ANALISIS DETERMINAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI...
Transcript of ANALISIS DETERMINAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI...
ANALISIS DETERMINAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI BEBERAPA
NEGARA ASEAN PERIODE 2002-2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
Ayu Andini
NIM: 1113084000050
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H/2017M
2
3
4
5
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Ayu Andini
2. Tempat/Tanggal Lahir : Pandeglang, 16 Juni 1995
3. Alamat : Jl. Swadaya 1 RT 012/010 No.11. Pejaten
Timur, Pasar Minggu. Jakarta Selatan
4. Telepon : 085718743640
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. MI Sirojul Muslimin Tahun 2001-2007
2. SMP Negeri 239 Jakarta Tahun 2007-2010
3. SMK Pembangunan Jaya Yakapi Tahun 2010-2013
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013-2017
III. Prestasi Dan Penghargaan
1. Juara Dua Lomba Debat Ekonomi, Milad FEB UIN Jakarta, 2013
2. Juara Satu Lomba Debat Ekonomi, Milad FEB UIN Jakarta, 2014
3. Participant Mikroekonomi Tingkat Nasional, Universitas Padjajaran, 2014
4. Juara Satu Sharia Economic Paper (Shapec) Universitas Gadjah Mada, 2015
5. Student Achievment Award UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
IV. Pengalaman Profesional
1. Data input untuk UNDP dalam penelitian partisipasi politik perempuan
2. Enumerator untuk CSES dalam penelitian Supply Chain Store Dalam
Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Kota Tangerang Selatan
ii
3. Enumerator untuk CSES dalam penelitian a relation between business and
religiousity di Wilayah Depok, dan Jakarta Selatan
4. Freelance Pusat Kajian Keuangan Negara
5. Asisten Peneliti, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Jakarta. Dalam
penelitian Analisis Kausalitas Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan
Korupsi di Negara – Negara ASEAN.
V. Pengalaman Bekerja
1. Pusat Kajian Keuangan Negara. Mei 2017- Sekarang
2. Asisten Peneliti Bekerjasama Dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas). Dalam penelitian Pemantuan Dan Pengendalian
Program Pembangunan Pelayanan Pendidikan Dan Kesehatan Di Provinsi
Papua Dan Papua Barat. Mei 2017-Sekarang
VI. Pengalaman Organisasi
1. Wakil Koordinator Divisi Riset LiSEnSi UIN Jakarta 2015-2016/2016-
2017.
VII. Seminar Dan Workshop
1. Seminar Koperasi “Koperasi Sebagai Instrumen Penguat Ekonomi Rakyat”.
KOPMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
2. Dialog Jurusan & Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat dengan
Jurusan Sendiri” HMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
3. Workshop Menulis “Be a Writer , be a creativepreneur”. BEM FAH UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
iii
4. Workshop Kepemudaan “Integirity Goes To You”. Transparency
International Indonesia. 2013.
5. Rembuk Kebangsaan “Sosialisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai
Sistem Keuangan Baru Melalui Kebudayaan. OJK, 2013.
6. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa
Ekonomi yang Berprestasi dalam Bidang Akademik”. HMJ IESP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
7. Seminar Nasional “Korupsi Mengorupsi Indonesia”. FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
8. Workshop Pelatihan Microsoft Excel. LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014
9. Workshop Pelatihan Microsoft Excel. LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015
10. Seminar Nasional “Model Jaminan Sosial Kesehatan Bebasis Syariah. FSH
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
11. Sekolah Alat Analisis. LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
12. Roadshow Seminar Pasar Modal Syariah (SPMS). IDX Stock Exchange,
FoSSEI Nasional, dan LiSEnSi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
iv
ABSTRACT
The aims of this research to analyze the influence of good governance,
corruption, GDP Per Capita, and Government Spending on Human Development
in ASEAN Countries 2002-2015 period. This study uses panel data analysis
approach to Fixed Effect Model (FEM). The results showed that human
development can be explained by good governance, corruption, GDP Per Capita,
and Government Spending about 91.57% (R2). Simultaneously variable Good
Governance, Corruption, GDP Per Capita, and Government Spending significant
effect on the Human Development About to 89.30% (F-statistics). However
partially showed that (1) Good Governance positive and significant impact with a
confidence level of 95%. (2) Corruption positive and significant impact with a
confidence level of 90% (3) Per Capita GDP and significant negative effect with a
confidence level of 95%) and (4) Government Spending negative and significant
impact with a 90% confidence level.
Keywords: Human Development, Good Governance, Corruption, GDP Per Capita,
Government Spending, Fixed Effects Model (FEM).
v
ABSTRAK
Penelitian Ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Good Governance,
Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending terhadap Pembangunan
Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode 2002-2015. Penelitian ini
menggunakan analisis data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM).
Hasil menunjukkan bahwa Pembangunan Manusia dapat dijelaskan oleh Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending sebesar 91.57%
(R2). Secara simultan variabel Good Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan
Government Spending berpengaruh signifikan terhadap Pembangunan Manusia
Sebesar 89.30% (F-Statistik). Namun secara parsial menunjukkan bahwa (1) Good
Governance berpengaruh positif dan signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%.
(2) Korupsi berpengaruh positif dan signifikan dengan tingkat kepercayaan 90% (3)
GDP Per Kapita berpengaruh negative dan signifikan dengan tingkat kepercayaan
95%) dan (4) Government Spending berpengaruh negative dan signifikan dengan
tingkat kepercayaan 90%.
Kata Kunci: Pembangunan Manusia, Good Governance, Korupsi, GDP Per Kapita,
Government Spending, Fixed Effect Model (FEM).
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah melimpahkan segala nikmat,
keberkahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
berjudul “ANALISIS DETERMINAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI
BEBERAPA NEGARA ASEAN PERIODE 2002-2015” dengan baik. Shalawat
serta salam penulis hanturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, semoga dapat berkumpul di Yaumil Qiyamah nanti.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan dan bantuna serta
semangat dan doa dari orang – orang di sekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, izinkanlah penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Ibunda Nurhayati dan Ayahanda Asep Akhmadi yang
selalu memberikan doa yang tiada henti, dukungan, motivasi, dan selalu ada
ketika penulis merasa down, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Serta
dua adikku tercinta, Silvia serta adik kecil ku rajwa kehadiranmu menambah
kebahagiaan keluarga kami. Semoga kalian selalu dicintai oleh Allah SWT.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama
perkuliahan.
3. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan, S.E, M.Sc selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu, memberikan motivasi dan arahan, ilmu yang
bermanfaat selama perkuliahan kepada penulis dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini hingga skripsi ini selesai. Semoga bapak selalu
diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.
vii
4. Bapak Arif Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina selaku Ketua Jurusan
dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan
arahan serta bimbingan yang berarti dalam penyelesaian perkuliahan ini.
5. Bapak Pheni Chalid, Ibu Utami, dan Ibu Isna, sebagai dosen Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama
perkuliahan ini, dan menjadi tempat diskusi yang membuka fikiran
mahasiswa.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis selama perkuliahan
serta jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.
7. Keluarga Besar LiSEnSi UIN Jakarta, yang telah membersamai penulis
selama perkuliahan, terima kasih atas ilmu, ukhuwah yang terjalin yang tak
ternilai, kalian luar biasa.
8. Kaka – kaka Ekonomi Pembangunan, Ka Evia, Ka Aprian, Ka Puty. Sebagai
tempat berbagi cerita, yang memotivasi, kelucuan, keakraban, dan
memberikan semangat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Para Pencari Hidayah. Erna, Idil, Uti, yang dengan keceriaan, kebersamaan,
menasehati, dan menerima satu sama lain.
10. Teman – teman Ekonomi Pembangunan Terbaik Dita, Oki, Wiwid, Roro,
Lina, yang saling tolong menolong satu sama lainnya dan menerima satu
sama lainnya dengan segala perbedaan masing – masing.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, April 2016
Ayu Andini
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 15
A. Good Governance.................................................................................... 15
B. Corruption Perception Index (CPI) .......................................................... 18
C. Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita.............................................. 19
D. Government Spending ............................................................................. 23
E. Pembangunan Manusia ............................................................................ 27
F. Penelitian Sebelumnya ............................................................................ 33
G. Hubungan Antar Variabel ........................................................................ 48
1. Hubungan Good Governance Dengan Pembangunan Manusia ............. 49
2. Hubungan Korupsi Dengan Pembangunan Manusia ............................. 50
3. Hubungan GDP Per Kapita Dengan Pembangunan Manusia ............... 51
4. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pembangunan Manusia ..... 51
H. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 53
I. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 56
ix
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 56
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 56
C. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 57
D. Metode Analisis Data .............................................................................. 58
E. Uji Hipotesis ........................................................................................... 66
F. Definisi Operasional Variabel ................................................................. 69
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 72
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................... 72
B. Penemuan dan Pembahasan ..................................................................... 72
1. Analisis Deskriptif Antar Variabel di Beberapa Negara – Negara ASEAN
………………………………………………………………………….72
2. Analisis Statistik Deskriptif di Beberapa Negara – Negara ASEAN ... 101
3. Analisis Model Pembangunan Manusia Dengan Variabel Bebas Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending .......... 104
4. Analisis Ekonomi Pembangunan Manusia Dengan Variabel Bebas Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending .......... 115
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 121
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 121
B. SARAN ................................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 125
LAMPIRAN – LAMPIRAN .......................................................................... 128
x
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Human Development Index Negara – Negara ASEAN 3
1.2 Worldwide Governance Incdicator Beberapa Negara ASEAN 6
1.3 Indeks Persepsi Korupsi Negara – Negara ASEAN 7
1.4 Alokasi Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Negara –
Negara ASEAN Tahun 2011
8
1.5 GDP Per Kapita Negara – Negara ASEAN (Dalam Ribuan U$) 10
2.1 Penelitian Sebelumnya 40
3.1 Definisi Operasional Variabel 68
4.1 Government Spending Index di Beberapa Negara ASEAN 100
4.2 Statistik Deskriptif 102
4.3 Uji Chow 104
4.4 Uji Hausman 105
4.5 Hsil Estimasi Data Panel 106
4.6 Interpretasi Fixed Effect Model 108
4.7 Uji t-Statistik 110
4.8 Uji F-Statistik 113
4.9 Uji R-Square 113
xi
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Berfikir 52
xii
DAFTAR GRAFIK
No Keterangan Halaman
4.1 Good Governance Index Indonesia 72
4.2 Corruption Perception Index Indonesia 74
4.3 Human Development Index Indonesia 76
4.4 Good Governance Index Malaysia 77
4.5 Corruption Perception Index Malaysia 79
4.6 Human Development Index Malaysia 80
4.7 Good Governance Index Thailand 82
4.8 Corruption Perception Index Thailand 83
4.9 Human Development Index Thailand 84
4.10 Good Governance Index Filipina 85
4.11 Corruption Perception Index Filipina 87
4.12 Human Development Index Filipina 88
4.13 Good Governance Index Vietnam 89
4.14 Corruption Perception Index Vietnam 90
4.15 Human Development Index Vietnam 92
4.16 Good Governance Index Laos 93
4.17 Corruption Perception Index Laos 95
4.18 Human Development Index Laos 96
4.19 GDP Per Kapita di Beberapa Negara ASEAN 97
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Uji Model Panel
A. Common Effect Model 127
B. Fixed Effect Model (FEM) 128
C. Uji Chow 129
D. Random Effect Model (REM) 130
E. Uji Hausman 131
2 Statistik Deskriptif 132
3 Data Penelitian 133
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan manusia adalah tentang individu dan masyarakat memperluas
pilihan mereka untuk hidup layak, kreatif dalam kesehatan yang baik dan dengan
kebebasan yang bermartabat (UNDP, 2014a). Itu berarti menciptakan suatu
lingkungan di mana orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,
dan menyediakan fasilitas bagi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dalam
ilmu pengetahuan, serta kesejahteraan masyarakat untuk akses kesehatan, sumber
daya, maupun berpartisipasi dalam lingkungannya. Tanpa adanya hal tersebut,
masyarakat tidak dapat mengakses diri dalam kesempatan dan banyak pilihan yang
ada disekitarnya dan menyebabkan mereka dalam keterbatasan hidup.
Asia Tenggara, salah satu kawasan di Asia yang terdiri dari 10 negara turut andil
dalam mewujudkan pembangunan manusia. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN
ke-12 Pada tahun 2007 di Cebu Filipina, negara – negara ASEAN menegaskan
komitmen mereka untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada
tahun 2015. Pada tahun yang sama, KTT ASEAN ke-13 di Singapura sepakat untuk
mengembangkan ASCC Blueprint untuk memastikan bahwa tindakan konkret yang
dilakukan untuk mempromosikan pembentukan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN
(ASCC). Salah satu agenda penting dalam kerjasama tersebut merumuskan
kebijakan pembangunan manusia. ASEAN akan meningkatkan kesejahteraan dan
penghidupan rakyat ASEAN dengan menyediakan akses yang adil terhadap
peluang pembangunan manusia dengan mempromosikan dan investasi dalam
2
pendidikan dan pembelajaran seumur hidup, pelatihan sumber daya manusia dan
pembangunan kapasitas, mendorong inovasi dan kewirausahaan, mempromosikan
penggunaan bahasa Inggris, Informasi Teknologi, dan ilmu terapan dalam kegiatan
pembangunan sosial-ekonomi.
Tujuan strategis dari adanya kerjasama tersebut untuk memastikan integrasi
prioritas pendidikan ke dalam agenda pembangunan ASEAN dan menciptakan
masyarakat berbasis pengetahuan; mencapai akses universal untuk pendidikan
dasar; mempromosikan perawatan anak usia dini dan pembangunan; dan
meningkatkan kesadaran ASEAN untuk pemuda melalui pendidikan dan kegiatan
untuk membangun identitas ASEAN berdasarkan persahabatan dan kerjasama.
Pendidikan adalah alat fundamental untuk meningkatkan kapasitas manusia dan
memungkinkan setiap manusia untuk menyadari potensi dirinya. Sejak saat
berdirinya pada tahun 1967, ASEAN telah mendukung kerjasama regional di
bidang pendidikan. Munculnya Komunitas ASEAN mempertinggi pentingnya
dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris, sekaligus menciptakan tantangan
dan peluang dari meningkatnya arus mahasiswa dan akademisi, termasuk tantangan
dalam memfasilitasi mobilitas akademik.
Human Development Index merupakan salah satu alat ukur yang lazim
digunakan untuk melihat sejauh mana kualitas hidup manusia di suatu negara. Sejak
tahun 1990, United Nation Development Programme (UNDP) telah merilis laporan
mengenai peringkat maupun skor dari Pembangunan Manusia dari 175 Negara di
Dunia termasuk ASEAN di dalamnya.
3
Tabel 1.1. Human Development Index Negara – Negara ASEAN
Negara IPM
2014 Peringkat
Indonesia 0.684 110
Malaysia 0.779 62
Thailand 0.726 93
Filipina 0.668 115
Vietnam 0.662 116
Laos 0.575 141
Singapore 0.912 11
Brunei Darussalam 0.856 31
Myanmar 0.536 148
Cambodia 0.555 143
Sumber:United Nation Development Programme, 2015
Tabel 1.1 memperlihatkan Indeks Pembangunan Manusia di Negara-Negara
ASEAN. Dapat dilihat bahwa Negara ASEAN yang mempunyai nilai indeks dan
masuk kategori Very High Medium Development hanya Singapura dan Brunei
Darussalam dengan skor 0.912 dan 0.856 dengan peringkat 11 dan 31. Disusul
dengan Malaysia yang masuk kategori High Human Development dengan skor
0.779 dan peringkat 62. Sedangkan rata – rata Negara – Negara ASEAN lainnya
masuk dalam kategori Medium Human Development namun terdapat dalam
peringkat bawah pada Human Development Index yaitu Myanmar, Cambodia, dan
Laos.
Sistem pendidikan negara – negara ASEAN berbeda – beda, meskipun terdapat
empat titik acuan menilai kemajuan sektor pendidikan di ASEAN dalam Rencana
4
Kerja ASEAN 5 Tahun Pendidikan (2011-2015). (1) Mempromosikan Kesadaran
ASEAN; (2a) Peningkatan Akses sekolah dasar dan Pendidikan Menengah; (2b)
Peningkatan Mutu Pendidikan-Standar Kinerja, pembelajaran jangkan panjang dan
Pengembangan Profesional; (3) Penguatan Mobilitas lintas batas dan
Internasionalisasi Pendidikan; dan (4) Dukungan untuk Badan-Badan Sektoral
ASEAN dengan minat dalam Pendidikan.
Jika dilihat dari perkembangan Pembangunan Manusia di Negara – Negara
ASEAN, maka tidak terlepas dari tata kelola pemerintahan yang baik dalam
mewujudkan kesejahteraan di masing – masing Negara ASEAN. Konsep
pemerintahan yang baik mulai menjadi perbincangan di penghujung abad ke-20.
Berbagai negara, maupun lembaga internasional yang bergerak dalam
pembangunan giat melakukan perubahan terkait paradigma pemerintahan dan
pembangunan berdasarkan konsep pemerintahan yang baik atau Good Governance.
(Rasul, 2009) Good governance muncul seiring perkembangannya di berbagai
negara untuk mengoreksi pemerintah yang bersifat korupsi, sentralistik bahkan
otoriter kearah pemerintahan yang meningkatkan kesejahateraan sosial, ekonomi,
serta demokratisasi politik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (UNDESA, 2012) Tata Kelola
mengacu pada pelaksanaan kewenangan politik dan administrasi di semua tingkatan
untuk mengelola urusan negara. Hal ini terdiri dari mekanisme, proses dan lembaga,
melalui individu dan kelompok untuk kepentingan mereka, menggunakan hak
hukum, memenuhi kewajiban mereka dan memediasi yang secara khusus dibuat
untuk pemerintahan yang demokratis sebagai "proses menciptakan dan
5
mempertahankan lingkungan untuk proses politik yang inklusif dan responsif.
Lebih lanjut, aspek –asepek transparansi, akuntabilitas, dan supremasi hukum
merupakan hal penting dalam pembangunan manusia dan pemberantasan
kemiskinan.
Pada tahun 2005, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dunia berkomitmen untuk
meningkatkan sistem pemerintahan yang demokratis dan akuntabel, dan pada tahun
2010 diselenggarakan kembali oleh Kepala Negara dan Pemerintahan. Pada
konferensi tersebut, bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, dan sektor
pembangunan lainnya menjadi perdebatan untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik. ASEAN-US yang didukung oleh US Agency for
International Development (USAID) dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat
bekerjasama untuk memperkuat lembaga dan mengembangkan kebijakan regional,
memajukan visi ASEAN dalam keamanan-politik dan integrasi sosial-budaya serta
dalam mewujudakan tata pemerintahan yang baik, pemerataan dan pembangunan
berkelanjutan dan keamanan.
Tata kelola pemerintah terdiri dari tradisi dan institusi dimana kewenangan di
sebuah negara dilaksanakan, termasuk proses dimana pemerintah yang dipilih,
dipantau dan diganti; kapasitas pemerintah untuk secara efektif merumuskan dan
melaksanakan kebijakan yang sehat; dan rasa hormat dari warga negara dan negara
untuk lembaga yang mengatur interaksi ekonomi dan sosial di antara mereka.
6
Tabel 1.2. Worldwide Governance Indicator Beberapa Negara ASEAN
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Indonesia 35.07 36.05 38.73 39.99 43.67 41.44
Malaysia 61.27 59.8 60.26 62.08 66.09 63.28
Thailand 43.04 44.26 44.57 44.18 43.74 44.38
Filipina 35.01 36.99 40.55 43.54 45.21 44.56
Vietnam 33.24 35 35.39 36.57 36.43 38.99
Laos 17.68 19.32 22.62 24.99 29.57 28.37
Sumber:Kaufman D.,A. Kray and M.Mastruzzi 2015: Governance Indicator
Indikator Governance seluruh dunia melaporkan enam dimensi yang luas dari
pemerintahan yaitu Suara dan Akuntabilitas; Stabilitas politik dan Tidak Adanya
Kekerasan; Efektivitas pemerintah; Kualitas peraturan; Aturan hukum; dan
Pengendalian Korupsi. Dari tabel diatas, dapat dilihat Worldwide Governance
Indicator untuk negara yang diteliti, hanya Malaysia dengan indeks yang tinggi.
Dalam aturan hukum, Malaysia mengikuti sistem peradilan ganda (sekuler dan
Syariah Hukum) yang menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara
keduanya.
Pembahasan yang seringkali diperbincangkan dalam Tata kelola pemerintah
ialah transparansi, dan akuntabilitas yang dijalankan oleh suatu negara. Korupsi,
menjadi isu yang paling dominan dalam kualitas birokrasi, dan pada tahun 2005
diselenggarakannya Konvensi PBB untuk melawan korupsi. Transparansi dan
akuntabilitas dalam hal keuangan publik dan standar umumnya diberlakukannya
perilaku di semua bidang urusan publik selain regulasi yang lebih ketat dari bisnis
dan transaksi keuangan swasta.
7
Transparency International, dalam laporan yang dirilis tahun 2015 negara-
negara ASEAN memiliki nilai Corruption Perception Index (CPI) yang rendah,
karena tingkat korupsi yang tinggi. Secara global, hanya Singapura sebagai negara
yang bersih dari korupsi di ASEAN dengan indeks sebesar 85, Malaysia dengan
indeks sebesar 50, Thailand dengan indeks 38, dan Indonesia dengan indeks 36.
Salah satu hal yang membuat korupsi semakin tinggi yaitu birokrasi dan regulasi
dalam memberikan perizinan terhadap investor yang akan menanam modal di
negaranya. Jika merujuk kepada data tersebut, menunjukkan bahwa mayoritas
negara-negara di ASEAN masih terus berjuang untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang bersih dari korupsi.
Tabel 1.3. Indeks Persepsi Korupsi Negara- Negara ASEAN
Sumber:Transparency International, 2016
Negara 2013 2014 2015
Indonesia 32 34 36
Malaysia 50 52 50
Thailand 35 38 38
Singapura 86 84 85
Brunei Darussalam - 60 -
Filipina 36 38 35
Vietnam 31 31 31
Myanmar 21 21 22
Lao PDR 26 25 25
Kamboja 20 21 21
8
Pada tahun 2004, para pemimpin negara di kawasan Asia Tenggara membuat
nota kesepahaman (MoU) untuk saling memberikan bantuan dalam upaya
pencegahan dan penindakan pelaku korupsi melalui lembaga yang mereka bentuk
SEA-PAC (South East Asian Parties Anti Corruption).
