ANA EKA FITRIANI -...
Transcript of ANA EKA FITRIANI -...
AKURASI ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN ACCURATE
TIMES DI KECAMATAN MESUJI MAKMUR
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
ANA EKA FITRIANI
11150440000006
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
iv
ABSTRAK
Ana Eka Fitriani. NIM 1115040000006. AKURASI ARAH KIBLAT
MENGGUNAKAN ACCURATE TIMES DI KECAMATAN MESUJI
MAKMUR. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. xii + 86
halaman 47 halaman lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan arah kiblat dengan
menggunakan data Accurate Times, mengetahui posisi arah kiblat masjid-masjid
di Kecamatan Mesuji Makmur dan menganalisis tingkat kesesuaian antara arah
kiblat di masjid Kecamatan Mesuji Makmur dengan metode bayangan kiblat
dengan menggunakan data Accurate Times.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian dilakukan terhadap arah kiblat masjid di Kecamatan Mesuji Makmur
dengan metode bayangan tepat mengarah ke kiblat dengan menggunakan data
Accurate Times. Metode analisis data yang dipergunakan adalah metode deskriptif
eksploratif, adapun jenis penelitiannya yaitu penelitian lapangan (field research)
dan penelitian kepustakaan (library research). Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini dilakukan terhadap masjid yang berada di Kecamatan Mesuji
Makmur sebanyak 14 masjid. Pemilihan sampel didasarkan pada jumlah
kelurahan yang berada di Kecamatan Mesuji Makmur yaitu sebanyak 14
kelurahan yang ada masjid jamiknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi arah kiblat masjid di
Kecamatan Mesuji Makmur yang diteliti semuanya menghadap ke Barat dengan
beberapa variasi kemiringan. Terdapat 2 masjid (14,28%) yang akurat, 1 masjid
(7,14%) yang ditoleransi keakuratannya, dan 11 masjid (78,58%) yang kurang
akurat dengan nilai deviasi yang beragam. Dengan demikian, hanya ada 2 masjid
(14,28 %) yang akurat dan sesuai dengan data yang tersaji dalam program
Accurate Times, selebihnya yaitu 12 masjid ( 85, 72%) yang tidak sesuai.
Kata Kunci : Akurasi, Arah Kiblat, Masjid, Accurate Times, Mesuji
Makmur.
Pembimbing : Dr. Maskufa, M.A.
Daftar Pustaka : Tahun 1973 sampai dengan Tahun 2016
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan
karunia, rezeki, waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
dalam proses penulisan skripsi ini. Dia-lah Tuhan semesta alam yang telah
menciptakan segala makhluk yang ada di bumi dan yang menciptakan segala
ilmu. Tuhan ciptakan matahari bersinar pada siang dan bulan pada malam,
keduanya terjadwal rapi tanpa pertentangan, dan dengan keduanya pula dapat
diketahui bilangan tahun dan hisab atau perhitungan waktu. Maha suci Allah
SWT Tuhan semesta alam, kepada-Nya lah penulis memohon ampun dan
perlindungan atas segala khilaf kesalahan penulis.
Sholawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Besar kita, Nabi Muhammad SAW, seorang pejuang, seorang da‟i, dan seorang
pemimpin perubahan alam semesta. Kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya,
tabi‟ tabi‟in dan para pengikut lainnya serta orang-orang yang senantiasa setia
pada agamanya hingga hari akhir.
Ucapan syukur dan terimakasih tak henti-hentinya penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melancarkan segala urusan penulis dalam proses
penulisan skripsi ini. Karena atas kekuasaan dan kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Akurasi Arah Kiblat Menggunakan
Accurate Times di Kecamatan Mesuji Makmur”.
Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, baik dari segi
penulisan skripsi ini maupun dari pribadi penulis. Untuk itu, dengan segenap
kerendahan hati, penulis memohon ampun kepada Allah SWT dan memohon
maaf kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini. Tak lupa pula penulis memohon kiranya kritik dan saran untuk
menyempurnakan skripsi ini, agar menjadi tambahan wawasan dan perkembangan
bagi ilmu pengetahuan serta bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
Pada kesempatan ini saya patut mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, S.H., M.H., M.A. Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum beserta segenap pimpinan, karyawan,
vi
dan staf yang telah berperan terhadap kemajuan kualitas spiritual
dan intelektual Mahasiswa/i Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Dr. Abdul Halim, M.Ag. Kepala Program Studi Hukum Keluarga
dan sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Indra Rahmatullah,
S.HI., M.H. yang telah banyak memberikan dukungan penuh
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Yayan Sopyan, S.H., M.Ag. selaku dosen Pembimbing
Akademik penulis yang telah memberikan dukungan dan
kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Maskufa, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, dan saran kepada penulis
hingga selesainya skripsi ini.
5. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik, memberikan
pengetahuan agama, intelektual, serta memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
6. Seluruh staff akademik dan staff perpustakaan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta staff perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum atas pelayanan yang sangat
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Kepala KUA Mesuji Makmur dan staff KUA Mesuji Makmur serta
seluruh masyarakat yang telah menerima dan memberikan waktu
kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Mesuji
Makmur.
8. Teruntuk kedua orang tua yang sangat penulis sayangi Ayahanda
Kumaidi dan Ibunda Susiwi serta ke dua adik penulis Ari dewiyanti
dan M. Adi Prasetyo yang selalu mendukung bahkan turut serta
dalam proses penelitian dan observasi.
9. Teruntuk para kerabat, sahabat, dan teman-teman yang selalu ada
ketika penulis mengalami kendala dalam proses penyelesaian
vii
skripsi ini, terkhusus untuk Abdillah Arief dan Finza Khasif
Ghifarani.
10. Sahabat Hukum Keluarga 2015 penulis sangat berterimakasih
untuk waktu delapan semesternya, terutama kelas A Hukum
Keluarga 2015, Arrabyatul Aidawiyah, Fatma Hidayah, Faiqah Nur
Azizah, Ladina Rosalinda, Riski Pangestu, Ahmad Zulfi Aufar, M.
Ihfal Alifi dan M. Iqbal Farisi.
11. Teruntuk teman seperjuangan dan senior yang telah banyak
membantu penulis, Kakak Mawar Diana, Kakak Nur Hamidah, dan
Kakak Maftuhatul Inayah.
12. Untuk keluarga ke duaku, seluruh alumni Pondok Pesantren
Raudhatul Ulum Indralaya Sumatera Selatan yang sedang
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
terkhusus saudari Hutri Rahayu, Defanti Putri Utami, Suci
Nurindah, Nurdiana Ramadhan dan M. Cahyo Rahmat.
Oleh karenanya, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh
komponen yang telah berjasa dan berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis tidak bisa membalas kebaikan mereka kecuali dengan doa, semoga Allah
SWT membalas perbuatan baik dan memberikan kelancaran rezeki bagi kita
semua. Aamiin.
viii
DAFTAR ISI
COVER
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................................i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.........................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 10
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 11
E. Literature Review ....................................................................................... 12
F. Kerangka Teori dan Konseptual................................................................. 13
G. Metodologi Penelitian ................................................................................ 15
H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 19
BAB II KAJIAN TEORITIS ARAH KIBLAT ............................................ 20
A. Pengertian Arah Kiblat .............................................................................. 20
B. Sejarah Kiblat ............................................................................................. 20
C. Hukum Menghadap Kiblat ......................................................................... 23
D. Landasan Normatif ..................................................................................... 25
E. Metode Penentuan Arah Kiblat .................................................................. 29
BAB III PROFIL PROGRAM ACCURATE TIMES ..................................... 43
A. Pengertian Accurate Times ........................................................................ 43
B. Biografi Mohammad Odeh ........................................................................ 43
C. Fitur-Fitur dalam Accurate Times (AT) ..................................................... 45
D. Tahapan dalam Menentukan Waktu Bayang-Bayang Matahari ................ 56
ix
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ARAHKIBLAT KECAMATAN
MESUJI MAKMUR MENGGUNAKAN PROGRAM ACCURATE TIMES ...... 64
A. Data Geografis Tempat .............................................................................. 64
B. Data Umum Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur ................................. 66
C. Metode yang Digunakan dalam Penentuan Arah Kiblat Masjid di
Kecamatan Mesuji Makmur .............................................................................. 70
E. Analisis Faktor Ketidakakuratan Arah Kiblat Masjid di Kecamatan Mesuji
Makmur ............................................................................................................. 80
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 83
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 83
B. SARAN ...................................................................................................... 84
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 85
LAMPIRAN
Soal Dan Jawaban Wawancara
Surat Izin Wawancara
Surat Keterangan Wawancara
Gambar-Gambar Hasil Penelitian
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Jumlah Desa di Kecamatan Mesuji Makmur ....................................... 65
Tabel 4. 2 Jumlah Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur .................................... 66
Tabel 4. 3 Jumlah Masjid yang Dijadikan Sampel ............................................... 67
Tabel 4. 4 Data Umum Kondisi Masjid ................................................................ 68
Tabel 4. 5 Data Status Tanah dan Bangunan Wakaf ............................................. 69
Tabel 4. 6 Data Status Tanah dan Bangunan Hibah.............................................. 69
Tabel 4. 7 Data Masjid yang Menggunakan Metode Arah Matahari .................... 70
Tabel 4. 8 Data Masjid yang Menggunakan Metode GPS .................................... 71
Tabel 4. 9 Data Masjid yang Menggunakan Metode Kompas Arah Mata Angin. 71
Tabel 4. 10 Data Masjid yang Menggunakan Metode Kompas Kiblat ................. 71
Tabel 4. 11 Data Masjid yang Menggunakan Metode Matahari+Kompas ........... 71
Tabel 4. 12 Data Masjid yang Menggunakan Metode Perkiraan .......................... 72
Tabel 4. 13 Waktu Bayangan Menghadap Kiblat di Kecamatan Mesuji Makmur 73
Tabel 4. 14 Data Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid di Kecamatan Mesuji
Makmur ................................................................................................................. 74
Tabel 4.15Data Hasil Pengukuran Arah Kiblat dan Selisih Jarak ke Kakbah.......77
Tabel 4. 16 Data Tingkat Keakuratan Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur ..... 77
Tabel 4. 17 Data Tingkat Keakuratan Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur
Berdasarkan Metode Pengukurannya .................................................................... 78
Tabel 4. 18 Data Masjid yang Akurat Arah Kiblatnya ......................................... 79
Tabel 4. 19 Data Masjid yang Keakuratannya dalam Toleransi ........................... 79
Tabel 4. 20 Data Masjid yang Tidak Akurat Arah Kiblatnya ............................... 79
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Tampilan Utama Software Accurate Times ...................................... 46
Gambar 3. 2 Tampilan Konversi Kalender Hijriyah dan Masehi ......................... 47
Gambar 3. 3 Tampilan Fitur Arah Kiblat .............................................................. 48
Gambar 3. 4 Tampilan Menu Preferences Accurate Times .................................. 49
Gambar 3. 5 Tampilan Pilihan Lokasi Kota Amman Yordania ............................ 50
Gambar 3. 6 Tampilan Jadwal Salat Kota Amman Yordania ............................... 50
Gambar 3. 7 Tampilan Menu Alarm Salat ............................................................ 51
Gambar 3. 8 Tampilan Penentuan Tanggal Visibilitas Hilal ................................ 52
Gambar 3. 9 Tampilan Fitur Peta Dunia Visibilitas Hilal ..................................... 53
Gambar 3. 10 Tampilan Fitur Teleskop pada Menu Telescope Control Accurate
Times ..................................................................................................................... 54
Gambar 3. 11 Tampilan Shortcut Accurate Times ................................................ 56
Gambar 3. 12 Tampilan Utama Accurate Times ................................................... 56
Gambar 3. 13 Tampilan Pilihan Lokasi pada Menu Location .............................. 57
Gambar 3. 14 Tampilan Titik Kordinat Mesuji Makmur ...................................... 58
Gambar 3. 15 Tampilan Utama Accurate Times ................................................... 59
Gambar 3. 16 Tampilan Fitur Penentuan Periode Waktu pada Menu Date.......... 60
Gambar 3. 17 Tampilan Arah Kiblat pada Menu Qiblah Direction ..................... 61
Gambar 3. 18 Tampilan Periode Waktu Bayangan Tepat ke Kiblat Tanggal 01
Januari 2019 sampai 09 Januari 2019 ................................................................... 61
Gambar 3. 19 Tampilan Periode Waktu Bayangan Tepat ke Kiblat Tanggal 10
Januari 2019 sampai 03 Februari 2019 ................................................................. 62
Gambar 3. 20 Tampilan Periode Waktu Bayangan Tepat ke Kiblat Tanggal 04
Februari 2019 sampai 28 Februari 2019 ............................................................... 63
Gambar 4. 1 Peta Wilayah Kecamatan Mesuji Makmur dan Daerah Perbatasannya
............................................................................................................................... 65
Gambar 4. 2 Perbandingan Alat Bantu Penentuan Arah Kiblat di Kecamatan
Mesuji Makmur ..................................................................................................... 72
Gambar 4. 3 Gambar Arah Kiblat Kecamatan Mesuji Makmur dari Accurate
Times ..................................................................................................................... 74
xii
Gambar 4. 4 Gambar Perbandingan Tingkat Keakuratan Arah Kiblat di
Kecamatan Mesuji Makmur .................................................................................. 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya salat. Syarat
yang dalam bahasa Arabnya “Al-Syartu” bermakna syarat atau janji.1 Sedang
maknanya secara istilah ialah sesuatu yang menjadi tempat bergantung
wujudnya hukum. Tidak adanya syarat berarti pasti tidak adanya hukum,
tetapi wujudnya tidak pasti wujudnya hukum.2
Adapun beberapa syarat sahnya salat, yaitu:3
1. Mengetahui masuknya waktu salat.
2. Suci dari dua hadats (kecil dan besar).
3. Suci dari berbagai najis.
4. Menutup aurat.
5. Menghadap kiblat.
6. Niat.
7. Tertib dalam menunaikan salat.
8. Tidak terputus hubungan dalam setiap perbuatannya.
9. Meninggalkan percakapan yang tidak berkaitan dengan salat.
10. Meninggalkan perbuatan yang tidak ada kaitannya dengan salat.
11. Meninggalkan makan dan minum.
Dari beberapa syarat di atas, terdapat satu syarat yang akan penulis
bahas, yaitu menghadap kiblat.
Perintah menghadap kiblat terdapat dalam firman Allah Q.S Al-
Baqarah ayat 144.
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 710. 2 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016), h. 82.
3Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adilatuhu, Penerjemah Abdul Hayyie al-
Kattani, dkk, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2010, h. 569-622.
2
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit4, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan
dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan
Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke
Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
Kata قد yang diterjemahkan dengan sering pada firman-Nya: Sungguh
Kami sering melihat wajahmu (penuh harap) menengadah ke langit ada yang
memahaminya dengan arti sedikit sehingga, bila pendapat ini diterima,
terjemahan ayat di atas adalah Kami sesekali melihat wajahmu (penuh harap)
menengadah ke langit. Apakah sesekali atau sering, melalui ayat ini Allah
menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Dia mengetahui
keinginan, isi hati, atau doa beliau agar kiblat segera dialihkan ke Mekah,
baik sebelum adanya informasi dari Allah tentang sikap orang-orang Yahudi
apabila kiblat dialihkan.
Ayat tersebut kemudian menambahkan uraiannya dengan menyatakan:
Maka, guna memenuhi keinginanmu, serta mengabulkan doamu, sungguh
Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang engkau sukai, maka kini
palingkanlah wajahmu ke arah Masjid al-Haram. Demikian Allah
mengabulkan keinginan Nabi Muhammad SAW .5
4
Maksudnya ialah Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit mendoa dan
menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah. 5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an),
(Tangerang: Lentera Hati, 2002), vol. 1, h. 350.
3
Sementara kaum Sufi menggarisbawahi bahwa ayat ini
memerintahkan untuk mengalihkan wajah, bukan hati dan pikiran. Karena,
hati dan pikiran hendaklah mengarah kepada Allah SWT. Hati dan isinya
adalah sesuatu yang gaib. Maka, sesuai dengan sifatnya itu, ia pun harus
mengarah kepada Yang Maha Gaib, sedangkan wajah adalah sesuatu yang
nyata, maka ia pun diarahkan kepada sesuatu yang sifatnya nyata, yaitu
bangunan berbentuk kubus yang berada di Masjid Al-Haram.
Selanjutnya, setelah jelas bahwa keinginan Nabi Muhammad SAW
telah dikabulkan, perintah kali ini tidak lagi hanya ditujukan kepada beliau
sendiri, sebagaimana bunyi redaksi penggalan ayat yang lalu, tetapi ditujukan
kepada semua manusia tanpa kecuali, sebagaimana dipahami dari redaksi
berikut yang berbentuk jamak, Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah
wajah -wajah kamu ke arahnya.
Ayat ini turun ketika Nabi Muhammad SAW berada di satu rumah di
Madinah, yang kini dikenal dengan Masjid Bani Salamah sehingga dimana
saja kamu berada, walau bukan di rumah tempat turunnya ayat ini atau bukan
pada waktu itu.
Bagaimana dengan as-sufaha yang telah disinggung sebelumnya?
Lanjutan ayat menjelaskan bahwa: Sesungguhnya orang-orang yang diberi
Al-Kitab, yakni Taurat dan Injil mengetahui bahwa berpaling ke Masjid Al-
Haram itu adalah benar dari Tuhan mereka dan juga Tuhan kaum muslimin.
Mereka mengetahui bahwa itu benar, karena dalam kitab mereka ada
keterangan bahwa nabi yang akan diutus akan mengarah ke dua kiblat Bait
Al-Maqdis dan Kakbah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan, termasuk upaya mereka menyembunyikan kebenaran itu.6
Arah hadap tersebut dinamakan dengan “قبهت” sesuai dengan makna
bahasanya yaitu menghadap. Ketika salat umat Islam wajib menghadap ke
Kakbah yang berada di dalam Masjidil Haram. Kakbah sesuai dengan makna
bahasanya ارتفاع yaitu ketinggian. Ditinjau dari bentuknya, Kakbah tersebut
6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an), h.
418-419.
4
tinggi menjulang ke atas. Pernyataan ini disebutkan oleh Khatib al-Syarbaini
dalam Mughni Muhtaj:7
يت قبهت لن انمصهي يقابهها وكؼبت لرتفاػها سم
Artinya: “Disebut dengan kiblat karena orang yang salat
menghadapnya, dan Kakbah karena ketinggiannya.”
Jika seseorang itu dapat menatap Kakbah, maka orang itu diharuskan
menghadap bangunan Kakbah itu. Hal ini sudah menjadi kesepakatan fuqaha.
