herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak....

28
Sebagian dari Bab 3 Pengantar Studi Keluarga (Puspitawati, 2018) BAB 3 INTERAKSI DALAM KELUARGA DAN STRATEGI KOPING 3.1 Pengertian Hubungan dan Interaksi Suatu hubungan melibatkan seri interaksi antara dua individu. Masing- masing interaksi tersebut relatif terbatas dalam lamanya, tetapi dipengaruhi oleh interaksi pada waktu lampau sehingga memengaruhi interaksi di masa yang akan datang. Namun, suatu hubungan dapat berlangsung tanpa adanya interaksi dan aspek- aspek subjektif, khususnya memori waktu interaksi dulu dan ekspektasi hubungan di masa depan yang menyangkut aspek kognitif dan afektif. 3.1

Transcript of herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak....

Page 1: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

Sebagian dari Bab 3 Pengantar Studi Keluarga

(Puspitawati, 2018)

BAB 3INTERAKSI DALAM KELUARGA

DAN STRATEGI KOPING

3.1 Pengertian Hubungan dan Interaksi

Suatu hubungan melibatkan seri interaksi antara dua individu. Masing- masing interaksi tersebut relatif terbatas dalam lamanya, tetapi dipengaruhi oleh interaksi pada waktu lampau sehingga memengaruhi interaksi di masa yang akan datang. Namun, suatu hubungan dapat berlangsung tanpa adanya interaksi dan aspek-aspek subjektif, khususnya memori waktu interaksi dulu dan ekspektasi hubungan di masa depan yang menyangkut aspek kognitif dan afektif.3.1

Pertalian hubungan keluargaPertalian hubungan keluarga menyangkut pengaruh timbal

balik antara anggota keluarga dengan mengedepankan hubungan saling ketergantungan dengan dalil sebagai berikut. 3.2

1. Hubungan-hubungan merupakan kesatuan karena individual mempunyai karakteristik yang bervariasi, kemudian saling bertalian membentuk kesatuan dan dianggap sebagai hubungan totalitas.

Page 2: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

2. Hubungan menunjukkan pertalian dan kontinuitas. Hubungan, seperti halnya individual merupakan manifestasi pertalian lintas konteks dan stabil lintas transformasi.

3. Individual-individual secara mendarah daging menunjukkan hubungan. Pertalian dalam sistem internal diri seorang individu akan memungkinkan untuk memprediksi perilakunya.

4. Peran hubungan diteruskan ke depan. Berbagai ahli teori mengatakan bahwa model diri masa lalu memengaruhi perilaku yang terjadi saat ini. Dengan demikian, model diri seseorang dan hubungan yang dibentuk dari pengalaman hubungan dengan orang lain memengaruhi dalam penyeleksian pengalaman lingkungan sosial yang sedang terjadi.

78 | Herien Puspitawati

Interaksi dalam Keluarga dan Strategi Koping

5. Harapan adalah pembawa hubungan.

Terdapat tiga dasar peran dalam keluarga: manliness, womanliness, dan childishness. 3.2

1. Laki-laki bekerja di luar rumah, perannya diharapkan dapat menunjukkan suatu keterampilan dan dibayar berdasarkan spesialisasi kerja. Di rumah, laki-laki diharapkan berperilaku sebagaimana seorang laki-laki yang baik, yaitu sebagai suami yang baik (a good man). Seorang ayah diharapkan mendapat penghargaan penuh karena keterampilannya yang baik.

2. Begitu pula perempuan diharapkan sebagai seorang perempuan yang baik (a good woman).

3. Anak diharapkan berperilaku sebagai seorang anak yang baik (a good boy atau a good girl).

Berikut ini disajikan ciri keluarga dan hubungan dalam keluarga sebagai berikut. 3.3

1. Setiap anggota keluarga harus punya tempat tinggal.2. Setiap anggota keluarga berhubungan dengan anggota

keluarga lainnya.3. Setiap anggota keluarga memengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota

keluarga lain.4. Setiap anggota keluarga mempunyai potensi memengaruhi.5. Keluarga berkembang sepanjang waktu.

