ANALISIS ARGUMENTASI PADA KOLOM OPINI DI SURAT KABAR …

152
ANALISIS ARGUMENTASI PADA KOLOM OPINI DI SURAT KABAR KOMPAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh: Wulan Pusposari 111150130000084 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of ANALISIS ARGUMENTASI PADA KOLOM OPINI DI SURAT KABAR …

ANALISIS ARGUMENTASI PADA KOLOM OPINI

DI SURAT KABAR KOMPAS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

Wulan Pusposari

111150130000084

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

i

ABSTRAK

Wulan Pusposari (11150130000084). Analisis Argumentasi pada Kolom

Opini di Surat Kabar Kompas. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan: Dr. Makyun Subuki, M.Hum. 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur argumentasi

pada kumpulan tulisan yang terdapat kata “Covid-19” di setiap judul kolom Opini

di koran Kompas versi daring (13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020). Secara garis

besar metode penelitian ini disebut deskriptif kualitatif. Pengumpulan data

bertumpu dengan pengarsipan secara dokumentasi dan penelusuran daring hingga

pengkategorian judul artikel. Teknik analisis data menggunakan teknik analysis

content.

Hasil penelitian yaitu dari 85 artikel yang terkumpul dan terkategorikan

berdasarkan judul artikel, terpilih 10 artikel yang terdapat kata “Covid-19”

disetiap judul kolom Opini di koran Kompas versi daring. Adapun kelengkapan

unsur-unsur argumentasi kesepuluh tulisan tersebut yaitu kesepuluh artikel telah

memenuhi elemen utama unsur-unsur argumentasi yakni claim, data, dan

warrant. Namun kesepuluh artikel tidak mendekati kesempurnaan unsur dengan

memenuhi elemen pelengkap unsur-unsur argumentasi yaitu backing, qualifer,

dan rebuttal. Bahwa dari kesepuluh artikel, tiga artikel hanya memiliki satu

elemen pendukung dan tujuh artikel hanya memiliki dua elemen pendukung.

Kata kunci : Argumentasi, Covid-19, Surat Kabar, Kolom Opini.

ii

ABSRACT

Wulan Pusposari (11150130000084). Argument Analysis in the Opinion

Column in Kompas Newspaper. Thesis, Indonesian Language and Literature

Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Under the guidance of: Dr.

Makyun Subuki, M.Hum. 2020

This study aims to describe the content of the arguments in a collection of

writings that contain the word “Covid-19” in each Opinion column title in the

online version of the Kompas newspaper (13 July 2020 - 13 August 2020).

Broadly speaking, this research method is called qualitative descriptive. Data

collection relies on documenting and online searches to categorizing article titles.

Data analysis techniques using content analysis techniques.

The results of the study were 85 articles that were collected and

categorized based on article titles, 10 were selected with the word “Covid-19” in

each of the Opinion column titles in the online version of the Kompas newspaper.

As for the completeness of the argumentation elements of the ten articles, namely

the ten articles have fulfilled the main elements of the argumentation elements,

namely claim data and warrant. However, the ten articles do not approach the

perfection of the elements by fulfilling the complementary elements of the

argumentation elements, namely backing, qualifer, and rebuttal. That of the ten

articles, three articles only have one supporting element and seven articles only

have two supporting elements.

Keywords: Argument, Covid-19, Newspaper, Opinion Column.

iii

KATA PENGANTAR

Syukur adalah kata pertama yang diucap saat penulis menyelesaikan skripsi

ini. Beribu puja dan puji di haturkan pada Allah SWT, dan utusannya Nabi

Muhammad Saw. Sebagai pengantar guna memperoleh gelar sarjana, tentu penulis

harus melewati masa ini. Penulis merasakan betapa banyak tangan kasih berbagai

pihak yang membantu dalam penyelarasan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing dan

memberikan waktu serta arahannya terhadap penulis dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Novi Diah Haryanti, M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan sekaligus Dosen

Penasihat Akademik yang selalu memberikan nasihat-nasihat terbaiknya

kepada penulis.

4. Dua dosen penguji skripsi, Dr. Nuryani, M.A. dan Dona Aji Karunia Putra,

M.A. yang telah memberikan banyak saran guna perbaikan skripsi penulis.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

yang telah memberikan ilmu, kisah, dan kasihnya kepada penulis selama

berkuliah.

6. Keluarga tercinta: Ibu Puji Sriningsih, Bapak Suharno, Mas Bagus, Mas

Didik, yang selalu mengingatkan dan memberikan dukungan bagi penulis

dalam menyelesaikan studi ini.

7. Rosida Erowati, M.Hum., Dra. Mayzar Ekaningtyas, dan Bambang Prihadi,

S.Hum, yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan kehidupan

bagi penulis.

iv

8. Keluarga terkasih bagi penulis: Tante Qorry, Ka Syifa, Hanna (Almh.), Aras,

Ninda, Mimi, Bebeng, yang selalu memberi nasihat dan tempat berbagi cerita

bagi penulis.

9. Sahabat-sahabat di kampus: Abi, Fadil, Azmah, Tami, Ara, Risma, Leni

(Uway), kelas B, angkatan 2015, yang selalu menemani dan mengiringi

penulis dalam menyelesaikan studinya.

10. Keluarga besar: Panitia Pestarama 3, PMII Rayon PBSI, PMII Cabang

Ciputat, HMJ PBSI 2016, HMJ PBSI 2017, HMJ PBSI 2018, UKM Teater

Syahid, UKM Riak, UKM Ranita, yang telah memberikan kesempatan bagi

penulis untuk bekerja sama dalam mengeskplore diri penulis selama

menempuh studi di kampus.

11. Lab Teater Ciputat, PT. Akeed Palbis Teknologi, SMAN 10 Tangerang

Selatan, Mufakat Budaya Indonesia, yang telah memberikan kesempatan

penulis dalam mengembangkan diri dan mencari bekal materi selama

menempuh pendidikan di kampus.

12. Seluruh kawan karib penulis yang turut memberikan dukungan dan berbagi

keluh, kesah, dan semangat, yang penulis tidak dapat menyebutkannya satu

persatu.

Terakhir, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala

kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-

perbaikan di masa depan. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat

bagi seluruh pihak.

Ciputat, Oktober 2020

Wulan Pusposari

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

BAB I 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Batasan Masalah 5

D. Rumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitan 6

BAB II 7

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Argumentasi 7

B. Batasan-batasan Argumentasi 11

C. Ciri-ciri Argumentasi 13

D. Unsur-unsur dalam Argumentasi 14

E. Skema Argumentasi 21

F. Tujuan dan Penalaran dalam Argumentasi 25

G. Penelitian Relevan 29

BAB III 32

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 32

vi

B. Subjek Penelitian 33

C. Sumber Data 33

D. Teknik Pengumpulan Data 34

E. Teknik Analisis Data 38

BAB IV 40

PEMBAHASAN

A. Analisis Rubrik Opini di Koran Kompas 40

BAB V 85

PENUTUP

A. Simpulan 93

B. Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 95

LAMPIRAN.............................................................................. 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi

dengan manusia lainnya. Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling ampuh

untuk manusia sebagai makhluk sosial yang dapat berhubungan satu sama

lain secara efektif. Melalui bahasa kita dapat menyatakan perasaan, pendapat,

bahkan dengan bahasa kita bisa berpikir dan bernalar. Bahasa juga sering

disebut sebagai sebuah sistem tanda. Tanda yang dimaksud ialah hal atau

benda yang mewakili sesuatu, atau hal yang menimbulkan reaksi yang sama

bila orang menanggapi (melihat, mendengar, dan sebagainya) apa yang

mewakili itu. Demikian setiap bagian dari bahasa itu pasti mewakili sesuatu.

Bahasa juga dikaji secara ilmiah, dengan sebutan ilmu linguistik.

Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya,

yang mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa. Kemudian setiap

bidang dalam linguistik mempunyai tataran spesifikasi satuan analisisnya,

seperti satuan ananlisis wacana. Wacana adalah satuan bahasa yang

terlengkap di atas kalimat dan satuan gramatikal yang tertinggi dalam hierarki

gramatikal. Wacana memiliki konsep, gagasan, atau ide yang dapat dipahami

oleh pembaca dan pendengarnya. Adapun wacana berdasarkan pemaparannya

ini dikelompokkan atas wacana naratif, wacana deskriptif, wacana

ekspositoris, wacana argumentatif, wacana persuasif, wacana hortatoris, dan

wacana prosedural. Wacana argumentatif adalah fokus kajian penelitian

dalam skripsi ini.

Salah satu kemampuan manusia dalam berbahasa adalah mengkonversi

hasil pikirannya ke dalam bentuk gagasan yang dilisankan maupun dituliskan.

Gagasan sebagai bentuk konsep abstrak dalam pikiran yang kemudian

berusaha untuk dirangkai hingga diterjemahkan dalam bentuk pendapat.

Pendapat atau yang sering disebut opini, gagasan, dan argumentasi ini yang

2

merupakan sebuah pandangan atau buah pikiran seseorang terhadap suatu

isu/topik dan mengandung unsur-unsur argumentasi di dalamnya.

Pada prinsipnya seseorang mengemukakan pendapat atau argumentasinya

adalah untuk menjelaskan pendapat yang dimilikinya agar diyakini pula oleh

pembaca atau pendengarnya. Proses sampai tahap seseorang ikut meyakini

pendapatnya adalah dibutuhkannya fakta-fakta yang akan menguatkan opini

miliknya. Fakta-fakta itu bisa digali melalui pengamatan, pengalaman,

penelitian, dan lain sebagainya. Hal yang tidak boleh lupa bahwa argumen

yang dikemukakan tetap harus logis, menjauhkan emosi atau unsur subjektif,

dan tidak menggunakan bahasa yang multitafsir. Kemudian manusia juga

tanpa disadari, dirinya terkadang sedang mengutarakan argumentasi, karena

dari berbagai jenis komunikasi seperti bercerita, debat, berdiskusi, bahkan

bertengkar, secara alamiah seseorang akan mengungkapkan pendapatnya

kepada mitra tuturnya. Walaupun dalam kondisi ini unsur-unsur argumentasi

tidak menjadi pakem.

Di era digital seperti saat ini, seseorang akan jauh lebih mudah

mengutarakan pendapat atau argumentasinya. Kemajuan peradaban oleh

mesin-mesin pencetak bahkan kekuatan sistem perangkat lainnya seperti

internet yang mulai membangun dunia baru bagi manusia yakni dunia digital.

Memunculkan media baru seseorang untuk bisa saling berkomunikasi dan

beropini, beberapa media tersebut yakni email, facebook, twitter, whatsapp,

website, dan lain sebagainya. Namun demikian, ada satu media cetak yang

tetap eksis keberadaannya hingga saat ini yaitu koran. Walaupun beberapa

tampilan koran yang ada di Indonesia mulai menyesuaikan bentuknya dengan

era digital saat ini. Koran adalah lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan

berita, opini, iklan, dan lain sebagainya yang terbagi dalam beberapa kolom,

dan di produksi secara periodik. Koran merupakan salah satu media untuk

menyalurkan gagasan yang terbendung dalam pikiran manusia melalui karya

tulis. Kolom opini dalam koran Kompas termasuk rubrik yang paling populer,

karena ada banyak penulis profesional yang juga ikut mengajukan tulisannya

agar dapat lolos dan dimuat dalam koran tersebut. Jadi pada prinsipnya peran

3

kolom Opini dalam koran Kompas berfungsi untuk menyebarkan ilmu dan

informasi kepada khalayak umum yang siap dipertanggungjawabkan

nantinya.

Akhir tahun 2019 adalah awal kemunculan virus Covid-19, hingga

menjadi wabah dunia. Hampir seluruh peradaban manusia yang ada di muka

Bumi ini harus turut merasakan kesulitan atau dampak yang ditimbulkan oleh

wabah ini. Berbagai gagasan dan argumen pun bermunculan dalam

menyikapi hal tersebut. Salah satu laman yang menjadi fasilitas dalam hal itu

adalah kolom Opini pada koran Kompas. Kolom Opini merupakan sebuah

kolom yang berisikan artikel opini yang sifatnya subyektif namun bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dan tetap memperhatikan nilai-nilai

seperti menghargai manusia, nilai-nilai kemanusiaan, menjunjung tinggi

demokrasi, keterbukaan, dan menghargai kemajemukan. Menjadi menarik

untuk mengkaji kolom ini di tengah situasi pandemi Covid-19.

Koran Kompas adalah salah satu koran yang ada di Indonesia dan berhasil

adaptasi dengan perubahan zaman yang masih terus berlangsung. Koran

Kompas tetap tersedia dalam kondisi cetak atau luring, namun saat ini juga

tersedia secara daring dengan format yang sama dengan luring, sehingga tidak

mengurangi sensasi pada pembaca. Terlebih dizaman percepatan ini manusia

seakan ingin melakukan segala halnya hanya dari telepon pintar yang selalu

digenggamnya, termasuk kebutuhan asupan bacaan seperti koran. Koran

Kompas hadir untuk menjawab tantangan tersebut, yang saat ini bisa diakses

dari telepon pintar masing-masing melalui aplikasi yang diterbitkan.

Pilihan yang diambil dalam penilitian ini adalah koran Kompas (daring)

yang berfokus pada kolom Opini. Data diperoleh dengan metode dokumentasi

dan penelusuran daring selama satu bulan (13 Juli - 13 Agustus 2020),

ditemukan 85 kolom Opini. Kemudian difokuskan penelitian pada kolom

dengan judul yang terdapat kata “Covid-19”, ditemukan sebanyak 10 kolom.

Adapun penulis kesepuluh kolom ini yaitu Suharso Monoarfa (Menteri

Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas), Abdul Malik

Gismar (Senior Advisor Paramadina Public Policy Institute), Erman

4

Aminullah (Profesor Riset, Bidang Kebijakan Iptek, LIPI), Soearsono

(Mantan Penyidik Penyakit Hewan), Dono Widiatmoko (Senior Lecture di

University of Derby, Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat

Indonesia), Emil Salim (Pensiunan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia), Djoko Santoso (Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga), FX Wikan Indiarto (Dokter Spesialis Anak di RS Panti Rapih,

Lekor EK UKDW), Fachry Ali (Salah Satu Pendiri Lembaga Studi dan

Pengembangan Etika Usaha (LSPEU)), Hari Kusnanto (Guru Besar

Departemen Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas Kedokteran,

UGM).

Penelitian ini dipilih karena diharapkan dapat mengangkat kembali isu-isu

yang menarik di dalam koran, yang mungkin selama ini mulai ditinggalkan.

Bahwa dari sekian banyak informasi yang dihadirkan dalam kolom-kolom

koran, ada hal yang bisa diteliti, yakni terutama kolom opini dalam koran

tersebut. Terlebih di masa wabah Covid-19 ini, sangat penting untuk

membekali diri dengan wawasan yang luas, agar semakin pijak dalam

menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi di sekeliling kita. Melalui kolom

Opini koran Kompas yang berisi penulis-penulis profesional menjadi pijakan

untuk melihat gagasan serta argumentasi mengenai Covid-19 yang mereka

lontarkan pada khalayak luas.

B. Identifikasi Masalah

Pada latar belakang yang telah dituliskan terdapat beberapa masalah.

Penulis akan mengidentifikasi masalah tersebut, guna mempermudah

pembahasan masalah yang ada pada latar belakang. Identifikasi masalah pada

penelitian ini yakni:

1. Bahasa dapat dikaji secara ilmiah dan wacana adalah tataran gramatikal

tertinggi.

2. Manusia dapat mengkonversi hasil pikirannya ke dalam bentuk

argumentasi/pendapat.

3. Kekuatan argumentasi dalam meyakini pembacanya.

5

4. Argumentasi biasa digunakan dalam berkomunikasi keseharian.

5. Koran tetap memiliki eksistensinya walaupun sebagian telah

bertransformasi menjadi digital. Sebab kolom opini dalam koran tetap

populer dan digandrungi para penulis profesional.

6. Koran sebagai media massa untuk mengutarakan pendapat atau

argumentasi kepada khalayak umum.

7. Gagasan yang dikemukakan seseorang dapat dianalisis dengan

pendekatan ilmiah.

8. Wabah Covid-19 menjadi tema besar yang selalu diperbincangkan hampir

di seluruh belahan dunia.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis memfokuskan penelitian

ini pada argumentasi yang terdapat kata “Covid-19” disetiap judul kolom

Opini di Koran Kompas dengan rentang waktu 13 Juli 2020 – 13 Agustus

2020. Batasan masalah ini bertujuan untuk mempermudah dan membatasi

masalah dalam meneliti unsur-unsur argumentasi pada data penelitian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan maka penulis

menentukan rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana unsur-unsur argumentasi pada kumpulan tulisan yang terdapat

kata “Covid-19” disetiap judul kolom Opini di Koran Kompas (13 Juli

2020 – 13 Agustus 2020)?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan unsur-unsur argumentasi pada kumpulan tulisan yang

terdapat kata “Covid-19” disetiap judul kolom Opini di Koran Kompas

(13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020).

6

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjabaran secara

teoritis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teori-teori tersebut

diharapkan sebagai landasan untuk penjelasan masalah penelitian. Teori-

teori tersebut sangat diperlukan untuk menambah wawasan pembaca

mengenai unsur-unsur argumentasi.

2. Manfaat Praktis

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat secara langsung

terhadap pembaca, pemerhati linguistik, guru bahasa, maupun bagi

peneliti sendiri. Diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan

wawasan yang lebih terkait teori argumentasi.

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Argumentasi

Argumentasi merupakan bagian dari sebuah wacana di samping jenis-jenis

wacana yang ada. Wacana adalah „kesatuan makna (semantis) antarbagian di

dalam suatu bangun bahasa‟. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai

bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu

berhubungan secara padu.1 Wacana argumentatif dicirikan oleh kuatnya

argumentasi karena didukung oleh eksplorasi bukti dan prosedur metodologis,

seperti pada tesis dan disertasi.2 Beberapa wacana argumentasi juga dapat

dilihat di kolom-kolom opini surat kabar, televisi, maupun media lainnya.

Adapun sebelum membuat argumentasi penulis harus mengumpulkan

semua bukti (argumen) yang mungkin diperoleh dengan meneliti semua

tempat atau topoi (topoi = tempat; dari kata ini kemudian diturunkan istilah

topik) yang mengandung bukti bagi masalah yang akan dikemukakan.3

Argumen adalah bagian yang selalu menimbulkan kepuasan dan merupakan

bagian yang terpenting dari oratori. Sebab itu, hal-hal yang tidak merupakan

argumen dalam arti yang sesungguhnya harus diabaikan saja.4 Fakta yang

dihadirkan dalam suatu topik argumentasi akan menjadi nilai tambah dalam

pembahasan tersebut.

Kata agon atau argumen yang berarti menyajikan fakta-fakta atau bukti

(Quintilianus menyebutkan: probatio atau apodeixis) untuk membuktikan

masalah atau kasus yang tengah dibicarakan.5 Argumentasi berusaha

mengubah dan mempengaruhi sikap pembaca. Sikap pembaca hanya dapat

diubah kalau penulis mengemukakan fakta dalam suatu rangkaian hubungan

1 Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 92

2 Ibid., h. 95

3 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1984), h. 6

4 Ibid., h. 6

5 Ibid., h. 11

8

yang masuk akal.6 Rasional merupakan bagian yang harus diperhatikan saat

akan berargumentasi.

Berikut beberapa pengertian argumentasi menurut para ahli:

1. Menurut Gorys Keraf, argumentasi adalah bentuk tulisan yang ingin

mempengaruhi pembaca atau pendengar, agar pembaca atau pendengar itu

merubah sikap mereka dan menyesuaikan dengan sikap penulis atau

pengarang. Argumentasi lebih menekankan pembuktian-pembuktian atas

apa yang dikatakan.7 Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan

fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukan apakah

suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi

merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan.8

2. Menurut Rottenberg, wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk

wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar

menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada

pertimbangan logis maupun emosional.9

3. Menurut Salmon yang memberikan definisi argumentasi sebagai

seperangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa

kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang

terdapat dalam perangkat itu.10

4. Menurut Chaedar Alwasilah, argumentasi adalah karangan yang

membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan

(statement).11

5. Menurut Nursisto, argumentasi (bahasan) adalah karangan yang berusaha

memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat,

pendirian, atau gagasan. Jadi, argumentasi pasti memuat argumen, yaitu

6 Ibid., h. 20

7 Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Nusa Indah, 1978), h. 204

8 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 3

9 Suparno Martutik, Wacana Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 4.28

10 Ibid., h. 4.28

11 A. Chaedar Alwasilah dan Senny S. Alwasilah, Pokoknya Menulis, (Bandung: PT Kiblat Buku

Utama, 2013), h. 116

9

bukti dan alasan yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat kita

memang benar.12

6. Menurut Asul Wiyanto yang mengartikan istilah argumentasi diturunkan

dari verba to argue (Ing), yang artinya membuktikan atau menyampaikan

alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan suatu pendapat,

konsepsi, atau opini tertulis kepada pembaca. Untuk meyakinkan

pembaca bahwa yang disampaikan itu benar, penulis menyertakan bukti,

contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah.13

7. Menurut Mudrajat Kuncoro, bahwa argumentasi adalah sebuah karangan

yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran sebuah pernyataan.

Tulisan argumen secara tradisional terbagi atas dua kategori, yaitu

induktif dan deduktif. Dalam berargumen, penulis dapat memilih salah

satu atau kedua kategori tersebut secara bergantian.14

8. Menurut Yuanita Fitriany, argumentasi adalah paragraf yang berisi

pendapat yang disertai pembahasan logis dan diperkuat dengan fakta-

fakta sehingga pendapat itu diterima kebenarannya.15

9. Menurut Sri Hapsari, argumentasi adalah paragraf yang berisi pembuktian

atau pembahasan atas pendapat penulis tentang suatu hal. Dalam paragraf

argumentasi, penulis berusaha meyakinkan pembaca dengan menyertakan

bukti, contoh, atau alasan.16

10. Menurut Mulyati, argumentasi adalah bentuk wacana yang berusaha

membuktikan suatu kebenaran. Sebuah argumentasi berusaha

memengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk

menerima suatu kebenaran yang didukung bukti-bukti mengenai objek

yang diargumentasikan.17

12

Nursisto, Penuntun Mengarang, (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2016), h. 43 13

Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), h. 67 14

Mudrajad Kuncoro, Mahir Menulis, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009), h. 78 15

Yuanita Fitriany & Fatya Permata Anbiya, EYD & Kaidah Bahasa Indonesia, (Jakarta: Trans Media Pustaka, 2015), h. 265 16

Sri Hapsari Wijayanti dkk., Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 131 17

Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 112

10

11. Menurut professor David Zarefsky tentang argumentasi adalah:

“argumentation is both a product and a process. Sometimes our

focus is on messages, the products of argumentation. Messages are

both explicit and implicit. They can be cast into language,

analyzed, and appraised.18

Argumentasi adalah produk dan proses. Terkadang fokus kita adalah

pada pesan, produk dari argumentasi. Pesan bersifat eksplisit dan

implisit. Mereka dapat dilemparkan ke dalam bahasa, dianalisis, dan

dinilai.

12. Menurut Trudy Govier tentang argumentasi adalah:

“an actual argument is simply a piece of discourse or writing in

which someone tries to convince others (or himself or herself) of

the truth of a claim by citing reasons on its behalf.19

Argumen yang sebenarnya hanyalah sepotong wacana atau tulisan di

mana seseorang mencoba meyakinkan orang lain (atau dirinya sendiri)

tentang kebenaran klaim dengan mengutip alasan atas namanya.

13. Menurut Frans H. Van Eemeren tentang argumentasi adalah:

“Argumentation is an attempt to resolve or prevent a difference of

opinion by critically testing the acceptability of a standpoint that is

in doubt. Although the act of advancing a particular

arguhmentation, just like the act of retracting, doubting, rejecting,

or attacking a particular standpoint, might be initiated by all kinds

of „internal‟ motives, the crucial point is that one can only be held

responsible for what one has put forward, either directly or

indirectly, and for what one, explicitly or implicitly, has committed

oneself to.”20

Argumentasi adalah upaya untuk menyelesaikan atau mencegah

perbedaan pendapat dengan secara kritis menguji penerimaan suatu sudut

pandang yang diragukan. Meskipun tindakan mengajukan argumen

tertentu, seperti tindakan menarik kembali, meragukan, menolak, atau

menyerang sudut pandang tertentu, mungkin diprakarsai oleh semua jenis

18

David Zarefsky, Argumentation: The Study of Effective Reasoning, 2 Edition, (America: United of America, 2005), h. 7 19

Trudy Govier, Problems in Argument Analysis and Evaluation, (Canada: Windsor Ontario Canada, 2012), h. 7 20

Frans H. Van Eemeren, Peter Houtlosser, and A. Francisca Snoeck Henkemans, Eds., Argumentative Indicators A Pragma-Dialectical Study, (Dordrecht: Springer, 2007), h. 2

11

motif 'internal', poin pentingnya adalah bahwa seseorang hanya dapat

dianggap bertanggung jawab atas apa yang telah dikemukakan seseorang,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dan untuk apa yang telah

dilakukan seseorang secara eksplisit atau implisit.

14. Menurut James Bee Freeman tentang argumentasi adalah:

“Argument is a natural process of human communication. As

such, it is basically interpersonal and interactional.21”

Argumen adalah proses alami komunikasi manusia. Dengan demikian,

pada dasarnya bersifat interpersonal dan interaksional.

Melalui pengertian dari para ahli di atas sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa argumentasi adalah:

a. Berfungsi untuk mempengaruhi pembaca dan pendengar.

b. Berfungsi untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran.

c. Berfungsi untuk memperkuat atau menolak suatu gagasan.

d. Produk dan proses dari sebuah pesan.

e. Berguna untuk menyelesaikan atau mencegah perbedaan pendapat.

f. Sebagai proses alami cara berkomunikasi manusia.

Adapun skripsi ini akan lebih fokus pada wacana argumentatif dalam

bentuk tulisan. Sebagai representasi gagasan yang dapat dituangkan dalam

bentuk bacaan. Dengan demikian teks argumentasi yang dikaji merupakan

bagian dari seni menulis.

B. Batasan-batasan Argumentasi

Untuk melihat posisi ilmu argumentasi sebagaimana yang ditulis oleh

profesor David Zarefsky tentang kondisi argumentasi yaitu:

“today, argumentation is an exciting and vibrant field of study.

Though solidly grounded in a renewed understanding of rhetoric, it

also has strong interdisciplinary appeal. Breadth and

interdisciplinarity have both positive and negative attributes. The

21

James B. Freeman, Argument Structure: Representation and theory, (New York: Springer, 2011), h. 44

12

subject has both macro- and micro-levels and both product and

process dimensions.22

Saat ini, argumentasi adalah bidang studi yang menarik dan bersemangat.

Meskipun didasarkan pada pemahaman retorika yang diperbarui, ia juga

memiliki daya tarik interdisipliner yang kuat. Luas dan interdisipliner

memiliki atribut positif dan negatif. Subjek memiliki level makro dan mikro

serta dimensi produk dan proses.

Melalui itu, teks argumen secara tradisional terbagi menjadi dua kategori,

yaitu induktif dan deduktif. Dalam berargumen penulis dapat memilih salah

satu atau seringkali menggunakan kedua-duanya.23

Karena dalam setiap

argumentasi, penulis selalu berusaha untuk mengubah keyakinan dan

tindakan pembaca sehingga diselaraskan dengan suatu keyakinan atau

tindakan yang lain, maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah

membatasi persoalannya, dan menetapkan di mana terletak titik atau sasaran

ketidak-sesuaian pendapat antara pengarang dan pembaca.24

Sebab itu sasaran-sasaran dasar yang harus ditetapkan oleh setiap pengarang

argumentasi adalah:

1. Argumentasi itu harus mengandung kebenaran bagi perubahan sikap atau

keyakinan yang diargumentasikan.

2. Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat

menimbulkan prasangka-prasangka.

3. Sering timbul ketidak-sepakatan dalam penggunaan istilah-istilah.

4. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidak-sepakatan yang

diargumentasikan.25

Adapun, pandangan lain juga menyebutkan bahwa, sebuah wacana

dikategorikan argumentasi bila bertolak dari adanya isu atau persoalan yang

kontroversial antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu

22

David Zarefsky, Op.Cit.,h. 20 23

A. Chaedar Alwasilah dan Senny S. Alwasilah, Op.Cit., h. 116 24

Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 207 25

Ibid., h. 208

13

tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk

meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar).26

Melalui penjelasan di atas bahwa batasan atau dasar yang menjadi pakem

dalam argumentasi adalah harus mengandung kebenaran dengan tidak

mengangkat isu yang kontroversial atau sukar kebenarannya, termasuk

menghindari istilah yang banyak menimbulkan prasangka, serta harus sepakat

dan konsisten dalam menggunakan istilah, serta pengarang harus menentukan

sikap dengan konsisten atas apa yang menjadi argumentasinya.

C. Ciri-ciri Argumentasi

Adapun hal penting lainnya dalam argumentasi adalah ciri-ciri agumentasi.

Hal ini guna memudahkan pembaca dalam mengenali setiap wacana yang

dibaca maupun pesan yang disimaknya. Tulisan argumentasi tidak berdiri

sendiri, tetapi biasanya digabung dengan eksposisi dan ditunjang oleh

deskripsi.27

Yang sangat dibutuhkan dalam tulisan argumentatif adalah data

penunjang yang cukup, logika yang baik dalam penulisan dan uraian yang

runtut.28

Ciri-ciri argumentasi yang baik yaitu sebagai berikut:

1. Mengandung bukti dan kebenaran.

2. Alasan kuat.

3. Menggunakan bahasa denotatif.

4. Analisis rasional (berdasarkan fakta).

5. Unsur subjektif dan emosional sangat dibatasi (sedapat mungkin tidak

ada).29

Hal yang perlu digarisbawahi adalah poin kelima, bagaimana sebuah

argumentasi yang dibangun harus diperhatikan kadar subjetifitasnya atau

emosionalnya, karena hal ini akan mempengaruhi kualitas produk

argumentasi yang dihasilkan. Penggiringan opini yang tidak bertanggung

26

Suparno Martutik, Op.Cit., h. 4.28 27

Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 79 28

Ibid., h.79 29

Nursisto, Op.Cit., h. 43

14

jawab dapat terjadi dalam hal ini. Tidak bertanggung jawab karena hanya

mengedepankan nilai rasa dari sang penulis.

D. Unsur-unsur dalam Argumentasi

Unsur-unsur dalam argumentasi adalah sebagai kerangka sebelum

seseorang mengemukakan argumentasinya. Menurut Etty Indriati bahwa

argumentasi yang kuat harus mengandung:

1. Klaim (claim)

2. Bukti afirmatif (setuju; affirmative evidence) dan bukti kontradiktif

(bantahan; rebuttal evidence)

3. Garansi/justifikasi (warrant)

4. Kompromi (concessions)

5. Dan sumber aset (reservations).30

Adapun menurut Chaedar Alwasilah bahwa ada beberapa komponen sebuah

argumen, yakni sebagai berikut:31

1. Introduction atau lazim disebut exordium (exhortation) to the audience

Pendahuluan untuk menarik minat atau perhatian pembaca, dan

memperkenalkan subjek pembahasan.

2. Thesis

Tesis adalah pernyataan ihwal posisi (sikap) terhadap sebuah isu. Pembaca

digiring oleh penulis untuk menyetujui tesis atau proposisi (pro-posisi,

yakni memihak sebuah posisi).

3. Evidence atau proofs

Bukti-bukti yang disajikan untuk mendukung sebuah tesis.

4. Opposing arguments

Terkadang argumen tandingan perlu disajikan sebelum penulis

meyampaikan argumennya sendiri.

5. Conclusion

30

Etty Indriati, Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.79-80 31

A. Chaedar Alwasilah dan Senny S. Alwasilah, Op.Cit., h. 117

15

Kesimpulan maksudnya tiada lain kecuali mengukuhkan tesis yang disebut

sebelumnya.

Lalu pandangan lain oleh Suparno Martutik bahwa, elemen pokok wacana

argumentasi ada 3, yaitu (1) pernyataan (claim), (2) alasan (ground), dan (3)

pembenaran (warrant). Elemen pelengkapnya adalah (1) pendukung

(backing), (2) modal (modal qualifiers), dan (3) sanggahan (rebuttal).

Adapun penjelasan lebih lanjut yakni:32

1. Pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan

dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan

mendasar yang dapat ditunjukkan. Pernyataan merupakan tujuan yang

ingin dicapai oleh penutur. Ada 3 macam pernyataan, yaitu (a) pernyataan

tentang fakta (claim of fact), (b) pernyataan tentang nilai (claim of value),

(c) pernyataan tentang kebijakan (claim of policy).

2. Alasan adalah bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk

mendukung pernyataan. Alasan atau bukti pendukung dapat berupa data

statistik, contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental, materi ilmu

pengetahuan umum maupun pengujian. Semua alasan itu digunakan untuk

mendukung pernyataan.

3. Pembenaran adalah pernyataan yang menunjukan kaidah-kaidah umum

untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran sebagai jembatan

penghubung antara pernyataan dan alasan. Pembenaran berfungsi sebagai

penjelas keadaan tahapan dari alasan ke pernyataan. Apakah langkah dari

alasan ke pernyataan dapat dipertahankan dan diterima secara rasional.

4. Dukungan adalah kriteria yang digunakan untuk membenarkan

pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran. Dalam hal ini,

dukungan dapat berupa pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar,

hasil penelitian atau hasil wawancara.

5. Modal adalah kata atau frasa yang menunjukkan derajat kepastian atau

kualitas suatu pernyataan. Setiap argumen selalu memiliki modal yang

menunjukkan kualitas suatu pernyataan. Kualitas sebuah pernyataan dapat

32

Suparno Martutik, Op.Cit., h. 4.29 – 4.30

16

diketahui dari penanda linguistik yang mengikutinya. Penanda linguistik

itu disebut juga modal.

6. Modal dibedakan menjadi 2, yaitu modal sebagai (1) penanda kepastian

dan (2) penanda kemungkinan. Adapun kata, frasa atau keterangan yang

digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti, dan tentu

saja. Sedangkan penanda kemungkinan, antara lain agaknya, kiranya,

rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin,

mungkin sekali, dan masuk akal.

7. Sanggahan/penolakan adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasaan

yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi

yang dapat melemahkan suatu pernyataan dapat dikontrol dengan

menghadirkan elemen sanggahan/penolakan maka kedudukan argumen

akan semakin kuat. Tentunya, sanggahan tersebut harus benar-benar kuat

pula. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti membuat pernyataan

menjadi lebih spesifik. Piranti kohesi yang dapat digunakan untuk

menandai elemen sanggahan, antara lain kecuali, jika, maka, dan jika.33

Menurut Gorys Keraf, metode mengungkapkan yang logis menurut cara-

cara konvensionil, terdiri dari tiga bagian, yaitu: pendahuluan, pembuktian,

dan konklusi atau ringkasan. Adapun pemaparan jelasnya yakni:34

1. Pendahuluan

Penulis harus yakin bahwa maksud dari pada bagian pendahuluan

argumentasi adalah tidak lain dari pada menarik perhatian pembaca,

memusatkan perhatian pembaca kepada argumen, serta menunjukkan dasar

yang sesungguhnya dari argumen itu. Pendahuluan tidak boleh

mengandung hal-hal yang kontroversil atau yang bersifat argumentatif.

Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang diperlukan dalam

bagian pendahuluan, maka penulis hendaknya mempertimbangkan

beberapa segi berikut:

33

Ibid., h. 4.31 34

Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 217-219

17

Pertama: penulis harus menegaskan mengapa persoalan itu dibicarakan

pada saat ini. Bila dianggap waktunya tepat untuk mengemukakan

persoalan itu, serta dapat dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lainnya

yang mendapat perhatian saat itu, maka fakta-faktanya merupakan suatu

titik tolak yang amat baik.

Kedua: penulis harus menjelaskan juga latar-belakang historis yang

mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan

diargumentasikan, sehingga dengan demikian pembaca dapat memperoleh

pengertian dasar mengenai hal tersebut. Namun demikian, apa yang

diuraikan dalam pendahuluan tidak boleh terlalu banyak, karna fungsi

pendahuluan sekedar menimbulkan keinginan-tahu, bukan menguraikan

persoalannya.

Ketiga: dalam bagian pendahuluan penulis argumentasi kadang-kadang

mengakui adanya persoalan-persoalan yang tidak dimaksudkan dalam

argumentasi.

2. Tubuh argumen

Seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian

penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang

dikemukakannya itu benar, sehingga dengan demikian konklusi yang

disimpulkannya juga benar.

Kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi itu mencakup beberapa

kemahiran tertentu: kekritisan dalam proses berpikir, seleksi fakta yang

benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, penyuguhan fakta, -

evidensi, - kesaksian, - premise dan sebagainya dengan benar.

Selama menggarap argumentasinya, penulis harus secara terus-menerus

menempatkan dirinya di pihak pembaca, misalnya dengan menanyakan:

apakah evidensi itu dapat diterima bila ia berada di tempat pembaca;

apakah evidensi itu sungguh-sungguh mempunyai pertalian dengan pokok

persoalan; apakah cara mengemukakan evidensi itu sudah cukup efektif;

apakah tidak ada cara lain yang lebih baik, dan sebagainya.

18

Akhirnya perlu ditegaskan lagi bahwa pengungkapan evidensi itu harus

merupakan suatu proses yang selektif, dengan menyuguhkan bahan-bahan

yang terbaik saja serta menolak evidensi-evidensi yang kurang baik.

3. Kesimpulan atau ringkasan

Dengan tidak mempersoalkan topik apa yang dikemukakan dalam

argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkan

tetap memelihara tujuan dan menyegerakan kembali ingatan pembaca

tentang apa yang telah dicapai, dan mengapa konklusi-konklusi itu diterima

sebagai sesuatu yang logis.

Menurut seorang filsuf Inggris bernama Stephen Toulmin, ia menawarkan

sistem logika baru. Unsur-unsur argumentasi menurutnya yaitu terbagi

menjadi enam, yakni:

1. Data, yaitu dorongan untuk membuat klaim, atau fakta-fakta yang

membuat anda percaya bahwa klaim anda adalah benar.

2. Klaim, yaitu kepercayaan bahwa seluruh argumen anda membuktikan

kebenaran.

3. Qualifier, yaitu bagian dari argumen yang mengukur kekuatan atau

paksaan dari klaim.

4. Warrant, yaitu asumsi yang anda harapkan, audiens anda akan berbagi.

Sebuah warrant tersebut mendukung klaim dengan menghubungkannya ke

data.

5. Dukungan, yaitu fakta-fakta yang memperkukuh bukti. Tidak semua

argumen memanfaatkan dukungan secara eksplisit.

6. Pengecualian, yaitu bagian dari argumen yang memungkinkan untuk

mengeculikan tanpa harus menganggap klaim sebagai sesuatu yang benar

secara umum. Pengecualian tidak begitu banyak menyangkal pendapat,

tetapi sebagai antisipasi dan menjawab upaya orang lain untuk

membantahnya.35

35

William Vesterman, Reading and Writing Short Arguments, (New York: McGraw-Hill, 2006), Fifth Edition, h. 7

19

Adapun contoh yang menerangkan unsur-unsur argumentasi ini yaitu:

“Instagram merupakan salah satu media sosial untuk berbagi foto maupun

video. Masuk dalam dunia penjualan, akan ada banyak online shop yang

memanfaatkan peluang pemasaran dari Instagram, walaupun masih terdapat

pula oknum yang melakukan kejahatan lewat Instagram. Artis maupun

selebgram menjadi fokus online shop dalam mempromosikan produknya.

Followers yang banyak, foto yang menarik menjadi syarat agar akun

Instagram online shop-nya dilihat dan dicari banyak orang. Tak hanya

online shop, beberapa orang memanfaatkan peluang Instagram sebagai

ladang penghasilan endorsement. Endorsement sendiri memiliki tujuan dan

maksud tertentu, yang sifatnya saling menguntungkan satu sama lain.”

Claim dalam teks di atas adalah “Banyak online shop yang memanfaatkan

peluang pemasaran dari Instagram, walaupun masih terdapat pula oknum yang

melakukan kejahatan lewat Instagram.”. Claim tersebut yang mendasari pada

pembicaraan dalam artikel ini Maraknya dunia digital menjadikan revolusi

baru dalam dunia pemasaran produk. Claim tersebut tidak berdiri sendiri.

Claim akan kuat kedudukannya apabila data-data yang berkaitan dengan

claim. Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus yang

diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung claim

yakni: “Artis maupun selebgram menjadi fokus online shop dalam

mempromosikan produknya. Followers yang banyak, foto yang menarik

menjadi syarat agar akun Instagram online shop-nya dilihat dan dicari banyak

orang.”. Pernyataan ini merupakan data, sebab para produsen mau tidak mau

harus melirik dunia media sosial yang sedang digandrungi hampir setangah

penduduk dunia, di mana di dalamnya terdapat target konsumen produk

tersebut. Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat Implisit. Warrant dalam teks ini adalah “Karena para pemilik online

shop mengamati orang-orang tertarik melihat produk yang di-share oleh para

artis dan selebgram terkait dengan online shop itu sendiri.”. Pernyataan

tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada pada teks tersebut.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Sehingga adanya backing untuk memperkukuh warrant.

20

Backing dalam teks di atas yaitu “Tak hanya online shop, beberapa orang

memanfaatkan peluang Instagram sebagai ladang penghasilan endorsement.

Endorsement sendiri memiliki tujuan dan maksud tertentu, yang sifatnya

saling menguntungkan satu sama lain.”. Unsur selanjutnya yaitu qualifier.

Qualifier adalah bagian dari argumen yang mengukur kekuatan atau paksaan

dari claim. Qualifier dalam teks ini terdapat kata penanda “akan” pada

pernyataan di claim. Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal

dalam teks ini terdapat kata penanda “walaupun” pada pernyataan di claim.

Dengan demikian pada prinsip unsur-unsur dalam argumentasi poin

pertama adalah pendahuluan yang merupakan sikap awal penulis untuk

memperkenalkan subjek pembahasan, menarik perhatian, bahkan menggiring

pembaca untuk menyetujui/memihak posisi yang diutarakan penulis.

Poin kedua yakni tubuh argumen, berisi sebuah penyusunan argumen

dengan pernyataan/ claim yang dibangun oleh penulis. Pernyataan ini bisa

berisi pernyataan fakta, nilai, dan kebijakan. Selanjutnya diperlukannya bukti-

bukti (evidence) untuk alasan (ground) penulis dalam memperkuat

argumennya. Bukti dapat bersifat afirmatif dan kontradiktif, atau alasan yang

berbentuk data statistik, contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental,

materi ilmu pengetahuan umum maupun pengujian. Selanjutnya adalah

pembenaran (warrant) yakni hal-hal umum yang dapat ditunjukkan oleh

penulis untuk menghubungkan antara pernyataan dan alasan yang telah

dibangun. Untuk memberikan garansi/jaminan bahwa apa yang dikemukakan

oleh penulis adalah hal yang rasional (masuk akal). Adapun elemen lain yang

mungkin bisa masuk dalam tahap ini adalah dukungan (backing) yakni

testimoni dan sebagainya yang dapat memberikan nilai pembenaran atas

argumen yang sedang dibangun penulis. Elemen berikutnya adalah modal

yakni kata atau frasa yang menunjukkan nilai lebih untuk dapat lebih

meyakinkan, memberi kepastian/kualitas dari tiap-tiap pernyataan yang

dibangun. Elemen lainnya yaitu sanggahan (rebuttal) juga dapat memperkuat

argumen, dengan menghadirkan elemen sanggahan berarti membuat

21

pernyataan menjadi lebih spesifik. Atau hal ini juga bisa disebut opposing

argument yakni argumen tandingan sebelum penulis mempertajam

argumennya sendiri.

Poin ketiga yaitu kesimpulan, yakni berisikan tentang pengarang yang

harus menjaga pendapatnya agar dapat diterima sebagai konklusi yang logis

dan diyakini.

Namun poin-poin di atas tidaklah harus berurut seperti demikian, karena

teks-teks yang mungkin ditemukan akan kembali ke selera penulis dalam

proses penyajian wacana argumentasinya. Sedangkan skripsi ini akan fokus

pada pembahasan unsur-unsur argumentasi menurut Stephen Toulmin.

E. Skema Argumentasi

Skema argumentasi dirumuskan untuk memudahkan penulis dalam

membangun kerangka berpikir untuk penulisannya, dan untuk pembaca

berfungsi untuk mengetahui arah pola argumentasi yang sedang dibangun

oleh penulis. Sebagaimana Frans menyatakan bahwa:

“Argumentation theorists are also interested in the “internal

organization” of each individual single argumentation. To analyze

the defense mechanism employed in single argumentation, they

refer to justificatory principles that are covered by the concept of

an argument scheme. Argument schemes pertain to the kind of

relationship between the explicit premise and the standpoint that is

established in the argumentation in order to promote a transfer of

acceptability from the explicit premise to the standpoint. Argument

schemes are more or less conventionalized ways of achieving this

transfer.”36

Menurut Frans bahwa para ahli teori argumentasi juga tertarik pada

"organisasi internal" dari masing-masing argumentasi tunggal. Untuk

menganalisis mekanisme pertahanan yang digunakan dalam argumentasi

tunggal, mereka merujuk prinsip justifikasi yang dicakup oleh konsep

argumen skema. Skema argumen berkaitan dengan jenis hubungan antara

premis eksplisit dan sudut pandang yang ditetapkan dalam argumentasi untuk

36

Frans H. Van Emeran dan Rob Grootendorst, A Systemic Theory of Argumentation, (America: Cambrige University Press, 2004), h. 4

22

mempromosikan transfer penerimaan dari premis eksplisit ke sudut pandang.

Skema argumen adalah lebih atau kurang cara konvensional untuk mencapai

transfer ini.

Dalam mencapai transfer itu Gorys menyatakan bahwa proses jalan pikiran

manusia dalam garis besarnya dapat dibedakan atas: meneliti fenomena-

fenomena secara individuil untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan

yang umum, atau mempergunakan kesimpulan-kesimpulan yang umum untuk

meramalkan fenomena-fenomena yang sejenis. Cara-cara itu masing-masing

disebut: induksi dan deduksi.37

Hal ini juga sejalan dengan pernyataan yang

dibangun oleh Frans yakni:

“In his logic, Aristotle distinguishes between two kinds of

arguments: deductive syllogisms and inductive syllogisms. Both

kinds of syllogismsare also used in dialectical arguments, but the

premises of the argument are in dialectic always statements that

are not evidently true but are generally accepted – as Aristotle

says, statements that are acceptable to “the wise or at least the

majority of them.” In rhetorical arguments, the premises need only

be plausible for the audience that is to be convinced. Deductive

and inductive syllogisms are among the means one can use to

confer the plausibility of the premises on the conclusion that is to

be drawn.38

Bahwa dalam logikanya, Aristoteles membedakan antara dua jenis

argumen: silogisme deduktif dan silogisme induktif. Kedua jenis silogisme ini

juga digunakan dalam argumen dialektik, tetapi premis argumen tersebut

selalu berupa pernyataan dialektik yang tidak terbukti benar tetapi secara

umum diterima - seperti kata Aristoteles, pernyataan yang dapat diterima oleh

“orang bijak atau setidaknya mayoritas dari mereka.” Dalam argumen

retorika, tempat hanya perlu masuk akal untuk audiens yang harus

diyakinkan. Silogisme deduktif dan induktif adalah salah satu cara yang dapat

digunakan seseorang untuk memberikan kemungkinan masuk akal premis-

premis pada kesimpulan yang harus ditarik.

Melalui hal itu James memaparkan bahwa:

37

Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 226 38

Frans H. Van Emeran dan Rob Grootendorst, A Systemic Theory of Argumentation, Op.Cit, h. 43

23

“By the microstructure of an argument, we mean its logical form as

studied in deductive or inductive logic. Specifically in formal

deductive logic, microstructural analysis reveals how the

constituent statements of an argument are built up from simple or

atomic components by means of truth functional connectives,

quantifiers, and in some cases other operators such as adverbial

modifiers and modal or propositional attitude connectives. In

inductive logic, microstructural analysis may classify an argument

as instancing inductive enumeration, argument by analogy, or one

of Mill‟s methods. Microstructural analysis thus concerns the

internal structure of the constituent statements of an argument.39

Dengan struktur mikro dari suatu argumen, maksud kami adalah bentuk

logisnya sebagaimana dipelajari dalam logika deduktif atau induktif.

Khususnya dalam logika deduktif formal, analisis mikro struktur

mengungkapkan bagaimana pernyataan konstituen dari argumen dibangun

dari komponen atom atau sederhana melalui penghubung fungsional

kebenaran, pembilang, dan dalam beberapa kasus operator lain seperti

pengubah adverbia dan modal atau penghubung sikap proposisional. Dalam

logika induktif, analisis mikro struktur dapat mengklasifikasikan argumen

sebagai instan penghitungan induktif, argumen dengan analogi, atau salah

satu metode Mill. Analisis mikro struktur dengan demikian menyangkut

struktur internal pernyataan konstituen dari suatu argumen.

Adapun skema argumentasi terbagi atas induksi dan deduksi:

7. Induksi

Induksi berarti “menuntun kepada”. Jalan pikiran yang induktif adalah

jalan pikiran yang dimulai dari observasi-observasi atas fenomena-

fenemona yang bersifat individuil kemudian bergerak menuju kepada

suatu hukum yang umum, yang meliputi semua fenomena individuil tadi.40

Adapun pola atau skema argumentasi dalam induksi ada 3 jenis yakni:

a. Generalisasi

Generalisasi yang bersifat induktif adalah penambahan setengah

sadar dari seluruh pengalamannya. Generalisasi adalah proses jalan

39

James B. Freeman, Argument Structure: Representation and theory, Op.Cit, h. 1 40

Gorys Keraf, Komposisi, Op.Cit., h. 226

24

pikiran yang mendahului penyelidikan atas fenomena-fenomena yang

khusus dalam jumlah yang cukup untuk menuju kepada suatu

kesimpulan yang umum mengenai semua hal yang sama.41

b. Analogi

Analogi atau kadang-kadang disebut juga analogi induktif yakni

bertolak dari dua peristiwa yang khusus dan mirip satu sama lain,

kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan

berlaku pula untuk hal yang lain.42

c. Hubungan Kausal

Pada umumnya hubungan kausal dapat terjadi mengikuti tiga pola

yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Hubungan

sebab – akibat bertolak dari suatu sebab yang diketahui kemudian

bergerak menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek yang terdekat.

Sebaliknya akibat – sebab bertolak dari sebuah akibat yang diketahui

kemudian menuju kepada sebuah sebab yang mungkin telah

menimbulkan akibat tadi. Hubungan ketiga adalah hubungan akibat ke

akibat yang hubungan ini bertolak dari suatu akibat menuju kepada

sebuah akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum

yang menimbulkan kedua akibat tadi.43

8. Deduksi

Deduksi berarti menghantar dari sesuatu hal ke sesuatu hal yang lain,

sehingga sebagai suatu istilah deduksi merupakan suatu proses berpikir

yang bertolak dari satu proposisi yang sudah ada, menuju kepada suatu

proposisi baru yang terbentuk suatu kesimpulan.44

Hal ini diperkuat oleh

pandangan David yakni:

“Formal argument is deductive in nature.The conclusion

follows necessarily from the premises. The conclusion c ontains

no information not already present (at least implicitly) in the

premises. These properties suggest two corollaries. Deductive

41

Ibid., h. 227 42

Ibid., h. 228 43

Ibid., h. 231 44

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Op.Cit. ,h. 57

25

reasoning is analytic; it requires no reference to the external

world, and it may be counterfactual. Deductive reasoning does

not add to our store of knowledge; it merely rearranges it.”45

Bahwa argumen formal bersifat deduktif. Kesimpulannya harus mengikuti

dari premis. Kesimpulannya tidak ada informasi yang belum ada

(setidaknya secara implisit) di lokasi. Sifat ini menyarankan dua akibat

wajar. Penalaran deduktif bersifat analitik; ia tidak memerlukan referensi

ke dunia luar, dan mungkin kontrafaktual. Penalaran deduktif tidak

menambah simpanan pengetahuan kami; itu hanya menata ulang itu.

Adapun pola atau skema argumentasi dalam deduksi adalah silogisme,

hal ini dinyataka oleh David yakni:

“The basic unit of reasoning in formal argument is the

syllogism, a structure consisting of two premises and a

conclusion. Three major forms of deductive reasoning:

categorical, conditional, and disjunctive.”46

Bahwa unit dasar penalaran dalam argumen formal adalah silogisme,

struktur yang terdiri dari dua premis dan kesimpulan. Tiga bentuk utama

penalaran deduktif: kategorikal, kondisional, dan disjungtif.

F. Tujuan dan Penalaran dalam Argumentasi

Bagaimana tujuan argumentasi itu bisa hadir, yakni:

“What is the purpose of argument? As van Eemeren has pointed

out, arguments by definition seek to establish something. That

means there is a gap between some claim and acceptance of that

claim. The claim is in doubt and argument seeks to remove the

doubt, thus closing the gap.47

Adapun menurut James bahwa apa tujuan dari argumen? Seperti yang

ditunjukkan oleh van Eemeren, argumen berdasarkan definisi berusaha untuk

membangun sesuatu. Itu berarti ada celah antara beberapa klaim dan

penerimaan terhadap klaim itu. Klaim tersebut diragukan dan argumen

berupaya menghilangkan keraguan, sehingga menutup celah tersebut.

45

David Zarefsky, Argumentation: The Study of Effective Reasoning, 2 Edition, Op.Cit., h. 14 46

Ibid., h. 14 47

James B. Freeman, Argument Structure: Representation and theory, Op.Cit, h. 45

26

Nursisto juga mengungkapkan bahwa argumentasi bertujuan mengubah

atau mempengaruhi pikiran pembaca, serta mengubah sikap dan pandangan

pembaca sehingga mereka menyetujui pendapat dan keyakinan kita. Tujuan

tersebut akan tercapai apabila penulis mampu membuktikan dan memberikan

alasan bahwa apa yang kita tuliskan itu benar.48

Sejalan dengan Nurudin yang

juga mengemukakan bahwa, tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk

meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian

dirinya.49

Adapun yang tidak boleh luput dari wacana ini adalah tujuan dari

argumentasi yaitu bagaimana pendapat atau produk argumentasi yang

ditawarkan dapat memberikan keyakinan baru bagi pembaca atau

pendengarnya sehingga mampu mempercayai dan membenarkan atas hasil

produk argumentasi yang dibaca atau didengarnya. Sebagaimana peran tujuan

argumentasi yakni untuk menutup celah atas keberterimaan klaim yang

mungkin dirasa diragukan.

Kemudian tentang penalaran dalam argumentasi seperti menurut

Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan afeksi.50

Adapun dalam membangun sebuah argumen jangan lupakan akal sehat, akal

budi, atau nalar. Kemudian jangan tinggalkan prinsip keberterimaan dengan

nilai-nilai yang ada terhadap gagasan yang dibangun dalam argumentasi.

Serta pelibatan afeksi dalam membangun narasi yang dituliskan untuk

meyakinakan pembaca atau mitra tuturnya.

Pandangan lain yang juga dikemukakan oleh Christopher yakni:

“arguments have a range of types and employ a diversity of

devices, from those that press a historical case using causal

reasoning to those that recommend an economic course of action

by appealing to an authority in the field. They will be characterized

by a particular structure, where one or more statements (premises)

are given in support of a conclusion, and a range of intentions: to

persuade an audience, to resolve a dispute, to achieve agreement

48

Nursisto, Op.Cit., h. 43 49

Nurudin, Op.Cit., h. 78 50

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Op.Cit., h. 9

27

in a negotiation, to recommend an action, or to complete an

inquiry.51

Menurut Christoper, argumen memiliki berbagai jenis dan menggunakan

beragam perangkat, dari yang menekan kasus historis menggunakan

penalaran kausal hingga yang merekomendasikan tindakan-tindakan ekonomi

dengan mengajukan banding ke otoritas di lapangan. Mereka akan dicirikan

oleh struktur tertentu, di mana satu atau lebih pernyataan (premis) diberikan

untuk mendukung kesimpulan, dan serangkaian niat: untuk meyakinkan

audiensi, untuk menyelesaikan perselisihan, untuk mencapai kesepakatan

dalam negosiasi, untuk merekomendasikan suatu tindakan, atau untuk

menyelesaikan penyelidikan.

Jadi, argumen dapat berasal dari hal yang masih berkenaan dengan masa

lalu sehingga dapat menggunakan penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala

yang saling berhubungan, atau bahkan ke hal penalaran yang sifatnya data

mutlak. Hingga dapat memunculkan pendapat yang menentang guna

melakukan bandingan atas argumen yang dimunculkan pada masa lalu.

Lalu pandangan Gamut yang mengemukakan bahwa:

“Reasoning is something which has various applications, and

important among these traditionally is argumentation.52

Gamut menjelaskan bahwa penalaran adalah sesuatu yang memiliki

berbagai aplikasi, dan yang penting di antara ini secara tradisional adalah

argumentasi. Hal yang menarik melihat argumentasi adalah cara atau

kebiasaan yang dilakukan manusia dari dulu untuk berkomunikasi. Hal

lainnya yang diungkap Gamut yakni:

“It is convenient to see an argument as a sequence of sentences,

with the premises at the beginning and the conclusion at the end of

the argument.53

By a valid argument we mean an argument whose

premises and conclusion are such that the truth of the former

involves that of the latter.54

51

Christopher W. Tindake, Fallacies and Argumen Appraisal, (New York: Cambridge University Press, 2007), h. 1 52

L. T. F. Gamut, Logic, Language, and Meaning, (Chicago: The University of Chicago Press, 1991), h. 1 53

Ibid., h. 1 54

Ibid., h. 1

28

Sangat nyaman untuk melihat argumen sebagai urutan kalimat, dengan

premis di awal dan kesimpulan di akhir argumen. Kami maksudkan dengan

argumen yang valid adalah argumen yang premis dan kesimpulannya

sedemikian rupa sehingga kebenaran yang pertama melibatkan argumen yang

terakhir. Hal ini dibutuhkan penalaran yang struktur guna mencapai argumen

yang valid dan saling berkesinambungan dengan kebenaran yang diutarakan.

Hal lain yang juga di utarakan Gamut yakni:

“You could say that we restrict ourselves in logic to the results

which an argument yields, which is in a way another

extensionalization: the only thing which really matters about an

argument is whether or not its conclusion is justified by its

assumptions.55

Dalam ungkapannya dikatakan bahwa kita membatasi diri kita sendiri

dalam logika untuk hasil yang dihasilkan oleh argumen, yang dengan cara

lain ekstensi: satu-satunya hal yang benar-benar penting tentang argumen

adalah apakah kesimpulannya dibenarkan oleh asumsi atau tidak.

Pandangan berikutnya dari Stephen Toulmin menganai struktur sebagai

landansan penalaran yakni:

“ever since Aristotle it has been customary, when analysing the

micro-structure of arguments, to set them out in a very simple

manner: they have been presented three propositions at a time,

„minor premiss; major premiss; so conclusion‟.56

Sejak dari Aristoteles sudah menjadi kebiasaan, ketika menganalisis

struktur mikro argumen, untuk menjabarkannya dengan cara yang sangat

sederhana: mereka telah disajikan tiga proposisi sekaligus, „minor premis;

premis utama; jadi kesimpulannya'. Adapun ungkapan lainnya yakni:

“An argument is like an organism. It has both a gross, anatomical

structure and a finer, as-it-were physiological one. When set out

explicitly in all its detail, it may occupy a number of printed pages

or take perhaps a quarter of an hour to deliver; and within this

time or space one can distinguish the main phases marking the

progress of the argument from the initial statement of an unsettled

problem to the final presentation of a conclusion.57

55

Ibid., h. 114 56

Stephen Toulmin, The Uses of Argument, (New York: Cambridge University, 2003), h. 89 57

Ibid., h. 87

29

Argumen seperti organisme. Ia memiliki struktur anatomi yang kasar dan

yang lebih halus, seolah-olah merupakan fisiologis. Ketika ditetapkan secara

eksplisit dalam semua perinciannya, ia mungkin menempati sejumlah

halaman yang dicetak atau mungkin memerlukan seperempat jam untuk

dikirim; dan dalam waktu atau ruang ini seseorang dapat membedakan fase-

fase utama yang menandai perkembangan argumen dari pernyataan awal

masalah yang tidak diselesaikan hingga presentasi akhir suatu kesimpulan.

G. Penelitian Relevan

Adapun penelitian yang serupa baik dari subjek atau objek yang memiliki

kesamaan pada penelitian ini, sehingga diharapkan penulis dapat menambah

khazanah pengetahuan bagi peneliti maupun pembaca.

1. Penulis menemukan skripsi dengan judul yaitu Struktur dan Strategi

Argumentasi dalam Teks Iklan Berbahasa Perancis karya Esti Lestari.

Esti Lestari menyelesaikan skripsi ini dalam jurusan Sastra Roman

program Studi Perancis, fakultas Sastra, Universitas Indonesia, tahun

1986. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui struktur

dan strategi argumentasi yang sering digunakan dalam iklan. Adapun

ruang lingkup penelitian ini yaitu teks iklan tertulis yang terdapat dalam

berbagai majalah berbahasa Perancis. Metode penelitian yang digunakan

yaitu metode penelitian korpus. Hasilnya menunjukkan bahwa 19 iklan

mengikuti pola Pierre Colombier, sedangkan 56 iklan lainnya memakai

struktur argumentasi yang lebih bervariasi dari pola Pierre Colombier.

Strategi argumentasi yang paling banyak dipakai dalam iklan adalah

strategi argumentasi membujuk, sedangkan 30 iklan lainnya memakai

strategi campuran. Adapun kesamaannya dengan penelitian dalam skripsi

ini yaitu subjek penelitian yang menggunakan wacana argumentasi

sebagai fokus kajiannya.

2. Penulis menemukan skripsi dengan judul yaitu Pola dan Jenis Argumen

pada Bagian Pembahasan Artikel Jurnal Terakreditasi Bidang Ekonomi

karya Claria Francisca Meylani. Claria Francisca Meylani menyelesaikan

30

skripsi ini dalam jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, tahun 2018. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan pola dan jenis argumen bagian pembahasan artikel

jurnal terakreditasi bidang ekonomi. Pendekatan yang diambil dalam

penelitian ini adalah pendekatan teori Toulmin, dkk. (1979) bahwa

argumen memiliki enam elemen yaitu claim, ground, warrant, backing,

modal qualifier, dan possible rebutal. Data yang dipakai dalam penelitian

ini adalah paragraf-paragraf argumentasi bagian pembahasan artikel yang

di dalamnya mengandung elemen-elemen Toulmin. Sampel data yaitu

(JET-T) 2017, (JEPI) 2015, (MATRIX) 2016, dan (MIX) 2016.

Penelitian ini menggunakan metode teknik baca dan catat. Hasil

penelitian yaitu terdapat dua puluh enam argumen dengan lima pola

variasinya. Pola tersebut yaitu (1) pola C-G dengan variasinya, (2) pola

C-G-W dengan variasinya, (3) pola C-G-W-B dengan variasinya, (4) pola

C-G-W-B-M dengan variasinya, dan terakhir (5) pola C-G-W-B-M-Pc

dengan variasinya. Adapun kesamaannya dengan penelitian dalam skripsi

ini yaitu subjek penelitian yang menggunakan wacana argumentasi

sebagai fokus kajiannya.

3. Penulis menemukan E-Jurnal dengan judul yaitu Kohesi Wacana Politik

Pada Rubrik Opini Surat Kabar Harian Kompas karya Yulianto.

Yulianto menerbitkan tulisannya pada tahun 2016 di kampus Universitas

Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

kohesi (gramatikal dan leksikal) yang membangun wacana opini politik

yang diliat dari penanda kohesi gramatikal dan leksikal. Subjek

penelitian ini adalah artikel-artikel opini politik dalam rubrik opini yang

terdapat pada surat kabar harian Kompas yang berjumlah 5 rubrik opini.

Penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek (gramatikal dan leksikal)

yang menjadi sarana kohesi wacana opini politik pada rubrik opini surat

kabar harian Kompas tahun 2015 dan peranan aspek-aspek tersebut

dalam proses menuju teks yang utuh dan padu. Hasil penelitian

31

menunjukkan bahwa kohesi wacana opini politik pada rubrik opini surat

kabar harian Kompas terdiri dari dua aspek, yakni aspek penanda kohesi

gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal

berupa pengacuan persona, pengacuan demonstratif, substitusi, ellipsis

dan konjungsi. Pengacuan persona terdiri atas PP1T, PP1J, PP3T,dan

PP3J. Pengacuan demonstratif terdiri atas PDW dan PDT. Subtitusi

terdiri atas SF, SN, dan SD. Konjungsi terdiri atas KSA, KPT, KKO,

KPN, KPI, KH, KPL, KW, KS, dan KC. Adapun penanda kohesi leksikal

terdiri dari sinonimi, antonimi, hiponimi, repetisi, kolokasi, dan

ekuivalensi. Sinonimi terdiri atas SKK, SKF dan SKLKL. Antonimi

terdiri atas OK, dan OG. Repetisi terdiri atas RA, RN, dan, REPN. Kata

yang diperoleh terdiri dari penanda kohesi gramatikal, berupa pengacuan

persona sejumlah 59 kata, pengacuan demonstratif sejumlah 17 kata,

substitusi sejumlah 11 kata, elipsis sejumlah 2 kata, dan konjungsi

sejumlah 106 kata. Adapun penanda kohesi leksikal berupa sinonimi

sejumlah 7 kata, antonimi sejumlah 5 kata, hiponimi sejumlah 1 kata,

repetisi sejumlah 27 kata, kolokasi sejumlah 4 kata, dan ekuivalensi

sejumlah 9 kata. Jumlah seluruh kata yang ditemukan yaitu, 53 kata.

Adapun kesamaannya dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu objek

penelitian yang menggunakan rubrik Opini pada koran Kompas sebagai

fokus kajiannya.

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal

tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,

data, tujuan, dan kegunaan.58

Penelitian yang berjudul Analisis Argumentasi

pada Kolom Opini di Surat Kabar Kompas ini menggunakan metode

penelitian deskriptif dan kualitatif. Penelitian deskriptif itu sendiri adalah

suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati

permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek

tertentu. Penelitian deskriptif ditujukan untuk memaparkan dan

menggambarkan dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau

kerangka berpikir tertentu.59 Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.60

Selanjutnya penelitian kualitatif Strauss dan Cobin memaparkannya yakni,

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau bentuk hitungan yang lain. Sebagian data dapat dihitung sebagaimana

data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.61

Adapun tujuan penelitian

kualitatif yakni guna memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal

menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan

dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti,

kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.62

Metode ini menjadi tepat

guna menganalisis argumentasi pada kolom di surat kabar tersebut.

Secara garis besar penelitian ini akan disebut deskriptif kualitatif, yakni

metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan

58

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung : Alfabeta, 2017), h. 3

59 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia. 2011), h. 100

60 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), h.157

61 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualiatif Tata Langkah dan Teknik-

Teknik Teoritisasi Data, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4 62

Sulistyo Basuki, Metode Penelitian, (Jakarta: Penaku, 2010), h. 72

33

mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di

masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri,

karakter, sifat, dan model dari fenomena tersebut.63

Metode penelitian ini

akan bertumpu pada pendapat atau gagasan peneliti itu sendiri.

B. Objek Penelitian

Saat ini peradaban manusia sedang mengalami krisis kesehatan, hal ini

dikarenakan virus baru bernama Covid-19 yang meluas pertumbuhannya

hingga menjadi wabah dunia. Hal ini menjadikan Covid-19 sebagai bahan

perbincangan di seluruh negara. Dengan demikian menjadi menarik untuk

tetap melibatkan isu ini ke dalam penelitian. Objek penelitian adalah kolom

Opini pada surat kabar Kompas dalam versi daring yang telah terarsipkan

selama satu bulan penuh yakni 13 Juli – 13 Agustus 2020. Kemudian hal ini

akan menarik jika melihat kumpulan tulisan yang terdapat kata “Covid-19”

disetiap judul kolom Opini pada surat kabar Kompas.

C. Sumber Data

Peneliti mengumpulkan sumber data dengan mengkategorikannya ke

dalam dua bentuk yakni data primer dan data sekunder. Data primer yaitu

data asli yang sangat memengaruhi penelitan, data ini diambil langsung dari

objek yang diteliti. Data sekunder yaitu data yang juga memengaruhi

penelitian, namun bukan berasal dari objek yang diteliti. Data sekunder dapat

pula dikatakan sebagai data penunjang dalam penelitian.

1. Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini yaitu sepuluh tulisan yang bertema

Covid-19 dan dimuat dalam kolom Opini surat kabar Kompas. Judul dari

sepuluh tulisan tersebut yakni:

a. Covid-19, “Great Reset”, SDGs.

b. Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19.

c. Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir.

63

Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2014), h. 47

34

d. Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?

e. Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat.

f. Covid-19 dan Pembangunan.

g. Otopsi Jenazah Korban Covid-19.

h. Bebas dari Cacar dan Covid-19.

i. Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN.

j. Meluruskan Infodemi Covid-19.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data penunjang yang ditujukan untuk membantu

peneliti dalam menganalisis objek. Data sekunder yang dipilih peneliti

yaitu, sumber-sumber buku bacaan yang terkait dengan penelitian ini

antara lain: buku teori argumentasi, buku keterampilan menulis, karya

ilmiah tentang argumentasi, dan lain sebagainya. Data ini berasal dari

buku-buku yang bisa dipercaya dan dapat diuji kebenarannya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data primer dengan menggunakan metode

dokumentasi dan metode penelusuran daring. Surat kabar Kompas dalam

versi daring dipilih dalam penelitian ini yang berfokus pada kolom Opini.

Peneliti mendokumentasikan data melalui penelusuran daring dalam rentang

waktu 13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020, diperoleh data sebanyak 85 artikel

yakni, sebagai berikut:

No Kata Kunci Tanggal Judul

1

Pandemi

17-Jul-20 Evaluasi Komunikasi Pandemi

2 24-Jul-20 Cetak Uang Saat Pandemi

3 30-Jul-20 Idul Kurban di Tengah Pandemi

4 04-Agust-20 Kampanye di Musim Pandemi

5 08-Agust-20 Manajemen Publik Pandemi

1

Covid-19

13-Jul-20 Covid-19, "Great Reset", SDGs

2 13-Jul-20 Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19

3 13-Jul-20 Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir

35

4 17-Jul-20 Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?

