ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK...

98
i ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Matematika Oleh: MUHAMMAD RIZQI AJI NIM. 083511022 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012

Transcript of ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK...

i

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK DENGAN

KECERDASAN INTELEGENSI (IQ) TINGGI MEMPEROLEH

HASIL BELAJAR MATEMATIKA RENDAH

(Studi Kasus di Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang

Tahun Ajaran 2011/2012)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam

Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh:

MUHAMMAD RIZQI AJI

NIM. 083511022

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Rizqi Aji

NIM : 083511022

Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika

menyatakan bahwa skripsi ini secara kesuluruhan adalah hasil penelitian/karya

sendiri, kecuali baagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 28 Juni 2012

Saya yang menyatakan,

Muhammad Rizqi Aji

NIM. 083511022

iii

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 Mei 2012

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan

dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA

DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI

(IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR

MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas

XI IPA4 dan IPA5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran

2011/2012)

Nama : Muhammad Rizqi Aji

NIM : 083511022

Jurusan : Tadris

Program Studi : Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan

kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang

Munaqosyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I,

Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc

NIP. 19760426 200604 2 001

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 28 Mei 2012

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan

dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PESERTA

DIDIK DENGAN KECERDASAN INTELEGENSI

(IQ) TINGGI MEMPEROLEH HASIL BELAJAR

MATEMATIKA RENDAH (Studi Kasus di Kelas

XI IPA4 dan IPA5 MAN 1 Semarang Tahun Ajaran

2011/2012)

Nama : Muhammad Rizqi Aji

NIM : 083511022

Jurusan : Tadris

Program Studi : Matematika

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan

kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang

Munaqosyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing II,

Dr. Abdul Wahib, M. Ag

NIP.19600615 199103 1 004

vi

ABSTRAK

Judul : Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan Kecerdasan

Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika

Rendah (Studi Kasus di Kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1

Semarang Tahun Ajaran 2011/2012)

Penulis : Muhammad Rizqi Aji

NIM : 083511022

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh temuan-temuan dilapangan yang

menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 yang memperoleh hasil

belajar matematika di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), padahal skor IQ

peserta didik tersebut antara 110-130 (cerdas dan superior). Adapun masalah yang

dikemukakan dalam penelitia ini berupa pertanyaan sebagai berikut: (1) Faktor

apa yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi

tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan

untuk menemukan masalah yang ada. Pengambilan subjek pada penelitian ini

adalah empat peserta didik dari kelas XI IPA 4 dan tujuh peserta didik dari kelas

XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012 yang mempunyai skor IQ di

atas rata-rata akan tetapi memperoleh hasil belajar di bawah KKM. Berdasarkan

hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) faktor internal: (a)

kurang teliti dalam mengerjakan soal, (b) kurang fit, (c) kurang belajar, (d) kurang

menguasai materi, (e) kurang hafal rumus, (f) kurang tekun berlatih, (g) tidak mau

mengerjakan tugas, (h) meremehkan pelajaran, (i) kurang bisa mengontrol emosi,

(j) kurang motivasi, (k) berfikir secara sintetis, (l) sering mengikuti kegiatan

ekstra, (m) merasa terbebani dengan kontrol dan target dari orang tua, (n) kurang

percaya diri, (o) menunda-nunda pekerjaan, (p) tidak menyukai pelajaran. (2)

faktor eksternal: (a) kurang adanya keakraban antara pendidik dan peserta didik,

(b) metode yang digunakan kurang membekas pada peserta didik, (c) jam

pelajaran yang diberikan kurang, (d) orang tua kurang tegas dalam pendidikan

anak, (e) orang tua kurang terlibat langsung, (f) orang tua terlalu membebani anak,

(g) kurang mendukung anak, (h) motivasi kurang dirasakan anak, (i) memberikan

nasehat yang membuat anak merasa menanggung tanggung jawab, (j) orang tua

kurang mengontrol anak.

Dari hasil penelitian ini disarankan agar peserta didik harus lebih giat

untuk latihan mengerjakan soal yang lebih variatif, sehingga tidak bingung ketika

menemukan permasalahan atau soal yang baru. Pendidik lebih terbuka kepada

peserta didik, sehingga kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik

bisa terdeteksi oleh pendidik, dan peserta didik tidak canggung dan nyaman untuk

menanyakan materi yang belum mereka fahami. Pihak sekolah bisa memberikan

jam ekstra untuk pelajaran yang lebih sulit.

Penelitian ini semoga bisa bermanfaat untuk peserta didik, pendidik, dan

orang tua dalam upaya memperbaiki hasil belajar anak. Sehingga anak bisa lebih

nyaman dan merasa memiliki tanggung jawab untuk bertanggung jawab atas diri

mereka sendiri.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat, taufiq, maghfiroh sertahidayah-Nya, sehingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan

syarat wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan,

khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal petunjuk bagi

hidup dan kehidupan kita di dunia yang selanjutnya di akhirat.

Suatu kebanggaan dan kebahagiaan bagi penulis atas terselesainya

penulisan tugas akhir akademi kini, meskipun dalam proses penyusunannya

banyak mengalami hambatan dan cobaan, disebabkan lebih atas keterbatasan

penulis. Namun, berkat bantuan dan motivasi serta doa dari berbagai pihak,

Alhamdulillah penulis dapat melalui semua itu, walaupun penulis menyadari

skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan

Kecerdasan Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika

Rendah (Studi Kasus diKelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang

Tahun Ajaran 2011/2012) tentu jauh dari kesempurnaan.

Oleh karenanya, kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran

dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

khususnya kepada :

1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Dr. Sudja’i, M.Ag.

2. Ketua Jurusan Tadris, Bapak Wahyudi, M. Pd.

3. Ketua Prodi Tadris Matematika, Bapak Saminanto, S. Pd, M. Sc.

4. Sekretaris Prodi Tadris Matematika, Ibu Lulu’ Choirunnisa, S. Si, M. Pd.

5. Ibu Hj. Minhayati Saleh, S.Si, M.Sc., dan bapakDr. Abdul Wahib, M. Ag.,

selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

selama penyusunan skripsi.

viii

6. Bapak Budi, bapak Pujiadi, bapak Amin Suyitno, bapak Aunur, ibu Yulia, ibu

Mujiasih, ibu Muslikhah, dan segenap dewan pengajar Prodi Matematika.

7. Para dosen pengajar yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan serta para

staf karyawan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

8. Bapak Dwi Prihiyawanto dan Ibu Neneng Qoidah, kedua orang tua saya

tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi.

9. KH. Siradj Khudhori dan Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M. Ag., yang

membimbing dan memberikan doa kepada penulis dari semester pertama

sampai sekarang.

10. Mbah Putri, Mbah Din, Mbah Kakung, M. Kahfidhudin, M. Nurul Falaq, M.

Irfan Alamsyah, Rizqi Dinda, dan semua keluarga tercinta.

11. Menwa, Sipuden, Mpah, Mbah Waw, Sodiq, Chinoxxx, Mi2r, Sepul,

Tongklow, Bojes, Gendut, Yami, Peyem, Wali, dan teman-teman

seperjuangan di KAMPOENG PECINAN.

12. Kang Amin, Gus Labib, Kang Karim, Kang Huda, Kang Ahmadi, kang Taqin,

Deddy Gembel, Apep, Mbah Wo Tuo, Dur, Sepul Drev, dan semua keluarga

besar DAARUN NAJAAH.

13. Nkroto, Jenggot, Hamim, Tri, Pi’i, Kamidun, dul arif, dul patah, alwi, heri,

Ibnu Kecip, Akhla, dan semua teman seperjuangan D’TAMATH.

14. Segenap keluarga IMPADIS dan EL-SIMBANY yang selalu semangat, serta

kawan-kawan yang pernah ikut LSB.

15. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan

bantuan, baik moril maupun materiil selama proses penulisan skripsi ini.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya

untaian terimakasih dengan tulus serta iringan do’a, semoga Allah membalas

semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah

serta inayah-Nya dan semoga skripsi yang berjudul Analisis Faktor Penyebab

Peserta Didik dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) Tinggi Memperoleh Hasil

Belajar Matematika Rendah (Studi Kasus diKelas XI IPA5 MAN 1

Semarang Tahun Ajaran 2011/2012) ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

berkesempatan membacanya.

ix

Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan

skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca umumnya. Amiin.

Semarang, 28 Juni 2012

Penulis,

Muhammad Rizqi Aji

NIM. 083511022

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii

PENGESAHAN .................................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING ......................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. LatarBelakangMasalah ............................................................. 1

B. PembatasanMasalah .................................................................. 3

C. RumusanMasalah ...................................................................... 4

D. TujuandanManfaatPenelitian .................................................... 4

BAB II : LANDASAN TEORI ..................................................................... 5

A. KajianPustaka ........................................................................... 5

B. KerangkaTeoritik ...................................................................... 6

1. Kecerdasan Intelegensi ........................................................ 6

2. Belajar .................................................................................. 9

3. Hasil Belajar ......................................................................... 11

4. Belajar Matematika .............................................................. 22

5. Bright Underachiever .......................................................... 23

BAB III : METODE PENELITIAN .............................................................. 29

A. JenisPenelitian .......................................................................... 29

B. TempatdanWaktuPenelitian ...................................................... 29

C. SumberPenelitian ...................................................................... 29

D. FokusPenelitian ......................................................................... 29

E. Pengumpulan Data Penelitian ................................................... 30

F. Analisis Data Penelitian ............................................................ 31

xi

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA .... 34

A. LaporanHasilPenelitian ............................................................. 34

1. Data Umum .......................................................................... 34

2. Data Penelitian ..................................................................... 38

B. Analisis Data ............................................................................. 45

1. Analisis Deskriptif ............................................................... 45

2. Analisis Kualitatif ................................................................ 47

3. Hasil Analisis Data............................................................... 51

C. KeterbatasanPenelitian ............................................................. 53

BAB V : PENUTUP ....................................................................................... 54

A. Simpulan ................................................................................... 54

B. Saran ......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, hasil belajar menjadi salah satu indikasi

berhasil tidaknya suatu pendidikan. Hasil belajar yang baik mengindikasikan

berhasilnya suatu pendidikan. Begitu pula hasil belajar yang kurang baik, bisa

dijadikan indikasi bahwa suatu pendidikan kurang berhasil. Ada banyak faktor

yang mempengaruhi hasil belajar seseorang, diantaranya intelegensi.

Intelegensi mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar seseorang, hal

ini dikarenakan intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk

memecahkan masalah dengan cepat, tepat, dan mudah.1 Intelegensi

mengandung beberapa kemampuan-kemampuan tertentu. Para pakar psikolog

berbeda pendapat tentang kemampuan yang terkandung dalam intelegensi.

Psikolog abad 19, Charles Spearman (1863-1945), sebagaimana

dikutip oleh Desmita, berpendapat bahwa intelegensi mempunyai satu

kemampuan umum dan khusus. Kemampuan umum dan kemampuan khusus

ini mempengaruhi kecerdasan seseorang, semakin banyak kemampuan umum

yang dimilikinya maka ia bisa dikatakan anak yang pandai. Sedangkan Louis

Thurstone membagi intelegensi menjadi tujuh kemampuann primer, yaitu

pemahaman verbal, kefasihan menggunakan kata-kata, kemampuan bilangan,

kemampuan ruang, kemampuan mengingat, kecepatan pengamatan, dan

kemampuan penalaran.2

Matematika (Mathematics) adalah suatu sistem yang rumit tetapi

tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Pada suatu tingkat

rendah ada ilmu hitung, aljabar, dan ilmu ukur. Tetapi setiap ini telah

diperluas pada tingkat yang lebih tinggi dan banyak cabang baru bertambah.3

1 Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media Group, 2010), hlm. 127.

2 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 166.

3 Roy Hollands, Kamus Matematika, (Jakarta: Erlangga, 1983), hlm. 81.

2

Matematika juga merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan,

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa matematika

berhubungan dengan simbol-simbol dan membutuhkan pemikiran dalam

mencari solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Kemampuan-kemampuan yang ada pada intelegensi menunjukkan

bahwa intelegensi menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar

matematika. Hal ini diperkuat dengan adanya kemampuan numeric (bilangan)

dalam intelegensi. Dalam bukunya, Saifuddin Azwar menyertakan beberapa

penelitian tentang hubungan kecerdasan intelegensi dengan hasil belajar.

Penelitian pertama pada tahun 1982 Yule dan temannya melakukan penelitian

terhadap anak sekolah dasar, hasilnya korelasi antara IQ dengan skor

matematika berada pada skor r = 0,72.4 Dengan nilai r = 0,72 menunjukkan

hubungan yang kuat antara IQ dan skor matematika.

Penelitian yang dilakukan Johan Fauzan, mahasiswa prodi matematika

Universitas Pancasakti Tegal, tentang pengaruh kecerdasan intelegensi

terhadap hasil belajar matematika di SMA Negri 1 Tanjung Brebes

menunjukkan bahwa kecerdasan intelegensi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar matematika. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Mulyani, mahasiswa prodi pendidikan matematika Universitas

Bengkulu, tentang hubungan kecerdasan dengan prestasi belajar matematika

memperoleh hubungan yang signifikan.

Di kelas XI IPA 4 dan IPA 5 MAN 1 Semarang terdapat 11 peserta

didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi tinggi tetapi memperoleh hasil

belajar matematika yang rendah (Bright/Gifted Underachiever). Peneliti

menggolongkan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi apabila skor IQ lebih dari

109 (di atas rata-rata, superior, dan sangat superior). Sedangkan hasil belajar

4 Saifudddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 167.

3

peserta didik digolongkan rendah apabila hasil belajar peserta didik di bawah

kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70.

Bright underachiver bisa terjadi karena faktor-faktor yang

menyebabkannya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari keluarga, sekolah,

lingkungan, dan diri anak itu sendiri. Dari permasalahan tersebut, diperlukan

kajian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya

hasil belajar peserta didik dengan IQ tingg0069.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas atas dasar fokus.

Pemikiran fokus terliput di dalam perumusan latar belakang studi dan

permasalahan. Fokus juga berarti penentuan keluasan (scope) permasalahan

dan batas penelitian.5 Fokus penelitian dalam metode penelitian kualitatif juga

dapat dipilih berdasarkan beberapa hal, yaitu:6

1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan informan

2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu

3. Menetapkan fokus yang memiliki temuan untuk pengembangan iptek

4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-

teori yang telah ada

Dalam hal ini peneliti menentukan fokus berdasarkan keterikatan atau

ketentuan lokasi serta berdasarkan penentuan kriteria inklusi dan eksklusi

informasi baru.

Berdasarkan kedua batasan tersebut maka fokus penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Penelitian dilakukan pada peserta didik Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1

Semarang kelas XI IPA 4 dan IPA 5 Tahun Ajaran 2011/2012

5 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Akasara,

2006), hlm. 94.

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2009), hlm. 209.

4

b. Inklusi dan eksklusi informasi baru dibatasi pada informasi yang memiliki

keterkaitan dengan faktor-faktor penyebab peserta didik dengan

kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi memperoleh hasil belajar matematika

rendah

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas

maka permasalahan yang akan diteliti adalah:

Faktor apa yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai kecerdasan

intelegensi tinggi memperoleh hasil belajar matematika rendah?

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang

menyebabkan peserta didik dengan kecerdasan intelegensi tinggi memperoleh

hasil belajar yang rendah, sehingga dapat ditemukan solusi untuk mengatasi

permasalahan tersebut.

Dari tujuan dilakukannya penelitian ini, hasil penelitian diharapkan

memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti: untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang

pengetahuan faktor anak dengan kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang

memperoleh hasil belajar matematika rendah

2. Bagi peserta didik: membuat peserta didik mengetahui faktor anak dengan

kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang memperoleh hasil belajar

matematika rendah sehingga menambah motivasi dalam belajar.

3. Bagi pendidik: diharapkan pendidik dapat mengetahui faktor anak dengan

kecerdasan intelegensi (IQ) tinggi yang memperoleh hasil belajar

matematika rendah sehingga dapat memberikan solusi yang tepat untuk

memecahkannya.