Page 3: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

6. Setiap anggota keluarga mempunyai paling tidak tiga peran dalam kehidupan keluarga, yaitu orang tua, anak, dan saudara.

Terdapat tiga dasar hubungan dalam keluarga: hubungan suami dan istri (husband-wife relationships), hubungan orang tua dan anak (parent-child relationships), dan hubungan antarsaudara kandung (sibling relationships). Masing-masing interaksi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Interaksi suami dan istriThe Family Psychodrama adalah suatu istilah dari interaksi

antar- anggota keluarga. Dari sisi psikologi, individu memainkan perannya melalui permainan emosi cinta, takut, benci, perasaan superior atau inferior, reaksi dari rasa aman, rasa tidak aman, rasa

cukup, atau kekurangan. Interaksi suami dan istri merupakan faktor yang penting dalam plot the family psychodrama. Suami dan istri saling berinteraksi dalam peran psikologi antara satu dengan lainnya. Wujud dari perilaku interaksi antara suami istri ditunjukkan oleh perilaku salah satu yang mendominasi, salah satunya tunduk atau keduanya saling berkoordinasi. Rasa cinta antara keduanya saling menguntungkan (mutual) atau mungkin salah satu lebih mencintai dari yang lainnya. Untuk itu suami dan istri saling memberikan suplemen dan saling membutuhkan personalitas antara satu dengan lainnya atau secara emosi independent.2.6

Levy dan Munroe (Burgess dan Locke 1960)2.6 menyatakan bahwa studi psychiatric tentang kebutuhan personalitas dalam perkawinan menyimpulkan adanya dua tipe yang saling bertentangan. Tipe kehidupan perkawinan akan berkembang pada kebahagiaan perkawinan atau ketidakbahagiaan perkawinan yang ditentukan oleh kepuasan kedua kebutuhan dasar.

1. Kebutuhan cinta, perlindungan, dan perasaan menawan.2. Kebutuhan independen, kecukupan diri, dan prestise.

Setiap suami istri memulai hubungan dengan perkawinan. Berkaitan dengan interaksi sosial, maka suami istri juga berhubungan dengan saudara dan teman yang masing-masing mempunyai harapan tentang peran apa yang harus dilakukan oleh anggota keluarga. Oleh karena itu, permainan drama dari kehidupan keluarga adalah memainkan peran tersebut.

Konsepsi pasangan pengantin laki-laki adalah sebagai suami dan perempuan adalah sebagai istri. Setelah beberapa tahun berikutnya, berkembang konsepsi perkembangan peran yang harmonis dan menyatu antara suami dan istri, baik perjanjian yang

Page 4: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

dibentuk atas dasar kontrol oleh suami atau oleh istri atau konsensus antara suami dan istri.

Menurut tradisi, suami harus menjadi kepala keluarga dan mempunyai kata akhir dalam keputusan keluarga (have the final words in decision). Pada tipe keluarga seperti ini, istri mengambil tempat sebagai penurut dan tidak mendominasi, suami cenderung untuk mendominasi keluarga dan sebagai sumber konflik dalam kaitannya dengan hubungan saudara dan teman.

Tradisi dominasi maskulin mempunyai tempat yang lebih kuat di budaya patriarki dan tradisional dibandingkan dengan budaya modern.2.6

Seorang suami pada saat ini memahami peran seorang istri dalam artian seperti peran perempuan zaman dulu yang dijalankan oleh ibunya. Sementara seorang istri berpikir bahwa dirinya adalah seorang perempuan modern. Oleh karena itu, terjadilah perbedaan harapan dalam berperan antara suami dan istri pada keluarga tipe tersebut. Suami menginginkan istrinya untuk menjadi ibu rumah tangga, tetapi istrinya cenderung untuk berusaha menjadi perempuan karier. Suami mengupayakan untuk sepenuhnya mencari nafkah bagi keluarganya dan perempuan juga merasa bangga akan upaya suaminya sebagai pencari nafkah utama seperti ayahnya dulu.

