Akuntansi Keuangan Fix Sap 8 Dan 9
-
Upload
hadi-van-komink -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Akuntansi Keuangan Fix Sap 8 Dan 9
AKUNTANSI KEUANGAN II
SAP 8 DAN 9
OLEH:
NAMA: HADI WIRANATHA
1306305005
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
1. Pengertian Modal Saham
Modal Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu kesatuan usaha yang dari segi hukum dipisahkan dari pemiliknya. Karena terpisah dari pemiliknya maka kewajiban pemilik terhadap perusahaannya terbatas sampai jumlah modal yang di setornya. Selain itu bentuk perseroan memungkinkan untuk mendapatkan modal dari banyak orang, setiap orang yang menyetor menjadi pemilik dari perseroan tadi. Karena pemiliknya terdiri dari jumlah yang cukup banyak, maka pengelolaan perseroan akan diserahkan kepada pihak – pihak lain yang diangkat menjadi pimpinan PT tersebut. Dengan kata lain yang menjalankan PT adalah orang – orang yang diangkat oleh pemilik.
Untuk mendapatkan modal, PT menerima setoran dari pemilik. Sebagai bukti setoran dikeluarkan tanda bukti pemilikan yang berbentuk saham yang di serahkan kepada pihak – pihak yang menyetor modal. Pemilik PT merupakan kumpulan pihak – pihak yang mempunyai saham sehingga disebut pemegang saham. Saham yang di keluarkan oleh PT dapat dicantumkan nama pemiliknya, disebut saham atas, dapat juga tidak dicantumkan nama pemiliknya.
Saham yang merupakan bukti pemilikan PT mempunyai beberapa hak yaitu:
Hak untuk berpartisipasi dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan yaitu melalui hak suara dalam rapat pemegang saham.
Hak untuk memperoleh laba dari perusahaan dalam bentuk dividen yang dibagi oleh perusahaan.
Hak untuk membeli saham baru yang dikeluarkan perusahaan agar proporsi pemilikan saham masing – masing pemegang saham dapat tidak berubah.
Hak untuk menerima pembagian aktiva perusahaan dalam hal perusahaan dilikuidasi.
Apabila perusahaan itu mengeluarkan satu saham maka seluruh pemegang saham mempunyai hak yang sama, tetapi bila saham yang dikeluarkan itu lebih dari satu jenis maka yang diberikan kepada masing – masing jenis berbeda, tergantung pada kontrak pengeluaran saham yang disetujui.
2. AKUNTANSI UNTUK PENERBITAN SAHAM
Masalah akuntansi yang ada pada penerbitan modal saham akan dibahas dalam topik berikut:
a. Akuntansi untuk saham dengan nilai parib. Akuntansi untuk saham tanpa nilai paric. Akuntansi untuk penerbitan saham yang digabungkan dengan sekuritas lainnya (penjualan lump sum)d. Akuntansi untuk saham yang diterbitkan dalam transaksi nonkas
1. Saham dengan Nilai Pari
Ada beberapa alternatif dalam penerbitan saham dengan nilai pari antara lain yaitu :
a. Saham diterbitkan sama dengan nilai pari
b. Saham diterbitkan diatas nilai pari
c. Saham diterbitkan dibawah nilai pari
Misalkan PT. JLIANI menjual 1000 lembar saham biasa yang memiliki nilai pari Rp.1.000,- per lembar, dengan harga sama dengan nilai parinya. Jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut :
Kas ……………………………………..Rp. 1.000.000,-
1
Saham Biasa …………………………… Rp. 1.000.000,-
Asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 2.500,- per lembar. Jurnal yang harus dibuat adalah :
Kas (1000 x Rp. 2.500) …………….. … Rp. 2.500.000,-
Saham Biasa (1000 x Rp. 1.000,-) …………. Rp. 1.000.000,-
Tambahan Modal Disetor …..….................... 1.500.000,-
Dan asumsikan dalam soal diatas saham diterbitkan dengan harga Rp. 950,- per lembar,* maka jurnal penerbitan saham adalah sebagai berikut :
Kas (Rp. 950 x 1000) …………………… Rp. 950.000,-
Tambahan Modal Disetor (50 x 1000) …… 50.000,-
Saham Biasa (Rp. 1.000 x 1000) ………….. Rp. 1.000.000,-
Catatan : * perusahaan jarang sekali, atau tidak pernah menerbitkan saham dengan nilai di bawah harga pari. Jika menerbitkan saham di bawah harga pari, perusahaan mencatat disagio itu sebagai debit pada Tambahan Modal Disetor.
