ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK...
Transcript of ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK...
i
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK DENGAN
KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) TINGGI MEMPEROLEH
HASIL BELAJAR MATEMATIKA RENDAH
(Studi Kasus di Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang
Tahun Ajaran 2011/2012)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam
Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh:
MUHAMMAD RIZQI AJI
NIM. 083511022
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Rizqi Aji
NIM : 083511022
Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika
menyatakan bahwa skripsi ini secara kesuluruhan adalah hasil penelitian/karya
sendiri, kecuali baagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 28 Juni 2012
Saya yang menyatakan,
Muhammad Rizqi Aji
NIM. 083511022
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 Mei 2012
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan
dan koreksi naskah skripsi dengan:
Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA
DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI
(IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR
MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas
XI IPA4 dan IPA5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran
2011/2012)
Nama : Muhammad Rizqi Aji
NIM : 083511022
Jurusan : Tadris
Program Studi : Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan
kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang
Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc
NIP. 19760426 200604 2 001
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 Mei 2012
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan
dan koreksi naskah skripsi dengan:
Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA
DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI
(IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR
MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas
XI IPA4 dan IPA5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran
2011/2012)
Nama : Muhammad Rizqi Aji
NIM : 083511022
Jurusan : Tadris
Program Studi : Matematika
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan
kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang
Munaqosyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing II,
Dr. Abdul Wahib, M. Ag
NIP.19600615 199103 1 004
vi
ABSTRAK
Judul : Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan Kecerdasan
Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika
Rendah (Studi Kasus di Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1
Semarang Tahun Ajaran 2011/2012)
Penulis : Muhammad Rizqi Aji
NIM : 083511022
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan-temuan dilapangan yang
menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 yang memperoleh hasil
belajar matematika di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), padahal skor IQ
peserta didik tersebut antara 110-130 (cerdas dan superior). Adapun masalah yang
dikemukakan dalam penelitia ini berupa pertanyaan sebagai berikut: (1) Faktor
apa yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi
tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan
untuk menemukan masalah yang ada. Pengambilan subjek pada penelitian ini
adalah empat peserta didik dari kelas XI IPA 4 dan tujuh peserta didik dari kelas
XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 yang mempunyai skor IQ di
atas rata-rata akan tetapi memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Berdasarkan
hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) faktor internal: (a)
kurang teliti dalam mengerjakan soal, (b) kurang fit, (c) kurang belajar, (d) kurang
menguasai materi, (e) kurang hafal rumus, (f) kurang tekun berlatih, (g) tidak mau
mengerjakan tugas, (h) meremehkan pelajaran, (i) kurang bisa mengontrol emosi,
(j) kurang motivasi, (k) berfikir secara sintetis, (l) sering mengikuti kegiatan
ekstra, (m) merasa terbebani dengan kontrol dan target dari orang tua, (n) kurang
percaya diri, (o) menunda-nunda pekerjaan, (p) tidak menyukai pelajaran. (2)
faktor eksternal: (a) kurang adanya keakraban antara pendidik dan peserta didik,
(b) metode yang digunakan kurang membekas pada peserta didik, (c) jam
pelajaran yang diberikan kurang, (d) orang tua kurang tegas dalam pendidikan
anak, (e) orang tua kurang terlibat langsung, (f) orang tua terlalu membebani anak,
(g) kurang mendukung anak, (h) motivasi kurang dirasakan anak, (i) memberikan
nasehat yang membuat anak merasa menanggung tanggung jawab, (j) orang tua
kurang mengontrol anak.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar peserta didik harus lebih giat
untuk latihan mengerjakan soal yang lebih variatif, sehingga tidak bingung ketika
menemukan permasalahan atau soal yang baru. Pendidik lebih terbuka kepada
peserta didik, sehingga kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik
bisa terdeteksi oleh pendidik, dan peserta didik tidak canggung dan nyaman untuk
menanyakan materi yang belum mereka fahami. Pihak sekolah bisa memberikan
jam ekstra untuk pelajaran yang lebih sulit.
Penelitian ini semoga bisa bermanfaat untuk peserta didik, pendidik, dan
orang tua dalam upaya memperbaiki hasil belajar anak. Sehingga anak bisa lebih
nyaman dan merasa memiliki tanggung jawab untuk bertanggung jawab atas diri
mereka sendiri.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufiq, maghfiroh sertahidayah-Nya, sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan
syarat wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal petunjuk bagi
hidup dan kehidupan kita di dunia yang selanjutnya di akhirat.
Suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagi penulis atas terselesainya
penulisan tugas akhir akademi kini, meskipun dalam proses penyusunannya
banyak mengalami hambatan dan cobaan, disebabkan lebih atas keterbatasan
penulis. Namun, berkat bantuan dan motivasi serta doa dari berbagai pihak,
Alhamdulillah penulis dapat melalui semua itu, walaupun penulis menyadari
skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan
Kecerdasan Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika
Rendah (Studi Kasus diKelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang
Tahun Ajaran 2011/2012) tentu jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya, kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
khususnya kepada :
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Dr. Sudja’i, M.Ag.
2. Ketua Jurusan Tadris, Bapak Wahyudi, M. Pd.
3. Ketua Prodi Tadris Matematika, Bapak Saminanto, S. Pd, M. Sc.
4. Sekretaris Prodi Tadris Matematika, Ibu Lulu’ Choirunnisa, S. Si, M. Pd.
5. Ibu Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc., dan bapakDr. Abdul Wahib, M. Ag.,
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama penyusunan skripsi.
viii
6. Bapak Budi, bapak Pujiadi, bapak Amin Suyitno, bapak Aunur, ibu Yulia, ibu
Mujiasih, ibu Muslikhah, dan segenap dewan pengajar Prodi Matematika.
7. Para dosen pengajar yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta para
staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
8. Bapak Dwi Prihiyawanto dan Ibu Neneng Qoidah, kedua orang tua saya
tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi.
9. KH. Siradj Khudhori dan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M. Ag., yang
membimbing dan memberikan doa kepada penulis dari semester pertama
sampai sekarang.
10. Mbah Putri, Mbah Din, Mbah Kakung, M. Kahfidhudin, M. Nurul Falaq, M.
Irfan Alamsyah, Rizqi Dinda, dan semua keluarga tercinta.
11. Menwa, Sipuden, Mpah, Mbah Waw, Sodiq, Chinoxxx, Mi2r, Sepul,
Tongklow, Bojes, Gendut, Yami, Peyem, Wali, dan teman-teman
seperjuangan di KAMPOENG PECINAN.
12. Kang Amin, Gus Labib, Kang Karim, Kang Huda, Kang Ahmadi, kang Taqin,
Deddy Gembel, Apep, Mbah Wo Tuo, Dur, Sepul Drev, dan semua keluarga
besar DAARUN NAJAAH.
13. Nkroto, Jenggot, Hamim, Tri, Pi’i, Kamidun, dul arif, dul patah, alwi, heri,
Ibnu Kecip, Akhla, dan semua teman seperjuangan D’TAMATH.
14. Segenap keluarga IMPADIS dan EL-SIMBANY yang selalu semangat, serta
kawan-kawan yang pernah ikut LSB.
15. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan
bantuan, baik moril maupun materiil selama proses penulisan skripsi ini.
Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya
untaian terimakasih dengan tulus serta iringan do’a, semoga Allah membalas
semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
serta inayah-Nya dan semoga skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penyebab
Peserta Didik dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil
Belajar Matematika Rendah (Studi Kasus diKelas XI IPA5 MAN 1
Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
berkesempatan membacanya.
ix
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan
skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya. Amiin.
Semarang, 28 Juni 2012
Penulis,
Muhammad Rizqi Aji
NIM. 083511022
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. LatarBelakangMasalah ............................................................. 1
B. PembatasanMasalah .................................................................. 3
C. RumusanMasalah ...................................................................... 4
D. TujuandanManfaatPenelitian .................................................... 4
BAB II : LANDASAN TEORI ..................................................................... 5
A. KajianPustaka ........................................................................... 5
B. KerangkaTeoritik ...................................................................... 6
1. Kecerdasan Intelegensi ........................................................ 6
2. Belajar .................................................................................. 9
3. Hasil Belajar ......................................................................... 11
4. Belajar Matematika .............................................................. 22
5. Bright Underachiever .......................................................... 23
BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 29
A. JenisPenelitian .......................................................................... 29
B. TempatdanWaktuPenelitian ...................................................... 29
C. SumberPenelitian ...................................................................... 29
D. FokusPenelitian ......................................................................... 29
E. Pengumpulan Data Penelitian ................................................... 30
F. Analisis Data Penelitian ............................................................ 31
xi
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .... 34
A. LaporanHasilPenelitian ............................................................. 34
1. Data Umum .......................................................................... 34
2. Data Penelitian ..................................................................... 38
B. Analisis Data ............................................................................. 45
1. Analisis Deskriptif ............................................................... 45
2. Analisis Kualitatif ................................................................ 47
3. Hasil Analisis Data............................................................... 51
C. KeterbatasanPenelitian ............................................................. 53
BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 54
A. Simpulan ................................................................................... 54
B. Saran ......................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, hasil belajar menjadi salah satu indikasi
berhasil tidaknya suatu pendidikan. Hasil belajar yang baik mengindikasikan
berhasilnya suatu pendidikan. Begitu pula hasil belajar yang kurang baik, bisa
dijadikan indikasi bahwa suatu pendidikan kurang berhasil. Ada banyak faktor
yang mempengaruhi hasil belajar seseorang, diantaranya intelegensi.
Intelegensi mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar seseorang, hal
ini dikarenakan intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah dengan cepat, tepat, dan mudah.1 Intelegensi
mengandung beberapa kemampuan-kemampuan tertentu. Para pakar psikolog
berbeda pendapat tentang kemampuan yang terkandung dalam intelegensi.
Psikolog abad 19, Charles Spearman (1863-1945), sebagaimana
dikutip oleh Desmita, berpendapat bahwa intelegensi mempunyai satu
kemampuan umum dan khusus. Kemampuan umum dan kemampuan khusus
ini mempengaruhi kecerdasan seseorang, semakin banyak kemampuan umum
yang dimilikinya maka ia bisa dikatakan anak yang pandai. Sedangkan Louis
Thurstone membagi intelegensi menjadi tujuh kemampuann primer, yaitu
pemahaman verbal, kefasihan menggunakan kata-kata, kemampuan bilangan,
kemampuan ruang, kemampuan mengingat, kecepatan pengamatan, dan
kemampuan penalaran.2
Matematika (Mathematics) adalah suatu sistem yang rumit tetapi
tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Pada suatu tingkat
rendah ada ilmu hitung, aljabar, dan ilmu ukur. Tetapi setiap ini telah
diperluas pada tingkat yang lebih tinggi dan banyak cabang baru bertambah.3
1 Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media Group, 2010), hlm. 127.
2 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 166.
3 Roy Hollands, Kamus Matematika, (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm. 81.
2
Matematika juga merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan,
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa matematika
berhubungan dengan simbol-simbol dan membutuhkan pemikiran dalam
mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kemampuan-kemampuan yang ada pada intelegensi menunjukkan
bahwa intelegensi menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar
matematika. Hal ini diperkuat dengan adanya kemampuan numeric (bilangan)
dalam intelegensi. Dalam bukunya, Saifuddin Azwar menyertakan beberapa
penelitian tentang hubungan kecerdasan intelegensi dengan hasil belajar.
Penelitian pertama pada tahun 1982 Yule dan temannya melakukan penelitian
terhadap anak sekolah dasar, hasilnya korelasi antara IQ dengan skor
matematika berada pada skor r = 0,72.4 Dengan nilai r = 0,72 menunjukkan
hubungan yang kuat antara IQ dan skor matematika.
Penelitian yang dilakukan Johan Fauzan, mahasiswa prodi matematika
Universitas Pancasakti Tegal, tentang pengaruh kecerdasan intelegensi
terhadap hasil belajar matematika di SMA Negri 1 Tanjung Brebes
menunjukkan bahwa kecerdasan intelegensi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Mulyani, mahasiswa prodi pendidikan matematika Universitas
Bengkulu, tentang hubungan kecerdasan dengan prestasi belajar matematika
memperoleh hubungan yang signifikan.
Di kelas XI IPA 4 dan IPA 5 MAN 1 Semarang terdapat 11 peserta
didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi tinggi tetapi memperoleh hasil
belajar matematika yang rendah (Bright/Gifted Underachiever). Peneliti
menggolongkan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi apabila skor IQ lebih dari
109 (di atas rata-rata, superior, dan sangat superior). Sedangkan hasil belajar
4 Saifudddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996), hlm. 167.
3
peserta didik digolongkan rendah apabila hasil belajar peserta didik di bawah
kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70.
Bright underachiver bisa terjadi karena faktor-faktor yang
menyebabkannya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari keluarga, sekolah,
lingkungan, dan diri anak itu sendiri. Dari permasalahan tersebut, diperlukan
kajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya
hasil belajar peserta didik dengan IQ tingg0069.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas atas dasar fokus.
Pemikiran fokus terliput di dalam perumusan latar belakang studi dan
permasalahan. Fokus juga berarti penentuan keluasan (scope) permasalahan
dan batas penelitian.5 Fokus penelitian dalam metode penelitian kualitatif juga
dapat dipilih berdasarkan beberapa hal, yaitu:6
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan informan
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu
3. Menetapkan fokus yang memiliki temuan untuk pengembangan iptek
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-
teori yang telah ada
Dalam hal ini peneliti menentukan fokus berdasarkan keterikatan atau
ketentuan lokasi serta berdasarkan penentuan kriteria inklusi dan eksklusi
informasi baru.
Berdasarkan kedua batasan tersebut maka fokus penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Penelitian dilakukan pada peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Semarang kelas XI IPA 4 dan IPA 5 Tahun Ajaran 2011/2012
5 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Akasara,
2006), hlm. 94.
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 209.
4
b. Inklusi dan eksklusi informasi baru dibatasi pada informasi yang memiliki
keterkaitan dengan faktor-faktor penyebab peserta didik dengan
kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi memperoleh hasil belajar matematika
rendah
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas
maka permasalahan yang akan diteliti adalah:
Faktor apa yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai kecerdasan
intelegensi tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah?
D. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan peserta didik dengan kecerdasan intelegensi tinggi memperoleh
hasil belajar yang rendah, sehingga dapat ditemukan solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Dari tujuan dilakukannya penelitian ini, hasil penelitian diharapkan
memberi manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti: untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang
pengetahuan faktor anak dengan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang
memperoleh hasil belajar matematika rendah
2. Bagi peserta didik: membuat peserta didik mengetahui faktor anak dengan
kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang memperoleh hasil belajar
matematika rendah sehingga menambah motivasi dalam belajar.
3. Bagi pendidik: diharapkan pendidik dapat mengetahui faktor anak dengan
kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang memperoleh hasil belajar
matematika rendah sehingga dapat memberikan solusi yang tepat untuk
memecahkannya.
4. Bagi sekolah: diharapkan sekolah dapat menerapkan sistem kependidikan
yang dapat menumbuh kembangkan bakat dan kemampuan yang terdapat
pada peserta didik.
5
BAB II
BRIGHT UNDERACHIVER
A. Kajian Pustaka
Sebagai kajian yang relevan dan memiliki hubungan dengan masalah
yang diteliti disertakan telaah pustaka yang mengkaji tentang hubungan dan
pengaruh kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar peserta didik.