Interaksi suami dan istri kadang-kadang bertahan dalam mem- pertahankan kelangsungan perkawinan karena harapan perkawinan yang sangat kuat. Adapun suami dan istri yang bercerai, salah satu sebabnya karena istri tidak dapat menoleransi perbuatan suaminya dalam perzinahan, kecanduan alkohol, serta kekasaran yang berakhir pada penolakan untuk tetap bersatu dalam perkawinan. Lebih lanjut hubungan suami dan istri (husband-wife relationships) dijelaskan sebagai berikut. 3.2

Perkawinan mempunyai berbagai bentuk, tetapi bentuk apa pun akan mempunyai kewajiban yang pantas dan disebut sebagai pekerjaan perkawinan (marriage work) yang membutuhkan banyak upaya. Terdapat enam macam tanggung jawab perkawinan.

1. Kebenaran dan ketergantungan (truthfulness and dependability) yang diharapkan dari pasangan untuk berkata yang sebenarnya dan saling bergantung satu dengan lainnya.

2. Berbagi pekerjaan (sharing the work) yang diharapkan dari pasangan suami istri dengan kondisi istri melakukan pekerjaan tertentu dan suami melakukan pekerjaan lainnya.

3. Saling mendukung ego dan simpati (mutual ego support and sympathy) yang berkaitan dengan pengertian pasangan untuk mendengarkan dengan simpati terhadap masalah pasangan

Page 5: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

lainnya dan saling berupaya untuk mendorong ego satu dengan lainnya. Diketahui bahwa persahabatan (companionship) berhubungan positif dengan kepuasan perkawinan.

4. Berbicara dan mendengarkan (talking and listening) untuk menghasilkan keakraban yang sebenarnya dan hubungan yang sejati dengan kesamaan dalam mengekspresikan pandangannya melalui komunikasi yang baik.

5. Kepuasan seks dan kehangatan fisik (sex satisfaction and physical warmth) diupayakan agar terpenuhi kebutuhan seks. Semakin lamanya pernikahan, maka ada kecenderungan hubungan seksual menjadi semakin berkurang, rutin, dan monoton.

6. Kesukarelaan (volunteering) menunjukkan kemauan pasangan untuk melakukan sesuatu terhadap pasangannya di luar tugas rutinitasnya.

Interaksi orang tua dan anakKadang-kadang seorang suami atau istri menolak untuk

mempunyai anak karena tidak mengharapkan berbagi afeksi dari pasangannya kepada orang lain (meskipun pada anaknya). Reaksi ini mungkin adalah cara untuk bertahan hidup dari masa anak-anak sebagai tanda perasaan kehilangan atau perampasan afeksi dari salah satu orang tua atau kedua orang tuanya pada saat punya saudara kandung. Sebagai konsekuensinya, suami atau istri berusaha untuk memelihara monopoli cinta dari pasangannya. Perilaku seperti ini juga sebagai ekspresi perasaan tidak aman dalam respons afeksi dan ketakutan adanya pesaing yang akan mengganti posisinya. Namun demikian, studi Berkeley tentang perilaku anak dan keluarga menggambarkan pentingnya kelahiran anak dalam signifikansi hubungan interpersonal antara suami dan istri dalam kaitan dampaknya terhadap perkembangan anak.2.6

Memasuki tahapan suami dan istri yang mempunyai anak, maka akan segera mentransformasi hubungan suami istri tersebut. Ahli psikiatri mendefinisikan dan menganalisis adanya gangguan hubungan suami dan istri yang disebabkan oleh kehadiran anak. Keteraturan penyesuaian yang biasa dilakukan oleh suami dan istri cenderung terganggu. Kebutuhan dan permintaan anak menjadi lebih prioritas daripada keinginan dan minat suami dan istri. Waktu dan energi yang sebelumnya dialokasikan untuk mendampingi pasangan dan keperluan sosial lain menjadi dialihkan ke pemenuhan kebutuhan fisik dan psiko-sosial anak.2.6

Page 6: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

Orang tua dan anak berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai dimensi seperti cinta, kewenangan, ketergantungan, dan dalam berbagai macam interaksi yang menyangkut perawatan, kontrol, intruksi, dan pendampingan. Proses hubungan antara orang tua dan anak ini menunjukkan apakah mood yang negatif (semacam emosi negatif seperti takut, marah, sedih, cemas, dan stres) atau emosi positif (seperti kebahagiaan, kelembutan, kesenangan, dan afeksi).3.4

1. Hubungan dyadic yang baik menunjukkan saling ketergantungan antara orang tua dan anak (misalnya hubungan ibu dengan anaknya).

