Pengecoran logam
description
Transcript of Pengecoran logam
147
4.2.6 Cacat Coran
a. Shift (pergeseran)
Merupakan hasil dari ketidakcocokan bagian dari pengecoran
biasanya didaerah belahan.
1. Sebab-sebab
Pergeseran titik tengah pola
Pergeseran titik tengah bagian inti
Rangka cetak kurang kuat
2. Cara pencegahanya
Dengan pembuatan cetakan dan penahan dari dimensi dan desain
yang tepat
Dengan memberikan pin atau pengunci
Gambar 4.18 Cacat ShiftSumber : Daryus, 2008
b. Warpage Casting
Adalah deformasi yang tidak diinginkan dalam pengecoran, yang
terjadi selama atau sesudah pengecoran.
1. Penyebab
Gating sistem yang tidak memadai
Penggunaan rangka yang kurang tepat
2. Cara pencegahan
Menggunakan desain pengecoran yang tepat dan menggunakan
rangka yang kuat dapat mencegah terjadinya lentingan.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
148
Gambar 4.19 Warpage CastingSumber : Anonymous, 2010
c. Swell (membengkak)
Pembengkakan bisa terjadi karena cetakan mengembang akibat
tekanan logam cair atau inti yang tertekan.
1. Penyebab
Pemadatan pasir cetak kurang seragam
2. Cara pencegahan
Pemadatan pasir cetak harus cukup dan seragam
Kekuatan dari cetakan harus tinggi
Harus menggunakn cetakan kering karena kekuatanya akan
bertambah
Gambar 4.20 SwellSumber : Daryus, 2008
d. Fin (sirip)
Adalah melebarnya coran pada sisi permukaan antara kup dan
drag.
1. Penyebab
Kup dan drag tidak menempel dengan baik
2. Cara pencegahan
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
149
Membuat permukaan harus halus dan rata
Lebih hati-hati dalam pelepasan pola dari cetakan
Perancangan gating sistem yang tepat
Gambar 4.21 Cacat SiripSumber : Anonymous, 2011
e. Pinhole (lubang jarum)
Adalah cacat yang lubangnya seperti lubang jarum, ukuran
diameter lubangnya kecil kurang dari 2 mm terlihat dipermukaan coran:
1. Penyebab
Permeabilitas pasir cetak rendah
Lubang angin yang kurang memadai
2. Cara pencegahan
Dengan pembuatan cetakan yang teliti baik permeabilitas, pema-
datan yang cukup, dan lubang angin yang cukup.
Gambar 4.22 PinholeSumber : Beely, 2001: 53
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
150
f. Gas Holes (Rongga udara)
Adalah cacat yang paling banyak terjadi pada permukaan atau
didalam coran.
1. Penyebab
Gas yang terjebak didalam cetakan selama penuangan logam cair
Penuangan yang terlalu lambat
Permeabilitas yang terlalu rendah
2. Cara pencegahan
Pemasangan saluran yang tepat
Kecepatan penuangan yang tepat
Gambar 4.23 Gas HolesSumber : Daryus, 2008
g. Shrinkage (penyusutan)
cacat ini terjadi saat pembekuan karena pembekuan yang tidak
seragam pada bagian coran yang mempunyai perbedaan ketebalan dan
luas permukaan yang cukup besar.
1. Penyebab
Pembekuan yang tidak seragam
Letak riser yang kurang tepat dan mengakibatkan shringkage
2. Cara pencegahan
Dengan menggunakan riser atau chill agar pembekuan mengarah
ke riser.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
151
Gambar 4.25 ShrinkageSumber : Daryus, 2008
h. Porosity
Merupakan cacat yang terjadi karena ada gas yang terperangkap
dalam logam cair atau cetakan pada waktu penuangan.
1. penyebab
Gas terbawa pada logam cair selama penuangan
2. Cara pencegahan
Memberi pasir yang memiliki kadar air rendah dan permeabilitas
yang sesuai
Gambar 4.25 Cacat PorositySumber : Daryus, 2008
i. Drop (runtuh)
Cacat ini terjadi akibat kekuatan pasir yang terlalu rendah sehingga
pada saat pengambilan pola dari cetakan pasir ada pasir ang terlepas dari
rongga.
