ANALISIS FRAMING BERITA DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN 2019...

135
i ANALISIS FRAMING BERITA DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN 2019 PADA SURAT KABAR JAWA POS SKRIPSI Skripsi Ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) OLEH IDA FADILAH NIM. 430-10-15-0041 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Transcript of ANALISIS FRAMING BERITA DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN 2019...

i

ANALISIS FRAMING BERITA DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN 2019

PADA SURAT KABAR JAWA POS

SKRIPSI

Skripsi Ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

OLEH

IDA FADILAH

NIM. 430-10-15-0041

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2019

ii

iii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lampiran : 4 (Empat) Eksemplar Salatiga, 11 Juli 2019

Hal : Naskah Skripsi

a.n Sdra. Ida Fadilah

Kepada

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah

Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya

kirimkan skripsi saudara:

Nama : Ida Fadilah

NIM : 43010-15-0041

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul : ANALISIS FRAMING BERITA DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN

2019 PADA SURAT KABAR JAWA POS

Selanjutnya saya mohon kepada Bapak Dekan Fakultas Dakwah agar

skripsi saudara tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatian Bapak kami

ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

iv

v

vi

ABSTRAK

Fadilah, Ida. 2019. Analisis Framing Berita Debat Pemilihan Presiden 2019 Pada

Surat Kabar Jawa Pos. Skripsi. Salatiga : Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing : Drs. H. Bahroni, M.Pd.

Kata kunci : Framing, Berita Politik, Jawa Pos

Media berkuasa atas pengetahuan publik melalui framing teks dan gambar.

Media dan pemilihan Presiden di Indonesia tidak lepas dari narasi besar dimana

posisi media yang tidak netral terhadap politik. Seluruh surat kabar termasuk Jawa

Pos bersaing untuk memberikan informasi mengenai Pilpres 2019 secara kontinue.

Pemberitaan yang dilakukan oleh media nantinya akan berpengaruh besar

terhadap opini publik.

Penelitian ini membahas tentang: Analisis framing berita debat Pemilihan

Presiden (Pilpres) 2019 yang dikemas Jawa Pos edisi 18 Januari-14 April 2019 di

Surat Kabar Jawa Pos. Metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan

kualitatif dengan analisis framing model Zhongdang Pan dan M Gerald Kosicki.

Dalam analisis framing model ini memiliki empat struktur yaitu sintaksis, skrip,

tematik, dan retoris.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan empat

struktur analisis tersebut, maka dari lima berita debat Pilpres 2019 di surat kabar

Jawa Pos edisi 18 Januari-14 April 2019 adalah Jawa Pos memiliki dua sikap,

netral dan memihak ke paslon 01, Jokowi-Ma‟ruf. Dilihat dari struktur sintaksis,

Jawa Pos dalam memuat judul dan lead berita didasarkan atas latar informasi

dalam debat tersebut. Struktur skrip, Jawa Pos tidak begitu menonjolkan unsur

berita, namun jelas dalam mengemas berita mengandung unsur 5W+1H. Dalam

struktur tematik, Jawa Pos selalu menyajikan subjudul untuk menjelaskan isi

berita sehingga lebih mudah dipahami. Koherensi yang terdapat dalam berita ini

juga sangat beragam, sehingga memperjelas maksud dari setiap berita. Dalam

struktur retoris, Jawa Pos menggunakan gambar di setiap berita berupa foto

maupun grafis pendukung seperti tabel.

vii

MOTTO

“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah

penulis”

(Abu Hamid Al-Ghazali)

“Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi, namun ilmu tanpa iman

bagaikan lentera di tangan pencuri”

(HAMKA)

“Orang sukses juga berasal dari keluarga miskin, seperti kita. Kuncinya, jangan

tinggalkan ibadah”

(Alm Abah dan Ibu)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur ke hadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan karunianya

hingga tugas akhir ini sudah di ujung mata. Skripsi ini adalah bentuk persembahan

untuk :

1. Alm abah saya tercinta, Achmad Bisri dan ibunda tercinta, Sutiyem

yang senantiasa memberikan support, doa dan membesarkan saya

dengan pendidikan luar biasa dengan segala kasih sayangnya.

2. Adik saya tercinta, Muhammad Mustofa yang senantiasa selalu

mendukung saya dan membantu saya.

3. Nenek saya tersayang, Sainem yang selalu memberi cinta dan sayang

dalam hidup.

4. Saudara tiri saya Tri Utami dan keluarga, Mas Antok dan keluarga,

serta Mas Fai dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada

saya.

5. Saudara-saudara saya Pakde Sukamto, Budhe Tini, Pakde Saroni, Pak

Yudi dan keluarga, Ibu Rus dan keluarga, Pakde Tamami dan keluarga,

Yuli Prasetyo, Anita Widiastuti yang memberikan semangat dan

bimbingan dalam hidup yang luar biasa.

6. Bapak Mukti Ali selaku dekan Fakultas Dakwah yang memberikan

bimbingan dan motivasi serta semangat sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

ix

7. Ibu Maryatin selaku dosen pembimbing akademik, yang selalu memberi

arahan, dukungan, dan motivasi selama saya menjadi anak didik beliau.

8. Bapak Bahroni selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah

menuntun dan membimbing skripsi hingga selesai.

9. Bapak Dhinar Sasongko dan keluarga, Bapak Arif Riyanto, Ibu Ida Nur

Laila yang telah memberikan pengalaman yang luar biasa selama

belajar di Jawa Pos Radar Semarang.

10. Sahabat-sahabat „Love You‟, Dina Rahayu, Rizka Indah Anggraini,

Anita Anggraeni yang tak hentinya memberikan kasih sayang,

semangat, dan pengalaman selama 4 tahun ini.

11. Sahabat seperjuangan KPI angkatan 2015 dan teman seperjuangan

dalam menyelesaikan skripsi ini, Trisna, Diyani, Rita, Coro, Dilla,

Dany, Tiak, Alwins.

12. Sahabat „bedhes‟ saya, Dina Rahayu, Tri Wahyuni, Oki Wariati, Siti

Fatimah, Wawan Indarko, Muhammad Najmuzzaman, Muhammad

Bayu yang selalu memberi suntikan semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

13. Sahabat SMA saya, Erlina, Lisa, Eka, Intan, Avissa, Amrina, Annisa

yang memberi suntikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Organisasi LPM DinamikA beserta anggotanya tempat saya belajar

beroganisasi dan belajar jurnalistik.

15. Keluarga KKN Desa Garangan „Posko Pak Lurah‟ yang saya sayangi.

16. Adinda Fatma Fadhilah, Ita Fikyani, Murniyati dan Tiyas Utami yang

memberikan pinjaman laptop sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

x

17. Teman-teman lelaki yang sempat singgah, terimakasih telah mengisi

hari-hari saya menjadi berwarna.

18. Para staf perpustakaan kampus tiga IAIN Salatiga dan Monumen Pers

Nasional tempat saya mencari bahan skripsi.

19. Serta semua pihak yang telah mendukung terlaksananya tugas akhir ini

bak secara materi dan non-materi.

xi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Framing Berita Debat

Pemilihan Presiden 2019 Pada Surat kabar Jawa Pos”. Shalawat serta salam

penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta

keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi

kita.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis

banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan

kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan

bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat

terselesaikan.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Dr. Mukti Ali M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga,

3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam (KPI) sekaligus dosen pembimbing akademik.

4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

xii

5. Segenap keluarga besar KPI, mahasiswa angkatan 2015, jajaran dosen dan

staf Fakultas Dakwah khususnya program studi KPI, serta para staf

perpustakaan IAIN Salatiga.

6. Serta pihak yang telah mendukung terlaksananya tugas akhir ini baik secara

materi maupun non-materi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari

pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

para pembaca pada umumnya.

Akhirnya hanya kepada Allah swt. Penulis memohon petunjuk dan

berserah diri memohon ampunan dan rahmatNya.

Salatiga, 11 Juli 2019

Penulis

Ida Fadilah

NIM. 43010150041

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LOGO INSTITUT ................................................................................................ ii

NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iii

PENGESAHAN ................................................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan masalah ............................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8

xiv

E. Kerangka Berpikir ............................................................................ 9

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................... 11

B. Kajian Pustaka ................................................................................ 15

1. Berita ....................................................................................... 15

a. Definisi Berita .................................................................. 15

b. Nilai Berita ....................................................................... 17

c. Penempatan Berita ........................................................... 18

d. Narasumber Berita ........................................................... 19

e. Asal Berita ........................................................................ 21

2. Konstruksi Media .................................................................... 22

3. Analisis Framing ..................................................................... 28

a. Struktur Sintaksis ............................................................. 31

b. Struktur Skrip ................................................................... 33

c. Struktur Tematik .............................................................. 34

d. Struktur Retoris ................................................................ 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian .................................................................. 37

1. Jenis Penelitian ..................................................................... 37

2. Paradigma Penelitian ............................................................ 38

3. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 39

4. Tahapan Penelitian ................................................................ 39

xv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Surat Kabar Jawa Pos ........................................................ 44

B. Debat Pemilihan Presiden ............................................................ 50

C. Analisis Berita ............................................................................... 58

1. Analisis Berita 1 ................................................................... 59

2. Analisis Berita 2 ................................................................... 68

3. Analisis Berita 3 ................................................................... 78

4. Analisis Berita 4 ................................................................... 84

5. Analisis Berita 5 ................................................................... 92

6. Pembahasan .......................................................................... 98

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 103

B. Saran ........................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 105

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................... 9

Tabel 2.1 Perbedaan Positivis dan Konstruksionis ........................................... 26

Tabel 2.2 Skema Framing Model Pan dan Kosicki .......................................... 29

Tabel 4.1 Judul Berita Debat Pilpres 2019Surat Kabar Jawa Pos .................... 58

Tabel 4.2 Struktur Tematik Analisis Berita 1 .................................................... 65

Tabel 4.3 Struktur Tematik Analisis Berita 2 .................................................... 73

Tabel 4.4 Struktur Tematik Analisis Berita 3 .................................................... 81

Tabel 4.5 Struktur Tematik Analisis Berita 4 .................................................... 88

Tabel 4.6 Struktur Tematik Analisis Berita 5 .................................................... 95

Tabel 4.7 Jumlah Pengutipan Sumber Struktur Sintaksis .................................. 98

Tabel 4.8 Jumlah Lead Struktur Sintaksis ......................................................... 99

Tabel 4.9 Penempatan Foto Berita Debat Struktur Retoris .............................. 110

Tabel 4.10 Pembahasan Analisis Framing Jawa Pos ....................................... 111

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019 .......................... 67

Gambar 4.2 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019 .......................... 67

Gambar 4.3 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019 .......................... 76

Gambar 4.4 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019 .......................... 77

Gambar 4.5 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019 .............................. 84

Gambar 4.6 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019 .............................. 90

Gambar 4.7 Berita debat Pilpres 2019 edisi 31 Maret 2019 .............................. 90

Gambar 4.8 Berita debat Pilpres 2019 edisi 31 Maret 2019 .............................. 91

Gambar 4.9 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019 ............................... 96

Gambar 4.10 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019 ............................. 97

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jurnalis merupakan profesi yang berhubungan dengan media, baik

cetak maupun elektronik bahkan online. Jurnalis menyajikan laporan lalu

dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film

dokumentasi dan internet. Jurnalis mencari sumber untuk ditulis dalam

laporannya. Juga diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan

tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.

Tidak hanya seorang jurnalis dan tim redaksi, massa menjadi alat

penting dalam terbitnya sebuah berita. Komunikasi massa bekerja dengan

sistem yang apik dan masif. Setiap upaya komunikasi massa erat kaitannya

dengan propaganda atau upaya politisi untuk membentuk sebuah opini publik.

Ketika sebuah konten atau berita sudah diramu dalam sebuah komunikasi

masaa, maka semua orang akan menganggap penting dan wajib untuk disimak.

Khalayak komunikasi massa adalah sasaran penyebaran pesan-pesan

media massa. Khalayak media massa terdiri atas berbagai ragam individu dan

kelompok yang berbeda-beda dan tersebar luas. Khalayak media massa sangat

besar, memiliki beragam kondisi dan kepentingan. Media massa biasanya

menargetkan khalayak bagi produk yang dihasilkannya (pesan) dengan

segmentasi khalayak tertentu. Khalayak media massa dapat mengonsumsi

pesan-pesan media secara serempak dan terbuka (Halik, 2013:4).

2

Massa digiring untuk menyimak suatu berita yang dianggap penting.

Untuk itu, manajemen media mempunyai pendekatan khusus atau metodologi

khusus dalam menilai kualitas produk media baik untuk mengukur kualitas isi

media maupun untuk usaha media. Tentu saja, metode-metode yang relevan

dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja media, seperti pengukuran rating.

Media tidak hanya berperan dan berfungsi sebagai pemberi informasi,

pendidikan, hiburan dan sosial kontrol. Pada saat yang sama, media digunakan

untuk meraih tujuan komersil oleh pemilik dan pengelola media.

Media juga merupakan salah satu elemen demokrasi, kesuksesan

demokrasi tergantung bagaimana media mengemas suatu berita. Kualitas

berita juga menjadi taruhannya. Kepemilikan media menjadi ancaman berita

dan informasi objektif bagi publik. Apalagi jika pemilik media juga turut

menjadi pimpinan dalam suatu partai politik. Hal tersebut akan menjadikan

media mengarah ke kepentingan politik atau individu.

Pemberitaan pers dalam menyampaikan berita ke publik yang

terhambat kebijakan-kebijakan pemerintah dapat membatasi kebebasan pers

dengan alasan untuk stabilitas dan keamanan nasional. Hal tersebut telah

menggiring kemasan dan kontruksi pesan. Sebagai khalayak penerima

informasi, tentunya masyarakat dapat membandingkan satu media dengan

yang lain dalam hal menyikapi sebuah peristiwa atau berita.

Adanya UU No. 4 tahun 1999 tentang pers telah merubah sistem

komunikasi politik selama ini, hal terebut menyebabkan komunikasi politik

dapat berlangsung lebih seimbang, terutama relasi antara pemerintah dengan

3

pers, antara pemerintah dengan kelompok-kelompok dalam masyarakat

maupun antar berbagai komponen masyarakat dengan menjadikan media

massa sebagai jembatan.

Pers sangatlah penting dalam membangun dan memelihara komunikasi

politik demokratik. Peran penting pers ditentukan oleh pers itu sendiri dengan

cara tidak menaruh keberpihakan dan indepensi media terhadap golongan atau

partai tertentu. Perkembangan dan pertumbuhan pers erat kaitannya dengan

sistem politik di Indonesia. Sistem pers juga menjadi subsistem politik yang

ada. Sebagai negara demokrasi, pers di Indonesia mempunyai kebebasan

untuk menyampaikan informasi maupun pandangan kepada pembaca.

Media berkuasa atas pengetahuan publik melalui framing teks dan

gambar. Hal itu bisa menjadi rujukan utama publik dalam membentuk opini

terhadap jalannya pemerintahan. Kecenderungan pemilih dalam pemilihan

umum (pemilu) bukan hanya ditentukan oleh seberapa besar kampanye

dilakukan oleh kandidat atau partai. Namun, dapat juga ditentukan oleh

seberapa besar informasi yang mereka dapatkan dari berbagai media.

Dalam hal ini media melakukan politik yang bersifat persuasif

terhadap pemilih dengan cara terus menerus atau kontinue menginformasikan

berita politik, sehingga akan menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, secara tidak langsung akan membentuk nilai terhadap

kandidat maupun partai dalam pemilu. Relasi media dan pemilihan presiden

(Pilpres) di Indonesia tidak lepas dari narasi besar dimana posisi media yang

4

tidak netral terhadap politik. Terlebih media yang kebetulan pemiliknya

adalah publik figur, tentu akan sangat memengaruhi isi berita.

Keterkaitan pemilik media massa dengan partai politik tentu

memengaruhi wacana pemberitaan. Partai politik akan memanfaatkan

kepemilikan untuk membentuk citra positif di mata masyarakat. Hal itu

menyebabkan proses kerja jurnalis tidak lagi bersandar pada prosedur kerja

standar, namun lebih ke usaha untuk membuat berita yang menguntungkan

bagi lembaga media. Wangs mengatakan bahwa penggunaan bahasa oleh

media masa memiliki hubungan dengan praktik sosial. Melalui bahasa,

seseorang atau kelompok ditampilkan atau didefinisikan (Badara, 2012:2).

Dalam arti yang luas, bahasa yang digunakan dalam pemberitaan sudah

dipengaruhi oleh ideologi dalam konteks kekuasaan tertentu.

Media massa hendaknya serius mempertimbangkan prinsip-prinsip dan

keutamaan objektivitas dan kebenaran laporannya. Jika telah dikonsumsi oleh

publik, berarti pengetahuan publik yang didasarkan atas informasi tersebut

akan mewarnai sikap dan tindakan publik secara nyata. Oleh karena itu, media

massa dalam performanya dituntut memiliki sikap dan tanggung jawab yang

besar dalam mengutamakan kepentingan publik, yakni untuk mengetahui

informasi yang benar. Allah SWT telah menggariskan pentingnya prinsip-

prinsip kebenaran komunikasi tersebut, seperti dalam ayat berikut:

ية ضعبفب خ بفىا عهيهم فهيتقىا للا ونيخش انزيه نىتشكىا مه خهفهم رس

ونيقىنىا قىال سذيذا

5

Artinya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang

mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu

hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka

mengucapkan perkataan yang benar (Q.S. An-Nisa: 9).

Ayat tersebut mengandung makna bahwa segala sesuatu harus

berlandaskan kebenaran. Seperti halnya dalam memberitakan peristiwa,

seorang jurnalis dan media seyogyanya menginformasikan apa adanya tanpa

ditambah bumbu penyedap. Karena media menjadi tolak ukur kesuksesan

perkembangan demokrasi, untuk itulah kebenaran berita harus ditegakkan.

Dalam pandangan Islam, al-Quran merupakan berita yang disampaikan Allah

untuk hamba-hambaNya. Ayat yang terkandung dalam al-Quran memiliki

informasi seperti halnya surat kabar memberikan informasi kepada khalayak.

Terlebih pada saat masa kampanye, dimana menjadi waktu yang

penting bagi para partai politik untuk berlomba-lomba merebut hak pilih suara.

Fokus pemberitaan media massa (dalam hal ini surat kabar) akan merujuk

pada Pilpres 2019. Seluruh surat kabar bersaing untuk memberikan informasi

mengenai Pilpres 2019 secara kontinue, tak lain bertujuan agar pembaca

mengenal dan mengetahui siapa calon presiden yang akan mereka pilih nanti.

Saat ini penggunaan media massa untuk tayangan iklan politik

tampaknya juga semakin meningkat. Iklan-iklan partai politik dapat

disaksikan setiap harinya melalui media televisi, radio, cetak dan online.