2. Saham tanpa Nilai Pari
Jika saham tanpa nilai pari diterbitkan, maka berapa pun harga jualnya, jurnalnya akan terlihat sebagai berikut :
Kas …..……………………………………… Rp. xxx,-
Saham Biasa – Tanpa Nilai Pari ………………………… Rp. xxx,-
Ada kalanya saham tanpa nilai pari memiliki nilai yang ditetapkan (stated value) maksudnya saham tersebut tidak boleh dijual dibawah nilai yang ditetapkan. Dengan kata lain harga jual minimum saham tersebut harus sama dengan nilai yang ditetapkan. Untuk penerbitan saham dengan nilai yang ditetapkan ada dua alternatif yaitu :
1. Jika saham dijual dengan harga diatas state value.
2. Jika saham dijual dengan harga sama dengan stated value.
Misalkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai yang ditetapkan Rp. 1.500,- per lembar diterbitkan dengan harga Rp. 2.000,- maka jurnal penerbitannya adalah sebagai berikut :
Kas (2000 x 1000) ………………… Rp. 2.000.000,-
Saham Biasa (1500 x 1000) …………................... Rp. 1.500.000,-
Modal Disetor Melebihi Nilai Ditetapkan (500 x 1000).. 500.000,-
Asumsikan dalam soal diatas saham dengan nilai ditetapkan dijual / diterbitkan dengan harga Rp. 1.500,- per lembar, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
Kas (1500 x 1000) . …….…………… Rp. 1.500.000,-
Saham Biasa (1500 x 1000) …………………. Rp. 1.500.000,-
3. Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya (Lumpsum Sales)
Yang menjadi masalah pada Lumpsum Sales adalah dalam hal menentukan harga jual masing-masing jenis surat berharga. Untuk itu ada dua metode yang dapat digunakan yaitu metode proportional dan metode incremental.
2
Metode Proporsional. Jika nilai pasar atau dasar lainnya yang baik untuk menentukan nilai relatif setiap kelompok sekuritas tersedia, maka nilai lump sum yang diterima dialokasikan di antara kelompok-kelompok sekuritas atas dasar proporsional. Sebagai contoh, asumsikan bahwa sebuah perusahaan menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 yang memiliki harga pasar $20 per saham, dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari $10 yang memiliki harga pasar $12 per saham diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000.
Nilai pasar wajar saham biasa (1.000 x $20) = $20.000
Nilai pasar wajar saham preferen (1.000 x $12) = 12.000
Nilai pasar wajar agregat $ 32.000
Dialokasikan ke saham biasa : $20.000 x $30.000 = $18.750
$32.000
Dialokasikan ke saham preferen : $12.000 x $30.000 = $11.250
$32.000
Saham Biasa Saham Preferen
Nilai jual $ 18.750 $11.250
Nilai nominal $ 10.000 $10.000
Tambahan Modal Disetor $ 8.750 $ 1.250
Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :
Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $ 8.750
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000
Agio Saham Preferen…………………………….. $ 1.250
Metode Inkremental. Jika nilai pasar wajar semua kelompok sekuritas tidak dapat ditentukan, maka metode incremental dapat dipergunakan. Nilai pasar sekuritas itu digunakan sebagai dasar untuk kelompok-kelompok yang telah diketahui dan sisa dari nilai lump sum dialokasi ke kelompok di mana nilai pasar tidak diketahui. Sebagai contoh, jika 1.000 lembar saham biasa dengan nilai ditetapkan $10 memiliki nilai pasar $20 dan 1.000 lembar saham preferen dengan nilai pari $10 yang tidak memiliki nilai pasar ditetapkan dan diterbitkan dengan nilai lump sum sebesar $30.000, maka alokasi adalah sebagai berikut :
Penerimaan lump sum $30.000
Dialokasi ke saham biasa (1.000 x $20) 20.000
Saldo yang dialokasikan ke saham preferen $10.000
Saham Biasa Saham Preferen
Nilai jual $ 20.000 $10.000
Nilai nominal $ 10.000 $10.000
3
Tambahan Modal Disetor $ 10.000 $ 0
Jurnal dari Lummp-sum Sales diatas adalah sebagai berikut :
Kas …………………………………. $30.000
Saham Biasa ……………………………………… $10.000
Agio Saham Biasa………………………………… $10.000
Saham Preferen ………………………………….. $ 10.000
4. Saham Diterbitkan Untuk Aktiva Selain Kas
Adakalanya suatu perusahaan menerbitkan sahamnya untuk aktiva selain kas, hal ini biasa terjadi pada perusahaan yang baru dalam rangka membuat cash-flow yang baik, untuk membayar biaya promosi dan untuk membayar land, equipment dan non-cash-assets lainnya. Walaupun tidak ada penerimaan kas namun transaksi tersebut harus dicatat sebesar nilai pasar wajarnya.
Sebagai contoh, serangkaian transaksi menggambarkan prosedur pencatatan penerbitan 10.000 lembar saham biasa dengan nilai pari $10 yang ditukar dengan paten pada PT.XYZ, dalam berbagai keadaan.
