Aku model pembelajaran talking stick

34
Sintak pembelajaran ini adalah: 1. guru menyiapkan tongkat, 2. sajian materi pokok, 3. siswa mebaca materi lengkap pada wacana, 4. guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, 5. tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, 6. guru membimbing kesimpulan 7. refleksi 8. evaluasi. PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN INOVATIF 1 Oleh: Dwi Purnomo 2 Abstrak: Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran 1 Disajikan kepada Peserta Pelatihan Inovasi Pembelajaran di IKIP Budi Utomo Malang pada tanggal 8-9 Januari 2010. 2 Lektor Kepala di Jurusan Pendidikan MIPA IKIP Budi Utomo Malang.

Transcript of Aku model pembelajaran talking stick

Page 1: Aku model pembelajaran talking stick

Sintak pembelajaran ini adalah:

1. guru menyiapkan tongkat,

2. sajian materi pokok,

3. siswa mebaca materi lengkap pada wacana,

4. guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru,

5. tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya,

6. guru membimbing kesimpulan

7. refleksi

8. evaluasi.

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MATERI

PEMBELAJARAN INOVATIF1

Oleh:

Dwi Purnomo2

Abstrak: Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru

dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran

sehingga memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai

tujuan belajar. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu

proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model

pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur,

adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana,

mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang dituju.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya

dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun,

secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam

penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu

melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah

kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat 1 Disajikan kepada Peserta Pelatihan Inovasi Pembelajaran di IKIP Budi Utomo Malang pada tanggal 8-9 Januari 2010.

2 Lektor Kepala di Jurusan Pendidikan MIPA IKIP Budi Utomo Malang.

Page 2: Aku model pembelajaran talking stick

mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada

paradigma konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Dalam hal ini

dikenal Model problem solving and reasoning, model inquiry training, model

problembased instruction, model conceptual change instruction, dan model

group investigation. Model-model tersebut menitikberatkan pada

pembelajaran alternative dan partisipatif sehingga sesuai dengan hakikat

pembelajaran humanis populis yang bersifat inovatif

A. Pendahuluan Kurikulum merupakan rambu-rambu pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sehingga

kurikulum yang berlaku selalu mengalami perubahan. Untuk tingkat satuan pendidikan dasar

dan menengah telah diberlakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang

fleksibel. Dengan demikian pembelajaran yang berlangsung pada tiap tingkatan satuan

pendidikan tertentu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dalam

menerima konsep. Penerimaan konsep siswa dapat diukur berdasarkan tujuan yang

dirumuskan, baik dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertuang dalam

silabus dan selanjutnya dijabarkan oleh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP

merupakan pegangang guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik pembelajaran di dalam

kelas, laboratorium, atau di luar kelas sekalipun. Dengan demikian rumusan tujuan umum

dan tujuan khusus menjadi orientasi dasar dalam mencapai hasil yang diinginkan. Untuk

mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan

mengetahui tingkat ketuntasan belajar. Sitti Rahmawaty (2007) menyatakan bahwa daya serap

siswa sebagai ukuran ketuntasan belajar individu minimal 70 % sedangkan penguasaan

klasikal minimal 60 %. Ketuntasan minimal diperlukan melalui cara-cara dan aktivitas yang

dapat dilakukan sehingga tujuan pembelajaran tercapai, dan jika memungkinkan skor siswa

bertambah rata-ratanya. (http://www.oke.or.id).

Sejalan dengan pelaksanaan Kurikulum terbaru, maka merupakan kewajiban para guru

untuk menyelenggarakan pembelajaran yang bervariasi di kelas. Pembelajaran variatif dapat

dilakukan dengan pendekatan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, Efektif dan

menyenangkan. Kondisi ni dapat tercipta jika para guru menguasai beberapa model

pembelajaran baik secara teoritis maupun dari segi praktis. Adanya pembelajaran yang

bervariasi diharapkan dapat lebih membangkitkan semangat dan aktivitas siswa dalam belajar,

dengan demikain kompetensi yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

kurikulum dapat tercapai.

.

B. Model Pembelajaran Inovatif dan Peran Guru Gunter (1990) mendefinisikan model pembelajaran sebagai an instructional model is a

step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Sedangkan Joyce & Weil

Page 3: Aku model pembelajaran talking stick

(1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran

merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model

pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi

pembelajaran. An instructional strategy is a method for delivering instruction that is intended

to help students achieve a learning objective (Burden & Byrd, 1999:85).

Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model

pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu (1) syntax, yaitu

langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang

berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana

seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system,

segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5)

instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan

yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

Berdasarkan sifat-sifat model pembelajaran yang digunakan, maka guru tidak lagi

cenderung bersifat sebagai penyampai konsep, akan tetapi lebih sesuai sebagai fasilitator dan

tidak selalu mendominasi proses sebagaimana dalam proses pembelajaran konvensional.

Secara umum model pembelajaran inovatif dapat dikelompokkan dalam model Reasoning and

problem solving, model inquiry training, model, model problem-based instruction, dan model

pembelajaran perubahan konseptual. Berikut ini diberikan beberapa contoh model

pembelajaran yang bersifat inovatif dan sifat-sifatnya.

1. Koperatif (Cooperative Learning).

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh

ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,

pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok

secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,

pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-

sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari

kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara

berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan

persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-

partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan,

gender, karekter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok

berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-

Page 4: Aku model pembelajaran talking stick

strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan

pelaporan

kelompok,danpelaporan.

2. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya

jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa

(daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi

belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman

dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan

dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan

sosialisasi.

Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model

lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,

pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,

menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning

community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on,

hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,

generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi

konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic

assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap

aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbgai aspek

dengan berbagai cara.

3. Pembelajaran Matematika Realistik (Realistik Mathematics Education)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan

pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of

mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan

uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal

(reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matakognisi).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-

aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke

formal), inter-twinment (keterkaitan-interkoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran

sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan) .

4. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih

dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada

masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat

tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,

Page 5: Aku model pembelajaran talking stick

demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator

model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi,

identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi,

Dan inkuiri.

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum

dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara

penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah

yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau

aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan

akhirnya menemukan solusi.

5. Problem Posing dan Problem Promting.

Problem posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan

kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya

adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan,

mencari alternatif, menyusun soal-pertanyaan.

Probing-prompting. Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru

menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi

proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan

pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-

aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa

secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa

menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.

Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk

mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah

ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana

menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah

harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi

6. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)

Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari

eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).

Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep

baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks

yang berbeda.

7. Teams Games Tournament (TGT)

Page 6: Aku model pembelajaran talking stick

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok

bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam

bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta

tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut,

santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok

sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam

beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian

raport. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan

mekanisme kegiatan, siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja

ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi

dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling

rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan

kelompok. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal

yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal

3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai,

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal.

Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)

superior, very good, good, medium.

Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan

pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi.

8. Examples dan Non-Examples,

Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan

gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi

kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan,

visualisasi dan refleksi.

C. Langkah-langkah Pembelajaran inovatif Untuk dapat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

inovatif, maka diperlukan langkah-langkah. Langkah-langkah tersebut merupakan panduan

dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan langkah yang ditetapkan,

diharapkan proses yang terjadi lebih dan hasilnya mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan kondisi sebelumnya.

Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan dalam model pembelajaran inovatif yang

ditentukan.

Page 7: Aku model pembelajaran talking stick

.

1. Model Pembelajaran Model Jigsaw

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang ditempuh adalah:

1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 4-5 anak.

2) Tiap anak dalam tim diberi bagian materi yang berbeda sesuai dengan yang ditugaskan.3) Anggota dari tim yamg berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub bab yang sama

bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) dan mendiskusikan sub bab mereka.4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok masing-masing

dan tiap anggota lainnya mendengarkan penjelasan dari tim ahli.5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.6) Guru memberi evaluasi, penutup.

2. Model Pembelajaran Think Pair and Share

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.2) Siswa secara perorangan diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang

disampaikan guru. 3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangku (1 kelompok 2 orang) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. 4) Masing-masing pasangan membentuk kelompok baru (tiap kelompok 4 siswa).5) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.6) Berawal dari kegiatan tersebut mengarah pembicaraan pada pokok permasalahan dan

menambah materi yang belum diungkapkan siswa. 7) Guru memberi kesimpulan. 8) Penutup

3. Model Pembelajaran Student Teams Achievments Divisions (STAD)

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi).

2) Guru memberikan penjelasan tentang suatu materi. 3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota

kelompok. 4) Anggota kelompok yang mengerti tentang materi menjelaskan materi kepada anggota

yang lain dalam kelompok itu sendiri sampai anggota yang lain mengerti.5) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. 6) Pada saat menjawab kuis tidak ada boleh bekerja sama 7) Guru memberi evaluasi. 8) Kesimpulan

4. Model Pembelajaran Number Heads Togheter (NHT)

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

1) Siswa dibagi dalam kelompok.2) Tiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.3) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.4) Kelompok mendiskusikan jawabannya yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

Page 8: Aku model pembelajaran talking stick

5) Guru memenggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka Kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi siswa yang maju.