Beberapa partai politik dan kandidat politik menggunakan iklan politik ini

untuk menawarkan program dan mengajak khalayak untuk memilih kandidat

atau partai politik yang dimaksud dalam pemilu. Pencitraan partai politik dan

6

tokoh politik melalui iklan semakin memperkuat fungsi media massa dalam

aktivitas politik, seperti pemilu. Terbukti, penggunaan media massa dalam

porsi yang lebih banyak dapat memperlancar jalannya kampanye politik.

Adanya kekuasaan tertentu erat kaitannya dengan kepentingan media

sehingga menyebabkan perbedaan pandang dan kebutuhan media dalam

memberikan informasi kepada publik. Oleh karena itu, akan banyak sekali

perbedaan antara media dalam memberitakan suatu peristiwa, terlebih

menjelang Pilpres 2019. Media memiliki kemasan masing-masing dalam

memandang sebuah berita.

Tidak jarang juga kita menemukan berbagai perilaku wartawan ketika

melakukan proses liputan jurnalistik dianggap melanggar kode etik jurnalistik

dan ketentuan yang berlaku di masyarakat. Apalagi mengingat bahwa media

bukanlah saluran yang bebas tetapi melalui jalur konstruksi, frame berita

sedemikian rupa. Sebuah peristiwa yang sama terkadang dapat diperlakukan

berbeda oleh media (Ishwara, 2005: 6).

Berkaca pada pemberitaan pemilu 2014 lalu, faktanya masih banyak

media yang menjadi pijakan partai dalam mengusung dan memperluas

jaringan untuk bersosialisasi. Seperti surat kabar Media Indonesia yang selalu

menyajikan dan menjadi tempat pencitraan bagi Partai Nasdem. Hal tersebut

dikarenakan pemilik media tersebut adalah Ketua Partai Nasdem, Surya Paloh.

Ada lagi, MNC GROUP yang juga memanfaatkan medianya untuk semakin

dikenali masyarakat. Hary Tanoesodibjo bersama Partai Perindo

memanfaatkan kepemilikan media untuk memunculkan citra positif. Dengan

7

begitu, melalui tempat yang dimiliki konglomerasi media, jurnalis dan media

dalam menyajikan pemberitaan Pilpres akan menjadi tidak berimbang atau

memihak. Hal tersebut patut dipertanyakan apakah media di Indonesia masih

independen atau tidak. Hal tersebut nantinya akan berpengaruh besar terhadap

opini publik. Dalam ajaran Islam, meski persoalan tersebut merupakan fakta

namun hal semacam itu tidak boleh dilakukan karena memiliki sikap tidak adil.

Tidak adil dalam artian, berita yang disampaikan tidak semuanya, hanya

menjadi wadah pencitraan.

Setelah mengetahui pemaparan di atas, peneliti berupaya mencari tahu

bagaimana pengemasan mengenai berita menjelang Pilpres pada 17 April

2019 pada surat kabar Jawa Pos dengan analisis framing. Setelah hasil didapat,

barulah dilihat seperti apa pandangan Islam dalam melihat berita tersebut.

Penelitian difokuskan pada berita debat Pilpres pada surat kabar Jawa Pos

sebagai media nasional dan media tertua di Indonesia. Media tersebut juga

menjadi media yang memiliki oplah terbesar dan masih bertahan hingga saat

ini di era yang sudah semakin modern. Peneliti juga ingin mengetahui apakah

media tersebut dalam menanggapi dan menyajikan informasi mengenai debat

Pilpres dilakukan secara objektif dan independen? Dimana hal tersebut

terdapat kekhawatiran bahwasanya berita akan tidak berimbang dikarenakan

media ada dibalik kesuksesan kampanye pasangan calon (paslon) presiden

2019. Selain itu, kandungan berita ini akan dilihat dari ayat Al-Quran yang

berhubungan dengan pesan dakwah.

Analisis dilakukan terhadap teks, kalimat, gambar dan grafik yang

tersaji dalam surat kabar tersebut. Sebagai pendukung penelitian, maka

8

metode untuk menganalisis permasalahan tersebut yakni analisis framing

model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosichi. Selain itu, ayat-ayat Al-Quran

juga menjadi pendukung penelitian untuk menganalisis berita tersebut.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis

framing surat kabar Jawa Pos dalam mengemas berita debat Pemilihan

Presiden 2019?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis framing berita

debat Pemilihan Presiden 2019 pada surat kabar Jawa Pos.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian berdasarkan rumusan permasalahan diatas

yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih dan memberikan

karya ilmiah yang bermanfaat untuk dipersembahkan kepada para pembaca

umumnya dan bagi penulis khususnya, di antaranya :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pembelajaran dalam

kajian ilmu komunikasi, khususnya bagi program studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Dakwah, IAIN Salatiga.

Juga diharapkan bisa menjadi referensi mahasiwa khususnya KPI

lebih dalam pada konsentrasi jurnalistik terkait pembelajaran analisis

9

framing media terhadap pemberitaan media maupun disaring

menggunakan kajian dakwah.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan gambaran terhadap praktik penerbitan berita di

media massa.

b. Dapat menjadi rujukan dan panduan bagi praktisi media dalam

menyajikan berita yang bersifat independen.

E. Kerangka Berpikir

Untuk lebih mudah dalam memahami arah penelitian ini, kerangka

berpikir mejadi alat bantu yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian.

Kerangka berpikir ini dimulai dari berita debat Pilpres 2019 pada surat kabar

Jawa Pos yang dirangkai dalam penelitian yaitu melalui analisis framing model

Zhongdan Pan dan M Gerald Kosichi.

Tabel 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Berita Debat Pilpres 2019 surat kabar

Jawa Pos

Analisis Framing Model Zhongdang Pan

dan Gerald M. Kosichi dengan perangkat

sintaksis, skrip, tematik, retoris

Debat Pilpres 2019 dalam bingkai Surat

Kabar Jawa Pos

10

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulis mencoba menyusun

penelitian ini secara sistematis. Pembahasan penelitian terdiri dari 5 bab,

masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Berisi tentang bentuk dan penelitian, dimulai dari

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka berpikir dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI. Menjelaskan tentang kajian penelitian terdahulu

dan kajian pustaka yang meliputi berita, konstruksi media dan analisis framing.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menjelaskan tentang jenis penelitian,

paradigma penelitian, subjek dan objek penelitian serta tahapan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBEHASAN. Menjelaskna tentang sejarah Jawa Pos,

gambaran umum debat pemililihan Presiden, analisis berita 1-5, dan

rangkuman analisis.

BAB V KESIMPULAN. Mencakup kesimpulan dan saran.

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan

sehingga akan memudahkan penulis dalam menyusun penelitian. Penelitian

terdahulu akan mempermudah penulis dalam menentukan langkah menemukan

teori dan konseptual.

Penelitian terdahulu menjadi referensi dalam memilih sistematika

penulisan maupun langkah-langkah sistematis teori analisis framing. Selain itu,

untuk menambah wawasan mengenai hasil penelitian tersebut berikut

penelitian terdahulu yang sudah berhasil dikumpulkan oleh peneliti sebagai

salah satu referensi.

Pertama. Skripsi oleh Vichar Pratama Putra dengan judul “Analisis

Framing Pemberitaan Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi Atas Kritik

Media Massa Di Media Online Sindonews.com Dan Vivanews.co.id Edisi

Agustus 2015” Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia tahun 2018. Penelitian ini akan

melihat bagaimana framing yang dilakukan media online dalam melihat

sebuah peristiwa yang akan diberitakan. Serta melihat bagaimana

pengaruh kepemilikan dan upaya media online untuk menjaga posisi netral

dan objektifitas dalam pemberitaanya. Penelitian ini menganalisis 14 unit berita

dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis framing

model Zhong Pan dan Geral M. Kosichi serta menggunakan paradigma

12

konstruksionis. Dalam proses penelitian menunjukan bahwa framing dari

kedua media sangat berbeda. Seperti Sindonews.com melakukan framing

terhadap pemberitaan Jokowi kritik media terkesan kurang objektif dan

cenderung menggunakan narasumber yang kontra dengan Jokowi yang

dimana hal ini bagian dari kepentingan pemilik media, berbeda dengan

Sindo, Viva dalam framingnya cenderung berupaya menjaga objektifitas pada

pemberitaanya demi menghasilkan informasi yang sesuai dengan realitas sosial.

Kedua. Skripsi oleh Ricky Alkat Seftiano. Mahasiswa Program Studi

S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Mulawarman dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Pemilihan

Gubernur Kalimantan Timur 2013 Surat kabar Kaltim Post dan Tribun Kaltim

Pada Masa Kampanye.” Penelitian ini menggunakan teori agenda setting,

komunikasi massa ketika dalam proses penyampaian pesan tidak lagi dilakukan

oleh perorangan akan tetapi oleh sebuah lembaga dengan berbagai tujuan

komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas

dengan menggunakan agenda media. Jenis penelitian yang digunakan

peneliti bersifat kualitatif deskriptif dengan metode analisis framing

Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki. Konsep framing dalam metode ini

adalah strategi kontruksi dan memproses berita. Fokus penelitian ini yaitu; (1)

sintaksis, (2) skrip, (3) tematik, (4) retoris. Teknik pengumpulan data dengan

cara melakukan kliping berita tentang pemberitaan Pemilihan Gubernur

Kalimatan Timur 2013 pada masa kampanye pada 24 Agustus – 6

September 2013 di Kaltim Post dan Tribun Kaltim. Hasil penelitian ini

menunjukan framing Kaltim Post melalui pemberitaannya menunjukkan

13

masih ada penojolan-penojolan yang sifatnya masih dalam batas kewajaran

terhadap Awang Faroek Ishak dengan selalu memberikan pemberitaan

positif. Hal tersebut menunjukkan kekuasaan pemilik perusahaan media

sangat berpengaruh terhadap isi pemberitaan. Framing Tribun Kaltim

melalui pemberitaannya pada rubrik pemilihan Gubernur Kalimantan

Timur 2013 pada masa kampanye menunjukan tidak memihak dan tidak

condong terhadap salah satu kandidat calon Gubernur Kalimantan Timur 2013,

terlihat Tribun Kaltim berusaha membangun realitas yang sebenarnya.

Ketiga. Skripsi oleh Hajerimin dengan judul “ANALISIS FRAMING

MEDIA MASSA (Konstruksi Berita Politik Harian Amanah Tentang

Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar Jelang Pilgub Sul-Sel 2018: Studi

Analisis Framing Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki). Tujuan penelitian

ini adalah untuk: 1) untuk mengetahui analisis framing (bingkai/pengemasan)

berita politik harian Amanah tentang Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar

menjelang Pilgub Sul-Sel 2018, 2) untuk mengetahui analisis agenda setting

harian Amanah terhadap berita politik tentang Abdul Aziz Qahhar

Mudzakkar menjelang Pilgub Sul-Sel 2018. Dalam menjawab permasalahan

tersebut, penulis menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu analisis

yang melihat wacana sebagai hasil dari konstruksi realitas sosial. Penelitian

ini tergolong library research, data dikumpulkan dengan mengutip,

menyadur, dan menganalisis dengan menggunakan analisis framing

(framing analisis) dengan literatur representative dan mempunyai relevansi

dengan masalah yang dibahas, kemudian mengulas dan menyimpulkannya.

Setelah mengadakan pembahasan analisis framing tentang Abdul Aziz

14

Qahhar Mudzakkar jelang Pilgub 2018 dengan menggunakan metode

Zongdang Pan dan Gerald. M. Kosicki. Penulis menemukan, dari sisi

perangkat framing (sintaksis, skrip, tematik dan retoris), menunjukkan

harian amanah dalam mengkonstruksi realitas sosial utamanya berita tentang

AQM jelang Pilgub 2018 masih dominan pada keberpihakan medianya. Dari

segi agenda setting, Amanah terlihat sangat mengendalikan pemberitaan.

Sebagai media dakwah, harian Amanah perlu memegang teguh prinsip

ukhuwah yang berlandaskan Al-Qur‟an dan sunnah dalam memberitakan

setiap informasi kepada publik. Yaitu dengan memperbaiki cara menyusun

fakta, cara menulis fakta, cara mengisahkan fakta, dan cara menekankan

fakta. Kemudian sebaiknya melakukan peningkatan mutu terus menerus

agar mampu menghadapi tantangan zaman yang berubah.

Keempat. Skrispsi oleh Quartin Qonita Qurrotaa‟yun dengan judul

“Analisis Framing Model Zhongdang Pan Dan Gerald M. Kosicki Terhadap

Kasus Bom Thamrin Pada Pemberitaan Media Asing Online Cnn (Cable News

Network) Cnn.Com Periode Januari 2016”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana media asing membingkai pemberitaan peristiwa

bom Thamrin di Jakarta dengan menggunakan analisis framing pada media

online asing CNN.com Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian ini menemukan framing dalam pemberitaan tentang kasus

serangan Jakarta di Jl. Thamrin oleh media asing online CNN.com

adalah „Indonesia sebagai sarang teroris‟ dan kedekatan orang Indonesia

dari kelompok radikal yang dekat dengan kelompok ISIS di Suriah.

15

Selain itu, pemberitaan serangan Jakarta mengacu pada peta idelogi

masuk ke dalam bidang penyimpangan (sphere of deviance).

Perbedaan penelitian terletak pada subjek penelitian dimana peneliti

sebelumnya meneliti berita-berita yang sedangkan peneliti melakukan

penelitian pada berita debat pemilihan presiden 2019 pada surat kabar Jawa

Pos. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan teori analisis framing

model Zhongdan Pan dan M Gerald Kosichi.

B. Kajian Pustaka

1. Berita

a. Definisi Berita

Berita berasal dari Bahasa Sangsakerta, yakni Vrit yang dalam

Bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya ialah ada atau terjadi.

Berita menurut The New Groiler Wbester International Dictionary

yang dikutip kembali oleh Hikmat Kusumaningrat dan Purnama

Kusumaningrat dalam buku Jurnalistik dan Praktek menyebutkan

bahwa berita adalah :

“(1) Infromasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi, atau

tentang sesuatu yang belum diketahui sebelumnya; (2) Berita adalah

informasi seperti yang disajikan oleh media semisal surat kabar, radio

atau televisi; (3) Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang

oleh media merupakan subjek yang layak untuk diberitakan.”

(Kusumaningrat, 2006:39).

16

Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De

Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang

kejadian yang baru, penting dan bermakna (significant), yang

berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak

dinikmati oleh mereka (Helena, 2007:25).

Berita merupakan isi dari sebuah media massa. Dalam hal ini,

berita juga menjadi isi dari surat kabar. Menurut Kamus Brsar bahasa

Indonesia (KBBI), berita adalah cerita atau keterangan mengenai

kejadian atau pristiswa yang hangat. Berita juga diartikan sebagai

kabar, laporan dan pemberitahuan atau pengumuman. Berita juga

dikatakan sebagai informasi dari media massa yang merupakan

produk sosial yang dibutuhkan individu atau khalayak untuk

memaknai lingkungan sosialnya (Tamburaka, 2012:17).

Menurut Sudirman Tebba dalam bukunya Jurnalistik Baru,

berita adalah jalan cerita tentang peristiwa, disini setidaknya berita

mengandung dua hal yaitu peristiswa dan jalan ceritanya. Jalan cerita

tanpa peristiswa atau peristiswa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut

sebagai berita (Sudirman, 2005: 55). Berita saat ini digolongkan

menjadi berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Hard

news bisa juga disebut straight news, yaitu sebuah berita penting yang

harus segra disampaikan kepada masyarakat. Soft news juga bisa

disebut sebagai feature news yaitu peristiswa yang bisa jadi bukan

termasuk yang teramat penting untuk diketahui masyarakat, bahkan

peristiswanya telah terjadi beberapa waktu lalu.

17

Berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas

realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa saja berbeda

dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan realitas yang berbeda

pula. Karenanya, ukuran yang baku dan standar tidak bisa dipakai.

Jika ada perbedaan antara berita dan realitas yang sebenarnya, maka

tidak dianggap kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan

mereka atas realitas. Oleh karena itu, berita bersifat subjektif : opini

tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat

dengan perspektif dan pertimbangan positif (Eriyanto, 2012:29).

Sebuah berita di media massa bukan hanya rangkaian fakta

yang tersusun menjadi sebuah kalimat dan paragraf. Ia juga

merupakan representasi dari pikiran, sikap reporter, asisten redaktur

bahkan kebijakan redaksi yang dikemas melaui wacana berita.

Berita tidak dapat terlepas dari fakta, maka dari itu pembuatan

berita yang ditulis dengan apa adanya akan kering gaya dan tidak

memberikan variasi ketika dibaca atau didengarHal inilah yang

menjadikan berita lebih berwarna. Dengan begitu tidak ada teks berita

yang sepenuhnya objektif atau hanya kumpulan fakta yang dijadikan

data untuk sebuah tulisan.

b. Nilai Berita

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam

buku Jurnalistik dan Praktek menyebutkan bahwa nilai berita antara

lain:

18

1) Aktualitas (Timeliness). Semakin aktual berita, artinya semakin

baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Tetapi

adakalanya juga penemuan suatu pristiswa penting atau menarik

yang usianya sudah bertahun-tahun dapat menjadi berita utama.

Dalam hal ini seperti kecepatan adalah hal penyikapannya.

2) Kedekatan (Proximity). Peristiwa yang mengandung unsur

kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Kian dekat

dengan pembaca, kian menarik berita itu.

3) Keterkenalan (Promineace). Kejadian yang menyangkut tokoh

terkenal akan menarik banyak pembaca. Nama-nama terkenal ini

tidak harus diartikan orang saja. Tempat-tempat terkenal dan

situasi-situasi terkenal juga memiliki nilai berita yang tinggi.

4) Dampak (Consequence). Peristiswa yang memiliki dampak luas

terhadap masyarakat.

5) Human Interest. Berita yang memiliki daya tarik secara universal

menarik minat orang memilki nilai berita tinggi. Beberapa unsur

human interest misalnya ketegangan, ketidakdzaliman, minat

pribadi, konflik, simpati, kemajuan, seks, usia, hewan dan humor.

c. Penempatan Berita

Penempatan berita menurut Eriyanto (2013:226) didefinisikan

sebagai dimana letak berita dalam halaman surat kabar yaitu :

19

1) Headline berita utama. Posisi atau letak berita berada di halaman

depan dan berada di posisi utama. Headline umumnya ditulis

dengan huruf lebih besar di bagian depan surat kabar dan panjang

berita lebih besar.

2) Halaman depan, tidak headline. Posisi atau letak berita di

halaman depan tetapi tidak berada di posisi berita utama

(headine).

3) Halaman belakang. Berita ditempatkan di halaman belakang surat

kabar. Misalya, jika surat kabar terdiri dari 24 halaman berita

ditempatkan di halaman 24.

4) Halaman dalam. posisi atau letak di halaman dalam surat-surat

kabar (di luar halaman 1 dan halaman belakang surat kabar).

