Sintak pembelajaran ini adalah:
1. guru menyiapkan tongkat,
2. sajian materi pokok,
3. siswa mebaca materi lengkap pada wacana,
4. guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru,
5. tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya,
6. guru membimbing kesimpulan
7. refleksi
8. evaluasi.
PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MATERI
PEMBELAJARAN INOVATIF1
Oleh:
Dwi Purnomo2
Abstrak: Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru
dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran
sehingga memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai
tujuan belajar. Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu
proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model
pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur,
adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana,
mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang dituju.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya
dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun,
secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam
penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu
melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah
kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat 1 Disajikan kepada Peserta Pelatihan Inovasi Pembelajaran di IKIP Budi Utomo Malang pada tanggal 8-9 Januari 2010.
2 Lektor Kepala di Jurusan Pendidikan MIPA IKIP Budi Utomo Malang.
mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada
paradigma konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Dalam hal ini
dikenal Model problem solving and reasoning, model inquiry training, model
problembased instruction, model conceptual change instruction, dan model
group investigation. Model-model tersebut menitikberatkan pada
pembelajaran alternative dan partisipatif sehingga sesuai dengan hakikat
pembelajaran humanis populis yang bersifat inovatif
A. Pendahuluan Kurikulum merupakan rambu-rambu pelaksanaan kegiatan pembelajaran, sehingga
kurikulum yang berlaku selalu mengalami perubahan. Untuk tingkat satuan pendidikan dasar
dan menengah telah diberlakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang
fleksibel. Dengan demikian pembelajaran yang berlangsung pada tiap tingkatan satuan
pendidikan tertentu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa dalam
menerima konsep. Penerimaan konsep siswa dapat diukur berdasarkan tujuan yang
dirumuskan, baik dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tertuang dalam
silabus dan selanjutnya dijabarkan oleh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
merupakan pegangang guru dalam melaksanakan pembelajaran, baik pembelajaran di dalam
kelas, laboratorium, atau di luar kelas sekalipun. Dengan demikian rumusan tujuan umum
dan tujuan khusus menjadi orientasi dasar dalam mencapai hasil yang diinginkan. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan
mengetahui tingkat ketuntasan belajar. Sitti Rahmawaty (2007) menyatakan bahwa daya serap
siswa sebagai ukuran ketuntasan belajar individu minimal 70 % sedangkan penguasaan
klasikal minimal 60 %. Ketuntasan minimal diperlukan melalui cara-cara dan aktivitas yang
dapat dilakukan sehingga tujuan pembelajaran tercapai, dan jika memungkinkan skor siswa
bertambah rata-ratanya. (http://www.oke.or.id).
Sejalan dengan pelaksanaan Kurikulum terbaru, maka merupakan kewajiban para guru
untuk menyelenggarakan pembelajaran yang bervariasi di kelas. Pembelajaran variatif dapat
dilakukan dengan pendekatan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, Efektif dan
menyenangkan. Kondisi ni dapat tercipta jika para guru menguasai beberapa model
pembelajaran baik secara teoritis maupun dari segi praktis. Adanya pembelajaran yang
bervariasi diharapkan dapat lebih membangkitkan semangat dan aktivitas siswa dalam belajar,
dengan demikain kompetensi yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
kurikulum dapat tercapai.
.
B. Model Pembelajaran Inovatif dan Peran Guru Gunter (1990) mendefinisikan model pembelajaran sebagai an instructional model is a
step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Sedangkan Joyce & Weil
(1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model
pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi
pembelajaran. An instructional strategy is a method for delivering instruction that is intended
to help students achieve a learning objective (Burden & Byrd, 1999:85).
Selain memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model
pembelajaran memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil (1980), yaitu (1) syntax, yaitu
langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang
berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana
seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system,
segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5)
instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan
yang disasar (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
Berdasarkan sifat-sifat model pembelajaran yang digunakan, maka guru tidak lagi
cenderung bersifat sebagai penyampai konsep, akan tetapi lebih sesuai sebagai fasilitator dan
tidak selalu mendominasi proses sebagaimana dalam proses pembelajaran konvensional.