2. Hubungan triadic juga menunjukkan hubungan antara ibu dan dua orang anaknya secara bersama-sama dalam keadaan baik.

Ahli psikiatri mengasumsikan bahwa kelahiran seorang anak secara alamiah menimbulkan banyak sekali kecemburuan antara kedua orang tua (naturally stirs up a good deal of jealousy between parents). Dalam review sejarah konflik keluarga, para ahli menemukan bahwa masalah sering terjadi pada saat mulai melahirkan anak pertama atau kadang-kadang mulai hamil anak pertama. Kecemburuan karena rasa cinta dan dedikasi hidup istri terhadap suami beralih segera diberikan pada anak. Meskipun hal ini benar pada beberapa kasus karena afeksi dan rasa saling cinta yang mendalam antara suami istri akan dibagi dengan anggota keluarga baru.2.6

Kehadiran anak yang kedua dan anak-anak lainnya mengindikasikan adanya tahapan keluarga dalam memodifikasi peran dan perilaku. Preferensi mungkin akan muncul dari suami atau istri pada anak tertentu. Berbagai kombinasi preferensi terbentuk, baik sementara atau permanen. Orang tua mulai bertentang dengan anak atau anak dengan orang tua. Pada situasi tertentu, ayah dan anak laki-laki akan beroposisi dengan ibu dan anak perempuan, atau ayah dan anak perempuan akan bersatu melawan ibu dan anak laki-laki.2.6

Dalam suatu studi preferensi anak terhadap ayah atau ibu, Nimkoff menyimpulkan bahwa membesarkan anak akan terasa mudah apabila orang tua mempunyai latar belakang budaya yang

Herien Puspitawati | 83

Page 7: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

Studi Keluarga

hampir mirip, mempunyai perkawinan yang bahagia, tidak menunjukkan adanya preferensi terhadap anak tertentu, dan pola masyarakat adalah homogen. Di bawah kondisi seperti ini, anak berkembang penuh integrasi personalitas dengan sedikit konflik melalui peran yang dilakukan oleh orang tuanya.2.6

Perbedaan keyakinan agama dan nilai-nilai hidup antara suami dan istri sering menimbulkan kebingungan dan gangguan pada anak-anak karena harapan kedua orang tua tidak jelas dan tidak seragam. Sering kali salah satu orang tua, biasanya ibu akan mengambil alih mengajari anak berdasarkan latar belakang budayanya. Pada saat-saat tertentu, anak-anak akan mengombinasikan latar belakang ayah dan ibunya. Konflik anak menjadi sangat meningkat, apabila terjadi perpisahan dan perceraian orang tuanya akibat harapan yang berbeda akan berdampak pada perkembangan psikologi dan budaya anak.2.6

Berkaitan dengan hubungan orang tua dan anak, maka tanggung jawab dan tugas orang tua sebagai ayah dan ibu adalah sebagai berikut. 3.2

1. Pemeliharaan merupakan tugas dasar orang tua terhadap anak- anaknya untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

2. Membimbing anak-anak untuk melatih moral dan kebiasaan hidup secara mendasar.

3. Mendisiplinkan anak adalah tugas berat orang tua dengan menerapkan pujian dan hukuman agar dapat memenuhi perilaku standar minimum yang ditetapkan oleh norma masyarakat.

4. Membantu anak untuk dapat berfungsi lebih dari sekedar mempertahankan hidup dasar.

5. Mencintai dan menghargai anak yang merupakan ide modern.6. Melepaskan anak untuk pergi, tidak hanya pergi

meninggalkan rumah, tetapi juga siap pindah ke luar rumah apabila sudah siap.

