BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4 -...

21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian Data dari hasil penelitian ini berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Penilain hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari hasil pretest dan posttest siswa pada kedua kelas eksperimen, baik yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) maupun yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Adapun peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari selisih nilai pretest dan posttest siswa dari kedua kelas eksperimen. 4.1.1 Nilai Hasil Belajar Siswa Hasil belajar kognitif siswa dari kedua kelas eksperimen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Nilai hasil belajar siswa, baik pretest maupun posttest untuk kedua kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa ( pretest) pada kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods) Nilai Pertemuan I Pertemuan II Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase 0 0 0,00% 0 0,00% 10 0 0,00% 0 0,00% 20 3 8,82% 2 5,88% 30 14 41,18% 11 32,35% 40 8 23,53% 7 20,59% 50 5 14,71% 10 29,41% 60 3 8,82% 3 8,82% 70 1 2,94% 1 2,94% 80 0 0,00% 0 0,00% 90 0 0,00% 0 0,00% 100 0 0,00% 0 0,00% Jumlah 34 100% 34 100% 38

Transcript of BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4 -...

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Data dari hasil penelitian ini berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

Penilain hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari hasil pretest dan posttest siswa

pada kedua kelas eksperimen, baik yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) maupun yang diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Adapun peningkatan hasil

belajar siswa dilihat dari selisih nilai pretest dan posttest siswa dari kedua kelas

eksperimen.

4.1.1 Nilai Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar kognitif siswa dari kedua kelas eksperimen secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran. Nilai hasil belajar siswa, baik pretest maupun posttest

untuk kedua kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa ( pretest) pada

kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods)

Nilai Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00%

10 0 0,00% 0 0,00%

20 3 8,82% 2 5,88%

30 14 41,18% 11 32,35%

40 8 23,53% 7 20,59%

50 5 14,71% 10 29,41%

60 3 8,82% 3 8,82%

70 1 2,94% 1 2,94%

80 0 0,00% 0 0,00%

90 0 0,00% 0 0,00%

100 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 34 100% 34 100%

38

39

Tabel 6. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa (pretest) pada

kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share )

Nilai Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00%

10 0 0,00% 3 8,82%

20 3 8,82% 2 5,88%

30 13 38,24% 5 14,71%

40 8 23,53% 12 35,29%

50 5 14,71% 8 23,53%

60 4 11,76% 3 8,82%

70 1 2,94% 1 2,94%

80 0 0,00% 0 0,00%

90 0 0,00% 0 0,00%

100 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 34 100% 34 100%

Dari kedua tabel hasil pretest siswa untuk kedua kelas eksperimen di

atas, terlihat bahwa nilai pretest siswa masih rendah. Pada kedua kelas

eksperimen, baik yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Structured Dyadic Methods (SDM) maupun model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS), tidak ada siswa yang mencapai nilai 78 sebagai

standar KKM. Adapun nilai rata-rata pretest siswa pada kelas eksperimen I

pada pertemuan pertama dan kedua adalah 38,24 dan 41,18, sedangkan untuk

kelas eksperimen II adalah 39,12 dan 40,88.

Untuk distribusi nilai hasil belajar posttest siswa pada kedua kelas

eksperimen dapat dilihat pada kedua tabel di bawah ini :

40

Tabel 7. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa (posttest)

pada kelas eksperimen I ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods )

Nilai

Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00%

10 0 0,00% 0 0,00%

20 0 0,00% 0 0,00%

30 0 0,00% 0 0,00%

40 0 0,00% 0 0,00%

50 2 5,88% 5 14,71%

60 7 20,59% 4 11,76%

70 13 38,24% 7 20,59%

80 8 23,53% 8 23,53%

90 4 11,76% 10 29,41%

100 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 34 100% 34 100%

Tabel 8. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar siswa ( postest ) pada

kelas eksperimen II ( menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share )

