Analisis Fundamental - Analisis Industri
-
Upload
shintya-rahmadeni -
Category
Documents
-
view
61 -
download
1
description
Transcript of Analisis Fundamental - Analisis Industri
MAKALAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI
“INDUSTRY ANALYSIS”
diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Seminar Teori Portofolio dan Analisis Investasi
Dosen Pembimbing : Silvy Astari,. SE, M.Sc
Kelompok 1
1. MAISYA PRATIWI (1210532017)
2. SHINTYA RAHMADENI (1210532077)
3. ADZKIA RAHMA FITRI (1210533044)
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
2015
Industry Analysis
Tujuan Pembelajaran :
Menilai pentingnya analisis industri pada pendekatan top-down untuk analisis sekuritas.
Mengenali bagaimana industri diklasifikasikan dan tahapan industri dari waktu ke waktu.
Memahami prinsip dasar dari strategi kompetitif yang berlaku untuk analisis industri.
Analisis Industri merupakan langkah kedua dalam analisis fundamental saham biasa.
Seorang investor yang yakin bahwa ekonomi dan pasar menawarkan kondisi yang
menguntungkan untuk investasi, harus melanjutkan untuk mempertimbangkan industri-industri
yang paling menjanjikan di tahun-tahun mendatang..
Banyak faktor yang terlibat,dalam mengalanisis industri, diantaranya yaitu faktor
permintaan dan penawaran, analisis rinci dari faktor harga, masalah tenaga kerja, peraturan
pemerintah, dan sebagainya.
Dalam bab ini kita berkonsentrasi pada isu-isu konseptual yang terlibat dalam analisis
industri. Konsep dasar analisis industri yang terkait erat dengan pembahasan sebelumnya yaitu
prinsip penilaian. Investor dapat menerapkan konsep-konsep ini dalam beberapa cara, tergantung
pada tingkat ketelitian dicari, jumlah informasi yang tersedia, dan model-model tertentu yang
digunakan.
Signifikansi analisis industri dapat disusun dengan memperhatikan kinerja berbagai
industri selama periode beberapa tahun.. Dalam analisis industri, investor mencoba
memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis industri apa saja
yang memberikan prospek paling baik ataupun sebaliknya. Selanjutnya, berdasarkan hasil
analisis industri tersebut, investor akan menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk
mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan
dalam portofolio.
KINERJA INDUSTRI DARI WAKTU KE WAKTU (PERFROMANCE OF INDUSTRIES
OVER TIME)
Pentingnya Analisis Indusri (The importance of industry analysis over long time)
STANDARD & POOR’S WEEKLY STOCK PRICE INDEXES FOR
SELECTED INDUSTRIES USING DATA FOR VARIOUS YEARS,
ALL WITH A BASE OF 1941-1943 = 10
1941-1943 = 10
1973 1982 1983 1986 1989 1995 1998
Autimobile 61 100 234
Aluminum 90 185 393
Beverage
(alcoholic)
133 84 463
Beverage ( soft
drinks)
145 157 2343
Electical Equipment 280 522 1798
Entertainment 34 307 264 577 1383 2431 3645
Foods 59 134 1037
Health Care
(Drugs)
218 248 259 540 949 2223 5686
Broadcast Media 98 889 165 2309 4980 616 15856
Money Center
Banks
65 66 111 365
Retail store
composite
104 159 375 616
S&P 500 Index 98 141 163 242 353 616 1017
Sebelum memulai analisis industri, kita harus mempertimbangkan nilai potensi. Untuk
menentukan nilai analisis industri, kita dapat menilai kinerja kelompok industri selama jangka
waktu yang lama.
Standard & Poor merupakan salah satu contoh sistem klasifikasi dari berbagai industri.
Pada tabel tersebut tersedia data untuk jangka waktu 50 tahun yang dipilih secara acak.
Perhatikan bahwa nomor dasar untuk S&P data 1941-1943 = 10, karena itu, membagi jumlah
indeks untuk industri apapun selama satu tahun tertentu dengan 10 menunjukkan jumlah kali
indeks telah meningkat selama periode tersebut.
Contoh : The S & P 500 indeks komposit pada tahun 1973 hampir 10 kali (9,8 / 10) dari
tingkat 1941-1943. Selama periode 31 tahun 1943-1973, industri peralatan listrik naik ke 28 kali
dari angka dasar (280/10), sedangkan industri hiburan hanya 3,4 kali dari angka dasar (34/10).