84 | Herien Puspitawati

Page 8: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

.

Interaksi antarsaudara kandung (siblings) 2.6

Persaingan sibling muncul dengan hadirnya anak kedua. Anak pertama tiba-tiba menemukan dirinya bukan lagi pusat atensi dan monopoli afeksi orang tuanya. Kosekuensinya, anak akan bereaksi cemburu pada saudara kandung yang baru lahir. Persaingan sibling pada masa bayi akan menimbulkan modifikasi dalam bentuk ketidaksadaran persaingan di masa anak-anak hingga masa dewasa.

Tabel 3.2 Perbedaan karakteristik sistem terbuka dan tertutup3.3

Keteranga Sistem Tertutup Sistem Terbuka

Asumsi

Manusia pada dasarnya setara dan harus dikontrol untuk menjadi baik.

Hubungan harus diatur oleh paksaanatau oleh rasa takut hukuman.

Hanya ada cara yang benar dan orang tersebut mempunyai kekuatan yang paling kuat.

Selalu ada seseorang yang tahu apa yang terbaik untuk diri Anda.

Manusia mempunyai akal sehat untuk memilih secara rasional.

Hubungan dilakukan berdasarkan kepentingan bersama.

Manusia dapat belajar dari yang lainnya.

Kekayaan diri adalah sekunder di atas kekuatan dan perbuatan.

Kegiatan adalah tergantung dan tunduk pada atasan.

Melawan perubahan.

Kekayaan diri adalah primer, sedangkan kekuatan dan perbuatan adalah sekunder.

Aksi menunjukkan suatu keyakinan.

Perubahan dipandang normal yang diinginkan serta diterima.

Semua komunikasi, sistem, dan peraturan saling berkaitan satu dengan lainnya.

Self Esteem Rendah Tinggi

Page 9: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

KomunikasiTidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, aneh, tumbuh - menghalangi.

Langsung, jelas, spesifik, harmoni, tumbuh- memproduksi.

Gaya Menentramkan, menyalahkan, bingung, dan menghitung/menjumlahkan

Tingkatan

Tabel 3.2 Perbedaan karakteristik sistem terbuka dan tertutup3.3

(lanjutan)

Keterangan Sistem Tertutup Sistem Terbuka

Peraturan

Ketinggalan zaman, samar, kurang manusiawi, peraturan tidak berubah, orang mengubah kebutuhannya untuk mencocokkan dengan peraturan yang disepakati.

Jelas, up to date, peraturan yang manusiawi, peraturan dapat diubah apabila dibutuhkan, bebas berkomentar apa saja

Hasil Accidental, chaos, merusak, dan tidak pantas.

Berkaitan dengan realitas, layak, konstruktif.

Kekayaan diri berkembang dengan pasti dan lebih percaya diri

(Sumber: Satir 1988: Hal. 132—135).

Terdapat 10 tahapan periode krisis keluarga yang merupakan periode penyesuaian dan integrasi baru dalam keluarga untuk menuju keseimbangan keluarga pada tahapan perkembangan selanjutnya sebagai berikut.3.3

1. Krisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak.2. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian.3. Krisis 3: Anak mulai berhubungan dengan lingkungan di luar

keluarga seperti sekolah yang melakukan penyesuaian dengan cara membawa dunia sekolah ke rumah dan guru merupakan kepanjangan dari pengasuhan (teachers are generally parental extensions).

4. Krisis 4: Krisis yang terbesar pada saat anak remaja.5. Krisis 5: Krisis pada saat anak dewasa dan mulai

meninggalkan rumah untuk menjadi mandiri yang mengakibatkan perasaan kehilangan.

6. Krisis 6: Krisis pada saat anak dewasa menikah dan melakukan penyesuaian dengan menerima orang asing ke

Page 10: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

dalam keluarga.7. Krisis 7: Krisis pada saat perempuan menopause.8. Krisis 8: Krisis climacteric, yaitu saat laki-laki mengalami

penurunan aktivitas seksual.9. Krisis 9: Krisis menjadi nenek/kakek.10.Krisis 10: Krisis pada saat pasangan meninggal.

