akuntansi sosial

11
AKUNTANSI SOSIAL A. Pendahuluan Akuntansi sosial didefenisikan sebagai “penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan pemerintah dan wirausahawan”. Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur dan melaporkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas dimasa bisnis tersebut beroperasi, orang- orang yang dipekerjakan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Selama ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Menurut pendekatan akuntansi tradisional, perusahaan harus memaksimalkan labanya agara dapat memeberikan sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini dengan memasukkan dampak-dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat. B. Latar Belakang Sejarah Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial dan biaya sosial. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, sesoeorang harus mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu.

Transcript of akuntansi sosial

Page 1: akuntansi sosial

AKUNTANSI SOSIAL

A.    Pendahuluan

Akuntansi sosial didefenisikan sebagai “penyusunan, pengukuran, dan analisis

terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan

pemerintah dan wirausahawan”. Dalam hal ini, akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur

dan melaporkan hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi

sumber daya alam, komunitas dimasa bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang

dipekerjakan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan

dengan bisnis tersebut.

Selama ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak

keuntungan bagi masyarakat. Menurut pendekatan akuntansi tradisional, perusahaan harus

memaksimalkan labanya agara dapat memeberikan sumbangan yang maksimum kepada

masyarakat. Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional berfokus pada produksi dan

distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini dengan

memasukkan dampak-dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat.

B.     Latar Belakang Sejarah

Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial

dan biaya sosial. Untuk memahami perkembangan akuntansi sosial, sesoeorang harus

mengetahui bagaimana manfaat dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu.

Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan

teori ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau dikeluarkan dari

perhitungan akuntansi.

Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini, pemerintah memaksa individu dan

para pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Walaupun

pelaksanaan undang-undang ini cenderung lemah, fakta bahwa undang-undang tersebut ada

dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan. Secara bertahap, undang-undang tersebut

telah membawa dampak positif. Terdapat banyak perusahaan yang peka akan lingkungan.

Hal ini tampak dari munculnya akun-akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada laporan-

laporan keuangannya.

Page 2: akuntansi sosial

C.    Permasalahan Sosial Indonesia

Jika dilihat dari kondisi Indonesia pada saat ini, krisis yang berkepanjangan telah

menempatkan bangsa ini pada krisis multi-dimensi yang mencakup hamper seluruh aspek

kehidupan. Jika dilihat secara lebih seksama dari sudut pandang aspek ekonomi, sendi-sendi

perekonomian (investasi, produksi, dan distribusi) lumpuh sehingga menimbulkan

kebangkrutan dunia usaha, meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya pendapatan

perkapita dan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya bermuara pada meningkatnya angka

jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Dengan tingginya suku bunga yang

mencapai 60% pada puncak krisis saat itu, sangat sulit bagi sektor perbankan untuk

menyalurkan kredit.

Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia mengakibatkan timbulnya berbagai

hal yang tidak pasti, sehingga indikator-indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju

inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat

rentan terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek

politik dapat mengundang dua sentiment pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi.

Kondisi seperti ini tentunya berdampak sangat buruk bagi bisnis dan investasi di Indonesia,

terutama untuk mendapatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

D.    Tanggapan Perusahaan

Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap sebagai “warga Negara

yang baik”. Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh reputasi ini dengan menghasilka

produk-produk berkualitas, memperlakukan pekerja dengan rasa hormat, memberikan

kontribusi kepada komunitas, atau membantu fakir miskin. Sejak tahun 1960-an, banyak

perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan kepekaannya terhadap kebutuhan sosial

menjadi lebih responsif lagi secara sosial.

Dipihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industry berperang untuk mengubah

peraturan pemerintah yang baru atau mencoba untuk mengikisnya melalui ketidakpatuhan.

Dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan tersebut, seperti

undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonomi negative terhadap

perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut jika tidak sesuai

dengan manfaatnya.

Secara keseluruhan, tingkat tanggung jawab sosial yang diterima oleh perusahaan

memerlukan keputusan yang aktif. Manajemen harus memutuskan seberapa banyak polusi

Page 3: akuntansi sosial

yang akan dihasilkan dan seberapa banyak yang akan dibersihkan, siapa yang akan direkrut,

seberapa baik kondisi kerja akan ditingkatkan, dan seberapa banyak sumbangan yang akan

diberikan kepada kegiatan sosial.