Nilai

Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase

0 0 0,00% 0 0,00%

10 0 0,00% 0 0,00%

20 0 0,00% 0 0,00%

30 0 0,00% 0 0,00%

40 0 0,00% 0 0,00%

50 0 0,00% 0 0,00%

60 2 5,88% 1 2,94%

70 11 32,35% 9 26,47%

80 9 26,47% 7 20,59%

90 6 17,65% 15 44,12%

100 6 17,65% 2 5,88%

Jumlah 34 100% 34 100%

Pada kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM), pada pertemuan pertama

terdapat 12 orang siswa yang memperoleh nilai di atas 78 sebagai standar

41

KKM dengan nilai rata-rata posttest 71,47, sedangkan pada pertemuan kedua

terdapat 18 orang siswa yang mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata

posttest 74,12. Pada kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), pada pertemuan pertama terdapat 21

orang siswa yang mencapai nilai KKM dengan nilai rata-rata 80,88,

sedangkan pada pertemuan kedua terdapat 24 orang siswa yang mencapai

nilai KKM dengan nilai rata-rata posttest 82,35.

4.1.2 Peningkatan Hasil Belajar siswa

Peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dilihat dari selisih

nilai pretest dan posttest. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa untuk

kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada kedua tabel dibawah ini.

Tabel 9. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada

kelas eksperimen I (menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods)

Selisih nilai Pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

0 0 0,00% 0 0,00%

10 3 8,82% 2 5,88%

20 5 14,71% 6 17,65%

30 11 32,35% 13 38,24%

40 10 29,41% 8 23,53%

50 3 8,82% 3 8,82%

60 2 5,88% 2 5,88%

70 0 0,00% 0 0,00%

80 0 0,00% 0 0,00%

90 0 0,00% 0 0,00%

100 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 34 100% 34 100%

42

Tabel 10. Daftar Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif siswa pada kelas

eksperimen II (menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share)

Selisih nilai pertemuan I Pertemuan II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

0 0 0,00% 0 0,00%

10 0 0,00% 1 2,94%

20 2 5,88% 2 5,88%

30 7 20,59% 9 26,47%

40 13 38,24% 9 26,47%

50 8 23,53% 7 20,59%

60 3 8,82% 5 14,71%

70 1 2,94% 0 0,00%

80 0 0,00% 1 2,94%

90 0 0,00% 0 0,00%

100 0 0,00% 0 0,00%

Jumlah 34 100% 34 100%

Kedua tabel di atas menunjukkan hubungan antara selisih nilai pretest

dan posttest siswa kedua kelas eksperimen dengan jumlah siswa yang

memperoleh nilai tersebut. Dari data di atas dapat ditentukan nilai rata-rata

peningkatan hasil belajar kognitif siswa kedua kelas eksperimen, standar

deviasi dan variansnya yang akan digunakan untuk analisa lebih lanjut dalam

uji normalitas, uji homogenitas dan uji t. Data Peningkatan Hasil Belajar

kedua kelas eksperimen, baik pada pertemuan pertama maupun pada

pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 11. Data peningkatan hasil belajar

Variabel

Pertemuan I Pertemuan II

Kelas

Eksperimen I

Kelas

Eksperimen II

Kelas

Eksperimen I

Kelas

Eksperimen

II

N 34 34 34 34

33,24 41,76 32,94 41,47

SD 12,73 11,41 12,19 14,38

V 157,1799 126,2976 152,2491 200,7785

43

Keterangan :

N : Jumlah Siswa

: Rata-Rata Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

SD : Standar Deviasi

V : Varians

Data diatas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelas

eksperimen berdistribusi normal dan memliki varians yang homogen. Jika

hasilnya menunjukkan kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varians

yang homogen, maka selanjunya akan dilakukan uji t untuk menentukan

apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa

pada pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan

Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana menggunakan

media pembelajaran molymod pelampung pancing.

