All About HNP

download All About HNP

of 35

Transcript of All About HNP

Anda mungkin sering menjumpai bahkan mengalami langsung nyeri pada pinggang secara tibatiba. Banyak hal bisa mengakibatkannya. Salah satu di antaranya adalah Hernia Nucleus Pulposus (HNP). HNP adalah luruhnya nukleus pulposus sehingga menonjol melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf. Pria dan wanita memiliki risiko yang sama dalam mengalami HNP, dengan awitan paling sering antara usia 30 dan 50 tahun. HNP merupakan penyebab paling umum kecacatan akibat kerja pada mereka yang berusia di bawah 45 tahun. Unit segmental fungsional adalah kombinasi dari diskus di bagian anterior dan kedua persendian di posterior. Unit segmental fungsional ini menyediakan perlindungan terhadap komponen saraf dan pada saat yang bersamaan memungkinkan pergerakan dalam rentang stabilitas klinis. Faktor Risiko Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, di antaranya adalah berat badan yang berlebihan, gaya hidup bermalasmalasan, dan postur tubuh yang tidak diposisikan secara benar. Faktor lainnya adalah perubahan degeneratif yang mengurangi kekuatan dan stabilitas tulang belakang sehingga menyebabkan tulang belakang rentan terhadap cedera. Perubahan degeneratif antara lain pertambahan usia yang berpengaruh pada penurunan kemampuan menahan air yang dimiliki nukleus pulposus, proteoglikan rusak, komponen mekanik memburuk yang menyebabkan terlampauinya tekanan maksimal dalam diskus sehingga mengakibatkan penonjolan anulus. Selain itu, pergerakan tiba-tiba dan bertenaga atau traumatik yang memindahkan gaya dalam jumlah besar ke tulang belakang juga berisiko besar terhadap kemungkinan terjadinya HNP. Manifestasi Klinik Nyeri yang disebabkan oleh HNP dikenal sebagai iskhialgia diskogenik atau siatika, yaitu nyeri sepanjang perjalanan nervus ischiadikus. Level segmen tulang belakang yang terkena akan mempengaruhi daerah nyeri sesuai distribusi dermatom. Nyeri digambarkan sebagai nyeri yang tajam, berpangkal pada bagian bawah pinggang dan menjalar ke lipatan bokong tepat di pertengahan garis tersebut. Dari titik tersebut ke lipatan lutut terasa ngilu, dan dari lipatan lutut ke maleolus eksterna terasa kurang enak atau parestesia atau hipestesia. Pada kasus yang lebih parah, dapat terjadi defisit motorik dan melemahnya refleks. Jika radiks yang terkena penonjolan diskus adalah L5-S1, maka ujung nyeri iskhialgik adalah hipestesia atau parestesia yang melingkari maleolus eksternus dan menuju ke jari kaki ke-4 dan ke-5. Diskus yang mengalami herniasi dapat menekan ujung saraf di kauda equina; menyebabkan sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan kelemahan sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk, mengangkat beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan analgetik akan menghilangkan sakit yang diderita.

Penegakan diagnosis pada pasien HNP dapat berupa anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan penunjang, dapat menggunakan X-ray anatomi tulang belakang. Temuan utama pada x-ray pasien dengan HNP adalah penipisan diskus. Selain itu, juga bisa dilakukan MRI standar emas jaringan lunak pada tulang belakang, seperti diskus intervertebralis, ligamen, sumsum tulang belakang, dan saraf spinal. Terapi Pernerapan terapi pada pasien HNP dapat berupa konservatif: istirahat mutlak di tempat tidur, terapi farmakologis, fisioterapi, latihan, traksi, dan korset pinggang. Terapi operatif dilakukan jika ditemukan indikasi, antara lain, terdapat sindrom kauda equine, mengalami defisit neurologis progresif, mengalami defisit neurologis yang nyata, dan rasa sakit yang menetap dan semakin parah empat sampai enam minggu setelah terapi konservatif. Jenis pembedahan yang bisa dilakukan pada pasien HNP adalah Laminotomi (pemotongan sebagian lamina di atas atau di bawah saraf yang tertekan), Laminektomi (pemotongan sebagian besar lamina atau vertebra), dan Disektomi (pemotongan sebagian atau keseluruhan diskus intervertebralis). Sementara, ada juga yang disebut Minimally Invasive Operation. Dengan cara ini, insisi yang diperlukan tidak lebar, dimungkinkannya visualisasi lokasi patologi melalui mikroskop atau endoskop, trauma pembedahan yang dialami pasien jauh lebih sedikit, dan pasien dapat pulih lebih cepat. Pernah mendengar atau merasakan langsung nyeri pada pinggang secara tiba-tiba ketika berusaha mengangkat beban berat? Atau mungkin nyeri pinggang yang tidak diketahui dengan jelas penyebabnya? Banyak hal bisa mengakibatkan nyeri pada bagian belakang bawah tubuh kita. Di kalangan medis, secara umum keluhan ini disebut LBP (Low Back Pain). Nyeri ini bisa dikarenakan kekakuan atau cedera terbatas pada otot dan struktur sendi lainnya, karena proses peradangan di dalam rongga tulang panggul, proses sumbatan pada saluran kemih atau pun cidera yang langsung mengenai saraf yang ada di sekitar lokasi tersebut. HNP menjadi salah satu dari kelainan yang juga awalnya dirasakan nyeri pada areal sekitar pinggang. Apa itu HNP ? HNP kependekan dari Hernia Nucleus Pulposus, suatu gangguan akibat merembes atau melelehnya (hernia) lapisan atau bantalan permukaan ruas tulang belakang (nucleus pulposus) dari ruang antar ruas tulang (discus intervertebralis). Bagaiman membedakan dengan nyeri pinggang oleh penyebab lainnya? Nyeri oleh karena HNP yang menjepit saraf rasanya lebih menggigit, terasa seperti terbakar atau seperti terkena sengatan listrik. Dirasakan menjalar ke bagian bawah dan jika lebih parah lagi akan terasa nyerinya dari belakang paha menyebar ke bagian bawah hingga betis pada satu sisi. Nyeri dapat timbul setiap saat tidak terbatas apakah sedang beraktifitas atau lagi istirahat. Berbeda dengan nyeri akibat gangguan di saluran kemih. Jika hambatan ada di ginjal, nyeri terasa lebih di atas pinggang, kemeng dan penderita merasa sebatas tidak nyaman saja. Kalau hambatan berada di dalam saluran bagian bawahnya bisa menimbulkan nyeri kolik, kumat-