5 17-Jul-20 Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat

6 20-Jul-20 Covid-19 dan Pembangunan

7 03-Agust-20 Otopsi Jenazah Korban Covid-19

8 04-Agust-20 Bebas dari Cacar dan Covid-19

9 05-Agust-20 Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN

10 12-Agust-20 Meluruskan Infodemi Covid-19

1

Pendapatan Negara

14-Jul-20 Negara Berpendapatan Menengah Atas, Mengapa Baru Sekarang

2 16-Jul-20 Setelah Indonesia Naik ke Kelompok Pendapatan Menengah Atas

3 16-Jul-20 Peluang dan Tantangan Menjadi Negara Berpendapatan Menengah Atas

1

Petani dan Pertanian

25-Jul-20 "Food Estate", Pertanian Kecil dan Ketahanan Nasional

2 03-Agust-20 Memotret Sektor Pertanian Secara Utuh

3 05-Agust-20 RUU Cipta Kerja Versus Petani

4 12-Agust-20 Pertanian tanpa Petani

1 Normal

Baru

16-Jul-20 Peran Keluarga Era Normal Baru

2 23-Jul-20 UMKM, Normal Baru, dan Transportasi

3 06-Agust-20 Menghijaukan Kenormalan Baru

1

Anak

24-Jul-20 Urgensi Pemda Lindungi Anak

2 05-Agust-20 Hentikan Kekerasan pada Anak

3 11-Agust-20 Memperluas Pemahaman Viktimisasi Anak

1

Pangan

24-Jul-20 Basis Pertahanan Berdaulat Pangan

2 25-Jul-20 Cadangan Strategis Pangan

3 28-Jul-20 Lumbung Pangan Berkelanjutan

4 03-Agust-20 Lumbung Pangan Nasional

5 06-Agust-20 Mitigasi Lumbung Pangan Baru

1 Pendidikan

13-Agust-20 Catatan 75 Tahun Pendidikan

2 13-Agust-20 Pendidikan Indonesia 2045

1 Perguruan

Tinggi

29-Jul-20 Konvergensi Tridarma Perguruan Tinggi

2 23-Jul-20 Tantangan Perguruan Tinggi: untuk Apa Bayar Mahal jika Hanya Daring?

1

Kemiskinan

20-Jul-20 Data Kemiskinan, Kemiskinan Data

2 21-Jul-20 Bantuan Efektif Menahan Kemiskinan

3 13-Agust-20 Daya Beli Penduduk Miskin

36

1

Lainnya

13-Jul-20 Akreditasi Otomasi

2 14-Jul-20 Kesaktian Joko S Tjandra

3 14-Jul-20 Ujung Krisis Penerbangan

4 14-Jul-20 Dilema Pengembangan KEK

5 15-Jul-20 Pendapatan dan Benalu Ketimpangan

6 16-Jul-20 Melihat Papua dengan Mata Data

7 18-Jul-20 Korporsi dan UU Minerba

8 18-Jul-20 Mendayung di Antara Tiga Karang

9 21-Jul-20 Peluang Meminimalkan Resesi

10 21-Jul-20 Pedagogi untuk Menapis Misinformasi

11 21-Jul-20 Kebudayaan Bangsa Indonesia

12 22-Jul-20 Ketegangan AS-China

13 22-Jul-20 Vaksin Korupsi

14 22-Jul-20 Keluhan Pramodya dan Keadaan Kini

15 27-Jul-20 Resesi dan Peradaban Baru

16 27-Jul-20 Misteri Kewarganegaraan

17 27-Jul-20 Amankah "Thermogun"?

18 28-Jul-20 Menguatkan Sistem Presidensial

19 28-Jul-20 Membenahi Rekrutkmen Kepala Daerah

20 28-Jul-20 Momentum Kaji Strategi Menanggulangi Hepatitis

21 29-Jul-20 Mencermati Angka Pengangguran

22 30-Jul-20 Pilkada Dinasti Politik

23 30-Jul-20 Sulitnya Pembahasan RUU PKS

24 01-Agust-20 Isyarat Politik dalam Puisi

25 01-Agust-20 Menghidupkan Kembali CEDAN

26 04-Agust-20 Ajip Rosidi Tentang Budaya Sunda

27 04-Agust-20 Boikot Media Sosial dan Keseimbangan Baru

28 06-Agust-20 Potret Buram Hukum

29 06-Agust-20 Jatuhnya Joko Tjandra

30 07-Agust-20 Catatan untuk Pemulihan Ekonomi

31 07-Agust-20 Tantangan BI Kian Berat

32 07-Agust-20 Keadaan Baru

33 07-Agust-20 Tantangan Kelola Riset dan Inovasi

34 08-Agust-20 Menyelamatkan UMKM dan Korporasi

35 10-Agust-20 Mengamati Lonjakan Harga Emas

36 10-Agust-20 Kesetaraan Keterwakilan dan Kursi DPR

37 10-Agust-20 Padat Karya Bermesin Bumdes

37

38 10-Agust-20 Transportasi, AKB, Realitas Sosial

39 11-Agust-20 Lembah Kematian Inovasi

40 11-Agust-20 "Positive Rate" dan Protokol Kesehatan

41 11-Agust-20 Resiliensi dan "Ko-imun"

42 12-Agust-20 Menjembatani Sektor Keuangan

43 17-Jul-20 Menunggu Tuah Kawasan Industri

44 20-Jul-20 150 Tahun Belenggu atas Hak Tanah

45 13-Agust-20 Krisis, Migrasi, dan Remitansi

Tabel di atas telah terkelompokkan berdasarkan kata kunci yang hadir

disetiap judul kolom Opini pada surat kabar Kompas. Kemudian peneliti

memilih kumpulan tulisan yang terdapat kata kunci “Covid-19” sebanyak 10

artikel. Kumpulan tulisan tersebut yaitu:

No Kata Kunci

Judul Penulis

1

Covid-19

Covid-19, "Great Reset", SDGs Suharso Monoarfa

2 Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19

Abdul Malik Gismar

3 Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir

Erman Aminullah

4 Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?

Soeharsono

5 Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat Dono Widiatmoko

6 Covid-19 dan Pembangunan Emil Salim

7 Otopsi Jenazah Korban Covid-19 Djoko Santoso

8 Bebas dari Cacar dan Covid-19 FX Wikan Indrarto

9 Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN

Fachry Ali

10 Meluruskan Infodemi Covid-19 Hari Kusnanto

Kesepuluh artikel ini yang akan menjadi objek atau bahan penelitian. Di

masa wabah Covid-19 ini akan menjadi menarik untuk dapat mengetahui

gagasan atau argumen ilmiah yang dilontarkan oleh para tokoh di luar sana.

Terlebih dalam penelitian ini melalui medium kolom Opini pada surat kabar

Kompas versi daring.

38

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul, peneliti menganalisisnya dengan menggunakan

teknik analisis isi (Analysis Content). Teknik analisis isi atau yang dikenal

dengan analisis content berusaha mengkaji yang terkandung di dalam objek

penelitian. Weber memaparkan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian

yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang

sahih dari sebuah buku atau dokumen.64

Melalui pengumpulan data yang

telah dilakukan, kemudian data tersebut dianalisis, dan setelahnya dapat

ditarik kesimpulan dengan memberikan penjelasan terhadap data yang

dianalisis. Adapun tahapan untuk menuju capaian di atas yaitu:

1. Membuat kolom analisis argumentasi yaitu sebagai berikut:

No Judul Tulisan

Unsur-Unsur

Argumentasi

Cla

im (

Per

nyat

aan)

Dat

a (D

ata)

War

rant

(Pem

ben

aran

)

Bac

kin

g (

Dukungan

)

Modal

Qual

ifie

rs

(Kat

a/F

rasa

)

Reb

utt

al (

San

ggah

an)

1 Covid-19, “Great Reset”, SDGs

2 Mengapa Masyarakat Anggap

Enteng Covid-19

3 Covid-19, Perlu Pemantauan

Berkelanjutan di Hilir

4 Apa Setelah Demam Babi

Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?

5 Covid-19 dan Kesehatan

Masyarakat

6 Covid-19 dan Pembangunan

7 Otopsi Jenazah Korban Covid-

64

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-34, h.220

39

19

8 Bebas dari Cacar dan Covid-19

9 Covid-19 dan Aspek Historikal

Struktural BUMN

10 Meluruskan Infodemi Covid-19

2. Membaca dengan cermat keseluruhan data primer dalam penelitian.

3. Mengidentifikasi data pertulisan ke dalam kolom analisis argumentasi.

4. Memberikan interpretasi penelitian berdasarkan hasil identifikasi data

guna mendukung penjelasan dalam analisis yang dilakukan.

40

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Rubrik Opini di Koran Kompas

Analisis ini berdasarkan pada data yang dikumpulkan penulis yakni rubrik

Opini dalam koran Kompas selama satu bulan (13 Juli – 13 Agustus 2020)

yang menghasilkan 85 tulisan. Bersamaan di masa wabah Covid-19 peneliti

menentukan bahan analisis yaitu kumpulan tulisan yang terdapat kata “Covid-

19” disetiap judul kolom Opini pada surat kabar Kompas, sebanyak 10

tulisan. Kesepuluh tulisan tersebut akan dianalisis terkait unsur-unsur

argumentasi yang ada di dalam teks seperti, elemen pokok argumentasi yakni

Claim, Data, Warrant, serta elemen pelengkapnya yakni Backing, Modal, dan

Rebuttal.

Berikut adalah tabel mengenai unsur-unsur argumentasi dari kesepuluh

tulisan dalam rubrik Opini di koran Kompas:

No Judul Tulisan

Unsur-Unsur

Argumentasi

Cla

im (

Per

nyat

aan)

Dat

a (D

ata)

War

rant

(Pem

ben

aran

)

Bac

kin

g (

Dukungan

)

Modal

Qu

alif

iers

(Kat

a/F

rasa

)

Reb

utt

al (

San

ggah

an)

1 Covid-19, “Great Reset”, SDGs v v v v v -

2 Mengapa Masyarakat Anggap

Enteng Covid-19 v v v v v -

3 Covid-19, Perlu Pemantauan

Berkelanjutan di Hilir v v v - v -

4 Apa Setelah Demam Babi

Afrika, Covid-19, dan Flu Babi? v v v - v -

5 Covid-19 dan Kesehatan v v v v v -

41

Masyarakat

6 Covid-19 dan Pembangunan v v v v v -

7 Otopsi Jenazah Korban Covid-

19 v v v - v -

8 Bebas dari Cacar dan Covid-19 v v v v v -

9 Covid-19 dan Aspek Historikal

Struktural BUMN v v v v v -

10 Meluruskan Infodemi Covid-19 v v v v v -

Selanjutnya analisis atau penjelasan terkait data tabel di atas akan dibahas

secara lugas dan rinci berdasarkan kesepuluh tulisan tersebut.

1. Covid-19, “Great Reset”, SDGs

Tulisan pertama yang akan di analisis adalah Covid-19, “Great

Reset”, SDGs dengan penulis Suharso Monoarfa (Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas). Dimuat pada Senin, 13 Juli

2020 dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis

berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam

bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal.

Unsur pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan

pembicaraan. Claim pada artikel opini yang berjudul Covid-19, “Great

Reset”, SDGs adalah:

(1) “tahun 2020 akan selamanya dikenang sebagai periode krisis yang

hanya bisa disetarakan dengan Depresi Besar 1930-an”65

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang mengulik krisis yang tengah terjadi di tahun 2020 ini, krisis

yang hampir melanda seluruh negara begitu pun dengan Indonesia.

Mencoba mencari kesamaan dengan pengalaman dunia akan krisis-krisis

yang pernah terjadi. Sebagaimana dalam sejarah peradaban manusia,

krisis akan membuat perubahan besar. Krisis akan memaksa kita

merefleksikan apa yang salah sebelumnya, lalu apa yang perlu dilakukan

dan diubah untuk mengantisipasi agar krisis tak berulang. Claim tersebut

65

Suharso Monoarfa, “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Surat Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020, hal. 10

42

tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila terdapat

data-data yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

a. (2) “di masa pandemi kita menyaksikan Bumi yang semakin

ringkih karena menopang hampir delapan miliar manusia dan

segera berada di “titik kulminasi”.”66

Pernyataan ini merupakan data. Titik kulminasi yang dimaksudkan

yakni proyeksi yang diperkirakan para ilmuwan bahwa 17 tahun

lagi, apabila manusia tetap bersikeras dengan pola kehidupan

seperti saat ini, maka di masa depan dunia akan semakin rentan

menghadapi berbagai krisis. Bagaimana pangan, air, dan energi

akan semakin langka dan menjadi sumber konflik yang tak akan

pernah usai di masa depan.

Kemudian di masa pandemi Covid-19 ini yang menyebabkan krisis

dunia, bumi dalam hal ini sebagai tempat manusia hidup, memiliki

peran penting untuk perlu diperhatikan. Mengingat usia planet

Bumi yang semakin tua. Sebagaimana pernyataan para pakar

mengenai usia planet Bumi yang berdasarkan perkiraan batuan

tertua, umur planet yang kita tinggali ini sekitar 4,5 miliar tahun.

Ilmuwan dari seluruh dunia menggunakan ilmu astronomi, geologi,

kimia, biologi, arkeologi, dan ilmu lainnya untuk menyelidiki

pembentukan bumi serta muncul dan punahnya kehidupan di

Bumi.67

PBB memperkirakan, ada 7,6 miliar penduduk Bumi saat

ini. Angkanya naik terus hingga 9,8 miliar di tahun 2050. Akhir

abad ini, proyeksi mereka jumlah penduduk akan mencapai 11,2

66

Ibid., Suharso Monoarfa, hal.10 67

Akhyari Hananto, Lima Kepunahan Massal dalam Sejarah Bumi. Benarkah kita memasuki kepunahan ke-6?, diunduh pada 22 Agustus 2020 pukul 16:45 https://www.mongabay.co.id/2018/02/09/lima-kepunahan-massal-dalam-sejarah-bumi-benarkah-kita-memasuki-kepunahan-ke-6/

43

miliar.68

Kemudian terkait batas akhir kemampuan Bumi yakni,

berawal dari anggapan bahwa manusia akan kehabisan ruang di

Bumi dianggap tidak masuk akal. Sebab, jika dihitung-hitung total

penduduk dunia 11 miliar jiwa, seharusnya masih banyak sisa

lahan di Bumi. Total daratan Bumi - tidak termasuk wilayah yang

tertutup es - mencapai 13,4 miliar hektare. Namun orang tidak

memperhitungkan bahwa tidak semua wilayah daratan di planet ini

bisa dihuni. Sebab, beberapa wilayah beriklim ekstrem dan ada

juga yang tempatnya terlalu terpencil. Ambil contoh Siberia,

lahannya luas sekali tapi iklimnya ganas. Wilayah Australia bagian

tengah juga demikian, tanahnya terlalu tandus itu sebabnya

penduduk Australia bermukim di wilayah dekat garis pantai. Total,

wilayah yang saat ini dihuni manusia luasnya kurang dari tiga

persen wilayah daratan Bumi. Tapi sebanyak 35% hingga 40%

daratan bumi adalah wilayah pertanian yang berfungsi sebagai

sumber pangan. Di saat jumlah penduduk terus bertambah, maka

yang dikhawatirkan adalah ketersediaan lahan pangan. Lahan yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk dunia

saat ini, menurut penelitian yang dilakukan di Stanford University,

yakni antara 2,7 juta hektare dan 4,9 juta hektare. Sedangkan total

wilayah yang cocok untuk tanaman pangan sebesar 445 juta

hektare. Para peneliti memperkirakan, dengan adanya kenaikan

permintaan akan pangan, biofuel, industri kehutanan, dan sebaran

urbanisasi, cadangan lahan yang ada tersebut akan terkena

dampaknya. Lahan yang tersisa akan habis terpakai pada 2050.69

Dengan demikian terkait angka populasi dalam data telah

tervalidasikan dengan pernyataan dari PBB (Perserikatan Bangsa-

68

Richard Gray, Bisakah Bumi menampung 11,2 miliar orang di akhir abad ini?, diunduh pada Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 20:47 https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-41066355 69

Ibid, diunduh pada Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 20:47, https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-41066355

44

Bangsa) yang merupakan organisasi internasional dengan

anggotanya hampir diseluruh negara bagian dunia. Data (a) ini

menunjukan dukungan terhadap claim, mengingat penjelasan

ilmiah di atas bahwa tingkat populasi juga memiliki peranan

penting sebagai faktor yang dapat memicu krisis. Terlebih krisis

kesehatan yang sedang melanda di tahun 2020 ini yang juga

memberikan dampak terhadap sektor yang lainnya.

b. (3) “Di dunia, Great reset akan menjadi tema besar pertemuan

prestisius Forum Ekonomi Dunia, Indonesia telah

mengarustamakan SDGs dalam dokumen Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.”70

Pernyataan ini merupakan data, bahwa Covid-19 telah

menyadarkan atau membangunkan ulang diri kita yang harus

menjalankan kehidupan dengan cara yang berbeda. Penting untuk

kita me-reset ulang apa yang telah kita lakukan sebelumnya,

dengan meninggalkan kebiasaan masa lalu yang tak kompatibel

dengan masa depan.

Adapun WEF (World Economic Forum) atau sering kali di dengar

forum ekonomi dunia yang setiap tahunnya selalu mengadakan

perhelatan dan menghadirkan pemimpin global dari kalangan

pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil. Seruan great reset

dikumandangkan dari podium World Economic Forum. Great reset

bahkan menjadi tema utama forum tahunan WEF yang mulai

didiskusikan di forum-forum daring. Pendiri dan ketua eksekutif

WEF Klaus Schwab bersama Thierry Mallert bahkan meluncurkan

buku "Covid-19: The Great Reset". Buku ini secara mendalam

mengulas agenda perubahan tatanan kehidupan secara masif.

Secara global, keduanya menawarkan great reset di lima sektor.

Yaitu ekonomi, sosial, geopolitik, lingkungan, dan teknologi. Great

reset adalah seruan mengubah sikap personal dan paradigma

70

Suharso Monoarfa, “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Loc.Cit, hal.10

45

kolektif kekuasaan. Termasuk menyiapkan kuda-kuda

menyongsong deru teknologi dan digitalisasi yang tak

terbendung.71

Tujuan RPJMN IV tahun 2020 – 2024 telah sejalan

dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Target-target dari

17 tujuan (goals) dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(SDGs) beserta indikatornya telah ditampung dalam 7 agenda

pembangunan. Adapun 7 agenda pembangunan tersebut yakni

memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang

berkualitas, mengembangkan wilayah untuk mengurangi

kesenjangan, meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas

dan berdaya saing, membangun kebudayaan dan karakter bangsa,

memperkuat infrastrukur untuk mendukung pengembangan

ekonomi dan pelayanan dasar, membangun lingkungan hidup,

meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim,

memperkuat stabilitas Polhukhankam dan tranformasi pelayanan

publik.72

Dengan demikian kata (b) di atas telah tervalidasikan dengan

kutipan di atas. Bahwa berbagai lembaga dunia dan para ahli

dibidangnya tengah sama-sama berusaha untuk menanggulangi

krisis yang sedang terjadi di tahun 2020 ini. Bagaimana slogan

great reset adalah bukan sekedar ujaran biasa, tetapi menjadi misi

penting dalam mengatasi keberlangsungan populasi dunia agar

terus dapat berjalan dengan baik. Serta upaya pemerintah

Indonesia yang juga turut andil berperan aktif di berbagai lembaga

organisasi internasional. Dengan menyatukan frekuen terhadap

visi yang dibangun oleh global dengan pembangunan yang sedang

71

Jusman Dalle, Pandemi, Momentum Great Reset, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 1:37, https://analisis.kontan.co.id/news/pandemi-momentum-great-reset 72

Ibid, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 2:48, https://www.bappenas.go.id/files/rpjmn/Narasi%20RPJMN%20IV%202020-2024_Revisi%2028%20Juni%202019.pdf

46

dilakukan di dalam negeri sendiri. Tentu data (b) ini mendukung

claim terkait krisis dan peradaban manusia.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini ada dua yaitu:

a. Dinamika krisis yang terjadi erat kaitannya dengan kondisi Bumi

serta kelajuan pertambahan penduduknya.

b. Dengan demikian penting berbagai negara diseluruh belahan

dunia harus hadir dalam mengatur ulang peradaban ini.

Pernyataan tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada di

artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Covid-19, “Great Reset”, SDGs ditemukan

backing yaitu:

(4) “Sangat beruntung, dunia telah memiliki Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs), bagi semua pemangku kepentingan, baik

pemerintah maupun nonpemerintah, di seluruh dunia untuk

menjalankan kehidupan berkelanjutan.”73

Backing di atas adalah fakta. SDGs atau istilah yang kerap didengar

yakni Sustainable Development Goals. SDGs adalah cara yang juga

ditempuh dunia untuk menjaga kestabilan peradaban manusia. Hal ini

kerap dibuktikan dengan pernyataan dari situs resmi SDGs yaitu: SDGs

atau Sustainable Development Goals merupakan suatu rencana aksi

global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia,

guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi

lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan

dapat dicapai pada tahun 2030.74

SDGs ini bertempat di Markas Besar

73

Suharso Monoarfa, “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Loc.Cit, hal.10 74

SDGs, Sustainable Development Goals, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 2:33, https://www.sdg2030indonesia.org/

47

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), disahkan pada 25 September 2015,

dengan pendahulunya yaitu MDGs (Millenium Development Goals).75

Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa kestabilan kondisi

Bumi menjadi perhatian serius dan dapat menjadi faktor atau pemicu

krisis jika terjadi ketidakstabilan dalam kondisi Bumi. Serta kehadiran

berbagai negara yang juga memiliki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(SDGs) adalah kebenaran yang perlu dikawal agar terwujud dan

keberlangsungan Bumi ini tidak hanya untuk generasi hari ini tetapi juga

untuk masa yang akan datang. Dengan begitu backing di atas adalah

fakta yang mampu mendukung warrant.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari

argumen yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer

dalam artikel ini terdapat kata penanda “akan” pada pernyataan di claim.

Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir

sama dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan

tanpa harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19, “Great Reset”,

SDGs tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap claim.

2. Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19

Tulisan kedua yang akan di analisis adalah Mengapa Masyarakat

Anggap Enteng Covid-19 dengan penulis Abdul Malik Gismar (Senior

Advisor Paramadina Public Policy Institute). Dimuat pada Senin, 13 Juli

2020 dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis

berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam

bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur

pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.

75

Ibid, diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 2:38, https://www.sdg2030indonesia.org/page/8-apa-itu

48

Claim pada artikel opini yang berjudul Mengapa Masyarakat Anggap

Enteng Covid-19 adalah:

(1) “Persepsi terhadap suatu risiko menentukan perilaku menghadapi

risiko itu. Risiko Covid-19 tidak biner atau dikotomis berisiko vs

tidak berisiko. Oleh karena itu, secara obyektif risiko penularan

Covid-19 juga tak sama untuk semua kegiatan.”76

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang mengulik hal mendasar dalam membentuk perhatian

masyarakat terhadap pandemi Covid-19, khususnya pada masyarakat

Indonesia. Karena sumber informasi yang dikonsumsi masyarakat amat

luas dan bebas sehingga hal ini dapat memunculkan banyak persepsi bagi

setiap pembacanya, dan dapat menyebabkan keterbelahan pemikiran dan

kekaburan sikap dalam menghadapi wabah Covid-19 ini. Bagaimana

sains di balik risiko Covid-19 ini sangat kompleks, melibatkan

pengetahuan mengenai virus itu sendiri, dan lingkungan seperti apa yang

dapat menyebarkannya, serta perilaku manusia seperti apa yang

memudahkan penyebarannya. Pemahaman mengenai risiko Covid-19

akan membantu persepsi risiko yang akurat untuk setiap kegiatan yang

akan dilakukan. Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat

kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

(2) “Social Resilience Lab Nanyang Technological University

menyimpulkan bahwa Jakarta belum siap untuk normal baru karena

sebagian besar warga Jakarta (77 persen) menganggap enteng Covid-

19”77

Pernyataan ini merupakan data. Terkait Covid-19, arti normal baru

merujuk pada sikap, perilaku, dan tatanan sosio-kultural baru yang

76

Abdul Malik Gismar, “Covid-19, “Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Senin 13 Juli 2020, hal. 10 77

Ibid., Abdul Malik Gismar, hal.10

49

muncul sebagai reaksi dan adaptasi terhadap virus ini. Pilihan terkait

“keluar rumah” dan “tidak keluar rumah” adalah bukan pilihan, karena

biaya ekonomi, sosial, kultural, dan psikologis dari “tinggal di rumah”

berkepanjangan sangat nyata. Akan tetapi, melakukan kegiatan sehari-

hari dan menganggap enteng risiko Covid-19 adalah sangat berbahaya.

Jakarta sebagai Ibu Kota memiliki pasien dengan status pelajar dan

mahasiswa itu menembus angka lebih dari 200 orang di setiap kota

administrasi DKI Jakarta. Adapun total kajian berdasarkan sampel data

dari 4.089 pasien Covid-19 di Ibu Kota. Sedangkan distribusi pekerjaan

pasien positif Covid-19 di DKI terbanyak ada orang yang berstatus

belum/tidak bekerja 1.446 orang, pelajar, dan mahasiswa (1.302), tenaga

kesehatan (928), karyawan swasta (696), perdagangan (611), PNS (416),

pekerja migran (354), anak buah kapal (184), dan lain-lain (92).

Distribusi pekerjaan lainnya adalah karyawan BUMN (84), wiraswasta

(63), petugas kebersihan (48), TNI/Polri (43), karyawan BUMD (39),

driver/ojek (31), pemuka agama (19), satuan pengamanan (16), buruh

(14), pembantu rumah tangga (13), dosen/guru (12), dan narapidana (5).

Data tersebut dihasilkan dari kajian terhadap 6.416 pasien Covid-19 di

DKI.78

Kemudian terkait rendahnya persepsi masyarakat yang

menunjukan belum siapnya Jakarta untuk normal baru yaitu adanya

pemberitaan bahwa ada kegiatan lomba 17 Agustus di Jakarta Timur

yang dibubarkan oleh Satpol PP. Upaya pembubaran kerumunan peserta

dan penonton lomba yang melibatkan sepuluh personel Satpol PP. Upaya

pembubaran massa dilakukan secara persuasif melalui sosialisasi bahaya

Covid-19 serta edaran dari pemerintah setempat.79

78

Imam Hamdi, Distribusi Pasien Covid-19 di DKI Jakarta, Pelajar dan Mahasiswa Tertinggi, diunduh pada Jumat 18 September 2020 pukul 20:58 https://metro.tempo.co/read/1376269/distribusi-pasien-covid-19-di-dki-jakarta-pelajar-dan-mahasiswa-tertinggi 79

Hariyanto Kurniawan, Lomba 17 Agustus di Jakarta Timur Dibubarkan Paksa oleh Satpol PP, diunduh pada Jumat, 18 September 2020 pukul 21:09 https://www.kompas.tv/article/102172/lomba-17-agustus-di-jakarta-timur-dibubarkan-paksa-oleh-satpol-pp

50

Jakarta sebagaimana adalah Ibu Kota dari Indonesia, segala roda dan

pergerakan berbagai bidang sektor ada di tempat ini. Bahkan menjadi

percontohan bagi kota-kota lainnya. Dengan demikian data ini telah

tervalidasikan dan data ini menunjukkan dukungan terhadap claim,

bahwa persepsi terhadap sesuatu perlu dibangun secara kuat dan kokoh

agar tidak menjadi bias arti dan maksudnya. Mengingat Covid-19 adalah

permasalah global dan menjadi wabah dunia, yang seluruh negara harus

berpartisipasi aktif dan responsif dalam proses penanggulangannya.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Pengetahuan dan

pemahaman penularan Covid-19 harus jadi fokus utama untuk

menyiapkan tatanan kehidupan baru. Pernyataan tersebut

menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19

ditemukan backing yaitu:

(3) “Sekali lagi yang diperlukan adalah kampanye kesehatan

masyarakat yang masif dan intensif. Untuk ini diperlukan kebijakan,

program, dan kegiatan yang sinkron dan ketat terintegrasi secara

vertikal lintas tingkatan pemerintahan dan secara horizontal lintas

lembaga; serta disampaikan dalam bahasa yang dimengerti

masyarakat.”80

Backing di atas adalah fakta. Sebagaimana program Direktur Jenderal

Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kirana

Pritasari mengatakan, kampanye nasional untuk mencegah penyebaran

Covid-19 dibutuhkan agar masyarakat semakin paham pencegahan

penularan virus corona. Kirana mengatakan dalam kegiatan kampanye

80

Abdul Malik Gismar, “Covid-19, “Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19”, Loc.Cit, hal.10

51

nasional itu bahwa "Kita bisa menjaga masyarakat agar bisa menjadi

benteng pertahanan utama untuk melakukan pencegahan dari penyebaran

Covid-19 ini".81

Dengan adanya bukti tersebut menggambarkan bahwa negara memang

sedang bergerak ke arah sana. Sebagaimana kampanye secara

konvensional sebagai usaha indoktrinasi. Bahwa pengetahuan dan

penularan Covid-19 harus dipahami secara meluas, sebagai usaha untuk

menyiapkan tatanan kehidupan baru. Dengan begitu backing di atas

adalah fakta yang mampu mendukung warrant.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “oleh karena itu” pada pernyataan di claim.

Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir

sama dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan

tanpa harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Mengapa Masyarakat

Anggap Enteng Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur

rebuttal terhadap claim.

3. Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir

Tulisan ketiga yang akan di analisis adalah Covid-19, Perlu

Pemantauan Berkelanjutan di Hilir dengan penulis Erman Aminullah

(Profesor Riset, Bidang Kebijakan Iptek, LIPI). Dimuat pada Senin, 13

Juli 2020 dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis

berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam

bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur

pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.

81

Irfan Kamil, Ini Kampanye Nasional yang Dilakukan Kemenkes demi Cegah Covid-19, di unduh pada Jumat, 19 September 2020 pukul 21.42 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/04/10534021/ini-kampanye-nasional-yang-dilakukan-kemenkes-demi-cegah-covid-19?page=all

52

Claim pada artikel opini yang berjudul Covid-19, Perlu Pemantauan

Berkelanjutan di Hilir adalah:

(1) “Kehidupan normal baru yang menjaga keseimbangan antara

kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi ditempuh, dengan

membuka kembali kegiatan ekonomi nasional secara bertahap, dan

pada saat yang bersamaan tetap menerapkan protokol kesehatan

dengan disiplin tinggi.”82

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang membangun gagasan terkait kehidupan normal baru sebagai

sikap yang perlu diambil dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini.

Bagaimana kebijakan yang diambil pemerintah dalam penanganan Covid-

19 terkait kehidupan normal baru akan dipengaruhi oleh masukan

informasi ilmiah di bidang epidemilogi serta pertimbangan sosial ekonomi

dan politik. Tentu kebijakan ini membutuhkan kompromi dari para

pemangku kepentingan di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.

Beberapa langkah penyesuaian kebijakan juga diambil, mengikuti

perkembangan situasi, kepentingan, informasi, dan angka kasus Covid-19

di lapangan yang dinamis dan terus menaik secara eksponensial. Claim

tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila

terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

a. (2) “Tatanan normal baru diterapkan oleh pemerintah awal Juni, saat

kurva penambahan kasus baru Covid-19 belum menunjukkan tanda-

tanda menurun.”83

Pernyataan ini merupakan data. Terkait kebijakan pemerintah yang

membuka kembali kegiatan ekonomi dengan menyimulasikan

pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dengan mulai

82

Erman Aminullah, “Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir”, Surat Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020, hal. 11 83

Ibid, Erman Aminullah, hal. 11

53

membuka kembali akses transportasi, mal, dan pasar, dan disusul

sektor lain secara bertahap.

Sebagaimana untuk memulihkan roda ekonomi agar bisa kembali

berjalan normal, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

sudah menyusun tahapan atau fase pembukaan kegiatan bisnis dan

industri pasca-penyebaran pandemi Covid-19. Adapun timeline fase

new normal untuk pemulihan ekonomi dibagi dalam 5 tahapan: Fase 1

(1 Juni) industri dan jasa dapat beroperasi dengan protokol kesehatan

Covid-19, namun mall belum boleh beroperasi, kecuali toko penjual

masker dan fasilitas kesehatan. Fase 2 (8 Juni) toko, pasar, dan mall

diperbolehkan pembukaan toko namun dengan protokol kesehatan.

Fase 3 (15 Juni) mall tetap seperti fase 2, namun ada evaluasi

pembukaan salon, spa, dan lainnya. Tetap dengan protokol kesehatan

Covid-19. Sekolah dibuka namun dengan sistem shift. Fase 4 (6 Juli)

pembukaan kegiatan ekonomi dengan tambahan evaluasi untuk

pembukaan secara bertahap restoran, cafe, bar, dan lainnya dengan

protokol kebersihan yang ketat. Kegiatan ibadah diperbolehkan

dengan jumlah jamaah dibatasi. Fase 5 (20-27 Juli) evaluasi untuk 4

fase dan pembukaan tempat-tempat atau kegiatan ekonomi dan

kegiatan sosial berskala besar. Akhir Juli/awal Agustus 2020

diharapkan seluruh kegiatan ekonomi sudah dibuka.84

Adapun terkait tatanan normal baru yang diterapkan oleh pemerintah

telah tervalidasikan dengan pernyataan dari Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian yang merupakan kementerian dalam

pemerintah Indonesia yang membidangi koordinasi dan sinkroniasi

penyiapan dan penyusunan kebijakan serta pelaksanaan di bidang

perekonomian. Dengan menteri yang bertugas adalah Airlangga

84

Muhammad Idris, Mulai 1 Juni, Ini Skenario Tahapan New Normal untuk Pemulihan Ekonomi, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 1:06 https://money.kompas.com/read/2020/05/26/073708726/mulai-1-juni-ini-skenario-tahapan-new-normal-untuk-pemulihan-ekonomi?page=all

54

Hartarto. Data (a) ini menunjukkan dukungan terhadap claim,

mengingatkan bahwa tatanan suatu negara tidak hanya berdiri dari

satu bidang/sektor saja, melainkan banyak bidang dan itu saling

berkesinambungan. Pentingnya untuk menjaga keseimbangan kegiatan

ekonomi di tengah kegiatan kesehatan yang masih menanggulangi

Covid-19 ini.

b. (3) “Selama Juni, jumlah kasus Covid-19 naik dua kali lipat dari

28.000-an menjadi 57.000-an.”85

Pernyataan ini merupakan data. Bahwa pelonggaran PSBB untuk

menuju kehidupan normal baru akan tetapi kasus Covid-19 naik dua

kali lipat. Artinya, penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi

terhadap protokol kesehatan belum berjalan maksimal.

