APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI...

14
Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14 *) Staf pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro Semarang Ketua labo/cluster Eco-Tropical Home FT.Undip Telp. 081325514192, [email protected] APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI KOTA SEMARANG : SEBUAH STUDI AWAL Eddy Prianto *) Abstract The climate of Semarang that caracterized by dry and hot temperature,low humidity causes the use of air conditioning system in the residential building to obtain indoor thermal comfort. The rise of electricity rate will give a significant effect to the society, the strategy of domestic electricity consumption to be more effeicient is needed. The Government must make a policy as the Goverment Goodwill to realize the attention of electricity consumption efficiency as the experience of the neighbouring country, Malaysia. The efficiency of elecricity consumption was applied in the vision of City in the Garden. It is the government obligation to exemplify the pattern of energi saving to solve the issueof energi crisis. Related previous studies proved building design caused a squanderring of electricity consumption that harmed the environment. One of environmental friendly elements on building design is the application of greenwall.The initial experiment of this study carried out by creeping the plant up the wall of building model. The temperatur of building walls was hourly measured along the day. The result of this study found that creeped plant up the wall building decrease 2 0 C of the indoor temperature. The application of greenwall showed the indoor temperature was lower the outdoor. The second result found that the decrease of indoor temperature was also influence by the planted area. The most effective place of the planted area is in middle of vertical wall. Keywords : greenwall, creeping plant, thermal comfort, official building, Semarang Pendahuluan Pada skala nasional, konsumsi terbesar dari energi listrik ada pada sektor rumah tangga (40%), disusul sektor industri (37%), sektor komersial (17%) dan sektor publik (6%). Pemakaian listrik setiap tahun mengalami peningkatan, rata-rata peningkatan seluruh sektor sekitar 3%-13%, kecuali sektor industri yang terus mengalami penurunan sekitar 9%. (Pusdatin ESDM, 2013), (Prokum.esdm, 2013). Usaha efisiensi energi rupanya „tidak berhasil‟ karena secara paralel „stok‟ sumber listrik dari tahun 2004 hingga 2012 juga terus bertambah dengan rata-rata kenaikan 6% pertahun. Artinya secara umum dapat dikatakan mengalami defisit 7% pertahun (penyediaan hanya 6%, tapi kenaikan permintaan 13%). Atau dapat kita asumsikan bahwa „efisiensi‟ akan dikatakan „berhasil‟ bilamana stok listrik nasional tetap tapi konsumsi pemakaian pertahunnya justru turun, bukan sebaliknya. Keempat sektor tersebut sangat dekat dengan dunia perencanaan dan perancangan arsitektur. Bilamana sektor-sektor tersebut secara serempak bisa menekan kenaikan, maka dapat dikatakan efisiensi energi listrik tercapai. Pada skala mikro konsumsi energi listrik dalam rumah tinggal, dari hasil penelitian sebelumnya (Prianto, 2007, 2010, 2011, 2012, 2013), ternyata konsumsi energi listrik dalam rumah tinggal di daerah tropis rata-rata mencapai 40% beban total yang dibutuhkan untuk mendinginkan ruangan dari akumulasi panas udara dalam ruangan, dimana 80% beban panas dalam rumah tinggal dipengaruhi disain envelope-nya (disain dinding dan atap rumah tinggal). Sedangkan serapan energi listrik dalam sektor bangunan tingkat nasional sekitar 36%- 45% (Priatman, 2002). Gambar 1 Rata-Rata Konsumsi Listrik Nasional Pertahun dari Keempat Sektor Tahun 2004-2012 Bilamana bangunan pemerintah, dengan catatan frekuensi pemakaian listriknya digunakan untuk kegiatan perkantoran, dan aktifitas tersebut sebagaian besar dilakukan pada siang hari saja (jarang perkantoran di Indonesia beroperasional pada malam hari), maka bangunan ini akan dapat mengefisienkan energi listrik dengan cara disain “pasif cooling”. Dengan demikian, kesan aparat menjadii „panutan‟ bagi masyarakat kotanya akan nyata keperduliannya, tentu tanpa harus mengurangi tingkat kenyamanan saat bekerja.

Transcript of APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI...

Page 1: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14

*) Staf pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro Semarang Ketua labo/cluster Eco-Tropical Home FT.Undip

Telp. 081325514192, [email protected]

APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH

DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI KOTA

SEMARANG : SEBUAH STUDI AWAL

Eddy Prianto*)

Abstract

The climate of Semarang that caracterized by dry and hot temperature,low humidity causes the use of air

conditioning system in the residential building to obtain indoor thermal comfort. The rise of electricity rate will

give a significant effect to the society, the strategy of domestic electricity consumption to be more effeicient is

needed. The Government must make a policy as the Goverment Goodwill to realize the attention of electricity

consumption efficiency as the experience of the neighbouring country, Malaysia. The efficiency of elecricity

consumption was applied in the vision of City in the Garden. It is the government obligation to exemplify the

pattern of energi saving to solve the issueof energi crisis. Related previous studies proved building design caused a

squanderring of electricity consumption that harmed the environment. One of environmental friendly elements on

building design is the application of greenwall.The initial experiment of this study carried out by creeping the

plant up the wall of building model. The temperatur of building walls was hourly measured along the day. The

result of this study found that creeped plant up the wall building decrease 20C of the indoor temperature. The

application of greenwall showed the indoor temperature was lower the outdoor. The second result found that

the decrease of indoor temperature was also influence by the planted area. The most effective place of the

planted area is in middle of vertical wall.

Keywords : greenwall, creeping plant, thermal comfort, official building, Semarang

Pendahuluan

Pada skala nasional, konsumsi terbesar dari

energi listrik ada pada sektor rumah tangga

(40%), disusul sektor industri (37%), sektor

komersial (17%) dan sektor publik (6%).

Pemakaian listrik setiap tahun mengalami

peningkatan, rata-rata peningkatan seluruh

sektor sekitar 3%-13%, kecuali sektor industri

yang terus mengalami penurunan sekitar 9%.

(Pusdatin ESDM, 2013), (Prokum.esdm, 2013).

Usaha efisiensi energi rupanya „tidak berhasil‟

karena secara paralel „stok‟ sumber listrik dari

tahun 2004 hingga 2012 juga terus bertambah

dengan rata-rata kenaikan 6% pertahun. Artinya

secara umum dapat dikatakan mengalami defisit

7% pertahun (penyediaan hanya 6%, tapi

kenaikan permintaan 13%). Atau dapat kita

asumsikan bahwa „efisiensi‟ akan dikatakan

„berhasil‟ bilamana stok listrik nasional tetap tapi

konsumsi pemakaian pertahunnya justru turun,

bukan sebaliknya.

Keempat sektor tersebut sangat dekat

dengan dunia perencanaan dan perancangan

arsitektur. Bilamana sektor-sektor tersebut

secara serempak bisa menekan kenaikan, maka

dapat dikatakan efisiensi energi listrik tercapai.

Pada skala mikro konsumsi energi listrik

dalam rumah tinggal, dari hasil penelitian

sebelumnya (Prianto, 2007, 2010, 2011, 2012,

2013), ternyata konsumsi energi listrik dalam

rumah tinggal di daerah tropis rata-rata

mencapai 40% beban total yang dibutuhkan

untuk mendinginkan ruangan dari akumulasi

panas udara dalam ruangan, dimana 80% beban

panas dalam rumah tinggal dipengaruhi disain

envelope-nya (disain dinding dan atap rumah

tinggal). Sedangkan serapan energi listrik dalam

sektor bangunan tingkat nasional sekitar 36%-

45% (Priatman, 2002).

Gambar 1

Rata-Rata Konsumsi Listrik Nasional

Pertahun dari Keempat Sektor

Tahun 2004-2012

Bilamana bangunan pemerintah, dengan

catatan frekuensi pemakaian listriknya digunakan

untuk kegiatan perkantoran, dan aktifitas

tersebut sebagaian besar dilakukan pada siang

hari saja (jarang perkantoran di Indonesia

beroperasional pada malam hari), maka

bangunan ini akan dapat mengefisienkan energi

listrik dengan cara disain “pasif cooling”. Dengan

demikian, kesan aparat menjadii „panutan‟ bagi

masyarakat kotanya akan nyata keperduliannya,

tentu tanpa harus mengurangi tingkat

kenyamanan saat bekerja.

