1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

100
BUKU PINTAR PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DI RUMAH SAKIT Penyusun: Eri Hiswara

Transcript of 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

Page 1: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTARPROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

DI RUMAH SAKIT

Penyusun:

Eri Hiswara

Page 2: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS
Page 3: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTARPROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

DI RUMAH SAKIT

Penyusun:

Eri Hiswara

Page 4: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTARPROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASIDI RUMAH SAKIT

Penulis :Eri Hiswara

ISBN : 978-979-8500-68-8

Editor :dr. Benny Zulkarnaen, Sp.Rad

Penyunting :dr. Fadil Nazir, Sp.KN

Desain Sampul dan Tata Letak :Agus Rial & Aan D’Tech

Penerbit :BATAN Press

Redaksi :Jl. Lebak Bulus Raya No. 49Ged. Perasten Kawasan Nuklir Pasar JumatJakarta Selatan 12440Telp : +62 21 7659401Fax : +62 21 75913833Email : [email protected]

Cetakan Pertama, November 2015

©Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh atau sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 5: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

v

KATA PENGANTAR

Aplikasi radiasi di berbagai bidang di Indonesia telah cukup meluas. Berdasar data Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) yang ditampilkan pada situsnya, sampai awal April 2015 telah diterbitkan sebanyak 12.189 izin pemanfaatan tenaga nuklir untuk 2.894 instansi di seluruh Indonesia. Dari seluruh izin dan instansi tersebut, sebanyak 6.196 izin, atau sekitar 50,8%, dan 2.061 instansi, atau sekitar 71,2%, merupakan izin dan instansi pemanfaatan di bidang medik. Data ini menggambarkan bahwa bidang medik merupakan bidang pemanfaatan tenaga nuklir yang terbesar di Indonesia.

Selain membawa manfaat yang sangat besar, pemanfaatan tenaga nuklir diketahui pula memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Efek radiasi dapat berupa deterministik atau stokastik. Efek deterministik, yang saat ini sebutannya diganti menjadi efek reaksi jaringan, merupakan efek yang dapat terjadi pada suatu organ atau jaringan tubuh tertentu yang menerima radiasi dengan dosis tinggi, sementara efek stokastik merupakan efek akibat penerimaan radiasi dosis rendah di seluruh tubuh yang baru diderita oleh orang yang menerima dosis setelah selang waktu tertentu, atau oleh turunannya. Dengan adanya kedua jenis efek yang berbahaya ini maka setiap aplikasi radiasi di Indonesia harus diatur dan diawasi secara ketat secara internal oleh bagian keselamatan dan kesehatan kerja dari instansi atau perusahaan yang memanfaatkan radiasi tersebut, dan secara eksternal oleh BAPETEN yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan pengawasan tersebut.

Buku ini memberikan panduan praktis dalam melaksanakan upaya proteksi dan keselamatan radiasi yang diperlukan agar pemanfaatan radiasi di bidang medik ini berjalan dengan aman dan selamat. Panduan diberikan untuk ketiga aplikasi radiasi di bidang medik, yaitu radiodiagnostik, radio terapi dan kedokteran nuklir.

Page 6: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

vi

Penulis menyadari bahwa isi maupun penyajian buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk menyempurnakannya di kemudian hari.

Buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan baik bagi Pemegang Izin pemanfaatan tenaga nuklir di bidang medik, Petugas Proteksi Radiasi di bidang medik, dan juga segenap pihak yang tugasnya bersinggungan dengan pemanfaatan radiasi di bidang medik. Aplikasi panduan praktis yang diberikan pada buku ini diharapkan dapat membantu dalam mewujudkan tujuan kecelakaan nihil dalam pemanfaatan tenaga nuklir di bidang medik.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan buku ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Penghargaan juga ditujukan kepada Pusat Diseminasi dan Kemitraan Badan Tenaga Nuklir Nasional yang bersedia menerbitkan buku ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca, dan semoga penerbitan buku ini mencapai tujuannya.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

Page 7: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

vii

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II KONSEP DASAR RADIASI PENGION 52.1. Atom dan Inti Atom 52.2. Radioaktivitas dan Sumber Radiasi 112.3. Dosimetri Radiasi 142.4. Efek Kesehatan Radiasi 20

BAB III KETENTUAN UMUM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI 263.1. Prinsip Proteksi Radiasi 263.2. Proteksi Radiasi Eksternal 283.3. Proteksi Radiasi Internal 323.4. Persyaratan Perundang-undangan 33

BAB IV PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI PADA RADIODIAGNOSTIK 444.1. Tugas dan Tanggung Jawab 444.2. Pekerja Hamil 474.3. Perlengkapan Proteksi Radiasi Pada Radiologi

Diagnostik 484.4. Ruangan Pesawat Sinar-X 524.5. Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan Radiasi 544.6. Pedoman Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pesawat

Sinar-X Mamografi 55

Page 8: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

viii

4.7. Pedoman Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pesawat Sinar-X Gigi 56

BAB V PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI PADA RADIO TERAPI 575.1. Tugas dan Tanggung Jawab 575.2. Perlengkapan Proteksi Radiasi Pada Radio terapi 605.3. Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Pada Radio terapi 615.4. Penanggulangan Kedaruratan 63

BAB VI PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI PADA KEDOKTERAN NUKLIR 676.1. Tugas dan Tanggung Jawab 676.2. Perlengkapan Proteksi Radiasi Untuk Penggunaan

Kedokteran Nuklir In-Vitro 726.3. Perlengkapan Proteksi Radiasi Untuk Penggunaan

Kedokteran Nuklir Diagnostik In-Vivo dan/atau Penelitian Medik Klinik dan Penggunaan Kedokteran Nuklir Terapi 72

6.4. Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pada Kedokteran Nuklir 73

6.5. Aplikasi I-131 Untuk Terapi Kanker Tiroid 766.6. Thyrotoksikosis 806.7. Terapi Y-90 816.8. Terapi Sr-89 826.9. Penanggulangan Kedaruratan 83

BAB VII PENUTUP 87

DAFTAR BACAAN 88

SINOPSIS 90

RIWAYAT SINGKAT PENULIS 91

Page 9: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Dosis rata-rata dari sumber radiasi alam 14

Tabel 2.2 Dosis radiasi per kapita tahunan sumber radiasi buatan 14

Tabel 2.3 Faktor bobot radiasi, wR 17

Tabel 2.4 Faktor bobot jaringan, wT 19

Tabel 2.5 Efek radiasi kulit 21

Tabel 3.1 Nilai batas dosis 28

Tabel 3.2 Tingkat rujukan diagnostik untuk radiografi diagnos-tik pasien dewasa 38

Tabel 3.3 Tingkat rujukan diagnostik untuk CT Scan pasien dewasa 39

Tabel 3.4 Tingkat rujukan diagnostik untuk mammografi pasien dewasa 39

Tabel 3.5 Tingkat rujukan diagnostik untuk laju dosis fl uoros-kopi pasien dewasa 39

Tabel 3.6 Tingkat rujukan diagnostik untuk aktivitas radionuk-lida pasien diagnostik 40

Tabel 4.1 Ukuran ruangan fasilitas pesawat sinar-X 53

Tabel 4.2 Ukuran ruangan fasilitas pesawat sinar-X mobile station 53

Tabel 6.1 Jangka waktu untuk menunda kehamilan setelah terapi 74

Tabel 6.2 Penghentian pemberian air susu ibu setelah pemberian radiofarmaka 75

Page 10: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model atom Bohr 5

Gambar 2.2 Proses ionisasi (kiri) dan eksitasi (kanan) 7

Gambar 2.3 Proses pembentukan sinar-X karakteristik 10

Gambar 2.4. Proses pembentukan bremsstrahlung 10

Gambar 2.5 Faktor bobot radiasi neutron sebagai fungsi energi 18

Gambar 2.6 Efek deterministik radiasi 20

Gambar 2.7 Efek stokastik radiasi 23

Gambar 3.1 Kurva jarak jangkau vs energi untuk partikel beta 30

Gambar 4.1 Perlengkapan proteksi radiasi pada radiologi diagnostik 49

Gambar 4.2 Tirai timbal 50

Gambar 4.3 Dosimeter perorangan pasif 51

Gambar 4.4 Dosimeter perorangan aktif 52

Gambar 5.1 Tombol “Emergency OFF” untuk mematikan pesawat Co-60 64

Gambar 5.2 Pemindahan pasien dari bawah berkas radiasi Co-60 64

Page 11: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

1

BAB IPENDAHULUAN

Berdasar Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997, istilah ‘ketenaganukliran’ pada dasarnya mengacu bahan nuklir, zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya. Bahan nuklir (seperti uranium-235 dan plutonium-239) digunakan untuk memproduksi energi listrik, sementara zat radioaktif (seperti Cobalt-60 dan iridium-192) dan atau sumber radiasi lainnya (seperti pesawat sinar-X atau LINAC, akselerator linier) telah dimanfaatkan di berbagai bidang terutama medik, industri dan pertanian.

Ketiga sumber radiasi di atas memiliki satu kesamaan, yaitu sama-sama memancarkan radiasi pengion yang dapat menghasilkan ion dari suatu atom pada materi yang dilintasinya. Radiasi pengion ini dapat berbentuk partikel atau gelombang dengan energi yang tinggi. Beberapa contoh radiasi pengion adalah partikel alfa, partikel beta, sinar gamma, sinar-X, dan neutron.

Selain radiasi pengion, sebenarnya ada satu bentuk radiasi lain yang disebut sebagai radiasi non-pengion. Berbeda dengan radiasi pengion, radiasi non-pengion tidak memiliki energi yang cukup untuk mengionisasi atom dari materi yang dilintasinya. Beberapa contoh radiasi non-pengion adalah cahaya tampak, gelombang radio, microwave, dan ultraviolet.

Buku ini hanya membahas proteksi dan keselamatan terhadap radiasi pengion, mengingat jenis radiasi ini banyak digunakan dan telah memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan manusia. Untuk selanjutnya, istilah radiasi pengion akan disebut hanya sebagai radiasi.

Setiap jenis radiasi di atas memiliki kemampuan menembus materi yang berbeda satu sama lain. Karena kemampuannya untuk menembus materi ini, radiasi telah banyak diaplikasikan di berbagai bidang untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Aplikasi yang terbanyak adalah di bidang medik, terutama di rumah sakit, disusul oleh industri, riset, pertanian dan energi.

Page 12: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

2

Selain membawa manfaat yang sangat besar, diketahui pula bahwa aplikasi ketenaganukliran memiliki efek yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Efek radiasi dapat berupa deterministik maupun stokastik. Efek deterministik merupakan efek yang dapat terjadi pada suatu organ atau jaringan tubuh tertentu yang menerima radiasi dengan dosis tinggi, sementara efek stokastik merupakan efek akibat penerimaan radiasi dosis rendah di seluruh tubuh yang baru diderita oleh orang yang menerima dosis setelah selang waktu tertentu, atau oleh turunannya.

Dengan adanya kedua jenis efek yang berbahaya ini maka setiap aplikasi radiasi harus diatur dan diawasi melalui suatu sistem pengawasan keselamatan yang ketat agar aplikasi tersebut tidak membahayakan nyawa, harta benda dan lingkungan hidup. Sistem pengawasan tersebut diberikan oleh proteksi dan keselamatan radiasi, yang merupakan gabungan aplikasi praktis dari berbagai disiplin ilmu seperti fi sika, kimia, biologi, dan juga dari ilmu medik.

Secara lebih umum, proteksi dan keselamatan radiasi pada dasarnya merupakan penerapan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja khusus untuk aplikasi di bidang ketenaganukliran. Karena itu, istilah ‘proteksi dan keselamatan radiasi’ dapat pula disebut sebagai ‘Keselamatan dan Kesehatan Kerja Radiasi (K3 Radiasi)’.

Buku ini akan membahas berbagai aspek proteksi dan keselamatan radiasi pada aplikasi ketenaganukliran di rumah sakit. Namun sebelumnya diuraikan terlebih dahulu mengenai konsep dasar radiasi pengion. Pengetahuan mengenai konsep dasar ini sangat penting dalam memahami proses yang terjadi pada suatu peralatan medik di rumah sakit yang menggunakan sumber radiasi, jenis-jenis sumber radiasi, cara mengukur dosis radiasi dan efek kesehatan radiasi yang telah disinggung dengan singkat di atas.

Selanjutnya diuraikan mengenai ketentuan umum proteksi dan keselamatan radiasi. Prinsip proteksi radiasi akan menjelaskan bahwa iptek

Page 13: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

3

proteksi dan keselamatan radiasi disusun dengan dasar prinsip-prinsip yang jelas dan terukur, sementara uraian tentang proteksi radiasi eksternal dan proteksi radiasi internal akan memberikan pemahaman tentang cara dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penerimaan dosis radiasi pada individu dari sumber radiasi baik yang ada di luar tubuh maupun yang telah masuk ke dalam tubuh.

Dalam ketentuan umum proteksi radiasi diuraikan pula berbagai upaya dan tindakan proteksi radiasi yang dipersyaratkan dan harus dilaksanakan berdasar peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, yaitu yang ditetapkan dalam peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Persyaratan tersebut meliputi pembagian daerah kerja, pemantauan pajanan daerah kerja dan radioaktivitas lingkungan, pemantauan dosis pekerja, pemantauan kesehatan pekerja radiasi, penerapan penghambat dosis dan tingkat rujukan diagnostik.

Penerapan upaya proteksi dan keselamatan radiasi pada aplikasi ketenaganukliran di rumah sakit terdiri atas penerapan pada aplikasi radiodiagnostik, radio terapi dan kedokteran nuklir.

Meski pun sebenarnya aplikasi kedokteran nuklir bisa berupa diagnostik dan terapi, sumber radioaktif terbuka yang digunakannya memerlukan penanganan yang ekstra hati-hati dibanding penanganan sumber radiasi dan sumber radioaktif tertutup yang digunakan pada aplikasi diagnostik dan terapi. Dalam hal ini, sumber radioaktif terbuka adalah sumber radioaktif yang tidak permanen tertutup di dalam suatu kapsul, atau tidak terikat kuat dalam satu bentuk padatan, sehingga mempunyai kemungkinan untuk dapat menyebar ke lingkungan jika tidak ditangani dengan hati-hati. Sumber radioaktif tertutup, sementara itu, adalah sumber radioaktif yang secara permanen tertutup di dalam suatu kapsul atau terikat kuat dalam satu bentuk padatan sehingga tidak bocor dalam kondisi pemakaiannya.

Pada bagian akhir diberikan daftar bacaan yang dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca sekalian terhadap penerapan

Page 14: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

4

proteksi dan keselamatan radiasi di rumah sakit ini. Berbagai buku yang tercantum pada daftar bacaan tersebut sebagian besar terbitan IAEA, karena memang pedoman dalam aplikasi proteksi dan keselamatan radiasi di dunia ini mengacu pada dokumen yang diterbitkan IAEA tersebut.

Page 15: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

5

BAB IIKONSEP DASAR RADIASI PENGION

2.1. Atom dan Inti Atom

Jika semua bahan (materi) yang ada di alam ini dipotong-potong hingga sekecil-kecilnya, akan diperoleh bagian dari materi yang disebut atom. Atom adalah bagian terkecil dari suatu materi yang memiliki sifat dasar dari materi tersebut. Di alam, atom-atom akan terikat oleh suatu ikatan kimia dalam proporsi tertentu untuk membentuk molekul. Sebagai contoh, air atau H2O adalah molekul yang terdiri atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Sampai saat ini telah diketahui 92 atom yang terbentuk secara alamiah, dan beberapa atom lain yang dibuat manusia.

Banyak teori yang telah dikembangkan untuk mempelajari sifat dan karakteristik atom, namun yang paling sering digunakan adalah model atom Bohr. Menurut Niels Bohr, atom terdiri atas inti atom dan elektron-elektron yang mengelilinginya pada orbit atau kulit tertentu. Inti atom sendiri terdiri atas proton dan neutron, yang masing-masing sering pula disebut sebagai nukleon (pembentuk inti). Gambar 2.1 memperlihatkan model atom yang dikembangkan Bohr.

Gambar 2.1. Model atom Bohr

Page 16: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

6

Setiap kulit elektron mempunyai tingkat energi tertentu. Semakin luar kulit dari inti atom, tingkat energinya semakin tinggi. Karena itu, elektron-elektron di suatu atom akan selalu berusaha untuk menempati kulit yang lebih dalam. Kulit terdalam (terdekat dengan inti atom) disebut kulit K, orbit berikutnya (menjauhi inti atom) disebut kulit L, kulit M dan seterusnya. Atom ada dalam keadaan stabil bila setiap kulit yang lebih dalam berisi penuh dengan elektron sesuai dengan kapasitasnya. Sebaliknya, jika suatu kulit elektron masih belum penuh namun terdapat elektron di kulit yang lebih luar, maka atom tersebut dikatakan tidak stabil, atau disebut juga atom dalam keadaan tereksitasi.

Elektron dapat berpindah dari satu kulit ke kulit lainnya. Perpindahan elektron dari satu kulit ke kulit lain ini disebut transisi elektron. Transisi elektron dari kulit lebih luar ke kulit lebih dalam akan memancarkan energi, sebaliknya transisi elektron dari kulit lebih dalam ke kulit lebih luar akan membutuhkan energi.

Jika atom menerima energi dari luar, di dalam atom itu akan terjadi eksitasi atau ionisasi. Eksitasi adalah peristiwa perpindahan elektron dari kulit dalam ke kulit luar sehingga atom menjadi atom yang tereksitasi. Peristiwa ini terjadi jika energi yang datang lebih besar dari selisih tingkat energi antara kulit lebih dalam dan kulit lebih luar. Sedang ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari ikatan atomnya sehingga atom menjadi ion. Ion negatif adalah elektron yang terlepas dari ikatan atomnya, sedang ion positif adalah atom yang tidak netral karena kehilangan/kekurangan elektron. Peristiwa ini dapat terjadi jika energi yang datang lebih besar dari energi yang diperlukan atom untuk mengikat elektronnya. Gambar 2.2 memperlihatkan proses eksitasi dan ionisasi ini.

Page 17: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

7

Gambar 2.2. Proses ionisasi (kiri) dan eksitasi (kanan).

Dipandang dari segi massa, massa suatu atom terkonsentrasi pada intinya, karena massa elektron sangat kecil dan dapat diabaikan bila dibandingkan dengan massa proton maupun neutron. Namun, bila dipandang dari segi muatan listriknya, muatan atom ditentukan oleh jumlah proton dan jumlah elektronnya. Bila jumlah proton sama dengan jumlah elektron, maka muatan atom tersebut nol sehingga dinamakan atom netral. Bila jumlah protonnya tidak sama dengan jumlah elektron, maka dinamakan atom tidak netral atau ion.