Secara umum model pembelajaran inovatif dapat dikelompokkan dalam model Reasoning and
problem solving, model inquiry training, model, model problem-based instruction, dan model
pembelajaran perubahan konseptual. Berikut ini diberikan beberapa contoh model
pembelajaran yang bersifat inovatif dan sifat-sifatnya.
1. Koperatif (Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok
secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-
sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan
persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-
partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan,
gender, karekter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok
berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-
strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan
pelaporan
kelompok,danpelaporan.
2. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa
(daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi
belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman
dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan
dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model
lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning
community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on,
hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur,
generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbgai aspek
dengan berbagai cara.
3. Pembelajaran Matematika Realistik (Realistik Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan
pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan
uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal
(reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matakognisi).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-
aplikasi), pemahaman (menemukan-informal dalam konteks melalui refleksi, informal ke
formal), inter-twinment (keterkaitan-interkoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran
sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan) .
4. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih
dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat
tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi,
demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator
model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi,
identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi,
Dan inkuiri.
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum
dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah
yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau
aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan
akhirnya menemukan solusi.
5. Problem Posing dan Problem Promting.
Problem posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan
kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya
adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan,
mencari alternatif, menyusun soal-pertanyaan.
Probing-prompting. Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru
menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi
proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan sikap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-
aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa
secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa
menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah
ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana
menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah
harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
6. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari
eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).
Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep
baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks
yang berbeda.
7. Teams Games Tournament (TGT)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok
bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta
tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti
dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut,
santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok
sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian
raport. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
mekanisme kegiatan, siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja
ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi
dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling
rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan
kelompok. Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal
yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal
3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai,
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal.
Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)
superior, very good, good, medium.
Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan
pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi.
8. Examples dan Non-Examples,
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan
gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk guru siswa mencermati sajian, diskusi
kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan,
visualisasi dan refleksi.
C. Langkah-langkah Pembelajaran inovatif Untuk dapat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
inovatif, maka diperlukan langkah-langkah. Langkah-langkah tersebut merupakan panduan
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan langkah yang ditetapkan,
diharapkan proses yang terjadi lebih dan hasilnya mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan kondisi sebelumnya.
Berikut ini beberapa langkah yang dilakukan dalam model pembelajaran inovatif yang
ditentukan.
.
1. Model Pembelajaran Model Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang ditempuh adalah:
1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 4-5 anak.
2) Tiap anak dalam tim diberi bagian materi yang berbeda sesuai dengan yang ditugaskan.3) Anggota dari tim yamg berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) dan mendiskusikan sub bab mereka.4) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok masing-masing
dan tiap anggota lainnya mendengarkan penjelasan dari tim ahli.5) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.6) Guru memberi evaluasi, penutup.
2. Model Pembelajaran Think Pair and Share
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.2) Siswa secara perorangan diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan guru. 3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangku (1 kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing. 4) Masing-masing pasangan membentuk kelompok baru (tiap kelompok 4 siswa).5) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.6) Berawal dari kegiatan tersebut mengarah pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan siswa. 7) Guru memberi kesimpulan. 8) Penutup
3. Model Pembelajaran Student Teams Achievments Divisions (STAD)
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi).
2) Guru memberikan penjelasan tentang suatu materi. 3) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. 4) Anggota kelompok yang mengerti tentang materi menjelaskan materi kepada anggota
yang lain dalam kelompok itu sendiri sampai anggota yang lain mengerti.5) Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. 6) Pada saat menjawab kuis tidak ada boleh bekerja sama 7) Guru memberi evaluasi. 8) Kesimpulan
4. Model Pembelajaran Number Heads Togheter (NHT)
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
1) Siswa dibagi dalam kelompok.2) Tiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.3) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.4) Kelompok mendiskusikan jawabannya yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
5) Guru memenggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka Kelompok yang lain memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi siswa yang maju.
