Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

4
Tugas Mata Kuliah Metabolit Sekunder Nama : Annisa Fitria NIM : 10/PFA/ 308902/01002 A. Alstonine Senyawa indol memiliki berasal dari metabolism dari triptofan ditemukan pada banyak spesies. Senyawa tersebut memiliki efek fisiologis yang kompleks. Alkaloid indol alstonin merupakan komponen utama pada perkembangan penemuan obat baru. Alstonin pada mencit menunjukkan profil psikofarmakologi yang dekat dengan tipe antipsikotik yang baru, serta memiliki mekanisme aksi yang berbeda yang belum dapat dijelaskan. Alstonin memiliki efek sebagai antipsikotik tetapi juga memiliki aksi penghambatan terhadap reseptor serotonin. Efek  penghambatan terhadap serotonin lebih besar dibanding terhadap reseptor dopamine. Alstonin memiliki efek pada sistem saraf sentral dan menunjukkan peran sebagai agen antipsilotik untuk  pengobatan skizoprenia. B. Agen antipsikotik dan sedative-hipnotik O  bat golongan antipsikotik dapat pula disebut sebagai neuroleptik dan mayor tranquilizer. Perbedaan dengan golongan sedative-hipnotik adalah efek penekanan terhadap syaraf pusat yang selektif. O  bat jenis ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit gangguan kejiwaan seperti skizofrenia serta menekan agresivitas. Golongan obat sedatif-hipnotik berbeda dengan antipsikotik. Sedatif-hipnotika berefek menekan sistem syarap pusat. Bila digunakan pada dosis yang meningkat maka akan timbul efek secara berturut-turut peredaan, tidur, anastesi. Pada dosis yang lebih besar dapat menimbulkan koma atau aditif. Golongan hipnotik sering pula disebut sebagai minor tranquilizer yang dapat digunakan sebagai anxiolitika (obat penghilang kecemasan dan agresi hebat). Golongan sedatif  pada umumnya memiliki mekanisme aksi penghambatan pada reseptor GABA. Sedangkan pada obat jenis antipsikotik atau tra nquilizer efek sedative yang ditimbulkan akibat penekanan terhadap SSP lebih kecil dibanding golongan sedative-hipnotik. Dapat pula digunakan sebagai anxiolitik namun efek sampingnya cukup besar sehingga jarang digunakan. Mekanisme kerja dari obat antipsikotik adalah bekerja secara antagonis dengan reseptor dopamine. Dopamin di blok sehingga senyawa tersebut tidak dapat berinteraksi dengan resptor  baik pada prasinaptik maupun postsinaptik. Akibatnya kadar dopamine berubah sehingga efek antipsikotik dapat terjadi.

Transcript of Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

Page 1: Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

8/3/2019 Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

http://slidepdf.com/reader/full/alstonine-tugas-metabolit-sekunder 1/4

Tugas Mata Kuliah Metabolit Sekunder

Nama : Annisa Fitria

NIM : 10/PFA/ 308902/01002

A.  Alstonine

Senyawa indol memiliki berasal dari metabolism dari triptofan ditemukan pada banyak 

spesies. Senyawa tersebut memiliki efek fisiologis yang kompleks. Alkaloid indol alstonin

merupakan komponen utama pada perkembangan penemuan obat baru. Alstonin pada mencit

menunjukkan profil psikofarmakologi yang dekat dengan tipe antipsikotik yang baru, serta

memiliki mekanisme aksi yang berbeda yang belum dapat dijelaskan. Alstonin memiliki efek 

sebagai antipsikotik tetapi juga memiliki aksi penghambatan terhadap reseptor serotonin. Efek 

  penghambatan terhadap serotonin lebih besar dibanding terhadap reseptor dopamine. Alstoninmemiliki efek pada sistem saraf sentral dan menunjukkan peran sebagai agen antipsilotik untuk 

 pengobatan skizoprenia.

B.  Agen antipsikotik dan sedative-hipnotik 

O  bat golongan antipsikotik dapat pula disebut sebagai neuroleptik dan mayor tranquilizer.

Perbedaan dengan golongan sedative-hipnotik adalah efek penekanan terhadap syaraf pusat yang

selektif. O  bat jenis ini biasa digunakan untuk mengatasi penyakit gangguan kejiwaan seperti

skizofrenia serta menekan agresivitas.

Golongan obat sedatif-hipnotik berbeda dengan antipsikotik. Sedatif-hipnotika berefek 

menekan sistem syarap pusat. Bila digunakan pada dosis yang meningkat maka akan timbul efek 

secara berturut-turut peredaan, tidur, anastesi. Pada dosis yang lebih besar dapat menimbulkan

koma atau aditif. Golongan hipnotik sering pula disebut sebagai minor tranquilizer yang dapat

digunakan sebagai anxiolitika (obat penghilang kecemasan dan agresi hebat). Golongan sedatif 

 pada umumnya memiliki mekanisme aksi penghambatan pada reseptor GABA.

Sedangkan pada obat jenis antipsikotik atau tranquilizer efek sedative yang ditimbulkan

akibat penekanan terhadap SSP lebih kecil dibanding golongan sedative-hipnotik. Dapat puladigunakan sebagai anxiolitik namun efek sampingnya cukup besar sehingga jarang digunakan.

Mekanisme kerja dari obat antipsikotik adalah bekerja secara antagonis dengan reseptor 

dopamine. Dopamin di blok sehingga senyawa tersebut tidak dapat berinteraksi dengan resptor 

  baik pada prasinaptik maupun postsinaptik. Akibatnya kadar dopamine berubah sehingga efek 

antipsikotik dapat terjadi.

