Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng...

125
Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh Isnaeni NIM: 11150340000122 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H. /2020 M.

Transcript of Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng...

Page 1: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh

Isnaeni

NIM: 11150340000122

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H. /2020 M.

Page 2: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan
Page 3: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

ii

Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

Isnaeni

11150340000122

Pembimbing

Moh. Anwar Syarifuddin, M.A

NIP. 19720518199803 1 003

PRORAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H./2020 M.

Page 4: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa

Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 31 Maret 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Jakarta, 29 Juli 2020

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Kusmana, Ph.D Roswan Rio Utomo, M.A

NIP. 196504241995031001 NIP. 198805022019031009

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Hamdani Anwar, M.A Dr. Hasani Ahmad Said, M.A

NIP. 195301071983031001 NIP. 198202212009011024

Pembimbing

Moh. Anwar Syarifuddin, M.A

NIP. 197205181998031003

Page 5: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan
Page 6: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

ABSTRAK

Isnaeni, 11150340000122

“Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes”

Sedekah bumi merupakan salah satu upaya perwujudan rasa syukur

yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Kedungneng Kecamatan Losari

Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Penelitian ini membahas bagaimana

pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur dan korelasinya dengan

tradisi sedekah bumi. Melalui penelitian lapangan (field research) dengan

pendekatan kualitatif didapatkan hasil temuan bahwa di Kedungneng

tradisi sedekah bumi sudah turun temurun diadakan setahun sekali,

sebagai upaya masyarakat dalam mensyukuri nikmat yang mereka peroleh

atas hasil panen yang mereka dapatkan setiap tahunnya. Dalam praktiknya

masyarakat diminta untuk membawa sebagian hasil panennya yaitu berupa

makanan yang dibawa ke balai desa dan didoakan bersama-sama. Setelah

itu dibagikan lagi kepada penduduk, dengan harapan semua warga dapat

menikmati makanan tersebut. Namun, tidak sesuai harapan warga yang

memperoleh nasi tersebut justru saling lepar, sehingga terjadi perang nasi

dan menimbulkan sedikit keributan. Terkait perilaku terakhir, masyarakat

berbeda pendapat. Sebagian menganggap hal itu sesuai dengan tujuan

bersyukur, memberi dan berbagi makanan bagi makhluk yang hidup di

atas bumi. Tetapi, tidak sedikit warga yang menganggapnya sebagai

perilaku mubazir yang tidak sesuai semangat tasyakur. Sebagian bahkan

hampir semua warga sepakat sedekah bumi di Kedungneng perlu terus

dilestarikan sebagai upaya pelestarian khazanah kebudayaan di Indonesia.

Terkait prakteknya yang masih menunjukkan adanya kekurangan,

masyarakat berharap adanya perubahan perilaku sehingga bisa lebih

mencerminkan nilai-nilai agama di pelaksanaan tahun-tahun berikutnya.

Kata kunci: Syukur, Sedekah Bumi, Pemahaman al-Qur’an,

Antropologi Budaya.

Page 7: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan

kekuatan dan kenikmatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

yang berjudul Al-Qur‟an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Skripsi ini diajukan sebagai

bagian dari tugas akhir dalam menyelesaikan studi S1 di Program Studi

Ilmu al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih setulusnya kepada:

1. Kepada Yth. Segenap civitas Akademia UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta; Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A.

selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan

Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc. MIRKH, selaku Sekretaris Jurusan

Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, serta Civitas Akademik Fakultas

Ushuluddin.

4. Bapak Dr. Mafri Amir, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan, motivasi serta do‟a restu kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Moh. Anwar Syarifuddin, MA. selaku dosen pembimbing

yang telah banyak membantu penulis dengan sabar dan ikhlas dalam

memberikan ide, saran dan kritiknya dalam penyelesaian skripsi ini.

Page 8: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

vii

6. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya Dosen Jurusan

Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang telah membimbing dan berbagi

ilmu selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Ushuluddin.

7. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan

Pusat Studi al-Qur‟an (PSQ) Ciputat, Perpustakaan Nasional RI dan

Perpustakaan Iman Jama‟ Lebak Bulus yang telah memberikan

fasilitas serta rujukan-rujukan sebagai sumber referensi.

8. Teruntuk kedua orang tuaku yang sudah tenang disisi Allah SWT.

Alm. Bapak Rasdam dan Almrh. Ibu Baedah. Lantunan doa dalam

setiap sujudku selalu menyertai kalian, segala yang telah penulis

peoleh merupakan bentuk bakti terhadap kalian, semoga Allah

SWT. Senantiasa memberikan tempat terbaik disisi-Nya. Dan untuk

Almarhum Kakak pertamaku Abdussalam terima kasih pernah

mengantarkan penulis dalam menempuh pendidikan, kakak kedua

sekaligus orang tua penggantiku Tasi‟ah dan Daryo yang tidak

pernah mengeluh dan patah semangat dalam memberikan bantuan

baik moril maupun materil kepada penulis, serta kakak-kakaku yang

tersayang Nariti Heryani, Roali dan Wartikah Raedah, mereka

semua yang menginspirasi dan senantiasa mendoakan penulis

sehingga sampai pada tahap sekarang.

9. Teruntuk orang tua keduaku Dra. Hj. Utin Rustini dan Deddy

Ramdhani ZA, terima kasih karena selalu memberikan pendidikan,

motivasi, dan arahan bagi penulis serta bantuan yang begitu besar

baik moril maupun materi. Juga kepada saudara seperjuanganku Siti

Mardianah S.HI dan Putri Pahriani yang tidak lelah menemani,

memberikan semangat dan mendoakan serta membuat penulis

Page 9: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

viii

merasa terhibur disaat penulis mulai merasa sepi dan rindu akan

tanah kelahiran.

10. Terima kasih kepada keluarga besar Yayasan Jam‟iyyatul Hidayah

yang selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada penulis,

juga kepada Pesantren Pemberdayaan Umat yang telah memberikan

banyak pelatihan kepada penulis. Teruntuk adik-adik santri

Fatimatuzzahra, Vaza Dea Nurlita, Naya Nesa Natasya, Maulida

Intan Susanti dan Ananda Putri Syaidah terima kasih karena selalu

memberikan semangat dan doa kepada penulis.

11. Semua tokoh Agama, perangkat desa dan semua warga masyarakat

desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, Jawa

Tengah yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian

dan meluangkan banyak waktu untuk memberikan informasi kepada

penulis.

12. Segenap rekan KKN 05 BISMATARA keluarga besar Desa Lontar,

dan anak-anak SDN 02 Lontar kalian keluarga yang telah

memberikan pengalaman baru untuk penulis. Terima kasih atas doa

dan motivasi dari rekan-rekan semua.

13. Kepada rekan Identitas Himpunan mahasiswa Jurusan IAT-IH,

terima kasih pernah memberikan pengalaman berorganisasi yang

mengesankan kepada penulis.

14. Kepada pengurus Yayasan Beasiswa Jakarta, terima kasih berkat

bantuan yang diberikan penulis dapat menyelesaikan perkuliahan

dengan baik.

15. Kepada teman setia yang sudah menemani penulis walaupun jauh

disana Aliyudin Ma‟arif, terima kasih karena dengan sabar dan

tidak bosan-bosan menjadi alarm pengingat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

ix

16. Teman-teman angkatan 2015 Program Studi Ilmu al-Qur`an dan

Tafsir, khususnya Nanda Khoiru Hermina yang selalu setia

menemani penulis dari awal perkuliahan hingga selesai, teruntuk

Siti Ja‟ronah, Setia Ningsih Vera Dinajani, Lita Suprida, Izzah

Umniyati, NurFaidah Mahmudah, terimakasih atas keceriaan dan

canda tawa yang telah diberikan selama menempuh perkuliahan

bersama-sama di Fakultas Ushuluddin. Penulis hanya dapat

memohon kepada Allah SWT. semoga berkenan menerima segala

kebaikan dan ketulusan kalian semua serta memberikan sebaik-

baiknya balasan atas amal baik kalian.

Skripsi ini tentu masih banyak kekurangan yang membutuhkan

kritik dan saran. Oleh karena itu skripsi ini senantiasa menerima kritik dan

masukan demi kepentingan ilmu pengetahuan. Semoga skripsi ini bisa

bermanfaat dan memberikan kontribusi khususnya dalam diskursus ilmu

al-Qur‟an dan Tafsir. Terima kasih.

Jakarta, 25 Februari 2020

Isnaeni

Page 11: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan

bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin

dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan - ا

B Be ب

T Te ت

ṡ Es (dengan titik di atas) ث

J Je ج

ḥ h (dengan titik di bawah) ح

Kh Ka dan Ha خ

D De د

Ż Zet (dengan titik di atas) ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan Ye ش

ṣ Es dengan titik di bawah ص

ḍ De dengan titik di bawah ض

ṭ Te dengan titik di bawah ط

ẓ Zet dengan titik di bawah ظ

Apostrof terbalik „ ع

G Ge غ

Page 12: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

xi

F Ef ف

Q Qi ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ھ

Apostrof ` ء

Y Ye ي

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa

diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka

ditulis dengan tanda (‟).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal

atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut diftong. Untuk vokal

tunggal sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatḥah

I Kasrah

U Ḍammah

Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي Ai a dan i

و Au a dan u

Page 13: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

xii

Dalam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang

(mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا Ā a dengan garis di atas ى

ي Ī i dengan garis di atas ى

و Ū u dengan garis di atas ى

C. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf

syamsiyah dan huruf qamariyah.

al-Qamariyah يرال ن al-Munīr

al- Syamsiyah ال ر ج al-Rijāl ال

D. Syaddah atau Tasydîd

Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “

“ ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf,

yaitu:

al-Qamariyah ال

ة و ق al-Quwwah

al- Syamsiyah ال

ة ور ر ض al-Ḍarūrah

E. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang

hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah,

transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau

mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata

yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang

Page 14: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

xiii

menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,

maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1 ة يق ر

Ṭarīqah ط

2 ة ي م

سلا

ال

ة ع ام

ج al-Jāmi‟ah al-Islāmiah ال

ود 3ج و ال ة حد Waḥdat al-Wujūd و

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan

kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-

lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis

dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf

awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī;

Nuruddin al-Raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa

Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,

istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia.

Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari

pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam

tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di

atas. Misalnya kata Al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan

Page 15: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

xiv

umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu

rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:.

Fī ẓilāl al-Qur‟an

al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

H. Singkatan-singkatan

Singkatan Keterangan

QS. al-Qur`an Surah

SWT. Subḥānahu wa Ta„alā

Saw. ṣallallāhu „Alaihi Wasallam

Ra. Raḍiyallāhu „Anhu

h. Halaman

Terj. Terjemah

M Masehi

H Hijriah

w. Wafat

Page 16: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Permasalahan .................................................................. 5

1. Identifikasi Masalah ................................................. 5

C. Batasan Masalah ............................................................. 6

D. Rumusan Masalah ........................................................... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 7

F. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................ 7

G. Metodologi Penelitian ...................................................... 10

1. Jenis Penelitian .......................................................... 10

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................... 11

3. Sumber Data .............................................................. 11

H. Sistematika Penulisan ..................................................... 14

BAB II SYUKUR DALAM Al-QUR’AN DAN TRADISI

SEDEKAH BUMI .............................................................. 16

A. Pengertian Syukur ............................................................ 16

B. Ayat-Ayat Yang Membentuk Konsep Dasar Syukur ...... 22

C. Aspek-Aspek Syukur ....................................................... 27

D. Contoh Perbuatan Syukur..................................... ........... 30

E. Hikmah Bersyukur ......................................................... 33

Page 17: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

xvi

F. Tradisi Sedekah Bumi ..................................................... 36

1. Pengertian Tradisi Sedekah Bumi ............................ 36

2. Sejarah Tradisi Sedekah Bumi .................................. 38

BAB III GAMBARAN UMUM DESA KEDUNGNENG ............... 42

A. Letak Geografis .............................................................. 42

B. Kependudukan ................................................................ 43

C. Kondisi Sosial, Tingkat Pendidikan, Taraf Ekonomi,

dan Kehidupan Keagamaan ............................................ 43

1. Kondisi Sosial ........................................................... 43

2. Tingkat Pendidikan ................................................... 44

3. Taraf Ekonomi .......................................................... 46

4. Kehidupan Keagamanaan ......................................... 47

D. Ragam Kebudayaan ......................................................... 51

1. Kondisi Budaya ........................................................ 51

2. Tradisi Masyarakat Desa Kedungneng ..................... 52

3. Kesenian .................................................................... 55

4. Biografi Responden .................................................. 57

BAB IV PRAKTIK SYUKUR PADA TRADISI SEDEKAH

BUMI DI DESA KEDUNGNENG KECAMATAN

LOSARI KABUPATEN BREBES ...................................... 58

A. Islam dan Budaya Di Indonesia ....................................... 58

B. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Di Desa

Kedungneng ..................................................................... 60

C. Respon Masyarakat Terhadap Tradisi Sedekah Bumi

di Desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten

Brebes ............................................................................... 67

1. Pandangan Masyarakat Terhadap Kegiatan

Sedekah Bumi ............................................................ 67

2. Saran Masyarakat Terkait Kegiatan Sedekah Bumi ... 77

Page 18: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

xvii

BAB V PENUTUP ............................................................................. 79

A. Kesimpulan ...................................................................... 79

B. Saran................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. 86

Page 19: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ayat-Ayat Syukur Dalam Al-Qur‟an ...................................... 23

Tabel 4.1 Sejarah Tradisi Sedekah Bumi ................................................ 41

Tabel 3.1 Fasilitas Umum Desa Kedungneng ........................................ 44

Tabel 3.2 Sarana Pendidikan di Desa Kedungneng ............................... 46

Tabel 3.3 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kedungneng ................. 47

Tabel 3.4 Biografi Responden ................................................................ 57

Tabel 4.1 Susunan Acara Sedekah Bumi ............................................... 63

Tabel 4.2 Ungkapan Syukur Menurut Responden ................................. 71

Tabel 4.3 Respon Masyarakat Terhadap Tradisi Sedekah Bumi ........... 76

Page 20: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Segala tindakan dan perbuatan manusia yang memiliki corak berbeda

satu dengan lainnya, pada dasarnya merupakan akibat adanya pengaruh

dari dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang didorong dari luar

dirinya seperti pola pikir, pendidikan dan aspek waraṡah.1 Dalam segala

tempat dan waktu, manusia itu terpengaruh oleh adat-istiadat golongan

dan bangsanya, karena ia hidup di dalam lingkungan mereka, melihat dan

mengetahui bahwa mereka melakukan sesuatu perbuatan dan menjauhi

perbuatan lainnya, sedang kekuatan memberi hukum kepada suatu hukum

belum tumbuh begitu rupa, sehingga ia mengikuti kebanyakan perbuatan

yang mereka lakukan atau mereka singkirkan.2

Al-Qur‟an yang diturunkan oleh Allah SWT. melalui Rasul-Nya

Muhammad Saw. yang berisikan pedoman untuk dijadikan petunjuk, baik

pada masyarakat yang hidup di masa turunnya maupun masyarakat

sesudahnya, hingga akhir zaman. Namun, perlu diingatkan bahwa al-

Qur‟an tidak diturunkan dalam masyarakat yang hampa nilai, melainkan

masyarakat yang sudah sarat dengan nilai-nilai kultur dan sosial, berikut

ikatan-ikatan primordialnya masing-masing. Oleh karena itu, penyebaran

1Zahruddi AR, Pengantar Studi Akhlak, cet.I (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,2004), 95. 2 Ahmad Amin, ETIKA: Ilmu Akhlak, cet.8 (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995),87.

Page 21: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

2

nilai-nilai al-Qur‟an, mau tidak mau langsung diperhadapkan dengan

berbagai nilai sosial dan budaya yang sudah mapan itu. 3

Kondisi budaya dan nilai sosial yang terdapat dalam suatu negara juga

berbeda-beda, tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat tertentu dan

menganggap baik bila mengikutinya; mendidik anak-anak kejurusan adat

istiadat itu dan menanam perasaan kepada mereka bahwa adat istiadat itu

dianggap membawa kesucian, sehingga apabila seorang dari mereka

menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari

golongan bangsanya. Salah satu adat istiadat yang akan penulis teliti disini

adalah adat dari masyarakat Jawa, lebih tepatnya di Desa Kedungneng,

Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes terkait adat sedekah bumi.

Sedekah bumi adalah suatu upacara adat yang melambangkan rasa

syukur manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi. Sedekah bumi

biasanya dilakukan di pedesaan atau pinggiran kota yang masyarakatnya

hidup dari hasil bertani. Pada intinya kegiatan ini bertujuan untuk

mengingat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya kepada

manusia di muka bumi ini khususnya kelompok petani yang hidupnya

bertopang pada hasil bumi dengan memberikan nikmat berupa hasil panen

yang diperoleh setiap tahunnya, karena sesuai dengan firman Allah dalam

al- Qur‟an surat Ibrāhīm ayat 7:

لشديد عذاب إن كفرت ولئن وإذ تذن ربكم لئن شكرت لزيدنكم

“Dan ingatlah tatkala, Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan

jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sungguh azab-Ku sangat pedih”.

(Q.S. Ibrāhīm [14]: 7)4

3Umar Shihab,Kontekstualitas Al-Qur‟an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum

dalam Al-Qur‟an, cet. III (Jakarta:Permadani, 2005), 38 4Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), 256

Page 22: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

3

M. Quraish Shihab menjelaskan di dalam Tafsir al-Misbah terkait

penafsiran Qur‟an Surat Ibrāhīm ayat 7, bahwasanya Nabi Muhammad

Saw. lebih jauh diperintahkan agar mengingatkan juga ucapan lain yang

disampaikan Nabi Musa as. kepada umatnya, agar Nabi Muhammad pun

menyampaikan kepada umat Islam. Nabi Musa as. berkata kepada

kaumnya: “Dan ingat jugalah nikmat Allah kepada kamu semua tatkala

Tuhan Pemelihara dan Penganugerah aneka kebajikan kepada kamu

memaklumkan: “Sesungguhnya Aku, yakni Allah bersumpah demi

kekuasaan-Ku, jika kamu bersyukur pasti Aku tambah nikmat-nikmat-Ku

kepada kamu karena sungguh amat melimpah nikmat-Ku. Karena itu maka

berharaplah yang banyak dari-Ku dengan mensyukurinya dan jika kamu

kufur, yakni mengingkari nikmat-nikmat yang telah Aku anugerahkan,

dengan tidak menggunakan dan memanfaatkannya sebagaimana Aku

kehendaki, maka akan Aku kurangi nikmat itu bahkan kamu terancam

mendapat siksa-Ku sesungguhnya siksa-Ku dengan berkurang atau

hilangnya nikmat itu, atau jatuhnya perkara atas kamu akan kamu rasakan

amat pedih.”5

Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa jika kita bersyukur

pastilah Allah akan menambah nikmatnya, akan tetapi kalau kita kufur

nikmat, maka siksa Allah itu pedih. M. Quraish Shihab juga menjelaskan

bahwasanya hakikat dari uraian surat Ibrahim ayat 7 di atas terbukti

kebenarannya dalam kehidupan nyata. Ketika menjelaskan makna syukur

pada ayat tersebut yang mana syukur diartikan sebagai membuka dan

menampakkan dan lawannya adalah kufur yakni menutup dan

menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakan nikmat antara lain

menggunakannya pada tempatnya dan sesuai yang dikehendaki oleh

5M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur‟an, cet. III (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 21-22

Page 23: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

4

pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Ini berarti

setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. menuntut perenung, untuk

apa nikmat itu Allah SWT. anugerahkan kepadanya, lalu menggunakan

nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya. 6

Menurut Ibn Qayyīm Rahimahullah, agama Islam terdiri dari dua hal,

yaitu bersyukur dan bersabar. Syukur memiliki keutamaan lebih tinggi

daripada sabar, sementara sabar adalah sarana untuk meraih rasa syukur.

Kondisi bersyukur lebih dari sekedar bersabar karena dalam bersyukur

terdapat sikap mengakui nikmat Allah SWT. serta berterima kasih

terhadap Zat yang memberikan kenikmatan itu.7

Salah satu bentuk rasa syukur yang akan dipaparkan di sini adalah

penulis mengambil contoh tradisi adat Sedekah Bumi. Tradisi ini

merupakan salah satu upacara adat berupa prosesi seserahan hasil bumi

dari masyarakat kepada alam. Upacara ini biasanya ditandai dengan pesta

rakyat yang diadakan di balai desa atau di lahan pertanian maupun tempat-

tempat umum lainnya. Upacara ini sudah berlangsung turun termurun dari

nenek moyang kita, dan berkembang di Pulau Jawa, terutama di wilayah

yang kuat akan budaya agraris, seperti yang terjadi di daerah Brebes,

khususnya di Desa Kedungneng, Kecamatan Losari yang masih menganut

adat tersebut setiap tahunnya.

Tradisi budaya yang rutin dilaksanakan setiap tahun ini merupakan

bentuk rasa syukur masyarakat atas melimpahnya hasil panen pertanian.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, ratusan warga Desa

Kedungneng sudah berkumpul di halaman Balai Desa setempat. Mereka

bersuka cita menantikan acara perayaan sedekah bumi. Satu persatu warga

6M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, 22-23

7Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, cet. I (Jakarta:

Belanoor, 2010), 21

Page 24: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

5

desa lantas berdatangan membawa bakul yang berisikan nasi, sayur cabai,

mie goreng, tahu, tempe dan telur. Mereka meletakkan barang bawaanya

itu di dalam ruangan Balai Desa setempat. Setelah itu warga menantikan

kehadiran rombongan dari kepala Desa yang sebelumnya telah diarak

keliling desa dengan membawa nasi tumpeng yang nantinya akan

dijadikan sebagai simbol dari sedekah bumi dan juga tumpeng tersebut

akan di doakan setelahnya baru dibagikan kepada masyarakat desa.

Setelah doa selesai dipanjatkan, puluhan pemuda langsung berebut

mengambil bakul yang telah berisi nasi itu. Mereka kemudian saling

serang dengan aksi lempar-lemparan sekepal dua kepal nasi. Aksi kejar-

kejaran tak terhindarkan saat itu. Suasana meriah terlihat di sini. Warga

pun mulai berhamburan untuk menghindar, karena mereka pun tak luput

dari serangan nasi yang telah berterbangan. Namun ada juga warga yang

membawa nasi tersebut ke rumah dan meletakannya di pojok rumahnya

atau di sawah mereka sebagai bentuk sedekah dengan alam atas hasil

panen mereka.

Sekilas perbuatan di atas menjurus kepada perbuatan mubazir karena

dengan sengaja membuang-buang makanan yang seharusnya dimakan

malah terbuang sia-sia, akan tetapi itulah cara masyarakat desa untuk

mengungkapkan rasa syukur dengan apa yang telah mereka

peroleh.Kemudian yang akan penulis bahas di sini adalah proses

pelaksanaan adat sedekah bumi yang dikaitkan dengan pemahaman

masyarakat terkait ayat syukur yang menjadi landasan dasar kegiatan

sedekah bumi tersebut.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Page 25: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

6

Dari penjelasan latar belakang yang telah ditulis, penulis memberikan

identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:

a. Apa motif dasar pelaksanaan sedekah bumi yang masih terus

dilakukan hingga sekarang,

b. Mengapa tradisi sedekah bumi masih terus saja dilaksanakan,

melihat sudah semakin berkembangnya teknologi dan kemajuan

berpikir masyarakat,

c. Apakah adat sedekah bumi setiap tahunnya dilaksanakan dengan

sistem atau tradisi yang sama atau ada perbedaan pelaksanaan di

setiap tahunnya?

d. Bagaimana pemahaman masyarakat terkait ayat Qur‟an khususnya

tentang ayat syukur dan korelasinya dengan pelaksanaan kegiatan

adat sedekah bumi?

e. Bagaimana memahami implementasi rasa syukur yang terdapat

dalam adat sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat Desa

Kedungneng?

C. Batasan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, banyak persoalan yang terkait

dengan penelitian ini. Karena keterbatasan waktu dan pengalaman menulis

sehingga penulis merasa perlu membatasi dalam penulisan skripsi ini.8

Batasan masalah penelitian ini fokus pada fenomena tradisi sedekah bumi

di desa Kedungneng Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, dan

pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur yang ada di dalam al-Qur‟an

yakni Q.S. Ibrāhīm ayat 7.

D. Rumusan Masalah

8 Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin: Studi Living Qur‟an

di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau”. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakrta, 2016), 6.

Page 26: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

7

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: Bagaimana

pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur dan korelasinya dengan

pelaksanaan kegiatan tradisi sedekah bumi di Desa Kedungneng, Losari,

Brebes?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui praktik sedekah bumi di Desa Kedungneng,

Losari, Brebes.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terkait ayat

syukur yang tercantum di dalam al-Qur‟an Surat Ibrāhīm ayat 7

yang kemudian di implementasikan dalam tradisi sedekah bumi.

3. Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan pemahaman terhadap masyarakat khususnya para

tokoh desa kedungneng yang aktif melakukan kajian di majelis

taklim bahwa tradisi sedekah bumi adalah salah satu bentuk rasa

syukur kepada Allah SWT. atas hasil panen yang telah diperoleh.

2. Memberikan pemahaman terkait ungkapan syukur yang dilakukan

masyarakat desa dengan implementasinya yang selalu dilakukan

ketika pelaksanaan tradisis sedekah bumi.

F. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Agar tidak terjadi kesamaan pembahasan dengan skripsi yang lain,

maka penulis mencoba melakukan penelusuran kajian-kajian yang pernah

dilakukan atau yang memiliki kesamaan pembahasannya, selanjutnya hasil

penelusuran ini akan menjadi acuan untuk tidak mengangkat metodologi

yang sama, sehingga diharapkan kajian ini tidak berkesan plagiat dari

Page 27: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

8

kajian yang telah ada.9 Dari penelusuran yang penulis lakukan, penulis

baru menemukan beberapa karya, diantaranya karya Wiwid Naluriani

Kasih dalam skripsi yang berjudul “Upacara Sedekah Bumi Dalam

Perspektif Pendidikan Islam (Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di

Desa Sendangmulyo Kec. Ngawen Kab. Blora) mengatakan bahwa tradisi

sedekah bumi merupakan budaya masyarakat Jawa yang memiliki ciri

khas tersendiri dan mengandung nilai-nilai yang bisa dilestarikan dan

sejalan dengan pendidikan Islam.10

Kemudian ada juga skripsi yang dibuat oleh Ristiyanti Wahyu yang

berjudul “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenan pada

masyarakat Kalirejo Kec. Talun Kab. Pekalongan” membahas terkait

proses sedekah bumi legenan dan makna simbolik yang terdapat dalam

tradisi tersebut.11

Ada juga skripsi yang ditulis oleh Muafa Erni Vidyawati

yang berjudul “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kec. Menganti Kab.

Gresik (Studi Akulturasi Islam dan Hindu)” di dalam tulisan ini

mejelaskan terkait proses sedekah bumi di Desa Laban dan aspek-aspek

akulturasi yang terdapat di dalamnya.12

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Azka Miftahuddin Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Purwokerto yang berjudul “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi

9Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin: Studi Living Qur‟an

di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakrta, 2016), 7. 10

Wiwid Naluriani Kasih, “Upacara Sedekah Bumi Dalam Perspektif Pendidikan

Islam: Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di Desa Sendangmulyo Kec. Ngawen

Kab. Blora”. (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017) 11

Ristiyanti Wahyu, “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenanan Pada

Masyarakat KaliRejo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan”. (Skripsi S1.,

Universitas Negeri Semarang, 2016). 12

Muafa Erni Vidyawati, “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban Kecamatan

Menganti Kabupaten Gresik (Studi Akulturasi Islam dan Hindu)”. (Skripsi S1.,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016).

Page 28: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

9

Sedekah Bumi di Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo

Banyumas” menjelaskan tentang profil kejawen kalitanjung sebagai

sesepuh desa Tambaknegara yang masih mempertahankan tradisi-tradisi

masyarakat Jawa, kemudian terkait sejarah dan filosofi tradisi sedekah

bumi di dusun Kalitanjung serta cara penanaman nilai syukur yang ada di

dalam tradisi tersebut.13

Disebutkan juga di dalam Skripsi karya Emi

Nurafifah yang berjudul “Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawa

dan Ajaran Islam (Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo Kec.

Trangkil Kab. Pati)” di dalamnya menjelaskan terkait makna syukur yang

terkandung di dalam pelaksanaan adat sedekah bumi.14

Sekilas

pembahasan ini hampir mirip dengan apa yang ingin penulis bahas dalam

skripsi ini akan tetapi ada perbedaan yang menjadi objek kajiannya yaitu

perbedaan pada praktik ritual adat dan juga ayat yang dibahas.

Skripsi yang berjudul “Implementasi Tradisi Sedekah Bumi (Studi

Fenomenologis di Kelurahan Banjarrejo, Kec. Bojonegoro Kab.

Bojonegoro).” Karya Isce Veralidina ini membahas tentang proses

pelaksanaan tradisi sedekah bumi di kelurahan Banjarejo serta pendapat

dari beberapa tokoh terkait tradisi sedekah bumi dan faktor yang

menyebabkan masyarakat yang masih melakukan tradisi tersebut.15

Ada

juga jurnal yang di tulis oleh Puniatun dari IKIP Veteran Semarang yang

berjudul “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk

13

Azka Miftahuddin, “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi Sedekah Bumi Di

Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo Banyumas”. (Skripsi S1., Institut Agama

Islam Negeri Purwokerto, 2016). 14

Emi Nurafifah, “Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawadan Ajaran Islam

(Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati)”.

(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015). 15

Isce Veralidiana, “Implementasi Tradisi Sedekah Bumi (Studi Fenomenologis di

Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro)”. (Skripsi S1.,

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010).

Page 29: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

10

Memelihara Kebudayaan Nasional”.16

kemudian skripsi yang berjudul

“Penafsiran Ayat-Ayat Syukur (Kajian Terhadap Kitab al-Ibrīz Li

Ma‟rifati Tafsir al-Qur‟an al-„Azīz Karya Bisyri Mustafa) yang ditulis

oleh Nur Falihatun mahasiswa Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta, berisi tentang penafsiran

Bisyri Mustafa terhadap ayat-ayat syukur yang terdapat dalam kitab al-

Ibriz dan juga manfaat syukur dalam konteks kehidupan.17

Di dalam buku yang berjudul Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur

karya Mohammad Nuruddin Ma‟mun, S.Si. dijelaskan terkait keutamaan

bersyukur, di antaranya adalah Allah SWT meridhai amalan orang yang

bersyukur dan meridhai sikap bersyukur hamba-Nya seperti tertera di

dalam Qur‟an Surat Az-Zumar ayat 7.18

Dan terkait juga dengan adat

sedekah bumi, di dalam skripsi yang ditulis oleh Patri Endah Mulyani

yang berjudul “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi Upara Sedekah

Bumi Setelah Musim Tanam Padi Studi di Desa Anjatan Utara Kec.

Anjatan Kab. Indramayu” dijelaskan bahwa agama pada satu sisi dapat

membentuk masyarakat ke dalam cosmic-order tetapi pada posisi lain

agama dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.19

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

16

Puniatun, “Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya Untuk Memelihara

Kebudayaan Nasional”. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Veteran Semarang vol 1

No. 2 tahun 2013, (e-jurnal.ikip-veteran.ac.id). 17

Nur Falihatun, “Penafsiran Ayat-Ayat Syukur (Kajian Terhadap Kitab al-Ibrīz Li

Ma‟rifati al-Qur‟an al-„Azīz Karya Bisyri Mustafa)”. (Skripsi S1., Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017). 18

Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 21. 19

Patri Endah Mulyani, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi Upara Sedekah

Bumi Setelah Musim Tanam Padi Studi di Desa Anjatan Utara Kec. Anjatan Kab.

Indramayu”. (Skripsi S1.,Universitas Islam Indonesia, 2018).

Page 30: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

11

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan penelitian ini

akan dilakukan melalui peneltiian lapangan, dengan menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif,20 yaitu dengan cara pendekatan

etnografi.21 Penelitian ini juga mampu memberikan nilai tambah

pengetahuan secara unik dan menarik tentang fenomena tradisi Sedekah

Bumi di Desa Kedungneng, Brebes, yang masih terus dilakukan oleh

masyarakat tersebut setiap tahunnya.

2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa Kedungneng Kecamatan Losari

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Penulis memilih lokasi ini dikarenakan

tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan masyarakat Desa Kedungneng

yang masih terus dilaksanakan setiap tahunnya dengan proses yang sama

sehingga menimbulkan keresahan dalam diri penulis untuk dapat meneliti

lebih jauh terkait tradisi tersebut. Selain itu beberapa desa di Kecamatan

Losari juga masih melaksanakan adat sedekah bumi akan tetapi dari

beberapa desa tersebut tidak sama proses pelaksanaannya.

Penilitian ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat

menggali informasi dan mengumpulkan data mulai dari observasi awal

yang dilakukan pada bulan November 2018 sampai pada pelaksanaan

tradisi sedekah bumi pada tanggal 19-28 Oktober 2019.

3. Sumber Data

20

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Penelitian (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2007), 29 21

Adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial, penelti

menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan dan cara hidup.

Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian, tujuan utamanya untuk

memahami suatu pandangan hidup dan sudut pandang penduduk asli. Suwardi

Endraswara, Metode, Teori Teknik Penelitian Kebudayaan: Edeologi, Epistemologi dan

Aplikasi (Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2006), 207. Lihat juga Jurnal yang di tulis

oleh: Rendi Wura Juniarta, “Metode Etnografi” dari

http://rendywirajuniarta.blogspot.co.id/2010/06/metode-etnografi_15.html

Page 31: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

12

Ada beberapa sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain sebagai berikut:

a. Informan

Informan adalah orang yang memberikan informasi utama yang

dibutuhkan dalam penelitian, diantaranya:

1). Pejabat Desa yang menjadi fasilitator terlaksananya tradisi

sedekah bumi.

2). Tokoh masyarakat atau sesepuh desa.

3). Tokoh Ulama.

Subjek penelitian di atas yaitu orang-orang yang diwawancarai

langsung oleh penulis untuk dapat memperoleh data dan informasi yang

diperlukan dalam penelitian. Adapun informan tersebut bisa saja

bertambah sesuai dengan apa yang ditemui penulis ketika melakukan

penelitian.

b. Data Literature dan Dokumentasi

Data literature diambil dari beberapa kitab dan buku pustaka yang

membahas tentang bersyukur dan tradisi sedekah bumi, baik itu berupa

teori maupun praktek. Selain itu juga ada beberapa dokumentasi berupa

foto-foto terkait desa dan ketika kegiatan tradisi sedekah bumi

berlangsung.

c. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis menggunakan

beberapa metode pengumpulan data, yakni dengan menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer yang penulis gunakan disini adalah

hasil observasi, wawancara, dan penelitian terhadap dokumen-dokumen

terkait kegiatan masyarakat Desa Kedungneng, khususnya tokoh

masyarakat dan aparatur Desa.

Page 32: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

13

d. Observasi

Yaitu metode yang digunakan untuk mengamati secara langsung objek

penelitian di lapangan. Penulis melakukan cara ini untuk memperkuat data

dan mendapatkan keterangan dari individu tertentu untuk keperluan

informasi, sikap atau pandangan dari individu yang diwawancarai. Penulis

juga menggunakan observasi sebagai alat pengumpulan data. Observasi

yang penulis lakukan adalah dengan cara mendatangi dan mengamati

proses berlangsungnya adat sedekah bumi di desa tersebut dan bagaimana

tanggapan warganya jika dikaitkan dengan ayat mubazir yang ada di

dalam Al-Qur‟an.

e. Interview (wawancara)

Yaitu digunakan untuk data dan informasi responden penelitian melalui

serangkaian wawancara secara mendalam atau wawancara takberstruktur.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara etnografi

yaitu wawancara yang menggambarkan sebuah percakapan selayaknya

persahabatan.22 Penelitian ini mengumpulkan data-data melalui

pengamatan dan berbagai percakapan sambil lalu, sehingga ada sebagaian

Masyarakat Desa Kedungneng yang diwawancarai tidak menyadari jika

sebenarnya peneliti sedang menggali informasi.

Metode ini penulis gunakan untuk menguji ulang data-data yang ada

dari hasil observasi. Selain itu, teknik wawancara juga digunakan untuk

menggali data yang tidak ditemukan selama melakukan observasi di

lapangan.23 Wawancara ini ditujukan kepada setiap Masyarakat yang

penulis temui dengan mengambil perwakilan dari setiap Blok di desa

tersebut, dengan metode ini penulis melakukan tanyajawab antara dua

22

Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin,” 12. 23

Andi Firman, “Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yasin,” 13.

Page 33: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

14

orang atau lebih. Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak-

pihak yang berkaitan dan berkompeten dengan masalah yang diteliti.

f. Dokumentasi

Metode ini digunakan digunakan untuk menyempurnakan data yang

diperoleh dari metode interview dan observasi. Penulis akan melakukan

pengambilan gambar tentang tradisi sedekah bumi yang sedang

berlangsung dan dijadikan sebagai bahan penguat untuk penelitian ini.

Sedangkan untuk data sekunder penulis menggunakan buku-buku

terkait pembahasan dan kitab tafsir nusantara sebagai bahan penguat

dalam penulisan skripsi ini.

g. Analisa Data

Analisis data dari hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, harus

melalui proses analisis data terlebih dahulu agar dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya:

1). Pengumpulan Data

Setelah penulis menganalisis tema dan melakukan pemilahan tema

(kategorisasi) selanjutnya penulis melakukan wawancara, observasi, dan

lain sebagainya dan hasil dari aktivitas tersebut adalah data. Setelah

penulis mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisi tahap

selanjutnya adalah melakukan reduksi data.24

2) Reduksi Data

Reduksi data adalah penggabungan dan penyeragaman segala bentuk

data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) sesuai dengan

formatnya masing-masing.25

H. Sistematika Penulisan

24

Haris Hardiansyah, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba

Humanika, 2010), 164. 25

Haris Hardiansyah, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, 172.

Page 34: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

15

Untuk memudahkan penulisan dalam penelitian ini, maka penulisan ini

di bagi menjadi lima bab yang disusun berdasarkan sistematika sebagai

berikut:

Bab Pertama: merupakan pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub

bab yaitu latar belakang masalah, permasalahan yang terdiri dari

identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, hasil penelitian terdahulu yang relevan, metodologi

penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua: merupakan bab yang menjelaskan terkait syukur dari mulai

pengertian syukur, ayat-ayat yang membentuk konsep syukur, aspek-

aspek syukur, contoh pebuatan syukur, hikmah bersyukur dan pengertian

tradisi seekah bumi.

Bab ketiga: merupakan bab gambaran lokasi penelitian Desa

Kedungneng Kabupaten Brebes, yang meliputi letak geografis, tingkat

kependudukan, kondisi sosial, tingkat pendidikan, taraf ekonomi,

kehidupan keagamaan, serta ragam kebudayaan yang meliputi kondisi

budaya, tradisi masyarakat, kesenian dan biografi responden.

Bab keempat: bab ini merupakan hasil dari penelitian yang telah

didapatkan yaitu terkait tentang praktik tasyakur pada tradisis sedekah

bumi di Desa Kedungneng yang meliputu beberapa aspek yaitu sejarah

dan proses pelaksanaan sedekah bumi, kemudian pemahaman masyarakat

terhadap ayat tasyakkur dan implementasinya dengan tradisi sedekah

bumi, serta respon masyarakat terhadap tradisi sedekah bumi berupa

pandangan mereka dan saran terkait kegiatan sedekah bumi.

Bab kelima: merupakan bab penutup, yang isinya terdiri dari

kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian ini. Kritik dan

saran sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

Adapun bagian terakhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan

lampiran-lampiran.

Page 35: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

16

BAB II

SYUKUR DALAM Al-QUR’AN DAN TRADISI SEDEKAH BUMI

A. Pengertian Syukur

Menurut Ibn Qayyīm Rahimahullah, agama Islam terdiri dari dua hal,

yaitu bersyukur dan bersabar. Syukur memiliki keutamaan lebih tinggi

daripada sabar, sementara sabar adalah sarana untuk meraih rasa syukur.

Kondisi bersyukur lebih dari sekedar bersabar karena dalam bersyukur

terdapat sikap mengakui nikmat Allah SWT. serta berterima kasih

terhadap Zat yang memberikan kenikmatan itu.1

Kata syukur (الشكس) artinya adalah menggambarkan (mengingat) serta

menampakan nikmat. Ada juga yang berpendapat bahwa kata الشكس

merupakan perubahan bentuk dari الكشس yang artinya adalah menyingkap.

Sedangkan lawan katanya adalah الكفس yaitu melupakan serta menutupi

nikmat.2 Bersyukur menurut pengertian bahasa mengandung arti mengakui

kebajikan. Bersyukur artinya berterima kasih kepada pihak yang telah

berbuat baik atas kebaikan yang telah diberikannya.

Dari Jābir bin Abdillāh Al-Anshāry, ia berkata. Rasulullah Saw.

bersabda:

أث ن عليو ف قد من صنع إليو معروف ف ليجزئو، فإن ل يزئو ف لي ثن عليو؛ فإنو إذاا لبس ث وب زور شكره، وإن كتمو ف قد كفره، ومن تلى با ل ي عط، فكأن

“Barang siapa yang diberi kebaikan, hendaklah dia membalasnya; dan

jika tidak punya sesuatu untuk membalasnya, hendaklah memuji

pemberiannya, karena sesungguhnya apabila dia pihak yang

memberinya, berarti dia telah berterima kasih kepadanya. Akan tetapi,

jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari

kebaikannya. Barang siapa yang menghiasi dirinya dengan apa yang

1Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, cet. I (Jakarta:

Belanoor, 2010), 21 2Al-Raghib AlAsfahani, Al-Mufradāt Fī Gharībil Qur‟ān Terj. Ahmad Zaini Dahlan,

Kamus Al-Qur‟an Jilid 2, cet. I (Depok: Pustaka Khazanah Fawa‟id, 2017) , 396

Page 36: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

17

tidak diberikan kepadanya, sama halnya dengan orang yang

mengenakan pakaian dusta.”(HR. Tirmidzi)3

Secara bahasa Syukur adalah pujian yang telah berbuat baik atas apa

yang dilakukan kepadanya. Syukur adalah kebalikan dari kufur. Hakikat

syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-an

adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti

menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh

pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lisan.4

Syukur secara etimologi juga berarti membuka dan menyatakan. Adapun

menurut terminology tasawuf, syukur ialah menggunakan nikmat Allah

SWT. untuk taat dan tidak menggunakannya untuk berbuat maksiat

terhadap-Nya.5

Syukur diperlukan karena semua yang kita lakukan dan miliki di dunia

adalah berkat karunia Allah SWT. Dia-lah yang telah memberikan nikmat

kepada kita, baik berupa pendengaran, penglihatan, kesehatan, keamanan,

maupun nikmat-nikmat lainnya yang tidak terhitung jumlahnya. Syukur

merupakan pengetahuan yang membangkitkan kesadaran bahwa satu-

satunya pemberi nikmat adalah Allah SWT. dan ucapan nikmat-Nya

sangat luas. Keutamaan syukur mengungguli peringkat lainnya dalam

maqamat bahwa taubat, zuhud, dan sabar tidak berlaku lagi di akhirat.

Orang tidak memerlukannya lagi di surga, tetapi bersyukur perlu

dilakukan. Orang yang menggabungkan sabar dengan syukur adalah orang

yang memiliki hikmah.

Seseorang akan bisa bersyukur dengan sedalam-dalamnya dan penuh

dengan ikhlas, membesarkan Allah Yang Memberi Nikmat, apabila ia

3 Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 24

4Amir An-Najjar, Psikoterapi Sufistik dalam Kehidupan Modern, Terj. Ija Suntana

(Bandung: PT. Mizan Publika, 2004), 90 5 Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, cet. III (Jakarta: AMZAH, 2015), 175

Page 37: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

18

memahami dan membaca terhadap apa yang diterimanya, memahami apa

yang disyukuri. Karena itulah rasa syukur erat kaitannya dengan iman.

Tidak mungkin seseorang dapat bersyukur jika ia tidak punya akidah,

tidak yakin adaya Tuhan. Sebaliknya seseorang yang telah beriman kepada

Allah dan menjalankan perintahNya tetapi tidak bersyukur, maka sungguh

ia adalah termasuk orang yang tidak tahu diri.6

Pada dasarnya, bersyukur tidak cukup hanya dengan mengucapkan

kalimat Alhamdulillah saja . Bersyukur adalah lebih daripada itu. Menurut

Syaikh AbdullāhAl-Anṣari, syukur terbagi menjadi tiga. Pertama, syukur

dengan hati, yaitu mengakui bahwa semua nikmat berasal dari Allah.

Kedua, syukur dengan ucapan, yaitu memuji Allah sebagai Pemberi

nikmat. Ketiga, syukur dengan anggota badan, yaitu mematuhi syukur

dengan anggota badan, yaitu mematuhi Sang Pemberi Nikmat. Syukur

yang paling utama adalah syukur dengan hati. Sebab, syukur dengan hati

adalah pangkal dua syukur lainnya. Syukur dengan ucapan dan anggota

badantidak diterima jika tidak dibarengi dengan kesyukuran hati.

Banyak orang lupa bahwa bersyukur yang sebenarnya melibatkan hati,

lidah dan tubuh. Oleh karenanya, sangat sedikit dari hamba-hamba Allah

yang benar-benar bersyukur. Allah berfirman:

ي عملون لو ما يشاء من ماريب وتاثيل وجفان كالواب وقدور راسيات اعملوا آل كور داود شكرا وقليل من عبادي الش

“Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang

dikehendakinya; di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi,

patung-patung, piring-piring yang (besar-Nya) seperti kolam, dan

periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai

6Imam Al- Ghazali, Syukur Menambah Nikmat (Surabaya: CV. Karya Utama, 2007),

9

Page 38: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

19

keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali

dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Q.S. Saba‟:13)7

Kita wajib bersyukur dalam keadaan apapun. Jika dikarunia nikmat,

kita harus beryukur atas karunia itu dan kita gunakan nikmat itu secara

betul. Jika diuji dengan kesusahan dan penderitaan, kita perlu bersabar,

bersyukur karena masih ada orang yang lebih menderita dari pada kita.

Kita juga bersyukur karenakita masih hidup dan diberi kesempatan untuk

memperbaiki diri.

Dalam sebuah Hadits Riwayat Ibn Majah dan Ibn ḥibbān, „Āisyah

Ra menceritakan, “Pada suatu malam, Rasulullah Saw. telah masuk tidur

bersamaku sampai kulit kami bersentuhan. Kemudian beliau berkata,

“Wahai putri Abu Bakar, bolehkah aku kau ijinkan beribadah kepada

Tuhanku? Rasulullah pun bangun untuk mengambil air wudhu kemudia

beribadah shalat malam. Ketika itu, Rasullah Saw. menangis tanpa henti-

hentinya sampai Bilal datang untuk shalat Subuh. Akupun („Āisyah)

bertanya, “Ya Rasulullah mengapa engkau menangis, sedangkan Allah

telah mengampuni dosa-dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah

selayaknya bila aku menjadi seorang hamba yang besyukur?”

Inilah contoh rasa syukur dari Rasulullah, manusia paling agung,

terjaga dari kesalahan, dan dijamin masuk surga. Beliau mewujudkan rasa

syukur itu dalam bentuk ibadah yang khusyuk, tanpa adanya kepura-

puraan.8

7 Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata Dilengkapi Dengan Asbabun Nuzul &

Terjemah, cet. III (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2010), 429. 8 Susatyo Budi Wibowo, 99 Jalan Menuju Surga Menurut Al-Qur‟an dan Hadits, cet.

I (Yogyakarta: Gava Media, 2010), 21-23

Page 39: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

20

Imam Ghazali menjelaskan terkait hakikat syukur, syukur tersusun atas

tiga perkara, yakni9:

a. Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta

meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah SWT. dan yang

lain hanya sebagai perantara untuk sampainya nikmat, sehingga

akan selalu memuji Allah SWT. dan tidak akan muncul keinginan

untuk memuji yang lain. Sedangkan gerak lidah dalam memuji-Nya

sebagai tanda keyakinan.

b. ḥāl (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi

melahirkan jiwa yang tentram. Membuatnya senantiasa senang dan

mencintai yang memberi nikmat, dalam bentuk ketundukkan,

kepatuhan. Mensyukuri nikmat hanya dengan menyenangi nikmat

tersebut melainkan juga dengan mencintai yang memberi nikmat

yaitu Allah SWT.

c. Amal perbuatan, ini berkaitan dengan lisan dan anggota badan,

yaitu hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan, dan

anggota badan yang menggunakan nikmat-nikmat Allah SWT.

dengan melaksanakan perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-

Nya.

Muhammad Quraish Shihab menyebutkan bahwa syukur mencakup

tiga sisi, yaitu10

:

a. Syukur dengan hati yakni menyadari sepenuhnya bahwa nikmat

yang diperoleh semata-mata karena anugerah dan kemurahan dari

Ilahi, yang akan mengantarkan diri untuk meenerima dengan penuh

9 Imam Ghazali, Taubat, Sabar, dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A Suminto,

cet. VI (Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1983), 197-203 10

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-qur‟an: Tafsir Maudhū‟i atas Pelbagai

Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1996), 217

Page 40: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

21

kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya

nikmat tersebut.

b. Syukur dengan lidah yakni mengakui anugerah dengan

mengucapkan al-ḥamdūlillāh serta memuji-Nya.

c. Syukur dengan perbuatan yakni dengan memanfaatkan anugerah

yang diperoleh sesuai tujuan penganugerahannya nikmat tersebut

oleh Allah SWT.

Sedangkan lawan dari kata syukur adalah kufur. Kufur secara bahasa

berarti menutupi sesuatu. Sedangkan pengertian kufur menurut istilah

adalah tidak beriman kepada llah dan Rasul-Nya, sama saja apakah ia

mendustakan Allah dan Rasul-Nya atau meyakini Allah dan Rasul-Nya

namun menolak untuk taat dan tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya. 11

Kufur terbagi menjadi dua macam, yaitu kufur akbar dan kufur asghar.

Kufur akbar terbagi menjadi lima macam:

1. Kufur takzib, yaitu mendustakan kebenaran yang datang dari Allah

dan Rasul-Nya (QS. Al-Ankabūt [29]: 68)

2. Kufur iba‟ wa istikbar (enggan dan sombong), yitu mengakui

keesaan Allah dan kebenaran Rasul-Nya, namun menolak untuk

mentaati allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana kufurnya Iblis, yang

menolak perintah Allah dan tidak megerakannya, karena

kesombongan dalam hatinya. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 34)

3. Kufur i‟radh, yaitu berpaling dari apa yan dibawa Rasulullah Saw.

ia tidak mempelajarinya dan juga tidak mau mengamalkannya.

(Q.S. Al-Sajdah [32]: 22, Al-Ahqāf [46]: 3)

4. Kufur syak, yaitu ragu-ragu terhadap apa yang dibawa oleh

Rasulullah Saw, dia tidak meyakini kebenaran namun juga tidak

11

Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim 1 Barometer Menuju

Muslim Kaffah (Sukoharjo: Cordova Mediatama, 2015), 353.