5) Halaman khusus (suplemen). Posisi atau letak di halaman khusus

(suplemen) surat kabar. Ini adalah halaman khusus yang disediakan

oleh surat kabar dalam liputan.

d. Narasumber Berita

Bagian terpenting dalam wawancara adalah narasumber.

Narasumber yang paling baik adalah seorang yang berpengetahuan

dalam suatu bidang dan yang mengetahui apa yang sedang terjadi

sebenarnya. Macam-macam narasumber menurut Kusumaningrat,

2006: 250, yaitu:

20

1) Ilmuan. Ilmuan dianggap narasumber paling sensitif diantara

narasumber lainnya dalam hal memberikan keterangan kepada

pihak-pihak lain di luar disiplin ilmuannya. Para ilmuan, sama

seperti juga wartawan, sama mengejar kebenaran. Ilmuan mengejar

kebenaran baru, yang belum ditemukan, dan mempunyai

kepentingan dalam menyampaikan kebenaran baru yang ditemukan

dengan sikap sangat seksama dan akurat.

2) Birokrat. Dari sudut pandang wartawan, seorang birokrat adalah

orang yang untuk melaksanakan tugas-tugasnya harus memperoleh

kerjasama dari publik, dalam hal ini memperoleh kerjasama melaui

media. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang

menjadi bagian institusi dan memiliki kompetensi untuk

menjalankan apa yang tengah terjadi terkait hal yang dinaungi oleh

institusi tersebut, seperti dimana pendapatan pajak untuk soal pajak,

atau pemerintahan daerah dalam soal pemilihan kepala daerah.

3) Politisi. Politisi memiliki motivasi yang sedikit berbeda dalam

mencari perhatian publik melalui media. Seorang politisi adalah

seorang yang berusaha meniti tangga kepemimpinan institusi sosial

atau mengubah institusi. Politisi berusaha “mengerahkan” segala

sesuatu (birokrat berusaha melaksanakan sesuatu yang sudah tetap).

4) Anggota yang tetap tidak puas. Anggota yang tidak puas dalam

sebuah organanisasi merupakan narasumber yang seringkali

digunakan dalam reporter investigatif. Sumber-sumber semacam

21

itu penting dalam reportase investigatif karena mereka memberikan

pandangan tentang kelemahan-kelemahan institusi yang tidak

mungkin diperoleh dengan cara lain.

5) Pengejar publisitas. Sementara narasumber juga bisa jadi

merupakan pengejar publisitas – publicity seeker. Mereka

seringkali memburu ruangan-ruangan redaksi surat kabar. Mereka

jarang memberitakan sumbangan pada interpretasi yang tajam

tentang suatu isu, tetapi informasinya bermanfaat.

6) Pejabat humas. Bagi seorang wartawan interpretatif, sumber resmi

yang benama pejabat humas (hubungan masyarakat) amat penting.

Pejabat humas merupakan narasumber yang dapat membawa ke

narasumber-narasumber lain. Ia juga dapat memberikan informasi

serta merespon intepretasi tentang isu-isu tertentu dengan

pemahaman mendalam.

e. Asal Berita

Asal berita menurut Eriyanto (2013: 226), merujuk kepada

darimana berita didapat oleh wartawan, apakah dari liputan langsung

ataukah dari sumber lain. Penjelasnnya sebagai berikut ;

1) Liputan wartawan surat kabar. Berita didapat dari liputan

langsung wartawan (liputan, wawancara).

2) Kantor berita Indonesia. Berita didapatkan dari kantor berita

Indonesia.

22

3) Kantor berita asing. Berita didapatkan dari kantor berita luar

negeri.

4) Mengutip media dari Indonesia. Berita mengutip dari berita lain,

baik surat kabar, radio, televisi ataupun dotcom.

5) Mengutip media asing. Berita mengutip dari berita media lain,

baik surat kabar, radio, televisi ataupun dotcom.

6) Lainnya. Asal berita tidak dapat diindentifikasi secara jelas atau

diluar yang telah disebut diatas.

2. Konstruksi Media

Selalu muncul pertanyaan dalam benak pembaca, mengapa

peristiwa yang sama diberitakan berbeda oleh berbagai media? Mengapa

sisi yang ini diberitakan sementara yang itu tidak? Framing, itulah

jawaban tepat dari pertanyaan tersebut. Media memiliki wewenang untuk

menebitkan berita satu dengan yang lain. Ada peristiwa yang diberitakan,

ada peristiwa yang tidak diberitakan. Beberapa hal tersebut menunjukkan

betapa subjektifnya suatu media. Inilah sedikit gambaran bahwa berita

yang disajikan oleh media telah dikonstruksi.

Realitas konstruksi media memperlihatkan cara dan teknik dalam

menekankan atau menonjolkan suatu peristiswa. Apakah terdapat fakta

berita yang dihilangkan bahkan di sembunyikan dalam pemberitaan?

Bagi Belger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga

sesuatu yang diturunkan Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan

dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas disebut berwajah

23

ganda atau pural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda

atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi,

pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan

menafsirkan realitas sosial itu dengan kosntruksinya masing-masing.

Hal tersebut yang mendasari bagaimana sebuah media

mengkonstruksi sebuah berita. Wartawan bisa memiliki pandangan dan

kosepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa, dan itu dapat dilihat

dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiswa tersebut, yang

kemudian diwujudkan dalam bentuk teks berita.

Dalam pandangan konstruksi sosial, berita bukan merupakan suatu

peristiswa atau fakta dalam arti yang riil. Realitas tidak langsung diberikan

begitu saja, berita adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta.

Realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan.

Dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk melihat

realitas. Konsepsi tentang fakta di ekspresikan untuk melihat realitas. Hasil

dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut

(Eriyanto, 2002: 17).

Berbagai peristiswa yang muncul di media massa diinternalisasi

dengan cara dilihat dan diobservasi wartawan. Sehingga, terjadi proses

dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang di

lihat oleh wartawan. Oleh karena itu, berita adalah hasil dari interaksi

antara kedua proses tersebut. Di luar realitas yang objektif, terdapat

realitas yang ada dalam benak individu wartawan. Hasil teks berita harus

dipandang sebagai produk dari kontruksi atas realitas.

24

Begitu pula ketika seorang wartawan melakukan wawancara

kepada narasumber, akan terjadi interaksi antar keduanya. Realitas yang

terbentuk dari wawancara tersebut adalah produk interaksi. Realitas hasil

wawancara bukan hasil operan antara apa yang dikatakan oleh narasumber

dan ditulis sedemikian rupa ke dalam berita. Dalam prosesnya, terdapat

eksternalisasi: pertanyaan yang dibuat oleh pewawancara yang membatasi

pandangan narasumber.

Pendekatan konstruskionis mempunyai penilaian tersendiri

bagaimana media, wartawan dan berita dilihat. Fakta atau peristiswa

adalah hasil dari konstruksi. Realitas hadir karena terdapat sisi subjektif

dari wartawan. Realitas tercipta karena konstruksi yakni sudut pandang

tertentu dari wartawan. Disini, tidak ada realitas yang bersifat objektif,

karena realitas tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas

bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu

dipahami oleh wartawan yang memiliki pandangan berbeda.

Media memiliki agenda dalam memberikan informasi opini publik,

meski opini yang diberikan berbentuk konstruksi realitas yang dibangun

dari sebuah ideologi. Ideologi memengaruhi pemberitaan suatu media. Hal

tersebut menimbulkan perbedaan dalam produksi berita yang disampaikan

ke publik. Media mengkonstruksikan realitas berdasarkan kepentingan

pemilik dan ideologi, sehingga menjadi frame berita. Seperti halnya

wartawan dalam menulis berita interpretasi mereka terhadap peristiwa.

Dimana hal tersebut, secara subjektif mewakili institusi tempatnya bekerja.

25

Berikut perbedaan antara positivis dan konstruksionis. (Eriyanto, 2002:20-

35).

Isi media berita selalu mencerminkan kepentingan mereka yang

membiayai media tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa pemilik organisasi

media komersil memiliki kekuasaan besar terhadap isi media, dan dapat

meminta para profesional mesia untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan

suatu isi media. Berbagai penelitian menunjukkan bagaimana pemilik

menggunakan kekuasaannya untuk ikut serta menentukan isi media

meskipun tetap ada ketentuan yang cukup kuat terkait dengan kegiatan

jurnalistik yang melindungi kebebasan jurnalis dalam pengambilan

kebebasan jurnalis. Mereka yang memiliki kekuasaan cenderung

menampilkan lebih banyak pandangan politik atau arah pemberitaan (Amir

Efendi dkk, 2010).

Seperti dalam buku Burton (2008) yang dikutip Muhammad Fahmi

(2018: 179), dalam pandangan umum, media dianggap sebagai institusi

netral yang menyampaikan informasi kepada khalayak secara apa adanya.

Padahal, media justru memiliki kepentingan untuk memproduksi makna-

makna tertentu sesuai dengan keinginan dan tujuan media. Khalayak

penting untuk menyadari bahwa apa yang disampaikan oleh media

bukanlah realitas sebenarnya tetapi realitas yang sudah melewati sejumlah

proses seperti: penyuntingan, edit dan penyesuaian dengan agenda-seting

serta kepentingan media.

Untuk itu, media massa independen, yang tidak didominasi oleh

pihak manapun, baik pemeritah maupun swasta sangat dibutuhkan demi

26

terciptanya keberimbangan dalam pemberitaan. Kondisi seperti ini dapat

dihindari dengan memperbanyak media massa dan mengurangi konsentrasi

kepemilikan media massa, ditambah dengan memperkuat independensi

dan profesionalisme para wartawan.

Tabel 2.1 Perbedaan Positivis dan Kosntruksionis

Positivis Konstruksionis

1. Ada fakta yang “riil” yang

diatur oleh kaidah-kaidah

tertentu yang berlaku

universal

2. Media sebagai saluran

pesan

3. Berita adalah cermin dan

refleksi dari kenyataan.

Karena itu, berita haruslah

sama dan sebangun

dengan fakta yang hendak

diliput

4. Berita bersifat objektif :

menyingkirkan opini dan

pandangan subjektif dari

pembuat berita

5. Wartawan sebagai pelapor

6. Nilai, etika, opini dan

1. Fakta merupakan konstruksi

atas realitas. Kebenaran

suatu fakta bersifat relatif,

berlaku sesuai konteks

tertentu

2. Media sebagai agen

konstruksi pesan

3. Berita tidak mungkin

merupakan cermin dan

refleksi dari realitas. Karena

berita yang terbentuk

merupakan konstruksi atas

realitas

4. Berita bersifat subjektif :

opini tidak dapat

dihilangkan karena ketika

meliput, wartawan melihat

dengan perspektif dan

27

pilihan moral berada di

luar proses peliputan berita

7. Nilai, etika, opini dan

pilihan moral berada di

luar proses penelitian

8. Berita diterima sama

dengan apa yang

dimasukkan oleh pembuat

berita

pertimbangan subjektif

5. Wartawan sebagai

partisipan yang

menjembatani keragaman

subjektifitas pelaku sosial

6. Nilai, etika atau

keberpihakan wartawan

tidak dapat dipisahkan dari

proses peliputan dan

pelaporan suatu peristiwa

7. Nilai, etika dan pilihan

moral bagian tak

terpisahkan dari suatu

penelitian

8. Khalayak mempunyai

penafsiran sendiri yang bisa

jadi berbeda dari pembuat

berita

(Panjaitan, 2013: 92).

Dilihat dari tabel tersebut sangat jelas bahwa berita dapat dikemas

melalui dua pandangan, bersifat positivis atau sesuai fakta tanpa campur

tangan serta bumbu tambahan, dan bersifat konstruksionis berdasarkan

subjektifitas. Seperti dalam buku Stephen D. Reese (1991) yang dikutip

oleh Gede Moenanto Soekowati (2018: 6) mengemukakan bahwa isi pesan

28

media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam

dan luar organisasi media. Dengan kata lain, isi atau konten media

merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan

editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber non

media, seperti individu-individu berpengaruh secara sosial, pejabat

pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya.

3. Analisis Framing

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai

analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media.

Pembingkaian tersebut jelas melalui konstruksi. Hasilnya, pemberitaan

media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang tertentu. Pusat

perhatian analisis framing terletak pada bagaimana media memahami dan

memaknai realitas, dan dengan cara apa realitas itu diberi tanda

Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari

pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun

1995 (Sobur, 2012: 161). Dalam perspektif komunikasi, analisis framing

dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat

mengkonstruksikan fakta (Sobur, 2012: 162). Menurut Baran (2010),

framing merupakan pernyataan bahwa orang menggunakan seperangkat

pengharapan untuk memaknai dunia sosialnya dan media turut

berkontribusi membantu proses pengharapan tersebut (Tamburaka, 2013:

57).

29

Framing, kata Entman (Siahaan dalam Sobur, 2012: 164), memiliki

implikasi penting bagi komunikasi politik. Frames, menurutnya, menuntut

perhatian terhadap beberapa aspek realitas dengan mengabaikan elemen-

elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda.

Pan dan Kosicki mendefinisikan framing sebagai strategi

konstruksi dalam proses pemberitaan. Perangkat kognisi yang digunakan

dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dan dihubungkan

dengan rutinitas, dan konversi pembentukan berita (Eriyanto, 2002: 68).

Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka

“Framing Analysis: An Approach to News Discourse”

mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks berita sebagai

perangkat framing : sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Keempat dimensi

struktural ini membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-

elemen semantik narasi berita dalam suatu koherensi global (Sobur, 2012:

175).

Ada empat perangkat yang terdapat pada struktur framing, yaitu

sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Dari ke-empat struktur framing yang

ada saat ini, masing-masing mempunyai hubungan langsung kepada teks-

teks yang akan diinterpretasikan, yang nantinya menghasilkan makna yang

disusun oleh wartawan dalam artikel berita, yang secara keseluruhan

menimbulkan makna dibalik teks yang ada berikut (Eriyanto, 2002: 254-

266). Keempat struktur tersebut dapat digambar dalam bentuk skema

sebagai

30

Tabel 2.2 Skema Framing Model Pan dan Kosicki

Struktur Perangkat Framing Unit Yang Diamati

Sintaksis

Cara wartawan

menyusun fakta

1. Sistem Berita Headline, lead, latar

informasi, kutipan sumber,

pernyataan, penutup

Skrip

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan Berita 5W+1H

Tematik

Cara wartawan

menulis fakta

3. Detail

4. Koherensi

5. Bentuk Kalimat

6. Kata Ganti

Paragraf, proporsi,

kalimat, hubungan antar

kalimat

Retoris

Cara wartawan

menekankan fakta

7. Leksikon

8. Grafis

9. Metafora

Kata, idiom, gambar/foto,

Grafik

(Sobur, 2012: 176)

Untuk lebih jelasnya, perangkat analisis framing model Zhongdan

Pan dan Kosichi tersebut memiliki penjelasan sebagai berikut :

31

a. Struktur Sintaksis

Dalam hal ini bangunan naskah berita terdiri atas headline,

lead, latar informasi, kutipan sumber dan penutup. Unsur yang paling

populer adalah headline, lead dan kutipan sumber. Struktur ini biasnya

menjadi penentu bagaimana sebuah berita dikonstruksi oleh media

dengan begitu kentara. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Headline (Judul berita)

Pada hakikatnya, headline merupakan intisari dari berita.

Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek namun dapat

menggambarkan isi dari peristiwa yang akan diberitakan. Headline

memiliki struktir framing yang kuat, Headline memngaruhi kisah

dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian

isu atau peristiwa. Dengan headline, wartawan mengkonstruksi

suatu isu, seringkali menggunakan makna tertentu untuk

menonjolkan suatu isu.

Variasi penyajian headline diusahakan agar khalayak

tertarik pada berita. Menurut kepentingan berita ada empat jenis

headline, yaitu :

a) Banner headline, untuk berita yang sangat atau terpenting.

Headline dibuat dengan jenis dan ukuran huruf yang

mencerminkan sifat gagah dan kuat, dalam arti hurufnya

terbesar dan lebih tebal ketimbang jenis headline lainnya, serta

menduduki tempat lebih dari empat kolom surat kabar.

32

b) Spread headline, untuk berita penting. Headline dimaksud

tampak lebih kecil ketimbang jenis banner headline. Besar dan

tebal hurufnya lebih kecil, namun lebih besar dari secondary

headline. Tempat yang diperlukan pun hanya tiga kolom saja.

c) Secondary headline, untuk berita kurang penting. Headline

jenis ini tampak lebih kecil daripada spread headline. Tempat

yang diperlukan pun hanya dua kolom saja.

d) Subcoordinate headline, untuk berita yang dianggap tidak

penting. Kehadirannya kadang dibutuhkan untuk menutup

tempat kosong pada halaman yang bersangkutan.

e) Khusus bagi headline dari berita yang harus menempati bagian

teratas (biasanya sebelah kanan) dari halaman surat kabarnya,

disebut dengan Top headline.

2) Lead, merupakan sudut pandang dari berita, menunjukkan

perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.

3) Latar Informasi, merupakan bagian berita yang dapat memengaruhi

makna yang ingin disampaikan wartawan. Seorang wartawan

biasanya menuliskan latar belakang peristiwa yang kemudian dapat

menentukan arah kemana wartawan menulis. Latar umumnya

ditulis dibagian depan sebelum pendapat wartawan yang

sebenarnya muncul dengan maksud memengaruhi dan memberi

kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Untuk itu, latar

33

membantu menyelidiki bagaimana seorang wartawan memberi

pemaknaan atas suatu peristiwa.

4) Pengutipan Sumber, merupakan maksud untuk membangun

objektivitas-prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Pengutipan

sumber menjadi perangkat framing atas tiga hal. Pertama,

mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat

dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Wartawan

biasanya memiliki pendapat tersendiri atas suatu peristiswa,

pengutipan itu digunakan hanya untuk memberi bobot atas

pendapat yang dibuat. Kedua, menghubungkan poin tertentu dari

pendapat atau pandangannya kepada pejabat yang berwenang.

Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan mayoritas sehingga

pandangan tersebut tampak menyimpang.

b. Struktur Skrip

Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini

karena dua hal, pertama, banyak laporan berita yang berusaha

menunjukkan hubungan peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan

dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai

orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan

komunal pembaca. Menulis berita dapat disamakan dalam taraf

tertentu, dengan seorang yang menulis novel atau kisah fiksi lainnya.

Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5 W + 1H

(what, who, when, where, why, how). Meskipun pola ini tidak selalu

34

dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan, kategori

informasi ini diambil oleh wartawan sebagai unsur kelengkpan berita,

hal ini dapat menjadi penanda framing.

Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam

mengkonstruksi berita. Bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui

cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.

Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagaimana

yang bisa digunakan sebagai strategi untuk menyembunyikan

informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan

menempatkan dibagian akhir agar terkesan kurang menonjol.

c. Struktur Tematik

Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis

peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip dan pernyataan yang

diungkapkan semua perangkat itu digunakan untuk membuat

dukungan yang logis. Dalam menulis berita, seorang wartawan

mempunyai tema tertentu atas suatu peristiwa.

Ada beberapa elemen yang dapat diamati, di antaranya adalah

koherensi: pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat.

Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta berbeda

dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi, sehingga kata

yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika

seseorang menghubungkannya. Ada beberapa macam koherensi.

Pertama, koherensi sebab-akibat, biasnya ditandai dengan kata

35

hubung “sebab” atau “karena”. Kedua, koherensi penjelas, biasanya

ditandai dengan kata hubung “dan” atau “lalu”. Ketiga, koherensi

pembeda, biasanya ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau

“sedangkan”.

d. Struktur Retoris

Struktur retoris terdiri dari wacana berita yang

menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan

menekankan arti yang ingin ditonjolkan. Wartawan menggunakan

perangkat ini untuk membuat citra, meningkatkan kemenonjolan pada

sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu

berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan

kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu

kebenaran.

Ada beberapa elemen struktur retoris yang dipakai oleh

wartawan, biasanya leksikon, pemilihan dan pemakaian kata-kata

tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiswa. Selain lewat

kata, penekanan pesan dalam berita itu juga dapat dilakukan dengan

menggunakan unsur grafis.

Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian

tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian hruuf

tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan

ukuran lebih besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption,

36

raster, grafik, gambar dan tabel untuk mendukung arti penting suatu

pesan.

Bagian-bagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada

khalayak pentingnya bagian tersebut. Bagian yang dicetak berbeda

adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, dimana ia

menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada bagian tesebut.

Elemen garfis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar dan

tabel, untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak

ingin ditonjolkan, misalnya ingin menonjolkan keberhasilan yang

telah dicapai. Bentuk ekspresi lain adalah dengan menampilkan huruf

yang berbeda dibandingkan huruf yang lain, misalnya dengan dicetak

tebal, huruf miring, huruf besar, pemberian warna, foto, atau efek lain.

Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia mengontrol perhatian dan

ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi

itu dianggap penting dan menarik sehingga harus difokuskan.

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dimana sebuah

penelitian yang dilakukan dengan menelusuri berbagai sumber dan

literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Peneliti

melakukan penelitian mengenai susunan dalam pemberitaan dan melihat

kecenderungan media dalam memberitakan debat Pemilihan Presiden

(Pilpres) 2019. Penelitian ini juga menggambarkan dan menjelaskan

bagaimana surat kabar Jawa Pos mewacanakan berita sebagai pokok

permasalahan guna mengetahui framing yang dilihat dari sudut pandang

media nasional yang bersifat netral.

1. Jenis Penelitian

Seperti dalam buku karya Sutopo (2002) sebagaimana dikutip

oleh Bahroni (2016: 125), penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif­deskriptif, yakni bertujuan untuk mengungkapkan berbagai

informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa

untuk menggambarkan secara cermat sifat­sifat suatu hal, keadaan,

fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi

analisis dan interpretasi data tersebut.

Dalam penelitian ini juga digunakan metode yang bersifat

deskriptif, hanya bertujuan untuk menggambarkan sebuah peristiwa

yang berlaku saat ini dan mencoba menganalisis kondisi yang sedang

38

terjadi. Pada penelitian ini, peneliti tidak menguji hipotesis, melainkan

hanya menggambarkan informasi apa adanya.

2. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis.

Paradigma konstruksionis menganggap pembuat teks berita sebagai

penentu yang akan mengarahkan pola pikir khalayak. Konsep mengenai

kostruksionisme diperkenalkan oleh Peter L. Berger. Menurutnya,

realitas tidak dibentuk secara alamiah tetapi realitas dibentuk dan

dikonstruksikan. Melalui pemahaman ini, setiap orang mempunyai

konstruksinya masing-masing atas sebuah realitas sosial (Eriyanto,

2002: 15). Pertanyaan utama dari paradigma konstruksionis adalah

bagaimana peristiwa atau realitas dikonstruksi, dan dengan cara apa

konstruksi itu dibentuk (Eriyanto, 2012:37). Pendekatan konstrusionis

mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita

dilihat. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Pada

sisi ini, di antaranya, fakta-fakta berita jurnalis mengartibusi nilai yang

disebut objektifitas pemaknaan wartawan terhadap setiap peristiwa,

berbagai objek yang diamati dan ditafsirkan.

Metode analisis framing digunakan sebagai metode

menginterpretasi suatu realitas dalam konteks tertentu. Dalam dunia

kewartawanan, fakta berita merupakan pemaknaan (hasil interpretasi)

wartawan terhadap berbagai objek di dalam peristiwa (Santana, 2017:

112). Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

39

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Moleong, 2014: 4).

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah surat kabar nasional dan media

tua di Indonesia, yakni Jawa Pos. Sedangkan objek dari penelitian ini

adalah berita-berita edisi debat Pilpres 2019 pada 18 Januari-14 April

2019. Peneliti memilih berita tersebut karena memberitakan mengenai

debat Pilpres dalam menandingkan dua pasangan calon (paslon)

presiden Indonesia periode 2019-2024. Konstruksi berita notebene

didasari oleh konglomerasi media, untuk itu peneliti ingin mengetahui

apakah dalam pemberitaan media tersebut terdapat kecenderungan

kepada salah satu paslon atau bersifat netral. Selain itu, peneliti juga

ingin mengetahui bagaimana Islam memandang berita debat Pilpres

tersebut.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam

penelitiannya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

dengan cara melakukan kliping berita tentang debat Pilpres 2019

pada tanggal 18 Januari 2019 - 14 April 2019. Kliping berita yang

telah dipilih tersebut kemudian dianalisis oleh peneliti dimana berita

tersebut sudah memenuhi kriteria perangkat framing dan penalaran

berdasarkan metode analisis framing model Pan dan Kosicki.

40

Penelitian ini akan menggunakan unit analisis yaitu berupa berita

dari dua surat kabar nasional yakni Jawa Pos mengenai pemberitaan

debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari - 14 April 2019.

Oleh sebab itu, peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang sesuai dengan penelitian skripsi, yaitu :

1) Library research, yaitu penelitian kepustakaan. Dimana di dalam

penelitian, peneliti menggunakan data dari litelatur dan

mempelajari buku-buku petunjuk teknis serta teori-teori yang

dapat di gunakan sebagai bahan penelitian skripsi.

2) Field work research, yaitu penelitian langsung ke lapangan

dengan cara dokumentasi. Merupakan kegiatan pengumpulan data

yang dilakukan untuk mendapat data sekunder berupa arsip atau

dokumen, dan karya ilmiah yang relevan dengan penelitian.

Peneliti menggunakan sumber data utama pada surat kabar Jawa

Pos yang memuat berita debat Pilpres 2019.

b. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu

menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki. Konsep framing dalam model ini adalah strategi konstruksi

dalam proses pembentukan berita. Perangkat kognisi yang digunakan

dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan

dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita (Eriyanto,

2012:289).

41

Model tersebut salah satu model yang paling populer dan

banyak digunakan yang memfokuskan pada cara wartawan dalam

memaknai suatu peristiwa. Sehingga perangkat wacana yang

digunakan oleh wartawan menjadi perhatiannya. Melalui perangkat

wacana seperti kata, kalimat, lead, foto atau gambar, merupakan alat

untuk memahami media dalam mengemas berita.

Dalam model ini struktur analisis dan perangkat analisisnya

relatif lebih lengkap sehingga memungkinkan peneliti melakukan

analisis secara mendetail. Kelengkapan itu nampak dari perangkat

framing yang digunakan antara lain seperti yang di jabarkan Sobur

(2012) sebagai berikut:

1) Sintaksis, yang berhubungan dengan lead yang dipakai, latar,

headline dan sumber kutipan yang memberi petunjuk. Elemen-

elemen struktur ini meliputi:

a) Headline, aspek yang dimiliki adalah tingkat penonjolan

paling tinggi yang menunjukan kecenderungan suatu berita.

Headline mempengaruhi bagaimana kisah itu dimengerti dan

dibuat untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian

isu atau peristiwa.

b) Lead, memberikan sudut pandang dari berita yang

menunjukan perspektif tertentu dari peristiwa yang

diberitakan.

c) Latar, adalah bagian berita yang dapat mempengaruhi arti

kata yang ingin ditampilkan. Latar belakang yang ditulisakan

42

menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak

dibawa.

d) Pengutipan Sumber, dimaksudkan untuk membangun

objektifitas dari prinsip keseimbangan dan tidak memihak.

Untuk menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan

bukan pendapat wartawan semata tetapi pendapat dari orang

yang mempunyai prioritas tertentu.

2) Struktur Skrip, berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk

berita. Bentuk dalam skrip ini adalah pola 5W+1H (who, what,

when, where, why, dan how).

Penonjolan unsur-unsur tertentu dari kelengkapan berita

inilah yang akan memberi makna lain pada suatu berita. Skrip

adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita,

bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu

dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.

3) Tematik, berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam

proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang

membentuk teks secara keseluruhan.

4) Retoris, berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan

arti tertentu dalam berita. Struktur retoris dari wacana berita

menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh

43

wartawan. Elemen struktur yang digunakan ialah leksikon,

metafora, dan grafis (Sobur, 2012: 176).

Setelah melihat uraian di atas, tahapan analisis data

metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pemeriksaan data dengan membaca berita yang

dimuat surat kabar Jawa Pos. Dalam tahap ini peneliti memeriksa

kembali semua data yang telah diperoleh dari segi

kelengkapannya, kejelasan maknanya, dan relevansinya dengan

pokok masalah yang akan dibahas serta menyusun dan

mensistematiskan data yang diperoleh dengan menjadi data ini

sebagai unit analisis.

2) Interpretasi temuan data. Penelitian ini berakhir pada upaya

penafsiran atau interpretasi terhadap hasil analisis data

menggunakan struktur analisis metode model Zhongdiang Pan

dan Gerald M. Kosichi.

3) Melakukan analisis jurnalisme Islam dengan menggunakan ayat

Al-Quran.

44

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Surat Kabar Jawa Pos

Peneliti akan menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan objek

penelitian. Gambaran umum objek penelitian yaitu surat kabar Jawa Pos

yang memuat sejarah atau profil, visi dan misi serta rubrik media tersebut.

Selain itu peneliti juga akan menjabarkan acara “Debat Pemilihan Presiden”

yang dilaksanakan menjelang pemilihan umum (pemilu) presiden Indonesia

periode 2019-2024. Peneliti juga akan menjelaskan profil peserta debat

pilpres 2019.

1. Sejarah Jawa Pos

Jawa Pos berdiri pada 1 Juni 1949 oleh The Chung Sen (Soeseno

Tedjo). Berawal menjadi seorang pebisnis yang bergerak di bidang

perfilman, Soeseno Tedjo menjalin hubungan baik dengan beberapa

penerbitan pers yang ada di Jawa Timur. Bisnisnya semakin berkembang,

ia memanfaatkan peluang di bidang media untuk menjadi simbiosis

mutualisme atau kerjasama dengan perusahaan perfilmnya.

Soeseno mendirikan PT. Perusahaan Penerbitan dan Percetakan

Djaya Post Concern Limited yang menjadi perusahaan pertama kali

menerbitkan surat kabar harian Java Post. Cikal bakal Jawa Pos didasari

Java Post yang sempat mengalami perubahan nama seperti Java Post,

JAVA POST, Djawa POST dan yang terakhir menjadi Jawa Pos hingga

sekarang.

45

Pada tahun 1982, Jawa Pos berpindah kepemilikan menjadi milik

PT. Grafitti yang merupakan penerbit Majalah Tempo. Saat itu, Dahlan

Iskan adalah orang yang ditunjuk untuk memegang Jawa Pos secara

keseluruhan dari managemen perusahaan hingga di bidang keredaksian.

Alhasil, Dahlan Iskan mampu menunjukkan perkembangan yang begitu

pesat. Ia menciptakan beberapa terobosan, di antaranya adalah strategi

membuat koran untuk mendukung perluasan Jawa Pos ke berbagai

daerah di Indonesia. Pada tahun 2005, kepemimpinan Jawa Pos beralih

kepada Azrul Ananda, putra dari Dahlan Iskan. (Hill, 2011).

Nama Jawa Pos semakin berkibar seiring dengan keberhasilannya

dalam membalikkan sebuah teori surat kabar. Berdasarkan penelitian

seorang akademisi Amerika, ia menyimpulkan bahwa surat kabar lokal

tidak akan pernah mampu untuk bersaing dalam kompetisi media massa

nasional. Namun, justru Jawa Pos membuktikan bahwa teori tersebut

keliru, ia membalikkan teori tersebut melaui pembentukan koran-koran

lokal di berbagai daerah yang menjadi batu loncatan untuk menjadi surat

kabar nasional.

Jawa Pos kini menjadi salah satu media cetak terbesar di

Indonesia. Namanya ini digunakan sebagai surat kabar andalan kelompok

Jawa Pos Group. Gedung Graha Pena, Surabaya menjadi kantor pusat

surat kabar nasional ini. Tak hanya bergerak dalam bidang surat kabar,

kelompook usaha Jawa Pos juga bergerak di bidang percetakan serta

media elektronik dengan membuat televisi lokal di Surabaya. Semua unit

46

usaha tersebut bersinergi dengan bisnis utama yaitu sebagai sebuah

penerbit surat kabar.

Di tangan Dahlan Iskan, kelompok Jawa Pos mampu

membalikkan prediksi yang banyak diramalkan banyak ahli media.

Sebagai surat kabar yang awalnya hanya terbit di kawasan Jawa Timur,

Jawa Pos kemudian mampu tumbuh dan berkembang menjadi sebuah

surat kabar nasional. Radar menjadi nama dari koran-koran lokal di

berbagai daerah Indonesia, yang mana merupakan singkatan dari berita

daerah (dikutip dari http://sobatbidin.blogspot.com/2015/02/sejarah-

jawa-pos.html?m=1 )

Dalam penerbitannya, koran Radar tersebut akan digabungkan

dengan harian utamanya yaitu Jawa Pos. Dengan konsep semacam ini,

Jawa Pos kemudian mampu bersaing di setiap daerah dan menjadi salah

satu surat kabar nasional. Bagusnya, strategi ini banyak ditiru oleh surat

kabar nasional lainnya dengan menciptakan koran lokal yang sesuai

dengan kewajiban dari peraturan Menteri Penerangan saat itu.

Selama ini, masyarakat Indonesia menyebut Kompas sebagai

media massa yang berkuasa. Namun, Jawa Pos telah menjadi saingan

barunya, dimana Jawa Pos memiliki 80 anak usaha media cetak. Tak

hanya itu, Jawa Pos memiliki belasan televisi lokal, percetakan, pabrik

kertas koran dan mendirikan perusahaan penyuplai tenaga listrik.

Sayangnya, Jawa Pos tidak berada di ibukota yang notabene menjadi

47

pusat kekuasaan, melainkan berada di wilayah timur, Surabaya, Jawa

Timur.

Melalui koran Radar, Dahlan Iskan menjadikan Jawa Pos besar.

Setelah berada di tangannya, belasan tahun kemudian Jawa Pos menjadi

gurita bisnis media massa. Yang semula hanya memiliki oplah 6.000

eksemplar dalam sehari, berkat kerja kerasnya Jawa Pos mampu

menyebarkan 300.000 eksemplar setiap hari. Sayangnya hanya bertahan

selama lima tahun.

Dahlan Iskan dan Jawa Pos baru diakui setelah mampu merambah

Jakarta pada awal 2000 melalui Indo Pos dan Graha Pena. Indo Pos

merupakan koran Jawa Pos versi Jakarta Raya. Sedangkan Graha Pena

merupakan simbol dari konglomerasi media Jawa Pos dalam bentuk

gedung yang megah miliknya sendiri. (dikutip dari

http://tokoh.id/biografi/2-direktori/pendiri-jawa-pos/ ).

Selain itu, Jawa Pos Group merambah usaha lain yang masih

berkaitan dengan berita, yakni mendirikan beberapa stasiun televisi lokal

hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Tak hanya itu, Jawa Pos

Group juga mendirikan Independent Powe Plant. Sebuah perusahaan

pembangkit listrik.

2. Visi Misi Jawa Pos

PT. Jawa Pos memiliki visi dan misi sebagai news paper of the

year. Jawa Pos menggunakan reputasinya sebagai usaha untuk

mendukung pondasi bagi industri media cetak. PT. Jawa Pos bekerja

48

keras untuk menjadi media penyalur informasi, pengetahuan, berita

aktual dan teknologi untuk masyarakat luas dari berbagai kalangan.

Usaha ini erat kaitannya sebagai pemegang kunci guna meningkatkkan

industri media cetak nasional. Pengenalan lebih luas ke pasaran global

yang telah menjadi inspirasi PT. Jawa Pos untuk memelihara berita-berita

yang berkualitas dan informasi yang aktual dan terpercaya.

Dengan begitu, tujuan media cetak Jawa Pos yaitu: 1)

Menginformasikan suatu berita dan kejadian yang aktual berdasarkan

narasumber dan tempat kejadian, 2) Memproduksi surat kabar, 3)

Memberikan space iklan untuk perusahaan-perusahaan di luar Jawa Pos.

Adapun visi dari Jawa Pos yaitu: “Menjadi perusahaan media

cetak maupun online dunia yang dihormati disegani dan patut dicontoh.”

Sedangkan misi dari Jawa Pos yaitu:

a) Meningkatkan kesejahteraan bangsa melalui pemuasan

pelangganan dan mencerdaskan bangsa dengan adanya informasi

yang aktual.

b) Menjadi bagian penting dalam mendukung perkembangan

nasional melaui media pokok PT. Jawa Pos.

3. Rubrik Surat Kabar Jawa Pos

Setiap media cetak memiliki karakteristik dalam menyajikan

berbagai olahan rubrik dan konten berita, yaitu:

a. Berita Utama

49

Berisi mengenai berita terhangat. Berita umum yang disajikan

mengandung unsur aktual dan memiliki daya tarik yang besar bagi

pembaca.

b. Opini

Rubrik ini berisikan agenda redaksi atau disebut editorial. Tak

hanya itu, masyarakat dapat pula berpartisipasi untuk berpendapat

sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

c. Politik

Rubrik ini menyajikan berita yang berkaitan dengan politik dan

demokrasi di Indonesia. Berita yang dimuat berupa kejadian, pendapat

pengamat partai politik maupun pejabat partai politik.

d. Ekonomi dan Bisnis

Rubrik ini menyajikan berita yang berkaitan dengan ekonomi

dan bisnis baik lokal maupun mancanegara. Biasanya, berita yang

dimuat sekitar kenaikan dóllar, bursa saham, harga bahan pokok dan

penjualan.

e. Internasional

Berita yang disajikan merupakan berita internasional yang perlu

diketahui publik.

