laporan pengecoran logam FT Unnes

38
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengecoran merupakan suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri produk jadi. Karena keunggulannya yang dapat menghasilkan produk dengan bentuk yang sederhana sampai rumit dengan berat bervariasi, mulai dari satuan gram hingga mencapai ton serta proses finishing-nya yang minimum sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu proses, proses ini banyak digunakan di dunia industri. Paduan aluminium merupakan paduan yang banyak digunakan dalam industri pengecoran. Hal tersebut dikarenakan aluminium mempunyai sifat fluiditas yang tinggi, proses pengecorannya yang mudah, densitasnya yang rendah, ketahanan aus dan korosi yang baik, koefisien ekspansi termal yang rendah serta mempunyai sifat mekanik yang baik. Disamping itu, banyaknya penggunaan aluminium di dalam dunia industri disebabkan karena sifat aluminium yang ringan sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar. Salah satu produk yang dihasilkan melalui proses pengecoran paduan aluminium adalah mandrel bertingkat dan pully.

description

laporan pengecoran logam FT Unnes

Transcript of laporan pengecoran logam FT Unnes

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengecoran merupakan suatu proses manufaktur yang menggunakan logam

cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk

geometri produk jadi. Karena keunggulannya yang dapat menghasilkan produk

dengan bentuk yang sederhana sampai rumit dengan berat bervariasi, mulai dari

satuan gram hingga mencapai ton serta proses finishing-nya yang minimum

sehingga dapat mengurangi biaya dan waktu proses, proses ini banyak digunakan

di dunia industri.

Paduan aluminium merupakan paduan yang banyak digunakan dalam

industri pengecoran. Hal tersebut dikarenakan aluminium mempunyai sifat

fluiditas yang tinggi, proses pengecorannya yang mudah, densitasnya yang

rendah, ketahanan aus dan korosi yang baik, koefisien ekspansi termal yang

rendah serta mempunyai sifat mekanik yang baik. Disamping itu, banyaknya

penggunaan aluminium di dalam dunia industri disebabkan karena sifat

aluminium yang ringan sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar. Salah satu

produk yang dihasilkan melalui proses pengecoran paduan aluminium adalah

mandrel bertingkat dan pully.

B. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan dunia teknik tentang penggunaan

proses-proses pengecoran logam yang ada.

2. Mahasiswa dapat menganalisis benda kerja mulai dari awal pembuatan sketsa

hingga akhir pengecoran dan finishing.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktikan teknik dan cara pengecoran

logam menggunakan cetakan pasir.

2

C. MANFAAT

Manfaat dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengerti tentang berbagai macam jenis pengecoran logam yang

ada, terutama pengecoran logam menggunakan pasir.

2. Mahasiswa dapat menganalisis benda kerja yang akan dibuat mulai dari awal

pembuatan sketsa hingga proses terakhir yaitu finishing.

3

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN PENGECORAN

Proses pengecoran pada dasarnya ialah penuangan logam cair kedalam

cetakan yang telah terlebih dahulu dibuat pola, hingga logam cair tersebut

membeku dan kemudian dipindahkan dari cetakan.

Pengecoran logam adalah proses pembuatan benda dengan mencairkan

logam dan menuangkan ke dalam rongga cetakan. Proses ini dapat digunakan

untuk membuat benda-benda dengan bentuk rumit. Benda berlubang yang sangat

besar yang sangat sulit atau sangat mahal jika dibuat dengan metode lain, dapat

diproduksi masal secara ekonomis menggunakan teknik pengecoran yang tepat.

Benda yang di produksi adalah mandrel dan pully. Mandril adalah salah satu dari

berbagai poros putar yang berfungsi sebagai sumbu untuk memutar poros yang

lebih besar. Sedangkan pully adalah suatu alat mekanis yang digunakan sebagai

sabuk untuk menjalankan sesuatu kekuatan alur yang berfungsi menghantarkan

suatu daya.

B. JENIS-JENIS PENGECORAN

Jenis-jenis pengecoran yang ada yaitu:

1. Sand Casting, Yaitu jenis pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir.

Jenis pengecoran ini paling banyak dipakai karena ongkos produksinya murah

dan dapat membuat benda coran yang berkapasitas berton–ton.

2. Die Casting, Yaitu jenis pengecoran yang cetakannya terbuat dari logam.

Sehingga cetakannya dapat dipakai berulang-ulang. Biasanya logam yang dicor

ialah logam non ferrous.