1. Penyebab
Pelepasan pola yang kurang hati-hati
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
152
Kekuatan pasir yang rendah
2. Cara pencegahan
Harus hati-hati dalam pelepasan pola
Pasir yang runtuh dapat diatasi dengan perbaikan daerah yang
runtuh dengan menggantinya dengan pasir reparasi.
Gambar 4.26 Cacat DropSumber : Daryus, 2008
j. Hot tear
Merupakan cacat retakan yang terjadi pada internal atau eksternal
atau retak pada permukaan coran yang disebabkan oleh kontraksi yang
terjadi setelah logam membeku. Retakan sering terjadi pada bagian filet
yang tajam dari suatu coran.
1. Penyebab
Retakan akibat tegangan sisa karena adanya perbadaan pem-
bekuan dan waktu penyusutan
Penempatan gate dan riser yang tidak tepat
Kekuatan cetakan yang rendah
2. Cara pencegahan
Memperbaiki desain cetakan
Menyeragamkan proses pembekuan dengan menggunakan cil
pada bagian persilangan dan irisan.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
153
Gambar 4.27 Cacat Hot TearSumber : Beely, 2001: 54
k. Dirt (kotoran)
biasanya berupa partikel asing dan pasir yang tertanam pada
permukaan coran.
1. Penyebab
Adanya pasir yang terkikis selama penuangan
Adanya terak dalam cetakan
2. Cara pencegahan
Pemberian saringan pada saluran penuangan sehingga kotoran
atau terak tidak ikut dalam cetakan
Gambar : Cacat DirtSumber : Daryus, 2008
l. Cold Shut and Misrun
Cold shut and misrun adalah cacat dimana diskontiuitas terjadi
karena penggabungan yang tidak sempurna dari dua aliran logam
dirongga cetakan. Cacat ini tampak retak atau jahitan pada permukaan
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
154
yang halus. Misrun merupakan cacat yang diakibatkan oleh kegagalan
logam untuk mengisi rongga cetakan secara menyeluruh.
1. Penyebab
Akibat bagian dan tebal dinding yang terlalu tipis
Gating sistem yang tidak tepat
Fluiditas logam cair yang buruk
2. Cara pencegahan
Kecepatan penuangan yang tepat
Fluiditas logam cair harus baik
Perancangan gating sistem yang tepat
Gambar 4.29 Cold Shut and MisrunSumber : Beely, 2001: 53
4.2.7 Inspeksi
Inspeksi atau pemeriksaan cacat adalah pemeriksaan terhadap
produk coran untuk mengetahui ada tidaknya cacat pada produk coran
tersebut. Karena potensi terjadinya cacat pada coran cukup tinggi, maka
inspeksi terhadap produk coran perlu dilakukan. Macam-macam metode
pengujian yang sering dilakukan yaitu:
1. Liquid Penetrant Test
Metode liquid penetrant test merupakan metode NDT (non
destructive test). Yang paling sederhana metode ini digunakan untuk
menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid baik logam
maupun non logam. Melalui metode ini cacat pada permukaan material
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
155
akan terlihat jelas. Caranya adalah dengan memberikan cairan berwarna
terang pada permukaan yang diinspeksi. Cairan ini harus memiliki daya
penetrant yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk pada
cacat dipermukaan material yang diberikan. Cacat akan nampak jelas jika
perbedaan warna penetran yang tertinggal dibersihkan dengan penetran
developer.
Keuntungan dari liquid penetrant test adalah
Mudah diaplikasikan
Murah
Tidak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan material dan komposisi
kimia
Jangkauan permukaan cukup luas
Kekurangan
Tidak dapat dilakukan pada benda dengan permukaan kasar dan
berpori.
Gambar 4.30 liquid penetrant test
Sumber: Degarmo, 1984 : 270
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
156
2. Magnetic Particle Inspection
Dengan menggunakan metode ini, cacat pada permukaan atau
sedikit dibawah permukaan (subsurface) pada benda yang bersifat
ferromagnetic dapat diketahui. Prinsipnya adalah dengan memanfaatkan
bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan
magnet akan mengakibatkan kebocoran medan magnet. Kebocoran
medan agnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Cara yang
digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan magnet. Dengan
menabur partikel magnetic dipermukaan. Partikel-pertikel tersebut akan
mengumpul pada daerah kebocoran medan magnet.
