Amal Itu Tergantung Penutupnya

7
AMAL ITU TERGANTUNG PENUTUPNYA Dalam hadits terdapat beberapa faedah 1. Menjelaskan fase penciptaan manusia dalam perut ibunya, yaitu ada empat fase: Pertama, fase sperma selama 40 hari. Kedua, fase segumpal darah selama 40 hari. Ketiga, fase segumpal daging selama 40 hari. Keempat, fase terakhir setelah peniupan ruh di dalamnya. Janin dalam perut ibunya berfase sedemikian rupa. 2. Janin sebelum empat bulan tidak dihukumi sebagai manusia hi- dup. Atas dasar hal itu, seandainya ia gugur sebelum sempurna empat bulan, maka ia tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan, karena ia belum bisa disebut sebagai manusia. 3. Setelah empat bulan ruh ditiupkan padanya, dan berlaku untuknya hukum sebagai manusia hidup. Seandainya ia gugur setelah itu, maka ia dimandikan, dikafani, dan dishalatkan, sebagaimana se-kiranya ia telah sempurna sembilan bulan. 4. Dalam rahim terdapat malaikat yang ditugaskan padanya, ber- dasarkan sabdanya, "Kemudian malaikat diutus kepadanya." Yakni, malaikat yang ditugaskan pada rahim. 5. Hal ihwal manusia itu dicatat saat ia berada dalam perut ibunya: rizkinya, amalnya, ajalnya, dan sengsara atau bahagia. Dan catatan takdir ini telah tertuliskan dalam Lauhul Mahfuzh 6. Menjelaskan hikmah Allah , dan bahwa segala sesuatu di sisi- Nya memiliki ajal yang telah ditentukan dan tertulis dalam kitab, tidak didahulukan dan diakhirkan. 7. Manusia itu wajib senantiasa dalam kekhawatiran dan ketakutan, karena Rasul telah mengabarkan bahwa,

description

Amal tergantung penutupnya

Transcript of Amal Itu Tergantung Penutupnya

Page 1: Amal Itu Tergantung Penutupnya

AMAL ITU TERGANTUNG PENUTUPNYA

Dalam hadits terdapat beberapa faedah

1. Menjelaskan fase penciptaan manusia dalam perut ibunya, yaitu ada empat fase: Pertama, fase sperma selama 40 hari. Kedua, fase segumpal darah selama 40 hari. Ketiga, fase segumpal daging selama 40 hari. Keempat, fase terakhir setelah peniupan ruh di dalamnya. Janin dalam perut ibunya berfase sedemikian rupa.

2. Janin sebelum empat bulan tidak dihukumi sebagai manusia hi-dup. Atas dasar hal itu, seandainya ia gugur sebelum sempurna empat bulan, maka ia tidak dimandikan, tidak dikafani, dan tidak dishalatkan, karena ia belum bisa disebut sebagai manusia.

3. Setelah empat bulan ruh ditiupkan padanya, dan berlaku untuknya hukum sebagai manusia hidup. Seandainya ia gugur setelah itu, maka ia dimandikan, dikafani, dan dishalatkan, sebagaimana se-kiranya ia telah sempurna sembilan bulan.

4. Dalam rahim terdapat malaikat yang ditugaskan padanya, ber-dasarkan sabdanya, "Kemudian malaikat diutus kepadanya." Yakni, malaikat yang ditugaskan pada rahim.

5. Hal ihwal manusia itu dicatat saat ia berada dalam perut ibunya: rizkinya, amalnya, ajalnya, dan sengsara atau bahagia. Dan catatan takdir ini telah tertuliskan dalam Lauhul Mahfuzh

6. Menjelaskan hikmah Allah , dan bahwa segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan dan tertulis dalam kitab, tidak didahulukan dan diakhirkan.

7. Manusia itu wajib senantiasa dalam kekhawatiran dan ketakutan, karena Rasul telah mengabarkan bahwa,

ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل ة حتى ما يكون بينه وبينها إال جل يعمل بعمل أهل الجن الرار فيدخلها. أهل الن

"Ada seseorang beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka lantas ia memasukinya."

