An Tropo Metri
-
Upload
anindya-nur-qurani -
Category
Documents
-
view
71 -
download
1
Transcript of An Tropo Metri
Secara umum, antropometri memiliki pengertian pengukuran tubuh manusia. Antropometri
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubh dan komposisi tubh untuk
berbagai tingkat umur. Pada saat ini sering digunakan untuk melakukan skrining kasus kurang
gizi, karena penggunaannya relative mudah, murah, dan praktis.
Sebagai indikator status gizi, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter (ukuran tunggal dari tubuh manusia). Jenis parameter antropometri:
1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Apabila umur salah,
maka akan berakibat kesalahan pada interpretasi data.
Prosedur pengukuran umur adalah:
a. Menentukan tanggal, hari, bulan, dan tahun saat dilakukan pengukuran.
b. Mengurangi dengan tanggal, hari, bulan, dan tahun pada waktu lahir.
c. Bila kelebihan atau kekurangan sebanyak 16 hari s/d 30 hari, dibulatkan
menjadi 1 bulan. Sedangkan, bila sebanyak 1 s/d 15 hari, dibulatkan menjadi 0
bulan.
2. Berat Badan
Berat badan merupakan parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan
dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. Berat
badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang.
Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak, timbangan dacin, timbangan
geser, dan bed scale.
Prosedur pengukuran berat badan:
a. Meletakkan timbangan pada alas yang datar dan keras.
b. Melakukan kalibrasi
c. Meminta pasien untuk menggunakan pakaian seminimal mungkin,
melepas alas kaki, tidak membawa hal-hal yang dapat memberatkannya.
d. Mengukur dengan posisi antropometri dengan tumpuan pada kedua kaki
sama besar.
e. Pada bayi, meletakkan bayi di atas alas timbangan bagian tengah.
Melakukan saat bayi dalam keadaan paling tenang.
f. Membaca hasil pengukuran sampai ketelitian 0.1 kg
g. Mengulangi pengukuran sampai 3 kali.
3. Tinggi Badan
Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal dan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pengukuran tinggi badan
(dilakukan dalam keadaan berdiri)/ panjang badan (dilakukan dalam keadaaan
telentang) menggunakan stadiometer, microtoise, antropometer, alat ukur panjang
badan bayi, kaliper geser.
Prosedur pengukuran tinggi badan:
a. Menyiapkan microtoise pada ketinggian 2 meter.
b. Menentukan letak vertex dengan benar dan meminta pasien untuk menarik
nafas dalam (inspirasi maksimal).
c. Posisi pengukuran adalah posisi antropometri, yaitu posisi berdiri tegak
lurus, kepala menghadap ke depan; tungkai, pantat, punggung, dan kepala
berada dalam satu garis; kedua tangan rileks disamping badan
d. Menarik microtoise samoai menyentuh vertex.
e. Membaca skala pengukuran pada posisi tegak lurus dengan ketelitian 0.1
cm.
f. Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali
Prosedur pengukuran panjang badan:
a. Menyiapkan alat ukur panjang badan
b. Meletakkan bayi dalam posisi telentang di bagian alas alat ukur
c. Pengukuran harus dilakukan dua orang. Satu orang bertugas untuk
memfiksasi kepala bayi dan menjaga agar posisi bayi dalam keadaan
lurus. Satu orang lagi memegang kaki bayi dan menggerakkan papan.
d. Membaca skala pada ketelitian 0.1 cm pada posisi tegak lurus.
e. Melakukan pengukuran sebanyak 3 kali
4. Lingkar Lengan Atas
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah
dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh.
Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
LILA diukur dengan menggunakan metline. LILA mencerminkan cadangan energi,
sehingga dapat mencerminkan:
a. Status KEP pada balita
b. KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko bayi BBLR.