1. Nilai pasar wajar paten belum dapat ditentukan PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar saham diketahui sebesar $140.000
Paten $140.000
Saham Biasa $100.000
Agio Saham Biasa 40.000
2. Nilai pasar wajar saham belum dapat ditentukan oleh PT.XYZ, tetapi nilai pasar wajar paten ditetapkan sebesar $150.000
Paten $150.000
Saham Biasa $100.000
Agio Saham Biasa 50.000
3. Nilai pasar wajar saham maupun nilai wajar paten belum diketahui oleh PT.XYZ. Konsultan independen menetapkan nilai paten sebesar $125.000 berdasarkan pada aliran kas diskonto yang diharapkan.
Paten $125.000
Saham Biasa (10.000 lembar x $10) $100.000
Agio Saham Biasa 25.000
3.SAHAM PREFEREN
Saham preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang ditetapkan sebagai preferen (istimewa) karena saham ini memiliki beberapa preferen atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik berikut adalah yang paling sering berkaitan dengan penerbitan saham preferen:
1. Preferern atas dividen4
2. Preferen atas aktiva pada saat likuidasi
3. Dapat dikonversi menjadi saham biasa.
4. Dapat ditebus pada opsi perseroan.
5. Tidak mempunyai hak suara.
Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa mungkin terletak dari pada sifatnya yang lebih tertutup dan negatif di samping preferensinya; misalnya, saham preferen tidak memiliki hak suara, tidak kumulatif, dan nonpartisipasi.
Saham preferen biasanya diterbitkan dengan suatu nilai pari, dan preferensi dividen dinyatakan sebagai suatu persentase dari nilai pari. Jadi pemegang saham preferen 8%, dengan nilai pari Rp900.000 memberikan hak dividen tahunan Rp72.000 per saham. Saham ini biasanya disebut saham preferen 8%. Dalam kasus saham preferen tanpa nilai pari, preferen dividen dinyatakan sebagai jumlah rupiah spesifik (specific rupiah amount) per saham, misalnya Rp63.000 per saham. Saham ini umumnya disebut saham preferen Rp63.000. preferen untuk dividen tidak memastikan bahwa dividen akan membayar; hal itu hanya merupakan jaminan bahwa tingkat dividen yang ditetapkan atau jumlah yang dapat ditetapkan pada saham preferen harus dibayar sebelum ada dividen yang dibayar untuk saham biasa.
Karakteristik Saham Preferen
Sebuah perseroan dapat menyertakan preferensi atau batasan pada setiap kombinasi yang diinginkan untuk penerbitan saham preferen sepanjang tidak bertentangan secara spesifik dengan hukum negara, dan perseroan itu dapat menerbitkan lebih dari satu kelompok saham preferen. Karakteristik paling umum yang melekat pada saham preferen akan dibahas berikut ini.
1. Saham Preferen Kumulatif. Dividen yang tidak dibayar dalam suatu tahun harus dibayar dalam tahun berikutnya sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham biasa. Jika direktur tidak mengumumkan dividen pada tanggal pembagian dividen yang biasa, maka dividen itu disebut sebagai passed (terlewat). Setiap dividen yang terlewat atas saham preferen kumulatif merupakan dividen tertunggak (dividen in arrears). Karena tidak ada kewajiban yang terjadi sampai dewan direksi mengumumkan dividen, maka dividen tertunggak tidak dicatat sebagai kewajiban tetapi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. (Menurut common law, jika akta perusahaan tidak menyebutkan karakteristik kumulatif, maka saham preferen dipertimbangkan sebagai kumulatif). Saham preferen nonkumulatif jarang diterbitkan karena dividen yang terlewat akan hilang selamanya bagi pemegang saham preferen dan penerbitan saham ini tidak dapat dipasarkan.
2. Saham Preferen Partisipasi. Pemegang saham preferen partisipasi membagi rata dengan pemegang saham biasa setiap pembagian laba di luar tingkat yang ditentukan. Jadi, saham preferen 5%, jika berpartisipasi penuh, akan menerima tidak hanya pengembalian 5%, tetapi juga dividen pada tingkat yang sama seperti yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa jika jumlah yang melebihi 5% dari nilai pari atau nilai ditetapkan dibayarkan kepada pemegang saham biasa. Selain itu, saham preferen partisipasi juga tidak selalu berpartisipasi penuh sebagaimana telah diuraikan, tetapi berpartisipasi sebagian (parsial). Sebagai contoh, ketentuan dapat diberlakukan bahwa saham preferen 5% akan berpartisipasi sampai maksimum total tingkat 10%, setelah itu saham berhenti berpartisipasi dalam pembagian laba tambahan; atau saham preferen 5% hanya dapat berpartisipasi pada pembagian laba tambahan yang melebihi tingkat dividen 9% atas saham biasa. Meskipun saham preferen partisipasi tidak digunakan secara ekstensif (tidak seperti ketentuan kumulatif), namun contoh perusahaan yang telah menggunakan saham preferen partisipasi adalah LTV Corporation, Southern California Edison, dan Allied Products Corporation.
