ANAK DLM KELUARGA

8
Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation” 1 PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA “THE NEXT LOST GENERATION” Oleh : Sugeng Iwan* Pendahuluan Meningkatnya kasus gizi buruk akhir-akhir ini merupakan salah satu indikator bahwa kehidupan masyarakat semakin sulit. Ketersediaan bahan pangan, kondisi lingkungan yang jelek, tingkat pengetahuan yang rendah dan merebaknya berbagai penyakit infeksi merupakan faktor yang utama yang bisa mengakibatkan munculnya kondisi ini. Secara alamiah bayi dan anak balita sebagai salah satu kelompok rawan akan menjadi korban pertama jika faktor-faktor penyebab diatas muncul. Ketersediaan bahan pangan bagi keluarga atau kemampuan keluarga dalam mendapatkan bahan pangan mempunyai pengaruh besar terhadap munculnya kasus gizi buruk. Namun hal ini tidak terlepas dari kondisi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat. Kasus Gizi buruk banyak ditemui pada masyarakat golongan miskin, dimana mereka biasanya hidup di daerah kantong-kantong kemiskinan seperti daerah-daerah kumuh di kota-kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan kondisi lingkungan yang jelek. Sementara di daerah pedesaan biasanya kasus gizi buruk terjadi di daerah yang tandus pada saat musim kering atau musim paceklik karena musim kemarau ataupun karena adanya bencana alam. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu juga berperanan menyebabkan munculnya kasus gizi buruk ini. Tidak jarang kasus ini muncul pada keluarga dengan tingkat ekonomi yang baik. Rendahnya pengetahuan gizi dan kualitas pengasuhan anak bisa menjadi faktor penyebab yang dominan. Kebiasaan memberi makanan pendamping ASI yang terlalu dini dan pemilihan bahan makanan yang sesuai bagi bayi dan balita akan mengakibatkan anak-anak akan kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. * Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Transcript of ANAK DLM KELUARGA

Page 1: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

1

PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA“THE NEXT LOST GENERATION”

Oleh : Sugeng Iwan*

Pendahuluan

Meningkatnya kasus gizi buruk akhir-akhir ini merupakan salah satu

indikator bahwa kehidupan masyarakat semakin sulit. Ketersediaan bahan

pangan, kondisi lingkungan yang jelek, tingkat pengetahuan yang rendah dan

merebaknya berbagai penyakit infeksi merupakan faktor yang utama yang

bisa mengakibatkan munculnya kondisi ini. Secara alamiah bayi dan anak

balita sebagai salah satu kelompok rawan akan menjadi korban pertama jika

faktor-faktor penyebab diatas muncul.

Ketersediaan bahan pangan bagi keluarga atau kemampuan keluarga

dalam mendapatkan bahan pangan mempunyai pengaruh besar terhadap

munculnya kasus gizi buruk. Namun hal ini tidak terlepas dari kondisi

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, yang pada akhirnya akan

menurunkan daya beli masyarakat.

Kasus Gizi buruk banyak ditemui pada masyarakat golongan miskin,

dimana mereka biasanya hidup di daerah kantong-kantong kemiskinan seperti

daerah-daerah kumuh di kota-kota besar dengan kepadatan penduduk yang

tinggi dan kondisi lingkungan yang jelek. Sementara di daerah pedesaan

biasanya kasus gizi buruk terjadi di daerah yang tandus pada saat musim

kering atau musim paceklik karena musim kemarau ataupun karena adanya

bencana alam.

Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi ibu juga berperanan

menyebabkan munculnya kasus gizi buruk ini. Tidak jarang kasus ini muncul

pada keluarga dengan tingkat ekonomi yang baik. Rendahnya pengetahuan

gizi dan kualitas pengasuhan anak bisa menjadi faktor penyebab yang

dominan. Kebiasaan memberi makanan pendamping ASI yang terlalu dini

dan pemilihan bahan makanan yang sesuai bagi bayi dan balita akan

mengakibatkan anak-anak akan kekurangan gizi dalam jangka waktu yang

lama.