6) Guru menunjuk nomor yang lain.7) Kesimpulan
5. Model Pembelajaran Role Playing
Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran:
1) Guru menyusun atau menyiapkan skenario pembelajaran yang akan ditampilkan 2) Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario 2 hari sebelum KBM 3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang 4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang akan dicapai 5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan. 6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya dan memperhatikan skenario yang sedang
ditampilkan 7) Setelah selesai, masing-masing siswa diberikan selembar kertas untuk membahas apa
yang sudah ditampilkan 8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulan 9) guru memberikan kesimpulan secara umum 10) evaluasi 11) Penutup 6. Model Pembelajaran Picture and Picture
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai 2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar 3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan
materi 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis 5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai 7) Kesimpulan 7.Model Pembelajaran Examples non Examples
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk menganalisis gambar 4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusin dari analisa ganbar tersebut
dicatat pada kertas 5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6) Berdasarkan hasil diskusi, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuasn yang
hendak dicapai 7) Kesimpulan
8. Model Pembelajaran Artikulasi
Langkah-lanmgkah pembelajaran:
1) Guru menyampaikan tujusan pembelajaran yang ingin dicapai
2) Guru menyajikan materi 3) Untuk mengetahui daya serap siswa, guru membentuk kelompok berpasangan 2 orang 4) Salah satu dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti peran. Begitu juga dengan kelompok yang lainnya
5) Seluruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya.
6) Guru mengulangi penjelasannya mengenai materi yang belum dimengerti siswa 7) Kesimpulan/penutup 9. Model Pembelajaran Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa . Sebaiknya
permasalahan yang diutarakan guru memiliki alternatif jawaban 3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang 4) Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 5) Tiap kelompok membacakan hasi diskusinya dan guru memcatat dipapan dengan
mengelompokkan sesuai dengan kebutuhan guru 6) Dari data-data di papan siswa diminta menarik suatu kesimpulan atau guru memberi
bandingan sesuai konsep yang disediakan guru. 10.Model Pembelajaran Make a Match (Mencari Pasangan)
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaiknya satun bagian kartu berisi soal dan bagian lainnya berisi jawaban
2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya 4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya 5) Setiap siswa yang dapat memcocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya 7) Demikian seterusnya 8) Kesimpulan/penutup 11.Model Pembelajaran Group Investigation
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3) Guru memanggil ketua dari masing-masing kelompok dan membagikan materi yang
berbeda tiap kelompok 4) Masing-masing kelompok membahas materi yang diberikan guru secara kooperatifberisi
penemuan 5) Setelah diskusi selesai, lewat juru bicara, tiap-tiap kelompok menyampaikan hasil
diskusinya 6) Guru memberikan penjelasan singkat serta menarik kesimpulan 7) Evaluasi 8) Penutup 12.Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangan atau siswa menunjuk pasangannya sendiri)
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya 3) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangnan yang lain 4) Kedua pasangan tersebut saling bertukar pasangan, masing-masing pasangan baru saling
menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka 5) Temuan baru yang didapat darim pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan yang semula. 13. Model Pembelajaran Snowball Throwing
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan 2) Guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada anggota kelompoknya 4) Masing-masing siswa siberikan selembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan olehn ketua kelompok 5) Kemudian kertas tersebut bibuat seperti bola dan dilemparkan dari siswa sari ke siswa lain
selama 15 menit. 6) Setelah siswa mendapat satu bola/satu pertanyaan, mereka diberi kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yangn ada paa kertas tersebut secara bergantian 7) Evaluasi 8) Penutup 14.Model Pembelajaran Inside-outside Circle
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama, menghadap ke
dalam 3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan 4) Siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat sedangkan siswa yang berada di
lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam 5) Kemudian giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang berbagi informasi. 15.Model Pembelajaran Course Review Horary
Langakah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru mendemonstrasikan/menyampaikan materi 3) Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya 4) Untuk meguji pemahaman, siswa diminta untuk membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan
kebutuhan dan tiap kotak diisi dengan angka sesuai ddengan selera masing-masing siswa 5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menilis jawaban di dalam kotak yang
nomornya disebutkan guru dan langsung mendiskusikannya,kalau jawaban siswa benar diisi tanda (Ö ) dan jika jawaban siswa salah maka diisi tanda (X)
6) Siswa yang mendapay tanda Ö vertikal atau horizontal, atau diagonal harus berteriak ”hore” atau yel-yel yang lainnya
7) Nilai siswa dihitung dari jumlah jawaban yang benar 8) Penutup 16.Model Pembelajaran Cooperative Integreted Reading and Compositions (CIRC)
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen 2) Guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas
4) Tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok 5) Guru bersama siswa membuat kesimpulan 6) Penutup 17.Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi 3) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menjelaskan pada siswa lain baik melalui
bagan/peta konsep atau melalui media yang lainnya 4) Guru menyimpulkan pendapat siswa 5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu 6) Penutup 18.Model Pembelajaran Talking Stik
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca atau mempelajari materi pada buku panduan 3) Kemudian siswa diminta untuk menutup buku panduan 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan pada siswa yang memegang tongkat dan siswa tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5) Guru memberikan kesimpulan 6) Evaluasi 7) Penutup 19.Model Pembelajaran Multi Level
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran:
1) Menentukan siswa yang berada pada level 1,2,dan 3. Misalnya dari nilai ulangan harian, atau melalui pre test
2) Membentuk kelompok, banyaknya kelompok sesuai dengan banyaknya siswa pada level 1 3) Guru memberikan materi secara keseluruhan dan memberikan soal (LKS) untuk
dikerjakan secara individu 4) Sementara siswa yang lain mengerjakan soal, guru mengumpulkan siswa level 1 untuk
diberikan materi secara langsung dengan membahas soal yang telah diberikan sebelumnya 5) Siswa level 1 kembali pada kelompoknya dan memberikan pembelajaran pada siswa level
2 6) Dengan dibantu siswa level 1, siswa level 2 memberikan pembelajaran pada siswa level 3
dengan membahas soal yang sama 7) Guru mementau dan mengevaluasi proses kegiatan pembelajaran dan memberikan
bantuan secukupnya pada masing-masing kelompok 8) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok atau individu yang berhasil 20.Model Pembelajaran Pesan berantai
Langkah-langkah npembelajaran:
1) Guru memberikan informasi tentang materi secara umum 2) Membentuk kelompok yang beranggotakan 5 orang 3) Setiap anggota kelompok diberikan nomor 1-5 4) Guru memberikan pesan materi kepada anggota nomor 1 secara berbisik untuk
disampaikan kepada nomor 2,3,4 dan 5 5) Anggota nomor 5 menyampaikan pesan tersebut pada guru
6) Kelompok yang berhasil menyampaikan pesan dengan benar diberi point 7) Pembahasan materi oleh guru bersama siswa. 8) Kesimpulan 21. Model Pembelajaran Debat
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok yang satu pro dan yang lain kontra 2) Guru membagi tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok
diatas 3) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok yang pro
untuk berbicara dan ditanggapi oleh kelompok yang kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mengemukakan pendapatnya
4) Sementara siswa menyampaikan gagasan, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicara di papan tulis.
5) Guru menambahkann konsep/ide yang belum terungkap 6) Dari data-data yang ada di papan, guru mengajak siswa membuat kesimpulan yang
mengacu pada topik yang dibahas.
22. Model Pembelajaran Problem Based Introductions (PBI)
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah yang dipilih
2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain)
3) Guru mendorongn siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
23. Model Pembelajaran Exsplicit Instruction
Yaitu pengajaran langsung khusus yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan proseduran deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi
selangkah.
Langkah-langkah pembelajaran:
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa 2) Mendemonstrasikan pengetahian dan keteram pilan 3) Membimbing pelatihan 4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
D. Perencanaan dalam Pembelajaran Inovatif Berdasarkan beberapa contoh di atas, tampak bahwa model pembelajaran inovatif yang
digunakan berorientasi pada proses yang melibatkan penuh siswa untuk memperlajari konsep.
Hal ini tampak dari langkah-langkah yang dilakukan. Langkah-langkah tersebut dapat
dirumuskan dalam Rencana Pelaksannan Pembelajaran dengan alokasi waktu yang sesuai.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan sesuai dengan
model pembelajaran yang dipilih yaitu model pembelajaran inovatif maka perencanaan yang
dilakukan oleh seorang guru adalah:
1. Menentukan topik, topik yang diberikan mengacu pada silabus yang berlaku untuk tiap-tiap tingkat satuan pendidikan. Tiap rentang waktu dalam semester sudah dijelaskan topic apa yang akan diberikan.
2. Merencanakan model pembelajaran yang digunakan, Pemilihan model pembelajaran inovatif mengacu situasi dan kondisi pembelajaran.