Page 11: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

Sebagian dari Bab 4 Pengantar Studi Keluarga

(Puspitawati, 2018)

BAB 4 INTERGENERATIONAL

RELATIONSHIPS WITHIN FAMILY 4.1

4.1 BackgroundAccording to developmental perspectives, it is assumed that

the relationship practices in the nuclear family are derived from prior experiences of individuals of their families of origin (Belsky and Pensky 1986). It has been suggested by recent research that intergenerational behaviour concerns the link between parents behaviour and offspring behaviour in the next generation (Caspi and Elder 1986; Elder et al. 1986; Whitbeck, Hoyt, and Huck 1994).

4.2 Intergenerational Relationshipwithin Families as a System

Many researchers describe the family system, yielding almost the same meaning. For example a family systems approach describes the family as a set of interrelated roles and contents of interdependent individuals whose behaviour mutually affects each other. Thus, changes in the individual affect the changes other family members. The family system is also viewed as a system

Page 12: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

with the whole greater than the sum of its parts (Melson 1980; Deacon and Firebough 1988; Sigelman and Shaffer 1991).

Families are cultural units in which norms, symbols, and meanings are created. Families bring together members of different cohorts in their own unique combinations. They create their own clusters of life patterns, crises, and resources (Hagestad 1981). Many studies have shown the strength of families as functioning social support units, with frequent and regular intergenerational contact and assistance (see Rossi and Rossi 1990).

Meanwhile, Bengtson (1993) later discussed multigenerational “vertical” family structures that involve possibilities to enhance social solidarity across generations and the potential for negative effects on family solidarity because of longevity. The verticalized generational structure implies the increased probability that family members will involved in longer periods of caring for elders, due to increased longevity and chronic health disorders associated with aging. The relationships within families, especially that of the parents and their children are considered to be an open system based on four important criteria:

1. That the parent-child relationship is subject to outside influence,2. That the elements of the parent-child relationship system are

interdependent,3. That parent-child relationship system seeks to maintain

homeostatic or balance through feedback and regulation, and4. That the parent-child system required adaptability which is

characterized by equifinality (Fisher and Hawes 1971).

4.3 Intergenerational Relationship as Reciprocal Interactions

The relationship between parents and children involves reciprocal interaction behaviours of parents and children (Sigelman and Shaffer 1991; Dixson 1995) and involves the concept of exchange theory (Nye 1979).

Social exchange theory focuses on the rewards obtained and costs paid by individuals through social interaction based on the assumption that individuals try to maximize their rewards and minimize their costs. However, the exchange between parents and children is not balanced. By virtue of their lineage position in the family, parents invest more in their children than their children invest to the parents. Sometimes parents and children may perceive the emotional distance between them differently because of this asymmetry in investment. Moreover, because of this inequity

Page 13: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

imbalance, parents respond to restore equity by perceiving their relationship with their child as closer than their child perceives the relationship (Giarrusso, Stallings, and Bengtson 1995).

Similar findings were also reported by Mutran and Reitzes (1984) that elderly parents with more resources receive less help, while older parents with more resources receive less help, while older parents and parents in poor health give less aid to their children. Moreover intergenerational interactions are also related to marital status. When the marital relationship is intact, exchange with adult children are more likely taken for granted. The loss of a spouse generates a major realignment in the parent-child relationship.

The exchanges between elderly parents and their children often times include exchange financial help. For example, Rossi & Rossi (1990) stated that both G1 mother and G1 father’s income are strongly and significantly related to the level of help given to children. It means that the higher the parent’s income, the more extensive the help given to adult children. Children’s income is also strongly and significantly related to the level of help received from parents, but in the opposite direction the higher the child’s income, the less extensive is the help provided by parents.

