KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH...
Transcript of KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH...
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 1 - 16
*) Pengajar pada Jurusan PWK Fakultas Teknik Undip Semarang
Email: [email protected]; [email protected]; [email protected];
KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa)
KOTA SEMARANG
Wiwandari Handayani*), Jawoto Sih Setyono*), Mada Sophianingrum*), Z. Satria Kusharsanto
Abstract
Responding to global competition, to improve the regional and national competitiveness, now Indonesia emerge
an understanding of the development of innovations that are arranged in a system of innovation. This approach is
then known as the regional innovation system (Indonesia: Sistem Inovasi Daerah – SIDa) which is a system of
institutions that should be intertwined to create and empower the knowledge or skills that determine the new
technology in local to regional levels. Semarang as one of the major cities in Indonesia needs to develop SIDa as a
form of local development. This paper aims to assess the readiness of Semarang in developing SIDa by through the
policy instrument for the development of regional innovation systems (SIDa). In order to apply SIDa, it is necessary to
study about some indicators to measure readiness include the readiness of the interaction of stakeholders
(universities, private industry, government, and society), the availability of infrastructure to support SIDa more focused
on the means of information and communication, human resources training, and policies of the Semarang itself. From
the results of the assessments, Semarang already has got a good potential to apply SIDa. However, the deficiencies
in some ways are still found, like the limited understanding of local innovation development among the local
government. The result of the study describes the level of preparedness of Semarang for developing SIDa in
Semarang.
Keywords: innovations, institutions, locality, regional, Semarang
Latar Belakang
Perkembangan perekonomian global
berpengaruh signifikan terhadap pembangunan
ekonomi masyarakat. Perkembangan yang saat
ini lebih menekankan pada aspek pengetahuan
dan inovasi atau lebih dikenal dengan
pembangunan berbasis „ekonomi pengetahuan‟.
Pembangunan ini dituntut untuk mampu
berdaya saing, baik secara lokal, nasional,
maupun internasional melalui dukungan potensi
lokal. Taufik (2005:5) menyebutkan bahwa daya
saing global semakin ditentukan oleh faktor-
faktor lokalitas dan upaya peningkatannya perlu
diiringi dengan penguatan kohesi sosial
masyarakat yang maju.
Pengembangan sistem inovasi nasional
merupakan agenda nasional sesuai dalam UU no
17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025 dan
UU no 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Penguatan Sistem
Inovasi Nasional merupakan wahana utama
peningkatan daya saing dan kohesi sosial dalam
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil,
maju, mandiri, dan beradab.
Pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa)
merupakan salah satu strategi utama dalam
sistem inovasi nasional yang mewadahi proses
integrasi antara komponen penguatannya. SIDa
pada dasarnya juga mengakomodasi RPJMN
2010-2014 melalui pendekatan pembangunan
berdimensi kewilayahan untuk
mengakomodasikan dinamika dan kapasitas
daerah dalam perencanaan pembangunan
nasional. Dalam penjabarannya, implementasi
SIDa menyangkut tiga tindakan utama yaitu
penataan pilar SIDa, pengembangan fokus
prioritas dan implementasi kerangka kerja
sistem inovasi. SIDa dapat dikembangkan
dengan pengembangan dan sinkronisasi
instrumen kebijakan yang berkaitan dengan
SIDa secara baik dan menyeluruh. Instrumen
kebijakan tersebut meliputi pemangku
kepentingan, kondisi infrastruktur, dan
dukungan kebijakan.
Merespon hal tersebut, Kota Semarang
sebagai bagian dari entitas pengembangan
sistem inovasi nasional dituntut kesiapannya
untuk turut serta mengembangkan sistem
inovasi di daerahnya sebagai upaya peningkatan
daya saing wilayah. Terlebih lagi, Kota Semarang
sebagai kota perdagangan dan jasa dalam skala
regional perlu lebih menekankan faktor daya
saing sebagai elemen utama dalam
pembangunan perekonomian wilayahnya. Dalam
tataran inisiasi, pengembangan inovasi daerah
memerlukan adanya kajian peluang
pengembangan melalui kesiapan dukungan
instrumen kebijakan sebagai dasar implementasi.
Perumusan Masalah
Pengembangan kebijakan yang berorientasi
pada upaya pengembangan Sistem Inovasi
Daerah masih menjadi tantangan besar bagi
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
2
banyak Pemerintah Daerah di Indonesia
termasuk Kota Semarang. Kapasitas
kelembagaan dan SDM yang kurang
dioptimalisasi dalam upaya pengembangan
inovasi dipandang masih menjadi masalah umum
di kota-kota di Indonesia. Masyarakat juga
masih kurang antusias dalam mengembangkan
inovasi dan kreativitas baik dalam
pengembangan ekonomi maupun promosinya.
Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi
Jawa Tengah memiliki beberapa peran strategis
yang sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Dalam konteks SIDa, beberapa permasalahan
yang dikaji adalah:
Bagaimana kondisi masing-masing instrumen
kebijakan SIDa di Kota Semarang?
Bagaimana peran kelembagaan dalam
mengembangan inovasi daerah?
Adakah keterkaitan dan kerjasama antara
pemangku kepentingan (perguruan tinggi,
swasta, pemerintah, masyarakat)?
Bagaimana kemanfaatan dari hasil penelitian
perguruan tinggi di Semarang?
Bagaimana kondisi infrastruktur pendukung
SIDa di Kota Semarang?
Dari uraian permasalahan di atas maka
pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dari
penlitian ini adalah: “Bagaimana kesiapan
instrumen kebijakan untuk mendorong
pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa) Kota
Semarang dan Bagaimana peluang
pengembangannya?”
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran di atas, tulisan ini
bertujuan untuk mengkaji kesiapan instrumen
kebijakan guna pengembangan sistem inovasi
daerah Kota Semarang. Dengan diketahuinya
kesiapan instrumen kebijakan tersebut, maka
diharapkan nantinya penyusunan rencana
strategis pengembangan sistem inovasi daerah
kota Semarang dapat implementatif dan tepat
sasaran.
Sasaran yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan adalah:
Teridentifikasinya kesiapan instrumen
kebijakan untuk mendorong
pengembangan sistem inovasi daerah
(SIDa)
Terumuskannya usulan rekomendasi
strategi kebijakan dalam pengembangan
sistem inovasi daerah Kota Semarang
Metode Penelitian
Pada dasarnya metode yang digunakan
adalah pendekatan triangulasi yang artinya
menggabungkan antara pendekatan kualitatif
dengan kuantitatif. Penelitian ini lebih banyak
menggunakan data sekunder untuk analisisnya.