Dalam mewujudkan Pembangunan Manusia, pengeluaran pemerintah sangat
penting perannnya karena menunjukkan komitmen pemerintah dalam
permasalahan pembangunan manusia terutama pendidikan. Karena dengan
pendidikan masyarakat akan lebih produktif dan dapat memperbaiki perekonomian
mereka ke tahap yang lebih baik lagi.
Tabel 1.4. Alokasi Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan di Negara –
Negara ASEAN Tahun 2011
Sumber:ASEAN State of Education Report, 2013
Negara Government Spending
Brunei Darussalam 16,9%
Cambodia 30%
Indonesia 17%
LAO PDR 17.30%
Malaysia 16%
Myanmar 6.10%
Filipina 12.30%
Singapura 21.00%
Thailand 29.50%
Vietnam 20%
9
Dari tabel 1.4 memperlihatkan bahwa Government Spending bidang pendidikan
dapat dikatakan cukup tinggi, yang berarti pemerintah Negara – Negara ASEAN
terus berupaya dalam memperbaiki kondisi pendidikan di Negaranya denan cara
pengalokasian anggaran untuk pendidikan.
Indonesia sendiri, alokasi anggaran untuk pendidikan 20% dari APBN sesuai
dengan amandemen UUD pada tahun 2002. Namun, fakta bahwa 85% dari semua
pengeluaran pendidikan publik di Indonesia dikeluarkan untuk gaji dan tunjangan,
yang berarti bahwa dana yang tersedia untuk mendukung langkah-langkah
reformasi pada bidang pendidikan terbatas. Sedangkan sistem pendidikan Thailand
terutama dibiayai oleh APBN, dengan alokasi anggaran 29,5% yang merupakan
proporsi terbesar di ASEAN.
Selain pendidikan, kesehatan menjadi indikator dalam pembangunan manusia
yang diukur dalam angka harapan hidup. Harapan hidup adalah ukuran yang sering
digunakan untuk mengukur kesehatan secara keseluruhan dari sebuah komunitas.
harapan hidup waktu lahir mengukur status kesehatan di semua kelompok umur.
Pergeseran dalam harapan hidup yang sering digunakan untuk menggambarkan
tren kematian mampu memprediksi bagaimana populasi akan menua memiliki
implikasi besar untuk perencanaan, penyediaan layanan, serta dukungan.
Peningkatan kecil harapan hidup diartikan ke dalam peningkatan besar dalam
populasi.
Salah satu tujuan ASEAN didirikan ialah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kemajuan sosial serta budaya. Namun jika kita lihat dari tujuan
dibentuknya ASEAN tersebut, dapat kita ketahui bahwa hanya beberapa negara saja
10
yang hingga saat ini sudah memiliki status negara maju, sedangkan masih banyak
negara lainnya yang masih nyaman dengan status “berkembang”.
Tabel 1.5. GDP per Kapita Negara-Negara ASEAN (Dalam Ribuan U$)
Negara 2013 2014 2015
Indonesia 3,631.6 3,499.5 3,346.4
Malaysia 10,971.4 11,305.9 9,768.3
Thailand 6,255 5,969.9 5,814.7
Singapura 55,617.6 56,007.2 52,888.7
Brunei Darussalam 43,970.5 41,023.8 30,554.7
Filipina 2,786 2,873 2,904.2
Vietnam 1,907.5 2,052.3 2,111.1
Myanmar 1,134.9 1,227.1 1,161.4
Lao PDR 1,700.5 1,754.8 1,818.4
Kamboja 1,024.6 1,094.5 1,158.6
Sumber: World Bank, 2016
Jika kita melihat pada data GDP per kapita diatas, maka terlihat jelas bahwa
dari ke sepuluh negara ASEAN tersebut, mengacu pada syarat untuk menjadi
negara maju yang telah ditentukan oleh World Bank, pada tahun 2014 syarat
menjadi negara maju adalah GDP per Kapita minimal sebesar U$12.000. Berarti
dapat kita lihat bahwa hanya dua Negara ASEAN yang telah memenuhi syarat
(dalam hal GDP per Kapita) untuk menjadi negara maju. Sementara Malaysia
memiliki GDP per Kapita sebesar USD 11,305.9 yang berarti bahwa Malaysia
sudah memulai untuk mengejar ketertinggalan negaranya.
11
Negara-Negara Asia Tenggara berbeda jauh dengan negara – negara lainnya
seperti uni eropa, maupun negara-negara di asia timur dalam sejarah, budaya dan
tata sistem pemerintahan. Pada berbagai tahap perkembangan, proses politik di
Negara-Negara ini juga bervariasi. Negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia,
Thailand, Indonesia menjadi penting tidak hanya di Asia, tetapi juga di dunia dan
kebijakan yang diambil sedang ditiru oleh negara-negara berkembang lainnya
termasuk orang-orang dari Afrika dan Asia Selatan. Dalam rangka memperoleh
pandangan yang komprehensif dari pembangunan manusia di Asia Tenggara, enam
negara yang dipilih untuk penelitian secara rinci. Negara-negara berada pada
tingkat yang berbeda dari kemajuan sosial dan ekonomi dan memberikan gambaran
yang representatif dari Asia Tenggara. Dengan demikian negara-negara yang
dipilih untuk penelitian ini adalah Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina,
Vietnam, dan Laos.
B. Rumusan Masalah
Salah satu Blue Print negara – negara ASEAN yakni kerjasama dalam bidang
sosial-budaya yang salah satu pembahasannya ialah merumuskan kebijakan
pembangunan manusia dalam pendidikan, pembangunan kapasitas individu, hingga
kegiatan pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat tentu tidak terlepas dari
peran pemerintah dalam mengambil kebijakan bagi kemajuan di negaranya,
sehingga tata kelola pemerintahan yang baik diperlukan dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan tingginya nilai pembangunan
manusia di suatu negara.
12
Selain itu tingkat korupsi menjadi perhatian khusus dalam mewujudkan
pembangunan manusia, adanya misallocation dana yang seharusnya dapat
disalurkan untuk program – program pembangunan manusia masih menjadi
permasalahan yang krusial karena masuk ke kantong – kantong para penguasa yang
memperkaya dirinya maupun kroni – kroninya.
Kemudian, GDP Per Kapita Beberapa Negara ASEAN tergolong cukup rendah,
bila dilihat dari standar World Bank yang menyatakan bahwa suatau negara
dikatakan maju apabila mempunyai penghasilan $12.000. Kebanyakan dari Negara
– Negara berkembang seperti beberapa Negara ASEAN mengalokasikan
pendapatannya bukan kepada sector pendidikan, namun lebih kepada pemenuhan
kebutuhan seharai – hari. Sehingga dalam mencapai pendidikan tinggi masih
menjadi hal yang cukup sulit.
Pengeluaran pemerintah dalam mendukung program – program pembangunan
di masing – masing Negara seperti bidang pendidikan dan kesehatan pada
khususnya sangat diperlukan demi terwujudnya pendidikan yang dapat diakses oleh
masyarakat berpenghasilan rendah, Beberapa Negara ASEAN pengeluaran
pemerintah dalam bidang pendidikan masih terbilang minim, padahal pendidikan
merupakan investasi jangka panjang yang berimplikasi pada peningkatan
produktivitas masyarakat. (Ahmad & Saleem, 2014), menyatakan Efektivitas
Pemerintahan, Stabilitas Politik, Pengendalian Korupsi, dan Kualitas Kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan manusia.
Dalam penelitian ini, dapat dilakukan identifikasi terhadap fenomena yang
terjadi, yaitu pembangunan manusia di Beberapa Negara ASEAN cenderung lebih
13
rendah bila dibandingkan dengan negara – negara lain, hanya Singapura yang
memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi dengan peringkat sembilan
secara global hal ini didukung karena tata kelola pemerintahan yang baik di negara
ini. Sementara, dari sisi tata kelola pemerintah negara – negara ASEAN lainnya
masih terus diperbaiki dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai
dengan tingginya indeks pembangunan manusia.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut :
1. Sejauh mana pengaruh pengaruh Good Governance secara parsial terhadap
Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode 2002-2015?
2. Sejauh mana pengaruh Korupsi secara parsial terhadap Pembangunan
Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode 2002-2015?
3. Sejauh mana GDP Per Kapita secara parsial terhadap Pembangunan
Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode 2002-2015?
4. Sejauh mana Government Spending secara parsial terhadap Pembangunan
Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode 2002-2015?
5. Sejauh mana pengaruh pengaruh Good Governance, Korupsi, GDP Per
Kapita, dan Government Spending secara simultan terhadap Pembangunan
Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode 2002-2015?
14
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh Good Governance secara parsial terhadap
Pembangunan Manusia di Negara – Negara ASEAN (periode 2002-2015)
2. Untuk mengetahui pengaruh GDP Per Kapita secara parsial terhadap
Pembangunan Manusia di Negara – Negara ASEAN (periode 2002-2015)
3. Untuk mengetahui pengaruh korupsi secara parsial terhadap Pembangunan
Manusia di Negara – Negara ASEAN (periode 2002-2015)
4. Untuk mengetahui pengaruh Government Spending secara parsial terhadap
Pembangunan Manusia di Negara – Negara ASEAN (periode 2002-2015)
5. Untuk mengetahui pengaruh Good Governance, GDP Per Kapita, korupsi
Government Spending secara simultan terhadap Pembangunan Manusia di
Negara – Negara ASEAN (periode 2002-2015)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan civitas
akademika terkait pembangunan manusia di Negara – Negara ASEAN serta
sebagai bahan literature tambahan bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Pembuat Kebijakan
a. Sebagai bagian dari kontribusi bagi pembuat kebijakan yang berhubungan
dengan meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Negara – Negara
ASEAN
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Good Governance
UNDP mendefinisikannya sebagai “the exercise of political economic, and
administrative authority to manage a nation’s affair at all levels” dengan demikian
governance memiliki tiga pilar yang berkaitan yaitu economic, political, dan
administrative. Economic governance meliputi proses-proses pembuatan keputusan
yang memfasilitasi aktivitas ekonomi di suatu Negara dan interaksi diantara pelaku
ekonomi. Political governance berkaitan dengan proses-proses memformulasikan
kebijakan. Sedangkan administrative governance berkaitan dengan sistem
implementasi kebijakan.
Berdasarkan pemahaman Governance ini maka terdapat tiga domain
institusi Governance yang saling berinteraksi yaitu Negara atau pemerintahan
(state); dunia usaha (private sector) dan masyarakat (society). Ketiga institusi ini
harus saling berkaitan dan bekerja dengan prinsip-prinsip kesetaraan, tanpa ada
upaya untuk mendominasi satu pihak terhadap pihak yang lain.
Bank Dunia mensinonimkan Good Governance dengan penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang
langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political frameworks bagi
tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan, sedangkan UNDP sendiri memberikan
16
definisi good governance sebagai hubungan sinergis dan konstruktif diantara sektor
swasta dan masyarakat (society).
(Kaufmann, 2010) Governance terdiri dari tradisi dan institusi dimana
kewenangan di sebuah negara dilaksanakan. Ini termasuk proses dimana
pemerintah yang dipilih, dipantau dan diganti; kapasitas pemerintah untuk secara
efektif merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang sehat; dan rasa hormat dari
warga negara dan negara untuk lembaga yang mengatur interaksi ekonomi dan
sosial di antara mereka.
Indikator Governance Seluruh Dunia melaporkan enam dimensi yang luas
dari pemerintahan yaitu
Suara dan Akuntabilitas
Mengukur sejauh mana warga suatu negara dapat berpartisipasi dalam
pemilihan pemerintah, serta kebebasan berekspresi dan berserikat, dan
kebebasan media. Suara dan akuntabilitas pun mengandung jumlah
indikator untuk mengukur fitur yang berbeda dari kebebasan sipil, proses
politik dan hak-hak politik.
Stabilitas politik dan Tidak Adanya Kekerasan
Indikator ini mengukur persepsi kemungkinan bahwa pemerintah akan
stabil atau digulingkan dengan cara yang tidak konstitusional atau
kekerasan, termasuk kekerasan yang bermotif politik dan terorisme.
Efektivitas pemerintah
17
Mengukur kualitas layanan sipil, kualitas pelayanan publik, kualitas
perumusan kebijakan, pelaksanaan, tingkat kemerdekaannya dari tekanan
politik dan kredibilitas komitmen pemerintah untuk kebijakan tersebut.
Kualitas peraturan
Mengukur kapasitas pemerintah untuk merumuskan dan melaksanakan
kebijakan yang sehat dan peraturan yang mengizinkan dan mendukung
perkembangan sektor swasta.
Aturan hukum
Mengukur sejauh mana agen memiliki keyakinan dan mematuhi aturan
masyarakat, dan khususnya kualitas penegakan kontrak, hak milik, polisi,
dan pengadilan, serta kemungkinan kejahatan dan kekerasan.
Pengendalian Korupsi
Mengukur sejauh mana kekuasaan publik dilaksanakan untuk kepentingan
pribadi, termasuk besar dan kecilnya korupsi.
Worldwide Governance Indicator (WGI) adalah dataset penelitian yang
diprakarsai oleh Daniel Kaufmann Natural Resource Governance Institute (NRGI)
dan Aart Kraay (WorldBank Development Group Research) pada tahun 1999.
Indikator Tata Kelola Worldwide (WGI) adalah dataset penelitian merangkum
pandangan pada kualitas tata kelola yang disediakan oleh sejumlah besar
perusahaan, warga dan survei ahli responden di negara-negara industri dan
berkembang. Nilai WGI dari 0 sampai 100, yang mencerminkan bahwa semakin
tinggi nilai maka semakin bagus tata kelola di negara tersebut.
18
B. Corruption Perception Index (CPI)
Definisi umum dari korupsi adalah penggunaan jabatan publik untuk
keuntungan pribadi. Ini termasuk suap dan pemerasan, yang tentu melibatkan
setidaknya dua pihak, dan jenis lain dari penyimpangan bahwa publik resmi dapat
melaksanakan sendiri, termasuk penipuan dan penggelapan.
Transparency International mendifinisikan korupsi secara umum sebagai
"penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan untuk keuntungan pribadi".
Korupsi dapat diklasifikasikan sebagai grand, kecil dan politik, tergantung pada
jumlah uang yang hilang dan sektor mana itu terjadi. Korupsi yang terdiri dari
tindakan yang dilakukan pada tingkat tinggi pemerintah yang mendistorsi
kebijakan atau fungsi sentral dari negara, yang memungkinkan pemimpin untuk
mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kepentingan publik. Korupsi
kecil mengacu pada penyalahgunaan sehari-hari kekuasaan yang dipercayakan oleh
pejabat publik rendah dan menengah dalam interaksi mereka dengan warga biasa,
yang sering mencoba untuk mengakses barang atau layanan dasar di tempat-tempat
seperti rumah sakit, sekolah, departemen kepolisian dan instansi lainnya.
Korupsi politik adalah manipulasi kebijakan, institusi dan aturan prosedur
dalam alokasi sumber daya dan pembiayaan oleh pengambil keputusan politik,
yang menyalahgunakan posisi mereka untuk mempertahankan kekuasaan mereka,
status dan kekayaan.
Sementara itu, Korupsi yang paling sering dipahami sebagai
"penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi" (Treisman, 2000).
Meskipun korupsi mengacu paling sering pada perilaku pejabat publik, kesediaan
19
warga untuk membayar suap atau terlibat dalam perilaku korup dalam beberapa
cara lain feed sistem yang korup, dan, dengan demikian, menjadi ciri penting
sendiri. (Tavits, 2005)
UNDP mengklasifikasikan korupsi menjadi dua jenis: spontan dan
dilembagakan (atau sistemik). korupsi spontan biasanya ditemukan dalam
masyarakat memperhatikan etika dan moral yang kuat dalam pelayanan publik.
korupsi dilembagakan, di sisi lain, ditemukan dalam masyarakat di mana perilaku
korupsi meluas. Dalam masyarakat ini, korupsi telah menjadi cara hidup, tujuan,
dan pandangan terhadap jabatan publik.
C. Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita
Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan
untuk menilai apakah perekonomian berlangsung dengan baik atau buruk. Indikator
dalam menilai perekonomian tersebut harus dapat digunakan untuk mengetahui
total pendapatan yang diperoleh semua orang dalam perekonomian. Indikator yang
pas dan sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic
Product (GDP). Selain itu, GDP juga mengukur dua hal pada saat bersamaan : total
pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk
membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan GDP dapat melakukan
pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu
perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
Pengertian dari GDP adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir
(final) yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. Namun, dalam
GDP terdapat beberapa hal yang tidak disertakan seperti nilai dari semua kegiatan
20
yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan dan distribusi pendapatan. Oleh sebab
itu, GDP per kapita yang merupakan besarnya GDP apabila dibandingkan dengan
jumlah penduduk di suatu negara merupakan alat yang lebih baik yang dapat
memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk, standar hidup dari
warga negaranya.
Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product) merupakan
statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai ukuran
tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang mendasarinya karena
GDP mengukur dua hal pada saat bersamaan : total pendapatan semua orang dalam
perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil
dari perekonomian. Alasan GDP dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan
pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan,
pendapatan pasti sama dengan pengeluaran.
Kita dapat menghitung GDP perekonomian dengan menggunakan salah satu
dari dua cara : menambahkan semua pengeluaran rumah tangga atau menambahkan
semua pendapatan (upah, sewa dan keuntungan) yang dibayar perusahaan. Namun,
dalam hal ini yang terpenting adalah tahu mengenai fungsi GDP dalam
perekonomian, apa yang dapat diukur dan yang tidak, komponen dan jenis serta
hubungan GDP dengan kesejahteraan. Dalam hal pengukuran, GDP mencoba
menjadi ukuran yang meliputi banyak hal, termasuk di dalamnya adalah barang –
barang yang diproduksi dalam perekonomian dan dijual secara legal di pasaran.
GDP juga memasukkan nilai pasar dari jasa perumahan pada perekonomian. GDP
meliputi barang yang dapat dihitung (makanan, pakaian, mobil) maupun jasa yang
21
tidak dapat dihitung (potong rambut, pembersihan rumah, kunjungan ke dokter).
GDP mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang diproduksi. GDP mengukur
nilai produksi dalam batas geografis sebuah negara. GDP mengukur nilai produksi
yang terjadi sepanjang suatu interval waktu. Biasanya, interval tersebut adalah
setahun atau satu kuartal (tiga bulan).
GDP mengukur aliran pendapatan dan pengeluaran dalam perekonomian
selama interval tesebut. Sedangkan hal – hal yang tidak dapat diukur oleh GDP
yaitu GDP mengecualikan banyak barang yang diproduksi dan dijual secara gelap,
seperti obat – obatan terlarang. GDP juga tidak mencakup barang – barang yang
tidak pernah memasuki pasar karena diproduksi dan dikonsumsi dalam rumah
tangga.
Setelah mengetahui apa yang dapat dan tidak diukur dengan GDP,
selanjutnya kita harus mengetahui komponen – komponen dari GDP. GDP (yang
ditunjukkan sebagai Y) dibagi atas empat komponen : konsumsi (c), investasi (I),
belanja negara (G), dan ekspor neto (NX):
Y = C + I + G + NX
Persamaan ini merupakan persamaan identitas – sebuah persamaan yang pasti benar
dilihat dari bagaimana variabel - variabel persamaan tersebut dijabarkan.
Komponen tersebut ialah :
1. Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah
tangga.
2. Investasi (investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa
22
3. Belanja pemerintah (government purchases) mencakup pembelanjaan
barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat (federal).
4. Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri oleh
orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga
negara (impor).
Berikutnya, ketika kita mempelajari perubahan perekonomian seiring
berlalunya waktu, ekonom ingin memisahkan dua pengaruh (perekonomian
menghasilkan output barang dan jasa dengan lebih banyak dan barang dan jasa
dijual pada harga yang lebih tinggi). Khususnya, mereka ingin suatu ukuran jumlah
barang dan jasa keseluruhan yang diproduksi perekonomian yang tidak terpengaruh
perubahan harga barang dan jasa tersebut. Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah
produksi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, kita menggunakan GDP riil
(real GDP) yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap. GDP riil
menggunakan harga tahun pokok yang tetap untuk menentukan nilai produksi
barang dan jasa dalam perekonomian. Karena GDP riil tidak dipengaruhi perubahan
harga, perubahan GDP riil hanya mencerminkan perubahan jumlah barang dan jasa
yang diproduksi. Jadi, GDP riil merupakan ukuran produksi barang dan jasa dalam
perekonomian.
Selain GDP riil, alat ukur yang lain yaitu GDP nominal. GDP nominal
mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga – harga di masa
sekarang. GDP nominal dalam perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah
barang atau jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang atau jasa tersebut.
Dari kedua statistika ini kita dapat mengetahui statistika yang ketiga , deflator GDP,
23
yang mencerminkan harga barang dan jasa namun bukan jumlah yang diproduksi.
Deflator GDP mengukur tingkat harga – harga saat ini relatif terhadap tingkat harga
– harga di tahun pokok. Deflator GDP merupakan salah satu ukuran yang digunakan
oleh para ekonom untuk mengamati rata – rata tingkat harga dalam perekonomian.
Pada bahasan yang terakhir, yaitu hubungan GDP dengan kesejahteraan
dapat dijelaskan sebagai berikut. GDP dapat mengukur total pendapatan maupun
total pengeluaran perekonomian untuk barang dan jasa. Jadi, GDP per orang
(kapita) memberi tahu kita pendapatan dan pengeluaran dari rata – rata seseorang
dalam perekonomian. Karena kebanyakan orang lebih memilih pendapatan dan
pengeluaran yang lebih tinggi, GDP per orang (kapita) sepertinya merupakan
ukuran kesejahteraan rata – rata perorangan yang cukup alamiah. GDP per kapita
memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata – rata penduduk, namun di belakang
rata – rata tersebut terdapat perbedaan yang besar antara berbagai pengalaman yang
dialami orang – orang. Pada akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa GDP
merupakan ukuran kesejahteraan yang baik untuk berbagai tujuan, namun tidak
untuk semua tujuan (Mankiw, 2006).
D. Government Spending
a. Adolph Wagner
Pengamatan empiris oleh Adolph Wagner terhadap negara-negara Eropa,
Amerika Serikat, dan Jepang pada abad ke-19 menunjukkan bahwa aktivitas
pemerintah dalam perekonomian cenderung semakin meningkat. Ekonom Jerman
ini mengukurnya dari perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap produk
nasional. Temuannya kemudian oleh Richard A. Musgrave dinamakan “hukum
24
pengeluaran pemerintah yang selalu meningkat” (law of growing public
expenditures). Wagner sendiri menamakannya “hukum aktivitas pemerintah yang
selalu meningkat” (law of ever increasing state activity).
Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah
selalu meningkat. Kelima penyebab tersebut adalah: Dumairy dalam (Winarti,
2014)
1. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan
2. Kenaikan Tingkat pendapatan masyarakat
3. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi
4. Perkembangan demokrasi
5. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.
b. Teori Rostow dan Musgrave
WW Rostow dan RA Musgrave menghubungkan pengeluaran pemerintah
dengan tahan-tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal perkembangan
ekonomi, rasio investasi pemerintah terhadap investasi total-rasio pengeluaran
pemerintah terhadap pendapatan nasional – relatif besar. Hal itu disebabkan karena
pada tahap awal ini pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana.
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap
diperlukan guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Bersamaan dengan
itu porsi investasi pihak swasta juga meningkat. Tetapi besarnya peranan
pemerintah adalah karena pada tahap ini banyak terjadi kegagalan pasar yang
ditimbulkan oleh perkembangan ekonomi itu sendiri. Banyak terjadi kasus
25
eksternalitas negatif, misalnya pencemaran lingkungan yang menuntuk pemerintah
untuk turun tangan mengatasinya (Mangkoesoebroto, 2001)
c. Teori Peacock Wiseman
Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave, rasio investasi total
terhadap pandapatan nasional semakin besar, tapi rasio investasi pemerintah
terhadap pendapatan nasional akan mengecil. Sementara itu Rostow berpendapat
bahwa pada tahap lanjut pembangunan terjadi peralihan aktivitas pemerintah, dari
penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran-pengeluaran untuk layanan sosial
seperti kesehatan dan pendidikan.
Peacock dan Wiseman mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan
perilaku perkembangan pengeluaran pemerintah. Mereka mendasarkannya pada
suatu analisis “dialektika penerimaan-pengeluaran pemerintah”. Pemerintah selalu
berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan penerimaan dari
pajak. Padahal masyarakat tidak menyukai pembayaran pajak yang kian besar.
Mengacu pada teori pemungutan suara (voting), mereka berpendapat bahwa
masyarakat mempunyai batas toleransi pajak, yakni suatu tingkat di mana
masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Tingkat toleransi pajak
ini merupakan kendala yang membatasi pemerintah untuk menaikkan pungutan
pajak secara tidak semena-mena atau sewenang-wenang.
Menurut Peacocok-Wiseman, perkembangan ekonomi menyebabkan
pungutan pajak meningkat, yang meskipun tarif pajaknya mungkin tidak berubah,
pada gilirannya mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat pula. Jadi
26
dalam keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional menaikkan pula baik
penerimaan maupun pengeluaran pemerintah. Apabila keadaan normal tadi
terganggu, karena perang atau eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus
memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan tersebut.
Konsekuensinya, timbul tuntutan untuk memperoleh penerimaan pajak lebih besar.
Pungutan pajak lebih besar menyebabkan dana swasta untuk investasi dan modal
kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut efek penggantian (displacement effect).
Jika pada saat terjadinya gangguan sosial dalam perekonomian timbul efek
penggantian, maka sesudah gangguan berakhir timbul pula sebuah efek lain yang
disebut efek inspeksi (inspection effect). Efek ini menyatakan bahwa gangguan
sosial menumbuhkan kesadaran masyarakat akan adanya hal-hal yang perlu
ditangani oleh pemerintah sesudah redanya gangguan sosial tersebut. Kesadaran
semacam itu menggugah kesediaan masyarakat untuk membayar pajak lebih besar,
sehingga memungkinkan pemerintah beroleh penerimaan yang lebih besar pula.
Inilah yang dimaksudkan dengan analisis dialektika penerimaan-pengeluaran
pemerintah (Mangkoesoebroto, 2001).
Sedangkan menurut Heritage Foundation, Government Spending
merupakan komponen pengeluaran pemerintah yang meliputi konsumsi oleh negara
dan semua pembayaran transfer yang terkait dengan berbagai program di negara
tersebut. Heritage Foundation memperkenalkan Indeks Government Spending.
Metodologi Indeks memperlakukan pengeluaran pemerintah dengan angka nol
sebagai patokan. Nilai Government Spending dari 0 sampai 100, yang
27
mencerminkan bahwa semakin tinggi nilai maka semakin besar pengeluaran di
negara tersebut.
E. Pembangunan Manusia
Sejak tahun 1990, United Nations Development Programme (UNDP) telah
menerbitkan laporan tahunan berupa Human Development Report (HDR). Dalam
HDR tersebut dikeluarkan laporan tahunan mengenai indek pembangunan
manusia/Human Development Index (HDI) di tiap negara. Indeks tersebut
dikembangkan pada tahun 1990 oleh seorang peraih Hadiah Nobel berkebangsaan
India yaitu Amartya Sen, dan seorang ekonom dari Pakistan, Mahbub Ul Haq, yang
dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord Meghnad Desai dari
London School of Economic.
Dalam UNDP (United Nations Development Programme), pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a
process of enlarging people’s choices”). Konsep atau definisi pembangunan
manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas.
Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta
dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya.
Sebagaimana dikutip dari (UNDP, 2014b), sejumlah hal penting dalam
pembangunan manusia adalah:
1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.
2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh
28
karena itu konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk
secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.
3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya
meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam
upayaupaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.
4. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:
produktifitas, pemerataan, kesinambingan, dan pemberdayaan.
5. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan
pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.
Berdasarkan konsep tersebut, penduduk di tempatkan sebagai tujuan akhir
sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan
itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada empat hal
pokok yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Produktifitas
Penduduk harus meningkatkan produktifitas dan partisipasi penuh dalam
proses penciptaan pendapatan dan nafkah. Sehingga pembangunan ekonomi
merupakan bagian dari model pembangunan manusia.
2. Pemerataan
Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses
terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil
kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka
dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam
kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
29
3. Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak
hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik,
manusia, dan lingkungan selalu diperbaharui.
4. Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan
menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka serta untuk berpartisipasi dan
mengambil keputusan dalam proses pembangunan.
Konsep pembangunan manusia seutuhnya merupakan konsep yang
menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental
maupun secara spritual. Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa pembangunan
yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia yang
seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sumber daya manusia secara
fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang
kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses
pembangunan yang berkelanjutan.
Indeks Pembangunan Manusia, karena dimaksudkan untuk mengukur dampak
dari upaya peningkatan kemampuan dasar tersebut, dengan demikian menggunakan
indikator dampak sebagai komponen dasar penghitungannya yaitu, angka harapan
hidup waktu lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu negara
atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai
sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi
30
semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi
yang telah mencapai standar hidup layak.
Pembentukan modal manusia adalah suatu proses memperoleh dan
meningkatkan jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan, dan
pengalaman yang menentukan bagi pembangunan ekonomi suatu negara.
Pembentukan modal manusia karenanya dikaitkan dengan investasi pada manusia
dan pengembangannya sebagai sumber yang kreatif dan produktif.
A. Komponen Pembangunan Manusia
Lembaga United Nations Development Programme (UNDP) telah
mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia dalam ukuran
kuantitatif yang disebut Human Development Indeks (HDI). Meskipun HDI
merupakan alat ukur pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dirumuskan secara konstan, diakui tidak akan pernah menangkap gambaran
pembangunan SDM secara sempurna.
Adapun indikator yang dipilih untuk mengukur dimensi HDI adalah sebagai
berikut:
a. Indeks Harapan hidup
Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan
dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi
mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun, variabel tersebut diharapkan
akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat.
b. Indeks Hidup Layak
31
Indeks Hidup Layak menunjukkan kemampuan daya beli suatu negara dari
segi dolar AS pada paritas daya beli (PPP USD). Tiga bagian data ini adalah;
1. pendapatan daerah dianalisis.
2. nilai tukar antara mata uang di kawasan ini dan US $.
3. indeks tingkat harga dari wilayah tersebut dibandingkan dengan tingkat harga U$
=100
c. Indeks Pendidikan
Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu
Expected Years of Schooling (EYS) dan Mean years of Schooling (MYS) yaitu
jumlah rata-rata tahun menyelesaikan pendidikan dari populasi (25 tahun dan lebih
tua). Expected Years of Schooling diindeks dengan membagi 18 dan Mean Years
of Schooling diindeks dengan membagi 15. Indeks Pendidikan diperoleh dengan
rata-rata dua indeks tersebut. Maksimum untuk Mean Years of Schooling adalah
15, adalah maksimum proyeksi indikator ini untuk tahun 2025. Maksimum untuk
Expected Years of Schooling adalah 18, setara dengan mencapai gelar master di
sebagian besar negara. Perhitungan Education Index sebagai berikut:
EI = MYSI+EYSI
2
MYSI = 𝑀𝑌𝑆
15
EYSI = 𝐸𝑌𝑆
18
Menurut (Todaro & Smith, 2012) pembangunan manusia ada tiga komponen
universal sebagai tujuan utama meliputi:
a) Kecukupan, yaitu merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik.
Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi akan
32
menghentikan kehidupan seseorang, meliputi pangan, sandang, papan,
kesehatan dan keamanan. Jika satu saja tidak terpenuhi akan menyebabkan
keterbelakangan absolut.
b) Jati Diri, yaitu merupakan komponen dari kehidupan yang serba lebih baik
adalah adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri
sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak mengejar sesuatu, dan
seterusnya. Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri).
c) Kebebasan dari Sikap Menghamba, yaitu merupakan kemampuan untuk
memiliki nilai universal yang tercantum dalam pembangunan manusia
adalah kemerdekaan manusia. Kemerdekaan dan kebebasan di sini diartikan
sebagai kemampuan berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh
pengejaran dari aspek-aspek materil dalam kehidupan. Dengan adanya
kebebasan kita tidak hanya semata-mata dipilih tapi kitalah yang memilih.
B. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia
IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut:
a) Untuk mengalihkan fokus perhatian para pengambil keputusan, media, dan
organisasi non pemerintah dari penggunaan statistik ekonomi biasa, agar
lebih menekankan pada pencapaian manusia. IPM diciptakan untuk
menegaskan bahwa manusia dan segenap kemampuannya seharusnya
menjadi kriteria utama untuk menilai pembangunan sebuah negara,
bukannya pertumbuhan ekonomi.
33
b) Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana
dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki IPM
yang berbeda.
c) Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara
provinsiprovinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan
kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau
kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir
berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber
masalah dan solusinya.
F. Penelitian Sebelumnya
1. (Ahmad & Saleem, 2014) Impact of Governance on Human
Development. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Indeks
pembangunan manusia (IPM) dari berbagai negara yang diambil sebagai
variabel dependen dan enam indikator yang dikembangkan oleh
Kaufmann, et al. (1999) untuk mengukur tata kelola bernama; Political
Stability (PS), Voice and Accountability (VA), Regulatory Quality
(RQ), Government Effectitivenes (GE), Rule of Law (RL) dan Control
of Corruption (CC) digunakan sebagai variabel independen. Multi-
Layer Perceptron (MLP) dan Multiple Regression (Stepwise)
digunakan sebagai metodologi penelitian untuk memenuhi kemampuan
prediksi lebih lanjut dari Regresi dan MLP yang. Hasil penelitian ini
adalah Efektivitas Pemerintahan, dibandingkan Stabilitas Politik,
34
Pengendalian Korupsi, dan Kualitas Regulatory memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pembangunan manusia.
2. (Athirah & Mohamad, 2015) Gross Domestic Product (GDP)
Relationship with Human Development Index (HDI) and Poverty Rate
in Malaysia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara Growth Domestic Products (PDB), Human Development Indeks
(HDI) dan tingkat kemiskinan di Malaysia dari tahun 1990 sampai 2012.
Dengan menggunakan alat analisis Multiple Regression Models, hasil
penelitian ini adalah Tingkat kemiskinan memiliki hubungan dengan
PDB. IPM dan tingkat kemiskinan memiliki hubungan dengan PDB di
dalam Jangka panjang. HDI dan PDB memiliki hubungan negatif dalam
jangka panjang sementara tingkat kemiskinan dan PDB Memiliki
hubungan positif. Sementara dalam jangka pendek, IPM dan PDB tidak
memiliki hubungan tapi tingkat kemiskinan dan PDB memiliki
hubungan negatif.
3. (FRANCIARI, 2012) Analisis Hubungan IPM, Kapasitas Fiskal, Dan
Korupsi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh IPM, kapasitas fiscal, dan korupsi
terhadap kemiskinan di Indonesia. Dengan menggunakan alat analisis
OLS (Ordinary Least Square) dan uji kausalitas granger. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Pada tahun 2008 variabel IPM,
kapasitas fiskal dan korupsi berpengaruh negatif secara tidak signifikan
pada α = 5 persen dan α = 10 persen terhadap kemiskinan. Pada tahun
35
2010 variabel kapasitas fiskal berpengaruh negatif secara signifikan
pada α = 10 persen terhadap kemiskinan, sedangkan IPM dan korupsi
berpengaruh negatif secara tidak signifikan. Berdasarkan hasil
kausalitas granger, terdapat perbedaan pola perilaku antara tahun 2008
dan 2010.
4. (Justus & Uma, 2016) Governance and Human Development in Gulu
District: A Case Study of Gulu Municipality. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh tata kelola pemerintah terhadap
pembangunan manusia di Wilayah Gulu. Dengan menggunakan alat
analisis koefisien korelasi Pearson, regresi dan deskriptif statistic, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 200 (51,7%) adalah laki-laki dan 187
(48,3%) adalah perempuan. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat
yang lebih besar dari akuntabilitas, partisipasi dan tidak adanya korupsi
berpengaruh terhadap pembangunan manusia. Hasil analisis korelasi
menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara
akuntabilitas dan pembangunan manusia, Ada hubungan positif yang
signifikan antara efisiensi pemerintah, partisipasi dan pengendalian
korupsi dan pembangunan manusia, Hubungan antara suap dan
pembangunan manusia adalah sangat rendah dan tidak signifikan.
Secara keseluruhan, ada hubungan positif yang signifikan antara
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, Analisis regresi
menunjukkan bahwa tata kelola pemerintahan menjelaskan 24,4% dari
variasi dalam pembangunan manusia, Penelitian ini menunjukkan
36
bahwa indikator terbaik dari pembangunan manusia adalah
akuntabilitas, partisipasi dan kontrol korupsi. Indikator terburuk adalah
efisiensi pemerintah.
5. (Ortega, Casquero, & Jesu´s, 2015) Corruption and Convergence in
Human Development: Evidence from 69 Countries During 1990–2012.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korupsi dan pembangunana
manusia di 69 Negara dengan membagi tiga cluster. Dengan
menggunakan analisis panel data, hasil penelitian ini menunjukkan
Proses konvergensi di tiga cluster negara tidak homogen dan bahwa
pembangunan manusia memiliki pola yang berbeda dari pertumbuhan.
Korupsi merusak pembangunan manusia di negara – negara yang
diteliti, hal ini disebabkan dampak negatif dari rendahnya pertumbuhan
yang disebabkan tingginya korupsi.
6. (Rusydi & Rossieta, n.d.) Good Public Governance Dan Indeks
Pembangunan Manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Good Public Governance Terhadap Pembangunan Manusia.
Dengan menggunakan alat analisis Multiple Regression Analysis, hasil
penelitian ini menunjukkan Good Governance mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap Pembangunan Manusia. Hasil ini pun
mengungkapkan bahwa akuntabilitas dan Korupsi berpengaruh terhadap
Pembangunan Manusia di Indonesia
7. (Sanyal, Rudra, 2011) Good governance and human development:
Evidence form Indian States. Penelitian ini bertujuan untuk
37
menganalisis pengaruh Good Governance terhadap Human
Development. Dengan menggunakan alat analisis panel data, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia di masa lalu menentukan pembangunan manusia
hadir di India. Itu berarti pemerintahan yang baik dapat dianggap
sebagai variabel kebijakan untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan pembangunan manusia di negara ini.
8. (Wicaksono, 2014) Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia,
Angkatan Kerja, Dan Belanja Modal Daerah Terhadap Peningkatan
PDRB Provinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Angkatan
Kerja, Dan Belanja Modal Daerah Terhadap Peningkatan PDRB
Provinsi Di Indonesia Tahun 2008-2012. Dengan menggunakan alat
analisis Data Panel dengan Random Effect Model (REM), hasil
penelitian ini menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia dan
Angkatan Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
peningkatan PDRB. Namun, Belanja modal memiliki hasil yang positif
dan tidak signifikan terhadap PDRB.
9. (Widodo, Waridin, & Maria, 2011) Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap
Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia
Di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan
38
Terhadap Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan
Manusia Di Provinsi Jawa Tengah. Dengan menggunakan Alat Analisis
Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis), hasil penelitian ini
adalah Pada tahun 2007 dan 2008, belanja di sektor pendidikan dan
kesehatan, berpengaruh poritif terhadap HDI dan tingkat kemiskinan.
IPM lebih dominan menjadi “Moderator murni” variabel daripada
menjadi variabel intervening. Ini menyimpulkan bahwa hubungan
antara pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan dan
pengentasan kemiskinan diperkuat oleh peran IPM. Akibatnya,
pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan tidak
dengan sendirinya mempengaruhi pengurangan kemiskinan secara
langsung.
10. (Winarti, 2014) Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang
Pendidikan, Kemiskinan, Dan PDB Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia Di Indonesia Periode 1992-2012. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia sebagai
variabel dependen dan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan,
Kemiskinan, PDB sebagai varabel independen. Dengan menggunakan
alat analisisi Ordinary Least Square (OLS) hasil penelitian ini
menujukkkan Kemiskinan berpengaruh negative dan signifikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia, PDB berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, Anggaran
39
pendidikan berpengaruh negative dan signifikan terhadap indeks
pembangunan manusia.
11. (Yew, Ugur, & Churchill, 2015) Effects of Government Education and
Health Expenditures on Economic Growth: A Meta-analysis. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dan
penegeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan. Dengan
menggunakan alat analisis Meta Analyisis, hasil penelitian ini
menunjukkan Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, namun pengeluaran pemerintah
bidang kesehatan berpengaruh negative terhadap pertumbuhan
ekonomi.
40
Tabel 2.1. Penelitian Sebelumnya
No Penulis dan Tahun Judul Variabel dan Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Adi Widodo, Waridin, dan
Johanna Maria K. (2011)
Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Di Sektor Pendidikan
Dan Kesehatan Terhadap
Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan
Pembangunan Manusia Di
Provinsi Jawa Tengah
Variabel: Human Development
Index (HDI), Pengeluaran
Pemerintah bidang pendidikan dan
keshetana, Kemiskinan
Alat Analisis: Analisis Regresi
Berganda (Multiple Regression
Analysis)
1. Pada tahun 2007 dan 2008, belanja
di sektor pendidikan dan
kesehatan, berpengaruh poritif
terhadap HDI dan tingkat
kemiskinan.
2. Studi ini menunjukkan bahwa IPM
lebih dominan menjadi
“Moderator murni” variabel
daripada menjadi variabel
intervening. Ini menyimpulkan
bahwa hubungan antara
pengeluaran pemerintah di sektor
pendidikan dan kesehatan dan
pengentasan kemiskinan diperkuat
oleh peran IPM. Akibatnya,
pengeluaran pemerintah di sektor
pendidikan dan kesehatan tidak
41
dengan sendirinya mempengaruhi
pengurangan kemiskinan secara
langsung.
2 Ahmad dan Saleem (2014) Impact of Governance on Human
Development
Variabel: WGI, Dan Human
Development
Alat Analisis: Multi-Layer
Perceptron (MLP) dan Multiple
Regression (Stepwise)
Efektivitas Pemerintahan, Stabilitas
Politik, Pengendalian Korupsi, dan
Kualitas Kebijakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
pembangunan manusia
3 Astri Winarti
(2014)
Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Bidang Pendidikan,
Kemiskinan, Dan PDB Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia
Di Indonesia Periode 1992-2012
Variabel: Pengeluaran Pemerintah
Bidang Pendidikan, Kemiskinan,
PDB, Pembangunan Manusia
Alat Analisis: Ordinary Least
Square(OLS)
1. Kemiskinan berpengaruh negative
dan signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia, PDB
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Indeks Pembangunan
Manusia,
2. Anggaran pendidikan berpengaruh
negative dan signifikan terhadap
indeks pembangunan manusia
42
4 Athirah & Mohammad
(2015)
Gross Domestic Product (GDP)
Relationship with Human
Development Index (HDI) and
Poverty Rate in Malaysia
Variabel: GDP Per Capita, HDI,
Poverty Rate
Alat Analisis: Multiple Regression
Models
Tingkat kemiskinan memiliki
hubungan dengan PDB. IPM dan
tingkat kemiskinan memiliki
hubungan dengan PDB di dalam
Jangka panjang. HDI dan PDB
memiliki hubungan negatif dalam
jangka panjang sementara tingkat
kemiskinan dan PDB Memiliki
hubungan positif. Namun dalam
jangka pendek, IPM dan PDB tidak
memiliki hubungan tapi tingkat
kemiskinan dan PDB memiliki
hubungan negatif.
5 Bienvenido Ortega, Antonio
Casquero, Jesu´s Sanjua
(2015)
Corruption and Convergence in
Human Development: Evidence
from 69 Countries During 1990–
2012
Variabel:
Human Development, Corruption
Alat Analisis:
Panel Data
1. Proses konvergensi di tiga cluster
negara tidak homogen dan bahwa
pembangunan manusia memiliki
pola yang berbeda dari
pertumbuhan.
43
2. Korupsi merusak pembangunan
manusia di negara – negara yang
diteliti, hal ini disebabkan dampak
negative dari rendahnya
pertumbuhan yang disebabkan
tingginya korupsi
6 Justus dan Uma (2016) Governance and Human
Development in Gulu District: A
Case Study of Gulu
Municipality.
Variabel: Good Governance, dan
Human Development
Alat Analisis: koefisien korelasi
Pearson, regresi dan deskriptif
statistik
1. Studi ini menunjukkan bahwa 200
(51,7%) adalah laki-laki dan 187
(48,3%) adalah perempuan.
Penelitian ini menemukan bahwa
tingkat yang lebih besar dari
akuntabilitas, partisipasi dan tidak
adanya korupsi berpengaruh
terhadap pembangunan manusia.
2. Hasil analisis korelasi
menunjukkan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan
antara akuntabilitas dan
pembangunan manusia, Ada
44
hubungan positif yang signifikan
antara efisiensi pemerintah,
partisipasi dan pengendalian
korupsi dan pembangunan
manusia, Hubungan antara suap
dan pembangunan manusia adalah
sangat rendah dan tidak signifikan.
