ANALISA KASUS.docx

7
BAB II ANALISA KASUS Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 5 bulan, berat badan 9,5 kg, tinggi badan 79 cm, datang dengan keluhan kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit sebanyak 15 kali kejang berlangsung selama 3 menit dan terjadi dalam waktu 2 jam sekali, diantara interval kejang, pasien sadar, menangis kuat dan dapat berjalan walaupun lemas dan sedikit gemetaran. Kejang tidak diawali dengan demam dan tidak terdapat trauma seperti terjatuh atau terbentur sebelumnya. Sifat kejang yang dilalami pasien bersifat umum, tonik. selain itu pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan yang lain. Pasien kemudian langsung dibawa ke UGD RSAM. Sebelumnya pasien pernah mengalami kejang pada usia 6 bulan, kejang tidak diawali oleh demam, kejang berlangsung dari malam sampai siang hari sebanyak 4x, lalu pasien dibawa ke dokter dan tidak dilakukan rawat inap hanya dilakukan rawat jalan dan tidak ada kejang lagi. Kemudian pada usia 13 bulan pasien mengalami kejang kembali, kejang tidak diawali oleh demam tetapi kejang terjadi setelah pasien terjatuh dan kepalanya membentur lantai, lalu pasien dibawa kerumah sakit Mitra Pringsewu untuk dilakukan perawatan inap. Pasien dirawat selama 1 minggu, selama dirawat kejang berhenti tetapi suhu tubuh

Transcript of ANALISA KASUS.docx

BAB IIANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 5 bulan, berat badan 9,5 kg, tinggi badan 79 cm, datang dengan keluhan kejang 2 hari sebelum masuk rumah sakit sebanyak 15 kali kejang berlangsung selama 3 menit dan terjadi dalam waktu 2 jam sekali, diantara interval kejang, pasien sadar, menangis kuat dan dapat berjalan walaupun lemas dan sedikit gemetaran. Kejang tidak diawali dengan demam dan tidak terdapat trauma seperti terjatuh atau terbentur sebelumnya. Sifat kejang yang dilalami pasien bersifat umum, tonik. selain itu pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan yang lain. Pasien kemudian langsung dibawa ke UGD RSAM. Sebelumnya pasien pernah mengalami kejang pada usia 6 bulan, kejang tidak diawali oleh demam, kejang berlangsung dari malam sampai siang hari sebanyak 4x, lalu pasien dibawa ke dokter dan tidak dilakukan rawat inap hanya dilakukan rawat jalan dan tidak ada kejang lagi. Kemudian pada usia 13 bulan pasien mengalami kejang kembali, kejang tidak diawali oleh demam tetapi kejang terjadi setelah pasien terjatuh dan kepalanya membentur lantai, lalu pasien dibawa kerumah sakit Mitra Pringsewu untuk dilakukan perawatan inap. Pasien dirawat selama 1 minggu, selama dirawat kejang berhenti tetapi suhu tubuh tetap tinggi kemudian pasien pulang kerumah atas permintaan sendiri. Seminggu kemudian pasien kembali kejang, kejang berlangsung selama 2 jam tidak berhenti, pasien tidak sadar. Pasien dibawa ke RSAM dan dirawat selama 4 hari, kemudian kejang berhenti dan suhu tubuh normal,pasien pulang. Jadi dari anamnesis yang didapatkan diawal , dapat ditegakkan diagnosa epilepsi berdasarkan buku Kiat Praktis Dalam Pediatrik Klinis, IDAI Cabang Lampung tahun 2013, yaitu anamnesis kejang berulang, tanpa disertai demam, tipe kejang umum tonik dan tidak disertai keterlambatan perkembangan abnormal.Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital. Keadaan umum : tampak sakit sedang, Kesadaran : compos mentis, Nadi : 124x/menit, Frekuensi napas : 24x/menit, Suhu : 37,2 C, UUB : Datar,keras Mata : simetris, cekung, air mata (+) Mulut: sianosis (-), Thoraks : dalam batas normal, Abdomen : turgor kulit normal, BU (+), Genitalia : laki-laki, Ekstremitas: Akral hangat , cafillary refill time < 2 detik. Jadi pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan. Pasien juga tidak mengalami demam, dengan suhu tubuh 37,2 C. dengan demikian dapat disingkirkan kejang demam. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya tanda atau bekas trauma atau tidak dan kelainan sistemik. Pemeriksaan ini juga ditujukan untuk mencari adanya penyakit sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau kelainan neurologis fokal. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan rangsang meningeal untuk menentukan adanya tekanan intrakranial akibat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, dan hasil nya negatif. Dan tidak ditemukan papilledema yang menandai tekanan intrakranial tinggi. Jadi dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, dapat disingkirkan beberapa diagnosa banding pada pasien ini.Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan hasil darah lengkap dalam batas normal, pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan elektrolit. Tetapi dari anamnesis juga tidak ditemukan kecurigaan kearah gangguan elektrolit, sebab berdasarkan anamnesis dari ibu pasien, tidak ada riwayat neonatus dengan ibu diabetes yang tidak terkontrol ataupun riwayat bayi kecil semasa kehamilan. jadi tidak dilakukan pemeriksaan elektrolit. Tetapi untuk menyingkirkan diagnosa banding kejang akibat gangguan metabolic seharusnya perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit. Dan pada kasus ini juga belum dilakukan pemeriksaan EEG, dimana seharusnya dilakukan pemeriksaan EEG, Jadi bila EEG ini dilakukan dapat menentukan apakah terdapat epilepsi fokal atau umum. Epilepsi fokal ditentukan berdasarkan semiologi kejang fokal dan atau disertai EEG fokal dengan gelombang epileptic repetitive pada satu lobus atau satu hemisfer. Bila semiologi kejang umum disertai EEG fokal menunjukan epilepsi fokal menjadi umum. Dan pemeriksaan penunjang lain yang dianjurkan adalah MRI kepala dengan kontras, itu dilakukan apabila kita mencurigai adanya tumor otak, tetapi pada pasien ini dirasakan belum perlu melakukan MRI sebab tidak didapatkan adanya curiga tumor otak berdasarkan anamnesis maupun pemeriksaan fisik.