*Mahasiswa Program Pasca Sarjana Univers itas Air langgaMinat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Page 2: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

2

Demikian pula dengan pola asuh balita yang dijumpai saat ini, tidak

jarang balita berada dibawah asuhan orang-orang yang tidak semestinya

seperti kakek atau nenek, saudara, kakak atau bahkan pembantu rumah

tangga yang kurang memahami dan mengetahui hal-hal yang berkaitan

dengan penyediaan makanan bagi bayi dan balita karena orang tua sibuk

bekerja.

Pada saat ini mengupayakan sumber daya manusia yang berkualitas

dikemudian hari mempunyai misi khusus. Hal ini berhubungan dengan akan

makin mengglobalnya keadaan, terutama pada era abad 21. Sumber daya

manusia yang berkualitas pada era ini berkonotasi bahwa mereka harus

mampu berkompetisi secara sehat dan benar di era perdagangan bebas.

Untuk itu selain iman dan takwa maka sikap profesional yaitu antara lain

kreatif, mandiri, dan mahir berkomunikasi merupakan sifat-sifat yang sejak

dini sudah harus ditanamkan atau diasahkan kepada anak-anak. Menurut

Schreiber, keberhasilan suatu bangsa 85 persen ditentukan oleh kualitas

personal manusianya, yaitu sikap mental positif, kreativitas, dan

kemandiriannya, sedangkan 15 persen ditentukan oleh kualitas teknis

manusianya.

Hasil pemantauan status gizi pada balita di Provinsi Jawa Timur pada

tahun 2005, dari 8012 balita yang disurvey terdapat 6,5% balita mengalami

Gizi Buruk dan 20% Gizi Kurang (WHO, 2007). Sementara itu gambaran

gangguan pertumbuhan balita di Jawa Timur hasil Pemantauan Status Gizi

tahun 2006 menunjukkan adanya peningkatan persentase balita yang

mengalami gangguan pertumbuhan seiring dengan bertambahnya umur balita.

Umur 0-5 bl 1,9%; 6-11 bl 7,8%; 12-23 bl 18,0%; 24-35 bl 22,2%; 36-47 bl

21,4% dan 48-59 bl 21,2%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi proses

pengasuhan yang salah terhadap anak balita sejak kelahirannya. Tingginya

angka-angka kurang gizi tersebut selain karena faktor-faktor sosial ekonomi

dan faktor penyakit infeksi juga karena faktor yang berkaitan dengan pola

asuh anak balita, baik yang dilakukan oleh orang tua kandung, anggota

keluarga maupun pengasuh yang lain (Tuti Soenardi, 2006). Dengan kata

lain, pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak balita selain faktor gizi (Neti

Hernawati, 2003).

Artikel ini ingin menyoroti masalah gizi kurang pada bayi dan balita yang

belakangan ini kasusnya semakin meningkat seiring dengan semakin

memburuknya tingkat kehidupan ekonomi masyarakat. Selain itu kami juga

Page 3: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

3

ingin mengingatkan kembali peranan orang tua dan masyarakat dalam

mengasuh anak, yang dalam kondisi bagaimanapun anak tetap harus

mendapat perhatian dan dipersiapkan baik jasmani maupun rohani demi

kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Anak, dan Kebutuhan Untuk Tumbuh Kembang.

Anak adalah pewaris, penerus, dan calon pengemban bangsa. Secara

lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

ekonomi suatu bangsa. Dalam arti individual, anak bagi orang-tuanya

mempunyai nilai khusus yang penting pula. Dalam kedua aspek tersebut yang

diharapkan adalah agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya

sehingga kelak menjadi orang dewasa yang sehat secara fisis, mental, dan

psikososial sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.

Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang

sangat penting dan kritis: tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial

berjalan demikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama

untuk sebagian besar menentukan hari depan anak. Kelainan/penyimpangan

apapun apabila tidak diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan

tidak terdeteksi secara nyata mendapatkan perawatan yang bersifat purna

yaitu promotif, preventif, dan rehabilitatif.

Telah diketahui bahwa periode balita merupakan periode kritis. Apabila

lingkungan menunjang maka anak tersebut akan mulus melalui periode kritis

ini dan ia bahkan mendapatkan nilai tambah, namun sebaliknya apabila

lingkungannya tidak mendukung maka tumbuh kembang anak akan

terhambat. Dengan berpandangan secara prospektif positif dapatlah

dikatakan bahwa periode kritis ini merupakan masa/tahun-tahun keemasan

dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan secara maksimal, ia

memberikan peluang untuk optimalisasi tumbuh kembang serta peluang untuk

memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya.

Dengan mengacu kepada konsep dasar tumbuh kembang maka secara

konseptual pengasuhan adalah upaya dari lingkungan agar kebutuhan-

kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang (’asah, asih, dan asuh’)

terpenuhi dengan baik dan benar, sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Namun praktiknya tidaklah sesederhana itu

Page 4: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

4

karena praktik ini berjalan secara informal, sering dibumbui dengan hal-hal

yang tanpa disadari dan tanpa disengaja dan lebih diwujudkan oleh suasana

emosi rumah tangga sehari-hari yang terjadi interaksi antara orang-tua dan

anaknya serta anggota keluarga lainnya. Dengan demikian hubungan inter

dan intra personal orang-orang di sekitar anak tersebut dan anak itu sendiri

sangat memberi warna pada praktik pengasuhan anak.

a. Kebutuhan fisik biomedis (Asuh).

meliputi pangan / gizi dan perawatan kesehatan dasar, antara lain

imunisasi, pemberian ASI : ketiadaan pemberian Air Susu Ibu (ASI),

penimbangan bayi / anak secara teratur, pengobatan jika sakit, papan /

pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan yang baik,

sandang, kesegaran jasmani, rekreasi, dll.

b. Kebutuhan Sosial / Kasih Sayang (Asih):

Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat dan mesra antara ibu

/ pengganti ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin

tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial.

Peran dan kehadiran ibu / pengganti ibu sedini mungkin untuk selama-

lamanya akan menjalin rasa aman bagi bayi. Adanya kontak fisik

(kulit/mata) menyentuh/mendekap dan memandang saat memberi ASI

serta pemberian ASI sedini mungkin setelah bayi lahir akan berdampak

positif dalam tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial

emosi yang disebut “sindrom deprivasi mama”. Kasih sayang dari orang

tuanya (ayah/ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bounding) dan

kepercayaan dasar (basic trust).

c. Kebutuhan Stimulasi Mental (Asah).

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan

dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (asah) ini mengembangkan

perkembangan mental psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,

kreativitas, agama, kepribadian, moral etika, dan produktifitas.

Keluarga dan Peranannya Dalam Pengasuhan Anak.

Secara naluriah setiap orang tua pasti akan melindungi anaknya, terlebih

apabila anak masih dalam usia balita dan dianggap masih belum mandiri dan

belum memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan

menjaga dirinya dari penyakit. Dalam konteks ini akan terasa aneh jika

Page 5: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

5

seorang anak balita yang seharusnya masih sangat tergantung dengan

pengasuhan orang tuanya justru malah banyak yang mengalami gangguan

gizi seiring dengan bertambahnya usia. Dengan logika sederhana seharusnya

dengan bertambah usia, anak akan tumbuh semakin kuat dan mandiri serta

semakin jauh dari masalah gizi dan kesehatan pada umumnya.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) Keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri atas kepala Keluarga dan beberapa orang yang

berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan. Secara prinsip keluarga adalah unit terkecil

masyarakat,terdiri atas dua orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan dan

pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, di bawah asuhan seorang

kepala rumah tangga, berinteraksi diantara sesama anggota keluarga, setiap

anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, menciptakan,

mempertahankan suatu kebudayaan.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut:

1. Peranan Ayah.

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu.