Sebagaimana pemerintah kembali melaporkan penambahan kasus

Covid-19 di Indonesia. Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad

Yurianto mengatakan bahwa hingga hari terakhir di bulan Juni ini,

secara keseluruhan terdapat 56.385 kasus positif COVID-19 di

Indonesia.86

Sejak pertengahan Juni 2020 jumlah kasus baru

terkonfirmasi positif Corona di Indonesia berada di kisaran 1.000

kasus per harinya. Namun hal tersebut tidak serta merta menunjukkan

angka positivity rate juga tinggi. Epidemiolog Gugus Tugas Nasional

Dewi Nur Aisyah menerangkan, positivity rate tidak hanya dilihat dari

angkanya saja, melainkan dari jumlah orang yang diperiksa. Secara

nasional positivity rate Indonesia mencapai 12% yang masih di atas

standar positivity rate yang ditetapkan WHO yaitu sebesar 5%.

Namun jika dibandingkan bulan Mei lalu positivity rate saat ini lebih

rendah. Dewi menambahkan data di bulan Juni dengan rata-rata 8.000

85

Erman Aminullah, “Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir”, Loc.Cit, hal. 11 86

Giovani Dio Prasasti, 30 Juni 2020 : Kasus Positif Corona di Indonesia 56.385, Sembuh 24.806, Meninggal 2.876, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 03:06 https://www.liputan6.com/health/read/4292625/30-juni-2020-kasus-positif-corona-di-indonesia-56385-sembuh-24806-meninggal-2876

55

kasus baru dalam satu minggu dan orang yang diperiksa mencapai

55.000 sehingga saat ini positivity rate-nya 12%. Dengan demikian

dapat dikatakan kecepatan penularan melambat dari bulan

sebelumnya. Lebih lanjut Dewi menjelaskan jika angka nasional 12%

maka setiap kabupaten-kota memiliki cerita yang berbeda jika ditelaah

dari jumlah orang positif dibandingkan dengan jumlah orang yang

diperiksa.87

Terkait jumlah kasus Covid-19 selama bulan Juni telah tervalidasikan

oleh pernyataan dari Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Penanganan

Covid-19. Data (b) ini menunjukan dukungan terhadap claim, bahwa

meningkatnya jumlah kasus Covid-19 perlu ditinjau kembali dengan

jumlah uji yang dilakukannya. Dengan demikian terjadi kepaduan

antara keduanya dan hal tersebut tidak bisa disimpulkan hanya dari

salah satu hasilnya. Menjadikan dalam hal ini pemerintah terus

optimis dalam melaksanakan normal baru sebagai bagian dari

perencanaan menjaga keseimbangan antara kepentingan kesehatan dan

kepentingan ekonomi.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Perlunya pemantauan

berkelanjutan dalam penerapan normal baru sebagai upaya menjaga

kestabilan kondisi negara. Pernyataan tersebut menghubungkan claim

dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

87

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional, Perkembangan COVID-19 Juni, Dr. Dewi: Angka Positivity Rate Lebih Rendah daripada Bulan Mei, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 03:14 https://covid19.go.id/p/berita/perkembangan-covid-19-juni-dr-dewi-angka-positivity-rate-lebih-rendah-daripada-bulan-mei

56

dalam artikel berjudul Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir

tidak ditemukan backing dalam artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “dan pada saat” pada pernyataan di claim.

Unsur argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir

sama dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan

tanpa harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19, Perlu

Pemantauan Berkelanjutan di Hilir tidak ditemukan atau tidak memiliki

unsur rebuttal terhadap claim.

4. Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?

Tulisan keempat yang akan di analisis adalah Apa Setelah Demam

Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi? dengan penulis Soeharsono

(Mantan Penyidik Penyakit Hewan). Dimuat pada Jumat, 17 Juli 2020

dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis

berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam

bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur

pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.

Claim pada artikel opini yang berjudul Apa Setelah Demam Babi Afrika,

Covid-19, dan Flu Babi? adalah:

(1) “China bagaikan sudah jatuh ditimpa tangga pula.”88

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang menuliskan permasalahan atau wabah-wabah yang dialami oleh

negara China. Wabah pertama yaitu demam babi Afrika, penyakit yang

tidak menular ke manusia ini menyebabkan kematian babi dalam jumlah

yang tidak wajar. Wabah kedua yaitu Covid-19, yang saat ini tengah

menjadi wabah dunia dan masih dalam tahap penanggulangan hampir

88

Soeharsono, “Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?”, Surat Kabar Kompas, Jumat, 17 Juli 2020, hal. 10

57

disetiap negara. Wabah ketiga yaitu flu babi, virus yang penyebabnya

berasal dari babi dan menyebar antar orang yang menyebabkan kematian.

Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya

apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

(2) “Agustus 2018, untuk pertama kali China tertular penyakit paling

ganas pada babi, demam babi Afrika. Diperkirakan 25 persen dari

ratusan juta populasi babi mati pada April 2020. Pada bulan Desember

2019 muncul wabah Covid-19, kemudian menjadi pandemi.

Kemudian baru-baru ini peneliti di China menemukan virus flu babi

baru (G4 EA H1N1) yang menulari 10 persen peternak, dan disebut

berpotensi menjadi pandemi (Proceedings of the National Academy of

Sciences).”89

Pernyataan ini merupakan data. Demam babi Afrika yang

menyebabkan kematian babi dengan jumlah yang tidak wajar, ditambah

lalu lintas impor-ekspor babi menjadikan penyebaran virus ini tidak hanya

terjadi di China. Perlu pemantauan dan penulusuran lebih lanjut dalam

penanggulangannya. Demikian pula dengan wabah Covid-19 yang saat ini

tengah menjadi wabah dunia yang menciptakan kebiasaan baru dan masih

dalam tahap penanggulangan di beberapa negara. Flu babi juga menjadi

wabah yang baru muncul di China, flu babi yang menyebar antar orang ini

tetap perlu diwaspadai karena dapat berpotensi menjadi pemicu pandemi.

Sebagaimana wabah demam babi Afrika atau African Swine Fever

(ASF) menyebabkan ribuan babi mati. Tercatat sejumlah negara

melaporkan kasus kematian babi, mulai dari China, Filipina, hingga

Indonesia. Menurut World Organization for Animal Health African Swine

Fever (ASF) adalah penyakit pendarahan yang sangat menular pada babi

ternak dan liar. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang tersebar di DNA

89

Ibid., Soeharsono, hal.10

58

babi. ASF pertama kali ditemukan di China, Agustus 2018, di kota timur

laut Shenyang. Awalnya ada 45 kasus ASF dengan 5.439 babi terinfeksi

dan 3.841 babi mati. Di China, akibat wabah ASF, harga babi melonjak

sampai ke rekor tertingginya pada November 2019. Menurut data resmi

Biro Statistik Nasional China yang dirilis pada hari Selasa (10/12/2019),

harga daging babi di negara itu melonjak 110% pada November 2019

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menurut Food and

Agriculture Organization (FAO), sejak Kementerian Pertanian dan Urusan

Pedesaan (MARA) mengkonfirmasi wabah ASF pertama di Provinsi

Liaoning pada 3 Agustus 2018, ada 163 wabah terdeteksi di 32

Provinsi/Daerah Otonomi/Kotamadya/Daerah Administrasi Khusus. Sudah

sekitar 1.193.000 babi dimusnahkan hingga saat ini.90

Pemerintah China melakukan penelusuran kembali kasus pertama

yang teridentifikasi positif terpapar virus corona baru atau 2019-nCoV

hingga beberapa waktu sebelum kasus terkonfirmasi atau hingga 17

November 2019. Melansir dari SCMP, catatan otoritas setempat

menunjukkan bahwa orang pertama yang terinfeksi penyakit corona virus

merupakan penduduk Hubei berusia 55 tahun. Meski begitu, pasien ke-nol

belum dapat dikonfirmasi. Menurut WHO, kasus Covid-19 pertama yang

dikonfirmasi di China pada 8 Desember 2019. Namun, Organisasi

Kesehatan Dunia tersebut tidak melakukan pelacakan terhadap penyakit,

melainkan bergantung pada negara-negara untuk memberikan informasi.

Sebuah laporan yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet, salah satu

dokter di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, yang merawat beberapa pasien

paling awal, menyebutkan bahwa tanggal infeksi pertama diketahui pada 1

Desember 2019. Tes menunjukkan, seorang pasien di RS Pusat Wuhan

didiagnosis tertular virus corona yang belum diketahui pada 16 Desember

2019. Kendati begitu, komunitas medis di Wuhan tampaknya sadar akan

90

Rehia Sebayang, Teror Flu Babi Bikin Pening, Berawal di China Kini Masuk RI, diunduh pada Sabtu, 19 Juli 2020 pukul 14:10 https://www.cnbcindonesia.com/news/20191227152612-4-126084/teror-flu-babi-bikin-pening-berawal-di-china-kini-masuk-ri/1

59

penyakit tersebut pada akhir Desember 2019. Laporan sebelumnya

menjelaskan, meskipun dokter mengumpulkan sampel dari kasus yang

dicurigai pada akhir Desember, mereka tidak dapat mengonfirmasi temuan

karena terhambat oleh birokrasi, seperti harus mendapatkan persetujuan

dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China. Hal ini

membutuhkan waktu berhari-hari.91

Para peneliti di China menemukan virus flu babi G4 tipe baru yang

disebut bisa memicu pandemi baru. Virus G4 ini merupakan turunan dari

flu babi H1N1. Menurut para peneliti, G4 dianggap sangat berbahaya.

Sebab, inti dari virus ini adalah virus flu burung dengan campuran strain

mamalia di dalamnya. Sementara manusia sama sekali tidak punya

kekebalan terhadap virus ini. Berdasarkan penelitian, virus ini sudah

menular dari hewan ke manusia. Sebanyak 10,4 persen orang yang bekerja

di peternakan babi ternyata sudah terinfeksi flu tersebut. Selain itu, 4,4

persen dari populasi China secara umum juga sudah terpapar virus atau

terinfeksi flu babi G4. Tapi, belum ada bukti virus ini menular antar

manusia. Penularan antar manusia-lah yang menjadi kekhawatiran utama

para peneliti. China saat ini memiliki populasi babi terbesar di dunia.

Namun, menurut Robert Webster seorang peneliti influenza, saat ini masih

menjadi tanda tanya apakah virus ini akan bermutasi dan siap bertransmisi

antar manusia.92

Adapun data di atas telah tervalidasikan dengan kutipan di atas.

Bahwa berbagai permasalahan yang dialami suatu negara, tentu hal ini

akan saling berkesinambungan dengan negara-negara lain. Percepatan

91

Mela Arnani, Kasus Pertama Virus Corona di China Dilacak hingga 17 November 2019, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 14:45 https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/111245765/kasus-pertama-virus-corona-di-china-dilacak-hingga-17-november-2019?page=all 92

Albert Ivan Damanik, Flu Babi G4 Virus Baru, Infeksi 4,4 Persen Warga China, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 15:29 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200630133523-199-519025/flu-babi-g4-virus-baru-infeksi-44-persen-warga-china

60

dunia juga menjadikan hubungan setiap negara saling tertaut erat secara

global. Dalam hal ini China yang sedang menghadapi terpaan badainya.

Mulai dari kasus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF),

Covid-19, dan virus flu babi G4. Tentu data ini mendukung claim terkait

masalah-masalah yang tengah dihadapi oleh China.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Permasalahan di China

perlu diwaspadai tetapi tidak ikut panik. Pernyataan tersebut

menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu

Babi? tidak ditemukannya backing.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “sudah” pada pernyataan di claim. Unsur

argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama

dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa

harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Apa Setelah Demam Babi

Afrika, Covid-19, dan Flu Babi? tidak ditemukan atau tidak memiliki

unsur rebuttal terhadap claim.

5. Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat

Tulisan kelima yang akan di analisis adalah Covid-19 dan Kesehatan

Masyarakat dengan penulis Dono Widiatmoko (Senior Lecture di

University of Derby, Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat

Indonesia). Dimuat pada Jumat, 17 Juli 2020 dalam rubrik Opini koran

Kompas. Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan unsur-unsur

61

argumentasinya yang terbagi menjadi enam bagian yakni claim, data,

warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama yaitu claim,

claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan. Claim pada artikel

opini yang berjudul Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat adalah:

(1) “Kita harus tetap fokus untuk terus membangun kejayaan

Indonesia sebagai bangsa yang kuat dengan mengutamakan kesehatan

setiap warga negaranya.”93

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang membangun gagasan terkait kesehatan masyarakat yang

menjadi amanah pemerintah dan implementasinya bagi para warganya

terlebih saat kondisi pandemi Covid-19 seperti ini. Tindakan-tindakan

dalam membangun kejayaan terutama bidang kesehatan bagi rakyatnya,

tentu tindakan ini bukan hanya yang bersifat penyembuhan tetapi juga

pencegahan. Kedua hal ini dapat berjalan bersamaan. Claim tersebut tidak

berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila terdapat data-data

yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

a. (2) “Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah salah satu program

single-payer terbesar dan paling ambisius di dunia. Diluncurkan pada

Januari 2014, JKN telah mencakup 221 juta orang, atau 83 persen dari

populasi Indonesia pada Mei 2020.”94

Pernyataan ini merupakan data. Bagaimana pemerintah berkomitmen

untuk memastikan keberlanjutan JKN dan memiliki dampak positif

pada hasil kesehatan, perlindungan keuangan, ekuitas kesehatan, dan

pada pasar kesehatan, dan ekonomi secara umum. Akan tetapi defisit

tahunan terus meningkat sehingga menambah tekanan pada sistem

perawatan kesehatan Indonesia.

93

Dono Widiatmoko, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”, Surat Kabar Kompas, Jumat, 17 Juli 2020, hal. 11 94

Ibid., Dono Widiatmoko, Hal. 11

62

Berdasarkan situs resmi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

menjelaskan bahwa JKN merupakan bagian dari Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan

mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)

berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.95

Kemudian

dikutip dari laman resmi BPJS yang menerangkan bahwa kehadiran

Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-

KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan faktanya dirasakan

manfaatnya oleh masyarakat. Ini dilihat dari jumlah peserta serta

angka pemanfaatan yang terus meningkat sejak diimplementasikan.

Sampai dengan 10 Januari 2019 jumlah peserta yang terdaftar dalam

Program JKN-KIS telah mencapai 216.152.549 jiwa atau mencakup

82% dari total penduduk Indonesia.96

Adapun terkait alasan kehadiran program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dan jumlah penggunanya telah tervalidasikan dengan

kutipan dari masing-masing situs resmi yang bersangkutan. Data (a)

ini menunjukan dukungan terhadap claim, mengingatkan kembali

akan fokus utama dalam membangun bangsa adalah dengan

memberikan perhatian khusus akan kesehatan setiap warga negaranya.

Sebagaimana hal itu juga diatur dalam undang-undang, yang

merupakan acuan dalam menjalankan roda sinergitas bernegara.

95

JKN, Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 20:37, http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1#:~:text=Jaminan%20Kesehatan%20Nasional%20(JKN)%20merupakan,untuk%20memenuhi%20kebutuhan%20dasar%20kesehatan 96

Humas BPJS, KIS Jadi Program Pemerintah Paling Dirasakan Manfaatnya Versi Alvara Research, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 20:56 https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/post/read/2019/1040/KIS-Becomes-The-Most-Benefited-Government-Program-According-to-Alvara-Research#:~:text=Sampai%20dengan%2010%20Januari%202019,manfaat%20dari%20hadirnya%20program%20ini.

63

b. (3) “Sistem JKN yang kita miliki merupakan pendekatan kuratif. Porsi

yang dialokasikan untuk program-program preventif dengan

peningkatan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengendalian

penyakit serta pendidikan hanya sekitar 7 persen dari keseluruhan

alokasi anggaran kesehatan 2021.”97

Pernyataan ini merupakan data. Saat slogan mencegah lebih baik

daripada mengobati, namun kegiatan-kegiatan yang dibangun pada

sistem JKN lebih condong pada hal yang bersifat penyembuhan.

Dengan demikian diperlukan program-program yang dapat lebih

mengedukasi untuk suatu pencegahan, terlebih saat pandemi Covid-19

seperti ini.

Sebagaimana pemerintah menetapkan anggaran kesehatan untuk tahun

depan sebesar Rp169,7 triliun atau setara dengan 6,2 persen dari total

belanja negara. Anggaran ini meningkat seiring upaya pemerintah

untuk memenuhi anggaran kesehatan sesuai dengan Undang-Undang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan reformasi

sistem kesehatan akan dilakukan dengan tujuan memperkuat kapasitas

sistem kesehatan baik dari aspek ketahanan kesehatan, pemerataan

pelayanan kesehatan, serta penguatan aspek promotif preventif kepada

masyarakat. "Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah peningkatan

derajat kesehatan masyarakat termasuk kesiapan sistem dalam

menghadapi kondisi terburuk seperti pandemi Covid-19 ini di masa

mendatang," kata dia dalam rapat paripurna di Gedung DPR, Jakarta,

Selasa, 1 September 2020.98

Kemudian Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia (FKUI) menggelar hasil studi terbaru mengenai

sistem Cakupan Kesehatan Semesta (UHC - universal health

coverage) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan. Adalah dr Rina Agustina MSc, PhD, Ketua

97

Dono Widiatmoko, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”, Loc.Cit, hal. 11 98

Eko Nordiansyah, 2021, Anggaran Kesehatan Rp169,7 Triliun Termasuk untuk Pengadaan Vaksin, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 21:27 https://www.medcom.id/ekonomi/makro/9K50Vr0k-2021-anggaran-kesehatan-rp169-7-triliun-termasuk-untuk-pengadaan-vaksin

64

Program Studi Doktor Ilmu Gizi FKUI yang mengetuai tim peneliti

tersebut. Di situ ia menyebutkan bahwa studi tersebut menunjukkan

bahwa Indonesia telah menciptakan skema UHC yang adaptif dan

fleksibel untuk mengakomodit kondisi dan kebutuhan yang beragam.

"Tujuannya menjamin perlindungan risiko keuangan, serta akses

pelayanan kesehatan yang aman, efektif, dan terjangkau bagi seluruh

lapisan masyarakat," ujarnya. Menurutnya, sistem Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) dan BPJS Kesehatan telah menjadi sistem asuransi

dengan skema pembayar premi tunggal terbesar di dunia." Kemudian

periset, menurut Rina, juga merekomendasikan perlunya pendekatan

preventif dan promotif melalui pendekatan preventif universal risk

coverage (program mengurangsi faktor risiko) dan universal cause

coverage (refomasi kebijakan mengenai gaya hidup sehat).99

Adapun terkait anggaran kesehatan dan program JKN telah

tervalidasikan dengan kutipan di atas. Bahwa pemerintah berusaha

untuk mewujudkan segala yang diamanatkan oleh undang-undang

terlebih tentang kesehatan setiap warga negaranya. Kemudian terkait

program JKN adalah penting untuk melakukan tindakan yang lebih

mengedukasi yang bersifat pencegahan disamping tugas pokok untuk

menyembuhkan. Data (b) ini menunjukan dukungan terhadap claim,

memberikan penjelasan terkait paparan anggaran dan program yang

dialokasikan untuk kesehatan guna mewujudkan cita-cita bangsa yang

menjamin kesehatan setiap warga negaranya.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Usaha kuratif yang

berorientasi jangka pendek dan menengah, serta preventif yang

99

Aries Kelana, JKN Perlu Melakukan Pendekatan Preventif dan Promotif Pula, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 21:45 https://www.gatra.com/detail/news/374109-JKN-Perlu-Melakukan-Pendekatan-Preventif-dan-Promotif-Pula

65

berorientasi jangka panjang, harus berjalan beriringan. Pernyataan

tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat ditemukan

backing yaitu:

(4) “Salah satu contoh fokus program peningkatan kesehatan

masyarakat adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak. Ikatan Bidan

Indonesia (IBI) mencatat, pandemi ini mengakibatkan wanita hamil

dan pasangan enggan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan, bahkan

hanya menjalani pemeriksaan atau menerima kontrasepsi."100

Backing di atas adalah fakta. Dikutip dari laman resmi IBI bahwa

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan tanggal 24 Juni 1951

dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut

didasarkan atas hasil konferensi bidan pertama yang diselenggarakan di

Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang

berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah berhasil

meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan

bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama

Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat Nasional,

berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.101

Dengan adanya bukti tersebut menjadi contoh kegiatan atau program

yang berusaha untuk preventif dengan meningkatkan kesehatan ibu dan

anak. IBI sebagai organisasi profesi yang memiliki anggota yang cukup

besar yang anggotanya bekerja pada semua fasilitas pelayanan kesehatan

baik di rumah sakit dan Puskesmas, berperan penting dalam memastikan

bahwa ibu dan anak mendapatkan pelayanan kebidanan yang aman,

100

Dono Widiatmoko, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”, Loc.Cit, hal. 11 101

IBI, Sejarah Singkat Ikatan Bidan Indonesia, diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 23:23 https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/sejarah-singkat-ikatan-bidan-indonesia.html#

66

efektif, dan yang terbaik. Dengan begitu backing di atas adalah fakta yang

mampu mendukung warrant.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “setiap” pada pernyataan di claim. Unsur

argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama

dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa

harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19 dan Kesehatan

Masyarakat tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap

claim.

6. Covid-19 dan Pembangunan

Tulisan keenam yang akan di analisis adalah Covid-19 dan

Pembangunan dengan penulis Emil Salim (Pensiunan Dosen Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia). Dimuat pada Senin, 20 Juli 2020 dalam

rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan

unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam bagian yakni

claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama

yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan. Claim

pada artikel opini yang berjudul Covid-19 dan Pembangunan adalah:

(1) “Covid-19 masa akhirnya belum diketahui. Vaksin yang mujarab

belum diketahui. Karena itu perlu dipelihara suasana dan iklim politik

yang sejuk dan bertanggung jawab. Sangat penting menggunakan

dana keuangan negara yang terbatas untuk menyelamatkan pendidikan

angkatan bonus demografi.”102

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang membangun gagasan terkait permasalahan pandemi Covid-19

dan sikap Indonesia dalam menghadapi bonus demografi ini. Hal ini

bertujuan untuk menjaga pembangunan negara agar tidak mengalami

kemunduran atau ketertinggalan atas pandemi Covid-19 ini. Dengan

102

Emil Salim, “Covid-19 dan Pembangunan”, Surat Kabar Kompas, Senin 20 Juli 2020, hal. 10

67

demikian dibutuhkan proses yang adaftif dalam menyelamatkan generasi

yang ada. Sebagaimana dunia memandang Indonesia sebagai negara kaya

dan beraneka ragam sumber daya alam hayati daratan dan lautan yang

terbentang sepanjang khatulistiwa. Namun rendahnya kualitas sumber

daya manusianya (SDM) menjadikan lambannya tingkat pembangunan

dan rendahnya pendapatan per penduduknya. Fokus dalam peningkatan

kualiatas sumber daya manusia adalah penting di tengah pandemi Covid-

19 agar tidak semakin tertinggal dari negara-negara maju lainnya. Claim

tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya apabila

terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

a. (2) “Indonesia mulai memasuki tahap bonus demografi dengan

dominasi kelompok penduduk usia 15-64 tahun yang jumlahnya naik

dari 170,79 juta (2015) ke 193,71 juta jiwa (2045).”103

Pernyataan ini merupakan data. Sebagaimana sejarah bangsa ini

menunjukkan bahwa umumnya Indonesia dipimpin oleh pemimpin

yang mencapai puncak produktivitasnya pada usia 40-50 tahun.

Dengan demikian calon-calon pemimpin pontensial bangsa ini dan

para pengelola pembangunan pada saat Indonesia lepas landas 2045

ada pada mereka yang kini berada pada kelompok usia 15-35 tahun.

Oleh karenanya penting memperioritaskan pembangunan pada

pengembangan kualitas SDM kelompok usia bonus demografi saat ini.

Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi di antara

tahun 2030-2040. Bonus demografi merupakan jumlah penduduk usia

produktif (15 tahun hingga 64 tahun) lebih besar dibandingkan usia

tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Jumlah usia

produktif diprediksi akan mencapai 64 persen dari total jumlah

103

Ibid., Emil Salim, hal. 10

68

penduduk yang diperkirakan sejumlah 297 juta jiwa.104

Dalam situs

Badan Pusat Statistik (BPS), beberapa definisi mengenai bonus

demografi merujuk pada fenomena penambahan jumlah penduduk

usia kerja yang membawa keuntungan bagi perekonomian. Bonus

demografi didefinisikan sebagai sebuah penambahan penduduk pada

kelompok usia kerja yang walaupun meningkatkan jumlah penduduk

total dipandang sebagai sebuah keuntungan yang tidak terelakan.

Seorang ekonom Sri Moertiningih Adioetomo mengatakan bahwa

pengertian bonus demografi adalah perubahan struktur umur

penduduk karena penurunan kelahiran terus menerus. Dengan

demikian jumlah dan proporsi anak-anak mengecil. Peningkatan usia

harapan hidup menyebabkan anak-anak menjadi dewasa usia kerja.

Era bonus demografi ditandai dengan ledakan penduduk usia kerja.

Ketika kualitas pekerja bagus, produktif, dan berdaya saing maka

bonus demografi membantu memicu pertumbuhan.105

Adapun terkait jumlah penduduk usia produktif serta prediksi ilmiah

terkait bonus demografi telah tervalidasikan dengan kutipan di atas.

Sebagaimana Badan Pusat Statistik yang merupakan lembaga

pemerintah non kementerian sehingga bertanggungjawab langsung

kepada presiden. Tentu hal ini adalah wacana serius yang perlu

dikawal dengan peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Data

(a) ini menunjukkan dukungan terhadap claim, mengingatkan untuk

menyeleksi keperluan darurat dan tidakan dengan menyelamatkan

pendidikan angkatan bonus demografi yang nantinya akan

melanjutkan pembangunan bangsa ini.

104

Umi Faddillah, Bonus Demografi dan Peran Dunia Pendidikan, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 09:58 https://republika.co.id/berita/qdszg0374/bonus-demografi-dan-peran-dunia-pendidikan 105

Ari Welianto, Pengertian Bonus Demografi, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:08 https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/27/113000069/pengertian-bonus-demografi?page=all

69

b. (3) “Hingga awal Juli, dilaporkan terdapat 402 kabupaten/kota

berisiko “tinggi-sedang-rendah” dan 112 kabupaten/kota tidak ada

risiko tinggi. Dengan demikian, sekitar 20 persen dari jumlah

kabupaten/kota bisa diterapkan pengajaran tatap muka, sedang sisanya

perlu “pengajaran berjarak” melalui teknologi digital.”106

Pernyataan ini merupakan data. Bahwa di 402 kabupaten/kota ini

perlu dibangun fasilitas komunikasi digital, listrik, dan juga

peningkatan kemampuan pendidikan dalam menguasai teknik

pengajaran digital. Hal ini akan berguna dalam menjaga dan

meningkatkan kualitas SDM angkatan bonus demografi dengan tetap

menjalankan dunia pendidikan di tengah wabah Covid-19.

Sebagaimana pemerintah menyatakan kasus Covid-19 di Indonesia

terus bertambah karena masih adanya penularan virus corona di

masyarakat. Informasi ini disampaikan pemerintah melalui Satuan

Tugas Penanganan Covid-19 (25/7/2020). Kasus Covid-19 saat ini

sudah tercatat di 34 provinsi atau semua provinsi di Indonesia, dari

Aceh hingga Papua. Dari 34 provinsi itu, ada 471 kabupaten/kota yang

terdampak penularan virus corona.107

Kemudian Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan bersama dengan sejumlah kementerian

mengumumkan siswa yang berada di zona hijau dan kuning Covid-19

kini dapat belajar tatap muka di sekolah. Sebelumnya, dalam Surat

Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, hanya sekolah di zona hijau

saja yang diizinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

Namun, seiring dengan evaluasi dan beragam aspirasi dari banyak

pihak, Kemendikbud memandang perlu dilakukannya penyesuaian

terhadap evaluasi SKB 4 Menteri yang dikeluarkan pada pertengahan

Juni lalu, salah satunya pertimbangan dampak negatif bila

106

Emil Salim, “Covid-19 dan Pembangunan”, Loc.Cit, hal. 10 107

Dian Erika Nugraheny, Rincian Perkembangan Data Covid-19 Indonesia Hingga 25 Juli, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:45 https://nasional.kompas.com/read/2020/07/25/16033371/rincian-perkembangan-data-covid-19-indonesia-hingga-25-juli?page=all

70

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan berkepanjangan.108

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga

membuat kurikulum darurat bagi guru, murid, dan orang tua saat

menghadapi pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi COVID-

19. Keputusan ini dibuat setelah mendengar banyaknya keluhan, baik

dari guru, murid, maupun orang tua terkait pelaksanaan pembelajaran

jarak jauh. Secara umum, kurikulum darurat diambil dari kurikulum

2013, hanya saja ada sejumlah kompetensi dasar yang dipangkas.

Kompetensi dasar yang dipertahankan hanya yang dinilai penting dan

yang berpengaruh terhadap pendidikan di tingkat selanjutnya.109

Adapun terkait jumlah data kota/kabupaten yang terpapar dan program

pendidikan yang digagas selama pandemi Covid-19 ini telah

tervalidasikan dengan pernyataan dari pasukan khusus penanganan

Covid-19 dan dari menteri pendidikan. Data (b) ini menunjukan

dukungan terhadap claim, bahwa data wilayah yang terpapar dengan

strategi pertahanan sistem pendidikan harus selalu dielaborasi bersama

sebagai bagian upaya menjaga kualiatas sumber daya manusia terlebih

wacana bonus demografi ini.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Perhatian pada kualitas

sumber daya manusia di tengah masa pandemi Covid-19 menjadi acuan

dalam wajah negara dimasa depan terlebih keberhasilan pemanfaatan

bonus demografi pada Indonesia. Pernyataan tersebut menghubungkan

claim dengan data yang ada di artikel ini.

108

Ayunda Pininta Kasih, Nadiem: PJJ Berkepanjangan Berdampak Negatif bagi Siswa, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:58 https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/10/100000171/nadiem--pjj-berkepanjangan-berdampak-negatif-bagi-siswa?page=all 109

Mohammad Bernie, Kemendikbud Buat Kurikulum Darurat PJJ selama COVID-19, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 11:01 https://tirto.id/kemendikbud-buat-kurikulum-darurat-pjj-selama-covid-19-fWuf

71

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Covid-19 dan Pembangunan ditemukan backing

yaitu:

(4) “Kalau kesempatan meningkatkan kualitas generasi muda yang

bakal menjadi soko guru dan pimpinan masyarakat untuk mewujudkan

mimpi Indonesia lepas landas 2045 tidak terwujudkan, Republik

Indonesia akan terperosok ke dalam jurang “negara gagal” yang sulit

bangkit di masa depan.”110

Backing di atas adalah fakta. Keberhasilan suatu negara dalam

mengelola kelompok usia produktif bergantung pada kemampuan negara

tersebut mempersiapkan generasinya agar dapat memanfaatkan celah

kesempatan (window of opportunity) dari bonus demografi. Tidak semua

negara berhasil memanfaatkan bonus demografi. Jepang adalah salah satu

yang sukses, namun Brasil dan Afrika Selatan dinilai gagal. Presiden Joko

Widodo (Jokowi) telah mengingatkan soal bonus demografi yang akan

dialami Indonesia pada 2030-2040. Diprediksi Indonesia akan mengalami

masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-

64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia

di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).111

Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa bangsa ini perlu

belajar dari pengalaman-pengalaman negara lain. Agar dapat

memadukannya pada proses peninggkatan negara dalam menyukseskan

pemanfaatan bonus demografi ini. Adapaun berbagai latar belakang dan

profesi dapat turut membantu peluang pemanfaatan bonus demografi ini.

Dengan begitu backing di atas adalah fakta yang mampu mendukung

110

Emil Salim, “Covid-19 dan Pembangunan”, Loc.Cit, hal. 10 111

Vania Halim, Bonus Demografi Indonesia perlu Belajar dari Jepang, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 11:29 https://economy.okezone.com/read/2020/02/16/320/2169342/bonus-demografi-ri-perlu-belajar-dari-jepang

72

warrant. Dengan tetap memperhatikan sumber daya manusia di tengah

situasi Covid-19 seperti ini.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “karena itu” pada pernyataan di claim. Unsur

argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama

dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa

harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19 dan

Pembangunan tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal

terhadap claim.

7. Otopsi Jenazah Korban Covid-19

Tulisan kedelapan yang akan di analisis adalah Otopsi Jenazah

Korban Covid-19 dengan penulis Djoko Santoso (Guru Besar Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga). Dimuat pada Senin, 3 Agustus 2020

dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis

berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam

bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur

pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.

Claim pada artikel opini yang berjudul Otopsi Jenazah Korban Covid-19

adalah:

(1) “Dengan otopsi, dokter dan coass bisa melihat dengan mata sendiri

(seeing is believing) organ paru jenazah Covid-19 yang dikepung oleh

sel megakariosit sehingga terjadi penggumpalan masif. Semua itu

memberikan konfirmasi langsung dengan impresi kuat, pasien korona

mengalami sesak napas hebat hingga akhirnya gagal bernapas.”112

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang menuliskan tentang manfaat otopsi serta peranannya terlebih

dimasa pandemi Covid-19 seperti ini. Sebagai salah satu langkah yang

112

Djoko Santoso, “Otopsi Jenazah Korban Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Senin 3 Agustus 2020, hal. 11

73

diambil dari bagian prosedur medis untuk mengetahui atau

menginvestigasi virus Covid-19 ini. Hal ini bersamaan dengan pendapat

para patolog yang mengatakan bahwa penyelidikan penyebab kematian

yang digali dari otopsi lebih tinggi 10-30 persen dibandingkan tanpa

otopsi. Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat

kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

(2)“Ahli patologi Amy Rapkiewicz memimpin tim otopsi New York

University Langone Health. Adapun hasil temuan yaitu beberapa

organ penting seperti paru-paru dipenuhi megakariosit yang

melimpah, pemicu produksi zat pembeku. Akibatnya, darah jadi

menggumpal, pengiriman oksigen tersendat, saluran pernapasan jadi

tersumbat, dan pada tahap yang fatal pasien gagal bernapas. Inilah

yang membantu menjelaskan mengapa pasien Covid-19 kesulitan

bernapas. Temuan Amy dikuatkan Richard Vander Heide, dalam

laporan yang dipublikasikan 10 April di New Orleans. Richard

mengotopsi jenazah pasien berusia 44 tahun di LSU Health. Saat

memotong paru, ditemukan ribuan mikroklot (gumpalan darah sangat

kecil) yang berkontribusi pada penyakit parah dan dekompensasi atau

payah jantung pada pasien Covid-19. Ini keadaan patologis utama,

suatu hal yang tak biasa.”113

Pernyataan ini merupakan data. Temuan ini membuat dan

memengaruhi kalangan dokter untuk memberikan obat pengencer darah

pada pasien Covid-19. Dan studi ini membawa pandangan baru dalam

konteks patofisiologi Covid-19. Serta memberi manfaat praktisnya yakni

menawarkan justifikasi untuk rencana perawatan/pengobatan baru,

termasuk strategi antikoagulasi yang diberlakukan oleh para klinisi.

Sebagaimana otopsi adalah prosedur medis yang dilakukan untuk

pemeriksaan menyeluruh pada tubuh orang yang telah meninggal.