Page 2: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Aplikasi Green Wall pada Gedung Pemerintah

dalam Menciptakan Kenyamanan di

Kota Semarang : Sebuah Studi Awal (Eddy Prianto)

2

Bagaimana Peran Pemerintah terhadap

Gerakan Hemat Energi ?

“Goverment Good‟, mungkin istilah yang

tepat dari niat pemerintah untuk mewujudkan

langkah penghematan energi ini. Sebenarnya kita

dapat lihat kemauan Pemerintah Singapura

dengan salah satu visinya “City in the Garden”.

Nyuk Hien Wong dan kawan-kawan dari School

of Design and Environment, Nasional University of

Singapura yang bekerjasama dengan pihak

Building and Construction Autority (BCA) pada

proyeknya CUGE ( The Centre for Urban Greenery

and Ecology, menyatakan bahwa pemakaian VGS

(Vertical Greenery Systems) yang diterapkan pada

skala bangunan akan sangat signifikan

menurunkan suhu lingkungan perkotaan (Wong

et all, 2010). Sesuatu yang tidak mungkin

diterapkan di Semarang ? Lalu bagiamana

sebaiknya Pemerintah Kota Semarang yang

merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah dalam

menerapkan VGS di gedung pemerintahan atau

usaha menwujudkan pen-“setara”-an dari bagian

Kota Semarang terhadap Negara Singapura.

Gambar 2

Visualisasi Perbedaan Suhu Permukaan

Bidang pada Gedung Antara yang Sudah

Dilapisi Tanaman (Bawah) dan yang

Belum (Atas) (Leong, 2007)

Tren menghadirkan rancangan rumah

ramah lingkungan ataupun green building

seyogyanya bukan sebatas slogan. Masyarakat

membutuhkan bukti atau bentuk nyata, bukan

sekedar impian. Terapan elemen soft (tanaman)

di lingkungan atau pada desain bangunan di

negara beriklim tropis bukan hal yang asing bagi

masyarakat kita. Memberi masukan bahwa

seberapa besar kehadiran elemen tanaman

memiliki peran dalam mengefisienkan energi

listrik, menjadi tujuan dari penelitian ini.

Pembungkus bangunan (envelope) terdiri

dari dinding dan atap. Bidang terluas yang selalu

terkena sinar matahari sepanjang hari adalah

suatu bidang dinding bangunannya. Dan dinding

yang terkena radiasi matahari tersebut akan

menjadi panas dan meneruskan panasnya ini

kedalam ruangan (Lippsmeier, 1994). Elemen

isolator yang ramah lingkungan yang dapat

meredam panas tersebut adalah kehadiran

tanaman. Kami di Laboratorium Teknologi

Bangunan-Cluster Eco-Tropical Home Jurusan

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro, sejauh ini sedang berkonsentrasi

pada penelitian yang terkait envelope bangunan

yang ramah lingkungan, khususnya terkait

dengan efisiensi energi listrik yang telah di-

planning-kan dalam Roadmap Penelitian Rumah

Tropis Hemat Energi. Langkah mendekatkan

hasil penelitian pada penyelesaian masalah di

lapangan tentunya langkah verifikasi hasil perlu

dijadikan langkah berikutnya, terutama

dicobakan dan diterapkan pada bangunan

pemerintahan di Kota Semarang.

Gambar 3

Tampilan Ragam Disain Arsitektral yang

Ber-Greenwall, Salah Satunya Gedung

yang Ada di Kota Semarang (Gedung

Pertamina)

Green Building dalam Penelitian

Arsitektural

Saat ini dunia disibukkan dengan

permasalahan global warming dan krisis energi.

Namun perlu kita ketahui bahwa jauh sebelum

dunia ramai membicarakan tentang global

warming dan penghematan energi, nenek

moyang kita telah menerapkan konsep-konsep

desain yang ramah terhadap lingkungan atau kita

Page 3: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14

3

lebih mengenalnya sebagai local wisdom (kearifan

lokal). Kemudian pada tahun 1980-an para

arsitek Indonesia bergelut dengan topik

Arsitektur Tropis yang tujuannya adalah

pemanfaatan kondisi alam Indonesia yang berada

pada iklim tropis yang akan sangat

menguntungkan pada aspek penghematan energi

pada bangunan. Sekarang ini dari konsep

arsitektur tropis, kemudian munculah konsep

Green Architecture dan Sustainable Architecture

dimana sebuah produk arsitektur sebisa

mungkin tidak memberikan dampak negatif

terhadap lingkungannya. Dan kesadaran akan

pentingnya pendekatan yang terintegrasi antar

beberapa bidang studi sangat diperlukan untuk

menghasilkan inovasi desain yang mendukung

terciptanya Green Building maupun Sustainable

Architecture. Dan salah satu cara dalam

mendesain sebuah bangunan yang ramah

lingkungan (Green Building) adalah dengan

menerapkan prinsip Low Carbon Design Aim.

Menurutnya, Low Carbon Design Aim adalah

menyediakan kenyamanan dari segi kesehatan

yang sesuai dengan kebutuhan penggunanya dan

juga meminimalisir dampak terhadap lingkungan.

(Karsono, 2010). (Poonia, 2011).

"Desain arsitektur rumah yang respek

terhadap kondisi iklim setempat, sinar matahari

dan gerakan udara untuk kenyamanan penghuni

dalam beraktifitas merupakan satu langkah maju.

Rumah tropis hemat energi juga bentuk

tanggapan atas konteks sosial yang terjadi, yaitu

krisis listrik, gerakan hemat listrik, dan

pemanasan global" (Satwiko, 2005).

Konstribusi efisiensi energi listrik secara

alamiah dan ramah lingkungan, salah satu

referensi penelitian adalah aplikasi greenwall.

Beberapa penelitian terkait dengan greenwall

dalam kontribusinya dengan kenyamanan

thermal dan efisiensi energi :

Terkait tingkat kerapatan tanamannya,

besarnya pengurangan temperatur

tergantung pada luas daun, geometri,

kerapatan dedaunan, warna vegetasi, dan

pengaruh bayangan daun. Hasil penelitian

terkait kerapan tanaman di Singapura

membuktikan bahwa penurunan suhu

tertinggi terjadi pada dedaunan dengan

kerapatan tertinggi pada aplikasi greenwall

dan spesies tanaman berdaun merah

Repanda hemigraphis memiliki suhu yang

lebih rendah dibandingan tanaman hijau

lainnya (Wong et al., 2010).

Terkait kajian ekonomi (dari kumpulan

beberapa penelitian di Asia), ternyata

penerapan sistem greenwall dapat

meningkatkan nilai tambah dari bangunan,

misalnya meningkatkan nilai aset,

meningkatkan citra dan reputasi, dan

meningkatkan kemampuan pasar yang

kompetitif (Bay et all, 2006) (KenYeang,

2013)

Terkait dengan efisiensi ruang dan aktifitas,

hasil penelitian dari pengaplikasian sistem

greenwall lebih efektif bila dibandingkan

dengan roofgarden. Karena area top floor

sering digunakan sebagai tempat untuk

meletakkan instalasi utilitas seperti AHU,

tandon air dan panel surya. Sedangkan area

untuk vertical garden lebih luas, karena kita

dapat memanfaatkan seluruh permukaan

dinding (Cheng et al, 2010).

Terkait aspek ekologi dan efisiensi energi,

salah satu penelitian membuktikan juga

bahwa bangunan yang diselubungi tanaman

dengan sistem greenwall dapat memberikan

manfaat terhadap ekologi dan lingkungan,

baik untuk skala perumahan, kota maupun

skala yang lebih besar. Selain itu aplikasi

greenwall akan memperbaiki kualitas udara

dan mengurangi polusi udara. Terlebih lagi,

greenwall dapat mengurangi efek Urban Heat

Island (UHI), sehingga akan memberikan

kenyamanan thermal secara alami pada

bangunan dan memungkinkan untuk

penghematan energi (Perini et al, 2012).