50

f. Jawa Timur

Merupakan rubrik yang fokus mengkaji berita atas peristiwa

yang terjadi di wilayah Jawa Timur.

g. For Her

Rubrik ini berisi kolom artikel yang bersifat ringan dan lebih

cenderung ditujukan untuk perempuan seperti tren busana terkini,

model dan sebagainya.

h. Show & Selebriti

Rubrik ini berisi infromasi seputar artis, film maupun musik.

i. Sportainment

Sekumpulan berita olahraga baik lokal maupun internasional.

j. Traveling

Rubrik ini menginformasikan lokasi yang dapat menjadi

destinasi wisata.

B. Debat Pemilihan Presiden

Debat pemilihan presiden (Pilpres) di Indonesia dimulai sejak 27

April 1999 yang bertempat di Aula Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia (FK UI), Salemba, Jakarta. Saat itu, peserta debat adalah Dr.

Amien Rais (Ketua Umum PAN), KH. Didin Hafidhuddin (Partai Keadilan),

51

Dr. Sri Bintang Pamungkas (Ketua Umum PUDI) dan Dr Yusril Ihza

Mahendra (Ketua Umum PBB).

Namun, pada saat itu penyelenggara bukan lembaga formal seperti

Komisi Pemilihan Umum (KPU), melainkan diselenggarakan oleh

mahasiswa UI dalam wadah “Forum Salemba”. Untuk itu, para peserta

debat belum pula layak disebut sebagai calon presiden Republik Indonesia.

Jadi, debat ini bisa dikatakan eksperimen karena penyelenggara bukan

lembaga secara resmi.

Meski sederhana, namun banyak harapan dan cita-cita yang besar

untuk menciptakan demokrasi yang baik bagi Indonesia. Debat dilaksankan

semata-mata sebagai rintisan untuk membuka jalan baru bagi perkembangan

budaya politik baru yang transparan dan akuntabel. Karena saat itu sistem

pemilihan presiden masih bersifat tak langsung atau melalui anggota Majelis

Permusyawartan Rakyat (MPR), debat calon presiden dianggap tak

berkaitan langsung dengan masyarakat pemilih. Selain itu, juga tak memiliki

fungsi dalam proses penentuan pilihan pemilih calon presiden yang berdebat.

Rencana adanya debat pemilihan presiden berlatar belakang adanya

gejolak selama reformasi tahun 1998-1999 oleh beberapa mahasiswa yang

tergabung dalam Forum Salemba yaitu Agus Haryadi (Ketua Senat

Mahasiswa FMIPA UI), Berlian Idriansyah Idris (Ketua Senat Mahasiswa

FK UI), Veldy Verdiansyah (Ketua Senat FKG UI), Arifin (Ketua Senat

Mahasiswa FIK UI) dan beberapa mahasiswa aktivis lainnya. Mereka

berdiskusi untuk mengisi erá reformasi yang tengah berlangsung dan

52

memikirkan cara terbaik untuk pemilihan presiden dan pejabat publik di

Indonesia.

Berlandaskan pedoman bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan

tertinggi sementara pemimpin dan pejabat adalah pelayan masyarakat, maka

seharusnya sistem demokrasi haruslah sesuai dengan Pembukaan UUD

1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan.

Gagasan semacam itulah yang melatarbelakangi diselenggarakannya

debat pemilihan presiden secara terbuka dimulai. Debat ini bertujuan agar

rakyat memilih pejabat untuk menciptakan pemimpin yang pantas, debat

juga bisa menjadi ladang pencitraan bagi pasangan calon (paslon) presiden.

Melalui debat, rakyat dapat menilai dan mengetahui kelebihan dan

kekurangan sehingga mereka dapat menentukan pemimpin seperti apa yang

diinginkan. Indonesia menciptakan sejarah baru dalam bidang demokrasi

yang lebih apik. Untuk itu, adanya debat ini akan menimbulkan dampak

positif demi memajukan Indonesia.

"Terselenggaranya debat capres ini setidaknya telah mengukir

sejarah baru dalam perpolitikan Indonesia. Babak baru itu telah dimulai.

Calon pemimpin, siapapun orangnya ataupun bapaknya tak boleh tabu untuk

didebat seputar persiapan diri yang dimiliki. Rakyat sebagai pemilik sah

kedaulatan negeri ini berhak bertanya dan tahu, sejauh mana kemampuan

yang dimiliki pemimpinnya. Jika tidak, ini sama saja mengulang kesalahan

masa lalu yang telah terukir Soekarno dan Soeharto. Soekarno yang

53

mendapat kepercayaan yang sedemikian besar dari rakyat dan hampir tanpa

kontrol justru membawa bangsa ini pada demokrasi terpimpin. Soeharto pun

sama saja. Cek kosong yang didapatnya justru diisi dengan membangun

struktur kekuasaan yang tak kalah otoriternya dengan Soekarno." (Eriyanto,

2002).

Untuk pertama kali debat Pilpres secara resmi diselenggarakan oleh

KPU pada 2004. Saat itu, lima paslon siap bertarung mendapatkan hati

rakyat Indonesia, di antaranya Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati

Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo

Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Debat kala itu dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, tahap

pertama oleh paslon Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Amien Rais-

Siswono Yudo Husodo pada Rabu, 30 Juni 2004 bertempat di Hotel

Borobudur, Jakarta. Sementara tahap kedua dilaksanakan oleh paslon

Wiranto-Salahuddin Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan

Hamzah Haz-Agum Gumelar pada Kamis, 1 Juli 2004.

Debat kedua terjadi pada tahun 2009. Dimana saat itu yang menjadi

peserta debat pilpres adalah Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan

Megawati Soekarno Putri-Jusuf Kalla. Adapun topik penting yang menjadi

materi perdebatan adalah banyaknya peraturan-peraturan daerah yang

berbau syariah, akibatnya memunculkan masalah dalam kehidupan

bermasyarakat. Masalah ini dinilai tidak sesuai dengan prinsip keberagaman

dan bhineka tunggal ika.

54

Debat ketiga dilaksanakan pada 2014 dengan peserta debat Joko

Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Materi penting

yang disampaikan adalah persoalan hukum dengan tema debat

'Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih, dan Kepastian

Hukum'.

Pada debat keempat Pilpres 2019 di selenggarakan dalam 5 kali

putaran, yaitu dilaksanakan pada 17 Januari, 17 Februari, 17 Maret, 30

Maret dan 13 April 2019. Peserta debat ini adalah Joko Widodo-Ma‟ruf

Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salaudin Uno. Berikut profil singkat

perjalanan politik dari peserta debat pilpres 2019:

1. Joko Widodo

Joko Widodo (Jokowi) merupakan seorang politikus dari partai

PDIP. Berlatar belakang pengusaha mebel, alumni Fakultas Kehutanan

UGM ini mengawali karir di bidang politik dengan mencalonkan diri

sebagai Wali Kota Solo pada tahun 2005. Berhasil memerintah selama 5

tahun, Jokowi kembali terpilih untuk periode kedua, namun ia tak

menyelesaikan jabatannya dengan maju ke pilihan gubernur (Pilgub)

DKI Jakarta pada tahun 2012.

Jokowi memimpin dua tahun dan kembali tak menyelesaikan

jabatannya untuk maju pada Pilpres 2014. Ia menjadi presiden Indonesia

periode 2014-2019.

2. Ma‟ruf Amin

55

Ma‟aruf Amin memiliki pengalaman panjang dalam berpolitik.

Mulai dari menjadi anggota DPRD DKI, bergabung dengan PKB,

menjadi DPR, MPR, menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden

(Wantimpres) pada masa SBY dan pada masa Jokowi, Amin menjadi

anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Adapun visi misi dari paslon nomor urut satu, Jokowi-Amin

adalah :

Visi: “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan

berkepribadian berlandaskan gotong royong.

Misi:

a. Peningkatan kualitas manusia Indonesia.

b. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing.

c. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.

d. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.

e. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.

f. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat

dan terpercaya.

g. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa

aman pada seluruh warga.

h. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan

terpercaya.

i. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.

56

3. Prabowo Subianto

Prabowo sebelumnya menjabat sebagai Pangkostrad dan Danjen

Kopassus selama berkarir di dunia militer. Prabowo terjun ke dunia

politik dengan bergabung di Partai Golkar. Ia pernah mengikuti

konvensi capres pada tahun 2004, namun gagal. Pada tahun 2008,

Prabowo mendirikan Partai Gerindra. Pada pemilu 2009, ia menjadi

pasangan Megawati Soekarnoputri yang akhirnya dikalahkan oleh

SBY-Boediono.

Prabowo kembali maju pada Pilpres 2014 bersama Hatta Rajasa,

namun kembali dikalahkan oleh Jokowi-Kalla. Pada Pilpres 2019,

Prabowo kembali maju bersama Sandiaga.

4. Sandiaga Salaudin Uno

Sandiaga merupakan politikus Gerindra dengan latar belakang

pengusaha. Alumni Washington University ini pernah menjabat

sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dalam masa jabatannya yang

baru 10 bulan, ia maju untuk mendampingi Anies Baswedan dan

memenagkan Pilgub DKI pada tahun 2017. Dalam putaran kedua,

pasangan tersebut berhasil mengalahkan petahana Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.

Adapun visi misi dari paslon nomor urut dua, Prabowo-Sandi

adalah:

57

Visi: “Terwujudnya Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang adil,

makmur bermartabat, religius, berdaulat di bidang politik, berdiri di

atas kaki sendiri di bidang ekonomi dan berkepribadian nasional yang

kuat di bidang budaya serta menjamin kehidupan yang rukun antar

warga negara tanpa memandang suku, agama, latar belakang sosial dan

rasnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.”

Misi:

a. Membangun perekonomian nasional yang adil, makmur, berkualitas,

dan berwawasan lingkungan dengan mengutamakan kepentingan

rakyat Indonesia melalui jalan politik-ekonomi sesuai Pasal 33 dan

34 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Membangun masyarakat Indonesia yang cerdas, sehat, berkualitas,

produktif dan berdaya saing dalam kehidupan yang aman, rukun,

damai, dan bermartabat serta terlindungi oleh jaminan sosial yang

berkeadilan tanpa diskriminasi.

c. Membangun keadilan dibidang hukum yang tidak tebang pilih dan

transparan, serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

Indonesia melalui jalan demokrasi yang berkualitas sesuai dengan

Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

d. Membangun kembali nilai-nilai luhur kepribadian bangsa untuk

mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, bermartabat, dan

bersahabat, yang diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.

58

e. Membangun sistem pertahanan dan keamanan nasional secara

mandiri yang mampu menjaga keutuhan dan integritas wilayah

Indonesia.

C. Analisis Berita

Penelitian ini bertujuan melakukan analisis framing terhadap berita-

berita debat pemilihan presiden (Pilpres) 2019 pada surat kabar Jawa Pos.

Berita yang dianalisis adalah berita yang muncul pasca diadakannya debat

Pilpres 2019 yaitu pada 18 Januari 2019-14 April 2019. Berita yang dipilih

untuk diteliti didasarkan pada aspek dalam análisis framing yang ada dalam

berita tersebut.

Tabel 4.1 Judul Berita Debat Pilpres 2019 Surat Kabar Jawa Pos

No. Judul Berita Tanggal Terbit

1. Ide Cawapres Tidak Optimal Jumat Pon, 18 Januari 2019

2. Jokowi Kaya Data, Prabowo Rileks Senin Wage, 18 Februari 2019

3. Debat Cawapres Tanpa Perdebatam Senin Pahing, 18 Maret 2019

4. Diawali Saling Curhat, Berakhir

Sejuk

Minggu Kliwon, 31 Maret

2019

5. Adu Gagasan Membangun Ekonomi Minggu Wage, 14 April 2019

59

1. Analisis Berita 1

Judul: Ide Cawapres Tidak Optimal

Dalam berita yang terbit pada 18 Januari 2019, Jawa Pos

memberikan judul „Ide Cawapres Tidak Optimal‟. Hal tersebut

dikarenakan kedua calon wakil presiden (cawapres) pada saat debat tidak

banyak berbicara, yang banyak dibahas dalam berita disini adalah capres,

namun judul yang tertera

a. Struktur Sintaksis

Melihat dari struktur sintaksis, fakta yang disusun oleh Jawa

Pos berdasarkan skema berita yaitu headline, lead dan penutup adalah

berita ini lebih mengarah ke keberlangsungan debat yang banyak

didominasi aksi saling sindir.

Headline yang diterbitkan Jawa Pos adalah “Ide Cawapres

Tidak Optimal”, dengan pemakaian judul tersebut, Jawa Pos ingin

menekankan bahwa ide atau gagasan yang dilontarkan oleh cawapres

pada saat debat tidak optimal.

Selain itu, Jawa Pos juga memberikan dua sub judul berita

tersebut, yaitu “Debat Perdana Paslon Saling Sindir, Lalu Berpelukan.”

dan “Mega, Puan, Prabowo dan Sandi berfoto bareng.” Dengan

memberikan dua sub judul, Jawa Pos ingin menyampaikan isi dari

berita tersebut dengan tujuan membuat pembaca berpikir lebih mudah

bahwa inti berita tersebut adalah dua sub judul di atas.

60

Namun, antara judul dan lead berita tersebut tidak ada

hubungan yang berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari lead yang

diberikan Jawa Pos:

Aksi saling sindir mewarnai debat perdana pasangan calon

(paslon) presiden-wakil presiden Joko Widodo-KH Ma’aruf

Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno tadi

malam. Meski demikian, debat yang diadakan di Hotel

Bidakara itu berlangsung lancar.

Lead ini menunjukkan bahwa antara judul dan lead tidak

sinkron. Judul ditujukan kepada cawapres yang memiliki ide tidak

optimal saat berdebat, namun lead yang disajikan aksi saling sindir

saat debat. Tidak menunjukkan kejelasan kalimat „ide cawapres tidak

optimal‟, padahal judul merupakan hal yang paling berhubungan

dengan lead. Karena, dengan lead, suatu media menjelaskan framing

sebuah berita.

Bahkan, di kalimat selanjutnya, penjelasan berita tidak banyak

membahas mengenai cawapres. Kalimat yang sesuai judul atau

headline justru terletak pada paragraf 8 di halaman sambungan,

kutipannya sebagai berikut.

Dalam debat tadi malam, penampilan dua cawapres memang

terkesan tidak dominan. Kesempatan menyatakan statemen

atau menjawab pertanyaan didominasi para capres. Ide-ide

dari cawapres pun tidak begitu terlihat, Sebab, mereka hanya

menambahi atau melangkapi statemen capres masing-masing.

Berita yang disajikan kebanyakan membahas keberlangsungan

debat yaitu komentar-komentar yang sesuai dengan berbagai

pertanyaan dari moderator terkait tema yaitu hukum, korupsi, hak

asasi manusia (HAM) dan terorisme. Kedua paslon sama-sama

memaparkan program unggulan dari masing-masing 4 bidang tersebut.

61

Jawa Pos menuliskan tidak adanya pembahasan yang sesuai

tema dari kedua paslon yang mendekati isu terkini. Seperti, kasus

penyiraman air keras yang dialami tokoh besar penyidik Komisi

Pemberantasan Korupi (KPK), Novel Baswedan. Selain kasus itu,

kasus besar serupa yang tak disebutkan adalah kasus korupsi bank

Century dan penculikan aktivis. Hal tersebut tampak pada paragraf 2.

Berita ini ditutup dengan fakta keakraban yang tampak dari

keduanya. Bahkan, Prabowo, Sandi, Megawati dan Puan berselfi,

tampak tak ada kesan persaingan meski beda kubu.

Dalam berita tersebut, Jawa Pos memiliki sikap bijaksana

dalam menginformasikan berita debat Pilpres 2019. Hal tersebut

terbukti dengan adanya pembahasan mengenai kedekatan Megwati

dan Prabowo meski berbeda kubu. Dalam penulisannya pun dibuat

seakan mereka tidak memiliki persaingan dan tetap bersahabat.

Kebijaksanaan tersebut seperti yang tertuang dalam QS. An-Nahl:

125.

ة ن س ح ة ال ظ ع و م ال ة و م ك ح ال ك ب ب ل ر ب لى س ع إ اد

ن ضل م م ب ل ع و أ ك ه ب ن ر ن إ س ح أ ت ه ال م ب ه ل اد ج و

ن د ت ه م ال م ب ل ع و أ ه ه و ل ب ن س ع

Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

62

b. Struktur Skrip

Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan

mengisahkan fakta pada berita. Berita dengan judul “Ide Cawapres

Tidak Optimal” memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini,

diantaranya yaitu :

1) Unsur what, unsur ini menjelaskan bahwa debat Pilpres perdana

dilakukan dengan lancar meski diwarnai dengan sindiran melalui

jawaban-jawaban kedua paslon.

2) Unsur who, dalam berita tersebut, Jawa Pos tidak menyertakan

narasumber di luar Jokowi-M‟aruf dan Prabowo-Sandi. Hanya saja

menyebutkan beberapa nama penting seperti Novel Baswedan

(Penyidik KPK), Megawati Soekarnoputri (Ketua PDIP) dan Puan

Maharani dalam berita, Najib (nelayan yang mengalami persekusi

dan kriminalisasi), Ira Koesno (moderator debat) dan Nur Asia

Uno.

3) Unsur when dan where, lokasi dan waktu berita terjadi adalah di

Hotel Bidakara, Jakarta pada Kamis, 17 Januari 2019. Keterangan

tersebut ada pada lead.

4) Unsur how, dalam berita tersebut Jawa Pos memberitahukan bahwa

debat pilpres perdana berlangsung lancar meski diisi dengan

berbagai aksi saling menyindir. Pemaparan visi, misi dan program

unggulan menjadi isi dari berita tersebut.

Selain elemen 5W+1H, elemen lain dalam struktur ini

adalah kelengkapan berita. Untuk menunjukkan data akurat, Jawa

63

Pos menyajikan kolom „cek fakta‟ yang bertujuan untuk mengecek

fakta atau pemaparan yang dilakukan oleh paslon. Namun dalam

hal ini, Jawa Pos hanya meng-kroscek 1 paslon saja, Jokowi-

Ma‟ruf.

CEK FAKTA

Debat pertama capres-cawapres dimanfaatkan kedua

pasangan calon untuk memaparkan data. Tim jawa Pos

Clearning House of Information melakukan pengecekan

terhadap beberapa paparan yang disampaikan kedua

paslon. Metode pengecekan fakta yang kami lakukan antara

lain, menelusuri melalui arsip berita. Selain itu, kami

meminta konfirmasi langsung kepada sumbernya sesuai

dengan yang disebut paslon.