kumatan, saat parah hingga menimbulkan muntah dan susah melokalisir asal nyeri. Nyeri karena peradangan organ bagian dalam, akan tersebar ke bagian perut bawah dan bertambah jika disentuh atau ditekan. Waktu munculnya nyeri relatif lebih konstan. Pada tahap yang lebih ringan, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal pegal pada otot pinggang. Apa saja gejala yang lain? Disamping nyeri, penderita dapat juga merasakan kesemutan (parestesia) hebat dan jelas terasa bertambah nyeri jika disentuh pada bagian tulang belakang yang mengalami proses herniasi tersebut. Kelanjutan dari nyeri akan berdampak pada kekakuan (spasme) otot yang mengakibatkan penampakan struktur pinggul dan tungkai yang terkena menjadi tidak sama dengan yang sehat di sebelahnya. Hal ini disebut deformitas. Sebagai gejala ikutannya juga, disadari atau pun tidak gerakan pada arah tertentu menjadi sangat terbatas dan tidak mampu melakukan mobilisasi tubuh secara normal. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kelemahan otot, perubahan reflek dan terganggunya kerja saraf sensoris. Bagaimana untuk memastikannya?. Dengan pemeriksaan penunjang. Sebagai langkah awal dibutuhkan rontgen atau foto x-ray untuk screening mencari kemungkinan adanya pergeseran atau struktur ruas tulang belakang yang tidak normal. Berikutnya, pada lokasi yang dicurigai akan disuntikkan cairan kontras untuk memperjelas pada bagian mana terjadi proses jepitan saraf. Pemeriksaan mielo-radikulografi ini tidak senyaman pemeriksaan sebelumnya karena ada prosedur memasukkan cairan tadi. Yang lebih non invasif dan jika fasilitasnya ada, para dokter saat ini lebih memilih untuk dilakukan pemeriksaan CT scan dan pemeriksaan yang menjanjikan hasil lebih informatif lagi yakni dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging) Apa dan bagaimana itu terjadi? Oleh karena suatu trauma (jatuh, terbentur, gerakan yang tiba-tiba cepat dan lainnya) atau oleh karena proses ketuaan membuat lapisan permukaan ruas tulang belakang menjadi tergesek, mengakibatkan struktur mengandung sel gellatin yang lentur dan kenyal itu (nucleus pulposus) mengalami cedera. Lapisan kolagen ini bisa dibayangkan menyerupai bagian yang kenyal yang melapisi tulang belakang sapi kalau kita lagi menyantap sop buntut -bagi yang doyan makanan ini-. Lama kelamaan bagian ini kemudian merembes membentuk tonjolan (protrusio) ke luar dari ruang antar ruas tulang yang akhirnya menekan struktur yang berada di dekat tonjolan tadi. Lebih sering kejadian rembesan atau tonjolan ini ke arah samping belakang, dimana di bagian itu sebagai tempat keluarnya akar saraf yang berasal dari batang saraf yang lebih besar (medulla spinalis) di dalam sumsum tulang belakang. Terjadi pula pada kasus yang lebih jarang proses ini di susunan ruas tulang leher (cervical). Bisa dibayangkan, semakin banyak lapisan kolagen yang merembes ke luar, semakin tertekan saraf yang berjalan di sekitarnya dan semakin nyeri anggota gerak di bagian bawah lokasi hernia yang dirasakan penderita. Apakah bisa disembuhkan tanpa operasi?