3. Menyiapkan langkah pembelajaran model yang dipilih4. Melakukan evaluasi dan merefleksikan dengan indicator dan tujuan pembelajaran yang
dirumuskan dalam RPP yang dibuat guru.
E. Rumusan Kegiatan Pembelajaran.
Rumusan kegiatan disajikan dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP
dan lakukan evaluasi sesuai dengan rencana yang ada.
Contoh RPP Model Pembelajaran Inovatif
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP : .................. Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VIII Semester : Ganjil
Standar Kompetensi : ..Kompetensi Dasar : ..Indikator : ..Alokasi Waktu : ..Tujuan Pembelajaran : ..Materi Pokok : ..Metode Pembelajaran : ..
Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Pertama : (.... menit)Pendahuluan : ( ....menit)Kegiatan Inti : : (.....menit)Kegiatan Penutup: : (.....menit)
Pertemuan kedua : (..... menit)Pendahuluan : (......menit)Kegiatan Inti : (......menit)Penutup : (......menit)
Sumber Belajar.Penilaian.Teknik : TesBentuk Istrumen : Tes tertulis uraian
Malang, .............................. 20 ....
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah
_____________________ _______________________
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: Sistem Pernapasan Manusia
Sekolah : SD dan MI
Mata Pelajaran : Sains
Kelas/Semester : V/1
Standar Kompetensi :
2. Siswa mampu memahami alat-alat tubuh bagian dalam (organ) manusia dan hewan, cara
tumbuhan hijau membuat makanan dan dapat mengembangkan kemampuan mengaitkan ciri-
ciri makhluk hidup dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, serta menyadari
pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah kepunahan.
Kompetensi Dasar
2. 3 Mendeskripsikan alat-alat tubuh bagian dalam manusia (organ pernapasan, pencernaan,
dan peredaran darah)
B. Indikator
1. Menjelaskan proses keluar masuknya udara pernapasan pada manusia2. Mendeskripsikan fungsi masing-masing organ pada sistem pernapasan3. Membuat prediksi/ramalan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya4. Merancang kegiatan untuk membuat model mesin pernapasan sederhana secara mandiri
atau dalam kelompok.5. Membuat suatu karya atau alat untuk memvisualisasi proses keluar masuknya udara
pernapasan pada manusia.6. Menguji coba hasil karya yang berupa model mesin pernapasan sederhana yang telah
dibuat.7. Menyempurnakan hasil karya yang berupa model mesin pernapasan sederhana
berdasarkan hasil uji coba.
C. Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran (1 x pertemuan)
D. Model dan Metode Pembelajaran: Model Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif
Metode Pembelajaran : Diskusi dan Eksperimen
E. Langkah Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan (± 10 menit)
1. Memotivasi siswa dengan meminta para siswa duduk saling berhadapan dengan temannya. Masing-masing siswa memegang dadanya sendiri sambil mengamati dada pasangannya. Pasangan siswa tersebut diminta ambil napas dalam-dalam, merasakan apa yang terjadi pada tubuhnya dan mengamati apa yang terjadi pada tubuh temannya. Selanjutnya guru menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan denga kegiatan yang baru dilakukan seperti alat-alat tubuh apakah yang terlibat pada saat bernapas, zat yang dihirup dan dihembuskan pada saat bernapas, perubahan pada dada dan perut pada saat menghirup dan menghembuskan napas dan pertanyaan lain yang berkaitan dengan pernapasan. (Fase 1)
2. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari ini, yaitu mempelajari sistem pernapasan khususnya pada manusia. Dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pernapasan. (Fase 1)
B. Inti (± 60 menit)
1. Guru menyajikan informasi dengan cara menjelaskan beberapa konsep yang penting tentang sistem pernapasan pada manusia seperti yang terdapat pada Buku Siswa tentang pernapasan pada manusia. (Fase 2)
2. Selanjutnya guru menjelaskan hal-hal penting yang berkaitan dengan Model Mesin Pernapasan seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini. (Fase 2).
3. Guru mengelompokkan siswa. Satu kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Kepada wakil masing-masing kelompok diminta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan selanjutnya meminta kelompok-kelompok siswa untuk membuat Model Mesin Pernapasan. (Fase 3)
4. Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi. Bimbingan tersebut untuk memperjelas petunjuk cara pembuatan model mesin pernapasan secara tepat, cara mendemonstrasikan model mesin pernapasan yang telah dibuat siswa untuk memvisualisasi proses keluar masuknya udara pernapasan pada tubuh manusia, mengarahkan siswa dalam pengambilan data, analisis data dan penarikan kesimpulan. (Fase 4).