4. Bagi sekolah: diharapkan sekolah dapat menerapkan sistem kependidikan

yang dapat menumbuh kembangkan bakat dan kemampuan yang terdapat

pada peserta didik.

5

BAB II

BRIGHT UNDERACHIVER

A. Kajian Pustaka

Sebagai kajian yang relevan dan memiliki hubungan dengan masalah

yang diteliti disertakan telaah pustaka yang mengkaji tentang hubungan dan

pengaruh kecerdasan intelektual terhadap hasil belajar peserta didik.

Skripsi berjudul “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual,

Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar

Matematika (studi penelitian pada siswa kelas XII semester I program IPS

SMA Negeri 1 tanjung Brebes tahun pelajaran 2010/2011)” yang ditulis oleh

Johan Fauzan mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal. Populasi dan sampel

pada penelitian tersebut adalah seluruh siswa kelas XII Semester I Program

IPS SMA Negeri 1 Tanjung Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 222

siswa yang terbagi dalam 5 kelas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa,

(1) Ada pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual terhadap prestasi

belajar matematika. (2) Ada pengaruh namun tidak signifikan kecerdasan

emosional terhadap prestasi belajar matematika. (3) Tidak ada pengaruh yang

signifikan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar matematika. (4) Ada

pengaruh yang signifikan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional

terhadap prestasi belajar matematika. (5) Ada pengaruh yang signifikan

kecerdasan intelektual namun tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual

terhadap prestasi belajar matematika. (6) Ada pengaruh yang signifikan

kecerdasan emosional namun tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual

terhadap prestasi belajar matematika. (7) Ada pengaruh yang signifikan

kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional namun tidak ada pengaruh

kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar pada siswa kelas XII Semester I

Program IPS SMA Negeri 1 Tanjung Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.

Skripsi berjudul “Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi

Berprestasi, Dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi

Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota

6

Bengkulu” yang ditulis oleh mulyani mahasiswa program studi pendidikan

matematika jurusan pendidikan matematika dan IPA fakultas keguruan dan

ilmu pendidikan Universitas Bengkulu 2006. Dari hasil penelitian diperoleh

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan dengan hasil

belajar matematika.

Sampel dari penelitian tersebut adalah 40 orang siswa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara : (1)

tingkat kecerdasan dengan prestasi belajar matematika siswa, (2) motivasi

berprestasi dengan prestasi belajar matematika siswa, (3) kebiasaan belajar

dengan prestasi belajar matematika siswa (4) tingkat kecerdasan, motivasi

berprestasi dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar

matematika siswa.

Skripsi yang disertakan di atas membahas tentang hubungan dan

pengaruh kecerdasan intelegensi terhadap hasil belajar matematika.

Sedangkan yang peneliti kaji adalah tentang faktor-faktor yang menyebabkan

peserta didik dengan kecerdasan intelegensi tinggi akan tetapi memperoleh

hasil belajar yang rendah.

B. Kerangka Teoritik

1. Kecerdasan Intelegensi

Kecerdasan adalah kapasitas seseorang untuk memperoleh

pengetahuan (belajar dan memahami), mengaplikasikan pengetahuan

(memecahkan masalah), dan melakukan penalaran abstrak.7 Sedangkan

intelegensi adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri

terhadap situasi baru secara tepat dan efektif, kemampuan menggunakan

konsep abstrak secara efektif, dan kemampuan memahami pertalian-

pertalian dan belajar secara cepat.8

7 C. George Boeree, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terj. Abdul Qodir Shaleh,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 125

8 J. P. Chaplin, Kamus lengkap psikologi, terj. Kartini Katono, (Jakarta: Rajawali Pers,

2010), hlm. 253.

7

Walters dan Gardner , sebagaimana dikutip Saifuddin Azwar,

berpendapat intelegensi adalah suatu kemampuan atau serangkaian

kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau

produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.9 Menurut

William stern, sebagaimana dikutip oleh baharuddin, intelegensi adalah

kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi keadaan-keadaan

atau kesulitan baru dengan sadar, dengan berpikir cepat dan tepat.10

Sedangkan menurut Terman, sebagaimana dikutip oleh F. Patty et. al,

intelegensi adalah kesanggupan belajar secara abstrak.11

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa intelegensi

adalah suatu kesanggupan atau kemampuan untuk melaksanakan

pekerjaan dengan cepat, mudah, dan tepat (memadai).12

Kecerdasan intelegensi (Intelligence Quotient) adalah satu indeks

tingkat relative kecermelangan anak, setelah ia dibandingkan dengan anak-

anak lain yang seusia.13

Pengukuran intelegensi yang pertama dilakukan

oleh Alfred Binet, pengukuran yang digunakan oleh binet mengambil

perbedaan antara usia mental (MA) dan usia kronologis (CA).14

menurut

binet intelegensi anak akan terus bertambah sampai umur 15, di atas umur

15 yang bertambah hanyalah pengetahuannya saja.15

9 Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 7.

10 Baharuddin, Psikologi, hlm. 126.

11 F. Patty, et. al, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm.

128.

12 Baharuddin, Psikologi, hlm. 127.

13 J. P. Chaplin, Kamus, hlm. 253.

14 Desmita, Psikologi, hlm. 164.

15 Baharuddin, Psikologi, 128.

8

Binet dibantu dengan simon mengklasifikasikan kecerdasan

intelegensi (IQ) menjadi 8 golongan16

:

Tabel 1. Klasifkasi Tingkatan Menurut Binet

Interval Predikat

140 ke atas Sangat Cerdas

120 – 140 Cerdas

110 – 120 Pandai

90 – 110 Normal

70 – 90 Bodoh

50 – 70 Debil

30 – 50 Embisil

Di bawah 30 Idiot

William Stern menyempurnakan tes intelegensi Binet, Stern

mengembangkannya dengan istilah IQ (Intelligence Quotient) yang

menggambarkan inteligensi sebagai rasio antara usia mental dengan usia

kronologis dengan rumus: IQ = . Angka hasil tes IQ

diklasifikasikan sebagai berikut:17

16

Baharuddin, Psikologi, 131 - 132.

17 Desmita, Psikologi, hlm. 165.

9

Tabel 2. Klasifikasi tingkatan IQ Menurut Stern

IQ Klasifikasi Tingkat Sekolah

Di atas 139 Sangat superior Orang yang sangat pandai

120 – 139 Superior Dapat menyelesaikan pendidikan di

universitas tanpa banyak kesulitan

110 – 119 Di atas rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan

tanpa kesulitan

90 – 109 Rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah lanjutan

80 – 89 Di bawah rata-rata Dapat menyelesaikan sekolah dasar

70 – 79 Borderline Dapat mempelajari sesuatu tapi lambat

Di bawah

70

Terbelakang secara

mental

Tidak bisa mengikuti pendidikan di

sekolah

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan klasifikasi tingkatan

IQ menurut William Stern.

2. Belajar

Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara

perangsang dan reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi

yang dipelopori oleh Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran

koneksionisme orang belajar karena menghadapi masalah yang harus

dipecahkan.18

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksinya

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor.19

18

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010), hlm 208.

19 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2011), hlm.

13.

10

Menurut Clifford T. Morgan, sebagaimana yang dikutip

Mustaqim, mengemukakan definisi dari belajar, ”learning is any

relatively permanent change in behaviour that is result of past

experience”.20

Menurut Dalyono, salah satu elemen penting dalam belajar adalah

perubahan. Pendapat ini didasarkan pada definisi para ahli yang

menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan. Misalnya definisi

yang dikemukakan oleh Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang

relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan

atau pengalaman.21

Jadi belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan

tingkah laku yang dihasilkan dari pengalaman seseorang maupun interaksi

dengan lingkungannya.

Dari pengertian di atas terlihat bahwa belajar merupakan suatu

proses yang aktif. Belajar juga merupakan proses mereaksi terhadap

semua situasi yang ada di sekitar individu. Atau bisa pula disebutkan

belajar merupakan proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat

melalui berbagai pengalaman, dan belajar adalah juga proses melihat,

mengamati, memahami sesuatu.22

Banyak sekali teori yang membahas

tentang belajar. Setiap teori mempunyai landasan sebagai dasar

perumusan. Bila ditinjau dari landasan itu, maka teori belajar dapat

dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu asosiasi dan gestalt 23

.

Pada prinsipnya belajar merupakan suatu proses merubah diri

dalam bentuk aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu

(behavioral changes) peserta didik baik mengenai tingkat kemajuan

20

Mustaqim. Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 33.

21 M. Dalyono, Psikologi, hlm. 211.

22 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru

Algesindo, 2008), hlm.28.

23 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung, Sinar Baru

Algesindo, 2004), hlm.15.

11

intelek, perkembangan jiwa, sikap, pengertian, kecakapan, kebiasaan,

penghargaan, minat, penyesuaian diri dan segala aspek orgenisme pada

umumnya.

3. Hasil Belajar

a. Pengertian

Banyak pendapat yang dikemukakan berkaitan dengan hasil

belajar, baik dari kalangan islam maupun lainnya. Misalnya al-Zarnuji

yang berangkat dari suatu konsep dasar, bahwa belajar bernilai ibadah

dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi

dan ukhrowi. Ia menekankan bahwa proses belajar mengajar

hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada

tiga ranah, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Lebih

dari itu, hasil dari proses belajar mengajar hendaknya dapat diamalkan

dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan

manusia.

Hasil belajar juga adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward

Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni ketrampilan dan

kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.

Baginya belajar menghasilkan perubahan dari semua proses belajar.

Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri peserta didik karena

sudah menjadi bagian dalam kehidupan peserta didik tersebut. 24

Dari semuanya maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar

merupakan :

1) Pengamalan ilmu yang telah diperoleh demi kemaslahatan diri dan

sesamanya, dan mendapatkan kebahagiaan duniawi dan ukhrowi.

2) Perubahan mental dan tingkah laku pada individu.

24

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1999), hlm. 22.

12

3) Suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah

dilakukan berulang-ulang.

4) Hasil belajar akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan

tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta

dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai

hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir

serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif

dan ranah psikomotoris.25

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemehaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi.26

Dalam matematika tujuan utama pembelajaran yang ingin dicapai

adalah tujuan pembelajaran yang berdasarkan ranah kognitif ini.27

Dan

berikut ini sekilas penjelasannya satu per satu: 28

1) Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang

dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali

pengetahuan yang pernah diterimanya.

2) Tingkat pemahaman (comprehension), diartikan sebagai

kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,

25

Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.

26 Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.

27Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang

Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 139.

28 Uno, Model, hlm. 140.

13

menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri

tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

3) Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan

seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan

berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4) Tingkat analisis ( analysis ), yaitu sebagai kemampuan seseorang

dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta

mengklasifikasi menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar

dapat menghubungkan dengan data-data yang lain.

5) Tingkat sintesis (synthesis), yakni sebagai kemampuan seseorang

dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur

pengetahuan yang ada sehingga berbentuk pola baru yang lebih

menyeluruh.

6) Tingkat evaluasi (evaluation), yakni sebagai kemampuan seseorang

dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan

kriteria atau pengetahuan yang dimiliki.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,

dan internalisasi.29

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotoris, yakni gerakan reflek, keterampilan gerak dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.30

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar

mengajar

Dari dimensi peserta didik masalah-masalah belajar yang dapat

muncul sebelum kegiatan belajar dapat berhubungan dengan

karakteristik/ciri peserta didik, baik berkenaan dengan minat,

29

Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 22.

30 Nana Sudjana, Penilaian, hlm. 23.

14

kecakapan maupun dengan pengalaman-pengalaman. Sedangkan dari

dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan belajar,

selama proses belajar, masalah belajar dan evaluasi hasil belajar.

Betapa tingginya nilai sebuah keberhasilan sampai-sampai

seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan

program pengajarannya dengan baik dan sistematik. Namun terkadang,

keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemui;

disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya,

jika keberhasilan itu dapat tercapai, maka berbagai faktor itu juga

menjadi pendukungnya. Berbagai faktor tersebut antara lain:

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-

faktor tersebut meliputi:31

a) Karakteristik peserta didik

Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang bermacam-

macam. Karakteristik peserta didik yang berhubungan dengan

aspek-aspek yang melekat pada diri peserta didik, seperti

motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya belajar,

kepribadian dan sebagainya. Karakteristik peserta didik

merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran.

Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas

seorang peserta didik.32

b) Intelegensi dan bakat

Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya

tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung

baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung

31

Baharuddin, et. al., Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),

hlm. 19.

32 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2008), hlm. 158.

15

mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berfikir sehingga

prestasi belajarpun rendah. Bakat, juga besar pengaruhnya

dalam menentukan keberhasilan belajar.33

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang. Menurut Syatha Al-Dimysthi dalam Mahmud: setiap

orang memiliki bakat (maziyyah) masing-masing yang tidak

dimiliki orang lain. Manusia berpotensi untuk mencapai

prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas

masing-masing.34

Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi

belajar. Korelasi antara bakat misalnya untuk mata pelajaran

tertentu dan prestasi untuk bidang studi itu setinggi 70. Hasil

itu akan tampak apabila peserta didik dalam suatu kelas

diberikan metode yang sama dan waktu belajar yang sama.

Atas kepercayaan itu timbul kepercayaan pada pendidik bahwa

suatu pelajaran tertentu dan pelajaran yang lain hanya dapat

dikuasai sempurna oleh sebagian peserta didik saja, yaitu yang

mempunyai bakat khusus pada mata pelajaran yang

bersangkutan itu saja.35

c) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar

pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang

selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan

sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk

belajar.36

33

M. Dalyono, Psikologi, hlm. 56.

34 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 97.

35 Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), hlm. 38.

36 M. Dalyono, Psikologi. hlm. 55.

16

Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat

melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang

kurang segar akan berbeda pengaruhnya dengan keadaan

jasmani yang segar, keadaan jasmani yang lelah berbeda

pengaruhnya dengan yang tidak lelah.37

Demikian pula jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik,

misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa

karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab

lainnya, ini dapat mengurangi semangat belajar.

d) Minat dan motivasi

(1) Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri

sendiri. Semakin kuat atau besar hubungan tersebut,

semakin besar minatnya.38

(2) Motivasi

Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan

kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi

peserta didik agar dapat mendayagunakan potensi-potensi

yang ada pada dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar.

Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan tampak

melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses

belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya,

mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran,

mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu,

mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan

tuntutan pembelajaran.39

Motivasi dan belajar merupakan hal yang paling

memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku

37

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010),

hlm. 235.

38 H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 121.

39 Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: ALVABETA, CV, 2009), hlm.

180.

17

secara relative permanent dan secara potensial terjadi

sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced

practice).40

e) Kebiasaan belajar

Belajar merupakan proses bernilai tambah dilihat dari

perubahan perilaku.41

Dalam kaitanya dengan perkembangan

manusia, belajar adalah merupakan faktor penentu proses

perkembangan, manusia memperoleh hasil perkembangan

berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, reaksi,

keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia

adalah dioperoleh melalui belajar.42

Selain itu, teknik-teknik belajar perlu diperhatikan,

bagaimana cara membaca, mencatat, menggarisbawahi,

membuat ringkasan, apa yang harus dicatat dan sebagainya.

Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan

waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran

dan penyesuaian bahan pelajaran.43

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Guru

Guru sebagai komponen pendidikan dan pengajaran di

sekolah menjalankan tugas dan fungsinya di dalam proses

belajar dan mengajar atas dasar kemampuan mengajar yang

dimiliki (hariwung, 1989).44

Guru mempunyai tugas mengatur

lingkungan/kelas sedemikian rupa, sehingga memungkinkan

40

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

hlm. 23.

41 Sudarwan Denim, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, (Bandung: CV Alfabeta,

2010), hlm. 190.

42 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hlm. 54.

43 M. Dalyono, Psikologi, hlm. 58.

44 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: CV Alfabeta, 2009), hlm.

35.

18

suburnya perhatian konsentrasi dalam setiap proses belajar

mengajar berlangsung.45

Kegiatan belajar peserta didik banyak

dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru.46

Dalam segi guru, tujuan pembelajaran juga dapat

mempengaruhi. Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai

sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal

tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran.