Masih bisa! Pada fase akut, penderita disarankan istirahat dalam 1-2 minggu, tidur dengan alas keras, dapat menggunakan jaket khusus dan selain obat-obat yang diminum bisa juga disuntikkan obat pereda nyeri kuat yang disuntikkan langsung pada rongga tempat berjalannya saraf di dekat lokasi nyeri atau epidural injeksi. Pada fase subakut dan kronis perlu fisiotherapi untuk gerakan meregang dan menekuk beserta pemanas / diatermi, akan lebih baik lagi menggunakan korset penyangga pinggang dan latihan gerak dengan bertahap dan hati-hati. Pada penanganan fisiotherapi lebih ditekankan pada gerak regangan yang harus dikerjakan secara teratur dan berkesinambungan. Bilamana kelainan ini membutuhkan operasi? Bila terjadi gangguan pada kerja saraf bagian bawah tulang belakang, seperti gangguan terhadap proses buang air besar maupun kencing. Bila terjadi kelemahan otot, otot yang mengecil tidak sesuai dengan yang sehat di sisi lainnya atau bahkan terjadi pembengkokan tulang belakang sebagai kompensasi tubuh terhadap nyeri. Operasi harus pula dipertimbangkan pada keadaan baal, tidak merasakan sensasi di sekitar lobang anus dan bokong dan pada kondisi nyeri yang menjalar di belakang paha (skiatika) yang dirasakan sudah lebih dari 6 bulan. Apa yang dikerjakan dan bagaimana teknik operasi itu? Tujuan operasi adalah untuk membebaskan desakan atau jepitan jaringan kollagen terhadap saraf yang melintas di sekitarnya, biasanya di satu sisi, kiri atau kanan. Sejauh ini ada 2 teknik untuk mengerjakan prosedur ini, selain secara konvensional dengan pembedahan terbuka ada juga dengan yang lebih canggih menggunakan cara minimal invasive. Minimal invasive surgery lebih unggul karena tidak memerlukan torehan panjang di bagian tengah punggung pasien disamping juga dapat meminimalisir kerusakan jaringan tubuh di sekitar areal operasi. PENDAHULUAN Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang diperlukan kecuali pada keadaan tertentu. DEFINISI HNP adalah suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus mengalami penonjolan kedalam kanalis spinalis. ANATOMI & PATOFISIOLOGI

Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut (shock absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu: Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:

Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring) Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus Daerah transisi.

Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervertebre L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini. Nukleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan (hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban. Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus mengkerut dan menjadi kurang elastic. Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena: 1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1. 2. Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi. Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1 3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral. FAKTOR RISIKO Faktor risiko yang tidak dapat dirubah 1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi 2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita 3. Riawayat cedera punggung atau HNP sebelumnya

Faktor risiko yang dapat dirubah 1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barangbarang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir. 2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama. 3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah. 4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain pada punggung bawah. 5. Batuk lama dan berulang PENDAHULUAN Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan pengikat yang kuat. Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral, juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20 tahun. Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari low back painsub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika

II. DEFINISI Hernia Nukleus

pulposus (HNP) atau potrusi Diskus (PDI)adalah dimana Intervertebralis suatu keadaan

terjadi

penonjolan

pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis

(protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas

sebagian tersendiri di dalam kanalis discus). III. EPIDEMIOLOGI HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun. IV. INSIDENS - Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 % Hernia Sercikal 5-10 % . vertebralis (rupture

V. ETIOPATO FISIOLOGI Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar dibawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.

Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena. Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja. V.1 Hernia Lumbosacralis Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi extruded dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler. V.2 Hernia Servikalis Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otototot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada

pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejalagejala dan mengacu pada kerusakan kulit. V.3 Hernia Thorakalis Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejalagejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama. VI. GAMBARAN KLINIK VI.1 Henia Lumbosakralis Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri : 1. 2. Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang. Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki

3.

Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks

Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut : 1. Cara Kamp. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri. 2. Tess Naffziger. Penekanan pada vena jugularis bilateral. 3. Tes Lasegue. Tes Crossed Laseque yang positif dan Tes Gowers dan Bragard yang positif. Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari. VI. 2 Hernia servicalis Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis) Atrofi di daerah biceps dan triceps Refleks biceps yang menurun atau menghilang Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.

VI.3 Hernia thorakalis VII. Nyeri radikal Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesis Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

GAMBARAN RADIOLOGIS

Dapat dilihat hilangnya lordosis lumbal, skoliosis, penyempitan intervertebral, spur formation dan perkapuran dalam diskus Bila gambaran radiologik tidak jelas, maka sebaiknya dilakukan punksi lumbal yang biasanya menunjukkan protein yang meningkat tapi masih dibawah 100 mg %. VIII. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, gambaran klinis dan gambaran radiologis. Ada adanya riwayat mengangkat beban yang berat dan berualangkali, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi. Diagnosa pada hernia intervertebral , kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien menunjukkan perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan ketika tanda-tanda menghilang, testnya tidak dibutuhkan lagi. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam menentukan suatu lokalisasi yang akurat yang akurat. IX. DIAGNOSIS BANDING 1 Tumor tulang spinalis yang berproses cepat, cairan serebrospinalis yang berprotein

tinggi. Hal ini dapat dibedakan dengan menggunakan myelografi. 2. Arthiritis 3. Anomali colum spinal. X. PENATALAKSANAAN X.1 Hernia Lumbosacralis Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur dinaikkan 10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat

X.2 Hernia Servicalis Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif. Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan. XI. PROGNOSIS Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu perawatan yang praktis dengan kesembuhan maksimal. Kelemahan fungsi motorik dapat menyebabkan atrofy otot dan dapat juga terjadi pergantian kulit. Suka Be the first to like this post. ~ oleh bluemorri pada Oktober 2, 2008. Ditulis dalam Chiropractic, Uncategorized Tag: Chiropractic

4 Tanggapan to Hernia Nukleus Pulposus (HNP)1. bagaimana membedakan antara HNP, myelitis, arthritis, anomali colum spinalis, dll?

