Algoritma DC Shock

6
Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia: fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA),dan asistol a) Fibrilasi ventrikel Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak, pada keadaan ini  jantung tidak dapat melakukan fungsi ko ntraksinya, jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock atau defibrilasi.  b) Takhikardi ventrikel Mekan isme penye bab terjad inyan takhikardi ventr ikel biasan ya karen a adany a gang guan otomatisasi (pemben tukan impuls) ataupau n akibat adanya gang guan kondu ksi. Frekuens i nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya  pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT den gan kea daa n hemodi namik stab il, pemili han ter api den gan med ika mentosa lebih diutamakan. Pada kasus VTdengan gangg uan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah  pilihan utama. c) Pulseless Electrical Activity (PEA) Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus segera dilakukan. d) Asistole Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrc)  Pulseless Electrical Activity (PEA). Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat di ukur dan nadi tida k teraba. Pada kasus ini CPR adalah ti ndakan ya ng ha rus seg era dilakukan. Algoritma BLS -Adiwena S.R- Page 1

description

Anestesi

Transcript of Algoritma DC Shock

Page 1: Algoritma DC Shock

7/16/2019 Algoritma DC Shock

http://slidepdf.com/reader/full/algoritma-dc-shock 1/5

Kebanyakan korban henti jantung diakibatkan oleh timbulnya aritmia:

fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA),dan

asistol

a) Fibrilasi ventrikel

Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak, pada keadaan ini

 jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar saja.

Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock atau

defibrilasi.

 b) Takhikardi ventrikel

Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya karena adanya gangguan

otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi

nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya

 pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT

dengan keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih

diutamakan. Pada kasus VTdengan gangguan hemodinamik sampai terjadi henti jantung (VT

tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah

 pilihan utama.

c) Pulseless Electrical Activity (PEA)

Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau

menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur 

dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus segera dilakukan.

d) Asistole

Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrc)  Pulseless Electrical Activity

(PEA). Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas

atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat

diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus segera

dilakukan.

Algoritma BLS -Adiwena S.R- Page 1

Page 2: Algoritma DC Shock

7/16/2019 Algoritma DC Shock

http://slidepdf.com/reader/full/algoritma-dc-shock 2/5

d) Asistole

Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan pada monitor 

irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera

diambil adalah CPR.

DC Shock 

Indikasi : Shockable

- Ventricular Tachycardia (VT) tanpa pulsasi carotis (pulseless)

- Ventricular Fibrilation (VF) coarse (kasar)

Kontraindikasi : Un-shockable

- Asystole

- Pulseless Electrical Activity (PEA)

- Electro Mechanical Dissociation (EMD)

Cara :

- Gunakan DC shock unsynchronized, single shock 360 Joule (monophasic), 200 Joule

(biphasic)

- Bila tetap VT (pulseless)/VF coarse, lakukan defibrilasi 360/200 J berulang bergantian

dengan pijat jantung

- Adrenalin 1 mg (1 ampul) dimasukkan setiap 3 – 5 menit

- Lidocaine atau amiodarone dapat diberikan setelah pemberian 3 shock dan irama tetap

VT/VF

Penyulit : luka bakar bila jelly kurang, shock listrik (shock electric) bila ada kebocoran arus

listrik 

Algoritma BLS -Adiwena S.R- Page 2

Page 3: Algoritma DC Shock

7/16/2019 Algoritma DC Shock

http://slidepdf.com/reader/full/algoritma-dc-shock 3/5

VT (pulseless)/VF coarse

Cardiac arrest

2 menit 2 menit

Evaluasi CPR : tiap 2 menit

ASYSTOLE/PEA/EMD

Cardiac arrest

2 menit 2 menit

 

Gambar 3. Algoritma CPR pada keadaan VT/VF dan Asystole/PEA/EMD

Algoritma BLS -Adiwena S.R- Page 3

2

menit

2

menit

Intubasi : as soon as possible, withoutstop CPR

Pijat 100 x/menit

Nafas 8 – 10

x/menit

VT/V

F

Adrenali

n

Adrenali

n

CPR-

1

30 :

2Call

forhelpPasan

g

monit

or

a single

shock

CPR-2

a single

shock

CPR-3

adrenalin

a single

shock

CPR-4

amiodaron 

a single

shock

CPR-5

a single

shock

CPR-6

Adrenalin :

1mg, i.v.,

repeated

every 3-5

minutes

AMIODARON is the first choice 300mg, bolus. Repeated 150 mg for

recurrent VT/VF. Followed by 900 mg

infusion over 24 hours

LIDOCAINE. Do not exceed a total

dose of 3 mg/kg, during the first hour

Evaluasi CPR : tiap 2 menit

2

menit

2

menit

Intubasi : as soon as possible, withoutstop CPR

Pijat 100 x/menit

Nafas 8 – 10x/menit

ASYS

 T

Evaluasi

Adrenali

n

Evalua

si

CPR-

1

30 :

2Call

for

helpPasang

monit

or

CPR-2

adrenalin

CPR-3 CPR-4 CPR-5 CPR-6

Adrenalin :

1mg, i.v.,

repeated

every 3-5

minutes

Evalua

si

Evaluasi

Adrenali

n

Page 4: Algoritma DC Shock

7/16/2019 Algoritma DC Shock

http://slidepdf.com/reader/full/algoritma-dc-shock 4/5

Algoritma BLS -Adiwena S.R- Page 4

Page 5: Algoritma DC Shock

7/16/2019 Algoritma DC Shock

http://slidepdf.com/reader/full/algoritma-dc-shock 5/5

Algoritme Ventrikel Fibrilasi dan Ventrikel Tachicardia tanpa nadi

1. pendekatan Umum

2. Gambaran Ventrikel Fibrilasi / Ventrikel tachycardia tanpa nadi

3. Lakukan Defibrilasi 360 joule untuk Monophasic / 250 joule untuk Biphasic,

kaji irama setelah dilakukan defibrilasi, bila irama menetap

4. Lakukan Resusitasi jantung paru, berikan Epineprin 1 mg IV bisa di ulang 3 –

5 menit / Vasopresin 40 unit IV dosis tunggal,kaji irama bila irama menetap

5. Lakukan kembali Defibrilasi 360 joule untuk Monophasic / 250 joule untuk

Biphasic, kaji irama setelah dilakukan defibrilasi, bila irama menetap

6. Lakukan kembali Resusitasi Jantung Paru, berikan Epineprin 1 mg IV, kaji

irama bila tetap

7. Lakukan kembali Defibrilasi 360 joule untuk Monophasic / 250 joule untuk

Biphasic, kaji irama setelah dilakukan defibrilasi, bila irama menetap

8. Lakukan kembali Resusitasi Jantung Paru, pertimbangkan pemberian

Amiodaron 300 mg bolus IV lambat, dapat diulang dengan dosis 150 mg.

Algoritme Asystole dan PEA

1. Dari Pendekatan Umum

2. Asystole atau PEA

3. Lakukan resusitasi jantung paru secara terus menerus ( Kaji keefektifan RJP

setiap 2 menit )

4. Berikan Epineprin 1 mg IV , bolus 20 cc dengan NaCl 0,9%, bisa di ulang 3 –

5 menit / Vasopresin 40 unit IV dosis tunggal,kaji irama bila irama menetap

5. Berikan Atropin 1 mg IV , bolus 20 cc dengan NaCl 0,9% bisa di ulang 3 – 5

menit ( Dosis maksimal 0,04 mg/KgBB

Algoritma BLS -Adiwena S.R- Page 5