6) Guru menunjuk nomor yang lain.7) Kesimpulan

5. Model Pembelajaran Role Playing

Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran:

1) Guru menyusun atau menyiapkan skenario pembelajaran yang akan ditampilkan 2) Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario 2 hari sebelum KBM 3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai 5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah

dipersiapkan. 6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya dan memperhatikan skenario yang sedang

ditampilkan 7) Setelah selesai, masing-masing siswa diberikan selembar kertas untuk membahas apa

yang sudah ditampilkan 8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulan 9) guru memberikan kesimpulan secara umum 10) evaluasi 11) Penutup 6. Model Pembelajaran Picture and Picture

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai 2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar 3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan

materi 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan

gambar-gambar menjadi urutan yang logis 5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan

kompetensi yang ingin dicapai 7) Kesimpulan 7.Model Pembelajaran Examples non Examples

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk menganalisis gambar 4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusin dari analisa ganbar tersebut

dicatat pada kertas 5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6) Berdasarkan hasil diskusi, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuasn yang

hendak dicapai 7) Kesimpulan

8. Model Pembelajaran Artikulasi

Langkah-lanmgkah pembelajaran:

1) Guru menyampaikan tujusan pembelajaran yang ingin dicapai

Page 9: Aku model pembelajaran talking stick

2) Guru menyajikan materi 3) Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok berpasangan 2 orang 4) Salah satu dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan

pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga dengan kelompok yang lainnya

5) Seluruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya.

6) Guru mengulangi penjelasannya mengenai materi yang belum dimengerti siswa 7) Kesimpulan/penutup 9. Model Pembelajaran Mind Mapping

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif

jawaban

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa . Sebaiknya

permasalahan yang diutarakan guru memiliki alternatif jawaban 3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang 4) Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 5) Tiap kelompok membacakan hasi diskusinya dan guru memcatat dipapan dengan

mengelompokkan sesuai dengan kebutuhan guru 6) Dari data-data di papan siswa diminta menarik suatu kesimpulan atau guru memberi

bandingan sesuai konsep yang disediakan guru. 10.Model Pembelajaran Make a Match (Mencari Pasangan)

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satun bagian kartu berisi soal dan bagian lainnya berisi jawaban

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya 4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 5) Setiap siswa yang dapat memcocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari

sebelumnya 7) Demikian seterusnya 8) Kesimpulan/penutup 11.Model Pembelajaran Group Investigation

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3) Guru memanggil ketua dari masing-masing kelompok dan membagikan materi yang

berbeda tiap kelompok 4) Masing-masing kelompok membahas materi yang diberikan guru secara kooperatifberisi

penemuan 5) Setelah diskusi selesai, lewat juru bicara, tiap-tiap kelompok menyampaikan hasil

diskusinya 6) Guru memberikan penjelasan singkat serta menarik kesimpulan 7) Evaluasi 8) Penutup 12.Model Pembelajaran Bertukar Pasangan

Langkah-langkah pembelajaran:

Page 10: Aku model pembelajaran talking stick

1) Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangan atau siswa menunjuk pasangannya sendiri)

2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya 3) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangnan yang lain 4) Kedua pasangan tersebut saling bertukar pasangan, masing-masing pasangan baru saling

menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka 5) Temuan baru yang didapat darim pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada

pasangan yang semula. 13. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2) Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk

memberikan penjelasan tentang materi 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada anggota kelompoknya 4) Masing-masing siswa siberikan selembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan yang

menyangkut materi yang sudah dijelaskan olehn ketua kelompok 5) Kemudian kertas tersebut bibuat seperti bola dan dilemparkan dari siswa sari ke siswa lain

selama 15 menit. 6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan, mereka diberi kesempatan untuk

menjawab pertanyaan yangn ada paa kertas tersebut secara bergantian 7) Evaluasi 8) Penutup 14.Model Pembelajaran Inside-outside Circle

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama, menghadap ke

dalam 3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran

informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 4) Siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat sedangkan siswa yang berada di

lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam 5) Kemudian giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang berbagi informasi. 15.Model Pembelajaran Course Review Horary

