Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari...

237
ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU R. LUKI KARUNIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Transcript of Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari...

Page 1: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN KABUPATEN ADMINISTRASI

KEPULAUAN SERIBU

R. LUKI KARUNIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

vi

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 3: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

ANALISIS KEBIJAKAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN KABUPATEN ADMINISTRASI

KEPULAUAN SERIBU

R. LUKI KARUNIA

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 4: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

Judul Disertasi : Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Nama : R. Luki Karunia NIM : C 526010104

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Ketua

Prof. Dr. Daniel R. Monintja, M.Sc Anggota

Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS. Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian: 08 Mei 2009

Tanggal Lulus:

Page 5: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga

karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan Januari 2006 ini adalah Analisis Kebijakan Peningkatan

Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Secara khusus, penulis menyampaikan penghargaan dan ungkapan terima

kasih kepada Bapak Prof.Dr.Ir. John Haluan,M.Sc, Prof. Dr. Ir. Daniel R.

Monintja, dan Ibu Dr.Ir. Anny Ratnawati, MS selaku pembimbing.

Penghargaan dan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada

Bapak Ir. H. M. Djoko Ramadhan selaku Bupati Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu pada periode penulisan disertasi ini dan Ibu Ir. Liliek Litasari,

M.Si. selaku Kepala Suku Dinas Perikanan dan Kelautan beserta staf Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI

Jakarta, para sahabat serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu dan telah membantu selama pengumpulan data serta mendukung

penyelesaian naskah disertasi ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Pada akhirnya, penghargaan dan ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada ayahanda, ibunda terkasih, serta seluruh keluarga. Semoga karya ilmiah

ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2009

R. Luki Karunia

Page 6: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

iv

RINGKASAN

R.LUKI KARUNIA. Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh JOHN HALUAN, DANIEL R. MONINTJA, dan ANNY RATNAWATI.

Pada tahun 2007 jumlah rumah tangga miskin yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu mengalami peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2006, meningkat sebesar 123,89 persen. Sementara itu, apabila ditinjau per kecamatan dapat digambarkan bahwa pada tahun 2007 jumlah rumah tangga miskin yang terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 96,55 persen dan 142,41 persen jika dibandingkan dengan jumlah rumah tangga miskin yang terdapat di kedua kecamatan tersebut pada tahun 2006. Berdasarkan tahapan keluarga sejahtera pada tahun 2007 terdapat 782 keluarga miskin (pra sejahtera) di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu, yaitu mencakup sekitar 15,1 persen dari jumlah seluruh keluarga yang terdapat di wilayah tersebut. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan daerah lain di wilayah DKI Jakarta yang rata-rata di bawah 5 %. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu masih cukup tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan kepulauan seribu.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu model kebijakan guna meningkatkan kesejahteraan nelayan kepulauan seribu. Model tersebut kemudian dilakukan pengujian dan menganalisis signifikansi dari masing-masing variabel. Analisis kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap diawali dengan analisis potensi ekonomi. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa keberhasilan kebijakan peningkatan kesejahteraan akan dipengaruhi oleh ada tidaknya potensi ekonomi di wilayah tersebut. Potensi ini akan coba di potret dengan melihat PDRB, pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi yang dilanjutkan dengan melihat sektor unggulan yang ada dengan menggunakan analisis location Quotient dan analisis shift share. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana potensi ekonomi sektor perikanan selama ini, karena pada dasarnya kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan sangat didukung terlebih dahulu dengan potensinya sendiri. Hasil analisis menunjukkan sektor perikanan mampu memanfaatkan keuntungan lokasional sehingga memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sektor sejenis di kabupaten/kota lain. Hal ini ditunjukkan dengan nilai nilai location quotient positif dan juga differential shift positif. Nilai positif ini mencerminkan posisi keuntungan lokasi (locational advantage position). Tetapi kondisi sektor ini tidak tumbuh dengan baik, ini ditandai dengan nilai proportional shift negatif, yang berarti bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan daerah lain.

Analisis berikutnya adalah pengembangan model melalui Structural Equation Modelling (SEM). Berdasarkan hasil analisis SEM, ditemukan beberapa komponen utama yang saling berinteraksi dan berkorelasi secara signifikan positif dalam peningkatan kesejahteraan nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Hubungan antara faktor determinan dengan peningkatan kesejahteraan

Page 7: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

v

nelayan di Kepulauan Seribu secara kuantitatif menunjukkan bahwa aspek penguatan kelembagaan (x1) memiliki pengaruh yang paling besar yaitu 0.398 diikuti oleh kewirausahaan (x3) sebesar 0.359, dan pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan (x3) sebesar 0.239. Pada aspek kelembagaan kelembagaan keuangan mikro (LKM) merupakan kelembagaan yang paling penting menurut para nelayan dengan nilai koefisien 0.659.

Setelah mendapatkan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatakan kesejahteraan dilanjutkan dengan melakukan analisis SWOT guna mencari alternatif kebijakan yang paling mungkin diterapkan guna meningkatkan kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. Beberapa hal tersebut (i) perlunya kelembagaan program dan sinkronisasi dengan kebijakan PEMDA serta penyediaan prosedur dan mekanisme pemberian bantuan yang jelas, (ii) peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola kelembagaan dan penerima bantuan program pemberdayaan, (iii) pengembangan jaringan kemitraan dengan kalangan perbankan, (iv) peningkatan akses masyarakat dengan lembaga keuangan dengan cara penyederhanaan prosedur dan mekanisme peminjaman guna memotong mata rantai dengan tengkulak, (v) pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal guna pengembangan usaha. Pada aspek kewirausahaan beberapa kebijakan yang dihasilkan : (i) perlunya upaya perbaikan lingkungan untuk meningkatkan kepercayaan industri dan perbankan terhadap usaha perikanan dalam membangun kemitraan (ii) pengembangan wisarausaha yang handal dan berbasis keunggulan lokal, (iii) meningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengembangan alternatif wirausaha, (iv) peningkatan akses modal melalui skim yang terjangkau, (v) segmentasi permodalan berdasarkan usaha yang dikembangkan, (vi) regulasi dan kemudahan perijinan usaha kecil menangah dan koperasi. Aspek yang terakhir adalah pemberdayaan menghasilkan (i) Peningkatan SDM melalui ketrampilan disertai dengan permodalan, (ii) memperbanyak program pemberdayaan melalui pranata sosial yang ada, (iii) penggalian potensi yang berorientasi pada keunggulan kompetitif produk hasil perikanan, (iv) pemberdayaan nelayan melalui kemitraan dengan industri dan perbankan., (v) pengembangan nelayan menjadi nelayan dengan skala lebih besar.

Pemerintah perlu segera mengkaji kembali berbagai regulasi/kebijakan yang telah ditetapkan dan diimplementasikan selama ini. Dalam upaya peningkatan kesejahteraan nelayan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang memiliki spesifikasi wilayah kepulauan, lebih tepat jika program dan kegiatan pembangunan difokuskan pada peningkatan kesejahteraan nelayan dengan cara penguatan kelembagaan yang ada. Pemerintah daerah hendaknya segera mengkaji kembali seluruh kebijakan pembangunan secara spesifik, komprehensif, dan integratif.

Kata-kata kunci: Kebijakan, penguatan kelembagaan, kewirausahaan,

pemberdayaan, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Page 8: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 1 Juni 1971 sebagai anak kedua

dari pasangan Rahardjo Kusumo dan Sri Redjeki. Pendidikan tingkat sarjana ditempuh di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Udayana, lulus tahun 1994 yang kemudian diteruskan pada Universitas Indonesia guna mendapatkan gelar profesi Akuntan. Pada tahun 1996, mendapatkan kesempatan untuk mengikuti studi pada bidang Economics Development with a concentration in Development Planning Studies di University of Hiroshima dan menamatkannya pada tahun 1999. Pada tahun 2001, melanjutkan ke program doktor pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), pada sub-program Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (PPKP), Program Studi Teknologi Kelautan (TKL), Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP).

Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Administrasi Negara sejak tahun 1994 sampai dengan sekarang. Saat ini penulis menduduki jabatan sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis merangkap sebagai Ketua Program Studi Manajemen Keuangan Negara pada Sekolah Tinggi Ilmu Admnistrasi-Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN). Selain bekerja sebagai PNS, penulis juga aktif mengajar pada beberapa universitas di Jakarta seperti ABFI Perbanas, IPMI Business School, Bakrie School of Management (BSM) dan Universitas Mercu Buana.

Page 9: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Fasilitas kesehatan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 4 2 Indeks komposit ketertinggalan desa di Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu …………………………………………….. 5 3 Indeks komposit ketertinggalan Kelurahan pada Wilayah DKI…. 5 4 Perkembangan jumlah RT miskin Kab. Adm. Kepulauan Seribu 5 5 Perbandingan jumlah dan prosentase penduduk miskin ………… 6 6 Tahapan keluarga sejahtera propinsi DKI Jakarta ……………… 7 7 Perbandingan situasi antara nelayan tradisional dan modern …… 18 8 Hasil analisis penelitian sebelumnya …………………………… 78 9 Komparasi tujuan penelitian dan penelitian sebelumnya.............. 83 10 Jumlah pulau menurut kelurahan ................................................. 85 11 Jenis dan makna faktor/konstruk dalam path diagram................ 99 12 Goodness of fit index................................................................... 105 13a Rasio jenis kelamin menurut kecamatan tahun 2006-2007 …….. 110 13b Kepadatan penduduk tahun 2006-2007 ……………………….. 111 14 Angka kelahiran kasar tahun 2006-2007 ……………………….. 113 15 Tingkat partisipasi KB tahun 2007 …………………………….. 114 16 Angka kematian kasar tahun 2006-2007 ………………………. 115 17 Angka harapan hidup Propinsi DKI Jakarta tahun 2004-2006 116 18 Angka partisipasi murni tahun 2006-2007 ................................. 117 19 Rasio murid terhadap guru tahun 2004 dan tahun 2006 ……… 118 20 Keadaan ketenagakerjaan dan pengangguran di tahun 2007 120 21 Komposisi alat penangkapan ikan……………………………… 121 22 Pengusahaan alat penangkapan ikan…………………………… 122 23 Pemasaran hasil perikanan

tangkap………………………………. 123

24 Pemasaran hasil perikanan budidaya …………………………… 123 25 Perkembangan PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi…………. 125 26 Laju pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar

harga konstan …………………………………………………. 126

27 Laju pertumbuhan PDRB Kepulauan Seribu sektor pertanian menurut subsektor ADHK Tahun 2000………………………..

126

28 Rasio location quotient (LQ) periode 2002-2007 ……………… 130 29 Persentase pangsa regional dengan migas periode 2002-2007 ….. 131 30 Persentase pangsa regional tanpa migas periode 2002-2007……. 133 31 Hasil perhitungan dengan metode shift share (rupiah)………… 135 32 Penilaian responden terhadap indikator kesejahteraan............... 141 33 Penilaian responden terhadap penguatan kelembagaan................ 142 34 Penilaian responden terhadap pemberdayaan sumberdaya

manusia ...................................................................................... 142

Page 10: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

xv

Halaman 35 Penilaian responden terhadap kewirausahaan................................ 143 36 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk penguatan

kelembagaan……………………………………………………… 147

37 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan……………………………………

148

38 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk kewirausahaan 149 39 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk kesejahteraan

nelayan………………………………………………………… 150

40 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk model peningkatan kesejahteraan nelayan……………………………………………

152

41 Hubungan antarvariabel pada model akhir……………………… 153 42 Dekomposisi faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

nelayan………………………………………………………….. 155

43 Korelasi antar faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan 155 44 Faktor pendorong dan penghambat penguatan kelembagaan….. 161 45 Matriks urgensi faktor internal penguatan kelembagaan……….. 162 46 Matriks urgensi faktor eksternal penguatan kelembagaan……….. 163 47 Matriks skoring faktor internal dan eksternal kelembagaan …….. 164 48 Matriks skor strategi SWOT penguatan kelembagaan………….. 165 49 Alternatif kebijakan penguatan kelembagaan…………………… 166 50 Faktor pendorong dan penghambat peningkatan

kewirausahaan… 168

51 Matriks urgensi faktor internal peningkatan kewirausahaan… 169 52 Matriks urgensi faktor eksternal peningkatan kewirausahaan… 169 53 Matriks skoring faktor internal dan eksternal kewirausahaan…. 170 54 Matriks skor strategi SWOT peningkatan kewirausahaan… 171 55 Alternatif kebijakan peningkatan kewirausahaan………………. 172 56 Faktor pendorong dan penghambat pemberdayaan SDM……… 173 57 Matriks urgensi faktor internal pemberdayaan SDM…………… 174 58 Matriks urgensi faktor eksternal pemberdayaan SDM…………. 174 59 Matriks skoring faktor internal dan eksternal pemberdayaan

SDM 175

60 Matriks skor strategi SWOT pemberdayaan SDM………….. 176 61 Alternatif kebijakan pemberdayaan SDM………………….. 177

Page 11: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Diagram kerangka pikir peningkatan kesejahteraan nelayan

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu ................................ 15 2 Rantai nilai pengembangan kewirausahaan ............................... 40 3 Gabungan jasa ekosistem……………………………………… 46 4 Sistem kebijakan publik.............................................................. 62 5 Model hirarki kebijakan publik ................................................ 63 6 Lokasi penelitian …………………………………………….. 86 7 Diagram jalur hubungan struktural antar variabel penelitian…… 98 8 Confirmatory factor analysis tingkat kesejahteraan nelayan…… 100 9 Confirmatory factor analysis penguatan kelembagaan…………. 100 10 Confirmatory factor analysis pemberdayaan SDM Nelayan 101 11 Confirmatory factor analysis pengembangan kewirausahaan 101 12 Pendekatan Penelitian …………………………………………. 107 13 Strukur ekonomi dengan migas ………………………………… 127 14 Struktur ekonomi tanpa migas ………………………………….. 128 15 Peranan sektor pertanian menurut subsektor tahun 2006……… 128 16 Proporsi pangsa regional setiap sektor tanpa migas 2002-2007 132 17 Proporsi pangsa regional sektor pertanian tanpa migas………… 133 18 Konseptualisasi model peningkatan kesejahteraan nelayan……. 146 19 Confirmatory factor analysis penguatan kelembagaan…………. 147 20 Confirmatory factor analysis pemberdayaan SDM…………. 148 21 Confirmatory factor analysis kewirausahaan………..…………. 149 22 Confirmatory factor analysis kesejahteraan nelayan…………. 150 23 Confirmatory factor analysis model peningkatan kesejahteraan Nelayan………………………………………………………. 151 24 Kerangka pendekatan analisis kebijakan pembangunan perikanan 158 25 Zona kategori kebijakan pembangunan……………………….. 159 26 Penentuan prioritas kebijakan pembangunan…………………. 160 27 Kuadran penguatan kelembagaan……………………………. 166 28 Kuadran peningkatan kewirausahaan…………………………. 171 29 Kuadran pemberdayaan sumberdaya manusia………………… 176

Page 12: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan

(sustainable development) yang dilakukan secara berencana dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut

pemerintah telah membuat dan melaksanakan kebijakan-kebijakan dalam bidang

perencanaan pembangunan sejak masa pembangunan.

Tujuan dari setiap program pembangunan yang dilaksanakan oleh

pemerintah adalah dalam rangka untuk mencapai perubahan-perubahan ke arah

yang positif. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya hal tersebut merupakan

fenomena yang tidak sederhana karena terjadi interaksi antara faktor alam, sosial,

ekonomi dan politik. Daerah-daerah dengan sumber daya yang relatif sedikit, baik

sumber daya alam maupun sumber daya manusianya biasanya memiliki

pertumbuhan ekomomi yang cenderung lebih lambat bila dibandingkan dengan

daerah-daerah yang memiliki sumber daya yang kaya dan beragam.

Salah satu sumber ekonomi yang diharapkan dapat menolong bangsa ini

keluar dari krisis ekonomi dan menghantarkan menjadi bangsa yang maju, adil

dan makmur adalah sektor kelautan dan perikanan, seperti terlihat jelas selama

masa krisis antara tahun 1997 sampai dengan 1999. Fakta menunjukkan selama

krisis ada tiga permasalahan mendasar, yaitu (1) kurangnya sembilan bahan pokok

dipasaran, (2) menurunnya kesempatan kerja yang mengakibatkan banyaknya

proses PHK dan (3) menurunnya perolehan devisa. Ketiga permasalahan besar

tersebut ternyata tidak terjadi pada sektor perikanan yang dibuktikan selama masa

krisis ini, sektor perikanan masih menikmati pertumbuhan positif. Hal ini

menunjukkan sektor perikanan sebenarnya merupakan sektor yang dapat

diandalkan oleh bangsa Indonesia.

Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumberdaya perikanan laut

besar dan beragam dikarenakan total luas laut Indonesia adalah 5,8 juta km2.

Menurut Aziz et al. (1998) potensi lestari sumberdaya perikanan laut Indonesia

Page 13: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

2

adalah sebesar 6,18 juta ton per tahun, ikan demersal 1,78 juta ton per tahun, ikan

karang konsumsi 75 ribu ton, udang penaid 74 ribu ton, lobster 4,80 ribu ton dan

cumi-cumi 28,25 ribu ton. Melihat potensi yang sedemikian besar dan peran yang

masih dapat diandalkan pada masa-masa yang akan datang, sektor perikanan ini

sudah selayaknya diperhatikan. Pembangunan sektor kelautan dan perikanan,

khusunya sub sektor perikanan bertujuan diantaranya untuk: meningkatkan

pendapatan nelayan, meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan produk-

produk perikanan yang berdaya saing tinggi dan meningkatkan lapangan

pekerjaan.

Pembangunan perikanan tangkap pada hakekatnya ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan, serta untuk menjaga

kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Tujuan tersebut dewasa ini

diperluas cakupannya, sehingga tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan, tetapi juga untuk

meningkatkan konstribusi Sub Sektor Perikanan Tangkap terhadap perekonomian

nasional, utamanya guna membantu mengatasi krisis ekonomi, baik dalam bentuk

penyediaan lapangan kerja, penerimaan devisa melalui ekspor, maupun

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) (Manggabarani 2005).

Oleh karena itu pembangunan perikanan tangkap Indonesia dengan potensi

sumberdaya kelautan dan perikanan yang begitu besar seperti disebutkan diatas

seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional

Indonesia, terutama terhadap tiga komponen penting pembangunan, yaitu

pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan penurunan tingkat

kemiskinan.

Akan tetapi hal tersebut belum dapat dibuktikan oleh sektor perikanan

terutama perikanan tangkap di Indonesia. Sebagai gambaran Departemen

Kelautan dan Perikanan (2004) melaporkan, bahwa berdasarkan data Lembaga

SMERU dan BPS tahun 2004, dari 8.090 desa pesisir di Indonesia yang notabene

nya adalah masyarakat nelayan sebanyak 3,91 juta KK (16,42 juta jiwa)

penduduknya termasuk ke dalam peduduk miskin dengan Poverty Headcount

Index (PHI) sebesar 0,32.

Page 14: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

3

Paham kesejahteraan (welfare) sejalan dengan terma keadilan (equality)

seperti dijelaskan Amartya Sen (1995) terkait penting dengan mengapa keadilan

merupakan poin penting dalam peningkatan kesejahteraan dan keadilan terhadap

apayang dimaksud dalam peningkatan kesejahteraan ini. Dua pertanyaan ini

memang berbeda tetapi sebenarnya dua hal tersebut terkait satu sama lainnnya.

Sen menyatakan bahwa kritik atau evaluasi terhadap suatu ketidakadilan tidak

dapat dilakukan apabila kita tidak mengetahui secara tepat tentang apa yang

dimaksud dengan ketidakadilan itu. Kritik terhadap keadilan lebih menyangkut

pertanyaan kedua, yaitu keadilan terhadap apa. Misalnya, apakah keadilan

terhadap pendapatan (income), kekayaan (wealths), kesejahteraan (welfare),

kesempatan (opportunities), kesuksesan (achievement), kebebasan (freedoms) dan

atau terhadap hak-hak (rights).

Pendekatan umum yang dilakukan Sen (1995) dalam mengukur

kesejahteraan adalah pengukuran atas jumlah orang miskin (poverty head count)

dan secara agregat mengukur proporsi jumlah orang miskin terhadap total

penduduk sebagai indeks kemiskinan (poverty indexs). Orang miskin itu sendiri

dirumuskan sebagai mereka yang pendapatannya berada dibawah garis

kemiskinan (below poverty line), yang variasi ukurannya beraneka ragam tetapi

orientasi pada dua variabel utama yaitu jumlah uang yang diperoleh atau asupan

kalori perhari, artinya semakin besar jumlah penduduk miskin atau indeks

kemiskinan semakin tidak sejahteran daerah itu. Pendekatan Sen yang menjadikan

pengukuran atas jumlah orang miskin sebagi pengukuran kesejahteraan suatu

daerah memberikan fakta bahwa Kabupaten Kepulauan Seribu adalah suatu

contoh daerah dimana tingkat kesejahteraan masyarakatnya masih rendah.

Padahal, wilayah ini memiliki potensi dan sumber daya alam laut yang cukup

besar.

Pada bulan Juli Tahun 2001, Presiden Republik Indonesia menandatangani

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2001 (PP No 55/2001). Peraturan tersebut,

berisi keputusan mengenai Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu, Propinsi DKI Jakarta. Dengan demikian, Kepulauan Seribu, yang

sebelumnya menjadi salah satu kecamatan di Kota Jakarta Utara, ditingkatkan

statusnya menjadi kabupaten administrasi.

Page 15: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

4

Melalui peningkatan status itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab)

Administrasi Kepulauan Seribu diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat. Begitu juga dengan pengelolaan Kepulauan Seribu

dalam segala aspek, antara lain kelestarian lingkungan, konservasi sumberdaya

alam, ekonomi, kesejahteraan rakyat dan sosial budaya.

Fakta di lapangan menunjukkan hingga enam tahun terbentuk, Kepulauan

Seribu masih dihadapkan dengan berbagai keterbatasan sarana dan ketertinggalan

pembangunan. Sampai saat ini, dilihat dari sisi sosial ekonomi, kesejahteraan

masyarakat Kepulauan Seribu masih sangat rendah, diindikasikan dari 4.920

kepala keluarga masih terdapat 660 keluarga yang hidup di bawah garis

kemiskinan atau sekitar 13,5 % (Soebagio 2005).

Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi, minimnya sarana dan

prasarana serta persebaran penduduk yang tidak merata menjadi kendala yang

mengakibatkan semua kelurahan di Kepulauan Seribu termasuk dalam kategori

desa tertinggal. Beberapa contoh terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di

wilayah Kepulauan Seribu, antara lain fasilitas kesehatan dan pendidikan. Tabel 1

dibawah tampak menggambarkan bahwa pada periode 1996-2000 fasilitas

kesehatan yang terdapat di wilayah Kepulauan Seribu masih sangat sedikit.

Tabel 1. Fasilitas kesehatan di wilayah kepulauan seribu tahun 1996-2000

Fasilitas Kesehatan Tahun Rumah

Sakit Rumah Bersalin

Poliklinik BKIA Puskesmas Pos KB Posyandu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1996 - - 1 6 4 10 13 1997 - - 3 4 4 10 10 1998 - - - 4 3 13 6 2000 - - - 4 4 4 22

Sumber: Kota Jakarta Utara Dalam Angka 1996-2000, BPS

Seluruh desa/kelurahan yang ada di wilayah Kepulauan Seribu termasuk

dalam kategori desa tertinggal (Tabel 2). Kondisi ini terlihat dari nilai indeks

komposit seluruh desa/kelurahan di Kepulauan Seribu yang masih lebih rendah

bila dibandingkan dengan indeks komposit ketertinggalan dari desa-

desa/kelurahan lain yang ada di wilayah DKI Jakarta.

Page 16: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

5

Tabel 2 Indeks komposit ketertinggalan desa di wilayah kepulauan seribu

Kode Kecamatan Kode Desa Indeks

Komposit *) (1) (2) (3) (4) (5) 020 Kep. Seribu Utara 002 Pulau Harapan 3.0526 010 Kep. Seribu Selatan 002 Pulau Pari 3.1053 010 Kep. Seribu Selatan 001 Pulau Tidung 3.2105 010 Kep. Seribu Selatan 003 Pulau Untung Jawa 3.2632 020 Kep. Seribu Utara 003 Pulau Kelapa 3.2632 020 Kep. Seribu Utara 001 Pulau Panggang 3.3158

Sumber: Publikasi Identifikasi dan Penentuan Desa Tertinggal 2002, BPS. Keterangan: *) Besarnya angka indeks komposit tersebut masih berada di bawah indeks komposit

desa/kelurahan lain di wilayah DKI Jakarta

Indeks ketertingalan desa/kelurahan untuk desa/kelurahan kepulauan

Seribu sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan desa/kelurahan lain yang ada

di wilayah DKI Jakarta (Tabel 3).

Tabel 3. Indeks komposit ketertinggalan kelurahan di wilayah DKI

Kode Kecamatan Kode Desa/kelurahan Indeks Komposit *)

(1) (2) (3) (4) (5) 010 Jagakarsa ( Selatan ) 003 Ciganjur 3.8947 030 Cipayung ( Timur ) 005 Setu 3.7895 020 Menteng ( Pusat ) 003 Cikini 3.8421 050 Tambora ( Barat ) 010 Roa Malaka 3.8421 010 Penjaringan ( Utara ) 001 Kamal Muara 3.7895

Sumber: Publikasi Identifikasi dan Penentuan Desa Tertinggal 2002, BPS. Keterangan: *) Besarnya angka indeks komposit terendah beberapa kelurahan yang berada di wilayah DKI

Jakarta

Pada Tabel 4 dibawah ini digambarkan jumlah rumah tangga miskin dan

anggota rumah tangga miskin yang mengalami kenaikan pada tahun 2008.

Tabel 4 Perkembangan jumlah RT dan ART miskin kepulauan seribu

Tahun Peningkatan (%) NO Kecamatan 2004 2005

RT mis ART mis RT mis ART mis RT mis ART mis (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Kep.Seribu Selatan 185 761 386 1.462 108.65 92.12 2 Kep Seribu Utara 267 1.099 656 2.373 145.69 115.92 Total 452 1.860 1.042 3.835 130.53 106.18

Sumber : BPS (2007)

Page 17: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

6

Seluruh rumah tangga miskin yang berada di wilayah Kabupaten Adm.

Kepulauan Seribu mengalami peningkatan yang sangat signifikan jika

dibandingkan antara tahun 2006 dan tahun 2007, yaitu meningkat sebesar 123,89

persen (Tabel 4).

Sementara itu, apabila ditinjau per kecamatan dapat digambarkan bahwa

pada tahun 2007 jumlah rumah tangga miskin yang terdapat di Kecamatan

Kepulauan Seribu Selatan dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara mengalami

peningkatan, masing-masing sebesar 96,55 persen dan 142,41 persen jika

dibandingkan dengan jumlah rumah tangga miskin yang terdapat di kedua

kecamatan tersebut pada tahun 2006. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

hingga tahun 2007 jumlah rumah tangga miskin yang ada di Kabupaten

Kepulauan Seribu semakin banyak.

Tabel 5 Perbandingan jumlah dan persentase penduduk miskin

Jumlah Penduduk Miskin (000)

Persentase Penduduk Miskin Kab/Kota

2005 2006 2005 2006 (1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Adm. Kepulauan Seribu 3.40 3.20 14.64 16.64 Kota Jakarta Selatan 64.00 76.30 3.36 3.74 Kota Jakarta Timur 71.20 85.10 2.85 3.55 Kota Jakarta Pusat 28.50 43.60 3.17 4.92 Kota Jakarta Barat 57.40 89.50 2.84 4.22 Kota Jakarta Utara 91.70 109.40 6.48 7.58

Prop. DKI Jakarta 316.20 407.10 3.61 4.57 Sumber ; BPS (2007)

Begitu pula apabila ditinjau dari segi penduduknya, menurut konsep

kemiskinan dari Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan bahwa yang termasuk

dalam kategori penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun

non makanan yang bersifat mendasar.

Meskipun dari segi jumlah penduduk miskin yang berada di wilayah

Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2007 sedikit mengalami penurunan,

akan tetapi bila dibandingkan dengan wilayah DKI Jakarta secara keseluruhan

persentase penduduk miskin yang ada di wilayah tersebut mengalami peningkatan

Page 18: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

7

sebesar 2,00 persen hingga mencapai angka 16,23 persen dari seluruh jumlah

penduduk miskin yang ada di DKI Jakarta (Tabel 5).

Angka kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu jauh diatas kota-kota lain yang ada di wilayah DKI Jakarta. Angka

kemiskinan tersebut merupakan angka yang tertinggi di wilayah DKI Jakarta. Hal

ini disebabkan antara lain karena tingkat kesejahteraan mereka yang semakin

menurun.

Hal ini bisa dilihat pada Tabel 6 di bawah ini yang menggambarkan

tahapan keluarga sejaktera di wilayah DKI Jakarta pada tahun 2006.

Tabel 6. Tahapan keluarga sejahtera Propinsi DKI Jakarta tahun 2006

Kab/Kota PS % KS-1 % KS-2 % KS-3 % KS-3+ % Jlh

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Jakarta Selatan 205 0.06 52.293 15.9 92.234 28.2 133.314 40.7 49.570 15.1 327.616

Jakarta Timur 8.757 1.9 103.086 22.7 156.289 34.5 147.860 32.6 37.331 8.2 453.323

Jakarta Pusat 127 0.07 54.974 31.6 58.286 32.4 48.194 27.7 14.403 8.3 173.984

Jakarta Barat 1.208 0.4 71.006 21.4 115.462 34.7 108.093 32.5 36.554 11.0 332.323

Jakata Utara 11.825 4.2 54.153 19.4 100.003 35.9 87.929 31.6 24.616 8.8 278.526

Kep. Seribu 797 15.3 1.524 29.3 2.270 43.6 556 10.7 65 1.3 5.212

Sumber : BPS (2007)

Selain dengan pendekatan rumah tangga dan penduduk, untuk melihat

kondisi kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Seribu dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan jumlah keluarga. Menurut BKKBN,

berdasarkan pendekatan keluarga tersebut terdapat beberapa tahapan keluarga

sejahtera, yaitu keluarga pra sejahtera (miskin), keluarga sejahtera 1 (KS-1),

keluarga sejahtera 2 (KS-2), keluarga sejahtera 3 (KS-3), dan keluarga sejahtera 3

plus (KS-3+).

Tabel 6 di atas dapat tampak bahwa berdasarkan tahapan keluarga

sejahtera pada tahun 2008 terdapat 782 keluarga miskin (pra sejahtera) di wilayah

Kabupaten Kepulauan Seribu, yaitu mencakup sekitar 15,1 persen dari jumlah

seluruh keluarga yang terdapat di wilayah tersebut. Angka ini jauh tertinggal

dibandingkan daerah lain di wilayah DKI Jakarta yang rata-rata di bawah 5 %.

Page 19: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

8

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan yang ada di

wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu dapat dikatakan cukup tinggi. Oleh karena

itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat dalam rangka untuk menanggulangi

kemiskinan di wilayah tersebut.

Apabila ditinjau dari segi potensinya, dapat diketahui bahwa Kepulauan

Seribu memiliki potensi wilayah yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan

dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya. Dengan luas

wilayah kurang lebih hampir 11 kali luas daratan Jakarta, yaitu luas daratan

mencapai 897,71 Ha dan luas perairan Kepulauan Seribu mencapai 6.997,50 km2,

kondisi ini merupakan salah satu potensi yang menguntungkan bagi daerah

tersebut yang dapat digunakan sebagai modal pembangunan daerah setempat

apabila mampu dimanfaatkan dengan optimal. Akan tetapi, pada kenyataannya

sampai saat ini masyarakat Kepulauan Seribu belum semaju yang dibayangkan

bila dibandingkan dengan masyarakat yang ada di wilayah DKI Jakarta lainnya,

sehingga hal ini menimbulkan adanya dugaan bahwa sumber daya yang dimiliki

belum mampu dimanfaatkan secara optimal.

Kondisi ini mengharuskan pemerintah daerah untuk cermat dalam

merumuskan dan menetapkan setiap kebijakan yang berkaitan dengan

pembangunan sektor perikanan tangkap di Kepulauan Seribu. Kebijakan

pemerintah dibidang perikanan tangkap yang bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan daerah misalnya, bisa berakibat kontra produktif terhadap peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan bila tidak dirumuskan dengan

pertimbangan dan analisa yang komprehensif terhadap potensi, kebutuhan dan

karakteristik sosial ekonomi.

Fenomena kemiskinan nelayan tersebut juga dikemukanan oleh Fauzi

(2005), bahwa sebagian besar nelayan Indonesia, yaitu pelaku perikanan tangkap

berskala kecil (perikanan pantai) masih tergolong masyarakat miskin dengan

pendapatan kurang dari US$ 10 per kapita per bulan. Apabila dikaitkan dengan

Tujuan Pembangunan Milineum atau Millenium Development Goals (MDGs)

pendapatan sebesar US$ 10 per kapita per bulan sudah termasuk ke dalam extreme

poverty, karena lebih kecil dari US$ 1 per hari. Kondisi seperti demikian

menggambarkan bahwa potensi sumberdaya kelautan dan perikanan belum dapat

Page 20: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

9

dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum memberikan kontribusi

yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan.

Kemiskinan, ternyata juga telah menyebabkan rendahnya kapasitas

masyarakat pesisir khususnya nelayan. Rendahnya kapasitas masyarakat nelayan,

dapat dilihat dari kegiatan ekonomi yang mereka lakukan. Usaha nelayan

biasanya bersifat individual, tradisional, dan biasanya hanya terpaku pada

kegiatan penangkapan ikan saja, yaitu berupa ikan segar hasil tangkapan.

Sedangkan kegiatan pasca-panen yang dapat menghasilkan nilai tambah justru

dilakukan oleh pedagang dan pengolah ikan yang mengambil alih tugas-tugas

peningkatan nilai tambah melalui perubahan bentuk produk (proses pengolahan),

perubahan waktu penjualan (proses penyimpanan), dan perubahan tempat

penjualan (proses transportasi). Akibatnya porsi nilai tambah yang didapatkan

oleh nelayan relatif kecil.

Dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan tadi, sebenarnya

pemerintah telah banyak melaksanakan berbagai kebijakan pembangunan yang

ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan mengentaskan

kemiskinan. Berbagai kebijakan pembangunan yang telah dilaksanakan diduga

belum mampu menjadi pembangkit kinerja pembangunan perikanan tangkap yang

berada di wilayah Kepulauan Seribu.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka penelitian mengenai

kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan dan kaitannya dengan variabel-

variabel yang mempengaruhinya penting untuk dilakukan. Penelitian ini berjudul

“Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu”.

1.2 Perumusan Masalah

Amartya Sen (1999), saat menerima hadiah nobel di Stockholm tanggal 8

Desember 1998, mengatakan “a camel is a horse designed by a committe”. Sen

mengatakan onta (camel) tentu bukanlah kuda (horses), tetapi para pengembil

keputusan dalam suatu negara yang ingin mendesain “kuda” akhirnya tidak dapat

mengelak kemungkinan hasilnya menjadi “onta” dikarenakan harus mengayomi

Page 21: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

10

berbagai perbedaan kepentingan dalam praktek kenegaraan. Sen mengatakan

bahwa perumusan suatu pilihan sosial kemasyarakatan (social atau public choice)

seperti tujuan suatu negara, daerah atau komunitas dapat menjadi sangat abstrak

dikarenakan banyaknya kepentingan dalam pembuatan suatu kebijakan. Seringkali

rumusan suatu kebijakan menjadi tidak berarti (negative definition) atau gagal

pada saat diimplementasikan. Hal ini mencerminkan kegagalan para perumus

kebijakan ketika membuat suatu kebijakan.

Kesulitan merumuskan suatu pilihan atau tujuan suatu kebijakan

dijelaskan oleh Kennneth Arrow (1950;1951) dalam teori kemustahilannya

(impossibility theorem). Dalam pandangan Arrow, rasionalitas, konsistensi dan

kebenaran tidak menjadi penting dalam suatu pilihan suatu kebijakan, tetapi

kekuasaan lebih menjadi faktor yang paling dominan. Arrow menjelaskan dengan

prinsip majority rule yaitu suatu pilihan atas suatu keputusan akan tetap disebut

“benar” bila didukung suara mayoritas. Oleh karena itu faktor politik sangat

berpengaruh dalam pembuatan suatu kebijakan. Rawls (1971) mendefinisikan

kesejahteraan terkait dengan pemerataan pendapatan (equitable distribution of

income). Menurut Rawls suatu ketidak adilan (inequality) atau mungkin lebih

tepat disebut kesenjangan pendapatan (income gap) dapat dibenarkan sepanjang

mereka yang paling miskin (the most poor people) dalam suatu masyarakat tetap

memperoleh suatu jaminan sosial. Karena itu baginya kesejahteraan lebih diukur

dari sejauh mana kebijakan yang dibuat guna meningkatkan kesejahteraan

masyarakat itu dibuat.

Justifikasi penelitian ini secara praktek bertujuan menganalisis kebijakan

yang dibuat pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan yang

bertujuan meningkatkan kemandirian masyarakat pesisir melalui Program

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) melalui pengembangan

kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penguatan modal

dan penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat pesisir.

Justifikasi penelitian secara konseptual berdasarkan konsep teori

kesejahteraan menurut Gunawan (2007) yaitu upaya penanggulangan kemiskinan

yang merupakan prioritas yang perlu diterapkan dalam setiap pelaksanaan

program pembangunan. Kebijakan khusus berhubungan dengan peningkatan

Page 22: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

11

kesejahteraan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang seharusnya

mempunyai arah pembangunan yang jelas. Arah tersebut ditindaklanjuti melalui

strategi peningkatan kesejahteraan dan dijabarkan melalui kebijakan peningkatan

kesejahteraan sebagai berikut : (1) modal usaha dan kewirausahaan, (2)

pemberdayaan sumberdaya manusia, (3) prasarana, sarana dan sistem informasi,

serta (4) penguatan kelembagaan.

Walaupun banyak variabel yang dapat mempengaruhi kesejahteraan

masyarakat, kebijakan pembangunan perikanan tangkap dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dalam penelitian dibatasi dan

diasumsikan dipengaruhi oleh tiga faktor utama sesuai dengan konsep kebijakan

dari Departamen Kelautan dan Perikanan serta beberapa konsep secara teoritis ,

yaitu 1) penguatan kelembagaan, 2) pemberdayaan sumberdaya manusia, dan 3)

kewirausahaan. Dari ketiga faktor yang diasumsikan mempengaruhi kesejahteraan

nelayan perikanan tangkap skala kecil tersebut, sampai saat ini belum diketahui

secara pasti sejauhmana faktor-faktor tersebut mempengaruhi peningkatan

kesejahteraan nelayan tangkap skala kecil.

Mencermati rangkaian masalah tersebut, diperlukan model kebijakan

peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu yang dapat menjawab permasalahan penelitian sebagai berikut:

(1) Apakah faktor penguatan kelembagaan mempengaruhi kesejahteraan

nelayan perikanan tangkap skala kecil, dan variabel apa yang paling

berpengaruh serta apa yang diperlukan dalam penguatan kelembagaan untuk

meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil?

(2) Apakah faktor pemberdayaan sumberdaya manusia mempengaruhi

kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil, dan variabel apa yang

paling berpengaruh, serta apa yang diperlukan terhadap kebijakan yang ada

untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil?

(3) Apakah faktor kewirausahaan mempengaruhi kesejahteraan nelayan

perikanan tangkap skala kecil, dan variabel apa yang paling berpengaruh,

serta apa yang diperlukan dalam aspek kewirausahaan yang ada untuk

meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil?

Page 23: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

12

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah:

(1) Menganalisis dan membahas pengaruh faktor penguatan kelembagaan

terhadap kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil, dan variabel

apa yang paling berpengaruh serta apa yang diperlukan dalam penguatan

kelembagaan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap

skala kecil

(2) Menganalisis dan membahas pengaruh faktor pemberdayaan sumberdaya

manusia terhadap kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil, dan

variabel apa yang paling berpengaruh, serta apa yang diperlukan terhadap

kebijakan yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan

tangkap skala kecil.

(3) Menganalisis dan membahas pengaruh faktor kewirausahaan terhadap

kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil, dan variabel apa yang

paling berpengaruh, serta apa yang diperlukan dalam aspek kewirausahaan

yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap

skala kecil.

Tujuan operasional dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh (effects) dan interaksi dari berbagai komponen yang berinteraksi dalam

kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu, sehingga dapat diperoleh masukan bagi para perumus

kebijakan, para implementor, dan evaluator kebijakan ketika mereka berencana

untuk merumuskan strategi pengelolaan atau bahkan hendak mengkaji kembali

kebijakan peningkatan kesejahteraan yang ada agar lebih bernilai strategis di masa

mendatang.

1.4 Manfaat Penelitian

(1) Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini menjadi masukan dalam penyusunan

kebijakan publik tentang peningkatan kesejahteraan nelayan kecil.

Page 24: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

13

(2) Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini menjadi bahan studi lanjutan

bagi pengembangan model peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil.

(3) Bagi masyarakat pesisir (nelayan), hasil penelitian ini sebagai informasi

tentang model yang paling sesuai dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan nelayan skala kecil.

1.5 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Campbell (2000) tentang

mata pencaharian yang berkelanjutan (the sustainable livelihoods framework),

setiap kebijakan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan disesuaikan

dengan kondisi masyarakat dan potensi sumberdaya perikanan yang tersedia.

Konsep tersebut mengemukakan bahwa untuk membangun mata pencaharian

yang berkelanjutan perlu memperhatikan aset-aset yang dimiliki oleh masyarakat

pesisir (nelayan), yaitu diantaranya (1) human assets, meliputi pengetahuan,

kecakapan dan kemampuan; (2) natural assets, aset sumberdaya yang ada di

sekitarnya; (3) social assets, dukungan yang didapat dari masyarakat sekitar dan

keluarga; (4) physical assets, infrastruktur yang dapat dimanfaatkan, serta (5)

financial assests, modal yang dapat diperoleh untuk aktivitas usaha yang

dijalankan

Berdasarkan konsep tersebut yang dihubungkan dengan kebijakan peningkatan

kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil, serta asumsi bahwa

keberhasilan kebijakan peningkatan kesejahteraan akan dipengaruhi oleh ada

tidaknya potensi ekonomi di wilayah kepulauan seribu. Potensi ini akan coba di

potret dengan melihat PDRB, pertumbuhan ekonomi dan Struktur ekonomi yang

dilanjutkan dengan melihat sektor unggulan yang ada dengan menggunakan

analisis Location Quotient (LQ) dan analisis shift share. Analisis ini diperlukan

untuk mengetahui sejauh mana potensi ekonomi terutama sektor perikanan selama

ini. Karena pada dasarnya kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan sangat

didukung terlebih dahulu dengan potensinya sendiri.

Selanjutnya, dengan asumsi bahwa faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil adalah

Page 25: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

14

pemberdayaan SDM, kewirausahaan, dan penguatan kelembagaan, maka

penelitian ini akan menelaah masing-masing faktor baik secara sendiri-sendiri

maupun bersama-sama. Selain mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh,

dianalisis juga variabel-variabel yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut.

Analisis selanjutnya adalah mengetahui hubungan dari masing-masing variabel

apakah hubungan tersebut bersifat sinergis (saling memperkuat) atau antagonis

(saling melemahkan). Untuk mengetahui keterkaitan variabel-variabel penting

yang berpengaruh dan saling mempengaruhi peningkatan kesejahteraan nelayan

perikanan tangkap skala kecil tersebut dilakukan dengan menggunakan metode

analisis Structural Equation Modeling (SEM), seperti yang dijelaskan oleh

Ghozali dan Fuad (2005).

Berdasarkan hasil analisis SEM kemudian disusun strategi peningkatan

kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil melalui perbaikan faktor-

faktor yang mempengaruhinya. Dari serangkaian analisis tersebut diharapkan

dapat diketahui sejauhmana perikanan tangkap di Kepulauan Seribu berada pada

tingkat yang optimum dan sejauhmana faktor-faktor pembedayaan SDM,

kewirausahaan dan kelembagaan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan

nelayan perikanan tangkap skala kecil.

Setelah mendapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap

peningkatakan kesejahteraan nelayan analisis dilanjutkan dengan menggunakan

SWOT guna mencari alternatif kebijakan yang paling mungkin diterapkan guna

meningkatkan kesejahteraan nelayan Kepulauan Seribu.

Skema pada Gambar 1 menjelaskan bahwa penelitian ditujukan untuk

mengkaji model peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap skala kecil

yang difokuskan pada faktor kelembagaan, pembedayaan SDM, dan

kewirausahaan terhadap kondisi nelayan dan sumberdaya saat ini sebagai suatu

pengembangan model pemberdayaan nelayan, yang hasilnya digambarkan sebagai

kinerja pembangunan perikanan tangkap skala kecil yang konprehensif,

berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Page 26: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

15

Analisis Potensi Ekonomi Daerah dan

Sektor Unggulan (Guna melihat peran

sektor Perikanan)

Era OTDA: 33 Provinsi

480 Kab/Kota

Model Kebijakan Peningkatan

Kesejahteraan Nelayan skala kecil

Permasalahan: 1. Sebagian besar desa/kelurahan

termasuk desa tertinggal; 2. Tingginya jumlah rumah tangga

miskin dan penduduk miskin dari tahun ke tahun;

3. Rendahnya sumberdaya manusia nelayan

4. Produktivitas Ekonomi Kelautan Rendah;

5. Rendahnya jiwa kewirausahaan pada nelayan

Gambar 1 Diagram kerangka pikir peningkatan kesejahteraan nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Kebijakan Pemerintah Berkaitan dengan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan

Kab.Adm Kepulauan Seribu

(Kab. Baru)

PENGUATAN KELEMBAGAAN

PEMBERDAYAAN SDM NELAYAN

KEWIRAUSAHAAN

Page 27: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

16

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Nelayan Perikanan Tangkap Skala Kecil

Klasifikasi perikanan skala kecil atau besar, perikanan pantai atau lepas

pantai, artisanal atau komersial hingga saat ini masih menjadi perdebatan

mengingat dimensinya yang cukup luas. Sering kali pengelompokkannya

berdasarkan atas ukuran kapal atau besarnya tenaga, tipe alat tangkap, dan jarak

daerah penangkapan dari pantai (Smith 1983).

Menurut Charles (2001), skala usaha perikanan dapat dilihat dari berbagai

aspek, diantaranya berdasarkan ukuran kapal yang dioperasikan, berdasarkan

daerah penangkapan yaitu jarak dari pantai ke lokasi penangkapan, dan

berdasarkan tujuan produksinya. Pengelompokkan tersebut dilakukan melalui

perbandingan perikanan skala kecil (small-scale fisheries) dengan perikanan skala

besar (big-scale fisheries), walaupun diakuinya belum begitu jelas sehingga masih

perlu dilihat dari berbagai aspek yang lebih spesifik. Lebih lanjut karakteristik

perikanan skala kecil diungkapkan oleh Smith (1983), bahwa skala usaha

perikanan dapat dilihat dengan cara membandingkan perikanan berdasarkan

situasi technico-socio-economic nelayan dan membaginya ke dalam dua golongan

besar yaitu nelayan industri dan tradisional. Perikanan tradisional menurut Smith

(1983) diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Kegiatan dilakukan dengan unit penangkapan skala kecil, kadang-kadang

menggunakan perahu bermesin atau tidak sama sekali.

2) Aktivitas penangkapan merupakan paruh waktu, dan pendapatan keluarga

adakalanya ditambah dari pendapatan lain dari kegiatan di luar

penangkapan.

3) Kapal dan alat tangkap biasanya dioperasikan sendiri.

4) Alat tangkap dibuat sendiri dan dioperasikan tanpa bantuan mesin.

5) Investasi rendah dengan modal pinjaman dari penampung hasil tangkapan.

6) Hasil tangkapan per unit usaha dan produktivitas pada level sedang sampai

sangat rendah.

Page 28: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

17

7) Hasil tangkapan tidak dijual kepada pasar besar yang terorganisir dengan

baik tapi diedarkan di tempat-tempat pendaratan atau dijual dilaut.

8) Sebagian atau keseluruhan hasil tangkapan dikonsumsi sendiri bersama

keluarganya.

9) Komunitas nelayan tradisional seringkali terisolasi baik secara geografis

maupun sosial dengan standar hidup keluarga nelayan yang rendah sampai

batas minimal.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004,

perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu

sistem bisnis perikanan. Sedangkan pemanfaatan sumberdaya ikan adalah

kegiatan penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan. Penangkapan ikan

didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan

yang tidak dalam dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan

yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,

mendinginkan, mengolah dan atau mengawetkannya. Usaha perikanan

selanjutnya didefinisikan sebagai semua usaha perorangan atau badan hukum

untuk menangkap dan membudidayakan ikan untuk tujuan komersil. Usaha

perikanan mencakup aspek produksi, pengolahan/pasca panen dan pemasaran,

sehingga terdapat rangkaian kegiatan yang membentuk suatu sistem usaha

perikanan.

Kesteven (1973) mengelompokkan nelayan ke dalam tiga kelompok yaitu

nelayan industri, artisanal dan subsisten, di mana nelayan industri dan artisanal

berorientasi komersial sedangkan hasil tangkapan nelayan subsisten biasanya

tidak untuk dijual di pasar tetapi lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan

konsumsi sendiri beserta keluarga atau untuk dijual secara barter. Lebih lanjut

Smith (1983) yang dilengkapi oleh referensi Kesteven (1973), membuat rincian

perbandingan perikanan skala tradisional dan industri berdasarkan technico-socio-

economic yang di dalamnya termasuk karakteristik perikanan skala kecil.

Page 29: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

18

Tabel 7 Perbandingan situasi sosioekonomi-teknis antara nelayan tradisional dengan nelayan industri.

Komersial Subsisten

Artisanal

Katagori

Industrial Tradisional

1. Unit penangkapan Tepat, dengan divisi pekerjaan dan prospek jelas

Tepat, kecil, spesialisasi dengan pekerjaan yang tidak terbagi

Tenaga sendiri, atau keluarga, atau grup masyarakat

2. Kepemilikan Dikonsentrasikan pada beberapa pengusaha, kadang bukan nelayan

Biasanya dimiliki oleh nelayan yang berpengalaman, atau nelayan-nelayan gabungan

Tersebar diantara partisipan-partisipan

3. Komitmen waktu Biasanya penuh waktu Seringkali merupakan pekerjaan sampingan

Kebanyakan paruh waktu

4. Kapal Bertenaga, dengan peralatan yang memadai

Kecil; dengan motor di dalam (atau motor tempel kecil di luar)

Tidak ada, atau berbentuk kano

5. Perlengkapan Buatan mesin, atau pemasangan lainnya

Sebagian atau seluruhnya menggunakan material-material buatan mesin

Material-material buatan tangan, dipasang oleh pemilik

6. Sifat Pekerjaan Dengan bantuan mesin Bantuan mesin yang minim

Dioperasikan dengan tangan

7. Investasi Tinggi, dengan proporsi yang besar di luar nelayan

Rendah; penghasilan nelayan (seringkali diambil dari pembeli hasil tangkapan)

Sangat rendah sekali

8. Penangkapan (per unitpenangkapan)

Besar Menengah atau rendah Rendah hingga sangat rendah

9. Produktivitas (per orang nelayan)

Tinggi Menengah atau rendah Rendah hingga sangat rendah

10. Pengaturan Hasil Tangkapan

Dijual ke pasar yang terorganisir

Penjualan untuk lokal yang tak terorganisir, sebagian dikonsumsi sendiri

Umumnya dikonsumsi oleh nelayan itu sendiri, keluarganya, dan kerabatnya; atau ditukar

11. Pengolahan Hasil Tangkapan

Diolah menjadi tepung ikan atau untuk bahan konsumsi bukan untuk manusia

Beberapa dikeringkan, diasap, diasinkan; untuk kebutuhan manusia

Kecil atau tidak ada sama sekali; semuanya untuk dikonsumsi

12. Keberadaan Ekonomi Nelayan

Seringkali kaya Golongan ke bawah Minimal

13. Kondisi Sosial Terpadu Kadang terpisah Masyarakat yang terisolasi

Keterangan: Kategori (1), (4)-(10) dan (13) dari Kesteven (1973). Ungkapan di dalam kurung adalah tambahan perubahan karakteristik menurut Kesteven.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004,

nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

Page 30: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

19

Kelompok ini pula yang mendominasi pemukiman di wilayah pesisir di seluruh

Indonesia.

Dari sisi sumberdaya, wilayah pantai merupakan kawasan yang memiliki

sumberdaya alam paling kaya dan merupakan bagian paling produktif di antara

seluruh perairan bahari. Bahkan menurut Mulyana (1999) wilayah pesisir atau

pantai menghasilkan sebagian besar (80%) produksi perikanan dunia. Walaupun

demikian masyarakatnya dalam kondisi miskin bahkan secara ekonomi dianggap

kelompok dengan opportunity cost yang rendah. Pendapat lain diungkapkan oleh

Subade dan Abdullah (1993), bahwa nelayan tetap tinggal pada industri perikanan

karena rendahnya opportunity cost mereka. Oleh karenanya hampir seluruh

kegiatan di wilayah ini menarik dipelajari dan diteliti termasuk kegiatan perikanan

yang sebagian besar dilakukan di wilayah ini.

Dalam berbagai hal terutama yang berkaitan dengan badan legal seperti

perbankan, nelayan tidak mudah memperoleh akses yang diharapkannya karena

ada penilaian rendahnya opportunity cost tersebut. Opportunity cost nelayan

adalah kemungkinan atau alternatif kegiatan atau kegiatan ekonomi lain yang

terbaik yang dapat diperoleh selain menangkap ikan. Dengan kata lain

opportunity cost adalah kemungkinan lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja

mereka tidak menangkap ikan. Bila opportunity cost rendah maka nelayan

cenderung tetap melaksanakan kegiatannya meskipun kegiatan tersebut tidak lagi

menguntungkan dan tidak efisien. Ada lagi yang mengatakan bahwa opportunity

cost nelayan khususnya di negara berkembang, sangat kecil dan cenderung

mendekati nihil. Bila demikian maka nelayan tidak punya pilihan sebagai mata

pencahariannya, yaitu tetap bekerja sebagai nelayan karena hanya itu yang bisa

dikerjakan.

Panayotou (1992) mengatakan bahwa nelayan tetap mau tinggal dalam

kemiskinan karena kehendaknya untuk menjalani kehidupan itu (preference for a

particular way of life). Pendapat Panayotou ini dijelaskan oleh Subade dan

Abdullah (1993) dengan menekankan bahwa nelayan lebih puas hidup dari

menangkap ikan daripada sebagai pelaku yang semata-mata berorientasi pada

peningkatan pendapatan. Karena prinsip yang demikian, maka apapun yang

Page 31: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

20

terjadi dengan keadaannya tidak dianggap sebagai masalah bagi mereka. Karena

itu meskipun menurut pandangan orang lain hidup dalam kemiskinan, bagi

nelayan itu bukan kemiskinan dan bisa saja mereka merasa bahagia dengan

kehidupannya.

Smith (1979), menyimpulkan bahwa kekakuan aset perikanan (fixity and

rigidity of fishing assets) adalah alasan utama nelayan tetap terperangkap dalam

kemiskinan, dan sepertinya tidak ada upaya mereka untuk keluar dari kemiskinan.

Kapal dan alat penangkap ikan sulit untuk dilikuidasi atau diubah bentuk dan

fungsinya untuk digunakan bagi kepentingan lain. Akibatnya pada saat

produktivitas rendah, nelayan tidak mampu untuk mengalih fungsikan atau

melikuidasi aset tersebut. Oleh karena itu walaupun rendah produktivitasnya,

nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan yang mungkin tidak efisien

secara ekonomis.