Meskipun demikian, pengumpulan data primer
dilakukan jika dalam temuan sintesa kesiapan
instrumen kebijakan terdapat hal yang tidak
sinkron antar variabel sehingga sifat
pengumpulan data primer dalam penelitian ini
lebih kepada trianggulasi. Teknik pengumpulan
data yang akan dilakukan adalah telaah dokumen
dan wawancara mendalam dengan aktor terkait
dengan hal yang akan diverifikasi. Secara teknis,
penentuan instansi/aktor dan materi wawancara
baru bisa dilakukan setelah tahapan analisis
nantinya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan faktor-faktor berpengaruh dalam
setiap tahapan analisis. Dasar penentuan
variabel adalah kerangka kebijakan sistem
inovasi nasional yang telah disesuaikan dengan
karakteristik wilayah Kota Semarang.
a. Pemangku kepentingan, variabel ini
berguna untuk mengetahui sampai sejauh
apa bentuk koordinasi dari para pemangku
kepentingan berkaitan dengan kesiapan
penerapan SIDa di Kota Semarang. Terdiri
dari perguruan tinggi, swasta, pemerintah,
dan masyarakat (UMKM)
b. Infrastruktur, berfungsi sebagai pendorong
agar SIDa tersebut siap dilakukan di Kota
Semarang. Infrastuktur lebih berbentuk hal-
hal yang berkaitan dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), pelatihan,
pendanaan, dan regulasi
Penelitian tentang kajian pengembangan
SIDa di Kota Semarang ini memiliki obyek
utama pengkajian yaitu kesiapan instrumen
kebijakan tersebut dalam mendukung SIDa di
Kota Semarang. Yang dimaksud dengan
instrumen adalah pemangku kepentingan
(stakeholder) dan infrastruktur yang terkait
dengan SIDa itu sendiri. Instrumen kebijakan
tersebut dianggap siap apabila telah
teridentifikasi hubungan sinergis antar
pemangku kepentingan serta dukungan
infrastruktur dalam mewadahi peran dan
interaksi tersebut. Berikut ini adalah indikator
kesiapannya:
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal. 1 - 16
3
Tabel I
Indikator Kesiapan Instrumen Kebijakan SIDa Pemangku Kepentingan Infrastruktur Dukungan Kebijakan
a. Perguruan Tinggi
Kerjasama dengan pihak
swasta, pemerintah dan
masyarakat ataupun antar
perguruan tinggi
Kinerja kegiatan penelitian dan
pengembangan
Sarana pendukung penelitian
dan pengembangan
Kemanfaatan penelitian
b. Swasta
Komitmen dalam men-dukung
inovasi daerah melalui komer-
sialisasi produk
Kerjasama pemanfaatan ino-
vasi daerah dengan per-guruan
tinggi, UMKM maupun
pemerintah
c. Pemerintah
Dukungan anggaran pemerin-
tah untuk pengem-bangan
inovasi
Kebijakan pendukung inovasi
Koordinasi antar SKPD dalam
pemanfaatan hasil inovasi
Pemasaran
Kerjasama dengan aktor lain
dalam pemanfaatan inovasi
daerah
Dukungan penyediaan infra-
struktur pendukung
d. Masyarakat (UMKM) Eksistensi UMKM
Kontribusi terhadap pereko-
nomian masyarakat
Pemanfaatan teknologi hasil
penelitian dan pengembangan
aktor lain (dalam hal ini
perguruan tinggi)
a. TIK
Pendukung informasi inovasi
Kualitas dan jangkauan
b. Pendidikan dan Pelatihan
Ketersediaan sarana pelatihan
kerja, laboratorium penelitian
dan efektivitasnya
c. Dukungan Pendanaan
kontribusi pembiayaan terha-
dap penelitian perguruan tinggi
ketersediaan lembaga penda-
naan yang mudah diakses oleh
masyarakat, dalam hal ini
UMKM
d. Regulasi, Mekanisme Insentif
pemanfaatan insentif oleh
pemangku kepentingan untuk
kegiatan pengembangan SID,
misalnya penelitian, pencip-
taan teknologi baru
Kebijakan lokal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
dokumen strategis kota yaiu
RPJMD sebagai dasar dalam melihat
dukungan inovasi dalam arahan
pembangunan kota. Kesiapannya
diukur dari:
Efektifitas
Efisiensi
Memiliki daya bangkitan
signifikan
Kelayakan cakupan
Memenuhi kaidah pasar
Konsistensi
Koherensi
Keterbukaan dan akuntabilitas
Komitmen kebijakan
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
4
Kerangka Pikir
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 1
Kerangka Pikir Penelitian
Kajian Sistem Inovasi Daerah
Definisi dan Konsep SIDa
Sistem inovasi merupakan suatu jaringan
lembaga di sektor publik dan swasta yang
interaksinya memprakarsai dan mendifusikan
teknologi-teknologi baru. (Freeman, dalam
Taufik, 2005). Sistem dalam pengertian di
pembahasan ini merupakan istilah yang
menunjukkan cara pandang yang secara sadar
melakukan suatu kesatuan aksi yang tidak bisa
dipisahkan dalam konteks inovasi. Pandangan
lain terdapat pada Metcalfe (dalam Taufik, 2005)
yang lebih jelas menjabarkan bahwa sistem
inovasi merupakan sistem yang menghimpun
institusi-institusi yang berbeda yang
berkontribusi secara bersama dalam
pengembangan dan difusi teknologi-teknologi
baru dan menyediakan kerangka kerja yaitu
pemerintah membentuk dan
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang
mempengaruhi proses inovasi. Sistem inovasi
dapat dikatakan sebagai sebuah sistem dari
lembaga-lembaga yang saling terkait untuk
menciptakan dan mengolah pengetahuan atau
keterampilan yang menetukan teknologi baru.
Inovasi kini dipandang bersifat erat dengan
lingkungan lokalitas tertentu. Dapat kita lihat
potensi-potensi yang menjadi cikal bakal inovasi
terdapat pada tingkatan lokal. Inovasi
merupakan proses sosial yang sangat dipengruhi
oleh interaksi antarpihak. Hubungan dan
interaksi ini lebih terlihat dan terasa pada
tingkatan lokal. Apalagi saat ini di dalam konteks
daya saing, suatu keunggulan dengan skala global
semakian ditentukan oleh keunggulan yang
berasal dari tingkat lokal. Keunggulan daya saing
semakin lama semakin terletak pada hal-hal yang
bersifat lokal yang ternyata sulit untuk disaingi.