3. Investment Casting, yaitu jenis pengecoran yang polanya terbuat dari lilin

(wax), dan cetakannya terbuat dari keramik. Contoh benda coran yang biasa

menggunakan jenis pengecoran ini ialah benda coran yang memiliki

kepresisian yang tinggi misalnya motor turbin.

4

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

1. Bahan Yang Perlu di Siapkan

a. Dua buah kayu balok untuk benda kerjan mandrel bertingkat dengan

ukuran yang telah di tentukan

b. Dua buah kayu balok untuk benda kerja pully dengan ukuran yang

telah di tentukan

c. Dua buah pin pengait

d. Lem kayu

e. Piston bekas

f. Dempul

g. Amplas kasar dan amplas halus

h. Cat kayu dan kuas

2. Alat Pengerjaan Pola

a. Jangka sorong

b. Mesin bubut

c. Mesin frais

d. Mesin bor

e. Pahat bubut

f. Endmill

g. Mata bor

h. Palu dan tang

i. Gergaji

j. kunci toolpost dan chuck

a. Jangka sorong

Dalam praktikum ini jangka sorong digunakan untuk melakukan

pengukuran-pengukuran.

5

b. Mesin Bubut

Dalam praktikum pengecoran logam ini mesin bubut digunakan

untuk membuat pola benda kerja, finishing, serta pengerjaan bubut

lainnya.

c. Mesin Frais

Dalam praktikum pengecoran logam kali ini mesin Frais digunakan

untuk membuat pola benda kerja, finishing, serta pengerjaan frais lainnya.

d. Mesin Bor

Dalam praktikum pengecoran logam kali ini mesin bor digunakan

untuk membuat pola benda kerja, finishing, serta pengerjaan bor lainnya.

6

e. Pahat Bubut

Pahat bubut digunakan sebagai pisau potong dalam pembubutan.

f. Endmill

Endmill digunakan sebagai pisau potong dalam pengefraisan.

g. Mata Bor

Mata bor digunakan sebagai pisau potong dalam pengeboran.

7

h. Palu dan Tang

Palu dan tang digunakan salah satunya untuk memukul pin, dan

mencabut pin.

i. Gergaji dan Ragum

Gergaji dan ragum digunakan untuk memotong dan menjepit

pengerjaan pola benda kerja.

j. Kunci Toolpost dan Kunci Chuck

Kunci toolpost dan chuck digunakan sebagai pengencang dan kendurnya

pahat serta chuck pada mesin bubut

8

3. Alat Dan Bahan Proses Pengecoran

a. Rangka cetak

b. Bedak

c. Palu lunak / palu karet

d. Kayu silinder 2 buah untuk saluran masuk dan keluar

e. Kayu balok kecil untuk meratakan pasir

f. Kayu balok kecil untuk menumbuk pasir

g. Minyak tanah 15 liter

h. Tungku peleburan

i. Sarung tangan

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Observasi Benda Kerja

Dalam langkah ini yang dilakukan adalah mengobservasi benda kerja yang

bisa dan biasa di cor. Benda kerja yang dipilih adalah kebanyakan berasal dari

benda-benda automotif, kemudian dari benda kerja yang telah dipilih di laporkan

kepada dosen pengampu baik bapak Widi Widayat, S.T, M.T atau bapak

Shohihatur Rohman, S.Pd. Setelah melakukan observasi benda kerja akhirnya

Observasi benda

kerja

Identifikasi ukuran

Gambar benda kerja

Gambar pola sesuai

dengan allowance

Sketch

Evaluasi hasil cor-an

Pelaksanaan

pengecoran

Pembuatan rangka

cetak

Pembuatan pola

sesuai gambar pola

9

dipilih benda kerja footstep dan dua benda kerja wajib berupa mandrel bertingkat

dan pully.

2. Identifikasi Ukuran

Dalam mengidentifikasi ukuran ini, yaitu adalah melakukan pengukuran

benda kerja baik benda kerja wajib maupun benda kerja pilihan. Ukuran yang di

ukur pada benda kerja adalah keseluruhan ukuran sehingga dapat diperoleh

ukuran yang valid atau benar, sehingga tidak terjadi kesulitan pada langkah

selanjutnya.

