anaesthesi pada pasien asma

download anaesthesi pada pasien asma

of 30

Transcript of anaesthesi pada pasien asma

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    1/30

    PRESENTASI KASUS

    ANASTESI PADA PASIEN ANAK DENGAN ASMA

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Anatei !an Reanimai

    Di RS PKU Muhamma!iyah "#gyakarta

    Diajukan Kepa!a "th $

    !r% Ar!i Pram#n#& Sp An%& M%Ke

    Diajukan 'leh $

    Danita D(ityana Gamal(an

    )**+*,-**).

    BAGIAN I/MU ANASTESI DAN REANIMASI

    UNI0ERSITAS MU1AMMADI"A1 "'G"AKARTA

    RS PKU MU1AMMADI"A1 "'G"AKARTA

    )*-.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    2/30

    /EMBAR PENGESA1AN

    PRESENTASI KASUS

    ANASTESI PADA PASIEN ANAK DENGAN ASMA

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Anatei !an Reanimai

    Di RS PKU Muhamma!iyah "#gyakarta

    Diuun #leh $

    Danita D(ityana Gamal(an

    )**+*,-**).

    Mengetahui

    D#en Penguji Klinik

    !r% Ar!i Pram#n#& Sp An%& M%Ke

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 2

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    3/30

    BAB I

    PENDA1U/UAN

    Pengelolaan pasien dengan penyakit asma selama pembedahan

    membutuhkan terapi khusus berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium

    yang seksama untuk mengurangi komplikasi selama dan pasca operasi.

    Masalah paru adalah penyebab umum morbiditas dan mortalitas selama

    pembedahan. Berdasarkan frekuensinya, 1,2-4% pasien yang menalani

    prosedur bedah mayor dilaporkan mempunyai penyakit asma. !omplikasi

    pada pasien dengan penyakit paru telah didokumentasikan, hanya "% dari

    pasien dengan pra operasi normal fungsi paru yang akan berkembang menadi

    atelektasis atau pneumonia, sedangkan #$% dari pasien dengan penyakit paru

    obstruktif kronik dengan perubahan fungsi paru akan menemui beberapa

    kesulitan. hnider melaporkan bah&a ',(% pasien tanpa geala asma

    sebelumnya mengalami bronkospasme selama operasi. )old dan *elrich

    menemukan 24% insiden dari operasi dan komplikasi pasca operasi pada

    populasi asma, sangat berbeda keadiannya dengan 14% dalam kelompok

    kontrol.

    +sma merupakan kelainan yang banyak teradi pada (-#% populasi.

    enisnya berupa inflamasi dan hipereaktiitas bronkus sebagai respon terhadap

    berbagai macam stimulasi. ecara klinis, asma dimanifestasikan sebagai

    episode serangan sesak nafas yang reersible akibat kontraksi otot polos

    bronkus, edema dan peningkatan sekresi.

    )eala-geala asma yang umum teradi seperti sesak napas, batuk,

    &heing, dan sampai sulit bernapas. Penyebab klasik yang memicu teradinya

    asma antara lain/ substansi udara seperti polutan, serbuk sari, debu, dan

    beberapa uap kimia. timulasi psikologi 0seperti emosi, stres, cemas, cuaca,

    penggunaan obat +3 0seperti aspirin, ibuprofen, olah raga. 3nfeksi saluran

    napas oleh karena irus.2

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 3

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    4/30

    BAB II

    /AP'RAN KASUS

    -% IDENTITAS PASIEN

    -% ama / +n. 3

    -% enis !elamin / 5aki-laki

    )% 6mur / 12 tahun

    ,% +lamat / 7iireo, Pandak, Bantul

    .% +gama / 3slam

    2% Pekeraan / Pelaar

    3% ANAMNESIS

    !eluhan 6tama

    yeri pada siku tangan kiri

    8i&ayat Penyakit ekarang

    Pasien datang dengan keluhan nyeri pada siku tangan kiri, nyeri dirasakan seak 4

    hari yang lalu setelah teratuh dari gerobak dengan posisi menahan tubuh dengan

    menggunakan siku tangan kiri. Pingsan 0- mual 0- muntah 0-

    8i&ayat Penyakit ahulu

    a. 8i&ayat *ipertensi / disangkalb. 8i&ayat iabetes Mellitus / disangkal

    c. 8i&ayat +sma / 09 serangan teradi 2: dlm sebulan terakhir d. 8i&ayat +lergi ;bat / disangkal

