ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

108
ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN PANEN KELAPA SAWIT DI PT GADING CEMPAKA GRAHA KABUPATEN OKI TAHUN 2019 Oleh FAHMI SEPWILL YONI 15.13201.10.37 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG 2019

Transcript of ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

Page 1: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

i

i

ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA

DIBAGIAN PANEN KELAPA SAWIT DI PT GADING CEMPAKA

GRAHA KABUPATEN OKI TAHUN 2019

Oleh

FAHMI SEPWILL YONI

15.13201.10.37

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2019

Page 2: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

ii

ii

ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DI

BAGIAN PANEN KELAPA SAWIT PT GADING CEMPAKA

GRAHA KABUPATEN OKI TAHUN 2019

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh

FAHMI SEPWILL YONI

15.13201.10.37

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2019

Page 3: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

iii

iii

ABSTRAK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)

BINA HUSADA PALEMBANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, 9 Agustus 2019

FAHMI SEPWILL YONI

Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di

PT Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI Tahun 2019

(xiv + 57 halaman, 10 tabel, 3 bagan, 4 lampiran)

Penerapan ergonomi di lingkungan kerja merupakan salah satu upaya kesehatan

dan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan

ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja. Berdasarkan hasil

studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 pekerja di bagian panen terdapat keluhan

yang dirasakan pekerja diketahui bahwa 93,3% atau 14 pekerja merasakan adanya

keluhan dibeberapa anggota tubuh mereka, keluhan terbesar dirasakan pada bagian

punggung, lengan, leher, dan kaki.

Penelitian ini bertujuan diketahuinya analisis faktor risiko ergonomi pada

pekerja dibagian panen kelapa sawit di PT Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI

Tahun 2019. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian panen yaitu 60

pekerja. Sampel penelitian ini berjumlah 60 responden, metode pengambilan sampel

menggunakan total sampling. Instrumen penelitian menggunakan checklist dan

dianalisa dalam foto, video, menggunakan alat ukur ergonomic criteria. Analisis

bivariat menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan (α=0.05). penelitian

ini dilaksanakan pada tanggal 22-27 Juli 2019.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara postur kerja

(p=0,016), frekuensi (p=0,007), durasi kerja (p=0,026) dan beban kerja (p=0,033),

dengan resiko ergonomi pada pekerja dibagian panen sawit.

Simpulan penelitian ini ada hubungan antara postur kerja, frekuensi, durasi

kerja dan beban kerja dengan risiko ergonomi pada pekerja dibagain panen sawit.

Disarankan untuk agar lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja dalam

bekerja dan lebih meningkatkan kesadaran tentang bahaya resiko ergonomi yang

dapat diakibatkan karena beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja yang tidak

sesuai.

Kata Kunci : Resiko, Ergonomi, Pekerja, Sawit

Daftar Pustaka : 25 (2002-2019)

Page 4: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

iv

iv

ABSTRACT BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Student Thesis, August 9, 2019

FAHMI SEPWILL YONI

Ergonomic Risk Factor Analysis for Workers in the Oil Palm Harvest Section at

PT Gading Cempaka Graha, OKI Regency in 2019

(xiv + 57 pages, 10 tables, 3 charts, 4 attachments)

The application of ergonomics in the work environment is one of the

occupational health and safety efforts. Occupational health services provided through

the application of ergonomics, are expected to improve the quality of work life. Based

on the results of a preliminary study conducted on 15 workers in the harvest section

there were complaints that were felt by workers known that 93.3% or 14 workers felt

complaints in some of their body parts, the biggest complaint was felt in the back,

arms, neck, and legs.

This study aims to know the ergonomic risk factor analysis for workers in the

palm oil harvest at PT Gading Cempaka Graha, OKI Regency in 2019. The design of

this research is quantitative with cross sectional approach. The population of this

study were all workers in the harvest section, namely 60 workers. The research

sample consisted of 60 respondents, the sampling method using total sampling. The

research instrument uses a checklist and is analyzed in photographs, videos, using

ergonomic criteria. Bivariate analysis used chi square test with significance level (α =

0.05). this research was conducted on July 22-27, 2019.

The results of this study indicate that there is a relationship between work

posture (p = 0.016), frequency (p = 0.007), duration of work (p = 0.026) and

workload (p = 0.033), with the risk of ergonomics in workers in the palm oil crop.

The conclusion of this research is the relationship between work posture,

frequency, duration of work and workload with the risk of ergonomics in workers in

palm oil harvests. It is recommended to pay more attention to occupational health and

safety at work and to increase awareness about the dangers of ergonomic risks that

can be caused by workload, work environment and work capacity that are not

appropriate.

Keywords : Risk, Ergonomics, Workers, Palm

References : 25 (2002-2019)

Page 5: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

v

v

Palembang, Agustus 2019

Pembimbing

Page 6: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

vi

vi

Page 7: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

vii

vii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Fahmi Sepwill Yoni

Tempat/Tanggal Lahir : Sekayu, 09 September 1997

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Kapten A Rivai No. 410 RT 003 Kel. Balai Agung

Sekayu

Orang Tua

- Ayah : Alm. Sudianto

- Ibu : Susi Masito

Handphone : 082175407070

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Islamiah Sekayu Tahun 2004-2009

2. SMP Negeri 2 Sekayu Tahun 2009-2012

3. SMANegeri 4 Sekayu Tahun 2012-2015

4. STIK Bina Husada Palembang Tahun 2015-2019

Page 8: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

viii

viii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Skripsi ini saya persembahkan khusus kepada :

Kedua orang tua saya yaitu Bapak Alm. Sudianto dan Ibu

Susi Masito terima kasih untuk semua doa, cinta dan dukungan

yang telah diberikan dan kepada kakak pertama dan satu-

satunya, Utami Berlina terima kasih untuk setiap nasihat dan

dukungan yang selalu berikan.

Motto :

“Bertaqwalah kepada Allah, maka Dia akan membimbingmu.

Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu”.

(QS. Al-Baqarah: 282)

Page 9: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

ix

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, peneliti mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Heriziana Hz, SKM, M.Kes sebagai pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini. Peneliti juga

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. dr. Chairil Zaman, M.Sc selaku Ketua

STIK Bina Husada, Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes selaku Ketua Program

Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan

administrasi penulisan skripsi ini.

Selain itu peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Akhmad Dwi

Priyatno, S.Pd, M.Kes dan Ibu Dewi Sayati SE, M.Kes, selaku penguji dalam

penyusunan skripsi, dan kepada Ibu Atma Deviliawati, SKM, M. Kes selaku

pembimbing akademik selama mengikuti pendidikan di Program Studi Kesehatan

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

memerlukan dan bagi siapa saja yang membacanya.

Palembang, 09 Agustus 2019

Peneliti

Page 10: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

x

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ......................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

ABSTRACT ..................................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI .......................................................... vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... vii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................................. viii

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 5

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.4.1 Tujuan umum ............................................................................. 5

1.4.2 Tujuan khusus ............................................................................ 5

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

1.5.1 Bagi peneliti ............................................................................... 6

1.5.2 Bagi perusahaan ......................................................................... 6

1.5.3 Bagi STIK Bina Husada ............................................................. 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ergonomi ................................................................................. 7

2.2 Standar-standar Terkait dalam Ergonomi ................................................. 10

2.3 Tujuan Ergonomi ....................................................................................... 11

2.4 Manfaat Ergonomi .................................................................................... 12

2.5 Penerapan Ergonomi ................................................................................. 12

2.6 Sikap Tubuh Dalam Bekerja ..................................................................... 13

2.7 Postur Kerja Dalam Ergonomi .................................................................. 14

2.7.1 Postur kerja berdiri ..................................................................... 15

2.7.2 Postur kerja duduk ..................................................................... 16

2.7.3 Postur tubuh kombinasi .............................................................. 17

2.8 Faktor Risiko Pekerjaan ............................................................................ 19

Page 11: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

xi

xi

2.9 Kelapa Sawit ............................................................................................. 22

2.9.1 Sejarah kelapa sawit di indonesia ............................................... 22

2.9.2 Pemanen ...................................................................................... 25

2.9.3 Pengolahan hasil panen ............................................................... 26

2.10 Desain Stasiun Kerja ............................................................................... 28

2.11 Pendekatan Dalam Desain Stasiun Kerja ................................................. 28

2.12 Alat Ukur Ergonomi ................................................................................. 30

2.12.1 Checklist ................................................................................... 30

2.12.2 Ergonomic criteria .................................................................... 31

2.12.3 Metode WAC Equation (Washington Administration Code) .... 32

2.13 Prioritas Pengendalian Risiko ................................................................. 32

2.14 Kerangka Teori ........................................................................................ 33

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 34

3.2.1 Lokasi ......................................................................................... 34

3.2.2 Waktu ......................................................................................... 36

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 36

3.3.1 Populasi ...................................................................................... 36

3.3.2 Sampel ........................................................................................ 36

3.4 Kerangka Konsep ...................................................................................... 37

3.5 Definisi Operasional ................................................................................. 38

3.6 Pengumpulan Data .................................................................................... 39

3.6.1 Data primer ................................................................................. 39

3.6.2 Data sekunder ............................................................................. 39

3.7 Analisis Data .............................................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 40

4.1.1 Identitas Perusahaan/Kebun ........................................................ 40

4.2 Hasil Penelitian ......................................................................................... 41

4.2.1 Analisis univariat ........................................................................ 41

4.2.2 Analisis bivariat .......................................................................... 44

4.3 Pembahasan ............................................................................................... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................................... 56

5.2 Saran .................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

xii

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Definisi Operasional ........................................................................ 38

4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Resiko Ergonomi

pada Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading

Cempaka Graha Tahun 2019 ........................................................... 41

4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Postur Kerja pada

Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka

Graha Tahun 2019 ........................................................................... 42

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi pada

Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka

Graha Tahun 2019 ........................................................................... 42

4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja pada

Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka

Graha Tahun 2019 ........................................................................... 43

4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada

Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka

Graha Tahun 2019 ........................................................................... 43

4.6 Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada

Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka

Graha Tahun 2019 ........................................................................... 44

4.7 Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada Pekerja

di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha

Tahun 2019 ...................................................................................... 45

4.8 Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada

Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka

Graha Tahun 2019 ........................................................................... 46

4.9 Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada

Pekerja di bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka

Graha Tahun 2019 ........................................................................... 46

Page 13: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

xiii

xiii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Interaksi Dalam Sistem Kerja .................................................................... 30

2.2 Kerangka Teori........................................................................................... 33

3.1 Kerangka Konsep ....................................................................................... 37

Page 14: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

xiv

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 : Hasil Uji Statistik

Lampiran 3 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 4 : Dokumentasi

Page 15: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan ergonomi di lingkungan kerja merupakan salah satu upaya

kesehatan dan keselamatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui

penerapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja.

Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia dalam

kaitan dengan pekerjaannya. Ergonomi mempelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan,

alat kerja, dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan

dan keterbatasan manusia yang bersangkutan sehingga tercapai suatu keserasian antaa

manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan dan produktivitas

kerja. Alat kkerja dan lingkungan fisik yang tidak sesuai dengan kemamapuan

alamiah tenaga kerja akan menyebabkan hasil kerja tidak optimall, bahkan berpotensi

menimbulkan keluhan kesehatan dan penyakit akibat kerja. (Utari & Kalsum, 2015).