Dalam kolom tersebut, Jawa Pos menyajikan cek fakta

persoalan Disabilitas oleh Jokowi, Terorisme oleh Ma‟ruf, ASN

oleh Jokowi dan Korupsi oleh Jokowi. Masing-masing persoalan

tersebut dikonfirmasi oleh narasumber terkait. Hal ini menunjukkan

keakuratan data Jawa Pos dalam melengkapi berita. Selain itu,

untuk menambah keakuratan fakta, Jawa Pos melakukan kroscek

langsung kepada sumber yang tertera pada kolom „cek fakta‟ berita

2. Alhasil, berita yang diciptakan pun dapat dipercaya oleh

pembaca.

Hal tersebut seperti yang tertuang dalam QS. Al-Hujarat: 6

menjelaskan bahwa jurnalis sebagai pemegang amanah khalayak

untuk mencari informasi dan menyampaikannya kepada khalayak

haruslah bertindak adil, tidak boleh berat sebelah atau diskriminatif.

Sebab, tidak menutup kemungkinan informasi tersebut dapat

menjadi fitnah yang menyebabkan orang lain terdzalimi secara

sepihak. Pentingnya melakukan tabayyun adalah untuk

menghindari perbuatan keji seperti fitnah. Sangat diperlukan

64

seorang jurnalis memiliki sifat shiddiq, amanah, tabligh, dan

fathanah.

ىا ى ي ب ت ف إ ب ى بسق ب م ف ك بء ن ج ىا إ ى يه آم ز ب ان ه ي ب أ ي

ن تص ىاأ هى يب ىا ع ح ب ص ت ة ف بن ه ج ب ب م ى يه ق م بد م و ت ه ع ب ف م

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu

orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah

dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah

kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang

menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

c. Struktur Tematik

Pokok bahasan dalam berita ini terletak pada subjudul berita

yang tertera pada headline yaitu “Dua Paslon Saling Sindir, lalu

Berpelukan.” Penggambaran tersebut terletak pada paragraf 3-7.

Dalam teks, tema ini banyak memuat pernyataan kedua paslon saat

berdebat. Subjudul yang kedua adalah “Mega, Puan, Prabowo dan

Sandi berfoto bareng.” Penggambaran tersebut terletak pada paragraf

terakhir. Meski menjadi tema besar, namun berita yang dituliskan

hanya 1 paragraf saja di bagian paling akhir.

Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai

berikut:

1) Koherensi Sebab-Akibat

Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang disampaikan

adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat maupun

antarparagraf.

65

2) Koherensi Penjelas

Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang

disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan

penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.

3) Koherensi Pembeda

Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan pada

antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu teks.

Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita

tersebut lihat tabel berikut.

Tabel 4.2 Struktur Tematik Analisis Berita 1

Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf

Sebab 8

Sebab-Akibat Karena itu 12

Padahal 16

Bahkan 1 & 8

Selain 10

Penjelas Dengan Begitu 14

Namun 2, 5 & 7

Sebaliknya 4

Bedanya 11

Pembeda Sementara itu 10, 12 & 15

66

Padahal 3 & 6

Sedangkan 15

d. Struktur Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan

gaya atau kosa kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan

arti. Wartawan menggunakan leksikon dalam retoris untuk membuat

citra, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dari suatu berita.

Leksikon dalam berita ini yaitu kata „menohok‟ dalam paragraf

6 “Mendapat pertanyaan menohok itu, Prabowo bermaksud menyela”.

Kalimat tersebut menjelaskan bahwa wartawan ingin menunjukkan

apa yang dikatakan Jokowi begitu dalam dan menyakitkan.

Selain itu, leksikon dalam berita ini yaitu „menyunggingkan‟

dalam paragraf 10 “Keduanya menyunggingkan senyum lebar,

bahkan tertawa.” Kalimat tersebut bermakna kedua paslon tersebut

melukiskan senyum saat debat usai. Meski senyuman namun dengan

kata menyunggingkan memiliki arti sikap yang canggung.

Elemen lain di struktur ini adalah foto. Dalam pemberian foto

pada berita menjadi data pelengkap. Jawa Pos menempatkan 2 foto

pada berita debat Pilpres. Pertama, foto yang terletak di halaman

utama dengan ukuran terbesar menunjukkan betapa pentingnya berita

ini layak menjadi perhatian. Adapun keterangan dalam foto tersebut

sebagai berikut.

67

Gambar 4.1 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019

HAPPY ENDING : Prabowo menyambut Jokowi yang

mengajak berpelukan setelah debat pertama berakhir di Hotel

Bidakara tadi malam. Pelukan tersebut langsung menghapus

kesan yang sempat muncul selama debat.

Kedua, foto yang terdapat pada halaman sambungan menjadi

subtema kedua dari berita tersebut. Adapun foto tersebut memiliki

keterangan sebagai berikut.

Gambar 4.2 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari 2019

AKRAB: Puan Maharani berfoto bersama Megawati,

Prabowo, dan Sandi berserta istrinya, Nur Asia Uno,

68

sebelum debat dimulai. Foto ini menyebar di berbagai

media sosial.

Kedua foto tersebut sama sekali tidak ada hubungannya

dengan headline dan lead, seperti yang dijelaskan pada struktur

sintaksis. Namun selain foto, Jawa Pos juga menyertakan grafik

berupa perhitungan kata-kata kunci sebagai data yang lebih

kongkret atas pemberitaan debat pilpres. Adapun keterangannya

sebagai berikut.

DARI KRIMINALISASI SAMPAI INTEGRITAS : Dalam

debat perdana tadi malam, kasus Novel Baswedan dan

penculikan aktivis sama sekali tak disinggung kedua

pasangan calon.

2. Analisis Berita 2

Judul : Jokowi Kaya Data, Prabowo Rileks

a. Struktur Sintaksis

Dalam berita yang terbit pada 18 Februari 2019, Jawa Pos

memberikan judul „Jokowi Kaya Data, Prabowo Rileks. Subjudul

yang diberikan Jawa Pos adalah “KPU Ubah Format, Debat Kedua

Lebih Seru”. Hal tersebut seiring dengan lead berita tersebut yaitu

sebagai berikut.

Debat pilpres edisi kedua berakhir semalam. Penampilan

capres tampak lebih meyakinkan. Setidaknya, mereka terlihat

lebih rileks bila dibandingkan dengan debat pertama. Itu

terlihat dari gesture-gestur yang mereka tunjukkan selama

debat berlangsung.

Berita yang disajikan banyak yang membahas Jokowi dalam

menyampaikan data dan pengalaman. Hal tersebut dikarenakan

69

Jokowi merupakan petahana. Sesuai judul, berita tersebut mencoba

memaparkan keinginan Jokowi untuk memperbaiki sistem

pengurangan dalam menggunakan energi fosil.

“Kita ingin sebanyak-banyaknya mengurangi penggunaan

energi fosil.” Joko Widodo (Calon Presiden)

Sementara itu, Prabowo lebih fokus untuk menggarap

swasembada pangan, energi dan air.

“Kita harus swasembada pangan, energi, dan air agar kita

bisa suvive.” Prabowo Subianto (Calon Presiden)

Dari 30 paragraf, 9 paragraf diantaranya membahas Prabowo

dan 13 paragraf membahas Jokowi. Sisanya menjadi penghubung dan

gambaran suasana debat. Dalam berita tersebut, wartawan tampak

lebih menyoroti Jokowi sementara Prabowo dibuat seolah-olah hanya

dapat berangan-angan, berbeda dengan Jokowi yang sudah

berpengalaman dengan menunjukkan data-data. Beberapa kutipannya

sebagai berikut.

Paragraf 7 : Di bidang insfratruktur, dia menceritakan

pembangunan 191 ribu km jalan desa, 58 ribu unit irigasi, dan

sejumlah pembangunan lain. Dalam hal pangan, Jokowi

membanggakan keberhasilannya mengurangi impor jagung.

Paragraf 9 : Salah satu yang dibanggakan Jokowi adalah

pembangunan insfratruktur digital. “Kita sudah bangun

Palapa Ring. Indonesia Barat dan Tengah sudah 100 persen,

Indonesia Timur 90 persen,” lanjutnya.

Paragraf 15 : Jagung misalnya. Pada 2014 Indonesia

mengimpor 3,5 juta ton jagung. Empat tahun kemudian,

Indonesia hanya mengimpor 180 ribu ton jagung. “Tidak

mungkin seperti membalikkan (telapak) tangan, sehari dua

hari. Itu perlu waktu,” ucapnya.

Melihat judul, memang beberapa kalimat juga terlihat

menyudutkan Prabowo. Pembaca seolah dibawa untuk melihat

70

Prabowo tidak menguasai perdebatan dan sebaliknya. Beberapa

kutipannya sebagai berikut.

Paragraf 16 : Selama debat, Prabowo lebih banyak tersenyum

saat mendengarkan Jokowi berbicara. Namun sebaliknya,

Jokowi yang awalnya tak bereaksi raut wajahnya sempat

berubah.

Paragraf 17 : Selain itu, ada gaya yang berbeda hampir di

setiap jeda antarsegmen. Pantauan Jawa Pos,hampir di setiap

jeda, Prabowo selalu masuk ke belakang panggung. Alhasil,

aktivitasnya tidak bisa terpantau dengan jelas. Masuknya

Prabowo ke belakang panggung juga selalu diikuti para

petinggi partai koalisi pendukungnya.

Susunan terakhir dari artikel ini ialah skema penutup dalam

pemberitaan. Berita ini ditutup dengan tudingan Jokowi kepada

Prabowo yang menguasai lahan di Kalimantan Timur dan Aceh untuk

usaha. Sementara itu, Prabowo membela dirinya dengan alasan

daripada jatuh ke tangan asing lebih baik digunakan sebagai hak guna

usaha. Ditambah lagi, Prabowo siap mengembalikan jika memang

untuk negara.

Struktur sintaksis berita dengan judul “Jokowi Kaya Data,

Prabowo Rileks” terdapat dalam QS. Al-Baqarah: 182 yang

menjelaskan bagaimana keadilan harus ditegakkan dengan tidak

menaruh keberpihakan. Hal ini tentu sangat erat dengan permasalahan

berita tersebut.

م ث ل إ م ف ىه ي ح ب ه ص أ ب ف م ث و إ ب أ ف ى ه مىص ج بف م ه خ م ف

ه ي ه يم ع ح ىس س ف غ ن للا إ

Artinya:

(Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang

berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia

71

mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa baginya.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

b. Struktur Skrip

Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan

mengisahkan fakta pada berita. Berita dengan judul “Jokowi Kaya

Data, Prabowo Rileks” memiliki beberapa unsur penting dalam berita

ini, di antaranya yaitu:

1) Unsur what, dalam berita tersebut, informasi yang akan

disampaikan adalah bahwa Jokowi memiliki segudang data untuk

menjadi bahan dalam debat. Sementara Prabowo rileks dengan

sumber data dan pengalaman Jokowi yang digunakan untuk

menyerang selama berdebat.

2) Unsur who, Jawa Pos dalam memberitakan tidak menyebutkan

narasumber lain selain Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

3) Unsur when dan where, berita tersebut terjadi pada 17 Februari

2019 dan bertempat di Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta.

4) Unsur why dan how, kedua unsur terdapat dalam berita tersebut

yang menginformasikan bahwa sebagai petahana Jokowi memiliki

banyak data dalam debat pilpres putaran kedua. Sementara

Prabowo merasa rileks dengan jalannya debat. Unsur ini

merupakan unsur yang menunjukkan kecenderungan wartawan

dalam memberitakan.

Selain elemen 5W+1H, elemen lain dalam struktur ini adalah

kelengkapan berita. Untuk menunjukkan data akurat, Jawa Pos menyajikan

72

kolom „cek fakta‟ pada halaman pertama. Kolom ini bertujuan untuk

mengecek fakta atas pemaparan yang dilakukan oleh kedua capres.

Dengan kolom ini, pembaca akan menjadi lebih percaya dengan berita

yang diterbitkan Jawa Pos.

c. Struktur Tematik

Secara tematik, elemen yang terdapat dalam berita ini adalah detail.

Kata “bangga” mendominasi berita yang ditujukan untuk Jokowi bahwa ia

memiliki banyak data dengan membanggakan apa yang telah dicapainya

selama ini. Sebagai petahana, pemaparan Jokowi pastinya tidak selalu

diterima dengan baik oleh lawan debat yaitu Prabowo. Sehingga dalam

debat, Jawa Pos memberikan gambaran yang lebih banyak kepada Jokowi.

Hal tersebut menjadi lazim lantaran Jokowi menyampaikan pencapaiinya

selama mempimpin Indonesia sejak 2014. Sedangkan Prabowo,

digambarkan hanya mendengarkan pemaparan Jokowi. Melalui rangkaian

paragraf, Jawa Pos banyak memberi penjelasan yang banyak

menguntungkan Jokowi saat debat.

Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai berikut:

1) Koherensi Sebab-Akibat

Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang disampaikan

adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat maupun

antarparagraf.

2) Koherensi Penjelas

73

Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang

disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan

penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.

3) Koherensi Pembeda

Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan pada

antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu teks.

Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita

tersebut lihat tabel berikut.

Tabel 4.3 Struktur Tematik Analisis Berita 2

Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf

Sebab-Akibat Malah 28

Apalagi 3

Alhasil 24

Pula 7 & 9

Penjelas Selain itu 16

Terutama 19

Justru 21 & 24

Juga 11, 16, 17, 23 & 24

Lalu 28

Namun 22, 24 & 28

Pembeda Sebaliknya 15

74

Sementara itu 5, 17, 19, 21 & 27

Padahal 19

Dalam QS. Al-Baqarah: 27 dijelaskan bahwa barangsiapa

yang melanggar suatu perjanjian (peraturan) Allah demi

menciptakan suatu hal yang buruk adalah orang-orang yang rugi.

Dalam hal ini, ketika suatu berita tidak disajikan tidak berimbang

atau memihak, hal tersebut dapat menyebabkan hal buruk terjadi,

seperti perselisihan pendapat dan ditakutkan akan menimbulkan

fitnah.

بقه يث ذ م ع ه ب م ذ للا ه قضىن ع ى يه ي ز عىن ان ط ق ي و

سض ون في ال ذ س ف ي ىصم و ن ي به أ ش للا م ب أ م

ون ون أ ش بس خ م ان ئك ه

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah

sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang

diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk

menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi.

Mereka itulah orang-orang yang rugi.

Dalam berita ini, Jawa Pos menunjukkan dimana adanya

ketidakberimbangan dalam menggambarkan debat. Berita dengan

judul “Jokowi Kaya Data, prabowo Rileks” menggambarkan disatu

sisi, Jokowi terkesan lebih unggul. Disisi lain, Prabowo terlihat

lemah. Hal tersebut ditunjukkan Jawa Pos melalui koherensi atau

kalimat yang tertera dalam berita.

d. Struktur Retoris

75

Elemen leksikon dalam struktur ini adalah kata „antiklimaks‟

dalam paragraf 18. Kata „antiklimaks‟ mengandung arti menurunnya

debat dari segmen-segmen sebelumnya. Padahal, pada segmen ini

tidak ada batasan waktu, namun kedua capres tidak menggunakan

waktu untuk memaparkan pendapatnya masing-masing.

Selain itu, penekanan yang jelas atas struktur ini adalah foto

dan grafik. Pada foto yang menjadi headline, Jawa Pos memberi

keterangan atau caption “TUNJUKKAN SPORTIVITAS: Joko

Widodo (kiri) dan Prabowo Subianto bersalaman setelah debat capres

di Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta, tadi malam.”

Dalam foto tersebut, Jawa Pos menampilkan ke-netral-an

dengan menggunakan kata „sportifitas‟. Kata tersebut memiliki makna

adil, damai. Kemudian kalimat „bersalaman setelah debat capres‟

menunjukkan adanya profesiolitas antar keduanya setelah perdebatan.

Hal tersebut tertuang dalam QS. Al-Ankabut: 46.

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa debat yang dilaksanakan

Jokowi-Ma‟ruf dan Prabowo-Sandi merupakan debat dengan cara

yang baik meski mereka berlawanan. Meski tetap membantah, namun

tidak menyatakan permusuhan secara langsung. Jawa Pos bersikap

bijaksana dalam memberikan informasi agar pembaca tidak salah

dalam menafsirkan berita-berita tersebut. adapun ayatnya sebagai

berikut:

وا م ل ين ظ لا الاذ ن إ س ح ي أ ي ه الات لا ب اب إ ت ك ل ال وا أ ه ل اد ج ول ت

76

ا ن ل ه إ م و ك ي ل زل إ ن ا وأ ن ي ل زل إ ن أ ي الاذ ناا ب وا آم ول وق م ه ن م

ون م ل س ه م ن ل ح د ون م واح ك ل ه إ و

Artinya:

Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan

dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim

diantara mereka, dan katakanlah, “Kami telah beriman kepada

(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan

kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya

kepadaNya kami berserah diri.”

Gambar 4.3 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019

Foto tersebut tampak akrab namun dilihat dari mimik wajah

Prabowo yang tak memandang Jokowi meski dengan senyum,

menunjukkan adanya kesan yang tidak sedap atas perdebatan putaran

kedua tersebut. Sebagai pelengkap sebuah berita, foto yang

ditampilkan dapat menjadi gambaran umum nilai sebuah berita.

77

Gambar 4.4 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Februari 2019

Layout dalam halaman sambungan, berita ini disajikan paling

besar di tengah halaman sebagai tanda bahwa berita ini penting.

Pada grafik yang disediakan, Jawa Pos bekerjasama dengan

tim riset data SPEAKTOGRAPH untuk membedah paparan capres.

Grafik tersebut menunjukkan hasil beberapa kata yang sering disebut

oleh capres pada setiap sesi. Tingkat keseringan ditunjukkan dengan

ukuran font. Kata dengan ukuran font terbesar merupakan kata yang

paling banyak diucapkan. Ada juga data tentang keaktifan

penyampaian konten oleh para capres. Melalui grafik tersebut, Jawa

Pos mencoba melengkapi berita.

Keakuratan data yang disajikan menunjukkan bahwa Jawa Pos

dalam menyuguhkan informasi ini sangat hati-hati agar tidak timbul

fitnah. Untuk itu, Jawa Pos bekerjasama dengan tim

78

SPEAKTOGRFAPH untuk lebih teliti dalam menyebarkan berita

debat ini.

Dalam ayat QS. Al-Ahzab: 60 ini, kabar bohong atau lebih

mudah disebut hoax akan menyebabkan rasa sakit karena merasa telah

dibohongi. Dengan begitu, hendaknya dalam memberikan informasi

haruslah secara benar disertai dengan data yang kongkret agar suatu

berita memiliki nilai tinggi dalam akurasi data. Dan melakukan

kroscek agar tidak menjadi hal yang tabu nantinya.

م بت خ و ىل للا ه سس ك ن م و ك بن ج ه س ذ م ح ب أ ب ذ أ م ح بن م ب ك م

ب يم ه ء ع ي م ش ك ب بن للا ك يه و ي ب انى

Artinya:

Sungguh, jika orang-orang munafik, orang-orang yang

berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang

menyebarkan kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari

menyakitimu), niscaya Kami perintahkan engkau (untuk

memerangi) mereka, kemudian mereka tidak lagi menjadi

tetanggamu (di Madinah) kecuali sebentar.