Skripsi berjudul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar
Matematika (studi penelitian pada siswa kelas XII semester I program IPS
SMA Negeri 1 tanjung Brebes tahun pelajaran 2010/2011)” yang ditulis oleh
Johan Fauzan mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal. Populasi dan sampel
pada penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas XII Semester I Program
IPS SMA Negeri 1 Tanjung Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 222
siswa yang terbagi dalam 5 kelas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa,
(1) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual terhadap prestasi
belajar matematika. (2) Ada pengaruh namun tidak signifikan kecerdasan
emosional terhadap prestasi belajar matematika. (3) Tidak ada pengaruh yang
signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar matematika. (4) Ada
pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional
terhadap prestasi belajar matematika. (5) Ada pengaruh yang signifikan
kecerdasan intelektual namun tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual
terhadap prestasi belajar matematika. (6) Ada pengaruh yang signifikan
kecerdasan emosional namun tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual
terhadap prestasi belajar matematika. (7) Ada pengaruh yang signifikan
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional namun tidak ada pengaruh
kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar pada siswa kelas XII Semester I
Program IPS SMA Negeri 1 Tanjung Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.
Skripsi berjudul “Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi
Berprestasi, Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota
6
Bengkulu” yang ditulis oleh mulyani mahasiswa program studi pendidikan
matematika jurusan pendidikan matematika dan IPA fakultas keguruan dan
ilmu pendidikan Universitas Bengkulu 2006. Dari hasil penelitian diperoleh
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan hasil
belajar matematika.
Sampel dari penelitian tersebut adalah 40 orang siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara : (1)
tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa, (2) motivasi
berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan belajar
dengan prestasi belajar matematika siswa (4) tingkat kecerdasan, motivasi
berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar
matematika siswa.
Skripsi yang disertakan di atas membahas tentang hubungan dan
pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar matematika.
Sedangkan yang peneliti kaji adalah tentang faktor-faktor yang menyebabkan
peserta didik dengan kecerdasan intelegensi tinggi akan tetapi memperoleh
hasil belajar yang rendah.
B. Kerangka Teoritik
1. Kecerdasan Intelegensi
Kecerdasan adalah kapasitas seseorang untuk memperoleh
pengetahuan (belajar dan memahami), mengaplikasikan pengetahuan
(memecahkan masalah), dan melakukan penalaran abstrak.7 Sedangkan
intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri
terhadap situasi baru secara tepat dan efektif, kemampuan menggunakan
konsep abstrak secara efektif, dan kemampuan memahami pertalian-
pertalian dan belajar secara cepat.8
7 C. George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terj. Abdul Qodir Shaleh,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 125
8 J. P. Chaplin, Kamus lengkap psikologi, terj. Kartini Katono, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), hlm. 253.
7
Walters dan Gardner , sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar,
berpendapat intelegensi adalah suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau
produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.9 Menurut
William stern, sebagaimana dikutip oleh baharuddin, intelegensi adalah
kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan
atau kesulitan baru dengan sadar, dengan berpikir cepat dan tepat.10
Sedangkan menurut Terman, sebagaimana dikutip oleh F. Patty et. al,
intelegensi adalah kesanggupan belajar secara abstrak.11
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa intelegensi
adalah suatu kesanggupan atau kemampuan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan cepat, mudah, dan tepat (memadai).12
Kecerdasan intelegensi (Intelligence Quotient) adalah satu indeks
tingkat relative kecermelangan anak, setelah ia dibandingkan dengan anak-
anak lain yang seusia.13
Pengukuran intelegensi yang pertama dilakukan
oleh Alfred Binet, pengukuran yang digunakan oleh binet mengambil
perbedaan antara usia mental (MA) dan usia kronologis (CA).14
menurut
binet intelegensi anak akan terus bertambah sampai umur 15, di atas umur
15 yang bertambah hanyalah pengetahuannya saja.15
9 Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 7.
10 Baharuddin, Psikologi, hlm. 126.
11 F. Patty, et. al, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm.
128.
12 Baharuddin, Psikologi, hlm. 127.
13 J. P. Chaplin, Kamus, hlm. 253.
14 Desmita, Psikologi, hlm. 164.
15 Baharuddin, Psikologi, 128.
8
Binet dibantu dengan simon mengklasifikasikan kecerdasan
intelegensi (IQ) menjadi 8 golongan16
:
Tabel 1. Klasifkasi Tingkatan Menurut Binet
Interval Predikat
140 ke atas Sangat Cerdas
120 – 140 Cerdas
110 – 120 Pandai
90 – 110 Normal
70 – 90 Bodoh
50 – 70 Debil
30 – 50 Embisil
Di bawah 30 Idiot
William Stern menyempurnakan tes intelegensi Binet, Stern
mengembangkannya dengan istilah IQ (Intelligence Quotient) yang
menggambarkan inteligensi sebagai rasio antara usia mental dengan usia
kronologis dengan rumus: IQ = . Angka hasil tes IQ
diklasifikasikan sebagai berikut:17
16
Baharuddin, Psikologi, 131 - 132.
17 Desmita, Psikologi, hlm. 165.
9
Tabel 2. Klasifikasi tingkatan IQ Menurut Stern
IQ Klasifikasi Tingkat Sekolah
Di atas 139 Sangat superior Orang yang sangat pandai
120 – 139 Superior Dapat menyelesaikan pendidikan di
universitas tanpa banyak kesulitan
110 – 119 Di atas rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan
tanpa kesulitan
90 – 109 Rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan
80 – 89 Di bawah rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah dasar
70 – 79 Borderline Dapat mempelajari sesuatu tapi lambat
Di bawah
70
Terbelakang secara
mental
Tidak bisa mengikuti pendidikan di
sekolah
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan klasifikasi tingkatan
IQ menurut William Stern.
2. Belajar
Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara
perangsang dan reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi
yang dipelopori oleh Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran
koneksionisme orang belajar karena menghadapi masalah yang harus
dipecahkan.18
Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksinya
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.19
18
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010), hlm 208.
19 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2011), hlm.
13.
10
Menurut Clifford T. Morgan, sebagaimana yang dikutip
Mustaqim, mengemukakan definisi dari belajar, ”learning is any
relatively permanent change in behaviour that is result of past
experience”.20
Menurut Dalyono, salah satu elemen penting dalam belajar adalah
perubahan. Pendapat ini didasarkan pada definisi para ahli yang
menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan. Misalnya definisi
yang dikemukakan oleh Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan
atau pengalaman.21
Jadi belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan
tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman seseorang maupun interaksi
dengan lingkungannya.
Dari pengertian di atas terlihat bahwa belajar merupakan suatu
proses yang aktif. Belajar juga merupakan proses mereaksi terhadap
semua situasi yang ada di sekitar individu. Atau bisa pula disebutkan
belajar merupakan proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat
melalui berbagai pengalaman, dan belajar adalah juga proses melihat,
mengamati, memahami sesuatu.22
Banyak sekali teori yang membahas
tentang belajar. Setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar
perumusan. Bila ditinjau dari landasan itu, maka teori belajar dapat
dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu asosiasi dan gestalt 23
.
Pada prinsipnya belajar merupakan suatu proses merubah diri
dalam bentuk aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
(behavioral changes) peserta didik baik mengenai tingkat kemajuan
20
Mustaqim. Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 33.
21 M. Dalyono, Psikologi, hlm. 211.
22 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru
Algesindo, 2008), hlm.28.
23 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung, Sinar Baru
Algesindo, 2004), hlm.15.
11
intelek, perkembangan jiwa, sikap, pengertian, kecakapan, kebiasaan,
penghargaan, minat, penyesuaian diri dan segala aspek orgenisme pada
umumnya.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian
Banyak pendapat yang dikemukakan berkaitan dengan hasil
belajar, baik dari kalangan islam maupun lainnya. Misalnya al-Zarnuji
yang berangkat dari suatu konsep dasar, bahwa belajar bernilai ibadah
dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi
dan ukhrowi. Ia menekankan bahwa proses belajar mengajar
hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada
tiga ranah, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Lebih
dari itu, hasil dari proses belajar mengajar hendaknya dapat diamalkan
dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan
manusia.
Hasil belajar juga adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward
Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni ketrampilan dan
kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.
Baginya belajar menghasilkan perubahan dari semua proses belajar.
Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri peserta didik karena
sudah menjadi bagian dalam kehidupan peserta didik tersebut. 24
Dari semuanya maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar
merupakan :
1) Pengamalan ilmu yang telah diperoleh demi kemaslahatan diri dan
sesamanya, dan mendapatkan kebahagiaan duniawi dan ukhrowi.
2) Perubahan mental dan tingkah laku pada individu.
24
Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1999), hlm. 22.
12
3) Suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang.
4) Hasil belajar akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan
tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai
hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir
serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif
dan ranah psikomotoris.25
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemehaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.26
Dalam matematika tujuan utama pembelajaran yang ingin dicapai
adalah tujuan pembelajaran yang berdasarkan ranah kognitif ini.27
Dan
berikut ini sekilas penjelasannya satu per satu: 28
1) Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang
dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali
pengetahuan yang pernah diterimanya.
2) Tingkat pemahaman (comprehension), diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,
25
Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.
26 Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.
27Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 139.
28 Uno, Model, hlm. 140.
13
menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri
tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
3) Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan
berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat analisis ( analysis ), yaitu sebagai kemampuan seseorang
dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta
mengklasifikasi menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar
dapat menghubungkan dengan data-data yang lain.
5) Tingkat sintesis (synthesis), yakni sebagai kemampuan seseorang
dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur
pengetahuan yang ada sehingga berbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.
6) Tingkat evaluasi (evaluation), yakni sebagai kemampuan seseorang
dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan
kriteria atau pengetahuan yang dimiliki.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi.29
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yakni gerakan reflek, keterampilan gerak dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.30
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar
Dari dimensi peserta didik masalah-masalah belajar yang dapat
muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan
karakteristik/ciri peserta didik, baik berkenaan dengan minat,
29
Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.
30 Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 23.
14
kecakapan maupun dengan pengalaman-pengalaman. Sedangkan dari
dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar,
selama proses belajar, masalah belajar dan evaluasi hasil belajar.
Betapa tingginya nilai sebuah keberhasilan sampai-sampai
seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan
program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang,
keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui;
disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya,
jika keberhasilan itu dapat tercapai, maka berbagai faktor itu juga
menjadi pendukungnya. Berbagai faktor tersebut antara lain:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-
faktor tersebut meliputi:31
a) Karakteristik peserta didik
Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang bermacam-
macam. Karakteristik peserta didik yang berhubungan dengan
aspek-aspek yang melekat pada diri peserta didik, seperti
motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar,
kepribadian dan sebagainya. Karakteristik peserta didik
merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran.
Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas
seorang peserta didik.32
b) Intelegensi dan bakat
Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya
tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung
baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung
31
Baharuddin, et. al., Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
hlm. 19.
32 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008), hlm. 158.
15
mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga
prestasi belajarpun rendah. Bakat, juga besar pengaruhnya
dalam menentukan keberhasilan belajar.33
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Menurut Syatha Al-Dimysthi dalam Mahmud: setiap
orang memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang tidak
dimiliki orang lain. Manusia berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing.34
Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi
belajar. Korelasi antara bakat misalnya untuk mata pelajaran
tertentu dan prestasi untuk bidang studi itu setinggi 70. Hasil
itu akan tampak apabila peserta didik dalam suatu kelas
diberikan metode yang sama dan waktu belajar yang sama.
Atas kepercayaan itu timbul kepercayaan pada pendidik bahwa
suatu pelajaran tertentu dan pelajaran yang lain hanya dapat
dikuasai sempurna oleh sebagian peserta didik saja, yaitu yang
mempunyai bakat khusus pada mata pelajaran yang
bersangkutan itu saja.35
c) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang
selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan
sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk
belajar.36
33
M. Dalyono, Psikologi, hlm. 56.
34 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 97.
35 Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hlm. 38.
36 M. Dalyono, Psikologi. hlm. 55.
16
Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat
melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang
kurang segar akan berbeda pengaruhnya dengan keadaan
jasmani yang segar, keadaan jasmani yang lelah berbeda
pengaruhnya dengan yang tidak lelah.37
Demikian pula jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik,
misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa
karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab
lainnya, ini dapat mengurangi semangat belajar.
d) Minat dan motivasi
(1) Minat
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri
sendiri. Semakin kuat atau besar hubungan tersebut,
semakin besar minatnya.38
(2) Motivasi
Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan
kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi
peserta didik agar dapat mendayagunakan potensi-potensi
yang ada pada dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar.
Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan tampak
melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses
belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya,
mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran,
mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu,
mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan
tuntutan pembelajaran.39
Motivasi dan belajar merupakan hal yang paling
memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku
37
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010),
hlm. 235.
38 H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 121.
39 Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: ALVABETA, CV, 2009), hlm.
180.
17
secara relative permanent dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced
practice).40
e) Kebiasaan belajar
Belajar merupakan proses bernilai tambah dilihat dari
perubahan perilaku.41
Dalam kaitanya dengan perkembangan
manusia, belajar adalah merupakan faktor penentu proses
perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan
berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi,
keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia
adalah dioperoleh melalui belajar.42
Selain itu, teknik-teknik belajar perlu diperhatikan,
bagaimana cara membaca, mencatat, menggarisbawahi,
membuat ringkasan, apa yang harus dicatat dan sebagainya.
Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan
waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran
dan penyesuaian bahan pelajaran.43
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Guru
Guru sebagai komponen pendidikan dan pengajaran di
sekolah menjalankan tugas dan fungsinya di dalam proses
belajar dan mengajar atas dasar kemampuan mengajar yang
dimiliki (hariwung, 1989).44
Guru mempunyai tugas mengatur
lingkungan/kelas sedemikian rupa, sehingga memungkinkan
40
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 23.
41 Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung: CV Alfabeta,
2010), hlm. 190.
42 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 54.
43 M. Dalyono, Psikologi, hlm. 58.
44 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: CV Alfabeta, 2009), hlm.
35.
18
suburnya perhatian konsentrasi dalam setiap proses belajar
mengajar berlangsung.45
Kegiatan belajar peserta didik banyak
dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru.46
Dalam segi guru, tujuan pembelajaran juga dapat
mempengaruhi. Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai
sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal
tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.
Tergapainnya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.47
Perumusan tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula
terhadap adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus
diterapkan. Jadi, dalam penerapan suatu strategi pembelajaran
tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.48
Di kelas, salah satu tugas guru tak lain adalah mengenal
peserta didik yang diajarnya. Yakni sifat peserta didik secara
umum maupun secara khusus.49
Secara umum itu berkaitan
dengan ukuran umur seorang peserta didik, anak usia rendah
tentu saja memiliki sifat yang berbeda dengan anak yang
usianya tinggi, dalam kisaran umur tertentu cara berfikir
seorang anak berbeda-beda. Seorang guru harus tahu taraf umur
peserta didik yang diajarnya, hal ini berkaitan dengan
penggunaan bahasa dan sikap yang sesuai dengan peserta didik
45
Mustaqim, Psikologi, hlm. 73.
46 Nana Sudjana, Dasar, hlm. 72.
47Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Balajar Mengajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,
2006), hlm. 109.
48 Made, Wena, strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta timur: RT Bumi
Aksara, 2009), hlm. 14.
49 Uyoh Sadulloh, et. al., Pedagogik, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), hlm. 133.
19
yang dihadapi. Sedangkan sifat khusus yaitu sifat yang
berbeda-beda pada setiap individu pada taraf umur yang sama.
Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua
dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu materi
pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya,
sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses
penyampaian materi.50
Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan
utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
Dalam kondisi seperti inilah penguasaan materi oleh guru
mutlak diperlukan agar dalam penyampaian materi kepada
peserta didik guru dapat menjelaskanya dengan efektif,
sehingga peserta didik mengerti akan penjelasan tersebut.
Adapun dalam segi peserta didik, untuk menguasai suatu bahan
atau materi pelajaran diperlukan waktu yang berbeda-beda bagi
setiap peserta didik.51
Begitu pentingnya peran guru dalam pendidikan, maka
dari kompetensi guru sangat dipertanggungjawabkan saat
pengajaran. Beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru
yaitu: profesi, penguasaan bahan pembelajaran, penggunaan
metode pengajaran, perancangan peran secara situasional, dan
penyesuaian pelaksanaan pembelajaran.52
b) Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi
tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode
pengajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
50
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 60.
51 Sardiman, A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2010), hlm. 167.
52 Marno, et. al., Strategi & Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.
54.
20
anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan
ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib
sekolah, dan sebagainya, hal ini turut mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik.53
(1) Sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung
secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,
misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,
perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.54
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah,
ruang belajar, lapangan olahraga, ruang kesenian dan
peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku
pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium
sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain.
Lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan
terselenggaranya proses belajar yang baik.55
(2) Kurikulum
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri
pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan
sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan
pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu
yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi
tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut
guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan
53
M. Dalyono Psikologi, hlm. 59.
54 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 200.
55 Dimyati, et. al., Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm.
249.
21
peserta didik. Hal itu berarti bahwa program pembelajaran
di sekolah sesuai dengan system pendidikan nasional.56
c) Lingkungan Pembelajaran
Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
peserta didik. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan
perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang
baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin
membagi dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar peserta didik.
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial peserta
didik adalah masyarakat dan tetangga dan teman-teman se
permainan di sekitar perkampungan peserta didik tersebut.
Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba
kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat
mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Paling tidak,
peserta didik tersebut akan menemukan kesulitan ketika
memerlukan teman atau berdiskusi atau meminjam alat-alat
belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.57
Secara lebih luas dan lebih mencakup, lingkungan
pembelajaran mengacu pada berbagai subtansi yang dapat dan
perlu dijadikan sumber materi pembelajaran, serta digunakan
sebagai sumber materi pembelajaran.58
56
Dimyati, et. al., Belajar, hlm. 253.
57Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010), hlm.
125.
58 Prayitno, Pendidikan; Dasar Teori Dan Praksis, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), hlm. 56.
22
4. Belajar Matematika
a. Tinjauan tentang Matematika
Sebelum membahas tentang belajar matematika, terlebih
dahulu dibahas tentang matematika. Russel sebagaimana dikutip
Carpenter mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang
dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju
arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal tersusun secara bertahap
menuju arah yang rumit, dari bilangan bulat ke pecahan, bilangan real
ke bilangan komplek, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial
dan integral, dan akhirnya menuju matematika yang lebih tinggi.59
Matematika (Mathematics) adalah suatu sistem yang rumit
tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Pada
suatu tingkat rendah ada ilmu hitung, aljabar dan ilmu ukur. Tetapi
setiap ini telah diperluas pada tingkat yang lebih tinggi dan banyak
cabang baru bertambah.60
Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas dapat
disarikan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang
merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan
berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi,
analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta
mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri,
dan analisis.61
b. Belajar Matematika
Setelah dikemukakan mengenai belajar dan matematika,
selanjutnya dapat diketahui mengenai hakikat belajar matematika.
Schoenfeld mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan
dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat
59
Uno, Model, hlm. 129.
60 Hollands, Kamus, hlm. 81.
61 Uno, Model, hlm. 129.
23
keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan
pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik
dan sosial.62
5. Peserta didik yang mempunyai IQ tinggi tetapi memperoleh hasil belajar
matematika rendah (Bright Underachiever)
a. Pengertian
Underachiever merupakan istilah yang sering digunakan
untuk anak yang mempunyai kemampuan-kemampuan spesial
ataupun IQ yang tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar yang
rendah. James S. Brown berpendapat bahwa underachiever adalah
anak yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi menunjukkan hasil
belajar yang lebih jelek.63
Underachiever adalah anak yang
memperoleh hasil belajar atau prestasi belajar di sekolah lebih jelek
daripada kemampuan yang mereka miliki.64
Anak yang mempunyai kemampuan spesial yang memperoleh
hasil belajar rendah adalah anak yang mempunyai hasil belajar yang
jauh lebih rendah dari potensi akademik mereka.65
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Bright
Underachiever adalah anak yang hasil belajarnya tidak sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan Underachievement
Underachievement tidak hanya murni karena kesalahan yang
dilakukan oleh peserta didik, lingkungan tempat tinggal, teman
sekolah, pendidik, dan keluarga juga bisa menjadi penyebab
62
Uno, Model, hlm.130.
63 James S. Brown, Rescuing Our Underachieving Sons, (United States of America:
Xlibis Corporation, 2011), hlm. 127.
64 Kiesa Kay, et. al., High IQ Kids: Collected Insight, Information, and Personal Stories
from The Expert, (Minneapolis: Free Spirit Publishing Inc., 2007), hlm. 127-128.
65 Mahmood Ahmad Khan, Gifted Achievers and underachievers ~ An Apprasial, (New
Delhi: Taarun Offset Printers, 2005), hlm. 18.
24
underachievement. Underachievement bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya:
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bukan berasal dari
individu yang bersangkutan. Faktor eksternal meliputi:
a) Keluarga
Setiap orang tua pasti menginginkan hasil belajar yang
maksimal dari anak mereka. Akan tetapi cara orang tua
mengekspresikan keinginan mereka terkadang tidak sesuai
dengan anak mereka. Tuntutan atau harapan yang berlebihan
dari orang tua bisa menjadi beban tersendiri bagi anak,
sehingga bisa berimbas pada hasil motivasi anak.66
Kebiasaan interaksi yang dilakukan orang tua juga bisa
mempengaruhi hasil belajar anak.67
Orang tua yang kurang
mendukung anaknya dalam belajar bisa berakibat pada mental
anak dan selanjutnya berpengaruh terhadap hasil belajar anak
mereka.
Menurut David A. Sousa menyatakan bahwa keluarga bisa
mempengaruhi hasil belajar anak, diantaranya:68
1) Orang tua menunjukkan sikap yang tidak mendukung anak.
2) Kurang terlibat dan kurang tegas dalam pendidikan anak
3) Mengharap terlalu berlebihan terhadap anak
4) Tidak percaya terhadap kemampuan belajar mereka
b) Sekolah
Sekolah merupakan tempat mencari ilmu anak. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal peserta didik haruslah
66
Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan
Keluarga, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), hlm. 59.
67 Kiesa Kay, et. al., High, hlm. 136.
68 David A. Sousa, How The Gifted Brain Learns, (California: A Sage Company, 2009),
hlm. 95.
25
termotivasi untuk bekerja lebih keras. Menurut saifudin Azwar
sekolah haruslah menyiapkan kurikulum khusus untuk
mengoptimalkan bakat dan kemampuan anak yang mempunyai
IQ tinggi.69
Apabila anak yang mempunyai IQ tinggi
disamakan dengan yang lain akan timbul kebosanan yang
memicu anak untuk berbuat sesuatu yang bisa menyebabkan
teranggunya aktifitas belajar mengajar.70
Sedangkan menurut David A. Sousa, sekolah dapat
mempengaruhi anak, faktor-faktor tersebut diantaranya:71
1) Kurangnya hubungan yang harmonis antara pendidik dan
peserta didik
2) Waktu yang disediakan terlalu sedikit
3) Suasana kelas yang kurang mendukung
4) Kurang menarik dan tak termotivasi di sekolahan
c) Lingkungan tempat tinggal
Bright Underachiever biasanya bertempat tinggal yang berisik,
lingkungan pekerja, lingkungan yang tidak mendukung
pendidikan.72
2. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari
peserta didik dan menyebabkan underachievement. Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan bright underachiever,
diantaranya:
69
Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 172.
70 Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 171.
71 Sousa, How, hlm.95.
72 Khan, Gifted, hlm. 30.
26
a) Motivasi
Motivasi dari peserta didik merupakan hal yang penting.
Motivasi dapat tumbuh dari hadiah (rewards) yang bisa berupa
nilai atau bingkisan kecil.73
b) Kepribadian
Ada lima karakter kepribadian yang mempunyai pengaruh
paling besar, yaitu: mental, kurang percaya diri, ikut-ikutan,
keterbukaan, dan kehati-hatian.74
c) Pembebanan
Sering kali guru memberikan anak didiknya dengan berbagai
tugas yang dijadikan beban oleh anak.75
c. Karakteristik bright underachiever
Seorang anak yang memiliki kecerdasan intelegensi yang
tinggi (bright/gifted) memiliki karakteristik yang bisa menjadikannya
upperachiever, akan tetapi juga memiliki karakteristik yang
membuatnya menjadi underachiever. S. C. U. Munandar, sebagaiman
yang dikutip Sutjihati Somantri, mengutip dari Hoyle dan Wilks
dalam menentukan kriteria yang dimiliki oleh seorang yang berbakat
(bright), diantaranya:
1) Memiliki kemampuan berfikir superior, abstrak, menggenalisir
fakta, memahami makna, dan memahami hubungan
2) Memiliki hasrat ingin tahu yang luas
3) Memiliki rentang minat yang luas
4) Memiliki rentang perhatian yang luas yang memungkinkan daya
konsentrasi bertahan dalam pemecahan masalah dan berhasrat
tinggi untuk menyelesaikannya
73
Diane Montgomery, Able, gifted, and Talented Underachievers, (West Sussex,
PO198SQ: John Willey & Sons Ltd, 2009), hlm. 9.
74 Diane Montgomery, Able, hlm. 10.
75 Diane Montgomery, Able, hlm. 14.
27
5) Memilliki kemampuan berbahasa tinggi baik dalam kuantitas
maupun kualitas dibandingkan teman sebayanya
6) Memiliki kemampuan bekerja efektif dan mandiri
7) Memiliki kesiapan belajar lebih awal
8) Menunjukkan kekuatan pengamatan yang tajam
9) Menunujukkan inisiatif dan originalitas pekerjaan intelektual
10) Mampu dan siap merespon secara cepat terhadap gagasan baru
11) Mampu mengingat secara cepat
12) Menunjukkan minat yang luas terhadap masalah manusia dan
dunia
13) Memiliki imajinasi yang luar biasa
14) Mampu mengikuti petunjuk yang sulit secara mudah
15) Mampu membaca cepat.76
Sedangkan Wolf & Stephen, seperti yang dikutip Saifuddin
Azwar, mengutip hasil penelitian yang dilakukan Terman dan kawan-
kawannya mengenai karakteristik gifted/bright, karakteristik tersebut
sebagai berikut:
1) Cepat belajar
2) Berminat dalam membaca biografi-biografi
3) Punya kecenderungan ilmiah
4) Telah dapat membaca sebelum masuk sekolah
5) Suka belajar
6) Mempunyai penalaran abstrak yang baik
7) Mampu berbahasa dengan baik
8) Tulisan tangannya jelek
9) Anak tunggal
10) Anak sulung
11) Lahir dari pasangan suami istri yang agak tua
76
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama,
2007), hlm. 171.
28
12) Penyesuaiannya baik
13) Sehat jasmaniah
14) Punya skor tinggi dalam berbagai tes prestasi
15) Imajinasinya baik
16) Tingkat energy tinggi77
Karakteristik di atas bisa ditemui pada seorang anak yang
mempunyai IQ tinggi, akan tetapi juga bisa hanya beberapa
karakteristik saja yang ditemui pada seorang anak Bright.
Sedangkan karakteristik atau sifat-sifat yang menyebabkan
underachiever sering ditemui pada anak yang berbakat. Mahmood
Ahmad Khan menyebutkan ada beberapa hal yang sering terdapat
pada bright underachiever, diantaranya:
a) Kurang motivasi
b) Kurang tekun
c) Membuat kesalahan
d) Ketidakmampuan dalam menerjemahkan masalah
e) Kurangnya minat
f) Menganggap tugas sebagai beban
g) Kebingungan dalam memulai menyelesaikan masalah
h) Menunda-nunda pekerjaan
i) Kurang mampu mengidentifikasi kesalahan
j) Merasa bertanggung jawab pada orang lain
k) Berlarut-larut dalam kesulitan pribadi
l) Meremehkan
m) Belajar terlalu keras atau terlalu malas
n) Kurang mampu menahan euphoria
o) Ketidak mauan untuk melihat lingkungan sekitar
p) Kurang seimbang dalam berfikir secara analitis dan sintetis
q) Terlalu percaya diri atau kurang percaya diri
77
Saifuddun Azwar, Pengantar, hlm. 139.
29
r) Kurang mampu mengontrol emosi78
Underachievers seringkali tidak yaqin bisa memperoleh hasil yang
lebih baik, walaupun mereka sudah berusaha lebih keras.79
Sedangkan Michael D. Whitley membagi karakteristik
Underachiever menjadi dua, yaitu karakteristik umum dan karakteristik
khusus. Karakteristik umum meliputi:
a) Kurangnya usaha dalam meraih kesuksesan
b) Kurang tekun
c) Underachievement merupakan masalah yang serius dan tidak
hilang begitu saja
d) Underachievement bisa terjadi pada beberapa kasus
e) Tidak mengerjakan tugas sebagaimana mestinya80
Sedangkan karakteristik khusus meliputi:
a) Kurang bisa menerima tanggung jawab untuk diri sendiri
b) Tidak berkorban untuk masa depan
c) Hanya bergantung pada usaha sendiri
d) Merasa ketakutan menanggung tanggung jawab pribadi
e) Menciptakan kebebasan yang membuat mereka kurang
bertanggung jawab
f) Kurang bisa mengontrol emosi81
78
Khan, Gifted, hlm. 31-32.
79 Sylvia Rimm, When Gifted Students Underavhieve: What You Can Do About It,
(Texas: Prufrock Press Inc, 2006), hlm. 6.
80 Michael D. Whitley, Bright Minds, Poor Grades: Understanding and Motivating Your
Underachiving Child, (New York: The Berkley Publishing Group, 2001)., hlm. 15-20.
81 Whitley, Bright, hlm. 20-29.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
sering dianggap berlawanan dengan penelitian kuantitatif karena tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan
penafsiran terhadap hasilnya.82
Dengan penelitian ini peneliti mencoba
mengungkapkan faktor-faktor penyebab peserta didik yang mempunyai IQ
tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. Adapun simpulan dari
penelitian ini hanya berlaku bagi peserta didik di kelas yang diteliti dan tidak
digeneralisasikan.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Semarang. Madrasah ini
beralamat di jalan Brigjen Sudiarto desa Pedurungan Kidul Kec. Pedurungan
Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 April
2012. Peneliti melakukan penelitian di MAN 1 Semarang dan mengambil
subjek pada kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 karena peneliti menganggap
masalah yang ditemukan di dua kelas tersebut sangat urgen karena peneliti
menemukan banyak peserta didik yang terkatagori bright underachiver.
C. Sumber Penelitian
Pada penelitian kualitatif, pengambilan subyek tidak perlu banyak.