Jumlah proton menentukan sifat kimia dari atom, dan karena itu disebut sebagai unsur. Setiap unsur dituliskan sesuai dengan lambang atomnya. Misal, unsur hidrogen dilambangkan H, emas dilambangkan Au (dari kata Aurum), dan seterusnya.

Selain diberi lambang, setiap unsur juga diberi nomor, disebut nomor atom dan dilambangkan Z, berdasarkan jumlah proton yang dimilikinya. Misal, hidrogen diberi nomor 1, emas diberi nomor 79.

Page 18: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

8

Jumlah proton dan neutron diberi lambang A, sedang jumlah neutron diberi lambang N, dengan N = A – Z.

Setiap unsur (yang memiliki jumlah proton tertentu) tidak harus memiliki jumlah neutron yang sama. Sebagai contoh, unsur fosfor (P) yang memiliki nomor atom 15, dapat memiliki 13 hingga 19 neutron. Karena adanya variasi jumlah neutron ini, maka istilah unsur (yang hanya mengacu pada jumlah proton) diperluas menjadi istilah nuklida (yang mengacu pada jumlah proton dan jumlah neutron). Dengan demikian, penulisan lengkap dari nuklida X adalah:

AXZ

Misal, nuklida 4 He2 adalah atom helium yang memiliki nomor massa

4 dan nomor atom 2. Nuklida 60

Co27 adalah atom kobalt yang memiliki nomor massa 60 dan nomor atom 27.

Karena nomor atom dan lambang atom (nama atom) memberikan informasi yang sama, maka nomor atom biasanya tidak ditulis lagi, sehingga menjadi

4He atau 60 Co. Lebih lanjut, karena ‘angka di atas’ (superscripts) sering memperlambat penulisan, maka disederhanakan lagi menjadi He-4 atau Co-60.

Dalam hal inti atom, banyak teori yang telah dikembangkan untuk mempelajari inti atom, namun yang paling berkaitan dengan pembahasan radiasi adalah model orbit. Menurut model ini, nukleon (proton dan neutron) berada pada tingkat energi tertentu di dalam inti, dan berinteraksi satu sama lain. Model ini sama dengan model orbit (kulit) untuk elektron.

Inti atom memiliki gaya inti, atau gaya antar nukleon, yang mengikat nukleon. Gaya inti sangat kuat tapi jangkauannya sangat pendek. Gaya inilah yang menyebabkan inti tetap dalam keadaan stabil meski ada gaya tolak elektrostatis antar sesama proton yang dapat menghancurkan inti.

Page 19: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

9

Komposisi jumlah proton dan neutron pada inti atom sangat mempengaruhi kestabilan inti atom. Inti atom dikatakan stabil bila komposisi jumlah proton dan neutronnya sudah “seimbang” serta tingkat energinya sudah berada pada keadaan dasar. Secara umum, inti atom berada pada keadaan stabil bila jumlah protonnya “sama dengan” jumlah neutronnya. Bila terdapat kelebihan jumlah proton, atau kelebihan jumlah neutron, inti akan menjadi tidak stabil.

Inti yang tidak stabil akan berusaha untuk mencapai kondisi stabil dengan memancarkan radiasi, baik berupa gelombang elektromagnetik (sinar-X, sinar gamma) maupun partikel (alfa, beta, neutron). Proses perubahan dari inti atom yang tidak stabil menjadi stabil disebut peluruhan radioaktif. Nuklida yang tidak stabil disebut sebagai radionuklida, isotop yang tidak stabil disebut radioisotop, sedang bahan yang mengandung radionuklida atau radioisotop dalam jumlah yang cukup banyak disebut bahan radioaktif.

Fenomena menarik dari atom dan inti atom adalah terjadinya pancaran sinar-X dan sinar gamma. Sinar-X dan sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik, yang sering disebut pula sebagai foton. Sinar-X dan sinar gamma pada dasarnya memiliki sifat yang sama, kecuali berbeda dalam proses pembentukannya. Jika sinar gamma berasal dari perubahan dalam inti, sinar-X terbentuk ketika elektron atom mengalami perubahan dalam orbitnya.

Sinar-X dibedakan atas sinar-X karakteristik dan bremsstrahlung. Sinar-X karakteristik dipancarkan oleh atom yang tereksitasi. Sesaat setelah eksitasi terjadi, elektron yang tereksitasi dari suatu orbit ke orbit yang lebih luar, dalam waktu yang singkat akan kembali ke orbit semula. Pada saat kembali ini energi yang berlebih akan dipancarkan dalam bentuk sinar-X karakteristik. Gambar 2.3 memperlihatkan proses pembentukan sinar-X karakteristik ini.

Page 20: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

10

Bremsstrahlung (istilah bahasa Jerman) terjadi bila radiasi beta atau elektron yang datang dibelokkan oleh inti atom. Elektron yang dibelokkan tersebut akan berkurang energinya, sehingga menyebabkan terjadinya pancaran sinar-X bremsstrahlung. Berbeda dengan sinar-X karakteristik yang energinya dipancarkan secara diskrit, bremsstrahlung dipancarkan secara terus menerus, sehingga disebut pula sebagai sinar-X kontinyu. Gambar 2.4 memperlihatkan proses pembentukan bremsstrahlung atau sinar-X kontinyu ini.

Gambar 2.3. Proses pembentukan sinar-X karakteristik

Gambar 2.4.. Proses pembentukan bremsstrahlung.

Page 21: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

11

2.2. Radioaktivitas dan Sumber Radiasi

2.2.1. RadioaktivitasRadioaktivitas adalah peluruhan spontan inti atom yang tidak stabil yang akan menyebabkan terbentuknya nuklida baru. Peluruhan ini terjadi karena komposisi jumlah proton dan neutron yang tidak seimbang. Dalam hal ini, inti tidak stabil tersebut akan memancarkan radiasi alfa (a) atau radiasi beta (b). Setelah memancarkan radiasi alfa atau beta, adakalanya inti atom masih memiliki kelebihan energi (belum mencapai tingkat energi dasarnya). Dalam usahanya untuk mencapai tingkat energi dasar, pemancaran radiasi alfa atau beta dapat disertai dengan pemancaran radiasi gamma.

Radiasi alfa (a) adalah radiasi berupa partikel yang terdiri atas 2 proton dan 2 neutron. Pada dasarnya, radiasi alfa adalah inti helium yang bersimbol

4 He2 . Radionuklida yang meluruh dengan memancarkan radiasi alfa akan kehilangan 2 proton dan 2 neutron, serta membentuk nuklida baru.

Radiasi beta (b) berupa partikel, yang dapat bermuatan negatif atau bermuatan positif. Partikel beta bermuatan negatif identik dengan elektron, sedang partikel beta bermuatan positif, disebut positron, identik dengan elektron yang bermuatan positif.

Dalam proses peluruhan radiasi beta negatif (elektron), terjadi perubahan neutron menjadi proton di dalam inti atom. Sedang dalam proses peluruhan radiasi beta positif (positron), terjadi perubahan proton menjadi neutron di dalam inti atom.

Seperti elektron, nukleon juga bisa tereksitasi jika menerima radiasi. Ketika nukleon yang tereksitasi kembali ke tingkat energi asal, terjadi pancaran foton (gelombang elektromagnetik) yang energinya sama dengan perbedaan energi antara tingkat energi

Page 22: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

12

eksitasi dengan tingkat energi asal. Foton yang terpancar ini disebut sebagai sinar gamma atau radiasi gamma.

Namun berbeda dengan radiasi alfa dan beta, radiasi gamma (g) tidak menyebabkan perubahan nomor atom maupun nomor massa, karena radiasi gamma merupakan foton (gelombang elektromagnetik), yang tidak bermuatan dan tidak bermassa. Peluruhan ini terjadi karena energi inti atom tidak berada pada keadaan dasarnya; dengan kata lain, energi inti atom berada pada tingkat tereksitasi (isomer). Pada umumnya, peluruhan gamma ini terjadi setelah peristiwa peluruhan alfa atau beta.

Telah diketahui bahwa inti atom yang tidak stabil, atau radionuklida, akan berubah menjadi stabil dengan memancarkan radiasi. Jumlah pengurangan atau peluruhan aktrivitas suatu nuklida yang terjadi dalam satu detik disebut sebagai aktivitas.

Satuan aktivitas dalam sistem internasional (SI) adalah becquerel (Bq), yang didefi nisikan sebagai satu disintegrasi (peluruhan) per detik (s-1). Satuan lama yang masih sering dijumpai adalah curie (Ci), dengan 1 Ci = 3,7 x1010 Bq.

Aktivitas suatu radionuklida setiap saat berkurang dengan mengikuti persamaan eksponensial sebagai berikut:

A = A0e-

dengan A menyatakan aktivitas pada waktu t, A0 menyatakan aktivitas awal dan l menyatakan konstanta peluruhan.

Waktu yang dibutuhkan agar aktivitas suatu bahan radioaktif berkurang menjadi separo dari aktivitas awalnya disebut sebagai waktu paro. Waktu paro setiap radionuklida bersifat unik dan tidak berubah. Misalnya, waktu paro Co-60 adalah 5,27 tahun dan waktu paro Cs-137 adalah 30 tahun.

Page 23: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

13

Waktu paro ditentukan oleh suatu konstanta peluruhan, l, yang juga unik untuk setiap radionuklida Hubungan antara waktu paro, T1/2, dan konstanta peluruhan, l, adalah:

2.2.2. Sumber RadiasiRadiasi merupakan unsur penting dalam kehidupan di dunia ini, dan menjadi bagian dari kehidupan itu sendiri. Ada dua sumber utama sumber radiasi di dunia ini, yaitu sumber radiasi alami dan sumber radiasi buatan.

Radiasi alami merupakan radiasi yang telah ada di bumi ini dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia. Radiasi alami terdiri atas radiasi kosmik - radiasi yang berasal dari luar angkasa termasuk matahari, radiasi primordial - radiasi yang berasal dari dalam bumi sendiri, dan radiasi interna - radiasi yang telah ada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan, dan juga yang masuk ke dalam tubuh manusia secara ingesi (penelanan), inhalasi (penghirupan), atau luka terbuka. Radiasi buatan adalah sumber radiasi yang dengan sengaja dibuat oleh manusia untuk berbagai kepentingan, termasuk kepentingan militer (senjata nuklir), kedokteran (radiodiagnostik, radio terapi dan kedokteran nuklir), pembangkitan listrik (PLTN), dan lain-lain.

Secara global, Tabel 2.1 memperlihatkan dosis radiasi yang diterima manusia di dunia ini dari sumber alami rata-rata dalam satu tahun, sedang Tabel 2.2 memperlihatkan dosis radiasi per kapita tahunan yang diterima setiap penduduk dunia dari radiasi buatan.

Page 24: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

14

Tabel 2.1. Dosis rata-rata dari sumber radiasi alam.

Sumber Dosis rerata tahunan

(mSv)Rentang dosis

(mSv)Inhalasi (gas radon) 1,26 0,2 – 1,0

Terestrial eksternal 0,48 0,3 – 1,0

Ingesi 0,29 0,2 – 1,0

Radiasi kosmik 0,39 0,3 – 1,0

Total 2,4 1,0 – 13

Tabel 2.2. Dosis radiasi per kapita tahunan sumber radiasi buatan.

Sumber Dosis rerata

tahunan (mSv)Rentang dosis (mSv)

Diagnosis medik 0,5 0 – beberapa puluh

Percobaan atmosfer senjata nuklir 0,005Masih besar di sekitar

lokasi percobaan

Pajanan kerja 0,005 ~0 – 20

Kecelakaan Chernobyl 0,002 -

Daur bahan bakar nuklir 0,0002 -

Total 0,6 ~0 – beberapa puluh

2.3. Dosimetri Radiasi

Dosimetri merupakan cabang salah satu cabang ilmu yang secara kuantitatif berupaya untuk menentukan jumlah energi yang mengendap pada suatu bahan tertentu oleh radiasi pengion. Sejumlah besaran dan satuan dengan demikian perlu didefi nisikan untuk menguraikan proses pengendapan energi tersebut.

Page 25: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

15

Besaran fi sik merupakan besaran yang menggambarkan sifat penyerapan energi pada suatu bahan. Namun demikian, untuk kepentingan proteksi radiasi diperlukan suatu besaran yang dapat digunakan untuk mengkaji hubungan dosis dengan risiko kesehatan akibat penyerapan energi tersebut. Untuk ini diperkenalkan suatu besaran yang disebut dengan besaran proteksi. Besaran proteksi secara operasional ternyata tidak dapat diukur secara langsung pada jaringan tubuh. Untuk kepentingan pengukuran langsung selanjutnya diperkenalkan besaran operasional, yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengkaji dosis pada besaran proteksi.

2.3.1. Besaran fi sikBesaran fi sik yang penting adalah kerma dan dosis serap. Kerma adalah singkatan dari kinetic energy released per unit mass, atau energi kinetik yang dilepaskan per satuan massa. Besaran ini merupakan besaran yang berlaku untuk radiasi tak langsung seperti foton dan neutron, dan mengkuantifi kasi jumlah energi rata-rata yang dialihkan dari radiasi tak langsung ke radiasi langsung tanpa mempedulikan apa yang terjadi setelah pengalihan berlangsung.

Dalam proses ini dapat dijelaskan bahwa energi foton diberikan ke suatu bahan melalui proses dua tahap. Pada tahap pertama radiasi foton mengalihkan energinya sebagai energi kinetik ke partikel bermuatan sekunder (elektron) melalui tiga jenis interaksi foton (efek fotolistrik, efek Compton dan produksi pasangan). Pada tahap kedua, partikel bermuatan bermuatan mengalihkan energi kinetiknya dalam bentuk elektron dan positron ke bahan melalui proses eksitasi dan ionisasi. Kerma merupakan proses tahap pertama, sedang tahap kedua disebut sebagai dosis serap.

Jika pada proses pengalihan energi dari radiasi tak langsung ke suatu bahan merupakan proses tahap kedua, dosis serap merupakan tahapan langsung pengalihan energi pada radiasi langsung alfa

Page 26: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

16

dan beta. Dosis serap didefi nisikan sebagai energi rata-rata radiasi yang diserap pada suatu titik dari bahan per satuan massa bahan tersebut.

Pada sistem internasional (SI), kerma dan dosis serap masing-masing memiliki satuan joule per kilogram (J/kg), dengan nama khusus gray (Gy).

2.3.2. Besaran ProteksiBesaran proteksi adalah besaran yang digunakan untuk tujuan penentuan nilasi batas dosis, dan terdiri atas dosis serap organ, dosis ekivalen dan dosis efektif.

Dosis Serap Organ, DT

Dosis serap organ, DT, memiliki defi nisi yang hampir sama dengan dosis serap, kecuali ditetapkan dirata-ratakan ke seluruh jaringan atau organ. Karena itu, dosis serap organ juga dapat disebut sebagai dosis serap rata-rata. Satuan dosis serap organ adalah J/kg atau Gy.

Dosis Ekivalen, HT

Penggunaan dosis rata-rata sebagai indikator peluang efek stokastik bergantung pula pada kelinieran hubungan dosis-tanggapan. Hubungan ini tidak linier untuk efek deterministik, sehingga dosis serap rata-rata tidak sertamerta relevan untuk efek deterministik kecuali jika dosisnya tersebar merata di seluruh jaringan atau organ.

Peluang terjadinya efek stokastik diketahui bergantung, tidak hanya pada dosis serap, namun juga pada jenis dan energi radiasi yang datang. Dosis serap dari radiasi yang berbeda akan memberikan efek biologik yang berbeda pula di dalam organ atau jaringan tubuh Untuk memperhitungkan kedua parameter terakhir ini diperkenalkan faktor bobot radiasi, wR. Dosis serap rata-rata

Page 27: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

17

dari radiasi R pada organ atau jaringan T disebut dosis ekivalen, dan merupakan hasil kali dari dosis serap rata-rata dengan faktor bobot radiasi.

Satuan dosis ekivalen dalam SI adalah joule per kilogram (J/kg), dengan nama khusus sievert (Sv). Satuan lama untuk dosis ekivalen adalah rem, dengan 1 Sv = 100 rem. Tabel 2.3 memberikan faktor bobot radiasi yang diberikan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiologik (ICRP) pada publikasi 103 yang terbit tahun 2007.

Tabel 2.3. Faktor bobot radiasi, wR

Jenis radiasi Faktor bobot radiasi, wR

Foton 1Elektron, muon 1Proton, pion bermuatan 2Alfa, fragmen fi si, ion berat 20Neutron Fungsi energi neutron **)

**) Lihat Gambar 2.5.

Dosis Efektif, EKarena hubungan antara peluang terjadinya efek stokastik dan dosis ekivalen diketahui bergantung pula pada organ atau jaringan tersinar, besaran selanjutnya ditentukan untuk menunjukkan kombinasi berbagai dosis dengan berbagai jaringan yang berbeda sedemikian rupa sehingga berkorelasi langsung dengan efek stokastik total. Besaran ini disebut dosis efektif, E, dan merupakan hasil kali dosis ekivalen di jaringan atau organ dengan faktor bobot jaringan yang sesuai. Tabel 2.4 memberikan faktor bobot radiasi yang diberikan oleh ICRP pada publikasi 103 yang terbit tahun 2007.

Page 28: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

18

Gambar 2.5. Faktor bobot radiasi neutron sebagai fungsi energi.

Seperti dosis ekivalen, satuan dosis efektif dalam SI adalah joule per kilogram (J/kg), dengan nama khusus sievert (Sv). Satuan lama untuk dosis ekivalen adalah rem, dengan 1 Sv = 100 rem.

2.3.3. Besaran OperasionalBesaran dosis operasional adalah besaran yang digunakan untuk tujuan praktis dalam proteksi radiasi eksternal, dan terdiri atas besaran untuk tujuan pemantauan daerah kerja dan pemantauan individu.

Dosis tara ambien, H*(d)Dosis tara ambien, H*(d), adalah dosis tara yang digunakan untuk pemantauan daerah kerja dan untuk radiasi dengan daya tembus kuat seperti gamma dan neutron. Besaran ini dipandang telah memadai dalam memenuhi tujuan untuk memperkirakan pemenuhan nilai batas dosis yang berlaku.

Page 29: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

19

Kedalaman d yang direkomendasikan adalah 10 mm, sehingga H*(d) ditulis sebagai H*(10).

