BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · ketuntasan dengan KKM 7,0 dan 17 siswa belum memenuhi...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · ketuntasan dengan KKM 7,0 dan 17 siswa belum memenuhi...
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen Kartasura , yaitu di Kecamatan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Letak SD Kristen
Kartasura berada kurang lebih 3 kilometer dari kecamatan, sedangkan jarak
Dinas Pendidikan Kabupaten dengan SD Kristen Kartasura kurang lebih 30
kilometer. SD Kristen Kartasura berada di pinggir jalan Jl. Slamet Riyadi Solo
yang disampingnya terdapat beberapa pertokoan dan beberapa warung makan.
Dengan kata lain letak SD Kristen Kartasura mudah dijangkau baik siswa, guru,
Dinas Pendidikan Kecamatan maupun Dinas Pendidikan Kabupaten karena
letaknya yang strategis.
4.2 Karakteritik Responden
Siswa SD Kristen Kartasura berjumlah 170 anak yang terdiri dari kelas I
sampai kelas 4 dengan masing-masing kelas terdiri dari 1 kelas. Masing-masing
kelas diampu oleh guru kelas sebanyak 6 guru, 1 guru olahraga dan 1 guru seni
dan budaya. Jumlah pendidik di SD Kristen Kartasura adalah sebanyak 9 guru,
dengan perincian 1 Kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru olahraga, dan 1 guru
seni dan budaya. Selain itu di SD Kristen Kartasura juga mempunyai 1 penjaga
sekolah dan 1 satpam. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV
SD Kristen Kartasura sebanyak 32 siswa. Karakteristik siswa-siswi SD Kristen
Kartasura adalah sebagai berikut : Suka bermain, rasa ingin tahunya tinggi
khususnya dalam menerima pelajaran, suka terhadap hal-hal yang baru, ekonomi
orang tua rata-rata menengah keatas, pendidikan orang tua rata-rata berijasah
SMA dan sarjana, pekerjaan orang tua sebagian besar adalah wiraswasta dan
Kurangnya perhatian orang tua dengan anak khususnya dalam pendidikannya.
Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan orang tua
dapat dilihat di Lampiran.
39
4.3 Pelaksanaan Tiap Siklus
4.3.1 Pelaksanaan Pra Siklus
Sebelum siklus I dan siklus II dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu
melakukan observasi awal dengan tujuan mendapatkatkan data-data awal yang
ada di lapangan. Data-data inilah yang nantinya akan digunakan oleh peneliti
untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan pada langkah-langkah
selanjutnya.
Pelaksanaan pra siklus ini dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2013. Hasil
observasi awal yang peneliti lakukan bahwa hasil belajar siswa mata pelajaran
IPA masih rendah dari KKM. Dari 32 siswa, 15 siswa sudah mencapai
ketuntasan dengan KKM 7,0 dan 17 siswa belum memenuhi target ketuntasan,
rata-rata nilainya adalah 62. Hal ini disebabkan oleh tingkat pemahaman yang
kurang terhadap materi pelajaran. Cara mengajar guru yang masih konvensional.
Guru belum mampu mengadakan inovasi pembelajaran seperti penggunaan
metode-metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi.