3. Secara keseluruhan, ada hubungan
positif yang signifikan antara
pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, Analisis
regresi menunjukkan bahwa teta
kelola pemerintahan menjelaskan
24,4% dari variasi dalam
pembangunan manusia, Penelitian
ini menunjukkan bahwa indikator
terbaik dari pembangunan
manusia adalah akuntabilitas,
partisipasi dan kontrol korupsi.
45
Indikator terburuk adalah efisiensi
pemerintah.
7 M. Khoiru Rusydi Dan Hilda
Rossieta
Good Public Governance Dan
Indeks Pembangunan Manusia
Human Development Index, Good
Governance, Corruption
Perception Index, Accountability.
Alat Analisis: Multiple Regression
Analysis
Good Governance mempunyai
pengaruh positif dan signifikan
terhadap Pembangunan Manusia.
Hasil ini pun mengungkapkan bahwa
akuntabilitas dan Korupsi
berpengaruh terhadap Pembangunan
Manusia di Indonesia
8 Muhammad Nur Wicaksono
(2014)
Analisis Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia,
Angkatan Kerja, Dan Belanja
Modal Daerah Terhadap
Peningkatan PDRB Provinsi Di
Indonesia Tahun 2008-2012
Variabel: Indeks Pembangunan
Manusia, Angkatan Kerja, Belanja
Modal Daerah, PDRB Provinsi
Alat Analisis: Data Panel dengan
Random Effect Model (REM)
Indeks Pembangunan Manusia dan
Angkatan Kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap peningkatan
PDRB. Namun, Belanja modal
memiliki hasil yang positif dan tidak
signifikan terhadap PDRB.
9 Purwiyanti Septina Franciari
(2012)
Analisis Hubungan IPM,
Kapasitas Fiskal, Dan Korupsi
Variabel: Kemiskinan, IPM,
Kapasitas fiskal, Korupsi
1. Pada tahun 2008 variabel IPM,
kapasitas fiskal dan korupsi
berpengaruh negatif secara tidak
46
Terhadap Kemiskinan Di
Indonesia
Alat Analisis: OLS (Ordinary
Least Square) dan uji kausalitas
granger
signifikan pada α = 5 persen dan α
= 10 persen terhadap kemiskinan.
2. Pada tahun 2010 variabel kapasitas
fiskal berpengaruh negatif secara
signifikan pada α = 10 persen
terhadap kemiskinan, sedangkan
IPM dan korupsi berpengaruh
negatif secara tidak signifikan.
Berdasarkan hasil kausalitas
granger, terdapat perbedaan pola
perilaku antara tahun 2008 dan
2010.
10 Sanyal dan Rudra (2012) Good governance and human
development: Evidence form
Indian States.
Variabel: Good Governance,
Human Development
Alat Analisis: Data Panel
Pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia di masa lalu
menentukan pembangunan manusia
hadir di India. Itu berarti
pemerintahan yang baik dapat
dianggap sebagai variabel kebijakan
untuk memperoleh pertumbuhan
47
ekonomi yang tinggi dan
pembangunan manusia di negara ini.
11 Sefa Awaworyi Churchill,
Siew Ling Yew and Mehmet
Ugur (2015)
Effects of Government
Education and Health
Expenditures on Economic
Growth: A Meta-analysis
Variabel: economic growth and
government expenditure on
education or health
Alata Analisis: Meta Analysis
Pengeluaran pemerintah bidang
pendidikan berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi,
namun pengeluaran pemerintah
bidang kesehatan berpengaruh
negative terhadap pertumbuhan
ekonomi.
48
G. Hubungan Antar Variabel
Dalam rumusan masalah telah ditetapkan akan meneliti tentang
pengaruh Good Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government
Spending terhadap Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015. Berdasarkan penelitian sebelumnya Ahmad dan Saleem
(2014) yang menganalisis pengaruh Good Governance terhadap
Pembangunan Manusia. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa hasil
pengujian Good Governance dengan enam indikator ukuran Worlwide
Governance Indicator berpengaruh bterhadap pembangunan manusia.
Kemudian penelitian Justus dan Uma (2016) yang meneliti tentang
Governance and Human Development in Gulu District: A Case Study of
Gulu Municipality. Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa tingkat yang
lebih besar dari akuntabilitas, partisipasi dan tidak adanya korupsi
berpengaruh terhadap pembangunan manusia. ada hubungan positif yang
signifikan antara akuntabilitas dan pembangunan manusia, Ada hubungan
positif yang signifikan antara efisiensi pemerintah, partisipasi dan
pengendalian korupsi dan pembangunan manusia, Hubungan antara suap
dan pembangunan manusia adalah sangat rendah dan tidak signifikan.
Secara keseluruhan, ada hubungan positif yang signifikan antara
pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia.
Kemudian pada skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Bidang Pendidikan, Kemiskinan, Dan PDB Terhadap Indeks
Pembangunan Manusia Di Indonesia Periode 1992-2012 oleh Astri Winarti
49
(2014) ditemukan hasil Kemiskinan berpengaruh negative dan signifikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia, PDB berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Anggaran pendidikan
berpengaruh negative dan signifikan terhadap indek pembangunan manusia
Hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk menggunakan
variabel Good Governance (WGI), Korupsi (CPI), GDP Per Kapita, dan
Government Spending sebagai variabel dependen dan Pembangunan
Manusia sebagai variabel independen.Dan diduga Pembangunan Manusia
dipengaruhi oleh Good Governance (WGI), Korupsi (CPI), GDP Per
Kapita, dan Government Spending. Sehingga dapat dibuat persamaan
seperti berikut:
HDI = f (WGI, CPI, GDP, GS)
Keterangan:
HDI = Human Development Index (HDI)
WGI = Worldwide Governance Indikator
GDP = GDP per Kapita
GS = Government Spending
1. Hubungan Good Governance Dengan Pembangunan Manusia
Governance memiliki tiga pilar yang berkaitan yaitu economic, political,
dan administrative. Economic governance meliputi proses-proses
pembuatan keputusan yang memfasilitasi aktivitas ekonomi di suatu Negara
dan interaksi diantara pelaku ekonomi. Political governance berkaitan
dengan proses-proses memformulasikan kebijakan. Sedangkan
50
administrative governance berkaitan dengan sistem implementasi
kebijakan.
(Kaufmann, 2010) Governance terdiri dari tradisi dan institusi dimana
kewenangan di sebuah negara dilaksanakan. Ini termasuk proses dimana
pemerintah yang dipilih, dipantau dan diganti; kapasitas pemerintah untuk
secara efektif merumuskan dan melaksanakan kebijakan yang sehat; dan
rasa hormat dari warga negara dan negara untuk lembaga yang mengatur
interaksi ekonomi dan sosial di antara mereka. Oleh karena itu dengan tata
kelola pemerintahan yang baik dapat diharapkan dapat meningkatkan
pembangunan manusia yang dilihat dari kesehatan, pendidikan, maupun
standar hidup yang layak.
2. Hubungan Korupsi Dengan Pembangunan Manusia
Menurut Transparency International, korupsi merupakan
"penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan untuk keuntungan
pribadi". Korupsi dapat diklasifikasikan sebagai grand, kecil dan politik,
tergantung pada jumlah uang yang hilang dan sektor mana itu terjadi.
Korupsi yang terdiri dari tindakan yang dilakukan pada tingkat tinggi
pemerintah yang mendistorsi kebijakan atau fungsi sentral dari negara,
yang memungkinkan pemimpin untuk mendapatkan keuntungan dengan
mengorbankan kepentingan publik. Korupsi kecil mengacu pada
penyalahgunaan sehari-hari kekuasaan yang dipercayakan oleh pejabat
publik rendah dan menengah dalam interaksi mereka dengan warga biasa,
yang sering mencoba untuk mengakses barang atau layanan dasar di
51
tempat-tempat seperti rumah sakit, sekolah, departemen kepolisian dan
instansi lainnya.
Oleh karenanya, korupsi merupakan permasalahan yang krusial yang
dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat suatu negara karena adanya
missaalocation yang seharusnya dana tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan pembangunan manusia di suatu negara.
3. Hubungan GDP Per Kapita Dengan Pembangunan Manusia
GDP Per Kapita merupakan ukuran kesejahteraan rata – rata perorangan
yang cukup alamiah. GDP per kapita memberitahukan kita apa yang terjadi
pada rata – rata penduduk, namun di belakang rata – rata tersebut terdapat
perbedaan yang besar antara berbagai pengalaman yang dialami orang –
orang. GDP Per Kapita tiap negara tentu berbeda – beda, yang dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi, sosial, dan politik. Semakin tinggi GDP Per Kapita
maka kesejahteraan suatu negara semakin tinggi karena dapat mengakases
pendidikan, kesehatan, dan lain – lain bahkan dapat dikategorikan sebagai
negara maju jika memiliki GDP Per Kapita sebesar $12.000/tahun sesuai
standar dari WorldBank . Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa semakin
tinggi GDP Per Kapita makan semakin tinggi pembangunan manusia di
suatu negara.
4. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pembangunan Manusia
Pengeluaran pemerintah merupakan suatu tindakan untuk mengatur
jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan
pengeluaran setiap tahunnya. Klasen (2005) jenis pengeluaran pemerintah
52
yang diidentifikasi memberikan pengaruh baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap pendidikan, kesehatan, infrastruktur, teknologi,
perumahan, subsidi, dan transfer. Oleh karena itu, Pengeluaran pemerintah
dapat digunakan sebaik mungkin untuk meningkatkan pembangunan
manusia.
53
H. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1:Kerangka Berfikir
Kerangka Berfikir
I.
Analisis Determinan Pembangunan Manusia
Di Beberapa Negara ASEAN Periode 2002-
2015
Variabel Indipenden
- Good Governance (X1)
- Korupsi (X2)
- GDP Per Kapita (X3)
- Pengeluaran Pemerintah
(X4)
Variabel Dependen
Pembangunan Manusia (Y)
Kesimpulan, dan Saran
Alat Analisis:
Panel Data
Pemilihan Model:
1. Uji Chow
2. Uji Hausman
Fixed Effect Model (FEM)
Uji Hipotesis:
1. Uji t
2. Uji F
3. Uji Adj R2
54
I. Hipotesis Penelitian
Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang
pernah dilakukan dengan penilitian dibidang ini, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Good Governance secara parsial
terhadap Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh Good Governance secara parsial
terhadap Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Korupsi secara parsial terhadap
Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode
2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh Korupsi secara parsial terhadap
pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode
2002-2015
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial
terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial
terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Government Spending secara
55
parsial terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara
ASEAN periode 2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh Government Spending secara
parsial terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara
ASEAN periode 2002-2015
5. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending
secara simultan terhadap pembangunan Manusia di Beberapa
Negara ASEAN periode 2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending
secara simultan terhadap pembangunan Manusia di Beberapa
Negara ASEAN periode 2002-2015
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan model data panel. Penelitian ini fokus kepada
enam Negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand, Filipina, Vietnam,
dan Laos. Periode yang digunakan dalam penelitian ini selama periode 2002-2015.
Dalam penelitian ini, menggunakan satu variabel dependen dan empat variabel
independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pembangunan Manusia. Sedangkan variabel independen adalah Good Governance,
Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Negara ASEAN. Menurut
Sugiyono (Dalam Dwika, 2015) Sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiiki oleh pupulasi. Sebuah sampel yang ditemukan tidak
selalu memenuhi persyaratan dalam variabel penelitian sehingga diperlukan pula
besaran peluang representatifnya sebuah kelompok sampel dalam sebuah populasi
penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam Negara di
ASEAN. Enam Negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina,
Vietnam, dan Laos. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan adalah
teknik purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel, dimana anggota sampel
diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang berdasarkan atas
pertimbangan yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu.
57
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan Data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan
penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh
dari lembaga-lembaga resmi terkait. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini
untuk menganalisis pengaruh Tata Kelola Pemerintahan yang telah diperoleh dari
Worldwide Governance Indicator (WGI). Database ini, disusun oleh Daniel
Kaufmann, Natural Resource Governance Institute (NRGI) and Brookings
Institution dan Aart Kraay, World Bank Development Research Group yang terdiri
dari enam indikator. Sementara itu, Government Spending Index diperoleh dari
Heritage Foundation digunakan untuk melihat besar beban yang dikenakan oleh
pengeluaran pemerintah, yang meliputi konsumsi oleh negara dan semua
pembayaran transfer yang terkait dengan berbagai progam yang dilakukan oleh
pemerintah.
Indeks Persepsi korupsi atau Corruption Perception Index diperoleh dari
Transparency International digunakan untuk mengukur indeks korupsi disuatu
negara., GDP per Kapita diperoleh dari WorldBank. Berkenaan dengan kuantifikasi
pembangunan manusia, informasi diperoleh dari laporan United Nation
Development Programme (UNDP). Laporan ini, diperbarui secara berkala oleh
UNDP, adalah hasil dari kerja yang dilakukan oleh sekelompok akademisi dan
praktisi pembangunan. Laporan ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1990
dengan tujuan menempatkan penduduk di pusat proses pembangunan dalam hal
ekonomi, formulasi kebijakan, dan promosi, serta berusaha untuk melampaui
58
masalah pertumbuhan ekonomi, yang menyiratkan mengevaluasi, disamping itu,
tingkat kesejahteraan di masyarakat tertentu (UNDP, 2012). Meskipun adanya
keterbatasan dari sumber data untuk penelitian ini, namun informasi yang diperoleh
dari masing – masing sumber data dan laporan pembangunan manusia lebih
konsisten serta dapat diandalkan, selain fakta bahwa keterbatasan ini yang kecil jika
dibandingkan dengan informasi yang bisa diperoleh dari sumber lain.
D. Metode Analisis Data
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang
menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang
telah diperoleh maka diharap dapat memberikan kesimpulan yang tepat.
2. Analisis Data Panel
Menurut (Winarno,2015) data panel atau pooled data merupakan data
yang terdiri atas data seksi silang (beberapa objek) dan data runtut waktu
(berdasar waktu). Data panel adalah kombinasi dari data cross section yaitu
sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah katagori dan dikumpulkan
dalam suatu jangka waktu tertentu.
Analisis regresi data panel adalah analisis regresi yang didasarkan pada
data panel untuk mengamati hubungan antara variabel terikat (dependen)
dan variabel bebas (independen). Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan mengenai masalah Pembangunan Manusia di Negara – Negara
59
ASEAN menggunakan studi kasus enam Negara dengan tahun yang akan
diteliti dari tahun 2002-2015.
Model dengan data cross section :
Yi = α + β Xi + Ɛi ; i = 1,2,…,N
N = Banyaknya data cross section
Model dengan data time series :
Yt = α + β Xi + Ɛi ; t = 1,2,…,T
T = Banyaknya data time series
Melihat data panel merupakan gabungan antara data cross section dan
data time series maka model yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
Yit = α + β Xit + Ɛit ; I = 1,2,…,N; t = 1,2,…,T
Dimana :
N = Banyaknya data cross section
T = Banyaknya data time series
N T = Banyaknya data panel
Menurut (Baltagi, 2005), terdapat beberapa keuntungan dalam
menggunakan data panel, yaitu:
a. Dengan mengkombinasikan data time-series dan data cross-sectional,
data panel memberikan data yang lebih informatif, lebih variatif,
mengurangi kolinearitas antar variabel, derajat kebebasan yang lebih
banyak, dan efisiensi yang lebih besar.
b. Dengan mempelajari bentuk cross-sectional berulang-ulang dari
observasi, data panel lebih baik untuk mempelajari dinamika perubahan.
60
c. Data panel dapat mendeteksi lebih baik dalam mengukur efek-efek yang
tidak dapat diobservasi dalam cross-sectional maupun data time-series
murni.
d. Data panel memungkinkan untuk dipelajarinya model perilaku yang
lebih rumit. Sebagai contoh, fenomena seperti economies of scale dan
perubahan teknologi yang dapat dilakukan lebih baik dengan data panel
daripada cross- sectional murni maupun data time-series murni.
Keuntungan penting dari data panel dibandingkan dengan time series atau
data cross-sectional adalah bahwa hal itu memungkinkan identifikasi parameter
tertentu atau pertanyaan, tanpa perlu untuk membuat asumsi yang membatasi
atau asumsi klasik. (Verbeek, 2004)
3. Estimasi Model Data Panel
Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi
data panel, yaitu : 1) pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), 2)
pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan 3) pendekatan efek acak
(Random Effect Model).
a. Pendekatan Pooled Least Square
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana
karena menggabungkan data cross section dan data time series sebagai
analisisnya. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi antar
individu maupun rentang waktu, sehingga model ini dapat pula dapat
pula disebut sebagai model OLS biasa karena menggunakan kuadrat
terkecil.
61
b. Pendekatan Fixed Effect Model
Metode efek tetap ini dapat menunjukan perbedaan antar objek
meskipun dengan regresor yang sama. Model ini dikenal dengan model
regresi Fixed Effect (efek tetap). Efek tetap ini dimaksudkan adalah
bahwa sutu objek, memiliki konstan yang tetap besarannya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya,
tetap besaranya dari waktu ke waktu (time invariant).
Keuntungan metode efek tetap ini adalah dapat membedakan efek
individual dan efek waktu dan tidak perlu mengasumsikan bahwa
komponen error tidak berkolerasi dengan variabel bebas yang mungkin
sulit dipenuhi. Dan kelemahan metode efek tetap ini adalah
ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi
tiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan
sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain
(Winarno, 2015).
c. Pendekatan Random Effect Model
Keputusan untuk memasukan variabel boneka dalam model efek
tetap (fixed effect) tidak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan
konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat
mengurangi banyaknya drajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi.
Model panel data yang didalamnya melibatkan kolerasi antar error term
karena berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi
62
dengan pendekatan model komponen error (eror component model) atau
disebut juga model efek acak (random effect).
Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek tetap
yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antar waktu
dan antar objek. Syarat untuk menganalisis efek random yaitu objek data
silang harus lebih besar dari pada banyaknya koefisien (Winarno, 2015).
4. Pemilihan Model Data Panel
Ada dua tahap dalam memilih metode data panel. Pertama kita harus
membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian dilakukan uji
F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima, maka model
PLS lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM yang diterima, maka
tahap kedua dijalankan, yakni melakukan perbandingan lagi dengan model
REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan Hausman test untuk
menentukan metode mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM.
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square
(PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif terhadap
Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted model
dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu.
Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang
sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap
63
unit tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk mengujinya dapat
digunakan restricted F-test, dengan hipotesis sebagai berikut.
H0: Model PLS
H1: Model Fixed Effect
Di mana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut:
F = (R2
UR – R2
R) / m
(1 – R2
UR) / df Di mana:
R2
UR : Unrestricted R2
R2
R : Restructed R2
m : df for numerator (N-1)
df : df for denominator (NT-N-K)
N : Jumlah Unit cross section
T : Jumlah Unit time series
K : Jumlah koefisien variabel
Jika nilai probabilitas (P-Value) lebih kecil dari tingkat signifikansi
α 5% maka menolak H0, artinya model panel yang baik untuk
digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya jika H0 diterima,
berarti model PLS yang dipakai dan dianalisis. Namun, jika H0 ditolak,
maka model FEM harus diuji kembali untuk memilih apakah akan
memakai model FEM atau REM baru dianalisis.
64
b. Uji Hausman
Ada beberapa pertimbangan teknis empiris yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk memilih antara Fixed Effect Model atau
Random Effect Model (Hamja, 2008), yaitu:
1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit
cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda.
Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan pada
kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.
2) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan
dapat berbeda signifikan. Jadi, apabila kita meyakini bahwa unit
cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil secara acak
(random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita
meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih dalam
penelitian tidak diambil secara acak maka kita menggunakan FEM.
3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi dengan
variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM
akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak
bias.
4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari REM
dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan tidak bias.
Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan
dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan dengan
Hausman. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan
65
menggunakan Chi-square statistic sehingga keputusan pemilihan
model akan dapat ditentukan secara statistik.
Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test
dibandingkan dengan Chi-square statistik dengan df = k, dimana k
adalah jumlah koefesien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari
Hausman test signifikan, maka H0 ditolak, yang FEM digunakan.
5. Model Empiris
Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini sebagai
berikut:
Ln(HDIit) = β0 + β1 Ln(WGIit) + β2 Ln(CPIit) + β3 Ln(GDPit) + β4
Ln (GS)it + eit
Dimana:
HDIit : Human Development Index di Negara i pada periode t
WGIit : Worldwide Governance Indicator di Negara i pada periode
t
CPIit : Corruption Perception Index di Negara i pada periode t
GDPit : GDP Per Kapita di Negara i pada periode t
GSit : Government Spending di Negara I pada periode t
β0 : Intercept/Konstanta
66
β1,β2,β3,β4 : Koefisien regresi
eit : error term
Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan
besaran dari masing-masing parameter dalam model persamaan diatas.
Nilai parameter positif atau negarif selanjutnya akan digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian.
E. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien
regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya dari signifikan ini
adalah suatu nilai koefesien regresi yang secara statitik tidak sama dengan nol.
Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak
cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat. Ada dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang
dapat dilakukan antara lain:
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan
dengan membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
Ho : β > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing variabel
67
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dan 90% atau taraf signifikan 10% (α = 0,1)
dengan kriteria penilaian sebagai berikut :
1) Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada
pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
2) Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak
ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh
terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan adalah dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai
berikut:
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama).
Ho : β > 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-
sama).
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
68
signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1) Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak berarti
ada variabel independen secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti
variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam
regresi, karena dapat menginformasikan baik tidaknya model regresi
yang terestimasi. Atau dengan kata lain, angka tersebut dapat mengukur
seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data
sesungguhnya.
Nilai koefisien determinasi (Goodness of fit) mencerminkan
seberapa besar variasi dari regressand (Y) dapat diterangkan oleh
regressor (X). Bila R2 = 0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan
oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi Y secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain bila R2 = 1,
maka semua titik pengamatan berbeda pada garis regresi. Dengan
demikian ukuran goodness of fit dari suatu model ditentukan oleh R2
yang nilainya antara nol dan satu. (Nachrowi dan Usman, 2008).
69
F. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1. Defiinisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Satuan
Pembangunan
Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan ukuran capaian pembangunan
manusia berbasis sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. IPM menggambarkan
beberapa komponen, yaitu capaian umur
panjang dan sehat yang mewakili bidang
kesehatan; angka melek huruf, partisipasi
sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah
mengukur kinerja pembangunan bidang
pendidikan; dan kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan
pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya
pengeluaran per kapita.