Namun jika Kakbah tidak tampak oleh mata, fuqaha berbeda dalam dua hal.
Pertama, apakah diwajibkan menghadap bangunan Kakbah (ain al-
Kabah).
Kedua, apakah cukup diwajibkan ke arah Kakbah saja (jihah al-
Kabah).8
Sebagian fuqaha berpendirian bahwa yang wajib itu adalah
menghadap bangunan Kakbah (ain al-Kabah). Sedang yang lainnya cukup
menghadap ke arah Kakbah saja. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh adanya
ayat:9
“... maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram”. (QS. Al-
Baqarah: 149)10
Satu pendapat memperkirakan adanya lafal tersembunyi dari ayat di
atas. Sehingga perkiraan bunyi ayat adalah:
جهة
7 Rabiatul Adawiyah Nasution, “Hukum Menghadap Ain al-Kabah dalam Salat Bagi
Orang yang Jauh dari Mekah Menurut Imam Nawawi dan Relevansinya dengan Penerapan Ilmu
Falak di Indonesia.” (Tesis Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, 2014), h. 2. 8 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid. Penerjemah Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun.
Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid), Jakarta: Pustaka Amani, 2007, cet. III, h. 242. 9 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid), h. 243.
10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya,
(Semarang: Raja Publishing, 2011), h. 23.
5
"Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil haram”. (QS. Al-Baqarah: 149)
Atau di dalam ayat tersebut tidak terdapat kata-kata yang dibuang
(mahdzuf) dan kalimat tersebut demikian hakikatnya.
Fuqaha yang berpendapat bahwa di dalam ayat tersebut terdapat kata-
kata yang dibuang, mereka ini berkesimpulan bahwa yang diwajibkan adalah
menghadap arahnya.
Sedang fuqaha yang menganggap tidak ada kata-kata yang dibuang
berkesimpulan bahwa yang diwajibkan adalah menghadap bangunan Kakbah.
Mereka berpendapat bahwa satu kalimat harus diambil pengertian
sebenarnya, kecuali terdapat dalil yang bisa dipakai sebagai alasan untuk
mengartikannya secara majaz.11
Firman Allah kata انشطر artinya arah dan tujuan,
seperti kata Al-Huzaili:
ان انؼسير بها داء مخا مرها فشطرها وظرانؼيىيه محسىر
Kata شطرها berarti وحىها, seperti kata Ibnu Amar:
ذة قذكارب انؼقذ مه ايفا دها انحقباتؼذوبىا شطرجمغ وهي ػا ق
Pendapat di atas, itulah yang diakui para ahli tafsir. Ulama yang
berpendapat demikian menyebutkan:
Sufyan bin Waki‟ menceritakan kepada kami, katanya: Ayahku
menceritakan kepada kami, dari Sufyan, dari Daud bin Abi Hindi, dari
Abu Aliyah, tentang firman Allah artinya
menghadap Masjidil Haram.
Al Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya: Abdullah bin Shalih
menceritakan kepada kami, katanya Mu‟awiyah menceritakan kepada
11
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid), h. 243.
6
kami, dari Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, tentang firman
Allah artinya, ke arah Masjidil Haram.
Qasim menceritakan kepada kami, katanya: Husain menceritakan kepada
kami, katanya: Hajjaj menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu Juraij
berkata: Amr bin Dinar memberitahukan kepadaku, dari Ibnu Abbas,
katanya: انشطرة artinya arahnya.12
Kemudian dalam QS. Al-Baqarah ayat 150, Abu Ja‟far mengatakan: firman
Allah:
Artinya: “Di tempat dan daerah manapun kamu berada, wahai
Muhammad, tetaplah menghadapkan wajahmu ke arah Masjidil
Haram, yakni sisi (Kakbah) Masjidil Haram.”13
Dengan demikian, ayat ini mencakup sudah semua tempat dan
keadaan. Dari mana saja engkau keluar wahai Nabi Muhammad SAW , dari
Madinah menuju Mekah, atau ke Thaif, atau Hunain atau ke mana saja, maka
arahkan wajahmu ke sana. Bukan hanya Engkau, umatmu pun demikian.
Dimana saja mereka berada, di Mekah atau di Jakarta atau di mana saja,
mereka semua ketika salat harus mengarah ke Kakbah.14
Demikian ayat-ayat ini mengakhiri uraian tentang pengalihan kiblat
dari Masjid Al-Aqsha, di Palestina ke Kakbah di Masjid Al-Haram, Mekah.
Para ulama telah membuat konsensus (ijma’) yang menetapkan
Kakbah sebagai arah atau kiblat bagi seluruh umat Islam dalam melaksanakan
ritual ibadah salat.15
12
Abu Ja‟far bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an.
Penerjemah: Ahsan Askan. Tafsir Ath-Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 633-634. 13
Abu Ja‟far bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, h. 656. 14
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an),
(Tangerang: Lentera Hati, 2002), vol. 1, h. 357. 15
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet I, h. 128
7
Berkaitan dengan kewajiban menghadap kiblat yang terilhami dari
perintah agama, maka ilmu pengetahuan berupaya untuk menyelaraskan apa
yang diinginkan oleh nash itu dengan melihat fenomena alam dalam hal ini
adalah keadaan Bumi yang relatif bulat. Implikasinya adalah kemana pun
muka kita dihadapkan akan bertemu juga dengan Kakbah. Persoalannya
apakah yang dimaksudkan dengan arah itu? Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata “arah” itu mempunyai dua arti, yaitu “tujuan” dan
“maksud”.16
Apabila arti arah tersebut digunakan dalam konteks ini, maka menjadi
relatiflah menghadap ke arah Kakbah itu karena dapat dilakukan dengan
menghadap ke dua arah yang berlawanan. Oleh karena itu, para ahli
astronomi menggunakan arah dalam pengertian jarak terdekat dari suatu
tempat ke Mekah yang dapat diukur melalui lingkaran besar. Maka, menurut
Hasby Ash-Shiddieqy, setelah menafsirkan “kiblat” pada ayat 144 surah Al-
Baqarah dengan “arah kiblat”. Kaum Muslimin harus mengetahui posisi
Baitul Haram dengan cara mempelajari Ilmu Bumi dan Ilmu Falak. Dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang ilmu falak atau
astronomi maka menentukan arah kiblat bagi suatu tempat di Bumi bukan
merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan.17
Jika diperhatikan perkembangan cara atau metode menentukan arah
kiblat yang dilakukan oleh para ulama dan tokoh masyarakat di Indonesia,
dari waktu ke waktu, mengalami peningkatan yang cukup signifikan,18
juga
tidak tampak adanya dikotomi antara Mazhab Hisab dengan Mazhab
Rukyah.19
Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan yang ada.20
Peningkatan tersebut terlihat dari segi teknologi
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online diakses tanggal 05 Maret 2019 pada
pukul 16.32, dari : https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/arah 17
Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), cet. I,
h. 60-61. 18
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis), cet I, h. 137. 19
Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, (Jakarta, Erlangga, 2007), h. 40. 20
Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, cet. I, h. 61.
8
(baca: alat-alat) yang digunakan maupun dari aspek kualitas akurasinya. Dari
segi alat-alat untuk mengukur, dapat dilihat perkembangannya mulai dari alat
yang sederhana seperti tongkat istiwa’, rubu’ mujayyab sampai dengan alat
yang berupa kompas dan theodolite.21
Ditinjau dari beberapa pendapat ulama yang mewajibkan menghadap
ke ain al-Kabah dan dengan berlandaskan dalil ayat Al-Qur‟an yang
mengharuskan menghadap ke Kakbah. Kemudian, didukung dengan
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang memadai, maka sudah
seharusnya arah kiblat pada masjid-masjid di Indonesia ini tepat menghadap
ke ain al-Kabah.
Namun, pada kenyataannya perkembangan teknologi tidak serta merta
membuat masjid-masjid dan mushalla pada daerah-daerah tertentu dalam
posisi menghadap sesuai dengan arah kiblat. Sebagai contoh yaitu:
Di wilayah kecamatan Tanah Sareal Bogor berdasarkan 54 masjid yang
dijadikan sampel, hasil penulisan menunjukkan bahwa 11 masjid atau
20,4% yang akurat. Adapun masjid yang kurang akurat terdapat 43
masjid atau 79,6%.22
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan terhadap
beberapa masjid yang dijadikan sampel di wilayah kecamatan Pamulang,
maka arah kiblat masjid yang berada di kecamatan Pamulang adalah
tidak akurat, sebab 47 masjid atau 94% arah kiblatnya tidak tepat, ini
disebabkan karena teknis serta alat yang digunakan belum memenuhi
standar. Mengenai masjid yang tepat arah kiblatnya, berdasarkan hasil
survey dari 50 masjid yang dijadikan sampel hanya 3 masjid atau 6%
saja.23
21
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 139. 22
Danu Apriatno, “Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan Tanah Sareal
Bogor dan Problematikanya.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010), h. 80. 23
Afni Desiana Dalimunthe, “Akurasi Arah Kiblat di Wilayah Kecamatan Pamulang.”
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 86-87.
9
Hasil penulisan pada mushalla yang terdapat di SMA Kota Tangerang
menunjukkan dari 30 mushalla atau sekolah yang dijadikan sampel,
terdapat 3 mushalla atau 10% yang akurat. Sedangkan sisanya 27
mushalla atau 90% tidak akurat.24
Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat hasil penulisan
menunjukkan dari 50 masjid yang dijadikan sampel terdapat 10 masjid
yang akurat atau 20% selebihnya 80% tidak tepat arah kiblatnya, pada
umumnya masyarakat mengetahui alat-alat ukur arah kiblat pada zaman
ini yang sudah canggih, seperti kompas, dengan presentase 40% namun
sayangnya masyarakat tidak mengetahui metode yang benar dalam
menentukan arah kiblat sehingga masih banyak masjid di perkotaan
belum akurat arah kiblatnya.25
Di wilayah kecamatan Payakumbuh Utara hasil penulisan menunjukkan
dari 25 masjid hanya 9 masjid atau 36% yang tepat, 1 masjid atau 4%
ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid atau 60% tidak tepat.
Sedangkan dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10 mushalla
atau 20% yang tepat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi ketepatan arah
kiblatnya, dan 38 mushalla atau 76% tidak tepat arah kiblatnya.26
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat keakuratan arah
kiblat pada wilayah-wilayah tersebut cenderung tidak akurat. Bahkan pada
wilayah perkotaan, didapati bahwa tingkat keakuratan arah kiblatnya relatif
rendah.
Untuk itu, dengan melihat pada penelitian-penelitian sebelumnya yang
menunjukkan bahwa keakuratan arah kiblat cenderung tidak tepat, maka
penulis berupaya menganalisis ketepatan arah kiblat pada beberapa masjid di
24
Almahsuri. “Akurasi Arah Kiblat Mushalla SMA di Kota Tangerang.” (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 81. 25
Pitri Wulandari, “Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah Perkotaan di Wilayah Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 82. 26
Daniel Alfaruqi, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan
Payakumbuh Utara.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015), h. 87.
10
Kecamatan Mesuji Makmur Palembang Sumatera Selatan. Karena melihat
adanya masjid di daerah tersebut yang belum mengarah tepat pada Kakbah
dan belum adanya upaya penyesuaian arah kiblat. Beberapa masjid di daerah
tersebut relatif menghadap ke Barat, hal ini menyebabkan kekeliruan
masyarakat ketika salat di rumah, karena acuan arahnya menyesuaikan
dengan kemana arah masjid menghadap.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan
melakukan penelitian tentang akurasi arah kiblat Masjid di Kecamatan Mesuji
Makmur Palembang Sumatera Selatan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Akurasi Arah Kiblat Menggunakan Accurate Times di Kecamatan
Mesuji Makmur”.
B. Identifikasi Masalah
1. Menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sah salat.
2. Menghadap kiblat hukumnya wajib.
3. Perbedaan dalam memahami arti “arah” kiblat.
4. Pemahaman kiblat terbagi menjadi dua, yaitu jihah al-kabah dan ain al-
kabah.
5. Kemajuan teknologi dan keilmuwan yang ada pun telah mendukung
keakuratan menghadap arah kiblat secara tepat.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penulisan dan pembahasan dalam skripsi,
sehingga masalah yang akan diangkat jelas, maka penulis membatasi
masalahnya hanya pada arah kiblat masjid di wilayah Kecamatan Mesuji
Makmur yang terdiri dari 20 desa / kelurahan dan masjid yang diteliti
merupakan masjid yang memiliki halaman yang luas atau tidak terdapat
suatu benda yang menjadi penghalang cahaya Matahari ke masjid.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penulisan ini adalah bagaimana tingkat akurasi arah kiblat masjid di
Kecamatan Mesuji Makmur berdasarkan metode Accurate Times.
11
Adapun pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana menentukan akurasi arah kiblat dengan metode bayangan
tepat mengarah ke kiblat berdasarkan data Accurate Times?
b. Bagaimana posisi arah kiblat masjid di Kecamatan Mesuji Makmur?
c. Apakah posisi arah kiblat masjid di Kecamatan Mesuji Makmur sudah
sesuai dengan data Accurate Times?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penentuan arah kiblat dengan menggunakan data bayangan
kiblat dari Accurate Times.
2. Mengetahui posisi arah kiblat masjid-masjid di Kecamatan Mesuji
Makmur.
3. Mengetahui dan menganalisis tingkat kesesuaian antara arah kiblat di
masjid Kecamatan Mesuji Makmur dengan metode bayangan kiblat dari
data Accurate Times.
Adapun manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Bagi Penulis
Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam rangka pemenuhan
kewajiban dan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum
dalam Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Manfaat Bagi Masyarakat
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat wilayah
objek penelitian pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Semoga dengan adanya penelitian ini dapat merubah mindset masyarakat
yang notabenenya berpendidikan rendah sehingga seringkali
mengenyampingkan permasalahan keilmuwan yang sebetulnya sangat
berpengaruh bagi kehidupan. Dengan terlaksananya penelitian ini juga
diharapkan dapat merubah arah kiblat pada masjid-masjid wilayah objek
penelitian dan semoga dapat diterima oleh masyarakat serta dilaksanakan
12
sebagaimana semestinya guna memperbaiki kualitas ibadah kepada Allah
SWT.
3. Manfaat Bagi Lembaga
Semoga dapat dijadikan rujukan ataupun pedoman dan merupakan
dokumen yang bisa dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.
E. Literature Review
Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah menemukan beberapa
skripsi yang juga membahas tentang penentuan arah kiblat. Berikut deskripsi
singkat mengenai skripsi yang penulis temukan:
Danu Apriatno (2010) dengan judul skripsi “Akurasi Arah Kiblat
Masjid di Wilayah Kecamatan Tanah Sareal Bogor dan Problematikanya”.
Adapun metode penentuan arah kiblat yang digunakan dalam skripsi ini
adalah segitiga arah kiblat dan kompas. Hasil menunjukkan dari 54 masjid
yang dijadikan sampel, ada 11 masjid (20,4%) yang akurat dan sisanya
sebanyak 43 masjid (79,6%) kurang akurat.27
Afni Desiana Dalimunthe (2011) dengan judul skripsi “Akurasi Arah
Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan Pamulang”. Metode penentuan arah
kiblat yang digunakan dalam skripsi ini adalah dengan segitiga arah kiblat
dan kompas. Berdasarkan 50 masjid yang dijadikan sampel, hanya 3 masjid
(6%) yang tepat arah kiblatnya, sedangkan 47 masjid (94%) lainnya tidak
tepat.28
Almahsuri (2012) dengan judul skripsi “Akurasi Arah Kiblat Mushalla
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang”. Adapun metode
penentuan arah kiblat pada skripsi ini adalah dengan menggunakan data yang
diperoleh dari situs www.qiblalocator.com dan kompas sebagai penunjuk
arah. Hasil penelitian pada mushalla yang terdapat di SMA Kota Tangerang
menunjukkan dari 30 mushalla atau sekolah yang dijadikan sampel, terdapat
27
Danu Apriatno, “Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan Tanah Sareal
Bogor dan Problematikanya.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010), h. 80.
28
Afni Desiana Dalimunthe, “Akurasi Arah Kiblat di Wilayah Kecamatan Pamulang.”
(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 86-87.
13
3 mushalla atau 10% yang akurat. Sedangkan sisanya 27 mushalla atau 90%
tidak akurat.29
Pitri Wulandari (2013) dengan judul skripsi “Akurasi Arah Kiblat
Masjid Daerah Perkotaan di Wilayah Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat”. Metode penentuan arah kiblat yang digunakan dalam skripsi
tersebut adalah segitiga arah kiblat dan kompas. Hasil penelitian
menunjukkan dari 50 masjid yang dijadikan sampel terdapat 10 masjid yang
akurat atau 20% selebihnya 80% tidak tepat arah kiblatnya.30
Daniel Al Faruqi (2015) dengan judul skripsi “Akurasi Arah Kiblat
Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan Payakumbuh Utara”. Adapun
metode penentuan arah kiblat yang digunakan pada skrispi ini adalah dengan
menggunakan media Mizwala Qibla Finder. Hasil penelitian menunjukkan
dari 25 masjid hanya 9 masjid atau 36% yang tepat, 1 masjid atau 4%
ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan 15 masjid atau 60% tidak tepat.
Sedangkan dari 50 mushalla yang dijadikan sampel, hanya 10 mushalla atau
20% yang tepat, 2 mushalla atau 4% ditoleransi ketepatan arah kiblatnya, dan
38 mushalla atau 76% tidak tepat arah kiblatnya.31
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya ialah metode penentuan arah kiblat yang akan penulis gunakan,
yaitu menggunakan metode bayangan kiblat dengan berdasarkan data dari
program Accurate Times.
F. Kerangka Teori dan Konseptual
Akurasi menurut KBBI adalah kecermatan, ketelitian, dan ketepatan.
Sedangkan menurut istilah akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil
29
Almahsuri, “Akurasi Arah Kiblat Mushalla SMA di Kota Tangerang.” (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 81. 30
Pitri Wulandari, “Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah Perkotaan di Wilayah Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 82. 31
Daniel Alfaruqi, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Kecamatan
Payakumbuh Utara.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015), h. 87.
14
pengukuran dengan nilai yang benar atau diterima dari kuantitas besaran yang
diukur.32
Kiblat yang mempunyai pengertian arah, berarti identik dengan kata
jihah atau syathrah, yang dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah Azimuth.
Dalam wacana Ilmu Falak, azimuth diartikan sebagai arah yang posisinya
diukur dari titik utara sepanjang lingkaran horizon searah jarum jam.33
Kiblat
diartikan juga dengan arah ke Kakbah di Mekah (pada waktu salat).