    e. 8i&ayat operasi sebelumnya / disangkal

    -% 8i&ayat Penyakit !eluarga

    a. 8i&ayat *ipertensi / disangkal

    b. 8i&ayat iabetes Mellitus / disangkal

    c. 8i&ayat +sma / 09 ibud. 8i&ayat +lergi ;bat / disangkal

    4% PEMERIKSAAN 5ISIK

    -% tatus )eneralis

    !eadaan 6mum / Baik

    )ii / Baik

    Berat Badan / 4$ kg

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    5/30

    )% >ital ign

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    6/30

    a% Pemeriksaan arah

    R#ntgen elb#( AP7/ $ Tampak gari 8raktur upra9#n!iler humeri initra

    R#ntgen Th#ra: PA $ Dalam Bata N#rmal

    2% DIAGN'SIS

    =losed Craktur upracondiler *umeri inistra

    +sma Bronkiale 3ntermitten

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    7/30

    P8D;PD8+

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    8/30

    PEMBA1ASAN

    *iperesponsif alan napas, gangguan aliran udara dan hipersekresi mukosa pada

    penderita asma merupakan faktor predisposisi timbulnya komplikasi respirasi selama dan

    sesudah tindakan bedah. !omplikasi pembedahan pada asma tergantung pada beberapa

    faktor yaitu berat penyakit saat pembedahan, enis pembedahan 0bedah toraks dan

    abdomen bagian atas mempunyai risiko lebih tinggi dan enis anestesi 0anestesi umum

    dan penggunaan pipa endotrakeal mempunyai risiko lebih tinggi. Caktor-faktor tersebut

    perlu dinilai? ealuasi termasuk pemeriksaan spirometri. ika memungkinkan ealuasi

    penilaian tersebut dilakukan beberapa hari sebelum operasi, untuk memberikan

    kesempatan pengobatan tambahan. Bila didapatkan >DP1 E A$% nilai terbaik? prediksi,

    maka pemberian kortikosteroid akan mengurangi obstruksi alan napas 0bukti =. Pada

    penderita yang mendapat kortikosteroid sistemik dalam ' bulan terakhir, sebaiknya

    diberikan kortikosteroid sistemik selama operasi yaitu hidrokortison 3> 1$$ mg atau

    ekialennya setiap A am dan segera diturunkan dalam 24 am pembedahan. *arus

    diperhatikan pemberian kortikosteroid angka lama dapat menghambat penyembuhan

    luka 0bukti =.

    6ntuk penderita asma stabil yang akan di bedah dianurkan pemberian aminofillininfus 4 am sebelum operasi dan kortikostroid ineksi 2 am sebelum pembedahan untuk

    mencegah teradi bronkospasme.

    ari anamnesis dapat ditentukan bah&a pasien ini termasuk dalam klasifikasi ++ 33.

    Menentukan status fisik dengan klasifikasi ++ 0+merican ociety +nesthesiology/

    ++ 3 / Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faali,

    biokimia&i, dan psikiatris. +ngka mortalitas 2%.

    ++ 33 / Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang

    sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. +ngka mortalitas 1'%. ++ 333/ Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktiitas harian

    terbatas. +ngka mortalitas "A%.

    ++ 3>/ Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam i&a, tidak

    selalu sembuh dengan operasi. Misal / insufisiensi fungsi organ, angina menetap.

    +ngka mortalitas 'A%.

    ++ > / Pasien dengan kemungkinan hidup kecil.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    9/30

    6ntuk operasi cito, ++ ditambah huruf D 0Dmergency terdiri dari kega&atan

    otak, antung, paru, ibu dan anak.

    Pemberian obat premedikasi bertuuan/

    a Menimbulkan rasa nyaman pada pasien 0menghilangkan kekha&atiran,

    memberikan ketenangan, membuat amnesia, memberikan analgesi

    b Memudahkan?memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi

    c Mengurangi umlah obat-obatan anestesi

    d Mengurangi timbulnya hipersaliasi, bradikardi, mual, dan muntah pasca

    anestesi

    e Mengurangi stress fisiologis 0takikardia, nafas cepat, dll

    f Mengurangi keasaman lambung

    ;bat premedikasi yang di pilih pada pasien ini adalah morfin. osis

    premedikasi de&asa (-1$ mg 0$,1-$,2 mg?kgBB intramuskular. iberikan untuk

    mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menelang operasi, dan agar

    anestesi beralan dengan tenang dan dalam.