Tergapainnya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.47

Perumusan tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula

terhadap adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus

diterapkan. Jadi, dalam penerapan suatu strategi pembelajaran

tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai.48

Di kelas, salah satu tugas guru tak lain adalah mengenal

peserta didik yang diajarnya. Yakni sifat peserta didik secara

umum maupun secara khusus.49

Secara umum itu berkaitan

dengan ukuran umur seorang peserta didik, anak usia rendah

tentu saja memiliki sifat yang berbeda dengan anak yang

usianya tinggi, dalam kisaran umur tertentu cara berfikir

seorang anak berbeda-beda. Seorang guru harus tahu taraf umur

peserta didik yang diajarnya, hal ini berkaitan dengan

penggunaan bahasa dan sikap yang sesuai dengan peserta didik

45

Mustaqim, Psikologi, hlm. 73.

46 Nana Sudjana, Dasar, hlm. 72.

47Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Balajar Mengajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA,

2006), hlm. 109.

48 Made, Wena, strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta timur: RT Bumi

Aksara, 2009), hlm. 14.

49 Uyoh Sadulloh, et. al., Pedagogik, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), hlm. 133.

19

yang dihadapi. Sedangkan sifat khusus yaitu sifat yang

berbeda-beda pada setiap individu pada taraf umur yang sama.

Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua

dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu materi

pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya,

sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses

penyampaian materi.50

Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan

utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran.

Dalam kondisi seperti inilah penguasaan materi oleh guru

mutlak diperlukan agar dalam penyampaian materi kepada

peserta didik guru dapat menjelaskanya dengan efektif,

sehingga peserta didik mengerti akan penjelasan tersebut.

Adapun dalam segi peserta didik, untuk menguasai suatu bahan

atau materi pelajaran diperlukan waktu yang berbeda-beda bagi

setiap peserta didik.51

Begitu pentingnya peran guru dalam pendidikan, maka

dari kompetensi guru sangat dipertanggungjawabkan saat

pengajaran. Beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru

yaitu: profesi, penguasaan bahan pembelajaran, penggunaan

metode pengajaran, perancangan peran secara situasional, dan

penyesuaian pelaksanaan pembelajaran.52

b) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi

tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode

pengajarannya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan

50

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 60.

51 Sardiman, A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2010), hlm. 167.

52 Marno, et. al., Strategi & Metode Pengajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.

54.

20

anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan

ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib

sekolah, dan sebagainya, hal ini turut mempengaruhi

keberhasilan belajar peserta didik.53

(1) Sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung

secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,

misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran,

perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.54

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah,

ruang belajar, lapangan olahraga, ruang kesenian dan

peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku

pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium

sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain.

Lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan

terselenggaranya proses belajar yang baik.55

(2) Kurikulum

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri

pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan

sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan

pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu

yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut berisi

tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-

mengajar, dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut

guru menyusun desain instruksional untuk membelajarkan

53

M. Dalyono Psikologi, hlm. 59.

54 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 200.

55 Dimyati, et. al., Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm.

249.

21

peserta didik. Hal itu berarti bahwa program pembelajaran

di sekolah sesuai dengan system pendidikan nasional.56

c) Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan sekolah seperti para guru, para tenaga

kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-

teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang

peserta didik. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan

perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang

baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin

membagi dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang

positif bagi kegiatan belajar peserta didik.

Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial peserta

didik adalah masyarakat dan tetangga dan teman-teman se

permainan di sekitar perkampungan peserta didik tersebut.

Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba

kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat

mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Paling tidak,

peserta didik tersebut akan menemukan kesulitan ketika

memerlukan teman atau berdiskusi atau meminjam alat-alat

belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.57

Secara lebih luas dan lebih mencakup, lingkungan

pembelajaran mengacu pada berbagai subtansi yang dapat dan

perlu dijadikan sumber materi pembelajaran, serta digunakan

sebagai sumber materi pembelajaran.58

56

Dimyati, et. al., Belajar, hlm. 253.

57Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010), hlm.

125.

58 Prayitno, Pendidikan; Dasar Teori Dan Praksis, (Jakarta: PT Grasindo, 2009), hlm. 56.

22

4. Belajar Matematika

a. Tinjauan tentang Matematika

Sebelum membahas tentang belajar matematika, terlebih

dahulu dibahas tentang matematika. Russel sebagaimana dikutip

Carpenter mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang

dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju

arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal tersusun secara bertahap

menuju arah yang rumit, dari bilangan bulat ke pecahan, bilangan real

ke bilangan komplek, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial

dan integral, dan akhirnya menuju matematika yang lebih tinggi.59

Matematika (Mathematics) adalah suatu sistem yang rumit

tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang. Pada

suatu tingkat rendah ada ilmu hitung, aljabar dan ilmu ukur. Tetapi

setiap ini telah diperluas pada tingkat yang lebih tinggi dan banyak

cabang baru bertambah.60

Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas dapat

disarikan bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang

merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan

berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi,

analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas, serta

mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri,

dan analisis.61

b. Belajar Matematika

Setelah dikemukakan mengenai belajar dan matematika,

selanjutnya dapat diketahui mengenai hakikat belajar matematika.

Schoenfeld mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan

dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat

59

Uno, Model, hlm. 129.

60 Hollands, Kamus, hlm. 81.

61 Uno, Model, hlm. 129.

23

keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan

pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik

dan sosial.62

5. Peserta didik yang mempunyai IQ tinggi tetapi memperoleh hasil belajar

matematika rendah (Bright Underachiever)

a. Pengertian

Underachiever merupakan istilah yang sering digunakan

untuk anak yang mempunyai kemampuan-kemampuan spesial

ataupun IQ yang tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar yang

rendah. James S. Brown berpendapat bahwa underachiever adalah

anak yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi menunjukkan hasil

belajar yang lebih jelek.63

Underachiever adalah anak yang

memperoleh hasil belajar atau prestasi belajar di sekolah lebih jelek

daripada kemampuan yang mereka miliki.64

Anak yang mempunyai kemampuan spesial yang memperoleh

hasil belajar rendah adalah anak yang mempunyai hasil belajar yang

jauh lebih rendah dari potensi akademik mereka.65

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Bright

Underachiever adalah anak yang hasil belajarnya tidak sesuai dengan

kemampuan yang mereka miliki.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan Underachievement

Underachievement tidak hanya murni karena kesalahan yang

dilakukan oleh peserta didik, lingkungan tempat tinggal, teman

sekolah, pendidik, dan keluarga juga bisa menjadi penyebab

62

Uno, Model, hlm.130.

63 James S. Brown, Rescuing Our Underachieving Sons, (United States of America:

Xlibis Corporation, 2011), hlm. 127.

64 Kiesa Kay, et. al., High IQ Kids: Collected Insight, Information, and Personal Stories

from The Expert, (Minneapolis: Free Spirit Publishing Inc., 2007), hlm. 127-128.

65 Mahmood Ahmad Khan, Gifted Achievers and underachievers ~ An Apprasial, (New

Delhi: Taarun Offset Printers, 2005), hlm. 18.

24

underachievement. Underachievement bisa disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya:

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bukan berasal dari

individu yang bersangkutan. Faktor eksternal meliputi:

a) Keluarga

Setiap orang tua pasti menginginkan hasil belajar yang

maksimal dari anak mereka. Akan tetapi cara orang tua

mengekspresikan keinginan mereka terkadang tidak sesuai

dengan anak mereka. Tuntutan atau harapan yang berlebihan

dari orang tua bisa menjadi beban tersendiri bagi anak,

sehingga bisa berimbas pada hasil motivasi anak.66

Kebiasaan interaksi yang dilakukan orang tua juga bisa

mempengaruhi hasil belajar anak.67

Orang tua yang kurang

mendukung anaknya dalam belajar bisa berakibat pada mental

anak dan selanjutnya berpengaruh terhadap hasil belajar anak

mereka.

Menurut David A. Sousa menyatakan bahwa keluarga bisa

mempengaruhi hasil belajar anak, diantaranya:68

1) Orang tua menunjukkan sikap yang tidak mendukung anak.

2) Kurang terlibat dan kurang tegas dalam pendidikan anak

3) Mengharap terlalu berlebihan terhadap anak

4) Tidak percaya terhadap kemampuan belajar mereka

b) Sekolah

Sekolah merupakan tempat mencari ilmu anak. Untuk

mendapatkan hasil yang maksimal peserta didik haruslah

66

Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan

Keluarga, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), hlm. 59.

67 Kiesa Kay, et. al., High, hlm. 136.

68 David A. Sousa, How The Gifted Brain Learns, (California: A Sage Company, 2009),

hlm. 95.

25

termotivasi untuk bekerja lebih keras. Menurut saifudin Azwar

sekolah haruslah menyiapkan kurikulum khusus untuk

mengoptimalkan bakat dan kemampuan anak yang mempunyai

IQ tinggi.69

Apabila anak yang mempunyai IQ tinggi

disamakan dengan yang lain akan timbul kebosanan yang

memicu anak untuk berbuat sesuatu yang bisa menyebabkan

teranggunya aktifitas belajar mengajar.70

Sedangkan menurut David A. Sousa, sekolah dapat

mempengaruhi anak, faktor-faktor tersebut diantaranya:71

1) Kurangnya hubungan yang harmonis antara pendidik dan

peserta didik

2) Waktu yang disediakan terlalu sedikit

3) Suasana kelas yang kurang mendukung

4) Kurang menarik dan tak termotivasi di sekolahan

c) Lingkungan tempat tinggal

Bright Underachiever biasanya bertempat tinggal yang berisik,

lingkungan pekerja, lingkungan yang tidak mendukung

pendidikan.72

2. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari

peserta didik dan menyebabkan underachievement. Terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan bright underachiever,

diantaranya:

69

Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 172.

70 Saifuddin Azwar, Pengantar, hlm. 171.

71 Sousa, How, hlm.95.

72 Khan, Gifted, hlm. 30.

26

a) Motivasi

Motivasi dari peserta didik merupakan hal yang penting.

Motivasi dapat tumbuh dari hadiah (rewards) yang bisa berupa

nilai atau bingkisan kecil.73

b) Kepribadian

Ada lima karakter kepribadian yang mempunyai pengaruh

paling besar, yaitu: mental, kurang percaya diri, ikut-ikutan,

keterbukaan, dan kehati-hatian.74

c) Pembebanan

Sering kali guru memberikan anak didiknya dengan berbagai

tugas yang dijadikan beban oleh anak.75

c. Karakteristik bright underachiever

Seorang anak yang memiliki kecerdasan intelegensi yang

tinggi (bright/gifted) memiliki karakteristik yang bisa menjadikannya

upperachiever, akan tetapi juga memiliki karakteristik yang

membuatnya menjadi underachiever. S. C. U. Munandar, sebagaiman

yang dikutip Sutjihati Somantri, mengutip dari Hoyle dan Wilks

dalam menentukan kriteria yang dimiliki oleh seorang yang berbakat

(bright), diantaranya:

1) Memiliki kemampuan berfikir superior, abstrak, menggenalisir

fakta, memahami makna, dan memahami hubungan

2) Memiliki hasrat ingin tahu yang luas

3) Memiliki rentang minat yang luas

4) Memiliki rentang perhatian yang luas yang memungkinkan daya

konsentrasi bertahan dalam pemecahan masalah dan berhasrat

tinggi untuk menyelesaikannya

73

Diane Montgomery, Able, gifted, and Talented Underachievers, (West Sussex,

PO198SQ: John Willey & Sons Ltd, 2009), hlm. 9.

74 Diane Montgomery, Able, hlm. 10.

75 Diane Montgomery, Able, hlm. 14.

27

5) Memilliki kemampuan berbahasa tinggi baik dalam kuantitas

maupun kualitas dibandingkan teman sebayanya

6) Memiliki kemampuan bekerja efektif dan mandiri

7) Memiliki kesiapan belajar lebih awal

8) Menunjukkan kekuatan pengamatan yang tajam

9) Menunujukkan inisiatif dan originalitas pekerjaan intelektual

10) Mampu dan siap merespon secara cepat terhadap gagasan baru

11) Mampu mengingat secara cepat

12) Menunjukkan minat yang luas terhadap masalah manusia dan

dunia

13) Memiliki imajinasi yang luar biasa

14) Mampu mengikuti petunjuk yang sulit secara mudah

15) Mampu membaca cepat.76

Sedangkan Wolf & Stephen, seperti yang dikutip Saifuddin

Azwar, mengutip hasil penelitian yang dilakukan Terman dan kawan-

kawannya mengenai karakteristik gifted/bright, karakteristik tersebut

sebagai berikut:

1) Cepat belajar

2) Berminat dalam membaca biografi-biografi

3) Punya kecenderungan ilmiah

4) Telah dapat membaca sebelum masuk sekolah

5) Suka belajar

6) Mempunyai penalaran abstrak yang baik

7) Mampu berbahasa dengan baik

8) Tulisan tangannya jelek

9) Anak tunggal

10) Anak sulung

11) Lahir dari pasangan suami istri yang agak tua

76

T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama,

2007), hlm. 171.

28

12) Penyesuaiannya baik

13) Sehat jasmaniah

14) Punya skor tinggi dalam berbagai tes prestasi

15) Imajinasinya baik

16) Tingkat energy tinggi77

Karakteristik di atas bisa ditemui pada seorang anak yang

mempunyai IQ tinggi, akan tetapi juga bisa hanya beberapa

karakteristik saja yang ditemui pada seorang anak Bright.

Sedangkan karakteristik atau sifat-sifat yang menyebabkan

underachiever sering ditemui pada anak yang berbakat. Mahmood

Ahmad Khan menyebutkan ada beberapa hal yang sering terdapat

pada bright underachiever, diantaranya:

a) Kurang motivasi

b) Kurang tekun

c) Membuat kesalahan

d) Ketidakmampuan dalam menerjemahkan masalah

e) Kurangnya minat

f) Menganggap tugas sebagai beban

g) Kebingungan dalam memulai menyelesaikan masalah

h) Menunda-nunda pekerjaan

i) Kurang mampu mengidentifikasi kesalahan

j) Merasa bertanggung jawab pada orang lain

k) Berlarut-larut dalam kesulitan pribadi

l) Meremehkan

m) Belajar terlalu keras atau terlalu malas

n) Kurang mampu menahan euphoria

o) Ketidak mauan untuk melihat lingkungan sekitar

p) Kurang seimbang dalam berfikir secara analitis dan sintetis

q) Terlalu percaya diri atau kurang percaya diri

77

Saifuddun Azwar, Pengantar, hlm. 139.

29

r) Kurang mampu mengontrol emosi78

Underachievers seringkali tidak yaqin bisa memperoleh hasil yang

lebih baik, walaupun mereka sudah berusaha lebih keras.79

Sedangkan Michael D. Whitley membagi karakteristik

Underachiever menjadi dua, yaitu karakteristik umum dan karakteristik

khusus. Karakteristik umum meliputi:

a) Kurangnya usaha dalam meraih kesuksesan

b) Kurang tekun

c) Underachievement merupakan masalah yang serius dan tidak

hilang begitu saja

d) Underachievement bisa terjadi pada beberapa kasus

e) Tidak mengerjakan tugas sebagaimana mestinya80

Sedangkan karakteristik khusus meliputi:

a) Kurang bisa menerima tanggung jawab untuk diri sendiri

b) Tidak berkorban untuk masa depan

c) Hanya bergantung pada usaha sendiri

d) Merasa ketakutan menanggung tanggung jawab pribadi

e) Menciptakan kebebasan yang membuat mereka kurang

bertanggung jawab

f) Kurang bisa mengontrol emosi81

78

Khan, Gifted, hlm. 31-32.

79 Sylvia Rimm, When Gifted Students Underavhieve: What You Can Do About It,

(Texas: Prufrock Press Inc, 2006), hlm. 6.

80 Michael D. Whitley, Bright Minds, Poor Grades: Understanding and Motivating Your

Underachiving Child, (New York: The Berkley Publishing Group, 2001)., hlm. 15-20.

