STRATEGI DAN USAHA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN...
Transcript of STRATEGI DAN USAHA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN...
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.:.....
*)
Pendahuluan
Perubahan iklim yang terjadi saat ini
sebenarnya merupakan fenomena alamiah dan
sudah menunjukkan tingkat ekstrimitas yang
sangat tinggi serta menimbulkan dampak sosial
ekonomi yang semakin memburuk. Perubahan
iklim yang terjadi dihadapi oleh masyarakat
nelayan dengan melakukan adaptasi secara
alamiah.
Dampak negatif yang terjadi
mempengaruhi aktivitas nelayan penangkap
ikan. Pendapatan nelayan penangkap ikan akan
menurun karena nelayan tidak berani berlayar
jauh dari pantai akibat tingginya gelombang laut.
Akibat dari aktivitas nelayan menurun maka
harga ikan laut melonjak tajam dan bisnis
penangkapan ikan dapat merosot hingga 50
persen.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh
masyarakat nelayan untuk meningkatkan
kesejahteraannya terkadang justru menjebak
mereka dalam ketergantungan dengan pihak lain
sekaligus menempatkan diri pada posisi yang
lemah. Kondisi seperti ini mengakibatkan
potensi sumber daya alam kelautan dan
perikanan yang melimpah hingga kini belum
mampu dikelola dan dimanfaatkan secara
optimal sehingga belum memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat nelayan.
Tanggulsari merupakan kampung atau
dukuh nelayan hasil relokasi (bedol kampung)
dari kampung nelayan di wilayah pesisir utara
Semarang Kota karena terdampak
pembangunan. Kampung Tanggulsari ini berada
di kelurahan Mangunharjo (salah satu kelurahan
kategori miskin di Kota Semarang) Kecamatan
Tugu Kota Semarang.
Penghasilan masyarakat Tanggulsari
mayoritas bergantung pada hasil laut dengan
mata pencaharian sebagai nelayan. Sebagian
bekerja sebagai buruh serabutan budi daya hasil
laut dan tambak, dan sebagian kecil bekerja di
bidang jasa. Tingkat pendidikan rata-rata
rendah, banyak anak usia sekolah lebih memilih
menjadi pemancing kepiting di tambak daripada
duduk di bangku sekolah untuk belajar.
Berdasarkan paparan tersebut, maka
diperlukan adanya kajian yang lebih
komprehensif dan mendalam tentang apa dan
bagaimana kehidupan masyarakat nelayan
Tanggulsari Kecamatan Tugu Kota Semarang
dalam menghadapi dampak perubahan iklim
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
kajian terhadap strategi dan usaha peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat nelayan
Tanggulsari Kelurahan Mangunharjo Kecamatan
Tugu Kota Semarang dalam menghadapi
perubahan iklim. Kajian ini penting dilakukan
untuk memberikan rekomendasi terkait dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan
Tanggulsari melalui program pemberdayaan
masyarakat.
Tujuan dan Sasaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan mendeskripsikan:
1) Kehidupan masyarakat nelayan Tanggulsari
kecamatan Tugu Kota Semarang
2) Problematika yang dihadapi oleh
masyarakat nelayan Tanggulsari untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup dalam
menghadapi dampak perubahan iklim, dan
upaya-upaya yang dilakukan guna
menangani problematika tersebut.
3) Rumusan strategi dan usaha peningkatan
kesejahteraan hidup nelayan Tanggulsari
Mangunharjo Tugu Semarang dalam
menghadapi perubahan iklim.
Adapun sasaran yang dilakukan dalam
mencapai tujuan penelitian ini antara lain:
1. Identifikasi dan pemetaan kehidupan
masyarakat nelayan Tanggulsari.
STRATEGI DAN USAHA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
HIDUP NELAYAN TANGGULSARI MANGUNHARJO TUGU
SEMARANG DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM
Ali Imron HS*)
Abstract
Climate change presents some negative impacts on various aspects of life, including socio-economic impacts of
fishing. Fishing communities have different characteristics with other communities. Improved standard of living
does not necessarily make a person who happens to still be poor no longer poor. This increase is an indicator of
the movement of a person's quality of life for the better livelihood of previous lives gradually, although still
poor.This study uses a positivist approach to qualitative research methods. This study is a description of what
and how the lives of fishing communities Tanggulsari district of Semarang in the face of climate change impacts
to enhance their welfare.
Key words: welfare, climate change, fisherman, Tanggulsari
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan
Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu
Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ali Imron Hs)
2
2. Analisis problematika usaha peningkatan
kesejahteraan hidup.
3. Rekomendasi strategis peningkatan
kesejahteraan hidup nelayan Tanggulsari
dalam menghadapi perubahan iklim.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah
wilayah kampung nelayan Tanggulsari yang
terletak di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan
Tugu dan sebagian masuk wilayah Kelurahan
Mangkangkulon Kecamatan Tugu Kota
Semarang. Ruang lingkup kajian pada penelitian
ini dibatasi pada pemetaan kehidupan
masyarakat nelayan Tanggulsari Kecamatan
Tugu Kota Semarang; strategi dan program
kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam
peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat
nelayan Tanggulsari Kecamatan Tugu Kota
Semarang.
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat Nelayan
Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab
yaitu kata syaraka yang berarti ikut serta atau
berperan serta, saling bergaul, beriteraksi.1
Dalam istilah bahasa Inggris, masyarakat dikenal
dengan society (berasal dari kata latin, socius
yang berarti kawan). Koentjaraningrat
mendefinisikan masyarakat sebagai kumpulan
manusia yang saling berinteraksi satu sama lain.2
Menurut Hassan Sadly, masyarakat dipahami
sebagai suatu golongan besar atau kecil yang
terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau
karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh mempengaruhi satu sama lain.3 Sejalan
dengan beberapa pendapat tersebut, masyarakat
dipahami sebagai kelompok manusia yang saling
berinteraksi yang memiliki prasarana untuk
kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan
untuk mencapai tujuan bersama.4
Nelayan di dalam Ensiklopedi Indonesia
dinyatakan sebagai orang-orang yang secara aktif
melakukan kegiatan penangkapan ikan, baik
secara langsung maupun tidak langsung sebagai
mata pencahariannya.5 M.Khalil Mansyur
memahami nelayan lebih luas lagi, yaitu
masyarakat nelayan bukan berarti mereka yang
dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di
1 Dalam bahasa Arab, perkumpulan manusia dalam sebuah kelompok dikenal dengan istilah mujtama`. 2 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hal. 119-120 3 Hassan Sadly, Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT Pembangunan, 1980, hal. 31 4 Darmansyah, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha
Nasional, 1986, hlm. 80 5 Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru , 1983, hlm. 133
laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi
juga orang-orang yang integral dalam lingkungan
itu.6
Karakteristik Masyarakat Nelayan
Secara sederhana masyarakat nelayan
memiliki ciri khas yang berbeda dengan
masyarakat lainnya, diantaranya adalah:
1) Masyarakat nelayan memiliki sifat
homogen dalam hal mata pencaharian, nilai
dan kebudayaan, serta dalam sikap dan
tingkah laku.