Enam (6) parameter dasar Green

Architecture versi LEED (GBCI, 2013) (LEED,

2013). salah satunya adalah efisiensi energi.

Terkait dengan efisiensi energi di daerah tropis

menurut Ken Yeang yaitu : 1). aspek oriantasi

bangunan, 2). disain pelapis bangunan ( jenis

glazing, shading disain, material dinding dan rasio

bukaan terhadap dinding), 3). penerangan, 4).

beban peralatan dan 5). sistem ventilasi dan 6).

pendinginan (Massantoso, 2001).

Sebagian besar bangunan tropis, seperti di

Kota Semarang ini, kebutuhan alat pendingin

ruangan elektronik sudah merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dalam menciptakan

suasanan nyaman dalam ruangan. Hal ini

disebabkan usaha untuk menghalau akumulasi

panas yang berlebihan dan terkumpul dalam

bangunan. Persentase kebutuhan energi listrik

akan semakin meningkat bila kita tidak

melakukan strategi konfigurasi disain kulit

bangunan. Karena dalam suatu penelitian

diketahui bahwa beban panas karena kulit

bangunan (skin load dominated) mempengaruhi

80% suhu interior rumah tinggal.

Manfaat dari kehadiran dan penerapan

Green Building akan memberi keuntungan sebagai

berikut (GBCI, 2013) (LEED, 2013):

Penurunan energi bisa mencapai 30%

Penurunan karbon mencapai 35%

Penurunan konsumsi air sekitar 30-50%

Dan yang terpenting penurunan biaya

operasional perawatan bisa mencapai 50-

90%.

Page 4: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Aplikasi Green Wall pada Gedung Pemerintah

dalam Menciptakan Kenyamanan di

Kota Semarang : Sebuah Studi Awal (Eddy Prianto)

4

Visualisasi tampilan keuntungan bangunan

berlabel Green dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 4

Manfaat dari Bangunan yang Menerapkan

Konsep Green Building Versi Leed. (Gbci,

2013) (Leed, 2013)

Desain Gedung Pemerintah Hemat

Energi

Menurut Satwiko (2005) energi adalah

kemampuan untuk mengerjakan sesuatu. Energi

dapat ditemukan dalam beragam bentuk, seperti

energi kimia, energi listrik, energi cahaya, energi

panas, energi mekanik, dan energi nuklir.

Hukum kekekalan energi menyebutkan bahwa

energi tidak dapat dimusnahkan dan diciptakan.

Dia hanya dapat berubah-ubah bentuk.

Sedangkan energi listrik itu sendiri sudah

dianggap sebagai sumber energi sekunder

setelah matahari. Sifat energi listrik yang luwes

menjadikannya untuk mampu diaplikasikan

dalam segala bidang perencanaan arsitektur.

(Satwiko, 2005)

Definisi arsitektur hemat energi, dapat

dikatakan bahwa desain hemat energi diartikan

sebagai perancangan bangunan untuk

meminimalkan penggunaan energi tanpa

membatasi fungsi bangunan maupun

kenyamanan ataupun produktivitas penghuninya.

“Designing building to minimize the usage of energi

without constraining the building function nor the

comfort of productivity of occupants..”. Pernyataan

ini sesuai dengan pedapat Karsono (2007), yang

mengatakan bahwa Arsitektur Hemat Energi

adalah kondisi dimana energi dikonsumsi secara

hemat (minimal), tanpa harus mengorbankan

kenyamanan fisik manusia. Pendekatan

perhitungan panas dalam ruangan dapat dihitung

bilamana kita menggunakan persamaan tranfert

panas, baik secara konveksi, konduksi bahkan

radiasi. (Henrich, 2005) (

Perancangan sebuah bangunan yang hemat

energi merupakan salah satu aspek dalam

mewujudkan arsitektur berkelanjutan.

“Ecological design, is bioclimatic design, design with

the climate of the locality, and low energi design.”

(KenYeang, 2013) . Beliau menekankan

perancangan pasif yang berbasis pada integrasi

kondisi ekologi setempat, iklim makro dan

mikro, kondisi tapak, program bangunan,

konsep design dan sistem yang tanggap pada

iklim, penggunan energi yang rendah.

Perancangan pasif menekankan pada kondisi

iklim setempat, dengan mempertimbangkan:

konfigurasi bentuk bangunan dan perencanaan

tapak, orientasi bentuk bangunan (fasad utama

dan bukaan), desain fasad (termasuk jendela,

lokasi, ukuran dan detail), perangkat penahan

radiasi matahari (tritisan atau sunshading pada

fasad), perangkat pasif siang hari, warna dan

bentuk selubung bangunan, tanaman vertikal,

serta faktor angin dan ventilasi alami.

Penerapan Rancangan Pasif-Disain adalah

merupakan cara penghematan energi melalui

pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu

tanpa mengkonversikan energi matahari menjadi

energi listrik (Satwiko, 2005). Rancangan pasif

lebih mengandalkan kemampuan arsitek,

sehingga rancangan bangunan dengan sendirinya

mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim

luar, dengan mengandalkan kemampuan

perancang untuk mengantasi fluktuasi iklim luar

melalui solusi arsitektural.

Metoda Penelitian

Alat Ukur yang Digunakan

Dalam penelitian ini digunakan 3 (tiga) alat

ukur konvensional (lihat gambar di bawah).

Dikatakan konvensional, karena secara teknis

pelaksanaan di lapangan masih mengandalkan

tenaga pengukur yang akan bekerja 24 jam non

stop setiap hari dan melakukan pengamatan

secara cermat di setiap jamnya. Kelebihan dari

metodologi ini, akan didapatkan data ukur yang

lebih riil dan cermat tanpa takut kekeliruan

karena kesalahan pemasangan alat ukur. Untuk

tahap verifikasi hasil pengukuran dapatan

dilakukan beberapa cara, diantaranya

pengukuran lapangan juga dengan menggunakan

perangkat ukur lain (thermo-couple), model

matematika, pengukuran di dalam laboratorium

(menggunakan wind tunnel), bahkan verifikasi

hasil penelitian antar peneliti lain.

Page 5: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14

5

a b c

Gambar 5

Ragam Peralatan yang Digunakan dalam

Penelitian : Infrared Thermometer,

Light-Meter Dan Termo-Higro Clock

Sketsa Rekonstruksi Model Rumah Uji

Pada tahap awalnya dilakukan pengukuran

terhadap sebuah rumah model di atas rel putar

langsung di lapangan (in-situ) yang ada di Jurusan

Arsitektur Undip Semarang, secara paralel juga

dilakukan studi typomorphologi jenis tanaman

rambat yang adaptif di kota Semarang.

Gambar 6

Rekonstruksi Persiapan Pengukuran

Rumah Green

Prinsip metoda pengukuran lapangan ini

adalah mengkaji efek panas dari akibat pancaran

sinar matahari sepanjang hari terhadap dinding

yang dilapisi suatu tanaman rambat.

Model rumah uji coba berupa rumah

miniatur berukuran 1.00 m x 1.00m x 1.00m,

dengan skala ketebalan dinding-dindingnya 1:1.

Artinya, dimensi dan bahan pembentuk rumah

menggunakan bahan bangunaan riil seperti batu

bata dan bahan penutup atap ukuran

sebenarnya. Model ini telah digunakan untuk

beberapa percobaan sebelumnya, seperti peran

dan pengaruh warna dinding, ragam batu alam

hingga ragam material penutup atap (Prianto,

2010, 2011)

Gambar 7

Rumah Model Diatas Meja Putar: Kondisi

Awal (Kiri), Kondisi Telah Dilapisi

Tanaman (Kanan)

Kendala cuaca harian dalam penelitian ini

harus didapatkan cuaca kota Semarang yang

cerah dan tidak berawan. Semenjak awal tahun

2013, kondisi cuaca di kota Semarang dan

sekitarnya tidaklah tentu, sehingga pilihan hari

sangat tergantung dari ramalan cuaca.