Pasien mendapatkan terapi sejak tanggal 04 agustus 2014, yaitu diazepam supp 5mg tiap kejang dan infus Ringer laktat dengan tetesan X/menit. Pemberian ini sesuai dengan algoritme penanganan kejang akut dan status epileptikus. Selanjutnya, pada hari kedua tanggal 05 agustus 2014 pasien mendapat terapi infus N4D5 XV tetes/menit dan juga mendapatkan terapi pemberian sirup Asam valproat dengan dosis 1,5 cc 2 kali sehari. Hal ini sudah sesuai dengan pilihan Obat Anti Epilepsi (OAE) pada epilepsi umum yaitu asam valproat, karbamazepin, lamotrigin atau topiramat. Tetapi untuk obat karbamazepin dapat memperberat serangan epilepsi umum mioklonik. Jadi, pemberian asam vaproat pada pasien ini sudah tepat. Pada pasien ini diberikan obat anti piretik jenis paracetamol sebanyak 1 Cth atau 5ml sebanyak 3 kali sehari jika terjadi peningkatan suhu tubuh yang dapat memicu terjadi nya kejang kembali. Dan terapi ini diteruskan sampai hari ke 4, dan pada hari ke 4 pasien di rawat, setelah dikonsulkan ke dokter sp.A, pasien diperbolehkan pulang dan melanjutkan terapi diatas selama seminggu. Pasien disarankan untuk kontrol kembali ke dokter untuk terapi selanjutnya dan terapi pengobatan jangka panjang. Jika pasien dalam 3 bulan tanpa pengobatan tidak didapatkan serangan, pasien kurang terindikasi untuk pengobatan jangka panjang.

Prognosis pada pasien ini adalah baik, karena pada epilepsi jika dilakukan penatalaksanaan dini yang tepat akan memperbaiki prognosis pasien selanjutnya. Dan pada pasien ini sudah dilakukan penatalaksanaan dini sesuai dengan penegakkan diagnosis yang tepat, maka prognosis untuk pasien ini adalah baik.

Algoritma Penanganan Kejang Akut & Status EleptikusDiazepam 5-10 mg/rektMax 2x jarak 5 menit

Di rumah0-10 mnt

Monitor

10-20 mntDiazepam 0,25-0,5 mg/kg/iv (Kec 2 mg/mnt, max dosis 20 mgJalanNapas, O2, SirkulasiDi RumahSakit

Tanda vital, EKG, GulaDarah, Elektrolit, serum, (Na, K, Ca,Mg, Cl), Analisa Gas Drah, Koreksikelainan, Pulse OxymetriBILA BLM TERPASANG CAIRAN IV BOLEH REKTAL 1X

KEJANG (-) , 5-7 mg/kg/hari IV 12 jam kemudianFenitoin 20 mg/kg/iv (10 mg/1ml NS, 50 mg/menit, maximal 1 g

20-30 mnt

Tambahkan 5-10 mg/kg/IV

Fenobarbital 20 mg/kg/iv ( rate :30 mg/menit; maximal 1 grKEJANG (-) , 4-5 mg/kg/hari IV 12 jam kemudian

30-60 mnt

Tambahkan 5-10 mg/kg/IV

RefrakterICU

Propofol 3-5 mg/kg/infusionPentotal Tiopental 5-8 mg/kg/ivMidazolam 0,2 mg/kg.iv bolus, Dilanjutinfus 0,02-0,4 mg/kg/jam

( sumber : kiat praktis dalam pediatrik klinis, IDAI cabang Lampung 2013)