Analisis Kelayakan Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat JPKM Berdasarkan Beberapa...

7
Alexandra Theresia S.A. Dipa, 2007. Analisis Kelayakan Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Berdasarkan Beberapa Faktor Penentu di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara.(Komisi Pembimbing Prof. dr. J.W. Siagian, Sp PA sebagai ketua dan dr. Jane M. Pangemanan, MS sebagai anggota) RINGKASAN Menurut United Nation Development Program (UNDP), derajat kesehatan bersama taraf pendidikan dan kemampuan ekonomi masyarakat menjadi penentu index kualitas manusia (Human Development Index,HDI). Karena itu kesehatan harus dimiliki dan dilindungi, menjadi hak fundamental setiap individu, sehingga pemeliharaan kesehatan juga menjadi kewajiban setiap warga negara. Pembiayaan adalah salah satu unsur strategis dalam pembangunan dan pelayanan kesehatan. Suksesnya pembangunan kesehatan sangat bergantung pada besarnya pembiayaan dan pemanfaatan yang efisien. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia bersumber dari masyarakat adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). JPKM adalah salah satu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya. Untuk melaksanakan JPKM harus mendapat izin operasional dari Menteri Kesehatan dan untuk mendapatkan izin operasional harus dilaksanakan studi kelayakan terlebih dahulu.

description

gyjgjygjg

Transcript of Analisis Kelayakan Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat JPKM Berdasarkan Beberapa...

Analisis Kelayakan Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Berdasarkan Beberapa Faktor Penentu di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara

Alexandra Theresia S.A. Dipa, 2007. Analisis Kelayakan Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) Berdasarkan Beberapa Faktor Penentu di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara.(Komisi Pembimbing Prof. dr. J.W. Siagian, Sp PA sebagai ketua dan dr. Jane M. Pangemanan, MS sebagai anggota)

RINGKASAN

Menurut United Nation Development Program (UNDP), derajat kesehatan bersama taraf pendidikan dan kemampuan ekonomi masyarakat menjadi penentu index kualitas manusia (Human Development Index,HDI). Karena itu kesehatan harus dimiliki dan dilindungi, menjadi hak fundamental setiap individu, sehingga pemeliharaan kesehatan juga menjadi kewajiban setiap warga negara.

Pembiayaan adalah salah satu unsur strategis dalam pembangunan dan pelayanan kesehatan. Suksesnya pembangunan kesehatan sangat bergantung pada besarnya pembiayaan dan pemanfaatan yang efisien. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia bersumber dari masyarakat adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

JPKM adalah salah satu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara pra upaya. Untuk melaksanakan JPKM harus mendapat izin operasional dari Menteri Kesehatan dan untuk mendapatkan izin operasional harus dilaksanakan studi kelayakan terlebih dahulu.

Di Kabupaten Minahasa Utara program JPKM belum dilaksanakan dan belum ada satu Badan Pelaksana (Bapel) yang memperoleh izin operasional dari Menteri Kesehatan, oleh karena belum dilakukan studi kelayakan. Berdasarkan studi awal pada tahun 2005 hanya terdapat 16,28 % yang sudah mengikuti asuransi kesehatan dari jumlah penduduk 161.805 jiwa dan 9,42 % adalah asuransi kesehatan masyarakat miskin. Ini berarti bahwa ada 83,72 % masyarakat yang belum mengikuti asuransi dan merupakan potensi pasar yang besar untuk pengembangan JPKM.

Jenis penelitian ini adalah studi potong lintang dan analisa data dilakukan dalam 2 tahap. Pertama kajian pendahuluan melalui analisis data sekunder dengan mendapatkan data rata-rata kunjungan pelayanan kesehatan per bulan di 10 Puskesmas dan 1 Rumah Sakit swasta guna menghitung besarnya iuran. Kedua, kajian mendalam melalui analisis data primer kepada 350 responden di 2 kecamatan dan 4 desa di Kabupaten Minahasa Utara guna menghitung besarnya Kemampuan dan Kemauan membayar biaya kesehatan (WTP,ATP).