Sementara itu, arah sendiri adalah jarak terdekat dari suatu tempat ke Mekah.
Hisab arah kiblat adalah perhitungan untuk mengetahui jarak yang terpendek
antara suatu tempat deng an Kakbah, yaitu suatu arah yang wajib dituju oleh
umat Islam ketika melakukan salat.34
Cara-cara yang biasa digunakan dalam perhitungan arah kiblat adalah
dengan memanfaatkan bayang-bayang kiblat dan dengan memanfaatkan letak
geografis suatu wilayah. Selain itu terdapat cara yang lebih modern, yaitu
dengan menggunakan program Accurate Times versi 5.1 yang diluncurkan
pada 26 Juni 2005.35
Accurate Times (AT) adalah perangkat lunak resmi yang diadopsi oleh
Kementerian Urusan Islam di Yordania untuk menghitung waktu salat di
Yordania. Dan juga, ini adalah perangkat lunak resmi untuk menghitung
waktu sholat di UEA. Perangkat lunak ini berjalan di bawah Windows.36
Penulis berupaya memanfaatkan teori-teori yang ada dan dibantu
dengan data yang diperoleh dari program Accurate Times dalam menentukan
waktu ketika arah bayangan suatu benda tepat mengarah ke Kakbah, yang
kemudian akan dilakukan pengukuran arah kiblat menggunakan tongkat.
32
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online diakses tanggal 11 Desember 2018
pukul 10.48, dari : https://kbbi.kemdikbud.go.id/ 33
Moh. Mortadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 123-124. 34
Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, cet. I, h. 55-56. 35
Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, h. 164. 36
International Astronomycal Center diakses tanggal 20 Maret 2019 pukul 12:54, dari :
http://www.icoproject.org/
15
Kerangka Konseptual
G. Metodologi Penelitian
Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode
merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang
diinginkan.37
Sedangkan metodologi atau methodology diturunkan dari kata
Yunani “methodos” dan “ology”. Methodos = meta hodos adalah “the way
along which”. “Ology” adalah kata Yunani untuk “the study of” atau “studi
tentang”. Jadi, metodology adalah studi tentang metode atau studi tentang the
way along which.38
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan penulisan ilmiah (research) adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan logis dengan mengendalikan
atau tanpa mengendalikan berbagai aspek/variabel yang terdapat dalam
fenomena, kejadian, maupun fakta yang diteliti untuk dapat menjawab
pertanyaan atau masalah yang diselidiki.39
Dengan demikian, metodologi
penelitian ialah ilmu tentang metode penelitian.40
37
Ulber Silalahi, Metode Penulisan Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2009), cet. I, h.
12. 38
Ulber Silalahi, Metode Penulisan Sosial Kuantitatif, (Bandung: Refika Aditama, 2015),
h. 16. 39
A. Muri Yusuf, Metode Peneltian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan,
(Jakarta: Prenada Media, 2016), cet. III, h. 26. 40
Ulber Silalahi, Metode Penulisan Sosial, h. 13.
Arah
Kiblat
Masjid
di
Mesuji
Pengukura
n Tingkat
Akurasi
Hasil Akurasi
Arah Kiblat di
Mesuji
Makmur Pengukuran
Kiblat dengan
data Accurate
Times
Data
Accurat
e Times
16
1. Jenis Penelitian
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan atau field research merupakan penelitian yang
sumber datanya diambil dari objek penelitian atau proses terjun langsung
secara aktif ke lapangan untuk meneliti objek penelitian. Objek penelitian
dalam hal ini adalah masjid-masjid yang berada di Kecamatan Mesuji
Makmur Kabupaten Ogan Komering Ilir.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan atau library research yaitu untuk
memperoleh landasan teoritis yang ada kaitannya dengan judul yang
penulis bahas, dimana penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji
buku-buku, makalah, artikel maupun website.
Kepustakaan tidak hanya mengumpulkan, membaca dan mencatat
literatur/buku-buku yang difahami banyak orang, tetapi jauh dari itu,
penelitian kepustakaan harus memperhatikan langkah-langkah dalam
meneliti kepustakaan, harus memperhatikan metode penelitian dalam
rangka mengumpulkan data, membaca dan mengolah bahan pustaka serta
peralatan yang harus dipersiapkan dalam penelitian tersebut, kegunaannya
mempermudah penulis dalam mendapatkan data.41
2. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primernya adalah software Accurate Times dan
observasi. Penulis menggunakan data waktu yang diperoleh dari Accurate
Times dan dengan mengamati bayangan Matahari pada masjid-masjid di
Kecamatan Mesuji Makmur.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder di dapat dari library research yaitu buku-
buku, artikel, jurnal, dan beberapa penelitian terdahulu.
3. Teknik Pengumpulan Data
41
Pengertian Penulisan Kepustakaan, diunduh tanggal 14 April 2018 pukul 14.50, dari :
http://repository.uinsu.ac.id/640/1/(5)PENULISAN%20KEPUSTAKAAN.pdf
17
Untuk mengumpulkan data-data yang akurat dan sistematis saat
penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek
yang diselidiki.42
Artinya observasi merupakan salah satu metode
pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian langsung ke wilayah
yang dijadikan objek penelitian. Dalam hal ini, penulis melakukan
penelitian langsung ke 22 desa/kelurahan di Kecamatan Mesuji Makmur.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses
interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau
orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.43
Wawancara yang penulis lakukan yaitu dengan cara tanya jawab langsung
dengan para pihak yang berkaitan dengan pembahasan penulis, seperti H.
Kodin selaku Kepala KUA Kecamatan Mesuji Makmur dan
pengurus/DKM dari beberapa masjid yaitu, Masjid Darussalam Tegal Sari,
Darussalam Cahya Mulya, Darul Iman Karya Jaya, Al-Hikmah Bina Tani,
Baiturrahman Pematang Sari, Al-Ikhlas Catur Tunggal, Al-Hidayah
Pematang Jaya, dan Masjid Mari Taqwa Cahayamas.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu
yang sudah berlalu. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, artefacts,
gambar, maupun foto.44
Sedangkan dokumentasi merupakan pengambilan
42
Yayan Sopyan, Metode Penulisan untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,
(Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) 43
A. Muri Yusuf, Metode Peneltian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan,
cet. III, h. 372. 44
A. Muri Yusuf, Metode Peneltian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan,
cet. III, h. 391.
18
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dalam hal ini penulis
mengambil dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang tersedia di lembaga
pemerintahan setempat yang dijadikan lokasi penelitian. Selain dokumen
dari lembaga pemerintahan, penulis juga mengambil data-data dari
literatur dan referensi yang berkaitan dengan judul penelitian ini.
d. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili
populasi tersebut. Sampel dipilih dengan hati-hati sehingga dengan
melalui cara demikian penulis akan dapat melihat karakteristik total
populasi.45
Dalam hal ini, penulis menggunakan cara random sampling
yaitu dengan memilih secara acak masjid-masjid di wilayah objek
penulisan.
4. Metode Analisis Data
Setelah mendapatkan seluruh data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian baik dari library research maupun field research melalui
wawancara pihak terkait, observasi langsung ke beberapa masjid yang
telah ditentukan, dan hasil studi dari dokumen-dokumen yang didapatkan.
Data-data tersebut yang kemudian akan dianalisa dengan analisa kualitatif,
yaitu proses mereview dan memeriksa data, menyintesis dan
menginterpretasikan data yang terkumpul sehingga dapat menggambarkan
dan menerangkan fenomena atau situasi sosial yang diteliti.46
Lalu
diinterpretasikan dengan metode deduktif. Adapun metode yang penulis
gunakan adalah metode deskriptif eksploratif yaitu menggambarkan secara
jelas dan terperinci mengenai suatu keadaan yang terjadi di lapangan
secara objektif, sehingga didapatkan fakta-fakta hukum yang akan
diselidiki.
45
A. Muri Yusuf, Metode Peneltian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan,
cet. III, h. 150. 46
A. Muri Yusuf, Metode Peneltian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan Gabungan,
cet. III, h.400.
19
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan yang akan digunakan dalam penulisan ini
berdasarkan buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
H. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan dalam penelitian ini penulis akan membahas
beberapa persoalan yang akan disajikan dalam 5 Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, identifikasi, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, literature review, kerangka teori
dan konseptual, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS ARAH KIBLAT
Berisi tentang pengertian arah kiblat, dasar hukum, metode dan teori-
teori yang digunakan sebagai cara penentuan arah kiblat.
BAB III PROFIL ACCURATE TIMES
Deskripsi tentang program Accurate Times, pengertian, biografi penemu,
fitur-fitur yang terdapat dalam program Accurate Times, dan tata cara
penggunaan Accurate Times.
BAB IV HASIL PENELITIAN ARAH KIBLAT KECAMATAN
MESUJI MAKMUR MENGGUNAKAN PROGRAM
ACCURATE TIMES
Objek pembahasannya yaitu Penentuan Arah Kiblat pada Masjid-Masjid
di Kecamatan Mesuji Makmur Kabupaten Ogan Komering Ilir, berisi
tentang posisi arah kiblat pada masjid-masjid di Kecamatan Mesuji
Makmur dan bagaimana proses penentuan arah kiblat pada saat
pembangunan masjid tersebut serta penjelasan mengenai upaya
perhitungan penentuan arah kiblat di masjid-masjid Kecamatan Mesuji
Makmur.
BAB V PENUTUP
Pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
20
BAB II
KAJIAN TEORITIS ARAH KIBLAT
A. Pengertian Arah Kiblat
Arah dalam bahasa arab disebut jihah1 atau syathrah dan disebut juga
dengan qiblah yang berasal dari kata qabbala yaqbulu yang artinya
menghadap.2 Sedangkan kiblat artinya arah Kakbah di Mekah yang harus
dituju oleh orang yang sedang melakukan salat, sehingga semua gerakan
salat, baik ketika berdiri, rukuk maupun sujud selalu menuju ke arah kiblat3
dan dalam bahasa Latin dikenal dengan Azimuth.4
5 Sementara itu, arah
sendiri dimaknai jarak terdekat dari suatu tempat ke Mekah.
Sedangkan berdasarkan terminologi, kata kiblat mempunyai arti suatu
arah yang dituju kaum muslimin dimanapun mereka berada ketika
mengerjakan salat fardu atau sunnah. Kiblat yang dituju kaum muslimin
adalah Kakbah yang terletak di tengah-tengah Masjidil Haram kota Mekah.6
B. Sejarah Kiblat
Kakbah merupakan kiblat kaum muslimin untuk segala masa dan
tempat, karena itu pada saat melaksanakan salat harus menghadap ke arah
Masjidil Haram, dimana Kakbah itu berada.7
Kakbah secara bahasa adalah al-Baitul Haram di Mekah8 atau al-
Bait al-Atiq9
, al-ghurfatu (kamar), kullu baitin murabba’in (semua
1 “arah” yang berarti harga suatu sudut untuk tempat atau benda langit yang dihitung
sepanjang horizon dari titik utara ke timur searah jarum jam sampai titik perpotongan antara
lingkaran vertikal yang melewati tempat atau benda langit itu dengan lingkaran horizon . Dalam
astronomi dikenal dengan Azimuth. Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Jogjakarta: Perum
Pertamina, 2005), h. 40. 2 Maskufa, Ilmu Falaq, h. 124.
3 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, h. 67.
4 Maskufa, Ilmu Falaq, h. 124.
5 Azimuth: Jihah.
6Quraisy shihab, Tafsir Al-Misbah, (cet. I, vol. VI, hlm. 142
7 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid I, (Yogyakarta:
Dana Bhakti Wakaf Milik Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, 1990), h. 266. 8
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1214. 9
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998), h. 1510.
21
bangunan yang berbentuk persegi empat).10
Sedangkan menurut istilah,
kakbah adalah bangunan suci yang dibangun oleh Nabi Ibrahim A.S dan
Ismail A.S yang terletak di dalam Masjidil Haram di Mekah, berbentuk
kubus, dijadikan kiblat salat bagi umat Islam dan tempat tawaf pada saat
melaksanakan ibadah haji dan umrah.11
Kakbah merupakan bangunan suci umat Muslim yang terletak di
dalam Masjidil Haram kota Mekah12
dengan posisi lintang tempat 21o 25
‟
(LU) dan bujur tempat 39o 50‟ (BT).
13 Ia merupakan bangunan yang
dijadikan pusat arah dalam peribadatan umat Islam yaitu salat dan yang
wajib dikunjungi pada saat pelaksanaan haji dan umrah. Kakbah berbentuk
kubus dan berukuran 12 x 10 x 15 meter.14
Penelusuran yang dilakukan oleh mufasirin dan lainnya tidak
ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama Kakbah
itu. Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa Kakbah adalah rumah pertama
yang diperuntukkan bagi manusia untuk beribadah kepada Allah SWT,
sesuai yang telah disebutkan dalam Q.S Ali Imran ayat 96:15
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat
beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”.16
Hal itu karena Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Isma‟il A.S hanya
membangun kembali atau meninggikan dasar-dasar Baitullah, sesuai dalam
Q.S Al-Baqarah ayat 127:
10
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 1214. 11
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diakses tanggal 10 Desember 2018, pukul
12.25, dari : https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kakbah 12
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 129. 13
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, h. 41. 14
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 129. 15
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 130. 16
Ahli kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul
Maqdis, oleh karena itu Allah membantahnya.
22
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-
dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami
terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Pada masa sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW dan
kaum muslimin menghadap ke Baitullah ketika salat. Setelah hijrah ke
Madinah, kiblat dipindahkan ke Baitul Maqdis di Yerusalem. Hal ini
bertujuan agar kaum Yahudi Bani Israil bisa tertarik dengan ajaran Nabi
Muhammad SAW akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke Kakbah
di Mekah terjadi pada tahun ke 2 Hijriyah. Hal itu dikarenakan Nabi
Muhammad SAW melihat kenyataan bahwa perubahan kiblat ke arah
Baitul Maqdis guna menarik hati Bani Israil tersebut gagal dan Yahudi
tetap dalam agamanya, bahkan memusuhi Nabi Muhammad SAW dan
umat muslimin. Sehingga terbersit dalam hati Nabi Muhammad SAW
untuk kembali mengarah ke Kakbah, karena Kakbah Baitullah adalah
rumah peribadatan pertama yang dibangun oleh manusia jauh sebelum
dibangunnya Baitul Maqdis. Selain itu juga untuk menguji keimanan kaum
muslimin, akankah mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya atau tidak.
Menjelang diangkatnya Muhammad SAW menjadi Nabi hingga
kepindahannya ke Madinah, lingkungan Kakbah dipenuhi oleh patung yang
merupakan wujud dari Tuhan bangsa Arab ketika masa Jahiliyah. Hal ini
bertentangan dengan ajaran Nabi Ibrahim. Maka pada saat Nabi
Muhammad SAW membebaskan kota Mekah, patung-patung dibersihkan.
Kemudian Kakbah diurus dan dipelihara oleh Bani Sya‟ibah
sebagai pemegang kunci Kakbah. Adapun urusan administrasi dan
pelayanan haji diatur oleh pemerintahan, baik pada masa Khalifah Abu
23
Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Mu‟awiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti
Utsmaniyah Turki, hingga saat ini yaitu pemerintah kerajaan Arab Saudi
yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah.17
C. Hukum Menghadap Kiblat
Kiblat dalam salat berkaitan dengan masalah ibadah, maka baru
bisa dilakukan apabila terdapat dalil yang menunjukkan bahwa menghadap
kiblat itu adalah wajib.18
Hal ini sesuai dengan kaidah fikih yang
menyatakan: “Al-Ashlu Fi Al-‘Ibadah Al-Buthlanu Hatta Yaquuma Ad-
Daliilu ‘Ala Al-Amri”19
yang berarti bahwa hukum asal dalam ibadah
mahdhah adalah batal sampai ada dalil yang memerintahkannya. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam cakupan ibadah, pada dasarnya segala
perbuatan harus menunggu adanya perintah yang berasal dari Allah SWT
dan Nabi Muhammad SAW , baik dalam nash Al-Qur‟an atau hadits Nabi
SAW .20
Para ulama telah sepakat bahwa orang yang melaksanakan salat itu
wajib menghadap ke arah Masjidil Haram, karena dalam firman Allah
Ta‟ala Q.S Al-Baqarah ayat 144:
Artinya: “Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan
dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya.”
17
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 130-132. 18
Moch. Hadi Purwanto. “Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Metode Bayang-Bayang
Kiblat: Studi di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013), h. 14. Diakses tanggal
12 Desember 2018 pukul 14.50, dari : http://etheses.uin-malang.ac.id. 19
A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih (Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 52. 20
Moch. Hadi Purwanto. “Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Metode Bayang-Bayang
Kiblat: Studi di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.” h. 14-15.
24
Adapun menurut hadits Nabi SAW yang menyebutkan tentang
kewajiban menghadap kiblat, sebagaimana yang telah diceritakan oleh Barra‟
sebagai berikut:21
ستت ػشر شهرا أو سبؼت ػشر شهرا وحى بيت انمقذس ثم صرفىا وحى انكؼبت ملسو هيلع هللا ىلصصهيىا مغ انىبي
)متفق ػهيه(
Artinya: “Kami salat bersama Nabi SAW 16 atau 17 bulan
menghadap ke Baitul Maqdis kemudian dialihkan ke Kakbah.”
(Muttafaq „Alaih).
Dalam kitab Bidayatul Mujtahid Ibnu Rusyd mengutip pendapat Imam
Syafi‟i yang menyatakan bahwa keharusan seseorang dalam upaya penentuan
untuk menghadap kiblat adalah tepat menghadap kiblat. Dan jika
kenyataannya, keliru, berarti ia harus mengulangi salat untuk selamanya.
Sedang lain pendapat menyatakan tidak perlu mengulangi jika salatnya sudah
dilaksanakan selama hal itu tidak sengaja, dan tidak mengabaikan upaya
mencari ketetapan arah kiblat. Dan hal ini, Imam Malik menyarankan agar
salat diulang pada waktunya.22
Setidaknya ada dua versi pendapat di kalangan ulama. Pendapat
pertama menyatakan bahwa dimanapun umat Islam berada, baik yang dekat
maupun jauh dari Kakbah, mereka wajib menghadap bentuk fisik Kakbah
(ain al-Kabah). Pendapat ini didukung oleh Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad
ibn Hambal. Sedangkan pendapat kedua merekomendasikan bahwa umat
Islam cukup menghadap arah Kakbah saja (jihah al-Kabah). Pendapat kedua
ini didukung oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Malik ibn Anas.23
Adapun masyarakat Indonesia yang mayoritas Syafi‟iyah maka
hendaknya mengikuti pendapat Imam Syafi‟i tersebut yang berpendapat
bahwa ketika menunaikan salat mengarah tepat ke fisik Kakbah (ain al-
Kabah).