    !emudian dilanutkan dengan propofol '$ mg. Bentuk cairan, emulsi

    isotonik, &arna putih seperti susu dengan bahan pelarut minyak kedelai G

    postasida telur yang dimurnikan.

    -

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    10/30

    elanutnya di berikan e:amethason 0kortikosteroid. Mekanisme

    keranya kemungkinan dengan menurunkan inflamasi, edema, sekresi mukosa,

    kontriksi otot polos, stabilisasi membran mast sel. Meskipun sangat berguna pada

    eksaserbasi akut, efek klinisnya membutuhkan &aktu beberapa am. teroid dapat

    diberikan melalui inhalasi. teroid intraena yang sering digunakan meliputi

    hidrokortisone 1$$ mg tiap A am dan metilpredisolon $,( mg?kg setiap ' am

    pada asma bronkiale dan dosis lebih besar pada eksaserbasi asma berat.

    !ortikosteroid dapat meningkatkan efek langsung pada otot polos, kortikosteroid

    uga meningkatkan umlah reseptor beta 2 adrenergik dan responnya terhadap

    agonis beta 2 adrenergik.

    Penggunaan laryngeal mask air&ay 05M+ menurunkan bronkospasme,

    tapi tidak menghilangkan resiko bronkospasme sebagai akibat dari tindakan

    laringkoskopi. 8esiko tambahan pada penggunaan 5M+ ketidak mampuan untuk

    entilasi selama bronkospasme karena tekanan inspirasi dapat menambah

    penutupan 5M+ pada laring. Iang paling bagus 5M+ proseal yang dapat

    mengatasi keterbatasan itu.

    +gent inhalasi anestesi seperti halothan akan menyebabkan bronkodilatasi

    dan dapat digunakan untuk mencegah teradinya bronkospasme. *alothan

    berpengaruh pada diameter air&ay dengan cara memblok reflek air&ay dan efek

    langsung relaksasi otot polos air&ay. amun hati-hati dalam penggunaannya pada

    pasien dengan gangguan antung karena efek depresi miokardial dan efek

    aritmianya. 3sofluran dan desfluran dapat pula menimbulkan bronkodilator dengan

    deraat yang setara tetapi harus dinaikkan secara lambat karena sifatrnya iritasi

    ringan di alan napas. eofluran tidak terlalu berbau 0tidak menusuk danmemiliki efek bronkodilator serta sifatnya tidak iritasi di alan napas. +gen

    inhalasi halothane lebih efektif sebagai bronkodilator dibandingkan dengan

    isoflurane, namun bila dibandingkan dengan desfluran, desflurane dapat

    menyebabkan batuk dan dapat mencetus bronkospasme. amun halotan tidak

    ideal pada pasien yang menderita kelainan antung karena halotan dapat

    mengakibatkan disaritmia karena efek katekolamin release. +lternatif lain untuk

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 10

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    11/30

    menurunkan reflek pada alan nafas dapat diberikan 1,( mg?kg i. 1-" menit

    sebelum intubasi.

    Pada saat intraoperatif sampai post operatif tidak ada kelainan atau penyulit yang

    bermakna, pada saat post operatif kondisi pasien cukup dalam keadaan baik. ;perasi

    berakhir pada pukul 1$.4( dengan tanda ital tensi 11(?'( mm*g, nadi ('

    kali,saturasi 1$$ %. elesai operasi pasien dipindahkan ke 8uang Pemulihan 0Recovery

    Room, pasien segera diberi bantuan oksigenasi melalui =anul ; 2 " lt?menit, melanutkan

    pemberian cairan, dan diobserasi terus dipantau setiap 1( menit dinilai pernafasan,

    tekanan darah, dan nadi.

    3nstruksi Post ;perasi /

    Pasien dira&at dengan infus 85 2$ tpm, ketorolac ":"$ mg , ika mual muntah beri

    ondansentron.

    Pera&atan pasien pasca operasi sudah tepat pasien diberikan manaemen terapi cairan

    dengan 85 sebagai cairan resusitasi dan ketorolac sebagai obat analgetik yang berfungsi

    untuk meredakan rasa nyeri pasca operasi.

    BAB I0

    TIN6UAN PUSTAKA

    DE5INISI ASMA

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 11

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    12/30

    Penyakit asma adalah penyakit kronik yang merupakan gangguan

    inflamasi saluran pernafasan yang dihubungkan dengan hiperesponsif,

    keterbatasan aliran udara yang reersible dan geala pernafasan.