Perikanan tangkap skala kecil di Indonesia adalah kontributor terbesar

terhadap produksi perikanan. Bahkan sekitar 85% tenaga yang bergerak di sektor

penangkapan ikan masih merupakan nelayan tradisional dan sangat jauh tertinggal

dari nelayan negara lain (Widiyanto et al., 2002). Lebih lanjut dikatakan bahwa

salah satu titik strategis dari penyebab utama kemiskinan dan ketidakberdayaan

nelayan adalah lemahnya kemampuan manajemen usaha. Hal ini juga terjadi

karena rendahnya pendidikan dan penguasaan keterampilan bidang perikanan.

Oleh karena itu pemberdayaan sumberdaya perikanan laut sudah semestinya

dilakukan melalui pendekatan dengan nelayan, antara lain dengan melakukan

pemberdayaan kepada kelompok nelayan kecil agar mereka dapat

mengorganisasikan kegiatan usahanya.

2.2 Definisi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan di berbagai bidang

yang ditandai dengan kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan

ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi. Selain itu, kondisi miskin dapat

berakibat antara lain, yaitu : (1) secara sosial ekonomi dapat menjadi beban

masyarakat, (2) rendahnya kualitas dan produktifitas masyarakat, (3) rendahnya

partisipasi aktíf masyarakat, (4) menurunnya ketertiban umum dan

Page 32: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

21

ketenteramaman masyarakat; (5) menurunnya kepercayaan masayarakat

terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan (6)

kemungkinan pada merosotnya mutu generasi (lost generations).

Walaupun nelayan skala kecil menjadi kontributor terbesar dalam produksi

perikanan tangkap, namun nelayan masih selalu diidentikkan dengan kemiskinan

(Elfindri, 2002). Kemiskinan yang merupakan indikator ketidakberdayaan

masyarakat nelayan disebabkan oleh tiga hal utama yaitu kemiskinan struktural,

kemiskinan super-struktural dan kemiskinan kultural (Nikijuluw, 2001).

Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena

pengaruh faktor atau variabel eksternal diluar individu nelayan, yaitu struktur

sosial ekonomi masyarakat, ketersediaan insentif atau disinsentif pembangunan,

ketersediaan fasilitas pembangunan, ketersediaan teknologi dan ketersediaan

sumberdaya pembangunan khususnya sumberdaya alam. Hubungan antara

variabel-variabel ini dengan kemiskinan umumnya bersifat terbalik. Artinya

semakin tinggi intensitas, volume dan kualitas variabel-variabel ini maka

kemiskinan semakin berkurang. Khusus untuk variabel struktur sosial ekonomi,

hubungannya dengan kemiskinan lebih sulit ditentukan. Keadaan sosial ekonomi

masyarakat yang terjadi di sekitar atau dilingkup nelayan menentukan kemiskinan

dan kesejahteraan mereka.

Kemiskinan super-struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena

variabel-variabel kebijakan makro yang tidak begitu kuat berpihak pada

pembangunan nelayan. Variabel-variabel tersebut diantaranya kebijakan fiskal,

kebijakan moneter, ketersediaan hukum dan perundang-undangan, kebijakan

pemerintahan yang diimplementasikan dalam proyek dan program pembangunan.

Kemiskinan super-struktural ini sangat sulit diatasi bila tidak ada keinginan dan

kemauan secara tulus dari pemerintah untuk mengatasinya. Kesulitan tersebut

juga disebabkan karena kompetisi antar sektor, antar daerah, antar institusi

sehingga menimbulkan ketimpangan dan kesenjangan pembangunan. Kemiskinan

super-struktural ini hanya bisa diatasi apabila pemerintah pusat dan daerah

memiliki komitmen khusus bagi kepentingan masyarakat miskin, dengan kata lain

perlu dilakukan affirmmative actions.

Page 33: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

22

Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan karena variabel-

variabel yang melekat, inheren dan menjadi gaya hidup tertentu. Akibatnya sulit

untuk individu bersangkutan keluar dari kemiskinan itu karena tidak disadari atau

tidak diketahui oleh individu yang bersangkutan. Variabel-variabel kemiskinan

kultural adalah tingkat pendidikan, pengetahuan, adat, budaya, kepercayaan,

kesetiaan pada pandangan-pandangan tertentu serta ketaatan pada panutan.

Kemiskinan kultural ini sulit diatasi terutama karena pengaruh panutan (patron)

baik yang bersifat formal maupun informal, yang sangat menentukan keberhasilan

upaya-upaya pengentasan kemiskinan kultural (Nikijuluw, 2001). Seperti yang

dinyatakan Shari (1990) dan Mashuri (1993) bahwa penyebab utama kemiskinan

nelayan yang dapat dikategorikan kultural adalah masa kerja yang terbatas dan

tidak pasti, nilai produksi dibagi bersama terutama nelayan buruh. Selain itu,

keluarga nelayan juga memiliki mutu modal manusia yang relatif rendah (Saedan,

1999).

Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks, karena tidak saja

berkenaan dengan rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat,

tetapi juga berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan,

ketidakberdayaan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan

publik (powerlessness), ketidakmampuan menyampaikan aspirasi

(voicelessness), serta berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan

manusia (human development).

Berdasarkan definisinya, Levitan (1980) yang diacu dalam Adiwibowo

(2000) menyebutkan bahwa kemiskinan adalah suatu kondisi kekurangan barang

dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.

Sedangkan ahli ekonomi lebih sering mendefinisikannya sebagai fenomena

ekonomi, dalam arti rendahnya penghasilan atau tidak dimilikinya mata

pencaharian yang cukup mapan sebagai tempat untuk menggantungkan hidup.

Namun sesungguhnya tidak semata-mata diakibatkan oleh kurangnya pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, melainkan lebih dari itu. Esensi

Kemiskinan adalah menyangkut kemungkinan orang atau keluarga miskin untuk

melangsungkan dan mengembangkan perekonomiaanya.

Page 34: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

23

Secara lebih mendalam, Adiwibowo (2000) membedakan paling sedikit

ada 6 (enam) macam kemiskinan, yaitu : (1) kemiskinan subsisten (penghasilan

rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal.), (2)

kemiskinan perlindungan (lingkungan buruk: sanitasi, sarana pembuangan

sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan, (3)

kemiskinan pemahaman (kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas

informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran akan hak, kemampuan dan

potensi untuk mengupayakan perubahan), (4) kemiskinan partisipasi (tidak ada

akses dan control atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri

dan komunitas), (5) kemiskinan identitas (terbatasnya pembauran, terfragmentasi

antara kelompok sosial), (6) kemiskinan kebebasan (stres, rasa tidak berdaya,

tidak aman baik tingkat pribadi maupun komunitas).

Secara teoritis kemiskinan dapat dipahami melalui akar permasalahannya

yang dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: (1) kemiskinan alamiah, yakni

kemiskinan yang timbul sebagai akibat terbatasnya sumberdaya dan atau karena

tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah, (2) kemiskinan buatan, yakni

kemiskinan yang terjadi karena strutur sosial yang ada membuat anggota atau

kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas

secara merata.Definisi lain mengenai kemiskinan adalah seperti yang disebutkan

oleh KPK (Komisi Penanggulangan Kemiskinan), yang mendefiniskan penduduk

miskin ke dalam beberapa golongan, masing-masing:

1) Usia di atas 55 tahun (aging poor), yaitu kelompok masyarakat yang tidak

produktif (usia lanjut dan miskin). Program untuk kelompok ini bersifat

pelayanan sosial.

2) Usia antara 15-55 tahun (productive poor), yaitu usia sedang tidak

produktif (usia kerja tetapi menganggur). Program yang dilakukan adalah

investasi ekonomi dan merupakan fokus penanggulangan kemiskinan.

3) Usia di bawah 15 tahun (young poor), yaitu kelompok yang belum

produktif. Program yang dilakukan yaitu penyiapan sosial.

Kemiskinan merupakan suatu proses panjang yang melibatkan tarik-

menarik serta interaksi berbagai faktor. Kemiskinan muncul bukan sebagai sebab

tetapi lebih sebagai akibat dari adanya situasi ketidakadilan, ketimpangan dan

Page 35: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

24

ketergantungan dalam struktur masyarakat. Chambers (1983) yang diacu dalam

Adiwibowo (2000) mengatakan bahwa inti dari masalah kemiskinan sebenarnya

terletak pada apa yang disebut perangkap kemiskinan (deprivation trap).

Kemiskinan berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial-budaya, dan politik.

Rumusan pengertian kemiskinan mencakup unsur-unsur: (1) ketidakmampuan

dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan perumahan air

bersih, transportasi dan sanitasi); (2) kerentanan; (3) ketidakberdayaan; dan (4)

ketidakmampuan untuk menyalurkan aspirasinya. Sedangkan dimensi kemiskinan

mencakup empat hal pokok, yaitu: (1) kurangnya kesempatan (lack of

opportunity); (2) rendahnya kemampuan (low of capabilities); (3) kurangnya

jaminan (low-level of security); (4) dan ketidakberdayaan (low of capacity or

empowerment).

Kemiskinan dapat dikategorikan berdasarkan penyebabnya, antara lain

struktural, kultural, dan alamiah. Penyebab kemiskinan struktural adalah yang

berhubungan dengan kebijakan, peraturan dan lembaga yang ada dimasyarakat

yang menghambat produktifitas dan mobilitas masyarakat. Adapun penyebab

kulturalnya adalah berkaitan dengan adanya nilai-nilai sosial budaya yang tidak

produktif, tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi kesehatan dan gizi yang

buruk, sedangkan faktor alamiah adalah faktor kondisi alam dan geografis,

misalnya keterisolasian daerah.

Indikator kemiskinan yang selama ini lazim digunakan adalah garis

kemiskinan (poverty line), yang menunjukkan ketidakmampuan seseorang

melampaui ukuran pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya. Garis kemiskinan

adalah ukuran yang didasarkan pada kebutuhan konsumsi minimum yang

mencakup konsumsi makanan dan non makanan.

Disamping pengertian kemiskinan secara universal, diperlukan pula

pengertian kemískinan pada tingkat lokal yang ditentukan oleh komunitas

setempat dan pemerintah daerah terkait. Dengan demikian kriteria kermiskinan,

pendataan kemiskinan, penentuan sasaran, pemecahan masalah dan upaya-upaya

penanggulangan kemiskinan dapat lebih obyektif dan tepat sasaran.

Uraian tersebut lebih bersifat pada pada pemahaman kemiskinan yang lebih

Page 36: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

25

material, walaupun disadari masih terdapat berbagai pandangan lain yang non-

material. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh indikasi-indikasi masalah

kemiskinan yang nampak pada dimensi sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Fauzi (1992) mendeifinisikan kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana

seseorang atau masyarakat tidak mampu mencapai kecukupan dalam hal

kebutuhan dasar manusia, khususnya menyangkut kebutuhan fisik yakni pangan

dan bukan pangan (pakaian, perumahan dan jasa). Secara anatomis, pada dasarnya

kemiskinan dapat diklasifikasikan dalam dua katagori yaitu kemiskinan alamiah

dan kemiskinan struktural. Kemiskinan alamiah dapat timbul karena faktor alam

yang tidak mendukung, misalnya sumberdaya yang langka atau tidak bisa lagi

menjadi daya dukung kebutuhan manusia. Kemiskinan struktural terjadi karena

struktur sosial yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Birokrasi yang

berbelit-belit dan sistem mekanisme pasar yang tidak sehat misalnya merupakan

beberapa sebab kemiskinan struktural.

Menurut Rasdani (1993), kemiskinan struktural disebabkan oleh kurang

modal, kurang pendidikan, tidak punya keahlian yang lebih produktif, tidak punya

pendukung yang kuat dalam masyarakat dan tidak punya semangat untuk

memperbaiki nasibnya. Selain itu, tidak punya kemampuan dari dalam untuk

mengembangkan diri, posisinya lemah dan pasrah sehingga tercipta kebudayaan

kemiskinan (culture of poverty).

Kusnadi (2002) menyatakan bahwa kemiskinan dan tekanan sosial

ekonomi yang dihadapi nelayan berakar pada faktor kompleks yang saling terkait.

Faktor tersebut diklasifikasikan ke dalam faktor alami dan faktor non-alami.

Faktor alamiah berkaitan dengan fluktuasi musim penangkapan dan struktur

alamiah sumberdaya ekonomi desa. Faktor non-alamiah, berkaitan dengan

keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem

bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial yang pasti, lemahnya penguasaan

jaring pemasaran dan modernisasi perikanan yang telah berlangsung sejak

seperempat abad terakhir ini.

Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat Jenderal Agraria (1996) yang

diacu oleh Kusnadi (2002) mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan

Page 37: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

26

nilai konsumsi total 9 bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga

setempat. Kebutuhan hidup minimum yang dipergunakan sebagai tolok ukur

adalah 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg inyak goreng, 9 kg

garam, 60 liter minyak tanah, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar dan 2 meter

batik kasar. Besarnya standar kebutuhan hidup minimum per kapita per tahun

dijadikan sebagai garis batas kemiskinan. Tingkat kemiskinan tersebut dibagi

dalam beberapa katagori sebagai berikut:

a) Tidak miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun lebih besar dari

200% dari nilai total 9 bahan pokok dalam setahun.

b) Hampir miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun antara 125-200%

dari nilai total 9 bahan pokok dalam setahun.

c) Miskin, apabila pendapatan per kapita per tahun antara 75-125% dari nilai

total 9 bahan pokok dalam setahun.

d) Miskin sekali, apabila pendapatan per kapita per tahun lebih kecil dari

75% dari nilai total 9 bahan pokok dalam setahun.

2.3 Definisi Kesejahteraan

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi

kemiskinan merupakan prioritas yang perlu diterapkan dalam setiap pelaksanaan

program pembangunan. Menurut gunawan (2007) kebijakan khusus pemerintah

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan

merupakan bagian integral pembangunan nasional yang harus mempunyai arah

pembangunan yang jelas. Arah pembangunan tersebut harus ditindaklanjuti

melalui strategi peningkatan kesejahteraan dan dijabarkan melalui kebijakan

peningkatan kesejahteraan guna menanggulangi kemiskinan yang terdiri dari

beberapa hal.

Pertama, modal usaha guna mengembangkan kewirausahaan yaitu

memberdayakan ekonomi masyarakat dengan cara mengembangkan mekanisme

penyaluran dana bantua dan kredit lunak langsung kepada masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif unggulan dalam

meningkatkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat menjamin surplus untuk

tabungan dan akumulasi modal masyarakat.

Page 38: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

27

Kedua, pemberdayaan sumberdaya manusia, yaitu memperkuat kapasitas

sumber daya manusia dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan

organisasi aparat dan warga masyarakat dalam pembangunan guna meningkatkan

produktivitas dan daya saing melalui pelatihan,peyuluhan dan pemdampingan.

Ketiga, penguatan kelembagaan yaitu upaya meningkatkan kemampuan

kelembagaan masyarakat dan aparat agar proses alih informasi dan teknologi,

penyaluran dana dan informasi, proses produksi dan distribusi dan pemasaran

serta administrasi pembangunan terlembaga dengan baik sesuai dengan kondisi

lokal.

Keempat, prasarana dan sarana serta sistem informasi yaitu

mengembangkan prasarana dan sarana serta jaringan pemasaran sehingga

masyarakat dengan mudah mendapatkan input produksi dan menjual produk

kepasar lokal, regional dan nasional melalui kemitraan dengan dunia usaha dan

penyedia jasa pendukung. Serta sistem informasi yaitu meningkat kemampuan

pemantauan, pengendalian, dan pelapora berbasis sistem informasi manajemen

dan sistem informasi geographis agar pelaksanaan pembangunan bisa dilakukan

secara tepat arah, tepat sasaran dan tepat tujuan.

2.3.1 Tingkat kesejahteraan

Kesejahteraan bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai

prdoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap factor yang

menentukan tingkat kesejahteraan. Konsep tentang kesejahteraan juga berkaitan

dengan konsep tentang kemiskinan. Menurut Sayogyo (1977), klasifikasi tingkat

kesejahteraan (kemiskinan) didasarkan pada nilai pengeluaran perkapita pertahun

yang diukur dengan nilai beras setempat, yaitu: (1) miskin, apabila pengeluaran

per kapita per tahun lebih rendah dari setara 320 kg beras untuk pedesaan dan 480

untuk daerah kota, (2) miskin sekali, apabila pengeluaran per kapita per tahun

lebih rendah dari 240 kg beras untuk pedesaan dan 360 kg untuk daerah kota, (3)

paling miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari setara

180 kg beras untuk pedesaan dan 270 beras untuk daerah kota.

Kesehatan dapat juga dipakai sebagai ukuran kesejahteraan seseorang.

Faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat antara lain konsumsi makan

Page 39: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

28

makanan bergizi, sarana kesehatan serta keadaan sanitasi lingkungan yang tidak

memadai.

Tinjauan tentang kesejahteraan masyarakat dapat pula dilihat melalui

kondisi maupun fasilitas yang dimiliki suatu tempat tinggal. Perumahan (papan)

adalah salah satu kebutuhan dasar yang sangat penting selain makanan (pangan)

dan pakaian (sandang) dalam pencapaian kehidupan yang layak. Selanjutnya

dikatakan pula bahwa pendidikan penduduk sering dijadikan indikator kemajuan

suatu bangsa dan indikator dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pendidikan dalam kehidupan dewasa ini sudah dianggap sebagai kebutuhan dasar

yang tidak dapat ditunda pemenuhannya.

Selain itu, faktor gizi juga merupakan indikator utama dalam komponen

gizi dan konsumsi yang digunakan dalam menggambarkan taraf hidup

masyarakat. Penyebab kekurangan gizi yang menggambarkan taraf hidup

masyarakat yang lebih rendah lebih lanjut dikatakan bahwa tingkat ekonomi yang

masih rendah menyebabkan masyarakat belum mampu memperoleh pelayanan

kesehatan.

Tinjauan atas tingkat kesejahteraan rakyat dapat pula dilihat melalui

kondisi maupun fasilitas tempat tinggal yang dimiliki. Perumahan adalah salah

satu kebutuhan dasar yang paling penting selain makanan dan pakaian untuk

mencapai kehidupan yang layak. Rumah pada saat ini bukan hanya berfungsi

sebagai tempat berteduh, tetapi sudah mencerminkan kehidupan rumah

tangga/masyarakat.

UU No. 16 tahun 1994 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan soaial, material maupun spiritual, yang diliputi oleh rasa

keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang menungkinkan

setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani,

rohani dan sosial sebaik-baiknya bagi diri keluarga serta masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila

dan UUD 1945.

Page 40: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

29

Tingkat kesejahteraan sosial diukur dengan pendekatan pengeluaran rumah

tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa,

rekreasi, bahan bakar dan perlengkapan rumah tangga. Pendekatan pengamatan

dilakukan terhadap kondisi perumahan, kesehatan, pendidikan dan pola

pengeluaran rumah tangga. Penilaian terhadap kondisi perumahan didasarkan

pada jenis dinding rumah, jenis lantai, jenis atap serta status kepemilikan.

Pendekatan untuk menilai kondisi kesehatan berdasarkan kondisi sanitasi

perumahan serta kondisi perlengkapan air minum, air mandi, cuci dan kakus

(BPS, 1991).

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1996) yang

diacu dalam Primayuda (2002), yang disebut keluarga sejahtera adalah: (1)

Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya, baik kebutuhan sandang,

pangan, perumahan, sosial maupun agama; (2) Keluarga yang mempunyai

keseimbangan antara penghasilan keluarga dengan jumlah anggota keluarganya;

dan (3) Keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga,

berkehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah khusyuk, disamping

terpenuhi kebutuhan pokoknya.

Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat komplek dan tidak

memungkinkan untuk untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua

aspek kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan indikator kesejahteraan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh BPS

(1991) yang sudah dimodofikasi. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan

dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Indikator tersebut terdiri atas:

(1) Pendapatan rumah tangga; (2) Konsumsi rumah tangga; (3) Keadaan tempat

tinggal; (4) Fasilitas tempat tinggal; (5) Kesehatan anggota keluarga; (6)

Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan tenaga medis/paramedis,

termasuk didalamnya kemudahan mengikuti Keluarga Berencana (KB) dan obat-

obatan; (7) Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan; (8)

Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi; (10) Perasaan aman dari

gangguan kejahatan; dan (11) Kemudahan dalam melakukan olah raga.

Page 41: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

30

Tingkat Kesejahteraan Keluarga menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (1996) yang diacu dalam Primayuda (2002) adalah sebagai

berikut:

1) Keluarga Pra Sejahtera (PS), yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan pokoknya secara minimal serta kebutuhan pangan, sandang,

papan dan kesehatan.

2) Keluarga Sejahtera Tahap-1 (S-1), adalah keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasrnya, akan tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan, Keluarga

Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, lingkungan, tempat tinggal

serta kebutuhan transportasi.

3) Keluarga Sejahtera Tahap-2 (S-2), adalah keluarga yag telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar dan juga telah dapat memenuhi kebutuhan

sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan

kebutuhan pengembangannya seperti menabung dan memperoleh

informasi.

4) Keluarga Sejahtera Tahap-3 (S-3), adalah keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasar, prsikologis dan pengembangannya akan

tetapi belum dapat memberikan sumbangan untuk masyarakat, berperan

secara aktif di masyarakat dengan menjadi pengurus lembaga

kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga,

pendidikan dan sebagainya.

5) Keluarga Sejahtera Tahap-3 plus (S-3+), yaitu keluarga yang telah dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial

psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta telah pula

memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

2.3.2 Pemberdayaan sumberdaya manusia

Kata pemberdayaan (empowerment) mengandung arti adanya sikap mental

yang tangguh atau kuat, sehingga kegiatan yang berbasis pembedayaan adalah

pertolongan yang diungkapkan dalam bentuk simbol-simbol. Simbol-simbol

tersebut kemudian mengkomunikasikan kekuatan untuk mengubah hal-hal yang

ada dalam diri kita (inner space), orang lain yang dianggap penting dan

Page 42: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

31

masyarakat sekitar proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan.

Pertama kecenderungan primer yang prosesnya sering disebut sebagai makna

pemberdayaan. Kecenderungan ini menekankan pada proses pengalihan sebagian

kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang

bersangkutan menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Kedua kecenderungan

sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi

agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan

pilihan hidupnya. Sesungguhnya, di antara kedua kecenderungan tersebut adalah

saling terkait, bahkan bisa saja agar kecenderungan primer dapat terwujud,

seringkali harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu (Pranarka dan

Vidhyandika , 1996).

Berdasarkan konsep tersebut, proses pemberdayaan secara umum meliputi

kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Merumuskan relasi kemitraan, 2)

Mengartikulasikan tantangan-tantangan dan mengidentifikasi berbagai kekuatan

yang ada, 3) Mendifinisikan arah yang ditetapkan, 4) mengeksplorasi sistem-

sistem sumber, 5) Menganalisis kapabilitas sumber, 6) Menyususn frame

pemecahan masalah, 7) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber dan memperluas

kesempatan-kesempatan, 8) Mengakui temuan-temuan, 9) Mengintegrasikan

kemajuan-kemajuan yang telah dicapai.

Pada dasarnya pemberdayaan diletakan pada kekuatan tingkat individu dan

sosial. Pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis kontrol

individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya menurut

undang-undang. Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat

selalu dihubungkan dengan kemandirian, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan.

Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam

rangka peningkatan ekonomi, sosial dan transformasi budaya. Proses ini pada

akhirnya akan menciptakan pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat. Oleh

karena itu Bank Dunia misalnya, percaya bahwa partisipasi masyarakat dunia

ketiga merupakan sarana efektif untuk menjangkau masyarakat termiskin melalui

upaya pembangkitan semangat hidup untuk dapat menolong diri sendiri.

Page 43: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

32

Berkaitan dengan pemberdayan nelayan sebagai bagian dari masyarakat

pesisir, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan

masyarakat pesisir, di antaranya adalah 1) Strategi Fasilitasi, yaitu mengharapkan

kelompok yang menjadi sasaran program sadar terhadap pilihan-pilihan dan

sumberdaya yang dimiliki. Strategi ini dikenal sebagai strategi kooperatif, yaitu

agen perubah secara bersama-sama dengan kliennya (masyarakat) mencari

penyelesaian. 2) Strategi edukatif, yaitu strategi yang diperuntukan bagi

masyarakat yang tidak mempunyai pengetahuan dan keahlian terhadap segmen

yang akan diberdayakan. 3) Strategi persuasive, yaitu strategi yang ditujukan

untuk membawa perubahan melalui kebiasaan dalam berperilaku. Strategi ini

lebih cocok digunakan bila target tidak sadar terhadap kebutuhan perubahan atau

mempunyai komitmen yang rendah terhadap perubahan. 4) Strategi kekuasaan,

yaitu strategi yang efektif membutuhkan agen perubah yang mempunyai sumber-

sumber untuk memberi bonus atau sanksi pada target serta mempunyai

kemampuan untuk monopolis akses. Untuk terlaksananya strategi-strategi

tersebut, program unggulan harus dibuat dan dilaksanakan secara terstrukur dan

terencana dengan komitmen yang kuat.

Selanjutnya dikatakan bahwa program-program pemberdayaan masyarakat

pesisir yang seyogyanya dilakukan, adalah: 1) Peningkatan kesejahteraan nelayan

yang dilakukan melalui pembangunan desa pantai disertai pembinaan intensif,

meningkatkan aktivitas sekunder dengan melibatkan nelayan, menggalakan

pengembangan usaha skala kecil dan menengah, membentuk sistem agribisnis

perikanan terpadu, pembinaan tehadap lembaga-lembaga keuangan dalam

mendukung usaha perikanan, pengembangan usaha berbasis sumberdaya pantai

dan industri kecil. 2) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia perikanan.

Dilakukan melalui peningkatan penguasaan dan penerapan IPTEK perikanan,

teknologi pengolahan bagi pengumpul dan pedagang ikan dan pengembangan

kemampuan perguruan tinggi pendukung. 3) Pengembangan industri perikanan

dan kelautan. Pengembangan industri perikanan dan kelautan di daerah harus

dilakukan dengan kebijakan pendekatan total (total approach). Untuk itu banyak

hal yang perlu mendapat perhatian yang dapat digolongkan ke dalam 3 aspek

Page 44: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

33

yaitu : (1) Administrasi dan manajemen, (2). Badan usaha dan, (3). Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi.

Berkaitan dengan strategi pemberdayaan dikatakan bahwa pengelolaan

sumberdaya berbasis masyarakat (Community Based Management = CBM) adalah

suatu strategi untuk mencapai pembangunan berpusat pada masyarakat, dimana

pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara

berkelanjutan di suatu daerah berada di tangan organisasi-organisasi dalam

masyarakat di daerah.

Pengelolaan dengan konsep CBM ini hampir tidak ada campur tangan

pemerintah. Pengelolaan dengan CBM ini memiliki resiko jika sumberdaya

manusianya tidak siap. Namun demikian, dalam konsep pengelolaan sumberdaya

alam berbasis masyarakat dalam kenyataannya juga tidak sepenuhnya berhasil

tanpa keterlibatan pemerintah dalam implementasinya. Masyarakat memiliki

banyak kekurangan terutama dalam kualifikasi pendidikan, kesadaran akan

pentingnya lingkungan, keuangan/permodalan dan sebagainya.

Pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan

pengelolaan sumberdaya alam yang meletakan pengetahuan dan kesadaran

lingkungan masyarakat local sebagai dasar pengelolaannya. Pengembangan

masyarakat dengan CBM dikaitkan dengan kepercayaan (religion). Oleh sebab itu

pengelolaan berbasis masyarakat adalah pengelolaan yang mengakomodir

berbagai kepentingan (termasuk pemerintah) dalam pengelolaan sumberdaya alam

yang disebut CO-Operative Management (CO- Management)

Dalam position paper pemberdayaan masyarakat pesisir Departemen

Kelautan dan Perikanan (2002) disebutkan, bahwa berdasarkan karakteristik

masyarakat pesisir (nelayan) dan cakupan pemberdayaan, maka pemberdayaan

nelayan patut dilakukan secara komprehensif. Pembangunan yang komprehensif,

yakni pembangunan dengan memiliki ciri-ciri: (1) berbasis lokal (melibatkan

sumberdaya lokal sehingga return to local resource dapat dinikmati oleh

masyarakat lokal. Sumberdaya lokal yang patut digunakan adalah sumberdaya

manusia dan sumberdaya alam, (2) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan

(menitikberatkan kesejahteraan masyarakat dan bukannya peningkatan produksi),

Page 45: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

34

(3) berbasis kemitraan (kemitraan yang mutualistis antara orang lokal atau orang

miskin dengan orang yang lebih mampu, untuk membuka akses orang miskin

terhadap teknologi, pasar, pengetahuan, modal, manajemen yang lebih baik atau

profesional, serta pergaulan bisnis yang lebih luas), (4) secara holistik atau multi

aspek (pembangunan mencakup semua aspek, setiap sumberdaya lokal patut

diketahui dan didayagunakan), dan (5) bekelanjutan (keberlanjutan dari

pembangunan itu sendiri, mencakup aspek ekonomi dan sosial).

Disebutkan pula, bahwa khusus pembangunan di kawasan pesisir dan

umumnya pembangunan perikanan dan kelautan, masalah kualitas SDM dan

lingkungan sepatutnya mendapat perhatian khusus, karena secara umum

masyarakat pesisir memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang masih rendah.

Oleh karena itu dalam investasi SDM masyarakat pesisir sudah sepatutnya

mempertimbangkan kedua hal tersebut, walaupun investasi SDM dinilai mahal,

tidak quick yielding dan tidak nyata (feasible) manfaatnya menurut perhitungan

ekonomi konvensional, khususnya bila harus dinilai dengan indikator seperti

benefit cost ratio (B/C) atau internal rate of return (IRR). Meskipun demikian

investasi ini perlu dilakukan, dengan pertimbangan khusus atau adanya kebijakan

keberpihakan (affirmative policy).

Dengan SDM yang memadai, maka di masa yang akan datang pengelolaan

sumberdaya, bisnis, organisasi, dan kelembagaan produksi di daerah pesisir dapat

dilakukan dengan lebih baik. Sehingga dampak positif akan dapat dirasakan baik

oleh individu, maupun masyarakat pesisir terutama nelayan secara keseluruhan.

Selanjutnya disebutkan pula bahwa pemberdayaan dapat dilakukan melalui

Pendekatan Empat-Daya (4D), yaitu upaya pemberdayaan masyarakat pada aspek-

aspek manusia (Daya-Manusia), usaha (Daya-Usaha), lingkungan (Daya-

Lingkungan) dan sumberdaya (Daya-Sumbedaya). Pendekatan ini merupakan

bagian dari strategi pembangunan komprehensif. Pendekatan 4D juga merupakan

modifikasi pendekatan tri-bina yang pernah digunakan dalam program

pengentasan kemiskinan. Komponen tri-bina adalah bina manusia, bina

lingkungan dan bina usaha. Modifikasi dilakukan karena dua hal. Pertama, kata

pembinaan lebih berkonotasi tidak adanya partisipasi dan bersifat top-down.

Page 46: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

35

Untuk itu diubah dengan kata pemberdayaan yang lebih bernuansa bottom-up dan

pelibatan masyarakat. Kedua, ditambahkannya aspek sumberdaya karena

pembangunan di pesisir sangat bergantung pada ketersediaan sumberdaya alam,

termasuk sumberdaya ikan, yang keberadaannya sangat rentan terhadap tindakan

manusia dan oleh sebab itu perlu diperhatikan secara khusus. Untuk itu maka

dimunculkan aspek sumberdaya dalam bentuk Daya-Sumberdaya. Penjelasan

keempat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:

Dayamanusia adalah pendekatan pemberdayaan masyarakat kecil melalui

pengembangan SDM. Aspek-aspeknya mencakup (1) investasi pada human

capital, khususnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan, (2) peningkatan

kapasitas organisasi dan kelompok dalam upaya membentuk dan menumbuhkan

collective action, (3) memperluas dan mengintegrasikan mandat agar supaya

collective action makin sinergis, (4) menumbuhkan budaya kerja keras dan hemat,

serta (5) mengurangi sikap dan perilaku negatif.

Daya uasaha adalah pemberdayaan masyarakat melalui pencipataan usaha

yang dimiliki dan dikuasai oleh masyarakat sendiri. Aspek-aspeknya mencakup

(1) meningkatkan keterampilan teknis dan analisis dengan berdasarkan

pengetahuan dasar dan pengetahuan teknis, (2) meningkatkan akses terhadap

teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan, (3) membangun kemitraan

mutualistis antara pengusaha kuat dan lemah, (4) membangun sistem insentif

sebagai basis pengembangan usaha, (5) menyediakan peraturan yang kondusif

bagi usaha dan meniadakan peraturan yang tidak relevan dan tidak perlu.

Daya lingkungan merupakan pendekatan pemberdayaan dan pembinaan

masyarakat melalui perbaikan lingkungan tinggal, lingkungan dan prasarana

produksi serta peran masyarakat dalam mengelola dan menata lingkungan

hidupnya. Pendekatan ini mencakup aspek-aspek (1) membangun infrastuktur

yang menjadi faktor penarik investasi, (2) meningkatkan perencanaan dan

pembangunan kawasan dengan mempertimbangkan daya dukung dan kesesuaian

lingkungan, (3) mengenal sumberdaya serta faktor yang mempengaruhi

eksistensinya, (4) memperkaya sumberdaya melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi,

mitigasi bencana, pengendalian pencemaran serta restocking.

Page 47: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

36

Daya sumberdaya pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui pelibatan

mereka dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang mencakup aspek-

aspek (1) mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pengelolaan sumberdaya

sehingga akan terwujud sistem pengelolaan sumberdaya yang berbasis

masyarakat, (2) memberikan konsesi pengelolaan laut bagi masyarakat lokal

sehingga ada perhatian dan rasa memiliki akan sumberdaya tersebut, (3)

menghidupkan kembali hak ulayat dan hak masyarakat lokal dalam hal

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya, (4) menerapkan sistem monitoring,

pengendalian dan pengawasan lapangan atau MCS sistem, (5) menerapkan

teknologi ramah lingkungan dan sumberdaya, (6) membangun kesadaran akan

pentingnya merawat dan menjaga keberlanjutan sumberdaya.

Campbell (2000) mengenalkan konsep Kerangka Mata Pencaharian yang

Berkelanjutan (The Sustainable Livelihoods Framework). Dalam kerangka

tersebut dikatakan bahwa untuk membangun mata pencaharian yang

berkelanjutan, perlu diperhatikan asset-aset yang dimiliki oleh masyarakat pesisir

(nelayan), diantaranya (1) human assets, meliputi pengetahuan, kecakapan dan

kemampuan; (2) natural assets, aset sumberdaya yang ada disekitarnya; (3) social

assets, dukungan yang di dapat dari masyarakat sekitar dan keluarga; (4) physical

assets, infrastruktur yang dapat dimanfaatkanseperti jalan, suplai air bersih,

pelabuhan dan sebagainya; serta (5) financial assests, modal yang dapat diperoleh

untuk aktivitas usaha yang dijalankan.

Berdasarkan konsep dan pendekatan di atas, maka sasaran pemberdayaan

masyarakat pesisir, khususnya nelayan diformulasikan sebagai berikut:

1) Terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari sandang, pangan,

papan, kesehatan, dan pendidikan.

2) Tersedianya prasarana dan sarana produksi lokal yang memungkinkan

masyarakat dapat mengakses dengan harga murah dan berkualitas yang

baik.

3) Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif

(collective action) untuk mencapai tujuan-tujuan individu.

4) Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki

ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal (resource-based), pasar yang jelas

Page 48: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

37

(market-based), berkelanjutan berdasarkan kapasitas sumberdaya

(environmental-based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi

masyarakat lokal (local society-based), dan dengan menggunakan

teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian dan

penelitian (scientific-based).

5) Terciptanya jaringan transportasi dan komunikasi yang memadai, sebagai

basis jaringan ekonomi, baik antar kawasan pesisir maupun antara pesisir

dan pedalaman.

6) Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan

ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud pemanfaatan dan

pendayagunaan sumberdaya alam laut.

2.3.3 Kewirausahaan (Entrepreunership)

Menurut Nikijuluw (2005), kewirausahaan (entrepreunership) berasal dari

kata wirausaha (entrepreunerial). Menurut Longman Dictionary of

Contemporary English, wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk memulai

bisnis, menata semua urusan bisnisnya, selanjutnya mengambil risiko dalam

rangka memperoleh keuntungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

wirausaha disamakan dengan wiraswasta yang artinya orang yang pandai atau

berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru,

memasarkannya, serta mengatur permodalanan operasinya.

Selanjutnya Nikijuluw (2005) mengemukakan bahwa dengan dasar kedua

definisi ini, kewirausahaan UKM perikanan dapat diartikan sebagai kemampuan

pelaku UKM perikanan dalam memulai dan menjalankan bisnisnya sedemikian

rupa melalui langkah-langkah pengambilan resiko untuk mencapai keuntungan

dan dalam rangka mengembangkan usahanya secara lebih jauh. Sederhananya,

seorang wirausahaan adalah seorang yang pada akhirnya mampu menghasilkan

keuntungan atau laba (profit) melalui usahanya. Bila dia pelaku UKM maka yang

bersangkutan emiliki kemampuan, meskipun kecil atau menengah skala usahanya,

untuk menjalankan bisnisnya dengan tetap menghasilkan laba di tengah situasi

dan kondisi resiko yang melingkupi usahanya.

Page 49: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

38

Prijosaksono dan Bawono (2004) yang diacu dalam Nikijuluw (2005)

memperkenalkan istilah kecerdasan wirausaha (entrepreneurial intelligence) yang

menurut mereka adalah dasar bagi seseorang, siapapun dia, apakah pelaku UKM

atau konglomerat, untuk membangun usahanya. Kecerdasan wirausaha adalah

dorongan hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan

kekuatan pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberi nilai

tambah bagi dirinya. Berdasarkan definisi ini, selanjutnya mereka mengatakan

bahwa kecerdasan berwirausaha adalah kemampuan seseorang dalam mengenali

dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumberdaya disekitarnya

secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya secara

berkelanjutan.

Apakah para pelaku UKM perikanan memiliki kemampuan ini?

Jawabannya ya atau ada, tetapi mungkin tidak banyak. Karena itu perlu

dikembangkan kemampuan berwirausaha di kalangan UKM perikanan sehingga

sumberdaya perikanan yang tersedia di sekitar mereka dapat dimanfaatkan dengan

baik bagi dirinya dan masyarakat lain.

Definisi atau batasan lain yaitu kemitraan usaha. Kemitraan (partnership)

berasal dari kata mitra (partner) yang berarti kawan sekerja. Mitra usaha dalah

rekan dalam bisnis atau usaha (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sementara itu

dalam Longman Dictionary of Contemporary English, kemitraan diartikan

sebagai: (1) kerjasama dalam berusaha; (2) suatu usaha yang dimiliki oleh dua

atau lebih pihak yang bersama mencari keuntungan dan memikul kerugian; dan

(3) suatu hubungan antara dua orang, organisasi atau negara yang bekerjasama

secara reguler.

Kemitraan usaha perikanan adalah kerjasama antara dua pihak, utamanya

antara pihak usaha besar di satu sisi dan pihak UKM di sisi lain dalam

memanfaatkan sumberdaya perikanan guna mencapai tujuan yang telah disepakati

dan ditetapkan bersama. Dengan demikian kemitraan usaha perikanan memiliki

kedudukan penting dalam pembinaan dan pengembangan UKM. Melalui

kemitraan, kekurangan UKM dapat disubstitusi dengan kelebihan usaha skala

Page 50: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

39

besar. Demikian juga kekurangan dan masalah usaha skala besar dapat dengan

lebih efisien diatasi oleh UKM.

Pengembangan kewirausahaan dan kemitraan usaha perikanan memiliki

akar yang kuat dalam UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Karena amanat

UU 31/04 ini maka pengembangan kewirausahaan dan kemitraaan usaha perlu

dipromosikan dan dilaksanakan untuk kemajuan bangsa.

Pada pasal 2, dikatakan bahwa pengelolaan perikananan diantaranya

dilakukan berdasarkan asas keadilan, kemitraan, pemerataan dan keterpaduan.

Pengelolaan perikanan diantaranya dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan

taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, mendorong perluasan dan

kesempatan kerja serta meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya

saing (pasal 3).

Pemerintah diamanatkan untuk melaksanakan pembinaan dan

pemberdayaan UKM perikanan. Pasal 62 UU 31/2004 disebutkan bahwa

pemerintah mengusahakan dana untuk memberdayakan nelayan dan pembudidaya

ikan, baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri. Juga disebutkan bahwa

pengusaha perikanan mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan

dengan UKM perikanan dalam kegiatan usaha perikanan yang mencakup

penangkapan, budidaya, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan(pasal 63)

UKM perikanan diberdayakan diantaranya melalui penyelenggaraan

pendidikan, pelatihan dan penyuluhan serta pengembangan kelompok dan

koperasi (pasal 60). Komitmen pemerintah bukan saja supaya nelayan Indonesia

bisa menguasai teknologi untuk berkiprah di perairan Indonesia saja tetapi juga

supaya mereka mampu bekerja di luar negeri. Untuk itu pemerintah

mengembangkan lembaga pendidikan dan latihan bertaraf internasional (pasal 57).

Pemerintah juga diamanatkan untuk bekerjasama dengan lembaga lain, di tingkat

nasional dan internasional untuk menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan perikanan (pasal 58).

Pengembangan kewirausahaan di kalangan perikanan adalah suatu proses

yang berkelanjutan dan barangkali tidak ada akhirnya. Dalam bentuknya sebagai

suatu proses yang tidak berakhir maka pangkal dan proses tersebut adalah

Page 51: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

40

membangun nilai-nilai dan kesadaran berusaha atau berbisnis di kalangan UKM

perikanan. Tanpa adanya nilai-nilai dan kesadaran berbisnis maka langkah

selanjutnya adalah pengembangan kewirausahaan ini tidak akan terwujud.

Gambar 2 Rantai nilai pengembangan kewirausahaan (Nikijuluw, 2005).

Dari gambar di atas menjelaskan bahwa setelah memiliki kesadaran dan

nilai-nilai dalam dirinya berbisnis itu perlu dilakukan dan melalui harkat dan

martabatnya dapat ditingkatkan maka langkah selanjutnya yaitu: (1) membangun

penguasaan akan ketrampilan dasar teknologi yang berkaitan dengan perikanan;

(2) membangun ketrampilan usaha dan manajerial; (3) meningkatkan praktek dan

pengalaman usaha; dan (4) mengembangkan niat kewirausahaan secara terus

menerus ke depan.

2.3.4 Kelembagaan

Menurut Arifin dan Rahbini (2001), definisi kelembagaan mencakup dua

demarkasi penting, yaitu konvensi (conventions) dan aturan main (rules of the

games). Kelembagaan adalah suatu aturan yang dikenal dan diikuti secara baik

oleh anggota masyarakat, yang membuat naungan (liberty) dan hambatan

(constraints) bagi individu atau anggota masyarakat. Kelembagaan kadang ditulis

secara formal dan ditegakkan oleh aparat pemerintah, tetapi kelembagaan juga

dapat tidak ditulis secara formal seperti pada aturan adat dan norma yang dianut

masyarakat. Kelembagaan ini umumnya dapat diprediksi (predictable) dan cukup

stabil, serta dapat diaplikasikan pada sutuasi berulang.

Menurut bapak ekonomi kelembagaan (the patron saint) Thorstein Veblen

(1926) yang diacu dalam Arifin dan Rahbini (2001), kelembagaan adalah settled

habits of thought common to the generality of men. Kelembagaan dianggap

sebagai suatu konvensi atau suatu keteraturan dalam tingkah laku manusia yang

menghasilkan suatu tingkat kepastian prediksi (predictable) dalam hubungan antar

Nila

i-nila

ike

sada

ran

bisn

is

Ket

ram

pila

nD

asar

Ket

ram

pila

nU

saha

Prak

tek

dan

Peng

alam

anU

saha

Kem

ampu

anW

iraus

aha

Rantai Nilai KewirausahaanN

ilai-n

ilai

kesa

dara

nbi

snis

Ket

ram

pila

nD

asar

Ket

ram

pila

nU

saha

Prak

tek

dan

Peng

alam

anU

saha

Kem

ampu

anW

iraus

aha

Rantai Nilai Kewirausahaan

Page 52: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

41

manusia. Walaupun kelembagaan social sangat peduli pada pemecahan masalah-

masalah koordinasi social, kelembagaan tidak mesti mengawasi dirinya sendiri

(self-policing). Kelembagaan mungkin perlu otoritas eksternal seperti Negara,

untuk menegakkan konvensi dan kebiasaan di atas, karena seseorang dapat saja

mempunyai insentif untuk mencuri hak-hak orang lain.

Menurut tokoh panutan yang lain John R. Commons (1934) yang diacu

dalam Arifin dan Rahbini (2001), definisi kelembagaan adalah collective action in

restraint, liberation, and expansion of individual action. Kelembagaan adalah

kerangka acuan atau hak-hak yang dimiliki individu-individu untuk berperan

dalam pranata kehidupan, tetapi juga berarti perilaku dari pranata tersebut. Setiap

perilaku ekonomi juga sering disebut kelembagaan, sehingga setiap yang dinamis

atau tidak statis, yang terproses atau tidak semata komoditas, yang beraktivitas

atau tidak semata perasaan dan kepekaan, yang berupa amanajemen atau tidak

sekadar keseimbangan, semuanya tercakup dalam ekonomi kelembagaan. Dengan

demikian, kelembagaan itu dianggap sebagai seperangkat aturan main atau tata

cara untuk kelangsungan sekumpulan kepentingan (a set of working rules of going

concerns). Jadi kelembagaan itu adalah kegiatan kolektif dalam suatu control atau

yurisdiksi, pembebasan atau liberasi, dan perluasan atau ekspansi kegiatan

individu, seperti yang telah disebutkan di atas.

Ruang lingkup kelembagaan juga dapat dibatasi pada hal-hal berikut ini:

1) Kelembagaan adalah kreasi manusia (human creations). Beberapa bagian

penting dari kelembagaan adalah hasil akhir dari upaya atau kegiatan

manusia yang dilakukan secara sadar. Apabila manusia itu hanya pasif

saja dalam suatu system, system itu tak ubahnya seperti kondisi alami atau

system fisik yang mungkin saja dapat lebih menguasai kelangsungan

kepentingan manusia.

2) Kumpulan individu (group of individuals). Kelembagaan hanya berlaku

pada sekelompok individu, setidaknya dua orang atau bagi seluruh anggota

masyarakat. Oleh karena itu, kelembagaan dirumuskan dan diputuskan

bersama-sama oleh kelompok individu, bukan secara perorangan.

3) Dimensi waktu (time dimension). Karakteristik suatu institusi itu adalah

apabila dapat diaplikasikan pada situasi yang berulang (repeated

Page 53: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

42

situations) dalam suatu dimensi waktu. Kelembagaan tidak diciptakan

hanya untuk satu atau dua momen pada suatu kurun waktu tertentu saja.

4) Dimensi tempat (place dimension). Suatu lingkungan fisik adalah salah

satu determinan penting dalam aransemen kelembagaan, yang juga dapat

berperan penting dalam pembentukan struktur kelembagaan. Akan tetapi,

aransemen kelembagaan juga dapat berperan sangat penting pada

perubahan kondisi atau lingkungan fisik. Hal inilah yang sering dikenal

sebagai hubungan timbal balik (feed-back relationship).

5) Aturan main dan norma (rules and norms). Kelembagaan itu ditentukan

oleh konfigurasi aturan main dan norma, yang telah dirumuskan oleh suatu

kelompok masyarakat. Anggota masyarakat harus mengerti rumusan-

rumusan yang mewarnai semua tingkah laku dan norma yang dianut dalam

kelembagaan tersebut.

6) Sistem pemantauan dan penegakan hukum (monitoring and law

enforcement). Aturan main dan norma harus dipantau dan ditegakkan oleh

suatu badan yang kompeten, atau oleh masyarakat secara internal pada

tingkat individu. Artinya, system pemantauan dan penegakan aturan ini

tidak sekadar aturan diatas aturan, tetapi lebih lengkap.

7) Hirarki dan jaringan (nested levels and institutions). Suatu kelembagaan

bukanlah struktur yang terisolasi, melainkan merupakan bagian dari hirarki

dan jaringan atau sistem kelembagaan yang lebih kompleks. Pola

hubungan ini sering menimbulkan keteraturan yang berjenjang dalam

masyarakat, sehingga setiap kelembagaan pada masing-masing tingkatan

dapat mewarnai proses evolusi dari setiap kelembagaan yang ada.

8) Konsekuensi kelembagaan (consequences of institutions). Disini

umumnya dikenal dua tingkatan konsekuensi. Pertama, kelembagaan

meningkatkan rutinitas atau keteraturan atau tindakan manusia yang tidak

memerlukan pilihan yang lengkap dan sempurna. Tetapi kelembagaan

dapat mempengaruhi tingkah laku individual melalui sistem insentif dan

disinsentif. Kedua, kelembagaan memiliki pengaruh bagi terciptanya

suatu pola interaksi yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap individu.

Hal inilah yang menimbulkan suatu ekspektasi keteraturan di masa

Page 54: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

43

mendatang, tentunya dalam batas-batas aransemen kelembagaan structural.

Oleh karena itu, kelembagaan dapat menurunkan ketidakpastian.

Dari uraian definisi dan ruang lingkup kelembagaan di atas, kelembagaan

menentukan “bagaimana seseorang atau sekelompok orang harus dan tidak harus

mengerjakan sesuatu (kewajiban atau tugas), bagaimana mereka boleh

mengerjakan sesuatu tanpa intervensi dari orang lain (kebolehan atau liberty),

bagaimana mereka dapat (mampu) mengerjakan sesuatu dengan bantuan kekuatan

kolektif (kemampuan atau hak), dan bagaimana mereka tidak dapat memperoleh

kekuatan kolektif untuk mengerjakan sesuatu atas namanya. Bromley (1989 diacu

dalam Arifin dan Rahbini 2001 ) secara tegas mengatakan bahwa kelembagaan itu

adalah serangkaian hubungan keteraturan (ordered relationships) antara beberapa

orang yang menentukan hak, kewajiban atau tepatnya kewajiban menghargai hak

orang lain, dan tanggung jawab mereka dalam masyarakat atau kelembagaan

tersebut.

Ekonomi kelembagaan lahir karena para penemunya sangat peduli

(concerned) tentang penelusuran bagaimana suatu sistem ekonomi disusun,

dijalankan dan digerakkan, serta bagaimana struktur dalam sistem ekonomi itu

berubah karena adanya respons terhadap kegiatan kolektif. Ekonomi

kelembagaan melihat individu atau seseorang sebagai anggota dari perusahaan,

anggota dari suatu keluarga, atau anggota dari suatu organisasi tertentu. Hal ini

jelas sangat berbeda dengan ekonomi neo-klasik atau ekonomi ortodoks, karena

persepsi dan metodologi individualisme, memperlakukan individu atau seseorang

sebagai autonomous maximizer yang cukup rasional dan ingin memuaskan

keinginannya, dan sebagai satu unit analisis ekonomi yang komplet yang dapat

naik atau turun tingkat kepuasannya apabila mengkonsumsi satu tambahan barang

atau jasa.

Sejak awal kelahirannya, ekonomi kelembagaan dimaksudkan sebagai

salah satu bentuk alternative pemecahan masalah-masalah ekonomi. Ekonomi

kelembagaan dapat memberikan rekomendasi penting untuk para perumus

kebijakan karena seringkali permasalahan ekonomi justru hanya dapat dilihat dari

sisi kelembagaan sebagai penghambat (konstrain) dalam perekonomian. Dengan

Page 55: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

44

demikian, titik persamaan (dan perbedaan) antara ekonomi kelembagaan dan

dalam ekonomi neo-klasik atau ekonomi ortodoks akan digunakan untuk

membedakannya dengan ekonomi kelembagaan.

Suatu lembaga dapat berjalan apabila ada : 1). Aparatur yang bekerja di

lembaga tersebut, 2). Fasilitas ruang, peralatan dan bahan serta fasilitas lainnya

untuk mengoperasikan lembaga tersebut Dahuri (2001). Ada tiga unsur di dalam

kelembagaan, seperti yang diungkapkan oleh Adiwibowo (2000), bahwa ciri

kelembagaan sosial yaitu 1) ada batas yuridiksi, 2) kepemilikan yang sebenarnya

(property right ), 3) aturan representasi.

Batas yuridiksi menentukan apa dan siapa yang tercakup dalam suatu

institusi dalam suatu masyarakat, yang berperan dalam mengatur lokasi

sumberdaya. Batas yuridiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan atau batas

otoritas yang dimiliki. Konsep kepemilikan (property right) adalah pengatur

hubungan antar anggota masyarakat dalam menyatakan kepentingannya terhadap

sumberdaya. Sedangkan aturan yang repsentasi mengatur permasalahan siapa saja

yang berhak berpartisipasi terhadap proses pengambilan keputusan. Keputusan

apa yang diambil dan apa akibat terhadap performance, akan ditentukan oleh

kaidah repsentasi yang digunakan.

Lembaga sosial biasanya lebih mengakar pada masyarakat. Hal tersebut

disebabkan oleh proses tumbuhnya suatu lembaga sosial di masyarakat telah

melalui beberapa tahapan ujian dari masyarakat itu sendiri Adiwibowo (2000).

Lembaga sosial pada awalnya hanya merupakan kelakuan antar individu, tetapi

karena kelakuan antar undividu tersebut sering dilakukan maka akan menjadi

sebuah kebiasaan. Apabila kebiasaan ini disertai dengan sanksi hukum bagi

anggota yang melanggar, maka kebiasaan ini akan menjadi sebuah sistem hukum

yang pada akhirnya menjadi norma yang bisa tertulis atau tidak. Norma akan

membudaya dalam sistem nilai budaya masyarakat setempat dan dilakukan secara

spontan atau semacam gerak refleks. Apabila semacam ini sudah tercapai berarti

kebiasaan tersebut telah melembaga.

Page 56: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

45

2.4 Pengukuran Tingkat Kesejahteraan dengan Menggunakan Millennium

Assessment

Millenium Ecosystem Assessment (MA) dibentuk dengan melibatkan pihak

pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat dan ilmuwan untuk

mendapatkan penilaian yang terintegrasi terhadap perubahan ekosistem yang

diakibatkan oleh kegiatan manusia, serta untuk menganalisa pilihan-pilihan yang

tersedia guna meningkatkan fungsi ekosisten agar dapat memenuhi kebutuhan

hidup manusia. Selain bermanfaat dalam penyediaan informasi yang penting bagi

pemerintah, swasta dan masyarakat secara umum, Millenium Assessment juga

dapat membantu mendapatkan tujuan yang dirumuskan oleh Millenium

Development Goals PBB, sekaligus merupakan perwujudan Plan of

Implementation dari World Summit on Sustainable Development.

Kerangka pikir yang dikembangkan oleh Millenium Assessment dapat

memberi kesempatan kepada para pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi

pilihan-pilihan (options) yang dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih

baik dan mencapai tujuan yang lestari. Semua negara dan masyarakat di dunia

berjuang menghadapi tantangan untuk memenuhi permintaan yang semakin

meningkat terhadap pangan, air bersih, kesehatan dan kesempatan kerja. Para

penentu kebijakan di sektor swasta dan publik harus pula mencari keseimbangan

antara pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial dengan konservasi

lingkungan. Semua kepedulian ini secara langsung maupun tak langsung terkait

dengan ekosistem dunia.