Page 41: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

22

meyakini kedustaannya. (Q.S. Ibrāhīm [14]: 4, , al-Kahf [18]: 35-

38)

5. Kufur nifak, yaitu menampakan keimanan secara lahiriah namun

menyembunyikan kekufuran dan pengingkaran di dalam hatinya.

(Q.S. Al-Munāfiqūn [63]: 3)

Adapun kufur asghār adalah amalan-amalan kekafiran yang tidak

megeluarkan seseorang dari agama Islam. Yaitu dosa-dosa besar yang

diistilahkan oleh Al-Qur‟an dan As-Sunnah sebagai satu kekufuran.

Seperti kufur nikmat (Q.S. Al-Naḥl [16]: 83), membunuh orang mukmin,

dan lain-lain.12

B. Ayat-Ayat yang membentuk konsep dasar Syukur

Allah Sang Pemberi telah memerintahkan agar hamba-Nya yang

mendapat pemberian hendaklah bersyukur kepada-Nya. Perintah

bersyukur terhadap karunia Allah telah banyak dibicarakan dalam Al-

Qur‟an.

12

Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim, 354.

Page 42: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

23

Tabel 2.1

Ayat-ayat Syukur dalam al-Qur‟an

No. Kata Jumlah Ayat

Al-Naml/27: 40; Al-Qamar/54: 35 2 شكس .1

Al-Nisā‟/4:147; Ibrāhīm/14: 7 2 شكستم .2

أشكس .3

3 Al-Naml/27: 19; Al-Naml/27: 40

Al-Aẖqāf/46: 15

Al-Zumar/39: 7 1 تشكسوا .4

Al-Baqarah/2: 52; Al-Baqarah/2: 56 19 تشكسون .5

Al-Baqarah/2: 185; Ali-Imrān/3: 123

Al-Māidah/5: 6; Al-Māidah/5: 89

Al-A‟rāf/7: 10; Al-Anfāl/8: 26

Al-Naḥl /16: 14; Al-Naḥl/16: 78

Al-ḥajj22: 36; Al-Mu‟minūn/23: 78

Al-Qashash/28: 73; Ar-Rūm/30: 46

Al-Sajdah/32: 9; Fātir/35: 12

Al-Jātsiyah/45: 12; Al-Wāqi‟ah/56: 70

Al-Mulk/67: 23

Al-Naml/27: 40; Luqmān/31: 12 2 يشكس .5

Al-Baqarah/2: 243; Al-A‟rāf/7: 58 9 يشكسون .6

Yūnus/10: 60; Yūsuf/12: 38

Ibrāhīm/14: 37; Al-Naml/27: 73

Yāsīn/36: 35; Yāsīn/36: 73

Ghafir/40: 61

Luqmān/31: 12; Luqmān/31: 14 2 أشكس .7

Al-Baqarah/2: 152; Al-Baqarah/2: 172 5 أشكسوا .8

Al-Naḥl /16:: 114; Al-„Ankabūt/29: 17

Saba‟/34: 15

اشكس .9 1 Saba‟/34: 13

ا .10 Al-Furqān/25: 62; Al-Insān/76: 9 2 شكوز

Al-Baqarah/2: 158 1 شب كس .11

ا .12 Al-Nisā‟/4: 147; Al-Naḥl /16:121 3 شب كس

Al-Insān/76: 3

Al-Anbiya/21: 80 1 شب كسون .13

الشب .14

كسيه

9 Ali-Imrān/3: 144; Ali-Imrān/3: 145

Al-An‟am/6: 53; Al-An‟am/6: 63

Al-A‟rāf/7: 17; Al-A‟rāf/7: 144

Al-A‟rāf/7: 189; Yūnus/10: 22

Al-Zumar/39: 66

شكوز .15

شكوز

9 Ibrahim/14: 5; Luqmān/31: 31

Saba‟/34: 13; Saba‟/34: 19

Fātir/35: 30; Fātir/35: 34

Al-Syura/42: 23; Al-Syura/42: 33

Al-Tagābun//64: 17

ا .16 Al-Isra‟/17: 3 1 شكوز

ا .17 Al-Isra‟/17: 19; Al-Insān/76: 22 2 مشكوز

Sumber: al-Mu‟jam al-Mufahras li alfāzil Qur‟ānil karīm.

Page 43: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

24

Konsep Dasar Syukur dijelaskan di dalam Qur‟an Surat al-Baqarah

ayat 152: ركم واشكروا ل ول تكفرون فاذكرون أذك

“Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, dan

bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-

Ku)”. (Q.S. Al-Baqarah: 152)13

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT. telah memberikan

anugerah nikmat kepada kaum muslimin, maka heandaklah selalu

mengingat Allah baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan

tahmid (membaca al-ḥamdulillāh), tasbih (membaca Subhānallāh), dan

membaca al-Qur‟an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk

mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan

dan keEsaan-Nya.14

Ayat ini mengandung perintah untuk bersyukur kepada Allah SWT.

atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan dengan cara mengelola dan

memanfaatkan semua nikmat sesuai dengan masing-masing fungsinya.

Kemudian memanjatkan pujian pada Allah SWT. dengan lisan dan hati

serta tidak memngingkari semua anugerah tersebut dengan cara

mempergunakannya ke jalan yang bertentangan dengan syari‟at dan

sunatullah.

Ayat ini juga merupakan peringatan kepada umat manusia agar tidak

terperosok seperti umat-umat terdahulu. Sebab, mereka (umat terdahulu)

telah mengingkari nikmat-nikmat Allah. Mereka tidak menggunakan akal

dan indra untuk merenungkan dan memikirkan untuk apa nikmat-nikmat

tersebut, dan bagaimana cara penggunaannya. Sebagai akibatnya, nikmat

13

Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata , 23. 14

Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, Jilid: I (Juz 1-

2-3), Departemen Agama RI, 1982/1983, 282

Page 44: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

25

tersebut dicabut untuk menghukum mereka, di samping sebagai pelajaran

bag yang lainnya.15

Dalam Tafsir al-Misbah juga disebutkan untuk senantiasa mengingat

Allah dengan lidah, pikiran hati dan anggota badan; lidah menyucikan dan

memuji Allah SWT. pikiran dan hati melalui perhatian terhadap tanda-

tanda kebesaran Allah SWT. dan anggota badan dengan jalan

melaksanakan perintah-perintah-Nya. Jika itu semua dilakukan niscaya

Allah ingat pula kepadamu, sehingga Allah SWT. akan selalu bersama

mereka saat suka dan duka, dan bersyukurlah kepada Allah dengan hati,

lidah dan perbuatan pula, nicaya Allah SWT. tambah nikmat-nikmat-Nya,

dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Nya agar siksa-Nya tidak

menimpa kepadamu.16

Ayat yang sering dijadikan dasar perilaku syukur juga terdapat didalam

Qur‟an surat Ibrāhīm ayat 7:

ولئن كفرت إن عذاب لشديد وإذ تذن ربكم لئن شكرت لزيدنكم

“Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti kami menambah (nikmat) kepadamu, dan

jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku

sangat pedih.” (Q.S. Ibrāhīm/14: 7).17

Dijelaskan dalam tafsir Ibn Kaṡīr ( زبكم وإذ تأذن ) “Dan ingatlah tatkala

Rabbmu memaklumkan” kalimat tersebut memberitahukan tentang janji

Allah kepada manusia, selain itu kalimat tersebut juga bisa berarti

“Ingatlah tatkala Rabbmu bersumpah dengan keperkasaan, keagungan,

dan kebesaran-Nya” ( لئه شكستم لشيدوكم ولئه كفستم إن عرابي لشديد)

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan memambah (nikmat)

15

Ahmad Muṣṭafa Al-Marāghi, Terjemah Tafsir Al-Marāghi, Juz: II, terj. Azhrun

Abubakar (Semarang: CV. Toha Putra, 1984), 32-33 16

M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-

Qur‟an, volume: 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 362 17

Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, 158

Page 45: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

26

kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya

adzab-Ku sangat pedih,” yaitu dengan mengambil nikmat itu kembali dari

mereka dan menyiksa mereka atas pengingkara mereka terhadap nikmat

tersebut.18

Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka pasti

nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur

nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini

hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian, penggalan

akhir ayat ini dapat diahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak

tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang

mengkufuri nikmat Allah, bahkan boeh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya

dalam rangka mengulur kedurhakaan.19

Masih menurut Pak Quraish,20

syukur berarti membuka dan

menampakan, lawannya adalah kufur, yakni menutup atau

menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakan nikmat, antara lain

menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki

oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Itu

berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. menuntut

perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan nikmat

tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

C. Aspek-Aspek Syukur

Al Munjid menjelaskan bahwa syukur dapat muncul dikarenakan tiga

aspek, yaitu:

a. Mengenal Nikmat

18

Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman bin Ishaq, Lubaabut Tafsir Min Ibni

Katsir, terj. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5 (Jakarta: Pustaka Imam Syafi‟i, 2013), 66. 19

M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 23. 20

M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 24.

Page 46: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

27

Menghadirkan dalam hati, menyadari dan meyakini bahwa

segala sesuatu dan keajaiban yang kita miliki dan lalui merupakan

nikmat Allah SWT.

b. Menerima Nikmat

Menyebut-Nya dengan memperlihatkan kefakiran kepada yang

memberi nikmat dan hajat kepada-Nya, karena memahami bahwa

nikmat itu bukan karena keberkahan kita mendapatkannya akan

tetapi karena itu bentuk karunia dan kemurahan Tuhan.

c. Memuji Allah SWT. atas Pemberian Nikmat

Pujian yang berkaitan dengan nikmat itu ada 2 macam, yang

pertama bersifat umum yaitu dengan memuji-Nya bersifat

dermawan, pemurah, baik, luas pemberian-Nya dan sebagainya .

sedangkan yang kedua adalah bersifat khusus yaitu membicarakan

nikmat yang diterima itu dengan lisan dan menggunakan nikmat

tersebut untuk hal-hal yang diridhai-Nya.21

Adapun perwujudan rasa syukur yaitu:

a. Bersyukur dengan hati

Merupakan bentuk pengakuan dengan hati bahwa semua

nikmat datangnya dari Allah, sebagai kebaikan dan karunia Sang

pemberi nikmat kepada hamba-Nya. Syukur dengan hati akan

membuat seseorang merasakan keberadaan nikmat itu pada

dirinya, hingga ia tidak akan lupa kepada Allah pemberinya.

Agar dapat bersyukur dengan hati, dibutuhkan pengetahuan yang

dapat memperkuat keyakinan hati bahwa Allah SWT. adalah

sumber dari segala kenikmatan yang saat ini dirasakan. Di

samping pengetahuan dan keyakinan, mohonlah agar dikaruniai

21

Alfin Nadhiroh, “Hubungan Kebersyukuran dengan Kebermaknaan Hidup Orang

Tua yang Memiliki Anak Autis” (Skripsi Univeritas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang, 2012), 13-14.

Page 47: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

28

hati yang bening agar mampu memaknai nikmat yang diterima

sehingga mampu menjaga kesucian hati untuk tetap bersyukur.

Allah SWT. selalu memberikan petunjuk bagi setiap manusia yang

bersedia untuk berpikir.

Keutamaan bertafakur (memikirkan) akan luasnya samudera

kenikmatan yang saat ini tengah menenggelamkan manusia,

semata akan menumbuhkan perasaan bersyukur dan mencintai

Allah SWT. yang semakin kuat. Seringkali manusia lupa berterima

kasih kepada sumber pemberi segala nikmat dan merasa cukup

dengan berterima kasih kepada perantaranya (manusia,

perusahaan, tanah tempat bercocok tanam, atau laut yang

menghasilkan). Perlu ditanamkan dalam keyakinana akan

kemurahan dan kasih sayang Zat yang telah memberikan segala

nikmat sehingga muncul dorongan untuk senantiasa bersyukur

kepada Allah SWT. 22

b. Bersyukur dengan lidah

Adalah menyanjung dan memuji Allah SWT. atas nikmat-Nya

dengan penuh kecintaan, serta menyebut-nyebut nikmat itu sebagai

pengakuan atas karunia-Nya dan kebutuhan terhadapnya, bukan

karena riya, pamer atau sombong. Mengucapkan nikmat Allah

SWT. merupakan salah satu sendi syukur. Seorang hamba yang

mengucapkan rasa syukur, maka ia akan teringat kepada

pemberinya dan mengakui kelemahan dirinya.

Lisan merupakan sarana untuk mengungkapkan apa yang

terkandung di dalam kalbu. Apabila kalbu seseorang penuh rasa

syukur kepada Allah SWT. maka lisannya akan selalu basah

22

Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 36

Page 48: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

29

mengucapkan puji dan syukur kepada-Nya. Rasulullah Saw.

memberikan teladan dalam setiap doa maupun zikir yang

dilakukan dalam kesehariannya untuk selalu melisankan puji dan

syukur kepada Allah SWT. Seorang muslim hendaknya

membiasakan lisannya untuk melafazkan syukur dalam setiap

kesempatan yang membahagiakan, yaitu dengan ucapan

“alhamdulillāhi rabbil‟ālamīn” – segala puji bagi Allah SWT.

Tuhan seluruh alam.

Keutamaan bersyukur dengan lisan adalah sebagai bentuk

zikrullāh (mengingat Allah), yang akan mendatangkan limpahan

rahmat dan ampunan-Nya serta mengangkat derajat seseorang di

sisi Allah SWT. Dengan berzikir melafalkan syukur, seorang

hamba junga tengah membuktikan kepada Allah SWT. akan

harapan dan usahanya untuk menghindari ddari sikap kufur

(mengingkari nikmat).23

c. Bersyukur dengan anggota tubuh

Artinya anggota tubuh digunakan untuk beribadah kepada Allah

SWT. Tuhan Semesta Alam, karena masing-masing anggota tubuh

memiliki kewajiban beribadah. Salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah sujud syukur, yaitu dengan cara sujud dihadapan

Allah SWT. dengan meletakkan anggota tubuhnya yang paling

mulia di atas tanah, lalu dalam keadaan tersebut diiringi dengan

berbagai macam dzikir seperti bersyukur, bertasbih, berdoa, mohon

ampunan, dsb.24

Setelah hati memaknai karunia dan mensyukuri nikmat Allah

SWT. akan lebih sempurna bila lisan pun menyebut-nyebut nikmat

23

Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 45 24

Alfin Nadhiroh, “Hubungan Kebersyukuran” , 15-16

Page 49: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

30

dengan segenap puji syukur terhadap limpahan karunia-Nya. Rasa

syukur pun disempurnakan dengan beribadah dan beramal sebagai

bukti hamba yang taat kepada Allah SWT. 25

D. Contoh Perbuatan Syukur\

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa bersyukur bukan hanya

mengucapkan kalimat hamdalah saja, akan tetapi melalui perbuatan juga

dianjurkan. Adapun beberapa contoh perbuatan syukur antara lain:

1. Sujud Syukur26

Sujud syukur biasanya dilakukan ketika memperoleh nikmat

yang besar, terhindar dari musibah, melihat orang yang tertimpa

musibah atau orang sakit, atau menyaksikan orang yang bermaksiat.

Sujud syukur sunnah dilakukan terang-terangan di hadapan orang

yang bermaksiat, tidak di hadapan orang yang terkena musibah.

Sujud syukur dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah

SWT. selain melakukan sujud syukur, kita juga disunnahkan

bersedekah dan shalat sebagai bentuk syukur.

Hukum sujud syukur sama seperti sujud tilawah dan shalat

sunnah, seperti persyaratan harus menghadap kiblat, suci dari

hadats dan najis. Dan menutupi aurat.

2. Aqiqah

Aqiqah menurut bahasa berarti rambut kepala anak yang baru

lahir. Menurut syara‟, aqiqah adalah hewan yang disembelih pada

hari pencukuran rambut anak yang baru lahir.27

Aqiqah adalah kambing yang dipotong (disembelih) untuk anak

yang baru lahir yang penyembelihannya dilaksanakan pada hari

25

Muhammad Nuruddin Ma‟mun, Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur, 51 26

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, terj. Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz

(Jakarta: Almahira, 2010), 313. 27

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, 575

Page 50: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

31

ketujuh dari kelairannya. Aqiqah secara bahasa berarti rambut

kepala anak yang baru lahir. Sedangkan menurut syara‟ aqiqah

adalah hewan yang disembelih pada hari pencukuran rambut anak

yang baru lahir. Hukum akikah adalah sunnah muakkad bagi orang

tua atau wali bayi yang mampu. Adapun tujuan dari

dilaksanakannya aqiqah adalah sebagai ungkapan rasa syukur

kepada Allah SWT. atas nikmat diberi keturunan dan sebagai

sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan

memelihara dan merawat anak yang dikaruniakan-Nya.28

Waktu pelaksanaan aqiqah berlangsung sejak hari kelahiran

hingga menginjak usia baligh. Setelah memasuki usia baligh,

tuntutan aqiqah dari seorang ayah gugur. Adapun jumlah hewan

ketika aqiqah yang sempurna untuk bayi laki-laki adalah dua ekor

kambing, dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. 29

3. Walimatul Ursy atau Resepsi pernikahan

Walimah berasal dari kata al-walmu, sinonimnya dalah al-ijtima,

yang artinya berkumpulnya kedua suami istri saat banyak orang

berkumpul. Sedangkan, maksud dari walimah itu sendiri ialah

makanan yang disediakan dalam pesta (hajat atau kenduri) atau

makanan yang disediakan untuk para undangan. Dalam pengertian

masyarakat umumnya, walimah tidak hanya mengacu pada

hidangannya, tetapi pada keramaiannya, meskipun tidak terlepas

dari hidangan.30

Walimah menurut Ibn Kaṡīr yaitu makanan yang

dibuat untuk pesta perkawinan. Walimatul ursy adalah makanan

yang dihidangkan berkaitan dengan berlangsungnya akad nikah.

28

Abū Bakr Jābir Al-Jazā‟iri, Minhaj Al-Muslimīn, terj. Hasanuddin dan Didin

Hafidhuddin (Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa, 1996), 545 29

Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, 576 30

Atiqah Hamid, Buku Lengkap Fiqh Wanita Segala Tentang Urusan Wanita Ada di

Sini (Yogyakarta: DIVA Press, 2014 ), 112

Page 51: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

32

Walmatul ursy juga diartikan dengan pesta pernikahan daam rangka

mensyukuri nikmat Allah atas telah terlaksananya akad perkawinan

dengan menghidangkan makanan. Walimatul uursy dilaksanakan

atau diadakanketika acara akad nikah berlangsung, tau sesudahnya,

atau ketika hari perkawinan (mencampuri istrinya), atau

sesudahnya. Walmatul ursy juga bisa diadakan menurt adat dan

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.31

Pada zaman Rasulullah Saw. walimatul urusy diselenggarakan

hanya semata-mata untuk merealisasikan rasa syukur atas nikmat

yang dilimpahkan oleh Allah SWT. atas terlaksananya akad

pernikahan. Mereka mengadakan tasyakuran dengan cara

menghidangkan makanan-makanan untuk menjamu para tamu

undangan dan menshadaqahkan hidangan itu kepada fakir miskin

dengan tujuan meringankan beban yang diderita, serta dengan

maksud membagi kebahagiaan atas nikmat yang diberikan oleh-

Nya. Jumhur ulama berpendapat bahwa walimatul urusy merupakan

tradisi yang hidup melanjutkan tradisi yang berlaku di kalangan

bangsa Arab sebelum Islam datang, dan hukumnya adalah sunnah.32

4. Sedekah Bumi atau Laut33

Sedekah bumi atau laut biasa dilakukan oleh masyarakat

khususnya di daerah Jawa. Sedekah bumi sendiri dilakukan oleh

masyarakat yang mayoritasnya bertani. Sedekah bumi dilakukan

setiap satu tahun sekali tepatnya setelah panen. Tujuannya, sebagai

bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT .atas hasil panen

yang mereka peroleh.

31

Tihami, Fikih Munakahat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), 131 32

Atiqah Hamid, Buku Lengkap Fiqh Wanita, 113 33

Hasil dari Peneitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa

Kedungneng Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Page 52: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

33

Sedangkan sedekah laut sendiri tidak jauh berbeda, hanya saja

dilakukan di daerah pesisir pantai yang mayoritas masyarakatnya

berprofesi sebagai nelayan. Sedekah laut juga di adakan setiapsatu

tahun sekali dimana para nelaya melakukan pesta laut dengan

membawa beberapa tumpeng yang berisikan kepala kerbu untuk

kemudian dihayutkan ditengah laut.

Demikian beberapa contoh perbuatan syukur yang biasa dilakkan oleh

masyarakat pada umumnya, terlepas dari pembahasan di atas masih

banyak bentuk syukur lainnya yang tidak penulis sampaikan karena

keterbatasan buku bacaan dan waktu penulisan.

E. Hikmah Bersyukur

Hikmah bersyukur itu kembali pada orang yang bersyukur, kebaikan

yang ada kembali pada mereka yang bersyukur, sebagaimana dalam surat

An-Naml ayat 40.34

Sayid Qutub yang dikutip oleh Ahmad Yani, menyatakan empat

hikmah bersyukur yakni:35

a. Menyucikan jiwa

Bersyukur dapat menjaga kesucian jiwa, sebab menjadikan

orang dekat dan terhindar dari sifat buruk, seperti sombong atas apa

yang di perolehnya.

b. Mendorong jiwa untuk beramal saleh

Bersyukur ynag harus ditunjukan dengan amal saleh membuat

seseorang selalu terdorong untuk memanfaatkan apa yang di

perolehnya untuk berbagi kebaikan. Semakin banyak kenikmatan

yang di peroleh semakin banyak pula amal saleh yang dilakukan .

c. Menjadikan orang lain ridha

34

M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 218. 35

Ahmad Yani, Be Excellent: Menjadi Pribadi Terpuji (Jakarta: Al Qalam, 2007),

251-252.

Page 53: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

34

Dengan bersyukur, apa yang di peroleh akan berguna untuk

orang lain dan membuat oranglain ridha kepadanya, karena

menyadari bahwa nikmat yang diperoleh tidak harus dinikmati

sendiri tapi juga harus dinikmati oleh orang lain sehingga hubungan

dengan orang lain pun menjadi baik.

d. Memperbaiki dan memperlancar interaksi social

Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan yang baik dan

lancar merupakan hal yang penting. Hanya orang bersyukur yang

bisa melakukan upaya memperbaiki dan memperlancar hubungan

social karena tidak ingin menikmati sendiri apa yang diperolehnya.

Muhammad Syafi‟ie el-Bantanie menyebutkan lima manfaat syukur,

yakni sebagai berikut36

:

a. Menghilangkan Kesusahan Dalam surat al-Baqarah ayat 152,

diiterangkan agar kita selalu ingat kepada Allah SWT. salah satu

cara mengingat Allah SWT. yakni dengan senantiasa bersyukur

kepada-Nya. Jika ingat Allah SWT. maka Allah SWT. senantiasa

akan ingat kepada kita, maksudnya Allah SWT. akan melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada kita, dan salah satu rahmat serta

karunia Allah SWT. adalah mengeluarkan kita dari kesulitan dan

menunjukan jalan kemudahan.

b. Mendatangkan rezeki

Dengan bersyukur maka Allah SWT. akan membukakan pintu

rezeki dari segala penjuru. Sebagaimana telah Allah jelaskan di

dalam al-Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 152:

فاذكرون أذكركم واشكروا ل ول تكفرون

36

Muhammad Syafi‟ie el-Bantanie, Dahsyatnya Syukur (Jakarta: Qultum Media,

2009) 42-46

Page 54: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

35

Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu, dan

bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-

Ku)”. (Q.S. Al-Baqarah/2: 152)37

c. Menambah rezeki

Dalam surat Ibrāhīm ayat 7, disebutkan bahwa Allah SWT. akan

menambah nikmat yang bersyukur.

ولئن كفرت إن عذاب لشديد وإذ تذن ربكم لئن شكرت لزيدنكم

Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti kami menambah (nikmat) kepadamu, dan

jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku

sangat pedih.” (Q.S. Ibrāhīm /14: 7).38

d. Mendatangkan kesembuhan

Orang-orang yang tetap bersyukur dalam kondisi sakit akan

mendapatkan balasan yang luar biasa, yakni Allah SWT. akan

meyembuhkan penyakitnya dan akan memberikan nikmat yang jauh

lebih baik dari sebelumnya, seperti halnya dalam kisah Nabi Ayub

as.

F. Tradisi Sedekah Bumi

1. Pengertian tradisi sedekah bumi

Tradisi merupakan roh dari suatu kebudayaan. Tanpa adanya tradisi

tidak mugkin suatu kebudayaan akan hidup dan bertahan. Dengan tradisi

hubungan antara individu dengan masyarakat dapat menjadi lebih

harmonis dan sistem kebudayaan akan menjadi kokoh.