Kelebihan
Mudah
Tidak memerlukan keahlian khusus untuk mengoperasikan
Kekurangan
Penggunaan terbatas pada material ferromagnetic
Adanya kemungkinan cacat tidak terdeteksi akibat orientasi cacat
searah medan magnet
Gambar 4.31 Magnetic Particle InspectionSumber : Degarmo, 1984, 271
3. Ultrasonic Test
Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara.
Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang
ditransmisikan akan dipantulkan kembali. Gelombang ultrasonic yang
digunakan memiliki frekuensi 0,5-20 Mhz. Gelombang suara akan
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
157
berpengauh jika ada retakan atau cacat pada material. Gelombang
ultrasonic dibangkitkan oleh transduser dari bahan piezoelektrik yang
dapat merubah energi listrik menjadi getaran mekanis kemudian menjadi
energi listrik lagi.
Kelebihan
Cukup teliti dan akurat
Hanya diperlukan satu sisi untuk dapat mendeteksi keseluruhan
Indikasi dapat langsung diamati
Kekurangan
Memerlukan pelaksana yang terlatih dan berpengalaman
Benda uji dengan permukaan kasar , tidak beraturan, sangat kecil san-
gat sulit diuji.
Gambar 4.32 Ultrasonic TestSumber : Degarmo, 1984 : 273
4. Eddy Current Test
Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnetik. Prinsipnya
arus listrik dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan
magnet didalamnya. Jika medan magnet dikenakan pada benda logam
yang akan diinspeksi, akan terbangkit arus eddy, kemudian diinspeksi.
Adanya medan magnet pada benda akan berinteraksi dengan magnet
pada kumparan dan mengubah tendensi bila ada cacat.
Kelebihan
Hasil pengujian dapat langsung diketahui
Pengujian eddy aman dan tidak ada bahaya radiasi
Kekurangan
Hanya dapat diterapkan pada permukaan yang dapat dijangkau Laboratorium Pengecoran
LogamJurusan Mesin Universitas
Brawijaya
158
Hanya diterapkan pada bahan logam saja.
Gambar 4.33 Eddy Current TestSumber: Degarmo, 1984 : 278
5. Radiografic inspection
Metode ini untuk menetapkan cacat pada material dengan
menggunakan sinar x dan sinar gamma. Prinsipnya sinar x dipancarkan
menembus material yang diperiksa. Saat menembus obyek sebagian
sebagian sinar akan diserap sehingga intensitas berkurang, intensitas
akhir kemudian direkam dalam film yang sensitif =. Jika ada cacat pada
material maka intensitas yang terekam pada film ini lalu akan
memperlihatkan bagian material yang mengalami cacat.
Kelebihan
Faktor ketebalan benda tidak mempengaruhi. Hal ini mengingat daya
tembus sinar gamma yang besar
Mampu menggambarkan bentuk cacat dengan baik
Kekurangan
Memerlukan operator yang benar-benar berpengalaman
Efek radiasi sinar gamma berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
159
Gambar 4.34 Radiografic inspectionSumber : Anonymous, 2010
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
160
4.3 Pembahasan Hasil Coran
4.3.1 Pembahasan Hasil Coran I
Tampak Depan (sebelum finishing)
Tampak Atas (sebelum finishing)
Tampak Samping (setelah finishing)
Tampak Depan (setelah finishing)
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
161
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
162
1. Analisa Cacat (sebelum finishing)
a. Cacat Sirip
Gambar 4.35 Cacat Sirip
Ciri-ciri : adanya logam cair yang meluber pada bagian tepi yang
terlibat pada saat logam membeku.