Dalam penelitian ini yang diperlukan adalah faktor yang menyebabkan
peserta didik memperoleh hasil belajar rendah. Subyek penelitian ini adalah
peserta didik kelas XI IPA 4 dan IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran
2011/2012 yang mempunya skor IQ di atas rata-rata akan tetapi memperoleh
hasil belajar di bawah KKM.
82
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hlm. 12.
31
D. Fokus Penelitian
Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas atas dasar
fokus. Pemikiran fokus terliput di dalam perumusan latar belakang studi dan
permasalahan. Fokus juga berarti penentuan keluasan (scope) permasalahan
dan batas penelitian.83
Dalam hal ini peneliti menentukan fokus berdasarkan
keterikatan atau ketentuan lokasi serta berdasarkan penentuan kriteria inklusi
dan eksklusi informasi baru.
Berdasarkan kedua batasan tersebut maka fokus penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a. Penelitian dilakukan pada peserta didik MAN 1 Semarang kelas XI IPA 4
dan IPA 5 tahun ajaran 2011/2012
b. Inklusi dan eksklusi informasi baru dibatasi pada informasi yang memiliki
keterkaitan dengan faktor penyebab peserta didik kelas XI IPA 4 dan IPA
5 yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar rendah.
E. Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah lalu.84
Teknik
pengumpulan data dengan metode dokumentasi difokuskan untuk
memperoleh data hasil tes IQ, hasil ulangan akhir semester gasal peserta
didik kelas XI IPA 4 dan IPA 5 tahun ajaran 2011/2012, informasi tentang
keadaan MAN 1 Semarang. Peniliti memperoleh data dari dokumentasi
sekolah.
2. Observasi
Observasi (mengamati) adalah menatap kejadian, gerak atau
proses.85
Teknik pengumpulan data dengan metode observasi difokuskan
83
Nurul Zuriah, Metodologi, hlm.94
84 Sugiyono, metode, hlm. 329.
85 Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 230.
32
untuk memperoleh data tentang keadaan geografis sekolah. Observasi
dilakukan di lingkungan sekitar sekolah. Observasi yang digunakan
adalah observasi tak bestruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan
secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.86
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.87
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan
beberapa peserta didik dan pendidik sebagai responden dengan
menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilaksanakan setelah
memilih peserta didik dengan kriteria yang telah ditentukan. Wawancara
difokuskan untuk memperoleh keterangan mengenai faktor penyebab
peserta didik memperoleh hasil belajar matematika yang rendah. Peneliti
menggunakan wawancara terstruktur dalam melakukan wawancara,
artinya peneliti menyiapkan daftar wawancara sebagai pedoman
wawancara.
F. Analisis Data Penelitian
Analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara
sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan
lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.88
Analisis data melibatkan
pengerjaan pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data, pencarian pola-
pola, pengungkapan hal yang penting dan penentuan apa yang dilaporkan.
Metode analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif data ini bertujuan untuk mengetahui
banyaknya peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi (IQ)
tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika rendah. Analisis
86 Sugiyono, Metode, hlm. 313.
87 Sugiyono, Metode, hlm. 317.
88 Nurul Zuriah, Metodologi, hlm. 109-110.
33
semacam ini menghasilkan data-data yang berupa angka. Sedangkan data
yang berupa angka atau kuantitatif diolah dengan cara non-statistik. Apa
yang disebut sebagai analisis non-statistik adalah mencari proporsi,
mencari persentase dan rasio.89
Dalam hal ini peneliti menggunakan
teknik persentase. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan
persentase adalah sebagai berikut:
X = N
nx 100%
Keterangan:
X = Persentase peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi
memperoleh hasil belajar rendah
n = Jumlah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi
memperoleh hasil belajar rendah
N = Jumlah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi
2. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi
memperoleh hasil belajar rendah. Adapun langkah yang ditempuh dalam
analisis kualitatif yaitu:
a. Koleksi Data
Koleksi data dilakukan secara tiga tahap, yaitu dengan
dokumentasi, observasi, dan wawancara. Koleksi data dengan
dokumentasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil test
IQ, hasil ulangan akhir semester matematika, dan keadaan umum
MAN 1 Semarang. Wawancara bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar
matematika peserta didik rendah. Observasi bertujuan untuk
memperoleh data tentang keadaan geografis sekolah.
89
Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 344.
34
b. Mereduksi Data
Reduksi data dilakukan setelah membaca dan mempelajari
data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Reduksi data
diartikan sebagai proses menyeleksi, memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan dan membuang data yang tidak
perlu. Dalam melakukan reduksi, langkah yang dilakukan sebagai
berikut:
1) Hasil rekaman diputar beberapa kali sampai jelas dan benar apa
yang diungkapkan peserta didik saat wawancara, kemudian
semua pembicaraan dicatat.
2) Hasil transkrip diperiksa ulang kebenarannya oleh peneliti dengan
mendengarkan kembali ungkapan-ungkapan disaat wawancara.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan transkripsi.
3) Hasil transkrip untuk setiap obyek diketik sesuai dengan informasi
yang diperlukan.
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang
tersusun rapi dan terorganisir sehingga memungkinkan untuk menarik
kesimpulan dari data tersebut. Pada tahap ini data yang telah
ditranskrip akan diklasifikasikan agar data yang dikumpulkan
terorganisir dengan baik.
d. Verifikasi data
Uji keabsahan atau verifikasi data dilakukan dengan
triangulasi data. Pada penelitian ini, dilakukan triangulasi sumber dan
waktu, artinya memeriksa keabsahan data dengan cara
membandingkan hasil dokumentasi dengan hasil wawancara, juga
membandingkan hasil wawancara pada waktu yang berbeda.
e. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data terkumpul.
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan merangkum berdasarkan
semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian data.
35
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Laporan Hasil Penelitian
1. Data Umum
a. Profil MAN 1 Semarang
Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1 berasal dari alih fungsi
Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) Sunan
Kalijogo Yogyakarta di Semarang. Dengan demikain status Sekolah
Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) di Semarang adalah
Sekolah Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijogo Yogyakarta.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama nomor : 17 tahun 1978.
Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) Semarang
berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1.
Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri dari:
Pendidik berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63 orang PNS
NIP 150, 13 orang PNS NIP 130 dan dibantu Pendidik berstatus Tidak
Tetap (GTT) sebanyak 6 orang . Dan dari 76 pendidik yang mengajar
di MAN 1 Semarang 10 diantaranya berjiazah terakhir Magister / S.2
Tempat pembelajaran di MAN 1 Semarang terdiri dari: ruang
kelas sejumlah 36 kelas, 6 ruang laboratorium terdiri dari
laboratorium Bahasa, Biologi, Kimia, Fisika, Keterampilan dan
Komputer, di samping tersedia 1 ruang aula dan 2 ruang asrama
(Asrama Putra dan Putri).90
b. Letak Geografis
MAN 1 Semarang terletak di Jl. Brigjen S Sudiarto
Pedurungan Kidul Semarang. MAN 1 semarang terletak di
pemukiman warga. Di samping kiri dan kanan sekolah merupakan
90
Dokumentasi MAN 1 Semarang.
36
perumahan warga dan warnet. Sebelah barat sekolah terdapat kampus
STEKOM.91
c. Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi sekolah MAN 1 Semarang dikepalai oleh
seorang kepala sekolah dan dibantu oleh kepala urusan tata usaha,
wakil kepala (waka), yaitu waka kurikulum, waka kesiswaan, waka
sarana prasarana, dan waka humas, Koordinator BK, Litbang dan
Akademis (untuk lebih lengkap lihat pada lampiran no. 1).
d. Jumlah Pendidik, Karyawan, dan Peserta Didik
1) Jumlah pendidik di lingkungan MAN 1 Semarang berjumlah:
Jumlah pendidik yang ada di MAN 1 Semarang sebanyak
77 orang, meliputi 58 orang guru tetap dan 19 orang pendidik
bantu. Jenjang pendidikan pendidik tertinggi S2 dan tinggkat
terendah D2. Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri
dari: Pendidik berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63
orang PNS NIP 150, 13 orang PNS NIP 130 dan dibantu Pendidik
berstatus Tidak Tetap (GTT) sebanyak 6 orang. Dari 77 pendidik
yang mengajar di MAN 1 Semarang 10 diantaranya berjiazah
terakhir Magister / S.2 (untuk lebih lengkap lihat di lampiran no.
2).
2) Jumlah karyawan
Jumlah staf TU dan karyawan MAN 1 Semarang sebanyak
15 orang . Tingkat pendidikan tertinggi SLTA dan terendah SD,
terdiri dari 8 orang karyawan tetap dan 2 karyawan tidak tetap
(untuk lebih lengkap lihat di lampiran no. 2).
3) Jumlah peserta didik
Jumlah peserta didik MAN 1 Semarang sebanyak 1150
peserta didik yang terbagi dalam 36 kelas. Kelas X terdiri dari 389
peserta didik , kelas XI terdiri dari 379 peserta didik , dan kelas
91
Hasil observasi di MAN 1 Semarang pada tanggal 11 April 2012.
37
XII terdiri dari 382 peserta didik (untuk lebih lengkap lihat di
lampiran no. 2).
2. Data Penelitian
a. Hasil Tes IQ dan Hasil Belajar Peserta Didik Semester Ganjil92
Hasil tes IQ peserta didik kelas XI IPA 4 diperoleh data
sebagai berikut:
Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 90 – 109
sebanyak 35 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai IQ
antara 110 – 119 sebanyak lima peserta didik.
Tabel 3.
Jumlah Peserta didik dan rentang IQ kelas XI IPA 4
Skor IQ Jumlah Peserta Didik
90 – 109 35
110 – 119 5
Hasil ulangan akhir semester (UAS) ganjil kelas XI IPA 4
tahun ajaran 2011/2012 diperoleh data sebagai berikut:
Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak
mencapai KKM sebanyak 34 peserta didik. Peserta didik yang
memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak lima
peserta didik. Peserta didik yang tidak mempunyai nilai UAS
sebanyak satu peserta didik. Peserta didik yang memperoleh skor IQ
di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai
KKM sebanyak satu peserta didik. Peserta didik yang memperoleh
skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak
mencapai KKM sebanyak empat peserta didik (untuk lebih lengkap
lihat lampiran no. 3).
Hasil tes IQ peserta didik kelas XI IPA 5 diperoleh data
sebagai berikut:
92
Dokumentasi MAN 1 Semarang.
38
Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 90 – 109
sebanyak 16 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai IQ
antara 110 – 119 sebanyak tiga peserta didik. Peserta didik yang
memperoleh nilai IQ antara 120 – 130 sebanyak lima peserta didik
Tabel 4.
Jumlah Peserta didik dan rentang IQ kelas XI IPA 4
Skor IQ Jumla Peserta Didik
90 – 109 16
110 – 119 3
120 – 130 5
Hasil ulangan akhir semester (UAS) ganjil kelas XI IPA 5
tahun ajaran 2011/2012 diperoleh data sebagai berikut:
Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak
mencapai KKM sebanyak dua peserta didik. Peserta didik yang
memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak 22
peserta didik. Sedangkan peserta didik yang memperoleh skor IQ di
atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM
sebanyak satu peserta didik. Sedangkan peserta didik yang
memperoleh skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS
ganjil yang tidak mencapai KKM sebanyak tujuh peserta didik (untuk
lebih lengkap lihat lampiran no. 4).
b. Hasil Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang
penyebab peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi
memperoleh hasil belajar yang rendah. Wawancara dilakukan kepada
pendidik dan peserta didik. Peserta didik diambil sebagai subjek
penelitian adalah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi
memperoleh hasil belajar yang rendah dan disimbolkan dengan S-1,
S-2, S-3, …, S-11. Infomasi yang diperoleh tentang masalah yang
dihadapi peserta didik yang meliputi masalah yang ada pada diri
peserta didik, metode mengajar yang digunakan oleh pendidik,
39
keluarga, dan teman. Wawancara dengan guru bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang karakter peserta didik.
Berikut hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik:
1. Hasil wawancara dengan pendidik93
a. Mereka kooperatif, mereka mengikuti apa yang diarahkan.
Metode yang sering saya gunakan adalah diskusi, jadi saya
tidak memaksa mereka untuk duduk di tempat yang sama
sepanjang proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Saya
membiarkan mereka berdiskusi satu sama lain. Sehingga
mereka lebih aktif dalam proses KBM
b. Mereka selalu mengumpulkan tugas yang saya berikan. Tugas
yang saya berikan berupa tugas harian dan pos tes
c. Setiap peserta didik pasti menemui problem ataupun masalah
dalam belajar, baik berupa materi, kesalahan hitung, maupun
yang lainnya. Yang penting adalah proses untuk menjadi bias
d. Kebanyakan dari mereka lebih berfikir secara sintetis,
terutama peserta didik dari kelas XI IPA4 dan sebagian peserta
didik IPA5. Mereka biasanya meniru contoh soal yang ada,
ketika dihadapkan pada permasalahan atau soal yang baru
mereka kurang cepat merespon dan sering kali kesulitan dalam
menyelesaikannya
e. Untuk kelas XI, di MAN diberikan lima jam pelajaran.
Sebenarnya berapapun jam yang diberikan, asal bisa diatur
dengan baik, waktu yang diberikan bisa mencukupi.
2. Hasil wawancara dengan subjek 1 (S-1)94
a. Faktor Internal
1) Kurang teliti dalam mengerjakan soal.
93
Pendidik, Wawancara dengan Pendidik Mata Pelajaran Matematika Kelas XI IPA 4
dan XI IPA 5, 11 April 2012.
94 Subjek1, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
40
2) Kondisi tubuh kurang prima, hal ini dikarenakan subjek
belum sarapan.
3) Kurang belajar.
b. Faktor akademik:
Menurut subjek, jam pelajaran yang disediakan oleh sekolah
masih kurang. Hal ini sering dirasakan oleh peserta didik
menjelang akhir semester, karena biasanya kejar materi.
c. Faktor dari pihak keluarga:
Keluarga selalu memberikan masukan dan memantau
perkembangan subjek.
3. Hasil wawancara dengan subjek 2 (S-2)95
a. Malas
b. Tidak mau mengerjakan tugas
c. Meremehkan
d. Jarang berlatih
e. Tidak bisa mengontrol diri, terlena dengan kebebasan yang
diberikan orang tua
4. Hasil wawancara dengan subjek 3 (S-3)96
a. Faktor internal
1) Malas belajar
2) Kurang tekun
3) Tidak menyukai pelajaran, sehingga motivasi kurang
4) Kurang bisa mengontrol emosi
b. Faktor eksternal
1) Sekolah:
a) Kurang adanya keakraban antara murid dan guru
b) Model pembelajaran yang dipakai kurang berkesan
95
Subjek2, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
96 Subjek3, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 12 April 2012.
41
2) Orang tua:
a) Kurang terlibat langsung pada pendidikan peserta didik
b) Kurang mendukung peserta didik
5. Hasil wawancara dengan subjek 4 (S-4)97
a. Faktor Internal
1) Kurang menguasai materi
2) Tidak mempunyai semangat dalam belajar (kurang
motivasi)
3) Merasa memikul tanggung jawab
b. Faktor Eksternal:
1) Orang tua:
Memberikan nasihat yang membuat peserta didik merasa
bertanggung jawab
2) Guru:
Kurang adanya keakraban guru dengan siswa
6. Hasil wawancara dengan subjek 5 (S-5)98
a. Faktor Internal
1) Malas belajar
2) Kurang tekun
3) Menunda-nunda pekerjaan
b. Faktor Eksternal:
1) Keluarga:
a) Orang tua kurang mengontrol belajar peserta didik
b) Kurang tegas dalam pendidikan peserta didik
7. Hasil wawancara dengan subjek 6 (S-6)99
a. Faktor internal
1) Kurang fit
97
Subjek4, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
98 Subjek5, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
99Subjek6, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.