Pentingnya analisis investasi :
Perbedaan kinerja berbagai industri pada tahun yang sama
Perbedaan dari kinerja suatu industri pada tahun yang berbeda
Contoh : Perbedaan besar ada untuk industri di tahun 1980-an, dan antara periode 1980-
an dan 1998. Perhatikan bagaimana money center bank tidak melakukan apa
pun antara tahun 1982 dan 1986, tapi kemudian hampir dua kali lipat dan
melipatgandakan pada tahun 1995. Lalu Retail sores composite setelah turun
1989-1995, hampir dua kali lipat dari tahun 1995-1998.
Pentingnya analisis industry karena kinerja industri tampil sangat berbeda dari waktu ke
waktu - baik periode yang lebih pendek atau periode yang lebih lama- dan kinerja investor akan
secara signifikan dipengaruhi oleh industri tertentu di mana investor akan memilih saham.
Misalnya, Investor berusaha untuk mengidentifikasi industri broadcast media dan health care
(drugs) di masa depan, dan menghindari Retail stores composite dan money center banks.
Konsistensi dari Kinerja Industri (Consistency of industry performance)
Pada tabel industri health care (drugs) memiliki kinerja yang kuat pada 1973, tapi hanya
sedikit lebih tinggi pada tahun 1982. Tetapi seorang investor yang menyerah pada industri ini
pada saat itu akan melewatkan ledakan pertumbuhan yang terjadi setelahnya. Hal yang sama
berlaku untuk industri beverages (soft drinks), yang tumbuh sedikit antara tahun 1973 dan 1983
tapi kemudian meledak pada 1995.
Singkatnya, peringkat industri pada beberapa periodik (misalnya, tahunan atau kuartalan)
tidak konsisten. Investor tidak bisa hanya memilih industri yang kinerjanya baik sekarang dan
mengharapkan kinerjanya akan tetap baik selama beberapa periode ke depan. Sementara
beberapa kelanjutan kinerja dapat saja terjadi, bahkan hal yang sangat mengejutkan.Investor
tidak boleh mengabaikan industri hanya karena kinerja saat ini adalah buruk. Misalnya, pada
tabel di tahun 1973 kinerja industri entertainment memiliki kinerja paling rendah, tetapi pada
tahun 1998 industri ini kinerjanya malah lebih baik daripada industri lain yang kinerjanya bagus
pada tahun 1973.
PENGERTIAN INDUSTRI (WHAT IS AN INDUSTRY?)
Istilah industri ataupun sektor/kelompok industri telah begitu dikenal luas oleh
masyarakat, misalnya industri otomotif, industri makanan, dan lain sebagainya. Tetapi pada
dasarnya, pengelompokan industri tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan. Sebagai
contoh, untuk pengelompokan suatu perusahaan yang memproduksi produk makanan kaleng
terkadang mengalami kebingungan apakah perusahaan itu akan dikelompokan ke dalam industri
makanan ataukah industri aluminium (kemasan kaleng dari aluminium). Masalah
pengelompokan industri juga akan menjadi semakin rumit ketika kita berhadapan dengan banyak
perusahaan yang mempunyai sekian banyak ragam lini bisnis. Kita akan semakin sulit
menentukan jenis industri apakah yang benar-benar sesuai dengan jenis industri perusahaan
bersangkutan.
Klasifikasi Industri
Berkenaan dengan masalah tersebut, analis dan investor memerlukan metode yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan industri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi industri
yang telah dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industrial Classification
(SIC) yang di dasarkan pada data sensus dan pengklafikasian perusahaan berdasarkan produk
dasar yang di hasilkan. SIC mempunyai 11 divisi dan masing-masing divisi diberi tanda A
sampai K. Sebagai contoh, misalnya perkebunan, pertanian dan perikanan di kelompokan dalam
divisi A, pertambangan dalam divisi B, perdagangan enceran G dan kelompok terakhir yaitu
yang belum terklasifikasi disebut dengan divisi K. Masing-masing divisi akan berdiri dari
beberapa kelompok industri utama dan diberi kode dua digit. Sebagai contoh, misalnya industri
logam, yang termasuk dalam divisi D, yaitu industri pertambangan, akan di beri kode 33.
Kelompok industri utama pada masing-masing divisi dalam SIC akan di bagi lagi dalam
tiga, empat, sampai lima digit kode SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin spesifik
pengelompokan industri tersebut.