Sebab : - pemasangan kup dan drag yang kurang tepat
- Pemerataan cetakan pada daerah pisah yang kurang
tepat
- Kurang hati-hati dalam peleasan pola
Solusi : - lebih memperhatikan pemasangan kup dan drag
khususnya pada daerah pisah
- Membuat permukaan harus halus dan rata
- Lebih hati-hati dalam pelepasan pola dari cetakan
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
163
b. Cacat Inklusi Pasir
Gambar 4.36 Cacat Inklusi Pasir
Ciri-ciri : Adanya rontokan pasir pada hasil coran yang melekat
pada permukaan coran
Sebab : - Pembersihan yang kurang pada rongga cetakan
- Permukaan cetakan yang kurang baik
- Permeabilitas pasir kurang baik
Solusi : - Pemeriksaan bagian-bagian cetakan sebelum
penuangan
- Komposisi pasir cetak yang cocok agar daya ikat pasir
cetak lebih kuat maka diperoleh kekuatan sesuai yang
digunakan
- Pembuatan cetakan yang teliti baik permeabilitas, pe-
madatan pasir cetak yang cukup
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
164
c. Cacat Gas Hole (rongga udara)
Gambar 4.37 Cacat Gas Hole (rongga udara)
Ciri-ciri : Bagian permukaan atau didalam coran terdapat rongga-
rongga bulat
Sebab : - Gas yang terjebak pada cetakan selama penuangan
- Cetakan belum kering
Solusi : -Pembuatan cetakan yang teliti baik permeabilitas,
pemadatan yang cukup dan lubang angin yang cukup
- Cetakan belum terlalu kering menyebabkan gelem-
bung udara pada logam cair sehingga permeabilitas-
nya rendah. Sehingga harus dipastikan cetakan kering
terlebih dahulu
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
165
2. Analisa Cacat (setelah finishing)
a. Cacat Penyusutan Dalam
Gambar 4.38 Cacat Penyusutan Dalam
Ciri-ciri : penyusutan dalam tampak seperti adanya cekungan
pada permukaan coran
Sebab : - Pembekuan yang tidak seragam
- Cetakan memiliki sudut yang tajam
Solusi : - Dengan menggunakan riser agar pembekuan
mengarah ke riser
- Dalam pembuatan cetakan pola-pola bersudut harus
dibuat fillet dan terus agar tidak mengalami penyusu-
tan
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
166
b. Cacat Lubang Jarum
Gambar 4.39 Cacat lubang Jarum
Ciri-ciri : lubang seperti tusukan jarum yang tersebar pada
permukaan coran
Sebab : - Gas terbawa logam cair selama penuangan
- Permeabilitas pasir cetak rendah
Solusi : - Dengan pembuatan lubang angin yang memadai
- Dengan pembuatan cetakan yang teliti baik perme-
abilitas dan pemadatan yang cukup
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
167
c. Cacat Gas Hole (rongga udara)
Gambar 4.40 Cacat Gas Hole
Ciri-ciri : Bagian permukaan atau didalam coran terdapat rongga-
rongga bulat
Sebab : - Gas yang terjebak pada cetakan selama penuangan
logam cair
- Cetakan belum kering
Solusi : -Pembuatan cetakan yang teliti baik permeabilitas,
pemadatan yang cukup dan lubang angin yang cukup
- Cetakan belum terlalu kering menyebabkan gelem-
bung udara pada logam cair sehingga permeabilitas-
nya rendah. Sehingga harus dipastikan cetakan kering
terlebih dahulu
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
168
Cacat Permesinan 1
Gambar 4.41 Cacat Permesinan
Sebab : hal ini dikarenakan pada waktu pemasangan benda kerja kerang
sempurna, sehingga benda kerja ikut bergerak ketika chuck bergerak.
Cacat Permesinan 2
Gambar 4.42 Cacat Permesinan
Sebab : hal ini dikarenakan benda kerja yang terlepas dari chuck
sehingga maka pahat mengenai sisi tepi benda kerja.
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
169
Analisa bentuk dan dimensi
Gambar 4.43 Analisa bentuk dan dimensi
Tabel 4.1 Perbandingan dimensi hasil coran 1 sebelum finishing dengan
desain pola
Bagian Sebelum finishing (cm) Pola (cm)
a 5,25 5,29
b 3,20 3,055
c 5,25 5,92
d 4,55 4,48
e 6,20 6,10
f 5,20 5,09
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
170
Tabel 4.2 Perbandingan dimensi hasil coran 1 setelah finishing dengan
desain benda kerja
Bagian Sebelum finishing (cm) Pola (cm)
a 4,49 5,00
b 3,00 3,00
c 5,05 5,00
d 4,40 4,40
e 5,96 6,00
f 5,06 5,00
Piknometri
Piknometri adalah suatu pengujian yang digunakan untuk
mengetahui cacat pada hasil coran, cacat dalam, hal ini adalah cacat
porositas. Porositas dapat terjadi karena terjebaknya gelembung-
gelembung gas pada logam cair ketika dituang kedalam cetakan.
Pengujian piknometri didasarkan pada perhitungan persentase pada
hasil coran. Perhitungan prosentase terkait dengan metode true density
dan apparent density.
True density merupakan kepadatan dari suatu benda uji tampa
porositas didalamnya. Didefinisikan sebagai perbandingan massa
terhadap volum (gr/cm3). True density dihitung berdasarkan komposisi
kimia dari benda uji tersebut dan dihitung dengan menggunakan rumus
standart ASTME 252-82 yaitu:
Dimana : : True density (gr/cm3)
: Density unsur (gr/cm3)
%,Al, %Fe, %Cu, etc : Prosentase berat unsur
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
171
Apparent density
Apparent density merupakan metode yang didasarkan berat setiap
material termasuk cacat yang terdapat dalam material uji (gr/cm3) dan
dapat dihitung menggunakan rumus standart ASTME 311-93 :
Dimana :
s : Apparent density
w : Density air (gr/cm3)
s : Berat sample diudara (gr)
sb : Berat sample dan keranjang dalam air (gr)
b : Berat keranjang didalam air (gr)
Besarnya prosentase porositas pada hasil coran yang dilakukan
dengan pengujian piknometri berdasarkan metode true density dan
apparent density dapat dihitung berdasarkan :
% P = x 100%
Dimana :
% P : Prosentase porositas (%)
s : Apparent density
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
172
: true density (gr/cm3)
Perhitungan
Tabel 4.5 Kandungan Unsur Benda Coran
NO Unsur Kadar (%) Massa jenis (gr/cm3 )
1 Al 65,1 2,7
2 Si 6,7 2,32
3 P 1,1 1,52
4 Cu 0,92 1,55
5 Ti 0,12 4,51
6 Cr 0,15 7,15
7 Mn 0,445 7,21
8 Fe 2,92 7,89
9 Ni 0,446 8,91
10 Cu 110,9 8,96
11 Zn 10,8 7,14
12 As 0,43 7
Perhitungan true density :
: 3,2113759 gr/cm3
Apparent density
Diketahui : Berat coran diudara : 772,18 gr
Berat coran dan keranjang di air : 504,73 gr
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
173
Berat keranjang di air : 11,74 gr
gr/cm3
Porositas
% P = x 100%
= x 100%
= 13,89405 %
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
174
4.3.1 Pembahasan Hasil Coran II
Tampak Depan (sebelum finishing)
Tampak Atas (sebelum finishing)
Tampak Samping (setelah finishing)
Tampak Depan (setelah finishing)
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
175
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
176
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
177
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
178
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
179
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
180
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
181
1. Analisa Cacat (sebelum finishing)
a. Cacat Inklusi Pasir
Gambar 4.43 Cacat Inklusi Pasir
Ciri-ciri : Adanya rontokan pasir pada hasil coran yang melekat
pada permukaan coran
Sebab : - Pembersihan yang kurang pada rongga cetakan
- Permukaan cetakan yang kurang baik
Solusi : - Pemeriksaan bagian-bagian cetakan sebelum
penuangan
- Pada saat pelepasan pola agar lebih hati-hati
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
182
2. Analisa Cacat (setelah finishing)
a. Cacat Lubang Jarum
Gambar 4.44 Cacat lubang Jarum
Sebab : - Gas terbawa logam cair selama penuangan
- Permeabilitas pasir cetak rendah
Analisa : Terlihat Terlihat lubang kecil seperti tuskan jarum pada
permukaan coran setelah finishing (II). Hal ini tetap
terlihat seperti pada saat coran finishing (I) dengan
prosentase hampir sama. Hal ini dikarenakan masih
adanya gas yang terbawa pada cairan logam pada saat
penuangan
Solusi : - Dengan pembuatan lubang angin yang memadai
- Dengan pembuatan cetakan yang teliti baik perme-
abilitas dan pemadatan yang cukup
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
183
b. Cacat Gas Hole (rongga udara)
Gambar 4.45 Cacat Gas Hole
Sebab : - Gas yang terjebak pada cetakan selama penuangan
logam cair
- Cetakan belum kering
Analisa : Terlihat dan diraba terdapat lubang-lubang kecil
berbentuk bulat pada bagian coran. Hal ini masih ada
seperti pada saat setelah difinishing (I). hal ini
dikarenakan masih adanya udara yang terjeabak di
dalam coran dan juga cacat ini tidak Nampak pada
saat sebelum finishing.
Solusi : - Memperbaiki sistem saluran
- Penuangan logam cair harus konstan
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
184
Analisa bentuk dan dimensi
Gambar 4.46 Analisa bentuk dan dimensi
Tabel 4.4 Perbandingan dimensi hasil coran 1 sebelum finishing dengan
desain pola
Bagian Sebelum finishing (cm) Pola (cm)
a 5,27 5,29
b 3,20 3,055
c 5,27 5,92
d 4,55 4,48
e 6,20 6,10
f 5,20 5,09
Tabel 4.5 Perbandingan dimensi hasil coran 1 setelah finishing dengan
desain benda kerja
Bagian Sebelum finishing (cm) Pola (cm)
a 5,00 5,00
b 2,95 3,00
c 5,00 5,00
d 4,40 4,40
e 5,95 6,00
f 5,00 5,00
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
185
Perhitungan
Tabel 4.6 Kandungan Unsur Benda Coran
NO Unsur Kadar (%) Massa jenis (gr/cm3 )
1 Al 65,1 2,7
2 Si 6,7 2,32
3 P 1,1 1,52
4 Cu 0,92 1,55
5 Ti 0,12 4,51
6 Cr 0,15 7,15
7 Mn 0,445 7,21
8 Fe 2,92 7,89
9 Ni 0,446 8,91
10 Cu 110,9 8,96
11 Zn 10,8 7,14
12 As 0,43 7
Perhitungan true density :
: 3,2113759 gr/cm3
Apparent density
Diketahui : Berat coran diudara : 838,31 gr
Berat coran dan keranjang di air : 553,54 gr
Berat keranjang di air : 12,02 g
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
186
gr/cm3
Porositas
% P = x 100%
= x 100%
= 12,0324 %
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
187
4.4 Kesimpulan dan Saran
4.4.1 Kesimpulan
1. Fluiditas adalah kemampuan suatu logam cair yang mengalir masuk
kedalam cetakan sebelum membeku
2. Faktor yang mempengaruhi fluiditas
a. Temperatur penuangan
b. Komposisi logam
c. Viskositas
d. Cetakan
3. Solidifikasi adalah transformasi logam cair kembali ke bentuk padatnya
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil coran
a. kualitas logam yang digunakan
b. kualitas pasir yang digunakan
c. Proses pencairan logam
d. Proses penuangan logam
5. cacat yang terjadi pada benda hasil coran sebelum finishing
a. cacat pada hasil coran 1
Cacat sirip
Inklusi pasir
Cacat gas hole
b. Cacat pada hasil coran 2
Inklusi pasir
6. Cacat yang terjadi pada benda hasil coran setelah finishing
a. Cacat pada hasil coran 1
Cacat penyusutan dalam
Cacat lubang jarum
Cacat gas hole
b. Cacat pada hasil coran 2
Cacat lubang jarum
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya
188
Cacat rongga udara (gas hole)
4.4.2 Saran
1. Agar praktikum dilaksanakan diluar jam kerja
2. Sebaiknya laporan praktikum tidak ditulis tangan
3. Agar asisten lebih tepat waktu ketika asistensi
Laboratorium Pengecoran Logam
Jurusan Mesin Universitas Brawijaya