ANALISA METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PEMBANGUNAN PROYEK PURI INDAH...

71
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Seperti halnya Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia sebagai pusat perekonomian juga mengalami peningkatan ekonomi. Dikarenakan pusat perekonomian sehingga banyak perusahaan yang mendirikan perkantoran di Jakarta. Lokasinya yang strategis mendukung fungsi dari perkantoran itu sendiri. Puri Indah Financial Tower merupakan perkantoran yang terletak di daerah Jakarta Barat. Lokasi proyek ini terletak sangat strategis karena merupakan kawasan perkantoran. Seiring berjalannya waktu, dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang sehingga menuntut Mahasiswa Teknik Sipil untuk mengetahui dan memahami perkembangan dunia Teknik Sipil. Dalam dunia sipil khususnya pada pembangunan gedung bertingkat, keberadaan pelat lantai sangat penting karena pelat lantai merupakan pemisah ruang bangunan bertingkat secara horisontal. Maka dari itu penting untuk meninjau

description

ANALISA METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PEMBANGUNAN PROYEK PURI INDAH FINANCIAL TOWER, JAKARTA BARAT dari bab 1-5

Transcript of ANALISA METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGECORAN PELAT LANTAI PADA PEMBANGUNAN PROYEK PURI INDAH...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan

yang sangat pesat. Seperti halnya Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia

sebagai pusat perekonomian juga mengalami peningkatan ekonomi. Dikarenakan

pusat perekonomian sehingga banyak perusahaan yang mendirikan perkantoran

di Jakarta. Lokasinya yang strategis mendukung fungsi dari perkantoran itu

sendiri.

Puri Indah Financial Tower merupakan perkantoran yang terletak di daerah

Jakarta Barat. Lokasi proyek ini terletak sangat strategis karena merupakan

kawasan perkantoran.

Seiring berjalannya waktu, dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang

sehingga menuntut Mahasiswa Teknik Sipil untuk mengetahui dan memahami

perkembangan dunia Teknik Sipil. Dalam dunia sipil khususnya pada

pembangunan gedung bertingkat, keberadaan pelat lantai sangat penting karena

pelat lantai merupakan pemisah ruang bangunan bertingkat secara horisontal.

Maka dari itu penting untuk meninjau bagaimana metode pelaksanaan pelat lantai.

Mahasiswa Teknik Sipil juga dituntut untuk dapat menerapkan ilmu pengetahuan

yang diajarkan di bangku perkuliahan pada proyek sungguhan, maka mahasiswa

diwajibkan untuk mengikuti kerja magang. Adapun kerja magang yang kami

lakukan selama 3 bulan sesuai dengan peraturan Program Studi Strata Satu

Teknik Sipil Sekolah Tinggi-PLN (STT-PLN).

2

1.2. Tujuan Kerja Magang

Adapun tujuan dari kerja magang ini adalah:

1. Memahami dan mengenal secara nyata kondisi lapangan dari proyek Puri

Indah Financial Tower.

2. Mengetahui penerapan ilmu Teknik Sipil yang telah diperoleh mahasiswa

dari kuliah praktek dan kegiatan lainnya pada kondisi lapangan..

3. Untuk mengetahui metode kerja pelaksanaan dan peralatan yang

digunakan dalam pekerjaan pengecoran pelat lantai.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah

yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pelaksanaan pekerjaan pembesian pada pelat lantai?

2. Bagaimana cara pelaksanaan pekerjaan bekisting pada pelat lantai?

3. Begaimana cara pelaksanaan pekerjaan pengecoran pada pelat lantai?

4. Peralatan apa saja yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan

pekerjaan pelat lantai?

5. Kendala-kendala yang harus diperhatikan pada saat pelaksanaan

pekerjaan pelat lantai?

6. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pekerjaan pengecoran

pelat lantai sebelum dan sesudah pengerjaan?

3

1.4. Batasan Masalah

Ruang lingkup pembahasan dibatasi hanya membahas mengenai metode

dan tahap pelaksanaan pengecoran pelat lantai. Pembahasan tidak akan

membahas mengenai perhitungan strukturnya dan rencana anggaran biaya (RAB)

1.5. Sistematika Penulisan

Terdiri dari 5 BAB yaitu BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang,

tujuan masalah, rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori berisi tentang Pelat Lantai, Pekerjaan Pembesian,

Pekerjaan Bekisting, Pengertian Pengecoran, Kondisi Lingkungan dan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). BAB III Tinjauan Umum Proyek berisi

tentang Latar Belakang Proyek, Kondisi Proyek, Kontraktor Pelaksana dan Flow

Chart Pelaksanaan Pekejaan Pengecoran Pelat Lantai. BAB IV Analisa dan

Pembahasan berisi tentang Pengertian Umum Pengecoran Pelat Lantai, Metode

Kerja dalam Pengecoran Pelat Lantai. BAB V berisi tentang Kesimpulan dan

Saran.

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Proyek Konstruksi

2.1.1. Pengertian Proyek Konstruksi

Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan

dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya

bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian

(skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik,

bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Dipohusodo (1996)

menyatakan bahwa suatu proyek merupakan upaya yang mengerahkan

sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,

sasaran dan harapan penting tertentu serta harus diselesaikan dalam jangka

waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan.

Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana

untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun

waktu tertentu yang kemudian berakhir.

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling

berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan /konstruksi) dalam

batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu

memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia), material (bahan

bangunan), machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money

(uang), information (informasi), dan time (waktu).

5

Dalam Suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus

diperhatikan yaitu hal mengenai waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya,

mutu konstruksi merupakan elemen dasar yang harus dijaga untuk

senantiasa sesuai dengan perencanaan. Namun demikian, pada

kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan

waktu pelaksanaan (Proboyo, 1999; Tjaturono, 2004). Dengan demikian,

seringkali efisiensi dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. Hal

itu mengakibatkan pengembang akan kehilangan nilai kompetitif dan peluang

pasar.

Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi

antara lain:

1. Pemilik

2. Perencana (konsultan)

3. Pelaksana kontraktor

4. Pengawas (konsultan)

5. Penyandang dana

6. Pemerintah (regulasi)

7. Pemakai bangunan

8. Masyarakat

6

2.1.2. Ciri-ciri Proyek Konstruksi

Secara umum ciri-ciri proyek dapat dikelompokan kedalam 4 (empat)

kelompok, yaitu :

1. proyek mempunyai tujuan yaitu menghasilkan barang dan jasa.

2. proyek memerlukan input berupa faktor-faktor produksi atau sumber

daya, seperti modal, tanah dan material, peralatan, tenaga pegawai

dan kepemimpinan.

3. proyek mempunyai titik awal dan titik akhir.

4. Proyek tidak langsung menghasilkan.

2.2. Definisi dari Pelat Lantai

Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi

merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu

pada kolom-kolom bangunan.

Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh :

     a.      Besar lendutan yang diijinkan.

     b.      Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.

     c.      Bahan konstruksi dan pelat lantai.

Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat lantai dibedakan menjadi empat jenis,

yaitu:

7

1. Pelat kaku

Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memiliki ketegaran lentur (flexural

rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen

dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama

dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku,

kecuali jika dinyatakan lain.

2. Membran

Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban

lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini

dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang

sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.

3. Pelat flexibel

Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul

beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan

gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri

ruang angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.

4. Pelat tebal

Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai

kondisi kontinu tiga dimensi

8

Sedangkan berdasarkan pada bahan yang digunakan, Pelat lantai dibagi menjadi :

1. Pelat Lantai Kayu

Ukuran Lebar papan umumnya 20-30 cm. Tebal papan ukuran 2-3 cm, dengan

jarak balok-balok pendukung antara 60-80cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12,

8/14, 10/14. Untuk bentangan 3-3,5cm. Balok-balok kayu ini dapat diletakkan

diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Bahan kayu yang

dipakai harus mempunyai berat jenis antara 0,6-0,8 (t/m3) atau dari jenis kayu

kelas II.

o Keuntungannya :

1. Harga relative murah, berarti biaya bangunan rendah.

2. Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai.

3. Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran fondasi.

o Kerugiannya :

1. Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan.

2. Bukan peredam suara yang baik.

3. Sifat bahan “permeable” ( rembes air ), jadi tidak dapat dibuat KM/WC di

lantai atas.

4. Mudah terbakar, jadi tidak dapat membuat dapur dilantai atas.

5. Tidak dapat dipasang keramik.

6. Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas.

7. Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-ubah.

9

2. Pelat Lantai Beton

Dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan

momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan

pelat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan

hitungan pelat lantai dan beton bertulang, harus mengikuti persyaratan yang

tercantum dalam buku SNI I Beton 1991.

Beberapa persyaratan tersebut antara lain :

1. Pelat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12 cm, sedangkan

untuk pelat atap sekurang-kurangnya 7 cm.

2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak

atau baja sedang.

3. Pada pelat lantai yang tebalnya > 25 cm harus dipasang tulangan rangkap atas

bawah.

4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari

20 cm atau dua kali tebal pelat lantai, dipilih yang terkecil.

5. Semua tulangan pelat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1 cm,

untuk melindungi baja dari karat, korosi atau kebakaran.

6. Bahan beton untuk pelat harus dibuat dari campuran 1semen : 2pasir : 3kerikil

+ air, bila untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1semen : 1 ½ pasir : 2 ½

kerikil + air secukupnya.

10

Gambar 2.1. Perencanaan Pelat Lantai Beton

Pelat lantai beton dapat dibuat menerus/menjadi satu dengan pelat luifel

dengan balok penumpu sebagai pembatasnya seperti yang terlihat pada

gambar 2.1.

3. Pelat Lantai Yumen ( Kayu Semen )

Pelat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil

yang kemudian dicampur semen yang berukuran 90 cm x 80 cm. pelat lantai

yumen ini masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan yang baru

dan yumen ini buatan dari Pabrik Semen Gresik.

Cara Pemasangan Yumen :

Sebelum dipasangi yumen, dack yang akan dibuat dipasangi kayu bangkirai

5/7 dengan panjang yang sudah diatur dengan jarak 40 cm. Kayu yang berjejer

tersebut ditumpangi ring balk dan dicor, setelah itu lembaran yumen dipasang

berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu dibaut. Kemudian diatas yumen baru diberi

rabat beton (1pc : 2ps : 3kr), setelah kering dipasang keramik, kalau dilihat dari

11

bawah, kayu tersebut tampak seperti utuh. Untuk itu kayu tersebut bisa dipakai

sebagai kayu ekspos (bisa dipolitur).

2.3. Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan

ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi

besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Pekerjaan

pembesian mencakup pemotongan besi, pembengkokan besi dan pemasangan

besi. Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam proses pembesian:

Bar Cutter

Bar cutter adalah alat khusus yang digunakan untuk memotong tulangan,

keberadaan alat ini sangat berguna karena memudahkan pekerjaan tulangan.

Gambar 2.2. Bar Cutter

Bar Bender

Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan,

keberadaan tulangan ini sangat membantu cepatnya pekerjaan tulangan.

12

Gambar 2.3. Bar Bender

2.4. Pekerjaan Bekisting

Formwork atau bekisting merupakan sarana struktur beton untuk mencetak

beton baik ukuran atau bentuknya sesuai dengan yang direncanakan, sehingga

bekisting harus mampu berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul

berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.

Pada pekerjaan bekisting, khususnya pelat dan balok biasanya dilakukan

pekerjaan perancah (scaffolding). Pekerjaan perancah dilakukan untuk

mendukung perencanaan pembuatan bekisting pelat dan balok.

Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan bekisting adalah sebagai berikut:

Scaffolding

Scaffolding berguna sebagai perancah penyangga bekisting balok dan pelat.

Alat ini mempunyai bentuk yang seragam. Dalam penggunaanya scaffolding

cukup dipasang pada jarak dan ketinggian yang dikehendaki.

13

Gambar 2.4. Scaffolding

Theodolith

Theodolith adalah alat yang digunakan untuk menentukan koordinat suatu titik,

alat ini dapat menentukan titik koordinat secara horizontal maupun vertikal.

Gambar 2.5. Theodolith

Waterpass

Waterpass memiliki kegunaan yang sama dengan theodolith dalam menentukan

titik koordinat namun waterpass hanya dapat bekerja pada arah horizontal saja.

14

Gambar 2.6. Waterpass

Roll Meter

Roll meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau panjang.

Gambar 2.7. Roll Meter

2.5. Pengertian Pengecoran

Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam

cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum

pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk

memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana.

Alat yang digunakan untuk proses pengecoran pelat lantai adalah sebagai

berikut :

15

Tower Crane

Alat ini digunakan untuk memindahkan alat dan material ketempat yang

dibutuhkan, keberadaan alat ini sangat berguna karena memudahkan proses

pekerjaan, dalam proyek ini tower crane yang digunakan berkapasitas 2 ton

dengan jumlah 2 buah seperti yang terlihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Tower Crane

Concrete Mixer Truck

Suatu kendaraan khusus yang digunakan untuk mengangkut campuran beton

segar dari batching plant menuju ke proyek, alat ini sangat berguna karena

mampu meminimalkan kerusakan kualitas beton selama proses pengangkutan,

concrete mixer truck dalam proyek ini memiliki kapasitas antara 6 m3 sampai 7

m3. Berikut adalah gambar concrete mixer truck yang terdapat pada proyek :

Gambar 2.9. Concrete Mixer Truck

16

Concrete Pump

Concrete pump digunakan untuk memindahkan beton segar menuju tempat

pengecoran, keberadaan alat ini sangat membantu karena mempercepat

pengerjaan pengecoran. Pada proyek ini concrete pump digunakan untuk

pengecoran pelat dan balok.

Gambar 2.10. Concrete Pump

Passenger Hoist

Alat ini digunakan untuk mengangkut sejumlah peralatan dan pekerja menuju

ketinggian tertentu dari gedung, pada proyek ini terdapat 2 passenger hoist

dengan kapasitas 1 ton seperti yang terlihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11. Passenger Hoist

17

Concrete Bucket

Concrete bucket digunakan untuk mengangkut beton segar dari concrete mixer

truck menuju tempat pengecoran, dalam proses pengangkutan concrete bucket

dibantu oleh tower crane, biasanya concrete bucket digunakan pada

pengecoran bagian vertikal seperti : kolom, core wall dan shear wall. Selain itu

juga bisa digunakan untuk pengecoran balok dan pelat lantai.

Gambar 2.12. Concrete Bucket

Kompresor

Kompresor digunakan untuk meniupkan kotoran pada bekisting balok dan pelat

lantai yang siap untuk dicor. Kotoran tersebut dapat berupa debu, kerikil, kawat

baja, maupun kotoran lainnya.

Vibrator

Vibrator digunakan untuk memadatkan beton segar dalam cetakan, sehingga

dicapai kepadatan beton yang ideal, serta mencegah keropos yang diakibatkan

kerikil. Dalam penggunaannya harus diperhatikan agar penggetaran pada beton

segar tidak terlalu lama karena dikhawatirkan terjadi segregasi, selain itu juga

penggunaan vibrator jangan sampai menggeser posisi tulangan dan cetakan.

18

Gambar 2.13. Kompresor (kiri),Vibrator (kanan)

2.6. Kondisi Lingkungan

Sebelum suatu proyek dijalankan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi

mengenai kondisi lingkungan disekitar proyek konstruksi. Pada proyek konstruksi

pengadaan data-data mengenai kondisi lingkungan sangat penting agar dapat

mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi.

Beberapa kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

pembangunan gedung adalah:

2.6.1. Budaya dan Perilaku Masyarakat Sekitar

Pentingnya aspek budaya dan perilaku masyarakat sekitar membuat

pelaksana pembangunan harus memikirkan bagaimana cara agar kegiatan

pembangunan tidak mengganggu jalannya aspek tersebut pada masyarakat.

Seperti digantinya penggunaan tiang pancang dengan borepile karena

penggunaannya mengurangi kebisingan dan getaran yang akan

mengganggu masyarakat dan bangunan sekitar.

2.6.2. Jalur Mobilisasi dan Demobilisasi

Mobilisasi dan demobilisasi proyek adalah kegiatan mendatangkan ke

lokasi (mobilisasi) dan mengembalikan (demobilisasi) alat-alat proyek sesuai

19

spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen lelang dengan menggunakan

alat angkutan darat (trailer / truck besar) atau alat angkut air (ponton). Dalam

menentukan jalur mobilisasi dan demobilisasi pelaksana dapat mengetahui

kendala-kendala apa saja yang timbul dalam masa pengiriman peralatan dan

material proyek.

Mobilisasi / pengiriman peralatan dan material dijadwalkan terlebih

dahulu yang berisi keterangan lokasi peralatan dan material , usulan cara

pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan dan material di lapangan .

Selanjutnya peralatan dan material  ditempat lokasi yang aman / dalam Base

camp dan dekat di lokasi proyek agar mudah nantinya .