Prosedur pengukuran LILA:
a. Melakukan pengukuran dengan posisi antropometri.
b. Mengukur jarak acromion-radiale dengan posisi lengan ditekuk 900 dan
memberi tanda pada titik tengah acromion-radiale
c. Meluruskan lengan dalam posisi rileks dan melilitkan pita pengukur melewati
titik tengah lengan.
d. Menarik pita pengukur harus cukup erat dan tidak menekan serta posisi lurus
segaris.
e. Membaca hasil pada ketelitian 0.1 cm dan melakukan pengukuran sebanyak 3
kali.
5. Lingkar Kepala
Biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan
tulang tengkorak. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metline.
Prosedur pengukuran Lingkar Kepala:
a. Menyipakan metline yang fleksibel tetapi tidak gampang mulur.
b. Bayi dalam posisi dipangku. Untuk anaka yang lebih besar dilakukan dalam
posisi berdiri.
c. Melilitkan pita pengukur meleawti atas supra orbital ridge dan bagian
occiput.
d. Menarik pita dengan erat, menekan rambut, tetapi tidak menyakiti.
e. Membaca hasil dengan ketelitian 0.1 cm
6. Lingkar Pinggang dan Perut
Lingkar pinggang merupakan salah satu indeks antropometri yang dapat
digunakan untuk memprediksi sindrom metabolik dan dapat digunakan sebagai
pengukuran alternatif atau tambahan di samping body mass index (BMI)/indek massa
tubuh (IMT), karena terdapat hubungan yang jelas antara Iingkar pinggang, deposisi
lemak viseral, dan faktor risiko kardiovaskular pada anak. Pengukuran lingkar perut
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/sentral. Jenis obesitas
ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes
melitus
Pada penderita obesitas, lingkar pinggang pada laki-laki adalah lebih dari 94 cm,
sedangkan pada perempuan lebih dari 80 cm.
Prosedur pengukuran:
a. Menyiapkan pita pengukur yang keras tapi fleksibel.
b. Pengukuran dilakukan pada posisi antropometri.
c. Melilitkan pita pengukur pada bagian paling kecil antara crista iliaca dan tulang
rusuk. Untuk lingkar perut, pengukuran dilakukan pada bagian tengah antara
rusuk dan crista iliaca melewati umbilicus. Kadang-kadang didapatkan hasil
pengukuran yang sama antara lingkar pinggang dan perut.
d. Membaca hasil pada ketelitian 0.1 cm dan melakukan pengukuran sebanyak 3 kali
7. Lingkar Panggul
Pada penderita obesitas, rasio pinggul pada wanita adalah lebih dari 0.9,
sedangkan pada laki-laki lebih dari 1.0.
Prosedur Pengukuran:
a. Menyiapkan pita pengukur yang keras tapi fleksibel.
b. Pengukuran dilakukan pada posisi antropometri.
c. Melilitkan pita pengukur pada bagian atas siphisis pubis dan bagian
maksimum pantat.
d. Membaca hasil pada ketelitian 0.1 cm dan melakukan sebanyak 3 kali.
Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Beberapa indeks antropometri:
1. BB/U (Berat Badan terhadap Umur)
2. TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
3. BB/ TB (Berat Badan terhadap Tinggi Badan)
4. Lila/ U (Lingkar Lengan Atas terhadap Umur)
5. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
(usia 18 tahun ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
BB. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.
Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti edema, asites, dan
hepatomegali.
IMT =Berat badan(kg)
Tinggi badan (m )× Tinggi badan(m)
IMT dibandingkan dengan baku rujukan untuk menentukan status gizi. Ras
memengaruhi baku rujukan tersebut.
Kategori IMT
KurusKekurangan berat badan tingkat berat <17.0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17.0-18.4
Normal 18.5-25.0
GemukKelebihan berat badan tingkat ringan 25.1-27.0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27.0
Sumber: Depkes, 1996
6. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul
Pola distribusi lemak dihitung dengan membagi lingkar pinggang dibagi lingkar
panggul (dalam satuan cm). Hasil >0.9 menunjukkan distribusi tipe apel/android,
sedangkan hasil <0.9 menunjukkan tipe pear/gynecoid.