Itulah kenyataan yang ada di SD Kristen Kartasura sebagai hasil observasi
awal oleh peneliti, yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindakan
yang peneliti lakukan pada langkah-langkah selanjutnya. Untuk mengetahui
kejelasan rentang nilai pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Rekapitulasi Rentang Nilai Pra Siklus Mata Pelajaran IPA Kelas IV
SD Kristen Kartasura
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 31-40 Belum tuntas 1
2 41-50 Belum tuntas 5
3 51-60 Belum tuntas 5
4 61-70 Belum tuntas 11
5 71-80 Tuntas 9
6 81-90 Tuntas 1
7 91-100 Tuntas -
40
Tabel 4.1 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada pra siklus, diketahui
untuk nilai 31-40 terdapat 1 siswa, nilai 41-50 terdapat 5 siswa, nilai 51-60
terdapat 5 siswa, nilai 61-70 terdapat 11 siswa, nilai 71-80 terdapat 9 siswa,
nilai81-90 terdapat 1 siswa, nilai 91-100 belum terdapat siswa yang mencapai
nilai tersebut. Dari data tersebut diperoleh rata-rata 62, dengan nilai terendah 35
dan nilai tertinggi 82.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 4 pada
kondisi pra siklus dapat lebih jelas dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus Mata Pelajaran IPA
Kelas IV SD Kristen Kartasura
Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa pada pra siklus ini terdapat 32 siswa
terdapat 17 siswa atau 53,13% yang belum tuntas dalam belajarnya yaitu yang
memperoleh nilai < 70 sesuai dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah,
sedangkan 15 siswa lainnya atau 46,87% telah mencapai ketuntasan belajarnya
yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70. Berikut ini disajikan diagram ketuntasan
hasil belajar siswa pada pra siklus.
Diagram 4.1
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus Mata
Pelajaran IPA kelas IV SD Kristen Kartasura
53%47% Tidak tuntas
tuntas
No. Ketuntasan Skor Jumlah Persentase
(%)
1. Tuntas ≥70 15 46,87
2. Belum Tuntas <70 17 53,13
Jumlah 32 100
41
4.3.2 Pelaksanaan Siklus I
4.3.2.1 Perencanaan
Setelah diperoleh data pada Pra Siklus atau observasi awal, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas IV mengenai penyebab dari rendahnya
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, yang kemudian dilanjutkan
melaksanakan Siklus I. Pelaksanaan siklus I ini peneliti bertindak sebagai guru
atau pengajar sedangkan guru/ wali kelas IV berperan sebagai observer.
Pertemuan pertama pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2013.
Siklus 1 ini dibagi menjadi 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Selasa tanggal 5 Maret 2013 dengan materi energi panas dan pertemuan
kedua pada hari Sabtu tanggal 9 Maret 2013 dengan materi energi bunyi.
Sebelum mengajar pada pertemuan pertama dan kedua, maka peneliti
menyiapkan perlengkapan yang nantinya digunakan pada saat mengajar.
Perlengkapan tersebut diantaranya adalah membuat RPP, menyiapkan soal-soal
yang berjumlah 20 butir soal untuk setiap pertemuan yang sudah diuji validitas
dan reliabilitasnya, menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa, dan
menyiapkan alat peraga yang akan berhubungan dengan materi.
4.3.2.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama peneliti mengajar mata pelajaran IPA dengan
materi energi panas. Kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan persensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi.
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang energi
panas dengan menerapkan metode snowball throwing. Siswa diminta untuk
42
mendengarkan penjelasan materi energi panas kemudian membuat pertanyaan
berkaitan dengan materi tersebut. Setelah itu, pertanyaan tersebut diremas
hingga menyerupai bola, kemudian dilempar ke siswa lain untuk dijawab.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik kesimpulan,
guru memberikan evaluasi, kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa
pekerjaan rumah.
2. Pertemuan II
Kegiatan dalam pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan
pertama. Sebelum pelaksanaan pertemuan kedua maka peneliti terlebih dahulu
merencanakan segala sesuatu yang nantinya digunakan dalam pertemuan kedua.
Perencanaan tersebut diantaranya adalah mendiskusikan bersama observer
untuk menentukan waktu pelaksanaan pertemuan ke dua, membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran, merancang kegiatan belajar yang lebih baik, dan
membuat lembar observasi atau lembar pengamatan. Kegiatan pembelajaran
pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada Kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan persensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi.
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang energi
bunyi dengan menerapkan metode snowball throwing. Siswa diminta untuk
mendengarkan penjelasan materi energi bunyi kemudian membuat pertanyaan
berkaitan dengan materi tersebut. Setelah itu, pertanyaan tersebut diremas
hingga menyerupai bola, kemudian dilempar ke siswa lain untuk dijawab.
43
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik kesimpulan,
guru memberikan evaluasi, kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa
pekerjaan rumah.