81 Whitley, Bright, hlm. 20-29.

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

sering dianggap berlawanan dengan penelitian kuantitatif karena tidak

menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan

penafsiran terhadap hasilnya.82

Dengan penelitian ini peneliti mencoba

mengungkapkan faktor-faktor penyebab peserta didik yang mempunyai IQ

tinggi tetapi memperoleh hasil belajar yang rendah. Adapun simpulan dari

penelitian ini hanya berlaku bagi peserta didik di kelas yang diteliti dan tidak

digeneralisasikan.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Semarang. Madrasah ini

beralamat di jalan Brigjen Sudiarto desa Pedurungan Kidul Kec. Pedurungan

Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 April

2012. Peneliti melakukan penelitian di MAN 1 Semarang dan mengambil

subjek pada kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 karena peneliti menganggap

masalah yang ditemukan di dua kelas tersebut sangat urgen karena peneliti

menemukan banyak peserta didik yang terkatagori bright underachiver.

C. Sumber Penelitian

Pada penelitian kualitatif, pengambilan subyek tidak perlu banyak.

Dalam penelitian ini yang diperlukan adalah faktor yang menyebabkan

peserta didik memperoleh hasil belajar rendah. Subyek penelitian ini adalah

peserta didik kelas XI IPA 4 dan IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran

2011/2012 yang mempunya skor IQ di atas rata-rata akan tetapi memperoleh

hasil belajar di bawah KKM.

82

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), hlm. 12.

31

D. Fokus Penelitian

Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas atas dasar

fokus. Pemikiran fokus terliput di dalam perumusan latar belakang studi dan

permasalahan. Fokus juga berarti penentuan keluasan (scope) permasalahan

dan batas penelitian.83

Dalam hal ini peneliti menentukan fokus berdasarkan

keterikatan atau ketentuan lokasi serta berdasarkan penentuan kriteria inklusi

dan eksklusi informasi baru.

Berdasarkan kedua batasan tersebut maka fokus penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a. Penelitian dilakukan pada peserta didik MAN 1 Semarang kelas XI IPA 4

dan IPA 5 tahun ajaran 2011/2012

b. Inklusi dan eksklusi informasi baru dibatasi pada informasi yang memiliki

keterkaitan dengan faktor penyebab peserta didik kelas XI IPA 4 dan IPA

5 yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar rendah.

E. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah lalu.84

Teknik

pengumpulan data dengan metode dokumentasi difokuskan untuk

memperoleh data hasil tes IQ, hasil ulangan akhir semester gasal peserta

didik kelas XI IPA 4 dan IPA 5 tahun ajaran 2011/2012, informasi tentang

keadaan MAN 1 Semarang. Peniliti memperoleh data dari dokumentasi

sekolah.

2. Observasi

Observasi (mengamati) adalah menatap kejadian, gerak atau

proses.85

Teknik pengumpulan data dengan metode observasi difokuskan

83

Nurul Zuriah, Metodologi, hlm.94

84 Sugiyono, metode, hlm. 329.

85 Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 230.

32

untuk memperoleh data tentang keadaan geografis sekolah. Observasi

dilakukan di lingkungan sekitar sekolah. Observasi yang digunakan

adalah observasi tak bestruktur, yaitu observasi yang tidak dipersiapkan

secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.86

3. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.87

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan

beberapa peserta didik dan pendidik sebagai responden dengan

menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilaksanakan setelah

memilih peserta didik dengan kriteria yang telah ditentukan. Wawancara

difokuskan untuk memperoleh keterangan mengenai faktor penyebab

peserta didik memperoleh hasil belajar matematika yang rendah. Peneliti

menggunakan wawancara terstruktur dalam melakukan wawancara,

artinya peneliti menyiapkan daftar wawancara sebagai pedoman

wawancara.

F. Analisis Data Penelitian

Analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara

sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan

lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.88

Analisis data melibatkan

pengerjaan pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data, pencarian pola-

pola, pengungkapan hal yang penting dan penentuan apa yang dilaporkan.

Metode analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif data ini bertujuan untuk mengetahui

banyaknya peserta didik yang mempunyai kecerdasan intelegensi (IQ)

tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika rendah. Analisis

86 Sugiyono, Metode, hlm. 313.

87 Sugiyono, Metode, hlm. 317.

88 Nurul Zuriah, Metodologi, hlm. 109-110.

33

semacam ini menghasilkan data-data yang berupa angka. Sedangkan data

yang berupa angka atau kuantitatif diolah dengan cara non-statistik. Apa

yang disebut sebagai analisis non-statistik adalah mencari proporsi,

mencari persentase dan rasio.89

Dalam hal ini peneliti menggunakan

teknik persentase. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan

persentase adalah sebagai berikut:

X = N

nx 100%

Keterangan:

X = Persentase peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi

memperoleh hasil belajar rendah

n = Jumlah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi

memperoleh hasil belajar rendah

N = Jumlah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi

2. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

yang menyebabkan peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi

memperoleh hasil belajar rendah. Adapun langkah yang ditempuh dalam

analisis kualitatif yaitu:

a. Koleksi Data

Koleksi data dilakukan secara tiga tahap, yaitu dengan

dokumentasi, observasi, dan wawancara. Koleksi data dengan

dokumentasi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil test

IQ, hasil ulangan akhir semester matematika, dan keadaan umum

MAN 1 Semarang. Wawancara bertujuan untuk memperoleh

informasi tentang faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar

matematika peserta didik rendah. Observasi bertujuan untuk

memperoleh data tentang keadaan geografis sekolah.

89

Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 344.

34

b. Mereduksi Data

Reduksi data dilakukan setelah membaca dan mempelajari

data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Reduksi data

diartikan sebagai proses menyeleksi, memfokuskan,

menyederhanakan, mengabstraksikan dan membuang data yang tidak

perlu. Dalam melakukan reduksi, langkah yang dilakukan sebagai

berikut:

1) Hasil rekaman diputar beberapa kali sampai jelas dan benar apa

yang diungkapkan peserta didik saat wawancara, kemudian

semua pembicaraan dicatat.

2) Hasil transkrip diperiksa ulang kebenarannya oleh peneliti dengan

mendengarkan kembali ungkapan-ungkapan disaat wawancara.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan transkripsi.

3) Hasil transkrip untuk setiap obyek diketik sesuai dengan informasi

yang diperlukan.

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang

tersusun rapi dan terorganisir sehingga memungkinkan untuk menarik

kesimpulan dari data tersebut. Pada tahap ini data yang telah

ditranskrip akan diklasifikasikan agar data yang dikumpulkan

terorganisir dengan baik.

d. Verifikasi data

Uji keabsahan atau verifikasi data dilakukan dengan

triangulasi data. Pada penelitian ini, dilakukan triangulasi sumber dan

waktu, artinya memeriksa keabsahan data dengan cara

membandingkan hasil dokumentasi dengan hasil wawancara, juga

membandingkan hasil wawancara pada waktu yang berbeda.

e. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah data terkumpul.

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan merangkum berdasarkan

semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan penyajian data.

35

BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Laporan Hasil Penelitian

1. Data Umum

a. Profil MAN 1 Semarang

Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1 berasal dari alih fungsi

Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) Sunan

Kalijogo Yogyakarta di Semarang. Dengan demikain status Sekolah

Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) di Semarang adalah

Sekolah Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijogo Yogyakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama nomor : 17 tahun 1978.

Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri (SP IAIN) Semarang

berubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri Semarang 1.

Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri dari:

Pendidik berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63 orang PNS

NIP 150, 13 orang PNS NIP 130 dan dibantu Pendidik berstatus Tidak

Tetap (GTT) sebanyak 6 orang . Dan dari 76 pendidik yang mengajar

di MAN 1 Semarang 10 diantaranya berjiazah terakhir Magister / S.2

Tempat pembelajaran di MAN 1 Semarang terdiri dari: ruang

kelas sejumlah 36 kelas, 6 ruang laboratorium terdiri dari

laboratorium Bahasa, Biologi, Kimia, Fisika, Keterampilan dan

Komputer, di samping tersedia 1 ruang aula dan 2 ruang asrama

(Asrama Putra dan Putri).90

b. Letak Geografis

MAN 1 Semarang terletak di Jl. Brigjen S Sudiarto

Pedurungan Kidul Semarang. MAN 1 semarang terletak di

pemukiman warga. Di samping kiri dan kanan sekolah merupakan

90

Dokumentasi MAN 1 Semarang.

36

perumahan warga dan warnet. Sebelah barat sekolah terdapat kampus

STEKOM.91

c. Struktur Organisasi Sekolah

Struktur organisasi sekolah MAN 1 Semarang dikepalai oleh

seorang kepala sekolah dan dibantu oleh kepala urusan tata usaha,

wakil kepala (waka), yaitu waka kurikulum, waka kesiswaan, waka

sarana prasarana, dan waka humas, Koordinator BK, Litbang dan

Akademis (untuk lebih lengkap lihat pada lampiran no. 1).

d. Jumlah Pendidik, Karyawan, dan Peserta Didik

1) Jumlah pendidik di lingkungan MAN 1 Semarang berjumlah:

Jumlah pendidik yang ada di MAN 1 Semarang sebanyak

77 orang, meliputi 58 orang guru tetap dan 19 orang pendidik

bantu. Jenjang pendidikan pendidik tertinggi S2 dan tinggkat

terendah D2. Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri

dari: Pendidik berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63

orang PNS NIP 150, 13 orang PNS NIP 130 dan dibantu Pendidik

berstatus Tidak Tetap (GTT) sebanyak 6 orang. Dari 77 pendidik

yang mengajar di MAN 1 Semarang 10 diantaranya berjiazah

terakhir Magister / S.2 (untuk lebih lengkap lihat di lampiran no.

2).

2) Jumlah karyawan

Jumlah staf TU dan karyawan MAN 1 Semarang sebanyak

15 orang . Tingkat pendidikan tertinggi SLTA dan terendah SD,

terdiri dari 8 orang karyawan tetap dan 2 karyawan tidak tetap

(untuk lebih lengkap lihat di lampiran no. 2).

3) Jumlah peserta didik

Jumlah peserta didik MAN 1 Semarang sebanyak 1150

peserta didik yang terbagi dalam 36 kelas. Kelas X terdiri dari 389

peserta didik , kelas XI terdiri dari 379 peserta didik , dan kelas

91

Hasil observasi di MAN 1 Semarang pada tanggal 11 April 2012.

37

XII terdiri dari 382 peserta didik (untuk lebih lengkap lihat di

lampiran no. 2).

2. Data Penelitian

a. Hasil Tes IQ dan Hasil Belajar Peserta Didik Semester Ganjil92

Hasil tes IQ peserta didik kelas XI IPA 4 diperoleh data

sebagai berikut:

Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 90 – 109

sebanyak 35 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai IQ

antara 110 – 119 sebanyak lima peserta didik.

Tabel 3.

Jumlah Peserta didik dan rentang IQ kelas XI IPA 4

Skor IQ Jumlah Peserta Didik

90 – 109 35

110 – 119 5

Hasil ulangan akhir semester (UAS) ganjil kelas XI IPA 4

tahun ajaran 2011/2012 diperoleh data sebagai berikut:

Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak

mencapai KKM sebanyak 34 peserta didik. Peserta didik yang

memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak lima

peserta didik. Peserta didik yang tidak mempunyai nilai UAS

sebanyak satu peserta didik. Peserta didik yang memperoleh skor IQ

di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai

KKM sebanyak satu peserta didik. Peserta didik yang memperoleh

skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak

mencapai KKM sebanyak empat peserta didik (untuk lebih lengkap

lihat lampiran no. 3).

Hasil tes IQ peserta didik kelas XI IPA 5 diperoleh data

sebagai berikut:

92

Dokumentasi MAN 1 Semarang.

38

Peserta didik yang memperoleh nilai IQ antara 90 – 109

sebanyak 16 peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai IQ

antara 110 – 119 sebanyak tiga peserta didik. Peserta didik yang

memperoleh nilai IQ antara 120 – 130 sebanyak lima peserta didik

Tabel 4.

Jumlah Peserta didik dan rentang IQ kelas XI IPA 4

Skor IQ Jumla Peserta Didik

90 – 109 16

110 – 119 3

120 – 130 5

Hasil ulangan akhir semester (UAS) ganjil kelas XI IPA 5

tahun ajaran 2011/2012 diperoleh data sebagai berikut:

Peserta didik yang memperoleh hasil UAS ganjil yang tidak

mencapai KKM sebanyak dua peserta didik. Peserta didik yang

memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM sebanyak 22

peserta didik. Sedangkan peserta didik yang memperoleh skor IQ di

atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS ganjil yang mencapai KKM

sebanyak satu peserta didik. Sedangkan peserta didik yang

memperoleh skor IQ di atas rata-rata dan memperoleh hasil UAS

ganjil yang tidak mencapai KKM sebanyak tujuh peserta didik (untuk

lebih lengkap lihat lampiran no. 4).

b. Hasil Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang

penyebab peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi

memperoleh hasil belajar yang rendah. Wawancara dilakukan kepada

pendidik dan peserta didik. Peserta didik diambil sebagai subjek

penelitian adalah peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi

memperoleh hasil belajar yang rendah dan disimbolkan dengan S-1,

S-2, S-3, …, S-11. Infomasi yang diperoleh tentang masalah yang

dihadapi peserta didik yang meliputi masalah yang ada pada diri

peserta didik, metode mengajar yang digunakan oleh pendidik,

39

keluarga, dan teman. Wawancara dengan guru bertujuan untuk

memperoleh informasi tentang karakter peserta didik.

Berikut hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik:

1. Hasil wawancara dengan pendidik93

a. Mereka kooperatif, mereka mengikuti apa yang diarahkan.

Metode yang sering saya gunakan adalah diskusi, jadi saya

tidak memaksa mereka untuk duduk di tempat yang sama

sepanjang proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Saya

membiarkan mereka berdiskusi satu sama lain. Sehingga

mereka lebih aktif dalam proses KBM

b. Mereka selalu mengumpulkan tugas yang saya berikan. Tugas

yang saya berikan berupa tugas harian dan pos tes

c. Setiap peserta didik pasti menemui problem ataupun masalah

dalam belajar, baik berupa materi, kesalahan hitung, maupun

yang lainnya. Yang penting adalah proses untuk menjadi bias

d. Kebanyakan dari mereka lebih berfikir secara sintetis,

terutama peserta didik dari kelas XI IPA4 dan sebagian peserta

didik IPA5. Mereka biasanya meniru contoh soal yang ada,

ketika dihadapkan pada permasalahan atau soal yang baru

mereka kurang cepat merespon dan sering kali kesulitan dalam

menyelesaikannya

e. Untuk kelas XI, di MAN diberikan lima jam pelajaran.

Sebenarnya berapapun jam yang diberikan, asal bisa diatur

dengan baik, waktu yang diberikan bisa mencukupi.

2. Hasil wawancara dengan subjek 1 (S-1)94

a. Faktor Internal

1) Kurang teliti dalam mengerjakan soal.

93

Pendidik, Wawancara dengan Pendidik Mata Pelajaran Matematika Kelas XI IPA 4

dan XI IPA 5, 11 April 2012.

94 Subjek1, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.

40

2) Kondisi tubuh kurang prima, hal ini dikarenakan subjek

belum sarapan.

3) Kurang belajar.

b. Faktor akademik:

Menurut subjek, jam pelajaran yang disediakan oleh sekolah

masih kurang. Hal ini sering dirasakan oleh peserta didik

menjelang akhir semester, karena biasanya kejar materi.

c. Faktor dari pihak keluarga:

Keluarga selalu memberikan masukan dan memantau

perkembangan subjek.

3. Hasil wawancara dengan subjek 2 (S-2)95

a. Malas

b. Tidak mau mengerjakan tugas

c. Meremehkan

d. Jarang berlatih

e. Tidak bisa mengontrol diri, terlena dengan kebebasan yang

diberikan orang tua

4. Hasil wawancara dengan subjek 3 (S-3)96

a. Faktor internal

1) Malas belajar

2) Kurang tekun

3) Tidak menyukai pelajaran, sehingga motivasi kurang

4) Kurang bisa mengontrol emosi

b. Faktor eksternal

1) Sekolah:

a) Kurang adanya keakraban antara murid dan guru

b) Model pembelajaran yang dipakai kurang berkesan

95

Subjek2, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.