    Menurut )3+ 0)lobal 3nitiatie for +sma asma didefinisikan sebagai

    gangguan inflamasi kronik saluran napas respiratorik dengan banyak sel yang

    berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    13/30

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    14/30

    remondeling, hiperplasia dan hipertropi kronis otot polos, askuler dan sel-sel

    sekretori serta deposisi matrik pada diding saluran respiratorik. elain itu

    hambatan saluran respiratorik uga bertambah akibat produksi sekret yang banyak,

    kental, dan lengket oleh sel goblet dan kelenar submukosa, protein plasma yang

    keluar melalui mikroaskuler bronkus dan debris seluler.1'

    Peran serotonin, suatu bronkokonstriktor, belum diketahui pada

    manusia. istim saraf parasimpatik memainkan peran penting dalam menaga

    tonus normal bronkial. +ktifasi reflek agal teradi pada bronkokontriksi yang

    dimediasi oleh peningkatan siklik guanosin monofosfat intraseluler 0c)MP.2

    elama serangan asma, bronkokontriksi, oedem mukosa, dan sekresi yangteradi akan meningkatkan tahanan aliran gas disetiap tempat alan napas yang

    lebih rendah.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    15/30

    Eti#l#gi Ama

    *erediter

    !ebiasaan / polusi udara, stress, makanan

    +lergi / rokok, udara dingin, aning, kucing, debu

    ;bat / obat nyeri seperti +3

    Gejala !an tan!a ama

    Mengi saat ekspirasi Batu berat pada malam hari dada sesak yang teradi berulang dan nafas

    tersengal-sengal.

    *ambatan pernafasan yang reersibel secara berariasi selama siang hari.

    +danya peningkatan geala pada saat olah raga, infeksi irus, paparan

    terhadap alergan, dan peruahan musim.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    16/30

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    17/30

    yang dikenal dengan status asmatikus. +sma berat bila a;2@1%, PDC8 A$

    liter per menit, CD>1$,#( liter dan terdapat tanda-tanda obstruksi alan nafas

    berat seperti pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal dan suprasternal,

    pulsus paradoskus 2$ mm*g, berkurang atau hilangnya suara nafas dan

    mengi ekspirasi yang elas.

    Terapi $

    on Carmakologi yaitu melalui pencegahan

    Carmakologi dengan menggunakan obat

    o hort acting L2 agonsts 0salbutamol, terbutalin

    o

    +ntiklinergiko !ortikosteroid

    PENANGANAN ANESTESI PRE'PERATI5

    E

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    18/30

    sedikit atau tidak ada &heing 0alan napas tertutup, sedikit gerakan udara, dan

    &heing menurun.(

    ". Pemeriksaan 5aboratorium

    Pada asma eosinofil total dalam darah sering meningkat. umlah eosinofil

    ini selain untuk menilai cukup tidaknya dosis terapi kortikosteroid dan dapat uga

    untuk membedakan asma dengan bronchitis khronis. Pada pemeriksaan sputum

    selain didapatkan eosinofil, uga dapat ditemukan adanya kristal charcat leyden,

    spiral churschman dan mungkin uga miselium aspergilus fumigates.4

    4. Pemeriksaan 8ontgen 1 dan arus

    puncak ekspirasi 0PDC8. 5ebih bagus lagi bila dibandingkan dengan hasil

    pengukuran sebelumnya. ormalnya nilai olum ekspirasi paksa 0CD>1 untuk

    laki-laki adalah lebih dari " liter dan lebih 2 liter untuk &anita. ilai normal arus

    puncak ekspirasi 0PDC8 adalah lebih dari 2$$ 5?.mnt 0 pada laki-laki de&asa

    muda lebih dari ($$ 5?mnt. ilai PDC8 kurang dari 2$$ 5?mnt pada pria 0 E 1($

    5?mnt pada &anita menunukkan gangguan efektiitas batuk dan akan

    meningkatkan komplikasi pasca bedah. *asil CD>1 atau PDC8 E ($%

    menunukan asma sedang sampai berat. ilai PDC8 E 12$ l?mnt atau CD>1 1 liter

    menuukan obstruksi berat. Pemeriksaan ini penting dilakukan karena sering

    teradi ketidaksesuaian gambaran klinis asma dengan fungsi paru. Penderita yang

    baru sembuh dari serangan akut atau penderita asma kronik sering tidak

    mengeluh, tetapi setelah diperiksa ternyata obstruksi saluran napas. Pemeriksaan

    ini diindikasikan pada pasien-pasien yang menderita penyakit paru-paru sedang

    sampai berat yang menalani operasi yang berdampak pada sistem

    respirasi.Pemeriksaan ini uga dapat memprediksi terhadap resiko komplikasi paru

    postoperatif dan memprediksi kebutuhan bantuan entilasi dan respon pengobatan

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 18

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    19/30

    0Bronkodilator.