3. Saham Preferen Konvertibel. Pemegang saham dapat, menurut opsinya, menukar saham preferen menjadi saham biasa pada rasio yang telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham preferen konvertibel tidak hanya menikmati klaim preferen atas dividen tetapi juga memiliki opsi konversi ke pemegang saham biasa dengan partisipasi tak terbatas atas laba.
4. Saham Preferen yang Dapat Ditarik. Perusahaan penerbit saham dapat menarik atau menebus, pada opsinya, saham preferen yang beredar pada tanggal tertentu di masa depan dan pada harga yang ditentukan. Banyak penerbit saham preferen bersifat dapat ditarik. Harga penarikan atau penebusan biasanya ditetapkan sedikit di atas harga penerbitan
5
awal dan biasanya ditentukan pada satuan yang berkaitan dengan nilai pari. Karakteristik dapat ditarik memungkinkan perusahaan menggunakan modal yang diperoleh melalui penerbitan saham semacam itu, sampai kebutuhan telah terpenuhi atau saham tidak menguntungkan lagi. Keberadaan harga penarikan ini cenderung menetapkan plafon nilai pasar saham preferen kecuali jika hal itu bersifat konvertibel untuk saham biasa. Jika saham preferen ditarik untuk ditebus, maka setiap dividen yang tertunggak harus dibayar.
5. Saham Preferen yang Dapat Ditebus. Saham preferen yang dapat ditebus (redeemable preffered stock) mempunyai periode penebusan wajib atau karakter penebusan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan penerbit saham. Baru-baru ini di FASB melaporkan sebuah standar yang mempengaruhi perlakuan akuntansi untuk instrumen hibrida tertentu dan mengharuskan sekuritas yang bersifat seperti hutang, seperti saham preferen yang dapat ditebus agar dikelompokkan sebagai kewajiban dan diukur dan diperlakukan seperti kewajiban.
Akuntansi dan Pelaporan Saham Preferen
Akuntansi saham preferen pada saat penerbitannya sama dengan akuntansi saham biasa. Perusahaan mengalokasikan proceeds antara nilai pari saham preferen dan tambahan modal disetor. Misalkan Bishop Co. menerbitkan 10.000 saham preferen dengan nilai pari sebesar $10 seharga $12 per saham. Bishop mencetak penerbitan ini sebagai berikut.
Kas 120.000
Saham preferen 100.000
Modal disetor sebagai kelebihan dari nilai pari 20.000
Berkebalikan dengan obligasi konvertibel (dicatat sebagai kewajiban pada tanggal penerbitan), perusahaan memasukkan saham preferen konvertibel sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham. Di samping itu, ketika menerbitkan saham preferen konvertibel, tidak ada justifikasi teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian. Perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian ketika berurusan dengan pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik perusahaan. Namun, perusahaan memakai metode nilai buku (book value method); mendebit saham Preferen dan Tambahan Modal Disetor yang terkait; menkredit Saham Biasa dan Tambahan Modal Disetor (jika terdapat kelebihan).
4. Saham Treasuri
Treasury stock adalah saham perusahaan yang di beli kembali dari peredaran untuk sementara waktu. Perbedaan saham yang belum beredar dengan treasury stock adalah bahwa saham yang belum beredar itu merupakan modal saham yang belum dijual (diedarka) sedangkan treasury stock merupakan saham yang beredar yang dibeli kembali.
Pembelian kembali saham beredar sebagai treasury stock bisa terjadi karena :
a. Untuk menaikkan harga pasar sahamb. Akan dijual kembali pada karyawan perusahaanc. Akan dibagikan sebagai dividend. Untuk menukar surat-surat berharga perusahaan lain, dll
Treasury stock yang dijual kembali akan dikelompokkan kembali dalam modal saham yang beredar. Kadang-kadang treasury stock diperoleh dari hadiah (sumbangan) atau dari pelunasan utang.
PENCATATAN TRANSAKSI TREASURY STOCK
Ada beberapa pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pendekatan transaksi treasury stock , yaitu :
1. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal.
2. Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan.
6
3. Pembelian treasury stock dipandang sebagai penghentian peredaran sebagian saham yang beredar dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode nilai nominal.
Dengan pandangan ini dianggap bahwa pembelian treasury stock merupakan pelunasan kembali saham dari pemegang-pemegang saham tertentu sehingga pemegang saham itu tidak lagi menjadi emegang saham perusahaan. Apabila treasury stock itu dijual kembali maka penjualannya dianggap mencari pemegang saham baru.