96 Subjek3, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 12 April 2012.

41

2) Orang tua:

a) Kurang terlibat langsung pada pendidikan peserta didik

b) Kurang mendukung peserta didik

5. Hasil wawancara dengan subjek 4 (S-4)97

a. Faktor Internal

1) Kurang menguasai materi

2) Tidak mempunyai semangat dalam belajar (kurang

motivasi)

3) Merasa memikul tanggung jawab

b. Faktor Eksternal:

1) Orang tua:

Memberikan nasihat yang membuat peserta didik merasa

bertanggung jawab

2) Guru:

Kurang adanya keakraban guru dengan siswa

6. Hasil wawancara dengan subjek 5 (S-5)98

a. Faktor Internal

1) Malas belajar

2) Kurang tekun

3) Menunda-nunda pekerjaan

b. Faktor Eksternal:

1) Keluarga:

a) Orang tua kurang mengontrol belajar peserta didik

b) Kurang tegas dalam pendidikan peserta didik

7. Hasil wawancara dengan subjek 6 (S-6)99

a. Faktor internal

1) Kurang fit

97

Subjek4, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.

98 Subjek5, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.

99Subjek6, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.

42

2) Kurang menguasai materi

3) Kurang motivasi belajar

4) Kurang giat belajar

b. Faktor eksternal

1) Orang tua

a) Orang tua kurang terlibat langsung dalam belajar

peserta didik

b) Background pendidikan orang tua bukan dari

pendidikan, sehingga kurang tegas dalam masalah

belajar peserta didik

2) Sekolah

Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator:

siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru

8. Hasil wawancara dengan subjek 7 (S-7)100

a. Faktor internal:

1) Kurang percaya diri

2) Malas belajar

3) Merasa terbebani dengan target orang tua

4) Kurang tekun

b. Faktor eksternal:

Orang tua: Terlalu memberikan beban kepada peserta didik

9. Hasil wawancara dengan subjek 8 (S-8)101

a. Faktor internal

1) Kurang menguasai materi

2) Sering mengikuti kegiatan ekstra

3) Malas belajar

4) Merasa terbebani dengan control orang tua

100

Subjek7, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.

101 Subjek8, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.

43

b. Faktor eksternal

1) Orang tua

Orang tua terlalu terlibat langsung dalam belajar peserta

didik

2) Sekolah

Kurang adanya keakraban antara guru dan murid, indicator:

siswa malu dan canggung untuk bertanya dengan guru

10. Hasil wawancara dengan subjek 9 (S-9)102

a. Faktor internal

1) Kurang menguasai materi

2) Kurang teliti

3) Kondisi tubuh kurang fit

4) Malas belajar

5) Kurang bisa berfikir secara analitis

6) Kurang tekun berlatih

b. Faktor eksternal

1) Sekolah

a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid,

indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya

dengan guru

b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa

11. Hasil wawancara dengan subjek 10 (S-10)103

a. Faktor internal

1) Kurang menguasai materi

2) Kurang tekun berlatih

b. Faktor eksternal

1) Sekolah

102

Subjek9, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 5, 12 April 2012.

103 Subjek10, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.

44

a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid,

indicator: siswa malu dan canggung untuk bertanya

dengan guru

b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa.

12. Hasil wawancara dengan subjek 11 (S-11)104

a. Faktor internal:

1) kurang hafal rumus

2) kurang tekun berlatih

3) malas belajar

b. Faktor eksternal:

1) Orang tua:

a) Orang tua kurang tegas dalam pendidikan peserta didik

b) Motivasi yang diberikan orang tua kurang dirasakan

siswa

B. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui persentase peserta

didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar

matematika rendah. Di kelas IPA 4 terdapat lima peserta didik yang

mempunyai IQ tinggi dan empat peserta didik yang memperoleh hasil

belajar yang rendah. Di kelas XI IPA 5 terdapat 8 peserta didik yang

mempunyai IQ tinggi dan tujuh peserta didik yang memperoleh hasil

belajar yang rendah. Jumlah keseluruhan peserta didik yang mempunyai

IQ tinggi sebanyak 13 peserta didik, dan jumlah peserta didik yang

mempunyai skor IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar

matematika rendah sebanyak 11 peserta didik.

Secara matematis penghitungan ini menggunakan rumus

persentase:

104

Subjek11, Wawancara dengan Peseta Didik XI IPA 4, 11 April 2012.

45

X = N

n x 100%

Dari data di atas diperoleh:

n = 11, N = 13

X = N

n x 100%

=

= 0.846 100%

= 84.6%

Dari penghitungan di atas, diperoleh persentse peserta didik yang

mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil belajar matematika di

bawah KKM sebanyak 84,6%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase

peserta didik yang mempunyai IQ tinggi akan tetapi memperoleh hasil

belajar matematika di bawah KKM lebih banyak dari pada peserta didik

yang mempunyai IQ dan memperoleh hasil belajar matematika yang

mencapai KKM.

Dari 11 subjek penelitian diperoleh faktor-faktor yang beragam

yang mengakibatkan mereka memperoleh hasil belajar di bawah KKM.

Dari semuanya diperoleh 26 faktor, 16 faktor merupakan faktor internal

dan 10 faktor yang merupakan faktor eksternal, yang menyebabkan subjek

memperoleh hasil belajar di bawah KKM.

Dari 16 faktor internal di atas, faktor malas ditemukan pada 9

subjek. Dengan rumus persentase diperoleh presentase anak yang

mempunyai sifat malas, yaitu:

X = N

nx 100%

Dari data di atas diperoleh:

n = 9, N = 11

X = N

nx 100%

X = 11

9x 100%

46

X = 0.82 x 100%

X = 82 %

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa faktor kemalasan masih

menjadi faktor utama pada subjek, karena lebih dari setengah subjek yang

mengalami kemalasan.

2. Analisis Kualitatif

a. Analisis hasil wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk memperoleh

data mengenai faktor-faktor yang menyebabkan subjek penelitian

memperoleh hasil belajar matematika yang rendah.

1) Analisis hasil wawancara dengan pendidik

Menurut pendidik, peserta didik yang bersangkutan aktif

dan kooperatif dalam proses belajar mengajar. Peserta didik

dibiasakan berdiskusi di dalam kelas. Dalam hal penugasan,

peserta didik yang bersangkutan juga selalu mengerjakan tugas,

walaupun itu sudah telat, akan tetapi masih mengumpulkan tugas.

Peserta didik yang bersangkutan juga mempunyai masalah-

masalah yang dihadapi, seperti kesalahan penghitungan,

penyerapan materi, kebingungan dalam menyelesaikan soal yang

berbeda dengan contoh, dan lainnya. Banyak peserta didik yang

bertipe sintetis, jadi mereka kurang bisa menghadapi soal yang

baru dengan menggunakan logika dan kaidah-kaidah yang ada,

mereka terbiasa mengamati contoh dan langkah-langkah

penyelesaian dalam contoh soal. Menurut pendidik, jam pelajaran

yang diberikan di MAN 1 Semarang sudah mencukupi, asalkan

diatur dengan efektif dan efisien.

2) Analisis hasil wawancara dengan S1

Dari hasil wawancara dengan subjek1 (S1), S1 mempunyai

dua faktor yang menjadi kebiasaan peserta didik, yaitu kurang teliti

dalam mengerjakan soal dan malas dalam belajar. Matematika

merupakan mata pelajaran yang membutuhkan ketelitian, baik

47

ketelitian dalam menganalisis soal maupun dalam penghitungan.

Matematika juga membutuhkan latihan untuk melatih kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal.

S1 merasakan kekurangan pada jam pelajaran yang

diberikan oleh sekolah. Sesuai dengan keterangan yang diberikan

oleh S1, pelajaran belum tuntas padahal waktu yang ada sudah

mendekati akhir semester, sehingga dilakukan sistem “kejar-kebut”

pelajaran, juga ketika ada pelajaran yang belum diajarkan, soal

yang ada yang dilewati. S1 tidak mempunyai masalah dengan

keluarga, keluarga memberikan kontrol terhadap pendidikan

peserta didik.

3) Wawancara dengan S2

Dari hasil wawancara dengan subjek2 (S2), peserta didik

S2 mempunyai problem dalam perilaku, S2 meremehkan pelajaran

yang ada (matematika). Hal ini bisa disebabkan karena S2

mempunyai prestasi belajar yang baik selama di SMP, juga bisa

disebabkan karena pada semester satu ada tenaga PPL yang praktek

mengajar di kelas S2, sehingga kurang begitu diperhatikan, hal ini

bisa dikenali pada tugas yang diberikan. Selama peneliti

menjalankan PPL di MAN 1 Semarang, S2 tidak pernah

mengumpulkan tugas yang diberikan. Tugas bisa menjadi stimulan

untuk berlatih, sehingga bisa melatih kemampuan menyelesaikan

soal matematika.

Kemalasan dalam belajar juga menjadi masalah yang

dihadapi oleh S2. S2 selama semester pertama tinggal di Pondok

Pesantren dan diberikan kebebasan oleh orang tua. S2 belum siap

untuk memperoleh kebebasan tanpa pengawasan yang intens dari

orang tua, sehingga terlena dengan kebebasan yang diberikan.

4) Wawancara dengan S3

Dari hasil wawancara dengan subjek3 (S3), S3 sudah tidak

mempunyai minat terhadap mata pelajaran matematika, sehingga

48

tidak mempunyai gairah untuk memperoleh yang terbaik. S3 juga

malas dalam belajar, ini bisa disebabkan oleh ketidakminatan S3

terhadap matematika.

S2 juga mempunyai masalah yang muncul dari luar, yaitu

kurang adanya keakraban antara S2 dengan pendidik. Apabila

hubungan antara peserta didik dan pendidik kurang akrab, maka

peserta didik malu dan canggung untuk bertanya dan curhat tentang

masalah dalam belajar dengan peserta didik. S2 juga mengalami

kesulitan dalam menangkap pelajaran. S2 merasa faham dan bisa

etelah selesai S2 mengalami kebingungan ketika menyelesaikan

soal. Hal ini bisa disebabkan oleh model pembelajaran yang

diterapkan oleh pendidik.

Dalam keluarga, S2 menyatakan bahwa orang tua S2

kurang memperhatikan belajar dan pendidikan S2. Orang tua

kurang mendukung dan mensuport S2 supaya mendapat hasil yang

terbaik.

5) Wawancara dengan S4

Dari hasil wawancara dengan subjek4 (S4), masalah

keakraban dengan pendidik juga menjadi problem yang dihadapi

oleh S4. S4 merasa belum menguasai materi dan merasa canggung

dan malu untuk bertanya kepada pendidik. Apabila peserta didik

merasa belum menguasai materi, solusi terbaik adalah meminta

bimbingan kepada pendidik di luar jam pelajaran. Akan tetapi hal

ini bisa terjadi apabila antara peserta didik dan pendidik

mempunyai hubungan yang akrab.

Peserta didik juga kurang motivasi dalam belajar. Hal ini

bisa disebabkan oleh tanggung jawab kepada orang tua yang

dirasakan menjadi beban oleh peserta didik. Motivasi atau nasehat

dari orang tua bisa menjadi pacuan bagi peserta didik, akan tetapi

juga bisa menjadi beban yang menyebabkan peserta didik merasa

memikul tanggung jawab yang besar.

49

6) Wawancara dengan S5

Dari hasil wawancara dengan subjek5 (S5), masalah yang

dihadapi oleh S5 juga merupakan masalah yang dihadapi oleh

kebanyakan subjek yang lain, yaitu malas dalam belajar. Selain

malas belajar, S5 juga sering menunda-nunda pekerjaan (menulis).

S5 terbiasa menulis dalam coret-coretan akan tetapi dalam

penyalinannya sering ditunda, hal ini berakibat ketika akan belajar

S5 mengalami kesulitan.

Orang tua juga kurang tegas dalam mengontrol pendidikan

S5, sehingga S5 kurang motivasi dalam belajar. Motivasi

diperlukan seorang peserta didik dari orang tua untuk memacu

semangat belajar peserta didik. Orang tua dari S5 juga kurang tegas

dalam pendidikan peserta didik. Ini bisa menyebabkan peserta

didik kurang maksimal dalam belajar dan berusaha menjadi yang

terbaik dalam belajar.

7) Wawancara dengan subjek6 (S6)

Dari hasil wawancara dengan subjek6 (S6), S6 mempunyai

masalah kesehatan sebelum dan ketika menghadapi semesteran. S6

dalam keadaan yang tidak fit ketika semesteran, sehingga dalam

mengerjakan soal kurang bisa berkonsentrasi.

S6 merasa kurang menguasai materi, akan tetapi merasa

malu untuk bertanya kepada pendidik, karena S6 merasa kurang

akrab dengan S6. S6 juga kurang motivasi dalam belajar, hal ini

bisa dikarenakan orang tua kurang terlibat langsung dalam belajar

peserta didik.

8) Wawancara dengan subjek (S7)

Dari hasil wawancara dengan subjek7 (S7), masalah

terbesar yang dihadapi oleh S7 adalah masalah mental. S7 ketika

menghadapi ulangan semesteran mengalami unconvidenceness

(tidak percaya diri) terhadap kemampuan yang dimiliki, sehingga

S7 merasa soal yang diberikan tidak bisa dikerjakan. S7 jarang

50

belajar di Ma’had dan juga kurang tekun dalam latihan soal. Hal ini

bisa mempengaruhi kesiapan S7 dalam mengerjakan soal ketika

semesteran.

S7 merasa menanggung beban yang berat karena intervensi

yang diberikan oleh orang tua. Sesuai informasi yang didapat dari

hasil wawancara dengan S7, S7 merasa keberatan dengan tanggung

jawab dan target yang diberikan oleh orang tua. Orang tua

memberikan target yang tinggi kepada S7. Orang tua

menginginkan S7 untuk menjadi yang terbaik dan memperoleh

prestasi yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari keterangan S7 yang

menyebutkan bahwa mendapat nilai tujuh masih dimarahi oelh

orang tua. Target dan harapan orang tua tersebut dijadikan beban

mental oleh S7 dan meyebabkan S7 frustasi ketika mengalami

kesulitan dalam belajar dan kurang motivasi. Ketika motivasi

berkurang, semangat dalam belajar juga menurun.

9) Analisis wawancara dengan S8

Dari hasil wawancara dengan S8 diketahui bahwa S8

mempunyai beberapa faktor yang menyebabkan S8 memperoleh

hasil belajar matematika yang rendah. Di antara faktor-faktor

tersebut adalah kurang menguasai materi. S8 sering ketinggalan

materi selama semester gasal karena sering mengikuti kegiatan

ekstra kurikuler. Apabila S8 ketinggalan materi yang diberikan,

bisa disiasati dengan mempelajari sendiri materi yang diberikan.

Juga bisa disiasati dengan bertanya dan berkonsultasi dengan

pendidik di luar kelas, akan tetapi S8 kurang akrab dengan

pendidik ketika di luar kelas, sehingga kurang percaya diri dan

canggung untuk bertanya tentang materi yang diberikan. Hubungan

yang kurang akrab antara S8 dan pendidik juga menjadi problem

tersendiri bagi S8.

Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa orang

tua dari S8 selalu mengontrol belajar S8. Orang tua mengirim SMS

51

dan menelfon S8 untuk bertanya sudah belajar apa belum. Kontrol

dari orang tua ini dijadikan beban oleh S8 dan menjadikan S8

malas untuk belajar.

10) Analisis wawancara dengan S9

Dari hasil wawancara dengan subjek9 (S9), diperoleh

informasi bahwa saat mengerjakan soal pada ujian semesteran

gasal S9 dalam kondisi kurang fit, sehingga kurang bisa

berkonsentrasi, ditambah S9 kurang teliti dalam mengerjakan soal.