    '. Pemeriksaan +nalisa gas darah

    Pemeriksaaan analisa gas darah biasanya dilakukan pada penderita dengan

    serangan asma yang berat. !eadaaan ini bisa teradi hipoksemia, hiperkapnia, dan

    asidosis respiratorik. !ondisi yang berat akan meningkatkan resiko komplikasi

    paru-paru.

    #. Cisioterapi dada.

    Merupakan istilah umum yang dipakai untuk membersihkan alan napas.

    3ndikasi fisoterapi dada dapat akut dan sebagai profilaksis. !eadaan akut untuk

    dilakukan fisioterapi adalah pada pasien- pasien dengan retensi sputum yang

    berlebihan atau abnormal akibat batuk yang terus menerus atau pada pasien yang

    batuknya sangat lemah.

    Pengel#laan pre#perati8

    5angkah pertama persiapan penderita dengan gangguan pernapasan yang

    menalani pembedahan adalah menentukan reersibilitas kelainan. Prosesobstruksi yang reersible adalah bronkospasme, sekresi terkumpul dan proses

    inflamasi alan napas. ;bstruksi yang tidak reersible dengan bronkodilator

    misalnya adalah empisema, tumor.

    Pasien dengan bronkospasme yang frekuen harus diobati dengan preparat

    bronkodilator yang berisi L-adenergik agonis, dosis terapi teopilin dan

    kortikosteroid.2 Pada pasien dengan serangan asma balans cairan dan elektrolit

    perlu dipelihara, pada kondisi ini pasien sering mengalami dehidrasi.

    Terapi me!i

    Preparat yang digunakan untuk asma adalah sebagai berikut /

    a. impatomimetik, atau beta 2 adrenergik agonis, menyebabkan bronkodilatasi

    melalui relaksasi otot polos yang diperantarai oleh =yclic adenosine

    monophosphate 0c+MP. ;bat-obat ini uga menghambat antihistamin dan

    uga neurotransmiter kolinergik.

    1 ;bat dengan selectie beta 2 adrenergik. Misalnya albuterol0entolin 2

    puffs atau lebih dengan M3 setiap "-4 am atau $,(m5?2m5 salin setiap

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 19

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    20/30

    4-' am. almeterol0sereent 2 puff dengan M3 setiap 12 am dan

    metaproterenol0+lupent 2 atau lebih puffs dengan M3 setiap "-4 am

    atau $,(m5?2m5 salin setiap 4-' am. Pasien-pasien yang menggunakan

    terapi L-bloker hendaknya L bloker yang tidak menimbulkan spasme

    bronkus seperti atenolol atsumetropolol atau esmolol."

    2 ;bat dengan campuran beta 1 dan beta 2 adrenergik meliputi epinefrin

    0adrenalin dan isoproteronol. Potensi kronotropik dan aritmogenik obat-

    obat ini perlu diperhatikan pada pasien dengan penyakit antung.

    Pemberian interena dosis kecil epinefrin 01g?mt dipertimbangkan pada

    pasien bronkospasme. Pada dosis $,2(-1g?mt efek agonis beta 2 dominan,

    dengan meningkatkan denyut antung akibat stimulasi betal adrenergik.

    Pada dosis tinggi epinefrin, efek alfa adrenergic menadi dominan, dengan

    peningkatan tekanan darah sistemik.

    b. Parasimpatolitik

    Mempunyai efek bronkodilatasi langsung dengan memblok kera asetilkolin

    pada second messenger seperti c)MP. ;bat-obat ini meningkatkan CD>1 pada

    pasien PP;! bila diberikan secara inhalasi. 3pratropium bromide, merupakan obat aksi singkat yang diberikan dengan

    inhaler dosis terukur atau dengan nebulier.

    ulfas atropine, $,2-$,A mg perlu diprtimbangkan karena dapat

    menyebabkan takikardi.

