ANAK TERLAMBAT BICARA

13
WEDNESDAY, SEPTEMBER 15, 2004 Terlambat Bicara atau Autisme ? TERLAMBAT BICARA ATAU AUTISME ? Pertanyaan ini aku lihat paling banyak ditanyakan oleh para Ibu yang mempunyai anak usia 1,5 tahun, 2 tahun, 2,5 tahun yang belum juga bicara. Kadang ada yang cerita belum banyak bicaranya, tetapi sudah mengerti jika diajak ngbrol. Ketakutan akan bergangguan autisme memang beralasan, karena publikasinya memang begitu mengatakan bahwa: hati-hati jika anak terlambat bicara, kemungkinan autisme. Berapa banyak autisme? Banyak, begitu menurut publikasi. Berapa jelasnya? Engga tahu, karena angkanya samaunya. Ada yang bilang 1 : 500, ada yang 2: 250, eh ada juga yang bilang 1 : 150. Bayangkan dong kalau 1: 150, apa nanti gak bakal muncul partai kelompok autisme? Kok tinggi banget sih? Kalau tinggi begitu kenapa kok WHO engga membuat seruan serbu autisme, dan semua Negara membuat program pemberantasan ataupun pencegahan autisme. Ya engga, karena menurut banyak orang yang ngubek autisme, konon karena pertama yang salah:

description

b

Transcript of ANAK TERLAMBAT BICARA

Page 1: ANAK TERLAMBAT BICARA

W E D N E S D A Y , S E P T E M B E R 1 5 , 2 0 0 4

Terlambat Bicara atau Autisme ?

TERLAMBAT BICARA ATAU AUTISME ?

Pertanyaan ini aku lihat paling banyak ditanyakan oleh para Ibu yang mempunyai anak usia 1,5 tahun, 2 tahun, 2,5 tahun yang belum juga bicara. Kadang ada yang cerita belum banyak bicaranya, tetapi sudah

mengerti jika diajak ngbrol. Ketakutan akan bergangguan autisme memang beralasan, karena publikasinya memang begitu mengatakan bahwa: hati-hati jika anak terlambat bicara, kemungkinan autisme.

Berapa banyak autisme? Banyak, begitu menurut publikasi. Berapa jelasnya? Engga tahu, karena angkanya samaunya. Ada yang bilang 1 : 500, ada yang 2: 250, eh ada juga yang bilang 1 : 150. Bayangkan

dong kalau 1: 150, apa nanti gak bakal muncul partai kelompok autisme? Kok tinggi banget sih? Kalau tinggi begitu kenapa kok WHO engga membuat seruan serbu autisme, dan semua Negara

membuat program pemberantasan ataupun pencegahan autisme. Ya engga, karena menurut banyak orang yang ngubek autisme, konon

karena pertama yang salah:1) tatalaksana sistem diagnosa autisme kurang ketat, seharusnya dilakukan secara multidisiplin, jangka waktu lama, berbulanan,

hingga setahun, baru ditegakkan diagnosanya, tapi banyak hanya dengan satu kali kunjungan, tanpa konsultasi kiri kanan, bahkan ada

yang cuma liwat mailing list segala, saat seorang Ibu bertanya mengapa anaknya belum bicara, langsung dapat diagnosa.

2) DSM IV atau ICD 10 yang menjadi dasar penegakan diagnosa jadi biang kerok.

Salah satu artikel yang secara terus terang mengkritik kriteria itu

Page 2: ANAK TERLAMBAT BICARA

ditulis oleh Tine van Schijndel-Jehoel seorang orthopedagog peserta program doktor neuropsikologi klinik dari Universitas Tilburg – Belanda. Artikel itu adalah bagian dari pendidikan

doktornya, yang ditampilkan di sebuah majalah autisme ilmiah Wetenschapplijk Tijdschrift Autisme, edisi Agustus 2005, dengan

judul artikel: Brein bedriegt: als een autisme spectrum stoornis geen autisme is (Otak yang menipu: jika autisme spectrum disorder

ternyata bukan autisme). Ia menjelaskan bahwa:1) DSM IV adalah kelanjutan dari DSM III, dan ICD 10 adalah

kelanjutan dari ICD 9;2) dalam kriteria itu baik DSM IV maupun ICD 10, yang diambil dari DSM III & ICD 9, adalah prototip sistem klasifikasi bahwa:

seorang anak dapat didiagnosa berdasarkan kumpulan gejala tertentu, tanpa harus memenuhi seluruh kriteria yang ada;

3) kumpulan gejala itu tak ada penjelasan latar belakang penyebab dan mengapa gejala itu bisa terjadi;

4) kriteria itu tidak pernah melalui upaya-upaya berbagai penelitian guna mendukung akurasi kriteria;

5) ketiga faktor yang menjadi dasar diagnosa (gangguan interaksi sosial, gangguan komunikasi, dan perilaku repetitif dan stereotipik)

tidak diberi definisi secara jelas.

