ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN...

Click here to load reader

Transcript of ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN...

  • TUGAS AKHIR RC09 1380

    ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN MENGGUNAKAN PILE SLAB PADA RUAS JALAN BABAT-BOJONEGORO

    DAVID RACHMAT PRABOWONRP 3106 100 099

    Dosen PembimbingAnak Agung Gde Kartika, ST. M.Sc.

    JURUSAN TEKNIK SIPILFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2010

  • ANALISIS EKONOMI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN MENGGUNAKAN PILE SLAB

    PADA RUAS JALAN BABAT - BOJONEGORO

    Nama Mahasiswa : DAVID RACHMAT PRABOWONRP : 3106 100 099Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITSDosen Pembimbing : Anak Agung Gde Kartika, ST, M.Sc.

    Abstrak

    Ruas jalan Babat-Bojonegoro saat ini masih dalam tahap perbaikan. Kondisi lalu lintas pada ruas jalan ini sebelum perbaikan sangatlah tidak menguntungkan bagi para pengguna jalan tersebut. Hal ini dikarenakan kondisi fisik jalan Babat-Bojonegoro yang rusak. Untuk itu Pemerintah merasa perlu untuk mengadakan perbaikan jalan. Karena Pemerintah menginginkan jalan penghubung antara daerah Babat dengan daerah Bojonegoro ini dapat berjalan normal. Panjang total dari proyek perbaikan jalan ini adalah 6,3 km.

    Dalam Tugas Akhir ini Penulis membandingkan antara konstruksi perkerasan lentur dan konstruksi perkerasan dengan menggunakan pile slab dari segi analisis ekonomi. Studi yang dibahas antara lain :Menghitung tebal lapisan perkerasan lentur, menghitung besar biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan perkerasan lentur dan perencanaan perkerasan menggunakan pile slab, menghitung biaya perawatan berkala dan rutin (untuk perkerasan lentur),menghitung perawatan berkala (untuk perkerasan pile slab), menghitung total biaya konstruksi perkerasan lentur dan perkerasan pile slab, menghitung BOK untuk kondisi eksisting, perkerasan lentur dan perkerasan menggunakan pile slab dengan menggunakanmetode N.D.Lea, dan menganalisis kelayakan secara ekonomi dengan perhitungan B/C Ratio.

    Berdasarkan hasil perhitungan analisis ekonomi didapatkan kesimpula, yaitu perkerasan menggunakan pile slab lah yang paling ekonomis jika digunakan pada ruas jalan Babat-Bojonegoro tersebut. Hal ini dikarenakan nilai perbandingan B/C ratio perkerasan pile slab lebih besar jika dibandingkan dengan perkerasan lentur.

    Kata kunci : Perkerasan Lentur, Perkerasan Menggunakan Pile Slab, Analisis Ekonomi, Babat -Bojonegoro

  • 1

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangBerbagai macam alasan untuk

    dibangunkannya sebuah jalan, salah satunya ialah akibat dari perkembangan suatu daerah, baik itu perkembangan industri maupun perkembangan sosial ekonomi. Untuk itu sarana transportasi jalan yang dibutuhkan adalah sarana trasportasi yang lancar, aman dan nyaman. Yaitu sarana jalan yang memenuhi persyaratan baik dari segi perencanaan, pembangunan, perawatan serta pengelolaannya. Diharapkan dengan adanya transportasi jalan ini akan dapat memperlancar arus komunikasi, informasi, serta transportasi antar daerah sehingga tidak akan ada lagi kesenjangan antar daerah.

    Untuk mncapai tujuan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berusaha meningkatkan sarana fasilitas transportasi daerah tersebut. Karena akses jalan raya dirasa sangat penting, maka Pemerintah kabupaten Bojonegoro merasa perlu untuk memperbaiki kondisi ruas jalan yang menghubungkan Babat dengan kota Bojonegoro. Hal ini dikarenakan jalan yang sudah ada mengalami kerusakan yang sangat parah.

    Proyek ini dibiayai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro dengan tujuan memperlancar transportasi jalan yang menghubungkan kedua wilayah tersebut. Panjang total dari proyek peningkatan jalan ini adalah 6,3 km.

    Mengingat hal tersebut di atas sangat penting maka perlu dirancang suatu jenis perkerasan yang tepat untuk proyek jalan Babat-Bojonegoro. Ada dua jenis konstruksi perkerasan jalan yang akan dianalisis dalam Tugas Akhir ini, yaitu antara perkerasan lentur yang memerlukan biaya murah pada awal perencanaan dan memerlukan biaya perawatan rutin yang cukup besar, dengan perkerasan menggunakan pile slab yang memerlukan biaya perencanaan yang mahal tetapi memerlukan biaya perawatan rutin yang tidak terlalu besar.

    Dari perbedaan kedua jenis konstruksi perkerasan di atas, maka perlu untuk dilakukan analisis terhadap kedua jenis perkerasan tersebut. Analisis ini untuk mengetahui jenis perkerasan apa yang menguntungkan dan paling sesuai untuk daerah Babat-Bojonegoro.

    Analisis kedua jenis konstruksi perkerasan tersebut bisa dilakukan dari segi ekonomi jalan raya yang terdiri dari beberapa komponen antara lain:1. Biaya Operasi Kendaraan (User Cost)2. Biaya konstuksi perkerasaan lentur 3. Biaya konstruksi perkerasan pile slab4. Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

    Analisis Ekonomi ini dapat kita lakukan setelah merancang kedua jenis konstruksi perkerasan tersebut. Kemudian hasil perbandingan antara konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) dan konstruksi perkerasan yang menggunakan tiang pancang (pile slab)tersebut dievaluasi sehingga dapat diketahui jenis konstruksi perkerasan yang paling sesuai untuk digunakan berdasarkan kondisi lapangan.

    1.2. Perumusan MasalahDari latar belakang diatas, beberapa

    perumusan masalah yang disampaikan yaitu:1.Berapa ketebalan konstruksi lapisan perkerasan lentur yang sesuai untuk ruas jalan Babat-Bojonegoro.2.Dari kedua alternatif perencanaan perkerasan tersebut diatas, jika dengan umur rencana 40 tahun alternatif mana yang paling menguntungkan.