Prosedur ini biasanya dilakukan untuk mengetahui penyebab dan cara

113

Ibid., Djoko Santoso, hal.11

74

orang tersebut meninggal.114

Dalam bahasa ilmiah, otopsi disebut sebagai

pemeriksaan postmortem atau necropsy. Otopsi adalah pemeriksaan tubuh

orang yang sudah meninggal atau mayat, untuk memastikan penyebab

kematian, melihat tingkat keparahan penyakit yang diderita, dan

mengetahui hasil pengobatan atau pembedahan yang telah dilakukan.

Otopsi dilakukan oleh dokter spesialis forensik. Kata ini berasal dari

bahasa yunani kuno, Autopsia, yang artinya untuk melihat sesuatu

menggunakan mata kepala sendiri.115 Seorang ahli patologis di Amerika

Serikat, Dr. Amy Rapkiewicz terkejut saat menemukan banyak gumpalan

darah di berbagai organ jenazah pasien Covid-19. Fakta baru mengenai

virus corona kembali diungkap para ahli. Dr. Amy Rapkiewicz

menemukan banyak gumpalan darah di berbagai organ jenazah pasien

Covid-19 berdasarkan hasil otopsi. Dilansir dari New York Post, Amy

mengatakan yang mengejutkan dalam pengungkapan fakta ini adalah

gumpalan darah yang terjadi tidak hanya pada pembuluh darah utama.

Hasil temuan itu juga mendapati keberadaan sel sumsum tulang besar atau

megakariosit di tempat yang tidak seharusnya. Dengan kata lain,

penemuan ini mendukung penelitian sebelumnya yang dipublikasikan oleh

dokter dari Mount Sinai, New York pada April 2020 lalu. Dimana

penelitian sebelumnya melihat bintik-bintik di tubuh pasien yang

disebabkan pengentalan darah dan penggumpalan di beberapa organ.116

Adapun terkait temuan-temuan dalam virus Covid-19 yang berdasar

pada ilmu medis terutama prosedur otopsi telah tervalidasikan dengan

114

Allert Benedicto Leuan Noya, Tujuan di Balik Prosedur Otopsi, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 14:32 https://www.alodokter.com/tujuan-di-balik-prosedur-otopsi#:~:text=Otopsi%20adalah%20prosedur%20medis%20yang,kematian%20seseorang%20dianggap%20tidak%20wajar. 115

Nina Hertiwi Putri, Autopsi Mayat, Apa Tujuannya dan Bagaimana Prosedurnya?, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 14:29 https://www.sehatq.com/artikel/saat-autopsi-mayat-ini-yang-sebenarnya-dilakukan-tim-dokter 116

Anjar Saputra, Mengetahui Foto Ini Ahli Patologis Terkejut, Ada Gumpalan Darah Disetiap Organ Jenazah Pasien Covid-19, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 14:01 https://health.grid.id/read/352240747/mengetahui-foto-ini-ahli-patologis-terkejut-ada-gumpalan-darah-disetiap-organ-jenazah-pasien-covid-19?page=all

75

kutipan di atas. Data ini menunjukan dukungan terhadap claim, bahwa

melalui jalan otopsi seseorang yang ahli dibidangnya dapat mempelajari

pola virus ini, yang diharapkan dapat menemukan cara penawar yang

merupakan solusi dari pandemi Covid-19 ini. Krisis kesehatan yang terjadi

membuat para ahli dibidang kesehatan untuk bekerja lebih extra dalam

berusaha menanggulangi permasalah ini.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Pada Covid-19 ini, otopsi

kembali menunjukkan peran pentingnya, terlebih telah menghasilkan

beberapa temuan penting yang sangat membantu pemetaan keganasan

karakter virus super baru bernama lain SARS CoV-2 ini. Pernyataan

tersebut menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Otopsi Jenazah Korban Covid-19 tidak

ditemukannya backing.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “semua itu” pada pernyataan di claim. Unsur

argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama

dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa

harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Otopsi Jenazah Korban

Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap

claim.

8. Bebas dari Cacar dan Covid-19

Tulisan kedelapan yang akan di analisis adalah Bebas dari Cacar dan

Covid-19 dengan penulis FX Wikan Indrarto (Dokter Spesialis Anak di RS

76

Panti Rapih, Lektor FK UKDW). Dimuat pada Selasa, 4 Agustus 2020

dalam rubrik Opini koran Kompas. Teks tersebut akan dianalisis

berdasarkan unsur-unsur argumentasinya yang terbagi menjadi enam

bagian yakni claim, data, warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur

pertama yaitu claim, claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan.

Claim pada artikel opini yang berjudul Bebas dari Cacar dan Covid-19

adalah:

(1) “Pelajaran dari keberhasilan bebas dari cacar telah digunakan

untuk menanggapi wabah Covid-19. Seperti pengawasan, penemuan

kasus, pemeriksaan, pelacakan kontak, karantina, dan kampanye

komunikasi untuk menghilangkan informasi yang salah penting untuk

kendalikan Covid-19.”117

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang membangun gagasan terkait pengalaman dunia ini dalam

menghadapi wabah cacar hingga terbebas dari wabah tersebut, dan juga

pengalaman lainnya yang sangat penting untuk dilihat kembali sebagai

rujukan dalam pengambilan sikap saat menangani wabah Covid-19.

Sebagaimana dunia berhasil menyingkirkan cacar berkat solidaritas global

yang luar biasa dan adanya vaksin yang aman efektif, menjadikan

kemenangan umat manusia atas cacar. Claim tersebut tidak berdiri sendiri.

Claim akan kuat kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan

dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

a. (2) “Pada 8 Mei 1980, Majelis Kesehatan Dunia ke-33 resmi

menyatakan, “Dunia dan seluruh rakyatnya telah bebas dari penyakit

cacar.” Deklarasi ini menandai berakhirnya satu penyakit infeksi yang

telah merongrong manusia selama setidaknya 3.000 tahun,

menewaskan 300 juta orang pada abad ke-20 saja.”118

117

FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Selasa 4 Agustus 2020, hal. 10 118

Ibid., FX Wikan Indrarto, hal. 10

77

Pernyataan ini merupakan data. Bahwa bebas dari cacar terjadi berkat

upaya global selama 10 tahun yang dipelopori Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) dengan melibatkan ribuan petugas kesehatan di seluruh

dunia saat memberikan setengah miliar dosis vaksin untuk membasmi

cacar. Atas kesolidaritasan warga global secara bersama dan kuat,

umat manusia berhasil melewati wabah cacar.

Saat ini warga dunia sedang bergelut melawan pandemi virus corona

galur baru (Covid- 19), Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan

virus variola penyebab penyakit cacar, sudah musnah pada 8 Mei

1980 atau 40 tahun lalu. Bahu-membahu memerangi pandemi cacar

yang menelan nyawa jutaan orang di berbagai belahan bumi justru

dilakukan antara dua seteru bebuyutan di era perang dingin yakni

Amerika Serikat dan Uni Soviet. Secara tidak terduga, AS setuju atas

usul Soviet untuk bekerjasama melawan pandemi cacar yang saat itu

menjangkiti sedikitnya 30 negara dan menewaskan rata-rata 2 juta

orang per tahun. Vaksin cacar ditemukan oleh dokter Edward Jenner

dari Inggris pada 1796, sedangkan vaksinasi massal baru dilakukan

pada awal abad ke-19 atau sekitar 3.000 tahun setelah virus tersebut

merajalela, memangsa jutaan korbannya. Penyakit cacar sangat

menghantui warga dunia saat itu, termasuk para penyintas yang hidup

dengan kebutaan atau cacat tubuh, korbannya pun tidak dipilih-pilih,

termasuk Raja Mesir, Ramses V yang wafat pada abad ke-12 Sebelum

Masehi.119

Adapun terkait kejadian virus cacar telah tervalidasikan dengan

kutipan di atas. Data (a) ini menunjukkan dukungan terhadap claim,

bahwa Covid-19 telah menjadi virus yang mewabah hampir keseluruh

dunia dan diharapkan manusia yang hadir saat ini, dapat membawa

119

Nanang Sunarto, Dunia Pernah Berjaya Menaklukkan Cacar, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 18:11 https://www.kbknews.id/2020/05/09/dunia-pernah-berjaya-menaklukkan-cacar/

78

semangat dan pengalaman instrumen yang dahulu sejarahnya manusia

pernah berhasil mengalahkan virus cacar. Kolaborasi kuat dari

berbagai negara juga menjadi peran penting sebagai nilai yang bisa

diambil dari sejarah perlawanan manusia terhadap virus cacar.

b. (3) “29 Juni 2020, WHO menentukan calon vaksin Covid-19 yang

dikembangkan sejumlah negara: 17 calon vaksin potensial telah

memasuki uji klinis, 132 calon lain dalam evaluasi praklinis.”120

Pernyataan ini merupakan data. Bahwa Organisasi Kesehatan Dunia

pada Senin (29/6/2020) merilis dokumen mengenai kandidat vaksin

virus Corona yang dikembangkan oleh sejumlah negara. Terdapat 17

vaksin COVID-19 potensial yang telah memasuki uji klinis dan 132

kandidat vaksin lainnya dalam evaluasi praklinis. Dalam daftar

tersebut satu kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh

Universitas Oxford dan AstraZeneca telah memasuki tahap uji klinis

fase 3. Fase satu dan dua studi biasanya menguji apakah kandidat

vaksin aman digunakan dan apakah partisipan menghasilkan respon

imun yang diharapkan. Vaksin dinilai bisa digunakan jika telah selesai

melakukan uji klinis fase 3. Berikut daftar kandidat vaksin Corona

yang sudah memasuki uji klinis: Vaksin ChAdOx1-S yang

dikembangkan Universitas Oxford dan AstraZeneca, Vaksin Ad5-

nCoV yang dikembangkan CanSino Biological Inc dan Beijing

Institute of Biotechnology, Vaksin LNP-encapsulated mRNA yang

dikembangkan Moderna dan NIAID, Vaksin inactivated SARS-CoV-2

yang dikembangkan Wuhan Institute of Biological Products, Vaksin

inactivated SARS-CoV-2 yang dikembangkan Beijing Institute of

Biological Products, Vaksin inactivated SARS-CoV-2 yang

dikembangkan Sinovac, Vaksin rekombinan SARS-COV-2 dan

partikel nano yang dikembangkan Novavax, Vaksin 3 LNP-mRNAs

yang dikembangkan BioNTech, Fosun Pharm dan Pfizer, Vaksin

inactivated SARS-CoV-2 yang dikembangkan Institut Biologi Medis,

120

FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Loc.Cit, hal. 10

79

Akademi China, Vaksin DNA SARS-CoV-2 yang dikembangkan

Inovio Pharmaceuticals, Vaksin DNA GX-19 yang dikembangkan

Genexine Consortium, Vaksin Adeno-based yang dikembangkan

Gamaleya Research Institute, Vaksin Protein Subunit yang

dikembangkan oleh Clover Biopharmaceuticals Inc., Glaxosmithkline

dan Dynavax, Vaksin RBD-Dimer yang dikembangkan Anhui Zhifei

Longcom Biopharmaceutical, dan Insititut Mikrobiologi China,

Vaksin LNP-nCoVsaRNA yang dikembangkan Imperial College

London, Vaksin mRNA yang dikembangkan Curevac, Vaksin mRNA

yang dikembangkan Akademi Militer Ilmu Pengetahuan China dan

Walvax Biotech.121

Dengan demikian terkait vaksin untuk virus Covid-19 telah

tervalidasikan oleh kutipan di atas, WHO dalam hal ini merupakan

lembaga internasional yang juga mengambil peran penting dalam

menanggulangi wabah ini. Karena tugas dari lembaga ini yaitu

membasmi penyakit, khususnya penyakit menular yang sudah

menyebar luas. Data (b) ini menunjukan dukungan terhadap claim,

bahwa vaksin yang berfungsi untuk menghasilkan kekebalan tubuh

terhadap suatu penyakit adalah sebagai jalan ikhtiar dalam dunia

medis untuk menanggulangi wabah Covid-19 ini.

c. (4) “Di antara calon yang sudah memasuki uji klinis adalah

inactivated SARS-CoV-2 yang dikembangkan Sinovac Biotech Ltd.

Vaksin ini sudah sampai di Bandung untuk uji klinis tahap tiga setelah

Prof Dr dr Kusnandi Rusmil SpA(K) MM, selaku Ketua Komite Etik

Penelitian Universitas Padjajaran, memberikan persetujuan 27 Juli

2020.122

Pernyataan ini merupakan data. Bahwa juru bicara Satgas COVID-19,

Wiku Adisasmito mengatakan ada tiga vaksin Covid-19 buatan China

121

Khadijah Nur Azizah, WHO Rilis Daftar 17 Kandidat Vaksin Corona Potensial yang Memasuki Uji Klinis, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 20:13 https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5073649/who-rilis-daftar-17-kandidat-vaksin-corona-potensial-yang-memasuki-uji-klinis 122

FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Loc.Cit., hal. 10

80

yang akan dapat diakses di Indonesia. Pemerintah saat ini melakukan

kerja sama dengan Sinovac, Sinopharm, dan CanSino untuk

mendapatkan akses vaksin Covid-19 di Indonesia. Fakta-fakta dari

tiga vaksin buatan China yang akan tersedia di Indonesia. Pertama,

vaksin buatan Sinovac berjenis inactivated. Secara singkat inactivated

vaccine adalah vaksin menggunakan versi lemah atau inaktivasi dari

virus untuk memancing respons imun. Di Indonesia, Biofarma bekerja

sama dengan Sinovac agar Biofarma bisa memproduksi vaksin yang

bernama CoronaVac. Oleh karena itu, uji klinis fase III dilakukan di

Indonesia. Untuk pengujian klinis di Indonesia, Biofarma bekerja

sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk

menyiapkan uji klinis vaksin Covid-19. Kedua, Sama dengan vaksin

yang dikembangkan Sinovac, vaksin Sinopharm juga merupakan

vaksin inactivated virus. Vaksin ini dikembangkan oleh Perusahaan

China National Biotec Group (CNBG) Sinopharm. Vaksin ketiga yang

kemungkinan bisa diakses di Indonesia adalah buatan CanSino. Wiku

mengatakan CanSino adalah perusahaan pertama penerima paten

teknologi pembuatan vaksin Covid-19.123

Adapun terkait vaksin apa saja yang telah diputuskan untuk turut diuji

dan digunakan oleh Indonesia telah tervalidasikan dengan kutipan di

atas berdasarkan pemaparan dari juru bicara Satgas Covid-19. Data

(c) ini menunjukkan dukungan terhadap claim, bahwa negara dalam

hal ini juga tengah berupaya semaksimal mungkin untuk bisa segera

menanggulangi virus yang sedang mewabah baik di Indonesia juga di

seluruh dunia. Sebagaimana keberhasilan dunia saat menanggulangi

wabah cacar, dalam hal ini Indonesia telah turut mempraktikkannya

dengan bekerja sama bersama negara-negara luar. Karena jika bicara

penanggulangan wabah Covid-19 sejatinya adalah tentang rasa

123

CNN, Mengenal 3 Vaksin Covid-19 China yang Akan Dipakai RI, diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 20:32 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200825194153-185-539259/mengenal-3-vaksin-covid-19-china-yang-akan-dipakai-ri

81

kemanusiaan, yang semua orang berhak untuk terbebas dari wabah ini.

Terpenting dibutuhkan kesolidaritasan yang absolut.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Momentum sertifikasi

bebas dari cacar (freedom from smallpox) mengingatkan kita akan

pentingnya solidaritas lintas sektor secara global plus ilmu pengetahuan

dalam wujud vaksin, yang akan menghasilkan solusi. Pernyataan tersebut

menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Bebas dari Cacar dan Covid-19 ditemukan backing

yaitu:

(5) “Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan,

“Ketika dunia menghadapi pandemi Covid-19, kemenangan umat

manusia atas cacar adalah pengingat akan apa yang mungkin

dilakukan ketika semua negara bersatu melawan ancaman masalah

kesehatan bersama.” Dunia berhasil menyingkirkan cacar berkat

solidaritas global yang luar biasa dan adanya vaksin yang aman dan

efektif.”124

Backing di atas adalah fakta. Setelah sekitar 3.000 tahun lamanya

berada di muka bumi, cacar resmi dinyatakan hilang pada 1980 oleh

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejak itu, cacar menjadi satu-satunya

penyakit dalam sejarah manusia yang berhasil diberantas tuntas. "Ini

adalah sukses besar," ujar Profesor Paul Fine, pakar penyakit menular di

London School of Hygiene and Tropical Medicine. Ia menjelaskan ada

banyak kesuksesan yang dicapai di bidang kesehatan masyarakat, mulai

124

FX Wikan Indrarto, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Loc.Cit., hal. 10

82

dari penyediaan air bersih hingga penemuan antibiotik. Keberhasilan

memberantas cacar adalah salah satu kesuksesan terbesar di bidang ini.125

Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa semangat

pengalaman dan sejarah itu harus terpupuk dengan tetap optimis dalam

menanggulangi wabah Covid-19 ini. Hingga berita baik nantinya juga

sama kita dengar akan WHO mempublikasikan bebasnya peradaban

manusia dari wabah Covid-19. Dengan begitu backing di atas adalah fakta

yang mampu mendukung warrant.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “seperti” pada pernyataan di claim. Unsur

argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama

dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa

harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Bebas dari Cacar dan

Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap

claim.

9. Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN

Tulisan kesembilan yang akan di analisis adalah Covid-19 dan Aspek

Historikal Struktural BUMN dengan penulis Fachry Ali (Salah Satu

Pendiri Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha (LSPEU

Indonesia)). Dimuat pada Rabu, 5 Agustus 2020 dalam rubrik Opini koran

Kompas. Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan unsur-unsur

argumentasinya yang terbagi menjadi enam bagian yakni claim, data,

warrant, backing, qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama yaitu claim,

claim dapat diartikan sebagai gagasan pembicaraan. Claim pada artikel

125

Maria Elena Navas, Covid-19: Cacar, penyakit yang diberantas dalam waktu 200 tahun, satu-satunya yang berhasil dibasmi dalam sejarah manusia, apa yang bisa dipelajari dalam hadapi wabah virus corona, diunduh pada Minggu, 23 September 2020 pukul 21:41 https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53050468

83

opini yang berjudul Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN

adalah:

(1) “Maka, usaha Presiden Jokowi menciptakan “duet” Airlangga-

Erick Thohir dengan Budi Sadikin bertindak sebagai asisten, telah

sekaligus menggambarkan sebuah kondisi baru: BUMN-led

Economy.”126

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang menuliskan tentang kebijakan pemerintah dalam bidang

ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid-19. Bagaimana penanganan

Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional dibentuk oleh pemerintah

sebagai jalan strategi untuk menanggulangi krisis ekonomi yang terjadi.

Bahwa aksi yang dilakukan Presiden Jokowi ini secara teoritis membuka

momentum baru bagi transformasi peranan BUMN yang jauh lebih berarti.

Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan kuat kedudukannya

apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

(2) “Pertama, “duet” Airlangga-Erick Thohir memberikan gambaran

bagaimana negara bertindak dalam situasi krisis tak berpreseden.

Kemudian hal ini memperlihatkan “perombakan” struktur dan hierarki

kewenangan ekonomi dari yang konvensional berlaku. Kedua, krisis

ekonomi akibat Covid-19 ini telah melumpuhkan perekonomian.”127

Pernyataan ini merupakan data. Bahwa banyak kaum pekerja telah

dirumahkan baru-baru ini, kemudian ditambah dengan pengangguran yang

telah berlangsung sebelumnya, keadaan ini melumpuhkan ekonomi.

Dengan demikian dana tertumpuk di dunia perbankan tanpa penyaluran

produktif, tindakan merumahkan kaum pekerja tersebut menahan aksi

belanja perorangan, rumah tangga, serta korporasi (besar dan kecil).

126

Fachry Ali, “Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN”, Surat Kabar Kompas, Rabu 5 Agustus 2020, hal. 10 127

Ibid,. Fachry Ali, hal.10

84

Sebagaimana Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan

pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi

Nasional (PEN) melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 82 Tahun

2020 merupakan perwujudan dari konsep gas dan rem sebagaimana yang

telah disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.128

Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir diamanahi jabatan

sebagai Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 dari Sektor

Ekonomi. Satgas ini baru saja dibentuk oleh Presiden Joko Widodo

(Jokowi) dengan meneken Peraturan Pemerintah atau PP tentang

penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Adapun

struktur Satgas ini yaitu Ketua Satgas Menko Perekonomian Airlangga

Hartarto, Ketua Pelaksana Satgas Menteri BUMN Erick Thohir, Sekret

Eks 1 (Program) Raden Pardede, Sekret Eks 2 (adm) Sesmenko

Perekonomian Susiwijono, Ketua Satgas Penangananan Covid-19: Kepala

BNPB Doni Monardo, dan Ketua Satgas PEN Wamen BUMN 1 Budi

Gunadi Sadikin.129

Adapun terkait strategi program yang dikeluarkan oleh pemerintah

telah tervalidasikan dengan kutipan di atas bahwa Presiden telah

membentuk satuan tugas dengan susunan yang terbarukan, untuk segera

bisa adaptif dan merespon penanggulanan wabah Covid-19 ini, baik dari

sektor kesehatan maupun ekonomi. Data ini menunjukan dukungan

terhadap claim, bagaimana kolaborasi antara ketua Satgas Penanggulangan

Covid-19 yaitu Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan ketua

pelaksana yaitu Menteri BUMN Erick Thohir dan ketua Satgas Pemulihan

Ekonomi Nasional yaitu Wamen BUMN Budi Gunadi Sadikin.

128

Bangun Santoso, Penjelasan Istana Soal Pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan PEN, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 01:11 https://www.suara.com/news/2020/07/22/105907/penjelasan-istana-soal-pembentukan-komite-penanganan-covid-19-dan-pen 129

Monica Wareza, Jadi Ketua Pelaksana Satgas Covid, Ini Rencana Erick Thohir, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 00:54 https://www.cnbcindonesia.com/news/20200720132916-4-173978/jadi-ketua-pelaksana-satgas-covid-ini-rencana-erick-thohir

85

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Pandemi Covid-19, yang

juga tak berpreseden itu, memaksa restukturisasi kewenangan dan

ketegasan dalam strategi kebijakan yang dibuat. Pernyataan tersebut

menghubungkan claim dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN

ditemukannya backing yaitu;

(3) “Dalam konteks inilah, BUMN sebagai kekayaan produktif negara

yang telah terkonsolidasikan menjadi tumpuan. Seruan Menteri

Koordinator Kemaritiman Luhut B Pandjaitan kepada direksi BUMN

mengintensifkan penggunaan komponen dalam negeri (TKDN).

Bahwa dalam “kelesuan” ekonomi, BUMN harus tampil sebagai

“benteng” negara dalam penyelamatan perekonomian nasional.”130

Backing di atas adalah fakta. Menteri Koordinator Bidang

Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan mengingatkan semua

pihak khususnya badan usaha milik negara (BUMN), memberi perhatian

terkait Penguatan Penggunaan Produk Dalam Negeri. Luhut yang juga

menjabat sebagai Ketua Umum Timnas P3DN (Penguatan Penggunaan

Produk Dalam Negeri) menekankan, mengenai TKDN (Tingkat

Komponen Dalam Negeri) agar menjadi perhatian serius semua pihak,

khususnya bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Pertamina

dan PT PLN. 131

Perpres tentang TKDN dikeluarkan pemerintah untuk

memaksimalkan porsi kandungan dalam negeri untuk semua industri.

Pembuatan Perpres salah satunya dipicu mekanisme gross split terhadap

kerja migas para KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Mekanisme

130

Fachry Ali, “Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN”, Loc.Cit, hal. 10 131

David Eka Issetiabudi, Luhut Ingatkan BUMN Tingkatkan TKDN, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 01:34 https://ekonomi.bisnis.com/read/20200729/257/1272522/luhut-ingatkan-bumn-tingkatkan-tkdn

86

gross split memungkinkan para KKKS mendapat keuntungan lebih apabila

meningkatkan komponen dalam negeri pada usaha hulu migasnya.

Menurut Luhut, rancangan terakhir Perpres TKDN masih fokus

mendorong penggunaan produk dalam negeri. Melalui perpres ini, apabila

pelaku industri tidak memaksimalkan TKDN akan diterapkan sanksi.132

Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa di tengah kondisi

pandemi Covid-19 ini menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk bahan

belanja negara menggunakan produk-produk dalam negri. Agar

mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di dalam negri dan segera

tercipta keseimbangan dalam menanggulangi krisis kesehatan dan krisis

ekonomi. Dengan begitu backing di atas adalah fakta yang mampu

mendukung warrant.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “maka” pada pernyataan di claim. Unsur

argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama

dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa

harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Covid-19 dan Aspek

Historikal Struktural BUMN tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur

rebuttal terhadap claim.

10. Meluruskan Infodemi Covid-19

Tulisan kesepuluh yang akan di analisis adalah Meluruskan Infodemi

Covid-19 dengan penulis Hari Kusnanto (Guru Besar Departemen

Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas Kedokteran, UGM).

Dimuat pada Rabu, 12 Agustus 2020 dalam rubrik Opini koran Kompas.

132

Istman, Perpres TKDN Segera Terbit, Begini Penjelasan Menteri Luhut, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 01:36 https://bisnis.tempo.co/read/896238/perpres-tkdn-segera-terbit-begini-penjelasan-menteri-luhut/full&view=ok

87

Teks tersebut akan dianalisis berdasarkan unsur-unsur argumentasinya

yang terbagi menjadi enam bagian yakni claim, data, warrant, backing,

qualifier, dan rebbutal. Unsur pertama yaitu claim, claim dapat diartikan

sebagai gagasan pembicaraan. Claim pada artikel opini yang berjudul

Meluruskan Infodemi Covid-19 adalah:

(1) “Informasi yang membingungkan masyarakat (dinamakan

infodemi) kian membanjir pada era pandemi Covid-19. Menjadikan

orang kian bingung dan tak mengambil langkah-langkah efektif

mengendalikan wabah, tetapi justru menghabiskan biaya buat pilihan

yang tak ada gunanya, bahkan mungkin membahayakan.”133

Claim tersebut yang mendasari pada pembicaraan dalam artikel ini.

Pengarang menuliskan tentang konsumsi informasi yang diterima

masyarakat banyak yang membingungkan terlebih informasi tentang

Covid-19. Di tengah era percepatan dengan segala informasi juga bergerak

dengan sangat cepat dan terkadang tak ada filter di dalam sana. Membuat

manusia harus memiliki tameng tersendiri dalam mengkonsumi informasi-

informasi yang beredar. Sebagaimana di tengah bencana atau wabah

penyakit yang kita alami sekarang, biasanya ada dua situasi yang sering

muncul, pertama adalah ketidakberdayaan, dan kedua adalah tawaran

solusi masalah bencana berupa tokoh, barang, atau prosedur tertentu, yang

belum pasti kebenarannya. Claim tersebut tidak berdiri sendiri. Claim akan

kuat kedudukannya apabila terdapat data-data yang berkaitan dengan

claim.

Data dapat juga diartikan sebagai bukti-bukti yang bersifat khusus

yang diperlukan untuk mendukung claim. Adapun data yang mendukung

claim yakni:

(2)“Analisis interaksi Facebook pada 100 juta orang dengan pelbagai

pandangan berbeda tentang vaksinasi. Uji klinis vaksin masih

berlangsung, tetapi sudah dipetakan bahwa 4,2 juta orang yang

antivaksin lebih terkoneksi dengan mereka (74,1 juta orang) yang

masih belum memutuskan setuju atau tak setuju vaksinasi ketimbang

133

Hari Kusnanto, “Meluruskan Infodemi Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Rabu 12 Agustus 2020, hal. 11

88

6,9 juta orang yang mendukung penggunaan vaksin untuk mencegah

Covid-19.”134

Pernyataan ini merupakan data. Masyarakat dibingungkan oleh

tawaran-tawaran solusi mengatasi pandemi saat ini. Dan infodemi dengan

tingkat yang tinggi hanya akan memperkeruh upaya penanggulangan

wabah global. Penting bagi WHO dengan bekerjasama oleh banyak media

platform saat ini guna menyaring informasi yang menyesatkan dan

menampilkan informasi yang terpercaya.

Sebagaimana bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang

mempelajari teknologi pemanfaatan makhluk hidup dalam skala besar

untuk menghasilkan produk yang berguna bagi manusia. Peran

bioteknologi khususnya di bidang kesehatan sangat dibutuhkan terutama

dalam mengatasi masalah penyebaran virus Corona (COVID-19). Salah

satu produk bioteknologi di bidang kesehatan adalah vaksin. Vaksin

merupakan bahan antigenic yang digunakan untuk kekebalan terhadap

suatu penyakit yang biasanya mengandung virus atau mikroorganisme

yang telah dimatikan atau dilemahkan.135

China adalah negara yang paling

antusias dengan 97% responden menyatakan mereka ingin divaksinasi,

sementara Rusia paling tidak bersedia dengan hanya 54% tertarik untuk

melakukannya, survei menemukan. Namun, menurut WEF, masih

mengkhawatirkan bahwa sekitar seperempat orang di seluruh dunia tidak

berniat untuk mendapatkan vaksin. Alasan yang paling sering dikutip

untuk tidak menginginkan vaksin adalah kekhawatiran tentang efek

sampingnya, menurut temuan survei. Faktor lain yang disebutkan oleh

responden termasuk persepsi mereka bahwa vaksin mungkin tidak efektif

dan mereka tidak cukup berisiko dari virus.136

134

Ibid., Hari Kusnanto, hal.11 135

Rizal Fathurrohman, Bioteknologi Vaksin, diunduh pada Senin, 21 September 2021 pukul 12:35 https://www.suarapemredkalbar.com/read/opini/16072020/bioteknologi-vaksin-1 136

Hilda Ilhamil Arofah, Survei: 74% Orang Di Dunia Bersedia Diimunisasi Vaksin Covid-19, dinduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 12:38

89

Dengan demikian data di atas telah tervalidasikan dengan kutipan di

atas. Bahwa bukan hal yang baru terkait dikotomi pandangan mengenai

vaksin. Bahkan pandangan itu sampai dibawa ke ranah sosial media.

Dimana semua orang dengan bebas dapat mengakses dan membaca

pandangan-pandangan itu. Tentu ini adalah hal yang serius jika tidak

segera disikapi dengan baik. Sebab kunci penanggulangan yang berhasil

atas wabah yang terjadi adalah kerjasama dan kepercayaan. Memberi

kepercayaan kepada yang ahli dibidangnya untuk membuat senjata

perlawanan terhadap wabah. Dan bekerja sama menjaga ketentraman

situasi sosial di masyarakat. Tentu data ini mendukung claim terkait

infodemi saat di masa Covid-19.

Setelah ditemukan data dan claim maka unsur selanjutnya adalah

warrant. Warrant merupakan hubungan antara claim dan data. Warrant

bersifat implisit. Warrant dalam artikel ini yaitu Infodemi bukan hanya

persoalan di Indonesia tetapi juga masalah global, dengan

ketidakpercayaan terhadap ilmu dan ilmuwan, lebih mengandalkan media

sosial, respon tokoh-tokoh negara membingungkan, yang kemudian

banyak memunculkan persepsi lain. Pernyataan tersebut menghubungkan

claim dengan data yang ada di artikel ini.

Unsur selanjutnya yaitu backing. Backing merupakan bukti-bukti yang

memperkukuh fakta. Adanya backing untuk memperkukuh warrant. Di

dalam artikel berjudul Meluruskan Infodemi Covid-19 ditemukannya

backing yaitu;

(3) “Presiden AS Donald Trump pernah menganjurkan penelitian

apakah menyuntikkan diisnfektan dapat mencegah Covid-19, yang

mendapat reaksi keras dari para dokter. Tak kalah membahayakan

anjuran Presiden Brasil Jail Bolsonaro untuk mencegah Covid-19

dengan obat malaria chloroquine tanpa pengawasan dokter. Infodemi

tingkat tinggi memperkeruh upaya penanggulangan wabah global

https://topcareer.id/read/2020/09/03/45613/survei-74-orang-di-dunia-bersedia-diimunisasi-vaksin-covid-19/

90

ketika Trump menuduh WHO antek China karena lambat

mengumumkan pandemi Covid-19.”137

Backing di atas adalah fakta. Presiden Amerika Serikat, Donald

Trump sempat menyatakan pada Kamis (23/4) salah satu cara melawan

virus corona SARS-Cov-2 (Covid-19) adalah dengan menyuntikkan

disinfektan ke dalam tubuh manusia. Trump menyebut disinfektan bisa

melawan virus dalam satu menit. Berikut pernyataan Trump terkait suntik

disinfektan yang ditujukan kepada Koordinator Respons Virus Corona AS,

Deborah Birx, dan pejabat sains di Departemen Keamanan Dalam Negeri,

Bill Bryan, yang dihimpun Dale: "Saya melihat disinfektan, yang mana

dapat merobohkan virus corona dalam satu menit. Kita punya cara untuk

bisa melakukan hal itu, dengan menyuntikkannya ke dalam tubuh manusia

sehingga dapat membersihkan virus yang tertimbun di paru-paru," jelas

Trump. "Jadi, Anda mesti memeriksanya lebih lanjut karena menurut saya

ini menarik," tambah Trump lagi.138

Setelah berbulan-bulan menggembar-

gemborkan obat anti-malaria yang belum terbukti sebagai pengobatan

untuk virus corona, Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, mencoba langsung.

Dia memperlihatkan diri menelan pil hydroxychloroquine di media sosial

dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Bolsonaro

mengatakan telah dinyatakan positif mengidap virus corona pada Selasa

(7/7). Dia kemudian mengaku merasa baikan berkat hydroxychloroquine

dan beberapa jam kemudian membagikan video dirinya menelan dosis

ketiga obat tersebut. "Aku percaya hydroxychloroquine. Dan kau?" ujar

presiden Brasil ini sambil tersenyum dalam video tersebut. Sehari

kemudian, Bolsonaro kembali memuji manfaat obat tersebut di Facebook.

Padahal serangkaian penelitian di Inggris dan Amerika Serikat (AS), serta

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah menemukan chloroquine dan

hydroxychloroquine tidak efektif terhadap Covid-19. Bahkan, kadang-

137

Hari Kusnanto, “Meluruskan Infodemi Covid-19”, Loc.Cit., hal. 11 138

CNN, Cek Fakta Sarkasme Donald Trump Soal Suntik Disinfektan, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 13:02 https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200425093127-134-497172/cek-fakta-sarkasme-donald-trump-soal-suntik-disinfektan

91

kadang mematikan karena efek sampingnya yang merugikan pada jantung,

dengan beberapa penelitian dibatalkan lebih awal karena efek samping

tersebut.139

Dengan adanya bukti tersebut menjadi jelas bahwa dimasa pandemi

Covid-19 ini sangat riskan seseorang dalam mengeluarkan pandangannya,

terlebih jika orang tersebut adalah tokoh atau figur yang juga berpengaruh.

Hal ini akan membendung infodemi di masyarakat, dan kegamangan akan

sumber informasi yang harus dirujuk. Penting untuk menjaga situasi yang

kondusif disamping mencari solusi untuk menghadapi wabah Covid-19

ini. Meminimalisir infodemi agar masyarakat tidak dirugikan atau tidak

mengambil langkah-langkah yang sebenarnya membahayakan.