Pembangunan berbasis daya saing
Pentingnya inovasi
berbasis lokalitas
Agenda nasional penguatan
sistem inovasi nasional
„Ekonomi pengetahuan‟ sebagai implikasi perekonomian global
Pengembangan Sistem Inovasi Daerah merupakan bagian integral
penguatan Sistem Inovasi Nasional
Analisis pemetaan interaksi pemangku
kepentingan
Usulan rekomendasi strategi kebijakan
pengembangan SIDa
Bagaimana kesiapan instrumen kebijakan dalam mendukung
Sistem Inovasi Daerah di Kota Semarang
latar belakang
pertanyaan
penelitian Kesiapan instrumen kebijakan dalam mendukung Sistem Inovasi
Daerah di Kota Semarang
tujuan penelitian
Analisis pemetaan kesiapan
infrastruktur
Pemetaan interaksi
pemangku kepentingan Pemetaan
kesiapan infrastrukur
Analisis dukungan kebijakan pengembangan
Dukungan kebijakan
pengembangan
Kesiapan instrumen kebijakan dalam mendukung SIDa Agenda kebijakan sistem inovasi nasional
analisis
output
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal. 1 - 16
5
Sumber: BPPT, 2011
Gambar 2
Koridor Ekonomi Nasional
Dari tataran menuju ke lingkup lokal atau
daerah, sebenarnya pemerintah pusat telah
mengkonsepkan pembangunan nasional berbasis
wilayah dengan strategi wilayah di setiap daerah
yang berbeda. Konsep pembangunan ini
(difokuskan pada ekonomi) membagi beberapa
wilayah koridor pembangunan berdasarkan
potensi lokalnya. Sebagai contoh koridor
wilayah Sumatera dengan pengembangan sektor
produksi dan pengolahan hasil bumi, wilayah
Jawa dengan industri dan jasa nasional, hingga
Maluku dan Papua sebagai pusat pengembangan
pangan, perikanan, dan energi.
Melihat alasan-alasan dan pendapat-
pendapat itulah kemudian penting untuk bisa
mengembangkan sistem inovasi daerah (SIDa).
Sistem inovasi daerah ini memiliki pengertian
yaitu merupakan sistem inovasi pada tingkatan
daerah sebagai bagian dari penyusun sistem
inovasi nasional. Sistem inovasi daerah perlu
untuk dikembangkan karena merupakan integral
dan penyusun dari sistem inovasi nasional.
Tekanan perhatian pada tingkatan daerah lebih
terfokuskan pada isu-isu kontekstual yaitu:
a. Bidang spesialisasi daerah yang terkait
dengan pengembangan sektor ekonomi
tertentu terutama pada potensi lokal
b. Infrastruktur umum seperti perguruan
tinggi, balai latihan kerja, laboratorium, dan
fasilitas pendukung yang masih terkait dan
berhubungan dengan pengembangan sistem
inovasi daerah
c. Jaringan atau organisasi yang
berhubungan dengan inovasi serta
penunjukan good practices dan peningkatan
kapasitas
d. Kebijakan yang spesifik yang masih
berhubungan dengan perkembangan
pengetahuan serta kemajuan perindustrian
atau perekonomuan daerah misalnya dengan
memberikan dukungan investasi atau
kebijakan lain yang bertujuan mempermudah
dan memberikan manfaat yang maksimal.
Instrumen Kebijakan dalam Sistem
Inovasi Daerah
Instrumen kebijakan dapat diartikan secara
umum sebagai sebuah alat yang dikembangkan
agar kerangka kebijakan yang telah ditetapkan
dapat berjalan secara efektif. Kerangka
kebijakan tersebut terdiri dari enam tema
utama (Subagjo, 2006) yaitu:
a. mengembangkan kerangka umum yang
kondusif untuk menerapkan inovasi
b. memperkuat kelembagaan dan daya dukung
ilmu pengetahuan dan teknologi serta
mengembangkan unit kegiatan masyarakat
(UKM)
c. membudidayakan kolaborasi inovasi dan
meningkatkannya dari hasil penelitian
d. merangsang budaya inovasi di kehidupan
masyarakat dan kelembagaan
e. menumbuhkembangkan keterpaduan sistem
inovasi dan klaster industri daerah dan
nasional
f. penyesuaian dan adaptasi dengan
perkembangan global
Sesuai dengan keterkaitan di dalam
menjelaskan kerangka kebijakan, instrumen
kebijakan tersebut berfungsi sebagai sebuah alat
untuk mengkaitakan tiga poin utama secara
garis besar yaitu (1) interaksi pemangku
kepentingan, (2) kesiapan infrastruktur, dan (3)
dukungan kebijakan. Kerangka inilah yang dapat
digunakan untuk menilai kesiapan SIDa di
sebuah
daerah
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 3
Kerangka Kebijakan Kesiapan SIDa
Penerapan SIDa di Daerah Lain: Kota
Pekalongan dan Kota Inovasi Busan,
Korea Selatan
Kota Pekalongan merupakan salah satu
best practice kota di Indonesia yang telah
mengembangkan SIDa. Pemerintahnya telah
melakukan langkah-langkah sistematis dalam
Intrumen
Kebijakan
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
6
penguatan SIDa ini. Langkah awal dimulai
dengan sosialisasi pemahaman tentang SIDa
berkoordinasi dengan Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) Kementrian Riset
dan Teknologi. Kota Pekalongan juga dinyatakan
berhasil dalam menggandeng pihak swasta
dengan didirikannya International Batik Center,
sebagai pusat penjualan hasil-hasil inovasi
produk batik Pekalongan.
Kini di tahun 2012, Pemerintah Kota
Pekalongan mulai mencanangkan sebuah
program kerja baru yaitu Pameran Inovasi dan
Kreativitas Pembangunan yang mengambil lokasi
di Gelanggang Olah Raga (GOR) Jetayu
Pekalongan. Kegiatan yang dilakukan adalah
kompetisi “Walikota Junior”, Gelar Teknologi
dan Produk Inovatif, Bincang Teknologi,
Seminar Technopreneurship, Kompetisi Fashion
Batik Karnaval, dll. Selain kegiatan-kegiatan
tersebut, kegiatan ini juga mengajak peran serta
akademisi yaitu dengan acara Bincang Bersama
yang dilakukan dengan kalangan pelajar dan guru
IPA di sekolah-sekolah Kota Pekalongan.