Tabel 2.4. Faktor bobot jaringan, wT

Jaringan atau organ Faktor bobot jaringan, wT

Gonad 0,08Sumsum tulang (merah), kolon, paru-paru, lambung 0,12Payudara 0,12Bladder, esofagus, hati, tiroid 0,04Permukaan tulang, kulit 0,01Otak, kelenjar ludah 0,01Jaringan sisa *) 0,12

Total 1,00*) Jaringan sisa: adrenalin, ekstratoraksik, gall bladder, jantung, ginjal, lymph nodes, otot,

mukosa oral, prostat (laki), usus kecil, limpa, thymus, uterus/ serviks (pr.)

Dosis tara berarah, H’(d,W) Dosis tara berarah, H’(d,W), adalah dosis tara yang juga digunakan pada pemantauan daerah kerja, namun berlaku hanya untuk radiasi tembus lemah seperti beta dan sinar-X lemah. Kedalaman d yang direkomendasikan adalah 0,07 mm, sehingga H’(d,W) ditulis sebagai H’(0,07,W).

Dosis tara perorangan, Hp(d)Dosis tara perorangan, Hp(d), adalah dosis tara pada jaringan di bawah titik tertentu tubuh pada kedalaman d. Besaran ini digunakan pada pemantauan radiasi perorangan, dan berlaku baik untuk radiasi tembus kuat maupun lemah. Untuk radiasi tembus kuat kedalaman yang direkomendasikan adalah 10 mm, sehingga Hp(d) ditulis sebagai Hp(10), sedang untuk radiasi tembus lemah kedalamannya 0,07 mm sehingga Hp(d) ditulis sebagai Hp(0,07).

Page 30: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

20

Untuk lensa mata kedalaman yang direkomendasikan adalah 3 mm, sehingga Hp(d) ditulis sebagai Hp(3). Penempatan alat ukur untuk Hp(3) ini sangat penting terutama dalam kaitannya dengan pengukuran dosis pada lensa mata yang dapat diterima oleh pekerja medik pada pemeriksaan fl uoroskopi atau intervensional.

2.4. Efek Kesehatan Radiasi

Interaksi radiasi pengion dengan tubuh manusia akan mengakibatkan terjadinya efek kesehatan. Efek kesehatan ini, yang dimulai dengan peristiwa yang terjadi pada tingkat molekuler, akan berkembang menjadi gejala klinis. Sifat dan keparahan gejala, dan juga waktu kemunculannya, sangat bergantung pada jumlah dosis radiasi yang diserap dan laju penerimaannya.

2.4.1. Efek DeterministikEfek deterministik terjadi akibat adanya kematian sel sebagai akibat pajanan radiasi sekujur maupun lokal. Efek ini terjadi bila dosis radiasi yang diterima tubuh melebihi nilai dosis ambang untuk terjadinya efek ini (lihat Gambar 2.6). Efek ini juga terjadi pada individu yang terpajan dalam waktu yang tidak lama setelah pajanan terjadi, dan tingkat keparahannya akan meningkat jika dosis yang diterimanya juga makin besar. Berikut adalah beberapa organ yang dapat mengalami efek deterministik.

Gambar 2.6. Efek deterministik radiasi.

Page 31: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

21

KulitEfek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis. Beberapa jenis efek radiasi yang dijumpai pada kulit diberikan pada Tabel 2.5.

MataLensa mata merupakan bagian mata yang sangat sensitif terhadap radiasi. Terjadinya kekeruhan (katarak) atau hilangnya sifat transparansi lensa mata sudah mulai terdeteksi setelah pajanan radiasi rendah sekitar 0,5 Gy, bersifat kumulatif dan dapat berkembang hingga terjadi kebutaan. Katarak dapat terjadi setelah masa laten sekitar 6 bulan hingga 35 tahun, dengan rata-rata sekitar 3 tahun.

Tabel 2.5. Efek radiasi pada kulit.

Efek Radiasi Rentang dosis (Gy) Waktu

Kemerahan (eritem)Kerontokan (epilasi) dan pengelupasan kulit (deskuamasi kering)Pelepuhan (blister) dan bernanah (deskuamasi basah)Kematian jaringan (nekrosis)

2-33-8

12-20

>20

6-24 jam3-6 minggu

4-6 minggu

10 minggu

ParuParu adalah organ yang relatif sensitif terhadap pajanan radiasi eksternal maupun internal. Efek berupa pneumonitis (radang paru) biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan. Efek utamanya adalah pneumonitis interstisial yang dapat diikuti dengan terjadinya fi brosis (jaringan ikat) sebagai akibat dari rusaknya sistem vaskularisasi sel kapiler dan jaringan ikat yang dapat berakhir dengan kematian.

Page 32: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

22

Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan paru akut biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy. Dosis ambang tunggal 6-7 Gy dianggap sebagai dosis ambang terjadinya penumonitis akut.

Organ reproduksiEfek deterministik pada gonad atau organ reproduksi pria adalah kemandulan. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang dihasilkan. Dosis radiasi sebesar 0,15 Gy merupakan dosis ambang kemandulan sementara karena sudah mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma selama beberapa minggu. Dosis ambang kemandulan tetap diperkirakan sekitar 3,5 – 6 Gy.

Selain kemandulan, radiasi juga dapat mengakibatkan terjadinya menopause dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi. Disamping itu juga diketahui bahwa pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin sensitif terhadap radiasi.

TiroidTiroid atau kelenjar gondok merupakan organ yang berfungsi mengatur proses metabolisme tubuh melalui hormon tiroksin yang dihasilkannya. Jika terjadi inhalasi isotop yodium, zat radioaktif ini akan terakumulasi di dalam tiroid dan menyebabkan tiroidis akut dan hipotiroidism. Dosis ambang untuk tiroidis akut sekitar 200 Gy.

JaninEfek deterministik pada janin sangat bergantung pada usia kehamilan saat janin menerima pajanan radiasi. Pada usia kehamilan 0-2 minggu, dosis radiasi sekitar 0,05 Gy akan menyebabkan kematian. Dosis radiasi yang sama yang diterima

Page 33: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

23

pada usia kehamilan 2-7 minggu akan menimbulkan malformasi organ tubuh. Sedang pada usia kehamilan 8-25 minggu akan terjadi retardasi mental jika janin menerima dosis sekitar 0,1 – 0,6 Gy.

2.4.2. Efek StokastikBerbeda dengan efek deterministik, efek stokastik tidak mengenal dosis ambang. Serendah apa pun dosis radiasi yang diterima, selalu ada peluang untuk terjadinya perubahan pada sistem biologik baik pada tingkat molekuler mau pun seluler (lihat Gambar 2.7). Dalam hal ini yang terjadi bukan kematian sel namun perubahan sel dengan fungsi yang berbeda.

Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel somatik, maka sel tersebut dalam jangka waktu yang lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi kanker. Periode laten untuk terjadinya induksi leukemia, salah satu jenis kanker, diperkirakan sekitar 8 tahun, dan dua atau tiga kali lebih panjang untuk kanker solid (padat) seperti kanker payudara atau kanker tulang.

Kanker akibat radiasi pada dasarnya tidak berbeda dengan kanker akibat mekanisme lain. Karena itu, kebolehjadian induksi kanker hanya dapat dilihat secara epidemiologi berdasar kejadian berlebih secara statistik di atas kejadian alamiah atau spontan.

Gambar 2.7. Efek stokastik radiasi.

Page 34: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

24

Jika sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat sel terubah ini dapat diwariskan ke keturunannya sehingga timbul efek genetik atau efek terwaris. Pada berbagai percobaan di laboratorium dengan hewan percobaan terbukti bahwa efek ini bisa terjadi. Namun, bahkan dari studi terhadap para korban yang selamat dari bom atom di Jepang, efek terwaris ini belum terbukti terjadi pada manusia.

Secara umum, dengan demikian, selain tidak memiliki dosis ambang, efek stokastik muncul setelah masa laten yang cukup lama, dan keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi yang datang, meski peluang terjadinya lebih besar pada dosis yang lebih tinggi.

2.4.3. Sindroma Radiasi AkutSindroma radiasi akut (SRA) merupakan efek yang terjadi jika seluruh tubuh menerima dosis radiasi sekitar 1 Gy atau lebih, dan dapat berakhir dengan kematian dalam waktu yang singkat. Kematian terjadi sebagai akibat kerusakan dan kematian sel organ dan sistem vital tubuh dalam jumlah yang banyak.

SRA terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama adalah fase inisial atau sindroma prodromal, dengan gejala hilangnya napsu makan, rasa mual, muntah dan diare; gejala yang bersifat umum dan tidak bisa dibedakan dari gejala penyakit yang lain. Mual dan muntah terjadi 2-3 jam setelah pajanan dosis 1-2 Gy pada sekitar 50% pasien, atau 1-2 jam setelah pajanan 2-4 Gy pada sekitar 75-80% pasien.

Tahap kedua adalah fase laten, suatu periode dimana pasien tidak mengalami gejala apapun setelah sindroma prodromal selesai. Lama fase ini tidak pasti dan bergantung pada dosis yang diterima. Makin besar dosis makin singkat fase latennya.

Page 35: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

25

Tahap ketiga adalah fase dimana SRA itu sendiri muncul. Fase manifestasi kerusakan sistem tubuh ini dapat digolongkan atas tiga tingkat keparahan, yaitu:a. Sindroma sistem pembentukan darah (hematopoietic

syndrome). Dosis ambang sindroma ini adalah 1 Gy dan menyebabkan jumlah sel darah menurun setelah 2-4 minggu. Dosis sekitar 2 Gy dapat menyebabkan kematian dalam waktu 2-8 minggu.

b. Sindroma sistem pencernaan (gastrointestinal syndrome). Dosis ambang sindroma ini sekitar 5 Gy dalam waktu 3-5 hari, dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu 3 hari - 2 minggu dengan dosis ambang 10 Gy.

c. Sindroma sistem syaraf pusat (central nervous system syndrome). Dosis ambang untuk sindroma ini sekitar 20 Gy dan muncul dalam waktu kurang dari 3 jam.

Secara umum diketahui pula bahwa jika dosis radiasi seluruh tubuh yang diterima antara 6-10 Gy, kebanyakan individu akan mengalami kematian kecuali jika segera mendapat pertolongan medik yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan. Namun pada dosis di atas 10 Gy, kematian akan terjadi meskipun telah dilakukan usaha seperti transplantasi sumsum tulang dari donor yang sesuai.

Page 36: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

26

BAB IIIKETENTUAN UMUM PROTEKSI DAN

KESELAMATAN RADIASI

3.1. Prinsip Proteksi Radiasi

Untuk mencapai tujuan proteksi dan keselamatan dalam pemanfaatan diperlukan prinsip utama proteksi radiasi. Kerangka konseptual dalam prinsip proteksi radiasi ini terdiri atas pembenaran (justifi kasi), optimisasi proteksi, dan pembatasan dosis.

3.1.1. Pembenaran (justifi kasi)Suatu pemanfaatan harus dapat dibenarkan jika menghasilkan keuntungan bagi satu atau banyak individu dan bagi masyarakat terpajan untuk mengimbangi kerusakan radiasi yang ditimbulkannya. Kemungkinan dan besar pajanan yang diperkirakan timbul dari suatu pemanfaatan harus diperhitungkan dalam proses pembenaran.

Pajanan medik, sementara itu, harus mendapat pembenaran dengan menimbang keuntungan diagnostik dan terapi yang diharapkan terhadap kerusakan radiasi yang mungkin ditimbulkan. Keuntungan dan risiko dari teknik lain yang tidak melibatkan pajanan medik juga perlu diperhitungkan.

3.1.2. OptimisasiDalam kaitan dengan pajanan dari suatu sumber tertentu dalam pemanfaatan, proteksi dan keselamatan harus dioptimisasikan agar besar dosis individu, jumlah orang terpajan, dan kemungkinan terjadinya pajanan ditekan serendah mungkin (ALARA, as low as reasonably achievable), dengan memperhitungkan faktor ekonomi dan sosial, dan dengan pembatasan bahwa dosis yang diterima sumber memenuhi penghambat dosis. Dalam hal pajanan

Page 37: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

27

medik, tujuan optimisasi adalah untuk melindungi pasien. Dosis harus dioptimisasikan konsisten dengan hasil yang diinginkan dari pemeriksaan atau pengobatan, dan risiko kesalahan dalam pemberian dosis dijaga serendah mungkin.

3.1.3. Pembatasan dosisJika prosedur pembenaran dan optimisasi telah dilakukan dengan benar, sebenamya nilai batas dosis hampir tidak perlu diberlakukan. Namun, nilai batas ini dapat memberikan batasan yang jelas untuk prosedur yang lebih subyektif ini dan juga mencegah kerugian individu yang berlebihan, yang dapat timbul akibat kombinasi pemanfaatan.

Nilai batas dosis (NBD) adalah dosis terbesar yang diizinkan yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir. Prinsip pembatasan dosis tidak diberlakukan pada kegiatan intervensi (kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghindari terjadinya atau kemungkinan terjadinya pajanan radiasi) mengingat dalam pelaksanaan kegiatan ini melibatkan banyak pajanan radiasi yang tidak dapat dielakkan.

Nilai Batas Dosis (NBD) yang saat ini berlaku diberikan pada Tabel 3.1. Nilai pada aplikasi dosis efektif adalah NBD untuk penyinaran seluruh tubuh, dan dimaksudkan untuk mengurangi peluang terjadinya efek stokastik. Sedang nilai pada aplikasi dosis ekivalen tahunan adalah NBD untuk penyinaran organ atau jaringan tertentu, dan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya efek deterministik pada organ atau jaringan tersebut.

Page 38: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

28

Tabel 3.1. Nilai batas dosis.

Aplikasi Pekerja radiasi Masyarakat umum

Dosis efektif 20 mSv per tahun, dirata-ratakan selama periode 5 tahun1

1 mSv per tahun2

Dosis ekivalen tahunan pada:Lensa mataKulitTangan dan kaki

20 mSv500 mSv500 mSv

15 mSv50 mSv

-

1 Dengan ketentuan tambahan bahwa dosis efektif tidak melampaui 50 mSv dalam satu tahun tertentu. Pembatasan lebih lanjut berlaku untuk pajanan kerja bagi wanita hamil.

2 Dalam keadaan khusus, nilai dosis efektif yang lebih tinggi dapat diijinkan dalam satu tahun, asal rata-rata selama 5 tahun tidak melebihi 1 mSv per tahun.

3.2. Proteksi Radiasi Eksternal

Proteksi radiasi eksternal adalah upaya proteksi terhadap segala macam sumber radiasi yang berada di luar tubuh manusia, dan dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau beberapa teknik berikut, yaitu membatasi waktu pajanan, memperbesar jarak dari sumber, dan menggunakan penahan radiasi.

3.2.1. Waktu pajananPembatasan waktu pajanan untuk mengurangi bahaya radiasi eksternal didasarkan pada asumsi bahwa untuk suatu laju dosis yang konstan, dosis serap total sebanding dengan lamanya pajanan. Atau,

Dengan demikian, jika harus bekerja pada medan radiasi yang tinggi, pembatasan waktu pajanan harus dilakukan agar

Page 39: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

29

perkalian laju dosis dengan waktu pajanan tidak melebihi NBD yang berlaku. Jika, misalnya, seorang operator pesawat sinar-X diagnostik harus melakukan pekerjaan 5 hari seminggu pada medan radiasi sebesar 0,12 mSv/jam, pajanan berlebih dapat dicegah dengan membatasi waktu kerjanya hanya 40 menit per hari. Dengan pembatasan waktu kerja ini maka dosis yang diterima dalam satu hari menjadi 0,08 mSv, sehingga NBD per tahun sebesar 20 mSv tidak dilampaui (1 tahun kerja diasumsikan sama dengan 50 minggu).

Jika volume pekerjaan membutuhkan waktu pajanan yang lebih panjang, maka hal tersebut dapat dilaksanakan oleh dua orang pekerja secara bergiliran, atau operasi kerja harus diubah agar intensitas medan radiasi dapat diturunkan.

3.2.2. Jarak dari sumberJika lama operasi kerja sudah tertentu, upaya pengurangan bahaya radiasi eksterna dapat dilakukan dengan bekerja sedapat mungkin pada jarak yang sebesar-besarnya dari sumber. Untuk suatu sumber radiasi gamma berbentuk titik, atau jika jarak dari sumber gamma lebih dari sepuluh kali dimensi linier sumber yang terbesar, variasi laju dosis dengan jarak diberikan secara sederhana sebagai:

dengan dan adalah laju dosis di titik 1 dan 2, dan dan adalah jarak dari sumber di titik 1 dan 2. Rumusan sederhana

ini disebut sebagai hukum kebalikan jarak pangkat dua.

3.2.3. Penahan radiasiPenahan Radiasi AlfaEnergi kinetik partikel alfa yang dipancarkan selama peluruhan

Page 40: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

30

radioaktif umumnya memiliki jarak jangkau sangat pendek. Dengan jarak jangkau yang pendek itu, pajanan eksternal partikel alfa dapat ditahan cukup dengan selembar kertas atau bahan lain dengan ketebalan yang cukup tipis. Dengan kata lain, partikel alfa bukan merupakan persoalan dalam proteksi radiasi eksternal.

Penahan Radiasi BetaSecara umum radiasi beta dapat ditahan oleh selembar alumunium. Untuk perhitungan yang lebih teliti, tebal penahan radiasi dapat ditentukan dengan menggunakan kurva universal hubungan energi beta (MeV) dan jarak jangkau partikel beta (mg/cm2), seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Jika energi beta diketahui, maka jarak jangkaunya dapat diperkirakan dengan bantuan Gambar 3.1. Tebal penahan beta (dalam cm) selanjutnya dengan sederhana dapat dihitung dengan membagi nilai jarak jangkau (mg/cm2) dengan kerapatan bahan (mg/cm3). Bahan yang umumnya dipakai adalah bahan dengan nomor atom Z yang rendah seperti polietilen.

Gambar 3.1. Kurva jarak jangkau vs. energi untuk partikel beta.

Page 41: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

31

Penahan Radiasi GammaTidak seperti radiasi alfa dan beta, radiasi gamma memiliki jarak jangkau yang lebih jauh. Karena itu, radiasi gamma hanya dapat dihentikan oleh bahan yang cukup tebal seperti timbal (Pb).