3. Analisis Berita 3

Judul: Debat Cawapres tanpa Perdebatan

a. Struktur Sintaksis

Dalam berita yang terbit pada 18 Maret 2019, Jawa Pos

memberikan judul „Debat Cawapres Tanpa Perdebatan‟. Subjudul

yang diberikan Jawa Pos adalah “Tak Ada Saling Sanggah, Hanya

Pamerkan Visi-Misi”. Hal tersebut seiring dengan lead berita tersebut

yaitu sebagai berikut.

Debat calon wakil presiden (cawapres) tadi malam (17/03)

lebih mirip paparan visi dan misi. Hampir tidak ada adu

argumen yang berarti antarkandidat. Cawapres 01 Ma’ruf

Amin tidak banyak mendebat paparan cawapres 02 Sandiaga

Uno. Begitu pula sebaiknya.

79

Lead tersebut menjelaskan bahwa isi berita tersebet tak banyak

mengalami perdebatan, hanya memaparkan visi misi dari kedua

cawapres. Dari 18 paragraf, 10 paragraf menerangkan headline.

Sisanya berada di subtema kedua berita yang sekaligus menjadi skema

penutup yaitu „Nobar Relawan Dua Kubu”. Dari kubu 01, Jawa Pos

menekankan pemberitaan pada latar belakang Amin. Hal tersebut

terletak pada paragraf 11 dan 12. Begitu pula dengan Sandi yang

menyukai olahraga dan melakukan aktivitas biasa sebelum debat.

b. Struktur Skrip

Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan

mengisahkan fakta pada berita ini dengan judul “Debat Cawapres

Tanpa Perdebatan”, memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini,

diantaranya yaitu:

1) Unsur what, berita tersebut menginformasikan dalam debat putaran

ketiga yang dilakukan oleh cawapres tidak se-seru debat putaran

kedua lalu. Selain itu, adanya nobar dari kedua kubu menjadi

pelengkap berita.

2) Unsur who, selain Ma‟ruf Amin dan Sandiaga Uno, Jawa Pos turut

menyertakan narasumber lain. Dari kubu 01 Hasto Krisyanto

(Sekretaris TKN Jokowi-Ma‟aruf) menjadi narasumber pada berita

subtema kedua. Sebagai partai pendukung kubu 02 Agus Harimurti

Yudhoyono (Ketua Komando Satgas Bersama Partai Demokrat)

menjadi narasumber.

80

3) Unsur when dan where, berita tersebut terjadi pada 17 Maret 2019

dan bertempat di Hotel Sultan, Jakarta.

4) Unsur why dan how, kedua unsur terdapat dalam berita tersebut

yang menginformasikan bahwa kedua cawapres hanya sibuk

memaparkan visi misi tanpa mendebat pemaparan satu sama lain.

b. Struktur Tematik

Secara tematik, ada dua tema yang diangkat dalam berita ini.

Pertama, berita ini menyoroti debat cawapres yang tidak seperti debat.

Kedua cawapres hanya memaparkan visi misi dan program unggulan tanpa

mempersoalkan atau mengkritisi satu sama lain. Dari pihak Ma‟ruf

maupun Sandiaga tidak saling menyerang atau menanggapi pemaparan

lawan.

Kedua, tema berita ini adalah nonton bareng relawan dua kubu.

Tema ini menjadi pelengkap berita yang tak berarti. Tidak ada konflik

atau klimaks dalam debat sehingga data tambahan ini dimasukkan ke

berita.

Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai berikut:

1) Koherensi Sebab-Akibat

Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang disampaikan

adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat maupun

antarparagraf.

81

2) Koherensi Penjelas

Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang

disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan

penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.

3) Koherensi Pembeda

Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan pada

antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu teks.

Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita

tersebut lihat tabel berikut.

Tabel 4.4 Struktur Tematik Analisis Berita 3

Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf

Sebab-Akibat Karena itu 8

Demikian 6

Lantas 3

Penjelas Bahkan 4

Menambahkan 16

Menegaskan 2

Pembeda Sedangkan 4 & 14

Sementara itu 12

Namun 10 & 11

82

c. Struktur Retoris

Penekanan yang jelas atas struktur retoris pada berita dengan

judul “Debat Cawapres Tanpa Perdebatan” ini adalah foto dan grafik.

Pada foto yang menjadi headline, Jawa Pos memberikan keterangan pada

masing-masing cawapres pada saat debat dengan menunjukkan kartu

andalan sebagai pemikat kepada pemilih. Dalam foto Ma‟ruf Amin

tertera keterangan:

“Kami akan keluarkan tiga kartu, KIP kuliah, kartu sembako

murah, kartu prakerja. Supaya anak-anak miskin bisa kuliah,

supaya ibu-iu bisa belanja murah, dan supaya mudah

mendapatkan kerja.”

Sementara dalam foto Sandiaga Uno, tertera keterangan:

“Kita tidak ingin membebani negara dengan kartu-kartu. Kita

sudah memiliki KTP. Dengan big data dan single identificaion

number, semua fasilitas dan layanan bisa diberikan. Hanya butuh

KTP.”

Gambar 4.5 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019

83

Kedua foto tersebut Jawa Pos pilih dengan memiliki maksud

untuk menjelaskan bahwa kedua cawapres memiliki kartu andalan untuk

mengampanyekan diri. Sehingga pesan yang akan disampaikan dalam

berita tesebut jelas. Pembaca lebih bisa memahami apa yang akan

disampaikan oleh wartawan. Sementara itu, dibawah masing-masing foto,

Jawa Pos paparkan janji yang diberikan kedua cawapres. Grafik tersebut

menjadi penguat berita dan mempermudah pemahaman pembaca

mengenai visi misi pada bidang kesehatan, ketenagakerjaan dan

pendidikan.

Dalam berita tersebut, jurnalis dalam memberitakan melakukan

kebenaran fakta sesuai dengan apa yang terjadi. Kebenaran tersebut seperti

yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 22.

اء م ن الس ل م ز ن أ اء و ن اء ب م الس ا و اش ر ض ف ر م ال ك ل ل ع ي ج ذ ال

ا اد د ن أ وا لل ل ع ج ل ت م ف ك ا ل ق ز ات ر ر م ن الث ه م ج ب ر خ أ اء ف م

ون لم ع م ت ت ن أ و

Artinya:

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang

menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,

dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan

dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena

itu janganlah kamu mengadakan sekutusekutu bagi Allah, padahal

kamu mengetahui.

Dalam ayat ini disebutkan argumentasi dan alasan-alasan manusia

diperintahkan untuk menyembah Allah dan senantiasa bersyukur kepadaNya.

Alasan-alasan itu antara lain karena Allah adalah pencipta manusia beserta

alam seisinya. Model ini menjadi pedoman dalam penyampaian berita,

84

dimana berita harus disertai fakta-fakta dan argumentasi, sehingga berita itu

tidak sekadar opini dan dugaan semata. Berita tersebut mengisahkan

bagaimana Jawa Pos dalam menyajikan foto kedua cawapres sama,

berimbang.

Gambar 4.6 Berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Maret 2019

Kemudian dalam layout, Jawa Pos menata berita ini di halaman

sambungan dengan ukuran kolom terbesar daripada berita yang lain.

Berita debat putaran ke tiga yang dilakukan oleh cawapres ini menempati

kolom paling atas, hal ini menunjukkan bahwa berita ini menjadi sorotan

dan penting untuk disimak.

4. Analisis Berita 4

Judul : Diawali Saling Curhat, Berakhir Sejuk

a. Struktur Sintaksis

Dalam berita yang terbit pada 30 Maret 2019, Jawa Pos

memberikan judul „Diawali Saling Curhat, Berakhir Sejuk.” Headline

85

yang diberikan Jawa Pos adalah “Soal Pemerintahan, Jokowi-Prabowo

Beda Pendekatan” dan “Via Vallen dan Rossa Bikin Beda Saat Jeda”.

Headline pertama menjelaskan bahwa meski diawali dengan curhat, pada

saat debat masalah pemerintahan, kedua capres tersebut memiliki

pendekatan dalam menjalankan pemerintahan. Sehingga menjadi momen

debat yang saling sindir dan melontarkan berbagai keunggulan.

Sementara itu headline kedua menjelaskan kehadiran dua penyanyi

tersebut menjadikan suasana debat lebih cair dan rileks.

Adapun judul, seiring dengan lead berita yang menjelaskan bahwa

aksi saling curhat masalah pendukung masing-masing kubu lawan menjadi

persoalan yang mengawali proses debat putaran keempat, adapun

kutipannya yaitu sebagai berikut.

Saling curhat mewarnai pelaksanaan debat pilpres edisi keempat

tadi malam (30/03). Capres 01 Joko Widodo (Jokowi) maupun

capres 02 Prabowo Subianto sama-sama menyatakan telah

didzalimi kubu lawan. Itu terjadi saat keduanya menjawab

pertanaan ideologi.

Lead tersebut didukung dengan pernyataan dari kedua cawapres

pada paragraf 3, 4 dan 6. Adapun elemen penutup pada berita ini sesuai

dengan judul. Kata “sejuk” menjadi kejelasan pada penutup berita yaitu

penampilan dari dua penyanyi di sela jeda debat. Suasana yang beda

tersebut menjadikan KPU sebagai penyelenggara debat mendapatkan nilai

lebih dari publik.

Paragraf 16: Suasana dalam ruangan debat pun terasa lebih cair.

Bukan hanya hiburan dari penyelenggara debat, kedua capres

juga memberikan suguhan yang menyejukkan di segmen akhir.

Jokowi dan Prabowo saling lempar pujian.

86

b. Struktur Skrip

Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan mengisahkan

fakta pada berita. Berita dengan judul “Debat Cawapres tanpa Perdebatan”

memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini, diantaranya yaitu :

1) Unsur what, berita ini menginformasikan bahwa debat putaran

keempat diawali dengan saling curhat oleh cawapres. Adapun

curhatan yang dilontarkan pada saat menjawab persoalan ideologi,

keduanya sama-sama mendapat tudingan dan fitnah dari pendukung

masing-masing kubu. Selain itu, informasi menarik lain adalah

hadirnya dua penyanyi sebagai hiburan di sela jeda debat menjadi

subtema lain berita.

2) Unsur who, narasumber dalam berita ini adalah Jokowi dan Prabowo

sebagai peserta debat pilpres.

3) Unsur when dan where. Berita ini terjadi pada 30 Maret 2019 dan

bertempat di Hotel Shangri-La, Jakarta.

4) Unsur why and how, kedua unsur terdapat dalam berita tersebut yang

menginformasikan bahwa kedua capres saling curhat sebelum

akhirnya berbeda pedapat terkait sistem pemerintahan.

c. Struktur Tematik

Berita ini memilki dua tema. Pertama, „Soal Pemerintahan,

Jokowi-Prabowo Beda Pendekatan‟. Dalam tema ini, Jawa Pos ingin

menginfromasikan pada materi debat pemerintahan, kedua capres

tersebut memiliki pendekatan atau strategi yang berbeda. Kedua, „Via

Vallen dan Rossa Bikin Beda saat Jeda‟. Kehadiran dua penyanyi

87

menjadi penutup berita. Menurut peneliti, Jawa Pos ingin menampilkan

kesan yang tak biasa dari berita debat pada umumnya. KPU menjadi

sorotan karena menampilkan debat yang berbeda dari debat sebelumnya,

menjadi hiburan setelah sempat memanas ketika debat.

Elemen detail juga tampak pada berita ini. Kata “curhat”

seringkali dituliskan Jawa Pos sebagai penegasan judul dan isi berita.

Kata tersebut diulang 5 kali dalam beberapa paragraf.

Adapun elemen koherensi pada berita ini adalah sebagai berikut:

1) Koherensi Sebab-Akibat

Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang

disampaikan adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat

maupun antarparagraf.

2) Koherensi Penjelas

Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang

disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan

penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.

3) Koherensi Pembeda

Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan

pada antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu

teks.

Untuk memahami lebih mudah elemen koherensi yang ada pada

berita tersebut lihat tabel berikut.

88

Tabel 4.5 Struktur Tematik Analisis Berita 4

Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf

Sebab-Akibat Akibatnya 6

Karena itu 8 & 14

Selanjutnya 13

Penjelas Juga 13

Alhasil 11

Sedangkan 6 & 9

Pembeda Sementara itu 8 & 13

Melainkan 17

d. Struktur Retoris

Elemen leksikon „didzalimi‟ dalam berita ini menunjukkan bahwa

Prabowo merasa tersakiti atas perlakuan pendukung Jokowi. Disni Jawa

Pos membingkai seakan apa yang dilakukan pendukung Jokowi adalah

hal kejam yang tak patut ditiru.

Namun, pada kalimat selanjutnya, Jawa Pos juga mengungkapkan

apa yang dilakukan pendukung Prabowo terhadap Jokowi adalah

menyakitkan. Bedanya, Jawa Pos menggunakan kutipan Jokowi saat

debat “Empat setengah tahun saya dituduh PKI, saya biasa-biasa saja,”

dengan ungkapan seperti itu, Jawa Pos ingin menunjukkan bahwa meski

mendapatkan perlakuan buruk Jokowi tetap tenang. Berbeda dengan

Prabowo yang ditampilkan kesan tidak terima dengan pemfitnahan

89

tersebut dengan menggunakan kutipan dalam berita pada debat “Saya

lahir dari ibu Nasrani. Bagaimana saya dituduh tidak menghormati

Pancasila?”

Dalam berita tersebut, jurnalis dalam memberitakan melakukan

kebenaran fakta sesuai dengan apa yang terjadi. Kebenaran tersebut

seperti yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 22.

اء اء م م ن السا زل م ن اء وأ ن اء ب م ا والسا راش م الرض ف ك ل ل ع ي ج الاذ

م ت ن ا وأ اد د ن أ لاه وا ل ل ع ج ل ت ف م ك ا ل رات رزق ن الثام ه م رج ب خ أ ف

ون م ل ع ت

Artinya:

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu

dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah

Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit

sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu

Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai

rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-

sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

Dalam ayat ini disebutkan argumentasi dan alasan-alasan manusia

diperintahkan untuk menyembah Allah dan senantiasa bersyukur

kepadaNya. Alasan-alasan itu antara lain karena Allah adalah pencipta

manusia beserta alam seisinya. Model ini menjadi pedoman dalam

penyampaian berita, dimana berita harus disertai fakta-fakta dan

argumentasi, sehingga berita itu tidak sekadar opini dan dugaan semata.

Dalam berita tersebut, meski kedua capres saat berdebat menunjukkan

saling sindir, namun hak yang disampaikan berimbang dan sesuai fakta.

Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan-kutipan langsung dalam berita.

90

Elemen lain yaitu kata ganti. Dalam berita ini, kata ganti Prabowo

menjadi mantan Danjen Kopassus memberikan gambaran bahwa

Prabowo akan mengatasi masalah ketahanan negara lebih baik dari

Jokowi. Hal tersebut menjelaskan untuk masalah ketahanan, keamanan

dan struktur militer ia lebih menguasai dengan alasan karena ia telah

bergelut dalam bidang militer.

Sementara kata ganti Jokowi menjadi mantan wali kota Solo

memberikan gambaran kepada pembaca bahwa Jokowi sudah sangat

berpengalaman dalam menjalankan pemerintahan. Sebelum menjabat

presiden, Joko Widodo lebih dulu menjadi Walikota Solo dan gubernur

DKI Jakarta.

Selain itu, foto yang diberikan Jawa Pos menunjukkan perbedaan

dari kedua capres saat debat. Meski memberikan keterangan foto “BEDA

PANDANGAN : Capres 01 Joko Widodo dan capres 02 Prabowo

Subianto memaparkan visi misi dalam debat tadi malam di Hotel Shangri-

La, Jakarta”, namun tak tampak demikian.

Gambar 4.7 Berita debat Pilpres 2019 edisi 30 Maret 2019

91

Terlihat, pada foto Jokowi, ia sedang memaparkan program-

programnya, atau menanggapi pernyataan curhat Prabowo dengan santai

meski dilanjut curhat juga, seperti kutipan pada paragraf 4 sebagai berikut.

. . Mantan gubernur DKI Jakarta itu mengaku selama ini sering

dituduh dan difitnah. “Empat setengah tahun ini saya dituduh PKI,

saya biasa-biasa saja,” ucap Jokowi yang lantas disambut sorakan

para pendukungnya.

Sementara foto Prabowo terlihat geram terhadap pendukung

Jokowi yang acap kali mengecap dirinya sebagai orang yang pro terhadap

khilafah Islamiyah di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan paragraf 4

sebagai berikut.

Telunjuk kanan Prabowo digerakkan mengikuti penekanan

pernyataan tersebut. Para pendukung 02 pun bersorak…

Dalam pemberian foto tersebut, Jawa Pos seakan memberikan

pengertian kepada pembaca bahwa Jokowi adalah orang yang santai dan

tidak memiki dendam meski telah dihina oleh pendukung paslon 02,

Prabowo-Sandi.

Gambar 4.8 Berita debat Pilpres 2019 edisi 30 Maret 2019

92

Kemudian dalam layout, Jawa Pos menata berita ini di halaman

sambungan dengan ukuran kolom terbesar daripada berita yang lain.

Berita debat putaran ke empat yang dilakukan oleh capres ini menempati

kolom paling atas, hal ini menunjukkan bahwa berita ini menjadi sorotan

dan penting untuk disimak.

5. Analisis Berita 5

Judul : Adu Gagasan Membangun Ekonomi

a. Struktur Sintaksis

Dalam berita yang terbit pada 14 April 2019, Jawa Pos

memberikan judul „Adu Gagasan Membangun Ekonomi‟. Subjudul yang

diberikan Jawa Pos adalah “Jokowi Fokus Pemerataan, Prabowo

Ciptakan Lapangan Kerja” dan “Dua Paslon Singgung Perluasan Basis

Pajak”.

Adapun lead berita tersebut menjelaskan bahwa isi berita banyak

membahas pemaparan program dalam membangun ekonomi Indonesia,

yaitu sebagai berikut.

Dua pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo-Ma’ruf Amin

dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno,

memaksimalkan debat edisi kelima tadi malam untuk meyakinkan

pemilih. Mereka mengunggulkan program masing-masing dalam

membangun ekonomi Indonesia.

Sementara elemen body atau isi pada berita ini yaitu kesempatan

terakhir dalam debat kali ini digunakan untuk memaparkan gagasan

kedua paslon dalam membangun ekonomi Indonesia. Kedua paslon

saling menyangkal dan menyerang pendapat dari lawan.