Jasa ekosistem adalah manfaat yang diperolah manusia dari suatu

ekosistem. Manfaat ini dapat berupa jasa penyediaan, pengaturan dan jasa

kultural, yang secara langsung mempengaruhi kehidupan manusia, serta jasa

pendukung yang diperlukan untuk menghasilkan dan mempertahankan jasa

lainnya. Perubahan terhadap jasa ini akan mempengaruhi kesejahteraan

masyarakat melalui dampak yang ditimbulkannya terhadap keamanan, bahan

dasar untuk kehidupan yang layak dan kesehatan, serta hubungan sosial dan

kultural. Unsur pokok kesejahteraan dipengaruhi oleh manusia dan dapat

mempengaruhi kebebasan (freedoms) dan pilihan (choice) yang tersedia bagi

manusia. Jika terjadi perubahan terhadap jasa ini maka kesejahteraan manusia

Page 57: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

46

dalam berbagai hal akan turut terpengaruh. Hal ini ditunjukkan pada gambar 4

dibawah ini.

Gambar 3 Hubungan jasa ekosistem dengan kesejahteraan manusia

Permintaan akan jasa ekosistem ini sekarang menjadi sedemikian besarnya

sehingga trade-off antar jasa tersebut dapat menjadi suatu faktor penentu yang

penting. Sebagai contoh, suatu negara dapat meningkatkan jumlah produksi

pangan melalui konversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian. Namun

demikian, tindakan tersebut dapat mengurangi jasa lain yang memiliki

kepentingan yang sama atau bahkan lebih besar, misalnya tersedianya air yang

bersih, kayu, sarana ekoturisme, atau jasa pengaturan terhadap banjir dan kontrol

terhadap kekeringan. Selama ini telah banyak terdapat indikasi bahwa kebutuhan

manusia terhadap ekosistem akan tetap meningkat pada dekade mendatang. Pada

tahun 2050 diperkirakan penduduk dunia akan meningkat empat kali lipat,

sehingga permintaan dan konsumsi akan sumber-sumber biologi dan fisik akan

bertambah pesat pula, sekaligus meningkatkan dampak terhadap ekosistem dan

jasa yang dapat diberikan oleh ekosistem.

Kesejahteraan manusia memiliki berbagai dimensi, antara lain bahan

Page 58: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

47

(materi) dasar untuk mendapatkan hidup yang layak, kebebasan (freedom) dan

pilihan (choice), kesehatan, hubungan sosial yang baik, serta keamanan (safety).

Kemiskinan juga bersifat multi-dimensi dan merupakan suatu kondisi yang sangat

berbeda dari kesejahteraan. Kesejahteraan, kekurangan atau kemiskinan ini

diuraikan dan dieksperesikan sesuai dengan kondisi dan situasi, mencerminkan

keadaan fisik setempat, keadaan sosial, serta faktor perorangan seperti kondisi

geografi, lingkungan, usia, gender dan kultural. Pada semua kondisi, ekosistem

tetap merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mencapai kesejahteraan

manusia karena banyaknya jasa yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dari

ekosistem ini, termasuk jasa penyediaan, pengaturan, kultural dan penunjang.

Intervensi atau campur tangan manusia dalam mengelola ekosistem dapat

melipat gandakan manfaat ekosistem ini untuk manusia. Namun demikian, dalam

dekade terakhir ini terdapat banyak bukti tentang meningkatnya dampak manusia

pada berbagai tipe ekosistem diseluruh dunia, sehingga menambah kepedulian

mengenai konsekuensi spasial (ruang) dan temporal (waktu) dari perubahan

ekosistem yang berpengaruh buruk terhadap kesejahteraan manusia. Perubahan

ekosistem dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia melalui berbagai cara

yaitu:

1) Keamanan (security) dipengaruhi oleh dua hal yaitu (i) perubahan pada

jasa penyediaan yang dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dan bahan

lain dan kemungkinan terjadinya konflik akibat sumberdaya yang

menurun, dan (ii) perubahan dalam jasa pengaturan, yang dapat

mempengaruhi frekuensi dan besarnya banjir, kekeringan, tanah longsor,

atau bencana yang lain. Keamanan ini juga dapat dipengaruhi oleh

perubahan jasa kultural. Misalnya suatu acara seremonial yang penting

atau atribut spiritual dari ekosistem hilang, maka akan berpengaruh pada

melemahnya hubungan sosial dalam suatu masyarakat. perubahan ini pada

akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraan, kesehatan, kebebasan dan

pilihan, keamanan dan hubungan sosial yang baik.

2) Akses terhadap bahan dasar untuk penghidupan yang layak sangat terkait

erat dengan jasa penyediaan, seperti pangan dan produksi serat, serta jasa

pengaturan, termasuk penjernihan air.

Page 59: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

48

3) Kesehatan terkait erat dengan jasa penyediaan seperti produksi pangan dan

jasa pengaturan, termasuk hal-hal yang mempengaruhi distribusi serangga

yang menyebarkan penyakit dan patogen yang ada di dalam air dan udara.

Kesehatan dapat pula terkait dengan jasa cultural melalui jasa rekreasi dan

spiritual.

4) Hubungan sosial dipengaruhi oleh perubahan jasa kultural, yang

selanjutnya akan mempengaruhi kualitas dari pengalaman manusia.

5) Kebebasan (freedoms) dan pilihan (choice) sebagian besar tergantung pada

keberadaan komponen kesejahteraan masyarakat dan, oleh karenanya,

dipengaruhi oleh perubahan dalam jasa penyediaan, pengaturan atau

kultural dari suatu ekosistem.

Kesejahteraan manusia dapat ditingkatkan melalui interaksi manusia yang

berkesinambungan dengan ekosistem, yang didukung oleh instrumen, institusi,

organisasi dan teknologi yang dibutuhkan. Melalui keikutsertaan dan transparansi,

interaksi tersebut akan merupakan kontribusi yang besar terhadap kebebasan dan

pilihan, disamping meningkatkan ketahanan ekonomi, sosial dan ekologi. Dalam

hal ini yang dimaksud dengan ketahanan ekologi adalah batas minimum dari stok

ekologi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kelestarian jasa ekosistem.

Namun manfaat yang didapat oleh institusi dan teknologi ini tidak

diperoleh secara otomatis dan tidak pula dibagi secara merata. Peluang tersebut

lebih mudah didapat oleh negara dan masyarakat yang kaya dibandingkan dengan

negara dan masyarakat yang yang miskin; beberapa institusi dan teknologi

malahan memperburuk kondisi lingkungan; governance yang bertanggungjawab

ternyata sulit diwujudkan; untuk mempertahankan partisipasi dalam pengambilan

keputusan – suatu elemen penting dari governance yang bertanggungjawab –

ternyata mahal dalam hal waktu dan sumberdaya. Akses yang tidak merata

terhadap jasa ekosistem seringkali neningkatkan kesejahteraan bagi hanya

sebagian kecil masyarakat, melalui biaya dari sebagian besar masyarakat lainnya.

Konsekuensi dari penurunan dan degradasi jasa ekosistem ini dapat

dikurangi melalui substitusi pengetahuan, serta substitusi manufaktur atau

sumberdaya manusia. Sebagai contoh, penambahan pupuk pada lahan pertanian

selama ini dapat dipakai untuk menahan penurunan kesuburan tanah di berbagai

Page 60: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

49

wilayah dunia di mana masyarakatnya memiliki sumberdaya ekonomi untuk

membeli input pupuk ini; fasilitas penjernihan air kadang-kadang dapat

menggantikan fungsi dari daerah aliran sungai dan lahan basah untuk memurnikan

air. Namun perlu diingat bahwa ekosistem merupakan suatu sistem yang

kompleks dan dinamis dan terdapat ambang batas dari berbagai substitusi ini,

khususnya yang terkait dengan jasa pengaturan, kultural dan pendukung. Tak ada

substitusi bagi kepunahan spesies yang penting.

Mengingat lambannya proses dalam sistem ekologi dan manusia,

konsekuensi dari perubahan ekosistem yang terjadi pada saat ini mungkin tidak

akan terasa sampai dekade mendatang. Jadi, untuk mempertahankan jasa

ekosistem, dan juga mempertahankan kesejahteraan manusia, diperlukan

pemahaman yang mendalam dan pengelolaan yang bijak dari hubungan antara

kegiatan manusia, perubahan ekosistem dan kesejahteraan, untuk jangka waktu

pendek, menengah dan jangka panjang. Pemanfaatan jasa ekosistem yang

berlebihan akan mengurangi ketersediaan jasa tersebut untuk masa mendatang.

Hal ini dapat dicegah melalui pemanfaatan jasa yang lestari.

Untuk memperoleh pemanfaatan yang lestari diperlukan institusi

(kelembagaan) yang efektif dan efisien. Institusi yang efektif dan efisien ini dapat

mengatur akses terhadap jasa ekosistem melalui mekanisme kebebasaan,

kesetaraan, keadilan, kemampuan dasar, dan keselarasan. Institusi yang bersifat

seperti itu mungkin juga membutuhkan penengahan terhadap konflik antara

kepentingan individu dan kepentingan kelompok yang mungkin timbul.

Pengelolaan ekosistem untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

akan berbeda jika fokusnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat miskin

dan lemah atau jika difokuskan kepada masyarakat yang kaya dan berkuasa.

Untuk kedua kelompok tersebut, diperlukan akses yang setara dan aman terhadap

jasa ekosistem.

Memahami faktor yang dapat menyebabkan perubahan dalam ekosistem

dan jasa ekosistem merupakan suatu hal yang sangat penting untuk merumuskan

intervensi yang memiliki dampak positif dan sekaligus meminimumkan dampak

negatif. Dalam konsep millennium assessment ini dipakai istilah “penggerak”

(driver), yaitu merupakan suatu faktor yang dapat merubah suatu aspek dari

Page 61: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

50

ekosistem tertentu. Suatu penggerak yang sifatnya langsung dapat dipastikan akan

mempengaruhi proses ekosistem, sehingga dapat diidentifikasi dan diukur pada

derajat ketelitian tertentu. Suatu penggerak yang bersifat tidak langsung bekerja

secara lebih tersebar, seringkali dengan mengubah satu penggerak langsung atau

lebih, dan pengaruhnya dapat diketahui melalui dampaknya terhadap penggerak

langsung. Penggerak langsung dan tidak langsung ini seringkali bekerja secara

sinergis. Perubahan dalam penutupan lahan, sebagai contoh, dapat meningkatkan

peluang introduksi spesies asing yang invasif. Demikian halnya dengan kemajuan

teknologi yang pada akhirnya dapat meningkatkan laju perekonomian.

Para pengambil kebijakan memiliki peran yang sangat penting dalam

mempengaruhi ekosistem, jasa ekosistem dan kesejahteraan manusia Kebijakan

ini dirumuskan pada tiga tingkatan yang berbeda, meskipun perbedaan antar

tingkatan tersebut seringkali kabur dan sulit untuk dipisahkan oleh (1) individu

dan kelompok kecil pada tingkatan lokal (misalnya suatu tegakan hutan atau

kebun) yang secara langsung dapat merubah sebagian dari ekosistem; (2) oleh

pengambil kebijakan perorangan dan kelompok pada tingkatan kabupaten,

provinsi dan nasional; dan (3) oleh pengambil kebijakan perorangan dan

kelompok pada tingkat internasional, seperti konvensi internasional dan perjanjian

multi-lateral.

Proses pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan yang sangat

rumit dan bersifat multi-dimensional. Penggerak yang dapat dipengaruhi oleh para

pengambil kebijakan dikenal sebagai penggerak endogen (berasal dari dalam),

sementara penggerak yang tidak dapat dikontrol oleh pengambil kebijakan disebut

penggerak eksogen (berasal dari luar). Dari sudut pandang para petani, misalnya,

jumlah pupuk yang diberikan pada suatu lahan pertanian merupakan penggerak

endogen, sementara harga pupuk merupakan penggerak eksogen, mengingat

bahwa petani tidak dapat mempengaruhi harga pupuk tersebut. Penggerak

eksogen dan endogen, dalam berbagai skala temporal (waktu), spasial (ruang) dan

organisasi, serta interaksi diantara berbagai penggerak akan secara khusus dikaji

dalam millennium assessment.

Bagi para pengambil kebijakan, suatu penggerak dapat bersifat eksogen

atau endogen, tergantung dari skala spasial dan temporal yang ditentukan.

Page 62: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

51

Contohnya, seorang pengambil kebijakan dapat menentukan pilihan teknologi,

melakukan perubahan dalam tataguna lahan, dan menentukan input eksternal

(misalnya pupuk atau irigasi) secara langsung, namun memiliki kontrol yang

sangat kecil terhadap harga dan pasar, hak atas kepemilikan, teknologi

pengembangan, atau iklim setempat. Sebaliknya, seorang pengambil kebijakan

pada tingkatan nasional atau regional memiliki kontrol yang lebih kuat terhadap

berbagai faktor, seperti kebijakan makroekonomi, teknologi pengembangan, hak

atas kepemilikan, pembatasan perdagangan (trade barrier), harga dan pasar. Tetapi

pada jangka pendek, individu tersebut tetap memiliki kontrol yang terbatas

terhadap iklim global atau populasi global. Pada skala waktu yang lebih panjang,

penggerak yang bersifat eksogen bagi pengambil kebijakan pada jangka pendek,

seperti populasi, dapat menjadi penggerak endogen karena pengambil kebijakan

tersebut dapat mempengaruhi populasi melalui, contohnya, pendidikan,

pengembangan kaum wanita dan kebijakan mengenai migrasi.

Penggerak perubahan yang bersifat tidak langsung terdiri dari: (1)

demografi (misalnya ukuran populasi, usia, struktur gender, penyebaran secara

spasial); (2) ekonomi (misalnya pendapatan per kapita, kebijakan makroekonomi,

perdagangan internasional, aliran kapital); (3) sosial-politik (misalnya

demokratisasi, peran kaum wanita, peran masyarakat madani, peran pihak swasta,

serta mekanisme menengahi persengkataan pada tingkat internasional); (4) ilmu

pengetahuan dan teknologi (misalnya laju investasi dalam riset dan

pengembangan, serta laju adopsi teknologi, termasuk bioteknologi dan informasi

teknologi); dan (5) kultural dan agama (misalnya pilihan yang diambil oleh

individu mengenai apa dan seberapa banyak yang dimanfaatkan).

2.5 Kemiskinan Nelayan di Indonesia

Masyarakat pesisir (nelayan) di Indonesia identik dengan kemiskinan

meskipun dari banyak literatur menyebutkan bahwa kemiskinan nelayan adalah

suatu atribut global, terkecuali untuk negara-negara maju seperti Jepang.

Kemiskinan nelayan dapat disebabkan karena suatu kesalahan pengelolaan

sumberdaya ikan, dimana sumberdaya tidak dimiliki oleh siapapun atau dimiliki

oleh semua orang, sehingga terlalu banyak free riders yang membuat tidak ada

Page 63: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

52

seorangpun yang bertanggung jawab dalam memikirkan keberlanjutan

sumberdaya (Subade and Abdullah, 1993; Panayotou, 1992; Johnston, 1992).

Sementara itu, Johnston (1992) mengatakan bahwa ketertinggalan nelayan sebagai

masyarakat pesisir adalah karena eksternalitas disekonomi yang dipikul oleh

sektor ini. Bila dibandingkan antara nelayan skala industri dan skala rumah tangga

(kecil), maka nelayan kecil yang menanggung eksternalitas disekonomi akibat

kelebihan pemanfaatan, kesalahan pengelolaan serta deplesi sumberdaya ikan.

Secara terstuktur, Dahuri (2000) mengajukan alasan kemiskinan nelayan,

yang intinya kemiskinan itu disebabkan oleh dua hal, yaitu biaya tinggi yang

harus dibayar dan penerimaan yang rendah dari penjualan ikan hasil tangkapan.

Seterusnya bila, diteliti lebih jauh, biaya tinggi disebabkan karena struktur pasar

yang cenderung merugikan nelayan, sedangkan penerimaan yang rendah adalah

karena volume hasil tangkapan dan/atau harga ikan yang rendah. Dahuri (2000)

mengklasifikasikan alasan kemiskinan nelayan kedalam empat hal yaitu (1)

kemiskinan karena aspek teknis biologis sumberdaya ikan, (2) kemiskinan karena

kekurangan prasarana, (3) kemiskinan karena kualitas sumberdaya manusia yang

rendah, dan (4) kemiskinan karena struktur ekonomi yang tidak mendukung dan

memberikan insentif usaha. Para pakar ekonomi sumberdaya melihat kemiskinan

nelayan lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait

karakteristik sumberdaya serta teknologi yang digunakan. Faktor-faktor yang

dimaksud membuat nelayan tetap dalam kemiskinannya.

Dari sisi skala usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir miskin

diantaranya terdiri dari rumah tangga perikanan yang menangkap ikan tanpa

menggunakan perahu, menggunakan perahu tanpa motor dan perahu bermotor

tempel. Dengan skala usaha ini, rumah tangga ini hanya mampu menangkap ikan

di daerah dekat pantai. Dalam kasus tertentu, memang mereka dapat pergi jauh

dari pantai dengan cara bekerjasama sebagai mitra perusahaan besar. Namun

usaha dengan hubungan kemitraan seperti demikian tidak begitu banyak dan

berarti dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang begitu banyak.

Panayotou (1992) mengatakan bahwa nelayan tetap bertahan dalam

kemiskinan, karena tidak ada pilihan untuk menjalani kehidupan itu (preference

Page 64: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

53

for a particular way of life). Pendapat Panayotou (1992) ini dikuatkan oleh

Subade dan Abdullah (1993), yang menekankan bahwa nelayan lebih senang dan

memiliki kepuasaan hidup dari menangkap ikan dan bukan semata-mata

beorientasi pada peningkatan pendapatan. Sehingga dengan way of life yang

demikian, maka apapun yang terjadi dengan keadaannya, bukanlah masalah

baginya, sementara prinsip hidup sangat sukar untuk diuah. Karena itu maka

meskipun menurut pandangan orang lain nelayan hidup dalam kemiskinan, bagi

nelayan itu bukan kemiskinan dan bisa saja mereka merasa bahagia dengan

kehidupan itu.

Smith (1979) yang mengadakan kajian pembangunan perikanan di

berbagai negara Asia menyimpulkan, bahwa kekakuan aset perikanan (fixity and

rigidity of fishing assets) adalah alasan utama mengapa nelayan tetap tinggal atau

bergelut dengan kemiskinan dan sepertinya tidak ada upaya mereka untuk keluar

dari kemiskinan tersebut. Kekakuan aset tersebut adalah karena sifat aset

perikanan yang begitu rupa sehingga sulit untuk dilikuidasi atau diubah bentuk

dan fungsinya untuk digunakan bagi kepentingan lain. Akibatnya pada saat

produktivitas aset tersebut rendah, nelayan tidak mampu untuk mengalih

fungsikan atau melikuidasi aset tersebut. Oleh karena itu, meskipun rendah

produktivitas, nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan yang

sesungguhnya secara ekonomis tidak lagi efisien.

Subade and Abdullah (1993) mengajukan argumen lain yaitu, bahwa

nelayan tetap tinggal pada industri perikanan karena rendahnya opportunity cost

mereka. Opportunity cost nelayan, menurut definisi adalah kemungkinan atau

alternatif kegiatan atau usaha ekonomi lain yang terbaik yang dapat diperoleh

selain menangkap ikan. Dengan kata lain, opportunity cost adalah kemungkinan

lain yang bisa dikerjakan nelayan bila saja mereka tidak menangkap ikan. Bila

opportunity cost rendah maka nelayan cenderung tetap melaksanakan usahanya

meskipun usaha tersebut tidak lagi menguntungkan dan efisien.

Ada juga argumen yang mengatakan bahwa opportunity cost nelayan,

khususnya di negara berkembang, sangat kecil dan cenderung mendekati nihil.

Page 65: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

54

Dengan demikian maka nelayan tidak punya pilihan lain tetap bekerja sebagai

nelayan karena hanya itu yang bisa dikerjakan.

Johnston (1992) mengatakan bahwa ketertinggalan nelayan sebagai

masyarakat pesisir adalah karena eksternalitas dis-ekonomi (kejadian-kejadian

yang terjadi di luar sumberdaya ikan yang menimbulkan biaya yang harus

dibebankan kepada masyarakat nelayan, sedangkan keuntungan diterima oleh

orang lain) yang dipikul oleh sektor ini. Bila dibandingkan antara nelayan skala

industri dan skala rumah tangga (kecil), maka nelayan kecilah yang akan

menanggung eksternalitas dis-ekonomi akibat kelebihan pemanfaatan, kesalahan

pengelolaan dan deplesi sumberdaya ikan. Hal tersebut terjadi karena sumberdaya

ikan tidak dimiliki oleh siapapun atau dimiliki oleh semua orang, sehingga terlalu

banyak free riders yang membuat tidak ada seorangpun yang bertanggung jawab

dalam memikirkan keberlanjutan sumberdaya. Seperti dikemukakan oleh Feeny

(1990) bahwa sumberdaya milik bersama setidaknya memiliki 2 karakteristik,

yaitu eksludabilitas (exludability) yaitu kondisi dimana pengawasan terhadap

sumberdaya oleh penggunanya cukup sulit dilakukan atau hampir tidak mungkin

dilakukan dan substraktabilitas (substractability), yaitu situasi persaingan dimana

bila yang seseorang memperoleh lebih banyak, maka orang lain memperoleh lebih

sedikit. Jadi substraktabilitas mengandung makna persaingan di dalam

pemanfaatan sumberdaya. Dengan demikian sumberdaya milik bersama adalah

jenis sumberdaya alam dimana pengawasan terhadapnya sulit dilaksanakan dan

pemanfaatan secara bersama-sama melibatkan persaingan.

Kesalahan pengelolaan sumberdaya ikan dan eksternalitas dis-ekonomi ini

merupakan variabel mendasar yang selama ini tidak diprogramkan sebagai upaya

untuk membangun perikanan di Indonesia (Nikijuluw, 2001).

Di bawah kelas sumberdaya milik bersama, terdapat sistem pemilikan

sumberdaya (1) akses terbuka atau tidak dimiliki oleh siapapun, (2) kepemilikan

swasta, (3) kepemilikan komunal atau oleh sekelompok masyarakat, dan (4)

kepemilikan pemerintah.

Sumberdaya akses terbuka, seperti selama ini diatributkan pada

sumberdaya perikanan Indonesia, adalah sistem dimana tidak seorangpun yang

Page 66: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

55

memiliki sumberdaya tersebut. Akibatnya sumberdaya itu terbuka bagi siapa saja

untuk dimanfaatkan. Kondisi sumberdaya ikan akses terbuka biasanya adalah

kemunduran jumlah ikan, penangkapan secara berlebih-lebihan, penggunaan alat

tangkap yang merusak, dan tidak ada seorangpun yang mau bertanggung jawab

terhadap kelanjutan sumberdaya.

Kemiskinan sebagai akibat akses terbuka dan pengelolaan sumberdaya

secara tidak efektif karena lebih dari 80% armada perikanan Indonesia adalah

armada skala kecil dan umumnya menganut prinsip rejim dan kepemilikan aset

terbuka (open access) maka dampak perikanan akses terbuka ini sangat nyata bagi

Indonesia.

Dengan sumberdaya ikan yang tidak dimiliki oleh siapapun, maka setiap

orang berhak masuk atau keluar dari sumberdaya tanpa perlu mendapat izin dari

yang lain. Kondisi akses terbuka, pada awalnya akan menghasilkan keuntungan

bagi industri perikanan maupun nelayan secara individu. Namun keuntungan yang

dimiliki ini tidak akan bertahan lama. Karena setiap keuntungan yang diperoleh

akan memacu investasi baru. Baik nelayan yang sudah ada dalam industri maupun

mereka yang di luar industri akan melihat adanya keuntungan pada industri

tersebut sebagai daya tarik untuk masuk ke dalam industri.

Nelayan yang sudah terlebih dahulu ada akan meningkatkan investasi

usahanya, dalam bentuk penambahan kapal baru, atau meningkatkan jumlah

frekwensi penangkapan. Dengan demikian upaya penangkapan ikan akan

bertambah. Sementara itu orang lain yang berada di luar industri akan masuk ke

dalam industri dalam bentuk investasi baru.

Bila proses ini berjalan terus, maka yang akan terjadi adalah perebutan

yang semakin kompetetif (purely and perfectly competitive) terhadap sumberdaya

yang ada yang semakin hari semakin meningkat. Oleh karena besar dan stok

sumberdaya ada batasnya (carrying capacity) dan adanya sifat substraktabilitas

sumberdaya yang common property, maka kompetisi yang terjadi akan membuat

semakin kecil perolehan keuntungan. Bila sebelumnya, sumberdaya menghasilkan

keuntungan supernormal, dengan makin bertambahnya nelayan dan kapal

penangkapan ikan, maka pendapatan setiap orang nelayan akan berkurang. Proses

Page 67: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

56

ini pada akhirnya akan membuat penerimaan nelayan dari penjualan ikan secara

rata-rata, hanya mampu untuk menutupi biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan

pengangkapan tersebut.

Kejadian-kejadian seperti diuraikan tersebut, sering dikatakan sebagai

tragedi akses terbuka. Feeny (1990) menguraikannya sebagai tragedi milik

bersama. Disebutkan sebagai suatu tragedi karena terjadinya proses pemiskinan,

nelayan yang tadinya bisa meraih keuntungan pendapatan akhirnya mengalami

penurunan pendapatan. Tragedi ini semakin parah karena lebih banyak orang yang

terperangkap dalam usaha memanfaatkan sumberdaya milik bersama ini, terutama

di negara berkembang dimana kondisi tenaga kerja relatif banyak tetapi lapangan

dan kesempatan kerja relatif kecil, sehingga akan terjadi aliran orang-orang yang

terus masuk ke industri perikanan yang memang dicirikan dengan sumberdaya

akses yang terbuka.

Karena kompetisi antara nelayan terus terjadi, maka individu yang satu

berusaha melebihi yang lainnya. Semakin cepat dan semakin banyak seseorang

mendapat ikan akan semakin baik bagi yang bersangkutan. Dengan permintaan

ikan di pasar yang terus meningkat maka setiap orang akan berusaha memenuhi

permintaan itu. Akhirnya, nelayan cenderung menggunakan cara-cara yang tidak

benar dengan merusak sumberdaya dan merusak lingkungan. Sampai pada kondisi

ini maka tragedi milik bersama magnitude dan skalanya.semakin besar

Di Indonesia, secara nasional tragedi itu telah terjadi dan hal tersebut bisa

digambarkan sebagai berikut: Potensi lestari ikan laut Indonesia berdasarkan

evaluasi potensi terakhir oleh Departemen Kelautan Perikanan adalah sekitar 6,18

juta ton per tahun. Potensi lestari artinya bahwa jumlah ini bisa diambil dari laut

setiap tahun secara kontinyu tanpa adanya kemunduran atau degradasi

sumberdaya. Namun berdasarkan cara-cara pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya ikan secara bertanggung jawab, maka yang bisa diambil dari laut

yaitu sekitar 80% dari potensi lestari, atau hanya sekitar 5 juta ton per tahun.

Angka 5 juta ton dinamakan jumlah tangkapan diperbolehkan (total allowable

catch)

Page 68: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

57

Dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan ini yang sudah dimanfaatkan

dalam bentuk hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan-pelabuhan Indonesia

pada tahun1998 sekitar 3,8 juta ton, atau sekitar 76%, sehingga masih ada sekitar

1,2 juta ton yang dapat diambil lagi dari laut. Namun jumlah yang tersisa tersebut

diprediksi akan semakin kecil karena banyak kapal asing yang mencuri ikan,

banyak kapal ikan yang tidak melapor kepada yang berwajib, atau laporan di

bawah angka yang sebenarnya.

Bila dinilai dengan, katakanlah, Rp 5.000 per kg ikan maka nilai hasil

tangkapan pada tahun 1998 adalah Rp 19 trilyun. Nilai sebesar ini dihasilkan oleh

sekitar 4 juta orang nelayan (skala besar dan kecil, industri dan tradisional).

Dengan demikian dalam setahun, seorang nelayan menghasilkan sekitar Rp

4.750.000, nilai kotor sebelum dikurangi biaya operasional dan investasi. Dalam

sebulan, berarti setiap nelayan menghasilkan nilai hasil tangkapan kotor sekitar

Rp 395.833.

Pendapatan rata-rata nelayan per bulan ini memang tergolong rendah.

Apalagi jumlah ini harus digunakan untuk membiayai kegiatan penangkapan ikan

itu sendiri dan juga untuk kebutuhan keluarga yang umumnya sekitar 4 jiwa per

keluarga.

Inilah tragedi itu. Meskipun banyak upaya sudah dilakukan untuk

menghentikan, namun tampaknya sulit, karena caranya yang salah, kurang

mengena, kurang strategis, dan tidak tepat sasaran. Sementara itu nelayan tetap

bertambah karena sumberdaya ikan tetap bersifat akses terbuka. Jadilah usaha

perikanan sebagai perangkap kemiskinan.

Hasil penurunan derajat kemiskinan yang dilakukan selama tiga dekade di

Indonesia tenyata masih sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi

politik, konflik sosial, dan bencana alam yang terjadi di berbagai daerah. Hal ini

terlihat dari angka kemiskinan pada tahun 1976 dari 54,2 juta jiwa (40% dari total

penduduk) menurun menjadi 22,5 juta jiwa (11,3% dan total penduduk) pada

tahun 1996. Namun badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada bulan Juli

1997 berakibat pada angka penduduk miskin meningkat tajam menjadi 49,5 juta

Page 69: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

58

jiwa atau 24,23% dari total penduduk (berdasarkan data BPS bulan Desember

1998).

Pengalaman pada masa lalu memperlihatkan beberapa kelemahan

pembangunan antara lain : (1) masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi

makro dari pada pemerataan, (2) sentralisasi kebijakan daripada desentralisasi

kebijakan, (3) lebih bersifat karitatif daripada transformative, (4) memposisikan

masyarakat sebagai objek dari pada subyek, (5) cara pandang tentang

penanggulangan kemiskinan yang masih berorientasi pada karitatif daripada

produktivitas, (6) asumsi permasalahan dan solusi kemiskinan sering dipandang

sama (uniformitas daripada pluralistik. Tantangan yang dihadapi dalam upaya

penanggulangan kemiskinaan saat ini adalah tuntutan untuk menerapkan

paradigma, yaitu : (1) pengelolaan pemerintahan yang baik, (2) otonomi daerah

dan desentralisasi, dan (3) upaya pembangunan yang lebih berpihak kepada

masyarakat miskin.

Tentang masalah kemiskinan di Indonesia data Badan Pusat Statistik

(2003) menunjukan, bahwa populasi penduduk miskin di Indonesia sebelum krisis

pada tahun 1996 sekitar 11,34%, setelah krisis pada tahun 1998 sekitar 24,23%,

dan di akhir tahun 2000 sekitar 18,95%. Oleh karena itu strategi pokok

penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk menurunkan populasi penduduk

miskin dari sekitar 18,95% (atau sekitar 37,8 juta jiwa) di tahun 2001 menjadi

sekitar 14% (atau sekitar 26,8 juta jiwa) di akhir tahun 2004. Sedangkan sebaran

penduduk miskin menurut wilayah menunjukkan, bahwa lebih dari 59% berada di

Jawa-Bali, 16% di Sumatera dan 25% di Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan

Irian Jaya. Terpusatnya kantong kemiskinan di Jawa-Bali erat kaitannya dengan

pola sebaran penduduk yang sebagian besar berada dii Jawa-Bali, sehingga

penduduk di Jawa-Bali rentan terhadap krisis ekonomi dan berpengaruh terhadap

kenaikan jumlah penduduk miskin.

Hasil pendataan BPS pada tahun 1999 menunjukkan sebagian besar dari

rumahtangga miskin rata-rata mempunyai 4,9 anggota rumahtangga. Jumlah

rata-rata anggota rumahtangga ini lebih besar dibanding jumlah rata-rata

anggota rumahtangga tidak miskin (3,9). Ini menunjukkan bahwa rumahtangga

Page 70: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

59

miskin harus menanggung beban yang lebih besar dibanding rumahtangga tidak

miskin.

Ciri lain rumahtangga miskin adalah tingkat pendidikan kepala

rumahtangga yang rendah. Data yang disajikan BPS memperlihatkan bahwa

72,01% dari rumahtangga miskin di perdesaan dipimpin oleh kepala rumahtangga

yang tidak tamat SD, dan 24,32% dipinipin oleh kepala rumahtangga yang

berpendidikan SD. Kecenderungan yang sama juga dijumpai pada rumahtangga

miskin di perkotaan. Sekitar 57,02% rumahtangga miskin diperkotaan dipimpin

oleh kepala rumahtangga yang tidak tamat SD, dan 31,38% dipinipin oleh kepala

rumiah tangga berpendidikan SD.

Karakteristik rumahtangga miskin berdasarkan aspek kegiatan ekonomi

dapat ditinjau dari sumber penghasilannya. Menurut data BPS pada tahun 1996

penghasilan utama 63,01% rumahtangga miskin bersumber dari kegiatan

pertanian, 6,4% dari kegiatan industri, 27,7% dari kegiatan jasa-jasa termasuk

perdagangan, bangunan dan pengangkutan, dan selebihnya (2,88%) merupakan

penerima pendapatan. Pada tahun 1998 penghasilan utama 56,67% rumahtangga

miskin bersumber dari kegiatan pertanian, 7,43% dari kegiatan industri, dan 34 %

dari kegiatan jasa-jasa termasuk perdagangan, bangunan dan pengangkutan, dan

selebihnya (1,9%) merupakan penerima pendapatan. Hal ini menunjukkan sektor

pertanian merupakan sumber penghasilan utama yang dominan bagi rumahtangga

miskin dibandingkan dengan sektor laínnya.

Dengan membedakah menurut karakteristík wilayah perdesaan-perkotaan

sebagian besar, sekitar 75,7% rumahtangga miskin berada di perdesaan yang

mengandalkan kehidupannya pada sumber penghasilan di sektor pertanian.

Lebih dari 75% rumahtangga miiskin di perkotaan memperoleh penghasilan

utama dari kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, dan hanya 24 % yang

mengandalkan pada sektor pertanian. Ini konsisten dengan corak rumahtangga

perdesaan yang sebagian besar adalah rumahtangga petani. Kegiatan ekonomi

perkotaan yang lebih beragam memberikan sumber penghasilan yang beragam

pula bagi rumahtangga miskin di perkotaan.

Page 71: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

60

Karakteristik rumahtangga miskin berdasarkan scatus pekerjaan, data BPS

menunjukkan pada tahun 1996 kepala rumahtangga miskin perdesaan bekerja

dengan status berusaha sendiri atau dibantu pekerja keluarga tidak dibayar dan

termasuk pekerja lepas sebesar 80,05%. Di perkotaan terdapat 62,37%

rumahtangga miskin yang bekerja sebagai pekerja lepas/berusahasendiri/berusaha

dibantu pekerja keluarga dan 35,92% rumahtangga miskin yang bekerja sebagai

pekerja/buruh. Pada tahun 1998 kepala rumahtangga miskin perdesaan bekerja

dengan status berusaha sendiri atau dibantu pekerja keluarga tidak dibayar dan

termasuk pekerja lepas sebesar 77,95%. Di perkotaan terdapat 53,89%

rumahtangga miskin yang bekerja sebagai pekerja lepas/berusaha sendiri/

berusaha dibantu pekerja keluarga dan 43,35% rumahtangga miskin yang bekerja

sebagai pekerja/buruh. Pada tahun 1999 kepala rumahtangga miskin perdesaan

bekerja dengan status berusaha sendirí atau dibantu pekerja keluarga tidak dibayar

dan termasuk pekerja lepas sebesar 77,91%. Di perkotaan terdapat 61,21%

rumahtangga miskin yang bekerja sebagai pekerja lepas/berusaha sendiri/berusaha

dibantu pekerja keluarga dan 36,67% rumahtangga miskin yang bekerja sebagai

pekerja/buruh.

Gambaran karakteristik rumahtangga miskin berdasarkan status pekerjaan

diatas, menunjukkan kondisi tahun 1998 terjadi peningkatan persentase

rumahtangga miskin yang bekerja sebagai buruh/karyawan. Kecenderungan

tersebut mengindikasikan krisis yang terjadi pada tahun 1998 menjangkau

sektor formal, sehingga relatif lebih banyak buruh/karyawan yang jatuh miskin

pada tahun 1998 dibandng 1996. Sedikit perbaikan sudah mulai nampak pada

tahun 1999, walaupun kondisinya masih sedikit lebih buruk dari tahun 1996.

Yang lebih perlu diperhatikan adalah dominannya rumahtangga miskin yang

berstatus pekerja lepas/berusaha sendiri/berusaha dibantu pekerja keluarga baik di

perdesaan maupun di perkotaan, walaupun rumah tangga miskin yang berstatus

karyawan/pekerja/buruh juga cukup banyak.

2.6 Kebijakan Publik

Young dan Quinn (2002 diacu oleh Suharto, 2005) memberikan definisi

kebijakan publik secara luas, yakni sebagai ”whatever governments choose to do

or to do”. Sementara itu, Anderson yang dikutip oleh Young dan Quinn (2002

Page 72: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

61

diacu oleh Suharto, 2005), mengemukakan definisi kebijakan publik yang lebih

spesifik, yaitu sebagai “a purposive course of action followed by an actor or set of

actors in dealing with a problem or matter of concern”. Beberapa konsep kunci

yang termuat dalam kebijakan publik:

1) Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh

badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis dan finansial

untuk melakukannya.

2) Kebijakan publik adalah sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah

dunia nyata, dan upaya merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang

berkembang di masyarakat.

3) Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik

biasanya bukan sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa

pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu

demi kepentingan orang banyak.

4) Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk

memecahkan masalah social. Namun kebijakan publik bisa juga

dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah social akan dapat

dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya

memerlukan tindakan tertentu.

5) Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang actor.

Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap

langkah-langkah atau rencana tindakan yang telah dirumuskan, bukan

sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan. Keputusan yang telah

dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan

pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintah.

Kebijakan publik sebagian besar menjadi tanggungjawab pemerintah, hal

ini disebabkan sebagian besar dana untuk kebijakan tersebut dihimpun dari

masyarakat (publik) melalui pajak. Namun saat ini telah terjadi pergeseran

paradigma dalam ketatanegaraan dan kebijakan publik dari government

(pemerintah) ke governance (tatakelola), sehingga kebijakan publik dipandang

tidak lagi sebagai dominasi pemerintah. Makna publik juga bergeser dari

Page 73: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

62

“penguasa orang banyak” yang diidentikkan dengan pemerintah, ke “bagi

kepentingan orang banyak” yang identik dengan istilah stakeholder atau

pemangku kepentingan.

2.6.1 Analisis kebijakan publik

Analisis kebijakan adalah aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan

untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan

tentang proses kebijakan. Analis kebijakan adalah disiplin ilmu sosial terapan

yang menggunakan berbagai metode pengkajian multipel dalam argumentasi dan

debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan

pengetahuan yang relevan dengan kebijakan. Analisis kebijakan diletakkan pada

konteks sistem kebijakan, yang menurut Dunn, dengan mengutip Thomas R.Dye

dalam Nugroho (2007) dapat digambarkan sebagaimana Gambar 4

Gambar 4 Sistem kebijakan publik

Menurut Dunn (1999), metode analisis kebijakan menggabungkan lima

prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia, yaitu:

1) Definisi: Menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang

menimbulkan masalah kebijakan.

2) Prediksi: Menyediakan informasi mengenai konsekuensi-konsekuensi di

masa datang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk jika tidak

melakukan sesuatu.

3) Preskripsi: Menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensi alternatif

kebijakan di masa mendatang.

PELAKU KEBIJAKAN

LINGKUNGAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PUBLIK

Page 74: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

63

4) Deskripsi: Menghasilkan informasi tentang konsekuensi sekarang dan

masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan.

5) Evaluasi: Kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkan masalah.

2.6.2 Hirarki kebijakan publik

Menurut Arifin dan Rahbini (2001), model hirarki kebijakan publik timbul

dan berkembang dari suatu proposisi bahwa perubahan aransemen kelembagaan

sangat berhubungan dengan hakikat, model dan analisis kebijakan publik.

Walaupun terdapat beberapa model kebijakan publik seperti model linier,

melingkar dan sebagainya, model hirarki kebijakan sering dijadikan referensi

dalam analisis ekonomi kelembagaan dan ekonomi politik secara umum. Model

hirarki perumusan kebijakan mengenal tiga tingkatan, yaitu: (1) Tingkatan politis

(kebijakan); (2) Tingkatan organisasi (institusi, aturan main); dan (3) Tingkatan

implementasi (untuk evaluasi, feed-back).

Gambar 5 Model hirarki kebijakan publik

Pada tingkat politis, terdapat lembaga tinggi negara dan atau lembaga

legislatif seperti DPR; sedangkan pada tingkat organisasi ditempati oleh lembaga-

Tingkat PolitisLembaga Tinggi Negara: DPR dan sebagainya

Tingkat OrganisasiLembaga Departemen/Non Departemen

Aransemen Kelembagaan

Aransemen Kelembagaan

Tingkat Operasional(Individu: Petani, Perusahaan, dan sebagainya)

Bentuk dan Pola Interaksi

Hasil Akhir (Outcome)

Evaluasi (Assessment)

Tingkat PolitisLembaga Tinggi Negara: DPR dan sebagainya

Tingkat OrganisasiLembaga Departemen/Non Departemen

Aransemen Kelembagaan

Aransemen Kelembagaan

Tingkat Operasional(Individu: Petani, Perusahaan, dan sebagainya)

Bentuk dan Pola Interaksi

Hasil Akhir (Outcome)

Evaluasi (Assessment)

Page 75: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

64

lembaga departemen dan non-departemen. Individu perorangan, petani, rumah

tangga, dan perusahaan berada pada tingkat operasional atau implementasi

kebijakan publik (Gambar 5).

Tingkat politis dengan tingkat organisasi terikat oleh suatu aransemen

kelembagaan, yang menjabarkan aturan main mengenai bagaimana organisasi-

organisasi bekerja dan beroperasi. Aransemen kelembagaan berikutnya terlihat

menghubungkan antara tingkat organisasi dengan tingkat operasional, yang jelas

juga dipengaruhi oleh aransemen kelembagaan antara tingkat politis dengan

tingkat operasional, yang jelas juga dipengaruhi oleh aransemen kelembagaan

antara tingkat politis dan tingkat organisasi.

Masukan dari bawah (feedback) merupakan kunci suatu perumusan

kebijakan publik. Jika tata krama dan hukum adat masih dominan dalam hal

aturan main tata krama kemasyarkatan, inovasi dan perubahan kelembagaan dapat

juga dilakukan melalui jalur yang semestinya. Perumusan kebijakan tanpa

mengikutsertakan evaluasi (assessment) dan umpan balik dari bawah hanya akan

menimbulkan suatu sistem kekuasaan yang otoriter dan totaliter, sesuatu yang

tidak diinginkan oleh sistem perekonomian. Jika telah terlanjur menjadi

kebijakan, kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan publik oleh pejabat pemerintah

juga harus ada dan harus jelas mekanisme politiknya. Alasannyapun jelas karena

sumber-sumber ekonomi, kekuatan hukum dan politik yang terlibat adalah domain

publik yang harus diawasi.

2.7 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan

di Indonesia

Berdasarkan pengalaman masa lalu dan tantangan yang dihadapi saat ini,

maka diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam penanggulangan

kemiskinan, untuk itu perlu dirumuskan kebijakan penanggulangan kemiskinan

nasional yang komprehensif, terpadu antar kebijakan dan antar pelaku

pemerintahan pusat-daerah bersama-sama dengan masyarakat madani, swasta,

serta kelompok masyarakat lokal.

Dalam rangka mempertajam kebijakan penanggulangan kemiskinan maka

orientasi penanggulangan kemiskinan diarahkan pada : (1) upaya mengkatkan

Page 76: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

65

produktvitas masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan dengan basis

pengembangan ekonomi lokal melalui dukungan pendanaan perbankan dan

lembaga pembiayaan lainnya, dan (2) upaya meringankan beban pengeluaran

miasyarakat miskin dengan peningkatan akses terhadap kebutuhan pendidikan,

kesehatan, jaminan sosial, dan penyediaan infrastruktur sosial ekonomi lokal

melalui intervensi pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Beberapa tujuan dan sasaran yang dilakukan pemerintah dalam rangka

menanggulangi problem kemiskinan di Indonesia adalah :

1) Menciptakan iklim dan lingkungan yang mampu mendorong perluasan

kesempatan bagi masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam

kehidupan ekonomi, sosial, politik, dan budaya dan memperoleh

pelayanan publik yang tidak diskriminatif.

2) Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat miskin dalam

pengambilan kebijakan dan perencanaan publik melalui peningkatan

kualitas sumber daya manusia, dan pemantapan kelembagaan sosial,

ekonomi, dan politik bagi kelompok masyarakat miskin .

3) Meningkatkan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk

peningkatan pendapatan melalui perbaikan kesehatan dan

pendidikan, ketrampilan usaha, permodalan, prasarana, teknologi,

serta informasi pasar.

4) Membangun sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan

Kelompok masyarakat yang terkena bencana alam, dampak negative

krisis ekonomi dan konflik sosial.

5) Mendorong terciptanya kerjasama antara masyarakat, dunia usaha, dan

pemerintah dalam upaya membantu kelompok masyarakat miskin.

6) Mempercepat penurunan kemiskinan absolut serta melindungi

keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan

sementara akibat dampak negatif krisis ekonomi, bencana alam dan

konflik sosial.

7) Menurunkan jumlah penduduk miskin dari sekitar 18,95% (atau

sekitar 37,8 juta jiwa) di tahun 2000 menjadi sekitar 14,01 % (atau

sekitar 26,8 juta jiwa) di awal tahun 2004.

Page 77: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

66

Hal tersebut dengan mempertimbangkan upaya penanggulangan

kemiskinan adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin dalam jangka panjang,

yaitu pada període tahun 2001- 2015, yang terkait dengan sasaran pïnanggulangan

kemiskinan secara internasional untuk mempercepat pengurangan jumlah

penduduk miskin secara absolute sebesar 50% dari angka kemiskinan tahun 1999.

Tingkat sasaran tersebut menunjukkan angka yang relatif tidak jauh

berbeda dengan target penurunan jumlah penduduk miskin yang tertuang dalam

Propenas 2000, dimana sasaran yang akan dicapai dalam lima tahun (2000-2004)

adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin absolut sebesar 4 % dari tingkat

kemiskinan tahun 1999. Dengan penurunan tersebut, jumlah penduduk miskin

pada tahun 2004 beikurang menjadi 28,86 juta jiwa. Target tersebut didasarkan

pada asumsi-asumsi sebagai berikut: (1) Penurunan jumlah pengangguran secara

bertahap dari 6,03 (6,4% dari seluruh angkatan kerja) sehingga mencapai 4,7%

pada tahun 2004, (2) Pertumbuhan ekonorm nasional rata-rata 4-5% pada tahun

2001, 5-6% tahun 2002, 5-6% tahun 2003, dan 6-7% tahun 2004, (3) Laju inflasi

rata-rata 6-8% pada tahun 2001, 5-7% tahun 2002, 4-6% tahun 2003, dan 3-5%

tahun 2004, dan (4) Adanya kemampuan pembiayaan pemerintah, pemerintah

daerah dan dukungan dari swasta dan donor.

Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusional bagi

pencapaian tujuan nasional yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang

1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

Penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan mandat Undang-undang

Dasar 1945 yang tertuang dalam beberapa pasal terutama pasal 17 ayat 2 yang

berbunyi "Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan", pasal 31 ayat 1 yang berbunyi "tiap- tiap warga negara berhak

mendapat pengajaran", dan pasal 34 : "Fakir miskin dan anak-anak, terlantar

dipelihara oleh negara".

Page 78: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

67

Dalam kerangka pelaksanaan strategi maka kebijakan penanggulangan

kemiskinan meliputi :

1. Kebijakan perluasan kesempatan (promotíng opportunity) berkaitan dengan

penciptaan iklim dan lingkungan yang kondusif dalam rangka penanggulangan

kemiskinan. Kebijakan tersebut meliputi:

1) peningkatan alokasi fískal untuk penanggulangan kemiskinan,

2) menciptakan sistem pajak dan subsidi yang adil,

3) merangsang investasi untuk daerah-daerah miskin,

4) peningkatan stabilitas moneter terutama yang berkaitan dengan

pengendalian harga-harga kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh

masyarakat kurang mampu.

5) peningkatan kinerja pelayanan publik;

6) kebijakan peningkatan praktek pemerintahan yang baik dalam

pengelolaan kebijakan penanggulangan kemiskinan;

7) peningkatan tanggung jawab pemerintah daerah dalam

penanggulangan kemiskinan;

2. Kebijakan pemberdayaan masyarakat (community empowerment) berkaitan

dengan upaya penguatan masyarakat beserta organisasi dan kelembagaannya

untuk mampu mengakses dan terlibat dalam pengambilan kebijakan dan

perencanaan publik. Kebijakan tersebut meliputi :

1) Pendampingan manajemen dan informasi kepada lembaga ekonomi-sosial

masyarakat miskin;

2) Pengembangan forum lintas pelaku dalam komumkasi dan konsultasi baik

antara pemerintah dan lembaga masyarakat, maupun antar lembaga

masyarakat dalam kegiatan pengambilan keputusan publik;

3) Penguatan legalitas bagi penyusunan acuran masyarakat lokal dalam

rangka otonomi daerah;

4) Penguatan akses terhadap kebutuhan dasar: pendidikan, kesehatan,

perumahan, serta prasarana transportasi dan komunikasi;

5) Peningkatan kapasitas lembäga dan organisasi masyarakat lokal dalam

pengembangan demokrasi, partisipasi, dan resolusi konflik dalam rangka

pemantapan ketahanan sosial masyarakat;

Page 79: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

68

6) Penguatan akses dan kemampuan finansial, kemampuan organisasi

modern, dan intenalisasl budaya industri dalam proses industrialisasi

dan pengembangan bisnis;

7) Pembangunan akses kepada pasar tenaga kerja yang lebih adil, baik antara

tenaga kerja formal, informal maupun antara tenaga kerja laki-laki dan

perempuan,

8) Pengembangan jaringan kerjasama antar organisasi masyarakat,

pemerintah, dan swasta dalam rangka peningkatan pemasaran produk,

penguatan posisi politis, kedudukan sosial dan etika berdemokrasi.

Kebijakan pemberdayaan masyarakat (community empowerment) ditujukan

untuk:

1) Adanya peningkatan kemampuan manajemen dan akses informasi

kepada lembaga ekonomi-sosial masyarakat miskin;

2) Adanya forum lintas pelaku dalam komunikasi dan konsultasi baik

antara pemerintah dan lembaga masyarakat, maupun antar lembaga

masyarakat dalam kegiatan pengambilan keputusan publik; Adanya

penguatan legalitas bagi penyusunan aturan masyarakat lokal dalam

rangka otonomi daerah;

3) Semakin menguatkan akses terhadap kebutuhan dasar: pendidikan,

kesehatan, perumahan, serta prasarana transportasi dan komumkasi

4) Meningkatkan kapasitas lembaga dan organisasi masyarakat lokal dalam

pengembangan demokrasi, partisi pasi, dan resolusi konflik dalam

rangka pemantapan ketahanan sosial masyarakat;

5) Menguatnya akses dan kemampuan finansial, kemampuan organisasi

modemi, dan intemialisasi budaya industri dalam proses industrialisasi

dan pengembangtín bisnis; Terbangunnya akses kepada pasar tenaga

kerja yang lebih adil, baik antara tenaga kerja formal, informal maupun

antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan, Berkembangnya jaringan

kerjzsama antar organisasi masyarakat, pemerintah, dan swasta dalam

rangka peningkatan pemasaran produk, penguatan posi si politis,

kedudukan sosial dan etika berdemokrasi.

Page 80: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

69

3. Kebijakan peningkatan kemampuan (capacity building) berkaitan dengan

upaya peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk

meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan

pendidikan,peningkatan ketrampilan usaha, ketrampilan usaha, permodalan,

prasarana, teknologi, serta informasi pasar. Kebijakan tersebut meliputi :

1) Peningkatan penyediaan dan pelayanan kebutuhan dasar yang langsung

pada masyarakat miskin, terutama pangan, pendidlkan, kesehatan, air bersih

dan prasarana dan sarana dasar lainnya.

2) Pemberian potongan harga atau subsidi dalam berbagai pelayanan sosial

dasar secara ädil dan merata.

3) Penyediaan bantuan prasarana dan sarana sosial ekonomi yang menunjang

kegiatan ekonomi produktíf masyarakat miskin.

4) Penyediaan pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan kemampuan

serta pengembangan usaha bagi masyarakat miskin serta usaha mikro dan

kecil.

5) Kebijakan perbankan untuk peningkatan akses kredit dengan bunga

terjangkau bagi penduduk miskin, usaha mikro, usaha kecil dan menengah.

6) Perbaikan akses dan regulasi yang mendukung kegiatan usaha mikro, kecïl

dan menengah, terutama di pemerintah daerah.

7) Pengembangan kelembagaan keuangan mikro dan perbankan yang mudah

diakses oleh usaha mikro, kecil, dan menengah.

8) Meningkatkan kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah melalui

peningkatan skill, modal, teknologi, informasi, dan legal.

9) Pendampingan terhadap keluarga dan kelompok masyarakat miskin dalam

pengembangan usaha dan kebiasaan hidup produktif.

4. Kebijakan peningkatan kemampuan (capacity building):

1) Adanya potongan harga atau subsidi dalam berbagai pelayanan sosial

dasar secara adil dan merata.

2) Terbangunnya prasarana dan sarana sosial ekonomi yang menunjang

kegiatan ekonomi produktif masyarakat miskin.

3) Meningkatnya kemampuan serta pengembangan usaha bagi masyarakat

miskin serta usaha mikro dan kecil.

Page 81: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

70

4) Adanya aksés perbankan untuk kredit dengan bunga terjangkau bagi

penduduk miskin, usaha mikro, usaha kecil dan menengah

5) Adanya akses dan regulasi yang mendukung kegiatan usaha mikro, kecil

dan menengah, terutama di pemerintah daerah.

6) Berkembangnya kelembagaan keuangan mikro dan perbankan yang

mudah diakses oleh usaha mikro, kecil, dan menengah.

7) Meningkatnya kapasitas usaha mikro, kecil, dan menengah melalui

peningkatan skill, modal, teknologi, informasi, dan legal.

8) Berkembangnya usaha keluarga dan kelompok masyarakat miskin dan

kebiasaan hidup produktif.

9) Berkembangnya jaringan produksi dan pemasaran antar usaha mikro,

kecil, dan menengah bersama-sama dengan pemerintah dan organisasi non

pemerintah atas dasar local resources based dan demand dríven.

2.7.1 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP)

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) merupakan

salah satu program Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang dilaksanakan

oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Direktorat Jenderal Kelautan,

Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan

Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan pertisipasi masyarakat dan

kegiatan usaha ekonomi lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan

berkelanjutab, sehingga dapat mendorong dinamika pembangunan sosial ekonomi

di kawasan pesisir. Program PEMP dilaksanakan sejak tahun 2001 dan akan

berakhir pada tahun 2009. Secara garis besar, periode pelaksanaan Program

PEMP dapat dikelompokkan dalam 3 tahap, yaitu : (1) tahap inisiasi program

(2001-2003), (2) tahap institusionalisasi program (2004-2006) dan (3) tahap

diversifikasi program (2007-2009).

Program PEMP bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

pesisir melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan didasarkan pada

karakteristik masyarakat pesisir sehingga masyarakat merasa memiliki dan

membutuhkan program ini.

Page 82: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

71

Kesejahteraan tidak hanya meliputi aspek ekonomi (lapangan kerja dan

pendapatan) tetapi juga meliputi aspek sosial (pendidikan, kesehatan, dan agama),

lingkungan sumberdaya perikanan dan laut serta permukiman dan infrastruktur.

Pengembangan aspek ekonomi penting untuk mengembangkan lapangan kerja dan

berusaha serta meningkatkan pendapatan. Aspek social penting untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi, iman dan takwa serta sikap dan perilaku. Aspek

lingkungan penting untuk pelestarian sumberdaya pesisir dan laut, serta perbaikan

permukiman. Aspek infrastruktur dibutuhkan untuk memperlancar mobilitas

pelaksanaan kegiatan ekonomi dan social. Keempat aspek tersebut (ekonomi,

social, lingkungan, dan infrastruktur) harus ditunjang oleh kelembagaan social

ekonomi yang kuat dan dikembangkan secara seimbang agar kesejahteraan dapat

ditingkatkan secara optimal.