Klasifikasi Industri Lainnya
Di samping standard klasifikasi SIC, ada beberapa sistem klasifikasi lainnya yang juga
digunakan untuk mengelompokan industri, diantaranya adalah indeks industri yang di keluarkan
oleh industri, diantaranya adalah indeks industri yang di keluarkan oleh Standard &Poor
Corporation yang mengelompokan industri dalam 110 kelompok, dan klasifikasikan industri
versi Value Line yang mengklasifikasikan perusahaan kedalam 90 industri.
Pengelompokan industri untuk kasus di Indonesia juga di lakukan dengan berdasarkan
suatu standar klasifikasi industri tertentu. Salah satu standar yang banyak dipakai untuk
mengelompokan industri bagi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dapat dilihat pada tabel. Klasifikasikan ini terdiri dari 9 divisi, dan masing-masing divisi
tersebut di bagi lagi menjadi kelompok industri utama dan di beri kode 2 digit.
MENGANALISIS INDUSTRI (ANALYZING INDUSTRY)
Data-data seperti penjualan, pendapatan, dividen, struktur modal, lini produk, regulasi dan
sebagainya digunakan dalam menganalisis industri maupun analisis pasar dan perusahaan.
Kegiatan analisis biasanya dilakukan oleh industry analyst yang bekerja di perusahaan-
perusahaan broker atau investor institusional lainnya.
Ada dua langkah yang digunakan dalam menganalisis industri.
1. Mengidentifikasi Industry Life Cycle
Langkah ini digunakan untuk mengenali pertumbuhan industri dan posisinya pada saat
itu.
Para peneliti berpendapat bahwa ada empat tahap yang dilalui suatu industri dalam siklus
hidupnya, yaitu tahap awal (introduction), tahap pertumbuhan (growth), tahap kedewasaan
(maturity), dan tahap penurunan (decline).
a. Tahap Awal (Introduction Stage)
Tahap ini sering ditandai dengan teknologi atau produk baru. Pada tahap ini, akan sulit
bagi analis untuk memprediksi perusahaan mana yang akan menjadi pemimpin industri.
Sehingga akan ada resiko yang cukup besar dalam memilih satu perusahaan tertentu
dalam industri.
Akan tetapi, dengan banyaknya produk dan teknologi baru, maka tingkat penjualan dan
laba pada tingkat industri akan bertumbuh dengan cepat. Hal ini dikarenakan produk baru
atau teknologi baru belum mencapai titik jenuhnya dalam perusahaan. Sehingga di dalam
kurva digambarkan bahwa output dari industri akan terus meningkat pada tahap ini.
Namun perlu diperhatikan bahwa dibalik tingkat laba dan penjualan yang tinggi pada
tahap industri ini, terdapat resiko investasi yang besar pula. Karena bisa dikatakan bahwa
kondisi industri tersebut masih belum stabil karena masih pada tahap awal.
b. Tahap Pertumbuhan (Growth Stage)
Tahap ini ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang masih tinggi, tetapi dengan
resiko yang tidak setinggi pada tahap sebelumnya. Pertumbuhan industri diperkirakan
lebih cepat dibandingkan pertumbuhan perkenomian secara keseluruhan. Pada tahap ini,
kita sudah bisa melihat perusahaan mana yang menjadi pemimpin industri. Perusahaan
yang mampu bertahan pada tahap ini mulai stabil sehingga akan lebih mudah dalam
memprediksi pangsa pasar.
c. Tahap Kedewasaan (Maturity Stage)
Pertumbuhan penjualan pada tahap ini lebih rendah dibandungkan tahap pertumbuhan.
Pada tahap ini, produk sudah mencapai potensi sepenuhnya untuk dipakai oleh
konsumen. Produk telah semaki terstandarisasi, dan produsen dipaksa untuk bersaing
terutama dalam hal harga. Hal ini akan menyebabkan margin laba menjadi semakin kecil.
Sehingga dikenal istilah “cash cow” yang ditujukan bagi perusahaan yang mempunyai
arus kas yang stabil tetapi menawarkan peluang rendah untuk ekspansi lebih jauh.
d. Tahap Penurunan Relatif (Decline Stage)
Pada tahapan ini permintaan akan produk tersebut akan mengalami penurunan, sehingga
pertumbuhan penjualan menjadi negatif. Hal ini menyebabkan pertumbuhan industri
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Penurunan
pertumbuhan indutri ini dikarenakan ole keusangan produk, persaingan dari produk baru,
persaingan dari pemasok baru yang lebih murah.
Para investor biasanya akan tertarik untuk berinvestasi pada industri yang berada pada
tahap pertumbuhan. Karena industri yang telah melewati tahapan awal akan menawarkan
kesempatan yang bagus, karena permintaan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan
berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan ekonomi secara keseluruhan.