Another study by Logan and Spitze (1996) highlighted in their book “Family Ties” deals with intergenerational relationships within families, discussing on exchanges of social support between generations. Intergenerational relations within the family involve sharing of resources, sharing of social support in care giving, and sharing of dependency and co-residence. The reciprocal relationships involve exchange of goods and services between parents and their adults’ children, for example the reciprocity of helping relationships between parents and adults children in a variety of areas such as advice, household services (babysitting, transportation, car/house repair, and other work around the house). The relative balance of help from parents to children and from children to parents changes slowly over the life course, help from parents peaks when children are in their late twenties and early thirties and falls off after they reach age thirty-five.

Another study by Rossi & Rossi (1990) suggested that every parent-child relationship is likely to evolve over time in accordance with the resources and needs of both parent and child. Parents help their children throughout childhood and they internalize these helping patterns. Parents do not stop suddenly when children reach age twenty or twenty one. On the other hand, by the time parents are near the end of life, they are often in need of assistance from

Page 14: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

children. Thus, a transition often occurs sometime during the life course, although it is not clear mentioned at what point it occurs or what factors lead to change.

Furthermore, Rossi & Rossi (1990) found that patterns of help between parents and their adults children reveal that mother-daughter relationships experience the highest level of exchanges compared to other dyads. This indicates that there is more social interaction or intimacy and help exchanges between women in the family.

4.4 Intergenerational TransmissionIt has been suggested by some research that family relationship

histories influence the relationships between adult children and their parents. For example, adults with early parental rejection showed less communication with parents and less monitoring of their parents well being (Whitbeck, Hoyt, and Huck 1993; Whitbeck, Hoyt, and Huck 1994; Rossi and Rossi 1990). It is very important for adult children to play they key role in inter-linking the generations, through maintaining contact with descendants (Farkas and Hogan 1995).

Recent research pointed out that to some degree, family dysfunction such as: child maltreatment, spouse abuse, and divorce, could be transmitted across generations through family relationships. This family dysfunction is routinely associated with pain and suffering. For example, a history of maltreatment in childhood places the person at increased risk of mistreating his/her own offspring. Spouse abuse emerges as intergenerationally repetitive (Belsky and Pensky 1988).

Similarly, Elder and his associated analyzed intergenerational transmission across four generations. They found that growing up in a home in which parents marital conflict was frequent, led to the development of unstable personalities in children adults (Elder, Caspi, and Downey 1986).

In other study, Caspi and Elder hypothesized the intragenerational behaviour related to the dynamic relationships within a generation; and intergenerational behaviour concerns the link between parents behaviour and offspring behaviour in the next generation harmful influence moves from problem behaviour to problem relationships. Within the G2 generation, explosive adults tend to create marital stress and discord. Across generations behaviour linked unstable grandmothers (G1) to similar style behaviour in their middle aged daughters (G2), which increased difficult behaviour of their daughters (G3) by increasing marital tension and arbitrary parenting.

Page 15: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

Studi Keluarga

The pattern repeated in the generation during their active parenting, which influenced their daughter (G4) on lack of self control during adolescent (Caspi and Elder 1988).

It was found that adults women are concerned about conflicts regarding parents. There was an increased percentage of parents-related conflicts between parents and adult daughter when there was an increased demand from sickness and more dependency on the daughter (Thomae 1979).

Another study by Rossi and Rossi (1990) pointed out that there is greater intimacy between parents and adult children if earlier relationships between parents and children were affectionate, accessible and closed. It has been found that sons who are high in expressivity are significantly closer to their mothers than sons who are low in expressivity. Adult daughters who had highly affectionate parents when they were children report strong closeness to their mothers and fathers. Thus, across-generational transmissions of a more global quality of family life are found. For example, those who grew up in happy, cooperative, interesting families tend to create families of their own with similar characteristics.

Social contact between parents and adult children

Distance represents the major factor affecting the frequency of interaction between elderly parents and their adult children. Many kind of contacts are made between elderly parents and their adult children by visiting, phoning or mailing. For example, Rossi and Rossi (1990) suggested that from a third to almost half of the G2 adult children see their parents at least once a week. One in five adult daughters has daily phone contact with their mother. Furthermore, it is suggested that distance has a negative impact on the reciprocity of help. The further apart between parents and children residency, the less extensive the exchange or the reciprocity of help between them. In this case, distance reduced help from adult children to parents more than it does the reverse flow of help from parents to children.