Keberhasilan dalam peningkatan kesejahteraan (ekonomi) akan

dipengaruhi oleh kegiatan usaha yang bisa dikembangkan dan permodalan yang

dapat disediakan serta kondisi pasar yang mendukungnya. Kegiatan usaha itu

sendiri keberhasilannya akan dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya laut dan

pesisir yang ada, teknologi yang tersedia seta kualitas sumberdaya manusia yang

akan mengelolanya. Kualitas sumberdaya manusia yang dicirikan oleh perilaku,

iman dan takwa, serta wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi, kondisinya

sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tingkat pendidikan, kesehatan, dan agama

serta adat dan budaya. Hal tersebut penting untuk diperhatikan dan dikembangkan

dalam ranka pengembangan ekonomi yang meliputi manajemen usaha, kemitraan

dan kelembagaan yang dikelolanya.

Dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan

pengembangan ekonomi, peran pemerintah masih sangat diperlukan terutama

dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung, termasuk di dalamnya

kebijakan pemerintah, akses permodalan, pasar, dan tata ruang kawasan pesisir.

Pengembangan kegiatan usaha yang memanfaatkan sumberdaya pesisir

dan laut memerlukan perencanaan yang matang agar dalam pelaksanaannya tidak

menyebabkan kerusakan sumberdaya yang bersangkutan. Oleh karena itu,

kegiatan tersebut harus dimulai dengan identifikasi potensi dan permasalahan

Page 83: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

72

wilayah pesisir dan laut yang disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan, dan

kemampuan masyarakat serta kebijakan pemerintah dan infrastruktur yang

mendukungnya.

Keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pesisir harus didukung

oleh kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pada potensi sumberdaya local

dengan memprioritaskan partisipasi masyarakat setempat dan memperhatikan

skala dan tingkat kelayakan ekonomi. Pengembangan organisasi dan kelembagaan

social ekonomi masyarakat yang berbasis pada budaya local perlu dilakukan

untuk mendukung aktivitas social dan ekonomi yang akan dikembangkan. Hal ini

penting terutama untuk membantu mengantisipasi dan menyelesaikan konflik

social yang terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut.

Upaya pencapaian keberhasilan program PEMP ini diawali dengan

sosialisasi program pada semua pihak terkait yang meliputi dinas teknis,

masyarakat sasaran program, tokoh masyarakat, dan para pemangku kepentingan

lainnya guna mendapatkan respon dan masukan untuk menyempurnakan program

yang telah disusun. Pada kondisi sosial (tingkat pendidikan, mental, perilaku)

masyarakat pesisir yang belum optimal, agar program dapat berjalan dengan baik

dan berkesinambungan, maka sangat diperlukan tenaga pendamping professional.

Pemantauan dan evaluasi harus dilakukan agar program dapat berjalan sesuai

dengan harapan.

Evaluasi kerja PEMP dilakukan dari tahun ketahun dilakukan secara

berkesinambungan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1) Mengetahui status keberhasilan kinerja pelaksanaan Program PEMP

secara nasional

2) Mengetahui status keberhasilan kinerja dan capaian-capaian pelaksanaan

Program PEMP di sejumlah lokasi

3) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status kinerja Program

PEMP

4) mendapatkan berbagai data dan informasi yang akurat, obyektif sebagai

basisi untuk melakukan perumusan umpan balik dan perbaikan kinerja

Program PEMP pada masa yang akan datang.

Page 84: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

73

2.7.2 Komite penanggulangan kemiskinan

Sebagai upaya Pemerintah dalam mempercepat pengurangan jumlah

penduduk miskin di Indonesia, pada tanggal 7 Desember 2001, pemerintah

mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 124 Tahun 2001 tentang

Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) yang disempurnakan lagi dengan

Keppres No. 8 dan No. 34 Tahun 2002 untuk memperlancar tugas dan fungsi

KPK tersebut. Komite ini berada di bawah dan bertanggungjawab langsung

kepada Presiden (Sumodiningrat, 2003). Strategi pemberdayaan masyarakat KPK

adalah meningkatkan produktivitas masyarakat miskin untuk meningkatkan

pendapatannya dan mengurangi beban pengeluaran konsumsi kelompok miskin.

Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pengembangan dan pemberdayaan

usaha masyarakat terutama UMKM yang meliputi penajaman program, pendanaan

dan pendampingan. Pendampingan adalah kegiatan untuk meningkatkan kapasitas

sumberdaya masyarakat dan kelembagaannya sebagai pemanfaat program, agar

pendanaan yang disalurkan dapat terserap dan termanfaatkan dengan baik.

Sedangkan pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin dilakukan melalui

penajaman alokasi APBN, yaitu melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

dengan melakukan tiga pemberdayaan, yaitu pada usahanya berupa bantuan

permodalan dan pendampingan, pada manusianya yaitu berkaitan dengan

pendidikan, pelatihan dan peningkatan kesehatan; dan sarana-

prasarananya/lingkungannya yang mendukung usaha atau kegiatan produktif

masyarakat miskin. Selain itu penajaman APBN juga dilakukan melalui Bantuan

Operasional Pembangunan (BOP) kepada departemen/LPND/instansi terkait

untuk melakukan pembinaan teknis terhadap lembaga-lembaga di Tingkat Daerah,

Pembinaan teknis yang diterapkan meliputi pembinaan kepada manusianya,

usahanya, kelembagaannya, monitoring evaluasi dan pengendaliannya.

Hambatan-hambatan yang perlu mendapat perhatian dalam pemberdayaan

UMKM di antaranya adalah keterbatasan sumberdaya finansial, badan hukum dan

manajemen yang konvensional, sehingga sektor ini sulit tersentuh oleh pelayanan

lembaga keuangan formal (bank). Upaya pemerintah untuk membantu UMKM

misalnya dengan menghubungkan dengan pengusaha besar untuk bermitra belum

Page 85: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

74

cukup efektif mengatasi masalah mengingat jumlahnya yang banyak dan tersebar

di seluruh Indonesia.

Untuk mengatasi hambatan ini, pendekatan yang perlu dilakukan adalah

penyediaan jasa keuangan mikro (micro finance). Selama ini Lembaga Keuangan

Mikro (LKM) merupakan lembaga yang mampu memenuhi kebutuhan modal

karena mampu menyesuaikan dengan karakteristik UMKM yang cenderung

dianggap tidak bankable oleh sektor perbankan komersial. LKM mampu

memberikan pelayanan kredit dalam skala besar tanpa jaminan, tanpa aturan yang

ketat, dan dengan cara itu pula mampu untuk menutup seluruh biaya yang mereka

keluarkan. Selain itu LKM dapat juga menjadi perpanjangan tangan dari lembaga

keuangan formal, sebelum dana untuk pelayanan keuangan mikro itu tersalur

kepada kelompok swadaya masyarakat (atau usaha mikro tersebut).

Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sendiri memuat 3 (tiga)

elemen kunci (versi dari Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia). Pertama,

menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan yang relevan dengan kebutuhan

riil masyarakat yang dilayani. Kedua, melayani kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah (masyarakat miskin menjadi pihak beneficiaries utama).

Ketiga, menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel,

agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan

pelayanan.

Berbagai fenomena di atas menyebabkan LKM menjadi pilihan alternatif

bagi masyarakat bawah karena memang mempunyai karakteristik yang

“merakyat”. Yaitu sesuai dengan ritme kehidupan sehari-hari dan menggunakan

prosedur yang sederhana, tidak sarat aturan dan cepat. Jadi adalah tepat dan wajar

apabila untuk masa sekarang LKM mendapatkan perhatian yang serius dalam

rangka pemulihan ekonomi karena LKM mendukung sustainability dan

pengembangan UMKM yang telah terbukti mampu menjadi pilar dasar

perekonomian Indonesia.

Dalam rangka perkuatan perekonomian nasional, penyediaan jasa

keuangan mikro diharapkan mampu mencakup dua sisi yang terkait dengan

penanggulangan kemiskinan, yaitu mampu untuk melayani kebutuhan nasabahnya

(baca: masyarakat miskin) dan pada sisi lain mampu untuk mengembangkan

Page 86: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

75

dirinya sebagai lembaga keuangan mikro yang bonafid. Kemampuan untuk

melayani nasabah menuntut juga kemampuan si nasabah untuk dapat mengelola

keuangan agar dapat dioptimalkan demi pengembangan skala usahanya.

Selama ini keengganan dari pihak perbankan bank komersial dalam

menyalurkan kreditnya kepada usaha kecil karena adanya anggapan bahwa

kelompok atau individu yang mempunyai predikat sebagai masyarakat miskin

sangatlah tidak bankable di mata perbankan. Hal itu dikarenakan pihak perbankan

memandang, bahwa pelayanan terhadap masyarakat miskin akan menyebabkan

biaya tinggi dan penuh resiko. Tingginya biaya disebabkan oleh skala kredit yang

terlalu kecil untuk bank komersial, tidak mampu memberikan agunan, pendapatan

yang menjadi jaminan pengembalian juga rendah, dan kenyataan bahwa jarak

lembaga keuangan dengan mereka sedemikian jauh. Pihak perbankan cenderung

untuk melayani golongan ekonomi atas, karena golongan ini dipandang lebih

prospektif, lebih dekat, dan lebih mudah.

Oleh karena itu keberadaan lembaga keuangan mikro diharapkan mampu

untuk mencakup dua profile, antara institusi sosial yang berpihak kepada

masyarakat miskin tanpa memandang bankable atau tidak, dan institusi komersial

yang memperhatikan efisiensi serta efektivitas dalam penyaluran dana

keuangannya. Meski berperan sebagai institusi sosial, tetapi LKM dapat menjadi

institusi komersial melalui cara minimasi biaya transaksi, dan peran dari

kelompok swadaya masyarakat (KSM) dalam mengkoordinir anggotanya. Karena

kedekatan dengan pihak nasabah dan fleksibilitas aturan, maka biaya-biaya dapat

berkurang. Kemudian peran dari KSM—organisasi yang terdiri dari orang-orang

sesuai strata ekonominya yang diharapkan mampu menekan anggotanya dalam

mengamankan kreditnya, atau mensubstitusi collateral.

Mekanisme penyaluran itu membutuhkan keberadaan seorang

pendamping. Pendamping merupakan faktor kunci agar receiving mechanism

berjalan. Pendamping memberi bantuan dan fasilitas non keuangan untuk sektor

mikro seperti memfasilitasi adanya penyusunan rencana usaha, pencatatan dan

pembukuan keuangan kelompok, serta pemupukan modal. Agar proses

pendampingan berkelanjutan, maka diperlukan biaya pendampingan. Biaya itu

dapat diambilkan dari beberapa alternatif, misalnya dari pengembalian kredit yang

Page 87: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

76

berasal dari kegiatan LKM itu sendiri, atau berasal dari sisa laba BUMN yang

merupakan hasil kerjasama dengan pemerintah.

Dengan terbitnya kebijakan Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah,

khususnya Kabupaten/Kota lebih mempunyai ruang yang luas untuk mengelola

rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi dan aspirasi masyarakatnya.

Seiring dengan hal ini, penanggulangan kemiskinan juga harus dilakukan pada

tingkat daerah terkecil, namun fungsi dasar pemerintah daerah tetap sebagai

fasilitator, regulator, serta motivator. Artinya pemerintah daerah mempunyai

peran yang sangat sentral karena lebih mengerti dan memahami potensi,

tantangan, kekuatan dan kelemahan daerah masing-masing. Pelibatan unsur-unsur

lain di luar daerah juga tetap menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi karena

apabila pemerintah daerah mengabaikan hal ini, maka kegagalan pembangunan

Indonesia selama masa orde lama dan baru akan terulang kembali.

Terkait dengan KPK Daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan

khususnya untuk masyarakat miskin produktif, maka pemberdayaan dan

pengembangan UMKM menjadi prioritas utama. Konsekuensinya pemberdayaan

dan pengembangan LKM sesuai dengan aspek lokalitas dan karakteristik UMKM

menjadi salah satu syarat dasar. Pertanyaannya, bagaimana keterkaitan di antara

keduanya? LKM di tingkat daerah dengan segala fleksibilitasnya dalam

menyalurkan kredit mikro untuk sektor UMKM daerah dapat dijadikan mitra bagi

perbankan umum yang menganut prinsip kehati-hatian, untuk menjangkau sektor

UMKM yang selama ini dianggap tidak bankable.

Kemitraan kerja ini dapat melalui dua saluran. Pertama, LKM bertindak

hanya sebagai penyalur dan pendamping bagi pengusaha UMKM yang mendapat

kucuran kredit dari perbankan. Fungsi executing tetap dipegang oleh perbankan.

Kedua, LKM berfungsi sebagai penyalur dan pemutus kredit (kredit), dan bank

bertindak sebagai pengucur kredit (perbankan mengucurkan kredit kepada LKM

untuk kemudian disalurkan kepada sektor UMKM).

Pengembangan kemitraan kerja ini, harus didukung oleh unsur-unsur

daerah yang lain, seperti dunia usaha dalam bentuk penciptaan kemitraan di

bidang produksi, manajemen dan pemasaran, lembaga litbang dan perguruan

tinggi sebagai pemantau, evaluasi dan penyempurnaan suatu kebijakan, serta

Page 88: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

77

pemerintah daerah dalam bentuk penciptaan kondisi makro dan mikro di tingkat

daerah yang menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan usaha.

Sementara itu, peran pendampingan juga LKM dapat dijalankan oleh LSM.

2.7.3 Program-program lainnya

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, pemerintah juga telah dan

sedang melaksanakan sekitar 15 (lima belas) program penanggulangan

kemiskinan, termasuk program jaring pengaman sosial (JPS), yakni: Program

Inpres Desa Tertinggal (IDT); Program Pengembangan Kecamatan (PPK);

Program Kredit Pendayagunaan Teknologi Tepat Guna dalam rangka Pengentasan

Kemiskinan (KP-TTG-Taskin); Program Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam

(UED-SP); Program Kredit Usaha Tani (KUT); Pogram Makanan Tambahan

Anak Sekolah (PMT-AS); Program Operasi Pasar Khusus Beras (OPK-Beras);

Program Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi

(PDM-DKE); Program Beasiswa dan Dana Biaya Operasional Pendidikan Dasar

dan Menengah (JPS-Bidang Pendidikan); Program JPS-Bidang Kesehatan;

Program Padat Karya Perkotaan (PKP); Program Prakarsa Khusus Penganggur

Perempuan (PKPP); Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Pembangunan

Prasarana Subsidi Bahan Bakar Minyak (PPM-Prasarana Subsidi BBM); Program

Dana Bergulir Subsidi Bahan Bakar Minyak untuk UKM; Program Dana Tunai

Subsidi Bahan Bakar Minyak (Hendriwan, 2003).

2.8 Penelitian Terdahulu

Melengkapi kajian terhadap berbagai aspek yang berpengaruh dalam

peningkatan kesejahteraan nelayan, khususnya di wilayah kepulauan seribu,

penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu yang mengambil

locus di wilayah Kepulauan Seribu. Beberapa disertasi yang menjadi referensi

dalam penelitian ini diantaranya adalah Model Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil

(Studi Kasus di Gugus P. Pari Kepulauan Seribu), Keberlanjutan Pembangunan

Pulau-pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari,

Kepulauan Seribu, DKI Jakarta dan Model Pembangunan Kabupaten Administrasi

Kepulauan Seribu Berbasis Industri Perikanan. Pembahasan dan hasil analisis dari

ketiga penelitian tersebut ditunjukkan pada Tabel 8.

Page 89: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

78

Tabel 8 Hasil analisis penelitian sebelumnya

Penelitian

Sebelumnya

Hasil yang Diperoleh dari

Penelitian Sebelumnya

(Penelitian Pertama ) Model Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)

1 Tidak terdapat parameter/variabel yang dominan berpengaruh terhadap

penurunan kualitas perairan di gugus P. Pari, jika dibandingkan dengan

persyaratan kualitas air laut untuk budidaya menurut SK No. Kep-

02/MENKLH/I/88.

2 Model pariwisata pantai di gugus P. Pari masih pada tahap sesuai,

sedangkan untuk pariwisata bahari tidak sesuai lagi.

3 Model budidaya laut menyatakan bahwa rumput laut tidak lagi menjadi

komoditas utama untuk semua gobah. Ikan kerapu dan teripang sebagai

alternatif komoditas utama untuk dibudidayakan di gobah gugus P. Pari.

4 Model perikanan tangkap (TKP) di perairan gugus P. Pari yang dihitung

dengan metode CYP adalah: Ln (Ut + 1) = 1,34890 + 0,44315 ln(Ut) –

0,00656 (Et + Et + 1). Analisis dinamik memperoleh titik keseimbangan

terdapat pada tingkat hasil tangkapan kurang dari 200 ton, dan tingkat

hari kerja operasi sebanyak 30.000 hari, dengan trayektori ke arah

keseimbangan dicapai pada waktu kurang lebih 50 tahun.

5 Kegiatan pariwisata yang sesuai, baik di P. Burung maupun di P. Kongsi

adalah pariwisata pantai dengan penetapan wilayah perairan 100 m

tegak lurus dari garis pantai kedua pulau tersebut, sehingga tidak

mengganggu kegiatan budidaya.

6 Kegiatan budidaya teripang diarahkan untuk diadakan di gobah Soa

Besar dan gobah Buntu, sedangkan budidaya ikan Kerapu di gobah

Kuanji dan gobah Kurungan. Untuk gobah yang lain tergantung pilihan

apakah budidaya teripang atau ikan kerapu.

7 Kegiatan penangkapan ikan diarahkan untuk dilakukan di perairan luar

tubir dengan ikan Pelagis sebagai tujuan penangkapan.

8 Formula alternatif skenario kebijakan pemanfaatan gugus P. Pari yang

digambarkan oleh alokasi tenaga kerja dengan manfaat ekonomi

maksimum adalah skenario II, yaitu: U = h10,3 h2

0,6 h30,1, dengan

pendapatan Rp 845.000,00 per tenaga kerja per bulan.

Page 90: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

79

Penelitian

Sebelumnya

Hasil yang Diperoleh dari

Penelitian Sebelumnya

(Penelitian kedua) Keberlanjutan Pembangunan Pulau-pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

1 Indeks keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil (IBPK) di

Kelurahan P. Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta lebih tinggi

dibandingkan dengan IBPK di Kelurahan P. Pari Kecamatan Kepulauan

Seribu Utara.

2 Berdasarkan penilaian terhadap 5 (lima) aspek (dimensi) keberlanjutan

pembangunan pulau-pulau kecil di dalam disertasi ini, yaitu: aspek

ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, serta hukum dan kelembagaan,

maka aspek ekonomi merupakan aspek pembangunan yang paling

rendah IBPK-nya, baik di Kelurahan P. Panggang maupun di Kelurahan

P. Pari. Aspek ekonomi ini masih berada pada kategori keberlanjutan

“kurang” karena indeksnya berada pada selang 25 – 50.

3 Dari 61 atribut (variabel) yang digunakan sebagai dasar penilaian,

terdapat 2 (dua) atribut yang tidak sensitif berkontribusi terhadap hasil

akhir perhitungan IBPK, yaitu atribut besarnya pengaruh daerah sekitar

(atribut pada dimensi sosial) dan atribut metode budidaya laut yang

tidak ramah lingkungan (atribut pada dimensi teknologi); Atribut ini

untuk selanjutnya dapat dihilangkan.

4 Di dalam dimensi ekologi terdapat 4 (empat) atribut yang paling sensitif

terhadap IBPK, yaitu pencemaran perairan, pembuangan limbah di dasar

perairan, penutupan terumbu karang hidup, dan kondisi pemanfaatan air

tanah. Dari 4 atribut tersebut yang perlu diperbaiki kondisinya adalah

penutupan terumbu karang hidup, sedangkan 3 atribut lainnya masih

dalam kondisi baik sehingga harus dapat dipertahankan.

5 Di dalam dimensi ekonomi juga terdapat 4 (empat) atribut yang paling

sensitif, yaitu transfer keuntungan, kontribusi terhadap GDP,

penghasilan relatif terhadap UMR, dan besarnya pasar. Dari 4 atribut

tersebut hanya atribut kontribusi terhadap GDP yang masih dalam

kondisi baik dan perlu dipertahankan. Tiga atribut yang lainnya perlu

diperbaiki kondisinya untuk dapat meningkatkan indeks dan status

keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil di 2 (dua) kelurahan yang

diteliti.

6 Di dalam dimensi sosial terdapat 5 (lima) atribut yang relatif paling

sensitif dibandingkan dengan atribut lainnya, yaitu partisipasi keluarga

Page 91: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

80

dalam pemanfaatan sumberdaya alam, tingkat pendidikan, frekuensi

penyuluhan dan pelatihan, frekuensi pertemuan warga, dan frekuensi

konflik. Tiga atribut yang terakhir masih dalam kondisi yang baik

sehingga perlu dipertahankan, sedangkan 2 (dua) atribut yang pertama

perlu perbaikan karena kondisi keberlanjutannya masih kurang.

7 Di dalam dimensi teknologi terdapat 3 (tiga) atribut yang paling sensitif,

yaitu penggunaan alat bantu penangkapan ikan, selektivitas alat tangkap,

dan jenis alat penangkapan ikan. Dari 3 (tiga) atribut ini yang masih

perlu diperbaiki adalah atribut penggunaan alat bantu penangkapan ikan,

sedangkan 2 (dua) atribut yang lainnya masih dalam kondisi baik

ditinjau dari kriteria keberlanjutannya.

8 Di dalam dimensi hukum dan kelembagaan terdapat 4 (empat) atribut

yang relatif paling sensitif, yaitu adanya tokoh panutan yang disegani

masyarakat, ketersediaan aturan adat dan kepercayaan yang berkaitan

dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, ada tidaknya

aturan “limited entry”, dan ketersediaan personil penegak hukum di

lokasi. Dari 4 (empat) atribut di atas, 2 (dua) atribut yang pertama

kondisinya masih baik dan perlu dipertahankan, sedangkan 2 (dua)

atribut yang terakhir masih perlu diperbaiki. Atribut ketersediaan

personil penegak hukum di lokasi yang masih perlu diperbaiki adalah di

Kelurahan P. Pari, sedangkan di Kelurahan P. Panggang kondisinya

masih baik.

9 Disertasi ini juga menyimpulkan bahwa metode “Rapsmile” (Rapid

Appraisal of Small Island Development) cukup baik digunakan sebagai

alat untuk menilai status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil.

Metode ini dapat mencakup jumlah variabel (atribut) yang besar,

sehingga bersifat holistik tetapi cukup mudah penilaiannya karena

dinilai berdasarkan skor peringkat (ordinal). Metode ini juga dapat

menilai atribut yang tidak sensitif di dalam penilaian, sehingga pada

akhirnya akan ditemukan atribuf-atribut yang cukup sensitif saja yang

digunakan di dalam penilaian status keberlanjutan pulau-pulau kecil.

10 Kajian terhadap model ekonomi-ekologis yang dilakukan di dalam

disertasi ini menyimpulkan bahwa itu sudah kondisi ekonomi dan

ekologis di Kepulauan Seribu saat ini dalam kondisi tidak seimbang.

Jumlah ternaga kerja (dalam satuan orang-hari) terlalu besar, sehingga

harus dikurangi hingga sekitar Rp 250.000,00 – Rp 300.000,00

orang/hari. Rasio biaya per tenaga kerja terhadap harga jual per satuan

Page 92: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

81

produksi ikan (rasio c/p) masih terlalu besar dibandingkan dengan

besarnya stok ikan dan jumlah tenaga kerja yang ada saat ini.

11 Berdasarkan hasil analisis Rapsmile dan analisis model ekonomis-

ekologis tersebut di atas, maka disimpulkan bahwa pembangunan pulau

pulau kecil di Kelurahan P. Panggang dan P. Pari Kepulauan Seribu

belum berkelanjutan.

(Penelitian

ketiga) Model

Pembangunan

Kabupaten

Administrasi

Kep.Seribu

Berbasis

Industri

Perikanan

1 Dalam model optimal pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu berbasis industri perikanan, ditemukan bahwa dominansi indikator

lingkungan industri berpengaruh terhadap keberadaan lingkup usaha

perikanan (LUP), implementasi kewenangan bagi pemerintah (KBP), dan

implementasi kewenangan bagi pemerintah daerah otonom (KBO).

Dalam hubungan antarvariabel, dapat dibuktikan bahwa tujuan

pembangunan perikanan (TPP) merupakan variabel bebas yang

berinteraksi secara signifikan dengan kewenangan bagi pemerintah (KBP)

dan kegiatan perikanan tangkap (TKP). Hal ini menjadi titik balik

(turning point) bagi paradigma pembangunan perikanan di Indonesia.

2 Dalam pencapaian tujuan pembangunan perikanan (TPP), ditemukan

bahwa mau tidak mau pemerintah maupun pemerintah Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu harus mempersiapkan dengan matang

aplikasi model pembangunan pada tataran administratif, teknis, dan

operasional sebelum mengimplementasikan diversifikasi

kebijakan/regulasi yang mengatur secara tegas jenis-jenis kegiatan

tertentu untuk diberlakukan pada wilayah-wilayah yang memiliki

spesifikasi dan karakteristik tertentu. Selain itu, dalam kerangka umum

pembangunan wilayah kepulauan, kehadiran stimulus fiskal bagi

pengembangan industri perikanan (terutama perikanan budidaya) menjadi

salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan perikanan.

3 Secara khusus, model optimal bagi pembangunan Kab. Administrasi

Kepulauan Seribu berbasis industri perikanan menghendaki status

variabel tujuan pembangunan perikanan menjadi variabel bebas dalam

interaksinya dengan kewenangan bagi pemerintah (KBP) dan kegiatan

perikanan tangkap (TKP). Implikasinya adalah apabila pemerintah

maupun pemerintah daerah yang selama ini sudah terbiasa dengan pola

kerja top-down, maka untuk mengejar ketertinggalan pembangunan

sektor perikanan di wilayah-wilayah kepulauan harus melakukannya

dengan cara bottom-up.

Page 93: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

82

4 Kegiatan perikanan budidaya (BDY) hingga saat ini belum memberikan

kontribusi signifikan bagi tujuan pembangunan perikanan (TPP) dalam

pembangunan perikanan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

yang memiliki karakteristik dan spesifikasi wilayah kepulauan. Keadaan

ini terjadi karena pemerintah maupun pemerintah daerah belum memberi

insentif yang proporsional sebagai stimulus bagi masyarakat pesisir dan

nelayan untuk mengembangkan kegiatan perikanan budidaya (BDY).

5 Dari 8 (delapan) indikator tujuan pembangunan perikanan yang

membentuk model optimal pembangunan berbasis industri perikanan di

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, ternyata secara realistik

hanya terdapat 5 (lima) indikator yang berinteraksi dalam pencapaian

tujuan pembangunan perikanan (TPP), yaitu:

- Daya saing industri berbasis perikanan;

- Pertumbuhan industri berbasis perikanan;

- Dukungan ekologi industri berbasis perikanan;

- Dukungan sosial industri berbasis perikanan; dan

- Faktor eksternalitas pembangunan industri berbasis perikanan.

Sumber: Saksono (2008), Penulis (2009)

Disadari bahwa terdapat banyak penelitian tentang Kepulauan Seribu baik

sebagai obyek maupun locus studi. Mencermati keadaan ini, diperlukan

spesifikasi ruang lingkup bidang penelitian untuk lebih menonjolkan karakteristik

dan kekuatan penelitian ini. Langkah yang ditempuh adalah melakukan komparasi

terhadap masing-masing tujuan dari setiap penelitian yang pernah dilakukan di

wilayah Kepulauan Seribu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 8.

Oleh karena itu pada table 9 dibawah ini akan dibuat komparasi tujuan

penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan pada

wilayah kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Komparasi ini bertujuan

untuk membandingkan perbedaan tujuan dari beberapa penelitian yang pernah

dilakukan sehingga bias digunakan sebagai acuan dari pembuatan model yang

akan dilakukan pada penelitian ini.

Page 94: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

83

Tabel 9 Komparasi tujuan penelitian dari beberapa penelitian sebelumnya di wilayah Kabupaten Adm Kepulauan Seribu

Judul Disertasi Model Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus di Gugus Pulau Pari Kepulauan Seribu)

Keberlanjutan Pembangunan Pulau-pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Model Pembangunan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Berbasis Industri Perikanan

Tujuan Penelitian: Tujuan Penelitian: Tujuan Penelitian: 1) Menentukan parameter/

variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas perairan, serta mengelompokkan wilayah perairan sesuai kemiripan parameter/variabel lingkungan tersebut.

2) Membangun model pemanfaatan pulau-pulau kecil: model pariwisata dan model budidaya laut berdasarkan kesesuaian kondisi perairan, serta model penangkapan ikan berdasarkan kajian stok ikan, selanjutnya menciptakan model integrasi pemanfaatan gugus P. Pari sesuai daya dukung lingkungannya.

3) Menata ruang perairan gugus P. Pari sesuai peruntukkan dengan memperhatikan keterpaduan ekologis.

4) Memformulasikan alternatif skenario pembangunan optimal dan berkelanjutan serta menyusun konsep pemanfaatan perairan yang digambarkan dengan pemanfaatan tenaga kerja di gugus P. Pari.

1) Menilai keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil di Kel. P. Panggang dan Kel. P. Pari Kab. Adm. Kep. Seribu DKI Jakarta, melalui penyusunan indeks dan status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil dan analisis keseimbangan ekonomi-ekologis, yakni IBPK, atau “Indeks Keberlanjutan Pembangunan Pulau-pulau Kecil”.

2) Mendeterminasi tingkat kemajuan maupun ketertinggalan atribut-atribut aspek pembangunan di daerah studi serta membuat evaluasi dinamika variabel ekonomi dan ekologi untuk memudahkan perencanaan pembangunan selanjutnya agar sesuai dengan kriteria pembangunan yang berkelanjutan.

3) Mengembangkan metode evaluasi status keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil, sehingga dapat digunakan secara luas di Indonesia baik oleh instansi Pemerintah maupun oleh swasta.

1) Menganalisis dan membahas interaksi antar faktor dan dimensi pembangunan perikanan, yakni: kewenangan bagi Pemerintah, kewenangan bagi Pemerintah Daerah Otonom, lingkungan usaha perikanan, kegiatan perikanan tangkap, kegiatan perikanan budidaya, dan kegiatan pengolahan hasil perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan dalam pembangunan daerah berbasis industri perikanan.

2) Menganalisis dan membahas kebijakan pembangunan perikanan pada daerah kepulauan dalam pencapaian tujuan pembangunan perikanan.

3) Menganalisis dan membahas sistem pembangunan perikanan dalam pembangunan Kab. Adm. Kep. Seribu berbasis industri perikanan.

4) Menganalisis dan membahas kegiatan usaha perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan di Kab. Adm. Kep. Seribu.

5) Merancang suatu model pengembangan pembangunan yang sesuai untuk Kab. Adm. Kep. Seribu berbasis industri perikanan

Sumber: Saksono (2008), Penulis (2009)

Page 95: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

84

Berdasarkan komparasi tujuan penelitian terhadap 3 penelitian terdahulu

sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9, selanjutnya ditetapkan tujuan dalam

konteks penelitian ini, yaitu menguji dan melakukan analisis terhadap interaksi

antarvariabel dalam suatu model kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan

dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM). Diharapkan

melalui kajian ini, dapat ditemukan rancangan model yang tepat sebagai model

optimal kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan. Selain itu, dengan

mempedomani model tersebut, Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu dapat berpikir lebih strategis dalam menetapkan skala prioritas program

dan/atau kegiatan, merespon aspirasi masyarakat dalam mekanisme perencanaan

pembangunan daerah (bottom-up planning) serta melakukan langkah-langkah

konkrit terutama dalam implementasi berbagai kebijakan Pemerintah maupun

Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Obyek kajian dalam penelitian ini,

pembahasannya sengaja dikerucutkan agar lebih fokus mengingat sejumlah

keterbatasan yang dimiliki peneliti sendiri, yakni keterbatasan waktu, tenaga, dan

terutama pembiayaan bagi penyelenggaraan penelitian.

Page 96: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

85

3 METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian mulai dari persiapan sampai pada pengolahan data

berlangsung dari bulan February 2006 sampai dengan Desember 2006. Penelitian

ini dilakukan di Kepulauan Seribu , dimana secara geografis terletak pada

106020’00” BT hingga 106057’00” BT dan 5010’00” LS hingga 5057’00” LS.

Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1986 Tahun

2000 tentang wilayah Kepulauan Seribu dinyatakan bahwa Kabupaten

Administratif Kepulauan Seribu terdiri dari 2 Kecamatandan 6 kelurahan. Total

jumlah pulau di Kecamatan Kepulauan Seribu adalah 110 pulau yang secara

Administratif dibagai menjadi 6 wilayah kelurahan yaitu kelurahan Pulau

Panggang, Pulau Tidung, Pulau Kelapa, Pulau Untung Jawa, Pulau Harapan dan

Pulau Pari. Dari keenam kelurahan tersebut Kelurahan Pulau Kelapa memiliki

pulau yang paling banyak (36 pulau) dan yang paling sedikit pulaunya adalah

Kelurahan Pulau Tidung (6 pulau).

Tabel 10 Jumlah pulau menurut Kelurahan di Kabupaten Adm Kepulauan Seribu. No Kelurahan Jumlah Pulau Kecamatan Kepulauan Seribu Utara 1 Kelurahan P.Panggang 13 2 Kelurahan P.Kelapa 36 3 Kelurahan P.Harapan 30 Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan 1 Kelurahan P.Tidung 6 2 Kelurahan P.Pari 10 3 Kelurahan P.Untung Jawa 15 Jumlah 110

Sumber : Buku Saku Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 2005

Page 97: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

86

Gambar 6 Lokasi penelitian

3.2 Jenis, Sumber, dan Ukuran Sampel Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapangan,

meliputi berbagai informasi dan data yang berkaitan dengan upaya peningkatan

kesejahteraan nelayan. Data tersebut diperoleh melalui wawancara menggunakan

Page 98: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

87

sejumlah kuesioner yang dibagikan kepada para responden dan observasi

(mengamati langsung situasi dan kondisi di lapangan). Sedangakn data sekunder

adalah data yang sudah diolah dan hampir semuanya berasal dari Badan Pusat

Statistik, BAPPEKAP dan suku dinas perikanan Kabupaten Kepulauan Seribu.

Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri

dari 2 (dua) jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif

merupakan data yang berupa angka-angka untuk kebutuhan analisis dalam

penelitian ini. Data sekunder semuanya berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS)

baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data-data yang

digunakan tersebut antara lain berasal dari: (1) publikasi Kabupaten Kepulauan

Seribu dalam angka yang digunakan untuk mengetahui informasi tentang keadaan

Kabupaten Kepulauan Seribu, (2) publikasi Kota Jakarta Utara dalam angka yang

digunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan Kepulauan Seribu

sebelum menjadi Kabupaten, (3) data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Propinsi DKI Jakarta atas dasar harga berlaku dan data PDRB Propinsi DKI

Jakarta atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha, (4) publikasi

pendapatan regional Kepulauan Seribu yang akan digunakan untuk mengetahui

perkembangan keadaan perekonomian, struktur ekonomi dan laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu, (5) publikasi-publikasi lainnya, antara lain

yang berupa publikasi indikator ekonomi dan indikator kesejahteraan rakyat.

Adapun data kualitatif dalam penelitian ini adalah data yang tidak

dinyatakan dalam angka-angka yang berasal dari hasil kuisioner dan wawancara

di lapangan.

Ukuran sampel memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi

hasil analisis Structural Equation Modelling (SEM). Menurut Ferdinand (2006)

mengatakan bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah antara 100 – 200. Bila

ukuran sampel menjadi terlalu besar, misalnya lebih daripada 400, maka metode

menjadi “sangat sensitif”, sehingga sulit untuk mendapatkan ukuran-ukuran

Goodness of Fit yang baik. Ferdinand (2006) juga menyarankan bahwa ukuran

sampel minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap estimated parameter.

Page 99: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

88

Dengan demikian, bila estimated parameter-nya berjumlah 12, maka

jumlah sampel minimum adalah 60 (Ferdinand, 2000). Adapun pedoman ukuran

sampel menurut Ferdinand (2000) adalah:

(1) 100 – 200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation (ML).

(2) Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah

5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

(3) Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel

laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 20

indikator, besarnya sampel adalah antara 100 – 200.

(4) Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.

Misalnya bila jumlah sampel di atas 2500, maka teknik estimasi

Asymtotically Distribution Free Estimation (ADF) dapat digunakan.

Mengacu pada teknik Maximum Likelihood Estimation (ML), maka jumlah

sampel yang dibutuhkan untuk analisis SEM dalam penelitian ini berkisar antara

100 – 200 sampel. Ukuran sampel ini ditetapkan dengan pertimbangan syarat

keterwakilan aspek kajian dan kebutuhan analisis. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Hal ini dilakukan mengingat jumlah populasi

penelitian yang terlalu besar dan tersebar tidak merata di 11 (sebelas) pulau

berpenghuni di kawasan Kepulauan Seribu.

Berdasarkan teknik ini, kemudian ditetapkan jumlah sampel sebanyak 160

orang responden. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dengan jumlah penduduk

yang lebih banyak diambil 90 orang responden berasal dari kelurahan Pulau

Panggang, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan masing-masing sebanyak 30 orang

reseponden. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dengan jumlah penduduk yang

lebih sedikit diambil 60 orang responden berasal dari kelurahan Pulau Tidung,

Pulau Pari dan Pulaua Untung Jawa masing-masing sebanyak 20 orang

reseponden.

Responden penelitian terdiri dari para pemangku kepentingan

(stakeholders) di bidang kelautan dan perikanan, yaitu: kelompok usaha skala

mikro, kecil, menengah (UMKM) dan besar, kalangan nelayan, pembudidaya,

Page 100: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

89

pengolah hasil-hasil perikanan, Pemerintahan Daerah, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), dan Akademisi.

3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

Pengembangan model dilakukan dengan menggunakan pendekatan

teroritis. Pendekatan teoritis dimaksudkan untuk mendapatkan justifikasi terhadap

konsep-konsep yang dikembangkan, sehingga model akhir yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan dan mendapat kebenaran secara ilmiah. Model dalam

penelitian ini berusaha mengungkap bagaimanakah seharusnya kebijakan yang

dibuat pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan

kepulauan Seribu. Kebijakan pemerintah tersebut sebagai upaya guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan yang

merupakan prioritas yang perlu diterapkan dalam setiap pelaksanaan program

pembangunan. Menurut gunawan sumodiningrat (2007) arah pembangunan

tersebut harus ditindaklanjuti melalui strategi peningkatan kesejahteraan dan

dijabarkan melalui kebijakan peningkatan kesejahteraan guna menanggulangi

kemiskinan yang terdiri dari beberapa hal.

Pertama, penguatan kelembagaan (X1) yaitu upaya meningkatkan

kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat agar proses alih informasi dan

teknologi, penyaluran dana dan informasi, proses produksi dan distribusi dan

pemasaran serta administrasi pembangunan terlembaga dengan baik sesuai dengan

kondisi lokal.

Kedua, pemberdayaan sumberdaya manusia (X2) yaitu memperkuat

kapasitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan kemampuan

manajemen dan organisasi aparat dan warga masyarakat dalam pembangunan

guna meningkatkan produktivitas dan daya saing melalui pelatihan,peyuluhan dan

pendampingan.

Ketiga, modal usaha guna mengembangkan kewirausahaan (X3) yaitu

memberdayakan ekonomi masyarakat dengan cara mengembangkan mekanisme

penyaluran dana bantua dan kredit lunak langsung kepada masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif unggulan dalam

Page 101: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

90

meningkatkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat menjamin surplus untuk

tabungan dan akumulasi modal masyarakat.

3.3.1 Variabel kesejahteraan

UU No. 16 tahun 1994 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial

menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan soaial, material maupun spiritual, yang diliputi oleh rasa

keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin yang menungkinkan

setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani,

rohani dan sosial sebaik-baiknya bagi diri keluarga serta masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila

dan UUD 1945.

Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat komplek dan tidak

memungkinkan untuk untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua

aspek kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan indikator kesejahteraan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh BPS

(1991) yang sudah dimodofikasi. Modifikasi diperlukan untuk menyesuaikan

dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Indikator tersebut terdiri atas:

(1) Pendapatan rumah tangga; (2) Konsumsi rumah tangga; (3) Keadaan tempat

tinggal; (4) Fasilitas tempat tinggal; (5) Kesehatan anggota keluarga; (6)

Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan tenaga medis/paramedis,

termasuk didalamnya kemudahan mengikuti Keluarga Berencana (KB) dan obat-

obatan; (7) Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan; (8)

Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi; (10) Perasaan aman dari

gangguan kejahatan; dan (11) Kemudahan dalam melakukan olah raga.

Variabel yang digunakan sebagai indikator yang menentukan tingkat

kesejahteraan nelayan adalah pendapatan rumah tangga (Y1), keadaan tempat

tinggal (Y2), dan kondisi kesehatan (Y3).

3.3.2 Variabel penguatan kelembagaan

Penguatan kelembagaan yaitu upaya meningkatkan kemampuan

kelembagaan masyarakat dan aparat agar proses alih informasi dan teknologi,

penyaluran dana dan informasi, proses produksi dan distribusi dan pemasaran

Page 102: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

91

serta administrasi pembangunan terlembaga dengan baik sesuai dengan kondisi

lokal. Penguatan kelembagaan yang akan digunakan sebagai indikator dalam

penelitian ini adalah kelembagaan yang berupa : organisasi nelayan (X11);

lembaga keuangan mikro (X12); dan lembaga pemerintahan (X13).

Definisi dari organisasi nelayan adalah organisasi yang melaksanakan

pelayanan dalam bidang kesejahteraan sosial baik untuk anggotanya sendiri

maupun masyarakat (organisasi selain organisasi politik), dan telah mempunyai

struktur yang tetap (susunan pengurus seperti ketua, sekretaris, dan bendahara),

baik yang berbadan hukum maupun tidak, dikelola oleh gabungan beberapa

nelayan. Definisi lembaga keuangan mikro (LKM) menurut Komite Nasional

Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia adalah badan usaha keuangan yang

menyediakan layanan jasa keuangan mikro, yang tidak berbentuk bank dan tidak

berbentuk koperasi, serta bukan pegadaian, namun termasuk badan kredit desa

yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bank. Sedangkan, definisi dari lembaga

pemerintah pada penelitian ini bisa pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

3.3.3 Variabel pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan

Definisi dari pemberdayaan adalah penguatan kapasitas sumber daya

manusia dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan organisasi aparat

dan warga masyarakat dalam pembangunan guna meningkatkan produktivitas dan

daya saing melalui pelatihan,peyuluhan dan pendampingan. Penguatan sumber

daya manusia nelayan yang akan digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini

berupa : pengadaan penyuluhan (X21); penyelenggaraan pelatihan (X22); dan

penyelenggaraan pendidikan (X23).

Definisi penyuluhan dan pelatihan mempunyai kemiripan yaitu

serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,

pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap individu. Perbedaan

prinsipnya adalah pada pelatihan lebih ditekankan praktek dari pada teori. Hal ini

sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1974 yang menyebutkan

bahwa pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar

untuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan diluar sistem pendidikan yang

berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih

mengutamakan praktek dari pada teori. Oleh karena itu perbedaan dengan

Page 103: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

92

pendidikan sangat jelas yaitu pendidikan memberikan gelar atau ijazah resmi yang

dimulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.

3.3.4 Variabel kewirausahaan

Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan

atau GNMMK (1995) mendifinisikan kewirausahaan adalah semangat, sikap,

perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan

yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja,

teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka

memperoleh keuntungan. Penguatan kewirausahaan nelayan yang akan digunakan

sebagai indikator penelitian ini berupa : kepemilikan ketrampilan usaha (X31);

praktek dan pengalaman usaha (X32); dan adanya niat berusaha (X33).

Definisi kepemilikan ketrampilan seorang nelayan adalah orang yang

mempunyai kemampuan melihat dan menilai peluang atau kesempatan bisnis

yang ada serta menghimpun sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna

mendapatkan laba atau hasil serta mengambil tindakan yang tepat guna

memastikan keberhasilan. Definisi pengalaman usaha adalah lamanya seseorang

menggeluti suatu usaha atau pekerjaan sehingga yang bersangkutan mempunyai

pengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan niat berusaha adalah

dorongan yang kuat dari seorang individu untuk melakukan pekerjaan selain

pekerjaan yang sehari-harinya mereka kerjakan.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis location quotient (LQ)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan yang ada

di Kabupaten Kepulauan Seribu. Secara umum, metode ini dapat dimanfaatkan

untuk mengidentifikasikan sumber-sumber pertumbuhan regional, menganalisa

kecenderungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil-hasil kegiatan

ekonomi di suatu daerah bagian (Kabupaten Kepulauan Seribu) dalam lingkup

daerah himpunannya (Propinsi DKI Jakarta).

Metode Location Qoutient (LQ) ada 2 macam yaitu static location quotient

(SLQ) dan dynamic location quotient (DLQ). Berikut ini akan diuraikan kedua

macam metode LQ tersebut.

Page 104: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

93

SLQ merupakan perbandingan kontribusi nilai tambah suatu sektor di

daerah bagian (Kabupaten Kepulauan Seribu) dengan kontribusi nilai tambah

sektor sejenis di daerah himpunan (Propinsi DKI Jakarta). Formula SLQ adalah

sebagai berikut:

( ) ( )tti

tj YXYSLQ ///X t

ij=

dimana:

tijX : nilai tambah sektor i di daerah bagian j pada akhir tahun

pengamatan

tiX : nilai tambah sektor i di daerah himpunan pada akhir tahun

pengamatan

tjY : PDRB daerah bagian pada akhir tahun pengamatan

Yt : PDRB daerah himpunan pada akhir tahun pengamatan

Apabila nilai rasio SLQ>1 menunjukkan bahwa sektor/subsektor tersebut

merupakan sektor unggulan bagi daerah bagian (Kabupaten Kepulauan Seribu),

dan mampu bersaing dengan sektor/subsektor yang sama di daerah lain dalam

himpunannya (Propinsi DKI Jakarta).

Sebaliknya jika rasio SLQ<1 menunjukkan bahwa sektor/subsektor

tersebut bukan merupakan unggulan bagi daerah karena masih kalah bersaing

dengan daerah bagian lain dalam daerah himpunannya. Karena hanya dilihat pada

satu titik waktu, maka ini berarti bahwa sektor yang unggul peranannya pada

suatu waktu belum tentu unggul pada waktu yang akan datang, sehingga

diperhitungkan juga tingkat pertumbuhan masing-masing sektor, yaitu dengan

DLQ.

Metode kedua mempunyai prinsip yang sama dengan SLQ namun

mengintroduksikan laju pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah

sektoral maupun total nilai tambah mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-

sendiri selama periode waktu tertentu. Formula untuk DLQ adalah sebagai

berikut:

( )( ) ( )( ) ( )( ) ( )( ) ttii

tjj

tijij GYGXGYGXDLQ ++++= 1*/1*/1*/1* 0000

dimana:

Page 105: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

94

0ijX : nilai tambah sektor i di daerah bagian j pada awal tahun

pengamatan 0iX : nilai tambah sektor i di daerah himpunan pada awal tahun

pengamatan 0jY : total nilai tambah daerah bagian pada awal tahun pengamatan 0Y : total nilai tambah daerah himpunan pada awal tahun pengamatan

ijG : pertumbuhan rata-rata sektor i di daerah bagian

iG : pertumbuhan rata-rata sektor i di daerah himpunan

jG : pertumbuhan rata-rata total daerah bagian

G : pertumbuhan rata-rata total daerah himpunan

Rasio DLQ>1 menunjukkan bahwa proporsi laju pertumbuhan suatu

sektor di daerah bagian terhadap laju pertumbuhan total daerah bagian tersebut

lebih cepat bila dibandingkan dengan proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut

terhadap pertumbuhan ekonomi keseluruhan daerah himpunannya.

Jika DLQ<1, maka dapat dikatakan bahwa proporsi laju pertumbuhan

suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi daerah bagian secara keseluruhan

lebih rendah dibandingkan dengan proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut

terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan daerah himpunannya.

Hasil perhitungan SLQ dan DLQ dapat diterangkan secara ringkas, yaitu

(1) SLQ>1 dan DLQ>1 berarti merupakan sektor unggulan dan mempunyai daya

saing; (2) SLQ>1 dan DLQ<1 berarti merupakan sector unggulan tetapi tidak

mempunyai daya saing; (3) SLQ<1 dan DLQ>1 berarti mempunyai potensi dan

mempunyai daya saing; (4) SLQ<1 dan DLQ<1 berarti tidak mempunyai potensi

dan tidak memiliki daya saing.

3.4.2 Analisis shift share

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui

pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk

mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan

pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada

tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional.

Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur

perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah

Page 106: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

95

yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor

yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan

perekonomian daerah di atasnya.

Dalam penelitian ini, analisis shift share digunakan untuk mengetahui

besarnya posisi relatif dari peranan dan pertumbuhan sektor-sektor di Propinsi

DKI Jakarta terhadap kegiatan ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu.

Penggunaan angka propinsi sebagai pembanding berdasarkan pada asumsi bahwa

peranan dan pertumbuhan daerah himpunan menggambarkan kondisi rata-rata

seluruh daerah bagian dari daerah himpunan tersebut.

Terdapat 3 (tiga) komponen dalam analisis shift share, yaitu:

1. Pangsa Regional (PR), merupakan pengaruh dari pertumbuhan ekonomi

daerah himpunan, yaitu pertumbuhan PDRB Propinsi DKI Jakarta terhadap

nilai tambah sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu.

( ) 1 - * X PR 00ij YYt=

Nilai pangsa regional untuk suatu sektor di daerah bagian menunjukkan suatu

jumlah dimana tingkat pertumbuhan sektor tersebut sama dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi keseluruhan daerah himpunannya.

2. Differential Shift (DS) adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah

(kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat propinsi.

Dalam penelitian ini, DS menunjukkan pergeseran yang berbeda antara

Kabupaten Kepulauan Seribu dan kabupaten lainnya, untuk mengukur

seberapa jauh nilai tambah suatu sektor di kabupaten tersebut memiliki laju

pertumbuhan yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada laju pertumbuhan

nilai tambah sektor sejenis di kabupaten lain.

( ) ( ) 0i

ti

0ij

tij

0ij XX - XX * X DS =

Bila sektor-sektor memiliki differential shift (DS) yang positif berarti sektor

tersebut memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama di daerah

lain. Selain itu, sektor-sektor yang memiliki DS positif berarti bahwa sektor

tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih

cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila DS negatif maka tingkat

pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

Page 107: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

96

3. Proportional Shift (PS), adalah pertumbuhan Nilai Tambah Bruto suatu sektor

i dibandingkan total sektor di tingkat propinsi. Dalam penelitian ini PS

menggambarkan pengaruh relatif dari pertumbuhan sektoral ekonomi Propinsi

DKI Jakarta terhadap pertumbuhan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu.

( ) ( ) 0t0i

ti

0ij YY - XX * X PS=

Apabila PS bertanda positif menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki laju

pertumbuhan cepat di daerah himpunannya. Sedangkan, apabila PS bertanda

negatif berarti sektor tersebut mempunyai laju pertumbuhan lambat di daerah

himpunannya.

3.4.3 Analisis dan pengembangan model menggunakan Structural Equation

Modelling (SEM)

SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik yang memungkinkan

pengujian beberapa variabel dependen dengan beberapa variabel independen

secara simultan. Ferdinand (2002:7) mengungkapkan bahwa SEM memungkinkan

untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat regresif maupun

dimensional. Pada saat seorang peneliti menghadapi pertanyaan penelitian berupa

identifikasi dimensi-dimensi sebuah konsep atau konstruk dan pada saat yang

sama ingin mengukur pengaruh atau derajat hubungan antar faktor yang telah

diidentifikasi dimensi-dimensinya, maka SEM akan memungkinkan untuk

melaksanakannya. SEM juga merupakan pendekatan terintegrasi antara analisis

faktor, model struktural dan analisis jalur (path analysis) (Solimun, 2002:65).

Pengembangan model dilakukan dengan menggunakan pendekatan

teroritis. Pendekatan teoritis dimaksudkan untuk mendapatkan justifikasi terhadap

konsep-konsep yang dikembangkan, sehingga model akhir yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan dan mendapat kebenaran secara ilmiah. Dalam kaitan ini,

telaah pustaka, eksplorasi terhadap hasil-hasil penelitian yang berkaitan, dan

diskusi pakar menjadi hal penting untuk dilakukan. Berdasarkan telaah

pendahuluan, beberapa komponen yang berinteraksi dalam kebijakan peningkatan

kesejahteraan nelayan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah

pemberdayaan SDM nelayan, peningkatan kewirausahan dan penguatan

kelembagaan.

Page 108: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

97

Dinamika setiap komponen utama tersebut dipengaruhi oleh interaksi

dengan komponen lainnya yang lebih kecil dan secara rinci dapat dijelaskan:

(1) Penguatan kelembagaan (X1), dapat berinteraksi/dipengaruhi oleh:

1) Aspek organisasi nelayan (X11);

2) Aspek lembaga keuangan mikro (X12); dan

3) Aspek lembaga pemerintahan (X13).

(2) Pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan (X2), dapat berinteraksi/

dipengaruhi oleh:

1) Aspek pengadaan penyuluhan (X21);

2) Aspek penyelenggaraan pelatihan (X22); dan

3) Aspek penyelenggaraan pendidikan (X23).

(3) Kewirausahaan bagi nelayan (X3), berinteraksi/dipengaruhi oleh :

1) Aspek ketrampilan usaha (X31);

2) Aspek praktek dan pengalaman usaha (X32); dan

3) Aspek niat berusaha (X33).

Dalam kaitan ini, analisis SEM dalam penelitian akan dikembangkan

untuk melihat terjadinya interaksi diantara komponen tersebut dan mengetahui

interaksi mana yang paling berperan dalam pembangunan Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu berbasis industri perikanan. Gambaran interaksi

diantara komponen tersebut kemudian diilustrasikan dalam rancangan awal path

diagram.

a) Pembuatan path diagram

Setelah menyusun model berbasis teori, langkah selanjutnya adalah

menerjemahkan model tersebut ke dalam diagram jalur (path diagram) agar dapat

diestimasikan dengan menggunakan program AMOS. Pembuatan path diagram

merupakan kegiatan penggambaran interaksi komponen-komponen yang

dikembangkan secara teoritis dan kemudian menjadi konstruk penelitian. Dalam

penggambaran ini, konstruk/variabel laten penelitian tersebut harus dilengkapi

dengan dimensi/variabel terukur.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, dalam model struktural dikenal dua

variabel, yaitu variabel eksogen dan endogen. Sedangkan untuk persamaan-

Page 109: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

98

persamaan struktural yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas

antar berbagai konstruk, persamaan tersebur pada dasarnya dibangun dengan

pedoman sebagai berikut: variabel endogen (terikat) = variabel eksogen + variabel

endogen + error (Ferdinand, 2002:167). Variabel eksogen adalah variabel yang

nilainya ditentukan di luar model, seperti variabel bebas dan variabel instrumen

(juga disebut predetermined variables). Sedangkan variabel endogen adalah

variabel yang nilainya ditentukan berdasarkan model, seperti variabel tidak bebas.

Dalam kaitan ini, telaah pustaka menjadi hal penting untuk menetapkan

variabel terukur yang tepat. Path diagram dibuat dengan menggunakan program

AMOS 7.0 Professional. Rancangan path diagram untuk merumuskan model

kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan dapat dilihat pada gambar 7 dibawah

ini.