Secara etimologi, kata tradisi atau tradisional berarti tatanan, budaya

atau adat yang hidup dalam sebuah komunitas nasyarakat (Mastuhu, 1994:

55) karenanya, tradisi diartikan konsensus bersama untuk diartikan serta

dijunjung tinggi oleh sebuah komunitas masyarakat setempat. Kata

37

Ahmad Hatta, Tafsir Qur‟an Per Kata , 23. 38

Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya, 158

Page 55: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

36

tradisional juga selalu menunjuk pada hal-hal yang bersifat peninggalan

kebudayaan klasik, kuno, dan konservatif (Haedari, 2006: 13).39

Tradisi [tra.di.si] sendiri memiliki arti adat kebiasan turun temurun

(dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat; penilian

atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling

baik dan benar. Sedangkan arti adat istiadat adalah tata kelakuan yang

kekal dan turun temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai

warisan sehingga kuat integrasi dengan pola masyarakat.40

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sedekah mengandung beberapa

arti, antara lain: pertama, pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau

yang berhak menerimanya, diluar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai

dengan kemampuan yang memberi; derma. Kedua, selamatan; kenduri: -

arwah; - kubur; Ketiga, makanan (bunga-bunga dsb) yang disajikan

kepada orang halus (roh penunggu dsb); - arwah- sedekah yang diadakan

untuk menghormati dan mendoakan orang yang meninggal.; - bumi

selamatan yang diadakan sesudah panen (memotong padi) sebagai tanda

bersyukur.41

Kata „sedekah” dalam bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa

Arab. Al-Sadaqah. Asal kata ini adalah al-Sidq yang berarti “benar”,

karena sedekah menunjukkan kebenaran iman kepada Allah SWT.

Dinamakan sedekah karena ia menunukkan pembenaran orang yang

bersedakah dan menunjukkan kebenaran imannya secara lahir dan batin.42

Sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk mengharapkan pahala

39

Hasani Ahmad Said, Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di Nusantara, IBDA:

Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 9, No. 2, Juli-Desember 2011. DOI :

https://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/ibda/article/view/38/16. 40

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007) Edisi Ketiga 41

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007) Edisi Ketiga. 42

Amrulloh Syarbini, Supersedekah, (Jakarta: Qultum Media, 2012), 13.

Page 56: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

37

Allah SWT.43

Sedangkan bumi merupakan tempat dimana manusia hidup,

tumbuh dan berkembang. Bumi merupakan sumber dari kehidupan

manusia, karena segala bahan pokok makanan manusia tumbuh dan

berasal dari bumi.44

Sedekah bumi menurut sebagian masyarakat Desa Kedungneng yaitu

suatu tradisi yang selalu dilakukan setiap tahun sebagai ungkapan rasa

syukur kepada Allah atas hasil panen yang di dapat.45

Maka masyarakat di

minta untuk membawa hasil panennya yaitu berupa makanan untuk

dibawa ke balai desa dan di doakan bersama-sama. Setelah itu dibagikan

lagi kepada mereka, adapun diadakannya pagelaran wayang kulit ataupun

sandiwara hanya sebagai hiburan untuk masyarakat saja yang memang

menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.46

Dapat disimpulkan Sedekah bumi merupakan ungkapan rasa syukur

kepada Allah yang telah memberikan hasil bumi (panen) kemudian

dikemas melalui adat atau budaya orang Jawa.

2. Sejarah Tradisi Sedekah Bumi

Suku Jawa mempunyai beragam kebudayaan di berbagai bagian

wilayahnya, satu contoh dari berbagai ragam kebudayaan Jawa itu adalah

sedekah bumi. Seperti ragam kebudayaan Jawa lainnya, sedekah bumi

adalah kebudayaan yang sedikit banyak bermuatan nilai-nilai animisme

dan dinamisme yang mendapat pengaruh Hindu –Budha, sesuai dengan

kepercayaan dan keyakinan para pendahulu masyarakat Jawa.

Kepercayaan animisme dan dinamisme ini sebenarnya telah dikenal oleh

bangsa Indonesia sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke

43

Candra Himawan dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki Melimpah,

(Yogyakarta: Pustaka Albana, 2013), 15. 44

Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 27

September 2019, Jawa Tengah. 45

Diperoleh dari hasil wawancara dengan Saeful Azis, Syarif, Wasjid, Turmudi,sajum

sayuti, pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa Kedungneng. 46

Saiful Aziz. Wawancara.

Page 57: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

38

Indonesia. Setelah masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di

Indonesia mengakibatkan akulturasi, yaitu percampuran antara kedua

kepercayaan.47

Sejak jaman dahulu hingga sekarang, sedekah bumi sudah menjadi

rutinitas tahunan masyarakat Desa Kedungneng Kecamatan Losari

Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Masyarakat desa yang didominasi oleh

petani melakukan rangkaian upacara sedekah bumi yang pelaksanaannya

sama seperti yang dijalankan oleh para leluhur, walaupun sekarang sedikit

pengalami perubahan. Misalnya dalam pengadaan pengajian umum, ketika

awal mula dilaksanakannya sedekah bumi pengajian umum tidak diadakan

hanya berupa proses kenduri dan hiburan saja, seiring berkembangnya

zaman masyarakat mulai mengalami kemajuan dalam masalah keagamaan

sehingga sedikit demi sedikit mulai memasukkan nilai-nilai keagamaan

dalam tradisi sedekah bumi tersebut.

Masyarakat Jawa pada zaman dahulu masih menganut kepercayaan

Hindu-Buddha, kemudian datanglah para Wali untuk menyebarkan agama

Islam. Masyarakat diberikan wejangan, dakwah, tausiyah dengan beragam

cara, salah satunya melalui kesenian. Misalnya, gamelan dan wayang

kulit, tujuan awal mereka untuk menarik simpati masyarakat agar mau

berkumpul dari situlah sang wali mulai bermain gamelan dengan

menggunakan juga wayang. Dalam pewayangan tersebut dikemas ajaran

Islam di dalamnya termasuk anjuran untuk bersedekah karena mereka

percaya banyak mengeluarkan sedekah akan terhindah dari becana dan

selamat.48

47

Furqan Syarif Hidayatulloh, Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap, el-harokah:

Jurnal Sedekah Bumi, Vol. 15 No. 1 Tahun 2015. https://www.researchgate.net 2836. 48

Mufid Marzuki (Tokoh Ulama Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni,

Brebes, 29 September 2019, Jawa Tengah.

Page 58: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

39

Desa Kedungneng dahulu juga masih menggunakan pertunjukkan

wayang kulit atau wayang golek dalam perayaan sedekah bumi sebagai

bentuk hiburan warga desa. Akan tetapi semakin berkembangnya zaman

orang-orang sudah tidak tertarik lagi dengan alunan gending49

, kemong50

,

dan pertunjukan golek, masyarakat sekarang sudah mulai memakai alat

musik yang lebih modern seperti pagelaran sandiwara. Pagelaran

sandiwara merupakan pertunjukan drama musikal yang diisi oleh beberapa

lakon dengan cerita sejarah pada zaman dahulu, tujuannya untuk

menyampaikan pesan moral kepada masyarakat yang menyaksikan.

Adapun beberapa cerita yang biasa dibawakan yaitu tentang sejarah babad

tanah Jawa, para wali, sejarah desa dan lain sebagainya.

Tabel 2.2

Sejarah Tradisi Sedekah Bumi

Pra-Islam Tradisi Lokal Islami

Sedekah bumi diartikan juga

oleh sebagian masyarakat

pedesaan yang awam akan

ilmu agama sebagai sebuah

syukuran terhadap

dewa/dewi yang

memberikan panen

melimpah, mereka

menyebutnya dengan Dewi

Sri, yaitu istilah dewi yang

memberikan baik atau

buruknya panen petani.51

Sedekah bumi adalah

suatu adat dan tidak ada

dalil dalam al-qur‟an dan

hadisnya.52

Suatu tradisi yang selalu

dilakukan setiap tahun

sebagai ungkapan rasa

syukur kepada Allah atas

hasil panen yang di dapat53

49

Gending dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti lagu – macakal gending

yang dimainkan untuk dinikmati keindahannya, dimainkan secara instrumental, bukan

untuk mengiringi tari dsb (di Jawa Barat). Departemen Pendidikan Nasional, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007) Edisi Ketiga. 50

Kemong dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama dengan Kemung. Departemen

Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)

Edisi Ketiga. 51

Fazri Sidiq (Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang) diwawancarai oleh

Isnaeni, Brebes, 29 September 2019, Jawa Tengah. 52

Shopi (Ustadz/Guru Ngaji) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 21 September 2019,

Jawa Tengah. 53

Saiful aziz, Wawancara.

Page 59: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

40

Sedekah bumi merupakan

suatu bentuk tasyakkuran

kepada bumi sebagai bentuk

ungkapan terima kasih

kepada yang telah

memberikan rezeki, sebelum

adanya Islam di pulau Jawa

sebenarnya sudah diadakan

tardisi ini tapi berbeda tata

cara pelaksanaannya54

Sedekah bumi merupakan

suatu tradisi orang Jawa

yang tidak ada kaitannya

dengan syariat Islam.55

Sedekah bumi merupakan

suatu perwujudan

masyarakat Desa

Kedungneng dalam rangka

bersyukur kepada Allah

SWT. 56

Sedekah bumi merupakan

adat turun temurun yang

sudah diyakini oleh

masyarakat.57

Sedekah bumi adalah suatu

keyakinan masyarakat

untuk dapat

mengungkapkan rasa

syukur mereka kepada

Allah atas apa yang mereka

peroleh dari hasil bumi

selama satu tahun58

Sedekah bumi merupakan

tradisi turun temurun dari

nenek moyang zaman

dahulu.59

54

Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni,

Brebes, 27 september 2019, Jawa Tengah 55

Syihabuddin (Lebe Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 25

September 2019, Jawa Tengah. 56

Syarif (Carik/Sekretaris Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 25

September 2019, Jawa Tengah. 57

Tarmudi (Kuwu/Kepala Desa Kedungneng) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 26

September 2019, Jawa Tengah 58

Aliyudin (Mahasiswa IAT), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 27 September

2019, Jawa Tengah. 59

Wasjid (Tokoh Masyarakat Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes,

26 september 2019, Jawa Tengah.

Page 60: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

41

Page 61: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

42

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA KEDUNGNENG KECAMATAN

LOSARI KABUPATEN BREBES

JAWA TENGAH

Dalam bab ini penulis akan menggambarkan objek kajian penelitian

guna memberikan penjelasan awal mengenai objek kajian yang berkaitan

dengan judul skripsi ini, baik berupa letak geografisnya maupun keadaan

masyarakatnya.

A. Letak Geografis

Secara administratif Desa Kedungneng merupakan salah satu desa dari

dua puluh dua desa yang ada di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.

Terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat

dengan luas wilayah 306,52 Ha dengan tingkat perkembangan desa berupa

Swakarya yang terdiri dari 3 Dusun, 3 RW, dan 18 RT.

Desa Kedungneng , 4 Km dari Pusat Pemerintahan Kecamatan Losari

berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Desa Randusari

2. Sebelah Selatan : Desa Kalibuntu

3. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

4. Sebelah Timur : Desa Luwungbata

Sedangkan jarak dari desa ke Kabupaten sejauh 37 Km dan 205 Km

jarak dari Ibukota Provinsi.

Keadaan alam Desa Kedungneng merupakan dataran dengan tipologi

desa yang berupa persawahan. Mata pencaharian penduduk desa

Kedungneng adalah Buruh Tani. Walaupun tergolong daerah persawahan

akan tetapi tidak semua masyarakat memiliki lahan sehingga kebanyakan

dari mereka hanya bekerja sebagai buruh taninya saja. 1

1 Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019

Page 62: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

43

B. Kependudukan

Desa Kedungneng adalah desa yang terdiri dari 3 Dusun, 3 RW, dan 18

RT. Masing-masing Dusun terdiri dari 6 RT, yaitu:

1. Dusun I (RW 01 terdiri dari 6 RT)

2. Dusun II (RW 02 terdiri dari 6 RT)

3. Dusun III (RW 03 terdiri dari 6 RT)

Masing-masing Dusun dipimpin oleh seorang BAU atau KADUS

(Kepala Dusun), yang dipilih secara kompetitif melalui berbagai macam

tes keilmuan, berupa tes tulis, wawancara, kemudian pidato. Tujuannya

untuk mendapatkan seseorang yang benar-benar mengerti dengan

permasalahan yang nantinya harus ditangani. Jumlah penduduk secara

keseluruhan Desa Kedungneng adalah 7.766 Jiwa dari 2.782 KK, yang

terdiri dari 4.003 laki-laki dan 3.763 perempuan. Adapun jumlah

penduduk berdasarkan kelompok umur yaitu2:

1. Usia 0-15 tahun : 2.263 Jiwa

2. Usia 15-65 tahun : 5.131 Jiwa

C. Kondisi Sosial, Tingkat Pendidikan, Taraf Ekonomi, dan

Kehidupan Keagama

1. Kondisi Sosial

Masyarakat Desa Kedungneng ini telah mengalami perkembangan gaya

pola hidup yang cukup maju, baik dari segi pergaulan, pakaian, dan gaya

bahasa yang mengikuti perkembangan zaman, akan tetapi terlepas dari itu

masyarakat masih menganut tata krama yang baik, dilihat dari tertib dan

amannya kondisi lingkungan.3

Berbicara mengenai lingkungan, pergaulan sosial, tentunya tidak

terlepas dari rasa kebersamaan yang diwujudkan dalam suatu komunikasi

2 Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019

3 Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019

Page 63: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

44

menyangkut sikap dan moral pada masyarakat agama, etnik maupun

komunitas adat untuk terciptanya suasana lingkungan yang harmonis.

Lingkungan yang harmonis di Kecamatan Losari Desa Kedungneng

tergambar dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat tak

ada permasalahan antara umat beragama secara kursial terlebih

menyangkut keyakinan.4

Adapun fasilitas umum yang terdapat di Desa Kedungeng yang sangat

besar pengaruhnya terhadap kehidupan bersosialisasi antara warga

setempat, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.I5

Fasilitas Umum Desa Kedungneng Kecamatan Losari

Kabupaten Brebes

No. Fasilitas Umum Jumlah

1. Masjid 4

2. Musholla 15

3. Lapangan Olahraga 1

4. Kesenian/Budaya 2

5. Poskesdes 1

6. UKBM (posyandu, polindes) 6

7. Perpustakaan Desa 3

2. Tingkat Pendidikan

Ketika pendidikan diartikan sebagai salah satu bagian kegiatan

kebudayaan, sebagai salah satu proses regenerasi, pendidikan memberikan

conoh sehingga anak dan cucunya siap secara jasmani ruhani untuk

melanjutkan kehidupan yang lebih baik dan mempertahankan tradisi orang

tua dan nenek moyang mereka. Maka, sejarah pendidikan di Indonesia

sebenarnya sudah lama dimulai, sebelum hari pendidikan nasional,

4 Berdasarkan Pengamatan yang dilakukan penulis pada tanggal 19-28 September

2019 di Desa Kedungneng, Kec. Losari, Kab. Brebes 5 Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019

Page 64: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

45

sebelum penjajahan, mengiringi proses agama-agama besar di dunia:

Hindu, Buddha, Konghucu, Islam, Kristen, dan Protestan masuk ke tanah

nusantara, bahkan sejak tanah ini mulai ada penghuni manusianya, serta

mitos asal muasal kehidupan di tanah Jawa dalam lakon Aji Saka,

dikaitkan dengan tulisan dan huruf Jawa. 6

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Secara umum pendidikan terbagi menjadi dua,

yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

meliputi pendidikan yang umum dan resmi, seperti: TK, TPA, SD, SMP,

SMA. Pendidikan formal sangat penting di zaman modern saat ini guna

kelangsungan hidup agar tidak menjadi masyarakat yang tertiinggal dalam

pendidikan, sehingga dapat mempengaruhi dalam memperoleh pekerjaan.

Sedangkan pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk melengkapi

pengetahuan yang sudah mereka dapatkan dari pendidikan formal.

Kondisi pendidikan masyarakat di Desa Kedungneng Kecamatan

Losari Kabupaten Brebes masih minim sekali, masyarakat beranggapan

pendidikan tidak terlalu penting dalam kehidupannya, terbukti dengan

maraknya pernikahan dini dan anak yang putus sekolah kemudian beralih

untuk bekerja merantau ke Jakarta atau pergi ke luar negeri menjadi TKI

bahkan ada yang menjadi pengangguran.7

Pada zaman dahulu masyarakat banyak yang hanya tamatan SR saja,

mereka yang sekarang usianya sekitar 60 tahun keatas. Seiring

berkembangnya zaman masyarakat mulai menyadari arti pentingnya

pendidikan akan tetapi hanya sebagiannya saja, terbukti dari dibangunnya

6 Muhammad Rifai‟i, Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga

Modern, cet,. III (Jakarta: AR-Ruzz Media, 2016), 13-14. 7 Saiful Aziz (Kepala Dusun I) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 28 September

2019, Jawa Tengah.

Page 65: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

46

beberapa sekolah PAUD, dengan tujuan pendidikan haruslah dipupuk

sedari dini.

Mengenai lembaga pendidikan yang terdapat di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Sarana Pendidikan di Desa Kedungneng Kecamatan Losari

Kabupaten Brebes8

No. Jenis Sarana Jumlah

1. TK (Taman Kanak-Kanak) 2

2. SD (Sekolah Dasar) 2

3. MI (Madrasah Ibtidaiyah) 1

4. TPQ (Taman Pendidikan Qur‟an) 3

3. Taraf Ekonomi

Islam adalah agama produktif yang mendorong umatnya untuk

berkarya. Bekerja dan berproduksi adalah keniscayaan hidup. Tanpa

bekerja dan berproduksi, kehidupan akan berhenti. Oleh karenanya, dalam

banyak ayat al-Qur‟an, ditemukan perintah untuk beriman seringkali

didampingi oleh, dan dilanjutkan dengan, perintah untuk beramal saleh.

Amal saleh yang diperintahkan Al-Qur‟an itu sebenarnya mencakup

semua amal keagamaan dan keduniaan sekaligus, yang dilakukan untuk

mencari ridha Allah dan memberikan kemanfaatan bagi peradaban umat

manusia. 9

Ekonomi itu pada hakikatnya adalah segala aktivitas yang berkaitan

dengan produksi dan distribusi di antara orang-orang. 10

Mengenai tingkat ekonomi penulis hanya membatasi pada mata

pencaharian masyarakat Desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten

Brebes . dari hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap tingkat

8 Diambil dari Data Monografi Desa Pada Bulan September 2019

9 Tafsir Al-Qur‟an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat (Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang Dan Diklat Departemen Agama RI), 312 10

M. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, cet. I (Jakarta:

Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999), 5.

Page 66: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

47

ekonomi, sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah petani.

Akan tetapi meskipun di dominasi oleh pertanian sebagian warga hanya

sebagai buruh tani nya saja atau pengelola bukan pemilik tanahnya. Hal ini

dapat dilihat dari data tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kedungneng Kecamatan

Losari Kabupaten Brebes11

No. Pekerjaan Prosentase

1. Petani 20%

2. Buruh Tani 30%

3. Kuli 5%

4. Pedagang 8%

5. Guru Tidak Tetap 6%

6. PNS 4%

7. Pensiunan 2%

8. TKI 15%

9. Merantau ke luar daerah 10%

Jumlah 100%

4. Kehidupan Keagamaan

Salah satu fungsi agama dalam kehidupan masyarakat ialah untuk

memberi makna hidup, sebagai sumber nilai, moral, dan etika, sera

wahana pemersatu anggota komunitas masyarakat, memberikan rasa aman

dan percaya diri, serta motivasi yang kuat untuk melakuksanakan

kemaslahatan.12

Masyarakat Desa Kedungneng secara keseluruhan beragama Islam.

Terdiri dari macam-macam organisasi keagamaan yang berbeda, akan

tetapi tidak mempengaruhi keguyuban masyarakatnya, kegiatan demi

kegiatan yang berwarna keagamaan diikuti oleh seluruh masyarakat desa

walau dari latar belakang organisasi yang berbeda.

11

Saiful Aziz. wawancara. 12

Nasaruddin Umar, Islam Fungsional: Refitalisasi & Rektualisasi Nilai-Nilai

Keislaman (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), 77.

Page 67: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

48

Adapun organisasi keislaman yang terdapat di Desa Kedungneng

adalah:

a. Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam yang besar di

Indonesia. Sejarah lahirnya NU dapat dirunut dari munculnya

kelompok kajian Tashwirul Afkar (1914), yang berkembang menjadi

Nahdlatut Tujjar (1916), Syubbanul Wathan (1924), Nahdlatul

Wathan (1924) dan akhirnya menjadi Nahdlatul Ulama pada tanggal

16 Rajab 1344 H bertepatan dengan 13 Januari 1926. Sebagai ciri

gerakan (nahdlah) dari NU adalah al-muhafadzah qadimish shalih

wal akhdzu bil jadidil ashlah (menjaga dan memperhatikan tradisi

lama yang baik dan berkreasi untuk membuat peradaban baru yang

lebih baik). Dari ciri gerakan yang sudah ada sejak masih embrio

menjadikah jam‟iyah yang beranggotakan para ulama pesantren ini

sejak semula akomodatif terhadap tradisi dan adat istiadat yang

sudah berkembang di kalangan masyarakat.13

Nahdlatul Ulama menganut faham ahlussunnah wal jamaah pola

fikir yang dengan kaum ekstrim aqli (rasional) dengan kaum ekstrim

naqli (spiritual) karena itu sumber pemikiran bagi NU bukan hanya

al-Qur‟an dan sunnah saja, tetapi juga menggunakan kemampuan

akal ditambah dengan realitas empiric. Cara pemikiran seperti itu

mengacu kepada cara pemikiran Abu Hasan Al-Asy‟ari dan Abu

Mansur Al-Maturidi dalam bidang Ilmu Kalam. Dalam Ilmu Fiqih

mengikuti 4 madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hanbali,

sedangkan dalam tashawuf mengembangkan metode Imam Ghazali

13

Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam dalam Perspektif Kerukunan

Umat Beragama, cet. 1. (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan

Diklat Kementerian Agama RI, 2012), 234

Page 68: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

49

dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tashawuf

dan syari‟at. 14

NU merupakan organisasi Islam terbesar dikecamatan Losari,

khususnya di Desa kedungeng hampir 99% masyarakanya menganut

organisasi NU. Organisasi ini berkiprah melalui kegiatan dakwah

dalam rangka pembinaan Aqidah, Ibadah, dan Akhlak melalui

Majelis Taklim yang diadakan setiap satu minggu sekali di Masjid

atau Musholla yang ada di desa secara bergilir, Perayaan Hari Besar

Islam (PHBI) misalnya Peringatan Hari Santri Nasional, Kelompok

Jam‟iyahan yang dilakukan oleh ibu-ibu kelompok Muslimat dan

Fatayat setiap hari secara bergilir, dan juga kegiatan sosial

keagamaan lain.15

b. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di kampung

Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H (18

November 1912 M). Pada awal didirikan, Muhammadiyah memiliki

basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian

Sidratul Muntaha. Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah

mendirikan sekolah dasar dan lanjutan, yaitu Hooge School

Muhammadiyah, yang kemudian berganti nama, menjadi Kweek

School Muhammadiyah. Selain itu juga didirikan organisasi

underbow untuk kaum ibu yaitu Aisyiyah.16

Muhammadiyah tidak pernah menyatakan secara eksplisit

keterikatannya dengan doktrin teologis maupun fiqh ahlus sunnah

wal jamaah kecuali dalam keputusan tarjih. Dalam pandangan

14

Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam. 236 15

Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa

Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. 16

. Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam. 246

Page 69: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

50

Muhammadiyah aqidah yang benar adalah aqidah yang dianut umat

Islam pada Zaman Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya

seperti yang disaratkan dalam al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 100

dan dengan pertimbangan dua buah hadits yang diriwayatkan oleh

Imam Turmudzi dengan derajat Hadits Hasan Shahih, yang artinya

sebagai berikut:

“Dari Abdullah bin Amir, berkata, Rasulullah Saw. bersabda: „Pasti

akan tiba saatnya umatku seperti Bani Israel. Ilustrasinya seperti sua

sandal ini sampai kalau pada jaman kehancuran moral mereka (Bani

Israel), ada seorang anak kandung berbuat mesum dengan ibunya,

demikian juga terjado pada umatku/Bani Israel terpecah belah

menjadi 72 golongan dan umatku (pada jaman kemudian) terpecah

menjadi 73 golongan, hanya satu yang selamat, yang lainnya masuk

neraka‟. Para shahabat bertanya: „Rasul siapa yang selamat itu?‟

Rasul SAW menjawab: „mereka yang mengikuti jejakku dan jejak

shahabatku”.17

Organisasi Muhammadiyah di Desa Kedungneng hanya berkisar

0,5%. Keberadaannya juga tidak terlalu mencolok karena hanya ada

beberapa keluarga saja yang tergabung dalam kelompok ini

selebihnya di dominasi oleh organisasi NU.18

c. Salafi

Kata salafi, merupakan nisbar dari kata salaf yang berarti orang-

orang terdahulu, bermaksud mengikuti praktek ibadah yang

dilakukan oleh para ulama pada jaman Nabi Muammad Swt.

Kelompok salafi tidak mempunyai pemimpin secara stuktural tetapi

mempunyai wadah.19

Di Desa Kedungneng hanya terdapat 0,5% keberadaan kelompok

ini, yakni hanya beberapa keluarga saja yang tergabung selebihnya

17

Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam, 237 18

Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 19-28 September 2019 di Desa

Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes. 19

Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam, 33

Page 70: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

51

di dominasi oleh organisasi Nahdlatul Ulama.20

Akan tetapi

kelompok mereka dianggap membahayakan oleh sebagian warga

karena memberikan pengaruh negatif terhadap pemahaman

masyarakat desa yang notabennya mereka itu adalah warga NU.

Mereka dianggap terlalu fanatik terhadap apa yang mereka yakini

sehingga seringkali menimbulakan kesalah pahaman antara salafi

dan NU, misalnya terkait busana yang mereka pakai (celana

cingkrang diatas 10 centi dari mata kaki). Padahal menurut warga

NU sendiri bukan itu yang menjadi fokus permasalahan tapi lebih

kepada paham yang mereka yakini.21

Pemahaman masyarakat tentang agama mulai meningkat terbukti

dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat sosial

seperti santunan anak yatim. Ada juga marhabanan bergilir dari

mushola ke musholla setiap malam Jumat, kemudian untuk kalangan

ibu-ibu ada Jam‟iyahan yang diadakan setiap hari Jumat dan hari

Minggu oleh kelompok Fatayat.