Dalam upaya pelaksanaan kesehatan kerja, perbaikan ergonomi merupakan

upaya preventif agar pekerja dapat bekerja nyaman dan terhindar dari penyakit akibat

kerja. Perbaikan lingkungan dengan menyesuaikan tuntutan tugas dengan

kemampuan fisik dan mental pekerja serta mengendalikan faktor risiko ergonomi

yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai contoh, desain mesin, desain work station,

posisi duduk, alat bantu tangan, beban angkat angkut diupayakan agar pekerja

terhindar dari postur janggal yang dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal

1

Page 16: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

2

(trauma kumulatif). Upaya yang kompleks ini telah berkembang menjadi ilmu

Ergonomi. (Kurniawidjaja, 2012).

Salah satu kunci dari kemajuan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja

(K3) yakni perbaikan lingkungan kerja untuk ini dibutuhkan pengelolaan berbagai

ancaman bahaya (potensi heakth hazard) di tempat kerja baik secara kimiawi, fisik,

biologi, psikologi dan ergonomi. Untuk memperbaiki kapasitas kerja dibutuhkan

promosi kesehatan para pekerja agar mereka lebih cukup dan mampu bekerja dengan

aman, nyaman dan produktif. (Malaka, 2016).

Bahaya Ergonomik terjadi ketika jenis pekerjaan, posisi tubuh, dan kondisi

kerja meletakkan beban pada tubuh. Penyebabnya paling sulit untuk di definisikan

secara langsung karna kita tidak selalu segera melihat ketegangan pada tubuh atau

bahaya bahaya ini saat melakukan. Paparan jangka pendek dapat menyebabkan

’’nyeri otot’’ hari berikutnya atau pada hari hari setelah terekspos, tetapi paparan

jangka panjang dapat mengakibatkan cedera jangka panjang yang serius di antara

contoh yang sering di dapatkan adalah cara mengangkat atau lifting, postur tubuh

yang kurang memadai gerakan canggung terutama jika harus berulang ulang, dan

posisi kerja yang kurang tepat.(Kuswana, 2016).

Saat ini mesin-mesin sebagian besar sudah didesain untuk disesuaikan dengan

kemampuan manusia, namun tugas yang diberikan dapat berlebihan sehingga

probabilitas terjadi human error akan meningkat. Faktor ergonomi yang sering

ditemukan dalam melakukan pekerjaan adalah pekerjaan yang berulang-ulang

(repetitive), posisi/posture yang salah (awkward posture), mengangkat (lifting),

Page 17: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

3

menarik (pulling), mendorong (pushing), kekurangan cahaya (lighting), waktu paruh

kerja (shift work). (Panggabean, 2014 dalam Yoga 2016).

Data penyakit akibat kerja (PAK) dari Depkes RI menunjukkan jumlah kasus

PAK di Indonesia pada tahun 2011-2014 terjadi penurunan (tahun 2011 = 57.929,

tahun 2012 = 60.322, tahun 2013 =97,144, tahun 2014 = 40.694). Provinsi dari

jumlah kasus panyakit akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Jawa

Tengah, Sulawesi Utara dan Jawa Timur, tahun 2012 adalah Provinsi Sumatera Utara,

Sumatera Selatan dan Jawa Barat, tahun 2013 adalah Provinsi Banten, Gorontalo dan

Jambi, tahun 2014 adalah Provinsi Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. (Depkes

RI, 2015).

Data kasus penyakit akibat kerja (PAK) di Provinsi Sumatera Selatan pada

tahun 2011-2013. Di tahun 2011 berjumlah 1.423 kasus PAK, tahun 2012 berjumlah

9.009 kasus PAK, tahun 2013 didapati 2.166 kasus PAK. Data kasus PAK tertinggi

Provinsi Sumatera Selatan yaitu tahun 2012 dengan jumlah 9.009 kasus PAK.

(Depkes RI, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvis Dio Prayoga yaitu

Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja Bagian Panen Kelapa Sawit Divisi

Sidomulyo PT TBL Kabupaten Banyuasin 2016, dilihat dari hasil penelitian terdapat

faktor risiko ergonomi yang menimbulkan bahaya dari Divisi Sidomulyo, diantaranya

beban kerja,postur kerja, frekuensi dan durasi. (Prayoga, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Romi Fatriansyah

yaitu Analisis Risiko Ergonomi di Bagian Produksi PT. SS Pabrik Palembang Tahun

Page 18: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

4

2015, dari hasil penelitian didapatkan faktor risiko ergonomi yang menimbulkan

bahaya dari 7 stasiun kerja, yaitu berdasarkan beban kerja, postur kerja, frekuensi,

durasi dan mengangkat (Lifting). (Fatriansyah, 2015).

Salah satu pekerja yang rentan terhadap risiko ergonomi adalah pekerja di

bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha itu sendiri bergerak di bidang

perkebunan kelapa sawit, Penelitian ini dilakukan di bagian panen kelapa sawit

Mengenai keluhan yang dirasakan pada pekerja di PT. Gading Cempaka Graha yaitu

keluhan dibeberapa tubuh yang di lakukan pada 15 pekerja. Berdasakan hasil studi

pendahuluan diketahui bahwa 93,3% atau 14 pekerja merasakan adanya keluhan

dibeberapa anggota tubuh mereka, keluhan terbesar dirasakan pada bagian punggung,

lengan, leher, dan kaki. Hingga saat ini di PT. Gading Cempaka Graha belum pernah

dilakukan penelitian mengenai resiko ergonomi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti risiko

ergonomi di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI belum pernah dilakukan

penelitian tentang analisis risiko ergonomi, khususnya di bagian panen kelapa sawit.

Apabila perbaikan ergonomi tidak betul-betul diperhatikan tentu akan mengurangi

produktivitas pekerja dan efektivitas kerja. Untuk itu perlu adanya penelitian

mengenai “analisis faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit

di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang dikemukakan

diatas, maka masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah belum

Page 19: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

5

diketahuinya faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit di PT.

Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.

1.3 Pertanyaan penelitian

Berdasarkan data-data pada latar belakang diatas, maka peneliti ingin melihat

apa saja yang menjadi faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa

sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor risiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa

sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan postur kerja di bagian panen

kelapa sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.

2. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan beban kerja di bagian panen kelapa

sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.

3. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan frekuensi di bagian panen kelapa

sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.

4. Diketahuinya risiko ergonomi berdasarkan durasi kerja di bagian panen kelapa

sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019.

Page 20: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

6

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan serta wawasan dibidang

keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja khususnya mengenai risiko ergonomi.

1.5.2 Bagi Perusahaan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi

serta meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh risiko ergonomi, khususnya di

bagian panen kelapa sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI.

1.5.3 Bagi STIK Bina Husada

Penelitian ini sebagai umpan balik terhadap penerapan teori di lahan praktek,

guna peningkatan mutu pendidikan serta dapat menambah bahan kepustakaan di

STIK Bina Husada Palembang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang analisis risiko ergonomic di bagian panen kelapa sawit di di

PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019. Penelitian ini dilakukan

pada tanggal 22-27 Juli 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah pemanen kelapa

sawit di di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI dengan jumlah sampel

pekerja berjumlah 60 orang dan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan pengamatan langsung dari hasil wolk through survey dibuat checklist dan di

analisa dalam foto, video, menggunakan alat ukur ergonomic criteria dan (lifting).

Page 21: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ergonomi

Ergonomi pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari beberapa aspek dan

karakteristik manusia (kemampuan, kelebihan, keterbatasan, dan lain-lain) yang

relevan dalam konteks kerja, serta memanfaatkan informasi yang diperoleh dalam

upaya merancang produk, mesin, alat, lingkungan, serta system kerja yag terbaik.

(Iridiastadi, 2014).

Ergonomi adalah suau aturan atau normal dalam system kerja. Di Indonesia

memakai istilah ergonomi, tetapi di beberapa negara seperti di Skandinavia

menggunakan istilah “bioteknologi” sedangkan di negara America menggunakan

istilah “huma eenginering” atau “human Factor eenginering” namun demikian,

kesemuanya membahas hal hal yang sama yaitu tentang optimalisasi fungsi manusia

terhadap aktifitas yang di lakukan. (Tarwaka 2015).

Ergonomik atau Ilmu Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

karakteristik (kemampuan atau kapabilitas, keterbatasan, motivasi dan tujuan)

manusia dalam menentukan desain yang tepat bagi lingkungan kerja dan kehidupan

pekerja sehari-hari. Pada tahun 2000, International Ergonomic Association

mendefinisikan ilmu ergonomi atau Human Factor Science sebagai disiplin ilmu

yang mempelajari interaksi antara manusia dan elemen-elemen dalam sistem yang

7

Page 22: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

8

terkait, dan merupakan profesi yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode

untuk mendesain kerja dalam mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja

system secara keseluruhan. (Kurniawidjaja, 2012).

Jadi ergonomic pada hakikatnya berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana

pekerjaan di lakukan dan bagaimana bekerja lebih baik, sehingga ergonomic sangat

berguna dalam desain pelayanan atau proses dengan demikian, ergonomic membantu

menentukan bagaimana digunakan, bagaimana memenuhi kebutuhan, dan membuat

nyaman, serta efisien. Berbicara ergonomic mengenai desain system terutama system

kerja agar sesuai dengan atribut atau karakteristik manusia. (suma’mur 2014).

Ergonomi juga dapat diartikan sebagai ilmu, seni, dan penerapan teknologi

untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan

baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan

manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan

menjadi lebih baik. (Tarwaka, 2004).

Ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia.

Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi

tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan

agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. (Anisyah, 2015).

Istilah ergonomi dikenal dalam Bahasa Yunani, dari kata ergos dan nomos

yang memiliki arti “kerja” dan “aturan atau kaidah”, dari dua kata tersebut secara

pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya, yakni suatu aturan atau kaidah

yang ditaati dalam lingkungan pekerjaan. Ditinjau dari kata fakta historis, ergonomi

Page 23: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

9

telah menyatu dengan budaya manusia sejak zaman megalitik, dalam proses

perancangan dan pembuatan benda-benda seperti alat kerja dan barang buatan sesuai

dengan kebutuhan manusia pada zamannya. Kita dapat mengobservasi benda-benda

zaman megalitik, bagaimana benda tersebut memberikan informasi implisit mengenai

eksistensinya makna fungsi dan keindahan. (Kuswana, 2014).

Ergonomi merupakan aplikasi ilmu biologi manusia bersama dengan ilmu

engineering untuk mendapatkan penyesuaian manusia terhadap pekerjaannya atau

perkerjaan terhadap manusianya, untk mendapatkan suatu proses kerja yang sehat,

aman, produktif dan nyaman. Ergonomi memperhitungkan kemampuan fisik dan

psikologik manusia dalam bekerja. Dalam ergonomi dipelajari Biomekanik yakni

yang menyangkut fungsi dan struktur dari tubuh terhadap berbagai pengaruh dalam

dan luar pada saat bekerja.

Stress ergonomik yang berlebihan dapat menimbulkan kelainan pada tubuh

berupa tenosynovitis, bursitis, carpal tunnel syndrome. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan stress ergonomik berlebihan antara lain,

- Cara mengangkat (lifting) yang salah;

- Beban statis;

- Desain tempat kerja, misanya tempat duduk, dll.;

- Data anthropometrik;

- Pencahayaan;

- Kerja bergilir (shift).