Mengembalikan kepercayaan kepada para ahli ilmu kesehatan dengan

tidak terlalu mengandalkan dunia sosial media. Dengan begitu backing di

atas adalah fakta yang mampu mendukung warrant.

Unsur selanjutnya yaitu qualifer. Qualifer adalah bagian dari argumen

yang mengukur kekuatan atau paksaan dari claim. Qualifer dalam artikel

ini terdapat kata penanda “mungkin” pada pernyataan di claim. Unsur

argumentasi yang terakhir yaitu rebuttal. Rebuttal adalah hampir sama

dengan qualifer, bagian yang memungkinkan untuk mengecualikan tanpa

harus menganggap claim sebagai sesuatu yang benar secara umum.

Kendati demikian dalam artikel yang berjudul Meluruskan Infodemi

Covid-19 tidak ditemukan atau tidak memiliki unsur rebuttal terhadap

claim.

Dengan demikian analisis ini menunjukan kelengkapan atas unsur-

unsur argumentasi yang ada pada kesepuluh artikel kolom Opini di surat

kabar Kompas. Dengan hasil kesepuluh artikel ini telah memenuhi syarat

utama sebagai tulisan argumentatif karena terdapat elemen pokok yaitu

139

Dwina Agustin, Kisah Presiden Brasil Kampanye Obat Malaria untuk Covid-19, diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul 13:10 https://republika.co.id/berita/qd9y8e430/kisah-presiden-brasil-kampanye-obat-malaria-untuk-covid19

92

claim, data, dan warrant. Kemudian parameter kesempurnaan artikel

argumentatif menjadi semakin kuat saat meyakinkan pihak lain, jika

ditunjang elemen pelengkap argumentasi yaitu backing, qualifer, dan

rebuttal. Walaupun terdapat tiga artikel yang hanya memiliki satu elemen

pelengkap dan tujuh artikel yang memiliki dua elemen pelengkap.

93

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis unsur-unsur argumentasi pada kumpulan tulisan

yang terdapat kata “Covid-19” disetiap judul kolom Opini di koran Kompas

(13 Juli 2020 – 13 Agustus 2020), maka hasil penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Kolom Opini dalam koran Kompas yang terkumpul dalam rentang waktu 1

bulan secara daring, dengan total jumlah tulisan sebanyak 85 artikel.

Kemudian dikategorikan berdasarkan kata kunci yang sering muncul pada

judul artikel. Hingga peneliti memilih kumpulan tulisan yang terdapat

kategori kata kunci “Covid-19” pada setiap judul, sebanyak 10 artikel dan

menjadi objek dalam penelitian ini. Selanjutnya kesepuluh artikel tersebut

diteliti kelengkapan unsur-unsur argumentasinya yaitu claim, data, warrant,

backing, modal qualifiers, dan rebuttal. Dengan hasil kesepuluh artikel telah

memenuhi elemen utama unsur-unsur argumentasi yaitu claim data, dan

warrant. Namun kesepuluh artikel tidak mendekati kesempurnaan unsur

dengan memenuhi elemen pelengkap unsur-unsur argumentasi yaitu backing,

qualifer, dan rebuttal. Bahwa dari kesepuluh artikel, tiga artikel hanya

memiliki satu elemen pendukung dan tujuh artikel hanya memiliki dua

elemen pendukung.

Kolom Opini dalam koran Kompas dapat dijadikan media untuk

mengetahui unsur-unsur argumentasi. Melalui artikel-artikel yang

mengandung argumentasi, siswa bisa belajar dan mengetahui unsur-unsur

argumentasi. Hingga pada akhirnya siswa mampu menulis paragraf

argumentasi. Dengan demikian siswa diharapkan mampu menulis karangan

argumentasi dengan melihat artikel yang mengandung unsur argumentasi

sebagai acuan.

94

B. Saran

Melalui simpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran yang

membangun bagi pembaca dan khususnya bagi dunia pendidikan di

Indonesia. Bagi guru bahasa Indonesia, agar mampu menyampaikan ciri-ciri

dan struktur argumentasi yang baik dan benar agar pembelajaran dapat

dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemudian agar siswa mampu

memahami ciri-ciri dan struktur argumentasi di luar jenis teks argumentasi.

Bagi peserta didik, yaitu mampu mengenali teks-teks yang mengandung

unsur argumentasi hingga pada akhirnya mampu menulis argumentasi dengan

benar. Bagi sekolah, diharapakan menyediakan sarana dan prasana agar

menunjang keterampilan peserta didik, dan menunjang pembelajaran

argumentasi. Serta bagi peneliti lain, diharapkan dapat lebih baik lagi dalam

menganalisis argumentasi pada objek penelitiannya.

95

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Fachry, “Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN”, Surat Kabar

Kompas, Rabu, 5 Agustus 2020.

Alwasilah, Chaedar dan Senny S. Alwasilah. 2013. Pokoknya Menulis. Bandung:

Kiblat Buku Utama.

Aminullah, Erman, “Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir”, Surat

Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020.

Basuki, Sulistyo. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.

Eemeran, Frans H. Van dan Rob Grootendorst. 2004. A Systematic Theory of

Argumentation. New York: University Of Cambridge.

Eemeran, Frans H. Van, Peter Houtlosser, dan A. Francisca Snoeck Henkemans.

2007. Argumentative Indicators A Pragma-Dialectical Study. Dordrecht:

Springer.

Fitriany, Yuanita dan Fatya Permata Anbiya. 2015. EYD & Kaidah Bahasa

Indonesia. Jakarta: Trans Media Pustaka.

Freeman, James B. 2011. Argument Structure: Representation and theory. New

York: Springer.

Gismar, Abdul Malik, “Covid-19, “Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-

19”, Surat Kabar Kompas, Senin, 13 Juli 2020.

Govier, Trudy. 2012. Problems in Argument Analysis and Evaluation. Canada:

Windsor Ontario Canada.

Indrarto, FX Wikan, “Bebas dari Cacar dan Covid-19”, Surat Kabar Kompas,

Selasa 4 Agustus 2020.

Indriati, Etty. 2001. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Keraf, Gorys. 1978. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

___________. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

___________. 1985. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

96

Kusnanto, Hari, “Meluruskan Infodemi Covid-19”, Surat Kabar Kompas, Rabu,

12 Agustus 2020.

L.T.F Gamut 1991. Logic, Language, And Meaning, (Chicago and London: The

University of Chicago Press.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Martutik, Suparno. 2008. Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Monoarfa, Suharso. “Covid-19, “Great Reset”, SDGs”, Surat Kabar Kompas,

Senin, 13 Juli 2020.

Mulyati. 2015. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.

Nursisto. 2016. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Salim, Emil, “Covid-19 dan Pembangunan”, Surat Kabar Kompas, Senin, 20 Juli

2020.

Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santoso, Djoko, “Otopsi Jenazah Korban Covid-19”, Surat Kabar Kompa, Senin,

3 Agustus 2020.

Soeharsono, “Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?”, Surat

Kabar Kompas, Jumat, 17 Juli 2020.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualiatif Tata

Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukardi. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tindake, Christopher W. 2007. Fallacies and Argumen Appraisal. New York:

Cambridge University Press.

Toulmin, Stephen. 2002. The Uses of Argument. New York: Cambridge

University.

Widiatmoko, Dono, “Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat”. Surat Kabar

Kompas, Jumat, 17 Juli 2020.

97

Wijayanti, Sri Hapsari dkk. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: PT Grasindo.

Zarefsky, David. 2005. Argumentation: The Study of Effective Reasoning, 2

Edition. America: United of America.

Agustin, Dwina. Kisah Presiden Brasil Kampanye Obat Malaria untuk Covid-19.

https://republika.co.id/berita/qd9y8e430/kisah-presiden-brasil-kampanye-

obat-malaria-untuk-covid19. Diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul

13:10.

Arnani, Mela. “Kasus Pertama Virus Corona di China Dilacak hingga 17

November 2019”.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/13/111245765/kasus-pertama-

virus-corona-di-china-dilacak-hingga-17-november-2019?page=all diunduh

pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 14:45.

Arofah, Hilda Ilhamil. Survei: 74% Orang Di Dunia Bersedia Diimunisasi Vaksin

Covid-19. https://topcareer.id/read/2020/09/03/45613/survei-74-orang-di-

dunia-bersedia-diimunisasi-vaksin-covid-19/. Diunduh pada Senin, 21

September 2020 pukul 12:38.

Azizah, Khadijah Nur. WHO Rilis Daftar 17 Kandidat Vaksin Corona Potensial

yang Memasuki Uji Klinis. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-

5073649/who-rilis-daftar-17-kandidat-vaksin-corona-potensial-yang-

memasuki-uji-klinis. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul

20:13.

Bernie, Mohammad. Kemendikbud Buat Kurikulum Darurat PJJ selama COVID-

19. https://tirto.id/kemendikbud-buat-kurikulum-darurat-pjj-selama-covid-

19-fWuf. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 11:01.

CNN. Mengenal 3 Vaksin Covid-19 China yang Akan Dipakai RI.

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200825194153-185-

539259/mengenal-3-vaksin-covid-19-china-yang-akan-dipakai-ri. Diunduh

pada Minggu, 20 September 2020 pukul 20:32.

98

____. Cek Fakta Sarkasme Donald Trump Soal Suntik Disinfektan.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200425093127-134-

497172/cek-fakta-sarkasme-donald-trump-soal-suntik-disinfektan. Diunduh

pada Senin, 21 September 2020 pukul 13:02.

Dalle, Jusman. 2020. “Pandemi, Momentum Great Reset”.

https://analisis.kontan.co.id/news/pandemi-momentum-great-reset diunduh

pada Minggu, 23 Agustus 2020 pukul 1:37.

Damanik, Albert Ivan. “Flu Babi G4 Virus Baru, Infeksi 4,4 Persen Warga

China”. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200630133523-199-

519025/flu-babi-g4-virus-baru-infeksi-44-persen-warga-china diunduh pada

Sabtu, 19 September 2020 pukul 15:29.

Erika Nugraheny, Dian. Rincian Perkembangan Data Covid-19 Indonesia Hingga

25 Juli. https://nasional.kompas.com/read/2020/07/25/16033371/rincian-

perkembangan-data-covid-19-indonesia-hingga-25-juli?page=all. Diunduh

pada Minggu, 20 September 2020 pukul 10:45.

Faddillah, Umi. Bonus Demografi dan Peran Dunia Pendidikan.

https://republika.co.id/berita/qdszg0374/bonus-demografi-dan-peran-dunia-

pendidikan. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 09:58.

Fathurrohman, Rizal. Bioteknologi Vaksin.

https://www.suarapemredkalbar.com/read/opini/16072020/bioteknologi-

vaksin-1. Diunduh pada Senin, 21 September 2021 pukul 12:35.

Gray, Richard. 2020. “Bisakah Bumi menampung 11,2 miliar orang di akhir abad

ini?”. https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-41066355 diunduh pada

Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 20:47.

Halim, Vania. Bonus Demografi Indonesia perlu Belajar dari Jepang.

https://economy.okezone.com/read/2020/02/16/320/2169342/bonus-

demografi-ri-perlu-belajar-dari-jepang. Diunduh pada Minggu, 20

September 2020 pukul 11:29.

Hamdi, Imam. 2020. “Distribusi Pasien Covid-19 di DKI Jakarta, Pelajar dan

Mahasiswa Tertinggi”. https://metro.tempo.co/read/1376269/distribusi-

99

pasien-covid-19-di-dki-jakarta-pelajar-dan-mahasiswa-tertinggi diunduh

pada Jumat 18 September 2020 pukul 20:58.

Hananto, Akhyari. 2020. “Lima Kepunahan Massal dalam Sejarah Bumi.

Benarkah kita memasuki kepunahan ke-6?”.

https://www.mongabay.co.id/2018/02/09/lima-kepunahan-massal-dalam-

sejarah-bumi-benarkah-kita-memasuki-kepunahan-ke-6/ diunduh pada

Sabtu, 22 Agustus 2020 pukul 16:45.

Hertiwi Putri, Nina. Autopsi Mayat, Apa Tujuannya dan Bagaimana Prosedurnya?

https://www.sehatq.com/artikel/saat-autopsi-mayat-ini-yang-sebenarnya-

dilakukan-tim-dokter. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul

14:29.

Humas BPJS. KIS Jadi Program Pemerintah Paling Dirasakan Manfaatnya Versi

Alvara Research. https://www.bpjs-

kesehatan.go.id/bpjs/post/read/2019/1040/KIS-Becomes-The-Most-

Benefited-Government-Program-According-to-Alvara-

Research#:~:text=Sampai%20dengan%2010%20Januari%202019,manfaat

%20dari%20hadirnya%20program%20ini. Diunduh pada Sabtu, 19

September 2020 pukul 20:56.

IBI, Sejarah Singkat Ikatan Bidan Indonesia.

https://www.ibi.or.id/id/article_view/A20150113002/sejarah-singkat-ikatan-

bidan-indonesia.html#. Diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul

23:23.

Idris, Muhammad. 2020. “Mulai 1 Juni, Ini Skenario Tahapan New Normal untuk

Pemulihan Ekonomi”.

https://money.kompas.com/read/2020/05/26/073708726/mulai-1-juni-ini-

skenario-tahapan-new-normal-untuk-pemulihan-ekonomi?page=all diunduh

pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 1:06.

Issetiabudi, David Eka. Luhut Ingatkan BUMN Tingkatkan TKDN.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200729/257/1272522/luhut-ingatkan-

bumn-tingkatkan-tkdn. Diunduh pada Senin, 21 September 2020 pukul

01:34.

100

Istman. Perpres TKDN Segera Terbit, Begini Penjelasan Menteri Luhut.

https://bisnis.tempo.co/read/896238/perpres-tkdn-segera-terbit-begini-

penjelasan-menteri-luhut/full&view=ok. Diunduh pada Senin, 21 September

2020 pukul 01:36.

JKN. Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?

http://www.jkn.kemkes.go.id/detailfaq.php?id=1#:~:text=Jaminan%20Kese

hatan%20Nasional%20(JKN)%20merupakan,untuk%20memenuhi%20kebu

tuhan%20dasar%20kesehatan. Diunduh pada Sabtu, 19 September 2020

pukul20:37.

Kamil, Irfan. 2020. “Ini Kampanye Nasional yang Dilakukan Kemenkes demi

Cegah Covid-19”.

https://nasional.kompas.com/read/2020/09/04/10534021/ini-kampanye-

nasional-yang-dilakukan-kemenkes-demi-cegah-covid-19?page=all. Di

unduh pada Jumat, 19 September 2020 pukul 21.42.

Kelana, Aries. JKN Perlu Melakukan Pendekatan Preventif dan Promotif Pula.

https://www.gatra.com/detail/news/374109-JKN-Perlu-Melakukan-

Pendekatan-Preventif-dan-Promotif-Pula. Diunduh pada Sabtu, 19

September 2020 pukul 21:45.

Kurniawan, Hariyanto. 2020. “Lomba 17 Agustus di Jakarta Timur Dibubarkan

Paksa oleh Satpol PP”. https://www.kompas.tv/article/102172/lomba-17-

agustus-di-jakarta-timur-dibubarkan-paksa-oleh-satpol-pp diunduh pada

Jumat, 18 September 2020 pukul 21:09.

Navas, Maria Elena. Covid-19: Cacar, penyakit yang diberantas dalam waktu 200

tahun, satu-satunya yang berhasil dibasmi dalam sejarah manusia, apa

yang bisa dipelajari dalam hadapi wabah virus corona.

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53050468. diunduh pada Minggu,

23 September 2020 pukul 21:41.

Nordiansyah, Eko. 2021. Anggaran Kesehatan Rp169,7 Triliun Termasuk untuk

Pengadaan Vaksin. https://www.medcom.id/ekonomi/makro/9K50Vr0k-

2021-anggaran-kesehatan-rp169-7-triliun-termasuk-untuk-pengadaan-

vaksin. Diunduh pada Sabtu, 19 September 2020 pukul 21:27.

101

Noya, Allert Benedicto Leuan. Tujuan di Balik Prosedur Otopsi.

https://www.alodokter.com/tujuan-di-balik-prosedur-

otopsi#:~:text=Otopsi%20adalah%20prosedur%20medis%20yang,kematian

%20seseorang%20dianggap%20tidak%20wajar. Diunduh pada Minggu, 20

September 2020 pukul 14:32.

Pininta Kasih, Ayunda. Nadiem: PJJ Berkepanjangan Berdampak Negatif bagi

Siswa. https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/10/100000171/nadiem--

pjj-berkepanjangan-berdampak-negatif-bagi-siswa?page=all. Diunduh pada

Minggu, 20 September 2020 pukul 10:58.

Prasasti, Giovani Dio. 2020. “30 Juni 2020 : Kasus Positif Corona di Indonesia

56.385, Sembuh 24.806, Meninggal 2.876”.

https://www.liputan6.com/health/read/4292625/30-juni-2020-kasus-positif-

corona-di-indonesia-56385-sembuh-24806-meninggal-2876 diunduh pada

Sabtu, 19 September 2020 pukul 03:06.

Santoso, Bangun. Penjelasan Istana Soal Pembentukan Komite Penanganan

Covid-19 dan PEN.

https://www.suara.com/news/2020/07/22/105907/penjelasan-istana-soal-

pembentukan-komite-penanganan-covid-19-dan-pen. diunduh pada Senin,

21 September 2020 pukul 01:11.

Saputra, Anjar. Mengetahui Foto Ini Ahli Patologis Terkejut, Ada Gumpalan

Darah Disetiap Organ Jenazah Pasien Covid-19.

https://health.grid.id/read/352240747/mengetahui-foto-ini-ahli-patologis-

terkejut-ada-gumpalan-darah-disetiap-organ-jenazah-pasien-covid-

19?page=all. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 14:01.

SDGs. 2020. “Sustainable Development Goals”.

https://www.sdg2030indonesia.org/ diunduh pada Minggu, 23 Agustus 2020

pukul 2:33.

Sebayang, Rehia. 2020. “Teror Flu Babi Bikin Pening, Berawal di China Kini

Masuk RI”. https://www.cnbcindonesia.com/news/20191227152612-4-

126084/teror-flu-babi-bikin-pening-berawal-di-china-kini-masuk-ri/1

diunduh pada Sabtu, 19 Juli 2020 pukul 14:10.

102

Sunarto, Nanang. Dunia Pernah Berjaya Menaklukkan Cacar.

https://www.kbknews.id/2020/05/09/dunia-pernah-berjaya-menaklukkan-

cacar/. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020 pukul 18:11.

Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional. 2020. “Perkembangan COVID-

19 Juni, Dr. Dewi: Angka Positivity Rate Lebih Rendah daripada Bulan

Mei”. https://covid19.go.id/p/berita/perkembangan-covid-19-juni-dr-dewi-

angka-positivity-rate-lebih-rendah-daripada-bulan-mei diunduh pada Sabtu,

19 September 2020 pukul 03:14.

Wareza, Monica. Jadi Ketua Pelaksana Satgas Covid, Ini Rencana Erick Thohir.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200720132916-4-173978/jadi-

ketua-pelaksana-satgas-covid-ini-rencana-erick-thohir. Diunduh pada Senin,

21 September 2020 pukul 00:54.

Welianto, Ari. Pengertian Bonus Demografi.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/27/113000069/pengertian-

bonus-demografi?page=all. Diunduh pada Minggu, 20 September 2020

pukul 10:08.

103

Lampiran 1

10 Artikel Kolom Opini di Surat Kabar Kompas

1. Covid-19, "Great Reset", SDGs

Suharso Monoarfa

Senin, 13 Juli 2020

Dalam sejarah peradaban manusia, tahun 2020 akan selamanya dikenang sebagai

periode krisis dahsyat yang presedennya hanya bisa disetarakan dengan Depresi

Besar 1930-an dan Perang Dunia.

Bahkan, di tengah 2020 ini, kita belum bisa melihat sampai seberapa dalam jurang

krisis akan berujung. Dengan cemas, kita menyaksikan penyebaran Covid-19 yang

sedemikian cepat dan bagaimana krisis kesehatan merontokkan berbagai jerih

payah pembangunan bertahun-tahun.

Seperti halnya dalam dinamika sejarah krisis dunia, krisis akan membuat

perubahan besar. Krisis memaksa kita merefleksikan apa yang salah sebelumnya,

lalu apa yang perlu dilakukan dan diubah untuk mengantisipasi agar krisis tak

berulang. Selain itu, di masa pandemi ini, dengan cemas kita juga menyaksikan

Bumi yang semakin ringkih karena menopang hampir delapan miliar manusia

dengan segenap dinamikanya, segera berada di “titik kulminasi”.

Diproyeksikan, populasi dunia 17 tahun lagi akan mencapai sembilan miliar

manusia. Menurut para ilmuwan, itu berarti batas akhir jumlah manusia yang

mampu disangga Bumi (carrying capacity) apabila manusia tetap “bersikeras”

dengan pola kehidupan seperti saat ini. Pada masa itu, pangan, air, dan energi

yang makin langka akan menjadi sumber konflik yang tak akan pernah usai di

masa depan. Artinya, dunia tidak akan sama lagi dengan waktu sebelumnya.

Dunia akan makin rentan menghadapi berbagai krisis. Inilah tantangan besar umat

manusia saat ini, bagaimana memenuhi kebutuhan masa kini dan mengantisipasi

berbagai krisis masa depan.

Pandemi Covid-19 telah memaksa dunia dengan segala aktivitasnya bergerak

melambat, setelah dipacu tanpa henti sejak abad Revolusi Industri. Blessing in

disguise, Covid-19 memaksa kita hening dan jernih berefleksi tentang apa yang

telah dan sedang terjadi di dunia. Meski kini kita memasuki new normal, bukan

berarti old normal adalah sesuatu yang ideal. Bukankah new normal saat ini

adalah hasil dari old normal? Kebiasaan masa lalu belum tentu merupakan hal

yang ideal untuk terus dilakukan hingga masa depan. Bahkan secara lugas Albert

Einstein mengatakan “the definition of insanity is doing the same thing over and

over again, but expecting different result” (definisi kegilaan adalah melakukan hal

yang sama terus menerus, tetapi berharap hasilnya berbeda).

104

Covid-19 menyadarkan kita tentang tak adanya ceteris paribus. Sudah tak

mungkin dalam dunia yang terkait dan berkelindan ini (interconnectedness)

mampu mengisolasi kejadian pada satu hal tidak akan terkait dengan hal lainnya.

Problem pandemi virus yang terkait dengan kesehatan ini sangat jelas seperti

deretan kartu yang jatuh menjadi multiplier effect. Sektor kesehatan runtuh

berdampak pada sektor pariwisata, lalu diikuti transportasi, konstruksi,

manufaktur, keuangan, dan ikutan lainnya.

Pertanyaan besar kemudian muncul, lalu bagaimana kita harus melakukan

pembangunan? Bagaimana memenuhi kebutuhan masa kini, meningkatkan

kemajuan dan kesejahteraan manusia, tetapi sekaligus dengan tetap

memperhatikan keseimbangan alam dan berkelanjutan? Sangat jelas, cara kita

menjalankan kehidupan harus berubah.

“Great reset”

Covid-19 telah membangunkan kita (wake up call) dengan pukulan sangat keras,

kita harus menjalankan kehidupan dengan cara berbeda. Di dunia, kini seruan

great reset kian menggema. Great reset akan menjadi tema besar pertemuan

prestisius Forum Ekonomi Dunia tahun depan. Pada intinya, kita mesti me-reset

ulang apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Kita sudah harus meninggalkan

kebiasaan masa lalu yang tak kompatibel dengan masa depan.

Sangat beruntung, dunia telah memiliki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(SDGs). SDGs bukan hanya wacana filosofis, melainkan sudah pada tataran

operasional. SDGs pada dasarnya sarana bagi semua pemangku kepentingan, baik

pemerintah maupun nonpemerintah, di seluruh dunia untuk menjalankan

kehidupan berkelanjutan. Artinya, bagaimana kebutuhan masa kini dipenuhi,

tetapi tanpa mengorbankan masa depan. Apabila SDGs secara konsisten

dijalankan semua negara, keberlanjutan Bumi sebagai tempat layak huni bagi

semua dapat lebih terjamin.

Dalam napas keberlanjutan SDGs, faktor keseimbangan jadi penekan utama.

Pandemi Covid-19 adalah contoh bagaimana tekanan manusia pada kehidupan

satwa liar justru berbalik begitu dahsyat mengancam hidup umat manusia. Contoh

lain, penggunaan air tanah yang sedemikian eksesif apabila diteruskan akan

menjadikan Jakarta megapolitan pertama dunia yang tenggelam.

Lahirnya SDGs merupakan kesadaran bahwa sumber daya alam tidaklah terbatas.

Keseimbangan sosial, ekonomi, dan lingkungan haruslah dijaga. Mengabaikan

satu keseimbangan, pada akhirnya adalah petaka kehidupan manusia. Pandemi

Covid-19 jadi pelajaran sangat pahit dalam evolusi kehidupan manusia saat ini.

Hal yang juga sangat strategis dalam SDGs adalah prinsip inklusif. Artinya,

pelaksanaan SDGs merupakan orkestrasi gerakan bersama pemerintah dan para

105

pemangku kepentingan nonpemerintah. Jelas tak mungkin pembangunan berhasil

hanya dilakukan pemerintah sendiri. Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu

bergandengan dengan sektor bisnis, filantropi, organisasi kemasyarakatan, media,

dan perguruan tinggi untuk pencapaian SDGs. Pertanyaan selanjutnya, lalu

seberapa jauh Indonesia berkomitmen dan melaksanakan SDGs?

Indonesia telah mengarustamakan SDGs dalam dokumen Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jika RPJMN sebelumnya 94

target diarustamakan, kini meningkat signifikan menjadi 118 target. RPJMN akan

menjadi bahan utama kementerian/lembaga dan pemda melaksanakan program

pembangunan. Ini berarti, melaksanakan SDGs bagi Indonesia sekaligus

melaksanakan pembangunan nasional. Selain itu, Indonesia juga akan segera

menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) SDGs 2020-2024 yang melibatkan

semua pemangku kepentingan. RAN SDGs 2017-2019 telah melibatkan 108

organisasi nonpemerintah, baik dari sektor profit maupun nonprofit.

Tahun ini, keterlibatan akan jauh lebih banyak. Sebagai contoh antusiasme, hanya

menguji template rencana aksi SDGs saja, lebih dari seratus perusahaan terbuka

berpartisipasi di Bappenas yang bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK), Bursa Efek Indonesia dan Global Reporting Initiative (GRI).

Jalan pedang

Dari sisi perencanaan dan penganggaran, tagging anggaran SDGs kini masih terus

berlangsung. Ini akan dipadukan dengan sistem elektronik monitoring dan

evaluasi (emonev) yang akan bisa memantau progres pelaksanaan pencapaian

SDGs. Dasbor capaian SDGs juga telah dibangun dan terus disempurnakan untuk

memantau capaian hingga tingkat kabupaten/kota, dengan keterpilahan data dan

mengukur diskrepansi dengan target. Mengingat Bappenas adalah pengampu Satu

Data Indonesia, proses pengintegrasian data akan lebih mudah. Ini tentu sangat

berguna bagi pengambilan kebijakan, serta tentu saja terbuka diakses publik.

Dampak Covid-19 membuat perekonomian berjalan lambat, tentu ini berakibat

pada berkurangnya penerimaan negara. Di sisi lain, dampak dahsyat sosial dan

ekonomi membutuhkan intervensi fiskal yang kuat sehingga terpaksa

meningkatkan defisit. Untuk mengupayakan pencapaian SDGs melalui berbagai

pembiayaan inovatif, Bappenas kini mengembangkan SDGs Financing Hub

(SFH) yang berjalan operasional tahun ini. tugas SFH menggali berbagai potensi

pembiayaan dari dalam dan luar negeri dengan berbagai inovasi keuangan, untuk

mendanai berbagai kegiatan bagi pencapaian SDGs.

Meski pandemi Covid-19 membuat sebagian capaian pembangunan runtuh,

Bappenas sebagai institusi yang ditugaskan sebagai lembaga perencanaan

pembangunan dan sekaligus menjadi koordinator nasional pelaksanaan SDGs

berkomitmen agar pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 tidak

106

meleset. Covid-19 justru makin menyadarkan bahwa SDGs adalah keniscayaan

jalan pembangunan yang harus ditempuh untuk menjadi negara sejahtera, adil,

maju, dan berkelanjutan.

Sejarah membuktikan, negara-negara maju adalah negara yang mampu bertahan

dan bahkan melejit setelah menghadapi persoalan berat. Namun, syarat mutlak

untuk hal tersebut adalah semangat gotong royong untuk tujuan bersama. Oleh

karena itu, Bappenas mengajak para pemangku kepentingan SDGs untuk

menempuh “jalan pedang”. Sebuah jalan terjal dan jarang dilalui, keluar dari zona

nyaman, mencari terobosan, berinovasi dan berupaya sekuat tenaga memastikan

SDGs dapat dicapai untuk kemajuan bangsa. Mari kita torehkan tinta sejarah emas

bersama membangun Indonesia.

2. Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19

Abdul Malik Gismar

Senin, 13 Juli 2020

Social Resilience Lab Nanyang Technological University menyimpulkan bahwa

Jakarta belum siap untuk normal baru karena indeks risiko persepsi

masyarakatnya rendah. Indikatornya, antara lain, adalah sebagian besar warga

Jakarta (77 persen) menganggap enteng Covid-19 (idntimes.com, 5/7/2020). Hasil

studi dan kesimpulan itu perlu mendapat perhatian.

The new normal atau normal baru bukan istilah yang muncul karena Covid-19

(Lihat Navigating the New Normal in Industrial Countries, International

Monetary Fund, 15/12/2010). Istilah yang awalnya berkembang di sektor finansial

dan ekonomi ini menjadi populer dan masuk ke ranah sosio-kultural untuk

merujuk “suatu situasi yang sebelumnya tidak dikenal atau tidak biasa terjadi,

tetapi sekarang menjadi standar, lazim, atau diharapkan”.

Kata normal memiliki arti dilakukan oleh kebanyakan orang sehingga menjadi

kebiasaan masyarakat atau, dengan kata lain, membudaya. Normal baru tidak

harus dicanangkan oleh pemerintah meskipun kebijakan, program, dan aturan

pemerintah bisa menginisiasi dan menjadi bagian penting dari cara baru

beraktivitas ini.

Terkait Covid-19, normal baru merujuk kepada sikap, perilaku, dan tatanan sosio-

kultural baru yang muncul sebagai reaksi dan adaptasi terhadap virus ini. terlepas

apakah pemerintah akan “mengumumkan” atau “menerapkan” normal baru atau

tidak, perilaku masyarakat mungkin, akan, atau bahkan telah, berubah.

Di Indonesia hari ini, oleh karena alasan mengikuti aturan, anjuran, atau alasan

apa pun lainnya, kita melihat di tempat-tempat umum sebagian orang memakai

masker; menjaga jarak antrean, dan membawa penyanitasi tangan. Perilaku-

107

perilaku yang sebelumnya tak lazim itu kini jadi lazim atau menjadi normal bagi

sebagian orang. Ini tak cukup dan yang harus terjadi adalah perilaku baru yang

tepat untuk melawan virus semacam ini diadopsi oleh masyarakat seluas-luasnya.

Normal baru ini harus diciptakan, tidak dinantikan.

Rentang risiko dan persepsi risiko Covid-19

Bagi sebagian orang di Jakarta hari ini, “keluar rumah” atau “tidak keluar rumah”

bukan pilihan. Biaya ekonomi, sosial, kultural, dan psikologis dari “tinggal di

rumah” berkepanjangan sangat nyata. Namun, melakukan kegiatan sehari-hari dan

menganggap enteng risiko Covid-19 sangat berbahaya. Yang perlu dipikirkan

adalah bagaimana masyarakat bisa keluar rumah melakukan kegiatan sehari-hari

dan aman dari Covid-19. Hal ini akan sangat terkait dengan persepsi mereka

mengenai risiko Covid-19 dan bagaimana menyikapinya.

Persepsi terhadap suatu risiko menentukan perilaku menghadapi risiko itu.

Sesuatu yang sangat berbahaya jika tak dipersepsi sebagai berbahaya tak akan

membuat orang menghindar darinya; demikian pula sebaliknya. Karena itu, yang

sangat diperlukan tercipta dalam masyarakat adalah persepsi risiko yang akurat,

obyektif, atau mendekati risiko sebenarnya.

Risiko Covid-19 tidak biner atau dikotomis berisiko vs tidak berisiko, tetapi

berada dalam suatu rentang risiko (risk spectrum) dari sangat rendah hingga

sangat tinggi. Oleh karena itu, secara obyektif risiko penularan Covid-19 juga tak

sama untuk semua kegiatan, di dalam maupun luar ruangan.

Sains di balik risiko Covid-19 ini kompleks, melibatkan pengetahuan mengenai

virus itu sendiri, lingkungan seperti apa yang dapat menyebarkannya, serta

perilaku manusia seperti apa yang memudahkan penyebaran. Namun, secara

sederhana dapat dikatakan, suatu kegiatan memiliki risiko penularan rendah

apabila paparan dengan virus sedikit dan durasi paparan singkat (misalnya

melibatkan sedikit orang dengan jarak fisik terjaga, di ruang terbuka tanpa bicara

lantang, dan dalam waktu yang singkat).

Sebaliknya, risiko penularan tinggi apabila paparan dengan virus banyak dan

berlangsung dalam waktu yang lama (misalnya melibatkan banyak orang dalam

jarak fisik berdekatan, di ruang tertutup, melibatkan suara yang lantang, dan

dalam durasi lama). Dapat dibayangkan, di antara kedua kutub ekstrem risiko

rendah-risiko tinggi ini, ada banyak kemungkinan situasi dengan tingkat risiko

yang berbeda-beda.

Pemahaman mengenai rentang risiko akan membantu membangun persepsi risiko

yang akurat untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan. Persepsi yang akurat pada

gilirannya akan mencegah munculnya sikap dan perilaku yang, di satu ekstrem,

terlalu percaya diri dan menganggap enteng kemungkinan terjangkiti; atau, di

ekstrem lainnya, tidak percaya diri dan cemas berlebihan sehingga tak mampu

melakukan kegiatan yang diperlukan.

108

Lebih dari itu pemahaman akan rentang risiko ini juga akan menunjukkan kesiap-

siagaan seperti apa yang harus diambil dalam berbagai situasi.

Kampanye kesehatan masyarakat, bukan sosialisasi

pada akhirnya, pertahanan terhadap penyebaran Covid-19 adalah munculnya

perilaku baru masyarakat yang didasari oleh persepsi risiko yang akurat. Perilaku

baru ini harus segera terbentuk secara luas, sementara informasi yang dimiliki

masyarakat terkait virus dan cara menghadapinya terbatas, dari sumber yang

sangat beragam, dan sering keliru. Hal ini bisa membangun persepsi risiko yang

tidak akurat dan perilaku yang keliru, tidak optimal, bahkan kontraproduktif.

Pemerintah perlu berinisiatif dan mengoordinasikan kampanye kesehatan yang

masif dan intensif terkait hidup di tengah-tengah beredarnya Covid-19, bukan

sekedar sosialisasi dan imbauan. Kampanye ini juga perlu menggunakan semua

bentuk intervensi yang dimungkinkan secara tepat waktu dan tepat tempat.