gendis dibahas juga di dalam Oktober 23, 2008 pada 4:46 pm | Balas

2. Biasanya untuk membedakan semuanya itu dilakukan pemeriksaan rontgen, apabila masih kurang jelas, dapat dibantu dengan CT-Scan atau bahkan MRI.

bluemorri dibahas juga di dalam Oktober 30, 2008 pada 8:00 am | Balas

3. Saya merasa nyeri dengan pinggang belakang tepatnya ditengah, dengan rasa ngilu yang menjalar ke kaki kiri, kadang untuk lama -lama berdiri sudah tidak tahan, kebetulan teman saya baru dioperasi setelah di MRI di salah satu RS di Kelapa Gading kelihatan

kalau tulang kelima dari bawah sudah menekan syaraf agak menonjol dari ruas tulang lainnya, kata teman saya tulang itu dikerik sehingga tidak menonjol dan menekan syaraf. Pertanyaan saya bagaimana tulang tersebut dapat menonjol atau bertambah sekian mm atau cm padahal tulang itu sudah tercipta hanya seukurannya. Apakah dengan metoda pengerikan tersebut akan permanen sembuh atau apa tidak mungkin tumbuh kembali menekan syaraf. Saya ada baca tulisan dr Dr Bambang Darwono (Ahli Bedah) dr RSPAD ada 2 metoda pembedahan yaitu TFC (Titanium Fusion Cage) dan APLD (Automated Percutaneous Lumbae Discectomy) saya mau tanya mana yang lebih efektif, apa efek samping jika operasi ini gagal, karena ada penelitian tingkat keberhasilan operasi untuk syaraf kejepit ini 60 : 40 %, jadi banyak yang masih takut mau pilih metoda Operasi atau Therapy

davidson surbakti dibahas juga di dalam Januari 31, 2009 pada 7:46 am | Balas o

Gejala yang saat ini saudara rasakan kemungkinan besar disebabkan oleh adanya saraf yang terjepit oleh tulang belakang, seperti yang diderita oleh teman saudara. Saran saya sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperi MRI. Tulang sebenarnya tidak bertambah besar dengan bertambah menonjol sekian mm atau cm. Tetapi sebenarnya yang terjadi pada tulang tersebut adalah bergeser dari posisi semulanya. Hal ini bisa disebabkan karena posisi kerja atau aktivitas sehari hari yang kurang diperhatikan (sudah pernah dibahas pada tulisan sebelumnya). Saya lebih menyarankan agar sebelum dilakukan operasi, ada baiknya dilakukan semacam fisiotherapi terlebih dahulu. Mulai dari massage, pemanasan, hingga dicoba agar tulang yang bergeser tersebut dapat dikembalikan ke posisi semula, mengingat resiko dari operasi yang cukup besar. Dari 2 macam metode pembedahan yang disebutkan diatas, keduanya sama efektif. Hanya caranya saja yang berbeda. Tetapi perlu diingat, sebagus apapun metode pembedahan tersebut dilakukan, tidak menutup kemungkinan tulang tersebut akan bergeser kembali apabila saudara tidak memperhatikan posisi badan saat beraktivitas. Mengenai resiko atau efek sampingnya, apabila operasi ini gagal, maka kelumpuhan bisa mengancam saudara, tergantung dari saraf mana yang terkena. Salah satu therapi yang bisa saya sarankan kepada saudara adalah therapi Chirophatic (pembahasannya juga sudah pernah diulas sebelumnya). Terima kasih, kiranya masukan ini dapat bermanfaat bagi saudara.HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

I. PENGERTIAN Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan piotusi dan

nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina. HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long, 1996).

II. ANATOMI FISIOLOGI Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :

1.8 pasang saraf cervical. 2.15 pasang saraf thorakal. 3.5 pasang saraf lumbal 4.5 pasang saraf sacral 5.1 pasang saraf cogsigeal.Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson). Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang berdekatan Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.

III. ETIOLOGI

1.Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.

2.Spinal stenosis. 3.Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll. 4.Pembentukan osteophyte. 5.Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.

IV. TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala :

1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas. 2.Nyeri tulang belakang 3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas 4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.

V. PATOFISIOLOGI Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249). Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1. Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur

pada anulus dengan stres yang relatif kecil. Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Laboraturium -Daerah rutin -Cairan cerebrospimal 2.Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi 3.CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion. 4.MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi. 5.Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik sebelum pembedahan 6.Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal. 7.Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi8.Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal.

V. KOMPLIKASI

1.RU2.Infeksi luka

3.Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.

VI. PENATALAKSANAAN MDI 1.Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :

a.Tidur selama 1 2 mg diatas kasur yang keras b.Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf. c.Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik. d.Terapi panas dingin. e.Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korset f.Terapi diet untuk mengurangi BB. g. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides h.Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS). 2.Pembedahan 1.Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop. 2.Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal. 3. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C. Long, 1996). 4.Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra, osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1.Nyeri akut b/d agen injuri fisik 2.Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskulair, ketidaknyamanan. 3.Kurang pengetahuan penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan terhadap informasi, terbatasnyakognitif

4.Sindrom defisit self care b/d kelemahan, nyeri, gangguan musculoskeletal 5.Cemas b/d krisis situasional

RENPRA HNP No 1 Diagnosa Tujuan Manajemen nyeri : Intervensi

Nyeri akut b/d Setelah dilakukan askep . agen injuri fisik jam tingkat kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol dg KH:

-Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).