5. Langkah evaluasi ditempuh guru dengan cara memberi kesempatan kepada satu atau dua kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, yang berupa model mesin pernapasan hasil kerja kelompok itu, demonstrasi penggunaan model mesin pernapasan yang telah dibuat, data, analisis data dan kesimpulan yang dibuat oleh kelompok itu. Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi presentasi tersebut. Guru juga memberi umpan balik untuk menunjukkan model mesin pernapasan yang benar, demonstrasi penggunaan model mesin pernapasan yang tepat, data, analisis dan kesimpulan yang seharusnya diperoleh kelompok kerja siswa. Guru juga memberi penguatan pada akhir langka evaluasi tersebut. (Fase 5).
6. Langkah memberi penghargaan ditempuh dengan cara memberi pujian kepada kelompok yang hasil kerjanya baik dari aspek akademik maupun kerja sama antar anggota kelompok. (Fase 6)
C. Penutup (10 menit)
Membimbing siswa merangkum butir-butir penting pembelajaran hari ini tentang proses
keluar masuknya udara pernapasan pada tubuh manusia. Pada bagian penutup dapat juga
menugaskan siswa untuk mengerjakan beberapa Lembar Penilaian yang berisi butir-butir soal
yang relevan.
F. Sumber Pembelajaran
1. Buku siswa Sains SD & MI tentang sistem pernapasan pada manusia
2. Lembar Penilaian yang berisi butir-butir soal yang relevan
G. Alat dan Bahan
2 balon karet (besar dan kecil), sedotan minuman, selotip, gunting, botol plastik, kaca kecil
dan jernih yang dasarnya terpotong, plastisin, dan buku kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sitti Rahmawati. 2008. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPA.7 terhadap Redoks
dan Elektrokimia dengan Menggunakan Sistem Tutor Sebaya. (online),
(http://oke.or.id, diakses tanggal 5 Mei 2008).
Dwi Purnomo. 2009. Pengertian Pendekatan, Metode, Teknik, Takik dan Model dalam
Pembelajaran. (online), (http://dwipurnomoikipbu.wordpress.com)
____________. 2009. Model-model Pembelajaran. (Online)
(http://dwipurnomoikipbu.wodpress.com)
____________. 2008. Pembentukan Konsep melalui Pendidikan Matematika Realistik. Jurnal
PARADIGMA tahun XIII Nomor 25 Januari-Juni 2008.
____________. 2008. Pembelajaran Kontekstual Berpandu Konstruktivis dan Pelaksanaan di
Kelas. Jurnal PARADIGMA tahun XIII Nomor 26 Juli-Desember 2008.
____________, 2009. Pembelajaran Remedial dengan Tutor Sebaya. Jurnal PARADIGMA
tahun XIV Nomor 27 Januari-Juni 2009.
I Wayan Santyasa. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif (Online),
(http://www.freewebs.com. Diakses tanggal 5 Januari 2010
Sukir. 2008. Model-model Pembelajaran. (Online), (http:// ngawieducation.blogspot.com.
Diakses tanggal 6 Januari 2010).
Fatoni. 2009. Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Inovtif (Online),
(http://fatoniPGSD.wordpress.com. Diakses tanggal 7 Januari 2010)
Ardhana, W. 2000. Reformasi pembelajaran menghadapi abad pengetahuan. Makalah.
Disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi Pembelajaran V,
tanggal 7 Oktober 2000, di UM.
http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick/
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini.
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for safe keeping.