Tahap Persiapan dan Pengukuran Rumah

Model Pembanding

Untuk mendapatkan data suhu permukaan

dinding-dinding dari rumah model ini,

pengukuran dilakukan dengan alat ukur (infra

red thermometer), dimana telah ditentukan 38

titik ukur yang mewakili tiap sudut dinding

bangunan hingga titik ukur pada permukaan atap

dan lantainya. Posisi titik ukur terletak pada

bidang dinding, atap, lantai dan plafon, dengan

posisi sebagai berikut:

Di setiap posisi dinding interior dan

eksteriornya, terdapat 4 titik ukur (jarak

dari lantai setinggi 0,15m; 0,30m; 0,60m

dan dibawah bayang-bayang atap/tritisan

Pada bidang atapnya, 1 (satu) titik di bagian

atas dan 1 (satu) titik dibagian bawah/

terlindung), baik pada posisi atap bagian

depan ataupun bagian belakang.

Pada bagian interiornya terdapat 1 (satu)

titik pada bagian plafond dan 1(satu) titik

pada bagian lantai.

Profil suhu permukaan material tersebut

diamati pada setiap jam selama sehari penuh (12

jam) dengan pengukuran setiap rentang 60-

menit/1jam. Dan dalam setiap pengambilan suhu

pada tiap titik dilakukan selama 3 kali

„tembakan‟, hal ini dimaksudkan agar kesalahan

pengambilan di tahap pertama dapat di hindari.

Page 6: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Aplikasi Green Wall pada Gedung Pemerintah

dalam Menciptakan Kenyamanan di

Kota Semarang : Sebuah Studi Awal (Eddy Prianto)

6

Gambar 8

Ketinggian Titik Ukur pada Bidang

Dinding dari Rumah Uji Awal (Kiri) dan

Rumah Uji Telah Dilapisi Tanaman

(Kanan)

Selain suhu permukaan dinding-dindingnya,

juga dilihat profil dari kelembaban ruang luar

dan ruang dalam, dan yang terpenting adalah

suhu rata-rata interior ruangan sebagai

akumulasi panas dari dinding-dindingnya. Untuk

kesemua ini digunakan alat ukur light-meter dan

thermo-higro clock.

Façade utama diposisikan selalu

menghadap arah datang sinar matahari dari pagi

hingga sore, hal ini sangat memungkinkan

karena model diletakan di atas rel putar yang

dapat diputar 360. Maksud dari penempatan sisi

bangunan yang harus selalu menghadap ke arah

datang sinar matahari adalah agar didapatkan

kondisi yang ekstrim dari suatu bidang envelope

yang selalu terkena sinar matahari. Untuk itu,

posisi bangunan/ facade utama pada pagi hari

Pk.06.00 diarahkan timur, dan pada setiap

jamnya facade akan diputar hingga pada sore

hari facade sudah pada posisi menghadap ke

Barat.

Kondisi rumah model yang belum dilapisi

oleh tanaman, akan diukur terlebih dahulu. Hal

ini dilakukan untuk mendapatkan data ukur

kondisi ‟awal‟. Untuk itu perbedaan cuaca pada

hari pertama dan hari berikutnya diharapkan

tidak terlalu berbeda ekstrim.

Data hasil pengukuran tahap awal ini akan

digunakan sebagai pembanding dengan data

pengukuran berikutnya. Nilai besaran tentunya

tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk kondisi riil,

karena rumah model ini memang dibuat secara

miniatur.

Deskripsi fisik dari rumah model uji coba

tahap awal adalah sebagai berikut :

Ukuran model : 1.00m x 1.00m x 1.00m

Bahan atap : asbes

Model atap : tradisional joglo

Bahan dinding : bata ukuran reel

Lubang jendela pada facade utama :

porosity 30% (Prianto, 2002, 2005)

Lantai : keramik putih

Plafon : asbes

Letak lubang jendela miniatur : inlet pada

bagiaan depan dan outlet pada bagian

belakang

Tahap Pengukuran greenwall

Dua langkah yang dilakukan pada tahapan

studi typomorphologi tanaman rambat untuk

Kota Semarang. Pertama dilakukan survey

lapangan / taman rambat dibeberapa tempat di

Kota Semarang, dengan mengamati tipe-tipe

jenis tanaman apa saja yang pada umumnya

masyarakat gunakan untuk menutupi dinding

bangunan/ bagian dari rumah. Di Kota

Semarang, lepas tepat tidaknya dari konsep

penerapan greenwall, kita dapat jumpai

terapannya di gedung Pertamina di Jalan

Thamrin Semarang. Kedua, dilakukannya survey

jenis tanaman dengan melakukan wawancara

dan pengamatan pada penjual/ ahli taman di

kawasan penjual tanaman Kalisari Semarang

Barat.

Gambar 9

Ragam Tanaman yang Memungkinkan

Ditempel pada Dinding Bangunan di Kota

Semarang

Untuk penelitian awal ini, pada akhirnya

dengan pertimbangan harga tanaman, biaya

pemasangan hingga waktu pelaksanaan di cuaca

yang tidak tentu ini, akhirnya dipilih sebuah

tanaman untuk diujicobakan ditempelkan pada

rumah uji. Dan tentunya pada penelitian

kelanjutan akan lebih di variasikan jenis tanaman

serta skala pengukurannnya.

Page 7: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14

7

a b

c d

e f

g h

i

Gambar 10

Proses Pemasangan Tanaman Dinding

Vertikal (Rumput) pada Rumah Model a)

tanaman ditaruh dalam media/kertas dan

diikat, b) tampilan tanaman yang siap di

pasang pada dinding, c) pemasangan

bidang tanaman pada model, d)

penyempurnaan tanaman pada seluruh

dinding model, e) Rumah greenwall siap

diukur, f) façade utama yang diarahkan

pada arah datang sinar, g) posisi model

tepat dibawah terik matahari pk 12.00, h)

tim sedang melakukan pengukuran

secara konvensional, i) dua kondisi

tanaman yang diukur (di bawah pancaran

sinar dan bagian yang

terlindungi/bayangan atap)

Pengukuran pada tahap dua ini, dilakukan

pada model yang sama, dimana keseluruhan

dindingnya telah dilapisi tanaman.

Beberapa pertimbangan dalam memilih

jenis tanaman yang akan ditempelkan pada

dinding rumah model uji coba ini adalah

terpilihlah tanaman jenis rumput-rumputan

dengan pertimbangan sebagai berikut :

Pertama : keberadaan/ kesiapan tanaman

rumput ini memiliki ketebalan media

tanam/tanah yang relatif sama, sekitar 3 – 4

cm. Kami membeli di kawasan penjualan

tanaman hias di Kota Semarang, dimana

tanaman rumput telah di kemas dengan

ukuran sekitar 1.00m2 tiap paket.

Kedua : kondisi awal dari jenis rumput ini

secara fleksibel dapat dipilih, artinya kami

membutuhkan kondisi yang hidup/segar dan

memiliki waktu relatif cukup singkat untuk

langsung dipasang dan diukur pada media

rumah model (tidak memerlukan waktu

lama, untuk menunggu kondisi tanaman

rambat ini hidup dengan baik di media

dinding uji coba.

Ketiga : pada kesempatan penelitian awal

ini, kami mencoba mengambil 1 (satu)

sampel terlebih dulu (lapisan rumput).

Sehingga pilihan tanaman standar ini dapat

digunakan pula sebagai pembanding

terhadap ragam tanaman rambat lainnya.