Di luar Indonesia, penerapan SIDa dalam
menguatkan entitas lokal dalam sebuah inovasi
telah diimplementasikan di Kota Busan, Korea
Selatan. Kota Busan merupakan sebuah kota
yang dikembangkan sebagai sebuah innovation
city atau kota inovasi. Kunci keberhasilannya
adalah peran kerja sama dari industri lokal,
akademisi, institusi penelitian (litbang), dan
lembaga Swadaya masyarakat (LSM) yang ada
yang bersama-sama membantu jalannya
pembangunan wilayah.
Kota Busan direncanakan untuk
pengembangan tiga sektor yaitu sektor lokal
berupa maritim dengan peningkatan
perkonomian di bidang produksi hasil
perikanan, pengembangan sektor industri
perfilman, dan pengembangan sektor keuangan.
Busan dikembangkan menjadi 3 distrik
pengembangan. Pengembangan distrik yang
berbeda fokus ini dikarenakan pemerintah
Korea Selatan menginginkan tiap distrik dapat
memfokuskan pembangunan sesuai dengan
bidang atau sektornya serta ingin memudahkan
dalam hal investasi dan perencanaan.
Distrik Dongsam Distrik Munhyeon Distrik Centum
Fokus pengembangan pada potensi
maritim dan perikanan
Fokus pengembangan pada sektor
keuangan dan komersial
Fokus pengembangan pada inovasi
industri perfilman nasional
Sumber: http://englishbusan.go.kr
Gambar 4
Pengklasteran Pembangunan Distrik di Kota Busan, Korsel
Karakteristik Kota Semarang dan
Kebijakan Inovasi
Kota Semarang memiliki beberapa
gambaran umum kaitannya dengan
pengembangan SIDa, di antaranya adalah:
Dari data kontribusi sektor terhadap PDRB
Kota Semarang pada tahun 2009 hingga
2010 diketahui bahwa sebagian besar
sektor-sektor di Kota Semarang memiliki
LQ >1. Dari hasil interpretasi ini dapat dikaji
bahwa sektor industri pengolahan
mendominasi Produk Domestik Regional
Bruto ( PDRB) Kota Semarang, sehingga
sektor ini bisa dikembangkan dalam sistem
inovasi.
Dari penilaian daya saing wilayah, Kota
Semarang masuk dalam kelompok performa
menengah ke atas dengan nilai 5.15 dengan
peringkat ke 14 dari 35 kota/kabupaten di
Jawa Tengah, masih kalah dibandingkan
Kabupaten Cilacap (peringkat pertama),
Kota Magelang, Kota Solo, Kota Pekalongan,
Kab. Boyolali, dll
Penerapan SIDa di dalam program
pembangunan Kota Semarang pada dasarnya
telah dilandasi oleh landasan hukum dan
peraturan nasional. Selain itu secara hirarki pun
mulai dari nasional, provinsi, hingga lingkup
lokal Pemerintah Kota Semarang sudah
mengarahkan pada pentingnya implementasi
kebijakan inovasi.Analisis Kesiapan Instrumen
Kebijakan SIDa.
Kebijakan Nasional di dalam mendukung
implementasi SIDa merupakan inisiatif dari
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) yang berada di bawah pembinaan
Kemenristek. BPPT telah melakukan program
penguatan sistem inovasi ini sejak awal tahun
2000. Di dalam tataran Undang-undang,
penguatan sistem inovasi secara tidak langsung
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal. 1 - 16
7
tertuang dalam periode 5 tahunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Republik Indonesia. Di masing-masing tahap
terdapat skala prioritas dan strategi
pembangunan yang saling berkesinambungan
dengan periode-periode sebelumnya. Secara
ringkas tahapan dari strategi setiap RPJM adalah
sebagai berikut:
Sumber: BPPT, 2011
Gambar 5
Tahapan RPJM Nasional 2005-2025
Kebijakan Provinsi, sesuai dengan
Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri No
3 Tahun 2012 dan No 36 Tahun 2012 tentang
Penguatan Sistem Inovasi Daerah kebijakan
penguatan SIDa disusun dalam sebuah Road
Map Penguatan SIDa, RPJMD, dan RKPD, telah
terwujud dalam penyusunan Road Map SIDa
Provinsi Jawa Tengah yang memiliki target akhir
penguatan SIDa tahun 2018. Pengembangan
SIDa Jateng ini pada dasarnya dikelompokkan
menjadi 3 klaster, yaitu (1) klaster UMKM, (2)
Desa Inovatif, dan (3) Kota/Kabupaten Inovatif.
Kebijakan Lokal, dari Kota Semarang
belum ada karena belum adanya SK Walikota
atau Peraturan Daerah yang mengatur tentang
penguatan SIDa. Kebijakan lokal juga dapat
diketahui dengan melihat monitoring dan
evaluasi dari pengembangan ekonomi lokal
(PEL) Tahun 2011. Dari hasil monitoring dan
evaluasi PEL pada 35 Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang
masuk ke dalam kategori C dari 5 kategori
yang ada.
I. Analisis Kesiapan Instrumen
Kebijakan SIDa
A. Analisis Pemangku Kepentingan
Perguruan tinggi yang termasuk dalam
penelitian ini dibatasi berupa perguruan negeri
atau swasta di Kota Semarang yang telah
memiliki lembaga penelitian yang cukup
ternama. Obyek penelitian dibatasi pada
universitas yang memiliki jangkauan pelayanan
skala regional dan telah ada pengembangan riset
cukup signifikan yaitu UNDIP, USM, UNNES,
UDINUS, Unika, dan Unissula.
Tabel 2
Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi
Lembaga Penelitian Penelitian Unggulan
LPPM UNDIP Pengembangan Pesisir
Lemlit LPM USM
Sosial Masyarakat dan
Teknologi
LP2M UNNES Teknologi Otomotif
LPPM Unika
Sosial Masyarakat Desa &
Urban
P3M UDINUS Teknologi Komputer
Lemlit UNISSULA
Kesehatan & Sosial Agama
Sumber: Berbagai Sumber Web Universitas, 2012
Sesuai dengan purposive sampling, untuk
mengkaji lembaga penelitian lebih mendetal,
maka diambil Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Undip sebagai
sampel.
Dalam melakukan kegiatan penelitian,
LPPM Undip selalu menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak di antaranya adalah Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti), Menristek,
badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Jawa Tengah, Departemen Pertanian, PNBP,
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng.
Penelitian yang dilakukan mayoritas bekerja
sama dengan DIKTI. Pada tahun 2010-2012 dari
keseluruhan total penelitian, sebanyak 65.51%
seluruhnya merupakan penelitian kerjasama
DIKTI. Selain itu 28.57% lainnya merupakan
kerja sama dengan lembaga lain, terbesar kedua
adalah kerja sama Menristek sebanyak 4% dari
total penelitian.