Dalam ilmu perilaku (behavioral science), setidaknya ada sembilan bentuk

intervensi yang dapat dilakukan untuk mengubah perilaku masyarakat: edukasi

(education), persuasi (persuasion), insentif (incentivisation), pemaksaan

(coercion), pemberdayaan (enablement), pelatihan (training), pembatasan

(restriction), restrukturisasi lingkungan (environmental restructurization), dan

percontohan (modeling).

Studi menunjukkan, intervensi yang efektif adalah yang berlangsung pada

beberapa tingkatan (individual, komunitas, dan keseluruhan populasi) dan

berkelanjutan.

Di jantung kampanye kesehatan masyarakat ini adalah edukasi mengenai rentang

risiko agar masyarakat mampu mengenali dan menilai risiko yang ada dalam

setiap kegiatan yang akan mereka lakukan, dan dengan demikian dapat

mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko tersebut.

Daftar setiap situasi dengan kemungkinan risikonya tidak mungkin diberikan,

tetapi akan sangat membantu apabila kampanye ini menunjukkan contoh-contoh

kegiatan atau interaksi sosial yang terbukti menjadi ajang penularan yang tinggi

(super spreader events/ SSE) baik di Indonesia maupun dunia (lihat

https://quillette.com/2020/04/23/covid-19-su-perspreader-events-in-28-co-untries-

critical-pat-terns-and-lessons/).

Contoh konkret yang diambil dari peristiwa yang benar-benar terjadi akan mudah

dimengerti dan dijadikan rujukan.

Kampanye hidup dan Covid-19 tentunya harus pula disertai dengan panduan

memitigasi risiko terjangkiti yang komprehensif. Lebih dari sekadar menyarankan

masyarakat untuk memakai masker dan mencuci tangan, panduan ini juga bisa

mencakup petunjuk untuk merekayasa ruang, membangun sistem, dan

109

menetapkan prosedur untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, keagamaan, dan

berbagai kegiatan lainnya. Suatu panduan yang bisa dirujuk untuk

menyelenggarakan sekolah, berolahraga, membuka toko, beribadah, dan lain-lain

dengan aman.

Tentunya harus diserahkan kepada ahlinya –epidemiolog, virolog, ahli kesehatan

masyarakat, dan ahli yang relevan– untuk membangun panduan semacam ini.

Sekali lagi yang diperlukan adalah kampanye kesehatan masyarakat yang masif

dan intensif. Suatu kampanye dengan tujuan jelas dan terukur untuk mengubah

perilaku masyarakat. Untuk ini diperlukan kebijakan, program, dan kegiatan yang

sinkron dan ketat terintegrasi secara vertikal lintas tingkatan pemerintahan dan

secara horizontal lintas lembaga; serta disampaikan dalam bahasa yang dimengerti

masyarakat.

3. Covid-19, Perlu Pemantauan Berkelanjutan di Hilir

Erman Aminullah

Senin, 13 Juli 2020

Kebijakan yang diambil pemerintah dalam penanganan Covid-19 di Indonesia

dipengaruhi oleh masukan informasi ilmiah di bidang epidemiologi serta

pertimbangan sosial ekonomi dan politik. Kebijakan ini membutuhkan kompromi

dari para pemangku kepentingan di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, dan

politik. Beberapa langkah penyesuaian kebijakan juga diambil, mengikuti

perkembangan situasi, kepentingan, informasi, dan angka kasus Covid-19 di

lapangan yang dinamis dan terus menaik secara eksponensial.

Langkah-langkah penyesuaian kebijakan ini dilakukan di dalam lingkungan yang

kompleks di mana banyak unsur dan faktor saling memengaruhi. Akibatnya,

sebelum penyesuaian kebijakan menunjukkan hasil, telah muncul dampak tak

terduga berupa lonjakan kasus baru Covid-19.

Laju penyebaran Covid-19 sekarang ini tak lepas dari tiga hal. Pertama, sikap

terlalu percaya diri pemerintah di awal pandemi, dengan menganggap bahwa

masalah Covid-19 ada di luar sana dan kita tidak akan tersentuh oleh wabah

Covid-19. Sikap ini menyebabkan kurangnya antisipasi dan persiapan ketika

akhirnya Covid-19 benar-benar menerjang wilayah Indonesia.

Kedua, resistensi terhadap kebijakan Pemerintah, yang ditunjukkan oleh sebagain

unsur masyarakat. Pedoman pemerintah untuk menerapkan jarak sosial dan jarak

fisik sering diabaikan. Ketidaktahuan masyarakat awam juga memperburuk

situasi.

110

Ketiga, sulitnya mencapai konsensus dalam implementasi kebijakan di lapangan.

Kebijakan yang sudah dibuat dengan masukan ilmu kesehatan, sosial, dan

ekonomi harus disesuaikan di lapangan, dengan mengakomodasi berbagai

kepentingan atau para pihak, seperti faktor kesehatan masyarakat, kondisi

ekonomi rakyat, kehidupan sosial masyarakat, desakan kelompok penekan dan

pemangku kepentingan di dalam dan luar birokrasi pemerintahan.

Ada kesan, resistensi kebijakan dan kesulitan mencapai konsensus ini sulit

dikendalikan oleh pemerintah.

Keadaan sekarang, musuh (Covid-19) sudah ada di dalam. Apa yang perlu

dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19? Selama Juni, jumlah

kasus Covid-19 naik dua kali lipat dari 28.000-an menjadi 57.000-an. Jika

kenaikan mengikuti deret ukur atau bulan Juli naik 2,5 kali lipat, maka akhir Juli

akan mencapai 105.000-an.

Pemantauan berkelanjutan di hilir

Tatanan normal baru diterapkan oleh pemerintah awal Juni, saat kurva

penambahan kasus baru Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda menurun.

Kehidupan normal baru yang menjaga keseimbangan antara kepentingan

kesehatan dan kepentingan ekonomi ditempuh, dengan membuka kembali

kegiatan ekonomi nasional secara bertahap, dan pada saat yang bersamaan tetap

menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin tinggi.

Terkait kebijakan membuka kembali kegiatan ekonomi, pemerintah telah

menyimulasikan pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dengan

mulai membuka kembali akses ke transportasi, mal, dan pasar, dan disusul sektor

lain secara bertahap. Penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi terhadap

protokol kesehatan juga telah disimulasikan dengan pengawalan aparat keamanan.

Pelonggaran PSBB menuju kehidupan normal dilaksanakan sejak 5 Juni 2020.

Namun, selama satu bulan pelaksanaan kehidupan normal baru, kasus Covid-19

naik dua kali lipat. Artinya, penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi terhadap

protokol kesehatan belum berjalan maksimal.

Dalam perspektif kebijakan, terkait penegakan disiplin, perlu dilakukan koreksi

terhadap dua poin yang bermasalah, yaitu resistensi kebijakan dan kesulitan

mencapai konsensus. Pertama, resistensi kebijakan yang timbul dari respons

lingkungan yang kompleks perlu dikendalikan agar tak memperburuk keadaan.

Penegakan disiplin dengan kepatuhan tinggi dalam menerapkan protokol

kesehatan, yang masih sering diabaikan oleh beberapa unsur masyarakat, juga

perlu dipertegas.

Pemantauan berkelanjutan perlu dilakukan. Tantangannya adalah bagaimana

caranya agar semua pihak –mulai dari pemangku kepentingan di dalam dan di luar

birokrasi pemerintahan, kelompok penekan, tokoh agama, berbagai lapisan tokoh

111

masyarakat, hingga ke akar rumput–berkontribusi dalam pemantauan

berkelanjutan untuk meluruskan penyimpangan pelaksanaan protokol kesehatan di

lapangan.

Melalui pengendalian sistemik terhadap kebijakan dan program di hulu, hingga

pelaksanaan di hilir, yang melibatkan peran dari semua unsur, diharapkan

triliunan rupiah sumber daya finansial yang dibelanjakan tak sia-sia.

Dengan demikian, ada harapan untuk bisa melihat penurunan angka kasus baru

Covid-19 pada Juli dan Agustus mendatang, dan mulai melandainya kurva kasus

Covid-19 di Indonesia, menuju kurva parabola. Meskipun perjalanan masih

panjang, terlalu besar risikonya jika Indonesia gagal (too risky to fail). Semoga!

4. Apa Setelah Demam Babi Afrika, Covid-19, dan Flu Babi?

Soeharsono

Jumat, 17 Juli 2020

China bagaikan sudah jatuh ditimpa tangga pula. Agustus 2018, untuk pertama

kali China tertular penyakit paling ganas pada babi, demam babi Afrika.

Diperkirakan 25 persen dari ratusan juta populasi babi mati sehingga pada April

2020 negara tersebut harus mengimpor 400.000 ton daging babi (Reuters).

Pada bulan Desember 2019 muncul wabah Covid-19, kemudian menjadi pandemi.

Jumlah kasus hampir 18 juta, lebih dari 566.000 orang meninggal, tersebar di 213

negara atau wilayah (Worldometers, 8/7/2020).

Belum selesai dengan dua masalah di atas, baru-baru ini peneliti di China

menemukan virus flu babi baru (G4 EA H1N1) yang menulari 10 persen peternak,

dan disebut berpotensi menjadi pandemi (Proceedings of the National Academy of

Sciences). Ini berarti virus flu babi menular dari babi ke orang.

Bagaimana kita melihat tiga penyakit ini ke depan?

ASF

Demam babi Afrika (ASF) menyebar dari Afrika ke China, melalui Eropa, Rusia,

baru China. Penyakit ini tidak menular ke manusia.

Dari China, ASF menyebar ke Asia Timur dan Tenggara, termasuk Indonesia.

Sumatera Utara paling dulu tertular (September 2019), dikonfirmasi dengan PCR

oleh Balai Besar Veteriner Medan, lalu diumumkan oleh Menteri Pertanian pada

Desember 2019.

Kematian babi dalam jumlah banyak juga ditemukan di Bali (Desember 2019),

daratan Timor (Februari 2020), Sumba (Maret 2020), dan Mentawai (Maret 2020).

112

Secara epistemologis, klinis dan patologis, kematian babi ini sangat mirip dengan

yang terjadi di Sumatera Utara, tetapi belum terdengar pernyataan resmi nama

penyakitnya. Demikian juga kematian 878 babi di Palembang (Kompas,

4/7/2020).

Akibatnya, lalu lintas babi hidup dan bahan makanan mengandung babi masih

terjadi. Hal ini berpotensi menyebarkan penyakit. Virus ASF mempunyai

ketahanan tinggi terhadap proses penggaraman dan pengasapan sehingga sisa

makanan dari hotel dan restoran dapat menularkan penyakit.

Karena belum ada vaksinnya, cara terbaik untuk menghindari penularan adalah

biosecurity ketat, termasuk di dalamnya tidak memberikan sisa makanan. Salah

satu peternakan besar di Pulau Bulan yang menerapkan biosecurity ketat dan

menjadi pemasok babi ke Singapura masih bebas ASF sehingga ekspor tetap bisa

berlangsung.

Di negara-negara maju, untuk membebaskan diri dari ASF, biasanya dilakukan

melalui pemusnahan semua ternak babi dalam lokasi yang tertular. Tindakan ini

bisa berhasil apabila penyakit dideteksi secara dini, pada lokasi yang sangat

terbatas.

Pirbright Institute (Inggris) memublikasikan pembuatan vaksin ASF dengan

teknologi vaksin sub-unit (vector), yang mampu memberikan perlindungan 100

persen (Jurnal Vaccines, Mei 2020). Temuan ini memberi harapan ASF bisa

dikendalikan secara global.

Masih ada beberapa tahapan sebelum vaksin bisa dipasarkan. Selama belum ada

vaksin ASF, penerapan biosecurity secara ketat perlu dilakukan agar ternak babi

aman. Di Bali, sebagian kecil peternakan babi skala kecil mulai bangkit meskipun

ancaman ASF belum lenyap. Cara mengawinkan dengan menyewa pejantan

digantikan dengan artifical insemination (“kawin suntik”).

Covid-19

Covid-19 tidak banyak dibahas di sini karena setiap hari diberitakan

perkembangannya di seluruh dunia. Bermacam cara dilakukan untuk memutus

rantai penularan. Jaga jarak, rajin cuci tangan, dan memakai masker berhasil

mengurangi laju penyebaran, tetapi belum dapat menghentikan.

Yang sangat ditunggu adalah vaksin. Calon vaksin dari China mulau diuji di

Brasil (Kompas, 8/7/2020). Perlu dipelajari keamanan (safety) dan lamanya

protective antibody (potency) dalam individu yang divaksin sebelum vaksin

diproduksi secara masal.

113

Flu babi

Nama flu babi menunjukkan bahwa virus penyebabnya berasal dari babi. Pandemi

flu babi (2009-2010) berawal dari Meksiko, menyebar ke banyak negara dengan

jumlah kasus mencapai 1,4 juta, dengan 151.700-575.400 orang meninggal. Flu

babi menyebar antar-orang lewat droplet.

Antara tahun 2011 dan 2018, dari 30.000 sampel swab hidung babi, peneliti China

mengisolasi 179 virus flu. Dari isolasi tersebut ditemukan strain baru, merupakan

campuran virus flu Eropa dan Amerika, disebut G4 EA H1N1 yang berpotensi

memicu pandemi. Dunia pun ramai atas temuan ini meskipun belum ada

penularan antar-orang.

Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease di

Bethesda, berbicara di depan Senat Amerika, bahwa G4 EA H1N1 tidak

merupakan ancaman dalam waktu dekat. Memang G4 mengindikasikan virus ini

dapat menempel pada tipe cyalic acid yang melapisi saluran pernapasan manusia.

Virus juga dapat tumbuh pada kultur sel manusia secara in vitro (dalam tabung).

Menanggapi temuan ahli di China tersebut, juru bicara Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) Christian Lindmeler mengingatkan, meskipun ada pandemi Covid-

19, pengawasan terhadap dinamika virus flu babi tak boleh dilonggarkan.

Laboratorium kesehatan hewan di Indonesia telah mampu melakukan isolasi dan

identifikasi flu babi, bahkan sampai sequencing DNA-nya. Diharapkan

laboratorium ini ikut serta memonitor dinamika virus flu babi di peternakan.

Waspada perlu, tetapi tidak ikut panik.

5. Covid-19 dan Kesehatan Masyarakat

Dono Widiatmoko

Jumat, 17 Juli 2020

Pengalaman adalah guru yang terbaik dan pengalaman terburuk memberikan

pelajaran yang paling berharga.

Dunia sedang diuji dengan merebaknya virus SARS-CoV-2 dan Indonesia juga

harus melalui ujian yang sama. Ujian kali ini sangat berat karena menyangkut

nyawa dan belum ada satu pun manusia di muka bumi ini yang memiliki

pemahaman untuk memberikan solusi terbaik untuk masalah yang ada.

Dengan demikian, kebijakan berdasarkan ilmu pengetahuan yang mungkin

berhasil di suatu negara belum tentu dapat berhasil di negara lain. Model

114

penelitian yang sudah pernah di gunakan di negara lain belum tentu dapat

digunakan di sini.

Namun, kita harus sepakat kali ini kita dihadapkan dengan pemasalahan yang di

luar dari kebiasaan. Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular

Amerika Serikat Anthony Fauci, yang sudah mendedikasikan dirinya selama

hampir 40 tahun untuk menangani puluhan wabah, termasuk HIV/AIDS,

mengatakan virus korona ini “luar biasa”. Hal yang membuatnya gamang adalah

bagaimana virus ini menyebar sangat cepat, jauh lebih cepat daripada penyakit

lain selama ini. Pola transportasi modern telah tanpa sengaja membantu

penyebaran penyakit ini menjadi penyakit modern dalam jangka waktu yang

singkat.

Di Indonesia, kita telah melihat kenaikan tingkat kematian. Namun, kita belum

mengetahui tingkat penyebaran virus ini. Masih banyak yang kita belum ketahui

dan yang sepertinya sudah kita ketahui dapat berubah dalam hitungan hari, jam,

menit, bahkan detik. Kita belum tahu bagaimana kekebalan tubuh dapat terbentuk.

Peneliti di Indonesia kekurangan data. Setiap lokasi di Indonesia, baik di tingkat

kecamatan, kabupaten, maupun provinsi, memiliki karakteristik berbeda. Apakah

iklim merupakan suatu variabel dalam menentukan tingkat penyebaran? Kami tak

tahu. Tetapi peneliti harus berasumsi demikian.

Kita tak perlu panik. Kita harus terus waspada dan menerapkan semua tindakan

pencegahan. Tetapi, seperti diungkapkan dr Fauci, langkah pencegahan tak

memberikan jaminan apa pun. Para ilmuwan harus bekerja ekstra keras dalam

mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang virus ini.

SARS-CoV-2 bisa jadi, atau mungkin bukan, virus paling berbahaya yang dikenal

dalam sejarah manusia. Sekali lagi, kita belum tahu. Secara statistik, ada penyakit

lain yang lebih banyak merenggut nyawa dibandingkan korona. Kurva epidemi

(epi curve) menunjukkan perkembangan penyakit dalam wabah dari waktu ke

waktu dan kurva epi yang akurat diperlukan untuk dapat membantu pemerintah

menentukan prioritas demi mengatasi pandemi Covid-19.

Setiap orang ingin kembali ke kehidupan normal mereka dan melakukan bisnis

sehari-hari. Baru-baru ini Indonesia berada di daftar teratas kasus yang dilaporkan

di Asia Tenggara dan jumlah yang dilaporkan ini hanyalah puncak gunung es.

Ukurang gunung es, atau prevalensi Covid-19, dapat ditentukan dengan tes

serologis (antibodi), umumnya dikenal sebagai rapid test. Tes PCR tidak dapat

memberikan informasi tentang prevalensi. Namun, rapid test, tentu saja, harus

dilakukan dengan benar, dengan metodologi yang sesuai, dengan menentukan

sampel yang tepat, agar data dapat diekstrapolasi untuk akhirnya menghasilkan

angka prevalensi atau mendapatkan kurva epi yang akurat. Seiring dengan

115

bertambahnya pengetahuan kita terkait pandemi ini, kebijakan untuk tindakan

preventif dan kuratif harus terus berjalan bersamaan.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah salah satu program single-payer

terbesar dan paling ambisius di dunia. Diluncurkan pada Januari 2014, JKN telah

mencakup 221 juta orang, atau 83 persen dari populasi Indonesia pada Mei 2020.

Pemerintah berkomitmen memastikan keberlanjutan JKN dan memiliki dampak

positif pada hasil kesehatan, perlindungan keuangan, ekuitas kesehatan, dan pada

pasar kesehatan, dan ekonomi secara umum. Namun, defisit tahunan terus

meningkat dan keberlangsungannya sangat membutuhkan perhatian lebih.

Pandemi Covid-19 jelas menambah tekanan pada sistem perawatan kesehatan

Indonesia.

Preventif dan kuratif

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) telah memproyeksikan

dampak Covid-19 pada perekonomian dan semua skenario menunjukkan anggaran

untuk mengurangi pandemi akan meroket, sesuai anggaran negara untuk belanja

kesehatan 2020.

Sistem JKN yang kita miliki merupakan pendekatan kuratif, atau istilah awamnya

mengobati. Adapun porsi yang dialokasikan untuk program-program preventif

dengan peningkatan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengendalian

penyakit serta pendidikan hanya sekitar 7 persen dari keseluruhan alokasi

anggaran kesehatan 2021 yang sedang dibahas di DPR saat ini. Padahal, kita

semua sepakat mencegah lebih baik daripada mengobati.

Salah satu contoh fokus program peningkatan kesehatan masyarakat adalah

peningkatan kesehatan ibu dan anak. Peran bidan dalam membantu ibu selama

dan setelah persalinan, dan selama kehamilan, menjadi amat penting. Dengan

jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat, bidan di seluruh Indonesia harus

menavigasi prosedur baru saat melahirkan bayi, dengan kesadaran penuh bahwa

mereka mengekspos diri mereka terhadap kemungkinan infeksi. Ikatan Bidan

Indonesia (IBI) mencatat, pandemi ini mengakibatkan wanita hamil dan pasangan

enggan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan, bahkan hanya menjalani

pemeriksaan atau menerima kontrasepsi.

Di sisi lain, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Indonesia

(BK-KBN) memproyeksikan peningkatan kelahiran sebanyak 420.000 kelahiran

di awal 2021, jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Peningkatan jumlah

kehamilan yang tak direncanakan selama pandemi tak hanya meningkatkan risiko

ke kesehatan bagi ibu dan bayi, tetapi juga menghadirkan tantangan bagi rumah

tangga baru yang kemungkinan besar telah dihadapkan pada beban finansial

sebagai dampak dari pandemi.

116

Perdana Menteri Inggris Winston Churchill mengatakan “Warga negara yang

sehat adalah aset terbesar yang dapat dimiliki sebuah bangsa.” Kutipan tersebut

masih akan relevan hingga akhir zaman. Usaha kuratif, yang berorientasi jangka

pendek dan menengah, dan preventif, yang berorientasi jangka panjang, harus

berjalan beriringan. Kita harus tetap fokus untuk terus membangun kejayaan

Indonesia sebagai bangsa yang kuat dengan mengutamakan kesehatan setiap

warga negaranya.

6. Covid-19 dan Pembangunan

Emil Salim

Senin, 20 Juli 2020

Dengan tahapan Rencana Pembangunan Lima Tahun, Indonesia perlu 18 tahun

(1968-1986) untuk mencapai status negara berpendapatan menengah bawah.

Selanjutnya, untuk naik ke kelompok negara berpendapatan menengah atas

dengan pendapatan per kapita 4.050 dollar AS menurut tolok ukur 2019, seperti

dilaporkan Bank Dunia, 1 Juli 2020, Indonesia perlu waktu 33 tahun (1986-2019).

Untuk masuk negara berpendapatan tinggi dengan pendapatan per kapita 12.535

dollar AS ke atas sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dan

tatanan institusi negara yang matang untuk “lepas landas”.

Di dunia, Indonesia tergolong negara kaya dan beraneka ragam sumber daya alam

hayati daratan dan lautan yang terbentang sepanjang khatulistiwa. Lambannya

tingkat pembangunan dan masih rendahnya pendapatan per penduduk bersumber

pada rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).

Hal ini tecermin, pertama, pada rendahnya peringkat Indonesia menurut evaluasi

Program for International Student Assessment (PISA) oleh OECD dalam

“membaca, berhitung, dan sains”. Dari 70 negara yang dinilai, Indonesia

peringkat ke-62 (di bawah Thailad dan Vietnam), sedangkan Singapura peringkat

pertama (2015).

Kedua, buruknya incremental capital output ratio (ICOR). ICOR Indonesia 6,30,

lebih tinggi dibandingkan India (4,64) dan Vietnam (4,31). Ini berarti tenaga kerja

Indonesia memerlukan 50 persen satuan modal investasi lebih banyak untuk

menaikkan satuan output yang sama dibandingkan tenaga kerja India dan

Vietnam. Hal ini akibat rendahnya produktivitas tenaga kerja kita.

Kesimpulan Bank Dunia (2015), dengan kualitas pendidikan dan tingkat

produktivitas tenaga kerja Indonesia yang rendah ini, kebanyakan penduduk

Indonesia tidak memiliki keterampilan untuk bersaing di era Industri 2.0, apalagi

untuk Industri 4.0 saat ini.

117

Indonesia mulai memasuki tahap bonus demografi dengan dominasi kelompok

penduduk usia 15-64 tahun yang jumlahnya naik dari 170,79 juta (2015) ke

193,71 juta jiwa (2045). Mayoritas penduduk usia produktif ini bisa menjadi

penggerak Indonesia untuk lepas landas pada 2045 apabila kualitas SDM ini serta

tingkat produktivitasnya meningkat lebih tinggi dari yang ada sekarang.

Sejarah bangsa menunjukkan umumnya Indonesia dipimpin oleh pemimpin-

pemimpin yang mencapai puncak produktivitasnya pada usia 40-50 tahun.

Dengan demikian, calon-calon pemimpin potensial bangsa kita dan para

pengelola pembangunan pada saat Indonesia lepas landas pada 2045 –atau 20

tahun dari sekarang– ada pada mereka yang kini berada di kelompok usia 15-35

tahun. Oleh karena itu, sangat penting memprioritaskan pembangunan pada

pengembangan kualitas SDM kelompok usia bonus demografi 2020 dan

seterusnya.

Sayangnya, pada tahap kita memasuki tahun-tahun bonus demografi, justru

meledak pandemi Covid-19. Untuk mengatasinya, ditempuh berbagai kebijakan;

seperti (1) ambil jarak antar-individu; (2) distansi sosial; (3) pakai masker; (4)

hindari kerumunan orang; (5) bekerja dari rumah; dan (6) belajar dari rumah.

Semua ini untuk mencegah penularan bersamaan dengan usaha menangani

dampak di bidang ekonomi.

Melalui berbagai langkah kebijakan pembatasan sosial berskala besar serta pola

turunannya, dilakukan pengendalian Covid-19. Hingga awal Juli, dilaporkan dari

514 kabupaten/kota yang ada, terdapat 402 kabupaten/kota berisiko “tinggi-

sedang-rendah” dan 112 kabupaten/kota tidak ada risiko tinggi. Dengan demikian,

sekitar 20 persen dari jumlah kabupaten/kota bisa diterapkan pengajaran tatap

muka, sedang 80 persen lainnya (402 kabupaten/kota) perlu “pengajaran berjarak”

melalui teknologi digital.

Di 402 kabupaten/kota ini perlu dibangun fasilitas komunikasi digital, dan listrik,

selain juga peningkatan kemampuan pendidikan dalam menguasai teknik

pengajaran digital. Karena terbatasnya dana pemerintah, sementara kebutuhan

akan fasilitas “belajar-berjarak” sangat tinggi, maka pembangunan sarana

pendukung, seperti energi terbarukan dan fasilitas air bersih, perlu

“digotongroyongkan” oleh masyarakat desa/kecamatan untuk mengembangkan

energi terbarukan (air mengalir, sinar matahari, biogas dari kotoran limbah, dan

lain-lain).

Karena pengembangan energi terbarukan masih didominasi PLN, perlu

pembaruan institusi pengembangan energi terbarukan untuk menopang sarana

“pendidikan berjarak” di ratusan kabupaten/kota. Dengan perubahan penting di

mana “telekomunikasi, listrik, dan air bersih perlu ditanggalkan dan pelibatan

118

komunitas dalam mengembangkan energi, telekomunikasi, dan air bersih perlu

dibuka untuk mengatasi ketertinggalan fasilitas ini di ratusan desa/kabupaten/kota.

Semangat “pola hidup normal baru” yang intinya “ambil jarak antarmanusia”

untuk mencegah penularan virus antarmanusia (terutama orang tanpa gejala)

menokok karakter bangsa bercirikan masyarakat paguyuban (gemeinschafft)

dengan semangat “ke-kita-an” (komunalistik) sebagai lawan dari masyarakat

Barat yang bercirikan masyarakat patembayan (gesellschafft) dengan semangat

“ke-kami-an” (individualistik). Masyarakat belum sepenuhnya bisa menyesuaikan

diri dengan perubahan karakter masyarakat akibat semangat dan sikap”mengambil

jarak”. Karena itu, tumbuh perilaku warga yang masih kental semangat

paguyuban, khususnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan tradisi, adat-istiadat,

ritual agama, kematian anggota keluarga, dan lain-lain.

Fungsi pasar bagi masyarakat perdesaan adalah tempat “berkumpul dan

berkomunikasi” sebagai ciri-ciri masyarakat paguyuban. Dengan demikian,

“hidup bermasyarakat dengan ambil jarak sosial” perlu alat bantu komunikasi

digital untuk menyubstitusi kebutuhan komunikasi di masyarakat paguyuban.

Bangun iklim sejuk

Covid-19 memukul kegiatan ekonomi dan mengharuskan “menghindari

kerumunan orang dan bekerja dengan jarak”. Perusahaan terpaksa mengurangi

aktivitasnya dan melakukan pemutusan hubungan kerja atau pengurangan

upah/gaji. Semua ini menumbuhkan suasana tak normal dalam “pola hidup

normal baru” bernapaskan kegalauan.

Dalam suasana penuh kegalauan ini, para pemimpin politik kita perlu aktif

mengembangkan “pola normal baru” bernapaskan kesejukan. DPR perlu

mengutamakan rancangan peraturan pernundang-undangan yang meredam

kegalauan masyarakat menanggapi dampak Covid-19. Hindari gagasan

kontroversial yang sudah diketahui bisa membangkitkan pertentangan antara

aliran politik satu dengan yang lain.

Covid-19 bukan penyakit biasa, masa akhirnya belum diketahui. Vaksin yang

mujarab belum diketahui. Karena itu perlu dipelihara suasana dan iklim politik

yang sejuk dan bertanggung jawab tanpa niat memanfaatkan suasana sekarang

untuk meloloskan RUU yang menguntungkan kelompok tertentu, seperti lolosnya

RUU Minerba baru-baru ini.

Dengan semangat ini, DPR dan DPD perlu kritis menghindari pembahasan RUU

yang makan banyak dana anggaran negara, di tengah kelangkaan dana untuk

memerangi Covid-19 dan dampaknya. Sangat penting menggunakan dana

keuangan negara yang terbatas untuk menyelamatkan pendidikan angkatan bonus

119

demografi karena bonus demografi hanya satu kali dialami dalam sejarah

kehidupan bangsa.

Kalau kesempatan meningkatkan kualitas generasi muda yang bakal menjadi soko

guru dan pimpinan masyarakat untuk mewujudkan mimpi Indonesia lepas landas

2045 tidak terwujudkan, Republik Indonesia akan terperosok ke dalam jurang

“negara gagal” yang sulit bangkit di masa depan.

7. Otopsi Jenazah Korban Covid-19

Djoko Santoso

Senin, 3 Agustus 2020

Otopsi jenazah penderita Covid-19 belum terdengar dilakukan di Indonesia.

Mungkin sudah ada yang melakukan, tetapi hasilnya belum dibeberkan kepada

publik. Bukannya para dokter kita tak ingin belajar lebih dalam dan melihat

sendiri rekam jejak perilaku ganas virus super itu di organ dalam manusia.

Namun, kendala budaya dan religius serta skala prioritas menyebabkan otopsi

sulit dilakukan di saat genting ini. untuk pasien meninggal, protokol pemulasaraan

jenazah harus dilakukan secepatnya, sebisa mungkin kurang dari empat jam sudah

dikubur.

Para dokter terus sangat sibuk memprioritaskan penanganan pasien yang perlu

ditolong. Jumlah pasien positif terus membanjiri rumah sakit, terutama di DKI

Jakarta, Jatim, Jateng, Kalsel, dan Sulsel. Bahkan per 18 Juli lalu, yang positif dan

meninggal di Indonesia sudah melampaui China, eks “juara dunia” di minggu-

minggu awal pandemi.

Kabar baiknya, tubuh manusia bersifat universal. Begitu terserang penyakit yang

relatif sama, seperti Covid-19 yang mengglobal ini, perubahan dalam tubuhnya

mirip satu sama lain. Karena itulah, otopsi atas Covid-19 yang dilakukan di mana

pun bisa digunakan sebagai alat pembelajaran dan peningkatan pengetahuan dunia

kedokteran, termasuk di Indonesia. Ini demi pemahaman yang lebih baik atas

Covid-19 sehingga bisa makin diketahui bagaimana cara melawannya.

“Sel langka” terbalik

Dalam situasi yang masih mengkhawatirkan saat ini, otopsi mengungkapkan

banyak kejutan bagi kalangan medis. Kumpulan laporan pemeriksaan pada

jenazah dari beberapa institusi di AS diterbitkan berurutan akhir Mei-Juni. The

washington Post 1 Juli lalu melaporkan lewat tulisan Ariana Eunjung Cha

“Coronavirus autopsies: A story of 38 brains, 87 lungs and 42 hearts, What we‟ve

learned from the dead that could help the living”. Laporan lebih rinci tentang

“belajar dari orang mati untuk menolong kehidupan” itu dideskripsikan dalam

jurnal-jurnal kedokteran.

120

Intinya, Covid-19 pada awalnya dikonseptualisasikan sebagai penyakit

pernapasan utama. Namun, analisis para patolog lewat hasil otopsi melihat lebih

dalam lagi. Penjelasan rinci menyebut Covid-19 itu juga menyebabkan kerusakan

pada lapisan tipis sel-sel yang melapisi pembuluh darah (endotelium). Inilah yang

mendasari kelainan pembekuan dan hipoksia, yang diamati, sangat parah hingga

dapat mengalami kegagalan multi-organ penyebab kematian pada banyak pasien.

Lebih lanjut disebutkan, 20-30 persen pasien positif korona secara klinis

mengalami miokarditis (radang pada dinding jantung akibat infeksi virus). Ini

menyebabkan otot jantung gagal memompa darah dan mengakibatkan kematian

mendadak. Pada kondisi miokarditis, biasanya miosit (sel pembentuk otot

jantung) yang mati selalu dikepung limfosit (sel darah putih). Namun pada

laporan ini, miosit yang mati tidak dikepung oleh limfosit.

Ini artinya, tak ada bukti peradangan walaupun dugaan klinis awal mengarah

miokarditis. Kalau toh ada, hanya peradangan ringan yang tak akan

mengakibatkan kegagalan jantung memompa darah. Pasien ini (saat hidupnya)

dibawa ke rumah sakit karena dianggap mengalami serangan jantung, tetapi

setelah di otopsi, ternyata yang rusak paru-paru, bukan jantung. Konfirmasi ini

sangat meyakinkan karena temuan anatomi langsung ini telah dikombinasikan

dengan riwayat klinis dan data laboratorium serta pemeriksaan mikroskopis

dengan menggunakan pewarnaan khusus (imuno-histo-ki-mia), mikroskop

elektron pula, dan tes patologi molekuler.

Ahli patologi Amy Rapkiewicz memimpin tim otopsi New York University

Langone Health. Saat membuka jenazah pasien, awalnya dia menemukan

kerusakan pada paru-paru, ginjal, dan jantung, sama seperti yang dilaporkan para

dokter sebelumnya. Namun, selanjutnya dia menemukan sesuatu yang janggal.

Beberapa organ memiliki sangat banyak “sel langka” yang sangat jarang

ditemukan.

Dia lantas membuka buku-bukunya dan menemukan sebuah laporan tahun 1960-

an pada pasien demam berdarah dengue (DBD). Dalam laporan ini disebut, virus

dengue telah menghancurkan sel langka penghasil trombosit (keping darah, yang

berfungsi membekukan darah saat pendarahan sehingga luka bisa menutup).

Akibatnya, trombosit pasien drop karena pabriknya dihancurkan oleh virus

dengue.

Berbekal laporan pemeriksaan pada pasien DBD 1960-an ini, Amy balik lagi ke

meja otopsinya. Rupanya, sel langka pada jenazah Covid-19 ini sama dengan sel

langka pada jenazah pasien DBD 1960-an itu. Sel langka inilah yang kemudian

disebut megakariosit, yang berfungsi sebagai pabrik penghasil trombosit. Di

sinilah Amy melihat keanehan dan sekaligus dikejutkan oleh persamaan

(hubungan) sederajat tetapi terbalik Covid-19 dan DBD.

