketua kelompok
Operasional Teknis Produksi Bpk. Jai Bpk. Adi
Sdr. Wawan Sdr. Tata
Pimpinan Bpk. Iwan S. (Pak Encep)
44
mengkoordinasikan semua aktivitas usaha yang dijalankan. Jumlah
anggota yang mengelola usaha ternak kambing pada kelompok tani
Harapan Mekar ini dari tahun pertama sampai kelima adalah sebanyak
empat orang.
d. Deskripsi Pekerjaan
Pada struktur organisasi berbentuk lini seperti yang ada pada
usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar, proses pemberian
koordinasi antara ketua kepada anggota akan lebih mudah dan sederhana,
sehingga penyampaian pesan atau perintah pun dapat berlangsung secara
cepat. Berikut merupakan deskripsi pekerjaan dari sumber daya manusia
dalam usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar :
Pimpinan (Ketua Kelompok)
Pimpinan atau ketua kelompok dari usaha ternak Kelompok
Tani Harapan Mekar merupakan orang yang berada pada posisi teratas
dalam struktur. Secara umum tanggungjawab pimpinan merupakan
seorang ketua di kelompoknya mengkordinasikan semua kegiatan pada
Kelompok Tani Harapan Mekar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Encep, pimpinan
dalam usaha ternak kambing ini memiliki tugas-tugas seperti memimpin
kelompok pada acara-acara atau pertemuan tertentu, memberikan
pengarahan kepada anggota terhadap pelaksanaan teknis produksi di
lapangan, serta mengontrol atau mengawasi dari kegiatan usaha yang
dilakukan oleh anggota secara keseluruhan.
Operasional Teknis Produksi
Secara umum yang menjadi tanggungjawab tenaga operasional
ini ataupun anggota kelompok ini adalah melaksanakan operasional teknis
produksi sesuai dengan skema proses produksi yang telah diarahkan oleh
pimpinan atau ketua kelompok. Selain itu, tugas-tugas yang harus
dilaksanakan oleh anggota kelompok ini adalah mengawasi proses
pemeliharaan selama proses produksi, melaporkan proses ataupun hasil
yang terjadi selama proses produksi, melakukan proses penjualan atau
45
pemanenan sesuai dengan ketentuan yang disepakati sebelumnya dengan
pimpinan.
4.3.4. Aspek Finansial
Dalam pembahasan Aspek Finansial akan diuraikan mengenai
gambaran keadaan keuangan usaha sebagai pertimbangan untuk
merealisasikan pembangunan proyek perluasan kandang ini. Dikemukakan
pula anggaran biaya investasi dan pengeluarannya, sumber dana, proyeksi
pendapatan dan pengeluaran, proyeksi aliran dana dan penerapan beberapa
metode evaluasi finansial.
Dalam aspek finansial, perluasan kandang usaha ternak kambing
Kelompok tani Harapan Mekar ini akan dibandingkan bagaimana kelayakan
usaha ternak ini jika dilakukan secara alami (tanpa menggunakan
konsentrat) dan bagaimana jika dilakukan dengan menggunakan pakan
konsentrat bagi ternak dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan.
a. Kebutuhan Dana dan Sumbernya
Kebutuhan Dana
Dana yang dibutuhkan pada permulaan tahun untuk perluasan
kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 43.798.000,-.
Sedangkan untuk perluasan kandang menggunakan pakan konsentrat
adalah Rp 45.570.000,- (Tabel 4).
46
Tabel 4. Proyeksi Kebutuhan Dana Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
Kebutuhan Dana Tanpa Konsentrat (Rp)
Dengan Konsentrat 1 x penjualan (Rp)
Dengan Konsentrat 2 x penjualan (Rp)
1. Bangunan
a. Lahan 16.000.000 16.000.000 16.000.000
b. Kandang 5.369.000 5.369.000 5.369.000
Total 21.369.000 21.369.000 21.369.000
2. Alat dan Perlengkapan
a. Cangkul 70.000 70.000 70.000 b. Garpu 35.000 35.000 35.000 c. Sabit 50.000 50.000 50.000 d. Keranjang 60.000 60.000 60.000 e. Lampu 40.000 40.000 40.000 Total 255.000 255.000 255.000
3. Modal Kerja
a. Pembelian Bakalan 20.520.000 20.520.000 20.520.000
b.Pembelian pakan 1 bulan
- hijauan 1.654.000 1.654.000 1.654.000
- konsentrat 1.772.000 1.772.000
Total 22.174.000 23.946.000 23.946.000
Kebutuhan Dana 43.798.000 45.570.000 45.570.000
Sumber : Data Primer, 2007
Uraian biaya untuk pembuatan kandang sendiri berdasarkan hasil
diskusi dengan kelompok adalah:
Bahan baku :
a. Paku : 5 kg x Rp 8000,-/kg = Rp 40.000,-
b.Bambu : 80 buah x Rp 4000,-/buah = Rp 320.000,-
c. Kayu
. ukuran 6”x12” :
40 buah x Rp 60.000,-/buah = Rp 2.400.000,-
. ukuran 5”x10” :
15 buah x Rp 40.000,-/buah = Rp 600.000,-
d. Atap kirai : 400 buah x Rp 1500,-/buah = Rp 600.000,-
47
e. Semen : 2 sak x Rp 35.000,-/buah = Rp 70.000,-
f. Batu : 0,5 m3 = Rp 50.000,-
g. Pasir : 0,5 m3 = Rp 50.000,-
Total biaya bahan baku = Rp 4.130.000,-
Upah tenaga kerja 0,3 x biaya bahan baku = Rp 1.239.000,-
Total biaya kandang = Rp 5.369.000,-
Sumber Dana
Sumber dana ini berasal dari modal sendiri dan juga pinjaman.
Untuk pinjaman akan dibandingkan bagaimana jika pinjaman dilakukan
secara komersial (kredit bank) dan jika dilakukan secara semi-komersial
(dana bergulir). Perbandingan antara modal sendiri dan pinjaman adalah
35% untuk modal sendiri dan 65% untuk pinjaman.
Untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat,
dana yang berasal dari modal sendiri adalah Rp 15.329.000,-. Sedangkan
dana yang diperoleh dari pinjaman adalah Rp 28.469.000,-
Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan berupa
konsentrat, dana yang berasal dari modal sendiri adalah Rp 15.950.000,-.
Sedangkan dana yang diperoleh dari pinjaman adalah Rp 29.621.000,-
b. Identifikasi Biaya Operasional
Biaya operasional pada perluasan kandang ini terdiri dari biaya
tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Biaya tetap terdiri
dari biaya upah tenaga kerja, penyusutan, kas kelompok dan biaya listrik.
Total dari biaya tetap untuk perluasan kandang dengan tidak
menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 1.458.000,- per periodenya.
Total dari biaya tetap untuk perluasan kandang dengan menggunakan
pakan konsentrat dalam satu kali penjualan adalah Rp 1.458.000,-.
Sedangkan total dari biaya tetap untuk perluasan kandang dengan
menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali penjualan adalah Rp
1.458.000,-.Untuk perincian keseluruhan biaya variabel di atas dapat
dilihat pada Tabel 5.
