Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra...

10
Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Dapatkah kita membayangkan seorang anak kecil mempelajari sesuatu sambil duduk diruang kelas untuk jangka waktu yang lama. Belajar beerdasarkan aktifitas berarti  bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. (Dave Meier, 2005) . Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak. Akan tetapi menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indra dapat  berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Pendekatan belajar seperti tersebut dinamakan dengan  pendekatan SAVI. Unsur-unsurnya mudah di ingat, yaitu: 1. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat 2. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar 3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan 4. Intelektual : Belajar dengan memecahakan masalah dan merenung Penelitian dr. Vernon magnesen, dari Universitas Texas tentang ingatan, memberikan gambaran yang dapat diilustrasikan sebagai berikut : Bobbi De Porter, dkk, 2005, dalam bukunya Quantum Learning, mengemukakan tiga (3) modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan modalitas kinistetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Beberapa ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar tersebut adalah: a. Belajar visual senang menggambar diagram, gambar, dan grafik, serta menonton film. Mereka  juga suka membaca kata tertulis, buku, poster berslogan, bahan belajar berupa teks tertulis yang  jelas.  b. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kaset c. Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktik supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalnya: menggaris bawahi,mencorat-coret, menggambarkan, (Colin Rose, 2003) Dave Meier, 2005 , menambahkan satu lagi gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual  bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu  pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. “

Transcript of Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra...

Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Dapatkah kita membayangkan seorang anak kecil mempelajari sesuatu sambil duduk diruang kelas untuk jangka waktu yang lama. Belajar beerdasarkan aktifitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses pembelajaran. (Dave Meier, 2005) .

Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh anak berdiri dan bergerak. Akan tetapi menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indra dapat berpengaruh besar terhadap pembelajaran. Pendekatan belajar seperti tersebut dinamakan dengan pendekatan SAVI. Unsur-unsurnya mudah di ingat, yaitu:1. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat2. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan4. Intelektual : Belajar dengan memecahakan masalah dan merenung

Penelitian dr. Vernon magnesen, dari Universitas Texas tentang ingatan, memberikan gambaran yang dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Bobbi De Porter, dkk, 2005, dalam bukunya Quantum Learning, mengemukakan tiga (3) modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan modalitas kinistetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.Beberapa ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar tersebut adalah:a. Belajar visual senang menggambar diagram, gambar, dan grafik, serta menonton film. Mereka juga suka membaca kata tertulis, buku, poster berslogan, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas.b. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kasetc. Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktik supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalnya: menggaris bawahi,mencorat-coret, menggambarkan, (Colin Rose, 2003)

Dave Meier, 2005 , menambahkan satu lagi gaya belajar intelektual. Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat aktifitas sesuai dengan cara belajar/ gaya belajar siswa:Gaya belajarAktifitas

SomatisOrang dapat bergerak ketika mereka:1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur2. Menciptakan piktogram dan periferalnya3. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep4. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya5. Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain)6. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang dipelajari.

AuditoriBerikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka3. Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan secara terperinci apa yang mereka baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya4. Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu ketrampilan atau memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan5. Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang

VisualHal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:1. Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi)2. Grafik presentasi yang hidup3. Benda 3 dimensi 4. Bahasa tubuh yang dramatis5. Cerita yang hidup6. Kreasi piktrogram (oleh pembelajar)7. Pengamatan lapangan8. Dekorasi berwarna-warni9. Ikon alat bantu kerja

IntelektualAspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:1. Memecahkan masalah2. Menganalisis pengalaman3. Mengerjakan perencanaan strategis4. Memilih gagasan kreatif5. Mencari dan menyaring informasi6. Merumuskan pertanyaan7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan8. Menciptakan makna pribadi9. Meramalkan inplikasi suatu gagasan

Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Pembelajar dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan masalah (Intelektual) jika mereka secara simultan menggerakan sesuatu (Somatis) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (Visual) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (Auditori). Menggabungkan keempat modalitas belajar dalam satu peristiwa pembelajaran adalah inti dari Pembelajaran Multi Indriawi.

MODEL PEMBELAJARAN SAVIA. Landasan TeoriSAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.B. Prinsip DasarDikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.3) kerjasama membantu proses pembelajaran4) pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.C. KarakteristikSesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:1) SomaticSomatic berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).2) AuditoriBelajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada uyang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri.3) VisualBelajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.4) IntektualBelajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.D. Kerangka Perencanaan Pembelajaran SAVIPembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap:1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.Secara spesifik meliputi hal:a) memberikan sugesi positifb) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswac) memberikan tujuan yang jelas dan bermaknad) membangkitkan rasa ingin tahue) menciptakan lingkungan fisik yang positif.f) menciptakan lingkungan emosional yang positifg) menciptakan lingkungan sosial yang positifh) menenangkan rasa takuti) menyingkirkan hambatan-hambatan belajarj) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalahk) merangsang rasa ingin tahu siswal) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar.Hal- hal yang dapat dilakukan guru:a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuanb) pengamatan fenomena dunia nyatac) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuhd) presentasi interaktife) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warnif) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajarg) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar timh) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstualj) pelatihan memecahkan masalah3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:a) aktivitas pemrosesan siswab) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembalic) simulasi dunia-nyatad) permainan dalam belajare) pelatihan aksi pembelajaranf) aktivitas pemecahan masalahg) refleksi dan artikulasi individuh) dialog berpasangan atau berkelompoki) pengajaran dan tinjauan kolaboratifj) aktivitas praktis membangun keterampilank) mengajar balik4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.Hal hal yang dapat dilakukan adalah:a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segerab) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksic) aktivitas penguatan penerapand) materi penguatan prsesie) pelatihan terus menerusf) umpan balik dan evaluasi kinerjag) aktivitas dukungan kawanh) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.Sumber Bacaan:DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Editor, Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Pendekatan pembelajaran ini mulai ngetrend sejak mas Dave Meier,Bobbi De Porter, and Mike Hernacki menerbitkan buku-buku keren seperti quantum Learning dan The accelerated Learning. Bagi ente-ente yang profesinya guru,pendidik,atau praktisi pendidikan lainnya buku-buku itu mestinya wajib menjadi pegangan. Apalagi bagi ente-ente yang udah punya sertifikat profesi. Malu donk kalau sampe liat sampul bukunya aja belon.

