Analis Kadar Mineral

4
Laporan Praktikum Kimia Pangan Tgl Praktikum : 30 Maret 2015 Tgl Pengumpulan : 06 April 2015 Asistan Lab : Tsani PJP : Rita kharismawati, S.si Nama :M. Fahmi Dermawan Endonesy NIM : 1127040042 Kelas/Smt : Kimia 6B Percobaan : 5 Pembahasan ANALISIS KADAR MINERAL Kandungan abu dari suatu bahan menunjukan kadar mineral dalam bahan tersebut. Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan, penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas garam mineral bahan tersebut. Penabuan dapat menyebabkan hilangnya bahan-bahn organic dan anorganil sehingga terjadi perubahan radikal organic dan segera terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negative. Ada dua macam metode pengabuan, yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung (cara basah). Cara kering dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organic pada suhu 500-600 ⁰C, kemudian melakukan pengembangan zat-zat tertinggal.

description

kimpang

Transcript of Analis Kadar Mineral

Page 1: Analis Kadar Mineral

Laporan Praktikum Kimia Pangan Tgl Praktikum : 30 Maret 2015

Tgl Pengumpulan : 06 April 2015

Asistan Lab : Tsani

PJP : Rita kharismawati, S.si

Nama :M. Fahmi Dermawan Endonesy

NIM : 1127040042

Kelas/Smt : Kimia 6B

Percobaan : 5

Pembahasan

ANALISIS KADAR MINERAL

Kandungan abu dari suatu bahan menunjukan kadar mineral dalam bahan tersebut.

Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan,

penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit sehingga perlu dilakukan dengan

menentukan sisa hasil pembakaran atas garam mineral bahan tersebut. Penabuan dapat

menyebabkan hilangnya bahan-bahn organic dan anorganil sehingga terjadi perubahan radikal

organic dan segera terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-

ion negative.

Ada dua macam metode pengabuan, yaitu cara kering (langsung) dan cara tidak langsung

(cara basah). Cara kering dilakukan dengan mengoksidasikan zat-zat organic pada suhu 500-600

⁰C, kemudian melakukan pengembangan zat-zat tertinggal.

Pengabuan cara kering digunakan untuk penentuan total abu larut, tidak larut dalam air

dan tidak larut dalam asam. Sedangkan cara basah dilakukan dengan menambahkan senyawa

tertentu pada bahan yang diabukan seperti gliserol, alcohol, asam sulfat atau asam nitrat.

Pengabuan cara basah dilakukan untuk penentuan elemen mineral waktu pengabuan relative

cepat, suhu yang dibutuhkan tidak terlalu tinggi.

Pada praktikum kali ini, kami melakukan penetapan kadar mineral, mula-mula dilakukan

pengendapan kalsium dalam sampel, sampel yang digunakan adalah larutan abu dari beras merah

hasil pengabuan kering. sebanyak 50 ml larutan sampel dimasukan kedalam gelas kimia dan

Page 2: Analis Kadar Mineral

ditambahkan 10 ml ammonium oksalat dan 2 tetes metil merah, penggunaan indicator metil

merah ini bertujuan untuk mengetahui perubahan PH dalam larutan yang akan berwarna merah

saat larutan dalm kondisi asam dan berwarna kuning pada saat kondisi basa. Penambahan

ammonium oksalat bertujuan untuk mendapatkan kalsium oksalat, ammonium oksalat akan

mengalami ionisasi dan meberikan ion C2O42- kepada kalsium lalu mengendap menurut reaksi :

CaCO3 + (NH4)2C2O4 → CaC2O4 ↓ + (NH4)2CO3

Lalu dilakukan penambahan ammonia encer untuk membuat larutan bersifat sedikit alkali

ditandai perubahan warna oleh indicator metil merah dalam larutan dengan warna kekuningan.

Tujuan penambahan ion sejenis dalam larutan ammonia encer adalah untuk menggeser arah

reaksi lebih kekanan atau kebawah terbentuknya produk. Larutan kemudian dibuat sedikit asam

dengan penambahn asam asetat hingga berwarna merah muda agar kalsium oksalat lebih bisa

larut. Kemudian larutan dipanaskan hingga mendidih untuk menghilangkan ion-ion pengganggu

yang dapat mempengaruhi hasil penetapan, larutan diendapkan selama 2-3 hari agar

pengendapan kalsium yang berjalan lambat dapat berlangsung sempurna namun endapan yang

kami dapatkan tidak terbentuk ini terjadi kemungkinan karena beberapa factor : diantaranya

suhu, waktu dan agen/zat. Semakin tinggi suhu yang digunakan makan pengabuan akan semakin

cepat. Semakin lama waktu yang digunakan maka pengabuan akan semakin sempurna. Zat/agen

pengoksidasi mempercepat proses oksidasi, dalam hal ini pengabuan kering zat pengoksidasinya

ialah oksigen karena didalam prosesnya tidak disertai dengan penambahn reagen. Inilah bebrapa

factor dalam pengabuan kering yang berakibat pada pengabuan basah.

Daftar Pustaka

Apriyantono , Anton.1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB :  Bogor.

Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H. & Wootton, M. 2010. Ilmu Pangan, Jakarta,

Universitas Indonesia (UI-Press).

Cahanar, P. & Suhanda, I. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat, Jakarta, Kompas Media Utama.

Fauzi, M. 2006. Analisa Pangan dan Hasil Pertanian. Handout.Jember: FTP UNEJ.

Muchtadi ,D. 1989. Petunjuk Laboratorium : Evaluasi Nilai Gizi Pangan. 

Page 3: Analis Kadar Mineral