    c. Metil:antin

    Menyebabkan bronkodilatasi melalui hambatan fosfodiesterase, suatu enim

    yang bertanggung a&ab pada pemecahan c+MP. Dfek pulmoner obat ini lebih

    komplek termasuk pelepasan katekolamin, blockade pelepasan histamine, dan

    stimulasi diafragma.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    21/30

    inflamasi, edema, sekresi mukosa, kontriksi otot polos, stabilisasi membran

    mast sel. Meskipun sangat berguna pada eksaserbasi akut, efek klinisnya

    membutuhkan &aktu beberapa am. teroid dapat diberikan melalui inhalasi.

    teroid intraena yang sering digunakan meliputi hidrokortisone 1$$ mg tiap A

    am dan metilpredisolon $,( mg?kg setiap ' am pada asma bronkiale dan dosis

    lebih besar pada eksaserbasi asma berat. !ortikosteroid dapat meningkatkan

    efek langsung pada otot polos, kortikosteroid uga meningkatkan umlah

    reseptor beta 2 adrenergik dan responnya terhadap agonis beta 2 adrenergik.

    e. !romolin, merupakan obat inhalasi yang digunakan untuk profilaksis pada

    asma. Bekera dengan menstabilisasi membrane sel mast dan mengumpulkan

    pelesan akut mediator bronkoaktif. ;bat ini tidak berguna pada serangan akut

    bronkospasme.

    f. Mukolitik

    +setilsitein, diberikan melalui nebulisasi, dapat menurunkan iskositas

    mucus dengan memecahkan ikatan disulfide pada mukoprotein.

    Preme!ikai

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    22/30

    menyebabkan bronkodilatasi dengan adanya pelepasan histamin, aktiitas *1

    yang tanpa hambatan dengan blokade *2 dapat menimbulkan

    bronkokonstriksi.2

    e. Pada pasien asma yang sudah menggunakan bronkodilator inheler atau

    kortikosteroid inheler obat-obat ini perlu diba&a masuk ke ruang operasi.

    ianurkan pemberian kortikosteroid parenteral 0 Methilprednisolon 4$-A$

    mg 1-2 am sebelum induksi anestesi.'Bronkodilator harus diberikan sampai

    proses pembedahan selesai, pasien yang mendapatkan terapi lama

    glukokortikoid harus diberikan tambahan untuk mengkompensasi supresi

    adrenal. *idrokortison ($-1$$ mg sebelum operasi dan 1$$mg?A am selama

    1-" hari post operasi.2,@

    f. Pada penderita asma intubasi dapat diberikan lidocain 1-1,( mg?kgBB atau

    Centanyl 1-2 mcg?kgBB dapat menurunkan reaktifitas laring terhadap D

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    23/30

    pada alan napas ba&ah0

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    24/30

    deraat yang setara tetapi harus dinaikkan secara lambat karena sifatrnya iritasi

    ringan di alan napas. eofluran tidak terlalu berbau 0tidak menusuk dan

    memiliki efek bronkodilator serta sifatnya tidak iritasi di alan napas. +gen

    inhalasi halothane lebih efektif sebagai bronkodilator dibandingkan dengan

    isoflurane, namun bila dibandingkan dengan desfluran, desflurane dapat

    menyebabkan batuk dan dapat mencetus bronkospasme. amun halotan tidak

    ideal pada pasien yang menderita kelainan antung karena halotan dapat

    mengakibatkan disaritmia karena efek katekolamin release. +lternatif lain untuk

    menurunkan reflek pada alan nafas dapat diberikan 1,( mg?kg i. 1-" menit

    sebelum intubasi.

    2. ;bat-;bat 3nduksi 3ntraena

    6ntuk induksi anestesi dapat digunakan obat-obat yang mempunyai onset

    kera yang cepat. =ontoh obat induksi yang dapat digunakan adalah thiopenton,

    propofol, dan ketamin. !etamin, satu-satunya agen intraena dengan kemampuan

    bronkodilatasi, dengan menghambat re-uptake nonadrenalin pada uung syaraf

    simpatis sehingga berefek bronkodilatasi.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    25/30

    cepat dan akhit cepat pula.1' !etamin mempunyai efek bronkodilatasi selain efek

    analgesik untuk menghindari efek depresi respirasi, ketamin diberikan dengan

    pelan-pelan, ketamin uga mempunyai efek meningkatkan sekresi kelenar salia

    dan tracheobronchial. Dfek ini dapat dicegah dengan menggunakan antisialogogue

    seperti atropin ataupun gycopyrrolate.1#

    8eflek brokospasme dapat dicegah sebelum intubasi dengan pemberian

    tambahan tiopenton 1-2 mg?kgBB, pasien dientilasi dengan 2-" M+= agen

    olatil selama ( menit atau diberikan lidocain intraena atau intratracheal 1-2

    mg?kgBB.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    26/30

    Terapi Br#nk#pame Intra#perati8

    Bronkospasme pada intraoperatif ditunukan dengan &heeing, munculnya

    penurunan olume tidal ekshalasi atau munculnya suatu kenaikan pelan dari

    gelombang dicapnograf, hal ini dapat diatasi dengan mendalamkan anestesinya.