Persamaan struktural dalam penelitian ini adalah persamaan rekursif

dimana memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Antara εij (galat) saling bebas (independent)

2. Antara εij dengan Y, Y1, Y2, Y3, X1, X2, dan seterusnya saling bebas

3. Arah pengaruh kausalitas dari variabel endogen adalah searah, atau tidak ada

variabel endogen yang mempunyai pengaruh bolak-balik (resiplokal).

Gambar 7 Diagram jalur hubungan struktural antar variabel penelitian

Page 110: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

99

Penjelasan faktor/konstruk yang digunakan dalam path diagram pada

Gambar 7 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jenis dan makna faktor/konstruk dalam path diagram serta simbolnya dan measurement model

No. Faktor/ Konstruk Keterangan

Simbol dalam Measurement

Model 1. X1 Penguatan Kelembagaan ζ1 2. X11 Organisasi nelayan X11 3. X12 Lembaga keuangan mikro X12 4. X13 Lembaga pemerintahan X13 5. X2 Pemberdayaan SDM nelayan ζ2 6. X21 Pengadaan penyuluhan X21 7. X22 Penyelenggaraan pelatihan X22 8. X23 Penyelenggaraan pendidikan X23 9. X3 Kewirausahaan bagi Nelayan ζ3 10. X31 Ketrampilan usaha X31 11. X32 Praktek dan pengalaman usaha X32 12. X33 Niat berusaha X33 13. Y Kesejahteraan nelayan η1 14. Y1 Pendapatan rumah tangga Y11 15. Y2 Keadaan tempat tinggal Y12 16. Y3 Kondisi kesehatan Y13

sumber: Hasil pengolahan data

b) Pengujian masing-masing variabel

b.1) Tingkat kesejahteraan nelayan (Y)

Variabel yang digunakan sebagai indikator yang menentukan tingkat

kesejahteraan nelayan adalah pendapatan rumah tangga (Y1), keadaan tempat

tinggal (Y2), dan kondisi kesehatan (Y3).

Pengujian apakah variabel-variabel ini dapat digunakan untuk membentuk

faktor atau konstruk dilakukan dengan jalan melihat nilai probabilitas (p) dari nilai

koefisien lambda (λ). Jika nilai probabilitas (p) koefisien lambda lebih kecil dari

nilai α (0,05), maka indikator tersebut dapat digunakan untuk membentuk faktor

atau konstruk. Begitu pula sebaliknya, jika nilai probabilitas (p) koefisien lambda

lebih besar dari nilai α (0,05), maka indikator tersebut tidak dapat digunakan

untuk membentuk faktor atau konstruk.

Page 111: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

100

Adapun model pengukuran confirmatory factor analysis untuk mengukur

tingkat kesejahteraan nelayan terdapat pada gambar 8 dibawah ini.

Gambar 8 Confirmatory factor analysis tingkat kesejahteraan nelayan

b.2) Penguatan kelembagaan

Variabel-variabel yang digunakan sebagai indikator yang menentukan

penguatan kelembagaan adalah organisasi nelayan (X11), lembaga keuangan

mikro (X12), dan lembaga pemerintahan (X13). Adapun model pengukuran

confirmatory factor analysis untuk penguatan kelembagaan dapat dilihat pada

gambar berikut .

Gambar 9 Confirmatory factor analysis penguatan kelembagaan

Tingkat Kesejahteraan

Nelayan (Y)

Pendapatan Rumah Tangga (Y1)

Keadaan Tempat Tinggal (Y2)

Kondisi Kesehatan (Y3)

Penguatan Kelembagaan

(X1)

Organisasi Nelayan (X11)

Lembaga Keuangan MIkro (X12)

Lembaga Pemerintahan (X13)

Page 112: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

101

b.3) Pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan (X1)

Variabel-variabel yang digunakan sebagai indikator yang menentukan

pemberdayaan SDM nelayan adalah penyelenggaraan penyuluhan (X21),

penyelenggaraan pelatihan (X22), dan penyelenggaraan pendidikan (X23).

Untuk membentuk faktor atau konstruk. Adapun model pengukuran confirmatory

factor analysis untuk pemberdayaan nelayan dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 10 Confirmatory factor analysis pemberdayaan SDM nelayan

b.4) Pengembangan kewirausahaan (X3)

Variabel-variabel yang digunakan sebagai indikator yang menentukan

pengembangan kewirausahaan adalah nilai ketrampilan usaha (X31), praktek dan

pengalaman usaha (X32), dan adanya niat dalam berusaha (X33).

Gambar 11 Confirmatory factor analysis pengembangan kewirausahaan

Pemberdayaan Sumber Daya Nelayan (X2)

Pengadaan Penyuluhan (X21)

Penyelenggaraan Pelatihan (X22)

Penyelenggaraan Penyuluhan (X23)

Pengembangan Kewirausahaan

(X3)

Ketrampilan Usaha (X31)

Pengalaman Usaha (X32)

Niat Berusaha (X33)

Page 113: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

102

c) Pemilihan matriks input dan estimasi model

Matriks input yang dapat digunakan dalam analisis SEM terdiri dari

matriks kovarian dan matriks korelasi. Dalam beberapa penelitian, matriks

kovarian lebih sering digunakan karena keunggulannya dalam menyajikan

perbandingan yang valid antara populasi atau sampel yang berbeda.

Setelah model dispesifikasikan secara lengkap, langkah berikutnya adalah

memilih jenis input. Matriks input yang dipilih dalam penelitian ini adalah matrix

kovarians. Alasan memilih input data matrix covarians adalah karena matriks

covarians memiliki keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid

antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda. Selain itu matriks

covarians lebih sesuai untuk memvalidasi hubungan kausal.

Selanjutnya untuk memilih teknik analisis dengan mempertimbangkan

ukuran sampel. Setelah memilih matriks input, maka perangkat lunak (AMOS

atau AMOS) akan melakukan estimasi koefisien path. Dalam melakukan estimasi

model, ukuran sampel memegang peranan yang cukup penting. Teknik-teknik

estimasi yang tersedia adalah:

(a) Maximum LikelihoodEstimation (ML),

(b) Generalized Least Square Estimation (GLS),

(c) Unweighted Least Square Estimation (ULS),

(d) Scale Free Least Square Estimation (SLS), dan

(e) Symtotically Distribution-free Estimation (ADF).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Maximum Likelihood (ML).

c.1) Identifikasi Model

Masalah identifikasi merupakan masalah ketidakmampuan dari model yang

dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik. Masalah identifikasi dapat

muncul melalui gejala sebagai berikut:

a. Standard error untuk satu sampai beberapa koefisien sangat besar

b. Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya

c. Munculnya angka-angka yang tidak diinginkan, seperti varians error

yang negatif

d. Munculnya angka korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi

yang diperoleh

Page 114: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

103

c.2) Asumsi-asumsi SEM yang harus dipenuhi

1. Ukuran sampel

Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam pemodelan SEM adalah

minimum berjumlah 100, selanjutnya menggunakan perbandingan 5

observasi untuk setiap parameter yang diestimasi. Oleh karena itu, bila

mengembangkan model dengan lebih 20 parameter maka minimum

digunakan 100 sampel.

2. Normalitas dan linearitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas

terpenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut dengan pemodelan SEM.

Normalitas dapat diuji dengan melihar gambar histogram data atau dapat

diuji dengan model statistik. Uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji skewness yang menunjukkan bahwa hampir seluruh

variabel normal pada tingkat signifikansi 0,01 (1%). Hal ini terlihat pada

nilai CR dari skewness yang berada di bawah ± 2,58 (Arbuckle, 1997:78).

Nilai mutivariat pada uji normalitas adalah koefisien kurtosis multivariate,

apabila hasil yang diperoleh masih di bawah nila batas ± 2,58, ini berarti

bahwa ada data yang digunakan berdistribusi multivariat normal.

3. Outliners (data-data pencilan)

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya.

c.3) Menguji kelayakan model yang dikembangkan

1) Degree of freedom (derajat kebebasan)

Harus bernilai positif

2) Chi Square statistic ( 2χ ) dan probabilitas

Alat uji fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood ratio chi

square statistic. Model ysng baik harus mempunyai chi square = 0 berarti

tidak ada perbedaan. Tingkat signifikan penerimaan yang

Page 115: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

104

direkomendasikan adalah apabila p ≥ 0,05 (Hair et al., 1998:389) yang

berarti matriks input sebenarnya dengan matriks input yang diprediksi

tidak berbeda secara statistik.

3) CMIN/DF

CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chi-square dibagi

dengan degree of freedom. Menurut Hair et al. (1998:340) nilai yang

direkomendasikan untuk menerima kesesuian sebuah model adalah nilai

CMIN/DF yang lebih kecil atau sama dengan 2,0 atau 3,0.

4) Goodness of Fit Index (GFI)

Digunakan untuk menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam

matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi

yang terestimasikan. Indeks ini mencerminkan tingkat kesesuaian model

secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat model yang yang

diprediksi dibandingkan dengan data yang sebenarnya. Nilai Goodness of

Fit Index biasanya dari 0 sampai 1. Semakin besar jumlah sampel

penelitian maka nilai GFI akan semakin besar. Nilai yang lebih baik

mendekati 1 mengindikasikan model yang diuji memiliki kesesuaian yang

baik (Hair et al., 1998:387) nilai GFI dikatakan baik adalah ≥ 0,90.

5) Tucker-Lewis Index (TLI)

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

≥ 0,9 dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit. TLI

merupakan index fit yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel.

6) Comparative Fit Index (CFI)

CFI juga dikenal sebagai Bentler Comparative Index. CFI merupakan

indeks kesesuaian incremental yang juga membandingkan model yang

diuji dengan null model. Indeks ini dikatakan baik untuk mengukur

kesesuaian sebuah model karena tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel

Page 116: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

105

(Hair et al., 1998:289). Indeks yang mengindikasikan bahwa model yang

diuji memiliki kesesuian yang baik adalah apabila CFI ≥ 0,90.

7) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang diharapkan bila model

diestimasikan dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama

dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang

menunjukkan sebuah close fit dari model itu didasarkan degree of

freedom. RMSEA merupakan indeks pengukuran yang tidak dipengaruhi

oleh besarnya sampel sehingga biasanya indeks ini digunakan untuk

mengukur fit model pada jumlah sampel besar. Indeks-indeks yang

digunakan untuk menguji kelayakan sebuah model dapat diringkas dalam

Tabel berikut.

Tabel 12 Goodness of Fit Index

Goodness of Fit Index Cut off Value Chi Square Diharapkan kecil Significance Probability ≥ 0.05 CMIN/DF ≤ 2 atau 3 GFI ≥ 0.90 TLI ≥ 0.95 CFI ≥ 0.95 RMSEA ≤ 0.08 -0.09

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji signifikansi regresi

berdasarkan uji F pada α = 0,05 pada masing-masing koefisien persamaan,

baik secara langsung maupun secara parsial. Setelah dilakukan pengujian

terhadap asumsi dasar SEM dan terhadap uji kesesuaian dan uji statistik,

langkah berikutnya adalah melakukan modifikasi terhadap model yang

tidak memenuhi syarat pengujian yang telah dilakukan. Setelah model

diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi

frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik (Tabaknick and

Fidell, 1997). Hair et al. (1998) memberikan sebuah pedoman untuk

mempertimbangkan perlu tidaknya modifikasi terhadap sebuah model,

yaitu dengan melihat sejumlah residual yang dihasilkan oleh model. Bila

jumlah residual lebih besar dari 5% dari semua residual kovarians yang

Page 117: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

106

dihasilkan oleh model, maka modifikasi perlu dipertimbangkan. Bila

ditemukan nilai residual yang dihasilkan oleh model cukup besar (>2,58),

maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan

untuk menambah jalur baru terhadap model yang diestimasi.

Nilai residual lebih besar atau sama dengan 2,58 diinterpretasikan sebagai

signifikan secara statistik pada tingkat 5% dan residual yang signifikan ini

menunjukkan adanya prediction error yang substansial untuk sepasang

indikator.

3.4.4 Analisis SWOT

Budiharsono (2003) menyebutkan bahwa salah satu metoda yang bisa

digunakan untuk menentukan kebijakan, adalah metoda analisis SWOT (Strength-

Weaknesses-Opportunities-Threats). Dengan analisis ini akan ditentukan

kebijakan yang diperlukan didasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan terhadap implementasi program-program pemberdayaan yang sudah

dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT

adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi kekuatan/kelemahan dan peluang/ancaman

Pada tahap ini dilakukan penelaahan kondisi faktual di lapangan dan

kecenderungan yang mungkin terjadi untuk mengidentifikasi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam implementasi program pemberdayaan

yang sudah dilaksanakan pada beberapa wilayah kajian.

2) Analisis SWOT dan alternatif kebijakan hasil analisis SWOT

Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis hubungan keterkaitan untuk

memperoleh beberapa alternatif kebijakan (SO, ST, WO dan WT). Untuk

mendapatkan prioritas kebijakan, maka dilakukan pemberian bobot (nilai)

berdasarkan tingkat kepentingan.

3) Analisis kebijakan

3.5 Pendekatan Penelitian

Dari alur pelaksanaan penelitian dapat dijelaskan bahwa analisis yag dilakukan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 12 sebagai berikut :

Page 118: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

107

Gambar 12 Pendekatan Penelitian

ANALISIS POTENSI EKONOMI

KEADAAN POTENSI PERIKANAN

Analysis Structural Equation Modeling (SEM)

KESEJAHTERAAN NELAYAN PERIKANAN

TANGKAP SKALA KECIL

PEMBERDAYAAN

Penyelenggaraan Penyuluhan, Pelatihan dan Pendidikan

KELEMBAGAAN

Organisasi nelayan, Lembaga keuangan mikro dan Lembaga Pemerintahan

KEWIRAUSAHAAN

Adanya ketrampilan usaha, praktek dan pengalaman usaha, niat berusaha

ANALISIS SWOT

Rekomendasi Kebijakan peningkatan kesejahteraan nelayan skala kecil

Page 119: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

108

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Pada tahun 2001 wilayah Kepulauan Seribu telah ditetapkan menjadi

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, sehingga hal ini telah menjadikan

Kepulauan Seribu sebagai satu-satunya Kabupaten yang ada di wilayah Propinsi

DKI Jakarta. Wilayah ini terletak di Laut Jawa dan Teluk Jakarta. Kepulauan

Seribu dapat dikatakan memiliki karakteristik dan potensi alam yang berbeda

dibandingkan dengan wilayah DKI Jakarta yang lain, karena wilayah ini terdiri

dari gugusan pulau-pulau terumbu karang dimana sebagian besar terumbu karang

yang ada masih mengalami pertumbuhan.

Secara administrasi luas wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu adalah meliputi 869,61 Ha, yang terbagi menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu

Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan,

dengan 6 kelurahan dan 110 pulau. Sementara itu apabila ditinjau dari aspek

geografisnya, topografi wilayah Kepulauan Seribu rata-rata termasuk landai (0-15

persen dengan ketinggian 0-2 meter di bawah permukaan laut), dimana luas

daratan masing-masing pulau dipengaruhi oleh adanya pasang surut yang

mencapai ketinggian 1-15 meter di atas Pelabuhan Tanjung Priok.

Secara fisik wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dibatasi

oleh Laut Jawa/Selat Sunda di sebelah utara dan Laut Jawa di sebelah timur.

Sementara itu, di sebelah selatan wilayah ini berbatasan dengan Kecamatan

Cengkareng, Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Cilincing, dan

Tangerang (Banten). Sedangkan, di sebelah barat wilayah Kepulauan Seribu

berbatasan langsung dengan Laut Jawa/Selat Sunda. Pada umumnya, keadaan

geologi di Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur, karang/pasir dan

sedimen yang berasal dari Pulau Jawa dan Laut Jawa, terdiri dari susunan

bebatuan malihan/metamorfosa dan batuan beku, di atas batuan dasar diendapkan

sedimen epiklastik, batu gamping, batu lempung yang menjadi dasar pertumbuhan

gamping terumbu Kepulauan Seribu.

Page 120: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

109

4.1 Profil Wilayah

4.1.1 Jumlah Penduduk dan Ratio Jenis Kelamin

Pada tahun 2007 penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu berjumlah

20.043 jiwa. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 0,63 persen jika

dibandingkan dengan tahun 2006 yang berjumlah hanya 19.916 jiwa. Tingkat

pertumbuhan tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan laju

pertumbuhan penduduk secara nasional yang mencapai angka 1,34 persen pada

tahun 2006.

Sedangkan, apabila dilihat per kecamatan dapat diketahui bahwa

pertumbuhan penduduk di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan adalah relatif

lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yaitu

sebesar 0,82 persen.

Sementara itu, apabila ditinjau berdasarkan jenis kelaminnya, tampak

bahwa secara umum di Kabupaten Kepulauan Seribu jumlah penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah hampir sama. Meskipun

demikian, masih tetap dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk yang berjenis

kelamin lebih cepat bila dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin

perempuan, terutama di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, yaitu sebesar 1,04

persen. Oleh karena itu, dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang

ada di Kabupaten Kepulauan Seribu tersebut apabila mampu dimanfaatkan secara

optimal terutama sebagai pelaku pembangunan, maka akan dapat menguntungkan

daerah yang bersangkutan. Hal ini karena jumlah penduduk yang besar tersebut

dapat diberdayakan menjadi salah satu modal dasar dalam pelaksanaan

pembangunan wilayah setempat.

Rasio jenis kelamin menggambarkan perbandingan banyaknya penduduk

di suatu wilayah antara yang berjenis kelamin laki-laki dengan penduduk yang

berjenis kelamin perempuan. Semakin banyak penduduk yang berjenis kelamin

laki-laki di suatu wilayah berarti semakin banyak tersedia tenaga kerja yang

nantinya dapat dioptimalkan. Hal ini disebabkan karena penduduk yang berjenis

kelamin laki-laki dapat dikatakan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang

berjenis kelamin perempuan.

Page 121: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

110

Berdasarkan tabel berikut dapat diketahui bahwa rasio jenis kelamin

penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu adalah sebesar 102. Hal ini

menggambarkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu yang

berjenis kelamin laki-laki adalah sedikit lebih banyak jika dibandingkan

dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 13a Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu menurut kecamatan tahun 2006-2007

Sex Ratio No. Kelurahan

2006 2007 (1) (2) (3) (4) 1 Kec. Kep. Seribu Selatan 98 99 a. Pulau Tidung 95 96 b. Pulau Pari 98 99 c. Pulau Untung Jawa 105 105 2 Kec. Kep. Seribu Utara 105 105 a. Pulau Panggang 104 104 b. Pulau Kelapa 106 106 c. Pulau Harapan 105 105

Kepulauan Seribu 102 102 Sumber : BPS (2008) Sedangkan, apabila ditinjau per kecamatan dapat dilihat bahwa hingga

tahun 2007 penduduk Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan yang berjenis

kelamin laki-laki jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan penduduk

perempuannya. Hal ini tampak dari nilai rasio jenis kelaminnya, yaitu sebesar 98

pada tahun 2006 dan 99 di tahun 2007. Akan tetapi, kondisi yang berlawanan

justru terjadi di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dimana nilai rasio jenis

kelaminnya adalah sebesar 105 baik untuk tahun 2006 maupun tahun 2007. Hal

ini menggambarkan bahwa penduduk kecamatan tersebut yang berjenis kelamin

laki-laki jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk

yang berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan kondisi tersebut, tampak bahwa untuk wilayah Kepulauan

Seribu secara umum dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara pada khususnya

memiliki penduduk laki-laki yang lebih banyak daripada penduduk yang berjenis

kelamin perempuan. Oleh karena itu, kondisi seperti ini seharusnya dapat

Page 122: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

111

dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin karena dengan jumlah penduduk laki-

laki yang lebih besar ini berarti tersedia lebih banyak tenaga kerja yang dapat

diandalkan sehingga mampu meningkatkan produktivitas dari kegiatan

pembangunan yang dilakukan di wilayah tersebut.

4.1.2 Kepadatan Penduduk

Selain dari indikator jumlah dan pertumbuhan penduduknya,

perkembangan variabel kependudukan juga dapat ditinjau dari segi indikator

kepadatan penduduknya. Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat

perhatian karena berkaitan dengan daya dukung terhadap lingkungan. Penyebaran

penduduk di Kabupaten Kepulauan Seribu secara geografis dapat dikatakan masih

belum merata. Hingga tahun 2007 penduduk yang tinggal di wilayah Kecamatan

Kepulauan Seribu Utara ada sebanyak 11.920 jiwa atau sekitar 59,5 persen dari

penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu sedangkan yang tinggal di wilayah

Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan ada sebanyak 8.123 jiwa atau sekitar 40,5

persen.

Selanjutnya, apabila dilihat dari kepadatan penduduknya tampak bahwa

dengan luas wilayah yang mencapai sekitar 869,61 Ha, pada tahun 2006

kepadatan penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu adalah 2,290 jiwa/km2 dan

terus mengalami peningkatan pada tahun 2007 yaitu menjadi sebesar 2,305

jiwa/km2.

Tabel 13b Kepadatan penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) No. Kelurahan

2006 2007 (1) (2) (3) (4) 1 Kec. Kep. Seribu Selatan 2,647 2,669 a. Pulau Tidung 3,849 3,884 b. Pulau Pari 2,271 2,296 c. Pulau Untung Jawa 1,743 1,750 2 Kec. Kep. Seribu Utara 2,098 2,109 a. Pulau Panggang 7,200 7,230 b. Pulau Kelapa 2,099 2,106 c. Pulau Harapan 803 812

Kepulauan Seribu 2,290 2,305 Sumber : BPS (2008)

Page 123: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

112

Berdasarkan tabel yang sama juga terlihat bahwa Kecamatan Kepulauan

Seribu Selatan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Kepulauan

Seribu Utara. Kepadatan yang lebih tinggi di wilayah Kecamatan Kepulauan

Seribu Selatan ini disebabkan karena daerah tersebut memiliki daya tarik sosial

ekonomi yang cukup tinggi yaitu merupakan pusat perekonomian terutama

industri. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya persentase penggunaan lahan di

wilayah tersebut yang digunakan untuk kegiatan industri dan perumahan bila

dibandingkan dengan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, yaitu sekitar 34,40

persen untuk industri dan 27,45 persen untuk perumahan.

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan, apabila peningkatan jumlah

penduduk yang terjadi di Kabupaten Kepuluan Seribu tersebut tidak diimbangi

dengan pemerataan lokasi daerah tempat tinggalnya maka akan dapat

menyebabkan penduduk-penduduk tersebut hanya terkonsentrasi di wilayah-

wilayah tertentu sehingga daya dukung terhadap lingkungan juga menjadi

terganggu.

4.1.3 Fertilitas dan Keluarga Berencana

Salah satu masalah kependudukan di Indonesia dewasa ini adalah

bagaimana menurunkan tingkat fertilitas ke tingkat yang lebih rendah. Hal

tersebut di perlukan karena kelahiran adalah salah satu komponen yang

mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk. Dengan adanya penurunan pada

gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan.

4.1.3.1 Angka kelahiran kasar (CBR)

Program Pemerintah melalui Keluarga Berencana tidak hanya bertujuan

menurunkan tingkat fertilitas tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga dan menanamkan norma tentang keluarga kecil bahagia

sejahtera. Upaya pemerintah tersebut di atas telah berhasil menurunkan tingkat

fertilitas di Indonesia secara umum. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai sumber

data antara lain angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate=CBR).

Di Kabupaten Kepulauan Seribu angka CBR pada tahun 2006 adalah

sebesar 3.35 dan selanjutnya mengalami penurunan menjadi 1.39 di tahun 2007.

Page 124: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

113

Angka ini menunjukkan bahwa jumlah kelahiran yang terjadi di Kabupaten

Kepulauan Seribu selama tahun 2006 adalah sebanyak 335 jiwa per 10.000

penduduk dan mengalami penurunan menjadi 139 jiwa per 10.000 penduduk. Hal

ini mengindikasikan bahwa partisipasi masyarakat terhadap program pemerintah

dalam rangka menurunkan tingkat fertilitas semakin meningkat.

Tabel 14 Angka kelahiran kasar Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007

Jumlah Kelahiran CBR No. Kelurahan

2006 2007 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kec. Kep. Seribu Selatan 146 78 1.46 0.78

a. Pulau Tidung 54 43 0.54 0.43 b. Pulau Pari 23 26 0.23 0.26 c. Pulau Untung Jawa 69 9 0.69 0.09 2 Kec. Kep. Seribu Utara 189 61 1.89 0.61 a. Pulau Panggang 82 19 0.82 0.19 b. Pulau Kelapa 62 23 0.62 0.23 c. Pulau Harapan 45 19 0.45 0.19

Kepulauan Seribu 335 139 3.35 1.39 Sumber : BPS (2008)

4.1.3.2 Tingkat partisipasi keluarga berencana

Selain itu, turunnya angka kelahiran kasar (CBR) di wilayah Kabupaten

Kepulauan Seribu tersebut juga dapat dikaitkan dengan tingkat partisipasi

masyarakat setempat terhadap program KB. Dari tabel 16 berikut dapat diketahui

bahwa pada tahun 2007 secara umum tingkat partisipasi KB masyarakat

Kabupaten Kepulauan Seribu sudah cukup baik, yaitu telah mencapai sebesar

74,99 persen.

Sedangkan, apabila ditinjau per kecamatan dapat diketahui bahwa

partisipasi masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu

Selatan terhadap program KB adalah sebesar 95,64 persen, yaitu jauh lebih besar

jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di Kecamatan Kepulauan

Seribu Utara yang tingkat partisipasinya hanya mencapai 63,30 persen. Fenomena

ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Kecamatan Kepulauan

Page 125: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

114

Seribu Selatan akan pentingnya program penurunan fertilitas jauh lebih baik

daripada masyarakat Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Tabel 15 Tingkat partisipasi KB di Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2007

No. Kelurahan Jumlah PUS

Jumlah Peserta

KB

Tingkat Partisipasi

KB (%)

(1) (2) (3) (4) (5) 1 Kec. Kep. Seribu Sel 1,283 1,227 95.64 a. Pulau Tidung 732 725 99.04 b. Pulau Pari 231 223 96.54 c. Pulau Untung Jawa 320 279 87.19 2 Kec. Kep. Seribu Utara 2,267 1,435 63.30 a. Pulau Panggang 976 577 59.12 b. Pulau Kelapa 1,055 638 60.47 c. Pulau Harapan 236 220 93.22

Kepulauan Seribu 3,550 2,662 74.99 Sumber : BPS (2008)

4.1.3.3 Angka kematian kasar (CDR)

Disamping tingkat kelahiran dan migrasi, salah satu faktor yang

mempengaruhi dinamika geografis adalah kematian. Tingkat kematian yang

terjadi umumnya berbeda menurut golongan umur, jenis kelamin maupun kondisi

sosial ekonomi penduduk. Dengan demikian tingkat kematian yang terjadi di

suatu wilayah sering dihubungkan dengan kemajuan sosial ekonomi di wilayah

tersebut. Salah satu ukuran kematian yang paling sederhana adalah berupa angka

kematian kasar (Crude Death Rate=CDR).

Pada tahun 2007 tampak bahwa Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki

tingkat kematian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2006, yaitu

sebesar 0,32 yang artinya jumlah kematian yang terjadi di wilayah Kabupaten

Kepulauan Seribu pada tahun 2007 adalah sebanyak 32 jiwa per 10.000 penduduk.

Sementara itu, apabila ditinjau per kecamatan dapat dilihat bahwa pada

tahun 2007 wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan memiliki tingkat

kematian yang sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kecamatan

Kepulauan Seribu Utara. Jumlah kematian yang terjadi di Kecamatan Kepulauan

Page 126: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

115

Seribu Selatan pada tahun 2006 adalah sebanyak 19 jiwa per 10.000 penduduk.

Kondisi seperti ini dapat terjadi karena jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di

wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara lebih banyak bila dibandingkan

dengan fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.

Tabel 16 Angka kematian kasar Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007

Jumlah Kematian CDR No. Kelurahan

2006 2007 2006 2007 (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kec. Kep. Seribu Selatan 15 19 0.15 0.19

a. Pulau Tidung 5 9 0.05 0.09 b. Pulau Pari 3 4 0.03 0.04 c. Pulau Untung Jawa 7 6 0.07 0.06 2 Kec. Kep. Seribu Utara 15 13 0.15 0.13 a. Pulau Panggang 3 4 0.03 0.04 b. Pulau Kelapa 7 6 0.07 0.06 c. Pulau Harapan 5 3 0.05 0.03

Kepulauan Seribu 30 32 0.30 0.32 Sumber : BPS (2008)

4.1.3.4 Angka harapan hidup

Disamping fertilitas dan mortalitas, indikator lain yang dapat digunakan

untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka harapan hidup

(AHH). Angka Harapan Hidup (AHH) atau Life Expectancy (LE) menunjukkan

rata-rata umur penduduk mulai lahir sampai dengan akhir hidupnya. Faktor yang

mempengaruhi perubahan AHH dapat ditinjau dari beberapa hal seperti kondisi

lingkungan dan status sosial ekonomi penduduk, ketersediaan fasilitas dan tenaga

kesehatan, status gizi dan lain-lain. Oleh karena itu AHH cukup representatif

digunakan sebagai indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan penduduk

khususnya di bidang kesehatan.

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa selama kurun waktu tahun

2004-2006 angka harapan hidup di Kabupaten Kepulauan Seribu mengalami

peningkatan, yaitu meningkat dari 69,3 tahun pada tahun 2004 menjadi 69,7 tahun

pada tahun 2005. Begitu pula pada tahun 2006, angka harapan hidup di Kabupaten

Page 127: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

116

Kepulauan Seribu juga semakin mengalami peningkatan yaitu menjadi 70,1 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat atau kualitas penduduk

Kabupaten Kepulauan Seribu di sektor kesehatan semakin baik.

Tabel 17 Angka harapan hidup Propinsi DKI Jakarta tahun 2004-2006

Angka Harapan Hidup (Tahun) Kab/Kota

2004 2005 2006 (1) (2) (3) (4)

Kab. Kepulauan Seribu 69.3 69.7 70.1 Kota Jakarta Selatan 72.1 72.4 72.8 Kota Jakarta Timur 72.5 72.5 72.6 Kota Jakarta Pusat 71.0 71.3 71.8 Kota Jakarta Barat 72.6 72.6 72.8 Kota Jakarta Utara 72.2 72.2 72.3

Prop. DKI Jakarta 72.4 72.5 72.6 Sumber : BPS (2007)

Meskipun selama kurun waktu dari tahun 2004 sampai tahun 2006 kondisi

angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu terus mengalami

peningkatan, akan tetapi angka tersebut masih tetap lebih rendah bila

dibandingkan dengan angka harapan hidup di tingkat Propinsi DKI Jakarta secara

umum, yaitu yang mencapai hingga 72,6 tahun pada tahun 2006. Ini menunjukkan

bahwa kondisi kesehatan masyarakat atau penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu

tersebut masih berada di bawah kondisi masyarakat DKI Jakarta secara umum.

Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan kondisi secara umum yang ada

di Indonesia dengan AHH nasional pada tahun 2005 dan 2006 yang masing-

masing hanya mencapai 69,0 tahun dan 69,4 tahun maka angka harapan hidup

penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu dapat dikatakan sedikit lebih tinggi. Hal

ini dapat menunjukkan bahwa sebenarnya secara umum meskipun dibandingkan

dengan masyarakat DKI Jakarta kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten

Kepulauan Seribu lebih rendah, akan tetapi bila dibandingkan dengan wilayah

nasional kualitas kesehatannya masih hampir sama.

4.1.4 Pendidikan

Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain ditandai

dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan

hasil kerja atau kinerja yang berkualitas secara perorangan atau kelompok.

Page 128: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

117

Beberapa cara untuk menampilkan hasil kerja produktif diantaranya dengan

mengasah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang umumnya dapat

diperoleh melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat

kemajuan suatu masyarakat. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, biasanya

wawasan maupun pengetahuan masyarakat juga akan semakin luas dan

meningkat. Sementara itu, sampai saat ini telah terdapat berbagai macam indikator

yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan masyarakat di suatu

wilayah, antara lain angka partisipasi murni (APM), angka partisipasi kasar

(APK) dan rasio murid guru.

4.1.4.1 Angka partisipasi murni (APM)

Angka partisipasi murni (APM) mengukur proporsi anak yang bersekolah

tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk

penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun dan SMA

untuk penduduk usia 16-18 tahun.

Semakin tinggi angka partisipasi murni (APM) berarti semakin banyak

anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah di tingkat pendidikan tertentu.

Standar ideal untuk APM adalah mendekati 100.

Tabel 18 Angka partisipasi murni Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2006-2007

APM SD APM SMP APM SMA APM SD APM SMP APM SMA(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)1 Kep. Seribu Selatan 97.10 86.21 56.25 96.49 78.79 38.71

2 Kep. Seribu Utara 92.31 80.65 64.15 94.87 79.17 60.47

93.87 82.42 61.18 95.40 79.01 51.35Kepulauan Seribu

Tahun 2006 Tahun 2007No. Kecamatan

Sumber : BPS (2007)

Berdasarkan tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2006 dan

2007 APM tertinggi di Kabupaten Kepulauan Seribu terjadi di level SD,

kemudian SMP dan SMA. Angka partisipasi murni (APM) SD di Kabupaten

Kepulauan Seribu secara keseluruhan telah mendekati standar, yaitu sebesar 93,87

di tahun 2006 dan sebesar 95,40 pada tahun 2007. Sedangkan apabila ditinjau per

kecamatan tampak bahwa APM SD di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan

menunjukkan angka yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan APM SD di

Page 129: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

118

Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Akan tetapi, di sisi lain untuk APM SMP dan

SMA di Kabupaten Kepulauan Seribu secara keseluruhan terlihat bahwa masih

jauh di bawah standar nasional dimana APM untuk SMP 82,42 pada tahun 2006

dan 79,01 pada tahun 2007 sedangkan APM untuk SMA 61,18 pada tahun 2006

dan 51,35 pada tahun 2007.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2006, APM SD di Kabupaten

Kepulauan Seribu mengalami peningkatan sebesar 1,53 pada tahun 2007.

Sedangkan, APM SMP dan APM SMA sama-sama mengalami penurunan pada

tahun 2007, yaitu masing-masing sebesar 3,41 dan 9,83. Penurunan angka APM

SMA yang cukup besar ini karena sangat dipengaruhi oleh penurunan APM SMA

yang terjadi di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan pada tahun 2007 bila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 17,54.

Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum sampai dengan tahun 2007

partisipasi sebagian besar penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu terhadap

pendidikan hanya sampai dengan tingkat SD dimana hal ini ditunjukkan dengan

nilai APM yang mendekati 100. Sedangkan, hanya sebagian kecil yang partisipasi

pendidikannya sampai dengan tingkat SMP dan SMA, yang ditunjukkan dengan

nilai APM SMP dan SMA yang masih jauh dari angka 100.

4.1.4.2 Rasio murid terhadap guru

Sementara itu, selain angka partisipasi murni (APM), rasio murid terhadap

guru juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator pendidikan di suatu

wilayah. Semakin tinggi rasio murid guru berarti semakin banyak siswa yang

harus dilayani oleh seorang guru atau hal ini dapat diartikan semakin kurang

jumlah guru di suatu daerah. Standar rasio murid per guru adalah 40 untuk SD, 21

untuk SMP dan SMU.

Tabel 19 Rasio murid terhadap guru tahun 2004 dan tahun 2006

Tahun 2004 Tahun 2006 No. Kecamatan SD SLTP SMU SD SLTP SMU (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Kep. Seribu Sel. 33 19 13 14 11 8 2 Kep. Seribu Utara 19 20 9 33 19 13

Kepulauan Seribu 26 20 11 22 14 11 Sumber : BPS (2007)

Page 130: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

119

Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa jumlah tenaga guru yang terdapat di

wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2006 sudah lebih banyak bila

dibandingkan dengan jumlah guru yang berada di wilayah tersebut pada tahun

2004. Selain itu, data tersebut juga dapat menunjukkan bahwa hingga pada tahun

2006 tenaga guru yang berada di Kabupaten Kepulauan Seribu secara umum

sudah mencukupi, dimana rasio murid per guru di wilayah tersebut adalah 22

untuk SD, 14 untuk SLTP dan 11 untuk SMU.

4.1.5 Ketenagakerjaan

Hampir di semua negara saat ini, masalah ketenagakerjaan atau

perburuhan selalu tumbuh dan berkembang, baik di negara maju maupun

berkembang, baik yang menerapkan ideologi kapitalisme maupun sosialisme. Di

negara berkembang umumnya masalah ketenagakerjaan berkaitan dengan

kelangkaan/sempitnya peluang atau kesempatan kerja, tingginya angka

pengangguran, rendahnya kemampuan SDM atau tenaga kerja, tingkat gaji yang

rendah dan masalah jaminan sosial nyaris tidak ada.

Sementara itu, masalah kelangkaan lapangan pekerjaan bisa terjadi ketika

muncul ketidakseimbangan antara jumlah calon buruh yang banyak sedangkan

lapangan usaha yang tersedia relatif sedikit atau banyaknya lapangan kerja namun

kualitas tenaga kerja buruh yang ada tidak sesuai dengan kualitas yang

dibutuhkan. Kelangkaan lapangan pekerjaan ini dapat memunculkan angka tingkat

pengangguran yang tinggi yang selanjutnya dapat berakibat pada aspek sosial

yang lebih luas.

Seperti halnya masalah ketenagakerjaan yang terjadi secara luas tersebut,

dalam lingkup atau cakupan wilayah yang lebih kecil seperti Kabupaten

Kepulauan Seribu juga mengalami kondisi yang tidak jauh berbeda dengan

kondisi ketenagakerjaan secara umum.

Berdasarkan tabel 20 dapat digambarkan keadaan kesempatan kerja yang

ada di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2007. Dari tabel tersebut

tampak bahwa terdapat cukup banyak jumlah angkatan kerja yang terdapat di

wilayah tersebut. Secara keseluruhan di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu

terdapat 7.727 angkatan kerja, dimana sekitar 75,91 persen adalah berjenis

kelamin laki-laki dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Jumlah angkatan kerja

Page 131: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

120

tersebut telah mencapai 59,09 persen dari jumlah penduduk usia kerja yang

terdapat di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu.

Selain itu, berdasarkan data yang terdapat pada tabel 22 tersebut juga

dapat dilihat bahwa dari sebanyak 7.727 angkatan kerja yang ada di wilayah

Kabupaten Kepulauan Seribu 87,95 persen diantaranya adalah telah berstatus

bekerja. Sedangkan, apabila dibandingkan dengan wilayah DKI Jakarta dan

Indonesia secara keseluruhan, tingkat kesempatan kerja penduduk Kabupaten

Kepulauan Seribu dapat dikatakan masih relatif lebih tinggi. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Seribu yang bekerja jumlahnya

sudah cukup banyak.

Tabel 20 Keadaan ketenagakerjaan dan pengangguran di tahun 2007

Laki-laki Perempuan L+P Laki-laki Perempuan L+P Laki-laki Perempuan L+P(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. Penduduk usia kerja 6,988 6,089 13,077 3,377,321 3,389,602 6,766,923 82,079,391 82,038,932 164,118,3232. Jumlah Angkatan kerja 5,866 1,861 7,727 2,773,032 1,622,292 4,395,324 68,719,887 41,221,472 109,941,3593. Jumlah penduduk yang bekerja 5,216 1,580 6,796 2,436,549 1,406,395 3,842,944 63,147,938 36,782,279 99,930,2174. Jumlah pengangguran 650 281 931 336,483 215,897 552,380 5,571,949 4,439,193 10,011,1425. % bekerja terhadap angkatan kerja 88.92 84.90 87.95 87.87 86.69 87.43 83.72 50.25 66.996. Tingkat pengangguran terbuka (%) 11.08 15.10 12.05 12.13 13.31 12.57 8.11 10.77 9.11

Uraian Kepulauan Seribu DKI Jakarta Indonesia

Sumber : BPS (2008)

Sementara itu, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah

ketenagakerjaan yang banyak terjadi salah satunya adalah pengangguran. Sesuai

dengan data yang terdapat dalam tabel 15 juga tampak bahwa secara umum

tingkat pengangguran terbuka yang terjadi di wilayah Kabupaten Kepulauan

Seribu pada tahun 2007 mencapai 12,05 persen. Secara lebih lanjut, apabila

ditinjau menurut jenis kelamin terlihat bahwa pada tahun 2007 di wilayah

Kabupaten Kepulauan Seribu terdapat sekitar 15,10 persen penganggur terbuka

yang berjenis kelamin perempuan, sedangkan penganggur yang berjenis kelamin

laki-laki terdapat sekitar 11,08 persen. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya

laki-laki merupakan kepala keluarga yang bertanggung jawab memberikan nafkah

bagi keluarganya, dimana untuk dapat memperoleh nafkah tersebut harus dengan

cara bekerja.

Apabila dibandingkan dengan kondisi yang ada di DKI Jakarta terlihat

bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Kepulauan Seribu masih

sedikit lebih rendah. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan kondisi yang ada

Page 132: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

121

di Indonesia secara umum terlihat bahwa tingkat pengangguran yang terjadi di

Kabupaten Kepulauan Seribu masih jauh lebih tinggi. Berdasarkan penjelasan di

atas dapat disimpulkan bahwa masih cukup tingginya angka pengangguran di

wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu tersebut sebagai akibat dari masih

terbatasnya lapangan pekerjaan yang terdapat di wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dari saksono (2008) yang melakukan survei

terhadap 100 responden yang merupakan pemangku kepentingan di bidang

perikanan, diperoleh data bahwa masyarakat Kepulauan Seribu melakukan

kegiatan penangkapan ikan sebanyak 45% dan kegiatan pembudidayaan ikan

berkisar sebesar 23%. Sehingga sebanyak 68 % penduduk Kepulauan Seribu

berprofesi sebagai nelayan sedangkan sisanya sebanyak 32% memilih melakukan

berbagai kegiatan lainnya di berbagai sektor, seperti pariwisata, jasa angkutan,

pegawai negeri, dan usaha perikanan yang dimulai dari praproduksi, produksi,

pengolahan hingga pemasaran.

4.1.6 Jenis dan sumber alat tangkap nelayan

Masyarakat Kepulauan Seribu dalam melaksanakan profesi penangkapan

ikan dilakukan dengan berbagai jenis alat tangkap. Berdasarkan hasil penelitian

dari saksono (2008) yang melakukan survei terhadap 100 responden nelayan

dan/atau nelayan kecil, diperoleh data bahwa penggunaan alat tangkap yang

sangat dominan adalah alat tangkap lainnya, yakni sebesar 26% (Tabel 21).

Tabel 21 Komposisi alat penangkapan ikan di Kepulauan Seribu

Jenis Alat Tangkap Jumlah (%) Keterangan

1. Jaring Gebur 11,002. Pancing 25,003. Pancing Cumi 8,004. Jaring (Payang/Rampus) 12,005. Sistem Kompresor 12,006. Sero 6,007. Peralatan Lainnya 26,00

Peralatan Lainnya adalah alat-alat tangkap dari luar yang beroperasi di kawasan Kepulauan Seribu, seperti: Pukat Pantai, Trawl, dll.

Sumber: Saksono 2008. Memperhatikan tabel 21 jenis alat penangkapan lainnya yang tidak

termasuk dalam kelompok alat tangkap jenis jaring dan alat tangkap pancing,

seperti bubu mempunyai porsi paling besar yaitu 26 % sedangkan pancing

Page 133: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

122

merupakan alat tangkap yang paling dominan digunakan nelayan dan/atau nelayan

kecil di perairan Kepulauan Seribu, yakni sebesar 32%.

Para nelayan Kepulauan Seribu biasanya mengusahakan alat tangkap

buatannya sendiri. Berdasarkan hasil penelitian dari saksono (2008) yang

melakukan survei terhadap 100 responden nelayan dan/atau nelayan kecil,

terdapat 31% nelayan membuat sendiri peralatan untuk penangkapan ikan. Namun

demikian, pada umumnya nelayan membeli alat tangkap kemudian melakukan

modifikasi, yakni sebesar 55%. Nelayan yang menggunakan alat pancing dengan

membeli jadi hanya sekitar 14%.

4.1.7 Sistem pembelian alat tangkap oleh nelayan

Ditinjau dari aspek sistem pembayaran terhadap pembelian alat tangkap

yang dilakukan para nelayan dan/atau nelayan kecil, berdasarkan penelitian

saksono (2008) sebanyak 56 % nelayan melakukan pembayaran kontan atas setiap

alat tangkap yang dibeli. Selain itu, terdapat pula 37% nelayan dan/atau nelayan

kecil yang melakukan pembayaran alat tangkap yang telah dibelinya dengan

sistem cicilan atau kredit. Nelayan yang melakukan pembayaran dengan hasil

tangkapan hanya berkisar 7%.

Fenomena diatas mengindikasikan bahwa perekonomian masyarakat di

wilayah Kepulauan Seribu pada umumnya relatif baik, karena para nelayan sudah

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya bahkan memiliki modal untuk

mengembangkan usahanya.

Tabel 22 Pengusahaan alat penangkapan ikan di Kepulauan Seribu

Pengusahaan Alat Tangkap Jumlah (%) Keterangan

1. Cara Pengusahaan a. Dibuat sendiri 31,00 b. Dibeli siap pakai 14,00 c. Dibeli lalu dimodifikasi 55,00

2. Sistem Pembayaran a. Bayar kontan 56,00 b. Bayar cicilan 37,00 c. Dibayar dari hasil tangkapan 7,00

Alat tangkap pada umumnya dibeli di pasar ikan.

3. Kisaran Harga a. < Rp 500.000,00 45,00 b. Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 36,00 c. > Rp 1.000.000,00 19,00

Alat tangkap jaring dibeli dengan harga cukup murah kemudian dimodifikasi

Sumber: Saksono (2008)

Page 134: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

123

4.1.8 Pemasaran hasil perikanan

Hasil penelitian saksono pada tahun 2008 menunjukkan bahwa dalam

perspektif perikanan tangkap, lokasi pemasaran hasil tangkapan nelayan yang

potensial adalah langsung di wilayah Kepulauan Seribu (45 %) dan Muara Angke

(35 %), sedangkan sistem transaksi terbaik dalam pemasarannya adalah

pembayaran kontan (83 %) sebagaimana disajikan pada tabel 23

Tabel 23 Pemasaran hasil perikanan tangkap di Kepulauan Seribu

Pemasaran Hasil Jumlah (%) Keterangan

1. Tujuan Lokasi Pemasaran a. Muara Angke 35,00 b. Kalibaru 20,00 c. Di tempat (wilayah Kep. Seribu) 45,00

2. Sistem Pembayaran Hasil Tangkap a. Bayar kontan 83,00 b. Bayar cicilan 13,00 c. Cara pembayaran lainnya 4,00

Pembayaran kontan sangat umum dilakukan. Pembayaran cicilan hanya dilakukan bila ada kesepakatan dengan pembeli

Sumber: Saksono (2008)

Sedangkan pemasaran hasil perikanan budidaya sebagian besar dilakukan di

Muara Angke (tabel 24)

Tabel 24 Pemasaran hasil perikanan budidaya di Kepulauan Seribu

Pemasaran Hasil Jumlah (%) Keterangan

1. Tujuan Lokasi Pemasaran a. Muara Angke 46,00 b. Kalibaru 36,00 c. Di tempat (wilayah Kep. Seribu) 18,00

Jual sendiri banyak dipilih karena dianggap lebih menguntungkan

2. Sistem Pembayaran Hasil Budidaya a. Bayar kontan 78,00 b. Bayar cicilan 16,00 c. Cara pembayaran lainnya 6,00

Pembayaran kontan sangat umum dilakukan meskipun kepada pelanggan tetap.

Sumber: Saksono (2008)

4.1.9 Transportasi penduduk

Seiring dengan kegiatan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya,

maka aksesibilitas masyarakat dan/atau nelayan dalam memasarkan hasil

Page 135: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

124

tangkapan maupun produk budidaya perikanan memerlukan sarana transportasi.

Hasil survei dari saksono (2008) sebagai sarana transportasi dari wilayah

Kepulauan Seribu ke Jakarta melalui pelabuhan Muara Angke dan sebaliknya,

pada umumnya (87%) menggunakan sarana angkutan rakyat berupa kapal motor

yang berfungsi sebagai angkutan umum antarpulau dan hanya 13% yang

memanfaatkan sarana kapal cepat.

Hal ini sangat menyulitkan bagi percepatan kegiatan masyarakat di

Kepulauan Seribu. Dalam konteks sarana transportasi, terdapat beberapa

kesulitan, yakni jadwal keberangkatan yang rata-rata hanya 2 (dua) kali sehari,

rendahnya sistem keamanan dan keselamatan pelayaran, terbatasnya kapasitas

muat, dan lamanya waktu tempuh baik antarpulau dalam wilayah Kepulauan

Seribu maupun dari Kepulauan Seribu ke Jakarta (Muara Angke).

4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu

Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja

perekonomian suatu wilayah, terutama yang dikaitkan dengan kemampuan suatu

daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Kenaikan produksi dan

harga barang dan jasa merupakan faktor penyebab utama kenaikan nilai PDRB.

Perkembangan PDRB Kabupaten Kepulauan Seribu selama 6 tahun terakhir

cukup stabil yang terlohat pada tabel 26.

Pada tahun 2006, PDRB atas dasar harga berlaku mencapai 2,634 trilyun

rupiah yang berarti mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2005

dan 2004 yang berada pada angka 1,534 trilyun rupiah dan 2,151 trilyun rupiah.

Peningkatan nilai tambah ini tidak hanya disebabkan oleh kenaikan produksi, akan

tetapi juga disebabkan oleh kenaikan harga yang signifikan terutama harga

minyak dan gas bumi. Begitu pula dengan PDRB atas harga berlaku tanpa migas

juga mengalami peningkatan dari 192,1 milyar rupiah di tahun 2005 menjadi

217,3 milyar rupiah pada tahun 2006.

Sementara itu, berdasarkan tabel 26 juga dapat dilihat bahwa PDRB atas

dasar harga konstan dengan migas terus mengalami penurunan hingga tahun 2005

dan kembali meningkat pada tahun 2006. Penurunan tersebut disebabkan karena

adanya penurunan produksi. Sedangkan, PDRB atas dasar harga konstan tanpa

migas terus mengalami peningkatan sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006.

Page 136: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

125

Pada tahun 2006 PDRB atas harga konstan dengan migas mencapai 1,072 trilyun

rupiah dan PDRB tanpa migas mencapai 139,1 milyar rupiah.

Tabel 25 Perkembangan PDRB dan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2001-2006

PDRB ADHB (juta rupiah)

PDRB ADHK Tahun 2000 (Juta Rupiah)

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) Tahun Dengan

Migas Tanpa Migas

Dengan Migas

Tanpa Migas

Dengan Migas

Tanpa Migas

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2001 1,533,832 168,752 1,427,840 153,109 -1.19 -2.66 2002 1,338,072 177,260 1,382,231 148,979 -3.19 -2.70 2003 1,223,830 153,307 1,187,155 127,549 -14.11 -14.38 2004 1,534,290 173,085 1,118,224 130,732 -5.81 2.50 2005 2,151,457 192,128 1,050,064 134,087 -6.10 2.57 2006 2,634,912 217,283 1,072,123 139,062 2.10 3.71

Sumber : BPS (2007)

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang

menggambarkan tingkat pertumbuhan produksi barang dan jasa. Secara makro,

indikator ini digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan

pembangunan yang telah digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan

Seribu pada periode tahun 2001 hingga tahun 2006.

Pada periode tahun 2001 hingga 2005 Kabupaten Kepulauan Seribu

memiliki pertumbuhan ekonomi yang negatif, bahkan sempat mengalami kondisi

kontraksi pada tahun 2003 dimana pertumbuhan ekonominya mencapai -14,11

persen. Akan tetapi mulai tahun 2004 sampai tahun 2006 laju pertumbuhannya

semakin meningkat, baik laju pertumbuhan dengan migas maupun tanpa migas.

Laju pertumbuhan yang negatif yang terjadi hingga tahun 2003 tersebut salah satu

penyebabnya adalah pada saat itu stabilitas di wilayah tersebut yang belum

kondusif. Hal ini disebabkan karena sejak terbentuk pada tahun 2001, pemerintah

Kabupaten Kepulauan Seribu masih dalam tahap melengkapi infrastruktur di

wilayah tersebut hingga tahun 2003.

Sementara itu, dari tabel 30 berikut ini secara sektoral menunjukkan

bahwa pada tahun 2006 seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang positif.

Sektor pertanian dengan subsektor perikanan sebagai primadona mampu tumbuh

sebesar 3,99 persen di tahun 2006. Kondisi tersebut mengalami sedikit

peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,98 persen.

Page 137: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

126

Begitu pula dengan sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor

listrik, gas dan air bersih serta sektor perdagangan, hotel dan restoran juga

mengalami peningkatan laju pertumbuhan, dimana masing-masing sektor tersebut

memiliki laju pertumbuhan sebesar 1,87 persen; 4,58 persen; 2,14 persen dan 4,18

persen pada tahun 2006.

Tabel 26 Laju pertumbuhan PDRB Kepulauan Seribu menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000

2001 2002 2003 2004 2005 2006(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)1 Pertanian -13.51 -13.47 -48.11 2.46 2.98 3.992 Pertambangan dan Penggalian -1.01 -3.25 -14.08 -6.81 -7.24 1.873 Industri Pengolahan 0.29 3.59 4.41 1.40 3.05 2.564 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.67 1.37 4.41 1.45 1.83 2.145 Bangunan 2.39 9.08 5.45 2.51 3.45 4.586 Perdagangan, Hotel dan Restoran 10.44 7.23 4.58 3.79 3.69 4.187 Pengangkutan dan Komunikasi 0.28 -16.03 3.81 -7.17 -15.27 0.908 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.32 1.65 0.18 0.42 1.22 1.369 Jasa-jasa 2.59 2.36 4.07 2.54 2.92 3.01

PDRB Tanpa Migas -2.66 -2.7 -14.38 2.5 2.57 3.71PDRB Dengan Migas -1.19 -3.19 -14.11 -5.81 -6.10 2.10

TahunNo. Lapangan Usaha

Sumber : BPS (2007)

Apabila ditinjau menurut subsektornya, khusus untuk sektor pertanian

tampak bahwa hanya subsektor peternakan yang laju pertumbuhannya mengalami

penurunan selama periode tahun 2001 hingga tahun 2006. Sementara itu, untuk

subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan perikanan selama periode

tersebut terus mengalami peningkatan laju pertumbuhan dimana untuk subsektor

perikanan laju pertumbuhannya mampu mencapai 4,16 persen di tahun 2006.

Tabel 27 Laju pertumbuhan PDRB Kepulauan Seribu sektor pertanian menurut subsektor ADHK Tahun 2000

2001 2002 2003 2004 2005 2006(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)1 Tanaman Bahan Makanan -20.32 16.41 7.73 -13.19 -8.44 -3.562 Peternakan 0.00 -0.20 9.02 -11.34 2.80 0.063 Perikanan -13.46 -13.79 -48.96 2.96 3.25 4.16

-13.51 -13.47 -48.11 2.46 2.98 3.99Sektor Pertanian

TahunNo. Subsektor

sumber : BPS (2007)

Page 138: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

127

Struktur ekonomi dinyatakan dalam persentase menunjukkan besarnya

peranan nilai tambah masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan PDRB.

Struktur ekonomi menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan

produksi masing-masing sektor ekonomi.

Gambar 13 Strukur ekonomi dengan migas

Struktur ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2006 relatif

tidak mengalami pergeseran dengan tahun-tahun sebelumnya. Sektor yang sangat

dominan dan memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten

Kepulauan Seribu adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor

perdagangan, hotel dan restoran serta sector pertanian.