2) Cenderung berkepribadian keras.
3) Memiliki sifat yang toleransi dengan
terhadap yang lainnya.
4) Memiliki gairah seksual yang relatif tinggi.
5) Hubungan sesama anggota lebih intim dan
memiliki rasa tolong menolong yang tinggi.
6) Dalam berbicara, suara cenderung
meninggi.7
Masyarakat desa pesisir secara umum lebih
merupakan masyarakat tradisional dengan
kondisi strata sosial ekonomi yang sangat
rendah.8 Pendidikan yang dimiliki masyarakat
pesisir secara umum rendah, dan sering
dikategorikan sebagai masyarakat yang biasa
bergelut dengan kemiskinan dan
keterbelakangan.9
Perubahan Iklim
Definisi perubahan iklim adalah
berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara
lain suhu dan distribusi curah hujan yang
membawa dampak luas terhadap berbagai
sektor kehidupan manusia (definisi dari
Kementerian Lingkungan Hidup, 2001).
Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya
sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.
LAPAN mendefinisikan perubahan iklim adalah
perubahan rata-rata salah satu atau lebih
elemen cuaca pada suatu daerah tertentu.10
Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan sesuatu yang
sulit untuk dihindari dan memberikan dampak
terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak
ekstrem dari perubahan iklim terutama adalah
terjadinya kenaikan temperatur serta
pergeseran musim. Kenaikan temperatur
menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan
Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan
terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan
permukaan air laut.
6 M.Khalil Mansyur, Op.Cit., hlm. 148 7 Ibid., hlm. 34 8 Djoko Pramono, Budaya Bahar, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005, hal. 16-17 9 M.Khalil Mansyur, Op.Cit., hal. 149 10 Ibid
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.:.....
3
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh
adanya perubahan iklim adalah: 11
1) Dampak regional
Pada musim kemarau cenderung kering
dan salah satu dampaknya adalah
kebakaran lahan dan hutan sering terjadi.
Munculnya kondisi cuaca ekstrim yang
sering yang menimbulkan bencana banjir
bandang dan tanah longsor di beberapa
lokasi dalam beberapa tahun terakhir.
2) Dampak terhadap pertanian
Meningkatnya frekuensi kekeringan dan
banjir diperkirakan akan memberikan
dampak negatif pada produksi lokal,
terutama pada sektor penyediaan pangan
di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya
perubahan musim di mana musim kemarau
menjadi lebih panjang.
3) Dampak terhadap kenaikan air laut.
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan
gletser di Kutub Utara dan Selatan
mencair. Peristiwa ini menyebabkan
terjadinya pemuaian massa air laut dan
kenaikan permukaan air laut. Hal ini
membawa banyak perubahan bagi
kehidupan di bawah laut, seperti
pemutihan terumbu karang dan punahnya
berbagai jenis ikan.
4) Dampak terhadap kesehatan.
Faktor iklim berpengaruh terhadap risiko
penularan penyakit tular vektor seperti
demam berdarah dengue (DBD) dan
malaria.
5) Dampak terhadap sumber daya air.
Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran
air sungai dan ketersediaan air di daerah
subpolar serta daerah tropis basah
diperkirakan akan meningkat sebanyak 10 -
40%. Sementara di daerah subtropis dan
daerah tropis yang kering, air akan
berkurang sebanyak 10 - 30% sehingga
daerah-daerah yang sekarang sering
mengalami kekeringan akan semakin parah
kondisinya.
6) Dampak terhadap Ekosistem
Kemungkinan punahnya 20 - 30% spesies
tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan
suhu rata-rata global sebesar 1,5 -2,5 0C.
Meningkatnya tingkat keasaman laut
karena bertambahnya karbondioksida di
atmosfer diperkirakan akan membawa
dampak negatif pada organisme-organisme
laut seperti terumbu karang serta spesies-
spesies yang hidupnya bergantung pada
organisme tersebut.
7) Dampak Sektor Lingkungan
Dampak terhadap penataan ruang dapat
terjadi antara lain apabila penyimpangan
11 Disampaikan oleh Murdiyarso sebagaimana dikutip oleh
LAPAN. Lihat http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/index.php?option=com
iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi,
memicu terjadinya gerakan tanah (longsor)
yang berpotensi menimbulkan bencana
alam.
8) Dampak pada Sektor Ekonomi
Semua dampak yang terjadi pada setiap
sektor tersebut di atas pastilah secara
langsung akan memberikan dampak
terhadap perekonomian Indonesia akibat
kerugian ekonomi yang harus ditanggung.
9) Dampak pada pemukim perkotaan
Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 30
centimeter juga akan berdampak parah
pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan
Surabaya yang akan makin rentan terhadap
banjir dan limpasan badai.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan dilahirkan dari bahasa
Inggris, yakni empowerment, yang mempunyai
makna dasar „pemberdayaan‟, di mana „daya‟
bermakna kekuatan (power). Bryant & White
(1987)12 menyatakan pemberdayaan sebagai
upaya menumbuhkan kekuasaan dan wewenang
yang lebih besar kepada masyarakat miskin.
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Moelyarto13 mengemukakan ciri-ciri
pendekatan pengelolaan sumber daya lokal yang
berbasis masyarakat, meliputi:
1. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi
masyarakat setempat dibuat di tingkat
lokal, oleh masyarakat yang memiliki
identitas yang diakui peranannya sebagai
partisipan dalam proses pengambilan
keputusan.
2. Fokus utama pengelolaan sumber daya
lokal adalah memperkuat kemampuan
masyarakat miskin dalam mengarahkan
asset yang ada dalam masyarakat setempat
untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Toleransi yang besar terhadap adanya
variasi. Oleh karena itu mengakui makna
pilihan individual, dan mengakui proses
pengambilan keputusan yang dengan
sentralistik.
4. Budaya kelembagaannya ditandai oleh
adanya organisasi- organisasi yang otonom
dan mandiri, yang saling berinteraksi
memberikan umpan balik pelaksanaan
untuk mengoreksi diri pada setiap jenjang
organisasi.
5. Adanya jaringan koalisi dan komunikasi
antara para pelaku dan organisasi lokal
12 Sebagaimana dikutip di http://www.pemberdayaan.com/pemberdayaan/konsep-pemberdayaan-membantu-masyarakat-agar-bisa-menolong-
diri-sendiri.html 13 Sebagaimana dikutip di http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaa
n-masyarakat-dan-pembangunan-berkelanjutan.html
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan
Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu
Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ali Imron Hs)
4
yang otonom dan mandiri, yang mencakup
kelompok penerima manfaat, pemerintah
lokal, lokal dan sebagainya.
Kesejahteraan Hidup Masyarakat
Kesejahteraan hidup masyarakat dipahami
sebagai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan
sosial ini mempunyai konotasi yang bermacam-
macam. Orang awam mengartikan
“kesejahteraan sosial sebagai suatu situasi dan
kondisi pribadi dan sosial yang menyenangkan”.
Ada ungkapan dalam bahasa Jawa “gemah ripah
loh jinawi, tata tentrem, kerto raharjo. Nandur
kang sarwo tukul, dodol kang sarwo tinuku”. Atau
ungkapan lain yang religius “baldatun toyyibatun
wa robbun ghofur”. Ada pula yang
menggambarkan dengan kalimat “segala sesuatu
yang serba beres”. Tidak ada hambatan,
gangguan dan halangan, sehingga semuanya
berjalan lancar. Ada pula ungkapan dalam bahasa
inggris “everything is running well”. Semuanya itu
adalah ungkapan-ungkapan tentang arti
kesejahteraan sosial yang hidup dalam
masyarakat sebagai suatu kondisi hidup dan
kehidupan yang baik.
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial:
“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan
mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya”.
Terdapat beberapa indikator peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat, di antaranya
adalah 1)adanya kenaikan penghasilan secara
kuantitatif, 2)adanya kesehatan keluarga yang
lebih baik secara kualitatif, 3)adanya investasi
ekonomis keluarga berupa tabungan.
Peningkatan kesejahteraan hidup ini tidak
serta merta membuat seseorang yang kebetulan
masih miskin menjadi tidak miskin lagi.
Peningkatan kesejahteraan hidup ini merupakan
suatu indikator adanya pergerakan kualitas
hidup seseorang setapak demi setapak untuk
penghidupan yang lebih baik lagi dari kehidupan
sebelumnya, meskipun masih dalam posisi
dibawah garis kemiskinan.
Dalam penanggulangan masalah kemiskinan
melalui program bantuan langsung tunai (BLT)
BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria
keluarga miskin, seperti yang telah
disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi
dan Informatika (2005), rumah tangga yang
memiliki ciri rumah tangga miskin, yaitu 1)Luas
lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2
per orang; 2) Jenis lantai bangunan tempat
tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan;
3)Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari
bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok
tanpa diplester; 4)Tidak memiliki fasilitas buang
air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain; 5)Sumber penerangan rumah tangga tidak
menggunakan listrik.; 6)Sumber air minum
berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan; 7)Bahan bakar untuk memasak
sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah; 8)Hanya mengkonsumsi daging/ susu/
ayam satu kali dalam seminggu; 9)Hanya
membeli satu stel pakaian baru dalam setahun;
10)Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali
dalam sehari; 11)Tidak sanggup membayar biaya
pengobatan di puskesmas/ poliklinik; 12)Sumber
penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani
dengan luas lahan 0, 5 ha. Buruh tani, nelayan,
buruh bangunan, buruh perkebunan, atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah
Rp 600.000 per bulan; 13)Pendidikan tertinggi
kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak
tamat SD/hanya SD; dan 14)Tidak memiliki
tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai
Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non
kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang
modal lainnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Obyek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kampung
nelayan Tanggulsari Kelurahan Mangunharjo
Kecamatan Tugu Kota Semarang. Karena
kampung Tanggulsari ini berada di sisi timur
Sungai Plumbon dan bersebelahan dengan
Kampung Pondoksari Kelurahan Mangkangkulon
yang berada di sisi barat Sungai Plumbon, maka
lokasi penelitian ini juga melebar di wilayah
sekitarnya. Melebarnya lokasi penelitian ini
perlu dilakukan karena aktifitas sosial ekonomi
budaya dua kampung ini berinteraksi jadi satu.
Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
positivistik yaitu suatu penelitian yang
menggunakan teori-teori dan kajian literatur
sebagai dasar pertimbangan penelitian yang
dilakukan, untuk selanjutnya dikomparasikan
dengan temuan-temuan yang ada di lapangan.
Metode yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif, yaitu dengan cara menggali
data dan informasi lapangan secara luas, agar
ditemukan berbagai fenomena sesuai variabel
penelitian ini dan dapat terungkap secara
mendalam sehingga pertanyaan penelitian akan
mampu terjawab.
Metode Pengumpulan Data
Peneliti berusaha untuk memotret data
dan fenomena yang ada secara utuh dan padu
dengan menggunakan metode observasi
partisipatif. Data yang dihimpun dalam
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.:.....
5
penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data-data primer meliputi:
1) Dokumen-dokumen resmi yang memuat
laporan kegiatan pemberdayaan masyarakat
nelayan Tanggulsari Kelurahan
Mangunharjo.