Sumber: Olahan Data LPPM UNDIP, 2012
Gambar 6
Jumlah Persentase Kerjasama Penelitian
LPPM Tahun 2010-2012
Swasta tercatat pada tahun 2010 terdapat
2977 badan usaha melakukan perizinan investasi
di Kota Semarang. Dari banyaknya badan usaha
tersebut yang menyumbang nilai investasi
tersebut, ternyata apabila dibandingkan dengan
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
8
kota besar lainnya memiliki selisih perbedaan
yang cukup signifikan. Dibandingkan dengan
Kota Tangerang pada tahun 2010 dan pada
tahun 2011, ternyata nilai investasi yang telah
dicapai Kota Semarang masih tergolong kecil.
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 7
Kerangka Kebijakan Kesiapan SIDa
Di dalam lemahnya investasi (apabila
dibanding kota lain di Indonesia) pihak swasta di
Kota Semarang ternyata telah mampu
mengkomersialisasikan produk inovasi Kota
Semarang sehingga mencirikan brand kota ini
yaitu contohnya Bandeng Juwana Elrina.
Alasannya karena mampu menjual inovasi
bandeng di Semarang (yang menjadi potensi
lokal) di antaranya Otak-otak Bandeng, Bandeng
Asap, Bandeng Goreng Telur dan masih banyak
lagi.
Pemerintah, berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Semarang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang
(diperbarharui setiap tahun), Pemerintah Kota
Semarang telah mengalokasi sejumlah dana
untuk kegiatan kerjasama penelitian baik kepada
lembaga penelitian dari universitas maupun dari
dunia usaha. Sesuai dengan Surat Edaran
Kepada PT/LSM No 050/1117 Tanggal 31 Maret
2011, terdapat 27 lembaga dan perguruan tinggi
yang menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Kota Semarang.
Untuk penerapan SIDa sendiri, belum ada
peraturan khusus dari Pemerintah Kota
Semarang seperti SK Walikota atau Perda.
Namun, langkah-langkah atau program kerja
yang berbasis inovasi telah tampak di antaranya
di Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Pertanian, Dinas Pendidikan, dan lainnya.
Bahkan pada tahun 2011, Pemerintah Kota
Semarang mendapat penghargaan Innovative
Government Award (IGA) dari Kemendagri dalam
hal pemberdayaan masyarakat karena program
Gerdu Kempling Kota Semarang dianggap
sebagai sebuah langkah inovatif.
Tabel 3
Program Kerja SKPD Kota Semarang Mengarah Pada Sistem Inovasi* Urusan Program Dinas Terkait Target 2015
Perindustrian Peningkatan kemampuan
teknologi industri
Pengembangan industri kecil dan menengah dengan
peningkatan persentase industri
kreatif dan jumlah klaster
Dinas
Perindustrian
dan Perdagangan
Teknologi industri meningkat
15%
Terbentuk 378 IKM kreatif dan 10 buah klaster
Kelautan dan
Perikanan Optimalisasi pengelolaan &
pemasaran produksi perikanan
dengan produksi ikan olahan
Dinas Kelautan
dan Perikanan Meningkat 3% pertahun
Koperasi, Usaha
Kecil &
Menengah
Program Pengembangan
Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif Usaha Kecil
Menengah
Program pengembangan sistem
pendukung usaha UMKM
(Penguatan KPS)
Dinas Koperasi
dan UKM Meningkatnya jumlah UMKM
10%
Meningkatnya akses
pembiayaan Koperasi dan
UMKM 25% penguatan KPS
(Kerjasama Pemerintah-
Swasta)
Pertanian Peningkatan penerapan teknologi pertanian dengan
pemanfataan teknologi untuk
meningkatkan hasil produk
pertanian
Dinas Pertanian 99.71% pertanian telah menerapkan teknologi
Pendidikan Meningkatkan jumlah lembaga kursus dan pelatihan
bersertifikat
Meningkatkan e-pembelajaran
SMA dan SMK
Dinas Pendidikan 65% SMA di Semarang telah menerapakan e-pembelajaran
Sumber: RPJMD Kota Semarang 2010-2015
*penggolongan berdasarkan adanya konten ekonomi pengetahuan dalam program SKPD
Rupia
h
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal. 1 - 16
9
Usaha mikro, kecil, dan menengah atau
UMKM merupakan bentuk keterwakilan dari
masyarakat sebagai pemangku kepentingan.
UMKM berperan sebagai pengaplikasi inovasi
teknologi. Menurut data dari Dinas UMKM dan
Koperasi Kota Semarang, pada tahun 2012 ini
UMKM di Kota Semarang terbagi menjadi 4
pengklasteran yaitu klaster handycraft, batik,
pengolahan pangan, dan bandeng. Fungsi dari
klaster ini adalah sebagai bentuk organisasi atau
asosiasi dari para pengusaha UMKM saat
membutuhkan peralatan dan bahan atau berbagi
informasi saat diadakan pameran untuk
mendongkrak produksi.
Di Kota Semarang ini UMKM dan Koperasi
ternyata berkembang cukup pesat. Dilihat dari
data yang dipublikasikan oleh Pemerintah Kota
Semarang, UMKM di Kota Semarang meningkat
dari tahun 2005 hanya 1240 usaha menjadi
10.176 usaha di tahun 2009 atau meningkat
820%. Hal ini menunjukkan ada pertumbuhan
ekonomi yang produktif di kalangan masyarakat
Kota Semarang.
Sumber: RPJMD Kota Semarang 2010-2015
Gambar 8
Peningkatan Jumlah UMKM Kota
Semarang 2005-2009
B. Analisis Profil & Kesiapan
Infrastruktur
Secara umum nilai daya saing infrastruktur
Kota Semarang berdasarkan penilaian pada tahun
2007 masih berada di tingkatan rendah. Kota
Semarang memiliki nilai 4.9 dari skala 1-10.
Indikator yang digunakan sebagai penilaian daya
saing infrastruktur tersebut adalah nilai
ketersediaan jaringan telepon, jalan, dan
perawatan fasilitas. Khusus untuk menganalisis
kesiapan infrastruktur SIDa ini terdapat 4 macam
infrastruktur yang perlu ditinjau yaitu
infrastruktur berbasis teknologi dan informasi
komunikasi (TIK), pelatihan, pendanaan, dan
regulasi.