4.3.2.3 Hasil Tindakan Siklus I
1. Hasil Belajar Peserta Didik
Pada pelaksanaan siklus I telah diterapkan metode snowball throwing dalam
pembelajaran. Siklus I ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada siklus I
ini mengalami peningkatan dari pra siklus. Pada siklus I pertemuan I ini siswa
yang tuntas dengan KKM ≥70 terdapat 18 siswa, sedangkan yang belum
mengalami ketuntasan belajar 14 siswa. Pada pertemuan II mengalami
peningkatan hasil belajar. Siswa yang tuntas dengan KKM ≥70 terdapat 22
siswa, sedangkan yang belum mengalami ketuntasan belajar 10 siswa.
2. Hasil Observasi kegiatan Pembelajaran
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada kegiatan pembelajaran diukur
dengan menggunakan lembar observasi. Dari lembar observasi tersebut dapat
diketahui apa yang menjadi kelemahan dan dan kelebihan selama pembelajaran
berlangsung. Hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan I dapat
dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I pertemuan I
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 1 2
3 3 10 30
4 4 22 88
Jumlah 120
Tabel 4.3 mendiskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa yang diamati oleh
observer pada siklus I pertemuan 1, terdapat 1 skor 2, 10 skor 3, 22 skor 4.
44
Dapat diketahui skor perolehan pada siklus I pertemuan I ini mencapai 120 yang
termasuk kualifikasi A. Selanjutnya, untuk melihat hasil observasi kinerja guru
pada siklus I pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I pertemuan II
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 - 0
3 3 5 15
4 4 28 112
Jumlah 127
Tabel 4.4 mendiskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa yang diamati oleh
observer pada siklus I pertemuan II, terdapat 5 skor 3, 28 skor 4. Dapat
diketahui skor perolehan pada siklus I pertemuan II ini mencapai 127 yang
termasuk kualifikasi A.
3. Refleksi
Setelah guru melakukan proses pembelajaran, ternyata terdapat kelebihan
dan kekurangan selama proses pembelajaran. Kelebihan yang didapat dalam
pembelajaran pada siklus I ini kemudian dipertahankan untuk melanjutkan
tindakan ke siklus II sedangkan kekurangan atau kendalanya harus dicarikan
penyelesainnya untuk perbaikan dan penyempurnaan pada siklus II.
Identifikasi kelebihan pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut :
a. Guru sudah baik dalam memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media
pembelajaran.
b. Guru sudah melaksanakan apersepsi sesuai dengan materi ajar.
c. Guru sudah menunjukkan penguasaan materi pelajaran.
d. Guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut.
e. Guru sudah melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual.
45
f. Guru sudah dapat membuat siswa aktif bertanya dan menjawab atau
mengemukakan pendapatnya.
g. Guru sudah menunjukkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
mengajar.
h. Guru sudah melatih siswa untuk berpikir kritis dalam membuat
pertanyaan.
i. Guru sudah mampu melatih siswa untuk memahami makna tanggung
jawab.
Identifikasi kekurangan atau kendala pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai
berikut :
a. Pertemuan 1
1. Memerlukan waktu yang panjang untuk mengulang penjelasan materi
pelajaran.
2. Guru belum memantau kemajuan belajar siswa.
3. Kurangnya pengelolaan kelas sehingga situasi kelas menjadi tidak
kondusif.
4. Anggota kelompok yang ditinggalkan cenderung ramai sendiri karena
merasa tidak mempunyai tugas.
b. Pertemuan 2
1. Pemerataan yang kurang antara siswa berintelektual tinggi dengan siswa
berintelektual sedang dan rendah dalam pembagian kelompok.
2. Ketua kelompok yang susah menerima materi berdampak pada anggota
kelompoknya, misalnya miskonsepsi.
3. Kurangnya tanya jawab antara guru dengan siswa.
4. Siswa belum mampu membuat rangkuman atau kesimpulan
denganbahasa mereka sendiri, masih terpaku pada guru.