S9 kurang menguasai materi yang diajarkan, hal ini bisa terjadi

karena S9 kurang tekun dalam berlatih dan malas untuk

mempelajari materi-materi yang disampaikan di dalam kelas.

S9 mempunyai hubungan yang kurang akrab dengan

pendidik. Hal ini berpengaruh pada kemauan S8 untuk bertanya

dan meminta bimbingan kepada pendidik di luar jam pelajaran. S9

bingung untuk bertanya kepada pendidik, padahal S9 kurang

memahami konsep dari materi yang diberikan. S9 sering bertanya

kepada teman sekelas, akan tetapi akan lebih jelas dan terarah

apabila S9 sering bertanya dan berkonsultasi dengan pendidik.

Ketika pendidik menjelaskan materi di dalam kelas, S9 merasa

faham dan bisa mengerjakan soal, akan tetapi ketika di luar kelas

dan latihan soal S9 mengalami kesulitan dan kebingungan. Ini bisa

disebabkan oleh metode pembelajaran yang dipakai oleh pendidik.

Metode pembelajaran yang digunakan secara terus menerus dapat

menyebabkan peserta didik mengalami kebosanan, sehingga

kurang membekas pada peserta didik.

11) Analisis wawancara dengan S10

Dari hasil wawancara dengan subjek10 (S10), S10

mengalami masalah pada penguasaan materi yang diajarkan. S10

ketika di dalam kelas bisa menangkap dan memahami materi yang

disampaikan oleh pendidik. Akan tetapi ketika menghadapi soal

yang berbeda S10 merasa kebingungan dalam penyelesaiannya.

52

Faktor yang menyebabkannya bisa terletak pada metode yang

digunakan oleh pendidik. Metode yang digunakan oleh pendidik

kurang membekas pada peserta didik. Peserta didik kurang

menguasai konsep yang diberikan karena metode yang digunakan

sering dipakai oleh pendidik. Kekurangan S10 juga bisa

disebabkan S10 kurang bisa berfikir secara analitis dan lebih

condong pada berfikir secara sintesis, sehingga apabila menemui

soal yang sama sekali belum diberikan akan mengalami

kebingungan untuk menyelesaikannya. Akan tetapi hal itu bisa

teratasi apabila S10 sering berlatih berbagai variasi soal.

Kurang tekun dalam belajar dan berlatih soal juga menjadi

penyebab S10 mendapatkan hasil belajar yang belum maksimal.

Masalah lain yang dihadapi oleh S10 juga sama dengan S9, yaitu

mempunyai hubungan yang kurang akrab dengan pendidik,

sehingga kurang tercipta suasana yang nyaman di luar kelas dan

peserta didik juga malu dan canggung untuk bertanya dan

berkonsultasi dengan pendidik.

12) Analisis wawancara dengan S11

Dari hasil wawancara dengan subjek11 (S11), penyebab

yang dihadapi oleh S11 juga sama dengan subjek yang lain, yaitu

malas belajar, kurang tekun berlatih dan kurang menguasai materi.

Di samping itu S11 juga kurang mendapat perhatian dan motivasi

dari orang tua, sehingga kurang mempunyai semangat untuk

belajar dan memperoleh hasil belajar yang tinggi.

3. Hasil analisis data

Dari hasil analisis data diperoleh beberapa faktor yang

menyebabkan peserta didik memperoleh hasik belajar matematika yang

rendah.

a. Faktor internal:

1) Kurang teliti dalam mengerjakan soal

2) Kondisi tubuh kurang fit

53

3) Kurang belajar

4) Kurang hafal rumus

5) Kurang tekun berlatih

6) Tidak mau mengerjakan tugas

7) Meremehkan pelajaran

8) Kurang bisa mengontrol emosi, terlena dengan kebebasan yang

diberikan orang tua

9) Tidak menyukai pelajaran, sehingga motivasi kurang

10) Kurang bisa berfikir secara analitis, sering meniru contoh

11) Sering mengikuti kegiatan ekstra

12) Merasa terbebani dengan kontrol orang tua

13) Kurang percaya diri

14) Merasa terbebani dengan target orang tua

15) Kurang motivasi belajar

16) Menunda-nunda pekerjaan

b. Faktor eksternal

1) Sekolah:

a) Kurang adanya keakraban antara guru dan murid.

b) Metode yang digunakan kurang membekas pada siswa.

c) Jam pelajaran yang diberikan kurang, hal ini dapat dirasakan

ketika menjelang akhir semester.

2) Keluarga:

a) Orang tua kurang tegas dalam pendidikan peserta didik

b) Orang tua terlalu terlibat langsung dalam belajar peserta didik

c) Terlalu memberikan beban kepada peserta didik

d) Orang tua kurang mengontrol belajar peserta didik

e) Kurang mendukung peserta didik

f) Memberikan nasihat yang membuat peserta didik merasa

bertanggung jawab

g) Motivasi yang diberikan orang tua kurang dirasakan siswa

54

Dari analisis hasil wawancara diperoleh penyebab yang sering

dialami oleh subjek adalah malas dalam belajar, kurang berlatih, kurang

menguasai materi yang diberikan. Sedangkan faktor yang lainnya dihadapi

oleh beberapa subjek yang berbeda.

Dorongan dan motivasi dari orang tua juga menjadi faktor yang

dihadapi oleh peserta didik. Orang tua sering memberikan target dan

harapan yang menjadi beban mental bagi peserta didik yang berakibat

peserta didik menjerumuskan dirinya sendiri untuk tidak mendapatkna

hasil yang maksimal. Hubungan antara pendidik dan peserta didik juga

masih menjadi problem yang harus dipecahkan, sehingga peserta didik

lebih nyaman untuk berkonsultasi dengan pendidik di luar jam pelajaran.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakspeserta didikan penelitian, peneliti mengalami beberapa

keterbatasan, di antaranya:

1. Keterbatasan waktu dan tempat

Peneliti merencpeserta didikan untuk mengadakan penelitian

terhadap peserta didik, pendidik, dan orang tua, akan tetapi karena

keterbatasan yang ada maka peneliti hanya melakukan penelitian terhadap

pendidik dan peserta didik.

2. Keterbatasan alat

Peneliti hanya menggunakan alat handphone yang digunakan untuk

melakukan wawancara.

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang didukung oleh kajian teori serta tujuan

penelitian maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor penyebab peserta

didik yang mempunyai IQ akan tetapi tinggi memperoleh hasil belajar

matematika yang rendah (bright underachiever).

Dari hasil penelitian secara umum diperoleh dua faktor yang

menyebabkan bright underachiever, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi peserta

didik sendiri, faktor yang timbul dari dalam perserta didik, baik dari

psikologis, kesehatan maupun mental. Sedangkan faktor eksternal dibagi

menjadi dua, faktor-faktor yang berhubungan dengan sekolah, yang terdiri dari

pendidik dan kurikulum, dan faktor yang muncul dari dalam keluarga peserta

didik sendiri.

Faktor internal yang terjadi pada umumnya berupa kemalasan dalam

belajar, dan kurang tekun berlatih. Kedua faktor tersebut banyak dialami oleh

peserta didik. Faktor yang berhubungan dengan kesehatan adalah kondisi

badan peserta didik yang kurang fit, sehingga konsentrasi dalam mengerjakan

soal berkurang. Sedangkan faktor psikologis dari peserta didik ditemukan

pada peserta didik yang merasa terlalu terbebani oleh target nilai atau prestasi,

juga ditemukan pada peserta didik yang tidak suka terhadap mata pelajaran

matematika sehingga motivasi belajar mereka kurang. Peneliti juga

menemukan peserta didik yang kesulitan dalam menjabarkan soal, sehingga

penyelesaian soal yang berbeda bentuk dan tipenya bisa menyulitkan peserta

didik. Dari segi mental, ditemukan peserta didik yang sudah kurang percaya

diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, sehingga ketika mengerjakan soal

mengalami kesulitan. Peniliti juga menemukan peserta didik yang

meremehkan pelajaran, hal ini menyebabkan peserta didik tersebut kurang

bisa menangkap dan memahami pelajaran yang diberikan.

56

Faktor eksternal yang berhubungan dengan sekolah berupa hubungan

antara pendidik dan peserta didik. Faktor yang berhubungan dengan pendidik

ditemukan pada metode pengajaran yang dipakai oleh pendidik. Menurut

peserta didik, metode yang digunakan dapat difahami ketika masih proses

KBM, akan tetapi ketika proses KBM berakhir peserta didik mengalami

kesulitan. Hal ini mengindikasikan bahwa metode yang digunakan kurang

berkesan atau mengena pada peserta didik. Faktor kedekatan antara pendidik

dan peserta didik juga ditemukan dari peserta didik yang masih canggung

untuk bertanya langsung pada pendidik.

Faktor lainnya yaitu jam pelajaran yang dirasakan kurang oleh peserta

didik. Menurut peserta didik, pada awal semester tidak terasa, akan tetapi

ketika menjelang akhir semester dapat dirasakan, karena waktu yang tersedia

sudah mendekati akhir, akan tetapi pelajaran yang harus tercapai masih

banyak.

Faktor dari keluarga ditemukan pada beberapa peserta didik yang

merasa terbebani dengan nasehat, maupun target yang diberikan orang tua.

Peneliti juga menemukan peserta didik yang merasa bebas dari orang tua

sehingga terlena dengan kebebasan yang diberikan. Selain itu ada juga orang

tua yang kurang tegas dalam pendidikan peserta didik, sehingga peserta didik

kurang greget dalam belajar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mencoba menawarkan

beberapa saran dalam mengatasi problem yang dimiliki oleh peserta didik

yang bright underachiever.

Peserta didik harus lebih giat untuk latihan mengerjakan soal yang

lebih variatif, sehingga tidak bingung ketika menemukan permasalahan atau

soal yang baru. Peserta didik harus lebih sadar tanggung jawab mereka

sebagai seorang pelajar, dan tidak perlu membuat tanggung jawab tersebut

sebagai beban. Setiap pelajaran mempunyai karakter masing-masing, sehingga

jangan sampai meremehkan suatu pelajaran apapun, karena bisa saja kita

mengalami kesulitan pada hal yang dianggap remeh.

57

Pendidik lebih terbuka kepada peserta didik, sehingga kesulitan-

kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik bisa terdeteksi oleh pendidik,

dan peserta didik tidak canggung dan nyaman untuk menanyakan materi yang

belum mereka fahami. Pendidik memberikan variasi soal yang mencakup

materi bertipe analitis dan sintesis. Pihak sekolah bisa memberikan jam ekstra

untuk pelajaran yang lebih sulit.

Orang tua lebih peka terhadap psikologis peserta didik mereka, karena

psiokolgi setiap peserta didik berbeda. Orang tua juga jangan terlalu

memberikan target yang terlalu tinggi untuk peserta didik, memotivasi peserta

didik dengan motivasi yang tidak membuat psikologis peserta didik turun dan

merasa terbebani.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar Bandung, Sinar Baru

Algesindo, 2004.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, Bandung: ALVABETA, CV, 2009.

Azwar, Saifudddin, Pengantar Psikologi Intelegensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996.

Baharuddin, et. al., Teori Belajar & Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2010.

Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena,

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010.

Boeree, C. George, Metode Pembelajaran dan Pengajaran, terj. Abdul Qodir

Shaleh, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Brown, James S., Rescuing Our Underachieving Sons, United States of America:

Xlibis Corporation, 2011.

Chaplin, J. P., Kamus lengkap psikologi, terj. Kartini Katono, Jakarta: Rajawali

Pers, 2010.

Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010.

Darmadi, Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: CV Alfabeta, 2009.

Denim, Sudarwan, Profesionalisasi Dan Etika Profesi Guru, Bandung: CV

Alfabeta, 2010.

Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Dimyati, et. al., Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.

Djaali, H., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2011.

---------------, Strategi Balajar Mengajar, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006.

Gunarsa, Singgih D., Yulia Singgih D. gunarsa, Psikologi Praktis: Anak, Remaja,

dan Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia, 2004.

Hollands, Roy, Kamus Matematika, Jakarta: Erlangga, 1983.

Kay, Kiesa, et. al., High IQ Kids: Collected Insight, Information, and Personal

Stories from The Expert, Minneapolis: Free Spirit Publishing Inc., 2007.

Khan, Mahmood Ahmad, Gifted Achievers and underachievers ~ An Apprasial,

New Delhi: Taarun Offset Printers, 2005.

Made, Wena, Srtategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta timur: PT

Bumi Aksara, 2009.

Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.

Marno, et. al., Strategi & Metode Pengajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.

Montgomery, Diane, Able, gifted, and Talented Underachievers, West Sussex,

PO198SQ: John Willey & Sons Ltd, 2009.

Mustaqim. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi

Aksara, 2009.

Patty, F., et. al, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

Prayitno, Pendidikan; Dasar Teori Dan Praksis, Jakarta: PT Grasindo, 2009.

Rimm, Sylvia, When Gifted Students Underavhieve: What You Can Do About It,

Texas: Prufrock Press Inc, 2006.

Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.

Sadulloh, Uyoh, et. al., Pedagogik, Bandung: CV Alfabeta, 2010.

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010.

Sardiman, A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2010.

Somantri, T. Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama,

2007.

Sousa, David A., How The Gifted Brain Learns, California: A Sage Company,

2009.

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru

Algesindo, 2008.

---------------, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1999.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2009.

Sunarjo, dkk., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah / Pentafsir Al-Qur’an, 1971.

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2010.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010.

Uno, Hamzah B., Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

Yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

---------------, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2008.

---------------, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

---------------, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Whitley, Michael D., Bright Minds, Poor Grades: Understanding and Motivating

Your Underachiving Child, New York: The Berkley Publishing Group,

2001.

Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Bumi

Akasara, 2006.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran no. 1 Keadaan pendidik dan peserta didik MAN 1 Semarang tahun

ajaran 2011/2012

Lampiran no. 2 Susunan organisasi MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012

Lampiran no. 3 Skor test IQ dan hasil belajar matematika semester ganjil peserta

didik kelas XI IPA 4 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012

Lampiran no. 4 Skor test IQ dan hasil belajar matematika semester ganjil peserta

didik kelas XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun ajaran 2011/2012

Lampiran no. 5 Peserta didik yang mempunyai skor test IQ tinggi akan tetapi

memperoleh hasil belajar matematika semester ganjil di bawah

KKM kelas XI IPA 4 dan XI IPA 5 MAN 1 Semarang tahun

ajaran 2011/2012

Lampiran no. 6 Daftar wawancara

Lampiran no. 7 Hasil wawancara

Lampiran No. 1

Keadaan Guru dan Siswa

1. Jumlah guru

Jumlah guru yang ada di MAN 1 Semarang sebanyak 77 orang,

meliputi 58 orang guru tetap dan 19 orang guru bantu. Sebaran menurut

mata pelajaran yang diampu:

a) PPKN : 4 orang

b) Bahasa inggris : 6 orang

c) Bhs. Indonesia : 6 orang

d) Matematika : 8 orang

e) Aqidah akhaq : 3 orang

f) Bahasa arab : 5 orang

g) Quran hadist : 3 orang

h) Fiqih : 3 orang

i) SKI : 1 orang

j) TIK : 3 orang

k) Bahasa jepang : 1 orang

l) Biologi : 5 orang

m) Fisika : 5 orang

n) Kimia : 3 orang

o) Penjas dan orkes : 3 orang

p) Ekonomi : 5 orang

q) Geografi : 3 orang

r) Sejarah : 3 orang

s) Sosiologi : 4 orang

t) Bahasa jawa : 2 orang

u) Kesenian : 2 orang

v) BK : 4 orang

Jenjang pendidikan guru tertinggi S2 dan tinggkat terendah D2.

Jumlah staf TU dan karyawan MAN 1 Semarang sebanyak 15 orang.

Tingkat pendidikan tertinggi SLTA dan terendah SD, terdiri dari 8 orang

karyawan tetap dan 2 karyawan tidak tetap.