2) Temuan-temuan yang berupa hasil
wawancara dengan warga masyarakat
nelayan Tanggulsari terkait usaha mereka
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
dalam menghadapi perubahan iklim.
Data sekunder meliputi 1)Buku, jurnal dan
laporan hasil penelitian terdahulu yang
membahas tentang program pemberdayaan
masyarakat nelayan dan dampak perubahan
iklim; dan 2)Pendapat para ahli yang relevan
dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini.
Untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik informasi dokumentasi.
Teknik berikutnya adalah wawancara yang
mendalam terhadap para nelayan Tanggulsari
dan stakeholder yang terkait. Jumlah responden
ditetapkan menggunakan teknik snow-ball.
Metode Analisis
Data kualitatif yang telah diperoleh dalam
penelitian ini, kemudian akan dianalisis secara
diskriptif kualitatif guna menggambarkan tingkat
kemampuan masyarakat nelayan Tanggulsari
dalam beradaptasi lingkungan, tingkat
kesejahteraan, aktifitas sosial, aktifitas ekonomi,
gaya hidup, problematika kehidupan, dan
ketahanan hidup mereka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Geografis Tanggulsari
Tanggulsari merupakan salah satu
perkampungan yang terletak di Kelurahan
Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang.
Kelurahan Mangunharjo ini merupakan salah
satu kelurahan kategori miskin di Kota
Semarang. Status miskin kelurahan Mangunharjo
ini dipengaruhi oleh situasi kondisi Kampung
Tanggulsari. Kampung Tanggulsari ini
menempati tanah persawahan eks bengkok
seluas +/- 4 hektar di pinggir Sungai Plumbon
yang berjarak +/- 1,5 km dari garis pantai dan
berjarak +/- 3,5 km dari jalan raya Semarang
Kendal km 15,9.
Tanah persawahan yang dijadikan sebagai
perumahan warga Tanggulsari ini merupakan
tanah yang ketinggian permukaannya sama
dengan sawah yang ada di kanan kirinya. Tidak
ada peninggian tanah ketika proses
pembangunan pada waktu itu. Oleh karena itu
kampung Tanggulsari ini termasuk rawan banjir.
Seiring dengan perkembangan waktu, warga
meninggikan rumah hunian masing-masing
dengan beaya mandiri. Belum semua warga
mampu meninggikan rumah mereka karena
keterbatasan ekonomi.
Kampung yang terdiri dari 1 RW ini
merupakan RW V kelurahan Mangunharjo dan
secara geografis terpisah jauh dari kampung lain
yang ada di kelurahan Mangunharjo Kecamatan
Tugu. Sebelah timur berbatasan dengan
Kampung Ngebruk (Kelurahan Mangunharjo)
berjarak +/- 1 km terpisahkan tambak dan
sawah, sebelah selatan berbatasan dengan
Kampung Pondoksari (Kelurahan
Mangkangkulon) berjarak +/- 750 m terpisahkan
sawah, sebelah barat terdapat Sungai Plumbon
dan tambak (tidak ada perkampungan) sebelah
utara terdapat tambak sampai laut berjarak +/-
1,5 km (tidak ada perkampungan).
Gambar 1
Peta Kelurahan Mangunharjo diantara 7
kelurahan se-Kecamatan Tugu
Gambar 2
Peta Kecamatan Tugu (Nomor 16)
diantara 16 kecamatan se-Kota
Semarang
Kependudukan dan Mata Pencaharian
Warga masyarakat Tanggulsari terdiri dari
197 Kepala Keluarga (KK) tergabung dalam 1
Rukun Warga (RW) yang terdiri dari 3 Rukun
Tetangga (RT). Mereka mendiami sebuah
pemukiman yang sangat padat, terdiri dari tiga
blok deretan rumah atau gang sempit. Adapun
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan
Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu
Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ali Imron Hs)
6
data kependudukan Tanggulsari Mangunharjo
sebagai berikut:
Tabel 1
Data Kependudukan Tanggulsari
Warga masyarakat Tanggulsari yang
bekerja di sektor nelayan (baik sebagai buruh
nelayan atau nelayan pengusaha) hampir
semuanya merupakan golongan tua (kaum
bapak). Untuk golongan muda lebih suka
memilih bekerja di sektor wiraswasta dan buruh
bangunan. Keadaan seperti ini merupakan suatu
ancaman terhadap kelestarian nelayan untuk
jangka panjang ke depan, dan berdampak buruk
terhadap industri perikanan.
Bagi masyarakat Tanggulsari, peranan
kepala rumah tangga yang harus menghidupi
keluarganya dipegang oleh ayah atau suami, yang
bekerja langsung sebagai nelayan atau lainnya.
Para wanita, sebagai seorang isteri mereka tidak
hanya tinggal diam di dalam rumah, tetapi
mereka juga membantu perekonomian keluarga.
Para isteri tersebut bekerja sebagai
pedagang ikan segar dan juga ikan panggang
(baik di Pasar Mangkang, Pasar Karangayu dan
juga Pasar Pagi Kaliwungu maupun keliling
kampung), usaha budi daya hasil laut
(memanggang ikan, membuat kerupuk,
membuat terasi), dan juga menjadi karyawan.
Bagi yang mempunyai modal cukup, mereka
menjadi pengepul ikan hasil tangkapan laut dan
juga mengolah kepiting dan rajungan untuk
dikirim ke perusahaan eksportir di Semarang.
Ketika hasil tangkapan ikan di laut mulai
sepi, biasanya kapal atau perahu dinaikkan di
daratan untuk di perbaiki dan juga dicat. Para
wanita ikut serta membantu suami mereka dan
juga mengontrol jaring-jaring yang robek dan
sekaligus menjahitnya atau menyulamnya
kembali.
Dengan melihat gigihnya semangat para
wanita nelayan ini, sebenarnya pemberdayaan
ekonomi keluarga bisa dimulai dari ibu-ibu
nelayan. Perlu dicarikan model yang terbaik
untuk pelatihan, pembinaan dan pendampingan
kegiatan peningkatan ekonomi keluarga
masyarakat nelayan Tanggulsari yang berbasis
pada kaum ibu.