Pengendalian faktor ergonomik secara umum adalah menyesuaikan pekerjaan

terhadap kemampuan fisik dan psikologik para pekerja. (Malaka, 2015).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang ergonomi maka penulis menyimpulkan

bahwa ergonomi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara pekerja

Page 24: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

10

danlingkungan pekerjaannya dengan merancang sistem kerja agar pekerja dapat lebih

produktif dalam mencapai tujuan, serta menjalankan visi-misi perusahaan dengan

aman, nyaman, efisien dan optimal.

2.2 Standar-Standar Terkait dalam Ergonomi

Perkembangan ergonomi tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor, seperti

kesadaran akan peran ergonomi dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan

kerja yang tumbuh diantara para peneliti, praktisi, maupun managemen. Ergonomi

memiliki kaitan yang erat dengan undang-undang, peraturan, standar, serta panduan

yang berhubungan dengan keharusan dan kewajiban moral dalam menyiapkan tempat

kerja yang nyaman dan terbebas dari potensi bahaya. Diantaranya :

1. Pada 1970, sebuah undang-undang (occupational safety and health act)

diterbitkan Amerika Serikat. Undang-undang tersebut memutuskan

pembentukan OSHA (occupational safety and health administration).

2. Undang-undang diatas juga memutuskan perlunya dibentuk NIOSH (National

Institute for Occupational Safety and Health), suatu Institusi yang berada

dibawah Departement of Health and Human Services.

3. Pada tahun 1919, badan duni Perserikatan Bangsa-Bangsa membentuk

International Labour Organization sebagai suatu institusi yang membawahi

permasalahan-permasalahan terkait ketenagakerjaan. ILO juga mengeluarkan

berbagai panduan dan standar yang terkait dengan evaluasi ergonomi di

tempat kerja.

Page 25: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

11

Pertumbuhan ergonomi didorong oleh berdirinya berbagai organisasi profesi

ergonomi di dunia. Pada tahun 1949 berdiri Ergonomics society yang bergati nama

Institute of Ergonomics and Human Factors (IEHF), pada tahun 1957 di Amerika

Serikat didirikan Human Factors and Ergonomics Society (HFES), organisasi

Internasional lainnya adalah International Ergonomics Association (IEA) yang

menjadi paying organisasi-organisasi regional seperti South East Asia Network of

Ergonomics Society maupun Nasional termasuk Indonesia Perhimpunan Ergonomi

Indonesia (PEI). (Iridiastadi, 2014).

2.3 Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan

jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak

produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknik,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. (Tarwaka,

2015).

Page 26: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

12

2.4 Manfaat Ergonomi

Mengurangi injuri penyakit dan biaya konpensasi pekerja

Meningkatkan efesiensi kerja, kondisi fisik dan semangat kerja

Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dan kualitas serta

produktifitas produk.

Mengurangi biaya medis, material, potensi error dalam bekerja dan

potensi error dalam bekerja

Meningkatkan kualitas kerja kariawan dan daya saing (Anisa 2012).

2.5 Penerapan Ergonomi

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan

oleh adanya ketidak sesuaian pekerja dan lingkungan secara menyeluruh termasuk

peralatan kerja. Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

(Anies, 2005).

1. Pendekatan Kuratif

Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang

berlangsung. Kegiatan berupa intervensi/ perbaikan/ modifikasi dari proses yang

sedang/ sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan

kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan

proses kerja yang sedang berlangsung.

Page 27: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

13

2. Pendekatan Konseptual

Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan sangat

efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan dengan

teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip

ergonomi sudah selayaknya di manfaatkan bersama-sama dengan kajian lain yang

juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial, budaya, hemat energi dan

melestarikan lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan

Teknologi Tepat Guna. Jika dilakukan dengan penyelidikan lapangan kerja,

pendekatan ergonomi secara konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan

mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya

berada dalam batasan kemampuan yang dimiliki. (Anies, 2005).

2.6 Sikap Tubuh dalam Bekerja

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja

akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, selain SOP (Standard

Operating Procedures) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan. Semua sikap tubuh

yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi

jangkauan tangannya harus dihindarkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka

harus diupayakan agar beban statiknya diperkecil. (Budiono, 2005).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh

dalam melakukan pekerjaan.

Page 28: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

14

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri

secara bergantian;

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini

tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil;

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai

untuk bekerja tidak menimbulkan penekanan pada bagian paha. (Anies, 2005).

2.7 Postur Kerja dalam Ergonomi

Postur kerja yang ergonomi ada 3 yaitu postur kerja duduk, berdiri dan

kombinasi (duduk-berdiri) pemilihan postur kerja dilihat pada Tabel 2.1. (Tarwaka,

2004).

Tabel 2.1

Pemilihan Postur Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Sikap Kerja Yang Dipilih

Pilihan Pertama Pilihan kedua

Menjangkau lebih dari 5 kg Berdiri Duduk-Berdiri

Bekerja dibawah tinggi siku Berdiri Duduk-Berdiri

Menjangkau horizontal di luar

daerah jangkauan optimum Berdiri Duduk-Berdiri

Pekerjaan ringan dengan

pergerakan berulang Duduk Duduk-Berdiri

Pekerjaan perlu ketelitian Duduk Duduk-Berdiri

Inspeksi dam monitoring Duduk Duduk-Berdiri

Sering berpindah-pindah Duduk-Berdiri Berdiri

Sumber: (Tarwaka, 2004).

Page 29: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

15

2.7.1 Postur Kerja Berdiri

Bekerja dengan posisi berdiri, banyak ditemukan di perusahaan. Posisi kerja

berdiri mempunyai keuntungan maupun kerugian. Sikap berdiri merupakan sikap

siaga baik fisik maupun mental, sehingga kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan

teliti.

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektivan dari

suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan

ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan

baik. (Said, 2014).

Postur kerja berdiri yang ergonomis disajikan gambar 2.1

Gambar 2.1

Postur Kerja Berdiri yang Ergonomi

Sumber : (Tarwaka, 2004).

Page 30: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

16

2.7.2 Postur Duduk

Posisi kerja duduk merupakan pilihan utama semua perkerja, dan dianggap

paling nyaman dan tidak melelahkan. Stasiun kerja untuk operator duduk menjadi

pilihan utama ketika salah satu kondisi berikut terpenuhi. (Iridiastadi, 2014).

1. Pekerjaan tangan tidak membutuhkan gaya atau kerja otot yang besar.

2. Item-item utama yang dibutuhkan dalam bekerja (komponen, alat, dan lain-

lain) dapat diambil dengan mudah dalam posisi duduk dan berada dalam

jangkauan tangan dalam posisi duduk normal.

3. Pekerjaan dominan berupa kegiatan tulis-menulis.

Gambar 2.2

Postur Kerja Duduk yang Ergonomi

Sumber : Tarwaka 2004

Pada pekerja yang dilakukan pada posisi duduk, tempat duduk yang dipakai

harus memungkinkan untuk dilakukan variasi perubahan posisi. Ukuran tempat

duduk harus disesuaikan dengan dimensi ukuran antropometri pemakaiannya. Fleksi

Page 31: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

17

lutut membentuk 900 dengan telapak kaki bertumpu pada lantai atau injakkan kaki.

(Tarwaka, 2004).

2.7.3 Postur Tubuh Kombinasi

Jika pekerjaan merupakan kombinasi dari elemen-elemen kerja yang cocok

untuk kedua tipe stasiun kerja diatas, maka elemen-elemen kerja tersebut dapat

difasilitasi dengan penerapan rancangan stasiun kerja duduk atau berdiri.

Pedoman posisi kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat pekerjaan yang

dilakukan, baik posisi kerja duduk maupun berdiri keduanya mempunyai keuntungan

dan kerugian. Keuntungan dari kedua posisi tersebut dapat dikombinasikan dengan

pedoman posisi kerja duduk dan berdiri menjadikan desain dengan batasan sebagai

berikut:

1. Pekerjaan dilakukan dengan duduk pada suatu saat dan pada saat lainnya

dilakukan dengan berdiri saling bergantian;

2. Perlu menjangkau sesuatu lebih dari 40 cm kedepan dan atau 15 cm diatas

landasan kerja;

3. Tinggi landasan kerja dengan kisaran antara 90 - 105 cm merupakan

ketinggian yang paling tepat, baik untuk posisi duduk berdiri. (Tarwaka,

2004).

Page 32: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

18

Gambar 2.3

Postur Kerja Kombinasi yang Ergonomi

Sumber : (Tarwaka, 2004).

Untuk batasan ukuran yang ergonomi pada posisi kerja kombinasi mempunyai

batasan kerja untuk pekerjaan yang memerlukan sedikit penekanan yaitu 15 cm di

bawah tinggi siku untuk kedua posisi kerja. Selanjutnya dibuat kursi tinggi yang

menyesuaikan ketinggian landasan kerja posisi berdiri dengan dilengkapi sandaran

kaki agar posisi kaki tidak menggantung. Mengingat dimensi ukuran tubuh manusia

berbeda-beda, maka perancangan tempat kerja harus selalu mempertimbangkan

antropometri pemakainya.

Posisi duduk berdiri yang telah banyak dicobakan di industri, menunjukkan

adanya keuntungan secara biomekanis dimana tekanan pada tulang belakang dan

pinggang 30% lebih rendah dibandingkan dengan posisi duduk maupun berdiri secara

terus menerus.(Tarwaka, 2004).

Page 33: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

19

2.8 Faktor Risiko Pekerjaan

Faktor risiko pekerjaan berkaitan dengan beban kerja yang bersifat mekanikal

yang dihadapai oleh seseorang dalam kurun waktu masa kerjanya. Faktor risiko

pekerjaan yang turut berkontribusi terhadap kejadian nyeri pinggang bawah:

1. Postur Kerja

Postur kerja yang berisiko untuk terjadinya nyeri pinggang bawah adalah

postur kerja yang janggal, yaitu deviasi atau pergeseran dari gerakan tubuh atau

anggota gerak yang dilakukan pekerja saat melakukan aktifitas dengan postur

normal. (Anies, 2005).

Postur dan pergerakan memegang berperan penting dalam ergonomi.

Salah satu penyebab utama dalam gangguan otot rangka adalah postur janggal

(Awkward posture), hal-hal yang dapat mempengaruhi postur kerja adalah

karakteristik pekerjaan (kebutuhan pekerja), desain tempat kerja, dan faktor

personal pekerja. (Anies, 2005).

Postur normal atau yang sering disebut postur netral yaitu postur dalam

proses yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau

penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, saraf, tendo, otot, dan

tulang, membuat keadaan menjadi rileks dan menyebabkan kelelahan sistem

musculoskeletal /sistem tubuh lainnya. Sedangkan postur janggal adalah deviasi

(pergerakan) dari gerakan tubuh/anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja pada

saat melakukan aktivitas dari postur/posisi normal secara berulang-ulang dan

dalam waktu yang relatif lama. Gerakan postur janggal ini adalah salah satu faktor

Page 34: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

20

terjadinya gangguan, penyakit, atau cidera pada sistem musculoskeletal. (Anies,

2005).