3. Sketch

Sketch merupakan salah satu langkah yang penting dalam proses

pengecoran, karena dari hasil pengukuran yang telah dilakukan di masukkan

kedalam sketch benda kerja. Jadi luaran sketch yang dikeluarkan adalah berupa

gambar sederhana benda kerja beserta ukuran lengkapnya. Dalam sketch benda

kerja ini juga nantinya dijadikan sebagai acuan dalam mengerjakan langkah

selanjutnya yaitu menggambar benda kerja.

4. Gambar Benda Kerja

Dalam langkah menggambar benda kerja adalah mencantumkan sketch dan

ukuran kedalam gambar yang nantinya dijadikan landasan dalam mengidentifikasi

benda lebih mendalam lagi. Gambar kerja merupakan bahasa para teknisi karena

didalam benda kerja sudah tercantum ukuran-ukuran pada benda kerja asli.

Gambar benda kerja yang dibuat adalah gambar keseluruhan benda kerja berupa

baik gambar manual dan layout gambar menggunakan Auto CAD baik dua

dimensi dan tiga dimensi.

5. Gambar Pola Sesuai Dengan Allowance Yang Diijinkan

Gambar pola di gunakan sebagai gambar untuk membentuk pola cetakan

benda kerja, karena didalam gambar pola juga sama dengan gambar kerja yaitu

tercantum ukuran benda, bedanya antara gambar pola dan gambar kerja adalah

pada gambar pola ukuran yang dimasukkan kedalam gambar berupa ukuran yang

telah di tambahkan lebih atau allowance, sedangkan pada gambar kerja hanya

tercantum ukuran benda kerja sebenarnya tanpa di tambah allowance.

10

6. Pembuatan Pola Sesuai Gambar Pola

Pembuatan pola sesuai gambar pola merupakan alat penting pada

pengecoran. Pola diperlukan untuk menghasilkan coran yang sama dengan benda

kerja yang dirancang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pola adalah tiruan

benda kerja yang mengandung beberapa modifikasi. Modifikasi yang dilakukan

antara lain penambahan kelebihan (addition of pattern allowances) dan dudukan

inti.

Pembuatan pola mandrel bertingkat dan pully memiliki tingkat kesulitannya

masing-masing, pembuatan mandrel bertingkat dengan menggunakan kayu

memiliki tingkat kesulitan yaitu benda yang panjangnya 150 mm membuat proses

pembuatan pada mesin bubut lebih memakan waktu yang lama, karena benda sulit

diatur untuk dapat berputar simetris dan juga pembuatan bubut tirus juga

memakan waktu karena harus melakukan beberapa kali setting mesin pada bagian

eretan lintang maupun bujur mesin, sedangkan pembuatan pola pully dengan

menggunakan kayu memiliki tingkat kesukaran pembuatan berupa harus

dibuatnya dudukan inti pada masing-masing ujung benda sehingga pada saat

pengecoran dapat langsung menaruh inti yang telah di siaokan sebelumnya.

a. Langkah pertama

Siapkan dua buah pin untuk pully dan dua buah pin untuk mandrel

bertingkat masing-masing beukuran 40mm untuk mendapankan pin bisa

menggunkan sisa elektroda/paku kemudian di potong seperti gambar.

11

b. Langkah ke-dua

Tentukan titik untuk dibuat lubang guna pemasangan pin dengan

menggunakan bantuan penggaris dan spidol.

c. Langkah ke-tiga

Setelah menentukan titik, selanjutanya adalah melubangi titik tersebut

dengan mesin bor, kemudian pasang pin berukuran panjang 40mm pada

masig-masing kayu balok benda kerja pully dan mandrel bertingkat, dan

terakhir dilem agar saat pembubutan benda tidak lepas.

.

d. Langkah ke-empat

Langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan mesin bubut setting nol

dengan menggunakan kunci tool post.

12

e. Langkah ke-lima

Kemudian setelah mesin bubut sudah di persiapkan, pasang kayu

balok ke mesin bubut berahang cekam empat kencangkan cekam

menggunakan kunci chuck.

f. Langkah ke-enam

Setelah balok terpasang kemudian jalankan mesin bubut langkah

pertama adalah pembubutan facing, langkah kedua pembubutan rata

sehingga balok kayu menjadi silinder.

g. Langkah ke-tujuh

Setelah kayu berbentuk silinder, pindahkan ke mesin bubut berahang

cekam 3 agar lebih mudah dan presisi dalam pengerjaannya.