-Klien

melaporkan berkurang dg scala 2-3

nyeri

-Observasinyamanan.

reaksi

nonverbal

dari

ketidak

-Ekspresi wajah tenang -Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk -klien dapat istirahat dan tidur -v/s dbnmengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

-Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhinyeri seperti kebisingan. suhu ruangan, pencahayaan,

-Kurangi faktor presipitasi nyeri. -Pilihdan lakukan penanganan (farmakologis/non farmakologis). nyeri

-Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..

-Kolaborasi

pemberian mengurangi nyeri.

analgetik

untuk

-Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. -Kolaborasi dengan dokter bila ada komplaintentang pemberian analgetik tidak berhasil.

-Monitor TV -Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala2 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskulair, ketidaknyamanan Setelah dilakukan askep jam terjadi peningkatan Ambulasi :Tingkat mobilisasi, Perawtan diri Dg KH : efek samping. Terapi ambulasi

-Kaji kemampuan pasien dalam melakukanambulasi

-Peningkatan aktivitas fisik

-Kolaborasi dg fisioterapi untuk perencanaan

ambulasi

-Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai kemampuan -Ajarkan pasien berpindah tempat secarabertahap

-Evaluasi pasien dalam kemampuan ambulasi

Pendidikan kesehatan

-Edukasi pada pasien dan keluarga pentingnyaambulasi dini

-Edukasi pada pasien dan keluarga tahapambulasi

-Berikan reinforcement positip atas usaha yang3 Kurang pengetahuan penyakit dan perawatan& Pengobatannya b/d terbatasnya kognitif pasien / keluarga, kurangnya informasi, mis intepretasi informasi Setelah dilakukan askep . jam pengetahuan klien dan keluarga meningkat dg KH: dilakukan pasien. Pendidikan kesehatan : proses penyakit

-Kaji tingkat pengetahuan klien. -Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda

-Mengetahui penyakitnya

gejala serta komplikasi yang mungkin terjadi

-Berikan informasi pada keluarga tentang -Mampu mejelaskan kembali perkembangan klien.penyebab, tanda dan gejala, komplikasi dan cara pencegahannya

-Berikan informasi pada klien dan keluargatentang tindakan yang akan dilakukan.

-Klienkooperatif tindakan

dan saat

keluarga dilakukan

-Diskusikan pilihan terapi -Berikanpenjelasan ambulasi dini tentang pentingnya

-Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin akan4 Sindrom defisit self care b/d kelemahan, nyeri, gg neuromuskulair Setelah dilakukan akep jam kebutuhan ADLs terpenuhi dg KH: muncul Bantuan perawatan diri

-Monitor

kemampuan perawatan diri

pasien

terhadap

-Pasien dapat melakukanaktivitas sehari-hari.

-Monitor kebutuhan akan personal hygiene,

-Kebersihanterpenuhi

diri

pasien

berpakaian, toileting dan makan

-Beri bantuan sampai pasien mempunyaikemapuan untuk merawat diri

-Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya. -Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitassehari-hari sesuai kemampuannya

-Pertahankan aktivitas perawatan diri secara5 Cemas b/d krisis situasional Setelah dilakukan askep . jam cemas terkontrol dengan KH: -Secara verbal mendemonstrasikan menurunkan cemas. dapat teknik rutin Penurunan kecemasan :

-Bina hubungan saling percaya dengan klien /keluarga

-Kaji tingka kecemasan klien. - Tenangkan klien dan dengarkan keluhan kliendengan atensi

-Mencari

informasi yang dapat menurunkan cemas

-Menggunakan

teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

-Jelaskan semua prosedur tindakan kepada kliensetiap akan melakukan tindakan

-Dampongi klien dan ajak berkomunikasi yangterapeutik

-Menerima status kesehatan.

-Berikan

kesempatan pada mengungkapkan perasaannya.

klien

untuk

-Ajarkan teknik relaksasi -Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yangmembuat cemas.

-Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untukpemberian obat penenang, jika di perlukan

HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)HNP ( HERNIASI NUKLEUS PULPOSUS) Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin nukleus ini mengandung berkas berkas serabut kologen, sel sel jaringan penyambung dan sel sel tulang rawan.

Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian anulus tibrosus, nukleus pulposus dan lempeng kartilego, anuleus fibrosus merupakan cincin yang liat dan tersusun tas 10 sampai 12 lap jaringan ikat yang konsintrik dan tebrobartilago, dibagian anterior diperkuat oleh irgomentum longitudinalis anterior di posterior oleh ligomenium longitudinalis posteior. Nukleus purposus terletak pada posisi eksentrik pada arah posterior, 10 merupas sisa notokhord yang tersusunoleh suatu bentuk kartilago yang lebih lunak. Pada anak kosistensinya semi lifurd agak cair dan bertambah padat, tiap diskus intervertebra lumbal menempel pada borpusvertebra atas da bawah di atas dan bawah di dibatasi oleh suatu lempeng kartilogo nialin yang tipis (lempeng ini tidak berosifikasi dengan segmen korpus vertebra) strutur yang melingkari kanalis spinalis posteior di bentuk oleh dua pedikel, dua lamina dan prosesus spirosus arkus lamina antar tulang belakang diubungkan oleh suatu ligomen kuning yang palstik yang dinamakan sebagai ligomentum flavum. Bagian kaudal dari sumsum tulang belakang konus medularis, terlihat mulai dari level vertibra L 1 ke bawah dan berakhis sebagai peta tipis yang dinamakan sebagai filum terminal, kanalis spinalis daerah lumbal juga mengandung akar akar sarat motorik dn sensorik kumbal maupun sakral yang tampil yang di dalam kantung durameter arakhnoid yang berbentuk silindris dan berisi liquor. Pada sisi kiri dan kanan tiap level spinal ada akar sarat yang mengandung komponen sensorik dan motorik, yang keluar dari kantong durameter sarat serabut berjalan pada bagian lateral kantong dura sepanjang kira kira 2,5 cm (1 inci) , sebagai ilustrasi adalah akar sarat L 5 akan keluar dari spinalis melalui faramin intervetebralis Ls S1 (lipat di bagian kaudal pedikel Ls) Patofisiologi : Kolumna vertibralis tersusun seperangkat sendi antar Korpus vertibra Ligomentum longitudinal dan distus intervetibralis menghubungkan Korpus vertibrae yang berdekatan Diantara korpus vertebrae mulai dari bertibrae servikalis kedua Sampai vertibra sakralis tapi diskus intervertibralis (membentuk sendi Tibrokartilago yang lentur antara korpos vertibra) Diskus intervertebralis terdiri 2 bagian : 1. Nukleus pulposus Bagian tengah diskus yang bersifat semi gelatin nukleus ini mengandung berkas berkas serabut kolagen sel sel jaringan penyambung dan sel sel tulang rawan Berfungsi: - Sebagai peredam benturan antara korpus vertebra yang berdikatan - Pertukaran cairan antara diskus dan pembuluh darah 2. Anulus Fibrosus Terdiri atas cincin cincin fibrosa konsentrik yang mengelilingi nukleus pulposus Befungsi : - Mmemungkinkan gerakan anatar kopus bertebra (disebabkan oleh struktur spinal dan serabut serabut untuk menopang nukleus pulposus meredam benturan Kandungan air diskus ber < bersamaan dengan bertambah dengan bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada orang lanjut usia) serabut serabut menjadi kasar dan

mengalami hialinisasi Terjadi perubahan kearah bornia nukleus pulposus melalui anulus Menekan radiks syaraf spinal Daerah yang paling mungkin terjadi pada bagian kolumna vertebralis perbatasan kumbosakral dan cervikofurakal (terjadi peralihan segmen yang lebih mobs ke yang kurang moil) Truma / stress fisik Ruptur diskus Terjadi pemisahan lempeng tulang rawan dari korpus vertebrae yang berdekatan Bagian lempeng tulang rawan yang terlepas berpindah ke arah posteror Nukleus pulposus melejit melalui serabut serabut anulus yang robek Jepitan syarat akan menampilan gejala dan benda yang sama dengan distribusi persyaratannya HNP di bagi menjadi tiga 1. HNP lumbal 2. HNP servikal 3. Spondilitis sirvikal HNP LUMBAL Pada bagian lumbal, 95% herniasi diskus terjadi pada L5 S1 atau L4 5 kira kira 4 % terjadi pada L3 4 dan hanya 1% pada L2 3 dan L1 2 GEJALA KLINIS 1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusai saraf skhiatik 2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantra + menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah 3. Nyeri bertambah hebat karna pencetus seperti gerakan gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di buat istirahat berbaring. 4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parosthesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang trlibat. 5. Nyeri bertambah bila ditekan daerah L5 S1 (garis antar dua krista liraka) PEMERIKSAAN TAMBAHAN 1. X Foto lumbosakral - Tidak banyak didapatkan kelainan - Kadang kadang didapatkan artrosis, menunjang tanda tanda devormutas vertebrap

- Penyempitan diskus intervertibralis - Untuk menentukan kemungkinan di nyeri krena sponilitis, nroplasma, infeksi progen 2. Liquor Serebrospinal - biasanya normal - Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi - Liquor serebrospinal biasanya normal 3. EMG - Terlihat potensial kecil (fibrolasi) didaerah radiks yang terganggu - Conduction vilocity menurun 4. Iskografi Pemeriksaan diskus dengan menggunakan kontras untuk melihat berapa besar daerah diskus yang keluar di kanalis vertebralis FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBAB TIMBULNYA HNP 1. Aliran darah ke diskus berkurang 2. Beban yang berat 3. Ligamentum longitudinalis post menyempit TERAPI 1. Pertama diobati secara konservatif selama 2 minggu pertama yang mencangkup istirahat (yang idial adalah istirahat baring dengan alat yang datar dan keras) pemberian obat analgesik dan relaksan serta fisioterapi berupa pemanasan daerah yang nyeri, bila sudah bisa berdiri dianjurkan untuk memakai korsel selama beberapa minggu atau hari, bila nyeri sudah hilang diberikan latihan lumbosakral mengangkat beban duduk, berdiri dan sebagainya 2. Terapi operastif diberikan bila pengobatan konservatif tidak memulihkan gejala adanya gejala gangguan spingter. Penderita protusia biasanya dilakukan disektomi, herniasi diskus posterolateral dilakukan tindakan hemilaminektomi persial pada sisi dan level diskus, evakuasi matrial diskus yang mengalami berniasi, berniasi tragmen bebas bila mengalami mierasi bernilai seniral dilakukan laminektomi bilateral biasanya perlu dirawat 4 6 minggu cara lain yang lebih populer pengangkatan diskus dengan teropong silider kecil dan panjang dimasukan lewat tusukan kulit kemudian via otot otot paraveribra disebut disektomi perkutonius. Sumber : 1. Bedah syaraf Dr L Djoko Listiono 2. Patofisologi Buku 2 edisi 4 sylvia A price lorraine M Nilson 3. Neorology klinik Prof. Dr. dr. B. Chandra