Infrastruktur TIK, merupakan infrastruktur
yang berbentuk seperti jaringan internet,
telepon, kemampuan mengakses komputer, dan
jaringan listrik. Berdasarkan hasil lembaga survei
independen Yahoo-TNS Net Index Indonesia
tahun 2010, ternyata peningkatan penggunaan
internet di Kota Semarang masuk dalam kategori
tertinggi dibanding kota-kota di Indonesia yaitu
mencapai 11%. Namun, tingkat penggunaannya
masih cukup rendah. Di Tahun 2010, persentase
sampel yang telah menggunakan internet masih
berada di angka 26%, jauh dibanding Medan yang
telah mencapai 40%.
Sumber: Yahoo-TNS Net Index Indonesia 2010
Gambar 9
Persentase Pertumbuhan Internet di
Kota-kota Indonesia
Menurut data dari lembaga survei
independen Yahoo-TNS Net Index Indonesia
tahun 2010, penggunaan internet di Kota
Semarang berada pada 3 besar nasional. Dari 8
kota besar yang tersebar di seluruh Indonesia
sebagai sampel, Semarang di tahun 2009 dan
tahun 2010 mengalami peningkatan jumlah
penggunaan internet yang melonjak tajam yaitu
11% di bawah Makassar dan Palembang.
30.28 24.67
76.87
27.1 19.2
86.1
Telepon Komputer Selular
2009 2010
Sumber: BPS Kota Semarang, 2011
Gambar 10
Persentase Rumah Tangga Mengakses
Teknologi, Informasi, Komunikasi (TIK)
Penggunaan akses TIK di Kota Semarang
meliputi akses pemakaian telepon, komputer,
dan selular cukup bervariasi. Terjadi peningkatan
pada telepon selular.
Infrastruktur Pendidikan dan Pelatihan, dapat
ditinjau dari nilai Indeks Pembangunan Manusia
Kota Semarang. Apabila dibandingkan dengan
Kota/Kabupaten di Jawa Tengah IPM Semarang
menempati urutan kedua di tahun 2009 setelah
Kota Surakarta. Dari keadaan SDM di atas,
analisis mengenai infrastruktur berupa
pendidikan dan pelatihan dapat ditinjau pada
bentuk badan pendidikan non formal atau
dikenal juga dengan Balai Latihan Kerja (BLK)
sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan
% P
en
ingkata
n
JSam
pel
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
10
kualitas SDM penduduk Kota Semarang. BLK
merupakan Unit Pelaksana Tugas (UPT) di
bawah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kota Semarang yang memiliki tupoksi
melaksanakan pelatihan untuk peningkatan SDM
di Kota Semarang.
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2010
Gambar 11
Perbandingan IPM Kota/Kabupaten di
Jawa Tengah Tahun 2009
Infrastruktur Pendanaan, dari tahun 2009
hingga tahun 2012 terdapat tingkat pendanaan
yang fluktuatif. Pada tahun 2012 ini alokasi dana
untuk penelitian cenderung malah menurun.
Berikut ini diambil sampel kerjasama penelitian
yang dilakukan Bappeda.
Sumber: Litbang Bappeda Kota Semarang, 2012
Gambar 12
Peningkatan Jumlah Pendanaan
Penelitian (dalam Rupiah)
Sedangkan untuk keberadaan lembaga pendanaan
untuk masyarakat seperti koperasi jumlahnya
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Persentase
koperasi aktif di Kota Semarang mengalami
kenaikan dari 55,06% pada tahun 2005 menjadi
75% pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 Kota
Semarang telah ditetapkan sebagai Kota
Penggerak Koperasi. Peluangnya sebagai bantuan
pendanaan untuk kegiatan UMKM akan sangat
besar dan bermanfaat.
Sumber: RPJMD Kota Semarang, 2012
Gambar 13
Persentase Koperasi Aktif di Kota
Semarang (dalam %)
Regulasi, sesuai dengan penjelasan yang
telah dijabarkan sebelumnya, regulasi baik
peraturan maupun insentif dalam penerapan
SIDa ini di Kota Semarang belum ada. Untuk
penerapan SIDa, baik provinsi Jateng maupun
Kota Semarang masih berlandaskan pada
Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri No
3 Tahun 2012 dan No 36 Tahun 2012 Tentang
Penguatan Sistem Inovasi Daerah.
C. Analisis Dukungan Kebijakan
Peran kebijakan lokal pada dasarnya adalah
sebagai dasar dalam penetapan tujuan sistem
inovasi daerah. Secara sistematis, peninjauan
kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam
mendukung SIDa melalui RPJMD dapat dilihat
pada tabel berikut:
D. Analisis Dukungan Kebijakan
Peran kebijakan lokal pada dasarnya adalah
sebagai dasar dalam penetapan tujuan sistem
inovasi daerah. Secara sistematis, peninjauan
kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam
mendukung SIDa melalui RPJMD dapat dilihat
pada tabel berikut:
% J
um
alh
Ko
pera
si
Ru
pia
h
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal. 1 - 16
11
Tabel 4
Kebijakan Terkait Inovasi Pada Visi dan Misi RPJMD Kota Semarang 2011-2015 Aspek
Pembahasan Sub-pembahasan Keterangan
Visi - Sesuai dengan visi Kota Semarang yaitu “Semarang Setara” yang di-
ejawantah-kan dalam perumusan visi “Terwujudnya Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa, Yang Berbudaya Menuju Masyakarat Sejahtera”,
unsure yang terkait SIDa tercantum dalam penjelasan aspek:
poin 3 bahwa Semarang terfokus pada pengembangan potensi ekonomi lokal yaitu aspek industri terutama industri kecil dan
menengah berbasis ekonomi kerakyatan (lunpia, batik, bandeng,
industri olahan)
poin 4 pengembangan sarana prasarana penunjang termasuk non fisik
seperti pengembangan SDM, penataan birokrasi, dan penyiapan tenaga
kerja
Misi Pendidikan
Pemerintahan
Kemandirian dan Daya Saing Daerah
Misi yang disusun pada RPJMD 2011-2015 ini memuat beberapa target
yaitu:
Mewujudkan SDM yang berkualitas salah satunya dengan pendidikan
dan penerapan teknologi e-learning. Terdapat juga pengadaan
perpustakaan berbasis teknologi dan informasi
Mewujudkan Pemerintahan Kota Semarang efektif dan efisien,yaitu dengan (1) penerapan e-government dan e-city dengan fokus sasaran
pembangunan ICT pada lingkungan pemerintah Kota hingga 75% (2)
peningkataran kerjasama dengan swasta, pemerintah lokal, provinsi,
pusat, dan luar negeri mencapai 75%
Mewujudkan Kemandirian Daerah di antaranya dengan (1)
pengembangan UMKM dengan peningkatan per tahun 10%, koperasi
aktif 75% (2) Mengembangkan kualitas pariwisata melalui pemanfaatan
teknologi, kelembagaan, obyek wisata dan sarana prasarana pendukung
(3) Kegiatan di bidang perikanan, pertanian, dan lain halnya yang
mengandung kemandirian daerah
Sumber: RPJMD Kota Semarang Tahun 2011-2015
E. Analisis Penilaian Instrumen
Kebijakan
Analisis penilaian ini menggunakan grafik
radar. Berdasarkan penilaian subjektif dari
peneliti dengan mempertimbangkan berbagai
analisis dan kondisi lapangan, maka dapat
diketahui penilaian dari masing-masing variabel
yang digunakan. Skala yang digunakan adalah
skala angka 0-3 dengan nilai terendah 0 dan nilai
tertinggi 3. Nilai rendah bukan berarti
rendahnya kualitas akan tetapi mengindikasikan
tingkat kesiapan.