42
2) Kurang menguasai materi
3) Kurang motivasi belajar
4) Kurang giat belajar
b. Faktor eksternal
1) Orang tua
a) Orang tua kurang terlibat langsung dalam belajar
peserta didik
b) Background pendidikan orang tua bukan dari
pendidikan, sehingga kurang tegas dalam masalah
belajar peserta didik
2) Sekolah
Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator:
siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru
8. Hasil wawancara dengan subjek 7 (S-7)100
a. Faktor internal:
1) Kurang percaya diri
2) Malas belajar
3) Merasa terbebani dengan target orang tua
4) Kurang tekun
b. Faktor eksternal:
Orang tua: Terlalu memberikan beban kepada peserta didik
9. Hasil wawancara dengan subjek 8 (S-8)101
a. Faktor internal
1) Kurang menguasai materi
2) Sering mengikuti kegiatan ekstra
3) Malas belajar
4) Merasa terbebani dengan control orang tua
100
Subjek7, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
101 Subjek8, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
43
b. Faktor eksternal
1) Orang tua
Orang tua terlalu terlibat langsung dalam belajar peserta
didik
2) Sekolah
Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator:
siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru
10. Hasil wawancara dengan subjek 9 (S-9)102
a. Faktor internal
1) Kurang menguasai materi
2) Kurang teliti
3) Kondisi tubuh kurang fit
4) Malas belajar
5) Kurang bisa berfikir secara analitis
6) Kurang tekun berlatih
b. Faktor eksternal
1) Sekolah
a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid,
indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya
dengan guru
b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa
11. Hasil wawancara dengan subjek 10 (S-10)103
a. Faktor internal
1) Kurang menguasai materi
2) Kurang tekun berlatih
b. Faktor eksternal
1) Sekolah
102
Subjek9, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.
103 Subjek10, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.
44
a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid,
indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya
dengan guru
b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa.
12. Hasil wawancara dengan subjek 11 (S-11)104
a. Faktor internal:
1) kurang hafal rumus
2) kurang tekun berlatih
3) malas belajar
b. Faktor eksternal:
1) Orang tua:
a) Orang tua kurang tegas dalam pendidikan peserta didik
b) Motivasi yang diberikan orang tua kurang dirasakan
siswa
B. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui persentase peserta
didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar
matematika rendah. Di kelas IPA 4 terdapat lima peserta didik yang
mempunyai IQ tinggi dan empat peserta didik yang memperoleh hasil
belajar yang rendah. Di kelas XI IPA 5 terdapat 8 peserta didik yang
mempunyai IQ tinggi dan tujuh peserta didik yang memperoleh hasil
belajar yang rendah. Jumlah keseluruhan peserta didik yang mempunyai
IQ tinggi sebanyak 13 peserta didik, dan jumlah peserta didik yang
mempunyai skor IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar
matematika rendah sebanyak 11 peserta didik.
Secara matematis penghitungan ini menggunakan rumus
persentase:
104
Subjek11, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.
45
X = N
n x 100%
Dari data di atas diperoleh:
n = 11, N = 13
X = N
n x 100%
=
= 0.846 100%
= 84.6%
Dari penghitungan di atas, diperoleh persentse peserta didik yang
mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika di
bawah KKM sebanyak 84,6%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil
belajar matematika di bawah KKM lebih banyak dari pada peserta didik
yang mempunyai IQ dan memperoleh hasil belajar matematika yang
mencapai KKM.
Dari 11 subjek penelitian diperoleh faktor-faktor yang beragam
yang mengakibatkan mereka memperoleh hasil belajar di bawah KKM.
Dari semuanya diperoleh 26 faktor, 16 faktor merupakan faktor internal
dan 10 faktor yang merupakan faktor eksternal, yang menyebabkan subjek
memperoleh hasil belajar di bawah KKM.
Dari 16 faktor internal di atas, faktor malas ditemukan pada 9
subjek. Dengan rumus persentase diperoleh presentase anak yang
mempunyai sifat malas, yaitu:
X = N
nx 100%
Dari data di atas diperoleh:
n = 9, N = 11
X = N
nx 100%
X = 11
9x 100%
46
X = 0.82 x 100%
X = 82 %
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa faktor kemalasan masih
menjadi faktor utama pada subjek, karena lebih dari setengah subjek yang
mengalami kemalasan.
2. Analisis Kualitatif
a. Analisis hasil wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk memperoleh
data mengenai faktor-faktor yang menyebabkan subjek penelitian
memperoleh hasil belajar matematika yang rendah.
1) Analisis hasil wawancara dengan pendidik
Menurut pendidik, peserta didik yang bersangkutan aktif
dan kooperatif dalam proses belajar mengajar. Peserta didik
dibiasakan berdiskusi di dalam kelas. Dalam hal penugasan,
peserta didik yang bersangkutan juga selalu mengerjakan tugas,
walaupun itu sudah telat, akan tetapi masih mengumpulkan tugas.
Peserta didik yang bersangkutan juga mempunyai masalah-
masalah yang dihadapi, seperti kesalahan penghitungan,
penyerapan materi, kebingungan dalam menyelesaikan soal yang
berbeda dengan contoh, dan lainnya. Banyak peserta didik yang
bertipe sintetis, jadi mereka kurang bisa menghadapi soal yang
baru dengan menggunakan logika dan kaidah-kaidah yang ada,
mereka terbiasa mengamati contoh dan langkah-langkah
penyelesaian dalam contoh soal. Menurut pendidik, jam pelajaran
yang diberikan di MAN 1 Semarang sudah mencukupi, asalkan
diatur dengan efektif dan efisien.
2) Analisis hasil wawancara dengan S1
Dari hasil wawancara dengan subjek1 (S1), S1 mempunyai
dua faktor yang menjadi kebiasaan peserta didik, yaitu kurang teliti
dalam mengerjakan soal dan malas dalam belajar. Matematika
merupakan mata pelajaran yang membutuhkan ketelitian, baik
47
ketelitian dalam menganalisis soal maupun dalam penghitungan.
Matematika juga membutuhkan latihan untuk melatih kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal.
S1 merasakan kekurangan pada jam pelajaran yang
diberikan oleh sekolah. Sesuai dengan keterangan yang diberikan
oleh S1, pelajaran belum tuntas padahal waktu yang ada sudah
mendekati akhir semester, sehingga dilakukan sistem “kejar-kebut”
pelajaran, juga ketika ada pelajaran yang belum diajarkan, soal
yang ada yang dilewati. S1 tidak mempunyai masalah dengan
keluarga, keluarga memberikan kontrol terhadap pendidikan
peserta didik.
3) Wawancara dengan S2
Dari hasil wawancara dengan subjek2 (S2), peserta didik
S2 mempunyai problem dalam perilaku, S2 meremehkan pelajaran
yang ada (matematika). Hal ini bisa disebabkan karena S2
mempunyai prestasi belajar yang baik selama di SMP, juga bisa
disebabkan karena pada semester satu ada tenaga PPL yang praktek
mengajar di kelas S2, sehingga kurang begitu diperhatikan, hal ini
bisa dikenali pada tugas yang diberikan. Selama peneliti
menjalankan PPL di MAN 1 Semarang, S2 tidak pernah
mengumpulkan tugas yang diberikan. Tugas bisa menjadi stimulan
untuk berlatih, sehingga bisa melatih kemampuan menyelesaikan
soal matematika.
Kemalasan dalam belajar juga menjadi masalah yang
dihadapi oleh S2. S2 selama semester pertama tinggal di Pondok
Pesantren dan diberikan kebebasan oleh orang tua. S2 belum siap
untuk memperoleh kebebasan tanpa pengawasan yang intens dari
orang tua, sehingga terlena dengan kebebasan yang diberikan.
4) Wawancara dengan S3
Dari hasil wawancara dengan subjek3 (S3), S3 sudah tidak
mempunyai minat terhadap mata pelajaran matematika, sehingga
48
tidak mempunyai gairah untuk memperoleh yang terbaik. S3 juga
malas dalam belajar, ini bisa disebabkan oleh ketidakminatan S3
terhadap matematika.
S2 juga mempunyai masalah yang muncul dari luar, yaitu
kurang adanya keakraban antara S2 dengan pendidik. Apabila
hubungan antara peserta didik dan pendidik kurang akrab, maka
peserta didik malu dan canggung untuk bertanya dan curhat tentang
masalah dalam belajar dengan peserta didik. S2 juga mengalami
kesulitan dalam menangkap pelajaran. S2 merasa faham dan bisa
etelah selesai S2 mengalami kebingungan ketika menyelesaikan
soal. Hal ini bisa disebabkan oleh model pembelajaran yang
diterapkan oleh pendidik.
Dalam keluarga, S2 menyatakan bahwa orang tua S2
kurang memperhatikan belajar dan pendidikan S2. Orang tua
kurang mendukung dan mensuport S2 supaya mendapat hasil yang
terbaik.
5) Wawancara dengan S4
Dari hasil wawancara dengan subjek4 (S4), masalah
keakraban dengan pendidik juga menjadi problem yang dihadapi
oleh S4. S4 merasa belum menguasai materi dan merasa canggung
dan malu untuk bertanya kepada pendidik. Apabila peserta didik
merasa belum menguasai materi, solusi terbaik adalah meminta
bimbingan kepada pendidik di luar jam pelajaran. Akan tetapi hal
ini bisa terjadi apabila antara peserta didik dan pendidik
mempunyai hubungan yang akrab.
Peserta didik juga kurang motivasi dalam belajar. Hal ini
bisa disebabkan oleh tanggung jawab kepada orang tua yang
dirasakan menjadi beban oleh peserta didik. Motivasi atau nasehat
dari orang tua bisa menjadi pacuan bagi peserta didik, akan tetapi
juga bisa menjadi beban yang menyebabkan peserta didik merasa
memikul tanggung jawab yang besar.
49
6) Wawancara dengan S5
Dari hasil wawancara dengan subjek5 (S5), masalah yang
dihadapi oleh S5 juga merupakan masalah yang dihadapi oleh
kebanyakan subjek yang lain, yaitu malas dalam belajar. Selain
malas belajar, S5 juga sering menunda-nunda pekerjaan (menulis).
S5 terbiasa menulis dalam coret-coretan akan tetapi dalam
penyalinannya sering ditunda, hal ini berakibat ketika akan belajar
S5 mengalami kesulitan.
Orang tua juga kurang tegas dalam mengontrol pendidikan
S5, sehingga S5 kurang motivasi dalam belajar. Motivasi
diperlukan seorang peserta didik dari orang tua untuk memacu
semangat belajar peserta didik. Orang tua dari S5 juga kurang tegas
dalam pendidikan peserta didik. Ini bisa menyebabkan peserta
didik kurang maksimal dalam belajar dan berusaha menjadi yang
terbaik dalam belajar.
7) Wawancara dengan subjek6 (S6)
Dari hasil wawancara dengan subjek6 (S6), S6 mempunyai
masalah kesehatan sebelum dan ketika menghadapi semesteran. S6
dalam keadaan yang tidak fit ketika semesteran, sehingga dalam
mengerjakan soal kurang bisa berkonsentrasi.
S6 merasa kurang menguasai materi, akan tetapi merasa
malu untuk bertanya kepada pendidik, karena S6 merasa kurang
akrab dengan S6. S6 juga kurang motivasi dalam belajar, hal ini
bisa dikarenakan orang tua kurang terlibat langsung dalam belajar
peserta didik.
8) Wawancara dengan subjek (S7)
Dari hasil wawancara dengan subjek7 (S7), masalah
terbesar yang dihadapi oleh S7 adalah masalah mental. S7 ketika
menghadapi ulangan semesteran mengalami unconvidenceness
(tidak percaya diri) terhadap kemampuan yang dimiliki, sehingga
S7 merasa soal yang diberikan tidak bisa dikerjakan. S7 jarang
50
belajar di Ma’had dan juga kurang tekun dalam latihan soal. Hal ini
bisa mempengaruhi kesiapan S7 dalam mengerjakan soal ketika
semesteran.
S7 merasa menanggung beban yang berat karena intervensi
yang diberikan oleh orang tua. Sesuai informasi yang didapat dari
hasil wawancara dengan S7, S7 merasa keberatan dengan tanggung
jawab dan target yang diberikan oleh orang tua. Orang tua
memberikan target yang tinggi kepada S7. Orang tua
menginginkan S7 untuk menjadi yang terbaik dan memperoleh
prestasi yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari keterangan S7 yang
menyebutkan bahwa mendapat nilai tujuh masih dimarahi oelh
orang tua. Target dan harapan orang tua tersebut dijadikan beban
mental oleh S7 dan meyebabkan S7 frustasi ketika mengalami
kesulitan dalam belajar dan kurang motivasi. Ketika motivasi
berkurang, semangat dalam belajar juga menurun.
9) Analisis wawancara dengan S8
Dari hasil wawancara dengan S8 diketahui bahwa S8
mempunyai beberapa faktor yang menyebabkan S8 memperoleh
hasil belajar matematika yang rendah. Di antara faktor-faktor
tersebut adalah kurang menguasai materi. S8 sering ketinggalan
materi selama semester gasal karena sering mengikuti kegiatan
ekstra kurikuler. Apabila S8 ketinggalan materi yang diberikan,
bisa disiasati dengan mempelajari sendiri materi yang diberikan.
Juga bisa disiasati dengan bertanya dan berkonsultasi dengan
pendidik di luar kelas, akan tetapi S8 kurang akrab dengan
pendidik ketika di luar kelas, sehingga kurang percaya diri dan
canggung untuk bertanya tentang materi yang diberikan. Hubungan
yang kurang akrab antara S8 dan pendidik juga menjadi problem
tersendiri bagi S8.
Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa orang
tua dari S8 selalu mengontrol belajar S8. Orang tua mengirim SMS
51
dan menelfon S8 untuk bertanya sudah belajar apa belum. Kontrol
dari orang tua ini dijadikan beban oleh S8 dan menjadikan S8
malas untuk belajar.
10) Analisis wawancara dengan S9
Dari hasil wawancara dengan subjek9 (S9), diperoleh
informasi bahwa saat mengerjakan soal pada ujian semesteran
gasal S9 dalam kondisi kurang fit, sehingga kurang bisa
berkonsentrasi, ditambah S9 kurang teliti dalam mengerjakan soal.
S9 kurang menguasai materi yang diajarkan, hal ini bisa terjadi
karena S9 kurang tekun dalam berlatih dan malas untuk
mempelajari materi-materi yang disampaikan di dalam kelas.
S9 mempunyai hubungan yang kurang akrab dengan
pendidik. Hal ini berpengaruh pada kemauan S8 untuk bertanya
dan meminta bimbingan kepada pendidik di luar jam pelajaran. S9
bingung untuk bertanya kepada pendidik, padahal S9 kurang
memahami konsep dari materi yang diberikan. S9 sering bertanya
kepada teman sekelas, akan tetapi akan lebih jelas dan terarah
apabila S9 sering bertanya dan berkonsultasi dengan pendidik.
Ketika pendidik menjelaskan materi di dalam kelas, S9 merasa
faham dan bisa mengerjakan soal, akan tetapi ketika di luar kelas
dan latihan soal S9 mengalami kesulitan dan kebingungan. Ini bisa
disebabkan oleh metode pembelajaran yang dipakai oleh pendidik.