Langakah-langkah pembelajaran:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru mendemonstrasikan/menyampaikan materi 3) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya 4) Untuk meguji pemahaman, siswa diminta untuk membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan

kebutuhan dan tiap kotak diisi dengan angka sesuai ddengan selera masing-masing siswa 5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menilis jawaban di dalam kotak yang

nomornya disebutkan guru dan langsung mendiskusikannya,kalau jawaban siswa benar diisi tanda (Ö ) dan jika jawaban siswa salah maka diisi tanda (X)

6) Siswa yang mendapay tanda Ö vertikal atau horizontal, atau diagonal harus berteriak ”hore” atau yel-yel yang lainnya

7) Nilai siswa dihitung dari jumlah jawaban yang benar 8) Penutup 16.Model Pembelajaran Cooperative Integreted Reading and Compositions (CIRC)

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen 2) Guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran

Page 11: Aku model pembelajaran talking stick

3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas

4) Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok 5) Guru bersama siswa membuat kesimpulan 6) Penutup 17.Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi 3) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menjelaskan pada siswa lain baik melalui

bagan/peta konsep atau melalui media yang lainnya 4) Guru menyimpulkan pendapat siswa 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu 6) Penutup 18.Model Pembelajaran Talking Stik

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan

kesempatan kepada siswa untuk membaca atau mempelajari materi pada buku panduan 3) Kemudian siswa diminta untuk menutup buku panduan 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan

pertanyaan pada siswa yang memegang tongkat dan siswa tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5) Guru memberikan kesimpulan 6) Evaluasi 7) Penutup 19.Model Pembelajaran Multi Level

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:

1) Menentukan siswa yang berada pada level 1,2,dan 3. Misalnya dari nilai ulangan harian, atau melalui pre test

2) Membentuk kelompok, banyaknya kelompok sesuai dengan banyaknya siswa pada level 1 3) Guru memberikan materi secara keseluruhan dan memberikan soal (LKS) untuk

dikerjakan secara individu 4) Sementara siswa yang lain mengerjakan soal, guru mengumpulkan siswa level 1 untuk

diberikan materi secara langsung dengan membahas soal yang telah diberikan sebelumnya 5) Siswa level 1 kembali pada kelompoknya dan memberikan pembelajaran pada siswa level

2 6) Dengan dibantu siswa level 1, siswa level 2 memberikan pembelajaran pada siswa level 3

dengan membahas soal yang sama 7) Guru mementau dan mengevaluasi proses kegiatan pembelajaran dan memberikan

bantuan secukupnya pada masing-masing kelompok 8) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok atau individu yang berhasil 20.Model Pembelajaran Pesan berantai

Langkah-langkah npembelajaran:

1) Guru memberikan informasi tentang materi secara umum 2) Membentuk kelompok yang beranggotakan 5 orang 3) Setiap anggota kelompok diberikan nomor 1-5 4) Guru memberikan pesan materi kepada anggota nomor 1 secara berbisik untuk

disampaikan kepada nomor 2,3,4 dan 5 5) Anggota nomor 5 menyampaikan pesan tersebut pada guru

Page 12: Aku model pembelajaran talking stick

6) Kelompok yang berhasil menyampaikan pesan dengan benar diberi point 7) Pembahasan materi oleh guru bersama siswa. 8) Kesimpulan 21. Model Pembelajaran Debat

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok yang satu pro dan yang lain kontra 2) Guru membagi tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok

diatas 3) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok yang pro

untuk berbicara dan ditanggapi oleh kelompok yang kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mengemukakan pendapatnya

4) Sementara siswa menyampaikan gagasan, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicara di papan tulis.

5) Guru menambahkann konsep/ide yang belum terungkap 6) Dari data-data yang ada di papan, guru mengajak siswa membuat kesimpulan yang

mengacu pada topik yang dibahas.

22. Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah yang dipilih

2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain)

3) Guru mendorongn siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah

4) Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

23. Model Pembelajaran Exsplicit Instruction

Yaitu pengajaran langsung khusus yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa

tentang pengetahuan proseduran deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi

selangkah.

Langkah-langkah pembelajaran:

1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2) Mendemonstrasikan pengetahian dan keteram pilan 3) Membimbing pelatihan 4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.

D. Perencanaan dalam Pembelajaran Inovatif Berdasarkan beberapa contoh di atas, tampak bahwa model pembelajaran inovatif yang

digunakan berorientasi pada proses yang melibatkan penuh siswa untuk memperlajari konsep.

Hal ini tampak dari langkah-langkah yang dilakukan. Langkah-langkah tersebut dapat

dirumuskan dalam Rencana Pelaksannan Pembelajaran dengan alokasi waktu yang sesuai.