21
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah I, (Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1973), cet. 30, h. 305-306. 22
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid), cet. III, h. 244-245 . 23
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 132.
25
D. Landasan Normatif
Arah kiblat dalam Islam sudah ditetapkan, yaitu harus menghadap
ke Kakbah yang berada di dalam Majid al-Haram, hal itu dikarenakan
menghadap kiblat merupakan salah satu syarat menjalankan salat secara
sah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an:24
Artinya: “Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka
Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya
ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu.
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Baqarah: 149).
Di sini dikatakan, Dan dari mana saja kamu keluar, sehingga
apakah mereka keluar dari rumah tempat mereka berada ketika
turunnya ayat ini atau dari tempat lain (dari mana pun) arah yang
dituju dalam salat adalah Kakbah, di Masjid al-Haram. Sesungguhnya
ketentuan ini benar-benar sesuatu yang haq dari Tuhanmu.
Akhirnya, ayat ini ditutup dengan peringatan halus kepada
siapapun, baik orang Yahudi maupun munafik, Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan.25
Selanjutnya, sebagai penekanan dan agar tidak terjadi
kesalahpahaman yang dapat timbul dari ayat 149, ayat 150
mengulangi perintah ayat 149:
24
Encup Supriyatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, h. 69-70. 25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 425.
26
Artinya: “Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanlah
wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian)
berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada
hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim
diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku
atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 150).
Awal ayat ini sama redaksinya dengan ayat yang lalu, dengan
tambahan Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah
wajah-wajah kamu ke arahnya.
Dengan demikian, ayat ini mencakup sudah semua tempat dan
keadaan. Dari mana saja engkau keluar, wahai Muhammad, dari Madinah
menuju Mekah, atau ke Thaif, atau Hunain, atau kemana saja, arahkan
wajahmu ke sana. Bukan hanya Engkau, umatmu pun demikian. Dimana saja
mereka berada, di Mekah atau di Jakarta, atau dimana saja, mereka semua
ketika salat harus menghadap ke Kakbah.
Redaksi yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW menggunakan
kata keluar dan yang ditujukan untuk umum menggunakan kata berada. Ini
juga dapat merupakan isyarat bahwa Nabi Muhammad SAW (demikian juga
orang yang tekun beribadah) keluar dari rumahnya melakukan salat ke
masjid, walaupun salat itu tidak wajib dilakukan di masjid. Sedang untuk
umat Islam secara umum, mereka ditoleransi melakukan salat di rumah atau
salat di tempat masing-masing. Demikian kesan yang ditarik oleh sebagian
ulama.
Ketetapan untuk mengarah ke Kakbah kapan dan dimana pun adalah
agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, yakni agar tidak ada peluang
27
bagi lawan-lawanmu untuk mengkritik, mengecam atau mengejek kamu.
Agar mereka tidak berkata (jika kamu tidak mengarah ke Kakbah) mengapa
ia tidak mengarah ke Kakbah padahal Tuhan telah memerintahkannya? Atau
agar orang tidak mempertanyakan mengapa kamu tidak mengarah ke Kakbah
padahal itu lebih tepat?
Kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka, yakni orang-orang
Yahudi yang keras kepala dan menyembunyikan kebenaran serta orang-orang
musyrik yang mempersekutukan Allah SWT walau mengaku mengikuti
tradisi Nabi Ibrahim as. Mereka semua dikecualikan karena apapun yang
kamu kerjakan dan apapun keterangan yang kamu jelaskan kepada mereka
(wahai kaum muslimin) walau betapapun kuat dan banyaknya dalil-dalil,
pasti mereka akan tetap mengecam dan mencemoohkan kamu. Maka,
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Aku akan
melindungi kalian dan mematahkan segala makar mereka.
Ketetapan itu juga dimaksudkan agar Kusempurnakan nikmat-Ku
atasmu.
Nikmat Allah SWT akan lebih banyak tercurah bila kaum muslimin
mengarah ke arah yang ditetapkan Allah, dalam arti mereka bersatu padu
menuju tujuan yang sama yang dilambangkan oleh kesatuan kiblat dimana
dan kapanpun dan supaya kamu mendapat petunjuk, lebih banyak lagi dari
petunjuk yang selama ini telah kamu peroleh serta yang mencakup segala hal
yang kamu butuhkan.
Ayat-ayat yang berbicara tentang arah kiblat secara langsung cukup
panjang dan banyak. Ini disebabkan karena pengalihan kiblat dinilai sebagai
persoalan pertama yang dibatalkan hukumnya oleh Al-Qur‟an. Pembatalan
sesuatu yang sebelumnya telah direstui itu boleh jadi meresahkan umat Islam
apalagi yang berkaitan dengan ibadah salat yang merupakan tiang agama. Di
sisi lain, pembatalan ini juga menimbulkan keberatan dan kritik orang Yahudi
dan kaum musyrikin. Faktor-faktor itulah yang mengundang Al-Qur‟an
berbicara panjang lebar, antara laib menjelaskan, mengingatkan, mengancam,
dan menjanjikan, mengajukan dalil, dan menampik keberatan. Ayat-ayat
28
berikut walaupun masih termasuk dalam kelompok ayat-ayat pengalihan
kiblat, namun merupakan nasihat secara umum yang berhubungan dengan
banyak persoalan, termasuk persoalan pengalihan kiblat dan dampak-
dampaknya dalam benak umat Islam.26
Perintah untuk menghadap ke arah Masjid al-Haram diulangi pada ke
dua ayat tersebut untuk menjelaskan, bahwa perintah itu bersifat umum untuk
seluruh umat, masa dan tempat; dan karena sangat penting serta juga terdapat
hikmah penting yang terkandung di dalamnya yaitu agar tidak ada lagi alasan
bagi ahli kitab, kaum musyrikin dan munafikin untuk menentang Nabi dalam
persoalan pemindahan arah kiblat.
Begitu juga halnya kaum musyrikin berpendapat bahwa Nabi dari
keturunan Ibrahim itu akan datang menghidupkan agamanya, sehingga tidak
pantas apabila berkiblat kepada selain Kakbah yang telah didirikan oleh Nabi
Ibrahim as.
Dengan demikian, maka batallah alasan-alasan ahli kitab dan kaum
musyrikin itu. Orang-orang zalim di antara mereka yang mencemooh dan
membantah tanpa alasan yang berdasar akal sehat serta keterangan dari
wahyu tidak perlu dipikirkan dan dihiraukan.27
Selain ayat-ayat Al-Qur‟an, berikut Hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim:
ػه ابي هريرة رضي هللا ػىه قال: قال انىبى صهى هللا ػهيه وسهم: اراقمت انى انصالة فاسبغ
انىضىء ثم استقبم انقبهت وكبر
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., Nabi SAW bersabda: “Bila hendak
salat maka sempurnakanlah wudhu, lalu menghadaplah ke kiblat
kemudian takbir.”28
Kewajiban menghadap kiblat dikecualikan dalam dua keadaan, yaitu
ketika dalam keadaan takut dan ketika salat di atas kendaraan bagi musafir.
Ulama Maliki dan Hanafi berpendapat bahwa syarat menghadap kiblat
hanya ditetapkan ketika keadaan aman dari musuh dan dari binatang buas,
26
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah, h. 426-427. 27
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid I, h. 265. 28
Watni Marpaung, Pengantar Ilmu Falak, cet. I, h. 58.
29
serta apabila memang mampu dilakukan. Oleh sebab itu, menghadap kiblat
tidak diwajibkan menghadap kiblat ketika berada dalam keadaan takut dan
ketika tidak mampu untuk melakukannya.
Para fuqaha juga sependapat untuk mengatakan bahwa seseorang yang
mampu melihat Kakbah diwajibkan menghadap bangunan Kakbah dengan
tepat. Begitupun dengan penduduk kota Mekah atau masyarakat yang tinggal
di sana, walaupun ada sesuatu yang menghalangi antara mereka dengan
Kakbah seperti dinding. Pendapat ini adalah pendapat ulama Hambali.
Menurut pendapat jumhur (kecuali ulama mazhab Syafi‟i), orang yang
tidak dapat melihat Kakbah juga diwajibkan menghadap ke arah Kakbah.
Menurut Imam Asy-Syafi‟i, orang yang berada di luar Mekah juga
diwajibkan menghadap tepat ke Kakbah, karena perintah nash ada yang
mewajibkan menghadap kiblat sebagaimana dalam nash Al-Qur‟an Surah Al-
Baqarah ayat 144. Artinya, menghadap tepat ke Kakbah merupakan suatu
kewajiban sebagaimana penduduk Mekah.
Apa yang dimaksudkan oleh para imam mazhab dengan menghadap
ke arah Kakbah adalah menghadapkan tubuh dan pandangan seseorang yang
salat ke arah Kakbah.29
Dari beberapa penjelasan mufasir dan fuqaha di atas, maka
menghadap kiblat merupakan salah satu perintah agama. Ayat-ayat yang telah
disebutkan menjadi dasar hukum bahwa menghadap kiblat adalah wajib dan
harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam.
E. Metode Penentuan Arah Kiblat
Metode penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di
Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pertama kali
mereka menentukan arah kiblatnya ke Barat dengan alasan Saudi Arabia
tempat dimana Kakbah berada terletak di sebelah Barat Indonesia. Hal ini
dilakukan dengan cara kira-kira saja tanpa pengukuran dan perhitungan
29
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adilatuhu, h. 631-632.
30
terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan terbenamnya
matahari. Dengan demikian, arah kiblat identik dengan arah Barat.30
Metode penentuan arah kiblat dapat diklasifikasikan menjadi metode
klasik dan metode kontemporer,31
metode atau cara penentuan arah kiblat
dapat dipilah menjadi metode klasik dan metode modern hingga akhirnya
mengarah pada simbolisasi Mazhab Hisab dan Mazhab Rukyah.
Simbolisasi Mazhab Rukyah dalam penentuan arah kiblat adalah
dengan menggunakan bencet atau miqyas atau tongkat istiwa atau
menggunakan rubu’ al-mujayyab atau mereka yang berpedoman pada posisi
matahari persis (atau mendekati persis) berada pada titik Zenith Kakbah
(rashdul qiblat). Sedangkan mazhab hisab disimbolkan dengan mereka yang
dalam penentuan arah kiblat menggunakan ilmu ukur segitiga bola (spherical
trigonometry).32
Setelah kompas ditemukan, umat Islam menggunakannya sebagai alat
penentu arah kiblat. Meskipun banyak kelemahan, kompas banyak digunakan
karena bentuknya yang praktis. Selanjutnya, menggunakan perhitungan
dengan ilmu ukur setelah diketahui lebih dahulu koordinat Kakbah dan
tempat yang akan diukur arah kiblatnya. Sistem ini menggunakan dua cara,
yaitu ilmu ukur bidang datar dan ilmu ukur segitiga bola (Spherical
Trigonometry).33
1. Ilmu Ukur Bidang Datar
Ilmu ukur bidang datar didasarkan pada pendapat bahwa bumi itu
datar seperti yang tergambar di peta, sehingga untuk menentukan titik
pertemuan antara suatu tempat dengan Mekah adalah hanya dengan
membandingkan antara sumbu x dengan sumbu y (loksodrom), sehingga
dapat dicari dengan rumus Tangen atau Cotangen sebagai berikut:34
30
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 132. 31
Ahmad Izzudin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, 2012), cet. 1, h. 26. 32
Ahmad Izzudin, Fiqih Hisab Rukyah, h. 40-41. 33
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 133. 34
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 133.
31
Tan Q = y / x atau Cotan Q = x / y
Contoh:
Hitung arah kiblat Kecamatan Mesuji Makmur menurut loksodrom
apabila terletak pada 41312 LS, 1048921 BT dan Kakbah terletak
pada 2125 LU dan 3950 BT.
Jawab:
a. Cari nilai sumbu x dan y, yaitu:
y = Hm (lintang Kakbah – lintang tempat)
y = Hm (2125 - (-41312))
y = 253812
x = Hm (bujur tempat – bujur Kakbah)
x = Hm (1048921 - 3950)
x = 653921
b. Sudut arah kiblat (Q) adalah
Tan Q 253812 atau Cotan Q 653921 = 211944,85
653921 253812
c. Diagram
1) Sudut arah U
Q
684015,15
211944,85
B
2) Azimuth kiblat
U
Q
2911944,85
32
2. Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometry)
Ilmu ukur segitiga bola didasarkan pada kenyataan bahwa bumi
berbentuk bulat seperti bola, sehingga jarak terdekat dari ke dua tempat yaitu
antara suatu tempat dengan Kakbah bukan berbentuk segitiga dengan tiga
buah garis lurusnya tetapu berbentuk segitiga dengan tiga buah busur
lingkarannya. Sehingga rumus yang digunakan berbeda yaitu menggunakan
ilmu ukur segitiga bola atau spherical trigonometry.35
Adapun rumus untuk mencari arah kiblat suatu tempat adalah:
Cotan Q = cos tp tan K – sin tp
Sin (tp–K) tan (tp-K)
Q = arah kiblat, tp = lintang tempat, K = lintang Kakbah, tp =
bujur tempat, K= bujur Kakbah.
Contoh perhitungan :
Hitunglah arah kiblat Kecamatan Mesuji Makmur, diketahui Mesuji
Makmur terletak pada 41312 LS dan 1048921 BT dan Kakbah terletak
2125 LU dan 3950 BT.
Diketahui:
Litang tempat (tp) = -41312
Bujur tempat (tp) = 1048921
Lintang Kakbah (K) = +2125
Bujur Kakbah (K) = 3950
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
Cotan Q = cos tp tan K – sin tp
Sin (tp–K) tan (tp-K)
Sebelum memasukkan data ke dalam rumus tersebut, terlebih dahulu
diketahui berapa nilai ( tp - K). (1048921 - 3950) = 653921. Sete
lah ini data di atas dimasukkan ke dalam rumus:
Cotan Q = cos -41312 tan 2125 – sin -41312
Sin 653921 tan 653921
= 651022,88 (dari arah U-B)
35
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 134.
33
= 90 - 651022,88 = 244937,12 (dari arah B-U)
Dari hasil perhitungan di atas maka arah kiblat untuk wilayah
Semarang adalah 244937,12 dari titik Barat ke Utara dan 651022,88
dari titik Utara ke Barat. Adapun azimutnya adalah 360 - 651022,88 =
2944937,12diukur dari titik Utara.
U U
Q Q 2944937,12
651022,88
244937,12
B
Imam Nawawi Al-Bantani pernah merekomendasikan bahwa
seseorang bisa menentukan arah kiblat dengan cara mengamati posisi
matahari terbenam saat busur siang yang paling panjang waktu musim
kemarau (sekitar bulan September) dan posisi matahari terbenam di waktu
hari dimana busur siangnya paling pendek pada musim penghujan (sekitar
akhir Desember). Kemudian, jarak kedua posisi (yang membentang dari utara
ke selatan) tersebut dibagi tiga. Lalu, 2/3 dari posisi yang utara dibuang.
Dengan demikian, 1/3 dari posisi selatan tersebut adalah arah kiblat. Cara ini,
menurut Imam Nawawi, dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat dan
sudah memenuhi persyaratan salat menghadap kiblat. Akan tetapi dari segi
efektif dan efisiensinya, cara tersebut dipandang kurang maksimal karena
harus mengamati matahari terbenam dalam waktu sekitar 4 bulan dari bulan
September sampai dengan bulan Desember.36
Pada saat sekarang ini metode yang sering dipergunakan untuk
menentukan arah kiblat adalah (1) menggunakan metode Azimuth Kiblat dan
36
Moch. Afifudin, “Uji Akurasi Arah Kiblat Pemakaman Berdasarkan Metode Sinus
Cosinus (Studi di Kelurahan Purwodadi Kota Malang).” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012), h. 20. Diakses tanggal 11
Desember 2018 pukul 10.37, dari : http://etheses.uin-malang.ac.id/1403/6/08210006_Bab_2.pdf.
34
(2) menggunakan metode Bayang-bayang Kiblat, yang sebagian ahli falak
menyebutnya teori Rashd al-Qiblat.37
1. Metode Azimuth Kiblat
Azimuth Kiblat adalah arah atau garis lurus yang menunjuk pada
Kakbah, kiblat umat Islam. Untuk menentukan azimuth (arah) kiblat
diperlukan data sebagai berikut:
a. Menentukan Lintang dan Bujur Tempat
Untuk menentukan atau mengetahui lintang tempat (urdh al-balad)
dan bujur tempat (thul al-balad) di bumi, paling tidak terdapat beberapa
cara:
1) Menggunakan daftar lintang dan bujur tempat yang terdapat di
buku-buku falak.
2) Berpedoman pada peta.
3) Berpedoman pada alat GPS (Globe Positioning System).38
b. Lintang dan Bujur Tempat Kakbah
Dengan tidak mengurangi derajat kepercayaan atas kebenaran hasil
penulisan yang terbaru tentang koordinat Kakbah, yaitu Lintang Mekah
adalah 21o25
‟14,7
” LU dan Bujur Kakbah 39
o49
‟40
” BT, apabila dilakukan
pembulatan atas data tersebut sampai satuan menit, maka data koordinat
Kakbah adalah 21o25
‟ LU dan Bujur Kakbah sebesar 39
o50
‟ BT.
c. Menghitung Azimuth (Arah) Kiblat
Arah atau azimuth kiblat suatu tempat dapat dicari dengan
menggunakan beberapa teori, dalam hal ini akan disebutkan beberapa teori
klasik yang sederhana dan teori kontemporer, antara lain:39
37
Moh. Mortadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 138. 38
Moh. Mortadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 139. 39 Moch. Hadi Purwanto. “Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Metode Bayang-Bayang
Kiblat: Studi di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013), h. 25. Diakses tanggal
12 Desember 2018 pukul 14.50, dari : http://etheses.uin-
malang.ac.id/159/5/08210007%20Bab%202.pdf.