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dapat dicatat dengan cara :
Mendebit rekening modal saham.
Mendebit rekening treasury stock san saldonya dilaporkan mengurangi modal saham beredar dalam neraca.
Debit dalam rekening modal saham / treasury stock dilakukan dengan jumlah sebesar nominal saham-saham yang dibeli. Selisih harga beli dengan nominal dicatat dalam rekening agio, disagio atau laba tidak dibagi tergantung dari harga jualnya dulu dan harga beliya sekarang. Berikut contoh transaksi dan urnal mencatat perubahan treasury stock :
Transaksi Jurnal
Pada tahun 2005, penjualan 1.000 lembar saham, nominal @Rp. 1.000,00 dengan harga Rp. 1.200,00 per lembar.
Kas Rp.1.200.000,00
Modal saham Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.200.000,00
Laba tahun 2005 sebesar Rp. 150.000,00
Laba rugi Rp.150.000,00
Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
Pada tahun 2006, pembelian kembali 100 lembar saham dengan harga @1.300,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp.20.000,00
Laba tidak dibagi Rp.10.000,00
Kas Rp.130.000,00
Pada tahun 2006, penjualan kembali 100 lembar yang dibeli dengan harga jual @Rp.1.500,00
Kas Rp.150.000,00
Modal saham Rp.100.000,00
Agio saham Rp.50.000,00
7
Sesudah penjualan treasury stock modal saham, dalam neraca nampak sebagai berikut :
Modal
Modal saham Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.230.000,00
Laba tidak dibagi Rp.140.000,00
Rp.1.370.000,00
Keterangan :
Pada tahun 2006, saham yang beredar dibeli dengan harga Rp.1.300,00. Jika dibandingkan dengan harga jualnya pada tahun 2005 (Rp.1.200,00) maka terdapat selisih sebesar Rp.100,00 per lembar. Selisih ini (Rp.100,00 x 100 lembar) dianggap sebagai pembagian dividend an dibebankan pada rekening laba tidak dibagi. Rekening modal saham didebit sebesar Rp.1000,00 (nominal) x 100 lembar dan rekening agio saham dibatalkan sengan jumlah yang sebanding dengan agio tyang diperoleh pada saat saham tersebut dijual tahun 2005 yaitu sebesar Rp.200,00 per lembar. Penjualan kembali treasury stock pada tahun 2006 dengan harga Rp.1.500,00 per lembar dicatat dengan cara biasa.
Transaksi Jurnal
Pada tahun 2005, penjualan 1.000 lembar saham, nominal @Rp. 1.000,00 dengan harga Rp. 1.200,00 per lembar.
Kas Rp.1.200.000,00
Modal saham Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.200.000,00
Laba tahun 2005 sebesar Rp. 150.000,00 Laba rugi Rp.150.000,00
Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
Pada tahun 2006, pembelian kembali 100 lembar saham dengan harga @1.300,00
Treasury Stock Rp.100.000,00
Agio saham Rp.20.000,00
Laba tidak dibagi Rp.10.000,00
Kas Rp.130.000,00
Pada tahun 2006, penjualan kembali 100 lembar yang dibeli dengan harga jual @Rp.1.500,00
Kas Rp.150.000,00
Treasury Stock Rp.100.000,00
8
Agio saham Rp.50.000,00
Sesudah penjualan treasury stock modal saham, dalam neraca nampak sebagai berikut :
Modal
Modal saham Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.230.000,00
Laba tidak dibagi Rp.140.000,00
Rp.1.370.000,00
(b). Rekening treasury stock didebit dan saldonya dikurangkan pada modal saham
Keterangan :
Metode b sama dengan metode a hanya saja rekening yang dipakai mencatat pembelian saham sendiri yang berebda. Dalam metode a, saham sendiri yang dibeli didebitkan ke rekening modal saham, sedangkan metode b yang didebitkan adalah rekening treasury stock. Begitu pula pada saat penjualan treasury stock, dalam metode a yang dikreditkan adalah modal saham sedangkan pada metode b yang dikreditkan adalah rekening treasury stock.
Pembelian treasury stock dipandang sebagai tambahan terhadap elemen modal yang belum ditentukan penyelesaiannya dan metode pencatatnnya disebut sebagai metode harga perolehan.