13

h. Langkah ke-delapan

Kemudian setelah proses pengerjaan pembubutan selesai langkah

selanjutnya adalah proses pendempulan. Dempul benda kerja pully dan

mandrel kemudian keringkan, setelah kering lakukan pengamplasan agar

benda kerja halus.

i. Langkah ke-sembilan

Pada tahap ini yaitu proses finishing benda kerja pully dan mandrel,

setelah selesai di amplas cat benda benda kerja menggunakan kuas dan cat

kayu atau juga bisa dengan pilox.

7. Pembuatan Rangka Cetak

Rangka cetak dibuat untuk memudahkan dalam mencetak pola benda kerja

di dalam pasir. Rangka cetak berbentuk persegi dan berjumlah satu pasang (atas

bawah). Dalam rangka cetak juga dibuat dua kuping yang juga nantinya

berpasangan dengan rangka cetak yang satunya, maksud dari dibuatnya kuping

pada pinggiran rangka cetak adalah sebagai pengunci yang nantinya dapat

meminimalisir pergeseran rangka cetak sehingga akan berpengaruh pada benda

yang akan di cor.

Rangka cetak di buat dengan memaku dua sisi kayu dan dua sisinya lagi di

tempelkan menggunakan engsel. Pada engsel yang telah dibuat salah satu

engselnya di buat mati dan yang satunya lagi dibuat sebagai kunci yang nantinya

14

dapat membuka engsel pada saat cetakan sudah jadi, hal ini dilakukan guna

memudahkan dalam pembuatan benda kerja, karena cetakan pasir nantinya tidak

tersenggol dan rusak.

8. Pelaksanaan pengecoran

Dalam proses pengecoran, pola yang akan di cor di longgarkan dulu dari

pen yang ada di dalamnya, hal ini di maksudkan untuk dapat memudahkan dalam

pelepasan setelah nanti rangka cetak telah terisi pasir dengan penuh. Langkah

selanjutnya adalah menyiapkan rangka cetak, pasir cetak (pasir halus, pasir kasar,

dan pasir pengikat yang telah di campur dengan air), bedak, pipa pelubang untuk

jalur masuk dan jalur keluar, palu, papan.

a) Langkah pertama yaitu menyiapkan perlengkapan kerja berupa alat dan

bahan.

b) Selanjutnya adalah mencampurkan pasir dengan air.

c) Langkah yang ketiga yaitu menyiapkan rangka cetak yang telah di alasi

papan.

d) kemudian pasang pola benda kerja di dalam rangka cetak dan taburi bedak

secukupnya, diberi bedak adalah supaya benda mudah dilepaskan pada saat

rangka cetak telah selesai.

e) Lalu tutupi dengan menggunakan pasir halus. Supaya bentuk kerataan

cetakan baik hasilnya.

f) Tekan hingga dirasa cukup, kemudian masukkan pasir pengikat dan pasir

halus lalu tumbuk menggunakan palu hingga pasir mengepres dengan

cetakan. Setelah pasir mengepres dengan cetakan, maka cetakkan satu sisi

telah selesai.

g) Balik cetakan tersebut dan letakan pasangan dari pola dan cetakan sesuai

pasangannya lalu kunci rangka cetak pada bagian kuping rangka cetak.

h) Pada pola yang telah di gabung dalam cetakan taburkan kembali bedak

diatas pola benda kerja, dimaksudkan sama dengan yang sebelumnya beri

pipa untuk jalur masuk dan keluar aluminium cair, pipa yang berdiameter

kecil untuk jalur masuk dan pipa yang berdiameter besar untuk jalur keluar.

15

i) Tutupi dengan pasir halus tekan kemudian diberi pasir basah dan pengikat

lalu pukul-pukul menggunakan palu, prinsipnya sama seperti langkah

sebelumnya, setelah pasir padat cabut pipa jalur masuk dan jalur keluar.

j) Setelah itu buka kunci yang terikat di kuping rangka cetak, buka dan

keluarkan pola cetakan dari cetakan pasir. Untuk mengeluarkannya harus

hati-hati, jika tidak maka cetakan akan rusak dan mengulang dari langkah

awal kembali.

k) Setelah dikeluarkan pola dari cetakan pasir selanjutnya adalah menutup atau

menyatukan kembali cetakan pasir tadi.

l) Setelah cetakan pasir telah menyatu, buka rangka cetak dari samping engsel

pengunci tadi. Buka dengan hati-hati, jangan sampai merusak cetakan yang

sudah jadi. Cetakan pasir pun jadi dan siap untuk di masukan.

m) Alumunium yang telah di cairkan dapat langsung di masukkan kedalam

cetakan pasir dengan sistem dua orang, satu orang membawa alumunium

cair, dan yang satunya lagi mengarahkan pada lubang masuk.

n) Masukkan alumunium cair pada lubang masuk hingga cairan alumunium

tersebut keluar dari lubang keluar.