2. Beban Kerja

Beban berat menimbulkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot serta

kerusakan otot, tendon dan jaringan sekitarnya. Kekuatan berasal dari peningkatan

ketegangan otot, ligamen dan tendon. Pengerahan tenaga terberat terjadi saat

mengangkat benda berat. Contoh dari beban berat dengan dimensi waktu seperti

berikut.

a. Mengangkat beban lebih dari 35 kg satu kali per hari atau lebih dari 25 kg

lebih dari 10 kali per hari.

b. Objek yang diangkat beratnya lebih dari 5 kg bila dikerjakan lebih dari 2

kali per menit, totalnya lebih dari 2 jam per hari.

c. Objek yang beratnya lebih dari 12,5 kg diangkat diatas bahu, dibawah

dengkul atau sepanjang pelukan lebih dari 25 kali per hari.

(Kurniawidjaja, 2012).

3. Frekuensi

Frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit variasi,

dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan tendon oleh karena

kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan yang berlebihan pada otot, tendon

dan sendi, akibat terjadinya inflamasi atau radang sendi dan tendon. Radang ini

meningkatkan tekanan pada saraf.

Page 35: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

21

Contoh tingkat kekerapan bekerja dengan postur janggal, misalnya

seorang pekerja digudang mengangkat beban lebih dari 5 kg, lebih dari 2 kali per

menit dan lebih dari 2 jam per hari, mengetik lebih dari 7 jam per hari.

(Kurniawidjaja, 2012).

4. Durasi

Durasi kerja yaitu lama waktu bekerja yang dihabiskan pekerja dengan

postur janggal, memebawa atau mendorong beban, atau melakukan pekerjaan

repetitiv tanpa istirahat. (Kurniawidjaja, 2012).

jam kerja selama 8 jam per hari. Diusahakan sedapat mungkin tidak di

lampaui. Apabila hal ini tidak dapat dihindari, perlu diusahakan grup kerja baru

atau pengadaan kerja gilir. (Anies, 2005).

5. Mengangkat (Lifting)

Beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan mengangkat antara lain

sebagai berikut :

a. Beban yang diperbolehkan, jarak dan intensitas pembebanan kondisi

lingkungan kerja

b. Keterampilan

c. Peralatan kerja serta keamanannya

Jika seorang tenaga kerja mengangkat barang dengan sikap tubuh

membungkuk, keadaan ini akan menyebabkan tekanan yang besar pada ruas-ruas

tulang belakang bagian pinggang sebagai akibat dari gaya pengungkit. Apabila bobot

dari bagian tubuh 40 kg dan lengan ungkitan berjarak 30 cm, beban yang bekerja

Page 36: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

22

pada ruas tulang pinggang ke-5 besarnya lebih dari 250 kg. seandainya berat beban

yang diangkat 50 kg, maka besarnya tekanan akan meningkat sampai di atas 600 kg.

2.9 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guinensis Jack ) berasal dari Nigeria, Afrika

Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit banyak berasal

dari Amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit

di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataanya tanaman kelapa sawit

hidup subur diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua

Nugini. bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.

(Fuazi, 2002).

2.9.1 Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah

kolinial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang

dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun Raya Bogor. Tanaman

kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.

Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Andien Hallet, seorang

Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang

dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit

di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur sumatera

(Deli) di Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai

mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 Ton ke negera-negara Eropa,

9

Page 37: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

23

kemudian tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 Ton. (Fuazi,

2002).

2.9.2 Pemanenan

Panen dan pegolahan hasil merupakah rangkaian terakhir dari kegitan budi

daya kelapa sawit. Kegiatan memerlukan tehnik tersendiri untk mendapatkan hasil

yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa

sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Tanaman kelapa sawit

mulai berbunga danmembentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi

masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit

dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah

jingga ketika masak. Pada saat buah masak kandungan minyak pada daging buah

telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan jatuh dan jatuh dari

tangkai tandanya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. ( Fuazi, 2002 ).

1. Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen merupakah indikasi yang dapat membantu pemanen

agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada

saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty

acid (ALB atau FFA ) minimal. Pada kreteria ini berdasarkan jumlah brondolan,

dengan umur kurang dari 10 tahun , dengan jumlah brondolan kurang lebih 10 butir.

2. Cara Panen

Berdasarkan tinggi tanaman, ada 3 cara panen yang umum dilakukan oleh

perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Unutk tanaman yang tingginya 2-5 m

Page 38: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

24

digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan

ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam.

Cara engrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan

menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanen, sebaiknya

pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur di tengah

gawangan.

3. Rotasi dan Sistem Panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai

panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada

umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen yang harus

dimasuki ( diacak ) oleh pemetik tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap baik bila buah

tidak lewat matang, yaitu dengan menggunkan sistem 5/7. Artinya, dalam satu

minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing acak panen diulangi ( dipanen ) 7

hari berikutnya. Dikenal dua system ancak panen, yaitu sistem siring dan sistem

tetap.

a. Sistem Giring

Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah ke

ancak berikutnya yang telah di tunujuk oleh mandor, begitu seterusnya.

b. Sistem Tetap

Sistem ini sangat baik diterapkan pada areal perkebunan yang sempit, topografi

berbukit atau curam dan dengan tahun tanam yang berbeda.

Page 39: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

25

4. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukan tingkat kerapatan

pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada sistem blok maupun pada

sistem group. Tujuannya untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang

panen. Sebagai contoh kerapatan panen 1 : 5, artinya setiap pohon akan ditemukan

minimal 1 tandan yang matang panen.

5. Kebutuhan Tenaga Panen

Untuk menghitung penggunaan tenaga kerja pemanenan buah dapat digunakan

rumus sebagai berikut :

Kebutuhan tenaga panen = A x B x C x D

E

Keterangan :

A : Luas ancak ( kappel ) yang akan dipanen ( ha )

B : Kerapatan panen 1 : 5

C : Rata-rata berat buah 10 kg

D : populasi tanaman 143 batang/ ha

E : Kapasitas panen 750 kg/HK

Kebutuhan tenaga panen sebanyak

= 100 ha x ( 1 : 5 ) x 10 kg x 143 batang/ha = 38 pemanen/ hari kerja

750/ Hk

Page 40: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

26

2.9.3 Pengolahan Hasil Panen

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang

berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control

yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH ke pabrik

proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut :

1. Pengangkutan TBS

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah , yaitu maksimal 8 jam

setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah , akan mengalami

kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan

buah selama pengangkutan.

2. Perubusan TBS

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam

sterilizer atau dalam ketel rebus . perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas

selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya

tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu 125° C.

3. Perontokan dan Pelumatan Buah

Lori-lori berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat hoisting crane

Yang digerakan dengan motor. Hoiting crane akan membalikan TBS ke atas mesin

perontok buah ( thresber ) dari thresber, buah yang telah rontok di bawa kemesin

pelumat ( digester ).

Page 41: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

27

4. Peremasan atau Ekstraksi Minyak Sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS , perlu dilakukan

pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah

berikutnya adalah peremasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi untuk mengambil

minyak dari masa adukan . ada beberapa cara dan alat digunakan dalam proses

ekstraksi minyak :

a. Ekstraksi dengan sentrifugasi

b. Ekstraksi dengan cara srew press

5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak sawit yang keluar dari tempat peremasan atau pengepresan masih

berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-

partikel dari tempurung dan serat serta 40-50% air. Agar diperoleh minyak sawit yang

bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam

tangki minyak kasar ( crude oil tank ) setelah dilakukan pemurnian beberapa tahap

akan diperolehanya minyak sawit yang berkualitas baik.

6. Pengeringan dan Pemecahan Biji

Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut

untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo,

minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50°C. akibat proses

pengeringan ini ,inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti

sawit dari tempurungnya

Page 42: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

28

7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurungnya

Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jebis

antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah hydrocyclone separator

. Inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air berputar dalam sebuah tabung atau

dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang

mempunyai berat jenis 1,16.dalam keadaan tersebut inti sawit akan terpisah dengan

tempurungnya ( Fuazi, 2002 ).

2.10 Desain Stasiun Kerja

Agar desain produk dapat memenuhi keinginan pemakainya maka haru

dilakukan melalui beberapa pendekatan sebagai berikut :

1. Mengetahui kebutuhan pemakai.

2. Fungsi produk secara detail.

3. Melakukan analisis pada tugas-tugas desain produk.

4. Mengembangkan produk.

5. Melakukan uji terhadap pemakai produk. (Tarwaka, 2004).

2.11 Pendekatan Dalam Desain Stasiun Kerja

Secara umum baik dalam memodifikasi atau meredesain stasiun kerja yang

sudah ada maupun mendesain stasiun kerja baru, para perancang sering dibatasi oleh

faktor finansial maupun teknologi, seperti; keleluasaan modifikasi, ketersediaan

Page 43: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

29

ruangan, lingkungan, ukuran frekuensi alat yang digunakan, kesinambungan

pekerjaan dan populasi yang menjadi target.(Tarwaka, 2004).

Teknik dalam mendesain stasiun kerja harus dimulai dengan identifikasi

variabilitas populasi pemakaian yang didasarkan pada faktor-faktor seperti etnik,

jenis kelamin, umur dan lain-lain. Menurut Das dan Sangupta pendekatan secara

sistematik untuk menentukan dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut: (Tarwaka, 2004).

1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada etnik,

jenis kelamin dan umur;

2. Mendapatkan data antropologi yang relevan dengan populasi pemkai;

3. Pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pakaian, sepatu dan posisi

normal;

4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi dan

meja kerja yang dapat distel, sehingga operator dikemungkinkan bekerja

dengan sikap duduk maupun berdiri secara bargantian;

5. Tata letak dari peralatan, kontrol harus dalam kisaran jangkauan optimum;

6. Menempatkan disiplin yang tepat sehingga operator dapat melihat objek

dengan pendangan yang tepat dan nyaman;

7. Review terhadap desain stasiun kerja secara berkala.

Setiap sistem kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja.

Masing-masing saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Menurut Corlett

dan Clark (1995) bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen

Page 44: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

30

dengan interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja,

serta konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi sistem kerja. Secara

bagan hubungan atau interaksi antara operator dengan komponen kerja dapat dilihat

pada Bagan 2.1 di bawah ini. (Tarwaka, 2004).

Bagan 2.1

Interaksi Dalam Sistem Kerja

Sumber: (Tarwaka: 2004).

2.12 Alat Ukur Ergonomi

Ada beberapa cara yang diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi

untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan risiko keluhan otot skeletal.

Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor

subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan, dan toleransi kelelahan. (Tarwaka, 2014).

1.12.1 Checklist

Checklist terdiri dari daftar pernyataan yang diarahkan untuk mengidentifikasi

sumber keluhan/penyakit. Untuk mengetahui sumber keluhan otot, pada umumnya

daftar pertanyaan yang diajukan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertanyaan yang

SOFTWARE

HARDWARE LINGKUNGAN

FISIK OPERATOR

ORGANISASI

Page 45: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

31

bersifat umum dan khusus. Pertanyaan umum biasanya mengarah pada pengumpulan

data tentang tingkat beban kerja. Sedangkan pernyataan khusus diarahkan untuk

memperoleh data yang lebih spesifik seperti berat beban, jarak angkat, jenis pekerjaan

dan frekuensi kerja. (Tarwaka, 2004).

2.12.2 Ergonomic Criteria

Ergonomic criteria digunakan untuk mengurangi bahaya seperti Work-related

musculosceletal disorders (WMSD) untuk perusahaan yang memilih pendekatan

kinerja tertentu, bila ditemukan faktor risiko yang berkaitan. Menentukan semua

kondisi dalam kegiatan kerja jika terdapat bahaya. (WAC, 2012 dalam Fatriansyah,

2015).