4.1.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah hasil belajar kognitif

siswa dari kedua kelas eksperimen berdistribusi normal. Uji normalitas ini

dilakukan dengan menggunakan uji chi kuadrat (chi-square) dengan taraf

signifikansi 0,01. Dalam uji normalitas ini, jika X2

hitung < X2

tabel, maka kelas

eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal, tetapi jika

X2

hitung< X2tabelmaka kelas eksperimen tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, nilai X2

hitung yang diperoleh

untuk kedua kelas eksperimen, baik pada pertemuan pertama maupun kedua

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 12. Data uji normalitas hasil belajar siswa

Nilai

Pertemuan I Pertemuan II

Kelas

Eksperimen I

Kelas

Eksperimen II

Kelas

Eksperimen I

Kelas

Eksperimen II

X2hitung 2,0953 2,5330 1,4110 7,2894

X2tabel 11,3

Dari data uji normalitas pada tabel di atas terlihat bahwa untuk kedua

kelas eksperimen diperoleh X2

hitung < X2tabel, baik pada pertemuan pertama

44

maupun pertemuan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas

eksperimen berdistribusi normal, yang artinya data yang diperoleh

mempunyai sebaran yang normal dan bisa mewakili populasi. Dengan kata

lain hasil belajar kognitif kedua kelas eksperimen yang diperoleh bisa

mewakili hasil belajar populasi.

4.1.4 Uji Homogenitas

Untuk membuktikan apakah hasil belajar siswa dari kedua kelas

eksperimen mempunyai varians yang homogen atau tidak, dilakukan uji

homogenitas menggunakan uji F dengan taraf signifikansi 0,01. Jika Fhitung <

Ftabel, maka kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang homgen, tetapi

jika Fhitung > Ftabel maka kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang

tidak homogen.

Berdasarkan uji homogentias kedua kelas eksperimen yang telah

dilakukan, diperoleh hasil bahwa Fhitung pertemuan pertama dan kedua

bertrut-turut 1,24452 dan 1,31875, sedangkan Ftabelyang diperoleh 4,93. Hal

ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, yang artinya baik pada pertemuan

pertama maupun pertemuan kedua, kedua kelas eksperimen mempunyai

varians yang homogen. Selanjutnya, karena kedua kelas eksperimen

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka dapat

dilakukan pengujian hipotesis dengan melakukan uji t.

4.1.5 Uji t

Uji hipotesis atau uji t dilakukan untuk penentuan hipotesis. Dalam

penelitian ini uji hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa pada materi

senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod

pelampung pancing dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS). Dalam

uji t ini, jika ttabel > thitung, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

45

kognitif siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods

(SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana

menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing, begitu pula

sebaliknya.

Berdasarkan uji t yang telah dilakukan terhadap hasil belajar siswa

untuk ranah kognitif, diperoleh hasil bahwa baik untuk pertemuan pertama

maupun kedua, nila ttabel > thitung. thitung yang diperoleh untuk pertemuan

pertama dan kedua masing-masing adalah 2,8571 dan 2,954, sedangkan ttabel

yang diperoleh adalah 2,38419.

4.2 Pembahasan

Penelitian tentang perbedaan hasil pembelajaran kooperatif tipe Structured

Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa

turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing

ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar

siswa pada ranah kognitif dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Structured Dyadic Methods(SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada materi

senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung

pancing.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Bengkulu dengan populasi

seluruh siswa kelas XII IPA SMA Negeri 5 Kota Bengkulu. Pada penelitian ini

digunakan dua kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaran kooperatif

dengan tipe yang berbeda untuk materi yang sama. Untuk menentukan kelas

sampel dari populasi yang ada, maka dilakukan uji homogenitas menggunakan uji

F terhadap dua kelas yang dipilih secara random, yaitu kelas XII IPA I dan XII

IPA II. Berdasarkan uji F yang dilakukan berdasarkan nilai ujian semester siswa,

diperoleh Fhitung sebesar 1,7791 dan Ftabel sebesar 4,93. Hal ini menunjukkan

bahwa Fhitung < Ftabel, yang artinya kedua kelas tersebut memiliki variansi yang

homogen. Dengan kata lain kedua kelas ini dapat mewakili populasi. Oleh karena

itu dalam penelitian ini kelas sampel yang digunakan adalah kelas XII IPA I dan

XII IPA II, yang masing-masing terdiri dari 34 orang siswa.

46

Untuk menentukan kelas mana dari dua kelas sampel yang ada yang akan

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM)

maupun tipe Think Pair Share (TPS), dilakukan pemilihan secara acak. Model

pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) diterapkan pada

kelas XII IPA I dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

diterapkan pada kelas XII IPA II.