2.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Secara filosifi pengertian K3 adalah suatu pemikiran atau upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja

pada khusunya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat adalah makmur. Sedangkan secara keilmuan

pengertian K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.7.1. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan dari diadakannya K3 adalah sebagai berikut :

o Melindungi kesehatan, keamanan dan kedamaian dari tenaga

kerja.

o Meningkatkan efisiensi kerja.

o Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

20

2.7.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam penerapannya K3 memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi bahaya

2. Risiko yang menyebabkan kecelakaan kerja pada proyek

konstruksi

3. Pengelolaan risiko:

Sumber daya manusia didalam organisasi harus dikelola dengan

baik, Pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi terdiri

dari:

o Pengadaan personil

o Pengembangan personil melalui pelatihan dan pendidikan

o Pemberian imbalan

o Integrasi personil kedalam organisasi

o Pemeliharaan terhadap personil yang ada

o Pemberhentian personil

2.7.3. Perlengkapan dan Peralatan K3

Alat Pelindung Diri Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja

sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang di sekelilingnya. Berikut adalah alat-alat yang digunakan

dalam K3:

1. Tanda pengenal untuk setiap pekerja wajib memakai tanda pengenal di area

proyek.

2. Safety belt sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya

pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib

21

mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini

dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja,

3. Kaca mata pelindung, Sarung tangan dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

4. Masker untuk kebersihan dan kesehatan

5. Safety Harness untuk jenis pekerjaan Climbing & Vertical (Gondola)

6. . Board / papan / Spanduk peringatan

Gambar 2.14. perlengkapan K3 (kiri) dan spanduk peringatan (kanan)

22

BAB III

TINJAUAN UMUM PROYEK

3.1. Latar Belakang Proyek

Gambar. 3.1 Puri Indah Financial Tower

Proyek perkantoran Puri Indah Financial Tower – Jakarta direncanakan

sebagai perkantoran dengan berbagai fasilitas. Proyek ini terletak di Jalan Puri

Indah Raya Blok T, Jakarta Barat. Bangunan proyek ini direncanakan terdiri dari

25 lantai + 4 basement + atap.

23

3.1.1. Data Proyek

Nama Proyek : Puri Indah Financial Tower

Pemilik Proyek : PT. Antilope Madju Puri Indah

Konsultan Perencana :

- Struktur : PT. Davy Sukamta & Partners

- Arsitektur : PT. Arga Calista Disain

- MEP : PT. Meltech Consultindo Nusa

- QS : PT. Wilde And Woollard Indonesia

Konsultan Pengawas : PT. Trimatra Jaya Persada

Waktu Pelaksanaan : 465 Hari Kalender

- Mulai : 17 Februari 2014

- Selesai : 28 Mei 2015

Waktu Pemeliharaan : 360 Hari Kalender

- Mulai : 29 Mei 2015

- Selesai : 29 Mei 2016

Jenis Pekerjaan : Pekerjaaan Struktur, Arsitektur dan Plumbing.

3.1.2. Data Teknis

Tebal pelat :

- Tipe A : 120 mm

- Tipe B : 150 mm

- Tipe C : 200 mm

24

- Tipe D : 130 mm

Kuat Beton :

- Basement 4 sampai Lantai 5 :ƒc= 400 kg /cm3 (40 MPa)

- Lantai 6 sampai Lantai 14 :ƒc= 325 kg /cm3 (32,5 MPa)

- Lantai 15 sampai Lantai 26 : ƒc= 250 kg /cm3 (25 MPa)

Slump test pelat :

- ƒc= 400 kg /cm3 : 13 (+3/-1)

- ƒc= 325 kg /cm3 : 13 (+3/-1)

- ƒc= 250 kg /cm3 : 16 (+3/-1)

3.2. Lokasi Proyek

Proyek ini berlokasi di Jakarta, dikawasan perkantoran. Lokasi persis proyek

ini adalah pada Jalan Puri Indah Raya Blok T Jakarta Barat provinsi DKI Jakarta.

25

Gambar 3.2. Lokasi Proyek

3.3. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor Pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk

untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya.  Atau dalam

definisi lain menyebutkan bahwa pihak yang penawarannya telah diterima dan

telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian

pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek.

Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek (owner)

dan dalam melaksanakan pekerjaannya diawasi oleh tim pengawas

dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas

terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus

segera dikonsultasikan sebelum pekerjaan dilaksanakan.

Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan

tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan

spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak

perjanjian pemborongan.

2. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan

harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat

antara lain:

1) Pelaksanaan pekerjaan.

2) Prestasi kerja yang dicapai.

3) Jumlah tenaga kerja yang digunakan.

26

4) Jumlah bahan yang masuk.

5) Keadaan cuaca dan lain-lain.

3. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan 

alat pendukung lain yang digunakan  mengacu dari spesifikasi dan

gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya,

kualitas dan keamanan pekerjaan.

4. Bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode

pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang

telah disepakati.

6. Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap

kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.

7. Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan

jalan yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut

peralatan dan material ke tempat pekerjaan.

8. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek

sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan

dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di

lapangan yang memerlukan tambahan waktu.

9. Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu

pelaksanaan pekerjaan, serta wajib menyediakan perlengkapan

pertolongan pertama pada kecelakaan.

Kepala Divisi

Kepala ProyekKoordinator Mutu

Pelaksana QC

Koordinator K3

Pelaksana K3

Koordinator Mutu Koordinator MutuKoor. NSC, DC,

DSGeneral Affair

Planning Monitoring

Pelaksana Struktur

Engineering Administrasi

Cost Control

Quantity Surveyor

Engineer S.A.P

Drafter

Pelaksana Arsitektur

ME Darurat

A2B

Survey

Struktur & Finishing

ME

Keuangan

Logistik

Gudang

Security

27

3.3.1. Struktur Organisasi

Strukur organisasi adalah bagian dari manajemen atau pengolaan

proyek dengan cara tertentu untuk mendapatkan tujuan tertentu. Secara

garis besar pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini yaitu sebagai berikut

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Proyek

Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan Scaffolding & Bekisting

Pekerjaan Persiapan:

Pekerjaan Pembersihan

Pekerjaan Pengetesan Beton

Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

Pekerjaan Curing Beton

Mulai

Selesai

28

3.3.2. Flow Chart Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

Adapun flow chart pelaksanaan pekerjaan pengecoran pelat lantai,

yaitu:

Gambar 3.4. Flow Chart Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

29

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengertian Umum

Pekerjaan pengecoran pelat lantai sangat penting dalam proyek konstruksi

pembangunan gedung bertingkat karena pelat lantai merupakan bagian dari

eleman gedung yang berfungsi sebagai tempat berpijak. Pijakan itu nantinya

digunakan untuk menopang scaffolding pelat dan balok lantai berikutnya, serta

tempat pijakan alat-alat dan material untuk pekerjaan lainnya.

