Akustik Lingkungan

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki panca indra untuk membantu merasakan lingkungan sekitarnya dengan cara melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba. Indra pendengaran merupakan indra yang memiliki hubungan erat dalam arsitektur yaitu pada hubungan akustik ruang karena pendengaran juga dapat menjadi salah satu factor pendukung agar penghuni atau pengguna bangunan merasa nyaman dan tenang berada di dalam gedung tersebut. Prinsip dalam akustik ruang adalah mengarahkan dan memperkuat bunyi yang dapat berguna serta menjauhkan dan menghilangkan bunyi yang tidak berguna atau dapat menganggu indra pendengaran. Untuk memanjakan indra pendengaran dan menciptakan kenyamanan bagi penghuni maka harus memperhatikan prinsip utama pada akustik ruang. Setiap gedung memiliki karakter akustik ruangnya masing-masing tergantung dari lokasi pembangunan gedung tersebut karena kebisingan lokasi di desa dan di kota sangat berbeda jauh, slain lokasi juga dilihat dari fungsi bangunan tersebut contohnya seperti gedung bioskop, gedung rapat, gedung sekolah, villa, rumah pribadi, dan banyak fungsi gedung lainnya pasti memiliki karaker akustik yang berbeda selain itu perbedaan civitas dan kegiatan yang berlangsung dalam gedung juga dapat berpengaruh. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian akustik dan noise dalam arsitektur?

description

Pengertian mengenai akustik, macam-macam sumber kebisingan, alat-alat penyerap kebisingan pada ruangan

Transcript of Akustik Lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki panca indra untuk membantu merasakan lingkungan sekitarnya

dengan cara melihat, mencium, mendengar, merasakan, dan meraba. Indra pendengaran

merupakan indra yang memiliki hubungan erat dalam arsitektur yaitu pada hubungan akustik

ruang karena pendengaran juga dapat menjadi salah satu factor pendukung agar penghuni atau

pengguna bangunan merasa nyaman dan tenang berada di dalam gedung tersebut. Prinsip dalam

akustik ruang adalah mengarahkan dan memperkuat bunyi yang dapat berguna serta menjauhkan

dan menghilangkan bunyi yang tidak berguna atau dapat menganggu indra pendengaran. Untuk

memanjakan indra pendengaran dan menciptakan kenyamanan bagi penghuni maka harus

memperhatikan prinsip utama pada akustik ruang. Setiap gedung memiliki karakter akustik

ruangnya masing-masing tergantung dari lokasi pembangunan gedung tersebut karena

kebisingan lokasi di desa dan di kota sangat berbeda jauh, slain lokasi juga dilihat dari fungsi

bangunan tersebut contohnya seperti gedung bioskop, gedung rapat, gedung sekolah, villa,

rumah pribadi, dan banyak fungsi gedung lainnya pasti memiliki karaker akustik yang berbeda

selain itu perbedaan civitas dan kegiatan yang berlangsung dalam gedung juga dapat

berpengaruh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian akustik dan noise dalam arsitektur?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi akustik dan noise?

3. Bagaimana cara merancang menurut prinsip akustik dan noise?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari akustik dan noise dalam arsitektur

2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi akustik dan noise

3. Mengetahui cara merancang menurut prinsip akustik dan noise

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 NOISE (KEBISINGAN)

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki, mengacaukan, mengganggu atau

berbahaya bagi kegiatan sehari-hari. Setiap suara yang mengganggu pendengar dapat

dikatagorikan sebagai kebisingan, bahkan suara musik dan suara orang yang berbicara dapat

disebut kebisingan jika suara tersebut tidak dikehendaki oleh pendengar. Badan kesehatan dunia

(WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan

dalam berbagai bentuk. Angka itu diperkirakan akan terus meningkat. Tidak diragukan lagi,

kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terutama kesehatan pendengaran, baik yang sifatnya

sementara ataupun permanen. Hal ini sangat dipengaruhi oleh intensitas dan lamanya

pendengaran. Kebisingan sering kali mengganggu aktivitas, apalagi jika kebisingan itu bernada

tinggi. Pengaruh kebisingan terputus-putus atau datang secara tiba-tiba dan tak terduga, sangat

terasa. Lebih-lebih bila sumber kebisingan itu tidak diketahui.

Kebisingan merupakan hal yang sering diabaikan oleh manusia, namun belum banyak yang

menyadari adanya kebisingan dapat berpegaruh terhadap kesehatan manusia padahal kebisingan

masuk dalam salah satu pencemaran udara. Di kota-kota besar, penanganan akan kebisingan

sangatlah kecil padahal efek dari kebisingan tersebut sangatlah mengganggu. Kebisingan bisa

mempengaruhi kesehatan manusia seperti menyebabkan hipertensi, mengganggu tidur dan bisa

menghambat kemampuan kognitif pada anak-anak. Bahkan yang paling parah bisa menyebabkan

ganguan pada memori atau gangguan kejiwaaan. Masalah ini suadah tersebar hampir di seluruh

dunia salah satu contoh India. Di India masalah ini sudah menyebar luas. Beberapa studi

melaporkan tingkat kebisingan di kota metropolitan sudah melebihi batas standar yang

mengakibatkan para penduduk menjadi tuli dan studi yang dilakukan oleh Sigh dan Mahajan di

Kalkuta dan Dehli menemukan tingkat kebisingan di kota itu mencapai 95dB padahal ambang

batas hanya 45dB.

Kebisingan dengan frekuensi > 70 dB = menimbulkan kegugupan, kurang enak badan

kelelahan pendengaran, pencernaan dan aliran darah. Frekuensi > 85 dB menyebabkan

kemunduran kondisi umum kesehatan seseorang dan bila berlangsung lama, kehilangan

pendengaran sementara ataupun permanen dapat terjadi. Frekuensi > 150 dB dapat menyebabkan

sensasi dering yang disebut ‘Tinnitus’ dan dapat merusak pendengaran secara permanen.

Mereka yang tinggal di dekat jalan yang sibuk tidak bisa mendengar satu sama lain dan

dengan demikian tidak dapat menghubungi untuk propagasi (Deutche Presse-Agentur, 2003).

Kita bisa memvisualisasikan bahwa kebisingan dapat mengganggu komunikasi, mengganggu

tidur dan mengurangi efisiensi individu. Mayoritas responden sampel terkena terjadinya laporan

polusi suara dari jengkel dan gangguan pendengaran. Sebanyak 35% melaporkan tuli dan hampir

sebanyak itu juga melaporkan gangguan mental. 

Berikut adalah tabel Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.

48/MenLH/11/1997 mengenai tingkat kebisingan :

Tabel 1 : Peruntukan kawasan dengan tingkat kebisingan.

Sumber : https://alifis.wordpress.com/2009/06/11/metode-pengukuran-kebisingan/

Faktor diinginkan tau tidaknya suatu suara tergantung pada volume suara, frekuensi,

kontinuitas, waktu terjadinya, isi informasi dan juga aspek – aspek subjektif seperti asal suara,

keadaan jiwa dan tempramen penerimanya.

A. Kebisingan lingkungan

Kebisingan lingkungan merupakan suara yang tidak diinginkan dan menggangu segala

sesuatu yang ada pada suatu lingkungan di sekitar daerah yang didiami. Kebisingan tersebut

dapat terjadi karena suatu sumber tunggal maupun beberapa sumber, misalnya suara kebisingan

lalu lintas, industri, pasar, dan lain sebagainya.

Berdasarkan sifat-sifatnya, kebisingan dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis (Suma’mur,

2009), yaitu :

a. Kebisingan kontinyu, dengan spektrum frekuensi yang luas (steady state, wide band

noise). Bising inirelatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik

berturut–turut.Contohnya kebisingan yang berasal dari mesin-mesin, kipas angin, dan

lain-lain.

b. Kebisingan Kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit (steady state, narrow

band noise). Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi

tertentu saja(pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Contohnya kebisingan yang

berasal dari gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.

c. Kebisingan terputus-putus (Intermittent ). Bising ini tidak terjadi secara terus–

menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Contohnya kebisingan yang berasal

dari lalu lintas, suara pesawat terbang, dan lain-lain.

d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise). Bising jenis ini memiliki

perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya

mengejutkan pendengarnya. Contohnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.

e. Kebisingan impulsive berulang. Bising ini terjadi dalam waktu yang sangat cepat,

mengejutkan dan berlangsung berulang kali. Contohnya mesin tempa di perusahaan.

B. Sumber kebisingan lingkungan

a) Lalu lintas kendaraan bermotor

1. Kebisingan kendaraan penumpang

2. Kebisingan truk/ bus

3. Kebisingan sepeda motor

b) Kebisingan dari kegiatan industry

1. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.

2. Vibrasi Kebisingan yang dittimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat

gesekan, benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda

gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.

3. Pergerakan udara, gas dan cairan. Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan

udara, gas, dan cairan dalamkegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa

penyalur cairan gas,outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain-lain.

c) Kebisingan dari kegiatan perumahan.

d) Kebisingan dari kegiatan konstruksi.

1. Kebisingan dari pemakaian alat berat.

2. Pemakaian alat potong listrik.

C. Aspek fisik suara dalam kebisingan

1. Gelombang bunyi

Gelombang bunyi dihasilkan oleh getaran suatu sumber bunyi. Frekuensi adalag

banyaknya gelombang bunyi yang terjadi dalam 1 detik. Interval frekuensi yang

dapat didengar oleh manusia adalah 20 – 20000 Hz.

2. Tingkat tekanan suara dan skala decibel (dBA)

Desibel (Lambang Internasional = dB) adalah satuan untuk mengukur intensitas

suara. Satu desibel ekuvalen dengan sepersepuluh Bel. Huruf "B" pada dB ditulis

dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu

Bell.Propagasi dam intensitas bunyi

3. Pengaruh atmosfer pada propagasi bising

a) Pengaruh angin dan turbulensi

b) Gradasi temperature permukaan tanah

c) Gradasi angin

d) Kriteria kebisingan

D. Pengukuran kebisingan

Ada tiga cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran akibat kebisingan

dilingkungan kerja.

1.      Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi batas hanya pada satu atau

beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk dapat mengevaluasi

kebisingan yang disebabkan oleh suatu peralatan sederhana misalnya

kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan misalnya 3

meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat

ukur yang digunakan.

Contoh penggunaan :

Posisikan sound level meter pada kedudukan yang merepresentasikan tingkat

intensitas kebisingan pada tempat tersebut.

Aktifkan pengukur dengan saklar geser pada kedudukan Lo atau Hi. Untuk

Lo, intensity berada pada skala 40-80dB, sedangkan Hi berada pada skala 80-

120 dB.

Pencatatan pada satu kedudukan akan terkait dengan pembacaan skala

minimum dan skala maksimum.

Titik kedudukan dapat diambil sebanyak yang diperlukan.

Waktu pengukuran adalah 10 menit dalam 1 jam. Untuk pencuplikan data

adalah setiap 5 detik dengan ketinggian microphone 1,2 meter dari muka

tanah.

Gambar 2. Diagram hasil pengambilan sampel di 3 titik yang berbeda.

Sumber : https://alifis.wordpress.com/2009/06/11/metode-pengukuran-kebisingan/

2.      Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur

kebisingan, karena peta tersebut dapat menetukan gambar tentang kondisi kebisingan

dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada

kertas berskala yang sesuai dengan pengukurannya yang dibuat. Biasanya dibuat

kode pewarnaan untuk menggambar keadaan kebisingan dengan intensitas dibawah

Gambar 1. Pola tingkat kebisingan

dibeberapa kawasan.

Sumber :

https://alifis.wordpress.com/2009/06/1

1/metode-pengukuran-kebisingan/

85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan diatas 90dBA, warna kuning untuk

kebisingan dengan intensitas antara 85-90 dBA.

Contoh pengaplikasian :

Pada peta kontur kebisingan dalam sebuah pabrik, ada beberapa daerah yang

memiliki warna berbeda tergantung dengan tingkat kebisingan yang dihasilkan. Dari

peta kontur dapat dilihat bahwa hampir di seluruh titik di dalam bangunan pabrik

memiliki tingkat kebisingan di atas 66 dBA. Kebisingan terkonsentrasi di daerah

barat pabrik (utility area) hingga 77 dBA dan bahkan 82 dBA pada radius tertentu

dari alat. Sedangkan di bagian process area (di bagian timur pabrik), kebisingan

berkisar antara 72-77 dBA dan 82 dBA di titik-titik tertentu di dekat alat. Kebisingan

pada tingkat yang rendah terjadi di sekitar flare stack yaitu sekitar 56-72 dBA di

dalam radius flare stack. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kompleks pabrik

tersebut secara umum memenuhi standar keamanan operasi untuk tenaga manusia

yang bekerja selama maksimum 8 jam sehari.

Gambar 4. Peta kontur kebisingan dalam sebuah pabrik yang ditentukan dari warna

yang dihasilkan.

Sumber : http://majarimagazine.com/2007/12/pengendalian-kebisingan-dalam-

pabrik-kimia/

3.      Pengukuran dengan grid

Untuk mengukur dengan grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan

pada lokasi yang diinginkan. Titik-titik sampling harus dibuat dengan jarak interfal

yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberapa

kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya: 10 x 10 M. kotak tersebut

ditandai dengan batis dan kolom untuk memudahkan identitas. Ada beberapa macam

peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter, sound level meter,

octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan

bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup banyak

memberikan informasi.

a.       Sound Level Meter (SLM)

SLM adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan. SLM

terdiri atas mikropon dan sebuah sirkuit elektronik termasuk attenuator,3 jaringan

perespon frekuensi, skala indikator dan amplifier. Tiga jaringan tersebut

distandarisasi sesuai standar SLM. Tujuannya adalah untuk memberikan pendekatan

yang terbaik dalam pengukuran tingkat kebisingan total. Respon manusia terhadap

suara bermacam-macam sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya. Telinga kurang

sensitif terhadap frekuensi lemah maupun tinggi pada intensitas yang rendah. Pada

tingkat kebisingan yang tinggi, ada perbedaan respon manusia terhadap berbagai

frekuensi. Tiga pembobotan tersebut berfungsi untuk mengkompensasi perbedaan

respon manusia.

Gambar 5. Sound Level Meter digital, alat pengukur kebisingan.

Sumber : www.tradeindia.com

b.      Octave Band Analyzer (OBA)

Bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbeda-beda, oktaf yang

berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa nilai tunggal. Hal ini

tentu saja tidak representatif. Untuk kondisi pengukuran yang rumit berdasarkan

frekuensi, maka alat yang digunakan adalah OBA. Pengukuran dapat dilakukan

dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat

digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf standar yang ada adalah 37,5 – 75, 75-150,

300-600,600-1200, 1200-2400, 2400-4800, dan 4800-9600 Hz.

Gambar 6. Octave Band Analyze, mengukur kebisingan menggunakan diagram tingkat

kebisingan/

Sumber : www.faberacoustical.com

Rumus penghitungan level ekivalen kebisingan:

Leq= 10 Log nƩ(fi. 10 Li/10 )

L eq = tingkat tekanan suara ekivalen

Fi = Fraksi dari waktu paparan

Li = tingkat tekanan suara

Nilai batas amabang kebisingan adalah 85 dB yang ditanggap aman untuk sebagaian

besar tenega kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai ambang batas untuk

kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat

diterima tenega kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu teus

menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Berikut ini table waktu

maksimum untuk bekerja.

Tabel 2 : Waktu maksimum untuk bekerja adalah sebagai

NoTINGKAT

KEBISINGAN (dBA)PEMAPARAN HARIAN

1. 85 8 Jam

2. 88 4 Jam

3. 91 2 Jam

4. 94 1 Jam

5. 97 30 menit

6. 100 15 menit

Setelah pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah kebisingan

tersebut dapat diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan

oleh berbagai pihak berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.718/Men/Kes/Per/XI/1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.

Tabel 3: Pembagian Zona Bising Oleh Menteri Kesehatan

NO Zona

Tingkat Kebisingan (dB A)

Maksimum yang

dianjurkanMaksimum yang

diperbolehkan

1 A 35 45

2 B 45 55

3 C 50 60

4 D 60 70

Zona A : tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan 

Zona B : diperuntukan perumahan, tempat pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya,

Zona C : diperuntukan untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya

Zona D : industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.

E. Gangguan Akibat Kebisingan

a) Efek jangka pendek

Terjadinya reflex ototo – ototo berupa kontraksi otot, reflex pernafasan,

meningkatnya tekanan darah, dll pecahnya gendang telinga dan paru – paru juga

dapat terjadi.

b) Efek jangka panjnag

Efek jangka panjnag akibat hormonal yaitu terjadinya hemeostatis, tubuh kehilangan

keseimbangan simpatis dan arasimpatis sehingga mempengaruhi saraf otonom serta

aktifitas kelenjar hormone adrenal yang menyebabkan hipertensi, disritmia jantung,

dll

2.2 AKUSTIK

Menurut bangsa Yunani bahasa akustik berarti “akouein” yang berarti pendengaran.

Sehingga dapat dikatakan Akustik adalah ilmu terapan yang dimaksukan untuk memanjakan

indra pendengaran pada suatu ruang tertutup teutama yang relatif besar. Pada abad ke 1

arsitek bangsa Romawi yang bernama Marcus Pollio sudah mulai melakukan pengamatan

cermat tentang gema dan interferensi ( getaran – getaran suara asli dan getaran pantulan yang

saling menghilankan ) dari suatu ruangan. Tetapi akustik mulai dibangun sebagai suatu ilmu

pada tahun 1856 oleh Joseph Henry, kemudian pada tahun 1900 di kembangkan seluruhnya

oleh Wallace Sabine. Seiring dengan berjalannya waktu hingga sekarang rancangan akustik

masih diabaikan kecuali pada ruangan tertentu seperti ruang konser, studio rekanam, ruang

teater, ruang bioskop, dan lain-lain. Seharusnya pada ruang manapun harus mempunyai

rancangan akustik.

Akustik ruang menurut Wikipedia adalah bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait

dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Sehingga bisa didefinisikan akustik ruang adalah

menata suatu ruangan agar tidak terjadi gangguan suara. Akustik ruang sangat mempengaruh dalam

reproduksi suara. Terdapat dua hal yang mendasar yang dikaitkan pada akustik ruang, yaitu:

perubahan suara karena pemantulan dan gangguan suara ketembusan suara dari ruang lain.

Terdapat 3 variabel yang perlu diperhatikan untuk menanggulangi masalah kebisingan di

dalam tapak, antara lain :

1. Sumber Bunyi

Sumber bunyi, baik yang diinginkan maupun tidak diinginkan harus dapat dilindungi

untuk mencegah timbulnya kebisingan. Namun cara perlindungan sumbe bunyi kurang

layak secara ekonomi dibandingkan dengan pengendalian kebisingan melalui penataan

tapak.

2. Medium Penghantar Transmisi Suara

Merupakan variabel penting dalam mereduksi suara. Adanya lembah atau cekungan yang

letaknya tersebar pada permukaan tapak akab lebih rentan kebisingan karena jurang

tersebut dapat meneruskan gelombang suara. Kondisi topografi dapat menimbulkan

masalah jika tapak dilalui oleh jalan raya atau rel kereta api. Analisa iklim dan topografi

sangat dibutuhkan untuk memperkirakan pengaruhnya pada tranmisi suara.

3. Penerima atau Pendengar Suara

Orang-orang yang terbiasa dengan keadaan lingkungan yang tenang kurang dapat

menerima kebisingan dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di kota besar yang

telah terbiasa dengan adanya kebisingan. Melindungi kebisingan dapat dicapai dengan

menggunakan suara-suara yang menyenangkan untuk didengar, seperti suara-suara yang

teratur frekuensinya.

A. BAHAN DAN KONTRUKSI PENYERAPAN BUNYI

Bahan-bahan dan kontruksi penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan akustik suatu

bangunan atau yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruangan bising diklasifikasikan

menjadi 3 yaitu bahan berpori-pori, penyerap panel, dan resonator rongga. Tiap bahan akustik

dikombinasikan menjadi rancangan lapisan akustik yang dipasang pada dinding ruang atau

digantung di udara sebagai penyerap ruang. Cara pemasangannya mempunyai pengaruh yang

besar pada penyerapan bunyi kebanyakan bahan.

Elemen Bahan

Elemen bawah (Lantai) Marmer, Karpet

Elemen samping (Dinding) Plester batu bata, glaswool, yumen

Elemen atas (langit - langit) Beton, glaswool, Yumen

BAHAN BERPORI

Karakteristik dasar bahan berpori adalah suatu jaringam selular dengan pori-

pori yang saling berhubungan. Energi bunyi datang diubah menjadi energi panas

dalam pori-pori ini. Bagian bunyi datang diubah menjadi panas diserap sedangkan

sisanya, yang telah berkurang energinya, dipantulkan oleh permukaan bahan.

Contoh bahan berpori antara lain papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft

plaster), mineral wools, dan selimut isolasi.

Gambar 8. Fiberboard merupakan bahan peredam akustik berpori.

Sumber : www.panel.com

a. Unit akustik siap pakai

Jenis dari unit akustik siapa pakai antara lain, ubin selulosa dan serat mineral yang

berlubang maupun tidak berlubang, bercelah, atau bertekstur, panel penyisip, dan lembaran

logam berlubang dengan bantalan penyerap. Mereka dapat dipasang dengan berbagai macam

cara sesuai dengan petunjuk pabrik, misalnya disemen, dipaku, atau dipasang pada langit-langit.

Gambar 9. Kondisi tepi ubin akustik yang umum diperdagangkan

Sumber : Buku Akustik Lingkungan, hal:35

Keuntungan penggunaan unit akustik siap jadi :

1. Mempunyai penerapan yang dapat diandalkan dan dijamin oleh pabrik.

2. Pemasangan dan perawatan relatif mudah dan murah.

3. Pengaplikasian yang beragam tanpa mempengaruhi fungsi.

4. Penggunaan pada sistem langit-langit dapat disatukan secara fungsional dan secara

visual dengan persyaratan penerangan, pemanasan atau pengkondisian udara.

Masalah-masalah yang ditimbulkan :

1. Pengurangan tingkat estetika dikarenakan sambungan antar ubin.

2. Tingkat kerusakanyang ditinggi dikarekan struktur yang lembut.

3. Pencampuran komponen lain seperti cat, dapat merusak fungsi.

b. Plesteran Akustik dan Bahan yang Disemprotkan

Lapisan akustik ini digunakan terutama untuk tujuan reduksi bising dan terkadang

digunakan untuk bentuk bangunan yang sulit untuk menggunakan bahan akustik lain seperti

auditorium dengan bentuk melengkung. Lapisan akustik ini dipakai dalam bentuk semiplastik,

dengan pistol penyemprot atau dengan melapisi menggunakan tangan atau diplester.

Efisiensi akustik dari lapisan ini paling baik pada frekuensi tinggi, tergantung pada

kondisi pekerjaan seperti ketebalan dan komposisi campuran plesteran, jumlah perekat, keadaan

lapisan dasar pada saat digunakan, dan cara lapisan digunakan. Agar memperoleh hasil

maksimal, pemasangan harus didukung oleh pekerja yang mengerti cara pemasangan yang benar

dan sesuai dengan petunjuk dari produk. Kegunaan lapisan ini dapat rusak bila pencampuran

komponen-komponen lain seperti cat yang tidak sesuai dengan produk.

c. Selimut (Isolasi) Akustik

Selimut dipasangkan pada sistem kerangka kayu atau logam yang digunakan untuk tujuan

– tujuan akustik dengan ketebalan bervariasi antara 1 dan 5 inci (25 dan 125mm). penyerapan

Gambar 10 . Serat mineral akustik ubin untuk plafon keramikSumber :

http://id.aliexpress.com/item/Mineral-Fiber-Acoustic-Tile/1653637469.html

akustik bertambah tebal terutama pada frekuensi – frekuensi rendah. Selimut akustik dibuat dari

serat – serat karang (rock wool), serat – serat gelas (glass wool), serat – serat kayu, lakan (felt),

rambut dan sebagainya. Selimut akustik tidak menmpilkan permukaan etestik yang memuaskan,

maka selimut biasanya ditutupi dengan papan berlubang, wood slats, fly screening, dan dari jenis

yang sesuai.

Gambar 11. Serat – serat gelas (glass wool)

Sumber: http://indonesian.rock-wool-insulation.com/

Gambar 12. Serat karang (rock wool)

sumber: http://indonesian.rock-wool-insulation.com/

Gambar 13. Serat – serat kayu

Sumber : http://indonesian.alibaba.com/product-gs-img/hotsell-semen-seratkayu-panel-akustik-

60002906733.html

d. Karpet dan Kain

Karpet selain digunakan sebagai penutup lantai, juga digunakan sebagai bahan

akustik karena kemampuannya mereduksi dan bahkan meniadakan bising benturan dari atas

atau dari permukaan seperti suara seretan kaki, bunyi langkah kaki, pemindahan perabot

rumah dan sebagainya. Karpet juga dapat diterapkan sebagai bahan pelapis dinding, untuk

memberikan peredaman suara yang lebih optimal. Makin tebal dan berat karpet maka makin

besar pula daya serap dan kemampuannya dalam mereduksi bising. Hal – hal berikut

ditemukan dari percobaan yang dilakukan atas nama Carpet and Rug Institute.

Pemberian karpet pada lantai menunjang penyerapan bunyi sebagai berikut :

1. Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan bunyi.

2. Pada kondi yang sama tumpukan potongan (cut piles) memberikan penyerapan yang

lebih banyak dibandingkan dengan tumpukan lembaran (loop piles).

3. Dengan bertambahnya tinggi dan berat tumpukan, dalam tumpukan potongan kain,

penyerapan bunyi akan bertambah.

4. Dalam tumpukan lembaran kain, bila tumpukan bertambah tinggi, sedang rapat massa

tetap, penyerapan bunyi bertambah; bila berat tumpukan bertambah, sedang tinggi

tumpukan konstan, penyerapan bunyi bertambah hanya sampai suatu tingkat tertentu.

5. Makin kedap lapisan penunjang(backing), makin tinggi penyerapan bunyi.

6. Bantalan bulu, rami bulu (hair - jute) dan karet busa menghasilkan penyerapan bunyi

yang lebih tinggi disbanding bantalan rami buli yang dilapisi karpet, karet spon dan

busa urethane yang kurang kedap.

Pemberian karpet pada Dinding menunjang penyerapan bunyi sebagai berikut :

1. Karpet yang dipasang pada dinding – dinding berbulu lebih baik daripada karpet yang

direkat / delem langsung pada dinding.

2. Karpet dengan papan mineral, rock wool, Styrofoam, atau tectum boards yang

digunakan sebagai pengisi antara lapisan menghasilkan penyerapan yang lebih tinggi

dari pada tanpa pengisi.

Karpet pada dinding – dinding harus tahan api seperti yang disyaratakan oleh peraturan

bangunan local. Pemberian karpet pan lantai dan dinding menciptakan suasana tenang. Kain –

kain fenestrasi dan bahan gorden juga menunjang penyerapan bunyi. Makin berat kain maka

semakin banyak penyerapan bunyi. Makin lebar ruang udara antar gorden dan dinding

belakangnya penyerapan frekuensi rendah makin bertambah.

Gambar 14. Bahan akustik dari Karpet

Sumber: http://www.acoustics.com/product

PENYERAP PANEL (SELAPUT)

Penyerap panel merupakan bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang

yang padat (solid baking) tetapi terpisah oleh suatu rongga.

Gambar 15. Panel Penyerap (Panel Absorber) siap pakai yang bertekstur

Sumber: http://www.acoustics.com/product

Bahan ini berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk

oleh gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi yang

datang dan mengubahnya menjadi energi panas. Cara pemasangan sesuai dengan di semen pada

permukaan yang padat, dipaku, dibor pada kerangka kayu atau dipasang pada sistem langit-langit

gantung.

Gambar 16. Penerapan Panel Penyerap pada plafond dan dinding

Sumber: http://www.acoustics.com/product

Kelebihan dari bahan ini adalah kemudahannya untuk disusun sesuai desain yang

diinginkan karena tersedia dalam ukuran-ukuran yang bervariasi, mudah dalam pemasangannya

serta ekonomis dan merupakan penyerap bunyi yang efisien karena menyebabkan karakteristik

dengung yang merata pada seluruh jangkauan frekuensi (tinggi maupun rendah karena berfungis

untuk mengimbangi penyerapan suara yang agak berlebihan oleh bahan penyerap berpori dan isi

ruang. Jenis bahan yang termasuk penyerap panel antara lain: panel kayu, hardboard, gypsum

board dan panel kayu yang digantung di langit-langit, plesteran berbulu, plastic board tegar,

jendela kaca, pintu, lantai kayu dan panggung, dan pelat – pelat logam (radiator).

RESENATOR RONGGA (HELMHOLTS)

Resonator rongga terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding –

dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit ke ruang sekitarnya, dimana gelombang

bunyi merambat. Resenator rongga dapat dapat digunakan sebagai:

1. Unit individual

Resonator rongga individual dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran berbeda.

Penyerapannya yang efektif tersebar antara 100 dan 400 Hz. Pada permukaan balok yang terlihat

dapat dicat dengan pengaruh pada penyerapan. Keuntungan dari resenator rongga individual,

yaitu: daya tahan yang tinggi, bisa digunakan pada ruang olah raga, kolam renang, jalur – jalur

bowling, proyek industri, ruang alat – alat mekanis, terminal kendaraan, dan jalan raya yang

padat. Penggunaan bahan – bahan pada penyerapan bunyi ini menggunakan bahan yang bersifat

lembut.

Gambar 16. Balok beton yang disusun berderet.

Sumber: Akustik Lingkungan, hal:47

2. Resonator panel berlubang

Resenator panel berlubang mempunyai jumlah leher yang banyak yang membentuk

lubang – lubang panel sehingga berfungsi sebagai derean resenator rongga. Lubang biasanya

berbentuk lingkaran (kadang – kadang celah pipih).

Gambar 17. Resenator panel berlubang yang digunakan pada saat merancang.

Sumber: Akustik Lingkungan, hal:42

Gambar 18. Bungkus baja akustik dapat diperoleh dengan ukuran yang berbeda-beda.

Sumber: Akustik Lingkungan, hal:42

3. Resonator Celah

Resonator celah mempunyai keuntungan dengan merancang suatu lapisan

permukaan atau layar perlindungan yang dekoratif, dengan elemen – elemen yang

penampangnya relatif kecil dan dengan jarak antara yang cukup untuk memungkinkan

gelombang bunyi menembus antara elemen – elemen layar ke bagian belakang yang berpori.

Layar pelindung terdiri dari sistem kayu, logam atau rusuk plastik tegar, balok atau bata rongga.

Kelebihan resenator celah pada rancangan akustik adalah banyaknya pilihan yang disediakan

untuk rancangan individual. Contoh – contoh penyerapan

resonator celah, yaitu: menggunakan bahan bata berongga, balok

beton berongga khusus, rusuk kayu dan baja.

Gambar 19.

Deretan rusuk kayu yang bergantian,

dipasang pada rongga – rongga

penyerap resonator celah.

Sumber: Akustik Lingkungan, hal:43

Gambar 20. Balok beton berongga

Sumber: Akustik Lingkungan, hal:47

B. PEMILIHAN BAHAN PENYERAPAN BUNYI

Lapisan – lapisan permukaan harus dipilih yang menghasilkan karakteristik penyerapan

yang merata (tidak perlu tinggi) pada jangkauan frekuensi audio. Jika secara akustik pemantulan

berulang yang merusakn (gema, pemantulan, di sudut – sudut yang terlampau berkepanjangan)

harus dihilangkan atau diabaikan, maka permukaan – permukaan pemantul yang berbahaya harus

dilapisi dengan bahan akustik yang bersifat sangat menyerap.

Berikut perincian pemilihan penyerapan bunyi:

1. Koefesien penyerapan bunyi pada frekuensi – frekuensi wakil jangkauan

frekuensi audio.

2. Penampilan (ukuran, tepi, sambungan, warna, jarimgan).

3. Daya tahan terhadap kebakaran dan hambatan terhadap penyebaran api.

4. Biaya instalsi.

5. Kemudahan instalasi.

6. Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan, luka – luka mekanis dan goresan).

7. Pemantulan cahaya.

8. Perawatan, pembersihan, pengaruh dekorasi kembali pada penyerapan bunyi dan

biaya perawatan.

9. Kondisi pekerjaan (temperatur, kelembapan selama instalasi dan kesiapan lapisan

penunjang dibelakangnya).

10. Kesatuan elemen – elemen ruang (pintu, jendela, lampu – lampu penerangan, kisi

– kisi, radiator) dengan lapisan – lapisan akustik.

11. Ketebalan dan berat.

12. Tahanan terhadap uap lembab dan kondensasi bila ruang digunakan.

13. Kemungkinan adanya langit – langit gantung atau ruang – ruang diisi lapisan

pengisi.

14. Nilai insulasi termis.

15. Daya tarik terhadap jamur, kutu (vermin), dan kutu busuk (dry not).

16. Kemungkinan penggantinya ( kadang – kadang suatu kebutuhan sementara untuk

memungkinkan pengaturan slimut isolasi).

17. Kebutuhan serantak akan insulasi bunyi yang cukup (dalam hal – hal langit langit

gantung dan dinding dinding luar).

C. RANCANGAN ARSITEKTUR

Dalam rancangan akustik bangunan-bangunan rumah tinggal, ruang-ruang

dikelompokan menjadi kelompok ruang tenang dan kelompok ruang bising. Kelompok ruang

tenang dari bangunan adalah ruang-ruang yang jauh dari tingkat kebisingan yang tinggi seperti

kamar tidur dan ruang belajar. Kelompok ruang bising adalah ruang-ruang tidak memerlukan

tingkat kebisingan yang rendah atau tidak terpengaruh pada tingkat kebisingan.

Berikut adalah beberapa ketentuan umum yang harus diperhatikan :

1. Bagian-bagian tenang dan bising harus dikelompokan dan dipisahkan satu terhadap yang

lain secara horizontal dan vertikal lewat tembok atau lantai yang cukup mengimulsi bunyi

atau oleh ruang-ruang yang terlampau rentan terhadap bising seperti jalan masuk,

serambi, tangga dan lemari.

2. Bila bangunan berdampingan, maka kontruksi tembok atau lantai yang memisahkan unit

bangunan harus menyediakan insulasi bunyi yang lebih banyak.

3. Ruang tidur harus diletakkan di daerah yang tenang, jauh dari jalan raya, ruang-ruang

mekanikal, dan ruang elevator.

4. Kamar mandi harus dipisahkan denagn efisien secara akustik dari ruang keluarga dan

tidak boleh dirancang diatas ruang tidur maupun ruang keluarga, baik di bangunan yang

sama maupun berbeda. Alat-alat kamar mandi tidak boleh dipasang sepanjang tembok

yang memisahkan ruang keluarga dan kamar mandi.

5. Pintu-pintu yang menuju ruang tidur dan kamar mandi harus mempunyai isolasi suara

yang cukup. Mereka harus mempunyai panel dengan inti padat seluruhnya.

6. Tangga tidak boleh berdampingan dengan ruang tidur. Pijakan suatu tangga harus ditutup

dengan bahan lunak untuk menghindari kebisingan langkah kaki.

7. Barisan balkan yang tidak terputus sepanjang dinding luar bangunan harus dihindari.

Teras harus diundur ke dalam bangunan pada jarak yang cukup satu terhadap yang lain.

8. Denah bangunan bertingkat yang selang seling secara vertikal harus dihindari karena

bising dari sumber tungal dapat menembus beberapa unit tempat tinggal pada waktu yang

sama. Juga, tembok yang sama antara beberapa unit tempat tinggal selang-seling secara

vertikal mentransmisi bising langkah kaki lebih mudah ke dalam unit berdampingan

daripada lantai saja.

9. Jendela harus diatur supaya suara pembicaraan dari satu bangunan ke bangunan lain

menjadi minimum.

Jika suatu rancangan tidak memperhatikan persyaratan di atas tetapi tetap menginginkan

bangunan yang tahan bunyi, harus menggunakan dinding dan lantai penginsulasi bunyi yang

sangat mahal. Jika rumah dengan emper terbukadi belakang dan rumah dengan halaman yang

saling menyediakan derajat privasi akustik yang lebih tinggi daripada rumah keluarga

tunggal yang terpisah (Single family detached house).

Gambar 21. Bangunan dengan tembok di sekelilingnya menyediakan tingkat privasi akustik

yang lebih tinggi.

Sumber : Buku Akustik Lingkungan hal:166

RANCANGAN STRUKTURAL

Pengendalian kebisingan kebanyakan bergantung pada kontruksi bangunan itu sendiri.

Pengendalian ini terletak pada dinding dan lantai yang tergantung pada tebal struktur,

sehingga kapasitas daya tahan ataupun kekuatan bahan tidak boleh dianggap sebagai kriteria

satu-satunya dalam menentukan ukuran bangunan. Misalnya, suatu balok lantai beton

pratekan setebal 50-100mm memenuhi persyaratan bangunan tapi tidak cukup sebagai

pemisah horizontal antar ruangan terutama bila tidak ada langit-langit gantung ditambahkan

pada konstruksi lantai.

Konstruksi lantai ringan sepenuhnya aman bagi beban hidup dan mati, tetapi peralatan

yang menghasilkan getaran yang dipasang pada lanti menambah kemungkinan resonasi

antara peralatan dan balok lantai ringan yang menunjangnya. Resonansi semacam itu

menyebabkan transmisi bising dan getaran yang ditambah lewat lantai, walaupun kenyataan

bahwa teknisi mekanik menetapkan bantalan tahan getaran di bawah perlatan mekanik. Di

samping itu, bila peralatan ditempatkan di pusat rentang (span), dan bukan dekat kolom

penyangga atau tembok, probabilitas resonansi makin bertambah.

Tembok pemisah antar rumah yang bersebelahan harus terdiri dari dua lapisan terpisah

dan dibangun dari dasar bangunan sampai atap untuk menghindari transmisi bising dari

langkah kaki dari satu unit ke unit lain yang berdampingan. Penggunaan selimur isolasi

inorganik dalam celah vertikal paling sedikit lebar 25mm