Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

17
ALAT UKUR DALAM PROTEKSI RADIASI KLASIFIKASI ALAT UKUR DALAM PROTEKSI RADIASI Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert. Alat proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu dosimeter personal surveimeter monitor kontaminasi Dosimeter personal berfungsi untuk “mencatat” dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung sedang monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada pekerja, alat maupun lingkungan. SURVEIMETER Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang

description

Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

Transcript of Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

Page 1: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

ALAT UKUR DALAM PROTEKSI RADIASI

  KLASIFIKASI ALAT UKUR DALAM PROTEKSI RADIASI

Alat ukur proteksi radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan peralatan penunjang, seperti sistem pengukur radiasi lainnya. Alat ukur ini dapat memberikan informasi dosis radiasi seperti paparan dalam roentgen, dosis serap dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert.

Alat proteksi radiasi ini dibedakan menjadi tiga yaitu

     dosimeter personal

     surveimeter

     monitor kontaminasi

Dosimeter personal berfungsi untuk “mencatat” dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara akumulasi. Oleh karena itu, setiap orang yang bekerja di suatu daerah radiasi harus selalu mengenakan dosimeter personal. Surveimeter digunakan untuk melakukan pengukuran tingkat radiasi di suatu lokasi secara langsung sedang monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada pekerja, alat maupun lingkungan.

SURVEIMETER

Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah radiasi yang akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang yang diizinkan.

Sebagaimana fungsinya, suatu survaimeter harus bersifat portable meskipun tidak perlu sekecil sebuah dosimeter personal. Konstruksi survaimeter terdiri atas detektor dan peralatan penunjang seperti terlihat gambar berikut. Cara pengukuran yang diterapkan adalah cara arus (current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai intensitas radiasi. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala dosis, misalnya dengan satuan roentgent/jam.

Page 2: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

 

Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti detektor isian gas, sintilasi dan semikonduktor, dapat digunakan. Dari segi praktis dan ekonomis, detektor isian gas Geiger Muller yang paling banyak digunakan. Detektor sintilasi juga banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk radiasi gamma, karena mempunyai efisiensi yang tinggi.  Jenis Surveimeter

Terdapat beberapa jenis survaimeter yang digunakan untuk jenis radiasi yang sesuai sebagai berikut.

     Survaimeter Gamma

     Survaimeter Beta dan Gamma

     Survaimeter Alpha

     Survaimeter neutron

     Survaimeter Multi-Guna

Survaimeter gamma merupakan survaimeter yang sering digunakan dan pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional, GM atau detektor sintilasi NaI(Tl).

Berbeda dengan survaimeter gamma biasa, survaimeter beta dan gamma mempunyai detektor yang terletak di luar badan survaimeter dan mempunyai “jendela” yang dapat dibuka atau ditutup. Bila digunakan untuk mengukur radiasi beta, maka jendelanya harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya ditutup.Detektor yang sering digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau GM.

Survaimeter alpha mempunyai detektor yang terletak di luar badan survaimeter dan terdapat satu permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat tipis, biasanya terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau tergores benda tajam. Detektor yang digunakan adalah detektor isian gas proporsional atau detektor sintilasi ZnS(Ag).

Page 3: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

Survaimeter neutron biasanya menggunakan detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau gas Helium. Karena yang dapat berinteraksi dengan unsur Boron atau Helium adalah neutron termal saja, maka survaimeter neutron biasanya dilengkapi dengan moderator yang terbuat dari parafin atau polietilen yang berfungsi untuk menurunkan energi neutron cepat menjadi neutron termal. Moderator ini hanya digunakan bila radiasi neutron yang akan diukur adalah neutron cepat.

Pada saat ini sudah mulai dipasarkan jenis survaimeter yang serbaguna (multipurpose) karena selain dapat mengukur intensitas radiasi secara langsung, sebagaimana survaimeter biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang waktu tertentu, dapat diatur, seperti sistem pencacah dan bahkan bisa menghasilkan spektrum distribusi energi radiasi seperti sistem spektroskopi.

  Prosedur Pemakaian Surveimeter

Tiga langkah penting yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan survaimeteradalah:

     memeriksa batere

     memeriksa sertifikat kalibrasi

     mempelajari pengoperasian dan pembacaan

Periksa batere: Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegangan tinggi detektor. Bila tegangan tinggi detektor tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, maka detektor tidak peka atau tidak sensitif terhadap radiasi yang mengenainya, akibatnya survaimeter akan menunjukkan nilai yang salah.