Dengan adanya beberapa organisasi keislaman tersebut tidak

banyak mempengaruhi terkait pelaksanaan tradisi sedekah bumi

yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungneng.

D. Ragam Kebudayaan

1. Kondisi Budaya

Desa Kedungneng masih memiliki budaya dan adat istiadat

diantaranya:22

20

Syarif (Carik) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa

Tengah. 21

Nariti Heryani (Tokoh Masyarakat) diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 28

September 2019, Jawa Tengah. 22

Adat istiadat adalah “cara-cara bertindak sesuai kebiasaan kelompok atau individu”

dan budaya adalah “kebiasan dan ritual yang mengatur dan menentukan hubungan sosial

kita berdasarkan kehidupan sehari-hari”.

Page 71: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

52

a. Adat istiadat dalam perkawinan

b. Adat istiadat dalam tujuh bulan kehamilan

c. Adat istiadat dalam kelahiran anak

d. Adat istiadat ketika bayi turun tanah pertama kali

e. Adat istiadat dalam menjauhkan bala‟ penyakit dan bencana alam

f. Budaya halal bi halal

g. Budaya tahlilan untuk orang meniggal

h. Budaya marhabanan

i. Budaya pelestarian kesenian hadrah, wayang kulit, burok, angklung

dan drumben.

j. Budaya pembacaan al-Qur‟an secara bersama-samabudaya majlis

ilmu (kajian seputar sejarah dan ngaji kitab)

k. Budaya mendoakan orang yang meninggal.

2. Tradisi Masyarakat Desa Kedungneng

Tradisi yang secara konsisten dilaksanakan di desa Kedungneng antara

lain:

a. Menyambut tahun baru hijriyah

Antusias warga desa Kedungneng dalam rangka menyambut

tahun baru hijriyah dilakukan dengan cara arak-arakan keliling desa

dengan membawa obor dan lantunan sholawat Nabi dengan diiringi

alat musik hadrah. Acara berlangsung dari mulai selesai shalat Isya

sampai dengan pukul 21.30 WIB.

Kemudian pada pagi harinya diadakan jalan santai menglilingi

desa Kedungneng, hampir seluruh warga masyarakat desa

mengikuti jalan santai tersebut dengan membawa kupon dari panitia

penyelenggara untuk mendapatkan Door Praize yang berupa kipas

angin, sembako, uang dan lain sebagainya.

Page 72: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

53

Pada tanggal 10 Muharram juga diadakan santunan untuk anak-

anak yatim di Masjid Baiturrohman Desa Kedungneng.

b. Mauludan

Mauludan adalah suatu bentuk upaya masyarakat desa dalam

menghormati hari lahir Nabi Muhammad SAW. pada saat

memasuki bulan maulid atau bulan Rabiul Awal, warga desa

khususnya yang tinggal disekitaran masjid dan musholla sudah

mulai membaca maulid nabi dalam kitab al-Barzanji setiap selesai

shalat Isya setiap harinya. Kegiatan tersebut berlangsung sampai

pada tanggal 12 Rabiul Awal yang kemudian diadakan maulidan

akbar yang bertempat di Masjid Baiturrahman Desa Kedungneng.

Namun tidak berhenti sampai disitu, karena dibeberapa tempat juga

acara mauludan masih terus dilaksanakan sampai berakhirnya bulan

maulid.

c. Memperingati Hari Santri Nasional

Masyarakat desa kedungneng yang di dominasi oleh warga

Nahdliyin sangat antusias dalam merayakan Hari Santri Nasional.

Teerbukti semenjak 2 tahun terakhir kegiatan peringatan hari santri

ini terus dilakukan dengan menyelenggarakan pawai karnaval

menggunakan mobil bak terbuka dan kendaraan lainnya yang dihias

dengan berbagai macam atribut mengelilingi desa se-Kecamatan

Losari dan dilanjut dengan acara pengajian di Desa Limbangan

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.

d. Pengajian rutin setiap malam Selasa Pahing

Pengajian rutin setiap malam Selasa Pahing ini diadakan oleh

Pondok Pesantren As-Sidiqiyah Desa Kluwut Kecamatan

Bulakamba, Kabupaten Brebes, dengan tujuan berbagi rezeki kepada

jamaah yang hadir. Adapun rangkaian kegiatannya, warga akan

Page 73: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

54

dijemput dengan menggunakan mobi Truk terbuka untuk dibawa ke

lokasi pesantren, kemudian disana mereka bershalawat bersama dan

mendengarkan tausiyah dari sang Kiyai.

e. Jam‟iyahan

Jam‟iyahan adalah suatu kelompok majelis ibu-ibu yang

kegiatannya meliputi pembacaan sholawat dan dilanjutkan dengan

pembacaan kita al-Barzanji. Adapun jadwal jamiyahan di desa

Kedungneng adalah:

1) Senin ba‟da dzuhur, dilaksanakan oleh Jam‟iyyah Nurul Mubin di

Musholla Baitul Makmur dan Jam‟iyyah at-Taqwa di Musholla

at-Taqwa

2) Kamis, di Musolla Lebe Shihabuddin

3) Jumat, Jam‟iyyah al-Karomah di Musholla Baitul Mukminin

4) Minggu, Jam‟iyyah Nurul Hikmah Fatayat. Adapun Jam‟iyyah

kubro dilakukan setiap satu bulan sekali diadakan antar desa

sebanyak 22 Desa se-Kecamatan Losari gabungan dari anggota

Muslimat dan Fatayat.

f. Pengajian Tilawah Qira‟ati

Pengajian ini diadakan setiap hari Jumat malam Sabtu yang

dipimpin oleh Ust. Absyar dan Ust. Amin Mubarok, dilaksanakan di

Musholla Baitul Mukminin Desa Kedungneng.

g. Setelah bayi dilahirkan diadakan selametan atau walimatul tasmiyah,

dilaksanakan pada hari ke tujuh atau hari ke empat puluh. adapula

rangkaian acaranya meliputi, pembacaan mahalul qiyam, bayi di

gendong dan dikelilingkan kepada warga yang hadir pada acara

tersebut, warga meniup ubun-ubun si bayi dan mengusapnya dengan

membaca bismillah dan sholawat, diseduakan gunting agar warga

yang hadir melakukan pemotongan rambut bayi yang nantinya

Page 74: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

55

rambut tersebut akan ditimbang dan dihargai sebagaimana harga

emas. Kemudian disumbangkan kepada anak yatim.

Adapula ketika tali pusar bayi copot diadakan acara puputan yaitu

muka bayi dibuatkan alis dan tanda dijidatnya kemudian semua

keluarga berkumpul untuk mengendong bayi dan membacakan QS.

Al-Qadr di telinga kanan si bayi.

h. Tasyakuran (pindah rumah), pelaksanaan tersebut biasanya orang

yang punya rumah akan membawa beberapa barang yang digendong

dengan bakul sebagai simbolis barang-barang yang nantinya akan

dibawa ke rumah baru, sambil diiringi oleh saudara dan tetangga

dengan membaca shalawat dan doa bersama.

Bentuk budaya gotong royong pada masyarakat desa Kedungneng:

a. Gotong royong dalam pembangunan rumah

b. Gotong royong dalam pindahan rumah

c. Gotong royong dalam pemeliharaan fasilitas umum dan fasilitas

sosial/prasarana dan sarana

d. Gotong royong dalam pengerjaan sawah dan kebun

e. Gotong royong dalam peristiwa kematian

f. Gotong royong dalam kebersihan lingkungan. Dan sebagainya.

3. Kesenian

a. Wayang Kulit

Wayang merupakan sebuah warisan budaya nenek moyang yang

diperkiraan telah ada sejak 1500 SM. Wayang sebagai salah satu jenis

pertunjukan sering diartikan sebagai bayangan yang tidak jelas atau

samar-samar, bergerak kesana kemari. Bayangan yang samar tersebut

diartikan sebagai gambaran perwatakan manusia. Di Indonesia terutama di

pulau Jawa terdapat ratusan jenis wayang yang dapat digolongkan

menurut cerita yang dibawakan, cara pementasan wayang, dan bahan yang

Page 75: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

56

digunakan untuk membuat wayang. Sekitar separuh lebih dari jumlah

wayang tersebut sekarang sudah tidak dipertunjukan lagi, bahkan

dantaranya sudah punah. Diantara pertunjukan wayang yang paling utama

dan masih terdapat hingga sekarang adalah wayang kulit di Jawa Tengah.

Kepopuleran wayang kulit dikarenakan padat dengan nilai filosofis,

pedagogis, historis, dan simbolis.

Kesenian ini merupakan milik salah seorang warga Desa Kedungneng

yang kemudian diambil alih dan dikelola langsung oleh desa. Wayang

kulit juga sering ditampilkan ketika ada acara hajatan atau pesta rakyat

seperti sedekah bumi.

b. Burok

Burok merupakan salah satu kesenian tradisional yang masih terus

dilestarikan khususnya di daerah Jawa. Seni burok merupakan bentuk

sinkretis, ia merupakan bentuk Badawang dalam masyarakat Sunda di

Jawa Barat. Dalam tradisi ini mereka membawa patung orang-orangan

besar atau makhluk seperti hewab barong, singa atau macan ada juga

raksasa yang terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi kain kostum dan

dilengkapi topeng atau ukiran wajah dan kepala. Burok sering dijadikan

suatu hiburan untuk orang hajatan khususnya Khitanan. Desa Kedungneng

melestarikan kesenian Burok oleh salah seorang warga yang bernama

Bapak Dirata.

c. Drumben

Drumben merupakan kelompok pemusik, yang sambil berbaris

memperagakan berbagai gerak dan bentuk dengan memainkan alat-alat

musik perkusi, terompet, gendang, dsb di bawah pimpinan gitapati.23

23

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 276

Page 76: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

57

Kesenian Drumben merupakan salah satu pelajaran ekstrakulikuler

yang dimiliki oleh SDN 1 Kedungneng yang dipimpin oleh Bapak Ahmad

selaku guru kesenian.

d. Angklung

Desa Kedungneng yang terletak dipesisir kali Cisanggarung pembatas

antara Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki beragam bahasa,

angklung yang merupakan kesenian dari Jawa Barat mulai masuk dan di

pelajari oleh siswa siswi Madrasah Ibtidaiyyah Jam‟iyyatul Falah

Kedungneng kemudian dijadikan pelajaran ekstrakulikuler. Angklung

merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari tabung bambu.24

Kesenian ini sering ditampilkan untuk mengisi acara-acara tertentu

sebagai hiburan seperti, Khatmil Qur‟an, Sunatan, iringan arak-arakan dan

sebagainya.

4. Biografi Responden

Tabel 3.4

Biografi Responden

No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan

1. Saeful Aziz 29 Th D3 BAU (Kepala Dusun)

2. KH. Abdillah S.Ag 60 Th S1 Pensiunan/Guru Ngaji

3. Ust. Shopi 53 Th SMA Petani/Guru Ngaji

4. Syaefi Umaruddin 25 Th D3 Ustadz

5. Syihahabuddin 62 Th SLTP Lebe/Guru Ngaji

6. Syarif 48 Th SLTA Carik (Sekretaris Desa)

7. Turmudi 43 Th SMA Kepala Desa

8. Wasjid 67 Th SR Petani

9. Amin Mubarok 33 Th MA Pedagang/ Guru Ngaji

10. Sajum Sayuti 62 Th PGA Peternak

11. KH. Mufid Marzuki 67 Th SLTA Pensiunan

12. Aliyuddin 24 Th SMA Mahasiswa

13. Fazri Sidiq 22 Th SMA Mahasiswa

14. Darmad 60 Th SR Ketua RT. 001 RW. 03

24

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 52

Page 77: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

58

BAB IV

PEMAHAMAN DAN PRAKTIK TASYAKKUR MASYARAKAT

PADA TRADISI SEDEKAH BUMI DI DESA KEDUNGNENG

KECAMATAN LOSARI KABUPATEN BREBES

A. Islam dan Budaya Di Indonesia

Kata Islam berasal dari bahasa Arab „aslama yang berarti ketundukan,

kesetiaan, dan kepatuhan (terhadap kehendak Tuhan). Sedangkan dalam

terminologi, kata Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islām yang

berarti mematuhi atau menerima dan memeluk Islam, kata dasarnya adalah

salima yang memiliki makna keselamatan dan kemakmuran. Bersama-

sama mereka membentuk dasar untuk kata salamat, dapat juga disebutkan

bahwa makna yang terkandung dalam Islam adalah perdamaian,

kesejahteraan, keselamatan, penyerahan, dan kepatuhan. Dapat

disimpulkan bahwa makna Islam adalah penyerahan dan kepatuhan dengan

sepenuh hati kepada kehendak Tuhan. Meski begitu, manfaatnya bukan

untuk kebaikan Tuhan itu sendiri tetapi untuk kebaikan manusia. Sebagai

agama langit terakhir, hukum Islam memberi petunjuk kepada manusia

tentang semua aspek kehidupan. Islam adalah sistem aqidah, syariah dan

akhlak yang membimbing kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Oleh

karena itu, Islam adalah agama yang menyatakan tunduk kepada Tuhan,

dengan Alquran sebagai buku yang digunakan sebagai pedoman dan

petunjuk yang keasliannya dijaga oleh Allah SWT.1

Islam dalam tataran teologis adalah sistem nilai dan ajaran yang

bersifat Ilahiyah dan transenden. Sedangkan dalam perspektif sosiologis,

Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial dalam

kehidupan manusia. Antara Islam dalam tataran teologis dan sosiologis

1 Hasani Ahmad Said, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan

MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016.

DOI : https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/338.

Page 78: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

59

yang merupakan realitas kehidupan sejatinya merupakan realitas yang

terus menerus menyertai agama ini sepanjang sejarahnya.2

Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk

berbudaya merupakan dinamika ilahi. Di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia3, disebutkan bahwa: “budaya” adalah pikiran, akal budi, adat

istiadat. Sedang “kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin

(akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli

sosiolog mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat,

akhlak, kesenian, ilmu dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudayaan

sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropolgi melihat kebudayaan

sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan.4

Budaya adalah pemahaman tentang perasaan seluruh bangsa yang

mencakup kepercayaan, seni, pengetahuan, moral, adat dan hukum, serta

ciri-ciri lain yang diperoleh dari anggota komunitas. Budaya juga

mengandung simbol dan nilai-nilai sehingga manusia dapat hidup di

dalamnya. Islam sebagai agama juga membutuhkan sistem simbol, ini juga

berarti bahwa Islam membutuhkan budaya agama. Namun, keduanya

harus dibedakan, Islam yang merupakan agama yang final, komprehensif,

abadi dan absolut. Sementara budaya bersifat khusus, temporal dan relatif.

Agama tanpa budaya dapat berkembang sebagai agama itu sendiri, tetapi

tanpa budaya agama sebagai suatu kolektivitas tidak akan mendapatkan

tempat. Di sisi lain, budaya masuk ke dalam wilayah manusia, yang pada

2 Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,

Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their

Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial

Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-

8-no-1-2020/. 3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 149 4 Hasani Ahmad Said, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi Debus Dan

MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016.

DOI : https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/338.

Page 79: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

60

akhirnya menyebabkan manusia memproses bumi dan segala isinya,

sehingga menjadi halaman gerak manusia itu sendiri.5

Salah satu hasil dari kebudayaan yang akan dibahas penulis disini

adalah tradisi sedekah bumi di Desa Kedungneng Kecamatan Losari

Kabupaten Brebes Jawa Tengah.

B. Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi di Kedungneng

Sedekah bumi merupakan warisan budaya Indonesia yang masih dijaga

eksistensinya oleh masyarakat khususnya di pulau Jawa. Seperti ragam

kebudayaan Jawa lainnya, sedekah bumi adalah kebudayaan yang sedikit

banyak bermuatan nilai-nilai animisme dan dinamisme yang mendapat

pengaruh Hindu –Budha, sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan para

pendahulu masyarakat Jawa.6 Akan tetapi seiring dengan berkembangnya

zaman tradisi ini sedikit demi sedikt meninggalkan nilai Hindu-Budha dan

berganti dengan nilai-nilai keislaman. Seperti halnya sedekah bumi yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungneng yang sekarang sudah

mengalami perubahan tata cara pelaksanaannya.

Sedekah bumi merupakan upacara yang melambangkan rasa syukur

manusia terhadap sang Pencipta, syukuran ini dilakukan oleh suatu daerah

yang masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Ada

beberapa daerah yang masih melakukan tradisi ini khususnya di

Kecamatan Losari. Hanya saja ada satu desa yang berbeda dalam

melaksanakan sedekah bumi. Jika pada dasarnya tradisi ini bertujuan

untuk mengungkapkan rasa syukur yang ditandai dengan proses selmeatan

5 Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,

Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their

Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial

Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-

8-no-1-2020/. 6 Furqan Syarif Hidayatulloh, Sedekah Bumi Dusun Cisampih Cilacap, Jurnal: el

Harakah Vol. 15 No. 1 Tahun 2015

Page 80: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

61

(berdoa bersama) dan pesta rakyat, maka lain halnya dengan yang

dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungneng.

Sedekah bumi pada umumnya dilakukan ketika selesai masa panen,

akan tetapi tidak berlaku untuk masyarakat Kedungneng yang justru

melaksanakan sedekah bumi sebelum masa panen atau ketika akan tandur

(menanam), Karena untuk musim panennya sendiri tidak menentu. Di desa

Kedungneng musim panen antara bulan Maret-April, tetapi karena di

bulan-bulan tersebut petani masih banyak kesibukan, sehingga

pelaksanaannya dilakkan antara bulan Agustus-September.7

Sedekah bumi untuk tahun 2019 dilaksanakan pada tanggal 19-21

September 2019 M atau 19-21 Muharram 1441 H. Adapun rangkaian

acara tradisi sedekah bumi antara lain:

1. Pagelaran Wayang Kulit

Wayang merupakan sebuah warisan budaya nenek moyangyang

diperkiraan telah ada sejak 1500 SM. Wayang sebagai salah satu jenis

pertunjukan sering diartikan sebagai bayangan yang tidak jelas atau

samar-samar, bergerak kesana kemari. Bayangan yang samar tersebut

diartikan sebagai gambaran perwatakan manusia. Di Indonesia terutama di

pulau Jawa terdapat ratusan jenis wayang yang dapat digolongkan

menurut cerita yang dibawakan, cara pementasan wayang, dan bahan yang

digunakan untuk membuat wayang. Sekitar separuh lebih dari jumlah

wayang tersebut sekarang sudah tidak dipertunjukan lagi, bahkan

dantaranya sudah punah. Diantara pertunjukan wayang yang paling utama

dan masih terdapat hingga sekarang adalah wayang kulit di Jawa Tengah.

Kepopuleran wayang kulit dikarenakan padat dengan nilai filosofis,

pedagogis, historis, dan simbolis.

7 Mufid Marzuki, Wawancara.

Page 81: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

62

Wayang kulit masih menjadi sebuah pertunjukan di masyarakat Desa

Kedungneng dan bahkan melestarikan kesenian tersebut. Dalam

memeriahkan acara sedekah bumi wayang kulit dijadikan sebagai

pembuka acara yang diadakan pada tanggal 19 September 2019 di

halaman balai desa Kedungneng. Adapun cerita yang dibawakan berupa

cerita wayang pada umumnya yaitu menggambarkan proses kehidupan

manusia secara totalitas, sebagai pribadi, makhluk sosial maupun sebagai

makhluk Tuhan. Muatan didalam nilai-nilai wayan yang dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat adalah bagaimana manusia dapat menempatkan

dirinya pada tempat yang telah ditentukan oleh Tuhan dan berdasarkan

fungsi itu. Pengetahuan dan sikap dalam pertunjukan wayang pada

dasarnya mencerminkan perilaku bijaksana. Kebijaksanaan hidup manusia

Jawa yang dimaksudkan merupakn cara ataupun arana untuk menciptakan

kehidupan yang selaras dan harmonis agar tercipta kesejahteraan dunia

dan akhirat.

2. Pengajian Umum

Warga masyarakat Kedungneng mayoritas adalah seorang nahdiyyin,

maka ketika pelaksanaan sedekah bumi diharuskan adanya pengajian.

Nahdlatul Ulama pada dasarnya adalah identitas budaya religius yang

diadopsi oleh mayoritas Muslim Nusantara. NU juga merupakan salah satu

komunitas dalam keluarga besar syahadat. Bagi seorang nahdiyyin,

berbagai tafsiran, atau mazhab di masing-masing agama merupakan

cerminan dari luasnya makna yang terkandung dalam ajaran kitab suci. 8

8Hasani Ahmad Said, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya, Islamic Relations,

Local, Tradition (Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their

Effect On Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research in Sosial

Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429. http://www.idpublications.org/ejrss-vol-

8-no-1-2020/.

Page 82: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

63

Pengajian umum dilaksanakan pada hari kedua perayaan sedekah bumi

sebelum masuk kedalam proses inti yaitu proses kenduri atau arak-arakan

tumpeng. Pengajian umum diadakan di halaman Balai Desa Kedungneng

dan dihadiri oleh sebagian besar warga masyarakat desa sehingga dapat

memenuhi lapangan balai desa bahkan sampai ada yang menyaksikan di

pinggir jalan.

Tabel 4.1

Susunan Acara Pengajian Umum

No. Pukul Kegiatan Keterangan

1. 19.30-20.00 WIB Penampilan hadrah dan dilanjut

dengan pembacaan Maulid Nabi

SAW

IPNU-IPPNU Desa

Kedungneng

2. 20.00-20.30 WIB Pembacaan Doa bersama Dipimpin oleh:

- KH. Mufid Marzuki

- Ust. Shopi

- Ust. Ahmad

- Lebe Abdul Manaf

- Lebe Syihabuddin

3. 20.30-20.35 WIB Pembukaan MC Abdul Aziz

4. 20.35-21.00 WIB Pembacaan Ayat Suci Al-Qur‟an

dan Shalawat Nabi

Ust. Turmudzi

5. 21-00-21.30 WIB Sambutan-Sambutan -Bapak Tarmudi (Kepala

Desa Kedungneng)

-Bapak KH. Mufid

Marzuki (Tokoh Ulama)

6. 21.30-22.30 WIB Mauidzah Hasanah KH. Sukartono SPd.i

7. 22.30-22.45 WIB Doa Penutup KH. Mufid Marzuki

Acara diawali dengan penampilan hadrah dari anak-anak IPNU-IPPNU

suatu organisasi pelajar yang dibina langsung oleh Desa, kemudian

dilanjutkan dengan pembacaan maulid Nabi, setelah itu dilanjutkan

dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh para tokoh agama

setempat diantaranya KH. Mufid Marzuki, Ust. Shopi, Ust. Ahmad, Lebe

Syihab dan Lebe Manaf. Masing-masing dari mereka membacakan doa

yang kemudian diaminkan oleh seluruh warga masyarakat Desa

Kedungneng yang hadir. Pembacaan doa tersebut bertujuan untuk

Page 83: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

64

memohon keselamatan dan kemudahan rizki serta kemajuan Desa

Kedungneng.

Acara dilanjutkan dengan pengajian umum, dipandu oleh seorang MC

(master of ceremony) yang memandu jalannya acara, dimulai dengan

pembukaan yaitu, pembacaan ayat suci al-Qur‟an sekaligus shalawat Nabi

yang dibacakan oleh Ust. Turmudzi dari Kabupaten Cirebon. Beliau

membacakan Q.S. al-An‟am [6]: 160-163, al-Anbiya [21]: 103-107,

Ibāhīm [14]: 7 dan dilanjutkan dengan pembacaan shalawat Nabi.

Selanjutnya sambutan-sambutan, sambutan pertama disampaikan oleh

Bapak Tarmudi selaku Kepala Desa Kedungneng sekaligus sebagai ketua

panitia acara sedekah bumi untuk menyampaikan ucapan terima kasih

kepada para panitia yang telah bekerja keras dalam mencari dana

khususnya para ketua RT yang tidak lelahnya mencari donatur untuk

pendanaan acara tersebut, juga diucapkan terima kasih kepada warga

masyarakat desa Kedungneng yang ikut serta dalam mensukseskan acara.

Kemudian terkait proses pelaksanaan sedekah bumi pada tahun ini yakni

untuk arak-arakan diadakan mulai dari rumah bapak kuwu ke selatan

menuju ke balai desa, harapannya semoga untuk acara sedekah bumi pada

tahun ini dapat berjalan dengan sukses. Sambutan kedua disampaikan oleh

Bapak KH. Mufid Marzuki mewakili tokoh masyarakat desa untuk

menyampaikan harapan masyarakat terkait pelaksanaan sedekah bumi

tahun sekarang dan yang akan datang.

Tibalah pada acara inti yaitu Mauidzah Hasanah yang disampaikan

oleh Bapak KH. Sukartono Spd.i dari Kabupaten Tegal. Dalam isi

tausiyahnya secara garis besar menegaskan tentang pentingnya bersedekah

terlebih setelah kita diberikan nikmat oleh Allah SWT. dan juga terkait

keutamaan bulan Muharram, karena tradisi Sedekah Bumi selalu

bertepatan di bulan tersebut. Selebihnya hanya diisi dengan pembacaan

Page 84: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

65

shalawat dan hiburan saja.9 Kemudian acara ditutup dengan pembacaan

doa oleh Bapak KH. Mufid Marzuki.

3. Proses Kenduri (arak-arakan tumpeng)

Proses arak-arakan tumpeng terjadi pada hari Sabtu, 21 September

2019 yang merupakan puncak acara inti perayaan tradisi sedekah bumi.