NYERI PUNGGUNG(Bagian II)

Bambang Kisworo*Sebagaimana dibahas dalam artikel Nyeri Punggung (Bagian I) pada bGKMI bulan lalu, salah satu penyebab nyeri punggung adalah HNP (hernia nukleus pulposus) yang dikenal oleh masyarakat sebagai saraf terjepit. Penyakit ini cukup banyak dijumpai dan relatif mudah cara menentukan diagnosisnya. HNP adalah suatu keadaan di mana isi bantalan ruas tulang belakang menonjol ke luar ke arah rongga yang terdapat di dalam tulang belakang; rongga ini berisi sumsum (saraf) tulang belakang. Tonjolan HNP tersebut dapat menyebabkan penekanan pada saraf tulang belakang dan saraf tepi (yaitu, saraf yang berasal dari saraf tulang belakang). Seperti halnya nyeri punggung, HNP paling sering terjadi di daerah punggung bawah. HNP di daerah leher hanya sekitar 8% dari seluruh kasus HNP, sementara di daerah punggung atas lebih jarang terjadi.

Anatomi

Tulang belakang tersusun atas ruas-ruas tulang yang dihubungkan menjadi satu kesatuan melalui persendian, mulai dari daerah leher sampai tulang ekor. Ruas tulang yang di atas dihubungkan dengan ruas di bawahnya oleh sebuah bantalan yang disebut diskus intervertebralis (Gambar 1).

Gambar 1. Bantalan dan ruas tulang belakang. Tepat di belakang ruas dan bantalan tulang belakang terdapat sebuah rongga (saluran) yang memanjang dari dasar tengkorak ke arah bawah menuju tulang ekor. Rongga ini berisi saraf (sumsum) tulang belakang yang merupakan perpanjangan dari otak yang berada di dalam tengkorak (Gambar 2).

Gambar 2. Rongga tulang belakang berisi saraf.

Di dalam bantalan ruas tulang belakang (diskus intervertebralis) tersebut terdapat suatu bahan pengisi seperti jeli kenyal yang disebut nukleus pulposus. Bantalan tersebut berfungsi seperti shock breaker (peredam getaran) dan memungkinkan tulang belakang dapat bergerak lentur. Jika nukleus pulposus tersebut keluar dari dalam bantalan melalui dinding bantalan yang lemah, maka nukleus pulposus masuk ke dalam rongga ruas tulang belakang; keadaan inilah yang disebut hernia nukleus pulposus (HNP). Tergantung besar kecilnya, HNP dapat menyebabkan penekanan pada saraf tulang belakang dan saraf tepi (Gambar 3).

Gambar 3. HNP dapat menekan saraf tulang belakang.

PenyebabHNP terjadi akibat keluarnya nukleus pulposus dari dalam bantalan tulang belakang. HNP sering terjadi pada usia 30-50 tahun, meskipun juga banyak dialami oleh para orang tua. Ada tiga faktor yang membuat seseorang dapat mengalami HNP, yaitu (1) gaya hidup, seperti merokok, jarang atau tidak pernah berolah raga dan berat badan yang berlebihan, (2) pertambahan usia, dan (3) memiliki kebiasaan duduk atau berdiri yang salah, yaitu membungkuk dan tidak tegak. Ketiga faktor tersebut, apabila ditambah dengan cara mengangkat benda yang keliru, yaitu cara mengangkat benda di mana punggung membungkuk ke depan meningkatkan resiko seseorang mengalami HNP, karena tekanan yang diterima oleh bantalan tulang belakang akan meningkat beberapa kali tekanan normal.

Cara mengangkat yang benar adalah dengan jalan menekuk lutut ke arah depan, sementara punggung tetap dipertahankan dalam posisi tegak, tidak membungkuk. Para pekerja kasar atau yang banyak menggunakan otot-otot punggung untuk bekerja memiliki resiko yang lebih besar mengalami HNP.

Gejala KlinisGejala klinis HNP berbeda-beda tergantung lokasinya. HNP di daerah leher lazim menimbulkan gejala berupa nyeri saat leher digerakkan, nyeri leher di dekat telinga atau di sekitar tulang belikat, dan nyeri yang menjalar ke arah bahu, lengan atas, lengan bawah dan jarijari. Selain nyeri, juga dapat ditemukan rasa kesemutan dan tebal di daerah yang kurang lebih sama dengan rasa nyeri tersebut. Di daerah punggung bawah, gejala klinis HNP menyerupai HNP leher. Rasa nyeri terasa di daerah pinggang, pantat dan menjalar ke arah paha, betis dan kaki. Seringkali juga terasa sensasi kesemutan dan tebal pada salah satu atau kedua tungkai bawah. Gejala-gejala HNP tersebut lazim timbul perlahan-lahan dan semakin terasa hebat jika duduk atau berdiri dalam waktu lama, pada waktu malam hari, setelah berjalan beberapa saat, pada saat batuk atau bersin, serta ketika punggung dibungkukkan ke arah depan. Gejala klinis pada setiap pasien berbeda-beda tergantung pada lokasi dan derajadnya. HNP pada punggung bawah di daerah yang disebut L1-L2 dan L2-L3 menyebabkan nyeri dan rasa tebal pada sisi depan-samping luar paha. Juga dapat terjadi kelemahan otot-otot untuk menggerakkan sendi paha ke arah perut. HNP di daerah ini jarang terjadi dibanding daerah punggung bawah yang lain. HNP di daerah L3-L4 menimbulkan nyeri di daerah pantat, sisi samping luar paha dan sisi depan betis. Rasa tebal atau kesemutan dapat dirasakan pada sisi depan betis.