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah
itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.10. Guru menutup pembelajaran.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2139644-pengertian-metode-talking-stick/
Agar lebih rinci, maka disini perlu pula diketahui pengertian dua kata kunci, yaitu metode dan talking stick.a. MetodeDalam pengertiannya, apa yang disebut metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat atau media untuk mencapai suatu tujuan.12 Hal ini berlaku bagi guru(metode mengajar) maupun kepada murid(metode belajar).Karena metode merupakan cara yang dalam pendidikan bertujuan untuk tercapainya tujuan pembelajaran, maka semakin baik metode mengajar yang dipakai guru dan metode belajar yang diterapkan kepada siswa, maka semakin efektif suatu usaha mencapai tujuan-tujuan pendidikan.Talking stickTalking Stick(tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini.Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secarabergiliran/bergantian.Talking Stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. menurut Kauchack dan Eggen dalam Azizah(1998), pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka danguru hanya bertindak sebagai fasilitator. Metode talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu:1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
sumber: Pengertian Metode Talking Stick
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2139644-pengertian-metode-talking-stick/
#ixzz1IHOEZc6v
Model Pembelajaran dengan metode Talking stick mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. Metode talking stik ini sangat tepat digunakan dalam
pengembangan proses pembelajaran PAIKEM. Langkah-langkah yang harus digunakan dalam
penerapan metode Talking Stik antara lain :
1. Pembelajaran dengan metode talking stick di awali oleh penjelasan guru mengenai
materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan
mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktifitas ini.
2. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil
tongkat yng telah dipersiapkan sebelumnya.
3. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik, peserta didik yang menerima
tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru Kemudian seterusnya.
4. Ketika stick bergulir dari peserta didik lainnya, seyogyanya diiringi musik langkah akhir
dari metode talking stik adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan
terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta
didik merumuskan kesimpulan.
BAB IIPEMBAHASAN 1. Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakanoleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara ataumenyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku),Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku±suku Indiansebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara seringdigunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara.Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harusmemegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia inginberbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindahdari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya.Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi keketua/pimpinan rapat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikansecara bergiliran/bergantian.Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif Mode lpembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkatwajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.PembelajaranTalking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, danSMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakansuasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-Langkah Penerapan Metode Talking Stick 1Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.3.Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudianmemberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajarimateri pelajaran.4.Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.5.Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.6.Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggotakelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yangmemegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampaisebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaandari guru.7.Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknyatidak bisa menjawab pertanyaan.8.Guru memberikan kesimpulan.9.Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.10.Guru menutup pembelajaran.
Kelebihan Dan Kekurangan Menggunakan Metode Talking Stick 3.1. KelebihanMenguji kesiapan siswa.Melatih membaca dan memahami dengan cepat.Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
3.2. KekuranganMembuat siswa senam jantungMembuat siswa minder karena belum terbiasa
Bidang pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapat perhatian dari pemerintah. Salah satu masalah yang dirasakan dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar dapat berperan aktif adalah metode pembelajaran Talking Stick. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Talking Stick, motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick , dan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick, yaitu pada materi Memahami Prinsip Bisnis kelas X Pemasaran.
Penelitian ini dilakukan di SMK Islam Batu, tanggal 20 Mei 2010 sampai 6 Juni 2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Alat pengumpulan data menggunakan soal tes, lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi dan pedoman wawancara. Pengisian pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta lembar catatan lapangan dilakukan dengan bantuan 3 (tiga) orang teman sejawat mahasiswa Universitas Negeri Malang program pendidikan Tata Niaga yaitu, Aprilia Rukmana, Arizki Wahyudiono, dan Niken Dewi Hastika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penerapan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu, (2) motivasi siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu, (3) hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali pertemuan selama 2 (dua) jam pelajaran. Pertemuan siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2010 dan 20 Mei 2010. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali pertemuan selama 2 (dua) jam pelajaran pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2010 sampai 3 Juni 2010. Siklus I dan Siklus II diikuti oleh 35 siswa kelas X Pemasaran.
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan terhadap motivasi siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil ini dapat dibuktikan melalui hasil dari angket motivasi siswa. (1) pada siklus I taraf motivasi belajar siswa mencapai 3,96, (2) pada siklus II taraf motivasi siswa meningkat menjadi 4,16. Hasil ini diperoleh berdasarkan angket motivasi yang diberikan oleh guru pada siswa pada akhir siklus I dan siklus II. Metode pembelajaran Talking Stick juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Melalui pre test dan post test diperoleh hasil: (1) rata-rata skor pre test siswa pada siklus I adalah 68,28 dengan skor tertinggi 80 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 27 siswa, rata-rata skor post test meningkat menjadi 89,71 dengan skor tertinggi sebesar 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (skor > 70) sebanyak 33 siswa. (2) rata-rata skor pre test siswa pada siklus II adalah 80 dengan skor tertinggi 90 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 33 siswa, rata-rata skor post test siswa meningkat menjadi 86,57 dengan skor tertinggi 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 34 siswa.