5. Guru kurang dapat mengaitkan materi dengan realita kehidupan.
Cara mengatasi kekurangan pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut :
a. Guru memberi pertanyaan kepada siswa seputar kehidupan sehari-hari.
46
b. Guru memantau kemajuan belajar dari setiap kelompok dan merespon
positif terhadap pertanyaan yang timbul dalam kelompok.
c. Memberikan contoh yang konkret dengan melibatkan siswa sebagai objek
pembelajar.
d. Pembagian kelompok dipilihkan oleh guru secara acak dengan berhitung
satu sampai lima.
e. Guru memilih ketua kelompok yang berintelektual tinggi sehingga saat
guru menjelaskan materi pelajaran tidak mengalami miskonsepsi.
f. Guru lebih sering membrikan pertanyaan kepada siswa agar siswa benar-
benar paham dengan materi.
g. Anggota kelompok yang ditinggalkan diminta untuk membaca buku
berkaitan dengan materi agar tidak ramai sendiri.
h. Guru memberikan sedikit ice breaking untuk melepas ketegangan saat
pembelajaran kemudian setelah itu meminta siswa untuk tenang.
4.3.3 Pelaksanaan Siklus II
4.3.3.1 Perencanaan
Siklus II dilaksanakan dengan memperhatikan kelemahan dan kelebihan
pada Siklus I. Siklus II ini merupakan tahap penyempurnaan dari siklus I.
Siklus II dilaksanakan selama 2 pertemuan. Pertemuan I pada tanggal 12 Maret
2013 dengan materi energi alternatif dan pertemuan kedua pada tanggal 16
Maret 2013 dengan materi model perubahan energi. Sebelum mengajar pada
pertemuan pertama dan kedua, maka peneliti menyiapkan perlengkapan yang
nantinya digunakan pada saat mengajar. Perlengkapan tersebut, diantaranya
adalah membuat RPP, menyiapkan soal-soal yang berjumlah 20 butir soal
setiap pertemuan yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya, menyiapkan
lembar observasi untuk guru dan siswa, dan menyiapkan alat peraga yang akan
berhubungan dengan materi.
47
4.3.3.2 Pelaksanaan Tindakan
1. Pertemuan I
Pada pertemuan pertama peneliti mengajar mata pelajaran IPA dengan
materi energi alternatif. Kegiatan pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada Kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan persensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi.
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang energi
alternatif dengan menerapkan metode snowball throwing. Siswa diminta untuk
mendengarkan penjelasan materi energi alternatif kemudian membuat
pertanyaan berkaitan dengan materi tersebut. Setelah itu, pertanyaan tersebut
diremas hingga menyerupai bola, kemudian dilempar ke siswa lain untuk
dijawab. Kemudian, guru memberikan pendalaman tentang materi.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik kesimpulan,
guru memberikan evaluasi, kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa
pekerjaan rumah.
2. Pertemuan II
Kegiatan dalam pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan
pertama. Sebelum pelaksanaan pertemuan kedua maka peneliti terlebih dahulu
merencanakan segala sesuatu yang nantinya digunakan dalam pertemuan kedua.
Perencanaan tersebut diantaranya adalah mendiskusikan bersama observer
untuk menentukan waktu pelaksanaan pertemuan ke dua, membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran, merancang kegiatan belajar yang lebih baik, dan
membuat lembar observasi atau lembar pengamatan. Kegiatan pembelajaran
pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut.
48
a. Kegiatan awal
Langkah – langkah pelaksanaan pembelajaran pada Kegiatan awal
diantaranya adalah guru mengucapkan salam, guru meminta ketua kelas
memimpin doa, guru mengadakan persensi, dan kemudian guru mengadakan
apersepsi.
b. Kegiatan inti
Pada pelaksanaan kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang model
perubahan energi dengan menerapkan metode snowball throwing. Siswa
diminta untuk mendengarkan penjelasan materi model perubahan energi
kemudian membuat pertanyaan berkaitan dengan materi tersebut. Setelah itu,
pertanyaan tersebut diremas hingga menyerupai bola, kemudian dilempar ke
siswa lain untuk dijawab. Kemudian, guru memberikan pendalaman materi.
c. Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup adalah guru mengajak siswa menarik kesimpulan,
guru memberikan evaluasi, kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa
pekerjaan rumah.