Gambar 3
Kapal/perahu milik nelayan ini berlabuh
di kanan kiri Sungai Plumbon yang
dangkal. Dangkalnya Sungai Plumbon ini
berdampak pada bertambahnya
pengeluaran nelayan, yaitu biasanya hasil
tangkapan dibongkar di dekat bekas TPI
Kodya kemudian diangkut dengan
angkutan darat.
Kebutuhan para nelayan terhadap bahan
bakar minyak (BBM) solar untuk melaut
merupakan biaya produksi yang paling dominan
bagi nelayan. Para nelayan sangat membutuhkan
subsidi BBM ini untuk kelangsungan hidup
mereka dalam melaut. Di Tanggulsari
sebenarnya sudah ada tempat penimbunan dan
penjualan bahan bakar solar yang di kelola oleh
sebuah Koperasi Unit Desa (KUD), akan tetapi
tidak berjalan. Ketersediaan BBM untuk
keperluan melaut nelayan dengan harga subsidi
khusus nelayan akan berdampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan
Tanggulsari.
Persoalan lalu lintas kapal di Sungai
Plumbon juga menimbulkan persoalan baru bagi
para pemilik tambak, karena tanggul tambak
banyak yang rusak tergerus gelombang air yang
dimunculkan oleh gerakan laju kapal-kapal. Ada
dua opsi hasil musyawarah, yaitu pertama agar
laju perahu/kapal dari dan ke laut agar melaju
dengan kecepatan yang sangat rendah sehingga
gelombang air yang ditimbulkan tidak terlalu
besar dan berdampak pada kerusakan tanggul
tambak. Kedua, semua perahu/kapal harus
berhenti di dermaga bekas TPI Kodya (berjarak
200 dari bibir pantai, dan berjarak 1 km dari
rumah nelayan Tanggulsari). Meskipun demikian,
dalam prakteknya mereka masih terjadi selisih
dan terkadang menimbulkan ketegangan di
antara kedua belah pihak.
N
O
WILAY
AH
∑
KK
USIA ∑ PRODU
KTIF
NON
PRODUKTIF
1 RT 01 55 KK 151 50 201
2 RT 02 77 KK 192 81 273
3 RT 03 65 KK 122 72 194
JUMLAH 197 KK 465 203 668
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.:.....
7
Gambar 4
Gelombang air yang dihasilkan oleh lalu
lintas perahu seperti inilah yang
menimbulkan dampak negatif bagi
kerusakan tanggul tambak di kanan kiri
Sungai Plumbon. Usaha perbaikan
tanggul dengan menggunakan buis beton
dan juga trucuk bambu kurang efektif
menahan hantaman gelombang air.
Sebagian wilayah sudah ditanami dengan
pohon bakau sebagai pilihan alternatif
jangka panjang untuk mengurangi
dampak negatif gelombang air tersebut
dan sekaligus sebagai sarang ikan di
sepanjang Sungai Plumbon
Kondisi Kemasyarakatan
Masyarakat Tanggulsari juga dikenal
sebagai masyarakat yang memiliki solidaritas
yang tinggi, sistem bantu-membantunya ini
merupakan cara untuk menyelesaikan pekerjaan
yang berat. Kesadaran untuk saling membantu
sesamanya buka karena semata suka berbakti
sesamanya melainkan karena adanya rasa saling
membutuhkan dalam jiwa kenelayanannya.
Rasa kebersamaan ini merupakan suatu
potensi yang harus diperhatikan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan hidup mereka.
Sehingga alternatif yang diberikan sebagai
bentuk kepedulian sosial itu lebih terarah dan
memberikan ketentraman serta kesejahteraan
bagi warga kampung nelayan Tanggulsari.
Kondisi Sosial Keagamaan
Kehidupan sosial keagamaan juga
mewarnai keseharian masyarakat Tanggulasari.
Berbagai macam kegiatan ritual keagamaan
mewarnai kehidupan masyarakat nelayan ini.
Kegiatan sosial ritual keagamaan di antaranya
adalah:
1. Manaqiban, yaitu kegiatan ritual dengan
membaca kitab manaqib Syekh Abdul Qodir
Jailani. Kegiatan manaqib ini diselenggarakan
setiap tanggal 11 bulan qomariyah dan diikuti
oleh kaum bapak sebagian masyarakat
Tanggulsari di masjid.
2. Mauludan barzanji, yaitu kegiatan ritual
keagamaan dengan membaca kitab barzanji
maulid Nabi Muhammad saw. Kegiatan ini
diselenggarakan setiap satu minggu sekali yaitu
setiap Kamis siang oleh para ibu masyarakat
Tanggulsari dan bertempat di masjid.
3. Yasinan tahlil, yaitu kegiatan ritual keagamaan
dengan membaca surat Yasin dan juga bacaan
tahlil. Kegiatan ini diikuti oleh kaum bapak
setiap malam jum`at bertempat di masjid.
Kondisi Pendidikan
Bagi masyarakat Tanggulsari, antara
ekonomi dan pendidikan masyarakatnya sama-
sama lemah dan nampak tidak berdaya.
Bagaimana mereka akan mandiri dalam
pengertian mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan dirinya sendiri, kalau mereka
sendiri ternyata rata-rata tingkat
pendidikannnya rendah. Hal ini terlihat dalam
daftar tabel usia produktif berdasarkan tingkat
pendidikan sebagai berikut:
Tabel 2
Usia Produktif
Berdasarkan Tingkat Pendidikan14
Berdasarkan data tersebut nampak bahwa
masyarakat Tanggulsari 51 % dari usia produktif
adalah berpendidikan SD, sedangkan 15 % tidak
lulus SD. Jelaslah bahwa pendidikan warga
masyarakat Tanggulsari adalah berpendidikan
rendah, dan hal ini tentu berdampak pada
tingkat kemandirian mereka dalam berbagai
bidang.