Akan tetapi, terdapat keterbatasan pada tipe analisis ini. Pertama, keempat tahapan yang
ada hanya bentuk umum, sehingga investor harus berhati-hati dalam mengkategorikan
setiap industri ataupun semua perusahaan dalam suatu industri. Kedua, kerangka umum
ini mungkin bahkan kerangka umum mungkin tidak berlaku untuk beberapa industri yang
tidak dikategorikan oleh banyak perusahaan-perusahaan kecil yang berjuang untuk
bertahan hidup. Ketiga, dasar dalam menganalisis sekuritas adalah harga saham, yang
didalamnya terkandung aliran manfaat dan juga resiko.
Siklus hidup industri lebih berfokus pada penjualan, profit dan investasi dalam industri
tersebut. Walaupun ketiga hal tersebut merupakan faktor penting bagi investor, tetapi
belum tentu menjadi item yang menarik bagi para investor.
2. Aspek Kualitatif dari Analisis Industri
a. Kinerja historis (Historical Performance)
Beberapa industri memiliki kinerja baik dan beberapa lainnya tidak mampu bertahan
untuk waktu yang lama. Walaupun kinerja industri tidak selalu konsisten dan terkadang
tidak dapat diprediksi di masa lalunya, tetapi track record dari industri tersebut tidak
boleh kita hiraukan. Para investor sebaiknya mempertimbangkan catatan penjualan dan
pertumbuhan laba serta bagaimana harga dari produk yang ditawarkan. Walaupun kinerja
masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan secara langsung, tetapi dapat
memberikan investor informasi-informasi yang berguna dalam berinvestasi.
b. Persaingan (Competition)
Kondisi persaingan yang sedang berlangsung dalam industri dapat memberikan infromasi
yang berguna dalam menilai masa depan industri. Terdapat lima kekuatan kompetitif
(competitive forces) yang menentukan profitabilitas industri yang akan dijelaskan pada
sub bab berikutnya.
c. Kebijakan pemerintah (Government Effects)
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam sektor atau industri tertentu akan
langsung mempengaruhi industri tersebut, meskipun secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap industri lainnya.
d. Perubahan structural (Structural Change)
Dimisalkan pada industri tekstil, agar industri tekstil di Indonesia tetap mampu bersaing
mereka harus menghasilkan tekstil dengan kualitas yang lebih baik,karena tekstil dengan
kualitas sederhana akan mulai disaingi secara ketat oleh negara-negara lain yang masih
mengandalkan pada biaya tenaga kerja yang rendah.
KLASIFIKASI INDUSTRI (CLASSIFICATION OF INDUSTRY)
Cara lainnya untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis hubungan
antara kemampuan operasi dengan kondisi perekonomian makro. Pada saat kondisi ekonomi
membaik, industri-industri tersebut menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik daripada kondisi
perekonomian, sebaliknya pada saat kondisi ekonomi memburuk, industri-industri tersebut juga
menunjukkan kinerja yang sangat buruk.
Karena itu para analis industri mengelompokkan industri menjadi 3 yaitu:
Growth industry, menunjukkan industri yang mempunyai pertumbuhan laba jauh lebih
tinggi dari rata-rata industri seperti industri telekomunikasi.
Defensive industry, menunjukkan industri yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi seperti industri makanan dan minuman.
Cyclical industry, menunjukkan industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi
perekonomian seperti industri otomotif dan barang konsumsi elektronika tahan lama.
Pengklasifikasian ini bermanfaat untuk memperkirakan kondisi suatu industri apabila
dikaitkan dengan perubahan kondisi perekonomian. Industri yang peka terhadap perubahan suku
bunga terbukti mengalami penurunan paling besar pada periode sewaktu otoritas moneter di
Indonesia memperketat likuiditas dan menaikkan suku bunga.
MENILAI PROSPEK INDUSTRI DI MASA YANG AKAN DATANG (VALUATING
FUTURE INDUSTRY PROSPECTS)
Pada akhirnya semua analisis yang dilakukan akan mengarah pada pertanyaan bagaimana
prospek suatu industri di masa yang akan datang?. Analisis hendaknya dapat melakukan estimasi
sebagaimana yang dilakukan dalam analisis pasar yaitu menaksir berapa laba yang diharapkan
dalam suatu industri dan berapa PER untuk industri tersebut sehingga dapat memperkirakan nilai
industri. Karena sulit dilakukan, maka beberapa cara lain yang dilakukan yaitu dengan menjawab
pertanyaan:
1. Berdasarkan atas kondisi dan situasi perekonomian saat ini dan di masa yang akan
datang, industri apa yang diharapkan akan menunjukkan peningkatan laba?