2.12.3 Metode WAC Equation (Washington Administration Code)

Washington Administration Code merekomendasikan suatu cara untuk

menghitung apakah beban diberikan pada pekerja berada pada batasan yang masih

diperoleh untuk diangkat sesuai dengan kondisi kerja pada pekerjaan tersebut.

Washington Administration Code adalah untuk mengurangi terpaparnya

pekerja terhadap bahaya tempat kerja tertentu yang dapat menyebabkan atau

memperburuk pekerjaan yang berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.

Ditempat kerja di mana bahaya yang ada, pengusaha harus menguranginya.

Melakukan hal ini akan mencegah gangguan musculoskeletal seperti tendinitis,

carpal tunnel syndrome dan gangguan punggung bawah. Aturan ini tidak dirancang

untuk mencagah cedera dari slip, perjalanan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor

Page 46: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

32

atau sedang terkena atau terjebak dalam objek. (WAC, 2012 dalam Fatriansyah,

2015).

2.13 Prioritas Pengendalian Risiko

Tahapan atau prioritas pengendalian risiko adalah begai berikut :

1. Eliminasi

Yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja.

2. Substitusi

Mengganti bahan atau proses yang lebih aman, sebagai contoh

“mengganti bahan bentuk serbuk dengan pasta atau mengganti proses pengecatan

dengan spray diganti dengan pencelupan”.

3. Rekayasa Enginering

Dengan melakukan proses modifikasi dari suatu peralatan. Contohnya

“pemasangan alat pelindung mesin atau guarding, penambahan alat sensor

otomatis”.

4. Pengendalian administratif

Dengan melakukan pengontrolan dari sistem administrasi. Contohnya

“pemisahan lokasi kerja atau penempatan material, izin kerja atau working permit,

training”.

5. Alat Pelindung Diri

Dengan menggunakan alat pelindung seperti kacamata, helm, sarung

tangan dan masker. (Anisyah, 2015)

Page 47: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

33

2.14 Kerangka Teori

Bagan 2.2

Kerangka Teori

Sumberx : Modifikasi Tarwaka, 2014 dan Malaka 2015

FAKTOR LINGKUNGAN

1. Temperatur, kelembaban,

dan sirkulasi udara

2. Vibrasi

FAKTOR RISIKO

PEKERJAAN

1. Beban kerja

2. Postur kerja

3. Frekuensi

4. Durasi

RISIKO

ERGONOMI FAKTOR

KARAKTERISTIK

INDIVIDU

1. Umur

2. Masa kerja

3. Jenis kelamin

4. Merokok

Page 48: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, pengumpulan data dilakukan

dengan survey deskriptif yang dilakukan terhadap sekumpulan objek dalam jangka

waktu tertentu (Notoadmodjo, 2012). Pada umumnya survey bertujuan untuk

membuat penelitian terhadap suatu kondisi penyelenggaraan suatu program di masa

sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun rencana, perbaikan program

tersebut, (Notoadmodjo, 2012). Yaitu pengamatan langsung menggunakan teknik

(walk through survey), survey melalui pengamatan langsung, dari hasil walk through

survey dibuat checklist dan di analisa dalam foto, video, menggunakan alat ukur

ergonomic criteria dan mengangkat (lifting) di bagian panen kelapa sawit di PT.

Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI tahun 2019. dikonsultasikan dengan

pembimbing.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di bagian panen kelapa sawit di PT. Gading Cempaka

Graha Kabupaten OKI tahun 2019. Diambil pada beberapa titik lokasi Tanaman

Menghasilkan (TM), yaitu ;

34

Page 49: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

35

1. Tanaman Menghasilkan (TM) 1 dengan 7 workstation yaitu5 :

a. mendodos TBS,

b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,

c. mengutip berondolan sawit,

d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),

e. mendorong angkong ke TPH,

f. menumpahkan TBS dari angkong,

g. menyusun TBS di TPH.

2. Tanaman Menghasilkan (TM) 2 dengan 7 workstation yaitu :

a. mendodos TBS,

b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,

c. mengutip berondolan sawit,

d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),

e. mendorong angkong ke TPH,

f. menumpahkan TBS dari angkong,

g. menyusun TBS di TPH.

3. Tanaman Menghasilkan (TM) 3 dengan 7 workstation yaitu :

a. mengegrek TBS,

b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,

c. mengutip berondolan sawit,

d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),

e. mendorong angkong ke TPH,

f. menumpahkan TBS dari angkong,

g. menyusun TBS di TPH.

Page 50: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

36

4. Tanaman Menghasilkan (TM) 4 dengan 7 workstation yaitu :

a. mengegrek TBS,

b. mengumpulkan dan menyusun pelepah sawit,

c. mengutip berondolan sawit,

d. mengangkat TBS ke gerobak dorong (angkong),

e. mendorong angkong ke TPH,

f. menumpahkan TBS dari angkong,

g. menyusun TBS di TPH.

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-27 Juli 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh titik lokasi Tanaman Menghasilkan (TM)

di bagian panen di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI. Yaitu TM 1, TM 2,

TM 3 dan TM 4 berjumlah 60 pekerja.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan

dapat mewakili seluruh populasi. Apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Riduwan,

2015). Yaitu seluruh pemanen di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI yang

sebanyak 60 sampel.

Page 51: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

37

3.4 Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep ini menunjukkan aktivitas pekerja di bagian panen

kelapa sawit terdapat faktor risiko ergonomi dan di pengaruhi oleh faktor postur

kerja, beban kerja, frekuensi, dan durasi. Aktifitas tersebut dilakukan identifikasi,

evaluasi, pengendalian dan pemulihan serta komunikasi pada pekerja di bagian panen

kelapa sawit di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten OKI , maka kerangka

konsepnya adalah sebagai berikut

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan : a. ( ) Variabel yang diteliti

b. ( ) Variabel yang tidak diteliti

Faktor Pekerjaan :

- Postur kerja

- Beban kerja

- Frekuensi

- Durasi Kerja

Risiko Ergonomi

Ergonomic Tools

-Ergonomic Criteria

-lifting

Page 52: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

38

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2012).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Variabel Dependen

Risiko

Ergonomi

Suatu yang memicu terjadinya

bahaya ergonomi dalam suatu

pekerjaan

Checklist,

foto,

1. Berisiko ergonomic

>78%

2. Tidak Berisko

Ergonomic <78%

Ordinal

Variabel Independen

Postur

Kerja

Menekuk atau memutar bagian

tubuh

Checklist,

foto,

1. Berisiko ergonomic

>8,8%

2. Tidak Beresiko

Ergonomic< 8,8%

Ordinal

Beban

Kerja

Beban fisik yang berlebihan

selama kerja (menarik,

mencengkram, mengait,

mendorong) semakin banyak

energi yang dikeluarkan maka

semakin berat beban bagi

tubuh.

Checklist,

foto,

1. Berisiko ergonomic

>2KG

2. Tidak Beresiko

Ergonomic <2KG

Ordinal

Frekuensi Gerakan postur janggal > 2x

per menit merupakan factor

risiko terhadap bahu, kaki,

leher, dan pinggang

Checklist,

foto,

1. Berisiko

ergonomic>1,25%

2. Tidak Beresiko

Ergonomic<1,25%

Ordinal

Durasi Waktu yang dilakukan dalam

melakukan proses pekerjaan

seorang pemanen

Checklist,

foto,

1. Berisiko >3Jam

2. Tidak Beresiko

Ergonomic <3Jam

Ordinal

Sumber : (Hastono, 2016).

Page 53: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

39

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung yang dilakukan pada

seluruh titik lokasi Tanaman Menghasilkan (TM) di bagian panen kelapa sawit di PT.

Gading Cempaka Graha PKS Kabupaten OKI Yaitu TM 1, TM 2, TM 3 dan TM 4

3.6.2 Data Sekunder

Didapatkan dari dokumen yang ada di di PT. Gading Cempaka Graha

Kabupaten OKI, yaitu seperti demografi di PT. Gading Cempaka Graha Kabupaten

OKI, struktur organisasi dan karakteristik responden.

3.7 Analisis Data

1. Mempelajari hasil walk through survey dalam bentuk checklist serta penilaian;

2. Mengidentifikasi seluruh faktor risiko ergonomi yaitu postur tubuh, beban

kerja, frekuensi, durasi dengan penentuan Departemen Perusahaan dan

dikembangkan dengan Ergonomic Criteria AND Checklist;

3. Mengevaluasi seluruh bahaya kesehatan yang ada pada analisis data;

4. Pembuatan Ergonomic Criteria dan Washington Administration Code (WAC)

pada pekerja di bagian panen kelapa sawit;

5. Perhitungan risiko ergonomi dengan menggunakan rumus :

Faktor Risiko Ergonomi Perbagian Panen Kelapa Sawit

% ∑

Faktor Risiko Ergonomi Seluruh bagian Panen Kelapa Sawit

% ∑

Page 54: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Identitas Perusahaan/Kebun

1. Nama Perusahaan : PT. Gading Cempaka Graha

2. Status Perusahaan : Swasta PMA

3. Alamat Perusahaan :

Kantor Pusat : Wisma 77 Tower I LT.18 Jln. Letjen S

Parman Kav. 77 RT/RW 00/00 Kel. Slipi

Kec. Palang Merah Kota

Administrasi Jakarta Barat

No. Telp. : 021-536 0825

Email : [email protected]

Kantor Cabang : Jln By Pass Alang Alang Lebar Komplek

Citra Grand City Blok B8/28 Kota Palembang,

Sumsel

No. Telp. : 0711-5645947 / 0815-2236 678

Email : [email protected]

4. Nama Kebun : Talang Sepucuk Estate

5. Lokasi Kebun :

Desa : Cinta Jaya

Kecamatan : Pedamaran

Kabupaten : Ogan Komering Ilir

6. Lingkup Usaha : Budidaya Kelapa Sawit

7. NPWP : 01.104.134.0-308.000

8. Luas Kebun : 10.000 Ha

40

Page 55: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

41

9. Nama Pengurus Direksi :

Direktur Utama : Ir. Nanang Ibnur Rosyid Sumardjo

Direktur : Nursyodik, SE

Dewan Komisaris : Afrizal

10. Group Perusahaan : CEMPAKA MAS ABADI GROUP

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis univariat

Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi

responden menurut semua variabel penelitian, baik variabel dependen (resiko

ergonomi) maupun variabel independen (postur tubuh, frekuensi, durasi kerja, dan

beban kerja) yang dikumpulkan dalam tabel dan teks seperti di bawah ini :

4.2.1.1 Resiko ergonomi

Distribusi responden berdasarkan variabel resiko ergonomi pada pekerja di

bagian panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Resiko Ergonomi pada Pekerja di

bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha

Tahun 2019

No Resiko Ergonomi Jumlah Persentase (%)

1 Beresiko 22 36,7

2 Tidak Beresiko 38 63,3

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel yang

menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki resiko ergonomi berjumlah 22

Page 56: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

42

responden (36,7%) lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak beresiko

ergonomi berjumlah 38 responden (63,3%).