Konsep lapisan nilai paro sangat berguna dalam perhitungan penahan radiasi gamma. Lapisan nilai paro (HVL, half value layer) adalah tebal yang diperlukan untuk mengurangi intensitas menjadi separo dari intensitas awal. Dengan demikian, satu HVL mengurangi intensitas menjadi separonya, dua HVL menjadi seperempatnya, tiga HVL menjadi seperdelapannya, dan seterusnya.

Selain itu diberikan pula lapisan nilai sepersepuluh (TVL, tenth value layer), yaitu tebal yang akan mengurangi intensitas awal menjadi sepersepuluhnya.

Penahan Sinar-XPenahan sinar-X terdiri atas dua kategori, yaitu pnahan sumber dan penahan struktur. Penahan sumber biasanya disediakan oleh pembuat pesawat sinar-X dalam bentuk penahan timbal dimana tabung pesawat ditempatkan. Sedang penahan struktur dirancang untuk melindungi bahaya akibat berkas langsung sinar X, radiasi bocor dan radiasi hamburnya.

Penahan struktur untuk melindungi bahaya akibat berkas langsung disebut sebagai penahan radiasi primer, sedang penahan radiasi bocor dan hambur disebut sebagai penahan radiasi sekunder. Dalam merancang penahan struktur ini digunakan konsep nilai batas dosis dalam perhitungannya. Nilai batas dosis yang digunakan bergantung pada ruangan atau daerah dibalik penahan. Jika ruangan dibalik penahan digunakan untuk staf, maka nilai batas dosis yang digunakan adalah 20 mSv per tahun, atau untuk keperluan perhitungan praktis dengan proses optimisasi proteksi

Page 42: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

32

menjadi 0,1 mGy per minggu. Sedang jika daerah dibalik penahan digunakan oleh masyarakat umum, maka nilai batas dosis yang digunakan adalah 1 mSv per tahun, atau untuk keperluan perhitungan praktis menjadi 0,02 mGy per minggu.

Beberapa parameter yang digunakan dalam perhitungan tebal penahan struktur adalah:a. tegangan maksimum (kV) operasi tabung pesawat sinar-X;b. arus maksimum (mA) operasi pesawat sinar-X;c. beban kerja (W), yang merupakan ukuran penggunaan

pesawat sinar-X (biasanya dinyatakan dalam satuan mA-menit per minggu);

d. faktor guna (U), yang merupakan fraksi beban kerja selama berkas utama ditujukan pada target; dan

e. faktor okupansi (T), yaitu faktor pengubah beban kerja untuk mengoreksi derajat atau jenis okupansi di daerah yang dihitung. Tabel 6.9 memberikan nilai pedoman faktor okupansi jika tidak ada data yang lebih akurat.

3.3. Proteksi Radiasi Internal

Bahaya radiasi intema dapat timbul akibat penggunaan sumber radiasi terbuka, yaitu sumber yang tidak terikat dalam suatu bahan atau terbungkus oleh suatu wadah tertutup yang cukup kuat. Bahan radioaktif yang terlepas dari sumber terbuka ini disebut sebagai kontaminan, sedang peristiwanya disebut kontaminasi.

Jika suatu bahan radioaktif masuk ke dalam tubuh manusia, bahan tersebut akan terus menyinari tubuh sampai radioaktivitasnya meluruh atau tubuh mengeluarkan bahan tersebut. Laju peluruhan radioaktif bergantung pada waktu paro, yang bervariasi dari sekitar nano detik sampai ribuan tahun. Sedang laju keluaran bahan dari tubuh bergantung pada sejumlah variabel seperti komposisi kimia bahan dan

Page 43: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

33

laju perpindahan dari satu organ ke organ lain, dan dapat berlangsung dalam beberapa hari sampai tahunan. Dengan demikian, penyinaran tubuh oleh kontaminasi dapat berlangsung cepat dalam beberapa hari, atau cukup lama sampai puluhan tahun.

Bahan radioaktif, seperti halnya agen toksik yang lain, dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga jalan : a. Inhalasi - melalui penghirupan debu atau gas b. Ingesi - melalui makanan atau minuman terkontaminasi yang

masuk melalui mulut c. Penyerapan melalui kulit atau luka yang terbuka.

Proteksi radiasi internal dengan demikian dapat dilakukan dengan menutup jalan masuk ke dalam tubuh, atau dengan menghalangi kemungkinan diteruskannya radioaktivitas dari sumber ke manusia. Upaya penghalangan dapat dilakukan pada sumber - dengan cara menutup atau mengikat sumber, dengan mengendalikan lingkungan - dengan menggunakan ventilasi dan rancangan ruangan yang baik, atau pada manusianya sendiri - dengan menggunakan pakaian pelindung dan peralatan pelindung lain seperti respirator.

3.4. Persyaratan Perundang-undangan

3.4.1. Pembagian Daerah KerjaPembagian daerah kerja merupakan salah satu cara dalam memastikan bahwa nilai batas dosis tidak akan terlampaui. Daerah kerja dapat dibedakan atas daerah pengendalian dan daerah pengawasan (supervisi).

Daerah pengendalian adalah suatu daerah kerja yang memerlukan tindakan proteksi dan ketentuan keselamatan khusus untuk mengendalikan pajanan normal atau mencegah penyebaran kontaminasi selama kondisi pajanan normal, dan untuk mencegah

Page 44: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

34

atau membatasi tingkat pajanan potensial. Secara sederhana, daerah pengendalian adalah daerah yang pekerja radiasinya mungkin dapat menerima dosis sama dengan atau lebih besar dari 3/10 nilai batas dosis.

Tindakan proteksi dan ketentuan keselamatan khusus yang dapat dilakukan antara lain adalah:a. menandai dan membatasi daerah pengendalian dengan tanda

fi sik yang jelas;b. memasang atau menempatkan tanda peringatan dan petunjuk

pada titik akses dan lokasi lain yang dianggap perlu;c. membatasi akses ke Daerah Pengendalian hanya untuk pekerja

radiasi dan pendampingan oleh PPR untuk pengunjung;d. menyediakan peralatan pemantauan, peralatan protektif

radiasi (misalnya: apron, jas laboratorium, alat pelindung napas, sarung tangan, glove box) dan tempat penyimpanan pakaian di pintu masuk Daerah Pengendalian;

e. menyediakan sarana pada pintu keluar Daerah Pengendalian, yang meliputi (i) peralatan pemantauan kontaminasi kulit dan pakaian, (ii) peralatan pemantau kontaminasi terhadap benda atau zat dipindahkan dari Daerah Pengendalian, (iii) fasilitas cuci dan mandi untuk dekontaminasi, dan (iv) tempat penyimpanan untuk peralatan protektif radiasi yang tekena kontaminasi; dan

f. melakukan kaji ulang secara berkala bila ada indikasi perlunya perubahan terhadap tindakan proteksi dan keselamatan khusus atau batas Daerah Pengendalian.

Daerah supervisi adalah daerah kerja di luar daerah pengendalian yang memerlukan peninjauan terhadap pajanan kerja dan tidak memerlukan tindakan proteksi atau ketentuan keselamatan khusus. Secara sederhana, daerah supervisi adalah daerah kerja yang pekerja radiasinya menerima dosis lebih kecil dari 3/10 nilai batas dosis.

Page 45: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

35

Penetapan Daerah Supervisi dilakukan dengan mempertimbangkan sifat dan besarnya bahaya radiasi. Daerah Supervisi selanjutnya harus ditandai dan dibatasi dengan tanda yang jelas, dipasangi tanda di titik akses masuknya, dan dilakukan kaji ulang radiologik apabila ada indikasi perlunya perubahan terhadap tindakan proteksi dan keselamatan atau batas Daerah Supervisi.

3.4.2. Pemantauan Pajanan Daerah Kerja dan Radioaktivitas LingkunganSebagai bagian dari upaya untuk memastikan tidak dilampauinya nilai batas dosis, pemantauan pajanan daerah kerja dan radioaktivitas lingkungan juga harus dilakukan. Pemantauan radioaktivitas lingkungan hanya dilakukan jika kegiatan fasilitas atau instalasi diperkirakan akan melepaskan radioaktivitas ke lingkungan di sekitarnya.

Pemantauan pajanan kerja meliputi pemantauan terhadap pajanan radiasi eksternal, kontaminasi udara dan/atau kontaminasi permukaan. Untuk ini diperlukan peralatan seperti alat ukur laju dosis atau dosis, alat ukur kontaminasi udara, dan/atau alat ukur kontaminasi permukaan.

Pemantauan radioaktivitas lingkungan meliputi pemantauan terhadap kontaminasi udara, kontaminasi air, kontaminasi tanah, dan/atau kontaminasi permukaan. Alat yang diperlukan untuk keperluan ini meliputi alat ukur kontaminasi udara, pencacah latar belakang rendah, spektrometer alfa, dan spektrometer gamma.

3.4.3. Pemantauan Dosis PekerjaPemantauan dosis pekerja juga merupakan salah satu cara dalam memastikan bahwa nilai batas dosis untuk pekerja radiasi tidak terlampaui. Pemantauan dosis pekerja dilaksanakan secara rutin dan khusus.

Page 46: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

36

Pemantauan dosis pekerja secara rutin dilakukan dengan menggunakan peralatan pemantauan dosis perorangan. Periode pemakaian peralatan ini disesuaikan dengan kemampuan teknisnya, misalnya jika menggunakan fi lm badge, periode pemakaiannya adalah 1 (satu) bulan, sementara TLD badge digunakan selama 3 (tiga) bulan. Pemantauan dosis pekerja secara khusus, sementara itu, dilakukan ada saat komisioning, pengujian setelah dilakukan modifi kasi fasilitas atau instalasi atau perubahan prosedur operasi, pengujian terhadap program pemantauan rutin, dekomisioning, dan/atau penanggulangan kondisi abnormal/insiden. Selain peralatan pemantauan perorangan fi lm atau TLD, peralatan pemantauan perorangan yang bisa dibaca langsung umumnya digunakan untuk keperluan pemantauan khusus ini.

3.4.4. Pemantauan Kesehatan Pekerja RadiasiPemantauan kesehatan pekerja radiasi didasarkan pada prinsip-prinsip pemeriksaan kesehatan pada umumnya. Pemantauan kesehatan ini meliputi pemeriksaan kesehatan, konseling, dan/atau penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan pajanan radiasi berlebih.

Pemeriksaan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas pemeriksaan kesehatan umum dan pemeriksaan kesehatan khusus. Pemeriksaan kesehatan umum dilaksanakan pada saat sebelum bekerja, selama bekerja dan pada saat akan memutuskan hubungan kerja. Hasil pemeriksaan kesehatan berlaku paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal pemeriksaan kesehatan dilakukan. Pemeriksaan kesehatan khusus, sementara itu, harus dilaksanakan pada saat pekerja radiasi mengalami atau diduga mengalami gejala sakit akibat radiasi dan penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan pajanan radiasi berlebih.

Page 47: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

37

Konseling dilaksanakan melalui pemeriksaan psikologi dan/atau konsultasi. Konseling diberikan kepada pekerja wanita yang sedang hamil atau diduga hamil, pekerja wanita yang sedang menyusui, pekerja yang menerima pajanan radiasi berlebih, dan pekerja yang ingin mengetahui tentang pajanan radiasi yang diterimanya. Sedangkan penatalaksanaan kesehatan pekerja yang mendapatkan pajanan radiasi berlebih dilaksanakan melalui kajian terhadap dosis yang diterima, konseling dan pemeriksaan kesehatan dan tindak lanjut.

3.4.5. Penghambat Dosis dan Tingkat Rujukan DiagnostikPenghambat dosis, atau pembatas dosis1, dan tingkat rujukan merupakan dua teknik yang digunakan untuk tujuan optimisasi. Penghambat dosis adalah batas atas prospektif dosis pekerja radiasi dan anggota masyarakat yang nilainya lebih kecil dari nilai batas dosis, sementara tingkat rujukan diagnostik hanya diperuntukkan bagi pajanan medik dalam radiodiagnostik, intervensional dan kedokteran nuklir.

Penghambat dosis merupakan nilai dosis yang besarnya ditetapkan oleh pemegang izin pemanfaatan tenaga nuklir pada tahap desain yang diterapkan pada saat konstruksi, pada tahap operasi jika terjadi perubahan prosedur operasi dari sebelumnya, dan pada tahap dekomisioning. Pembatas dosis tidak perlu dikaji ulang jika fasilitas atau instalasi berjalan dengan rutin, dan juga tidak perlu dilakukan pada tahap komisioning yang mestinya sudah tercakup pada tahap desain.

Tingkat rujukan diagnostik untuk pajanan medik adalah nilai dosis pada pajanan medik radiodiagnostik, intervensional dan

1 Pembatas dosis adalah istilah yang digunakan pada Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif untuk dose constraint. Istilah ini sebenarnya dapat membingungkan karena akan rancu dengan istilah nilai batas dosis yang merupakan terjemahan dari dose limits.

Page 48: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

38

kedokteran nuklir yang digunakan sebagai pembanding agar dosis radiasi yang diterima pasien tidak lebih besar dari yang diperlukan untuk memperoleh informasi diagnostik yang diinginkan. Tabel 3.2, 3.3, 3.4, 3.5 dan 3.6 masing-masing memberikan tingkat rujukan diagnostik pada tipikal pasien dewasa untuk radiografi diagnsostik, CT scan, mammografi , laju dosis fl uoroskopi dan aktivitas radionuklida untuk pasien diagnostik.

Tabel 3.2. Tingkat rujukan diagnostik untuk radiografi diagnostik pasien dewasa.

No. Jenis pemeriksaanPosisi

pemeriksaan*Dosis permukaan masuk per radiografi ** (mGy)

1. Lumbar tulang belakang (lumbar spine)

APLATLSJ

103040

2. Perut, urografi intrave- nous, kolesistografi

AP 10

3. Panggul (pelvis) AP 10

4. Sendi panggul AP 10

5. Paru (chest) PALAT

0,41,5

6. Thoracic spine APLAT

720

7. Gigi PeriapikalAP

75

8. Kepala PALAT

53

* PA: postero-anterior, AP: antero-posterior, LAT: lateral, LSJ: lumbo sacral joint.** Di udara dengan hamburan balik. Nilai-nilai tersebut untuk kombinasi fi lm-layar konvensional

dalam kecepatan relatif 200. Untuk kombinasi fi lm-layar kecepatan tinggi (400-600), nilai-nilai tersebut hendaknya dikurangi dengan faktor 2-3.

Page 49: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

39

Tabel 3.3. Tingkat rujukan diagnostik untuk CT Scan pasien dewasa.

No. Jenis pemeriksaan Dosis rata-rata multiple scan* (mGy)

1. Kepala 50

2. Lumbar tulang belakang 35

3. Perut 25

* Diperoleh dari pengukuran sumbu perputaran pada fantom setara air, panjang 15 cm dan diameter 16 cm (kepala) dan 30 cm (lumbar dan perut).

Tabel 3.4. Tingkat rujukan diagnostik untuk mammografi pasien dewasa.

Dosis glandular per proyeksi cranio-caudal*

1 mGy (tanpa grid)3 mGy (dengan grid)

* Ditentukan pada payudara tyang ditekan 4,5 cm dan terdiri atas 50% kelenjar dan 50% jaringan lemak, untuk sistem fi lm-layar dan pesawat mammografi dengan target Mo dan fi lter Mo.

Tabel 3.5. Tingkat rujukan diagnostik untuk laju dosis fl uoroskopi pasien dewasa.

No. Cara pengoperasianLaju dosis permukaan masuk*

(mGy/menit)

1. Normal 25

2. Tingkat tinggi** 100

* Di air dengan hamburan balik.

** Untuk fl uoroskopi yang memiliki pilihan cara pengoperasian ‘tingkat tinggi’, seperti yang sering digunakan pada radiologi intervensional.

Page 50: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

40

Tabel 3.6. Tingkat rujukan diagnostik untuk aktivitas radionuklida pasien diagnostik.

Prosedur diagnosis Radionuklida Bentuk kimia

Aktivitas maksimum

tiap prosedur (MBq)

Tulang:Pencitraan tulang Tc-99m Campuran fosfonat dan

fosfat600

Pencitraan tulang dengan SPECT

Tc-99m Campuran fosfonat dan fosfat

800

Pencitraan sumsum tulang Tc-99m Koloid terlabel 400

Otak:Pencitraan otak (planar): permeabilitas blood brain barrier (BBB)

Tc-99m TcO4- 500

Tc-99m Dietilene triamine penta-acetic acid (DTPA) atau gluco heptonat (GH)

500

Pencitraan otak (SPECT): permeabilitas BBB

Tc-99m TcO4- 800

Tc-99m DTPA atau GH 800Pencitraan otak (SPECT): aliran darah cerebral

Tc-99m Hexametil propilene amine oxime (HM-PAO) atau etyl cysteinate dimer (ECD)

700

Sisternografi In-111 DTPA 40

Lacrimal:Pengaliran lacrimal Tc-99m TcO4

- 4Koloid terlabel 4

Tiroid:Pencitraan tiroid Tc-99m TcO4

- 100

I-123 I- 20Scan seluruh tubuh untuk visualisasi metastase tiroid (setelah ablasi)

I-131 I- 370

Page 51: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

41

Prosedur diagnosis Radionuklida Bentuk kimia

Aktivitas maksimum

tiap prosedur (MBq)

Pencitraan paratiroid Tl-201 Tl klorida 80

Paru-paru:Pencitraan ventilasi paru-paru

Tc-99m DTPA aerosol 80

Pencitraan perfusi paru-paru Tc-99m Albumin manusia (macroaregates-MAA atau microspheres)

100

Pecitraan perfusi paru-paru dengan venografi

Tc-99m Albumin manusia (MAA atau microspheres)

160

Pencitraan paru-paru (SPECT)

Tc-99m MAA 200

Hati dan limpa:Pencitraan hati dan limpa Tc-99m Koloid terlabel 80Pencitraan fungsi sistem biliary

Tc-99m Iminodicetates dan agen-agen yang sama

150

Pencitraan limpa Tc-99m Sel-sel darah merah terlabel yang didenaturasi

100

Pencitraan hati (SPECT) Tc-99m Koloid terlabel 200

KardiovaskulerStudi aliran darah yang lewat pertama kali

Tc-99m TcO4- 800

Tc-99m DTPA 800Tc-99m Macroaggregated

globulin 3400

Pencitraan kantung darah (pencitraan gerbang keseimbangan)

Tc-99m Sel darah merah terlabel 800

Studi Multigated (MUGA) Tc-99m Sel darah merah terlabel 800Pencitraan miokardial daerah nekrotik dalam fase akut

Tc-99m Campuran fosfonat dan fosfat

600

Page 52: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

42

Prosedur diagnosis Radionuklida Bentuk kimia

Aktivitas maksimum

tiap prosedur (MBq)

Pencitraan miokardial Tc-99m Campuran yang merefl eksikan perfusion myocardial

400

Tl-204 Tl+ klorida 100Pencitraan miokardial (SPECT)

Tc-99m Campuran yang merefl eksikan perfusion myocardial

800

Perut, sistem pencernaanPencitraan kelenjar perut/kelenjar ludah

Tc-99m TcO4- 100

Pencitraan divertikulum Meckel’s

Tc-99m TcO4- 400

Pendarahan saluran pencernaan

Tc-99m Koloid terlabel 400Tc-99m Sel darah merah terlabel 400

Lintasan oesophageal dan refl ux

Tc-99m Koloid terlabel 40Tc-99m Campuran yang tidak

dapat diserap40

Pengosongan lambung Tc-99m Campuran yang tidak dapat diserap

12

In-111 Campuran yang tidak dapat diserap

12

In-113m Campuran yang tidak dapat diserap

12

Ginjal, sistem saluran air seni dan adrenalinPencitraan statik saluran ginjal (renal)

Tc-99m Asam dimercaptosuccini 160

Pencitraan fungsi ginjal/renografi

Tc-99m DTPA, glukonat dan glukoheptonat

350

Tc-99m Macroaggregated globulin

100

I-123 O-iodohippurate 20

Page 53: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

43

Prosedur diagnosis Radionuklida Bentuk kimia

Aktivitas maksimum

tiap prosedur (MBq)

Pencitraan kelenjar adrenalin Se-75 Selenorkolesterol 8

Lain-lain:Pencitraan abses (infeksi dengan nanah) atau tumor

Ga-67 Sitrat 300Tl-201 Klorida 100

Pencitraan tumor Tc-99m Asam Penta dimercaptosuccini

400

Pencitraan tumor neuroendokrin

I-123 Meta-iodo-benzyl guanidine

400

I-131 Meta-iodo-benzyl guanidine

20

Pencitraan nodul kelenjar getah bening

Tc-99m Nanokoloid terlabel 80

Pencitraan abses Tc-99m Sel-sel darah putih terlabel exametazime

400

In-111 Sel-sel darah putih terlabel

20

Pencitraan thrombus In-111 Platelet terlabel 20

Catatan: aktivitas maksimal umumnya untuk tiap prosedur dapat bervariasi berdasar kondisi klinis pasien, pertanyaan klinis, protokol dan alat yang digunakan. Untuk pasien pediatrik (anak-anak), dosis harus dimodifi kasi berdasar umur dan/atau berat pasien.