4.2. Metode Kerja

4.2.1. Metode Konstruksi

Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan

konstruksi yang mengikuti prosedur dan telah dirancang sesuai dengan

pengetahuan maupun standar yang telah diuji cobakan. Metode yang dipilih

nantinya harus disuaikan dengan berbagai kondisi dilapangan dan

ketersediaan sumber daya dilapangan.

4.3. Langkah Konstruksi

4.3.1. Pekerjaan Persiapan

Tahap pertama dari pengerjaan pengecoran beton adalah pekerjaan

persiapan. Pekerjaan persiapan sangat penting untuk memastikan

kelancaran pengerjaan beton selanjutnya. Pekerjaan persiapan ini biasanya

mencakup pembersihan lahan atau tempat yang nantinya akan dijadikan

pelat lantai serta penanadaan (marking) pada bagian pelat baik itu untuk

30

penandaan letak bekisting, maupun untuk kontrol tinggi scaffolding pada saat

pemasangan bekisting pelat.

4.3.2 Pekerjaan Scaffolding Dan Bekisting

4.3.2.1. Pekerjaan scaffolding

Scaffolding adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk

menyangga manusia dan material dalam konstruksi dan beban lainnya yang

diperlukan selama masa konstruksi.

Fungsi Scaffolding adalah sebagai berikut :

Fungsi Scaffolding sebagai struktur sementara

Untuk menahan beton yang belum mampu memikul beratnya sendiri

(pada pelaksanaan pengecoran).

Fungsi Scaffolding sebagai support

Menyediakan tatakan elevasi yang mampu menahan suatu beban

tertentu pada sebuah area tertentu.

Fungsi Scaffolding sebagai access.

Akses atau akomodasi bagi para pekerja bangunan. Contoh dari fungsi

Scaffolding sebagai access adalah untuk membuat tangga menuju

tempat tinggi pada sebuah pekerjaan konstruksi.

Bagian-bagian Scaffolding :

Crossbrace

Penghubung/ pengikat antar main frame, berfungsi sebagai pengaku

dan pengikat antar main frame pada suatu Scaffolding, agar Scaffolding

tidak mudah goyang dan tetap berdiri tegak.

31

Joint Pin

Joint pin penyambung antar frame berfungsi sebagai penyambung

antara bagian-bagian Scaffolding.

Jack Base

Berfungsi sebagai kaki Scaffolding yang dapat diatur naik turunnya

untuk menyesuaikan ketinggian Scaffolding sesuai dengan yang

diinginkan.

U Head Jack

Berfungsi sebagai penghubung antara Scaffolding dengan kayu-kayu

bekisting. Sama dengan jack base, U head jack juga dapat diatur naik

turunnya sesuai posisi tinggi yang diinginkan.

Catwalk/deck/platform

Berfungsi sebagai tempat berpijak yang dibentangkan diantara frame-

frame Scaffolding. Catwalk digunakan pada scaffolding yang berfungsi

sebagai akses atau akomodasi untuk para pekerja bangunan.

32

Gambar 4.1. Sketsa Scaffolding

Berikut adalah langkah-langkah pekerjaan pemasangan Scaffolding pada

proyek Puri Indah Financial Tower:

1. Lakukan inspeksi terhadap Scaffolding pada saat kedatangan, pastikan

kelengkapan dan fisik nya tidak ada yang rusak . antara lain :

a. Karat

b. Bengkok

c. Las – las an lepas

d. Accesories tidak lengkap

2. Penumpukan di gudang harus rapih dan diberi identifikasi , disusun

berdasarkan jenis alat .

U Head

Scaffolding

Joint Pin

Crossbrace

Jack Base

33

3. Untuk Accesories yang kecil dimasukkan kotak / peti kayu

4. Lokasi pemasangan harus rata dan kuat.

5. Landasan Scaffolding harus level

6. Pemasangan main frame yang untuk menahan beban utama harus

tegak lurus, dan apabila diperlukan kondisi tidak tegak lurus harus

dipasang angkur penahan dan bracing pipa yang cukup dan di klem

dengan kuat.

7. Sambungan Scaffolding (joint pin) harus baik

8. Cross brace harus terpasang dan terkunci.

9. Pipa – pipa horizontal dan diagonal harus terpasang baik secara

melintang dan memanjang.

10.Semua pipa bracing horisontal dan diagonal harus diikat dengan Clamp.

11.Untuk pemasangan Scaffolding melebihi tinggi 2 m, harus dipasang

tangga darurat dan plat form yang kokoh.

12.Untuk dimana diperlukan jembatan untuk lalu lintas pekerja, dipasang

hand rail post, diberi plat form dari bahan yang kuat dan kokoh.

13.Pasang rambu atau tanda peringatan di lokasi kerja, contoh

a. Awas Kejatuhan Benda dari atas

b. Hati – hati bekerja di ketinggian.

34

Gambar 4.2. Pemasangan Scaffolding

4.3.2.2. Pekerjaan Bekisting

Pemasangan bekisting dilakukan agar beton yang dicor nantinya

dapat tercetak sesuai dengan bentuk yang diharapkan. Pemasangan

bekisting dilaksanakan dengan rapi dan rapat, agar bekisting tidak

mengalami kebocoran. Untuk pekerjaan bekisting, maka dilakukan beberapa

langkah – langkah sebagai berikut sesuai dengan prosedur pelaksanaan

yang terdapat pada proyek Puri Indah Financial Tower :

1. Penyiapan Shop Drawing

Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus

dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut

gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus

menggambarkan :

a) Gambar tampak, harus dapat memberikan informasi mengenai

jenis-jenis material yang dipakai untuk sistem bekisting yang akan

digunakan.