4.2.1.2 Postur Kerja

Distribusi responden berdasarkan variabel postur kerja pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Postur Kerja pada Pekerja di

bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha

Tahun 2019

No Postur Kerja Jumlah Persentase (%)

1 Beresiko 30 50,0

2 Tidak Beresiko 30 50,0

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel postur

kerja yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki postur kerja

beresiko berjumlah 30 responden (50,0%) sama dengan responden yang tidak

beresiko berjumlah 30 responden (50,0%).

4.2.1.3 Frekuensi

Distribusi responden berdasarkan variabel frekuensi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Page 57: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

43

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi pada Pekerja di bagian

Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha

Tahun 2019

No Frekuensi Jumlah Persentase (%)

1 Beresiko 26 43,3

2 Tidak Beresiko 34 56,7

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel frekuensi

yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki frekuensi kerja tidak

beresiko berjumlah 34 responden (56,7%) lebih banyak dibandingkan dengan

responden yang beresiko berjumlah 26 responden (43,3%).

4.2.1.4 Durasi kerja

Distribusi responden berdasarkan variabel durasi kerja pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Durasi Kerja pada Pekerja di

bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha

Tahun 2019

No Durasi Kerja Jumlah Persentase (%)

1 Beresiko 17 28,3

2 Tidak Beresiko 43 71,7

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel durasi

kerja yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki durasi kerja tidak

beresiko berjumlah 43 responden (71,7%) lebih banyak dibandingkan dengan

responden yang beresiko berjumlah 17 responden (28,3%).

Page 58: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

44

4.2.1.5 Beban kerja

Distribusi responden berdasarkan variabel beban kerja pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Beban Kerja pada Pekerja di

bagian Panen Kelapa Sawit di PT Gading Cempaka Graha

Tahun 2019

No Beban Kerja Jumlah Persentase (%)

1 Beresiko 46 76,7

2 Tidak Beresiko 14 23,3

Total 60 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil distribusi frekuensi variabel bban kerja

yang menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki beban kerja beresiko

berjumlah 46 responden (76,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang

tidak beresiko berjumlah 14 responden (23,3%).

4.2.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel yaitu

variabel dependen (resiko ergonomi) maupun variabel independen (postur kerja,

frekuensi, durasi kerja, dan beban kerja). Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-

Square dengan derajat kepercayaan atau kemaknaan α = 0,05.

Page 59: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

45

4.2.2.1 Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Tabel 4.6

Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

No

Postur Kerja

Resiko Ergonomi

Jumlah

P

Value

OR Beresiko Tidak

Beresiko

n % n % n %

1 Beresiko 16 53,3 14 46,7 30 100 0,016

4,571

2 Tidak

Beresiko

6 20,0 24 80,0 30 100

Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,016, ini

berarti ada hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di

bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 4,571, artinya pekerja yang postur kerja beresiko

mempunyai peluang 4,571 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan

pekerja yang postur kerja tidak beresiko.

Page 60: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

46

4.2.2.2 Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Tabel 4.7

Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

No

Frekuensi

Resiko Ergonomi

Jumlah

P

Value

OR Beresiko Tidak

Beresiko

n % n % n %

1 Beresiko 4 15,4 22 84,6 26 100 0,007

0,162

2 Tidak

Beresiko

18 52,9 16 47,1 34 100

Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,007, ini

berarti ada hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 0,162, artinya pekerja yang frekuensi kerja beresiko

mempunyai peluang 0,162 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan

pekerja yang frekuensi kerja tidak beresiko.

Page 61: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

47

4.2.2.3 Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Tabel 4.8

Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

No

Durasi Kerja

Resiko Ergonomi

Jumlah

P

Value

OR Beresiko Tidak

Beresiko

n % n % n %

1 Beresiko 2 11,8 15 88,2 17 100 0,026

0,153

2 Tidak

Beresiko

20 46,5 23 53,5 43 100

Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,026, ini

berarti ada hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di

bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 0,153, artinya pekerja yang durasi kerja beresiko

mempunyai peluang 0,153 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan

pekerja yang durasi kerja tidak beresiko.

Page 62: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

48

4.2.2.4 Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Tabel 4.9

Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

No

Beban Kerja

Resiko Ergonomi

Jumlah

P

Value

OR Beresiko Tidak

Beresiko

n % n % n %

1 Beresiko 13 28,3 33 71,7 46 100 0,033

0,219

2 Tidak

Beresiko

9 64,3 5 35,7 14 100

Jumlah 22 36,7 38 63,3 60 100

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa hasil uji statistik p value = 0,033, ini

berarti ada hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di

bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 0,219, artinya pekerja yang beban kerja beresiko

mempunyai peluang 0,219 kali untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan

pekerja yang beban kerja tidak beresiko.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel postur kerja yang menunjukkan

bahwa dari 60 responden yang memiliki postur kerja beresiko berjumlah 30

Page 63: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

49

responden (50,0%) sama dengan responden yang tidak beresiko berjumlah 30

responden (50,0%).

Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,016, ini berarti ada hubungan antara

postur kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT

Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

4,571, artinya pekerja yang postur kerja beresiko mempunyai peluang 4,571 kali

untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang postur kerja tidak

beresiko.

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektivan dari

suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan

ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan

baik. (Said, 2014).

Postur kerja yang berisiko untuk terjadinya nyeri pinggang bawah adalah

postur kerja yang janggal, yaitu deviasi atau pergeseran dari gerakan tubuh atau

anggota gerak yang dilakukan pekerja saat melakukan aktifitas dengan postur normal.

(Anies, 2005).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fajriany dan Maarifah (2018) hasil statistik dengan mengunakan fisher’s exact test

diperoleh ( p value =0,149) karena nilai p > 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Interpretasinya bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap tubuh dalam

bekerja dengan keluhan otot dan tulang yang dialami pekerja pemintalan tali.

Page 64: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

50

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat

bahwa ada hubungan antara postur kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan postur

tubuh saat bekerja sangat berpengaruh terhadap terjadinya resiko ergonomi, postur

tubuh saat bekerja seharusnya disesuaikan dengan anatomi tubuh agar tidak terjadi

penekanan dan pergeseran pada bagian tertentu yang diakibatkan karena postur tubuh

yang salah terutama pada pekrja bagian panen sawit.

4.3.2 Hubungan antara frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel frekuensi yang menunjukkan

bahwa dari 60 responden yang memiliki frekuensi kerja tidak beresiko berjumlah 34

responden (56,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang beresiko

berjumlah 26 responden (43,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,007, ini berarti ada hubungan antara

frekuensi dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT

Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

0,162, artinya pekerja yang frekuensi kerja beresiko mempunyai peluang 0,162 kali

untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang frekuensi kerja tidak

beresiko.

Frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dengan sedikit variasi,

dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada otot dan tendon oleh karena

kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan yang berlebihan pada otot, tendon dan

sendi, akibat terjadinya inflamasi atau radang sendi dan tendon. Radang ini

Page 65: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

51

meningkatkan tekanan pada saraf. Contoh tingkat kekerapan bekerja dengan postur

janggal, misalnya seorang pekerja digudang mengangkat beban lebih dari 5 kg, lebih

dari 2 kali per menit dan lebih dari 2 jam per hari, mengetik lebih dari 7 jam per hari.

(Kurniawidjaja, 2012).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Entianopa, Putri dan Devita (2019) hasil penelitian mengenai variabel aktivitas

berulang diperoleh hasil uji statistik diketahui p-Value = 0,72 (p-Value< 0,05) maka

Hₒ diterima. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang singnifikan

antara aktivitas berulang dengan kelelahan otot pada pekerja penyadap getah.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat

bahwa ada hubungan antara frekuensi kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan

terdapat pengulangan gerak pada saat memanen sawit melakukan satu atau dua

batang pohon yang akan di panen. Pada saat melakukan pemanenan pekerja dapat

melakukan gerakan yang selalu berulang dari atas kebawah sebanyak kurang lebih 30

kali. Hal inilah yang dapat menyebabkan ada beberapa pekerja yang mengalami

resiko ergonomi akibat gerakan yang sering berulang dengan jarak bekerja sekitar 1

hektar–5 hektar.

4.3.3 Hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi durasi kerja yang menunjukkan bahwa

dari 60 responden yang memiliki durasi kerja tidak beresiko berjumlah 43 responden

Page 66: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

52

(71,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang beresiko berjumlah 17

responden (28,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,026, ini berarti ada hubungan antara

durasi kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT

Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

0,153, artinya pekerja yang durasi kerja beresiko mempunyai peluang 0,153 kali

untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang durasi kerja tidak

beresiko.

Durasi kerja yaitu lama waktu bekerja yang dihabiskan pekerja dengan postur

janggal, memebawa atau mendorong beban, atau melakukan pekerjaan repetitiv tanpa

istirahat. (Kurniawidjaja, 2012). Jam kerja selama 8 jam per hari. Diusahakan sedapat

mungkin tidak di lampaui. Apabila hal ini tidak dapat dihindari, perlu diusahakan

grup kerja baru atau pengadaan kerja gilir. (Anies, 2005).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Entianopa, Putri dan Devita (2019) bedasarkan variabel lama kerja diperoleh hasil uji

statistik diketahui p-Value = 0,01 (p-Value < 0,05) maka Hₒ ditolak. Hal ini

menunjukan bahwa terdapat hubungan yang singnifikan antara lama kerja dengan

kelelahan otot pada pekerja penyadap getah karet di Desa Suka Jaya Kecamatan

Bayung Lencir Sumatera Selatan 2018.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat

bahwa ada hubungan antara durasi kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan hasil

wawancara pada salah satu pekerja terdapat keluhan resiko ergonomi yang berkaitan

Page 67: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

53

dengan lama kerja dari jam kurang lebih 07.00 sampai 10.00 dan jam 14.00 sampai

17.00, di temukannya beberapa keluhan nyeri otot pada beberapa anggota tubuh

mereka setelah bekerja. Ini di buktikan dengan waktu kerja seorang pekerja bekerja

dari pukul kurang lebih 07.00 hingga pukul 17.00 tidak optimal lagi yang seharusnya

maksimal bagi pekerja kurang dari 8 jam/hari. Pekerja dibagian panen diharapkan

dapat melakukan istirahat yang teratur serta dapat melakukan peregangan beberapa

kali ketika melakukan pekerjaan sehingga tubuh tidak kelelahan dengan keadaan

yang dinamis dan agar pekerja bisa mengatur waktu istirahat yang seimbang.

4.3.4 Hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian

panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi variabel beban kerja yang menunjukkan

bahwa dari 60 responden yang memiliki beban kerja beresiko berjumlah 46

responden (76,7%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak beresiko

berjumlah 14 responden (23,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik p value = 0,033, ini berarti ada hubungan antara

beban kerja dengan resiko ergonomi pada pekerja di bagian panen kelapa sawit PT

Gading Cempaka Graha tahun 2019. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

0,219, artinya pekerja yang beban kerja beresiko mempunyai peluang 0,219 kali

untuk mengalami resiko ergonomi dibandingkan pekerja yang beban kerja tidak

beresiko.

Beban berat menimbulkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot serta kerusakan

otot, tendon dan jaringan sekitarnya. Kekuatan berasal dari peningkatan ketegangan

Page 68: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

54

otot, ligamen dan tendon. Pengerahan tenaga terberat terjadi saat mengangkat benda

berat. Contoh dari beban berat dengan dimensi waktu seperti berikut.

d. Mengangkat beban lebih dari 35 kg satu kali per hari atau lebih dari 25 kg

lebih dari 10 kali per hari.

e. Objek yang diangkat beratnya lebih dari 5 kg bila dikerjakan lebih dari 2

kali per menit, totalnya lebih dari 2 jam per hari.

f. Objek yang beratnya lebih dari 12,5 kg diangkat diatas bahu, dibawah

dengkul atau sepanjang pelukan lebih dari 25 kali per hari.

