Analisis Jurnal.doc

5
Nama : M. Arif Rohman Hakim NIM : 23030113120027 Kelas : Agroekoteknologi-A Analisis Jurnal Berbagai Teknik Pengendalian Hama Terpadu Untuk Hama Thrip di Perkebunan Stroberi Pendahuluan Stroberi merupakan tanaman yang biasanya ditanam di ketinggian 1000-1500 dpal di Indonesia. Petani di Sukabumi, Cianjur, Cipanas, Lembang, Bedugul dan Malang menjadikan stroberi sebagai tanaman utama yang mereka tanam. Setidaknya ada 6.000 spesies thrips di dunia. Thrips merupakan salah satu hama di perkebunan strberi yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman stroberi. Karena toleransi akan kerusakan stroberi sangat rendah, pengendalian thrip pada tanaman sangat bergantung pada insektisida. Penggunaan insektisida ini berdampak negatif karena menimbulkan efek residu pada tanaman. Residu insektisida juga berbahaya bagi manusia, musuh alami dan lingkungan secara luas. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pengendalian hama Thrip sp. pada stroberi, melalui pengendalian hama terpadu (PHT). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dampak dari beberapa teknik PHT dan teknologi konvensional untuk populasi thrip di perkebunan stroberi. Produksi buah menjadi variabel tambahan untuk menyelidiki dua kondisi yang berbeda dari plot beberapa taktik PHT dan plot konvensional. Materi dan Metode

description

Pertanian

Transcript of Analisis Jurnal.doc

Nama: M. Arif Rohman HakimNIM: 23030113120027Kelas: Agroekoteknologi-A

Analisis Jurnal

Berbagai Teknik Pengendalian Hama Terpadu

Untuk Hama Thrip di Perkebunan Stroberi

Pendahuluan

Stroberi merupakan tanaman yang biasanya ditanam di ketinggian 1000-1500 dpal di Indonesia. Petani di Sukabumi, Cianjur, Cipanas, Lembang, Bedugul dan Malang menjadikan stroberi sebagai tanaman utama yang mereka tanam.Setidaknya ada 6.000 spesies thrips di dunia. Thrips merupakan salah satu hama di perkebunan strberi yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman stroberi. Karena toleransi akan kerusakan stroberi sangat rendah, pengendalian thrip pada tanaman sangat bergantung pada insektisida. Penggunaan insektisida ini berdampak negatif karena menimbulkan efek residu pada tanaman. Residu insektisida juga berbahaya bagi manusia, musuh alami dan lingkungan secara luas. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pengendalian hama Thrip sp. pada stroberi, melalui pengendalian hama terpadu (PHT).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dampak dari beberapa teknik PHT dan teknologi konvensional untuk populasi thrip di perkebunan stroberi. Produksi buah menjadi variabel tambahan untuk menyelidiki dua kondisi yang berbeda dari plot beberapa taktik PHT dan plot konvensional.

Materi dan Metode

Penelitian ini dilakukan pada perkebunan stroberi, di Kusuma Agrowisata Batu dari bulan April sampai Juli 2009. Ada dua perlakuan yang dibandingkan yaitu: dengan beberapa teknik PHT dan teknologi konvensional untuk mengendalikan thrips pada tumbuhan stroberi.

Variabel yang digunakan yaitu jumlah larva, populasi dewasa dan intensitas kerusakan yang disebabkan oleh Thrips sp. dan produksi buah. Metode mutlak digunakan untuk mengamati jumlah Thrips sp. larva dan dewasa populasi secara keseluruhan daun dan bunga dari masing-masing sampel tanaman. Pengamatan dimulai 6-15 minggu setelah tanam (mst) untuk menghitung intensitas kerusakan Thrips sp.Hasil dan Pembahasan

Populasi larva Thrip dan Thrip dewasaJumlah larva thrip dan thrip dewasa pada perlakuan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) jumlahnya lebih banyak dibanding pada perlakuan konvensional. Hal ini dikarenakan pada perlakuan PHT tidak menggunakan insektisida, tidak ada tanaman pelindung, dan rasio musuh alami kurang. Sedangkan pada teknik konvensional jumlahnya lebih sedikit karena menggunakan insektisida sintetis.

Intensitas kerusakan yang ditimbulakan oleh Thrip pada tanaman stroberiIntensitas kerusakan rata-rata Thrips sp. pada plot PHT berbeda secara signifikan dibandingkan pada plot konvensional. Intensitas kerusakan rata-rata IPM dan plot konvensional yaitu 11,69 dan 5,98%. Aplikasi insektisida secara teratur di plot konvensional menyebabkan populasi Thrips sp. larva dan dewasa cenderung stabil pada tingkat yang rendah, dan hal tersebut membuat rendahnya tingkat intensitas kerusakan. Meskipun intensitas kerusakan pada Plot PHT lebih tinggi dari konvensional, namun masih dapat ditoleransi karena masih dalam ambang ekonomis (10 dan 20 thrips per bunga pada musim dingin dan musim semi).

Produksi buah stroberi

Ada perbedaan yang signifikan antara teknik PHT dan konvensional berdasarkan rata-rata produksi buah teknik PHT dan konvensional yaitu 2.100 gram dan 1.706 gram. Pupuk organik dan mikroorganisme yang menguntungkan yang diterapkan pada petak PHT secara rutin menjadi salah satu alasan dari produksi buah tinggi.

Kesimpulan

Teknik PHT tidak bisa mengurangi populasi dan kerusakan secara signifikan dari hama thrip di perkebunan strobri. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata larva dan dewasa populasi thrips pada IPM petak lebih tinggi dari rencana konvensional, 1,12 dan 0,50 untuk larva dan 0,87 dan 0,27 untuk orang dewasa masing-masing. Intensitas kerusakan tanaman stroberi di petak teknik PHT lebih tinggi dari petak konvensional, masing-masing 11,69% dan 5,98%. Meskipun teknik PHT tidak bisa menjadi cara yang efektif untuk mengurangi populasi dan kerusakan thrips, tapi berguna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi buah strawberry. Produksi buah rata-rata, petak PHT lebih tinggi dari petak konvensional, dengan masing-masing 2.100 g dan 1.706 g.Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Teknik Pengendalian Hama Terpadu

2. Teknik konvensional

Variabel yang diamati :

1. Jumlah larva

2. Populasi dewasa

3. Intensitas kerusakan yang disebabkan oleh Thrips sp.

4. Produksi buah

Komentar:

Pengendalian hama terpadu menggunakan estisida organik dan musuh alami sebenarnya cukup efektif. Meskipun jumlah larva dan populasi dewasa lebih tinggi dibanding teknik konvensional tetapi intensitas kerusakan yang ditimbulkan masih bisa ditoleransi. Dan dari segi hasil produksi juga lebih tinggi baik secara kualitas maupun kuantitas. Jika dilihat dari segi lingkungan Pengendalian Hama Terpadu ini sangat positif karena tidak menghasilkan residu yang berbahaya baik bagi tanaman, manusia, musuh alami dan lingkungan.

Pengendalian Hama Terpadu ini harus terus dikembangkan seperti penanaman tanaman pelindung untuk mengecoh hama dan sebagai tempat tinggal musuh alami. Harapannya Teknik ini bisa menjadi teknik pengendalian hama yang efektif dan bisa mendapat hasil yang lebih maksimal.