48
Tabel 5. Rincian Biaya Tetap Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
No Komponen Tetap Tanpa Konsentrat
(Rp)
Dengan Konsentrat
1x Penjualan
(Rp)
Dengan Konsentrat
2x Penjualan (Rp)
1 Penyusutan 1.058.000 1.058.000 1.058.000 2 Perawatan Kandang 300.000 300.000 300.000 3 Biaya Listrik 100.000 100.000 100.000
Total Biaya Tetap 1.458.000 1.458.000 1.458.000 Sumber : Data Primer, 2007
Penyusutan
Jumlah penyusutan dari aktiva tetap dalam perluasan kandang ini
baik untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat
maupun dengan menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 1.058.000,-
dengan nilai sisa Rp 537.000,- . Untuk perhitungan dari biaya penyusutan
sendiri dapat dilihat pada Lampiran 13.
Perawatan Kandang
Biaya untuk perawatan kandang ini adalah biaya untuk
memperbaiki biaya atap. Jumlah biaya yang dibutuhkan adah setengah dari
jumlah biaya untuk pembuatan atap, yaitu Rp 300.000,-.
Listrik
Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk listrik baik untuk perluasan
kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat maupun dengan
menggunakan pakan konsentrat tiap tahunnya adalah Rp 100.000,-.
Biaya variabel terdiri dari biaya untuk pembelian bakalan, pakan,
biaya pengangkutan dan biaya obat-obatan ternak. Total biaya variabel
untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah
Rp 37.277.000,- setiap periodenya. Sedangkan jika dengan menggunakan
pakan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan turut
adalah Rp 51.799.000,-, dan Rp 94.856.000,-.
Untuk perincian keseluruhan biaya variabel dapat dilihat pada
Tabel 6.
49
Tabel 6. Rincian Biaya Variabel Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
No Komponen Tetap Tanpa Konsentrat
(Rp)
Dengan Konsentrat
1x Penjualan (Rp)
Dengan Konsentrat
2x Penjualan (Rp)
1 Upah Tenaga Kerja 600.000 600.000 900.000 2 Bakalan 20.520.000 20.520.000 47.880.000 3 Biaya Pengangkutan 830.000 830.000 1.660.0004 Obat-obatan 810.000 1.080.000 1.080.000 5 Biaya Pakan a. hijauan 13.230.000 13.230.000 19.845.000 b. konsentrat 0 14.175.000 21.263.000 6 Kas kelompok 1.537.000 1.884.000 2.728.000
Total 37.277.000 51.799.000 94.856.000
Sumber : Data Primer dan Sekunder Diolah, 2007
Upah Tenaga Kerja
Besarnya upah tenaga kerja dihitung dengan cara mengalikan
jumlah jam kerja yang digunakan untuk beternak dari bertani dengan upah
harian. Perhitungan upah tenaga kerja adalah : 1,5 jam / 12 jam x Rp
20.000,- = Rp 2.500,- per hari, atau Rp 600.000,- per 8 bulan dan Rp
900.000,- per tahun.
Bakalan
Jumlah bakalan yang dibutuhkan kelompok baik menggunakan
konsentrat ataupun tidak, tiap tahunnya adalah 90 ekor dengan bobot rata-
rata 12 kg/ekor. Biaya untuk pembelian bakalan ini adalah : Rp 19.000,-
/kg x 12 kg/ekor x 90 ekor = Rp 20.520.000,- per periode. Namun untuk
perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali
penjualan biaya bakalan adalah Rp 47.880.000,-
Biaya Pengangkutan
Jumlah biaya pengangkutan yang dikeluarkan kelompok tiap
tahunnya baik untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat
ataupun tidak pada tahun pertama adalah Rp 830.000,-, yaitu berdasarkan
biaya untuk menyewa 5 mobil bak terbuka dan upah 4 orang tenaga
kerja((5 x Rp 150.000,-) + (4 x Rp 20.000,-)).
50
Obat-obatan
Rincian jumlah biaya untuk obat-obatan yang dikeluarkan oleh
kelompok tahun pertama baik dengan menggunakan konsentrat ataupun
tidak menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan adalah Rp
810.000,- (90 ekor x Rp 3000,-/ekor/3 bulan x 8 bulan). Sedangkan untuk
perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali
penjualan adalah Rp 1.080.000,- ((90 ekor x Rp 3000,-/ekor/3 bulan x 4
bulan)+ (90 ekor x Rp 3000,-/ekor/3 bulan x 8 bulan)).
Biaya Pakan
Harga pakan hijauan dan konsentrat menurut laboratorium
industri makanan ternak, Fakultas Peternakan, IPB adalah Rp 350,- dan Rp
1.250,- per kg. Jumlah pakan konsentrat yang diberikan untuk perluasan
kandang dengan konsentrat adalah 0,525 kg per hari (10% bobot rata-rata
kambing), sedangkan jumlah hijauan yang diberikan adalah 1,75 kg per
hari (3% bobot rata-rata kambing).
Biaya pakan untuk perluasan kandang tanpa menggunakan
konsentrat adalah Rp 13.230.000,- (1,75 kg/hari x Rp 350,-/kg x 240 hari).
Besar biaya pakan untuk perluasan kandang dengan menggunakan
konsentrat dalam satu kali penjualan adalah Rp 27.405.000,- ((1,75 kg/hari
x Rp 350,-/kg x 240 hari)+ (0,525 kg/hari x Rp 1250,-/kg x 240 hari)).
Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat
dalam dua kali penjualan adalah Rp 41.108.000,- per tahun.
Kas Kelompok
Besar kas kelompok adalah 5 % dari selisih penjualan kambing
dengan pembelian bakalan. Berdasarkan perhitungan tersebut maka
didapat nilai kas kelompok pada tahun pertama untuk perluasan kandang
tanpa menggunakan konsentrat, dengan konsentrat dalam satu kali
penjualan dan dalam dua kali penjualan Rp 1.537.000,-, Rp 1.884.000,-,
dan Rp 2.728.000,- .
51
Identifikasi Penerimaan
Arus Penerimaan yang diterima oleh kelompok berdasarkan
analisis cash flow adalah berasal dari penjualan ternak kambing dan juga
penerimaan yang berasal dari nilai sisa. Jumlah yang diterima pada tahun
atau periode pertama dari penjualan kambing ini jika dilakukan tanpa
menggunakan pakan konsentrat adalah Rp 51.264.000,-. Sedangkan besar
penerimaan dari penjualan kambing ini jika dilakukan dengan
menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali dan dua kali penjualan
adalah Rp 58.206.000,- dan Rp 102.443.000,-
d. Analisis Pendapatan Usaha
Analisis pendapatan usaha yang digunakan dalam rencana
perluasan kandang ini adalah analisa pendapatan (keuntungan satu tahun)
dan analisa imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisa pendapatan
ini digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam kurun
waktu satu tahun.
Analisa Pendapatan (Keuntungan 1 Tahun)
Analisis Pendapatan bertujuan mengetahui besar keuntungan
yang diperoleh dari usaha yang dilakukan selama satu tahun. Besarnya
pendapatan atau keuntungan selama satu tahun ini diperoleh dengan
mengurangi total penerimaan yang diterima selama satu tahun (TC)
dengan total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun.
Total penerimaan diperoleh dari hasil penjualan 89 ekor kambing
(setelah dikurangi dengan tingkat kematian kambing per tahun) pada tahun
pertama. Total penerimaan yang diperoleh untuk perluasan kandang tanpa
menggunakan pakan konsentrat selama satu tahun, yaitu Rp 51.264.000,-.