(Kurniawidjaja, 2012).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ratunuman, Lerry dan Woodford (2018) hasil uji statistic Sperman rank diperoleh

nilai p value sebesar 0,03. Jadi terdapat hubungan di antara beban kerja dengan

keluhan muskuloskeletal pada Kelompok Tani di Desa Rok-rok Kecamatan Kema

Kabupaten Minahasa Utara dimana kekuatan hubungan lemah (r = 0,358 ). Beban

kerja yang berlebihan menyebabkan pelemasan otot yang berlebihan dapat

mengurangi ketebalan interverebral disc atau elemen yang berada diantara segmen

tulang belakang yang akan dapat menimbulkan risiko nyeri paada tulang belakang.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait, peneliti berpendapat

bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan resiko ergonomi dikarenakan

semakin berat beban kerja yang dilakukan maka semakin beresiko untuk mengalami

resiko ergonomi karena pada dasarnya beban kerja dipengaruhi oleh kemampuan

setiap pekerja yang berbeda walaupun pekerja bekerja di tempat yang sama dan

Page 69: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

55

pengalaman yang sama. Perbedaan ini disebabakan karena kapasitas orang tersebut

berbeda. Menurut ILO, beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkat oleh

seseorang adalah 23-25 kg.

Page 70: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

56

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi berdasarkan hasil univariat dari 60 responden yang beresiko

ergonomi sebanyak 22 responden (36,7%), responden yang postur kerja beresiko

sebanyak 30 responden (50,0%), responden yang frekuensi kerja beresiko

sebanyak 26 responden (43,3%), responden yang durasi kerja beresiko sebanyak

17 responden (28,3%), dan responden yang beban kerja beresiko sebanyak 46

responden (76,6%)

2. Ada hubungan antara postur kerja dengan dengan resiko ergonomi pada pekerja

di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

3. Ada hubungan antara frekuensi kerja dengan dengan resiko ergonomi pada

pekerja di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

4. Ada hubungan antara durasi kerja dengan dengan resiko ergonomi pada pekerja

di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

5. Ada hubungan antara beban kerja dengan dengan resiko ergonomi pada pekerja

di bagian panen kelapa sawit PT Gading Cempaka Graha Tahun 2019

56

Page 71: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

57

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan maka beberapa saran dapat dikemukakan

sebagai berikut :

5.2.1 Bagi PT Gading Cempaka Graha

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan untuk pekerja agar

lebih memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja dalam bekerja dan lebih

meningkatkan kesadaran tentang bahaya resiko ergonomi yang dapat diakibatkan

karena beban kerja, lingkungan kerja dan kapasitas kerja yang tidak sesuai, sehingga

dapat menggurangi produktivitas kerja serta diharapkan untuk selalu memberikan

sosialisasi atau pelatihan tentang penanggulangan resiko ergonomi dapat

meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja.

5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Bagi STIK Bina Husada diharapkan agar mengikutsertakan mahasiswa/i

program studi ilmu kesehatan masyarakat dalam kegiatan praktek kerja lapangan atau

pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan menjalin kerjasama kepada

pihak-pihak yang terkait seperti perusahaan–perusahaan serta instansi lainnya.

5.2.3 Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan dasar pengembangan bagi

peneliti selanjutnya untuk membahas tentang pengendalian resiko ergonomi dengan

metode kuantitatif dan kualitatif. Sehingga dapat membantu pekerja untuk

meningkatkan wawasan tentang pengendalian resiko ergonomi.

Page 72: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

1

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2005.

Seri kesehatan umum penyakit akibat kerja, berbagai penyakit akibat

lingkungan kerja dan upaya penanggulangannya. PT Gramedia : Jakarta.

Anisyah. 2015.

Bahan Ajar. Health Risk Assesment Faktor Risiko Ergonomi dan Psikologi,

Palembang.

Anisyah. 2015.

Bahan Ajar. Management Risk, Palembang.

Budiono, A.M. Sugeng. 2005.

Hiperkes dan KK. Universitas Diponegoro : Semarang.

Depkes RI, 2015.

Pusat data dan informasi kementrian RI http://www.depkes.go.id diakses 09

april 2016.

Entianopa, Putri Sahara Harahap, Devita Rahma. 2019

Hubungan Aktivitas Berulang, Sikap Kerja Dan Lama Kerja Dengan Keluhan

Kelelahan Otot Pada Pekerja Getah Karet (Online)

Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ibnu Sina Batam

DK – Vol.1 No.1 2019 ǀ e-issn: ǀ p-issn: 2089-2284

(http://ejurnal.stikesibnusinabatam.ac.id/index.php/DK/article/view/12/10,

diakses pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 13.45 WIB)

Fajriany. BM, Nur Indah dan Maarifah Dahlan. 2019

Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Otot Dan Tulang Pada Pekerja

Pemintalan Tali Di Dusun Lambe Desa Karama Kecamatan Tinambung

Kabupaten Polewali Mandar (Online)

Jurnal Kesehatan Masyarakat

Vol. 4, No. 2, Nopember 2018 p-ISSN: 2442-8884 / e-ISSN: 2541-4542 J-

Kesmas

(http://journal.lppm-unasman.ac.id/index.php/jikm/article/view/250/239,

diakses pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 15.20 WIB)

Fatriansyah, Dwi Romi. 2015.

Analisis Risiko Ergonomi di Bagian Produksi PT SS Pabrik Palembang Tahun

2015. Skripsi Bina Husada.

Page 73: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

2

Fauzi, yan. 2002.

Kelapa sawit, budi daya, pemanfaatan hasil dan limbah, analisis usaha dan

pemasaran. Penebar Swadaya : Jakarta.

Hadiguna, Rika Ampuh. 2009.

Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan Efektifitas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Iridiastadi, Hardianto. 2014.

Ergonomi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Kurniawidjaja, L. Meily, 2012.

Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Universita Indonesia : Jakarta.

Malaka, Tan. 2015.

Bahan Ajar. OccuPational Safety (Keselamatan Kerja), Palembang.

. 2015.

Bahan ajar. Pengantar Hygiene Idustry, Palembang.

. 2016.

Pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam bidang ilmu kesehatan

masyarakat fakultas kedokteran universitas sriwijaya.

Prayoga, Elvis Dio. 2016.

Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja Bagian Panen Kelapa Sawit

Divisi Sidomulyo PT TBL Kabupaten Banyuasin 2016. Skripsi Dio Prayoga

Profil. 2019.

Profil Perusahaan. PT. Tania Selatan PKS, Oki

Ratunuman, Yunike Monica, Lerry F. Suoth, dan Woodford B. S. Joseph. 2018

Hubungan Antara Sikap Dan Beban Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal

Pada Kelompok Tani Di Desa Rok-Rok Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa

Utara

Jurnal KESMAS, Volume 7 Nomor 4

(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/23165/22858,

diakses pada tanggal 25 Juli 2019 pukul 14.44 WIB)

Riduwan. 2015

Metode&tekhnik menyusun proposal penelitian, Alfabeta CV: Bandung

Page 74: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

3

Sugiyono. 2016.

Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. CV: Bandung

Said, marsidi. 2014.

Postur Kerja Yang Ergonomis Jurnal Kesehatan Bina Husada Pusat Kajian

Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palembang. Printed in

United States of America.

Sari, Suci Paramita 2014.

Analisis Faktor Risiko Ergonomi pada Pekerja di Bengkel Utama PT. Bukit

Asam Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Bina Husada Pusat Kajian Kesehatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada Palemban, Volume 10, No. 2.

Tarwaka. 2004.

Ergonomi untuk K3 dan Produktivitas. UNIBA PRESS : Surakarta.

. 2014.

Ergonomi industri dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasi di tempat

kerja. Harapan Press : Surakarta.

Utari, F. Y., & Kalsum. 2015.

Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan Musculoskeletal pada Penyortir

Tembakau Di Gudang Sortasi Tembakau Kebun Klumpang SUTK PTPN II

Tahun 2015. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

https://media.neliti.com/media/publication/14576-ID-hubungan-sikap-

kerjadengan-keluhan-musculoskeletal-pada-penyortir-tembakau-di-g.pdf.

Page 75: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

4

Postur Kerja di Lokasi Tanaman Menghasilkan (TM)

Page 76: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

5

Postur Kerja di Lokasi Tanaman Menghasilkan (TM)

Page 77: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

6

Bersama pengurus lapangan PT. Gading Cempaka Graha

Page 78: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

7

KRITERIA ERGONOMI

POSTUR JANGGAL

Bagian

Tubuh Faktor Risiko Fisik Durasi

Bantuan

Visual

Hasil Keterangan

Ya Tdk

Bahu Bekerja dengan tangan di atas

kepala atau kedua siku diatas

kedua bahu

Totalnya

lebih dari

4 jam per

hari

Secara berulang-ulang

mengangkat tangan di atas

kepala atau kedua siku di atas

kedua bahu lebih dari sekali

permenit

Totalnya

lebih dari

4 jam per

hari

Leher Bekerja dengan leher

membungkuk lebih dari 45

(tanpa dukungan atau

kemampuan untuk merubah

postur tubuh)

Totalnya

lebih dari

4 jam per

hari

Punggung Bekerja dengan punggung

membungkuk kedepan lebih

dari 30 (tanpa dukungan atau

kemampuan untuk merubah

postur tubuh)

Totalnya

lebih dari

4 jam per

hari

Bekerja dengan punggung

membungkuk kedepan lebih

dari 45 (tanpa dukungan atau

kemampuan untuk merubah

postur tubuh)

Totalnya

lebih dari

2 jam per

hari

Lutut

Jongkok

Totalnya

lebih dari

4 jam per

hari

Berlutut

Totalnya

lebih dari

4 jam per

hari

TOTAL Ya

=

Tdk

=

Page 79: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

8

GERAKAN PAKSA PADA TANGAN

Bagian

Tubuh Faktor Risiko Fisik

Kombinasi

Dengan Durasi

Bantuan

Visual

Hasil Keterangan

Ya Tdk

Lengan

,

pergela

ngan

tangan,

Tangan

Menjepit objek

yang tidak

dianjurkan yang

berbobot 2 pounds

atau lebih per

tangan, atau

menjepit dengan

paksa dengan bobot

4 pounds atau lebih

per tangan (setara

dengan menjepit

setengah rim

kertas)

Gerakan

cepat secara

berulang-

ulang

Totalny

a lebih

dari 3

jam per

hari

pergelangan

tangan

tertekuk

fleksi

30atau

lebih, atau

ekstensi 45

atau lebih,

atau ulnar

deviasi 30

atau lebih

Totalny

a lebih

dari 3

jam per

hari

Tidak ada

faktor risiko

lainnya

Totalny

a lebih

dari 4

jam per

hari

Lengan

,

pergela

ngan

tangan,

Tangan

Menggenggam

suatu objek yang

tidak dianjurkan

yang bermassa 10

ponds atau lebih

pertangan, atau

menggenggam

paksa 10 pounds

atau lebih

pertangan (setara

dengan menjepit

mengencangkan

tali pelompat ke

sebuah baterai)