93

Penjelasan mengenai debat yang baik antara Jokowi-Ma‟ruf dan

Prabowo-Sandi oleh framing Jawa Pos tertuang dalam QS. Al-Ankabut:

46. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa debat yang dilaksanakan Jokowi-

Ma‟ruf dan Prabowo-Sandi merupakan debat dengan cara yang baik

meski mereka berlawanan. Meski tetap membantah, namun tidak

menyatakan permusuhan secara langsung. Jawa Pos bersikap bijaksana

dalam memberikan informasi agar pembaca tidak salah dalam

menafsirkan berita-berita tersebut. adapun ayatnya sebagai berikut:

ن ذ ل ال ن إ س ح أ ت ه ال ل ب اب إ ت ك ل ال ه وا أ ل اد ج ل ت و

م ك ل ل إ ز ن أ ا و ن ل ل إ ز ن ي أ ذ ال ا ب ن وا آم قول م و ه ن وا م لم ظ

ون م ل س ه م ن ل ح ن د و اح م و ك ه ل إ ا و ن ه

ل إ و

Artinya:

Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan

dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim

diantara mereka, dan katakanlah, “Kami telah beriman kepada

(kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan

kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya

kepadaNya kami berserah diri.”

b. Struktur Skrip

Struktur skrip memperlihatkan bagaimana wartawan mengisahkan

fakta pada berita. Berita dengan judul “Adu Gagasan Membangun

Ekonomi” memiliki beberapa unsur penting dalam berita ini, diantaranya

yaitu :

1) Unsur what dalam berita ini adalah gagasan kedua paslon dengan tema

ekonomi pada debat terakhir.

94

2) Unsur who adalah peserta debat pilpres 2019, Joko Widodo, KH

Ma‟ruf Amin, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

3) Unsur when adalah 13 April 2019.

4) Unsur why dan how dalam berita ini adalah pentingnya debat terakhir

ini karena dapat menentukan pilihan para pemilih yang akan berjalan

4 hari lagi yaitu pada 17 April 2019. Terlebih dalam kampanye yang

semakin memanas ini tentu akan memancing perhatian para pembaca

untuk menyimak berita tersebut.

c. Struktur Tematik

Dalam struktur ini, elemen yang terdapat dalam berita adalah

koherensi. Koherensi merupakan uraian atau pandangan sehingga bagian-

bagiannya berkaitan satu dengan yang lain. Dalam berita ini, yang

dimaksud adalah hubungan antarkalimat dan antarparagraf.

1) Koherensi Sebab-Akibat

Elemen sebab-akibat menunjukkan informasi yang

disampaikan adalah mengandung hubungan sebab-akibat antarkalimat

maupun antarparagraf.

2) Koherensi Penjelas

Elemen koherensi penjelas menunjukkan informasi yang

disampaikan adalah penting yaitu dengan memberikan keterangan

penjelas antarkalimat maupun antarparagraf.

95

3) Koherensi Pembeda

Elemen koherensi pembeda menentukan makna perbedaan

pada antarkalimat maupun antarparagraf yang muncul dalam suatu

teks.

Untuk memahami lebih mudah koherensi yang ada pada berita

tersebut lihat tabel berikut.

Tabel 4.6 Struktur Tematik Analisis Berita 5

Koherensi Kata Hubung Letak Paragraf

Sebab-Akibat Karena itu 4

Dengan 3, 6 & 9

Juga 8, 12, 15 & 18

Penjelas Terutama 11

Tentu saja 12

Senada 13

Kemudian 17

Sedangkan 12

Pembeda Sementara itu 4

Namun 16

Justru 16

96

d. Struktur Retoris

Meski headline berita menginformasikan debat terakhir Pilpres

2019 dengan judul “Adu Gagasan Membangun Ekonomi”, namun

headline foto Jawa Pos memasang paslon 01 dengan judul berita “Ajak

Bersatu, Optimis Indonesia Maju”. Melihat foto tersebut, Jawa Pos

terlihat menunjukkan kecenderungan atau keberpihakan kepada paslon

01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Dalam foto top headline, Jawa Pos

memberikan keterangan atau caption sebagai berikut.

PENUH: Masa pendukung capres Joko Widodo mengikuti

kampanye pemungkas di Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin.

Foto kanan, Jokowi ketika menyamaikan pidato politiknya.

Gambar 4.9 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019

Dalam foto tersebut Jawa Pos ingin menyampaikan informasi

Jokowi sedang berkampanye di sesi terakhir sebelum pemilu. Dengan

foto top headline, pembaca akan lebih mengingat berita kampanye

Jokowi daripada debat pilpres putaran terakhir.

97

Berita tersebut terkandung dalam QS. Al-Baqarah: 182 juga

menjelaskan bagaimana keadilan harus ditegakkan dengna tidak menaruh

keberpihakan. Hal ini tentu sangat erta dengan permasalahan berita

tersebut dimana foto yang diberikan Jawa Pos memihak kepada paslon

01, Jokowi-Ma‟ruf.

ه ي ه م ع ث ل إ م ف ه ى ي ح ب ه ص أ ب ف م ث و إ ب أ ف ى ىص ج ه م بف م ه خ م ف

يم ح فىس س غ ن للا إ

Artinya:

(Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang

berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia

mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa

baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Gambar 4.10 Berita debat Pilpres 2019 edisi 14 April 2019

Pada halaman sambungan, Jawa Pos menempatkan berita ini

dibagian atas sebagai penanda informasi ini lebih penting untuk disimak.

Selain itu, font yang ditampilkan juga lebih besar dan tebal dibanding

98

berita lain seperti “Demi Massa. . .” dan “Ajak Bersatu, Optimis

Indonesia Maju”

D. Pembahasan

Analisis framing model Pan dan Kosicki dalam menganalisis lima

berita edisi debat Pilpres 2019 di surat kabar Jawa Pos adalah adanya

kecenderungan terhadap salah satu pasangan calon (paslon). Dalam

mengemas lima berita edisi 18 Januari-14 April 2019, Jawa Pos memiliki dua

sikap yaitu netral dan memihak ke paslon 01 Joko Widodo-Ma‟ruf Amin.

Dari struktur sintaksis, penyebutan nama atau sumber dapat menjadi

data media memiliki kecenderungan atau bersifat netral. Dalam berita ini,

Jawa Pos lebih banyak menyebutkan nama Jokowi di banding nama lain

seperti Ma‟aruf, Prabowo dan Sandi. Berdasarkan penghitungan yang

dilakukan peneliti dalam berita tersebut, Jawa Pos menyebutkan nama Jokowi

sebanyak 70 x.

Tabel 4.7 Jumlah Pengutipan Sumber Struktur Sintaksis

Nama Berita 1 Berita 2 Berita 3 Berita 4 Berita 5 Jumlah

Jokowi 15 x 25 x 1 x 19 x 10 x 70 x

Ma‟ruf 5 x - 13 x - 3 x 21 x

Prabowo 14 x 25 x 1 x 17 x 6 x 63 x

Sandiaga 10 x 25 x 14 x - 6 x 55 x

99

Selain elemen pengutipan sumber, elemen lain yang juga menjadi

penentu media memiliki kecenderungan adalah lead. Lead memiliki arti arah

wartawan akan membawa pembaca memahami berita. Dalam hal ini, Jawa Pos

menempatkan lead pada Prabowo. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8 Jumlah Lead Struktur Sintaksis

Nama Lead 1 Lead 2 Lead 3 Lead 4 Lead 5 Jumlah

Jokowi - - - - + 1 x

Ma‟ruf - - + - - 1 x

Prabowo + + - + - 3 x

Sandi - - - - - 0

Keterangan : Tanda (-) memiliki arti tidak ada.

Tanda (+) memiliki arti ada.

Kemudian dari struktur skrip, berita edisi 18 Januari-14 April 2019

memiliki kelengkapan berita dengan bentuk umum yaitu pola 5W (what, who,

when, where, why) + 1H (how).

Dari struktur tematik lima berita edisi debat pilpres 2019, Jawa Pos selalu

menggunakan subjudul untuk membuat memudahkan pembaca dalam memahami

berita. Berita-berita Jawa Pos ini menunjukkan bagaimana media menjadi ajang

perang simbolik antara paslon 01 dan paslon 02. Masing-masing paslon saling

100

mengedepankan pendapat, mengena dan menonjol untuk diterima khalayak.

Pendapat yang dilontarkan tersebut seringkali disertai dengan diksi atau pemilihan

kata yang terkesan setara. Ketika paragraf satu membahas Jokowi-Ma‟ruf,

paragraf berikutnya juga akan membahas Prabowo-Sandi. Kesetaraan yang dibuat

Jawa Pos menciptakan kesan media netral terhadap dua kubu tersebut.

Dari struktur retoris lima berita tersebut, Jawa Pos selalu menjadikan debat

pilpres sebagai headline atau berada di halaman pertama surat kabar. Adapun

penjelasan foto atau grafik sebagai kelengkapan berita lihat tabel berikut.

Tabel 4.9 Penempatan Foto Berita Debat Struktur Retoris

Elemen Foto Grafik

Berita 1 Top Headline Banner Headline

Berita 2 Top Headline Banner Headline

Berita 3 Banner Headline Spread Headline

Berita 4 Banner Headline Spread Headline

Berita 5 Top Headline Spread Headline

Dilihat dari tabel tersebut, berita edisi debat 2019 Jawa Pos menjunjukkan

berita-berita ini penting untuk disimak. Semua yang ditampilkan menduduki

peringkat atas. Di berita 5, posisi foto debat pilpres 2019 kalah dengan foto

kampanye Jokowi yang menduduki top headline. Hal tersebut menunjukkan

kecenderungan Jawa Pos untuk paslon 01 dalam hal menyuguhkan foto.

101

Tabel 4.10 Pembahasan Analisis Framing Jawa Pos

Frame : Debat Pilpres 2019, Sikap Jawa Pos Netral dan Condong

Elemen Strategi Penulisan

Sintaksis Selain judul yang jelas, Jawa Pos menggunakan subjudul untuk

mempermudah pembaca memahami isi berita. Jawa Pos selalu

memberitakan keberlangsungan debat tanpa mencari narasumber lain

untuk diwawancarai. Jumlah sumber atau nama yang tertuang dalam

berita juga menjadi penentu sikap Jawa Pos, dalam hal ini nama yang

paling banyak disebut adalah Jokowi. Namun lead yang diberikan

Jawa Pos dalam setiap berita mengarah ke Prabowo. Dengan begitu,

meskipun berbeda elemen Jawa Pos bersikap netral karena setara

dalam memberitakan kedua paslon presiden 2019.

Skrip Kedua paslon ditempatkan saling melengkapi, saling menanggapi

dalam posisi yang setara. Pendapat satu tidak ditempatkan lebih

utama dibandingkan pendapat lain, kecuali di berita kedua yang lebih

memaparkan pendapat Jokowi yang memiliki banyak data dibanding

Prabowo dengan alasan Jokowi adalah petahana. Dalam berita

tersebut pun, Prabowo dibuat seolah tidak dapat menguasai tema

debat. Selain itu, dalam elemen kelengkapan data salah satu berita,

Jawa Pos hanya menyajikan cek fakta dari paslon 01. Sikap tersebut

menunjukkan Jawa Pos cenderung ke capres 01 Joko Widodo.

102

Tematik Jawa Pos selalu menggunakan subjudul untuk memudahkan pembaca

dalam memahami berita. Kesetaraan yang dibuat Jawa Pos melalui

pemilihan kata menciptakan kesan media netral terhadap dua kubu

tersebut.

Retoris Jawa Pos menyertakan foto dan grafik pada setiap berita. Dari lima

berita tersebut, semua menyuguhkan foto Jokowi-Ma'ruf dan

Prabowo-Sandi dalam masing-masing sesi debat. Namun, pada berita

ke empat, tersirat perbedaan foto. Pada foto Jokowi, Jawa Pos

membuat kesan tenang dan santai, sedangkan foto Prabowo terkesan

geram dan ambisius. Lalu, pada foto ke lima Jawa Pos menonjolkan

foto Jokowi saat kampanye dibandingkan foto debat pilpres 2019.

Sikap tersebut menunjukkan sifat kecenderungan Jawa Pos terhadap

paslon 01 Joko Widodo-Ma‟ruf Amin.

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dengan menggunakan empat struktur analisis tersebut, maka dari lima berita debat

Pilpres 2019 di surat kabar Jawa Pos edisi 18 Januari-14 April 2019 adalah Jawa

Pos memiliki dua sikap, netral dan memihak ke paslon 01, Jokowi-Ma‟ruf. Dilihat

dari struktur sintaksis, Jawa Pos dalam memuat judul dan lead berita didasarkan

atas latar informasi dalam debat tersebut. Struktur skrip, Jawa Pos tidak begitu

menonjolkan unsur berita, namun jelas dalam mengemas berita mengandung

unsur 5W+1H. Dalam struktur tematik, Jawa Pos selalu menyajikan subjudul

untuk menjelaskan isi berita sehingga lebih mudah dipahami. Koherensi yang

terdapat dalam berita ini juga sangat beragam, sehingga memperjelas maksud dari

setiap berita. Dalam struktur retoris, Jawa Pos menggunakan gambar di setiap

berita berupa foto maupun grafis pendukung seperti tabel.

B. Saran-Saran

Berdasarkan penelitian konstruksi media dan pandangan jurnalisme Islam

terhadap berita debat Pilpres 2019 edisi 18 Januari-14 April 2019 pada surat

kabar Jawa Pos, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Jawa Pos

a. Sebagai media penyalur informasi kepada khalayak, para wartawan

Jawa Pos menyajikan berita sesuai dengan fakta dengan tidak

menunjukkan sikap subjektif terhadap suatu peristiwa

104

b. Diharapkan dapat menyajikan berita yang berimbang, terlebih masalah

partai politik.

2. Bagi Peneliti

a. Diharapkan mampu memberikan informasi baru terhadap lembaga

maupun instansi tertentu serta pembaca mengenai pengemasan berita

yang tayang pada surat kabar dengan materi yang ada.

b. Diharapkan dapat menambah subjek penelitian untuk lebih

mengembangkan data dan mendapatkan analisis yang lebih baik lagi.

c. Hasil penelitian ini diharapakan dapat mengkaji topik yang sama

dengan lebih konprehensif dan mendalam.

105

DAFTAR PUSTAKA

Badara, A. (2012). Analisis Wacana : Teori, Metode, dan Penerapannya pada

Wacana Media. Jakarta: Kencana.

Eriyanto. (2002). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.

Jogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.

Eriyanto. (2005). Analisis Wacana Pengantar Teks Media. Yogyakarta: PT LkiS

Printing Cemerlang.

Halik. (2013). Komunikasi Massa. Makasar: Alauddin University Press.

Hamad, I. (2004). Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Masa. Jakarta: Granit.

Kasman, S. (2004). Jurnalisme Universal, Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah bi

Al-Qalam. Bandung: Mizan Media Tama.

Kusumaningrat, P. K. (2006). Jurnalistik : Teori dan Praktek. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Luwi, I. (2005). Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas.

Moleong, J. L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Prenamedia Group.

Nuruddin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

106

Olii, H. (2007). Berita dan Informasi. Jakarta: PT. Indeks.

Panjaitan, M. (2013). Logika Demokrasi Menyongsong Pemilihan Umum 2014.

Jakarta: Permata Aksara.

Penyusun, T. (2000). 35 Tahun Kompas. Jakarta: Brosur Kompas.

Romli, A. S. (2000). Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: Rajawali

Rosdakarya.

Santana, S. K. (2009). Jurnalisme Investigasi Edisi Revisi. Jakrta: Yayasan Obor

Indonesia.

Siregar, A. E. (2010). Potret Manajemen Media di Indonesia. Yogyakarta: Total

Media.

Sobur, A. (2012). Analisis Teks Media. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Tamburaka, A. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

Tebba, S. (2005). Jurnalistik Baru. Ciputat: Penerbit Kalam Indonesia.

Widarmanto, T. (2016). Pengantar Jurnalistik Panduan Awal Penulis dan

Jurnalis. Yogyakarta: Araska.

Bahroni. 2018 Analisis Wacana Retorika Dakwah K.H. Muhammad Arifin Ilham,

, http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/index.( Vol. 3, No. 1(Online)

diakses tgl 23 Agustus 2019).

Representasi Berita Penistaaan Agama Muhammad Fahmi. 2018. Dalam Media

Massa Di Indonesia, (Online) Vol. 3, No. 2.

diakses tanggal 23 , http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/index(

Agustus 2019).

107

Gede Moenanto Soekowati. 2018. Pengaruh Pemberitaan Media Masa Pada Kasus

Dugaan Korupsi Dan Partisipasi Warga Dalam Menggunakan Hak Pilih Di

Pemilukada Serentak Di Indonesia. (Online) Vol. 3, No. 1.

diakses tanggal 23 ,http://inject.iainsalatiga.ac.id/index.php/INJECT/index

Agustus 2019.

“Sejarah Jawa Pos” Artikel diakses pada 16 Mei 2019

pos.html?m=1-jawa-http://sobatbidin.blogspot.com/2015/02/sejarah

“Pendiri jawa Pos-Tokoh Indonesia” Artikel diakses pada 16 Mei 2019

pos/-jawa-iridirektori/pend-http://tokoh.id/biografi/2

“Saat Debat Pertama Kali di Indonesia” Artikel diakses pada 20 Mei 2019.

https://nasional.kompas.com/read/2019/01/17/10354791/saat-debat-pilpres-

diadakan-untuk-kali-pertama-di-indonesia?page=all

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Biografi Penulis

Ida Fadilah, lahir di Boyolali pada 20 November 2019 di desa

terpencil, Tegalrejo, Kembang, Ampel, Boyolali. Dalam menjalani

kehidupannya, penulis memiliki banyak pengalaman bekerja sejak SMP

yang kemudian mengantarannya sampai menuju jenjang perguruan tinggi

di IAIN Salatiga pada 2015. Meski tak di dampingi sang ayah, penulis

bersama ibunya memantapkan hati memilih jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah. Dengan itu, penulis telah membuka

pemahaman baru, utamanya dalam bidang jurnalistik.

Awalnya penulis hanya suka menulis cerpen, namun berkat rasa

ingin tahunya, kini lebih suka menulis berita. Hingga saat menginjak

semester 7, penulis bersama rekan-rekannya magang di media cetak Jawa

Pos Radar Semarang. Selesai magang selama 3 bulan, penulis berhasil

mencicipi pekerjaan sebagai wartawan wilayah Salatiga dan mengenal

narasumber-narasumber hebat. Hal inilah yang menjadikan penulis

meneliti tentang pembingkaian berita.

Memulai organisasi di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)

DinamikA pada tahun 2015 menjadikan penulis menjadi anggota aktif.

Kemudian menjadi pengurus sebagai koordinator reporter dan redaktur

majalah. Selain itu, penulis juga membantu dosen dalam mengajar di

kelas-kelas jurnalistik di IAIN Salatiga hingga saat ini. Untuk informasi

lebih lanjut, penulis bisa dihubungi lewat no HP 085536905931 dan di

alamat email [email protected].