Bagi masyarakat Tanggulsari, mereka
sekolah hanya mempunyai target bisa baca dan
bisa tulis saja. Bahkan bagi mereka, bisa bekerja
bukan dikarenakan sekolah yang tinggi, tapi lebih
lebih disebabkan oleh pengalaman berinteraksi
dengan komunitas mereka sendiri sesama kaum
nelayan. Pendidikan bagi mereka lebih tepat
14
Data diolah dari beberapa sumber yaitu data BPS, data statistik kelurahan Mangunharjo, dan data buku administrasi PKK kelurahan Mangunharjo tahun 2010
NO
RT
LULUS JENJANG PENDIDIKAN
JUMLAH
(%)
SD
SLTP
SLTA
S1
S2
S3
TIDAK /
PERNAH
SEKOLAH
SD
1 01
(55
KK)
97 32 6 - 16 151
(32 %)
2 02
(77
KK)
92 44 34 - 22 192
(42 %)
3 03
(65
KK)
46 31 12 - 33 122
(26 %)
JUMLAH
(197 KK)
235
(51
%)
107
(23
%)
52
(11
%)
- 71
(15 %)
465
(100 %)
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan
Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu
Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ali Imron Hs)
8
apabila diarahkan ke pendidikan model kejuruan
atau pelatihan yang aplikatif.
Warga masyarakat yang berpendidikan
tamat SLTA sejumlah 11 %, dan mereka tidak
mempunyai minat sedikitpun untuk bekerja di
sektor perikanan atau nelayan. Mereka lebih
senang untuk bekerja sebagai karyawan di
beberapa perusahaan swasta / pabrik yang ada
di sekitar Mangkang dan sekitarnya. Hal ini
sangat memprihatinkan dan membutuhkan
pemikiran serta penanganan yang serius.
Kondisi Ekonomi Masyarakat
Perekonomian pada masyarakat
Tanggulsari tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan ekonomi kampung Tanggulsari
beberapa tahun sebelumnya, pertambahan
penduduk dan kebijakan-kebijakan pemerintah
yang telah diambil selama ini. Semua ini telah
memberikan pengaruh pada irama kehidupan
masyarakat Tanggulsari dengan tingkat yang
tentunya berbeda-beda. Dalam proses ini ada
yang meningkat dan juga tidak jarang ada yang
menurun bergeser ke bawah. Selain itu juga
karena para nelayan Tanggulsari ini masih
rendah tingkat pengetahuan kelautannya,
kepemilikan modal, serta manajemen usaha
perikanan yang dimilikinya. Jumlah masyarakat
Tanggulsari yang bekeja di sektor nelayan lebih
nampak sangat dominan dibandingkan dengan
pekerjaan lainnya. Oleh karena itu
perekonomian masyarakat Tanggulsari secara
umum dipengaruhi oleh hasil penangkapan ikan.
Pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah
Ditemukan beberapa permasalahan yang
terjadi di kampung nelayan Tanggulsari.
Selanjutnya peneliti paparkan dalam diagram
sebagai berikut:
Tabel 3
Permasalahan yang Terjadi Di Kampung Nelayan Tanggulsari
N
o Masalah Penyebab Potensi
Alternatif Tindakan
Pemecahan Masalah 1 2 3 4 5
1 Ancaman kelestarian
profesi nelayan di masa
yang akan datang.
Banyak generasi muda
yang tidak tertarik
untuk menjadi nelayan,
mereka lebih memilih
kerja sebagai karyawan
Pekerjaan nelayan yang
ada saat ini kurang bisa
menjanjikan masa
depan mereka
Profesi nelayan
sudah dilakukan
secara turun
temurun
Sumber daya alam
melimpah
Dukungan stake
holder
Perlu pemberian
motivasi, pembinaan,
pelatihan dan
pendampingan khusus
bagi generasi muda
untuk bekerja di sektor
nelayan dan budi daya
hasil laut.
2 Masyarakat kurang
memperhatikan
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS):
Buang air besar
(BAB) di Sungai
Plumbon
Ditemukan banyak
jentik nyamuk di
saluran
Limbah rumah
tangga
menimbulkan
aroma yang
mengganggu
Posyandu balita dan
lansia tidak optimal
Kurang sadar arti
pentingnya
kesehatan,
Keluarga sibuk
dengan urusan
mencari nafkah
Tidak adanya tokoh
yang
memperhatikan
kondisi kesehatan
masyarakat.
Terdapat beberapa
kelompok kegiatan
warga sebagai media
komunikasi efektif:
Keagamaan, seperti
tahlilan, maulid, dan
manaqib
PKK
Perlu penyuluhan dan
optimalisasi kader
penggerak Forum
Kesehatan Desa (FKD),
PKK
3 Tanggul batas tambak
rusak. Tambak tidak di
kelola, dibiarkan
mangkrak dan kurang
dimanfaatkan.
Terkena dampak banjir
dan abrasi. Masyarakat
kurang terbiasa dengan
budi daya tambak selain
bandeng dan udang
Terdapat ratusan
hektar tambak.
Terdapat kelompok
budi daya rumput
laut, dan budi daya
ikan/ kepiting
Dapat dimanfaatkan
untuk budi daya
rumput laut,
pembesaran kepiting
sistem keramba,
dengan menyewa
murah tambak-tambak
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.:.....
9
N
o Masalah Penyebab Potensi
Alternatif Tindakan
Pemecahan Masalah 1 2 3 4 5
yang tidak diolah oleh
pemiliknya
4 Biaya produksi untuk
melaut sangat tinggi
Harga BBM (solar,
minyak tanah) relatif
mahal
Pernah ada KUD
khusus menangani
penyaluran BBM ke
nelayan;
Sudah ada stasiun
tanki BBM di
tanggulsari;
Terdapat ormas,
LSM, PNPM BKM
Optimalisasi peran
KUD yang telah ada;
Atau membentuk
semacam Pos Ekonomi
Rakyat (PER) yang
bergerak di bidang
distribusi BBM dengan
harga khusus dari
pertamina
5 Rendahnya tingkat
pendidikan, Jarak tempuh
sekolah yang cukup
jauh
Kurangnya motivasi
untuk belajar
Lingkungan kurang
mendukung
Banyak program
beasiswa,
Banyak program
pelatihan, kursus-
kursus dari
pemerintah
PNPM BKM
perlu fasilitator untuk
hubungkan warga
dengan lembaga
pendidikan.
erlu dibuka
pembelajaran non
formal di lingkungan
nelayan Tanggulsari.
Perlu pusat
pembelajaran
terstruktur di
Tanggulsari,
semacam PKBM,
dan sejenisnya.