Periksa sertifikat kalibrasi: Pemeriksaan sertifikat kalibrasi harus memperhatikan faktor kalibrasi alat dan memeriksa tanggal validasi sertifikat. Faktor kalibrasi merupakan suatu parameter yang membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis sebenarnya.

Dsebenarnya = Dterukur x Faktor Kalibrasi

Bila sertifikat kalibrasinya sudah melewati batas waktunya, maka survaimeter tersebut harus dikalibrasi ulang sebelum dapat digunakan lagi.

Pelajari pengoperasian dan pembacaan: Langkah ini perlu dilakukan, khususnya bila akan menggunakan survaimeter “baru”. Setiap survaimeter mempunyai tombol-tombol dan saklar-saklar yang berbeda-beda, biasanya terdapat beberapa faktor pengalian misalnya x1; x10; x100 dan sebagainya. Sedang display-nya juga berbeda-beda, ada yang berskala rontgent / jam ; rad / jam ; Sievert /jam atau mSievert / jam atau bahkan masih dalam cpm (counts per minutes).

Page 4: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

 

  DOSIMETER    Dosimeter Personal

Alat ini digunakan untuk mengukur dosis radiasi secara akumulasi. Jadi, dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis yang telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan dan berukuran kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja radiasi yang sedang bekerja di medan radiasi.

Terdapat tiga macam dosimeter personal yang banyak digunakan saat ini yaitu:

     dosimeter saku (pen / pocket dosemeter)

     film badge

     Thermoluminisence Dosemeter (TLD).

  Dosimeter Saku

Dosimeter ini sebenarnya merupakan detektor kamar ionisasi sehingga prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi akan “disimpan” seperti halnya suatu kapasitor.

Page 5: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

Konstruksi dosimeter saku berupa tabung silinder berisi gas sebagaimana pada Gambar di atas. Dinding silinder akan berfungsi sebagai katoda, bermuatan negatif, sedangkan sumbu logam dengan jarum 'quartz' di bagian bawahnya bermuatan positif. Mula-mula, sebelum digunakan, dosimeter ini diberi muatan menggunakan charger yaitu suatu catu daya dengan tegangan tertentu. Jarum quartz pada sumbu detektor akan menyimpang karena perbedaan potensial. Dengan mengatur nilai tegangan pada waktu melakukan 'charging' maka penyimpangan jarum tersebut dapat diatur agar menunjukkan angka nol. Dalam pemakaian di tempat kerja, bila ada radiasi yang memasuki detektor maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas, sehingga akan terbentuk ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju anoda atau katoda sehingga mengurangi perbedaan potensial antara jarum dan dinding detektor. Perubahan perbedaan potensial ini menyebabkan penyimpangan jarum berkurang.

Jumlah ion-ion yang dihasilkan di dalam detektor sebanding dengan intensitas radiasi yang memasukinya, sehingga penyimpangan jarum juga sebanding dengan intensitas radiasi yang telah memasuki detektor. Skala dari penyimpangan jarum tersebut kemudian dikonversikan menjadi nilai dosis.

Keuntungan dosimeter saku ini adalah dapat dibaca secara langsung dan tidak membutuhkan peralatan tambahan untuk pembacaannya. Kelemahannya, dosimeter ini tidak dapat menyimpan informasi dosis yang telah mengenainya dalam waktu yang lama (sifat akumulasi kurang baik).

Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang diintegrasikan dengan komponen elektronika maju (advanced components) sehingga skala pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secara mekanik) melainkan dengan melihat display digital yang dapat langsung menampilkan angka hasil pengukurannya.

  Film Badge

Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder. Detektor film dapat “menyimpan” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya –atau telah mengenai orang yang memakainya– maka tingkat kehitaman film setelah diproses akan semakin pekat.

Page 6: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

 Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika digunakan juga berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya beberapa jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat membedakan jenis dan energi radiasi yang telah mengenainya.

Di pasar terdapat beberapa merk film maupun holder, tetapi BATAN selalu menggunakan film dengan merk Kodak buatan USA dan holder merk Chiyoda buatan Jepang seperti pada Gambar IV.3. Hal ini dilakukan agar mempunyai standar atau kalibrasi pembacaan yang tetap.