35

b) Gambar detail, harus dapat memberikan informasi mengenai

ukuran ukuran material, jarak pemasangan material tersebut dan

detail penempatan sambungan.

Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar

perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi. Gambar

tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan

ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar

dengan revisi terakhir.

2. Cara Pelaksanaan

Sistem penggunaan bekisting typical dapat dilihat pada

gambar. Untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan

bekisting, areal kerja dibagi dalam zone. Cara pelaksanaan pekerjaan

bekisting pelat lanati dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai

36

Untuk bekisting pelat menggunakan plywood fyber 15 mm.

Gambar 4.4. Plywood Fyber Ukuran 15 mm.

Kendala yang sering muncul pada saat pemasangan bekisting

adalah sisi bekisting yang tidak rapat, disebabkan profil kayu tidak

begitu baik saat sudah berulangkali digunakan. Solusi dari masalah

tersebut adalah pemasangan busa kuning disela-sela bekisting yang

tidak rapat, agar saat pengecoran beton tidak keluar melalui sela-sela

tersebut. Berikut gambar cara pengaplikasiannya:

Gambar 4.5. Pemasangan Busa Kuning Disela-sela Bekisting Yang Tidak Rapat

37

4.3.3. Pekerjaan Pembesian

4.3.3.1. Penempatan Besi Untuk Pelat Lantai

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan besi untuk

pelat antara lain :

a. Penyimpanan besi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga

besi tersebut tidak berhubungan langsung dengan permukaan tanah

untuk mencegah agar besi tidak menjadi berkarat. Hal ini dapat

dilakukan dengan memberikan ganjal kayu di bawah tumpukan besi.

b. Penyimpanan besi harus dipisahkan sesuai dengan ukurannya, untuk

memudahkan pada saat pengambilan besi untuk difabrikasi.

Gambar 4.6. Fabrikasi Besi

4.3.3.2. Stel Besi

Sebelum pelaksanaan pekerjaan pembesian pelat lantai,

sebelumnya dibuat dulu schedule rencana potong dan bengkok. Hal ini

dilakukan untuk memperkecil waste material besi.

38

Besi harus difabrikasi dulu di workshop dimana pemindahan dari

truk pengangkut besi ke workshop dilakukan dengan alat bantu tower

crane, sesuai dengan dengan gambar rencana dan dipisahkan, diberi

ukuran/tanda untuk pekerjaan yang direncanakan. Untuk potong

bengkok menggunakan alat bar bender dan bar cutter. Setelah fabrikasi

selesai, besi dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dilakukan penyetelan

besi.

Gambar 4.7. Bar Bender (kiri) dan bar cutter (kanan)

4.3.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Pelat Lantai

Pembesian dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kekuatan

pada pelat lantai agar dapat menahan beban tekan kebawah, baik berat

sendiri maupun beban dari luar ( beban bergerak), sehingga pelat lantai

mampu menahan beban-beban tersebut dengan baik. Didalam

pembesian atau yang biasa disebut dengan penulangan, diameter besi

sangat menentukan berapa besar kekuatan yang mampu ditopang oleh

pelat lantai nantinya, sehingga semakin besar beban yang harus di pikul

39

oleh pelat lantai maka semakin besar diameter besi yang harus

digunakan.

Gambar 4.8. Besi Dengan Diameter Beragam

Pemasangan besi tulangan tidak dilakukan dengan asal-asalan

melainkan sesuai dengan gambar rencana / shop drawing dan diikat

dengan menggunakan kawat besi (bendrat). Potongan kawat tidak

boleh dibuang di area / lokasi yang akan dicor untuk menjaga

kebersihan lokasi. Pada saat pengikatan besi perlu diperhatikan

kekuatan ikatan tersebut supaya pada saat pengecoran ikatan besi tidak

lepas.

Gambar 4.9. Pelaksanaan pekerjaan Pembesian Pelat Lantai

40

Dalam tulangan pelat lantai terdapat tulangan atas dan tulangan

bawah, agar saat pengecoran tulangan atas dan tulangan bawah ini

tidak menyatu maka pada selah diantara kedua tulangan tersebut

digunakan pemisah berupa besi berbentuk menyerupai huruf s yang

disebut besi pemisah. Berikut contoh gambar pengaplikasiannya:

Gambar 4.10. Pengaplikasian Besi Pemisah Pada Tulangan Pelat Lantai

4.3.4 Pekerjaan Pembersihan

Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, bekisting dan besi

yang sudah terpasang harus dibersihkan dari kotoran, batu, potongan kayu,

potongan besi dan lain-lain. Pembersihan dapat dilakukan dengan

menggunakan air compressor, disiram dengan air atau dengan cara lain.

41

Gambar 4.11. Kompresor

4.3.5 Pekerja Pengetesan Beton

Pengetesan beton dilaksanakan untuk menjamin apakah beton yang

dipesan oleh pelaksana dilapangan memiliki spesifikasi kekuatan yang sama

dengan beton yang sampai. Beton diantar oleh mobil pengangkut beton

(concrete mix truck) dari tempat pembuatan beton (concrete batching plant).