6 Tanggul tambak di
sepanjang alur Sungai
Plumbon rusak
Lalu lintas perahu
nelayan di Sungai
Plumbon dari dan ke
laut setiap hari
Terdapat lokasi eks TPI
Kodya di dekat laut Optimalisasi TPI
Kodya, untuk
pendaratan hasil
tangkapan laut
Perahu nelayan
tidak boleh sampai
ke Tanggulsari,
cukup standby di
TPI Kodya
7 Di musim paceklik
hutang belanja ke
warung dan hutang
uang rentenir, padahal
ketika musim panen
hasil tangkapan laut
sangat melimpah.
Ketika musim
panen melimpah,
mereka tidak
menabung dan
cenderung
berperilaku
konsumtif tidak
terkendali
Ada UPK BKM
Mangunharjo
Ada BMT NU
Sejahtera
Ada BKK
kecamatan
Ada BRI Unit
Ada Swamitra Mina
Perlu jemput bola
door to door dari
lembaga keuangan
agar nelayan rajin
menabung ketika
musim panen, dan
memberikan
pinjaman lunak
ketika paceklik
Perlu pendampingan
pola hidup, dan gaya
hidup nelayan
8 Beaya pemeliharaan
perahu, alat tangkap
dan mesin cukup mahal
Tidak ada toko
sparepart yang
representatif di
wilayah Mangkang
dan sekitarnya;
PNPM BKM
Banyak lembaga
keuangan di sekitar
wilayah Mangkang
Perlu
pengembangan
kelompok usaha
bersama (KUB)
9 Kepemilikan modal
usaha sangat terbatas.
Nelayan hutang modal
untuk biaya melaut dan
hasil tangkapan di jual
Kesulitan akses ke
lembaga keuangan
Ada stigma negatif,
kredit macet
PNPM BKM
Program CSR
perusahaan
Kelompok
pengajian ibu-ibu
Perlu motivasi dan
pendampingan
manajemen
keuangan nelayan,
dan gaya hidup
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan
Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu
Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ali Imron Hs)
10
N
o Masalah Penyebab Potensi
Alternatif Tindakan
Pemecahan Masalah 1 2 3 4 5
kepada yang memberi
pinjaman dengan harga
yang relatif lebih murah
dari harga pasar
sebagai media
komunikasi
nelayan
Perlu dibentuk dan
pendampingan
terhadap
kelompok-
kelompok kecil
nelayan
Strategi dan Usaha Peningkatan
Kesejahteraan Hidup
Strategi dan usaha peningkatan kesejahteraan
hidup masyarakat nelayan Tanggulsari Mangunharjo
dapat dilakukan melalui:
1. Strategi peningkatan penghasilan melalui
peningkatan produktifitas. Diupayakan adanya
peningkatan kemampuan pengelolaan sumber daya,
memperoleh peluang dan perlindungan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik dalam berbagai
kegiatan ekonomi, sosial budaya maupun politik.
Peningkatan kemampuan pengelolaan sumberdaya
yang dapat dilakukan di antaranya adalah melalui
pemanfaatan lahan tambak rusak yang sangat luas di
wilayah sekitar kampung Tanggulsari. Tambak
rusak yang disebabkan oleh banjir rutin tahunan
dan juga abrasi laut ini memang sudah tidak
memiliki tanggul-tanggul batas sebagaimana
lazimnya tambak. Lebih dari seratus hektar tambak
ini biasanya untuk budidaya bandeng dan udang.
Karena tanggul tambak jebol rusak akhirnya banyak
dibiarkan begitu saja oleh para pemiliknya. Tambak-
tambak ini dapat dimanfaatkan dengan budidaya
rumput laut atau budidaya ikan sistem keramba.
2. Strategi pengurangan beban kebutuhan dasar
masyarakat. Diupayakan adanya pengurangan beban
biaya akses pendidikan dan kesehatan. Infrastruktur
yang mempermudah dan mendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat Tanggulsari.
Pengurangan beban kebutuhan dasar masyarakat
nelayan Tanggulsari dapat dilakukan di antaranya
melalui subsidi BBM yang secara khusus
diperuntukkan bagi nelayan. Optimalisasi peran
koperasi dan lembaga keuangan di sekitar
Mangkang. Biaya kesehatan sudah ter-cover melalui
Jamkesmas maupun Askeskin. Perlu penanganan
secara khusus terutama kesehatan balita dan lansia
di Tanggulsari melalui posyandu.
3. Strategi peningkatan kepedulian dan kerjasama
stakeholder dalam membantu pemberdayaan
masyarakat nelayan Tanggulsari. Hal ini dapat
dilakukan dengan pelibatan koperasi-koperasi,
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), pos
daya, perguruan tinggi, dan juga lembaga swadaya
masyarakat yang relevan. Program Gerdu Kempling
mestinya langsung menyentuh ke tingkat rumah
tangga masyarakat Tanggulsari dengan program
pendampingan. Karena nelayan Tanggulsari
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
masyarakat pada umumnya maka program
pemberdayaan masyarakat nelayan Tanggulsari
harus melibatkan warga sebagai pelaku, bukan
sebagai penonton.
4. Strategi peningkatan kerjasama kelompok yang
berbasis pada bidang usaha sejenis. Hal ini dapat
dilakukan melalui pembentukan dan pendampingan
Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam kelompok-
kelompok kecil. Perlu ada pemetaan terhadap
masyarakat nelayan Tanggulsari. Pemetaan ini
penting untuk membentuk kelompok-kelompok
kecil yang mempunyai bidang usaha sejenis.
Berbagai kegiatan ekonomis masyarakat di
Tanggulsari masih berjalan sendiri-sendiri secara
individual. Perlu ada kelompok usaha bersama
berbasis pada bentuk usaha yang sejenis.
Kebijakan yang perlu dilakukan untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat
nelayan Tanggulsari Mangunharjo diantaranya
adalah:
1. Perlu adanya peningkatan kapasitas dan sumber
daya manusia (SDM) yang terlatih dan terampil.
Kegiatan yang dilakukan dengan melakukan
pelatihan-pelatihan terstruktur dan terprogram,
beasiswa, jaminan pemeliharaan kesehatan,
penanggulangan gizi buruk, pengadaan air bersih,
pembangunan dan rehabilitasi MCK, perbaikan
kualitas jalan dan lingkungan permukiman, dan
pembangunan sarana prasarana.