Page 54: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

44

BAB IVPROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

PADA RADIODIAGNOSTIK

4.1. Tugas dan Tanggung Jawab

Personil yang bekerja pada instalasi yang menggunakan pesawat sinar-X terpasang tetap, pesawat sinar-X mobile, pesawat sinar-X tomografi , pesawat sinar-X pengukur densitas tulang, pesawat sinar-X penunjang ESWL, dan pesawat sinar-X C-Arm penunjang bedah paling kurang terdiri atas:a. dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten;b. petugas proteksi radiasi; danc. radiografer.

Personil yang bekerja pada instalasi yang menggunakan pesawat sinar-X mamografi , pesawat sinar-X CT Scan, pesawat sinar-x Fluoroskopi, pesawat sinar-X C-Arm/U-Arm angiografi , pesawat sinar-X CT Scan angiografi , pesawat sinar-X CT Scan fl uoroskopi, pesawat sinar-X simulator, dan pesawat sinar-X C-Arm brakiterapi paling kurang terdiri atas:a. dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten;b. tenaga ahli dan/atau fi sikawan medik;c. petugas proteksi radiasi; dand. radiografer.

Personil yang bekerja pada instalasi yang menggunakan pesawat sinar-X untuk pemeriksaan bidang kedokteran gigi paling kurang terdiri atas:a. dokter gigi spesialis radiologi kedokteran gigi atau dokter gigi

yang berkompeten atau dokter spesialis radiologi;b. petugas proteksi radiasi; dan

Page 55: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

45

c. radiografer atau operator pesawat sinar-X kedokteran gigi yang memiliki sertifi kasi dalam bidang radiologi kedokteran gigi.

Tugas dan tanggung jawab dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten adalah:a. menjamin pelaksanaan seluruh aspek keselamatan pasien;b. memberikan rujukan dan justifi kasi pelaksanaan diagnosis atau

intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya;

c. mengoperasikan pesawat sinar-X fl uoroskopi;d. menjamin bahwa pajanan pasien serendah mungkin untuk

mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan pajanan medik;

e. menetapkan prosedur diagnosis dan intervensional bersama dengan fi sikawan medik dan/atau radiografer;

f. mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis; dang. menyediakan kriteria untuk pemeriksaan wanita hamil, anak-

anak, dan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi.

Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli, yang memiliki pendidikan paling kurang S2 fi sika medik, adalah:a. meninjau ulang program proteksi dan keselamatan radiasi; danb. memberikan pertimbangan berdasarkan aspek keselamatan

radiasi, praktik rekayasa yang teruji, dan kajian keselamatan secara komprehensif untuk peningkatan layanan radiodiagnostik dan intervensional kepada Pemegang Izin.

Tugas dan tanggung jawab dokter gigi spesialis radiologi kedokteran gigi adalah:a. menjamin pelaksanaan seluruh aspek keselamatan radiasi;b. memberikan rujukan dan justifi kasi pelaksanaan diagnosis dengan

mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya;

Page 56: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

46

c. menjamin bahwa pajanan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan pajanan medik;

d. menetapkan prosedur diagnosis dan intervensional bersama dengan fi sikawan medik dan/atau radiografer;

e. mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis; danf. menyediakan kriteria untuk pemeriksaan wanita hamil, anak-

anak, dan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi.

Tugas dan tanggung jawab fi sikawan medik, yang memiliki pendidikan S1 fi sika medik, adalah:a. berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus

keberadaan sumber sumber daya manusia, peralatan, prosedur, dan perlengkapan proteksi radiasi;

b. menyelenggarakan uji kesesuaian pesawat sinar-X apabila instalasi tersebut memiliki peralatan yang memadai;

c. melakukan perhitungan dosis terutama untuk menentukan dosis janin pada wanita hamil;

d. merencanakan, melaksanakan, dan supervisi prosedur jaminan mutu apabila dimungkinkan;

e. berpartisipasi dalam investigasi dan evaluasi kecelakaan radiasi;f. berpartisipasi pada penyusunan dan pelaksanaan program

pelatihan proteksi radiasi; dang. bersama dokter spesialis radiologi dan radiografer memastikan

kriteria penerimaan mutu hasil pencitraan dan justifi kasi dosis yang diterima oleh pasien.

Tugas dan tanggung jawab petugas proteksi radiasi adalah:a. membuat dan memutakhirkan program proteksi dan keselamatan

radiasi;b. memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan

radiasi;

Page 57: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

47

c. memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi, dan memantau pemakaiannya;

d. meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat di mana pesawat sinar-X digunakan;

e. memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi;

f. berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi;g. memelihara rekaman;h. mengidentifi kasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan

pelatihan;i. melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian fakta dalam

hal pajanan darurat;j. melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan

operasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan radiasi;k. menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program

proteksi dan keselamatan radiasi, dan verifi kasi keselamatan.

Tugas dan tanggung jawab radiografer dan operator pesawat sinar-X kedokteran gigi adalah:a. memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri, dan

masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-X;b. menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan

pajanan yang diterima pasien sesuai kebutuhan; danc. melakukan kegiatan pengolahan fi lm di kamar gelap.

4.2. Pekerja hamil

Dasar untuk mengendalikan pajanan kerja pada pekerja wanita yang tidak hamil sama seperti untuk pekerja laki-laki. Namun, jika seorang pekerja wanita telah menyatakan dirinya hamil, pengendalian tambahan harus dipertimbangkan untuk melindungi embrio/janin. Metode proteksi di tempat kerja bagi pekerja yang sedang hamil adalah

Page 58: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

48

mirip dengan yang diberikan untuk anggota masyarakat. Kondisi kerja pekerja hamil, setelah kehamilannya diumumkan, harus sedemikian rupa untuk memastikan bahwa dosis tambahan untuk embrio/janin tidak akan melebihi sekitar 1 mSv selama sisa kehamilan.

Pembatasan dosis ke embrio/janin tidak berarti bahwa pekerja hamil harus menghindari bekerja dengan radiasi atau bahan radioaktif sepenuhnya, atau harus dicegah untuk memasuki atau bekerja di daerah kerja radiasi. Namun, manajemen tempat kerja memang harus hati-hati meninjau kondisi pajanan dari pekerja hamil. Jika diperlukan, kondisi kerja pekerja hamil harus diubah sedemikian rupa sehingga, selama kehamilan, kemungkinan terjadinya dosis kecelakaan atau masukan radionuklida ke dalam tubuh menjadi sangat rendah. Untuk melindungi embrio/janin atau bayi, pekerja wanita yang telah menyatakan bahwa mereka sedang hamil atau menyusui tidak boleh terlibat dalam tindakan darurat yang melibatkan dosis radiasi yang tinggi.

4.3. Perlengkapan Proteksi Radiasi Pada Radiodiagnostik

Perlengkapan proteksi radiasi wajib disediakan oleh Pemegang Izin dan digunakan oleh pekerja radiasi yang relevan, terutama dokter spesialis radiologi dan dokter yang berkompeten lainnya. Penggunaan perlengkapan proteksi radiasi dimaksudkan untuk memastikan agar nilai batas dosis bagi pekerja tidak terlampaui.

Selain itu, seluruh pekerja radiasi pada radiodiagnostik juga harus menggunakan peralatan pemantau dosis perorangan. Sesuai dengan fungsinya, peralatan ini membantu dalam memperkirakan dosis radiasi yang diterima oleh pekerja yang menggunakan peralatan pemantau ini.

Perlengkapan proteksi radiasi yang harus tersedia pada suatu fasilitas radiodiagnostik adalah sebagai berikut:

Page 59: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

49

a. Apron:Apron yang setara dengan 0,2 mm Pb, atau 0,25 mm Pb untuk penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran timah hitam harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

b. Pelindung tiroid:Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.

(a) (b)

Gambar 4.1. Perlengkapan proteksi radiasi pada radiologi diagnostik, (a) apron timbal dan (b) pelindung tiroid.

c. Pelindung gonad:Pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm Pb,atau 0,25 mm Pb untuk penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran Pb harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.

Page 60: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

50

d. Sarung tangan:Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fl uoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.

e. Kacamata:Kacamata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.

f. Tirai:Tirai yang digunakan oleh radiografer harus dilapisi dengan bahan yang setara dengan 1 mm Pb, dengan ukuran tinggi 2 m dan lebar 1 m.

Gambar 4.2. Tirai timbal.

Sedang peralatan pemantau dosis radiasi perorangan yang wajib digunakan oleh seluruh pekerja radiasi fasilitas radiodiagnostik adalah sebagai berikut:

Page 61: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

51

a. Dosimeter perorangan pasifDosimeter yang digunakan dalam periode waktu tertentu sebelum dievaluasi untuk ditentukan besar dosis radiasi yang diterimanya. Termasuk diantaranya adalah dosimeter fi lm, dosimeter termoluminesensi (TLD), dan dosimeter gelas RPL.

(a) (b)

Gambar 4.3. Dosimeter perorangan pasif, (a) dosimeter fi lm, (b) TLD.

b. Dosimeter perorangan aktifDosimeter yang bisa langsung dibaca setelah pemakaian. Penunjukan dosisnya bisa diberikan secara analog, seperti pada dosimeter saku, atau secara digital, seperti pada dosimeter elektronik personil (EPD).

(a) (b)

Gambar 4.4. Dosimeter perorangan aktif,(a) dosimeter saku, (b) dosimeter elektronik.

Page 62: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

52

Gambar 4.5. Beberapa jenis surveimeter.

Selain perlengkapan proteksi radiasi dan peralatan pemantau dosis radiasi perorangan yang penggunaannya lebih untuk kepentingan individual pekerja radiasi, fasilitas radiodiagnostik juga memerlukan peralatan lain untuk mengetahui tingkat pajanan radiasi di daerah kerja. Peralatan pemantau pajanan radiasi ini biasa disebut sebagai surveimeter, dan tersedia dalam berbagai rentang pengukuran sesuai dengan kebutuhan.

4.4. Ruangan Pesawat Sinar-X

Ukuran ruangan pesawat sinar-X harus sesuai dengan spesifi kasi teknis pesawat sinar-X yang diberikan pabrikan, atau rekomendasi internasional. Jika spesifi kasi dari pabrik tidak ada atau tidak jelas, ukuran ruangan seperti yang diberikan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat masing-masing fasilitas ruangan pesawat sinar-X biasa dan mobile station.

Jika ruangan memiliki jendela, maka jendela ruangan paling kurang terletak pada ketinggian 2 m dari lantai. Dinding ruangan untuk semua jenis pesawat sinar-X terbuat dari bata merah ketebalan 25 cm atau beton dengan rapat jenis 2,2 g cm3 dengan ketebalan 20cm atau setara dengan 2 mm Pb.

Page 63: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

53

Tabel 4.1. Ukuran ruangan fasilitas pesawat sinar-X.

No. Jenis pesawat sinar-XUkuran minimum ruangan:

panjang x lebar x tinggi

1. Terpasang tetap Mobile dalam ruangan, tidak termasuk instalasi

gawat darurat dan instalasi perawatan intensif Tomografi Pengukur densitas tulang C-Arm untuk penunjang bedah C-Arm untuk brakiterapi

4 m x 3 m x 2,8 m

2. Mamografi 3 m x 3 m x 2,8 m

3. Intraoral konvensional Intraoral digital 2 m x 2 m x 2,8 m

4. Ekstraoral konvensional Ekstraoral digital 3 m x 2 m x 2,8 m

5. CBCT Scan 3 m x 3 m x 2,8 m

6. Fluoroskopi Penunjang ESWL CT Scan CT Scan fl uoroskopi C-Arm/U-Arm angiografi CT Scan angiografi Simulator CT Scan untuk simulator CT Scan simulator

6 m x 4 m x 2,8 m

Tabel 4.2. Ukuran ruangan fasilitas pesawat sinar-X mobile station.

No. Jenis pesawat sinar-X Ukuran mobile station

1. Pesawat sinar-X mobile dalam mobile station Sesuai spesifi kasi teknis dari pabrik atau ketentuan standar internasional

2. Pesawat sinar-X mamografi dalam mobile station

Page 64: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

54

4.5. Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pada Radiodiagnostik

Uraian berikut menjelaskan tentang pedoman umum proteksi dan keselamatan radiasi pada radiodiagnostik, yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berkaitan dengan radiodiagnostik, baik personil, pasien maupun masyarakat secara umum:a. Tidak seorang pun yang diizinkan untuk menerima dosis efektif

kerja melebihi nilai batas dosis sebesar 20 mSv dalam satu tahun (lihat Tabel 3.1);

b. Desain fasilitas, kinerja peralatan pesawat sinar-X dan prosedur operasi harus ditetapkan untuk menjaga agar pajanan pasien, pajanan kerja dan pajanan publik serendah mungkin dengan memenuhi prinsip optimisasi proteksi;

c. Semua pemeriksaan radiografi k pada radiodiagnostik harus dilakukan hanya atas dasar permintaan dokter spesialis radiologi, dokter gigi spesialis radiologi kedokteran gigi atau dokter yang berkompeten setelah dilakukan pemeriksaan fi sik pasien, dan dipastikan setelah dipertimbangkan bahwa keuntungan kesehatannya bagi pasien lebih besar dari kerugian akibat penerimaan dosis radiasi;

d. Setiap pemeriksaan radiografi k yang dilakukan untuk keperluan pekerjaan, legal, atau asuransi kesehatan tanpa indikasi klinis tidak diperbolehkan, kecuali diperlukan untuk memberi informasi penting mengenai kesehatan seseorang yang diperiksa, atau proses pembuktian atas terjadinya suatu pelanggaran hukum;

e. Pemeriksaan radiografi k massal secara selektif terhadap kelompok populasi dengan menggunakan pesawat sinar-X hanya diperbolehkan jika manfaat yang diperoleh orang perseorangan yang diperiksa atau bagi populasi secara keseluruhan, lebih besar dari risiko yang ditentukan oleh dokter spesialis radiologi atau dokter yang berkompeten.

Page 65: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

55

f. Pesawat sinar-X mobile hanya boleh digunakan untuk pemeriksaan rutin di:- instalasi gawat darurat;- instalasi perawatan intensif;- ruang radiologi apabila pesawat sinar-X terpasang tetap

mengalami kerusakan;- mobile station;- klinik;- puskesmas; dan- praktek dokter.

g. Pesawat sinar-X portabel dilarang digunakan untuk pemeriksaan rutin, kecuali penggunaan pada daerah terpencil, daerah bencana, daerah konfl ik, dan pemeriksaan massal bagi anggota masyarakat yang diduga terjangkit penyakit menular.

h. Pesawat sinar-X kedokteran gigi portabel dilarang digunakan untuk pemeriksaan rutin, kecuali untuk pemeriksaan dental victim identifi cation untuk kepentingan forensik.

i. Pesawat sinar-X fl uoroskopi tanpa penguat citra (image intensifi er) dan MCS (mass chest survey) dilarang untuk digunakan.

4.6. Pedoman Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pesawat Sinar-X mamografi

Pesawat sinar-X mamografi tidak boleh digunakan untuk pemeriksaan payudara apabila tidak ada indikasi klinis, kecuali:a. Perempuan yang berusia di atas 40 (empatpuluh) tahun dengan

pertimbangan bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risiko; dan

b. Perempuan yang berusia di bawah 40 (empatpuluh) tahun dan memiliki sejarah faktor risiko yang tidak semestinya, diantaranya memiliki sejarah karsinoma payudara dalam keluarga terdekat.