    ika tidak hilang maka perlu dipikirkan hal lain seperti sumbatan tube

    endotracheal dari kekakuan, balon yang terlalu keras, intubasi endobronchial,

    tarikan aktif karena anestesi dangkal, oedem pulmo atau emboli dan

    pneumothorak semua dapat menyebabkan bronkospasme.2 Bronkospasme harus

    ditangani dengan suatu beta adrenergik agonist baik secara aerosol atau inhelerkedalam alur inspirasi dari sirkuit napas 0gas pemba&a yang menggunakan dosis

    terukur dapat berinterferensi dengan pembacaan massa spectrometer.

    *idrokortison interena 01,(-2 mg ? kg dapat diberikan, terutama pada pasien

    dengan ri&ayat terapi glukokortikoid.2 asodilatasi pulmoner

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 26

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    27/30

    akibat pemberian beberapa bronkodilator dapat memperberat rasio entilasi

    perfusi yang sudah rendah ini. ;leh karena itu pada pasien-pasien yang

    teranestesi, yang penting adalah meningkatkan konsentrasi gas oksigen inspirasi

    menadi 1$$% pada saat teradi bronbkospasme. *al ini tidak hanya

    meminimalkan deraat hipoksia arteial tetapi uga meyakinkan tekanan partial

    oksigen dalam aleoli.14

    Pada akhir pembedahan sebaiknya pasien sudah bebas &heeing, aksi

    pelemas otot nondepolarisasi perlu direese dengan anticholin esterase yang tidak

    memacu teradinya bronkospasme, bila sebelumnya diberikan antikolinergik

    dengan dosis sesuai. Dkstubasi dalam perlu dilakukan sebelum teradi pulihnya

    reflek alan napas normal untuk mencegah brokospasme atau setelah pasien asma

    sadar penuh. 5idocain bolus 1,(-2 mg? kgBB diberikan intraena atau dengan

    kontinue dosis 1-2 mg? mnt dapat menekan reflek alan napas.2

    PENANGANAN P'ST 'PERATI5

    !ontrol nyeri post operasi yang bagus adalah epidural analgesia. +3

    harus dihindari karena dapat mencetus teradinya bronkospasme. ;ksigenasi harus

    tetap diberikan. Pasien asma yang selesai menalani operasi pemberian

    bronkodilator dilanutkan lagi sesegera mungkin pada pasca pembedahan.

    Pemberian bronkodilator melalui nebulator atau sungkup muka. ampai pasien

    mampu menggunakan M3 0Meteroid ose 3nheler sendiri secara benar.",1"

    1. Buka penutup dan pegang inheler tegak

    2. !ocok inhaler

    ". +ngkat sedikit kepala kebelakang dan ekshalasi sampai frc

    4.

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    28/30

    Pasien akan memperoleh manfaat dari terapi M3 specer bila memenuhi

    kriteria sebagai berikutJ"

    1. Crekuensi pernapasan E 2( kali?menit

    2. Mampu menahan napas selama ( detik atau lebih

    ". !apasitas ital O 1( ml?kgbb

    4. Mampu komunikasi erbal dan mengikuti instruksi

    (. !oordinasi tangan-mulut-inspirasi memadai

    '. PDC8 Q 1($ 5t?menit untuk &anita dan O 2$$ 5t?menit untuk pria

    Pada akhir pembedahan pasien harus bebas &heing, 8eersal pemblokneuromuskular nondepolarising dengan antikolinesterase tidak menimbulkan