Page 13: Aku model pembelajaran talking stick

Selanjutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan sesuai dengan

model pembelajaran yang dipilih yaitu model pembelajaran inovatif maka perencanaan yang

dilakukan oleh seorang guru adalah:

1. Menentukan topik, topik yang diberikan mengacu pada silabus yang berlaku untuk tiap-tiap tingkat satuan pendidikan. Tiap rentang waktu dalam semester sudah dijelaskan topic apa yang akan diberikan.

2. Merencanakan model pembelajaran yang digunakan, Pemilihan model pembelajaran inovatif mengacu situasi dan kondisi pembelajaran.

3. Menyiapkan langkah pembelajaran model yang dipilih4. Melakukan evaluasi dan merefleksikan dengan indicator dan tujuan pembelajaran yang

dirumuskan dalam RPP yang dibuat guru.

E. Rumusan Kegiatan Pembelajaran.

Rumusan kegiatan disajikan dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP

dan lakukan evaluasi sesuai dengan rencana yang ada.

Contoh RPP Model Pembelajaran Inovatif

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP : .................. Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VIII Semester : Ganjil

Standar Kompetensi : ..Kompetensi Dasar : ..Indikator : ..Alokasi Waktu : ..Tujuan Pembelajaran : ..Materi Pokok : ..Metode Pembelajaran : ..

Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Pertama : (.... menit)Pendahuluan : ( ....menit)Kegiatan Inti : : (.....menit)Kegiatan Penutup: : (.....menit)

Pertemuan kedua : (..... menit)Pendahuluan : (......menit)Kegiatan Inti : (......menit)Penutup : (......menit)

Sumber Belajar.Penilaian.Teknik : TesBentuk Istrumen : Tes tertulis uraian

Page 14: Aku model pembelajaran talking stick

Malang, .............................. 20 ....

Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Kepala Sekolah

_____________________ _______________________

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: Sistem Pernapasan Manusia

Sekolah : SD dan MI

Mata Pelajaran : Sains

Kelas/Semester : V/1

Standar Kompetensi :

2. Siswa mampu memahami alat-alat tubuh bagian dalam (organ) manusia dan hewan, cara

tumbuhan hijau membuat makanan dan dapat mengembangkan kemampuan mengaitkan ciri-

ciri makhluk hidup dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta menyadari

pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah kepunahan.

Kompetensi Dasar

2. 3 Mendeskripsikan alat-alat tubuh bagian dalam manusia (organ pernapasan, pencernaan,

dan peredaran darah)

B. Indikator

1. Menjelaskan proses keluar masuknya udara pernapasan pada manusia2. Mendeskripsikan fungsi masing-masing organ pada sistem pernapasan3. Membuat prediksi/ramalan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya4. Merancang kegiatan untuk membuat model mesin pernapasan sederhana secara mandiri

atau dalam kelompok.5. Membuat suatu karya atau alat untuk memvisualisasi proses keluar masuknya udara

pernapasan pada manusia.6. Menguji coba hasil karya yang berupa model mesin pernapasan sederhana yang telah

dibuat.7. Menyempurnakan hasil karya yang berupa model mesin pernapasan sederhana

berdasarkan hasil uji coba.

C. Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran (1 x pertemuan)

D. Model dan Metode Pembelajaran: Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif

Metode Pembelajaran : Diskusi dan Eksperimen

Page 15: Aku model pembelajaran talking stick

E. Langkah Kegiatan Pembelajaran

A. Pendahuluan (± 10 menit)

1. Memotivasi siswa dengan meminta para siswa duduk saling berhadapan dengan temannya. Masing-masing siswa memegang dadanya sendiri sambil mengamati dada pasangannya. Pasangan siswa tersebut diminta ambil napas dalam-dalam, merasakan apa yang terjadi pada tubuhnya dan mengamati apa yang terjadi pada tubuh temannya. Selanjutnya guru menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan denga kegiatan yang baru dilakukan seperti alat-alat tubuh apakah yang terlibat pada saat bernapas, zat yang dihirup dan dihembuskan pada saat bernapas, perubahan pada dada dan perut pada saat menghirup dan menghembuskan napas dan pertanyaan lain yang berkaitan dengan pernapasan. (Fase 1)

2. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari ini, yaitu mempelajari sistem pernapasan khususnya pada manusia. Dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pernapasan. (Fase 1)

B. Inti (± 60 menit)

1. Guru menyajikan informasi dengan cara menjelaskan beberapa konsep yang penting tentang sistem pernapasan pada manusia seperti yang terdapat pada Buku Siswa tentang pernapasan pada manusia. (Fase 2)

2. Selanjutnya guru menjelaskan hal-hal penting yang berkaitan dengan Model Mesin Pernapasan seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini. (Fase 2).