Penelitian mengenai analisis kelayakan JPKM ini menghasilkan besarnya Iuran perkapita perbulan sebesar Rp 5.578,6 untuk pelayanan rawat inap pemerintah kelas III, sedangkan untuk RS swasta kelas III sebesar Rp. 27.147. Besarnya kemampuan membayar (ATP) kesehatan masyarakat Minahasa Utara adalah Rp 5.830 dan kemauan membayar adalah Rp 21.871. Terdapat 69,7 % masyarakat Minahasa Utara yang mau dan mampu untuk membayar.

Berdasarkan hasil penelitian yang mana besarnya Iuran perkapita perbulan lebih kecil dari WTP dan ATP, maka dapat disimpulkan bahwa JPKM layak dikembangkan di Kabupaten Minahasa Utara.

Untuk melaksanakan program JPKM perlu kepedulian pemerintah Kabupaten dan sosialisasi yang sederhana tetapi menarik kepada masyarakat agar masyarakat termotivasi untuk ikut menjadi peserta JPKM. Dan disarankan apabila program JPKM akan dilaksanakan maka badan pelaksana dari pihak swasta dan pemerintah sebagai badan pembina.

Alexandra Theresia S. A. Dipa, 2007. An Analisys of the Feasible Implementation of Community Health Care Insurance Based on Several Determination Factors in North Minahasa Regency North Sulawesi Province. (Supervised by Prof, dr. J.W. Siagian, Sp PA as Head of principal Supervisor committee and dr. Jane M. Pangemanan, MS as member of committee).

SUMMARYAccording to United Nation Development Program (UNDP), health degree is one of the key factor to measure Human Development Index (HDI), the others are education and the economic ability of the society. Therefore, health must be protected and belongs to the people which become the fundamental right of the society, so the Health Care Managed is obligatory for each citizen.

Financing is one of the strategical elements of development and health service. The success of health financing is highly dependable on the amount of cost and efficient use. Health financing in Indonesia is comes from the government and the society, consisting of 70 % from the society and 30 % from the government. One the government attempts to encourage mobilization of funds originated from the society is through Community Health Care Insurance (CHCI).

CHCI means perfect health care implementation based on the principle of continuously joint efforts and togetherness with a guaranteed quality as well as pre-expendiently financing implementation. The regulation of the ministery of health concerning the CHCI, stated that in implementing CHCI there should be an operational permit from the Minister of Health, and in obtaining such operational permit a feasibility study with a feasible result should be performed.

Apparently, The CHCI program has not yet been implemented in North Minahasa Regency and no Executive Board has received an operational permit from the Minister of Health due to feasibility study has not been carried out yet. The initial result of the CHCI study in North Minahasa Regency indicates that from the population in the year 2005 ( 161.805 persons) there are only 16,28 % are covered by health insurance, 9,42% are the needy. Which means that there are still 83,72 % of the population is a potential market for the CHCI.

This study was a cross sectional study and the data were analyzed in two phases: First, through introductory and secondary data analysis by obtaining the average data of health service visitors per month at 10 Puskesmas and 1 private hospital, in North Minahasa Regency order to calculate the amount of contribution. Second, indepht analysis through primary data analysis to 350 respondents as research sample of 2 districts and 4 villages in North Minahasa Regency in order to calculate the amount of Willingness To Pay (WTP), Ability To Pay (ATP) and the amount of Contribution per capita per month.

The feasibility analysis of the CHCI study was based on the determination factors in North Minahasa Regency North Sulawesi Province produced out comes such as Rp 5578,6 percapita per month for the third class services was the government health care, whereas for the private hospital third class Rp 27.147. The amount of WTP is Rp 21.871, and the ATP for the health service was Rp 5830. There were 69,7 % of North Minahasa society willing and able to pay.

According to the study results, which the amount of Contribution percapita per month was less than the WTP and ATP, it can be concluded that community health care insurance is feasible to be developed based on the WTP, the ATP and the amount of contribution percapita per month.

To execute the CHCI program, attention of the regional government and simple socialization also attractive to the society is needed, so that they will be motivated to become participants. Should the program be carried out it is suggested that the private sector will be the executive board and the government be the supervising board.