Dimulai pada pukul 10.00 WIB warga masyarakat Desa Kedungneng

sudah mulai berdatangan ke Balai Desa dengan membawa bakul nasi yang

berisikan nasi dan segala macam lauk pauk, diantaranya ada ayam goreng,

mie goreng, jangan sabrang (sayur cabe), tahu, dan tempe. Makanan

tersebut diserahkan kepada panitia untuk kemudian dicampurkan dengan

makanan yang dibawa oleh warga lainnya dan di bagikan kembali kepada

warga.

Di lain tempat, tepatnya di kediaman Bapak Kuwu (Kepala Desa), para

pejabat desa dan rombongan arak-arakan tumpeng yang beranggotakan

jajaran pejabat desa dari mulai ketua RT, RW, Carik, Lebe, Bau, PKK,

dan Karang Taruna sudah berkumpul. Mereka akan mulai melakukan

prosesi kenduri atau arak-arakan tumpeng yang dilaksanakan setelah

sholat Dzuhur. Pertama, rombongan Pak Kuwu yang membawa sejumlah

tumpeng berisikan makanan, sayur-sayuran, buah-buahan serta miniatur

bola dunia sebagai lambang dari bumi mengelilingi desa dengan diiringi

beberapa alat musik seperti drumben, rebana, dan organ tunggal. Iring-

iringan ini nantinya akan berakhir di Balai Desa untuk melakukan doa

bersama yang dipimpin oleh Lebe Abdul Manaf. Pemanjatan doa

dilakukan dengan harapan apa yang mereka lakukan mendapatkan

keridhaan dari Allah SWT. melalui pelaksanaan tradisi sedekah bumi

masyarakat semakin menumbuhkan rasa syukur dalam dirinya atas apa

9 Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 20 September 2019 di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari Kabupaten Brebes

Page 85: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

66

yang telah diperoleh dari hasil tanaman pada tahun ini dan juga untuk

kemakmuran desa Kedungneng itu sendiri. Kemudian setelah pembacaan

doa selesai ssemua tumpeng yang dibawa dibagikan kepada warga dengan

cara melemparkannya dari atas panggung sehingga warga pun berebut

untuk dapat kebagian berkah dari tumpeng yang dibawa oleh rombongan

Bapak Kuwu tersebut. Ketika itu beberapa warga mulai saling melempar

nasi yang mereka dapatkan, sehingga kejadian perang nasi pun tidak

terelakan.10

Perang nasi merupakan suatu tradisi yang susah untuk dihilangkan.

Menurut warga setempat, perang nasi merupakan suatu kesenangan

tersendiri untuk mengisi tradisi sedekah bumi, karena mereka beranggapan

bahwa itu sudah menjadi keharusan yang ada ketika tradisi sedekah bumi

dilaksanakan dan masih membudayakannya sampai sekarang.11

Beberapa ulama setempat menanggapi terkait perang nasi yang sering

kali terjadi ketika pelaksanaan sedekah bumi merupakan suatu bentuk

ungkapan syukur manusia juga terhadap hewan melata yang ada di bumi.

Karena pada hakikatnya mereka juga sama-sama hidup di bumi dan

merasakan nikmat yang Allah berikan, maka dari itu dilemparkanlah

makanan tersebut dengan harapan dapat dimakan oleh binatang yang ada

di bumi.12

4. Pagelaran Sandiwara

Dalam pelaksanaan tradisi sedekah bumi tidak terlepas dengan adanya

kesenian sandiwara. Sandiwara merupakan suatu pertunjukan drama

musical yang dimainkan beberapa orang dengan latar cerita tentang

kerajaan pada jaman dahulu. Seperti sudah merupakan suatu keharusan

10

Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 21 September 2019 di Desa

Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes 11

Darmad (Ketua RT. 001 Rw. 003 Desa Kedungneng), diwawancari oleh Isnaeni,

Brebes, 21 September 2019, Jawa Tengah 12

. Mufid Marzuki, wawancara.

Page 86: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

67

pertunjukan sandiwara harus selalu ada dalam mengiringi proses tradisi

sedekah bumi karena warga masyarakat Kedungenng sangat antusias

bahkan dengan sukarela memberikan sumbangannya untuk suksesnya

acara sedekah bumi.

Sandiwara merupakan kesenian yang mirip sekali dengan kesenian

ketoprak dari Jawa Tengah. Kesenian ini dipentaskan di atas panggung

umumnya berukuran 8x10 meter, dengan tinggi sekitar 1 meter. Atapnya

dibuat dari besi, atau bambu, dengan terpal pelindung. Di bagian belakang

dipasang 8 sampai 10 kelir (layar) yang digantung diatas panggung.

Masing-masing kelir ini menggambarkan aneka suasana, seperti keraton,

hutan belantara, pancaniti (pertamanan) atau pemandangan desa,

pemandangan segara dan lain sebagainya mengikuti cerita yang sedang

dimainkan. Disela-sela cerita dalam kesenian sandiwara ini, penonton

akan dapat menikmati banyak versi musik dangdut Cerbon-Dermayu

sebagai selingan.

Sandiwara Chandra Sari dari kabupaten Cirebon dipilih warga dalam

acara tradisi sedekah bumi tahun ini sebagai penutup dalam rangkaian

proses acara sedekah bumi sekaligus hiburan warga masyarakat desa.

Acara ini dimulai pukul 14.00 WIB diawali dengan musik Cerbonan

kemudian setelah itu baru mulai kisah dari para lakonnya.

C. Pemahaman Masyarakat Terhadap Ayat Syukur dan

Implementasinya dalam Tradisi Sedekah Bumi

1. Tafsir makna Sedekah Bumi

Sedekah bumi dilaksanakan pada dasarnya untuk mengungkapkan rasa

syukur kepada Allah atas hasil panen yang telah mereka peroleh. Maka

masyarakat diminta untuk membawa hasil panennya yaitu berupa

makanan untuk dibawa ke balai desa dan didoakan bersama-sama. Setelah

itu dibagikan lagi kepada mereka, dengan harapan semua warga dapat

Page 87: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

68

menikmati makanan tersebut. Adapun diadakannya pagelaran wayang

kulit ataupun sandiwara hanya sebagai hiburan masyarakat yang memang

menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.13

Masyarakat desa Kedungneng ketika ditanya terkait dengan ayat syukur

secara otomatis mereka menyebutkan Qur‟an Surat Ibrahim ayat 7 yaitu:

لشديد عذاب إن كفرت ولئن وإذ تذن ربكم لئن شكرت لزيدنكم

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,

tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat

berat.” (Q.S. Ibrāhīm/14: 7)14

Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka pasti

nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur

nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini

hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian, penggalan

akhir ayat ini dapat diahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak

tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang

mengkufuri nikmat Allah, bahkan boeh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya

dalam rangka mengulur kedurhakaan. syukur berarti membuka dan

menampakan, lawannya adalah kufur, yakni menutup atau

menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakan nikmat, antara lain

menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki

oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Itu

berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT. menuntut

perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan nikmat

tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahannya.15

13

Syihabuddin, Wawancara. 14

Ust. Shopi, Wawancara. 15

M. Quraish Shihab, Tafsir Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan, 23.

Page 88: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

69

Ulama setempat menjadikan ayat tersebut sebagai dasar

dilaksanakannya sedekah bumi sesuai dengan apa yang mereka tafsirkan.

Salah satunya Ust. Shopi selaku guru ngaji yang menjelaskan penafsiran

QS. Ibrahim ayat 7 yakni, “lain syakartum” ketika seseorang bersyukur

maka akan ditambahi nikmat kesyukurannya, “wa lain kafartum inna

adzābi la syadīd” dan kalau kamu sekalian kufur akan nikmat Allah maka

sesungguhnya siksa Allah amat pedih. Bersyukur adalah ketika

mendapatkan nikmat kemudian mengucapkan kalimat Al-hamdulillah.

Tetapi menurut syara‟ bersyukur yaitu mempergunakan nikmat-Nya

yang diberikan kepada manusia untuk jalan mengabdi kepada Allah

SWT.16

Kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan kepada hamba-

hamba-Nya sangatlah banyak dan tidak terhitung, diantaranya: adanya

bumi yang mengeluarkan beberapa tumbuh-tumbuhan sebagai bekal

kehidupan hamba-Nya diatas bumi. Kemudian kenapa Allah menurunkan

hujan? alasannya agar bumi itu bisa menjadi subur, petani bisa menanam,

kemudian hasilnya untuk kehidupan. Dari hasil tanaman itulah kemudian

oleh adat orang jawa ini disyukuri. Lalu kenapa yang di sedekahkan hanya

bumi, terus ada juga sedekah laut, kenapa tidak ada yang namanya

sedekah langit? Padahal air hujan sendiri turunnya dari langit.

Jadi, pada hakikatnya bahwa semua yang berupa nikmat baik yang

berasal dari bumi, dari lautan, dari udara, dari langit itu merupakan hakikat

dari pada nikmat Allah, jadi meskipun tidak disebutkan sedekah langit kita

sudah dianggap bersyukur.17

16

Ust. Shopi, Wawancara. 17

Mufid Marzuki, Wawancara.

Page 89: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

70

Beberapa warga berpendapat bahwa cara bersyukur itu ada tiga

macam18

yaitu dengan lisan, hati dan perbuatan. Pertama, bersyukur

dengan lisan, yaitu mengucapkan kalimat hamdalah, namun bersyukur

dengan hamdalah saja belum cukup. Selain lisan yang mengucapkan

kalimat hamdalah. Kedua, dalam hati juga harus mempercayai bahwa

rizki yang halālan thayyiban itu berasal dari Allah SWT, akan tetapi ini

juga belum dikatakan bersyukur. Ketiga, rizki tersebut berbentuk apa?

misalnya saja berupa uang atau harta, uang yang didapat itu

dimanfaatkankan sesuai dengan manfaatnya atau tidak, kalau sesuai

kemanfaatnya maka barulah dikatakan bersyukur. Jadi lisannya

mengucapkan hamdallah, hatinya meyakinkan kemudian anggota

badannya mengerjakan sesuai apa manfaat yang diterima.19

2. Kaitan antara sedekah bumi dan ungkapan syukur

Adapun tradisi sedekah bumi dapatkah dikatakan sebagai ungkapan

rasa syukur yang sesuai dengan syariat atau ajaran Islam masyarakat desa

Kedungneng menanggapinya dengan beberapa sudut pandang yang

berbeda.

Beberapa dari mereka beranggapan bahwa sedekah bumi termasuk

dalam salah satu bentuk rasa syukur dan sesuai dengan ajaran Islam,

tergantung pelaksanaan, secara zahir itu termasuk ungkapan rasa syukur

kalau pelaksanaanya kondisional, namun secara global itu sudah termasuk.

Adapun ketika pelaksanaanya ada buang-buang nasi yang masuknya

mubazzir itu al-mustasna-nya. Pelaksanaanya sudah sesuai tapi ada juga

yang belum. Sedekah bumi tidak termasuk dalam kategori syari‟at karena

18

Hasil dari penelitian lapangan pada tanggal 21 September 2019 di Desa

Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. 19

Abdillah (Tokoh Ulama Desa Kedungneng), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 21

September 2019, Jawa Tengah.

Page 90: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

71

itu tradisi. Hal-hal yang harus diperbaiki yaitu menghilangkan nilai

mubazzirnya.20

Tabel 4.2

Ungkapan Syukur Menurut Responden

No Nama

Responden

Syukur

dengan

hati

Syukur

dengan

lisan

Syukur dengan perbuatan

1. Syaefi

Umaruddin

Rajin dalam melaksanakan

sholat, rajin mengerjakan

ibadah-ibadah lainnya.

2. Abdillah

Anggota badan mengerjakan

sesuai apa manfaat yang

diterima.

3. Shopi

Memberikan sebagian

hartanya kepada fakir, dan

anak yatim

4. Syihabuddin

Menjalankan perintah Allah

SWT dan meninggalkan

larangan-Nya.

5. Amin Mubarok Membahagiakan diri sendiri

6. Mufid Marzuki Bersedekah, ibadah yang

rajin dan sebagainya

7. Aliyudin

Saling menyayangi sesama

makhluk ciptaan Allah baik

kepada manusia, hewan,

tumbuhan dan lainnya

8. Fazri Sidiq -

D. Respon Masyarakat Terhadap Tradisi Sedekah Bumi di Desa

Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes

1. Pandangan masyarakat terhadap Kegiatan Sedekah Bumi

Sedekah bumi merupakan suatu adat atau tradisi yang tidak ada

ketentuan dalilnya di dalam al-qur‟an dan hadis, maka dapat dilihat dar

kayfiyah atau tatacaranya. Ketika di dalam pelaksanaanya terdapat orang-

20

Syaefi Umaruddin (Ustadz), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 21 September

2019, Jawa Tengah.

Page 91: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

72

orang yang memuji kepada Allah, orang-orang yang bersedekah, dan

orang-orang yang ceramah atau berdakwah itu dapat dikatakan bersyukur.

Sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Kedungneng sendiri

merupakan salah satu bentuk upaya rasa syukur yang isinya tidak

bertentangan dengan agama Islam. Karena dalam pelaksanaanya sesuai

dengan syariat Islam seperti diadakannya pengajian umum.21

Tradisi

sedekah bumi sendiri sudah mendarah daging di dalam hati dan pikiran

masyarakat.

Terkait pelaksanaan sedekah bumi tergantung keinginan masyarakat,

biasanya diawali dengan acara keagamaan seperti pengajian umum

kemudian diakhiri dengan pesta rakyat atau hiburan atas dasar

musyawarah. Jika ini dikaitkan dengan syariat mungkin itu tidak termasuk

ke dalam syariat Islam, karena sedekah bumi hanya sebuah tradisi yang

terus menerus dilaksanakan. Terlepas dari itu tujuan dilaksanakannya

sedekah bumi itu sendiri yaitu merupakan ungkapan rasa syukur kepada

Allah SWT. sehingga sudah sepatutnya untuk melakukan syukuran karena

Allah SWT. telah memberikan rizki-Nya melalui tanaman padi, kedelai

dan lainnya. Adapun peran dari pemerintah desa dalam tradisi sedekah

bumi hanya sebagai fasilitator warga. Kira-kira warga menginginkan pesta

rakyat yang seperti apa untuk kegiatan sedekah bumi trsebut.22

Adapun awal proses pelaksanaannya dilakukan pembacaan doa

bersama yang dipimpin oleh para kalim ulama desa dengan mengharapkan

keselamatan dan keberkahan desa Kedungneng baik untuk Kepala Desa

maupun masyarakat pada umumnya. Warga juga berharap semoga dengan

diadakannya tradisi sedekah bumi termasuk kedalam suatu ungkapan rasa

syukur, karena dalam tradisi sedekah bumi ini masyarakat saling berbagi

21

Shopi dan Syihabuddin. Wawancara. 22

Syihabuddin (Tokoh Ulama), diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes, 23 September

2019, Jawa Tengah.

Page 92: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

73

berkat kepada keluarga, tetangga dan sanak saudara lainnya. Jika dilihat

dari kegiatan awalnya, yaitu seperti pembacaan doa bersama kemudian

masyarakat saling berbagi rezeki melalui makanan, itu masuk dalam

tradisi Islam. Tetapi kalau dilihat dari hiburan yang diadakan, mungkin itu

belum sesuai dengan tradisi Islam karena memang tujuannya hanya

sebagai hiburan saja.23

Senada dengan pendapat warga masyarakat diatas, pada kesempatan

wawancara dengan Bapak Kuwu, penulis mendapati pandangan yang

relatif sama bahwa tradisi sedekah bumi merupakan adat turun temurun

yang sudah diyakini oleh masyarakat. Tradisi sedekah bumi merupakan

salah satu ungkapan rasa syukur, karena pada dasarnya memang

mengarahnya kepada yang kuasa Gusti Allah SWT. hanya saja adat

dahulu yang dimodernisasi ke zaman sekarang. Sebagai salah satu upaya

bentuk rasa syukur masyarakat karena sudah mendapat hasil dari bumi

akhirnya terjadilah pesta bumi.24

Dasar dilaksanakannya sedekah bumi adalah untuk sedekah kepada

bumi karena manusia tinggal di atas bumi, walaupun sebenarnya bisa

dengan acara lainnya, seperti muludan atau pengajian. Akan tetapi karena

sudah dari dulunya seperti itu maka susah untuk dihilangkan. Adanya

pengajian umum merupakan suatu upaya untuk mencoba lebih

memasukkan nilai-nilai agama ke dalam proses acara sedekah bumi

karena memang dahulu tidak disertai dengan pengajian tersebut, cukup

dengan proses kenduri setelah itu doa bersama dan kemudian acara

hiburan, benar-benar hanya skedar pesta rakyat saja. Karena memang pada

23

Syarif, Wawancara. 24

Tarmudi, wawancara.

Page 93: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

74

dasarnya syukuran maka masyarakat mencoba untuk menunjukkan nilai

syukurnya dengan dilakukannya tradisi sedekah bumi tersebut.25

Berbeda dengan padangan sebelumnya di atas, Bapak Sajum yang

penulis wawancarai menuturkan bahwa sedekah bumi merupakan

tasyakkuran kepada bumi sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada

yang telah memberikan rezeki. Sebelum adanya Islam di pulau Jawa

sebenarnya sudah diadakan tradisi ini tapi berbeda tatacara

pelaksanaannya. Menurutnya, masyarakat yang mayoritas beragama Islam

tidak seharusnya merayakan syukuran dengan hiburan sandiwara, karena

itu dianggapnya salah, dan sebenarnya cukup dengan pengajian umum

saja. Tetapi seakan itu sudah menjadi sebuah keharusan jika tradisi

sedekah bumi harus ada pagelaran sandiwara maka akan sangat sulit untuk

dihilangkan. Adapun kejadian melempar-lemparkan nasi, masyarakat

salah faham mengenai tradisi tersebut. Dalam aturan agama hindu pada

dulunya memang seperti itu tetapi dengan tujuan makanan disebarkan

dibumi karena yang memberi atau menjadikan nasi yaitu bumi, maka dari

itu dilemparlah makanan tersebut ke bumi. Tetapi bagi orang Islam itu

merupakan perbuatan mubazzir dan tidak diperbolehkan. Awal mula

tradisi sedekah bumi itu dibawa oleh agama Hindu jadi nilai-nilai

budayanya masih terasa dan terus dipakai hingga sekarang. Pada saat itu

untuk menghilangkan suatu adat tidak bisa secara langsung dihilangkan,

namun sedikit-sedikit dimasukan kegiatan-kegiatan keislaman.26

Begitu juga pendapat dua mahasiswa dari Fakultas Ushuluddin Jurusan

Ilmu Al-qur‟an dan Tafsir yang penulis jumpai, mengatakan bahwa, dalam

proses sedekah bumi terdapat beberapa moment yang tidak sesuai dengan

ajaran Islam. Mengingat itu merupakan tradisi leluhur yang mana tradisi

25

Wasjid (Tokoh Masyarakat) di wawancari oleh Isnaeni, Brebes, 24 September

2019, Jawa Tengah. 26

Sajum Sayuti, Wawancara.

Page 94: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

75

itu masih tercampur animisme dan dinamisme, sedekah bumi kalau orang

pedesaan itu terkhusus untuk masyarakat yang kurang paham (awam)

mereka menganggap sedekah bumi merupakan sebuah syukuran terhadap

dewa/dewi yang memberikan panen melimpah, kalau kata orang tua

menyebutnya Dewi Sri, yakni Dewi yang memberikan baik atau buruknya

panen petani. Itu yang menjadikannya menjadi musyrik, kalau menurut

Fazri ada baiknya masyarakat merubah niat, di mana yang dulunya

beranggapan kalau sedekah bumi merupakan wujud kepada Dewa Sri

harus diganti tehadap Allah SWT. sehingga tidak mensekutukan Allah

SWT. walaupun sejatinya hanya Dia lah yang memberikan panen secara

otmatis. Dewi Sri hanya merupakan wujud kuasa Tuhan.

Mereka menambahkan terkait dengan pelaksanaanya, ada beberapa

momen yang perlu diganti, terutama terkait tradisi tawuran nasi. Ia

mengingikan sedekah bumi cukup dengan moment ketika semua nasi dari

masyarakat dikumpulkan di satu tempat (balai desa), kemudian di doakan

setelah itu dibagikan kembali kepada mereka, kalau bisa pembagian itu

juga tidak hanya untuk mereka yang mengantarkan nasi ke balai desa, tapi

untuk semua warga desa, sehingga mereka yang tidak memiliki sawah bisa

juga menikmati nasi dari sawah desa sendiri. Tradisi sedekah bumi perlu

dilestarikan, karena itu sebuah tradisi lama, yang emang merupakan

khasanah budaya Indonesia.27

Senada dengan pendapat mahasiswa di atas, Bapak Abdillah

menuturkan bahwa, tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat desa

ini belum dikatakan sebagai ungkapan rasa syukur karena itu hanya

sebatas adat saja yang sulit untuk merubahnya. Masyarakat rela

mengorbankan hartanya hanya untuk suatu hiburan semata bukan karena

syukurannya, jadi lebih kepada pesta rakyat saja, maka menurutnya itu

27

Fazri Sidiq dan Aliyudin, Wawancara.

Page 95: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

76

belum mengena dengan perbuatan syukur itu sendiri. Ia juga

menambahkan bahwa sedekah bumi tidak sesuai dengan syariat islam, dan

belum sesuai dengan tuntunan ayat syukur, karena itu hanya sebuah adat

atau tradisi yang tidak bisa dirubah. 28

Tabel 4.3

Ungkapan Syukur Menurut Responden

Setuju, dirubah Setuju, dilanjutkan

Sedekah bumi perlu dilestarikan

karena itu sebuah tradisi lama,

merupakan khasanah budaya

indonesia, namun harus ada

perubahan terhadap beberapa

bagian pelaksaaannya. [Fazri

Sidiq]

sedekah bumi itu merupakan

tradisi yang tidak mungkin

untuk dihilangkan. Sarannya

lebih banyak dimasukan nilai-

nilai norma agama dalam roses

pelaksanaan. [Syaefi

Umaruddin]

Karena sedekah bumi

merupakan sebuah adat maka

harus dilestarikan. Namun ada

baiknya tidak selalu sedekah itu

harus dengan pesta rakyat saja

tetapi bisa dengan hal-hal positif

lainnya, contohnya dana yang

terkumpul dari iuran masyarakat

isa digunakan untuk

pembangunan jalan atau

membantu orang yang sedang

dalam kesusahan. [Abdillah]

Terkait pelaksanaan sedekah

bumi sudah sering dibahas

dengan pejabat desa, namun

sepertinya banyak yang tidak

berkenan terkait usul yang

diberikan, maka dari itu saya

hanya bisa mengikuti saja.

[Shopi]

Adat sedekah bumi harus tetap

dilaksanakan karena itu sudah

menjadi adat dari turun temurun

seperti itu adapun nanti

pelaksanaannya yang perlu

diperbaiki. [Amin Mubarok]

Sebagai warga masyarakat saya

hanya bisa mengikuti saja,

karena tidak ada perubahan

terkait pelaksanaan sedekah

bumi setiap tahunnya,

[Syihabuddin]

sedekah bumi perlu dilestarikan

karena itu sudah merupakan adat

dan tradisi dari nenek moyang

dahulu, hanya saja cara

Saya berharap sedekah bumi

yang diawali dengan pengajian

itu tetap dilanjutkan. Tetapi

sedikit demi sedikit untuk

28

Abdillah, wawancara

Page 96: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

77

pelaksanaannya yang harus

sedikit dirubah supaya sesuai

dengan syariat Islam. [Aliyudin]

hiburannya dikurangi, kalau

boleh saya usulkan nanti jangan

sampai ada hiburannya cukup

dengan pengajiannya saja.

[Mufid Marzuki]

2. Saran Masyarakat Terkait Tradisi Sedekah Bumi

Tradisi sedekah bumi yang dilaksanakan setiap tahun pada dasarnya

sebuah ritual yang diadakan masyarakat desa Kedungeng ketika selesai

panen sebagai upaya untuk mengungkapkan rasa sukur kepada bumi dan

sang pemberi nikmat yaitu Allah SWT. Kegiatan ini juga tidak terlepas

dari peranan seluruh warga masyarakat Desa karena terlaksananya tradisi

ini berdasarkan dari dana iuran masyarakat yang dikumpulkan 2 bulan

sebelum diadakannya acara. Adapun harapan dan saran dari beberapa

warga masyarakat desa Kedungneng terkait pelaksanaan sedekah bumi

beragam macamnya. Misalnya saja, Kyai Mufid yang mengharapkan

untuk kelanjutan sedekah bumi di tahun yang akan datang yang diawali

dengan pengajian umum tetap dilanjutkan. Terkait dengan hiburan yang

diadakan sekiranya dapat dikurangi, bahkan kalau bisa dihilangkan saja.

Meskipun dalam penampilan sandiwara juga terkait dengan cerita orang-

orang dulu, cerita para wali, cerita babad tanah Jawa, akan tetapi

dampakbterhadap masyarakat kurang mengenai sasaran.29

Senada dengan pendapat Kyai Mufid, Bapak Abdillah menuturkan

bahwa, sedekah bumi merupakan suatu adat maka harus dilestarikan,

sebab al-adatu muhakamah yang dijelaskan dalam kaidah fiqih, akan

tetapi perbuatan melempar-lempar nasi sudah bertentangan dengan ajaran

agama, dan itu yang harus dibenahi. Apabila adanya hiburan sandiwara

justru menimbulkan maksiat maka itu harus dibenah, tetapii kalau tidak

29

Mufid Marzuki, Wawancara.