4.3.3.3 Hasil Tindakan Siklus II
1. Hasil Belajar Peserta Didik
Pada pelaksanaan siklus II masih menerapkan metode snowball throwing
dalam pembelajaran. Siklus II ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada
siklus II ini mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus II pertemuan I
siswa yang tuntas dengan KKM ≥70 terdapat 29 siswa, sedangkan yang belum
mengalami ketuntasan belajar 3 siswa. Pada pertemuan II, siswa yang tuntas
dengan KKM ≥70 terdapat 30 siswa, sedangkan yang belum mengalami
ketuntasan belajar 2 siswa.
2. Hasil Observasi kegiatan Pembelajaran
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada kegiatan pembelajaran diukur
dengan menggunakan lembar observasi. Dari lembar observasi tersebut dapat
diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran
49
berlangsung. Kinerja guru pada siklus II ini lebih baik dari siklus I. Hasil
observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada tabel4.5.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II pertemuan I
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 - 0
3 3 4 12
4 4 29 116
Jumlah 128
Tabel 4.5 mendiskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa yang diamati oleh
observer pada siklus II pertemuan 1, terdapat 4 skor 3, 29 skor 4. Dapat
diketahui skor perolehan pada siklus I pertemuan I ini mencapai 128 yang
termasuk kualifikasi A. Selanjutnya, untuk melihat hasil observasi kinerja guru
pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II pertemuan II
No Skor Hasil penelitian
observer Jumlah skor
1 1 - 0
2 2 - 0
3 3 2 6
4 4 31 124
Jumlah 130
Tabel 4.6 mendiskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa yang diamati oleh
observer pada siklus II pertemuan II, terdapat 2 skor 3, 31 skor 4. Dapat
diketahui skor perolehan pada siklus II pertemuan II ini mencapai 130 yang
termasuk kualifikasi A.
50
3. Refleksi
Melihat dari observasi yang telah dilakukan, maka diperoleh bahwa selama
proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa dan guru lebih baik dari siklus
I. Hasil ketuntasan belajar siswa pada akhir siklus II sudah memenuhi target
indikator keberhasilan yaitu ≥ 80%, maka tidak perlu melakukan siklus III.
Hasil analisis evaluasi dari pertemuan pertama dan pertemuan ke dua pada
Siklus II, dari 32 siswa terdapat 2 siswa yang belum tuntas dalam belajarnya
yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai dengan KKM yang telah ditentukan
oleh sekolah, sedangkan 30 siswa lainnya telah mencapai ketuntasan belajarnya
yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70. Dalam siklus II terdapat 2 siswa yang belum
mencapai target ketuntasan dikarenakan kemampuan kognitif anak yang sangat
rendah.
4.4 Analisis Data
4.4.1 Kondisi Awal ( Pra Siklus )
Berdasarkan hasil analisis data, terlihat bahwa hasil belajar IPA kelas IV SD
Kristen Kartasura masih rendah dari KKM yang ditentukan yaitu 7,0. Dari 32
siswa, 15 siswa sudah mencapai target ketuntasan dan 17 siswa belum
memenuhi target ketuntasan. Rata-rata nilainya adalah 62. Hal ini disebabkan
oleh cara mengajar guru yang masih konvensional.
4.4.2 Siklus I
Setelah diperoleh data pada Pra Siklus atau observasi awal, maka peneliti
melakukan diskusi dengan guru kelas 4 mengenai penyebab dari rendahnya
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dan kemudian diterapkannya
metode snowball throwing dalam pembelajaran. Siklus I ini dilakukan selama
dua kali pertemuan. Berdasarkan proses belajar mengajar dengan metode
snowball throwing, didapat hasil belajar pada pertemuan I dengan rentang nilai
yang dapat dilihat pada tabel 4.7.