Tanggapan Profesi Akuntan

Dengan diberlakukannya undang-undang yang menetapkan program-program sosial

pemerintah, beberapa akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan keahlian

mereka untuk mengukur efektivitas dari program tersebut.

Secara ringkas, literatur awal dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para akuntan

diperlukan untuk menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada

pihak-pihak lain yang berkepentingan (selain perushaan) yang akan tertarik dengan data-data

ini. Literatur awal ini, bahkan tidak berkaitan dengan identifikasi pengukuran, dan pelaporan

data-data sosial.

Selanjutnya, literatur tersebut mengembangkan suatu kerangka kerja historis untuk

akuntansi sosial, termasuk skema pelaporan dan audit sosial aktual. Akuntansi sosial tidak

diterima secara universal sebagai suatu bidang oleh para akademisi atau praktisi, dan tidak

semua orang percaya bahwa perusahaan harus menghasilkan data akuntansi sosial.

E.     Akuntansi untuk Manfaat dan Biaya Sosial

Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh

A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C.Pigou adalah seorang ekonom neo-klasik

yang memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi

mikro pada tahun 1920. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam

ekonomi kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang

tanpa mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial

neto dan produk pribadi neto tidak serata. Pada dasarnya argumen Pigou adalah sebagai

berikut: “Seorang produsen menciptakan suatu produk dari mana ia memperoleh manfaat

pribadi tertentu (yang oleh akuntan disebut sebagai pendapatan).”

Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya sosial

terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa mempedulikan siapa yang

membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih

antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak

dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak faktor. Suatu perusahaan yang menimbulkan

Page 4: akuntansi sosial

polusi mengenakan biaya kepada masyarakat, tetapi perusahaan tersebut tidak membayar

biaya kepada masyarakat.

Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika manfaat sosial marginal

sama dengan biaya sosial marginal. Perbedaan antara Pigou dengan model ekonomi

tradisional--dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal--berasal dari

perbedaan antara manfaat sosial dan pribadi dengan biaya sosial dan pribadi.

Ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya pribadi (beban)

serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori ekonomi

tradisional. Gerakan kearah akuntansi sosial, sebagian besar terdiri dari usaha-usaha untuk

memasukkan biaya sosial dan biaya sosial yang tidak terbagi kedalam model akuntansi.

Teori Akuntansi Sosial

Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”,

K.V.Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas

biaya dan manfaat sosial. Dalam pandangan Ramanathan, perusahaan memiliki suatu kontrak

tidak tertulis untuk menyediakan manfaat sosial neto kepada masyarakat. Manfaat neto

adalah selisih antara kontribusi suatu perusahaan tresebut kepada masyarakat.

Terdapat dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk

menentukan kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis system nilai harus ditentukan.

Beberapa kerugian seperti polusi secara universal dibenci dan memasukkannya dalam suatu

laporan akuntansi dan dibenarkan dengan relatif mudah.

Masalah utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit untuk

menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto kepada

masyarakat.

Pengukuran

Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan

dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga langkah, yaitu :

Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.

Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.

Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.

Menentukan Biaya dan Manfaat Sosial

Page 5: akuntansi sosial

Memutuskan apa yang merupakan biaya dan manfaat sosial bukanlah hal yang

mudah. Hal tersevut tidak hanya melibatkan definisi yang tepat dari biaya dan manfaat sosial,

tetapi juga pemahaman mengenai berbagai sistem nilai.

Sistem nilai masyarakat merupakan faktor penentu penting dari manfaat dan biaya

sosial. Dengan mengasumsikan bahwa masalah nilai dapat diatasi dengan menggunakan

beberapa jenis standar masyarakat, masalah berikutnya adalah mengidentifikasi kontribusi

dan kerugian secara spesifik.

Cara lain untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan manfaat sosial adalah dengan

memeriksa proses distribusi dan produksi perusahaan individual guna mengidentifikassi

bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana hal itu terjadi. Jika satu

bagian dari proses produksidan distribusi diperiksa – mungkin ditemukan produk sampingan

yang negative diciptakan bersama-sama dengan produk yang berguna.

Kuantifikasi terhadap Biaya dan Manfaat

Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dari kerugian

serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia dapat dihitung.