Dan hal ini menjadi salah satu

rekomendasi kami nantinya untuk kelanjutan

topik penelitian ini. Adapun deskripsi tampilan

rumah model yang terlapisi tanaman adalah

sebagai berikut :

Ukuran model : 1.00m x 1.00m x 1.00m

Bahan atap : asbes (tetap)

Model atap : tradisional joglo (tetap)

Seluruh bahan dinding : bata ukuran riil +

dilapisi tanaman dengan ketebalan 4 cm

dari permukaan dinding awal (terdiri dari

lapisan media pengikat/kertas karton,

lapisan tanah dan badan rumput)

Letak lubang jendela miniatur : inlet pada

bagiaan depan /pada facade utama dengan

porosity 30% (tetap) dan outlet pada

bagian belakang

Lantai : keramik putih (tetap)

Plafond : asbes (tetap)

Page 8: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Aplikasi Green Wall pada Gedung Pemerintah

dalam Menciptakan Kenyamanan di

Kota Semarang : Sebuah Studi Awal (Eddy Prianto)

8

Teknik pemasangan tanaman rambat

dengan kondisi harus cepat dan tepat, tidaklah

semudah yang dibayangkan. Karena karakter

tanaman beserta medianya (tanah) tidak mudah

untuk diposisikan secara vertikal. Beberapa

penelitian terdahulu yang terkait juga telah

dilakukan walau sebatas pemahaman media

pengikat/penyatu untuk penempelalan tanaman.

Bagaimana memposisikan /memilih media tanam

untuk jenis rerumputan ini perlu ditindaklanjuti.

Secara prinsip, inovasi penanaman ini akhirnya

kami dapatkan dengan mengikat setiap ukuran

rumput 0.20m x 0.30m pada masing-masing

ukuran dinding. Setelah seluruh dinding

terselimuti, kami memerlukan waktu semalam

sebelum dilakukan pengukuran selanjutnya.

Sebagaimana teknis pengukuran yang

dilakukan pada tahap sebelumnya, bahwa

tahapan awal pengukuran ini dilakukan dengan

menempatkan facade utama rumah model

diposisikan menghadap ke timur (ke arah

datangnya sinar matahari pagi) hingga sore hari.

Perbedaan ketinggian titik ukur pada

bidang dinding (diposisikan 4 titik ukur dengan

jarak dari lantai setinggi 0,15 m; 0,30 m; 0,60 m

dan di bawah bayang-bayang atap/ tritisan)

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

perbedaan suhu permukaan dinding dari masing-

masing titik. Apakah di ketinggian 0.15 m dan

0.60 m tingkat panas dindingnya sama? Hasil

ukur dan analisa dari profil ketinggian ini akan

menjadi salah satu rekomendasi, bahwa

sebaiknya tanaman diposisikan di bagian atas,

tengah atau bawah suatu dinding.

Metoda Analisa

Profil dari perbedaan dari dua tahap

pengukuran ini bisa dijadikan konsep awal

perencanaan desain arsitektural. Atau data-data

ukur yang diperoleh dalam keseluruhan tahapan

ini, dianalisa untuk mendapatkan tujuan

penelitian.

Pertama, seberapa besar perbedaan suhu

interior pada rumah model ini dari kondisi

obyek awal dan obyek yang telah dilapisi

tanaman? Apakah betul pelapisan tanaman pada

dinding-dinding bangunan akan menurunkan

suhu interior pada siang hari? Dan pada

orientasi bangunan sebelah mana suhu interior

mencapai ukuran optimal (kondisi tidak panas)

dengan kehadiran lapisan tanaman pada dinding?

Kedua, bagaimana konsep awal terapannya

pada bangunan pemerintah di Kota Semarang?

Hasil dan Pembahasan

Kajian Pertama :

Profil panas dinding permukaan eksterior

dan interior pada bangunan yang belum di lapisi

tanaman suhu udara rata-rata interior lebih

dingin 0,5 0C dibanding suhu udara rata-rata

eksterior. Atau mengalami penurunan sebesar 2%

dari 26,6 0C ke 26,1 0C

Hasil pengukuran pada rumah model

kondisi awal dapat dilihat pada gambar 11 dan

12.

Posisi suhu permukaan dinding eksterior

pada seluruh orientasi (timur, barat, utara dan

selatan) terhadap suhu udara eksteriornya

semenjak awal pengukuran hingga akhir

(pk.06.00- pk18.00) berposisi lebih tinggi/ lebih

panas, dengan perbedaan panas rata-rata 1,6 0C

(hampir mencapai 20C atau 6% lebih panas).

Lebih detailnya perbedaan panas berdasarkan

orientasi :

Bagian timur : 1,80C atau 7% lebih panas

Bagian barat : 0,90C atau 4% lebih panas

Bagian selatan : 2,20C atau 8% lebih panas

Bagian utara : 1,30C atau 5% lebih panas

Gambar 11

Grafik Profil Suhu Permukaan Dinding

Eksterior terhadap Suhu Udara Eksterior

Pada Rumah Uji yang Belum Terlapisi

Tanaman

Gambar 12

Profil Suhu Permukaan Dinding Bagian

Dalam terhadap Suhu Udara Interior

pada Kondisi Rumah Uji Tanpa Lapisan

Tanaman, dengan Posisi Titik Ukur 0,30

M di atas Muka Tanah

Page 9: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14

9

Posisi suhu permukaan dinding interior

pada seluruh orientasi (timur, barat, utara dan

selatan) terhadap suhu udara interior semenjak

awal pengukuran hingga akhir (pk.06.00-

pk18.00) berposisi lebih tinggi/ lebih panas,

dengan perbedaan panas rata-rata 0,70C

(hampir mencapai 10C atau hanya 3% lebih

panas). Lebih detailnya perbedaan panas

berdasarkan orientasi :

Bagian timur : 0,70C atau 3% lebih panas

Bagian barat : 0,70C atau 3% lebih panas

Bagian selatan : 0,90C atau 3% lebih panas

Bagian utara : 0,70C atau 3% lebih panas

Dari profil keduanya (eksterior dan

interior), menunjukan, bahwa profil suhu rata-

rata dinding permukaan eksterior, yang

mempunyai suhu paling panas adalah dinding

orientasi timur (28,40C) dan utara (28,80C).

Dan kondisi orientasi barat dan selatan relatif

sama (27,50C – 27,90C). Kenapa sisi utara lebih

panas dari pada sisi timur ? hal ini disebabkan

pada saat pengukuran di bulan Februari 2013,

posisi matahari terletak di sebelah utara

khatulistiwa/ menuju ke arat utara (pergerakan

lintasan matahari antara bulan Maret ke Juni

mengarah keutara, sejauh 150 dari posisi arah

timur). Suhu permukaan dinding interior

tertinggi pun berada pada posisi dinding sebelah

utara dibanding sisi ketiga orientasi lainnya.

Hal ini menyakinkan kita, bahwa

pengukuran dengan model rumah uji dengan

skala diminimalkan/miniatur, ternyata valid

secara proposional dari kondisi sebenarnya.

Kemampuan serapan panas pada dinding

rumah model ini (envelope) ditandai seberapa

besar panas yang diterjadi dan seberapa besar

suhu udara rata-rata akhir di bagian ruang

dalamnya.

Hal inilah yang akan menunjukan pada kita,

seberapa besar suhu udara rata-rata dalam

ruangan dari pengaruh keberadaan lapisan

tanaman pada dinding luar bangunan. Dimana

dari grafik dapat dilihat, bahwa perbedaan rata-

rata suhu udara eksterior dan interior berselisih

0,50C atau lebih dingin 0,50C pada bagian

interiornya.

Kesimpulan awal :

Pengukuran suhu udara rata-rata dalam

suatu ruangan di Kota Semarang, dengan

cara menggunakan model rumah miniatur

berukuran 1.00m x 1.00m x 1.00m, pada

bulan pebruari 2013 (posisi matahari

berada di sebelah utara khatulistiwa)

secara prinsip hasil ukuran valid, dalam arti

dinding-dinding yang berposisi/

diorientasikan sebelah utara akan lebih

panas dari pada yang beraada di ketiga

orientasi lainnya.

Untuk mengetahui peran dari „traitment‟

dinding bangunan/envelope bangunan, maka

dilakukan pengukuran pada rumah model

yang belum dilapisi sebagai bahan

pembanding.

Profil suhu udara rata-rata dalam ruangan

dibanding suhu udara rata-rata luar

ruangan pada model awal menunjukan

perbedaan 0,50C lebih panas untuk bagian

luar, atau secara prosentrase terdapat

selisih 2%.

Kajian kedua :

Profil suhu dinding permukaan eksterior

dan interior pada bangunan yang telah dilapisi

tanaman suhu udara rata-rata interior lebih

dingin 0,80C dibanding suhu udara rata-rata

eksterior. Atau mengalami penurunan sebesar 3%

dari 28,1 0C ke 27,20C .

Untuk hasil pengukuran pada rumah model

yang telah dilapisi tanaman rambat, dapat dilihat

pada grafik di bawah ini.

Gambar 13

Grafik Profil Suhu Permukaan Dinding

Eksterior terhadap Suhu Udara Eksterior

pada Bangunan greenwall

Gambar 14

Profil Suhu Permukaan Dinding Bagian

Dalam terhadap Suhu Udara Interior

pada Kondisi Rumah Uji dengan Lapisan

Tanaman (Greenwall), dengan Posisi

Titik Ukur 0,30 m di Atas Muka Tanah.

Page 10: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Aplikasi Green Wall pada Gedung Pemerintah

dalam Menciptakan Kenyamanan di

Kota Semarang : Sebuah Studi Awal (Eddy Prianto)

10

Posisi suhu rata-rata permukaan dinding

eksterior pada seluruh orientasi (timur, barat,

utara dan selatan) terhadap suhu udara

eksteriornya yang diukur dari pk.06.00 hingga

pk18.00 berposisi lebih tinggi/lebih panas,

dengan perbedaan panas rata-rata 1,6 0C

(hampir mencapai 20C atau 6% lebih panas).

Lebih detailnya perbedaan panas berdasarkan

orientasi :

Bagian timur : 3,10C atau 11% lebih panas

Bagian barat : 0,90C atau 3% lebih panas

Bagian selatan : 1,30C atau 4% lebih panas

Bagian utara : 1,00C atau 4% lebih panas

Sedangkan posisi suhu permukaan dinding

interior pada seluruh orientasi (timur, barat,

utara dan selatan) juga berposisi lebih

tinggi/lebih panas, dengan perbedaan panas rata-

rata 0,5 0C atau hanya 2% lebih panas). Lebih

detailnya perbedaan panas berdasarkan

orientasi :

Bagian timur : 0,70C atau 3% lebih panas

Bagian barat : 0,60C atau 2% lebih panas

Bagian selatan : 0,50C atau 2% lebih panas

Bagian utara : 0,40C atau 1% lebih panas

Dari profil keduanya (eksterior dan

interior), menunjukan, bahwa profil suhu rata-

rata dinding permukaan eksterior, yang

mempunyai suhu paling panas adalah dinding

orientasi timur (31,20C) dan utara (29,40C).

Kondisi orientasi barat dan selatan relatif sama

(29,0 0C – 29,10C).

Kemampuan serapan panas pada dinding

rumah model rumah greenwall ini (envelope)

akan ditandai seberapa besar panas yang

diterjadi dan seberapa besar suhu udara rata-

rata akhir di bagian ruang dalamnya terhadap

model pembandingnya / model awal tanpa

lapisan tanaman. Pada grafik hasil tampilan

pengukuran dapat dibaca, bahwa perbedaan

rata-rata suhu udara eksterior dan interior

berselisih 0,80C atau lebih dingin 0,80C pada

bagian interiornya.

Kesimpulan awal :

Untuk mengetahui peran dari „traitment‟

dinding bangunan/envelope bangunan

greenwall, maka data dari pengukuran

rumah greenwall ini akan diperbandingkan

dengan rumah model yang belum dilapisi

(simak pada kajian pertama diatas).

Profil suhu udara rata-rata dalam ruangan

dibanding suhu udara rata-rata luar

ruangan pada model awal menunjukan

perbedaan 0,80C lebih panas untuk bagian

luar, atau secara prosentrase terdapat

selisih 3%.

Kajian ketiga :

Perbedaaan profil suhu udara rata-rata

interior antara model yang belum ditempeli dan

model yang sudah ditempeli tanaman (greenwall)

bangunan green signifikan memberikan

penurunan suhu dalam ruangan dibanding dengan

bangunan tanpa lapisan tanama. 85% alokasi

waktu sepanjang hari (10/12jam), suhu udara

interior berada di bawah suhu rata-rata

eksteriornya.

Tahap ketiga ini merupakan „kunci‟ dari

tujuan penelitian yang dilakukan saat ini, dimana

seberapa jauh peran tanaman pelapis dinding

bangunan dalam menciptakan suhu udara

interior semakin „dingin‟? Keakuratan

pengamatan dengan model secara proposional

telah dibuktikan di atas (cek kajian pertama),

sehingga peran terciptanya kondisi udara

nyaman di daerah tropis seperti Kota Semarang,

lewat teknik penelitian yang semacam ini dapat

dikembangkan dan dieksplorasi.

Langkah dalam penganalisaan kali ini, kita

akan langsung membandingkan kedua profil

akhir dari pengukuran suhu udara dalam

ruangan. Kendalanya, memang pengukuran

dilakukan pada hari yang berbeda, tentunya

cuaca suatu hari tidaklah akan sama persis

dengan hari sebelum atau sesudahnya. Untuk itu

besaran angka tidaklah dijadikan tolok ukur

dalam mengambil kesimpulan tapi tingkat

proporsional terhadap kenaikan atau penurunan

suhu yang akan diambil sebagai betasannya

dalam menentukan hipotesa penelitian ini.

Semakin besar prosentase antara penurunan

suhu udara eksterior terhadap interior dari suatu

pengukuran rumah greenwall tercapai, maka kita

dapat mengambil kesimpulan awal bahwa peran

dari lapisan tanaman pada dinding berhasil

menurunkan suhu udara dalam ruangan.

Gambar 15

Profil Suhu Udara dalam Ruangan dan

Luar Ruangan dari Kedua Rumah Uji

Coba

Page 11: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14

11

Gambar 16

Selisih Suhu Udara Ruang dalam dari

Kedua Rumah Uji

Sebagaimana telah dijelaskan pada kajian

sebelumnya, suhu udara rata-rata eksterior pada

pengujian rumah model awal sebesar 26,6 0C

dan suhu udara interiornya sebesar 26,10C atau

dengan selisih rata-rata 0,50C. Sedangkan suhu

udara rata-rata eksterior pada saat pengujian

greenwall 28,10C dan suhu udara interiornya

yang terjadi dalam rumah greenwall 27,20C, atau

dengan selisih rata-rata 0,80C.

Artinya, dengan kondisi bangunan

greenwall, ternyata suhu udara dalam ruangan

dapat mengalami penurunan rata-rata 3%, atau

lebih dingin dibanding penurunan suhu udara

dalam bangunan tanpa lapisan tanaman (2%).

Sampai sejauh ini, terbuktilah, bahwa

pelapisan pada dinding bangunan berukuran

1.00m x 1.00m x 1.00m dapat menurunkan

suhu udara interiornya. Walau nilai ukurannya

relatif kecil, maka berawal dari penelitian ini

perlu ditindaklanjuti lingkup parameternya, yaitu

inovasi dan pengembangan skala ruangan yang

lebih besar dan ragam serta kepekatan tanaman

pelapis. Lebih jelasnya dapat dilihat tampilan

grafik di atas.

Gambar 17

Tabel Pengukuran Suhu Udara Interior

dan Eksterior dari Kedua Model pada

Pengukuran Setiap Jam Selama 12

Jam/Sehari Penuh

Yang menarik dari data pengukuran ini,

lihat tabel di atas, bahwa :

Pada rumah yang belum dilapisi tanaman,

suhu udara dalam ruangan akan terasa lebih

panas dari pada suhu eksteriornya hingga

pk.08.00 pagi hari dan setelahnya hingga pk

18.00 suhu udara interiornya pada kondisi di

bawah suhu udara eksteriornya. Namun capaian

maksimal diatas 10C akan mulai setelah dini hari

selama 4 jam (pk 12.00 sampai 15.00 ).