Tenaga Pendidik (Guru) di MAN 1 Semarang terdiri dari : Guru

berstatus negeri sejumlah 76 orang terdiri dari 63 orang PNS NIP 150, 13

orang PNS NIP 130 dan dibantu Guru berstatus Tidak Tetap (GTT)

sebanyak 6 orang . Dan dari 76 guru yang mengajar di MAN 1 Semarang

5 diantaranya berjiazah terakhir Magister / S.2

2. Jumlah siswa

Jumlah siswa MAN 1 Semarang sebanyak 1150 anak yang terbagi

dalam 36 kelas. Kelas X terdiri dari 389 siswa, kelas XI terdiri dari 379

siswa, dan kelas XII terdiri dari 382 siswa.

a. Jumlah Siswa

Kelas X : 12 kelas : 389 siswa

Kelas XI : 12 kelas : 379 siswa

Kelas XII : 12 kelas : 382 siswa

Jumlah : 1150 siswa

b. Guru Tetap

- Jumlah 58 orang

- Pendidikan S1 dan S2

Guru Tak Tetap

- Jumlah 19 orang

- Pendidikan S1

c. TU

- Jumlah 9 orang

- Pendidikan S1 1 orang

- Pendidikan SMU / SMK 8 orang

d. TU Tak Tetap

- Jumlah 10 orang

- Pendidikan SLTA / SLTP 8 orang

- S1 1 orang

- D3 1 orang

e. Program yang dibuka :

Kelas X : Program Umum : 11 kelas

Imersi : 1 kelas

X1 : 34 siswa

X2 : 34 siswa

X3 : 34 siswa

X4 : 35siswa

X5 : 34 siswa

X6 : 32 siswa

X7 : 32 siswa

X8 : 32 siswa

X9 : 32 siswa

X10 : 32 siswa

X11 : 32 siswa

X12 : 26 siswa

Kelas XI : Program Bahasa : 2 kelas

IPA : 5 kelas

Imersi : 1 kelas

IPS : 4 kelas

Keagamaan : 1 kelas

XI Agama : 30 siswa

XI Bahasa 1 : 33 siswa

XI Bahasa 2 : 34siswa

XI IPA 1 : 40 siswa

XI IPA 2 : 40 siswa

XI IPA 3 : 42 siswa

XI IPA 4 : 40 siswa

XI IPA 5 : 24 siswa

XI IPS 1 : 32 siswa

XI IPS 2 : 32 siswa

XI IPS 3 : 30 siswa

XI IPS 4 : 32 siswa

Kelas XII : Program Bahasa : 1 kelas

IPA : 6 kelas

Imersi : 1 kelas

IPS : 4 kelas

XII Agama : 26 siswa

XII Bahasa 1 : 39 siswa

XII IPA 1 : 31 siswa

XII IPA 2 : 32 siswa

XII IPA 3 : 32 siswa

XII IPA 4 : 32 siswa

XII IPA 5 : 32 siswa

XII IPA 6 : 28 siswa

XII IPS 1 : 33 siswa

XII IPS 2 : 31 siswa

XII IPS 3 : 34 siswa

XII IPS 4 : 32 siswa

Lampiran No. 2

Struktur Organisasi MAN 1 Semarang

Kepala Madrasah : Drs.H. Syaefudin, MPd

Kepala Urusan Tata Usaha : Lilik Pujihastuti

Waka Kurikulum : Sih Hartini, SPd, MSI

Waka Kesiswaan : Ahmad Alfan, SPd

Waka Sarana Prasarana : M. Ally Firdaus, Sag

Waka Humas : Anie Rachmawati, SAg, MSI

Koordinator BK : Drs. Joko Siswono

Litbang dan Akademis : Drs. Dwi Raharjo, SPd

Staf Urusan :

1. Kurikulum : Katibin, SPd, Nur Hadi, SAg, M. Pd

2. Kesiswaan : Ellya Nur Khasanah, M. Sc, Drs. M. Sholeh,

Siswoyo, S. Pd, M.Taufiq, S. Ag

3. Humas : Edy Kristijono, S. Pd

4. SarPras : Drs. Makmun, Imam Mursyid, M. SI, M. Pd

Ketua :

1. Lab. Bahasa : Drs. M. Badi

2. Lab. Biologi : Drs. Budi Santosa

3. Lab. Kimia : Dra. Kanti Setiyati

4. Lab. Fisika : Ary Priyono, S. Pd

5. Lab. Ketrampilan : Siti Himmatul Aliyah, S. Pd.

6. Lab. Komputer : Misbah, S. Kom

7. Perpustakaan : H. Chomsatun, S. H

Guru Piket :

1. Beta Nur Bety Tsany, S. Pd

2. Rosidi, M. Pd

3. Imam Suadi, S. Pd

4. Nurul Hidayah, S. Pd

5. M. Nurhan, M. Pd

6. Drs. R.M. Djupriyanto,

7. Nur Farida, S. Pd.I

8. Drs. Anshori

9. Dra. H. Siti Khoiriyah

10. Drs. Sukri

11. Drs. Supardi

12. Tasmiyanto, S. H

Pembina Extra :

1. Pramuka : Irfan Dwi Putranto, S. Pd, Zulia Ulfa, S. Pd.I

2. PMR / UKS : Solasih. S. Pd.

3. Bola Basket : Drs.Mulyanto, M. Pd

4. Bola Volley : Samidi, S. Pd

5. Keagamaan : M. Nurhan, M. Pd

6. Fotografi & Sablon : H. Beny Prasojo. S. Pd

7. Pencak Silat : Suhardi, S. Pd

8. Karya Ilmiah : Drs. RM. Djupriyanto, M. Si

9. Paskibra : Imam Suadi, S. Pd

10. Rabana : Nur Farida, S. Pd.I

11. MTQ : Nurul Hidayah, S. Pd

Tata Usaha :

1. Bendahara DIPA / Gaji : Suharno

2. Bendahara Barang : Asrori

3. Bendahara SOP : Siti Rokhani

4. Bendahara Komite / Sarana : Hj. Taslimah

5. Bendahara SABMN : Beny Indrajaya, A. Md

6. Bendahara Keg. Extra / OSIS/ Bagian Arsiparis / Agenda : Rianingsih

7. Urusan Kepegawaian / Pem. Daftar Gaji : Endang Sri Rahayu

8. Bag. Ad. Pengajaran dan Umum : Endang Sri Rahayu, Herry Sadewa,

Beny Indrajaya, A. Md, Sri Maryati, SE

9. Perpustakaan: Abda Noor Isna Zaeni’mah, S. H, Tsany Fatimah, A. Md

10. Kebersihan : Lukman, Agung Tristiyanto, Musholi

11. Koperasi : Siti Alfiah

12. Penjaga Malam : Ngatno, Ali Muthohar

13. Penjaga Keamanan / Satpam : Achmad, Sukisno

Wali Kelas X.1 : Dra. H. Siti Asmah

X.2 : Widhi Astono, SE

X.3 : Dra. Rahmatah

X.4 : Drs. Sutarno

X.5 : Suhardi, SPd

X.6 : Syafa’ah, SPd

X.7 : Drs. Hery Paryono

X.8 : Joko Wahyono, Sag

X.9 : Drs. H. Zaenuri Siroj

X.10 : Anwar Rifa’i, SPd

X.11 : Puji Lestari, SPd

X.12 : Irfan Dwi Putranto

XI Agama : Dra. H. Noor Hidayah Budhi. S

XI BHS 1 : Ahmad Sakhowi, S.Kom

XI BHS 2 : H. Muawanah, SPd

XI IPA 1 : Musa Al Hadi, SAg

XI IPA 2 : Drs. Muslih

XI IPA 3 : Dra. Siti Rohmah

XI IPA 4 : Sri Hidayati, SPd

XI IPA 5 : Drs. Sudarko

XI IPS 2 : Drs. Moh Isnandar

XI IPS 1 : Drs. H. Asrori

XI IPS 3 : Dra. Hj. Yetty Musyaviroh

XI IPS 4 : Drs. Agung Wibowo

XII Agama : Zulia Ulfa, SAg

XII BHS : Siti Salamah, SPd

XII IPA 1 : Eko Sukaryono, SPd

XII IPA 2 : Drs. Sugiyanta

XII IPA 3 : Siti Fitriyah, SPd

XII IPA 4 : Aris Fakhrudin, SPd

XII IPA 5 : Agustin Sri Hartati, SPd

XII IPA 6 : Drs. Widodo

XII IPS 1 : Endang Purwatiningrum, SPd

XII IPS 2 : Sri Penggalih, SPd

XII IPS 4 : Solastri, SPd

XII IPS 3 : Tri Marheni, SPd

Lampiran No. 3

Daftar Skor IQ dan Hasil Belajar Semester Ganjil Kelas XI IPA4

No Nama Skor IQ Nilai Semesteran

1 Ahmad Arifin 109 60

2 Amaliya Haq 94 43

3 Arifatul Mubarokah 90 52,5

4 Arini Nif'Ah 106 51,5

5 Bachtiar Kamal 97 43,5

6 Bella Maulley L 100 50,5

7 Dany Tri Saputro 92 32,5

8 Desi Nur Kumala S 103 48

9 Dwi Masitoh 98 27,5

10 Dwi Nur Apriliya L 92 53,5

11 Eko Erwanda 99 62,5

12 Elvy Muna Rahmaningrum 103 83

13 Failiyah 90 51

14 Faza U'thia Azmy 104 46,5

15 Ganik Zun Aunaya 92 56,5

16 Ghassan Zhafir S 99 70

17 Iva Lutviana 100 60

18 Izzan Nafi Arini 98 73

19 Khindyari Rifki A 99 62

20 Kurnia Anindya 96 78

21 Lilik Listianingsih 94 50

22 Neilil Muna M 96 72,5

23 Nur Azizah 104 58,5

24 Nur Alifah 92 61,5

25 Nurul Mustaghfiroh 90 57

26 Rina Nur Farida 97 45

27 Rizky Tri Swastiko 95 -

28 Royhanah Hasnak 104 41,5

29 Taufik Rizqon 109 32,5

30 Wahyu Linda M 91 45,5

31 Wahyu Wulandani 101 47,5

32 Widya Risya Amadea 90 38,5

33 Zakkiyatul Munawaroh 90 46

34 Ulfa Mushlihatush S 99 56,5

35 Sofi Ulfamayanti 116 57,5

36 Aqim Muhaimin Zain 113 37,5

37 Ni'Mah Khoirunnisa 112 70

38 Jafar Shodiq 112 68,5

39 M Ulyl Fahmi Sahab 110 51,5

Lampiran No. 4

Daftar Skor IQ dan Hasil Belajar Semester Ganjil Kelas XI IPA5

Nama Skor IQ Hasil Semesteran

Hamzah Abdul Karim 130 70

Ubaidir Rohman M 125 46

Maya Istafada 124 63

Isna Atikah 123 52,5

Ahmad Asyroful Anam 121 63,5

Lailatun Nurul Aniq 113 38,5

Risma Ummu Kholimah 112 41

Nur Fadzilah 110 59,5

Farida Maria Ulfa 109 63,5

Nurul Amelia Kinanti 106 31,5

Diah Ira Rahmawati 106 58

Nurul Milati 106 56

Ihda Farikha 104 52

Sugiharta Mulia 104 68

Fina Zakiyah 103 66

Lailiya Nadhiyati 101 43,5

Ela Izzatul Laela 101 61,5

Dien Rusyda Arini 100 43

Azmi Latifah 100 38

Nurul Fitri 100 57

Siti Muzaroah 99 48

Sholikudin 98 77

Ida Fitriyah 97 40,5

Nailus Shofa 93 56,5

Lampiran No. 5

Daftar Anak yang mempunyai IQ di atas rata-rata akan tetapi memperoleh

hasil belajar di bawah KKM.

No Nama Kelas Skor IQ Nilai Semesteran

1 Ja’far Shodiq XI IPA4 112 68,5

2 Aqim Muhaimin Zin XI IPA4 113 37,5

3 Ahmad Asyroful Anam XI IPA 5 121 63,5

4 Maya Istafada XI IPA 5 124 63

5 Ubaidur Rahman XI IPA 5 125 46

6 Lailatun Nurul Aniq XI IPA 5 113 38,5

7 Nur Fadzilah XI IPA 5 110 59,5

8 Isna Atikah XI IPA 5 123 52,5

9 Risma Ummu Atikah XI IPA 5 112 41

10 Sofi Ulfamayanti XI IPA4 116 57,5

11 M. Ulyl Fahmi XI IPA4 110 51,5

Lampiran No. 6

DAFTAR WAWANCARA

1. Untuk pendidik

a. Bagaimana perilaku peserta didik pada saat proses belajar mengajar?

b. Untuk penugasan, apakah peserta didik yang bersangkutan terkait selalu

mengumpulkan tugas?

c. Untuk kemampuan peserta didik yang bersangkutan dalam menyelesaikan

soal, apakah ada problem tertentu yang dihadapi?

d. Menurut bapak, apakah siswa tersebut mempunyai kelebihan dalam

berfikir sintesis ataupun analitis?

e. Untuk kelas dua, berapakah jam yang diberikan oleh pihak kurikulum pak?

Menurut bapak, apakah waktu yang diberikan mencukupi atau tidak?

2. Untuk peserta didik

a. Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?

b. Mengapa nilai kamu tidak mencapai KKM?

c. Bagaimana cara mengajar bapak guru?

d. Apakah pelajaran yang diberikan mudah diterima?

e. Apakah antara kamu dengan bapak guru terjalin hubungan yang baik?

f. Apakah orang tua kamu memberikan motivasi atau semangat dalam

belajar?

g. Apakah orang tua kamu memberikan target untuk memperoleh rangking

atau prestasi?

h. Apakah kamu merasa terbebani dengan target yang diberikan orang tua

kamu?

i. Apa yang kamu lakukan dengan target tersebut?

j. Menurut kamu, apakah waktu yang disediakan mencukupi atau tidak?

k. Apakah suasana kelas mendukung untuk pembelajaran?

l. Apakah kamu sering berdiskusi dengan teman kamu?

Lampiran No. 7

Berikut hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik. T untuk

“tanya” dan J untuk “jawab”:

1. Hasil wawancara dengan pendidik

T : Bagaimana peserta didik pada saat proses belajar mengajar? Apakah

peserta didik mudah diatur?

J : Mereka kooperatif, mereka mengikuti apa yang diarahkan. Metode yang

sering saya gunakan adalah diskusi, jadi saya tidak memaksa mereka

untuk duduk di tempat yang sama sepanjang proses kegiatan belajar

mengajar (KBM). Saya membiarkan mereka berdiskusi satu sama lain.

Sehingga mereka lebih aktif dalam proses KBM

T : Untuk penugasan, apakah peserta didik yang bersangkutan terkait selalu

mengumpulkan tugas?

J : Mereka selalu mengumpulkan tugas yang saya berikan. Tugas yang

saya berikan berupa tugas harian dan pos tes.

T : Untuk kemampuan peserta didik yang bersangkutan dalam

menyelesaikan soal, apakah ada problem tertentu yang dihadapi?

J : Setiap anak pasti menemui problem ataupun masalah dalam belajar,

baik berupa materi, kesalahan hitung, maupun yang lainnya. Yang

penting adalah proses untuk menjadi bisa.

T : Menurut bapak, apakah siswa tersebut mempunyai kelebihan dalam

berfikir sintesis ataupun analitis?

J : Kebanyakan dari mereka lebih berfikir secara sintetis, terutama anak

dari kelas XI IPA4 dan sebagian anak IPA5. Mereka biasanya meniru

contoh soal yang ada, ketika dihadapkan pada permasalahan atau soal

yang baru mereka kurang cepat merespon dan sering kali kesulitan

dalam menyelesaikannya.

T : Untuk kelas dua, berapakah jam yang diberikan oleh pihak kurikulum

pak? Menurut bapak, apakah waktu yang diberikan mencukupi atau

tidak?

J : Untuk kelas XI, di MAN diberikan lima jam pelajaran. Sebenarnya

berapapun jam yang diberikan, asal bisa diatur dengan baik, waktu yang

diberikan bisa mencukupi.

2. Hasil wawancara dengan subjek 1 (S1)

T :Mengapa kamu memperoleh nilai di bawah KKM?

J : Saya sering salah dalam penyelesaian akhir pak, kalau mengerjakan

soal, langkah-langkah penyelesaiannya sudah benar, akan tetapi

penjumlahan hasilnya yang salah pak.