Pengujian ini juga dilakukan guna memastikan apakah beton masih segar dan

masih baik untuk pengecoran dan belum memasuki waktu kering (initial

setting). Berikut prosesnya:

Alat yang harus disediakan :

1. Gerobak dorong / Ember cor plastik atau bahan lainnya yang tidak

menyerap air

2. Alas ukuran minimal 50 x 40 cm2 terbuat dari multiplex lapis film atau pelat

baja atau bahan lain yang tidak menyerap air

3. Kerucut Abrams tinggi 30 cm diameter bawah 20 cm dan diameter atas 10

cm

4. Sendok beton /sekop kecil

5. Tongkat baja diameter 16 mm panjang 60 cm

42

Cara kerja test :

1. Alas diletakkan diatas tanah yang keras dan rata

2. Ambil campuran beton yang akan ditest secukupnya dengan gerobak

dorong atau ember cor

3. Kerucut Abrams diletakkan di atas alas yang sudah disediakan

4. Kerucut Abrams diisi dengan beton yang akan ditest slumpnya sambil

ditekan ( diinjak ) ke bawah pada penyokongnya .

5. Pengisian dengan cara bertahap , adukan beton diisikan ke dalam

sebanyak 3 lapis yang masing masing kira-kira sama takaranya ( 1/3 ).

6. Setiap setelah mengisi 1/3 bagian tersebut dirojok 10 kali dengan tongkat

baja

7. Setelah itu bidang atasnya disipat rata dan dibiarkan selama 30 detik.

Selama waktu ini adukan beton yang berceceran di sekitar kerucut

disingkirkan.

8. Kemudian kerucut Abrams ditarik ke atas dengan hati-hati dan kecepatan

yang konstan

9. Segera setelah itu penurunan puncak kerucut terhadap tingginya semula

diukur dengan meteran saku .

Gambar 4.12. Proses Pengujian Slump Test Beton

43

4.3.6. Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

1. Persiapan

Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, semua bagian yang

terlibat harus terlebih dahulu memahami bahwa semua kegiatan yang

berhubungan dengan pekerjaan pengecoran harus didasarkan pada :

a. Spesifikasi

b. Gambar perencanaan

2. Penyiapan shop drawing

Untuk memudahkan pelaksanaan dilapangan, maka harus

dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut

gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus

menggambarkan :

a. Gambar denah, yang menggambarkan dimensi/ukuran pelat lantai

serta notasi penulangannya.

b. Gambar potongan harus dapat menginformasikan ukuran, detail

penulangannya, mutu beton dan mutu besi yang dipakai.

c. Gambar skematik penulangan harus dapat menginformasikan jenis,

jumlah dan diameter besi serta jarak besi.

Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar

perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi. Gambar

tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke

lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan

revisi terakhir.

44

3. Mempersiapkan bahan, tenaga kerja dan alat

Mempersiapkan bahan

Material yang digunakan harus mendapatkan persetujuan terlebih

dahulu dari pemberi tugas atau konsultan. Jenis material yang

perlu mendapatkan persetujuan adalah sebagai berikut :

- Besi tulangan melalui tes tarik dan tes tekuk

- Beton melalui trial mix / job mix

Mempersiapkan peralatan yang dipakai

Peralatan yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan pengecoran

antara lain :

- Gerobak

- Genset / Penerangan Kerja

- Concrete Pump

- Alat Bekisting

- Vibrator

- Air Compressor

- Alat Bantu lainnya.

4. Pelaksanaan Pengecoran

1) Penuangan beton

Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara

penuangan harus benar-benar yaitu :

a. Pengecoran dituang langsung dengan menggunakan pompa

beton (concrete pump) dengan menyedotkan beton dari truk

45

pengangkut beton (concrete mix truck) menuju ke bagian

konstruksi yang sudah diberi bekisting dan penulangan, apabila

alat concrete pump bermasalah maka pengecoran dapat

menggunakan bucket dengan pengangkatan dibantu tower crane .

Gambar 4.13. Pengecoran Menggunakan Placing boom (kiri), Penuangan Beton Segar

menggunakan bucket (kanan)

b. Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian

yang dicor.

c. Beton tidak boleh dituangkan kedalam bekisting dengan jarak

yang tinggi (maksimum 1.50 m) karena akan menagkibatkan

segregasi. Apabila tinggi lebih dari 1.5 m, maka harus memakai

talang/cor/tremi..

d. Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup di

atasnya, karena air hujan akan menyebabkan turunnya mutu

beton.

46

2) Pemadatan Beton

Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang

benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan

pembetonan. Cara pemedatan dengan vibrator yang benar yaitu :

a. Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur

beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.

b. Vibrator harus dapat dimasukan ke dalam jaringan/anyaman besi

beton dan harus diusahakan sedikit mungkin menempel pada

besi. Menggetarkan besi beton dapat menyebabkan turunnya

mutu beton. Dimana terjadi penggumpulan pasir disekitar besi.

Bahkan apabila besi digetarkan terus-menerus dapat

menyebabkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan beton

yang telah mengeras rongga ini dapat menyebabkan korosi pada

tulangan.

c. Tidak boleh meletakan kepala vibrator terlalu lama dalam beton

karena akan menyebabkan segregasi dan bleeding terutama

untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara

10 s/d 15 detik.

d. Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting, karena

apabila bekisting bergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan

juga dapat merusakan bekisting. Jarak minimal kebekisting adalah

10 cm.

47

e. Beton tidak boleh digetarkan berulang-ulang pada tempat yang

sama, karena dapat mengakibatkan rongga-rongga didalam

beton.

f. Vibrator harus dimasukan kedalam beton yang belum terpadatkan

secara tepat dan dicabut pelan-pelan. Kecepatan memasukan

vibrator diperlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal

pada beton lapis atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan

air yang terperangkap di bawahnya. Sedangkan pencabutan

harus dilakukan pelan-pelan untuk memberikan kesempatan

vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada

beton. Kecepatan pencabutan berkisar antara 4cm/dt s/d 8 cm/dt.

g. Lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk

memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator.

h. Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, yang

paling efisien dibuat perlapis kurang lebih 50 cm perlapis. Apabila

tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan air keluar

dari beton ketika digetarkan dengan vibrator. Sebaliknya dengan

lapisan yang terlalu tipis tekanan beton tidak dapat mengimbangi

pekerjaan vibrator.

i. Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya,

vibrator harus dimasukan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke

dalam lapisan di bawahnya agar tercipta lekatan yang monolik

padat dan meyatu.