Metode pembelajaran yang digunakan secara terus menerus dapat
menyebabkan peserta didik mengalami kebosanan, sehingga
kurang membekas pada peserta didik.
11) Analisis wawancara dengan S10
Dari hasil wawancara dengan subjek10 (S10), S10
mengalami masalah pada penguasaan materi yang diajarkan. S10
ketika di dalam kelas bisa menangkap dan memahami materi yang
disampaikan oleh pendidik. Akan tetapi ketika menghadapi soal
yang berbeda S10 merasa kebingungan dalam penyelesaiannya.
52
Faktor yang menyebabkannya bisa terletak pada metode yang
digunakan oleh pendidik. Metode yang digunakan oleh pendidik
kurang membekas pada peserta didik. Peserta didik kurang
menguasai konsep yang diberikan karena metode yang digunakan
sering dipakai oleh pendidik. Kekurangan S10 juga bisa
disebabkan S10 kurang bisa berfikir secara analitis dan lebih
condong pada berfikir secara sintesis, sehingga apabila menemui
soal yang sama sekali belum diberikan akan mengalami
kebingungan untuk menyelesaikannya. Akan tetapi hal itu bisa
teratasi apabila S10 sering berlatih berbagai variasi soal.
Kurang tekun dalam belajar dan berlatih soal juga menjadi
penyebab S10 mendapatkan hasil belajar yang belum maksimal.
Masalah lain yang dihadapi oleh S10 juga sama dengan S9, yaitu
mempunyai hubungan yang kurang akrab dengan pendidik,
sehingga kurang tercipta suasana yang nyaman di luar kelas dan
peserta didik juga malu dan canggung untuk bertanya dan
berkonsultasi dengan pendidik.
12) Analisis wawancara dengan S11
Dari hasil wawancara dengan subjek11 (S11), penyebab
yang dihadapi oleh S11 juga sama dengan subjek yang lain, yaitu
malas belajar, kurang tekun berlatih dan kurang menguasai materi.
Di samping itu S11 juga kurang mendapat perhatian dan motivasi
dari orang tua, sehingga kurang mempunyai semangat untuk
belajar dan memperoleh hasil belajar yang tinggi.
3. Hasil analisis data
Dari hasil analisis data diperoleh beberapa faktor yang
menyebabkan peserta didik memperoleh hasik belajar matematika yang
rendah.
a. Faktor internal:
1) Kurang teliti dalam mengerjakan soal
2) Kondisi tubuh kurang fit
53
3) Kurang belajar
4) Kurang hafal rumus
5) Kurang tekun berlatih
6) Tidak mau mengerjakan tugas
7) Meremehkan pelajaran
8) Kurang bisa mengontrol emosi, terlena dengan kebebasan yang
diberikan orang tua
9) Tidak menyukai pelajaran, sehingga motivasi kurang
10) Kurang bisa berfikir secara analitis, sering meniru contoh
11) Sering mengikuti kegiatan ekstra
12) Merasa terbebani dengan kontrol orang tua
13) Kurang percaya diri
14) Merasa terbebani dengan target orang tua
15) Kurang motivasi belajar
16) Menunda-nunda pekerjaan
b. Faktor eksternal
1) Sekolah:
a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid.
b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa.
c) Jam pelajaran yang diberikan kurang, hal ini dapat dirasakan
ketika menjelang akhir semester.
2) Keluarga:
a) Orang tua kurang tegas dalam pendidikan peserta didik
b) Orang tua terlalu terlibat langsung dalam belajar peserta didik
c) Terlalu memberikan beban kepada peserta didik
d) Orang tua kurang mengontrol belajar peserta didik
e) Kurang mendukung peserta didik
f) Memberikan nasihat yang membuat peserta didik merasa
bertanggung jawab
g) Motivasi yang diberikan orang tua kurang dirasakan siswa
54
Dari analisis hasil wawancara diperoleh penyebab yang sering
dialami oleh subjek adalah malas dalam belajar, kurang berlatih, kurang
menguasai materi yang diberikan. Sedangkan faktor yang lainnya dihadapi
oleh beberapa subjek yang berbeda.
Dorongan dan motivasi dari orang tua juga menjadi faktor yang
dihadapi oleh peserta didik. Orang tua sering memberikan target dan
harapan yang menjadi beban mental bagi peserta didik yang berakibat
peserta didik menjerumuskan dirinya sendiri untuk tidak mendapatkna
hasil yang maksimal. Hubungan antara pendidik dan peserta didik juga
masih menjadi problem yang harus dipecahkan, sehingga peserta didik
lebih nyaman untuk berkonsultasi dengan pendidik di luar jam pelajaran.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakspeserta didikan penelitian, peneliti mengalami beberapa
keterbatasan, di antaranya:
1. Keterbatasan waktu dan tempat
Peneliti merencpeserta didikan untuk mengadakan penelitian
terhadap peserta didik, pendidik, dan orang tua, akan tetapi karena
keterbatasan yang ada maka peneliti hanya melakukan penelitian terhadap
pendidik dan peserta didik.
2. Keterbatasan alat
Peneliti hanya menggunakan alat handphone yang digunakan untuk
melakukan wawancara.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang didukung oleh kajian teori serta tujuan
penelitian maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor penyebab peserta
didik yang mempunyai IQ akan tetapi tinggi memperoleh hasil belajar
matematika yang rendah (bright underachiever).
Dari hasil penelitian secara umum diperoleh dua faktor yang
menyebabkan bright underachiever, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi peserta
didik sendiri, faktor yang timbul dari dalam perserta didik, baik dari
psikologis, kesehatan maupun mental. Sedangkan faktor eksternal dibagi
menjadi dua, faktor-faktor yang berhubungan dengan sekolah, yang terdiri dari
pendidik dan kurikulum, dan faktor yang muncul dari dalam keluarga peserta
didik sendiri.
Faktor internal yang terjadi pada umumnya berupa kemalasan dalam
belajar, dan kurang tekun berlatih. Kedua faktor tersebut banyak dialami oleh
peserta didik. Faktor yang berhubungan dengan kesehatan adalah kondisi
badan peserta didik yang kurang fit, sehingga konsentrasi dalam mengerjakan
soal berkurang. Sedangkan faktor psikologis dari peserta didik ditemukan
pada peserta didik yang merasa terlalu terbebani oleh target nilai atau prestasi,
juga ditemukan pada peserta didik yang tidak suka terhadap mata pelajaran
matematika sehingga motivasi belajar mereka kurang. Peneliti juga
menemukan peserta didik yang kesulitan dalam menjabarkan soal, sehingga
penyelesaian soal yang berbeda bentuk dan tipenya bisa menyulitkan peserta
didik. Dari segi mental, ditemukan peserta didik yang sudah kurang percaya
diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga ketika mengerjakan soal
mengalami kesulitan. Peniliti juga menemukan peserta didik yang
meremehkan pelajaran, hal ini menyebabkan peserta didik tersebut kurang
bisa menangkap dan memahami pelajaran yang diberikan.
56
Faktor eksternal yang berhubungan dengan sekolah berupa hubungan
antara pendidik dan peserta didik. Faktor yang berhubungan dengan pendidik
ditemukan pada metode pengajaran yang dipakai oleh pendidik. Menurut
peserta didik, metode yang digunakan dapat difahami ketika masih proses
KBM, akan tetapi ketika proses KBM berakhir peserta didik mengalami
kesulitan. Hal ini mengindikasikan bahwa metode yang digunakan kurang
berkesan atau mengena pada peserta didik. Faktor kedekatan antara pendidik
dan peserta didik juga ditemukan dari peserta didik yang masih canggung
untuk bertanya langsung pada pendidik.
Faktor lainnya yaitu jam pelajaran yang dirasakan kurang oleh peserta
didik. Menurut peserta didik, pada awal semester tidak terasa, akan tetapi
ketika menjelang akhir semester dapat dirasakan, karena waktu yang tersedia
sudah mendekati akhir, akan tetapi pelajaran yang harus tercapai masih
banyak.
Faktor dari keluarga ditemukan pada beberapa peserta didik yang
merasa terbebani dengan nasehat, maupun target yang diberikan orang tua.
Peneliti juga menemukan peserta didik yang merasa bebas dari orang tua
sehingga terlena dengan kebebasan yang diberikan. Selain itu ada juga orang
tua yang kurang tegas dalam pendidikan peserta didik, sehingga peserta didik
kurang greget dalam belajar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mencoba menawarkan
beberapa saran dalam mengatasi problem yang dimiliki oleh peserta didik
yang bright underachiever.
Peserta didik harus lebih giat untuk latihan mengerjakan soal yang
lebih variatif, sehingga tidak bingung ketika menemukan permasalahan atau
soal yang baru. Peserta didik harus lebih sadar tanggung jawab mereka
sebagai seorang pelajar, dan tidak perlu membuat tanggung jawab tersebut
sebagai beban. Setiap pelajaran mempunyai karakter masing-masing, sehingga
jangan sampai meremehkan suatu pelajaran apapun, karena bisa saja kita
mengalami kesulitan pada hal yang dianggap remeh.
57
Pendidik lebih terbuka kepada peserta didik, sehingga kesulitan-
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik bisa terdeteksi oleh pendidik,
dan peserta didik tidak canggung dan nyaman untuk menanyakan materi yang
belum mereka fahami. Pendidik memberikan variasi soal yang mencakup
materi bertipe analitis dan sintesis. Pihak sekolah bisa memberikan jam ekstra
untuk pelajaran yang lebih sulit.
Orang tua lebih peka terhadap psikologis peserta didik mereka, karena
psiokolgi setiap peserta didik berbeda. Orang tua juga jangan terlalu
memberikan target yang terlalu tinggi untuk peserta didik, memotivasi peserta
didik dengan motivasi yang tidak membuat psikologis peserta didik turun dan
merasa terbebani.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar Bandung, Sinar Baru
Algesindo, 2004.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: ALVABETA, CV, 2009.
Azwar, Saifudddin, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996.
Baharuddin, et. al., Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2010.
Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010.
Boeree, C. George, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terj. Abdul Qodir
Shaleh, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Brown, James S., Rescuing Our Underachieving Sons, United States of America:
Xlibis Corporation, 2011.
Chaplin, J. P., Kamus lengkap psikologi, terj. Kartini Katono, Jakarta: Rajawali
Pers, 2010.
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010.
Darmadi, Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: CV Alfabeta, 2009.
Denim, Sudarwan, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, Bandung: CV
Alfabeta, 2010.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Dimyati, et. al., Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Djaali, H., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2011.
---------------, Strategi Balajar Mengajar, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006.
Gunarsa, Singgih D., Yulia Singgih D. gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja,
dan Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 2004.
Hollands, Roy, Kamus Matematika, Jakarta: Erlangga, 1983.
Kay, Kiesa, et. al., High IQ Kids: Collected Insight, Information, and Personal
Stories from The Expert, Minneapolis: Free Spirit Publishing Inc., 2007.
Khan, Mahmood Ahmad, Gifted Achievers and underachievers ~ An Apprasial,
New Delhi: Taarun Offset Printers, 2005.
Made, Wena, Srtategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta timur: PT
Bumi Aksara, 2009.
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Marno, et. al., Strategi & Metode Pengajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.
Montgomery, Diane, Able, gifted, and Talented Underachievers, West Sussex,
PO198SQ: John Willey & Sons Ltd, 2009.
Mustaqim. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Patty, F., et. al, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Prayitno, Pendidikan; Dasar Teori Dan Praksis, Jakarta: PT Grasindo, 2009.
Rimm, Sylvia, When Gifted Students Underavhieve: What You Can Do About It,
Texas: Prufrock Press Inc, 2006.
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Sadulloh, Uyoh, et. al., Pedagogik, Bandung: CV Alfabeta, 2010.
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.
Sardiman, A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2010.
Somantri, T. Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama,
2007.
Sousa, David A., How The Gifted Brain Learns, California: A Sage Company,
2009.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru
Algesindo, 2008.
---------------, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1999.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2009.
Sunarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah / Pentafsir Al-Qur’an, 1971.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2010.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010.
Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
Yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
---------------, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008.
---------------, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
---------------, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Whitley, Michael D., Bright Minds, Poor Grades: Understanding and Motivating
Your Underachiving Child, New York: The Berkley Publishing Group,
2001.
Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Bumi
Akasara, 2006.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran no. 1 Keadaan pendidik dan peserta didik MAN 1 Semarang tahun
ajaran 2011/2012
Lampiran no. 2 Susunan organisasi MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012
Lampiran no. 3 Skor test IQ dan hasil belajar matematika semester ganjil peserta
didik kelas XI IPA 4 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012
Lampiran no. 4 Skor test IQ dan hasil belajar matematika semester ganjil peserta
didik kelas XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012
Lampiran no. 5 Peserta didik yang mempunyai skor test IQ tinggi akan tetapi
memperoleh hasil belajar matematika semester ganjil di bawah
KKM kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun
ajaran 2011/2012
Lampiran no. 6 Daftar wawancara
Lampiran no. 7 Hasil wawancara
Lampiran No. 1
Keadaan Guru dan Siswa
1. Jumlah guru
Jumlah guru yang ada di MAN 1 Semarang sebanyak 77 orang,
meliputi 58 orang guru tetap dan 19 orang guru bantu. Sebaran menurut
mata pelajaran yang diampu:
a) PPKN : 4 orang
b) Bahasa inggris : 6 orang
c) Bhs. Indonesia : 6 orang
d) Matematika : 8 orang
e) Aqidah akhaq : 3 orang
f) Bahasa arab : 5 orang
g) Quran hadist : 3 orang
h) Fiqih : 3 orang
i) SKI : 1 orang
j) TIK : 3 orang
k) Bahasa jepang : 1 orang
l) Biologi : 5 orang
m) Fisika : 5 orang
n) Kimia : 3 orang
o) Penjas dan orkes : 3 orang
p) Ekonomi : 5 orang
q) Geografi : 3 orang
r) Sejarah : 3 orang
s) Sosiologi : 4 orang
t) Bahasa jawa : 2 orang
u) Kesenian : 2 orang
v) BK : 4 orang
Jenjang pendidikan guru tertinggi S2 dan tinggkat terendah D2.
Jumlah staf TU dan karyawan MAN 1 Semarang sebanyak 15 orang.
Tingkat pendidikan tertinggi SLTA dan terendah SD, terdiri dari 8 orang
karyawan tetap dan 2 karyawan tidak tetap.
Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri dari : Guru
berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63 orang PNS NIP 150, 13
orang PNS NIP 130 dan dibantu Guru berstatus Tidak Tetap (GTT)
sebanyak 6 orang . Dan dari 76 guru yang mengajar di MAN 1 Semarang
5 diantaranya berjiazah terakhir Magister / S.2
2. Jumlah siswa
Jumlah siswa MAN 1 Semarang sebanyak 1150 anak yang terbagi
dalam 36 kelas. Kelas X terdiri dari 389 siswa, kelas XI terdiri dari 379
siswa, dan kelas XII terdiri dari 382 siswa.
a. Jumlah Siswa
Kelas X : 12 kelas : 389 siswa
Kelas XI : 12 kelas : 379 siswa
Kelas XII : 12 kelas : 382 siswa
Jumlah : 1150 siswa
b. Guru Tetap
- Jumlah 58 orang
- Pendidikan S1 dan S2
Guru Tak Tetap
- Jumlah 19 orang
- Pendidikan S1
c. TU
- Jumlah 9 orang
- Pendidikan S1 1 orang
- Pendidikan SMU / SMK 8 orang
d. TU Tak Tetap
- Jumlah 10 orang
- Pendidikan SLTA / SLTP 8 orang
- S1 1 orang
- D3 1 orang
e. Program yang dibuka :
Kelas X : Program Umum : 11 kelas
Imersi : 1 kelas
X1 : 34 siswa
X2 : 34 siswa
X3 : 34 siswa
X4 : 35siswa
X5 : 34 siswa
X6 : 32 siswa
X7 : 32 siswa
X8 : 32 siswa
X9 : 32 siswa
X10 : 32 siswa
X11 : 32 siswa
X12 : 26 siswa
Kelas XI : Program Bahasa : 2 kelas
IPA : 5 kelas
Imersi : 1 kelas
IPS : 4 kelas
Keagamaan : 1 kelas
XI Agama : 30 siswa
XI Bahasa 1 : 33 siswa
XI Bahasa 2 : 34siswa
XI IPA 1 : 40 siswa
XI IPA 2 : 40 siswa
XI IPA 3 : 42 siswa
XI IPA 4 : 40 siswa
XI IPA 5 : 24 siswa
XI IPS 1 : 32 siswa
XI IPS 2 : 32 siswa
XI IPS 3 : 30 siswa
XI IPS 4 : 32 siswa
Kelas XII : Program Bahasa : 1 kelas
IPA : 6 kelas
Imersi : 1 kelas
IPS : 4 kelas
XII Agama : 26 siswa
XII Bahasa 1 : 39 siswa
XII IPA 1 : 31 siswa
XII IPA 2 : 32 siswa
XII IPA 3 : 32 siswa
XII IPA 4 : 32 siswa
XII IPA 5 : 32 siswa
XII IPA 6 : 28 siswa
XII IPS 1 : 33 siswa
XII IPS 2 : 31 siswa
XII IPS 3 : 34 siswa
XII IPS 4 : 32 siswa
Lampiran No. 2
Struktur Organisasi MAN 1 Semarang
Kepala Madrasah : Drs.H. Syaefudin, MPd
Kepala Urusan Tata Usaha : Lilik Pujihastuti
Waka Kurikulum : Sih Hartini, SPd, MSI
Waka Kesiswaan : Ahmad Alfan, SPd
Waka Sarana Prasarana : M. Ally Firdaus, Sag
Waka Humas : Anie Rachmawati, SAg, MSI
Koordinator BK : Drs. Joko Siswono
Litbang dan Akademis : Drs. Dwi Raharjo, SPd
Staf Urusan :
1. Kurikulum : Katibin, SPd, Nur Hadi, SAg, M. Pd
2. Kesiswaan : Ellya Nur Khasanah, M. Sc, Drs. M. Sholeh,
Siswoyo, S. Pd, M.Taufiq, S. Ag
3. Humas : Edy Kristijono, S. Pd
4. SarPras : Drs. Makmun, Imam Mursyid, M. SI, M. Pd
Ketua :
1. Lab. Bahasa : Drs. M. Badi
2. Lab. Biologi : Drs. Budi Santosa
3. Lab. Kimia : Dra. Kanti Setiyati
4. Lab. Fisika : Ary Priyono, S. Pd
5. Lab. Ketrampilan : Siti Himmatul Aliyah, S. Pd.
6. Lab. Komputer : Misbah, S. Kom
7. Perpustakaan : H. Chomsatun, S. H
Guru Piket :
1. Beta Nur Bety Tsany, S. Pd
2. Rosidi, M. Pd
3. Imam Suadi, S. Pd
4. Nurul Hidayah, S. Pd
5. M. Nurhan, M. Pd
6. Drs. R.M. Djupriyanto,
7. Nur Farida, S. Pd.I
8. Drs. Anshori
9. Dra. H. Siti Khoiriyah
10. Drs. Sukri
11. Drs. Supardi
12. Tasmiyanto, S. H
Pembina Extra :
1. Pramuka : Irfan Dwi Putranto, S. Pd, Zulia Ulfa, S. Pd.I
2. PMR / UKS : Solasih. S. Pd.
3. Bola Basket : Drs.Mulyanto, M. Pd
4. Bola Volley : Samidi, S. Pd
5. Keagamaan : M. Nurhan, M. Pd
6. Fotografi & Sablon : H. Beny Prasojo. S. Pd
7. Pencak Silat : Suhardi, S. Pd
8. Karya Ilmiah : Drs. RM. Djupriyanto, M. Si
9. Paskibra : Imam Suadi, S. Pd
10. Rabana : Nur Farida, S. Pd.I
11. MTQ : Nurul Hidayah, S. Pd
Tata Usaha :
1. Bendahara DIPA / Gaji : Suharno
2. Bendahara Barang : Asrori
3. Bendahara SOP : Siti Rokhani
4. Bendahara Komite / Sarana : Hj. Taslimah
5. Bendahara SABMN : Beny Indrajaya, A. Md
6. Bendahara Keg. Extra / OSIS/ Bagian Arsiparis / Agenda : Rianingsih
7. Urusan Kepegawaian / Pem. Daftar Gaji : Endang Sri Rahayu
8. Bag. Ad. Pengajaran dan Umum : Endang Sri Rahayu, Herry Sadewa,
Beny Indrajaya, A. Md, Sri Maryati, SE
9. Perpustakaan: Abda Noor Isna Zaeni’mah, S. H, Tsany Fatimah, A. Md
10. Kebersihan : Lukman, Agung Tristiyanto, Musholi
11. Koperasi : Siti Alfiah
12. Penjaga Malam : Ngatno, Ali Muthohar
13. Penjaga Keamanan / Satpam : Achmad, Sukisno
Wali Kelas X.1 : Dra. H. Siti Asmah
X.2 : Widhi Astono, SE
X.3 : Dra. Rahmatah
X.4 : Drs. Sutarno
X.5 : Suhardi, SPd
X.6 : Syafa’ah, SPd
X.7 : Drs. Hery Paryono
X.8 : Joko Wahyono, Sag
X.9 : Drs. H. Zaenuri Siroj
X.10 : Anwar Rifa’i, SPd
X.11 : Puji Lestari, SPd
X.12 : Irfan Dwi Putranto
XI Agama : Dra. H. Noor Hidayah Budhi. S
XI BHS 1 : Ahmad Sakhowi, S.Kom
XI BHS 2 : H. Muawanah, SPd
XI IPA 1 : Musa Al Hadi, SAg
XI IPA 2 : Drs. Muslih
XI IPA 3 : Dra. Siti Rohmah
XI IPA 4 : Sri Hidayati, SPd
XI IPA 5 : Drs. Sudarko
XI IPS 2 : Drs. Moh Isnandar
XI IPS 1 : Drs. H. Asrori
XI IPS 3 : Dra. Hj. Yetty Musyaviroh
XI IPS 4 : Drs. Agung Wibowo
XII Agama : Zulia Ulfa, SAg
XII BHS : Siti Salamah, SPd
XII IPA 1 : Eko Sukaryono, SPd
XII IPA 2 : Drs. Sugiyanta
XII IPA 3 : Siti Fitriyah, SPd
XII IPA 4 : Aris Fakhrudin, SPd
XII IPA 5 : Agustin Sri Hartati, SPd
XII IPA 6 : Drs. Widodo
XII IPS 1 : Endang Purwatiningrum, SPd
XII IPS 2 : Sri Penggalih, SPd
XII IPS 4 : Solastri, SPd
XII IPS 3 : Tri Marheni, SPd
Lampiran No. 3
Daftar Skor IQ dan Hasil Belajar Semester Ganjil Kelas XI IPA4
No Nama Skor IQ Nilai Semesteran
1 Ahmad Arifin 109 60
2 Amaliya Haq 94 43
3 Arifatul Mubarokah 90 52,5
4 Arini Nif'Ah 106 51,5
5 Bachtiar Kamal 97 43,5
6 Bella Maulley L 100 50,5
7 Dany Tri Saputro 92 32,5
8 Desi Nur Kumala S 103 48
9 Dwi Masitoh 98 27,5
10 Dwi Nur Apriliya L 92 53,5
11 Eko Erwanda 99 62,5
12 Elvy Muna Rahmaningrum 103 83
13 Failiyah 90 51
14 Faza U'thia Azmy 104 46,5
15 Ganik Zun Aunaya 92 56,5
16 Ghassan Zhafir S 99 70
17 Iva Lutviana 100 60
18 Izzan Nafi Arini 98 73
19 Khindyari Rifki A 99 62
20 Kurnia Anindya 96 78
21 Lilik Listianingsih 94 50
22 Neilil Muna M 96 72,5
23 Nur Azizah 104 58,5
24 Nur Alifah 92 61,5
25 Nurul Mustaghfiroh 90 57
26 Rina Nur Farida 97 45
27 Rizky Tri Swastiko 95 -
28 Royhanah Hasnak 104 41,5
29 Taufik Rizqon 109 32,5
30 Wahyu Linda M 91 45,5
31 Wahyu Wulandani 101 47,5
32 Widya Risya Amadea 90 38,5
33 Zakkiyatul Munawaroh 90 46
34 Ulfa Mushlihatush S 99 56,5
35 Sofi Ulfamayanti 116 57,5
36 Aqim Muhaimin Zain 113 37,5
37 Ni'Mah Khoirunnisa 112 70
38 Jafar Shodiq 112 68,5
39 M Ulyl Fahmi Sahab 110 51,5
Lampiran No. 4
Daftar Skor IQ dan Hasil Belajar Semester Ganjil Kelas XI IPA5
Nama Skor IQ Hasil Semesteran
Hamzah Abdul Karim 130 70
Ubaidir Rohman M 125 46
Maya Istafada 124 63
Isna Atikah 123 52,5
Ahmad Asyroful Anam 121 63,5
Lailatun Nurul Aniq 113 38,5
Risma Ummu Kholimah 112 41
Nur Fadzilah 110 59,5
Farida Maria Ulfa 109 63,5
Nurul Amelia Kinanti 106 31,5
Diah Ira Rahmawati 106 58
Nurul Milati 106 56
Ihda Farikha 104 52
Sugiharta Mulia 104 68
Fina Zakiyah 103 66
Lailiya Nadhiyati 101 43,5
Ela Izzatul Laela 101 61,5
Dien Rusyda Arini 100 43
Azmi Latifah 100 38
Nurul Fitri 100 57
Siti Muzaroah 99 48
Sholikudin 98 77
Ida Fitriyah 97 40,5
Nailus Shofa 93 56,5
Lampiran No. 5
Daftar Anak yang mempunyai IQ di atas rata-rata akan tetapi memperoleh
hasil belajar di bawah KKM.
No Nama Kelas Skor IQ Nilai Semesteran
1 Ja’far Shodiq XI IPA4 112 68,5
2 Aqim Muhaimin Zin XI IPA4 113 37,5
3 Ahmad Asyroful Anam XI IPA 5 121 63,5
4 Maya Istafada XI IPA 5 124 63
5 Ubaidur Rahman XI IPA 5 125 46
6 Lailatun Nurul Aniq XI IPA 5 113 38,5
7 Nur Fadzilah XI IPA 5 110 59,5
8 Isna Atikah XI IPA 5 123 52,5
9 Risma Ummu Atikah XI IPA 5 112 41
10 Sofi Ulfamayanti XI IPA4 116 57,5
11 M. Ulyl Fahmi XI IPA4 110 51,5
Lampiran No. 6
DAFTAR WAWANCARA
1. Untuk pendidik
a. Bagaimana perilaku peserta didik pada saat proses belajar mengajar?
b. Untuk penugasan, apakah peserta didik yang bersangkutan terkait selalu
mengumpulkan tugas?
c. Untuk kemampuan peserta didik yang bersangkutan dalam menyelesaikan
soal, apakah ada problem tertentu yang dihadapi?
d. Menurut bapak, apakah siswa tersebut mempunyai kelebihan dalam
berfikir sintesis ataupun analitis?
e. Untuk kelas dua, berapakah jam yang diberikan oleh pihak kurikulum pak?
Menurut bapak, apakah waktu yang diberikan mencukupi atau tidak?
2. Untuk peserta didik
a. Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?
b. Mengapa nilai kamu tidak mencapai KKM?
c. Bagaimana cara mengajar bapak guru?
d. Apakah pelajaran yang diberikan mudah diterima?
e. Apakah antara kamu dengan bapak guru terjalin hubungan yang baik?
f. Apakah orang tua kamu memberikan motivasi atau semangat dalam
belajar?
g. Apakah orang tua kamu memberikan target untuk memperoleh rangking
atau prestasi?
h. Apakah kamu merasa terbebani dengan target yang diberikan orang tua
kamu?
i. Apa yang kamu lakukan dengan target tersebut?
j. Menurut kamu, apakah waktu yang disediakan mencukupi atau tidak?
k. Apakah suasana kelas mendukung untuk pembelajaran?
l. Apakah kamu sering berdiskusi dengan teman kamu?
Lampiran No. 7
Berikut hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik. T untuk
“tanya” dan J untuk “jawab”:
1. Hasil wawancara dengan pendidik
T : Bagaimana peserta didik pada saat proses belajar mengajar? Apakah
peserta didik mudah diatur?
J : Mereka kooperatif, mereka mengikuti apa yang diarahkan. Metode yang
sering saya gunakan adalah diskusi, jadi saya tidak memaksa mereka
untuk duduk di tempat yang sama sepanjang proses kegiatan belajar
mengajar (KBM). Saya membiarkan mereka berdiskusi satu sama lain.
Sehingga mereka lebih aktif dalam proses KBM
T : Untuk penugasan, apakah peserta didik yang bersangkutan terkait selalu
mengumpulkan tugas?
J : Mereka selalu mengumpulkan tugas yang saya berikan. Tugas yang
saya berikan berupa tugas harian dan pos tes.
T : Untuk kemampuan peserta didik yang bersangkutan dalam
menyelesaikan soal, apakah ada problem tertentu yang dihadapi?
J : Setiap anak pasti menemui problem ataupun masalah dalam belajar,
baik berupa materi, kesalahan hitung, maupun yang lainnya. Yang
penting adalah proses untuk menjadi bisa.
T : Menurut bapak, apakah siswa tersebut mempunyai kelebihan dalam
berfikir sintesis ataupun analitis?
J : Kebanyakan dari mereka lebih berfikir secara sintetis, terutama anak
dari kelas XI IPA4 dan sebagian anak IPA5. Mereka biasanya meniru
contoh soal yang ada, ketika dihadapkan pada permasalahan atau soal
yang baru mereka kurang cepat merespon dan sering kali kesulitan
dalam menyelesaikannya.
T : Untuk kelas dua, berapakah jam yang diberikan oleh pihak kurikulum
pak? Menurut bapak, apakah waktu yang diberikan mencukupi atau
tidak?
J : Untuk kelas XI, di MAN diberikan lima jam pelajaran. Sebenarnya
berapapun jam yang diberikan, asal bisa diatur dengan baik, waktu yang
diberikan bisa mencukupi.
2. Hasil wawancara dengan subjek 1 (S1)
T :Mengapa kamu memperoleh nilai di bawah KKM?
J : Saya sering salah dalam penyelesaian akhir pak, kalau mengerjakan
soal, langkah-langkah penyelesaiannya sudah benar, akan tetapi
penjumlahan hasilnya yang salah pak.
T : Apakah kamu memperoleh masalah dalam mengerjakan soal?
J : Ketika mengerjakan duduk di belakang dan diganggu pak, juga teman
saya mengganggu saya ketika mengerjakan soal pak, mereka sering
bertanya kepada saya pak. Ketika semesteran saya juga belum makan
pak, jadi tidak bisa berfikir pak.