Sedangkan total penerimaan yang diperoleh jika menggunakan pakan
konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan adalah Rp
58.206.000,- dan Rp 102.443.000,-
Total biaya diperoleh dengan menjumlahkan total biaya tetap
dengan total biaya variabel. Total biaya yang dikeluarkan selama satu
tahun jika perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah
Rp 38.985.000,-. Sedangkan total biaya perluasan kandang jika dilakukan
52
dengan menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan dan dua kali
penjualan adalah Rp 53.507.000,-, dan Rp 96.814.000,-
Dari hasil total penerimaan (TR) dan total biaya (TC) tersebut
maka penerimaan (TR-TC) usaha ternak kambing Kelompok Tani
Harapan Mekar ini jika dilakukan tanpa menggunakan pakan konsentrat
adalah Rp 12.279.000,- per tahunnya. Sedangkan jika perluasan kandang
ini dilakukan dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali
penjualan dan dua kali penjualan maka jumlah penerimaan Kelompok Tani
Harapan Mekar hanya Rp 4.699.000,-, dan Rp 5.629.000,- per periodenya.
Dari hasil analisis pendapatan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
akan lebih menguntungkan bagi usaha ternak Kelompok Tani Harapan
Mekar dalam proses perluasan kandangnya tidak menggunakan pakan
tambahan berupa konsentrat dibandingkan dengan menggunakan
konsentrat.
Analisis Imbangan Penerimaan Dan Biaya (R/C)
Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) diperoleh dari
perbandingan antara penerimaan total dan biaya total. Pada usaha ternak
kambing Harapan Mekar, nilai R/C yang diperoleh dalam kurun waktu
satu tahun jika proses perluasan kandangnya dilakukan tanpa
menggunakan pakan konsentrat adalah 1,31. Artinya adalah setiap Rp
1,00 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan Rp 1,31.
Sedangkan nilai R/C yang diperoleh pada proses perluasan kandang jika
menggunakan pakan tambahan beruapa konsentrat dalam satu kali
penjualan dan dua kali penjualan adalah 1,09 dan 1,06.
Dari hasil analisis pendapatan dan analisis imbangan penerimaan
dan biaya (R/C) dapat disimpulkan bahwa jika perluasan kandang ini
dilakukan dengan tidak menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat
akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menggunakan pakan
tambahan berupa konsentrat.
Profit Margin
Profit margin digunakan untuk mengetahui besarnya
penambahan keuntungan kelompok setiap tahun. Selain itu, perhitungan
53
Profit Margin juga dipakai dalam penelitian ini untuk melihat tingkat
pertambahan keuntungan kelompok jika pinjaman dilakukan secara
komersial (kredit bank), yaitu dengan jumlah bunga tertentu, dan secara
semi-komersial (bantuan dana bergulir), yaitu tanpa adanya bunga
pinjaman
Rumus: Harga jual rata-rata – Biaya pokok produksi rata-rata
Profit Margin =
Harga jual rata-rata
Dari perhitungan tersebut maka didapat nilai Profit Margin untuk
perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat melauli pinjaman
komersial (kredit bank BRI dengan tingkat suku bunga 12%) adalah
19,86% per tahun. Lalu, jika pinjaman dilakukan secara semi komersial,
yaitu tanpa adanya bunga pinjaman, maka nilai Profit Margin yang
didapat adalah 24,11% per tahun (Lampiran 18 dan 19).
Nilai Profit Margin untuk perluasan kandang dengan
menggunakan konsentrat dalam satu kali penjualan melalui pinjaman
komersial (kredit bank BRI dengan tingkat suku bunga 12%) adalah 4,6%
per tahun. Lalu jika pinjaman dilakukan secara semi komersial, yaitu tanpa
adanya bunga pinjaman maka nilai Profit Margin yang didapat adalah
8,16% per tahun (Lampiran 20 dan 21).
Nilai Profit Margin untuk perluasan kandang dengan
menggunakan konsentrat dalam dua kali kali penjualan melalui pinjaman
komersial (kredit bank BRI dengan tingkat suku bunga 12%) adalah
14,89% per tahun, lalu jika pinjaman dilakukan secara semi komersial,
yaitu tanpa adanya bunga pinjaman maka nilai Profit Margin yang didapat
adalah 16,67% per tahun (Lampiran 22 dan 23).
Dari hasil perhitungan maka dapat disimpulkan bahwa perluasan
kandang tanpa menggunakan konsentrat lebih menguntungkan, jika
dibandingkan dengan perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat.
Selain itu, berdasarkan nilai Profit Margin, maka dapat disimpulkan
bahwa akan lebih menguntungkan bagi kelompok untuk melakukan
pinjaman secara semi-komersial daripada secara komersial.
54
e. Analisis Kriteria Investasi
Berdasarkan kesepakatan dengan kelompok, dan hasil
perhitungan profit margin, maka untuk perluasan kandang ini kelompok
lebih dipromosikan untuk melakukan pinjaman secara semi-komersial,
yaitu pinjaman tanpa dikenakan bunga. Oleh karena itu untuk perhitungan
kriteria investasi dengan pinjaman komersial (kredit Bank BRI) tidak
dilakukan oleh peneliti.
Analisis kriteria investasi pada usaha ternak kambing Kelompok
Tani Harapan Mekar dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi
yaitu NPV, PI, IRR, dan PBP Nilai masing-masing dari kriteria-kriteria
tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai Kriteria Investasi Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
Kriteria Investasi Tanpa Konsentrat
Dengan Konsentrat
1 x Penjualan
Dengan Konsentrat
2 x Penjualan Net Present Value (NPV)
18.817.579 (17.897.667) (13.917.391)
Profitability Index (PI)
2,23 (0,12) 0,13
Internal Rate of Return (IRR)
41,6 % (51,7 %) (31,7%)
Payback Period (PBP) 2,4 Tahun 28 Tahun 14 Periode Sumber : Data Primer dan Sekunder Diolah, 2007
Net Present Value
Net Present Value adalah selisih antara Present Value dari
investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih
(aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan
datang.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV untuk
perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat adalah Rp 18.817.579,-
. Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat
dalam satu kali penjualan dan dua kali penjualan nilai NPV adalah (Rp
17.897.667,-), dan (Rp 13.917.391,-).
Nilai tersebut merupakan penerimaan kas bersih yang diterima
usaha ternak kambing Kelompok Tani Harapan Mekar selama lima tahun
pengembangan. Dari data tersebut didapatkan nilai positif pada NPV untuk
55
perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk lebih besar daripada nilai arus
kas keluar, sehingga perluasan kandang pada usaha ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar dengan tanpa menggunakan konsentrat ini
layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada
Lampiran 14.
Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat
dalam satu kali penjualan didapatkan nilai NPV yang negatif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai arus kas masuk lebih kecil daripada nilai arus
kas keluar, sehingga perluasan kandang pada usaha ternak kambing
Kelompok Tani Harapan Mekar dengan menggunakan konsentrat dalam
satu kali penjualan ini tidak layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungan
lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 14. Sedangkan untuk perluasan
kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan
didapatkan NPV yang positif, sehingga perluasan kandang ini layak untuk
dilanjutkan.
Profitability Index
Pemakaian metode profitability index (PI) ini adalah dengan
menghitung melalui perbandingan antara nilai sekarang (present value)
dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang
dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah
dilaksanakan. Jadi, profitability index (PI) dapat dihitung dengan
membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar (Umar,
1997).