Dampak tersebut dapat digolongkan sebagai langsung langsung atau tidak langsung. Dampak

langsung, misalnya, penyakit paru-paru yang disebabkan oleh debu batu bara yng trehirup

oleh pekerja tambang batu bara. Dampak tidak langsung adalah polusi air yang mengotori

sungai dan mematikan ikan-ikan didalamnya.

Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai variable-variabel

utama, yaitu waktu dan dampak.

1. Waktu

Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu beberapa

tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Dalam hal pengukuran, penting untuk menentukan

lamanya waktu tersebut. Dampak jangka panjang sebaiknya diberikan bobot yang berbeda

dengan dampak jangka pendek.

2.   Dampak

Orang-orang dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial oleh

berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu untuk

mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan menguantifikasikannya.

F.     Pelaporan Kinerja Sosial

Page 6: akuntansi sosial

Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat

masalah pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian, sejumlah

penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik

secara internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi :

Audit Sosial

Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari

program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler.

Audit sosial bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari

konsekuensi sosial dari beberapa tindakan mereka.

Audit sosial adalah serupa dengan audit keuangan dalam hal bahwa audit sosial

mencoba untuk secara independen menganalisis suatu perusahaan dan menilai kinerja. Dalam

audit sosial, auditor memeriksa operasi untuk menilai kinerja sosial dari suatu perusahaan dn

bukannya kinerja keuangannya.

Laporan-laporan Sosial

Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan

komunitasnya telah dikeluarkan oleh banyak perusahaan, baik di Indonesia maupun di

negaea-negara maju.

David Linowes telah mengembangkan laporan operasi sosio-ekonomi untuk

digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial. Linowes membagi

laporannya kedalam tiga kategori :

1. Hubungan dengan manusia

2. Hubungan dengan lingkungan

3. Hubungan dengan produk

Pengungkapan dalam Laporan Tahunan

Banyak perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham yang

berisi beberapa informasi sosial. Ditemukan bahwa secara umum, jumlah perusahaan yng

mengungkapkan informasi sosial dan jumlah pengungkapan meningkat dengan stabil. Sekitar

90 persen dari perusahaan yang termasuk dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan

selektif, dapat diargumentasikan bahwa informasi tersebut memiliki nilai yang dipertanyakan

dan seseorang tidak dapat menilai kinerja sosial dari perusahaan tersebut berdasarkan laporan

tahunannya.

Page 7: akuntansi sosial

Perkembangan Luar Negeri

Perusahaan-perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi sosial,

baik dalam laporan khusus maupun laporan tahunan. Bentuk pelaporan model Eropa yang

telah digunakan oleh sejumlah perusahaan adalah bentuk yang dikembangkan serta

digunakan oleh DeutscheShell (perusahaan minyak Shell di Jerman). Serupa dengan laporan

dari perusahaan-perusahaan di Prancis, laporan Deutsche Shell menekankan pada hubungan

perusahaan dengan karyawannya. Akan tetapi, laporan tersebut juga memberikan informasi

mengenai sejumlah bidang lainnya yang berurusan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.

Tidak ada perbandingan antara informasi sosial yang diungkapkan oleh Deutsche

Shell dan perusahaan-perusahaan Eropa lainnya dengan pengungkapan semacam itu oleh

perusahaan-perusahaan di Amerika dalam laporan tahunannya. Perusahaan Eropa secara

serius berusaha untuk menggunakan laporan tahunan sebagai wahana untuk mengungkapkan

beberapa informasi sosial, tetapi perusahaan Amerika belum membuat komitmen ini.

G.    Arah Riset

Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai subjek

yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoretis sampai mensurvei pngguna

potensial dari data akuntansi sosial. Akan tetapi, riset akademis saat ini berkaitan dengan

kegunaan dari data akuntansi sosial bagi investor.

Studi mengenai kegunaan informasi sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua

bidang utama, yaitu :

1. Survey atas investor potensial

2.  Pengujian empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial.

Studi mengenai reaksi pasar modal terhadap pengungkapan informasi sosial

menyarankan agar investor menyesuaikan perkiraan mereka terhadap pengungkapan

informasi akuntansi sosial. Tidak terdapat kesimpulan yang jelas dari riset mengenai

hubungan antara kinerja sosial, kinerja ekonomi, dan pengungkapan sosial.

Riset masih perlu dilakukan dalam bidang-bidang yang telah dibahas dan dalam

aspek-aspek lainnya dari akuntansi sosial seperti menentukan pengguna potensial dari

informasi akuntansi sosial.