Page 2: Amal Itu Tergantung Penutupnya

8. Tidak semestinya manusia berputus harapan. Sebab, adakalanya manusia melakukan kemaksiatan dalam masa yang panjang, kemudian Allah memberi hidayah kepadanya, sehingga mendapat-kan petunjuk di akhir usianya.

Kisah tentang si pembunuh 100 jiwa, kisah ini terjadi pada zaman bani israil dan Rasulullah menceritakannya pada umat nya agar diambil pelajaran :

Kisah ini menceritakan tentang orang yang telah membunuh 99 jiwa lalu dia menyesal dan bertaubat serta bertanya tentang ahli ilmu yang ada ketika itu. Kemudian ditunjukkan kepadanya seorang ahli ibadah.

Ternyata ahli ibadah itu hanyalah ahli ibadah, tidak mempunyai ilmu. Rahib tersebut menganggap besar urusan itu sehingga mengatakan: “Tidak ada taubat bagimu.” Laki-laki pembunuh itu marah lantas membunuh ahli ibadah tersebut. Lengkaplah korbannya menjadi 100 jiwa.

Kemudian dia tanyakan lagi tentang ahli ilmu yang ada di masa itu. Maka ditunjukkanlah kepadanya seorang yang alim. Lalu dia bertanya, apakah ada taubat baginya yang telah membunuh 100 jiwa? Orang alim itu menegaskan: “Ya. Siapa yang bisa menghalangimu untuk bertaubat? Pintu taubat terbuka lebar. Tapi pergilah, tinggalkan negerimu menuju negeri lain yang di sana ada orang-orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan jangan pulang ke kampungmu, karena negerimu adalah negeri yang buruk.”

Akhirnya, lelaki itu pun pergi berhijrah. Dia berangkat meninggalkan kampung halamannya yang buruk dalam keadaan sudah bertaubat serta menyesali perbuatan dan dosa-dosanya. Dia pergi dengan satu tekad meninggalkan dosa yang dia lakukan, memperbaiki diri, mengisi hari esok dengan amalan yang shalih sebagai ganti kezaliman dan kemaksiatan yang selama ini digeluti.

Di tengah perjalanan menuju kampung yang baik, dengan membawa segudang asa memperbaiki diri, Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan dia harus mati.

Maka berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia.

Malaikat rahmat mengatakan: “Dia sudah datang dalam keadaan bertaubat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.”

Sementara malaikat azab berkata: “Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan satu amalan kebaikan sama sekali.”

Datanglah seorang malaikat dalam wujud seorang manusia, lalu mereka jadikan dia (sebagai hakim pemutus) di antara mereka berdua. Maka kata malaikat itu: “Ukurlah jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Maka ke arah negeri mana yang lebih dekat, maka dialah yang berhak membawanya.”

Page 3: Amal Itu Tergantung Penutupnya

Lalu keduanya mengukurnya, dan ternyata mereka dapatkan bahwa orang itu lebih dekat kepada negeri yang diinginkannya. Maka malaikat rahmat pun segera membawanya.

Takdir dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala jua yang berlaku. Itulah rahasia dari sekian rahasia Allah Yang Maha Bijaksana. Tidak mungkin ditanya mengapa Dia berbuat begini atau begitu. Tetapi makhluk-Nya lah yang akan ditanya, mengapa mereka berbuat begini dan begitu. Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha melakukan apa saja yang Dia inginkan.

Adapun secara rinci, maka diterangkan dalam hadits Sahl bin Sa’ad di atas, yaitu bahwa amalan baik yang diamalkan oleh penghuni neraka itu hanya lahiriahnya saja yang baik, akan tetapi hati orang tersebut bertentangan dengan amalannya, dimana kejelekan hatinya ini tidak diketahui oleh orang lain. Dan kejelekan hatinya inilah yang kemudian mendominasi dirinya, dan kejelekan hatinya ini muncul di akhir umurnya dengan dia melakukan kejelekan, sehingga dia akhirnya meninggal dengan su`ul khatimah. Sebaliknya, seorang penghuni surga terkadang melakukan banyak kejelekan akan tetapi sebenarnya di dalam hatinya ada suatu sifat kebaikan yang tidak diketahui oleh orang lain. Kemudian, sifat baik ini mendominasi dirinya dan baru muncul buahnya di akhir hidupnya dengan dia berbuat kebaikan. Sehingga dia akhirnya meninggal dengan husnul khatimah. (Iqazh Al-Himam Al-Muntaqa min Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam hal. 94)

Intinya seorang muslim wajib beriman kepada takdir dan tidak larut mempertanyakan atau memperbincangkan takdir. Karena takdir adalah rahasia Allah dimana tidak ada seorangpun makhluk yang mengetahuinya. Dan sudah dimaklumi bersama bahwa membicarakan sesuatu yang tidak diketahui adalah pekerjaan yang buang-buang waktu dan tidak akan menghasilkan kebaikan apa-apa.