Pada tahun 2006 peranan sektor pertambangan dan penggalian 91,74

persen terhadap perekonomian Kabupaten Kepulauan Seribu. Sementara itu,

sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki peranan sebesar 3,35 persen

dengan sektor utama adalah perdagangan yang memiliki kontribusi sebesar 2,04

persen. Begitu pula dengan sektor pertanian, pada tahun 2006 sektor ini berperan

2,04 persen terhadap perekonomian Kabupaten Kepulauan Seribu dengan sektor

utama adalah sektor perikanan yang memiliki kontribusi sebesar 2,00 persen.

Page 139: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

128

Gambar 14 Struktur ekonomi tanpa migas

Di sisi lain, apabila dilihat tanpa migas struktur ekonomi Kabupaten

Kepulauan Seribu didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang

memiliki peran 40,6 persen kemudian diikuti sektor pertanian yang memiliki

kontribusi sebesar 24,68 % . Peran terbesar dari sektor pertanian pada tahun 2006

dihasilkan oleh subsektor perikanan, yaitu yang mendominasi sebesar 98,26

persen dari peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Kepulauan Seribu

secara keseluruhan (gambar 15).

Gambar 15 Peranan sektor pertanian menurut subsektor tahun 2006

Page 140: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

129

4.3 Sektor Unggulan Kabupaten Kepulauan Seribu

Pada periode tahun 2002-2007 sektor-sektor/subsektor ekonomi yang

unggul peranannya di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah sektor pertanian

terutama subsektor perikanan, sektor pertambangan dan penggalian serta

subsektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Sektor/subsektor tersebut

dikatakan sektor unggulan karena memiliki nilai SLQ>1. Sektor pertanian sub

sector perikanan mempunyai nilai SLQ>1 yaitu sebesar 54,7 sedangkan DLQ nya

jauh diatas 1 yaitu sebesar 13,236. Hal ini mununjukkan sub sektor perikanan

merupakan sektor unggulan di Kepulauan Seribu sekaligus juga mempunyai daya

saing pada masa yang akan datang.

Namun, dari beberapa sektor atau subsektor yang menjadi unggulan

tersebut ternyata subsektor angkutan sungai, danau dan penyeberangan memiliki

laju pertumbuhan yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan laju

pertumbuhan sektor/subsektor yang sejenis pada wilayah-wilayah lain di Propinsi

DKI Jakarta. Kondisi ini disebabkan karena subsektor tersebut memiliki nilai

SLQ>1 sedangkan nilai DLQ<1. Hal ini berarti bahwa jika tidak dilakukan upaya-

upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan subsektor tersebut, maka di masa

depan subsektor tersebut akan kalah bersaing dengan subsektor yang sama di

wilayah lainnya.

Sektor-sektor/subsektor yang berpotensi untuk menjadi andalan atau

unggulan di kemudian hari adalah sektor pertanian subsektor tanaman bahan

makanan (tabama), peternakan dan perikanan, subsektor industri makanan,

minuman dan tembakau. Selain itu, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel

dan restoran terutama subsektor perdagangan dan hotel, subsektor jasa

pemerintahan umum serta subsektor jasa hiburan dan rekreasi juga merupakan

sektor/subsektor yang memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan di masa

mendatang. Hal ini disebabkan karena sektor-sektor/subsektor tersebut memiliki

laju pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan

sektor/subsektor yang sejenis pada wilayah lain di Propinsi DKI Jakarta, dimana

meskipun sektor/subsektor tersebut memiliki nilai SLQ<1 akan tetapi memiliki

nilai DLQ>1 sehingga sektor-sektor/subsektor tersebut memiliki daya saing di

masa depan (tabel 28).

Page 141: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

130

Tabel 28 Rasio location quotient (LQ) periode 2002-2007

No Lapangan Usaha Location Quotient Keterangan Statis Dinamis

2007 2002-2007 1 Pertanian 20.812 362,071.117 a.tabama 0.708 93.354 p + ds b.tanaman hias 0.000 0.000 c.peternakan 0.851 456,355.285 p + ds d.perikanan 54.756 13,236.843 u + ds 2 Pertambangan & penggalian 190.361 4,552.545 a.minyak & gas 190.361 4,552.545 u + ds 3 Industri pengolahan 0.017 0.022 tp + tds a.makanan,minuman & tembakau 0.175 139.418 p + ds b.tekstil, barang kulit & alas kaki 0.000 0.000 c.barang kayu & hasil hutan lain 0.000 0.000 d.kertas & barang cetakan 0.000 0.000 e.pupuk,kimia & barang dari karet 0.000 0.000 f.semen & barang galian bkn lgm 0.000 0.000 g.logam dasar besi & baja 0.000 0.000 h.alat angkutan, mesin & peralatan 0.004 0.003 i.barang lainnya 0.000 0.000 4 Listrik, gas & air bersih 0.038 0.010 tp + tds a.listrik 0.000 0.000 b.gas 0.000 0.000 c.air bersih 0.000 0.000 5 Bangunan 0.078 2.102 p + ds 6 Perdagangan,hotel & restaurant 0.167 1.719 a.perdagangan 0.137 2.085 p + ds b.hotel 0.745 1.981 p + ds c.restauran 0.120 0.717 p + ds 7 Pengangkutan & komunikasi 0.017 0.002 a.pengangkutan 0.031 0.153 1.angkutan rel 0.000 0.000 2. angkutan jalan raya 0.011 0.000 3. angkutan laut 0.000 0.000 4. angkutan sungai & penyebrngan 98.392 0.227 u + tds 5. angkutan udara 0.000 0.000 6.jasa penunjang 0.000 0.000 b.komunikasi 0.005 0.000 1.pos & telekomunikasi 0.000 0.000 2.jasa penunjang telekomunikasi 0.000 0.000 8 Keuangan,persewaan & jasa prsh 0.013 0.005 a.bank 0.024 0.123 tp + tds b.lembaga keuangan tanpa bank 0.001 0.000 c.jasa penunjang keuangan non bank 0.000 0.000 d.sewa bangunan 0.000 0.000 e.jasa perusahaan 0.000 0.000 9 Jasa-jasa 0.090 0.279 a.pemerintahan umum 0.225 4.476 1.adm pemerintahan & pertahanan 0.000 0.000 2.jasa pemerintahan lainnya 0.000 0.000 b.swasta 0.033 0.937 1.sosial kemasyarakatan 0.019 0.253 tp + tds 2.hiburan & rekreasi 0.175 4.192 p + ds 3.perorangan & rumah tangga 0.013 0.006 tp + tds Produk Domestik Regional Bruto 1.000 1.000

Sumber : pengolahan data BPS (2008) Keterangan : u + ds = sektor unggulan & mempunyai daya saing; u + tds = sektor

unggulan tetapi tidak mempunyai daya saing; p + ds = mempunyai potensi & berdaya saing; tdp + tds = tidak berpotensi & tidak berdaya saing

Page 142: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

131

4.4 Sumber Pertumbuhan Sektor Unggulan

Sedikit berbeda dengan metode location quotient (LQ) yang hanya mampu

melihat jenis sektor-sektor yang menjadi unggulan atau andalan di suatu daerah

tanpa mampu melihat sumber pertumbuhannya, dengan metode shift share dapat

dilakukan analisis yang berkaitan dengan sumber-sumber pertumbuhan dari

sektor-sektor yang menjadi unggulan atau andalan di suatu daerah. Analisis shift

share ini terdiri atas 3 (tiga) komponen, yaitu komponen pangsa regional (PR),

differential shift (DS) dan proportional shift (PS).

4.4.1 Analisis Pangsa Regional (PR)

Persentase pangsa regional (PR) persektor merupakan peranan setiap

sektor bagi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Seribu dikaitkan dengan

pertumbuhan ekonomi Propinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan tabel berikut ini tampak bahwa pada periode tahun 2002-2007

sektor pertambangan dan penggalian memiliki peranan yang terbesar bagi

pertumbuhan nilai tambah Propinsi DKI Jakarta. Peranan terbesar yang kedua

dihasilkan oleh sektor pertanian dimana sumbangan terbesar dari sektor ini adalah

berasal dari sumbangan subsektor perikanan. Selanjutnya, sektor perdagangan,

hotel dan restoran juga berperan cukup besar terhadap pertumbuhan nilai tambah

DKI Jakarta.

Tabel 29 Persentase pangsa regional dengan migas periode 2002-2007

No. Sektor/Lapangan Usaha Persentase

Pangsa Regional

(1) (2) (3) 1 Pertanian 4.46 2 Pertambangan dan Penggalian 89.00 3 Industri Pengolahan 0.29 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.04 5 Bangunan 0.80 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.33 7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.39 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.48 9 Jasa-jasa 1.21

Total 100.00 Sumber : pengolahan data BPS (2008)

Page 143: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

132

Dari informasi di atas, dapat dikatakan bahwa pola pembangunan ekonomi

yang lebih tepat untuk diterapkan di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah

pembangunan ekonomi dengan sektor pertambangan dan penggalian serta sektor

pertanian dengan subsektor utama perikanan yang dominan.

Berdasarkan hasil analisis sebelumnya telah dijelaskan bahwa sektor

pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang memberikan peranan

tertinggi terhadap pertumbuhan nilai tambah Propinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar

89,00 persen. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini Kabupaten Kepulauan

Seribu merupakan satu-satunya wilayah di DKI Jakarta yang mengelola dan

menghasilkan output yang berasal dari kegiatan pertambangan dan penggalian.

Sedangkan apabila tanpa memasukkan sektor migas, dapat dilihat bahwa

pada periode tahun 2002-2007 sektor pertanian (sektor 1) memiliki peranan yang

dominan bagi pertumbuhan nilai tambah Kepulauan Seribu yaitu sebesar 40,58

persen.

Gambar 16 Proporsi pangsa regional setiap sektor tanpa migas 2002-2007

Peranan terbesar kedua adalah sebesar 30,29 persen yang dihasilkan oleh

sektor perdagangan, hotel dan restoran (sektor 6). Selain itu, sektor jasa-jasa

dengan subsektor utama hiburan dan rekreasi (sektor 9) juga mampu memberikan

peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan nilai tambah yaitu sebesar 11

persen. Kondisi ini sangat wajar karena selama ini di wilayah Kepulauan Seribu

terdapat cukup banyak tempat-tempat yang dapat digunakan sebagai obyek wisata

dimana wisatawan banyak berkunjung ke daerah tersebut.

Page 144: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

133

Oleh karena itu, berdasarkan informasi tersebut di atas dapat dikatakan

bahwa pola pembangunan ekonomi di luar sektor migas yang lebih tepat untuk

diterapkan di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah pembangunan ekonomi dengan

sektor pertanian (40,58 %) serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (30,29%)

yang dominan.

Tabel 30 Persentase pangsa regional tanpa migas periode 2002-2007

No. Sektor/Lapangan Usaha Persentase

Pangsa Regional

(1) (2) (3) 1 Pertanian 40.58 2 Pertambangan dan Penggalian 0.00 3 Industri Pengolahan 2.68 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.33 5 Bangunan 7.24 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.29 7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.53 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.37 9 Jasa-jasa 11.00

Total 100.00 Sumber : pengolahan data BPS (2008)

Gambar 17 Proporsi pangsa regional sektor pertanian tanpa migas

Hal ini juga didukung oleh fakta seperti yang terdapat pada gambar diatas.

Dari gambar tersebut tampak bahwa apabila dilihat menurut subsektornya yang

memberikan kontribusi atau peranan terbesar terhadap sektor pertanian di

Kabupaten Kepulauan Seribu pada tahun 2007 adalah subsektor perikanan, yaitu

98.89

0.160.950.00

20.00 40.00 60.00 80.00

100.00 120.00

Subsektor

Proporsi (%)

Tabama Peternakan Perikanan

Page 145: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

134

sebesar 98,89 persen. Sedangkan, subsektor tanaman bahan makanan (tabama)

dan peternakan hanya berkontribusi masing-masing 0,95 persen dan 0,16 persen.

4.4.2 Differential Shift (DS) dan Proportional Shift (PS)

Komponen yang digunakan untuk menganalisis sumber pertumbuhan

sektor-sektor di Kabupaten Kepulauan Seribu adalah hasil perhitungan dengan

metode shift share. Dari nilai proportional shift dapat dianalisis pemanfaatan

keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral Kabupaten

Kepulauan Seribu relatif terhadap pertumbuhan sektoral Propinsi DKI Jakarta.

Sedangkan dari differential shift dapat dilihat posisi keuntungan lokasi Kabupaten

Kepulauan Seribu yang mempengaruhi laju pertumbuhan suatu atau beberapa

sektor di kabupaten ini. Keuntungan lokasi ini antara lain disebabkan karena

kemampuan dalam menyediakan bahan mentah, ketersediaan sumber daya

manusia (SDM) dan sumber daya buatan sebagai fasilitas penunjang.

Pada periode tahun 2002-2007 terlihat bahwa secara keseluruhan

pertumbuhan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu disebabkan oleh kemampuan

pemanfaatan keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi kebijakan sektoral.

Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai total komponen proportional shift sebesar Rp.-

221,7 milyar, tanpa memperhatikan positif atau negatifnya nilai tersebut, dimana

nilai tersebut lebih besar dari nilai total komponen differential shift yaitu sebesar

Rp. -60,9 milyar.

Nilai proportional shift yang negatif tersebut mengindikasikan bahwa

besarnya laju pertumbuhan sektoral Kabupaten Kepulauan Seribu sebagai

pengaruh dari pemanfaatan faktor keuntungan struktur ekonomi atau konsentrasi

kebijakan sektoral secara keseluruhan relatif masih kalah bersaing dengan

kemampuan Propinsi DKI Jakarta secara umum.

Sektor-sektor yang mampu menangkap peluang dari kebijakan sektoral

sehingga pertumbuhannya pesat di tingkat propinsi adalah subsektor listrik,

bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi

terutama subsektor angkutan jalan raya dan komunikasi. Sektor-sektor tersebut

selama tahun 2002-2007 memiliki nilai proporsional shift yang positif (tabel 32).

Page 146: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

135

Tabel 31 Hasil perhitungan dengan metode shift share (rupiah)

No Lapangan Usaha Shift Share Keterangan differential proportinal

2002-2007 2002-2007 1 Pertanian 60,514,015 -51,267,507,620 a.tabama 34,911,883 -458,513,020 berkembang b.tanaman hias 0 0 c.peternakan 7,779,235 -100,114,920 Berkembang d.perikanan 17,822,897 - 58,288,628,237 Berkembang 2 Pertambangan & penggalian 0 -178,974,642,960 a.minyak & gas 0 -178,974,642,960 Berkembang 3 Industri pengolahan -841,711,785 -708,355,094 a.makanan,minuman & tembakau -250,990,662 -1,515,336,943 tertekan b.tekstil, barang kulit & alas kaki 0 0 (tb + tp ) c.barang kayu & hasil hutan lain 0 0 d.kertas & barang cetakan 0 0 e.pupuk,kimia & barang dari karet 0 0 f.semen & barang galian bkn lgm 0 0 g.logam dasar besi & baja 0 0 h.alat angkutan, mesin & peralatan -265,731,300 -19,989,298 tertekan i.barang lainnya 0 0 4 Listrik, gas & air bersih -570,828,084 584,736,685 berkembang a.listrik 0 0 b.gas 0 0 c.air bersih 0 0 5 Bangunan -2,033,721,823 1,925,320,761 potensi 6 Perdagangan,hotel & restaurant -10,991,316,058 1,979,999,183 a.perdagangan -1,972,770,908 175,850,533 potensi b.hotel -8,856,530,874 3,272,392,342 potensi c.restauran -2,516,176,809 885,918,842 potensi 7 Pengangkutan & komunikasi -12,042,590,698 4,641,214,505 a.pengangkutan -8,547,589,179 1,292,523,829 potensi 1.angkutan rel 0 0 2. angkutan jalan raya -434,990,215 253,082,071 potensi 3. angkutan laut 0 0 4. angkutan sungai & penyebrngan 1,957,964,942 -9,031,122,148 berkembang 5. angkutan udara 0 0 6.jasa penunjang 0 0 b.komunikasi -732,402,853 586,092,009 potensi 1.pos & telekomunikasi 0 0 2.jasa penunjang telekomunikasi 0 0 8 Keuangan,persewaan & jasa prsh -2,346,501,298 -1,340,945,289 a.bank -475,913,528 -3,198,696,837 tertekan b.lembaga keuangan tanpa bank -23,548,271 17,168,268 berkembang c.jasa penunjang keuangan non bank 0 0 d.sewa bangunan -14,205,630 9,651,574 berkembang e.jasa perusahaan 0 0 9 Jasa-jasa -6,755,963,235 1,418,440,542 berkembang a.pemerintahan umum -4,239,319,123 -78,084,245 1.adm pemerintahan & pertahanan 0 0 2.jasa pemerintahan lainnya 0 0 b.swasta -1,639,894,830 528,775,505 1.sosial kemasyarakatan -59,628,473 152,191,114 berkembang 2.hiburan & rekreasi -2,155,851,374 1,255,885,713 berkembang 3.perorangan & rumah tangga -217,953,079 5,236,774 berkembang Produk Domestik Regional Bruto -60,942,587,528 -221,741,739,287

Sumber : pengolahan data BPS (2008)

Page 147: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

136

Dari hasil pengolahan data tersebut juga tampak bahwa tidak ada satupun

sektor-sektor/subsektor di Kabupaten Kepulauan Seribu pada periode tahun 2002-

2007 yang memiliki memiliki nilai proportional shift dan differential shift yang

positif l, sehingga dapat digolongkan menjadi kategori 1 (PS + dan DS +).

Kategori 1 adalah sektor pada suatu wilayah yang mempunyai pertumbuhan

sangat cepat (rapid growth sector). Kondisi ini menunjukkan bahwa

pembangunan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Seribu belum cukup efisien

dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.

Bahkan terdapat beberapa sektor dalam kategori 4 yaitu sektor yang

mempunyai PS dan DS negative (PS – dan DS -). Kategori 4 ini menunjukkan

sektor yang bersangkutan saat ini dalam keadaan tidak berkembang dan tidak

mempunyai potensi dimasa yang akan datang. Sektor/subsektor tersebut adalah

sektor industri pengolahan makanan, minuman dan tembakau; alat angkutan

mesin dan peralatan serta perbankan.

Sektor-sektor yang mampu memanfaatkan keuntungan lokasional sehingga

memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sektor sejenis di kabupaten/kota

lain adalah semua sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan

makanan (tabama), peternakan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

DS (+). DS yang positif terjadi apabila laju pertumbuhan pada suatu sektor

disuatu wilayah lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di

wilayah lain. DS yang positif ini mencerminkan posisi keuntungan lokasi

(locational advantage position). Tetapi kondisi sektor ini tidak tumbuh dengan

baik, ini ditandai dengan nilai PS yang negatif, yang berarti bahwa sektor ini

memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan

daerah lain.

Hasil ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan sebenarnya merupakan

sektor unggulan dan mempunyai daya saing yang tinggi, dibuktikan dengan nilai

LQ yang positif dan juga DS yang positif. Akan tetapi sektor ini tidak memiliki

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sektor sejenis di daerah lain. Hal ini

terjadi karena yang menjadi pembanding subsektor perikanan Kepulauan Seribu

adalah Kota Jakarta Utara. Seperti sudah digambarkan pada bab sebelumnya

sebesar 55 % pemasaran hasil perikanan tangkap dan 82 % pemasaran hasil

Page 148: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

137

perikanan budidaya dilakukan diluar wilayah kepulauan seribu. Kondisi inilah

yang menyebabkan subsektor perikanan Kepulauan Seribu tidak tumbuh dengan

baik karena justru yang menikmati hasil tangkapan dan hasil budidaya perikanan

adalah kota lain.

Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang melibatkan

semua pihak yang berkepentingan yang dapat mempercepat pertumbuhan

subsektor perikanan disemua wilayah Kepulauan Seribu. Percepatan pertumbuhan

sektor perikanan ini dapat berpotensi guna memberikan efek ganda (multiplier

effects) yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi dalam wilayah

Kepulauan Seribu yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan.

Page 149: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

138

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab sebelumnya tampak bahwa tidak ada satupun sektor dan subsektor di

Kabupaten Kepulauan Seribu pada periode tahun 2002-2007 yang memiliki memiliki

nilai proportional shift dan differential shift yang positif l, sehingga dapat

digolongkan menjadi kategori 1 yaitu kategori dimana proportional shift positif dan

differential shift positif. Kategori 1 adalah sektor pada suatu wilayah yang mempunyai

pertumbuhan sangat cepat (rapid growth sector). Bahkan terdapat beberapa sektor

dalam kategori 4 yaitu sektor yang mempunyai proportional shift negatif dan

differential shift negatif. Kategori 4 ini menunjukkan sektor yang bersangkutan saat

ini dalam keadaan tidak berkembang dan tidak mempunyai potensi dimasa yang akan

datang. Sektor/subsektor tersebut adalah sektor industri pengolahan makanan,

minuman dan tembakau; alat angkutan mesin dan peralatan serta perbankan.

Sektor yang mampu memanfaatkan keuntungan lokasional sehingga memiliki

daya saing yang tinggi dibandingkan sektor sejenis di kabupaten/kota lain adalah

semua sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan (tabama),

peternakan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai differential shift positif.

Differential shift positif terjadi apabila laju pertumbuhan pada suatu sektor disuatu

wilayah lebih tinggi daripada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di wilayah

lain. Differential shift positif mencerminkan posisi keuntungan lokasi (locational

advantage position). Tetapi kondisi sektor ini tidak tumbuh dengan baik, ini ditandai

dengan nilai proportional shift negatif, yang berarti bahwa sektor ini memiliki

pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan daerah lain.

Hasil ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan sebenarnya merupakan

sektor unggulan dan mempunyai daya saing yang tinggi, dibuktikan dengan nilai

location quotient positif dan juga Differential shift positif. Pertumbuhan ekonomi

tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan

demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula

kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator-indikator yang lain. Kondisi

ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Seribu

belum cukup efisien dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dikarenakan hasil

pembangunan yang ada ternyata belum dapat mensejahterahkan masyarakat terutama

masyarakat nelayan.

Page 150: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

139

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas

masyarakat dalam jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan

akurat. Perencanaan ini berarti harus mampu mencakup kapan, di mana dan

bagaimana pembangunan harus dilakukan agar mampu merangsang pertumbuhan

ekonomi yang berkesinambungan. Dengan kata lain, pembuat rencana pembangunan

haruslah mampu untuk memprediksi dampak yang ditimbulkan dari pembangunan

yang akan dilakukan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan

kelompok-kelompok masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk

suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan

suatu lapangan kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam

wilayah tersebut (Arsyad, 2002). Wujud perekonomian daerah yang dibangun

mencerminkan peningkatan peran masyarakat dan pelayanan masyarakat dengan

tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Persoalan sering timbul manakala menentukan manakah yang terlebih dahulu

harus dilakukan antara pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.

Apakah pembangunan ekonomi dulu baru kemudian pembangunan kesejahteraan

ataukah sebaliknya. Keragaman sumberdaya manusia dan potensi ekonomi daerah

kerapkali menimbulkan pandangan generalisasi bahwa pembangunan kesejahteraan

hanya perlu dilakukan oleh daerah-daerah yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi.

Desentralisasi yang memberi kewenangan lebih luas pada daerah, kemudian dijadikan

momentum untuk memangkas anggaran dan institusi-institusi sosial dan bahkan

meniadakannya sama sekali. Alasannya: pembangunan kesejahteraan dianggap boros

dan karenanya baru perlu dilakukan apabila pertumbuhan ekonomi (PAD) telah

tinggi. Padahal, studi di beberapa negara menunjukkan bahwa kemampuan ekonomi

tidak secara otomatis dan linier berhubungan dengan pembangunan kesejahteraan

(Suharto, 2005). Oleh karena itu perlu dibuat suatu model yang komprehensif guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.

5.1 Model Peningkatan Kesejahteraan Nelayan

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan merupakan prioritas yang

perlu diterapkan dalam setiap pelaksanaan progam pembangunan. Upaya tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Menurut Gunawan (2007)

kebijakan khusus pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat guna

Page 151: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

140

menanggulangi kemiskinan merupakan bagian integral pembangunan nasional yang

harus mempunyai arah pembangunan yang jelas. Arah pembangunan tersebut harus

ditindaklanjuti melalui strategi peningkatan kesejahteraan dan dijabarkan melalui

kebijakan peningkatan kesejahteraan guna menanggulangi kemiskinan berikut ini.

Pertama, penguatan kelembagaan dan pengembangan teknologi yaitu upaya

meningkatkan kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat agar proses alih

informasi dan teknologi, penyaluran dana dan informasi, proses produksi dan

distribusi dan pemasaran serta administrasi pembangunan, terlembaga dengan baik

sesuai dengan kondisi lokal.

Kedua, pemberdayaan sumber daya manusia, yaitu memperkuat kapasitas

sumber daya manusia dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan

organisasi aparat dan warga masyarakat dalam pembangunan guna meningkatkan

produktivitas dan daya saing melalui pelatihan, penyuluhan dan pendampingan.

Ketiga, kewirausahaan yaitu memberdayakan ekonomi masyarakat dengan

cara mengembangkan mekanisme penyaluran dana bantuan dan kredit lunak langsung

kepada masyarakat untuk mengembangkan kegiatan sosial ekonomi produktif

unggulan dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan sehingga dapat menjamin surplus

untuk tabungan dan akumulasi modal masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut, model peningkatan kesejahteraan nelayan dapat

menggunakan ketiga faktor di atas yaitu: penguatan kelembagaan (X1), pemberdayan

sumberdaya manusia (X2), dan kewirausahaan (X3). Selanjutnya semua variabel dari

faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan nelayan tersebut di atas

diukur dengan skala Likert (skala 1 sampai 5). Berikut ini akan diuraikan satu persatu

hasil tabulasi dari jawaban responden pada masing-masing variabel.

5.1.1 Tabulasi hasil jawaban responden

5.1.1.1 Tingkat kesejahteraan nelayan (Y)

Kesejahteraan nelayan secara umum (Y) dalam konseptualisasi model

peningkatan kesejahteraan nelayan menggunakan konsep yang dikeluarkan oleh BPS.

Menurut BPS kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat komplek dan tidak

memungkinkan untuk untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek

kesejahteraan tersebut. Sehingga indikator yang digunakan dalam penelitian ini

disesuaikan dengan indikator kesejahteraan rumah tangga yang telah ditetapkan oleh

BPS (1991) yang sudah dimodifikasi. Modifikasi ini dimungkinkan karena, (a)

masalah pembangunan nelayan adalah manajemen pengembangan masyarakat pesisir

Page 152: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

141

yang meliputi, masalah sosio-ekonomi rumah tangga nelayan, (b) menyesuaikan

dengan kondisi yang terjadi di daerah penelitian. Indikator-indikator tersebut terdiri

atas: (1) Pendapatan rumah tangga; (2) Konsumsi rumah tangga; (3) Keadaan

tempat tinggal; (4) Fasilitas tempat tinggal; (5) Kesehatan anggota keluarga.

Berdasarkan derajat kualitasnya, indikator kesejahteraan (Y) ini dapat dipadatkan

menjadi tiga variabel, yaitu: variabel yang mencakup aspek pendapatan nelayan (Y1),

keadaan tempat tinggal (Y2), dan kesehatan (Y3).

Tabel 32 Penilaian responden terhadap indikator kesejahteraan

Item Pertanyaan Y1 Y2 Y3

Jawaban Responden

Frek. % Frek. % Frek. % 1 4 2.8 3 2.1 4 2.8 2 20 14.0 7 4.9 20 14.0 3 95 66.4 107 74.8 95 66.4 4 20 14.0 23 16.1 20 14.0 5 4 2.8 3 2.1 4 2.8

Jumlah 143 100 143 100 143 100 Sumber: Hasil pengolahan data

Secara keseluruhan responden lebih banyak menyatakan pilihan 3 atau cukup.

Khususnya untuk item Y2 (perumahan) terdapat 74.8% respoden memilih bahwa

kondisi rumah merupakan item yang sangat penting (tabel 32). Terdapat hal yang

menarik dimana item pendapatan (Y1) bukan item yang dianggap cukup penting.

Sedangkan untuk item kondisi kesehatan (Y3) tanggapan responden cukup beragam.

5.1.1.2 Penguatan kelembagaan

Indikator pertama dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan adalah aspek

kelembagaan. Menurut tokoh kelembagaan John R. Commons (1934) yang diacu

dalam Arifin dan Rahbini (2001), definisi kelembagaan adalah kerangka acuan atau

hak-hak yang dimiliki individu-individu untuk berperan dalam pranata kehidupan, dan

juga berarti perilaku dari pranata tersebut. Dengan demikian, kelembagaan itu

dianggap sebagai seperangkat aturan main atau tata cara untuk kelangsungan

sekumpulan kepentingan (a set of working rules of going concerns). Oleh karenanya

ruang lingkup kelembagaan dibatasi pada hal-hal (1) Kelembagaan adalah kreasi

manusia (human creations); (2) Kumpulan individu (group of individuals); (3)

mempunyai dimensi waktu (time dimension); (4) mempunyai dimensi tempat (place

dimension); (5) suatu lingkungan fisik (6) adanya aturan main dan norma (rules and

norms); (7) adanya penegakan hukum (monitoring and law enforcement); (8) adanya

hirarki dan jaringan (nested levels and institutions). Oleh karena itu dapat disimpulkan

Page 153: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

142

indikator X1 terdiri dari variabel: organisasi nelayan (X11), lembaga keuangan mikro

(X12), dan lembaga pemerintahan (X13).

Tabel 33 Penilaian responden terhadap penguatan kelembagaan nelayan

Item Pertanyaan X11 X12 X13

Jawaban

Responden Frek. % Frek. % Frek. % 1 3 2.1 3 2.1 3 2.1 2 25 17.5 25 17.5 25 17.5 3 87 60.8 88 61.5 86 60.1 4 25 17.5 24 16.8 26 18.2 5 3 2.1 3 2.1 3 2.1

Jumlah 143 100 143 100 143 100 Sumber: Hasil pengolahan data

Secara keseluruhan responden lebih bersifat moderat dengan dominasi pilihan

pada pilihan cukup (60 %). Pada semua aspek yang ada responden memberikan

tanggapan yang sangat beragam disekitar pilihan cukup (tabel 33).

5.1.1.3 Pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan

Indikator pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan menggunakan konsep

pada Undang-Undang Perikanan yaitu UU No.31 Tahun 2004 Bab X pasal 60 ayat (1)

b tentang pemberdayaan nelayan. Pada pasal tersebut terdapat tugas pemerintah dalam

memberdayakan nelayan yang berupa penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan

penyuluhan bagi nelayan guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dibidang

penangkapan, pembudidayaan, pengolahan dan pemasaran ikan.

Berdasarkan undang-undang pemberdayaan nelayan tersebut, indikator

pemberdayaan SDM (X2) mengandung tiga variabel penting, yaitu; penyelenggaraan

penyuluhan (X21), penyelenggaraan pelatihan (X22), dan pendidikan (X23).

Tabel 34 Penilaian responden terhadap pemberdayaan sumberdaya manusia

Item Pertanyaan X21 X22 X23

Jawaban

Responden Frek. % Frek. % Frek. % 1 3 2.1 3 2.1 3 2.1 2 24 16.8 21 14.7 23 16.1 3 90 62.9 93 65 91 63.6 4 23 16.1 21 14.7 24 16.8 5 3 2.1 5 3.5 2 1.4

Jumlah 143 100 143 100 143 100 Sumber: Hasil pengolahan data

Page 154: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

143

Responden lebih cenderung berada pilihan cukup yang hampir mencapai 65%

(tabel 34). Secara keseluruhan pilihan responden memberikan tanggapan sangat

berimbang pada kedua sisi.

5.1.1.4 Kewirausahaan

Berdasarkan konsep kewirausahaan yang dikemukakan oleh Nikijuluw (2005),

yaitu pengembangan kewirausahaan di kalangan perikanan adalah suatu proses yang

berkelanjutan dan barangkali tidak ada akhirnya. Dalam bentuknya sebagai suatu

proses yang tidak berakhir, maka pangkal dan proses tersebut adalah membangun

nilai-nilai dan kesadaran berusaha atau berbisnis dikalangan nelayan. Tanpa adanya

nilai-nilai dan kesadaran berbisnis maka langkah selanjutnya adalah pengembangan

kewirausahaan ini tidak akan terwujud.

Oleh karenanya setelah memiliki kesadaran dan nilai-nilai, berbisnis itu perlu

dilakukan dan melalui harkat dan martabatnya dapat ditingkatkan. Maka langkah

selanjutnya yaitu: (1) membangun penguasaan akan keterampilan dasar teknologi

yang berkaitan dengan perikanan; (2) ketersediaan modal usaha dan manajerial; (3)

meningkatkan praktek dan pengalaman usaha; dan (4) mengembangkan niat

kewirausahaan secara terus menerus ke depan. Dari uraian di atas kita tetapkan

bahwa, indikator kewirausahaan (X3) terdiri dari: keterampilan usaha mandiri (X31),

praktek dan pengalaman usaha (X32), dan niat dalam usaha (X33).

Tabel 35 Penilaian responden terhadap kewirausahaan

Item Pertanyaan X31 X32 X33

Jawaban

Responden Frek. % Frek. % Frek. % 1 2 1.4 4 2.8 3 2.1 2 26 18.2 34 23.8 21 14.7 3 88 61.5 67 46.8 96 67.1 4 25 17.5 34 23.8 20 14 5 2 1.4 4 2.8 3 2.1

Jumlah 143 100 143 100 143 100 Sumber: Hasil pengolahan data

Responden lebih cenderung berada pilihan cukup yang hampir mencapai 55%.

Seperti halnya pada aspek kewirausahaan, pada aspek ini secara keseluruhan pilihan

responden memberikan tanggapan sangat berimbang pada kedua sisi.

5.1.2 Metode Analisis

Data primer yang dikumpulkan dari responden diolah secara kuantitatif,

ditabulasi, dan diolah lanjutan menggunakan model persamaan struktural (structural

Page 155: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

144

equation model atau SEM) second order full version. Dalam persamaan ini

kesejahteraan nelayan yaitu Y (variabel endogen laten) dipengaruhi oleh tiga faktor

(variabel esksogen laten), yaitu penguatan kelembagaan (X1), pemberdayaan

sumberdaya manusia (X2), dan kewirausahaan (X3). Sedangkan setiap faktor tersebut

dipengaruhi oleh berbagai variabel yang bisa diukur (variabel endogen yang diamati).

Kesejahteraan nelayan perikanan tangkap ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu aspek

pendapatan (Y1), keadaan tempat tinggal (Y2), dan aspek kesehatan (Y3). Dalam hal

ini juga dilakukan analisis tentang korelasi antar variabel esksogen laten, yaitu X1,

X2, dan X3. Galat pengukuran (measurement error) diklasifikasikan sebagai variabel

esksogen laten. Variabel endogen adalah variabel yang nilainya harus diterangkan

atau diprediksi. Variabel esksogen adalah variabel yang nilainya tidak harus

diterangkan atau diprediksi. Sebuah variabel dikelompokkan sebagai endogen atau

esksogen tergantung pada asumsi yang ditetapkan.

Model persamaan struktural (SEM) dibuat secara diagram maupun rumus

matematik. maka persamaan matematis untuk model SEM ini adalah sebagai berikut:

Konstruksi variabel endogen pengamatan dan esksogen laten

Xij = λjXi + γj ................................................................................................................................(1)

Dimana: untuk i = 1; j = 1, 2, 3 untuk i = 2; j = 1, 2, 3 untuk i = 3; j = 1, 2, 3 λ = komponen muatan (loading component) γ = galat (measurement error) X1 = variabel esksogen laten ” kelembagaan ” X2 = variabel esksogen laten ” pemberdayaan sumberdaya manusia” X3 = variabel esksogen laten ” kewirausahaan” X11 = variabel endogen pengamatan ” organisasi nelayan” X12 = variabel endogen pengamatan ” lembaga keuangan mikro” X13 = variabel endogen pengamatan ” lembaga pemerintahan” X21 = variabel endogen pengamatan ” penyelenggaraan penyuluhan” X22 = variabel endogen pengamatan “penyelenggaraan pelatihan” X23 = variabel endogen pengamatan ” penyelenggaraan pendidikan” X31 = variabel endogen pengamatan ” ketrampilan usaha” X32 = variabel endogen pengamatan ” praktek dan pengalaman berusaha” X33 = variabel endogen pengamatan ” niat dalam berusaha”

Konstruksi variabel endogen pengamatan dan laten

Yl = λlY + γl ................................................................................................................................(2)

Yl = variabel endogen pengamatan

Page 156: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

145

Y = variabel endogen laten kesejahteraan nelayan perikanan tangkap

dimana: l = 1, 2, 3

λ = komponen muatan (loading component) γ = galat pengukuran (measurement error) tingkat pendapatan (Y1), keadaan tempat tinggal (Y2), dan tingkat pendidikan (Y3) Y1 = variabel endogen pengamatan “ tingkat pendapatan ” Y2 = variabel endogen pengamatan ” keadaan tempat tinggal ” Y3 = variabel endogen pengamatan “ tingkat pendidikan “

Konstruksi variabel esksogen laten dan endogen laten

Xi = Ωi Y+ ε ......................................................................................(3)

dimana: i = 1, 2, 3,

Ωi = komponen muatan (loading component) antara Xi dan Y εi = galat (measurement error)

Selanjutnya juga dihitung korelasi (r) antar faktor determinan (Xi).

5.1.3 Pengujian Kelayakan Model

Sebelum dilaksanakan analisis model persamaan struktural, maka langkah

awal yang dilakukan pada analisis model persamaan struktural adalah menentukan

konstruk laten dengan Confirmatory Factor Analysis. Adapun tujuan dari analisis

confirmatory factor adalah untuk menguji apakah konstruk (faktor) laten dari masing-

masing faktor merupakan konstruk unidimensional yang didefinisikan oleh masing-

masing variable observed. Berdasarkan survei terhadap 160 responden, hanya 143

data survei yang dianggap layak dan memenuhi persyaratan untuk diestimasi.

Selanjutnya, hasil estimasi secara grafis dapat diilustrasikan sebagaimana ditunjukkan

pada Gambar 18 berikut

Page 157: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

146

Gambar 18 Konseptualisasi model peningkatan kesejahteraan nelayan Keterangan: Y=Kesejahteraan Nelayan (Y1= pendapatan RT, Y2=keadaan tempat tinggal, Y3=kesehatan); X1= penguatan kelembagaan, (X11= organisasi nelayan, X12= LKM, X13= lembaga pemerintahan), X2= Pemberdayaan SDM (X21= penyelenggaraan penyuluhan, X22=penyelenggaraan pelatihan, X23= pendidikan); X3= kewirausahaan (X31 ketrampilan usaha =, X32= praktek dan pengalaman usaha, X33= niat dalam berusaha) 5.1.3.1 Pengujian variabel penguatan kelembagaan

Sebelum dilaksanakan analisis model persamaan struktural secara

keseluruhan, maka langkah awal yang dilakukan adalah melakukan analisis model

persamaan struktural pada masing-masing variable guna menentukan konstruk laten

dengan Confirmatory Factor Analysis. Adapun tujuan dari analisis confirmatory

factor adalah untuk menguji apakah konstruk (faktor) laten dari masing-masing faktor

merupakan konstruk unidimensional yang didefinisikan oleh masing-masing variable

observed. Hasil estimasi secara grafis dapat diilustrasikan sebagaimana ditunjukkan

pada Gambar 20 berikut.

Y

X1

X2

X3

X12

X11

X13

X21

X22

X23

X31

X32

Y1

Y2

Y3

X33

Page 158: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

147

Gambar 19 Confirmatory factor analysis penguatan kelembagaan

Berikut ini disajikan evaluasi kiteria Goodness of Fit Index untuk model

pengukuran masing-masing konstruk dengan confirmatory factor analysis. Tujuannya

adalah untuk mengukur apakah variabel kelembagaan sudah memenuhi kriteria

Goodness of Fit Index. Hasil evaluasi dimaksud ditunjukkan pada tabel 36.

Tabel 36 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk penguatan kelembagaan

Kriteria Cut off Value Hasil Model Keterangan

Chi-square (X2) Diharapkan Kecil 0.066 Baik Probability (p) ≥ 0,05 0.797 Baik GFI ≥ 0,90 1.000 Baik AGFI ≥ 0,90 0.998 Baik CFI ≥ 0,95 1.000 Baik TLI ≥ 0,90 1.071 Baik RMSEA ≤ 0,08 0.000 Baik Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

Berdasarkan hasil evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk variabel X1

yaitu penguatan kelembagaan yang diterangkan oleh indikator organisasi nelayan,

koperasi dan lembaga keuangan mikro menunjukkan bahwa model dalam kriteria baik

dan dapat digunakan guna mengukur variabel penguatan kelembagaan (tabel 41).

5.1.3.2 Pengujian variabel pemberdayan sumberdaya manusia

Pengujian selanjutnya dilakukan guna mengevaluasi kiteria Goodness of Fit

Index untuk variabel pemberdayaan sumberdaya manusia. Tujuannya adalah untuk

mengukur apakah variabel X2 sudah memenuhi kriteria Goodness of Fit Index. Hasil

evaluasi dimaksud ditunjukkan pada gambar 20.

Page 159: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

148

Gambar 20 Confirmatory factor analysis pemberdayaan sumberdaya manusia

Berikut ini disajikan evaluasi kiteria Goodness of Fit Index untuk model

pengukuran masing-masing konstruk dengan confirmatory factor analysis. Hasil

evaluasi variabel X2 ditunjukkan pada tabel 37.

Tabel 37 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan

Kriteria Cut off Value Hasil Model Keterangan

Chi-square (X2) Diharapkan Kecil 2.009 baik Probability (p) ≥ 0,05 0.156 baik GFI ≥ 0,90 0.991 baik AGFI ≥ 0,90 0.994 baik CFI ≥ 0,95 0.982 baik TLI ≥ 0,90 0.946 baik RMSEA ≤ 0,08 0,084 dapat diterima Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

Berdasarkan hasil evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk variabel X2

yaitu pemberdayaan sumberdaya manusia pada nelayan yang diterangkan oleh

indikator pendidikan, pelatihan dan penyukuhan menunjukkan bahwa model dalam

kriteria baik dan dapat digunakan guna mengukur variabel pemberdayaan sumberdaya

manusia nelayan (tabel 38).

5.1.3.3 Pengujian variabel kewirausahaan

Pengujian variabel X yang terakhir dilakukan guna mengevaluasi kiteria

Goodness of Fit Index untuk variabel kewirausahaan. Tujuannya adalah untuk

Page 160: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

149

mengukur apakah variabel kewirausahaan sudah memenuhi kriteria Goodness of Fit

Index. Hasil evaluasi dimaksud ditunjukkan pada gambar 21.

Gambar 21 Confirmatory factor analysis kewirausahaan

Berikut ini disajikan evaluasi kiteria Goodness of Fit Index untuk model

pengukuran masing-masing konstruk dengan confirmatory factor analysis. Hasil

evaluasi variabel kewirausahaan ditunjukkan pada tabel 38. Berdasarkan hasil

evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk variabel X3 yaitu kewirausahaan yang

diterangkan oleh indikator kebutuhan modal usaha, ketrampilan dan pengalaman

usaha menunjukkan bahwa model dalam kriteria baik dan dapat digunakan guna

menguji model kewirausahaan.

Tabel 38 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk kewirausahaan

Kriteria Cut off Value Hasil Model Keterangan

Chi-square (X2) Diharapkan Kecil 1.619 Baik Probability (p) ≥ 0,05 0.203 Baik GFI ≥ 0,90 0.992 Baik AGFI ≥ 0,90 0.955 Baik CFI ≥ 0,95 0.993 Baik TLI ≥ 0,90 0.979 Baik RMSEA ≤ 0,08 0.066 Baik Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

5.1.3.4 Pengujian variabel kesejahteraan

Sebelum dilaksanakan analisis model persamaan struktural secara

keseluruhan, maka pengukuran variabel yang terakhir yaitu variabel kesejahteraan

Page 161: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

150

nelayan guna menentukan konstruk laten dengan Confirmatory Factor Analysis.

Adapun tujuan dari analisis confirmatory factor adalah untuk menguji apakah

konstruk (faktor) laten dari masing-masing indikator kesejahteraan yaitu pendapatan,

tempat tinggal dan kesehatan merupakan konstruk unidimensional yang didefinisikan

oleh masing-masing variable observed. Hasil estimasi secara grafis dapat

diilustrasikan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 22 berikut.

Gambar 22 Confirmatory factor analysis kesejahteraan nelayan

Berikut ini disajikan evaluasi kiteria Goodness of Fit Index untuk model

pengukuran masing-masing konstruk dengan confirmatory factor analysis. Tujuannya

adalah untuk mengukur apakah variabel kesejahteraan sudah memenuhi kriteria

Goodness of Fit Index. Hasil evaluasi dimaksud ditunjukkan pada tabel 39.

Tabel 39 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk kesejahteraan nelayan

Kriteria Cut off Value Hasil Model Keterangan

Chi-square (X2) Diharapkan Kecil 0.042 Baik Probability (p) ≥ 0,05 0.837 Baik GFI ≥ 0,90 1.000 Baik AGFI ≥ 0,90 0.999 Baik CFI ≥ 0,95 1.000 Baik TLI ≥ 0,90 1.059 Baik RMSEA ≤ 0,08 0.000 Baik Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

Page 162: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

151

5.1.4 Analisis Confirmatory Factor dan Model Persamaan Struktural Kesejahteraan Nelayan

Langkah yang terakhir adalah melakukan analisis model persamaan structural

keselurahan pada model persamaan structural kesejahteraan nelayan. Langkah awal

yang dilakukan pada analisis model persamaan struktural adalah menentukan

konstruk laten dengan Confirmatory Factor Analysis. Adapun tujuan dari analisis

confirmatory factor adalah untuk menguji apakah konstruk (faktor) laten dari masing-

masing faktor merupakan konstruk unidimensional yang didefinisikan oleh masing-

masing variable observed. Hasil estimasi secara grafis dari ketujuh konstruk laten

diilustrasikan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 23.

Gambar 23 Confirmatory factor analysis model peningkatan kesejahteraan

Berikut ini disajikan evaluasi kiteria Goodness of Fit Index untuk model

pengukuran masing-masing konstruk dengan confirmatory factor analysis. Tujuannya

adalah untuk mengukur apakah model peningkatan kesejahteraan nelayan Kabupaten

Administrasi Kepulauan Seribu sudah memenuhi kriteria Goodness of Fit Index. Hasil

evaluasi dimaksud ditunjukkan pada Tabel 40.

Page 163: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

152

Tabel 40 Evaluasi kriteria Goodness of Fit Index untuk model peningkatan kesejahteraan nelayan

Kriteria Cut off Value Hasil Model Keterangan

Chi-square (X2) Diharapkan Kecil 72.628 Baik Probability (p) ≥ 0,05 0.056 Baik GFI ≥ 0,90 0.922 Baik AGFI ≥ 0,90 0.889 dapat diterima CFI ≥ 0,95 0.949 Baik TLI ≥ 0,90 0.939 Baik RMSEA ≤ 0,08 0.048 Baik Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

Berdasarkan Tabel 40, ternyata hasil Chi-square sebagai salah satu kriteria

model fit menunjukkan nilai Chi-square sebesar 72.628 dengan probabilitas (p)

=0,056 atau nilai probabilitasnya mendekati 0,05. Hal ini berarti bahwa model sudah

fit. Selain itu, jika dilihat dari kriteria fit yang lain, yaitu: nilai GFI = 0,922, nilai TLI

= 0,939, dan nilai RMSEA = 0,048, maka secara keseluruhan kriteria ini sudah

memenuhi standar yang direkomendasikan.

Sekalipun untuk nilai AGFI = 0,889 masih berada di bawah nilai yang

direkomendasikan, yaitu lebih besar daripada 0,90, namun bila nilai AGFI dibulatkan

dua angka di belakang koma diperoleh nilai AGFI setara dengan 0,90. Dengan kata

lain, berdasarkan hasil evaluasi kriteria Goodness of Fit Index terhadap model secara

keseluruhan, terbukti secara nyata bahwa pada kriteria Goodness of Fit Index sudah

tidak terdapat pelanggaran nilai kritis, sehingga dapat dikemukakan bahwa model

relatif dapat diterima atau telah sesuai dengan data.

5.1.5 Analisis Pengaruh dari Masing-masing Variabel Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengetahui sejauhmana

kekuatan pengaruh antarkonstruk maupun pengaruh totalnya yang mempengaruhi

tujuan peningkatan kesejahteraan nelayan di Kabupaten Administrasi Kepulauan

Seribu. Pengujian terhadap model seperti pada gambar 23 menunjukkan adanya efek

pengaruh langsung sebagaimana ditunjukkan pada tabel 41.

Mencermati model sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 23 dan melalui

pembandingan nilai critical ratio (CR) atau t-hitung terhadap nilai t-tabel akan diperoleh

pola hubungan antarvariabel. Jika nilai CR atau t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel,

maka hubungan antarvariabel signifikan dan dapat dianalisis lebih lanjut. Pada nilai α

= 5%, diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,98 dengan hasil korelasi antarvariabel

ditabulasikan pada tabel 41.

Page 164: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

153

Tabel 41 Hubungan antarvariabel pada model akhir confirmatory factor konstruk unidimensional variabel kesejahteraan

Hubungan antar

variabel

Standardized Regression

Weights Estimate

S.E.

Critical Ratio C.R.

(T-hitung)

T-tabel Prob. Keterangan

X1 ↔ X2 0.371 0.15 2.468 1.98 0.014 Significant X1 ↔ X3 0.551 0.19 3.363 1.98 0.000 Significant X2 ↔ X3 0.612 0.20 3.642 1.98 0.000 Significant Y ← X1 0.398 0.145 2.674 1.98 0.007 Significant Y ← X2 0.239 0.141 1.582 1.98 0.114 Non significant Y ← X3 0.359 0.142 2.077 1.98 0.038 Significant

Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

Terdapat pengaruh langsung antarvariabel seperti dijelaskan pada tabel 41.

Dalam hal pengaruh langsung masing-masing variabel terhadap variabel yang lain

dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) Variabel X1 (kelembagaan) berpengaruh positif terhadap variabel X2

(pemberdayaan sumberdaya manusia) dan juga sebaliknya dengan nilai

estimates 0.371 dan nilai C.R. (critical ratio) yang identik dengan nilai t-hitung

menunjukkan angka 2.468 dengan nilai probabilitas 0,014 (< 0,05), sehingga

dapat dikatakan antar variabel X1 dan X2 berpengaruh positif dan signifikan.

(2) Variabel X1 (kelembagaan) berpengaruh positif terhadap variabel X3

(kewirausahaan) dan juga sebaliknya dengan nilai estimates 0.551 dan nilai C.R.

(critical ratio) yang identik dengan nilai t-hitung menunjukkan angka 3.363

dengan nilai probabilitas 0,000 (< 0,05), sehingga dapat dikatakan antar variabel

X1 dan X3 berpengaruh positif dan signifikan.

(3) Variabel X2 (pemberdayaan) berpengaruh positif terhadap variabel X3

(kewirausahaan) dan juga sebaliknya dengan nilai estimates 0.612 dan nilai C.R.

(critical ratio) yang identik dengan nilai t-hitung menunjukkan angka 3.642

dengan nilai probabilitas 0,000 (< 0,05), sehingga dapat dikatakan antar variabel

X1 dan X3 berpengaruh positif dan signifikan.

(4) Variabel X1 (kelembagaan) berpengaruh positif terhadap variabel Y

(kesejahteraan nelayan) dengan nilai estimates 0.398 dan nilai C.R. (critical

ratio) yang identik dengan nilai t-hitung menunjukkan angka 2.674 dengan nilai

probabilitas 0,007 (< 0,05), sehingga dapat dikatakan variabel kelembagaan

Page 165: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

154

benar berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kesejahteraan

nelayan.

(5) Variabel X2 (pemberdayaan sumberdaya manusia) berpengaruh positif terhadap

variabel Y (kesejahteraan nelayan) dengan nilai estimates 0.239 dan nilai C.R.

(critical ratio) yang identik dengan nilai t-hitung menunjukkan angka 1.582

dengan nilai probabilitas 0,114 (< 0,05), sehingga dapat dikatakan variabel

pemberdayaan sumberdaya manusia berpengaruh positif dan non signifikan

terhadap variabel kesejahteraan nelayan.

(6) Variabel X3 (kewirausahaan) berpengaruh positif terhadap variabel Y

(kesejahteraan nelayan) dengan nilai estimates 0.359 dan nilai C.R. (critical

ratio) yang identik dengan nilai t-hitung menunjukkan angka 2.077 dengan nilai

probabilitas 0,038 (< 0,05), sehingga dapat dikatakan variabel kewirausahaan

benar berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kesejahteraan

nelayan.

Langkah yang terakhir adalah melakukan analisis untuk mengetahui sejauhmana

kekuatan pengaruh antarkonstruk yan dipengaruhi masing-masing variabel eksogen

laten (X1, X2 dan X3). Pengujian terhadap masing-masing variabel menunjukkan

adanya efek pengaruh langsung sebagaimana ditunjukkan pada tabel 42 di bawah ini.

Di antara aspek-aspek yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan di

Kabupaten Kepulauan seribu terdapat korelasi. Korelasi secara umum bernilai antara

0 (tidak ada korelasi) hingga 1 (sangat kuat korelasinya). Dalam hal ini korelasi yang

paling kuat adalah antara aspek pemberdayaan dan kelembagaan Adanya korelasi

antar aspek menunjukkan adanya keterkaitan antar faktor yang mempengaruhi

kesejahteraan nelayan, dan menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak

berpengaruh sendiri-sendiri. Dengan kata lain, kebijakan yang dilaksanakan harus

bersifat komprehensif atau tidak parsial karena ada keterkaitan antara satu kebijakan

dengan kebijakan lainnya.

Page 166: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

155

Tabel 42 Dekomposisi faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan di Kabupaten Kep. Seribu

Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan Koefisien Nilai t Pengaruh

1. Penguatan kelembagaan (X1)

1. Organisasi nelayan 0.599 2.902 Nyata 2. Lembaga keuangan mikro 0.659 2.000 Nyata 3. Lembaga pemerintahan 0.439 2.902 Nyata 2. Pemberdayaan sumberdaya manusia (X2)

4. Penyelenggaraan Penyuluhan 0.665 4.806 Nyata 5. Penyelenggaraan Pelatihan 0.669 4.806 Nyata 6. Penyelenggaraan Pendidikan 0.487 4.000 Nyata 3. Kewirausahaan (X3)

7. Kepemilikan keterampilan berusaha 0.548 4.620 Nyata 8. Pengalaman berusaha 0.708 4.000 Nyata 9. Niat berusaha 0.753 4.620 Nyata

Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

Tabel 43 Korelasi antar faktor yang mempengaruhi kesejahteraan nelayan Kabupaten Kep. Seribu

Faktor Penentu X1

(Penguatan Kelembagaan)

X2 (Pemberdayaan

sumberdaya manusia)

X3 (Kewirausahaan)

X1 (Penguatan

kelembagaan) 1,00 0.371 0.551

X2 (Pemberdayaan

sumbedaya manusia) 0.371 1,00 0.612

X3

( Kewirausahaan) 0.551 0.612 1,00

Sumber: Hasil pengolahan data dengan analisis SEM (2008).