35
1) Teori Imam Nawawi Al-Bantani
Teori Imam Nawawi Al-Bantani dapat dilihat dari kitab
beliau, yaitu syarah Muraqy Bidayah al-Ubudiyah yang merupakan
syarah dari Matan Bidayah al-Hidayah Li al-Ghazali. Dalam kitab
tersebut dinyatakan bahwa apabila hendak mencari ain al-Kabah
bagi penduduk Pulau Jawa, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:40
a) Mengetahui dan membuat garis yang membentang dari Timur
ke Barat sebagai visualisasi garis khatulistiwa.
b) Membuat satuan ukur (misalnya uang koin sebanyak 64 buah)
yang disusun berjajar dari Timur ke Barat pada gambar garis
khatulistiwa tersebut. Angka 64 ini merupakan jumlah kurang
lebih selisih bujur (fadl al-thulian) antara Kota Mekah dan Pulau
Jawa.
c) Menjajarkan koin sebanyak 21 buah dari titik Barat pada garis
khatulistiwa ke Utara. 21 koin menunjukkan lintang tempat
(urdl al-balad) Kota Mekah di sebelah Utara khatulistiwa.
d) Menjajarkan koin sebanyak 6 buah dari titik Timur pada garis
khatulistiwa ke Selatan. Angka 6 tersebut menunjukkan posisi
lebih kurang lintang tempat (urdl al-balad) Pulau Jawa yang
terletak di sebelah garis khatulistiwa.
e) Kemudian buatlah garis yang menghubungkan ujung akhir
deretan koin yang keenam di Selatan dan akhir ujung deretan
koin yang ke dua puluh satu yang terdapat di Utara. Garis inilah
yang disebut arah kiblat bagi orang jawa.41
Imam Nawawi Al-Bantani dalam penelitiannya
memperhitungkan lintang tempat dan bujur tempat yang
40 Moch. Afifudin, “Uji Akurasi Arah Kiblat Pemakaman Berdasarkan Metode Sinus
Cosinus (Studi di Kelurahan Purwodadi Kota Malang).” h. 22. 41 Moch. Hadi Purwanto. “Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Metode Bayang-Bayang
Kiblat: Studi di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013), h. 26.
36
sebenarnya untuk masing-masing daerah yang terdapat di Pulau
Jawa. Untuk itu, menentukan arah kiblat dengan teori ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:42
a) Mencari lintang dan bujur tempat kota yang dimaksud.
b) Mencari lintang dan bujur tempat Kakbah.
c) Mencari selisih bujur tempat Kakbah dengan kota yang
dimaksud.
d) Mengkonversi data (a, b, c) dengan satuan ukur jarak tertentu
(misalnya centimeter, desimeter, meter, atau besaran uang koin).
e) Membuat garis arah Timur dan Barat (arah mata angin).
f) Membuat garis-garis sesuai dengan data tersebut (a, b, c) dan
garis yang mengubungkan titik ujung Timur Selatan dan titik
ujung Barat Utara. Garis inilah sebagai garis arah kiblat kota
tertentu berdasarkan data-data tersebut di atas.43
Contoh perhitungan untuk Kota Semarang
(1). Lintang dan Bujur Kakbah = 2125
LU dan 3950 BT
(2). Lintang dan Bujur Kota Semarang = 65604 LS dan
1103658 BT
(3). Selisih bujur Kakbah dan Kota Semarang = 1103658 –
3950 = 704658
Langkah berikutnya:
(1). Data lintang Kakbah = 2125
Dijadikan satuan centimeter = 21 + (25/60)
= 21 + (0,42)
= 21,42 cm
(2). Data lintang Semarang = 65604
42 Moch. Hadi Purwanto. “Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Metode Bayang-Bayang
Kiblat: Studi di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013), h. 26. 43 Moch. Hadi Purwanto. “Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Metode Bayang-Bayang
Kiblat: Studi di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.” (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013), h. 27.
37
Dijadikan satuan centimeter = 6 + (56/60) + (4/3600)
= 6,9 cm
(3). Data selisih bujur Semarang dan Kakbah =704658
Dijadikan satuan centimeter = 70 + (46/60) + (58/3600)
= 70,79 cm
(4). Menentukan mata angin baik kompas maupun tongkat istiwa‟
dan menggambar arah kiblat sesuai dengan data tersebut di atas,
sebagai berikut:
21,42 cm
70,79 cm
6,9 cm
2) Teori Cosinus Sinus.
Untuk perhitungan arah kiblat, ada tiga buat titik yang dibutuhkan,
yaitu:
a) Titik A, terletak di Kakbah ( = +2125 (LU) dan = 3950
(BT))
b) Titik B, terletak di lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya.
c) Titik C, terletak di titik Kutub Utara.
Titik A dan titik C adalah dua titik yang tidak berubah, karena titik
A tepat di Kakbah dan titik C tepat di Kutub Utara. Sedangkan titik B
senatiasa berubah tergantung lokasi mana yang akan dihitung arah
kiblatnya.
Apabila ke tiga titik tersebut dihubungkan dengan garis lengkung,
maka terjadilah segitiga bola ABC seperti gambar di bawah ini. Titik A
adalah posisi Mekah (Kakbah), titik B adalah posisi Kecamatan Mesuji
Makmur dan titik C adalah posisi Kutub Utara.
38
Ketiga sisi segitiga ABC di atas ini diberi nama dengan huruf kecil
dengan nama sudut di depannya sehingga:
Sisi BC disebut sisi a, karena di depan sudut A
Sisi AC disebut sisi b, karena di depan sudut B
Sisi AB disebut sisi c, karena di depan sudut C
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud
dengan perhitungan arah kiblat adalah perhitungan untuk mengetahui
besarnya nilai sudut B, yaitu sudut yang diapit oleh sisi a dan sisi c.
Jenis kalkulator yang diperlukan setidaknya memiliki fungsi
sebagai berikut:
a) Mempunyai mode derajat (DEG) dan satuan derajat ( ).
b) Mempunyai fungsi sinus (sin, cos, tan) dan perubahannya.
c) Mempunyai fungsi pembalikan pembilang dan penyebut.
d) Mempunyai fungsi memori, biasanya bertanda Min dan MR.
e) Mempunyai fungsi minus, biasanya bertanda +/-.
Rumus Cosinus Sinus:
Cotan Q= cotan b x sin a – cos a x cotan c
Sin c
A
C
b a
B
39
Data yang dibutuhkan untuk menggunakan metode ini adalah sebagai
berikut:
B atau Q = arah kiblat suatu tempat
a = 90 Lintang tempat
b = 90 Lintang Kakbah
c = bujur tempat – bujur Kakbah (selisih bujur
tempat dan bujur Kakbah)
Lintang Kakbah = 2125 LU
Bujur Kakbah = 3950 BT
Contoh hisab arah kiblat Kecamatan Mesuji Makmur
Lintang tempat Mesuji Makmur ( A) = -41312 LS
Bujur tempat Mesuji Makmur ( A) = 1048921 BT
Lintang Mekah ( m) = 2125 LU
Bujur Mekah ( m) = 3950 BT
Dari data di atas dapat diketahui:
a = 90 - A = 90 - (-41312) = 941312
b = 90 - m = 90 - 2125 = 6835
c = A - m = 1048921 - 3950 = 653921
Rumus:
Cotan Q = Cotan b x Sin a – Cos a x Cotan c
Sin c
= Cotan 6835 x sin 941312 – Cos 941312 x Cotan 653921
Sin 653921
= (0.392231316 x 0.997288851) – (-0.073586321 x 0.452445642)
0.911085788
= 0.429342575213 – (-0.0332938102473)
= 0.4626363854603
= Shift Tan 0.4626363854603
= 244937,12 (dari titik B-U)
= 90 – 244937,12
= 651022,88 (dari titik U-B)
Arah kiblat = 651023 (dibulatkan)
40
3) Teori Sinus Cosinus dan Sudut Pembantu.44
Tan P = tan b – cos C
Cotan Q = cotan C x sin (a-p)
Sin p
Contoh perhitungan arah kiblat Kecamatan Mesuji Makmur
Lintang tempat Mesuji Makmur ( A) = -41312 LS
Bujur tempat Mesuji Makmur ( A) = 1048921 BT
Lintang Mekah ( m) = 2125 LU
Bujur Mekah ( m) = 3950 BT
Dari data di atas dapat diketahui:
a = 90 - A = 90 - (-41312) = 941312
b = 90 - m = 90 - 2125 = 6835
c = A - m = 1048921 - 3950 = 653921
Rumus:
Tan p = tan b x cos c
Cotan Q = cotan C x sin (a-p)
Sin p
Tan p = tan (6835) x cos (653921)
= 2,549515957 x 0,412216795
= 1,050953296
P = tan-1
(1,050953296)
= 46.423147183103
= 462523,33
Cotan Q =
Cotan Q = cotan C x sin (a-p)
Sin p
Cotan Q = cotan 653921 x sin (941312- 462523,33)
Sin 462523,33
44
Moh. Mortadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 139-148.
41
= 0,452445642 x 0,740767698
0,724450405
= 0,462636385
Q = tan-1
(1/0,462636385)
= 651022,88 (U-B)
= 90 – 651022,88
= 244937,12 (B-U)
2. Metode Bayang-bayang (Rashdul Kiblat atau Istiwa A’zham)
Bayangan tepat ke kiblat dapat terjadi setiap hari dengan waktu yang
berbeda-beda. Selain harian, adapula yang terjadi secara tahunan, yaitu saat
terjadinya rashd al-qiblah atau posisi Matahari tepat di atas Kakbah.
Matahari berada tepat di atas Kakbah itu terjadi ketika harga deklinasi
Matahari sama dengan harga lintang Kakbah.45
Sebagaimana dalam kalender menara Kudus KH. Turaichan
ditetapkan tanggal 28 / 27 Mei dan tanggal 15 / 16 Juli pada tiap-tiap tahun
sebagai “Yaum Rashd al-Qiblat”. Memang dalam siklus tahunan, matahari
akan berada pada titik zenith Kakbah (21o
25‟ LU dan 39
o 50
‟ BT) sebanyak
dua kali setahun, yaitu setiap tanggal 28 Mei (untuk tahun bashithah) atau 27
Mei (untuk tahun kabisat)46
pada pukul 11:57 LMT dan juga pada tanggal 15
Juli (untuk tahun kabisat) atau 16 Juli (untuk tahun bashithah) pada pukul
12.06 LMT. Apabila waktu Mekah itu dikonversi ke waktu WIB yaitu 105 –
3950 = / 15 = 4j 20m 40d atau 4j 21m maka peristiwa itu akan terjadi pada
pukul 11.57 + 4.21 = 16.18 WIB dan 16.27 WIB. Dengan menggunakan cara
ini, maka setiap orang dapat dengan mudah melakukan pengukuran dan
pengecekan arah kiblat setiap tanggal 27 atau 28 Mei pada pukul 16.18 WIB
atau setiap tanggal 15 atau 16 Juli pada pukul 16.27 WIB. Pada kedua tanggal
tersebut semua bayangan Matahari akan mengarah ke kiblat.47
Namun demikian pada hari-hari selain tersebut mestinya juga dapat
ditentukan jam rashd al-qiblat, yakni bayang-bayang suatu benda menuju
45
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 143. 46
Moh. Mortadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 165. 47
Maskufa, Ilmu Falaq, h. 143.
42
arah kiblat dengan bantuan sinar matahari, konsep inilah yang kemudian
dikenal dengan “bayang-bayang kiblat”. Perlu diketahui bahwa jam rashd al-
qiblat tiap hari mengalami perubahan karena terpengaruh oleh deklinasi
Matahari.48
Ada beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk mengetahui waktu
bayangan tepat mengarah ke kiblat harian, di antaranya adalah aplikasi
Accurate Times (AT).
48
Moh. Mortadho, Ilmu Falak Praktis, cet I, h. 165-166.
43
BAB III
PROFIL PROGRAM ACCURATE TIMES A. Pengertian Accurate Times
Accurate Times adalah perangkat lunak resmi yang diadopsi oleh
Kementerian Urusan Islam di Yordania untuk menghitung waktu salat di
Yordania. Dan juga, ini adalah perangkat lunak resmi untuk menghitung
waktu salat di UEA. Perangkat lunak ini dijalankan dalam sistem
Windows, yang ditulis oleh Mohammad Odeh, ketua International
Astronomical Center (IAC).12
B. Biografi Mohammad Odeh
Bernama lengkap Ir. Muhammad Shawkat „Audah dikenal di dunia
Internasional dengan nama Mohammad Shawkat Odeh atau Mohammad
Odeh. Ia berasal dari kota Nablus, Palestina dan lahir di Kota Kuwait, 6
Maret 1979. Ia tumbuh besar di kota Amman ibukota negara Jordan. Ia
memperoleh gelar sarjana dari Universitas Jordan jurusan Mekanik dan
Engineering pada Fakultas Sains Teknologi pada tahun 2002.
Semenjak remaja ia telah menggeluti ilmu astronomi, maka tidak
heran jika ia mengeluarkan terobosan-terobosan baru di bidang ilmu falak.
Pada umur ke-20, tahun 1998 Mohammad Odeh mendirikan sebuah
lembaga penulisan dan observasi hilal ICOP (Islamic Crescents
Observation Project).
Odeh memiliki beberapa alasan mengenai pendirian ICOP ini,
yaitu:
1. Adanya perbedaan permulaan bulan Hijriyyah di kalangan umat
Islam.
2. Komentar orang mengenai ilmu hisab kontemporer yang dinilai
tidak akurat.
1 International Astrnomycal Center diakses tanggal 15 Oktober 2018 pada pukul 14.00
WIB, dari : http://www.icoproject.org/accut.html#wha
44
3. Adanya laporan pengamatan hilal di waktu yang mana hilal
seharusnya tidak dapat diamati.
Hal tersebut di atas menimbulkan kegelisahan pada diri Odeh
mengenai permula1an bulan Hijriyyah di Yordania. Odeh membagi upaya-
upaya penulisannya menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Mengumpulkan surat kabar yang terbit dari mulai tahun 1953-
1999.
2. Meneliti pengumuman pemerintah Yordania dalam putusannya
mengenai awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah.
3. Membandingkan putusan pemerintah dengan perhitungan hisab
kontemporer mengenai permulaan bulan baru.
Odeh saat ini juga merupakan bagian dari anggota tim Arab Union
for Astronomy and Space Sciences (AUASS), organisasi ini berfungsi
untuk menetapkan waktu salat dan melaksanakan rukyatul hilal. Selain itu,
Odeh telah mengikuti lebih dari 10 sesi seminar Internasional dalam
bidang ilmu falak dan rukyat. Diantaranya di negara Maroko (Al Hilâl
Baina Hisâbât Falakiyyah Wa Rukyat), Emirat Arab (Al Farqu Baina al
Qamar al Markaziyyah wa al Sathahiyyah), Indonesia (Thatbiqât
Tiknulujiya al Ma’lumât li i’dâdi Taqwim Hijri al ‘Âlami).
Mohammad Odeh juga telah membuat sebuah software Accurate
Times atau al-Mawaqit al-Daqiqah yang mampu menghitung waktu-waktu
salat, imkanur rukyah hilal, arah kiblat, dan waktu terbit serta tenggelam bagi
matahari dan bulan yang telah digunakan di berbagai belahan dunia. Program
Odeh ini secara resmi digunakan sebagai alat penentu imkanur rukyah dan
kalender hijriah Yordania dan Aljazair.2
2Arah kiblat dalam software Accurate Times diunduh tanggal 16 Oktober 2018 pada
pukul 13.57 WIB dari : http://if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/Arah-Kiblat-
dalam-Software-Accurate-Times.docx
45
C. Fitur-Fitur dalam Accurate Times (AT)
Accurate Times (AT) dijalankan menggunakan sistem operasi
Windows dengan bahasa pemrograman Visual Basic (VB). Adapun menu-
menu yang disajikan oleh program AccurateTimes (AT) sebagai berikut:
1. Preference (Pilihan)
2. Location (Lokasi)
3. Date (Tanggal)
4. Prayer Alerts (Alarm Salat)
5. Prayer Times (Waktu Salat)
6. Moon Times (Waktu Bulan)
7. Moon Phases (Fase-fase Bulan)
8. Crescent Visibility (Data Visibilitas Hilal)
9. Sun Moon Ephemeris (Perhitungan Ephemeris Matahari dan
Bulan)
10. Telescope (Teleskop)
11. Hejric Gregorian (Konversi Kalender Hijriah)
12. Qiblah (Kiblat)
13. Help (Bantuan)
14. Exit (Keluar)
Dalam program ini menyediakan berbagai perhitungan mengenai
kejadian-kejadian astronomi:3
1. Waktu salat : waktu fajar, syuruq, dhuhur, ashar, maghrib, dan
isya‟.
2. Waktu Matahari : awal dan akhir senja, waktu terbit, terbenam,
dan transit Matahari.
3. Waktu Bulan : waktu terbit, transit, dan terbenam Bulan.
4. Fase-Fase Bulan : perhitungan Geosentris dan Toposentris.
5. Visibilitas Hilal : visibilitas hilal muda dan hilal tua.
6. Perhitungan Ephemeris Matahari dan Bulan.
3International Astronomycal Center diakses tanggal 15 Oktober 2018 pukul 14.00 WIB,
dari : http://www.icoproject.org/accut.html
46
7. Arah Kiblat.
8. Waktu menentukan arah kiblat dengan bayangan Matahari.
9. Konversi Kalender Hijriah – Masehi, dan sebaliknya.
Berikut adalah tampilan muka dari program Accurate Times (AT):
Gambar 3. 1
Tampilan Utama Software Accurate Times
Adapun penjelasan fitur-fitur yang terdapat dalam program
Accurate Times (AT) adalah sebagai berikut:
1. Konversi Kalender Hijriah ke Masehi
Accurate Times (AT) memiliki beberapa fitur, salah satunya adalah
program yang digunakan sebagai konversi kalender Hijriyyah ke Masehi
maupun sebaliknya. Namun, mohon perhatikan bahwa penampakan
sebenarnya dari hilal tidak diadopsi untuk menentuka n hari pertama bulan
Hijriah. Dalam menggunakannya hanya diperlukan data tanggal, kemudian
47
akan secara otomatis mengkonversi data kalender sesuai dengan yang
diinginkan pengguna.
Gambar 3. 2
Tampilan Konversi Kalender Hijriyah dan Masehi
2. Arah Kiblat (Qiblah Direction)
Accurate Times (AT) menghitung arah kiblat melalui jarak
terdekat ke arah Mekah (Kakbah). Qiblah Direction ini memiliki dua
cara dalam penentuan arah kiblat, yang pertama menggunakan rashdul
qiblah, yaitu posisi matahari tepat berada di arah Kakbah dan yang ke
dua menggunakan bayangan matahari harian yang mengarah tepat ke
arah Kakbah.
48
Gambar 3. 3
Tampilan Fitur Arah Kiblat
3. Alternatif Waktu Salat pada Daerah Garis Lintang Tinggi
Pada daerah garis lintang yang tinggi Accurate Times dapat
menghitung alternatif waktu, terutama pada waktu Subuh dan Isya‟.
Ketika waktu Subuh dan Isya‟ menghilang di daerah garis
lintang tinggi, Accurate Times dapat menghitung waktu alternatif.