2. Perlu diupayakan perluasan kesempatan kerja.
Kegiatan yang dilakukan berupa peningkatan
kesempatan kerja, pelatihan dan peningkatan
ketrampilan tenaga kerja, dan pemberdayaan
tenaga kerja padat karya produktif.
3. Perlu peningkatan peran serta masyarakat.
Peningkatan peran serta masyarakat ini dapat
dilakukan melalui kegiatan pengabdian masyarakat
di perguruan tinggi (misalnya KKN), peran serta
organisasi kemasyarakatan.
4. Perlu peningkatan perlindungan sosial yang
meliputi bantuan pelayanan KB, fasilitasi bantuan
kepada masyarakat, dan yang sejenisnya.
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.:.....
11
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan paparan yang telah peneliti
uraikan pada sub bab dan bab terdahulu, peneliti
simpulkan sebagai beikut:
1. Kehidupan masyarakat nelayan Tanggulsari
dapat dilihat dari berbagai aspek:
1)Masyarakatan nelayan Tanggulsari memiliki
solidaritas yang tinggi. 2)Kehidupan
keagamaannya tidak seberapa berkualitas.
Tingkat pemahaman dan pengamalan
keagamaannya beda satu sama lainnya. 3)Para
nelayan Tanggulsari masih rendah tingkat
pengetahuan kelautannya, terbatas kepemilikan
modal, serta masih rendah manajemen usaha
perikanan.
2. Problematika yang dihadapi oleh masyarakat
nelayan Tanggulsari untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup, di antaranya adalah:
1)Masyarakat kurang memperhatikan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2)Biaya
produksi untuk melaut sangat tinggi.
3)Keterbatasan dan lemahnya akses terhadap
sumber-sumber pembiayaan usaha yang murah.
4)Rendahnya pengetahuan kelautan,
manajemen, dan budi daya tangkapan hasil laut.
5)Rusaknya lingkungan wilayah kawasan
tangkapan ikan.
3. Rumusan strategi dan usaha peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat nelayan
Tanggulsari Mangunharjo dapat dilakukan
melalui: 1)Diupayakan adanya peningkatan
kemampuan pengelolaan sumber daya,
memperoleh peluang dan perlindungan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. 2)Diupayakan
adanya pengurangan beban biaya akses
pendidikan dan kesehatan. 3)Strategi
peningkatan kepedulian dan kerjasama
stakeholder dalam membantu pemberdayaan
masyarakat nelayan Tanggulsari. 4)Strategi
peningkatan kerjasama kelompok yang berbasis
pada bidang usaha sejenis.
Rekomendasi
Peneliti merekomendasikan sebagai berikut:
1. Perlu adanya peningkatan kapasitas dan sumber
daya manusia (SDM) yang terlatih dan terampil.
Kegiatan yang dilakukan dengan melakukan
pelatihan-pelatihan terstruktur dan terprogram,
beasiswa, jaminan pemeliharaan kesehatan,
penanggulangan gizi buruk, pengadaan air bersih,
pembangunan dan rehab MCK, perbaikan kualitas
jalan dan lingkungan permukiman, dan
pembangunan sarana prasarana.
2. Perlu diupayakan perluasan kesempatan kerja.
Kegiatan yang dilakukan berupa peningkatan
kesempatan kerja, pelatihan dan peningkatan
ketrampilan tenaga kerja, dan pemberdayaan
tenaga kerja padat karya produktif.
3. Perlu peningkatan peran serta masyarakat.
Program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan di Tanggulsari Mangunharjo agar
menggandeng ormas Nahdlatul Ulama (NU)
setempat.
4. Perlu peningkatan perlindungan sosial yang
meliputi bantuan pelayanan KB, fasilitasi bantuan
kepada masyarakat, dan yang sejenisnya.
5. Perlu memperbaiki atau memperkuat tanggul
tambak sepanjang alur Sungai Plumbon. Hal ini
penting untuk mengurangi dampak kerusakan
tanggul akibat lalu lintas perahu/kapal yang keluar
masuk dari laut ke Kampung Tanggulsari.
6. Perlu pemanfaatan puluhan hektar lahan tambak
yang telah rusak tanggul batasnya di wilayah
sekitar Kampung Tanggulsari. Pemanfaatan lahan ini
dapat berupa budi daya ikan dengan sistem
keramba dan juga dengan budidaya rumput laut.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
WaliKota Semarang dan Kepala Bappeda Kota
Semarang yang telah memberikan dana kegiatan
penelitian melalui Bidang Penelitian dan
Pengembangan Bappeda Kota Semarang tahun
2011.
DAFTAR PUSTAKA
Darmansyah, dkk, 1986. Ilmu Sosial Dasar.
Surabaya: Usaha Nasional.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,. 1989.
Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Pramono, Djoko. 2005. Budaya Bahar, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Ensiklopedia Indonesia. 1983. Jakarta: Ichtiar Baru.
Sadly, Hassan. 1980. Sosiologi Untuk Masyarakat
Indonesia, Jakarta: PT Pembangunan.
Kartono, Kartini. 1992. Pengantar Ilmu Mendidik
Teoritis (Apakah Pendidikan Masih Diperlukan).
Jakarta: Mandar Maju.
Koentjaraningrat. 1990. Beberapa Pokok Antropologi
Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi,
Jakarta: Rineka Cipta.
Kusnadi. 2003. Polemik Kemiskinan Nelayan.
Yogyakarta: LkiS.
Mansyur, M. Khalil. 1984. Sosiologi Masyarakat Kota
dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional Indonesia.
Strategi Dan Usaha Peningkatan Kesejahteraan
Hidup Nelayan Tanggulsari Mangunharjo Tugu
Semarang Dalam Menghadapi Perubahan Iklim (Ali Imron Hs)
12
Hasan, Muhammad Tolhah. 1987. Islam Dalam
Perspektif Sosial Budaya. Jakarta: Galasi
Nusantara.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Tim LIPI, Ary Wahyono, dkk, 2002. Pemberdayaan
Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: LkiS.