Selain materi yang sama, pada proses pembelajaran kedua kelas eksperimen

juga digunakan media pembelajaran yang sama, yaitu molymod pelampung

pancing. Molymod merupakan media pembelajaran yang biasa digunakan untuk

memperlihatkan struktur dari suatu molekul. Biasanya, molymod terbuat dari

bahan plastik yang dapat dibongkar pasang. Namun, selain menggunakan plastik,

molymod juga dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan bahan-bahan

yang ada dilingkungan sekitar seperti buah rimpang, sterofom dll. Dalam

penelitian ini molymod yang digunakan terbuat dari pelampung pancing yang

dihubungkan dengan lidi.

Gambar 4. Molymod pelampung pancing.

Molymod pelampung pancing memiliki kelebihan dalam hal efektifitas biaya

dan kepraktisan penggunaan. Hanya dengan menggunakan pelampung pancing

yang harganya terjangkau dan mudah diperoleh, ditambah dengan lidi, molymod

pelampung pancing ini sangat mudah dibuat dan digunakan. Bahkan siswa dapat

47

membuatnya sendiri dan menggunakannya untuk belajar di rumah, berbeda

dengan molymod yang disediakan oleh sekolah yang terbatas penggunaannya

hanya di sekolah.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada

materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran molymod

pelampung pancing, peneliti harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana hasil

belajar siswa pada ranah kognitif dari kedua kelas eksperimen. Dalam hal ini

peneliti melakukan penelitian sebanyak dua pertemuan dengan hanya mengamati

hasil belajar siswa untuk ranah kognitif.

Hasil belajar siswa untuk ranah kognitif dilihat dari selisih nilai pretes dan

posttest siswa dari kedua kelas eksperimen. Dari hasil penelitian yang diperoleh,

pada pertemuan pertama nilai rata-rata pretest untuk kelas ekperimen I yang

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM)

dan kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) berturut-turut adalah 38,24 dan 39,12, sedangkan untuk

pertemuan II adalah 41,18 dan 40,88. Perbandingan nilai pretets kedua kelas

eksperimen dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 5. Grafik perbandingan nilai pretest kedua kelas eksperimen pada

pertemuan I dan II.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

0

fre

kue

nsi

Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif

Siswa (Pretest) Pertemuan I

0

2

4

6

8

10

12

14

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

0

Fre

kue

nsi

Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif

Siswa ( Pretest ) Pertemuan II

Kelas Eksperimen I

Kelas Eksperimen II

48

Dari kedua grafik di atas terlihat bahwa nilai pretest siswa untuk kedua kelas

eksperimen baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua masih rendah. Hal

ini terlihat dari nilai pretest tertinggi yang bisa dicapai oleh siswa dari kedua kelas

eksperimen adalah 70. Artinya, tidak ada siswa dari kedua kelas eksperimen yang

memperoleh nilai pretest di atas 78 sebagai standar KKM. Hal ini menunjukkan

bahwa pengetahuan siswa, baik pada kelas eksperimen pertama yang akan

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM)

maupun pada kelas eksperimen kedua yang akan diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) tentang materi yang akan dipelajari masih

kurang. Kekurangan ini dikarenakan siswa tidak memiliki persiapan terlebih

dahulu tentang materi senyawa turunan alkana, sehingga tidak mampu

menyelesaikan soal pretest dengan baik.

Setelah mengadakan pretest , pada kedua kelas eksperimen dilakukan proses

pembelajaran materi senyawa turunan alkana dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif yang berbeda. Pada kelas eksperimen I diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM), dimana siswa

akan berdiskusi dalam kelompok berpasangan dengan cara bertukar peran sebagai

tutor. Adapun pada kelas eksperimen II iterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS), dimana siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan

LDS secara pribadi terlebih dahulu, baru kemudian berdiskusi dengan pasangan

kelompok masing-masing dan dipresentasikan di depan kelas. Diakhir

pembelajaran, dilakukan posttest pada kedua kelas eksperimen untuk meilihat

seberapa besar peningkatan pengetahuan yang diperoleh siswa selama proses

belajar mengajar yang telah dilakukan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, pada pertemuan pertama nilai rata-rata

posttest untuk kelas ekperimen I dan kelas eksperimen II berturut-turut adalah

71,47 dan 80,88, sedangkan untuk pertemuan II adalah 72,12 dan 82,35.