Dosimeter film badge ini mempunyai sifat akumulasi yang lebih baik daripada dosimeter saku. Keuntungan lainnya film badge dapat membedakan jenis radiasi yang mengenainya dan mempunyai rentang pengukuran energi yang lebih besar daripada dosimeter saku. Kelemahannya, untuk mengetahui dosis yang telah mengenainya harus diproses secara khusus dan membutuhkan peralatan tambahan untuk membaca tingkat kehitaman film, yaitu densitometer.

  Dosimeter Termoluminisensi (TLD)

Dosimeter ini sangat menyerupai dosimeter film badge, hanya detektor yang

Page 7: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

digunakan ini adalah kristal anorganik thermoluminisensi, misalnya bahan LiF. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses termoluminisensi. Senyawa lain yang sering digunakan untuk TLD adalah CaSO4.

Dosimeter ini digunakan selama jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah diterimanya. Pemrosesan dilakukan dengan memanaskan kristal TLD sampai temperatur tertentu, kemudian mendeteksi percikan-percikan cahaya yang dipancarkannya. Alat yang digunakan untuk memproses dosimeter ini adalah TLD reader.

Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan setelah diproses kristal TLD tersebut dapat digunakan lagi.

MONITOR KONTAMINASI

Kontaminasi merupakan suatu masalah yang sangat berbahaya, apalagi kalau sampai terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi kalau bekerja dengan sumber radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas. Adapun yang terkontaminasi biasanya adalah peralatan, meja kerja, lantai, tangan, sepatu.

Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah terkontaminasi sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi pencacahan yang sangat tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor kontaminasi ini harus mempunyai “jendela” (window) yang luas, karena kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah tertentu, melainkan tersebar pada permukaan yang luas. Tampilan dari monitor kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie atau Becquerel, dengan hubungan sebagai berikut.

                                                                      

A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah dan h adalah efisiensi alat pengukur. Monitor kontaminasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu monitor kontaminasi permukaan, monitor kontaminasi perorangan dan monitor kontaminasi udara (airborne). Monitor kontaminasi permukaan (surface monitor) digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi segala permukaan, misalnya meja kerja, lantai, alat ukur ataupun baju kerja.

Monitor kontaminasi perorangan digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi pada bagian-bagian tubuh dari pekerja radiasi. Bagian tubuh yang paling sering terkontaminasi adalah tangan dan kaki, sehingga terdapat monitor kontaminasi khusus untuk tangan dan kaki yaitu hand and foot contamination

Page 8: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

monitor. Suatu instalasi yang modern biasanya dilengkapi dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh (whole body monitor). Setiap pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja harus diperiksa terlebih dahulu dengan monitor kontaminasi.

Monitor kontaminasi udara digunakan untuk mengukur tingkat radioaktivitas udara di sekeliling instalasi nuklir yang mempunyai potensi untuk melepaskan zat radioaktif ke udara.

Sebagaimana survaimeter, detektor yang digunakan di sini dapat berupa detektor isian gas, sintilasi ataupun semikonduktor. Detektor yang paling banyak digunakan adalah detektor isian gas proporsional untuk mendeteksi kontaminasi pemancar alpha atau beta dan detektor sintilasi NaI(Tl) untuk kontaminasi pemancar gamma. Khusus untuk monitor kontaminasi udara biasanya dilengkapi dengan suatu penyaring (filter) dan pompa penghisap udara untuk “menangkap” partikulat zat radioaktif yang bercampur dengan molekul-molekul udara.

KALIBRASI ALAT UKUR

Sudah merupakan suatu ketentuan bahwa setiap alat ukur proteksi radiasi harus di kalibrasi secara periodik oleh instansi yang berwenang. Hal ini dilakukan untuk menguji ketepatan nilai yang ditampilkan alat terhadap nilai sebenarnya. Perbedaan nilai antara yang ditampilkan dan yang sebenarnya harus dikoreksi dengan suatu parameter yang disebut sebagai faktor kalibrasi ( Fk ). Dalam melakukan pengukuran, nilai yang ditampilkan alat harus dikalikan dengan faktor kalibrasinya. Secara ideal, faktor kalibrasi ini bernilai satu, akan tetapi pada kenyataannya tidak banyak alat ukur yang mempunyai faktor kalibrasi sama dengan satu. Nilai yang masih dapat 'diterima' berkisar antara 0,8 sampai dengan 1,2. Faktor Kalibrasi dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Dimana Ds  adalah nilai dosis sebenarnya, sedangkan Du adalah nilai yang ditampilkan alat ukur. Terdapat dua metode untuk melakukan kalibrasi yaitu:

     menggunakan sumber radiasi standar

     menggunakan alat ukur standar

Cara pertama, alat ukur diletakkan pada jarak tertentu, misalnya 1 m, dari

Page 9: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

sumber standar yang telah diketahui jenis nuklida maupun aktivitasnya. Dosis paparan yang mengenai survaimeter (Ds) ditentukan berdasarkan perhitungan. Cara kedua, alat ukur yang akan dikalibrasi dan alat ukur standar diletakkan pada jarak yang sama dari suatu sumber, sehingga dosis radiasi yang mengenai dua alat ukur tersebut sama. Nilai dosis radiasi yang ditampilkan oleh alat ukur standar dianggap sebagai dosis sebenarnya ( Ds ).

Tanggapan atau respon suatu alat ukur terhadap dosis radiasi ternyata berbeda untuk energi radiasi yang berbeda. Setiap alat ukur seharusnya dikalibrasi dengan sumber yang mempunyai tingkat energi yang 'sama' dengan tingkat energi radiasi yang digunakan di lapangan. Perbedaan respon tersebut sangat “significant” pada rentang energi di bawah 200 keV seperti terlihat pada Gambar IV.5 berikut. Pada rentang energi di atas 500 keV, perbedaan responnya sudah tidak terlalu besar.

Page 10: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

EFEK RADIASI PADA FILM RADIOGRAFI

Ringkasan

Sejak ditemukannya efek radiasi pada film radiografi, hal ini digunakan sebagai cara untuk meneliti sifat radiasi. Ini disebabkan pada waktu itu teknologi film fotografi telah digunakan secara luas. Karakteristika efek radiasi pada film radiografi ialah bahwa efek radiasi tersebut dapat direkam dan disimpan. Dengan demikian pemeriksaan efek radiasi dalam bidang kedokteran menjadi mungkin menggunakan film radiografi, yang semula menggunakan film sinar-X, juga dalam bidang tenaga nuklir film radiografi telah digunakan untuk film badge. Efek radiasi pada film radiografi juga telah digunakan secara luas sampai ke bidang industri seperti autoradiografi dan radiografi, dan pemakaiannya semakin meluas karena dapat digunakan bersama efek fluoresensi yaitu yang dapat memperluas citra dalam gambar foto. Berikut akan diperkenalkan terjadinya efek radiasi pada film radiografi dan contoh penggunaannya.

Uraian

1. Pemeriksaan sifat radiasi berdasarkan efeknya pada film dan teknologi foto.

Benda yang digunakan pada penemuan radioaktivitas uranium (Becquerel dari Perancis, tahun 1896) adalah pelat film. Teknologi fotografi sudah berkembang sejak abad 18 sampai abad 19, pada waktu itu pemotretan di bawah sinar tampak sudah digunakan secara luas dan umum di negara Jepang. Jika dibandingkan dengan teknologi saat ini seperti sensitivitas emulsi film, waktu pengkabutan, pencucian (developing) dan fiksasi reagen, maka meskipun hal ini merupakan langkah awal, sudah terbentuk gambar tersembunyi oleh cahaya di dalam materi yang bersifat fotosensitif, sehingga dapat dibedakan secara visual.

Telah banyak dilakukan percobaan untuk menemukan senyawa yang cocok untuk dijadikan emulsi film, namun saat ini yang digunakan untuk emulsi film adalah partikel padat perak bromida (AgBr) yang mengandung sejumlah kecil perak iodida (AgI) yang terdispersi secara homogen pada membran gelatin sebagai subyek. Sebagai bahan pengembang digunakan metol, hidrokinon atau fenidon. Untuk larutan fiksasi banyak digunakan natrium tiosulfat. Cara ini dapat digunakan pada pemrosesan efek radiasi pada film.