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai PI atau Nett B/C
untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat 2,23. Nilai
ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar daripada
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, usaha ternak
kambing Kelompok Tani Harapan mekar akan mendapatkan tambahan
penerimaan Rp 2,23 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Dan karena besar PI
atau Nett B/C ini lebih besar daripada 1 (PI>1), maka perluasan kandang
pada usaha ternak kambing tanpa menggunakan pakan tambahan berupa
56
konsentrat pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini layak untuk
dilanjutkan. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat
dalam satu kali penjualan didapatkan nilai PI (0,12). Nilai ini berarti
perbandingan penerimaan dari usaha lebih kecil daripada jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperolehnya, usaha ternak kambing Kelompok
Tani Harapan mekar akan mendapatkan pengurangan penerimaan Rp 0,12
dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Dan karena besar PI atau Nett B/C ini
lebih kecil daripada 1 (PI<1), maka perluasan kandang pada usaha ternak
kambing dengan menggunakan pakan tambahan berupa konsentrat dalam
satu kali penjualan pada Kelompok Tani Harapan Mekar ini tidak layak
untuk dilanjutkan. Untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan
konsentrat dalam dua kali penjualan didapatkan nilai PI atau Nett B/C
untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat 0,13. Nilai
ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar daripada
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya, usaha ternak
kambing Kelompok Tani Harapan mekar akan mendapatkan tambahan
penerimaan Rp 0,13 dari setiap pengeluaran Rp 1,00. Dan karena besar PI
atau Nett B/C ini lebih kecil daripada 1 (PI<1), maka perluasan kandang
pada usaha ternak kambing dengan menggunakan pakan tambahan berupa
konsentrat dalam dua kali penjualan pada Kelompok Tani Harapan Mekar
ini tidak layak untuk dilanjutkan.
Internal Rate of Return
Menurut Rangkuti (2005), IRR adalah satu metode untuk
mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga
dimana seluruh netcash flow setelah dikalikan discount factor.
Nilai IRR melalui hasil perhitungan untuk perluasan kandang
tanpa menggunakan pakan konsentrat adalah 41,6%. Hal ini berarti,
tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini
lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan
dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih
57
baik menginvestasikan modalnya para rencana usaha ini daripada di bank.
Oleh karena nilai IRR ini lebih dari tingkat suku bunga deposito (6,25%),
maka investasi yang ditanamkan pada usaha ternak kambing tanpa
menggunakan pakan konsentrat ini layak dan menguntungkan. Untuk
perhitungannya sendiri dapat dilihat pada Lampiran 14.
Untuk perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat
dalam satu kali penjualan didapat nilai IRR (51,7 %). Hal ini berarti,
tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini
lebih kecil nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan
dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih
baik menginvestasikan modalnya pada bank daripada pada usaha ini. Dan
oleh karena nilai IRR ini lebih rendah dari tingkat suku bunga deposito
(6,25%), maka investasi yang ditanamkan pada usaha ternak kambing
dengan menggunakan pakan konsentrat dalam satu kali penjualan ini tidak
layak untuk dilanjutkan. Untuk perhitungannya sendiri dapat dilihat pada
Lampiran 14.
Sedangkan untuk perluasan kandang dengan menggunakan
konsentrat dalam dua kali penjualan didapat nilai IRR (31,7%). Hal ini
berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana
usaha ini lebih kecil nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang
dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian,
investor lebih baik menginvestasikan modalnya di bank daripada pada
rencana usaha ini. Dan oleh karena nilai IRR ini lebih dari tingkat suku
bunga deposito, yaitu 6,25% maka investasi yang ditanamkan pada usaha
ternak kambing dengan menggunakan pakan konsentrat dalam dua kali
penjualan ini tidak layak untuk dijalankan
Payback Period
Definisi payback period adalah suatu periode yang menunjukkan
berapa modal yang ditanamkan dalam proyek tersebut dapat kembali
(Rangkuti, 2005). Dari hasil perhitungan maka untuk perluasan kandang
tanpa menggunakan pakan konsentrat didapat nilai PBP 2,4 tahun. Hal ini
berarti usaha sudah dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur
58
usaha berakhir, maka usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan
konsentrat ini layak untuk dijalankan dan menguntungkan. Untuk
perhitungannya sendiri dapat dilihat pada Lampiran 14.
Untuk perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat
dalam satu kali penjualan didapat nilai PBP 28 tahun, Hal ini berarti usaha
tidak dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur usaha berakhir
sehingga usaha perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat
dalam satu kali penjualan ini tidak layak untuk dijalankan. Untuk
perhitungannya sendiri dapat dilihat pada Lampiran 14.
Sedangkan untuk perluasan kandang tanpa menggunakan pakan
konsentrat dalam dua kali penjualan didapat nilai PBP 14 tahun. Hal ini
berarti usaha tidak dapat menutup biaya investasi awalnya sebelum umur
usaha berakhir sehingga usaha perluasan kandang dengan menggunakan
pakan konsentrat dalam dua kali penjualan ini juga tidak layak untuk
dijalankan.
Analisis Sensitivitas
Selain menggunakan alat-alat analisis kriteria investasi di atas,
peneliti juga menggunakan analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan
usaha. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui bagaimana
kelayakan usaha ternak kambing jika terjadi perubahan-perubahan yang
mempengaruhi kondisi finansial usaha tersebut. Analisis sensitivitas ini
digunakan bila menganalisis perkiraan arus kas di masa datang kita
berhadapan dengan ketidakpastian yang mengakibatkan hasil perhitungan
di atas kertas dapat menyimpang jauh dari kenyataannya (Umar 1997).
Analisis sensitivitas yang dihitung hanya pada usaha perluasan
kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat. Hal tersebut dikarenakan
dari hasil analisis pendapatan usaha dan kriteria investasi pada usaha
perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat dinilai tidak
layak untuk dijalankan. Oleh karena itu perhitungan analisis sensitivitas
pada perluasan kandang dengan menggunakan pakan konsentrat tidak
dilakukan.
59
Analisis sesnsitivitas yang digunakan adalah :
Harga jual ternak per kg diturunkan secara bertahap dari harga
awalnya, yaitu Rp 25.000,-/kg pada tahun pertama yang kemudian
terus meningkat seiring dengan pertambahan inflasi. Penurunan
dimulai dari 6%, 7%, dan 8%. Penurunan ini didasarkan pada metode
switching value, dimana harga jual ternak tersebut coba diturunkan
secara bertahap sampai pada usaha ini dapat dikatakan tidak layak.
Hasil analisis sensitivitas perencanaan perluasan kandang dengan
penurunan harga jual dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual Usaha Ternak Kambing Kelompok Tani Harapan Mekar
Kriteria Penilaian Investasi Usaha Harga jual
% ∆
NPV (Rp)
PI
IRR (%)
PBP
(Tahun)
Layak/ Tidak Layak
-6 4,410.931 1,29 15,4 4,2 Layak-7 2,009.823 1,13 10,5 4,8 Layak-8 (391.285) 0,97 5,4 5,1 Tidak
LayakSumber : Data Primer dan Sekunder Diolah, 2007
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa rencana usaha ternak
kambing Kelompok Tani Harapan Mekar masih dianggap layak untuk
diimplementasikan ketika harga jual ternak kambing diturunkan 6 % dan
7 %. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang positif (NPV>0), nilai
PI yang lebih besar dari satu (PI>1), nilai IRR yang lebih besar dari suku
bunga diskonto, dan periode pengembalian PBP yang lebih cepat dari
umur usaha yang ada.
