Bahan Perkerasan Jalan

25
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG 2015 TUGAS BAHAN PERKERASAN JALAN

description

Tugas ini diselesaikan dalam memenuhi tugas mata kuliah Bahan Perkerasan Jalan.

Transcript of Bahan Perkerasan Jalan

Slide 1

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG2015TUGASBAHAN PERKERASAN JALANDIKERJAKAN OLEH :DOBINOVI LESTARIRIA OKTARYSATIRA DEWIZISA SRI DWIPA

TEKNIK SIPIL VI BMATERIAL PERKERASAN JALAN KAKU

BETONDefinisi BetonBeton yaitu suatu campuran yang berisi pasir, krikil/ batu pecah/ agregat lain yang dicampurkan menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air yang membentuk suatu masa yang sangat mirip seperti batuParameter-parameter yang mempengaruhi kekuatan beton:kualitas semen (PC)proporsi semen dalam campuran betonkekuatan dan kebersihan agregatikatan/ adesi antara pasta, semen dan agregatpencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk betonpemadatan beton dan perwatanKelebihan Beton :dapat dibentuk sesuai keinginanmampu memikul beban tekan yang berattahan terhadap temperatur tinggibiaya pemeliharaan rendah / kecilKekurangan Betonbentuk yang sudah dibuat sulit untuk diubahpelaksanaa pekerjaan memerlukan ketelitian yang tinggiBeratdaya pantul suara besarmembutuhkan cetakan sebagai alat pembentuktidak memiliki kekuatan tariksetelah dicampur beton segera mengerasbeton yang mengeras sebelum pengecoran tidak bisa di daur ulang

PERKERASAN KAKURigid Pavement atau perkerasan kaku sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Ia lebih di kenal pada masyarakat umum dengan nama Jalan Beton. Perkerasan tipe ini sudah sangat lama di kembangkan di negara negara maju seperti Amerika, Jepang, Jerman dll.Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi;mendistribusikan beban dari atas menuju ke bidang tanah dasar yang cukup luas;sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.

Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.

Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain :untuk menghindari terjadinya pumping;kendali terhadap sistem drainasi;kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar;untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.

Syarat Umum Beton SemenKekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik uji lentur (flexural, strength);umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm2).;Beton juga bisa di perkuat dengan serat baja (stell fibre) untuk memperkuat kuat tarik lenturnya serta mengendalikan retak pada plat khususnya bentuk tak lazim.Kekuatan BetonBeton semen adalah agregat yang dicampur dengan semen PC secara basah. Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada perkerasan kaku maupun perkerasan lentur, dan sebagai lapisan pondasi atas pada perkerasan kaku. Untuk pondasi bawah pada perkerasan lentur, beton mempunyai kelebihan kemampuan untuk ditempatkan dengan dituangkan begitu saja pada area dengan kondisi tanah dasar yang jelek (poor subgrade) tanpa digilas. Untuk maksud perencanaan struktur, karakteristik penting yang harus diketahui dan dievaluasi adalah modulus, angka Poisson dan penampilan pada saat pembebanan ulang.

Beton digunakan untuk dipakai keperluan pondasi bawah mempunyai kuat tekan 28 hari minimum 5 MPa jika menggunakan campuran abu batu (flyash) dan 7 Mpa jika tanpa abu batu. Perkerasan kaku dapat didefinisikan sebagai perkerasan yang mempunyai alas/dasar atau landasan beton semen. Prinsip parameter perencanaan untuk perencanaan beton didasarkan pada kuat lentur 90 hari. Kuat lentur rencana beton 90 hari dianggap estimasi paling baik digunakan untuk menentukan tebal perkerasan. Dalam praktek, kuat lentur rencana beton 90 hari cukup memadai untuk konstruksi perkerasan jalan jika diambil 3.5 4 Mpa.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERKERASAN BETONJalan direncanakan memiliki umur rencana pelayanan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lalu lintas, misalnya umur rencana 10 - 20 tahun, dengan harapan dalam kurun waktu tersebut jalan masih mampu melayani lalu lintas dengan tingkat pelayanan pada kondisi yang mantap. Untuk itu, diperlukan adanya upaya pemeliharaan dan peningkatan jalan selama umur rencana tersebut. Dari segi fungsional maupun segi struktural (NAASRA, 1987).

Namun demikian, seiring berjalannya waktu pertumbuhan suatu wilayah terus meningkat sehingga beban lalu lintas yang diterima oleh suatu perkerasan akan bertambah bahkan melebihi, dan akan menyebabkan penurunan tingkat kemampuan pelayanan jalan tersebut. Akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan seperti halnya perkerasan lentur, perkerasan beton juga akan mengalami penurunan kinerja, baikMenurut NAASRA (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perkerasan beton diantaranya adalah faktor beban dan lalu lintas, faktor tanah dasar, kekuatan beton, material, dan faktor lingkungan. Menurut Huang (2004), faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja perkerasan beton adalah lalu-lintas dan pembebanan, lingkungan, material, reliability, dan sistem manajemen perencanaan perkerasan. Hampir sama dengan diatas, Yoder dan Witczak (1975) juga menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perkerasan beton antara lain adalah beban lalu-lintas, faktor tanah dasar, faktor lingkungan (drainase jalan), dan material.Pengujian yang dilakukan :Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elasitisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab beton itu sendiri. Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam merencanakan perkerasan jalan beton semen portland adalah kekuatan beton itu sendiri (AASHTO 93).

Untuk menentukan Modulus Keruntuhan Lentur Beton (Modulus of Rupture) dilakukan dengan standar ASTM C78 75 atau AASHTO T97 76 (1982) Flexural Strength of Concrete menggunakan balok (simple beam) beton dengan Pembebanan Tiga Titik.

Gambar di samping adalah pengujian kuat tekan betonUntuk menentukan kuat tarik belah beton, dilakukan dengan standar ASTM C496 71 atau AASHTO T198 74 (1982) Splitting Tensile Strength menggunakan contoh silinder beton.

Gambar di samping adalah pengujian kuat tarik betonPENGUJIAN DI LAPANGAN Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak)dari campuran beton segar(fresh concrete)untuk menentukan tingkatworkabilitynya.Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan tingkatworkabilitynya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.PENGUJIAN LANGSUNG PADA STRUKTURPengujian langsung pada struktur beton dilakukan hanya karena bila ada keraguan pada benda uji yang diduga tidak mewakili. Ada 2 cara pengujian langsung yaitu pengujian yang tidak merusak konstruksi dan yang merusak. Sistem pengujian tanpa merusak pada umumnya memakai palu beton (hammer test). Permukaan yang diuji ditembak dengan hammer test, kemudian dicatat angka pantulannya dan dikorelasikan terhadap kuat tekan beton. Sedang sistem pengujian dengan cara merusak bagian konstruksi hanya dilaksanakan atas persetujuan pihak pihak terkait. Jadi bagian dari konstruksi ini diambil dalam bentuk kubus kecil yang kemudian kubus ini diuji di laboratorium. Hasil dari cara ini relatif lebih valid dibanding dengan cara pertama. Dalam hal kasus-kasus tertentu apabila semua upaya pengujian tetap meragukan hasilnya, maka berdasarkan alasan teknis dapat dilakukan uji pembebanan penuh (loading test) atas pengawasan dari tenaga ahli yang ditunjuk.

Terima kasih semuanya....