Saldo rekening treasury stock ini dikurangkan pada modal perusahaan (yaitu mengurangi jumlah modal). Metode yang berdasarkan pada anggapan ini dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan hal-hal sebagai beikut :
Treasury stock yang dibeli dianggap sebagai elemen modal yang negatif, dan tidak usah diidentifikasi dengan elemen-elemen modal yang ada seperti modal saham atau laba tidak dibagi. Apabila treasury stock tadi dihentikan peredarannya dalam arti tidak dijual lagi maka saldo rekening ini akan dialokasikan ke elemen-elemen modal. Apabila treasury stock ini dijual lagi, maka penjualan ini dianggap sebagai penyelesaian akhir dari saham-saham tersebut. Jadi sesudah diputuskan itu dijual kembali, barulah dapat diketahui akibat dari transaksi treasury stock ini terhadap elemen-elemen modal yang ada.
Untuk menjelaskan penggunaan metode ini, dibawah ini diberikan contoh transaksi treasury stock.
Transaksi Jurnal
Pada tahun 2005, penjualan 1.000 lembar saham nominal @Rp.1.000,00 dengan harga Rp.1.200,00 per lembar
Kas Rp.1.200.000,00
Modal saham Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.200.000,00
Laba ditahan tahun 2005 sebesar Rp.150.000,00 Laba rugi Rp.150.000,00
Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
Pada tahun 2006, pembelian kembali 100 lembar saham dengan harga Rp.1.300,00
Treasury stock Rp.130.000,00
Kas Rp.130.000,00
9
Pada tahun 2006, penjualan kembali 100 lembar saham yang dibeli dengan harga jual @Rp.1.500,00
Kas Rp.150.000,00
Treasury stock Rp.130.000,00
Agio saham Rp.20.000,00
Sesudah penjualan treasury stock modal saham dalam neraca Nampak sebagai berikut :
Modal
Modal saham Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.220.000,00
Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
Rp.1.370.000,00
Keterangan :
Dalam cara ini treasury stock yang dibeli dicatat dalam rekening treasury stock sebesar harga beli/harga perolehannya. Jika sebelumnya ada penjualan treasury stock dibuat dalam neraca, maka treasury stock ini akan mengurangi jumlah.
Modal saham Rp.1.000.000,00
Agio saham Rp.200.000,00
Laba tidak dibagi Rp.150.000,00
Rp.1.350.000,00
Treasury stock Rp.130.000,00
Rp.1.220.000,00
Jika treasury stock dijual, ada 2 kemungkinan :
Harga treasury stock lebih tinggi dari harga perolehannya. Selisihnya dicatat dalam rekening agio saham atau rekening tersendiri yang akan dilaporkan menambah modal yang disetor.
Harga jual treasury stock lebih rendah daripada harga perolehannya. Selisihnya didebitkan ke rekening laba tidak dibagi.
5.Modal Sumbangan
Modal sumbangan timbul karena adanya sumbangan yang diberikan kepada perusahaan berupa harta kekayaan tertentu
tanpa imbalan. Sumbangan semacam ini bisa berasal dari pemegang saham atau dermawan lainnya.
Pemegang saham mungkin ingin memberi sumbangan kepada perseroannya dengan memberikan saham yang
dimilikinya.Pada waktu sumbangan saham diterima, perseroan tidak membuat jurnal tetapi membuat suatu catatan atau
memorandum di buklu jurnal. Bila saham sumbangan di jual, maka perseroan akan membuat jurnal dengan mendebet
rekening Kas dan mengkredit rekening Modal Sumbangan. Apabila perseroan menerima sumbangan berupa harta
kekayaan lain, maka rekening aktiva yang bersangkutan di debet dan rekening Modal Sumbangan di kredit.
Rekening-rekening Tambahan Modal
10
Jenis – jenis transaksi yang sering terjadi yang menimbulkan tambahan atas modal seperti adanya agio saham,
tambahan modal dari penjualan saham yang diperoleh kembali, modal sumbangan dan pengurang atas tambahan
modal yang disebut disagio saham.
Selain hal-hal di atas, tambahan modal bisa juga terjadi dalam proses pelunasan saham. Yang dimaksud
dengan pelunasan saham adalah pembelian kembali saham yang dikeluarkan oleh perseroan dan tidak akan
diedarkan atau dijual lagi. Apabila saham ditarik dari peredaran dengan harga yang lebih rendah dari harga
jualnya, maka akan timbul suatu jenis tambahan modal yang baru, yang disebut Tambahan Modal-Pelunasan
Saham.
Seandainya saham dilunasi dengan harga yang lebih tinggi dari harga jualnya, maka selisihnya dapat
didebetkan ke rekening Laba Yang Ditahan.