Sementara itu, hasil analisis sentivitas dengan penurunan harga
jual ternak kambing 8% menjadikan usaha ini tidak layak untuk
diimplementasikan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai NPV yang negatif
(NPV<0), nilai PI yang lebih kecil daripada satu (PI<1), nilai IRR yang
lebih rendah dari tingkat suku bunga diskonto bank, dan nilai
pengembalian PBP usaha yang lebih lama dari umur usaha perluasan
kandang ternak.
60
Dari hasil analisis pendapatan usaha dan kriteria investasi dapat
disimpulkan bahwa usaha perluasan kandang ini akan layak dijalankan,
jika tanpa menggunakan tambahan pakan berupa konsentrat. Hal tersebut
dikarenakan tambahan biaya pakan belum dapat tertutupi dengan
penerimaan dari hasil penjualan dan nilai sisa. Sedangkan dari nilai Profit
Margin dapat disimpulkan bahwa usaha ini akan lebih menguntungkan
jika pinjaman dilakukan secara semi-komersial, yaitu tanpa adanya bunga
pinjaman.
Dari hasil analisis regresi pada koefisien teknis, dapat dilihat
bahwa penambahan pakan berupa konsentrat tidak berpengaruh signifikan
terhadap penambahan bobot badan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p
value 0,147 yang lebih besar dari 0,05. Sedangkan dari hasil analisis
sensitivitas diperoleh kesimpulan bahwa usaha perluasan kandang tanpa
menggunakan pakan konsentrat ini akan layak dijalankan selama
penurunan harga jual tidak lebih atau sama dengan 8 %.
f. Tahapan-Tahapan Pasca Kelayakan
Melalui hasil analisis pendapatan dan kriteria investasi didapat
bahwa usaha perluasan kandang ini layak untuk djalankan selama tidak
ada penambahan biaya pakan berupa konsentrat. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan usaha yang layak untuk dijalankan bagi kelompok adalah
usaha perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat. Setelah
melakukan suatu analisis kelayakan, maka langkah-langkah selanjutnya
yang harus dilakukan oleh kelompok:
(i) Tahap Perencanaan
Berdasarkan pada hasil analisis kelayakan usaha, hal-hal yang
perlu dilakukan oleh kelompok pada tahap ini adalah memperbaiki
teknis perawatan kandang, belajar lebih mendalam tentang pengelolaan
ternak yang baik dan benar (mengikuti pelatihan-pelatihan beternak
kambing), mengurus surat izin usaha, lebih banyak lagi melakukan
survei pasar, bagi pengelola melakukan perbaikan manajemen waktu
pengelolaan ternak, membuat jadwal pelaksanaan usaha dan anggaran
biaya usaha, menentukan siapa yang akan menjadi investor untuk
61
usaha perluasan kandang, dan mengajukan proposal kebutuhan dana
kepada investor.
(ii) Tahap Implementasi
Setelah tahap sebelumnya dilakukan dan dana dari investor telah
turun, maka tahap selanjutnya adalah membeli peralatan-peralatan atau
material yang diperlukan guna perluasan kandang, membangun
kandang ternak, membeli bakalan dan fasilitas produksi yang
dibutuhkan, dan menguji setiap aspek-aspek usaha yang ada, apakah
sudah benar-benar layak atau tidak
(iii) Tahap Pemantauan
Tahap terakhir yang perlu dilakukan adalah memantau setiap
pelaksanaan atau implementasi dari usaha. Tahap ini diperlukan agar
tidak ada kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan usaha yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi usaha kelompok.
62
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan :
a. Hasil analisis non-finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk
dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu
nilai p value koefisien teknis 0,000 (< 0,005). Sedangkan pada perluasan
kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini
tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 (>
0,005).
b. Hasil analisis finansial pada perluasan kandang tanpa menggunakan
konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk
dijalankan, yaitu nilai NPV Rp 18.817.579,-, nilai PI 2,23, nilai IRR 41,6 %,
dan nilai PBP 2,4 tahun. Selain itu, usaha ini lebih menguntungkan jika
diarahkan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga), yaitu nilai Profit
Margin 24,11% (lebih besar dari nilai Profit Margin pada pinjaman
komersial, yaitu 19,86%). Oleh karena itu, dalam perhitungan analisis
kriteria investasi hanya dilakukan pada pinjaman semi komersial (tanpa
bunga).
c. Hasil analisis finansial pada perluasan kandang dengan menggunakan
konsentrat dalam satu kali penjualan menunjukkan bahwa usaha tidak layak
untuk dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 17.897.667,-), nilai PI (0,12), nilai
IRR (51,7 %), serta nilai PBP 28 tahun. Demikian pula pada perluasan
kandang dengan menggunakan konsentrat dalam dua kali penjualan, usaha
ini tidak layak dijalankan, yaitu nilai NPV (Rp 13.917.391,-), nilai PI 0,13,
nilai IRR (31,7%), dan nilai PBP 14 tahun.
d. Hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak pada usaha
perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat dengan
menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini dapat
layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau
sama dengan 8 %
63
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dihasilkan beberapa saran:
a. Dalam proses penggemukan kambing, akan lebih baik bagi kelompok untuk
tidak memberikan pakan tambahan berupa konsentrat, karena pakan
konsentrat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penambahan bobot kambing.
b. Berdasarkan kesimpulan pada hasil analisis finansial, usaha yang layak
untuk dijalankan oleh kelompok adalah perluasan kandang tanpa
menggunakan pakan konsentrat. Oleh karena itu, kelompok sebaiknya
segera melakukan tahapan-tahapan selanjutnya seperti pembelajaran lebih
lanjut dalam beternak kambing, pencarian investor, penyediaan fasilitas
usaha, dan pemantauan secara rutin kegiatan usaha.
c. Kelompok harus lebih berhati-hati dan menjaga agar harga jual kambing
tidak turun lebih dari atau sama dengan 8%. Usaha yang dapat dilakukan
oleh kelompok untuk mencegah turunnya harga jual kambing adalah dengan
memberikan pakan secara teratur, dan menjaga kebersihan kambing serta
kandangnya. Dengan bobot dan penampilan yang baik, maka harga jual
kambing akan tinggi.
Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Pembelajaran bagi Mahasiswa
Pembelajaran bagi Masyarakat Output/Refleksi
a Sosialisasi dan Identifikasi potensi desa
- Melakukan FGD dengan aparat dan masyarakat desa
- -
Sulit untuk membangun sebuah trust dalam diri masyarakat kepada kita Sulit mendapatkan fakta-fakta atau data-data yang akurat dikarenakan data yang diperoleh dari pendapat masyarakat lebih bersifat subjektif dan perkiraan.