51
Tabel 4.7
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus I Pertemuan I Mata Pelajaran IPA
Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 41-50 Tidak tuntas 2
2 51-60 Tidak tuntas 6
3 61-70 Tuntas 8
4 71-80 Tuntas 9
5 81-90 Tuntas 6
6 91-100 Tuntas 1
Tabel 4.7 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan I,
diketahui untuk nilai 41-50 terdapat 2 siswa, nilai 51-60 terdapat 6 siswa, nilai
61-70 terdapat 8 siswa, nilai 71-80 terdapat 9 siswa, nilai81-90 terdapat 6
siswa, nilai 91-100 belum terdapat 1 siswa. Dari data tersebut diperoleh rata-
rata 71,2, dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 95.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 4 pada
kondisi siklus I pertemuan I dapat lebih jelas dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan I Mata
Pelajaran IPA Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Kategori
Ketuntasan Skor
Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 18 56,25
2 Tidak tuntas <70 14 43,75
Jumlah 32 100
Pada siklus I pertemuan I ini mengalami peningkatan dari pra siklus yaitu
dari 32 siswa terdapat 14 siswa atau 43,75% yang belum tuntas dalam
belajarnya yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai dengan KKM yang telah
ditentukan oleh sekolah, sedangkan 18 siswa lainnya atau 56,25% telah
mencapai ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70. Berikut ini
disajikan diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan I.
52
Diagram 4.2
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan I
Mata Pelajaran IPA Kelas 4 SD Kristen Kartasura
Terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dalam siklus I pertemuan II.
Hasil belajar siswa pada pertemuan II ini lebih baik dari pertemuan I. Rentang
nilai pada pertemuan II secara jelas dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus I Pertemuan II Mata Pelajaran IPA
Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 51-60 Belum tuntas 4
2 61-70 Belum tuntas 18
3 71-80 Tuntas 6
4 81-90 Tuntas 4
5 91-100 Tuntas 0
Tabel 4.9 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan II,
diketahui untuk nilai 51-60 terdapat 4 siswa, nilai 61-70 terdapat 18 siswa, nilai
71-80 terdapat 6 siswa, nilai81-90 terdapat 4 siswa, nilai 91-100 tidak terdapat
siswa yang mencapai nilai tersebut. Dari data tersebut diperoleh rata-rata 71,09,
dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 4 pada
kondisi siklus I pertemuan II dapat lebih jelas dilihat pada tabel 4.10.
44%
56%
Tidak tuntas
tuntas
53
Tabel 4.10
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Kategori
Ketuntasan Skor
Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 22 68,75
2 Tidak tuntas <70 10 31,25
Jumlah 32 100
Pada siklus I pertemuan II ini mengalami peningkatan dari siklus I
pertemuan I yaitu dari 32 siswa terdapat 10 siswa atau 31,25% yang belum
tuntas dalam belajarnya yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai dengan KKM
yang telah ditentukan oleh sekolah, sedangkan 22 siswa lainnya atau 68,75%
telah mencapai ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70.
Berikut ini disajikan diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I
pertemuan II.