Page 66: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

56

4.7. Pedoman Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pesawat Sinar-X Gigi

Pesawat sinar-X gigi harus digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Untuk setiap pasien baru atau pasien rujukan, dokter gigi harus

berupaya untuk mendapatkan hasil radiografi pasien dari dokter gigi sebelumnya. Pemeriksaan radiografi k bisa dilakukan hanya bila diperlukan berdasar riwayat pasien, pemeriksaan fi sik, atau temuan laboratorium.

b. Untuk pasien dengan gejala penyakit tertentu, pemeriksaan radiografi k hanya dilakukan untuk mendapatkan citra yang diperlukan untuk merencanakan pengobatan terhadap penyakit tersebut.

c. Untuk pasien tanpa gejala penyakit tertentu, pemeriksaan radiografi k hanya dilakukan berdasar kriteria yang telah diterbitkan dan diketahui dengan luas.

d. Pemeriksaan sinar-X kedokteran gigi intraoral harus dilengkapi dengan konus dengan spesifi kasi sebagai berikut:- panjang konus tidak boleh kurang dari 20 cm untuk tegangan

operasi diatas 60 kV;- panjang konus tidak boleh kurang dari 10 cm untuk tegangan

60 kV; dan- diameter konus tidak boleh lebih dari 6 cm.

Page 67: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

57

BAB VPROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI

PADA RADIO TERAPI

5.1. Tugas dan Tanggung Jawab

Personil pada instalasi radio terapi terdiri atas dokter spesialis radio terapi atau dokter spesialis radiologi konsultan radio terapi, tenaga ahli dan/atau fi sikawan medik, petugas proteksi radiasi, radio terapis, dosimetris, teknisi elektromedik, perawat dan teknisi ruang cetak.

Tugas dan tanggung jawab dokter spesialis radio terapi atau dokter spesialis radiologi konsultan radio terapi adalah:a. menentukan dan menjustifi kasi pengobatan radio terapi dalam

bentuk tertulis;b. memberikan konsultasi dan evaluasi klinis terhadap pasien;c. menetapkan rencana pengobatan yang optimal bekerjasama

dengan fi sikawan medik;d. mengontrol tindakan pengobatan secara rutin atau berkala;e. memberikan evaluasi pengobatan dan pemantauan pasien pasca

pengobatan;f. memberikan ringkasan, tindak lanjut, dan evaluasi pengobatan

radio terapi; dang. memberikan evaluasi dari aspek medis jika ada kecelakaan radiasi.

Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli, yang memiliki pendidikan paling kurang S2 fi sika medik, adalah:a. meninjau ulang program proteksi dan keselamatan radiasi; danb. memberikan pertimbangan kepada Pemegang Izin berdasarkan

aspek keselamatan radiasi, praktik rekayasa yang teruji, dan kajian keselamatan secara komprehensif untuk peningkatan layanan radio terapi.

Page 68: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

58

Tugas dan tanggung jawab fi sikawan medik, yang memiliki pendidikan S1 fi sika medik, adalah:a. berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus ter-

sedianya sumber daya manusia, peralatan, proedur, dan per-lengkapan proteksi radiasi;

b. mengembangkan persyaratan dan spesifi kasi dalam pembelian peralatan radio terapi untuk keselamatan radiasi;

c. bekerjasama dengan dokter spesialis radio terapi atau dokter spesialis radiologi konsultan radio terapi dalam:- merencanakan fasilitas radio terapi; dan- merencanakan, mengevaluasi, dan mengoptimisasi rencana

pengobatan radio terapi.d. melaksanakan uji keberterimaan, uji, komisioning, dan kalibrasi

peralatan radio terapi, bekerjasama dengan teknisi elektromedik;e. mengukur dan menganalisis data berkas radiasi dan mentabulasinya

untuk kebutuhan klinis;f. membuat prosedur perhitungan dosis;g. menetapkan faktor fi sika dalam perencanaan dan prosedur

pengobatan;h. menerapkan program jaminan mutu radio terapi;i. mengawasi pemeliharaan peralatan radio terapi;j. mengawasi penyiapan dan penanganan, serta pemeliharaan

inventarisasi zat radioaktif terbungkus untuk brakiterapi;k. memastikan aktivitas zat radioaktif terbungkus; danl. membantu Pemegang Izin dalam mencari fakta dan mengevaluasi

kecelakaan radiasi.

Tugas dan tanggung jawab petugas proteksi radiasi adalah:a. membuat program proteksi dan keselamatan radiasi;b. memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan

radiasi;

Page 69: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

59

c. memastikan bahwa perlengkapan proteksi radiasi tersedia dan berfungsi dengan baik;

d. memantau pemakaian perlengkapan proteksi radiasi;e. memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan

keselamatan radiasi;f. berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radio terapi yang terkait

dengan proteksi dan keselamatan radiasi;g. mengelola rekaman;h. mengidentifi kasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan

pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi bagi personil;i. melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan

operasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan radiasi;j. menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program

proteksi dan keselamatan radiasi, dan verifi kasi keselamatan radiasi; dan

k. melakukan inventarisasi zat radioaktif terbungkus.

Tugas dan tanggung jawab radio terapis adalah:a. melaksanakan pencitraan untuk simulasi terapi;b. melaksanakan terapi radiasi sesuai dengan perencanaan

pemberian radiasi, yang telah ditetapkan oleh dokter spesialis radio terapi atau dokter spesialis radiologi konsultan radio terapi dan fi sikawan medik;

c. memberikan proteksi terhadap pasien dan masayarakat di sekitar ruang peralatan radio terapi;

d. menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan pajanan radiasi yang tidak perlu bagi pasien; dan

e. menerapkan dengan benar prosedur kerja dan teknik khusus radio terapi.

Tugas dan tanggung jawab dosimetris adalah:a. membuat perencanaan radio terapi untuk terapi eksternal dan/atau

brakiterapi;

Page 70: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

60

b. melakukan pengukuran dosimetri; danc. melaksanakan program jaminan mutu.

Tugas dan tanggung jawab teknisi elektromedik adalah:a. melakukan pemantauan fungsi dan pemeliharaan berkala

peralatan radio terapi dan peralatan pendukung;b. melakukan analisis kerusakan dan perbaikan peralatan radio

terapi dan peralatan pendukung; danc. membuat laporan hasil pemeliharaan, analisis kerusakan, dan

tindakan perbaikan.

Tugas dan tanggung jawab perawat adalah:a. mendampingi dokter spesialis radio terapi atau dokter spesialis

radiologi konsultan radio terapi dalam melakukan pemeriksaan pasien;

b. membantu pelaksanaan brakiterapi;c. melakukan perawatan pasien setelah tindakan brakiterapi; dand. melakukan sterilisasi peralatan brakiterapi.

Tugas dan tanggung jawab teknisi ruang cetak adalah membuat aksesoris berdasarkan posisi dan imobilisasi pasien dan data TPS (treatment planning system) untuk membantu tindakan pengobatan radio terapi.

5.2. Perlengkapan Proteksi Radiasi Pada Radio terapi

Perlengkapan proteksi radiasi wajib disediakan oleh Pemegang Izin dan digunakan oleh pekerja radiasi yang relevan, terutama dokter spesialis radio terapi atau dokter spesialis radiologi konsultan radio terapi. Penggunaan perlengkapan proteksi radiasi dimaksudkan untuk memastikan agar nilai batas dosis bagi pekerja tidak terlampaui.

Perlengkapan proteksi radiasi ini meliputi perlengkapan untuk kepentingan individual pekerja radiasi maupun untuk mengukur

Page 71: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

61

tingkat pajanan radiasi di daerah kerja, dengan rincian sebagai berikut:a. surveimeter;b. peralatan pemantau dosis perorangan;c. apron; dand. pelindung organ.

Untuk brakiterapi manual, dilengkapi pula dengan:a. tang penjepit;b. kontener;c. dosimeter jari; dand. blok Pb.

5.3. Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pada Radio terapi

Uraian berikut menjelaskan tentang pedoman umum proteksi dan keselamatan radiasi pada radio terapi, yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berkaitan dengan radio terapi, baik personil, pasien maupun masyarakat secara umum:a. pajanan radiasi dibatasi hanya pada daerah yang disinar dengan

menggunakan perlengkapan kolimasi yang dipasang segaris dengan berkas radiasi;

b. medan radiasi yang berada di dalam daerah terapi harus homogen; c. hamburan radiasi di sekitar ruangan radio terapi harus

dipertahankan serendah mungkin yang dapat dicapai;d. desain peralatan radio terapi harus dipastikan memiliki paling

sedikit dua sistem gagal-selamat (fail-safe) yang independen untuk menghentikan penyinaran dan berupa sistem saling-kunci (interlock) dan sistem manual;

e. peralatan teleterapi Co-60 yang berisi zat radioaktif terbungkus harus dilengkapi dengan alat untuk mengembalikan sumber secara manual pada posisi terperisai;

Page 72: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

62

f. peralatan terapi eksternal harus dipasang dengan berkas utama diarahkan pada penghalang utama dengan perisai yang memenuhi persyaratan proteksi radiasi;

g. pada pengoperasian akselerator linier (LINAC) yang mempunyai energi foton sinr-X di atas 10 MV, dinding perisai harus dilengkapi dengan bahan penyerap neutron;

h. peralatan terapi eksternal harus tetap stabil berada pada setiap posisi dan dapat diubah pada posisi yang diperlukan;

i. peralatan terapi eksternal harus dilengkapi paling kurang dengan:- pesawat sinar-X simulator dan/atau CT Scan simulator;- TPS (treatment planning system);- peralatan cetak (mould equipment); dan- perlengkapan kendali mutu.

j. peralatan brakiterapi harus dilengkapi paling kurang dengan:- pesawat sinar-X C-Arm atau pesawat sinar-X simulator;- TPS;- peralatan cetak (mould equipment); dan- perlengkapan kendali mutu.

k. bangunan fasilitas radio terapi harus dilengkapi dengan:- sistem saling-kunci yang tidak bisa dibuka (by-pass) oleh

siapa pun, kecuali di bawah kendali langsung Teknisi Elektromedik pada saat pengoperasian selama pemeliharaan;

- tanda radiasi pada pintu, panel kendali, kepala sumber pada peralatan teleterapi Co-60, mesin after-loading dan kontener penampung zat radioaktif terbungkus; dan

- saluran kabel dosimetri untuk kegiatan kalibrasi peralatan radio terapi yang dipasang membentuk sudut 45° terhadap lantai.

l. fasilitas radio terapi yang mempunyai terapi eksternal harus memiliki:- ruang pemeriksaan;- ruang simulator;

Page 73: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

63

- ruang cetak (mould room);- ruang TPS;- ruang penyinaran; dan- ruang tunggu.

m. fasilitas radio terapi yang mempunyai brakiterapi harus memiliki:- ruang pemeriksaan;- ruang persiapan;- ruang aplikasi;- ruang TPS;- ruang penyinaran; - ruang penyimpanan zat radioaktif terbungkus; dan- ruang tunggu.

5.4. Penanggulangan Kedaruratan

Setiap pesawat teleterapi dapat gagal untuk berhenti atau terus menyinari pasien meski pun waktunya sudah habis. Petunjuk tindakan yang harus dilakukan untuk situasi semacam ini terdapat pada Prosedur Pemakaian, dan harus dipasang di depan panel kendali pesawat. Operator harus berlatih menangani keadaan kedaruratan ini sehingga terbiasa dengan tindakan yang harus dilakukan. Tindakan yang cepat mengurangi bahaya bagi pasien. Ketentuan umum yang harus diikuti adalah sebagai berikut :a. coba untuk mematikan pesawat dengan tombol “Emergency

OFF”.b. jika tidak berhasil, segera keluarkan pasien dari berkas.c. sewaktu memindahkan pasien, anda sendiri harus berada di luar

berkas.

Jika penyelamat berada di luar berkas foton, mengeluarkan pasien dalam keadaan kedaruratan biasanya tidak memberikan pajanan radiasi yang tinggi. Namun demikian, dalam berkas itu sendiri, seseorang

Page 74: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

64

akan menerima penyinaran radiasi yang sangat tinggi dalam waktu yang singkat.

Gambar 5.1. Tombol “Emergency OFF” untuk mematikan

pesawat Co-60.

Prosedur kedaruratan yang lain seperti memutar gantry atau menutup kolimator dari luar dapat pula dipertimbangkan sebelum ada orang lain yang memasuki ruangan untuk mengeluarkan pasien, namun hal ini bergantung pada kondisi setempat. Hanya setelah pasien dikeluarkan dari bawah berkas dan Anda telah meninggalkan ruangan (menutup pintu) baru dapat dipikirkan bagaimana untuk menggerakkan sumber Co-60 kembali ke posisi “OFF” oleh personil terlatih atau personil dari pabriknya. Tidak perlu tergesa-gesa untuk mematikan pesawat jika tidak ada seseorang pun di ruangan. Pesawat tidak boleh dipakai lagi hingga penyebab kegagalan operasi diketahui dan telah diperbaiki oleh personil perawatan.

Gambar 5.2. Pemindahan pasien dari bawah berkas radiasi Co-60.

Page 75: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

65

Kegagalan kembali ke posisi “OFF” pada pesawat Co-60 yang lebih sering dibanding linac mengakibatkan radiasi terus dipancarkan setelah dosis yang ditentukan telah dicapai; namun kegagalan untuk berhenti dapat terjadi pada kedua pesawat. Personil harus telah terlatih untuk bertindak pada situasi semacam ini sebelum pasien menerima radiasi terlalu banyak. Operator harus terus waspada pada saat penyinaran pasien, dan terus mengamati waktu atau satuan monitor pada saat penyinaran berlangsung.

Setiap pesawat Co-60 harus memiliki monitor radiasi, monitor dengan lampu peringatan (dengan atau tanpa suara) di dalam ruangan, dan menempatkannya sedemikian rupa sehingga dapat langsung terlihat begitu pintu dibuka. Monitor semacam ini menyala jika sumber berada dalam posisi “ON”. Dengan melihat lampu peringatan, setiap orang yang memasuki ruangan dapat melihat apakah sumber telah kembali ke posisi terlindungnya atau belum. Linac yang memiliki sinyal yang berbunyi jika sedang mengeluarkan radiasi tidak memerlukan monitor semacam ini.

Semua pesawat teleterapi menghasilkan radiasi yang menembus tubuh cukup dalam selama beroperasi. Untuk melindungi operator dan orang lain yang mungkin dapat berada di sekitar ruang penyinaran, dinding ruang harus cukup diberi perisai radiasi. Setelah pemasangan suatu pesawat teleterapi harus dilakukan pengukuran tingkat radiasi di daerah sekitarnya, dengan berkas menyala dan diafragma pengatur luas lapangan (disebut juga kolimator atau jaw) terbuka penuh. Pengukuran ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan orang yang berada di daerah tersebut.

Dengan ruangan penyinaran yang diberi perisai radiasi yang cukup, operator pesawat penyinaran hanya akan sedikit atau bahkan sama sekali tidak akan menerima pajanan radiasi pada saat melakukan tugasnya. Pintu saling kunci ke ruangan akan mencegah pesawat

Page 76: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

66

bekerja pada saat pintu dibuka. Pengoperasian pesawat dengan pintu terbuka tidak hanya menyebabkan radiasi tersebar, namun juga dapat mengakibatkan orang yang tidak berwenang dapat masuk ke dalam ruang selama penyinaran. Pintu masuk dengan demikian perlu pula diberi tanda peringatan.

Bahan radioaktif pada pesawat Co-60 juga mempunyai kemungkinan bocor. Meski pun hal ini jarang terjadi, pesawat harus diuji kebocorannya, paling sedikit sekali dalam dua tahun. Untuk menguji kebocoran pesawat, pastikan bahwa sumber berada dalam posisi “OFF” dan gunakan sarung tangan. Basahi kain kasa atau kertas khusus dengan alkohol, kemudian usap bilah kolimator sedekat mungkin dengan sumber. Forsep seringkali dapat digunakan untuk mencapai celah sumber yang sulit dijangkau. Cacah kain atau kertas dengan detektor yang paling sensitif yang ada (seperti pencacah Geiger) untuk mengecek tingkat radioaktivitas pada sampel. Jika cacah pengukuran sampel menunjukkan bacaan yang cukup jauh di atas bacaan latar belakang, sumber mungkin bocor dan pabrik atau pemasoknya harus dihubungi untuk melakukan pemeriksaan dan tindakan penanggulangan lebih lanjut.

Page 77: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

67

BAB VIPROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI PADA

KEDOKTERAN NUKLIR

6.1. Tugas dan Tanggung Jawab

Personil pada penggunaan kedokteran nuklir diagnostik in vitro paling kurang meliputi:a. analisis kesehatan; danb. petugas proteksi radiasi.

Personil pada penggunaan kedokteran nuklir diagnostik in vivo dan/atau penelitian medik klinik dan penggunaan kedokteran nuklir terapi paling kurang meliputi:a. dokter spesialis kedokteran nuklir;b. tenaga ahli dan/atau fi sikawan medis;c. petugas proteksi radiasi;d. radiofarmasis;e. radiografer; danf. perawat.

Tugas dan tanggung jawab analisis kesehatan adalah:a. melakukan elusi dan preparasi radionuklida dan/atau radiofarmaka;b. mencatat dan melaporkan jumlah dan aktivitas radionuklida dan/

atau radiofarmaka yang telah digunakan;c. mencatat sisa radionuklida dan/atau radiofarmaka yang tidak

digunakan dan memastikan penyimpanannya;d. membuat logbook harian dan laporan bulanan secara tertulis

mengenai penggunaan radionuklida dan/atau radiofarmaka;e. mendokumentasikan seluruh kegiatan penggunaan radionuklida

dan/atau radiofarmaka;f. melaporkan segera kepada petugas proteksi radiasi bila terjadi

kecelakaan radiasi; dan

Page 78: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

68

g. membantu petugas proteksi radiasi dalam melakukan dekontaminasi.

Tugas dan tanggung jawab petugas proteksi radiasi adalah:a. membuat program proteksi dan keselamatan radiasi;b. memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan

radiasi;c. menjamin bahwa perlengkapan proteksi radiasi tersedia dan

berfungsi dengan baik pemakaiannya;d. memantau pemakaian perlengkapan proteksi radiasi;e. meninjau secara sistematik dan periodik pelaksanaan pemantauan

pajanan radiasi pada saat penggunaan, pengangkutan dan penyimpanan radionuklida dan/atau radiofarmaka;

f. memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi;

g. berpartisipasi dalam mendesain fasilitas kedokteran nuklir;h. mengelola rekaman;i. mengidentifi kasi, merencanakan dan mengkoordinasikan

kebutuhan pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi;j. melaksanakan latihan penanggulangan keadaan darurat;k. melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan

operasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan radiasi;l. melaksanakan penanggulangan keadaan darurat dan pencarian

fakta dalam hal terjadi kecelakaan radiasi;m. menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program

proteksi dan keselamatan radiasi, dann. melakukan inventarisasi radionuklida dan/atau radiofarmaka.