Waktu alternatif dihitung berdasarkan metode resmi yang diadopsi
oleh Muslim World League.4 Untuk mengaktifkan opsi ini, buka menu
“Preferences” lalu klik pilihan “Enable Alternative Prayer Time
Calculations”.
4
Muslim World League adalah organisasi Islam non-pemerintah internasional yang
berbasis di Kota Suci Mekah. Ini bertujuan untuk menyajikan Islam yang benar dan prinsip-prinsip
tolerannya, memberikan bantuan kemanusiaan, memperluas dialog dan kerja sama dengan semua,
terlibat dalam keterbukaan positif untuk semua budaya dan peradaban, mengikuti jalur sentralisme
dan moderasi untuk mewujudkan pesan Islam dan menghindari gerakan-gerakan yang menyerukan
ekstremisme, kekerasan dan pengecualian untuk dunia yang penuh dengan perdamaian, keadilan
dan koeksistensi. Diakses tanggal 21 Oktober 2018 pukul 20:08, dari :http://themwl.org/en/MWL-
Profile
49
Gambar 3. 4
Tampilan Menu Preferences Accurate Times
4. Lokasi
a. Refraksi: untuk waktu terbit dan terbenamnya Matahari, sebagian
besar program mengadopsi nilai standar refraksi, yaitu sebesar 34
busur menit. Namun, nilai ini bervariasi, sesuai dengan musim
(efek temperatur dan tekanan), dan variasi ini dapat mengubah
waktu terbit dan terbenamnya matahari hingga beberapa puluh
detik.
b. Pengaturan lokasi kota: Accurate Times (AT) dapat digunakan
untuk mengetahui waktu-waktu salat di kota-kota tertentu. Namun,
itu akan menjadi keputusan yang membingungkan yang harus
dipilih untuk perhitungan; bagian timur kota atau bagian barat.
Pilihan ini harus menjadi solusi yang baik untuk masalah ini.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa Anda ingin menghitung waktu
salat untuk Amman (Ibukota Yordania), yang berdiameter 12 KM.
Jadi, dari menu Location memasuki koordinat bagian paling barat
50
dari Amman, dan di City Settings, masukkan nomor 12. Sekarang
ketika Anda menghasilkan waktu salat untuk Amman, waktu
Subuh dan Syuruq akan dihitung untuk bagian timur kota, yang 12
KM di sebelah timur koordinat asli Anda. Sementara waktu salat
Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya‟ akan dihitung untuk bagian
barat Amman.
Gambar 3. 5
Tampilan Pilihan Lokasi Kota Amman Yordania
Setelah lokasi ditentukan, maka akan muncul waktu salat sebagai berikut:
Gambar 3. 6
Tampilan Jadwal Salat Kota Amman Yordania
51
5. Alarm Salat
Accurate Times (AT) menawarkan dua jenis alarm. Yang
pertama adalah beberapa bunyi Beeps sebelum waktu tertentu yang
telah ditentukan. Ini dapat digunakan untuk mengingatkan kita untuk
melaksanakan salat terlebih dahulu sebelum waktu salat berikutnya
tiba. Alarm kedua adalah untuk mendengarkan adzan ketika tiba
waktu salat. Pengguna memiliki pilihan untuk memilih menggunakan
adzan dari Kota Mekah atau dari Jerussalem.
Gambar 3. 7
Tampilan Menu Alarm Salat
6. Peta Dunia Visibilitas Hilal
Accurate Times (AT) menunjukkan kemungkinan melihat hilal
di seluruh dunia dengan menggambar kurva berwarna di peta dunia.
Dimana setiap warna mengidentifikasi kemungkinan tertentu melihat
52
hilal. Beberapa fitur yang ditawarkan oleh Accurate Times (AT)
adalah:
a. Gambaran kurva keduanya: berupa fase hilal waxing (sabit
muda) dan waning (sabit tua).
b. Tampilan kemungkinan terlihatnya menurut tiga kriteria;
Odeh (yang berwarna biru, magenta dan hijau), Yallop
(yang berwarna biru, magenta, kuning, dan hijau) dan
SAAO (yang berwarna biru dan hijau).
c. Tampilan ketidakmungkinan pengamatan. Dimana
pengamatan dianggap tidak mungkin jika Bulan terbenam
sebelum Matahari, atau konjungsi Toposentrik (bukan
Geosentrik) terjadi setelah Matahari terbenam. Untuk bulan
sabit tua, pengamatan dianggap tidak mungkin jika Bulan
terbit setelah Matahari, atau konjungsi Toposentrik (bukan
Geosentris) terjadi setelah Matahari terbit.
d. Menyimpan Crescent Visibility World Map sebagai gambar
hanya dengan mengklik tombol.
Gambar 3. 8
Tampilan Penentuan Tanggal Visibilitas Hilal
53
Gambar 3. 9
Tampilan Fitur Peta Dunia Visibilitas Hilal
Arti warna-warna di atas menurut beberapa kriteria, yaitu:
1) Kriteria Odeh
Biru : hilal hanya bisa dilihat dengan bantuan alat optik.
Magenta : hilal bisa dilihat dengan bantuan alat optik atau tanpa
bantuan alat optik.
Hijau : hilal bisa dilihat dengan mudah tanpa bantuan alat
optik (mata telanjang).
2) Kriteria Yallop
Biru : hilal hanya bisa dilihat dengan bantuan alat optik.
Magenta : setelah melihat dengan bantuan alat optik, hilal bisa
diamati dengan mata telanjang.
Kuning : hilal bisa diamati dengan mata telanjang dalam kondisi
atmosfer yang bagus.
Hijau : hilal bisa dengan mudah diamati dengan mata
telanjang.
3) Kriteria SAAO (South African Astronomical Observatory)
Biru : hilal tidak mungkin terlihat, hilal mustahil dapat
teramati tanpa bantuan alat optik, seperti teleskop atau binokuler.
54
Hijau : hilal mungkin dapat teramati dengan mata telanjang.
4) Untuk semua kriteria:
Merah : terjadi apabila Bulan terbenam setelah Matahari
terbenam, atau kongjungsi toposentris terjadi setelah Matahari terbenam.
Tidak ada warna: ini terjadi ketika kongjungsi toposentris terjadi sebelum
Matahari terbenam, dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam,
namun kecerahan hilal agak sulit teramati tanpa bantuan alat optik.
Cyan : terjadi pada kondisi lintang yang tinggi ketika tidak
terjadi terbenam Bulan ataupun terbit Matahari.
7. Teleskop
Accurate Times (AT) telah memperkenalkan fitur terbaru
untuk menghitung titik koordinat hilal itu sendiri, kemudian pengguna
dapat memasukkan titik koordinat tersebut ke teleskop agar mengarah
tepat ke lokasi hilal.
Gambar 3. 10
Tampilan Fitur Teleskop pada Menu Telescope Control Accurate Times
8. Akurasi
Segala ketelitian telah dilakukan untuk memastikan hasil yang
akurat. Jika dibandingkan, hasil dari perhitungan Accurate Times (AT)
55
dengan Almanak Astronomi (Astronomical Almanac), ditemukan
bahwa hasilnya hampir sama, dalam akurasi sekitar satu detik, kecuali
pada waktu Dzuhur dimana kesalahan maksimum mencapai 0,03
detik.
9. Pilihan
Dalam program Accurate Times (AT) terdapat menu pilihan
yang mana isinya tidak terdapat pada program lainnya. Berikut menu-
menu pilihan yang terdapat dalam Accurate Times (AT):
a. Sudut waktu Subuh dan Isya‟: secara umum disepakati
bahwa waktu salat Subuh dan salat Isya‟ terjadi ketika
ketinggian pusat Matahari adalah 18 derajat di bawah
ufuk. Namun, beberapa negara atau organisasi lebih suka
mengadopsi nilai lain, seperti 16, 19, atau 21 derajat, ...
dll.
b. Waktu musim panas: beberapa negara menggunakan
waktu musim panas, menggunakan opsi ini
memungkinkan untuk mengetahui waktu salat yang benar
selama musim panas.
c. Penambahan atau pengurangan: beberapa organisasi lebih
memilih untuk menambah atau mengurangi beberapa
menit waktu salat tertentu, seperti Subuh, Dzuhur, atau
Maghrib.
d. Elevasi: waktu Matahari terbit dan terbenam pada posisi
1000 meter di atas permukaan laut akan berbeda dengan
posisi tepat di atas permukaan laut.
e. Waktu salat Ashar: pengguna dapat memilih akan
menggunakan mazhab Syafi‟i atau Hanafi.
f. Format presisi: hasil output bisa dalam bentuk format
hh:mm atau format hh:mm:ss.
56
g. Bahasa: program ini hanya didukung dengan dua bahasa,
yaitu Arab dan Inggris. Namun, file bantuan dan output
hanya menggunakan bahasa Inggris.
D. Tahapan dalam Menentukan Waktu Bayang-Bayang Matahari
Tahap I
Pastikan software Accurate Times (AT) telah terinstal dalam laptop.
Gambar 3. 11
Tampilan Shortcut Accurate Times
Tahap II
Klik software Accurate Times (AT) tersebut, lalu akan muncul gambar:
Gambar 3. 12
Tampilan Utama Accurate Times
57
Tahap III
Setelah software terbuka, terdapat beberapa menu pilihan. Kemudian
klik menu Location. Apabila lokasi yang akan dicari belum terdapat
dalam menu Location, maka masukkan data titik koordinat lokasi yang
dibutuhkan, kemudian beri nama sesuai dengan lokasi tersebut, lalu klik
Add.
Gambar 3. 13
Tampilan Pilihan Lokasi pada Menu Location
Tahap IV
Setelah data lokasi ditambahkan ke dalam menu Location, muncul
tampilan seperti pada gambar, kemudian klik lokasi yang akan dicari
arah kiblatnya. Di sini yang akan kita cari adalah wilayah Indonesia,
lebih fokusnya pada wilayah Mesuji Makmur.
58
Gambar 3. 14
Tampilan Titik Kordinat Mesuji Makmur
Tahap V
Setelah menentukan lokasi, yang harus dilakukan selanjutnya adalah
menentukan periode waktu. Periode waktu yang dimaksudkan di sini
adalah waktu yang akan digunakan untuk mencari bayangan Matahari
yang mengarah tepat ke arah kiblat, untuk menentukannya klik Date.
59
Gambar 3. 15
Tampilan Utama Accurate Times
Tahap VI
Pada menu Date, kita menentukan periode waktu yang akan
digunakan dalam menentukan bayangan Matahari yang mengarah tepat ke
arah kiblat. Periode waktu yang saya gunakan di sini adalah dari mulai
Tanggal 1 Januari 2019 sampai 28 Februari 2019. Penulis memilih waktu-
waktu tersebut dikarenakan sebagai antisipasi atas cuaca yang akan terjadi.
Kemudian klik OK.
60
Gambar 3. 16
Tampilan Fitur Penentuan Periode Waktu pada Menu Date
Tahap VII
Apabila periode waktu telah ditentukan, selanjutnya kembali pada menu
utama, kemudian klik Qiblah Direction, sehingga akan muncul
tampilan seperti pada gambar. Kemudian pilih Find the time when the
Sun’s shadow is at Qiblah direction, dikarenakan posisi Matahari
berada di Selatan. Lalu klik Find Qiblah Times. Kemudian Accurate
Times (AT) akan menampilkan periode waktu yang menunjukkan
bayangan Matahari tepat mengarah ke arah kiblat pada waktu-waktu
tertentu. Lihat gambar berikut:
61
Gambar 3. 17
Tampilan Arah Kiblat pada Menu Qiblah Direction
Tampilan data bayangan kiblat pada periode 1 Januari 2019 sampai 28
Februari 2019 adalah sebagai berikut:
Gambar 3. 18
Tampilan Periode Waktu Bayangan Tepat ke Kiblat Tanggal 01 Januari 2019
sampai 09 Januari 2019
62
Gambar 3. 19
Tampilan Periode Waktu Bayangan Tepat ke Kiblat Tanggal 10 Januari 2019
sampai 03 Februari 2019
63
Gambar 3. 20
Tampilan Periode Waktu Bayangan Tepat ke Kiblat Tanggal 04 Februari 2019
sampai 28 Februari 2019
64
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
ARAH KIBLAT KECAMATAN MESUJI MAKMUR
MENGGUNAKAN PROGRAM ACCURATE TIMES
A. Data Geografis Tempat1
Kecamatan Mesuji Makmur adalah salah satu dari 20 kecamatan yang
berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan terletak di sebelah barat daya
ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ilir. Letak geografis Kecamatan Mesuji
Makmur adalah 4 13 12 LS dan 104 89 21 BT. Kecamatan ini memiliki
20 desa yang luas wilayahnya 446,95 km2. Kecamatan Mesuji Makmur
berjarak 7.628,8 km ke Kakbah.2 Kecamatan Mesuji Makmur berbatasan
dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lempuing
Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Mesuji
Sebagian besar wilayah Kecamatan Mesuji Makmur adalah wilayah
dataran dan terletak di luar wilayah hutan. Transportasi yang menghubungkan
antar desa adalah transportasi darat, namun kurang didukung dengan fasilitas
pra sarana yang ada. Berikut adalah peta wilayah Kecamatan Mesuji
Makmur:
1Data Kabupaten Ogan Komering Ilir, diakses tanggal 11 Februari 2019 pukul 11.00, dari:
https://o9kikab.bps.go.id/publication/download 2
Google Earth, diakses tanggal 20 April 2019 pukul 17.00, dari:
https://earth.google.com/web/@21.42254123,39.82631136,300.1789631a,460.33465827d,35y,-
0h,0t,0r
65
Gambar 4. 1
Peta Wilayah Kecamatan Mesuji Makmur dan Daerah Perbatasannya
Tabel 4. 1
Jumlah Desa di Kecamatan Mesuji Makmur3
No. Nama Desa Luas Area (km2) Persentase
1. Kampung Baru 50,00 11,19
2. Mesuji Jaya 40,00 8,95
3. Beringin Jaya 14,75 3,30
4. Pematang Bina Tani 22,00 4,92
5. Bina Karsa 17,42 3,90
6. Cahayamas 50,00 11,19
7. Pematang Sari 11,00 2,46
8. Pematang Jaya 21,38 4,78
9. Gading Sari 14,24 3,19
10. Karya Usaha 11,16 2,50
11. Pematang Suka Tani 16,00 3,58
12. Karya Jaya 48,00 10,74
13. Mukti Karya 27,80 6,22
14. Labuhan Jaya 17,50 3,92
15. Surya Karta 19,63 4,39
16. Catur Tunggal 24,98 5,59
17. Pematang Suka Ramah 11,11 2,49
3 Data Kabupaten Ogan Komering Ilir, diakses tanggal 11 Februari 2019 pukul 11.00,
dari: https://o9kikab.bps.go.id/publication/download
66
18. Sumber Mulya 5,15 1,15
19. Cahya Mulya 9,57 2,14
20. Tegal Sari 15,26 3,14
Jumlah 446,95 100,00
B. Data Umum Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur
1. Data Umum Kondisi Masjid
Dari hasil observasi mengenai masjid yang akan diteliti, berikut
informasi mengenai jumlah dan keadaan masjid yang dapat diketahui:
Tabel 4. 2
Jumlah Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur4
No. Nama Desa Jumlah Masjid
1. Kampung Baru 13 masjid
2. Mesuji Jaya 3 masjid
3. Beringin Jaya 4 masjid
4. Pematang Bina Tani 2 masjid
5. Bina Karsa 4 masjid
6. Cahayamas 5 masjid
7. Pematang Sari 1 masjid
8. Pematang Jaya 3 masjid
9. Gading Sari 4 masjid
10. Karya Usaha 2 masjid
11. Pematang Suka Tani 2 masjid
12. Karya Jaya 6 masjid
13. Mukti Karya 3 masjid
14. Labuhan Jaya -
15. Surya Karta 3 masjid
4 H. Kodin, Kepala Kantor Urusan Agama Mesuji Makmur, Interview Pribadi, Mesuji
Makmur, 21 Januari 2019.
67
16. Catur Tunggal 3 masjid
17. Pematang Suka Ramah 2 masjid
18. Sumber Mulya 2 masjid
19. Cahya Mulya 2 masjid
20. Tegal Sari 8 masjid
Jumlah 72 masjid
Tabel 4. 3
Jumlah Masjid yang Dijadikan Sampel
No. Nama Masjid Lokasi
1. Darussalam Tegal Sari
2. Darussalam Cahya Mulya
3. Darul Iman Karya Jaya
4. Al-Hikmah Bina Tani
5. Baiturrahman Pematang Sari
6. Al-Ikhlas Catur Tunggal
7. Al-Hidayah Pematang Jaya
8. Baiturrahman Surya Karta
9. Mari Taqwa Cahayamas
10. Darul Iman Gading Sari
11. Nurul Iman Sumber Mulya
12. Miftahul Jannah Beringin Jaya
13. Al-Huda Kampung Baru
14. Ibnussalam Bina Karsa
68
Tabel 4. 4
Data Umum Kondisi Masjid
No. Nama Masjid
Alamat
Tahun
Berdiri
Luas Bangunan
dan
Status Tanah
Pengurus
1. Darussalam
Tegal Sari
1986 144 m2
Wakaf
Jumali
2. Darussalam
Cahya Mulya
1995 121 m2
Hibah
Sihono
3. Darul Iman
Karya Jaya
1992 196 m2
Hibah
Purnomo
4. Al-Hikmah
Bina Tani
1982 676 m2
Wakaf
Kuncoro
5. Baiturrahman
Pematang Sari
1993 443 m2
Hibah
Warisno
6. Al-Ikhlas
Catur Tunggal
1985 460 m2
Hibah
Mukhrokhim
7. Al-Hidayah
Pematang Jaya
2008 324 m2
Wakaf
Imam
8. Baiturrahman
Surya Karta
1990 225 m2
Wakaf
Komarudin
9. Mari Taqwa
Cahayamas
1990 144 m2
Hibah
Amin Jufri
10. Darul Iman
Gading Sari
1995 240 m2
Wakaf
Rohmat
11. Nurul Iman
Sumber Mulya
2003 16 m2
Hibah
Riyanto
12. Miftahul Jannah
Beringin Jaya
1993 144 m2
Hibah
Zakaria
13. Al-Huda 2005 400 m2 Tamrin
69
Kampung Baru Wakaf
14. Ibnussalam
Bina Karsa
1998 144 m2
Hibah
Solatun
2. Status Tanah Masjid
Adapun status tanah dari 14 masjid yang diteliti tersebut berasal dari
tanah wakaf dan hibah. Dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4. 5
Data Status Tanah dan Bangunan Wakaf
No. Nama Masjid Lokasi Status
1. Darussalam Tegal Sari Wakaf
2. Al-Hikmah Bina Tani Wakaf
3. Al-Hidayah Pematang Jaya Wakaf
4. Baiturrahman Surya Karta Wakaf
5. Darul Iman Gading Sari Wakaf
6. Al-Huda Kampung Baru Wakaf
Tabel 4. 6
Data Status Tanah dan Bangunan Hibah
No. Nama Masjid Lokasi Status
1. Darussalam Cahya Mulya Hibah
2. Darul Iman Karya Jaya Hibah
3. Baiturrahman Pematang Sari Hibah
4. Al-Ikhlas Catur Tunggal Hibah
5. Mari Taqwa Cahayamas Hibah
6. Nurul Iman Sumber Mulya Hibah
7. Miftahul Jannah Beringin Jaya Hibah
8. Ibnussalam Bina Karsa Hibah
70
Dari hasil penulisan dari 14 masjid sebagian besar status tanah di
Kecamatan Mesuji Makmur berasal dari tanah hibah dengan persentase 57 %
tanah hibah dan 43 % berasa dari tanah wakaf.