Page 2: Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

8/3/2019 Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

http://slidepdf.com/reader/full/alstonine-tugas-metabolit-sekunder 2/4

Struktur yang mungkin dari suatu senyawa sehingga memiliki efek antagonis terhadap

reseptor dopamine adalah

1.  Rantai lurus yang terdiri dari tiga atom C yang mengikat dasar cincin nitrogen atau atom

 N

2.  Adanya cincin heterosiklik dengan jumlah atom = 6 yang tersubstitusi pada posisi 1 dan4. Substitusi pada posisi 4 yang memberikan efek terbaik adalah dengan penambahan

gugus fenil, metal atau hidroksi etil. (Siswandono, 2008)

Kedua hal tersebut memungkinkan suatu senyawa memiliki struktur yang mirip dopamine.

Sehingga dapat mengeblok reseptor dopamine. Dopamin dapat dibedakan menjadi reseptor 

dopamine D1 dan D2. Reseptor D1 terdiri dari D1 dan D5. Sedangkan D2 terdiri dari reseptor 

D2, D3, dan D4. O bat-obat klasik menghambat reseptor D1 pada fase simtom positif sedangkan

obat atypis menghambat reseptor D2 pada fase simtom negatif.

Mekanisme kerja dari obat sedatif-hipnotika adalah penghambatan terhadap reseptor GABAyang menyebabkan penghambatan pelepasan muatan listrik atau penghambatan impuls sehingga

terjadi penekanan sistem syaraf pusat.

Struktur yang mungkin dari senyawa yang berefek sebagai sedative-hipnotik adalah senyawa

yang memiliki koefisien partisi oktanol/air optimal = 100 atau log P = 2. Hal tersebut dapat

dicapai dengan :

1.  Adanya gugus ionic yang sangat polar seperti OH, NH, COO NH2, SO2CH3

2.  Adanya gugus hidrokarbon seperti alkil dan aril.

Sehingga jika kedua gugus tersebut berada dalam satu senyawa maka senyawa tersebut memilikinilai jumlah (log P) = 2. (Siswandono, 2008)

C.  Skizofrenia

Menurut teori dopamine Skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopamine di

 bagian limbig otak yang disebut sebagai gejala psikotis positif. Akan tetapi di bagian otak lain

aktivitas dopamine dapat berkurang yang dapat menimbulkan gejala yang disebut sebagai gejala

  psikotis negative. Skizofrenia juga dapat disebabkan oleh adanya abnormalitas sistem

neurotransmitter seperti GABA, serotonin dan dopamine. (Tjay, 2007 )

Skizofrenia berkembang melalui dua tahapan yaitu fase akut dengan simtom positif 

 berupa halusinasi, daya organisasi kognitif yang terganggu, yang dialami kira-kira selama satu

  bulan. Kemudian diikuti dengan fase sistom negative yang berupa berkurangnya daya bicara,

energy dan inisiatif. Fase yang berbeda tersebut diobati dengan dua jenis obat yang berbeda yaitu

antipsikotis klasik untuk simtom positif dan antipsikotis atipis untuk simtom negative.

Page 3: Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

8/3/2019 Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

http://slidepdf.com/reader/full/alstonine-tugas-metabolit-sekunder 3/4

D.  Aksi Alstonin sebagai antipsikotis

Alstonin memiliki efeksebagai agen antipsikotis dengan cara penghambatan terhadap

  beberapa reseptor seperti reseptor serotonin HT-5, NDMA, serta dopamine. Untuk 

  penghambatan terhadap reseptor dopamine diketahui bahwa alstonin memiliki efek 

 penghambatan pada reseptor dopamine jenis D2. Sehingga digolongkan dalam obat antipsikotik  jenis atipis antipsikotik. ( El izabeth, 2006 )

Pada percobaan dapat dibuktikan bahwa alstonin memiliki mekanisme aksi pada

 beberapa sistem sekaligus. Bukan hanya sistem dopamine namun juga serotonin dan glutamate.

Alstonin tidak selektif terhadap reseptor dopamine. Karena pada penghambatan terhadap

reseptor diketahui bahwa alstonin memiliki afinitas pengikatan yang relative tinggi terhadap

reseptor serotonin 5-HT, dopamine dan NDMA. Bahkan pengikatan terhadap reseptor serotonin

5-HT justru lebih besar dibandingkan dengan reseptor dopamine. Sehingga efek yang

ditimbulkan bukan hanya sebagai antipsikotik tetapi juga sebagai anxiolitik. Anxiolitik juga

termasuk dalam gejala Skizofrenia. Sehingga pengobatan penyakit tersebut menjadi lebih efektif.

Hal tersebut dapat dijelaskan melalui hubungan truktur aktivitas dimana sebagai

antipsikotik alstonin memiliki struktur adanya atom N yang terikat pada cincin dengan terikat

 pada rantai karbon CH2 dalam struktur siklis. Selain itu adanya sistem cincin lipofil serta adanya

gugus eter yang polar dan atom O yang dapat mengadakan ikatan hydrogen dengan air,

menyebabkan senyawa tersebut diperkirakan memiliki nilai koefisien partisi yang sesuai sebagar 

agen antisedatifa-hipnotik.

Gbr. 1. Alstonine

Page 4: Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

8/3/2019 Alstonine Tugas Metabolit Sekunder

http://slidepdf.com/reader/full/alstonine-tugas-metabolit-sekunder 4/4

Daftar Pustaka

Elisabetsky E. and L. Costa-Campos, T he Alk al oid Al  stonine: A Review of Its Pharmacol ogical   Properties doi:10.1093/ecam/nek 011Review 

Siswandono, Soekardjo, B., 2008, Kimia Medisinal Jil id 2, Airlangga University Press, Surabaya

Tjay, Tan Hoan, Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting,  E d. IV ., PT. Gramedia, Jakarta