2. Efek radiasi pada film dan karakteristikanya.

Radiasi menyebabkan terjadinya ionisasi pada atom dan molekul di dalam emulsi foto yang mengandung perak-halogen (AgX), membentuk elektron bebas, ion positif dan spesi tereksitasi. Proses ini akan mereduksi ion perak dan menghasilkan gambar negatif. Gambar negatif ini bersifat stabil, dan bila ini difiksasi akan diperoleh gambar foto (dari) radiasi. Prinsip prosesnya tidak terlalu berbeda dari efek cahaya pada film fotografi. Jenis film apapun dapat digunakan, misalnya yang dapat menghasilkan gambar radiasi dua dimensi yang rinci seperti bayangan sinar, selain itu juga dapat menyimpan foto perubahan warna hitam pada kertas putih. Tetapi karena radiasi berbeda sifatnya dari sinar tampak dan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, maka kekuatan radiasi pada obyek yang tidak dapat diketahui dengan teknik pemotretan, dapat diketahui dengan cara mengukur efek ionisasi atau sinar fluoresensi. Lagipula jenis radiasi bermacam-macam dan energinyapun biasanya sangat besar. Karena efek radiasi pada film bergantung pada jenis radiasi, maka harus dipilih emulsi

Page 11: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

film atau pelat film yang paling sesuai, dan pada waktu yang sama diperlukan juga persiapan yang hati-hati misalnya penentuan persyaratan kondisi pencucian film. Autoradiografi, yang ditentukan oleh distribusi dan kadar radioaktivitas pada bahan obyek, radiografi dan pemeriksaan sinar-X, yang menggunakan sifat daya tembus radiasi, merupakan teknik pemotretan yang memanfaatkan sifat karakteristik radiasi.

3. Autoradiografi dan radiografi.

Jika obyek pemotretan berupa bahan, logam atau organisme yang mengandung radioaktivitas, maka pemotretan tidak memerlukan sumber radiasi lain di antara obyek dan film. Peristiwa ini disebut autoradiografi. Sebaliknya, pemotretan gambar obyek, misalnya bagian organ tubuh manusia atau mesin kapal terbang, dengan meletakkan obyek di antara sumber radiasi dengan emulsi foto, disebut radiografi.

Dengan mengesampingkan hal yang khusus, untuk tujuan seperti tersebut di atas, film, cairan pengembang, dan bahan perekat dijual dalam berbagai jenis, dan bisa didapatkan dengan mudah. Karena benda obyeknya bermacam-macam, dan setiap teknik pemotretannya memerlukan berbagai strategi, berikut akan diperkenalkan beberapa contoh.

3.1. Autoradiografi

Semua proses pemotretan dilakukan dalam ruangan gelap yang kedap cahaya. Penanganan film dilakukan dengan hati-hati tanpa mengotori atau melipatnya agar tak terjadi cacat. Untuk menghindari sinar fluoresensi yang dipancarkan benda obyek dan mencegah pencemaran radioaktivitas padanya, film dilapisi dengan bahan membran seperti kertas hitam. Berdasarkan persyaratan pengembangnya, waktu pemaparan obyek harus disesuaikan dengan tujuan pemotretan, kemudian dibiarkan sejenak dalam ruangan gelap sampai diperoleh gambar yang benar. Kemudian film dilepas dari benda obyek dan bila dilakukan pencetakan dan fiksasi, maka akan dihasilkan gambar hitam pada foto hitam-putih. Untuk setiap benda obyek, perlu ditentukan pengaturan kondisi pemotretan. Misalnya dengan radiasi partikel berenergi tinggi, maka dipilih emulsi tebal yang terdispersi pada partikel perak halogen berkadar tinggi. Untuk pemrosesan filmnya diperlukan latihan khusus.

Pada penggunaan autoradiografi, hasil foto radiasi (autoradiografi) diamati dan dievaluasi dengan tiga cara sebagai berikut, yaitu (1) metode penentuan derajat kehitaman secara komprehensif/makroskopik menggunakan pengukur kehitaman (makro-autoradiografi), (2) metode penentuan derajat kehitaman secara mikroskopik menggunakan mikroskop (mikro-autoradiografi), dan (3) metode penentuan jejak dengan menggunakan mikroskop (autoradiografi-jejak). Dosis iradiasi dan derajat penghitaman film diperlihatkan pada

Dengan menggunakan metode makro-autoradiografi, distribusi dua dimensi radioaktivitas pada bahan obyek dapat dibedakan secara jelas. Sedang pada metode mikro-autoradiografi, gambar dua dimensi bahan obyek dapat diamati dengan lebih teliti. Metode mikro-autoradiografi ini digunakan untuk menentukan distribusi radioisotop misalnya di dalam dan di luar sel pada kulit binatang, atau dalam berbagai jenis bahan.Untuk autoradiografi-jejak dilakukan penentuan radiasi kosmik menggunakan membran emulsi tebal atau determinasi radioaktivitas), sesuai dengan perbedaan radioaktivitas dalam bahan.