Perbandingan nilai postest kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada grafik di

bawah ini :

49

Gambar 6. Grafik perbandingan nilai postest kedua kelas eksperimen pada

pertemuan I dan II.

Dari nilai rata-rata posttest dan kedua grafik di atas terlihat bahwa siswa dari

kedua kelas eksperimen telah mengalami peningkatan pengetahuan setelah

diterapkan pembelajaran. Jika pada pretest tidak ada siswa dari kedua kelas yang

mencapai nilai KKM, maka pada posttest terjadi peningkatan, meskipun masih

ada sejumlah siswa dari kedua kelas eksperimen yang belum mencapai KKM.

Pada kelas eksperimen pertama yang diterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods (SDM) jumlah siswa yang mendapat nilai posttest

di atas KKM untuk pertemuan pertama dan kedua masing-masing 12 dan 18 orang

siswa, sedangkan untuk kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) jumlah siswa yang memperoleh nilai di

atas KKM pada pertemuan pertama dan kedua berturut-turut 21 dan 24 orang

siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada kedua

kelas eksperimen dapat diterima oleh siswa.

Dari hasil nilai posttest siswa, terlihat bahwa jumlah siswa yang mendapat

nilai posttest di atas KKM lebih banyak pada kelas eksperimen II yang diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dibandingkan dengan

kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

0

2

4

6

8

10

12

14

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Fre

kue

nsi

Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif

Siswa ( Postest ) Pertemuan I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

0

Fre

kue

nsi

Nilai

Grafik Hasil Belajar Kognitif

Siswa ( Postest ) Pertemuan II

Kelas Eksperimen I

Kelas Eksperimen II

50

Structured Dyadic Methods (SDM). Hal ini menunjukkan bahwa proses

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) dapat menghasilkan peningkatan pengetahuan ranah kognitif lebih

baik dibandingkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (TPS ) pada materi senyawa turunan

alkana menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing.

Seberapa besar peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada ranah kognitif

dari kedua kelas eksperimen pada materi senyawa turunan alkana dilihat dari

selisih nilai pretest dan posttest yang diperoleh siswa. Sebaran peningkatan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif untuk kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada

kedua grafik di bawah ini :

Gambar 7. Grafik perbandingan peningkatan hasil belajar kognitif kedua

kelas eksperimen pada pertemuan I dan II.

Dari kedua grafik di atas terlihat bahwa sebaran nilai peningkatan hasil

belajar kognitif siswa memang lebih baik pada kelas eksperimen II yang

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

dibandingkan dengan kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM). Hal ini juga dapat diketahui

0

2

4

6

8

10

12

14

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Fre

kue

nsi

Nilai

Grafik Peningkatan Hasil Belajar

Kognitif Pertemuan I

0

2

4

6

8

10

12

14

10

20

30

40

50

60

70

80

90

10

0

Fre

kue

nsi

Nilai

Grafik Peningkatan Hasil Belajar

Kognitif Pertemuan II

Kelas Eksperimen I

Kelas Eksperimen II

51

dengan melihat nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif kedua kelas

eksperimen. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif kelas eksperimen I

untuk pertemuan I dan II adalah 33, 24 dan 32,94, sedangkan untuk kelas

eksperimen II adalah 41,76 dan 41,47.

Hasil belajar siswa ranah kognitif pada kelas eksperimen II yang diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik

dibandingkan kelas eksperimen I yang diterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods (SDM) disebabkan karena pada kelas eksperimen

II siswa diberikan kesempatan untuk mengerjakan LDS secara mandiri terlebih

dahulu sebelum akhirnya berpasangan untuk mendiskusikan hasil kerja yang

diperoleh dan dipresentasikan di depan kelas. Artinya semua siswa diberi

tanggung jawab yang sama dalam menyelesaikan permasalahan dan diberi

kesempatan untuk berpikir mandiri terlebih dahulu sebelum bertukar pendapat.

Hal ini membuat semua siswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk berpikir.