Well let's discuss what Learning approach it SAVI.Pembelajaran SAVI itu akronim dari SOMATIS,AUDITORI,VISUAL,INTELEKTUAL. Maksudnya cara-cara belajar yang mengoptimalkan aspek somatis (gerak), auditori (pendengaran), visual (penglihatan) dan intelektual (pikiran). Keempat aspek tersebut digabung, dipadukan dan yang terpenting dioptimalkan ketika seseorang melakukan proses belajar. Lalu siapa yang mengoptimalkan? Tentu saja si pembelajar sendiri, atau fasilitator belajar misalnya guru, tutor, instruktur dan yang sejenisnya.

Pendekatan belajar ini didasari oleh fakta bahwa setiap orang memiliki gaya berfikir dan gaya belajar yang berbeda-beda. Sebagian kita dapat belajar dengan baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya orang-orang seperti ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan fasilitator dan tidak terganggu oleh kebisingan. Pola belajar demikian disebut gaya belajar visual. Disisi lain banyak pula pelajar yang mengandalkan kemampuan mendengar untuk mengingat dan tidak sedikit siswa yang memiliki cara belajar paling efektif dengan terlibat langsung dengan kegiatan.Menurut Silberman (2006:28) hanya sedikit siswa yang memiliki satu jenis cara belajar. Berdasarkan hasil penelitian dari setiap 30 siswa 22 diantaranya dapat belajar dengan sangat efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berupa kombinasi antara visual-auditorial-kinestetik. Namun 8 siswa lainnya hanya menyukai satu bentuk cara pembelajaran sehingga mereka kesulitan memahami pelajaran jika metode penyampainnya tidak sesuai dengan gaya belajar mereka. Guna memenuhi kebutuhan ini pembelajaran harus bersifat multisensori dan penuh dengan variasi.Sementara itu John Dewey menegaskan bahwa sekolah harus dijadikan tempat kerja. Ia menganjurkan metode proyek dan problem solving harus banyak diterapkan dalam sistem pembelajaran. Ia mempopulerkan istilah Learning By Doing. Deporter (2005:117) menjelaskan bahwa belajar berdasarkan aktivitas secara umum jauh lebih efektif daripada didasarkan presentasi, materi dan media. Alasannya adalah cara belajar berdasar aktivitas mengajak siswa terlibat sepenuhnya. Telah terbukti di banyak penelitian bahwa orang belajar dengan lebih baik dari berbagai aktivitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada mereka belajar dengan duduk didepan penceramah, buku panduan, televisi atau komputer.Namun pembelajaran tidak akan meningkat secara otomatis dengan menyuruh siswa berdiri dan bergerak kesana kemari. Pembelajaran yang baik adalah dengan menggabungkan gerakan fisik, dengan aktivitas berfikir (intelektual) dan penggunaan semua inder (pendengaran) dan penglihatan (visual). Pendekatan belajar demikian menurut Meier disebut pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual). Keempat unsur tersebut harus berjalan sinergis, terpadu dan simultan.Dave Maier memberikan penjelasan mengenai pendekatan pembelajaran SAVI sebagai berikut:a) Belajar somatis. Somatis berasal dari Bahasa Yunani soma yang berarti tubuh. Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh ketika belajar. Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang terpisah. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh. Intinya tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh. Keduanya merupakan sistem kimiawi-biologis yang terpadu. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar maka kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya. Untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik kita dapat membantu pembelajaran siswa dengan baik.b) Belajar Auditori. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Minta mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras, ajaklah mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keteramipilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau memperhatikan penjelasan dari sumber-sumber belajar.c) Belajar visual. Pembelajar visual akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan seorang penceramah, buku atau program komputer. Pembelajar visual belajar dengan baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Bahkan mereka dapat belajar secara optimal dengan menciptakan peta gagasan, diagram, ikon, dan beberapa image dari yang mereka pelajari. Pembelajar dewasa juga lebih mudah belajar jika menciptakan piktogram, ikon, atau pajangan tiga dimensi dan bentuk visual lain dari materi yang dipelajari. Teknik lain yang bisa dilakukan untuk semua orang dengan keterampilan visual yang kuat adalah dengan meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkannya.d) Belajar intelektual. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar. Intelektual menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri.