Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

19
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sejarah tentang masalah perkembangan pemikiran keislaman memiliki mata rantai yang panjang dan kajian atas persolan ini pasti akan melibatkan kompleksitas ,namun sejalan dengan itu upaya pangilan iformasi mengenal perkembangan pemikira isalam melaluin data-data [naska-naska]yang dihasilkan oleh para pemikiran terdahulu([ulama terdahulu)menjadi sesuatu yang mutlak harus terus dilakukan,mengingat tema yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut pun sangat beragam dan diantar tema yang cukup dominan serta telah banyak menarik perhatian para penelitian naskah adalah tentang tasawuf . Dalam islam kita mengenal al-ahwal yang terbagi menjadi al khauf,arraja’asy- sauf,dan Murakobah dan banyak lagi,dimana sering di temukan perbedaan pendapat dari berbagai tokoh-tokoh . Dari paparan diatas penulis tertarik untuk memabahas tentang corak-corak tasawuf tersebut dan menemukan maksut dari ial-ahwal B. Rumus Masalah Dari latar belakang masalah di atas ,maka muncul tugas penulis untuk menjelaskan lebih jawu tentang a. Al- ahwal b. Al-khauf c. Ar-raja’ d. Al-uns e. Kurban

Transcript of Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

Page 1: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah tentang masalah perkembangan pemikiran keislaman memiliki mata

rantai yang panjang dan kajian atas persolan ini pasti akan melibatkan

kompleksitas ,namun sejalan dengan itu upaya pangilan iformasi mengenal

perkembangan pemikira isalam melaluin data-data [naska-naska]yang dihasilkan

oleh para pemikiran terdahulu([ulama terdahulu)menjadi sesuatu yang mutlak

harus terus dilakukan,mengingat tema yang terkandung dalam naskah-naskah

tersebut pun sangat beragam dan diantar tema yang cukup dominan serta telah

banyak menarik perhatian para penelitian naskah adalah tentang tasawuf .

Dalam islam kita mengenal al-ahwal yang terbagi menjadi al khauf,arraja’asy-

sauf,dan Murakobah dan banyak lagi,dimana sering di temukan perbedaan

pendapat dari berbagai tokoh-tokoh .

Dari paparan diatas penulis tertarik untuk memabahas tentang corak-corak

tasawuf tersebut dan menemukan maksut dari ial-ahwal

B. Rumus Masalah

Dari latar belakang masalah di atas ,maka muncul tugas penulis untuk

menjelaskan lebih jawu tentang

a. Al- ahwal

b. Al-khauf

c. Ar-raja’

d. Al-uns

e. Kurban

Page 2: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

2

C. Tujuan

Tujuan dari penyususunan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat

menambah khazanah ilmu pengetaun mengenal:

a. Al- ahwal

b. Al-khauf

c. Ar-raja’

d. Al-uns

e. Kurban

f. Mahabbat

g. Untuk memenuhi tugas pak murkilin,m.ag

Page 3: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Ahwal

Menurut ahli sufi al-ahwal (jamak dari hal itu bahasa inggris state adalah

sltuasi kejiwan yang diperoleh seseorang sebagai karunia allah ,bukan mental dari

hasil usahanya (Rivay.2002:13).dengan kata lain ,seseorang salik (penem pujalan

arekat)yang serius hatinya dipenuhi hatinya dipenuhi bersifat-bersifan hati

sehingga banyak hal sifa yang kemudian berubah dalam dirinya .bagain dan sufi

sepakat menyebut gejalanya ini sebagian ahwal dan dan sebagai sufi sepakat

menyebut gejala ini sebagai ahwal damsebagai sufi lain menyebutkan sebagai

magamat (kedudukan/tikatan).1

Apabila diperahatikan,al ahwal itu,sebenarnya adalah merupakan manifestasi

dari maqom yang mereka lalui ,dengan kata lain ,bahwa kondisi mental yang

diperoleh sufi itu sebagai hasil dari amal yang mereka lakukan .Cuma saja karena

orang sufi selamanya bersikap hati-hati dan bersera diri kepada allah ,mereka

segan mengatakannya .sebab dalam kesempatan yang lain mereka juga

mengatakan bahwa ,kendatipun sikap mental atau kondisi kejiwaan itu di peroleh

sebagai karunia allah ,tetapi orang yang ingin mendapatkanya harus berusa

meningkatkan kawalitasnya amal ,nini berarti berarti bahwa orang yang pantas

menerima al ahwal itu adalah orang yang berusaha arah itu .

Kalau maqom adalah merupakan tingkatan sikap hidup yang dapat dilihat

tingkalaku dan perbuatan seseorang,maka al-ahwal adalah kondisi mental yang

sifatnya abstrak .ia tidak dapat dilihat hanya dapat dipahami dan dirasakan orang

yang mengalaminya oleh (Said Usaman,1981:148) karena itu sulit untuk

dilukiskan secara informatif.

1 Abdul fattah,2000:107

Page 4: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

4

Namun, penulis lebih sependapat dengan rosihan anwar dan mukhtar solihin

(2000:71) yang mengatakan bahwa al-ahwal sama dengan bakat ,sedangkan

maqam diperoleh dengan daya dan upaya.jelasnya han ini tak sama dengan

maqam,keduanyan kedunya tidak sama dipisakan .

Telah di sebutkan di atas bahwa penjelasan mengenai perbedaan magamt yang

membingungkan karena definisi dari masing-masing tokoh tasawuh berbeda

tetapi umumnya yang dipakai sebagai berikut:magamat adalah perjalanan

sepritulan yang diperjuangkan oleh para sufi untuk memperolenya.

Perjungan ini pada hakikatnya merupakan perjuangan spiritual yang panjang

melelekan untuk melawan hawa nafsu tertmaksuk ego manusia yang dipandang

sebagai berhala besar dan merupakan kendalah untuk menuju Tuhan ,di dalam

kenyataanya parasalaik memang untuk berpinda dari satu maqm ke maqam yang

lain memerluakan waktu terbilang tahun, sedangkan “ahwal” sering diperoleh

secara sepontan sebagai hadiah dari Tuhan lebih lanjut kaum sufi mengatakan

bahwa ahwal adah anugerah dan maqam adalah perolehan .tidak ada maqam yang

tidak dimasuki hal dan tidak mengikat (dinamis) al-rasali dalam memberi

pandangan yang menyatakan bahwa apabila seseorang telah mantap dan tetap

dalam satu maqam, ia akan memperoleh sesuatu perasaan tertentu dan itulah

ahwal.mengenal ahwal ini juga memberi contoh tentang warna kuning pada emas

dan warna kuning yang tidak dapat berubah seperti pada sakit kuning. Seperti itu

atau ahwal seseorang. kondisi atau sifat yang tetap di namakan maqam

sedangkan sifat berubah dinamakan maqam sedangkan sifst yang beruba

dinamakan ahwal. Menurut syihabuddin suhrawan di seserong tidak mungkiun

naik kemqam yang lebih tinggi sebelum memperbaiki maqam sebelumnya

,namun, sebelum beranjak naik, dari mqam yang lebih tinggi turunlah ahwal yang

dengan itu magmanya menjedi kenyatan

oleh karena itu, kenaikan seorang salik dari satu maqam ke magma berikutnya

di sebebkan kekuasaan allah dan anugranya ,bukan di sebabkan oleh usahnya

sendiri pernyatan atas diberikan pemahaman bahwa maqam adalah bersifat lebih

Page 5: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

5

permat keberadanya pada diri sang halik dari ahwal. Selain itu maqam lebih

merupakan hasil upaya aktif para salik sedangkan ahwal merupakan anugarah

atau uluran Allah yang sifatnya pasif.2

Sebagaimana halnya dengan mqam ,ahwal juga terdiri beberapa macam

,namun konsep pembagin atau formasi serta jumlah ahwal berbeda-beda di kalang

sufi di antara macam-macam ahwan yaitu :khauf,raja’syaugdan uns3

B. Muraqobah

Maksud muraqabah ialah merasakan keagungan Allah kapanpun dan

dimanapun serta merasakan kebersamaan-Nya di kala sepi maupun ramai.

Caranya dengan mengecek niatan kita saat beraktivitas apakah untuk ridha Allah

atau yang lain. Jika benar-benar karena-Nya maka kita akan melaksanakannya

kendatipun hawa nafsu kita tidak setuju.4

Muraqabah atau perasaan diawasi adalah upaya menghadirkan

kesadaran adanya muraqabatullah (pengawasan Allah). Bila hal tersebut tertanam

secara baik dalam diri seorang Muslim maka dalam dirinya terdapat 'waskat'

(pengawasan melekat atau built in control) yakni sebuah mekanisme yang sudah

inheren, dalam dirinya. Artinya ia akan aktif mengawasi dan mengontrol dirinya

sendiri karena ia sadar senantiasa berada di bawah pengawasan Allah

2 Abdul Nata,1996:148

3 Gaid Usman,198:149

4 Abdul Fattah Sayyid Ahmad, DR., Tasawuf: antara Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah, Jakarta:

Khalifa, 2000 HAL 112

Page 6: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

6

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui

apa yang dibisikkan hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya dari urat

lehernya".(QS. 50:16).5

"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang

mengetahuinya kecuali Dia sendiri dan Dia mengetahui apa yang di daratan

dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia

mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir pun dalam kegelapan bumi dan

tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab

yang nyata (Lauh Mahfuzh)".(QS. 6:59)6

Kemudian dalam HR. Ahmad, Nabi SAW bersabda, "Jangan engkau

mengatakan engkau sendiri, sesungguhnya Allah bersamamu. Dan jangan

pula mengatakan tak ada yang mengetahui isi hatimu, sesungguhnya Allah

mengetahui".

Muraqabatullah atau kesadaran tentang adanya pengawasan Allah akan

melahirkan ma'iyatullah (kesertaan Allah) seperti nampak pada keyakinan

Rasulullah SAW (QS. 9:40) bahwa "Sesungguhnya Allah bersama kita"

ketika Abu Bakar r.a sangat cemas musuh akan bisa mengetahui keberadaan

Nabi dan menangkapnya. Begitu pula pada diri Nabi Musa a.s ketika

menghadapi jalan buntu karena di belakang tentara Fir'aun mengepung dan

5 Alquran

6 Alquran

Page 7: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

7

laut merah ada di depan mata. Namun ketika umat pengikutnya panik dan

ketakutan, beliau sangat yakin adanya kesertaan Allah. Ia berkata, "Sekali-kali

tidak (akan tersusul). Rabbku bersamaku. Dia akan menunjukiku jalan".7

C. Mahhabat

Mahabbah adalah cinta yang luhur, suci dan tanpa syarat kepada Allah.

Pencapaian cinta ini mengubah “murid” dari “orang-orang yang menginginkan

Allah” menjadi “murad”, “orang yang diinginkan Allah”. Bila ingin mendaki

mulai dari derajat orang yang mencintai Allah ke derajat orang yang dicintai

Allah, jalan ke arah sana adalah dengan amalan pribadinya.

Keutamaan mahabbah itu sendiri dijelaskan oleh Rasul dalam sebuah hadits:

“ Diriwayatkan daripada Anas bin Malik r.a katanya: Seorang lelaki yang

berasal dari pedalaman bertanya Rasulullah s.a.w: Bilakah berlakunya Kiamat?

Rasulullah s.a.w bersabda: Apakah persediaan kamu untuk menghadapinya?

Lelaki itu menjawab: Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah s.a.w

bersabda: Kamu akan tetap bersama orang yang kamu cintai.

Amalan manusia memang masih begitu banyak kelemahan dan kekurangan,

namun bila manusia telah mampu menyatukan rasa cinta (mahabbah) yang

sejati, bersih dan abadi kepada Allah dan Rasul-Nya ke dalam hatinya, maka

itulah yang akan mampu menutupi kekurangan-kekurangan pada amalnya, lalu

mengantarkannya ke tempat yang luhur, yang boleh jadi sulit diraih angan-

angannya, serta kemuliaannya sulit digapai oleh kedudukannya.

Oleh sebab itu, perawi hadits di atas, Anas bin Malik pernah mengatakan, “Aku

mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar, dengan harapan semoga

kelak aku bersama dengan mereka, meskipun aku tidak pernah melakukan

layaknya perbuatan mereka.”

7 Syukur, Amin. 1999. Menggugat Tasawuf; Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Hal 18

Page 8: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

8

Masalah semacam ini adalah masalah yang sedemikian agung yaitu

kedudukan yang diperebutkan oleh mereka yang berlomba kepada kebaikan, dan

menjadi kepribadian orang-orang yang beramal, dan dalam rangka menuju ke

arah sana, mereka yang berlomba tersebut saling bergegas. Kedudukan tersebut

menjadi wilayah fana’ para pecinta dan para ahli ibadah menentramkan jiwanya.

Keutamaan yang lain adalah dapat mengantarkan hamba yang memiliki

kecintaan tersebut di antara penghuni langit. Sebab para malaikat akan selalu

mencintai orang-orang yang dicintai oleh Allah atas kedekatannya dengan-Nya,

juga karena mereka selalu memenuhi perintah Allah. sebagaimana sabda

Rasulullah:

“Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril,

„Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia!‟ Kemudian Jibril pun

mencintainya. Lalu, Jibril menyerukan kepada seluruh penghuni langit,

„Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia!‟ Kemudian, penghuni

langit itupun mencintainya. Lalu, orang tersebut didudukkan sebagai orang yang

diterima di muka bumi.” (HR. Imam Bukhari)

D. Qurbah

Kurban dalam bahasa Arab disebut ”udhiyah”, yang berarti menyembelih

hewan pada pagi hari. Sedangkan menurut istilah, kurban adalah beribadah

kepada Allah dengan cara menyembelih hewan tertentu pada hari raya Idul Adha

dan hari tasyrik (tanggal 11,12 dan 13 Zulhijah)8

Perintah menyembelih Kurban

Firman Allah SWT:

8 M.Si, Rizal Qosim, Drs. M. 2005, Pengalaman Fiqih, Yogyakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri, hal 23

Page 9: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

9

Artinya: ”Sesungguhnya kami memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu da berkubanlah. Sesungguhnya orang-

orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”(QS. Al-Kautsar ayat 1-3)

Hukum Berkurban ada 3,yaitu:

1. Wajib bagi yang mampu

Kurban wajib bagi yang mampu, dijelaskan oleh firman Allah QS. Al-

Kautsar ayat 1-3:

Artinya: ”Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang

banyak. Maka dirikan lah shalat karena Tuhanmu dan berkubanlah.

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.”

(QS. Al-Kautsar 1-3)

2. Sunnah9

Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW menjelaskan:

قالامرتبالنحروهوسبةلكم

Artinya: Nabi SAW bersabda: ”Saya diperintah untuk menyembelih kurban

dan kurban itu sunnah bagi kamu.”

3. Sunnah Muakkad

Berdasarkan hadist riwayat Daruqutni menjelaskan:

كتبعلالنحرولیسبواجبعلیكم

Artinya: ”Diwajibkan melaksanakan kurban bagiku dan tidak wajib atas

kamu.”(HR. Daruqutni)

Jenis-jenis binatang yang dapat untuk kurban, syaratnya adalah:

9 M.Si, Rizal Qosim, Drs. M. 2005, Pengalaman Fiqih, Yogyakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri, hal 23

Page 10: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

10

1. Domba , syaratnya telah berumur 1 tahun lebih atau sudah berganti gigi.

2. Kambing , syaratnya telah berumur 2 tahun atau lebih.

3. Sapi atau Kerbau, syaratnya yelah berumur 2 tahun atau lebih.

4. Unta , syaratnya telah berumur 5 tahun atau lebih.10

Sebaiknya berkurban dengan binatang yang mulus dan gemuk serta tidak

cacat, seperti:

1. Jelas-jelas sakit

2. Sangat kurus

3. Sebelah matanya tidak berfungsi atau keduanya

4. Pincang

5. Putus telinga

6. Putus ekor

Hewan yang dijadikan untuk kurban hendaklah hewan jantan yang sehat,

bagus, bersih, tidak ada cacat seperti buta, pincang, sangat kurus, tidak terpotong

telinganya sebelah atau ekornya terpotong dan sebagainya.11

Syarat dan waktu melaksanakan Kurban

Orang yang berkurban beragama Islam

Dilaksanakan pada bulan Zulhijah12

E. Al-khauf

Khauf menurut ahli sufi adalah suatu sikap mental merasa takut kepada

Allah karena kurang sempurna pengabdiannya. Takut dan kawatir kalau-kalau

Allah tidak senang padanya. Oleh karena itu adanya perasaan seperti itu maka ia

selalu berusaha agar sikap dan tingkah laku perbuatannya tidak menyimpang dari

yang dikehendaki Allah. Sikap mental ini merangsang seseorang melakukan hal-

10

Ibrahim Tatang, Drs. 1996, Fiqih Mts, Bandung: Armiko, hal 11 11

Ibid., hal 12 12

Ibrahim Tatang, Drs. 1996, Fiqih Mts, Bandung: Armiko, hal 11

Page 11: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

11

hal yang baik dan mendorongnya untuk menjauhi perbuatan maksiat. Perasaan

khauf ini timbul karena pengenalan dan klecintaan kepada Allah sudah

mendalam, sehingga ia merasa kawatir kalau-kalau Allah melupkannya atau takut

kepada siksa Allah. (said usman, 1981 :148)

Allah juga menggambarkan tentang hari kiamat dengan gambaran yang

mengerikan agar kita takut dalam menghadapinya ; Surat Al- Haj 1-2

Artinya :

(1) Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan

hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).

(2) (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah

semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah

kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan

mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu

sangat kerasnya.

Macam-macam Al-khauf

Pengarang Manazilus-Sa'irin menjelaskan, bahwa khauf artinya tidak merasa

tenang dan aman karena mendengar suatu pengabaran. Dengan kata -lain tidak

merasa aman karena mengetahui apa yang dikabarkan Allah, baik yang berupa

janji maupun ancaman. Menurutnya ada tiga derajat khauf

Page 12: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

12

1. khauf terhadap hukuman, yaitu khauf yang ditunjang iman hingga menjadi

benar. Ini khan f nya orang-orang awam

2. Khau f terhadap tipu daya selagi dia dalam keadaan radar dan yang bisa

mengganggu kesenangan hatinya.

3. Ini merupakan khauf nya orang-orang khusus, yang praktis tidak lagi

mempunyai khauf selain Bari haibah karena pengagungan. Ini merupakan

derajat paling tinggi dalam khauf. 13

F. Ar-raja’

Raja’ berarti mengharapkan sesuatu dari Allah s.w.t. ketika berdo’a maka kita

penuh harapan bahwa do’a kita akan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Al-ghazali

memandang raja’ sebagai senangnya hati karena menunggu sang kekasih datang

kepadanya.sedangkan menurut Al-kusyairio raja’ adalah keterpautan hati kepada

sesuatu yang diinginkannya terjadi di masa akan datang sementara itu Abu akar

al- warraq menrangkan bahwa raja’ ialah kesenangan dari Allah bagi hati orang

yang takut jika tidak karene itu maka binasalah diri mereka dan hilanglah akal

mereka. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan ahli sufi diatas maka dapat

dipahami bahwa raja’ adalah sikap optimis dalam memperoleh karunia dan

nikmat Allah s.w.t yang disediakan bagi hambahnya yang shaleh dan dalam

dirinya timbul rasa optimis yang besar untuk melakukan berbagai amal terpuji

dan menjauhi perbuatan yang buruk dan keji.

Kata ini berarti satu sikap mental optimisme dalam memperoleh karunia

dan nikmat ilahi yang disediakan bagi hambah-hambahNya yang shaleh. Oleh

karena itu Allah maha pengampun, pengasih, dan penyayang, maka seorang

hamba yang taat merasa akan memperoleh limpahan karunia ilahi. Jiwanya penuh

pengharapan akan mendapat ampunan, merasa lapang dada penuh gairah menanti

rahmat dan kasih sayang Allah karena itu merasa itu akan terjadi. Perasaan

13

Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 2003 : 132

Page 13: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

13

optimis akan memberikan semangat dan gairah melakukan mujahad demi

terwujudnya apa yang diidam-idamkan itu.14

14

Said Usman, 1981 : 150

Page 14: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ahwal merupakan istilah tasawuf yang berarti “suatu keadaan mental”

seperti perasaan senang, sedih, takut, dan sebagainya. Hal yang bisa dikenal

adalah perasaan takut (al-khauf) rasa berteman (al-uns) dan rendah hati

(tawadhu).

Pada intinya tasawuf adalah upayah melatih jiwa dengan berbagai kegiatan

yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga

tercermin ahklak yang mulia dan dekat dengan Allah s.w.t. inilah esensi atau

hakikat tasawuf itu sendiri.

B. Saran

Setelah pnjelasan dalam makalah ini sebagai manusia biasa penulis memohon

maaf apabila terjadi kesalahan dalam penjabaran masalah atau penyimpangan-

penyimpanganya. Penulis menerima saran yang sifatnya membangun untuk

kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Page 15: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

15

DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasutio, Falsafat Dan Mistesisme Dan Islam (Jakarta : bulan bintang , 1983)

Abudin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta : raja Grafindo Persada, 1996)

Said Usman. Pengantar ilmu tasawuf, (Medan Raja Grafindo Persada, 1981)

Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Madarijus Salikin ( Pendakilan Menju Allah), ( Pustaka

Al-Kautsar : 1998)

M.Si, Rizal Qosim, Drs. M. 2005, Pengalaman Fiqih, Yogyakarta: PT. Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri,

Ibrahim Tatang, Drs. 1996, Fiqih Mts, Bandung: Armiko,

M.A, Mundzier Suparta M., 2006, fiqih, Bandung: Karya Toha Putra,

iii

Page 16: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

16

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan allah swt sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya

Penuliskan ucapkan terimakasih kepada dosen pemimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dengan teman-teman yang telah

memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehinga penulis

dapat menyelesaikan makalah dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan keritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimana yng akan datang

Bengkulu, November 2013

Penyusun.

ii

Page 17: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

17

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFATR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................. 2

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Ahwal ............................................................................ 3

B. Muraqobah .......................................................................................... 5

C. Mahhabat ............................................................................................. 7

D. Qurbah ............................................................................................... 8

E. Al-khauf ............................................................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 14

B. Kritik dan Saran .................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii

ii

Page 18: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

18

MAKALAH TASAWUF

Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf dan Raja

Di susun oleh : Puji Astuti

Penti Hanifa Carolina

Reka Puspita

Dosen

Murkilim, M.Ag

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU (IAIN) 2013

Page 19: Al-Ahwal, Murakobah, Kurbah, Mahhabat, Khauf Dan Raja

19