5.1.6 Pembahasan Umum

Mengacu pada hasil analisis SEM dapat dibuktikan bahwa variabel penguatan

kelembagaan, pemberdayaan SDM dan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap

peningkatan kesejahteraan nelayan. Namun dalam konteks hubungan antara

pemberdayaan sumberdaya manusia (X2) dengan peningkatan kesejahteraan (Y), nilai

nilai C.R. (critical ratio) yang identik dengan nilai t-hitung menunjukkan angka 1.582

lebih rendah dari nilai t table 1.98 dan nilai probabilitas 0,114 (< 0,05), sehingga

Page 167: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

156

dapat dikatakan variabel pemberdayaan sumberdaya manusia berpengaruh positif

tetapi tidak signifikan terhadap variabel kesejahteraan nelayan. Artinya, sekalipun

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan pemberdayaan

sumberdaya manusia, namun hasil implementasi kebijakan tersebut tidak dapat

mempercepat pencapaian peningkatan kesejahteraan nelayan secara signifikan.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai komponen menunjukkan bahwa

aspek penguatan kelembagaan (X1) memiliki pengaruh yang paling besar yaitu 0.398

diikuti oleh kewirausahaan (X3) sebesar 0.359, dan pemberdayaan sumberdaya

manusia nelayan (X3) sebesar 0.239. Hasil ini sesuai dengan hasil kajian yang

dilakukan oleh Arif Satria (2008) yang mengatakan bahwa aspek kelembagaan dalam

hal ini adalah segala piranti lembaga keuangan mikro dan kredit usaha rakyat sangat

berpengaruh dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di pesisir khususnya

nelayan.

Aspek penguatan kelembagaan merupakan aspek yang paling penting menurut

persepsi nelayan dengan nilai koefisien paling tinggi yaitu 0.398 (tabel 43).

Berdasarkan tabel diatas tampak kelembagaan keuangan mikro merupakan

kelembagaan yang paling penting menurut para nelayan dengan nilai koefisien 0.659

dan secara uji hipotesis valid dan terpercaya. Sebaliknya mereka tidak terlalu

menganggap penting keberadaan organisasi nelayan dan lembaga pemerintahan.

Para nelayan menganggap adanya LKM dikarenakan kebutuhan mereka

terhadap suatu lembaga yang dapat membantu mereka secara langsung mengenai

permodalan dan bebas dari sistem ijon. Hal ini dikarenakan sebagian besar nelayan

selalu menggunakan tengkulak dengan suku bunga yang relatif tinggi dalam

memenuhi kebutuhan modal mereka.

Tabel diatas juga menunjukkan bahwa aspek pemberdayaan sumber daya

nelayan justru mempunyai peran yang paling kecil, menurut nelayan Kepulauan

Seribu sebagai aspek yang mempengaruhi kesejahteraan mereka. Hasil ini

menujukkan aspek pemberdayaan SDM tidak mempunyai peran yang lebih penting

dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan. Hal ini dikarenakan dalam mencari

nafkah sebagai nelayan mereka tidak membutuhkan adanya pemberdayaan yang

berupa pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (Siswanto, 2008).

Dari beberapa literatur ditemukan bahwa dari aspek demografi rumah tangga,

nelayan memiliki beban ketergantungan yang relatif tinggi dengan indikasi dapat

dijelaskan dari tingginya tingkat angka kelahiran dibandingkan dengan rumah tangga

Page 168: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

157

lainnya. Kecenderungan ini tentunya menunjukkan bahwa laju pertumbuhan rumah

tangga nelayan jauh lebih tinggi. Selanjutnya dalam kesehariannya dalam hal ini

anak-anak keluarga nelayan secara lebih dini terlibat dalam pekerjaan nelayan. Hal ini

tentu berimplikasi pada kelangsungan pendidikan keluarga nelayan. Dan siklus ini

terus berputar, dimana minat untuk meningkatkan kualitas diri terutama melalui

pendidikan menjadi sangat minim, karena orang tua maupun anak-anaknya lebih

cenderung memikirkan kebutuhan dasar.

Tabel 44 diatas menggambarkan keinginan mereka adanya program-program

pemberdayaan yang berupa pelatihan dibandingkan penyuluhan atau pendidikan.

Menurut persepsi mereka pendidikan tidak berkorelasi kuat terhadap peningkatan

kesejahteraan nelayan. Hal ini menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup signifikan

antara tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Kepulauan Seribu.

Mereka lebih mementingkan adanya pemberdayaan berupa pelatihan. Hal ini

dipahami karena pola pendidikan yang berkembang di Indonesia pada umumnya

bersifat vertikal atau satu arah dan tidak dinamis, hal ini bertentangan dengan

karakteristik masyarakat nelayan yang lebih cenderung terbuka dan dinamis. Berbeda

dengan aspek pelatihan yang lebih bersifat lateral, tidak menggurui tetapi melibatkan

langsung nelayan di dalamnya.

Dari aspek kewirausahaan menunjukkan konsep Nikijuluw (2005) terbukti

dengan hasil nilai kesadaran berusaha merupakan nilai yang paling tinggi pada aspek

kewirausahaan. Nikijuluw (2005) mengemukakan bahwa dengan dasar kedua definisi

ini, kewirausahaan UKM perikanan dapat diartikan sebagai kemampuan pelaku UKM

perikanan dalam memulai dan menjalankan bisnisnya sedemikian rupa melalui

langkah-langkah pengambilan resiko untuk mencapai keuntungan dan dalam rangka

mengembangkan usahanya secara lebih jauh. Sederhananya, seorang wirausahaan

adalah seorang yang pada akhirnya mampu menghasilkan keuntungan atau laba

(profit) melalui usahanya. Bila dia pelaku UKM maka yang bersangkutan memiliki

kemampuan, meskipun kecil atau menengah skala usahanya, untuk menjalankan

bisnisnya dengan tetap menghasilkan laba di tengah situasi dan kondisi resiko yang

melingkupi usahanya.

Prijosaksono dan Bawono (2004) yang diacu dalam Nikijuluw (2005)

memperkenalkan istilah kecerdasan wirausaha (entrepreneurial intelligence) yang

menurut mereka adalah dasar bagi seseorang, siapapun dia, apakah pelaku UKM atau

konglomerat, untuk membangun usahanya. Kecerdasan wirausaha adalah dorongan

Page 169: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

158

hati dan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan kreativitas dan kekuatan

pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis yang bisa memberi nilai tambah bagi

dirinya. Berdasarkan definisi ini, selanjutnya mereka mengatakan bahwa kecerdasan

berwirausaha adalah kemampuan seseorang dalam mengenali dan mengelola diri serta

berbagai peluang maupun sumberdaya disekitarnya secara kreatif untuk menciptakan

nilai tambah maksimal bagi dirinya secara berkelanjutan.

5.2. Pengembangan Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan

Pola pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menuntut adanya

partisipasi aktif dari masyarakat, sehingga peran pemerintah sebagai otoritas

pembangunan harus terfokus untuk memastikan bahwa seluruh sumberdaya di dalam

negara dapat berkembang secara optimal, dan membangun keunggulan kompetitif dari

negara tersebut (Osborne and Gaebler, 1992; Drucker, 1994). Lebih lanjut juga

dikemukakan bahwa, dalam kaitan ini ada tugas-tugas pemerintah yang tidak dapat

tergantikan, yaitu membuat kebijakan publik serta pada tingkat tertentu melaksanakan

kebijakan publik dan melakukan evaluasi termasuk monitoring kebijakan.

Kebijakan pembangunan perikanan pada hakekatnya merupakan kebijakan

publik, yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama

nelayan. Kebijakan ini merupakan keputusan otoritas negara, yang bertujuan

mengatur kehidupan bersama. Adapun pendekatan yang dipergunakan dalam

melakukan analisis kebijakan pembangunan perikanan di Kepulauan Seribu adalah

seperti dapat dilihat melalui gambar 24. Berangkat dari pendekatan pada gambar

tersebut, maka analisis kebijakan ini ditujukan sebagai upaya untuk membuat

kebijakan.

Gambar 24 Kerangka pendekatan analisis kebijakan pembangunan perikanan tangkap guna meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Page 170: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

159

Lebih lanjut, yang perlu disadari adalah bahwa setiap kebijakan dalam

kenyataannya memerlukan sumberdaya (resources). Dalam kaitan ini, mengingat

ketersediaan sumberdaya yang terbatas, maka akan memaksa setiap kebijakan

dibangun atas dasar prioritas. Keban (2001) yang dikutip Dwidjowijoto (2006)

memperkenalkan kategori kebijakan dalam bentuk pemetaan isu kebijakan

pembangunan menjadi 4 (empat) zone, yang masing-masing memerlukan penanganan

berbeda. Ke empat zone dimaksud, dapat dilihat melalui gambar 25.

Gambar 25 Zone kategori kebijakan pembangunan

Pada zone satu (computation zone), kebijakan terbatas pada perhitungan

matematika. Zone ini merupakan sisi kebijakan yang mudah disetujui nilainya, dan

mudah pula untuk melaksanakannya. Sementara zone kedua adalah negosiasi

(negotiating zone), yang konteksnya sulit untuk disetujui, akan tetapi caranya masih

mudah. Namun demikian, masalah terbesar, terbanyak, terberat dan mendasar berada

pada zone ke tiga (judgement zone) dan zone ke empat (inspiration zone). Masalah

kemiskinan yang pada umumnya menjadi masalah utama di sektor perikanan

khususnya masyarakat nelayan, justru berada pada zone ke tiga. Kita tahu dan setuju

bahwa kemiskinan harus dihapus, tetapi kriteria kemiskinan dan cara untuk mengatasi

kemiskinan ternyata sangat beragam dan tidak mudah untuk menentukan yang

terbaik.

Dengan pendekatan yang lebih sederhana, Dwidjowijoto (2006)

memperkenalkan zoning isu kebijakan secara makro untuk melihat prioritas

pembangunan dengan menggunakan model Time Matrix Management sebagai berikut

Page 171: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

160

PENTING KURANG PENTING

MENDESAK Kuadran I Kuadran II

KURANG MENDESAK Kuadran III Kuadran IV

Gambar 26 Penentuan perioritas kebijakan pembangunan

Tugas seorang pemimpin pada hakekatnya harus mampu memilih prioritas serta

menentukan mana kebijakan pembangunan yang berada pada kuadran I, kuadran II,

kuadran III dan kuadran IV. Setelah itu, baru kemudian menyusun tata urutan

manajemen yang dimulai dari visi hingga ke implementasi.

Setelah memahami, sejauh mana pengaruh dan hubungan kebijakan penguatan

kelembagaan, pemberdayaan SDM dan peningkatan kewirausahaan seperti telah

dibahas sebelumnya, selanjutnya akan dibahas analisis pengembangan dari masing-

masing faktor tersebut. Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan kebijakan

pembangunan perikanan tangkap yang berguna meningkatkan kesejahteraan nelayan

yang berorientasi kepada potensi yang ada, dan mampu mengantisipasi permasalahan-

permasalahan pembangunan perikanan secara konfrehenship dalam bentuk langkah-

langkah strategis.

Metode yang digunakan untuk merangkum aspek potensi dan permasalahan

pembangunan perikanan secara komprehensip tersebut adalah analisis SWOT

(Strength-Weaknessess-Opportunities-Threaths) seperti yang digunakan oleh David

(1997). Analisis SWOT yaitu analisis alternatif yang digunakan untuk

mengidentifikasi berbagai faktor penting secara sistematis dan memformulasikannya

ke dalam suatu strategi. Analisis SWOT merupakan pemilihan hubungan atau

interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, dan unsur-unsur

eksternal yaitu peluang dan ancaman.

Pengembangan kebijakan pembangunan perikanan tangkap guna

meningkatkan kesejahteraan nelayan dalam penelitian ini dipilah menjadi tiga bagian

pengembangan kebijakan, masing-masing adalah pengembangan kebijakan publik

guna peningkatan SDM , kelembagaan dan pengembangan kemampuan bernisnis

individu (entrepreneurship). Pengembangan kebijakan ketiga komponen tersebut

disusun berdasarkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang

(opportunity), dan ancaman (threat) dari masing-masing komponen yang dianggap

Page 172: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

161

sangat mempengaruhi peningkatan kinerja pembangunan perikanan tangkap di

Indonesia.

5.2.1 Pengembangan kebijakan penguatan kelembagaan

Banyak sekali faktor yang menghambat dalam upaya pencapaian tingkat

kesejahteraan nelayan seperti yang diinginkan oleh Pemerintah Daerah ataupun

Pemerintah Pusat. Hal ini disebabkan terkadang adanya celah antara kinerja yang

diinginkan dengan implementasi kebijakan di lapangan. Analisis dan pemecahan

masalah yang tepat, diharapkan akan membantu dalam upaya meningkatkan

pencapaian kinerja seperti yang diharapkan. Metode analisis yang akan digunakan

dalam mengidentifikasi dan pemecahan masalah adalah analisis SWOT ( Strength,

Weakness, Opportunity dan Threath).Analisis SWOT adalah suatu analisis untuk

mengetahui gambaran kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang

(Opportunity) dan ancaman (Threath) suatu organisasi guna menentukan faktor

unggulan dan strategi efektif yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan .

Oleh karena itu pengembangan kebijakan komponen penguatan kelembagaan

tersebut akan disusun berdasarkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness),

peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dari masing-masing komponen yang

dianggap sangat mempengaruhi penguatan kelembagaan yang ada di Kepulauan

Seribu. Faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi peningkatan

kesejahteraan khususnya pada bidang penguatan kelembagaan dapat diliihat pada

tabel 44 dibawah ini :

Tabel 44 Faktor Pendorong dan penghambat penguatan kelembagaan

No Pendorong Penghambat 1 Ketersediaan SDM pengelola dalam

jumlah yang memadai (I/S) Kapasitas SDM pengelola kelembagaan yang masih rendah (I/W)

2 Adanya bank penjamin (E/O) Suku bunga pinjaman masih relatif tinggi (E/T)

3 Adanya prosedur & mekanisme penyaluran dana (E/O)

Beragamnya persyaratan dalam penyaluran dana (E/T)

4 Bunga tengkulak masih relatif tinggi (I/S)

Akses kepada tengkulak relatif mudah (I/W)

5 Calon debitur sudah memiliki pekerjaan (I/S)

Calon debitur tidak memiliki agunan (I/W)

6 Ditetapkanya menjadi kebijakan Pemerintah (E/O)

Tidak menentunya arah kebijakan pemerintah (E/T)

Sumber : hasil FGD

Page 173: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

162

Dari data diatas kemudian kita akan menggolongkan masing-masing faktor

sebagai faktor pendorong yang terdiri dari kekuatan dan peluang sedangkan faktor

penghambat terdiri dari kelemahan dan ancaman. Kemudian kita akan

mengelompokkan pada faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

sedangkan faktor eksternal adalah peluang dan ancaman. Setelah pengelompokkan

dilakukan dilanjutkan dengan melakukan perbandingan pada masing-masing

komponen tersebut (misalnya a dibandingkan dengan b, dan seterusnya. Dari

pengelompokkan yang dilakukan munculah jumlah huruf pada masing-masing

komponen, yang akan dibagi dengan jumlah total huruh pad sumbu vertikal.

Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot dan rating untuk mengetahui

arah strategi pengembangan kelembagaan dalam peningkatan kinerja perikanan

tangkap. Tabel 45 memperlihatkan bobot dan rating unsur-unsur pembentuk SWOT

untuk penentuan arah pengembangan kelembagaan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan nelayan.

Tabel 45 Matriks urgensi faktor internal komponen penguatan kelembagaan

FAKTOR INTERNAL Total Bobot

Kekuatan ( S ) a b c d e f

a Ketersediaan SDM pengelola dalam jumlah yang memadai

a c d e a 2 0,12

b Calon debitur sudah memiliki pekerjaan

a c d e b 1 0,06

c Bunga tengkulak masih relatif tinggi c c d e f 2 0,12

Kelemahan (W)

d Kapasitas SDM pengelola kelembagaan yang masih rendah

d d d d d 5 0,33

e Calon debitur tidak memiliki agunan e e e d f 3 0,20

f Akses kepada tengkulak relatif mudah

a b f d f 2 0,12

Total 15 1,00

Page 174: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

163

Tabel 46 Matriks urgensi faktor eksternal komponen penguatan kelembagaan

FAKTOR EKSTERNAL Total Bobot

Peluang ( O) a b c d e f

a Adanya bank penjamin b c a e f 1 0,06

b Adanya prosedur & mekanisme penyaluran dana

b c b e b 3 0,20

c Ditetapkanya menjadi kebijakan Pemerintah

c c c c c 5 0,33

Ancaman (W)

d Suku bunga pinjaman masih relatif tinggi

a c c d f 1 0,06

e Beragamnya persyaratan dalam penyaluran dana

e e c d f 2 0,12

f Tidak menentunya arah kebijakan pemerintah

f b c f f 3 0,20

Total 15 1,00

Langkah selanjutnya setelah menyelesaikan pembuatan matriks urgensi adalah

pembuatan matriks skoring guna memberikan skor pada masing-masing faktor baik

faktor internal maupun eksternal. Matriks ini berguna guna membuat suatu peta

kekuatan organisasi, terletak dimanakah organisasi kita sekarang. Pembuatan matriks

scoring ini dimulai dengan mengisi nilai BF (bobot faktor) yang diambil dari

perhitungan bobot pada matriks urgensi diatas. Kemudian mengisi nilai dukungan

(ND) yang terdiri dari angka 1 (tidak mendukung) sampai dengan angka 5 (sangat

mendukung) yang dilanjutkan dengan mengalikan bobot faktor dengan nilai dukungan

guna menghasilkan nilai bobot dukungan (NBD). Berikutnya adalah mengisi nilai

keterkaitan (NK) yang terdiri dari angka 0 (tidak ada kaitan) sampai dengan angka 5

(mempunyai keterkaitan sangat erat). Langkah terakhir adalah mengisi nilai rata-rata

keterkaitan (NRK), nilai bobot keterkaitan (NBK) dan total nilai bobot (TNB) seperti

tampak pada tabel 49 dibawah ini :

Page 175: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

164

Tabel 47 Matriks skoring faktor internal dan faktor eksternal penguatan kelembagaan

No Faktor Internal BF % ND NBD N K NRK NBK TNB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

KEKUATAN

1 Ketersediaan SDM pengelola 12 3 0,36 1 2 5 2 3 2 3 4 2 2 2 2,5 0,3 0,66

2 Calon debitur memiliki pekerjaan 06 3 0,18 1 2 2 4 5 4 4 3 2 2 3 2,9 0,2 0,38

3 Tingginya bunga tengkulak 12 3 0,36 2 2 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3,0 0,4 0,76

KELEMAHAN 1,8

4 Rendahnya SDM pengelola 33 5 1,65 5 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2,5 0,8 2,45

5 Calon debitur tidak punya agunan 20 4 0,8 2 4 4 2 5 4 3 3 4 3 2 3,2 0,6 1,4

6 Akses ke tengkulak mudah 12 3 0,36 3 5 4 2 5 4 3 3 4 3 2 3,5 0,4 0,76

PELUANG 4,61

7 Adanya bank penjamin 06 3 0,18 2 4 3 2 4 4 4 3 2 2 3 3,0 0,2 0,38

8 Adanya prosedur & mekanisme 20 4 0,8 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3,3 0,7 1,5

9 Menjadi kebijakan pemerintah 33 5 1,65 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3,3 1,1 2,75

ANCAMAN 4,63

10 Bunga pinjaman tinggi 06 3 0,18 2 2 3 2 4 4 2 3 3 3 4 2,9 0,2 0,38

11 Banyaknya persyaratan 12 3 0,36 2 2 2 2 3 3 2 4 4 3 2 2,6 0,3 0,66

12 Arah kebijakan tidak menentu 20 4 0,8 2 3 3 2 2 2 3 2 3 4 2 2,5 0,5 1,3

2,34

Page 176: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

165

Matrik diatas menggambarkan alternatif strategi yang dapat dijalankan, yaitu

strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Berdasarkan matrik inilah

dapat disusun prioritas kebijakan guna melakukan penguatan kelembagaan. Prioritas

kebijakan ditentukan oleh skor yang dimiliki masing-masing strategi dalam matrik

tersebut.

Dari peta interaksi SWOT diatas dapat disusun matrik skor strategi SWOT, seperti

dapat dilihat melalui tabel 50 dibawah ini. Skor yang diperoleh dari masing-masing

faktor, dipergunakan untuk menghitung atau menentukan skor yang diperoleh setiap

startegi pada matrik SWOT. Selanjutnya, berdasarkan skor dari masing-masing

strategi dipergunakan untuk menentukan prioritas dari strategi, yang hasilnya secara

berurutan adalah sebagai berikut :

(1) Strategi – ST

(2) Strategi – SO

(3) Strategi – WT dan

(4) Strategi – WO

Tabel 48 Matrik skor strategi SWOT penguatan kelembagaan

IFAS

EFAS

STRENGHT (S)

1,80

WEAKNESSES (W)

4,61 OPPORTUNIES (O)

4,63

STRATEGI – SO

2,83

STRATEGI – W0

0,02

TREATHS (T)

2,34

STRATEGI – ST

0,54

STRATEGI – WT

2,27

Berdasarkan bobot dan rating pada tabel 48 maka arah strategi pengembangan

kelembagaan untuk peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap adalah

kebijakan stabilitas yaitu kebijakan dengan memaksimalkan peluang yang ada dan

meminimalkan kelemahan, seperti yang terlihat pada gambar 27 dibawah ini :

Page 177: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

166

S 1,8

II (difersifikasi) I ( ekspansi)

T 2,34 O 4,63

2,29

2,81

IV (survival) III (stabilitas)

W 4,61

Gambar 27 Kuadran penguatan kelembagaan guna peningkatan kesejahteraan nelayan

Selanjutanya adalah pembuatan beberapa alternative kebijakan guna meningkatkan

penguatan kelembagaan guna meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Tabel 49 Alternatif kebijakan penguatan kelembagaan

Peluang Adanya bank

penjamin Adanya prosedur & mekanisme

Menjadi kebijakan pemerintah

Kelemahan Rendahnya SDM pengelola

Peningkatan kapasitas SDM pengelola kelembagaan

Pelembagaan program dan penyediaan prosedur yg jelas

Pelembagaan program dan sinkronisasi dengan kebijakan PEMDA

Calon debitur tidak punya agunan

Pengembangan jaringan kemitraan dengan perbankan

Peningkatan akses dengan penyederhanaan prosedur

Peningkatan akses dg penyederhanaan prosedur

Akses ke tengkulak mudah

Pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal guna pengembangan usaha

Pengembangan program pemberdayaan dg 'self financing”

Pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal guna pengembangan usaha

Page 178: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

167

Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka pengembangan kelembagaan yang dapat

dilakukan adalah pelembagaan program penguatan kelembagaan terutama berupa

lembaga keuangan mikro dan organisasi nelayan untuk masyarakat pesisir secara

nasional, dengan memperhatikan:

1) Pelembagaan program dan sinkronisasi dengan kebijakan Pemerintah

Daerah.

2) Pelembagaan program dan penyediaan prosedur dan mekanisme

pemberian bantuan yang jelas.

3) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola kelembagaan dan

penerima bantuan program pemberdayaan.

4) Pengembangan jaringan kemitraan dengan kalangan perbankan.

5) Peningkatan akses masyarakat dengan lembaga keuangan dengan cara

penyederhanaan prosedur dan mekanisme peminjaman guna memotong

mata rantai dengan tengkulak.

6) Pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal guna

pengembangan usaha

7) Pengembangan program pemberdayaan dengan '”self financing”, sehingga

nelayan diharapkan dapat membiayai dirinya sendiri serta tidak tergantung

kepada tengkulak.

5.2.2 Pengembangan kebijakan peningkatan kewirausahaan

Pengembangan kebijakan berikutnya adalah kebijakan peningkatan

kewirausahaan yang akan disusun berdasarkan kekuatan (strength), kelemahan

(weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dari masing-masing

komponen yang dianggap sangat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan nelayan

kepulauan seribu. Faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi

peningkatan kesejahteraan khususnya pada bidang peningkatan kewirausahaan dapat

diliihat pada tabel 50 dibawah ini :

Page 179: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

168

Tabel 50 Faktor Pendorong dan penghambat peningkatan kewirausahaan

No Pendorong Penghambat 1 Semangat untuk mensejahterakan

kehidupan keluarga (I/S) Keterbatasan modal dan akses modal (I/W)

2 Adanya program - program pemberdayaan (I/S)

Kendala pengetahuan dan pemasaran (I/W)

3 Sumber pengetahuan pada umumnya berasal dari turun temurun. (I/S)

Lemahnya kemitraan bisnis dengan industri (I/W)

4 Produk hasil perikanan dan olahannya relatif belum dikembangkan secara optimal (E/O).

Usaha sejenis yang cepat berkembang jika mendapatkan keuntungan (E/T)

5 Pasar lokal masih terbuka luas untuk produk perikanan (E/O)

Banyaknya produk luar negeri yang lebih murah (E/T)

6 Kebijakan pemerintah yang mendukung (E/O)

Tingginya biaya-biaya diluar produksi (E/T)

Sumber : hasil FGD

Dari data diatas kemudian kita akan menggolongkan masing-masing faktor

sebagai faktor pendorong yang terdiri dari kekuatan dan peluang sedangkan faktor

penghambat terdiri dari kelemahan dan ancaman. Kemudian kita akan

mengelompokkan pada faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

sedangkan faktor eksternal adalah peluang dan ancaman. Setelah pengelompokkan

dilakukan dilanjutkan dengan melakukan perbandingan pada masing-masing

komponen tersebut (misalnya a dibandingkan dengan b, dan seterusnya. Dari

pengelompokkan yang dilakukan munculah jumlah huruf pada masing-masing

komponen, yang akan dibagi dengan jumlah total huruh pad sumbu vertikal.

Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot dan rating untuk mengetahui

arah strategi peningkatan kewirausahaan dalam peningkatan kinerja perikanan tangkap.

Tabel 51 memperlihatkan bobot dan rating unsur-unsur pembentuk SWOT untuk

penentuan arah peningkatan kewirausahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

nelayan.

Page 180: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

169

Tabel 51 Matriks urgensi faktor internal komponen peningkatan kewirausahaan

FAKTOR INTERNAL Total Bobot

Kekuatan ( S ) a b c d e f

a Semangat untuk mensejahterakan kehidupan keluarga

a c d e f 1 0,06

b Sumber pengetahuan pada umumnya berasal dari keturunan

a b d e f 1 0,06

c Adanya program - program pemberdayaan

c b d e f 1 0,06

Kelemahan (W)

d Keterbatasan modal dan akses modal

d d d d d 5 0,33

e Kendala pengetahuan & pemasaran e e e d f 3 0,20

f Lemahnya kemitraan bisnis dengan industry

f f f d f 4 0,26

Total 15 1,00

Tabel 52 Matriks urgensi faktor eksternal komponen peningkatan kewirausahaan

FAKTOR EKSTERNAL Total Bobot

Peluang ( O) a b c d e f

a Produk hasil perikanan & olahannya relatif blm dikembangkan scr optimal

a a a e a 4 0,26

b Pasar lokal masih terbuka luas untuk produk perikanan

a b b e b 3 0,20

c Kebijakan pemerintah yang mendukung

a b c c f 2 0,12

Ancaman (W)

d Usaha sejenis cepat berkembang jika mendapatkan keuntungan

a b c d f 1 0,06

e Banyaknya produk luar negeri yang lebih murah

e e c d f 2 0,12

f Tingginya biaya-biaya diluar produksi

a b f f f 3 0,20

Total 15 1,00

Page 181: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

170

Tabel 53 Matriks skoring faktor internal dan faktor eksternal peningkatan kewirausahaan

No Faktor Internal BF % ND NBD N K NRK NBK TNB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

KEKUATAN

1 Semangat mensejahterakan keluarga 06 2 0,12 2 1 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2,18 0,13 0,25

2 Pengetahuan berasal dari keturunan 06 3 0,18 2 2 3 3 4 2 2 3 2 2 1 2,36 0,14 0,32

3 Adanya program pemberdayaan 06 3 0,18 1 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2,55 0,15 0,33

KELEMAHAN 0,90

4 Keterbatasan modal dan akses modal 33 5 1,65 3 3 3 4 5 5 5 4 3 4 3 3,82 1,26 2,91

5 Kendala pengetahuan & pemasaran 20 4 0,8 3 3 3 4 5 4 4 3 2 3 3 3,37 0,67 1,47

6 Lemahnya kemitraan bisnis dg industri 26 4 1,04 3 4 4 5 5 4 4 3 3 3 3 3,73 0,97 2,01

PELUANG 6,39

7 Produk hasil perikanan & olahannya relatif blm dikembangkan scr optimal

26 5 1,3 3 2 3 5 4 4 5 3 3 2 3 3,37 0,87 2,17

8 Pasar lokal terbuka u/ produk perikanan 20 5 1,0 2 2 3 5 4 4 5 3 3 2 3 3,27 0,65 1,65

9 Kebijakan pemerintah mendukung 12 4 0,48 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2,91 0,35 0,83

ANCAMAN 4,65

10 Usaha sejenis cepat berkembang jika mendapatkan keuntungan

06 3 0,18 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2,36 0,14 0,32

11 Produk luar negeri yang lebih murah 12 3 0,36 2 2 2 4 3 3 2 2 3 2 4 1,82 0,22 0,58

12 Tingginya biaya-biaya diluar produksi 20 4 0,8 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2,73 0,55 1,35

2,25

Page 182: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

171

Tabel 54 Matrik skor strategi SWOT peningkatan kewirausahaan

IFAS

EFAS

STRENGHT (S)

0,90

WEAKNESSES (W)

6,39 OPPORTUNIES (O)

4,65

STRATEGI – SO

3,75

STRATEGI – W0

1,74 TREATHS (T)

2,25

STRATEGI – ST

1,35

STRATEGI – WT

4,14

Berdasarkan bobot dan rating pada tabel 56 maka arah strategi peningkatan

kewirausahaan untuk peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap adalah

kebijakan stabilitas yaitu kebijakan dengan memaksimalkan peluang yang ada dan

meminimalkan kelemahan, seperti yang terlihat pada gambar 28 dibawah

S 0,9

II (difersifikasi) I ( ekspansi)

T 2,25 O 4,65

2,4

IV (survival) 5,49 III (stabilitas)

W 6,39

Gambar 28 Kuadran peningkatan kewirausahaan guna peningkatan kesejahteraan

Selanjutanya adalah pembuatan beberapa alternatif kebijakan guna meningkatkan

kewirausahaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan nelayan.

Page 183: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

172

Tabel 55 Alternatif kebijakan peningkatan kewirausahaan

Peluang

Produk hasil perikanan & olahannya blm dikembangkan secara optimal

Pasar lokal terbuka untuk produk perikanan

Kebijakan pemerintah mendukung

Kelemahan Keterbatasan modal dan akses modal

Segmentasi permodalan berdasarkan usaha yang dikembangkan

Upaya perbaikan lingkungan untuk meningkatkan kepercayaan industri dan perbankan terhadap usaha perikanan

Peningkatan akses modal melalui skim yang terjangkau

Kendala pengetahuan & pemasaran

Peningkatan kapasitas SDM dalam pengembangan alternative wirausaha

Pengembangan bisnis perikanan bernilai ekonomis tinggi untuk menarik perhatian sektor industri dan perbankan

Pengembangan wisarausaha yang handal dan berbasis keunggulan lokal

Lemahnya kemitraan bisnis dengan industri

Upaya perbaikan lingkungan untuk meningkatkan kepercayaan industri dalam membangun kemitraan

Regulasi dan kemudahan perijinan UMKM

Regulasi dan kemudahan perijinan UMKM

Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka peningkatan kemampuan kewirausahaan

(entrepreneurship) yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Upaya perbaikan lingkungan untuk meningkatkan kepercayaan industri dan

perbankan terhadap usaha perikanan.

(2) Upaya perbaikan lingkungan untuk meningkatkan kepercayaan industri dalam

membangun kemitraan.

(3) Pengembangan wisarausaha yang handal dan berbasis keunggulan lokal.

(4) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengembangan alternatif

wirausaha.

(5) Peningkatan akses modal melalui skim yang terjangkau.

(6) Segmentasi permodalan berdasarkan usaha yang dikembangkan.

(7) Regulasi dan kemudahan perijinan usaha kecil menangah dan koperasi.

Page 184: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

173

(8) Pengembangan bisnis perikanan bernilai ekonomis tinggi untuk menarik

perhatian sektor industri dan perbankan

5.2.3 Pengembangan kebijakan pemberdayaan sumberdaya manusia

Pengembangan kebijakan berikutnya adalah kebijakan pemberdayaan

sumberdaya manusia yang akan disusun berdasarkan kekuatan (strength), kelemahan

(weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) dari masing-masing

komponen yang dianggap sangat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan nelayan

kepulauan seribu. Faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi

peningkatan kesejahteraan khususnya pada bidang pemberdayaan sumberdaya manusia

dapat diliihat pada tabel 58 dibawah ini :

Tabel 56 Faktor Pendorong dan penghambat pemberdayaan sumberdaya manusia

No Pendorong Penghambat 1 Semangat untuk belajar masih tinggi

(I/S) Keterbatasan biaya pendidikan (I/W)

2 Pranata sosial seperti pengajian, arisan, dsb masih berkembang dengan baik (I/S)

Pemahaman atas pentingnya pendidikan masih rendah dikalangan orang tua (I/W)

3 Etos dan semangat kerja yang tinggi dari nelayan (I/S)

Minimnya waktu luang dan kesempatan (I/W)

4 Akses pendidikan yang tidak terlalu jauh dari ibu kota. (E/O).

Daya tarik bekerja lebih kuat dibandingkan belajar (E/T)

5 Adanya program pendidikan dan latihan yang relatif murah (E/O)

Banyaknya tawaran untuk bekerja (E/T)

6 Komitmen pemerintah yang tinggi terhadap pendidikan (E/O)

Sarana dan prasarana pendidikan masih sangat kurang (E/T)

Sumber : hasil FGD

Langkah selanjutnya adalah menentukan bobot dan rating untuk mengetahui

arah strategi pemberdayaan sumberdaya manusia dalam peningkatan kinerja perikanan

tangkap. Tabel 57 memperlihatkan bobot dan rating unsur-unsur pembentuk SWOT

untuk penentuan arah pemberdayaan manusia dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan nelayan.

Page 185: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

174

Tabel 57 Matriks urgensi faktor internal komponen pemberdayaan SDM

FAKTOR INTERNAL Total Bobot

Kekuatan ( S ) a b C d e f

a Semangat untuk belajar masih tinggi b C d a f 1 0,06

b Pranata sosial masih berkembang dengan baik

b B d b f 3 0,2

c Etos dan semangat kerja yang tinggi dari nelayan

c b d c c 3 0,2

Kelemahan (W)

d Keterbatasan biaya pendidikan d d D d e 4 0,26

e Pemahaman atas pendidikan masih rendah dikalangan orang tua

a b C d e 1 0,06

f Minimnya waktu luang dan kesempatan

f f C e e 2 0,12

Total 15 1,00

Tabel 58 Matriks urgensi faktor eksternal komponen pemberdayaan SDM

FAKTOR EKSTERNAL Total Bobot

Peluang ( O) a B c d e f

a Akses pendidikan yang tidak terlalu jauh dari ibu kota.

B c d e a 1 0,06

b Adanya program pendidikan dan latihan yang relatif murah

b c d e b 2 0,12

c Komitmen pemerintah yang tinggi terhadap pendidikan

c c d e f 2 0,12

Ancaman (W)

d Daya tarik bekerja lebih kuat dibandingkan belajar

d d d e d 4 0,26

e Banyaknya tawaran untuk bekerja e e e e f 4 0,26

f Sarana dan prasarana pendidikan masih sangat kurang

a b f d f 2 0,12

Total 15 1,00

Page 186: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

175

Tabel 59 Matriks skoring faktor internal dan faktor eksternal pemberdayaan sumberdaya manusia

No Faktor Internal BF % ND NBD N K NRK NBK TNB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

KEKUATAN

1 Semangat untuk belajar masih tinggi 0,06 3 0,18 4 4 2 2 3 2 2 4 3 3 4 3,0 0,18 0,36

2 Pranata sosial berkembang dengan baik 0,20 5 1,0 4 4 3 4 3 2 4 4 3 2 2 3,18 0,64 1,64

3 Etos & semangat kerja yang tinggi 0,20 4 0,8 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3,0 0,60 1,40

KELEMAHAN 3,40

4 Keterbatasan biaya pendidikan 0,26 4 1,04 2 3 3 2 3 2 4 4 3 2 2 2,73 0,71 1,75

5 Pemahaman pendidikan masih rendah 0,06 3 0,18 2 4 4 2 3 2 3 2 3 2 2 2,64 0,16 0,34

6 Minimnya waktu luang & kesempatan 0,12 3 0,36 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 2 2,82 0,34 0,70

PELUANG 2,79

7 Akses pendidikan tidak jauh dari DKI 0,06 3 0,18 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2,27 0,14 0,32

8 Adanya program pendidikan & latihan 0,12 5 0,6 2 4 3 4 3 2 2 4 3 2 1 2,73 0,33 0,93

9 Komitmen pemerintah yang tinggi 0,12 4 0,48 4 4 2 4 2 2 3 4 1 2 3 2,82 0,34 0,82

ANCAMAN 2,07

10 Daya tarik bekerja lebih kuat 0,26 3 0,78 3 3 3 3 3 3 2 3 1 4 2 2,73 0,71 1,49

11 Banyaknya tawaran untuk bekerja 0,26 5 1,3 3 2 3 2 2 4 3 2 2 4 2 2,64 0,69 1,99

12 Sarana & prasarana pendidikan kurang 0,12 4 0,48 4 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2,18 0,26 0,74

4,22

Page 187: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

176

Tabel 60 Matrik skor strategi SWOT pemberdayaan sumberdaya manusia

IFAS

EFAS

STRENGHT (S)

3,4

WEAKNESSES (W)

2,79 OPPORTUNIES (O)

2,07

STRATEGI – SO

1,33

STRATEGI – W0

0,72 TREATHS (T)

4,22

STRATEGI – ST

0,82

STRATEGI – WT

1,43

Berdasarkan bobot dan rating pada tabel 56 maka arah strategi pemberdayaan

sumberdaya manusia untuk peningkatan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap

adalah kebijakan difersifikasi yaitu kebijakan dengan memaksimalkan kekuatan yang

ada dan meminimalkan ancaman, seperti yang terlihat pada gambar 29 dibawah

S 3,4

II (difersifikasi) I ( ekspansi)

0,61

T 4,22 O 2,07

2,15

IV (survival) III (stabilitas)

W 2,79

Gambar 29 Kuadran pemberdayaan sumberdaya manusia guna peningkatan

kesejahteraan

Page 188: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

177

Selanjutanya adalah pembuatan beberapa alternative kebijakan guna meningkatkan

pemberdayaan sumberdaya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

nelayan.

Tabel 61 Alternatif kebijakan pemberdayan sumberdaya manusia

Kekuatan

Semangat untuk belajar masih tinggi

Pranata sosial seperti masih berkembang dengan baik

Etos dan semangat kerja yang tinggi dari nelayan

Ancaman Daya tarik bekerja lebih kuat

Peningkatan SDM melalui ketrampilan disertai dengan pemodalan

Memperbanyak program pemberdayaan melalui pranata sosial yang ada

Pengembangan nelayan menjadi nelayan skala besar

Banyaknya tawaran untuk bekerja

Pengembangan kebijakan penggalian potensi yang berorientasi pada keunggulan kompetitif produk hasil perikanan

Pemberdayaan nelayan melalui kemitraan dengan industri dan perbankan

Pengembangan nelayan menjadi nelayan skala besar

Sarana & prasarana pendidikan kurang

Penyediaan sarpras pendidikan & latihan yg menunjang peningkatan kinerja nelayan

Penyediaan sarpras tempat pertemuan yang menunjang kegiatan berorganisasi

Penyediaan sarpras perikanan tangkap yang menunjang peningkatan akses pasar

Berdasarkan tabel tersebut di atas, maka pemberdayaan sumberdaya manusia nelayan

dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Peningkatan SDM melalui ketrampilan disertai dengan pemodalan.

(2) Memperbanyak program pemberdayaan melalui pranata sosial yang ada.

(3) Pengembangan kebijakan penggalian potensi yang berorientasi pada

keunggulan kompetitif produk hasil perikanan.

(4) Pemberdayaan nelayan melalui kemitraan dengan industri dan perbankan.

Page 189: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

178

(5) Penyediaan sarpras pendidikan & latihan yg menunjang peningkatan kinerja

nelayan.

(6) Penyediaan sarpras tempat pertemuan yang menunjang kegiatan berorganisasi

(7) Penyediaan sarpras perikanan tangkap yang menunjang peningkatan akses

pasar.

(8) Pengembangan nelayan menjadi nelayan skala besar.

5.2.4 Pembahasan Umum

Berdasarkan hasil pengembangan kebijakan publik yang dapat dilakukan,

maka arah penguatan kelembagaan guna meningkatkan kesejahteraan nelayan

perikanan adalah:

5.2.4.1 Penguatan kelembagaan

Aspek penguatan kelembagaan merupakan aspek yang paling penting menurut

persepsi nelayan dengan nilai koefisien paling tinggi yaitu 0.398 (tabel 43).

Sedangkan berdasarkan tabel 44 diatas tampak Kelembagaan Keuangan Mikro

(LKM) merupakan kelembagaan yang paling penting menurut para nelayan dengan

nilai koefisien 0.659 dan secara uji hipotesis valid dan terpercaya. Para nelayan

menganggap adanya LKM dikarenakan kebutuhan mereka terhadap suatu lembaga

yang dapat membantu mereka secara langsung mengenai permodalan dan bebas dari

sistem ijon. Hal ini dikarenakan sebagian besar nelayan selalu menggunakan

tengkulak dengan suku bunga yang relatif tinggi dalam memenuhi kebutuhan modal

mereka.

Pembangunan ekonomi pesisir sebagai bagian integral dari pembangunan

ekonomi nasional, keberhasilannya banyak di sokong oleh kegiatan nelayan terutama

perikanan tangkap. Hal itu merujuk fakta, sebagian besar masyarakat di pesisir

menggantungkan hidupnya dari kegiatan penangkapan ikan. Oleh karena itu tidak

mengherankan, kegiatan penangkapan ikan sering dijadikan indikator pembangunan

ekonomi pesisir. Di dalam praktek penangkapan ikan, diperlukan inovasi teknologi

guna mendorong peningkatan produktivitas dan produksinya. Kelemahan nelayan

Page 190: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

179

justru pada adopsi inovasi teknologi yang relatif rendah sebagai dampak penguasaan

modal yang lemah.

Untuk mengatasi kekurangan modal, nelayan biasanya mengusahakan

tambahan modal dari berbagai sumber dana baik dari lembaga keuangan formal

(perbankan) maupun kelembagaan jasa keuangan non formal. Namun umumnya

karena nelayan sering tidak memiliki akses terhadap lembaga perbankan

konvensional, ia akan memilih untuk berhubungan dengan lembaga jasa keuangan

informal seperti nelayan pemodal (pelepas uang - rentenir), atau mengadakan kontrak

dengan pedagang sarana produksi dan sumber lain yang umumnya sumber modal

tersebut mengenakan tingkat bunga yang irrasional karena terlalu tinggi dan

mengikat. Kondisi demikian berdampak buruk tidak saja bagi petani akan tetapi juga

merusak tatanan perekonomian di pesisir. Berkenaan dengan hal tersebut, keberadaan

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) bagi nelayan akan menjadi salah satu solusinya.

LKM memiliki peran strategis sebagai intermediasi dalam aktifitas perekonomian

bagi masyarakat nelayan yang selama ini tidak terjangkau jasa pelayanan lembaga

perbankan umum/bank konvensional. Di lingkungan masyarakat, telah banyak LKM

yang menyediakan skim kredit dengan pola yang beragam, namun umumnya

bergerak dalam fasilitasi pembiayaan bagi usaha-usaha ekonomi non perikanan.

Pada bulan Mei 2008 saat diadakan rapat kerja kelembagaan perikanan dan

kelautan di hotel Equator Surabaya, gubernur Jawa timur memaparkan dari jumlah

sekitar 10 juta jiwa nelayan di Jawa Timur ada 900.000 nelayan yang merupakan

nelayan yang hidup dipesisir pantai dan sebagian besar dari mereka terlilit utang

renternir. Utang kepada renternir telah membuat nelayan terjebak dalam kemiskinan

terstruktur, sehingga kehidupan nelayan tidak pernah kunjung sejahtera. Para

renternir telah mengambil benefit yang besar dari nelayan, sebab sebelum bias

melunasi pinjaman pokok, nelayan harus membayar bunga yang telah ditentukan

hingga tiga kali lipat. Setiap kali melaut pendapatan mereka dipotong 20 % guna

pembayaran bunga renternir. Bunga it uterus ditagih di lokasi tempat pelelangan ikan

selama masih belum dilunasi pinjaman tersebut. Problem besarnya adalah nelayan

sudah terbiasa dengan kehidupan seperti itu, sehingga bila tidak melaut, pihak yang

Page 191: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

180

dicari adalah renternir untuk dapat berhutang dengan cepat dan mudah demi

menyambung hidup keluarganya. Selama masa paceklik, nelayan umumnya

menggantungkan kebutuhan keluarganya kepada renternir, karena pinjaman melalui

bank harus ada jaminan. Renternir merupakan bagian kehidupan nelayan yang sangat

sulit dipisahkan, walaupun sangat merugikan nelayan. Hasil wawancara dengan

nelayan mengatakan bahwa mereka mengaku sudah sejak puluhan tahun telah

berhutang kepada renternir, bahkan sejak mereka masih bujangan sampai tua. Mereka

menagatakan tidak bias lepas dari renternir, apalagi sejak kondisi ekonomi tidak

kunjung membaik. Kehidupan nelayan Indonesia semakin terpuruk, lebih dari 50%

anggota Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) bergantung hidupnyanya pada

tengkulak kata Sekjen HNSI, HAM Siagian (Bisnis Indonesia, 2008).

Peran Lembaga keuangan mikro dalam rangka peningkatan kesejahteraan

nelayan juga dikemukakan oleh gunawan (2003) yang mengatakan salah satu

hambatan utama masyarakat atau usaha kecil untuk berkembang adalah keterbatasan

sumberdaya finansial karena sifatnya yang mikro dengan modal kecil, tidak berbadan

hukum dan manajemen yang sebagian masih tradisional sehingga sektor ini tidak

tersentuh oleh pelayanan lembaga keuangan formal (bank) yang selalu menerapkan

prinsip perbankan dalam memutus kreditnya.

Untuk mengatasi hambatan ini, pendekatan yang perlu dilakukan adalah

penyediaan jasa keuangan mikro (micro finance). Selama ini Lembaga Keuangan

Mikro (LKM) merupakan lembaga yang mampu memenuhi kebutuhan modal karena

mampu menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat kecil yang cenderung

dianggap tidak bankable oleh sektor perbankan komersial. LKM mampu memberikan

pelayanan kredit tanpa jaminan, tanpa aturan yang ketat, dan dengan cara itu pula

mampu untuk menutup seluruh biaya yang mereka keluarkan.

Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sendiri juga memuat 3 (tiga)

elemen kunci (versi dari Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia). Pertama,

menyediakan beragam jenis pelayana keuangan—relevan dengan kebutuhan riil

masyarakat yang dilayani. Kedua, melayani kelompok masyarakat berpenghasilan

rendah (masyarakat miskin menjadi pihak beneficiaries utama). Ketiga,

Page 192: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

181

menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel, agar lebih

mudah dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan.

Berbagai fenomena di atas menyebabkan LKM menjadi pilihan bagi

masyarakat bawah karena memang mempunyai karakteristik yang “merakyat”. yaitu

sesuai dengan ritme kehidupan sehari-hari dan menggunakan prosedur yang

sederhana, tidak sarat aturan dan cepat. Jadi adalah tepat dan wajar apabila untuk

masa sekarang LKM mendapatkan perhatian yang serius dalam rangka pemulihan

ekonomi. Dalam rangka perkuatan perekonomian nasional, penyediaan jasa keuangan

mikro diharapkan mampu mencakup dua sisi yang terkait dengan penanggulangan

kemiskinan, yaitu mampu untuk melayani kebutuhan nasabahnya (baca: masyarakat

miskin) dan pada sisi lain mampu untuk mengembangkan dirinya sebagai lembaga

keuangan mikro yang bonafid. Kemampuan untuk melayani nasabah menuntut juga

kemampuan si nasabah untuk dapat me-manage keuangan agar dapat dioptimalkan

demi pengembangan skala usahanya.

Selama ini keengganan dari pihak perbankan dalam menyalurkan kreditnya

kepada usaha kecil karena adanya anggapan bahwa kelompok atau individu yang

mempunyai predikat sebagai masyarakat miskin sangatlah tidak bankable di mata

perbankan. Pihak perbankan kebanyakan akan merasa sia-sia dalam memberi

pelayanan kepada mereka. Hal itu dikarenakan pihak perbankan memandang

pelayanan terhadap masyarakat miskin akan mendatangkan biaya transaksi tinggi dan

penuh dengan resiko. Tingginya biaya disebabkan skala kredit yang mereka butuhkan

terlalu kecil untuk bank komersial, kemudian tidak mampu memberikan agunan,

ditambah lagi dengan pendapatan yang menjadi jaminan pengembalian juga rendah,

dan kenyataan bahwa jarak lembaga keuangan dengan mereka sedemikian jauh.

Pihak perbankan cenderung untuk melayani golongan ekonomi atas, karena golongan

ini dipandang lebih prospektif, lebih dekat, dan lebih mudah.

Oleh karena itu keberadaan lembaga keuangan mikro diharapkan mampu

untuk mencakup dua profile, antara institusi sosial yang berpihak kepada masyarakat

miskin tanpa memandang bankable atau tidak, dan institusi komersial yang

memperhatikan efisiensi serta efektivitas dalam penyaluran dana keuangannya. Meski

Page 193: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

182

berperan sebagai institusi sosial, tetapi LKM dapat menjadi institusi komersial

melalui cara minimasi biaya transaksi, dan peran dari kelompok swadaya masyarakat

(KSM) dalam mengkoordinir anggotanya. Karena kedekatan dengan pihak nasabah

dan fleksibilitas aturan, maka biaya-biaya dapat berkurang. Kemudian peran dari

KSM—organisasi yang terdiri dari orang-orang sesuai strata ekonominya—yang

diharapkan mampu menekan anggotanya dalam mengamankan kreditnya, atau

mensubstitusi collateral.

Sampai saat ini baru terdapat satu LKM yang berdiri di Kepulauan Seribu.

Satu-satunya LKM yang ada tersebut bernama Lembaga Ekonomi Tidung Sejahtera

(LETS) yang didirikan pada tanggal 11 Oktober 2003 sebagai hasil dari adanya

program Program Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP). Pada tanggal 1 Juli 2006

LETS ini berubah menjadi Koperasi Pesisir Seribu Sejahtera. Kinerja Koperasi

pesisir ini dimulai dari pencairan dana PEMP yang dikelola LETS pada bulan Januari

2004 sebesar Rp.872.400.000. Informasi terakhir yang didapatkan di lapangan pada

bulan Juli 2007 tinggal sebesar Rp.3.840.000,

Data diatas memperlihatkan terjadi kemunduran usaha yang sangat jelas.

Perjalan usaha LETS dalam kurun waktu tersebut mengalami kemunduran akibat

kemacetak kredit yang terbesar pada periode per 31 Juli 2004 adalah pinjaman

modal bergulir dari Rp.505.833.380, jumlah kemacetan sebesar Rp.300.512.334.

Berarti jumlah uang yang dibayar hanya sebesar Rp.205.321.050. Sedangkan

pinjaman modal konsumtif dari jumlah Rp.123.630.000, tingkat kemacetan dana

sebesar Rp.94.830.000. Yang lebih menyedihkan adalah pinjaman tenaga karyawan

LETS yang meminjam uang dari LETS sejumlah RP.32.785.000, yang terbayar

hanya sebesar Rp.8.500.000. Berarti terdapat tunggakan sebesar Rp.24.285.000.

Pendapatan jasa yang diterima sebesar Rp.22.783.200, dana ini berasal

dari pendapatan jasa produkstif dan konsumtif. Namun demikian biaya operasional

yang dikeluarkanlebih besar dari pendapatan jasanya. Pengeluaran dana operasional

sebesar Rp.48.941.800, pengeluaran ini sebagian besar untuk biaya tenaga kerja

sebesar Rp.33.145.000.

Page 194: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

183

Pengembalian dana dari LETS yang cenderung terabaikan, hal ini patut

dicermati dan perlu bijaksana dalam melihat pola pikir masyarakat pesisir.

Masyarakat Kepulauan Seribu umumnya berpendidikan rata-rata SD sehingga

membentuk pola pikir yang tidak membangun yang menganggap dana pinjaman

yang berasal dari program PEMP dirasakan sebagai hibah bukannya dana pinjaman

yang harus dikembalikan. Mereka juga melihat pada para pengurus koperasi yang

sangat sulit dalam pengembalian pinjaman. Sehingga pola pikir ini akan tersus

mendarah daging dan harus dikembalikan ke arah yang benar sesuai dari

pembentukan program yaitu kesejahteraan masyarakat pesisir.

Oleh karena itu sesuai dengan hasil SWOT (nomer 3) diatas sangat diperlukan

adanya peningkatan kapasitas SDM pengelola kelembagaan dan penerima bantuan

program pemberdayaan. Peningkatan kapasitas SDM pengelola dan penerima mutlak

diperlukan untuk menunjang keberhasilan program pemberdayaan masyarakat pesisir

yang dilakukan. Peningkatan SDM pengelola diarahkan pada hal-hal:

a. Penguasaan pemahaman pedoman umum dan petunjuk pelaksanaan program

yang diselenggarakan oleh pemerintah.

b. Mahaman prosedur dan mekanisme penyaluran dana.

c. Penguasaan teknologi informasi yang menunjang pelaksanaan program

d. Pemahaman tentang kelayakan bisnis / usaha perikanan yang akan dijalankan.

e. Bimbingan teknis perlu rutin diselenggarakan.

f. Monitoring dan evaluasi program.

Peningkatan SDM penerima diarahkan pada beberapa hal, antara lain:

a. Bimbingan teknis dan manajemen usaha yang akan dijalankan, termasuk untuk

bisnis/usaha yang sudah dijalankan untuk meningkatkan kinerja usaha/bisnis

perikanan yang dijalankan.

b. Manajemen keuangan dan pemasaran.

c. Jaringan kerjasama bisnis/usaha yang dijalankan.

Belajar dari keberhasilan pengelolaan LKM pada daerah lain untuk diterapkan

dalam membangun LKM pesisir Kepulauan Seribu pada dasarnya dapat saja

dilakukan dengan mengakomodasi beberapa pola yang sudah berkembang dengan

Page 195: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

184

melakukan penyesuaian. Pendekatan pola Grameen Bank, serta pola lainnya dapat

dijadikan acuan salah satu alternatif skim perkreditan untuk diaplikasikan untuk

mendukung usahatani, namun dengan beberapa penyesuaian terkait dengan

karakteristik nelayan sebagai berikut:

1) Pendekatan kelompok.

Makna pendekatan kelompok adalah sebagai penjaminan, kompensasi dari tidak

adanya agunan (collateral). Kelompok diselaraskan dengan kelompok nelayan

yang sudah eksis beranggotakan antara 20 – 30 orang.

2) Perluasan sasaran pengguna kredit

Sasaran pengguna kredit tidak difokuskan untuk kaum ibu saja, melainkan perlu

juga melibatkan kaum Bapak. Karena yang menjadi anggota kelompok nelayan

adalah kaum bapak dan yang mengetahui kebutuhan dana untuk adopsi teknologi

penangkapan.

3) Seleksi calon pengguna kredit

Indikator seleksi disesuaikan dengan keragaan usaha penangkapan, salah satunya

yang penting dipertimbangkan adalah adanya diversifikasi usaha.

4) Volume Pagu Kredit

Volume pagu kredit minimal mampu memenuhi standar kebutuhan tambahan

biaya penangkapan dan realisasi pencairannya disesuaikan dengan perilaku pola

penangkapan. Studi kelayakan mengenai penangkapan ikan menjadi acuan. Tiap

orang kebutuhannya akan berbeda.

5) Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman terkait dengan keberlanjutan perkreditan. Oleh karena itu

patokannya adalah bunga komersial sesuai pasar.