C. Metode yang Digunakan dalam Penentuan Arah Kiblat Masjid di
Kecamatan Mesuji Makmur
Secara umum, metode yang digunakan oleh pengurus Masjid di
Kecamatan Mesuji Makmur menggunakan metode taqribi, yaitu dengan
menggunakan arah terbenamnya Matahari, GPS (Global Positioning System),
kompas mata angin, kompas kiblat dan perkiraan. Untuk itu tingkat
keakuratannya pun beraneka ragam.5
Adapun jumlah masjid yang menggunakan metode taqribi adalah
sebagai berikut:
Arah Matahari : 4 masjid : 28,6 %
GPS : 1 masjid :7,1 %
Kompas Mata Angin : 2 masjid : 14,2 %
Kompas Kiblat : 3 masjid : 21,5 %
Matahari+Kompas : 3 masjid : 21,5 %
Perkiraan : 1 masjid : 7,1 %
Tabel 4. 7
Data Masjid yang Menggunakan Metode Arah Matahari6
No. Nama Masjid Lokasi
1. Darussalam Cahya Mulya
2. Darul Iman Karya Jaya
3. Nurul Iman Sumber Mulya
4. Al-Huda Kampung Baru
5 H. Kodin, Kepala Kantor Urusan Agama Mesuji Makmur, Interview Pribadi, Mesuji
Makmur, 21 Januari 2019. 6 Sihono, DKM Masjid Darussalam, Interview Pribadi, Mesuji Makmur, 22 Januari 2019.
71
Tabel 4. 8
Data Masjid yang Menggunakan Metode GPS7
No. Nama Masjid Lokasi
1. Mari Taqwa Cahayamas
Tabel 4. 9
Data Masjid yang Menggunakan Metode Kompas Arah Mata Angin8
No. Nama Masjid Lokasi
1. Al-hidayah Pematang Jaya
2. Darul Iman Gading Sari
Tabel 4. 10
Data Masjid yang Menggunakan Metode Kompas Kiblat9
No. Nama Masjid Lokasi
1. Baiturrahman Pematang Sari
2. Baiturrahman Surya Karta
3. Miftahul Jannah Beringin Jaya
Tabel 4. 11
Data Masjid yang Menggunakan Metode Matahari+Kompas10
No. Nama Masjid Lokasi
1. Al-Hikmah Bina Tani
2. Al-Ikhlas Catur Tunggal
3. Ibnussalam Bina Karsa
7 Waluyo, DKM Masjid Mari Taqwa, Interview Pribadi, Mesuji Makmur, 29 Januari
2019. 8 Imam, DKM Masjid Al-Hidayah, Interview Pribadi, Mesuji Makmur, 27 Januari 2019.
9 Warisno, DKM Masjid Baiturrahman, Interview Pribadi, Mesuji Makmur, 27 Januari
2019. 10
Sutarmo, Pengurus Masjid Al-Hikmah, Interview Pribadi, Mesuji Makmur, 24 Januari
2019.
72
Tabel 4. 12
Data Masjid yang Menggunakan Metode Perkiraan11
No. Nama Masjid Lokasi
1. Darussalam Tegal Sari
Gambar 4. 2
Perbandingan Alat Bantu Penentuan Arah Kiblat di Kecamatan Mesuji Makmur
Berdasarkan metode-metode yang telah diterapkan sebelumnya, belum
terdapat metode yang dapat menjamin keakuratan arah kiblat pada masjid-masjid
di Kecamatan Mesuji Makmur. Dengan demikian, metode bayang-bayang kiblat
berdasarkan data Accurate Times merupakan pengembangan dari metode rashd
al-kiblat. Apabila rashd al-kiblat hanya dapat dilakukan 2 kali dalam setahun,
untuk itu data yang terdapat pada Accurate Times memiliki periode waktu yang
dapat dilakukan setiap harinya. Selain itu, Accurate Times juga tidak memerlukan
koneksi internet dalam penggunaannya, hanya memerlukan aplikasi yang telah
didownload melalui appstore. Accurate Times juga telah diteliti tingkat
keakuratannya menggunakan Almanak Astronomis dan Islamic Finder. Namun,
metode bayangan suatu benda menggunakan periode waktu dari Accurate Times
sangat tergantung pada keadaan cuaca dan cahaya Matahari.
11
Kumaidi, DKM Masjid Darussalam, Interview Pribadi, Mesuji Makmur, 17 Januari
2019.
Arah Matahari
GPS
Kompas Mata Angin
Kompas Kiblat
Matahari dan Kompas
Perkiraan
73
D. Hasil Pengamatan Keakuratan Arah Kiblat Masjid di Mesuji Makmur
dengan Data Accurate Times
Pada sub bab ini penulis akan membagi dalam 4 pembahasan, yaitu 1)
waktu bayangan tepat mengarah ke kiblat, 2) hasil pengamatan bayangan
tepat ke kiblat, 3) tingkat keakuratan arah kiblat, dan 4) pengelompokkan data
tingkat keakuratan arah kiblat pada masjid di Kecamatan Mesuji Makmur.
1. Waktu Bayangan Arah Kiblat di Kecamatan Mesuji Makmur
Pada penulisan ini, penulis menggunakan metode bayangan Matahari
pada suatu benda yang arah bayangan benda tersebut tepat menghadap ke
arah Kakbah. Melalui data yang diperoleh dari Accurate Times penulis
menggunakan waktu-waktu tertentu yang mana waktu tersebut merupakan
saat-saat dimana bayangan suatu benda tepat mengarah ke Kakbah.
Tabel 4. 13
Waktu Bayangan Menghadap Kiblat di Kecamatan Mesuji Makmur
No. Lokasi Nama Masjid Tanggal
Pengamatan
Waktu
Bayangan
1. Tegal Sari Darussalam 17/01/2019 09:08
2. Cahaya Mulya Darussalam 22/01/2019 09:26
3. Karya Jaya Darul Iman 23/01/2019 09:29
4. Bina Tani Al-Hikmah 24/01/2019 09:33
5. Pematang Sari Baiturrahman 25/01/2019 09:37
6. Catur Tunggal Al-Ikhlas 26/01/2019 09:40
7. Pematang Jaya Al-Hidayah 27/01/2019 09:44
8. Surya Karta Baiturrahman 28/01/2019 09:48
9. Cahayamas Mari Taqwa 29/01/2019 09:51
10. Gading Sari Darul Iman 30/01/2019 09:55
11. Sumber Mulya Nurul Iman 31/01/2019 09:59
12. Beringin Jaya Miftahul Jannah 01/02/2019 10:03
13. Kampung Baru Al-Huda 02/02/2019 10:06
14. Bina Karsa Ibnussalam 03/02/2019 10:10
74
2. Hasil Pengamatan Arah Kiblat
Arah kiblat Kecamatan Mesuji Makmur menurut Accurate Times
dihitung dari arah Barat ke Utara adalah sebesar 248.
Gambar 4. 3
Gambar Arah Kiblat Kecamatan Mesuji Makmur dari Accurate Times
Berdasarkan pengamatan penulis yang dilakukan dari tanggal 17
Januari 2019 hingga tanggal 3 Februari 2019 pada waktu-waktu tertentu
menurut Accurate Times, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. 14
Data Hasil Pengukuran Arah Kiblat Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur
No. Lokasi Nama
Masjid
Tanggal Waktu
Bayangan
Deviasi
1. Tegal Sari Darussalam 17/01/
2019
09:08 -15
75
3. Tingkat Keakuratan Arah Kiblat
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode taqribi, yaitu mengamati bayangan Matahari pada suatu benda
berdasarkan data waktu yang diperoleh dari Accurate Times, maka hasil yang
2. Cahya Mulya Darussalam 22/01/
2019
09:26 -24
3. Karya Jaya Darul Iman 23/01/
2019
09:29 -25
4. Bina Tani Al-Hikmah 24/01/
2019
09:33 -15
5. Pematang Sari Baiturrahman 25/01/
2019
09:37 0
6. Catur Tunggal Al-Ikhlas 26/01/
2019
09:40 -5
7. Pematang Jaya Al-Hidayah 27/01/
2019
09:44 -10
8. Surya Karta Baiturrahman 28/01/
2019
09:48 0
9. Cahayamas Mari Taqwa 29/01/
2019
09:51 -12
10. Gading Sari Darul Iman 30/01/
2019
09:55 -1
11. Sumber Mulya Nurul Iman 31/01/
2019
09:59 -24
12. Beringin Jaya Miftahul
Jannah
01/02/
2019
10:03 -10
13. Kampung Baru Al-Huda 02/02/
2019
10:06 -25
14. Bina Karsa Ibnussalam 03/02/
2019
10:10 -3
76
diperoleh dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu berupa masjid yang
akurat, masjid yang akurat dalam toleransi dan juga masjid yang tidak akurat
arah kiblatnya. Tingkat keakuratan masjid memiliki bervariasi deviasi, yang
mana deviasi 1 ketika ditarik ke Kakbah maka akan berjarak 111 km.
Tabel 4.15
Data Hasil Pengukuran Arah Kiblat dan Selisih Jarak ke Kakbah
No. Lokasi Nama Masjid Deviasi Selisih Jarak ke
Kakbah (km)
1. Tegal Sari Darussalam -15 1.665
2. Cahya Mulya Darussalam -24 2.664
3. Karya Jaya Darul Iman -25 2.775
4. Bina Tani Al-Hikmah -15 1.665
5. Pematang Sari Baiturrahman 0 0
6. Catur Tunggal Al-Ikhlas -5 555
7. Pematang Jaya Al-Hidayah -10 1.110
8. Surya Karta Baiturrahman 0 0
9. Cahayamas Mari Taqwa -12 1.332
10. Gading Sari Darul Iman -1 111
11. Sumber Mulya Nurul Iman -24 2.664
12. Beringin Jaya Miftahul Jannah -10 1.110
13. Kampung Baru Al-Huda -25 2.775
14. Bina Karsa Ibnussalam -3 333
Berikut perbandingan hasil observasi masjid yang akurat, akurat
dalam toleransi dan masjid yang tidak akurat:
77
Gambar 4. 4
Gambar Perbandingan Tingkat Keakuratan Arah Kiblat di Kecamatan Mesuji
Makmur
Adapun rincian masjid yang akurat, akurat dalam toleransi dan tidak
akurat adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 15
Data Tingkat Keakuratan Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur
No. Lokasi Nama Masjid Deviasi Keterangan
1. Cahayamas Darussalam -15 Tidak Akurat
2. Bina Karsa Darussalam -24 Tidak Akurat
3. Cahaya Makmur Darul Iman -25 Tidak Akurat
4. Bina Tani Al-Hikmah -15 Tidak Akurat
5. Pematang Sari Baiturrahman 0 Akurat
6. Catur Tunggal Al-Ikhlas -5 Tidak Akurat
7. Pematang Jaya Al-Hidayah -10 Tidak Akurat
8. Kampung Baru Baiturrahman 0 Akurat
9. Cahayamas Mari Taqwa -12 Tidak Akurat
10. Gading Sari Darul Iman -1 Akurat dalam
toleransi
11. Sumber Mulya Nurul Iman -24 Tidak Akurat
12. Cahayamas Miftahul Jannah -10 Tidak Akurat
13. Kampung Baru Al-Huda -25 Tidak Akurat
14. Bina Karsa Ibnussalam -3 TidakAkurat
akurat
akurat dalam toleransi
tidak akurat
78
Tabel 4. 16
Data Tingkat Keakuratan Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur Berdasarkan
Metode Pengukurannya
No. Lokasi Nama Masjid Metode
Pengukurannya Deviasi
1. Tegal Sari Darussalam Perkiraan -15
2. Cahaya Mulya Darussalam Matahari -24
3. Karya Jaya Darul Iman Matahari -25
4. Bina Tani Al-Hikmah Matahari+Kompas -15
5. Pematang Sari Baiturrahman Kompas Kiblat 0
6. Catur Tunggal Al-Ikhlas Matahari+Kompas -5
7. Pematang Jaya Al-Hidayah Kompas Mata
Angin
-10
8. Surya Karta Baiturrahman Kompas Kiblat 0
9. Cahayamas Mari Taqwa GPS -12
10. Gading Sari Darul Iman Kompas Mata
Angin
-1
11. Sumber Mulya Nurul Iman Matahari -24
12. Beringin Jaya Miftahul Jannah Kompas Kiblat -10
13. Kampung Baru Al-Huda Matahari -25
14. Bina Karsa Ibnussalam Matahari+Kompas -3
4. Pengelompokan Data Tingkat Keakuratan Arah Kiblat Masjid
Berdasarkan hasil penulisan, berikut daftar masjid yang termasuk dalam
kategori masjid yang akurat arah kiblatnya.
79
a. Data Masjid yang Akurat Arah Kiblatnya
Tabel 4. 17
Data Masjid yang Akurat Arah Kiblatnya
No. Nama Masjid Lokasi Deviasi
1. Baiturrahman Pematang Sari 0
2. Baiturrahman Kampung Baru 0
b. Data Masjid yang Akurat dalam Toleransi
Masjid yang termasuk ke dalam kategori masjid yang akurat dalam
toleransi yaitu masjid yang deviasi arah kiblatnya -2 atau +2 ke Utara.
Tabel 4. 18
Data Masjid yang Keakuratannya dalam Toleransi
No. Nama Masjid Lokasi Deviasi
1. Darul Iman Gading Sari -1
c. Data Masjid yang Tidak Akurat Arah Kiblatnya
Tingkat keakuratan masjid di Kecamatan Mesuji Makmur tergolong
masih rendah, dikarenakan beberapa faktor, baik metode yang digunakan,
kekurangan alat, maupun karena masyarakat setempat kurang memahami
tentang bagaimana metode yang tepat untuk digunakan pada saat penentuan arah
kiblat.
Tabel 4. 20
Data Masjid yang Tidak Akurat Arah Kiblatnya
No. Nama Masjid L okasi Deviasi
1. Darussalam Cahayamas -15
2. Darussalam Bina Karsa -24
3. Darul Iman Cahaya Makmur -25
4. Al-Hikmah Bina Tani -15
5. Al-Ikhlas Catur Tunggal -5
80
6. Al-Hidayah Pematang Jaya -10
7. Mari Taqwa Cahayamas -12
8. Nurul Iman Sumber Mulya -24
9. Miftahul Jannah Cahayamas -10
10. Al-Huda Kampung Baru -25
11. Ibnussalam Bina Karsa -3
Berdasarkan data tersebut Kecamatan Mesuji Makmur memiliki
persentase tingkat keakuratan arah kiblat sebesar 14,28% atau 2 masjid yang
akurat, 7,14% atau 1 masjid yang keakuratannya dalam toleransi dan 78,58%
atau 11 masjid yang kurang akurat.
E. Analisis Faktor Ketidakakuratan Arah Kiblat Masjid di Kecamatan
Mesuji Makmur Berdasarkan Accurate Times
Tingkat keakuratan arah kiblat suatu masjid ditentukan dari metode
pengukuran yang benar, baik menggunakan metode taqribi maupun metode
tahqiqi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa metode
pengukuran arah kiblat masjid di Kecamatan Mesuji Makmur, seperti
menggunakan arah Matahari, Global Positioning System (GPS), kompas mata
angin, kompas kiblat, ada yang hanya menggunakan perkiraan saja dan ada
menggunakan dua metode, yaitu metode arah Matahari kemudian dilanjutkan
dengan penyesuaian arah menggunakan kompas mata angin.12
Dari hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwasanya
masjid-masjid yang angka deviasinya 0 atau arah kiblatnya sudah tepat
adalah yang menggunakan metode kompas kiblat. Kemudian masjid-masjid
yang termasuk dalam kategori angka deviasinya rendah merupakan masjid
yang arah kiblatnya diukur menggunakan metode arah Matahari dan kompas
mata angin. Sedangkan yang termasuk dalam kategori angka deviasinya
12
H. Kodin, Kepala Kantor Urusan Agama Mesuji Makmur, Interview Pribadi, Mesuji
Makmur, 21 Januari 2019
81
tinggi merupakan masjid yang arah kiblatnya hanya diukur menggunakan
metode perkiraan.
Penulis melakukan ijtihad dalam menentukan arah kiblat pada masjid-
masjid di Kecamatan Mesuji Makmur demi menambah kualitas dalam
beribadah kepada Allah SWT dan menambah wawasan dengan menggunakan
bayangan suatu benda oleh cahaya Matahari sesuai dengan data waktu yang
diperoleh dari Accurate Times (AT).
Untuk itu, guna mengetahui seberapa besar tingkat keakuratan arah
kiblat pada masjid-masjid di Kecamatan Mesuji Makmur, penulis
mengamatinya dengan bayangan sebuah tongkat yang mengarah tepat ke
kiblat. Arah kiblat Kecamatan Mesuji Makmur menurut Accurate Times (AT)
yaitu sebesar 24,8 dari Barat ke Utara. Sehingga dari beberapa masjid yang
penulis amati terdapat beberapa masjid yang akurat, akurat dalam toleransi
dan tidak akurat.
Dari 14 masjid terdapat 2 masjid yang akurat arah kiblatnya, 1 masjid
yang akurat dalam toleransi, dan 11 masjid yang tidak akurat. Apabila dilihat
dari segi alat dan metode pengukurannya, maka untuk daerah pedesaan ini
sudah cukup canggih, karena dalam menentukan arah kiblat masjid
menggunakan alat bantu berupa kompas dan GPS (Global Positioning
System), hanya saja masyarakat setempat yang kurang memahami
penggunaan alat tersebut dengan benar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa interview, ketika
masyarakat akan melakukan pembangunan ataupun renovasi masjid tidak
melakukan koordinasi terlebih dahulu atau meminta pihak Kementerian
Agama di tingkat kecamatan untuk melakukan pengukuran. Menurut H.