Asumsi ini sesuai dengan pendapat Frank Lyman (Sahae, 2013), dimana model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang

ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk

berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Selain itu, pada kelas eksperimen II yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), soal-soal yang didiskusikan oleh siswa

telah disiapkan oleh guru dalam bentuk LDS. Adapun untuk kelas eksperimen I,

siswa bergantian peran sebagai tutor dengan cara mengajukan soal kepada

pasangan kelompoknya secara bergantian. Dalam hal ini, soal-soal yang

digunakan atau diajukan siswa dalam diskusi dengan pasangannya tidak disiapkan

oleh guru melainkan ditemukan oleh siswa sendiri dengan tingkat pemikiran siswa

masing-masing. Hal ini tentunya mempengaruhi hasil belajar siswa, karena tingkat

kesukaran soal-soal yang digunakan oleh siswa pada kelas eksperimen I dalam

diskusi sangat bervariasi, ada yang sangat sederhana dan ada yang sangat

kompleks. Jumlah soal yang didiskusikan juga bervariasi, ada pasangan yang

berhasil mengerjakan banyak soal, ada juga yang hanya dapat mengerjakan sedikit

52

soal, sehingga peningkatan hasil belajar yang diperoleh pun jauh lebih tidak

merata dibandingkan kelas eksperimen II.

Untuk menguji hipotesis pada ranah kognitif ini, apakah terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar ranah kognitif pada pembelajaran kooperatif

tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair Share (TPS) pada

materi senyawa turunan alkana menggunakan media molymod pelampung

pancing, dilakukan uji t dengan menggunakan data peningkatan hasil belajar

kognitif yang diperoleh. Namun, sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji

homogenitas terlebih dahulu. Jika kedua kelas eksperimen mempunyai distribusi

yang normal dan varians yang homogen, barulah uji t dapat dilakukan.

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, kedua kelas eksperimen mempunyai

distribusi yang normal dan varians yang homogen, sehingga dapat dilakukan uji t.

Dari uji t yang dilakukan berdasarkan nilai peningkatan hasil belajar ranah

kognitif diperoleh thitung untuk pertemuan pertama dan kedua masing-masing

adalah2,8571 dan 2,954, sedangkan ttabel adalah 2,38419. Hal ini menunjukkan

bahwa thitung > ttabel, yang artinya hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan

demikian disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar

ranah kognitif siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Structured Dyadic

Methods (SDM) dan Think Pair Share (TPS) pada materi senyawa turunan alkana

menggunakan media pembelajaran molymod pelampung pancing.

53

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada kelas eksperimen pertama yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) diperoleh nilai rata-rata

pretes untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 38,24 dan 41,18, nilai

rata-rata postest untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 71,47 dan

77,12, dan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada

pertemuan pertama dan kedua adalah 33,24 dan 32,94.

2. Pada kelas eksperimen kedua yang diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) diperoleh nilai rata-rata pretes

untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 39,12 dan 40,88, nilai rata-rata

postes untuk pertemuan pertama dan kedua adalah 80,88 dan 82,35, dan

nilai rata-rata peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada pertemuan

pertama dan kedua adalah 41,76 dan 41,47.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kognitif siswa

pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media pembelajaran

molymod pelampung pancing dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM) dan tipe Think Pair

Share (TPS). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil belajar kognitif

siswa pada materi senyawa turunan alkana menggunakan media

pembelajaran molymod pelampung pancing lebih baik pada kelas yang

diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

dibandingkan dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM).

53

54

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Pada kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Structured Dyadic Methods (SDM), dimana siswa bergantian

peran sebagai tutor dalam kelompoknya dengan mengajukan soal-soal, agar

diskusi berjalan lancar maka sebaiknya siswa sudah menyiapkan soal-soal

sebelum pelajaran berlangsung sehingga proses diskusi lebih efektif dan waktu

yang digunakan lebih efisien.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) baik digunakan

untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi senyawa turunan

alkana dengan menggunakan media pembelajaran molymod pelampung

pancing.

3. Dalam penggunaan media pembelajaran molymod pelampung pancing guru

sebaiknya memperhatikan variasi ukuran dan warna pelampung pancing yang

digunakan. Variasi ukuran atau diameter pelampung pancing dan warnanya

sebaiknya disesuaikan agar mendekati keadaan yang sebenarnya.