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dani pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu

dapat berperan sebaai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Peran Ibu dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia dan

pembangunan sangat penting, karena besarnya peran ibu dalam

melahirkan kehidupan dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya.

Pengaruh Ibu terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia

hamil, selama masa bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki

usia sekolah.

Page 6: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

6

3. Peranan Anak.

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Saat ini di masyarakat telah terjadi pergeseran nilai-nilai sosial budaya

berkaitan dengan peranan ayah dan ibu berkaitan dengan fungsinya di dalam

keluarga. Isu-isu kesetaraan gender yang mulai digulirkan sejak saat era R.A

Kartini sampai dengan saat ini mengakibatkan semakin banyak wanita yang

ikut terlibat secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga,

dan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Sehingga hal ini

akan mengakibatkan berkurangnya kualitas pola asuh terhadap sang anak.

Disisi lain sosok ayah belum tentu telah siap menggantikan ataupun

membantu peran ibu dalam mengasuh anak baik dari segi psikologis, fisioligis

maupun sosial. Dalam situasi demikian untuk memenuhi kebutuhan

pengasuhan anak muncullah sosok-sosok yang lain seperti kakek, nenek,

kakak, saudara, bahkan mungkin seorang pengasuh anak profesional (baby

sister). Namun demikian sosok pengasuh ini dalam banyak hal kenyataannya

tidak sebaik apabila pengasuhan dilakukan oleh orang tua kandung, walaupun

keberadaannya dalam konteks saat ini sangat dibutuhkan untuk membantu

dalam pengasuhan anak. Dengan kata lain sosok pengasuh anak berfungsi

untuk “membantu” orang tua kandung, sedangkan “fungsi utama” pengasuhan

anak bagaimanapun juga merupakan peran dan tanggung jawab orang tua

kandung.

Bagi orang tua kandung (ayah dan ibu) yang mempunyai pekerjaan

ataupun kegiatan rutin diluar rumah harus kompak berbagi tugas. Seorang

ibu tidak tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan suami dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab di rumah. Adanya persamaan

persepsi dan komunikasi yang baik dalam hal pembagian tugas dan tanggung

jawab ini merupakan kunci, sehingga diperoleh suatu kerja sama yang baik

dalam melaksanakan peran ayah dan ibu sebagai orang tua.

Adanya pembagian tanggung jawab pengasuhan anak dan mengurus

rumah tangga antara Anda dan suami, berdampak positif bagi si kecil.

Dengan keterlibatan suami dalam mengurus dan mengasuh si kecil maka

akan tercipta pula hubungan yang erat dan hangat antara ayah dan anak. Hal

ini akan membawa pengaruh yang baik pula bagi proses tumbuh kembang

anak.

Keterlibatan ayah dan ibu yang bersama-sama dalam mengasuh anak

akan membuat pertumbuhan dan perkembangannya semakin sehat.

Page 7: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

7

Pengasuhan juga lebih seimbang bila pekerjaan kedua orang tua berada pada

tingkat yang sejajar. Oleh karena itu sebetulnya, keberadaan ibu di dunia

kerja bukan alasan rendahnya kualitas pengasuhan ibu.

Pembagian tanggung jawab bersama ini akan berhasil tidak saja oleh

komunikasi dan kesepakatan kedua orang tua, tetapi juga bergantung pada

beberapa hal, seperti sikap setuju dan sikap mendukung yang ditunjukkan

ayah kepada ibu yang bekerja, sikap dan fleksibilitas tempat bekerja, dan

sistem pendukung misalnya pengasuh anak, nenek, kakek, atau kerabat yang

dilibatkan dalam pengasuhan anak. Selain itu seluruh komponen masyarakat

bersama dengan pemerintah harus memberikan apresiasi yang positif dalam

hal pengasuhan anak. Masalah pengasuhan anak bukanlah hal yang mudah

dan bisa diremehkan begitu saja, namun harus diposisikan sebagai hal yang

sangat menentukan sebagai cetak biru (blue print) bagi kemajuan bangsa

pada masa yang akan datang.