Akibat dari kriteria yang digunakan itulah yang pada akhirnya menjadi penyebab banyaknya anak-anak dengan bermacam-macam pola gejala mendapatkan diagnosa yang sama, yaitu autisme, yang

dengan catatan sebetulnya sangat beragam (heterogen). Dengan alasan heterogenitas dan kesulitan menentukan letak setiap anak

yang menerima diagnosa itu dalam sebuah spektrum yang panjang, akhirnya digunakanlah istilah Autism Spectrum Disorder (ASD).

Menurut Shijndel-Jehoel lagi bahwa para ilmuwan saat melakukan penelitian seringkali juga menjadikan Autism Spectrum Disorder

(ASD) sebagai satu objek grup penelitian yang dianggap homogen.

Page 3: ANAK TERLAMBAT BICARA

Artinya semua ini menurutnya bahwa perkembangan kognitif neuropsikologi anak didiagnosa melalui kumpulan gejala tanpa memperhatikan lagi perbedaan etiologi (penyebab) dari setiap

kelompok dalam spektrum tersebut. Dalam menangkap tanda-tanda gangguan autisme ini, gejala perilakulah yang menjadi sasaran, maka berbagai gejala perilaku akan terjebak masuk ke dalam term perilaku

menyimpang, tanpa memperhatikan lagi apakah seorang anak mempunyai performa atau kinerja yang baik, mempunyai potensi, mempunyai prinsip yang kuat, dan dapat menunjukkan perilaku

sosial yang adaptif, yang ke semuanya itu bisa saja nampak dalam situasi di rumah.

Ada satu tulisan dari seorang psikiater yang juga neurolog anak yang aktif dalam masalah gangguan perkembangan bahasa dan bicara di

Belanda, ia selain bekerja di rumah sakit Vrij Universiteit Amsterdam, juga di institusi anak-anak yang mengalami gangguan

bahasa dan bicara terutama yang mengalami dysphasia, ia adalah Dr. Charles Njiokiktjien. Dalam sebuah artikelnya di majalah ilmiah autisme Belanda, Wetenschapplijk Tijdschrift Autisme, no 2, edisi

Agustus 2005, berjudul De relatie tussen taalontwikkelings-stoornissen en autisme (Hubungan antara gangguan perkembangan bahasa dan autisme), menjelaskan bahwa masalah perilaku autisme yang disertai gangguan berbahasa, seharusnyalah dibedakan dengan

masalah perilaku anak yang disertai gangguan berbahasa tetapi bukan autisme. Maksudnya harus pula ditegakkan adanya differential

diagnosis ( diagnosa pembanding) antara gangguan perkembangan autisme, dengan anak tanpa autisme yang sama-sama mengalami

gangguan perkembangan bahasa dan bicara. Namun untuk membedakan ini, kesulitannya adalah dalam berbagai literatur

autisme, perbedaan gangguan perkembangan berbahasa itu tidak dibahas terutama yang menyangkut definisi dan bagaimana

perbedaannya, dengan cara menggunakan patokan berdasarkan gejala-gejala yang ada.