3. Guru mengelompokkan siswa. Satu kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Kepada wakil masing-masing kelompok diminta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan selanjutnya meminta kelompok-kelompok siswa untuk membuat Model Mesin Pernapasan. (Fase 3)

4. Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi. Bimbingan tersebut untuk memperjelas petunjuk cara pembuatan model mesin pernapasan secara tepat, cara mendemonstrasikan model mesin pernapasan yang telah dibuat siswa untuk memvisualisasi proses keluar masuknya udara pernapasan pada tubuh manusia, mengarahkan siswa dalam pengambilan data, analisis data dan penarikan kesimpulan. (Fase 4).

5. Langkah evaluasi ditempuh guru dengan cara memberi kesempatan kepada satu atau dua kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, yang berupa model mesin pernapasan hasil kerja kelompok itu, demonstrasi penggunaan model mesin pernapasan yang telah dibuat, data, analisis data dan kesimpulan yang dibuat oleh kelompok itu. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi presentasi tersebut. Guru juga memberi umpan balik untuk menunjukkan model mesin pernapasan yang benar, demonstrasi penggunaan model mesin pernapasan yang tepat, data, analisis dan kesimpulan yang seharusnya diperoleh kelompok kerja siswa. Guru juga memberi penguatan pada akhir langka evaluasi tersebut. (Fase 5).

6. Langkah memberi penghargaan ditempuh dengan cara memberi pujian kepada kelompok yang hasil kerjanya baik dari aspek akademik maupun kerja sama antar anggota kelompok. (Fase 6)

C. Penutup (10 menit)

Membimbing siswa merangkum butir-butir penting pembelajaran hari ini tentang proses

keluar masuknya udara pernapasan pada tubuh manusia. Pada bagian penutup dapat juga

menugaskan siswa untuk mengerjakan beberapa Lembar Penilaian yang berisi butir-butir soal

Page 16: Aku model pembelajaran talking stick

yang relevan.

F. Sumber Pembelajaran

1. Buku siswa Sains SD & MI tentang sistem pernapasan pada manusia

2. Lembar Penilaian yang berisi butir-butir soal yang relevan

G. Alat dan Bahan

2 balon karet (besar dan kecil), sedotan minuman, selotip, gunting, botol plastik, kaca kecil

dan jernih yang dasarnya terpotong, plastisin, dan buku kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

Sitti Rahmawati. 2008. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPA.7 terhadap Redoks

dan Elektrokimia dengan Menggunakan Sistem Tutor Sebaya. (online),

(http://oke.or.id, diakses tanggal 5 Mei 2008).

Dwi Purnomo. 2009. Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, Takik dan Model dalam

Pembelajaran. (online), (http://dwipurnomoikipbu.wordpress.com)

____________. 2009. Model-model Pembelajaran. (Online)

(http://dwipurnomoikipbu.wodpress.com)

____________. 2008. Pembentukan Konsep melalui Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal

PARADIGMA tahun XIII Nomor 25 Januari-Juni 2008.

____________. 2008. Pembelajaran Kontekstual Berpandu Konstruktivis dan Pelaksanaan di

Kelas. Jurnal PARADIGMA tahun XIII Nomor 26 Juli-Desember 2008.

____________, 2009. Pembelajaran Remedial dengan Tutor Sebaya. Jurnal PARADIGMA

tahun XIV Nomor 27 Januari-Juni 2009.

I Wayan Santyasa. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif (Online),

(http://www.freewebs.com. Diakses tanggal 5 Januari 2010

Sukir. 2008. Model-model Pembelajaran. (Online), (http:// ngawieducation.blogspot.com.

Diakses tanggal 6 Januari 2010).

Fatoni. 2009. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Inovtif (Online),

(http://fatoniPGSD.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Januari 2010)

Ardhana, W. 2000. Reformasi pembelajaran menghadapi abad pengetahuan. Makalah.

Disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V,

tanggal 7 Oktober 2000, di UM.

Page 17: Aku model pembelajaran talking stick

http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini.