Page 97: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

78

menimbulkan kemaksiatan, sekedar mendengar cerita, orangnya itu tidak

berfoya-foya dan tidak melanggar hukum agama itu yang tidak menjadi

masalah. Ia menyampaikan saran, pelaksanaan sedekah bumi yang

diadakan biasanya menghabiskan dana puluhan juta dan itu hilang hanya

dalam sehari saja, kalau saja dana itu digunakan untuk pembangunan desa,

kira-kira mana yang perlu direnovasi apakah jalanan yang rusak atau ada

orang jompo yang rumahnya sudah reot dan perlu diperbaiki maka bisa

menggunakan dana tersebut sehingga jelas kemanfaatannya. Diakhir

kalimatnya Ia menegaskan bahwa, “kalau Kita bersyukur maka

sesuaikanlah dengan cara bersyukur, kalau ada makanan atau tumpengan

silahkan untuk dimakan bersama-sama, tapi tolong jangan sampai

dilempar-lemparkan, karena itu bertentangan dengan agama.”30

Banyak masyarakat lain yang mengharapkan kelangsungan sedekah

bumi karena memang itu sudah menjadi tradisi turun temurun yang tidak

bisa dihilangkan begitu saja, tetapi juga tidak sedikit dari mereka yang

menginginkan perubahan terkait proses pelaksanaannya. Seperti yang

penulis jumpai Bapak Syihab selaku mantan Lebe desa, ia meuturkan

bahwa sedekah bumi itu sudah mendarah daging dalam masyarakat

Kedungneng maka untuk selanjutnya diharapkan adanya perubahan proses

pelaksanaannya seperti jangan hanya pesta rakyatnya saja, tetapi bisa diisi

dengan hal-hal yang bermanfaat lainya, misalnya dengan mengadakan

acara perlombaan-perlombaan. Untuk masalah lempar-lempar nasi yang

sering terkadi ketika sedekah bumi itu merupakan perbuatan sebagian

orang yang tidak bertanggung jawab, perbuatan ini harusnya sudah

dihilangkan, karena itu mencerminkan orang yang tidak berakhlak,

bukannya bersyukur tapi malah memubazzirkan makanan.31

30

Abdillah, Wawancara. 31

Syihabuddin, Wawancara.

Page 98: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

79

Page 99: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian langsung dan mengadakan

wawancara dengan beberapa masyarakat terkait, yaitu perangkat desa,

tokoh agama dan masyarakat umum, dalam penelitian yang ada khususnya

terkait tradisi sedekah bumi. Penelitian ini menyimpulkan terkait

pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur dalam tradisi sedekah bumi

yaitu:

1. Diadakannya pengajian umum sebagai upaya memasukan nilai-

nilai agama oleh tokoh ulama setempat, karena sebelumnya tradisi

sedekah bumi belum memasukan nilai dakwahnya, hanya sebagai

pesta rakyat saja

2. Prosesi kenduri atau arak-arakan tumpeng dijadikan sebagai

simbol inti acara sedekah bumi itu sendiri, selain memohon rahmat

dan keberkahan melalui makanan tersebut, tujuan lainnya yaitu

untuk membagikan makanan kepada warga mayarakat desa yang

dianggap dapat membawa keberkahan

3. Perang nasi atau lempar-lempar nasi yang dilakukan pada dasarnya

dilakukan masyarakat untuk dapat berbagi dengan binatang yang

hidup di bumi.

4. Tradisi sedekah bumi diharapkan oleh warga masyarakat desa

Kedungneng sebagai upaya untuk dapat mengungkapkan rasa

syukur mereka kepada Allah SWT. atas hasil panen yang diperoleh

sesuai dengan yang dianjurkan di dalam Q.S. Ibrāhīm ayat 7.

Dalam penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan ritual

tradisi sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat desa Kedungneng

adalah sebagai warisan dari tradisi terdahulunya. Konsep Sedekah bumi

Page 100: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

81

yang dilaksanakan pada dasarnya untuk mengungkapkan rasa syukur

kepada Allah atas hasil panen yang telah mereka peroleh. Maka

masyarakat diminta untuk membawa hasil panennya yaitu berupa

makanan untuk dibawa ke balai desa dan didoakan bersama. Setelah itu

dibagikan lagi kepada mereka, dengan harapan semua warga dapat

menikmati makanan tersebut. Adapun diadakannya pagelaran wayang

kulit ataupun sandiwara hanya sebagai hiburan masyarakat yang memang

menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.

B. Saran

Dalam penelitian ini penulis tentunya menyadari kekurangan yang

terdapat dalam karya tulis. Setelah penulis melakukan penelitian tentang

pemahaman masyarakat terhadap ayat syukur studi atas tradisi sedekah

bumi di desa Kedungneng Kecamatan Losari Kabupaten Brebes, maka

penulis akan memberikan beberapa masukan:

1. Kepada Masyarakat Desa Kedungneng agar senantiasa

melestarikan tradisi dan budaya nenek moyang terkhusus tradisi

sedekah bumi. Sedikit merubah demi kepentingan bersama perlu

diklakukan supaya masyarakat semakin mengikuti perkembangan

zaman dan yang pasti tidak menyalahi tujuan awal diadakannya

dan tidak melanggar norma-norma agama.

2. Kepada para peneliti selanjutnya, di dalam skripsi ini masih masih

banyak kekurangan oleh karena itu saran dan kritik dari peneliti

berikutnya hendaklah lebih memperdalam terkait teori

pengetahuan sosial sebagai pelengkap dari penelitian sebelumnya.

Page 101: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

82

DAFTAR PUSTAKA

Ammar, Abu dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim 1 Barometer

Menuju Muslim Kaffah, Sukoharjo: Cordova Mediatama, 2015.

Amin, Ahmad, ETIKA: Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995.

Amin, Samsul Munir, Ilmu Tasawuf, cet. III. Jakarta: AMZAH, 2015

Al-Ashfahani, Ar-Raghib, Al-Mufradat fi Gharibil Qur‟an, Terj.

Ahmad Zaini Dahlan, Kamus Al-Qur‟an Jilid 2, Depok: Pustaka

Khazanah Fawa‟id, 2017.

Al- Ghazali, Imam, Syukur Menambah Nikmat, Surabaya: CV. Karya

Utama, 2007

Al-Jaza‟iri, Abu Bakr Jabir, Minhaj Al-Muslimin, terj. Hasanuddin dan

Didin Hafidhuddin, Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa, 1996.

Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Juz: II,

terj. Azhrun Abubakar, Semarang: CV. Toha Putra, 1984.

Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006

AR, Zahruddin, Pengantar Studi Akhlak, cet. 1. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul, Al-Mu‟jam Al-Mufahras Li Alfadzil

Qur‟anil Karim, Istanbul: Maktabah Islamiyah, 1983.

Dahlan, Ahmad Zaini. Kamus Al-Qur‟an Jilid 1, cet. 1. Depok: Pustaka

Khzanah Fawa‟id 2017.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Endaswara, Suwardi, Metode, Teori Teknik Penelitian Kebudayaan:

Edeologi, Epistemologi dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka

Widyatama, 2006

Falihatun, Nur, “Penafsiran Ayat-Ayat Syukur (Kajian Terhadap Kitab

al-Ibriz Li Ma‟rifati al-Qur‟an al-„Aziz Karya Bisyri Mustafa).”

Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2017

Firman, Andi,”Pemahaman Umat Islam Terhadap Surah Yāsīn: Studi

Living Qur‟an di Desa Nyiur Permai Kab. Tembilahan, Riau.”

Page 102: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

83

Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakrta, 2016.

Ghazali, Imam, Taubat, Sabar, dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H.

A Suminto, cet. VI, Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1983.

Hamid, Atiqah, Buku Lengkap Fiqh Wanita Segala Tentang Urusan

Wanita Ada di Sini, Yogyakarta: DIVA Press, 2014.

Hardiansyah Haris, Metode Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta:

Salemba Humanika, 2010.

Hatta, Ahmad, Tafsir Qur‟an Per Kata Dilengkapi Dengan Asbabun

Nuzul & Terjemah, cet. III. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2010.

Hidayatulloh, Furqan Syarif, “Sedekah Bumi Dusun Cisampih

Cilacap.” El Harakah, Vol. 15 No. 1 Tahun 2015

Himawan, Candra dan Neti Suriana, Sedekah: Hidup Berkah Rezeki

Melimpah, Yogyakarta: Pustaka Albana, 2013.

Ishaq, Abdullah bin Muhammad bin „Abdurrahman, Lubaabut Tafsir

Min Ibni Katsir. terj. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, Jakarta: Pustaka

Imam Syafi‟i, 2013.

Kasih, Wiwid Naluriani, “Upacara Sedekah Bumi Dalam Perspektif

Pendidikan Islam: Studi Pada Upacara Adat Sedekah Bumi di Desa

Sendangmulyo Kec. Ngawen Kab. Blora.” Skripsi S1, Universitas

Islam Negeri Walisongo Semarang, 2017.

Kementerian Agama RI, Gerakan Dakwah Islam dalam Perspektif

Kerukunan Umat Beragama, cet. 1. Jakarta: Puslitbang Kehidupan

Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

2012.

Ma‟mun, Muhammad Nuruddin. Kekuatan dan Nikmatnya Bersyukur.

Cet. 1. Jakarta: Belanoor, 2010.

Maleong Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Penelitian, Bandung:

PT. Remaja RosdaKarya, 2007

Miftahudin, Azka, “Penanaman Nilai Syukur Dalam Tradisi Sedekah

Bumi Di Dusun Kalitanjung Desa Tambaknegara Rawalo

Banyumas.” Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Purwokerto,

2016.

Page 103: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

84

Mulyani, Patri Endah, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Tradisi Upara

Sedekah Bumi Setelah Musim Tanam Padi Studi di Desa Anjatan

Utara Kec. Anjatan Kab. Indramayu.” Skripsi S1.,Universitas

Islam Indonesia, 2018

Nadhiroh, Alfin, “Hubungan Kebersyukuran dengan Kebermaknaan

Hidup Orang Tua yang Memiliki Anak Autis” Skripsi S1.,

Univeritas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2012.

Nurafifah, Emi, “Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawadan

Ajaran Islam (Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo

Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati).” Skripsi S1., Universitas

Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015.

Puniatun, Jurnal: Pelaksanaan Tradisi Sedekah Bumi Sebagai Upaya

Untuk Memelihara Kebudayaan Nasional. IKIP Veteran

Semarang vol 1 No. 2 tahun 2013, (e-jurnal.ikip-veteran.ac.id)

Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur‟an, Al-Qur‟an Dan Tafsirnya,

Jilid: I (Juz 1-2-3), Departemen Agama RI, 1982/1983.

Raharjo, M. Dawam, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, cet. I.

Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999.

Rifai‟i, Muhammad, Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik

Hingga Modern, cet. III, Jakarta: AR-Ruzz Media, 2016.

Said, Hasani Ahmad, Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren Di

Nusantara, IBDA: Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 9, No. 2, Juli-

Desember 2011. DOI:

https//ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/ibda/view/38/16.

Said, Hasani Ahmad, Islam dan Budaya Di Banten: Menelisik Tradisi

Debus Dan MAulid, KALAM: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran

Islam, Vol. 10, No. 1, Juni 2016. DOI :

https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/3

38.

Said, Hasani Ahmad, Lebba K. Pongsibanne dan Lina Shobariya,

Islamic Relations, Local, Tradition (Nahdlatul Ulama,

Muhammadiyah, And The Ethnic Baduy) And Their Effect On

Religious Life Patterns In Indonesia, European Journal of Research

in Sosial Sciences, Vol. 8 No. 1, 2020, ISSN 2056-5429.

http://www.idpublications.org/ejrss-vol-8-no-1-2020/.

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbāh : Pesan, Kesan dan Keserasian

Al-Qur‟an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Page 104: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

85

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas

Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.

Shihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur‟an: Kajian Tematik Atas Ayat-

Ayat Hukum dalam Al-Qur‟an, Jakarta: Permadani, 2005.

Syarbini, Amrulloh, Supersedekah, Jakarta: Qultum Media, 2012.

Tafsir Al-Qur‟an Tematik, Pembangunan Ekonomi Umat, Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang Dan Diklat

Departemen Agama RI.

Tihami, Fikih Munakahat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009.

Umar, Nasaruddin, Islam Fungsional: Refitalisasi & Rektualisasi Nilai-

Nilai Keislaman, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.

Veralidiana, Isce, “Implementasi Tradisi Sedekah Bumi (Studi

Fenomenologis di Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Bojonegoro,

Kabupaten Bojonegoro).” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010.

Vidyawati, Muafa Erni, “Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Laban

Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik (Studi Akulturasi Islam

dan Hindu).” Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya, 2016.

Wahyu, Ristiyanti, “Makna Simbolik Tradisi Sedekah Bumi Legenanan

Pada Masyarakat KaliRejo Kecamatan Talun Kabupaten

Pekalongan,” Skripsi S1., Universitas Negeri Semarang, 2016.

Wibowo, Susatyo Budi, 99 Jalan Menuju Surga Menurut Al-Qur‟an

dan Hadits, cet. I. Yogyakarta: Gava Media, 2010.

Zuhaili, Wahbah, Fiqih Imam Syafi‟i, terj. Muhammad Afifi dan Abdul

Hafiz, Jakarta: Almahira, 2010.

Page 105: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

86

DAFTAR WAWANCARA

Abdillah (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh

Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa Tengah.

Aliyuddin (Mahasiswa IAT IAIN Syekh Nurjati Cirebon)

Diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes 27 September 2019, Jawa

Tengah.

Amin Mubarak (Guru Ngaji di Desa Kedungeng) Diwawancarai oleh

Isnaeni, Losari, 26 September 2019, Jawa Tengah.

Darmad (Ketua RT.01 Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,

Brebes 21 september 2019, Jawa Tengah.

Fazri Sidiq (Mahasiswa IAT UIN Walisongo Semarang) Diwawancarai

oleh Isnaeni, Brebes 28 September 2019, Jawa Tengah.

Mufid Marzuki (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai

oleh Isnaeni, Brebes 28 September 2019, Jawa Tengah.

Saeful Aziz (BAU di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,

Brebes 19 September 2019, Jawa Tengah.

Sajum Sayuti (Tokoh Masyarakat di Desa Kedungneng) Diwawancarai

oleh Isnaeni, Brebes 27 September 2019, Jawa Tengah.

Shopi (Tokoh Ulama di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh

Isnaeni, Brebes 21 September 2019, Jawa Tengah.

Syaefi Umaruddin (Ustadz di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh

Isnaeni, Brebes 22 September 2019, Jawa Tengah.

Syarif (Carik di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni, Brebes

26 September 2019, Jawa Tengah.

Turmudi (Kuwu Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh Isnaeni,

Brebes 26 September 2019, Jawa Tengah.

Wasjid (Tokoh Masyarakat di Desa Kedungneng) Diwawancarai oleh

Isnaeni, Brebes 25 September 2019. Jawa Tengah.

Page 106: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

87

Daftar Lampiran

Lampiran 1

Surat Izin Penelitian

Page 107: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

88

Page 108: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

89

Lampiran 2

Transkrip Wawancara

Responden 1

Nama : Saeful Azis

Umur : 29 Tahun

Pend. Akhir : D3

Pekerjaan : Kepala Dusun

Pertanyaan:

1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab: Sedekah bumi merupakan suatu tradisi yang selalu dilakukan setiap tahun

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas hasil panen yang di dapat.

2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?

Jawab: Sedekah bumi dilaksanakan pada dasarnya untuk mengungkapkan rasa syukur

kepada Allah atas hasil panen. Maka masyarakat di minta untuk membawa hasil

panennya yaitu berupa makanan untuk dibawa ke balai desa dan di doakan bersama-

sama. Setelah itu dibagikan lagi kepada mereka, adapun diadakannya pagelaran

wayang kulit ataupun sandiwara hanya sebagai hiburan untuk masyarakat saja yang

memang menyukai kesenian tersebut dan desa yang memfasilitasi.

3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab: tidak berdampak apa-apa karena itu suatu tradisi.

4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?

Jawab: Ada, karena sesuai dengan niatnya tradisi sedekah bumi merupakan suatu

bentuk ungkapan rasa syukur.

5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran islam?

Jawab: Menurut saya sudah sesuai, karena dalam proses pelaksanaan sedekah bumi

diadakan pengajian umum sebelumnya, sebelum ke proses inti yaitu kenduri (iring-

iringan tumpeng untuk di doakan dan dibagikan ke masyarakat) dari situ dapat dilihat

nilai keislamannya, kemudian dilakukan pembacaan doa bersama, adapun proses

ketika kenduri itu yang melempar-lemparkan makanan itu hanya perbuatan sebagian

orang yang tidak bertanggung jawab.

Respondedn 2

Nama : KH. Abdillah S.Ag

Umur : 60 Tahun

Pendidikan akhir : S1

Pekerjaan : Pensiunan/Guru Ngaji

Pertanyaan:

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab: Qs. Ibrahim ayat 7

ولئه كفستم إن عرابي لشديد وإذ تأذن زبكم لئه شكستم لشيدوكم

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah maka Allah akan menambah

nikmatnya akan tetapi kalau kita mengkufuri nikmat Allah maka siksa Allah sangatlah

pedih.

Page 109: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

90

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Qurtubi, Tafsir Jalalain atau ke Bahrul Muit.

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: kalau hadisnya cuman menyinggung-nyinggung kesimpulannya saja dari

mafhum mukholafah dari hadis tersebut kemudian untuk bersyukur. Ya ada juga

hadis-hadis nya tapi saya tidak hafal kalau hadis memang sulit tidak seperti Qur‟an.

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: kalau untuk masyarakat awam mungkin tidak ada pengaruhnya kecuali untuk

orang-orang yang memang imannya sudah kuat dia akan senantiasa bersyukur kepada

Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab: Cara bersyukur itu ada tiga macam pertama dengan lisan. Kemudian dengan

hati dan yang ketiga dengan perbuatan. Dengan lisan kita mengucapkan hamdalah,

tapi kalau dengan hamdalah saja itu belum cukup, kalau kita dapat rejeki kita berucap

alhamdulillah kita dapat rezeki tapi itu belum bisa dikatakan bersyukur, dalam hati

juga kita harus mempercayai rizki halalan thayyiban dari Allah, nah kemudian ini

juga belum dikatakan bersyukur kalau sudah ketiga, kita punya rizki apa? Misalnya

saja uang yang didapat itu kita memanfaatkankan sesuai dengan manfaatnya itu baru

bersyukur. Jadi lisannya mengucapkan hamdallah, hatinya meyakinkan kemudian

anggota badan kita mengerjakan sesuai apa manfaat yang diterima oleh kita.

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: belum dikatakan sebagai ungkapan rasa syukur karena itu hanya sebatas adat

saja yang sulit untuk kita merubahnya. Masyarakat rela mengorbankan hartanya

hanya untuk suatu hiburan semata bukan karena syukurannya, jadi lebih kepada pesta

rakyat saja, maka menurut saya itu belum mengena dengan perbuatan syukur itu

sendiri. Paling-paling yang mengena itu pengajian umum tadi malam, itu merupakan

bentuk ungkapan rasa syukur.

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: menurut saya tidak sesuai dengan syariat islam, dan belum sesuai tuntunan

ayat syukur karena itu hanya sebuah adat atau tradisi yang tidak bisa dirubah,dalam

hati saya tidak setuju sama sekali dengan proses pelaksanaan sedekah bumi ini yang

sedikit melenceng dari syariat Islam, saya termasuk orang yang ad af‟ul iman, mau

merubah dengan tangan tidak bisa, mau merubah pakai lisan tidak bisa, cuman yang

adanya ketidak cocokan hati saja.

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: kalau adat yah harus dilestarikan karena al

adatu muhakamah dalam kaidah fiqihnya begitu, tapi kalau sampai sudah melempar-

lempar nasi itu bertentangan dengan agama itu yang harus kita benahi. Kalau

misalkan nanggap sandiwara menimbulkan maksiat ya berarti harus dibenahi tapi

kalau umpamanya tidak menimbulkan kemaksiatan sekedah mendengar cerita,

orangnya itu tidak berfoya-foya dan tidak melanggar hukum agama saya kira tidak

menjadi masalah. Cuman sekiranya diadakannya sandiwara menjadikan orang-orang

sebagai penontonnya itu sampai melanggar norma-norma agama itu ya tanggung

Page 110: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

91

jawab panitia. Saya sudah sering menyampaikan saran contonya seperti ini, kita akan

mengadakan sedekah bumi dengan anggaran dana puluhan juta dan itu hilang hanya

sehari saja, kalau toh dana itu untuk pembangunan desa kira-kira mana yang perlu

direnovasi apakah jalanan yang rusak atau ada orang jompo yang rumahnya reot dan

perlu diperbaiki itu bisa memakai dana tersebut. Namun setelah saya mengutarakan

itu ditahun berikutnya saya tidak dilibatkan lagi dalam rapat desa untuk membahas

sedekah bumi karena dianggap tidak sejalan pemikirannya dengan yang lain.

Mengenai lempar-lemparan makanan suatu ketika saya pernah berbicara dengan pihak

desa karena sebagai penyelenggaranya, saya bilang kita ini bersyukur sesuai denga

kita bersyukur ada makanan atau tumpengan yah silahkan dimakan bersama-sama tapi

tolonglah jangan sampai dilempar-lemparkan karena itu bertentangan dengan agama.

Tapi nytanya masih seperti itu, saya tidak pernah lagi menyaksikan itu karena saya

tidak mampu untuk merubah lebih baik saya tidak mau tau.

Responden 3

Nama : Ust. Shofi

Umur : 53 Tahun

Pendidikan akhir : SMA

Pekerjaan : Guru Ngaji/Petani

Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab: QS. Ibrahim ayat 7

ولئه كفستم إن عرابي لشديد وإذ تأذن زبكم لئه شكستم لشيدوكم

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: “lainsyakartum” demi kalau kita bersyukur maka kita akan ditambahi nikmat

kesyukurannya, “ wa lain kafartum inna adzabi la syadiid”dan kalau kamu sekalian

kufur akan nikmat Allah maka sesungguhnya siksa Allah amat pedih.

Yang namanya syukur itu adalah ketika kita mengucapkan kalimat Al hamdulillah, itu

secara bahasa. Tapi menurut syara bersyukur itu mempergunakan nikmat Allah yang

diberikan kepada kita untuk jalan mengabdi kepada Allah.

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: saya belum mencari, yang jelas sepengetahuan saya pernah membaca terkait

syukur itu.

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: iya mungkin di hadis nabi ada tapi ya kalau kita mengambil disuatu kitab

harus saya cari terlebih dahulu supaya jelas maknanya.

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: kalau pengaruh tergantung orangnya, kalau orang yang imannya kuat dia akan

tersentuh ketika mendengar atau di bacakan ayat syukur tapi kalau misalkan imannya

masih tipis ya mungkin tidak bisa hanya di anggap sebagai jargon-jargon saja.

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab: sikap bersyukur memang harus dibiasakan sebab bersyukur itu bukan hanya

sebatas ucapan al hamdulillah saja tapi syukur yang sebenarnya yaitu kita

mempergunakan sesuatu nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Misalnya kita

Page 111: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

92

mendapatkan uang, walaupun uang itu sedikit tapi kalau kita mau memberikan kepada

orang lain itulah yang namanya bersyukur walaupun itu sedikit, tapi memberinya juga

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah di anjurkan oleh agama, misalnya

memberikan sebagian hartanya kepada fakir, dan anak yatim. Itulah cara kita belajar

bersyukur, jadi bersyukur itu bukan ketika kita diberikan rizki saja akan tetap ketika

kita mendapatkan nikmat kita juga harus bersyukur, contohnya kita diberikan mulut

pergunakanlah dengan sebaik-bainya, kita sering baca istighfar, membaca kalimat-

kalimat toyyibah dan kalimat yang baik-baik lainnya.

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: sedekah bumi itu adalah suatu adat dan tidak ada dalil dalam al-qur‟an dan

hadisnya maka lihat kayfiyahnya atau tata caranya. Kalau di dalam isinya itu adalah

orang-orang yang memuji kepada Allah, orang-orang yang bersedekah, orang-orang

yang ceramah atau berdakwah itu berarti bersyukur. Itu tergantung isinya.

Saya berpendapat sedekah bumi merupakan bentuk rasa syukur masyarakat desa

Kedungneng yang isinya itu tidak bertentangan dengan agama islam.

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: kalau dalam tata cara pelaksanaanya sesuai dengan syariat islam itu

diperbolehkan seperti kemarin di adakan pengajian umum, akan tetapi ketika

pelaksanaan arak-arakan tumpeng yang mengakibatkan perang nasi itu tidak boleh

karena menimbulkan madarat.

Memang adat sedekah bumi di Kedungneng ini sudah mendarah daging, pernah

ketika itu saya di undang untuk hadir dalam rapat desa. Saya pernah ingin merubah

tata cara sedekah bumi tersebut tapi yang terjadi masyarakat menolak katanya kalau

tidak nanggap sandiwara atau wayang warga tidak mau menyumbang, maka desa

mengusulkan di adakan pengajian. Untuk warga yang tidak suka sandiwara atau

wayang bisa menghadiri pengajian dan begitupun sebaliknya. Dulu belum ada acara

pengajian ketika pelaksanaan sedekah bumi tapi pada periode Kuwu Tanda barulah di

usulkan untuk di adakan pengajian pada saat pelaksanaan sedekah bumi.

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana?

Jawab: usulan-usulan terkait sedekah bumi sudah beraneka ragam di usulkan, akan

tetapi masyarakat sendiri tidak menghendaki demikian, lalu apakah kita harus

memberontak sehingga masyarakat itu akan terejadi fitnah terhadap diri saya, maka

saya yang hanya bisa mengikuti. Saya sudah mengingatkan dengan mulut tapi

nyatanya masyarakat tidak menghendaki, maka tergantung hati kita kalau kita tidak

setuju ya sudah tidak usah mengikuti.