    brokospasme ika diberikan dosis antikolinergik yang tepat. Pasien yang

    teridentifikasi resiko tinggi perlu dimasukkan ke unit monitoring post operatif,

    dimana fisioterapi dada dan suction dapat dilakukan. Penanganan nyeri post

    operatif adalah hal yang penting menurunkan bronkospasme. 1#Masalah berikut

    yang teradi pasca bedah adalah penurunan olume paru akibat anestesi dan

    pembedahan. ecara fisiologi hal tersebut oleh karena teradi penurunan >+

    0>entilasi +leolar dan C8= 0Cunctional 8esidual =apacity. Penurunan >+

    diaebabkan oleh penurunan olume semenit atau >D atau oleh peningkatn dead

    speace 0>. Penurunan >D pada pasca bedah disebabkan pengaruh anestesi,

    narkotik, sedasi, pelemas otot atau penyakit neuromuskuler, atau myesthenia

    grais, )uillain Barre, lesi pada medula spinalis serikalis, cedera pada neerus

    phrenicus. Peningkatan > teradi oleh emboli paru, penurunan curah antung,

    bronkospasme. Penurunan C8= biasanya disebabkan oleh atelektasis, edema paru,

    dan pneumonia. Penyebab atelektasis oleh karena entilasi tidak adekuat,intubasi

    endobronkhial, penekanan atau traksi pembedahan, pelemas otot, efusi pleura,

    cedera nerus phrenicus. Penurunan C8= pada posisi tegak ke posisi terlentang

    merupakan predisposisi timbulnya atelektasis sehingga mobilisasi dini akan

    menurunkan angka keadian komplikasi ini. 5atihan napas dalam dan incentie

    spirometry merupakan cara yang sama efektifnya untuk mengembangkan paru dan

    mempertahankan C8= atau dengan continous positie air&ay pressure 0=P+P

    dapat menghindarkan atelektasis sama baiknya dengan latihan napas dalam.

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 28

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    29/30

    isamping itu pengendalian nyeri secara adekuat seak a&al pasca bedah akan

    mengurangi hambatan batuk dan napas dalam serta mempermudah mobilisasi."

    +dapun !riteria untuk pera&atan di 3=6 /

    1. Pasien yang butuh bantuan >entilatory upport

    2. CD> atau PD> E ($%

    ". P=;2O ($ mm*g

    4. P;2 E ($ mm*

    BAB 0

    KESIMPU/AN

    1. +sma adalah satu keadaan klinis yang ditandai dengan episode berulang

    penyempitan bronkus yang reersible, biasanya diantara episode terdapat

    pernapasan yang lebih normal.

    Danita Dwityana Gamalwan (20090310024) Page 29

  • 8/9/2019 anaesthesi pada pasien asma

    30/30

    2. Penilaian terhadap reersibilitas penyakit penting dilakukan ealuasi pasien

    dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan

    radiologi, pemeriksaan +) dan pemeriksaan tes fungsi paru-paru.

    ". Pasien dengan ri&ayat asma frekuen atau kronis perlu dilakukan pengobatan

    sampai tercapai kondisi yang optimal untuk dilakukan operasi atau kondisi

    dimana geala-geala asma sudah minimal.

    4. Pencegahan bronkospasme pada saat operasi penting dilakukan terutama pada

    saat manipulasi alan napas. Pemilihan obat-obatan dan tindakan anestesi perlu

    dipertimbangkan untuk menghindari penggunaan obat-obatan dan tindakan

    yang merangsang teradinya bronkospasme atau serangan asma

    DA5TAR PUSTAKA

    1. Morgan ).D, 2$$' / +nestesi for patients &ith 8espiratory isease in =linical

    +naesthesiology third edition, page / (#1-(#'.

    2. 3ndro Mulyono, 2$$$ / Pengelolaan Perioperatif pada penderita gangguan

    Pernapasan dalam P3B R 3+3 diBandung, hal / 111-1"".

    ". !arnen B, 1@@@ / +sma Bronchial dalam 3lmu Penyakit alam, Balai Penerbit

    C!63, akarta, hal / 21-"@.4. ;beroi ), Phillip ), 2$$$ / Management of some Medical Dmergency ituation,

    Mc. )ra& *ill, page / "1(-"1A

    (. toelting 8.!, 1@@@ / Pharmacology in Pharmacology and Physiology in

    +naesthetic Practice, Courth edition, 5ippincott 7illiam G 7ilkins, page / 2("-

    41A.

    '. !ein =. ennehy and !enneth D. hepherd, 2$$2 / pecifik =onsideration &ith

    Pulmonary isease in =linical +naesthesia Prosedures of the Massachusetts

    )eneral *ospital, si: edition 5ippincott 7illiams G 7ilkins page / ""-41

    #. 5enfant =, !haltae . )3+. *5B3?7*; 7orkshop 8eport 2$$2.