Hal yang sama terjadi pada rumah

greenwall, hanya saja perbedaan suhu ruangan

akan mulai lebih dingin dari pada suhu

eksteriornya dimulai pk 07.00 atau lebih cepat

satui jam pengukuran. Dan suhu udara mencapai

maksimum di atas 10C akan dirasakan selama 6

jam, dimulai dari pk 09.00 hingga pk 15.00 .

Artinya, terjadi keuntungan pada rumah

yang di „traitment‟ dengan green wall, bahwa suhu

udara dalam ruangan akan lebih cepat dingin

selama 11jam/13 jam (85%), dibanding dengan

ruangan yang tidak di „traitment‟, yaitu sebesar

8jam/13jam (62%).

Dan perbedaan suhu udara eksetrior dan

interior pada kondisi bangunan green bisa

mencapai 20C, sedangkan pada kondisi

bangunann yang tidak ditraitment tidak lebih

dari 10C.

Kajian keempat :

Efektifkah penerapan greenwall pada

bangunan pemerintah yang bertingkat?

penerapan greenwall tidak harus menyelimuti

seluruh permukaan dindingnya, efektifitas

penurunannya terletak pada bagian tengah bidang

dinding vertikal.

Kita ketahui bersama, tidak ada bangunan

di tengah kota yang didesain tidak bertingkat.

Pertimbangan efisiensi lahan dan usaha untuk

menciptakan proporsi ideal 30% ruang terbuka

kota. Begitu juga halnya pada bangunan

pemerintah yang ada di Kota Semarang, hampir

100% bangunan yang ada bertingkat/lebih dari

satu lantai, dengan komposi penzonaan ruang

secara vertikal berturut-turut dalah ruang

publik, ruang semipublik dan ruang privat

dibagian atasnya/ruang kerja dan ruang

pertemuan.

Bilamana pada kajian sebelumnya telah

dibuktikan bahwa peranan greenwall dapat

menciptakan suhu dalam ruangan lebih nyaman

dibanding suhu udara diluarnya, bagaimanakah

terpan pada bangunan bertingkat ? apakah

diterapkan pada sel;uruh bidang dindingnya atau

sebagian, atau pada orientasi tertentu?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita

bahas efektifitas dari terbentuknya suhu dala

ruangan karena faktor ketinggian titik ukurnya.

Eksterior Interior Selisih Eksterior Interior Selisih

Pk.06.00 25,0 25,5 -0,5 24,2 24,3 -0,1

Pk.07.00 25,9 26,1 -0,2 24,7 24,8 -0,1

Pk.08.00 27,3 26,6 0,7 24,6 24,7 -0,1

Pk.09.00 28,0 27,0 1,0 25,5 25,5 0,0

Pk.10.00 29,2 27,3 1,9 26,6 25,8 0,8

Pk.11.00 29,4 27,6 1,8 27,3 26,4 0,9

Pk.12.00 29,6 28,0 1,6 27,9 26,8 1,1

Pk.13.00 30,1 28,2 1,9 27,4 26,4 1,0

Pk.14.00 29,4 28,2 1,2 28,0 26,9 1,1

Pk.15.00 28,4 27,7 0,7 28,4 27,4 1,0

Pk.16.00 28,3 27,6 0,7 27,7 27,2 0,5

Pk.17.00 27,5 27,5 0,0 27,1 26,9 0,2

Pk.18.00 27,0 26,9 0,1 26,6 26,6 0,0

Rumah uji Greenwall Rumah uji pembanding

Page 12: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Aplikasi Green Wall pada Gedung Pemerintah

dalam Menciptakan Kenyamanan di

Kota Semarang : Sebuah Studi Awal (Eddy Prianto)

12

Gambar 18

Tabel Profil Suhu Permukaan Dinding

Bagian Dalam dan Luar dari Perbedaan

Ketinggian Titik Ukur yang Berbeda (

0,15m, 0,30m Dan 0,60m Serta Satu Titik

Ukur di Bawah Bayang-Bayang (T-A)

Pada grafik tersebut dapat dipaparkan

bahwa :

Profil suhu permukaan dinding bagian dalam

dan luar dari rumah greenwall, menunjukan

bahwa suhu terpanas ada pada bagian

tengah bidang dinding vertikal (+ 0.60 m).

Hal ini menunjukan pergeseran dibanding

dengan rumah uji awal (ada pada bagian

terbawah 0.15 m).

Sebaran suhu permukaan dinding luar pada

bangunan greenwall relatif merata, karena

terpanas ada di bagian tengah dan terendah

ada di bagian atas (posisi dinding yang

terlindungi atap/zona di bawah bayangan).

Hal ini sangat berbeda dengan profil

sebaran panas pada rumah ujia awal, dimana

sebarannya memanas menuju kebawah.

Sedangkan sebaran suhu dinding

permukaan interiornya dari kedua model

uji dan sebarannya relatif sama, artinya

keduanya akan semakin memanas ke bagian

atas.

Dari ketiga hasil ukur tersebut di atas,

terkait dengan perancangan arsitektur bangunan

tinggi, ada beberapa konsep yang didapatkan :

Penerapan tanaman dinding

direkomendasikan terletak pada bagian

tengah bidang dinding vertikal, pilihan

penempatan berikutnya sebaiknya

mengarah ke bawah. Hal ini lebih efektif,

bilamana bidang dinding ini di bagian

atasnya juga terbantu adanya tritisan yang

akan menciptakan pembayangan.

Panasnya suhu permukaan dinding bagian

interior (walau di bagian luarnya telah

terlindungi), tercipta karena udara panas

yang berakumulasi pada bagian atas ruangan

dalam tidak dapat keluar ruangan, maka

seyognyanya bagian atas dari bidang dinding

bagian interior dapat diletakan pelubangan

dinding (lubang yalusi).

Jadi terkait dengan bangunan pemerintahan

yang facade utama dominan terkena sinar

matahari (pagi ataupun sore), seyognyanya

traitment penerapan greenwall sangat

diajurkan. Artinya, ternyata untuk

perletakannya tidaklah harus seluruh

bidang, bukankah hal ini dapat dikatakan

efisiensi penggunaan tanaman rambat ?

Kesimpulan

Walau model uji cobanya berupa rumah

miniatur dengan ukuran 1.00m x 1.00m x

1.00m, namun komposisi pembentuk

dinding, atap dan lantainya menggunakan

material skala riil (1:1), ternyata hasil ukur

yang dilakukan pada dua variabel beda

(dinding tanpa lapisan tanaman dan dinding

yang dilapis tanaman/ greenwall), dalam

penelitian awal ini menunjukan hasil yang

signifikan, bahwa bangunan greenwall

mampu menurunkan suhu udara rata-rata

dalam ruangan mencapai 0,8 0C atau

sebesar 3% lebih dingin dibanding suhu

udara eksteriornya. Dimana pada kondiri

bangunan tanpa traitment hanya mencapai

tidak lebih dari 0,5 0C atau kurang dari 2%.

Terciptanya ambience dingin dalam ruangan

secara alami ini (suhu udara rata-rata dalam

ruangan lebih rendah dari suhu udara

eksterior) dalam rumah greenwall lebih lama

tercipta selama sehari (dari pk.06.00

sampai pk 18.00 ), yaitu mencapai lebih dari

80% dari total waktu tersebut. Artinya

lebih lama 20% kondisi ruangan lebih dingin

dibanding suhu udara eksteriornya.

Sedangkan pada rumah yang tidak dilapisi

hanya akan terjadi sekitar 60% dari total

waktu siang hari.

Variabel keragaman tanaman, kerapatan

daun tanaman rambat dan bahkan mungkin

warna daun tanaman hingga ketebalan

media untuk hidup bagi tanaman di dinding

menjadikan hipotesa selanjutnya yang

memungkinkan memberikan peran yang

lebih optimal dalam menciptakan ruangan

lebih dingin.

