Aktivitas Fisik Individu Tidak Dapat Dipisahkan Dari Penyakit Kronis Yang Akan Dialami Individu

3
Aktivitas fisik individu tidak dapat dipisahkan dari penyakit kronis yang akan dialami individu, baik dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit kronis. Aktivitas fisik ringan pada individu seperti terlalu lama duduk dapat menyebabkan penumpukan kolesterol total pada tubuh yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis. Salah satu pencegahan maupun pengobatan dari penyakit kronis adalah dengan olah raga secara teratur. Penyakit kronis merupakan penyakit yang memerlukan waktu lama, berbilang bulan atau tahun, untuk proses pengobatan (Arovah, 2011; Jaya, 2009). Hal serupa juga terjadi pada pasien hipertensi. Pasien hipertensi kembali mengonsumsi obat hipertensi jika timbul keluhan-keluhan seperti sakit kepala, jantung berdebar, dan penglihatan kabur (Jaya, 2009). Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis yang semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi di Indonesia merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi, dan sebagai penyebab utama kematian pada pasien. Banyak pasien yang tidak mengetahui mengalami hipertensi sehingga tidak ditangani dengan baik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan sebagian besar kasus hipertensi belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran yaitu hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang patuh minum obat hipertensi sehingga 76% dari masyarakat belum mengetahui mengalami hipertensi (Dimyanti, 2012; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Hipertensi adalah keadaan tekanan darah pasien yang telah diukur menggunakan tensimeter dan diperoleh hasil tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan melalui kontrol kesehatan secara rutin, melakukan diet rendah garam dan mengonsumsi obat secara teratur untuk mengurangi risiko komplikasi pada kardiovaskular dan organ lain yang ada pada diri pasien (Almisbah, 2008; Ratnaningtyas & Djatmiko, 2011). Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, teperti penyakit jantung (Congestif Heart Failure - CHF), gagal ginjal (end stage renal disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh penderita hipertensi, 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi primer, yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penangulangan dengan baik keadaan ini cenderung alkan meningkat (Doungoes, 2000).

description

task

Transcript of Aktivitas Fisik Individu Tidak Dapat Dipisahkan Dari Penyakit Kronis Yang Akan Dialami Individu

Page 1: Aktivitas Fisik Individu Tidak Dapat Dipisahkan Dari Penyakit Kronis Yang Akan Dialami Individu

Aktivitas fisik individu tidak dapat dipisahkan dari penyakit kronis yang akan dialami individu, baik dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit kronis. Aktivitas fisik ringan pada individu seperti terlalu lama duduk dapat menyebabkan penumpukan kolesterol total pada tubuh yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis. Salah satu pencegahan maupun pengobatan dari penyakit kronis adalah dengan olah raga secara teratur. Penyakit kronis merupakan penyakit yang memerlukan waktu lama, berbilang bulan atau tahun, untuk proses pengobatan (Arovah, 2011; Jaya, 2009).

Hal serupa juga terjadi pada pasien hipertensi. Pasien hipertensi kembali mengonsumsi obat hipertensi jika timbul keluhan-keluhan seperti sakit kepala, jantung berdebar, dan penglihatan kabur (Jaya, 2009). Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis yang semakin meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi di Indonesia merupakan penyakit dengan prevalensi tertinggi, dan sebagai penyebab utama kematian pada pasien. Banyak pasien yang tidak mengetahui mengalami hipertensi sehingga tidak ditangani dengan baik. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan sebagian besar kasus hipertensi belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran yaitu hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang patuh minum obat hipertensi sehingga 76% dari masyarakat belum mengetahui mengalami hipertensi (Dimyanti, 2012; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Hipertensi adalah keadaan tekanan darah pasien yang telah diukur menggunakan tensimeter dan diperoleh hasil tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan melalui kontrol kesehatan secara rutin, melakukan diet rendah garam dan mengonsumsi obat secara teratur untuk mengurangi risiko komplikasi pada kardiovaskular dan organ lain yang ada pada diri pasien (Almisbah, 2008; Ratnaningtyas & Djatmiko, 2011).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, teperti penyakit jantung (Congestif Heart Failure - CHF), gagal ginjal (end stage renal disease), dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh penderita hipertensi, 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi primer, yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penangulangan dengan baik keadaan ini cenderung alkan meningkat (Doungoes, 2000).

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun hanya dapat dikendalikan melalui kontrol kesehatan secara rutin, melakukan diet rendah garam dan mengonsumsi obat secara teratur untuk mengurangi risiko komplikasi pada kardiovaskular dan organ lain yang ada pada diri pasien (Almisbah, 2008; Ratnaningtyas & Djatmiko, 2011).

Almisbah, Z. (2008). Penatalaksanaan hipertensi non farmakologi dalam penurunan angka kejadian stroke. Dipetik 14 Oktober 2012: http:// isjd.pdii .lipi.go. id/admin /jurnal/ed03 084249. pdf.

Ratnaningtyas, Y., Djatmiko, W. (2011). Hubungan kepribadian tipe d dengan kejadian hipertensi di rsud prof. dr. margono soekardjo. Mandala of Health,5 (2).

Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penyakit hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat serta mahalnya biaya pengobatan hipertensi. Saat ini banyak penderita

Page 2: Aktivitas Fisik Individu Tidak Dapat Dipisahkan Dari Penyakit Kronis Yang Akan Dialami Individu

hipertensi tidak patuh melaksanakan diet yang diberikan karena kurangnya pengetahuan penderita tentang diet hipertensi (Rosyid dan Efendi, 2011).

Setiap tahunnya di amerika, hipertensi merupakan faktor penyebab yang terpenting pada 500.000 kasus stroke, dan 150.000 diantaranya berakhir dengan kematian. 40 % diantara mereka yang sembuh memerlukan perawatan khusus sepanjang sisa hidupnya dan 10% harus dirawat secara permanen di rumah sakit. Kira –kira 2.000.000 korban stroke di Amerika Serikat terganggu kemampuannya disebabkan kelumpuhan salah satu akibat tekanan darah tinggi yang sangat merugikan (Diehl, 2007).

Penanganan hipertensi meliputi obat anti hipertensi, pembatasan natrium dan lemak dalam diet, pengaturan berat badan, perubahan gaya hidup, program latihan, dan tindak lanjut asuhan kesehatan dengan interval teratur. Ketidakpatuhan terhadap program terapi merupakan masalah yang besar pada penderita hipertensi. Bila pasien berpartisipasi secara aktif dalam program termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan diet, kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh umpan balik sejalan dengan perasaan semakin terkontrol (Smeltzer & Bare, 2002).