Gerakan

cepat secara

berulang-

ulang

Totalny

a lebih

dari 3

jam

perhari

Pergelangan

tangan

membengko

k dengan

lengkungan

300 atau

lebih atau

dengan

perluasan

450 atau

lebih, atau

dengan

Totalny

a lebih

dari 3

jam

perhari

Page 80: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

9

deviasi

ulnar 300

atau lebih

Tidak ada

faktor risiko

lainnya

Totalny

a lebih

dari 4

jam

perhari

TOTAL Ya

=

Tdk

=

GERAKAN CEPAT BERULANG

Bagian

Tubuh Faktor Risiko Fisik

Kombinasi

Dengan Durasi

Hasil Keterangan

Ya Tdk

Leher,

bahu,

siku,

pergelan

gan

tangan,

tangan

Menggunakan gerakan

yang sama dengan

sedikit atau tanpa

variasi setiap beberapa

detik (tidak termasuk

aktivitas mengetik)

Tidak ada

faktor risiko

lainnya

Totalnya

lebih dari

6 jam per

hari

Menggunakan gerakan

yang sama dengan

sedikit atau tanpa

variasi setiap beberapa

detik (tidak termasuk

aktivitas mengetik)

Pergelangan

tangan

membungkuk

dalam fleksi

30 atau

lebih, atau

dalam

ekstensi 45

atau lebih,

atau ulnar

deviasi

30atau lebih

dan

prnggunaan

tenaga penuh

dengan kedua

tangan

Totalnya

lebih dari

2 jam per

hari

TOTAL Ya

=

Tdk

=

Page 81: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

10

FREQUENCIES VARIABLES=Posturtubuh Frekuensi Durasi beban Resikoergonomi /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 08-Aug-2019 04:28:58

Comments

Input Data E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square

Fahmi.sav

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

60

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with

valid data.

Syntax FREQUENCIES

VARIABLES=Posturtubuh Frekuensi

Durasi beban Resikoergonomi

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 0:00:00.000

Elapsed Time 0:00:00.000

[DataSet0] E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square Fahmi.sav

Page 82: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

11

Statistics

Postur Tubuh Frekuensi Durasi Kerja Beban Kerja Resiko Ergonomi

N Valid 60 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Postur Tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Beresiko 30 50.0 50.0 50.0

Tidak Beresiko 30 50.0 50.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Frekuensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Beresiko 26 43.3 43.3 43.3

Tidak Beresiko 34 56.7 56.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 83: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

12

Durasi Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Beresiko 17 28.3 28.3 28.3

Tidak Beresiko 43 71.7 71.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Beban Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Beresiko 46 76.7 76.7 76.7

Tidak Beresiko 14 23.3 23.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Resiko Ergonomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Beresiko 22 36.7 36.7 36.7

Tidak Beresiko 38 63.3 63.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 84: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

13

CROSSTABS /TABLES=Posturtubuh Frekuensi Durasi beban BY Resikoergonomi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT EXPECTED ROW /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 08-Aug-2019 04:27:09

Comments

Input Data E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square

Fahmi.sav

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

60

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all

the cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Posturtubuh Frekuensi

Durasi beban BY Resikoergonomi

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.046

Dimensions Requested 2

Page 85: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

14

Notes

Output Created 08-Aug-2019 04:27:09

Comments

Input Data E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square

Fahmi.sav

Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

60

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all

the cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Posturtubuh Frekuensi

Durasi beban BY Resikoergonomi

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ RISK

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 0:00:00.031

Elapsed Time 0:00:00.046

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

Page 86: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

15

[DataSet0] E:\SKRIPSI FAHMI\Input Chi square Fahmi.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Postur Tubuh * Resiko

Ergonomi

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Frekuensi * Resiko Ergonomi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Durasi Kerja * Resiko

Ergonomi

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Beban Kerja * Resiko

Ergonomi

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Postur Tubuh * Resiko Ergonomi

Crosstab

Resiko Ergonomi

Beresiko Tidak Beresiko Total

Postur Tubuh Beresiko Count 16 14 30

Expected Count 11.0 19.0 30.0

% within Postur Tubuh 53.3% 46.7% 100.0%

Tidak Beresiko Count 6 24 30

Expected Count 11.0 19.0 30.0

% within Postur Tubuh 20.0% 80.0% 100.0%

Total Count 22 38 60

Expected Count 22.0 38.0 60.0

% within Postur Tubuh 36.7% 63.3% 100.0%

Page 87: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

16

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.177a 1 .007

Continuity Correctionb 5.813 1 .016

Likelihood Ratio 7.379 1 .007

Fisher's Exact Test .015 .007

Linear-by-Linear Association 7.057 1 .008

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Postur Tubuh

(Beresiko / Tidak Beresiko)

4.571 1.452 14.389

For cohort Resiko Ergonomi

= Beresiko

2.667 1.210 5.876

For cohort Resiko Ergonomi

= Tidak Beresiko

.583 .382 .890

N of Valid Cases 60

Page 88: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

17

Frekuensi * Resiko Ergonomi

Crosstab

Resiko Ergonomi

Beresiko Tidak Beresiko Total

Frekuensi Beresiko Count 4 22 26

Expected Count 9.5 16.5 26.0

% within Frekuensi 15.4% 84.6% 100.0%

Tidak Beresiko Count 18 16 34

Expected Count 12.5 21.5 34.0

% within Frekuensi 52.9% 47.1% 100.0%

Total Count 22 38 60

Expected Count 22.0 38.0 60.0

% within Frekuensi 36.7% 63.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.949a 1 .003

Continuity Correctionb 7.405 1 .007

Likelihood Ratio 9.518 1 .002

Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear Association 8.800 1 .003

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,53.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 89: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

18

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Frekuensi

(Beresiko / Tidak Beresiko)

.162 .046 .570

For cohort Resiko Ergonomi

= Beresiko

.291 .112 .756

For cohort Resiko Ergonomi

= Tidak Beresiko

1.798 1.214 2.662

N of Valid Cases 60

Durasi Kerja * Resiko Ergonomi

Crosstab

Resiko Ergonomi

Beresiko Tidak Beresiko Total

Durasi Kerja Beresiko Count 2 15 17

Expected Count 6.2 10.8 17.0

% within Durasi Kerja 11.8% 88.2% 100.0%

Tidak Beresiko Count 20 23 43

Expected Count 15.8 27.2 43.0

% within Durasi Kerja 46.5% 53.5% 100.0%

Total Count 22 38 60

Expected Count 22.0 38.0 60.0

% within Durasi Kerja 36.7% 63.3% 100.0%

Page 90: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

19

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.334a 1 .012

Continuity Correctionb 4.926 1 .026

Likelihood Ratio 7.143 1 .008

Fisher's Exact Test .017 .011

Linear-by-Linear Association 6.229 1 .013

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,23.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Durasi Kerja

(Beresiko / Tidak Beresiko)

.153 .031 .754

For cohort Resiko Ergonomi

= Beresiko

.253 .066 .967

For cohort Resiko Ergonomi

= Tidak Beresiko

1.650 1.188 2.291

N of Valid Cases 60

Page 91: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

20

Beban Kerja * Resiko Ergonomi

Crosstab

Resiko Ergonomi

Beresiko Tidak Beresiko Total

Beban Kerja Beresiko Count 13 33 46

Expected Count 16.9 29.1 46.0

% within Beban Kerja 28.3% 71.7% 100.0%

Tidak Beresiko Count 9 5 14

Expected Count 5.1 8.9 14.0

% within Beban Kerja 64.3% 35.7% 100.0%

Total Count 22 38 60

Expected Count 22.0 38.0 60.0

% within Beban Kerja 36.7% 63.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.998a 1 .014

Continuity Correctionb 4.547 1 .033

Likelihood Ratio 5.833 1 .016

Fisher's Exact Test .025 .018

Linear-by-Linear Association 5.898 1 .015

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,13.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 92: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

21

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Beban Kerja

(Beresiko / Tidak Beresiko)

.219 .062 .778

For cohort Resiko Ergonomi

= Beresiko

.440 .240 .804

For cohort Resiko Ergonomi

= Tidak Beresiko

2.009 .972 4.151

N of Valid Cases 60

Page 93: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

22

EXAMINE VARIABLES=Posturtubuh Frekuensi Resikoergonomi /PLOT BOXPLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL.

Explore

Notes

Output Created 08-Aug-2019 03:40:31

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

60

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for

dependent variables are treated as

missing.

Cases Used Statistics are based on cases with no

missing values for any dependent

variable or factor used.

Syntax EXAMINE VARIABLES=Posturtubuh

Frekuensi Resikoergonomi

/PLOT BOXPLOT STEMLEAF

HISTOGRAM NPPLOT

/COMPARE GROUP

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Resources Processor Time 0:00:05.944

Elapsed Time 0:00:06.132

Page 94: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

23

[DataSet0]

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Posturtubuh 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Frekuensi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Resikoergonomi 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Posturtubuh Mean 8.8667 .23586

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8.3947

Upper Bound 9.3386

5% Trimmed Mean 8.8519

Median 9.0000

Variance 3.338

Std. Deviation 1.82698

Minimum 6.00

Maximum 12.00

Range 6.00

Interquartile Range 3.00

Skewness .049 .309

Kurtosis -1.006 .608

Frekuensi Mean 1.2500 .09692

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.0561

Upper Bound 1.4439

Page 95: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

24

5% Trimmed Mean 1.2778

Median 1.0000

Variance .564

Std. Deviation .75071

Minimum .00

Maximum 2.00

Range 2.00

Interquartile Range 1.00

Skewness -.451 .309

Kurtosis -1.081 .608

Resikoergonomi Mean 88.4000 2.73657

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 82.9241

Upper Bound 93.8759

5% Trimmed Mean 87.5556

Median 78.0000

Variance 449.329

Std. Deviation 21.19738

Minimum 59.00

Maximum 133.00

Range 74.00

Interquartile Range 18.00

Skewness .996 .309

Kurtosis .190 .608

Page 96: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

25

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Posturtubuh .130 60 .013 .935 60 .003

Frekuensi .274 60 .000 .783 60 .000

Resikoergonomi .321 60 .000 .803 60 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Posturtubuh

Page 97: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

26

Posturtubuh Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 7,00 6 . 0000000 10,00 7 . 0000000000 7,00 8 . 0000000 15,00 9 . 000000000000000 7,00 10 . 0000000 9,00 11 . 000000000 5,00 12 . 00000 Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)

Page 98: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

27

Page 99: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

28

Page 100: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

29

Page 101: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

30

Frekuensi

Frekuensi Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 11,00 0 . 00000000000 ,00 0 . 23,00 1 . 00000000000000000000000 ,00 1 . 26,00 2 . 00000000000000000000000000 Stem width: 1,00 Each leaf: 1 case(s)

Page 102: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

31

Page 103: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

32

Page 104: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

33

Page 105: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

34

Resikoergonomi

Resikoergonomi Stem-and-Leaf Plot Frequency Stem & Leaf 6,00 5 . 999999 ,00 6 . 32,00 7 . 88888888888888888888888888888888 ,00 8 . 10,00 9 . 6666666666 3,00 10 . 555 9,00 Extremes (>=124) Stem width: 10,00 Each leaf: 1 case(s)

Page 106: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

35

Page 107: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

36

Page 108: ANALISIS FAKTOR RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA DIBAGIAN ...

37