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain: (1) Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran Memahami Prinsip Bisnis dilaksanakan dalam 2 siklus. Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran Talking Stick yaitu: a) guru menyiapkan tongkat, b) guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya atau paketnya, c) setelah selesai membaca buku dan mempelajari materi, guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya, d) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai materi pembelajaran, e) guru memberikan kesimpulan, f) evaluasi, g) penutup. (2) Penerapan metode pembelajaran Talking Stick dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X Pemasaran. Hasil ini dapat dibuktikan melalui hasil dari angket motivasi siswa. Pada siklus I taraf motivasi belajar siswa mencapai 3,96 pada siklus II taraf motivasi siswa meningkat menjadi 4,16. (3) Penerapan metode pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X Pemasaran. Melalui pre test dan post test diperoleh hasil rata-rata skor pre test siswa pada siklus I adalah 68,28 dengan skor tertinggi 80, rata-rata skor post test meningkat menjadi 89,71 dengan skor tertinggi sebesar 100. Rata-rata skor pre test siswa pada siklus II adalah 80 dengan skor tertinggi 90, rata-rata skor post test siswa meningkat menjadi 86,57 dengan skor tertinggi 100.
Saran yang dikemukakan dalam penelitian ini anata lain: (1) Bagi Kepala SMK Islam Batu, untuk memberikan motivasi kepada guru mata pelajaran baik Memahami Prinsip Bisnis maupun yang lainnya agar menerapkan metode pembelajaran Talking Stick dalam proses belajar mengajarnya. (2) Bagi guru mata pelajaran Memahami Prinsip Bisnis SMK Islam Batu untuk mencoba menerapkan pembelajaran metode Talking Stick pada bahasan yang lain karena siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran metode ini dan dapat mengimplementasikan metode Talking Stick pada pokok bahasan yang sesuai untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. (3) Dalam menerapkan metode ini, guru perlu mengatur waktu, menyiapkan rencana kegiatan dan media yang tepat sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung secara optimal dan efisien sehingga tuntutan kurikulum tercapai. (2) Guru perlu menyebutkan indikator-indikator yang ada dalam tahap pembelajaran Talking Stick agar yang diajarkan lebih optimal. (3) Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian ini disarankan untuk menerapkan metode pembelajaran Talking Stick pada mata pelajaran yang berbeda
Ada banyak metode pembelajaran yang tujuannya agar pembelajaran bisa lebih maksimal, lebih efektif dan efesien. Salah satu metode tersebut adalah Talking Stick. Metode Talking Stick ini mempunyai langkah-langkah sbb:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5. Guru memberikan kesimpulan6. Evaluasi7. Penutup
Penerapan metode Talking Stick di SMA khususnya di SMAN 1 Kandangan masih bermanfaat. Ada beberapa hal yang ditemukan ketika metode ini diaplikasikan. Siswa yang diminta untuk menjawab pertanyaan guru biasanya berusaha sedemikian rupa untuk menjawab dengan benar. Hal ini mungkin disebabkan dia merasa malu kalau tidak bisa menjawab sementara temannya yang kemampuannya berada dibawah kemampuannya bisa menjawab. Biasanya siswa yang sudah menemukan jawabannya berusaha sedemikian rupa agar ia yang diminta menjawab(mendapat tongkat). Hal ini berguna untuk meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Namun sebaliknya bagi siswa yang belum menemukan jawabannya, ia berusaha sedemikian rupa agar ia tidak mendapat tongkat (tidak diminta menjawab). Hal ini bisa menyebabkan kegelisahan yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa yang termasuk kategori slow learner. Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa meminta siswa memahami materi tsb dalam kelompok yang heterogen. Maksudnya, dalam setiap kelompok tsb harus ada siswa yang fast learner. Sehingga siswa fast learner bisa membantu siswa slowlearner memahami materi tsb. Hal ini menyebabkan penguasaan materi siswa fast learner makin bertambah dan siswa slow learner pun siap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan guru tentang materi yang dipelajari
Top Related