48

j. Pada pengecoran pelat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukan

ke dalam beton secara miring dalam hal ini vibrator akan

menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan

secepat mungkin.

Gambar 4.14. Pemadatan Beton Menggunakan Vibrator

4.3.7. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

Pembongkaran Bekisting Pelat :

Setelah pengecoran pelat lantai, bekisting pelat lantai dibongkar 5 hari

setelah pengecoran kemudian diganti dengan reporping sampai dengan

28 hari setelah pengecoran.

Pembongkaran dimulai dari pelepasan clam siku dan stut dinding balok,

hasil pembongkaran dirapikan untuk clam siku dikumpulkan pada kotak

yang sudah disediakan, sedangkan stutnya dikumpulkan dan diikat

dengan bendrat untuk dipakai selanjutnya.

49

Pengendoran baut jack multi span pada daerah yang akan dibongkar,

pembongkaran dimulai dari pembongkaran multi span secara hati-hati,

setelah lepas dari tumpuan dinding balok, multi span dipendekkan dan

bautnya dikencangkan kembali baru diturunkan satu per satu secara

hati-hati.

Di sini perlu diawasi pembongkarannya jangan sampai ada multi span

yang rusak karena terbanting.

Setelah multi span lepas semua (pada daerah yang dibongkar, dalam

hal ini modul pelat), pembongkaran dilanjutkan ke arah dinding balok,

setelah dinding balok terbongkar baru dilanjutkan dengan

pembongkaran pelat lantai.

4.3.8. Pekerjaan Curing Beton

Pemeliharaan pelat lantai yang telah dicor (curing) merupakan tahap

terakhir yang harus dilakukan didalam proses pengecoran pelat lantai. Pelat

yang telah dicor harus dirawat karena meskipun secara kasat mata

permukaannya sudah tampak mengering, namun secara kimiawi proses

pengikatan didalam beton masih berlangsung hingga umur beton mencapai

sekitar 28 hari. Berikut adalah proses pekerjaan curing beton:

1. Selama pengecoran memeriksa secara seksama perkembangan

kelembaban permukaan beton (khususnya pada suhu udara yang

panas).

50

2. Pada permukaan yang horizontal dan luas yang telah selesai dicor,

dilakukan penyiraman permukaan beton pada waktu permukaan beton

sudah berubah ke plastis ( beton tidak menyerap air lagi ).

3. Menutup permukaan beton dengan karung goni dan menyiram kembali

sehingga goni tersebut menjadi basah , atau menutup dengan plastic

cor .

4. Memelihara goni tetap basah dengan melakukan penyiraman rutin tiap

hari selama 3 hari berturut-turut , atau menjaga plastic cor tidak terbuka

selama 3 hari .

Gambar 4.15. Proses Curing Beton

51

BAB V

PENUTUP

            Setelah melaksanakan Praktek Kerja Magang, penulis merasakan manfaat

yang sangat besar sekali, karena dapat membandingkan antara teori yang

diperoleh di bangku kuliah dengan praktek sebenarnya di lapangan. Dari hasil

pengamatan dalam pelaksanaan kerja magang selama 3 (tiga) bulan, penulis

dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut :

1. Dalam sebuah proyek konstruksi penting adanya perencanaan yang baik,

kerjasama tim, pengawasan yang tepat, pemahaman kontrak kerja, dan

manajemen orang, alat dan material.

2. Metode dan teknologi yang baik dengan mempertimbangkan segala aspek

di lapangan merupakan penentu proyek tersebut akan berjalan dengan

baik.

3. Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam

cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan.

4. Tahapan dalam proses pekerjaan pengecoran pelat lantai meliputi:

Pekerjaan persiapan

Pekerjaan Scaffolding dan Bekisting

Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan Pembersihan

52

Pekerjaan Pengetesan Beton

Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

Pekerjaan Curing Beton

5. Pada pekerjaan pemasangan bekisting, perlu dilakukan dengan teliti agar

bisa mendapatkan hasil pelat lantai yang baik.

6. Kendala-kendala yang sering timbul yakni :

Tidak dapat digunakannya placing boom pada saat pelaksanaan

pengecoran sehingga alat pengecoran yang digunakan adalah bucket.

Pekerjaan pengecoran menggunakan bucket memakan waktu yang

lebih lama dibanding placing boom.

Penggunaan bekisting pelat yang berulang membuat profil kayu pada

bekisting menjadi kurang baik sehingga menyebabkan kebocoran.

Kurangnya tenaga kerja lapangan dikarenakan absen yang dapat

menyebabkan pelaksanaan pekerjaan terlambat.

Cuaca yang tak terprediksi.

5.2. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulis utarakan sebagai berikut:

1.  Pada pekerjaan bekisting, bekisting yang digunakan tidak disarankan berulang-

ulang karena dapat menyebabkan kebocoran pada bekisting.

2. Dalam pekerjaan pengecoran lebih disarankan menggunakan placing boom

dikarenakan apabila menggunakan bucket memakan waktu yang lebih lama.

53

3.  Di dalam pelaksanaan pekerjaan, pengendalian waktu pekerjaan melalui

jadwal pelaksanaan pekerjaan sangat penting diterapkan agar pekerjaan yang

dihasilkan dapat selesai dengan tepat waktu dan hasil pekerjaan juga

memuaskan.

4. Pengadaan tenaga kerja sangat penting karena sangat berpengaruh pada

waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

5. pada penempatan tenaga kerja disarankan harus sesuai dengan keahlian dan

mengerjakan pekerjaan dalam satu bidang agar pekerjaan tidak mengalami

kekeliruan dan pelaksanaan pekerjaannya akan lebih cepat dan baik.

.