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 14
Radar Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan memiliki
kecondongan penilaian yang baik pada
perguruan tinggi dan cukup rendah pada
pemerintah. Untuk infrastruktur, penilaian
tertinggi terdapat pada TIK dan pelatihan
karena bentuk infrastrukturnya yang telah ada
dan cukup berkembang dengan baik hingga saat
ini. Dalam hal dukungan kebijakan, beberapa
poin penilaian menunjukan bahwa dalam hal
keterbukaan dan efisiensi kebijakan Kota
Semarang memiliki nilai yang baik.
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 15
Radar Infrastruktur SIDa
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
12
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 16
Radar Kebijakan
F. Analisis Interaksi Pemangku
Kepentingan
Pemangku kepentingan merupakan
instrumen kebijakan dalam penguatan SIDa yang
berperan sebagai subjek penggerak.
Dibandingkan dengan keberadaan infrastruktur
dan dukungan kebijakan, keberadaan pemangku
kepentingan sangat perlu diperhatikan karena
setiap pemangku kepentingan memiliki
kepentingan dan tingkat kesiapan masing-
masing. Oleh sebab itu, keterkaitan antara
kesemuanya sangat diperlukan untuk sinergisitas
dan syarat dari penguatan SIDa.
Tabel 5
Matriks Interaksi Pemangku Kepentingan
Perguruan Tinggi (PT) Swasta Pemerintah UMKM
PT
Belum ada kerjasama yang
bersinergi terkait dengan
pengembangan inovasi
Sw
ast
a belum ada kerjasama yang
bersinergi terkait dengan
pengembangan inovasi
Komersialisasi yang
masih berjalan
sendiri-sendiri
Pem
eri
nta
h
Kerjasama terjalin di beberapa SKPD, Contoh Best Practice:
- Pengembangan Ekonomi
Kreatif oleh Bappeda Kota
Semarang dan PWK
UNDIP)
- Kerjasama Remote
Sensing untuk Potensi
Perikanan Semarang oleh
Dinas Kelautan dan
Perikanan dengan FPIK
UNDiP
Belum ada regulasi khusus (contoh:
insentif dan
disinsentif) yang
mengarahkan
interaksi keduanya
Peraturan yang berhirarki di antaranya:
- Nasional: Peraturan
Bersama Menristek dan
Mendagri No 3 Tahun
2012 dan No 36 Tahun
2012 Tentang Penguatan
SIDa
- Peraturan Direktur
Jenderal HKI No HKI
54.OT.03.01 2012 Tentang
Pemberian insentif
- Provinsi: Roadmap SIDa Jateng
UM
KM
- bentuk kerjasama
pemberian CSR PT pada
UMKM dalam bentuk
teknologi peralatan
- Ada pendampingan PT thd
UMKM (contoh: UNTAG)
bentuk kerjasama
belum terlalu
signifikan dan
berdampak positif
- Pembinaan berupa
pelatihan seperti pelatihan
intranet, koputerisasi
akuntansi, kelembagaan
- Fasilitasi modal oleh Dinas
Koperasi dan UMKM
- Fasilitas promosi berupa
pengadaan pameran
Pembentukan klaster
tertentu (batik,
handycraft, bandeng)
untuk kerjasama
produksi dan
pemasaran, tetapi
belum aktif
Sumber: Analisis Penulis, 2012
G. Analisis Rekomendasi
Untuk mengetahui arahan dan usulan
pengembangan SIDa di Kota Semarang, maka
perlu disusun sebuah alat untuk mensikronkan
antara instrumen kebijakan. Alat tersebut salah
satunya bisa didapat dengan pembuatan matriks
interaksi instrumen kebijakan. Matriks ini
memuat kolom dan baris antara instrumen
kebijakan sehingga dapat dilihat keterkaitan
antara kesemuanya dalam bentuk arahan yang
sesuai. Bentuk usulan keterkaitan tersebut
dapat menjadi sekumpulan poin-poin yang dapat
diambil sebagai sintesa kesimpulan dan
rekomendasi kajian pengembangan SIDa ini di
Kota Semarang.
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal. 1 - 16
13
Tabel 6
Matriks Interaksi Rekomendasi Instrumen Kebijakan Pemangku Kepentingan Infrastruktur Dukungan Kebijakan
Pem
an
gku
Kep
en
tin
gan
- Peningkatan kerjasama
penelitian yang mengarah
inovasi Semarang
- Koordinasi antar Pemkot-Pemprov-Pusat yang bersinergi
- Peningkatan kerjasama
penelitian SKPD – PT dan
terdata rapi sebagai satu
kesatuan pendataan
- pemanfaatan klaster dengan optimal sebagai media untuk
peningkatan produksi terutama
pada klaster yang mendukung
inovasi daerah
Infr
ast
ruktu
r
- Peningkatan penggunaan TIK
dalam administrasi dan
pembelajaran perguruan tinggi
- Percepatan penerapan e-government
- Peningkatan pendanaan
peneltian yang diiringi
peningkatan kuantitas dan
kualitas pendidikan
Du
ku
ngan
Keb
ijakan
- peningkatan peran PT dalam
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di berbagai bidang
- Masuknya unsur SIDa yang diiringi Perda dalam RPJMD
- Peningkatan peran UMKM
dalam program peningkatan
perekonomian Semarang
- Percepatan implementasi sistem
elektronik untuk pelayanan publik
seperti E-KTP, e-ticket untuk
transportasi umum, pelayanan
perizinan, termasuk konversi TIK
dalam pemerintahan sendiri
- Peningkatan pelayanan
telekomunikasi telepon dan
internet terutama di daerah miskin
- Pendataan HAKI di lingkup Kota
Semarang yang berkaitan dengan
pemberian insentif untuk inovasi, bisa bekerja sama dengan
Direktorat Jenderal HKI
- Perlu adanya SK Walikota atau
Perda berkaitan dengan
Penguatan SIDa yang saling
tersinkronisasi dengan
peraturan dari Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Provinsi
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kota Semarang sebagai Ibu Kota Provinsi
memiliki peran yang sangat strategis untuk
dapat didorong menjadi kota yang memiliki
kerangka pengembangan sistem inovasi yang
efektif dan terintegrasi. Dalam arahan SIDa
Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang memiliki
potensi mengembangkan inovasi produk olahan
ikan. Secara umum Kota Semarang telah
memiliki beberapa potensi untuk
mengembangkan SIDa baik dari segi pemangku
kepentingan, hasil-hasil penelitian di universitas
ternama di Semarang yang telah termanfaatkan
oleh masyarakat, dan penyediaan infrastruktur
pendukung inovasi yang sudah cukup lengkap.