Tugas dan tanggung jawab dokter spesialis kedokteran nuklir adalah:a. menjamin pelaksanaan seluruh aspek keselamatan terhadap pasien;b. memberi rujukan dan menjustifi kasi diagnosis maupun terapi

secara tertulis, dengan mempertimbangkan informasi terkait dari pemeriksaan sebelumnya;

Page 79: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

69

c. menjamin bahwa pajanan radiasi yang diterima pasien serendah mungkin yang dapat dicapai sesuai dengan tingkat panduan aktivitas;

d. memberikan konsultasi dan evaluasi klinis pasien;e. menetapkan protokol optimisasi untuk kegiatan diagnosis dan

terapi bekerjasama dengan fi sikawan medik;f. memberikan evaluasi pengobatan dan pemantauan pasien; dang. memberikan informasi kepada pasien mengenai risiko pemberian

radionuklida dan/atau radiofarmaka.

Tugas dan tanggung jawab tenaga ahli, yang memiliki pendidikan paling kurang S2 fi sika medik, adalah:a. meninjau ulang program proteksi dan keselamatan radiasi; danb. memberikan pertimbangan kepada Pemegang Izin mengenai

aspek keselamatan radiasi, praktik rekayasa yang teruji, dan keselamatan secara komprehensif untuk peningkatan layanan kedokteran nuklir.

Tugas dan tanggung jawab fi sikawan medik, yang memiliki pendidikan S1 fi sika medik, adalah:a. berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus

tersedianya sumber sumber daya manusia, peralatan, prosedur, dan perlengkapan proteksi radiasi;

b. melakukan dan menetapkan prosedur perhitungan dosis;c. memberikan kontribusi terhadap program pelatihan proteksi dan

keselamatan radiasi;d. bekerjasama dengan dokter spesialis kedokteran nuklir dan

petugas proteksi radiasi dalam merencanakan fasilitas kedokteran nuklir;

e. menyiapkan spesifi kasi unjuk kerja peralatan yang berkaitan dengan proteksi dan keselamatan radiasi;

f. mengembangkan persyaratan dan spesifi kasi dalam pembelian peralatan kedokteran nuklir yang menjamin keselamatan radiasi;

Page 80: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

70

g. melaksanakan uji keberterimaan, komisioning, dan kalibrasi peralatan kedokteran nuklir;

h. menetapkan faktor fi sika dalam perencanaan dan prosedur pengobatan;

i. mendesain, menerapkan dan mengawasi penerapan prosedur jaminan mutu kedokteran nuklir;

j. mengawasi pemeliharaan peralatan kedokteran nuklir; dank. berpartisipasi dalam hal pencarian fakta dan evaluasi kecelakaan

radiasi.

Tugas dan tanggung jawab radiofarmasis adalah:a. memiliki pemahaman mengenai radionuklida dan/atau

radiofarmaka yang digunakan dalam kedokteran nuklir;b. bekerjasama dengan dokter spesialis kedokteran nuklir dalam hal

penggunaan radionuklida dan/atau radiofarmaka;c. melaporkan hasil elusi dan preparasi radionuklida dan/atau

radiofarmaka kepada dokter spesialis kedokteran nuklir sebelum diberikan kepada pasien;

d. membuat petunjuk pelaksana, dan kontrol kualitas elusi dan preparasi radionuklida dan/atau radiofarmaka;

e. memberikan rujukan dan justifi kasi hasil elusi dan preparasi radionuklida dan/atau radiofarmaka kepada dokter spesialis kedokteran nuklir;

f. melaporkan segera kepada dokter spesialis kedokteran nuklir, petugas proteksi radiasi, dan fi sikawan medik bila terjadi kecelakaan dalam melakukan elusi maupun preparasi radionuklida dan/atau radiofarmaka; dan

g. memastikan bahwa peralatan medik yang telah selesai digunakan disimpan/dibuang pada tempat yang telah ditentukan.

Tugas dan tanggung jawab radiografer adalah:a. memberikan proteksi terhadap pasien dan masyarakat di sekitar

fasilitas kedokteran nuklir;

Page 81: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

71

b. menetapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan pajanan yang diterima pasien sesuai dengan kebutuhan dan standar operasional prosedur yang berlaku;

c. menerapkan dengan benar prosedur kerja dan teknik khusus penggunaan peralatan kedokteran nuklir;

d. menjamin bahwa pasien diidentifi kasi dengan benar dan bahwa informasi mengenai pasien telah direkam dengan benar;

e. menyediakan informasi untuk pasien mengenai prosedur yang akan merekajalani;

f. menyediakan informasi kepada orang yang menemani pasien dan kepada personil yang mengurus pasien setelah diagnosis atau terapi kedokteran nuklir;

g. memverifi kasi radionuklida dan/atau radiofarmaka yang digunakan dan menghitung dosis radionuklida dan/atau radiofarmaka sebelum diberikan kepada pasien;

h. melaksanakan akuisisi dan proses citra yang tepat;i. melakukan pemantauan pajanan radiasi dan kontaminasi

radioaktif di daerah kerja secara reguler sesuai instruksi petugas proteksi radiasi;

j. menginformasikan petugas proteksi radiasi dalam kasus kecelakaan radiasi;

k. menginformasikan dokter spesialis kedokteran nuklir dan petugas proteksi radiasi dalam kasus tindakan atau pemberian radionuklida dan/atau radiofarmaka yang tidak sesuai prosedur kerja aau standar pelayanan medik;dan

l. berpartisipasi dalam pelatihan teknologi baru kedokteran nuklir.

Tugas dan tanggung jawab perawat adalah:a. melaksanakan instruksi kerja dari dokter spesialis kedokteran

nuklir dalam hal pelayanan terhadap pasien;b. mempersiapkan peralatan kesehatan yang akan digunakan;

Page 82: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

72

c. melakukan pengembalian sampel darah maupun pemberian radionuklida dan/atau radiofarmaka kepada pasien atas instruksi dokter spesialis kedokteran nuklir;

d. membersihkan dan membuang peralatan kesehatan yang yang telah digunakan ke tempat pembuangan yang telah disepakati bersama;

e. membuat catatan medik mengenai identifi kasi pasien, dan pemberian penomoran rekaman medik secara berurutan;

f. mempersiapkan ruang isolasi dan ruang rawat inap untuk pasien terapi;

g. menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur perawatan pasien terapi dengan radionuklida dan/atau radiofarmaka sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang berlaku; dan

h. melaporkan kondisi pasien selama perawatan kepada dokter spesialis kedokteran nuklir.

6.2. Perlengkapan Proteksi Radiasi Untuk Penggunaan Kedokteran Nuklir Diagnostik In-Vitro:

Mengingat kegiatan dalam penggunaan kedokteran nuklir diagnostik in-vitro tidak terlalu rumit, maka perlengkapan proteksi radiasi yang diperlukan cukup surveimeter dan/atau monitor kontaminasi,dan pemantau dosis perorangan.

6.3. Perlengkapan Proteksi Radiasi Untuk Penggunaan Kedokteran Nuklir Diagnostik In-Vivo dan/atau Penelitian Medik Klinik dan Penggunaan Kedokteran Nuklir Terapi:

Kegiatan dalam penggunaan kedokteran nuklir diagnostik in-vivo dan/atau penelitian medik klinik dan penggunaan kedokteran nuklir terapi cukup bervariasi karena melibatkan penyiapan radiofarmaka dalam bentuk cair. Untuk itu maka perlengkapan proteksi radiasi yang

Page 83: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

73

diperlukan minimal adalah:a. surveimeter;b. monitor kontaminasi;c. monitor perorangan;d. kontener;e. tabung suntik yang diberi perisai radiasi;f. apron;g. jas laboratorium;h. peralatan proteksi pernafasan;i. sarung tangan;j. pelindung organ;k. glove box;l. alat penjepit; dan/ataum. monitor area

Untuk kedokteran nuklir terapi, peralatan di atas perlu ditambah dengan dosimeter perorangan baca langsung; dan monitor area di ruang penyiapan dan penyimpanan radionuklida dan/atau radiofarmaka.

6.4. Pedoman Umum Proteksi dan Keselamatan Radiasi Pada Kedokteran Nuklir

Uraian berikut menjelaskan tentang pedoman umum proteksi dan keselamatan radiasi kedokteran nuklir, yang harus dipatuhi oleh semua orang yang berkaitan dengan kedokteran nuklir, baik personil, pasien maupun masyarakat secara umum:a. Dokter spesialis kedokteran nuklir harus menerapkan tingkat

rujukan aktivitas radionuklida untuk pasien diagnostik seperti tercantum pada Tabel 3.6.

b. Tingkat rujukan aktivitas maksimum radionuklida untuk pasien terapi yang akan keluar dari rumah sakit ditetapkan sebesar 1100 MBq untuk pemberian I-131, dan juga untuk pasien yang meninggal pada saat pemberian I-131.

Page 84: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

74

c. Pemberian radionuklida dan/atau radiofarmaka untuk penggunaan kedokteran nuklir diagnostik in vivo dan penggunaan kedokteran nuklir terapi pada pasien wanita hamil atau diperkirakan hamil harus dihindari kecuali jika ada indikasi klinis yang kuat.

d. Pasien wanita yang menjalani terapi harus menunda kehamilan sampai jangka waktu tertentu sebagaimana tercantum pada Tabel 6.1.

e. Pasien wanita menyusui yang sedang menjalani diagnostik in vivo atau terapi harus menghentikan pemberian air susu ibu dan perawatan pada bayi sebagaimana tercantum pada Tabel 6.2.

Tabel 6.1. Jangka waktu untuk menunda kehamilan setelah terapi.

Jenis dan bentuk radionuklida Penyakit

Aktivitas maksimum

(MBq)

Jangka waktu menunda kehamilan

(bulan)198Au-koloid Kanker 10.000 2131I-Iodium Tirotoxicosis 800 4131I-Iodium Kanker tiroid 5.000 4131I-MIBG Phaeochromocytoma 5.000 432P-Fosfat Polycythemia 200 389Sr-klorida Metastasis tulang 150 2490Y-koloid Peradangan sendi 400 090Y-koloid Kanker 4.000 1169Er-koloid Peradangan sendi 400 0153Sm-EDTMP Metastasis tulang 5.550 24

Catatan: Kehamilan harus dihindari untuk jangka waktu yang ditunjukkan dalam kolom empat, bahkan juga berlaku jika aktivitas yang diberikan lebih kecil dari yang ditunjukkan dalam kolom tiga. Radionuklida dan/atau radiofarmaka selain yang ada di tabel, jangka waktu untuk menunda kehamilan agar disesuaikan dengan batas keselamatan radionuklida dan/atau radiofarmaka terkait.

Page 85: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

75

Tabel 6.2. Penghentian pemberian air susu ibu setelah pemberian radiofarmaka.

Radiofarmaka Aktivitas yang diberikan dalam MBq (mCi))

Perlu saran dokter

Jangka waktu

Radiofarmaka Kelas A67Ga sitrat 185 (5) Ya Berhenti99mTc DTPA 740 ((20) Tidak99mTc MAA 148 (4) Ya 12 jam99mTc-Perteknetat 185 (5) Ya 4 jam131I Na 5.550 (150) Ya Berhenti

Radiofarmaka Kelas B51Cr EDTA 1,85 (0,05) Tidak99mTc DISIDA 300 (8) Tidak99mTc glukoheptonat 740 (20) Tidak99mTc HAM 300 (8) Tidak99mTc MIBI 1.110 (30) Tidak99mTc MDP 740 (20) Tidak99mTc PYP 740 (20) Tidak99mTc RBC in vivo radiolabelling 740 (20) Ya 12 jam99mTc RBC in vitro radiolabelling 740 (20) Tidak99mTc koloid sulfur 442 (20) Tidak111In WBC 0,5 (18,5) Tidak123I Na 14,8 (0,4) Ya Berhenti123I OIH 74 (2) Tidak123I MIBG 370 (10) Ya 48 jam125I OIH 0,37 (0,01) Tidak131I OIH 11,1 (0,3) Tidak201Tl 111 (3) Ya 96 jam99mTc DTPA aerosol 37 (1) Tidak

Radiofarmaka Kelas C99mTc WBC 185 (5) Ya 48 jam99mTc MAG3 370 (10) Tidak133Xe gas Tidak

Page 86: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

76

6.5. Aplikasi I-131 Untuk Terapi Kanker Tiroid

Menyusul pembedahan untuk membuang bagian kelenjar tiroid yang mengandung tumor, sekitar 2-4 GBq I-131 diberikan kepada pasien untuk menghancurkan jaringan tiroid yang masih sisa. Pasien biasanya kembali untuk pemindaian lanjut selama beberapa tahun ke depan. Jika terlihat jaringan tiroid berfungsi kembali, termasuk adanya pengendapan kecil tumor yang menyebar keluar tiroid, pasien akan diberikan ulang dosis radionuklida I-131 antara 4-8 GBq. Hanya sedikit aktivitas I-131 yang terkumpul di jaringan tiroid. Ginjal akan mengeluarkan sisanya dengan sangat cepat, hingga sebanyak 95% dari aktivitas yang dimasukkan dalam 48 jam.

Beberapa alasan kuat agar pasien kanker tiroid dirawat di rumah sakit adalah sebagai berikut:a. pasien memiliki anak kecil yang perlu diperhatikan di rumahnya;b. lama perawatan tidak lebih dari dua hari; dan c. pasien dapat mengalami pusing dan muntah setelah pemberian

I-131 dalam jumlah besar, dan situasi ini dapat dengan mudah dijaga di rumah sakit.

6.5.1. Pedoman bagi perawat pasien I-131Beberapa pedoman terkait proteksi dan keselamatan radiasi bagi perawat pasien yang menjalani pengobatan dengan I-131 adalah sebagai berikut:a. staf perawat bangsal dapat menerima pajanan kerja dan

karena itu perlu dilengkapi dengan pemantau radiasi per-orangan yang harus dipakai setiap kali bekerja;

b. staf perawat yang tengah hamil tidak boleh merawat pasien;c. setiap keperluan perawatan perlu dikaji dan dibahas dengan

saf perawat yang berada di bangsal sebelum pasien menerima dosis terapi;

Page 87: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

77

d. makanan harus disajikan dalam nampan, piring dan alat makan lain yang bersifat sekali pakai;

e. pasien harus diberi resep anti-emetik untuk menghilangkan rasa pusing;

f. pasien harus meminum banyak cairan, memakai gaun rumah sakit, mandi tiap hari, keramas di pagi hari sebelum meninggalkan bangsal. Pakaian dalamnya juga harus dicuci dengan tangan di kamar mandi terapi I-131;

g. tugas-tugas keperawatan dalam jarak 2 m dari pasien harus dilakukan secara cepat dan efi sien untuk mengurangi waktu pajanan;

h. gaun dan sarung tangan pelindung harus dipakai pada semua prosedur yang bersinggungan langsung dengan pasien, atau pada saat menangani pendorong ranjang, kantong kateter dan botol urin;

i. kantong kateter, pendorong ranjang dan botol harus dikosongkan di toilet di kamar mandi terapi. Kateter urin biasanya lebih disukai karena dapat mengurangi risiko tumpahan;

j. semua limbah dan kain dari ruang terapi harus dipantau oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) sebelum dibuang. Kain yang tekontaminasi cukup besar harus ditempatkan di tempat Limbah Radioaktif oleh PPR;

k. ruang terapi dan kamar mandi harus dipantau oleh PPR setelah pasien dikeluarkan. Setelah dinyatakan bersih dari radioaktif, kepala bangsal dapat melakukan pembersihan menyeluruh terhadap ruangan;

l. akses pengunjung ke pasien terapi dibatasi tidak lebih dari 15-30 menit setiap harinya. Pengunjung harus berada pada jarak 2 m dari pasien. Orang Wanita hamil dan anak-anak tidak diperbolehkan berkunjung; dan

Page 88: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

78

m. kepala Departemen Kedokteran Nuklir melalui PPR harus segera diberitahukan jika terjadi tumpahan atau bahaya potensial lainnya, dan juga jika diperlukan pemeliharaan terhadap ruang terapi dan pemipaan di ruang ini.

6.5.2. Pedoman bagi pasien kanker tiroid I-131Berikut ini contoh dari pedoman yang dperlukan oleh pasien I-131, yang dapat dimodifi kasi sesuai dengan keadaan setempat.

“Karena Anda menjalani pengobatan dengan iodin-131 radioaktif, Anda menjadi sumber pajanan radiasi bagi orang lain. Anda juga akan mengeluarkan radioaktivitas, terutama melalui air ludah dan urin. Anda harus mengikuti tindakan pencegahan sederhana hingga radiasinya berkurang sampai tingkat yang dapat diabaikan”.

6.5.3. Selama Anda di rumah sakit:a. Jangan meninggalkan ruangan kecuali diminta oleh staf

rumah sakit;b. Gunakan tisu kertas dan jangan sapu tangan;c. Wanita hamil dan anak-anak tidak boleh mengunjungi Anda

di rumah sakit;d. Pengunjung lain boleh datang setelah hari pertama. Setiap

kunjungan dibatasi hanya satu atau dua pengunjung, dan tidak boleh tinggal lebih dari 15-30 menit, dan jaa jarak sejauh 2-3 m dari Anda;

e. Kebersihan perorangan sangat penting. Mandi dan cuci rambut setiap hari;

f. Anda harus mencuci dan mengeringkan pakaian dalam di kamar mandi;

g. Toilet harus dibilas dua kali setelah setiap pemakaian, dan cuci tangan Anda dengan hati-hati; dan

h. Hindari terjadinya percikan urin di sekitar toilet.

Page 89: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

79

6.5.4. Saat Anda pulang dari rumah sakit:Anda akan dipantau oleh PPR dari waktu ke watu untuk menentukan apakah tingkat radiasi telah cukup turun sampai Anda dizinkan pulang ke rumah. Kondisi ini bisa terjadi sewaktu-waktu dari 2 hingga 8 hari, bergantung pada pengobatan yang Anda jalani. Selain itu juga perlu mengamati beberapa tindakan pencegahan radiasi yang sederhana setelah Anda meninggalkan rumah sakit:Selama dua minggu jika pengobatan ini adalah yang pertama kali dengan I-131, atau selama satu minggu jika hal ini bukan pengobatan dengan I-131 yang pertama:a. lanjutkan tindakan bersih-bersih tubuh. Mandi setiap hari.