TIPS agar penutupan amal kita adalah Khusnul Khotimah adalah :

1. Selalu Istiqomah

istiqomah adalah satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati dan diri kita. Karena hanya istiqomahlah yang mengantarkan manusia itu ke derajat yang paling tinggi. Kita harus istiqomah dalam aqidah, dalam artian tidak menjual kepercayaan, keimanan dan ketauhidan kita dengan materi dunia. Kita pun harus istiqomah dalam ibadah, dalam artian tidak mengganti ibadah-ibadah kita dengan perkara-perkara yang sia-sia. Begitulah yang telah Allah Ta`ala gambarkan dalam surat Fushilat ayat 30,

 “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (beristiqomah), maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka dengan berkata, janganlah kalian merasa takut dan

Page 4: Amal Itu Tergantung Penutupnya

janganlah kalian bersedih hati dan bergembiralah kalian dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan kepada kalian.”

Sungguh, Allah Ta`ala pun telah memerintahkan kepada nabi Muhammad secara khusus dan kepada seluruh manusia secara umum agar mereka tetap menyembah-Nya hingga akhir hayatnya. Allah Ta`ala berfirman

اليقين يأتيك ى حت ك رب اعبد و

            “Dan sembahlah Tuhanmu sampai ajal mendatangimu.” (QS. Al-Hijr: 99)

2. Takwa Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102). Syaikh Ahmad Farid mengatakan, “Allah menjanjikan orang-orang yang bertakwa berupa jalan keluar dari kesempitan, sebagaimana firmanNya, ‘Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.’ (Ath-Thalaq: 2). Tidak diragukan lagi bahwa hamba pada saat sekarat dan dalam kesempitan, maka jalan keluar dan keselamatan terletak dalam dzikir dan ketaatan serta mengucapkan kalimat tauhid. 

3. Berbaik sangka kepada Allah swt. Rasulullah saw bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku menurut persangkaan hambaKu kepadaKu. Jika menyang-ka baik, maka baik dan jika menyangka buruk, maka buruk pula.’” 

4. Jujur (Shidq) Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu ber-sama orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119). Kejujuran adalah asas bangunan agama, dan tiang benteng keyakinan. Siapa yang tidak memiliki kejujuran, maka ia orang yang terputus lagi binasa. Sebaliknya, siapa yang memiliki kejujuran, maka kejujuran tersebut mengantarkannya ke haribaan Dzat yang memiliki keagungan, dan menjadi sebab husnul khatimahnya serta klimaks yang baik. 

5. Taubat Allah swt berfirman, “Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu ber-untung.” (An-Nur: 31). Dalam hadits Muslim tentang wanita al-Ghamidiyyah, Rasulullah saw bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh ia telah

Page 5: Amal Itu Tergantung Penutupnya

bertaubat dengan suatu taubat yang sekiranya dilakukan oleh pencukai, niscaya Allah mengampuninya.” 

6. Mengingat kematian, melihat orang-orang yang sekarat, memandikan orang mati, dan berziarah kubur. 

7. Berhati-hati terhadap sebab-sebab su’ul khatimah, yaitu: a. Akidah rusak dan beribadah dengan bid’ah. b. Zhahir berbeda dengan batinnya. c. Lengket dengan berbagai kemaksiatan dan tetap meneruskannya. d. Mencintai harta duniawi. e. Tidak istiqamah. f. Hati bergantung kepada selain Allah g. Meremehkan taubat.

8. Selalu berdoa kepada Allah seperti doa Rasulullah

Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Min-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”(QS. Ali Imran: 7)

Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)

Allaahumma Musorrifal Quluub, Sorrif Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atik

Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)

Page 6: Amal Itu Tergantung Penutupnya