T : Bagaimana cara mengajar pak Dwi? Apakah mudah diterima?
J : Enak pak, cepet dan enak, di kelas saya faham pak, tetapi aplikasi
soalnya saya masih sering salah pak.
T : Apakah pak Dwi selalu memberikan tugas?
J : Selalu pak.
T : Apakah tugas yang diberikan menjadi beban?
J : Tidak pak, malah enak pak.
T : Apakah kamu sering bertanya dengan pak Dwi?
J : Tidak pak, materi saya sudah faham pak, tapi yang menjadi masalah itu
dalam penyelesaian akhir pak.
T : Apakah orang tua kamu mengontrol kamu dalam belajar?
J : Orang tua sering mengontrol melalui sms pak, sering menanyakan
apakah sudah belajar atau belum.
T : Apakah orang tua kamu memberi target kepadamu?
J : Tidak pak, yang penting saya sudah berusaha pak.
T : Apakah kamu di asrama selalu belajar?
J : Jarang pak, biasa bermain game.
T : Dalam satu semester matematika memperoleh lima jam pelajaran?
J : Kurang pak, kalau awalnya tidak terasa pak, tapi kalau akhir-akhir baru
terasa pak. Juga kadang kalau ada soal tentang materi yang belum
pernah diajarkan disuruh melewati pak.
T : Apa cita-cita kamu di masa mendatang?
J : Menjadi dokter pak.
T : Terus usaha apa yang telah kamu lakukan?
J : Ikut kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan pak, seperti PMR
dan PMI.
3. Hasil wawancara dengan subjek 2 (S2)
T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?
J : 113 pak.
T : Berapa nilai semester ganjil matematika kamu?
J : 38.5 pak.
T : Kenapa kamu memperoleh nilai sekian?
J : Saya orangnya pemalas pak, jarang latihan, dan juga agak
nggampangke (meremehkan).
T : Apakah ada faktor-faktor yang lain?
J : Tidak pak, saya yang malas pak.
T : Apakah cara mengajar pak Dwi enak dan mudah diterima?
J : Ya pak, paling enak dari guru yang pernah mengajar saya.
T : Apakah selalu mengerjakan tugas?
J : Wah morat-marit (kacau) pak, karena malas pak.
T : Apakah orang tua selalu memberikan motivasi kepada kamu?
J : Selalu pak, tetapi memang saya yang malas pak.
T : Apakah orang tua kamu memberikan target?
J : Tidak pak.
T : Apakah kamu mempunyai target tertentu?
J : Tidak pak, saya tidak bisa menargetkan diri saya sendiri.
T : Apa pekerjaan orang tua kamu?
J : Guru pak, ibu saya guru matematika.
T : Mengapa kamu tidak meminta diajari ibu kamu?
J : Maaf pak bukannya sombong, sewaktu MTs nilai matematika saya
selalu tinggi pak, sehingga ibu saya memberikan kebebasan untuk saya.
T : Apakah lingkungan rumah kamu banyak orang akademik?
J : Saya kurang tahu pak, karena saya jarang bergaul pak.
4. Hasil wawancara dengan subjek 3 (S3)
T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?
J : 113 pak.
T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kamu?
J : Sangat rendah pak, (tersenyum), 37,5 pak.
T : Mengapa kamu mendapat nilai sekian?
J : Malas belajar pak, juga kalau lihat angka saya sudah tidak berminat lagi
pak, saya tidak suka matematika sejak SD pak (phobia matematika).
T : Bagaimana cara mengajar pak Dwi?
J : Agak terlalu cepat pak.
T : Apakah kamu faham dengan cara mengajar pak Dwi?
J : Kalau di kelas faham, tapi kalau sudah keluar lupa pak.
T : Sekarang tinggal di mana?
J : Ma’had pak.
T : Apakah orang tua kamu sering menelpon atau sms kamu menyuruh
untuk belajar?
J : Jarang pak.
T : Apakah ada kendala dalam belajar?
J : Keluarga kurang mendukung pak, kurang bersemangat pak.
T : Untuk semester dua ini, berapa target kamu?
J : Tidak muluk-muluk pak, saya dapat nilai tujuh saja sudah senang sekali
pak.
T : Apakah kamu sering bertanya dengan teman asrama?
J : Jarang pak, kalau teman sekelas sering pak.
5. Hasil wawancara dengan subjek 4 (S4)
T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?
J : Tahu pak, 110 pak.
T : Terus nilai semesteran kemarin berapa?
J : 59,5.
T : Apakah mempunyai kendala dalam mengerjakan soal?
J : Kurang menguasai materi pak.
T : Apakah kamu sering bertanya kepada pak Dwi?
J : Semester kemarin tidak pak, soalnya sudah malas terhadap pelajarannya
pak.
T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?
J : Enak pak, saya suka pak.
T : Apakah orang tua kamu menyuruh belajar?
J : Selalu pak.
T : Apakah orang tua kamu memberikan motivasi belajar?
J : Selalu pak, kalau bapak itu orangnya keras dalam pendidikan, jadi
bapak sering ngomongi pak. Tapi bapak tidak pernah memberikan
target saya harus seperti apa, kalau rangkingnya bagus ya bapak seneng,
kalau rangkingnya rendah ya dinasehati.
T : Kalau rangking rendah dinasehati, apakah menjadi beban bagi kamu?
J : Ya kadang kepikiran pak, kan kita harus menjadi lebih baik lagi pak.
6. Hasil wawancara dengan subjek 5 (S5)
T : Kamu mendapat nilai IQ berapa?
J : 123 pak.
T : Nilai semesteran kamu berapa?
J : 52.5 pak.
T : Menurut kamu cukup apa kurang?
J : Kurang pak.
T : Kenapa kamu memperoleh nilai segini?
J : Malas belajar pak, soalnya kan kadang ada masalah. Juga catatan
kurang rapi, ketika mendekati semesteran sering foto kopi, juga kurang
latihan pak.
T : Ketika mengerjakan soal, apakah mempunyai masalah atau tidak?
J : Sebenarnya bisa pak, tapi kadang lupa pak, kan belajarnya cuma
semalam pak (tertawa).
T : Sekarang tinggal di mana?
J : Di pondok pak.
T : Di pondok ada yang satu kelas tidak?
J : Banyak pak.
T : Apakah kamu sering diskusi dengan teman kamu di pondok?
J : Kalau teman sekelas jarang pak, tapi kalau lain kelas malah saya
dijadikan tutor pak.
T : Apakah orang tua selalu memantau belajar kamu?
J : Jarang pak. Orang tua percaya sama saya pak.
T : Kalau orang tua melihat nilai yang segini marah tidak?
J : Tidak marah pak. Malah memberikan apa yang kira-kira kurang.
T : Apakah orang tua memberikan motivasi?
J : Sering pak, kalau nilai jelek tidak pernah dimarahin pak, tapi sharing
pak.
T : Apakah orang tua memberikan target tertentu?
J : Tidak pak, cuma yang penting ada perubahan.
T : Berapa target di semester depan?
J : 85 pak.
T : Terus usaha apa yang kamu lakukan untuk mendapat nilai 85?
J : Memperbaiki catatan pak, saya itu kalau di kelas dan masih diterangkan
malas mencatat pak, tapi sekarang saya menyalin catatan teman saya di
pondok pak.
7. Hasil wawancara dengan subjek 6 (S6)
T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu?
J : Tahu pak, 112 pak.
T : Nilai semesteran kam kemarin berapa?
J : 68,5.
T : Apakah kamu menemukan masalah ketika mengerjakan soal?
J : Sakit mas, seminggu sebelumnya sakit dan waktu mengerjakan kurang
fit.
T : Untuk pelajaran, apakah ada kendala dalam mengerjakan soal?
J : Semrawut mas, kan masih sakit jadi kurang bisa mas.
T : Apakah orang tua menyuruh kamu belajar?
J : Kalau menyuruh tidak pernah mas, soalnya kan sudah besar mas, saya
sendiri yang merasa bersalah, sudah dibiyayai tapi malas.
T : Apakah orang tua memberikan motivasi dalam belajar?
J : Ya pasti mas.
T : Untuk semester dua targetnya berapa?
J : 85
T : La sudah berbuat apa untuk mendapat nilai 85?
J : Lebih greget lagi mas, tapi susah mas, soalnya sudah terbiasa malas.
T : Di dalam kelas, apakah kamu sering berdiskusi dengan teman?
J : Sering mas.
T : Kalau sama pak Dwi bagaimana?
J : Sering mas, soalnya malu kalau bertanya dengan teman.
T : Pak Dwi sendiri cara mengajarnya bagaimana?
J : Enak mas, tetapi kalau sudah keluar lupa semua mas.
8. Hasil wawancara dengan subjek 7 (S7)
T : Berapa nilai IQ kamu?
J : 125 pak.
T : Terus berapa nilai semesteran kamu?
J : 46 pak.
T : Apakah kamu mempunyai masalah dalam semesteran kemarin?
J : Bingung pak, sewaktu di dalam kelas bingung pak.
T : Yang bingung materi apa?
J : Sewaktu di dalam bingung pak, lupa rumusnya semua pak, tapi ketika
sudah keluar ingat semua pak. Sebelum dibagikan sudah berfikir sulit
pak, jadi sudah tersugesti pak.
T : Sekarang kamu tingggal di mana?
J : Boarding pak. (asrama MAN 1 Semarang)
T : Apakah orang tua memantau belajar kamu?
J : Pernah pak. Tapi tidak sering pak.
T : Kenapa jarang bertanya?
J : Percaya saja pak.
T : Apakah kamu selalu belajar?
J : Jarang banget pak, di rumah saja disuruh belajar jarang pak, apalagi di
sini pak.
T : Kalau melihat nilai segini, apakah orang tua kamu marah apa tidak?
J : Ya mesti pak, nilai tujuh saja dimarahin pak.
T : Apakah orang tua kamu memberikan target tertentu?
J : Ya pak, pinginnya yang paling tinggi pak.
T : Apakah kamu merasa terbebani dengan target orang tua kamu?
J : Ya beban mental pak, frustasi pak.
9. Hasil wawancara dengan subjek 8 (S8)
T : Kamu mendapat nilai iq berapa?
J : 124 pak.
T : Nilai semesteran kamu berapa?
J : 63 pak.
T : Kenapa kamu memperoleh nilai segini?
J : Kurang materi pak, sering keluar mengikuti kegiatan ekstra. Hanya
meminjam catatan temen pak, dan tidak saya salin pak, cuma membaca.
T : Sekarang tinggal di mana?
J : Di boarding pak.
T : Apakah kamu sering belajar di boarding? Banyak ngrumpi pa belajar?
J : Jarang pak. Sering ngrumpi pak.
T : Apakah orang tua selalu memantau belajar kamu?
J : Setiap malam bapak selalu sms pak, bertanya apakah sudah belajar
belum. Saya jawab saja sudah pak. (tersenyum).
T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima tidak?
J : Enak pak. Soalnya lebih sudah dari kelas X sudah diajar pak Dwi pak.
T : Apakah sering bertanya dengan pak Dwi?
J : Jarang pak. Lebih nyaman bertanya teman pak (kurang akrab).
10. Hasil wawancara dengan subjek 9 (S9)
T : Apakah kamu tahu nilai iq kamu?
J : 112 pak.
T : Kalau nilai semesteran kamu berapa?
J : Tidak tahu pak, tidak dibagi pak.
T : Nilai kamu 41. Kenapa kamu mendapat nilai segini?
J : Tidak tahu pak, kurang teliti, kurang menguasai materi, juga badannya
kurang fit pak.
T : Tidak fit kenapa? apakah kamu sakit?
J : Tidak enak badan pak.
T : Menurut kamu, apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?
J : Enak, ketika diterangkan faham pak, tapi kalau menyelesaikan soal
sendiri bingung pak. (bingung ketika selesai pelajaran)
T : Sekarang tinggal dimana?
J : Dirumah pak.
T : Apakah orang tua kamu memantau belajar kamu?
J : Sering memberi motivasi pak, menyuruh belajar.
T : Apakah orang tua kamu memberikan target?
J : Tidak terlalu pak, Cuma sering menasehati pak.
T : Menurut kamu, apakah lima jam pelajaran kurang?
J : Kurang pak, soalnya di rumah malas belajar pak.
T : Apakah kamu sering belajar di rumah?
J : Kalau di rumah ya belajar pak, tapi saya kurang suka latihan pak, saya
sukanya membaca.
T : Apakah di kelas kamu sering diskusi dengan teman kamu.
J : Sering pak, misalnya belum faham sering Tanya pak.
T : Apakah kamu sering bertanya dengan pak Dwi?
J : Tidak pak, bingung ingin bertanya apa. (kurang akrab)
T : Apakah kamu menyukai matematika?
J : Suka pak, tapi saya lemah di penjabaran dan kurang teliti.
11. Hasil wawancara dengan subjek 10 (S10)
T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu?
J : Tahu pak, 116 pak.
T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kamu?
J : Tahu pak, 57.5 pak.
T : Apakah menemui kesulitan dalam mengerjakan soal?
J : Menghafal rumus kurang bisa pak.
T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?
J : Cara mengajarnya enak, mudah diterima, ketika di dalam kelas faham,
tapi kalau mengerjakan soal masih bingung.
T : Apakah orang tua kamu memberikan motivasi dengan memantau
belajar kamu?
J : Hampir tiap malam orang tua menelfon menanyakan sudah belajar atau
belum.
T : Apakah orang tua kamu memberikan target untuk prestasi kamu?
J : Orang tua tidak memberikan target yang spesifik, hanya memberikan
masukan untuk berusaha lebih baik.
T : Apakah sering berdiskusi dengan teman?
J : Ya sering, malah sering dengan teman daripada dengan pak Dwi.
T : Mempunyai cita-cita atau harapan apa setelah SMA?
J : Ingin masuk PTN jurusan matematika.
T : Usaha apa yang sudah kamu lakukan untuk mengejar cita-cita kamu?
J : Ya belajar lebih giat lagi.
12. Hasil wawancara dengan subjek 11 (S11)
T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu?
J : Tahu pak,
T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kemarin kamu?
J : Tahu pak,
T : Apakah mempunyai kendala ketika mengerjakan soal?
J : Tidak hafal rumus, soalnya rumusnya banyak, kurang berlatih, males.
T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?
J : Cara mengajar pak Dwi cepat, tapi enak, ya kadang dapat diterima
kadang tidak, dan menekankan pada latihan soal.
T : Apakah dirumah sering belajar?
J : Jarang pak.
T : Apakah orang tua memantau terus belajar kamu?
J : Jarang banget mas, orang tua menyerahkan pada saya sendiri.
T : Apakah orang tua menekankan prestasi pada kamu?
J : Ya orang tua kalau nilai jelek sih marah, menuntut yang lebih baik.
T : Kalau dimarahin kadang merasa terbebani tidak?
J : Ya kadang mas.
T : Di lingkungan tempat tinggal kamu, prosentasi antara anak yang
sekolah dengan yang bekerja banyakan mana?
J : Wah kurang bergaul mas.
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Muhammad Rizqi Aji
2. Tempat & Tgl. Lahir : Pekalongan, 01 April 1990
3. NIM : 083511022
4. Alamat Rumah : Ds Sapugarut, Kec. Buaran, Kab. Pekalongan
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. MSI Bligo, Lulus Tahun 2001
b. MTsS Wonoyoso, Lulus Tahun 2004
c. MAS Simbang Kulon, Lulus Tahun 2007
Semarang, 31 Mei 2012
Muhammad Rizqi Aji
NIM.083511022