- -
Mahasiswa belajar untuk berkomunikasi dan bersosialisasi secara baik dan jelas dengan masyarakat desa. Mahasiswa belajar mengggali informasi umum tentang potensi ekonomi desa
- - -
Masyarakat belajar memahami maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa serta pelaksanaan program Masyarakat belajar mempercayai mahasiswa dengan bersedia memberikan informasi tentang potensi desanya. Masyarakat belajar berbagi informasi mengenai potensi desa dengan mahasiswa dan sesama warga
- - -
Adanya hubungan baik dan kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa Diperoleh data potensi ekonomi kelurahan Diperoleh data unit usaha kecil yang ada, salah satunya adalah kelompok tani harapan mekar
b Pemilihan Kelompok Tani
- Melakukan diskusi dengan tim fasilitator yang ada
- -
Sedikitnya waktu unuk menentukan pilihan Sedikitnya alternatif pilihan yang ada
- -
Mahasiswa bersama tim fasilitator belajar menentukan lokasi penelitian sekaligus program pemberdayaan yang tepat dengan waktu yang terbatas Belajar menerima dan merespon sikap yang ditunjukkan kelompok tani.
- Masyarakat anggota dari kelompok yang terpilih belajar untuk mau bekerjasama dengan mahasiswa untuk proses pemberdayaan atau pendampingan secara partisipatif.
- Terpilihnya Kelompok Tani Harapan Mekar sebagai lokasi penelitian dan program pemberdayaan partisipatif
Lampiran 1. Proses PA
R U
saha Ternak Kam
bing Kelom
pok Tani Harapan
Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Pembelajaran bagi Mahasiswa
Pembelajaran bagi Masyarakat
Output/Refleksi
c Kesepakatan dengan kelompok tani
- -
Wawancara dengan ketua kelompok (bp. Encep) Wawancara dengan beberapa anggota kelompok
- -
Beberapa anggota kelompok yang cenderung pasif atau kurang menanggapi program ini dengan baik. Sulitnya menyamakan waktu dalam proses kesepakatan untuk pertemuan berikutnya.
- Mahasiswa belajar untuk membangun komunikasi yang baik dengan petani sehingga didapatinya kesepakatan untuk proses pendampingan lebih lanjut terhadap usaha tersebut dan mengatur jadwal pertemuan berikutnya
- Kelompok tani belajar bekerjasama berdasarkan kesepakatan dengan mahasiswa dan tim dalam pelaksanaan program pemberdayaan ataupun pendampingan sekaligus penelitian partisipatif.
- Adanya kesepakatan dari kelompok tani tersebut untuk didampingi usahanya. Adanya kesepakatan-kesepakatan untuk waktu pertemuan berikutnya.
d Identifikasi Masalah (Visi Misi, Gambaran Usaha, dan perumusan masalah)
- - - -
Mahasiswa mengumpulkan informasi terkait dengan usaha ternak kambing dari berbagai sumber dan kemudian menyampaikan/sharing informasi tersebut dengan petani Menyusun rencana skenario masa depan Benchmarking pada best practices (Studi lapang dengan kunjungan ke TDS DD Republika di Cinagara) Mahasiswa bersama-sama dengan kelompok pada akhirnya merumuskan suatu masalah utama yang harus diselesaikan pada kelompok
- - -
Pada awalnya, kurang antusias karena menganggap usaha ini merupakan sebuah usaha sampingan, namun dalam proses fasilitasi, ketua kelompok mulai bersikap terbuka dan tertarik dengan success story usaha sejenis di tempat lain Rencana untuk melibatkan lebih banyak anggota gagal dilakukan karena kesibukan pekerjaan anggota kelompok Kesadaran kelompok dalam merumuskan masalah pun masih perlu adanya dorongan dari mahasiswa
- - - - -
Mahasiswa belajar tentang teknis budidaya kambing Memperoleh sharing teori dengan pengalaman anggota kelompok yang sangat berharga Fasilitasi proses partisipatif bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan Mahasiswa belajar memfasilitasi bencmarking yang sarat unsur edukasi dengan tetap mengapresiasi pengalaman kelompok dalam menjalankan usaha selama ini Mahasiswa belajar memfasilitasi dan merumuskan masalah utama
- - - - -
Anggota kelompok memperoleh sharing teori teknis budidaya kambing yang cukup berharga Ketua kelompok mulai bersikap terbuka dan mau belajar dari kesuksesan usaha sejenis di tempat lain Anggota kelompok termotivasi melihat best practices usaha Diperoleh pengetahuan praktis penggemukan kambing Kelompok tani akhirnya secara tidak langsung tahu yang menjadi masalah paling utama untuk diselesaikan adalah perluasan kandang kambing
- - - - -
Diperoleh komitmen dari ketua kelompok untuk memberi kesempatan kepada tiga orang anggota kelompok melakukan studi lapang benchmarking ke TDS DD Republika di Cinagara Diperoleh info tentang kendala-kendala yang dihadapi Refleksi tentang pengelolaan usaha selama ini yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan best practices. Artinya terdapat peluang yang besar untuk mengembangkan usaha ini setara dengan best practices Diperoleh info jaringan pasar Diperoleh komitmen untuk memperbaiki pengelolaan usaha sesuai hasil benchmarking Diperoleh suatu masalah utama yang harus dianalisis kelayakannya
Lanjutan Lampiran 1
Perencanaan Metode/Aksi Permasalahan Pembelajaran bagi Mahasiswa
Pembelajaran bagi Masyarakat
Output/Refleksi
e Pengumpulan Data - Wawancara secara individu maupun kelompok dengan FGD
- - -
Kurang Terlibatnya anggota kelompok dalam proses ini karena kesibukan mereka Data yang diperoleh tidak sepenuhnya diperoleh secara partisipatif seperti data yang diperoleh dari buku. Banyak data-data yang tidak pasti tetapi hanya berdasarkan perkiraan dari pengalaman usahanya selama ini.
- Mahasiswa belajar untuk melakukan wawancara ataupun FGD untuk memperoleh data-data guna keperluan analisis kelayakan.
- Masyarakat belajar mengenai data-data apa yang penting dan terkait untuk menyusun suatu kelayakan usaha.
- Diperoleh data-data yang dibutuhkan untuk dianalisis kelayakannya seperti data-data keuangan, tenaga kerja, pasar maupun data teknis pelaksanaan produksi usaha.
f Analisis kelayakan usaha (pasar, teknis, manajemen dan finansial)
- - - -
Menyiapkan daftar kebutuhan untuk usaha penggemukan kambing Membuat alur produksi secara bersama-sama Analisis SWOT pada keempat aspek analisis secara bersama-sama Menyusun suatu perencanaan usaha secara terperinci setiap biayanya dengan ketua kelompok Menganalisis kelayakan finansial usaha tersebut dan melaporkannya kepada ketua kelompok
- -
Terdapat kesultian untuk mengajak anggota kelompok melakukan analisa sehingga beberapa proses analisa hanya dilakukan bersama ketua kelompok. Adanya kecenderungan dalam beberapa hal dimana mereka menganggap kita lebih tahu untuk melakukan analisa tersebut dibanding mereka sendiri sehingga banyak timbulnya sifat pasif selama proses analisis ini.
- -
Memahami persuasi dalam proses partisipatif yang cenderung ”dipaksakan” karena batas waktu yang ketat akan mengalami kegagalan Belajar secara praktis melakukan survey kebutuhan usaha dan menerapkan analisis kelayakan usaha
- -
Anggota kelompok tidak memperoleh pelajaran yang terlalu berarti karena kurang terlibat dalam proses Pengurus kelompok belajar menyusun analisis kelayakan usaha usaha bersama mahasiswa
- - -
Diperoleh daftar harga atau biaya seluruh kebutuhan usaha Diperoleh hasil analisis kelayakan finansial Diperoleh pelajaran berharga bahwa penyusunan rencana usaha partisipatif membutuhkan waktu yang panjang
Lanjutan Lampiran 1
Lampiran 2. Tingkat suku bunga deposito berjangka Rp/US$ pada 31 Juli 2007 (% per tahun).