Nilai Buku Per Lembar Saham
Informasi yang tercantum dalam bagian modal dari suatu neraca perseroan diperlukan oleh para investor atau
calon investor dan manajemen sebagai bahan untuk dianalisa. Salah satu alat pengukur yang sangat penting di
dalam melakukan analisa laporan keuangan ialah“ nilai buku per lembar saham
Nilai buku saham adalah jumlah rupiah kekayaan /aktiva bersih yang tercermin dalam satu lember saham yang dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Nilai Buku Saham m = Jumlah rupiah saham m di neraca
Informasi tentang nilai buku saham biasa per lembar dilaporkan oleh management dalam laporan tahunan untuk
pemegang saham .informasi ini berguna untuk mengambil keputusan dalam berbagai hal, misalnya dalam pengambilan
keputusan untuk penggabungan dua buah perseroan / merger , dalam penentuan harga jual saham dan sebagainya.
6.Penyajian Laporan Ekuitas Pemegan Saham
Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas pemegang saham dipisahkan dalam dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran
dipecah menjadi modal saham sebagai modal yuridis dan modal setoran tambahan, dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau modal sumbangan).
Tujuan Penyajian Ekuitas
Tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang
berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Tujuan lain adalah menyediakan informasi tentang
riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya.
Pembedaan Modal Setoran dan Laba Ditahan
Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba ditahan sebenarnya merefleksi
pembedaan atas dasar sumber. Ditinjau dari sumber, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang
saham, yaitu:
a) Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham
b) Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
c) Jumlah rupiah yang timbul akibat operasi/revaluasi aset fisis tertentu
d) Jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham
e) Sumber lainnya
11
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting.Dari segi administrasi keuangan,
laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu dipisahkan dengan modal setoran
meskipun jumlah akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham.
Tiga kategori berikut biasanya muncul pada kelompok ekuitas pemegang saham :
a) Modal saham
b) Tambahan modal disetor (modal yang melebihi nilai pari atau nilai ditetapkan)
c) Laba ditahan
Dua kategori pertama, yaitu modal saham dan tambahan modal disetor merupakan modal kontribusi, sementara
laba ditahan merupakan modal yang diperoleh perusahaan.
LAPORAN EKUITAS PEMEGANG SAHAM
Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format sebagai berikut :
a) Saldo pada awal periode
b) Penambahan
c) Pengurangan
d) Saldo pada akhir period
ANALISIS
Beberapa rasio menggunakan jumlah yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham untuk mengevaluasi
profitabilitas dan solvensi jangka panjang terdiri dari :
a) Rasio Pengembalian atas ekuitas
12
b) Rasio pengembalianatas ekuitas saham biasa=Laba bersi h−deviden sah am preferenrata−rata pemegang sa hambiasa
Rasio
pembayaran saham biasa
Rasioh arga laba=Harga Pasar Sa hamLaba per Sa h am
c) Rasio harga laba
Rasio Nilai Buku per Sa ham= Ekuitas PemegangSah am BiasaSa h am yangBeredar
d) Rasio nilai buku per saham
Rasio Pembayaran= Dividen TunaiLababersi h−Deviden per saham
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang
harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah
“minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal yuridis (legal capital).
Besarnya Modal Yuridis
Dalam hal saham bernilai nominal, modal yuridis dapat sama dengan jumalh yang dikenal dengan
nama modal saham. Modal saham menunjuk jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai
nominal per saham.
Modal Setoran Lain
Nominal saham sering dianggap bukan merupakan harga efektif saham sehingga secara akuntansi
penentuan nilai nominal saham sebenarnya tidak bermakna ekonomik.Saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal.
Ada dua alasannya yaitu :
a) Untuk menghindari utang bersyarat dalam hal saham terjual dibawah harga nominal.
b) Tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan harga pasar saham.
Perubahan Modal Setoran
Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara tegas antara
perubahan akibat transaksi operasi. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran dengan berbagai masalah
teoritisnya adalah :
a) Pemesanan saham (stock subscription)
b) Obligasi terkonversi atau berhak-tukar (convertible bonds)
c) Saham istimewa terkonversi atau berhak tukar (convertible stocks)
d) Dividen saham (stock dividens)
e) Hak beli saham, opsi, dan waran (stock rights, options, and warrants)
Opsi saham ada dua :
a) Opsi saham non imbalan
b) Opsi saham imbalan
Penurunan Modal Setoran
13
Pada umumnya lebih banyak faktor yang bersifat menaikkan modal setoran daripada yang menurukan
modal setoran. Alasannya adalah bahwa begitu modal disetor dan tertanam dalam perusahaan, modal tersebut akan
menjadi investasi permanen dalam perusahaan. Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau
pembagian dividen yang dapat dikategori sebagai dividen likuidasi atau penarikan kembali saham yang beredar
secara permanen. Paton dan Littleton (1970) sangat menegaskan bahwa perubahan karena transaksi modal harus
dibedakan secara tegas dengan perubahan karena transaksi operasi.