The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan

kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru

mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah

itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

8. Guru memberikan kesimpulan.

Page 18: Aku model pembelajaran talking stick

9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.10. Guru menutup pembelajaran.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2139644-pengertian-metode-talking-stick/

Agar lebih rinci, maka disini perlu pula diketahui pengertian dua kata kunci, yaitu metode dan talking stick.a. MetodeDalam pengertiannya, apa yang disebut metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat atau media untuk mencapai suatu tujuan.12 Hal ini berlaku bagi guru(metode mengajar) maupun kepada murid(metode belajar).Karena metode merupakan cara yang dalam pendidikan bertujuan untuk tercapainya tujuan pembelajaran, maka semakin baik metode mengajar yang dipakai guru dan metode belajar yang diterapkan kepada siswa, maka semakin efektif suatu usaha mencapai tujuan-tujuan pendidikan.Talking stickTalking Stick(tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini.Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secarabergiliran/bergantian.Talking Stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. menurut Kauchack dan Eggen dalam Azizah(1998), pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka danguru hanya bertindak sebagai fasilitator. Metode talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

sumber: Pengertian Metode Talking Stick

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2139644-pengertian-metode-talking-stick/

#ixzz1IHOEZc6v

Page 19: Aku model pembelajaran talking stick

Model Pembelajaran dengan metode Talking stick mendorong peserta didik untuk

berani mengemukakan pendapat. Metode talking stik ini sangat tepat digunakan dalam

pengembangan proses pembelajaran PAIKEM. Langkah-langkah yang harus digunakan dalam

penerapan metode Talking Stik antara lain :

1. Pembelajaran dengan metode talking stick di awali oleh penjelasan guru mengenai

materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan

mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktifitas ini.

2. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil

tongkat yng telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik, peserta didik yang menerima

tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru Kemudian seterusnya.

4. Ketika stick bergulir dari peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi musik langkah akhir

dari metode talking stik adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan

terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta

didik merumuskan kesimpulan. 

Page 20: Aku model pembelajaran talking stick

BAB IIPEMBAHASAN 1. Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakanoleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara ataumenyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku),Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku±suku Indiansebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara seringdigunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara.Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harusmemegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia inginberbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindahdari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya.Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi keketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikansecara bergiliran/bergantian.Talking stick  termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif Mode lpembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkatwajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.PembelajaranTalking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, danSMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakansuasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-Langkah Penerapan Metode Talking Stick 1Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.3.Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudianmemberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajarimateri pelajaran.4.Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.5.Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.6.Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggotakelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yangmemegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampaisebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaandari guru.7.Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknyatidak bisa menjawab pertanyaan.8.Guru memberikan kesimpulan.9.Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.10.Guru menutup pembelajaran. 

Kelebihan Dan Kekurangan Menggunakan  Metode Talking Stick 3.1. KelebihanMenguji kesiapan siswa.Melatih membaca dan memahami dengan cepat.Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).

3.2. KekuranganMembuat siswa senam jantungMembuat siswa minder karena belum terbiasa

Page 21: Aku model pembelajaran talking stick

Bidang pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian dari pemerintah. Salah satu masalah yang dirasakan dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Metode  pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar dapat berperan aktif adalah metode pembelajaran Talking Stick. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Talking Stick, motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick , dan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick, yaitu pada materi Memahami Prinsip Bisnis kelas X Pemasaran.

            Penelitian ini dilakukan di SMK Islam Batu, tanggal 20 Mei 2010 sampai 6 Juni 2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Alat pengumpulan data menggunakan soal tes, lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi dan pedoman wawancara. Pengisian pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta lembar catatan lapangan dilakukan dengan bantuan 3 (tiga) orang teman sejawat mahasiswa Universitas Negeri Malang program pendidikan Tata Niaga yaitu, Aprilia Rukmana, Arizki Wahyudiono, dan Niken Dewi Hastika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penerapan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu, (2) motivasi siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu, (3) hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali pertemuan selama 2 (dua) jam pelajaran. Pertemuan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2010 dan 20 Mei 2010. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali pertemuan selama 2 (dua) jam pelajaran pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2010 sampai 3 Juni 2010. Siklus I dan Siklus II diikuti oleh 35 siswa kelas X Pemasaran.

            Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan terhadap motivasi siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil ini dapat dibuktikan melalui hasil dari angket motivasi siswa. (1) pada siklus I taraf motivasi belajar siswa mencapai 3,96, (2) pada siklus II taraf motivasi siswa meningkat menjadi 4,16. Hasil ini diperoleh berdasarkan angket motivasi yang diberikan oleh guru pada siswa pada akhir siklus I dan siklus II. Metode pembelajaran Talking Stick juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Melalui pre test dan post test diperoleh hasil: (1) rata-rata skor pre test siswa pada siklus I adalah 68,28 dengan skor tertinggi 80 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 27 siswa, rata-rata skor post test meningkat menjadi 89,71 dengan skor tertinggi sebesar 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (skor > 70) sebanyak 33 siswa. (2) rata-rata skor pre test  siswa pada siklus II adalah 80 dengan skor tertinggi 90 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 33 siswa, rata-rata skor post test siswa meningkat menjadi 86,57 dengan skor tertinggi 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 34 siswa.