    1.3. Batasan MasalahPada penulisan Tugas Akhir ini

    membahas tentang perhitungan konstruksi perkerasan lentur (Flexible pavement) dan konstruksi perkerasan menggunakan pile slab dengan umur rencana 40 tahun. Untuk perencanaan konstruksi perkerasan lentur perhitungannya memakai cara Bina Marga. Sedangkan untuk perencanaan konstruksi perkerasan dengan pile slab perhitungannya berdasarkan perencanaan yang sudah ada, yaitu perencanaan dari Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak mencakup perhitungan struktur tanah , termasuk jumlah tiang pancang yang dipakai dan tipe tiang pancang yang dipakai.Semua perencanaan mengenai pile slab sesuai dengan perencanaan dari Dinas PU Jawa Timur. Untuk perhitungan biaya perawatan jalan, besarnya akan diasumsikan berapa persen dari total biaya konstruksi.

    Kemudian dari perhitungan perencanaan tersebut dilakukan suatu analisis ekonomi terhadap penggunaan setiap jenis konstruksi lapisan perkerasan jalan sehingga

  • 2

    BABAT (SURABAYA Km 73+000 )

    LOKASI STUDI

    SURABAYA Km 73+000

    SURABAYA Km 76+000

    SURABAYA Km 82+200

    LOKASI STUDI

    SURABAYA Km 82+700 KMm82+800

    ARAH MENUJU BOJONEGORO

    ARAH MENUJU SURABAYA

    dapat mengevaluasi dan membandingkan penggunaan setiap jenis konstruksi lapisan perkerasan jalan.1.4 Maksud dan Tujuan

    Adapun maksud dan tujuan dari dibuatnya Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui jenis perkerasan jalan yang sesuai dan paling ekonomis untuk ruas jalan tersebut.Secara rinci tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :1.Merencanakan konstruksi lapisan perkerasan lentur.2.Membandingkan kedua alternatif penggunaan lapisan perkerasan tersebut secara ekonomis untuk umur rencana 40 tahun, sehingga dapat dipilih alternatif yang paling menguntungkan.

    1.5. Manfaat Penulisan Setelah diketahui hasil dari analisis

    tersebut maka kedepannya penulisan Tugas Akhir ini bisa bermanfaat untuk dijadikan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan semua yang berhubungan dengan proyek-proyek jalan di Kabupaten Bojonegoro. Sehingga kedepannya pengerjaan semua proyek-proyek pemerintah bisa dikerjakan dengan baik dan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan daerah tersebut. 1.6. Lokasi Studi

    Daerah studi adalah di wilayah Babat-Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur seperti terlihat pada Gambar 1.1.

    Lokasi Studi untuk perencanaan ini yaitu mulai dari Surabaya Km 76+000Km 82+200 dan Surabaya Km 82+700-Km 82+800. Jadi panjang total jalan yang akan di studi yaitu = 6300 meter = 6,3 Km. Untuk Surabaya Km 82+200Km 82+700 kondisi jalannya masih bagus, karena sudah dilakukan perbaikan sebelumnya, jadi untuk Km 82+200 Km 82+700 tidak dimasukkan dalam perhitungan analisis. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat

    dalam Gambar 1.2 mengenai gambar lokasi studi.

    Gambar 1.2 lokasi studi

    Keterangan: : Lokasi studi: Kondisi jalan yang masih bagus

    Gambar 1.1 Peta Jawa Timur

  • 3

    Gambar 1.3. (a),(b),(c), dan (d) menjelaskan tentang foto foto lokasi studi

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Dasar Perhitungan Angka Pertumbuhan Lalu Lintas

    Untuk penetapan angka pertumbuhan lalu lintas seperti terlihat dalam Tabel 2.1

    Tabel 2.1. Penetapan Angka Pertumbuhan Lalu Lintas

    Jenis kendaraan Angka Pertumbuhan Lalu LintasSepeda Motor PDRB perkapitaMobil Penumpang PDRB perkapitaBus Pertumbuhan PendudukTruk PDRB

    Peramalan lalu lintas sangat diperlukan dalam suatu perencanaan perkerasan jalan. Hal ini dikarenakan untuk pehitungan beban lalau lintas sampai umur rencana.Untuk meramalkan pertumbuhan kendaraan pribadi diasumsikan ekivalen dengan pertumbuhan PDRB per kapita. Karena PDRB per kapita menggambarkan suatu pendapatan rata-rata perorangan sehingga semakin tinggi tingkat perekonomian seseorang, maka akan meningkat pula tingkat konsumsinya. Dengan

    demikian orang akan semakin mampu untuk memiliki kendaraanpenumpang sendiri (kendaraan pribadi) seperti sepeda motor, sedan, jeep dan lain sebagainya.

    Untuk meramalkan pertumbuhan jumlah bus dan angkutan umum lainnya,diasumsikan ekivalen dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terjadi. Hal ini berdasarkan pengertian yaitu untuk memindahkan penduduk dari suatu daerah menuju daerah memerlukan suatu sarana transportasi atau angkutan yang memadai seperti Bus dan angkutan penumpang umum, sehingga semakin besar jumlah penduduk semakin besar pula jumlah angkutan penumpang umum yang dibutuhkan.

    Sedangkan untuk meramalkan pertumbuhan segala jenis truk dan angkutan barang lainnya diasumsikan ekivalen dengan pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) karena PDRB merupakan gambaran tingkat perekonomian pada suatu regional atau Dengan tingkat perekonomian yang tinggi maka makin tinggi pula produksididaerah tersebut, sehingga untuk mengangkut hasil produksi tersebut membutuhkan sarana transportasi atau angkutan barang yang memadai seperti truk dengan segala bentuk ukurannya. Jadi semakin tinggi tingkat perkonomian (PDRB) makin tinggi pula jumlah transportasi atau angkutan yang dibutuhkan.

    Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa pertumbuhan lalu lintas untuk masing-masing jenis kendaraan selama tahun rencana sebanding terhadap besarnya faktor pertumbuhan penduduk, PDRB dan PDRB per kapita. Sebelum mendapatkan faktor pertumbuhan kendaran harus terlebih dahulu meramalkan faktor pertumbuhan peduduk, PDRB dan PDRB per kapita dan daerah atau wilayah dimana ruas jalan tersebut berada. Untuk melakukan peramalan pertumbuhan penduduk, PDRB dan PDRB perkapita digunakan metode regresi linier (Linier Regression) atau disebut juga metode selisih kuadrat minimum, dimana penyimpangan yang akan terjadi diusahakan sekecil mungkin agar tercapai hasil mendekati keadaan sebenarnya.

    Peramalan dengan menggunakan regresi linier dari data yang telah ada akan didapatkan persamaan garis linier sebagai hubungan fungsional antara variabel-variabelnya. Jumlah penduduk. PDRB dan PDRB per kapita dinyatakan sebagai variabel

  • 4

    tidak bebas dengan notasi Y, dan tahun dinyatakan sebagai variabel bebas dengan notasi X. Secara matematis hal diatas dapat dirumuskan dalam persamaan :

    Y = ax + b

    Sedangkan harga koefisien a dan b dapat dicari dengan persamaan berikut ini :

    ))(*(

    )**(22 XXn

    YXXYna

    n

    XaYb

    )*(

    ))(*)()(*(

    )**(2222 YYnXXn

    YXXYnr

    Dimana :a dan b : koefisien regresiX : Variabel bebasY : variabel tidak bebasn : jumlah datar : koefisien korelasi (harga ini

    berkisar antara -1 sampai 1, bila harga r = 1 atau r = -1, berarti hubungan antara X dan Y sangat kuat antar persamaan diatas dapat dipakai sedangkan bila harga r = 0, berarti persamaan tidak layak)

    2.2. Lapisan Perkerasan Lentur

    Lapisan konstruksi perkerasan lentur ini adalah suatu lapisan perkerasan jalan yang dapat melentur bila terkena beban kendaraan. Pada umumnya lapisan perkerasan lentur ini menggunakan bahan pengikat berupa aspal sehingga memiliki sifat melentur bila terkena beban lalu lintas dan dapat meredam getaran akibat kendaraan. Pada kenyataanya, jenis lapisan perkerasan inilah yang paling banyak digunakan di negara Indonesia.

    2.3 Lapisan Perkerasan Menggunakan Pile Slab

    Untuk menambah daya dukung tanah asli di ruas jalan tersebut, maka akan dipergunakan metode baru, yaitu metode pile slab. Dimana metode ini adalah metode perkerasan dengan menggunakan tiang pancang kecil (mini pile)

    di bawah lapisan perkerasan kaku tersebut. Pemasangan tiang pancang ini dipasang dengan jumlah 4 secara melebar jalan, serta dipasang secara menerus sepanjang jalan dengan jarak setiap 5 meter. Adapun kekuatan tiang pancang ini sudah dihitung kekuatannya agar mampu menahan beban rencana. Setelah dipasang tiang pancang, diatas tiang pancang tersebut dibuatkan poer (semacam slab beton) yang berfungsi untuk mengikatkan tiang pancang . Setelah di slab beton, kemudian lapisan perkerasan lentur (aspal) dilapiskan di atas slab tersebut.

    Adapun detail gambar mengenai pile slab tersebut seperti Gambar 2.1. Gambar 2.2 menjelaskan tentang potongan memanjang pile slab. Gambar 2.3 menjelaskan tentang detail penulangan spoon pile

  • 5

    4

    160,8

    )(1

    tonsumbubeban

    4

    76,13

    )(1

    tonsumbubeban

    4

    45,18

    )(1

    tongandasumbubeban

    2.4 Dasar-Dasar Perhitungan

    2..4.1Penentuan Besaran Rencana Perkerasan Lentur

    Di dalam perhitungan konstruksi perkerasan lentur dengan cara Bina Marga, untuk menentukan besaran rencana terdapat beberapa parameter yang digunakan, antara lain :

    a. Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

    Tabel 2.2. Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan

    Lebar perkerasan (L) Jumlah jalur (n)L < 5,50 m 1 Jalur

    5,50 m < L < 8,25 m 2 Jalur 8,25 m < L < 11,25 m 3 Jalur

    11,25 m < L < 15,00 m 4 Jalur 15,00 m < L < 18,75 m 5 Jalur18,75 m < L < 22,00 m 6 Jalur

    Sumber : Metode Analisa Komponen

    Koefisien Distribusi Kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat dalam jalur rencana dapat dilihat pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

    Jumlah Jalur

    Kendaraan Ringan

    Kendaraan Berat

    1 Arah

    2 Arah

    1 Arah

    2 Arah

    1 Jalur 1,0 1,0 1,0 1,02 Jalur 0,6 0,5 0,7 0,53 Jalur 0,4 0,4 0,5 0,4754 Jalur - 0,3 - 0,455 Jalur - 0,25 - 0,4256 Jalur - 0,2 - 0,4

    Sumber : Metode Analisa Komponen b. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu

    Kendaraan

    Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan sumbu pada setiap kendaraan ditentukan menurut rumus daftar dibawah ini :

    1. Angka Ekivalen STRT = 4

    40,5

    )(1

    tonsumbubeban

    2. Angka Ekivalen STRG =

    3. Angka Ekivalen SDRG =

    4. Angka Ekivalen STrRG =

    c. Lalu lintas harian rata-rata dan Rumus Lintas Ekivalen 1. Lintas Harian Rata-rata setiap

    jenis kendaraan pada awal umur rencana yang dihitung pada jalan tanpa median atau masing-masing arah pada jalan dengan median.