T : Apakah kamu memperoleh masalah dalam mengerjakan soal?

J : Ketika mengerjakan duduk di belakang dan diganggu pak, juga teman

saya mengganggu saya ketika mengerjakan soal pak, mereka sering

bertanya kepada saya pak. Ketika semesteran saya juga belum makan

pak, jadi tidak bisa berfikir pak.

T : Bagaimana cara mengajar pak Dwi? Apakah mudah diterima?

J : Enak pak, cepet dan enak, di kelas saya faham pak, tetapi aplikasi

soalnya saya masih sering salah pak.

T : Apakah pak Dwi selalu memberikan tugas?

J : Selalu pak.

T : Apakah tugas yang diberikan menjadi beban?

J : Tidak pak, malah enak pak.

T : Apakah kamu sering bertanya dengan pak Dwi?

J : Tidak pak, materi saya sudah faham pak, tapi yang menjadi masalah itu

dalam penyelesaian akhir pak.

T : Apakah orang tua kamu mengontrol kamu dalam belajar?

J : Orang tua sering mengontrol melalui sms pak, sering menanyakan

apakah sudah belajar atau belum.

T : Apakah orang tua kamu memberi target kepadamu?

J : Tidak pak, yang penting saya sudah berusaha pak.

T : Apakah kamu di asrama selalu belajar?

J : Jarang pak, biasa bermain game.

T : Dalam satu semester matematika memperoleh lima jam pelajaran?

J : Kurang pak, kalau awalnya tidak terasa pak, tapi kalau akhir-akhir baru

terasa pak. Juga kadang kalau ada soal tentang materi yang belum

pernah diajarkan disuruh melewati pak.

T : Apa cita-cita kamu di masa mendatang?

J : Menjadi dokter pak.

T : Terus usaha apa yang telah kamu lakukan?

J : Ikut kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan pak, seperti PMR

dan PMI.

3. Hasil wawancara dengan subjek 2 (S2)

T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?

J : 113 pak.

T : Berapa nilai semester ganjil matematika kamu?

J : 38.5 pak.

T : Kenapa kamu memperoleh nilai sekian?

J : Saya orangnya pemalas pak, jarang latihan, dan juga agak

nggampangke (meremehkan).

T : Apakah ada faktor-faktor yang lain?

J : Tidak pak, saya yang malas pak.

T : Apakah cara mengajar pak Dwi enak dan mudah diterima?

J : Ya pak, paling enak dari guru yang pernah mengajar saya.

T : Apakah selalu mengerjakan tugas?

J : Wah morat-marit (kacau) pak, karena malas pak.

T : Apakah orang tua selalu memberikan motivasi kepada kamu?

J : Selalu pak, tetapi memang saya yang malas pak.

T : Apakah orang tua kamu memberikan target?

J : Tidak pak.

T : Apakah kamu mempunyai target tertentu?

J : Tidak pak, saya tidak bisa menargetkan diri saya sendiri.

T : Apa pekerjaan orang tua kamu?

J : Guru pak, ibu saya guru matematika.

T : Mengapa kamu tidak meminta diajari ibu kamu?

J : Maaf pak bukannya sombong, sewaktu MTs nilai matematika saya

selalu tinggi pak, sehingga ibu saya memberikan kebebasan untuk saya.

T : Apakah lingkungan rumah kamu banyak orang akademik?

J : Saya kurang tahu pak, karena saya jarang bergaul pak.

4. Hasil wawancara dengan subjek 3 (S3)

T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?

J : 113 pak.

T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kamu?

J : Sangat rendah pak, (tersenyum), 37,5 pak.

T : Mengapa kamu mendapat nilai sekian?

J : Malas belajar pak, juga kalau lihat angka saya sudah tidak berminat lagi

pak, saya tidak suka matematika sejak SD pak (phobia matematika).

T : Bagaimana cara mengajar pak Dwi?

J : Agak terlalu cepat pak.

T : Apakah kamu faham dengan cara mengajar pak Dwi?

J : Kalau di kelas faham, tapi kalau sudah keluar lupa pak.

T : Sekarang tinggal di mana?

J : Ma’had pak.

T : Apakah orang tua kamu sering menelpon atau sms kamu menyuruh

untuk belajar?

J : Jarang pak.

T : Apakah ada kendala dalam belajar?

J : Keluarga kurang mendukung pak, kurang bersemangat pak.

T : Untuk semester dua ini, berapa target kamu?

J : Tidak muluk-muluk pak, saya dapat nilai tujuh saja sudah senang sekali

pak.

T : Apakah kamu sering bertanya dengan teman asrama?

J : Jarang pak, kalau teman sekelas sering pak.

5. Hasil wawancara dengan subjek 4 (S4)

T : Apakah kamu mengetahui skor IQ kamu?

J : Tahu pak, 110 pak.

T : Terus nilai semesteran kemarin berapa?

J : 59,5.

T : Apakah mempunyai kendala dalam mengerjakan soal?

J : Kurang menguasai materi pak.

T : Apakah kamu sering bertanya kepada pak Dwi?

J : Semester kemarin tidak pak, soalnya sudah malas terhadap pelajarannya

pak.

T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?

J : Enak pak, saya suka pak.

T : Apakah orang tua kamu menyuruh belajar?

J : Selalu pak.

T : Apakah orang tua kamu memberikan motivasi belajar?

J : Selalu pak, kalau bapak itu orangnya keras dalam pendidikan, jadi

bapak sering ngomongi pak. Tapi bapak tidak pernah memberikan

target saya harus seperti apa, kalau rangkingnya bagus ya bapak seneng,

kalau rangkingnya rendah ya dinasehati.

T : Kalau rangking rendah dinasehati, apakah menjadi beban bagi kamu?

J : Ya kadang kepikiran pak, kan kita harus menjadi lebih baik lagi pak.

6. Hasil wawancara dengan subjek 5 (S5)

T : Kamu mendapat nilai IQ berapa?

J : 123 pak.

T : Nilai semesteran kamu berapa?

J : 52.5 pak.

T : Menurut kamu cukup apa kurang?

J : Kurang pak.

T : Kenapa kamu memperoleh nilai segini?

J : Malas belajar pak, soalnya kan kadang ada masalah. Juga catatan

kurang rapi, ketika mendekati semesteran sering foto kopi, juga kurang

latihan pak.

T : Ketika mengerjakan soal, apakah mempunyai masalah atau tidak?

J : Sebenarnya bisa pak, tapi kadang lupa pak, kan belajarnya cuma

semalam pak (tertawa).

T : Sekarang tinggal di mana?

J : Di pondok pak.

T : Di pondok ada yang satu kelas tidak?

J : Banyak pak.

T : Apakah kamu sering diskusi dengan teman kamu di pondok?

J : Kalau teman sekelas jarang pak, tapi kalau lain kelas malah saya

dijadikan tutor pak.

T : Apakah orang tua selalu memantau belajar kamu?

J : Jarang pak. Orang tua percaya sama saya pak.

T : Kalau orang tua melihat nilai yang segini marah tidak?

J : Tidak marah pak. Malah memberikan apa yang kira-kira kurang.

T : Apakah orang tua memberikan motivasi?

J : Sering pak, kalau nilai jelek tidak pernah dimarahin pak, tapi sharing

pak.

T : Apakah orang tua memberikan target tertentu?

J : Tidak pak, cuma yang penting ada perubahan.

T : Berapa target di semester depan?

J : 85 pak.

T : Terus usaha apa yang kamu lakukan untuk mendapat nilai 85?

J : Memperbaiki catatan pak, saya itu kalau di kelas dan masih diterangkan

malas mencatat pak, tapi sekarang saya menyalin catatan teman saya di

pondok pak.

7. Hasil wawancara dengan subjek 6 (S6)

T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu?

J : Tahu pak, 112 pak.

T : Nilai semesteran kam kemarin berapa?

J : 68,5.

T : Apakah kamu menemukan masalah ketika mengerjakan soal?

J : Sakit mas, seminggu sebelumnya sakit dan waktu mengerjakan kurang

fit.

T : Untuk pelajaran, apakah ada kendala dalam mengerjakan soal?

J : Semrawut mas, kan masih sakit jadi kurang bisa mas.

T : Apakah orang tua menyuruh kamu belajar?

J : Kalau menyuruh tidak pernah mas, soalnya kan sudah besar mas, saya

sendiri yang merasa bersalah, sudah dibiyayai tapi malas.

T : Apakah orang tua memberikan motivasi dalam belajar?

J : Ya pasti mas.

T : Untuk semester dua targetnya berapa?

J : 85

T : La sudah berbuat apa untuk mendapat nilai 85?

J : Lebih greget lagi mas, tapi susah mas, soalnya sudah terbiasa malas.

T : Di dalam kelas, apakah kamu sering berdiskusi dengan teman?

J : Sering mas.

T : Kalau sama pak Dwi bagaimana?

J : Sering mas, soalnya malu kalau bertanya dengan teman.

T : Pak Dwi sendiri cara mengajarnya bagaimana?

J : Enak mas, tetapi kalau sudah keluar lupa semua mas.

8. Hasil wawancara dengan subjek 7 (S7)

T : Berapa nilai IQ kamu?

J : 125 pak.

T : Terus berapa nilai semesteran kamu?

J : 46 pak.

T : Apakah kamu mempunyai masalah dalam semesteran kemarin?

J : Bingung pak, sewaktu di dalam kelas bingung pak.

T : Yang bingung materi apa?

J : Sewaktu di dalam bingung pak, lupa rumusnya semua pak, tapi ketika

sudah keluar ingat semua pak. Sebelum dibagikan sudah berfikir sulit

pak, jadi sudah tersugesti pak.

T : Sekarang kamu tingggal di mana?

J : Boarding pak. (asrama MAN 1 Semarang)

T : Apakah orang tua memantau belajar kamu?

J : Pernah pak. Tapi tidak sering pak.

T : Kenapa jarang bertanya?

J : Percaya saja pak.

T : Apakah kamu selalu belajar?

J : Jarang banget pak, di rumah saja disuruh belajar jarang pak, apalagi di

sini pak.

T : Kalau melihat nilai segini, apakah orang tua kamu marah apa tidak?

J : Ya mesti pak, nilai tujuh saja dimarahin pak.

T : Apakah orang tua kamu memberikan target tertentu?

J : Ya pak, pinginnya yang paling tinggi pak.

T : Apakah kamu merasa terbebani dengan target orang tua kamu?

J : Ya beban mental pak, frustasi pak.

9. Hasil wawancara dengan subjek 8 (S8)

T : Kamu mendapat nilai iq berapa?

J : 124 pak.

T : Nilai semesteran kamu berapa?

J : 63 pak.

T : Kenapa kamu memperoleh nilai segini?

J : Kurang materi pak, sering keluar mengikuti kegiatan ekstra. Hanya

meminjam catatan temen pak, dan tidak saya salin pak, cuma membaca.

T : Sekarang tinggal di mana?

J : Di boarding pak.

T : Apakah kamu sering belajar di boarding? Banyak ngrumpi pa belajar?

J : Jarang pak. Sering ngrumpi pak.

T : Apakah orang tua selalu memantau belajar kamu?

J : Setiap malam bapak selalu sms pak, bertanya apakah sudah belajar

belum. Saya jawab saja sudah pak. (tersenyum).

T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima tidak?

J : Enak pak. Soalnya lebih sudah dari kelas X sudah diajar pak Dwi pak.

T : Apakah sering bertanya dengan pak Dwi?

J : Jarang pak. Lebih nyaman bertanya teman pak (kurang akrab).

10. Hasil wawancara dengan subjek 9 (S9)

T : Apakah kamu tahu nilai iq kamu?

J : 112 pak.

T : Kalau nilai semesteran kamu berapa?

J : Tidak tahu pak, tidak dibagi pak.

T : Nilai kamu 41. Kenapa kamu mendapat nilai segini?

J : Tidak tahu pak, kurang teliti, kurang menguasai materi, juga badannya

kurang fit pak.

T : Tidak fit kenapa? apakah kamu sakit?

J : Tidak enak badan pak.

T : Menurut kamu, apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?

J : Enak, ketika diterangkan faham pak, tapi kalau menyelesaikan soal

sendiri bingung pak. (bingung ketika selesai pelajaran)

T : Sekarang tinggal dimana?

J : Dirumah pak.

T : Apakah orang tua kamu memantau belajar kamu?

J : Sering memberi motivasi pak, menyuruh belajar.

T : Apakah orang tua kamu memberikan target?

J : Tidak terlalu pak, Cuma sering menasehati pak.

T : Menurut kamu, apakah lima jam pelajaran kurang?

J : Kurang pak, soalnya di rumah malas belajar pak.

T : Apakah kamu sering belajar di rumah?

J : Kalau di rumah ya belajar pak, tapi saya kurang suka latihan pak, saya

sukanya membaca.

T : Apakah di kelas kamu sering diskusi dengan teman kamu.

J : Sering pak, misalnya belum faham sering Tanya pak.

T : Apakah kamu sering bertanya dengan pak Dwi?

J : Tidak pak, bingung ingin bertanya apa. (kurang akrab)

T : Apakah kamu menyukai matematika?

J : Suka pak, tapi saya lemah di penjabaran dan kurang teliti.

11. Hasil wawancara dengan subjek 10 (S10)

T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu?

J : Tahu pak, 116 pak.

T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kamu?

J : Tahu pak, 57.5 pak.

T : Apakah menemui kesulitan dalam mengerjakan soal?

J : Menghafal rumus kurang bisa pak.

T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?

J : Cara mengajarnya enak, mudah diterima, ketika di dalam kelas faham,

tapi kalau mengerjakan soal masih bingung.

T : Apakah orang tua kamu memberikan motivasi dengan memantau

belajar kamu?

J : Hampir tiap malam orang tua menelfon menanyakan sudah belajar atau

belum.

T : Apakah orang tua kamu memberikan target untuk prestasi kamu?

J : Orang tua tidak memberikan target yang spesifik, hanya memberikan

masukan untuk berusaha lebih baik.

T : Apakah sering berdiskusi dengan teman?

J : Ya sering, malah sering dengan teman daripada dengan pak Dwi.

T : Mempunyai cita-cita atau harapan apa setelah SMA?

J : Ingin masuk PTN jurusan matematika.

T : Usaha apa yang sudah kamu lakukan untuk mengejar cita-cita kamu?

J : Ya belajar lebih giat lagi.

12. Hasil wawancara dengan subjek 11 (S11)

T : Apakah kamu mengetahui nilai IQ kamu?

J : Tahu pak,

T : Apakah kamu mengetahui nilai semesteran kemarin kamu?

J : Tahu pak,

T : Apakah mempunyai kendala ketika mengerjakan soal?

J : Tidak hafal rumus, soalnya rumusnya banyak, kurang berlatih, males.

T : Apakah cara mengajar pak Dwi mudah diterima?

J : Cara mengajar pak Dwi cepat, tapi enak, ya kadang dapat diterima

kadang tidak, dan menekankan pada latihan soal.

T : Apakah dirumah sering belajar?

J : Jarang pak.

T : Apakah orang tua memantau terus belajar kamu?

J : Jarang banget mas, orang tua menyerahkan pada saya sendiri.

T : Apakah orang tua menekankan prestasi pada kamu?

J : Ya orang tua kalau nilai jelek sih marah, menuntut yang lebih baik.

T : Kalau dimarahin kadang merasa terbebani tidak?

J : Ya kadang mas.

T : Di lingkungan tempat tinggal kamu, prosentasi antara anak yang

sekolah dengan yang bekerja banyakan mana?

J : Wah kurang bergaul mas.

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Muhammad Rizqi Aji

2. Tempat & Tgl. Lahir : Pekalongan, 01 April 1990

3. NIM : 083511022

4. Alamat Rumah : Ds Sapugarut, Kec. Buaran, Kab. Pekalongan

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. MSI Bligo, Lulus Tahun 2001

b. MTsS Wonoyoso, Lulus Tahun 2004

c. MAS Simbang Kulon, Lulus Tahun 2007

Semarang, 31 Mei 2012

Muhammad Rizqi Aji

NIM.083511022