Perubahan Laba Ditahan
Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam suatu perioda berubah selain karena
transaksi modal tetapi karena transaksi khuusus yaitu :
a) Penyesuaian periode lalu
b) Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya, koreksi kesalahan terbagi atas :
1) Koreksi sebagai penyesuai laba ditahan
2) Koreksi sebagai penyesuai modal setoran lain
3) Koreksi sebagai komponen statemen laba-rugi
c) Pengaruh perubahan akuntansi, ada tiga macam perubahan akuntansi :
1) Perubahan prinsip ata metoda akuntansi
2) Perubahan taksiran akuntansi
3) Perubahan kesatuan pelaporan
d) Kuasi-reorganisasi
Dewan Standar Akuntansi menetapkan syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan kuasi-reorganisasi
yaiatu (PSAK No. 51, pasal 11) :
1) Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material
2) Perusahaan harus memiliki status kelancaran uasaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kuasi-
reorganisasi dilakukan
3) Perusahaan sedang tidak menghadapi permohonan kepailitan
4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku
5) Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif
Penyajian Modal Pemegang Saham
Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya menggambarkan urutan
perlindungan dalam kondisi perusahaan mengalami defisit dan dalam kondisi perusahaan dilikuidasi.
Urutan Penyarapan Rugi
Urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Pendapatan kotor
b. Laba bersih
c. Laba ditahan
d. Premium modal saham
e. Modal saham
Urutan Menerima Distribusi Aset
14
Urutan perlindungan menunjukkan siapa yang harus didahulukan dalam menerima distribusi aaset atau
siapa yanng menanggung segala akibat dalam kasus perusahaan likuidasi.Urutan ini menjadi basis penyajian untuk
kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Urutan perlindungan dapat dikemukakan sebagai berikut :
a) Karyawan dan pemerintah
b) Kreditor berjaminan
c) Kreditor takberjaminan
d) Pemegang saham prioritas
e) Pemegang saham biasa
15
Perincian Laba Ditahan
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan langsung ke laba ditahan,
laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Dan dapat pula disajikan dengan memerincinya atas
dasar tujuan dengan cara yang disebut apropriasi dan pembatasan.
Perincian Atas Dasar Sumber
Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi normal atau
rutin dan yang berasal dari laba luar biasa.
Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas,
dan cadangan umum.
Laba Komprehensif
Semua perubahan akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba-rugi.masalah teoritis
dalam hal ini adalah pos-pos mana sajakan yang disajikan melalui statemen laba-rugi dan pos-pos mana saja
yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Ada dua pendekatan yang dianuuut yaitu :
a) Laba Kinerja Sekarang.
Pendekatan ini hanya memasukkan kedalam statemen laba-rugi pos-pos operasi yang dianggap bertalian
dengan tahun berjalan dan pengguanaan aset untuk mencapai tujuan utama.
b) Laba Semua-Termasuk.
Pendekatan ini menekankan pemisahan secara tegas transaksi operasi dalam arti luas dan transaksi modal.
Alasan Mendasar
Paton dan Littleton (1970) mengajukan argumen endasar dalam mendukung pendekatan laba semua-
termasuk yaitu konsep pemanfaatan aset.Konsep ini memandang bahwa manajemen mengelola aset sebagai satu
kesatuan.
Penyajian Laba Komprehensif
Deengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya adalah
bagaimana menyajikan komponen-komposenpembentuk laba komprehensif dan bagaimana meretia disajikan
dalam statement laba-rugi.berikut komponen-komponen pembentuk statemen laba-rugi :
1) Seksi operasi utama
a. Penjualan atau pendapatan
b. Kos barang terjual
c. Biaya penjualan
d. Biaya administratif atau umum
2) Seksi Operasi Tambahan
a) Pendapatan lainnya dan untung
16
b) Biaya lainnya dan rugi
3) Pajak Penghasilan
4) Operasi Hentian / Tak Lanjutkan
5) Pos – Pos Luar biasa / Ekstraordiner
6) Pengaruh Kumulatif perubahan prinsip akuntansi
7) Pengaruh kumulatif perubahan prinsio estimate / taksiran
8) Perubahan ekuitas non pemilik lainnya, termasuk pos – pos penerobos
Dengan pendekatan semua-termasuk, FASB memperluas cakupan laba yang meliputi pula pos-pos penerobos.Pos-
pos penerobos adalah pos-pos yang dilaporkan langsung dalam statemen laba ditahan tanpa melelui statemen laba-
rugi.terdapat dua pendekatan penyusunan statemen laba-rugi /laba komprehensif dapat disajikan dengan :
a) Pendekatan satu-statement
b) Pendekatan dua-statement
17
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, D.E., Weigandt, J.J. dan Warfield, T.D. Intermediate Accounting. Edisi IFRS. John Wiley & Son.
Inc., (Edisi 12 Bahasa Indonesia).
Baridwan, Zaki. (2011). Intermediate Accounting. BPFE: Yogyakarta
18