    2. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitungkan dengan rumus :

    n

    jjjj ExCxLHRLEP

    1

    j = jenis kendaraan

    3. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus :

    n

    jjj

    URj ExCxiLHRLEA

    1

    )1(

    i = perkembangan lalu lintas 4. Lintas Ekivalen Tengah (LET)

    dihitung dengan rumus :

    2

    LEALEPLET

    5. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus

    LER = LET

  • 6

    6. Log Wt18 =9,36Log

    1

    54,2

    ITP-0,2+

    19,5

    154,2

    10944,0

    ITP

    Gt+ Log

    FR

    1

    +0,372

    3

    2,1

    DDT

    Wt18 = LER x umur rencana x 365

    Gt = Log

    5,1IPo

    IPtIPo

    d. Daya Dukung Tanah (DDT) dan CBR Penetapan Daya dukung tanah dasar (DDT) berdasarkan grafik korelasi terhadap harga CBR, dimana harga CBR dapat diambil harga CBR lapangan atau laboratorium

    e. Faktor Regional Tabel 2.4 menjelaskan tentang faktor regional

    Tabel 2.4. Faktor Regional

    Kelandaian I (10%)

    % Kendaraa

    n berat

    % Kendaraa

    n berat

    % Kendaraa

    n berat 0 maka proyek tersebut ekonomis Untuk melakukan perbandingan terhadap dua atau lebih alternatif pada suatu proyek denganmenghitung perbandingan manfaat biaya dengan cara : - Membuat tabel, lalu alternatif yang ada

    diurut mulai dari alternatif yang memiliki initial cost yang terkecil

    - Alternatif awal akan digunakan sebagai pembanding alternatif kedua

    - Tulis cash flow dari masing-masing alternatif, kemudian menghitung selisihnya (net cashflow)

    - Hitung C

    Batau B C selisih cash flow

    Jika C

    B> 1 atau B C > 0 maka pilih

    alternatif yang disebelah kanan

    Jika C

    B< 1 atau B C < 0 maka dipilih

    alternatif yang disebelah kiri - Alternatif terpilih dipergunakan sebagai

    pembanding alternatif berikutnya - Demikian seterusnya sampai diperoleh

    alternatif terpilih dari semua alternatif Atau bisa saja dengan membandingkan masing-masing nilai B/C rationya. Kemudian pilih yang terbesar nilai B/C rationya.

    BAB IIIMETODOLOGI

    BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

    4.1. Ruas Jalan Babat-BojonegoroData existing yang diperoleh tentang

    ruas jalan tersebut adalah sebagai berikut:1. Nama ruas jalan : Babat-Bojonegoro2. Klasifikasi Jalan: Jalan Arteri3. Lokasi ruas Jalan: Surabaya Km

    76+000 Km 82+200 dan Km 82+700Km 82+800

    4. Panjang total : 6,3 km5. Lebar jalan : 7,00 m

    4.2. Volume Lalu lintas Sepeda Motor = 2641Mobil = 2260Angkutan Umum = 4541Bus = 157Truk Kecil = 645Truk 2 Sumbu = 262Truk 3 Sumbu = 128Truk Trailer = 28

    Truk Semi Trailer = 62

    Start

    Studi Literatur dan Bahan

    Invetarisasi Data ( Data Sekunder )1. Data Penduduk2. Data Ekonomi ( PDRB dan PDRB per kapita )3. Data Geometrik Jalan4. Data Kondisi Lalu Lintas ( Volume Lalu Lintas5. Data CBR Tanah6. Data Perencanaan Perkerasan Metode Pile Slab

    Pengolahan Data1. Peramalan Jumlah Penduduk , PDRB , dan PDRB perkapita pada tahun rencana2. Peramalan Volume Lalu Lintas

    Perhitungan BOK untuk perkerasan

    lentur

    1.Perhitungan tebal perkerasan lentur2.Perhitungan biaya konstruksi3.Perhitungan biaya pemeliharaan4.Perhitungan total biaya

    Perhitungan total biaya perkerasan menggunakan pile slab yang sesuai dengan perencanaan dari PU Bina Marga

    Perhitungan BOK untuk perkerasan

    menggunakan pile slab

    Perhitungan BCR untuk perkerasan

    lentur

    Perhitungan BCR untuk perkerasan

    menggunakan pile slab

    Perbandingan BCR antara dua alternatif

    di atas , kemudian dipilih alternatif

    yang paling ekonomis

    finish

  • 10

    Jumlah sama atau lebih besar

    1 0.5 _ _2 0.6 0.5 233 0.8 0.6 224 1 0.8 215 1.1 1 206 1.2 1.1 197 1.4 1.2 188 1.5 1.4 179 1.6 1.5 16

    10 1.6 1.6 1511 1.7 1.7 1312 1.9 1.9 1213 2 2 1114 2.3 2.3 1015 2.5 2.5 916 2.5 2.6 717 2.6 2.7 618 2.7 2.8 519 2.8 3.1 420 3.1 3.6 321 3.6 4.4 222 4.4 5.2 123 5.2

    Jumlah titik pengamatan = 23Diurutkan

    nilai CBR

    4.3. Data TanahTabel 4.2 Nilai CBR (%) yang telah diurutkan.

    Gambar 4.1 Grafik Nilai CBR segmen (90%)

    Berdasarkan Gambar 4.1 Grafik Nilai CBR segmen (90%) di atas, dijelaskan bahwa CBR yang didapat dari hasil perhitungan setelah diurutkan adalah sebesar 0.9%. Dengan nilai CBR yang terlalu rendah tersebut. Maka di dalam penulisan Tugas Akhir ini nilai CBR subgrade tersebut diabaikan, karena di dalam pengerjaan nanti diasumsikan tanah asli akan ditimbun dengan tanah timbunan yang nilai CBRnya yaitu 20%. Jadi nanti akan dipakai acuan nilai CBR 20%. Sedangkan untuk kebutuhan tanah timbunan, diperlukan tanah timbunan setebal 0.7 meter, hal ini dikarenakan kondisi tanah asli yang terlalu jelek. Selain itu tanah timbunan itu diasumsikan sebagai lantai dasar sehingga akan memperkuat tanah asli

    Persen sama atau lebih besar

    _23/23x100%=10022/23x100%=95.6521/23x100%=91.320/23x100%=86.9519/23x100%=82.618/23x100%=78.2617/23x100%=73.9116/23x100%=69.5615/23x100%=65.2113/23x100%=56.5212/23x100%=52.1711/23x100%=47.8310/23x100%=43.489/23x100%= 39.137/23x100%=30.436/23x100%=26.095/23x100%=21.744/23x100%=17.393/23x100%=13.042/23x100%=8.691/23x100%=4.35

    titik pengamatan = 23

    Nilai CBR (%) yang telah diurutkan.