Cuci tangan dengan hati-hati, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah menggunakan toilet;

b. hindari kontak langsung dengan wanita hamil dan anak-anak. Jangan tidur di ranjang yang sama dengan remaja atau anak-anak;

c. hindari kontak berkepanjangan dengan orang lain. Jangan pergi jauh dengan kendaraan umum atau menonton bioskop atau tempat-tempat hiburan publik lainnya;

d. jaga kebersihan toilet dan bilas dua kali setelah pemakaian. Pasien pria harus duduk saat membuang air kecil; dan

e. hindari bertukar pelembab tubuh, berciuman atau berhubungan badan. Jangan berbagi minuman, sikat gigi, dan lain-lain dengan orang lain.

6.5.5. Kembali bekerjaa. Pada prinsipnya Anda bisa kembali bekerja seperti biasa;b. Jika Anda harus bekerja cukup dekat dengan orang dewasa

yang lain, Anda harus menunggu 2 atau 3 hari terlebih dahulu; dan

Page 90: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

80

c. Jika Anda bekerja dengan bayi atau anak kecil, Anda harus menunggu selama satu minggu.

6.5.6. Kehamilana. Jika Anda wanita dalam usia subur, usahakan agar tidak meng-

an dung selama paling sedikit 6 bulan setelah pengobatan.b. Bahas masalah ini dengan dokter Anda untuk memastikan

bahwa tidak diperlukan lagi pengobatan lebih lanjut dengan I-131 dalam waktu dekat.

6.6. Thyrotoksikosis

Untuk pengobatan penyakit thyroid benign – hyperthyroidism (penyakit Graves) dan multinodular goitre racun – aktivitas I-131 yang diberikan berada dalam rentang 0,3 hingga 1 GBq. Lebih dari 60% aktivitas yang diberikan akan diambil oleh kelenjar thyroid, dan mengendap cukup lama di tubuh.

6.6.1. Pedoman bagi pasien thyrotoksikosis I-131Pengobatan dengan I-131 untuk thyrotoksikosis biasanya tidak memerlukan pasien agar rawat inap. Meskipun aktivitas yang diberikan ke pasien lebih sedikit dari jumlah yang diberikan untuk kanker thyroid, ambilan dan pengendapannya di tubuh jauh lebih lama. Tindakan pencegahan yang diperlukan akan lebih lama dibanding setelah pengobatan untuk kanker thyroid. Sebagai contoh:

“Karena Anda menjalani pengobatan dengan iodin-131 radioaktif, Anda menjadi sumber pajanan radiasi bagi orang lain. Anda juga akan mengeluarkan radioaktivitas, terutama melalui air ludah dan urin. Anda harus mengikuti tindakan pencegahan sederhana hingga radiasinya berkurang sampai tingkat yang dapat diabaikan”.

Page 91: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

81

6.6.2. Selama dua minggu setelah pengobatan:a. Kebersihan diri merupakan hal yang utama. Mandi setiap

hari. Cuci tangan dengan hati-hati, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah menggunakan toilet.

b. Hindari kontak langsung dengan wanita hamil dan anak-anak. Jangan tidur di ranjang yang sama dengan remaja atau anak-anak.

c. Hindari kontak berkepanjangan dengan orang lain. Jangan pergi jauh dengan kendaraan umum atau menonton bioskop atau tempat-tempat hiburan publik lainnya.

d. Jaga kebersihan toilet dan bilas dua kali setelah pemakaian. Pasien pria harus duduk saat membuang air kecil.

e. Hindari bertukar pelembab tubuh, berciuman atau berhubungan badan. Jangan berbagi minuman, sikat gigi, dan lain-lain dengan orang lain.

6.6.3. Kembali bekerjaa. Pada prinsipnya Anda bisa kembali bekerja seperti biasa.b. Jika Anda harus bekerja cukup dekat dengan orang dewasa

yang lain, Anda harus menunggu 2 atau 3 hari terlebih dahulu.

c. Jika Anda bekerja dengan bayi atau anak kecil, Anda harus menunggu selama satu minggu.

6.6.4. KehamilanJika Anda wanita dalam usia subur, usahakan agar tidak mengandung selama paling sedikit 6 bulan setelah pengobatan.

6.7. Terapi Y-90

Y-90 dipasok sebagai koloid yang disuntikkan ke dalam sendi yang sakit, dan akan terus berada di dalamnya sampai meluruh. Penempatan jarum yang akurat pada ruang sendi sangat penting untuk menghindari

Page 92: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

82

nekrosis jaringan. Prosedur harus dilakukan oleh dokter yang berpengalaman. Pedoman fl uoroskopik diperlukan pada kasus-kasus yang sulit.

Ginjal tidak mengeluarkan radioaktivitas Y-90. Pajanan radiasi di dekat sendi yang sakit juga sangat rendah dan bahaya radiasi boleh dikatakan dapat diabaikan, sehingga pasien tidak memerlukan ruang khusus.

6.7.1. Pedoman bagi perawat pasien Y-90a. Pasien harus beristirahat di ranjang dengan sendi yang sakit

dibebat selama 48 jam. Selama pembebatan sendi ini tidak perlu dicuci.

b. Pasien dianjurkan untuk dapat mencuci dirinya sendiri sebisa mungkin dengan air di wajan yang ditempatkan di ranjang. Perawat harus menyelesaikan pencucian badan pasien dan mengganti seprai jika kotor.

c. Cuci wajan, bedpan dan lain-lain seperti biasa karena tidak ada kontaminasi radioaktif di barang-barang tersebut.

d. Jangan berdiri terlalu dekat dengan sendi yang sakit kecuali kalau perlu.

e. Beritahu ahli reumatik jika tempat yang disuntik meradang atau sakit.

f. Beritahu Departemen Kedokteran Nuklir jika pasien meninggal atau memerlukan pembedahan satu minggu setelah penyuntikan Y-90.

6.8. Terapi Sr-89

Stronsium-89 kadang-kadang digunakan untuk meringankan sakit yang diderita pasien kanker prostat dan telah menyebar ke tulang. Setelah penyuntikan intravena, Sr-90 akan berkumpul di metastase tulang dan juga dikeluarkan melalui urin. Pajanan radiasi bagi staf yang berada di dekat pasien sangat rendah sehingga tidak diperlukan pemantauan

Page 93: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

83

radiasi. Bahaya utama berasal dari kontaminasi dari urin.

6.8.1. Pedoman bagi perawat pasien Sr-89a. Akomodasi kamar khusus tidak diperlukan namun lantai

kamar harus terbuat dari bahan anti serap, mulus dan dapat dicuci, sedapat mungkin lembaran vinyl.

b. Pasien harus diberitahu utuk menghindari kontaminasi kulit, toilet, dan kamar mandi dengan urin radioaktif.

c. Gunakan labjas dan sarung tangan pada saat menangani botol urin, nampan, dan lain-lain.

d. Jika rasa tidak enak menjadi masalah pada minggu pertama setelah penyuntikan Sr-89, beritahu Departemen Kedokteran Nuklir karena kateter urin mungkin akan diperlukan.

e. Masukkan kain kotor ke dalam kantong plastik untuk dipantau PPR sebelum dikirim ke tempat cuci.

f. Jika pasien muntah atau merasa tidak enak, ikuti prosedur penanganan yang diberikan PPR.

g. Beritahu DepartemenKedokteran Nuklir jika pasien memerlukan pembedahan atau memiliki fraktir patologi atau meninggal selama rawat inap.

6.9. Penanggulangan Kedaruratan

6.9.1. Sumber radiasi hilangDepartemen Kedokteran Nuklir harus memiliki dan selalu memutakhirkan catatan mengenai sumber radiasi atau radiofarmaka yang ada, sehingga dengan segera dapat diketahui sumber radiasi mana yang hilang, jenis dan aktivitasnya, kapan dan dimana lokasi terakhir sumber radiasi tersebut, dan siapa yang menggunakannya. Catatan yang rapi juga perlu disusun mengenai kapan diterimanya sumber radiasi yang dipesan, tepat waktu atau pun tertunda.

Page 94: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

84

Namun jika sumber radiasi tetap hilang, tindakan berikut harus terdapat pada rencana kedaruratan:a. Lapor dan cari bantuan dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR).b. Lakukan pencarian di sekitar lokasi terakhir yang diketahui.c. Cek dan pastikan keamanan dan pengendalian sumber

radiasi yang lain.d. Cek semua kemungkinan yang dapat terjadi.e. Jika tetap tidak ditemukan, hubungi pemasok dan informasikan

hal ini sehingga mereka dapat merunut pengiriman dan menemukan dimana bahan radioaktif ini berada.

f. Jika tidak ditemukan, laporkan hilangnya sumber radiasi ini sesuai dengan ketentuan Bapeten.

6.9.2. Kerusakan generator Tc-99mGenerator mengandung radioaktif dalam jumlah yang cukup besar. Jika generator Tc-99m rusak, tindakan berikut perlu diambil:a. Kosongkan lokasi sekitar generator dari pekerja dan manusia

lain.b. Beritahu PPR yang harus memastikan apakah ada tumpahan

radioaktif, dan melaksanakan atau mengawasi tindakan dekontaminasi dan pemantauan.

c. Catat insiden atau kecelakaan ini dan buat laporan sesuai dengan ketentuan Bapeten.

6.9.3. Tumpahan radioaktif dalam jumlah rendahJika terjadi tumpahan radioaktif dalam jumlah yang rendah, tindakan berikut perlu dilakukan:a. Gunakan pakaian pelindung dan sarung tangan sekali pakai.b. Serap dengan cepat tumpahan dengan penyerap khusus

untuk menjaganya tidak menyebar lebih jauh.c. Usap dengan towel dari pinggir daerah yang terkontaminasi

ke arah tengah.d. Keringkan daerah dan lakukan uji usap.

Page 95: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

85

e. Ulangi pembersihan dan uji usap hngga sampel usap menunjukkan tumpahan telah bersih.

f. Gunakan kantong plastik untuk menyimpan barang yang terkontaminasi.

6.9.4. Tumpahan radioaktif dalam jumlah besarJika terjadi tumpahan radioaktif dalam jumlah besar, tindakan berikut perlu dilakukan:a. Beritahu PPR yang harus segera mengawasi upaya

pembersihan.b. Lempar penyerap ke tumpahan untuk dengan cepat

mencegah tersebarnya kontaminasi.c. Semua orang yang tidak terlibat dengan tumpahan untuk

segera meninggalkan daerah yang terkontaminasi.d. Pantau tingkat kontaminasi semua orang yang terlibat dalam

tumpahan pada saat meninggalkan ruangan.e. Jika ada pakaian yang terkontaminasi, buka dan masukkan

ke dalam kantong plastik yang diberi tanda “RADIOAKTIF.f. Jika terjadi kontaminasi pada kulit, cuci segera bagian kulit

yang terkontaminasi tersebut.g. Jika terjadi kontaminasi pada mata, bilas mata dengan air

dalam jumlah besar.

6.9.5. Penanggulangan medik pasien radioaktifPenanggulangan medik ini sangat penting bagi pasien terapi yang mengandung radioaktivitas dalam jumlah besar. Personil medik harus memulai penanggulangan dengan penanganan keadaaan daruratnya terlebih dahulu (misalnya, jika pasien mengalami stroke), diikuti dengan tindakan untuk mencegah penyebaran kontaminasi dan meminimalkan pajanan eksternal. Pekerja atau staf RS harus menghindari kontak langsung dengan mulut pasien, dan semua anggota tim kedaruratan harus memakai sarung tangan pelindung. Staf medik harus telah dilatih untuk menangani pasien

Page 96: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

86

yang mengandung radioaktif seperti ini, dan latihan kedaruratan harus dilakukan secara berkala.

6.9.6. Kebutuhan segera pasien, termasuk pembedahanPertimbangan proteksi radiasi harus tidak boleh mencegah atau menunda tindakan penyelamatan nyawa jika pembedahan pasien diperlukan. Tindakan berikut perlu dilakukan dalam hal ini:a. Beritahu staf ruang operasi.b. Modifi kasi prosedur operasi di bawah pengawasan PPR

untuk meminimalkan pajanan dan penyebaran kontaminasi.c. Perlengkapan pelindung dapat digunakan sepanjang tidak

mengganggu operasi pembedahan.d. Rotasi personil akan diperlukan jika prosedur pembedahan

memakan waktu yang cukup lama.e. PPR harus memantau semua orang yang terlibat dalam

operasi pembedahan ini.f. Ukur dosis radiasi yang diterima semua staf.

6.9.7. KebakaranLatihan keadaan darurat pada rumah sakit harus memperhatikan dengan cermat evakuasi yang aman bagi pasien, pengunjung dan pekerja. Jika ada petugas pemadam kebakaran, mereka harus diinformasikan mengenai adanya bahan radioaktif. Tidak ada seorang pun yang diizinkan memasuki kembali gedung sampai pengecekan kontaminasi selesai dilakukan.

Page 97: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

87

BAB VIIPENUTUP

Komite Ilmiah PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR, United Nations Scientifi c Committee on the Effects of Atomic Radiation) menyatakan bahwa dalam waktu 20 tahun sejak 1988 hingga 2008 telah terjadi peningkatan pemeriksaan radiodiagnostik lebih dari dua kalinya, dengan jumlah pemeriksaan pada tahun 2008 mencapai hampir 10 juta pemeriksaan setiap harinya.

Dalam hal radio terapi, UNSCEAR memperkirakan bahwa pada periode 1997-2007 aplikasi globalnya meningkat menjadi 5,1 juta penyinaran dari 4,7 juta peyinaran pada kurun waktu 1991-1996. Sekitar 4,7 juta pasien mendapat perlakuan radio terapi eksternal, sementara 0,4 juta mendapat penyinaran brakiterapi. WHO, sementara itu, memperkirakan setiap tahun jumlah kasus kanker baru akan meningkat menjadi sekitar 15 juta pada tahun 2015 dibanding 9 juta pada tahun 1995, dengan dua pertiganya terjadi di negara berkembang.

Untuk aplikasi pada kedokteran nuklir, UNSCEAR juga menyatakan telah terjadi peningkatan baik untuk kepentingan pemeriksaan diagnostik maupun terapi. Untuk kedokteran nuklir diagnostik frekuensi pemeriksaan tahunan naik dari 0,9 per 1.000 populasi pada tahun 1970-1979 menjadi 1,1 per 1000 populasi pada tahun 1997-2007, dan untuk kedokteran nuklir terapeutik juga meningkat dari 0,036 per 1000 populasi pada 1991-1996 menjadi 0,043 per 1.000 populasi pada 1997-2007.

Dengan data di atas terlihat bahwa aplikasi ketenaganukliran di bidang medik telah menjadi bagian yang amat penting dan tidak dapat ditinggalkan dalam prosedur klinis medik. Mengingat adanya bahaya yang menyertai pemanfaatan ini, maka upaya penerapan konsep proteksi dan keselamatan radiasi di rumah sakit menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan dengan penuh disiplin oleh seluruh personil yang terlibat di dalam aplikasi ketenaganukliran di rumah sakit ini.

Page 98: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

88

DAFTAR BACAAN

1. IAEA, 2014. Radiation Protection and Safety of Radiation Sources: International Basic Safety Standards. Interim Edition. General Safety Requirements Part 3. No. GSR Part 3. IAEA, Vienna.

2. HANSSON, S.O., 2007. Ethics and radiation protection. J.Radiol.Prot. 27 (147-156).

3. ICRP, 2007. The 2007 Recommendations of the International Commission on Radiological Protection. ICRP Publication 103. Ann. ICRP 37 (2-4).

4. IAEA, 2006. Applying Radiation Safety Standards in Diagnostic Radiology and Interventional Using X Rays. Safety Reports Series No. 39. IAEA, Vienna.

5. IAEA, 2010. Comprehensive Clinical Audits of Diagnostic Radiology Practices: A Tool for Quality Improvement. Human Health Series No. 4. IAEA, Vienna.

6. IAEA, 2012. Radiation Protection in Paediatric Radiology. Safety Reports Series No. 71. IAEA, Vienna.

7. IAEA, 2006. Applying Radiation Safety Standards in Radiotherapy. Safety Reports Series No. 38. IAEA, Vienna.

8. IAEA, 2007. Comprehensive Audits of Radiotherapy Practices: A Tool for Quality Improvement. IAEA, Vienna.

9. IAEA, 2006. Radiation Protection in the Design of Radiotherapy Facilities. Safety Reports Series No. 47. IAEA, Vienna.

10. IAEA, 2005. Applying Radiation Safety Standards in Nuclear Medicine. Safety Reports Series No. 40. IAEA, Vienna.

11. IAEA, 2006. Quality Assurance for Radioactivity Measurement in Nuclear Medicine. Technical Reports Series No. 454. IAEA, Vienna.

Page 99: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

BUKU PINTAR | Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah Sakit

89

12. WHO, 1982. Quality Assurance in Nuclear Medicine. WHO, Geneva.

13. IAEA, 2009. Release of Patients After Radionuclide Therapy. Safety Reports Series No. 63. IAEA, Vienna.

14. United Nations Scientifi c Committee on the Effects of Atomic Radiation, 2010. Sources and Effects of Ionizing Radiation. UNSCEAR 2008 Report to the General Assembly with Scientifi c Annexes. Vol. I. United Nations, New York.

15. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif.

16. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang Keselamatan Ra diasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiodiagnostik dan Intervensional.

17. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 17 Tahun 2012 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Kedokteran Nuklir.

18. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 3 Tahun 2013 tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Radio terapi.

19. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 4 Tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

Page 100: 1-PROTEKSI DAN KESELAMATAN KESELAMATAN RADIASI DI RS

90

RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Eri Hiswara menyelesaikan pendidikan S1 pada jurusan Fisika di Universitas Indonesia, Jakarta, pada tahun 1982. Pendidikan S2 ditempuh pada bidang studi Radiation and Environmental Protection di University of Surrey, Guildford, Inggris, dan lulus tahun 1990. Sejak menjadi pegawai Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada tahun 1983 hingga kini, ia mengabdikan dirinya menjadi peneliti hingga memperoleh jabatan sebagai Profesor Riset pada tahun 2008. Ia juga sempat menjadi Atase Ilmu Pengetahuan di KBRI/PTRI Wina pada tahun 2003-2007. Selain aktif sebagai peneliti, saat ini ia juga menjadi pengajar luar biasa pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi di FKUI untuk mata ajar Fisika dan Proteksi Radiasi. Eri Hiswara adalah anggota Himpunan Fisika Indonesia, Himpunan Fisika Medik dan Biofi sika Indonesia, Asosiasi Proteksi Radiasi Indonesia, dan Health Physics Society yang berkedudukan di Amerika Serikat.