Nama Bank 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan Berlaku Bank Artha Graha 6,25/3,00 6,25/3,00 6,25/3,00 6,25/3,00 15/07/07Bank Bintang Manunggal 8,00 8,00 7,75 7,75 16/07/07Bank BNI Tbk 6,25/3,50 6,25/3,50 6,25/3,50 6,25/3,50 16/05/07Bank UOB Buana 5,75/4,00 5,50/4,00 5,50/4,00 5,50/4,00 07/03/07Bank Bukopin 6,80/2,50 6,80/2,50 7,00/2,50 7,25/2,50 10/07/07Bank Bumi Arta 8,00/2,00 7,50/2,00 7,25/2,00 7,00/2,00 06/07/07Bank Central Asia Tbk 5,75/3,50 6,25/3,50 6,25/3,50 6,75/3,50 01/08/07Bank Century 7,75/4,50 7,75/4,50 7,75/4,50 7,75/4,50 15/07/07Bank Chinatrust Indonesia 7,25/3,75 7,25/4,00 7,50/4,00 7,50/4,00 22/03/07Bank Danamon Tbk 5,50/2,25 5,25/2,50 5,25/2,50 4,50/2,50 14/06/07Bank DKI 7,00/3,75 7,00/3,75 7,00/3,75 7,00/3,75 26/06/07Bank Ekonomi Raharja 7,75/4,50 7,75/4,50 7,75/4,50 7,75/4,50 14/05/07Bank IFI 7,50/4,25 8,00/4,25 8,00/4,25 8,00/4,25 15/07/07Bank Index Selindo 7,75 7,50 7,00 7,00 16/07/07Bank Int'l Indonesia Tbk 5,25/2,75 5,00/2,75 5,00/2,75 5,00/2,75 16/07/07Bank Jabar 6,75/3,75 6,75/3,75 6,75/3,75 6,75/3,75 22/06/07Bank Kesawan 8,00/3,75 7,75/3,75 8,00/3,75 8,00/3,75 09/07/07Bank Lippo Tbk 6,00/2,75 5,50/2,75 5,25/2,75 5,25/2,75 11/06/07Bank Mandiri 6,25/3,50 6,25/3,50 6,25/3,50 6,25/3,50 04/07/07Bank Maspion 8,00/5,00 8,00/5,00 8,00/5,00 8,00/5,00 19/07/07Bank Mayapada Tbk 7,00/2,00 7,00/2,00 7,00/2,00 7,00/2,00 20/06/07Bank Multiarta Sentosa 7,75 7,75 7,75 7,75 16/07/07Bank Niaga Tbk 6,00/2,50 6,00/3,00 6,25/3,50 6,50/3,75 16/07/07Bank NISP Tbk 6,75/3,50 6,75/3,50 6,75/3,50 6,75/3,50 16/03/07Bank Panin Tbk 6,50/2,50 6,50/2,50 6,50/2,50 6,50/2,50 15/02/07Bank Permata 6,00/2,50 6,00/2,50 6,00/2,50 6,00/2,50 13/07/07Bank Persyarikatan Indonesia 7,25 7,25 7,25 7,25 10/07/07Bank Rakyat Indonesia 6,25/3,00 6,25/3,00 6,25/3,25 6,25/3,25 01/07/07Bank Saudara 8,00 8,00 8,25 8,25 15/07/07Bank Swadesi Tbk 7,50/4,50 7,50/4,50 7,50/4,50 7,50/4,50 16/07/07Bank Tabungan Negara 6,50 6,50 6,50 6,50 13/06/07Bank UOB Indonesia 6,62 6,62 7,00 7,00 08/06/07Bank Yudha Bhakti 7,50 7,75 7,75 8,00 15/07/07Bank Bumiputera 6,50/2,50 6,50/2,50 6,50/2,50 6,50/2,50 15/07/07Sumber : web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/tabel_deposito
Lampiran 3. Analisis Regresi Terhadap Dua Perlakuan Pakan Yang Berbeda Regression Analysis: Bobot versus Pakan 1 The regression equation is Bobot = - 0.0223 + 10.0 Pakan 1 Predictor Coef SE Coef T P Constant -0.02227 0.05447 -0.41 0.695 Pakan 1 10.0114 0.0305 328.62 0.000 S = 0.0325275 R-Sq = 100.0% R-Sq(adj) = 100.0% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 114.26 114.26 107988.79 0.000 Residual Error 7 0.01 0.00 Total 8 114.26 Regression Analysis: Bobot versus Pakan 1, Pakan 2 The regression equation is Bobot = 0.0114 + 8.62 Pakan 1 + 4.56 Pakan 2 Predictor Coef SE Coef T P Constant 0.01143 0.03922 0.29 0.780 Pakan 1 8.6209 0.8172 10.55 0.000 Pakan 2 4.565 2.742 1.66 0.147 S = 0.0265840 R-Sq = 100.0% R-Sq(adj) = 100.0% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 2 187.970 93.985 132989.50 0.000 Residual Error 6 0.004 0.001 Total 8 187.974 Source DF Seq SS Pakan 1 1 187.968 Pakan 2 1 0.002 Unusual Observations Obs Pakan 1 Bobot Fit SE Fit Residual St Resid 6 2.09 20.8500 20.9051 0.0142 -0.0551 -2.45R R denotes an observation with a large standardized residual.
NILAI AWAL NILAI SISA UMUR BIAYAASSET (10%x NAA) EKONOMI PENYUSUTAN
(1000RP) (1000RP) (PERIODE) (1000RP/PRD)1 5.369 537 5 9662 70 0 3 233 35 0 3 124 50 0 3 175 60 0 3 206 40 0 2 20
5.624 537 1.058537 1.058
1 Rumus :
2
(Rp/Periode)3 Nilai Awal =4 Nilai Sisa =
(%)Keterangan : Untuk cangkul, sabit, parang, ember, jeligen timbang dan angkut nilai akhirnya nol karena setelah umur ekonomisnya berakhir asset tersebut diasumsikan rusak sehingga tidak memiliki nilai untuk dijual
5
6
7 Asset = Barang bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki perusahan berupa :
PERHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN ASSET
ASSET YANG TERKENA BIAYA PENYUSUTAN
KandangCangkulGarpuSabitKeranjangLampu
TOTAL DIBULATKAN
PENJELASAN PERHITUNGAN BIAYA PENYUSUTAN
Biaya Penyusutan = Biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap akibat adanya penyusutan nilai buku da- ri asset sampai akhir tahun umur ekonomis asset . Secara kumulatif beban ini meru- pakan dana yang dapat digunakan kembali untuk membeli yang baru.
dasarkan hasil uji coba (satuan dalam : jam pemakaian). Untuk bangunan umumnya
Harga beli asset dalam kondisi baru, (RP) Nilai Buku asset pada akhir periode Umur Ekonomi. Nilai ini disebut nilai rongsokan suatu asset dimana tidak ekonomis lagi untuk digunakan terus karena umur ekono- ekonomisnya sudah habis. Biasanya : Nilai Sisa = 10 % Nilai Awal
watan & pemeliharaan yang besarnya semakin meningkat.
bangunan, mesin, kelengkapan dan perlengkapan produksi, kendaraan, dll.