Responden 4

Nama : Syaefi Umaruddin

Umur : 25 tahun

Pendidikan akhir : D3

Pekerjaan : Ustadz

Pertanyaan:

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab: QS. Ibrahim ayat 7

ولئه كفستم إن عرابي لشديد وإذ تأذن زبكم لئه شكستم لشيدوكم

Page 112: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

93

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: Rasa timbal balik atas pemberian yang telah dianugerahkan oleh sang

pencipta.

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: Tafsir Jalalain dan sarahnya (Kitab Showi), Tafsir Al Misbah

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: iya, tapi saya lupa

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: orang itu akan merasa rendah, betapa pemberian Allah itu sangat banyak

sedangkan dia merasa baru sedikit dalam mensyukurinya. syukur itu dibagi menjadi

tiga yaitu syukur dengan lisan, syukur dengan hati dan syukur dengan anggota badan.

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab: Dengan ungkapan yaitu mengucap kalimat hamdalah, rajin dalam

melaksanakan sholat, rajin mengerjakan ibadah-ibadah lainnya sehingga merasa

mantap dengan Allah

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: Tergantung pelaksanaan, secara dzohir itu termasuk ungkapan rasa syukur

kalau pelaksanaanya kan termasuknya kondisional namun secara global itu sudah

termasuk. Adapun ketika pelaksanaanya ada buang-buang nasi yang masuknya

mubazzir itu al mustasnanya.

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: Pelaksanaanya sudah sesuai tapi ada juga yang belum, menurut saya sedekah

bumi tidak termasuk dalam kategori syariat karena itu tradisi. Hal-hal yang harus

diperbaiki yaitu menghilangkan nilai mubazzirnya.

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: Karena itu tradisi tidak mungkin untuk

dihilangkan. Sarannya lebih banyak dimasukan nilai-nilai norma agamanya dalam

roses pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

Respondedn 5

Nama : Syihabuddin

Umur : 62 Tahun

Pend. Akhir : SLTP

Pekerjaan : Lebe (Perangkat Desa)

Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab: QS. Ibrahim ayat 7

ولئه كفستم إن عرابي لشديد وإذ تأذن زبكم لئه شكستم لشيدوكم

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: Andaikan kita bersyukur kepada Allah SWT akan ditambah segala materi

misalnya rezekinya, umurnya, dan ditambahkan segala apa saja keberkahan dari

Page 113: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

94

Allah SWT. Tapi andaikan kufur sesungguhnya adab yang sangat pedih dari Allah

karena ingkar yaitu tidak mau mensyukuri nikmatnya gusti Allah.

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: Saya baca di Al-Qur‟an saja

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: saya tidak tau dihadisnya karena saya mengambilnya hanya di al-Qur‟an saja.

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: tidak ada pengaruhnya karena itu perlu penghayatan.

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab: banyak, dalam arti kita menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan

larangan-Nya.

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: tergantung niat kita apa, kalau niat kita hanya sekedar berpesta tidak meresapi

rasa syukur kita atas pemberian Allah bahwa kita diberi rezeki dari bumi. Tapi dilihat

dari dzahirnya itu sudah merupakan ungkapan rasa syukur.

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: itu merupakan suatu tradisi orang Jawa jadi tidak ada kaitannya dengan syariat

Islam. Terkait pelksanaannya sendiri itu tergantung kemauan masyarakat biasanya

diawali dengan acara keagamaan seperti pengajian umum kemudian diakhiri dengan

pesta rakyat atau hiburan atas dasar musyawarah. Kalau sesuai syariat Islam mungkin

tidak Cuma kembali kepada rasa syukur kita kepada Allah shingga kita orang desa

melakukan syukuran karena kita diberi rizki oleh Allah lewat kita menanam padi,

kedelai dan lain nya. Desa hanya sebagai fasilitator saja selebihnya terserah kemauan

masyarakatnya.

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: saya sebagai masyarakat biasa hanya bisa

mengikuti perintah dari desa saja. Saran saya karena sepertinya tidak ada berubahan

dari tahun-tahun sebelumnya itu agak susah, inginnya saya jangan hanya pesta rakyat

saja tapi bisa diisi dengan acara perlombaan-perlombaan. Masalah lempar-lempar nasi

itu dilakukan oleh anak-anak pemuda yang tidak bertanggung jawab itu tidak boleh

karena mencerminkan orang yang tidak berakhlak dan bukannya bersyukur tapi malah

memubazzirkan makanan, dari desa sebenarnya sudah melakukan antisipasi supaya

tidak terjadi hal yang demikian tetapi namanya anak muda susah untuk diurus.

Responden 6

Nama : Syarif

Umur : 48

Pend. Akhir : SLTA

Pekerjaan : Sekretaris Desa

Pertanyaan

1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?

Page 114: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

95

Jawab: saya tidak terlalu faham bagaimana sejarahnya sedekah bumi secara persis,

memang yang dilaksankan perimerintah desa kedungneng ini melaksanakan kegiatan

yang orang-orang dulu laksanakan kegiatan sedekah bumi. Kemudian sedekah bumi

yang dimaksudkan merupakan perwujudan masyarakat desa kedungneng dalam

rangka bersyukur kepada Allah SWT.

2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?

Jawab: proses pelaksanaan sedekah bumi itu diawali dengan masyarakat melakukan

doa bersama untuk keselamatan dan keberkahan desa Kedungneng baik untuk kepala

desa nya maupun masyarakatnya.

3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab: kalau untuk dampak saya kira dampaknya positif karena memang diharapkan

dengan dilaksanakannya sedekah bumi dapat menurunkan hujan itu sebabnya sedekah

bumi dlaksanakan pada bulan-bulan kemarau atau bukan setelah panen raya.

4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?

Jawab: kalau dikaitkan dengan ayat syukur, kita harapkan semoga memang tergolong

kedalam yang dimaksudkan dengan ayat itu, karena tradisi sedekah bumi ini

masyarakat saling berbagi berkat kepada keluarga, tetangga dan sanak saudara

lainnya.

5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?

Jawab: kalau dilihat dari kegiatan awal kita ada doa bersama kemudian masyarakat

saling berbagi rezeki melalui makanan, itu saya kira masuk dalam tradisi Islam. Tapi

kalau dilihat dari hibuuran yang diadakan mungkin itu belum sesuai dengan tradisi

Islam karena memang tujuannya hanya sebagai hiburan saja.

Responden 7

Nama : Turmudi

Umur : 43 Tahun

Pend. Akhir : SMA

Pekerjaan : Kepala Desa Kedungneng

Pertanyaan

1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab: sejarah sedekah bumi sebenarnya saya kurang faham. Karena itu sudah adat

turun temurun yang sudah diyakini oleh masyarakat.

2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?

Jawab: proses pelaksanaan sedekah bumi awalnya kita kordinasikan dulu dengan

pemerintahan desa melaluli RT, RW, Tokoh Masyarakat, Karang Taruna untuk

mengadakan musyawarah bersama dalam menyambut acara tersebut. Sehingga

terbentuk panitia acara sedekah bumi dengan pembagian tugasnya masing-masing.

Peran penting dalam acara tersebut adalah peran dari para ketua RT karena mereka

yng menjadi tombak dalam masalah pendanaan sehingga berlangsunglah adat sedekah

bumi. acaranya pada tahun ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut yang diisi

dengan penampilan kesenian wayang kulit, pengajian umum, proses kenduri dan

hiburan sandiwara.

3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab: Tidak ada dampak, karena itu hanya sebuah adat.

4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?

Jawab: ada, karena pada dasarnya memang kita mengarahnya kepada yang kuasa

gusti Allah. Hanya saja adat dahulu yang dimodernisasi ke zaman sekarang tetapi

tetap saja arahnya kepada sang Pencipta. Sebagai salah satu upaya bentuk rasa syukur

masyrakat karena sudah mendapat hasil dari bumi akhirnya terjadilah pesta bumi.

Page 115: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

96

5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?

Jawab: Saya sendiri belum paham karena saya hanya mengikuti apa yang sudah

dilaksanakan oleh terdahulunya. Tetapi kalau saya lihat dari alim ulama dan para

kiyai itu mendukung hal tersebut terlepas dari perbuatan lempar-lempar nasi, karena

memang itu hanya perbuatan para pemuda yang iseng saja bukan termasuk tradisi itu

sendiri. Intinya ketika nasi tumpeng datang kemudian di doakan dan dibagikan

kepada warga yang mengharapkan berkah dari nasi tumpeng teersebut.

Responden 8

Nama : Wasjid

Usia : 67 Tahun

Pend. Akhir : SR

Pekerjaan : Petani/Tokoh Masyarakat

Pertanyaan

1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab :

2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?

Jawab: dasar dari dilaksanakannya sedekah bumi adalah untuk sedekah kepada bumi

karena kita tinggal dibumi, sebenarnya bisa dengan acara muludan atau pengajian

tetapi karena sudah dari dulunya seperti itu susah untuk dihilangkan. Kegiatan diisi

dengan hiburan saja dan bahkan terjadi lempar-lempar nasi itu seakan bukan

mencerminkan syukuran tetapi malah mubazirkan makanan dan kegiatan itu terus

berlanjut dari dahulu hingga sekarang, tetapi sekarang sudah sedikit ada perubahan

yakni diadakannya pengajian umum pada malam sebelum acara inti sedekah bumi.

3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab: harusnya pengajian umum itu diadakan setelah acara inti sedekah bumi bukan

sebelumnya supaya bisa berdampak positif dimasyarakat. Karena memang pada

dasarnya syukuran. Tetapi yang terjadi tidak seperti itu, pengajian diawal setelah itu

acara inti kemudian dilanjutkan dengan hiburan. Jadi diadakannya pengajian itu tidak

ada dampaknya apa-apa untuk masyarakat karena mereka tidak mengikuti apa yang

disampaikan oleh kiyai. Apalagi tradisi sedekah bumi itu sediri, hanya dijadikan ajang

pesta rakyat saja.

4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?

Jawab: sebenarnya tujuannya memang untuk syukuran makanya dinamakan sedekah

bumi, syukuran karena kita tinggal di bumi.

4. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran Islam?

Jawab: karena ini suatu adat, mungkin kalau sedekahnya termasuk kedalam ajaran

Islam tetapi kalau untuk lempar-lempar nasi itu bukan ajaran Islam karena itu

perbuatan mubazir.

Responden 9

Nama : Amin Mubarok

Umur : 33 Tahun

Pend. akhir : MA Ma‟adud Thalabah

Pekerjaan : Pedagang/Guru Ngaji

Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab:

ولئه كفستم إن عرابي لشديد وإذ تأذن زبكم لئه شكستم لشيدوكم

Page 116: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

97

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: apabilla orang itu mensyukuri nikmat Allah maka Allah akan menambahkan

nikmat-Nya, terus sebaliknya, apabila seseorang itu mengingkari nikmat Allah maka

Allah akan memberikan siksa yang amat pedih.

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: Saya baca di Kitab Tafsir Al-Qur‟an Kemenag

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: iya ada, tapi saya lupa hadisnya. Saya pernah baca di kitab Bulughul Maram

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: Reaksinya akan membawa kedekatan kita kepada Allah SWT

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab: seumpama kita di berikan rizki oleh Allah SWT yang cukup kita harus

mensyukurinya, dengan cara kita membhagiakan diri kita

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: ada ungkapan rasa syukurnya

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: iya sesuai syariat Islam, adapun pelaksanaan yang mereka melempar-

lemparkan nasi itu sudah adat kebiasaan dan susah untuk di hilangkan

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: caranya kita harus menasehati anak muda

untuk tidak melakukan aksi saling lempar nasi terutama oleh para sesepuh desa. Adat

sedekah bumi harus tetap dilaksanakan karena itu sudah menjadi adat dari turun

temurun seperti itu adapun nanti pelaksanaannya yang perlu diperbaiki.

Responden 10

Nama : Sajum Sayuti

Umur : 62 Tahun

Pendidikan akhir : PGA

Pekerjaan : Peternak/Tokoh Masyarakat

Pertanyaan

1. Bagaimana awal mula di laksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab : tasyakkuran kita kepada bumi sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada

yang telah memberikan rezeki, sebelum adanya Islam di pulau Jawa sebenarnya sudah

diadakan tardisi ini tapi berbeda tata cara pelaksanaannya.

2. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi sedekah bumi menurut bapak/ibu?

Jawab: masyarakat desa yang mayoritas beragama islam tidak seharusnya merayakan

syukuran dengan hiburan sandiwara, itu salah, sebenarnya cukup dengan pengajian

umum saja. Tetapi seakan itu sudah menjadi sebuah keharusan kalau sedekah bumi ya

harus ada sandiwaranya. Adapun masalah lempar-lempar nasi masyarakat salah

faham mengenai tradisi ttersebut. Dalam aturan agama hindu pada dulunya itu seperti

itu tetpi dengan tujuan makanan disebarkan dibumi karena yang memberi atau

Page 117: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

98

menjadikan nasi yaitu bumi makanya disebar-sebarkan. Tetapi kata orang Islam

sekarang itu termasuk perbuatan mubazzir.

3. Apakah dampak dilaksanakannya tradisi sedekah bumi?

Jawab: tidak berdampak apa-apa, karena ini hanya sebuah syukuran yang rutin

dilakukan setiap tahun sebagai sebuah tradisi.

4. Adakah keterkaitan antara tradisi sedekah bumi dengan ayat syukur?

Jawab: ada keterkaitannya, karena memang kita sedekahan. Cuma memang salah

pengertian keika saat pengajian dianjurkan untuk tasyakuran malah melempar-lempar

makanan yang menyebabkan bukan syukur lagi tapi mubazir.

5. Menurut bapak/ibu apakah tradisi sedekah bumi sesuai dengan ajaran islam?

Jawab: karena awal mula tradisi sedekah bumi itu dibawa oleh agama Hindu jadi

nilai-nilai budayanya masih terasa dan terus dipakai hingga sekarang. Cuma pada saat

itu untuk menghilangkan suatu adat tidak bisa maka sedikit-sedikit dimasukan

kegiatan-kegiatan keislaman. Perbuatan lempar-lempar nasi itu jelas bukan ajaran

Islam karena itu perbuatan mubazir, tapi kalau dilihat dari syukurannya itu ada

didalam al-Qur‟an dan haditsnya.

Responden 11

Nama : Aliyudin

Umur : 23 Tahun

Pendidikan akhir : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin IAIN Syeikh Nurjati Cirebon

Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab: Qs. Ibrahim ayat 7

ولئه كفستم إن عرابي لشديد وإذ تأذن زبكم لئه شكستم لشيدوكم

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: Syukur adalah salah satu cara kita untuk berterima kasih kepaada yang Maha

Pemberi Kasih sebab dengan bersyukur inilah nikmat kita akan bertambah, namnu

sebaliknya kalau kita kufur terhadap nikmat Allah maka sesungguhnya siksa Allah

sangat pedih.

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: Tafsir Jalalain, Tafsir Al Misbah, Tafsir Rahmat.

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: Ada, tapi saya lupa.

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: Banyak sekali reaksi dari masyarakat ketika ayat syukur dibacakan, mereka

akan senantiasa merenungkan ketaqwaannya dan akan terus bertambah syukur kepada

Allah.

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab: Tindakan untuk mengungkapkan rasa syukur kita diantaranya saling

mneyayangi sesama makhluk ciptaan Allah baik kepada manusia, hewan, tumbuhan

Page 118: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

99

dan lainnya, dengan cara berperilaku baik dan sopan juga senantiasa memelihara alam

sekitar supaya tidak terjadi kerusakan.

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: iya, karena sedekah bumi itu pada dasarnya adalah suatu keyakinan

masyarakat untuk dapat mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Allah atas apa

yang mereka peroleh dari hasil bumi selama satu tahun ini dengan cara mereka

memberikan makanan untuk kemudian di bawa ke Balai Desa dan disatukan setelah

itu di doakan.

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: Pelaksanaannya belum sesuai dengan syariat islam karena masih banyak

makanan yang terbuang sia-sia tidak dapat di makan dan malah menimbulkan

mubazir. Bahkan setiap tahun kejadian serupa terus berulang-ulang. Memang ada

dimana masyarakat sebelumnya mengadakan pengajian umum di halaman Balai Desa

tapi itu hanya sebagai hiburan semata karena tidak ada nilai spiritual itu sendiri yang

masuk kepada masyarakat sehingga diadakannya pengajian juga tidak berdampak

apa-apa. Kalaulah memang niat bersyukur sebaiknya tata cara pelaksanaan sedekah

bumi nya diperbaiki supaya sesuai dengan apa yang menjadi dasar dianjurkannya,

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana?

Jawab: Menurut Saya sedekah bumi perlu dilestarikan karena itu sudah merupakan

adat dan tradisi dari nenek moyang dahulu, hanya saja cara pelaksanaannya yang

harus sedikit dirubah supaya sesuai dengan syariat Islam.

Responden 12

Nama : KH. Mufid Marzuki

Umur : 67 Tahun

Pendidikan akhir : SLTA

Pekerjaan : Pensiunan/Tokoh Ulama

Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab: QS. Ibrahim: 7, QS. yasiin

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: Allah itu banyak memberikan kenikmatan-kenikmatan kepada hamba-

hambanya, kenikmatan tersebut yaitu antara lain: pertama, adanya bumi yang

mengeluarkan beberapa tumbuh-tumbuhan sebagai bekal kehidupan hamba Allah

diatas bumi. Kemudian kenapa Allah menurunkan hujan? Alasannya agar bumi itu

bisa menjadi subur, petani bisa menanam, kemudian hasinya untuk kehidupan. Dari

hasil tanaman itulah kemudian oleh adat orang jawa ini kita syukuri, karena banyak

nikmat dari Allah ini berupa hasil tumbuh-tumbuhan. Lalu kenapa ko yang di

sedekahkan bumi, terus ada lagi sedekah laut, kenapa tidak ada yan namanya sedekah

langit? Padahal air hujan sendiri turunnya dari langit. Terus saya jawab bahwa pada

hakikatnya bahwa semua yang berupa nikmat baik yang berasal dari bumi, dari

lautan, dari udara, dari langit itu merupakan hakikat dari pada nikmat Allah, jadi

meskipun tidak disebutkan sedekah langit kita sudah dianggap bersyukur.

Page 119: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

100

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: Tafsir Jalalain, Tafsir Terjemahan Kemenag, Tafsir Sofwatut tafasir (karangan

Imam As shobuni)

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: barang siapa yang bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya, namun

sebaliknya

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: Syukur itu ada 3 macam. pertama, syukur dengan lisan, jadi ketika kita

mendapat nikmat, kita diberi kesehatan kita memuji Allah dengan kalimat

Alhamdulillah. Kdua, dengan hati. Artinya kita mensyukuri nikmat Allah dengan hati

kita terus berbuat baik dengan cara ibadahnya semakin meningkat, imannya semakin

kuat, kesabarannya juga semakin kuat dan yang terkait dengan hati. Ketiga, dengan

perbuatan. Jadi perbuatan yang mencerminkan syukur itu diantaranya memberikan

infaq, menolong orang lain.

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab:

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: iya memang itu hakikatnya ungkapan syukur, hanya saja dikemas di dalam

adat atau budaya orang Jawa.

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: iya otomatis. Kalau kebaikan itu yang pertama ada dakwahnya, nah kemarin

kan ada tausiyah keagamaan melalui pengajian umum. Kemudian masyarakat kalau

sedekah bumi banyak yang membuat makanan misalnya nasi kuning.

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: saya berharap sedekah bumi yang diawali

dengan pengajian itu tetap dilanjutkan. Tetapi sedikit demi sedikit

Responden 13

Nama : Fajri Sidiq

Umur : 22 Tahun

Pendidikan akhir : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin UIN Walisongo Semarang

Pertanyaan:

1. Apakah Bapak/Ibu dapat menyebutkan salah satu ayat Al-Qur'an yang menegeskan

pentingnya manusia untuk bersyukur dan mensyukuri nikmat Allah?

Jawab: QS. Ibrahim ayat 7

ولئه كفستم إن عرابي لشديد وإذ تأذن زبكم لئه شكستم لشيدوكم

2. Dapatkah Bapak/Ibu menerangkan kepada kami makna dan tafsir ayat tersebut?

Jawab: Kurang lebih ayat itu menjekaskan tentang masa nabi musa, dimana ayat-ayat

sebelumnya menggambarkan betapa Allah telah memberikan banyak kenikmatan

kepada kaum musa. Sehingga ayat itu merupakan pemberitahuan dan penegasan atau

Page 120: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

101

ancaman bahwasanya Allah akan terus menambah nikmat seorang hamba apabila

hamba itu bersyukur dan akan memberikan adzab apabila kikir.

3. Apakah Bapak/Ibu memiliki buku rujukan/ kitab tafsir yang menjadi bahan bacaan

dalam menerangkan makna di atas, ataukah penjelasan itu hanya merupakan

pemahaman Bapak/Ibu saja setelah mengetahui arti kata dan kalimatnya satu persatu?

Jawab: Tafsir Ibnu Katsir

4. Apakah pentingnya syukur ini juga diungkapkan dalam hadits-hadits Nabi

Muhammad? Jika, ya dapatkah bapak/ibu menyebutkannya untuk kami?

Jawab: Ya... الله لايشكس الىبس لايشكس ومه

5. Menurut pandangan Bapak/Ibu, jika seseorang mendengar ayat syukur tersebut,

apakah pengaruh yang dapat diberikan ayat itu bagi orang-orang yang mendengarnya?

Jawab: Dia mau mengikuti anjuran itu, cuma apabila penyampaiannya salah,

masyarakat awam akan mengartikan bahwasanya yang namanya syukur itu harus

dengan materi, sedangkan sejatinya ketika kita mengucapkan "alhamdulillah" saja itu

sudah cukup dikatakan bersyukur

6. Menurut pandangan Bapak/ibu, apa saja contoh dari sikap dan tindakan kita manusia

sebagai ungkapan rasa syukur itu?

Jawab: Bahwasanya yang namanya syukur itu harus dengan materi, sedangkan

sejatinya ketika kita mengucapkan "alhamdulillah" saja itu sudah cukup dikatakan

bersyukur.

7. Menurut pendapat bapak/ibu, apakah tradisi sedekah bumi yang dilakukan masyarakat

desa ini dapat dianggap sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah?

Jawab: kalau saya pribadi iya

8. Apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan syariat Islam, sesuai dengan tuntunan

ayat syukur di atas? Atau kalau belum, hal-hal apa yang harus diperbaiki agar tidak

melenceng dari syari'at Islam?

Jawab: Ada beberapa moment yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Mengingat itu

kan tradisi leluhur yang mana tradisi itu masih tercampur animisme dan dinamisme,

sedekah bumi kalau orang pedesaan itu terkhusus untuk masyarakat yang kurang

paham (awam) mereka menganggap sedekah bumi merupakan sebuah syukuran

terhadap dewa/dewi yg memberikan panen melimpah, kalau kata orang tua itu dewi

sri, dewi yang memberikan baik atau buruknya panen petani, Itu yg menjadikannya

menjadi musyrik, kalau menurut saya coba masyarakat merubah niatnya "dimana yng

dulunya beranggapan kalau sedekah bumi merupakan wujud kepada dewa sri coba

diganti tehadap Allah" , sehingga tidak mensekutukan Allah walaupun sejatinya

hanya Allah yg memberikan panen secara ootmatis dewi sri merupakan wujud kuasa

tuhan, cuman dikahwatirkan salah penafsiran tentang itu, pelaksanaannya, menurut

saya ada beberapa momen yang perlu digantikan, mulai dari tawuran nasi dan

sebagainya, adanya kejawen yg masih melekat, kalau mau sedekah bumi cukup

moment pertama saja yang ketika semua nasi dari masyarakat dikumpulkan di satu

tempat, terus didoakan setelah itu dibagikan, kalau bisa pembagian itu juga hanya

pada mereka yang mengantarkan nasi ke balai desa, tapi untuk semua warga desa,

sehingga mereka yang tidak memiliki sawah bisa juga menikmati nasi dari sawah

desa sendiri.

9. Apa saran Bapak/ibu terkait tradisi sedekah bumi ini untuk selanjutnya, apakah masih

perlu dilestarikan atau bagaimana? Jawab: Perlu, itu sebuah tradisi lama, yang emang

meeupakan khasanah budaya indonesia, cuma harus adanya perubahan terhadap

beberapa bagian pelaksaaannya.

Page 121: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

102

Lampiran 3

Foto Dokumentasi Acara Tradisi Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng

Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah

Pada Tanggal 19-21 September 2019

Penampilan Hadrah anak-anak IPNU sekaligus pembacaan Maulid Nabi SAW

Pembukaan Oleh MC Penyampaian Mauidhoh Hasanah

Page 122: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

103

Rombongan Bapak Kuwu dalam acara iring-iringan tumpeng menuju Balai Desa

Iring-iringan tumpeng oleh warga desa Kedungneng

Warga membawa berbagai jenis tumpeng diantaranya sayur dan buah-buahan

Page 123: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

104

Miniatur bumi sebagai lambang sedekah bumi dalam iring-iringan tumpeng

Pembacaan doa untuk kesejahteraan desa

Setelah pembacaan doa Persiapan pembagian tumpeng

Page 124: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

105

Warga berebut tumpeng Lempar nasi oleh warga

Kegiatan lempar nasi oleh warga

Wawancara dengan Bpk Darmad Saling lempar makanan dengan warga lain

Pertunjukkan wayang kulit

Page 125: Al Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51651...Al-Qur’an dan Praktik Sedekah Bumi Di Desa Kedungneng Kecamatan

106

Sinden dalam kesenian wayang kulit Dalang sedang memainkan wayang

Penampilan lakon dalam sandiwara