2. Industri apa yang kemungkinan akan menunjukkan peningkatan PER atau bagaimana
arah perkembangan tingka bunga dan industri apa yang kemungkinan basar paling
terpengaruh oleh perubahan tersebut? Perubahan dalam suku bunga akan mengakibatkan
perubahan dalam discount rate
3. Industri apa yang kemungkinan besar akan terpengaruh oleh kejadian-kejadian politik
seperti pergantian pemerintah, meningkatnya inflasi, perkembangan teknologi baru dan
faktor-faktor lain yang di pandang relevan?
Untuk memperkirakan kinerja industri dalam jangka panjang, pertanyaan yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Industri apa yang jelas akan merupakan industri yang akan berkembang dan berhasil pada
masa yang akan datang?
2. Industri apa yang akan mengalami kesulitan pada saat suatu negara mengalami perubahan
lingkungan perekonomian secara struktural?
Dalam melakukan analisis industri ada beberapa sumber yang mungkin dipergunakan yaitu:
Penerbitan dari Biro Pusat Statistik (BPS)
Penerbitan dari Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI)
Penerbitan dari lembaga penelitian seperti Lensa Ekuitas
Struktur Dan Kinerja Industri
Matangnya suatu industri melibatkan perubahan lingkungan persaingan secara terus-menerus.
Untuk itu kita perlu melihat hubungan antara struktur industri, strategi persaingan dan
profitabilitas. Michael Porter menyebutkan ada lima faktor penentu persaingan:
a. Ancaman Pendatang Baru (Threat of new entrants)
Pendatang baru dalam suatu industri akan menimbulkan tekanan harga dan laba.
Hambatan untuk masuk dapat menjadi kunci penting bagi profitabilitas industri.
Hambatan tersebut bisa dalam berbagai bentuk. Contohnya, perusahaan yang sudah ada
dalam industri sudah memiliki jalur distribusi yang tepat untuk produk mereka
dikarenakan adanya hubungan yang kuat dengan pelanggan atau pemasok, yang jika
pendatang baru meniru jalur distribusi ini akan memerluka biaya yang mahal.
Pengetahuan khusus atau perlindungan hak paten juga member perusahaan yang sudah
ada dalam industri keunggulan untuk melayani pasar. Selain itu, pengalaman perusahaan
yang telah ada di pasar dapat memberikan keunggulan dalam hal biaya.
b. Persaingan atara Persaing yang Ada (Rivalry between existing competitors)
Jika terdapat banyak pesaing dalam industri, maka pasti akan lebih banyak persaingan
harga dan tekanan terhadap margin laba karena para pesaing berusaha untuk
meningkatkan pangsa pasar mereka. Industri yang memproduksi barang yang realtif
homogeny juga menghadapi tekanan harga yang kuat, karena perusahaan tidak dapat
bersaing dengan mendiferensiasikan produk.
c. Tekanan dari Produk Subtitusi (Threat of substitute products or service)
Produk substitusi berarti bahwa industri tersebut menghadapi persaingan dari perusahaan
pada industri terkait. Sebagai contoh, produsen gula bersaing dengan produsen sirup
jagung, produsen wool bersaing dengan produsen fiber sintetis. Adanya produk subtitusi
akan membatasi harga yang dapat dibebankan kepada pelanggan.
d. Daya Tawar Pembeli (Bargaining power of buyers)
Jika seorang pembeli membeli dalam jumlah yang besar dari output industri, maka
pembeli tersebut mempunyai daya tawar yang tinggi dan dapat menuntut kelonggaran
harga.
e. Daya Tawar Penjual (Bargaining power of suppliers)
Jika pemasok mempunyai kendali monopoli, maka pemasok tersebut dapat menuntut
harga yang lebih tinggi dan membekukan laba industri. Faktor kunci dari menentukan
daya tawar penjual adalah ketersediaan produk substitusi, karena dengan begitu pemasok
tidak dapat memaksakan harga yang lebih tinggi.
REFERENSI
Investment Analysis and Portfolio Management Seventh Edition by. Frank K. Reilly &
Keith C. Brown
Investments Sixth Edition by Zvi Bodie, Alex Kane and Alan J. Marcus
Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas Edisi Ketiga ole Suad Husnan