Lampiran 13. Perhitungan Biaya Penyusutan Asset
umur ini berkisar antara 20 - 35 thn (tergantung kondisi).Umur Pelayanan = Periode waktu dimana asset masih dianggap layak secara teknis untuk digu-
nakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya panjang umur ditentukan oleh pera-
Umur Ekonomi = Periode waktu dimana asset tersebut masih dianggap layak secara ekonomis untuk digunakan terus. Untuk suatu mesin/alat biasanya ditetapkan oleh pabrik ber-
[ NILAI AWAL - NILAI SISA ]
[ UMUR EKONOMI ASSET ]BIAYA PENYUSUTAN
(RP./THN.) =
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5A Penerimaan
1. Penjualan Kambing 51.264 54.340 57.600 61.056 64.719 58.206 61.698 65.400 69.324 73.483 102.443 108.590 115.105 122.011 129.3322. Nilai Sisa Asset 537 537 537Total Penerimaan 51.264 54.340 57.600 61.056 65.256 58.206 61.698 65.400 69.324 74.020 102.443 108.590 115.105 122.011 129.869
B Pengeluaran1. Investasi Awal 15.329 15.329 15.3292. Biaya Operasional + Reinvestasi 38.985 41.277 43.839 46.730 48.834 53.507 56.565 60.044 63.908 67.043 96.814 102.577 108.817 115.608 121.8443. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok 5.694 5.694 5.694 5.694 5.694 5.924 5.924 5.924 5.924 5.924 5.924 5.924 5.924 5.924 5.924Total Biaya 15.329 44.679 46.971 49.533 52.424 54.528 15.329 59.431 62.489 65.968 69.832 72.967 15.329 102.738 108.501 114.741 121.532 127.768Keuntungan Bersih -15.329 6.585 7.369 8.067 8.632 10.728 -15.329 -1.225 -791 -568 -508 1.053 -15.329 -295 89 364 479 2.101DF (i=6,25%) 1,0000 0,9412 0,8858 0,8337 0,7847 0,7385 1,0000 0,9412 0,8858 0,8337 0,7847 0,7385 1,0000 0,9412 0,8858 0,8337 0,7847 0,7385PV Nett Benefit -15.329 6.198 6.527 6.725 6.774 7.923 -15.329 -1.153 -701 -474 -399 778 -15.329 -278 79 303 376 1.552
18.817,579 -17.897,667 -13.917,39141,6% -51,70% -31,70%
2,23 -0,12 0,132.4 Tahun 28 Tahun 14 Tahun
(Dalam : 000 Rp)Periode (Dengan Konsentrat, 2x Penjualan)
NPVIRR
Lampiran 14. A
nalisis Cashflow
Usaha PI atau Nett B/C
PBP
No Periode (Tanpa Konsentrat) Periode (Dengan Konsentrat, 1x Penjualan)ITEM
No ITEM0 1 2 3 4 5
A Penerimaan1. Penjualan Kambing 48.188 51.080 54.144 57.393 60.8362. Nilai Sisa Asset 537Total Penerimaan 48.188 51.080 54.144 57.393 61.373
B Pengeluaran1. Investasi Awal 15.3292. Biaya Operasional + Reinvestasi 38.985 41.277 43.839 46.730 48.8343. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok 5.694 5.694 5.694 5.694 5.694Total Biaya 15.329 44.679 46.971 49.533 52.424 54.528Keuntungan Bersih -15.329 3.509 4.109 4.611 4.969 6.845DF (i=6,25%) 1,0000 0,9412 0,8858 0,8337 0,7847 0,7385PV Nett Benefit -15.329 3.303 3.639 3.844 3.899 5.055
NPV 4.410,931IRR 15,4%PI atau Nett B/C 1,29PBP 4,2 Tahun
No ITEM0 1 2 3 4 5
A Penerimaan1. Penjualan Kambing 47.676 50.536 53.568 56.782 60.1892. Nilai Sisa Asset 537Total Penerimaan 47.676 50.536 53.568 56.782 60.726
B Pengeluaran1. Investasi Awal 15.3292. Biaya Operasional + Reinvestasi 38.985 41.277 43.839 46.730 48.8343. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok 5.694 5.694 5.694 5.694 5.694Total Biaya 15.329 44.679 46.971 49.533 52.424 54.528Keuntungan Bersih -15.329 2.997 3.565 4.035 4.358 6.198DF (i=6,25%) 1,0000 0,9412 0,8858 0,8337 0,7847 0,7385PV Nett Benefit -15.329 2.820 3.158 3.364 3.420 4.577
NPV 2.009,823IRR 10,5%PI atau Nett B/C 1,13PBP 4,8 Tahun
No ITEM0 1 2 3 4 5
A Penerimaan1. Penjualan Kambing 47.163 49.993 52.992 56.172 59.5412. Nilai Sisa Asset 537Total Penerimaan 47.163 49.993 52.992 56.172 60.078
B Pengeluaran1. Investasi Awal 15.3292. Biaya Operasional + Reinvestasi 38.985 41.277 43.839 46.730 48.8343. Kredit Bank a. Pengembalian Pinjaman Pokok 5.694 5.694 5.694 5.694 5.694Total Biaya 15.329 44.679 46.971 49.533 52.424 54.528Keuntungan Bersih -15.329 2.484 3.022 3.459 3.748 5.550DF (i=6,25%) 1,0000 0,9412 0,8858 0,8337 0,7847 0,7385PV Nett Benefit -15.329 2.338 2.677 2.884 2.941 4.099
NPV -391,285IRR 5,4%PI atau Nett B/C 0,97PBP 5.1 Tahun
Periode
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual 6%
Lampiran 16. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual 7%
Lampiran 17. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga Jual 8%
Periode
Periode
(Rp/Kg)PERIODE PROYEK 1 2 3 4 5
A TOTAL BT 1.458 1.458 1.458 1.458 1.458B TOTAL BTT 95.356,0 101.079,0 107.144,0 113.573,0 120.386,0C SUKU BUNGA 3.554 2.995 2.368 1.666 880D TOTAL (RP/TH) 100.368,5 105.532,0 110.970,3 116.697,5 122.724,4E KAP. PROD MAKS 4.708 4.708 4.708 4.708 4.708F KAP. PROD REAL 4.629 4.629 4.629 4.629 4.629G BPP 22 23 24 25 27H BPP RATA-RATA 24.000I HARGA JUAL RATA-RATA 28.200J PROFIT MARGIN 14,89%
(Rp/Kg)PERIODE PROYEK 1 2 3 4 5
A TOTAL BT 1.458 1.458 1.458 1.458 1.458B TOTAL BTT 95.356,0 101.079,0 107.144,0 113.573,0 120.386,0C TOTAL (RP/TH) 96.814,0 102.537,0 108.602,0 115.031,0 121.844,0D KAP. PROD MAKS 4.708 4.708 4.708 4.708 4.708E KAP. PROD REAL 4.629 4.629 4.629 4.629 4.629F BPP 21 22 23 25 26G BPP RATA-RATA 22.600H HARGA JUAL RATA-RATA 23.500I PROFIT MARGIN 16,67%
Lampiran 23. Perhitungan Profit Margin (Dengan Konsentrat, 2x Penjualan, Komersial)
Lampiran 22. Perhitungan Profit Margin (Dengan Konsentrat, 2x Penjualan, Komersial)PERHITUNGAN Profit Margin
PERHITUNGAN Profit Margin