16

o) Selanjutnya tunggu hingga alumunium kembali mengeras, setelah

alumunium mengeras bongkar dengan cara merusak cetakan pasir. Tunggu

hingga dingin dan setelah dingin bersihkan benda coran dari sisa-sisa pasir

yang masih menempel kemudian sisihkan.

p) Proses pengecoranpun telah selesai dan selanjutnya masuk pada proses

finishing.

1) Praktikum Pengecoran dan Finishing

a. Langkah Pertama

Langkah pertama adalah dengan mencampurkan pasir dengan air

dengan perbandingan air 10%.

b. Langkah ke-dua

Langkah kedua adalah dengan menyiapkan rangka cetak papan

rata dan pola.

c. Langkah ke-tiga

Selanjutnya setelah perlengkapan sudah disiapkan adalah

menaruh rangka cetak di atas papan rata kemudian letakkan pola di

17

dalam rangka cetak dengan posisi bagian yang rata di bawah dan

menaburi sedikit bedak agar benda tidak lengket terhadap pasir.

d. Langkah ke-empat

Setelah ditaburi bedak, selanjutnya adalah dengan memberi pasir

halus yang telah di ayak lalu di tambah pasir kasar secara merata dan

memukul-mukul menggunakan palu lunak agar pasir padat.

e. Langkah ke-lima

Setelah rata, balik rangka cetak seperti gambar di bawah,

kemudian pasangkan pola di atasnya.

18

f. Langkah ke-enam

Kemudian setelah pola yang satu sudah selesai di pasangkan,

langkah selanjutnya adalah memasang rangka cetak bagian atas atau

kup.

g. Langkah ke-tujuh

Setelah pola dan rangka cetak yang bagian atas terpasang,

selanjutnya adalah memberi jalur masuk dan keluar logam dan udara.

h. Langkah ke-delapan

Jalur masuk logam sudah di buat isi rangka cetak penuh, jangan

lupa dipukul-pukul menggunakan paku lunak agar merata.

19

i. Langkah ke-sembilan

Sesudah pengisian pasir selesai langkah selanjunya adalah

melepas kayu silinder yang di buat untuk jalur masuk logam dan

menambahkan cekungan lagi pada jalur masuk pada cetakan.

j. Langkah ke-sepuluh

Setelah kayu silinder sudah di lepas langkah selanjutnya adalah

memisahkan rangka cetak kup dengan rangka cetak drag kemudian

ambil pola yang berada pada cetakan dengan hati-hati dan pelan-pelan

tanpa merusak cetakan pasir tersebut seperti gambar sehingga

membentuk rongga untuk di beri cairan coran logam alumunium.

k. Langkah ke-sebelas

Setelah pola dilepas, pasang kembali rangka drag dan rangka kup,

kemudian lepaskan rangka cetak.

20

l. Langkah ke-dua belas

Setelah rangka cetak dilepas maka kita memasuki tahapan penuangan

logam alumunium cair, pada proses ini di perlukan kehati-hatian

karena timing dapat mempengaruhi hasil pengecoran.

m. Langkah ke-tiga belas

Lankah selanjutnya adalah langkah finishing benda kerja yang telah di

cor, proses finishing melalui proses machining yaitu menggunakan

mesin bubut dan mesin frais.

9. Evaluasi hasil cor-an

Hasil cor-an yang baik adalah cor-an yang sempurna dan menyerupai

bentuk pola aslinya. Kesimetrisan hasil cor-an juga berpengaruh pada benda

kerja yang akan dibuat karena dapat merubah ukuran yang sebenarnya. Hasil

coran yang gagal terjadi karena beberapa sebab, mungkin dari pola bendanya,

sampai kesalahan pada tahapan pengecoran cetakan pasir. Banyak kesalahan-

kesalahan kecil yang sering diabaikan.