6) Waktu pengembalian cicilan

Pembayaran cicilan bisa dikelompokkan dalam bentuk mingguan dan atau segera

setelah penangkapan. Komposisi jumlah cicilan mingguan dan setelah

penangkapan (disesuaikan dengan perkiraan sumber pendapatan nasabah).

Disarankan komposisi jumlah cicilan mingguan lebih besar dari pada cicilan

segera setelah penagkapan, misal 70% berbanding 30%.

Page 196: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

185

7) Pendampingan dan Monitoring

Pendampingan dan monitoring secara berkelanjutan, sehingga jika terjadi masalah

selama proses pemanfatan kredit bisa segera dicarikan solusinya.

8) Pelatihan

Pelatihan diperlukan terutama bagi pengurus LKM untuk secara terus menerus

meningkatkan kapabilitas manajemen LKM

Strategi utama untuk memprakarsai pembentukan dan pengembangan LKM di

Kepulauan Seribu selain harus tetap berpijak pada prinsip-prinsip kelembagaan,

secara operasional hendaknya dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1) Menetapkan terlebih dahulu kriteria calon kelompok sasaran, antara lain terkait

dengan eksistensinya sebagai kelompok paling tidak dalam dua tahun terakhir.

Dalam penetapan calon kelompok sasaran ini seyogyanya berpedoman pada

mekanisme yang sistematis dan terstruktur berdasarkan langkah-langkah kegiatan

yang mengarah pada operasionalisasi kegiatan.

2) Kelompok terpilih yang sudah memenuhi kriteria tersebut diseleksi oleh

pendamping lokasi. Seleksi didasarkan pada prioritas.

3) Dari seleksi tersebut menghasilkan sasaran kelompok yang layak melakukan

kegiatan jasa pelayanan keuangan. Aspek kelayakan didasarkan pada keragaan

organisasi kelompok nelayan yang difokuskan pada kondisi kinerja organisasi

kelompok nelayan.

4) Memprakarsai penyaluran dan pemanfaatan dana penguatan modal usaha

kelompok (penyediaan seed capital).

5) Melakukan pendampingan dan asistensi terhadap kegiatan kelompok dalam

melakukan pelayanan jasa keuangan, termasuk dalam adminitrasi pengelolaan

dana.

6) Mendorong kegiatan kelompok ke arah kegiatan pengelolaan LKM yang

berkelanjutan (sustainabel). LKM harus terus berjalan meskipun keterlibatan

lembaga atau aparat pemerintah dan swasta secara langsung telah berkurang.

Page 197: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

186

7) Melakukan pelatihan bagi pengurus LKM untuk meningkatkan kapabilitas

pengurus dalam mengelola LKM, dan melakukan pembinaan usaha kepada

nasabah agar usahanya memberikan nilai tambah yang tinggi.

Selain itu hasil analisis SWOT menyarankan adanya pengembangan

jaringan kemitraan dengan kalangan perbankan dan industri serta peningkatan akses

masyarakat dengan lembaga keuangan dengan cara penyederhanaan prosedur dan

mekanisme peminjaman guna memotong mata rantai dengan tengkulak. Menurut

Setiawan (2008) kelemahan kelembagaan ekonomi di masyarakat pesisir adalah

tidak berhubungan dengan industri maupun perbankan. Lemahnya akses lembaga

terhadap sektor industri maupun perbankan membuat kelembagaan yang dibentuk

umumnya hanya bertahan selama proyek berjalan. Setelah itu, kelembagaan dengan

sendirinya akan mati. Kerjasama dengan industri diarahkan pada penyediaan akses

dan jaringan informasi pemasaran. Meskipun tidak langsung berhubungan dengan

kelembagaan, namun kerjasama ini tentunya akan menyediakan jaringan pemasaran

dan informasi yang dibutuhkan. Masyarakat selaku anggota lembaga akan merasa

terbantu sehingga akan cukup menghidupkan kelembagaan yang ada.

Kerjasama dengan perbankan diarahkan untuk maksud kemudahan akses

penyediaan modal yang dibutuhkan bagi anggota kelompok. Kerjasama ini

merupakan kerjasama yang saling menguntungkan antara perbankan selaku

penyandang dana dan lembaga ekonomi masyarakat selaku pemanfaat. Bila

kerjasama ini bisa dilakukan antar lembaga ekonomi masyarakat yang ada dengan

perbankan, maka ‘self financing mechanism’ yang berarti lembaga sudah mampu

mengadakan pembiayaan sendiri sudah berjalan dan sudah tidak memerlukan bantuan

program pemerintah karena sudah bisa beroperasi melalui pendanaan sendiri.

Berdasarkan tabel 44 diatas tampak organisasi nelayan merupakan

kelembagaan yang penting setelah adanya Lembaga Keuangan Mikro dengan nilai

koefisien 0.599 dan secara uji hipotesis valid dan terpercaya. Hal ini sesuai dengan

penelitian marwoto (2004) yang mengatakan keberadaan suatu kelembagaan yang

dapat menghimpun nelayan akan sangat bermanfaat bagi nelayan yang

Page 198: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

187

bersangkutan dan dapat membantu dalam pelaksanaan berbagai program yang

dilakukan pemerintah. Bentuk kelembagaan yang pada umumnya ada di pedesaan

antara lain adalah kelompok nelayan (berdasarkan jenis alat tangkap), Kelompok

Usaha Bersama (KUB, berdasarkan kesamaan jenis usaha), Koperasi Unit Desa

(KUD) Mina, dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI).

Kelompok Nelayan yang ada saat ini dalam kenyataannya kurang dan

bahkan tidak dapat mewakili kepentingan nelayan, terutama nelayan buruh.

Menurut Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Kelompok

Nelayan pada umumnya menyebutkan bahwa yang dapat menjadi anggota

Kelompok Nelayan adalah nelayan pemilik. Oleh karenanya Kelompok Nelayan

tidak lain adalah kumpulan dari para pemilik unit penangkapan, yang biasanya

sejenis.

Dengan sistim keanggotaan yang demikian maka Kelompok Nelayan

hanya menyuarakan kepentingan nelayan pemilik saja. Di sisi lain, program

pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan Pemerintah menggunaan pendekatan

kelompok nelayan. Dengan demikian yang mempunyai kesempatan untuk

mengikuti pembinaan dan penyuluhan hanyalah nelayan pemilik. Padahal

meningkatnya produktivitas usaha penangkapan sangat ditentukan oleh pengetahuan

dan ketrampilan nelayan buruh yang secara langsung terjun dalam kegiatan

penangkapan. Mereka seolah tidak memiliki kesempatan untuk menambah

pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan yang diberikan oleh Pemerintah.

Sebaliknya, bagi pemilik unit penangkapan, pengetahuan dan ketrampilan tidak

begitu penting, karena yang lebih penting bagi mereka adalah bagaimana unit

penangkapan siap untuk beroperasi, termasuk dalam menyediakan uang untuk

membeli kebutuhan untuk operasionalnya.

KUB, KUD Mina dan HNSI juga menunjukkan kenyataan yang sama.

Kelembagaan ini merupakan wadah hanya bagi pemilik unit penangkapan dan

bukan untuk nelayan buruh. Hingga saat ini belum ada kelembagaan bagi nelayan

buruh, sehingga adanya sistim bagi hasil yang tidak adil, sebagai contoh, tidak ada

jalur kelembagaan yang dapat digunakan untuk menyalurkan aspirasinya.

Page 199: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

188

Selain itu, pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang

dilakukan pemerintah juga selalu mencantumkan persyaratan yang hanya dapat

dipenuhi oleh nelayan pemilik. Misalnya pemberian paket bantuan palkah, mesin,

dan jaring, dengan mekanisme dana bergulir, hanya mungkin diikuti oleh para

pemilik unit penangkapan, dan bukan nelayan buruh yang memang tidak memiliki

unit penangkapan. Dengan demikian, lemahnya kelembagaan nelayan buruh

berpengaruh terhadap kemiskinan yang dialami oleh nelayan buruh.

Penyelesaian masalah organisasi nelayan ini dikemukan oleh marwoto

(2004) dengan tahap awal, kelembagaan yang perlu dikembangkan adalah

Kelompok Nelayan Buruh, yang diharapkan dapat menjadi wadah bagi nelayan

buruh untuk mengkonsolidasikan dan mengaktualisasikan dirinya. Dengan jumlah

nelayan buruh yang sangat banyak dan dominan dan tergabung dalam suatu

organisasi akan dapat meningkatkan posisi tawar terhadap nelayan pemilik sehingga

tidak ada lagi hubungan kerjasama yang tidak saling menguntungkan.

Peran kelembagaan Kelompok Nelayan ini diharapkan seperti peran

kelembagaan pekerja di sektor industri dengan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia

(SPSI). Bagi nelayan yang bekerja di perikanan industri (skala besar) penerapan

ketentuan upah minimum regional sudah seharusnya juga diterapkan, apalagi waktu

kerja dan resiko kerja bagi nelayan lebih berat dibandingkan dengan pekerja/buruh

industri.

Di sisi lain, mengingat jumlahnya yang banyak, sudah sewajarnya jika

Pemerintah mulai memberikan perhatian kepada kelompok nelayan buruh ini.

Dapat dipastikan bahwa mereka juga memerlukan pembinaan, dan justru merekalah

yang harus dibina agar dapat diperoleh peningkatan produksi perikanan yang

berasal dari kegiatan penangkapan ikan. Meningkatnya produksi akan diikuti

dengan peningkatan nilai jual hasil tangkapan dan pada gilirannya akan berdampak

terhadap peningkatan pendapatan nelayan. Dalam tahap berikutnya, kelompok

nelayan buruh secara bertahap dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kelompok

usaha bersama pada saat memiliki kemampuan untuk melakukan investasi untuk

Page 200: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

189

mengadakan unit penangkapan secara bersama. Peningkatan pendapatan dapat

diperoleh dengan mekanisme yang sama dengan adanya bantuan unit penangkapan

yang berasal dari Pemerintah.

Pada akhirnya sesuai dengan hasil analisis SWOT diatas yang terpenting dari

semua hal tersebut adalah adanya pelembagaan program dan sinkronisasi dengan

kebijakan Pemerintah Daerah serta adanya penyediaan prosedur dan mekanisme

pemberian bantuan yang jelas. Menurut Setiawan (2008) pelembagaan program

pemberdayaan untuk masyarakat pesisir secara nasional perlu segera dilakukan. Hal

ini diarahkan pada pengembangan kelembagaan pemberdayaan masyarakat pesisir

(nelayan) pada satu pintu, sehingga koordinasi, skim kredit pemodalan, aturan main

maupun mekanisme pengelolaan dana-dana pemberdayaan dikelola oleh lembaga ini.

Kelembagaan yang dibentuk bisa didalam departemen atau instansi teknis yang

berhubungan langsung dengan masyarakat. Selama ini, program pemberdayaan

dilakukan secara beragam. Departemen Sosial, Departemen Kelautan dan Perikanan,

Departemen Agama, Departemen Pemberdayaan Wanita, Departemen Daerah

Tertinggal mempunyai direktorat, sub-direktorat atau kepala bagian yang berkaitan

dengan pemberdayaan masyarakat. Akibatnya, skim kredit, mekanisme penyaluran

maupun teknis pengembaliannya sangat beragam.

Pengembangan kelembagaan menjadi satu pintu khususnya dalam

pemberdayaan masyarakat pesisir dan laut dalam rangka meningkatkan kinerja

pembangunan perikanan tangkap dimaksudkan agar bisa mengatur,

mengkoordinasikan, membuat mekanisme dan aturan main tertentu sehingga tidak

menyulitkan pada saat pelaksanaanya di lapangan. Permasalahan yang sering terjadi

selama ini, karena perbedaan dalam penyaluran dana maupun aturan-aturanya

menyebabkan kesulitan dalam penentuan jenis bantuan yang diberikan. Satu instansi

memberikan bantuan secara murni, sementara instansi lain memberikan bantuan

dalam bentuk dana bergulir, dan instansi lainnya memberikan bantuan dalam bentuk

kredit. Akibatnya, masyarakat terutama masyarakat pesisir menjadi bingung dan

mempertanyakan jenis bantuan yang diberikan. Jika skim bantuan yang diberikan

dalam satu desa seragam tidak menjadi masalah. Tetapi apabila sudah diberikan

Page 201: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

190

bantuan sebelumnya dan skimnya berbeda, biasanya akan sangat menyulitkan

mekanisme pengaturan selanjutnya. Pengembangan kelembagaan pemberdayaan

masyarakat pesisir dan laut dalam satu pintu, harus mempunyai pedoman umum dan

petunjuk pelaksanaan yang jelas dimaksudkan agar bisa memberikan pedoman dan

petunjuk pelaksanaan yang jelas dan dapat diimplementasikan di lapangan.

Keuntungan kelembagaan program pemberdayaan satu pintu adalah bisa membuat

Pedum dan Juklak yang tidak berbeda antar masing-masing instansi. Dengan

demikian, segala macam skim bantuan yang diberikan sudah mempunyai Pedum dan

Juklak dari satu pintu, sehingga petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang dibuat

diharapkan tidak asal jadi, tetapi berdasarkan pengalaman-pengalaman pada program

pemberdayaan sebelumnya.

Prosedur dan mekanisme penyaluran dana juga harus jelas. Hal ini menurut

Setiawan (2008) dimaksudkan agar pemberian dana pemberdayaan lebih mudah

dijangkau oleh masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan.Prosedur dan

mekanisme penyaluran dana yang sederhana dan jelas bisa mengacu pada versi yang

sudah dikembangkan oleh Bank Pembangunan Asia dan Bank Dunia, yaitu : (1)

keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), (ii) penyediaan beragam jenis

pelayanan keuangan yang relevan dengan kebutuhan riil masyarakat yang dilayani;

serta, dan yang terakhir (iii) melayani kelompok masyarakat berpenghasilan rendah

(masyarakat miskin menjadi pihak beneficiaries utama).

Melalui pengembangan ketiga elemen kunci tersebut, LKM menjadi pilihan

alternatif bagi masyarakat bawah karena memang mempunyai karakteristik yang

“merakyat”. yaitu sesuai dengan ritme kehidupan sehari-hari dan menggunakan

prosedur yang sederhana, tidak sarat aturan dan cepat. Jadi adalah tepat dan wajar

apabila untuk masa sekarang LKM mendapatkan perhatian yang serius dalam rangka

pemulihan ekonomi karena LKM mendukung sustainability dan pengembangan

UMKM yang telah terbukti mampu menjadi pilar dasar perekonomian.

Page 202: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

191

5.2.4.2 Pengembangan kewirausahaan

Nikijuluw (2005) mengemukakan bahwa kewirausahaan UKM perikanan

dapat diartikan sebagai kemampuan pelaku UKM perikanan dalam memulai dan

menjalankan bisnisnya sedemikian rupa melalui langkah-langkah pengambilan resiko

untuk mencapai keuntungan dan dalam rangka mengembangkan usahanya secara

lebih jauh. Sederhananya, seorang wirausahaan adalah seorang yang pada akhirnya

mampu menghasilkan keuntungan atau laba (profit) melalui usahanya. Bila dia

pelaku UKM maka yang bersangkutan memiliki kemampuan, meskipun kecil atau

menengah skala usahanya, untuk menjalankan bisnisnya dengan tetap menghasilkan

laba di tengah situasi dan kondisi resiko yang melingkupi usahanya.

Prijosaksono dan Bawono (2004) yang diacu dalam Nikijuluw (2005)

kecerdasan wirausaha adalah dorongan hati dan kemampuan seseorang untuk

memanfaatkan kreativitas dan kekuatan pribadinya menjadi sebuah usaha atau bisnis

yang bisa memberi nilai tambah bagi dirinya. Berdasarkan definisi ini, selanjutnya

mereka mengatakan bahwa kecerdasan berwirausaha adalah kemampuan seseorang

dalam mengenali dan mengelola diri serta berbagai peluang maupun sumberdaya

disekitarnya secara kreatif untuk menciptakan nilai tambah maksimal bagi dirinya

secara berkelanjutan.

Pengembangan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan nelayan perikanan tangkap menurut hasil analisis SWOT

diatas meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dalam pengembangan alternatif

wirausaha sesuai dengan potensi daerah. Kemampuan berbisnis individu biasanya

tidak datang dengan sendirinya. Kemampuan ini biasanya datang turun temurun atau

melalui pendidikan dan pelatihan yang digelutinya atau berdasarkan pengalaman di

sekitarnya.

Setiawan (2008) mengatakan peningkatan pemasaran produk perikanan untuk

meningkatkan gairah usaha sektor bisnis perikanan. Pemasaran produk perikanan

pada umumnya tidak diminati karena tingkat resikonya yang sangat tinggi. Resiko

tersebut adalah cepat busuknya produk hasil perikanan tangkap sehingga menurunkan

harga jual. Resiko lain adalah penurunan harga jual pada saat musim penangkapan.

Page 203: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

192

Dalam rangka peningkatan pemasaran produk perikanan, perlu disediakan sarana dan

prasarana yang memadai untuk meminimilasi kemungkinan penurunan harga jual

akibat penurunan kualitas hasil tangkapan. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan

antara lain pembangunan TPI/PPI dan penyediaan sarana/prasarana transportasi yang

memadai agar bisa dipasarkan ke wilayah lain.

Kemudian masalah regulasi UKM dan UMKM dalam kemudahan perijinan

juga perlu diperhatikan. UKM dan UMKM biasanya kesulitan dalam mengurus

perijinan-perijinan yang diperlukan. Disamping ketidak tahuannya, juga karena

kesulitan yang dijumpainya untuk memperoleh ijin-ijin yang diperlukan. Oleh karena

itu, perlu regulasi UKM dan UMKM dalam kemudahan perijinan, sehingga

usaha/wirausaha yang dijalankan bisa bersaing dengan usaha/wirausaha lain, baik

tingkat lokal, regional maupun internasional.

5.2.4.3 Pemberdayaan sumberdaya manusia

Analisis SEM diatas juga menunjukkan bahwa aspek pemberdayaan sumber

daya nelayan justru mempunyai peran yang paling kecil yang mempengaruhi

kesejahteraan mereka. Hasil ini menujukkan aspek pemberdayaan SDM tidak

mempunyai peran yang lebih penting dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Dari beberapa literatur ditemukan bahwa dari aspek demografi rumah tangga,

nelayan memiliki beban ketergantungan yang relatif tinggi dengan indikasi dapat

dijelaskan dari tingginya tingkat angka kelahiran dibandingkan dengan rumah tangga

lainnya. Kecenderungan ini tentunya menunjukkan bahwa laju pertumbuhan rumah

tangga nelayan jauh lebih tinggi. Selanjutnya dalam kesehariannya dalam hal ini

anak-anak keluarga nelayan secara lebih dini terlibat dalam pekerjaan nelayan. Hal

ini tentu berimplikasi pada kelangsungan pendidikan keluarga nelayan. Dan siklus ini

terus berputar, dimana minat untuk meningkatkan kualitas diri terutama melalui

pendidikan menjadi sangat minim, karena orang tua maupun anak-anaknya lebih

cenderung memikirkan kebutuhan dasar. Hal ini dikarenakan dalam mencari nafkah

sebagai nelayan mereka tidak membutuhkan adanya pemberdayaan yang berupa

pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (Siswanto, 2008).

Page 204: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

193

Peningkatan penguatan kelembagaan dan kemampuan berbisnis individu

melalui pendidikan dan pelatihan sangat perlu dilakukan walaupun menurut mereka

pemberdayaan tidak begitu penting. Penguatan kelembagaan dan peningkatan

kewirausahaan sangat erat kaitannya dengan pengembangan kapasitas sumberdaya

yang pada umumnya hanya bisa dilakukan oleh pemerintah. Pelaku bisnis perikanan,

pada umumnya enggan untuk meningkatkan kemampuannya dengan biaya sendiri.

Mereka sangat tergantung pada dana yang diberikan pemerintah.

Oleh karena itu pemerintah harus mengambil inisiatif untuk dapat

meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia nelayan dalam rangka pengembangan

alternatif wirausaha sesuai dengan potensi daerah yang dimilikinya sebelum

menggulirkan dana pemberdayaan. Kegagalan program pemberdayaan yang sering

terjadi adalah karena tidak didahului dengan penyiapan sumberdaya terlebih dahulu.

Penerima program pemberdayaan hanya mengandalkan kemampuannya dengan

berbagai keterbatasan yang dimilikinya sehingga penerima program sering tidak bisa

mengembalikan dana yang diperolehnya apabila dana tersebut harus dikembalikan.

Keuntungan yang diperoleh dari program pemberdayaan relatif tidak bertambah,

sementara ditambah dengan kewajiban untuk mengembalikan dana pinjaman.

Page 205: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

194

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil analisis dan pembahasan

adalah:

(1) Sektor-sektor yang mampu memanfaatkan keuntungan lokasional sehingga

memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan sektor sejenis di

kabupaten/kota lain adalah susektor perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai DS positif yang mencerminkan posisi keuntungan lokasi (locational

advantage position). Tetapi kondisi sektor ini tidak tumbuh dengan baik, ini

ditandai dengan nilai PS negatif, yang berarti bahwa sektor ini memiliki

pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan daerah

lain. Hasil ini menunjukkan bahwa subsektor perikanan sebenarnya

merupakan sektor unggulan dan mempunyai daya saing yang tinggi,

dibuktikan dengan nilai LQ yang positif dan juga DS yang positif. Akan tetapi

sektor ini tidak memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sektor

sejenis di daerah lain. Hal ini terjadi karena yang menjadi pembanding

subsektor perikanan Kepulauan Seribu adalah Kota Jakarta Utara. Seperti

sudah digambarkan pada bab sebelumnya sebesar 55 % pemasaran hasil

perikanan tangkap dan 82 % pemasaran hasil perikanan budidaya dilakukan

diluar wilayah kepulauan seribu. Kondisi inilah yang menyebabkan subsektor

perikanan Kepulauan Seribu tidak tumbuh dengan baik karena justru yang

menikmati hasil tangkapan dan hasil budidaya perikanan adalah kota lain.

(2) Faktor penguatan kelembagaan (variabel X1) berpengaruh positif terhadap

variabel Y (kesejahteraan nelayan) dengan nilai estimates 0.398, sehingga

dapat dikatakan variabel kelembagaan benar berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel kesejahteraan nelayan. Aspek penguatan

kelembagaan merupakan aspek yang paling penting menurut persepsi nelayan

dengan nilai koefisien paling tinggi yaitu 0.398 dan kelembagaan keuangan

Page 206: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

195

mikro merupakan kelembagaan yang paling penting menurut para nelayan

dengan nilai koefisien 0.659 dan secara uji hipotesis valid dan terpercaya.

Setelah mendapatkan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatakan

kesejahteraan dilanjutkan dengan melakukan analisis SWOT guna mencari

alternatif kebijakan yang paling mungkin diterapkan guna meningkatkan

kesejahteraan nelayan dari aspek kelembagaan yaitu (i) perlunya kelembagaan

program dan sinkronisasi dengan kebijakan PEMDA serta penyediaan

prosedur dan mekanisme pemberian bantuan yang jelas, (ii) peningkatan

kapasitas sumber daya manusia pengelola kelembagaan dan penerima bantuan

program pemberdayaan, (iii) pengembangan jaringan kemitraan dengan

kalangan perbankan, (iv) peningkatan akses masyarakat dengan lembaga

keuangan dengan cara penyederhanaan prosedur dan mekanisme peminjaman

guna memotong mata rantai dengan tengkulak, (v) pengembangan jaringan

kemitraan antar kelembagaan lokal guna pengembangan usaha.

(3) Faktor kewirausahaan (variabel X3) berpengaruh positif yang kedua terhadap

variabel Y (kesejahteraan nelayan) dengan nilai estimates 0.359 sehingga

dapat dikatakan variabel kewirausahaan benar berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel kesejahteraan nelayan. Nilai kesadaran berusaha

merupakan nilai yang paling tinggi dari aspek kewirausahaan. Hal ini

menunjukkan seorang nelayan juga diharapkan menjadi seorang wirausahaan

yaitu seorang yang mampu menghasilkan keuntungan atau laba (profit)

melalui usahanya. Pada aspek kewirausahaan beberapa kebijakan yang

dihasilkan adalah : (i) perlunya upaya perbaikan lingkungan untuk

meningkatkan kepercayaan industri dan perbankan terhadap usaha perikanan

dalam membangun kemitraan (ii) pengembangan wisarausaha yang handal

dan berbasis keunggulan lokal, (iii) meningkatan kapasitas sumber daya

manusia dalam pengembangan alternatif wirausaha, (iv) peningkatan akses

modal melalui skim yang terjangkau, (v) segmentasi permodalan berdasarkan

usaha yang dikembangkan, (vi) regulasi dan kemudahan perijinan usaha kecil

menangah dan koperasi.

Page 207: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

196

(4) Faktor pemberdayaan sumberdaya manusia (variabel X2) adalah factor yang

paling kecil berpengaruh terhadap variabel Y (kesejahteraan nelayan) dengan

nilai estimates 0.239. Aspek pemberdayaan sumber daya nelayan justru

mempunyai peran yang paling kecil, menurut nelayan Kep. Seribu sebagai

aspek yang mempengaruhi kesejahteraan. Beberapa alternatif kebijakan yang

dihasilkan adalah (i) Peningkatan SDM melalui ketrampilan disertai dengan

permodalan, (ii) memperbanyak program pemberdayaan melalui pranata

sosial yang ada, (iii) penggalian potensi yang berorientasi pada keunggulan

kompetitif produk hasil perikanan, (iv) pemberdayaan nelayan melalui

kemitraan dengan industri dan perbankan., (v) pengembangan nelayan

menjadi nelayan dengan skala lebih besar

6.2 Saran dan Rekomendasi Kebijakan

(1) Diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang melibatkan semua pihak yang

berkepentingan yang dapat mempercepat pertumbuhan subsektor perikanan

disemua wilayah Kepulauan Seribu. Percepatan pertumbuhan sektor

perikanan ini dapat berpotensi guna memberikan efek ganda (multiplier

effects) yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi dalam wilayah

Kepulauan Seribu yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan.

(2) Berdasarkan hasil SEM maka dari 3 aspek kebijakan yang mempengaruhi

kesejahteraan nelayan aspek kelembagaan mempunyai nilai yang paling

tinggi. Oleh karenanya di masa yang akan datang sebaiknya program

penciptaan kelembagaan dan penumbuhan jiwa kewirausahaan lebih banyak

dilakukan dibandingkan dengan program-program pemberdayaan yang berupa

pendidikan, pelatihan dan penyuluhan. Perlu diadakan pelembagaan program

pemberdayaan untuk masyarakat pesisir (nelayan) secara nasional dan

pengembangan jaringan kemitraan antar kelembagaan lokal dalam

pengembangan usaha produktif masyarakat.

(3) Pada aspek kewirausahan diharapkan kedepan dilakukan peningkatan

kapasitas SDM dalam pengembangan wirausaha alternatif sesuai dengan

Page 208: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

197

potensi lokal serta pengembangan wirausaha yang handal berbasis pada

keunggulan lokal. Hal ini ditunjang dengan pengembangan teknologi tepat

guna dalam rangka menciptakan usaha yang lebih bernilai ekonomis serta

peningkatan pemasaran produk perikanan untuk meningkatkan gairah usaha

(bisnis) sektor perikanan. Regulasi bidang UKM dan UMKM, terutama dalam

hal perijinan. Selanjutnya, dibutuhkan adanya peningkatan bantuan

permodalan melalui berbagai skim pemberian modal dengan persaratan ringan

dan terjangkau masyarakat. Terakhir dibutuhkan adanya upaya perbaikan

lingkungan untuk meningkatkan kepercayaan industri dan perbankan terhadap

usaha perikanan.

(4) Dibutuhkan komitmen keberlanjutan suatu kebijakan oleh pemerintah,

sehingga keberhasilan penerapan suatu kebijakan dapat terlihat dengan jelas.

Selama ini yang terjadi setiap penggantian pemerintah, kebijakan ikut

berubah. Khususnya nelayan ketergantungan terhadap tengkulak sulit

dihindari karena tengkulak selalu siap memenuhi kebutuhan nelayan

kapanpun, berbeda dengan kebijakan pemerintah yang mempunyai anggaran

terbatas dan terikat dengan ketentuan yang kadang menurut nelayan sangat

menyulitkan.

(5) Pemerintah perlu segera mengkaji kembali berbagai regulasi/kebijakan yang

telah ditetapkan dan diimplementasikan selama ini. Dalam upaya peningkatan

kesejahteraan nelayan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang

memiliki spesifikasi wilayah kepulauan, lebih tepat jika program dan kegiatan

pembangunan difokuskan pada peningkatan kesejahteraan nelayan dengan

cara penguatan kelembagaan yang ada. Pemerintah daerah hendaknya segera

mengkaji kembali seluruh kebijakan pembangunan secara spesifik,

komprehensif, dan integratif.

Page 209: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

198

DAFTAR PUSTAKA

Adiwibowo, S. 2000. Adaptasi Ekologi Masyarakat di Wilayah Pesisir. Makalah Pelatihan ICZPM Angkatan I. PPLH IPB, Bogor.

Adrianto, L. 2004. Analisis Penentuan Daerah Perikanan (Fisheries Dependent Region). Working Paper Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Institut Pertanan Bogor. Bogor.

Adrianto, L., Matsuda, Y., dan Sakuma, Y. 2005. Assessing Local Sutainability of Fisheries System: A Multi-Criteria Participatory Approach with The Case of Yoron Island, Kagoshima Prefecture. Japan Marine Policy. 29, 9-23.

Arif , Satria (2008), Negeri Bahari yang Melupakan Nelayan, Kompas , 9 Juni 2008

Adrian P Pangemanan (2002), Sumber Daya Manusia Masyarakat Nelayan, Bogor, IPB

Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, (1998). Structural Equation Modeling in Practice: A Review and Recommended Two Step Approach, Psychological Bulletin, Vol. 163.

Arifin, B. dan Rahbini, D.J. 2001. Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Arrow, Kenneth.J. (1950) “ A Difficulty in the Concept of Social Welfare” Journal of Political Economy, August 1950

Arsyad, Lincolin. (2002) Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi kedua, BPFE UGM Yogyakarta.

Badan Perencana Pembangunan Kabupaten (Bapekab), ( 2002.) Penyusunan Rencana Pengembangan Kegiatan Ekonomi Kelautan di Kepulauan Seribu. Kerjasama Pemerintah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Badan Perencanaan Kabupaten dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat IPB.

Badan Perencana Pembangunan Kabupaten (Bapekab), (2002). Penyusunan Rencana Pengembangan Kemitraan Pembangunan Kepulauan Seribu. Kerjasama Badan Perencanaan Kabupaten (Bapekab) Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (LPM) Institut Pertanian Bogor (IPB).

Badan Perencana Pembangunan Kabupaten (Bapekab), (2002). Penyusunan Konsep Ketentuan Pemanfaatan Perairan Laut Kepualaun Seribu. Kerjasama Badan Perencanaan Kabupaten (Bapekab) Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor (IPB)

Page 210: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

199

. Biro Hukum Pemerintah Propinsi DKI Jakarta,( 2001 ). Peraturan Daerah Propinsi

DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001. Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD Propinsi DKI Jakarta. Biro Hukum Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2000. Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan. BPS, Jakarta.

____________2003. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. BPS. Jakarta.

____________2004. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. BPS, Jakarta

____________2005. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. BPS, Jakarta

____________2006. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. BPS, Jakarta

____________2007. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. BPS, Jakarta

____________2008. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga. BPS, Jakarta

Badan Pusat Statistik, 2004. Kepulauan Seribu dalam Angka. BPS, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

____________2005. Kepulauan Seribu dalam Angka. BPS, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

____________2006. Kepulauan Seribu dalam Angka. BPS, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

____________2007. Kepulauan Seribu dalam Angka. BPS, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

____________2008. Kepulauan Seribu dalam Angka. BPS, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

Badan Pusat Statistik (2007), Indek Pembangunan Manusia 2005-2006,Jakarta, CV.Rioma Badan Pusat Statistik (2007), Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan

2007, Jakarta, CV. Nario Sari. Badan Pusat Statistik (2007) Statistik Kesejahteraan Rakyat ,Jakarta, CV Gading Komunikatama.

Budiharsono, S. 2003. Analisis Prioritas, Alokasi Anggaran, Monitoring dan Evaluasi Proyek Pembangunan. Makalah, disampaikan pada Pelatihan Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (ICZPM) diselenggarakan pada tanggal 11 Agustus - 25 Oktober 2003 di Bogor. Kerjasama DKP dan PKSPL IPB.

Byrne, B.M., 2001. Structural Equation Modeling with AMOS. Basic Concepts, Applications and Programming. Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey. 338 pp.

Page 211: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

200

Campbell, J. 2000. Sustainable Coastal Livelihoods Research in the Bay of Benga. Sustainable Coastal Livelihoods Newsletter. Volume 1, Issue 1. IMM Ltd. 1 Southern hay West. UK.

Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science. UK

Dahuri, R., J. Rais., S.P. Ginting, M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Untuk Kesejahteraan Masyarakat, LISPI dan Ditjen P3K. Jakarta. 145 halaman.

___________ 2004. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Orasi Ilmia: Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), 2001. Statistik Perikanan Tangkap. 2001. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Jakarta.

____________2002. Position Paper Kebijakan dan Program Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Program Tahun Anggaran 2002. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Ditjen P3K Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

____________2002. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) 2002. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Ditjen P3K. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

____________2003. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

____________2003. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) 2003. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Ditjen P3K. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

____________2004. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Tahun 2004. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Ditjen P3K. Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta

____________2004. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 2004. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Ditjen P3K. Departemen Kelautan dan Perikanan.

____________2004. Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2004. Ditjen Perikanan Tangkap, DKP Jakarta.

____________2007. 6 tahun Program PEMP sebuah refleksi. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Ditjen P3K. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Drucker, P.F, 1994, Innovation and Entrepreneurship. Practice and Principles (terjemahan). Penerbit Erlangga

Page 212: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

201

Dunn, W.N. 2001. Public Policy Analysis. University of Pittburgh. Disunting oleh Muhadjir Darwin. Penerbit Hanindita Graha Widya Yogyakarta.

Dwidjowijoto, R.N, 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang. Model Perumusan, Implementasi dan Evaluasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Elfindri. 2002. Ekonomi Patron-Client. Fenomena Mikro Rumah Tangga Nelayan dan Kebijakan Makro. Andalas University Press.

FAO Technical Guidelines for Responsible Fisheries, Book 4, Fisheries Management. FAO, Rome. 82 p.

Fauzi, A. 1992. Suatu Telaah Kemiskinan di Indonesia (Makalah). Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

____________2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan. Isu, Sintesis, dan Gagasan. PT.Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Fatchudin. 2006. Analisis Kebijakan Perkreditan untuk Pengelolaan Perikanan Tangkap yang Berkelanjutan. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor

Feeny, D. 1990. The Tragedy of the Commons: Twenty-Two Years Later. Human Ecology, 8(1): 1-19.

Ferdinand, A. 2006. Structural Equation Modeling (SEM) dalam penelitian Manajemen. Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Fox, J. 2002. Structural Equation Models, An Appendix to An R and S-PLUS Companion to Applied Regression. 20pp.

Gordon, H.S. 1954. The Economic Theory of a Common Property Resource: The Fishery. Journal of Political Economics, 62(2): 124-142.

Gunawan, S 2007. Pemberdayaan Sosial, Jakarta, Gramedia Pustaka

Irwandi Idris,et.all. 2007, Membangunkan Raksasa Ekonomi,Bogor, Penerbit Buku Ilmiah

Hendriwan, 2003. Penanggulangan Kemiskinan Dalam Rangka Kebijakan Desentralisasi. Makalah Falsafah Sains. Program Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Hox, J.J. and T.M. Bechger. 1998. An Introduction to Structural Equation Modeling. Family Science Review 11:354-373.

Johnston, R.S. 1992. Fisheries Development, Fisheries Management and Externalities. World Bank Discussion Paper, 165, 43 p.

Kasimis, C and Anastasia Petrou. 2000. Identifying Fisheries Dependent Regions in Greece in Symes, D. (eds). Fisheries Dependent Regions. Fishing News Books. Blackwell Science, London, UK.

Page 213: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

202

Kesteven, G.L. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1 – An Introduction to Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper No. 118. Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome

Kollmeyer, C.J. 2004. Measuring Class Compromise: A Structural Equation Model: A Structural Equation Model 15 Advanced Capitalist Democracies. Global & International Studies Program. Paper 18. University of California. Santa Barbara. 43pp. http://repositories.cdlib.org/gis/18.

Kusnadi. 2002. Nelayan. Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial. Penerbit Humaniora Utama Press ,Bandung.

____________ 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Humaniora Utama Press, Bandung.

Mashuri, 1993. Pasang Surut Usaha Perikanan Laut: Tinjauan Sosial Ekonomi Kenelayanan Jawa dan Madura 1850-1940, Masyarakat Indonesia. LIPI.

Marwoto, 2004. Kemikinan Nelayan : Sebuah Masalah yang Belum Terpecahkan, Makalah Matakuliah Pengantar Ke Falsafah Sains, IPB, Bogor

Mulyana, R. 1999. Kajian Dinamika Pengelolaan Sumberdaya Pesisir-Pendekatan System Dynamic (Studi Kasus Kecamatan Kepulauan Seribu, Jakarta). Tesis, Program Studi Pembangunan. Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung. Tidak dipublikasikan.

Nikijuluw, V.P.H. 2005. Politik Ekonomi Perikanan: Bagaimana dan Kemana Bisnis Perikanan?. Penerbit Feraco. Jakarta.

____________2001. Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir secara Terpadu. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, diselenggarakan pada tanggal 29 Oktober – 3 November 2001 di Bogor. Kerjasama CRC-URI dengan PKSPL IPB.

____________1998. Identification of Indigenous Coastal Fisheries Management (ICFM) Sistem in Sulawesi, Maluku, and Irian Jaya. Indonesian Journal of Coasal and Marine Resources, 1(2): 1-14.

Nugroho, R. 2007. Analisis Kebijakan. Elex Media Komputindo-Gramedia Jakarta.

Osborne, D and T. Gaebler, 1992. Reinventing Government. How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector (terjemahan). PT. Pustaka Binaman Pressindo

Panayatou, T. 1992. Management Concepts for Small-scale Fisheries: Economic and Sosial Aspects. FAO Fish. Tech. Paper, 228: 53 p.

Paul, S. 1987. community Participation in Development Project. New York: World Bank

Page 214: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

203

Phillipson, J. 2000. Delimiting Fisheries Dependent Regions: The Problem of Inadequate Data in Symes, D. (eds). Fisheries Dependent regions. Fishing News Books. Blackwell Science London, UK.

Pranarka dan Vidhyandika, M. 1996. “Pemberdayaan” dalam Onny S.P dan A.M.W. Pranarka (ed). Jakarta: CSIS

Primayuda. 2002. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Buruh Nelayan dan Pariwisata di Pantai Sendang Biru Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur (Skripsi). Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prijosaksono, A. Dan S. Bawono, 2004. The Power of Entrepreneurial Intelligence. Membangun Sikap dan Perilaku Entrepreneur Dalam Diri Anda. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 171 p.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis – Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rasdani.1993. Nelayan, Kehidupan dan Permasalahannya. Majalah Dinas Perikanan. Jakarta.

Rawls, John. A Theory of Justice. Cambrigde, Mass: Harvard University Press, 1971.

Saad S. 2003. Politik Hukum Perikanan Indonesia.Lembaga Sentra Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.

Saedan, C. 1999. Kemiskinan Keluarga Nelayan di Pantai Barat Sumatrea Barat. (Tesis). Pembangunan Wilayah Pedesaan. Universitas Andalas Padang

Satria, A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan. Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan. Humaniora Utama Press. Bandung.

____________2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Penerbit: PT. Pustaka Cidesindo, Jakarta

Saksono, Herie. 2008. Model Pembangunan Kabupaten Adm Kepulauan Seribu Berbasis Industri Perikanan, Disertasi, IPB, Bogor

Sayogyo. 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSP – IPB. Bogor.

____________1996. Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia. PT. Grassindo. Jakarta.

Setiawan, I. 2007. Kinerja Pembangunan Perikanan Tangkap : Suatu Analisis Program Pemberdayaan Nelayan, Disertasi, IPB, Bogor

Sen, Amartya K (1995). Inequality Reexamined, New York : Russel Sage Foundation, 1995.

____________ (1999). The Possibility of Social Change, American Economic Review, 89, July 1999

Page 215: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

204

Shari,I. 1990. Ekonomi Nelayan: Pengumpulan Modal, Perubahan Teknologi dan Pembezaan Ekonomi. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur.

Sihombing, Martin. 2008. Si Raja Laut Masih dihimpit Renternir, Bisnis Indonesia, 03 September 2008.

Siswanto, Budi (2008) Kemiskinan dan Perlawanan Nelayan, Malang, Laksbang

Smith, I.R. 1979. A Research Framework for Traditional Fisheries. ICLARM Studies and Reviews, 2: 40 p.

___________ 1983. A Research Framework for Traditional Fisheries. International Center for Living Aquatic Resources Management (ICLARAM), Manila.

Soegiarto, A. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Lembaga Oceanologi Nasional, Jakarta.

Soepanto and V.P.H. Nikijuluw. 1999. Resource-based Collaborative Commercial Fisheries Management in Eastern Indonesia. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources, 2(2):17-28.

Subade, R.F. and N.M.R. Abdullah. 1993. Are Fishers Profit Maximizers? The case of Gillnetters in Negros Occidental and Iloilo, Philippines. Asian Fisheries Science, 6:39-49.

Suharto, E. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. CV. Alfabeta, Bandung.

Sumodiningrat, 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengamanan Sosial. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

____________2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Menanggulangi Kemiskinan Terkait Dengan Kebijakan Otonomi Daerah. Jurnal ekonomi Rakyat. Artikel Th. II-No. 1- Maret 2003.

Tim Pengendali Jaring Pengaman Sosial (TP-JPS). 2001. Verivikasi Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

http://www.jps.or.id/proyek/rekomendasi/ 2001/s81-151101.html.

Undang-Undang Perikanan 2004. Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Sinar Grafika, Jakarta

UU No. 16 tahun 1994. tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Sinar Grafika, Jakarta

Widiyanto, D., Saefuddin, A., dan Sumardjo. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Pantai untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan. Kasus Tanjung Pakis Kabupaten Karawang, Jawa Barat. IPB Press.

Page 216: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

205

Lampiran

Analysis Summary

Date and Time

Date: Friday, September 05, 2008 Time: 8:37:11 AM

Title

Presentasix1: Friday, September 05, 2008 08:37 AM

Notes for Group (Group number 1)

The model is recursive. Sample size = 143

Variable Summary (Group number 1)

Your model contains the following variables (Group number 1)

Observed, endogenous variables X12 X11 X13 Unobserved, exogenous variables X1 err12 err11 err13

Variable counts (Group number 1)

Number of variables in your model: 7 Number of observed variables: 3 Number of unobserved variables: 4 Number of exogenous variables: 4 Number of endogenous variables: 3

Variable Summary (Group number 1)

Your model contains the following variables (Group number 1)

Page 217: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

206

Observed, endogenous variables X12 X11 X13 Unobserved, exogenous variables X1 err12 err11 err13

Variable counts (Group number 1)

Number of variables in your model: 7 Number of observed variables: 3 Number of unobserved variables: 4 Number of exogenous variables: 4 Number of endogenous variables: 3

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X12 <--- X1 1.000 X11 <--- X1 .593 .204 2.902 .004 "1?" X13 <--- X1 .593 .204 2.902 .004 "1?"

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate X12 <--- X1 .790X11 <--- X1 .468X13 <--- X1 .460

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X1 .319 .126 2.534 .011 par_2 err12 .192 .115 1.667 .096 par_3 err11 .400 .061 6.602 *** par_4 err13 .418 .062 6.707 *** par_5

Page 218: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

207

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate X13 .211X11 .219X12 .625

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 5 .066 1 .797 .066 Saturated model 6 .000 0 Independence model 3 42.242 3 .000 14.081

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .005 1.000 .998 .167 Saturated model .000 1.000 Independence model .118 .827 .653 .413

Baseline Comparisons

Model NFIDelta1

RFIrho1

IFIDelta2

TLIrho2 CFI

Default model .998 .995 1.023 1.071 1.000 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI Default model .333 .333 .333 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90 Default model .000 .000 2.863 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 39.242 21.836 64.086

Page 219: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

208

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .000 .000 .000 .020 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model .297 .276 .154 .451

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .000 .000 .142 .829 Independence model .304 .226 .388 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC Default model 10.066 10.356 24.880 29.880 Saturated model 12.000 12.348 29.777 35.777 Independence model 48.242 48.416 57.130 60.130

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .071 .077 .098 .073 Saturated model .085 .085 .085 .087 Independence model .340 .217 .515 .341

HOELTER

Model HOELTER.05

HOELTER.01

Default model 8257 14262 Independence model 27 39

Page 220: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

209

Analysis Summary

Date and Time

Date: Friday, September 05, 2008 Time: 8:37:11 AM

Title

Presentasix1: Friday, September 05, 2008 08:37 AM

Notes for Group (Group number 1)

The model is recursive. Sample size = 143

Variable Summary (Group number 1)

Your model contains the following variables (Group number 1)

Observed, endogenous variables X21 X22 X23 Unobserved, exogenous variables err21 err22 X2 err23

Variable counts (Group number 1)

Number of variables in your model: 7 Number of observed variables: 3 Number of unobserved variables: 4 Number of exogenous variables: 4 Number of endogenous variables: 3

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X21 <--- X2 1.137 .237 4.806 *** "1?" X22 <--- X2 1.137 .237 4.806 *** "1?"

Page 221: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

210

Estimate S.E. C.R. P Label X23 <--- X2 1.000

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate X21 <--- X2 .629X22 <--- X2 .648X23 <--- X2 .585

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X2 .158 .055 2.855 .004 par_2 err21 .311 .051 6.148 *** par_3 err22 .282 .048 5.864 *** par_4 err23 .303 .051 5.891 *** par_5

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate X23 .342X22 .419X21 .396

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 5 2.009 1 .156 2.009 Saturated model 6 .000 0 Independence model 3 58.602 3 .000 19.534

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .023 .991 .944 .165 Saturated model .000 1.000 Independence model .133 .771 .541 .385

Baseline Comparisons

Page 222: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

211

Model NFIDelta1

RFIrho1

IFIDelta2

TLIrho2 CFI

Default model .966 .897 .982 .946 .982 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI Default model .333 .322 .327 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90 Default model 1.009 .000 9.376 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 55.602 34.350 84.283

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .014 .007 .000 .066 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model .413 .392 .242 .594

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .084 .000 .257 .228 Independence model .361 .284 .445 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC Default model 12.009 12.299 26.823 31.823 Saturated model 12.000 12.348 29.777 35.777 Independence model 64.602 64.776 73.490 76.490

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .085 .077 .143 .087

Page 223: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

212

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Saturated model .085 .085 .085 .087 Independence model .455 .305 .657 .456

HOELTER

Model HOELTER.05

HOELTER.01

Default model 272 470 Independence model 19 28

Page 224: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

213

Analysis Summary

Date and Time

Date: Friday, September 05, 2008 Time: 8:37:11 AM

Title

Presentasix1: Friday, September 05, 2008 08:37 AM

Notes for Group (Group number 1)

The model is recursive. Sample size = 143

Variable Summary (Group number 1)

Your model contains the following variables (Group number 1)

Observed, endogenous variables X31 X32 X33 Unobserved, exogenous variables err31 err32 X3 err33

Variable counts (Group number 1)

Number of variables in your model: 7 Number of observed variables: 3 Number of unobserved variables: 4 Number of exogenous variables: 4 Number of endogenous variables: 3

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Page 225: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

214

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X31 <--- X3 .468 .101 4.630 *** "1?" X32 <--- X3 1.000 X33 <--- X3 .468 .101 4.630 *** "1?"

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate X31 <--- X3 .532X32 <--- X3 .946X33 <--- X3 .573

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X3 .620 .149 4.170 *** par_2 err31 .344 .049 7.005 *** par_3 err32 .072 .125 .579 .563 par_4 err33 .278 .043 6.496 *** par_5

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate X33 .328X32 .896X31 .283

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 5 1.619 1 .203 1.619 Saturated model 6 .000 0 Independence model 3 91.681 3 .000 30.560

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .027 .992 .955 .165 Saturated model .000 1.000 Independence model .175 .703 .406 .352

Page 226: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

215

Baseline Comparisons

Model NFIDelta1

RFIrho1

IFIDelta2

TLIrho2 CFI

Default model .982 .947 .993 .979 .993 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI Default model .333 .327 .331 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90 Default model .619 .000 8.509 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 88.681 61.066 123.719

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .011 .004 .000 .060 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model .646 .625 .430 .871

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .066 .000 .245 .280 Independence model .456 .379 .539 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC Default model 11.619 11.909 26.433 31.433 Saturated model 12.000 12.348 29.777 35.777 Independence model 97.681 97.855 106.570 109.570

Page 227: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

216

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .082 .077 .137 .084 Saturated model .085 .085 .085 .087 Independence model .688 .493 .935 .689

HOELTER

Model HOELTER.05

HOELTER.01

Default model 337 583 Independence model 13 18

Page 228: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

217

Analysis Summary

Date and Time

Date: Friday, September 05, 2008 Time: 8:37:11 AM

Title

Presentasix1: Friday, September 05, 2008 08:37 AM

Notes for Group (Group number 1)

The model is recursive. Sample size = 143

Variable Summary (Group number 1)

Your model contains the following variables (Group number 1)

Observed, endogenous variables Y1 Y2 Y3 Unobserved, exogenous variables errY1 errY2 Y errY3

Variable counts (Group number 1)

Number of variables in your model: 7 Number of observed variables: 3 Number of unobserved variables: 4 Number of exogenous variables: 4 Number of endogenous variables: 3

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Page 229: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

218

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Y3 <--- Y 2.167 .703 3.083 .002 "1?" Y1 <--- Y 1.000 Y2 <--- Y 2.167 .703 3.083 .002 "1?"

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate Y3 <--- Y .657Y1 <--- Y .314Y2 <--- Y .768

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Y .046 .029 1.584 .113 par_2 errY1 .422 .053 8.011 *** par_3 errY2 .150 .035 4.302 *** par_4 errY3 .285 .045 6.306 *** par_5

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate Y3 .431 Y2 .591 Y1 .098

Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 5 .042 1 .837 .042 Saturated model 6 .000 0 Independence model 3 51.901 3 .000 17.300

Page 230: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

219

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .003 1.000 .999 .167 Saturated model .000 1.000 Independence model .106 .808 .615 .404

Baseline Comparisons

Model NFIDelta1

RFIrho1

IFIDelta2

TLIrho2 CFI

Default model .999 .998 1.019 1.059 1.000 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI Default model .333 .333 .333 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90 Default model .000 .000 2.392 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 48.901 29.148 76.087

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .000 .000 .000 .017 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model .365 .344 .205 .536

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .000 .000 .130 .863 Independence model .339 .262 .423 .000

Page 231: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

220

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC Default model 10.042 10.332 24.856 29.856 Saturated model 12.000 12.348 29.777 35.777 Independence model 57.901 58.075 66.789 69.789

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .071 .077 .094 .073 Saturated model .085 .085 .085 .087 Independence model .408 .269 .599 .409

HOELTER

Model HOELTER.05

HOELTER.01

Default model 12948 22364 Independence model 22 32

Page 232: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

221

Analysis Summary

Date and Time

Date: Friday, September 05, 2008 Time: 8:37:11 AM

Title

Presentasix1: Friday, September 05, 2008 08:37 AM

Notes for Group (Group number 1)

The model is recursive. Sample size = 143

Variable Summary (Group number 1)

Your model contains the following variables (Group number 1)

Observed, endogenous variables X12 X22 X32 Y2 X11 X13 X21 X23 X31 X33 Y1 Y3 Unobserved, endogenous variables Y Unobserved, exogenous variables X1 X2 X3 err11 err12 err13 err21 err23 err31 err32

Page 233: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

222

err33 errY1 errY2 errY3 err22 errY

Variable counts (Group number 1)

Number of variables in your model: 29 Number of observed variables: 12 Number of unobserved variables: 17 Number of exogenous variables: 16 Number of endogenous variables: 13

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label Y <--- X2 .224 .141 1.582 .114 par_3 Y <--- X3 .296 .142 2.077 .038 par_4 Y <--- X1 .388 .145 2.674 .007 par_5 X12 <--- X1 1.468 .149 9.829 *** "1?" X22 <--- X2 1.468 .149 9.829 *** "1?" X32 <--- X3 1.468 .149 9.829 *** "1?" Y2 <--- Y 1.468 .149 9.829 *** "1?" X13 <--- X1 1.000 X11 <--- X1 1.468 .149 9.829 *** "1?" X21 <--- X2 1.468 .149 9.829 *** "1?" X23 <--- X2 1.000 X31 <--- X3 1.000 X33 <--- X3 1.468 .149 9.829 *** "1?" Y3 <--- Y 1.468 .149 9.829 *** "1?" Y1 <--- Y 1.000

Page 234: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

223

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate Y <--- X2 .239Y <--- X3 .359Y <--- X1 .398X12 <--- X1 .659X22 <--- X2 .669X32 <--- X3 .708Y2 <--- Y .744X13 <--- X1 .439X11 <--- X1 .599X21 <--- X2 .665X23 <--- X2 .487X31 <--- X3 .548X33 <--- X3 .753Y3 <--- Y .638Y1 <--- Y .426

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X1 <--> X2 .037 .015 2.468 .014 par_2 X2 <--> X3 .073 .020 3.642 *** par_6 X1 <--> X3 .063 .019 3.363 *** par_7

Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate X1 <--> X2 .371X2 <--> X3 .612X1 <--> X3 .551

Page 235: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

224

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label X1 .097 .026 3.784 *** par_8 X2 .105 .026 3.994 *** par_9 X3 .136 .032 4.235 *** par_10errY .030 .013 2.341 .019 par_11err11 .372 .055 6.747 *** par_12err12 .272 .045 5.998 *** par_13err13 .405 .053 7.704 *** par_14err21 .285 .045 6.272 *** par_15err23 .337 .045 7.563 *** par_16err31 .317 .042 7.533 *** par_17err32 .293 .045 6.442 *** par_18err33 .224 .039 5.753 *** par_19errY1 .416 .052 7.956 *** par_20errY2 .160 .029 5.472 *** par_21errY3 .289 .042 6.958 *** par_22err22 .279 .045 6.220 *** par_23

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate Y .677Y3 .407Y1 .181X33 .568X31 .300X23 .237X21 .442X13 .193X11 .359Y2 .554X32 .501X22 .448X12 .434

Model Fit Summary

Page 236: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

225

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 23 72.628 55 .056 1.321 Saturated model 78 .000 0 Independence model 12 412.734 66 .000 6.254

RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI Default model .045 .922 .889 .650 Saturated model .000 1.000 Independence model .128 .541 .458 .458

Baseline Comparisons

Model NFIDelta1

RFIrho1

IFIDelta2

TLIrho2 CFI

Default model .824 .789 .951 .939 .949 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI Default model .833 .687 .791 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000

NCP

Model NCP LO 90 HI 90 Default model 17.628 .000 43.852 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 346.734 286.334 414.633

FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .511 .124 .000 .309 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 2.907 2.442 2.016 2.920

Page 237: Analisis Kebijakan Peningkatan Kesejahteraan Nelayan ... · kesejahteraan nelayan dimulai dari aspek kelembagaan. ... daya manusia dalam pengembangan alternatif ... ditempuh di Fakultas

226

RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .048 .000 .075 .532 Independence model .192 .175 .210 .000

AIC

Model AIC BCC BIC CAIC Default model 118.628 123.264 186.774 209.774 Saturated model 156.000 171.721 387.102 465.102 Independence model 436.734 439.153 472.288 484.288

ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .835 .711 1.020 .868 Saturated model 1.099 1.099 1.099 1.209 Independence model 3.076 2.650 3.554 3.093

HOELTER

Model HOELTER.05

HOELTER.01

Default model 144 161 Independence model 30 33