121

Pada DBD, megakariosit dihancurkan oleh virus. Namun pada Covid-19, justru

kebalikannya. Beberapa organ penting seperti paru-paru justru dipenuhi

megakariosit yang melimpah, pemicu produksi zat pembeku. Akibatnya, darah

jadi menggumpal, pengiriman oksigen tersendat, saluran pernapasan jadi

tersumbat, dan pada tahap yang fatal pasien gagal bernapas. Inilah yang

membantu menjelaskan mengapa pasien Covid-19 kesulitan bernapas.

Temuan Amy dikuatkan Richard Vander Heide, dalam laporan yang

dipublikasikan 10 April di New Orleans. Richard mengotopsi jenazah pasien

berusia 44 tahun di LSU Health dan ini seri pertama otopsi di AS. Saat memotong

paru, ia terkejut karena ditemukan ribuan mikroklot (gumpalan darah sangat kecil)

yang berkontribusi pada penyakit parah dan dekompensasi atau payah jantung

pada pasien Covid-19. Ini keadaan patologis utama, suatu hal yang tak biasa.

Richard mengotopsi ke jenazah lainnya dan hasilnya pun sama.

Temuan ini menggemparkan dan memengaruhi kalangan dokter untuk

memberikan obat pengencer darah pada pasien Covid-19. Temuan Richard

dikuatkan pula oleh laporan di jurnal Lancet Respiratory Medicine, Mei, yang

menyebutkan, pemeriksaan pada 10 pasien menunjukkan penggumpalan darah di

berbagai organ tubuh.

Hal sama muncul dari laporan pemeriksaan di Italia dengan melibatkan 38 pasien

oleh Pietro Zerby. Analisis fitur patologis pada jaringan paru pasien meninggal

menunjukkan hal sama. Jaringan dinilai olehnya, menggunakan metode

identifikasi antigen dalam jaringan (pewarnaan imunohistokimia) untuk melihat

keradangan dan komponen seluler (termasuk pewarnaan dengan menggunakan

antibodi spesifik terhadap CD/cluster of differentiation 68, CD3, CD45, CD61,

TTF1/thyroid transcription factor-1, p40), serta mikroskop elektron untuk

mengidentifikasi lokalisasi virion (partikel virus).

Contoh CD 68 adalah sejenis protein diekspresikan oleh sel pertahanan tubuh

seperti monosit dan makrofag. Hasilnya ada gambaran dominan kerusakan paru

pada pasien dengan pasien Covid-19. Detailnya berupa kerusakan alveolat difus

(suatu kantong kecil tempat oksigen dan karbon dioksida dipertukarkan dengan

darah) dan keberadaan jendalan darah kompleks (trombi kaya trombosit-fibrin)

dalam pembuluh arteri kecil konsisten dengan koagulopati (jendalan). Ini

tampaknya umum pada pasien Covid-19 dan harus menjadi salah satu target

utama terapi.

Studi Mount Sinai Health terhadap 25 pasien, penelitian bersama antara Harvard

dan peneliti Jerman dengan tujuh pasien yang dimuat di Jurnal NEJM, serta jurnal

Lancet e-clinicalmedicine (j.eclinm), menghasilkan temuan serupa: terjadinya

pembekuan. Dalam konteks kelompok yang bergejala berat, barangkali ini

menjelaskan mengapa banyak organ penting gagal berfungsi sehingga pasien

Covid-19 cepat meninggal meski sudah dibantu ventilator dengan tepat waktu.

122

Prospek otopsi

Otopsi secara harfiah berarti „melihat sendiri‟. Otopsi meliputi pemeriksaan

eksternal yang terperinci serta diseksi organ dari rongga tubuh yang berbeda,

terutama tengkorak, dada, perut, dan panggul, termasuk pengambilan sampel

organ. Otopsi jenazah sudah sejak lama jadi metode andalan untuk menyelidiki

penyakit atau penyebab kematian, juga untuk menggali informasi dalam konteks

penelitian medis. Sejak merebaknya Covid-19, laporan yang diterbitkan secara

berurutan dalam berbagai jurnal telah membuka tabir misteri super-virus baru

yang telah menewaskan lebih dari 600.000 orang di seluruh dunia ini. Di antara

temuan itu, yang konsisten adalah bahwa Covid-19 sangat ganas menyerang paru-

paru. Namun, juga ditemukan kerusakan di bagian otak, ginjal, jantung, saluran

pencernaan limpa dan sel endotel yang melapisi pembuluh darah secara masif.

Dan yang sangat mengejutkan, terjadi pembekuan luas di beberapa organ penting.

Relatif banyak dari temuan itu, dihasilkan dari proses otopsi. Otak yang diperiksa

menunjukkan kelangkaan peradangan yang mengejutkan, dengan hanya beberapa

kasus menunjukkan fokus kecil peradangan kronis.

Namun, sejumlah kasus menunjukkan microthrombi dengan bukti kematian

jaringan yang kecil dan tak merata di sebabkan penyumbatan pembuluh darah,

baik di bagian perifer maupun bagian dalam otak. Mikro-infark kecil ini dapat

menjelaskan beberapa perubahan psikologis yang terlihat pada beberapa pasien

positif Covid-19 ketika mampu bertahan/sembuh.

Studi ini membawa pandangan baru dalam konteks patofisiologi Covid-19.

Manfaat praktisnya, menawarkan justifikasi untuk rencana perawatan/pengobatan

baru, termasuk strategi antikoagulasi yang diberlakukan oleh para klinisi.

Otopsi lengkap, sampai hari ini masih dianggap metode audit andal untuk

diagnosa klinis. Namun dalam banyak kasus, melakukan otopsi secara penuh sulit

dilakukan. Misalnya dalam kasus di mana ada bahaya infeksi yang ganas, atau di

mana kerabat pasien tidak menyetujui, atau mungkin karena alasan agama dan

kepercayaan.

Abad ke-19 bisa dikatakan masa kejayaan otopsi ketika dunia kedokteran sangat

berkembang dan pemeriksaan fisik masih jadi andalan. Kini penggunaan otopsi

sudah jauh menurun. Publik lebih mengenal otopsi sebagai metode forensik untuk

menyingkap tindak pidana penyebab kematian.

Ada bebera penyebab penurunan ini. teknologi kedokteran medis yang makin

maju pesat, kian menurunkan urgensi penggunaan otopsi untuk kepentingan

klinis. Dokter juga tak begitu menginginkan otopsi karena keengganan terhadap

prosedur atau keyakinan bahwa teknik investigasi klinis modern sekarang sudah

sangat akurat sehingga otopsi dianggap tak dapat menambah gambaran klinis.

Banyak yang mengandalkan MRI (magnetic resonance imaging) sebagai alternatif

yang menggantikan otopsi.

123

Namun, para patolog (ahli penyakit) tak sependapat. Banyak penelitian

menunjukkan hasil penyelidikan penyebab kematian yang digali dari otopsi lebih

tinggi 10-30 persen dibandingkan tanpa otopsi. Apa lagi MRI juga memiliki

beberapa kelemahan. Di antaranya, tak dapat mengambil sampel organ tubuh atau

organisme mikro yang akan diperiksa. MRI sangat bermanfaat untuk pasien yang

masih hidup, tetapi pada jenazah, jauh lebih akurat menggunakan otopsi.

Pada Covid-19 ini, otopsi kembali menunjukkan peran pentingnya. Otopsi telah

menghasilkan beberapa temuan penting yang sangat membantu pemetaan

keganasan karakter virus super baru bernama lain SARS CoV-2 ini.

Dengan otopsi, dokter dan coass bisa melihat dengan mata sendiri (seeing is

believing) organ paru jenazah Covid-19 yang dikepung oleh sel megakariosit

sehingga terjadi penggumpalan masif. Juga bagaimana paru di hampir semua

kasus menunjukkan kerusakan difus pada alveoli. Melihat langsung kerusakan

paru dengan sebagian besar kasus menunjukkan fibrin (protein berserat yang

terlibat dalam pembekuan darah) dan atau trombus trombosit fibrin (gumpalan

darah yang terbentuk dari penumpukan keping darah dan sistem koagulasi yang

aktif), atau gumpalan yang ternyata mencerminkan kerusakan endotel sebagai

proses yang mendasarinya, serta berkorelasi dengan aktivitas dari kaskade

koagulasi dan peningkatan dari penanda inflamasi.

Semua itu memberikan konfirmasi langsung dengan impresi kuat, pasien korona

mengalami sesak napas hebat hingga akhirnya gagal bernapas.

8. Bebas dari Cacar dan Covid-19

FX Wikan Indrarto

Selasa, 4 Agustus 2020

Pada 8 Mei 1980, Majelis Kesehatan Dunia ke-33 resmi menyatakan, “Dunia dan

seluruh rakyatnya telah bebas dari penyakit cacar.” Deklarasi ini menandai

berakhirnya satu penyakit infeksi yang telah merongrong manusia selama

setidaknya 3.000 tahun, menewaskan 300 juta orang pada abad ke-20 saja. Apa

yang harus dilakukan untuk membebaskan dunia dari Covid-19?

Bebas dari cacar terjadi berkat upaya global selama 10 tahun yang dipelopori

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), melibatkan ribuan petugas kesehatan di

seluruh dunia saat memberikan setengah miliar dosis vaksin untuk basmi cacar.

Dengan anggaran 300 juta dollar AS, berhasil memberantas cacar dan

menyelamatkan 1 miliar dollar AS setiap tahun sejak 1980.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, “Ketika dunia

menghadapi pandemi Covid-19, kemenangan umat manusia atas cacar adalah

124

pengingat akan apa yang mungkin dilakukan ketika semua negara bersatu

melawan ancaman masalah kesehatan bersama.” Dunia berhasil menyingkirkan

cacar berkat solidaritas global yang luar biasa dan adanya vaksin yang aman dan

efektif.

Pemberantasan cacar juga menawarkan harapan untuk menghilangkan penyakit

menular lain, termasuk polio, yang kini masih endemik di dua negara saja. Hingga

saat ini, 187 negara telah disertifikasi bebas dari penyakit cacing guinea dengan

tujuh penyakit lainnya. Sebanyak 38 negara telah disertifikasi bebas dari malaria.

Dalam kasus tuberkulosis (TB), 57 negara dengan insiden TB rendah berada di

jalur untuk mencapai sertifikasi penghapusan TB.

Pelajaran dari keberhasilan bebas dari cacar telah digunakan hari ini untuk

menanggapi wabah Covid-19 yang mematikan. Misalnya, penemuan kasus aktif

dari rumah ke rumah terbukti jadi strategi yang mendukung program

pemberantasan polio dan memvaksinasi kontak akan membantu memerangi

penyebaran ebola. Demikian pula, pengawasan, penemuan kasus, pemeriksaan,

pelacakan kontak, karantina, dan kampanye komunikasi untuk menghilangkan

informasi yang salah penting untuk kendalikan Covid-19.

Tahap penting pertama adalah menciptakan dan menjamin ketersediaan vaksin

Covid-19 yang cukup untuk menjangkau banyak orang di tempat yang sulit

sebagai prioritas tinggi. Mengatasi keragu-raguan atas keandalan vaksin juga

tantangan besar dalam menghentikan penyebaran Covid-19. Untuk itu, adanya

akses ke informasi dan pendidikan kesehatan masyarakat yang akurat sangat

penting untuk memastikan masyarakat memiliki pengetahuan, bukan termakan

berita bohong, dalam menjaga diri mereka sendiri dan orang lain di sekitarnya

secara aman.

Setelah pemberantasan cacar, WHO dan Unicef meluncurkan program imunisasi

hingga 85 persen anak di seluruh dunia telah divaksinasi dan dilindungi dari

penyakit mematikan. Pada 29 Juni 2020, WHO menentukan calon vaksin Covid-

19 yang dikembangkan sejumlah negara: 17 calon vaksin potensial telah

memasuki uji klinis, 132 calon lain dalam evaluasi praklinis.

Di antara calon yang sudah memasuki uji klinis adalah inactivated SARS-CoV-2

yang dikembangkan Sinovac Biotech Ltd. Vaksin ini sudah sampai di Bandung

untuk uji klinis tahap tiga setelah Prof Dr dr Kusnandi Rusmil SpA(K) MM,

selaku Ketua Komite Etik Penelitian Universitas Padjajaran, memberikan

persetujuan 27 Juli 2020.

Momentum sertifikasi bebas dari cacar (freedom from smallpox) mengingatkan

kita akan pentingnya solidaritas lintas sektor secara global plus ilmu pengetahuan

dalam wujud vaksin, yang akan menghasilkan solusi. Sudahkah kita siap?

125

9. Covid-19 dan Aspek Historikal Struktural BUMN

Fachry Ali

Rabu, 5 Agustus 2020

Berita Kompas (21/7/2020) berjudul “Kesehatan-Ekonomi di Satu Kendali”

memberi gambaran sebuah langkah politik-ekonomi Presiden Joko Widodo yang

tak berpreseden dalam “sejarah” kebijakan ekonomi Indonesia.

Sebagaimana akan ditinjau, “duet” Airlangga Hartato (Menteri Koordinator

Perekonomian)- Erick Thohir (Menteri BUMN) yang dibantu Wakil Menteri

BUMN Budi Sadikin merefleksikan pandangan “tak konvensional” kebijakan

ekonomi baru itu. Pandemi Covid-19, yang juga tak berpreseden itu, memang

telah memaksa restukturisasi kewenangan aktor-aktor ekonomi negara.

Pada landasan apa uraian selanjutnya harus dilakukan? Ini bisa dimulai dari

pendapat mantan Menteri Keuangan M Chatib Basri yang juga termuat dalam

berita Kompas itu. Chatib Basri mengisyaratkan pendekatan “konvensional” yang

selama ini dianut bisa tak efektif, yaitu pemberian “insentif” fiskal untuk

mendongkrak kinerja dunia usaha. Dalam situasi permintaan tak bergairah, aksi

“konvensional” ini berpotensi tak mengenai sasaran.

Berbeda dengan bencana finansial 1997-1998, “krisis ekonomi Covid-19” secara

substansial memperlihatkan jenis masalah lain. Jika yang pertama berlangsung

“terbatas secara geografis”, dalam pengertian hanya melanda negara-negara Asia

Tenggara dan Asia Timur, yang kedua merata secara global.

Jika yang pertama masih memperlihatkan “secercah cahaya harapan” (karena

permintaan negara-negara yang tak kena krisis akan ekspor barang dan jasa

tinggi), yang kedua menyodorkan “teka-teki” gelap, yaitu soal kepastian kapan

vaksin virus itu ditemukan.

“Teka-teki” gelap yang belum menemukan jawaban definitifnya inilah yang

menahan agresivitas perekonomian. Maka, jangankan Indonesia, perekonomian

global, seperti ditulis ekonom A Prasetyantoko di Kompas pada hari yang sama,

diprediksi tumbuh minus 4,9 persen pada 2020 ini. Dalam arti, kecuali “sedikit”

ruang fiskal, instrumen-instrumen kebijakan “konvensional” yang pernah dipakai

mengatasi krisis finansial 1997-1998 tidak banyak membantu menahan krisis

ekonomi akibat Covid-19.

Pertanyaannya adalah apa implikasi struktural di masa depan dari aksi

perombakan hierarki dan struktur kewenangan “konvensional” Presiden Jokowi

dalam bentuk penggabungan wewenang penanganan kesehatan dan ekonomi serta

memberi tanggung jawab kepada duet Airlangga-Erick? Dan, karena andalannya

126

BUMN di bawah Erick, dapatkah tangan-tangan ekonomi negara ini mewujudkan

wajah dan peranannya lebih berbeda di masa depan?

“Great demarcation”

Frasa great demarcation ini “dipinjam” Thomas Piketty dari buku R Blaufarb,

Great Demarcation: The French Revolution and the Invention of Modern

Property (2016). Untuk konteks aspek historikal-struktural BUMN, saya

menggunakannya dari buku terbaru “supertebal” Piketty, Capital and Ideology

(2020). Dengan great demacration, Piketty menemukan konsep penjelasan

perubahan radikal gabungan sistem hukum dan ekonomi Perancis pasca-revolusi

“berdarah”-nya pada 1789. Efeknya berpengaruh ke seluruh Eropa. Melalui

semangat “reformasi menyeluruh”, walau tetap bersifat eksperimental, The French

National Assembly (Dewan Nasional Perancis) produk revolusi menghapus hak

kepemilikan kekayaan raja dan kerajaan serta menasionalisasikannya menjadi

milik negara modern.

Tindakan ini memengaruhi struktur politik-ekonomi masyarakat Perancis. Karena

kepemilikan kekayaan kaum feodal, “kaki raja dan kerajaan” di tengah

masyarakat, juga gereja, ikut terhapus, maka hak-hak istimewa ekonomi

kelompok dominan zaman baheula atau ancien réɡime Perancis berakhir untuk

selamanya.

Walau berjarak berabad-abad, peristiwa ini berkaitan dengan konsep dan

eksistensi BUMN. Sebab, melalui apa yang disebut Piketty sebagai the invention

of property, revolusi itu memperkenalkan sistem kepemilikan kekayaan baru yang

disahkan secara hukum. Berbeda dengan ancien réɡime, di mana raja memiliki

seluruh kekayaan dan mendistribusikannya kepada kaum feodal, dalam masa

modern properti kepemilikan itu beralih kepada negara modern dan aktor swasta.

Sampai di sini, kita menemukan relevansi dari frasa great demarcation:

penghapusan “pamungkas” sistem kepemilikan lama dan berganti pada yang

modern yang memberi jejak perubahan besar-besaran sejarah sosial-politik dan

ekonomi baru. BUMN, dalam sistem ini, berada dalam kepemilikan negara

modern.

Revolusi borjuis dan negara

akan tetapi, sistem dan kepemilikan dalam ketentuan baru ini berlangsung dinamis

dan, pada hemat saya, mewarnai hubungan dua kekuatan utama dunia modern:

negara dan aktor mosal swasta. Ini terjadi karena baik konsep maupun wujud

kekayaan itu berlangsung dinamis dan menentukan siapa unggul antara aktor

swasta dan negara. Dalam buku sebelumnya, Capital in the Twenty-First Century

(2014), Piketty menggambarkan transformasi konsep dan wujud kekayaan dari

bentuk tanah dan government bond abad ke-19 pada sesuatu yang lebih kompleks

yang, untuk mudahnya, dianggap pasar berharga.

127

Bagaimana dramatisnya transformasi ini dapat digambarkan melalui frasa the

struɡɡle between land and fund (pertarungan antara tanah dan uang). Frasa yang

dikutip Niall Ferguson dalam bukunya. The Cash Nexus: Monev and Power in the

Modern World 1700-2000 (2001) dari Rural Rides (1831), karya William Cobbett

ini, menggambarkan para pemegang utang pemerintah telah memperlihatkan

dominasi dalam perekonomian pasca-the great demarcation di atas. Kebutuhan

membiayai peperangan di antara sesama negara Eropa padamasa itu bukan saja

membuat negara “rajin” mengeluarkan surat utang atau bond, melainkan juga

memberikan perlindungan politik untuk berkembangnya stock markets (pasar

saham).

Transformasi ke arah modern property memungkinkan akumulasi kekayaan kaum

swasta dan memunculkan golongan baru dengan kepemilikan aset dalam jumlah

tak terbayangkan. Pada 1850-1880, tulis Ferguson, ada 39 orang meninggal di

Inggris yang mewariskan perkebunan senilai lebih dari sejuta pound sterling.

Selain itu, 18 industrialis, 12 bankir, 4 pemilik tanah, 2 pedagang, serta 2 pemilik

dan pembuat kapal. Gabungan kekayaan mereka mencapai 57 juta pound sterling

atau dua perlima produk nasional bruto Inggris.

Fakta sejarah Eropa ini menunjukkan telah terciptanya lapisan sosial tertentu

dengan akumulasi kekayaan melebihi negara. Merekalah, antara lain, yang disebut

the new men dan industrial enterpreneur(s) oleh sejarahwan ekonomi Robert L

Heilbroner dalam bukunya, The Making of Economic Society (1962). Dan, dengan

berkembangnya teknologi yang mendukung proses industrialisasi, akumulasi

kekayaan kaum kapitalis di luar kontrol negara kian besar.

Perkembangan inilah yang memberi dasar bagi bourgeois revolution, yaitu

kemampuan struktural kaum pemodal dalam struktur new property itu

memengaruhi kebijakan negara mengenakan sistem atau mekanisme pasar. Arus

“tekanan” ini sangat kuat. Ini terbukti pada 1834, ketika pertahanan kekuatan

“non-pasar” terakhir, Speenhamland Law (Undang-Undang, Speenhamland) yang

dibuat pada 1795, dihapus. Seperti dinyatakan Karl Polanyi dalam The Great

Transformation (2001 [1944]).

UU ini adalah “benteng” penahan rakyat perdesaan Eropa agar tak tercerabut dari

keanggotaan parish (daerah otonom di bawah gereja tersendiri) dan tersedot ke

dalam revolusi industri. Di atas itu, agar sistem atau mekanisme pasar tak turut

menyerobot kaum pekerja. UU itu, kata Polanyi, “effectively prevented the

establishement of competitive labor marker.” Pencabutan UU Speenhamland itu,

dengan demikian, sangat decisive dalam perkembangan hubungan modal swasta

dan negara hingga dewasa ini.

Selain menambah kekuatan dengan dukungan bala tenaga kerja murah,

keuntungan berlipat yang dihasilkan dari itu kian memperkokoh pengaruh kaum

128

modal swasta di hadapan negara. Inilah, seperti dinyatakan ekonom penerima

hadiah Nobel (2001), Joseph E Stiglitz, dalam “Pengantar” buku Karl Paul

Polanyi yang diterbitkan kembali pada 2001, yang menjadi dasar struktural

kemenangan “ideologi pasar” yang hingga kini berlaku.

Versus “bourɡeois revolution”?

Untuk konteks Indonesia, efek the great demarcation Pikettly baru berlaku pada

1958, ketika perusahaan-perusahaan asing melalui aksi nasionalisasi akhir 1957

dikukuhkan menjadi milik negara. Dalam arti kata lain, the great demarcation

akibat Revolusi Perancis abad ke-18 tersebut melahirkan preseden konseptual bagi

lahirnya nomenklatur kepemilikan kekayaan negara.

Akan tetapi, kemunculan kekayaan negara dalam bentuk yang terkonsolidasikan

baru terjadi pada 1998 ketika Presiden Soeharto memerintahkan Tanri Abeng

mendirikan Kementerian BUMN. Dalam konteks inilah, keputusan Presiden

Jokowi menciptakan “duet” Airlangga-Erick Thohir menangani kasus Covid-19

dan transformasi ekonomi patut dilihat dengan serius. Pertama, “duet” Airlangga-

Erick Thohir tersebut memberikan gambaran bagaimana negara bertindak dalam

situasi krisis tak berpreseden tersebut.

Lepas dari narasi resminya, “duet” yang dibantu Wakil Menteri BUMN Budi

Sadikin ini memperlihatkan “perombakan” struktur dan hierarki kewenangan

ekonomi dari yang konvensional berlaku. Kedua, krisis ekonomi akibat Covid-19

ini telah melumpuhkan perekonomian. Sebanyak 6,2 juta kaum pekerja, kata

Ketua Bappenas Suharso Monoarfa dalam percakapan pribadi, telah dirumahkan

baru-baru ini.

Ditambah dengan pengangguran yang telah berlangsung sebelumnya, keadaan ini

melumpuhkan ekonomi. Sementara itu, dana tertumpuk di dunia perbankan tanpa

penyaluran produktif, tindakan merumahkan kaum pekerja tersebut menahan aksi

belanja perorangan, rumah tangga, serta korporasi (besar dan kecil).

Dalam konteks inilah, BUMN sebagai kekayaan produktif negara yang telah

terkonsolidasikan menjadi tumpuan. Seruan Menteri Koordinator Kemaritiman

Luhut B Pandjaitan kepada direksi BUMN mengintensifkan penggunaan

komponen dalam negeri (TKDN), baru-baru ini, harus kita lihat dari perspektif

ini. bahwa dalam “kelesuan” ekonomi, BUMN harus tampil sebagai “benteng”

negara dalam penyelamatan perekonomian nasional.

Maka, usaha Presiden Jokowi menciptakan “duet” Airlangga-Erick Thohir dengan

Budi Sadikin bertindak sebagai asisten, telah sekaligus menggambarkan sebuah

kondisi baru: BUMN-led Economy. Sebuah keadaan di mana, dalam kepungan

Covid-19, “napas” perekonomian nasional menjadi lebih terbantu derap kinerja

BUMN.

129

Akan tetapi, aksi Presiden Jokowi ini secara teoritis membuka momentum baru

bagi transformasi peranan BUMN yang jauh lebih berarti. Dalam laporan

penelitiannya, The Shifting Geopolitics of Coronavirus and the Demise of

Neoliberalism (2020), Mohammed Cherkaoui menyingkap perubahan mantra

laissez passer dan laissez faire pada rester chez sois, mourir chez soi.

Jika kedua yang pertama berarti otonomi individual untuk bergerak dan aksi usaha

tanpa intervensi nonpasar, yang kedua berarti “tinggal di rumah, mati di rumah”.

Covid-19, dengan demikian, telah memberi preseden pembatasan gerak ekspansif

bourɡeois revolution.

Meski otonomi para pemodal swasta tetap terpelihara, kemampuan mobilitas

manusia dan barang yang menjadi basis kekuatan bourɡeois revolution terbentur

pandemi yang hingga kini tetap misterius. Sebaliknya, negara secara struktural

terdorong ke depan untuk mereduksi korban rester chez, mouris chez soi di atas.

Kita tahu semua, selain regulasi negara bersifat non-ekonomi, andalan ekonomi

utamanya dalam mencegah mourir chez soi itu adalah BUMN, kekayaan produktif

negara yang terkonsolidasikan. Dapatkah BUMN mengambil kesempatan langka

ini mentransformasikan diri secara lebih bermakna? Mengisi “kekosongan” yang

terpaksa ditinggal partisipan bourɡeois revolution? Di atas itu, mampukah “duet”

Airlangga Hartarto-Erick Thohir, bersama Budi Sadikin, membangun sesuatu

yang fundamental dari landasan yang diciptakan Presiden Jokowi?

Dua pertanyaan terakhir itu lahir atas asumsi bahwa “pintu sejarah” hanya terbuka

satu kali.

10. Meluruskan Infodemi Covid-19

Hari Kusnanto

Rabu, 12 Agustus 2020

Di tengah bencana atau wabah penyakit sebagaimana yang kita alami sekarang,

ada dua situasi yang sering muncul.

Pertama, ketidakberdayaan. Kedua, tawaran solusi masalah bencana berupa tokoh,

barang, atau prosedur tertentu. Cerita fiksi Decameron yang ditulis Giovanni

Boccasccio tahun 1353 mengisahkan 10 orang muda melakukan isolasi sosial

dengan pergi menjauh, menghindari wabah sampar yang tengah berkecamuk di

kota Firenze, Italia.

Untuk menghibur diri di tengah isolasi sosial, ke-10 orang muda itu (7

perempuan, 3 laki-laki) melakukan kegiatan yang menyenangkan di vila-vila

130

pegunungan luar kota dan saling berbagi cerita setiap hari hingga keseluruhan

terkumpul 100 cerita menarik.

Menghindar dari wabah bukan pilihan yang ditempuh oleh tokoh cerita La Peste

yang ditulis oleh Albert Camus tahun 1947. Ketika ribuan tikus mati dan penyakit

sampar menular dari orang ke orang dengan menyebarkan panik dan ketakutan,

Dr Rieux (mewakili pemikiran absurd Camus) hanya melakukan satu hal,

kepatutan (decency) menolong orang lain yang sakit sesuai dengan profesinya

sebagai dokter. Kematian adalah satu-satunya kepastian bagi manusia, kata Dr

Rieux.

Yang menarik tidak hanya pesan utama kedua karya sastra itu, tetapi narasi cerita

keseharian bagaimana masyarakat menyiasati ancaman sakit dan kematian di

tengah pandemi.

Infodemi Kisah Fiksi

Dalam Decameron diceritakan tentang para tabib terkenal memaparkan

penjelasan-penjelasan yang kontradiktif dan rumit tentang wabah sampar yang

tengah berlangsung. Diagram-diagram astrologi yang rinci dan membingungkan,

teori-teori kompleks tentang keseimbangan cairan tubuh, kenyataannya tidak

mampu menjelaskan kematian demi kematian yang terus terjadi.

Begitu pula dalam La Peste ketika kertas kian langka, koran lokal mengumumkan

statistik kematian akibat sampar, tetapi kemudian beralih manjadi tempat

memasang iklan penangkal racun sampar yang laris, tetapi tidak berdaya untuk

mencegah kematian. Sebuah kafe di kota berusaha mendongkrak dagangannya

melalui iklan: perlindungan terbaik melawan sampar adalah anggur pilihan.

Informasi yang membingungkan masyarakat (dinamakan infodemi) kian

membanjir pada era pandemi Covid-19. Segera setelah WHO mengumunkan

Covid-19 sebagai pandemi, yang membuat orang kian bingung dan tak

mengambil langkah-langkah efektif mengendalikan wabah, tetapi justru

menghabiskan biaya buat pilihan yang tak ada gunanya, bahkan mungkin

membahayakan.

Tak berbeda dengan kisah-kisah novel puluhan bahkan ratusan tahun lalu,

masyarakat dibingungkan oleh tawaran-tawaran solusi mengatasi pandemi saat

ini. Apakah kalung eukaliptus dapat mencegah inveksi virus SARS-CoV-2,

apakah satu seloki arak setiap hari dapat menangkal virus, atau apakah minuman

herbal yang dinamakan “antibodi” dapat menghancurkan virus yang memasuki

tubuh? Apakah berjemur lebih efektif mencegah penyakit dibandingkan dengan

pakai masker? Itu semua pertanyaan-pertanyaan dalam kebingungan masyarakat.

131

Infodemi tidak hanya persoalan di Indonesia, tetapi juga masalah global yang

dibahas dalam konferensi internasional oleh WHO pada April, Juni, dan Juli 2020.

Presiden AS Donald Trump pernah menganjurkan penelitian apakah

menyuntikkan diisnfektan dapat mencegah Covid-19, yang mendapat reaksi keras

dari para dokter.

Tak kalah membahayakan anjuran Presiden Trump dan Presiden Brasil Jail

Bolsonaro untuk mencegah Covid-19 dengan obat malaria chloroquine tanpa

pengawasan dokter. Walaupun pernah dilakukan uji klinis obat

hydroxychloroquine dengan dukungan WHO, sekarang sudah dihentikan, bahkan

penggunaan darurat pun tak dianjurkan akibat efek samping tak hanya gangguan

irama jantung, tetapi juga kerusakan ginjal dan hati.

Infodemi tingkat tinggi memperkeruh upaya penanggulangan wabah global ketika

Trump menuduh WHO antek China karena lambat mengumumkan pandemi

Covid-19.

Meluruskan Misinformasi

WHO telah menyediakan akses untuk memperoleh informasi yang akurat dan

mudah dipahami bagi masyarakat awam tentang pandemi Covid-19, misalnya

melalui WHO Information Network yang menjelaskan tentang situasi penularan

Covid-19 di dunia dan kriteria untuk tidak lagi harus menjalani isolasi. Kerja

sama WHO dengan Google, Facebook, Tencent, Baidu, Twitter, TikTok, Weibo,

Pinterest dan lain-lain bertujuan menyaring informasi yang menyesatkan dan

menampilkan informasi yang terpercaya.

WHO juga mengajak para influencer melalui YouTube dan Instagram untuk

menyebarkan informasi yang didasarkan pada bukti. Tim peneliti khusus

mendengarkan percakapan di media sosial, melakukan analisis sentimen, dan apa

saja yang memengaruhi emosi negatif atau positif terhadap suatu persoalan terkait

pandemi.

Analisis interaksi Facebook pada 100 juta orang dengan pelbagai pandangan

berbeda tentang vaksinasi menunjukkan pola pengelompokan dan interkoneksi

antara mereka yang mendukung vaksin, yang belum memutuskan, dan yang

menolak vaksin. Uji klinis vaksin masih berlangsung, belum ada vaksin yang

dipasarkan, tetapi sudah dipetakan bahwa 4,2 juta orang yang antivaksin lebih

terkoneksi dengan mereka (74,1 juta orang) yang masih belum memutuskan setuju

atau tak setuju vaksinasi ketimbang 6,9 juta orang yang mendukung penggunaan

vaksin untuk mencegah Covid-19.

Infodemi hadir secara struktural, bukan lagi informasi yang disampaikan secara

acak. Pihak yang dianggap menggugah konten informasi untuk memasarkan

konsumsi herbal tertentu dan pihak yang mewakili masyarakat yang dinilai telah

132

dirugikan oleh misinformasi itu telah saling melaporkan kepada polisi dan

masing-masing memiliki pendukung yang cukup besar, terlepas dari persetujuan

atas konten informasi itu sendiri.

Ketidakpercayaan terhadap ilmu dan ilmuwan kian terasa di masyarakat yang

lebih mengandalkan medsos sebagai sumber informasi, sementara respons tokoh-

tokoh pemerintah dan parpol sering membingungkan. Meluruskan infodemi tak

cukup hanya dengan menyampaikan informasi yang dianggap benar berbasis bukti

sekalipun disampaikan oleh tokoh formal ataupun informal yang berpengaruh.

Keyakinan, budaya, sentimen, emosi, dan kebiasaan masyarakat perlu dipahami

dan diperhitungkan dalam mengemas pesan yang efektif dan diikuti oleh

masyarakat sebagai upaya mengendalikan penularan Covid-19 yang masih belum

terbendung.

133

Lampiran 2

Surat Bimbingan

134

Lampiran 3

Lembar Uji Referensi

135

136

137

138

139

140

141

142

Lampiran 5

Riwayat Hidup Penulis

Wanita bernama Wulan Pusposari yang lahir di Jakarta,

7 Agustus 1997. Anak ketiga dan bungsu dari pasangan

Suharno dan Puji Sriningsih. Penulis saat ini bertempat

tinggal di Jalan H. Gadung V RT 003 RW 003 No. 23,

Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Adapun jenjang

pendidikan yang pernah penulis jalani yaitu tahun

2002-2003 penulis memulai pendidikannya di Taman

Kanak-Kanak Citra Widya, Pondok Aren, Tangerang.

Kemudian pada tahun 2003-2009 penulis melanjutkan jenjang pendidikannya di

SDN JUR-BAR V, Pondok Aren, Tangerang. Dan pada tahun 2009-2012 penulis

meneruskan pendidikannya di SMPN 12 Kota Tangerang Selatan. Tahun 2012-

2015 penulis melanjutkan pendidikannya pada jenjang lebih tinggi di SMAN 10

Kota Tangerang Selatan. Dan pada tahun 2015 penulis meneruskan pendidikannya

ke jenjang perguruan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan

konsentrasi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pengalaman diri

penulis saat menempuh pendidikan yakni menjadi Wakil Ketua OSIS 2 SMAN 10

Kota Tangerang Selatan, menjadi bagian dari keluarga besar Himpunan

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia selama 2016-2018

mulai dari anggota hingga jajaran badan pengurus harian. Saat ini penulis sedang

aktif di salah satu komunitas teater di Ciputat yaitu Laboratorium Teater Ciputat.

Karya lain yang telah di hasilkan penulis hanya puisi berjudul “Di Bilik yang

Sama” dari buku Situ, Kota, & Paradoks terbitan Festival Literasi Tangsel.