Diagram 4.3
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA kelas 4 SD Kristen Kartasura
4.4.3 Siklus II
Siklus II ini merupakan penyempurnaan dari siklus I. Kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam siklus I ini kemudian di sempurnakan di dalam
31%
69%
Tidak tuntas
tuntas
54
siklus II. Siklus II ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Pada siklus II
ini mengalami peningkatan dari pra siklus dan siklus I. Selanjutnya, untuk
melihat secara jelas rentang nilai hasil belajar pada siklus II pertemuan I dapat
dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus II Pertemuan I Mata Pelajaran IPA
Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 51-60 Belum tuntas 1
2 61-70 Belum Tuntas 2
3 71-80 Tuntas 3
4 81-90 Tuntas 15
5 91-100 Tuntas 11
Tabel 4.11 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan I,
diketahui untuk nilai 51-60 terdapat 1 siswa, nilai 61-70 terdapat 2 siswa, nilai
71-80 terdapat 3 siswa, nilai81-90 terdapat 15 siswa, nilai 91-100 belum
terdapat 11 siswa. Dari data tersebut diperoleh rata-rata 88,1, dengan nilai
terendah 65 dan nilai tertinggi 100.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 4 pada
siklus II pertemuan I dapat lebih jelas dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan I
Mata Pelajaran IPA Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Kategori
Ketuntasan Skor
Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 29 90,63
2 Tidak tuntas <70 3 9,37
Jumlah 32 100
Pada siklus I pertemuan II ini mengalami peningkatan dari pra siklus dan
siklus I yaitu dari 32 siswa terdapat 3 siswa atau 9,37% yang belum tuntas
dalam belajarnya yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai dengan KKM yang
55
telah ditentukan oleh sekolah, sedangkan 29 siswa lainnya atau 90,63% telah
mencapai ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥ 70. Berikut ini
disajikan diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan I.
Diagram 4.4
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan I
Mata Pelajaran IPA kelas 4 SD Kristen Kartasura
Dalam siklus II pertemuan II ini tergolong sukses. Ketuntasan belajar kelas
pada pertemuan II ini telah melebihi pencapaian indikator keberhasilan
penelitian yaitu 80%. Hasil ketuntasan belajar pertemuan II secara lebih jelas
dapat dilihat pada tabel rentang nilai 4.13.
Tabel 4.13
Rekapitulasi Rentang Nilai Siklus II Pertemuan II Mata Pelajaran IPA
Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Rentang nilai Ketuntasan Jumlah siswa
1 61-70 Belum Tuntas 4
2 71-80 Tuntas 15
3 81-90 Tuntas 6
4 91-100 Tuntas 7
Tabel 4.13 mendiskripsikan hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan II,
diketahui untuk nilai 61-70 terdapat 4 siswa, nilai 71-80 terdapat 15 siswa, nilai
81-90 terdapat 6 siswa, nilai 91-100 belum terdapat 7 siswa. Dari data tersebut
diperoleh rata-rata 82,8, dengan nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 100.
9%
91%
Tidak tuntas
tuntas
56
Untuk mengetahui persentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas 4 pada
kondisi siklus I pertemuan II dapat lebih jelas dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Kategori
Ketuntasan
Skor Jumlah
siswa
Presentase
(%)
1 Tuntas ≥70 30 93,75
2 Tidak tuntas <70 2 6,25
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dari 32 siswa terdapat 2 siswa atau 6,25%
yang belum tuntas dalam belajarnya yaitu yang memperoleh nilai < 70 sesuai
dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, sedangkan 30 siswa lainnya
atau 93,75 telah mencapai ketuntasan belajarnya yaitu yang memperoleh nilai ≥
70. Berikut ini disajikan diagram ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II
pertemuan II.
Diagram 4.5
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan II
Mata Pelajaran IPA kelas 4 SD Kristen Kartasura
4.5 Pembahasan
Berdasarkan paparan hasil penelitian diatas, maka dapat diketahui bahwa
kegiatan pembelajaran siswa kelas 4 di SD Kristen Kartasura, Sukoharjo terlihat
6%
94%
Tidak tuntas
tuntas
57
ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode
pembelajaran snowball throwing. Peningkatan hasil belajar siswa yang tinggi
dan maksimalnya aktivitas baik siswa maupun guru dalam pembelajaran dapat
terjadi itu tergantung dari bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung di
dalam kelas. Observasi awal yang telah dilakukan sebelum peneliti melakukan
tindakan, terlihat bahwa pembelajaran yang terjadi belum mengaktifkan siswa,