    CBR segmen (90%)

    Berdasarkan Gambar 4.1 Grafik Nilai CBR segmen (90%) di atas, dijelaskan bahwa CBR yang didapat dari hasil perhitungan setelah diurutkan adalah sebesar 0.9%. Dengan nilai CBR yang terlalu rendah tersebut. Maka di dalam penulisan Tugas Akhir ini nilai CBR ubgrade tersebut diabaikan, karena di dalam

    pengerjaan nanti diasumsikan tanah asli akan ditimbun dengan tanah timbunan yang nilai CBRnya yaitu 20%. Jadi nanti akan dipakai acuan nilai CBR 20%. Sedangkan untuk kebutuhan tanah timbunan, diperlukan tanah

    bunan setebal 0.7 meter, hal ini dikarenakan kondisi tanah asli yang terlalu jelek. Selain itu tanah timbunan itu diasumsikan sebagai lantai dasar sehingga akan memperkuat tanah asli

    ketika dilewati kendaraan berat pada waktu pembuatan jalan. 4.4. Umur Rencana

    Di dalam penulisan Tugas Akhir ini, perencanaan perkerasan lentur direncanakan sampai umur 40 tahun yang akan datang. Hal ini dikarenakan desain perkerasan menggunakan pile slab dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga juga direncanakan untuk 40 tahun yang akan datang.

    BAB VANALISIS LALU LINTAS

    5.1. Analisis Pertumbuhan PendudukAdapun data jumlah penduduk, PDRB,

    dan PDRB perkapita seperti pada TTabel 5.1. Data Kependudukan, PDRB dan PDRB perkapita Kabupaten Bojonegoro

    5.2. Analisis Pertumbuhan Lalu LintasPertumbuhan kependudukan dan perekonomian menjadi acuan untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas. Untuk menganalisis hal tersebut maka faktor pertumbuhan lalu lintas dari jenis kendaraan ekivalen dengan faktor pertumbuhan penduduk, PDRB, PDRB perpertumbuhan bus dan angkutan umum diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan jumlah penduduk, faktor pertumjenis truk dan angkutan barang diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan PDRB dan untuk pertumbuhan kendaraan pribadi diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan PDRB permasyarakat di daerah studi. Untuk menghitung pertumbuhanlintas per tahun masing-kendaraan sampai tahun rencana didapat dengan mengalikan faktor pertumbuhan dengan volume kendaraan pada tahun yang telah diketahui sebelumnya menjumlahkan dengan volume kendaraan pada tahun tersebut.

    TahunJumlah

    Penduduk(Jiwa)

    PDRB(Jutaan rupiah)

    2004 - 4.721.829,522005 1.239.756 5.140.946,472006 1.247.919 5.656.746,712007 1.255.914 6.427.416,062008 1.263.551 7.217.782,55

    ketika dilewati kendaraan berat pada waktu

    Di dalam penulisan Tugas Akhir ini, perencanaan perkerasan lentur direncanakan sampai umur 40 tahun yang akan datang. Hal ini dikarenakan desain perkerasan menggunakan pile slab dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga juga direncanakan untuk

    ANALISIS LALU LINTAS

    PendudukAdapun data jumlah penduduk, PDRB,

    dan PDRB perkapita seperti pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Data Kependudukan, PDRB dan PDRB

    Pertumbuhan Lalu Lintasertumbuhan kependudukan dan

    menjadi acuan untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas. Untuk

    hal tersebut maka faktor pertumbuhan lalu lintas dari jenis kendaraan ekivalen dengan faktor pertumbuhan jumlah penduduk, PDRB, PDRB perkapita. Faktor pertumbuhan bus dan angkutan umum diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan jumlah penduduk, faktor pertumbuhan segala jenis truk dan angkutan barang diekivalenkan dengan faktor pertumbuhan PDRB dan untuk pertumbuhan kendaraan pribadi diekivalenkan

    or pertumbuhan PDRB perkapita

    ertumbuhan volume lalu -masing jenis

    kendaraan sampai tahun rencana didapat dengan mengalikan faktor pertumbuhan dengan volume kendaraan pada tahun yang

    ah diketahui sebelumnya dan menjumlahkan dengan volume kendaraan pada

    PDRB(Jutaan rupiah)

    PDRB per kapita

    (Ribuan rupiah)

    4.721.829,52 3.833.335,245.140.946,47 4.146.740,545.656.746,71 4.532.943,826.427.416,06 5.117.719,907.217.782,55 5.712.300,14

  • 11

    BAB VIPERENCANAAN TEBAL

    PERKERASAN6.1. Perencanaan Tebal Konstruksi Perkerasan Lentur Perhitungan angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan memakai SNI 07-2416-199 W = beban satu sumbu tunggal dalam ton Adapun penjelasan seperti berikut:a.Sedan, jeep 2 ton (1 . 1) sb. depan : 50 %,

    sb. belakang : 50 %E = E sb. tunggal + E. sb. tunggal

    =

    44

    4,5

    2.5,0

    4,5

    2.5,0

    = 0,002, dst..

    Sehingga dari hasil perhitungan angka ekivalen (E) beban sumbu kendaraan diatas dapat dilihat pada Tabel 6.1.Tabel 6.1. Rekapitulasi Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

    Pada perencanaan konstruksi ini, metoda yang digunakan adalah metoda perencanaan konstrukis bertahap didasarkan atas konsep sisa umur. Yaitu perkerasan berikutnya direncanakan sebelum perkerasan pertama mencapai keseluruhan masa fatique.

    Di dalam perencanaan ini menggunakan II tahap, yaitu untuk tahap I mulai dari tahun

    2010 sampai tahun 2030. Sedangkan untuk tahap ke-II mulai dari tahun 2030 sampai tahun 2050. Untuk tahap I memakai nilai LERI=1,67 LER20 , karena pada akhir tahap I diharapkan ada nilai sisa sebesar 40%.