Indeks
GDP Per Capita Ukuran dari total output dari sebuah negara
yang mengambil produk domestik bruto
(PDB) dan membaginya dengan jumlah orang
di suatu negara. PDB per kapita ini sangat
berguna ketika membandingkan satu negara
ke negara lain, karena menunjukkan kinerja
relatif dari negara tersebut.
Ribuan U$
70
Korupsi Secara umum korupsi mempunyai makna
perbuatan melawan hukum untuk
memperkaya diri sendiri maupun orang lain
atau suatu korporasi yang mengakibatkan
kerugian keuangan negara atau perekonomian
negara. Dalam penelitian ini korupsi diukur
dengan sebuah indeks yang biasa dikenal
dengan Indeks Persepsi Korupsi yang
dikembangkan oleh Transparency
International. Indeks ini merupakan hasil
survei kuantitatif terhadap pelaku bisnis yang
ada di suatu negara. Nilainya mempunyai
rentang 0 – 100.
Indeks
Good
Governance
Indikator Governance Seluruh Dunia
melaporkan enam dimensi yang luas dari
pemerintahan yaitu: Suara dan Akuntabilitas;
Stabilitas politik dan Tidak Adanya
Kekerasan; Efektivitas pemerintah; Kualitas
peraturan; Aturan hukum; Pengendalian
Korupsi. Nilai WGI dari 0 sampai 100, yang
mencerminkan bahwa semakin tinggi nilai
maka semakin bagus tata kelola di negara
tersebut
Indeks
71
Government
Spending
Komponen pengeluaran pemerintah
menangkap beban yang dikenakan oleh
pengeluaran pemerintah, yang meliputi
konsumsi oleh negara dan semua pembayaran
transfer dengan berbagai program di negara
terkait. Dengan menggunakan Index
Government Spending, Nilai GSI 0-100, yang
mencerminkan bahwa semakin tinggi indeks,
semakin besar alokasi dana yang dikeluarkan
pemerintah untuk mendukung program fisik
maupun non fisik di suatu negara.
Indeks
72
BAB IV
Analisis Dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), meskipun memiliki perbedaan sistem
politik, ideologi, latar belakang sejarah, prioritas dan pengembangan struktur
pendidikan, namun visi yang sama untuk komunitas ASEAN yakni meningkatkan
kesejahteraan dan penghidupan rakyat ASEAN dengan menyediakan akses yang
adil terhadap peluang pembangunan manusia. Faktanya, Piagam ASEAN,
diluncurkan pada tahun 2007, jelas menekankan pentingnya kerjasama di bidang
pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia di antara negara-negara
anggota ASEAN. Peran penting pendidikan dalam mempromosikan pembangunan
sosial dan ekonomi ASEAN.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif Antar Variabel di Beberapa Negara – Negara ASEAN
a. Indonesia
Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan
negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari
207 juta jiwa. Good governance telah menjadi perhatian serius di
negara-negara berkembang. Di Indonesia, sejumlah inisiatif telah
diperkenalkan untuk meningkatkan transparansi pemerintah daerah.
Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa sistem pemerintahan dari
32 tahun terakhir rezim orde baru melahirkan ketidakseimbangan
kekuasaan politik serta jauh dari nilai demokrasi. Sistem pemerintahan
73
pada saat itu adalah sentralistik, monolitik dan semua kekuatan
berada di tangan Presiden Soeharto. Secara keseluruhan menyebabkan
tidak adanya partisipasi dari masyarakat, proses pengambilan keputusan
publik tetap menjadi suatu hal yang istimewa dari elit politik.
Pengalaman sejauh ini menunjukkan bahwa pembangunan 'sukses' yang
dicapai tanpa partisipasi warga, stabilitas ekonomi dan politik perlu
dikaji ulang. Korupsi di negeri ini bukan hanya akibat dari kurangnya
transparansi dalam manajemen pemerintah tetapi juga tidak adanya
kontrol warga atas proses kebijakan publik.
Grafik 4.1. Good Governance Indonesia
Sumber:Kaufman D.,A. Kray and M.Mastruzzi 2015: Governance Indicator
Demokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik mulai menujukkan
perubahan yang baik pasca tahun 1998, yakni pemerintahan tidak lagi hanya
terpusat karena adanya desentralisasi. Worldwide Governance indicator
(WGI) mencatat bahwa Indonesia telah membaik pada salah satu indikator
tata kelola (suara dan akuntabilitas), namun memiliki kekurangan dalam
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Good Governance Indonesia
74
lima aspek lainnya (stabilitas politik dan tidak adanya kekerasan, efektivitas
pemerintah, kualitas peraturan, aturan hukum, dan pengendalian korupsi).
Ini berarti bahwa konsep pemerintahan yang baik belum secara optimal
dilaksanakan di Indonesia. Meskipun ada niat yang kuat dari menerapkan
prinsip-prinsip tata kelola yang baik untuk menciptakan masyarakat yang
lebih demokratis di Indonesia, meskipun dalam pelaksanaannya masih
belum optimal. Dalam grafik 4.1 Selama kurun waktu sembilan tahun,
dalam konteks tata kelola pemerintahan yang baik yang dirilis oleh
Worldwide Governance Indicator (WGI), Indonesia memiliki skor di angka
35 sampai 40. Skor ini terbilang cukup jauh tertinggal bila dibandingkan
dengan negara – negara ASEAN yang diteliti dalam penelitian ini.
Hambatan terbesar dalam tata kelola pemerintahan di Indonesia ialah
birokrasi yang ada di negara ini, serta permasalahan korupsi yang masih saja
menjadi permasalahan endemik. (Roshaniza & Selvaratnam, 2015b) Proses
transisi cukup sulit dan sangat kompleks sehingga membutuhkan bertahap
Pendekatan, yang melibatkan pembangunan kapasitas lebih terintegrasi
khususnya bagi pemerintah daerah, sipil reformasi pelayanan, dan
pemberantasan korupsi.
Korupsi menjadi salah satu permasalahan krusial di berbagai negara
belahan dunia termasuk di Negara – Negara ASEAN. Keempat negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina mempunyai kasus korupsi yang
bertipe sama yaitu korupsi untuk memperkaya diri sendiri maupun kroni –
kroninya. Masalah korupsi politik di Indonesia terus menjadi berita utama
75
(headline) hampir setiap hari di media Indonesia dan menimbulkan banyak
perdebatan panas dan diskusi sengit. Menyadari kebutuhan mendesak untuk
mengatasi korupsi (karena merugikan investasi dan umumnya mendorong
adanya ketidakadilan terus-menerus dalam masyarakat), sebuah badan
pemerintah baru didirikan pada tahun 2003. Lembaga pemerintah ini,
Komisi Pemberantasan Korupsi (disingkat KPK), ditugaskan untuk
membebaskan Indonesia dari korupsi dengan menyelidiki dan mengusut
kasus-kasus korupsi serta memantau tata kelola negara (yang menerima
kekuasaan yang luas).
Grafik 4.2. Corruption Perception Index Indonesia
Sumber: Tranparency International, 2015
Transparency International, merilis Skor Corruption Perception Index
Indonesia, yang berkisar diangka 20-30 yang tergolong negara yang cukup
korup. Hal ini berdampak pada pertumbuhan dan pembangunan di negara
ini. Karena adanya misallocation yang terjadi diakibatkan anggran untuk
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Corruption Perception Index Indonesia
76
pembangunan seperti pendidikan, kesehata, maupun social tidak tersalurkan
secara optimal.
Selama kurun waktu pemerintahan SBY maupun Jokowi, korupsi di
Indonesia menunjukkan trend yang positif hal ini ditandai dengan
diterbitaknnya Indeks Persepsi Korupsi oleh Tranparency Internasional.
Semakin tinggi hasilnya, semakin sedikit (dianggap) korupsi yang terjadi.
Dalam daftar terbaru mereka (2015) Indonesia menempati peringkat 88
(dari total 175 negara). Meskipun demikian, perlu ditekankan bahwa tidak
ada metode yang akurat 100 persen untuk mengukur korupsi karena sifat
korupsi (sering tersembunyi untuk umum).
Dalam laporan KPK, jumlah perkara korupsi di dalam institusi-institusi
politik tidak memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya. Korupsi
yang masih selalu dianggap semata-mata sebagai permasalahan kriminal,
kebanyakan dilakukan oleh mereka yang berada di kementerian. Dari tahun
2004 hingga 2011, terdapat 91 perkara korupsi yang terjadi di kementerian,
disusul dengan 49 perkara di pemkab/pemkot, 27 di pemerintah provinsi
dan DPR, serta 22 di BUMN dan BUMD.
Selain itu, data Barometer Korupsi Global Transparency International
yang mensurvei 11 macam institusi pada tahun 2010/2011 menunjukkan
bahwa parlemen/lembaga legislatif merupakan institusi terkorup di
Indonesia dengan nilai 36, disusul oleh partai politik (borjuis) dan
kepolisian, masing-masing dengan nilai 35. Sementara itu, institusi
peradilan mendapat nilai 33; pejabat publik/pegawai negeri dengan nilai 32;
77
0.6
0.62
0.64
0.66
0.68
0.7
0.72
0.74
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Human Development Index Indonesia
sistem pendidikan dengan nilai 30; serta sektor swasta/bisnis, militer dan
media, masing-masing dengan nilai 28. Terakhir, organisasi non-
pemerintah (NGO) dan lembaga keagamaan, masing-masing dengan nilai
25. Hal ini semakin jelas bahwa tata kelola pemerintah di Indonesia masih
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan terutama dalam hal
korupsi.
Pendidikan dan keterampilan menjadi hal utama dalam prospek
pertumbuhan ekonomi pada dekade selanjutnya. Kini Indonesia fokus pada
tiga tujuan utama dalam transisi menuju status negara berpenghasilan tinggi
dengan meningkatkan pembangunan manusia. Tiga tujuan utama tersebut
yaitu: meningkatkan kualitas, memperluas partisipasi, dan meningkatkan
efisiensi (OECD & ADB, 2015).
Grafik 4.3. Human Development Index Indonesia
Sumber: United Nation Development Programme, 2015
78
50
52
54
56
58
60
62
64
66
68
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Good Governance malaysia
b. Malaysia
Worldwide Governance Indicator merilis skor untuk Malaysia
selama kurun waktu sembilan tahun terkahir bergerak secara fluktuatif,
meskipun Malaysia masih cukup baik dalam hal tata kelola
pemerintahan. Hal ini diperkuat oleh data yang ditampilkan pada Grafik
4.3 pada tahun 2015 skor Malaysia sebesar 63.28 menurun dari tahun
sebelumnya yakni 66.09. Pencapaian Malaysia tidak terlepas dari
adanya konsep Akuntabilitas pada proses good governance di Malaysia
didirikan pada konstitusionalisme, pemerintah, check and balance, dan
lain – lain. Selain itu, berbagai lembaga dan mekanisme, baik formal
maupun informal, dan kedua internal dan eksternal, telah dilembagakan
dengan tujuan untuk memeriksa dan membatasi kekuasaan pemerintah.
Hal ini termasuk beberapa posisi penting dalam pemerintahan negara
itu, dimulai dengan Kepala Negara, Auditor Umum, anggota DPR,
Parlemen, dan lain-lain.
Grafik 4.4. Good Governance Malaysia
Sumber:Kaufman D.,A. Kray and M.Mastruzzi 2015: Governance Indicator
79
Masyarakat pun dilibatkan dalam konsep akuntabilitas ini yang
diwakili oleh LSM, serikat buruh, koperasi dan lain-lain agar mereka
lebih partisipatif dalam kegiatan sosial lainnya. Hal yang sama berlaku
untuk Media yang dipandang sebagai mekanisme penting dalam
mewujudkan tujuan akhir dan tujuan pemerintah. Meskipun demikian,
hal ini pun tidak luput dari keterbatasan dalam menerapkan konsep
akuntabilitas ini.
Sementara itu, Malaysia teracatat sebagai negara yang tidak terlalu
korup diantara keempat negara ASEAN yang diteliti. Berdasarkan data
Transparency International, Malaysia berada di peringkat 50 dari 175
negara diseluruh dunia. Survei korupsi di Malaysia pada tahun 2013
menyebutkan bahwa 90% dari organisasi bisnis merasa suap dan korupsi
diperlukan untuk melakukan bisnis di Malaysia saat ini. Transparency
International (Malaysia) Barometer Korupsi pertama di Malaysia
(MCB) 2014 yang dirilis pada bulan Januari tahun ini tercatat sebesar
45% dari warga Malaysia merasa partai politik yang paling korup,
diikuti oleh pegawai kepolisian kemudian masyarakat dan sipil. Pada
tahun 2014, Transparency International mengungkapkan bahwa
Malaysia kini peringkat 50 di antara 175 negara di seluruh dunia dalam
Corruption Perception Index. Malaysia telah naik 3 tempat dari 53 tahun
lalu.
Membaiknya peringkat menunjukkan peran aktif dari Komisi Anti-
Korupsi Malaysia (MACC) telah menunjukkan hasil. Perdana Menteri
80
0
10
20
30
40
50
60
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Corruption Perception Index Malaysia
Datuk Seri Najib Tun Razak mendesak warga negara Malaysia untuk
memerangi korupsi dan terus berupaya untuk memperbaiki posisinya di
Transparency International pada Corruption Perception Index (CPI).
Grafik 4.5. Corruption Perception Index Malaysia
Sumber:Transparency International, 2015
Namun, pada tahun 2013 malaysia terkena kasus seputar dugaan
salah urus 1Malaysia Pengembangan Berhad (1MDB) yang dianggap
sebagai penanganan non-transparan dana publik, hal ini merupakan
kemunduran besar pemerintah dalam memerangi korupsi. Menurut Dr
Chandra korupsi di Malaysia tetap menjadi epidemi merajalela di negeri
ini. Ke depan, ada juga tanggung jawab atas setiap masyarakat Malaysia
untuk memastikan mereka tidak terlibat dalam atau mendorong praktik
korupsi sementara pemerintah mempersiapkan langkah-langkah untuk
memerangi korupsi.
81
0.74
0.75
0.76
0.77
0.78
0.79
0.8
0.81
0.82
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Human Development Index Malaysia
Untuk Malaysia, Prinsip dan tujuan dari NEP (New Economy Policy)
dalam bidang pendidikan ialah mendorong pengembangan individu yang
seimbang, terlatih dan terampil yang menghargai aspirasi nasional untuk
persatuan. Lebih khusus, kegiatan pendidikan dan program berniat untuk
menyediakan siswa dengan keterampilan intelektual, aktif, berintegrasi,
untuk menghasilkan individu yang secara intelektual, dan mempunyai
keterampilan yang diperlukan dalam menghasilkan tenaga kerja untuk
pembangunan ekonomi dan nasional.
Grafik 4.6. Human Development Index Malaysia
Sumber: United Nation Development Programme, 2015
Tidak ada diskriminasi terhadap warga negara dalam hal akses
pendidikan dan dukungan keuangan untuk pemeliharaan murid dan siswa di
lembaga pendidikan. Kesetaraan dan hak dalam pendidikan adalah
kebebasan-kebebasan fundamental dalam Konstitusi Federal. (UNESCO,
2010)
82
Dalam grafik 4.5 terlihat bahwa Human Development Index Malaysia
berkisar diangka 0.77 selama lima tahun terakhir yang menandakan Index
Pembangunan Malaysia berada di kategori High human development.
c. Thailand
Tata kelola pemerintahan di Thailand mengalami beberapa hal penting,
terkait negara ini sedang mengalami permasalahan kudeta politik. Asian
Development Bank memberikan beberapa prioritas terkait isu dan
permasalahan tata kelola pemerintahan di Thailand, empat hal yang akan
dibahas secara lebih rinci ialah (1) dukungan untuk desentralisasi dan
partisipasi warga ditingkatkan dalam pengambilan keputusan; (2)
memperkuat akuntabilitas dan integritas dalam sektor publik; (3) pelayanan
ditingkatkan dengan rasionalisasi fungsi dan proses bisnis rekayasa ulang
baik di dalam dan antar departemen; dan (4) menyusut bidang intervensi
negara dalam perekonomian dan meningkatkan kinerja BUMN. Dua
lainnya adalah inisiatif penting yang akan mendukung realisasi dari tujuan-
tujuan yang lebih luas: (5) peningkatan koordinasi dalam perumusan
kebijakan dan pelaksanaan; dan (6) dukungan untuk reformasi hukum dan
peradilan.
83
42
42.5
43
43.5
44
44.5
45
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Good Governance Thailand
Grafik 4.7. Good Governance Thailand
Sumber:Kaufman D.,A. Kray and M.Mastruzzi 2015: Governance Indicator
(ADB, 1999) Dalam hal akuntabilitas atau memajukan reformasi hukum
dan peradilan, Thailand melibatkan lembaga tertentu seperti Komisi Korupsi
Nasional Kantor Auditor Umum, Ombudsman dan Pengadilan Tata Usaha
yang bertugas melakukan tanggung jawab ini untuk sektor publik secara
keseluruhan. Pejabat pemerintah Thailand dan staf ADB bekerja dengan
kementerian, lembaga dan departemen juga dapat membuat kemajuan dalam
memajukan aspek-aspek tertentu dari akuntabilitas dan integritas dengan
memperkuat internal fungsi audit atau meningkatkan kinerja pemantauan dan
penilaian.
Korupsi adalah masalah serius di Thailand selama beberapa waktu. Hal
ini menjadi issue yang sangat endemik ketika Perdana Menteri Thaksin
Shinawatra dan sekutunya berada di kekuasaan dan penawaran yang nyaman
untuk kroni – kroninya. Menurut Ambika Ahuja, kerangka peraturan di
84
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Corruption Perception Index Thailand
Thailand cukup baik, namun tidak di praktekan secara baik hal ini sebagai
dampak dari keputusan politik berpotensi merusak kebijakan yang telah
dibuat. Indikator Governance Bank Dunia mencatat korupsi memburuk antara
2005 sampai 2008, dengan indikator jatuh dari 54,4 menjadi 43,5 dari skor
100 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 51.
Grafik 4.8. Corruption Perception Index Thailand
Sumber: Tranparency International, 2015
Sementara itu, Corruption perception Index mencatat skor korupsi untuk
Thailand menurun selama tiga tahun sebesar 33 pada tahun 2007 dari skor
100. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi di negara tersebut tergolong buruk.
Korupsi yang terjadi di Thailand lebih disebabkan faktor penguasa yang
menjabat pada masa itu untuk memperkaya keluarganya maupun para kroni –
kroninya
Thailand merupakan salah satu negara di ASEAN yang mempunyai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif bergerak dari masyarakat
85
0.66
0.68
0.7
0.72
0.74
0.76
0.78
0.8
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Human Development Index Thailand
berpenghasilan rendah agraris ke negara middleincome. Selain itu, Pendidikan
menjadi hal yang diutamakan terlihat dari negara ini mengumumkan
reformasi pendidikan utama dan menginvestasikan proporsi yang signifikan
untuk mendidik warga negaranya, dan sejumlah besar pemuda melanjutkan
ke pendidikan yang lebih tinggi dan profesional. Serta pengeluaran
pemerintah untuk bidang pendidikan sebesar 29,5 % hal ini merupakan
proporsi terbesar di negara- negara ASEAN.
Grafik 4.9. Human Development Index Thailand
Sumber: United Nation Development Programme, 2015
Meskipun demikian, Thailand mengalami beberapa tantangan
diantaranya latar belakang akses dan kinerja sangat miskin di antara anak-
anak dari latar belakang yang kurang beruntung dan mereka yang tinggal di
daerah pedesaan. Selain itu, keterampilan dasar pun diperlukan untuk
kesuksesan mereka maupun pembangunan manusia di Thailand. (UNESCO
& UNDP, 2016) Thailand perlu secara signifikan meningkatkan efektivitas,
ekuitas dan efisiensi sistem pendidikan dalam rangka mencapai hasil yang
86
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Good Governance Filipina
positif dan sesuai dengan investasi negara dalam pendidikan dan aspirasi
sosial ekonomi.
d. Filipina
Filipina merupakan salah satu negara yang dianggap sebagai demokrasi
tertua di Asia.. Demokratis lembaga seperti pemisahan kekuasaan,
independensi peradilan, dan supremasi hukum memiliki dasar yang baik,
namun hal itu terkikis akibat system politik yang personalistik dan
kebijakan dimasa lalu. kebijaksanaan yang diberikan kepada pejabat
pemerintah yang menyebabkan akuntabilitas menjadi rapuh, Hukum
menjadi lemah di pemerintah pusat maupun daerah. (Roshaniza &
Selvaratnam, 2015a)
Grafik 4.10. Good Governance Filipina
Sumber:Kaufman D.,A. Kray and M.Mastruzzi 2015: Governance Indicator
Pengalaman tata kelola pemerintahan Filipina menujukkan bahwa
mekanisme dalam mengurangi peluang dalam memonopoli kekuasaan
87
sangat diperlukan. Hal ini dainggap penting untuk mengurangi akuntabilitas
dan transparansi yang buruk. Selain itu, karena masalah ini terhubung
dengan kualitas pemimpin negara, maka penting bahwa upaya anti-korupsi
berpusat terhadap reformasi politik dan demokratisasi. Di Filipina, salah
satu akar penyebab korupsi personalisme ekstrim dalam politik Filipina
adalah system pemilu. Pemenang dalam pemilu akan mengambil semua
kebijakan yang terkait dengan tata kelola pemerintahan. Dengan focus
terhadap reformasi yang dilakukan, tidak hanya pada pencapaian efisiensi
dan efektivitas, tetapi juga menanamkan budaya aturan dalam system.
Seperti banyak negara berkembang, Filipina telah mengalami banyak
kesulitan dan tantangan dalam dimensi politik, ekonomi dan sosial dan
administrative yang membuat pemerintahan yang baik meruapakan agenda
menarik.
Untuk Filipina korupsi menjadi perhatian nomor satu untuk melakukan
bisnis di Filipina. Pada awal 1960-an, Filipina merupakan negara yang
memiliki kekuatan ekonomi. Namun Korupsi adalahs ancaman paling parah
di Filipina dan masyarakat saat ini. Korupsi di Filipina telah menjadi "krisis
kemanusiaan" Korupsi memburuk hak setiap warga negara untuk tata
pemerintahan yang baik, kebebasan, kehidupan yang layak, dan yang lebih
penting nya martabat.
Korupsi merupakan hambatan serius bagi pembangunan sosial dan
ekonomi suatu negara. Menurut World Economic Forum Global
Competitiveness Report 2008-2009, perusahaan telah mengidentifikasi
88
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Corruption Perception Index Filipina
korupsi sebagai perhatian nomor satu untuk melakukan bisnis di Filipina,
dan penyuapan menjadi masalah yang krusial bagi perusahaan.