dimana aktivitas siswa masih terbatas siswa hanya duduk, diam, dengar, catat,
dan hafal. Sehingga siswa cenderung pasif dan tidak terlibat langsung kedalam
proses pembelajaran dan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Upaya perbaikan pembelajaran di kelas dilakukan agar siswa dapat
beraktivitas dengan aktif dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Upaya
tersebut yaitu dengan cara menerapkan metode pembelajaran snowball throwing
selama siklus I dan siklus II. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan
yaitu dari pra siklus ke siklus I kemudian ke siklus II, dimana hasil belajar pada
siklus II telah mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu 80% sehingga dapat
dikatakan tuntas. Hal ini sesuai dengan pendapat Triatno ( 2011:64) dalam
Dhimas Lutfi (2008), yang menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan tuntas
jika telah memenuhi target ketuntasan belajar 75%. Hasil pembelajaran tersebut
membuktikan bahwa dengan mengaktifkan siswa melalui metode snowball
throwing dapat membantu siswa dalam memahami konsep IPA khususnya
materi energi dan perubahannya. Peningkatan hasil ketuntasan belajar pada pra
siklus, siklus I, dan siklus II secara jelas dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Rekapitulasi Kenaikan Nilai Pada Pra Siklus, Siklus I, Dan Siklus II Mata
Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Kristen Kartasura
No Kondisi
Jumlah
siswa yang
belum
tuntas
Persentase
(%)
Jumlah
siswa yang
tuntas
Persentase
(%)
1 Pra siklus 17 53,13 15 46,87
58
2 Siklus I
Pertemuan I 14 43,75 18 56,25
Pertemuan II 10 31,25 22 68,75
3 Siklus II
Pertemuan I 3 9,37 29 90,63
Pertemuan II 2 6,25 30 93,75
Perbandingan ketuntasan belajar siswa secara lebih jelas dapat dilihat pada
diagram 4.6.
Diagram 4.6
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I,
Siklus II Mata Pelajaran IPA Kelas 4 SD Kristen Kartasura
Berdasarkan pengamatan pada tabel 4.15, secara keseluruhan rangkaian
proses penelitian ini membuktikan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran snowball throwing pada pokok bahasan energi dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan oleh
penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Slamet Widodo ( 2008 ),
Diyan Tunggal Safitri ( 2011 ), Ngadino ( 2012 ) yang menyatakan bahwa
dengan memanfaatkan metode pembelajaran snowball throwing dapat membuat
siswa aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapatnya di depan umum,
melatih siswa berpikir kritis terhadap suatu materi, dapat menumbuhkan rasa
tanggung jawab dan kerja sama dalam kelompok, meningkatkan motivasi
0
5
10
15
20
25
30
35
pra siklus siklus I pertemuan 1
siklus I pertemuan 2
siklus II pertemuan 1
siklus II pertemuan 2
belum tuntas tuntas
59
belajar siswa, menumbuhkan sikap menghargai pendapat orang lain, dapat
meningkatkan aktivitas positif siswa. Selain itu, metode snowball throwing
sangat baik untuk menggali potensi kepemimpinan murid dalam kelompok dan
keterampilan membuat dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui
permainan imajinatif (Komalasari: 2010) dalam Dhimas Luti (2008), sehingga
untuk bersaing membuat pertanyaan yang berkualitas maka siswa terlebih dulu
harus memahami materi. Pemahaman materi yang sangat mendalam akan
ootomatis membuat hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Penerapan metode pembelajaran snowball throwing ini dapat membuat
pembelajaran yang dilakukan lebih bervariasi, sehingga siswa akan termotivasi
untuk belajar, guru dapat memantau dan mengidentifikasi sejauh mana
keaktifan siswa, dan membuat pembelajaran lebih menarik bahkan
menyenangkan tidak monoton seperti sebelumnya. Selain itu, guru juga dapat
mengetahui siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar untuk dapat
menjadi aktif, sehingga akan berpengaruh baik terhadap peningkatan hasil
belajar siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik ( 2003: 172 )
Dhimas Lutfi (2008) yang menyatakan bahwa aktivitas belajar diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada proses pembelajaran, dimana
siswa berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga dengan demikian siswa
tersebut memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek-aspek
lain tentang apa yang ia lakukan. Oleh karena itu, dengan mengaktifkan siswa
dalam kelompok belajar dapat membuat siswa cenderung terlatih dalam
interaksi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.