4. Untuk menggambarkan ikatan rangkap pada senyawa turunan alkana sebaiknya

guru tidak menggunakan tusuk gigi melainkan kawat agar dapat dibengkokkan

sehingga mendekati keadaan yang sebenarnya.

55

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Ashadi. 2009. Kesulitan Belajar Kimia bagi Siswa Sekolah Menengah.

http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_pdf.php?nid=198 [2 Desember

2013]

Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.Jakarta :

Referensi Jakarta

Djuanda, D. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TKJ Di SMK Negeri 1

Tomohon. Engineering Education.(1), (4)

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Eggen dan Kauchak, D. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran.Jakarta : Indeks

Fathurrohman, P dan Sutikno, S. 2007. Strategi Belajar Mengajar.Bandung : PT

Refika Aditama

Hamzah dan Uno. 2012. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara

Huda, M. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Khamidinal, 2009. Kimia SMA/MA Kelas.Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional

Nesti. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia Melalui Pembelajaran

Kooperatif Menggunakan Structured Dyadic Methoda Tipe Classwie

Peer Tutoring (CPT) Di SMKN 2 Kota Bengkulu. Skripsi FKIP UNIB :

Tidak dipublikasikan

Patrianto, U. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share untuk Memahamkan Materi Logaritma Kelas X SMKN 5

Malang. Jurnal Pendidikan Matematika

Purba, M. 2002. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sari, P.S. 2013. Studi Komparasi Model Pembelajaran STAD Dengan

Menggunakan Media Animasi Macromedia Flash Player dan Molymod

Pada Pembelajaran Kimia Materi Pokok Ikatan Kovalen Ditinjau Dari

Kreativitas Siswa Kelas X SMAN 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran

2011/2012. Jurnal Pendidikan Kimia. (2). (2) : 112

56

Sahae, K. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type Think Pair

Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran

Teknologi Informasi Dan Komunikasi Di Kelas VII SMP Negeri 3 Siau

Timur. Enginering Education Journals UNIMA.(1), (4)

Slavin, R. 2005. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

Subana. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi.Bandung : Alfabeta

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Syah, M. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

57

RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama : Winda Wiranata

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. NPM : A1F010006

4. Tempat,

Tanggal Lahir

: Curup, 23 Januari 1992

5. Alamat

Bengkulu

: Asrama Putri Orchid,

Unib

6. No. Telpon : -

7. No. HP : 08982217849

8. E-mail : [email protected]

9. Alamat Asal : Jl. Let jend Suprapto No

51, Curup Tengah

II. IDENTITAS PENDIDIKAN

No Pendidikan Spesialisasi Tahun Lulus Tempat

1 TK Kartika - 1998 Curup

2 SDN 102 Curup - 2004 Curup

3 SMP N 1 Curup - 2007 Curup

4 SMA N 1 Curup

Kota

IPA 2010 Curup

5 PT. Unib Pendidikan

Kimia

2013 Bengkulu

III. PENGALAMAN BERORGANISASI

No Tahun Nama Organisasi Kedudukan dalam

organisasi

1 2011/2012

Departemen Pendidikan

dan Penalaran

HIMAMIA FKIP Unib

Anggota

2 2012/2013

Departemen Pendidikan

dan Penalaran

HIMAMIA FKIP Unib

Anggota

IV. PRESTASI DAN PENGHARGAAN

No Jeniis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan

Tahun

1 Asisten Dosen untuk

Mata Praktikum

Program Studi

Pendidikan Kimia Bengkulu, 2013

58

2 Finalis Lomba Karya

Tulis Ekonomi Islam BEM UNIB Bengkulu, 2010

3 Juara I Kompetisi

Karya Tulis Ilmiah

(KTI) Mahasiswa

UNIB Bengkulu, 2012

4 Juara III Lomba Karya

Tulis Ilmiah UNIB Fair

II

UNIB Bengkulu, 2011

Semua data yang diisikan dan tercantum dalam riwayat hidup ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan. Apabila kemudian hari ternyata dijumpai

ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resiko.

Demikianlah riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk melengkapi

skripsi ini.

Bengkulu, Maret 2014

Winda Wiranata