Page 4: ANAK TERLAMBAT BICARA

Dalam artikel itu Njiokiktjien menjelaskan tentang bagaimana perbedaan gangguan perkembangan bicara anak autisme dan non

autisme, berdasarkan gejala-gejala berbahasa dan bicara yang ditampilkannya. Ia menjelaskan tentang dua kelompok anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa dan bicara. Salah satu kelompok disebut sebagai anak yang mengalami dysphasia. Pada

anak-anak dysphasia ini terjadi gangguan adanya perbedaan kemampuan dalam bentuk kemampuan reseptif (penerimaan)

dan ekspresif (penyampaian) bicara, dimana pada dysphasia kemampuan reseptif lebih baik daripada kemampuan

ekspresifnya. Dan dari tes IQ terdapat perbedaan atau deskrepansi antara IQ verbal dan IQ performal dimana IQ performal lebih tinggi daripada IQ verbal. Anak-anak dysphasia ini dikelompokkan sebagai

anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa dan bicara (developmental language disorder). Anak-anak ini juga mengalami

gangguan kelancaran bicara karena mengalami gangguan pada pemanggilan kembali kata-kata dari daftar memorinya (words

recall), gangguan penggunaan gramatika (syntax), dan gangguan ekspresi terhadap komando atau perintah (misalnya menjawab

pertanyaan terbuka, atau menerima perintah), serta gangguan bicara spontan. Artikulasinya juga jelek. Sekalipun anak-anak ini bukan

anak autisme, namun ia juga mengalami gangguan sosial, dan menarik diri (introvert). Anak-anak inilah yang kelak akan

berkembang baik (mempunyai prognosis baik) dan kelak pada akhirnya ia akan tidak mempunyai gejala dysphasia lagi saat

kemampuan ekspresifnya sudah membaik. Menurut Njiokiktjien lagi, bahwa keadaan yang seperti ini kelaknya tidak pernah

diikuti dengan gangguan perkembangan autisme.

Sedang kelompok lain, adalah kelompok anak-anak yang mempunyai gangguan dimana dalam tes kemampuan berbahasa, ia tidak

mempunyai deskrepansi atau perbedaan skor antara

Page 5: ANAK TERLAMBAT BICARA

kemampuan reseptif dan ekspresif, bahkan bisa terjadi kemampuan reseptifnya berada di bawah kemampuan rata-rata anak

seusianya. Anak-anak ini juga mempunyai kesulitan dalam berbahasa non-verbal (bahasa simbolik dan bahasa mimik).

Keadaan seperti inilah yang selalu menyertai anak-anak autisme, atau anak-anak yang mengalami keterbelakangan

mental. Anak-anak ini secara primer mengalami gangguan pengertian bahasa yang akhirnya juga akan mengalami gangguan penggunaan bahasa, karena itu dinamakan juga sematic-fragmatic language syndrome. Sedang pada anak-anak mental retarded atau

keterbelakangan mental, sekalipun mengalami gangguan reseptif dan ekspresif, ia masih mempunyai emosi yang baik. Berbeda dengan anak autisme yang mengalami gangguan perkembangan emosi. Emosi disini maksudnya bukan dalam bentuk emosional tidak

terkendali seperti mengamuk, tetapi ia tidak mampu membangun hubungan kehangatan emosi timbal balik.

Di bawah ini kucuplik pembagian gangguan berbicara dan bahasa pada anak-anak yang kuambil dari artikel yang ditulis oleh

Njiokiktjien. Sebetulnya Njiokiktjien sendiri mengambil pembagian itu dari pembagian yang dibuat oleh Rapin (1988) yang terkenal membicarakan masalah komunikasi pada penyandang autisme.

Klasifikasi communication and language disorder pada anak

A. Developmental language disorders (ganguan perkembangan berbahasa)

1. Hanya mengalami gangguan ekspresif dengan pemahaman normal dengan sedikit atau tanpa komorbiditas - gangguan lain yang

menyertainya (pure dysphasia development atau expressive language disorder menurut DSM IV)

Gangguan campuran antara perkembangan bahasa ekspresif dan

Page 6: ANAK TERLAMBAT BICARA

reseptif (mixed receptive-expressive language disorder DSM IV). Seringkali terjadi adanya deskrepansi (perbedaan) yang bermakna

antara skor tes verbal IQ dengan performal (non-verbal) IQ, dimana skor verbal IQ mencapai skor yang sangat rendah. Atau non-verbal

IQ mencapai skor lebih tinggi daripada tes pemahaman bahasa. Pemahaman bahasa lebih rendah daripada rata-rata anak seusianya,

artinya ada gangguan perkembangan bahasa reseptif (receptive dysphasia).

1 dan 2 di atas dapat terjadi pada anak yang mengalami gangguan perkembangan bahasa dan bicara.