Secara teoritis hal-hal yang tersebut diatas bukanlah hal sulit untuk

dilaksanakan walaupun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Fajar, dkk. pada tahun 2007 di kota

Malang tentang peran ibu dalam kontrol sumber daya keluarga kaitannya

dengan status gizi anak balita menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar

(76%) ibu mempunyai peran yang tinggi dalam hal yang berkaitan dengan

makanan, mulai dari perencanaan, penyusunan menu, pembelian dan

pemberian makanan pada anak ternyata tidak diimbangi dengan peran

dibidang kesehatan (non makanan) atau perawatan dan pengasuhan anak

termasuk didalamnya masalah jaminan pelayanan kesehatan. Dalam

penelitian tersebut hanya 8,3% ibu yang mempunyai peranan yang tinggi di

bidang non makanan. Hal bisa dijelaskan bahwa masyarakat belum

menganggap aspek perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif

sebagai suatu hal yang penting, walaupun kedua faktor tersebut (makanan

dan non makanan) merupakan faktor yang menentukan (asuh).

Sekali lagi masyarakat harus disadarkan akan arti penting proses

pengasuhan anak ini. Bahwa untuk kemajuan bangsa dan negara, untuk

kualitas hidup yang lebih baik, ditengah-tengah dunia yang semakin

mengglobal, agar bangsa kita bisa hidup sejajar dengan bangsa-bangsa yang

lain didunia ini perlu dipersiapkan dengan sedini dan sebaik mungkin. Jangan

sampai pada saatnya nanti bangsa ini menjadi bangsa yang lemah, hanya

menjadi penonton ditengah-tengah kancah kehidupan dunia, hanya mampu

Page 8: ANAK DLM KELUARGA

Pengasuhan Anak Dalam Keluarga “The Next Lost Generation”

8

bersikap konsumtif dengan produktifitas dan kualitas yang rendah yang pada

akhirnya “siap” untuk terjajah dalam segala hal.

Sebagai bagian akhir dan kesimpulan dari artikel ini bahwa proses

pengasuhan anak merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan status gizi

dan kesehatan dari anak balita. Dalam kondisi yang bagaimanapun kelompok

sasaran ini harus mendapatkan prioritas perhatian dan penanganan, baik dari

orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ketiga unsur ini harus bekerja sama

secara sinergis dan berkelanjutan sesuai fungsi dan peranan masing-masing

untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam bahasa agama jika seorang

anak merupakan “amanah” maka dia harus “diamankan”, jika seorang anak

merupakan “titipan” Tuhan maka dalam pengasuhannya tidak boleh sekedar

“dititip-titipkan”.

Kita sebagai orang-tua telah banyak berbuat kesalahan dan kekhilafan.

Kesalahan kita yang paling besar adalah kita khilaf memenuhi kebutuhan anak kita.

Kebutuhan lain seperti beli baju, sepeda, kendaraan, dan lain-lain dapat kita tunda,

tetapi kebutuhan anak kita tidak bisa ditunda. Tulangnya sedang tumbuh,

darahnya sedang terbentuk, dan otaknya sedang berkembang, kepadanya kita

tidak bisa berkata besok, tetapi hari ini. Demikian bunyi tulisan Gabriela Mistral ,

seorang pujangga Chili yang telah memenangkan hadiah Nobel.

Dan harus disadari pula bahwa proses ini tidak berjalan dalam waktu

yang singkat bahkan mungkin hasilnya baru akan terlihat 20 – 30 tahun lagi

ketika mereka dalam “masa usia emas” atau “masa usia produktif”. Kita

berharap jangan sampai anak-anak Indonesia yang ada pada saat ini menjadi

“The next lost generation”.