21

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil cor-an yang baik adalah hasil cor-an yang menyerupai pola aslinya

dan tidak ada cacat suatu apapun. Hasil yang kurang memuaskan sering terjadi,

dan lebih banyak dibanding hasil yang sempurna. Hal ini terjadi karena dalam

proses pengecorannya masih banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi, baik yang

di sengaja maupun tidak. Gambar dibawah merupakan hasil dari pengecoran.

B. PEMBAHASAN

Benda yang kurang sempurna diantaranya adalah:

1. Cacat pergeseran.

2. Cacat ekor tikus.

3. Cacat penetrasi logam.

4. Cacat rongga udara.

5. Mengeluarkan asap saat penuangan cairan alumunium.

1. Cacat Penetrasi Logam

Cacat penetrasi logam atau benda tidak menyerupai bentuk asli pola dapat

terjadi karena tidak terisinya cetakan secara penuh dan sesak. Hal ini dapat terjadi

pada proses penuangan alumunium. Ketidak siapan dalam penuangan alumunium

cair kedalam cetakan juga dapat menjadi faktor utama, berkaitan dengan

ketergesa-gesaan serta kepanikan yang dialami oleh penuang menjadi faktor

utama.

22

2. Cacat Rongga Udara

Cacat rongga udara atau terdapatnya bintik-bintik pada benda disebabkan

karena campuran alumunium yang kurang baik (terdapat kotoran pada

alumunium), proses pencairan alumunium yang kurang, penuangan yang

terhambat. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara mambersihkan bahan

alumunium sebelum dicairkan, mematangkan proses pencairan sampai alumunium

meleleh dengan sempurna, dan ketenangan dalam proses penuangan.

3. Cacat Ekor Tikus

Cacat ekor tikus atau keropos pada benda dapat terjadi karena faktor udara

dan pengisian cairan alumunium. Hal ini terjadi karena pada saat penuangan

bahan cair alumunium kurang dan terlalu memaksakan untuk cairan segera keluar

dari lubang keluar, serta sebab adanya selah pada cetakan sehingga udara yang

masuk banyak dan menjadikan proses pengerasan cairan alumunium semakin

cepat.

23

4. Cacat Pergeseran

Cacat pergeseran atau ketidak simetrisan benda dapat terjadi karena kurang

pasnya pemasangan rangka cetak pada saat membuat cetakan pola. Hal ini dapat

terjadi karena pengunci cetakan berubah dan geser sehinggan cetakan pun ikut

bergeser, dan peletakan kembali rangka cetak setelah pola benda kerja dikeluarkan

yang mengakibatkan cetakan tidak pas. Sehingga pada saat penuangan cetakan

miring dan tidak simetris dengan pola pasangannya.

5. Mengeluarkan asap saat penuangan cairan alumunium

Mengeluarkan asap saat penuangan cairan alumunium terjadi karena panas

cairan alumunium yang masuk kedalam cetakan pasir melelehkan inti benda

sehingga inti benda terbakar dan mengeluarkan asap. Hal ini terjadi karena

pembuatan inti benda cor-an terbuat dari campuran pasir silika dan resin.

Perpaduan bahan ini memang tidak tahan bila terkena panas maka akan meleleh

bila diberi heattreatment.

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan dunia teknik tentang

penggunaan proses-proses pengecoran logam yang ada.

2. Mahasiswa dapat menganalisis benda kerja mulai dari awal pembuatan

sketsa hingga akhir pengecoran dan finishing.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempraktikan teknik dan cara

pengecoran logam menggunakan cetakan pasir.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan dalam laporan ini yaitu:

1. Penambahan perlengkapan pada bengkel mesin Universitas Negeri

Semarang khususnya dibagian bengkel pengecoran logam.

2. Perbaikan serta peningkatan mutu belajar-mengajar antara mahasiswa

dan dosen pengampu mata kuliah.

25

DAFTAR PUSTAKA

Surdia Tata., Prof. Ir, M.Sc.Met dan Chijiiwa Kenji, Prof. Dr, Teknik

pengecoran logam, Jakarta, 1982.

Low birth weight (pdf), Maret 2013, Diunduh Tanggal 23 Oktober 2014

pukul 01.02.

digital_124976-R040851-Pengaruh penambahan-Pendahuluan (pdf), Diunduh

Tanggal 03 Desember 2014 pukul 23.38.

Bab 3. PENGECORAN LOGAM (pdf), Diunduh Tanggal 04 Desember 2014

pukul 00.30.

modul-praktikum-pengecoran-logam (pdf), Diunduh Tanggal 04 Desember

2014 pukul 00.31