Film pengukur dosis radiasi (film badge) yang digunakan oleh pekerja radiasi adalah contoh autoradiografi yang digunakan secara luas. Film badge sangat berguna bagi pekerja radiasi.

Page 12: Alat Ukur Dalam Proteksi Radiasi

Cara pengukuran dosis radiasi telah disesuaikan dengan berbagai jenis radiasi, menggunakan filter dengan stuktur dan tebal untuk penyerapan radiasi yang berbeda, yaitu dengan mempertimbangkan daya tembus masing-masing jenis radiasi di dalam materi.

3.2. Radiografi untuk keperluan uji tak merusak.

Tujuan utama radiografi untuk uji tak merusak ialah pengujian cacat pada benda. Untuk tujuan ini, diperlukan pemilihan pemaparan yang kontrasnya baik dan pemilihan kondisi pencucian yang sesuai. Sumber radiasi yang utama untuk radiografi adalah sumber radiasi gamma, dan ada dua cara yaitu cara pasti dan cara bebas. Sebagai sumber radiasi biasanya dipilih radioisotop yang dapat menghasilkan kontras yang baik dan mempunyai umur paro yang panjang. Sumber radiasi gamma yang umum digunakan ialah Co-60 dan Ir-192, seperti yang diperlihatkan pada . Untuk sumber sinar-X, dapat digunakan pesawat sinar-X yang telah dijual di pasaran.

Lamanya waktu pemaparan ditentukan oleh jenis dan besarnya energi radiasi, jenis dan tebal bahan percobaan, sensitivitas emulsi film, kondisi pencucian, serta jarak antara sumber radiasi dengan emulsi. Di saat pemotretan, film fotografi disimpan dalam kaset terbuat dari timbal agar kedap cahaya, dan untuk memperpendek waktu pemaparan digunakan kertas yang sensitivitasnya tinggi. Dalam industri, radiografi digunakan antara lain untuk pengujian cacat pada mesin dan bagian lain pesawat terbang, juga bagian benda logam yang dilas.

3.3. Penggunaan dalam bidang kedokteran.

Contoh penggunaan radiografi dalam bidang kedokteran ialah foto sinar-X yang digunakan pada saat pemeriksaan tubuh manusia. Dalam bidang kedokteran nuklir, sintigraf (foto yang diperoleh menggunakan kamera sintilasi) digunakan pada waktu pemeriksaan tubuh manusia memakai radiofarmaka secara in-vivo. Dalam penggunaan sintigraf pada makhluk hidup, untuk menambah transparansi kontras diperlukan pengurangan dosis ambang radiasi. Tentang transparansi kontras, diperlukan pengerjaan yang sama seperti pada pengerjaan radiografi untuk uji tak merusak. Contoh transparansi kontras misalnya penggunaan teknik memperluas citra pada computed tomography (CT). Pengurangan dosis ambang radiasi berpengaruh pada peningkatan sensitivitas film. Penambahan partikel perak halogen dalam emulsi film, pelapisan kedua permukaan film emulsi (film berlapis dua), dan penggunaan kertas dengan sensitivitas tinggi, merupakan upaya perbaikan mutu hasil fotografi.

4. Problem dalam penggunaan efek radiasi pada film

Problem yang dihadapi sewaktu menggunakan efek radiasi pada film adalah pentingnya manipulasi ruang gelap. Sebagai contoh, jika menggunakan TLD sebagai pengganti film badge, manipulasi ruang gelap dapat dihindari. Namun demikian, daerah jangkauan energi radiasi film badge luas dan sensitivitas pengukuran dosis serapnya lebih stabil daripada TLD.

Selanjutnya, sebagai pengganti film sinar-X yang digunakan untuk pemeriksaan di bidang kedokteran, di Jepang telah diciptakan imaging plate yang memakai materi berfluoresensi yang bersifat membias.