            Kesimpulan dari penelitian ini antara lain: (1) Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Memahami Prinsip Bisnis dilaksanakan dalam 2 siklus. Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Talking Stick yaitu: a) guru menyiapkan tongkat, b) guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya atau paketnya, c) setelah selesai membaca buku dan mempelajari materi, guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya, d) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai materi pembelajaran, e) guru memberikan kesimpulan, f) evaluasi, g) penutup. (2) Penerapan metode pembelajaran Talking Stick dapat

Page 22: Aku model pembelajaran talking stick

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Pemasaran. Hasil ini dapat dibuktikan melalui hasil dari angket motivasi siswa. Pada siklus I taraf motivasi belajar siswa mencapai 3,96 pada siklus II taraf motivasi siswa meningkat menjadi 4,16. (3) Penerapan metode pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas  X Pemasaran. Melalui pre test dan post test diperoleh hasil rata-rata skor pre test siswa pada siklus I adalah 68,28 dengan skor tertinggi 80, rata-rata skor post test meningkat menjadi 89,71 dengan skor tertinggi sebesar 100. Rata-rata skor pre test  siswa pada siklus II adalah 80 dengan skor tertinggi 90, rata-rata skor post test siswa meningkat menjadi 86,57 dengan skor tertinggi 100.

            Saran yang dikemukakan dalam penelitian ini anata lain: (1) Bagi Kepala SMK Islam Batu, untuk memberikan motivasi kepada guru mata pelajaran baik Memahami Prinsip Bisnis maupun yang lainnya agar menerapkan metode pembelajaran Talking Stick dalam proses belajar mengajarnya. (2) Bagi guru mata pelajaran Memahami Prinsip Bisnis SMK Islam Batu untuk mencoba menerapkan pembelajaran metode Talking Stick pada bahasan yang lain karena siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran metode ini dan dapat mengimplementasikan metode Talking Stick pada pokok bahasan yang sesuai untuk menciptakan  suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. (3) Dalam menerapkan metode ini, guru perlu mengatur waktu, menyiapkan rencana kegiatan dan media yang tepat sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara optimal dan efisien sehingga tuntutan kurikulum tercapai. (2) Guru perlu menyebutkan indikator-indikator yang ada dalam tahap pembelajaran Talking Stick agar yang diajarkan lebih optimal. (3) Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian ini disarankan untuk menerapkan metode pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran yang berbeda

Page 23: Aku model pembelajaran talking stick

Ada banyak metode pembelajaran yang tujuannya agar pembelajaran bisa lebih maksimal, lebih efektif dan efesien. Salah satu metode tersebut adalah Talking Stick. Metode Talking Stick ini mempunyai langkah-langkah sbb:

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan

kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5. Guru memberikan kesimpulan6. Evaluasi7. Penutup

Penerapan metode Talking Stick di SMA khususnya di SMAN 1 Kandangan masih bermanfaat. Ada beberapa hal yang ditemukan ketika metode ini diaplikasikan. Siswa yang diminta untuk menjawab pertanyaan guru biasanya berusaha sedemikian rupa untuk menjawab dengan benar. Hal ini mungkin disebabkan dia merasa malu kalau tidak bisa menjawab sementara temannya yang kemampuannya berada dibawah kemampuannya bisa menjawab. Biasanya siswa yang sudah menemukan jawabannya berusaha sedemikian rupa agar ia yang diminta menjawab(mendapat tongkat). Hal ini berguna untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Namun sebaliknya bagi siswa yang belum menemukan jawabannya, ia berusaha sedemikian rupa agar ia tidak mendapat tongkat (tidak diminta menjawab). Hal ini bisa menyebabkan kegelisahan yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa yang termasuk kategori slow learner. Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa meminta siswa memahami materi tsb dalam kelompok yang heterogen. Maksudnya, dalam setiap kelompok tsb harus ada siswa yang fast learner. Sehingga siswa fast learner bisa membantu siswa slowlearner memahami materi tsb. Hal ini menyebabkan penguasaan materi siswa fast learner makin bertambah dan siswa slow learner pun siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan guru tentang materi yang dipelajari