    Adapun untuk perhitungan LEAI (2010-2030). dan LEAII (2030-2050) adalah sebagai berikut :LEP = 1688,559 EAL/hariLEA tahap I = 4405,425 EAL/hariLEA tahap II = 7122,118 EAL/hari

    Perhitungan Lintas Ekivalen Tengah

    LET =

    LETI =2

    425,44051688,559 = 3046,992

    LETII =2

    118,7122559,1688 = 4405,339

    Lintas Ekivalen Rencana Karena direncanakan ada nilai sisa sebesar 40% pada akhir perencanaan tahap I, maka nilai LERI = 1,67 LER20

    LER = LETLER I = 1,67 x LER20LER I = 1,67 x 3046,992 = 5088,477LERII = 4405,339

    Faktor Regional Prosentase kendaraan berat > 13 ton, ditinjau dari LHR pada akhir tahun rencana yaitu pada tahun 2050 adalah sebagai berikut :

    % kend. berat = 34056

    2881305951219

    x 100% = 6,55 < 30% kelandaian < 6% Iklim > 900 mm/tahun Dari tabel 2.9 didapat FR = 1,5 Pada daerah rawa FR ditambah 1,0, maka FR = 1,5 + 1,0 = 2,5 LER I = 5088,477LERII = 4405,339Kelas jalan arteriDari tabel 2.10 didapat Ipt = 2,5

    Penentuan material yang digunakan tiap lapis Tanah dasar:CBR = 20 % DDT= 4,3*LogCBR(%)+1,7=7,294Sub-base Course (Sirtu kelas A)

    CBR = 70 % DDT = 9,634

    Base Course (Batu pecah kelas A) CBR = 100 %

    2

    LEALEP

    No. Jenis Kendaraan Angka Ekivale

    n (E)a Sedan, jeep, 2 ton (1 . 1) 0,002b Angkutan umum 2 ton (1 . 1) 0,002c Bus 9 ton (1 . 2) 1,5671d Truk kecil 8,3 ton (1 . 2L) 0,277e Truk 2 sumbu 18,2 ton (1 . 2H) 6,414f Truk 3 sumbu 25 ton (1.22) 5,242g Truk trailer 31,4 ton (1.2+22) 5,887h Truk semi trailer 11,062

  • 12

    DDT = 10,3Surface Laston ; Ipo = 4

    6.1.1. Perencanaan perkerasan lentur tahap I (2010-2030)

    A. Lapisan SurfaceDari rumus Log Wt18 maka didapatkan :Nilai ITP = 9,7335, a1 = 0,40 ITP = a1 D19,734 = 0,40 . D1D1 = 25 cm

    Jadi untuk lapisan surface memakai laston dengan ketebalan =25 cm. B. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)

    Dari rumus Log Wt18 maka didapatkan :Nilai ITP = 9,634, a1 = 0,40 ; a2 = 0,14 ITP = a1 D1 + a2 D29,634 = 0,4 . 25 + 0,14 . D2D2 = 25 cm

    Jadi untuk lapisan base course memakai batu pecah kelas A dengan ketebalan=25 cm. C. Lapisan Pondasi Bawah (Sub-base Course)

    Dari rumus Log Wt18 maka didapatkan :Nilai ITP = 20,3, a1 = 0,40 ; a2 = 0,14 ;a3 = 0,13

    ITP = a1 D1 + a2 D2 + a3 D320,3 = 0,4 . 25 + 0,14 . 25 + 0,13 . D34,5 = 0,13 . D3 D3 = 55 cm

    Jadi untuk lapisan sub base course memakai sirtu kelas A dengan ketebalan 55 cm. Adapun susunan ditunjukkan dengan Gambar 6.1.

    6.1.2. Perencanaan perkerasan lentur tahap II (2030-2050)

    Perencanaan di atas adalah perencanaan untuk tahun tahap I (2010-2030), dengan asumsi nilai sisa sebesar 40%. Dalam perencanaan tahap II diasumsikan lapisan sub base dan base tetap menggunakan tebal seperti perencanaan tahap I. Sedangkan untuk lapisan surface berbeda dengan perencanaan tahap I. Lapisan surface mengalami masa fatique, sehingga perlu direncanakan lagi. Adapun perencanaan untuk tahap II (2030-2050) adalah sebagai berikut:A. Lapisan Surface Dari rumus Log Wt18 maka didapatkan : Nilai ITP 9,51, a1 = 0,40 ITP = a1 D1

    9,51 = 0,40 . D1 D1 = 24 cmJadi untuk lapisan surface memakai laston dengan ketebalan = 24 cm. Adapun susunan perkerasan tahap II ditunjukkan dengan Gambar 6.2.

    D1 = 25 cm

    D2 = 25 cm

    D3 = 55 cm

    Laston

    Batu pecah kelas A(CBR 100%)

    Sirtu kelas A(CBR 70%)

    Subgrade (CBR 5%)

    D1 = 25 cm

    D2 = 25 cm

    D3 = 55 cm

    Laston

    Batu pecah kelas A(CBR 100%)

    Sirtu kelas A(CBR 70%)

    Subgrade (CBR 5%)

    D1 = 24 cmLaston

  • 13

    6.2. Perencanaan Perkerasan Menggunakan Pile Slab

    Desain perencanaan perkerasan menggunakan pile slab yang akan dijelaskan di bawah ini merupakan desain dari dinas Pekerjaan Umum Bina Marga.. Desain perencanaan perkerasan ini sudah diaplikasikan pada ruas jalan Babat-Bojonegoro Km 82+200Km 82+700. Penggunaan pile slab di sini untuk mengatasi kondisi tanah asli yang mengalami kembang susut.Adapun rincian perkerasan menggunakan pile slab dijelaskan dalam Tabel 6.5.Tabel 6.5. Rincian Perkerasan Menggunakan Pile SlabNo. Keterangan1 Umur rencana 40 tahun2 Diameter spoon pile 40 cm3 Pemasangan spoon pile dipasang

    sedalam 15 meter4 Tebal slab betonnya 25 cm5 Lebar Jalan 11 m6 Spoon pile dipasang 4 buah secara

    melebar, dan dipasang menerus secara memanjang jalan dengan jarak antar spoon pile sebesar 5 meter