Ketebalan media untuk hidup bagi tanaman

di dinding, untuk mengetahui efek warna

cat pada permukaan dinding terhadap

penurunan suhu interior dan pemakaian

listrik dalam rumah tinggal perlu dilakukan

perbandingan antara kondisi yang dinding

yang belum diberi warna dan yang

berwarna.

27,7 C 29,7 C

27,8 C 30,7 C

28,4 C 31,2 C

28,5 C 30,9 C

26,9 C 28,2 C

26,8 C 27,9 C

26,8 C 27,9 C

26,7 C 27,8 C

0,8 C 1,4 C

1,0 C 2,7 C

1,6 C 3,3 C

1,7 C 3,1 CSelisih eksterior&interior (T-15)

Non-Greenwall Greenwall

Suhu permukaan dinding interior (T-60)

Suhu permukaan dinding interior (T-30)

Suhu permukaan dinding interior (T-15)

Selisih eksterior&interior (T-a)

Selisih eksterior&interior (T-60)

Selisih eksterior&interior (T-30)

Suhu permukaan dinding eksterior (T-a)

Suhu permukaan dinding eksterior (T-60)

Suhu permukaan dinding eksterior (T-30

Suhu permukaan dinding eksterior (T-15)

Suhu permukaan dinding interior (T-a)

Page 13: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Riptek Vol. 7, No. 1, Tahun 2013, Hal. 1-14

13

Penerapan greenwall ternyata juga perlu

mempertimbangkan efisiensi dan

optimalisasi bahan tanamannya yang hendak

ditempelkan pada dinding bangunan, tanpa

harus menyimpang dari tujuan awalnya.

Dari pengukuran terhadap ketinggian titik

ukur dari tanaman dinding ini, ternyata

efektifitas pemasangannya justru dimulai

pada bagian tengah dan menuju ke bawah.

Untuk bangunan atau gedung pemerintahan

yang berlantai banyak, dimana dominasi

bidang tengah merupakan ruang kerja, maka

terapan greenwall pada bagian ini sangat

direkomendasikan.

Ucapan Terimakasih

Makalah ini merupakan bagian roadmap

“Rumah Tropis Hemat Energi” dari rangkaian

penelitian yang dilakukan di cluster Eco-Tropical

Home di laboratorium Struktur dan Teknologi

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro. Pada kesempatan ini tak lupa

Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-

pihak di jajaran para mahasiswa program

Magister Teknik Arsitektur, yang menjadi

teknisi dan membantu pengukuran dilapangan

dari kegiatan laboratorium semenjak awal tahun

2013 (Sdri. Ratih, Almesa dan Amalia).

DAFTAR PUSTAKA

Cheng C.Y., Ken K.S. Cheung, L.M. Chu.2010.

“Thermal Performance Of A Vegetated

Cladding System On Façade Walls”,

Building and Environment, doi:10.1016

GBCI. April 2013. http://www.gbci.org/org-

nav/about-gbci/about-gbci.aspx,

“International- About Leed and GBCI”.

Henry Leong. 2007. “Prefabricated Extensive

Green Roof System”, United Premas,

Seminar HDGG, Jakarta

Hinrich, Radan Kleinbach, M. 2005. Energi – Its

Used and The Environment, Fourth

edition, United States : Thomson Brook

Cole.

Joo-Hwa Bay dan Boon-lay Ong. 2006. Tropical

Sustainable Architecture-Sosial and

Environment Dimensions. Elsevier ltd,

Architectural Press, Linacre House,

Jordan Hill, Oxford.

Karsono, Tri Harso. 2010. Green Architecture-

Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di

Indonesia, Jakarta : Rajawali Press.

KenYeang. April 2013. “How Green Buildings

Should Look Ken Yeang

TreeHugger.htm

KenYeang. April 2013.

http://www.kenyeang.com/

LEED. April 2013. http://www.gbci.org/main-

nav/building-certification/leed-

certification.aspx

Lippsmeier, Georg. 1994. Bangunan Tropis.

Jakarta : Erlangga.

Mas Santoso. 2001. “ Harmoni di Lingkungan.

Tropis Lembab : Keberhasilan bangunan

Kolonial, Dimensi. Journal of

Architecture and Built Environment

Vol.29, No.1. Surabaya

Perini Katia, Ottele Marc, Haas E.M., Rossana

Raiteri Rossana. 2012. “Vertical

Greening Systems”, A Process Tree For

Green Facades And Living Walls, Urban

Ecosyst, doi: 10.1007/s11252-012-0262-

3.

Poonia, S., Jethoo, A.S., Poonia, M.P. 2011. “A

Short Review On Energi Conservation In

Buildings Using Roof Coating Materials

For Hot An Dry Climates”. Universal

Journal of Environmental Research and

Technology, Vol.1, Issue 3:247-252.

Prianto, E. 2005. “Arsitektur Jendela Respond

Gerakan Hemat Energi”. Jurnal Ilmiah

Nasional Efisiensi & Konservasi Energi,

Vol.1, No.1, Fakultas Teknik Universitas

Diponegoro, hal 1-1.1

Prianto, E. 2007. “Energi Efficient Building as

Manifesto of Enviromental Issue”.

Seminar Home Design Going Green,

Hotel Ciputra, Jakarta

Prianto, E. 2007. “Rumah Tropis Hemat Energi

Bentuk keperdulian Global Warming”,

Jurnal Pembangunan Kota Semarang

Riptek, Vol.1, No.1, Semarang hal 1-10

Prianto, E. 2010. “Efek Warna Dinding terhadap

Pemakaian Energi Listrik dalam Rumah

Tangga”, Jurnal Pembangunan Kota

Semarang Riptek, Vol.4, No.1, Semarang

hal 31-35.

Prianto, E. 2011 “Efek Penggunaan Batu Alam

pada Fasad Rumah Tinggal terhadap

Pemakaian Energi Listrik”, Jurnal

Pembangunan Kota Semarang RIPTEK,

Vol.5, No.2, Semarang hal 53-60.

Page 14: APLIKASI GREEN WALL PADA GEDUNG PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN DI …bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/1.artikel... · DALAM MENCIPTAKAN KENYAMANAN

Aplikasi Green Wall pada Gedung Pemerintah

dalam Menciptakan Kenyamanan di

Kota Semarang : Sebuah Studi Awal (Eddy Prianto)

14

Prianto, E. 2012. “Desain Dinding Rumah

Hemat Energi”. Sindo, Halaman

Property. 24 April 2012.

Prianto, E. 2013. “ Trik Hemat Listrik pada

Skala Rumah Tinggal”, Buletin Teknologi

Terapan Populer-UPPM, Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro, Vol.1 No.1, p.

14-18

Prianto, E. dan Depecker, P. 2002.

“Characteristic of Air Flow as The Effect

of Balcony, Opening Design and Internal

Division on Indoor Velocity”, Energi and

Building,Vol.34. No.4., pp.401-409.

Priatman,J. 2002. “ Energi Efficiency

Architecture Paradigma dan Manifestasi

Arsitektur Hijau”, Dimensi (Journal of

Architecture and Built Environment),

Vol.30, No.2. Surabaya.

Prokum.esdm. April 2013.

http://prokum.esdm.go.id/Publikasi/Statist

ik/Statistik%20Listrik_2012.pdf,

“Indonesia Energi Statistic 2010”

Pusdatin ESDM, 2012. Handbook of Energi

Economic Statistic of Indonesia, Center

for Data and Information on Energy and

Mineral Resources, Ministry of Energy

and Mineral Resources, Jakarta, 126 p.

Satwiko, P. 2005. “Arsitektur Sadar Energi”.

Yogyakarta : Penerbit Andi. ISBN 979-

731-793-5, 220 hal.

Wong N.H, Tan A.Y.K, Chen Y, Sekar K, Tan

P.Y, Chan D, Chiang K, Wong N.C.

2010. “Thermal Evaluation Of Vertical

Greenery Systems For Building Walls”.

Building and Environment 45:663-672.