Di daerah L4-L5, HNP menyebabkan nyeri di daerah pantat, sisi belakang paha, sisi depan-samping luar betis dan punggung kaki. Rasa kesemuatan terasa di daerah depan-samping luar betis sampai ke daerah punggung kaki. Sementara HNP L5-S1 mengakibatkan nyeri di daeran pantat, sisi belakang paha dan betis sampai ke tumit serta telapak kaki. Rasa tebal dan kesemutan terasa di daerah betis sampai telapak kaki. HNP di kedua daerah ini (yaitu, L4-L5 dan L5-S1) paling sering terjadi. Pada kasus yang ektrem, HNP di daerah punggung bawah dapat menyebabkan penekanan sekelompok serabut saraf yang disebut kauda equina (bahasa latin yang berarti ekor kuda). HNP ini disebut sebagai sindrom kauda equina dengan gejala-gejala nyeri, kesemuatan, rasa tebal, serta kelemahan atau kelumpuhan kedua tungkai. Gejala-gejala tersebut juga disertai ketidak-mampuan menahan kencing (mengompol) dan buang air besar. Sindrom ini merupakan suatu keadaan yang serius dan gawat, serta membutuhkan tindakan pembedahan secepatnya.

DiagnosisSelain berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita, cara terbaik untuk mengetahui ada tidaknya HNP adalah dengan melakukan pemeriksaan MRI (Gambar 4). Selain itu, untuk memastikan bahwa HNP yang ditemukan pada MRI memang menjadi penyebab keluhan penderita, perlu dilakukan pemeriksaan EMG (pemeriksaan fungsi hantaran saraf). Perlu diketahui bahwa HNP tidak terlihat pada foto rontgen biasa. Pada pasien HNP, foto rontgen dilakukan bukan untuk menentukan ada tidaknya HNP, tetapi untuk mengesampingkan kelainan-kelainan lain (selain HNP) yang dapat mengakibatkan nyeri punggung.

Gambar 4. Hasil MRI pada HNP leher (a), HNP punggung atas (b) dan HNP punggung bawah (c).

Pengobatan

Sebagian besar HNP dapat diobati dengan pengobatan tanpa operasi, terutama jika ditemukan secara dini. Kasus yang telah lama dan berat biasanya memerlukan tindakan operasi. Pengobatan non-bedah meliputi istirahat berbaring jika nyeri benar-benar berat. Istirahat sebaiknya tidak lebih dari 2 hari karena jika lebih lama akan memperlemah otot-otot punggung. Selain istirahat, nyeri dapat dikurangi dengan obat-obat antinyeri.

Fisioterapi sangat bermanfaat, khususnya pada keadaan nyeri akut (mulai timbul atau bertambah berat secara mendadak). Fisioterapi dapat berupa diatermi untuk membuat otot punggung rileks dan TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation) untuk mengurangi nyeri. Senam punggung untuk memperkuat otot punggung (lihat artikel Nyeri Punggung (Bagian I) Gambar 5 dalam bGKMI edisi sebelumnya) sangat bermanfaat mengurangi nyeri. Traksi (tarikan punggung dengan beban) tidak dianjurkan untuk HNP. Para ahli sepakat bahwa waktu yang diperlukan untuk menilai apakah pengobatan nonbedah berhasil atau tidak adalah 3-6 minggu. Jika tidak berhasil, maka pembedahan perlu dilakukan untuk menyembuhkan HNP. Jadi operasi perlu dilakukan jika telah dilakukan pengobatan non-bedah selama paling lama 6 minggu dan tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Pembedahan juga perlu dilakukan pada HNP yang sudah terjadi bertahun-tahun, apalagi bila telah terjadi kelemahan pada otot-otot anggota gerak agar tidak terjadi kelumpuhan yang lebih berat. Operasi pada HNP dilakukan untuk mengambil bantalan ruas tulang belakang yang menonjol sehingga menghilangkan penekanan dan jepitan pada saraf tulang belakang (Gambar 5). Hasil operasi yang dilakukan secara dini lebih baik dibanding operasi yang dilakukan terlambat, terutama apabila telah terjadi gangguan saraf yang berat, seperti kelemahan dan kelumpuhan anggota gerak.

Gambar 5. Operasi pengambilan HNP.

PencegahanPencegahan terjadinya HNP dapat dilakukan dengan menghilangkan faktor-faktor resiko seperti telah dijelaskan pada bagian Penyebab di atas. Selain itu, upaya-upaya untuk memiliki

punggung sehat, sebagaimana diungkapkan dalam artikel Nyeri Punggung (Bagian I) pada bGKMI edisi bulan lalu, perlu dicermati dan di