Grafik 4.11. Corruption Perception Index Filipina
Sumber:Transparency International, 2015
Menurut Transparency International Barometer Korupsi Global 2007,
sektor bisnis Filipina memiliki masalah dengan korupsi, meskipun tingkat
korupsi di sektor ini dilaporkan telah menurun dari tahun sebelumnya.
Namun demikian, perusahaan yang berencana untuk berinvestasi di atau
sudah melakukan bisnis di Filipina dianjurkan untuk melakukan due
diligence ketika masuk ke dalam kemitraan bisnis atau agen kontraktor
untuk memfasilitasi transaksi bisnis di negara ini. Sektor swasta Filipina
dengan demikian mengakui bahwa korupsi adalah masalah besar bahwa
perusahaan perlu untuk bekerja menuju pemecahan.
89
0.56
0.58
0.6
0.62
0.64
0.66
0.68
0.7
0.72
0.74
0.76
0.78
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Human Development Index Filipina
Dalam bidang pembangunan manusia, indeks pembangunan manusia
Filipina yang dirilis oleh UNDP, Filipina termasuk dalam kategori medium
development.
Grafik 4.12. Human Development Index Filipina
Sumber:United Nation Development Programme,2015
Dalam dua puluh tahun terakhir, Filipina telah memperoleh kemajuan
yang baik dalam pengurangan kemiskinan Pada tahun-tahun awal abad ke-
21, lebih dari sepertiga dari penduduk Filipina hidup di bawah garis
kemiskinan. Namun, dalam pendidikan, orang kaya dan orang miskin
dipisahkan oleh dua divisi pendidikan yang berbeda – swasta-publik dan
berkualitas tinggi. Pemerintah menyadari kurangnya pendidikan orang
miskin, tetapi ada sejumlah faktor yang mencegah orang miskin memiliki
akses ke pendidikan berkualitas yakni kebijakan belanja pemerintah untuk
pendidikan tidak diarahkan pro-poor. (Lam, 2005)
90
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Good Governance Vietnam
e. Vietnam
Secara politis, Vietnam masih diatur oleh system partai tunggal, tetapi
ada banyak langkah-langkah untuk mendemokratisasikan kehidupan
ekonomi, politik dan sosial. Vietnam telah memutuskan untuk
menggunakan beberapa indikator untuk menilai kemajuan menuju tata
pemerintahan yang baik. Dalam tata kelola pemerintahan di Vietnam.
dukungan publik saat ini untuk demokrasi di Vietnam timbul dari beberapa
sumber seperti meningkatkan tingkat pendidikan, meningkatnya standar
pembangunan ekonomi dan perubahan dalam sistem administrasi. Semua
ini dapat dilihat sebagai hasil dari renovasi negara dalam dua dekade
terakhir.
Grafik 4.13. Good Governance Vietnam
Sumber:Kaufman D.,A. Kray and M.Mastruzzi 2015: Governance Indicator
Pada grafik 4.13 Good Governance yang dilihat dari Worldwide
Governance Indicator Vietnam memiliki indeks rata rata diangka 35-38.
91
Hal ini menandakan bahwa tata kelola pemerintah di Vietnam masih
terbilang rendah.
Dalam jangka pendek, jalannya demokratisasi kemungkinan tergantung
pada keputusan strategis elit nasional, tetapi dalam jangka panjang sikap
publik akan berdampak pada proses demokrasi. orang-orang Vietnam
sangat optimis tentang keadaan pemerintahan yang demokratis di Vietnam.
(Nghi, n.d.)
Korupsi masih menjadi masalah serius di Vietnam. Reformasi
kelembagaan yang luas diperlukan dengan UU Akses Informasi, merevisi
UU Tanah untuk mengurangi penggunaan pembebasan lahan wajib untuk
proyek-proyek swasta. 64% dari para pejabat mengatakan bahwa beberapa
pejabat bersedia untuk memerangi korupsi, yang memungkinkan untuk dan
86% mengatakan bahwa perasaan takut untuk memerangi korupsi masih
tersebar luas di masyarakat.
Grafik 4.14. Corruption Perception Index Vietnam
Sumber:Transparency International, 2015
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Corruption Perception Index Vietnam
92
Transparency International merilis laporan terkait indeks persepsi
korupsi di berbagai negara di dunia. Negara Vietnam mempunyai indeks
korupsi sebesar 31 selama empat tahun terkahir. Hal ini mengindikasikan
bahwa korupsi di Vietnam masih tergolong cukup tinggi. perjuangan
Vietnam melawan korupsi perlu mencakup tindakan tegas oleh pimpinan
puncak untuk menunjukkan bahwa perang melawan korupsi sangat serius.
(World Bank, 2012)
Kerangka kebijakan Viet Nam dalam mendukung dan berkomitmen
menempatkan masyarakatnya pada kebijakan sosial Vietnam dengan tujuan
membawa pembangunan manusia kerangka kerja dan komitmen
menempatkan orang-orang di Negara tersebut meningkat. Alasan utama
mengapa pembangunan manusia secara tradisional menekankan investasi di
pendidikan dan kesehatan dan promosi pertumbuhan ekonomi yang merata.
Namun, pembangunan manusia di Vietnam baru – baru ini mendapat
sorotan terkait dengan system tata kelola dan administrasi publik. Dalam hal
ini, peluang untuk menikmati partisipasi, menjadi berpengetahuan dan
menikmati kesehatan yang baik, dan menikmati standar hidup yang layak.
93
0.58
0.6
0.62
0.64
0.66
0.68
0.7
0.72
0.74
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Human Development Index Vietnam
Grafik 4.15. Human Development Index Vietnam
Sumber: United Nation Development Programme, 2015
f. Laos
Laos merupakan salah satu negara di ASEAN yang menunjukkan
kemauan politik untuk membangun institusi dasar yang diperlukan untuk
Pemerintahan yang Baik dan Pengembangan yang partisipatif. Sejak tahun
1990, pemerintah telah meningkatkan aturan hukum, Majelis Nasional,
cabang yudisial, badan penelitian, sistem audit nasional, dan pengumpulan
penerimaan negara. Namun, proses tersebut tidak berjalan mulus,
partisipatif dari warga negara laos masih terlalu rendah. Bagi warga yang
berpendidikan, hal seperti Desentralisasi, pemilu yang demokratis,
pemisahan kekuasaan, pemerintah, akuntabilitas, reformasi layanan sipil
dan akses informasi publik, dan masyarakat sipil adalah konsep hanya
samar-samar. Maka, Good Governance dan Pembangunan yang Partisipatif
dalam praktek sistematis akan menjadi tantangan untuk beberapa dekade
mendatang.
94
0
5
10
15
20
25
30
35
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Good Governance Laos
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Division, 2003) mengemukakan
bahwa reformasi layanan sipil, penegakan hukum dan peraturan, pelayanan
public yang merata, pendapatan yang merata, perencanaan yang realistis,
penganggaran dan pelaksanaan pengeluaran, perbaikan kabupaten dan desa
administrasi, dan pembesaran kerangka masyarakat sipil, menjadi hal – hala
yang harus diperhatikan di Laos untuk mencapai Tata Kelola Pemerintahan
yang baik.
Grafik 4.16. Good Governance Laos
Sumber:Kaufman D.,A. Kray and M.Mastruzzi 2015: Governance Indicator
Pada grafik 4.16 Good Governance Laos yang dirilis oleh Worldwide
Governance Indicator menujukkan bahwa Laos memiliki indeks berkisar
diangka 22-28. Worldwide Governance Indicator Laos merupakan terendah
dari enam Negara ASEAN yang diteliti.
Laos memiliki sistem politik yang cukup terpusat, berdasarkan prinsip
‘sentralisme demokratis’ memperkuat konsep bottom up konsultasi, tapi top
95
down dalam pengambilan keputusan. Di negara ini, pemerintah didominasi
laki-laki, dengan satu-satunya pengecualian di Majelis Nasional, yang 25
persen perempuan-persentase yang lebih tinggi dari pada sejumlah negara-
negara industri. Partisipasi perempuan sangat rendah pada tingkat lokal.
Tidak ada gubernur perempuan atau wakil gubernur, dan hanya 145
perempuan kepala desa (1,3 persen). Secara global, wanita cenderung
memiliki lebih banyak kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan di tingkat lokal daripada di tingkat nasional. Ini menimbulkan
pertanyaan apakah desentralisasi mungkin benar-benar melemahkan
partisipasi politik perempuan di laos.
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Transparency International,
indeks persepsi korupsi laos rendah berkisar pada angka 20-25 yang artinya
permasalahan korupsi di negara ini cukup tinggi. Secara khusus, langkah-
langkah anti-korupsi telah dilakukan oleh pemerintah Laos yang ditandai
dengan kerjasama dengan konvensi PBB melawan korupsi (UNCAC) pada
tahun 2003. Tujuan dari adanya kerjasama ini adalah memperkuat
kerjasama dan bantuan dalam memerangi korupsi. Sejak itu, keputusan anti-
korupsi telah berkembang menjadi hukum, yang secara resmi diberlakukan
pada Mei 2005.
96
0
5
10
15
20
25
30
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Corruption Perception Index Laos
Grafik 4.17. Corruption Perception Index Laos
Sumber:Transparency International, 2015
Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Transparency International,
indeks persepsi korupsi laos rendah yang artinya permasalahan korupsi di
negara ini cukup tinggi. Secara khusus, langkah-langkah anti-korupsi telah
dilakukan oleh pemerintah Laos yang ditandai dengan kerjasama dengan
konvensi PBB melawan korupsi (UNCAC) pada tahun 2003. Tujuan dari
adanya kerjasama ini adalah memperkuat kerjasama dan bantuan dalam
memerangi korupsi. Sejak itu, keputusan anti-korupsi telah berkembang
menjadi hukum, yang secara resmi diberlakukan pada Mei 2005.
Lao PDR adalah negara kecil dengan peringkat indeks pembangunan
manusia 132 dari 177 negara. Sekitar 80 persen dari 5,7 nya juta orang
tinggal di daerah pedesaan; 72 persen hidup kurang dari USD 2 per hari.
Ketidaksetaraan yang lebih jauh meningkat dengan keragaman etnis dan
geografis.
97
0.44
0.46
0.48
0.5
0.52
0.54
0.56
0.58
0.6
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Human Development Index Laos
Grafik 4.18. Human Development Index Laos
Sumber: United Nation Development Programme, 2015
Sementara strategi pembangunan pemerintah sangat bergantung pada
investasi swasta untuk pembangunan, mengakui bahwa pertumbuhan saja
tidak akan mengurangi kemiskinan tanpa langkah-langkah khusus untuk
mendukung mereka yang kurang mampu berpartisipasi. Program UNDP
berkembang di Lao PDR juga menghadapi tantangan dalam meningkatkan
pemerintahan untuk memastikan pelayanan yang efektif untuk
penduduknya; untuk mengembangkan fiscal, dan untuk memastikan
lingkungan yang transparan.
Menanggapi kebutuhan Lao PDR ini, Fokus pembangunan manusia
meliputi: MDGs dan pengentasan kemiskinan, dengan peningkatan fokus
pada daerah-daerah kabupaten atau desa termiskin dan melaksanakan
penelitian yang efektif untuk meningkatkan dan menginformasikan hal
tersebut. Pergeseran diarahkan lebih berkelanjutan dan efektif. (UNDP,
2007)
98
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5
GDP PER KAPITA
Indonesia
Malaysia
Thailand
Filipina
Vietnam
Laos
Grafik 4.19. GDP Per Kapita di Beberapa Negara ASEAN
Sumber:World Bank, 2015
Di Indonesia, imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008.
Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama
karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran
Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami
pelemahan signifikan. Semakin terintegrasinya perekonomian global dan
semakin dalamnya krisis menyebabkan perekonomian di seluruh negara
akan mengalami perlambatan pada tahun 2009. Pasca krisis global tahun
2008, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai bergerak secara positif
meskipun bergerak secara fluktuatif dan menurun pada tahun 2015
dikarenakan tantangan eksternal pada tahun ini. GDP riil per kapita
99
Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebesar $3346.4 meskipun masih jauh
untuk dikategorikan sebagai negara maju.
Sementara itu, negara tetangga Malaysia pun bergerak secara fluktuatif
apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Bahkan tercatat minus pasca
krisis ekonomi global. Namun, Kebijakan yang cepat dan tanggapan secara
komprehensif, juga membantu memulihkan konsumen dan sentimen bisnis,
memiliki peran penting dalam mempertahankan permintaan domestik,
terutama faktor pendukung kegiatan ekonomi di seluruh periode. Malaysia
menjadi satu – satu negara dalam penelitian ini yang mulai beranjak menjadi
negara maju jika merujuk pada syarat yang ditetapkan oleh WorldBank
minimal GDP Per Kapita yaitu $12.000 pertahun. Pada tahun 2014, GDP
per Kapita Malaysia sebesar $11305.9 dan menurun pada tahun 2015
menjadi $9768.3. Selama satu dekade terakhir ini, hubungan intra-regional
di Timur Asia telah memperkuat signifikan, dan baru-baru ini selama krisis
keuangan global, telah memberikan dukungan untuk pemulihan pasca krisis
keuangan global.
Salah satu negara ASEAN, yang terkena dampak politik kudeta di
negerinya yaitu Thailand berimplikasi pada ketidakstabilan perekonomian
negaranya. Pada tahun 2010, Thailand mulai memulihkan
perekonomiannya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya GDP Per Kapita
negara tersebut sebesar $3125.2. meskipun tengah menghadapi beberapa
faktor negatif sepanjang tahun, termasuk ketidakpastian pasca krisis
ekonomi global, kerusuhan politik dalam negeri, volatilitas nilai tukar dan
100
kejadian bencana alam. Namun dengan fundamental ekonomi yang kuat,
bersama-sama dengan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif
Thailand berhasil memperkuat dibidang ekspor, pariwisata dan permintaan
domestik. Selama kurun waktu 2011 hingga 2015, kondisi perekonomian
Thailand bergerak secara fluktuatif. Hal ini diakibatkan oleh kondisi politik
Thailand yang tidak stabil, ditandai dengan terjadinya kudeta selama kurun
waktu tersebut dan berimplikasi pada ketidakstabilan perekonomian.
Dari keenam Negara yang diteliti Filipina menjadi satu – satunya
negara di ASEAN yang cepat pulih dalam pertumbuhan ekonomi pasca
krisis ekonomi global hal ini terlihat dari GDP per Kapita negara tersebut.
Selama kurun waktu lima thaun terakhir, meskipun GDP Perkapita Filipina
masih jauh dalam kategori negara maju, namun terus menunjukkan
peningkatan. Tantangan baru-baru ini dialami oleh Filipina tidak
melemahkan fundamental makro ekonomi yang kuat di negara itu.
Meskipun kemerosotan ekonomi dunia dan kehancuran yang
diakibatkan oleh bencana alam pada tahun ini, oleh bencana alam namun
Filipina tetap membuktikan kinerja perekonomian yang baik. Ini adalah
pertumbuhan ekonomi tercepat di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (ASEAN) dan memiliki tingkat pertumbuhan PDB tertinggi
kedua di Asia, di samping China. Karena hal inilah Filipina masuk dalam
peringkat negara dalam berbagai survei internasional ke 108 dari 138
Global Competitiveness Report.
101
Sama halnya seperti keempat negara yang diteliti, pasca krisis ekonomi
global pada tahun 2008 vietnam dan laos mengalami penurunan
perekonomian. Jika dilihat dari GDP Per Kapita, Vietnam dan Laos
termasuk dalam Negara yang mepunyai pendapatan yang cukup rendah
hany berkisar di angka $1200 sampai $2000 per tahun. Jauh tertinggal
dengan keenam negara ASEAN lainnya. Namun, pemerintah tidak tinggal
diam begitu saja, pemerataan pendapatan mulai dilakukan dengan cara
focus terhadap kabupaten dan desa – desa negara setempat.
Tabel 4.1. Government Spending Index di Beberapa Negara ASEAN
Negara 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Indonesia 89.1 88.9 91.6 89.2 89.8 88.3
Malaysia 81.3 79.2 72.5 73.5 75.6 74
Thailand 89.8 90.6 87.5 83.7 83.6 81.4
Filipina 91.2 91 89.7 90.2 92.3 89.3
Vietnam 73.4 75.1 66.5 72.4 71.4 77.1
Laos 90.3 90.1 86.6 85.8 86.7 86.8
Sumber: Heritage Foundation, 2015
Berdasarkan tabel 4.0, terlihat bahwa Government Spending Index
di Negara – negara ASEAN yang diteliti mempunyai indeks yang tinggi, hal
ini berarti pengeluaran pemerintah besar dalam mendorong program –
program baik itu fisik maupun non fisik di negara tersebut.
2. Analisis Statistik Deskriptif di Beberapa Negara – Negara ASEAN
Hasil analisis deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah
sampel (N) dari penelitian ini ada 84 sampel dari 6 Negara. Berdasarkan 84
sampel ini nilai Human Development Indeks (HDI) nilai yang terkecil
102
adalah 0.494 yang ada pada Negara Laos dan yang terbesar adalah 0.813
pada Negara Malaysia, dengan nilai rata – rata sebesar 0.69525 serta nilai
penyimpangan (deviasi standar) dari variabel tersebut sebesar 0.083191.
Angka tersebut menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia
keenam Negara ASEAN masih rendah hanya Malaysia yang sudah
mencapai tahap High Level Development.
Pada nilai Good Governance (WGI) nilai terkecil adalah 9.05 pada
Negara Laos dan yang terbesar adalah 66.09 pada Negara Malaysia, dengan
nilai rata-rata sebesar 39.2660 serta nilai penyimpangan (deviasi standar)
dari variabel tersebut sebesar 13.95050. Indeks ini menunjukkan bahwa
Negara ASEAN yang diteliti masih harus terus memeperbaiki tata kelola
pemerintahannya terutama terkait dalam hal akuntabilitas.
Pada nilai Korupsi (CPI) nilai terkecil adalah 10 pada Negara Laos
dan yang terbesar adalah 52 pada Negara Malaysia, dengan nilai rata-rata
sebesar 30.92 serta nilai penyimpangan (deviasi standar) dari variabel
tersebut sebesar 10.388. angka tersebut menunjukkan bahwa keenam negara
ASEAN harus terus berupaya memperbaiki kinerja birokrasi yang tergolong
sangat korup.
Pada GDP Per Kapita, GDP terkecil adalah 319.53 pada Negara
Laos dan GDP Per Kapita yang terbesar adalah 11305.90 pada Negara
Malaysia, dengan nilai rata-rata sebesar 3121.0262 serta nilai
penyimpangan (deviasi standar) dari variabel tersebut sebesar 2746.34983.
angka ini menunjukkan bahwa dari enam Negara yang diteliti hanya
103
Malaysia yang mempunyai GDP per Kapita mendekati $12.000/tahun untuk
menjadi negara yang dikategorikan maju. Sementara keempat negara
ASEAN yang lainnya masih harus terus berjuang untuk mencapai
pendapatan per kapita yang tinggi.
Berbeda dengan Government Spending, nilai terkecil adalah 66.5
pada Negara Vietnam dan Government Spending yang terbesar adalah 93.1
pada Negara Thailand, dengan nilai rata-rata sebesar 85.229 serta nilai
penyimpangan (deviasi standar) dari variabel tersebut sebesar6.4881. angka
ini menujukkan bahwa indeks pengeluaran pemerintah di Thailand besar,
untuk mendanai program – program yang ada di negara tersebut.
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviasi
WGI 84 9.05 66.09 39.2660 13.95050
CPI 84 10 52 30.92 10.388
GDP 84 319.53 11305.90 3121.0262 2746.34983
GS 84 66.5 93.1 85.229 6.4881
HDI 84 0.494 0.813 0.69525 0.83191
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan SPSS 17.0
104
3. Analisis Model Pembangunan Manusia Dengan Variabel Bebas Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending
a. Uji Chow
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka
digunakan uji F-Restricted dengan cara melihat nilai probabilitas (P-
Velue) F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%. Sebelum
melihat nilai probabilitas (P-Velue) F-Statistik lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model PLS
H1 : Model Fixed Effect
Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan
Pooled Least Square (PLS) diperoleh nilai probabilitas F-statistik yakni
sebagai berikut:
HDI (Human Development Index) merupakan indeks yang merepresentasikan capaian
pembangunan manusia yang menyangkut komponen kualitas hidup. Worldwide Governance
Indicator (WGI) mengukur tata kelola pemerintan di suatu negara dengan enam indikator dengan
skor 0-100. Skor 100 menunjukkan suatu negara dengan tata kelola pemerintahan yang sangat
baik. Dari enam Negara ASEAN yang diteliti, Malaysia menduduki skor yang cukup tinggi dalam
tata kelola pemerintahan. CPI (Corruption Perception Index) merupakan indeks persepsi korupsi
dengan skor 0-100. Skor 100 berarti suatu negara semkain bebas dari korupsi dan sebaliknya
jikanol maka semakin korup. GDP per kapita mengukur tingkat pendapatan per individu di suatu
negara, world bank merilis negara yang dikatakan maju ialah yang mempunyai GDP Per Kapita
sebesar $12.000. Dari keenam negara yang diteliti hanya Malaysia yang mempunyai GDP per
Kapita mendekati $12.000 untuk kelima negara lainnya masih terus berjuang untuk dikategorikan
menjadi negara maju. Government spending mengukur besaran pengeluaran pemerintah yang
dialokasikan untuk program – program yang dilakukan suatu negara baik dalam bentuk fisik
maupun non-fisik.