Page 16: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

132 | Herien Puspitawati

Page 17: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

Intergenerational Relationships Within Family

A conceptual model is proposed in this paper concerning the reciprocal relationship or exchanges interactions among elderly parents (G1), their adults children (G2), and their grand children (G3). From the modification of a model proposed by Logan and Spitze (1996) in their Family Ties book. In this paper, the concept of reciprocal or the exchange between generations involve exchanges of time spent, regular financial support, sharing housing or residency, social support, and caring.

It has been pointed out that family ties study examines the interdependency in intergenerational relationship. It was found that the bonds between generations were strong and were founder on mutual caring or reciprocity. The values of mutual caring were the key roles to understanding the ties between parents and their adult children throughout the life course (Logan and Spritze 1996).

The conceptual model also proposed the association between relationship quality and conflict between G1 and G2, G2 and G3, and G1 and G3. The first hypothesis of the study is that when the relationship between G1 and G2 is positive, then the relationship between G1-G3 and G2-G3 are positive too.

Based on a macro-level point of view, parental behaviour patterns are passed down from one generation to another. For example, the relationship quality between the infant and the mother will provide the basis for interpersonal relationships in later time (Vermulst and De Brock 1991).

The next proposition focuses on the intergenerational transmission of negative relationships between G1 and G2, which in turn, influences the conflicts between G2 and G3, then finally affects the conflicts between G1 and G3. The second hypothesis is that if the degree of conflict between G1 and G2 is higher, then the degree of conflict between G1-G3 and G2-G3 tend to increased.

Few studies have explored conflicts between older parents and adult children. In other words, research on later life relationships has not often addressed questions about conflicts (Bengston, Rosenthal, and Burton 1996; Sprey 1969).

Herien Puspitawati | 133

Page 18: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

Studi Keluarga

One of the reasons is that respondents may fail to mention the presence of conflict between parents and adult children because of social norms, especially about old parents. That is why, classification is clearly needed in a variety of situations where differences appear concerning family role conflicts, child-rearing practices, life style differences, ideology, work-habits, or household labor issues (Bengston, Rosenthal, and Burton 1996).

Research has suggested that conflict is treated as a major cause of family disorganization, threatening familial functioning and stability (Sprey, 1969). In various ways, conflict may occur between parents and adult children. For example, conflict occurs when the parent needs and demands for assistance compete with the needs of their adult children (Logan and Spritze 1996).

Thus, conflict occurs either intergenerational or between spouses (Sprey, 1969). In addition, as study by Simon and his colleagues (1995) found that there was evidence of intergenerational transmission of domestic violence. Harsh treatment as a child by the parents, was associated with antisocial orientation, which in turn, predicted chronic aggression toward one’s children when the children become adult. In this present study, the conflict between parents (G1), adult child (G2), and grand children (G3) is about the general conflict, tension or disagreement.

Another hypothesis concerns the association between relationship quality and the subjective quality of life among old generation (G1) that is stated that there is a positive relationship between relationship quality and subjective quality of life of G1. Finally, the fourth hypothesis relates the association between conflict and the subjective quality of life that is stated that there is a negative relationship between conflict G1-G2 and subjective quality of life of G1.

Intergenerational Relationships Within Family

Page 19: herienpuspitawati.files.wordpress.com · Web viewKrisis 1: Konsepsi, kehamilan, dan kelahiran anak. Krisis 2: Anak mulai pandai bicara dan membutuhkan penyesuaian. Krisis 3: Anak

SOCIO-ECONOMIC

THE NEGATIVE RELATIONSHIPS

WITHIN FAMILIES

CONFLICT BETWEEN G1-G2G2-G3 G1-G3

FOOD INTAKE FREQUENCIES

SQOLSUBJECTIVE QUALITY

OF LIFE

Figure 4.1 The conceptual model

THE POSITIVE RELATIONSHIPS WITHIN

FAMILIES

RELATIONSHIP QUALITY BETWEEN

G1-G2 G2-G3 G1-G3