    7 Di atas slab beton dilapisi lapisan aspal setebal 4 cm sebagai lapisan aus dengan tiap 10 tahun dioverlay

    Sumber : Dokumen Standar Lelang Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga

    BAB VIIANALISIS EKONOMI JALAN RAYA7.1. Perhitungan Biaya Konstruksi

    7.1.1 Perhitungan Perkerasan LenturDari hasil perhitungan di Bab VI untuk perkerasan lentur, didapatkan :

    1. Surface CourseUntuk tahap pertama = 25 cmUntuk tahap kedua = 24 cm

    2. Base Course = 25 cm3. Sub Base Course = 55 cm

    Adapun perhitungan biaya perkerasan lentur dijelaskan dalam Tabel 7.1Tabel 7.1. Perhitungan analisis biaya perkerasan lentur

    7.1.2 Perhitungan Perkerasan Pile SlabSedangkan untuk perhitungan biaya perkerasan menggunakan pile slab dijelaskan dalam Tabel 7.2Tabel 7.2. Perhitungan analisis biaya perkerasan pile slab

    7.2.Perhitungan Biaya PemeliharaanPerkerasan Lentur7.2.1 Biaya Pemeliharaan Tahap II

    Karena perencanaan tahap I hanya sampai pada tahun 2030. Maka untuk tahun 2030-2050 dilakukan perencanaan lagi, yaitu perencanaan tahap II. Adapun perhitungan untuk perencanaan tahap II adalah sebagai berikut:

    Untuk biaya perencanaan tahap II dengan total biaya Rp. Rp.8,883,300,849.75Untuk Lapisan Tack Coat / PerekatLuas = 11 m x 6300 m = 69,300 m2

    Harga = 69,300 m2 x Rp. 4,934/m 2

    = Rp. 341,926,200.00Jadi untuk biaya perencanaan tahap II

    = Biaya tahap II + Biaya lapisan perekat = Rp.8,883,300,849.75 + Rp. 341,926,200.00

    = Rp. 9,225,227,049.75Inflasi kota Surabaya dari 5 tahun terakhir didapat = 8,83 % pertahun Tahun ke 20 F = 9,225,227,049.75 (1+0.0883)20

    = Rp. 50,112,912,853.12 Suku bunga Bank Indonesia = 6.5 % Tahun ke 20 P = 50,112,912,853.12 (P/F,6.5%,20)

    = Rp. 17,179,333,672.20 Jadi biaya perawatan tahap II =Rp. 17,179,333,672.207.2.2 Biaya Perawatan BerkalaUntuk perawatan berkala dilakukan setiap 5 tahun sekali dengan cara melapisi lapisan aus memakai aspal setebal 4 cm dan lapisan perekatnyaJadi total biaya untuk perawatan berkala lapisan lentur = Rp. 17,321,313,828.94 7.2.3 Biaya Pemeliharaan RutinSedangkan untuk pemeliharaan rutin diasumsikan sebesar 2 % dari biaya perkerasan lapisan surface, hal ini dikarenakan perawatan rutin tidak memerlukan biaya yang terlalu besar.

  • 14

    No. Tahun P (1+i)n FW F(P/F,i,n)1 2020 1,822,476,341.62 2.3307 4,247,645,609.41 2,262,831,405.802 2030 1,822,476,341.62 5.4322 9,900,055,982.95 2,809,606,474.123 2040 1,822,476,341.62 12.661 23,073,826,218.35 3,488,441,016.05

    Total 8,560,878,895.97

    Perkerasan Lentur (Rp) Perkerasan Pile Slab (Rp) Selisih (Rp)Initial cost 29,117,365,085.31 58,953,046,250.62Operational cost 46,400,506,888.92 8,560,878,895.97Total cost 75,517,871,974.23 67,513,925,146.59 8,003,946,827.64User cost 565,186,001,968.68 588,702,234,909.23 23,516,232,940.55

    Biaya Total Perawatan Rutin = Rp. 11,899,859,387.78 Jadi Total biaya perawatan perkerasan lentur =BiayaPerencanaan Tahap II+Biaya Perawatan Berkala + Biaya Perawatan Rutin= Rp. 17,179,333,672.20 +17,321,313,828.94 + Rp. 11,899,859,387.78= Rp. 46,400,506,888.927.3.Perhitungan Biaya Perawatan Perkerasan Pile SlabUntuk biaya pemeliharaan pada perkerasan pile slab hanya sebatas pemeliharaan untuk lapisan ausnya saja. Pemeliharaannya dengan cara melapis ulang / overlay setebal 4 cm tiap 10 tahun sekali.

    Jadi total biaya perawatan Perkerasan Pile Slab = Rp. 8,560,878,895.97

    7.4. Perhitungan Biaya PenggunaanTotal User Cost untuk kondisi eksisting

    =Rp.1,580,054,960,416.02Total User Cost untuk perkerasan lentur

    = Rp. 1,014,868,958,447.34Total User Cost untuk perkerasan pile slab

    = Rp. 991,352,725,506.79

    7.5. Evaluasi Ekonomi7.5.1. Perhitungan Total Cost dan User Cost 1.Kondisi EksistingDiasumsikan :Kondisi jalan tidak dilakukan perawatan apapun selama 40 tahun, maka :

    Tahun ke 1 5 kondisi jalan fairTahun ke 6 20 kondisi jalan poorTahun ke 21 40 kondisi jalan bad

    Dengan asumsi kondisi di atas maka didapat nilai :User Cost = Rp. 1,580,054,960,416.02

    2.Perkerasan Lentur Initial Cost = Rp. 29,117,365,085.31Operational Cost= Rp. 46,400,506,888.92 User Cost = Rp. 1,014,868,958,447.343.Perkerasan Pile SlabInitial Cost = Rp. 58,953,046,250.62Operational Cost= Rp. 8,560,878,895.97User Cost = Rp. 991,352,725,506.79