B. Gangguan bahasa reseptif: diluar definisi dysphasia development, karena pemahaman bahasa lebih jelek daripada bahasa ekspresif.1. Kemampuan reseptif dan ekspresif sangat rendah (delay atau

tertinggal); seringkali diikuti dengan gangguan nonverbal (mengalami juga keterbelakangan mental). Dalam bentuk yang parah

didapatkan asymbolic mental retardation atau “mute autistic”. Pemahaman bahasa dan bicara sama sekali tak nampak.

2. Verbal-auditory agnosia atau congenital word deafness (bentuk ringan dari phonologic perception problem)

3. Cortical deafness, total auditory agnosia (congenital auditory imperception).

4. Gangguan sensorik pendengaran yang parah.

C. Gangguan semantik-pragmatikGangguan bahasa Semantik (pengertian) – pragmatik (penggunaan)

sering dimulai dengan bahasa dengan echolalia yang banyak.

D. Gangguan kelancaran bicara, atau gagap.E. Mutisme selektif (tidak mau bicara dalam situasi atau tempat

tertentu)F. Miskin bahasa karena kurang stimulasi

G. Gangguan artikulasi dan gangguan perkembangan bahasa dan

Page 7: ANAK TERLAMBAT BICARA

bicara, sering disebabkan karena masalah seperti dalam pembangian 1 & 2

Gangguan perkembangan bicara dan bahasa karena sebab-sebab lain:1. Child-afasia (disebabkan karena traumatic, tumor, infeksi)

2. Landau-Kleffner-syndrom (gejala mirip pada pembangian B)3. Kemunduran perkembangan bahasa dan bicara dengan penyebab

tak diketahui dengan atau tanpa epilepsi saat tidur dan gangguan nosologi yang tak diketahui penyebabnya, sering juga terjadi pada

Autisme Spectrum Disorder (ASD).Sumber: C.Njiokiktjen (psikiater & neurolog anak) dalam artikel: De Relatie

tussen taalontwikkelings-stoornissen en autisme, Wettenschaplijk Tijdschrift

Autisme, nummer 2, augustus 2005.

Dalam berbagai artikel mengenai autisme, banyak dijelaskan bahwa gangguan berbahasa dan bicara pada autisme mempunyai gradasi dari yang terparah, tidak bisa bicara, hingga yang bisa berbicara

dengan baik. Hal ini juga tergantung dari perkembangan kognitif si penyandang. Mulai dari yang inteligensia rendah hingga yang tinggi. Pada autism spectrum disorder, Njiokiktjien menjelaskan bahwa

baik kelompok autisme infantil yang berinteligensia rendah hingga yang mempunyai fungsi yang tinggi (high function autism atau HFA), semua mengalami gangguan reseptif sekaligus juga

ekspresif. Saat mereka masih balita ditemukan kondisi yang dysfatis (tidak bicara) dan keterlambatan bicara. Namun kelompok lain, yaitu kelompok autisme Asperger, tidak

mengalami keterlambatan bicara, jadwal perkembangan bicara normal. Walau begitu ia mengalami gangguan berbahasa, yaitu

gangguan semantik dan pragmatik. Karena itu kelompok asperger ini mengalami apa yang disebut gangguan komunikasi sosial.

Page 8: ANAK TERLAMBAT BICARA

posted by Julia van Tiel @ 9:21 AM 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Si Entong

A B O U T M E

Name: Julia van Tiel

Location: Heiloo, Noord Holland, Netherlands

Een moeder van een hoogbegaafde kind die een medegevoelen heeft

met andere hoogbegaafde ouders. Melihat anak-anak teman-temanku

yang mempunyai gejala yang sama dengan anakku (gifted child).

Anak-anak cerdas yang terlambat bicara, tetapi mendapatkan

diagnosa yang keliru, aku terpanggil untuk membantunya, membagi

pengetahuan yang kuterima dalam rangka pengasuhan dan

pendampingan pendidikan anakku di negeri Belanda. Bersama teman-

teman lain, psikolog, pendidik, dan dokter, kami membangun rumah

kami, mailinglist [email protected]. Ingin bergabung

silahkan kontak [email protected] Lihat juga

blogku yang lain: gifted-disinkroni.blogspot.com dan si-

entong.blogspot.com dan kelas-inklusi.blogspot.com

View my complete profile

P R E V I O U S P O S T S

Page 10: ANAK TERLAMBAT BICARA

Tersedia di TB Gramedia