105
Tabel 4.3. Uji Chow
Effect Test Statistic d.f Prob
Cross-Section F 25.869318 (5,74) 0.0000
Cross-Section Chi
Square
84.9111129 5 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
Dari tabel 4.3 diatas diperoleh F-statistik adalah 25.869318 dengan d.f
(5.74) dan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0000, yang berarti bahwa
nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5%
(0.0000 < 0.05). Maka H0 ditolak, sehingga model panel yang digunakan
adalah Fixed Effect Model.
b. Uji Hausman
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan
uji Hausman, pengujian ini untuk menentukan model paling tepat digunakan
diantara FEM dengan REM. Uji Hausman memberikan penilaian dengan
menggunakan Chi-Square Statistic sehingga keputusan pemilihan model
dapat ditentukan dengan tepat. Sebelum membandingkan Chi-square
statistic dan Chi-square table terlebih dahulu dibuat hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Hasil pengolahan dengan uji Hausman dapat dilihat pada tabel 4.4
berikut:
106
Tabel 4.4. Uji Hausman
Test Summary Chi-sq. Statistic Chi-Sq.d.f Prob
Cross-Section Random 45.438557 4 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
Berdasarkan hasil uji Hausman pada tabel 4.4 diatas, didapatkan Chi-Square
statistic sebesar 45.438557 dengan probabilitas 0.0000 dan d.f. 4. Dikarenakan
Chi-hitung lebih besar dari pada Chi-tabel (45.438557 > 9.48773) dan nilai
probabilitas Chi-Square statistik lebih kecil dari nilai α 5% (0.0000 < 0.05)
maka H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa model terbaik yang dapat
digunakan untuk model penelitian adalah Fixed Effect Model.
c. Model Fixed Effect Model(FEM)
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model Fixed Effect Model (FEM) dapat di jelaskan melalui
persamaan sebagai berikut:
LnHDI = 0.664085 + 0.072317 LnCPI – 0.094836 LnGDP – 0.212840
LnGS + 0.109961 LnWGI + e
Dimana:
HDI : Human Development Index
CPI : Corruption Perception Index
GDP : GDP Per Kapita
GS : Government Spending
WGI : Worldwide Government Indicator
e : error term
107
Berdasarkan hasil uji Chow dan Uji Hausman yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini menggunakan metode
analisi dengan pendekatan efek tetap (fixed effect).
Tabel 4.5. Hasil Estimasi Data Panel
Variabel Koefisien Prob.
C 0.664085 0.2237
CPI 0.072317 0.0766*
GDP -0.094836 0.0000**
GS -0.212840 0.0689*
WGI 0.109961 0.0079**
F-stat 89.30175 0.000000
R2 0.915690
Adj R2 0.905436
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
*Signifikansi pada 0,1 atau α = 10%
** Signifikansi pada 0,05 atau α = 5%
Variabel CPI menunjukkan arah hubungan yang positif terhadap
pembangunan manusia. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan
bahwa CPI mempengaruhi pembangunan manusia di Negara – Negara
ASEAN dapat diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila nilai CPI
naik yang berarti tingkat korupsi menurun maka nilai pembangunan
manusia di Negara – Negara ASEAN akan mengalami kenaikan.
108
Begitu juga dengan variabel WGI yang menunjukkan hubungan yang
positif terhadap pembangunan manusia. Hal ini berarti bahwa hipotesis
yang menyatakan bahwa WGI mempengaruhi pembangunan manusia di
Negara – Negara ASEAN dapat diterima. Hubungan ini mempunyai arti
apabila nilai WGI naik yang berarti semakin baik tata kelola pemerintahan
maka nilai pembangunan manusia di Negara – Negara ASEAN akan
mengalami kenaikan.
Berbeda dengan variabel CPI dan WGI, variabel GDP per Kapita dan
Government Spending menunjukkan arah hubungan yang negative dan
dapat menjelaskan nilai HDI secara parsial.
Hasil estimasi menunjukan bahwa dua Negara yang memiliki
intercept negatif. Hal ini menunjukan bahwa dua Negara ini mempunyai
tingkat Pembangunan Manusia terkecil di enam Negara ASEAN yang
diteiti.
Dapat kita lihat pada tabel 4.6 bahwa enam Negara memiliki
pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahan pada Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, maupun Government Index.
109
Tabel 4.6. Interpretasi Fixed Effect Model
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
*Signifikansi pada 0,1 atau α = 10%
** Signifikansi pada 0,05 atau α = 5%
Negara Filipina
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Good Governance, Korupsi,
GDP Per Kapita, dan Government Spending, maka Filipina akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap Pembangunan Manusia sebesar
0.669855%
Negara Indonesia
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Good Governance, Korupsi,
GDP Per Kapita, dan Government Spending, maka Indonesia akan
Variabel Koefisien Indv. Effect Prob.
C 0.664085 0.2237
CPI 0.072317 0.0766*
GDP -0.094836 0.0000**
GS -0.212840 0.0689*
WGI 0.109961 0.0079**
Fixed Effect Cross
_FILIPINA--C 0.005770 0.669855
_INDONESIA--C 0.030151 0.694236
_LAOS--C -0.204290 0.459795
_MALAYSIA--C 0.137674 0.801759
_THAILAND--C 0.110910 0.774995
_VIETNAM--C -0.080214 0.583871
110
mendapatkan pengaruh individu terhadap Pembangunan Manusia sebesar
0.694236%
Negara Laos
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Good Governance, Korupsi,
GDP Per Kapita, dan Government Spending, maka Laos akan mendapatkan
pengaruh individu terhadap Pembangunan Manusia sebesar 0.459795%
Negara Malaysia
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Good Governance, Korupsi,
GDP Per Kapita, dan Government Spending, maka Malaysia akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap Pembangunan Manusia sebesar
0.801759%
Negara Thailand
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Good Governance, Korupsi,
GDP Per Kapita, dan Government Spending, maka Thailand akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap Pembangunan Manusia sebesar
0.774995%
Negara Vietnam
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Good Governance, Korupsi,
GDP Per Kapita, dan Government Spending, maka Vietnam akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap Pembangunan Manusia sebesar
0.583871%
111
d. Pengujian Hipotesis
Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending)
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependennya (HDI), yaitu dengan
membandingkan masing-masing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel
dalam menolak atau menerima hipotesis.
Tabel 4.7. Uji t-Statistik
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
Keterangan:
*Tingkat signifikansi α=5% (0,05)
** Tingkat signifikansi α=10% (0,1)
Pada tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa korupsi, GDP Per Kapita,
Government Spending, dan Good Governance secara partial masing-masing
mempengaruhi Human Develeopment. Pada tabel 4.7 dapat dilihat tingkat
probability CPI sebesar 0.0766 lebih kecil dari pada α = 10% artinya variabel
CPI signifikan dalam model dan dapat diambil kesimpulan. Untuk variabel
GDP Per Kapita memiliki tingkat probability 0.0000 yang artinya masih lebih
kecil dari pada α = 5%, artinya variabel GDP Per Kapita signifikan dalam model
dan dapat diambil kesimpulan. Untuk variabel Governemnt Spending memiliki
tingkat probability 0.0689 lebih kecil dari pada α = 10% artinya variabel
Government Spending signifikan dalam model dan dapat diambil kesimpulan.
Variabel t-Statistik Probabilitas
CPI 1.795702 0.0766**
GDP -6.429987 0.0000*
GS -1.846265 0.0689**
WGI 2.730260 0.0079*
112
Untuk variabel Good Government memiliki tingkat probability 0.0079 lebih
kecil dari pada α = 5% artinya variabel Good Governance signifikan dalam
model dan dapat diambil kesimpulan.
Tabel 4.7 juga dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian
yang telah disusun. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Good Governance secara parsial
terhadap Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh Good Governance secara parsial
terhadap Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Korupsi secara parsial terhadap
Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode
2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh Korupsi secara parsial terhadap
pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN periode
2002-2015
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial
terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial
113
terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN
periode 2002-2015
4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Government Spending secara
parsial terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara
ASEAN periode 2002-2015
H1 : Diduga terdapat pengaruh Government Spending secara
parsial terhadap pembangunan Manusia di Beberapa Negara
ASEAN periode 2002-205
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh tersebut, maka pembuktian dari
hipotesis yang telah dipaparkan sebagai berikut :
a. Nilai Probabilitas t-Statistic variabel Good Governance (WGI) sebesar
0.0079 lebih kecil dari 0.05 yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak
b. Nilai Probabilitas t-Statistic variabel Korupsi (CPI) sebesar 0.0766 lebih
kecil dari 0.1 yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak
c. Nilai Probabilitas t-Statistic variabel GDP sebesar 0.0000 lebih kecil dari
0.05 yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak
d. Nilai Probabilitas t-Statistic variabel Government Spending (GS) sebesar
0.0689 lebih kecil dari 0.1 yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak
Uji F dan Interpretasi Hasil Analisis
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependennya, maka digunaan uji F dengan
cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel.
114
Tabel 4.8. Uji F-Statistik
F-statistic Prob(F-statistic)
89.30175 0.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, hasil regresi data panel menggunakan Fixed
Effect Model diperoleh nilai F-statistik sebesar 89.30175 dengan
probabilitas sebesar 0.000000, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 4, n =
84, sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu (2.48). Maka terlihat
bahwa F-statistik > F-tabel (89.30175 > 2.49) atau nilai probabilitas F-
statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5% (0.000000 < 0.05), maka
Ho ditolak, artinya bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Pembangunan Manusia.
Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Interpretasi Hasil Analisis
Tabel 4.9. Uji R-Square
R-Square 0.915690
Sumber: Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan koefisien determinasi sebesar 0.915690
atau 91.57%. Hal ini terlihat bahwa 91.57% Pembangunan Manusia di
beberapa Negara ASEAN dapat dijelakan oleh Good governance, Korupsi,
GDP Per Kapita, dan Government Spending. Sedangkan sisanya (100% -
91.57% = 8.43%) Pembangunan Manusia dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
115
4. Analisis Ekonomi Pembangunan Manusia Dengan Variabel Bebas Good
Governance, Korupsi, GDP Per Kapita, dan Government Spending
a. Good Governance Terhadap Pembangunan Manusia
Good governance muncul seiring perkembangannya di berbagai negara
untuk mengoreksi pemerintah yang bersifat korupsi, sentralistik bahkan
otoriter kearah pemerintahan yang meningkatkan kesejahateraan sosial,
ekonomi, serta demokratisasi politik. Tata Kelola mengacu pada
pelaksanaan kewenangan politik dan administrasi di semua tingkatan untuk
mengelola urusan negara. Hal ini terdiri dari mekanisme, proses dan
lembaga, melalui individu dan kelompok untuk kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban mereka dan memediasi
yang secara khusus dibuat untuk pemerintahan yang demokratis sebagai
"proses menciptakan dan mempertahankan lingkungan untuk proses politik
yang inklusif dan responsif. Lebih lanjut, aspek –asepek transparansi,
akuntabilitas, dan supremasi hukum merupakan hal penting dalam
pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Semakin baik tata
kelola pemerintahan suatu negara, maka kesejahteraan masyarakat pun akan
semakin baik yang ditandai dengan tingginya pembangunan manusia di
negara tersebut.
Dalam penelitian ini, hubungan antara Good Governance dan
Pembangunan Manusia memiliki hubungan positif. Artinya, semakin baik
tata kelola pemerintahan suatu negara yang ditandai dengan keterwakilan
suara dan pertanggung jawaban politik;stabilitas politik; efektifitas
pemerintahan; kualitas pengawasan; supremasi hukum; serta control dan
116
pemberantasan korupsi maka akan meningkatkan kesejahteraan negara
tersebut yang ditandai dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia
yang terdiri dari kesehatan, pendidikan, dan standar hidup yang layak. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ahmad dan Saleem (2014) yang menganalisis tentang Impact of
Governance on Human Development, serta Justus dan Uma (2016) yang
menganalisis tentang Governance and Human Development in Gulu
District: A Case Study of Gulu Municipality.
b. Korupsi Terhadap Pembangunan Manusia
Korupsi, menjadi isu yang paling dominan dalam kualitas birokrasi, dan
pada tahun 2005 diselenggarakannya Konvensi PBB untuk melawan
korupsi. Transparansi dan akuntabilitas dalam hal keuangan publik dan
standar umumnya diberlakukannya perilaku di semua bidang urusan publik
selain regulasi yang lebih ketat dari bisnis dan transaksi keuangan swasta.
Korupsi yang terdiri dari tindakan yang dilakukan pada tingkat tinggi
pemerintah yang mendistorsi kebijakan atau fungsi sentral dari negara, yang
memungkinkan pemimpin untuk mendapatkan keuntungan dengan
mengorbankan kepentingan publik. Korupsi kecil mengacu pada
penyalahgunaan sehari-hari kekuasaan yang dipercayakan oleh pejabat
publik rendah dan menengah dalam interaksi mereka dengan warga biasa,
yang sering mencoba untuk mengakses barang atau layanan dasar di tempat-
tempat seperti rumah sakit, sekolah, departemen kepolisian dan instansi
lainnya. Korupsi menjadi permasalahan yang endemik terutama karena
117
adanya misallocation yang dilakukan pemerintah yang seharusnya
digunakan untuk program pembangunan manusia maupun pembangunan
yang mendukung bagi pertumbuhan ekonomi.
Dalam penelitian ini, sama seperti Good Governance, korupsi
mempunyai hubungan yang positif terhadap pembangunan manusia.
Semakin tinggi indeks persepsi korupsi yang artinya negara tersebut bersih
dari korupsi maka semakin tinggi indeks pembangunan manusia di negara
tersebut. Sebaliknya, semakin rendah indeks persepsi korupsi yang artinya
negara tersebut semakin korup, maka semakin rendah pula indeks
pembangunan manusia di negara tersebut. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bienvenido Ortega,
Antonio Casquero, Jesu´s Sanjua (2015) yang menganalisis tentang
Corruption and Convergence in Human Development: Evidence from 69
Countries During 1990–2012
c. GDP Per Kapita Terhadap Pembangunan Manusia
GDP dapat mengukur total pendapatan maupun total pengeluaran
perekonomian untuk barang dan jasa. Jadi, GDP per orang (kapita) memberi
tahu kita pendapatan dan pengeluaran dari rata – rata seseorang dalam
perekonomian. Karena kebanyakan orang lebih memilih pendapatan dan
pengeluaran yang lebih tinggi, GDP per orang (kapita) sepertinya
merupakan ukuran kesejahteraan rata – rata perorangan yang cukup
alamiah. GDP per kapita memberitahukan kita apa yang terjadi pada rata –
rata penduduk, namun di belakang rata – rata tersebut terdapat perbedaan
118
yang besar antara berbagai pengalaman yang dialami orang – orang. Pada
akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa GDP merupakan ukuran
kesejahteraan yang baik untuk berbagai tujuan, namun tidak untuk semua
tujuan.
Di dalam penelitian ini, GDP Per Kapita berpengaruh negative dan
signifikan terhadap Pembangunan Manusia. Menurut penulis hal ini di
sebabkan karena meskipun GDP Per Kapita Beberapa Negara ASEAN
mengalami peningkatan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa indeks gini
ratio yaitu yang mengukur ketimpangan di Negara – Negara ASEAN pun
cukup tinggi. seperti Indonesia, GDP per Kapita menunjukkan tren
kenaikan, karena 20 persen masyarakat teratas tumbuhnya jauh lebih cepat,
masyarakat terbawah tidak tumbuh atau bahkan menurun. Sehingga masih
ada kesenjangan dan yang terjadi demikian adalah yang menikmati
kenaikan GDP Per Kapita hanya 20 persen tertatas. Selain itu, Negara –
negara berkembang seperti beberapa negara ASEAN yang diteliti dalam
penelitian ini, GDP per Kapita tersebut digunakan tidak hanya untuk
pendidikan, dan kesehatan namun lebih kepada konsumsi sehari – hari
sehingga alokasi untuk pendidikan dan kesehatan pun minim.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Grimm, Harttgen, Klasen, & Misselhorn, 2008) yang
menganalisis tentang A Human Development Index by Income Groups.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari tiga belas sampel yang
diteliti yang terdiri dari negara berkembang (Columbia, Vietnam, Indonesia,
119
South Africa, Bolivia, Nicaragua, Cameroon, Madagascar, Guinea, Cote
d’Ivore, Zambia, Mozambique, Burkina Faso) dan dua negara maju
(Ameriak Serikat, dan Finlandia) menunjukkan bahwa ketidaksetaraan
pembangunan manusia di negara-negara berkembang memang tinggi,
Terutama di Afrika Sub-Sahara. Hasilnya juga Menunjukkan bahwa tingkat
ketidaksetaraan terkait dengan tingkat perkembangan manusia itu sendiri.
Disisi lain, untuk negara berkembang pembangunan manusia yang
difokuskan untuk pendidikan dan kesehatan masih tergolong minim hal ini
dibuktikan dengan ketidaksetaraan pendapatan di negara – negara tersebut.
Bahkan bagi negara industrialisasi yang tergolong maju seperti Amerika
Serikat dan Finlandia, dua negara ini pun dalam hal pendidikan dan angka
harapan hidup sedikit mempunyai masalah. Ini berarti pembangunan
manusia baik di negara maju, maupun negara berkembang mempunyai
masalah tersendiri.
d. Government Spending Terhadap Pembangunan Manusia
Pada tahap awal perkembangan ekonomi, rasio investasi pemerintah
terhadap investasi total-rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan
nasional – relatif besar. Hal itu disebabkan karena pada tahap awal ini
pemerintah harus menyediakan berbagai sarana dan prasarana. Pada tahap
menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan
guna memacu pertumbuhan agar dapat lepas landas. Bersamaan dengan itu
porsi investasi pihak swasta juga meningkat. Tetapi besarnya peranan
pemerintah adalah karena pada tahap ini banyak terjadi kegagalan pasar
120
yang ditimbulkan oleh perkembangan ekonomi itu sendiri. Banyak terjadi
kasus eksternalitas negatif, misalnya pencemaran lingkungan yang
menuntuk pemerintah untuk turun tangan mengatasinya.
Dalam penelitian ini, Government spending berpengaruh negative dan
signifikan terhadap pembangunan manusia. Menurut penulis, hal ini di
karenakan pengeluaran pemerintah bukan hanya untuk mesejahterakan
masyarakatnya dengan menaikkan kualitas pembangunan manusia tetapi
juga untuk pembangunan fisik seperti infrastruktur, atau yang sifanya
jangka panjang. Selain itu, salah satu komposisi pengeluaran pemerintah
untuk pendidikan dibeberapa Negara ASEAN yang diteliti tergolong cukup
rendah, hanya berkisar 17% hingga 20%, serta pengeluaran public untuk
bidang pendidikan cukup rendah juga, hanya Malaysia dalam hal proporsi
pengeluaran untuk pendidikan terhadap PDB sebesar 5,3% terhadap PDB
sedangkan negara – negara ASEAN lainnya yang diteliti dalam penelitian
ini hanya berkisar diangka 2,6% sampai 3,4% sehingga Governemnt
Spending menjadi negative dan signifikan terhadap Pembangunan Manusia.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Astri Winarti (2014) yang menganalisis tentang pengaruh
Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan, Kemiskinan, Dan PDB
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia Periode 1992-2012.
Dalam penelitian tersebut, Anggaran pendidikan berpengaruh negative dan
signifikan terhadap indek pembangunan manusia.
121
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya,
penulis memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai
Analisis Determinan Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN Periode
2002-2015, adalah sebagai berikut:
1. Good Governance yang diukur dengan Worldwide Governance Indicator
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap Pembangunan
Manusia di Beberapa Negara ASEAN dengan tingkat kepercayaan 95%.
2. Korupsi yang diukur dengan Corruption Perception Index (CPI) mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembangunan Manusia di
Beberapa Negara ASEAN dengan tingkat kepercayaan 90%. Artinya
semakin tinggi indeks korupsi mencerminkan korupsi di Negara tersebut
rendah dan dapat meningkatkan pembangunan manusia.
3. GDP Per Kapita mempunyai hubungan yang negative dan signifikan
terhadap Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN dengan
tingkat kepercayaan 95%. Artinya, Pendapatan negara – negara ASEAN
yang diteliti digunakan tidak hanya untuk pendidikan, dan kesehatan namun
lebih kepada konsumsi sehari – hari sehingga alokasi untuk pendidikan dan
kesehatan pun minim.
4. Government Spending yang diukur dengan Government Spending Index
mempunyai hubungan negative dan signifikan terhadap pembangunan di
122
Negara – Negara ASEAN yang diteliti dengan tingkat kepercayaan 90%.
Hal ini berarti, pengeluaran pemerintah di Beberapa Negara ASEAN yang
diteliti bukan hanya untuk mesejahterakan masyarakatnya dengan
menaikkan kualitas pembangunan manusia tetapi juga untuk pembangunan
fisik seperti infrastruktur, atau yang sifanya jangka panjang.
5. Secara simultan Variabel Good Governance, Korupsi, GDP Per Kapita,
Governmemt Spending berpengaruh signifikan terhadap Pembangunan
Manusia sebesar 89.30175%
6. Kerjasana ASEAN dalam meningkatkan pembangunan manusia perlahan
menunjukkan hal yang positif, terlihat dari Human Development Index
Negara – Negara ASEAN terus menunjukkan kenaikan. Meskipun, belum
sepenuhnya terwujud karena terdapat beberapa Negara ASEAN yang
peringkat HDI nya rendah.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan – kesimpulan diatas, maka diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Negara – Negara ASEAN
a. Good Governance dan Korupsi memberikan pengaruh poritif dalam
meningkatkan pembangunan manusia pada Beberapa Negara ASEAN
yang diteliti, maka Good Governance sebaiknya terus diperbaiki untuk
terwujudnya pembangunan manusia yang tinggi yang akhirnya dapat
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di negara tersebut. Selain
itu, di ASEAN, permasalahan korupsi masih cukup tinggi terlihat dari
123
indeks persepsi korupsi. Oleh karenanya, kerjasama antar negara
ASEAN perlu ditingkatkan kembali dalam rangka memerangi korupsi
demi terwujudnya Pembangunan manusia yang tinggi di Negara –
negara ASEAN.
b. Governemnt Spending merupakan pengeluaran pemerintah yang dapat
mendukung peningkatan pembangunan manusia khususnya
pengeluaran bidang pendidikan, kesehatan. Namun, Government
Spending di Beberapa Negara ASEAN yang diteliti belum berimplikasi
pada peningkatan Pembangunan Manusia karena bukan hanya
dialokasikan pada kedua bidang tersebut. Maka perlunya peningkatan
alokasi dana demi terwujdunya Pembangunan Manusia yang tinggi dan
dapat diakses oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Bagi Masyarakat
a. Minimnya GDP Per Kapita masyarakat Negara – Negara ASEAN yang
diteliti, berimplikasi pada pembangunan manusia di negara tersebut.
Masyarakat dengan penghasilan yang rendah cenderung
mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari seperti makanan. Maka perlunya kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan dengan menyisihkan pendapatannya untuk
pendidikan, yang tentunya harus didukung pula oleh pemerintah sebagai
pembuat kebijakan.
124
3. Bagi Civitas Akademika
a. Dapat menggunakan variabel lain maupun negara – negara lainnya
untuk memperkaya wawasan mengenai pembangunan manusia.
b. Dapat menggunakan alat analisis lainnya seperti Error Correction Model
sehingga dapat diketahui jangka pendek dan jangka panjang dari
variabel yang diteliti terhadap pembangunan manusia. Maupun analisis
kausalitas sehingga dapat diketahui sebab-akibat dari variabel variabel
yang diteliti.