Hasil dari temuan penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan
instrumen kebijakan Kota Semarang telah
memiliki penilaian dan kondisi yang cukup baik,
walaupun tentu saja karena belum memiliki
legitimasi hukum, kemanfaatannya masih
memiliki kekurangan
Pemangku Kepentingan yang telah memiliki
dasar aktivitas penguatan SIDa
Keberadaan infrastruktur yang ada telah
cukup mendukung SIDa.
Dukungan kebijakan dalam RPJMD 2011-
2015 yang beberapa telah memuat program
inovasi.
Potensi Pengembangan SIDa di Kota
Semarang sudah tampak
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
14
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 17
Potensi dan Peluang Pengembangan SIDa Kota Semarang
Berdasarkan analisis rekomendasi dan
kesimpulan yang telah disusun, kemudian dapat
dibuat sebuah semacam rekomendasi panduan
atau roadmap untuk pengembangan SIDa di
Kota Semarang. Roadmap ini berguna untuk
menjadi panduan atau arahan dalam
pengembangan SIDa ke depannya di Kota
Semarang. Penyusunan roadmap ini bukan
merupakan roadmap umum, tetapi
penyusunannya berdasarkan kondisi Kota
Semarang saat ini.
Sumber: Analisis Penulis, 2012
Gambar 18
Roadmap (Panduan) Pengembangan SIDa Kota Semarang Berdasar Kondisi Eksisting
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Walikota Semarang dan Kepala Bappeda Kota
Semarang yang telah memberikan dana kegiatan
penelitian melalui Bidang Litbang Bappeda Kota
Semarang tahun 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Jateng. 2012. Roadmap SIDa Jateng.
Semarang.
BPPT. 2011. Naskah Akademik Buku Putih
Penguatan Sistem Inovasi Nasional. Jakarta:
Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan
Teknologi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
Instrumen Kebijakan sudah cukup lengkap:
Perguruan tinggi yang telah memiliki spesialisasi penelitian
Swasta yang telah mampu mengkomersialisasi produk
Pemerintah yang telah mencantumkan inovasi pada kebijakan lokal secara inplisit
UMKM yang terus berkembang
Keberadaan infrastruktur TIK yang sudah cukup memadai
Sarana pelatihan yang telah disediakan oleh Dinas Tenaga
Kerja
Adanya pendanaan penelitian
Permasalahan:
“Pemanfaatan dan
pemahaman yang
belum memadai atau
kurang optimal”
1. Pemahaman dan Edukasi SIDa yang
perlu diterapakan dan dilatih pada seluruh
pemangku kepentingan. Bentuk kegiatan bisa
berupa workshop, FGD, dll
2. Mebangun Penguatan Sistem
Inovasi Daerah yang mengacu pada Buku
Putih Sistem Inovasi oleh BPPT
3. Pelaksanaan SIDa dengan menerapkan
program kerja yang mengutakaman inovasi
teknologi dan memanfaatkan ekonomi
pengetahuan dan diiringi dengan controlling
pelaksanaan
Potensi Penelitian perguruan tinggi di
Semarang telah banyak dihasilkan
Fasilitas infrastruktur yang tersedia
Kebijakan pusat tentang SIDa yang telah ada
Pengakuan untuk Pemkot Semarang yang inovatif melalui IGA Award
SDA berupa perikanan yang sangat potensial
Peluang Mengembangkan penerapan
penelitian yang tepat guna untuk meningkatkan produktifitas masyarakat (UMKM)
Kemudahan untuk mempromosikan produk-produk inovatif lokal melalu internet
Pengembangan klaster SIDa yang utama yaitu pengolahan ikan, yang didukung dengan bidang lain (batik Semarangan, pengolahan pangan, handycraft)
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal. 1 - 16
15
BPS Kota Semarang. 2011. Semarang dalam
Angka Tahun 2010.
Dawkins, C.J. 2003. “Regional Development
Theory: Conceptual Foundations, Classic
Works, and Recent Developments”.
Journal of Planning Literature, 18 (2):
131‐172.
Douglass, M. 1998. A Regional Network Strategy
for Reciprocal Rural .Urban Linkages: an
Agenda for Policy Research with Reference
to Indonesia, Third World Planning Review,
20 (1), pp. 1‐25.
Friedmann, J. and W. Alonso (eds.) 1975.
Regional Development and Planning:
Readings in Theory and Applications. Ch.
37, “Regional Development Planning:
The Progress of a Decade”, pp. 792‐808.
Cambridge : MIT Press.
Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan
Teknologi dan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia No 3 Tahun 2012.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kota Semarang 2010-2015.
Taufik, Tatang A. 2005. Pengembangan Sistem
Inovasi Daerah: Perspektif Kebijakan.
Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan
Teknologi Pengembangan Unggulan
Daerah dan Peningkatan Kapasitas
Masyarakat, Deputi Bidang Pengkajian
Kebijakan Teknologi, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Sumber Website:
http://dinus.ac.id
http://english.busan.go.kr/02government/04_09.j
sp
http://lppm.undip.ac.id
http://sidajateng.com
http://unika.ac.id
http://unissula.ac.id
http://unnes.ac.id
http://usm.ac.id
Kajian Pengembangan Sistem Inovasi
Daerah (SIDa) Kota Semarang (Wiwandari Handayani dkk)
16