Kodin selaku Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Mesuji Makmur
selama ia menjabat hanya terdapat satu kali masyarakat yang meminta
pengukuran arah kiblat masjid.
Hal itu terjadi karena tidak adanya sosialisasi dari pihak pemerintah
kepada masyarakat Mesuji Makmur mengenai aturan dalam pengukuran arah
kiblat secara tepat.
82
Sehingga dapat ditarik kesimpulan beberapa faktor yang
menyebabkan ketidakakuratan arah kiblat pada masjid-masjid di Kecamatan
Mesuji Makmur adalah kurangnya pengetahuan masyarakat dan minimnya
akses koordinasi antara masyarakat pedesaan dengan Badan Hisab Rukyat di
tingkat kabupaten maupun tingkat kecamatan. Sekalipun Badan Hisab Rukyat
memiliki peralatan yang cukup memadai,13
tetapi tidak disertai dengan
pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan terhadap peralatan tersebut.
13
H. Kodin, Kepala Kantor Urusan Agama Mesuji Makmur, Interview Pribadi, Mesuji
Makmur, 21 Januari 2019.
83
BAB V
PENUTUP A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis paparkan pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Accurate Times memiliki fitur yang dapat menampilkan periode waktu
harian ketika bayangan suatu benda tepat mengarah ke Kakbah. Periode
waktu inilah yang digunakan oleh penulis dalam mengukur keakuratan
arah kiblat 14 Masjid di Kecamatan Mesuji Makmur. Penulis
menggunakan beberapa alat bantu, seperti tongkat tegak lurus, benang,
paku, kompas, penggaris air, dan busur. Ketika tiba waktu yang
ditunjukkan oleh Accurate Times, maka bayangan benda tegak lurus akan
mengarah tepat ke Kakbah. Kemudian penulis membuat garis sesuai
dengan bayangan benda untuk ditarik masuk ke dalam masjid lalu diukur
sudutnya menggunakan busur.
b. Posisi arah kiblat masjid di Kecamatan Mesuji Makmur yang diteliti
semuanya menghadap ke Barat dengan beberapa variasi kemiringan.
Adapun sudut arah kiblat masjid di Mesuji Makmur berdasarkan Accurate
Times adalah 24,8 dari titik Barat ke Utara. Jumlah masjid di Mesuji
Makmur yang diteliti adalah 14 masjid, terdapat 2 masjid (14,28%) yang
akurat, 1 masjid (7,14%) yang ditoleransi keakuratannya, dan 11 masjid
(78,58%) yang kurang akurat dengan nilai deviasi yang beragam. Nilai
deviasi di wilayah Mesuji Makmur secara keseluruhan tidak terdapat yang
lebih dari titik derajat kiblat, yang berarti bahwa nilai deviasi setiap
masjidnya adalah minus ke Utara. Adapun yang dimaksud dengan nilai
deviasi minus itu adalah nilai arah kiblat masjid yang diteliti kurang dari
0 sampai 24,8.
c. Tingkat kesesuaian arah kiblat masjid dengan menggunakan data Accurate
Times dari 14 masjid, hanya ada 2 masjid (14,28 %) yang akurat dan 12
masjid (85,72 %) tidak akurat.
84
B. SARAN
Dalam kaitannya dengan arah kiblat suatu masjid, penulis sangat
menekankan pada peran pemerintah baik pusat maupun daerah, yang dalam hal ini
merupakan tanggungjawab dari kemenag tingkat kecamatan dan kabupaten untuk
segera melakukan sosialisasi perihal tata cara dalam pengukuran arah kiblat dan
agar dilakukan pengubahan arah kiblat bagi masjid-masjid yang belum akurat arah
kiblatnya, pengubahannya cukup dengan mengubah posisi arah kiblat di dalam
masjid, bukan dengan mengubah bangunan masjidnya.
Dan bagi akademisi agar senantiasa mengembangkan keilmuwannya agar
memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat.
Berdasarkan kecanggihan teknologi dan kemudahan dalam mengakses
internet, tentunya tidak sulit untuk menggunakan metode bayang-bayang benda
berdasarkan pada data periode waktu Accurate Times, untuk itu penulis
menyarankan kepada pihak-pihak terkait agar mempertimbangkan metode
bayang-bayang benda berdasarkan data Accurate Times ini untuk digunakan
sebagai salah satu metode penentuan arah kiblat di Kecamatan Mesuji Makmur.
Hal ini memerlukan sinergi yang kuat antara pemerintah baik pusat
maupun daerah yang bertanggungjawab dalam pengukuran arah kiblat dan
masyarakat untuk bersama-sama melakukan upaya pembenahan dalam
menentukan posisi arah kiblat.
85
Daftar Pustaka
Al-Qur‟an Al-Karim dan Terjemahannya.
Abu Zahrah, Muhammad, Ushul Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016.
Afifudin, Moch. “Uji Akurasi Arah Kiblat Pemakaman Berdasarkan Metode
Sinus Cosinus (Studi di Kelurahan Purwodadi Kota Malang).” Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2012, dari : http://etheses.uin-
malang.ac.id/1403/6/08210006_Bab_2.pdf diakses tanggal 11 Desember
2018.
Alfaruqi, Daniel. “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah
Kecamatan Payakumbuh Utara.” Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1998.
Almahsuri. “Akurasi Arah Kiblat Mushalla SMA di Kota Tangerang.” Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012.
Apriatno, Danu. “Akurasi Arah Kiblat Masjid di Wilayah Kecamatan Tanah
Sareal Bogor dan Problematikanya.” Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Ath-Thabari, Abu Ja‟far bin Jarir, Tafsir Ath-Thabari, (Penerjemah: Ahsan Askan
dari judul asli Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an), Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008.
Dalimunthe, Afni Desiana, “Akurasi Arah Kiblat di Wilayah Kecamatan
Pamulang.” Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Data Kabupaten Ogan Komering Ilir, diakses tanggal 11 Februari 2019 pukul
11.00, dari: https://o9kikab.bps.go.id/publication/download
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid I,
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf Milik Badan Wakaf Universitas Islam
Indonesia, 1990.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya,
Semarang: Raja P ublishing, 2011.
86
Djazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih (Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis), Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007.
Google Earth, dari: https://earth.google.com/web/@21.42254123,39.82631136,30
0.1789631a,460.33465827d,35y,-0h,0t,0r diakses tanggal 05 Maret 2019.
Hidayat, Arif. “Penentuan Arah Kiblat Pada Masjid-Masjid di Kecamatan
Dukupuntang Kabupaten Cirebon” Skripsi S-1 Fakultas Syariah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, 2013.
International Astronomycal Center, dari : http://www.icoproject.org/ diakses
tanggal 20 Maret 2019.
Interview Pribadi dengan H. Kodin, Kepala Kantor Urusan Agama Mesuji
Makmur, Mesuji Makmur, 21 Januari 2019.
Interview Pribadi dengan Imam, DKM Masjid Al-Hidayah, Mesuji Makmur, 27
Januari 2019.
Interview Pribadi dengan Kumaidi, DKM Masjid Darussalam, Mesuji Makmur,
17 Januari 2019.
Interview Pribadi dengan Sihono, DKM Masjid Darussalam, Mesuji Makmur, 22
Januari 2019.
Interview Pribadi dengan Sutarmo, Pengurus Masjid Al-Hikmah, Mesuji Makmur,
24 Januari 2019.
Interview Pribadi dengan Waluyo, DKM Masjid Mari Taqwa, Mesuji Makmur, 29
Januari 2019.
Interview Pribadi dengan Warisno, DKM Masjid Baiturrahman, Mesuji Makmur,
27 Januari 2019.
Izzuddin, Ahmad, Fiqih Hisab Rukyah, Jakarta, Erlangga, 2007.
Izzudin, Ahmad, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan
Akurasinya, Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, 2012.
Jamil, A., Ilmu Falak (Teori dan Program), Jakarta: Amzah, 2009.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/arah diakses tanggal 05 Maret 2019.
87
Marpaung, Watni, Pengantar Ilmu Falak, Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persada, 2009.
Mortadho, Moh., Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008.
Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Nasution, Rabiatul Adawiyah. “Hukum Menghadap Ain al-Ka‟bah Dalam Salat
Bagi Orang Yang Jauh Dari Mekah Menurut Imam Nawawi dan
Relevansinya Dengan Penerapan Ilmu Falak di Indonesia.” Tesis, Program
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2014.
Pengertian Penelitian Kepustakaan, dari : http://repository.uinsu.ac.id/640/1/
diakses tanggal 14 April 2018.
Purwanto, Moch. Hadi. “Penentuan Arah Kiblat Masjid dengan Metode Bayang-
Bayang Kiblat: Studi di Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.”
Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2013, dari : http://etheses.uin-
malang.ac.id diakses tanggal 12 Desember 2018.
Rifa‟i, Moh., Risalah Tuntunan Salat Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra,
2014.
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid (Analisa Fiqih Para Mujtahid), yang
diterjemahkan oleh Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun, Jakarta:
Pustaka Amani, 2007.
Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah I, Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1973.
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas
Publicita, 2007.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an), Tangerang: Lentera Hati, 2002.
Silalahi, Ulber, Metode Penulisan Sosial Kuantitatif, Bandung: Refika Aditama,
2015.
Silalahi, Ulber, Metode Penulisan Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2009.
88
Sopyan, Yayan, Metode Penulisan untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan
Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009.
Tim Keilmuan Lembaga Imam dan Khatib Departemen Urusan Keislaman,
Waqaf, Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Saudi Arabia, Al-Fiqhu Al-
Muyassar. Penerjemah Nabhani Idris. Fikih Praktis. Jakarta: WAMY,
1998.
Wulandari, Pitri. “Akurasi Arah Kiblat Masjid Daerah Perkotaan di Wilayah
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat.” Skripsi S-1 Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013.
Yusuf, A. Muri, Metode Peneltian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penulisan
Gabungan, Jakarta: Prenada Media, 2016.
Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adilatuhu. Penerjemah Abdul Hayyie al-
Kattani, dkk. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2010.
Wawancara Kepala KUA
1. Bagaimana peran KUA dalam pembangunan Masjid di Kecamatan Mesuji
Makmur?
Kalau arah kiblat dalam lingkup kecamatan itu hanya mengira-ngira
menggunakan arah matahari dan apabila ada permintaan pengukuran arah
kiblat masyarakat mendatangi KUA secara langsung, namun nampaknya
belum ada masyarakat yang datang, hanya pernah satu kali saja.
2. Apakah pengukuran arah kiblat menjadi salah satu program kerja KUA
sesuai dengan tupoksinya mengenai kemasjidan?
Tidak, KUA hanya mendata masjid dan dari mana tanah yang digunakan
untuk membangun masjid, apakah tanah tersebut tanah wakaf atau hibah
maka kami mendatanya.
3. Apakah masyarakat datang ke KUA secara langsung jika ingin mengukur
arah kiblat? Jika tidak, lalu kemana masyarakat meminta pengukuran arah
kibat?
Sejauh ini belum ada masyarakat yang datang ke KUA ketika akan
membangun masjid, dikarenakan masjid telah dibangun berpuluh-puluh
tahun. Tapi, pernah ada sekali sebuah kantor yang akan membangun
Musholla datang ke sini, lalu pihak kita menghubungi pihak Kabupaten
dalam pelaksanaannya. Kebanyakan masyarakat hanya menggunakan arah
Matahari sebagai arah kiblat untuk saat ini.
4. Apakah yang menjadi penyebab kurangnya permintaan masyarakat terhadap
pengukuran arah kiblat?
Itu dikarenakan keterbatasan alat yang hanya ada di Kabupaten dan juga
sulitnya transport menuju lokasi. Di tingkat Kabupaten, masyarakat yang
akan membangun Masjid mendatangi secara langsung kantornya untuk
dilakukan pengukuran arah kiblat.
5. Mengapa masyarakat lebih memilih mengukur sendiri arah Masjid yang
akan dibangun?
Karena selama ini masyarakat hanya berpatokan pada arah matahari dan
sudah lama itu diterapkan sehingga belum ada perubahan untuk sekarang
ini.
6. Apakah belum ada pengukuran ulang dari pihak Kabupaten?
Belum pernah, dikarenakan kurangnya SDM yang mengetahui tata cara
pengukuran arah kiblat dan jarak yang sulit terjangkau.
7. Jika terdapat Masjid yang tidak akurat, bagaimanakah saran dari Bapak?
Kalau ada Masjid yang ternyata tidak akurat, tidak memungkinkan juga jika
akan dilakukan pembongkaran Masjid, untuk itu sebaiknya diberi tanda
panah penunjuk arah kibat.
Wawancara DKM Masjid Darussalam Tegal Sari
Nama Narasumber: Bapak Kumaidi
1. Sejak kapan masjid ini didirikan?
Masjid Darussalam dibangun pada tahun 1999 dan telah mengalami
beberapa kali renovasi, terakhir direnovasi pada akhir tahun 2017, namun
tidak ada pengubahan arah kiblat.
2. Bagaimana penentuan arah kiblat masjid pada saat pembangunan?
Seingat saya hanya menggunakan perkiraan arah kiblatnya.
3. Siapa yang berperan dalam pengukuran arah kiblat?
Pada saat itu arah kiblat ditentukan atas kesepakatan bersama antara
pengelola masjid.
Wawancara DKM Masjid Darussalam Cahya Mulya
Nama Narasumber : Bapak Sihono
1. Kapan dimulainya pembangunan masjid?
Pertama kali masjid ini dibangun sekitar tahun 1995 dan beberapa kali
mengalami renovasi, namun tidak mengalami perubahan arah kiblat.
2. Adakah alat khusus dalam menentukan arah kiblat masjid?
Tidak ada, hanya menggunakan arah matahari.
3. Siapa saja yang berperan dalam penentuan arah kiblat masjid?
Saya kurang paham, sebab tidak ada musyawarah khusus.
Wawancara DKM Masjid Darul Iman Karya Jaya
Nama Narasumber : Bapak Muhadi
1. Bagaimana proses pengukuran arah kiblat pada saat pembangunan Masjid?
Proses pengukurannya hanya menggunakan arah Matahari.
2. Apakah ada perubahan setelah munculnya fatwa MUI No. 5 Tahun 2010?
Pernah mendapat kabar bahwa arah kiblat itu tidak tepat menghadap ke arah
barat, namun agak sedikit geser ke arah utara, sudah ada usaha dari pihak
DKM untuk mengubah arah kiblat, namun sebagian masyarakat masih tetap
menghadap tepat ke arah barat.
3. Apa yang menjadi pedoman dalam pengukuran arah kiblat?
Pada awalnya kita menggunakan arah Matahari, namun setelah itu kami
menggunakan kompas kiblat, namun arah kiblat tersebut tidak diterapkan
dengan baik di lingkungan masyarakat.
Wawancara Pengurus Masjid Al-Hikmah Bina Tani
Nama Narasumber : Bapak Sutarmo
1. Kapan Masjid dibangun?
Pada mulanya Masjid Al-Hikmah sudah ada sejak tahun 1982, lalu
dilakukan pemindahan lokasi tahun 2015, kemudian direnovasi kembali
tahun 2017.
2. Bagaimana proses pengukuran arah kiblat pada saat pembangunan Masjid?
Kalau masalah arah kiblatnya kita menggunakan arah Matahari dan juga alat
penunjuk arah, yaitu kompas.
3. Adakah alat khusus yang digunakan pada saat pembangunan Masjid?
Tidak ada, hanya menggunakan kompas.
Wawancara Pengurus Masjid Baiturrahman Pematang Sari
Nama Narasumber: Bapak Warisno
1. Sejak kapan Masjid didirikan?
Sejak tahun 2017.
2. Bagaimana proses pengukuran arah kiblat pada saat pembangunan Masjid?
Pada saat pembangunan Masjid, kami menggunakan kompas kiblat lalu
disesuaikan dengan arah kiblat Masjid yang akan digunakan.
Wawancara Pengurus Masjid Al-Ikhlas Catur Tunggal
Nama Narasumber: Bapak Ahmad Kholil
1. Kapan berdirinya Masjid Al-Ikhlas?
Kalau lokasi dan Masjid ini sudah ada sejak tahun 1980-an, kemudian
beberapa kali mengalami renovasi.
2. Bagaimana pengukuran arah kiblat pada saat pembangunan Masjid?
Pengukuran arah pada saat pembangunan Masjid hanyalah berpedoman arah
Matahari, namun sedikit dimiringkan menggunakan kompas, saya kurang
paham berapa derajat sudut kemiringannya.
3. Apakah metode yang digunakan dalam pengukuran arah kiblat?
Menggunakan arah Matahari dan kompas.
Wawancara Pengelola Masjid Al-Hidayah Pematang Jaya
Nama Narasumber : Bapak Imam
1. Sejak kapan masjid didirikan?
Masjid Al-Hidayah didirikan pada tahun 2008.
2. Metode apakah yang digunakan dalam penentuan arah kiblat?
Penentuan arah kiblatnya menggunakan kompas dengan menentukan sudut
kemiringannya, namun saya kurang memahami berapa derajat sudut
kemiringannya.
Wawancara Pengurus Masjid Mari Taqwa Cahayamas
Nama Narasumber: Bapak Waluyo
1. Kapan Masjid Mari Taqwa didirikan?
Masjid Mari Taqwa mulai dibangun sejak Februari 2017 dan sekarang
belum selesai secara menyeluruh pembangunannya, masih dalam proses.
2. Bagaimana metode pengukuran arah kiblat Masjid Mari Taqwa pada saat
pembangunan?
Masjid Mari Taqwa mengalami satu kali renovasi, arah Masjid yang dulu
agak serong ke Utara, kemudian direnovasi dan arahnya digeser ke arah
Barat namun tidak lurus tepat ke arah Barat. Alat yang kami gunakan adalah
GPS (Global Positioning System).
Lampiran Foto-foto Rukyah Arah Kiblat
Masjid Darussalam Desa Tegal Sari
Masjid Darussalam Desa Cahya Mulya
Masjid Darul Iman Desa Karya Jaya
Masjid Al-Hikmah Bina Tani
Masjid Baiturrahman Pematang Sari
Masjid Al-Ikhlas Catur Tunggal
Masjid Al-Hidayah Pematang Jaya
Masjid Baiturrahman Surya Karta
Masjid Mari Taqwa Cahayamas
Masjid Darul Iman Gading Sari
Masjid Nurul Iman Sumber Mulya
Masjid Miftahul Jannah Beringin Jaya
Masjid Al-Huda Kampung Baru
Masjid Ibnussalam Bina Karsa