125
DAFTAR PUSTAKA
ADB. (1999). GOVERNANCE IN THAILAND : CHALLENGES , ISSUES.
Ahmad, Z., & Saleem, A. (2014). Impact of Governance on Human Development.
Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences, 8(3), 612–628.
Balboa, J., & Medalla, E. M. (2006). Anti-Corruption and Governance: The
Philippine Experience. APEC Study Center Consortium Conference, (May),
1029.
Baltagi, B. H. (2005). Econometric Analysis of Panel Data, Third Edition. The
Atrium, Southern Gate, Chichester,West Sussex PO19 8SQ,England: John
Wiley & Sons Ltd.
Budi Rahman, A. (2011). Good Governance : Challenges And Prospect For
Indonesia Tata Kelola Pemerintahan Di Indonesia : Pusat Kebijakan Dan
Kerjasama Internasional, Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu, 14(1), 83–92.
D. Mphil Nachrowi, Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Universitas
Indonesia
Division, A. (2003). Governance and participation in Laos.
FRANCIARI, P. S. (2012). Analisis hubungan ipm, kapasitas fiskal, dan korupsi
terhadap kemiskinan di indonesia. Universitas Diponegoro.
Grimm, M., Harttgen, K., Klasen, S., & Misselhorn, M. (2008). A Human
Development Index by Income Groups. World Development, 36(12), 2527–
2546. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2007.12.001
Hamja, Yahya. (2008). Modul 1 Ekonometrika. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Julia, Dwika Mutiara. (2015). Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Belanja
Modal dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan
Timur Periode 2004-2013. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Justus, B., & Uma, A. D. (2016). Governance and Human Development in Gulu
District : A Case Study of Gulu Municipality. Open Journal of Business and
Management, (April), 361–375.
Kaufmann, D. (2010). The Worldwide Governance Indicators Methodology and
Analytical Issues.
Klasen. (2005). Economic Growth And Poverty Reduction: Measurement and
Policy Issues. OECD Development Centre. Working Paper No.246.
126
Lam, L. (2005). Human Resource Development and Poverty in the Philippines.
Development Economics Working Papers. Philippines. Retrieved from
http://econpapers.repec.org/RePEc:eab:develo:22640
Mangkoesoebroto, Guritno. (2001). Ekonomi Pubilk Edisi 3. Yogyakarta: FE
UGM.
Mankiw Gregory. (2006). Pengantar Ekonomi Makro Edisi Ketiga. Salemba
Empat.
Nghi, P. T. (n.d.). The State of Democratic Governance in Vietnam. In An Asian
Barometer Conference on The State of Democratic Governance in Asia.
OECD, & ADB. (2015). Education in Indonesia: Rising to the Challenge. Far
Eastern Survey (Vol. 20). https://doi.org/10.1525/as.1951.20.15.01p0699q
Ortega, B., Casquero, A., & Jesu´s, S. (2015). Corruption and Convergence in
Human Development : Springer. https://doi.org/10.1007/s11205-015-0968-8
Rasul, S. (2009). PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA
DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Mimbar
Hukum, 21.
Roshaniza, N. A. B. M., & Selvaratnam, D. P. (2015a). Anti-Corruption and
Governance: The Philippine Experience. In Persidangan Kebangsaan
Ekonomi Malaysia ke-10 (PERKEM 10) (p. 1029).
Roshaniza, N. A. B. M., & Selvaratnam, D. P. (2015b). GOOD GOVERNANCE :
CHALLENGES AND PROSPECT FOR INDONESIA TATA KELOLA
PEMERINTAHAN DI INDONESIA : In Persidangan Kebangsaan Ekonomi
Malaysia ke-10 (PERKEM 10) (Vol. 14, pp. 83–92).
Rusydi, M. K., & Rossieta, H. (n.d.). GOOD PUBLIC GOVERNANCE DAN
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA, 1–18.
Sanyal, Rudra, and P. P. G. S. (2011). Good governance and human development:
Evidence form Indian States. Journal of Social and Development Science,
1(1), 1–8.
Tavits, M. 2005. Causes of Corruption: Testing Competing Hypotheses. Joint
Sessions of Workshops, 1–32.
Todaro, M. ., & Smith, S. . (2012). Economic Development (11th ed.). United States
of America: Pearson Education.
Treisman, D. 2000. The causes of corruption: a cross-national study. Journal of
Public Economics 76, 399–457.
UNDESA, U. U. (2012). Governance and Development.
UNDP. (2007). Assessment of Development Results: Lao PDR.
UNDP. (2012). Sustaining Human Progress in a Changing Climate.
127
UNDP. (2014a). Advancing Human Development Through the ASEAN Community.
UNDP. (2014b). Human Development Report 2014.
UNESCO. (2010). World Data on Education Données mondiales de l ’ éducation
Datos Mundiales de Educación. Wde. Retrieved from
http://www.ibe.unesco.org/
UNESCO, & UNDP. (2016). Education in Thailand. Science Education (Vol. 5).
https://doi.org/10.1097/01.JBI.0000393282.48591.0d
Verbeek, M. (2004). A Guide to Modern Econometrics (2nd ed.). John Wiley &
Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ,
England.
Wicaksono, M. N. (2014). Analisis pengaruh indeks pembangunan manusia,
angkatan kerja, dan belanja modal daerah terhadap peningkatan pdrb provinsi
di indonesia tahun 2008-2012. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Widodo, A., Waridin, & Maria, J. (2011). ANALISIS PENGARUH
PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN
KESEHATAN TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI
PENINGKATAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI JAWA
TENGAH. DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, 1.
Winarno, Wing Wahyu. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan
EViews Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Winarti, A. (2014). PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA PERIODE
1992-2012. Universitas Diponegoro.
World Bank. (2012). Corruption from the perspective of Citizens, Firms, and Public
Officials (second edi). Hanoi: National Political Publishing House.
Yew, S. L., Ugur, M., & Churchill, S. A. (2015). Effects of Government Education
and Health Expenditures on Economic Growth : A Meta-analysis. In
DISCUSSION PAPER 40/15. Monash Business School.
128
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1: Uji Model Panel
A. Common Effect Model
Dependent Variable: LNHDI?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/25/17 Time: 22:57
Sample: 1 14
Included observations: 14
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNCPI? -0.107566 0.057594 -1.867663 0.0655
LNGDP? -0.026171 0.016663 -1.570632 0.1202
LNGS? -0.256698 0.014088 -18.22115 0.0000
LNWGI? 0.370791 0.042353 8.754798 0.0000
R-squared 0.747933 Mean dependent var -0.371154
Adjusted R-squared 0.738481 S.D. dependent var 0.127277
S.E. of regression 0.065088 Akaike info criterion -2.579706
Sum squared resid 0.338915 Schwarz criterion -2.463953
Log likelihood 112.3477 Hannan-Quinn criter. -2.533175
Durbin-Watson stat 0.901758
129
B. Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: LNHDI?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/25/17 Time: 22:58
Sample: 1 14
Included observations: 14
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.664085 0.541260 1.226926 0.2237
LNCPI? 0.072317 0.040272 1.795702 0.0766
LNGDP? -0.094836 0.014749 -6.429987 0.0000
LNGS? -0.212840 0.115281 -1.846265 0.0689
LNWGI? 0.109961 0.040275 2.730260 0.0079
Fixed Effects (Cross)
_FILIPINA--C 0.005770
_INDONESIA--C 0.030151
_LAOS--C -0.204290
_MALAYSIA--C 0.137674
_THAILAND--C 0.110910
_VIETNAM--C -0.080214
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.915690 Mean dependent var -0.371154
Adjusted R-squared 0.905436 S.D. dependent var 0.127277
S.E. of regression 0.039139 Akaike info criterion -3.532045
Sum squared resid 0.113358 Schwarz criterion -3.242662
Log likelihood 158.3459 Hannan-Quinn criter. -3.415715
F-statistic 89.30175 Durbin-Watson stat 1.477577
Prob(F-statistic) 0.000000
130
C. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: NEGARA
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 25.869318 (5,74) 0.0000
Cross-section Chi-square 84.911129 5 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: LNHDI?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/25/17 Time: 22:59
Sample: 1 14
Included observations: 14
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 84
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.212860 0.459977 -2.636786 0.0101
LNCPI? -0.059622 0.058463 -1.019823 0.3109
LNGDP? -0.032514 0.016254 -2.000311 0.0489
LNGS? -0.004471 0.096618 -0.046277 0.9632
LNWGI? 0.365027 0.040918 8.920835 0.0000
R-squared 0.768323 Mean dependent var -0.371154
Adjusted R-squared 0.756592 S.D. dependent var 0.127277
S.E. of regression 0.062794 Akaike info criterion -2.640245
Sum squared resid 0.311501 Schwarz criterion -2.495554
Log likelihood 115.8903 Hannan-Quinn criter. -2.582081
F-statistic 65.49798 Durbin-Watson stat 0.888261
Prob(F-statistic) 0.000000
131
D. Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: LNHDI?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/25/17 Time: 22:59
Sample: 1 14
Included observations: 14
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 84
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.044397 0.469969 0.094468 0.9250
LNCPI? 0.024085 0.039132 0.615471 0.5400
LNGDP? -0.075003 0.013506 -5.553175 0.0000
LNGS? -0.159866 0.099560 -1.605719 0.1123
LNWGI? 0.219690 0.035642 6.163865 0.0000
Random Effects (Cross)
_FILIPINA--C -0.004362
_INDONESIA--C 0.030275
_LAOS--C -0.120499
_MALAYSIA--C 0.077208
_THAILAND--C 0.070778
_VIETNAM--C -0.053401 Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.032240 0.4042
Idiosyncratic random 0.039139 0.5958 Weighted Statistics
R-squared 0.380395 Mean dependent var -0.114546
Adjusted R-squared 0.349022 S.D. dependent var 0.059896
S.E. of regression 0.048326 Sum squared resid 0.184496
F-statistic 12.12513 Durbin-Watson stat 1.050296
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics
R-squared 0.525834 Mean dependent var -0.371154
Sum squared resid 0.637539 Durbin-Watson stat 0.303943
132
E. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: NEGARA
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 45.438557 4 0.0000
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LNCPI? 0.072317 0.024085 0.000091 0.0000
LNGDP? -0.094836 -0.075003 0.000035 0.0008
LNGS? -0.212840 -0.159866 0.003378 0.3620
LNWGI? 0.109961 0.219690 0.000352 0.0000
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: LNHDI?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/25/17 Time: 22:59
Sample: 1 14
Included observations: 14
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 84 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.664085 0.541260 1.226926 0.2237
LNCPI? 0.072317 0.040272 1.795702 0.0766
LNGDP? -0.094836 0.014749 -6.429987 0.0000
LNGS? -0.212840 0.115281 -1.846265 0.0689
LNWGI? 0.109961 0.040275 2.730260 0.0079 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.915690 Mean dependent var -0.371154
Adjusted R-squared 0.905436 S.D. dependent var 0.127277
S.E. of regression 0.039139 Akaike info criterion -3.532045
Sum squared resid 0.113358 Schwarz criterion -3.242662
Log likelihood 158.3459 Hannan-Quinn criter. -3.415715
F-statistic 89.30175 Durbin-Watson stat 1.477577
Prob(F-statistic) 0.000000
133
Lampiran 2: Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
WGI 84 57.04 9.05 66.09 39.2660 13.95050 194.616 .078 .263 -.401 .520
CPI 84 42 10 52 30.92 10.388 107.909 .416 .263 -.145 .520
GDP 84 10986.37 319.53 11305.90 3121.0262 2746.34983 7542437.362 1.482 .263 1.579 .520
GS 84 26.6 66.5 93.1 85.229 6.4881 42.096 -.943 .263 -.271 .520
HDI 84 .319 .494 .813 .69525 .083191 .007 -.781 .263 -.144 .520
Valid N (listwise) 84
134
Lampiran 3: Data Penelitian
Tahun Negara WGI CPI GDP GS HDI lnWGI lnCPI lnGDP lnGS lnHDI
2002 Indonesia 23.58 19 900.13 86.8 0.692 3.160399 2.944439 6.802539 4.463607 -0.36817
2003 Indonesia 22.37 19 1065.6 91.1 0.697 3.107721 2.944439 6.971293 4.511958 -0.36097
2004 Indonesia 26.09 20 1150.3 84.4 0.711 3.261552 2.995732 7.047778 4.435567 -0.34108
2005 Indonesia 27.95 22 1263.48 90 0.728 3.330417 3.091042 7.141625 4.49981 -0.31745
2006 Indonesia 31.69 24 1590.17 86 0.728 3.456001 3.178054 7.371596 4.454347 -0.31745
2007 Indonesia 35.04 23 1860.6 89.1 0.728 3.55649 3.135494 7.528654 4.489759 -0.31745
2008 Indonesia 36.34 26 2167.8 89.7 0.718 3.592919 3.258097 7.681468 4.496471 -0.33129
2009 Indonesia 35.32 28 2262.7 88 0.652 3.564449 3.332205 7.724314 4.477337 -0.42771
2010 Indonesia 35.07 28 3125.2 89.1 0.665 3.557346 3.332205 8.047254 4.489759 -0.40797
2011 Indonesia 36.05 30 3647.6 88.9 0.671 3.584907 3.401197 8.201825 4.487512 -0.39899
2012 Indonesia 38.73 32 3700.5 91.6 0.678 3.656614 3.465736 8.216223 4.517431 -0.38861
2013 Indonesia 39.99 32 3631.6 89.2 0.681 3.688629 3.465736 8.197429 4.490881 -0.38419
2014 Indonesia 43.67 34 3499.5 89.8 0.684 3.776661 3.526361 8.160375 4.497585 -0.3798
2015 Indonesia 41.44 36 3346.4 88.3 0.684 3.724247 3.583519 8.11564 4.48074 -0.3798
2002 Malaysia 62.09 49 4132.6 84.1 0.793 4.128585 3.89182 8.326662 4.432007 -0.23193
2003 Malaysia 63.8 52 4431.2 82.9 0.796 4.155753 3.951244 8.396426 4.417635 -0.22816
2004 Malaysia 64.76 50 4924.5 74.2 0.805 4.170688 3.912023 8.501978 4.306764 -0.21691
2005 Malaysia 64.75 51 5564.17 75.3 0.811 4.170534 3.931826 8.624103 4.32148 -0.20949
2006 Malaysia 61.63 50 6194.67 75.1 0.811 4.121149 3.912023 8.731445 4.318821 -0.20949
2007 Malaysia 61 51 7240.6 78.9 0.811 4.110874 3.931826 8.887459 4.368181 -0.20949
2008 Malaysia 56.81 51 8486.5 80.8 0.813 4.039712 3.931826 9.046232 4.391977 -0.20702
2009 Malaysia 56.24 45 7312 81.4 0.773 4.029628 3.806662 8.897272 4.399375 -0.25748
135
2010 Malaysia 61.27 44 9069 81.3 0.769 4.11529 3.78419 9.112617 4.398146 -0.26266
2011 Malaysia 59.8 43 10427.7 79.2 0.772 4.091006 3.7612 9.252221 4.371976 -0.25877
2012 Malaysia 60.26 49 10834.6 72.5 0.774 4.098669 3.89182 9.2905 4.283587 -0.25618
2013 Malaysia 62.08 50 10971.4 73.5 0.773 4.128424 3.912023 9.303047 4.297285 -0.25748
2014 Malaysia 66.09 52 11305.9 75.6 0.779 4.191017 3.951244 9.33308 4.325456 -0.24974
2015 Malaysia 63.28 50 9768.3 74 0.779 4.147569 3.912023 9.186898 4.304065 -0.24974
2002 Thailand 57.98 32 2093.9 90.3 0.768 4.060098 3.465736 7.646784 4.503137 -0.26397
2003 Thailand 55.28 33 2349.3 93.1 0.778 4.012411 3.496508 7.761873 4.533674 -0.25103
2004 Thailand 52.7 36 2643.4 91.1 0.784 3.964615 3.583519 7.879821 4.511958 -0.24335
2005 Thailand 51.43 38 2874.38 90.1 0.781 3.940222 3.637586 7.963592 4.50092 -0.24718
2006 Thailand 43.85 36 3351.11 92.1 0.781 3.780775 3.583519 8.117047 4.522875 -0.24718
2007 Thailand 44.23 33 3962.7 91.3 0.781 3.789403 3.496508 8.284681 4.514151 -0.24718
2008 Thailand 42.97 35 4384.7 90.7 0.785 3.760502 3.555348 8.385876 4.507557 -0.24207
2009 Thailand 43.79 34 4231.1 90.6 0.712 3.779405 3.526361 8.350217 4.506454 -0.33968
2010 Thailand 43.04 35 5111.9 89.8 0.716 3.76213 3.555348 8.539326 4.497585 -0.33408
2011 Thailand 44.26 34 5539.4 90.6 0.721 3.790081 3.526361 8.619641 4.506454 -0.32712
2012 Thailand 44.57 37 5915.2 87.5 0.723 3.797061 3.610918 8.685281 4.471639 -0.32435
2013 Thailand 44.18 35 6225 83.7 0.722 3.788272 3.555348 8.736329 4.427239 -0.32573
2014 Thailand 43.74 38 5969.9 83.6 0.726 3.778263 3.637586 8.694485 4.426044 -0.32021
2015 Thailand 44.38 38 5814.7 81.4 0.726 3.792789 3.637586 8.668144 4.399375 -0.32021
2002 Filipina 42.03 26 1000.7 88 0.753 3.738384 3.258097 6.908455 4.477337 -0.28369
2003 Filipina 40.51 25 1011.2 88.6 0.758 3.701549 3.218876 6.918893 4.484132 -0.27707
2004 Filipina 38.14 26 1080.08 88.8 0.763 3.641264 3.258097 6.98479 4.486387 -0.2705
2005 Filipina 41.07 25 1196.54 88.5 0.752 3.715278 3.218876 7.087189 4.483003 -0.28502
2006 Filipina 37.26 25 1395.21 88.9 0.752 3.61792 3.218876 7.2408 4.487512 -0.28502
136
2007 Filipina 37.37 25 1678.8 89.5 0.753 3.620868 3.218876 7.425835 4.494239 -0.28369
2008 Filipina 37.15 23 1929.1 90.2 0.734 3.614964 3.135494 7.564809 4.502029 -0.30925
2009 Filipina 36.14 24 1836.8 90.8 0.63 3.5874 3.178054 7.51578 4.508659 -0.46204
2010 Filipina 35.01 24 2145.2 91.2 0.654 3.555634 3.178054 7.670988 4.513055 -0.42465
2011 Filipina 36.99 26 2371.8 91 0.653 3.610648 3.258097 7.771404 4.51086 -0.42618
2012 Filipina 40.55 34 2604.6 89.7 0.657 3.702536 3.526361 7.865034 4.496471 -0.42007
2013 Filipina 43.54 36 2786 90.2 0.664 3.77368 3.583519 7.932362 4.502029 -0.40947
2014 Filipina 45.21 38 2873 92.3 0.668 3.811318 3.637586 7.963112 4.525044 -0.40347
2015 Filipina 44.56 35 2904.2 89.3 0.668 3.796837 3.555348 7.973913 4.492001 -0.40347
2002 Vietnam 31.99 24 477.1 90.3 0.691 3.465423 3.178054 6.167726 4.503137 -0.36962
2003 Vietnam 33.21 24 530.8 83 0.704 3.502851 3.178054 6.274385 4.418841 -0.35098
2004 Vietnam 32.15 26 606.9 82.1 0.709 3.470412 3.258097 6.408364 4.407938 -0.3439
2005 Vietnam 36.34 26 699.5 79.1 0.715 3.592919 3.258097 6.550366 4.370713 -0.33547
2006 Vietnam 34.57 26 796.67 74.8 0.725 3.542986 3.258097 6.680441 4.314818 -0.32158
2007 Vietnam 35.03 26 919.2 78.6 0.723 3.556205 3.258097 6.823504 4.364372 -0.32435
2008 Vietnam 33.66 27 1164.61 78 0.713 3.51631 3.295837 7.060142 4.356709 -0.33827
2009 Vietnam 35.49 27 1232.37 77.3 0.732 3.569251 3.295837 7.116694 4.347694 -0.31197
2010 Vietnam 33.24 27 1333.58 73.4 0.653 3.503754 3.295837 7.195622 4.295924 -0.42618
2011 Vietnam 35 29 1542.67 75.1 0.657 3.555348 3.367296 7.34127 4.318821 -0.42007
2012 Vietnam 35.39 31 1754.54 66.5 0.66 3.566429 3.433987 7.469962 4.197202 -0.41552
2013 Vietnam 36.57 31 1907.56 72.4 0.638 3.599228 3.433987 7.55358 4.282206 -0.44942
2014 Vietnam 36.43 31 2052.31 71.4 0.662 3.595393 3.433987 7.626721 4.268298 -0.41249
2015 Vietnam 38.99 31 2111.13 77.1 0.662 3.663305 3.433987 7.654979 4.345103 -0.41249
2002 Laos 16.87 10 319.53 91.3 0.534 2.825537 2.302585 5.766851 4.514151 -0.62736
2003 Laos 9.05 10 362.66 87.9 0.545 2.202765 2.302585 5.893466 4.4762 -0.60697
137
2004 Laos 13 10 418.17 87.1 0.553 2.564949 2.302585 6.035888 4.467057 -0.5924
2005 Laos 12.66 10 476.16 89.8 0.494 2.538447 2.302585 6.165754 4.497585 -0.70522
2006 Laos 16.04 26 591.36 89.4 0.614 2.775086 3.258097 6.382425 4.493121 -0.48776
2007 Laos 16.33 19 710.98 92.8 0.512 2.793004 2.944439 6.566644 4.530447 -0.66943
2008 Laos 18.33 20 900.5 92.1 0.543 2.908539 2.995732 6.80295 4.522875 -0.61065
2009 Laos 16.33 20 947.95 89.7 0.494 2.793004 2.995732 6.854302 4.496471 -0.70522
2010 Laos 17.68 21 1138.52 90.3 0.534 2.872434 3.044522 7.037484 4.503137 -0.62736
2011 Laos 19.32 22 1297.53 90.1 0.538 2.961141 3.091042 7.168218 4.50092 -0.6199
2012 Laos 22.62 21 1445.41 86.6 0.543 3.118834 3.044522 7.276148 4.4613 -0.61065
2013 Laos 24.99 26 1700.52 85.8 0.569 3.218476 3.258097 7.438689 4.452019 -0.56387
2014 Laos 29.57 25 1754.89 86.7 0.575 3.38676 3.218876 7.470161 4.462454 -0.55339
2015 Laos 28.37 25 1818.44 86.8 0.57 3.345332 3.218876 7.505734 4.463607 -0.56212
138