    7.5.2. Perhitungan Saving CostSelisih User Cost antara kondisi eksisting dengan perkerasan lentur := Rp. 1,580,054,960,416.02 Rp. 1,014,868,958,447.34= Rp. 565,186,001,968.68

    Selisih User Cost antara kondisi eksisting dengan perkerasan pile slab := Rp. 1,580,054,960,416.02 - Rp. 991,352,725,506.79= Rp. 588,702,234,909.23

    7.6.3. Perhitungan B/C Ratio1. Perhitungan B/C Ratio untuk masing-masing alternatif :

    a. Perkerasan Lentur Benefit : Rp. 565,186,001,968.68Cost : Rp. 75,517,871,974.23B/C ratio : 7,48

    b. Perkerasan Pile SlabBenefit : Rp. 588,702,234,909.23Cost : Rp. 67,513,925,146.59B/C ratio : 8,72

    Jika dilihat dari perbandingan B/C ratio masing-masing alternatif maka dipilih alternatif perkerasan menggunakan pile slab, karena B/C rationya lebih besar dibandingkan dengan perkerasan lentur.

    2. Perhitungan menggunakan teknik membandingkan alternatif :

    Alternatif 2 dibanding alternatif 1 :

    Benefit : 23,516,232,940.55Cost : 8,003,946,827.64B/C : 2.94 > 1

    Karena nilai B/C ratio > 1 maka dipilih alternatif sebelah kanan, yaitu alternatif dengan memakai perkerasan menggunakan pile slab.

  • 15

    BAB VIIIKESIMPULAN DAN SARAN

    8.1. KesimpulanBerdasarkan analisis ekonomi antara perkerasan lentur dan perkerasan menggunakan pile slab, maka didapat suatu perincian dan kesimpulan seperti berikut:1.Perencanaan dengan panjang jalan 6,3 km dan lebar jalan 11 m.a.Konstruksi Perkerasan Lentur, dengan susunan:Tahap I (2010-2030) :- Aspal Beton/Laston = 25 cm- Base Course batu pecah kelas A = 25 cm- Sub Base Course sirtu kelas A = 55 cmTahap II (2030-2050) :- Aspal Beton/Laston = 24 cmb. Konstruksi Perkerasan Pile Slab, dengan susunan:- Beton (K-350) = 18,185.58 m3

    - Penyediaan Tiang Pancang Pra Cetak Pra Tekan diameter 40 cm = 76,356 m- Pemancangan Tiang Pancang Pra Cetak Pra Tekan diameter 40 cm = 76,356 m- Expantion joint type (Joint sealent) = 7,131.6- Besi Tulangan U-39 Ulir = 818,339.76 m3

    Berdasarkan hasil perencanaan serta perhitungan biaya seperti pada bab VII, diketahui perencanaan perkerasan menggunakan pile slab memerlukan biaya awal pembuatan lebih besar dibanding perkerasan lentur. Namun biaya perawatan perkerasan pile slab lebih kecil dibanding perkerasan lentur. Adapun total perhitungan biaya seperti berikut:a.Total anggaran biaya perkerasan lentur = biaya pembuatan + biaya perawatan=Rp. 29,117,365,085.31+Rp. 46,400,506,888.92=Rp. 75,517,871,974.23b.Total anggaran biaya perkerasan pile slab= biaya pembuatan + biaya perawatan= Rp. 58,953,046,250.62+ Rp. 8,560,878,895.97= Rp. 67,513,925,146.59

    Perhitungan biaya operasi kendaraan menggunakan metode ND. Lea. Untuk perkerasan lentur diasumsikan mulai tahun 2011-2014 kondisi good, sedangkan tahun 2015mencapai kondisi fair. Tahun 2016-2019 kondisi good, tahun 2020 kondisi fair, begitu seterusnyasampai tahun 2050. Sedangkan untuk perkerasan pile slab tahun 2011-2019 kondisi good, tahun 2020 kondisi fair. Tahun 2021-2029 kondisi

    good, tahun 2030 kondisi fair, begitu seterusnya sampai tahun 2050. Dalam hal ini metode ND. Lea Consultant kurang begitu bagus digunakan untuk perhitungan keausan ban karena pengasumsian yang sama untuk angka indeks jenis permukaan pada jalan baru. 2. Dari hasil evaluasi ekonomi didapatkan hasil : a.Untuk perhitungan B/C Ratio masing-masing alternatif didapat :-Perkerasan lenturBenefit : Rp. 565,186,001,968.68Cost : Rp. 75,517,871,974.23B/C ratio : 7,48-Perkerasan Pile SlabBenefit : Rp. 588,702,234,909.23Cost : Rp. 67,513,925,146.59B/C ratio : 8,72b.Jika perhitungan dengan cara membandingkan alternatif maka didapat:Alternatif 2 dibanding alternatif 1 :

    Benefit : 23,516,232,940.55Cost : 8,003,946,827.64B/C : 2.94 > 1

    Perhitungan kedua alternatif di atas sama-sama benar, dan didapatkan suatu kesimpulan bahwa perkerasan menggunakan pile slab lah yang lebih ekonomis jika digunakan pada ruas jalan Babat-Bojonegoro tersebut.8.2. SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, saran yang bisa diberikan adalah :1.Pada perencanaan dan pembangunan sebuah proyek jalan haruslah disesuaikan dengankondisi lokasi proyek. Misalnya kondisi tanah dasar yang sudah bagus, maka lebih ekonomis jika menggunakan perkerasan lentur, apabila kondisi tanah dasar yang tidak bagus, maka lebih ekonomis menggunakan perkerasan kakuatau perkerasan pile slab seperti halnya pada proyek ruas jalan Babat-Bojonegoro.2.Perencanaan jalan yang bagus tidak akan memerlukan biaya perawatan yang terlalu besar, oleh karena itu sebaiknya dalam perencanaan suatu jalan maka haruslah direncanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak memerlukan total biaya yang besar.3.Semakin baik kondisi suatu jalan, maka dapat memperkecil pengeluaran untuk biaya operasional kendaraan